Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu dan kelompok pasti memiliki kepentingan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain Oleh sebab itu diperlukanlah sebuah lembaga untuk menciptakan suatu keadilan. Lembaga tersebut sering dikenal dengan istilah Pengadilan. Pengadilan merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila. Kekuasaan Kehakiman sendiri dilaksanakan oleh dua lembaga tinggi negara yaitu Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan, dan wewenang lain yang diberikan oleh Undang-Undang. Sedangkan Mahkamah Konstitusi berwenang dalam menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara, memutuskan pembubaran partai politik, dan memutuskan perselisihan tentang hasil pemilu. Oleh karena itu dalam hal ini peran hakim dalam lembaga peradilan menjadi sangat penting Dengan kewenangan yang dimiliki dan tingginya tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang hakim maka diperlukanlah adanya kode etik bagi profesi tersebut. Untuk memberikan batasan-batasan serta aturan main yang diperlukan seorang hakim dalam menjalankan profesinya. Etika Bisnis dan Profesi

description

fraud

Transcript of Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

Page 1: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap individu dan kelompok pasti memiliki kepentingan yang berbeda-beda

antara satu dengan yang lain Oleh sebab itu diperlukanlah sebuah lembaga untuk

menciptakan suatu keadilan. Lembaga tersebut sering dikenal dengan istilah Pengadilan.

Pengadilan merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman

merupakan kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila. Kekuasaan Kehakiman sendiri

dilaksanakan oleh dua lembaga tinggi negara yaitu Mahkamah Agung dan Mahkamah

Konstitusi. Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji

peraturan perundang-undangan, dan wewenang lain yang diberikan oleh Undang-

Undang. Sedangkan Mahkamah Konstitusi berwenang dalam menguji Undang-Undang

terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara,

memutuskan pembubaran partai politik, dan memutuskan perselisihan tentang hasil

pemilu. Oleh karena itu dalam hal ini peran hakim dalam lembaga peradilan menjadi

sangat penting Dengan kewenangan yang dimiliki dan tingginya tanggung jawab yang

dimiliki oleh seorang hakim maka diperlukanlah adanya kode etik bagi profesi tersebut.

Untuk memberikan batasan-batasan serta aturan main yang diperlukan seorang hakim

dalam menjalankan profesinya.

Namun hal tersebut sangatlah berlawanan dengan fenomena yang terjadi pada

kasus Akil Mochtar yang merupakan Ketua Mahkamah Konstitusi dimana ia terbukti

melanggar kode etik profesinya. Sebagai seorang Ketua Mahkamah Konstitusi,

seharusnya Akil Mochtar menjunjung tinggi kode etik profesinya guna menegakkan

hukum dan keadilan di suatu negara. Hal tersebut dikarenakan kode etik profesi

merupakan hal yang sangat penting karena berisi nilai-nilai yang dijunjung tinggi untuk

dijadikan pedoman dalam menjalankan sebuah profesi, termasuk profesi Ketua

Mahkamah Konstitusi. Kode Etik sendiri telah didasarkan pada nilai-nilai yang ada di

Negara Indonesia. Kode Etik inilah yang pada akhirnya akan mengatur perilaku

Mahkamah Konstitusi dalam menjalankan profesinya.

Etika Bisnis dan Profesi

Page 2: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka kami ingin

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Kasus pelanggaran apa sajakah yang dilakukan oleh Akil Mochtar ?

2. Kode Etik dan Perilaku apa sajakah yang dilanggar oleh Akil Mochtar

berdasarkan kasus-kasus tersebut ?

BAB II

KASUS

Berikut merupakan beberapa kasus yang melibatkan Akil Mochtar sebagai Ketua

Mahkamah Konstitusi di Indonesia.

Kasus 1. Kasus Mengenai Penanganan Sengketa Pilkada

Akil Mochtar selaku ketua Mahkamah Konstitusi memerintahkan panitera MK

untuk menyurati Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi guna menunda pelantikan

bupati terpilih Banyuasin Sumatera Selatan, Yan Anton Ferdian. Pengacara calon

Bupati Banyuasin Hazuar Bidui melaporkan Akil ke Komisi Pemberantasan

Korupsi, karena Akil dituding menerima suap dari Yan Anton Ferdian sebesar Rp

10 Miliar. Namun uang suap tersebut baru diterima Akil Rp 2 Miliar, hal itulah

yang menyebabkan Akil mengirim surat untuk menunda pelantikan Yan Anton.

Pada akhirnya upaya Akil untuk menggagalkan pelantikan Yan Anton sebagai

Etika Bisnis dan Profesi

Page 3: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

bupati Banyuasin akhirnya gagal karena MK menerima laporan tersebut dari

masyarakat. (vivaNews Jumat, 1 November 2013)

Mengenai penanganan sengketa pilkada Gunung Mas di Kalimantan Tengah,

Akil Mochtar bertemu dengan anggota DPR Chairun Nisa di ruang kerjanya

tanggal 9 Juli 2013 . Akil dan Chairun Nisa pun berada di tempat yang sama ketika

ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yaitu di rumah dinas Akil

di Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan. (SINDONEWS.com Jumat, 1

November 2013)

Akil Mochtar juga ditetapkan sebagai tersangka penerima gratifikasi terkait

penanganan sengketa pemilukada lainnya. KPK sudah melakukan penggeledahan

dan penyitaan terhadap uang (harta) Akil Mochtar. Selain itu menurut Daryono

sopir Akil Mochtar, dia sering diminta oleh Akil untuk mengambil atau menerima

sejumlah bingkisan uang. Daryono pernah menerima bingkisan uang di parkiran

Sarinah, TIS Square, Pasific Place, dan Hotel Indonesia. (Tribunnews.com Jumat,

1 November 2013)

Kasus 2. Rekening dan Transaksi Tak Wajar yang Dimiliki Akil Mochtar

Majelis Kehormatan Hakim Mahkamah Konstitusi (MKH MK) menyatakan

bahwa Akil Mochtar memiliki 15 rekening bank dan isterinya memiliki 5 rekening

bank dengan jumlah dan lalu lintas transaksi keuangan yang tak wajar. Akil juga

memerintahkan sekretaris dan sopirnya melakukan transaksi tidak wajar dengan

jumlah yang dapat dikatakan tidak wajar pula. (Republika Online Jumat, 1

November 2013)

Selain itu Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)

menemukan adanya kejanggalan dalam transaksi keuangan perusahaan milik isteri

Akil, Ratu Rita (CV Ratu Sumagat) dan Akil diduga melakukan tindak pidana

pencucian uang diperusahaan atas nama isterinya tersebut. (Tribunnews.com Jumat,

1 November 2013)

Daryono sebagai sopir Akil juga mengungkapkan tentang uang yang disimpan

dalam tembok ruang karaoke di rumah dinas Akil. Daryono pernah beberapa kali

Etika Bisnis dan Profesi

Page 4: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

memindahkan uang dari kamar pribadi Akil ke ruang karaoke tersebut.

(Kompas.com Senin, 13 Januari 2014)

Kasus 3. Narkotika yang dimiliki Akil Mochtar

Badan Narkotika Nasional (BNN) menetapkan Akil Mochtar sebagai

tersangka atas kepemilikan narkoba. Akil ditangkap diruang kerjanya pada awal

Oktober 2013. Dia menyimpan beberapa barang haram berupa 3 linting ganja utuh

dan 1 bekas pakai, serta 2 pil inex ungu dan hijau. (Liputan6.com 17 Januari 2014)

Kasus 4. Akil Mochtar Pelesir ke Luar Negeri

Akil sering pergi ke Luar Negeri dengan ajudan dan sopir tanpa

pemberitahuan pada Sekretaris Jendral Mahkamah Konstitusi termasuk pada saat ia

pergi ke Singapura, 21 September 2012. Akil Mochtar diduga mengadakan

pertemuan dengan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dan Adik Atut yaitu

Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan di Singapura.

Namun akhirnya KPK menetapkan Akil sebagai tersangka atas dugaan

menerima suap terkait sengketa Pilkada Lebak dan Gunung Mas. Dalam kasus

Lebak, KPK juga menetapkan Wawan sebagai tersangka atas dugaan menyuap Akil

dan Pengacara Susi Tur Andayani. Selain itu diduga pula, Atutlah yang memerintah

Wawan untuk menyuap Susi dan Akil. (Kompas.com Rabu, 16 Oktober 2013)

Kasus 5. Terkait Kepemilikan Mobil-Mobil Mewah Akil Mochtar

Selasa, 8 Oktober KPK menggeledah rumah Akil Mochtar di Kompleks Liga

Mas, Pancoran, Jakarta Selatan. KPK menyita tiga mobil milik Akil yang diperoleh

Akil dalam kurun waktu tiga bulan, yaitu Mercedes benz S 350, Audi Q5, dan

Toyota Crown Athlete. Daryono sebagai sopir Akil Mochtar mengungkapkan bahwa

uang-uang yang dimiliki oleh Akil disimpan di rumah dinas Akil di Widhya Chandra

dan Daryono pula yang diperintahkan Akil untuk membelanjakan uang tersebut.

Akil memerintahkan Daryono untuk mencari informasi mengenai mobil Toyota

Crown, dan Daryono diminta untuk mengambil uang dikotak sekitar Rp 1,3 Miliar

Etika Bisnis dan Profesi

Page 5: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

untuk membeli Toyota tersebut. Selain itu Daryono juga diperintahkan Akil untuk

membeli Mercy S 350 dan ia mengambil uang dari kotak uang Akil yang berasal

dari pihak-pihak yang tidak dikenalnya.

KPK menduga bahwa tiga mobil yang mereka sita memiliki keterkaitan

dengan kasus dugaan suap pengurusan sengketa Pilkada Gunung Mas, Kalimantan

Tengah dan Lebak, Banten. Penerimaan suap tersebut berupa Rp 3 Miliar untuk

pengurusan sengketa Pilkada Gunung Mas, dan Rp 1 Miliar untuk sengketa pilkada

Lebak, Banten. Penjelasan Daryono selaku sopir Akil Mochtar pun memperkuat

dugaan ini, Daryono mengungkapkan bahwa dapat dipastikan sejumlah mobil

mewah yang berada di dalam garasi Akil tidak didapat dari penghasilan resminya

sebagai hakim Mahkamah Konstitusi. (BERITASATU.com Rabu 9 Oktober 2013)

Kasus 6. Mobil Akil Menggunakan Nama Orang Lain untuk Menghindari Pajak

Progresif

Akil Mochtar yang menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi tidak mau

mengakui alasan penggunaan nama sopirnya Daryono sebagai pemilik mobil

Mercedes Benz S 350 miliknya. Selain itu Akil juga memerintahkan Basir selaku

sopir isteri Akil dalam administrasi kepemilikan mobil. Hal tersebut dilakukan Akil

untuk mengelabui petugas pajak untuk menghindari pajak progresif. (Republika

Online Rabu, 16 Oktober 2013)

Etika Bisnis dan Profesi

Page 6: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

BAB III

LANDASAN TEORI

Dalam menjalankan profesinya, seorang Hakim Mahkamah Konstitusi pasti juga

memiliki sebuah aturan main yaitu Kode Etik dan Pedoman Tingkah Laku untuk menjaga

kehormatan dan martabat bagi seorang Hakim Konstitusi. Hal tersebut berguna untuk

menjaga, memelihara, dan meningkatkan integritas pribadi, kompetensi dan perilaku hakim

konstitusi serta menjadi sebuah tolak ukur bagi Hakim Konstitusi itu sendiri. Penyusunan

Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi ini merujuk pada “The Bangalore Principles of

Judicial Conduct 2002” yang disesuaikan pada sistem hukum dan peradilan di Indonesia dan

etika kehidupan berbangsa sebagaimana termuat dalam ketetapan MPR No VI/MPR/2001

tentang Etika Kehidupan Berbangsa. Berikut merupakan Kode Etik dan Perilaku Hakim

Konstitusi :

PERTAMA : PRINSIP INDEPENDENSI

Penerapan prinsip Independensi Hakim Konstitusi merupakan prasyarat pokok bagi

terwujudnya negara hukum dan merupakan jaminan bagi tegaknya hukum dan keadilan.

Prinsip ini tercermin dalam proses pemeriksaan dan pengambilan keputusan atas setiap

perkara. Dimana seorang Hakim Konstitusi harus terbebas dari berbagai macam pengaruh

yang berasal dari luar diri hakim yang bersifat memengaruhi secara langsung atau tidak

langsung berupa bujuk rayu, tekanan, paksaan, ancaman, atau tindakan balasan karena

kepentingan politik atau ekonomi tertentu dari pemerintah atau pihak yang berkuasa

(kelompok atau golongan tertentu) dengan imbalan atau janji imbalan berupa keuntungan

jabatan, keuntungan ekonomi, atau bentuk lainnya.

Penerapan:

1. Hakim konstitusi harus menjalankan fungsi judisialnya secara independen atas dasar

penilaian terhadap fakta-fakta, menolak pengaruh dari luar berupa bujukan, iming-

iming, tekanan, ancaman atau campur tangan pihak lain.

2. Hakim konstitusi harus menjaga independensi dari pengaruh lembaga-lembaga

eksekutif, legislatif, dan lembaga-lembaga negara lainnya.

Etika Bisnis dan Profesi

Page 7: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

3. Hakim konstitusi harus mendorong, menegakkan, dan meningkatkan jaminan

independensi dalam pelaksanaan tugas peradilan baik secara perorangan maupun

kelembagaan.

4. Hakim konstitusi harus menjaga dan menunjukkan citra independen serta memajukan

standar perilaku yang tinggi guna memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap

Mahkamah.

KEDUA : PRINSIP KETAKBERPIHAKAN

Ketakberpihakan merupakan prinsip yang melekat dalam fungsi hakim konstitusi

sebagai pihak yang diharapkan memberikan pemecahan terhadap setiap perkara yang

diajukan ke Mahkamah. Ketakberpihakan mencakup sikap netral dalam menyelesaikan suatu

perkara. Prinsip ini harus tercermin dalam tahapan proses pemeriksaan perkara sampai

kepada tahap pengambilan keputusan, sehingga putusan Mahkamah dapat benar-benar

diterima sebagai solusi hukum yang adil bagi semua pihak yang berperkara dan oleh

masyarakat luas.

Penerapan:

1. Hakim konstitusi harus melaksanakan tugas Mahkamah tanpa prasangka, melenceng

(bias), dan tidak condong pada salah satu pihak.

2. Hakim konstitusi harus menampilkan perilaku, baik di dalam maupun di luar

pengadilan, untuk tetap menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, profesi

hukum, dan para pihak yang berperkara terhadap ketakberpihakan hakim konstitusi

dan Mahkamah.

3. Hakim konstitusi dilarang memberikan komentar terbuka atas perkara yang akan,

sedang diperiksa, atau sudah diputus, baik oleh hakim yang bersangkutan atau hakim

konstitusi lain, kecuali dalam hal-hal tertentu dan hanya dimaksudkan untuk

memperjelas putusan.

KETIGA : PRINSIP INTEGRITAS

Prinsip integritas menggambarkan pribadi seorang Hakim Mahkamah

Konstitusi yang mencakup kejujuran, kesetiaan, dan tulus dalam menjalankan tugas

profesionalnya disertai kemampuan untuk menolak segala bentuk bujuk rayu, godaan jabatan,

kekayaan, popularitas, dan godaan lainnya.

Etika Bisnis dan Profesi

Page 8: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

Penerapan :

1. Hakim Konstitusi menjamin bahwa perilakunya tidak tercela.

2. Segala bentuk perilaku hakim konstitusi harus memperkuat kepercayaan masyarakat

terhadap citra dan wibawa Mahkamah Konstitusi.

3. Hakim Konstitusi dilarang meminta atau menerima dan menjamin bahwa anggota

keluarganya tidak meminta atau menerima hadiah, janji, atau manfaat dari pihak

berperkara yang akan atau sedang diperiksa.

4. Hakim Konstitusi dilarang dengan sengaja mengizinkan pegawai Mahkamah atau

pihak yang berada dibawah kewenangannya untuk meminta atau menerima hadiah,

hibah, pinjaman, atau imbalan apapun.

KEEMPAT : PRINSIP KEPANTASAN DAN KESOPANAN

Kepantasan dan kesopanan merupakan norma kesusilaan pribadi dan antar pribadi

yang tercermin dalam perilaku Hakim Konstitusi. Kepantasan tercermin dari penampilan dan

perilaku yang berhubungan dengan kemampuan dalam menempatkan diri (penampilan,

ucapan, gerak). Sedangkan kesopanan terwujud dalam perilaku hormat dan tidak

merendahkan orang lain (antar Hakim Konstitusi, pegawai MK, karyawan, atau pihak

berperkara).

Penerapan :

1. Sebagai abdi hukum yang menjadi perhatian masyarakat, Hakim Konstitusi harus mau

menerima pembatasan pribadi yang mungkin dianggap membebani.

2. Hakim Konstitusi tidak diperbolehkan menyediakan tempat tinggalnya sebagai tempat

untuk menerima klien atau anggota profesi hakim lainnya.

3. Hakim konstitusi harus menginformasikan secara terbuka tentang kekayaan pribadi

dan keluarganya atas kesadaran sendiri sesuai Undang-Undang yang berlaku.

4. Hakim Konstitusi dilarang memberikan kesempatan pada orang lain untuk

memanfaatkan wibawa Mahkamah bagi kepentingan pribadi dan keluarga Hakim

Konstitusi.

KELIMA : PRINSIP KESETARAAN

Merupakan prinsip yang menjamin perlakuan yang sama terhadap semua pihak tanpa

membedakan antara satu dengan yang lain (dalam hal agama, suku, ras, status ekonomi, dll).

Etika Bisnis dan Profesi

Page 9: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

Prinsip ini melekat dalam sikap Hakim Mahkamah Konstitusi untuk memperlakukan semua

pihak dalam persidangan secara adil untuk mewujudkan keadilan bagi kesemuanya.

Penerapan :

1. Hakim Konstitusi harus menyadari adanya kemajemukan dalam masyarakat di

Indonesia.

2. Dalam menjalankan tugasnya, Hakim Konstitusi dilarang berprasangka buruk

terhadap seseorang atau kelompok dengan alasan yang tidak relevan.

3. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Hakim Konstitusi harus memperhatikan

semua orang yang berhubungan dengan Mahkamah (saksi, ahli, advokat, dll)

KEENAM : PRINSIP KECAKAPAN DAN KESEKSAMAAN

Prinsip ini sangat penting untuk menciptakan peradilan yang baik dan terpercaya.

Kecakapan tercermin dalam kemampuan profesional Hakim Konstitusi (pendidikan,

pengalaman). Keseksamaan merupakan sikap pribadi hakim yang menggambarkan

kecermatan, kehati-hatian, dan kesungguhan dalam pengambilan keputusan.

Penerapan :

1. Hakim Konstitusi mengutamakan tugas Mahkamah diatas kepentingan lainnya.

2. Hakim Konstitusi harus menjamin penyelesaian perkara secara lebih efisien, baik dan

tepat waktu, termasuk menyampaikan keputusan pada pihak-pihak yang terlibat.

KETUJUH : PRINSIP KEARIFAN DAN KEBIJAKSANAAN

Prinsip ini menuntut seorang hakim konstitusi untuk bertindak dan bersikap sesuai

dengan norma hukum dan norma dalam masyarakat, serta mampu memperhitungkan akibat

dari tindakannya, sabar, tegas, dan lugas.

Penerapan :

1. Hakim Konstitusi harus menjaga tata tertib persidangan, santun, dan menghargai

setiap pihak dalam persidangan.

2. Hakim Konstitusi harus mendengar keterangan dengan sabar dan menjawab dengan

sikap penuh pengertian.

3. Hakim Konstitusi harus tenang dalam memeriksa dan memutuskan perkara.

4. Hakim Konstitusi harus berwibawa dan bermartabat.

Etika Bisnis dan Profesi

Page 10: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

BAB IV

ANALISIS

Seorang Hakim Mahkamah Konstitusi merupakan pihak yang bertugas untuk

menciptakan sebuah keadilan di Negara Indonesia dengan keputusan-keputusan yang

diambilnya dalam sebuah sidang. Namun dalam menjalankan profesinya, Hakim Mahkamah

Konstitusi sering melakukan tindakan-tindakan yang melanggar Kode Etik dan Pedoman

Tingkah Laku Hakim Mahkamah Konstitusi. Hal tersebut yang saat ini sedang dialami oleh

Akil Mochtar, dalam menjalankan profesinya Akil Mochtar sering melakukan pelanggaran-

pelanggaran terhadap Kode Etik dan Pedoman Tingkah Laku Profesinya.

Berikut merupakan hasil analisis kasus-kasus mengenai pelanggaran yang dilakukan

oleh Akil Mochtar, berdasarkan Kode Etik dan Pedoman Tingkah Laku Hakim Mahkamah

Konstitusi.

Analisis Kasus 1

Kasus Mengenai Penanganan Sengketa Pilkada

Berdasarkan Kasus Penanganan Sengketa Pilkada Banyuasin dimana Akil Mochtar

menetapkan putusan tanpa melalui rapat permusyawaratan hakim dan diduga menggunakan

kewenangannya sebagai hakim untuk melakukan tindakan tersebut, menunjukkan bahwa Akil

Mochtar telah melakukan pelanggaran kode etik. Pada bulan September 2013, MK menggelar

rapat terbatas guna membahas tindakan Akil yang mengirim surat ke Menteri dalam negeri

untuk mengganjal pelantikan Bupati Banyuasin. Namun pada akhirnya MK mengeluarkan

surat penetapan yang berbunyi tahapan Pilkada Banyuasin telah dipenuhi dan dapat

dilanjutkan sesuai Undang-Undang yang berlaku.

Atas tindakannya tersebut, Akil Mochtar dianggap melanggar :

1. Prinsip Independensi : dalam pengambilan keputusan, ia terpengaruh oleh pihak lain

yang menginginkan keuntungan dari Jabatan Akil Mochtar. Hal tersebut ditunjukkan

bahwa Akil telah menerima janji imbalan berupa keuntungan ekonomi (suap) dari

salah satu pihak berperkara atas beberapa kasus sengketa Pilkada.

Etika Bisnis dan Profesi

Page 11: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

2. Prinsip Ketakberpihakan : Akil dianggap melanggar prinsip ini karena dalam

melaksanakan pemeriksaan hingga membuat keputusan ia tidak bertindak netral

kepada kedua pihak berperkara, namun ia hanya mementingkan pihak yang memberi

keuntungan ekonomi bagi dirinya. Keputusan itu memang nantinya akan

menguntungkan bagi pihak yang menyuap, namun merugikan pihak lawannya.

3. Prinsip Integritas : prinsip ini dilanggar oleh Akil karena ia telah melakukan

perbuatan yang tercela, tidak jujur, dan tidak adil dalam kasus sengketa Pilkada dan

Tindak Pidana Pencucian Uang. Misalnya saja dia menerima suap dari Yan Anton

Ferdian dan Chairun Nisa.

4. Prinsip Kesetaraan : Akil melanggar prinsip kesetaraan karena dalam melaksanakan

tugasnya, ia tidak memberikan perlakuan yang sama terhadap semua pihak yang

terlibat, sehingga tidak mewujudkan keadilan bagi pihak yang tidak memberi suap.

5. Prinsip Kepantasan dan Kesopanan : Akil melanggar prinsip ini karena ia telah

memberikan kesempatan pada orang lain untuk memanfaatkan kewibawaan

Mahkamah untuk kepentingan dirinya.

Analisis Kasus 2

Rekening dan Transaksi Tak Wajar yang Dimiliki Akil Mochtar

Akil diduga menerima setoran tunai dan transfer antar bank dari Susi Tur Andayani

selaku kuasa hukum pihak berperkara. Selain itu Akil terlibat dalam Tindakan Pencucian

Uang dalam perusahaan atas nama isterinya Ratu Rita (CV Ratu Sumagat) dan tindakan

dimana Akil menyimpan uang didalam tembok ruang karaokenya.

Atas tindakannya tersebut, Akil Mochtar dianggap melanggar :

1. Prinsip Independensi : Akil tidak menerapkan prinsip Independensi dalam

menjalankan tugasnya hal tersebut dikarenakan Akil diduga menerima suap berupa

setoran tunai dan transfer antar bank dari Susi Tur Andayani selaku kuasa hukum

pihak berperkara dan pihak-pihak lain yang berperkara di MK. Sehingga

keputusannya sebagai seorang hakim tidak independen.

2. Prinsip Ketakberpihakan : Akil berpihak pada orang-orang yang telah menyuap

dirinya (condong ke satu pihak) sehingga keputusan yang ia ambil tidak berdasarkan

fakta yang sebenarnya dan hukum yang berlaku.

Etika Bisnis dan Profesi

Page 12: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

3. Prinsip Integritas : Akil dianggap melanggar prinsip ini karena dalam menjalankan

tugasnya dan kehidupan kesehariannya, ia berperilaku tidak jujur.

4. Prinsip Kepantasan dan Kesopanan : Akil melanggar prinsip ini karena ia telah

memberikan kesempatan pada orang lain untuk memanfaatkan kewibawaan

Mahkamah untuk kepentingan dirinya.

Analisis Kasus 3

Narkotika yang dimiliki Akil Mochtar

Akil Mochtar terbukti menjadi tersangka pada saat ia ditemukan menyimpan beberapa

barang haram berupa 3 linting ganja utuh dan 1 bekas pakai, serta 2 pil inex ungu dan hijau.

Atas tindakannya tersebut, Akil Mochtar dianggap melanggar :

1. Prinsip Integritas : prinsip ini dilanggar karena Akil sudah melakukan perbuatan

yang tercela dengan menjerumuskan dirinya kedalam barang haram Narkotika.

2. Prinsip Kepantasan dan Kesopanan : Dia tidak seharusnya bertindak melawan

Undang-Undang dengan terbukti memiliki Narkotika. Hal tersebut akan

memperburuk citranya sebagai Hakim Mahkamah Konstitusi, serta merendahkan

martabat dan mencemarkan nama baik teman sejawatnya. Dia sebagai sosok teladan

yang seharusnya patuh terhadap hukum, juga tidak memberikan contoh yang baik

bagi masyarakat.

Analisis Kasus 4

Akil Mochtar Pelesir ke Luar Negeri

Berdasarkan kasus ini, Akil dianggap tidak menyadari dan tidak bertanggung jawab

atas profesinya sebagai Hakim Mahkamah Konstitusi. Hal tersebut dibuktikan pada saat Akil

kerap kali berpergian ke Luar Negeri dengan ajudan dan sopirnya tanpa memberitahukan

kepergiannya kepada Sekretaris Jendral Mahkamah Konstitusi, termasuk kepergiannya ke

Singapura, 21 September 2012 untuk menemui Atut dan Wawan. Pada awalnya memang Akil

Etika Bisnis dan Profesi

Page 13: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

menyangkal hal tersebut, namun setelah diusut lebih lanjut Akil terbukti menerima suap atas

kasus sengketa pilkada oleh Wawan dan Atut.

Atas tindakannya tersebut, Akil Mochtar dianggap melanggar :

1. Prinsip Independensi : Akil melanggar prinsip Independensi karena ia ternyata

bertemu dengan Atut dan Wawan di Singapura, dan diduga terjadi suap kepada Akil

Mochtar.

2. Prinsip Ketakberpihakan : Akil Mochtar selalu berhubungan baik secara langsung

maupun tidak langsung dengan pihak berperkara, yaitu Atut dan Wawan tepatnya di

Singapura.

3. Prinsip Integritas : Akil dinilai telah memberikan keputusan yang bias (condong

terhadap satu pihak) karena adanya kasus suap tersebut dan ia tidak jujur perihal

maksud dan tujuannya berpergian ke Singapura.

4. Prinsip Kecakapan dan Keseksamaan : Akil dianggap melanggar prinsip ini karena

Akil tidak mengutamakan tugas dan kewajibannya, serta dia sebagai seorang Hakim

Mahkamah Konstitusi tidak memiliki jiwa mengabdi seutuhnya terhadap profesi

Hakim tersebut. Dibuktikan dengan caranya berpergian ke Luar Negri tanpa izin dan

meninggalkan tugas yang seharusnya ia kerjakan.

Analisis Kasus 5

Terkait Kepemilikan Mobil-Mobil Mewah Akil Mochtar

Atas kepemilikan mobil-mobil mewah Akil, KPK menduga bahwa mobil-mobil

tersebut memiliki keterkaitan dengan kasus dugaan suap pengurusan sengketa Pilkada

Gunung Mas dan Lebak.

Atas tindakannya tersebut, Akil Mochtar dianggap melanggar :

1. Prinsip Independensi : Akil melanggar prinsip Independensi karena ia termakan oleh

bujuk rayu (suap) dari pihak-pihak dalam kasus sengketa Pilkada Gunung Mas dan

Lebak sehingga ia dapat membeli tiga mobil mewah dalam kurun waktu yang singkat.

Etika Bisnis dan Profesi

Page 14: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

2. Prinsip Ketakberpihakan : Selain melanggar Independensi, ternyata Akil juga

melanggar prinsip Ketakberpihakan. Hampir sama dengan Independensi, akibat suap

yang diberikan oleh pihak-pihak tertentu Akil menjadi lebih berpihak kepada mereka

dan tidak memikirkan keadilan bagi pihak lawannya.

3. Prinsip Integritas : Akil mengaku bahwa ketiga mobil yang dimilikinya tersebut

berasal dari pekerjaannya selama ini, namun bukti-bukti yang ada memperkuat bahwa

mobil tersebut berasal dari suap pihak-pihak yang berperkara. Selain itu Akil

melanggar prinsip ini karena ia telah memerintahkan sopirnya untuk menerima dan

membelanjakan uang hasil dari suap.

4. Prinsip Kepantasan dan Kesopanan : Akil melanggar prinsip ini karena salah satu

mobil mewahnya yaitu Toyota Crowne Athlete tidak didaftarkan ke Ditlantas Polda

Metro Jaya. Hal tersebut ia lakukan untuk menutupi asal usul perolehan dana untuk

memperoleh mobil mewah tersebut dalam waktu yang relatif singkat.

Analisis Kasus 6

Mobil Akil Menggunakan Nama Orang Lain untuk Menghindari Pajak Progresif

Akil Mochtar menggunakan nama sopirnya Daryono sebagai nama pemilik

Mercedes Benz S 350 miliknya. Namun hal tersebut sangatlah tidak etis, terutama bagi

seorang Hakim Mahkamah Konstitusi.

Atas tindakannya tersebut, Akil Mochtar dianggap melanggar :

1. Prinsip Integritas : Akil dianggap telah melanggar prinsip ini karena dia sebagai

Hakim Mahkamah Konstitusi bersikap tidak jujur karena telah memalsukan identitas

kepemilikan mobil mewah miliknya untuk menghindari pemungutan pajak progresif.

2. Prinsip Kepantasan dan Kesopanan : Prinsip ini dilanggar oleh Akil karena ia

mengatasnamakan sopirnya dalam hal kepemilikan mobil mewah miliknya. Hal

tersebut digunakan untuk menutupi harta kekayaannya pribadinya dari publik.

3. Prinsip Kearifan dan Kebijaksanaan : Akil dianggap tidak atau kurang bijaksana

dalam mengambil keputusan untuk mengatasnamakan mobilnya dengan nama sopir

Etika Bisnis dan Profesi

Page 15: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

pribadinya, dimana ia telah melakukan tindakan melawan hukum untuk menghindari

Pajak Progresif.

Etika Bisnis dan Profesi

Page 16: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

BAB V

KESIMPULAN

Keadilan itu hanya ada bagi orang yang memiliki uang dan juga mental masyarakat

Indonesia terutama pihak pemegang kekuasaan masih mental “material” karena tidak

mengabdi sepenuhnya pada suatu tanggung jawab yang seharusnya mereka pegang. Namun

kelompok kami juga mengapresiasi adanya KPK sebagai suatu lembaga pemberantasan

tindak korupsi.

Seperti halnya Hakim Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, dimana ia terjerat kasus

seperti suap dengan beberapa pihak, gratifikasi, kongkalikong permasalahan beberapa

sengketa pilkada, menyembunyikan harta kekayaan, tindakan pencucian uang, dan lain

sebagainya.

Berdasarkan hasil analisis kami, ternyata ketujuh prinsip telah dilanggar oleh Akil

Mochtar dalam kasus-kasus yang menjeratnya, seperti :

1. Prinsip Independensi : nampak dalam kasus penanganan sengketa pilkada

Banyuasin dan Gunung Mas karena dalam memutuskan perkara Akil terpengaruh oleh

pihak-pihak yang memberikan ia suap. Selain itu kasus Rekening dan Transaksi tak

wajar yang dimiliki oleh Akil Mochtar, kasus Akil berpergian ke Singapura pun juga

melanggar prinsip ini karena ia terpengaruh oleh pihak-pihak seperti Atut dan

Wawan. Dalam kepemilikan tiga mobil mewah Akil melanggar prinsip Independensi

karena ia termakan oleh bujuk rayu (suap) dari pihak-pihak dalam kasus sengketa

Pilkada.

2. Prinsip Ketakberpihakan : nampak dalam kasus sengketa pilkada dimana Akil lebih

berpihak kepada orang yang memberikannya keuntungan ekonomi. Selain itu dalam

kasus Rekening dan Transaksi tak wajar dimana Akil diduga menerima setoran tunai

dan transfer antar bank dari Susi Tur Andayani selaku kuasa hukum pihak berperkara.

Kasus Akil berpergian ke Singapura pun juga telah melanggar prinsip ini karena ia

telah berpihak dan bersekongkol dengan Atut dan Wawan. Dalam hal kepemilikan

mobil mewah, Akil juga telah melanggar prinsip ini karena ia lebih memihak orang

yang menyuap dirinya sehingga pada akhirnya ia dapat membeli tiga mobil mewah

dalam kurun waktu yang relatif singkat.

Etika Bisnis dan Profesi

Page 17: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

3. Prinsip Integritas : berdasarkan keenam kasus tersebut, Akil dianggap tidak

memiliki integritas yang tinggi karena ia sebagai Hakim Mahkamah Konstitusi tidak

dapat menegakkan kejujuran, keadilan, martabat, dan kesetiaannya pada tugas.

4. Prinsip Kepantasan dan Kesopanan : keenam kasus Akil dianggap telah melanggar

prinsip kepantasan dan kesopanan karena ia telah memberikan kesempatan pada orang

lain untuk memanfaatkan kewibawaan Mahkamah untuk kepentingan dirinya. Selain

itu tidaklah pantas bagi Akil untuk menyimpan Narkotika di ruang kerjanya dan tidak

mau menerima pembatasan-pembatasan yang berlaku bagi dirinya sebagai Hakim

Mahkamah Konstitusi. Dalam hal lain, Akil juga telah menyamarkan kekayaan

pribadinya agar tidak diketahui oleh publik.

5. Prinsip Kesetaraan : nampak dalam kasus sengketa pilkada Banyuasin dan Gunung

Mas, dimana Akil tidak menyetarakan semua pihak yang berperkara, melainkan hanya

condong ke pihak yang memberikan keuntungan bagi dirinya.

6. Prinsip Kecakapan dan Keseksamaan : nampak dalam kasus Akil sering berpergian

ke Luar Negeri tanpa diketahui oleh beberapa pihak, karena Akil tidak mengutamakan

tugas dan kewajibannya, serta dia sebagai seorang Hakim Mahkamah Konstitusi tidak

memiliki jiwa mengabdi seutuhnya terhadap profesi Hakim tersebut.

7. Prinsip Kearifan dan Kebijaksanaan : nampak dalam kasus sengketa pilkada

Banyuasin dan Gunung Mas dimana ia mengeluarkan pendapat diluar persidangan

atas perkara yang ia tangani. Selain itu nampak dalam kasus penggunaan nama orang

lain untuk menghindari pajak progresif, karena ia kurang bijaksana dalam mengambil

keputusan untuk mengatasnamakan mobilnya dengan nama sopir pribadinya, dimana

ia telah melakukan tindakan melawan hukum untuk menghindari Pajak Progresif.

Dengan terjadinya kasus-kasus tersebut, Akil Mochtar terbukti melanggar ketentuan

pasal 23b Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah

Konstitusi yang menyatakan bahwa seorang Hakim Konstitusi akan diberhentikan dengan

tidak hormat apabila melakukan perbuatan tercela. Menurut kelompok kami, seharusnya Akil

Mochtar segera mengakui keterlibatannya atas dugaan suap beberapa kasus sengketa Pilkada.

Hal tersebut harus dilakukan oleh Akil,karena lama kelamaan pasti Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) akan mengetahui kebenaran kasus-kasus tersebut. Kesediaan Akil dalam

mengakui kesalahannya juga tentu akan mempermudah KPK dalam mengusut kasus-kasus

tersebut. Selain itu tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Akil Mochtar yang tentunya

Etika Bisnis dan Profesi

Page 18: Etbis_kelas 04_tugas Paper Akhir_kelompok 1

telah merugikan banyak pihak, perlu diusut lebih lanjut dan hukuman yang pantas harus

diberikan pada Akil Mochtar.

Dalam menjalankan profesinya, seseorang harus patuh terhadap Kode Etik dan

Pedoman Tingkah Laku untuk menjaga kehormatan dan martabat bagi dirinya, terutama bagi

nama baik (citra) profesinya sendiri. Dengan begitu masyarakat juga akan tetap percaya dan

menghormati segala bentuk profesi yang ada, serta dapat menjadikan segala profesi yang ada

sebagai teladan dalam kehidupannya untuk menjadi masyarakat yang lebih baik.

Etika Bisnis dan Profesi