ES

33
1 A. LATAR BELAKANG Pergeseran paradigma pembangunan dari sistem sentralisasi menjadi desentralisasi mengakibatkan percepatan pertumbuhan di beberapa daerah. Namun seiring dengan desentralisasi tersebut, ternyata pelaksanaan otonomi daerah membawa beberapa persoalan, salah satunya adalah sifat ego daerah baik dalam pembangunan maupun kepentingan-kepentingan politis lainnya. Oleh karena itu upaya yang hendak ditempuh (khususnya oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur) adalah koordinasi antar daerah yang mewujudkan saling toleransi serta kerjasama yang saling menguntungkan dalam pembangunan daerah. Dampak UU No. 32 dan No. 33 Tahun 2004 dan PP No. 25 tahun 2000, Kepres RI nomor 40 tahun 2001 dan Kepmendagri nomor 1 tahun 2002 adalah adanya otonomi daerah dalam berbagai bidang yang pada hakekatnya merupakan pemberian kewenangan pada daerah untuk merumuskan dan mengembangkan sistem di transportasi sendiri sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat serta kondisi dan kemampuan daerah dalam kerangka sistem nasional. Dalam upaya meningkatkan pelayanan transportasi khususnya transportasi udara serta mengingat perkembangan dan tuntutan yang terjadi dan menunjang program nasional, maka pengembangan Bandar Udara Trunojoyo Kabupaten Sumenep dirasakan sangat mendesak. Perencanaan Masterplan diharapkan dapat mengarahkan pengembangan Bandar Udara Trunojoyo ini secara berkelanjutan, berkesinambungan dan terarah dengan acuan dan dasar yang jelas dan baku, sehingga pekerjaan yang dihasilkan dapat diterima semua pihak dan dapat berfungsi secara optimal. B. MAKSUD 1. Melaksanakan kajian atau analisis kuantitatif dan kualitatif hingga seberapa jauh fasilitas bandar udara dapat dikembangkan/dibangun guna mendukung serta mengantisipasi perkembangan sosial ekonomi. 2. Melakukan Inventarisasi Data dan Survei Lapangan dalam rangka penyediaan data dan informasi untuk kegiatan analisis penyusunan Rencana Induk Bandar Udara. 3. Melakukan analisis yang terkait dengan Rencana Induk Bandar Udara.

Transcript of ES

Page 1: ES

1

A.LATAR BELAKANG

Pergeseran paradigma pembangunan dari sistem sentralisasi

menjadi desentralisasi mengakibatkan percepatan pertumbuhan

di beberapa daerah. Namun seiring dengan desentralisasi

tersebut, ternyata pelaksanaan otonomi daerah membawa

beberapa persoalan, salah satunya adalah sifat ego daerah baik

dalam pembangunan maupun kepentingan-kepentingan politis

lainnya. Oleh karena itu upaya yang hendak ditempuh (khususnya

oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur) adalah koordinasi antar

daerah yang mewujudkan saling toleransi serta kerjasama yang

saling menguntungkan dalam pembangunan daerah.

Dampak UU No. 32 dan No. 33 Tahun 2004 dan PP No. 25 tahun

2000, Kepres RI nomor 40 tahun 2001 dan Kepmendagri nomor 1

tahun 2002 adalah adanya otonomi daerah dalam berbagai

bidang yang pada hakekatnya merupakan pemberian

kewenangan pada daerah untuk merumuskan dan

mengembangkan sistem di transportasi sendiri sesuai dengan

aspirasi dan kebutuhan masyarakat serta kondisi dan kemampuan

daerah dalam kerangka sistem nasional.

Dalam upaya meningkatkan pelayanan transportasi khususnya

transportasi udara serta mengingat perkembangan dan tuntutan

yang terjadi dan menunjang program nasional, maka

pengembangan Bandar Udara Trunojoyo Kabupaten Sumenep

dirasakan sangat mendesak.

Perencanaan Masterplan diharapkan dapat mengarahkan

pengembangan Bandar Udara Trunojoyo ini secara berkelanjutan,

berkesinambungan dan terarah dengan acuan dan dasar yang

jelas dan baku, sehingga pekerjaan yang dihasilkan dapat

diterima semua pihak dan dapat berfungsi secara optimal.

B.MAKSUD

1. Melaksanakan kajian atau analisis kuantitatif dan kualitatif

hingga seberapa jauh fasilitas bandar udara dapat

dikembangkan/dibangun guna mendukung serta

mengantisipasi perkembangan sosial ekonomi.

2. Melakukan Inventarisasi Data dan Survei Lapangan dalam

rangka penyediaan data dan informasi untuk kegiatan

analisis penyusunan Rencana Induk Bandar Udara.

3. Melakukan analisis yang terkait dengan Rencana Induk

Bandar Udara.

4. Melakukan Penyusunan Rancangan Keputusan Menteri

Perhubungan Tentang Rencana Induk Bandar Udara,

mengingat Bandar Udara Sumenep termasuk Katagori

Bandar Udara Bukan Pusat Penyebaran

C.TUJUAN

1. Menyiapkan pedoman perencanaan dalam rangka

perumusan kebijakan pengembangan fasilitas bandar udara

saat ini dan di masa mendatang sesuai kebutuhan

pelayanan jasa angkutan udara.

2. Penyusunan Rencana Induk Bandar Udara di Sumenep ini

juga ditujukan untuk keperluan perencanaan pelayanan jasa

kebandarudaraan, keselamatan penerbangan dan fasilitas

penunjang bandar udara.

Page 2: ES

1

D. SASARAN

Terciptanya hasil perancangan yang optimal yang diharapkan

dapat memberikan kemudahan mobilitas bagi pelaku ekonomi

dan masyarakat, disamping juga dituntut memberikan implikasi

yang dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.

E.BATASAN DAN PERATURAN

1. UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang;

2. UU Republik Indonesia No. 15 Tahun 1992 tentang

Penerbangan;

3. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;

4. Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2001 tentang

Kebandarudaraan;

5. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001 tentang

Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;

6. Peraturan Pemerintah RI No. 29 Tahun 2000 tanggal 30 Mei

2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

7. Kepres RI No. 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003

tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah;

8. Kepres RI No. 61 Tahun 2004 tentang perubahan terhadap

Keputusan Presiden RI Nomor 80 Tahun 2003 tanggal 3

Nopember 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah;

9. Kepres RI No. 8 Tahun 2006 tentang perubahan keempat

atas Keputusan Presiden RI Nomor 80 Tahun 2003 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

10. Kepmen Perhubungan No. 83 Tahun 1998 tentang

Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan

Departemen Perhubungan;

11. Kepmen Perhubungan No. KM 44 Tahun 2002 tentang

Tatanan Kebandaraudaraan Nasional;

12. Kepmen Perhubungan No. KM 48 Tahun 2002 tentang

Penyelenggara Bandar Udara Umum;

13. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 31 Tahun 2006

tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan

Departemen Perhubungan;

14. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No.

SKEP/120/VI/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pembuatan Rencana Induk Bandar Udara;

15. Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah No.

332/KPTS/M/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang

Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;

16. Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah No.

257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman

Pengadaan Jasa Konstruksi;

17. Peraturan Perundang-undangan lain yang berlaku.

F.KONDISI EKSISTING

KONDISI EKSISTING KABUPATEN SUMENEP

Page 3: ES

1

1. Geografis dan Administrasi

Secara geogarafis Kabupaten Sumenep terletak diantara

113032’54”-116016’48” BT dan 405’5”-7024’1” LS, dengan

batas-batas:

Sebelah Selatan : Selat Madura

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Barat : Kabupaten Pamekasan

Sebelah Timur : Laut Jawa/Laut Flores

Luas daerah Kabupaten Sumenep adalah 2.093,46 km2. Secara

administrasi wilayah Kabupaten Sumenep dibagi menjadi 27

Kecamatan dan 328 (Tiga Ratus Dua Puluh Delapan) Desa.

Gambar 1. Letak Kabupaten Sumenep Terhadap Jawa

Timur

(Sumber: DPU, 2005)

2. Hidrologi

Kedalaman air tanah d i wilayah Kabupaten Sumenep

mencapai 25 meter, dengan kualitas air tanah secara fisik

cukup baik.

3. Klimatologi

Berdasarkan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, Kab.

Sumenep mempunyai iklim Tipe D dengan temperatur antara

22oC-31oC. Kelembaban udara rata-rata adalah berkisar antara

74,3-84,8 mb/hari. Sedangkan intensitas rata-rata penyinaran

matahari untuk setiap bulannya berkisar antara 46%-79%.

Kecepatan angin rata-rata setiap bulan berkisar 3,88-6,88

Knot. Pada musim penghujan mempunyai curah hujan rata-

rata sekitar 200 sampai 1500 mm/bulan dan lama hujan rata-

rata 18 hari/bulan. Sedang pada musim kemarau mempunyai

curah hujan rata-rata 25-200 mm/bulan dan lama hujan rata-

rata 3 hari/bulan.

4. Perkembangan Penduduk

Sejak tahun 2003, jumlah penduduk di Kabupaten Sumenep

sudah mencapai di atas 1 juta jiwa. Proporsi terbesar penduduk

berada di Kecamatan Sumenep. Pertumbuhan rata-rata

Page 4: ES

1

penduduk Kabupaten Sumenep tergolong rendah, hanya 1,85%

per tahun.

5. Penggunaan Lahan

Lahan belum terbangun produktif yang paling luas berupa

tegal, kebun dan ladang seluas 121.139,32 hektar atau

57,92%. Kemudian kedua penggunaan lainnya seluas

27.630,85 hektar atau 13,21% dan ketiga penggunaan lain

yaitu sawah seluas 22.462,96 hektar. Lahan yang paling subur

untuk pertanian pangan adalah sawah, dimana jenis sawah

meliputi sawah teknis, setengah teknis, sederhana dan tadah

hujan. Sawah yang paling luas yaitu di Kecamatan Arjasa

seluas 8.594 hektar, tetapi didominasi oleh sawah tadah hujan.

Sedang sawah teknis dan setengah teknis yang paling luas di

Kecamatan Kota Sumenep dan Lenteng. Sawah teknis dan

setengah teknis secara keseluruhan seluas 6.211,64 hektar.

Tabel 1. Luas Lahan Terbangun & Belum Terbangun di Kab.

Sumenep*

No Kecamatan

Luas Lahan Terbangun

Luas Tak Lahan Terbangun Jumlah

Ha % Ha % (Ha)1 Pragaan 1.333,86 23,0

64.450,39 76,9

45.784,25

2 Bluto 1.306,67 25,50

3.818,32 74,50

5.124,99

3 Sarongi 1.300,93 19,21

5.470,10 80,79

6.771,03

4 Giligenting 633,36 20,89

2.398,54 79,11

3.031,90

5 Talango 781,00 16,22

4.033,40 83,78

4.814,40

No Kecamatan

Luas Lahan Terbangun

Luas Tak Lahan Terbangun Jumlah

Ha % Ha % (Ha)6 Kalianget 352,62 11,6

82.666,88 88,3

23.019,50

7 Sumenep 595,36 10,84

2.700,72 49,16

3.296,08

8 Batuan 396,91 7,22 1.800,48 32,78

2.197,39

9 Lenteng 1.617,50 22,65

5.523,09 77,35

7.140,59

10

Ganding 655,59 12,15

4.741,22 87,85

5.396,81

11

Guluk-guluk 967,91 16,25

4.989,37 83,75

5.957,28

12

Pasangsongan 1.505,93 12,65

10.396,96 87,35

11.902,89

13

Ambuten 436,78 8,64 4.617,52 91,36

5.054,30

14

Rubaru 744,82 8,82 7.701,21 91,18

8.446,03

15

Dasuk 144,00 2,23 6.305,95 97,77

6.449,95

16

Manding 320,00 4,65 6.567,55 95,35

6.887,55

17

Batuputih 1.060,67 9,45 10.165,88 90,55

11.226,55

18

Gapura 15,10 0,23 6.571,42 99,77

6.586,52

19

Batang-batang 2.057,75 25,62

5.978,17 74,39

8.035,92

20

Dungkek 622,90 9,83 5.711,73 90,17

6.334,63

21

Nonggunong 778,90 19,43

3.228,90 80,57

4.007,80

22

Gayam 544,90 6,16 8.295,00 93,84

8.839,90

23

Raas 671,61 17,26

3.218,76 82,74

3.890,37

24

Sapekan 157,90 0,78 20.030,83 99,22

20.188,73

25

Arjasa 564,68 1,27 32.935,59 73,73

33.500,27

26

Kangayan 188,23 0,42 10.978,53 24,58

11.166,76

27

Masalembu 233,51 5,72 3.851,69 94,28

4.085,20

Jumlah 19.989, 9,56 189.148, 90,4 209.137,5

Page 5: ES

1

No Kecamatan

Luas Lahan Terbangun

Luas Tak Lahan Terbangun Jumlah

Ha % Ha % (Ha)38 19 4 7

*) Tahun 2004

Sumber: RTRW Kabupaten Sumenep, 2006

6. Jaringan Transportasi

Transportasi Darat

Salah satu prasarana transportasi darat adalah jaringan jalan.

Kondisi jaringan jalan di Kabupaten Sumenep adalah sebagai

berikut:

Jalan Arteri Primer, menghubungkan antara Kota Sumenep

(Kab. Sumenep) dengan wilayah Kota Pamekasan, Sampang

sampai ke Bangkalan;

Jalan Lokal Primer, menghubungkan antara Kab. Sumenep

dengan Kota-Kota Kecamatan;

Jalan Arteri sekunder, menghubungkan antara pusat Sumenep

dengan Pusat BWK;

Jalan Kolektor sekunder, menghubungkan antara BWK dengan

pusat BWK yang lainnya serta pusat BWK dengan Pusat Unit

Lingkungan;

Jalan Lokal Sekunder, menghubungkan antara Pusat

Lingkungan dengan Pusat Lingkungan yang lainnya;

Jalan Lingkungan, menghubungkan antar perumahan

penduduk di dalam satu kawasan permukiman.

Sedangkan pada tabel 2 dan tabel 3 menunjukkan panjang

jaringan jalan dilihat dari pengelola dan jenis permukaanya.

Tabel 2. Jaringan Jalan Regional dan Pengelola

Pengelolaan Panjang Jalan (Km)Kabupaten 1.629.900Propinsi 69.600Negara 48.830Kecamatan / Desa 1.390Jumlah 1.749.720

Sumber: RTRW Kabupaten Sumenep, 2006

dan BPS Kabupaten Sumenep, 2007 (diolah)

Tabel 3. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan (Km)

Jenis

Permukaan

Jalan

Nega

ra

(Km)

Jalan

Propin

si

(Km)

Jalan

Kabupat

en (Km)

Kecamat

an (Km)

Panjang

(Km)

Aspal 48.83

0

69.600 1.488.40

0

- 1.606.830

Kerikil/

makadam

- - 94.200 - 94.200

Tanah - - 47.300 - 47.300

Lain-lain - - - 1.390 1.390

Jumlah 48.83

0

69.600 1.629.90

0

1.390 1.749.720

Sumber: RTRW Kabupaten Sumenep, 2006 dan BPS Kabupaten Sumenep, 2007

(diolah)

Transportasi Laut

Transportasi lokal melalui laut menghubungkan antara wilayah

kecamatan darat dengan wilayah kepulauan. Salah satu

Page 6: ES

1

pelabuhan resmi yang sudah beroperasi yaitu Pelabuhan

Kalianget. Sistem transportasi lokal melalui laut tersebut terdiri

atas sarana kapal penyebrangan dan perahu mesin.

Transportasi Udara

Guna mendukung peningkatan ekonomi dan lainnya bagi

penduduk Kabupaten Sumenep, maka harus didukung oleh sarana

transportasi salah satunya melalui udara. Di wilayah ini belum ada

bandar udara, sehingga kebutuhan penduduk terhadap sarana

transportasi udara selama ini melalui Kota Surabaya. Meskipun

saat ini belum ada bandar udara, namun sudah direncanakan

lapangan terbang perintis di Kecamatan Kota Sumenep.

KONDISI EKSISTING KOTA SUMENEP

1. Kondisi Topografi

Menurut topografinya seluruh wilayah Kecamatan Sumenep

memiliki tingkat kemiringan kurang dari 30% atau termasuk

daerah landai.

2. Kemampuan Dan Kesesuaian Lahan

Kelerengan

Kota Sumenep ditinjau dari morfologinya, merupakan

wilayah yang datar hanya sebagian kecil yang mempunyai

kelerengan yang berbukit.

Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman efektif tanah di Kota Sumenep berkisar antara

90 cm ke atas, 60 cm - 90 cm dan 30 cm - 60 cm.

Tekstur Tanah

Tekstur tanah Kota. Sumenep di bagian utara memiliki

tanah yang relatif kurang subur dan pada umumnya

tanahnya gundul, bagian tengah merupakan daerah yang

relatif agak subur dan bagian selatan tanahnya relatif

kurang subur dan sebagian relatif tandus.

3. Drainase

Drainase di Kota Sumenep termasuk baik, hal ini didukung

oleh adanya beberapa sungai yang melintasi wilayah kota

yang secara langsung dapat dipergunakan untuk saluran

pembuangan khususnya rumah tangga.

4. Erosi

Erosi di wilayah Kota Sumenep kemungkinannya sangat kecil

terjadi, hal ini disebabkan wilayah Kabupaten Sumenep

memiliki kelerengan yang cukup datar, hanya di sekitar Asta

Tinggi yang merupakan dataran cukup tinggi yang

mempunyai potensi erosi jika kawasannya tidak dijaga

vegetasinya.

6. Hidrologi

Page 7: ES

1

Secara fisik wilayah Kota Sumenep dilalui oleh beberapa

sungai/kali, antara lain Sungai Saroka, Sungai Tempek

dan Sungai Saroka. Air sungai ini selain dimanfaatkan

untuk jaringan irigasi, juga dimanfaatkan sebagian

penduduk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

seperti mandi dan cuci.

7. Kependudukan

Perkembangan jumlah penduduk di Kecamatan Sumenep

dalam lima tahun terakhir menurut RUTRK menunjukkan

perkembangan yang konsisten, tahun 1998 dengan jumlah

penduduk 59.470 jiwa, lima tahun kemudian yakni di tahun

2002 penduduk di Kecamatan Sumenep menjadi 64.173 jiwa,

artinya dalam setiap tahun menunjukkan kenaikan rata-rata

sebesar 1.100 jiwa. Desa dengan jumlah penduduk paling

besar adalah Desa Kolor dengan jumlah penduduk 7.383 jiwa

dan Desa Pamolokan dengan jumlah penduduk 6.993 jiwa,

sedangkan Desa dengan jumlah penduduk paling kecil adalah

Desa Kacongan dengan jumlah penduduk 1.337 jiwa.

Tabel 4. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Sumenep (1998-2002)

No. Desa

J u m l a h P e n d u d u k

T a h u n 1 9 9 8

T a h u n 1 9 9 9

T a h u n 2 0 0 0

T a h u n 2 0 0 1

T a h u n 2 0 0 2

1 Kolor 6.814 7.104 7.262 7.322 7.383

2 Pabian 5.007 5.136 5.215 5.286 5.330

3 Marengan Daya

1.603 1.649 1.680 1.744 1.792

4 Kacongan 1.204 1.202 1.230 1.309 1.337

5 Paberasan 3.342 3.416 3.455 3.527 3.589

6 Parsanga 4.021 4.126 4.176 4.242 4.302

7 Bankal 1.872 1.897 1.892 1.965 2.023

8 Pangarangan 4.003 4.160 4.288 4.373 4.435

9 Kepanjin 3.741 3.772 3.831 3.909 3.996

10 Pajagalan 3.826 3.908 3.951 4.005 4.086

11 Bangselok 5.207 5.317 5.415 5.514_

5.602

12 Karang duak 4.002 4.138 4.231 4.273 4.345

13 Pandian 4.112 4.251 4.344 4.390 4.479

14 Pamolokan 6.603 6.706 6.801 6.900 6.993

15 Kebunan 2.308 2.304.

2.313.

2.420 2.498

16 Kebunagung 1.805 1.802 1.859 1.904 1.983

Jumlah 59.470 60.888 61.943 63.083 64.173

Sumber: RUTRK Sumenep, 2002

8. Penetapan Bagian Wilayah Kota (BWK)

Pendekatan fungsi BWK Kota Sumenep dilakukan dengan

cara membagi beban fungsi Kota Sumenep secara

keseluruhan di wilayah fungsional kota.

Pembagian BWK di Kota Sumenep didasarkan pada hasil analisa

terhadap faktor-faktor di atas menjadi 1 Pusat Inti Kota dan 4

buah Pusat BWK, yaitu sebagai berikut:

Pusat Inti Kota, terletak di BWK A. Berfungsi sebagai

pusat perdagangan, jasa ekonomi, perkantoran pemerintah,

fasilitas pelayanan kota dan regional serta perumahan. Luas

Page 8: ES

1

wilayahnya sebesar 852.43 Ha atau 18,11% dari luas Kota

Sumenep.

Pusat Bagian Wilayah Kota, terdiri dari 4 buah Pusat BWK

sesuai dengan Bagian Wilayah Kota yang dimiliki, yakni:

BWK B

Memiliki luas wilayah sebesar 959,81 Ha atau 20,39% dari

luas Kota Sumenep. Memiliki fungsi yang difokuskan untuk

kegiatan yang meliputi pembangunan permukiman tingkat

kepadatan sedang dan rendah, daerah penggaraman,

penyediaan lokasi industri dan pergudangan pertanian

dan penyediaan fasilitas pelayanan tingkat lokal.

BWK C

Memiliki luas wilayah sebesar 1.004,81 Ha atau 21,34%

dari luas Kota Sumenep. Memiliki fungsi untuk kegiatan

yang meliputi pengembangan fasilitas perumahan

kepadatan rendah dan sedang, penyediaan fasilitas sosial

tingkat pelayanan lokal dan untuk lahan pertanian.

BWK D

Memiliki luas wilayah sebesar 1.040,81 Ha atau 22,11%

dari luas Kota Sumenep. Memiliki fungsi utama sebagai

daerah tangkapan air untuk Kota Sumenep. Sedangkan

untuk pengembangan kawasan terbangun seperti

permukiman keberadaannya dibatasi.

9. Rencana Tata Bangunan

Rencana tata bangunan ini sangat penting dalam upaya

untuk menciptakan keseimbangan, keserasian, dan

kelestarian lingkungan yang juga untuk kesimbangan fungsi

dan intensitas penggunaan lahan dalam kesatuan ruang

dalam wilayah dan kota, meliputi:

Kepadatan Bangunan

Kepadatan bangunan ini berkaitan dengan angka KDB

(Koefisien Dasar Bangunan) yang menggambarkan

indikator untuk mendeskripsikan intensitas bangunan

yang ada, yaitu perbandingan antara luas bangunan yang

diijinkan untuk dibangun terhadap petak lahan itu sendiri.

Tabel 5. Arahan Penetapan Koefisien Dasar Bangunan di Kota Sumenep Tahun2003-2013

No Jenis Bangunan KDB (%)1 Rumah kavling besar 60-702 Rumah kavling sedang 75.003 Rumah kavling kecil 80-904 Bangunan kantor 50-605 Bangunan kesehatan 40-606 Bangunan pertokoan 85-907 Bangunan gedung 85-908 Bangunan pabrik 40-509 Bangunan umum 50-60

Sumber: Hasil analisa RDTRK Tahun 2003

Ketinggian Bangunan dan Jumlah Lantai

Ketinggian bangunan ini berkaitan erat dengan KLB yang

merupakan perbandingan luas lantai dasar bangunan

dengan luas persil.

Secara tidak langsung besarnya KLB (Koefisien Lantai

Bangunan) ini mencerminkan jumlah lantai bangunan.

Ketentuan ketinggian maksimum bangunan tergantung pula

Page 9: ES

1

pada

penetapan nilai KDB untuk masing-masing bangunan.

Bangunan yang mempunyai nilai KDB besar, semakin tinggi

bangunan tersebut dapat didirikan.

Tabel 6. Rencana Penetapan Jumlah Lantai Bangunan Kota Sumenep Th 2003-2013

No Jenis Bangunan Jumlah Lantai1 Rumah kavlinig

besar1-2

2 Rumah kavling sedan

1-23 Rumah kavling

kecil1-2

4 Ban unan kantor 1-25 Kesehatan 16 Bangunan

pertokoan1-2

7 Bangunan gedung 1-28 Bangunan pabrik 19 Bangunan umum

- - -1-2

Sumber : Hasil Analisa RDTRK Tahun 2003

Perpetakan dan Sempadan Bangunan

Lebar sempadan bangunan di wilayah Kota Sumenep

ditetapkan sbb:

Untuk jalan arteri primer, garis sempadan pagar ditetapkan

sebesar 15 m dan garis sempadan bangunan sebesar 17,5

m.

Untuk jalan arteri sekunder, garis sempadan pagar ditetapkan

sebesar 10 m dan garis sempadan bangunan sebesar 12,5

m.

Untuk jalan kolektor sekunder, garis sempadan pagar

ditetapkan sebesar 4 m dan garis sempadan bangunan

sebesar 6 m.

Untuk jalan lokal sekunder, garis sempadan pagar sebesar

1,25 m dan sempadan bangunan 3,25 m.

11. Eksisting Bandara Udara Trunojoyo

Gambar 2. Kondisi Eksisting Bandara Trunojoyo

Nama Bandara: Trunojoyo

Lokasi: Kabupaten Sumenep

Jarak dari Pusat Kota dan pemerintahan Kabupaten Sumenep 1.5

km

Jarak Dari Ibukota Provinsi (km): 180.00 km

Page 10: ES

1

Gambar 3. Pesawat Spesifikasi C-212

Data Teknis Pesawat Spesifikasi C-212:

1. Kelas = SATKER.

2. Kemampuan = C-212.

3. Koordinat/elevasi= 07˚04' LS-113˚56' BT/10ft.

4. Pelayanan LLU = UNATTENDED AERODROME.

5. Panjang landasan = 850 x 30 m.

Kondisi fasilitas bangunan baru direnovasi, antara lain

pengaspalan kembali landasan pacu (runway) dan pengecatan

bangunan gedung operasional dan beberapa perbaikan lainnya

pada tahun 2007.

Gambar 4. Eksisting Fasilitas Bangunan Bandara Udara

Trunojoyo

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 5. Eksisting Lingkungan Sekitar Bandara Udara

Trunojoyo

(Sumber. Dokumentasi Pribadi)

6. Arah landasan = 12-30.

7. PCN = 5 FCZU.

8. Terminal (dom) = 24

m².

9. Gedung operasi = 4 m².

10. Luas apron = 40 x 40 m.

Page 11: ES

1

G.EVALUASI BANDAR UDARA SUMENEP

1. Status Bandar Udara Saat Ini

Saat ini fasilitasnya terdiri dari: 1(satu) buah Runway, 1(satu)

buah Taxiway, dan 1(satu) buah apron serta 1(satu) unit

gedung operasional yang tidak digunakan lagi. Sejak

dibangunnya bandara ini hingga kini belum ada kegiatan

penerbangan dan belum ada pengelolaan bandara dan

fasilitasnya. Juga belum ada pihak manapun yang

memanfaatkan keberadaan fasilitas ini.

Data Teknis Bandara Trunojoyo:

Panjang/Lebar runway : 850 m/30 m

Panjang/Lebar taxiway : 40 m/10 m

Luas Apron : 40x40 m2

Elevasi : 10 ft dpl

Arah angin/PCN : 12-30/5 FCZU

Pelayanan LLU : unattended aerodrome

Luas terminal : 24 m2

Gedung operasi : 4 m2

Jenis Pesawat yang Bisa Mendarat: C-212

Fungsi : Bukan Pusat Penyebaran

Penggunaan : Umum

Status saat ini : Bandara Perintis.

Sumber Data: Direktori Sarana dan Prasarana Penunjang

Investasi di Daerah Jawa Timur 2005

2. Situasi Bandar Udara

Sisi barat runway mempunyai jarak terdekat dengan

permukiman terdekat lebih kurang 60 meter. Posisi

permukiman-permukiman yang sangat dekat dan bahkan

berada di dalam kawasan bandara sangat membahayakan

keselamatan penerbangan dan keamanan-kenyamanan

permukiman. Oleh karena itu permukiman yang berada di

dalam kawasan penguasaan bandara ini perlu direlokasi.

3. Perkembangan Area di Sekitar Bandar Udara

Wilayah di sekitar Bandar Udara pada saat ini memiliki

kecenderungan pengembangan pemukiman yang paling cepat,

pengembangan bangunan industri garam dan tembakau, dan

bangunan perkantoran pemerintah, serta bangunan penunjang

telekomunikasi.

Memperhatikan kebutuhan pengembangan bandara yang harus

memenuhi standar keselamatan penerbangan baik nasional

dan internasional, maka tata ruang kawasan permukiman di

sekitar bandara harus dikendalikan. Pengendalian

perkembangan kawasan permukiman sebaiknya dilakukan

dengan memberikan batasan fisik dapat berupa jalan inspeksi

ataupun drainase yang disertai dengan pemagaran dengan

tanaman penghalang kebisingan.

Perkembangan perkantoran ke arah bandara masih dalam

batas yang aman. Pengendalian bangunan melalui

Page 12: ES

1

perencanaan tata ruang dengan memberikan batasan

ketinggian maksimal bangunan yang mempertimbangkan

standar ketentuan KKOP.

Pergudangan dan industri berkembang belum cepat. Sangat

dimungkinkan dengan beroperasinya bandara saat nanti akan

meningkatkan minat untuk mengembangkan kawasan industri

dan pergudangan. Pengembangan jenis kawasan ini di dekat

kawasan bandara juga harus memperhatikan ketentuan KKOP.

Perkembangan bangunan menara telekomunikasi di sekitar

kawasan bandara tumbuh pesat. Titik-titik menara kian

mendekati kawasan bandara yang dapat membahayakan

keselamatan penerbangan pada saat terjadi gangguan cuaca.

Secara tata ruang lokasi-lokasi menara harus diatur kembali

dan yang masuk di dalam KKOP harus direlokasi.

4. Ketersediaan Lahan Bandara

Kondisi lingkungan di sekitarnya masih kosong. Luas lahan

yang masih kosong di sekitar bandara Trunojoyo sekitar

3.755.490 m², dengan bentuk melebar dari arah landasan

pacu. Untuk peningkatan kelas pesawat yang dilayani akan

dibutuhkan perpanjangan landasan pacu dengan penataan

kembali jalan-jalan lokal yang telah terbangun dan

pembebasan kelompok-kelompok permukiman di arah ujung

landasan pacu. Sedangkan untuk kebutuhan pengembangan

melebar ketersediaan lahan masih mencukupi.

Gambar 6. Gambar Lingkungan Sekitar Bandar Udara

Trunojoyo

(sumber: google earth)

5.

K

e

t

e

r

s

e

d

i

aan Sumber Material

Kondisi lingkungan sekitar bandar udara yang ada pada saat ini

dikelilingi oleh area pertanian. Namun untuk ketersediaan

bahan material dari hasil data RTRW Kabupaten Sumenep

tahun 2006 cukup memadai.

6. Aksesibilitas Menuju Bandar Udara

Jarak Bandar Udara Trunojoyo dari pusat Kota Sumenep sekitar

5 km. Akses utama menuju Bandar Udara Trunojoyo pada saat

ini dapat dilalui oleh angkutan darat melalui tiga arah, yaitu

dari barat, selatan dan timur kawasan bandara. Kondisi jalan

utama menuju Bandar Udara Trunojoyo masuk dalam kategori

jalan arteri sekunder dengan kondisi jalan cukup bagus.

Kendala yang dihadapi adalah aksesibiltas, yaitu belum ada

sarana angkutan umum yang melewati akses jalan utama

menuju BandaraTrunojoyo. Selain itu pada malam hari akses

Ke Arah Kota

Ke Arah Kalianget: Akses Jalan Utama ke Bandara

Gambar 7. Akses Utama Bandar Udara

Trunojoyo

(sumber: analisa konsultan)

Page 13: ES

1

jalan menuju bandara belum dilengkapi dengan penerangan

jalan yang memadai.

H. KONSEP PEMBANGUNAN TERHADAP

PENGEMBANGAN

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penyusunan

rencana induk ini adalah: (1) Tatanan kebandarudaraan

nasional, (2) Keamanan dan keselamatan operasi penerbangan,

(3) Prakiraan permintaan jasa angkutan udara, (4) Pedoman

dan standar perencanaan yang berlaku, (5) Pengelolaan

lingkungan hidup, (6) Rencana tata ruang wilayah propinsi dan

kabupaten, dan (7) Faktor-faktor teknis lainnya. Kriteria dasar

yang digunakan untuk rencana pengembangan Bandar Udara

Trunojoyo–Sumenep dalam penentuan alternatif rencana

pengembangan terhadap pentahapan pembangunan adalah

sebagai berikut:

1. Data Aerodrome

Meliputi Letak Bandar Udara, Orientasi Runway, Airport

Elevation, Airport Rereference Temperature, Aerodrome

Reference Code, Runway Designation Number, Type of

Runway Operation, dan Runway Dimensions

2. Pertimbangan Operasional Pesawat Udara

Meliputi Obstacle Limitation Surfaces, Flight Procedures

(Prosedur Penerbangan), Air Traffic Control, dan Wind

Coverage.

3. Pertimbangan Pengembangan Bandar Udara

Meliputi efisensi dan efektifitas, jarak bandar udara dengan

pusat kota, perluasan/pengembangan fasilitas di masa

mendatang, mobilitas dan aksesbilitas, status tanah di

sekitar bandar udara.

4. Pertimbangan Sosial Kemasyarakatan

Meliputi kebisingan pesawat udara, tata guna lahan saat ini,

kecocokan dengan rencana tata guna lahan yang akan datang,

biaya kompensasi /ganti rugi (pembebasan lahan yang terkena

pengembangan, biaya pemindahan pemukiman, biaya

penggantian fasilitas sosial lain, biaya pemindahan jalan, dsb).

5. Pertimbangan Konstruksi

Pengaruh konstruksi terhadap bandar udara eksisting.

Pengaruh pelaksanaan konstruksi terhadap penambangan

material.

Pengaruh pelaksanaan konstruksi terhadap persyaratan

topografi dan geologi.

Page 14: ES

1

Pengaruh topografi, dapat mengakibatkan adanya pekerjaan

pemotongan dan penimbunan tanah.

Pengaruh geologi, kondisi tanah yang kurang baik dapat

menyebabkan adanya perbaikan tanah, stabilisasi tanah

dengan penggantian lapisan, dsb.

6. Pertimbangan terhadap Biaya Konstruksi

Biaya pembebasan lahan.

Biaya konstruksi pekerjaan sipil.

Biaya konstruksi pekerjaan arsitektural.

Biaya pekerjaan fasilitas navigasi penerbangan.

Biaya pekerjaan mekanikal dan elektrikal.

7. Pertimbangan Ekonomi dan Finansial

Internal Rate of Return (IRR), besarnya IRR harus lebih

besar dari tingkat bunga yang digunakan saat ini. Apabila

IRR lebih rendah maka akan dapat dikatakan bahwa proyek

tidak layak.

Net Present Value (NPV), Proyek disebut layak bila NPV>0

atau B0>CO. Bila jumlah cash in flows (dengan nilai saat

ini) sama dengan biaya investasi atau dengan kata lain

NPV=0, maka pendapatan hanya cukup untuk membayar

kembali biaya investasi.

I. KONSEP TATA LETAK FASILITAS BANDARA

Rencana Tata Letak (Site Plan) Bandar Udara adalah penjabaran

lanjut dan terinci Rencana Induk Bandar Udara (Airport Master

Plan).Rencana Tata Letak Bandar Udara berisikan rencana

peruntukan lahan bandar udara, rencana tata massa, serta

rencana pentahapan pembangunan Bandar udara.

Rencana peruntukan lahan dan tata massa disusun berdasarkan

persyaratan tertentu untuk menjamin keselamatan operasi

penerbangan di bandara dan untuk menjamin efisiensi hubungan

antar komponen yang mempunyai saling ketergantungan yang

erat.

1. Penyusunan Rencana Tata Letak

Tujuan penyusunan Rencana Tata Letak Bandar Udara adalah:

Menjabarkan Rencana Induk Bandar Udara secara lebih

terinci serta lebih bersifat teknis dan operasional, sehingga

digunakan untuk:

Menentukan batas lahan penguasaan Bandar udara

secara tepat untuk keperluan pemagaran.

Menentukan letak komponen-komponen Bandar udara.

Memberikan acuan bagi rancangan dasar komponen-

komponen Bandar udara dalam hal luas dasar dan

ketinggian bangunan.

Menentukan strategi pembangunan bandar udara.

Menghitung biaya pembangunan bandar udara.

Menyediakan acuan bagi pembangunan atau

pengembangan bandar udara.

2. Rencana Tata Letak Fasilitas Bandar Udara

Page 15: ES

1

Faktor yang dipertimbangkan dalam penyusunan tata letak

secara umum adalah: tatanan kebandarudaraan nasional;

keamanan dan keselamatan operasi penerbangan; prakiraan

permintaan jasa angkutan darat; pedoman dan standar

perencanaan yang berlaku; pengelolaan lingkungan hidup;

rencana tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten; faktor-

faktor teknis lainnya.

Rencana tata letak fasilitas Bandara Sumenep adalah sebagai

berikut:

Rencana peruntukan lahan bandar udara bagi komponen-

komponen bandar udara sebagai berikut:

Fasilitas Sisi Udara:

a. Runway (Landas Pacu)

b. Taxiway (Landas Hubung)

c. Apron (Landas Parkir)

Fasilitas Sisi Darat:

a. Terminal penumpang dan Terminal VIP

b. Bangunan operasi dan Menara Pengawas

c. Area depo pengisian bahan bakar pesawat (DPPU)

d. Kantor administrasi/Kantor kabandaraan

e. Bangunan PKPPK dan P3K (Unit Penanggulangan

Kecelakaan)

f. Parkir GSE (Ground Service Equipment)

g. Stasiun Meteo: kantor meteorologi dan taman meteo

h. Bangunan catu daya (Genset) dan Rumah pompa

i. Area instansi kebandarudaraan dan kantor keamanan

j. Parkir kendaraan mobil, kendaraan roda dua, pool taksi

dan bus

k. Kantin karyawan dan Kantin umum/supir

l. Fasilitas pembakaran sampah dan Limbah

m.Area penanggulangan bencana

n. Rumah Dinas, asrama Karyawan dan fasilitas olahraga

o. Bengkel dan bangunan pemeliharaan bandara

p. Areal pengembangan bandara

q. Mesjid dan pos jaga

Rencana Tata Bangunan atau tata massa, yang mencakup :

a. Rencana Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

b. Rencana Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

c. Arah peletakan bangunan

Jaringan jalan dan pola pergerakan lalu lintas kendaraan, serta

sarana kelengkapan jalan.

Rencana Utilitas yang mencakup:

a. Jaringan saluran air limbah

b. Jaringan drainase

c. Penyediaan air minum

d. Penyediaan listrik

e. Penyediaan sarana telepon dan alat komunikasi lainnya

f. Cara penanganan pembuangan sampah

Rencana jalur hijau dan pertamanan.

Rencana pentahapan pembangunan bandar udara

Zoning dan tata letak fasilitas bandar udara disusun berdasarkan

hasil kajian terhadap lokasi. Dalam konsep zoning perencanaan

d. Airside Road

e. Saluran drainase dan

fasilitasnya

Page 16: ES

1

sisi darat harus memperhatikan beberapa aspek, antara lain: jalur

pencapaian ke bandar udara, pembagian zona teknis, penunjang

dan publik, dan hubungan ruang antar fasilitas dalam bandar

udara.

Berdasarkan acuan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara,

fasilitas sisi darat terdiri dari 3 zona:

Zona Publik

Zona ini merupakan daerah yang sifatnya umum yang

menampung kegiatan umum baik penumpang dan pengunjung

seperti terminal, VIP dan parkir. Zona ini biasanya terletak di

bagian tengah karena berfungsi sebagai titik pusat/vocal point

dari bandar udara yang memberi citra dan ciri tertentu terhadap

bandar udara.

Zona Teknis

Zona ini adalah daerah yang tidak disediakan untuk umum

(restricted area), daerah ini menampung kegiatan operasional dan

teknis bandar udara. Hanya bisa diakses oleh pihak-pihak yang

berkepentingan saja. Zona ini biasanya terletak di sebelah zona

publik. Pada zona ini terdapat bangunan kantor administrasi,

menara ATC, bangunan operasi dan bangunan teknis lainnya.

Zona Penunjang

Zona ini adalah zona penunjang bandar udara yang semi steril

karena pada zona ini terdapat bangunan yang sifatnya masih

berhubungan dengan kepentingan umum seperti kargo, karantina

dan jasa boga, selain itu pada zona ini terdapat hanggar, bea

cukai, imigrasi, dan DPPU (fuel farm).

Ketiga zona itu dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 8. Konsep Zoning

J. RENCANA INDUK BANDARA TRUNOJOYO

Pengembangan fasilitas Bandara Trunojoyo direncanakan

berdasarkan hasil analisis proyeksi atau prakiraan lalu lintas

udara, baik lalu lintas pesawat terbang dan pengguna yang

memanfaatkan bandara. Hasil prediksi lalu lintas angkutan udara

merupakan data pokok untuk perhitungan kapasitas dan analisa

kebutuhan fasilitas yang ada. Prakiraan permintaan jasa angkutan

udara diperlukan dalam penyusunan rencana induk suatu bandara

untuk menentukan kebutuhan akan fasilitas-fasilitas bandar udara

termasuk besaran-besarannya. Hal utama yang diperkirakan

adalah jumlah penumpang dan jumlah barang atau kargo jika ada.

Berdasarkan jumlah penumpang dan jumlah kargo dapat

ditentukan pesawat-pesawat yang digunakan, jumlah pergerakan

pesawat pesawat kritis dan jumlah penumpang jam sibuk. Jangka

waktu prakiraan permintaan jasa angkutan udara untuk

penyusunan rencana induk suatu bandara umumnya adalah 25-30

tahun dan ditinjau kembali setiap 5 tahun.

Tabel 7. Prakiraan Lalu Lintas Angkutan Udara

Page 17: ES

1

No KeteranganTahap I Tahap II Tahap III2011-2014

2015-2025 2026-2030

1 Pergerakan Penumpang (PnP)a. Tahunan 25.403 46.457 71.924b. Harian 89 157 191c. jam Sibuk 89 157 191

2 Pergerakan Pesawata. Tahunan 416 520 676b. Harian 2 4 4c. Jam Sibuk 2 4 4

3 Jumlah Pesawat Jam Sibuk 1 2 2

4 Pesawat Terbesar M-50 M-50 M-505 Rute Terjauh Kupang Denpasar Denpasar

Sumber: Analisa Konsultan

Selain berdasarkan prakiraan permintaan jasa angkutan udara,

pengembangan Bandara Trunojoyo menyediakan area untuk

penanggulangan bencana, bangunan operasi, bangunan

pengelolaan air limbah, dan penyediaan air bersih serta fasilitas

lain yang terkait seperti sistem telekomunikasi, navigasi,

penyediaan listrik dsb.

Pengembangan fasilitas bandara dibedakan menjadi 2(dua) zona

sesuai dengan wilayah dan ruang gerak pengguna bandara; yaitu

zona sisi darat (landside) dan zona sisi udara (airside).

1. Rencana Tahapan Pembangunan Fasilitas Sisi

Udara

Pengembangan fasilitas sisi udara bandar udara diorientasikan

pada pengembangan yang optimal yang didasarkan pada

keterbatasan-keterbatasan yang ada, sehingga tidak perlu

terjadi adanya penambahan fasilitas yang tidak diperlukan atau

penggunaannya kurang optimal.

a. Pengembangan Fasilitas Runway (Landas Pacu)

Pengembangan fasilitas runway dilakukan pada tahap awal

(Tahap I) untuk mengantipasi beroperasinya pesawat C-130

Hercules.

Tabel 8. Pengembangan Fasilitas Landas Pacu (Runway)

No. Keterangan Tahap I Tahap II Tahap III1 Aerodrome Reference Code 3C 3C 3C2 Runway Operational

CategoryNon

InstrumenNon

InstrumenNo

Instrumen3 Dimensi Runway (m2) 1400 x 30 1600 x30 1600 x 304 TORA (m) - RW 21 1400 1600 16005 TODA (m) - RW 21 1550 1750 17506 ASDA (m) - RW 21 1400 1660 16607 LDA (m) - RW 03 1400 1600 16008 Turning Area (mZ) - 80 x 7,5 80 x 7,59 Runway Strip (m2) 1420 x 150 1720 x 150 1720 x 150

Sumber : Analisa Konsultan

b. Pengembangan Fasilitas Taxiway (Landas Hubung)

Pengembangan fasilitas taxiway (landas hubung)

direncanakan dengan mengoptimalkan penggunaan fasilitas

taxiway yang sudah ada pada Tahap I, sedangkan pada

Tahap II sesuai dengan pengembangan fasilitas sisi darat.

Tabel 9. Pengembangan Fasilitas Taxiway (Landas

Hubung)

Tahap Jenis Panjang

(m)

Lebar JumlahEksisting Perpendicular 60 21 1Tahap I Perpendicular 60 21 1Tahap II Perpendicular 70 18 1Tahap III Perpendicular 70 18 1

Sumber: Analisa Konsultan, 2008

Page 18: ES

1

c. Pengembangan Fasilitas Apron (Landas Parkir)

Tabel 10.Kebutuhan Fasilitas Apron (Landas Parkir)

Tahap Lebar (m) Kedalaman

(m)

KeteranganEksisting 60 40 -Tahap I Stage 1 60 40 -Tahap I Stage 2 60 40 Lama

60 8 0 BaruTahap II 60 40 Lama

110 80 Baru Sumber : Analisa Konsultan, 2008

Sedangkan untuk rencana pengembangan fasilitas lain seperti

fasilitas navigasi, komunikasi penerbangan dan fasilitas bantu

pendaratan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kebutuhan Fasilitas Sisi UdaraNO FASILITAS EKSISTING TAHAP I TAHAP II TAHAP III

1 Aerodrome Reference Code_

3C_

3C 3C 3C

2 Runway Non Instrumen

Non Instrumen

Non Instrumen

Non Instrumen

3 Dimensi Runway (1400 x 30)m²

(1600 x 30) m²

1600 x 30) m2

1600 x 30 m2

4 Runway Strip (1520 x 80)m2

(1720 x 150)m²

1720 x 50m2 1,720 x 150 m2

5 TORA RW 21 1400 m_

1600 m_

1600 rn 1600 m

6 LDA RW 03 1400 m 1600 m 1600 m 1600 m

7 ASDA RW 21 1400 rn 1600 m 1600 rn 1600 m

8 TODA RW 21 1550 m 1750 m 1750 m 1750 m

9 RESA (90 x 60) m2 (90 x60) m2 90 x 60 m2 (90 x 60 m2

10 Turnin Pads TH 21 - (80 x 7,5) m2 80 x 7,5) m² (80 x 7,5) m2

11 Taxiway Exit 1 1_

1 2

Perpendecular (60 x 21) m_

(60 x 21)rn A (60 x 21) m A (60 x 21) m

- - B (70x18) m B (70x18) m

Rapid exit - -

Pararel -

NO FASILITAS EKSISTING TAHAP I TAHAP II TAHAP III

12 Apron KlasifikasiPesawat

M 25 - -

M50 1 1_

2 2

M75 - - - -

Parkir Pesawat Ekstra - - - -

Total Stands 1 1 2 2

Luas Apron ( 60 x 40) m (60 x 40) m A (60 x 40) m A (60 x 40)m

B (60x80) m B (110x80) m

13 Pelayanan Lalu Lintas Udara

Unattended Unattended AFLS AFIS

14 Fasilitas Navigasi NDB NDB VOR/ DME GPS

VOR/DME GPS

15 Fasilitas Bantu Pendaratan Visual

TH 21 Marka Marka Marka, PAPI Marka PAPI

TH 03 Marka Marka Marka Marka

16 Fasilitas Komunikasi penerbangan

VHF A/G,HF-SSB

VHF A;G,HF-SSB

VHF A/G,HF-SSB

Tower Set

VHF A/G, HF-SSB

Tower Set

17 Kategori PKP-PK Cat IV Cat IV Cat V Cat V

18 Fasilitas Meteorologi BMG Set BMG Set BMG Set BMG Set

Sumber: Analisa Konsultan, 2008

2. Rencana Tahapan Pembangunan Fasilitas Sisi

Darat

Rencana tahapan pembangunan fasilitas sisi darat Bandara

Trunojoyo Sumenep adalah sebagai berikut:

Bangunan eksisting yang terkena gusur harus dibangun

terlebih dahulu.

Tahap selanjutnya adalah membangun terminal dan

membuat area parkir mobil, motor, pool taksi dan bus sesuai

denqan jumlah penumpang yang dilayani

Page 19: ES

1

Membuat beberapa fasilitas teknis: bangunan operasi,

kantor administrasi, bangunan catu daya/genset dan rumah

pompa/suplai air.

Membuat fasilitas perbengkelan untuk perbaikan kendaraan

dan bangunan perawatan bandara.

Kemudian fasilitas sisi darat lainnya.

3. Ketersedian Lahan Pengembangan Bandara

Pada rencana pengembangan Bandara Trunojoyo-Sumenep,

terdapat penambahan lahan untuk fasilitas sisi udara dan

fasititas sisi darat, yaitu dengan membebaskan lahan

penduduk berupa perumahan, kebun kelapa serta lahan

kosong yang ditumbuhi semak-semak. Luas lahan eksisting

adalah ± 27,7 Ha, sedangkan luas lahan untuk pengembangan

adalah ± 22,7 Ha sehingga luas total lahan setelah

pengembangan adalah 50,4 Ha.

GB 9. PETA KEBUTUHAN LAHAN BANDAR

UDARA

4. Ruang Lingkup Pembangunan

Lingkup Pembangunan Tahap I Stage 1 (2011-2014)

1) Pengadaan lahan

Pembebasan lahan yang diperlukan dalam pengembangan

sampai dengan Tahap II seluas 22,7 Ha.

2) Pekerjaan Persiapan

Page 20: ES

1

Pengukuran dan pemasangan patok batas lahan bandara

Pembersihan lahan untuk daerah perpanjangan runway

dan pembuatan apron serta taxiway baru.

Pembuatan direksi kit, base camp, pengadaan air bersih,

pengadaan instalasi listrik, sarana komunikasi dan

pembuatan jalan proyek.

3) Pekerjaan Sipil Sisi Udara

Pekerjaan tanah seperti stripping, grading, galian dan

timbunan.

Pembuatan pagar bandara sepanjang ± 4000 m.

Pekerjaan perkerasan: perpanjangan runway 200m x 30m

ke arah TH 03, pembuatan taxiway baru 70m x 18m,

pembuatan apron baru 60m x 80m.

Pembuatan RESA pada ujung TH 21 dan 03.

Pekerjaan pelapisan ulang (overlay) perkerasan yang

sudah ada.

Pembuatan marka baru pada perpanjangan taxiway&apron

baru.

Pembuatan jalan GSE dan jalan inspeksi.

Pembuatan saluran drainase pada fasilitas sisi udara.

4) Pekerjaan Sipil Sisi Darat

Pelebaran jalan masuk menjadi 2 arah 4 lajur.

Pembuatan infrastruktur jalan teknis dan penunjang lengkap

dengan rambu dan markanya.

Pembuatan pagar pembatas antara fasilitas sisi darat dan

sisi udara.

5) Pekerjaan Bangunan Fasilitas Sisi Darat

Lingkup kegiatan pembangunan pada tahun 2008 adalah:

Pembangunan rumah dinas karyawan yang baru karena

rumah dinas eksisting terkena pengembangan terminal

baru.

Jika rumah dinas yang baru telah dipindahkan, maka

pelaksanaan konstruksi terminal mulai dilakukan.

Membangun bangunan operasi, kantor administrasi, kantor

keamanan, kantor dan taman meteo yang baru karena

bangunan eksistingnya terkena pengembangan apron

Membangun rumah pompa air dan loket tiket masuk keluar.

Lingkup kegiatan pembangunan pada tahun 2009 adalah:

Lanjutan pembangunan bangunan terminal dan area

parkirnya.

Lanjutan pembangunan rumah dinas jika belum selesai.

Pembuatan area pool taksi dan bus serta parkir motor.

Pembuatan kantin supir dan toilet umum.

Pembangunan bangunan catu daya, pos jaga, parkir GSE.

Lingkup kegiatan pembangunan pada tahun 2010 adalah:

Pembangunan PKPPK, P3K dan kantin karyawan.

Pembangunan bengkel mekanikal elektrikal dan bangunan

pemeliharaan bandara.

Penyediaan area pembuangan sampah.

Penyediaan area DPPU, area penanggulangan bencana, dan

area instansi kebandarudaraan.

Page 21: ES

1

GB 10. PETA RENCANA PENGEMBANGAN TAHAP

1 (STAGE 1)

GB 11. PETA TATA LETAK FASILITAS SISI DARAT

TAHAP 1 (STAGE 1)

Lingkup Pembangunan Tahap II (2015-2025)

1) Pekerjaan Persiapan (yaitu pekerjaan penyiapan lahan)

Page 22: ES

1

2) Pekerjaan Sipil Sisi Udara

Pekerjaan tanah seperti stripping, grading, galian dan

timbunan.

Pengoperasian runway baru dengan panjang 1600 m x 30

m.

Pengoperasian taxiway dan apron baru.

Pembuatan apron baru 50m x 80m sehingga total apron

menjadi 110m x 80m.

Apron dan taxiway yang lama tetap dipergunakan, sebagai

helipad ataupun untuk general aviasi sehingga tidak

menganggu pelayanan penerbangan reguler.

3) Pekerjaan Konstruksi Fasilitas Sisi Darat

Pengoperasian terminal baru dan fasilitas lain yang telah

terbangun pada tahap/tahun sebelumnya.

Pada tahun 2017 adalah masa penambahan terminal reguler

untuk mengakomodasi kebutuhan di Tahap II.

Pembangunan terminal VIP dan mesjid.

Penyediaan area menara pengawas, area pengolahan limbah,

area DPPU, area penanggulangan bencana dan area instansi

kebandarudaraan.

Penambahan rumah dinas karyawan tipe 45 sebanyak 15

buah.

Lahan bandara yang tersisa difungsikan sebagai area

pengembangan bandara di masa yang akan datang.

4) Pekerjaan Pengadaan Fasilitas Navigasi

Perbaikan NDB yang rusak.

Penggantian NDB dengan peralatan baru VOR/DME (GPS).

5) Pekerjaan Pengadaan Fasilitas Bantu Pendaratan

Pemasangan PAPI pada ujung runway TH 21.

6) Pengadaan Fasilitas Komunikasi Penerbangan seperti VHF

A/G dan HF-SSB, Tower Set.

Lingkup Pembangunan Tahap III (Ultimit 2026-2030)

1) Pekerjaan Sipil Sisi Udara

Pada tahap ini fasilitas sisi udara hanya perawatan saja

terutama pada area runway strip.

2) Pekerjaan Sipil Sisi Darat

Tidak ada kegiatan pembangunan fisik fasilitas.

Tetap menyediakan area DPPU, area instansi

kebandarudaraan, area pengembangan bandara dan

penanggulangan bencana alam.

Page 23: ES

1

GB 12. PETA RENCANA PENGEMBANGAN TAHAP

1 (STAGE 2)

GB 13. TATA LETAK FASILITAS SISI DARAT

TAHAP 1 (STAGE 2)

Page 24: ES

1

5. Rencana Biaya Pembangunan

Sumber dana yang dapat digunakan adalah:

a) Biaya dari penggunaan fasilitas pendaratan dan tinggal

landas serta penggunaan fasilitas lain yang terkait.

b) Penghibahan konsesi.

c) Penyewaan ruang di bangunan terminal penumpang dan

kargo.

d) Penyewaan bangunan tertentu untuk akomodasi dan

pelayanan lainnya.

e) Penyewaan lahan kosong yang belum diperlukan

penggunaannya kepada pihak swasta.

Sumber dana dari Pemerintah dibedakan menjadi 3 sumber,

yaitu:

a) Pemerintah Pusat dalam bentuk anggaran APBN yang dapat

diusulkan pada setiap tahun anggaran.

b) Pemerintah Daerah Tingkat-I (propinsi) dalam bentuk

anggaran APBD Tingkat-I yang merupakan kewenangan dan

kebijaksanaan Gubernur.

c) Pemerintah Daerah Tingkat-II (Walikota) dalam bentuk

anggaran APBD Tingkat-II yang merupakan kewenangan dan

kebijaksanaan Bupati Sumenep.

6. Rencana Pelaksanaan Pembangunan

Rencana pelaksanaan pembangunan disusun berdasarkan

rencana pentahapan pembangunan (design year),

pembangunan dilakukan sesuai urutan prioritas kebutuhan

fasilitas yang harus tersedia terhadap masing-masing tahap

pembangunan.

K.PROSPEK BISNIS PENERBANGAN

Keadaan ekonomi pada suatu daerah direpresentasikan oleh

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data PDRB Kabupaten

Sumenep menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki

kontribusi terbesar terhadap PDRB, kemudian diikuti oleh sektor

perdagangan, hotel dan restoran setelah itu pertambangan dan

penggalian.

Dalam analisis ekonomi Bandar Udara Trunojoyo ini diasumsikan

setelah bandara baru dioperasikan akan terjadi perkembangan

PDRB yang lebih tinggi atau lebih cepat. Sektor-sektor yang

diasumsikan terpengaruh dan mengalami perkembangan yang

lebih cepat adalah sektor pertanian, pertambangan & penggalian,

perdagangan dan sektor jasa.

Tabel 12. PDRB per-Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Sumenep berdasarkan Harga Berlaku (Juta Rp)

Sektor 2003 2004 2005 2006

Pertanian 2.756.875,36

3.010.217,03

3.498.085,87

4.029.569,39

Pertambangan & Penggalian 483.139,51 544.212,25 613.101,69 724.322,35

Industri Pengolahan 144.895,30 154.901,21 170.745,56 189.102,69Listrik, Gas & Air Bersih 10.137,21 11.706,60 14.458,21 16.048,97

Bangunan 109.988,30 118.088,19 140.861,86 164.123,77Perdagangan, Hotel & Restoran 688.523,72 759.860,74 914.757,33 1.081.770,

72Pengangkutan & 182.713,80 201.267,26 246.024,01 285.185,20

Page 25: ES

1

KomunikasiKeuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

208.562,33 234.607,86 269.498,52 308.938,78

Jasa-jasa 486.258,12 533.992,07 629.417,10 721.815,41

PDRB dengan Migas 5.071.093,64

5.568.853,20

6.496.950,16

7.520.877,28

PDRB tanpa Migas 4.682.301,95

5.128.721,72

6.006.312,23

6.937.746,83

PDRB Per Kapita (Rp) 5.008.576,58

5.361.998,04

6.180.255,33

7.110.495,05

Income perkapita PDRN Per Kapita (Rp)

4.751.720,93

5.087.017,82

5.863.312,29

6.745.846,38

Sumber: BPS Kabupaten Sumenep, 2006

Biaya (Cost) Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

mengembangkan bandara, menambah fasilitas-fasilitas yang

belum ada dan meningkatkan fasilitas-fasilitas yang sudah

ada. Biaya investasi tidak diperuntukkan perawatan dan

perbaikan (maintenance) fasilitas–fasilitas bandara. Biaya

perbaikan dan perawatan bandara diasumsikan dapat ditutup

(covered) oleh penerimaan dari pengoperasian bandara (JP2U,

JP4U, konsesi, parkir kendaraan). Perkiraan biaya investasi

Bandara Trunojoyo diberikan secara ringkas pada Tabel 13

berikut.

Tabel 13. Prakiraan Biaya Konstruksi Pengembangan Bandara TrunojoyoTahap Tahun Total Biaya

Konstruksi

Tahap I 2011 - 2014

2011201220132014

Tahap II 2015 - 2015

2025

2016201720182019202020212022202320242025

Tahap III 2026 - 2030

20262027202820292030

Grand Total Alor = 110.113.402.875,00

Analisa Pengeluaran Bandara Trunojoyo

Total Biaya O & P, kecuali biaya depresiasi Bandara Trunojoyo

diprediksi 35% dari total penerimaannya.

Tabel 14. Total Biaya O & PSub Biaya Tarif (

%)Satuan

Biaya Pegawai 20% Per Total Penerimaan

Biaya Barang 9% Per Total PenerimaanBiaya Pemeliharaan 10 °'o Per Total PenerimaanBiaya Dinas 1% Per Total Penerimaan

Prediksi total pendapatan dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah

ini.

Tabel 15. Prakiraan Total Pendapatan Bandara Trunojoyo

TahunPendapatan Total

PendapatanAeronautika Non-Aeronautika2011 220, 709, 296 129, 196,764 349, 906, 055

2012 226,668,031 135;707,125 362,3/5,156

2013 285,941,721 161,281,509 447,223,230

2014 292,794,267 168,781,878 461,576,145

Page 26: ES

1

2015 344,593,835 199, 958,141 544,551,976

2016 394,842,425 208,596,560 603,438,985

2017 463,131,280 246,477.531 709,608,811

2018 472,193,772 306,495,955 778,689,727

2019 553,944,703 359, 900,788 913,345, 491

2020 591,882,516 411,074,100 1, 002f 956, 616

2021 718,785,440 482, 657,360 1,201,442,800

2022 730,770,5351 553, 426,552 1,284,197,137

2023 891,220,180 649,713,260 1,540,933,440

2024 905,003,097 747,470,073 1,652,473,170

2025 1,056,603,916 877,370,341 1,933,979,257

2026 1,115,063,025 1f 012, 238, 270 2,127,301,295

2027 1,300,550,386 1,187,898,531 2,488,448,917

2028 1,318,778,294 1,373,735,544 2,692,513,838

2029 1,537,557,132 1,611,724.450 3,149,281,583

2030 1,614,869,303 1,867,505,936 3 f 482, 375, 2401

Sumber: Analisis Konsultan

Sedangkan prediksi total pengeluaran dapat dilihat pada Tabel

16.

Tabel 16. Prakiraan Total Pengeluaran Pengembangan Bandara Trunojoyo

TahunB i a y a O p e r a s i o n a 1 Piaya Total

Pegawai Barang PemeliharaaPerj. DinasKonstruksi Pengeluar20112012201320192015201620172018201920202021

202220232024202520262027202820292030Sumber: Analisis Konsultan

Indikasi Analisis Finansial

Tingkat bunga atau discount factor yang digunakan adalah

13 %, 15 % dan 18 %.

Tabel 17. Resume Nilai NPV dan SCR Analisis Finansial

Tingkat Suku Bunga

i = 13% i = 15% i = 18%

NPV (x 1.000.000) -67.117,41 -64.281,53 -60.424,30SCR 0,07 0,06 0,05

FIRR -14,77766248 %

S u m b e r : A n a l i s i s K o n s u l t a n

Dan dari perhitungan FIRR = -14,77766248 % Sehingga

disimpulkan bahwa investasi Bandar Udara Trunojoyo

Page 27: ES

1

Kabupaten Sumenep dapat dikatakan Tidak

Menguntungkan secara Finansial.

L. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN

Berdasarkan klasifikasi dari Direktorat Jenderal Perhubungan

Udara, Bandar Udara Trunojoyo pada saat ini termasuk dalam

kelas B (ICAO kelas 3C).

Pengembangan dilakukan melalui tiga tahapan yaitu: Tahap I

Stage 1 (2007 - 2010), Tahap I Stage 2 ( 2010- 2020), Tahap II (

2021 - 2030 ).

Dengan dikembangkannya Bandara Trunojoyo, maka nantinya

pada tahap ultimate pesawat terbesar yang dapat dilayani

adalah sekitar M-50.

Sisi darat dikembangkan dengan mengoptimatisasikan lahan

eksisting, agar bangunan tidak menjadi halangan pada

permukaan transisi dan karena adanya bukit maka fasilitas sisi

darat digeser di sebelah barat apron eksisting demikian juga

untuk fasilitas apron, direncanakan pembuatan apron baru

untuk menampung peningkatan jumlah pengguna jasa

angkutan udara.

Dengan dikembangkannya Bandar Udara Trunojoyo diharapkan

dapat mendukung pembangunan perekonomian masyarakat

Kabupaten Sumenep pada khususnya dan Provinsi Jawa Timur

pada umumnya.

REKOMENDASI

Mengingat utilisasi fasilitas di Bandara Trunojoyo masih

rendah, maka perlu dikembangkan suatu peluang bisnis

penerbangan yang dapat menambah pendapatan bandara.

Proses pentahapan pengembangan yang akan dilakukan di

Bandara Trunojoyo adalah dengan mengoptimalkan lahan dan

fasilitas eksisting sebelum fasilitas baru yang direncanakan

siap dioperasikan sehingga kinerja operasional bandara tetap

Page 28: ES

1

terjaga dan setiap perubahan fasilitas tersebut perlu

diberitahukan melalui NOTAM (Notice to Airman).

Mengingat biaya pengembangan Bandara Trunojoyo yang

cukup besar, maka upaya-upaya yang serius perlu dilakukan

melalui mekanisme koordinasi dan kerjasama yang saling

mendukung antara berbagai pihak yang berkepentingan

dengan pelayanan dan operasional bandar udara, yakni

antara pihak perusahaan penerbangan (airlines), Ditjen

Perhubungan Udara, Pemerintah Kabupaten Sumenep dan

investor swasta khususnya jasa pariwisata guna mendukung

pengembangan kepariwisataan.

Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa proyek

pengembangan cukup layak meskipun analisa finansial

menunjukkan hal sebaliknya, maka direkomendasikan proyek

dapat direalisasikan antara lain dengan pertimbangan proyek

akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan ekonomi

daerah.

Penyelenggaran bandara Udara mengajukan Penetapan

Rencana Induk Bandara kepada Bupati dengan melampirkan

rekomendasi Gubernur.