ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA...

63
Mata Kuliah: Ekonometrika LAPORAN PENELITIAN PENUNJANG PEMBELAJARAN ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA PANJANG DI PROVINSI BALI Dibiayai dari Dana BOPTN Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Tahun Anggaran 2014 TIM PENELITI: Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS. (Ketua) Dr. Ida Bagus Purbadharmaja, SE., ME. (Anggota) JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2014

Transcript of ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA...

Page 1: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

Mata Kuliah: Ekonometrika

LAPORAN PENELITIAN PENUNJANG PEMBELAJARAN

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGAJANGKA PANJANG DI PROVINSI BALI

Dibiayai dari Dana BOPTN Fakultas EkonomiUniversitas Udayana Tahun Anggaran 2014

TIM PENELITI:

Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS. (Ketua)Dr. Ida Bagus Purbadharmaja, SE., ME. (Anggota)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANATAHUN 2014

Page 2: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Usulan : Estimasi Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang diProvinsi Bali

2. Ketua Peneliti :a. Nama Lengkap : Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS.b. Jenis Kelamin : Lakic. NIP : 19540429198303 1 002d. Pangkat/Gol : Pembina Utama Madya/ IVde. Jabatan fungsional : Guru Besarf. PS/Fakultas : Ekonomig. Alamat : Jl. Mekar I No. 33 Kepaon Indah, Dpsh. Telepon/E-mail : 08123953033/ [email protected]

4. Jumlah mahasiswa dilibatkan : 2 orang

5. Jumlah biaya yang diajukan : Rp 5.000.000 (Lima juta rupiah)

MengetahuiKetua Jurusan Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi Universitas Udayana

Denpasar, 15 Nopember 2014Kepala Proyek,

Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE, MSi19540429198303 1 002

Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE, MSi19540429198303 1 002

MenyetujuiDekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

Prof. Dr. I Gst Bagus Wiksuana, SE., MSNIP. 19610827198601 1 001

Page 3: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

iii

I. Identitas Penelitian

1. Judul Usulan : Estimasi Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang diProvinsi Bali

2. Ketua Peneliti :a. Nama Lengkap : Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS.b. Jenis Kelamin : Lakic. NIP : 19540429198303 1 002d. Pangkat/Gol : Pembina Utama Madya/ IVde. Jabatan fungsional : Guru Besarf. PS/Fakultas : Ekonomig. Alamat : Jl. Mekar I No. 33 Kepaon Indah, Dpsh. Telepon/E-mail : 08123953033/ [email protected]

3. Mahasiswa yang dilibatkan:

a. I Putu Arya Finkayana, NIM: 1206105069

b. Ni Kadek Dwi Kartika, NIM: 1206105071

4. Objek penelitian : PDRB menurut penggunaan Provinsi Bali dari tahun 1985 -2013

5. Masa pelaksanaan penelitian: 4 bulan

6. Anggaran yang diusulkan : Rp 5.000.000,-

7. Lokasi penelitian di Provinsi Bali

8. Hasil yang ditargetkan adalah model konsumsi jangka panjang Provinsi Bali.

9. Institusi lain yang terlibat tidak ada

Page 4: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena kami

telah dapat menyusun Laporan Penelitian Penunjang Pembelajaran di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Tahun 2014 yang berjudul Estimasi

Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi Bali. Dalam Laporan

Penelitian ini berisi pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil dan

pembahasan, serta kesimpulan dan keterbatasan penelitian.

Laporan ini disusun oleh tim peneliti, berdasarkan atas kajian data yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, dan sumber lainnya. Teknik

analisis yang digunakan adalah model regresi, yaitu Adaptive Expectation Model

(AEM).

Laporan penelitian ini tentunya masih kurang dari yang diharapkan.

Berkaitan dengan hal itu Tim sangat mengharapkan kritik dan saran serta masukan

dari semua pihak agar nantinya apa yang menjadi tujuan pendidikan dapat

dilaksanakan secara optimal.

Pada kesempatan ini Tim sangat berterimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu sehingga laporan ini dapat terwujud.

Denpasar, Nopember 2014Tim Peneliti

Page 5: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

v

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKAPANJANG DI PROVINSI BALI

ABSTRAK

Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator tingkatkesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah. Semakin tinggi pengeluaran untukkonsumsi barang dan jasa, maka makin tinggi pendapatan dan kesejahteraan keluargatersebut. Melalui effect multiplier, pengeluaran konsumsi dapat meningkatkanpendapatan masyarakat yang selanjutnya akan meningkatkan pengeluaran konsumsipada periode berikutnya.

Penelitian ini bertujuan fungsi konsumsi rumah tangga jangka panjang diProvinsi Bali. Data yang digunakan adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga danProduk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali dari tahun 1985 – 2013.Data selajutnya dianalisis dengan model Ekonometrika, yaitu Adaptive ExpectationModel (AEM). PDRB tahun berjalan dan pengeluaran konsumsi tahun sebelumnyaberpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi tahun berjalan. Model inimenunjukkan bahwa MPC jangka pendek lebih rendah dibandingkan dengan MPCjangka panjang.

Kata kunci: konsumsi rumah tangga, jangka panjang.

Page 6: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Judul Penelitian ......... ……………………………………………………… i

Halaman Pengesahaan ……………………………………………………… ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3

1.3. Manfaat Penelitian ................................................................................. 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Konsumsi ....................................................................................... 42.1.1 Hipotesis pendapatan absolut …………………………………… 6

2.1.2 Hipotesis Pendapatan Permanen ………………………………...7

2.1.3 Hipotesis Pendapatan Relatif …………………………………… 9

2.1.4 Teori Konsumsi Siklus Hidup ........................................................ 10

2.2. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Konsumsi ..................................... 13

2.3. Konsep Multiplier Effect .......................................................................15

BAB III. METODE PENELITIAN3.1. Lokasi Penelitian .....................................................................................

18

3.2. Waktu Penelitian .....................................................................................18

3.3. Teknik Analisis Data ...............................................................................18

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Orbitasi 27

4.2. Penduduk dan Ketenagakerjaan 28

4.3. Struktur Ekonomi 34

4.5. Struktur Tenaga Kerja 36

Page 7: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

vii

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN5.1. Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Bali

38

5.2. Perkembangan PDRB dan Pengeluaran Rumah Tangga di Provinsi Bali41

5.3. Pola Data PDRB dan Pengeluaran Rumah Tangga 43

5.4. Pola Pengeluaran Konsumsi Rumah Jangka Jangka di Provinsi Bali 45

4.5. Pola Pengeluaran Konsumsi Makanan Jangka Panjang Rumah Tanggadi Provinsi Bali 47

5.6. Pola Pengeluaran Konsumsi Bukan Makanan Jangka Panjang RumahTangga di Provinsi Bali 48

BAB VI. PENUTUP6.1. Simpulan 52

6.2. Saran dan Keterbatasan Penelitian 52

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 53

Lampiran-lampiran ...................................................................................... 55

Page 8: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

5.1. Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk MenurutSub Kelompok Makanan dan Klasifikasi Daerah, Provinsi Bali,Tahun 2013 .....................................................................................

38

5.2. Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk MenurutSub Kelompok Bukan Makanan dan Klasifikasi Daerah, ProvinsiBali, Tahun 2013 .............................................................................

40

5.3. Hasil Pengujian Stasioner Variabel Penelitian dengan metodeAugmented Dicky Fuller Test .........................................................

44

5.4. Hasil Pengujian Kointegrasi dengan Metode Johansen antaravariabel PDRB dengan masing-masing variabel bebas ..................

45

5.5. Koefesien Regresi dan Hasil Pengujian Pengaruh PDRB danPengeluaran Konsumsi Tahun Sebelumnya terhadap PengeluaranKonsumsi Tahun Berjalan di Provinsi Bali, Tahun 1986 – 2013

45

5.6. Koefesien Regresi dan Hasil Pengujian Pengaruh PDRB danPengeluaran Konsumsi Makanan Tahun Sebelumnya terhadapPengeluaran Konsumsi Makanan Tahun Berjalan di ProvinsiBali, Tahun 1986 – 2013 .................................................................

47

5.7. Koefesien Regresi dan Hasil Pengujian Pengaruh PDRB danPengeluaran Konsumsi Makanan Tahun Sebelumnya terhadapPengeluaran Konsumsi Makanan Tahun Berjalan di ProvinsiBali, Tahun 1986 – 2013 ................................................................

49

5.8. Ringkasan Marginal propensity to consume (MPC) Jangka PendekDan Jangka Panjang Serta Penyesuaian Waktu PerubahanKonsumsi Rumah Tangga di Provinsi Bali, Tahun 1986 – 2013 ....

50

Page 9: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali, Tahun 1985 – 2013 …. 2

2.1. Kurve Teori Konsumsi Keynes …………………………………… 7

2.2. Kurve Teori Konsumsi Hipotesis Pendapatan Relatif ……………. 10

2.3. Kurve Teori Konsumsi Hipotesis Siklus Hidup ………………….. 11

3.1. Perbedaan Parameter Dua Model Regresi ....................................... 21

5.1. Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk MenurutSub Kelompok Makanan di Provinsi Bali, Tahun 2013 .................

39

5.2. Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk MenurutSub Kelompok Makanan di Provinsi Bali, Tahun 2013 .................

40

5.3. Perkembangan PDRB, Pengeluaran Rumah Tangga,pengeluaran Rumah Tangga untuk Makanan dan Bukan Makanandi Provinsi Bali Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000, Tahun1985 – 2013 ....................................................................................

41

5.4. Persentase Pengeluaran Rumah Tangga Terhadap PDRB,Persentase Pengeluaran Rumah Tangga untuk Makanan danBukan Makanan Terhadap Total Pengeluaran di Provinsi BaliBerdasarkan Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 1985 – 2013 .......

42

Page 10: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator

tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah. Sesuai dengan teori Keynes

(Mankiw, 2007 dan Gordon, 2010) bahwa semakin tinggi pengeluaran untuk

konsumsi barang dan jasa, maka makin tinggi pendapatan dan kesejahteraan

keluarga tersebut.

Tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat pula dikatakan membaik

apabila proporsi pendapatan yang digunakan untuk mengkonsumsi non makanan.

Pergeseran pola pengeluaran untuk konsumsi dari makanan ke non makanan dapat

dijadikan indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan anggapan

bahwa setelah kebutuhan makanan telah terpenuhi, kelebihan pendapatan akan

digunakan untuk pengeluaran konsumsi bukan makanan antara lain untuk

tabungan atau investasi.

Dumairy (1996) menyebutkan bahwa pengeluaran rumah tangga untuk

barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

untuk anggota rumah tangga tersebut juga disebut pendapatan yang dibelanjakan.

Bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut tabungan (saving), dan

apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara

dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat pada suatu

daerah atau negara.

Pentingnya analisis konsumsi masyarakat tidak saja untuk mengetahui

tingkat kesejahteraan masyarakat, tetapi dengan mengetahui perilaku konsumsi

masyarakat juga akan diketahui efek pengganda atau multiplier dari pengeluaran

itu sendiri. Efek pengganda tersebut didefinisikan sebagai suatu angka

pelipatgandaan dari pendapatan sebagai akibat dari adanya tambahan pengeluaran

konsumsi.

Keynes (dalam Samuelson, 2004 dan Abel, 2001) mengatakan bahwa

adanya tembahan pengeluaran konsumsi autonon agregat akan menyebabkan

Page 11: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

2

meningkatnya output wilayah. Angka banding peningkatan output atas

peningkatan konsumsi tersebut dalam ilmu ekonomi disebut angka pengganda.

Dalam jangka panjang pola konsumsi cenderung berubah. Hal ini

disebabkan karena kebutuhan hidup manusia selalu berkembang sejalan dengan

tuntutan zaman, tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup saja, akan tetapi

juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti kebutuhan pakaian, rumah,

pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya sejalan dengan peningkatan

pendapatan dan juga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berkaitan dengan hal itu, pola pegeluaran konsumsi dapat dianalisis secara

jangka pendek dan jangka panjang. Teori konsumsi Keynes umumnya disebut

teori konsumsi jangka pendek, karena hanya menghubungkan antara konsumsi

saat ini dengan pendapatan saat ini. Di lain pihak, teori konsumsi Friedman yang

menghubungkan konsumsi dengan pendapatan permanen disebut teori konsumsi

jangka panjang, karena tingkat pendapatan yang dihubungkan tidak saja

pendapatan saat ini juga pendapatan sebelumnya.

Konsumsi rumah tangga memiliki peranan penting dalam analisis

perekonomian secara makro. Konsumsi rumah tangga dipercaya menjadi salah

satu penyelamat perekonomian Indonesia khususnya Bali pada saat krisis global

melanda. Permintaan domestik, dalam hal ini konsumsi rumah tangga, menjadi

pangsa pasar produksi dalam negeri disaat permintaan luar negeri melemah.

Peranan konsumsi rumah tangga dalam perekonomian terbilang cukup tinggi. Di

banyak negara, pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatan

nasional.

Konsumsi rumahtangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi

kegiatan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Konsumsi seseorang

berbanding lurus dengan pendapatannya (Sukirno,2003:338). Semakin besar

pendapatan seseorang, maka akan semakin besar pula pengeluaran konsumsi.

Perbandingan besarnya pengeluaran konsumsi terhadap tambahan pendapatan

adalah hasrat marjinal untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to

Consume/MPC). Sedangkan besarnya tambahan pendapatan dinamakan hasrat

marjinal untuk menabung (Marginal to Save/MPS).

Page 12: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

3

Pada pengeluaran konsumsi rumahtangga terdapat konsumsi minimum

bagi rumahtangga tersebut, yakni besarnya pengeluaran konsumsi yang harus

dilakukan, walaupun tidak ada pendapatan. Pengeluaran konsumsi rumahtangga

ini disebut pengeluaran konsumsi otonom (autonomous consumption). Keputusan

rumah tangga mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam

jangka p e n d e k maupun jangka panjang. Keputusan konsumsi sangat penting

untuk analisis jangka panjang karena peranannya dalam pertumbuhan ekonomi.

Pada konteks lain, teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif

menjelaskan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama

oleh tingginya pendapatan terbesar yang pernah dicapainya. Pendapatan

berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk

konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa

mengurangi besarnya tabungan (saving).

Apabila pendapatan bertambah, maka konsumsi mereka juga akan

bertambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan

bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat

pendapatan tertinggi yang telah kita capai terpenuhi kembali. Sesudah puncak

dari pendapatan sebelumnya telah dilewati, maka tambahan pendapatan akan

banyak yang menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi,

sedangkan dilain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat (Reksoprayitno,

2000).

Di Provinsi Bali laju pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan Produk

Domestik Regional Bruto dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2012 rata-rata

5,96 persen. Berdasarkan Gambar 1.1 terlihat bahwa ekonomi Provinsi Bali dapat

dijelaskan bahwa selama periode tersebut pertumbuhan tertinggi sebesar 9,30

terjadi pada tahun 1993 ketika sebelumnya mengalami sedikit pelambatan pada

tahun 1992 ketika terjadi pertempuran di kawasan Timur Tengah. Pada tahun

1998 ketika krisis moneter laju ekonomi Provinsi Bali mengalami kontraksi

(pertumbuhan yang negatif) sebesar 4 persen. Apabila digunakan cutoff krisis

moneter tahun 1998 laju pertumbuhan sebelum krisis moneter memiliki rata-rata

8,14 persen, sedangkan setelah itu rata-rata 4,74 persen.

Page 13: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

4

Gambar 1.1Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali, Tahun 1985 - 2013

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

1985 1990 1995 2000 2005 2010 2013

Pert

umbu

han

Ekon

omi (

%)

Sumber: BPS Provinsi Bali, 1990, 1995, 2000, 2005, 2010, 2014

Adanya pertumbuhan ekonomi seperti itu menyebabkan terjadi pergeseran

struktur ekonomi. Tambunan (2001) mengatakan bahwa dari sisi permintaan

perubahan struktur ekonomi disebabkan oleh adanya pertumbuhan ekonomi yang

selanjutnya menyebabkan meningkatnya pendapatan per kapita atau daya beli

masyarakat. Di samping memperbesar permintaan barang-barang yang ada juga

memperbesar pasar bagi barang-barang baru nonmakanan. Perubahan ini

selanjutnya akan menggairahkan pertumbuhan industri-industri baru di satu pihak

dan di pihak lain meningkatkan laju pertumbuhan output industri-industri atau

sektor-sektor ekonomi. Berdasarkan uraian sebelumnya masalahnya adalah:

“Bagaimana Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi Bali”.

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk menganalisis model konsumsi jangka panjang Provinsi Bali selama

tahun 1985 – 2013.

2) Untuk menganalisis model konsumsi makanan jangka panjang Provinsi Bali

selama tahun 1985 – 2013.

Page 14: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

5

3) Untuk menganalisis model konsumsi bukan makanan jangka panjang Provinsi

Bali selama tahun 1985 – 2013.

1.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan

pemahaman mahasiswa mengenai pemanfaatan metode ekonomitrika untuk

menganalisis data ekonomi makro.

Page 15: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Konsumsi

Teori Konsumsi Keynes pada tahun 1936 dalam The General Theory

menggambarkan bahwa análisis pengeluaran konsumsi selalu dihubungkan

dengan pendapatan, artinya pengeluaran konsumsi meningkat ketika pendapatan

naik (Samuelson, 2004). Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat

laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan pendapatan yang

dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan pendapatan yang dibelanjakan

untuk bukan makanan. Hubungan pengeluaran konsumsi dengan berbagai

pendapatan digambarkan dalam ekonomi makro adalah fungsi konsumsi. Fungsi

konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat pengeluaran konsumsi dengan

tingkat pendapatan pribadi yang siap dibelanjakan. Konsep Keynes ini didasarkan

hipotesis bahwa ada hubungan empiris yang stabil antara konsumsi dengan

pendapatan. Secara nasional konsumsi merupakan komponen dari pendapatan

nasional. Rumusan pendapatan nasional menurut Samuelson (2004):

GNP = C + I + G + NX ...................................................................... (2.1)

dimana, GNP (Gross National Product) adalah pendapatan, C adalah konsumsi, I

adalah investasi, G adalah pengeluaran pemerintah, dan NX menunjukkan ekspor

netto (Mankiw, 2007; Gordon, 2000; Sukirno, 2008).

Perhitungan pendapatan nasional terdapat beberapa perkiraan yang tidak

termasuk di dalamnya antara lain nilai pekerjaan rumah tangga yang dikerjakan

sendiri, pembayaran tunjangan bagi penganggur, pensiunan, orang jompo,

kegiatan ilegal atau perjudian, dan pembayaran retribusi pada negara.

Dari aspek pendapatan nasional dapat dirumuskan (Gordon, 2010):

GNP = C + S + T + (X – M) ...............................................................(2.2)

dimana, GNP (Gross National Product) adalah pendapatan, C adalah konsumsi, S

adalah tabungan, T adalah pajak, dan X-M menunjukkan ekspor dikurangi impor.

Page 16: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

7

Khusus pengeluaran konsumsi dibedakan menjadi pengeluaran konsumsi rumah

tangga (C) dan pengeluaran pemerintah (G). Keynes menggambarkan hubungan

pola pengeluaran konsumsi berbanding lurus dengan pendapatan. Hal ini

dinyatakan dengan persamaan:

Fungsi konsumsi: C = Ca + b. Y....................................................... (2.3)

dimana, C adalah konsumsi masyarakat riil, Ca adalah konsumsi rumah tangga

ketika pendapatan keluarga nol (Y = 0), b adalah hasrat konsumsi marginal, dan Y

adalah pendapatan nasional riil. Keseimbangan makroekonomi secara tidak

langsung memberikan gambaran mengenai kesempatan kerja dan pengangguran

yang terwujud dalam perekonomian. Teori klasik berkeyakinan perekonomian

selalu mencapai kesempatan kerja penuh (Lindauer, 1971; Mangkusubroto, 1998;

Sukirno, 2008).

Hipotesis yang mempengaruhi konsumsi dikemukakan oleh beberapa

peneliti seperti, James Duesenberry (1949), Milton Friedman (1957), Franco

Modligiani (1963) dalam (Denburg, 1976). Menurut Keynes, pengeluaran

konsumsi riil yang dilakukan oleh sektor rumah tangga ditentukan terutama oleh

besarnya pendapatan riil keluarga tersebut. Sisa pendapatan keluarga yang tidak

dikonsumsi merupakan tabungan. Selain faktor utama tadi, ada juga faktor

demografis, jumlah anggota keluarga, umur, jenis kelamin, kekayaan, status

sosial, dan faktor lainnya yang menentukan komposisi dan perilaku pengeluaran

konsumsi.

Keadaan ekonomi keluarga juga dipengaruhi oleh faktor-faktor antara

lain pertama, jumlah kekayaan yang dimiliki, keluarga yang mempunyai

kekayaan lebih banyak cenderung melakukan konsumsi lebih banyak

dibandingkan dengan keluarga yang tidak mempunyai kekayaan walaupun

mempunyai pendapatan yang sama. Jumlah kekayaan ini termasuk juga jaminan

hari tua seperti asuransi, tabungan atau bunga deposito, dan pendapatan dari

saham. Kedua, seseorang akan mengeluarkan pendapatan untuk konsumsi dari

pendapatan rata-rata yang akan diperoleh pada masa datang dibandingkan dengan

pendapatan yang diterima saat ini (Denburg, 1976).

Page 17: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

8

Berdasarkan konsep pendapatan yang berkembang saat ini untuk tujuan

pengeluaran konsumsi dengan berbagai hipotesis berikut.

2.1.1 Hipotesis pendapatan absolut (Absolut Income).

Konsep ini pertama kali diciptakan oleh John Maynard Keynes (1936)

mengatakan jumlah pengeluaran konsumsi perlu memperhatikan variabel

kemakmuran, tingkat bunga, dan distribusi pendapatannya (Denburg, 1976).

Pengeluaran konsumsi lebih banyak dikeluarkan oleh seseorang yang mempunyai

kekayaan bersih lebih banyak walaupun jumlah pendapatannya sama. Kekayaan

bersih adalah selisih antara semua kekayaan yang dimiliki dikurangi utang atau

kewajiban yang harus dibayar. Peranan suku bunga terhadap pengeluaran

konsumsi secara teori menunjukkan bahwa naiknya suku bunga akan mendorong

konsumen untuk menambah pengeluaran konsumsi yang ada sekarang sampai

pada tingkat pendapatan yang lebih baik untuk menambah tabungannya. Hal ini

bertujuan untuk persiapan setelah pensiun atau membiayai orang tua di kemudian

hari. Jadi tidak semua masyarakat akan menambah tabungan walaupun ada

kenaikan tingkat suku bunga.

Keynes mengatakan bahwa kecenderungan konsumsi marginal (Marginal

Propensity to Consume/MPC) kelompok masyarakat kaya lebih rendah daripada

masyarakat miskin sebaliknya kecenderungan menabung marginal (Marginal

Propensity to saving/MPS) kelompok masyarakat miskin lebih kecil daripada

masyarakat kaya. Pengeluaran konsumsi akan meningkat jika dilakukan distribusi

pendapatan dari kelompok masyarakat kaya ke kelompok masyarakat miskin

sebanyak selisih kecenderungan konsumsi marginal dikalikan dengan nilai

distribusi pendapatan.

Menurut Keynes, terdapat hubungan antara pengeluaran konsumsi dan

pendapatan nasional dimana pengeluaran konsumsi dan pendapatan nasional

dinyatakan dalam tingkat harga konstan. Pendapatan nasional yang terjadi saat ini,

bukan pendapatan nasional yang lalu ataupun yang diramalkan (Mankiw, 2007).

Dalam bentuk grafis, fungsi konsumsi Keynes, seperti pada Gambar 2.1.

Page 18: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

9

Gambar 2.1Kurve Teori Konsumsi Keynes

Sumber: Mankiw, 2007

Berdasarkan Gambar 2.1 kurve konsumsi berbentuk garis lengkung dan

memotong sumbu vertikal. Apabila menggambarkan kurve konsumsi berbentuk

garis lurus, hal ini hanyalah untuk menyederhanakan saja. Berpotongan dengan

sumbu vertikal berarti bahwa nilainya pasti positif dan dalam bentuk persamaan

perpotongan ini disimbolkan dengan Co.

2.1.2 Hipotesis Pendapatan Permanen (Permanent Income Hypothesis)

Teori konsumsi hipotesis pendapatan permanen yang dikembangkan oleh

Milton Friedman dalam bukunya A Theory of Consumption Function, mengatakan

pendapatan dibagi dua jenis, yaitu: pendapatan permanen (permanent income) dan

pendapatan sementara (transitory income) (Denburg, 1976). Pendapatan permanen

merupakan bentuk pendapatan yang diterima secara periodik dan jumlahnya dapat

diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan gaji. Pendapatan sementara

merupakan bentuk pendapatan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.

Pendapatan sementara ini dapat berbentuk tambahan (bonus dan menang lotre)

ataupun berbentuk pengurangan, misalnya biaya pengobatan sakit yang tiba-tiba

pada pendapatan permanen. Pengeluaran konsumsi seseorang dipengaruhi oleh

pendapatan permanen secara proporsional. Apabila terjadi kenaikan pendapatan

Page 19: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

10

sementara yang positif (positive transitory income), maka pengeluaran

konsumsinya juga akan mengalami kenaikan, begitu pula sebaliknya.

Friedman menjelaskan teori hipotesis pendapatan permanen tadi memulai

dari anggapan bahwa konsumen bersikap ekspektasi rasional sesuai pendapat Hall

dalam mengalokasikan pendapatan yang diperoleh semasa hidupnya diantara

kurun waktu yang dihadapinya serta menghendaki pola konsumsi yang kurang

lebih merata dari waktu ke waktu. Menurut teori ini, konsumsi permanen

konsumen mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan

pendapatannya. Dalam bentuk persamaan dapat dituliskan:

Cp = k Yp

dimana, Cp adalah konsumsi permanen; Yp adalah pendapatan permanen; k

adalah angka konstan. k atau angka konstan menunjukkan bagian atau proporsi

pendapatan permanen yang dikonsumsi yang nilainya antara nol sampai satu (0 <

k < 1). Nilai k ini relatif stabil dan merupakan fungsi dari suku bunga (r), selera

konsumen (u), dan rasio antara kekayaan menusiawi dan kekayaan non manusiawi

(w), hubungan ini dapat dituliskan berikut: k = f (r, u, w) fungsi utilitasnya

homothetic sehingga rumah tangga akan memilih konsumsi optimal yang

sebanding dengan umur teknis dan sumber-sumber yang dimiliki.

Konsep ini memperkuat hasil penelitian Yan Wang (1995) masyarakat

China menunjukkan pendapatan permanen sangat tergantung pada (gaji dan

bonus), pendapatan tidak rutin (hadiah dan tunjangan), dan faktor-faktor lain

seperti pendidikan, jenis pekerjaan, pengalaman pekerjaan diukur umur, status

pekerjaan, dan domisili kepala keluarga. Kesimpulan Yan Wang bahwa

masyarakat China pendapatan permanen dibentuk oleh variabel diatas sehingga

kemakmuran yang dicapai melalui pendapatan permanen.

2.1.3 Hipotesis Pendapatan Relatif (The Relative Income)

Teori hipotesis pendapatan relatif dikemukakan pertama kali oleh

Duesenberry (1949) seorang ekonom Amerika dalam bukunya Income, Saving

and Theory of consumer Behavior. Menurut teori ini, pola konsumsi seseorang

ditentukan terutama oleh pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Apabila

Page 20: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

11

pendapatan berkurang pada periode tertentu, konsumen tidak akan banyak

mengurangi pengeluaran konsumsi, untuk menutupnya, mereka mengurangi

tabungannya.

Dalam jangka panjang konsumsi berubah secara proporsional dengan

pendapatan, akan tetapi dalam jangka pendek konsumsi berubah dalam proporsi

yang lebih kecil dari perubahan pendapatan. Selain tingkat pendapatan, kondisi

lingkungan disekitar tempat tinggal konsumen juga mempengaruhi pola konsumsi

seorang konsumen. Seseorang akan selalu berusaha hidup seperti tetangganya,

maka ketika pendapatan turun, maka tidak akan menurunkan konsumsinya seperti

apabila pendapatannya naik, tetapi akan mempertahankan tingkat konsumsinya

tidak terlalu jauh dengan tingkat konsumsi tertinggi yang pernah dicapainya.

Pola konsumsi jangka pendek akan menunjukkan hubungan tingkat

konsumsi dan pendapatan, tetapi dalam jangka panjang konsumsi akan berubah

secara proporsional dengan perubahan pendapatan. Bila kurve konsumsi jangka

pendek digambarkan bersamaan dengan kurve konsumsi jangka panjang,

bentuknya akan menyerupai gergaji. Teori Duesenberry tentang efek lingkungan

tempat tinggal konsumen terhadap pola konsumsi ini disebut dengan Ratchet

Effect atau efek gergaji dan hipotesisinya disebut dengan hipotesisi pendapatan

relatif. Bentuk kurve Duesenberry ini adalah sebagai pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan awal adalah sebesar

OYA kemudian mengalami peningkatan sehingga konsumsi akan meningkat pula

pada proporsi yang sama dari A ke B di sepanjang kurve konsumsi jangka

panjang. Apabila pendapatan turun, konsumen tidak akan menurunkan

konsumsinya melalui fungsi konsumsi jangka panjang ke A, tetapi penurunannya

melalui titik B bila pendapatannya naik lagi, konsumen tidak akan meningkatkan

konsumsinya secara proporsional, tetapi justru bergerak dari C ke B untuk

mengembalikan tabungannya yang diambil selama pendapatannya turun. Jika

pendapatannya masih meningkat, barulah konsumen akan meningkatkan

konsumsinya sebanding dengan meningkatnya pendapatan. Dengan demikian

terjadilah efek gergaji seperti Gambar 2.2.

Page 21: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

12

Gambar 2.2Kurve Teori Konsumsi Hipotesis Pendapatan Relatif

Sumber: Mankiw, 2007

Hasil studi Duesenberry, konsumsi tergantung dari penghasilan saat ini

dan penghasilan tertinggi tahun sebelumnya. Perilaku konsumsi seseorang akan

tergantung pula dengan perilaku konsumsi lingkungannya. Pandangan ini

diperkuat oleh J.Tobin melalui pendekatan kebiasaan menabung, yaitu dua

keluarga yang memiliki pendapatan sama akan menabung dalam jumlah yang

berbeda.

2.1.4 Teori Konsumsi Siklus Hidup (Life Cycle).

Teori konsumsi dengan memperhatikan pola pengeluaran individu selama

hidupnya oleh Albert Ando, Richard Brumberg dan Franco Modligiani (Branson,

1979). Teori ini mencoba menjelaskan tentang perilaku konsumsi berdasarkan

pada umur dalam siklus hidupnya. Secara umum, siklus hidup dibagi menjadi tiga

tahapan, yaitu usia 0 – 15 tahun sebagai usia belum produktif, usia 16 – 60 tahun

sebagai usia produktif, dan usia diatas 60 tahun sebagai usia tidak produktif. Pada

usia produktif, pendapatannya akan naik diikuti dengan tabungan untuk

mengantisipasi masa pensiun. Menurut Modligiani (1963), perubahan pendapatan

sepanjang hidup mengikuti perubahan harapan penghasilan di masa depan. Bentuk

kurve siklus hidup sebagaimana terlihat pada Gambar 2.3.

Page 22: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

13

Gambar 2.3Kurve Teori Konsumsi Hipotesis Siklus Hidup

Sumber: Mankiw, 2007

Berdasarkan Gambar 2.3 terdapat sumbu vertikal menunjukkan

pengeluaran konsumsi (C) dan besarnya pendapatan (Y), sedangkan sumbu

horizontal menunjukkan fungsi dari waktu ke waktu. Y merupakan kurve

pendapatan dan C merupakan kurve konsumsi. Pada siklus I, dimulai dari usia nol

tahun. Setelah dilahirkan, membutuhkan pengeluaran untuk konsumsi, seperti

untuk susu, pakaian, biaya dokter, dan lain sebagainya.

Disisi lain, ketika pendapatan nol maka pengeluaran lebih besar daripada

pendapatan sehingga terjadi dissaving. Setelah melalui tahap B dimana orang

tersebut sudah memasuki usia produktif dan memasuki fase angkatan kerja

(labour force) sehingga dapat menghasilkan pendapatan. Pada tahap II, dapat

membiayai konsumsinya dan dapat menabung (saving) apabila pendapatan lebih

besar daripada konsumsinya. Seiring dengan waktu, tingkat pendapatan

meningkat sampai dengan puncaknya di titik t dan setelah itu mengalami

penurunan sampai akhirnya mencapai tahap III. Pada tahap III ini, kembali

mengalami dissaving karena memasuki usia nonproduktif.

Dalam analisisnya, teori ini menggunakan asumsi bahwa konsumen

bersikap rasional. Artinya, konsumen berusaha memaksimalkan kepuasan dari

Page 23: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

14

aliran pendapatan yang diterimanya selama fase tertentu dengan batasan anggaran

(budget constraint). Sumber pendapatan menurut Ando-Brumberg dan Modligiani

dibedakan menjadi dua sumber pendapatan, yaitu tenaga kerja sebagai sumber

labour income, dan kekayaan sebagai sumber property income. Dari dua sumber

pendapatan tersebut, dapat dibuat suatu fungsi konsumsi dalam persamaan.

Ct = c YLt + c At

dimana, C adalah jumlah pengeluaran konsumsi; YL adalah labour income

atau pendapatan dari tenaga kerja; A adalah kekayaan bersih konsumen; c adalah

marginal propensity to consume; t adalah waktu.

Konsep ini memperkuat hasil penelitian Pemberton (1997) menemukan

ketidak pastian pendapatan pada masa depan sangat mempengaruhi pilihan

konsumsi. Temuan lain juga ditemukan Pemberton bahwa properties sangat

mempengaruhi pola konsumsi, terutama pada masyarakat miskin. Engel (1957)

dalam Boediono dan McCawley (1984), mengenai pengaruh penghasilan terhadap

konsumsi rumah tangga. Namun konsumsi rumah tangga juga dipengaruhi oleh

beberapa indikator seperti jumlah anggota keluarga, umur, jenis kelamin,

domisili, asal usul dan agama dari anggota keluarga, jumlah aktiva lancar yang

dipegang dan harga dari barang-barang (asset). Hasil penelitian Engel di Belgia

temuannya bahwa penghasilan yang dikeluarkan untuk membeli makanan

berkurang dengan naiknya penghasilan. Penelitian empiris yaitu hubungan

fungsional, bukan antara penghasilan dengan konsumsi (makanan), tetapi juga

untuk barang-barang lain keperluan rumah tangga selain makanan.

Selanjutnya, memperkuat hasil penelitian Malucio et al. (1999)

mengatakan pengaruh modal sosial terhadap pengeluaran rumah tangga di Afrika

Selatan. Menggunakan data panel tahun 1993 dan 1998 untuk instrumen modal

sosial menggunakan beberapa variabel lag modal sosial tahun 1993, rata-rata

pendidikan, umur kepala rumah tangga di kuadratkan dengan jumlah total

kelompok dalam masyarakat. Hasil analisis dengan menggunakan metode OLS

(Ordinary Least Square) dari data tahun terpisah (1993 dan 1998) mereka

menemukan bahwa tahun 1993 modal sosial rumah tangga dan modal sosial

Page 24: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

15

masyarakat tidak berpengaruh positif terhadap pengeluaran rumah tangga.

Sebaliknya tahun 1998 bahwa modal sosial rumah tangga meningkat 10 persen

dan masyarakat mampu meningkatkan pengeluaran rumah tangga sebesar 1,2

persen.

Pengeluaran untuk konsumsi barang bertujuan untuk menyediakan

kebutuhan rumah tangga saat ini, sedangkan pengeluaran untuk barang-barang

investasi bertujuan meningkatkan standar hidup untuk tahun-tahun mendatang.

Investasi adalah komponen pendapatan nasional yang mengkaitkan masa kini dan

masa depan. Pengeluaran investasi memainkan peranan penting tidak hanya pada

pertumbuhan jangka panjang namun juga siklus bisnis jangka pendek karena

investasi merupakan unsur pendapatan nasional yang paling sering berubah

(Mankiw, 2007).

2.2. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Konsumsi

Adanya anggapan bahwa pengeluaran konsumsi ditentukan oleh

pendapatan hanyalah bersifat untuk menyederhanakan analisis. Dalam

kenyataannya, pengeluaran konsumsi dipengaruhi oleh faktor yang bersifat

ekonomi, sosial, dan budaya. Faktor yang ikut menentukan besar kecilnya

pengeluaran konsumsi suatu masyarakat berikut.

1) Distribusi pendapatan nasional. Apabila besarnya MPC seluruh masyarakat

sama, maka bagaimanapun distribusi pendapatan tidak akan berpengaruh

terhadap fungsi konsumsi masyarakat tersebut. Dalam kenyataannya tidak ada

satu negarapun di dunia yang distribusi pendapatannya sama dan marata antar

penduduk. Biasanya penduduk yang berpendapatan tinggi MPC-nya lebih

rendah daripada penduduk yang berpendapatan rendah. Dengan demikian

kebijakan pemerintah yang bertujuan memeratakan distribusi pendapatan akan

mengakibatkan naiknya MPC masyarakat. Bentuk kurve pengaruh pendapatan

terhadap konsumsi, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.4.

Page 25: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

16

Gambar 2.4Kurve Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi

Sumber: Suparmono, 2004

Gambar 2.4 menjunjukkan C merupakan kurve konsumsi sebelum

adanya kebijakan distribusi pendapatan dan C’ adalah kurve konsumsi setelah

kebijakan distribusi pendapatan. Dengan tingkat pendapatan nasional sebesar

y pengeluaran konsumsi masyarakat sebelum kebijakan distribusi pendapatan

adalah Oc dan setelah kebijakan distribusi pendapatan adalah Oc’. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa untuk memerankan distribusi pendapatan,

dapat dicapai dengan menggunakan sistem pajak progresif.

2) Jumlah kekayaan masyarakat dalam bentuk alat likuid. Dengan asumsi tingkat

pendapatan sama, semakin banyak alat likuid yang ada dalam masyarakat,

maka semakin besar pengeluaran konsumsi masyarakat tersebut dibandingkan

dengan keadaan masyarakat yang memiliki alat likuid lebih sedikit.

3) Banyak barang konsumsi tahan lama. Kepemilikan barang-barang tahan lama

(consumers durables) akan mempengaruhi pengeluaran masyarakat untuk

konsumsi. Pengaruh kepemilikan barang tahan lama terhadap pengeluaran

konsumsi adalah mengurangi pengeluaran masyarakat, menambah

pengeluaran masyarakat, dan barang tahan lama biasanya harganya relatif

mahal.

4) Kebijakan finansial perusahaan.

Page 26: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

17

5) Ramalan masyarakat akan perubahan harga di masa datang. Harapan konsumen

mengenai perubahan harga di masa akan datang sangat berpengaruh dalam

pola pengeluaran konsumsi. Apabila konsumen memperkirakan akan terjadi

kenaikan harga di masa yang akan datang, maka konsumen tersebut akan

meningkatkan permintannya atas barang dan jasa tersebut melebihi yang

dibutuhkan walaupun pendapatannya tetap. Sebaliknya apabila konsumen

memperkirakan akan terjadi penurunan harga di masa datang, maka konsumen

tersebut akan menunda untuk membeli barang dan jasa yang dibutuhkan.

2.3. Konsep Multiplier Effect

Keynes menunjukkan bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah

mendorong adanya kenaikan pendapatan yang lebih besar, yaitu ΔY lebih besar

dari ΔG. Multiplier effect pada pengeluaran pemerintah sebagai rasio antara

kenaikan pendapatan dengan kenaikan pengeluaran pemerintah. Keynes

mengatakan bahwa multiplier effect lebih tinggi pada saat masyarakat lebih

banyak mengkonsumsi. Besarnya angka multiplier effect menggambarkan

perbandingan jumlah pertambahan atau pengurangan pendapatan nasional dengan

jumlah pertambahan atau pengurangan pengeluaran agregat yang telah

menimbulkan perubahan pendapatan nasional (Mankiw, 2007; Samuelson, 2004;

Sukirno, 2008).

Proses ini berlangsung terus menerus hingga tidak terjadi kelebihan

pengeluaran agregat, keadaan ini menciptakan tingkat keseimbangan

perekonomian. Untuk mengetahui besarnya pertambahan pendapatan nasional

yang diakibatkan oleh pertambahan sejumlah pengeluaran tertentu. (Samuelson,

2004; Mankiw, 2007) model multiplier effect digunakan persamaan:

ΔY= (ΔC+ΔI+ΔG +ΔX)..................................................................... (2.4)

dimana, ΔY adalah pertambahan pendapatan nasional dari proses multiplier, MPC

(marginal propensity to consume) adalah kecenderungan konsumsi marjinal dan

ΔC, ΔI, ΔG, ΔX (tambahan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan

tambahan ekspor). Angka multiplier effect (kc) konsumsi adalah perubahan

pendapatan terhadap perubahan konsumsi yang diproksikan dengan perubahan

Page 27: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

18

autonomons consumption/konsumsi ketika pendapatan nol, yang besarnya dengan

formula (Samuelson, 2004; Mankiw, 2007; Sukirno, 2008):

kc = = .................................................................................(2.5)

Pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi juga lebih tinggi.

Ketika pengeluaran meningkat maka ada tambahan pendapatan, itu juga

meningkatkan konsumsi, yang selanjutnya meningkatkan pendapatan kemudian

meningkatkan konsumsi, dan seterusnya. Mankiw dalam model ini kenaikan

pengeluaran menyebabkan kenaikan pendapatan yang lebih besar. Menurut

Arsyad (2010) adalah:

k = ..................................................................... (2.6)

dimana: k adalah kenaikan pendapatan dari suatu kegiatan ekonomi yang baru

didalam masyarakat, MPC1 adalah proporsi pendapatan daerah yang dibelanjakan

di daerah dan PSY adalah bagian dari pengeluaran daerah yang menghasilkan

pendapatan bagi daerah.

Pola Hubungan pengeluaran konsumsi dengan pendapatan atau fungsi

konsumsi Keynes, menunjukkan fungsi konsumsi dengan tiga alasan yang diduga

Keynes. Pertama, kecenderungan mengkonsumsi marjinal (MPC), c adalah antara

nol dan satu, ketika pendapatan naik menyebabkan konsumsi dan tabungan

meningkat. Dengan kata lain MPC sebagai perbandingan diantara pertambahan

konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposibel (ΔY).

Menurut Mankiw (2007) dan Sukirno (2008), dihitung dengan formula:

dY

CMPC

.................................................................................... (2.7)

Kedua, kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (Average Propensity to

Consume/APC) turun ketika pendapatan naik. Dengan kata lain APC sebagai

perbandingan di antara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan

disposebel (Yd). Menurut Mankiw (2007) dan Sukirno (2008), dihitung dengan

formula:

Page 28: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

19

dYAPC

....................................................................................... (2.8)

Ketiga, konsumsi ditentukan oleh pendapatan sekarang (Mankiw, 2007 dan

Sukirno, 2008).

Menurut Keynes adalah fungsi konsumsi jangka pendek, digambarkan

sebagai garis lurus, C menunjukkan perpotongan garis vertikal dan b merupakan

kemiringan fungsi konsumsi. Bahwa fungsi konsumsi ini menunjukkan tiga alasan

Keynes, yaitu pertama, karena MPC, b adalah antara nol dan satu, sehingga

pendapatan tinggi menyebabkan konsumsi dan tabungan tinggi juga. Kedua, APC

meningkat ketika Y meningkat, dan turun dan Y turun. Ketiga, tingkat bunga

tidak dimasukkan dalam persamaan sebagai determinan konsumsi. Jadi fungsi

Konsumsi Keynes (Sukirno, 2008).

C = a + b Yd ...................................................................................... (2.9)

dimana, a adalah konstanta atau autonomous consumption (pengeluaran konsumsi

ketika pendapatan nol atau Yd=0). b adalah MPC (perbandingan atau rasio di

antara pertambahan konsumsi/ΔC dan pertambahan pendapatan disposebel/ΔY),

dan Yd adalah pendapatan dispossable atau pendapatan yang siap dikonsumsi.

2.6. Penelitian Sebelumnya

Isyani dan Hasmarini (2005) meneliti tentang konsumsi di Indonesia tahun

1989-2002 (Tinjauan terhadap hipotesis Keynes dan Post Keynes). Hasilnya

menunjukkan bahwa berdasarkan model PAM, elastisitas jangka panjang lebih

besar dari jangka pendek. Artinya elastisitas jangka panjang tidak dipengaruhi lagi

oleh pengeluaran konsumsi sebelumnya. Pendapatan Nasional berpengaruh

terhadap hutang luar negeri Indonesia. Suku bunga riil dan konsumsi sebelumnya

berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi di Indonesia.

Khairani (2009) meneliti tentang determinan konsumsi masyarakat di

Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan Pendapatan Nasional berpengaruh

positif dan signifikan terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia dengan nilai

MPC sebesar 0,431. Inflasi mempunyai hubungan yang positif terhadap variabel

Page 29: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

20

konsumsi masyarakat. Tingkat suku bunga deposito berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia. Sumbangan pengeluaran

konsumsi masyarakat terhadap PDB adalah yang terbesar dengan porsi sebesar

60%.

Mullen (1978) dalam penelitiannya terhadap keluarga petani di wilayah

New South Wales pada periode 1968/69 – 1975/76 dengan model partial

adjustement menemukan bahwa dalam jangka pendek (satu tahun) MPC keluarga

petani relative rendah, pada rentangan 0,13 – 0,16, sedangkan MPC jangka

panjang antara 0,19 – 0,25.

Chow (2011) dalam paper yang merupakan hasil penelitiannya dengan

judul “A Model for National Income Determination in Taiwan”, menemukan

model konsumsi jangka panjang di Taiwan dengan menggunakan data makro dari

1951 – 2010 adalah Ct = 24106,1 + 0,641 C t-1 + 0,275 Yt dengan R2 = 0.9992.

Hasil penelitian ini mendukung teori pendapatan permanen dari Friedman.

Page 30: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

21

BAB III.

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Data Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Bali dengan memanfaatkan data

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali dari tahun 1985 sampai dengan

tahun 2013 menurut penggunaan yang dipublikasikan oleh Badan Statistik

Provinsi Bali dalam beberapa terbitan. Oleh karena data PDRB Provinsi Bali dari

tahun 1985 sampai dengan tahun 2013 dalam bentuk harga konstan yang

berbeda, yang atas harga konstan 1983, 1993, dan 2000, maka dalam penelitian

ini semuanya dikonversikan menjadi harga konstan tahun 2000.

3.2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan diperkirakan memakan waktu selama 4

(enam) bulan, yaitu dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2014. Tahapan

penelitian mulai dari pengumpulan data utama dan pendukung, sampai dengan

penyusunan laporan akhir.

3.3. Teknik Analisis Data

Untuk membuat model konsumsi jangka panjang Provinsi Bali selama

periode waktu tahun 1985 – 2013 digunakan model regresi berganda. Sesuai

dengan tujuan penelitian, dalam penelitian ini akan dibuat model regresi, yaitu

Adaptive Expectation Model (AEM). Oleh karena data yang digunakan merupakan

data runtut waktu yang cukup panjang, yaitu dari tahun 1985 sampai dengan

2013 atau selama 29 tahun, maka dalam penelitian ini sebelum data dianalisis

regresi dilakukan analisis validitas data runtut waktu, yaitu berupa analisis

kstasioneran dan kointegrasi.

1) Adaptive Expectation Model (AEM)

Untuk menyelesaikan tujuan penelitian pertama, yaitu memperoleh model

konsumsi jangka panjang dalam penelitian ini digunakan model harapan adaptif.

Model harapan adaptif atau Adaptive Expectation Model dikembangkan oleh

Page 31: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

22

Cagan dan Friedman (Gujarati, 2010). Model ini dibuat berangkat dari hipotesis

perilaku (behavioral hypotesis) bahwa nilai dari Y pada suatu periode t tidak

tergantung dari nilai aktual dari X pada periode t, tetapi terhadap nilai harapan

”harapan” atau nilai ”permanen” dari X pada periode t, yang dinotasikan dengan

Xt*, yang dapat dipostulasikan dalam model sebagai berikut:

Yt = βo + β1 X*t + μt ……………………………………….….(3.1)

Dimana:Y = konsumsiX* = harapan pendapatan dalam jangka panjangμ = error term

Persamaan (3.1) mempostulasikan bahwa konsumsi adalah fungsi daripada

pendapatan (expected income). Karena variabel harapan X tidak terobservasi

secara langsung, maka dibuat hipotesis bagaimana ekspektasi atau harapan

dibentuk, yaitu:

X*t - X*

t-1 = γX*t - X*

t-1 ..............................................................(3.2)

dimana γ sedemikian rupa 0 < γ < 1 disebut coefficient of expectation.

Hipotesis (3.2) dikenal dengan sebutan adaptive expectation hypothesis,

progressive expectation hypothesis, atau error learning hypothesis, yang

dipopulerkan oleh Cagan dan Friedman. Persamaan (3.2) mengandung implikasi

bahwa masyarakat akan menyesuaikan ekspektasi mereka dalam konsumsinya

dengan pengalaman konsumsi masa lain dan mereka akan belajar dari

kesalahannya. Lebih spesifik, persamaan (3.2) menyatakan bahwa ekspektasi

pendapatan direvisi setiap periode oleh nilai sebesar γ, yang merupakan gap antara

nilai variabel masa kini dengan nilai ekspektasi masa lalu. Cara lain untuk

menuliskan persamaan (3.2) adalah sebagai berikut:

X*t = γX*

t + (1 – γ) X*t-1 …………………………………..…..(3.3)

X*t menunjukkan bahwa nilai ekspektasi pendapatan pada periode t adalah

rata-rata tertimbang daripada nilai aktual pendapatan pada tahun t dan nilai

ekspektasinya pada periode sebelumnya, dengan timbangan masing-masing y dan

Page 32: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

23

(1-y). Apabila y=1, maka X*t = Xt, berarti ekspektasi pcndapatan terealisasi

secepatnya dan sepenuhnya, yaitu pada periode yang sama. Tetapi, apabila y=0,

maka X*t=Xt-i, berarti bahwa ekaspektasi pendapatan adalah statis, yaitu kondisi

yang terjadi saat kini akan dipertahankan pada periode berikutnya. Nilai

ekspektasi yang akan datang teridentifikasi dengan nilai saat kini. Dengan

mensubstitusi persamaan (3.3) ke persamaan (3.1), diperoleh:

Yt = βo + β1 [γX*t + (1 – γ) X*

t-1 ] + μt

Yt = βo + β1 γX*t + β1 (1 – γ) X*

t-1 + μt ………………………(3.4)

dengan melag-kan persamaan (3.1) satu perode dan mengalikannya dengan

(1-y), kemudian mengurangkannya dari persamaan (3.4) akan diperoleh:

Yt = γβo + γβ1Xt + (1 – γ) Yt-1 + μt - (1 – γ) μt-1

Yt = γβo + γβ1Xt + (1 – γ) Yt-1 + υt ..............................................(3.5)

Dimana υt = μt - (1 – γ) μt-1

Persamaan (3.5) berbeda dengan persamaan (3.1) dalam hal pada

persamaan (3.1) mengukur rata-rata reaksi konsumsi (Y) terhadap satu unit

perubahan dalam X*, atan nilai jangka panjang X. Pada persamaan (3.5), γβ1

mengukur rata-rata respon Y terhadap satu unit perubahan dalam nilai actual X.

Respon ini tidak akan sama, kecuali γ = 1, yaitu nilai X saat kini dan nilai jangka

panjang X adalah sama.

2) Analisis Validitas Data Runtut Waktu

Analisis ini bertujuan untuk memvalidasi data yang digunakan, dan

dilakukan sebelum analisis regresi. Data runtun waktu yang cukup panjang

umumnya memiliki kecendrungan menaik (trend), sehingga tidak stasioner.

Apabila dua atau lebih data runtun waktu yang yang memiliki trend diregresikan,

kemungkinan akan terjadi kointegrasi atau dapat menghasilkan hubungan yang

semu (spurious regression). Oleh karena itu data runtun waktu apabila digunakan

untuk peramalan jangka panjang, maka perlu dianalisis keseimbangannya jangka

panjang melalui uji kestasioneran dan kointegrasi (cointegration test).

Page 33: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

24

a) Uji Kestasioneran Data

Data bersifat stasioner adalah data dengan perilaku data yang memiliki

varians yang tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati

nilai rata-ratanya. Beberapa cara menguji kestasioneran data diantaranya adalah

dengan: 1) metode grafik, 2) correlogram, dan 3) dengan metode akar unit (unit

root test).

Dengan Correlogram dan Autocorrelation Function (ACF), melihat

kestasioneran data runtun waktu dapat dilakukan dengan melihat nilai

autocorrelation (AC). Untuk proses yang white noise, maka nilai autocorrelation

pada berbagai lag akan mempunyai nilai yang mendekati nol. Pengujian dilakukan

dengan joint hypothesis bahwa semua koefisien autokorelasi sampai lag tertentu

secara simultan sama dengan nol. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan Q

statistik yang dikembangkan oleh Box dan Pierce yang didefinisikan sebagai

berikut:

m

kknQ

1

2 …………………………………………………(3.7)

Dimana n = sample size dan m = panjang lag. Q statistik sering digunakan

untuk menguji apakah data time seri dalam kondisi white noise atau tidak. Dengan

menggunakan sample besar, distribusi Q statistik mendekati distribusi chi-square

dengan degree of freedom sebesar m. Varian dari Box-Pierce Q statistik

diperbaiki oleh Ljung-Box yang dikenal dengan (LB) statistic yang didefinsikan:

mm

k

k

knnnLB 2

1

2

)2(

……......…………....…..(3.8)

Nilai Q dan LB statistic pada sample besar mengikuti distribusi Chi-square

dengan derajat bebas m, tetapi LB statistic lebih baik dari pada Q statistic untuk

sample kecil.

Konsep terkini yang banyak dipakai untuk menguji kestasioneran data

runtun waktu adalah uji akar unit (unit root test) atau dikenal juga dengan uji

Augmented Dickey Fuller (ADF). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa data

bersifat stasioner adalah data dengan perilaku yang memiliki varians yang tidak

Page 34: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

25

terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya.

Dalam hal ini persamaan yang digunakan adalah:

(Yt - Yt-1) = ρ Yt -1 - Yt-1 + μt ……………………………………..(3.9)

= (ρ – 1) Yt-1 + μt

Atau dapat ditulis:

Δ Yt = δYt-1 + μt ………………………………….......(3.10)

Dimana: δ = (ρ – 1)dan Δ adalah first difference

Teknik pengujian adalah dengan membuat regresi antara ΔYt (first

different) dan Yt-1 sehingga akan didapat koefisien regresinya, yaitu δ. Regresi

metode yang sama secara parsial juga akan dilakukan terhadap semua variabel

independen yang digunakan. Jika tidak signifikan berarti, maka data tidak

stationer.

b) Uji Kointegrasi

Beberapa metode lain yang dapat digunakan untuk menguji kointegrasi

yaitu: 1) metode Engel dan Granger, 2) uji Cointegrating Regression Durbin

Watson (CRDW), dan 3) uji Johansen. Metode terkini yang banyak digunakan

adalah uji Johansen.

(1) Uji Kointegrasi dengan metode Engel dan Granger (EG)

Seperti halnya uji kointegrasi dengan metode uji akar unit (unit root test)

atau metode Augmented Dickey Fuller (ADF), langkah awal dari metode

Engel dan Granger (EG) juga membuat regresi pasangan variabel yang

akan diuji seperti persamaan (3.10) untuk mendapatkan resusidualnya.

Selanjutnya residual tersebut diuji dengan metode Dickey-Fuller (DF) dan

Augmented Dickey-Fuller (ADF), yang dapat dirumuskan:

Δ et = β1 et-1 ..............................................................................(3.11)

Δ et = β2 et-1 +

p

iti e

2)11( .......................................................(3.12)

Nilai β1 dan β2 menunjukkan nilai statistic DF dan ADF, yang selanjutnya

dibandingkan dengan nilai kritisnya. Apabila nilai DF dan ADF lebih

besar dari nilai kritisnya, berarti data yang dianalisis berkointegrasi.

Page 35: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

26

(2) Uji Kointegrasi dengan metode CRDW

Untuk mengetahui suatu pasangan variabel berkointegrasi ataukah tidak

juga dapat dilakukan dengan menggunakan Cointegrating Regression

Durbin Watson (CRDW). Dalam hal ini pengunjian dilakukan dengan

menggunakan d statistik yang muncul dari hasil perhitungan uji kelayakan

model. Namun dalam pengujian ini hipotesis nol yang diuji adalah d = 0,

tidak Ho = 2 seperti dalam pengujian autokorelasi. Nilai kritis yang

dipakai dikembangkan oleh Sargan dan Bhargava. Jika nilai d hitung lebih

besar dari nilai kritisnya, berarti bahwa pasangan data yang diuji

berkointegrasi.

3) Uji Kointegrasi dengan metode Johansen

Uji kointegrasi dengan metode Johansen sangat banyak digunakan pada

berbagai penelitian. Metode ini menerapkan model autoregresif dengan

order p. Ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji likelihood ratio

(LR). Jika nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR, maka pasangan

data yang dianalisis berkointegrasi, jika lebih kecil tidak berkointegrasi.

Sebagai catatan dalam penelitian ini uji kointegrasi hanya digunakan

metode Engel dan Granger (EG).

Page 36: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

27

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Orbitasi

Provinsi Bali merupakan salah satu dari 33 provinsi di Indonesia yang

memiliki luas wilayah sebesar 5.636,66 km2 atau 0,29 persen dari luas wilayah

Indonesia. Provinsi Bali terdiri dari satu pulau utama, yaitu Pulau Bali dan

beberapa pulau kecil lainnya, seperti Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan,

Pulau Nusa Lembongan, Pulau Serangan dan Pulau Menjangan. Berdasarkan hasil

Sensus Penduduk tahun 2010, penduduk Bali tercacat sebanyak 3.890.757 jiwa

dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 690 jiwa/km2 dan laju pertumbuhan

penduduk jika dibandingkan hasil Sensus Penduduk tahun 2000 mencapai rata-

rata 2,15 persen per tahun.

Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi 8 kabupaten, 1 kota, 57

kecamatan, 716 desa/kelurahan, 1.453 desa pekraman, dan 4.295

dusun/lingkungan. Luas wilayah jika terbagi menurut kabupaten/kota, maka

Kabupaten Buleleng memiliki luas terbesar yaitu 1.365,88 km2, dan terkecil

adalah Kota Denpasar dengan luas wilayah sebesar 127,78 km2, seperti yang

disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1.Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota, Jumlah Kecamatan, Jumlah

Desa/Kelurahan Di Provinsi Bali, Tahun 2013

No Kabupaten/KotaLuas Wilayah

(km2)Jumlah

KecamatanJumlah Desa

1 Jembrana 841,80 5 512 Tabanan 839,33 10 1333 Badung 418,52 6 624 Gianyar 368,00 7 705 Klungkung 315,00 4 596 Bangli 520,81 4 727 Karangasem 839,54 8 788 Buleleng 1.365,88 9 1489 Denpasar 127,78 4 43

Jumlah 5.636,66 57 716

Sumber: BPS Provinsi Bali, tahun 2013

Page 37: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

28

4.2. Penduduk dan Ketenagakerjaan

Sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Bali

tahun 2010 sebanyak 3.890.757 jiwa, yang terdiri dari 1.961.384 jiwa laki-laki

dan 1.929.409 jiwa wanita, dengan sex ratio sebesar 102 persen.

Tabel 4.2Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio Dan Kepadatan

Penduduk Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun 2010

Penduduk tahun 2010 (jiwa)No Kabupaten LuasWilayah

(km2) Laki-laki PerempuanLaki-Laki+Perempuan

SexRatio

Kepadatan(jiwa/km2)

1 Jembrana 841,80 130.062 131.576 261.638 99 3112 Tabanan 839,33 209.308 211.605 420.913 99 5013 Badung 418,52 277.536 265.796 543.332 104 1.2984 Gianyar 368,00 237.493 232.284 469.777 102 1.2775 Klungkung 315,00 84.503 86.040 170.543 98 5416 Bangli 520,81 109.109 106.244 215.353 103 4137 Karangasem 839,54 198.650 197.837 396.487 100 4728 Buleleng 1.365,88 311.394 312.731 624.125 100 4579 Denpasar 127,78 403.293 385.296 788.589 105 6.171

Jumlah 5.636,66 1.961.348 1.929.409 3.890.757 102 690

Sumber: BPS Provinsi Bali, tahun 2011

Dari sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali, penduduk terpadat tahun

2010 adalah Kota Denpasar, yaitu sebanyak 6.171 jiwa per km2, kemudian

disusul oleh Kabupaten Badung sebanyak 1.298 jiwa per km2, Kabupaten

Gianyar 1.277 928 jiwa per km2. Penduduk terjarang adalah Kabupaten Jembrana

dengan kepadatan sebanyak 311 jiwa per km2.

Laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Bali menurut hasil Sensus

Penduduk tahun 2010 mencapai angka rata-rata 2,15 persen per tahun dari tahun

2000, yang mana jumlah Penduduk Bali pada Sensus tahun 2000 adalah sebanyak

3.146.999 jiwa, seperti yang disajikan pada Tabel 4.3. Angka ini melebihi dari

laju pertumbuhan penduduk secara nasional, yang hanya 1,49 persen dalam kurun

waktu yang sama.

Pertambahan penduduk itu berasal dari kelahiran alamiah dan perpindahan

penduduk dari luar Bali, dengan rincian yang disebabkan oleh kelahiran alamiah

Page 38: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

29

sebesar 1,1 persen dan yang diakibatkan oleh migrasi sosial sebesar 1,05 persen.

Angka ini memiliki arti bahwa kontribusi pertumbuhan penduduk yang berasal

dari migrasi sosial hampir seimbang dengan kelahiran alamiah. Banyaknya

pendatang (migrasi) dari berbagai daerah yang mencoba mengadu nasib di Bali,

karena Bali sebagai daerah pariwisata dinilai menjanjikan peluang dan harapan

dalam meningkatkan kesejahteraan.

Tabel 4.3Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Bali

Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2000 – 2010

Jumlah PendudukNo. Kabupaten/Kota2000 2010

Pertumbuhan(%)

1. Jembrana 231.806 261.618 1,22

2. Tabanan 376.030 420.370 1,12

3. Badung 345.863 543.681 4,63

4. Gianyar 393.155 470.380 1,81

5. Klungkung 155.262 170.559 0,94

6. Bangli 193.776 215.404 1,06

7. Karangasem 360.486 396.892 0,97

8. Buleleng 558.181 624.079 1,12

9. Denpasar 532.440 788.445 4,00

BALI 3.146.999 3.891.428 2,15

Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010, BPS Provinsi Bali, 2011

Program menekan pertumbuhan penduduk secara alamiah di Provinsi Bali

tergolong berhasil, hanya satu persen, namun pertumbuhan penduduk pendatang

agak sulit diatasi, karena keberhasilan pembangunan ekonomi daerah. Denpasar

sebagai ibukota Provinsi Bali dan Kabupaten Badung sebagai pusat

kepariwisataan di Pulau Dewata masing-masing mengalami pertumbuhan

penduduk 4,63 persen dan 4,0 persen setiap tahunnya. Tujuh kabupaten lainnya

meliputi Kabupaten Buleleng, Tabanan, Jembrana, Bangli, Gianyar, Klungkung

dan Kabupaten Karangasem berkisar antara satu hingga 1,4 persen. Kabupaten

yang memiliki pertumbuhan penduduk paling rendah adalah Kabupaten

Karangasem dan Kabupaten Klungkung, memiliki potensi ekonominya kurang

begitu menarik bagi para pendatang.

Page 39: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

30

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa total penduduk Bali yang

berumur 15 tahun ke atas selama empat tahun terakhir (2007-2010) cenderung

meningkat, yaitu pada tahun 2007 sebanyak 2.661.913 jiwa, dan pada tahun 2010

sebanyak 2.748.117 jiwa, atau selama empat tahun meningkat sebanyak 115.156

jiwa, atau setiap tahun meningkat sebanyak 28.789 jiwa.

Tabel 4.4Profil Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan

di Provinsi Bali, 2007-2010

Jenis Kegiatan 2007 2008 2009 2010*

Angkatan Kerja (orang) 2.059.711 2.099.278 2.123.588 2.116.972

Bekerja (orang) 1.982.134 2.029.730 2.057.118 2.041.337

Pengangguran (orang) 77.577 69.548 66.470 75.635

Sekolah (orang) 185.590 160.679 187.161 192.158

Mengurus Rumah Tangga (orang) 311.996 335.419 319.205 333.115

Lainnya (orang) 104.616 100.760 98.793 105.872

Bukan Angkatan Kerja (orang) 602.202 596.858 605.159 631.145

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja(TPAK =%)

77,38 77,86 77,82 77,03

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT=%)

3,77 3.31 3,13 3,06

Total Penduduk Berumur 15 tahun ke atas(orang)

2.661.913 2.696.136 2.728.747 2.748.117

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2011 (Sakernas 2007-2010)Catatan: *Data tercatat pada Agustus tahun 2010

Total penduduk berumur 15 tahun ke atas terdiri atas angkatan kerja dan

bukan angkatan kerja, dengan proporsi pada tahun 2007 yaitu 77 persen: 23

persen, dan tahun 2010 yaitu 77 persen: 23 persen. Jadi proporsinya relatif tetap

selama empat tahun terakhir. Angkatan kerja di Provinsi Bali selama empat tahun

terakhir (2007-1010) berdasarkan Sarkenas, cenderung meningkat, yaitu pada

tahun 2007 sebanyak 2.059.711 jiwa, dan pada tahun 2010 sebanyak 2.116.972

jiwa, atau selama empat tahun terakhir meningkat sebanyak 59.203 jiwa, atau

setiap tahun meningkat sebanyak 14.801 jiwa. Bukan angkatan kerja di Provinsi

Bali selama empat tahun terakhir (2007-2011) meningkat sedikit, yaitu pada tahun

2007 sebanyak 602.202 jiwa, dan pada tahun 2010 sebanyak 631.145 jiwa, atau

Page 40: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

31

selama empat tahun meningkat sebanyak 28,943 jiwa, atau setiap tahun menigkat

sebanyak 7.236 jiwa (Tabel 4.4)(BPS Provinsi Bali, 2011: Sakernas 2007-2010).

Angkatan kerja terdiri atas bekerja dan pengangguran, pada tahun 2007

proporsinya yaitu 96 persen : 4 persen, dan pada tahun 2010 proporsinya relatif

tidak berubah yaitu tetap 96 persen : 4 persen. Penduduk bekerja di Provinsi Bali

selama empat tahun terakhir (2007-2010) cenderung meningkat, yaitu pada tahun

2007 sebanyak 1.982.134 jiwa, dan pada tahun 2011 sebanyak 2.041.337 jiwa,

atau selama empat tahun menigkat sebanyak 59.203 jiwa, atau setiap tahun

meningkat sebanyak 14.801 jiwa. Pengangguran di Provinsi Bali selama empat

tahun terakhir (2007-2011) cenderung turun, pada tahun 2007 sebanyak 77.577

jiwa, dan pada tahun 2010 sebanyak 75.635 jiwa, atau selama empat tahun

menurun sebanyak 1.942 jiwa, atau setiap tahun menurun sebanyak 4.855 jiwa.

Hal ini menunjukkan bahwa lapangan kerja di Provinsi Bali semakin berkembang

terutama di sektor jasa pariwisata dan sektor informal. Sektor jasa pariwisata

kembali menggeliat pasca bom Bali II tahun 2005, yang diiringi dengan

perkembangan sektor informal untuk melayani para pekerja di sekor pariwisata.

Bukan angkatan kerja yang terdiri atas: (1) sekolah, (2) mengurus rumah

tangga, dan (3) lainnya, pada tahun 2007 proporsinya yaitu 31 persen : 52 persen :

17 persen, dan pada tahun 2010 proporsinya menjadi 30 persen : 53 persen : 17

persen. Jadi selama empat tahun ada pergeseran sebesar 1 persen dari usia sekolah

menjadi mengurus rumah tangga. Artinya pertumbuhan penduduk yang mengurus

rumah tangga lebih tinggi dari pada pertumbuhan penduduk usia sekolah,

sehingga akhirnya dalam persentase terhadap total penduduk mengurus

rumahtangga lebih besar 1 persen daripada penduduk usia sekolah. Padahal secara

riil, kedua jenis penduduk ini selama empat tahun terakhir sama-sama mengalami

peningkatan.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio antara Angkatan

Kerja dan Total penduduk berumur 15 tahun ke atas, pada tahun 2007 sebesar

77,38 persen, dan pada tahun 2010 sebesar 77,03, atau selama empat tahun tidak

mengalami perubahan yang signifikan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

adalah rasio antara pengangguran dan angkatan kerja, pada tahun 2007 sebesar

Page 41: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

32

3,77, dan pada tahun 2010 sebesar 3,06. Jadi selama empat tahun terakhir, TPT

menurun sebesar 0,71 persen, yang disebabkan oleh penduduk menganggur yang

menurun, walau angkatan kerja meningkat.

Berdasarkan uraian sebelumnya, selama empat tahun terakhir (2007-2010),

angkatan kerja, bukan angkatan kerja, dan penduduk bekerja secara riil cenderung

meningkat paralel dengan peningkatan total penduduk Bali dan penduduk usia

kerja (15 tahun ke atas). Sedangkan, pengangguran cenderung menurun. Hal ini

disebabkan oleh peningkatan penduduk usia kerja ditampung oleh perkembangan

sektor jasa pariwisata dan sektor informal.

Penduduk yang bekerja dapat dikelompokkan berdasarkan status pekerjaan

utama. Dari sebanyak 1.982.134 jiwa bekerja pada tahun 2007, sebanyak 639.778

jiwa (32,28 persen) berstatus ‘buruh/karyawan/pegawai’, sebanyak 412.294 jiwa

(20,80 persen) berstatus ‘berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar’,

sebanyak 365.246 jiwa (18,43 persen) berstatus ‘pekerja keluarga/tak dibayar’,

sebanyak 354,175 jiwa (17,87 persen) berstatus ‘berusaha sendiri’, dan tersedikit

55.857 jiwa (2,82 persen) berstatus ‘berusaha dibantu buruh tetap’. Dari sebanyak

2.041.337 jiwa bekerja pada tahun 2010, sebanyak 639.322 jiwa (31,32 persen)

berstatus ‘buruh/karyawan/pegawai’, sebanyak 434.947 jiwa (21,31 persen)

berstatus ‘berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar’, sebanyak

421.004 jiwa (20,62 persen) berstatus ‘pekerja keluarga/tak dibayar’, sebanyak

326.937 jiwa (16,02 persen) berstatus ‘berusaha sendiri’, dan tersedikit 37.543

jiwa (1,84 persen) berstatus ‘pekerja bebas di pertanian.

Selama kurun waktu empat tahun, terjadi pergeseran status pekerjaan yang

signifikan, yaitu penduduk bekerja berstatus ‘berusaha sendiri’ menurun dari

354.175 jiwa (17,87 persen) pada tahun 2007 menjadi 326.937 jiwa (16,02

persen) pada tahun 2010, atau setiap tahun menurun sebanyak 6.810 jiwa.

Penduduk bekerja berstatus ‘berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak

dibayar’ meningkat dari sebanyak 412.294 jiwa (20,80 persen) pada tahun 2007

menjadi 434.947 (21,31 persen) pada tahun 2010, atau setiap tahun meningkat

sebanyak 5.663 jiwa. Penduduk bekerja berstatus ‘pekerja bebas di pertanian’

menurun dari 62.670 jiwa (3,16 persen) pada tahun 2007 menjadi 37.543 jiwa

Page 42: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

33

(1,84 persen) pada tahun 2010, atau setiap tahun menurun sebanyak 6.282 jiwa.

Penduduk bekerja berstatus ‘pekerja bebas di non pertanian’ meningkat dari

92.114 jiwa (4,65 persen) pada tahun 2007 menjadi 126.693 jiwa (6,21 persen),

atau setiap tahun meningkat sebanyak 8.645 jiwa. Penduduk yang bekerja

berstatus ‘pekerja keluarga/tidak dibayar’ meningkat dari 365.246 jiwa (18,43

persen) pada tahun 2007 menjadi 421.004 jiwa (20,62 persen) pada tahun 2010,

atau setiap tahun meningkat sebanyak 13.940 jiwa.

Jadi secara umum proporsi penduduk bekerja berdasarkan status pekerjaan

utama mengalami pergeseran. Penurunan penduduk bekerja berstatus ‘berusaha

sendiri’, ‘berusaha dibantu buruh tetap’, ‘buruh/karyawan/pegawai’, dan ‘pekerja

bebas di pertanian’, diikuti oleh peningkatan penduduk bekerja berstatus

‘berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tidak dibayar’, ‘pekerja bebas di non

pertanian’, dan ‘pekerja keluarga/ tidak dibayar’. Status pekerjaan yang bersifat

mandiri semakin menurun, sedangkan usaha-usaha yang bersifat menyerap tenaga

kerja semakin meningkat. Ini mengindikasikan bahwa usaha-usaha mikro, kecil

dan menengah (UMKM) di Provinsi Bali semakin berkembang yang

membutuhkan tambahan tenaga kerja dari orang luar keluarga.

Penduduk yang bekerja dapat pula dikelompokkan berdasarkan status

pekerjaan formal dan informal seperti disajikan pada Tabel 4.3. Penduduk di

Provinsi Bali yang bekerja sebanyak 1.982.134 jiwa pada tahun 2007, sebanyak

695.635 jiwa (35,10 persen) bekerja di sektor formal dan sebanyak 1.254.204 jiwa

(65,61 persen) bekerja pada sektor informal. Sedangkan penduduk di Provinsi

Bali yang bekerja sebanyak 2.041.337 jiwa pada tahun 2010, sebanyak 694.213

jiwa (34,01 persen) bekerja di sektor formal dan sebanyak 1.347.124 jiwa (65,99

persen) bekerja pada sektor informal (BPS Provinsi Bali, 2011: Sakernas 2007-

2010).

Perkembangan penduduk bekerja berdasarkan status formal dan informal,

selama empat tahun terakhir (2007-2010) secara riil baik yang bekerja pada

sektor formal maupun sektor informal mengalami peningkatan. Akan tetapi

secara persentase penduduk yang bekerja pada sektor formal mengalami

penurunan sedikit, yang dikompensasi oleh peningkatan penduduk bekerja pada

Page 43: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

34

sektor informal. Ini mengindikasikan bahwa semakin banyak penduduk yang

masuk menjadi angkatan kerja bekerja di sektor formal atau bekerja sendiri tanpa

menggantungkan mata pencahariannya pada jiwa atau lembaga lain, dan sering

sektor ini mempekerjakan beberapa pekerja luar keluarga. Jadi di Provinsi Bali

semakin berkembang sektor mikro dan kecil yang bersifat informal, yang

mempekerjakan orang lain yang berasal dari luar keluarga.

4.3. Struktur Ekonomi

Struktur perekonomian suatu region merupakan gambaran dari komposisi

seluruh kegiatan produksi barang dan jasa yang dilakukan di wilayah tersebut,

sehingga adanya perubahan struktur produksi akan menyebabkan pergeseran

struktur ekonomi di wilayah yang bersangkutan. Salah satu indikator yang sering

digunakan untuk mengamati perubahan struktur ekonomi suatu daerah adalah

distribusi persentase nilai tambah bruto sektoral, yang juga dapat digunakan untuk

mengamati keunggulan (potensi) daerah.

Adanya pertumbuhan ekonomi yang cepat cenderung mempercepat

perubahan struktur ekonomi seperti yang dikemukakan oleh Chenery (1975) dan

Tambunan (2003). Pertama-tama pergeseran tersebut dapat dilihat dari pergeseran

makro ekonomi, seperti perubahan permintaan, perdagangan, dan penggunaan

faktor-faktor produksi. Selanjutnya dapat dilihat dari perubahan ekonomi

sektoral, yaitu pergeseran ekonomi dan tenaga kerja dari sektor pertanian ke

sektor industri dan jasa. Percepatan perubahan struktur ekonomi tersebut

merupakan salah satu syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi maju (modern

economic growth) seperti yang dikemukakan oleh Kuznet dalam Todaro (2006).

Dengan pesatnya laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali yang salah

satunya disebabkan karena perkembangan sektor pariwisata menyebabkan struktur

ekonomi Bali juga mengalami transformasi dari pertanian ke jasa. seperti yang

disajikan pada Gambar 4.1.

Pada tahun 1985 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Bali sebesar

39,8 persen, meskipun mengalami fluktuasi, kontribusinya cenderung menurun,

sehingga pada tahun 2013 menjadi 16,8 persen. Di pihak lain, sektor jasa yang

Page 44: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

35

didominasi oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran kontribusinya cenderung

meningkat, yaitu dari 48,2 persen pada tahun 1985 menjadi 66,7 persen pada

tahun 2012. Antara sektor pertanian dengan sektor jasa sering terjadi “trade off”.

Sektor jasa yang didominasi oleh sektor pariwisata sering mengalami gangguan,

baik yang berasal dari dalam negeri, maupun dari luar negeri, yang disebabkan

oleh faktor ekonomi maupun non ekonomi. Meningkatnya harga minyak mentah

dunia pada awal tahun delapanpuluhan, menyebabkan wisatawan yang berkunjung

ke Indonesia menurun. Demikian juga dengan tragedi bom Kuta I dan II,

kunjungan wisatawan juga mengalami penurunan. Adanya kelesuan pada sektor

jasa menyebabkan tenaga kerja beralih ke sektor pertanian, sehingga

kontribusinya terhadap PDRB meningkat, dan sebaliknya kontribusi sektor jasa

menurun.

Gambar 4.1Struktur Ekonomi Provinsi Bali, Tahun 1985 – 2013

-

10

20

30

40

50

60

70

80

1985 1990 1995 2000 2005 2010 2013

Pers

en

Pertanian Industri Jasa

Sumber: BPS Provinsi Bali, 1986 – 2014 (diolah)

Sektor industri di Provinsi Bali yang didominasi oleh industri kecil

kontribusinya terhadap perekonomian relatif kecil, yaitu dari 11,9 persen pada

Page 45: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

36

tahun 1985 menjadi 16,2 persen pada tahun 2010. Sektor industri di Provinsi Bali

sulit dikembangkan karena luas wilayah yang relatif sempit, yaitu 0,29 persen

dari luas wilayah Indonesia, sehingga kurang memungkinkan dikembangkan

industri berskala besar. Industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang ada,

sebagian besar menghasilkan produk kerajinan yang menunjang sektor pariwisata.

4.5. Struktur Tenaga Kerja

Sebagai akibat dari pesatnya pertumbuhan ekonomi, struktur tenaga kerja

di Provinsi Bali juga mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada struktur

tenaga kerja tidak hanya terbatas pada perubahan komposisi tenaga kerja menurut

lapangan usaha. Struktur tenaga kerja dilihat dari lapangan usaha, dalam

penelitian ini dibedakan menjadi tiga sektor besar, yaitu pertanian, industri, dan

jasa, seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2Struktur Tenaga Kerja di Provinsi Bali, Tahun 1985 – 2010

-

10

20

30

40

50

60

1985 1990 1995 2000 2010

Pers

en

Pertanian Industri Jasa

Sumber : BPS Provinsi Bali, 1986 – 2011 (diolah)

Dengan menggunakan data Sensus Penduduk (SP) dan menurut Survey

Penduduk Antar Sensus Nasional (Supas) dapat dijelaskan bahwa proporsi tenaga

kerja yang terserap pada sektor pertanian pada tahun 1985 adalah sebanyak 48,15

Page 46: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

37

persen, namun persentase ini sedikit demi sedikit mengalami penurunan, dan

menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menjadi 30,87 persen. Sektor jasa

pada tahun 1985 menyerap 32,01 persen, sedangkan pada tahun 2010 meningkat

menjadi 48,06 persen. Berbeda dengan transformasi struktur ekonomi telah terjadi

pada akhir tahun 1970-an, namun transformasi tenaga kerja terjadi pada pertengah

tahun 1990-an, sekitar tahun 1996.

Sama halnya dengan struktur ekonomi, dari segi penyerapan tenaga kerja,

sektor industri di Provinsi Bali tidak banyak mengalami perubahan struktur. Hal

ini disebabkan karena luas wilayah yang sempit, di Bali tidak memungkinkan

mengembangkan industri berskala besar, sehingga struktur tenaga kerja hanya

berubah dari 19,84 persen pada tahun 1985, menjadi 21,06 persen pada tahun

2010.

Page 47: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

38

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Bali

Seperti telah dipaparkan pada latar belakang, bahwa konsumsi rumah

tangga memiliki peranan penting dalam analisis perekonomian secara makro.

Konsumsi rumah tangga dipercaya menjadi salah satu penyelamat perekonomian

Indonesia khususnya Bali pada saat krisis global melanda. Secara lebih khusus,

konsumsi rumah tangga terdiri dari pengeluaran untuk makanan dan untuk bahan

makanan.

Komponen pengeluaran rumah tangga di Provinsi Bali menurut kelompok

bahan makanan pada tahun 2013 berdasarkan Susrvey Sosial Ekonomi Nasional

(SUSENAS) disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Sub Kelompok

Makanan dan Klasifikasi Daerah, Provinsi Bali, Tahun 2013

No Jenis KomoditasPerkotaan

(%)Perdesaan

(%)Bali(%)

1 Padi-padian 12.86 22.01 15.922 Ubi-umbian 0.48 0.81 0.593 Ikan dan sejenisnya 4.68 4.88 4.754 Daging 5.54 5.89 5.665 Telur dan susu 6.26 4.69 5.736 Sayur-sayunan 6.97 9.48 7.817 Kacang-kacangan 2.18 2.36 2.248 Buah-buahan 4.42 4.89 4.589 Minyak dan lemak 2.20 3.36 2.5910 Bahan minuman 2.37 3.60 2.7811 Bumbu-bumbuan 1.38 1.75 1.5112 Konsumsi lainnya 1.36 1.50 1.4113 Makanan dan minuman jadi 41.18 24.82 35.714 Tembakau dan sirih 8.12 9.96 8.73

Total 100.00 100.00 100.00Sumber: BPS Provinsi Bali, 2013

Komponen pengeluaran rumah tangga untuk sub kelompok makan di

Provinsi Bali pada tahun 2013 lebih ringkas dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Page 48: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

39

Gambar 5.1Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut

Sub Kelompok Makanan di Provinsi Bali, Tahun 2013

Sumber: BPS, Susenas 2013

Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dijelaskan bahwa proporsi terbesar

pengeluaran rumah tangga adalah untuk makanan dan minuman jadi, yaitu 35,70

persen, kemudian disusul oleh pengeluaran untuk padi-padian sebesar 15,92

persen. Pengeluaran yang memiliki proporsi terkecil adalah untuk umbi-umbian,

yaitu sebesar 0,59 persen.

Proporsi pengeluaran rumah tangga untuk bukan makanan disajikan pada

Tabel 5.2 dan Gambar 5.2. Berdasarkan Tabel 5.2 dan Gambar 5.2, proporsi

pengeluaran terbesar untuk bukan makanan adalah untuk sewa dan perkiraan sewa

rumah, yaitu sebesar 26,03 persen. Pengeluaran rumah tangga untuk bukan

makanan terbesar kedua adalah untuk biaya transportasi, bensin, solar, dan

pelumas. Proporsi terkecil untuk pengeluaran bukan makanan adalah untuk

asuransi 0,62 persen.

Page 49: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

40

Tabel 5.2Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Sub Kelompok

Bukan Makanan dan Klasifikasi Daerah, Provinsi Bali, Tahun 2013

No Jenis PengeluaranPerkotaan

(%)Perdesaan

(%)Bali(%)

1 Sewa, kontrak, perkiraan sewa rumah 27.53 21.68 26.032 Pemeliharaan dan perbaikan ringan 1.60 0.45 1.313 listrik 7.00 10.60 7.924 Telpon 5.47 4.35 5.185 Sabun dan kosmetik 4.59 4.93 4.686 Biaya kesehatan 7.06 8.82 7.517 Biaya pendidikan 8.29 5.10 7.478 Biaya transportasi 10.40 12.48 10.939 Jasa lainnya 2.04 0.45 1.64

10 Pakaian dan alas kaki 3.92 4.19 3.9911 Barang tahan lama 9.88 10.42 10.0212 Pajak 1.96 2.20 2.0213 Pungutan dan retribusi 0.73 1.31 0.8814 Asuransi kesehatan 1.36 0.37 1.1015 Asuransi lainnya 0.77 0.18 0.6216 Pesta dan upacara 7.40 12.47 8.70

Total 100.00 100.00 100.00Sumber: BPS Provinsi Bali, 2013

Gambar 5.2Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut

Sub Kelompok Makanan di Provinsi Bali, Tahun 2013

Page 50: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

41

5.2. Perkembangan PDRB dan Pengeluaran Rumah Tangga di Provinsi Bali

Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat yang diproksikan oleh

meningkatnya PDRB, maka pengeluaran rumah tangga di Provinsi Bali, baik yang

dirinci menurut kelompok makanan maupun bukan makanan terus mangalami

peningkatan. Berdasarkan Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa gerakan kenaikan

pengeluaran konsumsi rumah tangga di Provinsi Bali sesuai dengan kenaikan

PDRB selama tahun 1985 – 2013. Dari sudut jenis pengeluarannya, ternyata

pengeluaran rumah tangga untuk makanan lebih fluktuatif dibandingkan dengan

untuk bukan makanan. Seperti pada periode 1995 – 2000, ketika terjadi krisis

moneter di Indonesia, justru pengeluaran konsumsi untuk kelompok bahan

makanan mengalami penurunan, sementara di pihak lain untuk pengeluaran bukan

makanan tidak berfluktuasi. Demikian juga sejak tahun 2009 dengan terjadi

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali yang mendekati pertumbuhan ekonomi

nasional, juga diikuti dengan meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk

kelompok makanan.

Gambar 5.3Perkembangan PDRB, Pengeluaran Rumah Tangga, Pengeluaran

Rumah Tangga untuk Makanan dan Bukan Makanan di Provinsi BaliBerdasarkan Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 1985 – 2013

-

5

10

15

20

25

30

35

40

1985 1990 1995 2000 2005 2010 2013

Rp tr

iliyu

n (H

K 20

00)

PDRB Konsumsi RT K. Makanan K.Bukan Makanan

Sumber: BPS, 1986 – 2014 (diolah)

Page 51: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

42

Berdasarkan Gambar 5.4 dapat dilihat persentase pengeluaran rumah

tangga terhadap PDRB meskipun berfluktuatisi selama tahun 1985 – 2013, namun

sedikit memiliki kecenderungan menurun. Kondisi ini sesuai dengan teori Kuznets

(Sukirno, 2011) yang mengatakan bahwa jika PDB meningkat, maka pengeluaran

rumah tangga persentasenya mengecil. Demikian juga pengeluaran rumah tangga

apabila dilihat dari kelompok pengeluaran makanan dan bukan makanan.

Berdasarkan Gambar 5.4 dapat dilihat bahwa persentase pengeluaran rumah

tangga untuk makanan meskipun berfluktuasi namun memiliki kecenderungan

menurun, sedangkan untuk bukan bahan makanan mengalami kecenderungan

meningkat. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Chenery dan Syrquin (Sukirno,

2011), apabila jika PDB meningkat, maka pengeluaran rumah tangga untuk bahan

makanan persentasenya mengecil. Berdasarkan Gambar 5.4 dapat dilihat bahwa

tranformasi pengeluaran rumah tangga di Provinsi Bali dari makanan ke bukan

makanan telah terjadi pada tahun 2005.

Gambar 5.4Persentase Pengeluaran Rumah Tangga Terhadap PDRB, Persentase

Pengeluaran Rumah Tangga untuk Makanan dan Bukan MakananTerhadap Total Pengeluaran di Provinsi Bali Berdasarkan

Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 1985 – 2013

30

35

40

45

50

55

60

65

1985 1990 1995 2000 2005 2010 2013

Pers

en

Konsumsi RT K. MakananK.Bukan Makanan Linear (Konsumsi RT)Linear (K.Bukan Makanan) Linear (K. Makanan)

Sumber: BPS, 1986 – 2014 (diolah)

Page 52: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

43

5.3. Pola Data PDRB dan Pengeluaran Rumah Tangga

Untuk menganalisis data runtun yang cukup panjang perlu diketahui

polanya. Sebab data runtun waktu yang cukup panjang umumnya memiliki

kecendrungan menaik (trend), sehingga tidak stasioner. Apabila dua atau lebih

data runtun waktu yang yang memiliki trend diregresikan, kemungkinan akan

terjadi kointegrasi atau dapat menghasilkan hubungan yang semu (spurious

regression). Oleh karena itu data runtun waktu apabila digunakan untuk

peramalan jangka panjang, maka perlu dianalisis keseimbangannya jangka

panjang melalui uji kestasioneran, kointegrasi (cointegration test).

5.1.2. Uji Kestasioneran Data

Data bersifat stasioner adalah data dengan perilaku data yang memiliki

varians yang tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati

nilai rata-ratanya. Beberapa cara menguji kestasioneran data diantaranya adalah

dengan: 1) metode grafik, 2) correlogram, dan 3) dengan metode akar unit (unit

root test). Dalam penelitian ini kestasioneran data diuji dengan grafik dan uji akar

unit.

1) Metode grafik

Berdasarkan Gambar 3.3 dapat diketahui bahwa PDRB, pengeluaran

konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi bahan makanan, dan konsumsi

bukan bahan makanan di Bali mempunyai tren yang menaik dan berarti memiliki

nilai rata-rata (mean) yang berubah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data

runtun waktu pengeluaran konsumsi rumah tangga Bali tidak stasioner.

Kesimpulan ini bersifat subyektif, sehingga dapat dilakukan metode lainnya, yaitu

metode akar unit.

3) Uji Akar Unit (Unit Roots Test)

Uji akar unit (unit root test) atau dikenal juga dengan uji Augmented

Dickey Fuller (ADF) merupakan konsep terkini yang banyak dipakai untuk

menguji kestasioneran data runtun waktu. Seperti telah dijelaskan sebelumnya,

Page 53: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

44

bahwa data bersifat stasioner adalah data dengan perilaku yang memiliki varians

yang tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai

rata-ratanya.

Berdasarkan data konsumsi rumah tangga di Bali dapat dianalisis

kestasioneran data dengan menggunakan uji akar unit yang hasilnya, seperti yang

ditampilkan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3.Hasil Pengujian Stasioner Variabel Penelitiandengan metode Augmented Dicky Fuller Test

Nilai kritisVariabel

NilaiMutlak ADF 1% 5%

Keterangan

PDRB -4.5923 -3.7204 -2.9850 Stasioner diferensi (2)Konsumsi RT -4.3211 -3.7204 -2.9850 Stasioner diferensi (2)Konsumsi bahanmakanan

-3.1020 -3.7204 -2.9850 Stasioner diferensi (1)

Konsumsi bukanmakanan

-4.6914-3.7204 -2.9850 Stasioner diferensi (2)

Sumber : Lampiran 2

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua data sudah berada pada kondisi

stasioner. Hal ini terlihat nilai mutlak ADF lebih besar dibandingkan nilai kritis

pada level signifikan kurang dari 5 persen, sehingga pengujian dapat dilakukan

pada tahap berikutnya.

2. Uji Kointegrasi

Setelah keseluruhan variabel yang akan digunakan dalam penelitian

menunjukkan hasil yang stasioner, maka selanjutnya akan dilakukan uji

kointegrasi (cointegration test) untuk mengetahui kemungkinan terjadinya

keseimbangan atau kestabilan jangka panjang diantara variabel-variabel yang

diamati. Dalam penelitian ini digunakan metode Johansen. Uji Johansen menguji

kointegrasi secara berpasangan antara variabel terikat dengan variabel bebas.

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa variabel PDRB

berkointegrasi dengan semua variabel bebas yang diteliti, yaitu PDRB dengan

Page 54: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

45

konsumsi rumah tangga pada lag interval 1 ke 2, dengan konsumsi bahan

makanan pada lag interval 1 ke 2, dan dengan konsumsi bukan bahan makanan,

pada lag interval 1 ke 3, yang ditunjukkan dengan hasil Kointegrasi Johansen

dimana nilai hitung Likelihood Ratio lebih tinggi dari nilai kritis pada α = 5

persen.

Tabel 5.4Hasil Pengujian Kointegrasi dengan Metode Johansen antara variabel PDRB

dengan masing-masing variabel bebas

Variabelbebas

EigenvalueLikelihood

Ratio*Nilai kritis

5%Keterangan

Konsumsi RT 0.444268 15.86592 15.41 Lag Interval 1 to 2

Konsumsimakanan

0.451463 16.30688 15.41 Lag Interval 1 to 2

Konsumsi BukanMakanan

0.562837 20.95089 15.41 Lag Interval 1 to 3

Keterangan : *Likelihood Ratio = Trace StatisticSumber : Lampiran 3

5.4. Pola Pengeluaran Konsumsi Rumah Jangka Jangka di Provinsi Bali

Pola pengeluaran konsumsi jangka panjang mengandung implikasi bahwa

masyarakat, dalam hal ini rumah tangga akan menyesuaikan ekspektasi mereka

dalam konsumsinya dengan pengalaman konsumsi masa lain dan mereka akan

belajar dari masa lalunya. Hasil olahan data pengujian PDRB dan pengeluaran

konsumsi tahun sebelumnya terhadap pengeluaran konsumsi tahun berjalan di

Provinsi Bali tahun 1985 – 2013 ditampilkan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5Koefesien Regresi dan Hasil Pengujian Pengaruh PDRB dan Pengeluaran

Konsumsi Tahun Sebelumnya terhadap Pengeluaran Konsumsi Tahun Berjalandi Provinsi Bali, Tahun 1986 - 2013

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 552.5174 480.5208 1.149830 0.2611PDRB 0.191054 0.100983 1.891945 0.0701KON(-1) 0.737897 0.176283 4.185872 0.0003R-squared 0.969613 F-statistic 398.8563Adjusted R-squared 0.967182 Prob(F-statistic) 0.000000Sumber: Lampiran 4

Page 55: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

46

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa hasil F hitung sebesar 398,86

dengan probabilitas penerimaan Ho sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa PDRB

tahun berjalan dan pengeluaran konsumsi tahun sebelumnya berpengaruh terhadap

pengeluaran konsumsi tahun berjalan di Provinsi Bali selama tahun 1985 – 2013.

R2 sebesar 0,9696 mempunyai arti bahwa 96,96 persen variasi konsumsi tahun

berjalan di Provinsi Bali selama tahun 1986 – 2013 dipengaruhi oleh PDRB tahun

berjalan dan pengeluaran konsumsi tahun sebelumnya. Berdasarkan nilai t tabel

pada uji satu sisi dan dengan tingkat signifikansi 5 persen sebesar 1,708, maka

berarti bahwa secara parsial PDRB tahun berjalan dan pengeluaran konsumsi

tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi tahun

berjalan di Provinsi Bali selama tahun 1986 – 2013.

Berdasarkan Tabel 5.5 juga dapat dibuat pola konsumsi jangka panjang

di Provinsi Bali selama tahun 1986 - 2013, yaitu dengan meregresikan PDRB dan

pengeluaran konsumsi tahun sebelumnya, terhadap pengeluaran konsumsi tahun

berjalan adalah sebagai berikut:

KONt = 552,52 + 0,191 PDRBt + 0,738 KONt-1 ................(5.1)

Persamaan 5.1 menunjukkan bahwa marginal propensity to consume

(MPC) jangka pendek adalah 0,191 yang berarti bahwa kenaikan satu rupiah

dalam pendapatan riil (PDRB) saat ini akan menaikkan rata-rata konsumsi sekitar

0,191 rupiah. Tetapi apabila kenaikan dalam pendapatan dipertahankan, maka

MPC jangka panjang dari pendapatan permanen (permanent income) akan

menjadi:

729,0262,0191,01

1

................................................(5.2)

Karena (1-γ) = 0,738 maka koefisien harapan, γ = 0,262. Jadi, apabila

rumah tangga mempunyai waktu untuk menyesuaikan perubahan 1 rupiah dari

pendapatannya, maka konsumsinya pada akhirnya akan meningkat sebesar 0,729

rupiah. Dengan kata lain karena γ = 0,262, maka MPC jangka panjangnya adalah

0,729. Dengan koefisien ekspektasi sebesar 0,262 berarti rumah tangga hanya

Page 56: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

47

menyesuaikan 0,262 tahun atau 3,14 bulan dari waktunya untuk mencapai tingkat

konsumsi jangka panjang yang diinginkan.

5.5. Pola Pengeluaran Konsumsi Makanan Jangka Panjang Rumah Tanggadi Provinsi Bali

Berdasarkan Lampiran 4 dapat disalin kembali hasil pengujian pengaruh

PDRB dan pengeluaran konsumsi makanan tahun sebelumnya terhadap

pengeluaran konsumsi makanan tahun berjalan di Provinsi Bali, Tahun 1986 –

2013 seperti Tabel 5.6.

Tabel 5.6Koefesien Regresi dan Hasil Pengujian Pengaruh PDRB dan PengeluaranKonsumsi Makanan Tahun Sebelumnya terhadap Pengeluaran Konsumsi

Makanan Tahun Berjalan di Provinsi Bali, Tahun 1986 - 2013

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 591.3048 496.1850 1.191702 0.2446PDRB 0.120086 0.057081 2.103778 0.0456KM(-1) 0.736600 0.158489 4.647641 0.0001R-squared 0.918928 F-statistic 141.6838Adjusted R-squared 0.912442 Prob(F-statistic) 0.000000Sumber: Lampiran 4

Berdasarkan F hitung pada Tabel 5.6 sebesar 141,68 pada probabilitas F

statistic sebesar 0,000 mengindikasikan bahwa secara serempak variable PDRB

dan pengeluaran konsumsi makanan tahun sebelumnya berpengaruh terhadap

pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk makanan di Provinsi Bali tahun 1986

– 2013. Koefisien determinasi sebesar 0,9182 berarti bahwa 91,89 persen variasi

pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk makanan di Provinsi Bali tahun 1986

– 2013 dipengaruhi oleh variasi variable PDRB dan pengeluaran konsumsi

makanan tahun sebelumnya.

Hasil perhitungan t statistic untuk variable variable PDRB dan

pengeluaran konsumsi makanan tahun sebelumnya memiliki nilai lebih besar dari

t table sebesar 1,708 pada uji satu sisi dan dengan tingkat signifikansi 5 persen.

Hal ini berate secara parsial variable PDRB dan pengeluaran konsumsi makanan

Page 57: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

48

tahun sebelumnya masing-masing berpengaruh parsial terhadap pengeluaran

konsumsi makanan tahun berjalan di Provinsi Bali selama tahun 1996 – 2013.

Dari Tabel 5.6 juga dapat dibuat pola konsumsi makanan jangka panjang

di Provinsi Bali selama tahun 1986 - 2013, yaitu dengan meregresikan PDRB dan

pengeluaran konsumsi makanan tahun sebelumnya, terhadap pengeluaran

konsumsi makanan tahun berjalan adalah sebagai berikut:

KMt = 591,30 + 0,120 PDRBt + 0,737 KMt-1 ................(5.3)

Marginal propensity to consume (MPC) jangka pendek untuk konsumsi

makanan dari persamaan 5.3 sebesar 0,120 menunjukkan bahwa kenaikan satu

rupiah dalam pendapatan riil (PDRB) saat ini sebesar satu rupiah akan menaikkan

rata-rata konsumsi makanan sekitar 0,120 rupiah. Tetapi apabila kenaikan dalam

pendapatan dipertahankan, maka MPC jangka panjang dari pendapatan permanen

(permanent income) akan menjadi:

456,0273,0120,01

1

................................................(5.4)

Koefisien harapan, γ = 0,273 diperoleh karena (1-γ) = 0,737. Jadi, apabila

rumah tangga mempunyai waktu untuk menyesuaikan perubahan 1 rupiah dari

pendapatannya, maka konsumsinya pada akhirnya akan meningkat sebesar 0,456

rupiah. Dengan kata lain karena γ = 0,273, maka MPC jangka panjangnya adalah

0,456. Dengan koefisien ekspektasi sebesar 0,273 berarti rumah tangga hanya

menyesuaikan 0,273 tahun atau 3,16 bulan dari waktunya untuk mencapai tingkat

konsumsi makanan jangka panjang yang diinginkan.

5.6. Pola Pengeluaran Konsumsi Bukan Makanan Jangka Panjang RumahTangga di Provinsi Bali

Tabel 5.7 yang merupakan hasil pengujian pengaruh PDRB dan

pengeluaran konsumsi bukan makanan tahun sebelumnya terhadap pengeluaran

konsumsi bukan makanan tahun berjalan di Provinsi Bali, Tahun 1986 – 2013,

merupakan salinan dari Lampiran 4.

Page 58: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

49

Tabel 5.7Koefesien Regresi dan Hasil Pengujian Pengaruh PDRB dan Pengeluaran

Konsumsi Bukan Makanan Tahun Sebelumnya terhadap Pengeluaran KonsumsiBukan Makanan Tahun Berjalan di Provinsi Bali, Tahun 1986 - 2013

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 71.61352 41.72338 1.716388 0.0985PDRB 0.147644 0.019649 7.514035 0.0000KBM(-1) 0.404281 0.085534 4.726557 0.0001R-squared 0.998291 F-statistic 7300.595Adjusted R-squared 0.998154 Prob(F-statistic) 0.000000

Hasil F hitung pada Tabel 5.7 sebesar 7300.595 pada probabilitas F

statistic sebesar 0,000 mengindikasikan bahwa secara serempak variable PDRB

dan pengeluaran konsumsi bukan makanan tahun sebelumnya berpengaruh

terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk bukan makanan di Provinsi

Bali tahun 1986 – 2013. Koefisien determinasi sebesar 0,9182 berarti bahwa

91,89 persen variasi pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk bukan makanan

di Provinsi Bali tahun 1986 – 2013 dipengaruhi oleh variasi variable PDRB dan

pengeluaran konsumsi bukan makanan tahun sebelumnya.

Apabila dibandingkan hasil perhitungan t statistic dengan t tabel

menunjukkan bahwa variable variable PDRB dan pengeluaran konsumsi bukan

makanan tahun sebelumnya memiliki nilai t hitung masing-masing sebesar 7,514

dan 4,727 yang lebih besar dibandingkan dengan t tabel sebesar 1,708 pada uji

satu sisi dan dengan tingkat signifikansi 5 persen. Hal ini berarti bahwa secara

parsial variable PDRB dan pengeluaran konsumsi makanan tahun sebelumnya

masing-masing berpengaruh parsial terhadap pengeluaran konsumsi bukan

makanan tahun berjalan di Provinsi Bali selama tahun 1996 – 2013.

Dari Tabel 5.7 juga dapat dibuat pola konsumsi bukan makanan jangka

panjang di Provinsi Bali selama tahun 1986 - 2013, yaitu dengan meregresikan

PDRB dan pengeluaran konsumsi bukan makanan tahun sebelumnya, terhadap

pengeluaran konsumsi bukan makanan tahun berjalan adalah sebagai berikut:

KMt = 71,613 + 0,148 PDRBt + 0,404 KBMt-1 ................(5.5)

Page 59: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

50

Marginal propensity to consume (MPC) jangka pendek untuk konsumsi

bukan makanan dari persamaan 4.5 adalah sebesar 0,148 menunjukkan bahwa

kenaikan satu rupiah dalam pendapatan riil (PDRB) saat ini sebesar satu rupiah

akan menaikkan rata-rata konsumsi sekitar 0,148 rupiah. Tetapi apabila kenaikan

dalam pendapatan dipertahankan, maka MPC jangka panjang dari pendapatan

permanen (permanent income) akan menjadi:

248,0596,0148,01

1

................................................(5.6)

Koefisien harapan, γ = 0,596 diperoleh karena (1-γ) = 0,404. Jadi, apabila

rumah tangga mempunyai waktu untuk menyesuaikan perubahan 1 rupiah dari

pendapatannya, maka konsumsinya pada akhirnya akan meningkat sebesar 0,248

rupiah. Dengan kata lain karena γ = 0,596, maka MPC jangka panjangnya adalah

0,248. Dengan koefisien ekspektasi sebesar 0,596 berarti rumah tangga hanya

menyesuaikan 0,596 tahun atau 7,15 bulan dari waktunya untuk mencapai tingkat

konsumsi bukan makanan jangka panjang yang diinginkan.

Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi rumah

tangga di Provinsi Bali selama tahun 1985 – 2013 dengan MPC jangka pendek

dan jangka panjang yang diringkas pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8Ringkasan Marginal propensity to consume (MPC) Jangka Pendek Dan Jangka

Panjang Serta Penyesuaian Waktu Perubahan Konsumsi Rumah Tangga diProvinsi Bali, Tahun 1986 – 2013

Pola Konsumsi MPC jangkaPendek

MPC jangkaPanjang

PenyesuaianWaktu

Konsumsi Umum 0,191 0,729 3,14 bulanKonsumsi makanan 0,120 0,456 3,16 bulanKonsumsi bukan makanan 0,148 0,298 7,15 bulan

Sumber: Tabel 4.5 s/d 4.7 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa MPC yang merupakan

elastisitas PDRB terhadap konsumsi pada tiga model yang dianalisis dalam jangka

pendek lebih besar daripada yang jangka panjang. Misalnya MPC untuk

Page 60: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

51

pengeluaran konsumsi secara umum dalam jangka pendek adalah 0,191 dan

jangka panjang adalah 0,729. Penyesuaian waktu untuk merubah konsumsi pola

konsumsi jangka panjang untuk bukan makanan adalah paling lama, yaitu sekitar

7,15 bulan. Hal ini disebabkan karena pengeluaran konsumsi bukan makanan

terdiri dari barang tahan lama dan tidak tahan lama. Untuk yang tahan lama

memerlukan biaya yang cukup besar, sehingga perlu banyak pertimbangan untuk

memutuskannya. Meningkatnya tingkat pendidikan yang diikuti oleh peningkatan

pendapatan menyebabkan rumah tangga cenderung meningkatkan tingkat

tabungannya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Isyani dan Hasmarini

(2005) meneliti tentang konsumsi di Indonesia tahun 1989-2002 (Tinjauan

terhadap hipotesis Keynes dan Post Keynes). Hasilnya menunjukkan bahwa

berdasarkan model PAM, elastisitas jangka panjang lebih besar dari jangka

pendek. Artinya elastisitas jangka panjang tidak dipengaruhi lagi oleh

pengeluaran konsumsi sebelumnya.

Temuan ini juga memiliki kesamaan dengan Mullen (1980) dalam

penelitiannya terhadap keluarga petani di wilayah New South Wales pada periode

1968/69 – 1975/76 dengan model partial adjustement menemukan bahwa dalam

jangka pendek (satu tahun) MPC keluarga petani relative rendah, pada rentangan

0,13 – 0,16, sedangkan MPC jangka panjang antara 0,19 – 0,25.

Hasil penelitian ini juga memiliki kemiripan dnegan penelitian Chow

(2011) dalam paper yang merupakan hasil penelitiannya berjudul “A Model for

National Income Determination in Taiwan”, menemukan bahwa model konsumsi

jangka panjang di Taiwan dengan menggunakan data makro dari 1951 – 2010

adalah Ct = 24106,1 + 0,641 C t-1 + 0,275 Yt dengan R2 = 0.9992. Hasil

penelitian ini mendukung teori pendapatan permanen dari Friedman, namun

dengan MPC jangka pendek sebesar 0,641 yang lebih besar dibandingkan dengan

MPC jangka panjang sebesar 0,275.

Page 61: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

52

BAB VI

PENUTUP

6.1. Simpulan

1) Model konsumsi jangka panjang Provinsi Bali selama tahun 1985 – 2013

adalah: KONt = 552,52 + 0,191 PDRBt + 0,738 KONt-1. PDRB tahun

berjalan dan pengeluaran konsumsi tahun sebelumnya berpengaruh

signifikan terhadap pengeluaran konsumsi tahun berjalan. Model ini

menunjukkan bahwa MPC jangka pendek lebih rendah dibandingkan

dengan MPC jangka panjang.

2) Model konsumsi makanan jangka panjang Provinsi Bali selama tahun

1985 – 2013 adalah : KMt = 591,30 + 0,120 PDRBt + 0,737 KMt-1, yang

berarti bahwa menunjukkan bahwa MPC konsumsi bahan makanan

jangka pendek lebih rendah dibandingkan dengan MPC jangka panjang.

3) Model konsumsi bukan makanan jangka panjang Provinsi Bali selama

tahun 1985 – 2013 adalah KMt = 71,613 + 0,148 PDRBt + 0,404 KBMt-1,

yang juga menunjukkan menunjukkan bahwa MPC konsumsi bukan

makanan jangka pendek lebih rendah dibandingkan dengan MPC jangka

panjang.

5.1. Saran dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan, karena hanya melihat pengeluaran

konsumsi secara keseluruhan atau umum yang hanya dibedakan untuk makanan

dan bukan makanan. Peneliti lain diharapkan dapat memperlebar penelitian

dengan secara khusus menelitin mengenai pengeluaran konsumsi untuk untuk

listrik, telpon, dan lain sebagainya.

Page 62: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

53

DAFTAR PUSTAKA

Abel, Andrew B. and Ben S. Bernake. 2001. Macroeconomics. New York:Addison Wesley Longman, Inc.

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Penerbit STIE YKPNYogyakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2013. Data Bali Membangun. Provinsi Bali:Penerbit BPS Bali

Chow, Gregory C. 2011. “A Model for National Income Determination inTaiwan”. Princeton University & Academia Sinica, Taiwan

Denburg, T.E. and McDougl, D.M. 1976. Macroeconomics. The Measurement,Analysis and Control of Aggregate Economic Activity 5 th. Edition TokyoThe Mcmillan Company.

Duesenberry, J.S. 1967. Income, Saving and the Theory of Consumen Behaviour.New York. Oxford University Press. Chapter IV dan V.

Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Gordon, Robert J., 2010. Macroeconomic. Twelfth Edition. New York: AddisonWesley Longman, Inc.

Gujarati, D. N. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Isyani, dan Mulidyah Indira Hasmarini, 2005, Analisis Konsumsi Masyarakat diIndonesia Tahun 1989-2002 (Tinjauan Terhadap Hipotesis Keynes danPost Keynes). Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. VI, Desember. No. 2,pp. 143-162.

Lindauer, John. 1971. Macroeconimics. Second Edition. New York: Johwiley &Son Inc.

Maluccio, J., L. Haddad dan J. May. 1999. Social Capital and Income generatingin South Africa 1993-1998. IFPRi: FCND Discussion paper. No.71.

Mangkoesubroto, 1998. Teori Ekonomi Makro. Yogyakarta:STIE YKPN.

Mankiw Gregory.N. 2007. Makroekonomi. (Fitria Liza dan Imam Nurmawan,Pentj). Jakarta: PT. Penerbit Erlangga.

Modigliani,F. 1986. Life Cycle. Individual Thrift and the Wealth of Nations.American Economic Review. 76 (Juni 1986),pp. 297-313.

Page 63: ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI RUMAH TANGGA JANGKA …repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/2a190f8e6fffa533844d...Fungsi Konsumsi Rumah Tangga Jangka Panjang di Provinsi

54

Mullen, J.D. 1980. Experiences of A Sampel of Farm Families. Australian Journalof Agriculture Economics, p 268 -281. New South Wealth Departementof Agriculture.

Pemberton, James. 1997. Modelling and Measuring Income Uncertaninty in LifeCycle Models. Economic modelling. 14 (1997),pp. 81-98.

Samuelson dan Nordhaus. 2004. Ilmu Makroekonomi. (Gretta, Theresa Tanoto,Bosco Carvallo, Anna Elly, Penterj.) Jakarta: PT. Media Global Edukasi.

Sukirno, Sadono. 2008. Pengantar Makroekonomi. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.

Sukirno, Sadono. 2011. Ekonomi Pembangunan: Proses,Masalah, dan DasarKebijakan. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tambunan, Tulus. TH, 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori &Penemuan Emperis, Jakarta: Salemba Empat.

Yang, Shu-Cen and Cheng-Kiang Farn. 2009. Social Capital, BehavioralControl, andTacit knowledge sharing-A Multi-Informant Design.International Journal of Information Management 29,PP. 210-218.

.