Essai ”Jalan Cerdas Menuju Indonesia Sehat” - Riskul UMI

14
”Reformulasi Kegiatan Mahasiswa Menuju Indonesia Sehat” Ditulis dalam rangka mengikuti LKMM Nasional 2014 ISMKI Oleh : Riskullah Makmur – Universitas Muslim Indonesia Pendahuluan Kesehatan adalah masalah yang masih selalu diperbincangkan di negara tercinta kita ini. Masalah yang selalu diangkat oleh mahasiswa saat ini khususnya mahasiswa kedokteran banyak, seperti AFTA, MDGs 2015, DLP, UKDI/Exit Exam, dll. Tetapi menurut saya kita jangan terlalu banyak mengambil pusing tentang masalah AFTA ataupun MDGs 2015 dari segi kesehatan, ataupun sistem pendidikan kedokteran seperti DLP dan UKDI/Exit Exam yang masih belum menemukan titik terang dikalangan akademisi. Perlu kita ingat bahwa tujuan kita adalah menjadi dokter, walaupun status kita menuju dokter adalah mahasiswa, dan mahasiswa dituntut untuk menjaga nilai-nilai yang terkandung dan harus dimiliki oleh mahasiswa seperti kritis, dan lain-lain. Tetapi janganlah kita menjadi tukang kritik baik untuk pendidikan ataupun kesehatan yang kita hanya bisa mengangkat masalah tetapi tidak bisa memberikan solusi. Sebagai langkah awal, jika kita mengkaji definisi kesehatan yang diterima secara universal menurut WHO bahwa sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental,

description

Langkah solutif untuk mahasiswa kedokteran

Transcript of Essai ”Jalan Cerdas Menuju Indonesia Sehat” - Riskul UMI

Reformulasi Kegiatan Mahasiswa Menuju Indonesia SehatDitulis dalam rangka mengikuti LKMM Nasional 2014 ISMKIOleh : Riskullah Makmur Universitas Muslim Indonesia

PendahuluanKesehatan adalah masalah yang masih selalu diperbincangkan di negara tercinta kita ini. Masalah yang selalu diangkat oleh mahasiswa saat ini khususnya mahasiswa kedokteran banyak, seperti AFTA, MDGs 2015, DLP, UKDI/Exit Exam, dll. Tetapi menurut saya kita jangan terlalu banyak mengambil pusing tentang masalah AFTA ataupun MDGs 2015 dari segi kesehatan, ataupun sistem pendidikan kedokteran seperti DLP dan UKDI/Exit Exam yang masih belum menemukan titik terang dikalangan akademisi. Perlu kita ingat bahwa tujuan kita adalah menjadi dokter, walaupun status kita menuju dokter adalah mahasiswa, dan mahasiswa dituntut untuk menjaga nilai-nilai yang terkandung dan harus dimiliki oleh mahasiswa seperti kritis, dan lain-lain. Tetapi janganlah kita menjadi tukang kritik baik untuk pendidikan ataupun kesehatan yang kita hanya bisa mengangkat masalah tetapi tidak bisa memberikan solusi. Sebagai langkah awal, jika kita mengkaji definisi kesehatan yang diterima secara universal menurut WHO bahwa sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. [1]

Dari hasil penelitian Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) menemukan masih ada lima masalah besar dalam dunia kesehatan di tahun 2014. Pada tahun 2013 mungkin banyak orang yang menyerukan bahaya merokok, penyalahgunaan obat, infeksi mikroba dan infeksi HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus infection/Acquired Immunodeficiency Syndrome). Namun dari hasil penelititan CDC yang mengangkat lima masalah besar di dunia kesehatan pada tahun 2014 adalah sulitnya vaksinasi HPV (Human Papilloma Virus) yang menyerang wanita dan menyebabkan kanker serviks. [2]

Masalah kedua adalah penggunakan antibiotik yang masih salah. Menggunakan antibiotik oleh orang awam akibat apa yang biasa kita sebut sok tahu dikhawatirkan akan meningkatkan resistensi obat, sehingga tubuh akan menjadi kebal dengan obat dan dapat meningkatkan kematian akibat resistensi antibiotik ini. [2]

Masalah ketiga adalah masih banyaknya kasus overdosis. Kematian akibat overdosis obat penghilang rasa sakit telah mencapai angka yang cukup tinggi. Pada penelitian tahun 2010, lebih dari 16.500 orang meninggal akibat penyalahgunaan obat penghilang rasa sakit, akibat gabungan heroin dan kokain. Jumlah kematian akibat overdosis ini meningkat empat kali lipat selama sepuluh tahun terakhir. [2]

Masalah yang keempat adalah polio. Masalah yang satu ini masih menjadi masalah besar. Penulis berharap kita dapat memberantas polio dengan berupaya semaksimal mungkin dengan memperingatkan kepada orang tua untuk anak-anak agar mendapatkan vaksin dan imunisasi. Di setiap tahunnya lebih dari 200.000 anak di seluruh dunia menderita polio. [2]

Masalah kesehatan kelima adalah wabah penyakit menular. Penulis berharap di tahun 2014 semua orang perlu waspada bahaya wabah penyakit menular. Penyakit menular ini perlu mendapatkan perhatian khusus dan serius. Hasil menunjukkan sumber air domestik terbesar yang di pergunakan masyarakat pedesaaan di Indonesia adalah air hujan (43,33 %) dan air kolam (37,14%.) Pada saat musim kemarau, air domestik jumlahnya kurang untuk kebutuhan sehari-hari. Penyakit diare dan penyakit kulit adalah waterbone disease yang terbesar, dengan incidence rate diare tertinggi di daerah pedesaan Indonesia. [3]

Refleksi Dan Sikap Sebagai Mahasiswa KedokteranKita sebagai mahasiswa kedokteran yang selalu ditekankan sebagai agent of change dan social of control harus menyadari bahwa realita kumpulan beberapa masalah kesehatan yang sekarang terjadi seperti telah penulis sebutkan bagian sebelumnya bukanlah masalah yang sulit diatasi, karena penyebab masalah yang telah penulis uraikan adalah kesalahan manusia itu sendiri. Masalah kesehatan sekarang sulit diatasi karena kita telah apa yang penulis sebut sebagai doktrin yang gagal, karena doktrin kita sebagai mahasiswa kedokteran adalah selalu melakukan sesuatu dengan pendekatan kuratif, bukan dengan pendekatan promotif dan preventif. Mahasiswa kedokteran di Indonesia selalu diajarkan semasa perkuliahan bagaimana etiologi sampai terapi dan prognosis dari sebuah penyakit, tetapi tidak pernah mengambil kesimpulan untuk akar masalah dari penyakit tersebut (atau epidemiologi) beserta pencegahannya.

Pemikiran mahasiswa kesehatan untuk saat ini bahkan sampai mengkaji APBN untuk kesehatan, yang menurut UU adalah 5%, berbeda dengan realita yang terjadi di periode pemerintahan sebelumnya yang hanya menganggarkan hanya 2,8%. Ini dapat dimaklumi karena masalah ini sesuai dengan momentum yang sekarang terjadi, yaitu pembentukan struktur baru pemerintahan RI di era Presiden tepiih Joko Widodo. Tetapi yang penulis ingin sampaikan adalah mengapa kita selalu menghabiskan waktu dan materi dalam meneliti untuk mengobati sebuah penyakit, tetapi kita tidak meneliti dan mencegah dari sebuah penyakit. Pepatah mengatakan mencegah lebih baik daripada mengobati. Dalam pokok kajian ilmu kedokteran Islam, seperti tokoh sejarah dokter muslim, Ibnu Sina dalam maha karyanya yaitu The Canon of Medicine, yang menjadi rujukan ensiklopedia kedokteran selama delapan abad menyebutkan ilmu kedokteran merupakan cabang ilmu yang membahas tentang keadaan-keadaan sehat dan sakit tubuh manusia dengan tujuan mendapatkan cara yang sesuai untuk menjaga atau mempertahankan kesehatan. [4] Disini yang penulis ingin tekankan adalah menjaga atau mempertahakan kesehatan.

Dari hasil pemikiran dan pengalaman penulis, realita dalam pengembangan dunia kesehatan telah terjadi pergeseran makna dan tindakan. Ini terjadi karena ketidak seimbangannya peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pegangan hidup kita untuk tetap sehat (atau apa yang kita sebut dalam pandangan agama adalah iman). Manusia di generasi dulu sangat jarang sakit, tetapi ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan di generasi mereka masih belum berkembang sehingga ketika mereka sakit maka akan langsung meninggal dunia. Berbeda dengan manusia di generasi sekarang sangat sering sakit, tetapi ilmu pengetahuan dan teknologi di generasi sekarang sangat berkembang sehingga ketika kita sakit maka kita hanya perlu berobat dan kita akan sembuh.

Teknologi pun sekarang menjadi pisau bermata dua, di satu sisi menyerang objek, tetapi disatu sisi menyerang subjek. [5] Contoh yang saya ingin berikan dari segi kesehatan adalah seperti pengolahan bahan pangan masa sekarang yang mempunyai efek samping pada kesehatan karena tuntunan hidup yang ingin praktis, berbeda dengan generasi dulu yang serba alami sehingga tubuh mereka juga masih alami perkembangannya dan gangguannya dari segi kesehatan.

Komunikasi antara sesama mahasiswa kesehatan juga menyebabkan apa yang penulis sebut sebagai perang saudara, sehingga kita sering berprangsangka negatif terhadap sesama tenaga profesi, sehingga kita bukannya berperang dengan masalah (penyakit) tetapi malah berperang dengan sesama. Kita sebagai mahasiswa yang berkecimpung di dunia kesehatan, seharusnya berkolaborasi dan saling bahu membahu dalam menangani masalah-masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia. Perlu waktu yang panjang untuk memperbaiki masalah yang satu ini, tetapi hal kecil yang bisa dilakukan untuk saat ini adalah dengan kolaborasi dalam melakukan kegiatan mahasiswa, seperti berkolaborasi dalam bakti sosial, dan sebagainya.

Sikap kita sebagai mahasiswa kedokteran dalam berkegiatan di organisasi masing-masing sudah bagus dan frekuensinya sudah sering, seperti membuat kegiatan bakti sosial pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis demi pengabdian awal kepada masyarakat. Kita melakukan hal itu karena kita berlandaskan bahwa masyarakat masih susah dan merasa mahal untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Tetapi menurut saya bukan hal itu yang harus kita lakukan untuk mengabdi kepada masyarakat dalam menanggapi masalah kesehatan yang selalu menjadi masalah di Indonesia kita ini, tetapi yang harus kita lakukan adalah pencerdasan masyarakat ditambah refleksi kepada masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat sebagai langkah awal pengabdian awal kita kepada masyarakat, karena menurut penulis, pemeriksaan dan pengobatan gratis itu adalah langkah kedua.

Maksud penulis ini pun dilandasi dengan revolusi pendidikan kedokteran yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang baru bahwa dokter umum sekarang akan berevolusi menjadi Dokter Layanan Primer dimana pendekatan kita akan beralih dari kuratif menjadi promotif dan preventif. [6]

Metode Dan Aktifitas Mahasiswa Kedokteran Menuju Indonesia SehatPerlu dipahami bahwa kita sebagai mahasiswa kedokteran yang masih menjalani pendidikan pre klinik harus memahami perbedaan hak dan wewenang kita dengan mahasiswa yang menjalani pendidikan klinik, khususnya dalam mengetahui ilmu teori dan ilmu praktik. Realita yang selalu terjadi di mahasiswa kedokteran dalam berkegiatan di organisasi adalah selalu bergerak tetapi sasarannya kurang mengena dengan masalah. Ini terjadi karena kurang sistematisnya pergerakan mahasiswa, sehingga kegiatan mahasiswa sekarang apa yang penulis analogikan seperti Atrial Fibrilasi, yang dimana kegiatan mahasiswa kesehatan khusus nya mahasiswa kedokteran sekarang tidak mampu mengejutkan dan menghidupkan sesuatu, hanya mempunyai efek setrum kecil yang terus menerus. Bisa juga dikatakan kegiatan mahasiswa kedokteran sekarang itu sudah pasaran dan tidak kreatif.

Berangkat dari hasil pengkajian mendalam penulis, mahasiswa perlu dibuatkan semacam sistematika untuk bergerak. Adapun metode sistematika dalam berkegiatan yang ingin penulis sampaikan adalah :

1. Mempelajari Situasi dan Masalah Kesehatan Secara KhususIngatlah bahwa setiap pemikiran maupun ilmu selalu berawal dari masalah dan pertanyaan. [5] Maksud penulis disini adalah mahasiswa harus mempelajari masalah kesehatan di lingkup yang bisa kita jangkau dalam hal ini di tempat kita berada, dengan menggunakan pendekatan berbasis ilmiah. Sebelum kita bergerak dalam membuat kegiatan, kita harus mempunyai landasan kuat yang berbasis data valid yang bisa dipertanggungjawabkan dengan cara mengumpulkan informasi perkembangan kesehatan, bisa dengan cara mencari data di Puskesmas, Badan Pusat Statistik, dan lain-lain. Perlu diingat kondisi masalah kesehatan di wilayah kita berbeda dengan wilayah lain, dan situasi tidak pernah sama sepanjang perjalanan waktu. Ini yang selalu menjadi kesalahan fatal mahasiswa dalam berkegiatan, kita selalu berkegiatan hanya sekedar mengikuti apa yang orang lain lakukan. Ada juga mahasiswa yang menggunakan masalah dari hasil riset penelitian, tetapi referensinya berbeda tempat dengan tempat tujuan kegiatan. Pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, maka dengan landasan masalah yang valid, mahasiswa selaku pelaksana pergerakan akan lebih termotivasi untuk menangani masalah yang diangkat sehingga mendorong kuat rasa peduli mahasiswa secara individu untuk total dalam berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

2. Menyikapi Masalah Kesehatan Secara KritisBerangkat dari kumpulan informasi masalah yang telah didapatkan, mahasiswa harus mampu memetakan kumpulan masalah dan menentukan sumber atau akar dari segala masalah kesehatan yang didapatkan. Setelah menemukan akar masalah tersebut, mahasiswa harus menentukan sikap untuk memenuhi tujuan dalam melakukan kegiatan, sehingga hasil yang diharapkan dapat terpenuhi secara efektif dan efisien. Untuk tahap ini dapat menggunakan analisis SWOT.

3. Berinovasi Dan Berkreasi Dalam Melakukan KegiatanBerangkat dari hal yang telah penulis sebutkan diatas, sebelum melakukan kegiatan, perlu diingat dalam hal ini wajib mempelajari situasi dari sebuah sasaran kegaitan. Ini berguna untuk mengatasi faktor hambatan dalam sebuah kegiatan, seperti sasaran kegiatan yang tidak sesuai saat perealisasian kegiatan. Setelah itu, mahasiswa membuat metode kegiatan yang sesuai dengan kreatifitas tiap individu dengan menambahkan inovasi-inovasi baru dalam berkegiatan, demi mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Pepatah mengatakan bahwa kita jangan memberikan orang lain kesehatan, tetapi kita harusnya mengajarkan orang lain cara untuk mendapatkan kesehatan.

4. Melihat Hasil Dari Kegiatan Secara ImplikatifSebelum melakukan kegiatan, mahasiswa juga harus pandai membaca dan menentukan sebab akibat dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Sebab dan akibat tersebut harus mempunyai efek universal dan sistematik dari segi lain seperti dari segi sosial, ekonomi, dan lain-lain, karena seperti yang WHO keluarkan bahwa sehat itu adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.

5. Memantau Pengaruh Kegiatan Secara Evaluasi Dan Follow UpHal inilah yang jarang mahasiswa perhatikan setelah berkegiatan. Ingatlah bahwa aksi akan menimbulkan reaksi. Mahasiswa selalu beraksi tetapi reaksi dari sasaran tidak sesuai, dan seharusnya mahasiswa dapat mengambil kesimpulan dari hal itu dan berevaluasi kepada diri sendiri, mengapa dan apakah yang salah. Sebagai langkah penilaian dari suatu kegiatan, seharusnya mahasiswa wajib mengevaluasi dan mengfollow up kegiatan yang dilakukan, untuk sebagai bahan pengalaman buat pelaksana dan bahan pertimbangan bagi mahasiswa lain ketika ingin melakukan kegiatan-kegiatan di waktu selanjutnya.

Kesimpulan Dan PenutupDari hasil yang ingin penulis sampaikan, penulis hanya ingin menekankan bahwa untuk memperbaiki kesehatan Indonesia, kita hanya dapat melakukan dua hal, memperbaiki diri sendiri lalu memperbaiki orang lain. Kesehatan yang ingin dicapai dengan skala yang besar bisa didapatkan jika kita memperbaiki hal-hal kecil terdahulu, mulai dari siapa, waktu, dan tempat dimana kita berada sekarang. Jika semua mahasiswa berpikir dan bertindak dengan sistematis atau apa yang biasa disebut thinking out of the box, mempunyai rasa tanggung jawab serta visi atau tujuan kedepan untuk melakukan pembaharuan di tempat masing-masing, kita dapat mencapai tujuan dari nurani yang sudah ada dari dalam diri masing-masing semua mahasiswa yaitu memperbaiki dan merawat alam ini. [7]

Ingatlah bahwa mahasiswa mengetahui lewat pengalaman, mempelajari dengan pendidikan, memahami dengan penelitian, menindaki dengan pengabdian. Mahasiswa harus senantiasa menjaga keseimbangan antara iman, ilmu, amal, dan selalu ingat akan kewajiban individu dan kewajiban komunalnya. [8]

Daftar Pustaka :1. World Health Organization. Definisi Sehat. 20122. Center for Disease Control and Preventon. Data dan Statistik Riset Penelitian. 2013. Atlanta, USA.3. Dianita Ekawati (Disertasi Doktor Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya. Pola Penyebaran Penyakit yang Menular Melalui Air dan Hubungannya dengan Sanitasi Lingkungan di Daerah Lahan Basa Telang Kabupaten Banyuasin, 2014. Palembang. Indonesia.4. Muallij Mustaqim. Thibbun Nabawi Perubatan Wahyu Nabi. Malaysia. 2010.5. Dr. Suryo Ediyono M.Hum, Filsafat Ilmu. 2005. Yogyakarta : Lintang Pustaka.6. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Kedokteran Indonesia. 2012. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.7. Ary Ginanjar Agustian. Emotional and Spiritual Quotionent (ESQ), Jilid 1. 2001. Jakarta : Arga Tilanta.8. Muhammad Imaduddin Abdulrahman Ph.D. Islam : Sistem Nilai Terpadu. 1999. Jakarta : Yayasan Pembina Sari Insan.