ENDAPAN EPITERMAL
-
Upload
heriober-taruk-allo -
Category
Documents
-
view
19 -
download
2
description
Transcript of ENDAPAN EPITERMAL
ENDAPAN EPITERMAL
Skema pembentukan Endapan Emas Epitermal (Corbet, 2007)
Endapan epitermal adalah hasil dari sistem hidrotermal yang berskala besar
dari lingkungan vulkanik. Dalam suatu sumber panas magmatik suatu sumber air
tanah dalam, atau air meteorik, metal dan penurunan sulfur dan zona - zona rekahan
yang regas di kerak bumi bagian atas adalah unsur - unsur yang paling penting.
Karena unsur - unsur ini tersedia sepanjang sejarah kerak bumi. Pencampuran
material-material ini menyebabkan terbentuknya endapan-endapan emas epitermal.
Endapan emas epitermal dilingkungan batuan vulkanik adalah hampir selalu
berasosiasi dengan batuan vulkanik cal-alkaline dan batuan intrusi, beberapa
memperlihatkan suatu hubungan yang erat dengan batuan vulkanik alkali.
Kata epitermal mengacu kepada endapan yang terbentuk pada temperatur
rendah dan kedalaman yang dangkal. Istilah epitermal diperoleh dari pengamatan
yang dilakukan oleh Lindgren (1933) terhadap mineralogi dari bijih dan tipe-tipe
alterasi di batuan, dan tekstur dari mineral-mineral bijih yang terbentuk serta alterasi
bawaannya. Dari pengamatan tersebut diperoleh interpretasi mengenai suhu
pembentukan endapan dan kedalaman pembentukannya. Menurut White (2009)
endapan epitermal dapat diketahui berdasarkan:
- Karakteristik mineral dan teksturnya
- Mineralogi alterasi hidrotermal dan zona pembentukannya
Proses Epithermal
Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal
hingga 1000 meter dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0C
dengan tekanan tidak lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin
(Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas
karena jarang terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau
berupa fissure vein. Sedangkan struktur khasnya adalah berupa struktur
pembungkusan (cockade structure). Asosiasi pada endapan ini berupa mineral emas
(Au) dan perak (Ag) dengan mineral penyertanya berupa mineral kalsit, mineral
zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation
dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia
fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.
Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe seperti zona dimana
batuan mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga
ditemukan, khususnya sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai
tipe tidak menerus (discontinuous)
Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali
mencapai permukaan, terutama ketika fluida hidrothermal muncul (erupt) sebagai
geyser dan fumaroles. Banyak endapan mineral epitermal tua menampilkan fossil
‘roots’ dari sistem fumaroles kuno. Karena mineral - mineral tersebut berada dekat
permukaan, proses erosi sering mencabutnya secara cepat, hal inilah mengapa
endapan mineral epitermal tua relatif tidak umum secara global. Kebanyakan dari
endapan mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda.
Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya
kalsedonik quartz, kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga
merupakan salah satu ciri dari endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti
Au, Ag, As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu. Tekstur bijih yang dihasilkan oleh
endapan epitermal termasuk tipe pengisian ruang terbuka (karakteristik dari
lingkungan yang bertekanan rendah), krustifikasi, colloform banding dan struktur
sisir. Endapan yang terbentuk dekat permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan
ini juga memiliki tipe berupa tipe vein, stockwork dan diseminasi. Dua tipe utama
dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan
terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan
mineraloginya (Hedenquist et al., 1996:2000 dalam Chandra,2009).
Ransome (1907) (dalam Hedenquist et al, 2000) menemukan dari pengamatan
yang dijumpai pada endapan-endapan di sekitar kolam air panas dan fumarol pada
gunung api, dimana dia menyimpulkan bahwa endapan yang terbentuk pada kondisi
reduksi dengan pH air netral disebut sebagai pembawa endapan-endapan sulfidasi
rendah sedangkan kondisi asam dan teroksidasi disebut sebagai pembawa endapan-
endapan sulfidasi tinggi. Terdapat asosiasi mineral-mineral tertentu yang dapat
digunakan sebagai penciri tipe-tipe endapan sulfidasinya. Endapan sulfidasi rendah
dicirikan oleh adanya asosiasi mineral-mineral sulfida seperti pirit-pirortit-
arsenopirit-sfalerit(kaya akan Fe) sedangkan sulfidasi tinggi dicirikan oleh asosiasi
mineral-mineral enargite-luzonit-kovelit-kelimpahan mineral pirit. White dan
Hedenquist (1995) di dalam White (2009), mengklasifikasikan kedua jenis endapan
tersebut sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Endapan Epitermal White dan Hedenquist (1995)
Tabel 2. Asosiasi mineral bijih pada endapan epithermal (White dan Hedenquist,
1995) di dalam White(2009)
Tabel 3. Asosiasi mineral-mineral sekunder pengisi gangue (White dan Hedenquist,
1995) di dalam White (2009)
Dengan memahami asosiasi mineral bijih, mineral sekunder dan zona-zona tekstur
pada urat di batuan maka dapat digunakan sebagai alat interpretasi lingkungan
terbentuknya urat (Buchanan, 1981). Seperti yang terlihat pada gambar berikut :
Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam
Sibarani,2008)):
Suhu relatif rendah (50-250°C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%
Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)
Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan
beku, terutama yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau
ekstrusif, biasanya disertai oleh sesar turun dan kekar.
Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan
stockwork. Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit
kenampakan replacement (penggantian).
Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit, sfalerit,
galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby
silvers, argentite, selenides, tellurides.
Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-
Fe, epidot, karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite,
zeolite
Ubahan batuan samping terdiri dari chertification (silisifikasi), kaolinisasi,
piritisasi, dolomitisasi, kloritisasi
Tekstur dan struktur yang terbentuk adalah Crustification (banding) yang
sangat umum, sering sebagai fine banding, vugs, urat terbreksikan.
Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani,
2008) adalah:
Jenis air berupa air meteorik dengan sedikit air magmatic
Endapan epitermal mengandung mineral bijih epigenetic yang pada umumnya
memiliki batuan induk berupa batuan vulkanik.
Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh kontrol
dan litologi dimana biasanya merefleksikan kondisi paleo-permeability pada
kedalaman yang dangkal dari sistem hidrotermal.
Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang terjal
yang terbentuk sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya terdapat
bidang sesar utama, tetapi biasanya pada sesar-sesar minor.
Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.
Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih keras
dan realtif tahan terhadap pelapukan.
Kandungan sulfida pada urat relatif sedikit (<1 s/d 20%)