Esron Rajaguguk, S.Pd

20
Artikel PERANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA Disusun Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Manajemen Pengelolaan Administrasi Sekolah (Dosen Pembimbing : Dr. Yasaratodo Wau, M. Pd) Oleh Esron Rajagukguk, NIM 8146132039 PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI KEPENGAWASAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2015

description

Guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran, berperan penting dalam membentuk karakter siswa...

Transcript of Esron Rajaguguk, S.Pd

Page 1: Esron Rajaguguk, S.Pd

Artikel

PERANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

Disusun Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Manajemen Pengelolaan Administrasi Sekolah

(Dosen Pembimbing : Dr. Yasaratodo Wau, M. Pd)

Oleh

Esron Rajagukguk, NIM 8146132039

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI KEPENGAWASAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2015

Page 2: Esron Rajaguguk, S.Pd

PERANAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

A. PENDAHULUAN

Dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (3) Amandemen disebutkan Pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional , yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang

Selanjutnya menurut Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.

Selanjutnya dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan Undang-Undang tersebut diatas, bahwa pendidikan memiliki peran

yang sangat penting dalam pengembangan diri manusia menjadi pribadi yang

kuat, memiliki karakter yang tangguh dan bermartabat. Melalui pendidikan

seseorang dapat meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan

potensi diri dan dapat membentuk pribadi yang bertanggung jawab, cerdas dan

kreatif.

Page 3: Esron Rajaguguk, S.Pd

Pendidikan sesungguhnya tidak terlepas dari kehidupan manusia. N Driyarkara

dalam Stefan Sikone, (2006 : 01) memandang bahwa manusia dan pendidikan

merupakan dua sisi dari satu kehidupan. Berdasarkan pernyataan tersebut kita

tidak boleh memandang sebelah mata terhadap pendidikan, karena secara nasional

pendidikan itu mempengaruhi watak serta peradaban bangsa serta kemajuan dan

perkembangan suatu bangsa. Melalui pendidikan seseorang dapat dimanusiakan

menjadi manusia. Persoalannya adalah, apakah kita di negeri ini sudah sampai

ideal seperti itu? Lembaga pendidikan di Indonesia ternyata masih gagal berperan

sebagai pranata sosial yang mampu membangun karakter bangsa Indonesia sesuai

dengan nilai-nilai normatif kebangsaan yang dicita-citakan.

B. PENGERTIAN KARAKTER

1. Dasar Karakter Manusia. Dari kata-kata berikut dapat tergambarkan

dasar karakter: Hati-hati terhadap pikiran Anda, pikiran Anda bisa

menjadi kata-kata Anda. Hati-hati dengan kata-kata Anda, kata-kata

Anda bisa menjadi perbuatan Anda. Hati-hati dengan perbuatan Anda,

perbuatan Anda bisa menjadi kebiasaan Anda. Hati-hati dengan

kebiasaan Anda, kebiasaan Anda bisa menjadi karakter Anda. Hati-hati

dengan karakter Anda, karakter Anda bisa menjadi takdir Anda.

2. Karakter adalah ‘sifat-sifat kejiwaan, akhlak/ budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan orang lain’ (Dep. P dan K, 1990).

3. Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika,

ahlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi

positif, bukan netral. Sedangkan Karakter menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau

budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan

demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam

diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren

memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta

olahraga pribadi lepas pribadi.

Page 4: Esron Rajaguguk, S.Pd

4. Sedangkan Scerenko dalam Muchlas Samani dan

Hariyanto (2012: 42) menyatakan bahwa ”karakter

sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan

membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas

mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa”.

5. Karakter juga sering diasosiasikan dengan tempramen yang lebih

memberi penekanan pada definisi psikososial yang dihubungkan

dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Sedangkan karakter

dilihat dari sudut pandang behaviorial lebih menekankan pada unsur

somatopsikis yang dimiliki seseorang sejak lahir.

C. NILAI-NILAI PEMBENTUK KARAKTER .

Ada delapan belas nilai pembentuk karakter yang telah teridentifikasi yang

bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional,

yaitu: (1) Religius, (2) Jujur , (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras ,

(6) Kreatif, (7) Mandiri , (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10)

Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi,

(13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca,

(16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial & (18) Tanggung Jawab

(Puskur. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa:

Pedoman Sekolah. 2009:9-10).

1. Religius : sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama

lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,

dan pekerjaan.

3. Toleransi : Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,

suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari

dirinya.

Page 5: Esron Rajaguguk, S.Pd

4. Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan

5. Kerja Keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh

dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara

atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

8. Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain

9. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan

yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya

11. Cinta Tanah Air : Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan

politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya

untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan

mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 

13. Bersahabat/Komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa

senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai : Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan

orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

Page 6: Esron Rajaguguk, S.Pd

16. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam

yang sudah terjadi

17. Peduli Sosial : Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan

pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri

sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan

Tuhan Yang Maha Esa.

Dan selanjutnya ada Enam Pilar Pendidikan Berkarakter yaitu :

1. Trustworthiness (Kepercayaan)

Jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah handal –

melakukan apa yang anda katakan anda akan melakukannya, minta

keberanian untuk melakukan hal yang benar, bangun reputasi yang

baik, patuh – berdiri dengan keluarga, teman dan negara.

2. Recpect (Respek)

Bersikap toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan santun, bukan

bahasa yang buruk, pertimbangkan perasaan orang lain, jangan

mengancam, memukul atau menyakiti orang lain, damailah dengan

kemarahan, hinaan dan perselisihan.

3. Responsibility (Tanggungjawab)

Selalu lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin, berpikirlah

sebelum bertindak – mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung

jawab atas pilihan anda.

4. Fairness (Keadilan)

Bermain sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi, berpikiran

terbuka; mendengarkan orang lain, jangan mengambil keuntungan dari

orang lain, jangan menyalahkan orang lain sembarangan.

5. Caring (Peduli)

Page 7: Esron Rajaguguk, S.Pd

Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan anda peduli,

ungkapkan rasa syukur, maafkan orang lain, membantu orang yang

membutuhkan.

6. Citizenship (Kewarganegaraan)

Menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik, bekerja sama,

melibatkan diri dalam urusan masyarakat, menjadi tetangga yang baik,

mentaati hukum dan aturan, menghormati otoritas, melindungi

lingkungan hidup.

D. PERAN GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER

Ujung tombak pelaksanaan pendidikan adalah guru. Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.

mendidik berarti, menanamkan nilai-nilai yang baik menata: hati,

pikiran dan sikap mental (harus diawali dari diri sendiri)

mengajar berarti, memberikan pengetahuan/bekal (yang bermanfaat)

dalam menghadapi kehidupan

membimbing berarti, menuntun ke arah tujuan yang telah ditetapkan

(harus jelas)

mengarahkan berarti, menunjukkan kepada pilihan yang terbaik

melatih berarti, membiasakan peserta didik melakukan sesuatu yang

baik secara benar dan melakukan sesuatu yang benar secara baik

menilai dan mengevaluasi berarti, menghitung dan mengukur proses

dan hasil kerja kita, apakah tujuan yang ingin kita raih sudah

sesuai/tercapai atau belum.

Dengan demikian guru memiliki peran dalam pendidikan untuk

pembentukan karakter para siswa dalam pembelajaran di sekolah (kelas).

Dalam konteks pencapaian tujuan pendidikan karakter, guru menjadi

ujung tombak keberhasilan tersebut. Guru, sebagai sosok yang digugu dan

Page 8: Esron Rajaguguk, S.Pd

ditiru, mempunyai peran penting dalam aplikasi pendidikan karakter di

sekolah maupun di luar sekolah. Sebagai seorang pendidik, guru menjadi

sosok figur dalam pandangan anak, guru akan menjadi patokan bagi sikap

anak didik. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

diamanatkan bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi kepribadian

yang baik.

Dalam konteks pendidikan karakter, pendidikan dilaksanakan

untuk mendidik siswa menjadi manusia ihsan, yang berbuat baik dengan

tindakan yang baik berdasarkan ketaqwaan kepada Tuhan semata. Konsep

keteladanan dalam pendidikan sangat penting dan bisa berpengaruh

terhadap proses pendidikan, khususnya dalam membentuk aspek moral,

spiritual, dan etos sosial anak. Untuk itu, guru harus terlebih dahulu

mengenal siswa secara pribadi. Hal ini bisa ditempuh dengan cara,

pertama, guru harus mengenali dan memperhatikan pengertian-pengertian

yang dibawa siswa pada awal proses pembelajaran. Kedua, guru harus

mengetahui kemampuan, pendapat, dan pengalaman siswa. Ketiga,

pengenalan dan pemahaman konteks nyata para siswa sebagai dasar dalam

merumuskan tujuan, sasaran, metode, dan sarana pembelajaran

Sebagai tenaga profesional, guru harus diposisikan atau

memposisikan diri pada hakekat yang sebenarnya, yaitu sebagai pengajar

dan pendidik, yang berarti disamping mentransfer ilmu pengetahuan, juga

mendidik dan mengembangkan kepribadian peserta didik melalui intraksi

yang dilakukannya di kelas dan luar kelas. Guru hendaknya diberikan hak

penuh (hak mutlak) dalam melakukan penilaian (evaluasi) proses

pembelajaran, karena dalam masalah kepribadian atau karakter peserta

didik, guru merupakan pihak yang paling mengetahui tentang kondisi dan

perkembangannya.

Guru hendaknya menyadari bahwa membentuk manusia untuk berbudaya atau beradab itu lebih mudah jika ia terdidik atau terpelajar. Hal ini tidak berarti bahwa manusia yang terdidik dan terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Kenyataan membuktikan korupsi sering dilakukan oleh orang-orang yang terpelajar.

Page 9: Esron Rajaguguk, S.Pd

E. STRATEGI PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

PEMBELAJARAN DI SEKOLAH.

Fokus pembangunan nasional periode tahun 2010-2015 ini adalah

melakukan reorientasi dan penyadaran akan pentingnya pembangunan

karakter bangsa, pelaksanaan dan evaluasinya. Oleh karena itu di setiap

kesempatan Prof. Dr. Mohammad Noeh saat beliau menjabat sebagai

Mendiknas selalu mengatakan pentingnya dilaksanakan dan dikembangkan

pendidikan karakter bangsa, dan posisi guru (pendidik) dalam proses

pendidikan karakter bangsa tersebut adalah ada di garis paling depan, hal

ini selaras  dengan tugas dan fungsi guru yang tertuang dalam UU No. 14

tahun 2005 tenang Guru dan Dosen. Ada enam langkah praktis-strategis

yang dapat di lakukan guru atau sekolah dalam pelaksanaan pendidikan

karakter selama proses pembelajaran di sekolah, antara lain:

Pertama, setiap guru terus berjuang dengan sungguh-sungguh

untuk membangun kualitas kompetensi diri semaksimal mungkin

(kompentensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan

kompetensi profesional).

Kedua, setiap guru mata pelajaran harus memasukkan konsep-

konsep pendidikan karakter dalam rancangan pembelajaran (design

instructional) atau RPP, bisa diletakkan pada kegiatan awal pembelajaran

(apersepsi), atau pada kegiatan inti pembelajaran (eksplorasi, elaborasi,

konfirmasi), atau bisa pada kegiatan akhir pembelajaran. Pembelajaran

Kontekstual dengan tujuh komponennya yaitu (1) Konstruktivistik; (2)

Inquiry; (3) Questioning; (4) learning community; (5) Modelling; (6)

reflection dan (7) authentic assessment, dapat dijadikan sebagai cara untuk

membangun karakter siswa.

Ketiga, setiap guru mata pelajaran harus konsisten untuk

menampilkan keteladan kepada siswa disepanjang proses interaksi dengan

siswa di sekolah, tentang (1) disiplin nurani dalam melaksanakan tugas,

misalnya jangan berkarya untuk atasan (seseorang); (2) menghargai

Page 10: Esron Rajaguguk, S.Pd

keberagaman kemampuan siswa atau orang lain; (3) ketaatan dalam

beribadah (shalat jamaah); (4) cinta pada perkembangan Ipteks

(menggunakan media IT, membuat handout/ modul/LKS; (5) menerapkan

nilai-nilai demokrasi, menghargai perbedaan ; (6) berkeadilan dalam

proses pelayanan pembelajaran; (7) tanggungjawab dan terbuka pada hal-

hal baru yang positif; dan (8) menempati janji dan cinta serta penuh

perhatian pada peserta didik, dan sejenisnya .Agar setiap guru mampu

menampilkan keteladan tentang beberapa karakter positif tersebut

dihadapan siswa, maka setiap guru harus konsisten menerapkan delapan

prinsip yang telah diuraikan di atas. Kedelapan prinsip tersebut harus di

tegakkan diatas pondasi  tulus ikhlas hanya pada Tuhan (Mutahhari, M.

2002; Agustian, A.G. 2005).

Keempat, program kegiatan ekstrakurikuler di sekolah betul-betul

harus di rancang untuk melatih peserta didik dalam hal: (1) mampu

menumbuhkan kemandirian anak dalam mengambil keputusan yang

terbaik ;(2)  menanamkan prinsip kebanggaan hidup bukan menumpuk dan

menikmati materi, tetapi proses berprestasi di sepanjang usia; (3) cinta dan

selalu termotivasi untuk menanamkan nilai kebaikan pada diri  ; (4)

mempraktekkan prinsip-prinsip moral spiritual dengan baik untuk

memahamkan hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh di lakukan

(misalnya praktek ibadah berjamaah); (5) selalu diberi peluang

menerapkan hasrat berbuat baik  dan sikap mencintai perbuatan baik serta

melaksanakan perbuatan baik  (misalnya bakti sosial) (Suyono, H. 2010;

Sulhan, N. 2010).

Kelima, program pembiasaan warga sekolah untuk melakukan

aktivitas kelembagaan yang sesuai dengan visi, misi, peraturan atau tata

tertib sekolah. Bentuk aktivitas praktis yang bisa dilakukan antara lain: (1)

pembiasaan sepuluh atau lima belas menit sebelum dimulai pelajaran di

pagi hari secara serempak (tersentral) di lakukan pembacaan dan

penjelasan isi kitab suci agama yang diyakini; (2) pembiasaan sebelum

pelajaran dimulai setiap guru dan siswa secara bersama-sama memeriksa

Page 11: Esron Rajaguguk, S.Pd

kebersihan kelas; (3) secara periodik sekolah mendatangkan para psikolog

atau motivator untuk melakukan dialog yang diikuti oleh semua guru dan

siswa; (4) pembiasaan perilaku positif di sekolah, misalnya disiplin masuk

kelas,  saat makan di kantin,  kebiasaan dalam berbicara yang baik,

membuang sampah di tempatnya, dan sejenisnya; (5) pembiasaan lomba

karya kreatif siswa secara periodik. Beragam pembiasaan karakter positif

tersebut direkam oleh guru melalui lembar observasi untuk di skor/ dinilai

dan menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem penilaian berbasis

kelas (Salim, B. 2002; BSNP, 2006).

Keenam,  program kontak komunikasi secara intensif dengan

orang tua siswa. Bentuk aktivitas yang bisa dilakukan antara lain: (1) 

memberikan format pemantauan pola perilaku anak di rumah. Orang tua/

wali siswa memantau perilaku anak, tentang: kerajian ibadahnya; kerajian

belajarnya; sikap hormat/ sopan pada ayah-ibu; kejujurannya; suka

membantu/ menolong orang tua; kemandiriannya, dan sebagainya. Dalam

format tersebut berisi skor/ nilai dan orang tuanya sendiri yang menilai,

kemudian secara periodik (tri  wulan/ catur wulan/ semester) orang tua

melaporkan ke sekolah; (2) sekolah dan orang tua melakukan dialog secara

periodik untuk membahas segala persoalan siswa dan agenda

pengembangan siswa, sumber datanya dari perpaduan nilai pemantauan

perilaku di sekolah dan pemantauan perilaku di rumah; dan (3) agar

pelaksanaan poin kelima ini efektif, disekolah perlu di bentuk tim khusus

untuk menangani pembinaan karakter siswa. Pelaksanaan strategi kelima

ini sangat penting untuk diwujudkan, karena: (1) keluarga (ayah-ibu)

adalah faktor paling dasar dalam proses membentuk karakter positif anak;

(2) agar pada diri orang tua ada rasa tanggung jawab besar untuk terus

memantau perkembangan karakter anak; dan (3) agar pada diri orang tua

terus terjadi proses evaluasi diri dan refleksi diri tentang cara mendidik

anak di rumah.

Page 12: Esron Rajaguguk, S.Pd

F. PENUTUP

Karakter adalah hal yang harus dimiliki setiap manusia dan harus

dipraktek kepada siapapun dimanapun kita berada. Kebaikan-kebaikan tersebut

ditegaskan oleh masyarakat dan agama di seluruh dunia. Karena hal tersebut

secara intrinsik baik dilakukan.

Pembentukan karakter adalah rajutan atau perpaduan dari keluarga

(orangtua) masyarakat dan pemerintah. Ketiga pihak tersebut secara bersama-

sama atau simultan melaksanakan tugas membentuk karakter anak didik. Guru

merupakan pihak dari pemerintah yang bertugas membentuk karakter anak didik,

terutama selama proses pembelajaran di sekolah. Kemudian orang tua sekaligus

sebagai anggota masyarakat memiliki waktu yang lebih banyak dalam membina

karakter anaknya.Kepala sekolah dan guru memegang peranan penting dalam

merancang, merencanakan, melaksanakan, dan mengontrol kegiatan di sekolah,

termasuk pendidikan karakter yang dikembangkan dan dilaksanakan di sekolah.

Bahkan dalam menentukan visi dan misi sekolah diarahkan untuk membentuk

karakter manusia yang utuh dan tangguh

Guru patut digugu dan ditiru, sebagai model dalam pembentukan karakter

siswa , harus senantiasa mengembangkan kompetensinya, secara berkelanjutan

sehingga perannya di sekolah menjadi nyata sebagai tenaga profesional.

Tanpa Karakter yang baik, manusia tidak bisa hidup bahagia dan tidak

akan ada masyarakat yang dapat berfungsi secara efektif. Tanpa karakter yang

baik, seluruh umat manusia tidak dapat melakukan perkembangan menuju dunia

yang menjunjung tinggi harkat dan martabat serta nilai dari setiap individu.

.

Page 13: Esron Rajaguguk, S.Pd

Referensi

1. http://www.slideshare.net/ChristianYLokas/pendidikan-karakter 2. http://smpn15bandung.sch.id/http://jurnalmadi.blogspot.com/2012/06/

tujuan-pendidikankarakter-adalah.html

3. Undang-Undang Dasar 1945

4. Undang-Undang Nomor 20 tahun2003