Essay

2
PERLUNYA PEMANTAPAN TATA RUANG DALAM MENGURANGI ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN NON PERTANIAN DI DKI JAKARTA Fani Apriliani Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul Jakarta e-mail: [email protected] Perencanaan merupakan suatu proses menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui beberapa alternatif pilihan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, baik berupa sumber daya manusia ataupun sumber daya alam. Perencanaan menjadi suatu hal yang penting untuk kehidupan pada masa yang akan datang. Proses perencanaan bertujuan untuk melakukan perubahan, perubahan yang terjadi dalam proses perencanaan menyangkut beberapa hal, yaitu perubahan secara fisik, ekonomi dan sosial. Salah satu ciri dari sebuah kota adalah suatu wilayah yang kegiatan ekonominya bergerak pada sektor non pertanian. Alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian hampir tidak bisa dibendung sejalan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat perkotaan. Kegiatan industri, perdagangan dan jasa baik skala lokal, regional, nasional bahkan internasional seperti pembangunan warung/kios, rumah makan/restoran, pertokoan, pusat perbelanjaan, dan kegiatan jasa seperti hotel, apartemen, perkantoran dinilai jauh lebih menguntungkan dibanding dengan melakukan kegiatan pertanian. Di DKI Jakarta, luas lahan pertanian sangat sedikit. Saat ini, luas lahan pertanian di DKI Jakarta adalah 1.524,46 m 2 (Dinas Pertanian DKI Jakarta). Ibukota tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan harus mengimpor ke daerah-daerah penyangga seperti Tangerang, Bogor dan Bekasi. Hal ini tentu tidak efektif, karena proses impor dari daerah penyangga dapat meningkatkan nilai jual dan pengangkutan yang berbasis jalan raya akan menambah kemacetan di Jakarta. Urban farming merupakan suatu aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar perkotaan yang melibatkan keterampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan. Hal utama yang menyebabkan munculnya aktivitas ini adalah upaya memberikan kontribusi pada ketahanan pangan, menambah penghasilan masyarakat sekitar juga sebagai sarana rekreasi dan hobi (Enciety, 2011).

description

Essay Program Magang DKI

Transcript of Essay

PERLUNYA PEMANTAPAN TATA RUANG DALAM MENGURANGI ALIH FUNGSI

LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN NON PERTANIAN

DI DKI JAKARTA

Fani Apriliani

Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul Jakarta

e-mail: [email protected]

Perencanaan merupakan suatu proses menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui

beberapa alternatif pilihan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, baik berupa sumber daya

manusia ataupun sumber daya alam. Perencanaan menjadi suatu hal yang penting untuk kehidupan

pada masa yang akan datang. Proses perencanaan bertujuan untuk melakukan perubahan,

perubahan yang terjadi dalam proses perencanaan menyangkut beberapa hal, yaitu perubahan

secara fisik, ekonomi dan sosial.

Salah satu ciri dari sebuah kota adalah suatu wilayah yang kegiatan ekonominya bergerak

pada sektor non pertanian. Alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian

hampir tidak bisa dibendung sejalan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat perkotaan.

Kegiatan industri, perdagangan dan jasa baik skala lokal, regional, nasional bahkan internasional

seperti pembangunan warung/kios, rumah makan/restoran, pertokoan, pusat perbelanjaan, dan

kegiatan jasa seperti hotel, apartemen, perkantoran dinilai jauh lebih menguntungkan dibanding

dengan melakukan kegiatan pertanian.

Di DKI Jakarta, luas lahan pertanian sangat sedikit. Saat ini, luas lahan pertanian di DKI

Jakarta adalah 1.524,46 m2 (Dinas Pertanian DKI Jakarta). Ibukota tidak mampu memenuhi

kebutuhan pangan masyarakatnya sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan harus mengimpor

ke daerah-daerah penyangga seperti Tangerang, Bogor dan Bekasi. Hal ini tentu tidak efektif,

karena proses impor dari daerah penyangga dapat meningkatkan nilai jual dan pengangkutan yang

berbasis jalan raya akan menambah kemacetan di Jakarta.

Urban farming merupakan suatu aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar perkotaan yang

melibatkan keterampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan. Hal

utama yang menyebabkan munculnya aktivitas ini adalah upaya memberikan kontribusi pada

ketahanan pangan, menambah penghasilan masyarakat sekitar juga sebagai sarana rekreasi dan

hobi (Enciety, 2011).

Kegiatan pertanian perkotaan (urban farming) memiliki manfaat dalam dimensi ekologi

dan ekonomi yaitu menambah luas ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan dan dapat membantu

meningkatkan pendapatan keluarga. Kegiatan pertanian perkotaan ini sangat didukung oleh

masyarakat. Namun, terdapat banyak permasalahan dalam melaksanakan kegiatan pertanian

perkotaan tersebut, antara lain sempitnya ketersediaan lahan yang ada dan masalah waktu.

Diperlukan adanya peraturan yang jelas mengenai kegiatan pertanian perkotaan.

Pemerintah perlu segera menetapkan lahan/ruang pertanian pangan berkelanjutan di

perkotaan sesuai dengan amanat UU No. 41 Tahun 2009. Sebagai langkah awal, rencana tata ruang

wilyah (RTRW) provinsi DKI Jakarta perlu ditetapkan berdasarkan peraturan daerah (Perda) dan

diimplementasikan secara konsisten oleh penentu kebijakan. Diperlukan aturan yang jelas tentang

pertanian perkotaan, baik yang berbentuk undang-undang maupun peraturan turunnnya. Di

samping itu juga diperlukan komitmen yang kuat dan konsistensi penentu kebijakan dan pemangku

kepentingan (stakeholders) dalam mengimplementasikan kebijakan pengembangan pertanian.

Dalam program magang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bagi

program unggulan Tata Ruang dan Perkotaan, saya ingin berkontribusi dalam membantu Gubernur

DKI Jakarta mengkaji Peraturan Daerah yang sudah ada sehingga DKI Jakarta dapat memiliki

peraturan tata ruang yang baik dan memenuhi amanat Undang-undang Penataan Ruang untuk

setidaknya memenuhi 30% RTH dari luas keseluruhan Provinsi DKI Jakarta.