Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk...

32
Endapan epitermal didefinisikan sebagai salah satu endapan dari sistem hidrotermal yang terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya pada busur vulkanik yang dekat dengan permukaan (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008). Penggolongan tersebut berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi geologi yang dicirikan oleh kandungan mineralnya. Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000 meter dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200) 0 C dengan tekanan tidak lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992). Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena jarang terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa fissure vein. Sedangkan struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan (cockade structure). Asosiasi pada endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral penyertanya berupa mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya. Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe- seperti zona dimana batuan mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga ditemukan, khususnya sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai tipe tidak menerus (discontinuous). Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali mencapai permukaan, terutama ketika fluida hydrothermal muncul (erupt) sebagai geyser dan fumaroles. Banyak endapan mineral epithermal tua menampilkan fossil ‘roots’ dari sistem fumaroles kuno. Karena mineral-mineral tersebut berada dekat permukaan, proses erosi sering mencabutnya secara cepat, hal inilah mengapa endapan mineral epithermal tua relatif tidak umum secara global.

description

Endapan Epitermal

Transcript of Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk...

Page 1: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

Endapan epitermal didefinisikan sebagai salah satu endapan dari sistem hidrotermal yang terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya pada busur vulkanik yang dekat dengan permukaan (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008). Penggolongan tersebut berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi geologi yang dicirikan oleh kandungan mineralnya. Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000 meter dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).

Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena jarang terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa fissure vein. Sedangkan struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan (cockade structure). Asosiasi pada endapan ini berupa  mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral penyertanya berupa mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.

Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe-seperti zona dimana batuan mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga ditemukan, khususnya sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai tipe tidak menerus (discontinuous).

Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali mencapai permukaan, terutama ketika fluida hydrothermal muncul (erupt) sebagai geyser dan fumaroles. Banyak endapan mineral epithermal tua menampilkan fossil ‘roots’ dari sistem fumaroles kuno. Karena mineral-mineral tersebut berada dekat permukaan, proses erosi sering mencabutnya secara cepat, hal inilah mengapa endapan mineral epithermal tua relatif  tidak umum secara global. Kebanyakan dari endapan mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda.

Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik quartz, kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan salah satu ciri dari endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag, As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu. Tekstur bijih yang dihasilkan oleh endapan epitermal termasuk tipe pengisian ruang terbuka (karakteristik dari lingkungan yang bertekanan rendah), krustifikasi, colloform banding dan struktur sisir. Endapan yang terbentuk dekat permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan ini juga memiliki tipe berupa tipe vein, stockwork dan diseminasi.

Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya (Hedenquist et al., 1996:2000 dalam Chandra,2009).

Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam Sibarani,2008)):

·      Suhu relatif rendah (50-250°C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%

Page 2: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

·      Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)

·      Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau ekstrusif, biasanya disertai oleh sesar turun dan kekar.

·      Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan pembentukan kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan stockwork. Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit kenampakan replacement (penggantian).

·      Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U

·      Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit, sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides, tellurides.

·      Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot, karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit

·      Ubahan batuan samping terdiri dari  chertification (silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi, dolomitisasi, kloritisasi

·      Tekstur dan struktur yang terbentuk adalah Crustification (banding) yang sangat umum, sering sebagai fine banding, vugs, urat terbreksikan.

Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008) adalah:

·      Jenis air berupa air meteorik dengan sedikit air magmatik

·      Endapan epitermal mengandung mineral bijih epigenetic yang pada umumnya memiliki batuan induk berupa batuan vulkanik.

·      Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh kontrol dan litologi dimana biasanya merefleksikan kondisi paleo-permeability pada kedalaman yang dangkal dari sistem hidrotermal.

·      Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang terjal yang terbentuk sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya terdapat bidang sesar utama, tetapi biasanya pada sesar-sesar minor.

·      Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.

·      Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih keras dan realtif tahan terhadap pelapukan.

·      Kandungan sulfida pada urat relatif sedikit (<1 s/d 20%).

2.1.3  Klasifikasi Endapan Epithermal

Page 3: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

Pada lingkungan epitermal terdapat 2 (dua) kondisi sistem hidrotermal (Gambar 2.4) yang dapat dibedakan berdasarkan reaksi yang terjadi dan keterdapatan mineral-mineral alterasi dan mineral bijihnya yaitu epitermal low sulfidasi dan high sulfidasi (Hedenquist et al .,1996; 2000 dalam Sibarani, 2008).  Pengklasifikasian endapan epitermal masih merupakan perdebatan hingga saat ini, akan tetapi sebagian besar mengacu kepada aspek mineralogi dan gangue mineral, dimana aspek tersebut merefleksikan aspek kimia fluida maupun aspek perbandingan karakteristik mineralogi, alterasi (ubahan) dan bentuk endapan pada lingkungan epitermal. Aspek kimia dari fluida yang termineralisasi adalah salah satu faktor yang terpenting dalam penentuan kapan mineralisasi tersebut terjadi dalam sistem hidrotermal.

1.  Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah / Tipe Adularia-Serisit (Epithermal Low Sulfidation )

a.    Tinjauan Umum

Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang bersifat netral dan mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi kuarsa-adularia, karbonat, serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya perbandingan perak dan emas relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh terbentuknya elektrum, perak sulfida, garam sulfat, dan logam dasar sulfida. Batuan induk pada deposit logam mulia sulfidasi rendah adalah andesit alkali, dasit, riodasit atau riolit. Secara genesa sistem epitermal sulfidasi rendah berasosiasi dengan vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur pergeseran (dilatational jog).

b.   Genesa dan Karakteristik

Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan sisa magma yang berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air meteorik di dekat permukaan dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah, dipengaruhi oleh sistem boiling sebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral bijih. Proses boiling disertai pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk pengendapan emas sebagai respon atas turunnya tekanan. Perulangan proses boiling akan tercermin dari tekstur “crusstiform banding” dari silika dalam urat kuarsa. Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan pelepasan tekanan secara tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk memungkinkan proses boiling. Sistem ini terbentuk pada tektonik lempeng subduksi, kolisi dan pemekaran (Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).

Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan salinitas. Proses boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan pH, sehingga terjadi perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia. Terlepasnya CO2 menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya dijumpai adularia dan bladed calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals) pada urat bijih sistem sulfidasi rendah

Page 4: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi dengan alterasi kuarsa–adularia, karbonat dan serisit pada lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih dari sistem sulfidasi rendah variasinya bersifat alkali hingga netral (pH 7) dengan kadar garam rendah (0-6 wt)% NaCl, mengandung CO2 dan CH4 yang bervariasi. Mineral-mineral sulfur biasanya dalam bentuk H2S dan sulfida kompleks dengan temperatur sedang (150°-300° C) dan didominasi oleh air permukaan

Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah andesit alkali, riodasit, dasit, riolit ataupun batuan – batuan alkali. Riolit sering hadir pada sistem sulfidasi rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai tinggi. Bentuk endapan didominasi oleh urat-urat kuarsa yang mengisi ruang terbuka (open space), tersebar (disseminated), dan umumnya terdiri dari urat-urat breksi (Hedenquist dkk., 1996). Struktur yang berkembang pada sistem sulfidasi rendah berupa urat, cavity filling, urat breksi, tekstur colloform, dan sedikit vuggy (Corbett dan Leach, 1996), lihat Tabel 2.1

Tabel 2.1  Karakteristik endapan  epitermal sulfidasi rendah

         (Corbett dan Leach, 1996).

Tipe endapan Sinter breccia, stockwork

Posisi tektonik Subduction, collision, dan rift

Tekstur Colloform atau crusstiform

Asosiasi mineral Stibnit, sinnabar, adularia, metal sulfida

Mineral bijih Pirit, elektrum, emas, sfalerit, arsenopirit

Contoh endapan Pongkor, Hishikari dan Golden Cross

c.    Interaksi Fluida

Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem geotermal yang didominasi oleh air klorit dengan pH netral dan terdapat kontribusi dominan dari sirkulasi air meteorik yang dalam dan mengandung CO2, NaCl, and H2S

d.   Model Konseptual Endapan Emas Epitermal Sulfidasi Rendah

Page 5: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

  

Gambar.2.9 Model endapan emas epitermal sulfidasi rendah

                         (Hedenquist dkk., 1996 dalam Nagel, 2008).

Gambar diatas merupakan model konseptual dari endapan emas sulfidasi rendah. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa endapan ephitermal sulfidasi rendah berasosiasi dengan lingkungan volkanik, tempat pembentukan yang relatif dekat permukaan serta larutan yang berperan dalam proses pembentukannya berasal dari campuran air magmatik dengan air meteorit

2.  Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi (Epithermal High Sulfidation) atau Acid Sulfate

a.    Tinjauan Umum

Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-2000 meter dan temperatur 1000C-3200C. Endapan Epitermal  High Sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan horizontal menembus rekahan-rekahan pada batuan dengan suhu yang relatif tinggi (200-3000C), fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan kandungan acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992).

  

Page 6: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

 

Gambar 2.10 Keberadaan sistem sulfidasi tinggi

Gambar 2.11 Penampang Ideal Endapan Epitermal Menurut Buchanan (1981)

a.    Genesa dan Karakteristik

Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi batuan induk dengan fluida magma asam yang panas, yang menghasilkan suatu karakteristik zona alterasi (ubahan) yang akhirnya membentuk endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih menunjukkan kontrol permeabilitas yang tergantung oleh faktor litologi, struktur, alterasi di batuan samping, mineralogi bijih dan kedalaman formasi.High sulphidation berhubungan dengan pH asam, timbul dari bercampurnya fluida yang mendekati pH asam dengan larutan sisa magma yang bersifat encer sebagai hasil dari diferensiasi magma, di kedalaman yang dekat dengan tipe endapan porfiri dan dicirikan oleh jenis sulfur yang dioksidasi menjadi SO.

b.   Interaksi Fluida

Page 7: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

Epithermal High Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem magmatic-hydrothermal yang didominasi oleh fluida hidrothermal yang asam, dimana terdapat fluks larutan magmatik dan vapor yang mengandung H2O, CO2, HCl, H2S, and SO2, dengan variabel input dari air meteorik lokal.

2.2  Potensi Dan Keberadaan Endapan Epithermal

Jenis endapan epitermal yang terletak 500 m bagian atas dari suatu sistem hidrotermal ini merupakan zone yang menarik dan terpenting. Disini terjadi perubahan-perubahan suhu dan tekanan yang maksimum serta mengalami fluktuasi-fluktuasi yang paling cepat. Fluktuasi-fluktuasi tekanan ini menyebabkan perekahan hidraulik (hydraulic fracturing), pendidihan (boiling), dan perubahan-perubahan hidrologi sistem yang mendadak. Proses-proses fisika ini secara langsung berhubungan dengan proses-proses kimiawi yang menyebabkan mineralisasi (www.terrasia.tripod.com)

Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan mineralisasi epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam sistem epitermal. Asosiasi klasik unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag), arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), thallium (Tl), dan belerang (S) (www.terrasia.tripod.com) .

Dalam endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen dan belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak (Berger, 1983), beserta dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W), molybdenum (Mo), mercury (Hg), thallium (Tl), antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F) dan barium (Ba) yang secara setempat terkayakan.  Dalam endapan yang batuan penerimanya volkanik (volcanic-hosted deposits) akan terdapat pengayaan unsur-unsur arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan thallium (Tl); serta logam-logam mulia (precious metals) dalam daerah-daerah saluran fluida utama, sebagaimana asosiasinya dengan zone-zone alterasi lempung. Menurut Buchanan (1981), logam-logam dasar (base metals) karakteristiknya rendah dalam asosiasinya dengan emas-perak, meskipun demikian dapat tinggi pada level di bawah logam-logam berharga (precious metals) atau dalam asosiasi-nya dengan endapan-endapan yang kaya perak dimana unsur mangan juga terjadi. Cadmium (Cd), selenium (Se) dapat berasosiasi dengan logam-logam dasar; sedangkan fluor (F), bismuth (Bi), tellurium (Te), dan tungsten (W) dapat bervariasi tinggi kandungannya dari satu endapan ke endapan yang lainnya; serta boron (B) dan barium (Ba) terkadang terkayakan.  (www.terrasia.tripod.com).

Mineral-mineral ekonomis yang dihasilkan dari epitermal  antara lain Au, Ag, Pb, Zn, Sb, Hg, arsenopirit, pirit, garnet, kalkopirit, wolframit, siderit, tembaga, spalerite, timbal, stibnit, katmiun, galena, markasit, bornit, augit, dan topaz. Berikut ini adalah beberapa contoh logam hasil dari endapan epitermal yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, antara lain: Emas (Au) dan Perak (Ag).

2.2.1 Emas

Page 8: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan dideposit alluvial dan salah satu logam coinage. Kode ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20% (Sutarto, 2004).

Sebagian besar endapan emas di Indonesia dihasilkan jenis endapan epitermal. Endapan emas tipe ini umumnya didapatkan dalam bentuk urat, baik dalam urat kuarsa maupun dlam urat bentuk karbonat yang terbentuk dalam suhu 150-3000C dengan pH sedikit asam atau mendekati netral Urat-urat tersebut terbentuk oleh hasil aktifitas hidrotermal yang berada di sekitar endapan porfiri. Dimana emas, perak, tembaga, wolfram, dan timah terdapat dalam endapan ini (Sukandarrumidi, 2007).

Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan Alterasi Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH mendekati netral (Fluida-fluida Khlorida Netral) Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti rambut (hairline) 

Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-alterasi sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan silika masif, atau dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan.

Proses terbentuknya emas endapan epitermal dapat diuraikan sebagai berikut: emas diangkut oleh larutan hidrotermal yang kaya akan ligand HS- dan OH-. Ligan ini mengangkut emas hingga ke tempat pengendapannya. Kehadiran breksi hidrotermal merupakan salah satu cirri adanya proses pendidihan pada larutan hidrotermal. Pendidihan terjadi karena ada pertemuan antara larutan yang bersuhu tinggi (hidrotermal) dengan larutan yang bersuhu rendah (larutan meteoric). Selama proses pendidihan ini tekanan menjadi semakin besar sehingga mengancurkan dinding batuan yang dilalui larutan hidrotermal. Akibat proses pendidihan tersebut, yaitu hilangnya gas H2S, terjadi peningkatan pH dan penurunan suhu. Ketiga proses tersebut dapat

Page 9: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

mengantarkan emas pada batuan sehingga kadar emas primer tinggi biasanya dijumpai di breksi hidrotermal (Sukandarrumidi, 2007).

Dibawah ini contoh endapan emas epitermal dari sistem low sulfidation danhigh sulfidation.

Tabel 2.2  Contoh endapan emas epitermal (high sulfidation)

          (Wayan dalam . www.osun.org)

Endapan Au (ton) Umur

Yanacocha/Peru

Pueblo Viejo

Pascua

Pienina/Peru

Lepanto

El Indio

Chinquashih

Summitville

Rodalquilar

820

680

640

250

210

190

150

20

10

M/P

Cret

M/P

M/P

Quat

M/P

Quat

M/P

N/P

Tabel 2.3  Contoh endapan emas epitermal (Low Sulphidation)

        (Wayan dalam www.osun.org)

Endapan Au (ton) Umur

Lihir

Porgera

Round Mountain

Baguio District

Hishikari

Kelian

Gunung Pongkor

924

600

443

300

250

180

175

Quat

M/P

M/P

Quat

Quat

M/P

M/P

Page 10: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

Dukat

Cerro Korikollo

150

147

Cret

M/P

2.2.2 Perak

Dijumpai sebagai unsur (perak murni) atau sebagai senyawa.  Sebagai perak murni (Ag) mempunyai sifat; Kristal-kristal berkelompok tersusun sejajar, menjarum, atau menjaring, kadang berupa sisik, kilap logam. Dalam bentuk  mineral didapatkan sebagai argentite, cerrargirit, miagirit, dan proustit (Sukandarrumidi, 2007). Perak biasanya berasosiasi dengan pirit, tembaga, emas, kalsit, dan nikel. Perak terbentuk dari reduksi sulfide pada bagian bawah endapan Ag, Zn, dan Pb. Terkadang juga terbentuk sebagai endapan primer urat epitermal berasosiasi dengan kalsit (temperature rendah) (Sutarto, 2004). Kandungan perak pada beberapa mineral dapat mencapai perak murni (100%), argentite (87%), prousite (65%), miagrite (36%), dan dalam kandungan emas (28%). Endapan perak yang dihasilkan dari endapan emas kurang lebih 75% didapatkan sebagai hasil samping dari pengolahan bijih emas, nikel dan tembaga. Endapan perak dapat berupa endapan pengisian dan endapan penggantian, serta pengayaan sulfide. Kebanyakan endapan perak didunia dihasilkan dari dari hidrotermal tipe fissure filling  (Sukandarrumidi, 2007).

2.3  Pemanfaatan Hasil Endapan Epitermal

2.3.1  Emas

Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan sebagai perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion atau batangan emas dalam berbagai satuan berat gram sampai kilogram.

2.3.2  Sfalerit (ZnS)

Unsur ini biasanya ditemukan bersama dengan logam-logam lain seperti tembaga dan timbal dalam bijih logam. Seng diklasifikasikan sebagai kalkofil, yang berarti bahwa unsur ini memiliki afinitas yang rendah terhadap oksigen dan lebih suka berikatan dengan belerang. Kalkofil terbentuk ketika kerak bumi memadat di bawah kondisi atmosfer bumi awal yang mendukung reaksi reduksi. Sfalerit, yang merupakan salah satu bentuk kristal seng sulfida, merupakan bijih logam yang paling banyak ditambang untuk mendapatkan seng karena mengandung sekitar 60-62% seng.

Page 11: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

Pelapisan seng pada baja untuk mencegah perkaratan merupakan aplikasi utama seng. Aplikasi-aplikasi lainnya meliputi penggunaannya pada baterai dan campuan logam.

2.3.2  Timbal (Pb)

Timbal tersebut juga memberikan berbagai manfaat, salah satunya adalah pelumasan pada dudukan katup dalam proses pembakaran khususnya bagi mesin-mesin kendaraan bermotor keluaran lama (dekade 1980-an dan sebelumnya). Adanya fungsi pelumasan dari Timbal pada dudukan katup tersebut, akan mengakibatkan dudukan katup terjaga dari keausan dan resesi (recession valve) sehingga lebih tahan lama/awet. Dengan kata lain perawatan untuk dudukan katup tersebut menjadi lebih murah.

sifat timbal ini yang tahan terhadap korosi (karatan), timbal ini biasanya digunakan untuk bahan perpipaan, bahan aditif untuk bensin, baterai, pigmen dan amunisi. Selain itu dalam dunia permesinan terutama kendaraan bermotor timbal ini juga bermanfaat buat menambah nilai oktan pada bensin (premium) sehingga efekknocking (ketukan) pada mesin dapat dihindari. Residu timbal ini berfungsi untuk melapisi katup. Karena ada lapisan ini, maka ketika katup menutup ada semacam bantalan/pelindung antara bahan metal katup dengan dudukan katup(valve seat) di cylinder head mesin sehingga terhindar terjaga dari keausan dan resesi (recessionvalve) sehingga lebih tahan lama/awet. (www.superpedia.rumahilmuindonesia.net)

Endapan Mineral Hipotermal

Pengertian

Beberapa endapan mineral terbentuk pada larutan hidrotermal. Berdasarkan temperatur, tekanan dan kondisi geologi pada saat pembentukannya endapan hidrotermal dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu: endapan hipotermal, endapan mesotermal dan endapan epitermal. Pada tulisan ini pembahasan terhadap proses pembentukan endapan mineral lebih dikhususkan pada pembentukan endapan hipotermal.

Mineralisasi hipotermal adalah proses pembentukan mineral pada suhu tinggi (300°C- 5000C) yang berada pada lingkungan jauh dengan permukaan pada kedalaman kurang dari 4-6 km. prosesnya hamper sama dengan epithermal dan endapan mesothermal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi secara umum pada lingkungan ini, yang mencirikan karakteristik dari proses mineralisasi, temasuk kondisi geologi lokal (permeabilitas dan reaktivitas dari host-rocks) dan tekanan beserta temperatur dari fluida hydrothermal (air pada temperatur 100°C dapat tetap menjadi cairan dibawah tekanan yang tinggi tetapi ketika berada lingkungan tekanan yang rendah dapat mendidih secara tiba-tiba bahkan meledak secara explosive). Fluida hydrothermal mungkin dari residu magma asli, tetapi umumnya terbentuk ketika airtanah terpanaskan oleh tubuh batuan yang meleleh, contohnya sebuah sub-volcanic magma-chamber.

Page 12: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

A. Keberadaan

Endapan hipotermal terbentuk pada magma chamber pada kedalaman 4.000 – 6.000 meter. Pada endapan ini, biasa terdapat mineral logam yang berupa bornit, kovelit, kalkosit, kalkopirit, pirit, tembaga, emas, wolfram, molibdenit, seng dan perak. Mineral logam tersebut berasosiasi dengan mineral - mineral pengotor seperti piroksen, amfibol, garnet, ilmenit, spekularit, turmalin, topaz, mika hijau dan mika cokelat (Warmada, 2009).

Keberadaan dari endapan hipotermal terkait dengan pembentukannya yang dipengaruhi oleh aktivitas magmatisme yang berada pada lokasi di bawah permukaan, yaitu pada kedalaman 4.000 – 6.000 meter. Selain itu, dengan adanya sistem hidrotermal yang membutuhkan adanya aktivitas magmatisme, maka endapan hipotermal akan dapat ditemukan pada daerah-daerah yang terdapat aktivitas magmatisme seperti sepanjang zona subduksi ataupun ring of fire.

B. Potensi

            Menurut M. Bateman, terdapat beberapa proses pembentukan mineral yang dari proses-proses tersebut akan menghasilkan mineral dengan karakteristik yang khusus. Proses-proses pembentukan mineral menurut Bateman antara lain proses magmatisme, pegmatisme, pneumotalisis, dan hidrotermal. Dalam tulisan ini, telah dipersempit objek studi yaitu berupa endapan mineral hipothermal yang merupakan salah satu bentukan dari proses pembentukan mineral secara hidrotermal.

Endapan hipotermal terbentuk pada temperatur dan tekanan yang tinggi, dan pada umumnya terbentuk kedalaman 4.000 – 6.000 meter, dimana tidak ada perantara yang bisa menghubungakan dengan permukaan. Tekstur dan strukutur pada endapan hipotermal menunjukan bahwa endapan ini merupakan endapan hasil replacement, dan pengisian mineral pada rekahan (vein), sehingga karakter dari endapan dangkal tidak terlihat lagi. Batuan pada endapan hipotermal dapat terlapiskan atau tergeruskan, terkadang mengandung fragmen-fragmen dari batuan dinding.

Pada umumnya, endapan hipotermal berupa perlapisan endapan yang tersusun oleh butiran yang kasar. Endapan mineral yang terdapat pada zona hipotermal antara lain emas, wolframite, scheelite, pyrrhotite, pentlandite, pyrite, arsenopyrite, chalcopyrite, sphalerite, galena, uranite, dan cobalt. Flourite, barite, magnetite, dan ilmenite, dalam jumlah kecil juga mungkin terdapat pada zona ini. Selain mineral-mineral tersebut, terdapat juga mineral – mineral lain yang merupakan penyusun dari batuan beku dan metamorf yang juga dapat dimungkinkan terdapat pada zona hipotermal, biasanya ditemukan bersamaan dengan urat hipotermal.

Berdasarkan data-data eksperimen dan pemodelan memperlihatkan bahwa logam-logam pada umumnya termobilisasi (berasosiasi) dengan magma. Berdasarkan pengukuran-pengukuran pada material hasil letusan gunung api memperlihatkan bahwa gas-gas yang terlepas dari magma (degassing magma) dapat membawa logam-logam. Berdasarkan

Page 13: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

studi terhadap beberapa tipe endapan, memperlihatkan adanya hubungan antara jenis (komposisi) magma yang berasosiasi dengan kandungan unsur-unsur logam tertentu, antara lain :

Magma (batuan beku) dengan kandungan K2O dan Na2O yang tinggi dapat menjadi host untuk unsur-unsur lithophile seperti Zr, Nb dan Lanthanides.

Magma dengan komposisi aluminous yang kaya dengan F secara spesifik berasosiasi dengan Sn, Mo, dan B.

Timah (Sn) dan tungsten (W) memperlihatkan kecenderungan berasosiasi dengan “reduced magma” (dicirikan dengan absen-nya magnetite).

Tembaga (Cu) dan Molibdenum (Mo) memperlihatkan kecenderungan berasosiasi dengan “oxided magma” (dicirikan dengan kehadiran magnetite).

Berdasarkan pemetaan terhadap keberadaan (sebaran) endapan-endapan pada lingkungan hydrothermal memperlihatkan korelasi antara lingkungan tektonik (busur magmatik) dengan distrik (komplek) bijih.

C. Penggunaan/Manfaat

Endapan hipotermal, seperti yang telah dibahas pada poin sebelumnya, memiliki berbagai macam asosiasi dengan mineral lain. Dari masing-masing endapan hipotermal tersebut, akan dapat bernilai ekonomis jika dalam jumlah tertentu. Berikut ini adalah beberapa contoh penggunaan dari macam-macam endapan hipotermal.

1. Emas 

Emas termasuk golongan native element, dengan sedikit kandungan perak, tembaga, atau besi. Warnanya kuning keemasan dengan kekerasan 2,5-3 skala Mohs. Bentuk kristal isometric octahedron atau dodecahedron. Specific gravity 15,5-19,3 pada emas murni. Makin besar kandungan perak, makin berwarna keputih-putihan. Dengan kondisi fisik dari emas yang berwarna menarik dan termasuk dalam golongan logam mulia, sehingga endapan ini menjadi komoditas yang memiliki harga tinggi. Dengan kestabilan harganya, maka dibeberapa negara sejak dulu emas dijadikan sebagai standar keuangan. Selain itu, dengan warnanya yang menarik, emas dijadikan sebagai perhiasan dan benda-benda yang memiliki estetika.

2. Wolframite

Wolframite merupakan mineral series yang biasanya dapat ditemukan pada urat kuarsa dan pegmatite yang merupakan asosiasi dengan intrusi granit. Wolframite merupakan sumber utama dari metal tungsten yang merupakan logam dengan kekuatan yang tinggi dan massanya yang rendah (ringan) sehingga digunakan sebagai bahan alat-alat militer.

3. Galena

Page 14: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

Galena merupakan mineral sulfida, yang pembentukannya masuk dalam kategori pembentukan hipothermal. Endapan dari mineral ini mengandung sejumlah besar perak yang menyatu pada struktur yang ada. Galena merupakan mineral semikonduktor yang digunakan dalam peralatan komunikasiwireless. Selain endapan dari mineral-mineral hipotermal di atas, masih ada beberapa macam endapan mineral hipotermal lain dengan kegunaan masing-masing. Secara umum, endapan hipotermal memiliki kegunaan yang hampir sama sebagai mineral logam hasil altrasi pada sistem hipotermal.

ENDAPAN MINERAL MESOTHERMAL

1.    PROSES PEMBENTUKAN  ENDAPAN  MINERAL  MESOTHERMAL

a.       Pembentukan Mineral Primer

Sebelum membahas mengenai proses pembentukan endapan mineral mesothermal, terlebih dahulu harus diketahui tentang pembentukan endapan mineral menurut proses pembentukannya, adalah sebagai berikut :

Pembentukan bijih primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis endapan, yaitu :

a.        Fase Magmatik Cair

b.       Fase Pegmatitil

c.        Fase Pneumatolitik

d.       Fase Hidrothermal

e.        Fase Vulkanik

Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang berbeda-beda, yaitu yang berhubungan dengan :

a.       Kristalisasimagmanya

b.      Jarak endapan mineral dengan asal magma

·         intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah  atuan beku

·         peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku

·         crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas

·         apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku

·         tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku

Ø  Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)

Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational settling. Mineral yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan petlandit.

Page 15: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

Ø  Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)

Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.

Ø  Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)

Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.

Ø  Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase) 

Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan.

Ø  Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)

Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan bijih secara primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :

1.      Lava flow

2.      Ekshalasi

3.      Mata air panas

 b.      Proses Hidrotermal

Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat  “aqueos”  sebagai hasil diferensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relative ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan deposit  mineral. Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hydrothermal yaitu Cavity Filling atau mengisi lubang-lubang yang sudah ada dalam batuan, dan Metasomatisme, dengan mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur baru larutan hydrothermal.

Berdasarkan cara pembentukannya, maka dikenal beberapa jenis endapan hidrotermal, antara lain :

·         Endapan mineral Ephitermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu  < 200 ˚C

Page 16: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

·         Endapan mineral Mesothermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu antara 200-300˚C dengan tekanan moderat

·         Endapan mineral Hipothermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu 300-500˚C dengan tekanan yang tinggi.

Gbr. Proses hydrothermal dalam mineralisasi batuan

c.       Pembentukan Endapan Mineral Mesothermal

Endapan mineral mesothermal merupakan endapan mineral yang terbentuk pada temperature dan tekanan menengah. Bijih endapan mineral ini terbentuk pada suhu sekitar 200-300˚C dengan kedalaman sekitar 1200-3600m dibawah permukaan bumi. Pada dasarnya pembentukannya tidak jauh berbeda dengan pembentukan endapan mineral epitermal dan hipotermal, yang membedakan hanya suhu dan tekanan pada saat pembentukannya.

Magma mengalami diferensiasi seiring penurunan suhu secara bertahap, mineral yang pertama kali terbentuk adalah mineral yang terbentuk secara pegmatitic yang sarat akan unsur logam, selanjutnya pada tingkat diatasnya kandungan unsur logam mulai berkurang seiring pembentukan mineral secara pneumolitik, sehingga tahapan pembentukan mineral yang selanjutnya adalah melalui proses hidrotermal akibat kandungan unsur mineral logam yang sudah mulai berkurang. Dalam proses pembentukan endapan mineral hidrotermal ini diawali dengan endapan mineral hypothermal pada suhu sekitar 300-500˚C dengan tekanan yang masih sangat tinggi, kemudian terbentuk endapan mineral mesothermal pada suhu 200-300˚C pada tekanan moderat, dan yang terakhir adalah endapan mineral epitermal pada suhu sekitar 150-200˚C dengan tekanan rendah dekat dengan permukaan.

Semakin mendekati permukaan, maka mineral-mineral yang terbentuk cenderung kepada mineral yang bersifat acid(asam) seiring berkurangnya kandungan unsur logam sehingga kandungan silikanya secara otomatis akan mendominasi.

Page 17: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

2.    KEBERADAAN  ENDAPAN MINERAL MESOTHERMAL

a.       Macam Endapan Mineral Mesothermal

Endapan mineral mesothermal terdiri dari beberapa beberapa mineral logam yang beberapa diantaranya adalah timbal, seng, perak, dan emas. Mineral-mineral logam tersebut dapat terendapkan bersama dengan mineral-mineral lain seperti kuarsa, pirit, dan juga mineral karbonat. Zona altrasi yang luas mengeliilingi endapan mineral mesothermal tersebut. Produk dari altrasi itu antara lain, sericite, kuarsa, kalsit, pirit, dolomit, piroklas, klorit , dan mineral lempung. Ortoklas sekunder dan mineral lempung dijumpai pada endapan tembaga yang tersebar dalam zona tersebut. Beberapa mineral tersebut seperti klorit dan lempung lebih memiliki karakteristik seperti endapan epithermal, akan tetapi biasanya endapan tersebut terdapat pada  bagian luar dari endapan mesothermal.

Berikut merupakan ciri-ciri umum dari endapan mesothermal

Ø Pada endapan ini tekanan temperaturnya medium(300o - 200oC),

Ø Karena bertemperaturnya medium maka proses pengendapan hanya mengisi cela-cela(cavity filling) pada batuan yang dibentuk oleh tekanan dan juga kadang-kadang mengalami replacement karena temperature yang masih medium.

Ø Asosiasi mineral yang ada berupah berupah sulfide Ag, As, Au, Sb dan  oksida (Sn) yang berasosiasi dengan batuan beku asam yang didekat permukaan bumi oleh karena itu, mineral Au, Cu dapat dijumapi pada mineral kuarsa dan kalsit pada batuan beku asam dan batuan sedimen.

Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa(SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal. Sedangkan alterasi yang ditimbulkan untuk tipe endapan mesothermal khususnya pada dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Batuan dinding Hasil Alterasi

batuan gamping

serpih, lava

batuan beku asam

 batuan beku basa 

silisifikasi

selisifikasi, mineral-mineral lempung

sebagian besar serisit, kwarsa, beberapa mineral lempung

serpentin, epidot dan klorit 

Page 18: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

Tabel 1. Alterasi-alterasi yang terjadi pada tipe endapan Mesothermal

Paragenesis dari endapan mesothermal dan mineral gangue antara lain stanite (Sn, Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stibnit (Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit (CuFeS2), dengan mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.

Lindgren (1933) menyatakan bahwa endapan mesothermal tidak mengandung mineral garnet, topas, piroksen, amphibole, dan tourmaline yang merupakan mineral dengan suhu pembentukan yang tergolong tinggi. sedangkan endapan mesothermal juga tidak mengandung zeolite yang proses pembentukannya pada suhu yang tergolong rendah.

Endapan mineral mesothermal berhubungan erat dengan batuan beku secara spasial ataupun secara genetic (genesa), sedangkan dalam hal lain, tidak ada asosiasi genetic yang bisa dijabarkan.

b.      Lokasi Pembentukan Endapan Mineral Mesothermal

Lokasi Pembentukan dari Endapan Mineral Mesothermal adalah pada Urat-urat polimetalikpada batuan yang berumur paleozoikum bawah, dengan contoh batuan yang telah diketahui dari Pembrokeshire, melewati Wales tengah ke Snowdonia dan pada Anglesey.

Secara khusus, urat-urat polimetalik terdapat pada patahan, rekahan-rekahan batuan dan zona patahan. Proses mineralisasi dimungkinkan terdapat pada struktur, atau berkembang dengan pola minim (jarang). Gerakan perulangan dan proses aktivitas mineralisasi adalah hal yang khusus. Dip-dip sangat dimungkinkan untuk berubah-ubah dan dip-dip curam merupakan hal yang lazim pada batuan-batuan yang berkompeten (contoh batupasir, dolerite sills) dan dip-dip yang kurang curam terdapat pada batuan-batuan yang tidak berkompeten (contoh serpih, batulempung). Wallrock biasanya teralterasi, dengan kenampakkan yang agak memudar.

Di dalam Urat-urat polimetalik terkandung  tembaga, timbal, seng, perak, dan emas (sangat ekonomis), arsenic, dan logam putih, selalu didapatkan sufida langka, arsenide atau telluride,. Material – material ini terbentuk dari sejumlah proses, yang berada di Wales,

Ketika sekuen sedimen tebal dan batuan vulkanik terkubur sangat dalam, hal ini digunakan untuk penambahan tekanan dan suhu, menghasilkan produk dalam metamorfisme tingkat rendah. Jumlah kebebasan air yang signifikan ini berasal dari mineral yang terhidrasi, seperti lanau, sebagai rekristalisasinya. Unsur  yang mengandung  air ini lalu pindah sebagai fluida hidrotermal sepanjang jalan yang dapat dilewati air pada batuan, seperti patahan dan zona rekahan, dimana mineral-mineral terdepositkan.

Beberapa  sampel terbaik yang berasal dari Welsh, sama seperti urat-urat yang berada di sabuk emas Dolgellau, diisi oleh batuan sedimen berumur tengah sampai atas kambrian,

Page 19: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

dan intrusi, dan terbentuk lebih dahulu dari deformasi Caledonian yang terangkat menjadi cekungan Welsh pada masa Devonian. Urat-urat  tersebut mengisi rekahan patahan dengan panjang strikehingga beberapa kilometer dan khususnya terungkap menyerupai struktur pita sebagai contoh ilustrasi diatas.

Reaksi metamorfisme menyebabkan pengisian air berskala luas pada batuan yang terkubur sangat dalam, dipercaya telah mengalami proses mekanisme yang memicu fluida hidrotermal.

3.    POTENSI

a.       Nilai ekonomis mineral mesothermal

Produk atau hasil dari endapan mineral mesothermal beberapa diantaranya adalah timbal, tembaga, seng, perak, dan emas yang terendapkan bersama dengan mineral-mineral seperti mineral kuarsa, pirit, dan juga mineral karbonat.  Mineral-mineral tersebut merupakan mineral yang memilki nilai ekonomis yang sangat tinggi.

Endapan mineral emas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi diantaranya adalah, native gold, calaverite, dan sylvanite. Dari macam-macam endapan mineral tersebut, native gold merupakan jenis endapan mineral emas yang paling ekonomis. Hal tersebut dikarenakan kandungan atau komposisi dari unsur Au yang lebih besar daripada jenis endapan mineral emas,calaverite, dan sylvanite.

Endapan mineral perak dibagi menjadi beberapa jenis mineral berdasarkan komposisi atau kandungan dari unsur Ag. Endapan mineral yang paling banyak kandungan unsur Ag adalah mineral native silver, kemudian dibawah mineral native silver yang mana kandungan Ag nya lebih sedikit yakni 25%-50% adalah mineral argentite dan cerargirite.

Endapan Mineral Tembaga merupakan salah satu dari beberapa mineral bijih yang cukup potensial. Tembaga terbagi menjadi beberapa kelas berdasarkan kandungan unsur Cu, urutan kelas tersebut antara lain Native Cooper, Bornite, Chalcosite, Chalcopyrite, Covellite, Cuprite, Enargite, Malachite, Azurite.

Endapan mineral lain adalah mineral timbal yang diklasifikasikan berdasarkan kandungan Pb nya. Nilai kandungan Pb yang besar adalah Galena. Sementara kandungan unsur Pb yang lebih kecil dari mineral Galena adalah Cerussite dan Anglesite. Semakin tinggi kandungan Pb nya, maka semakin tinggi nilai ekonomis dari mineral tersebut.

Seng adalah endapan mineral yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Mineral ini dibagi menjadi beberapa kelas. Yaitu Sphaleite, Smitshsonite, Hemimorphite, dan Zincite. Nilai kandungan unsur Zn yang besar akan mempengaruhi nilai ekonomis dari mineral tersebut. Kelas endapan mineral ini yang memilki nilai Zn terbesar adalah Sphaleite.

Page 20: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

Endapan mineral lain yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi adalah timah. Kandungan Sn yang besar pada mineral ini akan mempengaruhi nilai ekonomis suatu mineral. Mineral Timah yang mengandung Sn terbesar adalah Cassiterite dan Stannite.

b.      Persebaran endapan mineral mesothermal di Indonesia

Endapan mineral mesothermal banyak tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, misalnya

1.      Timah

Daerah-daerah penghasil timah di Indonesia adalah Pulau Bangka, Belitung,dan Singkep yang menghasilkan lebih dari 20% produksi timah putih dunia. Di Muntok terdapat pabrik peleburan timah.

2.      Nikel

Nikel terdapat di sekitar Danau Matana, Danau Towuti, dan di Kolaka (Sulawesi Selatan).

3. Tembaga

Tembaga terdapat di Tirtomoyo dan wonogiri (Jawa Tengah), Muara Sipeng (Sulawesi) dan Tembagapura (Papua/Irian Jaya).

4. Emas dan perak

Emas dan Perak merupakan logam mulia. Pusat tambang emas dan perak terdapat di daerah-daerah berikut:

Tembagapura di Papua (Irian Jaya)

Batu hijau di Nusa Tenggara Barat

Tasikmalaya dan Jampang di Jawa Barat

Simao di Bengkulu

Logos di Riau

Meulaboh di Naggroe Aceh Darusalam

4.    PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN

1.      Galena

Ø  Mineral sulfida yang alami

Ø  Mineral bijih yang paling utama

Ø  Mempunyai rumus bahan kimia (PbS) Sulfida

Page 21: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

Ø  System kristalnya isometric hexoctahedral, mempunyai belahan yang sempurna, dengan kekerasn 2,5 – 2,75 dan berat jenis 7,58, kilap logam, dengan warna abu – abu timah

Ø  Mineral galena sekali – kali di gunakan sebagai semikonduktor (yaitu kristalnya) di dalam pesawat radio. kristal galena menjadi bagian dari suatu titik- dioda kontak digunakan untuk mendeteksi isyarat/sinyal radio.

Ø  Batuan galena merupakan bahan baku dari logam timah hitam (Pb).

2.      Kalkopirit

Ø  suatu mineral besi sulfide tembaga yang mengeristal sistem bersudut empat

Ø  mempunyai komposisi kimia yaitu (CuFeS2)

Ø  mempunyai warna kuning keemasan, dan mempunyai skala kekerasan 3,5 – 4, Lapisan nya adalah diagnostik seperti sedikit warna hijau kehitam.

Ø  saat kalkopirit berada di udara terbuka maka kalkopirit akan beroksidasi dengan berbagai oksida, hidroksid dan sulfatesRekanan Mineral Tembaga meliputi sulfida bornite ( Cu5FeS4), chalcocite ( Cu2S), covellite ( CuS), digenite ( Cu9S5); karbonat seperti perunggu dan azurit, dan oksida jarang seperti cuprite ( Cu2O).

Ø  Warna kalkopirit kuning gelap dengan sedikit warna kehijau – hijauan dan kilap berminyak diagnostic. Dalam kaitan dengan warna nya dan isi tembaga tinggi, kalkopirit telah sering dikenal sebagai ” tembaga kuningan”.

Ø  digunakan di dalam pembuatan asam belerang dan belerang dioksida, butir dari pyrite debu telah digunakan untuk memulihkan besi, emas, tembaga, unsur kimia/kobalt, nikel, dll.

3.      Emas

Ø  Logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya.

Ø  Mempunyai kandungan unsur Au

Ø  Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.

Ø  Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi.

Ø  Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa, dll.

Page 22: Endapan Epitermal Didefinisikan Sebagai Salah Satu Endapan Dari Sistem Hidrotermal Yang Terbentuk Pada Kedalaman Dangkal Yang Umumnya Pada Busur Vulkanik Yang Dekat Dengan Permukaan

Ø  Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

4.      Perak

Ø  Perak merupakan logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam emas, yang mempunyai warna putih.

Ø  Mempunyai kandungan unsur Ag

Ø  Kegunaannya adalah untuk perhiasan, cindera mata, logam campuran, dll. Potensinya selalu berasosiasi dengan logam lainnya seperti emas dan tembaga

5.      Seng

Ø  Merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik.

Ø  Beberapa aspek kimiawi seng mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion kedua unsur ini berukuran hampir sama. Selain itu, keduanya juga memiliki keadaan oksidasi+2.

Ø  Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan bersifatdiamagnetik. Walau demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal heksagonal

Ø  Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak Bumi dan memiliki lima isotopstabil. Bijih seng yang paling banyak ditambang adalah sfalerit (seng sulfida).

Pelapisan seng pada baja untuk mencegah perkaratan merupakan aplikasi utama seng. Aplikasi-aplikasi lainnya meliputi penggunaannya pada baterai dan aloi. Selain itu juga seng dapat digunakan dalam pembuatan konstruksi bangunan dan juga merupakan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Pada anak-anak, defisiensi ini menyebabkan gangguan pertumbuhan, mempengaruhi pematangan seksual, mudah terkena infeksi, diare, dan setiap tahunnya menyebabkan kematian sekitar 800.000 anak-anak di seluruh dunia. Kongersumsi seng yang berlebihan dapat menyebabkan ataksia, lemah lesu, dan defisiensi tembaga.

http://thegoldenjubilee.blogspot.co.id/2012/03/endapan-mineral-mesothermal.html

http://geosjepara.blogspot.co.id/2014/02/endapan-mineral-hipotermal.html