Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

46
PEMAKNAAN KALINDAQDAQ DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN SIKAP EMPATI SISWA (Penelitian Tindakan Kepembimbingan Pada Siswa SMA Negeri 3 Majene) Di Susun Oleh: NAMA : ARMAN, S.Pd, M.Pd. NIP : 19780315 200312 1 013 NAMA SEKOLAH : SMA NEGERI 3 MAJENE BIDANG STUDI : BIMBINGAN KONSELING KABUPATEN : MAJENE PROVINSI : SULAWESI BARAT SMA NEGERI 3 MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT 2015

Transcript of Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Page 1: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

PEMAKNAAN KALINDAQDAQ

DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

UNTUK MENINGKATKAN SIKAP EMPATI SISWA

(Penelitian Tindakan Kepembimbingan

Pada Siswa SMA Negeri 3 Majene)

Di Susun Oleh:

NAMA : ARMAN, S.Pd, M.Pd.

NIP : 19780315 200312 1 013

NAMA SEKOLAH : SMA NEGERI 3 MAJENE

BIDANG STUDI : BIMBINGAN KONSELING

KABUPATEN : MAJENE

PROVINSI : SULAWESI BARAT

SMA NEGERI 3 MAJENE

PROVINSI SULAWESI BARAT

2015

Page 2: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

HALAMAN PENGESAHAN

Pemaknaan Kalindaqdaq dalam Layanan Bimbingan Kelompok

untuk Meningkatkan Sikap Empati Siswa

(Penelitian Pada Siswa SMA Negeri 3 Majene)

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Kegiatan

Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan 2015

Oleh :

ARMAN, S.Pd, M.Pd.

Nip. 197803152003121013

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan karya asli penulis

dan bukan jiplakan atau saduran karya orang lain

Majene, 29 Oktober 2015

Mengetahui :

ii

Page 3: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

ABSTRAK

ARMAN. Pemaknaan Kalindaqdaq dalam Layanan Bimbingan Kelompok untuk

Meningkatkan Sikap Empati Siswa di SMAN 3 Majene. Penelitian tindakan

kepembimbingan ini dibuat untuk mengembangkan proses pelaksanaan layanan

bimbingan konseling di sekolah..

Karya tulis ini menelaah tentang Pemaknaan Kalindaqdaq dalam Layanan

Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Sikap Empati Siswa di SMAN 3

Majene. Fokus permasalahan dalam karya tulis ini adalah mengidentifikasi

gambaran jenis-jenis empati yang terkandung dalam kalindaqdaq,

mengidentifikasi gambaran keberhasilan layanan bimbingan kelompok untuk

meningkatkan sikap empati siswa melalui pemaknaan kalindaqdaq.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui gambaran sikap empati

yang terkandung dalam kalindaqdaq mandar (2) Gambaran sikap empati siswa

SMAN 3 Majene (3) Gambaran pemaknaan kalindaqdaq dalam layanan

bimbingan kelompok di SMAN 3 Majene.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pemaknaan kalindaqdaq dapat

meningkatkan sikap empati siswa 2) Siswa lebih mengenal sikap empati yang

tertuang dalam sikap kegotongroyongan antar siswa.3) Kalindaqdaq sebagai salah

satu sastra mandar dapat dijadikan sebagai salah satu referensi pelaksanaan

layanan konseling.

Kata Kunci : Kalindaqdaq, Bimbingan kelompok, empati

iii

Page 4: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

ABSTRAK iii

DAFTAR ISI iv

KATA PENGANTAR vi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 4

D. Manfaat Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

A. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok 5

1. Pengertian Bimbingan Kelompok 5

2. Tujuan Bimbingan Kelompok 6

3. Teknik Pendekatan Bimbingan Kelompok 6

4. Tahapan Bimbingan Kelompok 7

B. Empati dalam Konsep Kalindaqdaq 9

BAB III METODE PENELITIAN 11

A. Jenis Penelitian 11

B. Lokasi Penelitian 11

iv

Page 5: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

BAB IV DESKRIPSI PELAKSANAAN LAYANAN

BIMBINGAN KELOMPOK 12

A. Skenario Layanan Bimbingan Kelompok Melalui 12

Pemaknaan Kalindaqdaq

B. Analisis Hasil Layanan Bimbingan Kelompok Melalui 13

Pemaknaan Kalindaqdaq

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 19

A. Kesimpulan 19

B. Saran-saran 19

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

v

Page 6: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Tiada kata yang patut penulis Panjatkan selain puja dan puji syukur atas

kehadirat Ilahi Rabbi, karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya jualah

sehingga karya tulis yang berjudul “Pemaknaan Kalindaqdaq dalam Layanan

Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Sikap Empati Siswa di SMA Negeri 3

Majene” dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.

Karya tulis ini disusun sebagai manifestasi dari pengalaman pembelajaran

dalam bidang bimbingan konseling yang diharapkan dapat menjadi motivasi

tersendiri bagi guru-guru lain untuk mengkaji lebih jauh tentang konsep budaya

lokal lainnya, yang nantinya dapat dikaitkan dengan bimbingan konseling di

sekolah.

Penulis berfikiran bahwa,karya ini merupakan pengejawantahan metode

pembimbingan berbasis budaya lokal, yang dikaitkan dengan konseling lintas

budaya. Pemaknaan kalindaqdaq yang dimaksudkan disini adalah penanaman

nilai-nilai budaya yang bermuatan empati yang dapat dijadikan sebagai salah satu

alternative teknik pembelajaran dalam layanan bimbingan konseling di sekolah.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Dra.

Hj. Roswati selaku kepala sekolah yang memberikan bantuan dan dorongan moral

selama penulisan karya tulis ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis

juga sampaikan kepada:

1. Seluruh rekan-rekan guru SMAN 3 Majene yang telah memberikan dukungan

sepenuhnya selama penulisan.

2. Staf perpustakaan SMAN 3 Majene yang telah memberikan bantuan dan

pelayanan yang baik selama penulisan karya tulis ini.

3. Staf perpustakaan daerah kabupaten Majene yang telah memberikan

pelayanan yang prima selama proses penulisan karya tulis.

vi

Page 7: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

4. Siswa-siswi SMAN 3 Majene khusunya yang terlibat sebagai peserta

bimbingan kelompok yang telah membantu dalam proses penelitian sampai

penyelesaian karya tulis ini.

5. Istri yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis mulai dari awal

sampai pada tahap akhir penulisan.

6. Putra-putri saya, walaupun selalu bersikap usil dan sering mengganggu

penulis selama penulisan karya tulis ini, tetapi telah memberikan warna

tersendiri dalam penulisan karya tulis ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak

memberikan sumbangsih kepada penulis selama penulisan karya tulis ini.

Demikian ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan. Semoga semua bentuk

bantuannya bernilai ibadah disisi Allah SWT.

Majene. 25 Oktober 2015

ARMAN, S.Pd, M.Pd

vii

Page 8: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah, mempunyai

peran strategis terutama mendidik dan menyiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas dalam memegang estafet generasi sebelumnya. Keberadaan sekolah

sebagai sub sistem tatanan kehidupan sosial, menempatkan lembaga sekolah

sebagai bagian dari sistem sosial. Sebagai bagian dari sistem dan lembaga sosial,

sekolah harus peka dan tanggap dengan harapan dan tuntutan masyarakat

sekitarnya. Sekolah diharapkan menjalankan fungsinya dengan mencerdaskan

kehidupan bangsa dengan optimal dan mengamankan diri dari pengaruh negatif

lingkungan sekitar.

Oleh karena itu pada dewasa ini hendaknya arah pendidikan kembali kita

kiblatkan pada jiwa dan roh kebudayaan bangsa Indonesia yang nantinya dapat

memupuk rasa kebersamaan, dan rasa untuk merasakan apa yang dirasakan oleh

orang lain. Kecendrungan untuk menata kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai

dan kearifan budaya lokal, diharapkan dapat mereduksi kesadaran kita bahwa

suasana keluarga yang harmonis, suasana pendidikan yang berkualitas hendaknya

dilandaskan pada nilai-nilai budaya, dibumikan pada kearifan budaya bangsa yang

pada akhirnya akan terlahir pendidikan yang bermakna, dan otomatis akan

menciptakan kehidupan yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan konsep yang

dihembuskan pemerintah sekarang yang dilabelisasi dengan istilah pendidikan

karakter.

Pendidikan karakter sebenarnya adalah pemaknaan tentang sikap, sifat,

norma yang hendaknya dilakonkan oleh setiap manusia dengan baik dan berbudi

pekerti. Semua hal tersebut di atas dapat kita amati pada bagaimana interaksi

sosial pada manusia itu sendiri. Sejatinya interaksi sosial antar individu dapat kita

dilakukan dengan berbagai cara seperti berbicara, bertatap muka, bertransaksi

dagang, belajar pada orang lain, bahkan menyakiti orang lain. Interaksi sosial

antar individu merupakan proses yang rumit dan kompleks yang melibatkan

faktor-faktor psikologis seperti imitasi, sugesti, simpati dan empati.

1

Page 9: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Melihat sisi kehidupan dunia pendidikan khususnya dalam dunia sekolah,

maka tak pelak kita akan dipertemukan dengan beragam sikap dan perilaku yang

kurang bersinergi dengan istilah empati itu sendiri, yang pada akhirnya akan

menimbulkan konflik. konflik tersebut dapat saja terjadi mulai dari konflik yang

terjadi antar siswa, siswa dengan guru, siswa dengan tenaga kependidikan, siswa

dengan orangtua, maupun konflik yang terjadi antara guru dengan guru lainnya

dan pihak-pihak lain yang terdapat disekolah. Idealnya sebagai sebuah institusi

pencerdasan bangsa, sebuah lahan untuk menggeneralisasikan karakter bangsa,

maka konflik tidak seharusnya terjadi. Walaupun hal tersebut muncul sebagai

sebuah konflik baik internal maupun eksternal maka semua elemen sekolah harus

dapat mengatasi dan mengelola konflik tersebut secara bersama dengan

menerapkan manajemen konflik yang baik.

Masalah-masalah dalam segala apek kehidupan yang timbul dan sering

kita lihat sehari-hari dan bahkan mungkin kita alami sendiri, adalah karena

kurangnya rasa empati dalam diri setiap manusia. Gambaran tentang kurangnya

empati dalam lingkungan keluarga dimasa sekarang sudah sangat jelas. Sebagai

contoh, kebanyakan anak-anak sekarang selalu memaksakan kehendak terhadap

orangtua sesuka hatinya tanpa pernah mau berfikir dan merasakan tentang

kesulitan orangtuanya, ataupun para siswa tidak lagi memandang istilah

persaudaraan. Tidak hanya pada lingkungan keluarga saja, kepedulian rasa empati

yang kurang juga terjadi dalam kehidupan sekolah, sebagai contoh terkadang

siswa kurang memberikan penghargaan dan rasa hormat kepada gurunya, ataupun

sebaliknya guru tidak pernah memberikan pujian ataupun penghargaan yang

positif kepada anak didiknya. Semua hal tersebut bermuara pada kurangnya rasa

empati dalam diri manusia itu sendiri.

Berdasarkan tinjauan konseptual budaya tersebut di atas, maka hendaknya

peserta didik juga dibekali dengan penanaman nilai-nilai karakter budaya lokal

yang berbasis pendidikan karakter, dalam hal ini penanaman rasa empati. Hal

tersebut juga sangat sesuai dengan kurikulum yang digunakan sekarang lebih

mengedepankan pembinaan karakter dan mental siswa.

2

Page 10: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Bercermin pada budaya lokal bangsa, maka provinsi Sulawesi barat

khususnya dalam budaya mandar, maka sikap empati sebenarnya sudah tertanam

pada nenek moyang terdahulu. Sehingga mereka melestarikan petuah ataupun

nasehat tersebut ke dalam berbagai kesusastraan mandar. Sesungguhnya

kesustraan mandar sangatlah banyak, misalnya kalindaqdaq (puisi mandar),

pantun, lagu saya-sayang dan masih banyak lagi kesuststraan mandar yang sarat

akan rasa empati itu sendiri.

Budaya mandar, sastra mandar, adalah sekian dari banyaknya litearatur

yang dapat dijadikan sebagai cerminan untuk menumbuhkan dan memoles rasa

empati itu sendiri. Mengapa tidak, karena budaya mandar antara lain kalindaqdaq,

saya-sayang, pantun dan kesustraan mandar lainnya, adalah salah satu dasar yang

dapat dijadikan sebagai pencerminan bagaimana sikap dan perilaku masyarakat

mandar itu sendiri. Ketika mereka telah memahami keberadaannya sebagai orang

mandar, maka secara perlahan dan pasti mereka akan dapat menanamkan nilai dan

rasa empati itu dalam dirinya.

Berdasarkan tinjauan konseptual di atas maka beberapa fenomena-

fenomena kurangnya rasa empati tersebut diduga terjadi pada siswa SMA Negeri

3 Majene yang oleh peneliti menempatkan sebagai lokasi penelitian. Hal ini

didukung dengan keberadaan peneliti sebagai guru bimbingan konseling, yang

nota bene sedikit banyaknya mengetahui kondisi dan kearifan sikap dan perilaku

siswa yang keluar dari zona kenormaan sosial, norma agama dan kebijakan

pendidikan lainnya. Hal ini tercermin dari berbagai perilaku negatif antara lain,

adanya persaingan tidak sehat antar siswa, tidak adanya penghargaan antar kakak

kelas dengan adik kelas, dan beberapa sikap dan perilaku negatif lainnya.

Berdasarkan hal tersebut di atas membuat peneliti tertarik untuk

melakukan suatu penelitian dengan judul “Pemaknaan kalindaqdaq dalam

Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Sikap Empati siswa SMAN 3

Majene”.

3

Page 11: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran sikap empati yang terkandung dalam

kalindaqdaq mandar?

2. Bagaimana gambaran sikap empati siswa SMAN 3 Majene?

3. Bagaimanakah gambaran pemaknaan kalindaqdaq dalam layanan

bimbingan kelompok di SMAN 3 Majene?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang diharapkan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran sikap empati yang terkandung dalam kalindaqdaq mandar.

2. Gambaran sikap empati siswa SMAN 3 Majene.

3. Gambaran pemaknaan kalindaqdaq dalam layanan bimbingan

kelompok di SMAN 3 Majene.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini dapat dilihat dari segi

teoritis dan segi praktis.

1. Segi Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan dapat

mengungkapkan tentang berbagai teori bimbingan kelompok dengan mengacu

pada konseling lintas budaya. yang nantinya dapat dijadikan referensi atau

bahan bacaan oleh sebuah institusi atau organisasi. Hasil penelitian ini juga

diharapkan menambah khasanah pengetahuan atau wawasan oleh pihak-pihak

yang terkait dalam dunia pendidikan.

2. Segi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan, diskusi dan

rujukan bagi para kepala sekolah dan tenaga pendidik lainnya untuk

mengenali jenis dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kurangnya empati

antar siswa, sehingga terbentuk kepribadian yang mantap pada diri siswa

4

Page 12: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno ( 1995 : 62 ) menyatakan bahwa, Bimbingan kelompok

berarti memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan

konseling. Bimbingan kelompok lebih merupakan suatu upaya bimbingan kepada

individu-individu melalui kelompok. Pendapat lain dari W.S.Winkel dan M.M. Sri

Hastuti. (2004:111). Bimbingan kelompok dilakukan bilamana siswa yang

dilayani lebih dari satu orang.

Pendapat lain dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi (2002 :48)

bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah

peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber

tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang

kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga

dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Sementara menurut Prof. Mungin (2005 : 17) menyatakan bimbingan

kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok

menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota

kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok

untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Dengan uraian di atas dapat di kemukakan definisi bimbingan kelompok

adalah suatu proses pertemuan yang dilakukan antara pembimbimng dengan yang

dibimbing dengan menggunakan berbagai media dan tahapan dalam menemukan

sebuah solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dengan kata lain bimbingan

kelompok adalah proses dengan melibatkan antara konselor dan klien yang

berbeda masing-masing berbeda latar budaya dan dilakukan dengan

memperhatikan budaya subyek yang terlibat dalam bimbingan tersebut.

5

Page 13: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

a. Tujuan Umum.

Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk

pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan

berkomunikasi peserta layanan (siswa).

b. Tujuan Khusus

Secara lebih khusus layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk

mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap

yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yaitu

peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal

para siswa. Menurut Prayitno (1995 : 70) tujuan yang ingin dicapai dalam

bimbingan kelompok yaitu penguasaan informasi untuk tujuan yang lebih

luas, pengembangan pribadi, dan pembahasan masalah atau topik-topik

umum secara luas dan mendalam yang bermanfaat bagi para anggota

kelompok Menurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:17).

3. Teknik Pendekatan Bimbingan Kelompok

Pelaksanaan bimbingan kelompok dapat dilaksanakan dengan berbagai

teknik yang dianggap efektif dalam membantu siswa dalam menangani masalah

yang dihadapinya. Teknik bimbingan kelompok dipergunakan dalam membantu

siswa memecahkan masalah melalui kegiatan kelompok. Artinya masalah itu

dirasakan oleh kelompok atau individu sebagai anggota suatu kelompok.

Menurut Umar (1998), teknik-teknik pelaksanaan bimbingan kelompok

diklasifikasikan dalam berbagai teknik, antara lain pemberian informasi, home

room program, karya wisata, diskusi kelompok dan kegiatan kelompok.

1) Home room program, teknik ini merupakan suatu program kegiatan yang

dilakukan dengan tujuan agar guru pembimbing dapat lebih mengenal

siswanya sehingga dapat membantunya secara lebih efektif.

2) Karya wisata, merupakan kegiatan meninjau objek-objek menarik dan

mereka mendapat informasi yang lebih dari objek tersebut. Disamping

siswa mendapat kesempatan untukmemperoleh penyesuaian dalam

6

Page 14: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

3) kehidupan kelompok, juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita

yang ada.

4) Diskusi kelompok, adalah cara untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab

dan harga diri, dimana siswa mendapat kesempatan untuk memecahkan

masalah secara bersama-sama.

5) Kegiatan kelompok, merupakan cara yang baik dalam membimbing,

karena siswa mendapat kesempatan untuk berpartisifasi dengan sebaik-

baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika dilakukankan

dengan kelompok.

6) Sosiodrama, adalah teknik yang dilakukan melalui kegiatan bermain

peran. Dalam sosiodrama, individu akan memerankan suatu peran tertentu

dari situasi masalah sosial. Pemecahan masalah individu diperoleh melalui

penghayatan peran tentang situasi masalah yang dihadapinya.

7) Psikodrama, adalah upaya pemecahan masalah melalui drama. Bedanya

dengan sosiodrama adalah masalah yang didramakan dalam sosiodrama

adalah masalah sosial, sedangkan masalah yang didramakan dalam

psikodrama adalah masalah psikhis yang dialami individu.

8) Pengajaran remedial, merupakan suatu bentuk pembelajaran yang

diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa untuk membantu

kesulitan belajar yang dihadapinya.

4. Tahapan Bimbingan Kelompok

Tahapan bimbingan kelompok dapat dilaksanakan dalam beberapa tahap

antara lain:

a. Tahap Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau

tahap memasukkan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap

ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga

mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik

oleh masing-masing, sebagian maupun seluruh anggota. Memberikan

penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota

akan tahu apa arti bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan

7

Page 15: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan

diterapkan dalam bimbingan kelompok tersebut.

b. Tahap Kontrak

Pada tahap kontrak ini, konselor dan peserta bimbingan kelompok

membuat kesepakatan lamanya waktu pelaksanaan dan jumlah pertemuan

yang disepakati, serta konselor menjelaskan secara garis besar pengertian

bimbingan kelompok dan tujuan kegiatan dilaksanakan.

c. Tahap Peralihan

Adapun yang dilakukan dengan dalam tahapan ini yaitu: 1)

Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, 2)

menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siapmenjalani

padatahap berikutnya, 3) membahas suasana yang terjadi, 4) meningkatkan

kemampuan keikutsertaan anggota dan 5) bila perlu kepada beberapa

aspek pada tahap pertama.

d. Tahap Paralihan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-

aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-

masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari

pemimpin kelompok.

e. Tahap Eksplorasi Sikap dan Perasaan

Pada tahap ini konselor memberikan tugas kepada peserta

bimbingan kelompok baik dalam bentuk lisan maupun tulisan, yang

berhubungan dengan tujuan dan manfaat kegiatan bimbingan kelompok.

f. Tahap Pendalaman

Pada tahap ini konselor memasuki inti kegiatan yang sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai. Inti kegiatan tersebut dapat berupa penugasan dengan

menggunakan alat bantu (model/alat instrumen) maupun bentuk lain yang

sesuai dengan tujuan kegiatan.

g. Pengakhiran

Tahap pengakhiran merupakan akhir dari seluruh rangkaian

kegiatan bimbingan kelompok. Pokok perhatian dari tahappengakhiran ini

8

Page 16: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

bukanlah terletak pada beberapa kali kelompok itu bertemu, tetapi

mengacu pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Dengan hasil

yang dicapai, maka diharapkan semua permasalahan atau topic yang

dibahas dalam kegiatan tersebut dapat tercapai dan menemui solusi yang

baik, yang pada akhirnya bermuara pada pengejawantahan hasil yang

dicapai dalam kehidupan nyata sehari-hari.

B. Empati dalam Konsep Kalindaqdaq

1. Defenisi Empati

Menurut Thomas F. Mader dan Diane C. Mader (1990), empati adalah

kemampuan seseorang untuk share-feeling yang dilandasi kepedulian-kepedulian

rasa. Secara sederhana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empati

adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau

mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan

orang atau kelompok lain. Sedangkan Frieda Mangunsong, (2010)

mengungkapkan bahwa empati merupakan sarana beribadah, juga bisa melatih

empati anak yang memunculkan sifat berderma.

Dalam penanaman sikap empati ada beberapa hal yang harus diperhatikan

antara lain: 1) Cepat menangkap isi perasaan dan pikiran orang lain (under-

standing others) 2) Memberikan pelayanan yang dibutuhkan orang lain (service

orientation). 3) Memberikan masukan-masukan positif atau membangun orang

lain (developing others). 4) Mengambil manfaat dari perbedaan, bukan

menciptakan konflik dari perbedaan (leveraging diversity). 5) Memahami aturan

main yang tertulis atau yang tidak tertulis dalam hubungan kita dengan orang lain

(political awareness).

Empati merupakan bagian penting kemampuan sosial (sosial

competency). Empati juga merupakan salah satu dari unsur-unsur kecerdasan

sosial. Ia terinci dan berhubungan erat dengan komponen-komponen lain,

seperti empati dasar, penyelarasan, ketepatan empatik dan pengertian sosial.

9

Page 17: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Empati dasar yakni memiliki perasaan dengan orang lain atau merasakan

isyarat-isyarat emosi non verbal. Penyelarasan yakni mendengarkan dengan

penuh reseptivitas, menyelaraskan diri pada seseorang.

2. Kalindaqdaq sebagai Konsep Empati

a. Pengertian Kalindaqdaq

Kalindaqdaq adalah salah satu karya sastra mandar yang berbentuk

pantun. Kalindaqdaq sering diperdengarkan pada acara pappatammaq atau

lebih dikenal sayyang pattuqdu (acara syukuran bagi yang khatam al-qur’an)

yang setiap tahun diadakan secara massal di daerah mandar. Kalindaqdaq

adalah suatu bentuk perasaan seseorang yang diungkapkan dengan rangakaian

kalimat-kalimat yang indah. Kalindaqdaq pada umumnya terdiri dari empat

(4) baris dalam satu bait, dan dalam satu bait susunan suku katanya terdiri dari

8-7-5-7 serta dapat bersajak abab, abba atau aaaa.

Secara etimologi, kalindaqdaq diuraikan dalam beberapa versi.

Pertama, terdiri atas dua kata yaitu kali (gali) dan daqdaq (dada). Jadi

kalindaqdaq artinya isi dada/hati yang digali dan dikemukakan kepada orang

lain. (Ahmad A, 2008)

Berdasarkan pesan yang dibawa oleh kalindaqdaq, kalindaqdaq dapat

dibagi dalam enam jenis yaitu:

1) Kalindaqdaq pangino (humor)

2) Kalindaqdaq paelle (satire)

3) Kalindaqdaq pappakainga (kritik sosial)

4) Kalindaqdaq pipatudu (pendidikan/nasehat)

5) Kalindaqdaq masaala (keagamaan)

6) Kalindaqdaq pettommuaneang (patriotisme/kejantanan)

7) Kalindaqdaq sipomonge (percintaan/romantis)

10

Page 18: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan

ancangan penelitian deskriptif kualitatif. Dalam proses penelitian ini peneliti

mencoba memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian,

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan fenomena lainnya, yang secara

holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Deskripsi kata dan bahasa tersebut bukanlah berangkat dari suatu kesimpulan

sementara (Hipotesis) untuk diuji keberlakuannya dilapangan, melainkan peneliti

langsung meneliti dilapangan dan berusaha mengumpulkan data selengkap

mungkin sesuai fokus penelitian sampai data yang diperoleh bersifat sementara

dan tidak bisa ditelusuri lagi. Dengan model ini peneliti dapat merumuskan

masalah lebih rinci.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Majene. Pemilihan lokasi

penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa SMA Negeri 3 Majene adalah

salah satu lembaga pendidikan yang diharapkan dapat mengembang tujuan

pendidikan bangsa. Penentuan lokasi dikarenakan secara umum didasari oleh

karena di SMA Negeri 3 Majene ini diduga sikap empati antar siswa sangat

kurang. Hal tersebut disinyalir disebabkan oleh antara lain kurang kondusifnya

hubungan kekeluargaan antar siswa, ketidakmengertian akan kearifan budaya

lokal. Selain hal tersebut di atas, SMA Negeri 3 Majene merupakan salah satu

sekolah lanjutan tingkat atas yang bertaraf rintisan sekolah bertaraf Nasional.

Sehingga dari label status, kualitas siswa yang baik, tenaga pendidik yang

berkualitas, serta kelengkapan sarana dan prasarana memberikan peluang yang

sangat besar menciptakan siswa-siswa yang unggul baik dibidang akademik

maupun non akademik.

11

Page 19: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

BAB IV

DESKRIPSI PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

A. Skenario Layanan Bimbingan Kelompok Melalui Pemaknaan

Kalindaqdaq

1. Pembentukan Kelompok

Pada tahap ini, peneliti membentuk sebuah homogenitas kelompok

yang beranggotakan 8 sampai 9 orang peserta bimbingan kelompok yang

berasal dari kelas berbeda, yaitu kelas XII IPS 1, kelas XII IPS 2, kelas

XII IPA 1, kelas XII IPA 2 dan kelas XII Bahasa. Setiap kelas masing-

masing diambil 5 orang dan selanjutnya dibagi ke dalam 3 kelompok kecil.

2. Tahap Kontrak

Pada tahap ini, peneliti dan peserta bimbingan kelompok membuat

kesepakatan lamanya waktu pelaksanaan dan jumlah pertemuan yang

disepakati. Adapun lamanya waktu setiap pertemuan sebanyak 45 menit

dan dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan.

3. Tahap Peralihan

Pada tahap peralihan ini, peneliti memberikan informasi tentang

nilai-nilai dari sikap empati yang terkandung dalam budaya mandar.

Tujuan pemberian informasi dalam bimbingan kelompok dengan konsep

budaya mandar tidaklah berbeda dengan pemberian layanan informasi

pada umumnya. Namun dalam hal ini, pemberian informasi lebih

mengarah pada informasi tentang nilai sikap empati yang tersirat dalam

kalindaqdaq. Informasi tersebut berisi antara lain kehidupan para orangtua

zaman dahulu, sikap kegotongroyongan yang sangat kental

padamasyarakat mandar, sampai pada sikap dan peran yang dilakukan oleh

laki-laki ataupun perempuan mandar.

Proses pemberian informasi ini dilakukan dalam bentuk ceramah

dan Tanya jawab. Selama pemberian informasi ini, siswa sangat antusias

mengikuti kegiatan. Ini terbukti dari banyaknya pertanyaan yang

dikemukakan oleh peserta tentang konsep empati dan kalindaqdaq itu

12

Page 20: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

sendiri. Dengan kata lain peserta ingin mengetahui tentang arti empati

dalam konsep budaya mandar.

4. Tahap Eksplorasi Sikap dan Perasaan.

Pada tahap ini, peneliti memberikan tugas kepada masing-masing

kelompok untuk mencatat secara tertutup berbagai macam sikap, perilaku

manusia yang positif maupun negatif yang sering mereka lihat dan alami

sendiri dalam kehidupan sehari-hari yang selanjutnya setiap kelompok

mempresentasikan hasil tugasnya dan menganalisis perilaku yang sesuai

dengan norma dan aturan kemasyarakatan.

5. Tahap Pendalaman

Pada tahap ini peneliti menggunakan alat bantu yaitu konsep

kalindaqdaq dengan berbagai jenis tema kalindaqdaq. Konsep tersebut

diberikan kepada setiap peserta bimbingan kelompok yang selanjutnya

diberikan tugas untuk membaca, menelaah, menganalisis dan mencari tahu

sikap atau perilaku yang tercermin dalam kalindaqdaq tersebut yang

bermuatan empati. Tema-tema kalindaqdaq yang diberikan antara lain,

kalindaqdaq masaalah, kalindaqdaq pepaturu, kalindaqdaq

pettommuaneang, dan kalindaqdaq paella. Selanjutnya kalindaqdaq

tersebut didiskusikan untuk mencari makna tentang sikap empati yang

terkandung dalam setiap kalindaqdaq.

6. Tahap Pengakhiran

Pada tahap ini, peneliti dan peserta bimbingan kelompok membuat

kesimpulan tentang sikap empati yang terkandung pada kalindaqdaq

tersebut, yang selanjutnya membuat kesepakatan untuk pertemuan

selanjutnya.

B. Analisis Hasil Layanan Bimbingan Kelompok melalui Pemaknaan

Kalindaqdaq

1. Deskripsi Hasil wawancara

13

Page 21: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok melalui

pemaknaan kalindaqdaq, maka beberapa pendapat yang diutarakan oleh peserta

bimbingan kelompok, secara umum memberikan pendapat yang positif. Artinya

sebelum mereka mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok ini, mereka

sama sekali tidak mengetahui konsep empati dalam budaya mandar. Walaupun

semua peserta sudah pernah mendengar secara langsung kalindaqdaq tersebut,

tetapi ketika dihubungkan dengan makna yang terkandung di dalamnya, mereka

tidak memahami sedikitpun.

Dari deskripsi tersebut di atas sangat sesuai dengan apa yang diungkapkan

oleh (SB) yang mengatakan, “sebenarnya saya sudah lama mendengar orang

berkalindaqdaq, tetapi saya tidak tahu dan tidak memahami apa arti yang

terkandung dalam kalindaqdaq tersebut, dan setelah ikut dikegiatan ini ada

pengetahuan tambahan tentang empati itu sendiri” (Wawancara, 10 Desember

2014), lebih lanjut SB mengatakan, “itu kalindaqdaq memang enak didengar,

tetapi tidak dimengerti, karena bahasanya bahasa susah (Peneliti:Kiasan), tapi

dalam kegiatan tersebut ada yang kami tahu tentang sikap nenek moyang kita

dahulu” (Wawancara, 10 Desember 2014).

Senada dengan SB, RH juga berpendapat bahwa sangat susah memahami

apa yang terkandung dalam kalindaqdaq tersebut ini sesuai dengan pernyataan

RH yang mengungkapkan, “saya senang sekali membaca buku budaya mandar,

apalagi itu kalindaqdaq, tetapi setelah di cari artinya sangat susah

mengartikannya” (Wawancara, 11 Desember 2014). Selain RH, FT juga

mengatakan bahwa, “orangtua kami dirumah belum pernah memberikan kami

penjelasan tentang arti dari empati yang terkandung dalam kalindaqdaq, tetapi

setelah mengikuti kegiatan ini kami sudah mengetahui bahwa sikap empati pada

orang mandar sangat besar” (Wawancara, 10 Desember 2014).

Makna empati yang terkandung dalam kalindaqdaq sangatlah banyak.

Mulai dari nasehat, sifat kegotongroyongan, sifat kepedulian sosial sampai pada

masalah keagamaan itu di bahas dalam kalindaqdaq. Tetapi kebanyakan siswa

14

Page 22: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

hanya pernah mendengar kalindaqdaq tersebut, tetapi tidak berusaha menggali

makna yang terkandung didalamnya. Tetapi setelah mengikuti kegiatan layanan

bimbingan kelompok, para siswa mempunyai motivasi untuk mencari tahu tentang

sikap empati dalam budaya mandar. Hal ini sesuai dengan pendapat salah seorang

peserta bimbingan kelompok yaitu (IY) yang mengatakan bahwa, “kalindaqdaq

itu indah sekali kalau didengar, apalagi kalau diiringi dengan petikan gitar saya-

sayang, tetapi kami tidak tahu makna yang terkandung didalamnya, dan kegiatan

ini memberikan kami pengertian tentang empati” (Wawancara, 11 Desember

2014).

Lain lagi yang dikatakan oleh GR bahwa, “kalindaqdaq itu sangat susah

untuk dipelajari dan dimaknai karena bahasa yang digunakan adalah bahasa

kiasan, tetapi setelah mengikuti kegiatan ini, saya bisa melihat bahwa ternyata

makna yang terkandung di dalam kalindaqdaq sangat besar” (Wawancara, 10

Desember 2014).

Konsep empati dalam kalindaqdaq sangat besar pengaruhnya dalam

berlangsungnya interaksi kehidupan bermasyarakat. Hal ini terjadi karena

masyarakat mandar sangat menjunjung nilai-nilai budaya yang telah tertanam

pada zaman dahulu. Ini terlihat dari aktifitas pada orang mandar yang enggan

melihat orang lain berada dalam kesusahan atau kesedihan. Tetapi pada masa

sekarang ini, konsep empati sudah terkikis oleh modernisasi dan pengaruh budaya

barat. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan metode pemaknaan

kalindaqdaq diyakini dapat meningkatkan sikap empati siswa sekaligus

pengetahuan tentang konsep empati itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan AN, “mempelajari konsep budaya mandar dapat merubah sikap

dari yang tidak baik menjadi baik” (Wawancara 10 Desember 2014). Senada

dengan pendapat di atas, IR mengatakan bahwa, “sifat kegotongroyongan pada

orang mandar sangat besar dan sikap saling membantu antar siswa sangat

dibutuhkan untuk menjalin kerjasama yang baik”. (10 Desember 2014).

15

Page 23: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Hasil wawancara dengan peserta bimbingan kelompok yang lain

mengatakan bahwa, banyak perubahan sikap yang dialami setelah mengikuti

layanan bimbingan kelompok melalui pemaknaan kalindaqdaq. Sedikit

banyaknya ada pengaruh yang signifikan setelah siswa mengikuti kegiatan

bimbingan kelompok. Hal ini sesuai dengan yang dialami oleh MS yang

mengatakan bahwa, “saya biasa terharu melihat teman-teman saya yang datang

ke sekolah dengan berjalan kaki, apalagi pada saat pulang sekolah, sementara

saya sendiri naik motor” (Wawancara 10 Desember 2014). Senada dengan MS,

SR mengatakan “saya sangat sedih melihat teman-teman kelas saya yang tidak

pernah ke kantin untuk jajan, sementara saya bisa dibilang tiap hari ke kantin”

(Wawancara 11 Desember 2014). Lebih lanjut, SR mengatakan, “sebenarnya

saya sangat ingin mengajaknya ke kantin, tetapi uang jajan saya tidak cukup”

(Wawancara 11 Desember 2014).

Sikap saling peduli, saling kerjasama dan saling memberikan dukungan

antar siswa yang satu dengan yang lain adalah hal yang sangat penting diciptakan

untuk terjalinnya hubungan yang kondusif dan harmonis. Hal ini sesuai dengan

yang diungkapkan oleh GR, yang mengatakan bahwa, “setelah membaca dan

memaknai kalindaqdaq maka saya dapat memahami sedikit tentang arti dari

empati, yaitu sikap siasayangngi, dan siwali parri” (Wawancara, 11 Desember

2014).

Senada dengan pendapat di atas, FT juga mengungkapkan bahwa, “saling

membantu, saling merasakan perasaan teman yang sedang susah adalah sikap

empati yang terkandung dalam kalindaqdaq” (Wawancara, 11 Desember 2014).

Dari beberapa hasil wawancara tersebut di atas, diperoleh kesimpulan

bahwa ada perubahan pemikiran, perubahan sikap dan perilaku yang diperlihatkan

oleh siswa setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok melalui

pemaknaan kalindaqdaq yang dapat mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat luas. Hal ini

berarti bahwa, layanan bimbingan kelompok dengan memasukkan unsur budaya

16

Page 24: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

dalam proses bimbingan memberikan dampak positif dalam perkembangan

kepribadian siswa yang beretika.

2. Deskripsi Hasil Observasi

Secara umum penciptaan kepribadian yang mantap adalah terciptanya

hubungan antar individu berkarakter kepribadian, etis dan bermartabat. Begitupun

sikap empati antar siswa itu sendiri. Untuk melahirkan kepribadian yang

bermartabat, harus didukung oleh rasa empati yang baik pula, karena dengan

memiliki sikap empati, maka kita bisa merasakan dan turut serta dalam situasi

kondisi dimana kita berada dan dengan siapa kita hadapi.

Berdasarkan data yang dikumpul melalui metode observasi maka

diperoleh data yang berhubungan dengan gejala-gejala yang tampak pada obyek

penelitian yang terkait dengan tidak adanya sikap empati yang terjadi dikalangan

siswa SMA Negeri 3 Majene. Data-data tersebut diperoleh dari hasil observasi

selama penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 3 Majene. Selama

melakukan observasi, penulis melakukan pengamatan secara mendalam dan

mendetail terhadap semua gejala atau fakta yang terjadi di tempat penelitian.

Observasi ini dilakukan berbarengan dengan pada saat wawancara dilakukan dan

pada saat kondisi-kondisi tertentu di sekolah.

Adapun hal-hal yang diobservasi atau diamati selama proses penelitian

antara lain 1) aktifitas siswa dalam belajar 2) komunikasi antar siswa 3)

komunikasi antara siswa dengan guru 4) bentuk kerjasama yang terjalin sesama

siswa 5) saling memberikan dukungan positif 6) Sikap dan perilaku yang nampak

dikalangan siswa.

Pada aspek aktifitas siswa dalam proses pembelajaran mengajar serta

komunikasi guru dengan siswa observasi dilaksanakan pada saat berlangsung

pembelajaran/pengayaan pada mata pelajaran kimia kelas XII IPA 1. Dari data

observasi pada aspek tersebut diperoleh bahwa, aktifitas mengajar diruang kelas

berlangsung kondusif. tetapi ada beberapa sikap siswa yang seolah-olah cuek atas

apa yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan, hal ini ditambah dengan tidak

adanya penghargaan yang baik dari siswa ke gurunya. Hal ini ditandai dengan

17

Page 25: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

adanya kegiatan lain dari siswa diluar dari proses belajar yang berlangsung pada

saat itu. Kegiatan tersebut antara lain, bermain handphone, mendengar music

melalui headshet yang disembunyikan dijilbab, keluar masuk ruangan tanpa ijin.

(Observasi Tanggal 6 Desember 2014).

Sementara pada aspek bentuk komunikasi antar siswa dengan guru,

dilakukan di ruangan guru. Dari hasil pengamatan tersebut diperoleh data bahwa

adanya siswa yang kurang bersikap sopan terhadap gurunya. Ini ditandai dengan

cara berbicara yang kasar, ini nampak dari siswa yang berbicara dengan gurunya

sambil berjalan dan membalikkan badan. (Observasi, Tanggal 6 Desember 2014).

Sementara pada aspek komunikasi antar siswa, diperoleh data bahwa komunikasi

berlangsung keras, dan terkadang mengeluarkan istilah-istilah yang kurang etis

dan kurang ajar. Apalagi komunikasi tersebut terjadi antara siswa yang lebih

senior dengan siswa yunior. Data lain diperoleh dari aspek kerjasama dan sikap

saling membantu antar siswa. Pada aspek ini ditemukan bahwa tidak adanya

kerjasama yang harmonis antar siswa. Hal ini ditandai dengan lebih dominannya

pihak perempuan yang membersihkan kelas, pada saat hari jum’at bersih.

(Observasi pada saat hari jum’at bersih, Tanggal 4 Desember 2014).

Dari data observasi tersebut di atas, dapat dideskripsikan bahwa kondisi

atau gejala kurang adanya sikap empati siswa tersebut sangat memungkinkan

mendorong timbulnya konflik di sekolah sekaligus akan mengakibatkan hubungan

yang kurang kondusif dikalangan siswa. Ini disebabkan karena banyaknya

kondisi, kejadian, ataupun perilaku yang keluar dari sikap empati itu sendiri yang

dapat diperkirakan sebagai pemicu lahirnya benih-benih konflik dikalangan siswa.

18

Page 26: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pembahasan tentang layanan bimbingan kelompok

melalui pemaknaan kalindaqdaq maka diperoleh kesimpulan antara lain:

1. Pemaknaan kalindaqdaq dapat meningkatkan sikap empati siswa

2. Sikap dapat lebih mengenal sikap empati yang tertuang dalam sikap

kerjasama dan kegotongroyongan antar siswa, dan membina kepekaan rasa

terhadap sesama.

3. Kalindaqdaq sebagai salah satu sastra mandar dapat dijadikan sebagai

salah satu referensi pelaksanaan layanan konseling, khususnya dalam

layanan konseling lintas budaya.

4. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan menerapkan

pemaknaan kalindaqdaq dapat menciptakan hubungan komunikasi

intrapersonal yang baik antara guru bimbingan konseling dengan konseli.

B. Saran

1. Siswa diharapkan memperkaya pengetahuan dan wawasannnya dengan

banyak membaca literature kebudayaan khususnya budaya mandar untuk

membentuk sikap dan perilaku yang baik.

2. Diharapkan kepada orangtua siswa agar memberikan bimbingan dan

didikan tentang sikap dan perilaku yang baik, sekaligus memberikan pola

asuh yang demokratis.

3. Guru bimbingan konseling hendaknya menerapkan metode pemaknaan

kalindaqdaq sebagai salah satu metode dan referensi untuk meningkatkan

sikap empati siswa.

4. Pihak sekolah hendaknya membuat formula khusus untuk meningkatkan

sikap dan perilaku siswa yang bermartabat melalui pendekatan budaya

lokal yang berkenaan langsung dengan siswa.

19

Page 27: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

5. Staf perpustakaan daerah hendaknya melaksanakan kegiatan kajian-kajian

budaya mandar yang bersentuhan dengan perilaku dan adab manusia yang

bermartabat.

6. Dinas pendidikan hendaknya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

berbasis budaya lokal yang bersentuhan dengan budaya lokal peserta

didik.

20

Page 28: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Asdy, Ahmad. 2006. Jelajah Budaya, Mengenal Kesenian Mandar. Sulawesi

Barat: Yayasan Mahaputra Mandar.

Asdy, Ahmad. 2010. Ensiklopedia Mandar: Yayasan Mahaputra Mandar.

Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Pembangunan Pendidikan SMA. Jakarta:

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Gunarsah D Singgih. 1992. Empati Sebagai Dasar Perkembangan Moral. Jakarta:

Gramedia.

Idham, 2008. Kalindaqdaq Masaala. Makassar: Sarwah Press

Mangkunegara, A.P. 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Refika

Aditama.

Matry, N. 2009. Implementasi Dasar-dasar Manajemen Sekolah Dalam Era

Otonomi Daerah. Makassar: Aksara Madani.

Miles, M. B & Huberman, A. M. 1985. Qualitative data Analiysis: A Sourcebook

of New Method. New Delhin: Sage Publication.

Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Namara, Mc. 2007. Manajemen Konflik. (Online).

(http//www.managementhelp.org/intrpsnl/basics.htlm). Diakses 10

Desember 2014).

Prastowo, A. 2010. Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif,

Bimbingan dan Pelatihan Lengkap Serba Guna. Yogyakarta: Diva Press.

Prayitno. 1992. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Sagala, S. 2014. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

Saifullah, A. 2008. Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan.Surabaya: Usaha

Nasional

Sugiyono, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Page 29: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Sukardi K. Dewa. 2002. Proses Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Wasistiono, S. 2014. Manajemen Konflik, (Online),

http://www.manajemenhelp.org/intrpsnl/basics,html, Diakses 20 Februari

2014).

Wijono. 1993. Manajemen Konflik. (Online).

http://jurnalsdm.blogspot.com/2010/04/manajemen-konflik-definisi-ciri-

sumber.html, Diakses 20 Februari 2014.

Winkel. WS. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:

Gramedia

Page 30: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Lampiran 1.Contoh Konsep Kalindaqdaq

KONSEP KALINDAQDAQ

Naruao lembong narua toa

Tumbiringo’o namallewaima

Tallango’o na mattimbaima

Nyawa siandarang, cera’ silolongngi

Leboa di turunanmu

Daq muangga tol ebo

Angga’ma todi

Solamu di banua

Tenna situppuq-I endeqta

Sibanabe boyatta

Polei garring

Di solai boi

Pasituppui endeqta

Pasittumbang boyatta

Asari allo

Sipepattoang boi tau

Daq muallu di lipaq-mu

Allua di atemu

Ballungi mata

Annaq-ma dinyawamu

Mu pallanga di kanangmu

Lelea di kaerimmu

Tanda mokaq-u

Mupallang paqmai

Page 31: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Indi tia passikola

Buku tulis sarana

Meloq dibaca

Meloq dipanulissi

Artinya:

Aku ini anak sekolah

Adalah pencintanya buku tulis

Siap untuk dibaca

Sedia untuk ditulis

Aheraq oroang tongang

Lino dindang ditia

Borong I ayu

Leppang dipettullungngi

Artinya:

Akhirat tempat sesungguhnya

Dunia hanyalah pinjaman

Ibarat pohon kayu

Tempat singgah berteduh

Muaq diang mappannassa

Ambang na beruq-beruq

Luluareq u

Lambiq lao ahera

Artinya:

Kiranya ada yang menjelaskan

Dengan sesungguhnya

Kembangnya bunga melati

Dia adalah saudaraku

Sampai di akhirat kelak

Sayang pole di kindoqta

Ingga lino ditia

Sayang puatta

Lambilao aheraq

Artinya:

Kasih sayang ibu bapakmu

Hanya sampai dunia

Kasihnya Tuhan

Dunia dan akhirat

(Ahmad Asdy, 2010)

Page 32: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Lampiran 2: Pertanyaan Kunci

PERTANYAAN KUNCI

TUJUAN RESPONDEN

METODE

ANALISIS

Tujuan 1

1. Apakah anda tahu tentang

sikap empati?

2. Bagaimana gambaran

makna empati dalam

kalindaqdaq mandar?

Wawancara

Deskriptif

Tujuan 2 3. Bagaimana gambaran

sikap siswa di sekolah ?

Wawancara

Deskriptif

Tujuan 3

4. Hasil apa yang diperoleh

setelah mengikuti

kegiatan?

5. Bagaimana perubahan

sikap siswa tentang

pemaknaan kalindaqdaq ?

Wawancara

Deskriptif

Page 33: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Lampiran 3. Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

Hari/Tgl :

Sekolah :

NO ASPEK YANG DIOBSERVASI B KB SB TB STB

1. Aktifitas siswa di sekolah

2. Komunikasi siswa dengan siswa

3. Suasana komunikasi antar siswa

4. Tercipta kerjasama/saling membantu

yang baik dikalangan siswa

5. Saling memberikan dukungan yang

positif dalam setiap kegiatan

6. Komunikasi siswa dengan guru

7. Suasana belajar di kelas

8. Sikap dan perilaku siswa di sekolah

Keterangan:

B : Baik

KB : Kurang Baik

SB : Sangat Baik

TB : Tidak Baik

STB : Sangat tidak Baik

Catatan: Observasi dilakukan langsung oleh peneliti dan pihak lain yang dapat

Dipercaya.

Page 34: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Lampiran 4.

JADWAL WAWANCARA DENGAN SISWA

NO N A M A WAWANCARA KET.

1.

SB 10/12/2014

2. RH

10/12/2014

3. FT 10/12/2014

4. IY 10/12/2014

5. GR 11/12/2014

6. AN 11/12/2014

7. MS 11/12/2014

8. SR 11/12/2014

Page 35: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Lampiran 5 Cuplikan Wawancara

CUPLIKAN WAWANCARA RESPONDEN 1

NamaSiswa : SB (Samaran)

Tgl : 10 Desember 2014

Waktu : 09.00 – 10.00 Wita

Tempat : Ruang BK SMA Negeri 3 Majene

Pewawancara : Arman

Peneliti/Informan Pertanyaan/Jawaban Kode

Peneliti Maaf dek, Apakah ada waktunya untuk

berbincang-bincang dengan saya?

SB Oh…bisaji pak.

Peneliti Masalah yang ingin saya dialogkan dengan

adek adalah tentang kesan-kesan selama

mengikuti kegiatan bimbingan kelompok

yang kita laksanakan

SB Oh, iya pak. Saya akan memberikan

informasi apa yang saya tahu pak.

Peneliti Terima kasih dek, oh ya dek, selama

mengikuti kegiatan tersebut, manfaat apa

yang anda peroleh?

SB Banyak pak.

Peneliti Kalau boleh saya tau, manfaat apa saja yang

diperoleh?

T3

SB Kami diajar untuk menghargai pendapat

orang lain.

Page 36: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Peneliti Selain manfaat tersebut, mungkin masih ada?

SB Kami merasa lebih mengetahui antara satu

dengan yang lain.

Peneliti Apa kesan anda tentang kalindaqdaq yang

kita gunakan?

SB Sebenarnya sangat susah pak, belajar tentang

kalindaqdaq.

Peneliti Susah menurut adek. Kira-kira apanya yang

membuat susah dari kalindaqdaq tersebut

SB Bahasanya pak, karena bahasa kiasan

Peneliti Oke. Tapi setelah kita analisis maknanya, apa

manfaat yang kamu peroleh?

SB Paling tidak, saya lebih mengenal bahwa

kalindaqdaq itu banyak makna yang

dikandung.

T1

Peneliti Mungkin adek bisa menjelaskan makna apa

saja yang diketahui dari kalindaqdaq tersebut.

SB Ya…antara lain mungkin pak, banyak nasehat

kita bisa tahu, kegotongroyongan dan

kerjasama yang baik pak.

Peneliti Baik dek. Bapak pernah menjelaskan bahwa

empati itu adalah kemampuan merasakan

sikap dan perasaan orang lain, nah kira-kira

makna empati apa saja yang terkandung

dalam kalindaqdaq tersebut?

T1, T2

SB Banyak pak. Misalnya, kita diajarkan untuk

bagaimana merasakan kesedihan teman, terus

diajarkan bagaimana membantu orang yang

kesulitan.

T3

Peneliti Iya benar. Itu adalah salah satu makna empati.

Page 37: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Baik dek, terima kasih atas waktu dan

informasinya.

SB Sama-sama pak

Page 38: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

CUPLIKAN WAWANCARA RESPONDEN 2

Nama Siswa : RH (Samaran)

Tgl : 11 Desember 2014

Waktu : 10.10 – 11.00 Wita

Tempat : Ruang Kelas

Pewawancara : Arman

Peneliti/Informan Pertanyaan/Jawaban Kode

Peneliti Maaf dek, Apakah ada waktunya untuk

berbincang-bincang dengan saya?

RH Bisa pak

Peneliti Ada beberapa informasi yang saya butuhkan

dari adek. Bisakah nanda membantu saya

memberikan informasi atau data yang

berhubungan dengan konflik atau

permasalahan yang sering adek lihat terjadi di

sekolah, baik itu masalah antar siswa, ataupun

masalah yang lain?

RH Iya pak, saya akan membantu sesuai dengan

apa yang saya tau.

Peneliti Terima kasih bu, selama sekolah disini

apakah nanda pernah mengalami konflik

dengan teman kelasnya.

RH Tidak pak

Peneliti Kalau tidak dengan teman kelas, mungkin

pernah dengan adek kelasnya?

RH Pernah pak, tapi….

Page 39: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

Peneliti Tapi apa dek, mungkin bisa dijelaskan?

RH Saya malu pak, karena sebenarnya itu salah

saya pak?

Peneliti Baik dek. Nah setelah adek mempunyai

masalah tersebut, apa yang dirasakan setelah

mengikuti kegiatan BK, kaitkan dengan

masalah yang kamu pernah hadapi?

RH Oh iya pak, saya merasa bersalah pak, dan

saya malu pak.

T2

Peneliti Mungkin bisa dijelaskan rasa bersalah yang

dimaksud bagaimana?

RH Artinya saya merasa bahwa saya tidak bisa

menjadi kakak kelas yang baik.

T2

Peneliti Atau ada hal lain?

RH Iya pak, setelah ikut BK bahwa, sebaiknya

kita harus saling menghargai sesama teman .

T1, T2, T3

Peneliti Terima kasih dek atas informasinya

Page 40: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

CUPLIKAN WAWANCARA INFORMAN 3

Nama Siswa : GR (Samaran)

Tgl : 10 Desember 2014

Waktu : 10.00 – 11.00 Wita

Tempat : Ruang Kelas

Pewawancara : Arman

Peneliti/Informan Pertanyaan/Jawaban Kode

Peneliti Apakah ada waktunya untuk berbincang-

bincang dengan saya?

GR Oh iya pak. Silahkan!

Peneliti Ada beberapa informasi yang saya butuhkan

dari adek.

GR Informasi apa pak?

Peneliti Terima kasih dek sebelumya. Jadi saya

membutuhkan beberapa data atau info dari

adek tentang kegiatan kita kemarin tentang

BK, baik itu masalah kalindaqdaq ataupun

kegiatan BK itu snediri.

GR Siap pak, saya akan menginformasikan apa

yang saya tau.

Peneliti Pernah tidak kamu mendengar kalindaqdaq

ataupun membacanya sebelum kita mengikuti

kegiatan tersebut?

GR Pernah pak.

Peneliti Apakah adek tahu arti dari kalindaqdaq

tersebut?

Page 41: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

GR Kurang tahu pak.

Peneliti Mungkin bisa dijelaskan, apa yang

menyebabkan sehingga tidak mengetahui arti

kalindaqdaq tersebut?

GR Bahasanya susah pak, karena bahasa

mandarnya susah dimengerti karena bahasa

kiasan pak.

Peneliti Apa manfaat yang kamu peroleh setelah

megikuti kegiatan BK?

GR Banyak pak,

Peneliti Coba dijelaskan apa saja manfaat yang

diperoleh

GR Kita bisa lebih mengenal budaya mandar pak

terutama kalindaqdaqnya

Peneliti Apa makna yang diperoleh setelah membaca

kalindaqdaq dalam kalindaqdaq tersebut?

GR Kita diajar untuk lebih saling menyayangi

antara satu dengan yang lain

T1, T2

Peneliti Mungkin masih ada makna lain yang

didapatkan?

GR Iya pak, saling kerjasama dan gotong royong

pak

T1

Peneliti Apa harapan kamu dengan kegiatan

bimbingan kelompok?

GR Mungkin lebih baik tetap dilanjutkan pak,

karena sangat membantu kita mengenal

budaya mandar.

T3

Peneliti Baik dek, terima kasih atas waktunya

Page 42: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

DOKUMENTASI PENELITIAN

WAWANCARA

Page 43: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK

SALAH SATU SITUASI SISWA DI SEKOLAH

Page 44: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

RIWAYAT HIDUP

ARMAN, lahir di Kabiraan Kecamatan Malunda Kabupaten

Majene, 15 Maret 1978, adalah anak pertama dari lima

bersaudara yang merupakan cinta kasih dari Almarhum

H.Ahmad Ali dan Almarhumah Hj. Maemunah. Pada

tahun1984

penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri No 1 Malunda dan tamat pada

tahun 1990. Pada tahun 1990, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1

Malunda dan tamat pada tahun 1993. Kemudian pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Majene dan tamat pada tahun 1996.

Pada tahun 1996, penulis melanjutkan pendidikan di UNM dan terdaftar sebagai

mahasiswa pada jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu

Pendidikan dan berhasil menyelesaikan studi Pada tahun 2001. Pada tahun 2003,

penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Majene sebagai guru

Bimbingan Konseling dan ditempatkan di SMA Negeri 3 Majene. Pada tahun

2010, penulis melanjutkan pendidikan pada program studi Administrasi

Pendidikan kekhususan Manajemen Pendidikan di Program Pascasarjana

Universitas Negeri Makassar dan berhasil menyelesaikan kuliah di Pascasarjana

UNM Tahun 2014. Saat ini penulis telah dikarunia empat orang putra, atas

pernikahan dengan Marsa, S.Pd masing-masing bernama Nazhifa Alyum Arsa,

Muhammad Rifat Arsa, Aura Tiftazani Arsa dan Muhammad Raihan Arsa.

Page 45: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

BIODATA PESERTA

1. Nama ARMAN, S.Pd, M.Pd.

2. NIP 197803152003121013

3. NUPTK 3647 7566 5720 0022

4. Jabatan Guru Dewasa Tk 1

5. Pangkat/Gol. Ruang III/d

6. Tempat & Tgl Lahir Kabiraan, 15 Maret 1978

7. Jenis Kelamin Laki-laki

8. Agama Islam

9. Judul Pemaknaan Kalindaqdaq

Dalam Layanan Bimbingan

Kelompok Untuk Meningkatkan

Sikap Empati Siswa

(Penelitian pada siswa SMA Negeri 3

Majene)

10. Pendidikan Terakhir S2 Jurusan Manajemen Pendidikan

Universitas Negeri Makassar

11. Prestasi - Juara 2 Guru Berprestasi Tingkat

Kabupaten Majene Tahun 2013

- Juara 1 Guru Berprestasi Tingkat

Kabupaten Majene Tahun 2014

- Juara 2 Guru Berprestasi Tingkat

Propinsi Sulawesi Barat Tahun

2014.

- Finalis Lomba Guru Favorit

Tahun 2012 Tingkat Sulselbar.

12. Sekolah

a. Nama sekolah

b. Jalan

c. Kelurahan/Desa

d. Kecamatan

e. Kabupaten

f. Propinsi

g. Telepon

h. Email

SMA Negeri 3 Majene

Letjend Hertasning Lembang.

Baurung

Banggae Timur

Majene

Sulawesi Barat

042221003

[email protected]

Page 46: Arman, s.pd,-m.pd. 01112015155105

13. Alamat Rumah

a. Jalan

b. Kelurahan/Desa

c. Kecamatan

d. Kabupaten

e. Propinsi

f. Nomor Kontak

g. Email

Ahmad Kirang No 33 Lingkungan

Tundaq

Labuang Utara

Banggae Timur

Majene

Sulawesi Barat

085213951001

[email protected]