Essai janu herjanto

download Essai janu herjanto

If you can't read please download the document

description

fapet 2012

Transcript of Essai janu herjanto

Rima Mustafa Selama dekade terakhir, prevalensi malaria di dunia meningkat secara tajam. Peni ngkatan ini sudah mencapai tingkat yang perlu diwaspadai. Program eradikasi mala ria global pada tahun 1950 dan 1960 mengalami kemunduran di awal tahun 1970. Pen yakit ini meningkat pelan-pelan di wilayah Asia dan Amerika Selatan. Sebelumnya jumlah penyakit di tempat tersebut telah berkurang hingga level yang rendah. Hal ini membuka wacana bagi kita bahwa malaria merupakan penyakit global yang saat ini membutuhkan perhatian khusus. Di Indonesia sendiri, angka kesakitan malaria masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Malaria merupakan penyakit yang disebabkan karena infeksi protozoa yang berasal dari genus Plasmodium. Terdapat 4 spesies dari protozoa genus tersebut yang meny ebabkan malaria pada manusia yakni Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plas modium ovale, dan Plasmodium malariae. Masing-masing subspesies menyebabkan mala ria dengan manifestasi klinis yang berbeda. Plasmodium falciparum nerupakan jeni s yang menyebabkan malaria dengan tingkat kematian tertinggi karena dapat menyer ang sel darah merah dalam segala usia serta menghasilkan parasitemia >106 per l d arah. Jumlah tersebut paling tinggi apabila dibandingkan dengan tiga spesies lai nnya. Demam merupakan gejala utama penyakit malaria. Manifestasi yang paling berat ada lah cerebral malaria, anemia, serta disfungsi ginjal dan organ lain. Cerebral ma laria terutama ditemukan pada anak-anak dan individu yang mengalami infeksi mala ria untuk pertama kali. Sementara itu, anemia sering dijumpai pada anak-anak dan ibu hamil. Individu yang terpapar penyakit tersebut akan mencapai tingkat imuni tas tertentu yang tidak stabil dan hilang dalam periode satu tahun setelah menin ggalkan lingkungan endemis malaria. Imunitas akan muncul kembali setelah infeksi ulang apabila orang tersebut kembali ke lingkungan endemis malaria. Kebanyakan penderita yang meninggal karena malaria adalah individu yang mengalami infeksi m alaria untuk pertama kali, terutama anak-anak atau individu yang sebelumnya bera sal dari wilayah dimana tidak ada transmisi malaria atau individu dari negara ya ng lebih modern di mana tidak ditemukan penyakit tersebut. Infeksi pada manusia dimulai dari masuknya sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles betina ke dalam tubuh manusia. Sporozoit ini akan segera diangkut deng an cepat melalui aliran darah ke dalam hati, disini sporozoit menginvasi sel par enkim hati untuk memulai periode reproduksi aseksual, kemudian sporozoit bermult iplikasi dan berkembang menjadi skizont jaringan. Tahap ini disebut dengan fase pra-eritrosit. Sel hati akan membengkak dan pecah sehingga skizont melepaskan be ribu-ribu merozoit yang akan masuk ke dalam sirkulasi darah dan menginvasi eritr osit. Lamanya fase intrahepatik ini bervariasi tergantung dari jenis spesies Pla smodiumnya. Khusus untuk Plasmodium ovale dan Plasmodium vivax, skizont jaringan pada sel parenkim hati dapat mengalami masa dorman dikenal juga dengan fase hip nozoit yang dapat berlangsung selama beberapa bulan, satu tahun, atau mungkin da pat lebih lama lagi. Inilah yang menyebabkan fenomena relaps pada dua spesies te rsebut. Merozoit menginvasi eritrosit dengan melekat melalui reseptor permukaan spesifik eritrosit. Merozoit di dalam eritrosit akan berkembang membentuk trofozoit. Sel ama stadium awal perkembangannya bentuk cincin yang kecil dari keempat spesies par asit tampak serupa di bawah mikroskop cahaya. Dengan membesarnya trofrita mozoit , karateristik spesifik-spesies menjadi semakin nyata, pigmennya semakin tampak jelas dan parasit tersebut mengambil bentuk ireguler atau amuboid. Trofozoit men galami perkembangan menjadi skizont. Eritrosit yang mengandung skizont ini akan mengalami ruptur dan skizont akan melepaskan merozoit ke dalam sirkulasi, sement ara sebagian merozoit ini akan menginvasi eritrosit kembali dan mengulang tahapa n skizogoni intraeritrosit. Lepasnya merozoit dari eritrosit ini akan menimbulka n gejala yang khas, yaitu demam yang diikuti dengan menggigil yang terjadi secar a periodik. Sebagian merozoit mengalami diferensiasi membentuk gametosit (makrogamet dan mik rogamet). Gametosit ini nantinya masuk ke dalam tubuh nyamuk Anopheles apabila n yamuk ini menghisap darah dari penderita malaria. Nyamuk betina menggigit pasien yang menderita malaria. Darah yang dihisapnya mengandung gametosit Plasmodium y ang selanjutnya melalui tahap perkembangan seksual di usus nyamuk. Hasil perkemb

angan di dalam tubuh nyamuk membentuk sporozoit yang akhirnya memasuki kelenjar ludah nyamuk. Nyamuk menularkan sporozoit dari jaringan ludahnya ketika menggigi t orang yang sehat. Dengan memahami perjalanan perkembangan Plasmodium di dalam tubuh manusia dan nyamuk Anopheles, dapat kita simpulkan dengan jelas bahwa seor ang individu tidak akan pernah menderita malaria apabila ia tidak digigit nyamuk Anopheles yang mengandung sporozoit dalam kelenjar ludahnya. Oleh karena itu, s elain upaya pencegahan melalui obat anti malaria, strategi untuk mencegah penyak it ini adalah dengan memberantas atau menghindari gigitan nyamuk Anopheles. Di dalam program pemberantasan malaria yang utama dilakukan adalah pemberantasan vektor. Agar mendapatkan hasil yang maksimal, perlu dukungan data penunjang yan g menerangkan tentang seluk-beluk vektor yang berperan. Untuk menentukan metode pemberantasan yang tepat guna, perlu diketahui dengan pasti musim penularan sert a perilaku vektor yg bersangkutan. Penentuan musim penularan yang tepat perlu di dukung oleh data entomologi yang baik dan benar. Selain itu, metode yang dipilih harus sesuai dengan perilaku vektor yang menjadi sasaran. Dalam pemberantasan p enyakit malaria sangat erat hubungannya dengan aspek entomologi. Dalam hal ini a spek entomologi menjadi tanggung jawab unit lain di luar unit pemberantasan mala ria. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan suatu koordi nasi yang mantap, serta sinkronisasi program antara unit entomologi dengan unit pemberantasan malaria. Dalam upaya memberantas larva atau nyamuk Anopheles, kita perlu memahami perilak u nyamuk. Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu perilaku mencari darah yang ditinjau dari segi waktu, tempat, sumber darah, sert a frekuensi menggigit. Apabila ditinjau dari segi waktu, nyamuk Anopheles pada u mumnya aktif mencari darah pada waktu malam hari. Setiap spesies mempunyai sifat yang tertentu. Ada spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai pagi hari. Ditinjau dari segi tempat, penangkapan nyamuk dapat dilakukan di dalam atau di l uar rumah. Berdasarkan hasil penangkapan tersebut, diketahui ada dua golongan ny amuk yaitu eksofagik dan endofagik. Tipe eksofagik lebih senang mencari darah di luar rumah, sementara tipe endofagik lebih senang mencari darah di dalam rumah. Berdasarkan macam darah yang disenangi, nyamuk dapat dibedakan menjadi tipe ant ropofilik dan zoofilik. Nyamuk termasuk tipe antropofilik apabila lebih senang m enghisap darah manusia. Sementara itu, tipe zoofilik merupakan tipe nyamuk yang lebih senang menghisap darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu. Nyamuk betina biasanya hanya kawin satu kali selama hidupnya Untuk mempertahanka n dan memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk pros es pertumbuhan telur. Setiap beberapa hari sekali, nyamuk akan mencari darah. In terval tersebut tergantung pada spesies serta dipengaruhi oleh temperatur dan ke lembaban. Sesuai dengan iklim di Indonesia, waktu yang diperlukan antara 48-96 j am. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa strategi untuk mencegah penyakit ini adalah de ngan memberantas atau menghindari gigitan nyamuk Anopheles. Dewasa ini, upaya pe mberantasan penyakit malaria dilakukan melalui pemberantasan vektor penyebab mal aria (nyamuk Anopheles). Pemberantasan malaria dilakukan dengan penyemprotan rum ah dan lingkungan sekeliling rumah dengan racun serangga untuk membunuh larva ny amuk. Upaya ini juga bermanfaat untuk membunuh nyamuk dewasa. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membunuh larva nyamuk Anopheles. Se cara garis besar, cara-cara tersebut dapat dibagi menjadi cara kimiawi dan hayat i. Cara kimiawi dilakukan dengan menggunakan larvasida. Larvasida merupakan zat kimia yang dapat membunuh larva nyamuk. Beberapa contoh larvasida antara lain so lar atau minyak tanah, parisgreen, temephos, fention, altosid, dan lain-lain. Se lain zat-zat kimia yang disebutkan di atas dapat juga digunakan herbisida. Herbi sida merupakan zat kimia yang mematikan tumbuh tumbuhan air yang digunakan sebagai tempat berlindung larva nyamuk. Pemberantasan larva nyamuk Anopheles secara hay ati dilakukan dengan mengunakan beberapa agent biologis seperti predator misalny a pemakan jentik seperti gambusia, guppy dan panchax (ikan kepala timah). Selain cara kimiawi dan hayati untuk pencegahan malaria, dapat juga dilakukan p engelolaan lingkungan hidup (environmental management) yang baik. Caranya adalah

dengan pengubahan lingkungan hidup (environmental modification) sehingga larva nyamuk Anopheles tidak mungkin hidup. Kegiatan ini antara lain dapat berupa peni mbunan tempat perindukan nyamuk, pengeringan dan pembuatan dam, selain itu kegia tan lain mencakup pengubahan kadar garam, pembersihan tanaman air atau lumut dan lain-lain. Dalam rangka pencegahan malaria, upaya pemberantasan nyamuk Anopheles seperti ya ng telah diuraikan di atas dilanjutkan dengan melakukan pengobatan kepada mereka yang diduga menderita malaria. Pengobatan juga diberikan pada penderita malaria yang terbukti positif secara laboratorium.Selain itu, upaya pencegahan malaria dapat dilakukan dengan pemberian obat anti malaria. Akan tetapi, penerapan upaya pencegahan melalui obat anti malaria telah menimbulkan masalah baru di bidang k esehatan berupa resistensi parasit terhadap profilaksis yang diberikan. Efek ini menambah sederet permasalahan resistensi parasit akibat penggunaan obat. Tentun ya ini bukan permasalahan yang mudah untuk ditangani karena resistensi menyebabk an terapi yang diberikan tidak memberikan hasil. Pada akhirnya, hal ini menuntut kita untuk menemukan obat baru sebagai terapi penyakit tersebut. Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun beberapa upaya dalam rangka mencegah m alaria. Beberapa upaya tersebut antara lain dengan menghindari keluar rumah pada sore atau malam hari. Apabila keluar rumah di malam hari, dianjurkan memakai ce lana panjang dan baju berlengan panjang dengan warna yang tidak gelap. Warna gel ap akan mengundang datangnya nyamuk. Selain itu, disarankan untuk memilih tempat menginap yang dilengkapi pendingin (air conditioner), atau yang mempunyai kasa pelindung nyamuk. Bila tepat penginapan tidak dilengkapi pendingin dan tak memak ai kasa pelindung nyamuk, diupayakan tidur dengan kelambu yang sebelumnya dicelu p dalam larutan insektisida (permetrin). Selain itu, upaya lain adalah dengan me moleskan seperlunya repellent yang mengandung dimethyl phtalate atau N,N dietylt oluamide (DEET) pada bagian-bagian badan yang terbuka, serta memakai insektisida dalam bentuk semprot (spray), dispenser (memakai baterai atau listrik) atau dib akar untuk menghalau nyamuk. Strategi tersebut telah sering didengar dan diketahui oleh banyak orang. Akan te tapi, realita menunjukkan bahwa strategi ini belum banyak diterapkan dalam masya rakat. Paradigma masyarakat seringkali mengatakan bahwa tidak masalah terkena su atu penyakit karena dokter akan dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Masyarakat belum mengetahui seberapa besar masalah terkait malaria yang kini ada di Indone sia, khususnya Indonesia bagian timur. Oleh karena itu, perlu kita informasikan kepada masyarakat tentang hal ini. Selain itu, poin penting yang perlu kita laku kan adalah menanamkan kembali bahwa cara pencegahan di atas bukan cara yang suli t dilakukan, artinya ini dapat diterapkan apabila kita memang berniat menerapkan nya. Seperti yang telah disampaikan oleh Leavel dan Clark dalam prinsip Five Level of Prevention, tugas dokter bukan hanya mengobati pasien yang sudah terlanjur saki t, tetapi juga mencegah agar seseorang tidak terkena penyakit tersebut. Edukasi tentang upaya pencegahan ini di akhir kunjungan pasien setidaknya dapat menginga tkan pasien untuk menerapkan kembali upaya pencegahan yang sebelumnya mungkin te lah diketahui oleh mereka. Optimalisasi upaya pencegahan penyakit malaria dengan menghindari gigitan nyamuk diharapkan dapat membawa perubahan terhadap realita masalah malaria yang ada di Indonesia. Lebih jauh lagi, strategi ini dapat dikem bangkan untuk membantu mengatasi masalah malaria di dunia. Sekali lagi, jangan b erikan darahmu untuk nyamuk karena kita tidak tahu apa yang dimasukkannya saat m enghisap darah kita!