EsteTika

10
ESTETIKA Pengertian seni Kata atau istilah ‘seni’ di Indonesia pada awalnya diserap dari bahasa Melayu, yang berarti kecil, halus. Kata seni dalam pengertian ‘art’ di Indonesia baru muncul awal abad ke-20, seiring dengan masuknya kolonialisme di Indonesia. Pada masa itu kata ‘seni’ ini merupakan padanan dari kata ‘Fine Arts’ (Inggris) dan ‘Kunst’ (Belanda, Jerman), yang diartikan sebagai seni yang indah. Sesudah kemerdekaan, kata seni menjadi padanan untuk kata ‘art’ semakin banyak dipergunakan dan menjadi pengertian resmi. Dalam kamus Belanda Melayu (Klinkert) terdapat beberapa pengertian dari kata seni/kunst, yaitu : » Hikmat » Ilmu » Pengetahuan » Kepandaian » Ketukangan Dalam pengertian bahasa Inggris : “Art is skill making or doing” (The World Book Encyclopedia) Pada kenyataannya, kata seni/art/kunst yang berkembang di masyarakat memiliki beragam pengertian, seperti: Keterampilan (skill), contohnya seni memasak, seni merangkai bunga, dll Aktivitas manusia, contohnya seni berperang, seni pengobatan, seni bela diri dll Karya (work of art) Seni Indah (fine art) Seni rupa (visual art) Seni lukis (painting) 2. LATAR BELAKANG HISTORIS TENTANG KONSEP SENI (FINE ARTS) 2.1 TECHNE pada masa Yunani Kuno

description

estetika

Transcript of EsteTika

ESTETIKAPengertian seni

Kata atau istilah seni di Indonesia pada awalnya diserap dari bahasa Melayu, yang berarti kecil, halus. Kata seni dalam pengertian art di Indonesia baru muncul awal abad ke-20, seiring dengan masuknya kolonialisme di Indonesia. Pada masa itu kata seni ini merupakan padanan dari kata Fine Arts (Inggris) dan Kunst (Belanda, Jerman), yang diartikan sebagai seni yang indah. Sesudah kemerdekaan, kata seni menjadi padanan untuk kata art semakin banyak dipergunakan dan menjadi pengertian resmi.

Dalam kamus Belanda Melayu (Klinkert) terdapat beberapa pengertian dari kata seni/kunst, yaitu : Hikmat Ilmu Pengetahuan Kepandaian KetukanganDalam pengertian bahasa Inggris :Art is skill making or doing(The World Book Encyclopedia)

Pada kenyataannya, kata seni/art/kunst yang berkembang di masyarakat memiliki beragam pengertian, seperti: Keterampilan (skill), contohnya seni memasak, seni merangkai bunga, dll Aktivitas manusia, contohnya seni berperang, seni pengobatan, seni bela diri dll Karya (work of art) Seni Indah (fine art) Seni rupa (visual art) Seni lukis (painting)

2.LATAR BELAKANG HISTORIS TENTANG KONSEP SENI (FINE ARTS)2.1TECHNE pada masa Yunani KunoTechne pada masa Yunani Kuno memiliki persamaan arti dengan istilah Ars (Latin), yang berarti keterampilan yang berguna (Usefull skill), suatu bentuk keahlian khusus. Masyarakat Yunani Kuno mengenal konsep Mousike Techne (Seni Dewa Muses), yang meliputi bidang-bidang musik, lirik/puisi, gramatika (tata bahasa), dan gimnastik (senam). Menurut mitologi Yunani, bidang-bidang tersebut dipimpin oleh 9 dewa seni yang dikenal sebagai Muses tadi.Kata museum sekarang pun merupakan turunan dari kata mousike, yaitu museion yang memiliki pengertian:1. A temple of the Muses2. A school of arts and learning

2.2Konsep Liberal Arts pada Abad Pertengahan (abad ke-14) dan sebelumnya (masa Yunani)

2.3Konsep Liberal Art pada masa Baroque Perancis sampai Renaissance di ItaliaLeonardo da Vinci memperjuangkan agar seni lukis naik statusnya dari artes serviles ke artes liberales dengan alasan: Seni lukis membutuhkan pengetahuan teoritis khusus seperti matematika dan biologi, khususnya perspektif dan anatomi yang menuntut penalaran dan keterlibatan intelektual Seni lukis sederajat dengan puisi atas dasar bahwa lukisanpun dapat mempertinggi moral dengan menampilkan gerakan manusia melalui gesture dan ekspresi wajah, bahkan representasinya dapat lebih lengkap dari puisi. Seni lukis kurang mekanis dibanding patung, dan dapat mencapai ilusi dari kesatuan melalui pemahaman intelektual.Pada abad ke-16 seni lukis akhirnya masuk ke dalam artes liberales

2.4Konsep Beaux Arts di Perancis dan Jerman abad ke-17Istilah Beaux Arts muncul abad ke-17, dan pada tahun 1690 digunakan oleh sastrawan Perancis Charles Perrault sebagai judul buku : Le Cabinet des Beaux Arts.Tahun 1648, Louis XIV mendirikan Academie Royale des Beaux Arts, awalnya terbatas pada seni lukis dan patung. Baru pada tahun 1671 arsitektur bergabung, dan selanjutnya bidang musik, hingga akhirnya akademi ini terdiri dari para pelukis, pematung, arsitek, dan komposer.Tahun 1975, Academie Royale des Beaux Arts, ditingkatkan statusnya menjadi Nationale Institute dengan 3 kelas utama:1. Physical and Mathematical Science2. Moral and Political Science3. Literature and Fine Arts:3.1 French language and literature3.2 Ancient history and Literature3.3 Fine Arts : Seni lukis, seni patung, arsitektur, dan musik

2.5 Konsep Fine Arts di Inggris Abad ke-18Fine arts padanan dari kata Beaux arts

FINE ARTS, in plural, the arts which concerned with the beautiful, or which appeal to the faculty of taste; in the widest use including poetry, eloquence, music, etc., but often applied in a more restricted sense to the arts of design, as painting, sculpture, and archetecture. Hence in singular one of these arts.

Fine: elegant, beautiful in thought or language, accomplished, elegant of manners, showy, splendied

1769 didirikan Royal Akademy of Fine Arts di Inggris oleh Sir Joshua Reynolds

Arti Seni Menurut Perorangan: Seni = bermain, Homo Ludens (Huizinga) Will to Power (Nietzsche) Wish Fulfillment, (Freud) Ekspresi dan Komunikasi Emosi (Tolstoy) Kesenangan (Santayana) Intuisi (Croce) Bentuk (Bell) Imitasi (Plato, Aristoteles, Plotinus)

PLATO, 428-348

Berdasarkan data-data sejarah, Plato diyakini lahir di Athena atau Aegina sekitar tahun 428 atau 427 SM. Sejak masih muda Plato telah memiliki ketertarikan yang besar terhadap politik. Ia akhirnya menjadi murid dan pengikut Socrates, filsuf kontroversial pada masa itu. Tahun 399 SM, Socrates meninggal di tangan pemerintah Athena. Peristiwa ini menjadi titik tolak dan motivator Plato sebagai seorang filsuf besar. Ia menulis Apology; pembelaan Socrates saat pemerintah Athena mengadilinya, dan karya ini menjadi karya besarnya yang pertama. Plato juga terkenal lewat Republic (konsep negara ideal Plato) dan Dialogues (kumpulan pemikiran (Plato) yang dimanifestasikan lewat bentuk diskusi antar Socrates dan penduduk Athena). Konsep estetika Plato menitikberatkan pada harmoni (keselarasan), keteraturan, keutuhan, dan keseimbangan.Tahun 387 SM Plato mendirikan Akademi di Athena (sering disebut sebagai universitas pertama Eropa). Salah seorang muridnya adalah Aristoteles. Plato akhirnya meninggal pada usia 80 tahun sekitar tahun 348-347 SM.

The World of Ideas: Eternally True, Beautiful, and GoodKonsep Plato mengenai idea adalah dasar dari berbagai pemikirannya. Jadi, apakah idea itu?Plato membagi dunia dalam 2 tipe: world of senses (dunia indrawi) dan world of ideas (dunia gagasan). WoS adalah dunia dimana kita memperoleh informasi dan pengetahuan melalui persepsi panca indera kita. Tetapi informasi yang kita peroleh dalam WoS bukan merupakan hal yang sesungguhnya/parsial/tidak lengkap. Tidak ada sesuatu yang pasti, yang ada hanya hal-hal yang datang dan pergi.WoI adalah dunia tempat kita mendapatkan pengetahuan yang sesungguhnya (true knowledge) dengan menggunakan logika/rasio (reason) kita. WoI tidak dapat dideteksi dengan panca indera, tetapi idea sendiri bersifat kekal dan absolut. Manusia memiliki 2 sisi; fisik kita berada di wilayah WoS, sementara jiwa/roh kita berada di wilayah WoI.

ANALOGI PLATO: MYTH OF THE CAVEUntuk menggambarkan konsep WoS dan WoI, Plato menggunakan sebuah mitos/cerita tentang para penghuni gua. Bayangkan beberapa orang yang tinggal di dalam gua dengan posisi punggung mereka menghadap ke mulut gua tempat sinar matahari masuk tanpa mereka bisa berpindah posisi. Di dinding gua di hadapan mereka, terlihat bayangan benda-benda di luar gua. Mereka telah menatap bayangan-bayangan itu sejak lahir hingga mereka menganggapnya bentuk-bentuk yang sebenarnya. Suatu saat seorang penghuni gua berhasil membebaskan diri. Ia berbalik dan menatap keluar pintu gua. Ia terkagum-kagum saat melihat sosok asli dari bayangan yang selama ini dilihatnya. Ia akan menyadari bahwa benda yang selama ini dia lihat ternyata hanya refleksi/bayangan yang menyedihkan dari bentuk aslinya. Sayangnya, saat ia berusaha memberitahu teman-temannya tentang situasi luar gua, mereka tidak mempercayainya karena bagi mereka bayangan yang mereka lihat adalah yang asli (bentuk analogi Plato tentang kondisi filsuf di masyarakat).

MYTH OF THE CAVE

Aristoteles (384-322 S.M.),

Pendidik Iskandar Agung, adalah murid Plato. Tetapi dalam banyak hal ia tidak setuju dengan Plato. Ide-ide menurut Aristoteles tidak terletak dalam suatu "surga" di atas dunia ini, melainkan di dalam benda-benda sendiri. Setiap benda terdiri dari dua unsur yang tak terpisahkan, yaitu materi ("hyl") dan bentuk ("morf"). Bentuk-bentuk dapat dibandingkan dengan ide-ide dari Plato. Tetapi pada Aristoteles ide-ide ini tidak dapat dipikirkan lagi lepas dari materi. Materi tanpa bentuk tidak ada. Bentuk-bentuk "bertindak" di dalam materi. Bentuk-bentuk memberi kenyataan kepada materi dan sekaligus merupakan tujuan dari materi. Filsafat Aristoteles sangat sistematis. Sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Tulisan-tulisan Aristoteles meliputi bidang logika, etika, politik, metafisika, psikologi dan ilmu alam.

Estetika Zaman Abad PertengahanDalam sejarah seni, zaman Yunani-Romawi (Graeco-Roman) disebut sebagai zaman klasik. Sumber gagasan seninya berasal dari Yunani, kemudian diteruskan oleh Romawi. Pada saat berakhirnya zaman klasik ini, sekitar 400 tahun, dimulailah zaman Abad Pertengahan. Zaman Abad Pertengahan didasari oleh budaya Yunani-Romawi dan agama Kristen. Pengaruh agama amat kuat pada zaman ini, dan menjadi salah satu tiang budaya Eropa di kemudian hari. Peranan gereja amat besar dalam kehidupan sosial dan politik. Kehidupan rohani ditujukan untuk kehidupan kekal di akhirat. Maka filsafat seninya juga diwarnai oleh kondisi tersebut. Pemikiran seni zaman klasik masih dipakai dengan penyesuaian agama Kristen. Dua filsuf estetika yang muncul adalah Santo Agustinus dan Thomas Aquinas.

Santo Agustinus (353-430)Pemikiran kesenian Santo Agustinus sering dinamai neo-platonisme. Pokok pikiran klasik dari Plato mengenai harmoni (keselarasan), keteraturan, keutuhan dan keseimbangan dalam karya seni dipakai oleh Agustinus. Yang indah merupakan kesatuan objek yang sesuai dengan pengaturan dan perbandingan bagian-bagiannya masing-masing.Ide keindahan Plato dikenakan pada Tuhan, sehingga keindahan seni dan alam berhubungan kuat dengan agama. Karya seni yang indah adalah karya seni yang sesuai dengan keteraturan ideal yang hanya dapat diperoleh dari Terang Ilahi. Inilah sebabnya filsafat Agustinus disebut iluminasi, yang berarti segala sesuatunya berkat anugerah cahaya terang dari Tuhan. Dalam hal ini manusia kurang memadai usahanya untuk mencapai terang itu. Dalam karya seni yang baik selalu terdapat kecemerlangan keteraturan. Inilah sebabnya Agustinus menolak seni sebagai mimesis (imitasi, peniruan). Seni itu transendental. Peran Terang Ilahi sangat besar. Bentuk dan keindahan yang sebenarnya itu melebihi apa yang tampak.

Thomas Aquinas (1225-1275)Teori estetika Thomas Aquinas lebih cenderung dipengaruhi oleh Aristoteles. Menurut Aristoteles, peranan subjek dan benda seni amat menentukan dalam seni. Maka Aquinas juga menekankan pentingnya pengetahuan subjek dan pengalaman (empiris) kesenian. Dengan demikian terdapat penggabungan dua teori, yakni teori subjektif (tentang perlunya pengalaman keindahan) dan teori objektif (perlunya benda seni).Faktor subjektif bersifat kognitif keindahan itu berkaitan dengan pengetahuan; kita menyebut sesuatu itu indah jika sesuatu itu menyenangkan mata kita. Dengan demikian, pengalaman keindahan (subjektivitas) muncul apabila terdapat pengetahuan dan pengalaman dalam diri manusia.Aquinas menunjuk syarat-syarat keindahan sebagai sesuatu yang memiliki: kesempurnaan bentuk atau kesatuan di mana terdapat integritas lengkap antara unsur-unsurnya; proporsi atau keselarasan; dan kecemerlangan. Ketiga syarat ini akan melahirkan suatu objektivitas yang disebut benda seni.Pengaruh Aristoteles tampak dalam pengaduannya terhadap peranan subjek dalam proses terjadinya keindahan. Pengetahuan dan pengalaman empiris amat menentukan terjadinya pengalaman keindahan dalam diri manusia. Bangkitnya estetika Aristotelian dalam teori Thomas Aquinas ini mengawali bangkitnya minat Eropa terhadap pengetahuan empiris, yakni terhadap alam semesta, diri manusia sendiri, dan dunia lingkungannya. Minat ini mencapai puncaknya pada zaman Renaissans.

Estetika Zaman Renaissans (1500)Pokok zaman ini adalah pandangan kembali ke Bumi sebagai reaksi terhadap pandangan Abad Pertengahan yang menekankan surgawi akibat besarnya pengaruh agama. Muncul akibat perkenalan Italia terhadap warisan budaya klasik mereka, Graeco-Roman, melalui Perang Salib, dan pelarian orang-orang Yunani di Eropa. Pandangan kritis Yunani terhadap lingkungan hidupnya ini sesuai dengan semangat yang muncul pada Zaman Renaissans.Seni keagamaan di zaman Abad Pertengahan berganti menjadi seni profan (bukan sakral) dan sekuler (bukan religius) karena perubahan pada masyarakat. Perubahan ini adalah munculnya golongan baru, yakni kaum borjuis yang hidup dari berdagang dan menjadi golongan kaya baru. Golongan inilah yang menyadari pentingnya kenyataan konkret sebagai dasar pandangan hidup.

Estetika Zaman Renaissans (1500)Di lain pihak, kaum Aristotelian lebih beragam lagi pandangannya sehingga menimbulkan debat estetika pada zamannya. Kaum Aristotelian menekankan keindahan jasmani. Tokoh dari kaum ini adalah Alberti (1409-1472), yang menyatakan bahwa seni adalah harmoni antara unsur-unsurnya, dan setiap perubahan dalam unsur terkecil dapat merusak seni tersebut.Persoalan Aristotelian yang sering diperdebatkan adalah masalah mimesis, seni dan sejarah, masalah universal dan khusus dalam seni, dan masalah fungsi seni. Tentang benda seni terdapat pandangan menarik dari Campanella, bahwa materi seni itu netral, tidak dengan sendirinya indah atau tidak indah. Sebagai contoh, secangkir urine yang tampak kotor dan menjijikkan bagi sebagian orang mungkin tampak indah bagi seorang dokter karena melaluinya dia dapat melihat gambaran kesehatan sempurna pada pemiliknya. Campanella mengisyaratkan pentingnya suatu analisis untuk merebut keindahan pada sebuah objek.

Estetika Zaman Renaissans (1500)Debat estetika berlanjut dengan masalah fungsi seni. Kaum Pedagogi berpendapat bahwa seni yang baik adalah seni yang mendidik dan memberi manfaat dalam kehidupan praktis manusia. Menurut pendapat Piccalomini, seni harus merupakan studi alam yang akan menambah kekayaan dan meninggikan kemuliaan manusia.Persoalan sejarah dan seni diungkapkan oleh Fracastaro, yang menyatakan bahwa seni menekankan ide universal, sedangkan sejarah hanya pada hal-hal khusus saja. Perbedaan antara seni dan sejarah bukanlah pada objeknya, melainkan pada cara pengungkapannya.Persoalan terakhir adalah masalah imitasi. Masalah ini mempertanyakan apakah imitasi dalam seni itu terbatas pada hal-hal yang baik saja atau apakah benda jelek atau kenyataan yang jelek tidak dapat dipandang indah dalam seni. Kejelekan juga adalah objek imitasi seni, karena seni terletak pada kerja imitasinya, bukan pada objek yang ditirunya.

SIMPULAN Estetika masa Yunani lebih menekankan pada kosmos sebagai pusat (cosmosentris) Estetika masa Pertengahan lebih menekankan pada agama sebagai pusat (teosentris) Estetika masaa Renaissance lebih menekankan pada manusia sebagai pusat (antroposentris)