EMAS sda

3
(Jawa Pos) Sidoarjo Belum Mampu Tekan Kematian Ibu dan Bayi SIDOARJO – Status Sidoarjo sebagai daerah percontohan untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi terancam dicabut. Sebab, pelayanan rumah sakit (RS) dan puskesmas masih diwarnai kekurangan di sana-sini. Kendala-kendala dalam pelayanan kesehatan itu kemarin (22/3) dikupas dalam forum evaluasi bantuan teknis program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) yang diadakan di The Sun Hotel. EMAS adalah salah satu program USAID yang bertujuan mengurangi angka kematian ibu dan bayi. ”Memang pelayanan kesehatan mengalami peningkatan, namun belum mencapai standar minimal yang ditetapkan, yakni 80 persen,” kata Provincial Team Leader EMAS Didiek Hadiprabowo. Sidoarjo ditunjuk sebagai percontohan oleh USAID sejak tahun lalu. Sebab, dari tahun ke tahun angka kematian ibu dan bayi lahir masih berada di bawah angka nasional. Didiek mengatakan, tim EMAS telah melakukan pendampingan di sebelas fasilitas kesehatan di Sidoarjo. Antara lain di RSUD Sidoarjo, RS Siti Khodijah Sepanjang, RSU Anwar Medika Balong bendo, serta Puskesmas Tarik, Balongbendo, Krian, dan Wonoayu. Selain itu Puskesmas Sukodono, Taman, Waru, dan Sedati. Seminggu lalu mereka kembali turun untuk melakukan cek lapangan. Hasilnya, masih banyak yang perlu dibenahi. Di antaranya terkait dengan sumber daya manusia (SDM), perlu penambahan tenaga medis di sana sini. Didiek mencontohkan, puskesmas masih kekurangan tenaga bidan dan sopir ambulans. ”Hampir semua puskesmas punya ambulans, namun tidak punya sopir,” kata dia.

description

Program EMAS di Kabupaten Sidoarjo

Transcript of EMAS sda

Page 1: EMAS sda

(Jawa Pos) Sidoarjo Belum Mampu Tekan Kematian Ibu dan Bayi

SIDOARJO – Status Sidoarjo sebagai daerah percontohan untuk mengurangi angka kematian ibu

dan bayi terancam dicabut. Sebab, pelayanan rumah sakit (RS) dan puskesmas masih diwarnai

kekurangan di sana-sini.

Kendala-kendala dalam pelayanan kesehatan itu kemarin

(22/3) dikupas dalam forum evaluasi bantuan teknis program Expanding Maternal and Neonatal

Survival (EMAS) yang diadakan di The Sun Hotel. EMAS adalah salah satu program USAID yang

bertujuan mengurangi angka kematian ibu dan bayi.

”Memang pelayanan kesehatan mengalami peningkatan, namun belum mencapai standar minimal

yang ditetapkan, yakni 80 persen,” kata Provincial Team Leader EMAS Didiek Hadiprabowo.

Sidoarjo ditunjuk sebagai percontohan oleh USAID sejak tahun lalu.

Sebab, dari tahun ke tahun angka kematian ibu dan bayi lahir masih berada di bawah angka

nasional. Didiek mengatakan, tim EMAS telah melakukan pendampingan di sebelas fasilitas

kesehatan di Sidoarjo.

Antara lain di RSUD Sidoarjo, RS Siti Khodijah Sepanjang, RSU Anwar Medika Balong bendo,

serta Puskesmas Tarik, Balongbendo, Krian, dan Wonoayu. Selain itu Puskesmas Sukodono,

Taman, Waru, dan Sedati.

 Seminggu lalu mereka kembali turun untuk melakukan cek lapangan. Hasilnya, masih banyak

yang perlu dibenahi. Di antaranya terkait dengan sumber daya manusia (SDM), perlu

penambahan tenaga medis di sana sini.

Didiek mencontohkan, puskesmas masih kekurangan tenaga bidan dan sopir ambulans. ”Hampir

semua puskesmas punya ambulans, namun tidak punya sopir,” kata dia.

Page 2: EMAS sda

Sidoarjo juga kekurangan sarana dan prasarana seperti kamar perawatan. Sebab, selama ini

banyak pasien jampersal dan jamkesmas yang berobat ke RSUD Sidoarjo.

Hal itu membuat kondisi RS sesak. ”Seharusnya rumah sakit swasta dan puskesmas mampu

menampung pasien. Ketika mereka memang tidak bisa menangani, baru pasien dirujuk ke RSUD

Sidoarjo,” tutur Didiek.

Didiek memberikan batas waktu sampai Mei ini kepada dinas kesehatan (dinkes) un tuk mem

benahi segala kekurangan itu. Jika permasalahan tersebut tidak bisa diselesaikan sampai tenggat

berakhir, USAID akan mencari kota lain yang bisa menjadi percontohan menurunkan angka

kematian ibu dan bayi lahir.

Data tim EMAS menyebutkan, angka kematian ibu melahirkan di Sidoarjo naik dalam tiga tahun

terakhir. Pada 2010 jumlahnya 22 orang dan 2011 tetap.

Berikutnya, pada 2012 jumlahnya naik menjadi 29 orang. Angka kematian bayi lahir malah naik

cukup tajam selama tiga tahun terakhir. Lihat saja, pada 2010 jumlah kematian bayi lahir hanya

127, lalu naik menjadi 184 pada 2011 dan 2012 naik lagi menjadi 254.

Kepala Dinkes Pemkab Sidoajo Ika Harstanti yang juga hadir dalam acara tersebut mengakui,

masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki.

Namun, dia optimistis Mei nanti bisa memenuhi standar yang ditetapkan. Ika lantas

mencontohkan ruang melahirkan. Sesuai dengan syarat yang ditetapkan tim EMAS, satu orang

satu ruangan.

Menurut dia, pihaknya sudah mengusahakan dengan memberi tirai pembatas di ruangan. ”Akan

kami perbaiki lagi. Mungkin tahun ini kami akan bangun kamar bersalin,” jelas Ika. (aph/c9/oni)

Intervensi dengan program EMAS dilakukan melalui pendekatan:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan neonatal minimal di 150 RS (PONEK) Pemerintah & Swasta

dan 300 Puskesmas/Balkesmas (PONED)

2. Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan RS

3. Program dirancang agar dapat memberi dampak nasional (tidak hanya sebatas area kerja)

Strategi Program EMAS adalah Laser Focus, yaitu:

1. Menangani penyebab utama kematian ibu (perdarahan, eklamsi & infeksi) dan kematian neonatal (asfiksia, bayi berat

lahir rendah/prematuritas & sepsis).

2. Peningkatan clinical governance—culture of quality

3. Penerapan good governance—accountability untuk meningkatkan pengawasan dari masyarakat madani

Page 3: EMAS sda

4. Membangun jejaring fasilitas pelayanan kesehatan publik dan swasta

5. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk memperbaiki rujukan