EPIDEMIOLOGI

3
EPIDEMIOLOGI Istilah haemorrhagic fever di Asia tenggara pertama kali digunakan di Filipina tahun 1953. Pada tahun 1958 meletus epidemic penyakit serupa di Bangkok. Setelah tahun 1958 penyakit ini dilaporkan berjangkit dalam bentuk epidemic di beberapa Negara lain di Asia Tenggara. Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Secara singkat epidemic dapat diartikan berjangkitnya suatu penyakit pada sekelompok orang di masyarakat dengan jenis penyakit, waktu, dan sumber diluar keadaan yang biasa. Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Selanjutnya sering terjadi kejadian luar biasa dan meluas ke seluruh wilayah Indonesia kemudian infeksi dengue terjadi secara endemis di Indonesia selama dua abad terakhir.

description

ep

Transcript of EPIDEMIOLOGI

Page 1: EPIDEMIOLOGI

EPIDEMIOLOGI

Istilah haemorrhagic fever di Asia tenggara pertama kali digunakan di Filipina tahun 1953. Pada

tahun 1958 meletus epidemic penyakit serupa di Bangkok. Setelah tahun 1958 penyakit ini

dilaporkan berjangkit dalam bentuk epidemic di beberapa Negara lain di Asia Tenggara. Demam

Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya.

Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization

(WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia

Tenggara.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin

bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.

Secara singkat epidemic dapat diartikan berjangkitnya suatu penyakit pada

sekelompok orang di masyarakat dengan jenis penyakit, waktu, dan sumber diluar

keadaan yang biasa.

Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun

1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka

Kematian (AK) : 41,3 %). Selanjutnya sering terjadi kejadian luar biasa dan meluas ke seluruh

wilayah Indonesia kemudian infeksi dengue terjadi secara endemis di Indonesia selama dua abad

terakhir.

Endemik ialah adanya penyakit-penyakit atau factor penyebab penyakit yang selalu

terdapat dalam suatu daerah tertentu atau dikatakan sebagai prevalensi penyakt tertentu

yang selalu terdapat di suatu daerah,

Dalam beberapa tahun terakhir, penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang semakin berat

sebagai demam berdarah dengue dan frekuensi kejadian luar biasa meningkat. Indonesia

merupakan negara dengan jumlah populasi yang padat mencapai 245 juta penduduk. Hampir

60% penduduk tinggal di pulau Jawa, daerah kejadian luar biasa infeksi dengue terjadi.4

Kejadian luar biasa dengue pertama dilaporkan terjadi tahun 1973. Dari 10189 kasus yang

Page 2: EPIDEMIOLOGI

dilaporkan, 6225 kasus didiagnosis di Semarang. Pada tahun berikutnya dilaporkan kejadian luar

biasa di luar pulau Jawa yaitu di Manado, Sulawesi Utara.

Walaupun demikian, penyakit dengue banyak dilaporkan di kota besar dan pedesaan di Indonesia

dan telah menyebar sampai di desa-desa terpencil oleh karena perpindahan dan kepadatan

penduduk yang tinggi. Sejak tahun 1968-2009 kasus demam berdarah dengue meningkat terus.

Terdapat jumlah kasus demam berdarah dengue yang memuncak setiap 10 tahun sekali, yaitu

pada tahun 1988, 1998 dan 2008. Pada tahun 2009 data dari Departemen Kesehatan

menunjukkan jumlah kasus demam berdarah dengue mencapai 158.912 kasus dengan angka

kesakitan (incidence rate) ± 67 /100.000 penduduk. Di Indonesia, angka kematian (case fatality

rate) menurun dengan stabil dari 41% pada tahun 1968 menjadi kurang dari 2% sejak tahun

2000, menurun menjadi 1,21% pada tahun 2004,1 dan pada tahun 2009 angka kematian sudah

menurun menjadi 0,89%. Pada tahun 2009 angka kesakitan tertinggi terjadi pada propinsi DKI

Jakarta (313,4), Kalimantan Barat (228,3) dan Kalimantan Timur (184,6), sedangkan angka

kematian tertinggi terjadi Bangka Belitung (4,58%), Bengkulu (3,08%) dan Gorontalo (2,2%)

sedangkan AK yang paling rendah adalah Sulawesi Barat (0%), DKI Jakarta (0,11%) dan Bali

(0,15%).Penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang awalnya banyak menyerang

anak tetapi akhir-akhir ini menunjukkan pergeseran menyerang dewasa.

Sejak tahun 1968-1995 di Indonesia kasus DBD terutama menyerang kelompok umur 5-14

tahun, tetapi setelah tahun 1984 insidens kelompok umur lebih dari 15 tahun meningkat dari

tahun ke tahun. Pada tahun 2007 di provinsi DKI Jakarta, persentase kasus DBD terbanyak

merupakan kelompok umur 5-14 tahun (36%), diikuti kelompok umur lebih dari 5 tahun (31%),

kelompok 15-44 tahun (22%) dan lebih dari 45 tahun (11%). Semua serotipe virus dengue

ditemukan di Indonesia, namun serotipe virus den-3 masih dominan menyebabkan kasus dengue

yang berat dan fatal. Surveilans epidemiologi, dukungan edukasi masyarakat dan program

pengendalian vektor diperlukan untuk mencegah transmisi. Pengembangan vaksin dengue

merupakan salah satu upaya mencegah penyakit dengue.3,4

Sari pediatri, buletin dengue depkes