PERBANYAKAN KRISAN Chrysanthemum indicum L Varietas RIRI ...
ENEFIT - fakultasekonomiunita.files.wordpress.com · Analisis Antrian Pelayanan Instalasi Ambulance...
Transcript of ENEFIT - fakultasekonomiunita.files.wordpress.com · Analisis Antrian Pelayanan Instalasi Ambulance...
BENEFIT VOLUME 2 NO. 1 HLM. 1-94 TULUNGAGUNGJANUARI 2014
ISSN1979 - 2107
ISSN: 1979 - 2107Volume 2 Nomor 1 Januari 2014
Perbedaan Risiko Kredit Ditinjau Dari Suku Bunga dan JaminanKredit pada PT Sinar Mas Multifinance di TulungagungEni MinarniNofiasari
Analisis Pemenuhan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan UntukMeningkatkan Penerimaan Sektor PajakRachmad Gesah Mukti Prabowo
Analisis Antrian Pelayanan Instalasi Ambulance pada Rumah SakitUmum Daerah dr. Iskak di TulungagungKrisan SisdiyantoroBambang Sulaksana
Analisis Pemeriksaan Manajemen Fungsi Kredit (Account Officer)Untuk Mengetahui Tingkat Efektivitas KinerjaWenni Wahyuandari
Analisis Koreksi Fiskal Atas Pajak Penghasilan Badan padaKoperasi Primkopol Resort di TulungagungEni WidhajatiKristy Amalia
Analisis Pengaruh Sumber Dana Terhadap Pendapatan Operasionalpada BMT Pahlawan di TulungagungDesi Rahmawati
1 - 12
13 - 26
27 - 44
45 - 58
59 - 79
80 - 94
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS TULUNGAGUNGJL. KI MANGUNSARKORO BEJI - TULUNGAGUNG
JURNAL EKONOMI, MANAJEMEN DAN AKUNTANSIEENNEEFFIITTBB
Volume 2 Nomor 1 Januari 2014 ISSN 1979-2107
Jurnal BENEFIT adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi UniversitasTulungagung dengan tujuan mempublikasikan artikel ilmiah dalam bidang ekonomi, manajemen danakuntansi. Benefit pertama kali terbit pada bulan Oktober 1998 dan mulai tahun 2002 mengalamiberbagai hambatan sehingga tidak bisa terbit.
Pada bulan Januari 2014 Jurnal BENEFIT diterbitkan kembali untuk mengembangkan kajianbidang ekonomi, manajemen dan akuntansi serta mempublikasikan artikel-artikel kajian teoritis danempiris yang berkaitan dengan masalah-masalah ekonomi, manajemen dan akuntansi.
Redaksi menerima sumbangan tulisan, karangan dan ringkasan hasil penelitian dari sidangpembaca. Naskah yang dikirim kepada redaksi harus merupakan karya asli dan tidak sedangdipertimbangkan untuk diterbitkan penerbit lain. Setiap naskah yang dikirim akan direview kelayakannyaoleh tim editorial.
Jurnal BENEFIT terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli.
SUSUNAN DEWAN REDAKSIPenanggung Jawab
Dekan Fakultas EkonomiUniversitas Tulungagung
Ketua PenyuntingDrs. Krisan Sisdiyantoro, M.M.
Penyunting Ahli (Mitra Bestari)Dr. Dra. Sri Sutrismi, M.M.
Dr. Dra. Dwi Ima H., M.Hum.Fancholiq Joko Pribadi, S.E., M.M.
Penyunting PelaksanaDra. Tiwuk Puji Hariyanti, M.Ak.
Nurani, SE., M.M.R. Gesah Mukti Prabowo, S.E., Ak., M.M.
Eni Minarni, S.E., Ak., M.Ak.
Tata UsahaIwan Darmawan
Partini
Alamat Redaksi:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Tulungagung
Jl. Ki Mangunsarkoro Beji – TulungagungTelp. (0355) 322145 Fax (0355) 322145
E-mail: [email protected]
BenefitJurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi
Diterbitkan oleh:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Tulungagung
BB EENNEEFFIITTJURNAL EKONOMI, MANAJEMEN & AKUNTANSI
Benefit Vol 2 No 1 Januari 2014 ISSN 1979-2107
BBDaftar Isi
EENNEEFFIITT
Perbedaan Risiko Kredit Ditinjau Dari Suku Bunga dan Jaminan Kreditpada PT Sinar Mas Multifince di Tulungagung ………………………...
Eni Minarni & Nofiasari
Analisis Pemenuhan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan UntukMeningkatkan Penerimaan Sektor Pajak………………………………..
Rachmad Gesah Mukti Prabowo
Analisis Antrian Pelayanan Instalasi Ambulance pada Rumah SakitUmum Daerah dr. Iskak di Tulungagung………………………………..
Krisan Sisdiyantoro & Bambang Sulaksono
Analisis Pemeriksaan Manajemen Fungsi Kredit (Account Officer)Untuk Mengetahui Tingkat Efektivitas Kinerja…………………………
Wenni Wahyuandari
Analisis Koreksi Fiskal Atas Pajak Penghasilan Badan pada KoperasiPrimkopol Resort di Tulungagung………………………………………
Eni Widhajati dan Kristy Amalia
Analisis Pengaruh Sumber Dana Terhadap Pendapatan Operasionalpada BMT Pahlawan di Tulungagung…………………………………..
Desi Rahmawati
1
13
27
45
59
80
JURNAL EKONOMI, MANAJEMEN & AKUNTANSI
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
1
PERBEDAAN RISIKO KREDIT DITINJAU DARI SUKU BUNGA DANJAMINAN KREDIT PADA PT SINARMAS MULTIFINANCE DI
TULUNGAGUNG
Eni MinarniNofiasari
Fakultas Ekonomi Universitas Tulungagung
Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan risiko kreditditinjau dari suku bunga dan jaminan kredit. Obyek penelitian adalahpembiayaan kredit pada PT Sinarmas Multifinance Tulungagung. Jenis datadalam penelitian ini berupa data sekunder dengan sampel yang digunakansebanyak 36 dari populasi pembiayaan sebanyak 1734 dan yang menunggaksebanyak 163 orang. Untuk menganalisis dilakukan melalui uji beda yaitudengan independent sample t-test. Hasil pengujian risiko kredit dilihat daritingkat suku bunga kredit menunjukkan varian sama pada kedua grup. Hasil sigt test sebesar 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko berbedadari pembebanan bunga yang tidak sama. Hasil pengujian risiko kredit dilihatdari tingkat jaminan kredit menunjukkan varian kedua grup adalah sama. Hasilsig t test sebesar 0,122 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko kreditdari jaminan kredit yang asli sama dengan risiko kredit dari jaminan kreditpinjaman atau bukan atas nama sendiri. Artinya perbedaan suku bungaberpengaruh terhadap risiko kredit sedang jaminan kredit tidak berpengaruhpada risiko kredit.
Kata Kunci: Perbedaan Risiko Kredit, Suku Bunga Kredit, Jaminan Kredi.
Abstract
The purpose of this study was to determine differences in credit risk in terms ofinterest rates and credit guarantees. Object of research is credit financing atPT Sinarmas Multifinance. The type of data in this study are secondary datasample used by as many as 36 of the population in 1734 and the financing ofarrears as many as 163 people. To analyze the different test that is conductedthrough the independent sample t-test. Test results seen credit risk of lendingrates show the same variant in both groups. Results sig t test of 0.000 < 0.05,so it can be concluded that the risk differs from interest charges are not thesame. Test results seen credit risk of loan collateral levels show a secondvariant is the same group. Results sig t test was 0.122 > 0.05, so it can beconcluded that the credit risk of the original loan guarantee equal to the creditrisk of a loan or loan guarantee is not on its own behalf. This means that thedifference in interest rates affect the credit risk of loan guarantees was noeffect on credit risk.
Keywords: Difference Credit Risk, Interest Rate, Credit Guarantee,independent sample t-test
Perbedaan Risiko Kredit Ditinjau Dari Suku Bunga Dan Jaminan Kredit
2
PENDAHULUAN
Tujuan perusahaan ditinjau dari sudut
pandang ekonomi adalah untuk memperoleh
keuntungan (profit oriented), menjaga
kelangsungan hidup dan kesinambungan
operasi perusahaan, sehingga mampu
berkembang menjadi perusahaan yang besar
dan tangguh. Kesuksesan perusahaan dalam
bisnis hanya bisa dicapai melalui
pengelolaan yang baik, khususnya
pengelolaan manajemen keuangan sehingga
modal yang dimiliki bisa berfungsi
sebagaimana mestinya.
Salah satu alternatif sumber dana
untuk pembiayaan adalah perusahaan
multifinance. Sebagai usaha pembiayaan
tentu perusahaan multifinance adalah
termasuk berisiko tinggi mengingat adanya
peristiwa yang tidak diharapkan terjadi,
seperti adanya kredit macet. Risiko kredit
merupakan gagalnya pengembalian
sebagian kredit yang diberikan dan menjadi
kredit bermasalah sehingga mempengaruhi
pendapatan bank (Firdaus dan Ariyanti,
2003: 34).
PT Sinarmas Multifinance dihadap-
kan pada suatu keadaan di mana kredit
(pinjaman) yang diberikan mengalami
masalah yang bermacam-macam seperti
adanya keterlambatan pembayaran
angsuran, komplain dari debitur apabila
terjadi kenaikan suku bunga pinjaman atau
masalah yang lainnya. Ujung masalah yang
dianggap paling rumit adalah adanya kredit
macet (loan problem), yaitu suatu keadaan
di mana debitur tidak dapat memenuhi
kewajiban atas pembayaran bunga dan
pokok pinjaman.
Kredit macet tentu membutuhkan
perhatian, selain peningkatkan biaya
administrasi, pekerjaan pegawai juga
otomatis tercurah pada kredit macet tersebut
sehingga mengurangi waktu untuk
menangani masalah lain yang lebih
produktif. Hal ini juga bisa menghambat
pertumbuhan perusahaan kalau ada kredit
macet yang cukup signifikan karena
perusahaan tidak dapat mengadakan pilihan
investasi dan memberi hasil yang lebih
besar.
Evaluasi calon debitur dengan prinsip
5C (character, capacity, capital, collateral,
condition of economy) dan penetapan
kebijakan kredit seperti adanya jaminan
kredit dan adanya akad atau perjanjian
kredit sebenarnya sudah dilakukan pada PT.
Sinarmas Multifinance Tulungagung,
namun demikian masih ada debitur yang
terlambat dalam mengembalikan pinjaman
bahkan tidak bisa mengembalikan pinjaman
tersebut. Adanya penetapan tingkat suku
bunga untuk pinjaman atau kredit yang
berbeda dan adanya jaminan kredit yang
berbeda disinyalir menyebabkan risiko
kredit yang berbeda juga.
Tingkat suku bunga dan penetapan
jaminan akan diteliti karena disinyalir telah
menimbulkan masalah yang perlu segera
ditangani. Data akan dikumpulkan dari dua
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
3
sisi, yakni terkait dengan tingkat suku
bunga kredit dan jaminan kredit terhadap
risiko kredit. Dengan menggunakan alat
analisis statistika, maka akan diketahui
perbedaannya. Hasil analisis tersebut yang
menjelaskan perbedaan risiko kredit akan
dipergunakan pihak manajemen sebagai
bahan untuk mencari faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya perbedaan tingkat
suku bunga dan jaminan kredit. Selanjutnya
faktor-faktor penyebab tersebut merupakan
dasar bagi manajemen untuk pengambilan
keputusan dalam rangka meminimalisir
risiko kredit yang ada.
Berdasarkan penjelasan di muka,
masalah yang diteliti dalam penelitian ini
selanjutnya dapat dirumuskan sebagai
berikut: Adakah perbedaan risiko kredit
ditinjau dari suku bunga kredit dan jaminan
kredit.
Dalam pemberian kredit, unsur
kepercayaan adalah hal yang sangat
mendasar yang menciptakan kesepakatan
antara pihak yang memberikan kredit dan
pihak yang menerima kredit untuk dapat
melaksanakan hak dan kewajiban yang telah
disepakati, baik dari jangka waktu
peminjaman sampai masa pengembalian
kredit serta balas jasa yang diperoleh, maka
unsur-unsur yang terkandung dalam
pemberian fasilitas kredit adalah sebagai
berikut (Kasmir, 2008):
1) Kepercayaan merupakan suatu keyakinan
pemberi kredit bahwa kredit yang
diberikan akan benar-benar diterima
kembali dimasa tertentu dimasa yang
akan datang. Kepercayaan ini diberikan
oleh bank, dimana sebelumnya sudah
dilakukan penelitian, penyelidikan
tentang nasabah baik secara intern
maupun ekstern.
2) Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu
perjanjian dimana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajiban-nya
masing-masing.
3) Jangka waktu mencakup masa pengem-
balian kredit yang telah disepakati.
Jangka waktu tersebut bisa berbentuk
jangka pendek, menengah, atau jangka
panjang.
4) Adanya suatu tenggang waktu pengem-
balian akan menyebabkan suatu risiko
tidak tertagihnya/macet pemberian
kredit. Semakin panjang suatu kredit
semakin besar risikonya demikian pula
sebaliknya. Risiko ini menjadi
tanggungan bank, baik yang disengaja
oleh nasabah maupun yang tidak
disengaja.
5) Balas jasa atas pemberian suatu kredit
atau jasa tersebut yang kita kenal dengan
nama bunga. Pemberian suatu fasilitas
kredit mempunyai tujuan tertentu yang
tidak akan terlepas dari misi bank
tersebut didirikan.
Tujuan analisis kredit adalah untuk
mengatahui kualitas kredit yang diajukan
oleh calon debitur atau permohonan
tambahan kredit yang diajukan. Dengan
demikian, apabila nantinya kreditur
mengabulkan permohonan kredit, maka
resiko kredit yang diberikan itu berkembang
Perbedaan Risiko Kredit Ditinjau Dari Suku Bunga Dan Jaminan Kredit
4
menjadi kredit bermasalah akan dapat
diminimalisir. Kualitas permintaan kredit
dapat diukur dari prospek kemampuan dan
kesediaan calon debitur melunasi kredit
sesuai dengan isi perjanjian kredit (Sutojo,
1997).
Resiko kredit adalah gagalnya
pengembalian sebagian kredit yang
diberikan dan menjadi kredit bermasalah
sehingga mempengaruhi pendapatan
(Firdaus dan Ariyanti, 2003). Risiko kredit
adalah risiko yang timbul sebagai akibat
kegagalan pihak lawan memenuhi
kewajibannya (Tampubolon, 2004). Risiko
ini dapat timbul karena kinerja satu atau
lebih debitur yang buruk. Kinerja debitur
yang buruk ini dapat berupa
ketidakmampuan debitur untuk memenuhi
sebagian atau seluruh isi perjanjian kredit
yang telah disepakati bersama sebelumnya.
Industri perbankan yang sangat
kompetitif, penentuan tingkat suku bunga
kredit menjadi suatu alat persaingan yang
sangat strategis. Perbankan diharapkan
mampu mengandalikan tingkat suku bunga
kredit yang lebih rendah disbanding dengan
bank lainnya.
Menurut Dendawijaya (2000: 105)
kebijakan penentuan tingkat suku bunga
kredit harus memperhatikan dan
menganalisis komponen – komponen yang
menentukan tingkat suku bunga kredit
adalah sebagai berikut: (1) Cost of Fund
(Biaya Dana), (2) Overhead Cost, (3)
Marjin Bank, (4) Pajak Perbankan, dan (5)
Premi Resiko.
Pengertian Jaminan menurut
Tangkilisan (2003: 79) yang dikutip dari
Undang-undang Perbankan adalah keya-
kinan atas itikad dan kemampuan serta
kesanggupan nasabah debitur untuk
melunasi uangnya atau mengembalikan
pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang
diperjanjikan.
Fungsi jaminan yang dikemukakan
oleh Firdaus dan Ariyanti (2003: 86) adalah
Jaminan memiliki dua fungsi yaitu:
Fungsi pertama jaminan yaitu untuk
pembayaran utang seandainya debitur tidak
mampu membayar dengan jalan menguang-
kan atau menjual jaminan tersebut.
Fungsi jaminan kedua yaitu sebagai
akibat dari fungsi yang pertama ialah
merupakan salah satu factor penentu jumlah
kredit yang diberikan. Dalam hal ini,
biasanya bank akan tidak akan memberikan
kredit lebih besar dari nilai jaminan yang
diberikan tersebut.
Dalam hal jaminan harta benda perlu
diketahui bahwa tidak semua harta benda
memnuhi syarat sebagai jaminan, melain-
kan ada asas-asas tertentu sebagai syarat
yang harus dipenuhi untuk dapat diterima
sebagai jaminan atas suatu kredit. Asas
yang dimaksud menurut Firdaus dan
Aryanti (2003) meliputi: (1) Marketability,
(2) Accertainability of Value, (3) Stability of
Value, dan (4) Transferability.
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
5
Berdasarkan penjelasan di atas, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: Diduga ada perbedaan
signifikan risiko kredit ditinjau dari suku
bunga kredit dan jaminan kredit.
Tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui adakah perbedaan risiko
kredit ditinjau dari suku bunga dan jaminan
kredit pada PT Sinar Mas Multifinance
Tulungagung tahun 2010 –2012. Adanya
penelitian ini diharapkan dapat digunakan
oleh beberapa pihak diantaranya bagi PT
Sinarmas Multifinance Tulungagung
diharapkan bisa digunakan untuk
mengetahui tingkat risiko kredit dilihat dari
suku bunga dan jaminan kredit sehingga
bisa digunakan sebagai landasan dalam
pengambilan keputusan pemberian kredit.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan
digunakan adalah pengujian hipotesis-
komparatif, yakni merupakan penelitian
yang menjelaskan fenomena dalam bentuk
hubungan antar variabel yang berupa
komparasi (perbandingan). Penelitian ini,
melalui pengujian hipotesis akan
menjelaskan tentang perbedaan risiko kredit
ditinjau dari suku bunga kredit dan jaminan
kredit di PT. Sinar Mas Multifinance
Tulungagung.
Jenis data yang dikumpulkan berupa
data subyek, fisik dan dokumenter,
sedangkan sumber data terdiri atas sumber
data primer dan sekunder. Dalam penelitian
ini lebih banyak menggunakan data
sekunder yaitu data yang sudah
dikumpulkan oleh pihak lain, dalam hal ini
adalah perusahaan, yaitu data jumlah
nasabah, data tunggakan, agunan atau
jaminan kredit, jangka waktu kredit dan
tingkat suku bunganya.
Teknik pengumpulan data terkait
dengan jenis dan sumber data yang
meliputi: (1) Data subyek yang berupa lisan
(verbal), cara pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara, (2) Data
subyek yang berupa ekspresi, cara
pengumpulan data menggunakan teknik
observasi, (3) Data pisik, cara pengumpulan
datanya menggunakan teknik observasi, (4)
Data dokumenter, cara pengumpulan
datanya menggunakan teknik dokumentasi.
Metode pemilihan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui purposive sampling yaitu dengan
jalan memilih sampel dari sejumlah
populasi berdasarkan kriteria tertentu.
Adapun kriteria-kriteria yang akan
dipergunakan sebagai dasar untuk memilih
sampel sebagai berikut:
1) Nasabah PT. Sinar Mas Tulungagung
yang menerima kredit periode tahun
2010 sampai dengan tahun 2012 yang
telah melunasi kewajiban dan melakukan
keterlambatan pembayaran.
2) Nasabah PT Sinar Mas Tulungagung
yang menerima kredit periode tahun
2010 sampai dengan tahun 2012 yang
jaminan kreditnya berupa BPKB (Bukti
Perbedaan Risiko Kredit Ditinjau Dari Suku Bunga Dan Jaminan Kredit
6
Pemilikan Kendaraan Bermotor) atas
nama sendiri.
3) Nasabah PT Sinar Mas Tulungagung
yang menerima kredit periode tahun
2010 sampai dengan tahun 2012 yang
jaminan kreditnya berupa BPKB (Bukti
Pemilikan Kendaraan Bermotor) bukan
atas nama sendiri.
4) Nasabah PT Sinar Mas Tulungagung
yang menerima kredit periode tahun
2010 sampai dengan tahun 2012 yang
jangka waktu kreditnya termasuk jangka
waktu pendek dengan tingkat suku bunga
flat yaitu tingkat suku bunga yang sama
setiap bulan.
Analisis data dilakukan dengan
menghitung risiko kredit:
Angsuran kredit = ∑ Kredit x bunga % + Jumlah kredit
Jk. Waktu Kredit
Risiko kredit = angsuran kredit x bunga % x hari terlambat
360
Analisis data menggunakan statistik
dengan program SPSS yang meliputi uji
hipotesis menggunakan menggunakan uji
beda rata-rata (t-test) dua sampel
independen disesuaikan dengan jumlah
sampel yang akan digunakan, yaitu:
1) Jika menggunakan sampel besar (di
mana sampel > 30) dengan rumus:
_(X1 - X2)
z =2 2
S1 S2+
n1 n2
Keterangan:_X1 = rata-rata sampel 1 (tingkat
suku bunga kredit pertamaterhadap risiko kredit)
X2 = rata-rata sampel 2 (tingkatsuku bunga kredit keduaterhadap risiko kredit)
S1 = simpangan baku sampel 1S2 = simpangan baku sampel 2n1 = jumlah sampel 1n2 = jumlah sampel 2
dan
X1 = rata-rata sampel 1(jaminan kredit pertamaterhadap risiko kredit)
X2 = rata-rata sampel 2(jaminan kredit keduaterhadap risiko kredit)
S1 = simpangan baku sampel 1S2 = simpangan baku sampel 2n1 = jumlah sampel 1n2 = jumlah sampel 2
2) Jika menggunakan sampel kecil, di
mana n < 30 dengan notasi ketentuan
yang sama dengan sebelumnya
menggunakan rumus sebagai berikut:
_ _
( X1 - X2)t =
2 2
(n1-1) S1 + (n2-1) S2 1 1( ) ( + )
n1 + n2 – 2 n1 n2
Hasil dan Pembahasan
Selama kurun waktu tahun 2010-2012
realisasi pembiayaan di PT. Sinarmas
+
√
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
7
Multifinance mengalami naik turun sebagai
berikut:
Tabel 1. Realisasi Pembiayaan Tahun 2010-2012
Tahun Total (Rp) Prosentase (%)
2010 2.159.400.000 36,45
2011 1.386.630.000 23,41
2012 2.377.500.000 40,14
Jumlah 5.923.530.000 100,00Sumber : Data Sekunder, diolah, 2013
Berdasarkan tabel 1 realisasi terbesar
terjadi pada tahun 2012 sebesar Rp
2.377.500,00 sementara yang paling rendah
terjadi tahun 2011 hanya mencapai Rp
1.386.630.000,00.
Selama kurun waktu tiga tahun dapat
digambarkan target dan realisasi sebagai
berikut:
Tabel 2. Target dan Realisasi JumlahPembiayaan Tahun 2010- 2012
Bulan 2010 2011 2012
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Januari 60 58 60 32
Februari 60 10 60 36 60 24
Maret 60 24 60 52 60 25
April 60 30 60 50 60 56
Mei 60 42 60 32 60 109
Juni 60 67 60 34 60 100
Juli 60 90 60 44 60 128
Agustus 60 62 60 31 60 88
September 60 37 60 16 60 53
Oktober 60 43 60 38 60 51
November 60 17 60 36 60 75
Desember 60 51 60 33 60 60
Jumlah 660 473 720 460 720 801
Sumber : Data Sekunder, diolah, 2013
Berdasarkan data dalam tabel 2
nampak bahwa secara global tahunan
realisasi yang bisa melampaui target baru
tahun 2012 yaitu 801 nasabah dari target
yang ditentukan sebesar 720 nasabah.
Dari jumlah pembiayaan yang ada
diklasifikasikan berdasarkan data jaminan
yang atas nama sendiri (asli) dan bukan
nama sendiri (pinjaman) dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 3. Jumlah Pembiayaan BerdasarkanJaminan BPKB Tahun 2010-2012(Nasabah)
Bulan2010 2011 2012
NamaSendiri
BukanNamaSendiri
BukanNamaSendiri
Bukan
Januari 0 0 10 49 5 27
Februari 7 3 8 28 7 17
Maret 20 4 7 43 7 18
April 12 18 4 46 9 41
Mei 10 32 6 26 6 93
Juni 17 49 11 23 15 85
Juli 25 70 15 32 20 108
Agustus 16 45 12 19 10 78
September 18 27 3 14 11 42
Oktober 11 33 6 31 6 45
November 0 17 9 26 8 67
Desember 11 45 8 23 8 52
Jumlah 147 343 99 360 112 673
Sumber : Data Sekunder, diolah, 2013
Berdasarkan data dalam tabel 3
nampak bahwa secara global tahunan
realisasi pembiayaan tahun 2010-2012
banyak yang menggunakan BPKB yang
bukan atas nama sendiri atau istilahnya
pinjam milik orang lain atau sebenarnya
milik sendiri tetapi belum proses balik
nama.
Perbedaan Risiko Kredit Ditinjau Dari Suku Bunga Dan Jaminan Kredit
8
Data jumlah pembiayaan yang
telah melunasi pinjaman dan melakukan
keterlambatan angsuran setiap bulan mulai
tahun 2010 – 2012 sebagai berikut:
Tabel 4. Jumlah Pembiayaan BerdasarkanJaminan BPKB 2010-2012 (nasabah)
Bulan2010 2011 2012
NamaSendiri Bukan
NamaSendiri Bukan
NamaSendiri Bukan
Januari 0 0 10 49 5 27Februari 7 3 8 28 7 17
Maret 20 4 7 43 7 18April 12 18 4 46 9 41Mei 10 32 6 26 6 93Juni 17 49 11 23 15 85Juli 25 70 15 32 20 108
Agustus 16 45 12 19 10 78Septemb 18 27 3 14 11 42Oktober 11 33 6 31 6 45Novemb 0 17 9 26 8 67Desemb 11 45 8 23 8 52Jumlah 147 343 99 360 112 673
Sumber : Data Sekunder, diolah, 2013
Berdasarkan data pada tabel 4 nampak
bahwa secara global tahunan realisasi
pembiayaan tahun 2010 – 2012 banyak
yang menggunakan BPKB yang bukan atas
nama sendiri atau istilahnya pinjam milik
orang lain atau sebenarnya milik sendiri
tetapi belum proses balik nama.
Data jumlah pembiayaan yang telah
melunasi pinjaman dan melakukan
keterlambatan angsuran setiap bulan mulai
tahun 2010 – 2012 sebagai berikut:
Tabel 5. Jumlah Pelunasan dan Keterlambatan Tahun 2010 – 2012 (nasabah)
Bulan2010 2011 2012
Lunas Terlambat Lunas Terlambat Lunas TerlambatJanuari 0 0 10 2 43 11Februari 0 0 31 5 39 9Maret 0 0 51 10 32 3April 1 0 23 3 38 3Mei 2 0 33 6 43 2Juni 5 0 20 0 53 5Juli 1 0 48 9 71 6
Agustus 4 0 38 5 40 10September 10 2 21 1 39 13Oktober 13 1 38 6 57 7
November 17 4 24 4 58 9Desember 18 6 59 11 50 10
Jumlah 71 13 396 62 563 88
Sumber : Data Sekunder, diolah, 2013
Berdasarkan tabel 5 nampak bahwa
selama tahun 2010 – 2012 selalu ada yang
terlambat dalam mengangsur pinjaman.
Tahun 2010 terdapat 13 nasabah yang
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
9
melakukan keterlambatan pembayaran,
tahun 2011 sebanyak 62 nasabah dan tahun
2012 meningkat lagi menjadi 88 nasabah.
Ketentuan bunga yang dibebankan
kepada nasabah disesuaikan dengan jangka
waktu atau tenor pembayaran yang diambil
Rincian tenor dan bunga yang berlaku di
PT. Sinarmas Multifinance adalah :
Tabel 6. Jangka Waktu Kredit dan KetentuanBunga
Tenor Bunga6 bulan 9,50%12 bulan 19%18 bulan 28,50%24 bulan 38%
Sumber : Data Sekunder, 2013
Berdasarkan table 6 nampak bahwa
suku bunga disesuaikan dengan tenor atau
jangka waktu pembayarannya. Semakin
lama jangka waktu yang dipilih akan
semakin besar suku bunga yang
dibebankan.
Hasil pengujian Risiko kredit ditinjau
dari suku bunga kredit disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 7. Statistik Grup Risiko Kredit Ditinjaudari Suku Bunga
Group Statistics
Bunga N Mean Std. DeviationStd. Error
Mean
rk Bunga9,5%
18 1459.9444 650.49017 153.32200
Bunga 19% 18 4928.6667 1923.17672 453.29710
Sumber : Data Sekunder, diolah, 2013
Tabel 8. Uji Sampel Independen Risiko Kredit Ditinjau dari Suku Bunga
Independent Samples TestLevene's Testfor Equalityof Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval ofthe Difference
F Sig. t dfSig. (2-tailed)
MeanDifference
Std. ErrorDifference
Lower Upper
rk Equalvariancesassumed
7.111 .012 -7.249 34 .000 -3468.72222 478.52471 -4441.20144 -2496.24301
Equalvariances notassumed
-7.249 20.840 .000 -3468.72222 478.52471 -4464.33572 -2473.10872
Sumber : Data Sekunder, diolah, 2013
Hasil pengujian Risiko kredit ditinjau
dari jaminan kredit disajikan pada tabel
berikut ini:
Tabel 9. Statistik Grup Risiko Kredit Ditinjaudari Jaminan Kredit
Group Statistics
Jaminan N Mean Std. Deviation Std. ErrorMean
rk Asli 18 2609.6111 1544.47791 364.03693
Pinjam 18 3779.0000 2717.03506 640.41131
Sumber : Data Sekunder, diolah, 2013
Perbedaan Risiko Kredit Ditinjau Dari Suku Bunga Dan Jaminan Kredit
10
Tabel 10. Uji Sampel Independen Risiko Kredit Ditinjau dari Jaminan Kredit
Independent Samples TestLevene's Test for
Equality ofVariances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval ofthe Difference
F Sig. t dfSig. (2-tailed)
MeanDifference
Std. ErrorDifference
Lower Upper
rk Equalvariancesassumed
3.629 .065 -1.587 34 .122 -1169.38889 736.64749 -2666.43671 327.65894
Equalvariances notassumed
-1.587 26.948 .124 -1169.38889 736.64749 -2681.00206 342.22428
Sumber : Data Sekunder, diolah, 2013
Standar hasil analisis dengan
menggunakan uji beda adalah:
Jika sig levene’s test > 0,05 maka variankedua grup sama.
Jika sig levene’s test < 0,05 maka variankedua grup berbeda.
Jika sig t test > 0,05 maka Ho diterima.
Jika sig t test < 0,05 maka Ho ditolak.
Hasil pengujian risiko kredit dilihat
dari tingkat suku bunga kredit adalah 7,249
> 0,05 maka varian kedua grup adalah
sama.
Jika Ho: µ suku bunga 9,5% = µ suku
bunga 19%. Ha : µ suku bunga 9,5% ≠ µsuku bunga 19%, maka hasil sig t test
berdasarkan tabel di atas sebesar 0,000 <
0,05, sehingga Ho ditolak. Dalam hal ini
dapat disimpulkan bahwa risiko dari
pembebanan bunga 9,5% tidak sama
dengan risiko kredit dari bunga 19%.
Hasil pengujian risiko kredit dilihat
dari tingkat jaminan kredit adalah 1,587 >
0,05 maka varian kedua grup adalah sama.
Jika Ho : µ jaminan kredit asli = µ
jaminan kredit pinjaman. Ha : µ jaminan
kredit asli ≠ µ jaminan kredit pinjaman,maka hasil sig t test berdasarkan tabel di
atas sebesar 0,122 > 0,05, sehingga Ho
diterima berarti rata-rata kedua grup adalah
sama sehingga dapat disimpulkan bahwa
risiko kredit dari jaminan kredit yang asli
sama dengan risiko kredit dari jaminan
kredit pinjaman atau bukan atas nama
sendiri. Artinya jaminan kredit tidak
berpengaruh pada risiko kredit.
Hasil analisis menunjukkan bahwa
risiko kredit dari pembebanan bunga 9,5%
tidak sama dengan risiko kredit dari
pembenanan bunga 19%.. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh pendapat
orang bahwa jika ada bunga yang
ditetapkan lebih tinggi tentu orang lebih
suka untuk mengambil suku bunga yang
lebih rendah meski untuk itu ia harus
mengangsur lebih banyak karena jangka
waktunya yang lebih pendek tetapi secara
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
11
akumulasi jumlah beban bunga yang
ditanggung tentu lebih kecil.
Dalam hal risiko kredit dari jaminan
kredit yang asli sama dengan risiko kredit
dari jaminan kredit pinjaman atau bukan
atas nama sendiri yang berarti jaminan
kredit tidak berpengaruh pada risiko kredit,
hal ini disebabkan meski jaminan yang
berupa BPKB bukan atas nama sendiri
kebanyakan adalah milik dia sendiri tetapi
belum diproses untuk balik nama. Untuk
proses survey terhadap calon nasabah PT.
Sinarmas Multifinance ini sudah diterapkan
dan sudah ada analisis yang detail terhadap
calon nasabah untuk mengurangi risiko
kredit. Keengganan untuk mengangsur
secara tepat waktu lebih disebabkan oleh
faktor karakteristik individu dan kesibukan
dari individu atau nasabah.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan bahwa PT. Sinarmas
Multifinance Tulungagung yang bertempat
kedudukan di Jl. I Gusti Ngurah Rai
Tulungagung selama tahun 2010 – 2012
telah mengeluarkan pembiayaan kredit
kepada 1734 orang nasabah. Hasil analisis
berdasarkan masalah perbedaan risiko
kredit ditinjau dari suku bunga dan jaminan
kredit dengan data sampel sebanyak 36
orang nasabah dihasilkan simpulan sebagai
berikut: (1) Hasil pengujian risiko kredit
dilihat dari tingkat suku bunga kredit
adalah 7,249 > 0,05 maka varian kedua
grup adalah sama. Jika Ho : µ suku bunga
9,5% = µ suku bunga 19% Ha : µ suku
bunga 9,5% ≠ µ suku bunga 19%, makahasil sig t test berdasarkan tabel di atas
sebesar 0,000 < 0,05, sehingga Ho ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko
dari pembebanan bunga 9,5% tidak sama
dengan risiko kredit dari pembebanan
bunga 19%, (2) Hasil pengujian risiko
kredit dilihat dari tingkat jaminan kredit
adalah 1,587 > 0,05 maka varian kedua
grup adalah sama. Jika Ho : µ jaminan
kredit asli = µ jaminan kredit pinjaman. Ha
: µ jaminan kredit asli ≠ µ jaminan kreditpinjaman, maka hasil sig t test berdasarkan
tabel di atas sebesar 0,122 > 0,05, sehingga
Ho diterima berarti rata-rata kedua grup
adalah sama sehingga dapat disimpulkan
bahwa risiko kredit dari jaminan kredit
yang asli sama dengan risiko kredit dari
jaminan kredit pinjaman atau bukan atas
nama sendiri. Artinya jaminan kredit tidak
berpengaruh pada risiko kredit dan (3)
Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko
kredit dari pembebanan bunga 9,5% tidak
sama dengan risiko kredit dari pembenanan
bunga 19% dan jaminan kredit yang
berbeda tidak berpengaruh pada risiko
kredit. Hal ini kemungkinan disebabkan
manajemen di PT. Sinarmas Multifinance
ini sudah diterapkan dan sudah ada analisis
yang detail terhadap calon nasabah untuk
mengurangi risiko kredit. Keengganan
untuk mengangsur secara tepat waktu lebih
disebabkan oleh faktor karakteristik
Perbedaan Risiko Kredit Ditinjau Dari Suku Bunga Dan Jaminan Kredit
12
individu dan kesibukan dari individu atau
nasabah,
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan diatas,
penulis dapat memberikan saran kepada
PT. Sinarmas Multifinance Tulungagung
sebagai berikut: (1) Berdasarkan hasil
analisis risiko kredit ditinjau dari suku
bunga kredit hendaknya PT. Sinarmas
Multifinance Tulungagung faktor suku
bunga yang kompetitif lebih diperhatikan
agar nasabah merasa mengangsur lebih
ringan dan tepat waktu, (2) Berdasarkan
hasil analisis risiko kredit ditinjau dari
jaminan kredit latar belakang dari calon
nasabah lebih mendapat perhatian dari pada
wujud jaminan itu sendiri karena faktor
karakteristik individu dianggap lebih
berperan sehingga analisis calon nasabah
sebelum diberikan pembiayaan hendaknya
lebih ditingkatkan dan (3) Penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui risiko kredit
hendaknya terus dilakukan dalam rangka
perbaikan ke arah yang lebih baik
mengingat semakin besar tunggakan
angsuran artinya risiko kredit juga semakin
besar.
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, Ariyanti Maya. 2003. ManajemenPerkreditan Bank Umum: Teori.Masalah, Kebijakan dan AplikasinyaLengkap dengan Analisis Kredit.Edisi 1. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Indriantoro, Nur dan Supomo, B. 2002.Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk
Akuntansi dan Manajemen,Yogyakarta: BPFE.
Riyanto, Bambang. 2003. Dasar-dasarPembelanjaan Perusahaan,Yogyakarta: BPFE.
Sinungan, Muchdarsyah. 1992. ManajemenDana Bank. Edisi II, Jakarta: PenerbitBumi Aksara.
Sugiyono. 2008. Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif Dan R & D,Cetakan Kelima, Bandung: CVAlfabeta.
Tampubolon, Robert. 2004. ManajemenRisiko Pendekatan Kualitatif untukBank Komersial. Jakarta: Elex MediaKomputindo.
Tangkilisan, Hessel, Nogi S. 2003.Manajemen Keuangan bagi AnalisisKredit Perbankan: Mengelola KreditBerbasis Good CorporateGovernance. Edisi I. Yogyakarta:Penerbit Balairung & Co.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor84/PMK.012/2006 tentangPerusahaan Pembiayaan. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998tentang Perubahan Undang-undangNomor 7 tahun 1992 tentangPerbankan. Jakarta.
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
13
ANALISIS PEMENUHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNANUNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN
SEKTOR PAJAK
Rachmad Gesah Mukti Prabowo
Fakultas Ekonomi Universitas Tulungagung
Email: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakahmasyarakat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung sudah berperanaktif dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Metode yangdigunakan adalah secara kualitatif dan kuantitatif yaitu suatu analisa yangmenggambarkan serta menjelaskan keadaan obyek penelitian denganmenyajikan data-data berbentuk tabel dan analisa data dengan menggunakanperhitungan matematis. Data yang digunakan adalah respon dari respondenmengenai pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan, Pokok Pajak Bumi danBangunan di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Berdasarkan hasilpenelitian dapat diketahui bahwa dari sepuluh pertanyaan pada kuisioner yangdibagikan kepada responden, unsur pertanyaan/sampel ke 7 (Dalam membayarpajak, apakah saudara tidak merasa keberatan?) berada dibawah Batas KontrolBawah (BKB). Hal ini dapat berarti bahwa unsur pertanyaan /sampel tersebutdiatas memiliki respon yang kurang baik dalam rangka pemenuhan kewajibanPajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagungyang harus segera dicari penyebabnya dan dilakukan upaya perbaikan terhadaphal tersebut. Pihak kecamatan perlu mempertahankan prestasi kinerja agar terusmemberikan sosialisasi kepada wajib pajak supaya memiliki kesadaran dankemauan untuk memenuhi kewajiban mereka.
Kata Kunci: Pemenuhan pembayaran, Pajak Bumi dan Bangunan, Penerimaansector pajak
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine whether the people in KecamatanSendang Kabupaten Tulungagung already play an active role in paying landand building tax (PBB).The method is qualitatively and quantitatively that ananalysis that describes and explains the state of the object of research bypresenting tabular data and data analysis using mathematical calculations .The data used is the response of the respondents regarding the collection ofland and building tax , land and building tax principal in Kecamatan SendangKabupaten Tulungagung. Based on the results of this research is that of the tenquestions on the questionnaire distributed to respondents , elemental questionor sample to 7 (In paying taxes , if you did not mind) is below the LowerControl Limit (BKB) . This could mean that the elements of the question orsample above has a poor response in order to fulfill obligations Land and
Analisis Pemenuhan Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan
14
Building Tax in Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung that the causeshould be sought immediately and made an attempt to repair it. Party districtsneed to maintain in order to continue to provide performance achievementsocialization to the taxpayer that has the awareness and willingness to meettheir obligations .
Keywords: Fulfillment of payment, land and building tax, the tax sectorAcceptance
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu peneri-
maan Negara. Membayar pajak oleh warga
negara merupakan kewajiban dan
penerimaan dari pajak ini sangat penting
bagi pemerintah dalam rangka membelanjai
kegiatan pemerintah dan pembangunan
serta pelayanan publik.
Seiring dengan itu, peranan pajak
dalam hal pendanaan juga akan semakin
besar. Oleh sebab itu diperlukan usaha
untuk meningkatkan pendapatan pemerin-
tah yang berasal dari pajak.
Banyak media dalam negeri
mengabarkan tentang bagaimana tingkat
kesadaran masyarakat membayar pajak.
Juga terdapat beberapa studi atau penelitian
yang berkaitan dengan seputar hal tersebut.
Kesadaran dan kepedulian sukarela Wajib
Pajak merupakan hal yang mendasar sekali.
Merupakan suatu wujud sikap yang seiring
sejalan dan merupakan satu kesatuan
momentum yang harus dapat ditangkap
oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam
mencapai targetnya. Sejak tahun 2008
terutama sejak peluncuran program sunset
policy, program PWPM menyusul
modernisasi Direktorat Jenderal Pajak,
jumlah wajib pajak semakin meningkat dan
penerimaan negara dari sektor pajak pun
turut meningkat tajam. Walaupun demikian
masih terdapat potensi yang masih cukup
besar. Sebagaimana diungkapkan oleh
Menteri Keuangan Agus Martowardjojo
dalam salah satu even pada bulan Agustus
2011 di Gedung Bank Indonesia, Jalan MH
Thamrin, Jakarta Pusat sebagai berikut:
Selain banyaknya pengusaha nasional
yang mangkir dari kewajiban membayar
pajak, kesadaran masyarakat Indonesia
untuk membayar pajak juga masih minim.
Dari 238 juta jumlah penduduk Indonesia,
hanya 7 juta saja yang taat pajak. Kalau
seandainya terdapat 22 juta badan usaha,
hanya 500.000 yang membayar pajak.
Jumlah itu harus ditingkatkan kembali
sedangkan angkatan kerja masyarakat
Indonesia sebanyak 118 juta dari total
penduduk 238 juta. Sebanyak 40 persen
dari angkatan kerja tersebut berpenghasilan
di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP). Jadi, jika dikalkulasikan, terdapat
sebanyak 44 juta sampai 47 juta penduduk
Indonesia yang seharusnya membayar
pajak.
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
15
Pajak Bumi dan Bangunan adalah
pajak negara yang sebagian besar
penerimaannya merupakan pendapatan
daerah yang antara lain dipergunakan untuk
penyediaan fasilitas yang juga dinikmati
oleh pemerintah pusat dan daerah.
Obyek Pajak Bumi dan Bangunan
adalah bumi/tanah dan bangunan.
Sedangkan subyek Pajak Bumi dan
Bangunan adalah orang atau suatu badan
yang secara nyata mempunyai suatu hak
atas bumi dan atau memperoleh manfaat
atas bangunan. Subyek pajak yang
dikenakan kewajiban membayar pajak
disebut sebagai wajib pajak.
Dewasa ini, pihak yang berperan aktif
dalam rangka pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) adalah pihak aparat desa /
kelurahan dan pihak aparat kecamatan
selaku koordinator pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) di daerahnya.
Peran masyarakat dalam membayar Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) hingga
sekarang ini belum terasa.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah masyarakat di
Kecamatan Sendang Kabupaten
Tulungagung sudah berperan aktif dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).
Adapun kegunaan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1) Bagi Pemerintah
Daerah Kabupaten Tulungagung, hasil
penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana keaktifan masyarakat di
Kecamatan Sendang Kabupaten
Tulungagung dalam memenuhi kewajiban
mereka membayar Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB). Dari hasil tersebut diatas
dapat dipergunakan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Tulungagung sebagai
dasar dalam mengambil tindakan yang
diperlukan sebagai tindak lanjut dari
penelitian ini, 2) Bagi Masyarakat, manfaat
penelitian ini adalah agar masyarakat
mengetahui sejauh mana tingkat keaktifan
mereka dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) dan 3) Bagi peneliti
selanjutnya penelitian ini diharapkan
menjadi salah satu referensi untuk bidang
yang relevan.
Pajak merupakan salah satu sumber
pembiayaan bagi negara dalam
menjalankan pemerintahan. Pemungutan
pajak sudah lama ada, dari adanya upeti
wajib kepada raja berupa hasil panen pada
masa kerajaan, hingga sekarang dengan
polanya masing-masing. Pada awalnya,
pemungutan pajak berdasarkan aturan dari
penguasa/raja, kini berubah melibatkan
rakyat (pembayar pajak) melalui aturan
antara penguasa (pemerintah) dengan
rakyat melalui perwakilannya.
Soemitro (1990: 5) pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan
Undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapatkan jasa timbal
(kontraprestasi), yang langsung dapat
Analisis Pemenuhan Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan
16
ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Mardiasmo (1997: 1) pengertian
pajak adalah Iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapatkan imbalan jasa (kontra prestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Pungutan pajak yang dilakukan
pemerintah tujuannya adalah untuk
memenuhi kebutuhan keuangan pemerintah
untuk belanja negara agar penyelenggaraan
pemerintahan tetap berjalan.
Dari pengertian tersebut diatas, dapat
disimpulkan bahwa sistem yang melekat
pada pengertian pajak yaitu:
1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-
undang serta aturan pelaksanaannya.
2. Sifatnya dapat dipaksakan.
3. Tidak ada kontraprestasi secara
langsung oleh pemerintah.
4. Dipungut oleh negara baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah.
5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-
pengeluaran pemerintah.
Berkaitan dengan hal tersebut
berbagai jenis pajak yang dikenakan
kepada masyarakat, beberapa diantaranya
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
merupakan jenis-jenis pajak sangat
potensial dan strategis sebagai sumber
Pendapatan Asli Dearah dalam rangka
membiayai penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan.
Dalam penjelasan atas Undang-
undang No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan disebutkan bahwa
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak
negara yang sebagian besar penerimaannya
merupakan pendapatan daerah yang antara
lain dipergunakan untuk penyediaan
fasilitas yang juga dinikmati oleh
pemerintah pusat dan daerah. Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang
dikenakan terhadap obyek pajak berupa
bumi dan atau bangunan.
Obyek Pajak Bumi dan Bangunan
adalah bumi/tanah dan bangunan.
Sedangkan subyek Pajak Bumi dan
Bangunan adalah orang atau suatu badan
yang secara nyata mempunyai suatu hak
atas bumi dan atau memperoleh manfaat
atas bangunan. Subyek pajak yang
dikenakan kewajiban membayar pajak
disebut sebagai wajib pajak.
Dasar pengenaan PBB adalah Nilai
Jual Obyek Pajak (NJOP). NJOP adalah
harga rata-rata yang diperoleh dari
transaksi jual beli yang terjadi secara wajar,
dan bilamana tidak terjadi transaksi jual
beli, NJOP ditentukan melalui perban-
dingan harga dengan obyek lain yang
sejenis, atau nilai perolehan baru, atau
NJOP pengganti.
Susilo (2002), Kesadaran Masyarakat
Untuk Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan di Kecamatan Karangtengah
Kabupaten Demak. Obyek dari penelitian
ini adalah masyarakat di Kecamatan
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
17
Karangtengah Kabupaten Demak. Disain
penelitian yang dipakai adalah metode
deskriptif, yaitu dengan cara meneliti untuk
memusatkan perhatian pada kasus tertentu
secara intensif dan mendetail, dengan
melakukan evaluasi terhadap tingkat
kesadaran masyarakat dalam membayar
Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan
Karangtengah Kabupaten Demak. Hasil
dari penelitian ini adalah: Faktor yang
cukup menonjol adalah kepemimpinan,
kualitas pelayanan, dan motivasi. Sistem
penelitian tesis yang digunakan adalah
diskriptif analisis, dengan mengumpulkan
data melalui observasi, kuesioner,
interview, dan studi dokumentasi. Lurah
desa adalah pemimpin masyarakat, seorang
pemimpin harus mengenal sifat, situasi dan
kondisi yang dipimpin. Pemimpin harus
mampu menciptakan kemudahan untuk
merangsang kesadaran yang dipimpin,
dalam hal ini adalah kesadaran masyarakat
untuk membayar Pajak Bumi dan
Bangunan. Pelayanan masyarakat
merupakan salah satu tugas lurah desa,
memberi pelayanan yang berkualitas telah
menjadi obsesi yang selalu ingin dicapai.
Motivasi adalah dorongan agar orang mau
melakukan sesuatu dengan ikhlas dengan
sebaik-baiknya. Dan kepemimpinan yang
baik, pelayanan yang berkualitas dan
motivasi yang baik akan dapat
mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk
membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
Amirudin (2008), Uji Efisiensi Dan
Efektivitas Pemungutan Pajak Bumi Dan
Bangunan Di Kecamatan Pagerwojo
Kabupaten Tulungagung. Obyek dari
penelitian ini adalah adalah pemungutan
Pajak Bumi dan Bangunan yang
dilaksanakan oleh aparat Kecamatan
Pagerwojo Kabupaten Tulungagung. Disain
penelitian yang akan dipakai adalah metode
deskriptif, yaitu dengan cara meneliti untuk
memusatkan perhatian pada kasus tertentu
secara intensif dan mendetail, dengan
melakukan pengujian efisiensi dan
efektivitas terhadap pemungutan Pajak
Bumi Bangunan di Kecamatan Pagerwojo
Kabupaten Tulungagung.
Hasil yang diperoleh dari penelitian
ini adalah:
a. Efisiensi pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kecamatan Pagerwojo
untuk tahun 2007 sudah efisien, karena
nilai CCER (Cost of Collection
Efficiency Ratio) mencapai 0,0495.
b. Efisiensi pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kecamatan Pagerwojo
hingga bulan Mei tahun 2008 sudah
efisien, karena nilai CCER (Cost of
Collection Efficiency Ratio) mencapai
0,050.
c. Tingkat efektivitas pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan di Kecamatan
Pagerwojo untuk tahun 2007 sebesar
91,810 %, maka dikatakan sangat efektif
karena koefisien efektivitasnya diatas 80
%.
Analisis Pemenuhan Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan
18
d. Tingkat efektivitas pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan di Kecamatan
Pagerwojo hingga bulan Mei tahun 2008
sebesar 17,455 % , maka dikatakan
sangat tidak efektif karena koefisien
efektivitasnya dibawah 40 %.
Hardjanto (2010), Implementasi
Kebijakan Pajak Bumi Dan Bangunan
Dikelurahan Gisikdrono Kecamatan
Semarang Barat Kota Semarang. Adapun
hipotesis yang diajukan adalah adanya
pengaruh positif antara sikap dan
komunikasi secara terpisah maupun secara
bersama-sama dengan implementasi
kebijakan PBB. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori
implementasi dari George Edward III
dengan teori pendukung dari Van Metern
dan Horn serta teori Grindle. Penelitian ini
menggunakan tipe penelitian eksplanatory
disertai uji hipotesis. Sample berjumlah 33
responden (1%) dari jumlah keseluruhan
wajib pajak 3372. Pengujian hipotesis
menggunakan rumus korelasi Rank
Kendall, Konkordansi Kendall dan
Koefisiensi Determinasi. Hasil penelitian
membuktikan adanya pengaruh positif dan
signifikansi antara sikap dan implementasi
kebijakan PBB yang diperoleh Z hitung
4,89 > 2,58 untuk taraf signifikansi 1%.
Ada pengaruh positif dan signifikansi
antara komunikasi dan implementasi
kebijakan PBB yang diperoleh dari
perhitungan Z hitung 3,03 > 2,58 pada taraf
signifikansi 1% serta ada pengaruh positif
antara sikap dan komunikasi terhadap
implementasi kebijakan PBB dari
perhitungan X hitung 85,72 > X tabel
55,75, sedangkan pengaruh sikap terhadap
implementasi kebijakan PBB sebesar
35,76%. Pengaruh komunikasi terhadap
implementasi kebijakan PBB sebesar
13,76% dan besarnya pengaruh sikap dan
komunikasi terhadap implementasi
kebijakan sebesar 79,74%.
Berdasarkan penelitian dapat
diketahui bahwa sikap dan komunikasi
mempunyai pengaruh terhadap
implementasi kebijakan PBB di Kelurahan
Gisikdrono. Saran yang diajukan adalah
perlu ditingkatkannya kualitas pelaksanaan
salah satunya dengan cara petugas harus
lebih disiplin dalam menjalankan tugasnya.
METODE PENELITIAN
Suatu cara menganalisa data tanpa
menggunakan perhitungan matematis yang
bersifat interpretasi data yang dilakukan
dengan membandingkan data yang
diperoleh dengan teori yang ada kemudian
mengevaluasi dan melakukan penyempur-
naan terhadap peran serta masyarakat pada
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di
Kecamatan Sendang dan yang berhubungan
dengan permasalahan tersebut.Metode
analisa sebagai berikut:
1. Menganalisa respon dari responden
menggunakan Diagram Kontrol
Shewhart yaitu menggunakan Diagram
Kontrol Rata-rata x.
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
19
Sudjana (1992: 420) , diagram ini
bentuknya sangat sederhana sekali yaitu
terdiri atas tiga buah garis mendatar yang
sejajar. Sumbu mendatar melukiskan
nomor sampel yang diteliti dimulai dari
sampel pertama, kedua dan seterusnya.
Sumbu tegak menyatakan karakteristik
yang sedang diteliti. Garis sentral
melukiskan nilai baku yang akan menjadi
pangkal perhitungan terjadinya
penyimpangan hasil-hasil pengamatan
untuk setiap sampel. Garis bawah yang
sejajar dengan garis sentral dinamakan
batas kontrol bawah (BKB). Garis yang
menyatakan penyimpangan paling tinggi
dari nilai baku terdapat sejajar diatas garis
sentral yang dinamakan batas kontrol atas
(BKA).
2. Menghitung rata-rata dari rata-rata
sampel.
xX = = Garis Sentral
k
Dimana:
X = Rata-rata dari rata-rata sampel
x = Rata-rata
k = Jumlah unsur / sampel
3. Menghitung Rata-rata dari Rentang
semua sampel
RR =
k
Dimana :
R = Rata-rata dari Rentang semua
sampel
R = Rentang
4. Batas Kontrol Bawah (BKB)
BKB = X – A2 R
Dimana:
A2 = Harga untuk diagram kontrol x
5. Batas Kontrol Atas (BKA)
BKA = X + A2 R
Dimana:
A2 = Harga untuk diagram kontrol x
6. Membuat Diagram Kontrol Rata-rata x
PEMBAHASAN
Kecamatan Sendang merupakan
wilayah Kabupaten Tulungagung yang
terletak di bagian barat dari ibu kota
Kabupaten Tulungagung dengan ketinggian
sekitar 550 dpl. Kecamatan Sendang
terbagi menjadi 11 Desa, yaitu: Desa
Kedoyo, Desa Nglutung, Desa Talang,
Desa Dono, Desa Krosok, Desa Tugu, Desa
Picisan, Desa Nyawangan, Desa Sendang,
Desa Nglurup dan Desa Geger.
Penduduk
Jumlah total penduduk di Kecamatan
Sendang Kabupaten Tulungagung hingga
Desember 2010 berjumlah 46.836 jiwa
dengan 14.629 jumlah Kepala Keluarga
(KK). Adapun rekapitulasi data jumlah
penduduk Kecamatan Sendang Kabupaten
Tulungagung dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
BKA
BKB
SENTRAL
Analisis Pemenuhan Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan
20
Tabel 1: Data Penduduk Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung, 2012
No. DesaLuas
Wilayah(Km2)
L P TotalJumlah
KKKepadatanPenduduk
1. Kedoyo 10,25 2.815 2.763 5.563 1.604 543
2. Nglutung 5,17 1.770 1.934 3.694 1.231 715
3. Talang 2,98 1.492 1.672 3.157 1.055 1.059
4. Dono 4,25 2.694 2.899 5.611 1.594 1.320
5. Krosok 3,88 1.836 1.856 3.692 1.257 952
6. Tugu 3,90 1.859 1.890 3.745 1.161 960
7. Picisan 7,26 1.621 1.719 3.328 1.064 458
8. Nyawangan 25,25 3.522 3.458 6.971 2.139 276
9. Sendang 3,12 1.459 1.444 2.904 935 931
10. Nglurup 10,28 1.803 1.891 3.730 1.183 363
11. Geger 12,10 2.143 2.282 4.441 1.406 367
TOTAL 88,44 23.015 23.809 46.836 14.629 530
Sumber : Data sekunder
Adapun Jenis bangunan tempat
tinggal dan bukan tempat tinggal di
Kecamatan Sendang Kabupaten
Tulungagung baik yang permanen maupun
tidak permanen adalah seperti tercantum
pada tabel berikut ini:
Tabel 3: Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal, 2012
No. DesaTempat Tinggal Bukan Tempat Tinggal
Permanen Bukan Permanen Permanen Bukan Permanen1. Kedoyo 984 458 31 62. Nglutung 781 307 21 33. Talang 707 248 19 24. Dono 1.216 212 52 -5. Krosok 771 267 17 26. Tugu 783 272 11 27. Picisan 657 270 22 48. Nyawangan 1.125 817 44 119. Sendang 569 188 28 -
10. Nglurup 640 424 35 511. Geger 948 230 22 4
TOTAL 9.181 3.693 302 39
Sumber : Data sekunder
Data dari kantor Kecamatan
menunjukkan ada desa yang realisasi
pajaknya terbesar adalah Desa Dono yaitu
sebesar Rp. 120.960. 122,- seperti terlihat
pada tabel 4 berikut ini.
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
21
Tabel 4: Pajak Bumi dan Bangunan Menurut Desa dan Pemasukannya, 2012
No. DesaWajibPajak
Target (Rupiah)Realisasi(Rupiah)
Persentase
1. Kedoyo 4.851 102.473.747 102.473.747 100%2. Nglutung 3.089 71.810.577 71.810.577 100%3. Talang 2.244 66.729.612 66.729.612 100%4. Dono 3.334 120.960.122 120.960.122 100%5. Krosok 2.809 108.619.578 108.619.578 100%6. Tugu 2.885 82.051.797 82.051.797 100%7. Picisan 2.797 69.438.874 69.438.874 100%8. Nyawangan 4.842 90.968.845 90.968.845 100%9. Sendang 1.794 57.603.982 57.603.982 100%10. Nglurup 2.359 65.236.938 65.236.938 100%11. Geger 3.149 74.809.957 74.809.957 100%
TOTAL 34.153 910.704.029 910.704.029 100%
Sumber : Data sekunder
Sebanyak 17 responden dengan nilai
skor total tertinggi yaitu responden nomor;
21, 23, 147, 154, 198, 212, 227, 248, 269,
286, 298, 306, 307, 308, 319, 328 dan 330.
Sedangkan 17 responden dengan skor total
terendah yaitu responden nomor; 18, 29,
33, 39, 44, 48, 54, 59, 63, 69, 78, 84, 88,
94, 99, 103 dan 113. Adapun rekapitulasi
responden dengan skor tertinggi dan
terendah dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 8: Rekapitulasi Responden Dengan Skor Total Tertinggi
RespondenNilai Per - Pertanyaan
JumlahP1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
21 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4623 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 48
147 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 47154 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 48198 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 47212 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 46227 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 46248 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 46269 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 46286 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 47298 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 46306 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 47307 5 5 5 5 5 4 5 5 4 3 46308 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 46319 3 4 5 5 5 5 5 4 5 5 46328 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 46330 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 46
Jumlah 78 80 82 84 80 75 76 78 79 78 790
Sumber: data primer diolah, 2012
Analisis Pemenuhan Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan
22
Tabel 9: Rekapitulasi Responden Dengan Skor Total Terendah
RespondenNilai Per - Pertanyaan
JumlahP1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
18 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 3429 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3433 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3439 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 3444 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3348 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3454 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 3459 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3363 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3469 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 3478 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3384 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3388 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3394 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3299 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 33
103 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 33113 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 34
Jumah 51 51 51 61 62 51 51 56 67 68 569
Sumber: data primer diolah, 2012
Berdasarkan hasil rekapitulasi dan
pengamatan respon dari para responden
dengan skor tertinggi dan respon dari
responden dengan skor terendah, terdapat
ketidaksamaan respon mengenai nilai
tertinggi dan terendah per unsur dari
pernyataan-pernyataan yang diajukan.
Untuk responden dengan skor
tertinggi, jumlah nilai per unsur pertanyaan
tertinggi adalah pertanyaan ke 4.
Sedangkan jumlah nilai per unsur perta-
nyaan terendah adalah pertanyaan ke 6.
Untuk responden dengan skor
terendah, jumlah nilai per unsur pertanyaan
tertinggi adalah pertanyaan ke 10.
Sedangkan jumlah nilai per unsur
pertanyaan terendah adalah pertanyaan ke
1,2,3,6 dan 7.
Dari hasil pengamatan tersebut diatas
dapat diketahui bahwa terdapat kesamaan
respon dari responden terhadap nilai per
unsur pertanyaan terendah yaitu pertanyaan
ke 6.
Hasil tersebut diatas jika
dibandingkan dengan hasil rekapitulasi
respon dari keseluruhan responden ternyata
memiliki beberapa kesamaan juga. Dari
hasil keseluruhan responden, jumlah nilai
per unsur tertinggi adalah unsur ke 10 .
Sedangkan jumlah nilai per unsur terendah
adalah unsur ke 7.
Dari hasil tersebut diatas, dapat
diketahui bahwa terdapat konsistensi
respon dari total responden dengan respon
dari kelompok responden dengan skor
terendah. Dengan ini kita dapat mengetahui
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
23
variabel/sub variabel mana yang dapat
diterima responden dan variabel/sub
variabel mana yang memerlukan perhatian
lebih demi meningkatkan pemenuhan
kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan oleh
wajib pajak di Kecamatan Sendang
Kabupaten Tulungagung.
Analisa Diagram Kontrol Rata-rata x
Untuk melakukan analisa menggu-
nakan diagram kontrol tersebut, terlebih
dahulu harus diketahui nilai rata-rata dari
rata-rata sampel yang diamati seperti yang
dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
Berdasarkan tabel 7 diatas, diketahui
bahwa nilai rata-rata dari rata-rata sampel
adalah 40,14 dengan jumlah seluruh
rentang per respon adalah 22. Dari hasil
tersebut diatas, dapat kita hitung :
1. Rata-rata dari rata-rata sampel / Garis
sentral.
x 40,14X = =
K 10
= 4,01
Jadi dari perhitungan tersebut
diketahui bahwa Rata-rata dari rata-rata
sampel/garis sentralnya adalah 4,01.
2. Rata-rata rentang dari semua sampel.
R 22R = =
k 10
= 2,20
Jadi dari perhitungan tersebut
diketahui bahwa Rata-rata rentang dari
semua sampelnya adalah 2,20.
3. Batas Kontrol Bawah (BKB).
Dimana:
BKB = X – A2
R = 4,01 – (0,134) (2,20)
= 3,71
Jadi dari perhitungan tersebut diketahui
bahwa Batas Kontrol Bawah (BKB)
untuk diagram kontrolnya adalah 3,71
4. Batas Kontrol Atas (BKA).
BKA = X + A2 R
= 4,01 + (0,134) (2,20)
= 4,30
Jadi dari perhitungan tersebut diketahui
bahwa Batas Kontrol Atas (BKA) untuk
diagram kontrolnya adalah 4,30
5. Diagram Kontrol Rata-rata x.
Dari hasil perhitungan tersebut diatas
dapat dibuat Diagram Kontrol Rata-rata
x seperti yang dapat kita lihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 1. Diagram Kontrol Rata-rata x
SENTRAL
BKB
BKA
Analisis Pemenuhan Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan
24
Berdasarkan apa yang dapat kita lihat
pada Diagram Kontrol Rata-rata x tersebut
diatas, maka dapat diketahui bahwa
terdapat beberapa sampel / unsur
pertanyaan yang berada di atas Batas
Kontrol Atas (BKA) dan juga terdapat
beberapa sampel / unsur yang berada di
bawah Batas Kontrol Bawah (BKB).
Unsur/sampel yang berada diatas
Batas Kontrol Atas (BKA) adalah unsur
pertanyaan/sampel ke 5 (Saudara sudah
mengetahui dan paham mengenai aturan
dan mekanisme perpajakan yang berlaku
saat ini?) dan 10 (Setujukah saudara
bahwa tingkat pendapatan seseorang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang
tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan
akan membayar pajak?). Hal ini dapat
berarti bahwa unsur pertanyaan /sampel
tersebut diatas diberikan respon yang
sangat bagus oleh para responden.
Unsur pertanyaan/sampel yang
berada dibawah Batas Kontrol Bawah
(BKB) adalah unsur pertanyaan/sampel ke
7 (Dalam membayar pajak, apakah
saudara tidak merasa keberatan?). Hal ini
dapat berarti bahwa unsur pertanyaan
/sampel tersebut diatas memiliki respon
yang buruk dalam rangka pemenuhan
kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan di
Kecamatan Sendang Kabupaten
Tulungagung yang harus segera dicari
penyebabnya dan dilakukan upaya
perbaikan terhadap hal tersebut karena hal
ini dapat berimbas kepada animo wajib
pajak terhadap pemenuhan kewajibannya
membayar Pajak Bumi dan Bangunan di
Kecamatan Sendang Kabupaten
Tulungagung yang pada akhirnya dapat
berimbas pula pada tingkat pemenuhan
kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan di
Kabupaten Tulungagung. Untuk itu,
evaluasi dan penelitian yang mendalam
perlu segera dilakukan untuk mencari
penyebab dan solusinya.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari permasalahan yang telah
diuraikan pada bab-bab dimuka, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Wilayah Kecamatan Sendang Kabupaten
Tulungagung merupakan wilayah
Kabupaten Tulungagung yang berada
disebelah barat dari Ibukota Kabupaten
Tulungagung yang terbagi kedalam 11
Desa dengan luas wilayah
keseluruhannya adalah 105,78 Km2.
2. Jumlah total penduduk di Kecamatan
Sendang Kabupaten Tulungagung
hingga Desember 2011 berjumlah
46.836 jiwa dengan 14.629 jumlah
Kepala Keluarga (KK).
3. Mayoritas penduduk di Kecamatan
Sendang Kabupaten Tulungagung
bermata pencaharian sebagai petani
dengan jumlah mencapai 10.855 jiwa.
4. Mayoritas wajib pajak di Kecamatan
Sendang Kabupaten Tulungagung dalam
memenuhi kewajibannya membayar
Pajak Bumi dan Bangunan memilih
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
25
mekanisme pembayaran dengan cara
menitipkan pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunannya kepada aparat Desa
setempat untuk disetorkan ke Bank
persepsi melalui Kantor Kecamatan.
5. Berdasarkan hasil analisis data melalui
Diagram Kontrol Rata-rata x, terdapat
beberapa unsure sampel yang terletak
diatas Batas Kontrol Atas yaitu unsur
pertanyaan/sampel ke 5 (Saudara sudah
mengetahui dan paham mengenai
aturan dan mekanisme perpajakan yang
berlaku saat ini?) dan 10 (Setujukah
saudara bahwa tingkat pendapatan
seseorang dapat mempengaruhi
bagaimana seseorang tersebut memiliki
kesadaran dan kepatuhan akan
membayar pajak?). Hal ini dapat berarti
bahwa unsur pertanyaan /sampel
tersebut diatas diberikan respon yang
sangat bagus oleh para responden..
6. Unsur pertanyaan/sampel yang berada
dibawah Batas Kontrol Bawah (BKB)
adalah unsur pertanyaan/sampel ke 7
(Dalam membayar pajak, apakah
saudara tidak merasa keberatan?). Hal
ini dapat berarti bahwa unsur pertanyaan
/sampel tersebut diatas memiliki respon
yang buruk dalam rangka pemenuhan
kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan di
Kecamatan Sendang Kabupaten
Tulungagung yang harus segera dicari
penyebabnya dan dilakukan upaya
perbaikan terhadap hal tersebut.
7. Dari hal tersebut diatas, dapat
disimpulkan bahwa wajib pajak di
Kecamatan Sendang Kabupaten
Tulungagung sangat memahami
mengenai aturan dan mekanisme
perpajakan yang berlaku dan menyetujui
bahwa tingkat pendapatan seseorang
berpengaruh terhadap kepatuhan
membayar pajak. Namun sebagian besar
wajib pajak di Kecamatan Sendang
Kabupaten Tulungagung merasa
keberatan membayar pajak secara suka
rela.
Walaupun kinerja aparat Kecamatan
Sendang Kabupaten Tulungagung beserta
pamong desa di lingkup Kecamatan
Sendang Kabupaten Tuliungagung sudah
terlaksana dengan baik, namun kinerja
yang baik tadi harus tetap dipertahankan
dan kalau bisa lebih ditingkatkan agar tidak
ada keterlambatan dalam pembayaran
Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan
Sendang Kabupaten Tulungagung.
Sosialisasi kepada wajib pajak mengenai
kewajibannya untuk membayar pajak harus
terus dilakukan agar para wajib pajak mau
memenuhi kewajibannya dengan sukarela.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Pajak Bumi dan Bangunan2000. Jakarta: Sinar Grafika.
Bohari. 2004. Pengantar Hukum Pajak.Edisi Revisi. Cetakan Kelima.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Education, Binauf. 2005. Pajak TerapanBrevet A dan B Buku Kedua.Surabaya: Binauf.
Analisis Pemenuhan Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan
26
Keputusan Direktorat Jenderal Pajak. 1998.No. 16/PJ.6/1998. TentangPengenaan Pajak Bumi DanBangunan. Jakarta
Keputusan Menteri Keuangan, 1998, No.523/KMK.04/1998, TentangKlasifikasi dan Besarnya NJOPSebagai Dasar Pengenaan PBB.Jakarta
Keputusan Menteri Keuangan. 2000. No.201/KMK.04/200. TentangPenetapan Besarnya NJOP TidakKena Pajak. Jakarta.
Lumbantoruan. Shopar. 1996. AkuntansiPajak. Edisi Revisi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Mahagiyani, Tjahjono, Achmad. 2001.Perpajakan Indonesia. CetakanPertama. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.
Munawir. 1997. Perpajakan. Edisi Kelima.Yogyakarta: Liberty.
Murdiasmo. 1997. Perpajakan. EdisiKeempat. Yogyakarta: Andi.
Musgrave, Richard A, and Musgrave,Peggy B. 1993. Keuangan Negaradalam Teori dan Praktek. EdisiKelima. Jakarta: Erlangga.
Peraturan Pemerintah. 2000. No. 16 Tahun2000. Tentang Pembagian HasilPenerimaan PBB Antara PemerintahPusat dan Daerah. Jakarta.
Peraturan Pemerintah. 2002. No. 25 Tahun2002. Tentang Penetapan BesarnyaNilai Jual Kena Pajak UntukPerhitungan Pajak Bumi danBangunan. Jakarta
Sidik, Machfud, dan Soewondo. 1994.Keuangan Daerah. Jakarta:Universitas Terbuka.
Soemitro, Rochmad. 1997. Perpajakan.Edisi Revisi. Bandung: PT Eresco.
Undang-undang, 1994, No. 12 Tahun 1994.Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.Jakarta.
JURNAL BENEVIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
27
ANALISIS ANTRIAN PELAYANAN INSTALASI AMBULANCE PADARUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ISKAK
DI TULUNGAGUNG
Krisan SisdiyantoroBambang Sulaksono
Fakultas Ekonomi Universitas Tulungagung
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil analisis antrianpelayanan instalasi ambulance pada seksi penunjang pelayanan non medis.Sistem pelayanan instalasi ambulance merupakan penunjang pelayananmedis yang secara praktis menjadi pertimbangan teknis maupun ekonomis.Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati dan mencatat antrian yangterjadi pada hari kerja selama periode tertentu sebagai data sampel. Adapunmedote yang digunakan adalah saluran banyak-fase tunggal, sedangkanmodel antriannya adalah M/M/S/I/I. Berdasarkan pengamatan yangdilakukan, pihak manajemen telah mengoperasikan 3 unit ambulance dalamsystem pelayanan. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesibukaninstalasi ambulance sebesar 9,17%, probabilitas tidak ada pengguna jasadalam system sebesar 0,75, jumlah rata-rata pengguna jasa menunggu dalamsistem antrian sebesar 0,0003 pengguna, jumlah rata-rata pengguna jasaberada dalam sistem antrian sebesar 0,27 pengguna, waktu rata-ratapengguna jasa menunggu dalam sistem antrian selama 0,0014 jam danwaktu rata-rata pengguna jasa berada dalam sistem antrian selama 1,25 jam.Berdasarkan hasil analisis antrian pelayanan menunjukkan bahwaoperasional sistem pelayanan instalasi ambulance sudah baik berarti belumperlu menambah sarana/fasilitas instalasi ambulance. Namun demikianditinjau dari sisi pembiayaan fasilitas/sarana pelayanan dapat dikatakankurang efisien tetapi melihat perkembangan pelayanan medis begitu pesat,maka fasilitas/sarana pelayanan instalasi ambulance yang digunakan dalampelayanan segera akan mencapai kondisi yang ekonomis.
Kata Kunci : Antrian, Pelayanan, Instalasi Ambulance, Single Channel –Single Phase.
Abstract
This study aimed to describe the results of the analysis of queues at theambulance service installation section of non-medical support services.Installation of an ambulance service system supporting medical servicespractically be considered technically and economically. Data collection wasconducted by observing and recording the queue that occur on weekdaysduring a given period as the data sample . The methods used are a single
Analisis Antrian Pelayanan Instalasi Ambulance Pada Rumah Sakit
28
channels - single phase, whereas the model queue is M/M/S/I/I. Based onthe observations made, the management has 3 units operate ambulanceservices in the system . The analysis showed that the level of activity at 9.17% ambulance installation, the probability of not service user in the systemof 0.75, the average number of service users waiting in the queue at 0.0003user system, the average number of service users are in 0.27 queuing systemusers, the average time of service users in the system waiting queue for0.0014 hours and the average time of service users are in the system queuefor 1.25 hours. Based on the results of the analysis indicate that theoperational service queuing system installation ambulance services arealready well-meaning yet need to add facilities/ installations ambulancefacility. However, in terms of the financing facility/service facilities can besaid to be less efficient but saw rapid development of medical services, thefacility/installation ambulance service facilities used in the service will soonachieve economic conditions.
Keywords: Queue, Service, Ambulance Installation, Single Channel –Single Phase.
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dan
pengetahuan yang demikian pesat tiada
pernah berhenti dan semata-mata hanya
untuk memenuhi kebutuhan manusia yang
tidak ada batasnya. Hal demikian memacu
bidang bisnis sehingga terus berkembang
baik perusahaan-perusahaan manufaktur
maupun perusahaan-perusahaan jasa. Pada
awalnya perkembangan perusahaan
manufaktur terlihat lebih nyata dibanding
perusahaan jasa pada kehidupan sehari-
hari, dapat dikatakan kemajuan yang
dicapai oleh perusahaan manufaktur
selangkah di depan dibandingkan
perusahaan jasa.
Namun demikian, seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi, perusahaan jasa terus
mengalami kemajuan yang cukup pesat,
bahkan perkembangan yang dicapai tidak
kalah pesatnya dengan perusahaan
manufaktur. Dewasa ini perusahaan
manufaktur dan perusahaan jasa sama-sama
menunjukkan perkembangan yang baik.
Fakta menunjukkan bahwa di beberapa
negara maju, kontribusi yang diberikan
sektor jasa terhadap perekonomian lebih
besar dibandingkan dengan perusahaan
manufaktur.
Rumah sakit merupakan salah satu
unit usaha jasa yang memberikan jasa
pelayanan sosial di bidang klinis.
Pengelolaan unit usaha rumah sakit
memiliki keunikan tersendiri karena selain
sebagai unit bisnis, usaha rumah sakit juga
memiliki sosial. Misi layanan rumah sakit
tidak terlepas dari misi layanan sosial,
namun tidak dipungkiri bahwa dalam
pengelolaan rumah sakit tetap terjadi
JURNAL BENEVIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
29
konflik kepentingan dari berbagai pihak.
Konflik kepentingan terserbut dapat
bersumber dari klasifikasi organisasi rumah
sakit. Terlepas dari hal tersebut, keberadaan
rumah sakit dalam memberikan pelayanan
tetap menjadi visi yang menjadi komitmen
bersama yang dibutuhkan dan ditunggu
oleh masyarakat terutama untuk golongan
bawah.
Rumah sakit dalam operasionalnya
memberikan pelayanan jasa medis yang
ditunjang oleh beberapa pelayanan yang
lain, salah satunya adalah pelayanan
penunjang non medis. Pelayanan-pelayanan
tersebut secara terpadu melekat pada
lembaga sebagai produk jasa yang bisa
diberikan kepada masyarakat, sehingga
apabila salah satu pelayanannya kurang
baik maka berakibat pada image
masyarakat terhadap lembaga. Seksi
Pelayanan Penunjang Non Medis,
khususnya instalasi ambulance terdiri dari
pelayanan untuk pasien dan kereta jenazah.
Instalasi ambulance sebagai salah
satu pelayanan yang diberikan rumah sakit
tidak terlepas dari sistim pelayanan kepada
pelanggan/masyarakat yang mengandung
unsur experience quality yang tinggi.
Experience quality adalah karakteristik-
karakteristik yang hanya dapat dinilai
pelanggan setelah pembelian, misalnya:
kualitas, efisiensi dan kesopanan. Oleh
karena layanan jasa rendah dalam search
qualities (yakni karakteristik pisik yang
dapat dievaluasi pengguna sebelum
pelayanan dilakukan) dan tinggi dalam
experience qualities, maka pelanggan
merasakan resiko yang lebih besar dalam
keputusan pemakaianya. Konsekuensinya
dalam pembuatan keputusan pelanggan
lebih banyak dipengaruhi oleh kredibilitas
sumber informasi yang lebih bersifat
personal (seperti dari mulut ke mulut) dari
pada pesan iklan dari penyedia jasa.
Meskipun demikian, bila pelanggan
menemukan layanan jasa yang memuaskan,
mereka cenderung akan loyal pada
penyedia jasa tersebut.
Layanan jasa instalasi ambulance
tidak bisa lepas dari sistim antrian yang
harus dilakukan para pelanggan/pasien.
Perusahaan dalam merancang sistim
layanan jasa dapat menentukan waktu dan
fasilitas yang sebaik-baiknya agar dapat
melayani pelanggan dengan efisien. Pada
umumnya para pelanggan/pasien akan
merasa puas atas layanan yang diberikan
apabila tidak terlalu lama terlibat dalam
sistim antrian Dalam hal ini tentu saja
diperhitungkan antara tambahan biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk menambah
fasilitas layanan baru dengan kerugian
pelanggan karena harus menunggu apabila
tidak diadakan penambahan fasilitas
layanan yang baru
Untuk memudahkan pembahasan
selanjutnya dalam penelitian ini, perlu
dirumuskan masalah yang menjadi topik
bahasan. Berdasarkan uraian di atas, maka
Analisis Antrian Pelayanan Instalasi Ambulance Pada Rumah Sakit
30
rumusan masalahnya adalah bagaimana
antrian pelayanan instalasi ambulance
untuk kereta jenazah pada Seksi Penunjang
Pelayanan Non Medis RSUD dr. Iskak
Tulungagung.
Untuk mendeskripsikan pelayanan
instalasi ambulance untuk kereta jenazah
pada Seksi Penunjang Pelayanan Non
Medis RSUD dr. Iskak Tulungagung. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan untuk
membuat kebijakan-kebijakan dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan.
Pelayanan Instalasi Ambulance
sebagai penunjang pelayanan non medis
dalam operasionalnya perlu dianalisis
dengan menggunakan waiting line model
untuk mengetahui sampai sejauh mana
pelayanan yang diberikan instalasi
ambulance untuk kereta jenazah kepada
pelanggan/pasien. Hasil analisis akan
dipergunakan sebagai bahan informasi
untuk pengambilan keputusan dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan demi
kepuasan pelanggan.
Secara umum antrian merupakan
selang waktu pelayanan yang diberikan
oleh pemberi layanan terhadap pihak-pihak
yang membutuhkan pelayanan. Sehingga
dalam mengkaji teori entrian berarti tidak
terlepas dengan waktu. Pada dasarnya
pihak-pihak yang membutuhkan pelayanan
tidak menghendaki terjadimya antrian
dengan waktu yang cukup lama, artinya
secepatnya untuk dilayani sehingga
kepuasan akan tercapai.
Terjadinya antrian tidak terlepas dari
kemampuan dari pihak-pihak yang
memberikan pelayanan itu sendiri dan
banyaknya jumlah pihak-pihak yang datang
dalam waktu yang bersamaan dengan
tujuan yang sama. Untuk lebih jelasnya
pengertian antrian dapat dilihat dari
beberapa pendapat.
Siagian (1997: 390) menjelaskan
antrian adalah suatu garis tunggu dari
nasabah (satuan) yang memerlukan layanan
dari satu atau lebih pelayanan (fasilitas
pelayanan). Teori antrian merupakan studi
matematika dari kejadian atau gejala garis
tunggu (Supranto, 1998 : 390).
Hal yang sama dijelaskan, bahwa
sesungguhnya Antrian adalah suatu garis
tunggu dari nasabah (satuan) yang
memerlukan layanan dari satu atau lebih
pelayanan (fasilitas pelayanan). Kejadian
garis tunggu disebabkan oleh kebutuhan
akan layanan yang melebihi kapasitas
pelayanan atau fasilitas pelayanan sehingga
nasabah atau langganan yang datang tidak
bisa dengan segera mendapat pelayanan.
Keadaan yang demikian dinamakan teori
PenunjangPelayanan Non
Medis
Analisis AntrianPelayanan Instalasi
Ambulance
PeningkatanPelayanan
- Faktor Internal- Faktor eksternal
JURNAL BENEVIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
31
antrian. Sehingga teori antrian adalah studi
matematik terhadap garis tunggu dari
langganan atau nasabah yang ada di depan
fasilitas pelayanan untuk mendapatkan
pelayanan dari fasilitas pelayanan. Sering
kali digunakan untuk diagram-diagram
yang diharapkan mampu mengembangkan
suatu keadaan yang mempunyai rangka dan
mempunyai urutan tertentu. Hal ini sering
disebut dengan model. Antrian atau tunggu
merupakan suatu kegiatan untuk menunggu
dalam mendapatkan suatu pelayanan.
Antrian sendiri mempunyai pengertian
yang lebih menunjukkan pada garis-garis
tunggu. Subagyo dkk (2000: 265),
menjelaskan bahwa sering terjadi orang-
orang, barang-barang, komponen-
komponen atau kertas kerja harus
menunggu untuk mendapatkan jasa
pelayanan, Garis-garis tunggu ini sering
disebut dengan antrian. Model merupakan
suatu gambaran formal dari pilihan,
biasanya model akan selalu dinyatakan
dalam hubungan matematik sepeti fungsi
lebih tegas lagi yaitu: Model adalah
penyajian dari gambaran-gambaran pokok
suatu teori atau situasi dunia sesungguhnya
yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata,
diagram-diagram, grafik-grafik, peramaan-
persamaan matematikal atau kombinasi
dari bentuk-bentuk di atas (Siagian, 1997:
10).
Berdasarkan pendapat di atas, maka
jelaslah bahwa model adalah gambaran
formal dari pokok suatu teori atau situasi
dan keadaan dunia sesungguhnya yang
dapat berupa kata-kata, diagram-diagram,
grafik-grafik, persamaan-persamaan mate-
matis atau kombinasi dari bentuk-bentuk
tersebut.
Untuk memahami optimal dapat
dijelaskan sebagai usaha memaksimumkan
keuntungan atau meminimumkan biaya.
Dengan demikian Pengertian optimal
sangat tergantung pada tujuan yang telah
ditetapkan kondisi semula, apakah
maksimum atau minimum. Hal mana sesuai
dengan apa yang diuraikan Subagyo dkk.
(2000: 256) bahwa tujuan dasar model-
model antrian adalah untuk meminimum-
kan total dua biaya, yaitu biaya langsung
penyediaan fasilitas pelayanan dan biaya
tidak langsung yang timbul karena para
individu harus mengunggu untuk dilayani.
Dalam suatu sistem antrian apabila
fasilitas pelayanan yang dipergunakan lebih
dari jumlah optimal, hal ini berarti
membutuhakan investasi modal yang
berlebihan tetapi bila jumlahnya kurang
dari optimal maka hasilnya adalah
tertundanya pelayanan. Maka dari itu,
untuk mewujudkan suatu fasilitas
pelayanan yang optimal diperlukan suatu
pemgkajian beberapa hal: (1) Elemen-
elemen pokok dalam sistem antrian, (2)
Sumber masukan (input).
Sistem antrian pada dasarnya terdiri
dari elemen-elemen pokok, yaitu masukan,
sistem antrian dan keluaran. Misalnya suatu
antrian tunggal dan fasilitas pelayanan dua
atau lebih. Secara sederhana digambarkan
sebagai berikut:
Analisis Antrian Pelayanan Instalasi Ambulance Pada Rumah Sakit
32
Sistem Antrian
SumberPopulasi Keluar
Model Multy Channel - Single Phase
Katerangan :
M = antrian
S = fasilitas pelayanan (server
Dengan demkian dapat diuraikan
bahwa sumber masukan adalah suatu
kumpulan atau populasi orang , barang,
komponen atau kertas kerja dari mana satu-
satuan dating atau dipanggil untuk dilayani.
Kumpulan orang atau barang bias terbatas
atau tidak terbatas.
Pola kedatangan mungkin dapat
diketahui secara pasti atau mungkin satu
variable acak yang sebaran peluangnya
diketahui. Atas dasar pengertian tersebut di
atas, dapat diketahui bahwa pola
kedatangan merupakan cara individu-
individu dari populasi memasuki system
yang dispesifikasikan oleh waktu antar
kedatangan pada suatu fasilitas pelayanan.
Sedangkan tingkat kedatangan sering
mengikuti suatu distribusi poisson. Apabila
pola kedatangan mengikuti suatu pola
distribusi poisson, maka waktu antar
kedatangan mengikuti suatu distribusi
eksponensial.
Sebelum membahas tentang pola
pelayanan terlebih dahulu Moekiyat (1997:
57) menjelaskan pelayanan adalah jasa-jasa
managemen pemasaran adalah kegiatan-
kegiatan, keuntungan-keuntungan atau
kepuasan-kepuasan yang diberikan untuk
dijual (misalnya potong rambut, perbaikan-
perbaikan, pelayanan jasa lainnya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat
dijelaskan bahwa dalam pemberian
pelayanan ditujukan untuk memberikan
kepuasan. Kepuasan yang diharapkan oleh
nasabah adalah apabila transaksi yang
mereka harapkan dapat segera terpenuhi
tanpa menunggu atau antri.
1. Disiplin Antrian
Pada umumnya dalam suatu pelayanan
yang didalamnya terdapat antrian, maka
model pelayanan terikat dengan pedoman
bahwa yang memasuki sistem antrian
terlebih dahulu akan dilayani dahulu.
Kakiay (2004: 12) menguraikan bahwa
M
S
S
S
JURNAL BENEVIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
33
disiplin antrian adalah aturan dalam mana
para pelanggan dilayani atau disiplin
pelayanan (service discipline) yang
memuat urutan (order) para pelanggan
menerima layanan. Disiplin antrian yang
paling umum digunakan adalah first come,
first served (FCFS), yang pertama kali
datang pertama kali dilayani. Namun
demikian, juga ada beberapa tipe disiplin
antrian yang lain yang dipergunakan dalam
suatu sistem antrian. Model yang
dipergunakan dalam pembahasan disini
dibatasi untuk disiplin antrian FCFS.
2. Kapasitas Sistem
Kapasitas sistem adalah jumlah maksimum
pelanggan, mencakup yang sedang dilayani
dan yang berada dalam antrian, yang dapat
ditampung oleh fasilitas pelayanan pada
saat yang sama. Sebuah sistem yang tidak
membatasi jumah pelanggan di dalam
fasilitas pelayanannya dikatakan memiliki
kapasitas tak terhingga, sedangkan suatu
sistem yang membatasi jumlah pelanggan
yang ada di dalam fasilitas pelayanannya
dikatakan memiliki kapasitas yang terbatas.
Struktur dari suatu sistem antrian
tergantung pada proses pelayanannya, yang
secara umum dapat diklasifikasikan
fasilitas-fasilitas pelayanan dalam susunan
saluran atau channel (bisa berbentuk single
atau multiple) dan phase (single atau
multiple) yang akan membentuk suatu
struktur sistem antrian yang berbeda-beda.
Saluran atau channel menunjukkan jumlah
jalur (tempat) untuk memasuki sistem
pelayanan dan sekaligus menunjukkan
jumlah fasilitas pelayanan. Sedangkan
phase berarti jumlah station-station
pelayanan, dimana para langganan harus
melaluinya sebelum pelayanan dinyatakan
lengkap.
Secara umum model struktur antrian
dasar yang terjadi dalam seluruh sistem
antrian, adalah sebagai berikut :
1. Single Channel – Single Phase
Sistem ini merupakan suatu model yang
paling sederhana, single channel berarti
bahwa hanya ada satu jalur untuk
memasuki sistem pelayanan atau ada satu
fasilitas pelayanan. Model ini seperti
ditunjukkan gambar berikut:
Gambar 1. Model Single Channel – Single Phase
Sistem Antrian
SumberPopulasi Keluar
Phase
Keterangan :
M = Antrian
S = Fasilitas pelayanan (server)Phase
M S
Analisis Antrian Pelayanan Instalasi Ambulance Pada Rumah Sakit
34
2. Single Channel – Multiphase
Multiphase menunjukkan ada dua atau
lebih pelayanan yang dilaksanakan secara
berurutan sebelum suatu pelayanan
dinyatakan lengkap. Adapun model ini
dapat ditunjukkan dalam gambar berikut:
Gambar 2 . Model Single Channel – Multiphase
SumberPopulasi Keluar
3. Multichannel – Single Phase
Sistem multichannel – single phase terjadi
pada suatu model pelayanan dimana dua
atau lebih fasilitas pelayanan dialiri oleh
antrian tunggal. Sistem model ini
ditunjukkan gambar berikut :
Gambar 3. Model Multichannel – Singlepahase
Sumberi KeluarPopulasi
HASIL PENELITIAN
Pembahasan dalam Analisis Antrian
Pelayanan Instalasi Ambulance untuk
Kereta Jenazah pada Seksi Penunjang
Pelayanan Non Medis Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Tulungagung, akan
dilakukan secara bertahap sebagai berikut:
1. Tingkat kedatangan dan pelayanan
pengguna jasa
Perhitungan yang dilakukan terhadap
tingkat kedatangan pengguna jasa instalasi
ambulance berdasarkan pengambilan
sampel dari Data Register Pelayanan
Instalasi Ambulance pada Seksi Penunjang
Pelayanan Non Medis RSUD Dr. Iskak
Tulungagung selama satu tahun (2011),
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel
berikut:
Tabel 1. Kedatangan dan PelayananPengguna Jasa Kereta Jenazah
No BulanPelayanan
(hari)
KedatanganPengguna Jasa
(kali)
WaktuPelayanan
Pengguna Jasa(menit)
123456789101112
JanuPeb
MaretAprilM e iJ u n iJ u l iAgustSepteOkt
NopemDes
312831303130313130313031
155136165156150177155149132170194157
10.90510.25512.90013.1309.825
12.83511.35511.39510.79512.41016.30010.895
Jmlah 365 1896 143.000
Sumber: Data Sekunder diolah, 2012
M S M S
M
S
S
S
JURNAL BENEVIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
35
Sesuai dengan tabel 1 dapat diten-
tukan rata-rata kedatangan pengguna jasa
instalasi ambulance untuk kereta jenazah
(λ) = 1896/365 = 5,2 pengguna jasa per hari
(0,22 pengguna jasa per jam). Sedangkan
rata-rata waktu pelayanan pengguna jasa
instalasi ambulance untuk kereta jenazah
(µ) = 1896/143.000 = 0,01326 pengguna
jasa setiap menit (0,8 pengguna jasa setiap
jam.
2. Pengujian Rata-rata KedatanganPengguna Jasa
Perhitungan rata-rata tingkat kedatangan
pengguna jasa instalasi ambulance untuk
kereta jenazah perlu dilakukan pengujian
apakah pola kedatangan pengguna jasa
tersebut mengikuti distribusi Poisson
dengan menggunakan metode Chi Square
Test of Goodness of Fit.
Pengujian rata-rata kedatangan peng-
guna jasa (λ) dilakukan berdasarkan
observasi/pengamatan terhadap pola
kedatangan secara random dengan
mengambil sample sebanyak 100 kali
(interval waktu pengamatan 60 menit atau 1
jam). Adapun hasil observasi kedatangan
pengguna jasa seperti dalam tabel berikut:
Tabel 2. Tingkat Kedatangan Pengguna JasaInstalasi Ambulance
∑ Kedatangan (X)Frekuensi
Observasi (F)X.F
0
1
2
3
66
31
3
0
0
31
6
0
Jumlah 100 37
Sumber: Data Primer, diolah 2012
Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan
bahwa jumlah kedatangan pengguna jasa
(X) terdiri dari bilangan 0, 1, 2, dan 3.
Bilangan ini menunjukkan jumlah
kedatangan pengguna jasa pada setiap jam.
Sedangkan frekuensi observasi (F) terdapat
bilangan 66, 31, 3, dan 0, yang mana nilai-
nilai tersebut menunjukkan banyaknya
observasi atau pengamatan untuk masing-
masing jumlah kedatangan pengguna jasa.
Frekuensi observasi (F) dengan
jumlah kedatangan pengguna jasa (X)
sebesar 0 artinya tidak ada kedatangan
pengguna jasa adalah 66, frekuensi
observasi dengan jumlah kedatangan
pengguna jasa 1 adalah 31 dan seterusnya.
Sehingga frekuensi yang diselaraskan (Fx)
dan frekuensi harapan (Fn) untuk
kedatangan pengguna jasa pada Instalasi
Ambulance untuk kereta jenazah RSUD Dr.
Iskak Tulungagung dapat dihitung sebagai
berikut:
a. Frekuensi yang diselaraskan (Fx) :
2,718-0,37 .0,370
X = 0 F(x)0 =0!
= 0,6908
2,718-0,37 . 0,371
X = 1 F(x)1 =1!
= 0,0,2556
2,718-0,37.0,372
X = 2 F(x)2 =2!
= 0,0473
Analisis Antrian Pelayanan Instalasi Ambulance Pada Rumah Sakit
36
2,718-0,37.0,373
X =3 F(x)3 =3!
= 0 ,0058
b. Sedangkan frekuensi harapan (Ex) :
X = 0 E0 = 100 x 0,6908
= 69,08
X = 1 E1 = 100 x 0,2556
= 25,56
X = 2 E2= 100 x 0,0473
= 4,73
X = 3 E3 = 100 x 0,0058
= 0,58
Pengujian hipotesis: Ho: bahwa
kedatangan pengguna jasa mengikuti
Disribusi Poisson. Uji statistik yang
digunakan X² (α: df), dimana α = 0.05 dandf = n – 1 dan kriteria uji adalah:
- Terima Ho jika X² < X² (0,05 : df)
- Tolak Ho jika X² > X² (0,05 : df)
Untuk memudahkan perhitungan
dalam pengujian statistik, maka diperlukan
tabel distribusi frekuensi kedatangan
pengguna jasa sebagai berikut :
Tabel 3. Distribusi Frekuensi KedatanganPengguna Jasa
∑ Kedatangan(X)
F X.FFrek. yang
DiselaraskanFrek.
Harapan0
1
2
3
70
26
4
0
0
26
8
0
0,8025
0,1766
0,0194
0,0015
80,25
17,66
1,94
0,15
100 34 1 100
Sumber: Data Primer, diolah 2012
(70 – 80,25)² (26 – 17,66)² (4 – 1,94)² (0 – 0,15)X² = + + +
80,25 17,66 1,94 0,15
= 1,31 + 3,94 + 2,19 + 0,15
= 7,59
Dengan menggunakan tingkat
signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan(degree of fredom) = 4 – 1 = 3 maka
berdasarkan table Chi – Square diperoleh
nilai kritis X2 (0,05 : 3) table = 7,815.
Sehingga uji statistik adalah:
- X2 (hitung) = 7,59
- X2 (table) = 7,815
- Ho = distribusi kedatangan
nasabah mengikuti distribusi Poisson.
Jadi X2 (hitung) = 7,59 < X2 (table) =
7,815, yang berarti bahwa : Ho diterima
sebagai distribusi kedatangan nasabah yang
mengikuti distribusi Poisson.
3. Pengujian Rata-rata PelayananPengguna Jasa
Pengujian rata-rata pelayanan
pengguna jasa apakah mengikuti distribusi
Poisson didasarkan pengambilan sample
pelayanan pengguna jasa melalui observasi
secara random yang dilakukan sebanyak
100 kali dengan interval waktu 60 menit (1
jam) pada Instalasi Ambulance untuk
Kereta Jenazah pada Seksi Penunjang
JURNAL BENEVIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
37
pelayanan Non Media RSUD Dr. Iskak
Tulungagung seperti ditunjukkan dalam
tabel berikut:
Tabel 4. Tingkat Pelayanan Pengguna Jasa
JumlahPelayanan (X)
FrekuensiObservasi (F)
X.F
0123
2042317
0426221
Jumlah 100 125Sumber: Data Primer, diolah 2012
Sesuai dengan table 4 dapat diuraikan
bahwa jumlah pelayanan pengguna jasa (X)
terdiri dari bilangan 0, 1, 2, dan 3. Bilangan
ini menunjukkan jumlah pelayanan
pengguna jasa pada setiap jam pengamatan.
Sedangkan frekuensi observasi (F) terdapat
bilangan 20, 42, 31, dan 7, yang mana
nilai-nilai tersebut menunjukkan banyaknya
observasi atau pengamatan untuk masing-
masing jumlah pelayanan pengguna jasa.
Frekuensi observasi (F) dengan
jumlah pelayanan pengguna jasa 0 (tidak
ada pelayanan) adalah 20, frekuensi
observasi dengan jumlah pelayanan
pengguna jasa 1 adalah 42 dan seterusnya.
Dengan demikian frekuensi yang
diselaraskan (Fx) dan frekuensi harapan
(Fn) pelayanan pengguna jasa pada Instalasi
Ambulance untuk Kereta Jenazah RSUD
Dr. Iskak Tulungagung dapat dihitung
sebagai berikut:
a. Frekuensi yang diselaraskan (Fx) :
2,718-1,26 .1,260
X = 0 F(x)0 =0!
= 0, 2837
2,718-1,26 . 1,261
X = 1 F(x)1 =1!
= 0, 3575
2,718-1,26.1,262
X = 2 F(x)2 =2!
= 0,2252
2,718-1,26.1,263
X =3 F(x)3 =3!
= 0,0946
b. Sedangkan frekuensi harapan (Ex) :
X = 0 E0 = 100 x 0,2837
= 28,37
X = 1 E1 = 100 x 0,3575
= 35,75
X = 2 E2= 100 x 0,2252
= 22,52
X = 3 E3 = 100 x 0,0907
= 9,46
Rata-rata pelayanan pengguna jasa
instalasi ambulance untuk kereta jenazah
tersebut perlu dilakukan pengujian apakah
mengikuti distribusi Poisson dengan
menggunakan metode Chi Square Test of
Goodness of Fit.
Pengujian rata-rata pelayanan
penguna jasa (µ) dilakukan dengan uji
hipotesis : Ho : bahwa pelayanan pengguna
jasa mengikuti distribusi Poisson. Uji
statistik yang digunakan X² (α: df), dimana
Analisis Antrian Pelayanan Instalasi Ambulance Pada Rumah Sakit
38
α = 0.05 dan df = n – 1 dan kriteria uji
adalah:
- Terima Ho jika X² < X² (0,05 : df)
- Tolak Ho jika X² > X² (0,05 : df)
Hasil perhitungan frekuensi observasi
dan yang diselaraskan ditunjukkan pada
tabel distribusi frekuensi pelayanan
pengguna jasa sebagaimana dalam tabel
berikut:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi PelayananPengguna Jasa
∑ Pelayanan(X) F X.F
Frek. yangDiselaraskan
Frek.Harapan
0
1
2
3
20
42
31
7
0
42
62
21
0,2837
0,3575
0,2252
0,0946
28,37
35,75
22,52
9,46
100 125
Sumber: Data Primer, diolah 2012.
(20 – 28,37)² (42 – 35,75)²X² = + +
28,37 35,75
(31 – 22,52)² (7 – 9,46)2
+22,52 9,46
= 2,47 + 1,09 + 3,19 + 0,64
= 7,39
Dengan menggunakan tingkat
signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan
(degree of fredom) = 4 – 1 = 3 maka
berdasarkan table Chi – Square diperoleh
nilai kritis X2 (0,05 : 3) table = 7,815.
Sehingga uji statistik adalah :
X2 (hitung) = 7,39
X2 (table) = 7,815
Ho = distribusi pelayanan nasabah
mengikuti distribusi Poisson.
Jadi X2 (hitung) = 7,39 < X2
(table) = 7,815, yang berarti bahwa:
Ho diterima sebagai distribusi pelayanan
pengguna jasa yang mengikuti distribusi
Poisson.
Penerapan Model M/M/S/I/I
Model ini merupakan Kendall’sNotation yang banyak dipergunakan dalam
analisis antrian dan sebelum dilakukan
perhitungannya terlebih dahulu dijelaskan
tentang model tersebut.
Tanda pertama (M) menunjukkan
distribusi kedatangan nasabah mengikuti
suatu distribusi Probabilitas Poisson. Tanda
kedua (M) menunjukkan distribusi
pelayanan nasabah mengikuti distribusi
Probabilitas Poisson. Tanda ketiga (S)
menunjukkan jumlah fasilitas pelayanan
(channel) dalam sistem. Model ini
merupakan model yang mempunyai
fasilitas pelayanan majemuk. Tanda
keempat dan kelima, menunjukkan sumber
populasi dan kepanjangan antrian. Model
tersebut baik sumber populasi maupun
kepanjangan antrian adalah tak terbatas (I).
Pemecahan persoalan antrian untuk
pelayanan instalasi ambulance kereta
jenazah pada Seksi Penunjang Pelayanan
Non Medis RSUD Dr. Iskak Tulungagung
dengan model multiple channel - single
phase dapat disajikan sebagai berikut:
JURNAL BENEVIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
39
λ = 0,22 pengguna jasa per jamµ = 0,80 pengguna jasa per jam
S = 3
Maka:
a. Tingkat kesibukan/intensitas pelayanan
pengguna jasa (P) :
λP =
(µ)(S)
0,22P =
(0,80)(3)
= 0,0917
Ini berarti tingkat intensitas/
kesibukan instalasi ambulance untuk kereta
jenazah dalam melayani pengguna jasa
adalah 9,17 % dari waktunya dan instalasi
ambulance untuk kereta jenazah
mengangur sebesar 90,83 % dari waktunya.
b. Probabilitas tidak ada pengguna jasa
dalam sistem (P0):
1P0 =
S-1 ( λ/µ )n (λ/µ)S
Ʃ [ ] +n=0 n! S!(1 – λ/Sµ)
1P0 =
(1/0!)+(0,22/0,8)/(1!)+(0,22/0,8)2/(2!)+(0,22/0,8)3/3!(1-0,22/2,4)
1P0 =
1 + 0,275 + 0,0378 + 0,003816
P0 = 0,7595
a. Probabilitas sejumlah (n) pengguna jasa dalam sistem (Pn):
(λ/µ)n
Pn = P0n!
(0,22/0,8)1
P1 = (0,7595)1!
= 0,2089
(0,22/0,8)2
P2 = (0,7595)2!
= 0,0287
(0,22/0,8)3
P3 = (0,7595)3!
= 0,002633
b. Jumlah rata-rata pengguna jasa (yang diharapkan) menunggu dalam antrian (Lq):
Analisis Antrian Pelayanan Instalasi Ambulance Pada Rumah Sakit
40
P0 (λ/µ)S PLq =
S! (1 - P)2
(0,7595)(0,275)3(0,0917)=
6 (1 – 0,0917)2
= 0,0003 pengguna jasa.
c. Jumlah rata-rata pengguna jasa (diharapkan) berada dalam sistem (Ls):
λLs = Lq +
µ
0,22= 0,0003 +
0,80
= 0,2753 pengguna jasa.
d. Rata-rata waktu pengguna jasa menunggu dalam antrian (Wq):
LqWq =
λ
0,0003=
0,22
= 0,0014 jam.
e. Rata-rata waktu pengguna jasa berada dalam sistem (Ws):
1Ws = Wq +
µ
1= 0,0014 +
0,80
= 1,2514 jam.
Dari hasil perhitungan di atas dapat
dijelaskan bahwa tingkat kesibukan
instalasi ambulance untuk kereta jenazah
dalam melayani pengguna jasa sebesar 9,17
% atau waktu menganggur instalasi
ambulace untuk kereta jenazah sebesar
90,83 %. Jumlah rata-rata pengguna jasa
yang menunggu pelayanan instalasi
ambulance dalam antrian adalah 0,0003
pengguna jasa, sedangkan jumlah rata-rata
pengguna jasa yang berada di dalam sistem
keseluruhan (menunggu ditambah yang
sedang dilayani) adalah 0,2753 pengguna
jasa. Waktu rata-rata pengguna jasa
JURNAL BENEVIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
41
menunggu dalam antrian sebesar 0,0014
jam dan waktu rata-rata setiap pengguna
jasa berada di dalam sistem keseluruhan
(waktu menunggu plus waktu pelayanan)
adalah sebesar 1,2514 jam.
Untuk memudahkan pemahaman dari
hasil perhitungan sistem antrian pelayanan
instalasi ambulance untuk kereta jenazah
pada Seksi Penunjang pelayanan Non
Media RSUD Dr. Iskak Tulungagung Seksi
Penunjang pelayanan Non Media RSUD
Dr. Iskak Tulungagung tersebut, maka
dapat diperinci sebagaimana dalam tabel
berikut:
Tabel 5. Perhitungan Sistem Antrian Pelayanan Instalasi Ambulance
No Keterangan %Pengguna
JasaJam
1
2
3
4
5
6
Tingkat kesibukan Instalasi Ambulace untuk keretajenazah (P).Waktu menganggur Instalasi Ambulace untuk keretajenazah.Jumlah rata-rata pengguna jasa menunggu dalam antrian(Lq).Jumlah rata-rata pengguna jasa berada dalam sistemkeseluruhan (menunggu + dilayani) (Ls).Waktu rata-rata pengguna jasa menunggu dalam antrianWq).Waktu rata-rata setiap pengguna jasa berada dalam sistemkeseluruhan (menunggu + dilayani) (Ws).
9,17
90,83
-
-
-
-
-
-
0,0003
0,3
-
-
-
-
-
-
0,0014
1,2514Sumber: Data Sekunder diolah, 2012.
Karakteristik Sistem Pelayanan
Alokasi waktu sistem pelayanan
instalasi ambulance untuk kereta jenazah
pada Seksi Penunjang pelayanan Non
Media RSUD Dr. Iskak Tulungagung
berdasarkan standar pelayanan yang telah
ditetapkan sebagai pedoman dalam
memberikan pelayanan kepada pengguna
jasa yang meliputi: proses administrasi;
petugas IPJ mengambil jenasah dari
ruangan; pelayanan instalasi ambulance
dan laporan petugas ambulance ke loket
pembayaran dan bagian register. Adapun
alokasi waktu rata-rata untuk masing-
masing jenis layanan adalah:
Tabel 6. Alokasi Waktu Rata-Rata Layanan Total
ProsesAdministrasi
Petugas IPJMengambil Jenazah
Pelayanan InstalasiAmbulance
Laporan PetugasAmbulance
Total
± 15 menit
(15,62 %)
± 5 menit
(5,20 %)
± 75,08 menit
(78,14 %)
± 1 menit
(1,04 %)
± 96,08 menit
(100 %)
Sumber: Data Primer diolah, 2012.
Analisis Antrian Pelayanan Instalasi Ambulance Pada Rumah Sakit
42
Sesuai dengan tabel 6 hasil
perhitungan dalam analisis antrian
pelayanan total Seksi Penunjang Pelayanan
Non Medis Instalasi Ambulance untuk
Kereta Jenazah tersebut adalah : maka
waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk
melayani setiap pengguna jasa = waktu
rata-rata menunggu dalam sistem
keseluruhan – waktu rata-rata menunggu
dalam antrian ( 96,08 menit – 0,0014
menit = 96,0786 menit ).
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka
karakteristik pelayanan pengguna jasa
instalasi ambulance untuk kereta dapat
dideskripsikan sebagai berikut: 1) Tingkat
kedatangan pengguna jasa rata-rata (λ)adalah 0,22 pengguna jasa per jam dan
tingkat pelayanan pengguna jasa rata-rata
(µ) sebesar 0,8 pengguna jasa per jam. 2)
Tingkat intensitas/kesibukan dalam
memberikan layanan kepada pengguna jasa
sebesar 9,17 % atau waktu menganggur
instalasi ambulance untuk kereta jenazah
sebesar 90,83 %. Keadaan ini menunjukkan
bahwa pelayanan instalasi ambulance untuk
kereta jenazah berkaitan dengan jumlah
fasilitas layanan adalah sangat baik.
Sebaliknya ditinjau dari biaya pelayanan
adalah relatif mahal, karena tingkat idle
(waktu menganggur) fasilitas layanan
termasuk kategori tinggi. 3) Jumlah rata-
rata pengguna jasa yang menunggu dalam
antrian sebanyak 0,0003 pengguna jasa,
sedangkan jumlah rata-rata pengguna jasa
yang berada dalam sistem keseluruhan
(menunggu pelayanan dan yang sedang
dilayani) sebanyak 0,3 pengguna jasa. Hal
ini dapat dijelaskan bahwa jumlah rata-rata
pengguna jasa dalam sistem pelayanan
instalasi ambulance untuk kereta jenazah
sangat kecil sekali. Hampir dipastikan
bahwa tidak ada pengguna jasa yang
sedang menunggu dalam pelayanan,
sedangkan pengguna jasa yang sedang
dalam proses pelayanan rata-rata hanya 1
dengan tingkat layanan mencapai 70 %. 4)
Waktu rata-rata pengguna jasa menunggu
dalam antrian selama 0,0014 jam dan
waktu rata-rata setiap pengguna jasa berada
di dalam sistem keseluruhan (waktu
menunggu + waktu pelayanan) selama
1,2514 jam. Berarti dalam sistem antrian,
rata-rata pengguna jasa dapat dikatakan
tidak perlu menunggu pelayanan atau
apabila pengguna jasa telah
menyelesaiakan semua persyaratan, maka
akan langsung dilayanani. 5) Berdasarkan
tingkat intensitas/kesibukan pelayanan,
waktu rata-rata menunggu dan jumlah rata-
rata pengguna jasa yang menunggu
pelayanan maupun berada dalam sistem
pelayanan instalasi ambulance untuk kereta
jenazah, berarti bahwa operasional sistem
pelayanan instalasi ambulance untuk kereta
jenazah adalah baik. Namun dilihat dari sisi
pembiayaan fasilitas/sarana pelayanan
dapat dikatakan tidak efisien atau terjadi
pemborosan.
JURNAL BENEVIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
43
Mencermati karakteristik pelayanan
instalasi ambulance untuk kereta jenazah
pada Seksi Penunjang Pelayanan Non
Medis RSUD Dr. Iskak Tulungagung,
maka penulis menyarankan: 1) Pelayanan
instalasi ambulance untuk kereta jenazah
merupakan bagian dari operasional sistem
pelayanan dari Seksi Penunjang Pelayanan
Non Medis, sehingga pelayanannya tidak
lepas dari pelayanan bagian lain, yaitu: (1)
proses administrasi (pendaftaran dan
pembayaran di loket, (2) proses
pengambilan jenazah Instalasi
Pemulasaraan Jenazah (IPJ) dan atau proses
pemandian, dan (3) proses lainnya atau
visum dan kesaksian kepolisian untuk
kasus kematian karena kecelakaa. Oleh
karena itu, walaupun pelayanan instalasi
ambulance untuk kereta jenazah sudah
baik, tetapi bila pelayanan-pelayanan lain
yang menyertainya tersebut kurang baik
maka akan tetap mempengaruhinya. Dalam
rangka memberikan layanan instalasi
ambulance untuk kereta jenazah yang baik,
hendaknya pelayanan-pelayanan lain yang
terkait tersebut perlu diperhatikan agar
dapat menunjang pelayanannya. 2)
Pelayanan instalasi ambulance kereta
jenazah untuk kasus tertentu sering
dihadapkan dengan proses menunggu
keluarga korban. Hendaknya bagian
instalasi ambulance kereta jenazah secara
aktif segera menggali informasi tentang
keluarga yang akan membantu proses
pelayanan. 3) Menjalin kerja sama yang
baik antara pihak RSUD (Seksi Penunjang
Pelayanan Non Medis) dengan Kepolisian
(bagian LAKA) dan perangkat desa dalam
menangani kasus kematian tertentu
(visum). Sehingga pelayanan instalasi
ambulance tidak perlu menunggu terlalu
lama karena proses visum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari Agus. 2000. Manajemen Produksi –Pengendalian Produksi. Buku I.Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Handoko T. Hani. 2010. Dasar-DasarManajemen Produksi dan Operasi,Yogyakarta: BPFE.
Indriantoro Nur dan Supomo Bambang.2002. Metodologi Penelitian Bisnis –Untuk Akuntansi & Manajemen.Yogyakarta: BPFE.
Kakiay, Thomas J. 2004. Dasar TeoriAntrian Untuk Kehidupan Nyata.Yogyakarta: Penerbit Andi.
Kotler, Philip. 2002. ManajemenPemasaran – Analisi, Perencanaan,Implementasi dan Pengendalian Jilid1. Edisi Ke Enam. Jakarta: PenerbitErlangga.
-----------------. 2002. ManajemenPemasaran – Analisi, Perencanaan,Implementasi dan Pengendalian Jilid2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Moekijat. 1984. Kamus Management.Bandung: Penerbit Alumni.
Siagian, P. 1997. Penelitian Operasional :Teori dan Praktek. Jakarta: PenerbitUI Press.
Stanton, William. 1993. PrinsipPemasaran. Edisi Ketujuh. Jakarta:Penerbit Erlangga.
Subagyo, Pangestu, Asri, Marwan & HaniT. Handoko. 2000. Dasar-DasarOpaerations Research. Cetakan
Analisis Antrian Pelayanan Instalasi Ambulance Pada Rumah Sakit
44
Ketiga belas, Yogyakarta: BPFEUGM.
Swastha, Basu. 1999. ManajemenPemasaran Modern. Yogyakarta:Penerbit Liberty.
Supranto, J. 1998. Riset Operasi UntukPengambilan Keputusan. Jakarta:Penerbit UI.
Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran Jasa.Malang: Bayumedia Publishing.
Umar Husein. 1999. Metodologi Penelitian– Aplikasi Dalam Pemasaran. EdisiKedua. Jakarta: Penerbit PTGramedia Pustaka Utama.
Yamit, Zulian. 2003. ManajemenKuantitatif Untuk Bisnis (OperationsResearch). Edisi 2003/2004.Yogyakarta: BPFE UGM.
.
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
45
ANALISIS PEMERIKSAAN MANAJEMEN FUNGSI KREDIT (ACCOUNTOFFICER) UNTUK MENGETAHUI TINGKAT EFEKTIFITAS KINERJA
Wenni Wahyuandari
Fakultas Ekonomi Universitas Tulungagung
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan Studi Kasus Pada PT.BPR Artha SamuderaIndonesia Tulungagung. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahuisejauh mana kinerja bagian kredit (account officer) serta kepuasan nasabahterhadap pelayanan bagian kredit. Selanjutnya dilakukan prosedurpemeriksaan umum dan terperinci pada bagian kredit dengan peyebarankueisioner kepada nasabah kredit. Teknik pengukuran hasil kuesionermenggunakan dengan skala linkert. Analisis kuisioner menggunakan Indekskepuasan Nasabah dengan melihat rata-rata tertimbang serta dilakukankonversi nilai tiap-tiap unsur layanan yang tertera dalam kuisioner. Hasilperhitungan bahwa pimpinan perusahaan sangat mendukung kegiatanpemeriksaan fungsi kredit atau bagian kredit (AO) dengan harapan akanmengetahui sejauhmana persepsi nasabah terkait pelayanan bagian kreditkepada nasabah. Rencana capaian kredit yang harus terserap ke masyarakatdalam satu tahun oleh fungsi kredit sudah tecapai 190%. Hasil penghitunganindek kepuasan nasabah setiap unsur layanan nilai rata-rata tertimbang(NRR) pada masing-masing unsur pelayanan berkisar antara 2,98 sampaidengan 3,16 yang berarti bahwa semua unsur pelayanan berada padapredikat kinerja yang baik. Nilai indek kepuasan nasabah (IKN) padapelayanan kredit atau fungsi kredit adalah 77,067 nilai tersebut berada padainterval mutu.
Kata kunci: Pemeriksaan manajemen, prosedur pemeriksaan, indekskepuasan nasabah.
Abstract
This study is a case study of PT BPR Artha Samudera IndonesiaTulungagung. The purpose of this study was to determine the extent towhich the performance of the credit department (account officer) as well ascustomer satisfaction with the services the credit department. Subsequentlyconducted a general inspection procedures and detailed on the credit todisseminate the views quesitionnare to customers . The measurementtechnique using the questionnaire results with linkert scale. Analysis of thequestionnaire using the Customer Satisfaction index with a weighted
Analisis Pemeriksaan Manajemen Fungsi Kredit
46
average look and do the conversion value of each element of the serviceslisted in the questionnaire . The results of the calculations that businessleaders strongly support the activities of credit checks or credit departmentfunctions (AO) in the hope of knowing the extent of the customer 'sperception of service related to customer credit department. Creditperformance plan that must be absorbed into the community in one year bythe credit function has been tecapai 190 %. The results of the customersatisfaction index calculation every element of service value weightedaverage (NRR) on each element of the service ranged from 2.98 to 3.16,which means that all elements of the service are the predicate goodperformance. The value of customer satisfaction index (IKN) on credit orservice credit function is 77.067 The value is in the interval quality.
Keywords: management examination, inspection procedures, customersatisfaction index.
PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi dewasa ini
membawa dampak bagi perkembangan
dunia usaha. Seiring dengan berkembang-
nya dunia usaha ini, ilmu akuntansi
berkembang menjadi dua kelompok besar
yaitu ilmu akuntansi (accounting) dan ilmu
pemeriksaan (auditing). Dalam hal ini ilmu
akuntansi selalu dituntut untuk terus
berbenah diri dan tumbuh agar dapat
mengikuti perkembangan dunia usaha yang
semakin kompleks, Salah satu sub bidang
dari akuntansi yang dikenal luas adalah
pemeriksaan (auditing). Perkembangan
ekonomi yang semakin lama semakin cepat
mendorong perusahaan untuk meningkat-
kan kinerjanya supaya tetap bertahan dan
berkembang. Pada umumnya suatu
perusahaan didirikan dengan tujuan untuk
memperoleh laba semaksimal mungkin
dengan memperhatikan pangsa pasar atau
kesempatan yang ada. Dalam aktivitas
perusahaan untuk mencapai tujuannya yaitu
laba serta sustainable usaha, para eksekutif
akan mendelegasikan tugas dan tanggung
jawab perusahaan dalam tingkat tertentu
yang tercermin dalam struktur organisasi
perusahaan.
Pemeriksaan internal (Internal
Auditing) adalah aktivitas pemberian
keyakinan serta konsultasi yang
independen dan obyektif, dirancang untuk
menambah nilai dan memperbaiki kinerja
organisasi. Melihat tujuan pemeriksaan
manajemen tersebut membantu semua
anggota manajemen melaksanakan
tanggung jawab mereka secara efektif.
Pemeriksaan manajemen dapat dilakukan
pada semua aspek yang ada dalam
perusahaan, yang umumnya meliputi fungsi
keuangan, fungsi pemasaran, fungsi sumber
daya manusia, fungsi pembelian, fungsi
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
47
produksi. Pemeriksaan manajemen menye-
diakan analisis, penilaian-penilaian,
rekomendasi, nasihat dan informasi
mengenai kegiatan yang diperiksanya.
Tujuan akhir adalah untuk membantu
menyelesaikan setiap masalah yang sedang
dihadapi oleh organisasi perusahaan. Usaha
untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan
dengan meneliti dan menilai apakah fungsi
yang ada dalam perusahaan telah
melaksanakan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.
Kemudian melakukan penilaian apakah
kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur
yang telah ditetapkan betul-betul ditaati.
Tujuan dari penelitian ini adalah
menilai sejauh mana kinerja bagian
kredit/account officer (AO) dalam
pelaksanaan standar operasional kredit
dalam pelayanan kepada nasabah di
PT.BPR Artha Samudera Indonesia
Tulungagung melalui pemeriksaan
manajemen. Diharapkan hasil penelitian ini
mempunyai kegunaan antara lain: (1)
Memberikan informasi tentang sejauh
mana kinerja bagian kredit (account
officer) dalam pelayanan kredit terhadap
nasabah di PT.BPR Artha Samudera
Indonesia Tulungagung melalui
pemeriksaan manajemen. (2) Membantu
memberi bahan masukan dan gambaran
secara praktis mengenai pentingnya
melakukan pemeriksaan atas fungsi pada
bagian kredit/account officer (AO) di
perusahaan serta sekaligus memberikan
saran dan rekomendasi untuk perbaikan
perusahaan apabila diperlukan.
Topik mengenai pemeriksaan mana-
jemen telah di bahas dalam beberapa
penelitian sebelumnya. Namun penelitian
dilakukan pada subyek dan obyek yang
berbeda. Penelitian terdahulu diantaranya
adalah sebagai berikut dilakukan oleh Sri
Astuti (2007) yang berjudul “PemeriksaanManajemen Atas Fungsi Pembelian dan
Pemakaian Bahan Baku pada Perusahaan
Rokok Dua Dewi Tulungagung”. Daripenelitian yang dilakukan, penulis
memperoleh kesimpulan bahwa perusahaan
telah melakukan Sistem Pengendalian
Manajemen (SPM) secara baik, hanya saja
pada bagian pembelian dan pemakaian
bahan baku ditemukan permasalahan dalam
pemasukan bahan baku yang kurang efektif
dan efisien sehingga perlu dilakukan
perbaikan dengan cara mencari pemasok
bahan baku dari daerah lain, sehingga dari
pembelian dan pemakaian bahan baku
dapat berjalan baik demi kelancaran proses
produksi perusahaan. Dalam metodologi
penelitian ini yang digunakan adalah
metode deskriptif studi kasus, sedangkan
teknik analisa yang digunakan adalah
metode kuantitatif dan kualitatif.
Selanjutnya penelitian yang
dilakukan oleh Elvira Bartholomeus
Tampang (2008) yang berjudul “Audit
Manajemen Atas Fungsi Keuangan Pada
Analisis Pemeriksaan Manajemen Fungsi Kredit
48
PT. Tirta Makna Bahagia Makassar”. Hasil
penelitian menunjukan bahwa perusahaan
sudah mempunyai struktur organisasi,
pembagian tugas dan tanggungjawab yang
jelas dan memadai. Adapun kekurangan
yang ada pada perusahaan adalah terjadinya
rangkap jabatan keuangan, keterlambatan
informasi keuangan, tidak ada pelatihan
karyawan yang memadai, tidak adanya
rotasi karyawan, kurangnya sistem
pengawasan terhadap persediaan barang
dagang dan tidak dibuatnya laporan
perbandingan realisasi dan anggaran biaya
yang cukup memadai. Metode analisis yang
digunakan ialah dengan menggunakan
tahapan audit manajemen, yaitu survei
pendahuluan, review dan pengujian
pengendalian manajemen, pengujian terinci
dan pengembangan laporan.
Penelitian pemeriksaan manajemen
yang berikutnya adalah “Audit Manajemen
Atas Fungsi Pembelian Pada PT.Mayora
Indah Tbk.” (2008) yang diteliti oleh
Daniella Gabriella Soplantila. Dari hasil
audit ini dapat disimpulkan bahwa fungsi
pembelian pada perusahaan ini telah
dilaksanakan dengan efektif dan efisien
yang dapat dilihat dari adanya sistem dan
prosedur yang diterapkan dalam transaksi
pembelian. Selain itu juga dalam pemilihan
supplier perusahaan juga melakukan seleksi
yang ketat serta dilakukan evaluasi secara
berkala. Didalam struktur organisasi
terdapat tugas, wewenang dan
tanggungjawab yang jelas. Adapun
kelemahan yang dimiliki perusahaan antara
lain tidak pernah dilakukan surprised audit,
barang yang diterima tidak selalu tepat
waktu dan tidak selalu sesuai pesanan. Oleh
karenanya untuk memperbaiki kelemahan
tersebut maka penulis telah memberikan
saran-saran perbaikan. Penelitian ini
menggunakan 2 metode pengumpulan data
yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan
yang meliputi teknik-teknik manajemen
audit. Penulis membuat kuesioner dan
melakukan uji ketaatan yang berguna untuk
mengetahui keadaan pengendalian intern
perusahaan serta melakukan wawancara
dengan pihak-pihak terkait untuk meyakini
kebenarannya.
Penelitian tentang pemeriksaan
manajemen selanjutnya yaitu oleh Arnold
Aditya yang berjudul “Audit Manajemen
Atas Pembelian Barang Dagangan Pada
PT. Indomarco Prismatama” (2009). Dari
hasil analisis audit manajemen terhadap
fungsi pembelian barang dagangan PT
Indomarco Prismatama dapat disimpulkan
bahwa secara keseluruhan fungsi
pembelian pembelian barang dagangannya
sudah berjalan dengan baik yaitu,
perusahaan mempunyai struktur organisasi
yang telah digambarkan dengan jelas dan
terdapat pemisahan tugas yang jelas,
sehingga menunjukkan secara jelas
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
49
wewenang dan tanggung jawab masing-
masing bagian, dengan sistem prosedur
pembelian barang dagangan yang baik,
perusahaan dapat menyediakan kebutuhan
barang dagangan/persediaan bagi gudang,
cabang, toko-toko Indomaret. Namun juga
ditemukan beberapa kelemahan dari fungsi
pembelian barang dagangannya yaitu, tidak
adanya prosedur pembelian barang
dagangan secara tertulis, yang sebetulnya
bisa menjadi pedoman dan membantu para
staff bagian Merchandising lebih
memahami mengenai prosedur pembelian
tersebut, karena selama ini hanya diajarkan
melalui lisan dan juga program komputer.
Dari analisis tersebut juga diperoleh saran
saran dan rekomendasi yang berguna bagi
perusahaan untuk memperbaiki kelemahan
tersebut sehingga dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perusahaan.
Dan penelitian tentang pemeriksaan
manajemen yang lain adalah Pemeriksaan
Manajemen Dalam Meningkatkan Kinerja
Pada Bagian Penjualan (Studi kasus pada
Perusahaan Konveksi Devitri Botoran
Jatim Tulungagung). (2011). Dari hasil
analisis pemeriksaan manajemen dalam
meningkatkan kinerja pada bagian
penjualan perusahaan konveksi Devitri
Botoran Tulungagung dapat disimpulkan
bahwa Perusahaan Konveksi Devitri telah
melakukan prinsip-prinsip pemeriksaan
manajemen terutama dalam penentuan
produksi, proses produksi, serta keuangan
walaupun penerapan pemeriksaan
manajemen yang telah dilakukan belum
sempurna berdasarkan hasil analisa SWOT
yang lebih ditekankan pada Weakness
(kelemahan) dan Threat (ancaman), hal ini
agar benar-benar diperhatikan karena bila
tidak diperhatikan akan membahayakan
kelangsungan perusahaan baik dalam
jangka waktu panjang maupun dekat dan
untuk mencapai keuntungan maksimal
perusahaan. Penelitian ini menggunakan
metodologi kualitatif dan kuantitatif
dengan metode studi kasus di Perusahaan
Konveksi Devitri Tulungagung.
Kesimpulan dari kelima penelitian
terdahulu diatas, audit manajemen
merupakan hal yang wajib dilakukan oleh
perusahaan maupun badan usaha secara
periodik dan berkelanjutan. Sehingga
fungsi audit manajemen untuk mengidenti-
fikasi berbagai kesempatan serta member-
kan rekomendasi bagi perbaikan atau
tindakan lebih lanjut dapat dilakukan secara
dini agar masalah dalam perusahaan tidak
berlarut-larut dan terlambat untuk diatasi.
Audit merupakan kegiatan pemerik-
saan terhadap suatu kesatuan ekonomi yang
dilakukan seseorang atau kelompok/
lembaga yang independen yang bertujuan
untuk mengevaluasi atau mengukur
lembaga/perusahaan dalam melaksanakan
tugas atau pekerjaan dengan kriteria yang
Analisis Pemeriksaan Manajemen Fungsi Kredit
50
telah ditentukan, untuk kemudian
mengkomunikasikannya kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
Pengertian audit sebagaimana
dijelaskan dalam buku Auditing Konsep
Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan
Publik:
Auditing is a systematic process of
objectively obtaining and evaluating
evidence regarding assertions about
economic actions and events to ascertain
the degree of correspondence between
those assertions and established criteria
and communicating the results to interested
users. Auditing merupakan suatu proses
yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif yang
berhubungan dengan asersi-asersi tentang
tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa
ekonomi untuk menentukan tingkat
kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan
kriteria yang ditetapkan, serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada
pengguna informasi tersebut”. (American
Accounting Association disitasi Arens,
2010: 1).
Selanjutnya menurut Alvin Arens
dalam dalam Auditing Konsep Dasar dan
Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik
pengertian audit adalah:
“The accumulation and evaluation of
evidence about information to determine
and report on the degree of
correspondence between the information
and established criteria. Auditing should be
done by a competent, independent person.
Auditing merupakan proses pengumpulan
dan penilaian bukti atau pengevaluasian
bukti mengenai informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat
kesesuaian antar informasi tersebut dan
criteria yang ditetapkan. Auditing harus
dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen” (Arens, 2010: 1).
Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan auditing merupakan suatu
proses yang sistematis untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai informasi tingkat kesesuaian
antara tindakan atau peristiwa ekonomi
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
melaporkan hasilnya kepada pihak yang
membutuhkan, dimana auditing harus
dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.
Berbagai pengertian manajemen telah
diungkapkan oleh beberapa ahli
manajemen, tetapi belum ada kesamaan
tentang arti yang telah dirumuskan. Para
ahli tersebut mengemukakan definisi yang
berbeda tetapi mempunyai arti yang sama,
yaitu mengarahkan orang lain dalam
pencapaian tujuan organisasi. Secara umum
dapat diartikan bahwa manajemen
merupakan proses mengkoordinasi seluruh
aktivitas yang ada dalam organisasi untuk
mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
51
Menurut Stoner manajemen merupa-
kan “Suatu proses membuat perencanaan,
pengorganisasian, memimpin dan
mengendalikan berbagai usaha dari anggota
organisasi dan menggunakan semua
sumber daya organisasi untuk mencapai
sasaran. Dari pengertian tersebut,
manajemen merupakan rangkaian aktivitas-
aktivitas yang dikerjakan oleh anggota
organisasi untuk mencapai tujuannya”
(Stoner dikutip Bangun, 2008: 3).
Lebih lanjut manajemen didefinisi-
kan “sebagai seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
mengandung arti bahwa para manajer
mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui
pengaturan orang-orang lain untuk
melaksanakan berbagai tugas yang
mungkin diperlukan, atau berarti dengan
tidak melakukan tugas-tugas itu sendiri”
(Parker dikutip Bangun, 2008: 7).
Dari pengertian-pengertian diatas
maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
dapat didefinisikan sebagai bekerja dengan
orang-orang untuk menentukan, meng-
interpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan
organisasi dengan pelaksanaan fungsi-
fungsi perencanaan, pengorganisa-sian,
penyusunan personalia atau kepegawaian,
pengarahan, kepemimpinan, dan
pengawasan.
Pemeriksaan manajemen merupakan
suatu penilaian dari organisasi manajerial
dan efisiensi dari suatu perusahaan,
departemen, atau setiap entitas dan
subentitas yang dapat diaudit. Kebanyakan
definisi audit manajemen memberi
penekanan pada efisiensi, efektifitas, dan
performa suatu kesatuan usaha.
Audit operasional difinisikan sebagai:
Suatu penelaahan dan penilaian dari
efisiensi dan efektifitas serta prosedur
operasi. Pemeriksaan operasional memberi
perhatian pada penemuan masalah operasi
dan memberitahukannya pada manajemen
puncak, akan tetapi tujuan utama
sebenarnya menyelesaikan masalah dengan
memberi rekomendasi tindakan yang
realistis kepada manajemen (Tunggal,
2003: 12).
Lebih lanjut, dalam buku
Management Audit Suatu Pengantar,
pemeriksaan manajemen adalah: Suatu
teknik yang secara teratur dan sistematis
digunakan untuk menilai efektifitas unit
atau pekerjaan dibandingkan dengan
standar-standar perusahaan dan industri,
dengan menggunakan petugas yang ahli
dalam lingkup objek yang dianalisis, untuk
meyakinkan manajemen bahwa tujuannya
dilaksanakan, keadaan yang membutuhkan
perbaikan ditemukan”. (R. Gorospe disitasi
Tunggal, 1992: 2).
Jadi dapat disimpulkan bahwa
pemeriksaan manajemen merupakan
aktifitas penilaian mengenai efisiensi dan
efektifitas atas objek yang diperiksa dalam
Analisis Pemeriksaan Manajemen Fungsi Kredit
52
perusahaan yang memberikan informasi
mengenai operasi suatu fungsi atau unit
dengan berdasarkan bukti-bukti yang
ditemukan dan membandingkan hasilnya
dengan standart atau kebijakan-kebijakan
yang telah ditetapkan yang menjadi acuan
kemudian disertai dengan pemberian
saran/rekomendasi (jika terjadi
penyimpangan, kesalahan prosedur atau
kecurangan) guna perbaikan kinerja
manajemen.
Tujuan pemeriksaan manajemen
adalah untuk menilai kinerja manajemen
dan fungsi-fungsi pada perusahaan.
1) Untuk mengetahui tindakan yang
bersifat perventif, artinya untuk menilai
apakah ada situasi dalam perusahaan
yang potensial dapat menjadi masalah di
masa depan meskipun pengamatan
sepintas mungkin menunjukkan bahwa
situasi demikian tidak dihadapi
perusahaan.
2) Untuk membandingkan hasil kerja
perusahaan secara keseluruhan atau
berbagai komponen di dalamnya dengan
standar yang mencakup berbagi bidang
kegiatan dan berbagai sasaran
perusahaan yang ditetapkan sebelumnya.
3) Untuk dijadikan sebagai upaya
investigasi. Bagi manajemen untuk
memutuskan melaksanakan audit
manajemen ialah karena ada sinyal
elemen bahwa dalam perusahaan
terdapat masalah tertentu yang harus
segera diketahui penyebabnya dan
dengan demikian dapat diambil langkah-
langkah untuk mengatasinya.
Sedangkan manfaat dari pemeriksaan
manajemen adalah:
1) Memungkinkan manajemen mengidenti-
fikasikan kegiatan operasional dalam
perusahaan yang tidak memberikan
kontribusi dalam perolehan keuntungan.
2) Membantu manajemen dalam
peningkatan produktifitas kerja dari
berbagai komponen organisasi.
3) Memungkinkan manajemen mengidenti-
fikasi hambatan dan kendala yang
dihadapi dalam mengkoordinasi-kan
berbagai kegiatan dan mengambil
langkah strategis untuk mengatasi dan
menghilangkannya.
4) Memantapkan penerapan pendekatan
kesisteman dalam menjalankan roda
organisasi.
5) Memungkinkan manajemen pada
berbagai tingkat menentukan strategi
yang tepat.
6) Membantu manajemen merumuskan
pedoman teknis operasional bagi para
pelaksana berbagai kegiatan dalam
perusahaan yang akan membantu para
tenaga kerja operasional melakukan
kegiatan masing-masing dengan tingkat
efisiensi dan efektifitas yang lebih
tinggi.
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
53
7) Mengidentifikasikan dengan tepat
berbagai masalah dan tantangan yang
dihadapi dalam manajemen sumber daya
manusia.
8) Membantu manajemen menilai perilaku
bawahan dalam menyediakan informasi
bagi pimpinan sesuai dengan kebutuhan
pimpinan pada berbagai hierarki
perusahaan.
Apabila pemeriksaan manajemen
dilakukan secara berkala maka pemerik-
saan manajemen bisa menunjukkan
masalah ketika masalah tersebut masih
berskala kecil. Dengan demikian peme-
riksaan manajemen merupakan alat
manajemen yang membantu manajemen
dalam mencapai tujuan karena tindakan
korektif dapat dilakukan untuk pemecahan
masalah apabila ditemukan inefisiensi dan
inefektifitas serta sebagai tolak ukur
kinerja.
Pemeriksaan manajemen mempunyai
beberapa karakteristik penting dimana
karakteristik tersebut meliputi:
1) Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan manajemen adalah
membantu semua peringkat manajemen
dalam meningkatkan perencanaan dan
pengendalian manajemen dengan cara
mengidentifikasi aspek-aspek sistem dan
prosedur serta rekomendasi kepada
manajemen untuk meningkatkan
efisiensi, efektifitas kerja.
2) Independensi.
Agar manfaat pemeriksaan manajemen
dapat dicapai, maka pemeriksaan
tersebut harus bersifat independen.
3) Pendekatan Sistematis
Dalam perencanaan dan pelaksanaan
audit manajemen perlu digunakan
pendekatan yang sistematis dan metode-
metode yang konsisten.
4) Kriteria Prestasi
Dengan kriteria prestasi pelaksanaan
dapat dibandingkan dan dievaluasi.
5) Bukti Pemeriksaan.
Auditor harus dapat merencanakan dan
melaksanakan prosedur yang dirancang
untuk memperoleh bukti yang cukup
untuk mendukung temuan-temuan dan
kesimpulan-kesimpulan serta rekomen-
dasi yang dibuatnya.
6) Pelaporan dan Rekomendasi.
Karakteristik yang membedakan antara
pemeriksaan manajemen dengan jenis
audit lainnya adalah terletak pada
laporan audit. Dalam pemeriksaan
manajemen , laporan audit menekankan
pada temuan-temuan selama
pemeriksaan, pembuatan kesimpulan,
dan rekomendasi untuk meningkatkan
sistem perencanaan dan pengendalian
manajemen.
7) Tahap-Tahap Pemeriksaan Manajemen
Tahapan yang harus dilakukan dalam
pemeriksaaan manajemen secara garis
besar dapat dikelompokan manjadi lima
menurut dalam bukunya yang berjudul
Analisis Pemeriksaan Manajemen Fungsi Kredit
54
“Audit Manajemen Prosedur danImplementasi” menyebutkan lima
tahapan pemeriksaan manajemen yaitu:
a) Audit Pendahuluan
b) Review dan Pengujian Pengendalian
Manajemen
c) Audit terperinci
d) Pelaporan
e) Tindak lanjut (Tunggal, 2008: 9).
METODE PENELITIAN
Analisa kuantitatif yang mendukung
prosedur pemeriksaan untuk melihat
tingkat kepuasan nasabah atas layanan
bagian kredit (account officer) antara lain:
Pengiriman kuesioner kepada para
nasabah pada kurun waktu yang telah
ditetapkan.
Skala linkert dari hasil kuesioner
bahwa jawaban responden dibagi menjadi 4
(empat) penilaian pengukuran data yaitu
dengan pola sebagai berikut:
Jawaban dengan nilai: 1 = Tidak
baik, 2 = Kurang baik, 3 = Baik dan 4 =
Sangat baik. Konversi Interpretasi
Penilaian nilai Indek Kepuasan Nasabah
(IKN) antara 25 – 100 dengan nilai dasar
25. Konversi Interpretasi Penilaian nilai
Indek Kepuasan Nasabah (IKN) sebagai
berikut:
Tabel 1. IKNNilaiPersepsi
NilaiInterval
IKN
Nilai IntervalKonversi IKN
MutuPelayanan
Kinerja UnitPelayanan
1 1,00 -1.75 25 - 43,75 D Tidak Baik2 1.76-2.50 43,76-62.50 C Kurang Baik3 2.51-3.25 62,51-81,25 B Baik4 3.26-4,00 81,26-100 A Sangat Baik
Sumber: Data Sekunder, 2012
Indeks Kepuasan dari nasabah
terhadap pelayanan bagian kredit/Account
Officer (AO) di hitung dengan Nilai Rata-
Rata Tertimbang:
∑ BobotNilai Rata-2 Tertimbang = ----------------------
∑Unsur Pertanyaan
Indek layanan bagian kredit/Account
Officer (AO):
Total dari Nilai Persepsi Per Unsur------------------------------------------- X Nilai Penimbang
Total Unsur yang Terisi
PEMBAHASAN
Nilai Indek Kepuasan Nasabah (IKN)
dihitung dengan nilai rata-rata tertimbang,
masing-masing unsur dalam standar
pelayanan. Hal ini sesuai dengan
Kepmenpan No: KEP/25/M.PAN/2/2004
tentang Pedoman Umum Penyusunan
Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Instansi Pemerintah.
Untuk memudahkan interpretasi
terhadap penilaian IKN yaitu antara 25-100
maka hasil penilaian tersebut diatas
dikonversikan dengan nilai dasar 25.
Tabel 2. Konversi Interpretasi Penilaian Nilai IKN antara 25–100 dengan Nilai Dasar 25
Nilai Persepsi Nilai Interval IKNNilai Interval Konversi
IKNMutu
PelayananKinerja Unit Pelayanan
1 1,00 - 1.75 25 - 43,75 D Tidak Baik2 1.76-2.50 43,76-62.50 C Kurang baik3 2.51-3.25 62,51-81,25 B Baik4 3.26-4,00 81,26-100 A Sangat Baik
Sumber: Data Sekunder, 2012
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
55
Tabel 3. Rata-rata Nilai Unsur Pelayanan oleh bagian kredit/account officer pada BPR ArthaSamodera Tulungagung.
No. UnsurPelayanan
Unsur PelayananNilai rata-rata unsur
pelayanan (NRR)1 Persyaratan pelayanan pada nasabah 3,102 Kesesuaian dengan syarat kredit 3,083 Jaminan kredit 3,064 Tanggungjawab petugas kredit pada nasabah 3,165 Keadilan mendapat pelayanan oleh bagian kredit. 3,066 Kecepatan pelayanan oleh bagian kredit 3,087 Kepastian jadwal pelayanan bagian kredit 3,008 Biaya pelayanan yang ditetapkan 3,129 Kesopanan dan keramahan bagian kredit 3,1210 Penjelasan oleh bagian kredit 3,1011 Kemampuan bagian kredit 3,1012 Kenyamanan lingkungan layanan kredit 2,9813 Keamanan pelayanan oleh bagian kredit 3,0614 Kedisiplinan petugas bagian kredit 3,1015 Kerahasiaan oleh bagian kredit 3,12
Sumber : Data Primer diolah
Tabel 4. Indeks Kepuasan Nasabah setiap unsur oleh bagian kredit/account officer pada BPRArtha Samodera Tulungagung.
No. UnsurPelayanan
Unsur PelayananNilai rata-rata unsur
pelayanan (NRR)1 Persyaratan pelayanan pada nasabah 5,172 Kesesuaian dengan syarat kredit 5,133 Jaminan kredit 5,104 Tanggungjawab petugas kredit pada nasabah 5,275 Keadilan mendapat pelayanan oleh bagian kredit. 5,106 Kecepatan pelayanan oleh bagian kredit 5,137 Kepastian jadwal pelayanan bagian kredit 5,008 Biaya pelayanan yang ditetapkan 5,209 Kesopanan dan keramahan bagian kredit 5,2010 Penjelasan oleh bagian kredit 5,1711 Kemampuan bagian kredit 5,1712 Kenyamanan lingkungan layanan kredit 4,9713 Keamanan pelayanan oleh bagian kredit 5,1014 Kedisiplinan petugas bagian kredit 5,1715 Kerahasiaan oleh bagian kredit 5,20
Total IKN 77,07Sumber : Data Primer diolah
Melihat tabel 3 dan 4 dapat diketahui
bahwa NRR pada masing-masing unsur
pelayanan berkisar antara 2,98 sampai
dengan 3,16 yang berarti bahwa semua
unsur pelayanan berada pada predikat
kinerja yang baik. Nilai IKN pada
pelayanan kredit adalah 77,067, nilai
tersebut berada pada interval mutu
pelayanan dengan kategori B yang berarti
Analisis Pemeriksaan Manajemen Fungsi Kredit
56
kinerja pelayanan di pelayanan kredit
adalah baik.
Unsur-unsur kepuasan pelanggan
dikembangkan dalam kuisioner (daftar
pertanyaan) adalah sebagai berikut :
a) Persyaratan pelayanan pada nasabah
yaitu persyaratan teknis dan
administrative yang diperlukan untuk
mendapatkan pelayanan sesuai dengan
jenis pelayanan, dengan NRR 3,10
b) Kesesuaian dengan syarat kredit yaitu
kesesuaian antara pelaksanaan
pelayanan dengan prosedur pelayanan
kredit yang telah ditetapkan dengan
NRR 3,08
c) Jaminan kredit yaitu kesesuaian nilai
jaminan yang harus disiapkan oleh
nasabag dari kredit yang diambil NRR
3,06
d) Tanggungjawab petugas kredit pada
nasabah yaitu tanggungjawab bagian
kredit dalam penyelesaian pelayanan
sampai dengan uang diterima oleh
nasabah kredit dengan NRR 3,16
e) Keadilan mendapat pelayanan oleh
bagian kredit. yaitu pelaksanaan
pelayanan dengan tidak membedakan
golongan/status maupun jumlah kredit
yang diajukan oleh nasabah, dengan
NRR 3,06
f) Kecepatan pelayanan oleh bagian kredit
yaitu waktu pelayanan kredit dapat
diselesaiakan oleh bagian kredit/accout
officer, dengan NRR 3,08
g) Kepastian jadwal pelayanan bagian
kredit yaitu pelaksanaan waktu
pelayanan sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan bersama nasabah pada
bagian kredit. dengan NRR 3,00
h) Biaya pelayanan yang ditetapkan yaitu
keterjangkauan terhadap besarnya biaya
yang ditetapkan dalam administrasi
kredit , dengan NRR 3,12
i) Kesopanan dan keramahan bagian kredit
yaitu sikap dan perilaku bagian kredit
dalam memberikan pelayanan kepada
nasabah secara sopan dan ramah serta
saling menghargai dan menghormati,
dengan NRR 3,12
j) Kejelasan oleh bagian kredit yaitu
penjelasan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan,
serta kewenangan dan
tanggungjawabnya, dengan NRR 3,10
k) Kemampuan bagian kredit, yaitu tingkat
keahlian dan ketrampilan yang dimiliki
bagian kredit dalam memberikan
pelayanan kepada nasabah, dengan NRR
3,10
l) Kenyamanan lingkungan layanan kredit
yaitu sarana dan prasarana pelayanan
yang bersih rapi dan teratur sehingga
dapat memberikan rasa nyaman kepada
nasabah, dengan NRR 2,98
m)Keamanan pelayanan oleh bagian kredit
yaitu terjaminnya tingkat keamanan
lingkungan ataupun sarana yang
digunakan, sehingga nasabah merasa
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
57
tenang untuk mendapatkan pelayanan
NRR 3,06
n) Kedisiplinan petugas bagian kredit yaitu
kesungguhan bagian kredit dalam
memberikan pelayanan terutama
terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku, dengan NRR
3,10
o) Kerahasiaan oleh bagian kredit yaitu
terjaganya kerahasiaan dari transaksi
kredit yang dilakukan oleh nasabah 3,12
p) Hasil penghitungan indek kepuasan
nasabah setiap unsur layanan NRR pada
masing-masing unsur pelayanan berkisar
antara 2,98 sampai dengan 3,16 yang
berarti bahwa semua unsur pelayanan
berada pada predikat kinerja yang baik.
Nilai IKN pada pelayanan kredit
adalah 77,067, nilai tersebut berada pada
interval mutu pelayanan dengan kategori B
yang berarti kinerja pelayanan di pelayanan
kredit adalah baik.
SIMPULAN
Simpulan atas hasil pemeriksaan
manajemen adalah sebagai berikut:
1) Bahwa pimpinan perusahaan sangat
mendukung kegiatan pemeriksaan fungsi
kredit atau bagian kredit/ account officer
(AO) dengan harapan akan mengetahui
sejauhmana persepsi nasabah terkait
pelayanan bagian kredit/account officer
(AO) kepada nasabah.
2) Dari data/current file terkait rencana
capaian kredit yang harus terserap ke
masyarakat dalam satu tahun oleh fungsi
kredit/account officer sudah tecapai
yaitu rencana Rp 3.000.000.000,00
tercapai Rp. 5.708.682.250,00 atau
190%.
3) Hasil penghitungan indek kepuasan
nasabah setiap unsur layanan NRR pada
masing-masing unsur pelayanan berkisar
antara 2,98 sampai dengan 3,16 yang
berarti bahwa semua unsur pelayanan
berada pada predikat kinerja yang baik.
4) Nilai indek kepuasan nasabah /IKN pada
pelayanan kredit atau fungsi kredit
adalah 77,067, nilai tersebut berada pada
interval mutu pelayanan dengan kategori
B yang berarti kinerja pelayanan di
pelayanan kredit adalah baik.
SARAN
1) Melihat pentingnya fungsi kredit/
account officer (AO) dalam pelayanan
nasabah kredit maka kegiatan
pemeriksaan manajemen fungsi kredit
(account officer) perlu dilaksanakan
secara berkelanjutan oleh internal audit.
2) Dari hasil rencana capaian kredit oleh
bagian kredit dengan realisasi capaian
dengan tingkat efektifitas 190 % sangat
tinggi, maka untuk kebijakan rencana
capaian kredit yang terserap masih bisa
ditingkatkan, dengan analisa bahwa
Analisis Pemeriksaan Manajemen Fungsi Kredit
58
tingkat permintaan kredit di masyarakat
masih sangat tinggi pada perusahaan.
3) Hasil penghitungan indek kepuasan
nasabah setiap unsur layanan NRR yang
terendah 2,98 adalah unsur kenyamanan
lingkungan. Perusahaan harus meninjau
ulang tata letak meja pelayanan sehingga
nasabah atau calon nasabah n\merasa
nyaman dan terbuka dalam menyam-
paikan kebutuhan kreditnya. Ruangan
harus tersekat atau terjaga privasi untuk
nasabah.
4) Dari keseluruhan hasil maka kualitas
pelayanan kredit terhadap nasabah
masih perlu ditingkatkan dari predikat
baik menjadi sangat baik dengan
harapan dapat memberikan kontribusi
positif bagi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Dajan, Anto. 2000. Pengantar MetodeStatistik Jilid I. Jakarta: LP3ES.
Gito S., Indriyo. 2000. ManajemenPemasaran. Yogyakarta: BPFE.
Husnan S. dan Suwarsono. 2000. StudiKelayakan Perusahaan. Jakarta:Penerbit Erlangga.
Jogiyanto H. M. 2007. MetodologiPenelitian Bisnis-Salah kaprah DanPengalaman Pengalaman, Yogyakarta:BPFE.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen,Pemasaran - Implementasi danKontrol. Jakarta: Penerbit Erlangga
Kotler P. dan Armstrong, Gary. 1995.Prinsip-Prinsip Pemasaran (Jilid I),Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nadia, Susi. 2010. Analisa Faktor-faktoryang Mempengaruhi Konsumendalam Pengambilan KeputusanPemakaian Listrik Prabayar. SkripsiTidak Dipublikasikan. Madiun:Universitas Muhamadiyah Madiun.
Nurhadi. 2010. Analisa Faktor YangMempengaruhi Kepuasan Konsumen,Surabaya: Skripsi Tidak Dipublikasi-kan. Surabaya: Universitas PetraSurabaya.
Swastha, Basu Dh. dan Hani, T. Handoko.2000. Manajemen Pemasaran.Yogyakarta: BPFE.
Swastha, Basu Dh. dan Irawan. 2003.Menajemen Strategi Dan KelayakanPerusahaan. Jakarta: PenerbitErlangga.
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
59
ANALISIS KOREKSI FISKAL ATAS PAJAK PENGHASILAN BADANPADA KOPERASI PRIMKOPPOL RESORT TULUNGAGUNG
Eni WidhajatiKristy Amalia
Fakultas Ekonomi Universitas Tulungagung
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Koreksi Fiskal Atas Pajak PenghasilanBadan Dari Laporan Keuangan Komersial pada Koperasi Prikompol ResortTulungagung. Hasil penelitian yang dilakukan dari tahun 2010 – tahun 2012dengan menghitung pajak penghasilan badan (PPh) dari laporan keuangankomersial dan setelah dilakukan Koreksi Fiskal tampak bahwa Laba/SHU setelahpajak pada Laporan Keuangan Komersial lebih tinggi dari pada laba setelah pajakdengan Koreksi Fiskal. Dari tabel perhitungan Laba Komersial tahun 2010 sebesarRp. 105.013.100,00, tahun 2011 sebesar Rp. 127.415.200,00 dan tahun 2012sebesar Rp. 142.720.560,00. Sedangkan Laba/SHU setelah Koreksi Fiskal lebihtinggi dari Laba Komersial ,tahun 2010 sebesar Rp. 108.012.172,50, tahun 2011sebesar Rp. 130.606.937,50 dan tahun 2012 sebesar Rp. 146.156.097,50.Perhitungan PPh Badan Komersial tahun 2010 sebesar Rp. 15.002.000,00, tahun2011 sebesar Rp. 18.202.000,00 dan tahun 2012 sebesar Rp. 20.389.000,00. PPhBadan setelah Koreksi Fiskal lebih tinggi dari pada PPh Badan Komersial, tahun2010 sebesar Rp. 15.430.000,00, tahun 2011 Rp. 18.658.000,00 dan tahun 2012sebesar Rp. 20.879.000,00. Dari hasil perhitungan diatas maka dapat disimpulkanbahwa terdapat perbedaan perhitungan laba komersial dan laba fiskal hal inidisebabkan aturan yang berbeda dalam pengakuan biaya dan pendapatan.Perbedaan laba komersial dan laba fiskal disebabkan karena diberlakukannyaundang – undang pajak penghasilan. Pemerintah memberlakukan Undang –Undang pajak penghasilan karena adanya pembedaan kepentingan antara StandarAkuntansi Keuangan dengan Ketentuan Perpajakan.
Kata Kunci: Koreksi Fiskal dan Pajak Penghasilan Badan
Abstract
This study aims to determine the Fiscal Correction On Corporate Income Taxfrom Commercial Financial Statement on Koperasi Prikompol ResortTulungagung. Results of research conducted from 2010 - 2012 with calculatingcorporate income tax (VAT) of commercial and financial statements after fiscalcorrection appears that the profit/SHU after taxes on Commercial FinancialStatements higher than the profit after tax by Fiscal Correction . From the table
Analisis Koreksi Fiskal Atas Pajak Penghasilan Badan Pada Koperasi
60
calculation Commercial Income in 2010 of Rp 105,013,100.00 , in 2011amounting to Rp 127,415,200.00 and in 2012 was Rp 142,720,560.00. WhileProfit/SHU after correction Fiscal higher than Commercial Income in 2010 of Rp108,012,172.50, in 2011 amounting to Rp . 130,606,937.50 and in 2012 was Rp146,156,097,50. Commercial Corporate Tax calculation in 2010 of Rp15,002,000.00, in 2011 amounting to Rp 18,202,000.00 and in 2012 was Rp20,389,000.00. Corporate income tax after the Fiscal Correction higher than theCommercial Tax Agency, in 2010 amounted to Rp 15,430,000.00, in 2011 Rp18,658,000.00 and in 2012 was Rp 20,879,000,00. From the above calculation,we can conclude that there are differences in the calculation of commercial profitand taxable income this is due to the different rules in the recognition of costs andrevenues . Differences commercial income and taxable income caused by theenactment of - income tax law. The government enacted - the income taxlegislation because of the distinction between the interests of the provisions ofFinancial Accounting Standards Tax .
Keywords: Fiscal Correction and Corporate Income Tax
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan Negara. Dalam UU No. 28
tahun 2007 definisi pajak dijelaskan :”Pajak adalah kontribusi wajib kepada
Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Sebagai warga Negara, baik pribadi
maupun perusahaan mempunyai kewajiban
membayar pajak apabila mempunyai
penghasilan.
Sistem pengenaan pajak penghasil-an
di Indonesia yaitu self assessment system.
Sistem ini memberikan kebebasan pada
wajib pajak untuk menghitung, membayar
dan melaporkan pajak pengha-silan wajib
pajak yang bersangkutan. Kwajiban ini
berlaku bagi wajib pajak pribadi maupun
wajib pajak badan.
Dalam sebuah perusahaan pajak
menjadi prioritas dan perlu perhitungan
yang berbeda dengan laporan keuangan
komersial. Hal ini disebabkan adanya
sebagian besar perbedaan prinsip, aturan
dan pencatatannya (akuntansi) dalam
perusahaan yang mengikuti aturan yang
diselenggarakan berdasarkan Sistem
Akuntansi Keuangan (SAK) dan pencatatan
(akuntansi perpajakan) yang
diselenggarakan pemerintah berdasarkan
Undang-undang pajak yang berlaku serta
aturan Menteri Keuangan yang berlaku
pada periode yang bersangkutan.
Pemahaman terhadap peraturan-peraturan
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
61
yang berlaku sangat membantu dalam
penyelenggaraan pembukuan menurut
aturan komersial untuk dapat disesuaikan
dengan ketentuan perpajakan dalam rangka
self assessment secara efektif.
Dalam upaya perhitungan pajak perlu
dilakukan penyesuaian untuk memaksimal-
kan perhitungan penghasilan setelah pajak.
Perhitungan pajak dapat dilakukan dengan
melakukan analisis terhadap transaksi yang
diakui sebagai biaya sesuai dengan undang-
undang perpajakan yang berlaku, maka
perusahaan akan dapat melakukan
perhitungan pajak yang efektif, karena
pajak merupakan salah satu unsur
pengurang laba. Perhitungan pajak sesuai
dengan aturan perpajakan yang berlaku
dimaksudkan agar perusahaan dapat
menghitung beban pajak yang akan
disetorkan ke pemerintah dengan benar.
Dengan melakukan manajemen pajak yang
baik maka perusahaan dapat melakukan
perhitungan pajak dengan benar.
TINJAUAN PUSTAKA
Perhitungan pajak sesuai dengan UU
Perpajakan merupakan salah upaya
perusahaan dalam rangka menyesuaikan
perhitungan pajak dari laporan keuangan
komersial. Upaya ini merupakan langkah
agar perhitungan pajak tersebut sesuai
dengan UU Perpajakan yang berlaku.
Dalam perhitungan pajak sesuai UU
Perpajakan terdapat biaya-biaya yang
dalam perhitungan pajak komersial
dikeluarkan sebagai biaya namun dalam
aturan perpajakan tidak semua biaya
tersebut bisa dikurangkan sebagai biaya.
Dengan demikian perlu penyesuaian
perhitungan pajak dengan laporan
keuangan komersial. Contoh dalam
perhitungan penyusutan bisa disesuaikan
dengan metode penyusutan yang diatur
dalam UU Perpajakan memakai metode
Garis Lurus. Hal ini dimaksudkan gar tidak
ada perbedaan yang sangat material antara
perhitungan pajak komersial dengan
perhitungan pajak sesuai dengan UU
Perpajakan yang berlaku.
Pajak merupakan pungutan yang
dilakukan oleh pemerintah kepada
masyarakat, berdasarkan Undang-undang
dapat dipaksakan dimana balas jasanya
tidak secara langsung dinikmati oleh wajib
pajak. Pajak yang dipungut tersebut
dipergunakan untuk membiayai
pengeluaran umum pemerintah seperti
pembangunan sarana-sarana umum,
pemeliharaan keamanan dan ketertiban
yang akhirnya dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat. Pajak menurut PJ. A.Adriani
dalam bukunya Mohammad Zain (2003:
10) Pajak adalah iuran kepada kepada
negara (yang dapat dipaksakan) yang
terhutang oleh yang wajib pajak
membayarkan menurut peraturan-peraturan
dengan tidak mendapat prestasi kembali
secara secara langsung dapat ditunjuk, yang
gunanya untuk membiayai pengeluaran –pengeluaran umum sehubungan dengan
Analisis Koreksi Fiskal Atas Pajak Penghasilan Badan Pada Koperasi
62
tugas Negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan. Pajak penghasilan termasuk
dalam kategori pajak subjektif, artinya
pajak dikenakan karena ada subjeknya,
yakni mereka yang telah memenuhi kriteria
pemajakan seperti yang ditetapkan dalam
peraturan perpajakan. Dari berbagai jenis
pajak yang dipungut pemerintah salah
satunya adalah pajak penghasilan. Pajak
penghasilan dikenakan terhadap subjek
pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek
pajak tersebut akan dikenakan pajak
apabila menerima atau memperoleh
penghasilan.
Dari berbagai jenis pajak yang
dipungut pemerintah salah satunya adalah
pajak penghasilan. Pajak penghasilan
dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek
pajak tersebut akan dikenakan pajak
apabila menerima atau memperoleh
penghasilan. Adapun yang menjadi subjek
pajak adalah orang pribadi, warisan yang
belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak, badan dan
bentuk usaha tetap. Subjek pajak juga
terdiri dari subjek pajak dalam negeri dan
subjek pajak luar negeri.
Menurut Undang-undang No. 17
Tahun 2000 Pasal 4 ayat (1) Objek pajak
adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun termasuk di
dalamnya gaji/ upah, bonus, uang pensiun,
honorarium, hadiah undian dan
penghargaan, laba bruto usaha, keuntungan
karena penjualan atau pengalihan harta
sebagai biaya bunga, deviden dengan nama
dan bentuk apapun juga, royalty, sewa dan
penghasilan lain yang sehubungan dengan
penggunaan harta, penerimaan atau
perolehan pembayaran berkala dan
keuntungan karena pembayaran hutang.
Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan Komersial
Dalam sebuah perusahaan laporan
keuangan sangat diperlukan sebagai tolok
ukur untuk melihat perkembangan
perusahaan. Bagi manajemen laporan
keuangan dipakai untuk mempertanggung
jawabkan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya oleh pemilik perusahaan selama
satu periode. Laporan keuangan ini harus
menyajikan secara wajar posisi keuangan
dan kinerja keuangan pada periode
tersebut.
Laporan keuangan pada umumnya
terdiri dari Neraca, Laporan laba Rugi dan
Perubahan modal. Neraca
menginformasikan aktiva/harta, kwajiban/
hutang dan ekuitas/modal, Laporan laba
rugi menunjukkan sumber penghasilan dan
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
63
biaya-biaya sehubungan dengan penghasil-
an tersebut. Laba/rugi merupakan selisih
dari penghasilan dengan biaya-biaya
tersebut.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia,
definisi laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
Laporan keuangan merupakan bagian dari
proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi
neraca, laporan laba/rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang disajikan
dalam berbagai cara misalnya, sebagai
laporan arus kas, atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan disusun dan
disajikan sekurang-kurangnya setahun
sekali untuk memenuhi kebutuhan
sejumlah besar pemakai. (Ikatan Akuntan
Indonesia, 2009: 6-7).
Kasmir menyebutkan tentang
pengertian yang sederhana,laporan
keuangan adalah: ”laporan yangmenunjukkan kondisi keuangan perusahaan
pada saat ini atau dalam satu periode
tertentu. (Kasmir, 2009: 7).
Zakki Baridwan menyebutkan
definisi Laporan Keuangan sebagai berikut
:”Laporan Keuangan adalah hasil akhir darisuatu proses pencatatan, yang merupakan
ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan
yang terjadi selama satu tahun buku yang
bersangkutan” (Baridwan, 2000: 17).
2. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan bertujuan untuk
memberikan informasi keuangan suatu
perusahaan baik pada masa maupun
periode tertentu. Menurut Standart
Akuntansi Keuangan (SAK) tujuan laporan
keuangan adalah :
a. Laporan keuangan menyediakan
informasi yang menyangkut posisi
kinerja keuangan serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan.
b. Laporan keuangan yang disusun untuk
tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama
sebagian besar pemakai. Namun
demikian, laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang
mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi karena
secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan dari kejadian dimasa lalu, dan
tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi non keuangan.
c. Laporan keuangan juga menunjukkan
apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship), atau pertanggung
jawaban manajemen atas sumberdaya
yang dipercayakan kepadanya. Pemakai
yang ingin menilai apa yang telah
dilakukan atau pertanggung jawaban
manajemen berbuat demikian agar
mereka dapat membuat keputusan
ekonomi, keputusan ini mungkin
Analisis Koreksi Fiskal Atas Pajak Penghasilan Badan Pada Koperasi
64
mencakup beberapa hal misalnya,
keputusan untuk menahan atau menjual
investasi mereka dalam perusahaan atau
keputusan untuk mengangkat kembali
atau mengganti manajemen. (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2007:4)
3. Jenis Laporan Keuangan
Ada beberapa jenis laporan keuangan
sebagaimana dijelaskan oleh Soekisno dan
Trisnawati (2009: 3) yang menyebutkan,
laporan terbagi menjadi seperti berikut ini:
a. Laporan Laba/ Rugi
Laporan laba/rugi adalah laporan yang
menunjukkan pendapatan dan beban
selama periode waktu tertentu, misalnya
sebulan atau setahun. Laporan ini
didasarkan pada konsep perbandingan,
yaitu suatu konsep yang membandingkan
beban dengan pendapatan yang dihasilkan
selama periode terjadinya beban tersebut.
b. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan
yang menunjukkan perubahan ekuitas
pemilik yang terjadi selama periode waktu
tertentu, misalnya sebulan atau setahun.
Laporan ini dibuat setelah laporan laba/rugi
tetapi sebalum neraca, karena jumlah
ekuitas pemilik pada akhir periode harus
dilaporkan dalam neraca.
c. Neraca
Neraca adalah suatu daftar asset, kwajiban,
dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu,
misalnya pada akhir bulan atau akhir tahun.
Ada dua bentuk neraca,yaitu bentuk akun
dan bentuk laporan.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang
menunjukkan penerimaan dan pembayaran
kas selama periode waktu tertentu,
misalnya sebulan atau setahun. Laporan
arus kas terdiri dari tiga bagian yaitu:
1) Arus kas dari aktivitas operasi
Merupakan arus kas dari transaksi yang
mempengaruhi laba bersih.
2) Arus kas dari aktivitas investasi
Merupakan arus kas dari transaksi yang
mempengaruhi investasi dan non asset
lancar
3) Arus kas dari aktivitas pendanaan
Merupakan arus kas dari transaksi yang
mempengaruhi ekuitas dan kewajiban
jangka panjang.
4. Akuntansi Pajak
Akuntansi merupakan suatu alat yang
dipakai sebagai bahasa bisnis. Informasi
yang disampaikan hanya dapat dipahami
apabila mekanisme akuntansi telah
dipahami. Dalam perpajakan akuntansi
digunakan dengan istilah pembukuan dan
pencatatan.
Yang dimaksudkan pembukuan atau
lebih dikenal dengan tata buku berpasangan
adalah cara pembukuan transaksi yang
mengakibatkan sisi debet dan kredit dari dua
atau lebih rekening menjadi sama. Pencatatan
didasarkan dari dokumen yang berupa kuitansi
dan lampiran-lampirannya yang merupakan
bukti transaksi dalam pembukuan. Tujuan
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
65
pembukuan dalam perpajakan jelas-jelas
dimaksudkan agar dari pembukuan maupun
pencatatan tersebut dapat dihitung besarnya
pajak yang terhutang. Sesuai dengan Pasal 1
huruf v UU No. 6 (Undang-undang Perpajakan)
Akuntansi pajak merupakan bagian dari
akuntansi komersial. Akuntansi pajak tidak
memiliki standar sebagaimana akuntansi
komersial yang diatur dalam Standar
Akuntansi Keuangan (SAK). Akuntansi
pajak hanya digunakan untuk mencatat
transaksi yang berhubungan dengan
perpajakan. Dengan akuntansi pajak, Wajib
Pajak (WP) dapat lebih mudah menyusun
Surat Pemberitahuan (SPT).
Akun-akun laporan keuangan dalam
akuntansi pajak sebagaimana dikemukakan
oleh Soekisno Agoes, Estralita Trisnawati
(2009:9) adalah sebagai berikut:
a. Neraca
1) Sisi Aset, terdapat nam-nama akun
sebagai berikut:
a) Pajak Dibayar di Muka (Prepaid Tax)
Pajak dibayar dimuka biasa disajikan
sebagai biaya dibayar di muka (Prepaid
Expense) dalam asset lancar. Pajak dibayar
di muka dapat terdiri dari :
PPh 22, PPh 23,PPh 24,PPh 25
Fiskal Luar Negeri
PPN Masukan
b) Aset Pajak Tangguhan (Deffered Tax
Asset)
Aset pajak tangguhan disajikan dalam
asset lain-lain.
Sisi Kewajiban, terdapat nam-nama
akun sebagai berikut:
Utang Pajak (Tax Payable)
Utang pajak dapat terdiri dari:
- PPh 21, PPh 23, PPh 26, PPh 29
- PPN Keluaran
Kwajiban Pajak Tangguhan (Deferred
Tax Liability)
Dalam neraca, kewajiban pajak
tangguhan diantara utang jangka pendek
dan utang jangka panjang.
b. Laporan Laba/Rugi
1) Beban PPh (income tax expense)
2) Penghasilan pajak tangguhan (deferred
tax income)
3) Beban pajak tangguhan (deferred tax
expense)
4) Pajak Bumi dan Bangunan, PPN
Masukan yang tidak dapat dikreditkan,
dan Bea Materai dicatat sebagai Beban
Operasional (operational expense).
Pengakuan Pendapatan dan
Penggolongan Biaya Menurut Akuntansi
Komersial
1. Pengakuan Pendapatan Menurut Standar
Akuntansi Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia
dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004 :
23.3) “Pendapatan adalah arus masuk brutodari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama satu
periode bila arus masuk itu mengakibatkan
kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal.” Pendapatanhanyalah merupakan komisi yang diterima
dari prinsipal. Pendapatan dapat
dibebankan menjadi dua bagian yaitu
Analisis Koreksi Fiskal Atas Pajak Penghasilan Badan Pada Koperasi
66
pendapatan dari usaha dan pendapatan yang
berasal dari luar usaha. Pendapatan dari
usaha merupakan pendapatan yang berasal
dari kegiatan usaha perusahaan.
2. Penggolongan Biaya Standar
Akuntansi Keuangan
Biaya adalah semua pengurang terhadap
penghasilan. Sehubungan dengan periode
akuntansi pemanfaatan pengeluaran
dipisahkan antara pengeluaran kapital
(capital expenditure) yaitu pengeluaran
yang memberikan manfaat lebih dari satu
periode akuntansi dan dicatat sebagai
aktiva, sedangkan pengeluaran penghasilan
(revenue expenditure) yaitu pengeluaran
yang hanya memberi manfaat untuk satu
periode akuntansi yang bersangkutan yang
dicatat sebagai beban. Pengakuan atas
biaya atau cost juga berhubungan dengan
dasar atau prinsip akuntansi yang
digunakan dalam mencatat biaya tersebut
yaitu accrual basis yaitu biaya diakui
walaupun belum ada pengeluaran atau
pembayaran kas atas biaya yang terjadi
tersebut, dan cash basis yaitu pencatatan
dan pengakuan biaya hanya akan dilakukan
jika telah terjadi pembayaran atau
pengeluaran kas dan apabila belum ada
pengeluaran kas maka biaya tersebut tidak
diakui.
3. Laba
Laba merupakan suatu alat ukur yang
dapat digunakan untuk menilai kinerja atas
keberhasilan suatu perusahaan dalam suatu
periode tertentu. Selain itu laba juga
merupakan salah satu pos yang penting
dalam laporan keuangan dan mempunyai
manfaat yang bermacam-macam untuk
berbagai tujuan. Untuk mengetahui
besarnya laba maka dapat dilihat pada
laporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan, khususnya dalam laporan laba
rugi perusahaan.
4. Pengakuan Pendapatan danPenggolongan Biaya MenurutAkuntansi Fiskal
1. Pengakuan Pendapatan Menurut
Akuntansi Fiskal
Menurut UU Pajak No. 17 Tahun 2000,
pengertian penghasilan dapat didefinisikan
sebagai setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh
wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat
diapakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun. Jenis-jenis penghasilan
menurut undang-undang perpajakan No. 17
tahun 2000 yaitu imbalan, hadiah dan
penghargaan, laba usaha, keuntungan atas
penjualan atau pengalihan harta,
penerimaan kembali pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya, bunga, deviden,
royalty, sewa, penerimaan/perolehan
pembayaran berkala, keuntungan karena
pembebasan hutang, keuntungan selisih
kurs, premi asuransi, selisih lebih revaluasi
aktiva, iuran, serta tambahan kekayaan
netto.
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
67
1. Pengakuan Biaya Menurut Akuntansi
Fiskal
Menurut UU PPh No. 17 tahun 2000
Pasal 6 ayat (1), pengeluaran-pengeluaran
yang dilakukan wajib pajak dapat
dibedakan atas Pengeluaran yang boleh
dibebankan sebagai biaya dan pengeluaran
yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
Pada prinsipnya biaya yang boleh dikurangi
dari penghasilan bruto adalah biaya yang
mempunyai hubungan langsung dengan
usaha atau kegiatan, biaya-biaya dan
penyusutan. Biaya yang tidak boleh
dikurangi dari penghasilan bruto adalah
biaya yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan usaha atau kegiatan,
biaya-biaya dan penyusutan.
2. Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal adalah proses
penyesuaian atas laba komersial yang
berbeda dengan ketentuan fiskal untuk
menghasilkan penghasilan netto/ laba yang
sesuai dengan ketentuan pajak. Perbedaan-
perbedaan antara akuntansi dan fiskal
tersebut dapat dikelompokkan menjadi
beda tetap/ permanen dan beda waktu/
sementara. Menurut Setiawan dan Musri
(2006 : 421) “Rekonsiliasi fiskal adalahpenyesuaian ketentuan menurut pembukuan
secara komersial atau akuntansi yang harus
disesuaikan menurut ketentuan
perpajakan.”Koreksi fiskal terbagi atas beda tetap/
permanen dan beda waktu/ sementara.
Beda tetap adalah perbedaan yang terjadi
karena peraturan perpajakan menghitung
laba fiskal berbeda dengan perhitungan
menurut Standar Akuntansi Keuangan
tanpa ada koreksi dikemudian hari
sedangkan beda waktu adalah perbedaan
yang bersifat sementara karena adanya
ketidaksamaan waktu pengakuan
penghasilan dan beban antara peraturan
perpajakan dengan Standar Akuntansi
Keuangan. Koreksi fiskal dapat berupa
koreksi positif dan negatif. Koreksi positif
terjadi apabila pendapatan menurut fiskal
bertambah dan mengakibatkan
pengurangan biaya yang diakui dalam
laporan rugi laba komersial menjadi
semakin kecil, atau yang berakibat adanya
penambahan penghasilan sedangkan
koreksi negatif terjadi apabila pendapatan
menurut fiskal berkurang dan berakibat
adanya penambahan biaya yang telah
diakui dalam laporan laba rugi komersial
menjadi semakin besar, atau yang berakibat
dengan adanya pengurangan penghasilan.
“Koreksi Fiskal/ Rekonsiliasi Fiskalterdiri dari rekonsiliasi positif dan
rekonsiliasi negative” sebagaimanadiunggah oleh Hendra Poerwanto dalam
webnya (www.hendrapajak.web.id) :
a. Rekonsiliasi/ Penyesuaian Positif
Prinsipnya, yang dimaksud penyesuaian
fiskal positif adalah:penyesuaian terhadap
penghasilan neto komersial (selain
penghasilan yang dikenakan PPh final dan
Analisis Koreksi Fiskal Atas Pajak Penghasilan Badan Pada Koperasi
68
yang tidak termasuk obyek pajak), yang
sifatnya:
1. Menambah penghasilan (penghasilan
yang jumlahnya menjadi bertambah)
2. Mengurangi biaya-biaya ( biaya-biaya
yang jumlahnya berkurang berdasarkan
perhitungan menurut UU PPh atau biaya
komersial > biaya fiskal). Menyesuaian/
mengeluarkan biaya-biaya yang tidak
dapat diakui secara fiskal yang
menyebabkan biaya komersial > biaya
fiskal maka dilakukan penyesuaian
fiskal positif.
Dengan kata lain, penyesuaian fiskal
positif adalah penyesuaian terhadap
penghasilan neto komersial dalam rangka
menghitung penghasilan kena pajak
berdasarkan UU PPh beserta peraturan
pelaksanaannya, yang bersifat menambah
atau memperbesar penghasilan kena pajak.
Penyesuaian tersebut timbul karena adanya
biaya, pengeluaran, dan kerugian yang
tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto dalam menghitung penghasilan kena
pajak berdasarkan ketentuan UU PPh
beserta peraturan pelaksanaannya, karena
adanya perbedaan saat pengakuan biaya
dan penghasilan atau karena penghitungan
biaya menurut metode fiskal lebih rendah
dari penghitungan menurut metode
akuntansi komersial, serta karena adanya
penghasilan yang merupakan objek pajak
yang tidak termasuk dalam penghasilan
komersial.
Berikut beberapa hal yang menjadi obyek
perlu dilakukannya penyesuaian fiskal
positif:
Adanya pengeluaran perusahaan untuk
pembelian/perbaikan rumah atau
kendaraan pribadi, biaya perjalanan
pribadi/keluarga, biaya premi asuransi
pribadi/keluarga, dan pengeluaran
lainnya untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya;
Adanya premi asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi dwiguna,
dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh
Wajib Pajak. Pada saat Wajib Pajak
menerima penggantian atau santunan
asuransi, penerimaan tersebut bukan
merupakan objek pajak;
Penyesuaian fiskal positif sehubungan
penggantian atau imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura atau
kenikmatan (benefit in-kind) bukan
merupakan penghasilan bagi pegawai
yang bersangkutan. Oleh karena itu
sesuai dengan prinsip taxability and
deductibility, bagi Wajib Pajak pemberi
kerja tidak dapat dibebankan sebagai
biaya perusahaan. Namun pemberian
natura berupa penyediaan
makanan/minuman di tempat kerja bagi
seluruh pegawai, demikian pula
pemberian natura atau kenikmatan di
daerah terpencil yang ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Keuangan, serta
pemberian natura atau kenikmatan yang
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
69
merupakan keharusan dalam
pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana
keselamatan kerja atau karena sifat
pekerjaan tersebut mengharuskannya
(seperti: pakaian dan peralatan khusus
untuk keselamatan kerja, pakaian
seragam petugas keamanan, antar-
jemput pegawai, serta akomodasi untuk
awak kapal dan sejenisnya), dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan;
(www.hendrapajak.web.id).
Seperti tercantum dalam Peraturan
Menteri Keuangan No. 83/PMK.03/2009
tentang Penyediaan Makanan dan
Minuman bagi Seluruh Pegawai Serta
Penggantian atau Imbalan dalam Bentuk
Natura dan Kenikmatan Di Daerah
Tertentu dan yang Berkaitan Dengan
Pelaksanaan Pekerjaan Yang dapat
Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto
Pemberi Kerja.
Penyesuaian sehubungan pembayaran
gaji, honorarium, dan imbalan lain
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diberikan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (4) UU PPh, dapat dibebankan
sebagai biaya perusahaan sepanjang
jumlahnya tidak melebihi kewajaran.
Kewajaran diukur berdasarkan standar
yang berlaku umum untuk pekerjaan
dengan kualifikasi yang sama yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak
mempunyai hubungan istimewa. Atas
selisih yang melebihi kewajaran tersebut
dapat dikategorikan sebagai pembagian
laba;
Penyesuaian sehubungan bantuan atau
sumbangan dan harta hibahan yang
diterima oleh badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial, atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
bukan merupakan penghasilan sepanjang
tidak terdapat hubungan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Oleh karena itu sesuai dengan prinsip
taxability and deductibility, (jika atas
sejumlah uang (biaya) yang dikeluarkan
oleh Wajib Pajak Orang Pribadi/Badan
dapat dibiayakan atau diperlakukan
sebagai pengurang penghasilan bruto,
maka bagi si penerima uang,
penghasilan tersebut dikenakan pajak
(PPh)), penyesuaian berdasarkan Pasal 9
ayat (1) huruf g UU PPh, bagi Wajib
Pajak pemberi bantuan atau sumbangan
dan harta hibahan tersebut tidak dapat
dibebankan sebagai biaya;
Penyesuaian sehubungan PPh yang
terutang oleh Wajib Pajak yang
bersangkutan;
Penyesuaian sehubungan pembayaran
gaji kepada pemilik atau orang yang
menjadi tanggungannya tidak dapat
dibebankan sebagai biaya;
Penyesuaian sehubungan sanksi
administrasi berupa bunga, denda, dan
Analisis Koreksi Fiskal Atas Pajak Penghasilan Badan Pada Koperasi
70
kenaikan, serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan
pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan bukan merupakan
biaya;
Perhitungan penyusutan/amortisasi
menurut pembukuan Wajib Pajak lebih
besar dari perhitungan
penyusutan/amortisasi menurut fiskal
(daftar rincian perhitungan penyusutan
dan amortisasi fiskal dilampirkan pada
SPT);
Biaya yang berkaitan dengan
penghasilan yang dikenakan PPh Final
dan Penghasilan yang tidak termasuk
objek pajak tetapi termasuk dalam
penghasilan komersial;
Penyesuaian berdasarkan ketentuan
umum Pasal 4 dan Pasal 9 UU PPh
beserta peraturan pelaksanaannya, dalam
hal:
1. terdapat penghasilan yang tidak diakui
secara komersial akan tetapi termasuk
Objek Pajak yang dikenakan PPh tidak
bersifat final;
2. terdapat biaya-biaya perusahaan lainnya
atau kerugian yang diakui secara
komersial akan tetapi tidak dapat diakui
secara fiskal, misalnya biaya yang tidak
didukung oleh dokumen-dokumen
pengeluaran;
b. Rekonsiliasi/Penyesuaian Fiskal
Negatif
Penyesuaian fiskal negatif adalah
penyesuaian terhadap penghasilan neto
komersial dalam rangka menghitung
penghasilan kena pajak berdasarkan UU
PPh beserta peraturan pelaksanaannya,
yang bersifat mengurangi penghasilan kena
pajak
Dengan kata lain, yang dimaksud
penyesuaian fiskal negatif
adalah:penyesuaian terhadap penghasilan
neto komersial (selain penghasilan yang
dikenakan PPh final dan yang tidak
termasuk obyek pajak), yang sifatnya
Mengurangi penghasilan (penghasilan
yang jumlahnya berkurang)
Menambah biaya-biaya komersial (biaya
yang jumlahnya bertambah berdasarkan
perhitungan menurut UU PPh).
Menyesuaian/ memasukan biaya-biaya
yang diakui secara fiskal yang
menyebabkan biaya komersial < biaya
fiskal, maka dilakukan penyesuaian
fiskal negatif dilakukannya penyesuaian
fiskal negatif bila:
1. Penghasilan yang dikenakan PPh Final
dan Penghasilan yang tidak termasuk
objek pajak tetapi termasuk dalam
penghasilan komersial.
2. Apabila perhitungan penyusutan/
amortisasi menurut pembukuan Wajib
Pajak lebih kecil dari perhitungan
penyusutan/amortisasi menurut fiskal
(daftar rincian perhitungan penyusutan
dan amortisasi fiskal dilampirkan pada
SPT).
3. Penyesuaian fiskal negatif lainnya.
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
71
Pajak Penghasilan
Undang-undang Pajak Penghasilan
(PPh) mengatur pajak atas penghasilan
(laba) yang diterima atau diperoleh orang
pribadi maupun badan.
Undang – undang PPh mengatur subyek
pajak, obyek pajak, serta cara menghitung
dan cara melunasi pajak yang terhutang.
Undang - undang PPh menganut asas
materiil, artinya penentuan mengenai pajak
yang terhutang tidak tergantung kepada
surat ketetapan pajak.
A. Subyek Pajak
Yang dimaksud dengan subyek pajak
adalah orang pribadi, badan dan bentuk
usaha tetap (BUT) yang bertempat tinggal
di Indonesia maupun yang berada diluar
Indonesia.
Yang menjadi subyek pajak adalah:
1. a. Orang pribadi
b. Warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan penggantian yang
berhak.
2. Badan, terdiri dari PT,CV, perseroan
lainnya,BUMN/BUMD dengan nama
dan bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pension, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi masa,
organisasi social politik, atau organisasi
yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan
lainnya.
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
(Mardiasmo, 2008: 129).
Subyek Pajak dapat dibedakan menjadi:
1. Subyek pajak dalam negeri yang terdiri
dari:
a. Subyek pajak orang pribadi, yaitu:
- Orang pribadi yang bertempat tinggal
atau berada di Indonesia lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari (tidak
harus berturut-turut) dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, atau
- Orang pribadi yang dalam suatu tahun
pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di
Indonesia
b. Subyek pajak badan yaitu:
Badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia
c. Subyek pajak warisan yaitu:
Warisan yang belum dibagi sebagai satu
kesatuan, menggantikan yang berhak.
2. Subyek pajak luar negeri yang terdiri
dari :
a. Subyek Pajak orang pribadi, yaitu:
Orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan yang :
1) Menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
2) Dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melaui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
b. Subyek Pajak badan, yaitu:
Analisis Koreksi Fiskal Atas Pajak Penghasilan Badan Pada Koperasi
72
Badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang:
1) Menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
2) Dapat menerima dan memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia (Mardiasmo: 2008,130).
Subyek Pajak dalam negeri menjadi
Wajib Pajak apabila telah menerima atau
memperoleh penghasilan. Sedangkan
subyek pajak luar negeri sekaligus
menjadi wajib pajak, sehubungan
dengan penghasilan yang diterima dari
sumber penghasilan di Indonesia atau
diperoleh melalui usaha tetap di
Indonesia. Wajib pajak adalah orang
pribadi atau badan yang telah memenuhi
kewajiban subyektif dan obyektif.
Perbedaan Wajib Pajak dalam negeri
dan Wajib Pajak luar negeri, antara lain
adalah:
Tabel 1: Perbedaan Wajib Pajak
Wajib Pajak dalam negeri Wajib Pajak luar negeri- Dikenakan pajak atas penghasilan
baik yang diterima atau diperolehdari Indonesia dan dari luarIndonesia
- Dikenakan pajak berdasarkanpenghasilan netto
- Tarif pajak yang digunakan adalahtariff umum (Tarif UU PPh pasal17)
- Wajib menyampaikan SPT
- Dikenakan pajak hanya atas penghasilan
yang berasal dari sumber penghasilan di
Indonesia
- Dikenakan pajak berdasarkan penghasilan
bruto
- Tarif pajak yang digunakan adalah tariff
sepadan (tariff UU PPh pasal 26)
- Tidak wajib menyampaikan SPT.
(Mardiasmo:2008,131)
Sedangkan yang tidak termasuk
subyek pajak sebagaimana yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2000 menjelaskan tentang apa yang tidak
termasuk subyek pajak sebagai berikut:
1. Badan perwakilan negara asing.
2. Pejabat perwakilan diplomatik dan
konsulat atau pejabat - pejabat lain dari
negara asing dan orang - orang yang
diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama mereka dengan syarat bukan
warga negara indonesia dan negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan
timbal balik.
3. Organisasi internasional yang ditetapkan
oleh keputusan menteri keuangan
dengan syarat Indonesia ikut dalam
organisasi tersebut dan organisasi
tersebut tidak melakukan kegiatan usaha
di Indonesia. Contoh: WTO, FAO,
UNICEF.
4. Pejabat perwakilan organisasi
internasional yang ditetapkan oleh
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
73
keputusan menteri keuangan dengan
syarat bukan warga negara indonesia
dan tidak memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
B. Obyek Pajak
Yang menjadi obyek pajak adalah
penghasilan. Yang dimaksud dengan
penghasilan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh di Indonesia maupun dari luar
Indonesia yang menambah kekayaan wajib
pajak yang bersangkutan.
Undang-undang Pajak Penghasilan
Indonesia menganut prinsip pemajakan atas
penghasilan dalam pengertian yang luas,
yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak
darimanapun asalnya yang dapat
dipergunakan untuk konsumsi atau
menambah kekayaan wajib pajak tersebut.
Pengertian penghasilan dalam
Undang-undang PPh tidak
memperhatikan adanya penghasilan dari
sumber tertentu, tetapi pada adanya
tambahan kemampuan ekonomis.
Tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak
merupakan ukuran terbaik mengenai
kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk
ikut bersama-sama memikul biaya yang
diperlukan pemerintah untuk kegiatan
rutin dan pembangunan.
Dilihat dari penggunaannya,
penghasilan dapat dipakai untuk
konsumsi dan dapat pula ditabung untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak.
Yang termasuk dalam pengertian
penghasilan adalah :
1. Gaji, upah, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun atau imbalan
dalam bentuk lainnya.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau
kegiatan dan penghargaan.
3. Laba usaha atau keuntungan yang
diperoleh dari usaha perseroan,
persekutuan dan badan lainnya.
4. Penerimaan dari pembayaran kembali
pajak yang sudah dibebankan sebagai
biaya.
5. Bunga termasuk premium, diskonto, dan
imbalan lain karena jaminan
pengembalian utang.
6. Deviden, royalty, penghasilan sewa dan
penghasilan lain yang menambah
kekayaan yang belum dikenakan pajak.
Tarif Pajak
Pemungutan pajak tidak terlepas
dari keadilan, sebab keadilan dapat
menciptakan keseimbangan sosial yang
sangat penting untuk kesejahteraan
masyarakat. Dalam penetapan tarifpun
harus berdasarkan keadilan. Dalam
perhitungan pajak yang terhutang
digunakan tarif pajak. Tarif pajak
dimaksud adalah tarif untuk menghitung
besarnya pajak terhutang (Pajak yang harus
dibayar).
Sesuai dengan pasal 17 UU PPh
besarnya tarif pajak penghasilan tampak
pada tabel berikut:
Analisis Koreksi Fiskal Atas Pajak Penghasilan Badan Pada Koperasi
74
1. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
(berlaku mulai tahun pajak 2009)
Tabel 2: Lapisan Penghasilan
Lapisan PenghasilanKena Pajak
Tarif Pajak
Sampai dengan Rp.50 juta
5%
Diatas Rp. 50 jutas/d Rp. 250 juta
15%
Diatas Rp. 250 jutas/d Rp. 500 juta
25%
Diatas Rp. 500 juta 30%
Sumber : UU PPh pasal 17
2. Wajib Pajak badan dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap (BUT)
a. Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf b
Berdasarkan Pasal 17 ayat(1) huruf b
tariff yang diterapkan bagi wajib pajak
badan dalam negeri dan bentuk usaha
tetap,yaitu sebesar 28%. Namun
demikian berdasarkan Pasal 17 ayat(2a)
tarif tersebut sejak Tahun 2010 menjadi
25%.
b. Tarif PPh Pasal 17 ayat (2b)
Tarif ini diterapkan bagi Wajib Pajak
badan dalam negeri yang berbentuk
perseroan terbuka yang paling sedikit
40% (empat puluh persen) dari jumlah
keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia dan memenuhi persyaratan
tertentu lainnya. Wajib pajak tersebut
dapat memperoleh tarif sebesar 5%(lima
persen) lebih rendah daripada tariff
sebagaimana dimaksud pada Pasal 17
ayat(1) huruf b dan ayat(2a) Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008.
c. Tarif PPh Pasal 31E
Wajib Pajak dalam negeri dengan
peredaran bruto sampai dengan Rp.
50.000.000.000,00(lima puluh milyar
rupiah) mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50%(lima
puluh persen) dan tarif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat(1) huruf
b dan ayat(2a) yang dikenai tas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian
peredaran bruto sampai dengan Rp.
4.800.000.000,00 (empat milyar delapan
ratus juta rupiah)
Perhitungan Pajak Penghasilan Badan
Cara pemakaian tariff PPh Pasal 31E
(diberlakukan pada Wajib Pajak badan
dalam negeri dengan peredaran bruto
sampai dengan Rp.50.000.000.000,00).
Dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Jika peredaran bruto sampai dengan Rp.
4.800.000.000,00 maka perhitungan PPh
terhutang sebagai berikut:PPh terhutang = 50%X25%X seluruh penghasilan pajak
2. Jika peredaran bruto lebih dari Rp.
4.800.000.000,00 sampai dengan Rp.
50.000.000.000,00 maka perhitungannya
sebagai berikut:
(50%X25%)X penghasilan 25%XPenghasilan
Kena Pajak dari bagian per- Kena Pajak
dari ba- PPh terhutang = edaran bruto
yang mempe- + gian peredaran bru-
roleh fasilitas to yang tidak mem-
Peroleh fasilitas.
Perhitungan Pajak Penghasilan Badan
Cara pemakaian tariff PPh Pasal 31E
(diberlakukan pada Wajib Pajak badan
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
75
dalam negeri dengan peredaran bruto
sampai dengan Rp.50.000.000.000,00).
Dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Jika peredaran bruto sampai dengan Rp.
4.800.000.000,00 maka perhitungan PPh
terhutang sebagai berikut:PPh tterhutang = 50%x25%x seluruh penghasilan pajak
2. Jika peredaran bruto lebih dari Rp
4.800.000.000,00 sampai dengan Rp
50.000.000.000,00 maka perhitungannya
sebagai berikut:
(50%X25%)X penghasilan 25%XPenghasilan
Kena Pajak dari bagian per- Kena
Pajak dari ba-PPh terhutang= edaran
bruto yang mempe- + gian peredaran
bru- roleh fasilitas to yang tidak mem-
Peroleh fasilitas. Data Keuangan:
Tabel 1. N E R A C APer 31 Desember 2010-2012
Keterangan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2013
AktivaAktiva Lancar
KasBank
Simpanan di PuskoppolPiutangPersediaanAngsuran PPh pasal 21
Jumlah Aktiva LancarAktiva TetapInventaris KantorAkumulasi PenyusutanBangunan TokoAkumulasi Penyusutan
Rp.
101.663.050,001.000.000,008.175.700,00
1.831.878.750,0032.179.110,009.274.000,00
1.984.170.610,00
52.006.250,00(28.157.450,00)
9.755.800,00(6.359.110,00)
Rp.
125.649.050,001.000.000,009.375.000,00
2.300.581.700,0023.150.000,009.810.000,00
2.469.565.750,00
53.116.250,00(34.187.500,00)
9.755.800,00(6.667.900,00)
Rp.
141.551.650,001.000.000,00
10.575.700,002.712.367.100,00
21.000.000,0010.400.000,00
2.896.894.450,00
53.116.250,00(40.070.850,00)
9.755.800,00(6.976.690,00)
Total Aktiva 2.011.416.100,00 2.491.582.400,00 2.912.738.960,00Pasiva
Kewajiban LancarDana SosialDana P.D.KDana PendidikanBeban RATDana BangunanDana Angg. Ymh Bayar
JumlahKekayaan bersihSimpanan Pokok
Simpanan WajibDana HibahDonasi InkoppolCad. Tujuan ResikoCadanganSHU
Jumlah
47.499.950,007.635.000,00
54.961.300,0055.275.000,0022.723.000,00
322.572.150,00620.196.950,00
30.160.000,001.030.015.400,00
946.000,001.000.000,00
55.538.400,00261.804.800,00120.015.100,00
1.500.749.700,00
51.309.000,007.635.000,00
68.723.200,0060.000.000,0027.067.600,00
322.597.850,00537.332.650,00
30.430.000,001.350.450.000,00
946.000,001.000.000,00
59.485.750,00366.321.500,00145.617.200,00
1.954.250.450,00
83.722.000,007.635.000,00
95.743.600,0066.000.000,0040.998.300,00
326.098.050,00620.196.950,00
30.160.000,001.500.150.000,00
946.000,001.000.000,00
72.575.660,00524.600.800,00163.109.560,00
2.292542.010,00
Total Pasiva 2.011.416.100,00 2.491.582.400,00 2.912.738.960,00
Sumber : Data Sekunder, Diolah 2013
Analisis Koreksi Fiskal Atas Pajak Penghasilan Badan Pada Koperasi
76
Tabel 2. Laporan Laba-RugiPeriode : 01 Januari - 31 Desember 2010-2012
Keterangan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Laporan Laba-RugiPenjualanPendapatatan Jasa:PerkreditanLain-lainJumlahHarga Pokok Penjualan:
BarangJasa Anggota
JumlahLaba Kotor
Biaya-biaya Komersial :Biaya OperasionalBiaya Adm.dan UmumBiaya Usaha
JumlahSHU Sebelum Pajak
Rp.735.875.400,00
619.930.700,00162.865.750,00
1.518.671.850,00
726.020.850,00322.572.150,00
1.048.593.000,00470.078.850,00
110.205.000,00222.030.900,00
17.827.850,00350.063.750,00120.015.100,00
Rp.812.305.000,00
650.372.000,00134.550.000,00
1.597.227.000,00
741.500.200,00322.597.850,00
1.064.098.050,00533.128.950,00
119.087.300,00246.461.250,00
21.963.200,00387.511.750,00145.617.200,00
Rp.829.261.850,00
669.594.500,00135.327.050,00
1.634.183.400,00
754.912.050,00326.098.050,00
1.081.010.100,00553.173.300,00
121.205.000,00249.030.900,00
19.827.840,00390.063.740,00163.109.560,00
Sumber : Data Sekunder, Diolah 2013
Tabel 3 : Perincian Biaya-biaya Komersial
Periode 1 Januari - 31 Desember 2010 – 2012
Perincian Biaya-biaya Komersial Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
1. Biaya Operasional- Biaya Transport- Biaya Perjalanan Dinas- Biaya Komunikasi- Biaya Rapat
Jumlah2. Biaya Administrasi dan Umum- Gaji dan Tunjangan- Kesejahteraan Karyawan- Biaya Perjalanan Dinas- Biaya Pemeliharaan- Sumbangan- Biaya Penyusutan- Biaya Lain-lain
Jumlah3. Biaya Usaha- Ongkos Angkut- Biaya Promosi- Biaya Pemeliharaan
Jumlah
Rp.
35.625.000,0031.750.000,0037.595.000,005.235.000,00
110.205.000,00
135.550.000,0039.000.000,0023.650.000,0013.436.000,002.850.000,006.380.050,001.164.850,00
222.030.900,00
7.335.000,003.942.850,006.550.000,00
17.827.850,00
Rp.
37.475.000,0035.825.000,0038.255.000,007.532.300,00
119.087.300,00
149.430.000,0043.500.000,0027.950.000,0013.977.500,002.965.000,006.338.840,002.299.910,00
246.461.250,00
8.965.700,005.679.000,007.318.500,00
21.963.200,00
Rp.
38.080.000,0036.450.000,0038.925.000,007.750.000,00
121.205.000,00
152.650.000,0044.600.000,0026.875.000,0014.395.500,003.250.000,005.894.140,001.366.260,00
249.030.900,00
8.395.500,005.765.000,005.667.340,00
19.827.840,00
Sumber : Data Sekunder, Diolah 2013
METODE PENELITIAN
Data-data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
laporan keuangan dari perusahaan tahun
2010-2012. Teknik pengambilan sampel
adalah purposive judment sampling, yaitu
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
77
pengambilan sampel berdasarkan kriteria
tertentu. Adapun kriteria yang dipenuhi
adalah laporan keuangan tiga tahun terakhir
yang dianggap representatif.
Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah laporan keuangan fiskal,
sedangkan variabel independen adalah
laporan keuangan komersial.
Laporan keuangan komersial
merupakan laporan keuangan yang dipakai
untuk mempertanggung jawabkan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya oleh
pemilik perusahaan selama satu periode.
Laporan keuangan ini harus menyajikan
secara wajar posisi keuangan dan kinerja
keuangan pada periode tersebut. Laporan
keuangan fiscal adalah laporan keuangan
yang disusun berdasdarkan undang-undang
perpajakan.
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah: deskriptif,
yaitu dengan menganalisis dan mengolah
data-data laporan keuangan dan
menjelaskan bagaimana cara menghitung
jumlah pajak penghasilan bagi wajib pajak
badan dan komparatif, yaitu dengan
membandingkan hasil dari laporan
keuangan yang telah disusun oleh
perusahaan berdasarkan SAK dan Undang-
undang no.17 Tahun 2000 dengan
ketentuan terbaru yaitu undang-undang no.
36 tahun 2008.
PEMBAHASAN
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui Koreksi Fiskal Atas
Pajak Penghasilan Badan Dari Laporan
Keuangan Komersial Pada Koperasi
“Primkopo Resort Tulungagung” maka
penulis melakukan analisis yang meliputi :
1. Perhitungan PPh Badan dengan Laporan
Keuangan Komersial.
2. Perhitungan PPh Badan dengan adanya
Koreksi Fiskal.
3. Selisih perhitungan PPh Badan dengan
Laporan Keuangan Komersial dan
Fiskal.
Perhitungan PPh Badan dengan Laporan
Keuangan Komersial :
1. Perhitungan PPh Badan dengan Laporan
Keuangan Komersial.
Dalam laporan laba rugi tahun 2010,
Peredaran Bruto/ Penjualan sebesar
Rp.1.518.671.850,00 sedangkan Laba/
SHU yang diperoleh perusahaan sebesar
Rp. 120.015.100,00 maka PPh Badan yang
seharusnya ditanggung oleh perusahaan
sesuai dengan tarif PPh Pasal 31E poin 1
diperhitungkan sebagai berikut:PPh terhutang = 50% X25% X Rp. 120.015.100,00
= Rp.15.002.000,00 (Pembulatan)
Dalam laporan laba rugi tahun 2011,
Peredaran Bruto/ Penjualan sebesar
Rp.1.597.227.000,00 sedangkan Laba/
SHU yang diperoleh perusahaan sebesar
Rp. 145.617.200,00 maka PPh Badan yang
seharusnya ditanggung oleh perusahaan
sesuai dengan tarif PPh Pasal 31E poin 1
diperhitungkan sebagai berikut:PPh terhutang = 50% X25% X Rp. 145.617.200,00
= Rp.18.202.000,00 (Pembulatan)
Laporan laba rugi tahun 2012,
Peredaran Bruto/ Penjualan sebesar
Analisis Koreksi Fiskal Atas Pajak Penghasilan Badan Pada Koperasi
78
Rp.1.634.183.400,00 sedangkan Laba/
SHU yang diperoleh perusahaan sebesar
Rp. 163.109.560,00 maka PPh Badan yang
seharusnya ditanggung oleh perusahaan
sesuai dengan tarif PPh Pasal 31E poin 1
diperhitungkan sebagai berikut:PPh terhutang = 50% X25% X Rp. 163.109.560,00
= Rp.20.389.000,00 (Pembulatan)
2. Perhitungan PPh Badan dengan adanya
Koreksi Fiskal (Tabel Terlampir)
Dalam laporan laba rugi tahun 2010,
Peredaran Bruto/ Penjualan sebesar
Rp.1.518.671.850,00 sedangkan Laba/
SHU setelah koreksi fiskal sebesar Rp.
123.442.172,50 maka PPh Badan yang
seharusnya ditanggung oleh perusahaan
sesuai dengan tarif PPh Pasal 31E poin 1
diperhitungkan sebagai berikut:PPh terhutang = 50% X25% X Rp. 123.442.172,50
= Rp.15.430.000,00 (Pembulatan)
Dalam laporan laba rugi fiskal tahun
2011, Peredaran Bruto/Penjualan sebesar
Rp.1.597.227.000,00 sedangkan Laba/
SHU yang diperoleh perusahaan sebesar
Rp. 149.264.937,50 maka PPh Badan yang
seharusnya ditanggung oleh perusahaan
sesuai dengan tarif PPh Pasal 31E poin 1
diperhitungkan sebagai berikut:PPh terhutang = 50% X25% X Rp. 149.264.937,50
= Rp.18.658.000,00 (Pembulatan)
Laporan laba rugi fiskal tahun 2012,
Peredaran Bruto/ Penjualan sebesar
Rp.1.634.183.400,00 sedangkan Laba/
SHU yang diperoleh perusahaan sebesar
Rp. 167.035.097,50 maka PPh Badan yang
seharusnya ditanggung oleh perusahaan
sesuai dengan tarif PPh Pasal 31E poin 1
diperhitungkan sebagai berikut :PPh terhutang = 50% X25% X Rp. 167.035.097,50
= Rp.20.879.000,00 (Pembulatan)
Dengan adanya koreksi fiskal diatas
maka Laporan Laba Rugi Koperasi
Primkoppol Resort Tulungagung tampak
pada tabel halaman berikut:
Tabel 4. Laporan Laba-Rugi FiskalPeriode : 01 Januari - 31 Desember 2010-2012
Keterangan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Laporan Laba-RugiPenjualan
Pendapatatan Jasa:PerkreditanLain-lain
JumlahHarga Pokok Penjualan:
BarangJasa Anggota
JumlahLaba Kotor
Biaya-biaya Komersial :Biaya OperasionalBiaya Adm.dan UmumBiaya Usaha
JumlahSHU Sebelum PajakPPhSHU Setelah Pajak
Rp.735.875.400,00
619.930.700,00162.865.750,00
1.518.671.850,00
726.020.850,00322.572.150,00
1.048.593.000,00470.078.850,00
110.205.000,00218.603.827,50
17.827.850,00346.636.677,50123.442.172,50
15.430.000,00108.012.172,50
Rp.812.305.000,00
650.372.000,00134.550.000,00
1.597.227.000,00
741.500.200,00322.597.850,00
1.064.098.050,00533.128.950,00
119.087.300,00242.813.512.50
21.963.200,00383.864.012.50149.264.937,50
18.658.000,00130.606.937,50
Rp.829.261.850,00
669.594.500,00135.327.050,00
1.634.183.400,00
754.912.050,00326.098.050,00
1.081.010.100,00553.173.300,00
121.205.000,00245.105.362.50
19.827.840,00386.138.202,50167.035.097,50
20.879.000,00146.156.097,50
Sumber : Data Sekunder, Diolah 2013
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
79
3. Selisih perhitungan PPh Badan dengan
Laporan Keuangan Komersial dan
Fiskal.
Dari perhitungan diatas maka terdapat
selisih Laba/Rugi dan jumlah PPh bila
dihitung dari Laporan Keuangan Komersial
dan setelah dilakukan Koreksi Fiskal.
Selisih perhitungan tampak pada tabel
berikut :
Tabel 5. Hasil Perhitungan SHU Setelah Pajak dari Laporan Keuangan Komersial dan KoreksiFiskal
URAIAN Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Laba Komersial Rp.105.013.100,00 Rp.127.415.200,00 Rp.142.720.560,00Laba Fiskal 108.012.172,50 130.606.937,50 146.156.097,50Selisih 2.999.072,50 3.191.417,50 3.435.537,50
Sumber : Data Sekunder, Diolah 2013
Dari tabel diatas tampak selisih laba
dari perhitungan komersial dan perhitungan
fiskal. Tahun 2010 menunjukkan laba
komersial lebih tinggi sebesar Rp
2.999.072, 50 tahun 2011 lebih tinggi
sebesar Rp.3.191.417,50 dan tahun 2012
tinggi sebesar Rp. 3.435.537,50.
Tabel 11 : Hasil Perhitungan PPh Badan dari Laporan Keuangan Komersial dan Koreksi Fiskal
URAIAN Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012PPh Badan dari LaporanKeuangan Komersial
Rp.15.002.000,00 Rp.18.202.000,00 Rp.20.389.000,00
PPh Badan dari KoreksiFiskal
15.430.000,00 18.658.000,00 20.879.000,00
Selisih 428.000,00 456.000,00 490.000,00Sumber : Data Sekunder, Diolah 2013
Dari tabel diatas tampak selisih
perhitungan PPh Badan dari perhitungan
komersial dan perhitungan fiskal. Tahun
2010 menunjukkan PPh Badan dari
perhitungan komersial lebih rendah sebesar
Rp.428.000,00 Tahun 2011 lebih rendah
sebesar Rp.456.000,00 dan Tahun 2012
rendah sebesar Rp.490.000,00
Kesimpulan
1. Dari data Laporan Keuangan Komersial
Koperasi Primkoppol tampak SHU yang
diperoleh mulai tahun 2010 sampai
dengan tahun 2012 belum
diperhitungkan untuk PPh Badan.
2. Terdapat perbedaan perhitungan laba
komersial dan laba fiskal hal ini
disebabkan aturan yang berbeda dalam
pengakuan biaya dan pendapatan.
Perbedaan laba komersial dan laba fiskal
disebabkan karena diberlakukannya
undang – undang pajak penghasilan.
Pemerintah memberlakukan Undang–Undang Pajak Penghasilan karena
Analisis Koreksi Fiskal Atas Pajak Penghasilan Badan Pada Koperasi
80
adanya pembedaan kepentingan antara
Standar Akuntansi Keuangan dengan
Ketentuan Perpajakan.
3. Koreksi fiskal tersebut terdiri dari
koreksi positif dan koreksi negatif.
Koreksi positif akan mengakibatkan
pengurangan biaya atau penambahan
penghasilan dipandang secara komersial
sedangkan koreksi negatif akan
mengakibatkan penambahan biaya atau
pengurangan penghasilan dipandang
secara komersial.
Saran
1. Pihak perusahaan hendaknya mulai
memperhitungkan pajak penghasilan/
PPh Badan untuk tahun-tahun yang akan
datang.
2. Pihak perusahaan harus senantiasa
mengikuti setiap perkembangan atau
perubahan ketentuan/peraturan perpaja-
kan terutama ketentuan perpajakan
sehubungan dengan pajak penghasilan
agar tidak terjadi hambatan dalam
menghitung pajak penghasilan terhutang
yang dapat merugikan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia, Diana dan Setiawati. 2009.Perpajakan Indonesia - Konsep,Aplikasi dan Penuntun Praktis.Yogyakarta: Andy.
Keputusan Direktur Jendral Pajak. NomorKEP-545/PJ/2000.
Keputusan Direktur Jendral Pajak. NomorKEP-213/PJ/2001.
Keputusan Direktur Jendral Pajak. NomorPER-15/PJ/2006.
Maretha, Windiarti. 2012. PerencanaanPajak Penghasilan Badan Pada PT.Semen Tonasa Di Tangkep.
Mardiasmo, Perpajakan. 2008. EdisiRevisi. Andi. Yogyakarta.
Zain, Mohammad. 2006. ManajemenPerpajakan. Edisi Pertama. Jakarta:Salemba Empat.
Munawir. 2000. Perpajakan, Edisi Revisi.Cetakan ke-4. Yogyakarta: LibertyYogyakarta.
Waluyo, Wirawan B. 2000. PerpajakanIndonesia, Jakarta: Penerbit SalembaEmpat.
Baridwan, Zaki. 2002. IntermediateAccounting. Edisi 10. Yogyakarta:Penerbit BPFE.
Analisis Pengaruh Sumber Dana Terhadap Pendapatan Operasional
80
ANALISIS PENGARUH SUMBER DANA TERHADAP PENDAPATANOPERASIONAL PADA BMT PAHLAWAN DI TULUNGAGUNG
Desi RahmawatiFakultas Ekonomi Universitas Tulungagung
Email: [email protected]
Abstrak
Permodalan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi suatu lembagakeuangan. Penerapan kebijakan permodalan yang baik akan mempengaruhipendapatan operasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruhsimpanan pokok, modal penyertaan, simpanan wajib dan simpanan sukarelaterhadap pendapatan operasional baik secara simultan maupun secara parsialpada BMT Pahlawan Tulungagung. Tujuan studi penelitian ini adalahexplanatory research dan teknik analisis data yang digunakan adalah regresilinier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simpanan pokok, modalpenyertaan dan simpanan sukarela berpengaruh positif dan signifikan terhadappendapatan operasi sedangkan simpanan wajib berpengaruh tidak signifikan.Keempat variabel bebas yang berpengaruh paling dominan adalah simpananpokok. Selain itu dalam penelitian diketahui bahwa koefisien determinasisebesar 0,979 yang menunjukkan 97,9 % pendapatan operasional dipengaruhioleh permodalan. Sedangkan sisanya 2,1 % dipengaruhi faktor lain yang tidakdimasukkan dalam penelitian.
Kata kunci: Baitul maal wat tamwil, Wadiah, Mudharabbah, pendapatanoperasional.
Abstract
Capital is one of the things that is very important for a financial institution. Theapplication of a good capitalization policy will affect operating income. Thepurpose of this research was to determine the influence of principal deposits,capital investment, deposits required and voluntary deposits to operating incomeeither simultaneously or partially on BMT Pahlawan Tulungagung. Thisresearch study is expalanatory research and data analysis technique used wasmultiple linear regression. The results showed that the principal deposits,capital investment and voluntary deposits effected positively and significantly tooperating revenue whereas the compulsory savings effect was not significant.Four free variables that influence most dominant is the principal deposits.Furthermore, in a research note that the coefficient of determination of 0,979indicating 97.9% operating income affected by capital. While the rest 2.1%influenced other factors not included in the study..
Keywords: Baitul maal wat tamwil, Wadiah, Mudharabbah, Operating income.
PENDAHULUAN
Koperasi didorong sebagai soko guru
perekonomian Indonesia, di mana
perekonomian di harapkan tumbuh dari
bawah dengan kekuatan sendiri. Koperasi
sebagai soko guru perekonomian Indonesia
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
81
berarti koperasi tersebut mampu
membangun badan usaha yang tangguh, di
bangun bersama-sama dengan rakyat untuk
mewujudkan kemakmuran rakyat banyak..
Disamping itu juga koperasi merupakan
usaha ekonomi kerakyatan yang telah
terbukti mampu bertahan dan menjadi
penopang kondisi perekonomian Indonesia
yang terpuruk saat terjadi krisis ekonomi.
Salah satu BMT yang cukup
berkembang yang ada di Tulungagung
adalah BMT Pahlawan Semenjak berdiri
sampai sekarang BMT Pahlawan telah
banyak berperan dalam ikut serta
membangun perekonomian masyarakat.
Dari tahun ke tahun perkembangan BMT
Pahlawan menunjukkan grafik yang terus
meningkat, baik dalam hal permodalan,
pembiayaan yang disalurkan kepada
masyarakat, maupun pendapatan
operasionalnya.
Dengan demikian pembelanjaan
yang direncanakan dengan baik akan
menempatkan koperasi pada posisi yang
sehat dilihat dari segi likuiditas,
solvabilitas, dan rentabilitas. Yang
dimaksud dengan likuiditas ialah
kemampuan untuk menyediakan dana
dalam jumlah yang cukup untuk membiayai
semua transaksi usaha koperasi.
Solvabilitas ialah kemampuan dalam
memenuhi semua kewajiban keuangan
kepada pihak ketiga, baik utang jangka
pendek maupun utang jangka panjang,
seandainya sebuah koperasi dilikuidasi.
Sedangkan rentabilitas ialah kemampuan
dalam menghasilkan keuntungan, baik
dengan menggunakan dana internal
maupun dengan menggunakan dana
eksternal (Subandi, 2009: 69).
Berdasarkan uraian di atas, maka
permasalahan penelitian dapat dirumuskan,
bagaimana pengaruh simpanan pokok,
modal penyertaan, simpanan wajib dan
simpanan sukarela terhadap pendapatan
operasional.
Berkaitan dengan rumusan masalah
seperti dikemukakan di depan adalah untuk
mengetahui pengaruh variabel simpanan
pokok, modal penyertaan, simpanan wajib
dan simpanan sukarela terhadap
pendapatan operasional, baik secara
simultan maupun parsial pada BMT
Pahlawan Tulungagung. Secara teoritis
penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dan
memberikan gambaran bagaimana
permodalan mempengaruhi pendapatan
operasional yang selanjutnya gambaran
tersebut dapat digunakan sebagai acuan
pola pengelolaan manajemen keuangan
yang baik.
Berdasarkan rumusan masalah
diatas, hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: (1) Terdapat pengaruh
signifikan untuk simpanan pokok, modal
penyertaan, simpanan wajib dan simpanan
sukarela terhadap pendapatan operasional
baik secara parsial maupun simultan, (2)
Variabel simpanan sukarela
Analisis Pengaruh Sumber Dana Terhadap Pendapatan Operasional
82
berpengaruh paling dominan terhadap
pendapatan operasioanl.
BMT adalah sebutan ringkas dari
Baitul Maal wat Tamwil, padanannya Balai
Usaha Mandiri Terpadu, yaitu lembaga
keuangan mikro (LKM) yang beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. BMT
sesuai namanya terdiri dari dua fungsi
utama yaitu: aitul maal dan Baitut
tamwil (rumah pengembangan harta)).
Prinsip operasional BMT terbagi ke
dalam dua kegiatan yaitu penggalangan
dana (funding) dan penyaluran dana
(lending/financing). Karim (2009: 264)
menyatakan bahwa produk dan jasa dalam
perbankan syariah dapat dibagi menjadi
dua bagian besar, yaitu: 1) Produk
Penghimpunan Dana (Funding), prinsip
operasional syariah yang diterapkan dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah
prinsip wadi’ah dan mudharabah. 2)
Produk Penyaluran Dana (Financing),
dalam menyalurkan dananya kepada
nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah.
Simpanan pokok pada prinsipnya
adalah modal dasar koperasi yang
dipergunakan untuk melakukan usahanya.
Menurut Pachta W, dkk (2005: 117)
simpanan pokok adalah sejumlah uang
yang wajib disetorkan ke dalam kas
koperasi oleh para pendiri atau anggota
koperasi pada saat masuk menjadi anggota.
Simpanan pokok ini tidak dapat ditarik
kembali oleh anggota koperasi tersebut
selama yang bersangkutan masih tercatat
menjadi anggota koperasi.
Modal dasar koperasi yang disebut
dengan simpanan pokok, maka dalam
Undang-Undang Perkoperasian yang baru
telah diubah menjadi setoran pokok dengan
implikasi bahwa uang tersebut tidak dapat
ditarik kembali apabila anggota yang
bersangkutan keluar dari sebuah koperasi.
Pemupukan modal koperasi yang
berasal dari modal penyertaan, baik yang
berasal dari pemerintah maupun dari dana
masyarakat dilakukan dalam rangka
memperluas kemampuan untuk
menjalankan kegiatan usaha koperasi,
terutama usaha-usaha yang membutuhkan
dana untuk usaha yang memerlukan proses
jangka panjang. Kedudukan modal
penyertaan ini sama dengan equity. Yang
dimaksud dengan modal penyertaan pada
koperasi menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 33 tahun 1998 adalah sejumlah
uang atau barang modal yang dapat dinilai
dengan uang yang ditanamkan oleh
pemodal untuk menambah dan memperkuat
struktur permodalan koperasi dalam
meningkatkan kegiatan usahanya. Pemodal
adalah pihak yang menanamkan modal
penyertaan pada koperasi. Berdasarkan SK
Menteri Koperasi No. 145/Menkop/1998,
penanaman modal penyertaan dapat
diperoleh dari pemerintah, dunia usaha dan
badan usaha lainnya baik yang
berkedudukan di dalam negeri maupun di
luar negeri, serta dari masyarakat umum.
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
83
Dari ketentuan inilah maka koperasi dapat
menghimpun modal dari masyarakat luas di
lingkungan sekitarnya, bahkan menarik
modal dari luar negeri, baik secara manual
konvensional maupun secara modern
(Pachta W. dkk, 2005: 125).
Menurut Firdaus dan Susanto (2004:
72), Simpanan wajib adalah simpanan
tertentu yang tidak harus sama yang wajib
dibayar oleh anggota kepada koperasi
dalam waktu dan kesempatan tertentu.
simpanan wajib tidak dapat diambil
kembali selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota.
Simpanan sukarela merupakan salah
satu bentuk simpanan yang ada dalam
koperasi, akan tetapi simpanan ini bukan
simpanan yang wajib diberikan oleh setiap
anggota kopersai melainkan bersifat bebas,
artinya simpanan sukarela bisa diberikan
kepada koperasi atau tidak. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995
tentang Pelaksanaan Kegiatan Koperasi
Simpan Pinjam oleh Koperasi, simpanan
adalah dana yang dipercayakan oleh
anggota, calon anggota, koperasi-koperasi
lain dan/atau anggotanya kepada koperasi
dalam bentuk tabungan dan simpanan
koperasi berjangka.
Pendapatan merupakan unsur yang
paling penting dalam sebuah perusahaan
karena pendapatan akan dapat menentukan
maju mundurnya suatu perusahaan. Oleh
karena itu perusahaan harus berusaha
semaksimal mungkin untuk memperoleh
pendapatan yang diharapkan dengan
menggunakan segala sumber yang ada
dalam perusahaan seefisien mungkin.
Pendapatan pada dasarnya diperoleh
terutama dari hasil penjualan produk atau
jasa yang diberikan. Pada dunia perbankan
salah satu usahanya untuk memperoleh
pendapatan yaitu dengan menyediakan jasa
pinjaman kredit kepada nasabah,
pendapatan atau jasa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan menguraikan
fakta-fakta dan informasi yang diperoleh di
lapangan, baik langsung maupun tidak
langsung dan membuat gambaran
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diteliti,
serta menguji hipotesis., maka penelitian
ini menggunakan desain penelitian
penjelasan (explanatory researh).
Jenis data dalam penelitian ini
meliputi data primer, melalui wawancara
langsung, dan data sekunder dari BMT dan
kepustakaan.
Adapun cara memecah data dan
sampelnya menggunakan rumus sebagai
berikut :
1 N 1
N i =1 NX= Ʃ Xi = (X1 + X2 + Xi + ……….. XN )
Dimana :
X = rata-rata perkiraan
N = nilai frekuensi
Analisis Pengaruh Sumber Dana Terhadap Pendapatan Operasional
84
Analisis data dilakukan dengan
menggunakan regresi linier berganda,
dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
Dimana :
Y = Pendapatan operasional
a = Bilangan konstanta
b = Koefisien
X1= Simpanan pokok
X2= Modal penyertaan
X3= Simpanan wajib
X4= Simpanan sukarela
Untuk menguji F (F – test) digunakan
rumus:
R² / (k-1)(1-R²) / (n-k)
F hitung =
Dimana:∑ ei²∑ yi²
R² = 1
Uji t (t–test), untuk menguji t digunakan
rumus:
bᵢsbᵢ
t hitung =
Di mana :
bᵢ = koefisien regresisbᵢ = standar error bᵢ
PEMBAHASAN
Berkaitan dengan penelitian ini
penulis menganalisis perkembangan
pendapatan operasional BMT Pahlawan
Tulungagung tahun 2008-2012 dalam
setiap kwartal. Dengan data tersebut
terungkap pendapatan operasional
meningkat atau menurun sebagaimana
ditunjukkan dalam table berikut:
Tabel 1. Pendapatan Operasioanal Periode 2000-2012
Tahun KwartalPendapatan Operasional
(Rp)Perkembangan
(Rp) (%)
2008
I 17.210.913 - 0II 18.736.971 1.526.058 8,1III 19.190.276 453.305 2,3
Total 55.138.160 - 0
2009
I 20.820.296 1.630.020 7,8II 21.809.276 988,990 4,5III 21.513.758 (295518) (1,3)
Total 64.143.330 9.005.170 14
2010
I 22.123.439 609.681 2,7II 23.328.617 1.205.178 5,1III 23.674.853 346.236 1,4
Total 69.126.909 4.983.579 7,2
2011
I 24.785.853 1.111.000 4,4II 24.850.492 64.639 0,2III 25.470.551 620.059 2,4
Total 75.106.896 5.979.987 7,9
2012
I 25.801.664 331.113 1,2II 25.544.089 (257.575) (1)III 26.751.411 1.207.322 4,5
Total 78.097.164 2.990.268 3,8
Sumber : Data Sekunder, diolah, 2012
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
85
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat
diketahui bahwa terjadi kenaikan dan
penurunan pendapatan operasional BMT
Pahlawan Tulungagung periode tahun
2008–2012 dalam setiap kwartal. Pada
tahun 2008 kwartal I sebesar Rp.
17.210.913,- mengalami kenaikan pada
kwartal II menjadi Rp. 18.736.971,- dan
pada kwartal III naik menjadi Rp.
19.190.276,-. Pada tahun 2009 kwartal I
mengalami kenaikan menjadi Rp.
20.820.296, pada kwartal II naik menjadi
Rp. 21.809.276 dan pada kwartal III
mengalami penurunan menjadi Rp.
21.513.758,- Pada tahun 2010 kwartal I
mengalami kenaikan menjadi Rp.
22.123.439 pada kwartal II naik menjadi
Rp. 23.328.617 dan pada kwartal III naik
menjadi Rp. 23.674.853,-. Tahun 2011
Kwartal I naik menjadi Rp. 24.785.853
kwartal II naik menjadi Rp. 24.850.492 dan
pada kwartal III naik menjadi Rp.
25.470.551,-. Tahun 2012 kwartal I
mengalami kenaikan menjadi Rp.
25.801.664 kemudian pada kwartal II
terjadi penurunan menjadi Rp. 25.544.089
dan pada kwartal III naik menjadi Rp.
26.751.411,-.
Dalam penelitian ini penulis meneliti
pengaruh permodalan terhadap pendapatan
operasional. Oleh karena itu kaitannya
dengan analisis dalam penelitian ini adalah
hendak diketahui variabel-variabel
permodalan melalui besaran simpanan
pokok, modal penyertaan, simpanan wajib
dan simpanan sukarela BMT Pahlawan
Tulungagung tahun buku 2008 sampai
dengan tahun 2012.
Tabel 2. Simpanan Pokok Periode 2008–2012
Tahun KwartalSimpanan
Pokok (Rp)Perkembangan
(Rp.) (%)
2008
I 20.160.166 - 0II 20.242.064 81.898 0,4III 21.411.872 1.169.808 5,4
Total 61.814.102 - 0
2009
I 24.785.088 3.373.216 13,6II 27.958.857 3.173.769 11,3III 27.812.381 (146.476) (0,5)
Total 80.556.326 18.742.224 23,2
2010
I 27.256.157 (556.224) (2)II 27.169.530 (86.627) (0,3)III 27.396.839 227.309 0,8
Total 81.822.526 1.266.200 1,5
2011
I 26.932.671 (464.168) (1,7)II 27.222.437 289.766 1III 27.713.439 491.002 1,7
Total 81.868.547 46.021 0,05
2012
I 27.498.761 (214.678) (0,8)II 27.276.460 (222.301) (0,8)III 28.187.564 911.104 3,2
Total 82.962.785 1.094.238 1,3Sumber : Data Sekunder, diolah, 2012
Analisis Pengaruh Sumber Dana Terhadap Pendapatan Operasional
86
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat
diketahui kenaikan dan penurunan
Simpanan Pokok pada BMT Pahlawan
Tulungagung periode tahun 2008 sampai
dengan 2012 dalam setiap kwartal. Pada
tahun 2008 kwartal I sebesar Rp.
20.160.166,- mengalami kenaikan pada
kwartal II menjadi Rp. 20.242.064,- dan
pada kwartal III naik menjadi Rp.
21.411.872,-. Pada tahun 2009 kwartal I
mengalami kenaikan menjadi Rp.
24.785.088, pada kwartal II naik menjadi
Rp. 27.958.857,- dan pada kwartal III
mengalami penurunan menjadi Rp.
27.812.381,-. Pada tahun 2010 kwartal I
mengalami penurunan menjadi Rp.
27.256.157,- pada kwartal II turun lagi
menjadi Rp. 27.169.530,- dan pada kwartal
III kembali naik menjadi Rp. 27.396.839,-.
Tahun 2011 Kwartal I naik menjadi Rp.
26.932.671,- kwartal II naik menjadi Rp.
27.222.437,- dan pada kwartal III naik
menjadi Rp. 27.713.439,-. Tahun 2012
kwartal I mengalami penurunan menjadi
Rp. 27.498.761,- kemudian pada kwartal II
terjadi penurunan lagi menjadi Rp.
27.276.460,- dan pada kwartal III naik
menjadi Rp. 228.187.564,-.
Modal penyertaan adalah penyetoran
modal pada koperasi berupa uang dan/atau
barang yang dapat dinilai dengan uang
yang disetorkan oleh perorangan dan/atau
badan hukum untuk menambah dan
memperkuat permodalan koperasi guna
meningkatkan kegiatan usahanya.
Tabel 3. Modal Penyertaan Periode 2008-2012
Tahun Kwartal Modal Penyertaan (Rp)Perkembangan
(Rp.) (%)
2008
I 30.981.384 - 0II 34.573.166 3.591.782 10,3III 47.298.266 12.725.100 0
Total 112.852.816 -
2009
I 48.319.672 1.021.406 2,1II 50.873.166 2.553.494 5III 48.700.723 (2.172.443) (4,4)
Total 147.893.561 35.040.745 23,6
2010
I 53.078.416 4.377.693 8,2II 55.706.500 2.628.084 4,7III 59.707.468 4.000.968 6,8
Total 168.492.384 20.598.823 12,2
2011
I 62.412.903 2.705.435 4,3II 60.373.166 (2.039.737) (3,3)III 62.335.786 1.962.620 2,6
Total 185.121.855 16.629.471 8,9
2012
I 73.890.832 11.555.046 15,3II 65.039.833 (8.850.999) (13,6)III 67.710.720 2.670.887 3,9
Total 206.641.385 21.519.530 10,4
Sumber : Data Sekunder, diolah, 2012
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
87
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat
diketahui kenaikan dan penurunan modal
penyertaan BMT Pahlawan Tulungagung
periode tahun 2008 – 2012 dalam setiap
kwartal. Pada tahun 2008 kwartal I sebesar
Rp. 30.981.384,- mengalami kenaikan pada
kwartal II menjadi Rp. 34.573.166,- dan
pada kwartal III naik menjadi Rp.
47.298.266,-. Pada tahun 2009 kwartal I
mengalami peningkatan menjadi Rp.
48.319.672,- pada kwartal II naik menjadi
Rp. 50.873.166,- dan pada kwartal III
mengalami penurunan menjadi Rp.
48.700.723,-. Pada tahun 2010 kwartal I
mengalami penurunan menjadi Rp.
53.078.416,- pada kwartal II naik lagi
menjadi Rp. 55.706.500,- dan pada kwartal
III kembali naik menjadi Rp. 59.707.468,-
Tahun 2011 Kwartal I naik menjadi Rp.
62.412.903,- kwartal II turun menjadi Rp.
60.373.166,- dan pada kwartal III menguat
lagi menjadi Rp. 62.335.786,-. Tahun 2012
kwartal I mengalami peningkatan menjadi
Rp. 73.890.832,- kemudian pada kwartal II
terjadi penurunan menjadi Rp. 65.039.833,-dan pada kwartal III kembali naik menjadi
Rp. 67.710.720,-
Simpanan wajib adalah jumlah
simpanan tertentu yang tidak harus sama
yang wajib dibayar oleh anggota kepada
koperasi dalam waktu dan kesempatan
tertentu. Simpanan wajib tidak dapat
diambil kembali selama yang bersangkutan
masih menjadi anggota. Simpanan wajib
adalah sejumlah uang yang harus disetor
oleh para anggota koperasi secara terus-
menerus tanpa batas maksimum nomi-
nalnya.
Tabel 4. Simpanan Wajib Periode 2008-2012
Tahun KwartalSimpanan
Wajib (Rp)Perkembangan
(Rp) (%)2008 I 7.732.710 - 0
II 8.578.000 845.290 9,8III 9.090.397 512.397 5,6
Total 25.401.107 - 02009 I 10.687.901 1.597.504 14,9
II 12.100.777 1.412.876 11,6III 13.845.676 1.744.899 12,6
Total 36.634.354 11.233.247 30,62010 I 14.352.014 506.338 3,5
II 15.809.622 1.457.608 9,2III 16.009.793 200.171 1,2
Total 46.171.429 9.537.075 20,62011 I 17.604.557 1.594.764 9
II 17.909.351 304.794 1,7III 18.746.014 836.663 4,4
Total 54.259.922 8.088.493 14,92012 I 18.822.894 76.880 0,4
II 24.204.069 5.381.175 22,2III 25.190.388 986.319 3,9
Total 68.217.351 13.957.429 20,4
Sumber : Data Sekunder, diolah, 2012
Analisis Pengaruh Sumber Dana Terhadap Pendapatan Operasional
88
Berdasarkan table 4 dapat diketahui
kenaikan dan penurunan Simpanan Wajib
BMT Pahlawan Tulungagung tahun 2008–2012 dalam setiap kwartal. Pada tahun
2008 kwartal I sebesar Rp 7.732.710,-
mengalami kenaikan pada kwartal II
menjadi Rp. 8.578.000,- dan pada kwartal
III naik menjadi Rp. 9.090.397,-. Pada
tahun 2009 kwartal I mengalami
peningkatan menjadi Rp. 10.687.901, pada
kwartal II naik menjadi Rp. 12.100.777dan
pada kwartal III mengalami peningkatan
menjadi Rp. 13.845.676,-. Pada tahun 2010
kwartal I naik menjadi Rp. 14.352.014 pada
kwartal II naik lagi menjadi Rp.
15.809.622,- dan pada kwartal III kembali
naik menjadi Rp. 16.009.793,-. Tahun 2011
Kwartal I naik menjadi Rp. 17.604.557,-
kwartal II naik menjadi Rp. 17.909.351,-
dan pada kwartal III menguat lagi menjadi
Rp. 18.746.014,-. Tahun 2012 kwartal I
mengalami peningkatan menjadi Rp.
18.822.894,- kemudian pada kwartal II
terjadi peningkatan tajam menjadi Rp.
24.204.069,- dan pada kwartal III kembali
naik menjadi Rp. 25.190.388,-.
Tabel 5. Simpanan Sukarela Periode 200-2012
Tahun KwartalSimpanan
Sukarela (Rp)Perkembangan
(Rp.) (%)
2008
I 1.905.412.559 - 0II 2.044.019.873 138.607.314 6,7III 2.280.561.155 236.541.282 10,3
Total 6.229.993.587 - 0
2009
I 2.675.007.037 394.445.882 14,7II 2.812.665.611 137.658.574 4,8III 2.987.234.012 174.568.401 5,8
Total 8.474.906.660 2.244.913.073 26,4
2010
I 3.066.449.870 79.215.858 2,5II 3.169.663.782 103.213.912 3,2III 3.400.452.299 230.788.517 6,7
Total 9.636.565.951 1.161.659.291 12
2011
I 3.931.761.021 531.308.722 13II 4.002.057.910 70.296.889 2,2III 4.074.536.378 72.478.468 1,7
Total 12.008.355.309 2.371.789.358 19,7
2012
I 4.098.553.119 24.016.741 0,5II 4.056.947.049 (41.606.070) (1)III 4.114.903.411 57.956.362 1,4
Total 12.270.403.579 262.048.270 2,1
Sumber : Data Sekunder, diolah, 2012
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat
diketahui terjadi kenaikan dan penurunan
Simpanan Sukarela BMT Pahlawan
Tulungagung periode tahun 2008–2012
dalam setiap kwartal. Pada tahun 2008
kwartal I sebesar Rp. 1.905.412.559,-
mengalami kenaikan pada kwartal II
sebesar Rp. 2.044.019.873,- dan pada
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
89
kwartal III naik sebesar Rp.
2.280.561.155,-. Pada tahun 2009 kwartal I
sebesar Rp. 2.675.007.037,- pada kwartal II
naik sebesar Rp. 2.812.665.611,- dan pada
kwartal III mengalami peningkatan sebesar
Rp. 2.987.234.012,-. Pada tahun 2010
kwartal I sebesar Rp. 3.066.449.870,- pada
kwartal II naik sebesar Rp. 3.169.663.782,-
dan pada kwartal III kembali naik sebesar
Rp. 3.400.452.299,-. Tahun 2011 Kwartal I
sebesar Rp. 3.931.761.021,- kwartal II naik
sebesar Rp. 4.002.057.910,- dan pada
kwartal III menguat lagi sebesar Rp.
4.074.536.378,-. Tahun 2012 kwartal I
sebesar Rp. 4.098.553.119,- kemudian pada
kwartal II terjadi penurunan menjadi Rp.
4.056.947.049,- dan pada kwartal III
kembali naik sebesar Rp. 4.114.903.411,-.
Analisis permodalan terhadap
pendapatan operasional dengan
menggunakan analisis regresi berganda
dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 6. Regresi Linier Berganda (Coefficients)
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients T Sig.
B Std. Error Beta1 (Constant)
Simpanan PokokModal penyertaanSimpanan WajibSimpanan Sukarela
637036.085.398.194.207.001
3.002E6.044.068.104.000
.571
.694
.627
.459
.2129.1142.8602.0033.310
.836
.000
.017
.073
.008
a.Dependent Variabel: Pendapatan Operasional
Sumber : Data sekunder, diolah, 2012
Berdasarkan tebel 6 yang diperoleh
dari hasil pengolahan dengan menggunakan
program SPSS 16.0 for Windows maka
diperoleh persamaan regresi berganda
sebagai berikut :
Y = 637.036.085 + 0.398X1 + 0.194X2 +
0.207X3 + 0.001X4
Persamaan regresi di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a = 637.036.085 menunjukkan bahwa jika
X atau permodalan (simpanan pokok,
modal penyertaan, simpanan wajib, dan
simpanan sukarela) konstan atau X1, X2, X3
dan X4 = 0, maka volume pendapatan
operasional sebesar Rp. 637.036.085. b1=
0.398 artinya jika simpanan pokok (X1)
mengalami peningkatan Rp. 1,- dan modal
penyertaan (X2), simpanan wajib (X3), serta
simpanan sukarela (X4) tetap maka
pendapatan operasional (Y) akan meng-
alami peningkatan sebesar Rp. 0.398,-. b2 =
0.194 artinya jika modal penyertaan (X2)
mengalami peningkatan sebesar Rp. 1,- dan
simpanan pokok (X1), simpanan wajib
(X3), serta sempanan sukarela (X4) tetap
Analisis Pengaruh Sumber Dana Terhadap Pendapatan Operasional
90
maka pendapatan operasional (Y) akan
mengalami peningkatan sebesar Rp. 0.194,-
b3= 0.207 artinya jika simpanan wajib (X3)
mengalami peningkatan sebesar Rp. 1,- dan
simpanan pokok (X1), modal penyertaan
(X2), serta simpanan sukarela (X4) tetap
maka pendapatan operasional (Y) akan
mengalami peningkatan sebesar Rp. 0.207,-
b4= 0.001 artinya jika simpanan sukarela
(X4) mengalami peningkatan sebesar Rp 1,-
dan simpanan pokok (X1), modal
penyertaan (X2), serta simpanan wajib (X3)
tetap maka pendapatan operasional (Y)
akan mengalami peningkatan sebesar Rp
0,001,-.
Koefisien konstanta regresi sebesar
637.036.085 artinya bahwa pendapatan
operasional BMT Pahlawan dipengaruhi
permodalan sebesar 637.036.085. koefisien
variable bebas bertanda positif yaitu
simpanan pokok, modal penyertaan,
simpanan wajib dan simpanan sukarela
memiliki pengaruh positif dengan
pendapatan operasional, yang artinya
mempunyai pengaruh searah. Dengan kata
lain peningkatan simpanan pokok, modal
penyertaan, simpanan wajib dan simpanan
sukarela diikuti oleh naiknya pendapatan
operasional.
Tabel 7. Pengaruh Permodalan Terhadap Pendapatan Operasional
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error ofthe Estimate
1 .992ª .985 .979 338071.663a. Predictors: (Constant), Simpanan Pokok, Modal Penyertaan, Simpanan Wajib, Simpanan Sukarela
Sumber : Data Sekunder, diolah, 2012
Dalam kaitannya dengan tabel 7 di
atas maka dapat disajikan interpretasi atau
arti ekonominya sebagai berikut:
Koefisien determinasi (R2) = 97,9
yang menunjukkan bahwa 97,9 %
pendapatan operasional BMT Pahlawan
Tulungagung tahun buku 2008 – 2012
dipengaruhi oleh permodalan, sedangkan
sisanya 2,1 % dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak diteliti.
Pengujian secara simultan (uji F)
dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 8. Annova
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.RegressionResidualTotal
7.457E131.143E127.572E13
41014
1.864E131.143E11
163.118 .000ª
a. Predictors: (Constant), Simpanan Pokok, Modal Penyertaan, Simpanan Wajib, Simpanan Sukarelab.Dependent Variable: Pendapatan Operasional
Sumber : Data Sekunder, diolah, 2012.
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
91
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa
uji simultan ini menghasilkan nilai F hitung
sebesar 163.118 dengan tingkat signifikansi
0,000 atau kurang dari 0,05. Nilai F tabel
untuk model regresi di atas dengan df untuk
α = 0,05 adalah db1 = k dan db2 n-k-1 (4,7)
adalah 4,12. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa F hitung > F tabel, yaitu 163.118 >
4,12. Dengan demikian simpanan pokok,
modal penyertaan, simpanan wajib dan
simpanan sukarela secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan operasional.
Pengujian secara parsial atas variable
bebas terhadap variable terikat dengan hasil
sebagai berikut:
Tabel 9. Uji-t
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients T Sig.
B Std. Error Beta1 (Constant)
Simpanan PokokModal penyertaanSimpanan WajibSimpanan Sukarela
637036.085.398.194.207.001
3.002E6.044.068.104.000
.571
.694
.627
.459
.2129.1142.8602.0033.310
.836
.000
.017
.073
.008
a. Dependent Variabel : Pendapatan Operasional
Sumber : Data Sekunder, diolah 2012.
Dari hasil uji parsial pada tabel 9
pengaruh masing-masing variable
simpanan pokok, modal penyertaan,
simpanan wajib dan simpanan sukarela
dapat dijelaskan sebagai berikut;
a. Pengaruh simpanan pokok terhadap
pendapatan operasional BMT Pahlawan
Tulungagung pada tahun buku 2008 –2012.
Variabel simpanan pokok mendapat-
kan statistik uji t sebesar 9.114 dengan
signifikansi 0.000. Nilai t tabel untuk
model regresi di atas df untuk α = 0,05adalah 2,3646. Hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa nilai signifikansi
0,000 < 0,05 (5%) dan nilai t-hitung
(9,114) > t tabel (2,3646). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa
simpanan pokok berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan operasi-
onal.
b. Pengaruh modal penyertaan terhadap
pendapatan operasional BMT Pahlawan
Tulungagung pada tahun buku 2008 –2012.
Variabel modal penyertaan
mendapatkan statistik uji t sebesar 2.860
dengan signifikansi 0,017. Nilai t tabel
untuk model regresi di atas df untuk α =0,05; n-k-1 (0,05;7) adalah 2,3646. Hasil
uji tersebut menunjukkan bahwa nilai
signifikansi (0,017) < 0,05 (5%) dan nilai t
hitung (2,860) > t tabel (2,3646). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa modal
Analisis Pengaruh Sumber Dana Terhadap Pendapatan Operasional
92
penyertaan berpengaruh positif signifikan
terhadap pendapatan operasional.
c. Pengaruh simpanan wajib terhadap
pendapatan operasional BMT Pahlawan
Tulungagung pada tahun buku 2008 –2012.
Variabel simpanan wajib mendapat-
kan statistik uji t sebesar 2,003 dengan
signifikansi 0,073. Nilai t tabel untuk
model regresi di atas df untuk α =0,05;n-k-
1 (0,05;7) adalah 2,3646. Hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa nilai signifikansi
(0,073) > 0,05 (5%) dan nilai t hitung
(2,003) < t tabel (2,3646). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa
simpanan wajib berpengaruh tidak
signifikan terhadap pendapatan operasi-
onal.
d. Pengaruh simpanan sukarela terhadap
pendapatan operasional BMT Pahalawan
Tulungagung pada tahun buku 2008-2012.
Variabel simpanan sukarela menda-
patkan statistik uji t sebesar 3.310 dengan
signifikansi 0,008. Nilai t tabel untuk
model regresi di atas df untuk α = 0,05; n-
k-1 (0,05; 7) adalah 2,3646. Hasil uji
tersebut menunjukkan bahwa nilai
signifikansi (0,008) < 0,05 (5%) dan nilai t
hitung (3.310) > t tabel (2,3646). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa
simpanan sukarela berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan operasi-
onal.
Berdasarkan hasil uji t di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa variabel yang paling
dominan signifikan mempengaruhi nilai
pendapatan operasional adalah variabel
simpanan pokok (X1) dengan koefisien regresi
paling besar (0,398). Sehingga dikarenakan
pengaruh positif dari variabel simpanan pokok
(X1) yang sangat dominan, maka nampak pada
hasil pengujian uji t, ke tiga variabel
independen yang lain yaitu modal penyertaan
(X2) dan simpanan sukarela (X4), berpengaruh
positif signifikan dan simpanan wajib (X3),
yang tampak tidak berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan operasional.
Dengan demikian hipotesis pada
penelitian ini yang menyatakan dugaan
bahwa variabel simpanan sukarela (X4)
merupakan variabel yang paling dominan
berpengaruh terhadap pendapatan
operasional tidak terbukti, melainkan
variabel simpanan pokok (X1) yang
berpengaruh paling dominan terhadap
pendapatan operasional.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah dilakukan oleh
penulis maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: 1) Dengan menggunakan alat
analisis uji F, simpanan pokok, modal
penyertaan, simpanan wajib dan simpanan
sukarela pada BMT Pahlawan
Tulungagung dalam periode tahun 2008
sampai dengan tahun 2012 berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pendapatan
operasional.
Dengan menggunakan alat analisis uji
t, menunjukkan bahwa: (1) simpanan
JURNAL BENEFIT VOL. 2 NO. 1 JANUARI 2014
93
pokok berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pendapatan operasional, (2) modal
penyertaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan operasi-
onal, (3) simpanan wajib ber-pengaruh
tidak signifikan terhadap pendapatan
operasional, (4) simpanan sukarela
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan operasional.
Variabel yang paling dominan
berpengaruh terhadap pendapatan
operasional adalah variabel simpanan
pokok.
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan, maka saran-saran yang
disampaikan sebagai berikut: (1) Pengurus
dan pengelola BMT Pahlawan
Tulungagung. untuk meningkatkan
pelayanan kepada anggota dan nasabah.
Dengan peningkatan pelayanan yang lebih
baik maka mereka akan tertarik untuk
melakukan partisipasi dan transaksi. Di
samping itu juga hendaknya pengurus lebih
giat lagi mengajak para anggotanya untuk
meningkatkan perolehan modal sendiri.
Sehingga dengan demikian BMT Pahlawan
Tulungagung akan dapat meningkatkan
penadapatan operasional-nya, (2) Penda-
patan operasional BMT Pahlawan
Tulungagung cenderung mengalami
fluktuatif atau naik turun yang
memungkinkan dapat mengganggu kinerja
BMT Pahlawan Tulungagung dan
kesejahteraan anggotanya. Untuk itu para
anggota sebaiknya selalu aktif
meningkatkan volume modal sendiri agar
memperoleh pendapatan yang tinggi,
sehingga tujuan dan kesejahteraan anggota
pada BMT Pahlawan Tulungagung dapat
tercapai, (3) Dinas Koperasi dan UKM
hendaknya melakukan pembinaan secara
rutin pada BMT Pahlawan Tulungagung
dan memberikan bantuan dana untuk
pengembangan koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktek.Edisi Revisi VI. Jakarta: Penerbit PT.Rineka Cipta.
Firdaus dan Susanto, Agus, Edi. 2004.Perkoperasian. Bogor: PenerbitGhalia Indonesia.
Harmono. 2011. Manajemen KauanganBerbasis Balanced Scorecard,Cetakan Kedua, Jakarta: Penerbit PTBumi Aksara.
Hendrojogi 2000. Koperasi Azas-AzasTeori dan Praktek, Edisi Revisi,Jakarta: Penerbit PT Raja GrafindoPersada.
Kasmir. 2004. Bank dan LembagaKeuangan Lainnya, Edisi Keempat,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Modul Pelatihan BMT. 2006. PusatInkubasi Bisnis Usaha Kecil (Pinbuk)Tulungagung.
Muhamad, Adji. 2009. Pendidikan AnggotaKoperasi. Darihttp://www.lapenkopnas.com, diakses29 Maret 2013.
Pachta. Andjar. dkk, 2005. ManajemenKoperasi Teori Dan Praktek, EdisiKetiga, Yogyakarta: Penerbit GrahaIlmu.
Analisis Pengaruh Sumber Dana Terhadap Pendapatan Operasional
94
Sitio. Arifin. dan Tamba, Haloman. 2006.Koperasi Teori Dan Praktek, Cetakanke III. Surabaya: Penerbit Erlangga.
Soemitra. Andi. 2009. Bank dan LembagaKeuangan Syari’ah, Cetakan ke I,Jakarta: Penerbit Kencana PrenadaMedia.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012.Tentang Perkoperasian. Darihttp://www.hukumonline.com.diakses 8 Januari 2013.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992.2001. Tentang Perkoperasian,Cetakan VIII, Surabaya: PenerbitArkola.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967.Tentang Pokok - Pokok Perkoperasi-an, http://www.dpr.go.id/uu/uu1967.diakses 8 Januari 2013.
Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan LembagaKeuangan Syari’ah Deskripsi danIlustrasi. Edisi 3. Yogyakarta:Penerbit EKONISIA FE UII.
Sudaryono, Saefullah, Asep dan Rahardja,Untung. 2012. Statistik Deskriptif ForIT. Cetakan Pertama. Yogyakarta:Penerbit CV Andi.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian,Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro EkonomiTeori Pengantar. Edisi Ketiga.Jakarta: Penerbit PT Raja GrafindoPersada.
Petunjuk bagi PenulisBENEFIT
1. Artikel yang ditulis meliputi hasil telaah dan hasil penelitian di bidang manajemen dan akuntansi. Naskahdiketik dengan program Microsoft Word, huruf Time new Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi ganda,dicetak pada kertas A4 sepanjang maksimum 30 halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-outsebanyak 1 eksemplar beserta soft-copy-nya. Pengiriman naskah juga dapat dilakukan melalui e-mail kealamat: [email protected]
2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia. Sistematika penulisan artikel hasil penelitian adalah judul; namapenulis, abstrak diserttai kata kunci; pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan , simpulan, serta daftarrujukan.
3. Judul artikel dalam bahasa Indonesia tidak boleh lebih dari 12 kata, dan judul dalam bahasa Inggris tidakboleh lebih dari 10 kata. Judul dicetak dengan huruf kapital ditengah-tengah dengan ukuran huruf 13 poin.
4. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik, disertai nama dan alamay lembaga asal danditempatkan di bawah judul artikel. Dalam hal artikrl ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubunganpenulis utama atau penulis yang namamya tercantum pada urutan pertama. Penulis utama harusmencantumkan alamat korespondensi atau e-mail.
5. Abstrak dan kata kunci ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Panjang masing-masing abstrakmaksimum 150 kata, sedangkan jumlah kata kunci 3-5 kata atau gabungan kata. Abstrak minimal berisijudul artikel, tujuan, metode, dan hasil penelitian.
6. Bagian pendahuluan berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan hasil kajian pustaka.Seluruh bagian pendahuluan dipaparkan secara terintegrasi dalam bentuk paragraf-paragraf, denganpanjang 15-20% dari total panjang artikel.
7. Bagian metode berisi paparan dalam bentuk paragraf tentang rancangan penelitian, sumber data, teknikpengumpulan data, dan analisis data yang secara nyata dilakukan oleh peneliti dengan panjang 10-15%dari total panjang artikel.
8. Bagian hasil penelitian berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian. Setiaphasil penelitian harus dibahas. Pembahasan berisi pemaknaan hasil dan perbandingan dengan teoridan/atau hasil penelitian sejenis. Panjang paparan hasil dan pembahasan 40-60% dari total panjang artikel.
9. Bagian simpulan berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan atau berupa intisari hasilpembahasan. Simpulan disajikan dalam bentuk paragraf.
10. Daftar rujukan hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk, dan semua sumber yang dirujuk harustercantum dalam daftar rujukan. Sumber rujukan minimal 80% berupa pustaka terbitan 10 tahun terakhir.Rujuan yang digunakan adalah sumber-sumber primer berupa artikel-artikel penelitian dalam jurnal ataulaporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi).
11. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama akhir, tahun). Pencantumansumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan.Contoh: (Carrens, 2002: 37).
12. Daftar rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dankronologis.Artikel dari jurnal:Anindita, Ratya dan Shinta, Agustina. 2008. Pengaruh Kurs Dollar dan Harga Jagung Dunia terhadap
Harga Jagung di Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial (Social Sciences), 20 (1): 14-21.Referensi dari buku:Berman, B., dan J.R. Evans. 2001. Retail Management A Strategic Approach. Edisi ke-8. New Jersey:
Prentice Hall., Inc.Referensi dari buku terjemahan:Kieso, Donald, E., Weygandt, Jerry, J. & Warfield, Terry, D. 2007. Akuntansi Intermediate. Jilid 1, Edisi
Keduabelas. Terjemahan Emil Salim. 2008. Jakarta: Penerbit Erlangga.Artikel dalam Koran:Suwandi, Adig, 22 Mei 2008. Kebangkitan Industri Gula. Jawa Pos, hal. 4.Artikel dalam jurnal online:Marlina, Lisa dan Danica, Clara. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return
on Assets terhadap Devidend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis, (Online), 2 (1): 1-6,(http:///www.slideshare.net/RinggaArie/jurnal-manajemen-bisnis-vol-2-1-jan-2009), diakses 31Januari 2009.
Dokumen resmi:Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT
Armas Duta Jaya.Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan penelitian:Agung, Perdana. 2008. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Produktivitas Karyawan Bagian Produksi
pada PT Putra Lestari Indah di Tulungagung. Skripsi tidak dipublikasikan, Tulungagung: FakultasEkonomi Universitas Tulungagung.