ETBIS NO 2 BAB 11

3
Aspek-Aspek Etis dari Korporasi Multinasional Kami setuju dengan pernyataan bahwa korporasi multinasional adalah perusahaan yang mempunyai investasi langsung dalam dua Negara atau lebih. Karena memiliki kekuatan ekonomis yang sering kali sangat besar dan karena beroperasi di berbagai tempat yang berbeda dan sebab itu mempunyai mobilitas tinggi, korporasi multinasional menimbulkan masalah- masalah etis sendiri. Menurut kami, Negara-negara berkembang telah mengambil berbagai tindakan untuk melindungi diri dari cengkeraman korporasi multinasional, seperti : Tidak mengizinkan masuk korporasi multinasional yang bisa merusak atau melemahkan suatu industry dalam negeri. Mengizinkan korporasi multinasinal membuka usaha di wilayahnya, jika dan hanya jika mayoritas saham (sekurang-kurangnya 51%) dimiliki oleh warga Negara setempat. Selain itu, terdapat usaha internasional yang dibentuk untuk membuat kode etik bagi kegiatan korporasi-korporasi multinasional di dunia ketiga seperti “Guidelines for Multinational Enterprises” dari OECD. Menurut De George, ada sepuluh aturan etis yang terpenting bagi korporasi multinasional dalam hubungan bisnisnya dengan Negara berkembang, diantaranya adalah : 1. Koorporasi multinasional tidak boleh dengan sengaja mengakibatkan kerugian langsung. 2. Koorporasi multinasional harus menghasilkan lebih banyak manfaat daripada kerugian bagi negara dimana mereka beroperasi. 3. Dengan kegiatannya korporasi multinasional itu harus memberi kontribusi kepada pembangunan negara dimana dia beroperasi. 4. Koorporasi multinasional harus menghormati HAM dari semua karyawannya.

description

etika bisnis

Transcript of ETBIS NO 2 BAB 11

Aspek-Aspek Etis dari Korporasi MultinasionalKami setuju dengan pernyataan bahwa korporasi multinasional adalah perusahaan yang mempunyai investasi langsung dalam dua Negara atau lebih. Karena memiliki kekuatan ekonomis yang sering kali sangat besar dan karena beroperasi di berbagai tempat yang berbeda dan sebab itu mempunyai mobilitas tinggi, korporasi multinasional menimbulkan masalah-masalah etis sendiri. Menurut kami, Negara-negara berkembang telah mengambil berbagai tindakan untuk melindungi diri dari cengkeraman korporasi multinasional, seperti : Tidak mengizinkan masuk korporasi multinasional yang bisa merusak atau melemahkan suatu industry dalam negeri. Mengizinkan korporasi multinasinal membuka usaha di wilayahnya, jika dan hanya jika mayoritas saham (sekurang-kurangnya 51%) dimiliki oleh warga Negara setempat.Selain itu, terdapat usaha internasional yang dibentuk untuk membuat kode etik bagi kegiatan korporasi-korporasi multinasional di dunia ketiga seperti Guidelines for Multinational Enterprises dari OECD. Menurut De George, ada sepuluh aturan etis yang terpenting bagi korporasi multinasional dalam hubungan bisnisnya dengan Negara berkembang, diantaranya adalah :1. Koorporasi multinasional tidak boleh dengan sengaja mengakibatkan kerugian langsung.1. Koorporasi multinasional harus menghasilkan lebih banyak manfaat daripada kerugian bagi negara dimana mereka beroperasi.1. Dengan kegiatannya korporasi multinasional itu harus memberi kontribusi kepada pembangunan negara dimana dia beroperasi.1. Koorporasi multinasional harus menghormati HAM dari semua karyawannya.1. Sejauh kebudayaan setempat tidak melanggar norma-norma etis, korporasi multinasional harus menghormati kebudayaan lokal itu dan bekerja sama dengannya, bukan menantangnya.1. Koorporasi multinasional harus membayar pajak yang fair1. Koorporsi multinasional harus bekerja sama dengan pemerintah setempat dalam mengembangkn dan menegakkan backgroud institutions yang tepat.1. Negara yang memiliki mayoritas sham sebuah perusahaan harus memikul tanggung jawab moral atas kegiatan dan kegagalan perusahaan tersebut.1. Jika suatu korporasi multinasional membangun pabrik yang berisiko tinggi, ia wajib menjaga supaya pabrik itu aman dan dioperasikan dengan aman.1. Dalam mengalihkan teknologi berisiko tinggi kepada negara berkembang, korporasi multinasional wajib merancang kembali sebuah teknologi demikian rupa, sehingga dapat dipakai dengan aman dalam negara yang belum berpengalaman.Masalah Korupsi pada Taraf InternasionalKorupsi dalam bisnis tentu tidak hanya terjadi pada taraf internasional, namun perhatian yang diberikan kepada masalah korupsi dalam literatur etika bisnis terutama diarahkan kepada konteks internasional.1. Skandal Suap Lockheed dan usaha mencegah terjadinya kasus serupaSekitar tahun 1970-an, produsen pesawat terbang Amerika Seikat Lockheed, terlibat dalam sejumlah kasus suap ketika mengusahakan pemasaran beberapa pesawatnya. Setelah ketahuan, semua kasus ini menimbulkan reaksi cukup hebat, baik di Negara tempat kejadian maupun di Amerika Serikat tempat produksi perusahaan Lockheed. Di Amerika Serikat, kasus suap Lockheed ini menjadi salah satu skandal bisnis paling menggemparkan yang dikenal dalam sejarah Amerika Serikat dan diperiksa oleh instansi kehakiman Amerika sampai detail-detail terkecilnya. Menurut sebuah laporan, antara tahun 1974 sampai 1976, sekurang-kurangnya 435 perusahaan di Amerika diketahui terlibat dalam pembayaran tidak regular kepada pejabat-pejabat atau partai politik di luar negeri. Dalam artian tertentu, Lockheed adalahkambing hitamdalam menentang suatu praktek yang tidak terbatas pada satu dua perusahaan saja. Usaha-usaha dalam rangka PBB membuat peraturan anti-korupsi yang akan diterima oleh semua korporasi multinasional sampai saat ini selalu gagal. Dari kasus suap Lockheed ini, kami menarik kesimpulan bahwa pencegahan yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi pada taraf internasional adalah dengan memberlakukan undang-undang yang jelas secara resmi terkait masalah korupsi dan melakukan sosialisasi secara internasional agar disetujui oleh pebisnis-pebisnis internasional.