Essay UGM Jadi Bener
Transcript of Essay UGM Jadi Bener
Tirai Abu-Abu Papua : Potensi Separatisme Sebagai Tantangan Terhadap Pemuda
Papua
Permasalahan disintegrasi di nasional telah terjadi semenjak masa kepemimpinan
Habibie. Dapat dikatakan bahwa ancaman disintegrasi nasional menjadi sebuah tantangan
besar bagi permasalahan dalam negeri pemerintah Indonesia pasca Orde Baru atau pada
era reformasi, namun sejatinya pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono integrasi nasional mulai stabil. Daerah-daerah di Indonesia pada saat itu yang
berusaha untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Timor
Timur, Aceh, Maluku, dan Papua Barat. Lepasnya Timor-Timur dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia menjadi salah satu faktor munculnya gerakan separatisme dari daerah
lainnya, yaitu Aceh. “Suharto’s downfall and East Timor’s independence were two
factors which drove the Acehnese to make greater demands for autonomy, although at the
present there are only a few international supporters of Aceh’s independence”
(Wardhani,2004:6) Melihat hal ini dapat dikatakan bahwa pada masa reformasi lebih
tepatnya sejak masa kepemimpinan Presiden Habibie hingga Presiden Megawati
ancaman disintegrasi yang dihadapi Indonesia cukup besar.
Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat ini Papua
yang telah melaksanakan referendum pada masa kepemimpinan Soekarno masih terlihat
abu-abu atas gerakan separatis dari dalam daerah ini. Terbaginya aspirasi masyarakat
kedalam kelompok kelompok yang belum terorganisir dengan baik,kemudian melahirkan
diversitas aspirasi yang sangat tidak tegas. Pada dasarnya tahun 2001, MPR telah
mengeluarkan No 21 tahun 2001 tentang pemberian Otonomi Khusus kepada Papua
untuk meredam adanya potensi separatisme di Papua sebagai jalan tengah atas tuntutan
kemerdekaan bagi Papua Barat. Akan tetapi dalam pelaksanaannya terdapat banyak
kendala dan faktor- faktor penghambat dalam penerapan UU Otonomi Khusus di Papua.
Sehingga berdasarkan catatan evaluasi 12 tahun pelaksanaannya, Otonomi Khusus Papua
dapat dikatakan gagal karena saat ini pun Papua masih belum merasakan arti demokrasi
yang sesungguhnya dan masih merasakan adanya ketimpangan fasilitas sosial yang
diberikan oleh pemerintah pusat. Dimana masyarakat Papua merasa bahwa konsentrasi
pemerintah pusat lebih pada ekploitasi hasil alam Papua sedangkan Papua belum
merasakan adanya demokratisasi di Papua yang sesungguhnya.
Atas sikap keabu abuan rakyat papua terhadap isu separatisme di
daaerahnya,peran pemuda papua merupakan asa yang paling mutakhir untuk memastikan
kedamaian di tanah kelahirannya.pemuda papua merupakan avant garda terhadap setiap
perubahan yang terjadi di bangsanya terkhusus di daerahnya.dan untuk permasalahan
separatisme,besar harapan masyarakat terhadap kerja nyata pemuda papua dalam
menyelesaikan permasalahan ini. Sikap tegas,kritis dan pemikiran yang visioner serta
progresif dari cendikiawan muda papua adalah urgensi yang teramat penting dan tidak
dapat ditunda tunda lagi.
Namun pada kenyataannya,realita di lapangan adalah jauh dari apa yang
diharapkan.harapan terhadap pemuda papua sebagai pelopor perubahan dan patriot
pembaharuan adalah harapan yang terlalu neko neko bila dilihat dari apa yang telah
dilkerjakan oleh pemuda pemuda sampai 12 tahun otonomi khusus diimplementasikan di
daerahnya. Jangankan sebagai agen perubahan,bahkan pemuda papua pada umumnya
banyak yang belum berhasil lepas dari permasalahan permasalahan inti dari
kepemudaan.narkoba,penyakit menular HIV dan AIDS serta tindak kriminal yang masih
tinggi menjadi kendala lain atas upaya pemberdayaan pemuda papua sebagai agent
perubahan. Realitas menunjukan potensi pemuda sebagai generasi pembaharuan kini
semakin tergerus dikikis budaya apatis, pragmatis, dan hedonis.penulis berpendapat
realitas demikian disebabkan oleh pemuda yang kurang peka terhadap realitas sosial
yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai kontiniutas dampak
faktor globalisasi tanpa diiringi filterisasi.kemerdekaan yang telah raih 68 tahun lalu
telah menjadikan generasi muda Indonesia,dalam hal ini generasi muda papua, menjadi
generasi penikmat buah kemerdekaan.apabila generasi muda papua saat ini tidak mampu
mengisi amanah kemerdekaan ini dengan menyemai bibit bibitm perdamaian dan
melanjutkan pembangunan maka jangan heran jika beberapa tahun kedepan akan tumbuh
generasi generasi yang tidak memiliki keterikatan emosional dengan bangsanya sebagai
akibat tidak merasakan langsung lelahnya perjuangan dalam mencapai kemerdekaan. hal
ini bagaikan countdown yang harus diwaspadai dan diberikan solusi terbaik,karena jika
tidak ditangani maka generasi muda kini ada diambang pintu keruntuhan.
Di dalam perjalanan bangsa ini,banyak karya besar dari orang orang muda yang
dapat dijadikan inspirasi dan pemacu semangat dalam usaha memperbaiki aspek aspek
kebangsaan.pemuda Indonesia harusnya tak lupa dengan pristiwa monumental nan heroik
yang melibatkan para pemuda sebagai pemeran utamanya. Boedi Oetomo (20 Mei 1908)
yang kemudian diperingati sebagai Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda (28 Oktober
1928), Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945), transisi politik 1966, serta yang
paling fenomenal, Gerakan Reformasi 1998 yang membidani lahirnya era reformasi.
Begitu banyak momentum yang dapat mengilhami perjalanan generasi muda papua
dalam usaha mempertegas sikap dan menyemaikan bibit perdamaian di tanah papua.
Namun tentu saja upaya perbaikan dan pembaharuan ini akan sulit tercipta jika pemuda
papua hanya menyibukkan diri melakukan hal hal yang tidak produktif.alih alih bertindak
sebagai konsepotr pembangunan,mereka justru menjadi momok dalam
permbangunan.kebiasaan kebiasaan seperti minum minuman keras,berjudi hingga
pagi,bercengkrama dengan lawan jenis dengan sesukanya adalah tindakan nonproduktif
yang harus di hilangkan dari budaya orang muda di papua.mereka sudah harus mulai
memikirkan bagaimana nasib saudara saudara mereka bilatidak ada suara bulat dan tegas
terhadap gerakan separatis yang mengahantui kehidupan masyarakat papua.
strategisnya peran pemuda sebagai generasi pembangun bangsa telah
mencetuskan sebuah adagium siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan
suatu bangsa . hal serupa benar terjadi di papua. Potensi besar pemuda papua merupakan
senjata paling mematikan yang dapat berdampak sedemikian rupa pada situasi dan
kondisi di papua.bila kita menelaah,separatisme yang terjadi di papua dan sikap keabu
abuan masyarkat papua,boleh jadi ini merupakan panggilan terhadap potensi besar
pemuda papua untuk menjadi pemuda yang kontributif dan tanggap terhadapa
permasalahan di papua.sosok pemuda papua yang tegas,kritis,progresif,serta berfikir
visioner adalah hal yang tidak mustahil untuk diwujudkan.dengan momentum hari
sumpah pemuda 28 oktober 2013 kita semua berharap para pemuda papua mampu
tersadar dari dormansi 12 tahun .kontribusi mereka di daerahnya adalah bentuk tanggung
jawab dari kepercayaan yang diberikan kepada mereka sebagi generasi penikmat
kemerdekaan.dengan tugas menyemai biubit bibit perdamain dan melanjutkan
pembangunan di Indonesia serta terkhusus di papua.sehingga keberlanjutan dari otonomi
khusus di tanah papua dapat diiringi dengan ketegasan dari masyarakat papua terhadap
isu isu separatisme yang dapat berdampak lanjut terhadap integrasi nasional bangsa
Indonesia.
Referensi :
Chauvel, Richard dan Bhakti,Ikrar Nusa. 2004. The Papua Conflict: Jakarta’s
Perceptions and Policies. Washington: East-West Center
Wardhani, Baiq, 2004, “External Support for Liberation Movements in Aceh and Papua”,
dalam Biennial Conference of the Asian Studies Association of Australia,
Canberra 29 June-2 July.
Weller, Marc dan Stefan Wolff. 2005. Autonomy, Self-governance & Conflict Resolution
London: Routledge.