Emosi Manusia

17

Click here to load reader

Transcript of Emosi Manusia

Page 1: Emosi Manusia

MAKALAH PSIKOLOGI

TENTANG

DISUSUN OLEH :

Hendry Ulaen080113086

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGIFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI2008

Page 2: Emosi Manusia

BAB 2

ISI

A. Pengertian Emosi

Emosi merupakan salah satu aspek yang sangat penting yang dimiliki setiap

manusia dan berpengaruh besar terhadap berbagai sikap dan prilaku manusia. Bersama

dengan dua aspek lainnya, yakni kognitif (daya pikir) dan konatif (psikomotorik), emosi

atau yang sering disebut aspek afektif, merupakan penentu sikap, salah satu predisposisi

perilaku manusia. Emosi umumnya diartikan oleh banyak orang sebagai marah.

Sebaliknya, marah adalah emosi. Kerap sekali, dalam kehidupan sehari-hari, secara

bergantian, kata marah dan emosi digunakan untuk hal yang sama. Tentu saja emosi

bukan hanya marah. Ada banyak macam-macam emosi yang lain, seperti sedih, takut,

jijik, sedih dan terkejut. Setiap budaya melakukan kategorisasi berbeda berdasarkan

kosakata emosi yang dimiliki dalam bahasanya. Orang Amerika Serikat yang memakai

bahasa inggris, membedakan sekurangnya 213 jenis kata emosi, sedangkan dalam bahasa

Indonesia terdapat 229 kata emosi. Jadi, tidak sedikit seperti yang disangka umumnya

orang.

Dari mana kata emosi berasal ? Kata emosi adalah kata serapan dari bahasa

inggris, yakni ‘emotion’. Dalam kamus, kata ‘emotion’ digunakan untuk menggambarkan

perasaan yang kuat akan sesuatu dan perasaan yang sangat menyenangkan atau sangat

mengganggu. Misalnya Anda merasakan perasaan yang kuat dan menyenangkan saat

bersama seseorang, mungkin Anda menganggap diri Anda sedang dalam keadaan emosi.

Jenisnya, emosi cinta.

Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian kata emosi :

Emosi adalah manifestasi perasaan atau afek keluar dan disertai banyak

komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama

Emosi adalah suatu keadaan perasaan yang telah melampaui batas sehingga untuk

mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin terganggu

Menurut Franken (1993) emosi adalah hasil interaksi faktor subyektif (proses

kognitif), faktor lingkungan(hasil belajar), dan faktor biologik (proses hormonal)

1

Page 3: Emosi Manusia

Menurut Prezz (1999) seorang EQ organizational consultant dan pengajar senior

di Potchefstroom University, Afrika Selatan, secara tegas mengatakan emosi

adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu.

Tidak banyak yang mempermasalahkan aspek emosi hingga muncul Daniel

Goleman (1997) yang mengangkatnya menjadi topik utama di bukunya. Kecerdasan

emosi memang bukanlah konsep baru dalam dunia psikologi. Lama sebelum Goleman

(1997) di tahun 1920, E.L. Thorndike sudah mengungkap social intelligence, yaitu

kemampuan mengelola hubungan antar pribadi baik pada pria maupun wanita. Thorndike

percaya bahwa kecerdasan sosial merupakan syarat penting bagi keberhasilan seseorang

di berbagai aspek kehidupannya.

Salah satu pengendali kematangan emosi adalah pengetahuan yang mendalam

mengenai emosi itu sendiri. Banyak orang tidak tahu menahu mengenai emosi atau

besikap negatif terhadap emosi karena kurangnya pengetahuan akan aspek ini. Seorang

anak yang terbiasa dididik orang tuanya untuk tidak boleh menangis, tidak boleh terlalu

memakai perasaan akhirnya akan membangun kerangka berpikir bahwa perasaan,

memang sesuatu yang negatif dan oleh karena itu harus dihindari. Akibatnya anak akan

menjadi sangat rasional, sulit untuk memahami perasaan yang dialami orang lain serta

menuntut orang lain agar tidak menggunakan emosi. Sifat dan intensitas emosi biasanya

terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap

situasi. Emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap situasi spesifik.

Emosilah yang seringkali menghambat orang tidak melakukan perubahan. Ada

perasaan takut dengan yang akan terjadi, ada rasa cemas, ada rasa khawatir, ada pula rasa

marah karena adanya perubahan. Hal tersebut itulah yang seringkali menjelaskan

mengapa orang tidak mengubah polanya untuk berani mengikuti jalur-jalur menapaki

jenjang kesuksesan. Hal ini sekaligus pula menjelaskan pula mengapa banyak orang yang

sukses yang akhirnya terlalu puas dengan kondisinya, selanjutnya takut melangkah.

Akhirnya menjadi orang yang gagal.

2

Page 4: Emosi Manusia

Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai

situasi yang berbeda. Oleh karena emosi merupakan reaksi manusiawi terhadap berbagai

situasi nyata maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi buruk. Berbagai buku

psikologi yang membahas masalah emosi seperti yang dibahas Atkinson (1983)

membedakan emosi hanya 2 jenis yakni emosi menyenangkan dan emosi tidak

menyenangkan. Dengan demikian emosi dapat dikatakan baik atau buruk hanya

tergantung pada akibat yang ditimbulkan baik terhadap individu maupun orang lain yang

berhubungan (Martin, 2003).

B. Komponen Emosi

Emosi manusia memiliki beberapa komponen yang penting yaitu :

Respons atau reaksi tubuh internal, terutama yang melibatkan sistem otomatik ,

misalnya : bila marah suara menjadi tinggi dan gemetar

Keyakinan atau penilaian kognitif bahwa telah terjadi keadaan positif/negatif

Espresi wajah

Reaksi terhadap emosi , misalnya marah-marah menjadi agresi atau gembira

hingga meneteskan air mata.

Teori Emosi

Berikut ini akan dijelaskan beberapa teori emosi menurut para ahli yaitu :

a. Teori Sentral oleh Cannon

Bahwa gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami individu.

Misalnya orang marah gejala jasmaninya berupa jantung berdebar, pernafasan

cepat, dan mata merah.

b. Teori Perifer oleh James-Lange

Merupakan kebalikan teori di atas. Gejala kejasmanian bukanlah akibat emosi

yang dialami individu tetapi emosi akibat gejala kejasmanian. Misalnya, orang

tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya ia susah karena menangis.

c. Teori Kepribadian oleh J. Linchoten

Bahwa emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, ketika pribadi tidak dapat

dipisah-pisahkan antara jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang berbeda.

3

Page 5: Emosi Manusia

d. Sherington dan Cannon

Pada umumnya teori Perifer tidak tepat, dan menitikberatkan kepada hal-hal yang

bersifat perifer, bukan yang bersifat sentral.

C. Merespons Emosi

Kita cenderung lebih menyadari emosi bila upaya kita dalam mencapai tujuan

dihambat (marah, sedih, frustrasi, kecewa, dll). Atau sebaliknya bila tujuan kita

tercapai (senang, gembira). Bila ditelaah lebih lanjut emosi akan menjadi semakin

jelas peranannya bila kita dapat mengingat beberapa hal berikut:

1. Hampir seluruh suka dan duka dalam hidup ini berhubungan dengan emosi

2. Seringkali perilaku manusia dihasilkan oleh kekuatan emosional (meskipun

beberapa pandangan menyatakan banyak perilaku berdasarkan alasan logis

dan objektif)

3. Seringkali pertentangan antar pribadi dihasilkan karena penonjolan emosi

(sombong, marah, cemburu, frustrasi dll)

4. Pertemuan antar pribadi seringkali disebabkan emosi seperti belas kasih,

sayang, perasaan tertarik dll.

Mengingat hal-hal tersebut maka sangatlah penting bagi individu untuk

merespon emosi secara tepat. Dengan kata lain, cara seseorang mengatasi masalah

secara emosional akan dapat memperkaya wawasan kehidupannya, namun dapat juga

menyusahkan hidupnya sendiri. Bagaimana seseorang menyadari, menyampaikan

dan mengintegrasikan emosi secara, dapat dilihat dalam contoh berikut ini:

Andaikan anda berada dalam situasi sedang bertukar pikiran dengan

seorang teman. Dalam pembicaraan tersebut timbul beberapa perbedaan

pendapat yang ternyata sangat sulit untuk disamakan.  Makin lama

suara Anda dan teman Anda makin meninggi dan tekanan darah

meningkat. Anda mulai tegang, tindakan apa yang harus anda lakukan?

4

Page 6: Emosi Manusia

Dalam menghadapi situasi demikian, ada 2 pilihan tindakan anda dalam

merespon emosi. Keduanya memiliki dampak yang sangat berbeda bagi anda. Oleh

karena itu, cara merespon emosi tersebut dapat dibedakan menjadi "Respon yang

Sehat" dan "Respon Tidak sehat". 

SEHAT TIDAK SEHAT

1.    Sadarilah emosi. Anda berpaling sebentar

dari pertengkaran mulut tersebut dan

memperhatikan baik-baik beraneka ragam

emosional yang sedang anda rasakan. Lalu

tanyakan pada diri anda: apa yang aku

rasakan? Malu, atau takut, merasa lebih?

Atau masih adakah emosi-emosi lainnya

yang muncul?

2. Akuilah emosi. Dengan sadar anda

perhatikan emosi anda yang terjadi pada

saat itu agar anda tahu emosi apakah itu.

Perkirakan berapa kuat emosi itu. 

3.      Selidikilah emosi! Bila anda benar-benar

ingin mengetahui banyak-banyak tentang

diri sendiri, tanyakan mengapa kemarahan

terjadi, bagaimana ia masuk pada diri anda

dan dari mana asalnya. Telusurilah jejak

asal emosi itu. Mungkin anda dapat

menyingkap seluruh sangkut pautnya saat

ini, namun anda mungkin akan menjumpai

semacam rasa rendah diri yang belum

pernah anda akui keberadaannya.

4.      Ungkapkanlah emosi Anda. Apa

adanya saja. Tanpa ada interpretasi, tanpa

penilaian. Katakan: Ayo kita berhenti

sebentar, saya merasa terlalu tegang,

jangan-jangan saya akan mengatakan hal-

hal yang sebenarnya tidak diinginkan

1.  Jangan pedulikan reaksi emosional!

Perasaan tak ada hubungan dengan

perdebatan itu. Lebih baik katakan pada

diri  sendiri;  saya tidak tegang sama

sekali, kalau anda berkeringat, katakan

bahwa suhu udara di ruangan panas.

Kuburkan perasaan dalam-dalam dan

jangan hiraukan. 

2.    Ingkari keberadaan emosi. Katakan

pada diri sendiri dan orang lain; saya

tidak marah, tidak! Emosi lebih mudah

diingkari dengan jalan memusatkan

perhatian pada jalan perdebatan saja.

Jangan sampai perhatian dibelokkan oleh

emosi! Minumlah obat, bila diperlukan.

Karena biasanya akan tercetus sebagai

penyakit maag, asam urat, tekanan darah

tinggi, bahkan serangan jantung.

3.  Cari terus bahan-bahan penangkis.

Orang dengan pemikiran sehebat anda,

segera akan menyerang secara frontal.

Saat ini adalah saat menang atau kalah.

Anda perlu memperlambat arus kata-kata.

Anda tidak boleh menjadi gagap, tetapi

andapun tidak boleh berhenti untuk

berbicara. Karena kawan anda  dapat

mengemukakan bukti kuat dan anda akan

kalah. Pusatkan pada perdebatan dan

5

Page 7: Emosi Manusia

untuk dikatakan. Dalam hal ini penting

sekali untuk tidak menuduh atau

memberikan penilaian dalam

memberitahukan perasaan ini kepada

teman anda. Anda tahu pasti bukan kawan

bicara anda yang salah. Tetapi dalam diri

anda sendiri terdapat sesuatu hal yang

kurang beres.

5. Integrasikan emosi. Setelah mendengarkan

emosi anda, setelah menanyakan dan

mengungkapkan, sekarang biarkan akal

sehat menilai apa yang sebaiknya anda

lakukan. Katakan misalnya : mari kita

mulai lagi, rupanya tadi saya terlampau

ngotot, hingga tidak dapat mendengarkan

dengan baik. Saya ingin mendengar

alasanmu lagi. Atau: kamu tidak keberatan

kalau kita akhiri saja perdebatan ini. Saat

ini saya merasa mudah tersinggung untuk

membicarakan hal yang serius.

jangan kendur untuk terus mencekiknya.

4. Jika ingin membabi buta dan menghendaki

perpecahan, salahkan dia. Sebutkan

beberapa cacat pribadi. Misalnya

katakan: tak mungkin membicarakan hal

ini secara tenang dengan dirimu. Kamu

ini terlalu galak. Kamu tidak pernah

mendengar pendapat orang lain

5.      Karena tidak mengaku punya emosi,

anda tidak perlu repot-repot mencoba

menyelidiki reaksi-reaksi dari emosi.

Meski demikian emosi-emosi yang

ditekan memerlukan jalan keluar. Maka

pergilah saja dengan perkataan gusar, lalu

minum dua pil aspirin dan tetap ingat

betapa bodohnya kawan anda tadi.

Dari kedua respon yang tersebut diatas dengan jelas dapat terlihat akibat-

akibat yang akan timbul dalam kehidupan individu dari cara merespon emosi.

Sebagai orang yang dituntut untuk bersikap dewasa dan sehat tentunya anda sudah

tahu respon mana yang akan anda pilih.Dan mulai hari ini anda dapat memulai untuk

hidup lebih sehat dan bahagia dalam merespon emosi.

D. Gangguan-gangguan Emosi

Gangguan-gangguan emosi dapat dibedakan menjadi dua yaitu gangguan emosi

yang menyenangkan dan gangguan emosi yang lainnya.

Gangguan Emosi yang menyenangkan :

6

Page 8: Emosi Manusia

1. Euphoria yaitu Emosi yang menyenangkan dalam tingkatan yang sedang.

Gejalanya yaitu optimis, percaya diri, riang gembira, merasa senang dan

bergembira yang berlebihan

2. Elasi yaitu emosi menyenangkan yang lebih tinggi dari euphoria. Elasi merupakan

emosi yang labil sehingga mudah tersinggung.

3. Exaltasi yaitu elasi yang berlebih-lebihan, sering disertai dengan waham

kebesaran.

4. Ectasy yaitu emosi senang yang disertai dengan rasa hati yang aneh, penuh

kegairahan, perasaan aman, damai, dan tenang, merasa hidup baru kembali.

Gangguan Emosi yang lain :

1. Anhedonia yaitu ketidakmampuan merasakan kesenangan, tidak timbul perasaan

senang dengan aktivitas yang biasanya menyenangkan

2. Kesepian yaitu merasa diri ditinggalkan, merasa tidak memiliki kawan, merasa

tidak ada orang lain yang menyapanya

3. Kedangkalan yaitu kemiskinan afek dan emosi secara umum. Afek atau emosinya

datar, tumpul atau dingin

4. Afek dan emosi yang tidak sesuai/wajar ditandai dengan jelas adanya perbedaan

antara sifat emosi yang ditunjukkan dengan situasi yang menimbulkannya

5. Afek dan emosi labil yaitu emosinya berubah-ubah secara cepat tanpa adanya

pengawasan yang baik

6. Variasi afek dan emosi sepanjang hari yaitu perubahan emosi dari pagi hari

sampai malam hari

7. Afek yang terlalu kaku yaitu mempertahankan terus-menerus keadaan rasa hati

sekalipun ada rangsang yang biasanya menimbulkan jawaban emosi yang

berlainan

8. Ambivalensi yaitu ketidaktetapan perasaan/emosi pada seseorang, benda atau

suatu hal

9. Apati yaitu berkurangnya afek/emosi terhadap sesuatu atau semua hal disertai

dengan perasaan terpencil dan tidak peduli

10. Amarah yaitu bentuk kemurkaan atau permusuhan yang sering dinyatakan dalam

bentuk agresi

7

Page 9: Emosi Manusia

11. Depresi atau melankolis yaitu perasaan sedih dan tertekan

12. Kecemasan yaitu jawaban emosi yang sifatnya antisipatif, yaitu jawaban awal

sebelum ada pertanyaan, misalnya : khawatir, tegang, gugup, rasa tak aman, takut,

dan lekas terkejut

E. Sakit Mental karena Gangguan Emosi

Gangguan – gangguan emosi dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit

yang berhubungan dengan jiwa/mental seseorang dan dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Neurosis cemas/kecemasan akan memobilisasi daya pertahanan individu

Gejalanya : nafas sesak, dada tertekan, keringat dingin, capek, perasaan was-was,

khawatir dan bicara cepat terputus-putus

Neurotis Historic/fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki

Gejalanya : kelumpuhan pada ekstremitas, kejang-kejang, anesthesia, tuli, buta, dll

Neurotis fobik yaitu adanya perasaan takut yang berlebihan terhadap benda atau

keadaan, yang oleh individu disadari bukan sebagai ancaman

Neurotis Depresi yaitu gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat berkurang, rasa

harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan. Biasanya

berakar dari rasa salah yang tidak disadari

Gejalanya : perasaan tak senang, tak bersemangat, lelah, pendiam, rasa sedih,

pesimis, putus asa, malas bergaul, dan timbul pikiran untuk bunuh diri

8

Page 10: Emosi Manusia

BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Emosi merupakan suatu aspek psikologi yang dimiliki manusia dan merupakan

hal yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari manusia. Emosi secara umum adalah

hasil interaksi faktor subyektif (proses kognitif), faktor lingkungan (hasil belajar), dan

faktor biologik (proses hormonal) yang menimbulkan suatu reaksi tubuh dan biasanya

berlangsung tidak lama. Emosi memiliki beberapa komponen yang penting yaitu respons

atau reaksi tubuh internal, terutama yang melibatkan sistem otomatik, keyakinan atau

penilaian kognitif bahwa telah terjadi keadaan positif/negatif, espresi wajah, dan reaksi

terhadap emosi , misalnya marah-marah menjadi agresi atau gembira hingga meneteskan

air mata. Emosi seringkali dapat menimbulkan pertengkaran atau hal lainnya yang dapat

merugikan diri kita dan orang lain, sehingga kita harus dapat merespons emosi secara

sehat. Ada banyak juga gangguan-gangguan emosi seperti depresi, cemas, merasa

kesepian, dan sebagainya. Selain itu, ada juga gangguan emosi karena terlalu merasa

gembira sampai-sampai mulai bertingkah aneh. Gangguan-gangguan emosi tersebut juga

dapat merusak kesehatan tubuh baik fisik maupun mental. Karena itu, kita seharusnya

dapat menahan emosi kita dalam batas yang wajar agar kita dapat merasakan perasaan

yang aman serta hubungan kita dengan orang lain akan semakin baik.

SARAN

Makalah Psikologi tentang Emosi Manusia ini tentulah belum sempurna dan

masih memerlukan banyak perubahan sehingga kami sebagai penyusun meminta kritik

dan saran yang membangun agar makalah ini dapat disempurnakan di kemudian hari.

Terima Kasih.

9

Page 11: Emosi Manusia

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R. L. dkk. 1987. Pengantar Psikologi I. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Baihaqi, Mif, Sunardi, Riksma N Ridalti Akhlan, Euis Heryati. 2005. Psikiatri.

Bandung : Refika Aditama

Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Kartono, Kartini.1984. Psikhologi Umum. Bandung : Penerbit Alumni

Martin, Anthony Dio. 2003. Emotional Quality Manajement Refleksi, Revisi Dan

Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan Emosi. Jakarta: Arga.

Morse, William C, G Max Wingo, 1984. Psychology And Teaching. Bombay :

d.B Taraporevala sons & Co Private Ltd, Treasure House of Books

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : ECG

10