Arif Saefudin, S.pd

271
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan menghasilkan siswa yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang akademik maupun non akademik. Keberhasilan pendidikan pada umumnya dinilai dengan hasil belajar siswa yang mencakup tentang pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Semua itu dapat melalui proses belajar yang yang efektif, efesien dan bermakna. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk meningkatkan mutu pendidikan bukan hanya berfokus 1

Transcript of Arif Saefudin, S.pd

Page 1: Arif Saefudin, S.pd

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan menghasilkan siswa

yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang akademik maupun non

akademik. Keberhasilan pendidikan pada umumnya dinilai dengan hasil belajar

siswa yang mencakup tentang pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Semua itu

dapat melalui proses belajar yang yang efektif, efesien dan bermakna. Dalam

keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan

kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian

tujuan pendidikan tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh

siswa sebagai peserta didik.

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk meningkatkan

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk meningkatkan mutu pendidikan

bukan hanya berfokus pada input pendidikan saja, tetapi juga harus

mempersiapkan proses pendidikan yang dilakukan setiap harinya. Terkait dengan

proses belajar mengajar di sekolah, guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber

informasi. Pembelajaran yang berpusat pada guru (convensional) sudah tidak

relevan lagi. Seorang guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan bagi siswa dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar

sehingga siswa tidak jenuh, mengantuk, atau mengobrol pada saat proses

pembelajaran.

1

Page 2: Arif Saefudin, S.pd

2

Dalam era globalisasi dan pasar bebas, orang dihadapkan pada perubahan-

perubahan yang tidak menentu. Ibarat nelayan di lautan lepas yang dapat

menyesatkan jika tidak memiliki kompas sebagai pedoman untuk bertindak dan

mengarunginya. Hal tersebut mengakibatkan hubungan yang tidak linier antara

pendidikan dan lapangan kerja (Mulyasa, 2006: 18).

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk

mengantarkan peserta didik mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.

Sekolah juga dipercaya sebagai salah satu cara agar manusia pada zaman sekarang

dapat hidup mantap di masa yang akan datang. Keberhasilan pendidikan sangat

tergantung pada proses belajar mengajar di kelas ditunjukkan dengan tingginya

prestasi belajar yang diperoleh siswa. Prestasi belajar siswa tidak hanya

ditunjukkan oleh kemampuan kognitif siswa, tetapi ditunjang pula oleh

kemampuan pada aspek avektif, dan psikomotor. Prestasi belajar merupakan

penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan dari materi belajar

dan lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.

Peningkatan aspek kognitif siswa tercapai apabila siswa memahami materi yang

diajarkan dalam memperoleh pengalaman yang baru (Depdikbud, 1993: 787).

Hampir kegiatan pembelajaran di sekolah, khususnya pada jenjang

Sekolah Menengah Atas (SMA) diharapkan semua siswa memiliki hasil belajar

yang baik. Hal itupun berlaku pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),

pada umumnya, dan khususnya pada mata pelajaran sejarah. Dalam hal ini

pelajaran sejarah mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi

yang berkaitan dengan ilmu sosial.

Page 3: Arif Saefudin, S.pd

3

Persoalan di bidang pendidikan masih menjadi masalah yang utama di

Indonesia, terutama pada masalah mata pelajaran sejarah. Setidaknya ada tiga

faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan merata

(Depdiknas, 2001: 1-2), yaitu :

1. kebijakan dan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education

production function yang tidak dilaksanakan secara konsekuen, yaitu hanya

melibatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses

pendidikan;

2. penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik sentralistik

sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat

bergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat

panjang dan kadang-kadang kebijaksanaan yang dikeluarkan tidak sesuai

dengan kondisi lingkungan setempat;

3. peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam menyelenggarakan

pendidikan selama ini masih sangat minim.

Pendidikan merupakan salah satu cara mengantisipasi perubahan dunia

yang begitu cepat. Melalui peningkatan pendidikan, kualitas SDM akan

mengalami perbaikan yang berpengaruh terhadap dunia pendidikan yang akan

terus semakin meningkat, semua itu akan menjadi nilai tambah bagi pertumbuhan

ekonomi di Indonesia.

Tujuan mempelajari sejarah adalah agar siswa dapat memahami apa yang

terjadi pada masa lampau sehingga dapat menarik simpulan dari apa yang sudah

dipelajari tersebut (Mustopo, 2006: III). Dengan demikian, sejarah merupakan

Page 4: Arif Saefudin, S.pd

4

mata pelajaran yang sangat penting, pemahaman siswa sangat diperlukan untuk

memahami pelajaran sejarah, tidak hanya terbatas pada hafalan. Pemahaman

siswa terhadap materi pelajaran akan dapat membantu siswa supaya bisa

meningkatkan prestasi belajar. Siswa akan memahami suatu konsep, apabila

minat baca yang dimiliki siswa tinggi supaya dalam proses pembelajaran dapat

menemukan fakta dan penemuan baru. Keaktifan siswa dalam proses belajar

mengajar sangat membantu siswa untuk mengembangkan konsep dan dapat

menyelesaikan masalah yang dihadapi sehingga tujuan yang ditargetkan dapat

tercapai. Tanpa aktivitas siswa proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan

baik. Aktivitas itu dapat berupa membaca, menulis, mendengarkan, menanyakan

permasalahan yang dihadapi, menjawab pertanyaan, mengerjakan tugas, dan

menyampaikan pendapat. Sebagian siswa beranggapan bahwa sejarah adalah

pelajaran yang sangat membosankan, mereka berpikir pelajaran sejarah hanya

mempelajari masa lalu sehingga respon yang dimiliki siswa sangat rendah

terhadap pelajaran sejarah.

Menanggapi permasalahan tersebut, penulis mengadakan wawancara

dengan guru sejarah yang bernama Untung Sugiarto, S.Pd di SMA Negeri 1

Kemangkon yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2011, kelas yang memiliki

hasil belajar masih rendah adalah kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon. Dalam

proses pembelajaran, siswa kelas X C juga merupakan kelas yang memiliki peran

aktif yang cukup rendah. Untuk itu berdasarkan wawancara dengan Untung

Sugiarto, S.Pd memutuskan untuk melakukan penelitian terhadap kelas X C

tersebut, dikarenakan dalam proses pembelajaran terdapat beberapa permasalahan,

Page 5: Arif Saefudin, S.pd

5

yaitu 1). Kurangnya aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas. 2).

Sebagian besar siswa tidak dapat mengajukan pertanyaan kepada guru ketika

diberikan waktu untuk bertanya, padahal sebagian besar dari mereka mungkin

kurang memahami materi yang telah disampaikan. 3). Sebagian besar siswa tidak

dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru. 4). Sebagian siswa tidak

memberikan sanggahan atau menanggapi jawaban terhadap siswa lain. 5).

Sebagian siswa tidak mencari jalan untuk memecahkan masalah. 6). Sebagian

siswa tidak mendiskusikan suatu materi dengan temannya dalam proses

pembelajaran, hal ini dibuktikan ketika guru memberikan tugas yang harus

dikerjakan secara berkelompok, banyak siswa yang enggan mengerjakan sesuai

dengan kelompoknya, khususnya mereka yang duduk di barisan paling belakang.

Faktor lain yang berasal dari luar, misalnya, dengan adanya teknologi yang

semakin canggih membuat siswa malas untuk belajar. Ketidakaktifan siswa

tersebut ternyata berdampak pada perolehan nilai yang masih kurang baik.

Dengan melihat rata-rata nilai ujian semester pada mata pelajaran sejarah

semester ganjil pada kelas X C disajikan dalam tabel dibawah :

Tabel.1.1. Nilai kognitif siswa kelas X C pada semester ganjil

No.NIS Nama Siswa L/

PUH Tugas UTS UAS Rata-

Rata

1. 901 Agus Setyaningrum P 67,5 75 75 54 68

2. 903 Aji Widadi L 70 75 60 60 66

3. 906 Anjelika Apriani P 75 75 70 54 68,5

4. 907 Annisa Budi Asih P 65 75 60 62 65,5

5. 908 Aprelia Dwi Utami P 65 75 90 52 70,5

6. 916 Beti Anggraeni P 72,5 75 85 70 76

7. 917 Caesar Haindrian F L 60 75 60 46 60

8. 920 Cesio Vidiar L 72,5 75 80 46 68

Page 6: Arif Saefudin, S.pd

6

9. 925 Devi Tri Arlianti P 70 75 85 80 77,5

10. 931 Elisa Rosalina P 75 75 75 66 73

11. 942 Jaro Pangestu L 67,5 75 70 62 69

12. 944 Laela Muj Tahidah P 70 75 60 50 64

13. 948 Linda Wijayanti P 72,5 75 60 54 65

14. 952 Marofiatul Nguluwi P 75 75 65 60 69

15. 953 Mei Trinaningtias P 62,5 75 70 70 69

16. 957 Mutia Darmita P 67,5 75 75 54 67

17. 958 Nadiasita Noor P P 60 75 70 52 64

18. 959 Neni Ari Wahyuni P 65 75 50 68 64,5

19. 962 Nurlela P 70 75 50 60 64

20. 971 Rani Wahyuningsih P 60 75 60 60 64

21. 972 Rasti Eka Anjarwati P 60 75 80 58 68

22. 973 Ratnawati P 80 75 75 66 74

23. 980 Selly Esmaningrum P 77,5 75 85 49 72

24. 982 Siti Muftikhatun N P 60 75 85 54 68,5

25. 983 Siti Ngaenu Rochmah P 67,5 75 80 80 76

26. 984 Siti Nur Ngazizah P 62,5 75 70 60 67

27. 985 Sri Novita Astini P 60 75 85 60 70

28. 986 Syaeful Fadillah L 75 75 60 72 70,5

29. 987 Syukron Wahyu H L 67,5 75 60 68 68

30. 989 Teguh Priambodo L 77,5 75 95 80 82

31. 990 Uut Ambaryani P 70 75 90 70 76

32. 991 Vikta Nuraini A P 70 75 70 68 70

33. 999 Wing Esti Dewi P P 68 75 35 73 68

34. 1005 Yuni Setyaningsih P 62,5 75 65 78 73

35. 1006 Yusuf Insan Robbani L 67,5 75 75 74 73

36. 1007 Zaka Dwi Pangestu L 70 75 65 56 66,5

37. Faizal Adi N L 77,5 75 45 58 64

Sumber . Daftar nilai mata pelajaran sejarah semester ganjil.

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 1.1, nilai 70 ke atas hanya 14

siswa dan selebihnya di bawah 70. Masih rendahnya prestasi belajar siswa

disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran dan faktor intern dari siswa

sendiri. Sebagian siswa hanya mencatat dan menghafal materi yang disampaikan

guru. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, terutama pada siang

Page 7: Arif Saefudin, S.pd

7

hari. Siswa belum aktif mencari sendiri pengetahuan yang diperoleh, tetapi hanya

mendapat informasi yang diberikan oleh guru sehingga prestasi belajar siswa

kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon masih terbilang rendah.

Salah satu alternative model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah

model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).

Pembelajaran kooperatif tipe TGT dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan, dan

penghargaan kooperatif seperti membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan

bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk melaksanakan tugas.

Model pembelajaran TGT merupakan salah satu model pembelajaran

kooperatif yang dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan

usia anak didik. Dalam hal ini menurut Slavin (2010: 10), model pembelajaran

kooperatif sangat banyak macamnya di antaranya, yaitu Problem Solving, Group

Investigasion (GI), Student Teams Achievement Division (STAD), Number Head

Together (NHT) dan masih banyak yang lain, sedangkan peneliti menggunakan

pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament).

Implikasi utama dalam pembelajaran menghendaki pengaturan kelas yang

berbentuk pembelajaran kooperatif dengan siswa berinteraksi dan saling

memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif pada masing-

masing jalur perkembangan terdekat mereka. Selain itu, pembelajaran kooperatif

tipe TGT dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit yang bisa

menumbuhkan kemampuan bekerjasama dan mengembangkan sikap berpikir

kritis siswa. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif terhadap siswa

Page 8: Arif Saefudin, S.pd

8

yang rendah hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar, dan

penyimpanan materi pelajaran lebih lama dalam ingatan.

Dalam kegiatan di kelas yang mengembangkan diskusi kelas berbagai

kemungkinan itu berimplikasi pada berbagai alternative jawaban dan argumentasi

berdasarkan pengalaman siswa, akibatnya adalah jawaban siswa tidak terlalu

tepat. Namun dari kesalahan itu, mereka bisa belajar dari kesalahan sendiri dengan

bertanya mengapa orang lain memproleh jawaban yang lain dari dirinya. Dengan

sikap keterbukaan yang harus dikembangkan dalam sikap investigasi tersebut.

Siswa belajar bukan hanya mencari kebenaran atas jawaban dari permasalahan itu,

tetepi juga mencari jalan kebenaran menggunakan akal sehat dan aktivitas mental

sendiri.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin mengatasi permasalahan

yang dihadapi kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon pada mata pelajaran sejarah,

yaitu Peningkatan Prestasi Belajar Siswa kelas X C pada Pelajaran Sejarah

melalui Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe TGT

(Teams Games Tournament) di SMA Negeri 1 Kemangkon Tahun Ajaran

2010/2011.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, permasalahan

yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Game Tournament) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

Page 9: Arif Saefudin, S.pd

9

pada mata pelajaran sejarah siswa kelas XC SMA Negeri 1 Kemangkon tahun

pelajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

Berdasarkan permasalahan yang ada di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui peningkatan Prestasi belajar sejarah dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tornament) pada siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon Kabupaten

Purbalingga tahun pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis :

Sebagai bahan kajian dalam menambah pengetahuan mengenai metode

pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran sejarah.

2. Manfaat Praktis :

a. Manfaat yang diperoleh siswa :

1). memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk meningkatkan minat serta

prestasi belajar khususnya pada mata pelajaran sejarah;

2). dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa lebih

dapat memahami materi yang disampaikan;

Page 10: Arif Saefudin, S.pd

10

3). dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerjasama dengan teman

kelompok yang lain.

b. Manfaat yang diperoleh bagi guru :

1). memberikan alternative pemecahan permasalahan pembelajaran yang

dihadapi siswa dan menambah wawasan serta keterampilan pembelajaran

yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas siswa;

2). sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan untuk memilih strategi

pembelajaran yang bervariasi;

3). memberikan pengetahuan/wacana tentang model pembelajaran kooperatif tipe

TGT dalam pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan minat dan prestasi

belajar pada mata pelajaran sejarah.

c. Manfaat yang diperoleh sekolah :

1). memberikan referensi kepada guru-guru yang lain, untuk lebih

mengembangkan diri dalam proses pembelajaran di sekolah sesuai dengan

mata pelajaran masing-masing;

2). dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk diterapkan di semua

jenjang kelas dan mata pelajaran sehingga mutu prestasi siswa akan meningkat

seiring dengan berkembangnya fisik dan psikis dari siswa sendiri.

Page 11: Arif Saefudin, S.pd

11

d. Manfaat bagi mahasiswa :

1). mendapatkan pengalaman langsung, cara-cara meningkatkan prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran sejarah dengan menggnakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT di sekolah.

e. Manfaat bagi program studi :

1). Memberikan Motivasi kepada program studi pendidikan Sejarah untuk dapat

mengaplikasikan pada mata kuliah kependidikan tentang model pembelajaran

kooperatif tipe TGT yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar.

Page 12: Arif Saefudin, S.pd

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kebutuhan pokok dan rutin yang dilakukan oleh setiap

manusia untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan sekaligus mengembangkan

dirinya. Dalam Undang-Undang Sisdiknas bab V peserta didik tentang sistem

pendidikan nasional pasal 12 ayat 2 yang berbunyi setiap peserta didik pada

satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan

bakat, minat, dan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Dalam proses

pembelajaran, unsur-unsur proses belajar memegang peranan sangat penting. Oleh

karena itu, penting sekali bagi guru memahami proses belajar siswa agar dapat

memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat bagi para

siswa. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang sangat pokok dalam proses

pendidikan yang ada di sekolah.

Berhasil tidaknya tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses belajar

yang dialami oleh siswa sebagai anak didik di sekolah. Menurut Slameto (2003:

2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkat laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, sedangkan belajar

menurut Gagne (Suprijono, 2010: 2), belajar adalah perubahan disposisi atau

12

Page 13: Arif Saefudin, S.pd

13

kemampuan yang dicapai oleh seseorang melalui aktivitas, perubahan disposisi

tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan secara alamiah.

Kegiatan belajar yang dilakukan seseorang menyebabkan terjadinya

perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan dari proses belajar akan bertahan

lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilang lagi. Menurut Winkel (1999:

53), belajar merupakan suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif

konstan dan berbekas.

Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak disaksikan dari luar,

bahkan hasil belajar seseorang tidak langsung terlihat, jika siswa turut

berpartisipasi aktif secara emosional dan psikis. Siswa saling berinteraksi dengan

lingkungan di sekitar sehingga terjadi perubahan yang lebih baik. Belajar

merupakan upaya meningkatkan kemampuan intelektualnya sehingga terjadi

perubahan tingkah laku atau perubahan seluruh pribadi siswa akibat adanya

pengalaman dan latihan. Menurut Gagne (Purwanto, 2002: 3), belajar terjadi bila

situasi stimulan bersama isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa

sehingga penampilan berubah dari waktu sebelum mengalami situasi itu ke waktu

sesudah mengalami situasi tadi.

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menunjukkan ke

perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipakai oleh sebagian

besar masyarakat tidaklah demikian, belajar dianggapnya properti sekolahan.

Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah, anggapan demikan

Page 14: Arif Saefudin, S.pd

14

tidak seluruhnya salah sebab belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam prakteknya banyak

dianut (Suprijono, 2010: 3).

Dari definisi-definisi tersebut disimpulkan bahwa belajar merupakan

proses usaha yang dilakukan seseorang yang melibatkan aktivitas mental/psikis

untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku baru yang menyangkut

pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap sebagai hasil pengalaman sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungan secara aktif.

Menurut Slameto (2003: 5-8) ada bermacam-macam jenis belajar yang

dapat dilakukan seseorang yaitu :

a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)

Belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila dihadapkan pada materi

belajar yang bersifat luas dan ekstensif, misalnya, mempelajari sajak ataupun

mempelajari gerak-gerakan seperti bermain silat.

b. Belajar dengan wawasan (learning by insight)

Wawasan merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar

dan proses berpikir. Belajar wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-

pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada

hubunganya dengan penyelesaian atau persoalan.

c. Belajar diskriminatif (discriminative learning)

Belajar diskriminatif merupakan usaha untuk memilih beberapa sifat

situasi/stimulan dan menjadikanya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

Page 15: Arif Saefudin, S.pd

15

Subyek yang belajar akan diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap

stimulant yang berlainan.

d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning)

Belajar global adalah mempelajari bahan secara keseluruhan berulang-

ulang sampai pelajaran menguasainya. Belajar global merupakan lawan dari

belajar bagian.

e. Belajar incidental (incidental learning)

Belajar incidental berlawanan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu

berarah tujuan, karena dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama

sekali keinginan untuk belajar dan jumlah frekuensi untuk belajar yang

diperlihatkan tidak memegang peranan penting.

f. Belajar instrumental (instrumental learning)

Reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan dalam belajar

instrumental ini diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa

tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Individu diberi

hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki,

sehingga akan terbentuk oleh tingkah laku tertentu.

g. Belajar intensional (intensional learning)

Belajar instensional adalah dalam arah tujuan. Belajar intensional

merupakan lawan dari belajar insidental.

Page 16: Arif Saefudin, S.pd

16

h. Belajar laten (latent learning)

Perubahan-perubahan tingkah laku pada belajar laten tidak terjadi dengan

segera sehingga disebut laten. Belajar laten biasanya dalam bentuk belajar

incidental.

i. Belajar mental (mental learning)

Perubahan tingkah laku yang mungkin terjadi tidak nyata terlihat,

melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang

dipelajari. Belajar mental juga bisa diartikan belajar dengan cara melakukan

observasi dari tingkah laku orang lain.

j. Belajar produktif (productive learning)

Belajar produktif merupakan belajar dengan transfer yang maksimum

yaitu mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu

situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu dapat mentransfer

prinsip menyelesaikan suatu persoalan dari satu situasi ke situasi lain.

k. Belajar verbal (verbal learning)

Belajar verbal merupakan belajar mengenai materi verbal dengan melalui

latihan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik.

Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata

yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai

menyelesaikan persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal.

Page 17: Arif Saefudin, S.pd

17

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2003: 54),

sebagai berikut :

a. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari individu itu sendiri. Faktor ini

terdiri dari faktor biologis (jasmaniah), faktor psikologis (rohaniah) dan

kelelahan.

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu misalnya

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa

dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam

belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi

yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapun

prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah

dilakukan. Namun, banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan

belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus

mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah

perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan

terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan

hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar

harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Winkel (1996: 162)

Page 18: Arif Saefudin, S.pd

18

mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau

kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan

bobot yang dicapainya., sedangkan menurut Nasution (1997: 17), prestasi belajar

adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa. dan berbuat.

Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek, yakni kognitif,

afektif, dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika

seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar

merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak

dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.

Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam

mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport

setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar

siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat

memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Winkel (1996: 226), mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan

bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar

merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan

usaha-usaha belajar.

Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor

setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan

instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil

Page 19: Arif Saefudin, S.pd

19

pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,

huruf, dan kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak

pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap

peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah

mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes

yang relevan.

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes

prestasi belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes

yang disusun secara terencana  untuk mengungkap performasi maksimal subyek

dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan

pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes

formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.

Menurut Winkel (Suprijono, 2010: 16) prestasi adalah hasil bukti

keberhasilan usaha yang telah dicapai atau dilakukan setelah melakukan proses

belajar mengajar. Prestasi belajar berfungsi sebagai indikator dari kualitas

pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sebagai pemenuhan rasa ingin tahu, sebagai

perangsang atau pendorong untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan indikator

daya serap kecerdasan siswa.

Menurut Slameto (2003: 54) prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor

intern dan eksteren. faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam individu

yang sedang belajar, yang meliputi faktor jasmaniah, psikologis, dan faktor

kelelahan, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi

Page 20: Arif Saefudin, S.pd

20

belajar siswa yang datangnya dari luar siswa. faktor ini meliputi faktor keluarga,

sekolah, dan masyarakat.

Prestasi belajar digunakan untuk mengetahui keberhasilan dan ketuntasan

siswa dalam mengikuti dan menerima serangkaian kegiatan belajar yang telah

dilakukan. Selain itu, juga untuk memberikan umpan balik dari guru dan siswa.

Bagi siswa setelah menerima umpan balik akan mengetahui kemampuan dirinya

untuk menunjukkan keberhasilan pencapaian belajar yang telah diharapkan,

sedangkan bagi guru untuk memberikan informasi keberhasilan pembelajaran

yang telah dilakukan sehingga menjadi masukan agar guru memberikan

pembelajaran yang lebih baik untuk pembelajaran selanjutnya. Dalam penilaian

yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh siswa

dalam hasil belajar yang ditunjukkan dengan perolehan nilai kognitif tersebut

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan

diterapkan tersebut.

3. Mata Pelajaran Sejarah di SMA

Manusia dikenal sebagai historical man (makhluk historis) atau makhluk

yang selalu berbuat, memiliki dan menjadi pelaku sejarah. Secara etimologi

sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajarah, yang berarti pohon silsilah dan

dalam bahasa Inggris adalah history, serta dalam bahasa Yunani, yaitu

history/istoy yang berari orang pandai (Kuntowijoyo, 1998: 1).

Page 21: Arif Saefudin, S.pd

21

Menurut Muhammad Ali (2005: 12) sejarah didefinisikan kedalam 3 hal,

yaitu di antaranya :

a. sejarah merupakan kejadian-kejadian peristiwa yang seluruhnya berhubungan

dengan kejadian yang nyata di dalam manusia di sekitar manusia;

b. sejarah sebagai cerita yang tersusun secara sistematis dari kejadian-kejadian

dan peristiwa-peristiwa umum yang terjadi;

c. sejarah sebagai ilmu yang bertugas menyelidiki perkembangan negara-negera,

peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian masa lampau.

Sejarah juga dapat diartikan sebagai masa lampau umat manusia, masa

lampau merupakan unsur yang sangat penting. Dalam sejarah dan waktu adalah

aspek yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan masa lampau,

manusia akan memperoleh identitas juga kesadarannya. Tanpa itu manusia tidak

dapat mengambil keputusan yang penting untuk memperbaiki kondisi kehidupan.

Pada kenyataannya, sejarah merupakan pelajaran dan pengalaman yang ada dalam

kehidupan manusia yang selalu berada dalam ruang lingkup sejarah.

Sejarah merupakan ilmu yang diakronis. Sejarah disebut ilmu diakronis

karena sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam

ruang yang terbatas. Oleh karena itu, dalam penulisan judul dalam peristiwa

sejarah biasanya diberi angka tahun. Hal ini untuk menunjukkan sifatnya yang

diakronis. Selain itu, memanjang dalam waktu ini meliputi gejala yang ada dalam

waktu yang panjang tersebut (Kuntowijoyo, 1998: 5).

Sejarah juga diartikan sebagai ilmu. Sejarah sebagai ilmu memerlukan

langkah-langkah metodologis untuk menunjukkan eksistensinya, yaitu mencari

Page 22: Arif Saefudin, S.pd

22

dan menemukan objek kajian dan ruang lingkup. Ilmu sejarah adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari proses perubahan kehidupan manusia dan

lingkungannya melalui dimensi waktu dan tempat. Aspek kajiannya berupa proses

perubahan dari aktivitas manusia dan lingkungan kehidupannya pada masa

lampau sejak manusia belum mengenal tulisan sampai perkembangan mutakhir

yang mencakup aspek politik sosial, ekonomi, dan kebudayaan.

Dalam konsep sejarah, perubahan itu mencakup tiga unsur penting, yaitu

manusia, ruang, dan waktu. Manusia dengan berbagai aspek kehidupannya yang

berasa pada setting ruang baru secara lokal, nasional, dan global yang akan

berubah dari waktu ke waktu. Hal ini menjadikan waktu dalam sejarah adalah

pandangan yanag utama dari kajian sejarah.

Sejarah merupakan mata pelajaran yang menemukan pengetahuan dan

nilai-nilai yang mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat

Indonesia dan dunia dari masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Pelajaran

sejarah, pada umumnya, ialah suatu perkenalan dengan riwayat manusia di dunia

ataupun di Indonesia, yaitu riwayat perjuangan manusia untuk mencapai

kehidupan yang bebas, bahagia, adil, dan makmur, serta menyadarkan tentang

dasar dan tujuan kehidupan manusia tersebut (Ali, 2005: 350).

Pada tingkat SMA dan MA pelajaran sejarah mempunyai tujuan untuk:

a. mendorong siswa berpikir kritis-analisis dalam memanfaatkan pengetahuan

tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan masa yang

akan datang,

b. memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari,

Page 23: Arif Saefudin, S.pd

23

c. mengembangkan kemampuan intelektual dan ketrampilan untuk memahami

proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat (Depdiknas, 2003: 6).

Menurut Mustopo (2006: III) mata pelajaran sejarah memiliki arti yang

strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta

dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta

tanah air. Dalam dunia pendidikan, sejarah mengandung nilai-nilai kearifan yang

dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan

kepribadian peserta didik. Oleh karena itu, mata pelajaran sejarah mempunyai

tujuan bagi peserta didik sebagai berikut :

a. membangun kesadaran tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan

proses dari masa lalu;

b. melatih daya kritis dalam memahami fakta sejarah dengan benar yang

didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan;

c. menumbuhkan apresiasi dan penghargaan terhadap peninggalan masa lampau,

sebagai bukti peradaban Bangsa Indonesaia di masa lampau;

d. menumbuhkan pemahaman tentang proses terbentuknya bangsa Indonesia

melalui perjalanan sejarah yang panjang dan terus berproses hingga ke masa

kini dan masa datang;

e. menumbuhkan rasa bangga dan cinta tanah air yang diimplementasikan dalam

berbagai kehidupan, baik nasional maupun internasional.

Menurut Depdiknas (2003: 350), pengajaran sejarah di sekolah juga

berfungsi untuk menyadarkan siswa akan adanya proses perubahan dan

perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk membangun

Page 24: Arif Saefudin, S.pd

24

perspektif, serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan

menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini dan masa depan di tengah-

tengah perubahan dunia. Dalam kehidupan masyarakat, sejarah memiliki banyak

kegunaan, yaitu kegunaan edukatif, memberi inspirasi, memberi kesadaran waktu,

membentuk rasa kebangsaan, rekreatif, dan rasa estetis, bentuk identitas nasional.

Manfaat dari belajar sejarah terletak pada daya pembentukannya yang terdiri atas

pembentukan sosial, kebangsaan, dan rasa keindahan daya inspirasi. Berdasarkan

atas manfaat nilai tersebut, maka mata pelajaran sejarah bertujuan untuk

menopang tercapainya hal tersebut bagi siswa yang mempelajarinya. Intinya

adalah, semua itu membawa siswa pada sasaran pokok, yaitu timbulnya minat

kepada sejarah.

Mempelajari sejarah bukan sekedar hapalan atau hanya sekedar cerita

tentang suatu peristiwa besar yang kemudian dilupakan dan tanpa memperoleh

pemahaman sedikitpun, peristiwa sejarah pasti mengandung nilai. Pada umumnya,

pada semester genap ini mata pelajaran sejarah yang ada di SMA Negeri 1

Kemangkon hanya terdiri dari dua jam pelajaran setiap minggunya, khusunya

kelas X C. Pelajaran pada semester genap yang dilaksanakan setiap hari senin jam

09.30 sampai jam 11.00 WIB. Materi yang akan di jadikan bahan penelitian

adalah bab VI, yaitu Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia. Standar

kopetensi dari bab VI ini adalah, menganalisis peradaban Indonesia dan dunia,

sedangkan kopetensi dasarnya adalah menganalisis asal usul dan persebaran

manusia di kepilauan Indonesia.

Page 25: Arif Saefudin, S.pd

25

4. Pembelajaran kooperatif

Kooperatif menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1993:

729), mempunyai arti bersifat kerja sama atau bersedia membantu. Sedangkan

menurut Anita Lie (2005: 12), pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk

bekerjasama dengan sesama dalam tugas-tugas yang terstruktur, dalam sistem ini

guru bertindak sebagai fasilitator.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi

belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa

anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan

belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan

pelajaran.

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

(Slavin, 2010: 34), para siswa :

a. harus memiliki persepsi bahwa mereka bekerja sama mengatasi masalah

didalam kelompok bersama-sama;

b. harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam

kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari

materi yang dihadapi;

c. harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama;

Page 26: Arif Saefudin, S.pd

26

d. membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok;

e. diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh

terhadap evaluasi kelompok;

f. berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja

sama selama belajar;

g. di minta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani

dalam kelompok kooperatif.

Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam

kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas di susun

dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, dengan kemampuan yang

heterogen. Maksud kelompok heterogen, adalah terdiri dari campuran kemampuan

siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima

perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada

pembelajaran kooperatif, diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat

bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang

baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang

direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok

adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 2010: 7).

Menurut Anita Lie (2005: 29), pelaksanaan prosedur model pembelajaran

kooperatif akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan baik. Menurut

Jhonson dan Jhonson (Anita Lie, 2005: 18), ada lima unsur model pembelajaran

kooperatif yang harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung

Page 27: Arif Saefudin, S.pd

27

jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses

kelompok.

Menurut Slavin (2010: 4), para siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif lebih termotivasi untuk belajar keras guna mencapai

tujuan belajar secara bersama-sama. Jadi, model pembelajaran kooperatif adalah

suatu model pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok yang

dibentuk sedemikian rupa dalam rangka meningkatkan kemampuan akademik

siswa.

Menurut Slavin (2010: 11), ada beberapa variasi dalam pembelajaran

kooperatif, diantaranya yaitu :

a. TGT (Teams Games Tournaments)

TGT atau pertandingan permainan tim, merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang memberikan kesempatan pada siswa untuk memainkan permainan

dengan anggota-anggota tim lain, untuk memperoleh tambahan poin pada skor tim

mereka. Permainan di susun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan

materi pelajaran, dan dirancang untuk mengetes pengetahuan yang diperoleh

siswa dari penyampaian pelajaran di kelas dan kegiatan-kegiatan kelompok.

Setelah permainan, anggota-anggota yang setingkat kemampuanya akan

ditemukan dalam suatu pertandingan/turnamen yang dikenal dengan Tournament

Table, yang diadakan setiap akhir unit pokok bahasan atau akhir pekan. Skor yang

di dapat akan memberikan kontribusi pada rata-rata skor kelompok.

Page 28: Arif Saefudin, S.pd

28

b. STAD (Student Teams Achievement Division)

STAD merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

Dalam STAD siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok dengan anggota

4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen. Guru menyajikan pelajaran,

kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh

anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Seluruh siswa di kenal kuis

tentang materi tersebut, pada saat kuis siswa tidak boleh saling membantu.

c. Jigsaw II

Dalam penerapan Jigsaw, siswa di bagi berkelompok dengan anggota

kelompok 5-6 siswa heterogen. Materi pelajaran diberikan keapada siswa dalam

bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub-bab. Anggota dari

kelompok lain yang telah mempelajari sub-bab yang sama bertemu dalam

kelompok ahli untuk mendiskusikan sub-bab mereka. Setelah itu, siswa kembali

ke kelompok asal mereka dan bergantian mengajar teman satu kelompok mereka

tentang sub-bab mereka. Selesai diskusi siswa dikenai kuis secara individu

tentang materi yang sudah dipelajari.

d. TAI (Teams Accelerated Insruction)

Tipe ini mengkombinasikan belajar kooperatif dengan belajar individu.

Tiap anggota mengkombinasikan belajar individu. Tiap kelompok akan diberi

soal-soal bertahap yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Setelah itu, mengecek

hasil kerjanya dengan anggota lain. Bila seorang siswa mampu mengerjakan suatu

soal pada suatu tahap, maka siswa dapat mengerjkan soal pada tahap berikutnya.

Page 29: Arif Saefudin, S.pd

29

Pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok belum tentu

mencerminkan pembelajaran kooperatif. Secara teknis memang tampak proses

belajar bersama, namun terkadang hanya merupakan belajar yang dilakukan

secara bersama dalam waktu yang sama, namun tidak mencerminkan kerjasama

antar anggota kelompok.

Untuk itu agar benar-benar mencerminkan pembelajaran kooperatif, maka

perlu diperhatikan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut (Anita

Lie, 2005: 18-20) :

a. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.

Wartawan mencari dan menulis berita, redaksi mengedit, dan tukang ketik

mengetik tulisan tersebut. Rantai kerja sama ini berlanjut terus sampai dengan

mereka yang di bagian percetakan dan loper surat kabar. Semua orang ini bekerja

demi tercapainya satu tujuan yang sama, yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan

sampainya surat kabar tersebut di tangan pembaca.

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun

tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan

tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metodel

Jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan

empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang

berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi.

Page 30: Arif Saefudin, S.pd

30

Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh

bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab

untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.

Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik, setiap siswa mendapat

nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan

setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di

atas nilai rata-rata mereka. Misalnya, nilai rata-rata si A adalah 65 don kali ini dia

mendapat 72, dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka.

Dengan demikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk

memberikan sumbangan nilai kelompok. Selain itu, beberapa siswa yang kurang

mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka

juga memberikan sumbangan.

b. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas

dan pola penilaian di buat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif,

setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam

penyusunan tugasnya.

Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat

persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota

kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya

dalam kelompok bisa dilaksanakan. Dalam teknik Jigsaw yang dikembangkan

Aronson, misalnya, bahan bacaan di bagi menjadi empat bagian dan masing-

Page 31: Arif Saefudin, S.pd

31

masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa

yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.

Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas

agar tidak menghambat yang lainnya.

c. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk

membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran

beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.

Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil

masing-masing anggota.

Inti dari model kooperatif ini adalah menghargai perbedaan,

memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota

kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, don sosial-ekonomi

yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal utama

dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok. Sinergi tidak

didapatkan begitu saja dalam sekejap, tetapi merupakan proses kelompok yang

cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling

mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi

pribadi.

Page 32: Arif Saefudin, S.pd

32

d. Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelaiar dibekali dengan

berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam

kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa

mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok

juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan

kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

e. Evaluasi

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu

diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa

waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran

kooperatif.

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional

yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan

pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah

menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi

oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 2010: 25).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-

tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Slavin (2010:

26), yaitu:

Page 33: Arif Saefudin, S.pd

33

a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga

memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa

ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami

konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa

model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada

belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,

pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok

bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas

akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas

dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,

dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa

dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung

pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan

belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan

kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-

keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda

masih kurang dalam keterampilan sosial.

Page 34: Arif Saefudin, S.pd

34

Dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat mengembalikan rasa

kerjasama diantara siswa. Harapan ini bukanlah hal yang berlebihan karena dengan

model pembelajaran ini siswa terlatih dan terbiasa untuk tidak sekedar bekerja sendiri

namun benar-benar bekerjasama dan masing-masing dari kita memberikan kontribusi

demi keberhasilan bersama. Selain itu, kita juga dibiasakan untuk saling menghargai dan

tidak merasa benar sendiri.

Jika model ini dilakukan disemua sekolah dari jenjang pendidikan paling

dasar sampai dengan jenjang tertinggi kita akan kembali menjadi manusia yang

humanis, bukan manusia yang arogan dan mudah menyalahkan orang lain. Jika

kebersamaan sudah menjadi kultur, maka persoalan apapun dan sebesar apapun

pasti akan dapat diselesaikan dengan mudah. Akhirnya, dengan kebersamaan akan

memjadikan hidup ini semakin indah dan bermakna.

5. Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)

Tipe TGT merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang

diteliti secara luas. Tipe TGT sangat terkenal dan popular dikalangan para ahli

pendidikan. Pembelajran kooperatif tipe TGT merupakan model yang sangat

mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan

status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur

permainan. Secara garis besar, uraian tentang model pembelajaran kooperatif tipe

TGT adalah sebagai berikut :

Menurut Slavin (2010: 166), ada 5 komponen utama dalam TGT yaitu:

penyajian kelas (class presentation), kelompok (team), kuis (games), kompetisi

Page 35: Arif Saefudin, S.pd

35

(tournament) dan penghargaan kelompok (class recognition). Komponen itu bisa

dijabarkan sebagai berikut :

a. Penyajian kelas (class presentation)

Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran

dengan pengajaran langsung atau diskusi dapat juga dengan audiovisual. Fokus

presentasi kelas hanya menyangkut pokok-pokok materi dan tekhnik

pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan

memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekarja

lebih pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena akan menentukan skor

game dan ini akan menentukan pula pada skor kelompok.

b. Kelompok (team)

Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tim terdiri dari 5 sampai 7 siswa

anggota kelas. Anggota time mewakili kelompok yang ada dikelas dan hal

kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa tau suku. Fungsi utama tim tersebut

adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim belajar, lebih khusus lagi

untuk menyiapkan anggotanya supaya dapat mempelajari LKS dan mengerjakan

soal-soal dalam turnamen dengan baik. Setelah presentasi kelas kegiatan tim

umumnya adalah diskusi antar anggotanya saling membandingkan, memeriksa

dan mengoreksi kesalahan konsep anggota lain.

c. Kuis (games)

Pertanyaan dalam games disusun dan dirancang dari materi-materi yang

relevan dengan materi yang telah diperoleh mewakili masing-masing kelompok.

Page 36: Arif Saefudin, S.pd

36

Sebagian besar pertanyaan pada kuis adalah bentuk sederhana. Setiap siswa

mengambil sebuah kartu yang diberi nomor pada kartu tersebut.

d. Kompetisi (tournament)

Turnamen adalah dimana saat permainan berlangganan. Ilustrasi antara

tim-tim yang anggotanya heterogen dan meja-meja turnamen dengan anggota

yang homogen. Uraian ilustrasi turnamen dapat dilihat pada skema gambar

dibawah ini.

TIM A

Tinggi Sedang Sedang Rendah A1 A2 A3 A4

Gambar 2.1. Penempatan siswa dan tim ke meja turnamen (Slavin, 2010:

168)

Gambar 2.1, menunjukan bahwa penempatan siswa pada meja turnamen

berdasar rangking siswa dalam tim. Meja turnamen 1 adalah meja tempat

Meja 1

Turnamen I

A1 B1 C1

Meja 1

Turnamen II

A2 B2 C2

Meja 1

Turnamen III

A3 B3 C3

Meja 1

Turnamen IV

A4 B4 C4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

B1 B2 B2 B4

TIM B

Tinggi Sedang Sedang Rendah

C1 C2 C2 C4

TIM C

Page 37: Arif Saefudin, S.pd

37

berkompetisi siswa dengan kemampuan awal tertinggi dalam tim sebagai meja

yang tertinggi tingkatanya daripada meja turnamen II. Meja II lebih tinggi

tingkatannya daripada meja turnamen III. Meja IV adalah meja yang paling

rendah tingkatanya.

Setelah turnamen selesai dan dilakukan penilaian guru mengatur kembali

kedudujan siswa pada tiap meja turnamen, kecuali pemenang pada meja tertinggi.

Pemenang pada setiap meja dinaikan atau digeser satu tingkat ke meja yang lebih

tinggi tingkatanya dan yang mendapatkan skor terendah pada setiap meja

turnamen selain yang ada pada meja terendah tingkatanya diturunkan satu tingkat

ke meja yang lebih rendah tingkatanya. Pada akhirnya mereka akan mengalami

penaikan atau penurunan sehingga mereka akan sampai pada meja yang sesuai

dengan kinerja mereka.

e. Penghargaan kelompok (class recognition)

Tim-tim yang berhasil mendapatkan nilai rata-rata melebihi kriteria

tertentu diberi penghargaan berupa hadiah atas usaha yang telah dilakukan

kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati

bersama.

Menurut Slavin (2010: 169) langkah-langkah dalam pembelajaran

kooperatif tipe TGT meliputi pengaturan klasikal dan belajar kelompok, turnamen

akademik dan penskoran, pengakuan tim dan bumping (pemindahan), adapun

uraian persiapan masing-masing adalah sebagai berikut :

Page 38: Arif Saefudin, S.pd

38

a. Pengaturan klasikal dan belajar kelompok

Pembelajaran diawali dengan menyampaikan pokok-pokok materi

selanjutnya diumumkan kepada siswa penugasan tim dan siswa diminta untuk

memindahkan bangku membentuk meja tim. Kepada siswa disampaikan bahwa

mereka akan bekerjasama dengan tim selama beberapa minggu dan mengikuti

turnamen akademik untuk memperoleh/menambah poin bagi nilai tim mereka.

b. Turnamen akademik dan penskoran

Setiap tim dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebanyak 4 sampai 5

siswa, yang terdiri dari siswa pandai, sedang dan kurang. Selain itu dalam

pembagian kelompok guru sebaiknya mempertimbangkan criteria lainya

misalnya, jenis kelamin, latar belakang sosial, kinerja, suka atau tidak suka lainya.

Siswa rangking pertama pada setiap tim pada meja I, empat rangking berikutnya

pada meja II dan empat rangking berikutnya pada meja III dan seterusnya.

Penempatan siswa pada meja turnamen dari contoh di atas tampak pada tabel.

Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen dari 4-5

siswa dari tim yang berbeda dengan kemampuan yang setara. Pada permulaan

turnamen diumumkan penempatan meja bagi siswa. Siswa diminta mengatur meja

turnamen yang ditetapkan. Nomor meja turnamen bisa diacak. Setelah

kelengkapan dibagikan dapat dimulai kegiatan turnamen. Bagan dari putaran

permainan dengan 3 siswa dalam satu meja turnamen dapat dilihat dari skema

gambar dibawah ini.

Page 39: Arif Saefudin, S.pd

39

Gambar 2.2. Putaran permainan TGT (Slavin, 2010: 173).

Pada akhr setiap putaran, pemenang mendapat satu kartu bernomer.

Penantang yang kalah mengembalikan perolehan kartunya bila sudah ada. Akan

tetapi, jika pembaca yang kalah kepadanya tidak dikenakan hukuman. Penskoran

didasarkan pada jumlah perolehan.

c. Pengakuan tim

Tim yang telah mencapai skor rata-rata melebihi kriteria tertentu diberi

penghargaan atau hadiah.

d. Bumping (pemindahan)

Menurut Slavin (2010: 176) bumping/penempatan kembali siswa pada

meja turnamen baru, dilakukan untuk mempersiapkan turnamen berikutnya.

Melakukan bumping lebih mudah ketika sedang menghitung skor.

Pembaca

1) Mengambil satu kartu dari tumpukan kartu yang telah diacak dan mencari pertanyaan yang sesuai pada lembar permainan.

2) Membaca dan menjawab pertanyaan dengan kertas

Penantang I

1) Ikut menjawab pertanyaan

2) Menantang atau memberi jawaban yang berbeda dengann pembaca jika mungkin

Penantang II

1) Ikut menjawab pertanyaan

2) Menantang atau memberi jawaban yang berbeda dengan pembaca dan penantang I jika menang

Page 40: Arif Saefudin, S.pd

40

Kebaikan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Kebaikan pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut :

a. dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan

menggunakan pendapatnya,

b. rasa percaya tinggi siswa menjadi lebih tinggi,

c. perilaku mengganggu terhadap siswa yang lain relativ lebih kecil,

d. motivasi belajar siswa menjadi lebih besar,

e. meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa dengan siswa

dan antara siswa dengan guru.

Siswa dapat menelaah sebuah mata pelajaran atau pokok bahasan, bebas

mengaktualisasikan diri dengan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa tersebut

dapat keluar. Selain itu kerjasama antar siswa dengan guru akan membuat

interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.

Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut :

a. sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta

mengembangkan pendapatnya,

b. kekurangan waktu untuk proses pembelajaran,

c. kemungkinan terjadi kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas.

Guru yang kurang cerdas dalam mengelola kelas dan siswa akan menjadi

penyebab kegagalan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT, sebab dibutuhkan

kecerdasan emosi untuk memotifasi siswa dalam mengaktualisasi diri dan

mengelola waktu dengan sebaik-baiknya.

Page 41: Arif Saefudin, S.pd

41

Ciri khas yang membedakan metode pembelajaran koopeatif tipe TGT

dengan metode pembelajaran kooperatif lainya adalah adanya turamen yang

mempertandingkan antar kelompok.

B. Hasil Penelitian Relevan

Model pembalajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dan berkompetisi

dalam mengerjakan tugas. Model ini digunakan sebagai salah satu cara untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian tentang penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT pernah dilakukan oleh Khasanah (2008),

namun hanya membandingkan pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dengan tipe NHT terhadap prestasi belajar siswa. Hasilnya

menunjukan bahwa prestasi belajar pada siswa yang menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe TGT lebih baik daripada yang menggunakan NHT. Penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT oleh Darseni (2006) mampu

mengaktifkan siswa pada proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman

siswa daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Penelitian tentang peningkatan prestasi belajar pernah dilakukan dengan

metode pembelajaran yang lain. Hasilnya penelitian Yuniati (2005) menunjukan

adanya peningkatan prestasi belajar Geografi dengan pemberian LKS. Sementara

Yulianti (2005) membandingkan pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dengan tipe STAD dan pembelajaran konvensional terhadap

prestasi hasil belajar siswa. Hasilnya menunjukan bahwa, prestasi belajar siswa

Page 42: Arif Saefudin, S.pd

42

yang diajar menggunakan model kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari pada yang

menggunakan STAD dan pembelajaran konvensional. Penelitian tentang upaya

meningkattkan prestasi belajar siswa pada materi Sejarah menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penetian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT.

C. Kerngka Berfikir

Dalam dunia pendidikan hal yang pasti ada, yaitu adanya proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran tersebut terjadi interaksi antara guru

dan siswa. Guru sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan siswa

dalam proses belajar terutama prestasi yang telah dicapai siswa.

Dengan berkembang teknologi dan ilmu pengetahuan guru dituntut untuk

memiliki kreatifitas dalam proses pembelajaran, terutama menentukan metode

pembelajaran. Jika metode pembelajaran yang digunakan tepat maka akan

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat

melibatkan siswa berperan aktif serta melibatkan kerja sama antara siswa yang

satu dengan yang dengan metide pembelajaran kooperatif tipe TGT. Metode ini

berupa permainan atau games akademik yang membuat para siswa menjadi

senang dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga bisa menarik siswa agar

bisa senang terhadap pelajaran sejarah yang nantinya akan meningkatkan prestasi

siswa tersebut. Keinginan menjadikan tim mereka tim terbaik akan meningkatkan

prestasi belajar siswa sehingga diharapkan 80 % siswa akan tuntas KKM sebesar

Page 43: Arif Saefudin, S.pd

43

6,5. Kerangka berfikir yang dilaksanakan pada penelitian ini disajikan pada

Gambar.2.3. dibawah ini :

Gambar 2.3. Kerangka berfikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir diatas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan

sebagai berikut :

Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon pada

semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

Tindakan Kelas : mengunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT

Tindakan Kelas : mengunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT

PBM :

Presentasi kelas

Diskusi kelompok

Games

Tournament

PBM :

Presentasi kelas

Diskusi kelompok

Games

Tournament

Kondisi awal siswa

(input)

Kondisi awal siswa

(input)

Kondisi akhir siswa

(output)

Kondisi akhir siswa

(output)

Suasana belajar :

Pemahaman konsep rendah

Partisipasi belajar siswa rendah

Prestasi belajar rendah

Suasana belajar :

Pemahaman konsep rendah

Partisipasi belajar siswa rendah

Prestasi belajar rendah

Hasil Belajar :

Siswa mudah memahami dan mengembangkan materi

Siswa aktif berpartisipasi dalam PBM

Prestasi belajar siswa meningkat

Hasil Belajar :

Siswa mudah memahami dan mengembangkan materi

Siswa aktif berpartisipasi dalam PBM

Prestasi belajar siswa meningkat

Page 44: Arif Saefudin, S.pd

44

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X C SMA Negeri 1

Kemangkon Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2010/2011 pada semester

genap mulai bulan Februari 2011 sampai April 2011.

B. Subyek Penelitian

Penelitian ini ditunjukan pada siswa kelas X C di SMA Negeri 1

Kemangkon Purbalingga. Jumlah subyek penelitian sebanyak 37 siswa, yang

terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 27 siswa perempuan dengan tingkat kemampuan

yang berbeda-beda. Subjek ini dibagi kedalam 9 (sembilan) kelompok kecil

beranggotakan masing-masing 4 siswa atau ada yang 5 siswa yang sudah diatur

sedemikian rupa sehingga kelompok mempunyai keadaan yang sama.

C. Prosedur Penelitian

Penelitain ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian

yang bersifat kolaboratif dan didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam

proses belajar mengajar pada mata pelajaran sejarah di kelas X C SMA 1 Negeri

Kemangkon.

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai dan

hasil refleksi yang dirumuskan sesuai dengan desain dari faktor yang diselidiki,

44

Page 45: Arif Saefudin, S.pd

45

pada akhir diadakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan

peran aktif siswa dalam pembelajaran setelah menggunakan model kooperatif tipe

TGT.

Hasil klarifikasi terhadap penyebab permasalahan yang disajikan pada

Tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1. Tabel hasil klarifikasi akar penyebab permasalahan

No. MasalahAkar

PermasalahanTindakan

1. Tingkat pemahaman dan kemampuan pengembangan materi Sejarah masih rendah

a. Kurangnya keterlibatan siswa dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran

b. Kurangnya fasilitas dan sumber belajar.

a. Penggunaan LKS yang terstruktur dan pemanfaatan sumber belajar yang tersedia.

b. Penggunaan model kooperatif tipe TGT.

2. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan rendahnya prestasi belajar siswa.

a. Variasi metode pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan materi dan kondisi siswa.

b. Siswa lebih memilih untuk menghafal materi daripada memahami materi.

c. Kondisi kelas yang kurang kondusif.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Page 46: Arif Saefudin, S.pd

46

Pada akhir siklus diadakan evaluasi untuk mengetahui tingkat kontribusi

dan hasil belajar siswa secara aktif dapat ditingkatkan dan ada tindakan dampak

langsung penggunaan model pembelajaran kooperaatif tipe TGT terhadap hasil

belajar siswa.

Penelitian tindakan kelas menurut Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart

dalam Arikunto (2010: 16), seperti pada gambar berikut:

Gambar 3.1. Skema model penelitian (Model spiral dari Kemmis dan

Taggart)

Page 47: Arif Saefudin, S.pd

47

Secara rinci, prosedur penelitiannya mengacu pada model penelitian

tindakan kelas (model Kemmis dan Taggart), yang dirinci sebagai berikut :

1. Persiapan (planning)

Kegiatan ini dilaksanakan secara bersama-sama antara peneliti dan guru

dalam menentukan langkah-langkah penelitain yang meliputi :

a. peneliti dan guru menetapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk

meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran mata

pelajaran sejarah;

b. membuat rencana pembelajaran (RP), soal pre-tes, dan soal pos-tes;

c. mensosialisasikan mekanisme dan aturan-aturan dalam penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT;

d. membuat dan melengkapi alat, media pembelajaran dan mendisain ruang

kelas;

e. membuat lembar observasi;

f. mendisain alat evaluasi.

2. Pelaksanaan tindakan (acting)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan

pembelajaran yang telah dilaksanakan, menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT. Penelitian ini bersifat kolaboratif, yaitu peneliti berperan

sebagai observer dan guru berperan sebagai pengajar dalam proses pembelajaran,

atau bisa bergantian sesuai kebutuhan yang diinginkan.

Page 48: Arif Saefudin, S.pd

48

Langkah pembelajaran pada pertemuan pertama terdiri dari pre-tes,

presentasi kelas, diskusi dan permainan. Langkah-langkah pembelajaran pada

pertemuan yang kedua meliputi presentasi kelas, diskusi, turnamen dan pos-tes.

Langkah yang dilakukan untuk setiap siklusnya sama.

Tabel.3.2. Tabel pelaksanaan tindakan guru dan siswa dalam proses

pembelajaran.

No. Tindakan Guru Tindakan kelas1. Pendahuluan

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Guru mensosialisasikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan mengumumkan pembagian tiap kelompok.

c. Guru memberikan pre-tes tentang materi yang akan diajarkan.

a. Siswa memperhatikan penjelasan Guru.

b. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencatat nama anggota kelompok masing-masing.

c. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

2. Kegiatan intia. Guru melakukan presentasi

kelas.

b. Guru memberikan bahan diskusi untuk tiap kelompok, mengamati dan mencatat keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.

c. Guru membagi kemampuan siswa yang berkemampuan setara dari tiap kelompok pada suatu meja permainan, memberikan bahan diskusi dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajran.

a. Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang dismpaikan guru.

b. Siswa mempelajari materi dan aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok.

c. Menempati meja permainan dengan anggota kelompok lain yang berkemampuan setara dan berdiskusi membahas permasalahan yang diberikan guru.

Page 49: Arif Saefudin, S.pd

49

d. Guru menempatkan siswa pada meja turnamen akademik tipe TGT.

d. Berpartisipasi dalam turnamen akademik.

3. Penutupa. Guru memberikan Pos-tes

b. Guru menyimpulkan materi dan memberikan motivasi dan siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran.

a. Siswa mengerjakan pertanyaan yang diberikan guru.

b. Siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan guru.

3. Observasi (observing)

Pada tahap ini dilaksanakan observasi oleh peneliti terhadap pelaksanaan

tindakan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Mekanisme

observasi tersebut disajikan pada Tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3. Observasi siswa

No. Obyek Pengamatan Prosedur Pengamatan1. Aktifitas siswa Aktifitas siswa dalam proses

pembelajaran yang meliputi diskusi kelompok, permainan dan turnamen diukur menggunakan lembar observasi.

2. Partisipasi siswa Partisipasi siswa diukur menggunakan lembar observasi yaitu partisipasi dalam mengajukan pertanyaan, pendapat dan sanggahan.

4. Refleksi (reflecting)

Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi dan evaluasi

dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil analisi, guru dapat melakukan

refleksi diri tentang langkah pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini

Page 50: Arif Saefudin, S.pd

50

peneliti dan guru dapat mengetahui besarnya tingkat partisipasi siwa dalam

kegiatan pembelajran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini dapat

diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, sehingga dapat

digunakan unutk menentukan tindakan siklus berikutnya.

D. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini meningkatkan prestasi belajar

siswa sehingga diharapkan 80 % siswa akan tuntas KKM sebesar 6,5.

Berdasarkan pada perumusan dan identifikasi masalah pada tabel sebagai berikut :

Tabel.3.4. Identifikasi masalah dan indikator keberhasilan.

Identifikasi masalah Indikator keberhasilanKemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran kooperatif tipe TGT kurang baik

Kemampuan siswa dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT meningkat.

Siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajran sejarah.

Siswa tertarik dan antusias dalam mengikuti pembelajaran sejarah.

Respon siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT kurang mendukung.

Respon siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperaatif tipe TGT meningkat.

E. Teknik Pengambilan Data

1. Tes

Page 51: Arif Saefudin, S.pd

51

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data menggunakan tes hasil

belajar Sejarah. Menurut Coollegiate dalam Arikunto (1998: 139) tes adalah

serentetan pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

ketrampilan, pengetahun, intelligence, kemampuan/bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok. Tujuan diadakanya tes untuk siswa kelas X C SMA

Negeri 1 Kemangkon adalah untuk mendapat informasi tentang kemampuan siswa

dalam mengikuti dan memahami isi pelajaran selama proses pembelajaran. Tes

dilaksanakan dua kali setiap siklusnya, yaitu:

a. Pre-tes adalah tes yang dilakukan sebelum proses pembelajaran dimulai.

Tujuanya adalah untuk mengetahui pengetahuan siswa terhadap materi yang

akan dibeerikan.

b. Pos-tes adalah tes yang diberikan setelah guru selesai menyaimpaikan materi

pelajaran. Tujuanya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

menerima dan memahami materi yang telah dipelajari.

2. Angket

Menurut Arikunto (1998: 140) angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket yang digunakan adalah

angket tertutup, yaitu angket disusun dengan menyediakan pilihan jawaban

lengkap sehingga hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.

Pemberian angket diharapkan bisa mengetahui minat siswa atau seberapa besar

keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X C

SMA Negeri 1 Kemangkon.

Page 52: Arif Saefudin, S.pd

52

3. Observasi

Menurut Arikunto (1998: 146) observasi adalah suatu teknik yang

dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan

secara sistematis. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan

dengan prilaku siswa selama proses pembelajaran. Alat yang digunakan berupa

lembar observasi. Lembar observasi siswa dan guru ditujukan untuk mengetahui

seberapa baik pembelajaran yang dilakukan guru dan seberapa besar partisipasi

siswa kelas XC SMA Negeri 1 Kemangkon dalam mengikuti permainan dan

turnamen akademik.

4. Dokumentasi

Menurut Arikunto (1998: 149) dokumentasi dari kata dokumen yang

artinya barang-barang tertulis. dokumentasi tidak kalah penting dengan metode-

metode lain karena dalam dokumntasi untuk mencari data mengenai hal-hal atau

variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Dokumentasi yang dilakukan

peneliti bertujuan untuk mengetahui kegiatan siswa kelas X C SMA Negeri 1

Kemangkon selama penelitian berlangsung.

F. Teknik Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan analisis data hasil yang telah dicapai oleh siswa

melalui evaluasi. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul menggunakan

Page 53: Arif Saefudin, S.pd

53

teknik analisis deskritif kualitatif dengan memberikan predikat pada fariabel yang

diteliti sesuai dengan kondisi sebenarnya. Hasil analisis pada siklus I digunakan

untuk merencanakan siklus berikutnya.

Semua data yang telah terkumpul dihitung dan dianalisis dengan rumus

sebagai berikut (Arikunto, 1998: 246) :

1. Analisis rata-rata prestasi siswa setiap siklus diambil dan evaluasi/post-tes.

I = x 100%

Keterangan :

I = rata-rata prestasi siswa

F = Jumlah nilai prestasi siswa

N = Jumlah siswa keseluruhan

2. Presentasi (%) untuk analisis aktivitas siswa.

Prosentase (%) =

Keterangan :

Frekuensi = Jumlah siswa yang ikut berpartisipasi.

N = Jumlah responden seluruhnaya.

3. Observasi guru

Rumus rata-rata =

Poin keterangan dinyatakan sebagai berikut ini :

1 = kurang

2 = cukup

Page 54: Arif Saefudin, S.pd

54

3 = baik

4 = baik sekali

Keterangan jumlah nilai total dinyatakan sebagai berikut :

0 = pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe TGT kurang

= pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe TGT cukup

= pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe TGT baik

= pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe TGT baik

sekali.

Page 55: Arif Saefudin, S.pd

55

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Hasil penelitian pada setiap siklusnya adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Siklus I

a. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan meliputi :

1) peneliti dan guru menetapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk

meningkatkan prestasi, dan partisipasi belajar siswa dalam proses

pembelajaran sejarah (asal usul dan persebaran manusia di kepilauan

Indonesia);

2) membagi siswa kelas X C menjadi 9 kelompok kecil, masing-masing

kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen (jenis kelamin dan partisipasi

akademik) dengan keadaan tiap kelompok relatif sama (Lampiran 2);

3) menyusun rencana pembelajaran (RP) sesuai dengan materi yang akan

diajarkan pada setiap pertemuan. Dalam penyusunan RP dirumuskan semua

langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan untuk setiap pertemuan

yang akan dilaksanakan dari berpedoman pada langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Lampiran 3a);

4) menyusun lembar kerja siswa (Lampiran 3b);

5) menyiapkan lembar observasi dan soal evaluasi siklus I (lampiran 4);

55

Page 56: Arif Saefudin, S.pd

56

6) menyusun dan menyediakan media dan sumber belajar yang diperlukan (kartu

untuk permainan dan turnamen);

7) mensosialisasikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT pada

siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon.

b. Pelaksanaan tindakan (acting).

Proses pembelajaran yang dilakukan berpedoman pada RP yang telah

dipersiapkan. Sebelum pembelajaran dimulai guru memberikan pre-tes untuk

mengetahui keadaan awal siswa dan menentukan metode pembelajaran yang akan

digunakan. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran

dan membagikan LKS yang berisi ringkasan pokok-pokok materi yang akan di

ajarkan dan bahan untuk diskusi kelompok. Guru juga memberikan beberapa

pertanyaan yang berkaitan dengan materi asal usul dan persebaran manusia di

kepilauan Indonesia (pertemuan ke 1) dan penyusunan materi asal usul dan

persebaran manusia di kepilauan Indonesia (pertemuan ke 2) secara lisan.

Tahapan pembelajarannya terdiri dari :

1) Presentasi kelas

Guru menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dipelajari. Guru

memotivasi siswa agar berani mengemukakan, pertanyaan, pendapat dan

sanggahan.

2) Diskusi kelompok

Setiap kelompok mendiskusikan permasalahan atau pertanyaan yang

terdapat pada LKS untuk mempersiapkan diri dalam kegiatan permainan dan

Page 57: Arif Saefudin, S.pd

57

turnamen. Jika ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam berdiskusi maka

guru membantu menyelesaikan masalah tersebut dengan diskusi kelas.

3) Permainan (games)

Anggota kelompok yang berkemampuan setara dari kelompok yang

berbeda menempati meja permainan yang sama untuk menjawab pertanyaan atau

menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam kartu (dilakukan pada

pertemuan pertama).

4) Turnamen (tournament)

Anggota kelompok yang berkemampuan sama atau setara dari kelompok

yang berbeda menempati meja turnamen yang sama. Siswa yang memperoleh skor

tertinggi pada setiap meja berhak naik ke meja yang lebih tinggi, kecuali yang ada

pada meja 1. Siswa yang memperoleh skor terindah pada masing-masing meja

turnamen meja turun ke meja yang lebih rendah (Lampiran 6b).

5) Pos-tes

Pos-tes dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang

dibuat sesuai dengan pokok bahasan yang sudah diajarkan dan mengetahui

peningkatan prestasi belajar yang diperoleh siswa (Lampiran 5).

c. Observasi dan evaluasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh siswa selama proses pembelajaran menggunakan instrument yang telah

dipersiapkan.

Page 58: Arif Saefudin, S.pd

58

1) Aktivitas dan partisipasi siswa pada diskusi kelompok.

Hasil obseervasi terhadap aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi

kelompok tertara dalam Tabel 4.1.

Tabel. 4.1. Tabel aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok siklus 1.

Aktivitas dan Partisipasi Siswa

Rata-rata Presentase (%) Kategori

B C KPartisipasi Kontributif

Menyampaikan pertanyaan

Menyaimpaikan pendapat

Menyampaikan sanggahan

2 %

14 %

0 %

16 %

19 %

5 %

78 %

81 %

95 %

Partisipasi Inisiatif

Mengerjakan soal/tugas

32 % 54 % 14 %

Secara deskriptif, partisipasi siswa dalam diskusi kelompok masih rendah.

Akan tetapi, pada pertemuan ke 2 parisipasi siswa sudah mengalami peningkatan.

Siswa yang mengajukan pertanyaan pada pertemanan pertama hanya 5 % (2 siswa

dari 37 siswa) dan pada pertemuan ke 2 meningkat menjadi 14 % (5 siswa).

Partisipasi siswa dalam menyampaikan pendapat pada pertemuan pertama sebesar

14 % (5 siswa) dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 32 % (12 siswa).

Pada pertemuan pertama partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan belum

terlihat. Hal ini disebabkan, karena siswa belum terbiasa dan masih kurang

percaya diri untuk mengutarakan sanggahan. Pada pertemuan ke 2 partisipasi

siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 8 % (3 siswa). Siswa yang mampu

Page 59: Arif Saefudin, S.pd

59

mengerjakan soal/tugas dengan baik pada pertemuan pertama sebesar 32 % (12

siswa) dan pada pertemuan ke 2 sebesar 40 % (15 siswa). (Tabel 4.1. dan

Lampiran 6a).

Pada diskusi kelompok ada beberapa kelompok yang masih tidak

memperhatikan terhadap anggota kelompok yang lain dan belum mampu

bekerjasama dengan baik.

2) Aktivitas siswa pada kegiatan permainan dan turnamen

Data hasil observasi aktivitas siswa dalam permainan dan turnamen tertera

dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Tabel aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan dan

turnamen akadeik siklus I.

Aktivitas dan Partisipasi Siswa

Rata-rata Presentase (%) Kategori

B C KPartisipasi Kontributif

Menyampaikan pertanyaan

Menyaimpaikan pendapat

Menyampaikan sanggahan

5 %

3 %

3 %

35 %

46 %

13 %

59 %

51 %

62 %

Partisipasi Inisiatif

Mengerjakan soal

43 % 30 % 27 %

Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap

perolehan skor klompoknya. Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan

sebesar 5 % (2 siswa). Partisipasi siswa dalam mengajukan pendapat sebesar 3 %

(1 siswa). Partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 3 % (1 siswa)

Page 60: Arif Saefudin, S.pd

60

dan siswa yang mampu mengerjakan soal dengan baik sebesar 43 % (16 siswa)

(Tabel 4.2. dan Lampiran 6a). Siswa masih belum memahami mekanisme

pelaksanaan kegiatan permainan, sehingga partisipasinya masih rendah. Masing-

masing anggota kelompok belum mampu bekerjasama dengan baik dan masih

kurang percaya diri karena kegiatan diskusinya kurang optimal.

Kegiatan turrnamen dilakukan pada pertemuan ke 2. Siswa masih belum

memahami mekanisme turnamen, sehingga partisipasi siswa masih rendah. Siswa

yang mengajukan pertanyaan dan pendapat sama besar yaitu 27 % (10 siswa).

Partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 3 % (8 siswa), sedangkan

siswa yang mampu mengerjakan soal dengan baik sebesar 43 % (16 siswa).

(Tabel 4.2. dan Lampiran 6a).

Partisipasi siswa dalam permainan dan turnamen akademik masih rendah.

Hal ini disebabkan karena diskusi yang dilakukan masih kurang optimal, sehingga

pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari rendah.

3) Pos-tes

Pada akhir siklus I dilakukan pos-tes untuk mengukur keberhasilan

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil post-tes pada siklus I menunjukan

rata-rata skor sebesar 55,14. Keberhasilan proses pembelajaran yang diperoleh

masih rendah, karena belum memenuhi standar ketuntasan yaitu 65 (Arikunto,

2001), masih kurang 9,86 % untuk mencapai ketuntasan belajar. Akan tetapi, di

bandingkan dengan hasil pre-tes, hasil belajar siswa yang diperoleh siswa

mengalami kenaikan sebesar 9,73 % seperti terlihat pada Tabel 4.3. hasil

perhitungan dari Lampiran 5.

Page 61: Arif Saefudin, S.pd

61

Tabel 4.3. Tabel nilai rata-rata pre-tes dan pos-tes siklus I

Jumlah Siswa

Nilai rata-rata Siklus I Persentase KenaikanPre-tes Pos-tes

37 45,41 55,14 14,15 %

Pada pelaksanaan siklus I, siswa belum memahami secara jelas mekanisme

pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Beberapa siswa masih

merasa canggung dan acuh untuk bekerjasama dengan anggota kelompok yang

lain. Sebagian besar siswa belum mampu menyimpulkan hasil diskusinya.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap

kegiatan pembelajaran siklus I diperoleh hasil sebagai berikut :

Pelaksanaan pembelajaran siklus I menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT belum banyak menunjukan peningkatan partisipasi belajar

siswa (Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Lampiran 6) dan presasi belajar siswa (Tabel

4.3.). Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa canggung dan belum

memahami mekanisme pembelajaran kooperatif tipe TGT, sehingga siswa belum

dapat memahami materi pelajaran yang sudah dipelajari dengan optimal. Siswa

yang pandai belum mau membagikan pengetahuannya kepada anggota yang lain.

Guru dalam membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran

masih dilakukan dengan tergesa-gesa. Guru belum maksimal dalam mengelola

kelas dan kurang mampu menggali partisipasi siswa untuk aktif dalam

Page 62: Arif Saefudin, S.pd

62

menyampaikan pertanyaan, pendapat dan sanggahan. Pembelajaran masih bersifat

satu arah, kurang bisa menggali kemampuan siswa untuk berpartisipasi secara

aktif dalam proses pembelajaran, meskipun dalam penyampaian materi pelajaran

guru sudah cukup komuikatif (Lampiran 6b).

Berdasarkan hasil tersebut, maka diperlukan langkah penyempurnaan

untuk dilakukan perbaikan pada siklus II dan untuk mengantisipasi permasalahan

yang ada pada siklus I, meliputi :

1) guru harus mengoptimalkan persiapan pemelajaran materi yang akan

diberikan;

2) guru memberikan arahan kepada siswa agar lebih bertanggung jawab dan

mudah bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain;

3) guru menyampaikan materi dengan cara yang lebih komunikatif, sesuai

dengan permasalahan yang ada disekitar siswa. Agar lebih mudah memahami

materi yang disampaikan dan dipelajari siswa;

4) guru lebih mengoptimalkan kembali penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT, agar siswa lebih berani untuk mengungkapkan

pertanyaan, pendapat dan sanggahan;

5) guru lebih percaya diri dalam menerapkan model pembelajaran TGT didalam

kelas.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Page 63: Arif Saefudin, S.pd

63

Hasil observasi dan evaluasi siklus I dijadikan sebagai acuan untuk

melaksanakan tindakan pada siklus II, agar hasil yang akan diperoleh lebih baik

lagi.

a. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap perencanaan meliputi :

1) peneliti dan guru menentukan dan menetapkan metode dan strategi yang akan

digunakan untuk proses pembelajaran selanjutnya;

2) menyusun RP sesuai dengan aturan dalam penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Lampiran 3a);

3) membuat dan melengkapi alat dan media pembelajaran yang akan digunakan.

4) menyusun LKS (Lampiran 3b) dan alat evaluasi (Lampiran 4);

5) mendesain kegiatan permainan dan turnamen yang dapat mempermudah

siswa memahami materi pelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan (acting)

Proses pembelajaran dimulai dengan memberikan pre-tes kepada siswa,

untuk mengetahui keadaan siswa dan untuk mengetahui keadaan awal siswa dan

untuk menentukan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Hasil pre-tes dan pos-

tes siklus I dibagikan kepada siswa, sebagai feed back bagi siswa agar lebih giat

belajar, sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Guru mengumumkan

nama kelompok yang memperoleh skor tertinggi, untuk memotivasi siswa agar

lebih kompak dengan anggota kelompok masing-masing. Pada awal proses

pembelajaran, guru mengemukakan tujuan pembelajaran dan menjelaskan

mekanisme pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Page 64: Arif Saefudin, S.pd

64

Langkah-langkah pelaksanaan proses pembelajaran terdiri dari 4 (empat)

tahap, yaitu :

1) Presentasi kelas

Guru menyampaikan materi pelajaran secara global menggunakan metode

pembelajaran yang telah direncanakan yaitu ceramah, diskusi, tanyajawab dan

pemberian tugas. Pemberian pokok-pokok materi bertujuan agar siswa lebih

terarah dalam melakukan diskusi kelompok dan mudah bekerjasama dengan

anggota kelompok yang lain.

2) Diskusi kelompok

Diskusi kelompok dilakukan untuk menjawab soal/pertanyaan yang ada

pada LKS untuk mengoreksi jawaban anggota yang lain dan untuk menyamakan

persepsi anggota yang lain.

3) Permaina dan turnamen akademik

Siswa yang berkemampuan setara dari masing-masing kelompok

menempati meja permainan yang sama. Siswa yang memperoleh skor tertinggi

pada turnamen siklus I menempati meja turnamen 1. Siswa yang memperoleh skor

sedang pada meja ke 2 dan seterusnya. Masing-masing meja berisi anggota

kelompok yang berbeda-beda. Pada putaran berikutnya, siswa yang memperoleh

skor tertinggi pada masing-masing meja berhak naik ke meja yang lebih tinggi

(misalnya dari meja 2 naik ke meja 1), kecuali yang ada pada meja 1. Siswa yang

memperoleh skor terendah pada masing-masing meja berpindah ke meja yang

lebih rendah (Lampiran 6c).

4) Pos-tes

Page 65: Arif Saefudin, S.pd

65

Pos-tes dilakukan pada akhir siklus II, untuk mengetahui peningkatan

prestasi belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT (Lampiran 5).

c. Observaasi dan evaluasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas dan partisipasi siswa

dalam proses pembelajaran.

1) Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok

Pada pelaksanaan siklus II siswa semakin aktif berpartisipasi dalam

diskusi kelompok. Data hasil aktivitas dan partisipasi siswa tertera dalam Tabel

4.4. dan Lampiran 6a.

Tabel 4.4. Tabel Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok siklus II.

Aktivitas dan Partisipasi Siswa

Rata-rata Presentase (%) Kategori

B C K

Partisipasi Kontributif

Menyampaikan pertanyaan

Menyaimpaikan pendapat

Menyampaikan sanggahan

19 %

30 %

22 %

35 %

38 %

32 %

46 %

32 %

58 %

Partisipasi Inisiatif

Mengerjakan soal/tugas

54 % 46 % 11 %

Siswa mulai dapat bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain.

Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok mengalami peningkatan. Pada

pertemuan pertama siswa yang mengajukan pertanyaan sebesar 19 % (7 siswa)

dan pada pertemuan ke 2 sebesar 24 % (9 siswa). Partisipasi siswa dalam

Page 66: Arif Saefudin, S.pd

66

mengajukan pendapat pada pertemuan ke 2 sebesar 30 % (11 siswa) dan pada

pertemuan ke 2 sebesar 41 % (15 siswa). Pada siklus II, partisipasi siswa dalam

mengajukan sanggahan mengalami peningkatan, pada pertemuan pertama sebesar

22 % (8 siswa) dan pada pertemuan ke 2 sebesar 24 % (9 siswa). Partisipasi siswa

dalam mengerjakan soal pada pertemuan pertama sebesar 54 % (20 siswa) dan

pada pertemuan ke 2 sebesar 78 % (29 siswa). (Tabel 4.4 dan Lampiran 6a).

2) Aktivitas dan partisipasi dalam permainan turnamen

Data aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan dan turnamen siklus

II tertera dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Tabel aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan akademik

siklus II.

Aktivitas dan Partisipasi Siswa

Rata-rata Presentase (%) Kategori

B C K

Partisipasi Kontributif

Menyampaikan pertanyaan

Menyaimpaikan pendapat

Menyampaikan sanggahan

11 %

14 %

8 %

38 %

51 %

54 %

51 %

35 %

38 %

Partisipasi Inisiatif

Mengerjakan soal 51 % 38 % 11 %

Pada kegiatan permainan akademik masing-masing siswa mempunyai

kesempatan yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran,

dibandingkan pada saat presentasi kelas dan diskusi. Siswa terlihat lebih antusias,

karena masing-masing bertanggung jawab atas nilai individu dan nilai kelompok.

Page 67: Arif Saefudin, S.pd

67

Pada kegiatan permainan akademik, partisipasi siswa dalam mengajukan

pertanyaan sebesar 11 % (4 siswa), siswa yang mengajukan pendapat sebesar 14

% (5 siswa), partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 8 % (3

siswa). siswa yang mampu mengerjakan soal dengan baik sebesar 51 % (19

siswa). (Tabel 4.5 dan Lampiran 6a).

Pada turnamen akademik, partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan

dan pendapat sebesar 32 % (12 Siswa), siswa yang mengajukan sanggahan

sebesar 22 % (8 siswa). Siswa yang mengerjakan soal dengan baik sebesar 49 %

(18 siswa). (Tabel 4.5 dan Lampiran 6a).

3) Pos-tes

Peningkatan prestasi belajar diperoleh siswa dapat diketahui dari nilai pos-

tes yang diperoleh pada akhir siklus.

Tabel 4.6. Tabel nilai rata-rata pre-tes dan pos-tes.

Jumlah Siswa

Nilai rata-rata Siklus II Persentase KenaikanPre-tes Pos-tes

37 61,08 68,65 7,57 %

Dari data dalam Tabel 4.6. dapat di deskripsikan bahwa, prestasi belajar

siswa mulai ada peningkatan. Peningkatannya masih rendah, tapi sudah

memenuhi standar ketuntasan, skor yang diperoleh lebih dari 65 (Arikunto, 2001)

rata-rata pre-tes siklus II sebesar 61,08 dan skor rata-rata pos-tes yang dihasilkan

meningkat menjadi 68,65. Skor rata-rata pos-tes siklus II lebih besar dibandingkan

Page 68: Arif Saefudin, S.pd

68

dengan skor rata-rata pre-tes siklus II dan skor rata-rata pos-tes siklus I. (Tabel

4.6 dan Lampiran 5).

d. Refleksi

Berdasarkan hasil oservasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap kegiatan

pembelajaran pada suklus II diperoleh hasil sebagai berikut :

Pembelajaran pokok bahasan menganalisis asal usul dan persebaran

manusia di kepilauan Indonesia menggunakan model kooperatif tipe TGT sudah

mampu meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi belajar siswa, tapi

peningkatannya masih relatif kecil (Tabel 4.4. dan Tabel 4.6.). Peningkatan

partisipasi belajar siswa dalam proses pembelajaran mempermudah siswa

memahami materi yang dipelajari, sehingga prestasi belajarnya meningkat.

Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok, permainan, dan

turnamen akademik pada siklus II lebih besar daripada siklus I. Prestasi belajar

siswa mulai ada peningkatan (Tabel 4.6). Skor rata-rata pos-tes yang diperoleh

siswa lebih besar dari skor rata-rata pre-tes dan sudah memenuhi standar

ketuntasan belajar (lebih dari 65). Sebagian siswa masih belum dapat memahami

materi yang sudah dipelajari.

Hasil observasi oleh observer (Peneliti) terhadap aktivitas guru

menunjukan bahwa guru dalam menyampaikan materi sudah lebih komunikatif,

contoh yang diberikan mempermudah siswa memahami materi yang diberikan.

Peneliti sudah mampu mengelola kelas dan mampu memotivasi siswa menjadi

berpartisipasi dalam proses pembelajaran (Lampiran 6b).

Page 69: Arif Saefudin, S.pd

69

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi maka diperlukan langkah-

langkah penyempurnaan untuk melaksanakan siklus III, yang meliputi:

1. guru lebih mengoptimalkan lagi penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT;

2. peneliti menyusun kegiatan permainan yang lebih menarik dan mempermudah

siswa memahami materi;

3. peneliti dan guru mencari alternatif jenis permainan dan media yang relevan

dengan materi agar dapat mengembangkan pengetahuan siswa dan

mengurangi kebosanan dalam belajar di sekolah;

4. guru harus mampu memotivasi siswa siswa agar lebih percaya diri, berani,

mudah bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan memiliki kemauan

untuk lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan, pendapat, dan sanggahan

sehingga mudah dalam mengerjakan soal dan tugas yang diberikan guru.

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus III

Hasil observasi dan evaluasi siklus II dijadikan sebagai acuan untuk

melaksanakan tindakan pada siklus III, agar hasilnya lebih baik dari siklus I dan

siklus II.

Tahapan dalam pelaksanaan siklus III ada 4 (empat) tahap, yaitu:

a. Perencanaan (planning)

Page 70: Arif Saefudin, S.pd

70

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap perencanaan meliputi :

1) peneliti dan guru menentukan dan menetapkan metode dan strategi yang akan

digunakan untuk proses pembelajaran;

2) membuat dan melengkapi alat dan media pembelajaran yang akan digunakan;

3) menyusun RP (Lampiran 3a), Menyusun LKS, instrumen evaluasi dan

lembar observasi (Lampiran 4);

4) mendesain kegiatan permainan dan turnamen yang dapat mempermudah

siswa memahami materi pelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan (acting)

Proses pembelajaran dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah

dibuat. Sebelum pembelajaran dimulai, guru memberikan pre-tes, membagi hasil

pre-tes dan pos-tes siklus II. Guru mengumumkan nama kelompok yang

memperoleh skor tertinggi dan paling bagus dalam bekerjasama.

Langkah-langkah pelaksanaan proses pembelajaran terdiri dari 4 (empat)

tahap yaitu :

1) Presentasi kelas

Guru menyampaikan materi pelajaran secara global menggunakan metode

pembelajaran yang telah direncanakan yaitu ceramah, diskusi, tanyajawab dan

pemberian tugas. Pemberian pokok-pokok materi bertujuan agar siswa lebih

terarah dalam melakukan diskusi kelompok dan mudah bekerjasama dengan

anggota kelompok yang lain.

2) Diskusi kelompok

Page 71: Arif Saefudin, S.pd

71

Setiap kelompok mendiskusikan bahan diskusi yang ada dalam LKS,

sebagai persiapan dalam kegiatan permainan dan turnamen.

3) Permainan dan turnamen akademik

Anggota kelompok yang memperoleh skor tertinggi pada putaran terakhir

turnamen siklus II, menempati meja permainan. Masing-masing meja permainan

dan turnamen ditempati oleh siswa dari kelompok yang berbeda. Pada turnamen

akademik, siswa yang memperoleh skor tertinggi dari masing-masing meja berhak

naik ke meja yang lebih tinggi, kecuali yang ada pada meja 1. Siswa yang

memperoleh skor terendah turun ke meja yang lebih rendah. Siswa yang sudah

turun ke meja yang lebih rendah akan berusaha untuk naik lagi ke meja yang

sebelumnya atau yang lebih tinggi lagi.

4) Pos-tes

Pos-tes dilakukan pada akhir siklus III, untuk mengetahui peningkatan

prestasi belajar yang diperoleh siswa setelah menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT.

c. Observaasi dan evaluasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran.

1) Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok

Hasil observasi tentang aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi

kelompok tertera pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Tabel Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok siklus III.

Page 72: Arif Saefudin, S.pd

72

Aktivitas dan Partisipasi Siswa

Rata-rata Presentase (%) Kategori

B C K

Partisipasi Kontributif

Menyampaikan pertanyaan

Menyaimpaikan pendapat

Menyampaikan sanggahan

43 %

38 %

30 %

32 %

46 %

43 %

24 %

16 %

27 %

Partisipasi Inisiatif

Mengerjakan soal/tugas

76 % 19 % 5 %

Dari data tersebut menunjukan adanya peningkatan pemahaman siswa

yang dilihat dari peningkatan partisipasi dan aktivitas siswa dalam diskusi

kelompok. Meningkatnya pemahaman siswa berdampak pada peningkatan

prestasi belajar. Pada pelaksanaan siklus III, siswa semakin mudah bekerjasama

dengan kelompok masing-masing. Siswa semakin aktif berpartisipasi dalam

diskusi kelompok. Keaktifan dalam diskusi kelompok membantu siswa untuk

memahami materi yang sudah dipelajari dan mempermudah siswa dalam

permainan dan turnamen akademik.

Partisipasi kontributif dan inisiatif siswa semakin meningkat. Pada

pertemuan pertama siswa yang mengejutkan pertanyaan sebesar 43 % (16 siswa)

dan pada pertemuan ke 2 sebesar 51 % (19 siswa). Partisipasi siswa dalam

mengajukan pendapat sebesar 38 % (14 siswa) (pertemuan pertama) dan

pertemuan ke 2 sebesar 49 % (18 siswa). Siswa yang mampu mengerjakan soal

dengan baik pada pertemuan pertama sebesar 76 % (28 siswa) dan pada

pertemuan ke 2 sebesar 78 % (29 siswa). (Tabel 4.7 dan Lampiran 6a).

Page 73: Arif Saefudin, S.pd

73

2) Permainan dan turnamen akademik

Data aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan dan turnamen

akademik tertera dalam Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Tabel aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan dan

turnamen akademik siklus III

Aktivitas dan Partisipasi Siswa

Rata-rata Presentase (%) Kategori

B C K

Partisipasi Kontributif

Menyampaikan pertanyaan

Menyaimpaikan pendapat

Menyampaikan sanggahan

30 %

32 %

24 %

57 %

51 %

57 %

14 %

16 %

19 %

Partisipasi Inisiatif

Mengerjakan soal/tugas 70 % 30 % 0 %

Pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari mempermudah siswa

dalam kegiatan permainan dan turnamen. Partisipasi siswa dalam permainan

akademik mengalami peningkatan. Partisipasi siswa dalam mengajukan

pertanyaan sebesar 30 % (11 siswa) dan partisipasi siswa dalam mengajukan

pendapat sebesar 32 % (12 siswa). Partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan

sebesar 24 % (9 siswa). Siswa yang mengerjakan soal dengan baik sebesar 70 %

(26 siswa). (Tabel 4.8. dan Lampiran 6a).

Pada saat turnamen akademik, partisipasi siswa dalam mengajukan

pertanyaan sebesar 30 % (11 siswa) dan dalam mengajukan pendapat sebesar 32

% (12 siswa). partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 24 % (9

Page 74: Arif Saefudin, S.pd

74

siswa) dan siswa yang mengerjakan soal dengan baik sebesar 70 % (26 siswa).

(Tabel 4.8. dan Lampiran 6a).

3) Pos-tes

Keaktifan dan partisipasi dalam proses pembelajaran menentukan

pemahaman dan prestasi belajar yang diperoleh siswa.

Tabel 4.9. Tabel nilai rata-rata pre-tes dan pos-tes.

Jumlah Siswa

Nilai rata-rata Siklus I Persentase KenaikanPre-tes Pos-tes

37 77,30 81,63 4,33 %

Peningkatan pemahaman siswa berdampak pada peningkatan prestasi

belajar siswa. berdasarkan data dalam Tebel 4.9 dapat dideskripsikan bahwa

prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Rata-rata skor pre-tes sebesar

77,30 dan rata-rata pos-tes yang diperoleh sebesar 81,63. Rata-rata skor pos-tes

siklus III lebih besar dari rata-rata pre-tes siklus II dan pos-tes siklus I (Tabel 4.9

dan Lampiran 5).

Aktifitas guru dalam proses pembelajaran berpengaruh pada peningkatan

partisipassi dan pemahaman siswa. hasil observasi terhadap aktivitas guru pada

proses pembelajaran menunjukan bahwa guru sudah menguasai materi dengan

baik, dan suaranya sudah cukup jelas. Guru mampu memotivasi siswa, sehingga

siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Suasana kelas menjadi

kondusif dan siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Penjelasan yang

Page 75: Arif Saefudin, S.pd

75

diberikan guru mudah dipahami siswa. guru mampu menyampaikan materi

dengan cara yang lebih komunikatif dan mudah dipahami siswa (Lampiran 6b).

Berdasarkan analisis terhadap aktivitas, partisipasi dan hasil prestasi

belajar siswa yang diperoleh dari siklus I, II dan III menunjukan adanya

peningkatan prestasi belajar siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon

Kabupaten Purbalingga pada pokok bahasan menganalisis asal usul dan

persebaran manusia di kepilauan Indonesia dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT.

B. PEMBAHASAN

Pembelajaran sejarah pokok bahasan menganalisis asal usul dan

persebaran manusia di kepilauan Indonesia menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT yang dilakukan pada siswa kelas X C SMA Negeri 1

Kemangkon Kabupaten Purbalingga secara umum dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi dan evaluasi pada setiap

siklusnya. Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok siklus II mengalami

peningkatan baik partisipasi kontributif maupun inisiatif. Terdapat peningkatan

partisipasi dalam mengajukan pertanyaan menjadi 19 %, siswa yang

menyampaikan pendapat menjadi 30 %, partisipasi siswa dalam mengajukan

sanggahan menjadi 22 %, dan siswa yang mampu mengerjakan soal dengan baik

menjadi 54 % (Tabel 4.4). Hal ini terjadi karena pada siklus II siswa mulai

merasa nyaman belajar secara kelompok, kecanggungan siswa dalam belajar

Page 76: Arif Saefudin, S.pd

76

mulai hilang dan siswa semakin sadar bahwa masing-masing siswa memberikan

sumbangan poin untuk memajukan kelompoknya.

Peningkatan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran mempermudah

siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Meningkatnya pemahaman siswa

berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. hal ini ditunjukan dengan

adanya peningkatan skor rata-rata pos-tes yang diperoleh di setiap akhir siklus.

Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus berikutnya.

Perolehan skor rata-rata pre-tes siklus I sebesar 45,41 meningkat pada siklus II

menjadi 61,08 dan siklus III menjadi 77,30. Sedangkan perolehan skor rata-rata

pos-tes pada siklus I sebesar 55,14 meningkat pada siklus II menjadi 68,65 dan

siklus III menjadi 81,62. Data di bawah ini menunjukan peningkatan presatasi

belajar yang diperoleh siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT.

Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukan pada Tebel 4.10 dan

Gambar 4.1.

Tabel 4.10. Tabel presentase kenaikan prestasi belajar siswa

Siklus Pre-tes Pos-tes Persentase kenaikanIIIIII

45,41 61,08 77,30

55,14 68,65 81,82

9,73 %7,57 %4,52 %

Page 77: Arif Saefudin, S.pd

77

Gambar 4.1. Grafik peningkatan prestasi belajar siswa

Data pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.1 menunjukan adanya peningkatan

prestasi belajar sejarah siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon Kabupaten

Purbalingga setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat, siswa semakin

mudah bekerjasama dengan anggota kelompok lain. Keadaan ini membantu siswa

dalam mengembangkan kemampuan kognifif, afektif, dan psikomotorik siswa.

penggunaan model pembelajaramampu memotivasi siswa, agar lebih giat lagi

dalam proses pembelajaran, sehinga siswa mudah memahami dan

mengembangkan materi yang telah dipelajari. Hal ini terbukti dengan

meningkatnya skor rata-rata pre-tes dan pos-tes yang diperoleh dari siklus I

sampai siklus III (Lampiran 5).

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, II dan III menunjukan

adanya peningkatan partisipasi dan prestasi belajar siswa (Lampiran 5 dan 6a).

Page 78: Arif Saefudin, S.pd

78

Hal ini terjadi karena penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

membuat siswa senag dalam belajar, tidak ada rasa takut dan canggung karena

mereka berdiskusi dengan teman sendiri. Siswa diberi tanggungjawab untuk

menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru dengan anggota kelompok

masing-masing. Setiap anggota kelompok berkewajiban untuk memajukan

kelompoknya, sehingga setiap anggota kelompok berusaha untuk berdiskusi

dengan baik dan memahami materi serta permasalahan yang dipelajari.

Siklus III, siswa mulai terbiasa mendapatkan tanggungjawab untuk

bekerjasama menyelesaikan tugas yang diberikan guru, sehingga siswa yang

kurang pandai mudah memahami materi denganarahan dari siswa yang lebih

pandai. Sistem penghargaan kelompok mampu memotivasi siswa agar dapat

bekerjasama lebih baik lagi. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

melatih siswa agar mampu berkompetisi secara sehat.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memfokuskan pada kegiatan

kerja kelompok untuk memahami materi pelajaran dengan menerjakan soal/tugas

yang diberikan guru. Siswa tidah hanya mengerjakan soal/tugas, tapi juga

memahami meteri yang dipelajari. Apabila ada kelompok yang kurang memahami

materi, maka tugas anggota kelompok yang lain harus menjelaskan materi

pelajaran tersebut. Jika ada kelompok yang kesulitan dalam mengerjakan soal-

soal/tugas, maka guru akan membantu dengan melakukan diskusi kelas. Akan

tetapi, berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, model pembelajaran kooperatif

tipe TGT kurang efektif bila diterapkan pada kelas yang besar karena

membutuhkan waktu yang cukup banyak dan pengawaaasan yang cukup dari

Page 79: Arif Saefudin, S.pd

79

guru. Waktu yang dibutuhkan untuk diskusi kelompok banyak dan membutuhkan

waktu untuk mengatur tempat untuk permainan dan turnamen. Kemampuan guru

dalam mengelola kelas sangat dibutuhkan agar tidak terjadi keributan ketika

diskusi kelompok dan perpindahan meja pada kegiatan turnamen akademik.

Rekapitulasi rata-rata skor pengamatan aktivitas guru berdasarkan hasil

observasi oleh peneliti disajikan dalam Tabel 4.11 sebagai berikut :

Tabel 4.11. Rekapitulasi rata-rata skor pengamatan aktivitas guru dalam

melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Observasi guru Siklus I Siklus II Siklus IIIRata-rata skor aktivitas guru

2,5 3,4 3,9

Berdasarkan Tabel 4.11 terlihat bahwa guru mengalami peningkatan

kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT. Kemampuan-kemampuan tersebut adalah menggunakan

ketrampilan membuka pelajaran, menguasai bahan pelajaran, menggunakan

pengelolaan kelas, menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik, suara tidak

monoton, melakukan pemusatan (fokus), interaksi guru dengan siswa, melakukan

selang diam untuk memberikan siswa berfikir, memberikan dorongan untuk siswa

berpartisipasi, menutup pelajaran.

Berdasarkan hasil dari rekapitulasi angket yang dibagikan kepada seluruh

siswa kelas X C, menunjukan bahwa 89,1 % siswa menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai digunakan pada mata pelajaran sejarah.

Dan 94,6 % siswa menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mengajukan

Page 80: Arif Saefudin, S.pd

80

pertanyaan, pendapat dan sanggahan. Sebanyak 78,38 % siswa menyatakan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pada mata pelajaran

sejarah secara keseluruhan dari awal sampai akhir. Sebesar 91,89 % siswa

menyatakan bahwa model pembalajaean kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan

minat atau motivasi dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Siswa yang

menyatakan peningkatan pemahamanya dengan pembelajaran kooperatif tipt TGT

sebesar 81,08 %. Dan 21,6 % siswa menyatakan bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT memberatkan siswa dalam proses

pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa hanya mencatat dan

menghafal materi yang disampaikan guru, tanpa ada partisipasi aktif siswa dalam

proses pembelajaran (Lampiran 3c).

Dilihat dari hasil yang sudah dijelaskan diatas, secara keseluruhan siswa

lebih termotivasi untuk belajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT, meningkatkan partisipasi siswa dalam mengajukan

pertanyaan, pendapat dan sanggahan terhadap siswa yang lain serta terhadap guru.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT melatih siswa agar berani bertanggungjawab

terhadap diri sendiri dan kelompok serta melatih siswa untuk berkompetisi secara

sehat. Penggunaan model kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan menganalisis

asal usul dan persebaran manusia di kepilauan Indonesia mempermudah siswa

memahami dan mengembangkan materi, sehingga prestasi belajar siswa

meningkat.

Page 81: Arif Saefudin, S.pd

81

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

bahwa :

Pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan partisipasi

kontributif siswa. Partisipasi tersebut dalam hal menyampaikan pertanyaan,

menyampaikan pendapat, menyampaikan sanggahan. Unutuk partisipasi inisiatif,

siswa dapat meningkatkan mengerjakan soal/tugas dengan baik.

Prestasi belajar sejarah siswa kelas XC SMA Negeri 1 Kemangkon yang

ditunjukkan oleh hasil pre-tes dari 45,41 % menjadi 77,30 % dan post-tes dari

55,14 % menjadi 81,62 %. Hasil dari setiap siklusnya mengalami peningkatan,

dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi

belajar sejarah. Kualitas pembelajaran sejarah pada pokok bahasan persebaran

manusia di kepulauan Indonesia kelas X C di SMA Negeri 1 Kemangkon

Purbalingga tahun ajaran 2010/2011, dapat ditingkatkan dengan penerapan

metode pembelajaran kooperatif tipe TGT.

81

Page 82: Arif Saefudin, S.pd

82

B. SARAN

1. Pembelajaran kooperatif tipe TGT membutuhkan banyak waktu dan persiapan

yang matang baik berupa RP, media pembelajaran, maupun alat evaluasi. Oleh

karena itu, dalam pelaksanaanya guru harus memperhatikan dan mengatur

waktu yang proposional.

2. Teknik permainan dalam model pembelajaran ini membutuhkan variasi jenis

kelamin, persiapan anak dalam menguasai materi dan pengawasan yang cukup

dari guru agar tidak terjadi kegaduhan yang berlebihan.

Page 83: Arif Saefudin, S.pd

83

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2005. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumu Aksara.

Darseni. 2006. “Kemampuan Pemahaman Matematika pada Pokok Bahasan Statistika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas XI MAN Baturaden”. Skripsi. Purwokerto: UMP.

Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas.2003.Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 disertai penjelasan. Jakarta: Absolut.

Khasanah, Nur. 2006. “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan NHT terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Padamara Purbalingga”. Skripsi. Purwokerto: UMP.

Lie, Anita. 2005. Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Bina Aksara.

Mulyasa, M. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mustopo, Habib.dkk. 2006. Sejarah I SMA Kelas X. Jakarta: Yudistira.

Nasution. 1997. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-prinsip Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kuntowijoyo, 1998. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Benten Budaya.

Seifert, Kelvin. 2008. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD.

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

83

Page 84: Arif Saefudin, S.pd

84

Slavin. R.E. 2010. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, Nana. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Yulianti, Festi Indah. 2006. “Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Antara Siswa yang Diajar dalam Pembelajaran Kooperatif tipe TGT pada pokok Bahasan Peluang Siswa kelas II Semester 2 SMP Negeri 3 Punggelan Banjarnegara”. Skripsi. Purwokerto. UMP.

Yuniati, Sri. 2006. “Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Biologi dengan Pemberian LKS pada siswa Kelas VII C SMP Negeri 7 Purwokerto Semester Genap tahun Ajaran 2005/2006”. Skripsi. Purwokerto. UMP.

Page 85: Arif Saefudin, S.pd

85

Page 86: Arif Saefudin, S.pd

86

LAMPIRAN 1

SURAT IJIN PENELITIAN

Page 87: Arif Saefudin, S.pd

87

86

Page 88: Arif Saefudin, S.pd

88

Page 89: Arif Saefudin, S.pd

89

Page 90: Arif Saefudin, S.pd

90

Page 91: Arif Saefudin, S.pd

91

Page 92: Arif Saefudin, S.pd

92

LAMPIRAN 2

PEMBAGIAN KELOMPOK TGT

Page 93: Arif Saefudin, S.pd

93

DAFTAR KELOMPOK TGT SISWA KELAS X C

SMA NEGERI 1 KEMANGKON

KELOMPOK I

Geologi

1. Teguh Priambodo

2. Marofiatul Nguluwiyah

3. Mutia Darmita

4. Zaka Dwi Pangestu

KELOMPOK III

Paleozoikum

1. Uut Ambaryani

2. Agus Setyaningrum

3. Aji Widadi

4. Linda Wijayanti

KELOMPOK II

Azoikum

1. Devi Tri Arlianti

2. Mei Trinaningtias

3. Siti Nur Ngazizah

4. Annisa Budi Asih

KELOMPOK IV

Mesozoikum

1. Siti Ngaenu Rochmah

2. Sri Novita Astini

3. Syukron Wahyu H

4. Rani Wahyuningsih

KELOMPOK V

Neozoikum

1. Beti Anggraeni

2. Vikta Nuraini A

3. Rasti Eka Anjarwati

4. Nurlela

KELOMPOK VI

Tersier

1. Ratnawati

2. Jaro Pangestu

3. Wing Esti Dewi P

4. Neni Ari Wahyuni

92

Page 94: Arif Saefudin, S.pd

94

KELOMPOK VII

Kuarter

1. Yusuf Insan Robbani

2. Syaeful Fadillah

3. Anjelika Apriani

4. Nadiasita Noor P

KELOMPOK VIII

Pleistosen

1. Yuni Setyaningsih

2. Aprelia Dwi Utami

3. Cesio Vidiar

4. Laela Muj Tahidah

KELOMPOK IX

Holosen

1. Elisa Rosalina

2. Selly Esmaningrum

3. Siti Muftikhatun N

4. Faizal Adi N

5. Caesar Haindrian

Page 95: Arif Saefudin, S.pd

95

LAMPIRAN 3

a. RPP (Rencanan Pelaksanaan

Pembelajaran)

b. LKS (Lembar Kerja Siswa)

c. ANGKET

Page 96: Arif Saefudin, S.pd

96

LAMPIRAN 3a

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Siklus ke 1

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Kemangkon

Kelas/Semester : X/2

Mata Pelajaran : Sejarah Nasional dan Umum

Pertemuan ke : 1-2

Standar Kopetensi : 2.1. Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia

Kopetensi Dasar : 3.3. Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.

Indikator : 1. Menjelaskan Zaman Azoikum

2. Menjelaskan Zaman Paleozoikum

3. Menjelaskan Zaman Mesozoikum

4. Menjelaskan Zaman Neozoikum

Jumlah Pertemuan : 4 X 45 Menit

I. Tujuan Pembelajaran1. Siswa bisa menjelaskan pengertian zaman Azoikum, Paleozoikum,

Mesozoikum dan Neozoikum.2. Siswa mampu menjelaskan keadaan alam dan perkembangan makhluk

hidup pada kehidupan awal dunia.3. Siswa dapat memahami dan mengeri proses kehidupan awal dunia.

II. Materi Pembelajaran

Ringkasan Materi :

95

Page 97: Arif Saefudin, S.pd

97

Dengan bantuan ilmu geologi (ilmu yang mempelajari kulit bumi) perkembangan bumi dari awal terbentuknya sampai dengan sekarang, terbagi menjadi beberapa zaman yaitu :

1. Zaman Azoikum (tidak ada kehidupan)

Zaman ini berlangsung sekitar 2.500 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan. oleh karena itu pada Zaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan.

2. Zaman Paleozoikum (kehidupan tertua)

Zaman ini berlangsung sekitar 340 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih terus berubah. Akan tetapi menjelang akhir dari zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan yaitu dari hewan bersel satu, hewan kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, amfhibi, reptuil dan beberapa jenis tumbuhan ganggang. Karena itulah maka zaman ini dinamakan pula dengan zaman primer (zaman kehidupan pertama).

3. Zaman Mesozoikum (kehidupan pertengahan).

Zaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 140 juta tahun, pada zaman ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat .pohon-pohon besar muncul, amfhibi mengalami perkembangan, bahkan jenis reftil mencapai bentuk yang sangat besar sekali seperti Dinosaurus, Tyrannosaurus, Brontosaurus, Atlantosaurus. Ada pula jenis reptil yang memiliki sayap dan dapat terbang selama berjam-jam, jenis ini dinamakan dengan Pteranodon. Zaman ini dinamakan zaman sekunder (kehidupan ke-2), adapula yang menyebut zaman ini dengan istilah zaman reptil, karena jenis hewan di dominasi oleh reptil, karena jenis hewan didominasi oleh reptil dengan bentuk yang sangat besar. pada akhir zaman ini mulai muncul jenis mamalia.

4. Zaman Neozoikum (kehidupan muda)

Zaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 60 juta tahun, zaman ini terbagi lagi menjadi zaman tersier (kehidupan ke-3) dan kuarter (kehidupan ke-4). pada zaman ini keadaan bumi telah

Page 98: Arif Saefudin, S.pd

98

membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar dan kehidupan berkembang dengan pesat.

a. Zaman Tersier (Zaman Ketiga)

Pada zaman tersier, reptil raksasa mulai lenyap, mamalia berkembang pesat, mahluk primate sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan sekitar 10 juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primate yang lebih besar dari pada golira sehingga disebut giganthropus (kera manusia raksasa). hewan ini menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Asia Tenggara, tetapi kemudian punah. pada masa itu pulau Kalimantan masih bersatu dengan benua asia, sebagai buktinya jenis babi purba (choeromous) dari zaman ini ditemukan pula di asia daratan.

b. Zaman Kuarter (Zaman Keempat)

Berlangsung sekitar 600 ribu tahun lalu, di tandai dengan adanya tanda-tanda kehidupan manusia. zaman ini terbagi atas zaman diluvium (pleistosen) dan zaman Alluvium (holosen).

1). Zaman Pleistosen (diluvium)

Berlangsung sekitar 600 ribu tahun yang lalu, mulai muncul kehidupan manusia purba. Zaman ini dinamakan pula Zaman glacial (jaman es) karena es di kutub utara mencair sehingga menutupi sebagian wilayah eropa utara asia utara dan amerika utara .

Pada masa ini Sumatera, Jawa, Kalimantan masih menyatu dengan daratan Asia, sedangkan Indonesia timur dengan Australia. mencairnya es dikutub telah mengakibatkan pulau-pulau di Indonesia di pisahkan oleh lautan baik denga Asia maupun Australia. Bekas daratan Asia yang sekarang menjadi dasar laut di sebut paparan sunda, sedangkan bekas daratan Australia yang terendam air laut di sebut paparan sahul, kedua paparan tersebut di pisahkan oleh zone Wallace. Pada masa ini hewan-hewan yang berbulu tebal seperti mamouth (gajah besar berbulu tebal ) mampu bertahan hidup. Sedangkan yang berbulu tipis migrasi ke wilayah tropis. perpindahan hewan dari daratan asia ke Indonesia terbagi atas dua jalur. pertama melalui Malaysia ke Sumatra dan Jawa, kedua melalui Taiwan, Philipina ke Kalimantan dan Jawa.

Page 99: Arif Saefudin, S.pd

99

Pada zaman ini terjadi pula perpindahan manusia dari daratan Asia ke Indonesia, yaitu Pitechanthropus Erectus (ditemukan di trinil) yang sama dengan Sinanthropus Pekinensis. Demikian juga dengan hasil kebudayaan pacitan yang banyak di temukan di Cina, Malaysia, Birma. Homo Wajakensis yang menjadi nenek moyang bangsa Austroloid ikut pula menyebar dari Asia ke selatan sampai ke Australia dan menurunkan penduduk asli Australia yaitu bangsa Aborigin

2). Zaman Holosen (Alluvium)

Pada masa ini kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi menyatu dengan Asia maupun Australia. jenis manusia pertama yang migrasi dari asia ke Indonesia telah tidak ada dan digantikan oleh jenis manusia cerdas (homo sapiens).

III. Model/pendekatan/model Pembelajaran1. Model pembelaaran : Pembelajaran kooperatif tipe TGT2. Metode pembelajaran : Ceramah, diskusi, Tanya jawab dan

penugasan3. Pendekatan pembelajaran : Pemahaman konsep dan kuis materi

IV. Kegiatan inti pembelajaran

No. Kegiatan Pembelajaran Waktu

1. Tatap MukaKegiatan awal (pendahuluan)

1. Pembukaaan salam dan perkenalan2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan

memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan ringan tentang materi yang akan disampaikan

3. Mengarahkan siswa untuk flashback tentang keadaan alam dan perkembangan makhluk hidup.

10 Menit

2. Kegiatan intia. Eksplorasi Siswa memperhatikan penjelasan tentang

zaman Neozoikum, Mesozoikum, Azoikum, Paleozoikum

70 menit

Page 100: Arif Saefudin, S.pd

100

Menggunakan teknik pembelajaran kooperatif tipe TGT.

b. Elaborasi Siswa mengkaji tentang perkembangan awal

alam dan makhluk hidup Membagi siswa dalam beberapa kelompok

kecil Siswa berdiskusi dalam kelompok dan

membantu jika mengalami kesulitan Menempatkan pada turnamen dan memberi

soal bernomer. Menyampaikan hasil dan pemberian post test

c. Konfirmasi Refleksi dilakukan dengan menjelaskan

keadaan alam dan perkembangan makhluk hidup

Memberikan konfirmasi terhadap jalanya turnament

Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang berpartisipasi

3. Kegiatan penutup1. Evaluasi2. Penenangan atau pendinginan

- Penugasan terstruktur

10 menit

V. Penilaian Hasil BelajarA. Kognitif1. Jelaskan keadaan alam pada masa zaman azoikum?2. Jelaskan dan sebutkan makhluk hidup yang hidup dan berkembang pada

zaman paleozoikum?3. Sebutkan ciri-ciri kehidupan pada zaman mesozoikum?4. Jelaskan Kehidupan yang berkembang pada masa zaman tersier?5. Jelaskan keadaan alam pada kala holosen?

VI. Kunci jawaban1. Zaman ini berlangsung sekitar 2.500 juta tahun, keadaan bumi masih

belum stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan. oleh karena itu pada Zaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Page 101: Arif Saefudin, S.pd

101

2. Hewan bersel satu, hewan kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, amfhibi, reptuil dan beberapa jenis tumbuhan ganggang.

3. Pada zaman ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat .pohon-pohon besar muncul, amfhibi mengalami perkembangan, bahkan jenis reftil mencapai bentuk yang sangat besar sekali seperti Dinosaurus, Tyrannosaurus, Brontosaurus, Atlantosaurus. Ada pula jenis reptil yang memiliki sayap dan dapat terbang selama berjam-jam, jenis ini dinamakan dengan Pteranodon.

4. Ada zaman tersier, reptil raksasa mulai lenyap, mamalia berkembang pesat, mahluk primate sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan sekitar 10 juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primate yang lebih besar dari pada golira sehingga disebut giganthropus (kera manusia raksasa).

5. Pada masa ini kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi menyatu dengan Asia maupun Australia. jenis manusia pertama yang migrasi dari asia ke Indonesia telah tidak ada dan digantikan oleh jenis manusia cerdas (homo sapiens).

B. Afektif

Aktifitas dan Partisipasi Siswa

NoNN.

Nama siswa

Aktifitas

Partisipasi KontributifPartisipasi Inisiatif

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C B B C

Teknik penskoranMasing-masing skor mendapat nilai 20. Jadi betul dikalikan 100.

Page 102: Arif Saefudin, S.pd

102

VII. Sumber Belajar1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan

Pariwisata.2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira.3. Internet

Kemangkon, Februari 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Page 103: Arif Saefudin, S.pd

103

Siklus ke 2

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 kemangkon

Kelas/Semester : X/2

Mata Pelajaran : Sejarah Nasional dan Umum

Pertemuan ke : 3-4

Standar Kopetensi : 2.1. Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia

Kopetensi Dasar : 3.3. Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.

Indikator : 1. Menjelaskan asal usul manusia

2. Menjelaskan perkembangan biologis manusia Indonesia

3. Menjelaskan nenek moyang bangsa Indonesia

Jumlah Pertemuan : 4 X 45 Menit

I. Tujuan Pembelajaran1. Siswa bisa menjelaskan asal usul manusia.2. Siswa mampu menjelaskan perkembangan manusia Indonesia.3. Siswa dapat menjelaskan nenek moyang bangsa Indonesia.

II. Materi Pembelajaran

Ringkasan Materi :

Bangsa yang berimigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia tepatnya Yunan Utara bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam)/Indochina dan terus ke Kepulauan Indonesia, dan bangsa tersebut adalah:

1. Bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoide yang merupakan rumpun bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini merupakan gelombang pertama yang berimigrasi ke Indonesia.

2. Bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa Austronesia yang termasuk golongan Ras Malayan Mongoloid. Bangsa ini melakukan perpindahan ke Indonesia melalui dua gelombang yaitu:

Page 104: Arif Saefudin, S.pd

104

a. Gelombang pertama tahun 2000 SM, menyebar dari daratan Asia ke Semenanjung Melayu, Indonesia, Philipina dan Formosa serta Kepulauan Pasifik sampai Madagaskar yang disebut dengan Proto Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu Barat dan Timur, dan membawa kebudayaan Neolithikum (Batu Muda) seperti pada gambar 13.b. Gelombang kedua tahun 500 SM, disebut dengan bangsa Deutro Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam (perunggu).

Dengan adanya migrasi/perpindahan bangsa dari daratan Asia ke Indonesia, maka pada zaman prasejarah Kepulauan Indonesia sudah dihuni oleh berbagai bangsa yang terdiri dari:a. Bangsa Melanisia/Papua Melanosoide yang merupakan Ras Negroid

memiliki ciriciriantara lain: kulit kehitam-hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar dan hidung mancung. Bangsa ini sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa keturunannya seperti Suku Sakai/Siak di Riau, dan suku-suku bangsa Papua Melanosoide yang mendiami Pulau Irian dan pulau-pulau Melanesia.

b. Bangsa Melayu Tua/Proto Melayu yang merupakan ras Malayan Mongoloid memilikiciri-ciri antara lain: Kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk mulut dan hidung sedang. Yang termasuk keturunan bangsa ini adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai Barat Sumatera) dan Suku Batak (Sumatera Utara) serta Suku Kubu (Sumatera Selatan).

c. Bangsa Melayu Muda/Deutro Melayu yang merupakan rasa Malayan Mongoloid sama dengan bangsa Melayu Tua, sehingga memiliki ciri-ciri yang sama. Bangsa ini berkembang menjadi Suku Aceh, Minangkabau (Sumatera Barat), Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis dan Makasar di Sulawesi dan sebagainya.

III. Model/pendekatan/model Pembelajaran1. Model pembelaaran : Pembelajaran kooperatif tipe TGT2. Metode pembelajaran : Ceramah, diskusi, Tanya jawab dan

penugasan3. Pendekatan pembelajaran : Pemahaman konsep dan turnamen

akademik

IV. Kegiatan inti pembelajaran

Page 105: Arif Saefudin, S.pd

105

No. Kegiatan Pembelajaran Waktu

1. Tatap MukaKegiatan awal (pendahuluan)

1. Pembukaan salam2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan

memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan ringan tentang materi yang akan disampaikan

3. Mengarahkan siswa untuk flashback tentang kronologis perkembangan biologis manusia

4. Mengaitkan hasil brainstorming dengan materi yang akan disampaikan

10 Menit

2. Kegiatan intia. Eksplorasi Siswa memperhatikan penjelasan tentang asal

usul manusia Menggunakan teknik pembelajaran kooperatif

tipe TGT. Memberikan kuis pre-tes

b. Elaborasi Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang

asal usul manusia Membagi siswa dalam beberapa kelompok

kecil Siswa berdiskusi dalam kelompok dan

membantu jika mengalami kesulitan Menempatkan pada turnamen dan memberi

soal bernomer Menyampaikan hasil dan pemberian post testc. Konfirmasi Refleksi dilakukan dengan menjelaskan

kronologis perkembangan biologis manusia Memberikan konfirmasi terhadap jalanya

turnament Memberikan motivasi kepada siswa yang

70 menit

Page 106: Arif Saefudin, S.pd

106

kurang berpartisipasi

3. Kegiatan penutup1. Evaluasi2. Penenangan atau pendinginan

- Penugasan terstruktur

10 menit

V. Penilaian Hasil BelajarA. Kognitif

1. Jelaskan teori evolusi menurut Charles Darwin?2. Jelaskan perkembangan kronologis biologis manusia Indonesia?3. Jelaskan asal usul nenek moyang manusia?

VI. Kunci jawaban1. Teori evolusi menurut Darwin adalah manusia dan kera adalah satu

keturunan.2. Perkembangan manusia Indonesia adalah :

a. Holosin : Homo Sapienb. Plestosin atas : Homo Soloensis dan Homo Wajakensisc. Plestosin tengah : Picthecantropus Erectusd. Plestosen bawah : Pichtecantropus Robustus, Meganthropus

3. Menurut pendapat kern dan Hein Geldern bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia yang semula berdiam di Yunan (Cina Selatan) bergerak dari arah selatan sampai ke Indonesia.

B. AfektifLembar pengamatan sikapMata pelajaran : SejarahKelas : X C

Aktifitas dan Partisipasi Siswa

Nonnn.

Nama siswa Aktifitas

Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif

Page 107: Arif Saefudin, S.pd

107

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C B B C

Tekhnik penskoranMasing-masing skor mendapat nilai 20. Jadi betul dikalikan 100.

VII. Sumber Belajar1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan

Pariwisata.2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira.3. Internet

Kemangkon, Maret 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Siklus ke 3

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 kemangkon

Kelas/Semester : X/2

Page 108: Arif Saefudin, S.pd

108

Mata Pelajaran : Sejarah Nasional dan Umum

Pertemuan ke : 5-6

Standar Kopetensi : 2.1. Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia

Kopetensi Dasar : 3.3. Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.

Indikator : 1. Menjelaskan jenis-jenis manusia purba di Indonesia

2. Menjelaskan peta penemuan manusia purba

3. Menjelaskan nama-nama penemu manusia purba

Jumlah Pertemuan : 4 X 45 Menit

I. Tujuan Pembelajaran1. Siswa bisa menjelaskan pengertian jenis-jenis manusia purba di Indonesia2. Siswa mampu menjeleskan peta penemuan manusia purba di Indonesia3. Siswa dapat menjelakan nama-nama penemu manusia purba di Indonesia

II. Materi Pembelajaran

Jenis-jenis Manusia purba di Indonesia

Manusia yang hidup pada zaman prasejarah sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, di mana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia.

Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.

Atas temuan fosil tersebut, Von Koenigswald membagi zaman Dilluvium/Pleistocen di Indonesia menjadi 3 lapisan yaitu Pleistocen bawah/lapisan Jetis, Pleistocen tengah/lapisan Trinil dan Pleistocen atas/lapisan Ngandong.

Page 109: Arif Saefudin, S.pd

109

Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang eropa, juga dilakukan oleh para ahli dari Indonesia, yaitu seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. teuku Jacob, Dr. Otto Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono. Lokasi penyelidikan adalah Sangiran dan lembah Sungai Bengawan Solo. Dari hasil penyelidikan tersebut dapat diketahui jenis manusia purba yang hidup di Indonesia. Untuk itu silahkan Anda pelajari uraian berikut ini.

a. MeganthropusSeperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald

menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian materi berikut ini.

b. Pithecanthropus/Homo ErectusDengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil,

Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta - 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus Plaeojavanicus.

Para ilmuwan awalnya menganggap hasil temuan E. Dubouis (Homo Erectus) bukan termasuk garis keturunan manusia, tetapi setelah adanya temuan fosil oleh Von Koenigswald dari lapisan jetis/pleistocen bawah, maka seluruh ilmuwan mengakui bahwa fosil-fosil yang ditemukan Von Koenigswald lebih tua umurnya jika dibandingkan dengan Homo Erectus yang ditemukan oleh E. Dubouis. Fosil manusia yang ditemukan Von Koenigswald di lapisan jetis adalah:1. Fosil manusia yang ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 - 1941, diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis yang artinya manusia kera dari Mojokerto, dan sekarang disebut dengan Homo Mojokertensis.

Page 110: Arif Saefudin, S.pd

110

2. Fosil manusia yang ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan Solo, diberi nama Pithecanthropus Robustus yang artinya manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya atau disebut dengan Homo Robustus.

c. Homo SapiensHomo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh

yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.

Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931 - 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo Soloensis).2. Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis.Tempat penemuan kedua fosil manusia di atas adalah lapisan Ngandong atau Pleistocen Atas dan hidupnya diperkirakan 100.000 - 50.000 tahun yang lalu

III. Model/pendekatan/model Pembelajaran1. Model pembelaaran : Pembelajaran kooperatif tipe TGT2. Metode pembelajaran : Ceramah, diskusi, Tanya jawab dan

penugasan3. Pendekatan pembelajaran : Pemahaman konsep dan kuis materi

IV. Kegiatan inti pembelajaran

No. Kegiatan Pembelajaran Waktu

1. Tatap MukaKegiatan awal (pendahuluan)

1. Pembukaaan salam dan perkenalan2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan

memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan ringan tentang materi yang akan disampaikan

3. Mengarahkan siswa untuk flashback tentang keadaan alam dan perkembangan makhluk hidup.

10 Menit

Page 111: Arif Saefudin, S.pd

111

2. Kegiatan intia. Eksplorasi Siswa memperhatikan penjelasan tentang

zaman Neozoikum, Mesozoikum, Azoikum, Paleozoikum

Menggunakan teknik pembelajaran kooperatif tipe TGT.

b. Elaborasi Siswa mengkaji tentang perkembangan awal

alam dan makhluk hidup Membagi siswa dalam beberapa kelompok

kecil Siswa berdiskusi dalam kelompok dan

membantu jika mengalami kesulitan Menempatkan pada turnamen dan memberi

soal bernomer. Menyampaikan hasil dan pemberian post test

c. Konfirmasi Refleksi dilakukan dengan menjelaskan

keadaan alam dan perkembangan makhluk hidup

Memberikan konfirmasi terhadap jalanya turnament

Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang berpartisipasi

70 menit

3. Kegiatan penutup1. Evaluasi2. Penenangan atau pendinginan

- Penugasan terstruktur

10 menit

V. Penilaian Hasil BelajarA. Kognitif1. Sebutkan jenis manusia purba yang di temukan di Indonesia?2. Jelaskan apa arti dari Megantropus?3. Siapa penemu dan dimanakah Pithecantropus di temukan?4. Jelaskan arti dari Homo Sapiens?5. Jelaskan daerah penemuan fosil manusia purba di Indonesia?

Page 112: Arif Saefudin, S.pd

112

VI. Kunci jawaban1. Meganthropus, Pithecanthropus/Homo Erectus, dan Homo Sapiens.2. Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald

menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian materi berikut ini.

3. Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta - 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus Plaeojavanicus.

4. Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.

5. Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.

B. Afektif

Aktifitas dan Partisipasi Siswa

NoNama siswa Aktifitas

Page 113: Arif Saefudin, S.pd

113

Partisipasi KontributifPartisipasi Inisiatif

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C B B C

Tekhnik penskoranMasing-masing skor mendapat nilai 20. Jadi betul dikalikan 100.

VII. Sumber Belajar1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan

Pariwisata.2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira.3. Internet

Kemangkon, April 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

LAMPIRAN 3b

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

PEMBABAKAN ZAMAN PRASEJARAH BERDASARKAN GEOLOGI

A. STANDAR KOMPETENSI

Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia.

Page 114: Arif Saefudin, S.pd

114

B. KOMPETENSI DASAR

Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.

C. DASAR TEORI

Dengan bantuan ilmu geologi (ilmu yang mempelajari kulit bumi) perkembangan bumi dari awal terbentuknya sampai dengan sekarang, terbagi menjadi beberapa zaman yaitu :

1. Zaman Azoikum (tidak ada kehidupan)

Zaman ini berlangsung sekitar 2.500 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan. oleh karena itu pada Zaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan.

2. Zaman Paleozoikum (kehidupan tertua)

Zaman ini berlangsung sekitar 340 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih terus berubah. Akan tetapi menjelang akhir dari zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan yaitu dari hewan bersel satu, hewan kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, amfhibi, reptuil dan beberapa jenis tumbuhan ganggang. Karena itulah maka zaman ini dinamakan pula dengan zaman primer (zaman kehidupan pertama).

3. Zaman Mesozoikum (kehidupan pertengahan).

Zaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 140 juta tahun, pada zaman ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat .pohon-pohon besar muncul, amfhibi mengalami perkembangan, bahkan jenis reftil mencapai bentuk yang sangat besar sekali seperti Dinosaurus, Tyrannosaurus, Brontosaurus, Atlantosaurus. Ada pula jenis reptil yang memiliki sayap dan dapat terbang selama berjam-jam, jenis ini dinamakan dengan Pteranodon. Zaman ini dinamakan zaman sekunder (kehidupan ke-2), adapula yang menyebut zaman ini dengan istilah zaman reptil, karena jenis hewan di dominasi oleh reptil, karena jenis hewan didominasi oleh reptil dengan bentuk yang sangat besar. pada akhir zaman ini mulai muncul jenis mamalia.

4. Zaman Neozoikum (kehidupan muda)

Zaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 60 juta tahun, zaman ini terbagi lagi menjadi zaman tersier (kehidupan ke-3) dan kuarter (kehidupan ke-4). pada zaman ini keadaan bumi telah membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar dan kehidupan berkembang dengan pesat.

Page 115: Arif Saefudin, S.pd

115

c. Zaman Tersier (Zaman Ketiga)

Pada zaman tersier, reptil raksasa mulai lenyap, mamalia berkembang pesat, mahluk primate sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan sekitar 10 juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primate yang lebih besar dari pada golira sehingga disebut giganthropus (kera manusia raksasa). hewan ini menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Asia Tenggara, tetapi kemudian punah. pada masa itu pulau Kalimantan masih bersatu dengan benua asia, sebagai buktinya jenis babi purba (choeromous) dari zaman ini ditemukan pula di asia daratan.

d. Zaman Kuarter (Zaman Keempat)

Berlangsung sekitar 600 ribu tahun lalu, di tandai dengan adanya tanda-tanda kehidupan manusia. zaman ini terbagi atas zaman diluvium (pleistosen) dan zaman Alluvium (holosen).

1). Zaman Pleistosen (diluvium)

Berlangsung sekitar 600 ribu tahun yang lalu, mulai muncul kehidupan manusia purba. Zaman ini dinamakan pula Zaman glacial (jaman es) karena es di kutub utara mencair sehingga menutupi sebagian wilayah eropa utara asia utara dan amerika utara .

Pada masa ini Sumatera, Jawa, Kalimantan masih menyatu dengan daratan Asia, sedangkan Indonesia timur dengan Australia. mencairnya es dikutub telah mengakibatkan pulau-pulau di Indonesia di pisahkan oleh lautan baik denga Asia maupun Australia. Bekas daratan Asia yang sekarang menjadi dasar laut di sebut paparan sunda, sedangkan bekas daratan Australia yang terendam air laut di sebut paparan sahul, kedua paparan tersebut di pisahkan oleh zone Wallace. Pada masa ini hewan-hewan yang berbulu tebal seperti mamouth (gajah besar berbulu tebal ) mampu bertahan hidup. Sedangkan yang berbulu tipis migrasi ke wilayah tropis. perpindahan hewan dari daratan asia ke Indonesia terbagi atas dua jalur. pertama melalui Malaysia ke Sumatra dan Jawa, kedua melalui Taiwan, Philipina ke Kalimantan dan Jawa.

Pada zaman ini terjadi pula perpindahan manusia dari daratan Asia ke Indonesia, yaitu Pitechanthropus Erectus (ditemukan di trinil) yang sama dengan Sinanthropus Pekinensis. Demikian juga dengan hasil kebudayaan pacitan yang banyak di temukan di Cina, Malaysia, Birma. Homo Wajakensis yang menjadi nenek moyang bangsa Austroloid ikut pula menyebar dari Asia ke selatan sampai ke Australia dan menurunkan penduduk asli Australia yaitu bangsa Aborigin

Page 116: Arif Saefudin, S.pd

116

2). Zaman Holosen (Alluvium)

Pada masa ini kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi menyatu dengan Asia maupun Australia. jenis manusia pertama yang migrasi dari asia ke Indonesia telah tidak ada dan digantikan oleh jenis manusia cerdas (homo sapiens).

D. ALAT DAN BAHAN

Keras, alat tulis

E. CARA KERJA

Selanjutnya untuk Anda adalah melengkapi tabel 2 pembabakan zaman prasejarah berikut ini.

No. ZAMANKURUN

WAKTUCIRI-CIRI KEHIDUPAN

1. AZOIKUM

1………….………………………..

2.PALAEOZOIKUM

2………….……………………….

MESOZOIKUM 3………… ……………………….

Page 117: Arif Saefudin, S.pd

117

3.

4.

N

E

O

Z

O

I

K

U

M

TERSIER

4………….………………………..

KUARTER

PLEISTOSEN5………….

……………………….

HOLOSEN

6………….

…………………………

NAMA KELOMPOK :

NAMA ANGGOTA : 1.

2.

3.

4.

F. SUMBER BACAAN

1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan Pariwisata.

2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira.3. Internet

Page 118: Arif Saefudin, S.pd

118

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

MENJELASKAN NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA

A. STANDAR KOMPETENSI

Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia.

B. KOMPETENSI DASAR

Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.

C. DASAR TEORI

Page 119: Arif Saefudin, S.pd

119

Bangsa yang berimigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia tepatnya Yunan Utara bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam)/Indochina dan terus ke Kepulauan Indonesia, dan bangsa tersebut adalah:1. Bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoide yang

merupakan rumpun bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini merupakan gelombang pertama yang berimigrasi ke Indonesia.

2. Bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa Austronesia yang termasuk golongan Ras Malayan Mongoloid. Bangsa ini melakukan perpindahan ke Indonesia melalui dua gelombang yaitu:a. Gelombang pertama tahun 2000 SM, menyebar dari daratan Asia ke Semenanjung Melayu, Indonesia, Philipina dan Formosa serta Kepulauan Pasifik sampai Madagaskar yang disebut dengan Proto Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu Barat dan Timur, dan membawa kebudayaan Neolithikum (Batu Muda) seperti pada gambar 13.b. Gelombang kedua tahun 500 SM, disebut dengan bangsa Deutro Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam (perunggu).

Dengan adanya migrasi/perpindahan bangsa dari daratan Asia ke Indonesia, maka pada zaman prasejarah Kepulauan Indonesia sudah dihuni oleh berbagai bangsa yang terdiri dari:

a. Bangsa Melanisia/Papua Melanosoide yang merupakan Ras Negroid memiliki ciriciriantara lain: kulit kehitam-hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar dan hidung mancung. Bangsa ini sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa keturunannya seperti Suku Sakai/Siak di Riau, dan suku-suku bangsa Papua Melanosoide yang mendiami Pulau Irian dan pulau-pulau Melanesia.

b. Bangsa Melayu Tua/Proto Melayu yang merupakan ras Malayan Mongoloid memilikiciri-ciri antara lain: Kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk mulut dan hidung sedang. Yang termasuk keturunan bangsa ini adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai Barat Sumatera) dan Suku Batak (Sumatera Utara) serta Suku Kubu (Sumatera Selatan).

c. Bangsa Melayu Muda/Deutro Melayu yang merupakan rasa Malayan Mongoloid sama dengan bangsa Melayu Tua, sehingga memiliki ciri-ciri yang sama. Bangsa ini berkembang menjadi Suku Aceh, Minangkabau

Page 120: Arif Saefudin, S.pd

120

(Sumatera Barat), Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis dan Makasar di Sulawesi dan sebagainya.

D. CARA KERJA

Demikianlah uraian materi migrasi bangsa-bangsa ke Indonesia, maka untuk meningkatkan pemahaman Anda, lengkapilah tabel 4 berikut ini.

Gelombang

MigrasiJenis Bangsa Rumpun Bangsa Jenis Ras

1. Papua Melanosoid

1………………. 2………………..

2. 3………………. Austronesia 4………………..

3. 5……………….. Austronesia Mongoloid

NAMA KELOMPOK :

NAMA ANGGOTA : 1. 3.

2. 4.

E. SUMBER BACAAN

1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan Pariwisata.

2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira.3. Internet

Page 121: Arif Saefudin, S.pd

121

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

JENIS-JENIS MANUSIA PURBA DI INDONESIA

A. STANDAR KOMPETENSI

Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia.

B. KOMPETENSI DASAR

Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.

C. DASAR TEORI

Page 122: Arif Saefudin, S.pd

122

Jenis-jenis Manusia purba di Indonesia

Manusia yang hidup pada zaman prasejarah sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, di mana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia.

Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.

Atas temuan fosil tersebut, Von Koenigswald membagi zaman Dilluvium/Pleistocen di Indonesia menjadi 3 lapisan yaitu Pleistocen bawah/lapisan Jetis, Pleistocen tengah/lapisan Trinil dan Pleistocen atas/lapisan Ngandong.

Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang eropa, juga dilakukan oleh para ahli dari Indonesia, yaitu seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. teuku Jacob, Dr. Otto Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono. Lokasi penyelidikan adalah Sangiran dan lembah Sungai Bengawan Solo. Dari hasil penyelidikan tersebut dapat diketahui jenis manusia purba yang hidup di Indonesia. Untuk itu silahkan Anda pelajari uraian berikut ini.

a. MeganthropusSeperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald

menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian materi berikut ini.

b. Pithecanthropus/Homo Erectus

Page 123: Arif Saefudin, S.pd

123

Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta - 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus Plaeojavanicus.

Para ilmuwan awalnya menganggap hasil temuan E. Dubouis (Homo Erectus) bukan termasuk garis keturunan manusia, tetapi setelah adanya temuan fosil oleh Von Koenigswald dari lapisan jetis/pleistocen bawah, maka seluruh ilmuwan mengakui bahwa fosil-fosil yang ditemukan Von Koenigswald lebih tua umurnya jika dibandingkan dengan Homo Erectus yang ditemukan oleh E. Dubouis. Fosil manusia yang ditemukan Von Koenigswald di lapisan jetis adalah:1. Fosil manusia yang ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 - 1941, diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis yang artinya manusia kera dari Mojokerto, dan sekarang disebut dengan Homo Mojokertensis.2. Fosil manusia yang ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan Solo, diberi nama Pithecanthropus Robustus yang artinya manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya atau disebut dengan Homo Robustus.

c. Homo SapiensHomo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh

yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931 - 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo Soloensis).2. Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis.Tempat penemuan kedua fosil manusia di atas adalah lapisan Ngandong atau Pleistocen Atas dan hidupnya diperkirakan 100.000 - 50.000 tahun yang lalu

D. CARA KERJA

Page 124: Arif Saefudin, S.pd

124

Setelah Anda mengamati gambar peta lokasi penemuan fosil manusia purba, selanjutnya Anda dapat melengkapi tabel berikut ini.

Lapisan Pleistocen

Jenis Fosil Penemu Lokasi

Penemuan

Tahun

Atas/Ngandong

Tengah/Trinil

1…………… 2…………….. 3…………… 4……………..

5…………… 6……………. 7…………… 8……………..

9…………… 10………….. Trinil(Ngawi) 12…………….

Bawah/JetisHomo

Robustus

14…………. 15………….. 16……………

17………….. Von Koenigswald

19…………… 20……………

21………….. 22…………… 23…………..1947

NAMA KELOMPOK :

NAMA ANGGOTA : 1.

2.

3.

4.

F. SUMBER BACAAN

Page 125: Arif Saefudin, S.pd

125

1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan Pariwisata.

2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira.3. Internet

LAMPIRAN 3c

KISI-KISI ANGKET

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

No. Indikator No. soal

1. Manfaat 5, 7, 8

2. Suasana belajar 1, 4, 6

3. Penggunaan 2, 3

Page 126: Arif Saefudin, S.pd

126

Angket pembelajaran kooperatif tipe TGT

Petunjuk pengisian :

Berilah tanda centang (√) pada kolom jawaban yang menurut pendapat saudara paling benar.

No. Pertanyaan Ya (%) Tidak (%)1. Menurut kamu, apakah pembelajaran

kooperatif tipe TGT sesuai digunakan pada mata pelajaran sejarah?Jika ya, berikan alasannya:

Jika tidak, berikan alasannya :

2. Menurut kamu, apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pada mata pelajaran sejarah secara

Page 127: Arif Saefudin, S.pd

127

keseluruhan dari awal sampai akhir?Jika ya, berikan alasannya:

Jika tidak, berikan alasannya :

3. Apakah selama mengikuti pembelajaran sejarah dengan metode kooperatif tipe TGT kamu merasa nyaman?Jika ya, berikan alasannya:

Jika tidak, berikan alasannya :

4. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahamanmu dalam mengikuti pembelajaran sejarah?Jika ya, berikan alasannya:

Jika tidak, berikan alasannya :

5. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran sejarah memberatkan beban belajarmu?Jika ya, berikan alasannya:

Jika tidak, berikan alasannya :

6. Apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan minat atau motivasi dalam mengikuti

Page 128: Arif Saefudin, S.pd

128

pembelajaran sejarah?Jika ya, berikan alasannya:

Jika tidak, berikan alasannya :

7. Apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran sejarah dapat memotivasi untuk mengungkapkan pendapat, pertanyaan, usul, atau sanggahan?Jika ya, berikan alasannya:

Jika tidak, berikan alasannya :

= ISILAH SESUAI HATI NURANI=

REKAPITULASI ANGKET

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

No. Pertanyaan Ya (%) Tidak (%)

1. Menurut kamu, apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai digunakan pada mata pelajaran sejarah?

89,1

(33 anak)

10,8

(4 anak)

2. Menurut kamu, apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pada mata pelajaran sejarah secara keseluruhan dari awal sampai akhir?

78,38

(29 anak)

21,6

(8 anak)

3. Apakah selama mengikuti pembelajaran sejarah dengan metode kooperatif tipe TGT kamu

94,6 5,4

Page 129: Arif Saefudin, S.pd

129

merasa nyaman? (35 anak) (2 anak)

4. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahamanmu dalam mengikuti pembelajaran sejarah?

81,08

(30 anak)

27,02

(10 anak)

5. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran sejarah memberatkan beban belajarmu?

78,38

(29 anak)

21,6

(8 anak)

6. Apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan minat atau motivasi dalam mengikuti pembelajaran sejarah?

91,89

(34 anak)

8,1

(3 anak)

7. Apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran sejarah dapat memotivasi untuk mengungkapkan pendapat, pertanyaan, usul, atau sanggahan?

94,6

(35 anak)

5,4

(2 anak)

Page 130: Arif Saefudin, S.pd

130

Page 131: Arif Saefudin, S.pd

131

LAMPIRAN 4

A. SOAL POS-TES

B. KUNCI JAWABAN

LAMPIRAN 4a

SOAL POS-TES SIKLUS I

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1. Perkembangan bumi dapat diketahui melalui penelitian ...

a. Geologi d. Geomorfologib. Geografi e. Pedologic. Oceanografi

2. Ciri dari zaman Arkaekum adalah ...

131

Page 132: Arif Saefudin, S.pd

132

a. Munculnya tanda-tanda kehidupan d. Munculnya kehidupan manusiab. Belum ada tanda-tanda kehidupan e. Proses awal terbentuknya bumic. Munculnya binatang-binatang besar

3. Zaman Palaeozoikum disebut juga dengan zaman ...

a. Tertier d. Quartierb. Sekunder e. Dilluviumc. Primer

4. Munculnya binatang-binatang besar terjadi pada zaman ...

a. Arkaekum d. Kainozoikumb. Palaeozoikum e. Neozoikumc. Mesozoikum

5. Berdasarkan tarikh bumi,tanda-tanda kehidupan manusia terjadi pada zaman ..

a. Arkaekum d. Neozoikum tersierb. Palaeozoikum e. Neozoikum quartierc. Mesozoikum

6. Perbedaan pembabakan zaman prasejarah berdasarkan Arkeologi dan Geologi

pada tabel di bawah ini adalah ...

Menurut Arkeologi Menurut Geologi

Kajian berdasarkan :a) Sumber bahan tertulis b) Benda-benda peninggalan kuno.c) Benda/artefak.d) Penemuan prasasti.e) Benda-benda peninggalan

Kajian berdasarkan :a) Sumber benda peninggalan.b) Komposisi, struktur, sejarah bumi.c) Flora, fauna, hasil bumi.d) Asal usul kehidupan manusia.e) Fosil dan lapisan bumi.

7. Zaman Quartier terdiri dari dua bagian, yaitu ...

a. Pleistocen dan Holocen d. Plustocen dan Tersier

Page 133: Arif Saefudin, S.pd

133

b. Pleistocen dan Dilluvium e. Tersier dan Holocenc. Holocen dan Alluvium

8. Perhatikan data di bawah ini!

1. Zaman Neozoikum 4. Zaman Mesolithikum2. Zaman Mesozoikum 5. Zaman Neolithikum3. Zaman Paleolithikum

Dari data di atas, yang termasuk pembagian prasejarah Indonesia berdasarkanArkeologinya ...

a. 1, 2, 3 d. 2, 3, 4b. 1, 3, 4 e. 3, 4, 5c. 1, 3, 5

9. Perhatikan data di bawah ini!

1. Beternak 4. Berladang2. Berburu dan mengumpulkan makanan 5. Perundagian3. Bercocok tanam

Dari data di atas, yang merupakan zaman prasejarah berdasarkan ciri kehidupanmasyarakatnya meliputi ...

a. 1, 2, 3 d. 2, 3, 5b. 1, 3, 4 e. 2, 4, 5c. 1, 3, 5

10. Zaman logam di Indonesia diawali dengan logam yang terbuat dari ...

a. perunggu d. perakb. tembaga e. emasc. besi

B. Jawablah pertanyaan di bawah dengan tepat!!

1. Jelaskan keadaan alam pada masa zaman azoikum?

2. Jelaskan dan sebutkan makhluk hidup yang hidup dan berkembang pada

zaman paleozoikum?

3. Sebutkan ciri-ciri kehidupan pada zaman mesozoikum?

4. Jelaskan Kehidupan yang berkembang pada masa zaman tersier?

5. Jelaskan keadaan alam pada kala holosen?

Page 134: Arif Saefudin, S.pd

134

SOAL POS-TES SIKLUS II

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1. Asal bangsa yang berimigrasi ke Indonesia adalah ...

a. Indochina d. Yunan Utarab. Vietnam e. Nepalc. Jepang

2. Bangsa yang melakukan migrasi ke Indonesia tahun 2000 SM adalah ...

a. Melanesia d. Austronesiab. Proto Melayu e. Malayan Mongoloidec. Deutro Melayu

3. Bangsa Melayu Muda melakukan migrasi ke Indonesia pada tahun ....

Page 135: Arif Saefudin, S.pd

135

a. 2000 SM d. 500 SMb. 1500 SM e. 500 Mc. 1000 SM

4. Perhatikan nama-nama suku di bawah ini!

1. Suku Nias 4. Suku Sawu2. Suku Tugutil 5. Suku Dayak3. TorajaDari nama suku di atas yang merupakan bangsa Proto Melayu adalah nomor ...a. 1, 2, 3 d. 1, 3, 5b. 1, 2, 4 e. 3, 4, 5c. 1, 2, 5

5. Bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu termasuk dari golongan ras ...

a. Austaloid d. Mongoloidb. Kaukasoid e. Melanesianc. Negroid

6. Bangsa yang pertama melakukan migrasi ke Indonesia adalah ...

a. Mongoloid d. Melayu Tuab. Australoid e. Melanesiac. Melayu Muda

7. Bangsa Melanisia disebut juga bangsa…

a. Papua Melanosoide d. Melayub. Austronesia e. Madagaskarc. Mongoloid

8. Bangsa yang melakukan migrasi ke Indonesia tahun 5000 SM adalah…

a. Deutro Melayu d. Papuab. Proto Melayu e. Negroidc. Madagaskar

9. Bangsa Deutro Melayu pada masa bermigrasi membawa kebudayaan yang

berupa…

a. Logam d. Batu muda

Page 136: Arif Saefudin, S.pd

136

b. Emas e. Batu Tuac. Batu

10. Di bawah ini bukan termasuk gelombang pertama yang melakukan migrasi

pada tahun 2000 SM adalah…

a. Semenanjung Melayu d. Formosab. Indonesia e. Indiac. Philipina

B. Jawablah pertanyaan di bawah dengan tepat!!

1. Jelaskan teori evolusi menurut Charles Darwin?2. Jelaskan perkembangan kronologis biologis manusia Indonesia?3. Jelaskan asal usul nenek moyang manusia?

SOAL PRO-TES SIKLUS III

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1. Jenis fosil manusia yang tertua di Indonesia adalah ...a. Homo Erectus d. Homo Mojokertensisb. Meganthropus Palaeojavanicus e. Homo Sapiensc. Homo Robustus

2. Fosil manusia yang ditemukan pada lapisan tengah adalah ...a. Homo Erectus d. Homo Sapiens Soloensisb. Homo Robustus e. Homo Sapiens Wajakensisc. Homo Mojokertensis

3. Yang membagi zaman Pleistocen Indonesia menjadi 3 lapisan adalah ...a. Van Koenigswald d. Eugene Dubouisb. Van Reichhotten e. Weidenreichc. Van Stein Callenfels

Page 137: Arif Saefudin, S.pd

137

4. Fosil manusia Homo Mojokertensis ditemukan oleh ...a. Weidenrisch d. Eugene Dubouisb. Teuku Jacob e. Van Koenigswaldc. Van Reitschotten

5. Megantropus mempunyai arti...a. Manusia raksasa d. Kera tegakb. Manusia kerdil e. Kera bungkukc. Kera cerdas

B. Jawablah pertanyaan di bawah dengan tepat!!1. Sebutkan jenis manusia purba yang di temukan di Indonesia?2. Jelaskan apa arti dari Megantropus?3. Siapa penemu dan dimanakah Pithecantropus di temukan?4. Jelaskan arti dari Homo Sapiens?5. Jelaskan daerah penemuan fosil manusia purba di Indonesia?

LAMPIRAN 4b

KUNCI JAWABAN POS-TES 1

1. A2. B3. C4. C5. E6. B7. A8. E9. D10. A

Page 138: Arif Saefudin, S.pd

138

1. Zaman ini berlangsung sekitar 2.500 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan. oleh karena itu pada Zaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan.

2. Hewan bersel satu, hewan kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, amfhibi, reptuil dan beberapa jenis tumbuhan ganggang.

3. Pada zaman ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat .pohon-pohon besar muncul, amfhibi mengalami perkembangan, bahkan jenis reftil mencapai bentuk yang sangat besar sekali seperti Dinosaurus, Tyrannosaurus, Brontosaurus, Atlantosaurus. Ada pula jenis reptil yang memiliki sayap dan dapat terbang selama berjam-jam, jenis ini dinamakan dengan Pteranodon.

4. Ada zaman tersier, reptil raksasa mulai lenyap, mamalia berkembang pesat, mahluk primate sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan sekitar 10 juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primate yang lebih besar dari pada golira sehingga disebut giganthropus (kera manusia raksasa).

5. Pada masa ini kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi menyatu dengan Asia maupun Australia. jenis manusia pertama yang migrasi dari asia ke Indonesia telah tidak ada dan digantikan oleh jenis manusia cerdas (homo sapiens).

KUNCI JAWABAN POS-TES 1I

1. E2. D3. B4. D5. D6. D7. A8. A9. A10. E

Page 139: Arif Saefudin, S.pd

139

1. Teori evolusi menurut Darwin adalah manusia dan kera adalah satu keturunan.2. Perkembangan manusia Indonesia adalah :

a. Holosin : Homo Sapienb. Plestosin atas : Homo Soloensis dan Homo Wajakensisc. Plestosin tengah : Picthecantropus Erectusd. Plestosen bawah : Pichtecantropus Robustus, Meganthropus

3. Menurut pendapat kern dan Hein Geldern bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia yang semula berdiam di Yunan (Cina Selatan) bergerak dari arah selatan sampai ke Indonesia.

KUNCI JAWABAN POS-TES III

1. B2. A3. A4. E5. A

1. Meganthropus, Pithecanthropus/Homo Erectus, dan Homo Sapiens.

Page 140: Arif Saefudin, S.pd

140

2. Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian materi berikut ini.

3. Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta - 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus Plaeojavanicus.

4. Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.

5. Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.

Page 141: Arif Saefudin, S.pd

141

LAMPIRAN 5

DAFTAR NILAI PRE-TES

DAN POS-TES

DAFTAR NILAI PRE-TES DAN POS-TES

No. NAMAPRE-TES POST-TES

1 2 3 1 2 3

141

Page 142: Arif Saefudin, S.pd

142

1. Agus Setyaningrum 40 80 80 60 70 75

2. Aji Widadi 40 60 60 40 75 85

3. Anjelika Apriani 60 60 80 80 80 100

4. Annisa Budi Asih 40 40 80 40 70 80

5. Aprelia Dwi Utami 40 60 80 60 75 80

6. Beti Anggraeni 40 60 80 60 60 85

7. Caesar Haindrian F 40 60 100 60 100 90

8. Cesio Vidiar 60 60 80 60 70 85

9. Devi Tri Arlianti 40 60 80 60 75 80

10. Elisa Rosalina 40 60 80 60 70 80

11. Jaro Pangestu 40 40 60 40 70 75

12. Laela Muj Tahidah 40 80 80 60 75 80

13. Linda Wijayanti 40 60 80 60 70 75

14. Marofiatul Nguluwiyh 60 60 80 60 60 70

15. Mei Trinaningtias 40 60 80 60 75 75

16. Mutia Darmita 60 60 80 80 75 95

17. Nadiasita Noor P 60 60 80 80 60 80

18. Neni Ari Wahyuni 40 60 80 40 70 90

19. Nurlela 40 60 100 40 70 80

20. Rani Wahyuningsih 40 60 80 40 60 80

21. Rasti Eka Anjarwati 40 60 80 60 60 70

22. Ratnawati 60 80 80 80 80 90

23. Selly Esmaningrum 40 60 80 60 60 70

24. Siti Muftikhatun N 60 60 80 60 60 70

25. Siti Ngaenu Rochmah 40 80 80 60 70 80

26. Siti Nur Ngazizah 60 60 80 60 80 100

Page 143: Arif Saefudin, S.pd

143

27. Sri Novita Astini 60 60 60 60 80 100

28. Syaeful Fadillah 40 60 60 40 75 80

29. Syukron Wahyu H 40 40 60 40 75 80

30. Teguh Priambodo 40 40 60 40 80 80

31. Uut Ambaryani 60 60 80 80 80 90

32. Vikta Nuraini A 40 60 80 60 70 85

33. Wing Esti Dewi P 40 60 80 60 80 80

34. Yuni Setyaningsih 40 80 100 60 60 75

35. Yusuf Insan Robbani 40 80 80 40 70 80

36. Zaka Dwi Pangestu 40 80 60 40 80 75

37. Faizal Adi N 40 40 60 40 60 75

Jumlah 1680 2260 2860 2020 2540 3020

Rata-rata 45,41 61,08 77,30 54,59 68,65 81,62

LAMPIRAN 6

Page 144: Arif Saefudin, S.pd

144

A. DAFTAR PARTISIPASI SISWA

DALAM DISKUSI, PERMAINAN

DAN TURNAMEN AKADEMIK

B. PENGAMATAN DAN

PENEMPATAN MEJA

TURNAMEN

LAMPIRAN 6a

Standar Penilaian Aktivitas dan Partisipasi Siswa

BAIK

a. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan lebih dari 1 kali dengan pengembangan konsep berdasarkan permasalahan yang ada dilingkungan.

b. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan lebih dari 1 kali sesuai konsep yang diajarkan.

c. Mengajukan pertanyaan pertanyaan/pendapat/sanggahan dengan pengembangan konsep berdasarkan permasalahan yang ada dilingkungan.

CUKUP

a. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan 1 kali sesuai materi yang dibahas.

b. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan 1 kali tapi materi yang disampaikan tidak terlalu mendasar.

144

Page 145: Arif Saefudin, S.pd

145

c. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan 1 kali yang diajukan tidak spesifik.

KURANG

a. Mengajukan pertanyaan tapi yang diajukan tidak sesuai dengan materi yang dipelajari.

b. Tidak mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan terhadap materi yang dibahas.

Standar Penilaian Mengerjakan Soal

BAIK

a. Mengerjakan soal 60 % soal/tugas yang diberikan kesalahan 0 %.b. Mengerjakan lebih dari 60 % soal/tugas yang diberikan dengan kesalahan

10 %.

CUKUP

a. Mengerjakan 50 % soal/tugas yang diberikan kesalahan maksimal 10 %.b. Mengerjakan 40 % soal/tugas yang diberikan kesalahan 0 %.

KURANG

a. Mengerjakan kurang dari 40 % soal/tugas yang diberikan.b. Tidak mengerjakan tugas/tugas yang diberikan guru.

Page 146: Arif Saefudin, S.pd

146

AKVITAS DAN PARTISIPASI SISWA PADA DISKUSI AKADEMIK

PERTEMUAN I PERTEMUAN IIBAIK CUKUP KURANG BAIK CUKUP KURANG

SISWA % SISWA % SISWA % SISWA % SISWA % SISWA %SIKLUS IMengajukan pertanyaan 2 5% 6 16% 29 78% 5 14% 9 24% 25 68%Mengajukan pendapat 5 14% 7 19% 30 81% 12 32% 7 19% 18 49%Mengajukan sanggahan 0 0% 2 5% 35 95% 3 8% 11 30% 23 62%Mengerjakan soal/tugas 12 32% 20 54% 5 14% 15 40% 19 51% 3 8%SIKLUS II

Mengajukan pertanyaan 7 19% 13 35% 17 46% 9 24% 12 32% 16 43%Mengajukan pendapat 11 30% 14 38% 12 32% 15 41% 9 24% 17 46%Mengajukan sanggahan 8 22% 12 32% 21 58% 9 24% 13 35% 15 40%Mengerjakan soal/tugas 20 54% 17 46% 4 11% 29 78% 5 14% 3 8%SIKLUS III

Mengajukan pertanyaan 16 43% 12 32% 9 24% 19 51% 12 32% 6 16%Mengajukan pendapat 14 38% 17 46% 6 16% 18 49% 13 35% 6 16%Mengajukan sanggahan 11 30% 16 43% 10 27% 17 46% 10 27% 10 27%Mengerjakan soal/tugas 28 76% 7 19% 2 5% 29 78% 8 22% 0 0%

Page 147: Arif Saefudin, S.pd

147

Page 148: Arif Saefudin, S.pd

148

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok

Pertemuan Ke 1 Siklus I

No. Nama

Aktivitas

Partisipasi KontributifPartisipasi

Inisiatif

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C K B C K B C K B C K

1. Agus Setyaningrum √ √ √ √

2. Aji Widadi √ √ √ √

3. Anjelika Apriani √ √ √ √

4. Annisa Budi Asih √ √ √ √

5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √

6. Beti Anggraeni √ √ √ √

7. Caesar Haindrian F √ √ √ √

8. Cesio Vidiar √ √ √ √

9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √

10. Elisa Rosalina √ √ √ √

11. Jaro Pangestu √ √ √ √

12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √

13. Linda Wijayanti √ √ √ √

14. Marofiatul N √ √ √ √

15. Mei Trinaningtias √ √ √ √

16. Mutia Darmita √ √ √ √

17. Nadiasita Noor P √ √ √ √

18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √

19. Nurlela √ √ √ √

Page 149: Arif Saefudin, S.pd

149

20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √

21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √

22. Ratnawati √ √ √ √

23. Selly Esmaningrum √ √ √ √

24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √

25. Siti Ngaenu R √ √ √ √

26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √

27. Sri Novita Astini √ √ √ √

28. Syaeful Fadillah √ √ √ √

29. Syukron Wahyu H √ √ √ √

30. Teguh Priambodo √ √ √ √

31. Uut Ambaryani √ √ √ √

32. Vikta Nuraini A √ √ √ √

33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √

34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √

35. Yusuf Insan R √ √ √ √

36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √

37. Faizal Adi N √ √ √ √

Kemangkon, Februari 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Page 150: Arif Saefudin, S.pd

150

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok

Pertemuan Ke 2 Siklus I

No. Nama

Aktivitas

Partisipasi KontributifPartisipasi

Inisiatif

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C K B C K B C K B C K

1. Agus Setyaningrum √ √ √ √

2. Aji Widadi √ √ √ √

3. Anjelika Apriani √ √ √ √

4. Annisa Budi Asih √ √ √ √

5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √

6. Beti Anggraeni √ √ √ √

7. Caesar Haindrian F √ √ √ √

8. Cesio Vidiar √ √ √ √

9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √

10. Elisa Rosalina √ √ √ √

11. Jaro Pangestu √ √ √ √

12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √

13. Linda Wijayanti √ √ √ √

14. Marofiatul N √ √ √ √

15. Mei Trinaningtias √ √ √ √

16. Mutia Darmita √ √ √ √

17. Nadiasita Noor P √ √ √ √

18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √

19. Nurlela √ √ √ √

Page 151: Arif Saefudin, S.pd

151

20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √

21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √

22. Ratnawati √ √ √ √

23. Selly Esmaningrum √ √ √ √

24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √

25. Siti Ngaenu R √ √ √ √

26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √

27. Sri Novita Astini √ √ √ √

28. Syaeful Fadillah √ √ √ √

29. Syukron Wahyu H √ √ √ √

30. Teguh Priambodo √ √ √ √

31. Uut Ambaryani √ √ √ √

32. Vikta Nuraini A √ √ √ √

33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √

34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √

35. Yusuf Insan R √ √ √ √

36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √

37. Faizal Adi N √ √ √ √

Kemangkon, Februari 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Page 152: Arif Saefudin, S.pd

152

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok

Pertemuan Ke 1 Siklus 2

No. Nama

Aktivitas

Partisipasi KontributifPartisipasi

Inisiatif

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C K B C K B C K B C K

1. Agus Setyaningrum √ √ √ √

2. Aji Widadi √ √ √ √

3. Anjelika Apriani √ √ √ √

4. Annisa Budi Asih √ √ √ √

5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √

6. Beti Anggraeni √ √ √ √

7. Caesar Haindrian F √ √ √ √

8. Cesio Vidiar √ √ √ √

9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √

10. Elisa Rosalina √ √ √ √

11. Jaro Pangestu √ √ √ √

12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √

13. Linda Wijayanti √ √ √ √

14. Marofiatul N √ √ √ √

15. Mei Trinaningtias √ √ √ √

16. Mutia Darmita √ √ √ √

17. Nadiasita Noor P √ √ √ √

18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √

19. Nurlela √ √ √ √

Page 153: Arif Saefudin, S.pd

153

20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √

21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √

22. Ratnawati √ √ √ √

23. Selly Esmaningrum √ √ √ √

24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √

25. Siti Ngaenu R √ √ √ √

26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √

27. Sri Novita Astini √ √ √ √

28. Syaeful Fadillah √ √ √ √

29. Syukron Wahyu H √ √ √ √

30. Teguh Priambodo √ √ √ √

31. Uut Ambaryani √ √ √ √

32. Vikta Nuraini A √ √ √ √

33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √

34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √

35. Yusuf Insan R √ √ √ √

36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √

37. Faizal Adi N √ √ √ √

Kemangkon, Maret 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Page 154: Arif Saefudin, S.pd

154

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok

Pertemuan Ke 2 Siklus 2

No. Nama

Aktivitas

Partisipasi KontributifPartisipasi

Inisiatif

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C K B C K B C K B C K

1. Agus Setyaningrum √ √ √ √

2. Aji Widadi √ √ √ √

3. Anjelika Apriani √ √ √ √

4. Annisa Budi Asih √ √ √ √

5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √

6. Beti Anggraeni √ √ √ √

7. Caesar Haindrian F √ √ √ √

8. Cesio Vidiar √ √ √ √

9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √

10. Elisa Rosalina √ √ √ √

11. Jaro Pangestu √ √ √ √

12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √

13. Linda Wijayanti √ √ √ √

14. Marofiatul N √ √ √ √

15. Mei Trinaningtias √ √ √ √

16. Mutia Darmita √ √ √ √

17. Nadiasita Noor P √ √ √ √

18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √

19. Nurlela √ √ √

Page 155: Arif Saefudin, S.pd

155

20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √

21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √

22. Ratnawati √ √ √ √

23. Selly Esmaningrum √ √ √ √

24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √

25. Siti Ngaenu R √ √ √ √

26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √

27. Sri Novita Astini √ √ √ √

28. Syaeful Fadillah √ √ √ √

29. Syukron Wahyu H √ √ √ √

30. Teguh Priambodo √ √ √ √

31. Uut Ambaryani √ √ √ √

32. Vikta Nuraini A √ √ √ √

33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √

34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √

35. Yusuf Insan R √ √ √ √

36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √

37. Faizal Adi N √ √ √ √

Kemangkon, Maret 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Page 156: Arif Saefudin, S.pd

156

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok

Pertemuan Ke 1 Siklus 3

No. Nama

Aktivitas

Partisipasi KontributifPartisipasi

Inisiatif

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C K B C K B C K B C K

1. Agus Setyaningrum √ √ √ √

2. Aji Widadi √ √ √ √

3. Anjelika Apriani √ √ √ √

4. Annisa Budi Asih √ √ √ √

5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √

6. Beti Anggraeni √ √ √ √

7. Caesar Haindrian F √ √ √ √

8. Cesio Vidiar √ √ √ √

9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √

10. Elisa Rosalina √ √ √ √

11. Jaro Pangestu √ √ √ √

12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √

13. Linda Wijayanti √ √ √ √

14. Marofiatul N √ √ √ √

15. Mei Trinaningtias √ √ √ √

16. Mutia Darmita √ √ √ √

17. Nadiasita Noor P √ √ √ √

18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √

19. Nurlela √ √ √ √

Page 157: Arif Saefudin, S.pd

157

20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √

21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √

22. Ratnawati √ √ √ √

23. Selly Esmaningrum √ √ √ √

24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √

25. Siti Ngaenu R √ √ √ √

26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √

27. Sri Novita Astini √ √ √ √

28. Syaeful Fadillah √ √ √ √

29. Syukron Wahyu H √ √ √ √

30. Teguh Priambodo √ √ √ √

31. Uut Ambaryani √ √ √ √

32. Vikta Nuraini A √ √ √ √

33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √

34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √

35. Yusuf Insan R √ √ √ √

36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √

37. Faizal Adi N √ √ √ √

Kemangkon, April 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Page 158: Arif Saefudin, S.pd

158

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok

Pertemuan Ke 2 Siklus 3

No. Nama

Aktivitas

Partisipasi KontributifPartisipasi

Inisiatif

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C K B C K B C K B C K

1. Agus Setyaningrum √ √ √ √

2. Aji Widadi √ √ √ √

3. Anjelika Apriani √ √ √ √

4. Annisa Budi Asih √ √ √ √

5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √

6. Beti Anggraeni √ √ √ √

7. Caesar Haindrian F √ √ √ √

8. Cesio Vidiar √ √ √ √

9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √

10. Elisa Rosalina √ √ √ √

11. Jaro Pangestu √ √ √ √

12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √

13. Linda Wijayanti √ √ √ √

14. Marofiatul N √ √ √ √

15. Mei Trinaningtias √ √ √ √

16. Mutia Darmita √ √ √ √

17. Nadiasita Noor P √ √ √ √

18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √

19. Nurlela √ √ √ √

Page 159: Arif Saefudin, S.pd

159

20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √

21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √

22. Ratnawati √ √ √ √

23. Selly Esmaningrum √ √ √ √

24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √

25. Siti Ngaenu R √ √ √ √

26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √

27. Sri Novita Astini √ √ √ √

28. Syaeful Fadillah √ √ √ √

29. Syukron Wahyu H √ √ √ √

30. Teguh Priambodo √ √ √ √

31. Uut Ambaryani √ √ √ √

32. Vikta Nuraini A √ √ √ √

33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √

34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √

35. Yusuf Insan R √ √ √ √

36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √

37. Faizal Adi N √ √ √ √

Kemangkon, April 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Page 160: Arif Saefudin, S.pd

160

AKTIVITAS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PERMAINAN DAN TURNAMEN AKADEMIK

PERTEMUAN I(PERMAINAN)

PERTEMUAN II(TURNAMEN)

BAIK CUKUP KURANG BAIK CUKUP KURANGSISWA % SISWA % SISWA % SISWA % SISWA % SISWA %

SIKLUS IMengajukan pertanyaan 2 5% 13 35% 22 59% 10 27% 9 24% 18 49%Mengajukan pendapat 1 3% 17 46% 19 51% 10 27% 13 35% 14 38%Mengajukan sanggahan 1 3% 13 35% 23 62% 3 8% 15 41% 28 76%Mengerjakan soal/tugas 16 43% 11 30% 10 27% 16 43% 12 32% 9 24%SIKLUS II

Mengajukan pertanyaan 4 11% 14 38% 19 51% 12 32% 17 46% 8 22%Mengajukan pendapat 5 14% 19 51% 13 35% 10 27% 20 54% 7 19%Mengajukan sanggahan 3 8% 20 54% 14 38% 8 22% 11 30% 18 49%Mengerjakan soal/tugas 19 51% 14 38% 4 11% 18 49% 17 46% 2 5%SIKLUS III

Mengajukan pertanyaan 11 30% 21 57% 5 14% 16 43% 14 38% 7 19%Mengajukan pendapat 12 32% 19 51% 6 16% 18 49% 15 41% 4 11%Mengajukan sanggahan 9 24% 21 57% 7 19% 15 41% 13 35% 9 24%Mengerjakan soal/tugas 26 70% 11 30% 0 0% 32 86% 5 14% 0 0%

Page 161: Arif Saefudin, S.pd

162

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Permainan Akademik

Pertemuan Ke 1 Siklus I

No. Nama

Aktifitas

Partisipasi KontributifPartisipasi

Inisiatif

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C K B C K B C K B C K

1. Agus Setyaningrum √ √ √ √

2. Aji Widadi √ √ √ √

3. Anjelika Apriani √ √ √ √

4. Annisa Budi Asih √ √ √ √

5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √

6. Beti Anggraeni √ √ √ √

7. Caesar Haindrian F √ √ √ √

8. Cesio Vidiar √ √ √ √

9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √

10. Elisa Rosalina √ √ √ √

11. Jaro Pangestu √ √ √ √

12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √

13. Linda Wijayanti √ √ √ √

14. Marofiatul N √ √ √ √

15. Mei Trinaningtias √ √ √ √

16. Mutia Darmita √ √ √ √

17. Nadiasita Noor P √ √ √ √

18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √

19. Nurlela √ √ √ √

Page 162: Arif Saefudin, S.pd

163

20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √

21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √

22. Ratnawati √ √ √ √

23. Selly Esmaningrum √ √ √ √

24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √

25. Siti Ngaenu R √ √ √ √

26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √

27. Sri Novita Astini √ √ √ √

28. Syaeful Fadillah √ √ √ √

29. Syukron Wahyu H √ √ √ √

30. Teguh Priambodo √ √ √ √

31. Uut Ambaryani √ √ √ √

32. Vikta Nuraini A √ √ √ √

33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √

34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √

35. Yusuf Insan R √ √ √ √

36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √

37. Faizal Adi N √ √ √ √

Kemangkon, Februari 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Page 163: Arif Saefudin, S.pd

164

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Permainan Akademik

Pertemuan Ke 1 Siklus 2

No. Nama

Aktivitas

Partisipasi KontributifPartisipasi

Inisiatif

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C K B C K B C K B C K

1. Agus Setyaningrum √ √ √ √

2. Aji Widadi √ √ √ √

3. Anjelika Apriani √ √ √ √

4. Annisa Budi Asih √ √ √ √

5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √

6. Beti Anggraeni √ √ √ √

7. Caesar Haindrian F √ √ √ √

8. Cesio Vidiar √ √ √ √

9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √

10. Elisa Rosalina √ √ √ √

11. Jaro Pangestu √ √ √ √

12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √

13. Linda Wijayanti √ √ √ √

14. Marofiatul N √ √ √ √

15. Mei Trinaningtias √ √ √ √

16. Mutia Darmita √ √ √ √

17. Nadiasita Noor P √ √ √ √

18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √

19. Nurlela √ √ √ √

Page 164: Arif Saefudin, S.pd

165

20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √

21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √

22. Ratnawati √ √ √ √

23. Selly Esmaningrum √ √ √ √

24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √

25. Siti Ngaenu R √ √ √ √

26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √

27. Sri Novita Astini √ √ √ √

28. Syaeful Fadillah √ √ √ √

29. Syukron Wahyu H √ √ √ √

30. Teguh Priambodo √ √ √ √

31. Uut Ambaryani √ √ √ √

32. Vikta Nuraini A √ √ √ √

33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √

34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √

35. Yusuf Insan R √ √ √ √

36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √

37. Faizal Adi N √ √ √ √

Kemangkon, Maret 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Page 165: Arif Saefudin, S.pd

166

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Permainan Akademik

Pertemuan Ke 1 Siklus 3

No. Nama

Aktivitas

Partisipasi KontributifPartisipasi

Inisiatif

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C K B C K B C K B C K

1. Agus Setyaningrum √ √ √ √

2. Aji Widadi √ √ √ √

3. Anjelika Apriani √ √ √ √

4. Annisa Budi Asih √ √ √ √

5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √

6. Beti Anggraeni √ √ √ √

7. Caesar Haindrian F √ √ √ √

8. Cesio Vidiar √ √ √ √

9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √

10. Elisa Rosalina √ √ √ √

11. Jaro Pangestu √ √ √ √

12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √

13. Linda Wijayanti √ √ √ √

14. Marofiatul N √ √ √ √

15. Mei Trinaningtias √ √ √ √

16. Mutia Darmita √ √ √ √

17. Nadiasita Noor P √ √ √ √

18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √

19. Nurlela √ √ √ √

Page 166: Arif Saefudin, S.pd

167

20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √

21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √

22. Ratnawati √ √ √ √

23. Selly Esmaningrum √ √ √ √

24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √

25. Siti Ngaenu R √ √ √ √

26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √

27. Sri Novita Astini √ √ √ √

28. Syaeful Fadillah √ √ √ √

29. Syukron Wahyu H √ √ √ √

30. Teguh Priambodo √ √ √ √

31. Uut Ambaryani √ √ √ √

32. Vikta Nuraini A √ √ √ √

33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √

34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √

35. Yusuf Insan R √ √ √ √

36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √

37. Faizal Adi N √ √ √ √

Kemangkon, Maret 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Page 167: Arif Saefudin, S.pd

168

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Turnamen Kelompok

Pertemuan Ke 2 Siklus I

No. Nama

Aktivitas

Partisipasi KontributifPartisipasi

Inisiatif

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C K B C K B C K B C K

1. Agus Setyaningrum √ √ √ √

2. Aji Widadi √ √ √ √

3. Anjelika Apriani √ √ √ √

4. Annisa Budi Asih √ √ √ √

5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √

6. Beti Anggraeni √ √ √ √

7. Caesar Haindrian F √ √ √ √

8. Cesio Vidiar √ √ √ √

9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √

10. Elisa Rosalina √ √ √ √

11. Jaro Pangestu √ √ √ √

12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √

13. Linda Wijayanti √ √ √ √

14. Marofiatul N √ √ √ √

15. Mei Trinaningtias √ √ √ √

16. Mutia Darmita √ √ √ √

17. Nadiasita Noor P √ √ √ √

18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √

19. Nurlela √ √ √ √

Page 168: Arif Saefudin, S.pd

169

20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √

21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √

22. Ratnawati √ √ √ √

23. Selly Esmaningrum √ √ √ √

24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √

25. Siti Ngaenu R √ √ √ √

26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √

27. Sri Novita Astini √ √ √ √

28. Syaeful Fadillah √ √ √ √

29. Syukron Wahyu H √ √ √ √

30. Teguh Priambodo √ √ √ √

31. Uut Ambaryani √ √ √ √

32. Vikta Nuraini A √ √ √ √

33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √

34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √

35. Yusuf Insan R √ √ √ √

36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √

37. Faizal Adi N √ √ √ √

Kemangkon, Maret 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Page 169: Arif Saefudin, S.pd

170

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Turnamen Kelompok

Pertemuan Ke 2 Siklus 2

No. Nama

Aktifitas

Partisipasi KontributifPartisipasi

Inisiatif

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C K B C K B C K B C K

1. Agus Setyaningrum √ √ √ √

2. Aji Widadi √ √ √ √

3. Anjelika Apriani √ √ √ √

4. Annisa Budi Asih √ √ √ √

5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √

6. Beti Anggraeni √ √ √ √

7. Caesar Haindrian F √ √ √ √

8. Cesio Vidiar √ √ √ √

9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √

10. Elisa Rosalina √ √ √ √

11. Jaro Pangestu √ √ √ √

12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √

13. Linda Wijayanti √ √ √ √

14. Marofiatul N √ √ √ √

15. Mei Trinaningtias √ √ √ √

16. Mutia Darmita √ √ √ √

17. Nadiasita Noor P √ √ √ √

18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √

19. Nurlela √ √ √ √

Page 170: Arif Saefudin, S.pd

171

20. Rani Wahyuningsih √ √ √

21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √

22. Ratnawati √ √ √ √

23. Selly Esmaningrum √ √ √ √

24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √

25. Siti Ngaenu R √ √ √ √

26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √

27. Sri Novita Astini √ √ √ √

28. Syaeful Fadillah √ √ √ √

29. Syukron Wahyu H √ √ √ √

30. Teguh Priambodo √ √ √ √

31. Uut Ambaryani √ √ √ √

32. Vikta Nuraini A √ √ √ √

33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √

34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √

35. Yusuf Insan R √ √ √ √

36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √

37. Faizal Adi N √ √ √ √

Kemangkon, Maret 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Page 171: Arif Saefudin, S.pd

172

Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Turnamen Kelompok

Pertemuan Ke 2 Siklus 3

No. Nama

Aktivitas

Partisipasi KontributifPartisipasi

Inisiatif

Menyampaikan Pertanyaan

Menyampaikan Pendapat

Menyaimpaikan Sanggahan

Mengerjakan Soal

B C K B C K B C K B C K

1. Agus Setyaningrum √ √ √√ √

2. Aji Widadi √ √ √ √

3. Anjelika Apriani √ √ √ √

4. Annisa Budi Asih √ √ √ √

5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √

6. Beti Anggraeni √ √ √ √

7. Caesar Haindrian F √ √ √ √

8. Cesio Vidiar √ √ √ √

9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √

10. Elisa Rosalina √ √ √ √

11. Jaro Pangestu √ √ √ √

12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √

13. Linda Wijayanti √ √ √ √

14. Marofiatul N √ √ √ √

15. Mei Trinaningtias √ √ √ √

16. Mutia Darmita √ √ √ √

17. Nadiasita Noor P √ √ √ √

18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √

19. Nurlela √ √ √ √

Page 172: Arif Saefudin, S.pd

173

20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √

21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √

22. Ratnawati √ √ √ √

23. Selly Esmaningrum √ √ √ √

24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √

25. Siti Ngaenu R √ √ √ √

26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √

27. Sri Novita Astini √ √ √ √

28. Syaeful Fadillah √ √ √ √

29. Syukron Wahyu H √ √ √ √

30. Teguh Priambodo √ √ √ √

31. Uut Ambaryani √ √ √ √

32. Vikta Nuraini A √ √ √ √

33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √

34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √

35. Yusuf Insan R √ √ √ √

36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √

37. Faizal Adi N √ √ √ √

Kemangkon, April 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Page 173: Arif Saefudin, S.pd

174

LAMPIRAN 6b

TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI

Pertemuan 1 Siklus Ke I

No Komponen MengajarHasil Pengamatan

1 2 3 4

1. Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran √

2. Menguasai bahan Pelajaran √

3. Menggunakan Pengelolaan Kelas √

4. Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik √

5. Suara guru tidak monoton (bervariasi) √

6. Melakukan pemusatan perhatian (fokus) √

7. Ada pola interaksi antara guru dengan siswa √

8. Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir

9. Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi √

10. Menutup pelajaran √

Jumlah 14 9

Kemangkon, Februari 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Keterangan :

1. Tidak dilaksanakan sama sekali2. Kurang dilaksanakan3. Dilaksanakan4. Dilaksanakan dengan baik

Skor total 23 : 10 = 2,3. berarti tergolong pembelajaran baik.

Page 174: Arif Saefudin, S.pd

175

TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI

Pertemuan 2 Siklus Ke I

No Komponen MengajarHasil Pengamatan

1 2 3 4

1. Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran √

2. Menguasai bahan Pelajaran √

3. Menggunakan Pengelolaan Kelas √

4. Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik √

5. Suara guru tidak monoton (bervariasi) √

6. Melakukan pemusatan perhatian (fokus) √

7. Ada pola interaksi antara guru dengan siswa √

8. Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir

9. Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi √

10. Menutup pelajaran √

Jumlah 6 21

Kemangkon, Februari 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Keterangan :

1. Tidak dilaksanakan sama sekali2. Kurang dilaksanakan3. Dilaksanakan4. Dilaksanakan dengan baik

Skor total 27 : 10 = 2,7 berarti tergolong pembelajaran baik.

Rata – rata skor observasi guru = pertemuan 1 + pertemuan 2 = 2,3 + 2,7 = 2,5.

Page 175: Arif Saefudin, S.pd

176

2 2TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI

Pertemuan 1 Siklus Ke 2

No Komponen MengajarHasil Pengamatan

1 2 3 4

1. Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran √

2. Menguasai bahan Pelajaran √

3. Menggunakan Pengelolaan Kelas √

4. Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik √

5. Suara guru tidak monoton (bervariasi) √

6. Melakukan pemusatan perhatian (fokus) √

7. Ada pola interaksi antara guru dengan siswa √

8. Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir

9. Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi √

10. Menutup pelajaran √

Jumlah 24 8

Kemangkon, Maret 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Keterangan :

1. Tidak dilaksanakan sama sekali2. Kurang dilaksanakan3. Dilaksanakan4. Dilaksanakan dengan baik

Skor total 32 : 10 = 3,2. berarti tergolong pembelajaran sangat baik.

Page 176: Arif Saefudin, S.pd

177

TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI

Pertemuan 2 Siklus Ke 2

No Komponen MengajarHasil Pengamatan

1 2 3 4

1. Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran √

2. Menguasai bahan Pelajaran √

3. Menggunakan Pengelolaan Kelas √

4. Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik √

5. Suara guru tidak monoton (bervariasi) √

6. Melakukan pemusatan perhatian (fokus) √

7. Ada pola interaksi antara guru dengan siswa √

8. Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir

9. Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi √

10. Menutup pelajaran √

Jumlah 15 20

Kemangkon, Maret 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Keterangan :

1. Tidak dilaksanakan sama sekali2. Kurang dilaksanakan3. Dilaksanakan4. Dilaksanakan dengan baik

Skor total 35 : 10 = 3,5 berarti tergolong pembelajaran sangat baik.

Rata – rata skor observasi guru = pertemuan 1 + pertemuan 2 = 3,2 + 3,5 = 3,4.2 2

Page 177: Arif Saefudin, S.pd

178

TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI

Pertemuan 1 Siklus Ke 3

No Komponen MengajarHasil Pengamatan

1 2 3 4

1. Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran √

2. Menguasai bahan Pelajaran √

3. Menggunakan Pengelolaan Kelas √

4. Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik √

5. Suara guru tidak monoton (bervariasi) √

6. Melakukan pemusatan perhatian (fokus) √

7. Ada pola interaksi antara guru dengan siswa √

8. Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir

9. Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi √

10. Menutup pelajaran √

Jumlah 6 32

Kemangkon, April 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Keterangan :

1. Tidak dilaksanakan sama sekali2. Kurang dilaksanakan3. Dilaksanakan4. Dilaksanakan dengan baik

Skor total 38 : 10 = 3,8. berarti tergolong pembelajaran sangat baik.

Page 178: Arif Saefudin, S.pd

179

TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI

Pertemuan 2 Siklus Ke 3

No Komponen MengajarHasil Pengamatan

1 2 3 4

1. Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran √

2. Menguasai bahan Pelajaran √

3. Menggunakan Pengelolaan Kelas √

4. Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik √

5. Suara guru tidak monoton (bervariasi) √

6. Melakukan pemusatan perhatian (fokus) √

7. Ada pola interaksi antara guru dengan siswa √

8. Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir

9. Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi √

10. Menutup pelajaran √

Jumlah 40

Kemangkon, April 2011

Guru Sejarah X C

Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008

Peneliti

Arif SaefudinNIM. 0701020013

Keterangan :

1. Tidak dilaksanakan sama sekali2. Kurang dilaksanakan3. Dilaksanakan4. Dilaksanakan dengan baik

Skor total 40 : 10 = 4 berarti tergolong pembelajaran sangat baik.

Rata – rata skor observasi guru = pertemuan 1 + pertemuan 2 = 3,8 + 4,0 = 3,9.2 2

Page 179: Arif Saefudin, S.pd

180

LEMBAR PENEMPATAN MEJA TURNAMEN

Pertemuan ke 2 Siklus I

No. Nama KelompokMeja Turnamen

Putaran I Putaran II

1. Teguh Priambodo

Devi Tri Arlianti

Uut Ambaryani

Siti Ngaenu Rochmah

I 1- 2

2. II 1 1

3. III 1 1

4. IV 1 1

5. Beti Anggraeni

Ratnawati

Yusuf Insan Robbani

Yuni Setyaningsih

V 2^ 1

6. VI 2 2

7. VII 2- 3

8. VIII 2 2

9. Elisa Rosalina

Marofiatul Nguluwiyah

Mei Trinaningtias

Agus Setyaningrum

IX 3- 4

10. I 3 3

11. II 3^ 2

12. III 3 3

13. Sri Novita Astini

Vikta Nuraini A

Jaro Pangestu

Syaeful Fadillah

IV 4 4

14. V 4- 5

15. VI 4^ 3

16. VII 4 4

17. Aprelia Dwi Utami

Selly Esmaningrum

Mutia Darmita

Siti Nur Ngazizah

VIII 5^ 4

18. IX 5 5

19. I 5- 6

20. II 5 5

21. Aji Widadi

Syukron Wahyu H

III 6- 7

22. IV 6 6

Page 180: Arif Saefudin, S.pd

181

Rasti Eka Anjarwati

Wing Esti Dewi P

23. V 6^ 5

24. VI 6 6

25. Anjelika Apriani

Cesio Vidiar

Siti Muftikhatun N

Zaka Dwi Pangestu

VII 7^ 6

26. VIII 7 7

27. IX 7- 8

28. I 7 7

29. Annisa Budi Asih

Linda Wijayanti

Rani Wahyuningsih

Nurlela

II 8^ 7

30. III 8- 9

31. IV 8 8

32. V 8 8

33. Neni Ari Wahyuni

Nadiasita Noor P

Laela Muj Tahidah

Faizal Adi N

Caesar Haindrian F

VI 9 9

34. VII 9 9

35. VIII 9^ 8

36. IX 9 9

37. IX 9 9

Ket :

2^ = Pemain pada meja ke 2 naik ke meja yang lebih tinggi (1) pada putaran ke dua.

2- = Pemain pada meja ke 2 turun ke meja yang lebih rendah pada putaran ke dua.

Page 181: Arif Saefudin, S.pd

182

LEMBAR PENEMPATAN MEJA TURNAMEN

Pertemuan ke 2 Siklus 2

No. Nama KelompokMeja Turnamen

Putaran I Putaran II

1. Devi Tri Arlianti

Uut Ambaryani

Siti Ngaenu Rochmah

Beti Anggraeni

II 1 1

2. III 1- 2

3. IV 1 1

4. V 1 1

5. Teguh Priambodo

Ratnawati

Mei Trinaningtias

Yuni Setyaningsih

I 2^ 1

6. VI 2 2

7. II 2 2

8. VIII 2- 3

9. Jaro Pangestu

Marofiatul Nguluwiyah

Yusuf Insan Robbani

Agus Setyaningrum

VI 3 3

10. I 3- 4

11. VII 3 3

12. III 3^ 2

13. Sri Novita Astini

Aprelia Dwi Utami

Mei Trinaningtias

Syaeful Fadillah

IV 4 4

14. VIII 4- 5

15. III 4 4

16. VII 4^ 3

17. Vikta Nuraini A

Selly Esmaningrum

Rasti Eka Anjarwati

Siti Nur Ngazizah

V 5 5

18. IX 5^ 4

19. IV 5 5

20. II 5- 6

21. Anjelika Apriani

Syukron Wahyu H

VII 6^ 5

22. IV 6 6

Page 182: Arif Saefudin, S.pd

183

Mutia Darmita

Wing Esti Dewi P

23. I 6 6

24. VI 6- 7

25. Annisa Budi Asih

Cesio Vidiar

Rasti Eka Anjarwati

Zaka Dwi Pangestu

II 7- 8

26. VIII 7 7

27. V 7 7

28. I 7^ 6

29. Nadiasita Noor P

Laela Muj Tahidah

Rani Wahyuningsih

Nurlela

VII 8 8

30. VIII 8 8

31. IV 8- 9

32. V 8^ 7

33. Neni Ari Wahyuni

Siti Muftikhatun N

Linda Wijayanti

Faizal Adi N

Caesar Haindrian F

VI 9 9

34. IX 9 9

35. III 9 9

36. IX 9 9

37. IX 9^ 8

Ket :

2^ = Pemain pada meja ke 2 naik ke meja yang lebih tinggi (1) pada putaran ke dua.

2- = Pemain pada meja ke 2 turun ke meja yang lebih rendah pada putaran ke dua.

Page 183: Arif Saefudin, S.pd

184

LEMBAR PENEMPATAN MEJA TURNAMEN

Pertemuan ke 2 Siklus 3

No. Nama KelompokMeja Turnamen

Putaran I Putaran II

1. Devi Tri Arlianti

Teguh Priambodo

Siti Ngaenu Rochmah

Beti Anggraeni

II 1 1

2. I 1- 2

3. IV 1 1

4. V 1 1

5. Uut Ambaryani

Ratnawati

Mei Trinaningtias

Agus Setyaningrum

III 2^ 1

6. VI 2 2

7. II 2- 3

8. III 2 2

9. Jaro Pangestu

Yuni Setyaningsih

Yusuf Insan Robbani

Syaeful Fadillah

VI 3 3

10. VIII 3- 4

11. VII 3^ 2

12. VII 3 3

13. Sri Novita Astini

Marofiatul Nguluwiyh

Mei Trinaningtias

Selly Esmaningrum

IV 4 4

14. I 4 4

15. III 4- 5

16. II 4^ 3

17. Vikta Nuraini A

Aprelia Dwi Utami

Rasti Eka Anjarwati

Anjelika Apriani

V 5^ 4

18. VII 5 5

19. IV 5- 6

20. VII 5 5

21. Siti Nur Ngazizah

Syukron Wahyu H

II 6^ 5

22. IV 6 6

Page 184: Arif Saefudin, S.pd

185

Mutia Darmita

Zaka Dwi Pangestu

23. I 6 6

24. II 6- 7

25. Nurlela

Cesio Vidiar

Rasti Eka Anjarwati

Wing Esti Dewi P

V 7 7

26. VIII 7^ 6

27. V 7 7

28. VI 7- 8

29. Nadiasita Noor P

Laela Muj Tahidah

Caesar Haindrian F

Annisa Budi Asih

VII 8 8

30. VIII 8^ 9

31. IX 8- 9

32. II 8 8

33. Neni Ari Wahyuni

Siti Muftikhatun N

Linda Wijayanti

Faizal Adi N

Rani Wahyuningsih

VI 9^ 8

34. IX 9 9

35. III 9 9

36. IX 9 9

37. IV 9 9

Ket :

2^ = Pemain pada meja ke 2 naik ke meja yang lebih tinggi (1) pada putaran ke dua.

2- = Pemain pada meja ke 2 turun ke meja yang lebih rendah pada putaran ke dua.

Page 185: Arif Saefudin, S.pd

186

LAMPIRAN 7

DOKUMENTASI SAAT PENELITIAN

186

Page 186: Arif Saefudin, S.pd

187

SISWA SEDANG MENJAWAB PERTANYAAN

Page 187: Arif Saefudin, S.pd

188

PENGAMATAN YANG DILAKUKAN OLEH PENELITI

PENJELASAN TENTANG PEMBELAJARAN TGT TERHADAP SISWA

Page 188: Arif Saefudin, S.pd

189

SISWA SEDANG MENGAJUKAN PERTANYAAN