Essay

9
TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN Dosen Mustapit, SP., MP Oleh: Nadia Oktalindyah Johan NIM 131510601042 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

Transcript of Essay

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH PENGANTAR EKONOMI PERTANIANDosen Mustapit, SP., MP

Oleh:Nadia Oktalindyah JohanNIM 131510601042

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER

2014Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman Pernahkan mendengar kata-kata itu? Ya, kata-kata tersebut adalah sebaris lirik dari lagu Kolam Susu. Sebuah lagu yang menggambarkan negeri kita, walaupun sepertinya jika dilihat sekarang itu hanyalah sebait lagu khayalan saja tentang negeri kita. Tetapi saya berfikir, sebenarnya ada arti lain dibalik lagu itu, arti yang menyadarkan kita tentang negeri ini. Negeri kita mempunyai potensi sumber daya yang sangat besar oleh karena itu tanah kita dianggap tanah surga sampai dapat diumpamakan dengan sebuah tongkat kayu yang berubah menjadi tanaman. Tapi apakah kita sudah dapat mengolah negeri ini dengan baik?Indonesia dikenal sebagai daerah agraris, yang artinya presentase penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian adalah yang paling tinggi. Sektor pertanian bagi bangsa Indonesia memegang peranan yang sangat penting karena sektor ini merupakan basis perekonomian utama. Tetapi sebagai salah satu basis perekonomian yang utama mengapa pertanian Indonesia masih belum memberikan hasil yang maksimal dalam pembangunan di Indonesia. Berdasarkan data badan pusat statistik, pekerja di bidang pertanian semakin menurun setiap tahunnya. Penduduk di Indonesia telah beralih dari sektor pertanian ke sektor industri. Selain itu lahan pertanian di Indonesia telah berkurang setiap tahunnya diakibatkan adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian. Lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian menjadi alih fungsi sebagai lahan pemukiman, bangunan-bangunan kota dan lain-lain. Akibat dari alih fungsi lahan ini produksi sektor pertanian semakin menurun. Hal ini berdampak dengan sumbangsi sektor ini terhadap pendapatan nasional. Sektor pertanian sebagai basis utama negara Indonesia hanya menyumbangkan 10%, bagaimana negara Indonesia masih dianggap sebagai negara agraris jika sektor pertaniannya saja tidak menjadi basis utama pendapatan nasional? Pada era orde baru kita dapat melaksanakan program swasembada pangan dengan sukses, hal ini karena perhatian pemerintah pada saat itu benar-benar fokus pada pembangunan di sektor pertanian. Namun saat ini Indonesia yang katanya sebagai negara agraris malah menjadi negara yang hobi mengimpor berbagai produk pangan. Bahan-bahan pokok seperti beras, ikan, garam, bawang, singkong, jagung, dan lain-lain diimpor oleh Indonesia. Kondisi ini menjadi hal yang aneh untuk negara sebesar dan sekaya Indonesia.Dari sinilah kita dapat mengetahui bahwa Indonesia bukanlah lagi menjadi negara agraris. Pemegang kebijakan belum mampu mengolah kekayaan alam Indonesia dengan baik. Memiliki kekayaan alam yang melimpah dan wilayah yang sangat luas belum mampu menjadikan negeri ini sebagai negara produsen tetapi justru menjadi negara pengimpor. Indonesia tercatat masih menjadi pengimpor beras terbesar ke 4 di dunia. Peringkat pertama dihuni oleh Nigeria, peringkat ke 2 dihuni oleh Irak, Filipina menempati peringkat ke 3 dan negara tetangga Malaysia menempati peringkat ke 9. Dari sinilah kita berharap pemerintah khususnya Kementerian Pertanian bisa menahan laju konversi lahan pertanian. Maraknya impor beras yaitu alih fungsi lahan (konversi lahan) pertanian menjadi lahan industri. Setiap tahun 110.000 hektar lahan pertanian terkonversi untuk kepentingan lain. Negara kita bukanlah negara agraris seperti yang dulu meskipun secara sumber daya alam pertanian kita memliki potensi yang besar. Pengolahan yang tidak optimal di sektor pertanian membuat kita tidak lagi dapat dikatakan sebagai negara agraris yang sesungguhnya. Buktinya kita yang katanya negara agraris masih mengimpor makanan dari luar negeri yang sebenarnya bisa kita penuhi dengan pengolahan yang secara optimal. Sehingga negara Indonesia bukanlah menjadi negara agraris melainkan negara pengimpor. Dilihat dari data badan statistik jumlah impor lebih banyak daripada ekspor.

Kesejahteraan petani dapat dilihat dari NPT (Nilai Tukar Petani). NTP merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. Secara konsepsional NTP adalah pengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam memproduksi produk pertanian. Indeks harga yang diterima petani (IT) adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga produsen atas hasil produksi petani.Indeks harga yang dibayar petani (IB) adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani, baik kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan untuk proses produksi pertanian.Secara umum NTP menghasilkan 3 pengertian :a. NTP > 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu lebih baik dibandingkan dengan NTP pada tahun dasar.b. NTP = 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu sama dengan NTP pada tahun dasar.c. NTP < 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu menurun dibandingkan NTP pada tahun dasar.

Tabel 1. Nilai Tukar Petani Januari 2014

Sumber: Badan Pusat StatistikDilihat dari Tabel 1 diatas, Nilai tukar petani lebih baik dibandingkan dengan NTP pada tahun dasar pada Januari 2014. Meskipun perubahan dari Desember 2013 ke Januari 2014 presentasenya -0,01 dimana terjadi penurunan nilai tukar petani namun jika dilihat perbandingan dari indeks harga yang dibayar petani dengan indeks harga yang diterima petani NTP pada bulan Januari 2014 meningkat. Indeks harga yang diterima petani lebih besar daripada indeks yang dibayar oleh petani sehingga petani mendapatkan keuntungan dan surplus dari usaha taninya. Terdapat tiga faktor yang berpengaruh terhadap naik-turunnya NTP di sebuah provinsi yaitu (1) Tingkat Produktifitas Usaha Tani; (2 ) Tingkat Penerapan Integrasi hulu-hilir dari Usaha Tani itu; (3 ) Pengaruh atau dukungan dari Sektor lain. Produktifitas Usaha Tani tentunya dipengaruhi oleh Penerapan Teknologi yang dianjurkan, dimulai dari penggunaan bibit bermutu, pupuk berimbang, pengendalian hama-penyakit sampai kepada pendampingan dalam rangka proses transformasi sosial.Nilai tukar petani mempunyai kegunaan dilihat dari indeks harga petani (IT) yaitu dapat melihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani, dari kelompok konsumsi rumah tangga dalam indeks harga yang dibayar petani (IB) dapat digunakan untuk melihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di pedesaan. Intinya nilai tukar petani mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dibutuhkan petani dalam memproduksi (Ruauw, 2010)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. Serial On line http://www.bps.go.id/. Diakses 27 Februari 2014.Departemen Pertanian Indonesia. Serial On line. http://gis.deptan.go.id/pusdatin/statistik/ntp.htm. Diakses 27 Februari 2014Ruauw Eyverson. 2010. Nilai Tukar Petani Sebagai Indikator Kesejahteraan Petani. Serial On line. ASE-Volume 6 Nomor 2, 1-8 . Diakses 27 Februari 2014.