Seni Estetika Bonsai Ppa

26
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Agama Budha yang masuk dan menyebar ke Jepang melalui Cina dan Korea, diterima oleh orang Jepang berdasarkan cara berpikir kepercayaan mereka. Hal ini merupakan salah satu aspek yang menimbulkan adanya perbedaan diantara agama Budha Jepang dengan agama Budha di India dan juga di Cina. Konsep satori bagi agama Budha India,misalnya, diartikan sebagai pencerahan terakhir yang eksistensinya di dunia ini melampaui dunia gejala. Sedangkan di Jepang, hongaku atau satori (pencerahan) tersebut, justru ditarik atau diturunkan ke dalam dunia fenomena itu sendiri (Nakamura, 1991:15). Dengan demikian, salah satu ciri dalam cara berpikir orang Jepang menampakkan tidak adanya sesuatu yang disembunyikan dari manusia. Dunia fenomena bagi orang Jepang, adalah mutlak dunia apa adanya, sehingga segala apa yang ada di dunia nyata, seperti pohon, rumput, sungai, gunung, bunga, dan lain-lainnya dipandang sebagai perwujudan dari Bussho (sifat Budha). Itulah sebabnya orang Jepang sangat mencintai alam dalam banyak hal, dan juga merindukannya. Mereka, antara lain melukiskan pohon, rumput, burung, bunga, dan sebagainya pada corak pakaian yang mereka kenakan serta menginterpretasikannya pula dalam bentuk karya sastra. Begitu pula dalam hal menu dan cita rasa masakan. Mereka sangat menghargai masakan tersebut sebagaimana bentuk alaminya, sehingga bentuk, warna, dan rasa masakan dipertahankan sealami mungkin. Dalam hal rumah atau tempat tinggal pun 1

Transcript of Seni Estetika Bonsai Ppa

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang Agama Budha yang masuk dan menyebar ke Jepang melalui Cina dan Korea, diterima oleh orang Jepang berdasarkan cara berpikir kepercayaan mereka. Hal ini merupakan salah satu aspek yang menimbulkan adanya perbedaan diantara agama Budha Jepang dengan agama Budha di India dan juga di Cina. Konsep satori bagi agama Budha India, misalnya, diartikan sebagai pencerahan terakhir yang eksistensinya di dunia ini melampaui dunia gejala. Sedangkan di Jepang, hongaku atau satori (pencerahan) tersebut, justru ditarik atau diturunkan ke dalam dunia fenomena itu sendiri (Nakamura, 1991:15). Dengan demikian, salah satu ciri dalam cara berpikir orang Jepang menampakkan tidak adanya sesuatu yang disembunyikan dari manusia. Dunia fenomena bagi orang Jepang, adalah mutlak dunia apa adanya, sehingga segala apa yang ada di dunia nyata, seperti pohon, rumput, sungai, gunung, bunga, dan lain-lainnya dipandang sebagai perwujudan dari Bussho (sifat Budha). Itulah sebabnya orang Jepang sangat mencintai alam dalam banyak hal, dan juga merindukannya. Mereka, antara lain melukiskan pohon, rumput, burung, bunga, dan sebagainya pada corak pakaian yang mereka kenakan serta menginterpretasikannya pula dalam bentuk karya sastra. Begitu pula dalam hal menu dan cita rasa masakan. Mereka sangat menghargai masakan tersebut sebagaimana bentuk alaminya, sehingga bentuk, warna, dan rasa masakan dipertahankan sealami mungkin. Dalam hal rumah atau tempat tinggal pun

1

demikian. Mereka menghias tokonoma (tempat untuk meletakkan hiasan di ruang tamu pada rumah ala Jepang) dengan bonsai, yaitu pohon yang dikerdilkan dalam pot yang mencerminkan keserasian di antara langit, bumi, dan manusia. Istilah bonsai merujuk pada kesenian menumbuhkan pohon kerdil, atau membuat miniatur sebuah pohon, atau mengembangkan suatu tumbuhan yang dibentuk seperti pohon kecil. Menanam bonsai membutuhkan ketelatenan dalam hal membentuk, menyiram, mengganti pot, dan merawat dengan baik. Sebutan bonsai berasal dari bahasa Jepang dan kini umum digunakan secara internasional untuk merujuk pada pohon-pohon kerdil. Pada awalnya, orang-orang Jepang menanam bonsai untuk menghiasi rumah dan taman-taman mereka. Kemudian pada era Tokugawa bonsai mulai memiliki fungsi sosial, yakni sebagai ajang pamer kekayaan keluarga bangsawan. Terdapat dua tipe bonsai yang sering kita jumpai yakni outdoor dan indoor. Tipe outdoor merupakan tipe yang lebih awal muncul, adalah bonsai yang ditumbuhkan dalam pot namun tetap diletakkan di luar rumah. Dahulu, teori yang berlaku adalah jika bonsai ditumbuhkan di rumah, maka mereka akan melemah dan mati. Teori tersebut kini dipatahkan dengan adanya spesies-spesies yang mampu dibonsai-kan dalam rumah, meliputi:

Ficus. Genus ini sangat digemari untuk dijadikan

bonsai indoor karena mereka cukup mudah dibentuk, misalnya F. benjamina dan F. neriifolia.

Schefflera arboricola yang berasal dari Hawai. Crassula ovata, dijadikan bonsai karena batang yang

kuat dan tahan kering.

2

Serissa, tumbuhan non tropis yang mencolok karena

daun-daunnya yang kecil dan tahan lama. Bonsai indoor cukup digemari di negara kita ini. Adapun perbedaan bonsai indoor dan outdoor adalah tidak memiliki masa dorman yang panjang ketika musim hujan, tumbuh lebih cepat pada iklim tropis, dan lebih praktis. Demikian bonsai hidup dalam budaya Jepang selama berabadabad dengan estetikanya yang tinggi. Dalam makalah ini saya akan memaparkan lebih lanjut tentang bonsai, yaitu suatu seni yang dianggap tinggi bagi orang Jepang sebagai simbol budaya dan cita-cita. B. Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Apa pengertian dari bonsai dan bagaimana istilah bonsai muncul atau terbentuk. 2. Apa sajakah jenis-jenis bonsai yang ada 3. Bagaimana sejarah asal usul munculnya seni bonsai dalam peradaban masyarakat Jepang 4. Apakah perspektif masyarakat Jepang terhadap sebuah kesenian bonsai 5. Apa korelasi antara bonsai dan nilai estetika sebuah seni dan budaya

3

Bab II Pembahasan

A. Pengertian Seni Bonsai Jepang

Bonsai ( ) adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Penanaman (sai, ) dilakukan di pot dangkal yang disebut bon (). Istilah bonsai juga dipakai untuk seni tradisional Jepang dalam pemeliharaan tanaman atau pohon dalam pot dangkal, dan apresiasi keindahan bentuk dahan, daun, batang, dan akar pohon, serta pot dangkal yang menjadi wadah, atau keseluruhan bentuk tanaman atau pohon. Bonsai adalah pelafalan bahasa Jepang untuk penzai (). Seni ini mencakup berbagai teknik pemotongan dan pemangkasan tanaman, pengawatan (pembentukan cabang dan dahan pohon dengan melilitkan kawat atau membengkokkannya dengan ikatan kawat), serta membuat akar menyebar di atas batu. Pembuatan bonsai memakan waktu yang lama dan melibatkan berbagai macam pekerjaan, antara lain pemberian pupuk, pemangkasan, pembentukan tanaman, penyiraman, dan penggantian pot dan tanah. Tanaman atau pohon dikerdilkan dengan cara memotong akar dan rantingnya. Pohon dibentuk dengan bantuan kawat pada ranting dan tunasnya. Kawat harus sudah diambil sebelum sempat menggores kulit ranting pohon tersebut. Tanaman adalah makhluk hidup, dan tidak ada bonsai yang dapat dikatakan selesai atau sudah jadi. Perubahan yang terjadi terus menerus pada tanaman sesuai musim atau keadaan alam merupakan salah satu daya tarik bonsai.

4

Pohon yang paling umum dibonsai adalah berbagai spesies pinus. Jenis tanaman dan pohon dipakai untuk mengelompokkan jenisjenis bonsai:

Bonsai pohon pinus dan ek: tusam, cemara cina, cemara Bonsai pohon buah untuk dinikmati keindahan buahnya (Ilex

duri, sugi, dan lain-lain.

serrata, kesemek, Chaenomeles sinensis, apel mini, dan lainlain).

Bonsai tumbuhan berbunga untuk dinikmati keindahan (Prunus mume,Chaenomeles speciosa, sakura,

bunganya

azalea satsuki). Bonsai pohon untuk dinikmati bentuk daunnya (Maple, Zelkova serrata, Rhus succedanea, bambu). Ada banyak sekali tanaman tropis yang telah dicoba dan ternyata cocok untuk dibonsai, di antaranya asam jawa, beringin, cemara udang, waru, dan jambu biji. B. Bentuk Dasar Bonsai

Tegak Lurus (Chokkan)

Tegak Berkelok-kelok (Moyogi)

5

Sarung Angin/Tertiup Angin (Fukinagashi)

Menggantung (Kengai)

Setengah Menggantung (Han Kengai)

Batang Bergelung (Bankan)

Sapu Tegak (Hkidachi)

Berbatang Dua (Skan)

Pohon Sastrawan (Bunjinki) Tegak Lurus ( Chokkan)

6

Batang pohon tegak lurus vertikal ke atas. Pohon dikatakan memiliki batang yang ideal bila pohon memiliki diameter batang yang makin ke atas makin mengecil, dimulai dari bagian batang yang dekat dengan akar. Pohon dikatakan memiliki dahan yang ideal bila dahan ada di sisi depanbelakang atau kiri-kanan saling bersilangan satu sama lainnya. Jarak antardahan makin ke atas makin sempit. Bentuk akar ideal adalah akar yang bila dilihat dari atas, menjalar ke segala penjuru. Tegak Berkelok-kelok ( Moyogi) Batang pohon tegak berkelok-kelok ke kiri dan ke kanan. Diameter batang makin ke atas makin mengecil dengan keseimbangan kiri dan kanan yang baik. Dahan yang baik adalah dahan yang ada di bagian puncak lengkungan batang pohon. Dahan yang berada di bagian dalam lengkungan dipotong. Dari pangkal batang hingga bagian puncak pohon dapat ditarik garis lurus, dan orang yang melihat tidak merasa khawatir dengan keseimbangan pohon tersebut. Miring ( Shakan) Batang pohon miring ke satu sisi bagaikan terus menerus ditiup angin ke arah tersebut. Bagaikan ada benda yang menghalangi di salah satu sisi, batang pohon tumbuh mencondong ke sisi lain. Ciri khas bentuk ini berupa dahan yang ada hanya di bagian puncak lengkungan batang, dan berselang-seling di sisi kiri-kanan dan depan-belakang. Sarung Angin ( Fukiganashi) Dibandingkan bonsai bentuk Miring, pohon tumbuh sambil mengalami paksaan yang lebih kejam. Batang dan dahan pohon hanya condong ke satu arah. Batang dan dahan

7

pohon yang condong ke satu sisi jauh lebih panjang daripada tinggi pohon yang diukur dari pangkal batang ke puncak pohon. Posisi batang dan dahan mirip dengan bonsai gaya Setengah Menggantung, namun batang dan dahan terlihat membentuk garis paralel. Menggantung ( Kengai) Pohon diibaratkan tumbuh di permukaan dinding terjal yang berada di tebing tepi laut atau dinding lembah terjal. Batang pohon tumbuh bagaikan menggantung ke bawah tebing. Puncak pohon tersebut menggantung jauh hingga melebihi dasar pot. Bila puncak pohon tidak melebihi dasar pot maka bonsai disebut Setengah Menggantung (Han Kengai). Batang Bergelung ( Bankan) Batang pohon terlihat sangat dipilin, atau pohon tumbuh dengan kecenderungan memilin diri. Batang pohon begitu terlihat dipilin bagaikan ular yang sedang bergelung. Sapu Tegak ( Hkidachi) Batang tegak lurus hingga di tengah sebelum dahan dan ranting tumbuh menyebar ke segala arah. Puncak pohon sulit ditentukan dari sejumlah puncak dahan yang ada sehingga bentuk bonsai ini mirip sapu dari bambu. Keindahan bonsai gaya ini dinilai dari percabangan dahan yang rapi, dan titik dimulainya persebaran dahan dan ranting ke segala arah, tinggi pohon, dan keseimbangan unsur-unsur tersebut. Menonjolkan Akar ( Neagari) Akibat pohon dipelihara di lingkungan pemeliharaan yang kejam, bagian pangkal akar yang bercabang-cabang di dalam tanah menjadi terekspos ke luar di atas tanah bagaikan akibat diterpa angin dan hujan.

8

Berbatang Banyak ( Takan) Dari satu pangkal akar tumbuh tegak lebih dari satu batang pohon. Bila tumbuh dua batang pohon, maka bonsai disebut Berbatang Dua (Skan). Bila ada tiga batang pohon, maka disebut Berbatang Tiga (Sankan). Bonsai berbatang lima atau lebih disebut Tunggul Tegak (Kabudachi). Batang berjumlah ganjil lebih disukai. Selain bonsai berbatang dua, bonsai dengan batang berjumlah genap tidak disenangi dan tidak dibuat. Akar Terjalin ( Netsuranari) Akar dari sejumlah batang pohon dari satu spesies (tiga batang pohon atau lebih) saling melekat dan berhubungan satu satu sama lainnya. Bentuk ini juga dapat berasal dari batang pohon yang tadinya tegak, namun roboh dan terkubur di dalam tanah. Bagian yang dulunya adalah dahan pohon, berubah peran dan tumbuh sebagai batang pohon. Dari batang pohon tersebut keluar akar, dan akar tersebut terjalin dengan akar pohon asal. Bentuk yang mirip dengan Akar Terjalin disebut Rakit atau Tumbuh dari Batang (Ikadabuki). Bonsai berbentuk Tumbuh dari Batang juga berasal dari pohon yang tadinya tegak, namun roboh dan dahan berubah peran menjadi batang. Perbedaannya dengan Akar Terjalin terletak pada akar yang hanya ada di satu tempat. Seperti halnya bonsai Berbatang Banyak, pohon berbatang genap tidak disukai. Kelompok ( Yoseue) Lebih dari satu pohon ditanam bersama dalam satu pot dangkal atau ditanam di atas batu. Pohon yang ditanam dapat saja beberapa pohon dari satu spesies, atau campuran dari beberapa spesies berbeda. Nilai kreativitas

9

karya dapat ditinggikan dengan perpaduan benda-benda hiasan yang diletakkan sebagai tambahan. Pohon Sastrawan ( Bunjinki) Bentuk bonsai ini asal usulnya dari meniru bentuk pohon dalam nanga. Dinamakan bonsai bentuk Pohon Sastrawan karena sastrawan zaman Meiji sangat menggemari bonsai bentuk ini. Pada zaman sekarang, batang kurus, jumlah dahan sedikit, dan dahan pendek juga disebut Pohon Sastrawan. Pohon Tak Lazim ( Kawariki) Bentuk ini dipakai untuk menyebut bonsai yang tidak dapat digolongkan ke dalam bentuk-bentuk bonsai yang lazim. Bonsai dikelompokkan menjadi enam kelompok berdasarkan tinggi tanaman dari pangkal batang hingga bagian puncak tanaman: raksasa besar sedang kecil : tinggi pohon lebih dari 101 cm. : tinggi pohon antara 76-100 cm. : tinggi pohon antara 31-45 cm. : tinggi pohon antara 16-30 cm. : tinggi pohon antara 46-75 cm. sangat besar

sangat kecil: tinggi pohon kurang dari 15 cm.C. Sejarah Bonsai

Bonsai (bahasa Jepang: , bahasa Mandarin: , secara harfiah tanaman di pot) atau merupakan pohon salah satu seni pemangkasan tumbuhan dengan membesarkan

tanaman di pot saja. Kultivasi termasuk teknik-teknik untuk pembentukan (shaping), pengairan (watering) dan pengepotan (repotting) di segala macam bentuk pot.

10

Berasal dari daratan China pada zaman Dinasti Han, Bonsai adalah pelafalan bahasa Jepang untuk tanaman tersebut yang bahasa Mandarin -nya pen zai, yang ditandai dengan digunakannya karakter kanji. Kata Bonsai di Barat digunakan untuk semua macam tanaman atau pohon miniatur yang ditanam di dalam wadah tertentu atau pot. Dalam bahasa Jepang, bonsai berarti tanaman di pot. Biasanya akan berasosiasi dengan sebuah miniatur pohon yang ditanam di dalam pot atau kontainer. Pohon yang di bonsai umumnya berupa pohon berkayu (misalnya pohon beringin, dll) atau pohon buahbuahan dan kadang berupa pohon bunga. Bonsai yang baik dapat diletakkan diluar pekarangan sepanjang tahun. Efek artistik dari bonsai dilihat dari keseimbangan dalam ukuran batang, daun, ranting bunga atau buah dan pot yang digunakan. Pot yang dipakai haruslah yang mendukung suasana pohon yang ditanam. Bonsai sekarang menjadi cukup populer termasuk di Indonesia. Asalnya bonsai dipercayai mulai paling sedikitnya 4000 tahun lalu pada zaman Dinasti Han di China. Sejak saat itu sudah dikembangkan ke bentuk-bentuk baru di bagian-bagian China, Jepang, Korea dan Vietnam. Pada mulanya, orang-orang Jepang menggunakan pohon miniatur yang dibesarkan di wadah-wadah untuk mendekorasi rumah dan taman mereka. Pada zaman Zaman Edo, penanaman tersusun di kebun mendapat kepentingan yang baru. Kultivasi tanaman seperti azalea dan maple menjadi suatu hobi untuk masyarakat yang tingkat atas. Pada waktu tersebut, istilah yang dipakai untuk memanggil pohon kerdil yang dipotkan adalah (hachi-no-ki).

11

Sedangkan kata Bonsai itu diserap dari bahasa Mandarin Pen-Zai (Pen = Pot Zai = Pohon), sebelumnya dalam bahasa Jepang disebut Hachi-no-ki = Pohon di dalam Pot. Tidak bisa dipungkiri, bahwa Bonsai itu sebenarnya berasal dari Tiongkok. Seni mengerdilkan tumbuh-tumbuhan di Tiongkok lebih dikenal dengan sebutan Penjing (Pinyin). Pen=Pot/Wadah/Dulang-Ying= Panorama Alam. Penjing merupakan seni mengerdilkan tanaman dengan

mengambil inspirasi dari bentuk panorama alam. Gambar siluet dari panorama alam inilah yang mereka tata dalam sebuah tanaman yang dikerdilkan, hingga tanaman itu berbentuk lukisan alam yang indah dan hidup. Penjing bisa dibagi dalam tiga kategori: Penjing Pohon (Shumu Penjing), Penjing pemandangan/Alam (Shanshui Penjing), Penjing Air dan Tanah (Shuihan Penjing). Asal muasalnya dari seni Penjing berdasarkan mitologi; konon ada seorang ahli sihir yang bernama Jiang Feng yang memiliki kemampuan menyihir sehingga apa saja yang disihir olehnya akan menjadi kecil. Sedangkan He-Nian seorang pujangga ketika zaman Dinasti Yuan telah menulis beberapa puisi mengenai Penjing dan salah satu kalimatnya telah menjadi kredo: Yang Terkecil menjadi Yang Terbesar. Seni Penjing sudah dikenal sejak zaman Dinasti Tang, tetapi baru pada saat Dinasti Qin menjadi sangat terkenal dan digandrungi oleh para pejabat tinggi maupun para Bikshu, sehingga setiap tahunnya diadakan lomba seni Penjing. Konon ketika kerajaan Shuhan terjadi persaingan terselubung antara kanselir Zhuge Liang (Cukat Liang) dengan Liu Bei. Untuk membuktikan tanda kesetiaannya Liu Bei terhadap Cukat Liang dan juga keinginan damainya. Liu Bei menghadiahkan Penjing12

Pohon buah Pear. Melalui pohon inilah hati sang kanselir akhirnya bisa luluh. Perlu diketahui bahwa Liu Bei juga adalah seorang satrawan maka dari itu Penjing Pohon yang bentuknya lurus seperti pena disebut Wenren Mu (Pohon Para Pujangga) dalam bahasa Jepang disebut Bunjingi. Bonsai pertama kali diperkenalkan ke umum oleh Jepang pada tahun 1867 ketika Expo Dunia di Paris. Seni mengerdilkan/pemangkasan tanaman dikembangkan juga oleh para Biksu aliran Tao, karena Penjing ini juga merupakan lambang dari keseimbangan serta keharmonisan manusia dengan alamnya. Dari pemeliharaan seni Penjing mereka bisa mendapatkan secara tidak langsung kepuasan batiniah yang tak ternilai. Para Biksu inilah jugayang membawa seni Penjing ke Jepang yang akhirnya dikembangkan menjadi seni Bonsai. Diperkirakan seni Penjing ini pertama kali datang ke Jepang antara era Kaisar Kammu (737 - 806) hingga akhirnya masa kejayaan Kerajaan Edo pada kepemimpinan Shogun Dinasti Tokugawa (1603 - 1867). Sedangkan sebagian pihak menganggap Bonsai hadir pada masa Dinasti Kamakura (1185 - 1333). Hal ini terjadi karena adanya bukti otentik berupa lukisan seorang pejabat Shogun Kamakura dengan Bonsai. Para penggemar Bonsai pada umumnya beli pohon tidak di Jepang melainkan di China atau di Taiwan sebab disana harganya jauh lebih murah daripada di Jepang yang bisa dua sampai tiga kali lipat lebih mahal. Harga per pohon di Taiwan bisa puluhan juta, kebalikannya di Indonesia orang masih ada yang bersedia bayar ratusan juta rupiah untuk bisa mendapatkan satu pohon bonsai yang bagus.

13

Karangan

yang

berasal

dari

kurun

masa

tahun

1300-an,

Rhymeprose on a Miniature Landscape Garden, oleh seorang biksu Zen Jepang Kokan Shiren menggaris-besarkan prinsip estetis untuk bonsai, bonseki dan arsitektur pertamanan. Pohon bonsai yang tertua yang diketahui ada di dalam koleksi Happo-en (kebun pribadi dan restoran eksklusif) di Tokyo, Jepang dimana bisa ditemukan bonsai-bonsai yang berusia 400 sampai 800 tahun. Sumber lain mengatakan bahwa Bonsai berasal dari seni

miniaturisasi tanaman yang disebut penjing ( ) dari periode Dinasti Tang. Di makam putra dari Maharani Wu Zetian terdapat lukisan dinding yang menggambarkan pelayan wanita yang membawa pohon berbunga dalam pot dangkal. Pot dangkal berukuran kecil ini merupakan miniaturisasi dari pemandangan alam. Kalangan bangsawan di Jepang mulai mengenal penjing sekitar akhir zaman Heian. Aksara kanji untuk penjing ( ) dilafalkan orang Jepang sebagai bonkei. Sama halnya dengan di Cina, bonkei di Jepang juga merupakan miniaturisasi dari pemandangan alam. Seni yang hanya dinikmati kalangan atas, terutama kalangan pejabat istana dan samurai, dan baru disebut bonsai pada zaman Edo. Menanam bonsai adalah pekerjaan sambilan samurai zaman Edo, saat bonsai mencapai puncak kepopuleran. Sejak zaman Meiji, bonsai dianggap sebagai hobi yang bergaya. Namun pemeliharaan bonsai dan penyiraman memakan banyak waktu. Sejalan dengan lingkungan tempat tinggal di Jepang yang makin modern dan tidak

14

memiliki halaman, penggemar bonsai akhirnya terbatas pada kalangan berusia lanjut. Bonsai dibuat dan ditampilkan untuk pertama kali di China lebih dari ribuan tahun yang lalu dalam bentuk dan skala ukuran yang sangat sederhana, dikenal sebagai pun-sai, dimana merupakan praktek penanaman jenis pohon tunggal di beberapa pot. Bentuk awal bonsai ditampilkan dengan sedikit dedaunan yang megah, berbentuk aneh dalam tempat yang bagus yang sering menyerupai bentuk binatang, naga, atau burung. Ada beberapa mitos yang terkenal dan cerita legenda tentang bonsai Cina, dan menyerupai binatang aneh dan bentuk susunan akar yang masih sangat mengagumkan sampai sekarang, Bonsai Cina berasal dari suatu tempat yang menggambarkan api naga dan ular yang melingkar-lingkar yang menjadikan gambaran yang berlebihan dari pohonnya sendiri - sehingga gambaran dua bentuk seni itu sendiri terpisah terlalu jauh. Setelah Jepang mengadopsi beberapa budaya China yang baku bonsai di angkat derajatnya, diperkenalkan di Jepang pada jaman Kamakura (1185 - 1333) disebut Aliran Budha - Zen, yang dalam waktu yang hampir bersamaan tersebar di seluruh Asia. Waktu yang tepat memang masih sering diperdebatkan, meskipun kemungkinan sampainya pada tahun 1195 masehi, menandakan bahwa bonsai telah berada sejak perioda zaman tsb. Sekali bonsai dikenalkan ke Jepang, Seninya telah berubah diperhalus dan berkembang, tidak lagi bersandar pada budaya Cina. Akhirnya, bonsai sederhana tidak hanya mewakili gambaran aliran Budha dan seolah menakutkan, tetapi juga dikenalkan untuk mewakili simbul aristorat, simbul gengsi dan penghargaa. Philosophi dan maksud bonsai mulai banyak berubah sejak tahun itu. Untu orang

15

Jepang, bonsai melambangkan menggabungan kepercayaan kuno yang kuat dengan philosophi ketimuran dari keharmonian antara orang, jiwa dan alam. Selama periode Kamakura, bangsa Jepang telah menulis naskah kuno, yang diterjemahkan sebagai berikut: Kesenangan dan mendapatkan kepuasan dengan melengkungkan pot adalah kesenangan yang tak terbayangkan. Walau bisa mengandung arti positif maupun negatif, tinggal bagaimana kita percaya bahwa menanam tanaman dan melintirnya di dalam suatu tempat (pot) adalah praktek yang praktis diantara orang-orang tingkat atas pada jaman Kamakura. Pada abad 14 (empat belas) bonsai sungguh-sungguh dipandang sebagai bentuk seni yang tinggi, dimana harus memerlukan praktek dan pengerjaan yang bertahun-tahun sebelumnya. Bonsai sering dipamerkan/dipajang pada waktu-waktu khusus oleh para elit Jepang dan menjadi hidup yang penting untuk memajang di rak yang didisain khusus. Aneka tanaman tidak lagi disediakan untuk pajangan luar rumah, walau dalam kenyataanya perlakuan dan pemotongan batang-ranting tidak dapat dilakukan sementara masih di dalam rumah - pohon bonsai yang kecil masih diambil dari hutan liar. Di abad 17 dan 16, pengertian/perhatian dan seni Jepan mencapai puncaknya dan dihargai sangat tinggi. Bonsai berevolusi lagi ke pengertian yang lebih tinggi dan berkembang sediit demi sedikit dari bentuk alaminya - meski tempat yang digunakan (pot) menjadi lebih dalam dari bagian tanamannya, Pengurangan segalanya hanya pada hal-hal yang elementer dan perubahan yang mendasar sangat simbolis dari philophi hidup orang=orang Jepang saat ini. - terlihat dari sangat sederhananya taman Jepang seperti Temple (candi) yang terkenal.

16

Pada masa sekarang ini, bonsai juga menjadi pusat berkumpulnya orang jepang pada umumnya - dimana permintaan pohon kecil dari alam liar untuk dijadikan kolesi meningkat tajam dan menciptakan bentuk seni baru yang melibatkan budaya dan tradisi negara Jepang. Sementara itu, bonsai mulai berubah menjadi gaya yang berbeda, masing-masing variasi sangat berbeda dengan yang lain. Seniman bonsai secara umum dipandang dari cara pengenalannya dengan seperti batu-batuan, element-element penting budaya lain, beberapa komponen tambahan dan

perlakuan tanaman, dan meskipun bentuknya kecil dan orangorangnya dikenal sebagai seniman bon-kei. Mereka juga dilihat cara membentuk kembali miniatur keasliannya - yang dikenal sebagai Sei-Kei yang merupakan keberhasilan tak tersaingi dalam seni mengakali bonsai. Akhirnya, dipertengahan abad ke 19, setelah lebih dari 230 tahun terisolasi dengan dunia lain, Jepang membuka diri kepada dunia lain. Berita segera tersebar dari para turis yang mengunjungi jepang adanya pohon kecil yang ditanam di pot dengan gaya tua, tanaman aseli, tinggi pohon normal. Pameran di London yang berhasil mengikat penonton, juga di WIna dan Paris di akhir abad - khususnya pameran di Paris tahun 1900 seluruh mata dunia terpusat pada bonsai. Karena fenomena ini, mendadak permintaan bonsai meningkat. penyebarannya saat ini memperluas dunia industri yang berakitan dengan tanaman seperti bentuk asli, pengkerdilan tanaman dijadikan bahan komersial bagi para seniman tanaman dengan cara memberi pelatihan kepada para penanam muda untuk membuat seni menanam bonsai. Beberapa gaya bonsai yang penting (pokok) diambil, dan para seniman menggunakan kawat,

17

bambu dan tumbuh tanaman akan mengikuti alur yang diberikan perlahan-lahan. Orang Jepang memperlajari dengan cepat hal-hal penting yang menjadikan bonsai menarik - warung-warung tanaman yang terpercaya banyak pertumbuhan, melakukan pelatihan dan eksport tanaman bonsai. Jenis tanaman lain juga dibonsai untuk memenuhi menyesuiakan tanaman musim di seluruh dunia dan menmgatur dedaunan yang sesuai dan cocok dengan iklim setempat. Teknik Bonsai seperti penumbuhan dari biji atau tenik pemotongan serta gaya yang nyleneh, yang berbeda atau lelang material untuk kebutuhan bonsai segera banyak berkembang. Bonsai telah mengalami perubahan citra dan waktu yang semakin meningkat dengan adanya berbagai variasi dari berbagai negara, kultur dari kondisi dimana bonsai dikerjakan. Di Jepang hari ini, bonsai sangat berharga (dihormati) sebagai lambang dari kultur dan ideal mereka. Tahun Baru tidaklah lengkap tanpa tokonoma- setiap ruangan (pojok) yang khusus rumah orang Jepang dipakai untuk meletakkan ornamen-ornamen yang terbaik - diisi dengan bunga pohon aprikot atau pohon plum. Bonsai sekarang tidak lagi monopoli orang-orang high class, tapi sudah menjadi kesenangan bagi para eksekutif dan para pekerja pabrik biasa (juga masyarakat umum). Jepang cenderung memusatkan pada penggunaan jenis yang asli untuk bonsai mereka - yakni pines, bunga azalea dan pohon maple (seperti bonsai yang tradisional). Di negara-negara yang lain bagaimanapun, orang-orang lebih terbuka berbagi pendapat. Evolusi bonsai lebih dari dua abad yang lalu adalah sungguhsungguh mengagumkan - sekarang sesuatu yang dikenal dan

18

dihormati adalah ilmu bentuk seni perkebunan telah tersebar ke seluruh dunia, dari Greenland ke Amerika Serikat ke Afrika Selatan dan Australia. Selalu berubah-ubah bentuk untuk sampai terbentuk yang terbaik, yang dapat menggambarkan betapa

kecilnya dunia ini dapat dicapai.

19

BAB III Perspektif Masyarakat Jepang terhadap Estetika Sebuah Seni Bonsai

Bonsai merupakan seni yang telah berumur ribuan tahun. Bermula dari China, seni ini akhirnya berkembang pesat di Jepang. Sepanjang sejarahnya, sebagian kebudayaan dan pandangan hidup kedua bangsa tersebut lebur ke dalam seni bonsai. Peleburan budaya inilah yang membuat bonsai bernilai kompleks. Untuk memahaminya diperlukan pengetahuan mendalam mengenai budaya asal mula bonsai dan cara menilainya. Falsafah yang lebur dalam seni bonsai disebut wabi dan sabi. Wabi mengandung arti kesederhanaan, namun memiliki nilai yang jauh lebih lengkap dan kompleks daripada sesuatu yang Sabi gemerlapan, penuh ornament, ataupun kecantikan semu. kecantikan. Beberapa prinsip-prinsip filsafat bonsai (kutipan dari "Bonsai No Kokoro" - "Semangat dan filosofi bonsai" oleh Saburo Kato):"Bonsai adalah pencerahan dan membawa perdamaian." "Pecinta Bonsai menghargai keindahan alam." "Alam harus menginspirasi Anda untuk menggambarkan keindahan itu tinggi, jadi anda harus belajar dari alam."

mengandung arti kesendirian, keanggunan, keartistikan, dan

A. sabi.

Nilai Estetika Sebuah Seni Bonsai Jepang Bonsai yang indah mengandung unsur kepribadian,

Sebuah bonsai yang indah tercermin dalam falsafah wabi dan kesederhanaan, keharmonisan, keanggunan, alamiah, wibawa, dan keantikan.20

1.

Kepribadian

Kepribadian dalam hal ini, berarti kepribadian dari pohon itu sendiri yang dipengaruhi oleh jenis lingkungan dan habitat tumbuhnya. Pohon Juniperus di negera dengan empat musim cenderung tumbuh berkelok-kelok karena pengaruh iklim yang keras, batang dan cabangnya sering berpatahan, dan kulitnya pun terkelupas, sehingga tinggal kayu yang memutih dan tahan bertahun-tahun tidak keropos. Sebuah bonsai dapat memancarkan kepribadiannya lewat perakaran kuat yang menjalar ke segala arah, batang yang berlekuk-lekuk indah, ataupun tekstur kulit yang amat menarik. 2. Kesederhanaan

Kesederhanaan sebuah bonsai tercermin pada penataan cabang yang bertingkat-tingkat, tidak saling bersilangan dan tumbuh pada satu garis. Antara cabang satu dengan yang lain terdapat jarak yang memungkinkan pandangan mata menembus kerangka bonsai tersebut. Dengan kesederhanaan ini bayangan pohon besar di alam bebas bisa diperoleh dan bahkan diungguli. Disinilah letak dari kekayaan dari kesederhanaan sehingga bonsai bisa lebih indah dari pohon yang tumbuh di alam bebas. Lukisan Cina dengan goresan tinta hitam yang sederhana bisa member makna yang sangat dalam melebihi lukisan-lukisan yang memakai cat beraneka warna. Kesederhanaanlah yang menimbulkan arti lebih dalam. Pada sebuah bonsai, puncak kesederhanaan bisa dijumpai pada gaya literati yang hanya terdiri dari batang kecil dengan beberapa cabang. Walau demikian, diri melebihi bonsai tersebut lain mampu yang mengekspresikan bonsai-bonsai

21

mempunyai cabang lebih lengkap. 3. Keharmonisan

Keharmonisan justru timbul dari ketidaksempurnaan. Bentuk simetris, adanya perbedaan jarak yang tidak merata antara satu cabang dengan cabang yang lain, peletakan bonsai yang tidak tepat di tengah pot dan irama lekuk batang yang tidak menentu, merupakan ketidaksempurnaan yang bersama-sama membentuk keharmonisan. Segi lain keharmonisan sebuah bonsai dicapai lewat penataan ranting yang seksama, perawatan yang intensif, dan penempatan pot yang sesuai. 4. Keanggunan Keanggunan sebuah bonsai tercipta dari perpaduan kepribadian yang menonjol, kekayaan dalam kesederhanaan, dan keharmonisan. Banyak lukisan menggambarkan pohon dengan bentuk indah dan menarik sehingga hampir sempurna, seolah hanya ada dalam khayalan saja. Keanggunan semacam itulah yang terpancar dari sebuah bonai yang indah, buatan manusia yang diatur dengan rapid dan cermat, tetapi tidak meninggalkan kaidah-kaidah alamiah. Sebuah karya buatan manusia yang tidak lagi nampak buatan tetapi memancarkan keanggunan alami. 5. Alamiah Bonsai mempunyai peraturan-peraturan yang mengikat dan juga kebebasan-kebebasan untuk mengekspresikan diri. Akan tetapi, keterikatan dan kebebasan ini semua akhirnyakembali ke segi alamiah. Bonsai tidak sekedar mengejar keindahan, tetapi keindahan yang ada di alam. Bonsai tidak mencari bentuk yang baru di luar bentuk yang ada di alam, sehingga bonsai berjalan sejajar dengan variasi-variasi pohon yang ada di alam bebas itu sendiri. Alam bebas suatu daerah dengan daerah yang lain22

berbeda,

sehingga

pengekspresian

bonsai

di

suatu

daerah

berbeda dengan daerah lain sesuai dengan alam masing-masing. Meskipun mempunyai perbedaan macam gaya dan variasi, bonsai tetaplah mengacu pada pohon-pohon raksasa yang ada di alam bebas. 6. Wibawa

Wibawa sebuah bonsai timbul dari perpaduan kepribadian pohon yang sangat menonjol dan keharmonisan pengaturan yang dibuat manusia dalam kesederhanaan. Sebuah rupa bonsai yang baik memancarkan wibawa sedemikian sehingga mampu

membuat pengamat merasa dirinya kecil dibandingkan bonsai yang sedang diamatinya. Ini Nampak pada bonsai Ficus yang memiliki perakaran yang sangat kuat dengan batang yang kokoh serta tajuk yang membentang lebar ke segala arah dengan pengaturan yang sederhana tetapi harmonis. 7. Keantikan

Keantikan timbul karena usia pohon yang sangat tua atau karena pengaruh alam yang ganas. Semakin tua semakin nampak keantikannya. Asam tua mempunyai kulit yang pecah dan beringin tua mempunyai akar maupun akar gantung yang sangat menonjol sebagai keantikan khas dari jenis pohon tersebut. Pohon berdaun lebar yang batangnya patah atau kulitnya terkelupas cenderung menjadi rongga-rongga karena terpaan cuaca, sedangkan bekas patahan berupa kulit yang terkelupas dari pohon berdaun jarum di negeri empat musim cenderung tetap bertahan tidak keropos. Keantikan inilah yang menimbulkan kepribadian dan wibawa sebuah bonsai, khas untuk tiap jenis pohon pada habitatnya

23

masing-masing, yang pada gilirannya sangat ditonjolkan dalam pembuatannya.

24

Bab 3 PenutupA. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bonsai merupakan seni yang berasal dari China yang kemudian dibawa untuk diperkenalkan di Jepang pada zaman Kamakura dan tercatat dalam Kasuga Shire. Nama bonsai sendiri berasal dari Jepang dan digeneralisasikan di seluruh negara merujuk pada pohon yang dikerdilkan. Seni bonsai berkembang sesuai dengan seni dan budaya Jepang yang khas secara pesat dan dikenal pula di dunia internasional sehingga menciptakan seni bonsai sesuai negara yang menciptakan. Seperti dalam perkembangannya, muncul pula bonsai Tiongkok, bonsai Vietnam, bonsai Shanghai dan lain-lain. Namun, bonsai dalam perspektif orang Jepang merupakan suatu keharmonisan antara manusia, alam semesta dan tuhan. Tingkat kerumitan pembuatan bonsai menggambarkan sebuah nilai seni serta cita rasa yang tinggi sebagai simbol cita-cita yang luhur. Bukan hanya estetika itu, seni bonsai Jepang mempunyai unsur-unsur kepribadian, kewibawaan, keharmonisan, seperti

keanggunan, wibawa, alamiah dan keantikan yang berasal dari falsafah wabi dan sabi.

25

DAFTAR PUSTAKA" (Bonsai)". (Nihon Bunka Iroha Jiten). http://iroha-japan.net/iroha/C01_accomplish/05_bonsai.html. Diakses pada 24 Desember 2010. Sulistyo, Budi; Drs.Limanto S.. Bonsai. Kanisius. hlm. 9-7921-17830. " (Ichi no Tsubo: Bonsai ni wa Yky no Toki ga Yadoru)". NHK. http://www.nhk.or.jp/tsubo/arc-20060414.html. Diakses pada 24 Desember 2010. " (Bonsai no rekishi o shirou)". Garden x Garden. http://www.gardenxgarden.com/bonsai/history.html. Diakses pada 24 Desember 2010.

26