Epidemiologi Penyakit Menular Campak

19
TUGAS TERSTRUKTUR EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR CAMPAK Disusun Oleh : 1. Rendy Manuhutu G1B012056 2. Adinda Permatasari G1B012058 3. Faza Khairani Batubara G1B012062 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT PURWOKERTO

description

Penjelasan Penyakit Camoak

Transcript of Epidemiologi Penyakit Menular Campak

Page 1: Epidemiologi Penyakit Menular Campak

TUGAS TERSTRUKTUR

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

CAMPAK

Disusun Oleh :

1. Rendy Manuhutu G1B012056

2. Adinda Permatasari G1B012058

3. Faza Khairani Batubara G1B012062

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

PURWOKERTO

2014

Page 2: Epidemiologi Penyakit Menular Campak

BAB I

PENDAHULUAN

Campak telah diakui sebagai penyakit klinis selama lebih dari 10 abad dan di

negara berkembang terkait dengan angka kematian yang tinggi pada anak usia dini.

Epidemiologi campak dipengaruhi oleh ukuran populasi, kepadatan, mobilisasi,

perilaku sosial dan cakupan imunisasi. Dengan tidak adanya vaksinasi, penyakit ini

menginfeksi semua orang di beberapa waktu selama hidup kecuali dalam populasi

terisolasi. Dimulai pada tahun 1963 penggunaan ketersediaan vaksin campak telah

membuat pencegahan dan peningkatan hidup. Negara-negara di Amerika, Eropa, dan

Mediterania Timur telah melakukan interupsi terhadap transmisi campak. Campak

belum endemik di Amerika Serikat sejak tahun 1997. Transmisi campak terputus di

Amerika pada tahun 2002 (Robert, 2008).

Campak adalah penyakit di seluruh dunia yang paling sering terjadi pada

anak-anak di bawah usia 15 bulan. Hal ini menyebar melalui pernapasan dan

memiliki masa inkubasi dari 9 sampai 12 hari. Campak adalah suatu penyakit akut

yang sangat menular yang disebabkan oleh morbillivirus dari keluarga

paramyxovyrus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini

ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian

diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Salah satu kasus campak dapat

menginfeksi 15 – 20 orang yang tidak di vaksinasi. (Richard, 2000).

Sejak tahun 1986, di Kamerun vaksin campak diberikan pada anak – anak usia

9 bulan. Namun, cakupan imunisasi selama satu dekade hanya mencapai 50%

sehingga Kamerun merupakan salah satu dari 20 negara di dunia dengan epidemik

campak. Kemudian pada tahun 2000, diberikan imunisasi tambahan dengan

meningkatkan dosis vaksin yang sebelumnya merupakan dosis tunggal sehingga

kasus campak di Kamerun mengalami penurunan (Fellicitee, 2011).

Page 3: Epidemiologi Penyakit Menular Campak

BAB II

PERMASALAHAN

A. Angka Kesakitan

Pada tahun 2011 lebih dari 30.000 kasus campak terjadi di Eropa, pada tahun

yang sama pula telah terjadi wabah yaitu :

DRC (134 042 kasus)

Ethiopia (3255 kasus)

France (14 949 kasus)

India (29 339 kasus)

Italy (5189 kasus)

Nigeria (18 843 kasus)

Pakistan (4386 kasus)

Spain (3802 kasus)

(WHO, 2013)

Pada tahun 2011 di Kamerun terdapat 163 kasus angka kesakitan penyakit

campak pada usia 0-5 bulan, lalu meningkat tajam dengan jumlah kasus 2125 pada

usia 6-8 bulan sedangkan puncak kasus angka kesakitan campak terjadi pada usia 9-

59 bulan sebanyak 7110 dan menurun pada usia lebih dari 60 bulan dengan total

kasus 5604. Hal ini berarti di Kamerun terdapat 15002 kasus penderita penyakit

campak (Fellicitee, 2011).

B. Angka Kematian

Secara global kasus kematian campak menurun sebanyak 71% antara

tahun 2000-2011, dari 542.000 menjadi 158.000 (WHO, 2013).

Pada tahun 2011 di Kamerun terdapat 5 kematian pada usia 0-5 bulan,

lalu meningkat pada usia 6-8 bulan sebanyak 44 kematian dan pada puncaknya

kematian pada usia 9-59 bulan dengan 163 kematian dan menurun sebanyak 32

Page 4: Epidemiologi Penyakit Menular Campak

kematian pada usia lebih dari 60 bulan. Hal ini berarti di Kamerun pada tahun

2011 terdapat 244 kematian (Fellicitee, 2011).

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Keluhan dan Gejala Penyakit

Gejala penyakit campak dikategorikan dalam tiga stadium, yaitu :

a. Stadium masa inkubasi, berlangsung 10-12 hari. gejala awal adalah dingin

biasa selama satu atau dua hari, ada peningkatan suhu, bersin, batuk

kering, lakrimasi dan fotofobia. Kejang kadang-kadang terjadi pada anak-

anak dan sensasi dingin dapat hadir. suhu pada malam hari pertama

berkisar 101-104°F, selaput lendir mulut dan tenggorokan menjadi

hyperemic. Selama tahap ini gejala umum terus terlihat dan selaput lendir

mulut menunjukkan lesi, ini digambarkan sebagai "bintik koplik" yang

berwarna putih atau putih kebiruan (Oliver, 1954).

b. Stadium masa prodromal, yaitu munculnya gejala demam ringan hingga

sedang, batuk yang makin berat, pilek, peradangan mata, lesu dan

munculnya bercak koplik yang khas pada campak, yaitu bercak putih pada

mukosa pipi.

c. Stadium akhir, ditandai oleh demam tinggi dan timbulnya ruam-ruam kulit

kemerahan yang dimulai dari belakang telinga dan kemudian menyebar ke

leher, muka, tubuh, dan anggota gerak.

Dua hari kemudian suhu biasanya akan menurun dan gejala penyakit

mereda. Jika berlangsung selama lebih dari 3 – 4 hari setelah timbulnya ruam,

mungkin menunjukkan adanya komplikasi. Ruam kulit akan mengalami

hiperpigmentasi (berubah warna menjadi lebih gelap) dan mungkin

mengelupas. Penderita akan tampak sehat apabila tidak disertai oleh

komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi adalah konjungtivitis,

Page 5: Epidemiologi Penyakit Menular Campak

bronkopneumonia, radang telinga tengah, dan peradangan otak. Infeksi virus

campak selama kehamilan dapat menyebabkan komplikasi berat, seperti

kematian janin atau kelahiran prematur (Ayse, 2013).

2. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau

meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibody IgM

merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut,

karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya

ruam, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari

ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur

pada 4 minggu setelah munculnya ruam. Sedangkan IgG antibody dapat

dideteksi 4 hari setelah ruam muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu

setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan

sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine,

nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama

masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat

tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. (Richard,

2000).

Pemeriksaan untuk komplikasi :

Ensefalopati/ensefalitis : dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal,

kadar elektrolit darah dan analisis gas darah.

Enteritis : feses lengkap.

Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas

darah.

(Robert, 2008).

3. Etiologi

Penyebabnya adalah virus morbili yaitu Rubeola yang terdapat dalam

sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah

timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili

Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. virus ini memiliki RNA rantai tunggal,

Page 6: Epidemiologi Penyakit Menular Campak

sampai saat ini hanya ada satu serotipe yang diketahui dapat menimbulkan

penyakit pada manusia. Tempat utama infeksi adalah epitel pernapasan dari

nasofaring dan cara penularannya dengan droplet infeksi.

Faktor risiko terkena morbili adalah

1. Daya tahan tubuh yang lemah.

2. Belum pernah terkena campak.

3. Belum pernah mendapat vaksinasi campak.

(Oliver, 1954).

4. Cara Pencegahan

Imunisasi campak yang diberikan pada bayi berusia 9 bulan

merupakan pencegahan yang efektif. Vaksin campak berasal dari virus hidup

yang dilemahkan. Vaksin yang diberikan dengan cara subkutan dalam atau

intramuscular dengan dosis 0,5 cc. Pemberian imunisasi campak satu kali

akan memberikan kekebalan selama 14 tahun, sedangkan untuk

mengendalikan penyakit diperlukan cakupan imunisasi paling sedikit 80% per

wilayah secara merata selama bertahun-tahun. Imunisasi dengan dua dosis

vaksin campak dalam kombinasi dengan rubella dan vaksin gondok (Measles

Mumps Rubella yang disingkat MMR) merupakan metode pencegahan yang

paling efektif. Sekitar 15% dari anak-anak yang divaksinasi dengan hanya

satu dosis, gagal mengembangkan kekebalan yang lengkap terhadap campak.

Oleh karena itu, dua dosis vaksin campak yang direkomendasikan untuk

mendapatkan kekebalan penuh dan mencegah wabah. Keberhasilan program

imunisasi dapat diukur dari penurunan jumlah kasus campak dari waktu ke

waktu.

Kegagalan imunisasi dapat disebabkan oleh :

1. Terdapatnya kekebalan yang dibawa sejak lahir yang berasal dari antibodi

ibu. Antibodi itu akan menetralisasi vaksin yang diberikan.

2. Terjadi kerusakan vaksin akibat penyimpangan, pengangkutan, atau

penggunaan di luar pedoman.

(Ayse, 2013).

Page 7: Epidemiologi Penyakit Menular Campak

5. Cara Pengobatan

Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :

Pemberian cairan yang cukup.

Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan ada

atau tidaknya komplikasi.

Suplemen nutrisi.

Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder.

Anti konvulsi apabila terjadi kejang.

Pemberian vitamin A.

Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu > 39°C), dehidrasi, kejang,

asupan oral sulit, atau adanya komplikasi.

Campak tanpa komplikasi, terdiri dari :

a. Hindari penularan.

b. Istirahat di tempat tidur.

c. Vitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU

tiap hari.

d. Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai.

Campak dengan komplikasi, terdiri dari :

a. Ensefalopati/ensefalitis

Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan

Percutaneous Dilatational Tracheostomy yang disingkat PDT

ensefalitis Kortikosteroid, kebutuhan jumlah cairan disesuaikan

dengan kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan elektrolit.

b. Bronkopneumonia

Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia.

Oksigen nasal atau dengan masker.

Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dan

elektrolit.

c. Enteritis : koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi.

Page 8: Epidemiologi Penyakit Menular Campak

d. Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi

kurang perlu dipantau terhadap adanya infeksi TB laten. Pantau gejala

klinis serta lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan.

Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya

berat atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit. Anak

campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan penyakitnya

kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang belum mendapat

imunisasi campak. Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan

cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah

dicerna karena anak campak rentan terjangkit infeksi lain seperti radang

tenggorokan, flu atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung sebulan

setelah sembuh karena daya tahan tubuh penderita yang masih lemah.

Pengobatan secara simtomatik sesuai dengan gejala yang ada:

a. Antipiretik : parasetamol 7,5 – 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam.

b. Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6

jam, dosis maksimum 600 mg/hari.

c. Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic

antitussive (codein) tidak boleh digunakan.

d. Mukolitik bila perlu.

e. Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral

sangat bermanfaat.

(Oliver, 1954).

6. Rehabilitasi

Rehabilitasi (rehabilitation) merupakan serangkaian dari tahap

pemberantasan kecacatan (disability limitation). Rehabilitasi ini bertujuan

untuk berusaha mengembalikan fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal

mungkin. Rehabilitasi (rehabilitation) yang dapat dilakukan dalam menangani

penyakit campak yaitu :

1) Rehabilitasi fisik jika terdapat gangguan fisik akibat penyakit campak.

Page 9: Epidemiologi Penyakit Menular Campak

2) Rehabilitasi mental/psycho rehabilitation dari penderita campak, sehingga

penderita tidak merasa minder dengan orang atau masyarakat yang ada

disekitarnya karena pernah menderita penyakit campak.

3) Rehabilitasi sosial bagi penderita campak sehingga tetap dapat melakukan

kegiatan di lingkungan sekitar bersama teman atau masyarakat lainnya

yang berdaya guna.

(Robert, 2008).

7. Prognosis

Sebagian besar orang yang menderita campak akan pulih. Kasus fatal

hanya terjadi dari beberapa komplikasi (Oliver, 1954).

BAB IV

PENUTUP

Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan

oleh morbillivirus dari keluarga paramyxovyrus. Campak disebut juga rubeola,

morbili, atau measles. Menurut WHO, kasus kematian campak secara global

mengalami penurunan dari 542.000 kasus menjadi 158.000 kasus dari tahun 2000

sampai dengan tahun 2011. Di Kamerun terdapat 15.002 kasus angka kesakitan

penyakit campak, sedangkan angka kematian sebanyak 244. Gejala penyakit campak

dikategorikan dalam tiga stadium yaitu masa inkubasi, masa prodromal dan akhir.

Pemeriksaan antibody IgM merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya

infeksi campak akut. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu imunisasi campak pada

bayi usia 9 bulan dan pengobatannya disesuaikan dengan ada atau tidaknya

komplikasi campak. Rehabilitasi dalam menangani campak ada 3 yaitu rehabilitasi

fisik, rehabilitasi mental dan rehabilitasi sosial.

Page 10: Epidemiologi Penyakit Menular Campak

DAFTAR PUSTAKA

Batirel, Ayse. 2013. Clinical Approach to Skin Eruption and Measles. A Mini

Review J Gen Pract Vol 1 No. 118 hal 113.

Nguefack, Félicitée. 2011. Morbidity and Mortality from Measles in Cameroonian

Children. Implications for Measles Control. The Open Area Studies Journal Vol

4 No. 7 hal 13.

Odom, Richard. 2000. Disease Of The Skin Clinical Dermatology Nineth Edition.

New York : W. B. Saunders Company.

Ormsby, Oliver. 1954. Disease Of The Skin Eight Edition. America : Library Of

Congress Card Catalog.

Wallace, Robert. 2008. Public Health and Preventive Medicine. America : The Mc

Graw – Hill Companies.

http://www.who.int/mediacentre/news/notes/2013/measles_20130117/en/ diakses

pada tanggal: 12 April 2014

Page 11: Epidemiologi Penyakit Menular Campak

LAMPIRAN

Page 12: Epidemiologi Penyakit Menular Campak
Page 13: Epidemiologi Penyakit Menular Campak

Ruam pada kulit di sekujur tubuh penderita campak

Page 14: Epidemiologi Penyakit Menular Campak

Selaput lendir mulut menunjukkan lesi yang disebut “Bintik Koplik” yang

berwarna putih atau putih kebiruan