Essay Kontrak Belajar_ASRI
-
Upload
ferdiyansyah-shirotujani -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of Essay Kontrak Belajar_ASRI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tingginya angka kematian perinatal dan neonatal saat ini karena
masih banyaknya bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir yang rendah.
WHO (1961) mengganti istilah bayi prematur dengan bayi berat badan lahir
rendah (BBLR). BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gram. (Ilmu Kesehatan Anak, 2001).
Pada tahun 1986 pada bangsal neonatus RSCM Jakarta penyebab
kematian neonatus adalah : cacat bawaan, sindrom gagal nafas, infeksi,
asfiksia dan imaturitas. Dimana penyebab kematian karena imaturitas sekitar
6,3%.
Dalam memberikan perawatan pada bayi berat badan lahir rendah
harus memperhatikan masalah diantaranya suhu tubuh, pernapasan, alat
pencernaan makanan yang belum berfungsi sempurna, hepar yang belum
matang, ginjal masih belum matang, dan perdarahan dalam otak. Salah satu
masalah aktual pada bayi berat badan lahir rendah adalah pusat pengatur panas
badan masih belum sempurna sehingga bayi beresiko untuk terjadi hipotermi.
Hari pertama kehidupan bayi merupakan saat-saat yang kritis dan
memerlukan pengelolaan yang baik. Karena pada saat lahir, kemampuan bayi
untuk mengatur produksi panas tubuhnya belum sempurna, maka bayi yang
baru lahir selalu mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermi).
Hipotermi adalah penurunan suhu tubuh dibawah 36,5ºC(suhu
axilla). Akibat dari hipotermi, bayi akan mengalami stress dingin atau “cold
stress”. Sedangkan suhu tubuh bayi normal adalah 36,5ºC-37,5ºC
Bila bayi dibiarkan dalam lingkungan suhu yang dingin maka bayi
akan kehilangan panas. Akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan akan
meningkat dan berakibat lebih mudah terjadi asidosis metabolik berat
sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu hipotermi yang terjadi pada
neonatus dapat menyebabkan hipoglikemi. Akibat lain dari hipotermi yaitu
dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang berakhir
dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan, terutama pada paru-paru,
ikterus dan kematian.
Mengingat begitu banyaknya masalah yang ditimbulkan karena
pengaturan suhu BBLR yang belum stabil hingga menyebabkan tingginya
angka kematian neontal akibat bayi lahir dengan berat badan lahir rendah
maka kami dalam kontrak belajar ini tertarik untuk mengetahui sistem
termoregulasi pada BBLR dengan penatalaksanaannya.
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kontrak belajar saya mampu memberikan
asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR yang mempunyai
gangguan terumoregulasi : hipotermi
2. Setelah menyelesaikan kontrak belajar, saya mampu :
a. Menjelaskan mekanisme pengaturan panas pada bayi BBLR
b. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi thermogenesis
pada bayi dengan BBLR
c. Menjelaskan cara hilangnya panas tubuh bayi BBLR
d. Menjelaskan cara penilaian hipotermi pada bayi dengan BBLR
e. Menjelaskan tindakan pencegahan hipotermi pada bayi BBLR
f. Menjelaskan tehnik meningkatkan suhu bayi dengan BBLR
g. Melakukan pengelolaan pada bayi dengan BBLR yang mengalami
gangguan termoregulasi : hipotermi
BAB II
TERMOREGULASI PADA BAYI DENGAN BBLR
A. Mekanisme Pengaturan Panas pada BBLR
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan, dan
hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang
terletak pada hipotalamus. Mekanisme pengaturan suhu tubuh di
hipotalamus disebut termostat hipotalamus. (Guyton, 1990). Sedangkan
pada Bayi prematur/BBLR dengan alat tubuh yang belum sempurna
berfungsi seperti bayi matur memiliki masalah dalam pengaturan suhu
tubuh. Suhu tubuh bayi prematur/BBLR tidak stabil karena pusat
pengaturan suhu yangbelum berfungsi sebagaimana mestinya.(Ilmu
Kebidanan, 2002).
Pengatur panas atau temperatur regulasi terpelihara karena adanya
keseimbangan antara panas yang hilang melalui lingkungan, dan produksi
panas. Kedua proses ini aktifitasnya diatur oleh susunan saraf pusat yaitu
hipotalamus. (Guyton, 1990)
Dengan prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi baru lahir
akan berusaha menstabilkan suhu tubuhnya terhadap faktor-faktor penyebab
hilangnya panas karena lingkungan. Pada saat kelahiran, bayi mengalami
perubahan dari lingkungan intra uterin yang hangat ke lingkungan ekstra
uterin yang relatif lebih dingin. Hal tersebut menyebabkan penurunan suhu
tubuh 2-3ºC, terutama hilangnya panas karena evaporasi atau penguapan
cairan ketuban pada kulit bayi yang tidak segera dikeringkan. Pada BBLR
mengalami kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh
penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah
kulit. Kondisi tersebut akan memacu tubuh menjadi dingin yang akan
menyebabkan respon metabolisme dan produksi panas. (ilmu kebidanan,
2002)
Pengaturan panas pada bayi baru lahir berhubungan dengan
metabolisme dan penggunaan oksigen. Dalam lingkungan tertentu pada
batas suhu maksimal, penggunaan oksigen dan metabolisme minimal,
karena itu suhu tubuh harus dipertahankan untuk keseimbangan panas.
Lingkungan bayi baru lahir harus dipertahankan pada suhu yang tidak
menyebabkan peningkatan laju metabolik yang terlalu besar untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi tersebut. Bayi yang prematur dapat
menghamburkan oksigen dan kalori yang sangat berharga hanya untuk
melaksanakan fungsi ini. (Farer, 1999)
Pada bayi prematur lemak subkutannya kurang dan epidermis lebih
tipis dan transparan. Pembuluh darah pada bayi sangat mudah dipengaruhi
oleh perubahan suhu lingkungan dan semua ini dibawah pengaruh
hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu. Penguapan akan bertambah akibat
kurangnya jaringan lemak bawah kulit. Serta produksi panas yang
berkurang karena lemak coklat yang belum cukup. (Ilmu kebidanan, 2002)
Kelenturan pada tubuh bayi menurun pada daerah permukaan
sehingga akan mempercepat hilangnya panas. Hal tersebut dipengaruhi
panjang badan bayi, perbandingan permukaan tubuh dengan berat badan
dari usia bayi, yang semua ini dapat mempengaruhi batas suhu normal.
Bayi prematur dengan permukaan tubuh yang relatif lebih luas
dibandingkan dengan berat badan dan otot yang tidak aktif (masih
hipotonik) menyebabkan suhu tubuh yang tidak stabil. Pada bayi dengan
berat badan lahir rendah(BBLR) jaringan adiposa sedikit dan kelenturan
menurun sehingga memerlukan suhu lingkungan yang lebih panas untuk
mencapai suhu yang normal. (Ilmu kebidanan, 2002)
Jika suhu lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi akan
merespon dengan meningkatkan oksigen dan memperbesar metabolisme
sehingga akan meningkatkan produksi panas. Bila bayi berada ditempat
terbuka dengan lingkungan yang dingin dapat menyebabkan habisnya
cadangan glikogen dan menyebabkan asidosis.
B. Produksi panas atau Thermogenesis
Ditempat yang terbuka dan lingkungan yang dingin bayi baru lahir
memerlukan penambahan panas.
Bayi mempunyai mekanisme fisiologi untuk meningkatkan produksi
panas dipengaruhi oleh karena : Meningkatnya Metabolisme Rate, Aktifitas
otot dan Thermogenesis Kimiawi :
a. Basal Metabolisme Rate
Basal metabolisme rate adalah jumlah energi yang digunakan tubuh
selama istirahat mutlak dan keadaan sadar.
Pada bayi baru lahir, gerakan tubuh, menggigil merupakan mekanisme
penting untuk memproduksi panas. Gerakan menggigil terjadi ketika
reseptor kulit menurun pada suhu lingkungan yang dingin, dan kondisi
tersebut akan diteruskan kesusunan saraf pusat yang akan menstimuli
sistem saraf simpatis untuk menggunakan cadangan lemak coklat, yang
merupakan sumber panas yang utama untuk mengatasi stres dingin.
Pelepasan norephineprin oleh kelenjar adrenal dan saraf lokal berakhir
pada lemak coklat yang menyebabkan trigliserid dapat dimetabolisme
menjadi gliserol dan fatty acid (asam lemak). Oksidasi asam lemak ini
meningkatkan produksi panas. Jika suplai lemak coklat habis maka
respon metabolisme terhadap keadaan dingin akan berkurang.
Oksidasi asam lemak pada bayi tergantung dari tersedianya oksigen,
glukosa, Adenosin Tri Phospat (ATP) dan kemampuan bayi untuk
mengubah menjadi panas.
Kemampuan bayi untuk menghasilkan oanas dapat berubah pada
keadaan patologis seperti hipoksia, asidosis, dan hipoglikemi.
b. Aktifitas otot
Menggigil adalah bentuk dari aktifitas otot yang disebabkan karena
suhu yang dingin. Produksi panas terjadi melalui peningkatan
metabolisme rate dan aktifitas otot. Jika bayi tidak menggigil berarti
metabolisme rate pada bayi sudah cukup.
c. Thermogenesis Kimiawi
Disebabkan karena pelepasan norephineprin dan ephineprin oleh
rangsang saraf simpatis.
C. Aliran Darah ke Kulit
Kecepatan aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi panas
yang disalurkan dari inti tubuh ke kulit sangat efisien. Efek aliran darah
kulit pada konduksi panas dari inti tubuh permukaan kulit menggambarkan
peningkatan konduksi panas hampir delapan kali lipat. Oleh karena itu
“Kulit merupakan sistem pengatur radiator panas yang efektif “, dan aliran
darah ke kulit adalah mekanisme penyebaran panas yang paling efektif dari
inti tubuh ke kulit. Dengan meletakan bayi telungkup didada ibu akan
terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi sehingga bayi akan memperoleh
kehangatan karena ibu merupakan sumber panas yang baik bagi bayi.
D. Hilangnya Panas dari Tubuh Bayi
Hilangnya panas pada bayi merupakan keadaan yang merugikan,
karena itu suhu tubuh normal pada bayi harus dipelihara. Menurut buku
Maternal and Neonatal Nursing, 1994, hilangnya panas pada bayi baru lahir
melalui empat cara yaitu :
a. Radiasi
Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih dingin,
dan obyek yang tidak berhubungan langsung dengan bayi.
Hal tersebut dapat diartikan, panas tubuh bayi memancar ke lingkungan
sekitar bayi yang lebih dingin.
Contoh : udara dingin pada dinding luar dan jendeladan penyekat
tempat tidur bayi yang dingin
b. Evaporasi
Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap.
Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang
membasahi kulit bayi menguap.
Contoh : Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban,
Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.
c. Konduksi
Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak
langsung dengan permukaan obyek yang dingin.
Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh
bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih
dingin.
Contoh : Tangan perawat yang dingin, tempat tidur, selimut, stetoskop
yang dingin
d. Konveksi
Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran
udara yang dingin menyentuk kulit bayi
Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekliling bayi yang dingin.
Contoh : Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka, aliran
udara dari pipa AC.
E. Respon Bayi terhadap Hipotermi
Pada saat suhu kulit mulai turun, thermoreseptor menyebarkan impuls
kesusunan saraf pusat, distimuli sistem saraf simpatis, norephineprin
dilepaskan oleh kelenjar adrenal dan saraf setempat yang berakhir dengan
lemak coklat dimetabolisme untuk memproduksi panas.
F. Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir
a. Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir
Bayi tidak mau minum atau menetek
Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
Tubuh bayi teraba dingin
Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit
tubuh bayi mengeras(Skleremia)
b. Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress Dingin)
Aktifitas berkurang, letargis
Tangisan lemah
Kulit berwarna tidak rata
Kemampuan menghiisap lemah
Kaki teraba dingin
c. Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin)
Sama dengan hipotermi sedang
Bibir dan kuku kebiruan
Pernafasan lambat
Pernafasan tidak teratur
Bunyi jantung lambat
Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis
metabolik
d. Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermi
Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
Bagian tubuh lainnya pucat
Kulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki
dan tangan (Sklerema)
H. Tindakan Pencegahan Hipotermia
Upaya mencegah hipotermi pada bayi baru lahir sangat penting dan
merupakan prioritas agar bayi terhindar dari kondisi yang tidak dikehendaki.
Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu sekeliling bayi rendah
dan upaya mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan
dengan tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah
lahir. Contoh, terjadi hipotermi karena bayi baru lahir dibiarkan basah dan
telanjang selama menunggu plasenta lahir.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini disebabkan
oleh karena :
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan
sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar tidak
kedinginan
e. Lemak subcutan sedikit dan Epidermis tipis
f. Pembuluh darah mudah dipengaruhi suhu lingkungan
g. Kelenturan tubuh bayi menurun
h. Jaringan adiposa sedikit
Untuk mencegah terjadinya hipotermia pada bayi baru lahir perlu dilakukan
upaya pencegahan yaitu :
a. Ibu melahirkan bayi ditempat yang hangat
Ruangan tempat ibu melahirkan harus hangat dan tertutup dengan
sirkulasi udara yang cukup baik serta penyinaran cukup terang.
b. Segera mengeringkan tubuh bayi
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh ketuban akan mempercepat
terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh,
akibatnya dapat timbul serangan dingin(cold stress)
Bayi baru lahir yang kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala
menggigil oleh karena pusat pengatur suhunya belum sempurna. Hal ini
menyebabkan gejala awal hipotermi yang sering tidak terdeteksi oleh
ibu atau perawat.
Untuk mencegah timbulnya serangan dingin tindakan yang dilakukan
yaitu :
Setelah lahir bayi diletakan pada tempat yang diberi alas haduk
kering, bersih dan hangat
Segera keringkan bayi dengan haduk, lakukan dengan tepat
mulai dari kepala kemudian seluruh tubuh. Bila handuk basah
harus diganti yang kering, bersih dan hangat.
Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat bayi diberi topi
atau tutup kepala dan diberi kaos tangan dan kaos kaki.
c. Segera letakan bayi pada dada ibu.
Kontak langsung kulit ibu dan bayi agar mendapatkan kehangatan. Ibu
merupakan sumber panas yang baik bagi bayi baru lahir.
d. Menunda memandikan bayi.
Memandikan bayi dilakukan setelah suhu tubuh bayi setabil, bayi
tampak aktif dan sehat. Memandikan bayi ditunda selama 24 jam
setelah kelahiran.
I. Teknik meningkatkan suhu bayi.
a. Bayi ditempatkan pada inkubator dengan yang dilengkapi dengan alat
pengatur suhu.
b. Couves yang diberi lampu penghangat.
c. Membedong bayi .
d. Metode kanguru.
BAB III
RESUME
A. HASIL STUDI KASUS KLIEN DENGAN BBLR
By Ny. E ( umur 1 hari ) dirawat diRSDK ruang PBRT lahir secara
prematur ( kehamilan 34 minggu) dengan berat badan lahir rendah
( BBLR ). Dari hasil pengkajian didapatkan By. E lahir pada tanggal 10
Agustus 2009 jam 10.00 di Rumah sakit Tamtama Semarang, kemudian
dirujuk ke RSDK karena incubator di RS tamtama Semarang rusak. . Lahir
spontan, dari ibu G1P0A0 umur 28 tahun, ketuban pecah saat melahirkan,
perdarahan tidak ad, plasenta lahir secaraspontan dan tidak ada hematoma,
apgar skore 8- 9- 10, dengan BBL 1930 gram.
Pada pengkajian didapatkan data kepala mesosephal, panjang badan 45 cm,
lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 28 cm, LILA 8 cm, frekuensi nafas 50
kali / menit, tidak ada retraksi otot- otot pernafasan, bunyi nafas vesikuler,
terdengar bunyi jantung I – II murni, hepar lien tak teraba, genetalia bersih,
jenis kelamin laki-laki, ekstremitas gerak kurang aktif, capillary refill < 2 “,
kulit kemerahan ,transparan, lemak sub kutan kurang, refleks hisap dan
menelan masih lemah.
Suhu bayi Ny. E segera setelah lahir adalah 36ºC/ rektal, bayi yang lahir
secara premature mempunyai resiko dalam gannguan termoregulasi
hipotermi, pada kasus ini masalah hipotermi pada bayi Ny. E disebabkan
karena pusat termoregulasi yang masih belum matur, kurangnya jaringan
lemak di bawah kulit atau lemak subkutannya kurang dan epidermis lebih
tipis dan transparan sehingga menyebabkan penguapan bertambah.
Bayi Ny. E tampak kecil dimana permukaan tubuh relative lebih luas
dibandingkan dengan berat badan dan otot-otot yang masih hipotonik
menyebabkan suhu tidak stabil sebab produksi panas terjadi melalui
peningkatan metabolisme rate dan aktivitas otot.
Pada bayi Ny E telah diberikan perawatan selama 6 hari, antara lain
memperhatikan resiko terjadinya hipotermi dengan menempatkan bayi pada
incubator dengan suhu yang disesuaikan dengan kebutuhan, memonitor suhu
tiap 4 jam sekali, dan mengganti popok yang basah akibat BAB/ BAK
karena keadaan basah dapat menyebabkan terjadinya hipotermi. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari gannguan regulasi hipotermi
pada bayi Ny. E dapat diatasi.
a. HASIL DISKUSI DENGAN EXPERT
Menurut expert P, ( dokter residen anak ), BBLR dapat disebabkn dari tiga
factor yaitu factor ibu, plasenta dan janin. Penatalaksanaan pada BBLR
ditekankan pada pengawasan terumoregulasi, nutrisi dan pencegahan infeksi.
Pada BBLR, dimana fungsi paru belum matur, pernafasan menjadi prioritas
dalam penatalaksanaan. BBLR harus dirawat didalam incubator dengan suhu
ruangan. Sebenarnaya tidak hanya pada bayi BBLR. Sebenarnya tidak hanya
BBLR tetapi bayi matur pun harus diperhatikan termoregulasinya, sebab pada
bayi baru lahir terdapat perubahan dari lingkungan intrauteri ke ekstrauteri.
35 0 C, bayi harus dijaga agar tetap kering, setiap kali BAK/BAB harus
segera dibersihkan dan diganti popoknya.
b. DISKUSI DENGAN KELUARGA ( IBUNYA )
Ny E, sejak hamil 1 bulan tidak suka makan, karena rasanya mual-mual.
Tetapi setelah umur kehamilan 5 bulan, Ny N mulai bisa makan. Ny E
memeriksakan kehamilannya pada dokter tiap satu bulan sekali. Pada saat ini
Ny E memberikan ASI untuk nutrisi bayinya, tiap 3 jam sekali ibu memeras
ASI untuk di titipkan ke perawat untuk diberikan bayinya sesuai dengan
kebutuhan bayi.
c. PERMASALAHAN
1. Apakah pada bayi baru lahir dengan BBLR yang tidak ditempatkan pada
inkubator dan hanya dibedong akan dapat terhindar dari gangguan
terumoregulasi : hipotermi?
2. Bagaimanakah pencegahan agar tidak terjadi hipotermi pada bayi baru
lahir?
3. Bagaimanakah tehnik yang dipergunakan untuk meningkatkan suhu tubuh
bayi?
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil studi pustaka, studi kasus pada bayi berat lahir rendah, diperoleh
permasalahan yaitu resiko gangguan termoregulasi hipotermi.
Pengaturan suhu badan
By Ny. E termasuk dalam kategori berat bayi lahir rendah (BBLR) yaitu
berat bayi lahir adalah 1930 gram, padahal berat normal bayi lahir adalah 2500-
4000 gram. Bayi dengan BBLR ini akan cepat kehilangan panas badan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik,
metabolisme rendah, dan permukaan badan relative lebih luas. Oleh karena itu
bayi harus dirawat di incubator sehingga panas badannya mendekati suhu seperti
dalam rahim. Segera setelah bayi Ny. E dirujuk di RSDK dan dilakukan
pengukuran suhu menunjukkan 360C langsung ditempatkan dalam incubator
dengan suhu yang yang disesuaikan dengan bayi, suhu dalam incubator adalah
34oC suhu ini disesuaiakan dengan kebutuhan bayi sebab pada bayi baru lahir
terjadi perubahan lingkungan dari intrauterine ke ekstrauteri yang menyebabkan
bayi kehilangan panas yang dapat menyebabkan bayi hipotermi.
Hilangnya panas dari tubuh bayi Ny. E dapat juga terjadi karena proses
evaporasi dimana hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap dan proses
ini terjadi ketika popok bayi basah oleh karena BAK/BAB yang tidak segera
diganti sehingga apabila bayi BAK/BAB. Hal lain yang dapat menyebabkan
hilangnya panas pada suhu bayi Ny. E adalah pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop dengan permukaan yang dingin, sehingga terjadi proses hilangnya panas
melalui proses konduksi.
Tindakan pencegahan hipotermi yang dilakukan pada bayi Ny. E yang
dilakukan di ruang PBRT RSDK Semarang adalah menempatkan bayi pada
incubator, mengganti popok segera setelah bayi BAB/BAK, menunda bayi
dimandikan dengan segera setelah lahir dan pemantauan terhadap suhu bayi
dilakukan setiap 4 jam sekali. Suhu dalam incubator di setting pada hari pertama
adalah 34 0C dan 1-2 hari kemudian suhu dalam incubator diturunkan 1-2 0C.
Selama hari perawatan tidak terjadi hipotermi dengan suhu tubuh berkisar
antara 36,5 o - 37 o C. Sehingga permasalan gangguan termoregulasi; hipotermi
dapat dicegah.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
BBLR adalah suatu keadaan dimana berat lahir bayi kurang dan 2500
gram. Penyebab BBLR dapat berasal dari factor ibu, factor plasenta dan factor
janin. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang dilanda krisis ekonomi
akan. berdampak pada penurunan status social ekonomi masyarakatnya, sehingga
beresiko peningkatan angka kejadian BBLR. Masalah pokok bayi berat lahir
rendah adalah pengaturan suhu badan bayi agar tidak terjadi hipotermia,
pemberian makanan agar pertumbuhan meningkat, dan mencegah terjadinya
infeksi oleh karena daya tahan yang belum kuat. Pada bayi baru lahir perlu sekali
diperhatikan pemantauan suhu tubuh karena dengan berubahnya lingkungan bayi
dari intra uterin yang hangat ke ekstra uterine yang dingin dapat menimbulkan
gangguan terumoregulasi : hipotermi pada bayi, terutama pada bayi dengan BBLR
dimana pusat pengatur suhu tubuh yaitu hipotalamus juga belum terbentuk dengan
sempurna/immatur.
B. REKOMENDASI
1.
2. Ruangan tempat ibu melahirkan harus hangat dan tertutup dengan sirkulasi
udara yang cukup baik
3. Segera mengeringkan tubuh bayi setelah dilahirkan
4. Segera letakan bayi kedada ibu
5. Menunda memandikan bayi setelah dilahirkan
6. Setting incubator disesuaikan dengan berat badan dan umur bayi
7. Bila bayi dirawat didalam couves beri lampu penghangat.
8. Membedong bayi untuk menjaga kehangatan pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA
A.H Markum. (2002). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI
Berhman, Kliegman & Arvin. (1996). Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Alih Bahasa : A. Samik Wahab. Jilid 1. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. (1998).Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, obstetri patologi, edisi 2, jakarta : EGC.
Persis Mary Hamilton. (1999). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Purnawan,J,dkk ( 1989 ) Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2, Jakarta : Media Aeusculapius FKUI.
Staf pengajar IKA FKUI. (1995). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta : IKA FKUI.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal da Neonatal, jakarta : JNPKKR-POGI.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. (2002). Ilmu Kebidanan, jakarta : JNPKKR-POGI.