Epidemiologi Dan Etiologi Pene Gomez

download Epidemiologi Dan Etiologi Pene Gomez

of 3

description

pene

Transcript of Epidemiologi Dan Etiologi Pene Gomez

EpidemiologiPrevalens Anemia defisiensi besi sering dijumpai pada anak usia sekolah dan anak praremaja. Angka kejadian pada anak usia sekolah (5-8 tahun) di kota sekitar 5,5%, anak praremaja 2,6% dan gadis remaja yang hamil 26%. Di Amerika serikat sekitar 6% anak berusia 1-2 tahun diketahui kekurangan besi, 3% menderita anemia. Lebih kurang 9% gadis remaja di amerika serikat kekurangan besi dan 2% menderita anemia. Sedangkan pada laki-laki sekitar 50% cadangan besinya berkurang saat pubertas.

Prevalens anemia defisiensi besi lebih tinggi pada anak kulit hitam disbanding kulit putih. Keadaan ini mungkin berhubungan dengan status social ekonomi anak kulit hitam yang lebih rendah.(Buku Merah)World Health Organization (WHO) dalam Worldwide Prevalence of Anemia melaporkan bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia adalah 1,62 miliar orang dengan prevalensi pada anak sekolah dasar 25,4% dan 305 juta anak sekolah di seluruh dunia menderita anemia.2 Secara global, prevalensi anemia pada anak usia sekolah menunjukkan angka yang tinggi yaitu 37%, sedangkan di Thailand 13,4% dan di India 85,5%. Prevalensi anemia di kalangan anak-anak di Asia mencapai 58,4%, angka ini lebih tinggi dari rata-rata di Afrika (49,8%).4,5 Laporan Riset kesehatan dasar (Riskesas) tahun 2013 menunjukkan bahwa anemia gizi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia dengan prevalensi pada anak usia 5 - 12 tahun sebesar 29% dan di Kota Makassar sebesar 37,6%.6Etiologi

Terjadinya anemia defisiensi besi sangat ditentukan oleh kemampuan absorpsi besi, diet yang mengandung besi, kebutuhan besi yang meningkat dan jumlah yang hilang. Kekurangan besi dapat disebabkan :

1. Masukan kurang : Malnutrisi energi protein (MEP), defisiensi diet relative yang disertai pertumbuhan yang cepat. Pada pertumbuhan cepat biasa pada usia 1 tahun pertama dan masa remaja maka kebutuhan zat besi akan meningkat. Pada bayi umur 1 tahun berat badannya meningkat 3 kali dan massa haemoglobin dalam sirkulasi mencapai 2 kali lipat disbanding saat lahir. 2. Absorbsi kurang : Malnutrisi energi protein (MEP), diare kronis, sindrom malabsorbsi lainnya. Dapat juga terjadi gangguan absorpsi seperti aklorhidria, operasi lambung, penyakit celiac. Pada malabsorpsi besi sering dijumpai pada anak yang kurang gizi yang mukosa ususnya mengalami secara histologis dan fungsional. Pada orang yang telsh mengalami gastrektomi parsial atau total sering disertai anemia defisiensi besi walaupun penderita mendapat makanan yang cukup besi. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah asam lambung dan makanan lebih cepat melalui bagian atas usus halus, tempat utama penyerapan besi heme dan non heme. 3. Sintesis kurang : transferrin kurang (hipotransferinemia kongenital).

4. Kebutuhan yang bertambah : infeksi, pertumbuhan yang cepat, anak-anak, kehamilan dan laktasi5. Pengeluaran yang bertambah : kehilangan darah akibat ankilostomiasis, amubiasis yang menahun, polip, hemolisis intravaskular kronis yang menyebabkan hemosiderinemia, , perdarahan saluran cerna, karena obat-obatan (asam asetil salisilat, kortikosteroid, indometasin, obat anti inflamasi non steroid) dan juga dapat karena infeksi cacing (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) yang menyerang usus halus bagian proksimal dan menghisap darah dari pembuluh darah submucosa usus.

6. Tranfusi feto maternal : kebocoran darah yang kronis kedalam sirkulasi ibu akan menyebabkan anemia defisiensi besi pada akhir masa fetus dan pada awal masa neonates. 7. Hemoglobinuria : keadaan ini biasanya dijumpai pada anak yang memakai katup jantung buatan. Pada paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH) kehilangan besi melalui urin rata rata 1,8-7,8 mg/hari.

8. Idiopatic pulmonary hemosiderosis : Penyakit ini jarang terjadi. Ditandai dengan perdarahan paru yang hebat dan berulang serta adanya infiltrate paru yang hilang timbul. Keadaan ini dapat menyebabkan kadar Hb menurun drastis hingga 1,5-3 g/dl dalam 24 jam.

9. Latihan yang berlebihan : pada atlit yang berolahraga berat, seperti lintas alam, sekitar 40 % remaja perempuan dan 17% laki-laki kadar ferritin serumnya