ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi...

128
ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi Atas Penerapan Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Nagari di Nagari Simabur, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Muhammad Ruhul Amin 1112112000015 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi...

Page 1: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI

DAERAH (Studi Atas Penerapan Penerapan Peraturan

Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008

Tentang Nagari di Nagari Simabur, Kecamatan

Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Muhammad Ruhul Amin

1112112000015

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi Atas

Penerapan Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4

Tahun 2008 Tentang Nagari di Nagari Simabur, Kecamatan Pariangan,

Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat)

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 Mei 2017

Muhammad Ruhul Amin

NIM: 111211200015

Page 3: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Muhammad Ruhul Amin

NIM : 1112112000015

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi Atas

Penerapan Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4

Tahun 2008 Tentang Nagari Di Nagari Simabur, Kecamatan Pariangan,

Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat)

dan telah diuji.

Jakarta, 4 Mei 2017

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Dr. Iding Rosyidin, M.Si.

NIP: 19701013 200501 1 003

Menyetujui,

Pembimbing,

Dr. Chaider S. Bamualim, MA.

NIP: 19660524 199903 1 001

Page 4: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

iv

PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI

SKRIPSI

ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi Atas

Penerapan Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4

Tahun 2008 Tentang Nagari di Nagari Simabur, Kecamatan Pariangan,

Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat)

Muhammad Ruhul Amin

1112112000015

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 4

Mei 2017 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S. Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Iding Rosyidin, M.Si. Suryani. M.Si

NIP: 19701013 200501 1 003 NIP: 19770424 200710 2 003

Penguji I,

Idris Thaha, M.Si

NIP: 19660805 200112 1 001

Penguji II

Adi Prayitno, M.Si.

NIP:

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 4 Mei 2017

Ketua Program Studi Ilmu Politik

FISIP UIN Jakarta

Dr. Iding Rosyidin, M.Si.

NIP: 19701013 200501 1 003

Page 5: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

v

ABSTRAKSI

Skripsi ini menganalisis kekuasaan elite lokal Minangkabau setelah

berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008

tentang Nagari. Suatu peraturan daerah untuk wacana kembali ke nagari, setelah

otonomi daerah diberlakukan sejak tahun 1999. Sebelum otonomi daerah,

kabupaten-kabupaten di Sumatera Barat menerapkan model pemerintahan desa

hasil dari pemberlakuan UU No. 5 Tahun 1979. Suatu model pemerintahan yang

tidak sesuai dengan budaya masyarakat Minangkabau yang mendiami Provinsi

Sumatera Barat termasuk di Kabupaten Tanah Datar. Masyarakat Minangkabau

sebelum orde Baru bahkan sebelum kemerdekaan menerapkan nagari sebagai

pemerintahan terendah yang mandiri dan independen dalam mengelola sumber

daya yang ada di setiap nagari. Nagari dipimpin oleh tiga poros kepemimpinan

yang menjadikan musyawarah dengan prinsip mufakat untuk mengambil

keputusan untuk setiap permasalahan di nagari. Tiga poros kepemimpinan

tersebut yaitu niniak mamak (adat), alim ulama (rohaniah dan moral), dan cadiak

pandai (cerdik pandai). Niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai menjadi

elite bagi masyarakat Minangkabau di tiap-tiap nagari.

Kerangka teoretis yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori elite dan

teori kekuasan. Dari hasil analisis menggunakan teori tersebut dapat disimpulkan

bahwa struktur formal yang terbentuk berdampak positif terhadap kekuasaan elite

lokal Minangkabau dalam masyarakat nagari. Elite lokal Minangkabau kembali

mendapatkan tempatnya dalam masyarakat nagari, tetapi belum diikuti oleh

kesiapan sumber daya manusia yang ada. Selain kualitas dan kecakapan yang

masih kurang, interaksi yang kurang dengan masyarakat nagari juga membuat

kekuasaan dalam bentuk pengaruh yang dimiliki elite belum berfungsi sesuai

dengan harapan masyarakat.

Kata kunci: kekuasaan, elite lokal, Minangkabau, nagari.

Page 6: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat kesehatan dan

kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang disediakan.

Salawat kepada Muhammad saw selaku tokoh reformasi kehidupan beragama manusia yang

menjadikan agama sebagai pendorong kemajuan di berbagai bidang kehiduapan termasuk

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penulisan skripsi ini secara formal sebagai akhir dari kuliah strata satu bagi penulis.

Namun sejatinya merupakan titik tolak baru bagi penulis dalam perjalanan menuntut ilmu di

dunia ini. Skripsi ini tentu masih banyak kekurangan di sana-sini, penulis membutuhkan

kritik dan saran. Penyelesaian sksipsi ini tentu tak lepas dari campur tangan orang-orang di

sekitar penulis baik langsung maupun tidak langsung. Dengan bangga penulis ucapkan terima

kasih yang kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN

Syarif HidayatullahJakarta.

3. Dr. Iding Rasyidin, M.Si. dan Suryani M.Si., selaku Ketua Prodi Ilmu Politik dan

Sekretaris Prodi Ilmu Politik.

4. Dr. Chaider S. Bamualim MA., selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus

pembimbing akademik penulis, yang telah banyak meluangkan waktu untuk

berdiskusi dan bertukar pikiran untuk membimbing penulis.

5. Apa Hasan Basri S.Ag dan ama Fatmawati, kedua orang tua penulis yang menjadi

motivator dan inspirator utama bagi penulis untuk terus menuntut ilmu. Kerja dan

pengorbanan yang tak masuk akal untuk ketiga anaknya tak ternilai dan tak akan

mungkin terbalas sampai kapanpun.

Page 7: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

vii

6. Muhammad Zaky Arrafi’iy dan Chairunnisa, kedua adik penulis yang selalu

mengingatkan penulis untuk terus lebih baik agar bisa menjadi contoh bagi mereka.

7. Irsyad Datuak Mangkuto, Pjs. Wali Nagari Simabur dan Ketua BPRN Simabur

periode sebelumnya. Memberikan izin dan informasi berharga, serta bersedia

diwawancarai untuk penelitian skripsi penulis.

8. Muhammad, Wali Nagari Simabur 2009-2015 yang menyempatkan waktu untuk

diwawancarai penulis untuk penelitian skripsi penulis

9. Ibu Las dan Bapak H. Syam, pengasuh panti asuhan Alawiyah Zein Simabaur yang

telah memberikan tumpangan tinggal selama penulis melakukan penelitian di

Nagari Simabur.

10. Irsyafi Idrus Datuak Rajo Lelo Sampono, Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam

Minangkabau (LKAAM) Tanah Datar yang telah meluangkan waktu untuk

berdiskusi mengenai adat dan budaya Minangkabau.

11. Rasman Datuak Mudo (mantan Kepala Desa dan Wali Nagari Simabur, serta cadiak

pandai Nagari Simabur), Datuak Sinaro (Ketua KAN 2014-2020), Datuak

Mangkudum (Ketua BPRN Simabur sekarang), Helsa Idil Fathi (Kepala Jorong

Tanjuang Limau), Zulbahri (Kepala Jorong Koto Tuo), Uda Sam dan Uda Afriamon

(Jorong Simabur), Ibu Musna, Ibu Fatmawati dan Ibu Rahmalidia (Jorong Koto

Tuo), Ustadz Asrul dan Syahrul (Jorong Tanjuang Limau), dan perangkat Nagari

Simabur beserta seluruh masyarakat Nagari Simabur yang telah menjadi

narasumber dan menerima penulis selama melakukan penelitian di Nagari Simabur

yang indah dan sejuk.

12. Keluarga Pak Anas, Keluarga Pak War, Keluarga Pak Tando dan Keluarga Pak

Buyung, kerabat dari bako penulis yang berada di Jakarta dan sekitarnya. Etek

Nurfitri dan Etek Nora, kerabat dari keluarga suku penulis yang berada di Jakarta

Page 8: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

viii

dan sekitarnya. Seluruh keluarga bako dan suku/ibu penulis di kampung halaman

yang memberikan semangat dan bantuan materil kepada penulis selama kuliah.

13. Abrar, Alfiah, Amin, Alice, Andris, Chendi, Devi, Dipo, Rizqi/Bogel, Fahrul,

Fauzan, Fahmi, Faqih, Ferry, Helmi, Mabrur, Kartika Nisa, Rahmat, Rully,

Reinaldy dan Yusuf dan teman-teman Ilmu Politik 2012 kelas A yang tak dapat

penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan selama kurang lebih

3,5 tahun di kampus Fisip.

14. Teman-teman PK IMM FISIP - Ciputat, Angga, Hatta, Sofi, Fawaz, Aqil Aulia,

Zulfana, Rizki Ikhwani, Afifah dan Mukhtara Rama serta kanda Beni, kanda Zuhri,

kanda Farhan, kanda Reza, kanda Aly dan senior-senior komisariat terima kasih

atas pengalaman yang luar biasa yang telah penulis dapat.

15. Teman-teman PC IMM Ciputat terutama Angkatan Belati, Nabila, Dliya, Intan,

Faridha, Selly, Rusli, Faisal, Rusdiana, dan yang lainnya. Juga angkatan di

bawahnya yang sekarang menjabat pimpinan cabang, Ummi Latifah, Anisa

Lesmana, Novita Fauziah, Qonita, Eef, Aldinah, Kholik, dan lainnya yang tak bisa

disebutkan satu-persatu. Terimakasih atas kebersamaannya di ikatan tercinta ini.

16. Teman-teman Kontrakan Anti-Gober, Bang Yusran, Bang Isnan, Bang Along,

Ahmad Rifani, Fachry Fauzan, Afif Hasan, Muslih Muhaimin, Vanny El Rachman.

17. Teman-teman primordial Minangkabau, Rony, Ridwan, Hafizh, Oktaviandri,

Ismail, Dayat, Azmi, Septian, dan lainnya, yang telah menyemangati untuk

menyelesaikan skripsi ini walaupun dengan cara yang berbeda.

18. Teman-teman “lorong kemalingan ASPA”, Aziz, Rio, Fahmi, Rahmat, dan Rizky.

19. Teman-teman KKN Lentera, Yazid, Ridwan, Fauzi, Faruqi, Ahmad Rizki, Reza,

Atika, Risma, Sista, Tria, Ayu, Milla, dan Fitri terima kasih ikut mewarnai

kehidupan penulis.

Page 9: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

ix

20. Terakhir kepada semua pihak, yang tak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih

atas dukungan moril dan materil selama penulis kuliah dan menyusun skripsi ini.

Segala terima kasih penulis ucapkan kepada mereka yang telah membantu penulis

menyusun skripsi ini. Semoga Allah yang maha bijaksana membalas segala kebaikannya.

Jakarta, 4 Mei 2017

Penulis

Muhammad Ruhul Amin

Page 10: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………….….……........ iv

DAFTAR ISI …………………………….…..……………………. x

DAFTAR TABEL ………..……………………….……………. xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah……..……………………………… 1

B. Pertanyaan Penelitian …….………………………..…… 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….……………….… 6

D. Tinjauan Pustaka …….……..……….…………….…… 7

E. Metode Penelitian ..………….………..………………… 9

F. Sistematika Penulisan…………..……..……..…….……. 11

BAB II KERANGKA TEORETIS

A. Teori Elite………………….......................................….. 14

B. Teori Kekuasaan...................................………………… 18

C. Otonomi Daerah dan Pemerintahan Desa ....................... 28

D. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar No. 4 Tahun

2008 tentang Nagari …...................…….………………. 33

BAB III PROFIL ADAT MINANGKABABAU

(NAGARI DAN ELITE LOKAL) DAN PROFIL

NAGARI SIMABUR

A. Nagari…..……......…………………….……………..……. 43

B. Elite Lokal Minangkabau: Tungku Tigo Sajarangan…..…. 47

C. Nagari Simabur

1. Profil Nagari Simabur .....................…....................... 56

2. Potensi Nagari Simabur ................................................. 59

3. Sejarah Nagari Simabur ................................................. 61

4. Elite Lokal Nagari Simabur ........................................... 64

BAB IV KEKUASAAN ELITE LOKAL MINANGKABAU PASCA

PENERAPAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN

TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

NAGARI

A. Kekuasaan Elite Lokal Minangkabau

secara Kultural ……......…………...........………………...... 68

B. Kekuasaan Elit Lokal Berdasarkan Peraturan Daerah

yang Mengikatnnya

1. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor

17 Tahun 2001.......…………………………………. 73

Page 11: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

xi

2. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor

4 Tahun 2008.......…………………………………......... 77

C. Kekuasaan Elite Lokal Minangkabau di Masyarakat

setelah berlakunya Perda Kab. Tanah Datar No.4/2008

1. Dampak Pelaksanaan Perda terhadap Elite Lokal

di Masyarakat Nagari......................................................... 81

2. Kecakapan, Kemampuan dan Kualitas Elite Lokal...... 85

3. Hubungan dan Interaksi dengan Masyarakat Nagari... 95

4. Hubungan dan Peran dalam Pemerintahan Nagari........... 97

D. Analisa Teoretis............................................................................. 101

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 108

B. Saran............................................................................................. 110

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 112

LAMPIRAN

Page 12: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

xii

DAFTAR TABEL

Tabel IV.B.1 Bagan Perubahan Struktur Formal Nagari

di Kabupaten Tanah Datar……...............……………. 80

Page 13: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.C.1 Pemandangan Alam Nagari Simabur ................... 58

Gambar III.C.2 Kantor Nagari Simabur......................................... 66

Page 14: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Sumatera Barat merupakan sebuah provinsi yang didiami mayoritas oleh

suku Minangkabau. Menjadi suatu keunikan tersendiri karena suku tersebut

menganut paham matrelinial dalam aturan persukuan. Dengan paham seperti itu

menempatkan seorang perempuan yang bergelar bundo banduang sebagai pemilik

pusaka suku-nya. Namun yang menjadi perhatian para peneliti sosial dari zaman

pra-Indonesia merdeka, terutama para peneliti dari luar negeri, adalah masalah

kepemimpinan masyarakat Minangkabau yang menunjukan gaya sendiri. Berbeda

dengan masyarakat di Nusantara yang umumnya suatu kesatuan masyarakat

dipimpin oleh satu orang saja yang berpengaruh dalam berbagai urusan,

masyarakat Minangkabau dipimpin oleh tiga kepemimpinan yaitu niniak mamak

(adat), alim ulama (agama), dan cadiak pandai (cerdik pandai). Ketiganya

menjadi poros dalam kepemimpinan masyarakat Minangkabau. 1

Ketiga komponen tersebut menjalin satu kesatuan, yang tercermin dalam

ungkapan “Adat dipimpin penghulu/niniak mamak, agama dipimpin alim ulama,

dan pembangunan dan kemajuan nagari dipimpin cadiak pandai”. Walaupun

terkadang ketiga komponen tersebut terhimpun dalam satu orang atau dua

1 Disebut juga dengan poros kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan, dalam Siti

Zuhro dkk, Demokrasi Lokal: Perubahan dan Kesinambungan Nilai-Nilai Budaya Politik

Lokal di Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Bali (Yogyakarta: Penerbit

Ombak, 2009), 102-104.

Page 15: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

2

komponennya terhimpun dalam satu orang. 2

Penulis menyebut ketiganya sebagai

elite lokal dalam Minangkabau. Karena mereka lah yang menjadi pengambil

keputusan dalam berbagai urusan dalam masyarakat Minangkabau.

Dalam pengaturan strukur masyarakat Minangkabau yang cukup luas,

Nagari menjadi jawaban akan pengelolaan masyarakat dan sumber daya yang

mereka miliki secara mandiri. Nagari secara teritorial sama dengan pemerintahan

Desa di pulau Jawa, namun semangat kemandirian yang dihasilkan dari adat dan

budaya Minangkabau serta bentuk kepemimpinanan yang khas menjadikan Nagari

berbeda dengan modelnya pemerintahan Desa di Pulau Jawa.3 UU No. 5/1979

yang diberlakukan pemerintah Orde Baru yang menyeragamkan bentuk

pemerintahan Desa ke seluruh provinsi yang ada di Indonesia, menjadikan Nagari

dipandang dan diperlakukan sama oleh pemerintah pusat dengan desa-desa yang

ada di Indonesia. Padahal menurut Kusumaatmadja yang dikutip Yasril Yunus

menyatakan pemerintahan Nagari di Sumatera Barat perlu perhatian khusus

karena masyarakat adatnya mampu bertahan dan beradaptasi kuat dan bagus

terhadap intervensi dari luar.4

2 Audrey Kahin, dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatera Barat dan Politik

Indonesia 1926-1998 (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), 3-4. 3 Penulis menyebut Desa hampir sama dengan Nagari karena sama-sama

pemerintahan terendah berada di bawah pemerintahan Kecamatan. Namun desa yang

terbentuk di Sumatera Barat setelah berlakunya UU No. 5/1979 bukanlah Nagari yang

diubah menjadi bentuk desa. Terbentuknya desa perubahan dari bentuk Jorong yang

secara budaya dan tradisi Minangkabau berada di bawah Nagari. 4 Yasril Yunus, “Pemerintahan Nagari di Era Orde Baru: Persepsi Aparatur

Pemerintah Aparatur Pemerintah dan Masyarakat terhadap Pemerintahan Nagari dan

Otoritas Tradisional Minangkabau dalam Kaitannya dengan Prospek Otonomi Daerah di

Minangkabau” Tesis (Malang: Universitas Brawijaya, 2000) [jurnal on-line]; tersedia di

https://jurnalskripsitesis.wordpress.com/2008/03/22/pemerintahan-nagari-di-era-orde-

Page 16: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

3

Penetapan UU No. 22/1999 tentang Otonomi Daerah berdasarkan Tap MPR

No. XV/MPR/1998, menjadi momentum oleh masyarakat Minangkabau untuk

membangun kembali Nagari mereka. Karena dalam peraturan UU No. 22/1999

tersebut jelas disebutkan bahwa desa sebagai kesatuan masyarakat hukum

berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat. Pemerintah Sumatera Barat

menyambut undang-undang tersebut dengan Perda No. 9 Tahun 2000. Namun

sikap yang tergambar dari Perda tersebut hanyalah sebatas nostalgia dari kejayaan

masa lalu yang cukup lama terebut oleh Orde Baru. 5 Terlihat dari peran dari

Ninik Mamak yang cukup penting dalam pengaturan dan kepemimpinan adat

masih cukup marjinal dan terpecah di sekitar kekuasaan Wali Nagari yang

menjadi pemimpin Pemerintah Nagari.6 Baru pada tahun 2007, Pemerintah

Daerah Sumatera Barat mengeluarkan Perda No. 2 Tahun 2007 untuk

memperbarui struktur Nagari. Dan peraturan daerah terbaru yang dikeluarkan

pemerintah kabupaten Tanah Datar bersama DPRD Tanah Datar guna

menindaklanjutinya adalah Peraturan Daerah Kab. Tanah Datar No. 4 Tahun 2008

tentang Nagari.

baru-persepsi-aparatur-pemerintah-dan-masyarakat-terhadap-pemerintahan-nagari-dan-

otoritas-tradisional/; diunduh pada tanggal 4 November 2015. 5 Teungku Rika Valentina dkk, Transisi Demokrasi Lokal dalam Komunitas Elite

Politik Minangkabau Modern: Studi Kasus pada Nagari Jawi-Jawi Kabupaten Solok

(Padang: UNAND, 2009); [buku on-line]; tersedia di

http://repository.unand.ac.id/789/1/artikelnya_DIPA_TENGKU_RIKA_V.2009.doc;

diunduh pada tanggal 17 Novemeber 2015. 6 Yasril Yunus, “Model Pemerintahan Partisipatif yang Partisipatif dalam

Masyarakat Minangkabau,” Demokrasi, Vol. VI No. 2 Tahun 2007. [jurnal on-line]

tersedia di http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/viewFile/1141/976; diunduh pada

tanggal 17 November 2015.

Page 17: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

4

Perda Kab. Tanah Datar No. 4 Tahun 2008 tentang Nagari adalah tindak

lanjut dari Perda Provinsi Sumatera Barat No. 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok

Pemerintahan Nagari. Perda Provinsi Sumatera Barat No. 2 Tahun 2007 hanya

membicarakan mengenai pemerintahan Nagari secara umum. Sedangkan Perda

Kab. Tanah Datar No. 4 Tahun 2008 tentang Nagari mengatur Nagari secara

keseluruhan. Tentu saja nuansanya berbeda, peraturan daerah provinsi hanya

mengatur mengenai pemerintahan Nagari artinya hanya secara umum dan perda

kabupaten Tanah Datar mengatur Nagari secara keseluruhan dan lebih detil.7

Secara tertulis di dalam Perda Kab. Tanah Datar No. 4/ 2008, menyebutkan

bahwa dalam Pemerintahan Nagari terdiri dari Pemerintah Nagari, Badan

Permusyawaratan Rakyat Nagari (BPRN). Pemerintah Nagari dipimpin oleh

seorang Wali Nagari yang dipilih melalui panitia pemilihan yang dibentuk BPRN.

Sedangkan BPRN sendiri merupakan badan musyawarah sebagai perwujudan

demokrasi dalam Pemerintahan Nagari yang beranggotakan unsur dari para elite

lokal Minangkabau seperti yang sebelumnya dibahas yaitu niniak mamak, alim

ulama dan cadiak pandai (cerdik pandai) serta ditambah dengan perwakilan dari

bundo kanduang dan dari perwakilan pemuda. Selain itu terdapat institusi

Kerapatan Adat Nagari (KAN) yang berisikan seluruh niniak mamak dalam nagari

7 Yasril Yunus, “Perbedaan Persepsi Penyelenggara Nagari Luhak dan Rantau

terhadap terhadap Model Pemerintahan Nagari yang Partisipatif,” Tingkap, Vol. IX No. 1

Tahun 2013. [jurnal on-line] tersedia di

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=129188&val=1549; diunduh pada

tanggal 7 November 2015.

Page 18: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

5

sebagai institusi yang berwenang dalam urusan adat di nagari. KAN bersifat

konsultatif dan koordinatif terhadap Pemerintahan Nagari.

Adanya Perda Kab. Tanah Datar No. 4/2008 tentang Nagari menjadikan

para elit lokal Minangkabau (niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai)

terlembaga secara formal yang diatur oleh peraturan daerah dalam

pelaksanaannya. Peran ketiga komponen kepemimpinan di Minangkabau, niniak

mamak, alim ulama dan cadiak pandai, tidak lagi bisa dihimpun oleh satu orang

saja. Karena dalam perda tersebut mensyaratkan jumlah minimal anggota BPRN

sebanyak 5 orang, yang artinya masing-masing komponen (selain bundo

kanduang dan pemuda) dari ketiga unsur kepemimpinan minimal satu orang dari

satu komponen. Kerapatan Adat Nagari (KAN) yang terbentuk merupakan

lembaga para niniak mamak. KAN juga menginisiasi pembentukan lembaga unsur

alim ulama, cadiak pandai, pemuda dan bundo kanduang. Akibatnya seseoarang

elite lokal Minangkabau hanya berada pada satu unsur kepemimpinan, walau

punya kualitas lebih dari satu unsur tersebut.

Pertanyaan kemudian adalah apakah benar dengan adanya lembaga formal

yang menampung kepentingan dan kekuasaan mereka dalam masyarakat nagari

melalui BPRN, akan membuat kekuasaan mereka menjadi lebih diberdayakan

atau malah menjadi suatu pembatasan dari kekuasaan mereka sebelum

dilembagakan suatu kebijakan formal berupa perda dengan lembaga BPRN.

Dengan kata lain penulis tertarik melihat kekuasaan dan pengaruh dari elite lokal

Minangkabau dalam struktur Nagari yang terlaksana dari peraturan daerah

setempat yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar No. 4 Tahun 2008.

Page 19: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

6

Salah satu Nagari di Kabupaten Tanah Datar yang tentu saja menerapkan

Perda Kab. Tanah Datar No. 4 Tahun 2008 adalah Nagari Simabur, Kecamatan

Pariangan, Kabupaten Tanah Datar. Penelitian akan dilakukan di Nagari Simabur

yang merupakan bagian dari Kecamatan Pariangan yang merupakan daerah awal

(daerah tuo) dari masyarakat Minangkabau. Daerah awal Minangkabau terkenal

akan kekukuhannya menjaga tradisi dan adat-istiadat, sehingga akan sangat

menarik melihat bentuk relasi kekuasaan elite lokal mereka terlembaga atau

terstruktur dalam institusi Nagari. Nagari Simabur akan menjadi studi kasus

dalam melihat relasi kekuasaan elite lokal Minangkabau pasca penerapan Perda

Kab. Tanah Datar No. 4 Tahun 2008. Sedangkan untuk rentang waktunya akan

diambil dari tahun mulai efektifnya pemberlakuan perda tersebut yaitu tahun 2009

hingga tahun 2015.

B. Pertanyaan Penelitian.

1. Bagaimana relasi kekuasaan elit lokal Minangkabau pasca penerapan

Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar No. 4/2008 tentang Nagari?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan kekuasaan elite lokal Minangkabau dalam masyarakat

dan pemerintahan Nagari setelah berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten

Tanah Datar No. 4 Tahun 2008 tentang Nagari.

2. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, mampu memberikan pengtahuan dan kontribusi teoritis

terhadap ilmu politik.

Page 20: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

7

2. Secara praktis, diharapakan penelititan ini mampu memperluas

pengetahuan peneliti mengenai kekuasaan elit lokal sebagai bagian dari

kajian ilmu politik

3. Secara umum, dapat memberikan gambaran, referensi dan evaluasi

terhadap kekuasaan elit lokal setelah pelembagaan kekuasaan mereka di

era-reformasi ini.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian terdahulu yang mirip dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan Haryanto (2009) dengan judul “Elite Politik Lokal dalam Perubahan

Sistem Politik,” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 13, (November 2009). Dalam

penelitian tersebut Haryanto melihat pengaruh struktur pada daya kekuasaan elit

lokal yang telah lama hidup di masyarakat sebelum adanya strukturisasi

kekuasaan mereka secara formal. Menggunakan teori dari Anthony Giddens, yang

melihat dualisme peran struktur terhadap kekuasaan elite yaitu pembatasan atau

pemberdayaan. Karena menurut Giddens yang dikutip Haryanto, struktur terdiri

dari aturan main (rules) dan sumber daya. Dengan adanya kedua hal tersebut,

struktur bisa jadi sebagai suatu pembatasan terhadap elite lokal dan bisa juga

menjadi suatu pemberdayaaan terhadap kekuasaan elite lokal. Hasilnya adalah

elite lokal mengalami kedua hal tersebut yaitu pembatasan dan pemberdayaan.

Elite sendiri yang harus menyiasati struktur tersebut bagaimana struktur

tersebut bisa memberdayakan kekuasaan mereka. Ringkasnya relasi dan

kemampuan menyiasati terhadap strurktur lah, yang menentukan apakah struktur

menjadi pembatas atau pemberdaya kekuasaan elite lokal. Namun penelitian

Page 21: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

8

tersebut sangat lah umum, tidak mengambil objek atau studi kasus di daerah-

daerah. Haryanto menggambarkan secara umum situasi nasional mengenai

peranan struktur terhadap kekuasaan elite politik lokal. Haryanto tidak berpijak

pada studi kasus yang jelas, hanya menggambarkan secara umum bagaimana

pengaruh struktur terhadap kekuasaan elite lokal di Indonesia secara keseluruhan.

Penelitian lainnya mengenai nagari adalah yang dilakukan oleh Siti Zuhro

dkk. Hasil penelitian tersebut terbit dengan judul Demokrasi Lokal di Indonesia.

Termasuk di dalamnya juga membahas tentang Nagari yang ada di Kabupaten

Tanah Datar, Sumatera Barat. Penelitian yang dilakukan tahun 2008 tersebut

fokus pada bahasan praktik-praktik demokrasi yang terjadi pada tingkat lokal

dengan studi kasus di beberapa daerah termasuk di Sumatera Barat yang salah

satu sampelnya di salah satu nagari di Kab, Tanah Datar yaitu Nagari

Minangkabau.

Penelitian terhadap Nagari sendiri cukup banyak dilakukan oleh para

akademisi seperti yang dilakukan Bartoven Vivit Nurdin dengan judul “Antara

Negara dan Nagari: Konstelasi Elite Lokal dalam Rekonstruksi di Minangkabau

pada masa Otonomi Daerah,” Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan

Pembangunan 3, (Juli-Desember, 2009). Penelitian tersebut melihat bagaimana

strategi yang dilakukan para elite lokal dalam rangka berbagai kepentingan.

Difokuskan pada bagaimana elite lokal memandang, menginterprestasi dan

menanggapi kenyataan yakninya dibentuknya pemerintahan Nagari dengan

momentum Otonomi Daerah. Sifat penelitian adalah setting, tidak mengambil

data terfokus pada satu Nagari.

Page 22: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

9

Penelitian tentang Nagari lebih luas dilakukan oleh Yusril Yunus dengan

judul “Pemerintahan Nagari era Orde Baru: Persepsi Aparatur Pemerintah dan

Masyarakat terhadap Pemerintahan Nagari dan Otoritas Tradisional Minangkabau

dalam kaitannya dengan Prospek Otonomi Daerah.” Penelitian tersebut

mendeskripsikan banyak hal dan menemukan banyak hal tentang nagari mengenai

strukrur nagari, otoritas tradisional yang demokratis, persepsi aparatur pemerintah

dan masyarakat yang mendukung pembentukan nagari dan juga terdapat

tantangan yang akan dihadapi nagari nantinya ketika terbentuk. Penelitian tersebut

dilakukan di tiga nagari, ketiga nagari tersebut berada pada kabupaten yang

berbeda, dan dilakukan pada tahun 2000. Penelitian tersebut bertujuan melihat

prospek pemerintaha Nagari setelah menghadapi penyeragaman selama masa

orde-baru.

Berdasarkan penelitian diatas, penelitian yang penulis lakukan akan menjadi

sesuatu yang baru terutama melihat bagaimana pengaruh struktur yang terbentuk

akibat penerapan Peraturan Daerah di Kabupaten Tanah Datar. Pengaruh struktur

tersebut terhadap relasi kekuasaan elite lokal Minangkabau, dengan mengambil

studi kasus di Kanagarian Simabur, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah

Datar. Dalam rentang waktu setelah penerapan perda yaitu tahun 2009 hingga

tahun 2015.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Suatu metode penelitian

yang digunakan untuk menemukan pengetahuan terhadap subjek

Page 23: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

10

penelitian pada suatu saat tertentu. Penelitian ditujukan untuk

mengumpulkan informasi mengenai subjek penelitian dan perilaku

subjek penelitian pada suatu periode tertentu. Penelitian kualitatif

deskriptif akan mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada,

yaitu keadaan yang menurut apa adanya saat penelitian dilakukan.8

2. Jenis data yang akan digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Data primer yaitu data yang langsung dapat dari objek penelitian di

lapangan berupa wawancara dengan beberapa narasumber dan

pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder didapat dari

hasil bacaan dari buku-buku dan tulisan-tulisan di jurnal atau media serta

keterangan-keterangan terkait dengan masalah penelitian.9

3. Sumber data penelitian adalah hasil wawancara dari para pejabat nagari

baik terutama yang berada pada Badan Permusyawaratan Nagari

(BPRN), Wali Nagari, Kerapatan Adat Nagari (KAN), dan beberapa

warga yang berdomisili lama di nagari tersebut (Kanagarian Simabur)

semenjak perda No. 4/2008 dikeluarkan.

4. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menghimpun data dari

lapangan penelitian melalui wawancara dengan instrument tertutup yaitu

wawancara yang seperangkat daftar pertanyaannya dijawab langsung

8 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualiatatif (Ciputat: Referensi,

2013), 9-11. 9 Mukhtar, Metode Praktis Penelirtian Deskriptif Kualitatif, 100.

Page 24: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

11

oleh subjek penelitian. Peneliti tidak menyiapkan jawaban dalam

instrument tersebut.10

5. Teknik pengolahan data dilakukan secara mengalir (flow mode analysis).

Menurut Miles dan Huberman ada empat aktivitas dalam melakukan

analisis data secara mengalir yaitu pengumpulan data, reduksi data,

display data dan verifikasi atau menarik kesimpulan.11

F. Sistematika Penulisan

Bab I berisi latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab II berisi penguatan dari kerangka teori yakninya penjelasan teori-teori

yang dipakai dalam penelitian. Dan juga penjelasan isi Perda Kabupaten Tanah

Datar No. 4 Tahun 2008 tentang Nagari.

Bab III berisi penjelasan mengenai Nagari sebagai konsep pemerintahan

terendah yang mandiri di Minangkabau dan konsep kepemimpinan dalam

masyarakat Nagari. Penjelasan profil Nagarian Simabur, Kecamatan Pariangan,

Kabupaten Tanah Datar. Penjelasan mengenai kewenangan yang didapat dari

institusi Nagari terhadap para elite lokal Minangkabau (ninik mamak, alim ulama,

cadiak pandai).

10

Mukhtar, Metode Praktis Penelirtian Deskriptif Kualitatif, 118. 11

Mukhtar, Metode Praktis Penelirtian Deskriptif Kualitatif, 135.

Page 25: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

12

Bab IV berisi pembahasan bagaimana struktur Nagari yang terbentuk

setelah penerapan Perda Kab. Tanah Datar No. 4 Tahun 2008 mempengaruhi

kekuasaan elite lokal Minangkabau (ninik mamak, alim ulama dan cadiak

pandai). Pembahasan akan terfokus pada relasi kekuasaan elite lokal

Minangkabau pasca penerapan Perda Kab. Tanah Datar No. 4 Tahun 2008 dengan

studi kasus Nagari Simabur, Kecamatan Priangan, Kabupaten Tanah Datar dalam

rentang tahun 2009-2015.

Bab V berisi berupa kesimpulan dan saran dari skripsi ini.

Daftar Pustaka berisi buku, jurnal, dokumen elektronik dan wawancara yang

penulis gunakan dan lakukan sebagai rujukan dan sumber informasi dalam

pembahasan penelitian ini.

Page 26: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

13

BAB II

KERANGKA TEORI

Bab II(dua) ini, penulis menjelaskan mengenai teori elite dan teori

kekuasaan yang penulis gunakan dalam melihat relasi kekuasaan elite lokal

Minangkabau pasca Perda Kab. Tanah Datar No. 4 Tahun 2008. Teori elite

penulis kutip dari Vilfredo Pareto, Gaetano Mosca, Harold Laswell dan C. Wright

Mills di dalam beberapa referensi terkait. Teori elite digunakan untuk melihat

posisi niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai dalam masyarakat nagari.

Sedangkan mengenai teori kekuasaan, penulis mengutip dari Ramlan Surbakti,

Wahidin dan Charles F. Andrain, juga dalam beberapa buku referensi. Teori

kekuasaan digunakan untuk melihat hubungan kekuasaan niniak mamak, alim

ulama dan cadiak pandai, dengan masyarakatnya dan juga dengan pemerintahan

Nagari. Sub-bab selanjutnya menjelaskan mengenai otonomi daerah dan

pemerintahan desa. Pemberlakuan dan perluasan otonomi daerah juga berimbas

pada pengelolaan pemerintahan desa di seluruh daerah, termasuk di Kabupaten

Tanah Datar, Sumatera Barat, yang menggunakan Nagari sebagai model

pemerintahan terendah di daerah tersebut. Sub-bab terakhir dari bab II ini adalah

penjelasan mengenai Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar No. 4 Tahun 2008

tentang Nagari. Dijelaskan pada sub-bab tersebut tentang nagari dan elite lokal

yang masuk struktur nagari berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar

No. 4 Tahun 2008.

Page 27: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

14

A. Teori Elite

Teori elite bersandar pada asumsi bahwa setiap masyarakat terbagi dalam 2

kategori yang luas yang meliputi:

1. Sekelompok kecil manusia yang berkemampuan dan karenanya

menduduki posisi untuk memerintah, dan

2. Sejumlah besar massa yang ditakdirkan untuk diperintah.1

Teori elite politik muncul dari diskusi seru para ilmuwan sosial seperti

Joseph Schumpeter (ekonom), Harold Lasswell (ilmuwan politik) dan C. Wright

Mills (sosiolog). Mereka melacak tulisan dari pemikir Eropa pada masa awal

munculnya Fasisme diantaranya Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca (Italia),

Roberto Michels (Jerman) dan Jose Ortega Y. Gasset (Spanyol). Pareto percaya

bahwa setiap masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil orang yang

mempunyai kualitas-kualitas yang diperlukan bagi kehadiran mereka pada

kekuasaan sosial dan politik yang penuh. Menurut Pareto, masyarakat terbagi

kepada dua kelas yaitu lapisan atas yaitu elite (elite terbagi dua kepada elite

memerintah dan elite yang tidak memerintah), dan lapisan yang lebih rendah yaitu

non elite.2

Konsekuensi logis munculnya elite dalam masyarakat adalah kondisi

alamiah dari masyarakat itu sendiri yakni heterogenitas sosial dalam masyarakat.

Menurut Pareto, dari segi intelektual, moral dan fisik, individu-individu tersebut

tidak lah sama, sehingga terjadi lah perbedaan-perbedaan dalam masyarakat yang

1 SP Varma, Teori Politik Modern (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), 197.

2 SP Varma, Teori Politik Modern, 199-200.

Page 28: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

15

dapat dilihat pada perbedaan kelompok-kelompok yang ada di dalamnya. Dalam

masyarakat terdapatlah kelompok keagamaan, profesi (ikatan profesi), ekonomi

(pengusaha), budaya, politik dan lain-lainnya. dan setiap kelompok selalu terdapat

segelintir orang yang lebih cakap dan berpengaruh dibandingkan yang lainnya.

Mereka lah yang disebut dengan elite yang tampil di depan sebagai pihak

berpengaruh dalam kelompok. 3

Dalam pemerintahan dikenal dua elite yang punya cara berbeda dalam

merebut kekuasaan yaitu the lions (singa) dan the foxes (rubah). The lions (singa)

merebut kekuasaan dengan kekuatan dan kekerasan fisik. Terutama ketika negara

dalam situasi genting, bahaya atau kritis, the lions berpeluang sangat besar dalam

merebut kekuasaan. Sementara the foxes (rubah) lebih mengandalkan taktik dan

strategy dalam merebut dan mengendalikan kekuasaan. Termasuk dalam the foxes

ini adalah para cerdik cendikia, para pemimpin yang mahir dan lihai serta para

pengusaha atau pebisnis. Mereka lebih berperan ketika negara dalam keadaan

damai. 4

Elite menurut Pareto adalah sebagian kecil anggota masyarakat atau

beberapa orang yang memiliki pengaruh, diikuti dan dipatuhi oleh sebagian besar

lain anggota masyarakat. Mereka diikuti karena kecakapan yang memadai dan

kualitas di atas rata-rata anggota masyarakat kebanyakan.

Gaetano Mosca lebih radikal dalam mengenalkan teori elite dan sirkulasi

elite dalam melihat klasifikasi pemerintahan. Seperti yang dikutip SP Varma,

Mosca menolak dengan gigih klasifikasi pemerintahan ke dalam bentuk-bentuk

3 P. Anthonius Sitepu, Teori-teori Politik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 82-83.

4 Sitepu, Teori-teori Politik, 83.

Page 29: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

16

Monarki, Aristrokasi, dan Demokrasi. Gaetano Mosca menegaskan hanya satu

bentuk pemerintahan yaitu Oligarki, yaitu pemerintahan yang dipimpin oleh

segelintir atau sekelompok orang. Menurut Mosca, dalam semua masyarakat yang

telah mencapai peradaban hingga masyarakat yang paling maju dan kuat, selalu

muncul dua kelas dalam masyarakat yaitu kelas yang memerintah dan kelas yang

diperintah. Kelas pertama jumlahnya lebih sedikit, memegang semua fungsi

politik, memonopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan-keuntungan yang

didapat dari kekuasaan. Sementara kelas yang kedua, jumlahnya lebih besar,

diatur dan dikontrol oleh yang pertama, terwakili dan mensuplai kebutuhan kelas

yang pertama. Menurut Mosca, yang membedakan kelas pertama dengan kelas

kedua adalah kecakapan untuk memimpin dan menjalankan kontrol politik.5

Elite berdasarkan pandangan Mosca adalah sekelompok kecil manusia yang

punya kemampuan lebih, punya kecakapan dalam memimpin dan mengontrol

masyarkat. Mereka dapat memerintah dalam artian diikuti oleh sebagian besar

anggota masyarakat lainnya.

Elite menurut Laswell, dikutip Soelaeman Soemadi, merupakan suatu

kelas yang terdiri dari beberapa orang yang berhasil mencapai kedudukan yang

dominan dalam masyarakat. Nilai (values) yang mereka bentuk, diciptakan atau

dihasilkan mendapat penilaian yang tinggi dalam masyarakatnya. Nilai-nilai yang

dimaksud berupa kekuasaan, kekayaan, kehormatan, pengetahuan dan sebagainya.

Lanjut Laswell, orang-orang yang berhasil memiliki paling banyak (nilai-nilai)

disebut elite, orang lain selebih dan selain mereka disebut dengan massa. Elite

5 Sitepu, Teori-teori Politik, 85.

Page 30: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

17

memiliki sebagian banyak dari nilai-nilai, karena kecakapan serta sifat-sifat

kepribadian mereka.6

Wright Mills, dikutip Soelaeman, mengatakan elite adalah mereka yang

menduduki posisi komando pada puncak-puncak pranta-pranata utama dalam

masyarakat. Kedudukan institusional mereka yang utama utama tersebut,

menjadikan mereka para elite mengambil keputusan-keputusan yang akibatnya

dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Kekuasaan mereka bersumber pada

pranata-pranata sosial. Pranata-pranata sosial merupakan saluran-saluran yang sah

untuk memaksakan keputusan. Dalam kata lain, menurut Mills, elite terdiri dari

orang-orang yang menduduki puncak-puncak pranata sosial yang sekaligus

merupakan pula gagasan dari kekuasaan, kekayaan, gengsi sosial dan sebagainya.7

Beberapa ahli yang membicarakan mengenai elite dari yang penulis

paparkan pada pragraf-pragraf sebelumnya, dapat dilihat kesamaan dalam

penjelasannya. Kesamaan yang cukup jelas tergambar adalah jumlah yang sedikit,

memegang kekuasaan baik yang dibekali dengan alat pemaksa maupun hanya

dengan pengaruh, dan memiliki kecakapan dan kualitas lebih dibanding sebagian

lain dalam masyarakat.

Kesamaan sangat bisa dimaklumi karena keempat tokoh tersebut memang

para ilmuwan politik yang menggunakan pendekatan elite dalam penjelasan

mereka terhadap politik. Terutama Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca

merupakan dua tokoh yang lebih dahulu mengenalkan teori elite dalam disiplin

6 Soelaeman Soemardi, “Cara Pendekatan terhadap Kekuasaan sebagai Gejala

Sosial,” dalam Miriam Budiardjo (editor), Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa,

cet. 3, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1991), 37. 7 Soemardi, Cara Pendekatan terhadap Kekuasaan, 36.

Page 31: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

18

ilmu politik. Berada pada masa yang sama, sehingga tak heran penjelasan

keduanya terhadap elite hampir sama. Walaupun duluan Pareto yang menjelaskan

teori elite, baru kemudian Mosca. Tulisan keduanya, menurut SP Varma, dilacak

dan diperkenalkan kembali oleh ilmuwan politik selanjutnya dan diantara pelanjut

keduanya adalah Harold Laswell dan Wright Mills. Laswell berkontribusi pada

nilai, sedangkan Mills pada pranata sosial yang menjadi saluran sah elite tersebut.

B. Teori Kekuasaan

Ada beberapa term atau konsep yang sangat terkait dengan kekuasaan.

Menurut Ramlan Surbakti, konsep kekuasaan berkaitan dengan beberapa konsep

lainnya yaitu: influence (pengaruh), persuasion (persuasi), manipulasi, coercion,

force dan authority (kewenangan). Konsep-konsep tersebut merupakan bagian

dari kekuasaan. Masing-masing konsep punya definisi sendiri, sehingga keenam

konsep tersebut tidak lah sama.8

Berikut definisi masing-masing konsep tersebut menurut Ramlan Surbakti.9

1. Influence (pengaruh) definisinya adalah kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi orang lain untuk mengubah sikap dan perilakunya secara

sukarela.

2. Persuasi merupakan kemampuan meyakinkan orang lain dengan

menggunakan argumentasi untuk melakukan sesuatu.

8 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grasindo, 2010), 71.

9 Ramlan, Memahami Ilmu Politik, 71-72.

Page 32: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

19

3. Manipulasi adalah penggunaan pengaruh sementara yang dipengaruhi

tidak menyadari bahwa tingkah lakunya sebenarnya mematuhi keinginan

yang memegang kekuasaan.

4. Coercion adalah peragaan kekuasaan dengan paksaan yang dilakukan oleh

seseorang atau kelompok terhadap pihak lain agar bersikap dan

berperilaku sesuai dengan kehendak pemilik kekuasaan. Contoh dalam hal

ini adalah penangkapan oleh polisi dan penginterogasian oleh militer.

5. Force adalah penggunaan tekanan fisik seperti membatasi kebebasan,

penimbulan rasa sakit ataupun membatasi pemenuhan kebutuhan biologis

terhadap pihak lain agar melakukan sesuatu.

6. Authority (kewenangan) merupakan konsep salah satu yang paling dekat

dengan konsep kekuasaan. Menurut Damsar yang diambil dari gagasan

Weber tentang kekuasaan, kewenangan merupakan suatu legitimasi atau

hak atas dasar suatu kepercayaan untuk memengaruhi orang lain untuk

melakukan sesuatu. Jadi menurut Damsar juga, kewenangan adalah

bentuk kekuasaan yang sah atau yang memiliki legitimasi.10

Menurut Miriam Budiardjo, kebanyakan ahli politik berbicara mengenai

kekuasaan, bertolak dari perumusan Max Weber. Max Weber, seperti dikutip

Miriam, mengatakan “kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu

hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami

10

Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, Edisi Revisi, cet. 2 (Jakarta: Kencana,

2012), 66.

Page 33: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

20

perlawanan, dan apa pun dasar kemammpuan ini”.11

Pemikiran Weber yang

banyak dikenal adalah metodologinya dalam perumusan skema konseptual untuk

mengkaji kekuasaan politik.

Kekuasaan menurut Stephen K. Sanderson berhubungan erat dengan

pengaruh dan kewenangan. Ketiganya, kekuasaan, pengaruh dan kewenangan,

terjalin dalam suatu mekanisme politik. Sanderson merangkai ketiganya dalam

suatu mekanisme politik secara berurutan yaitu dimulai dari pengaruh, lalu

kekuasaan dan akhirnya berwujud kewenangan.12

Weber menawarkan dalam mengkaji kekuasaan, menggunakan 3 tipe ideal

dalam otoritas dan legitimasi yakninya: rasional, tradisional dan karismatik.

Menurut Weber, seperti dikutip Henry J. Schmandt, otoritas rasional atau legal

terletak pada keyakinan dalam aturan-aturan dan hak orang-orang untuk meraih

kekuasaan di bawah aturan-aturan ini untuk membuat keputussan. Jabatan dan

kekuasaan dalam tipe ini dibangun dan dibatasi hukum. Otoritas tradisional

didasarkan pada keyakinan kesucian kuno dan status sahnya penguasa berada di

bawah tradisi tersebut. Sedangkan otoritas karisma bersandar pada pribadi yang

mempunyai kualitas tertentu yang membuatnya berbeda dengan orang awam,

dianggap mempunyai kekuatan dan kualitas supranatural dan atau setidaknya

punya kualitas khusus yang luar biasa.13

11

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, edisi revisi, cet. 3 (Jakarta:

Gramedia, 2008), 60. 12

Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, 66-67. 13

Henry J. Schmandt, Filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno

sampai Zaman Modern, terjm. Ahmad Baidlowi dan Imam Baihaqi, cet.3 (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009), 630-631.

Page 34: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

21

Pengaruh, menurut Sanderson, memiliki wilayahnya di dalam suatu

masyarakat yang sederhana. Di dalam masyarakat tersebut, seorang pemimpin

yang memiliki pengaruh berinteraksi secara intens atau dengan intensitas yang

cukup. Sehingga dari hasil tatap muka dan interaksi yang cukup tersebut

menghasilkan suatu “kontrol sosial” yang cukup ketat. Prosesnya menurut

Sanderson, adalah proses yang informal. Dan kontrol sosial yang dimaksud oleh

Sanderson merujuk atau identik dengan yang dimaksud pengaruh oleh Sanderson

sendiri. Kontrol sosial yang dimiliki oleh seorang pemimpin tadi, dia akan dengan

leluasa untuk memberikan anjuran, himbauan dan tentu saja dengan harapan dapat

dilaksanakan oleh masyarakat. Lebih lanjutnya Sanderson mengatakan tidak ada

jamininan bahwa saran, imbauan dan keputusan dari pemimpin yang memiliki

pengaruh tersebur akan dilaksanakan secara langsung dan oleh semua masyarakat.

Dikutip Damsar, “...tidak menjamin saran dan nasihat yang diberikannya serta-

merta dilaksanakan...”.14

Jadi, menurut Sanderson, pengaruh adalah proses suatu perilaku, keputusan

dan saran akan diikuti dan ditiru oleh orang lain, dalam hal ini adalah masyarakat.

Pengaruh dalam pengertian Sanderson merupakan suatu kekuatan alamiah, yang

didapat dalam keseharian masyarakat yang dapat menarik perhatian dan minat

masyarakat sehingga mengikuti saran, keputusan dan himbauan dari yang

memiliki pengaruh tersebut. Tentu saja pengaruh berlangsung dan menonjol

dalam masyarakat yang sederhana. Poin penting dalam pengertian pengaruh

14

Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, 67.

Page 35: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

22

menurut Sanderson adalah masyarakat sederhana, berskala kecil, berstruktur

sederhana dan dengan interaksi tatap muka sebagian besar anggotanya.

Menjadi perhatian penulis adalah konsep masyarakat sederhana yang

dimaksud oleh Sanderson. Karena tidak ada penjelasan yang cukup di dalam

kutipan yang dilakukan oleh Damsar di buku Pengantar Sosiologi Politik. Penulis

berpendapat, berdasarkan pengertian pengaruh oleh Sanderson yang dikutip

Damsar, bahwa masyarakat sederhana tersebut merujuk kepada Desa di Jawa,

Dusun di Palembang atau Nagari di Sumatera Barat. Karena masyarakatnya relatif

tidak berjumlah banyak, dengan struktur pemerintahan yang sederhana dan antar

masyarakat baik secara individu atau kelompok secara sebagian besar dapat

berinteraksi tatap muka yang cukup.

Kekuasaan, menurut Sanderson yang dikutip Damsar, adalah kemampuan

untuk mengendalikan perilaku orang lain atau bahkan memadamkan usaha

menentangnya. Ada dimensi paksaan, kekuatan dan penggunaan kekerasan dalam

kekuasaan. Paksaan, kekuatan dan kekerasan digunakan unuk menjamin

tercapainya keinginan dari pemegang kekuasaan dan meredam perlawanan

terhadapnya. Jadi menurut Damsar, yang menjadi pembeda pengaruh dan

kekuasaan oleh Sanderson adalah dalam menjamin tercapainya keinginan dan

meredam perlawanan terhadapnya. Kalau dalam pengaruh, imbauan, saran,

nasihat dan sejenisnya diikuti dengan sukarela oleh masyarakat tanpa jaminan

akan diikuti serta-merta. Sehingganya dalam kekuasaan sudah naik menjadi

Page 36: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

23

adanya jaminan kepatuhan dan peredaman terhadap usaha perlawanan yaitu

dengan penggunaan paksaan, kekuasaan dan kekerasan. 15

Kewenangan (authority), menurut Sanderson adalah transformasi dari

kekuasaan. Transformasi yang dimaksud adalah berkembangnya kekuasaan yang

syarat dengan paksaan dan kekuatan kekerasan menjadi suatu kepatuhan atau

ketundukan yang didasarkan atas komitmen psikologis berdasarkan rasionalitas

dan legalitas tertentu. Kepatuhan dalam ranah kekuasaan dikarenkan pengaruh

dari luar yaitu orang yang memiliki kekuasaan. Bukan dari dalam diri berupa

komitmen dari masyarakat atau anggota yang dikuasai. Kepatuhan dalam ranah

kekuasaan menuntut si pemegang kekuasaan untuk terus bisa dan konsiten dalam

penggunaan kekuataan, paksaan dan kekerasan. Tanpa konsistensi demikian,

kepatuhan akan hilang. Sehingga untuk membuat kepatuhan dan ketundukan

tersebut berlangsung terus menerus dan berasal dari dalam diri anggota atau

masyarakat, dikembangkan lah suatu rasionalitas atau legalitas tertentu yang

menjadi dasar komitmen psikologi semua anggota dan masyarakat.

Penggunaan term atau istilah kekuasaan dan pengaruh tampaknya beberapa

ahli membedakannya dengan alat pemaksa sebagai pembedanya. Kekuasaan

mempunyai suatu alat pemaksa yang dilegitimasi oleh suatu aturan yang sah

dalam masyarakat baik dari aturan tradisi dan budaya maupun aturan legal-formal

oleh pemerintahan yang membawahi mereka. Miriam Budiarjo mengatakan

walaupun para ahli kadang-kadang membedakan pengertian kekuasaan dan

pengaruh, tetapi mereka lebih sering tidak membedakan penggunaan kedua istilah

15

Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, 67.

Page 37: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

24

tersebut. Mereka lebih sering memakai istilah kekuasaan untuk merujuk pada

kemampuan untuk membuat orang lain melakukan hal seperti yang diinginkan si

pemegang kekuasaan.16

Sehingga penulispun dalam penelitian ini memilih

memakai isitilah kekuasaan terhadap elite lokal di Minangkabau.

Menurut Wahidin yang dikutip Anthonius Sitepu, ada enam sumber

kekuasaan dilihat dari teknis dan formal administratif, yaitu :17

1. Kekuasaan balas jasa (reward power) yaitu kekuasaan yang legitimasinya

bersumber dari sejumlah balas jasa yang sifatnya positif (uang,

perlindungan, perkembangan karier dan sebagainya) yang diberikan

kepada pihak penerima guna melaksanakan sejumlah perintah atau

persyaratan lain. Faktor ketundukannya adalah harapan atau keinginan dari

yang dikuasai melakukan sesuatu dari yang punya kekuasaan, agar

memperoleh sesuatu seperti yang dijanjikan.

2. Kekuasaan paksaan (coercive power) berasal dari perkiraan orang bahwa

hukuman (dipecat, ditegur, didenda dan hukuman fisik) akan diterimanya

jika tidak melakukan sesuai perintah pemegang kekuasaan. Kekuasaan

disini menjadi suaut motivasi yang bersifat repressif terhadap kejiwaan

seseorang untuk tunduk pada kekuasaan pimpinan itu dan melaksanakan

seperti apa yang dikehendaki.

3. Kekuasaan legitimasi (legitimate power) merupakan kekuasaan yang

berkembang atas dasar dan berangkat dari nilai-nilai intern yang

16

Miriam Budiardjo, “Konsep Kekuasaan: Tinjauan Kepustakaan,” dalam Miriam

Budiardjo (editor), Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa, cet. 3, (Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan, 1991), 21. 17

Sitepu, Teori-teori Politik, 54-55.

Page 38: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

25

mengemuka dari dan sering bersifat konvensional bahwa seorang

pimpinan mempunyai hak yang sah untuk mempengaruhi bawahannya.

Legitimasi dalam konteks ini diperoleh atas dasar aturan formal akan

tetapi juga bersumber pada kekuasaan muncul karena kekuatan alamiah

dan kekuatan akses dalam pergaulan bersama yang mendudukan seseorang

untuk memperoleh legitimasi suatu kekuasaan.

4. Kekuasaan pengendalian atas informasi (control of information power).

Kekuasaan ini ada dan berasal dari kelebihan atas suatu pengetahuan di

mana orang lain tidak memilikinya. Cara seperti ini dipergunakan dengan

pemberian atau menahan informasi yang dibutuhkan oleh orang lain maka

mau tidak mau harus tunduk (secara terbatas) pada kekuasaan pemilik

informasi. Pemilik informasi dapat mengatur sesuatu yang berkenaan

dengan peredaran informasi, atas legitimasi kekuasaan yang dimilikinya.

5. Kekuatan panutan (referent power), kekuasaan yang muncul didasarkan

atas pemahaman secara kultural dari orang-orang dengan status sebagai

pemimpin. Masyarakat menjadikan pemimpin itu sebagai panutan simbol

dari perilaku mereka. Aspek kultural yang muncul dari pemahaman

religiusitas direfleksikan pada kharisma pribadi, keberanian, sifat simpatik

dan sifat-sifat yang tidak ada pada kebanyakan orang .

6. Kekuatan keahlian (expert power), kekuasaan ini ada dan merupakan hasil

dari tempaan yang lama dan muncul karena sesuatu keahlian dan ilmu

pengetahuan. Kelebihan ini menjadikan seseorang pemimpin dan secara

alamiah berkedudukan sebagai pemimpin dalam bidang keahliannya.

Page 39: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

26

Kekuasaan menurut Charles F. Andrain yang dan dikutip Damsar, adalah

penggunaan sejumlah aset atau sumber daya yang menjadi sumber kekuasaan

untuk menuntut kepatuhan dari sejumlah orang yang dipengaruhi. Dalam

pelaksanaan kekuasaan, menurut Andrain, ada proses mobilisasi, kordinasi dan

penganggulangan akan penolakan terhadap si pemegang kekuasaan. 18

Sedangkan

sumber daya bagi kekuasaan menurut Charles F. Andrain yang dikutip Anthomius

Sitepu ada 5 tipe yaitunya:19

1. Sumber daya fisik, seperti senjata, senapan, rudal, penjara, teknologi dan

aparat yang menggunakan senjata-senjata itu dan yang sejenis dengan itu.

Dorongan untuk mematuh si pemilik atau pemegang kekuasaan oleh

yang dikuasai adalah untuk menghindari cedera fisik yang dapat

disebabkan oleh pemegang kekuasaan dengan sumber daya fisik ini.

2. Sumber daya ekonomi, seperti kekayaan uang, emas tanah, barang-

barang berharga dan surat-surat berharga, dan juga harta benda,

pendapatan, kontrol atas barang dan jasa. Dorongan untuk mematuhi

pemilik kekuasaan adalah untuk memperoleh kekayaan. Para pemilik

kekuasaan setidaknya secara potensial akan memiliki kekuasaan politik.

Diantara mereka adalah para bankir, industrialis, pengusaha dan tuan-

tuan tanah, mereka punya kekuasaan politik yang potensial. Pengaruh

mereka timbul bisa dengan para pembuat keputusan politik yang dapat

“dibeli” secara langsung dan juga secara tidak langsung dapat

mempengaruhi pemerintah lewat lembaga-lembaga ekonomi seperti

18

Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, 72. 19

Charles F. Andrain dalam P. Athonius Sitepu, Teori-teori Politik, 55-56.

Page 40: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

27

pasar, bank, perdagangan, dan pelayanan masyarakat lainnya yang

menguasai kehidupan masyarakat.

3. Sumber daya normatif, seperti moralitas, kebenaran, tradisi, religius,

legitimasi dan wewenang. Dorongan untuk mematuhi si pemegang

kekuasaan adalah pengakuan bahwa dia memiliki hak moral untuk

mengatur perilaku. Para pemimpin agama dan pemimpin suku/adat,

ditaati oleh anggota masyarakatnya bukan karena senjata atau kekayaan

yang mereka miliki namun kebenaran yang “diwakili” dan

disebarluaskan oleh pemimpin agama, adat dan tradisi yang dipelihara

dan ditegakkan oleh pemimpin tersebut. Lebih jauh lagi, masyarakat

mentaati kekuasaan dan kewenangan pemerintah bukan karena takut

paksaan fisik atau takut kehilangan pekerjaan, melainkan karena

kesadaran hukum demi ketertiban umum dan tercapainya tujuan

masyarakat bernegara.

4. Sumber daya personal, seperti kharisma pribadi, daya tarik, persahabatan,

kasih sayang, popularitas dan sejenis tersebut. Dorongan untuk mematuhi

atau mengikuti adalah mengidentifikasi diri atau merasa dekat atau

merasa tertarik dengan pemilik kekuasaan dengan sumber daya personal

ini. Pengaruh orang-orang seperti bintang terkenal, pemain sepak bola

hebat, penyanyi terkenal atau pemimpin kharismatik, muncul dari

kekaguman orang-orang yang dipengaruhinya.

5. Sumber daya ahli, seperti informasi, pengetahuan, intelegensia, keahlian

teknis dan sebagainya sejenis dengan itu. Dorongan untuk mematuhi

Page 41: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

28

dikarenakan si pemilik kekuasaan seperti ini mempunyai pengetahuan

dan keahlian lebih. Para dokter di daerah pedesaan, para ahli ekonomi,

insinyur dan para ilmuwan lain di daerah perkotaan, cenderung memiliki

pengaruh yang cukup besar karena keahlian tersebut.

Berdasarkan sumber daya-sumber daya kekuasaan tersebut, menurut

Andrain, dapat berkembang menjadi tipe-tipe kekuasaan. Tipe-tipe kekuasaan

tersebut adalah: kekuasaan fisik, kekuasaan ekonomi, kekuasaan personal dan

kekuasaan ahli.20

C. Otonomi Daerah dan Pemerintahan Desa

Otonomi daerah disebutkan dalam UU No 32 Tahun 2004 pasal 1 adalah

kewenangan daerah otonom yang mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Mahfud MD yang dikutip

Iswan Saputra, otonomi daerah berkaitan dengan desentralisasi kekuasaan kepada

daerah oleh pemerintah pusat. Menurut Mahfud, desentralisasi merupakan

penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk

mengatur dan mengurus daerah mulai dari kebijakan, perencanaan sampai pada

implementasi dan pembiayaan dalam rangka demokrasi. Sementara otonomi

adalah wewenang yang dimiliki daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri

sesuai dengan dan dalam rangka desentralisasi.21

20

Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, 73. 21

Iswan Kaputra, “Pemberdayaan Masyarakat Era Otonomi Daerah”, dalam

Bungaran Antonius Simanjuntak, ed., Dampak Otonomi Daerah di Indonesia: Merangkai

Page 42: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

29

Otonomi daerah dimulai semenjak bergulirnya reformasi yang ditandai

dengan lengsernya Presiden Suharto dan digantikan oleh B.J. Habibie. Ada

6(enam) agenda reformasi yang menjadi pekerjaan rumah bagi Presiden Habibie

waktu itu yakninya: penghapusan Dwifungsi ABRI, Amandemen UUD 1945,

pemberantasan korupsi, penegakan hukum, perluasan otonomi daerah, dan

demokratisasi. Dalam waktu relatif cepat 4(empat) agenda reformasi berhasil

dilakukan yaitu penghapusan Dwifungsi ABRI, Amandemen UUD 1945,

perluasan otonomi daerah, dan demokratisasi.22

Menurut A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, dalam pembagian kewenangan

antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, terdapat 11(sebelas) jenis

kewenangan wajib yang diserahkan kepada daerah otonom kabupaten dan kota.

Kewenangan-kewenangan tersebut adalah sebagai berikut:23

1. Pertahanan,

2. Pertanian,

3. Pendidikan dan kebudayaan,

4. Tenaga kerja,

5. Kesehatan,

6. Lingkungan hidup,

7. Pekerjaan umum,

Sejarah Politik dan Pemerintahan Indonesia (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,

2013), 66. 22

Mashuri Maschab, Politik Pemerintahan Desa di Indonesia (Yogyakarta:

PolGov, 2013), 138-140.

23 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat

Madani (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan Prenada Media Group, 2014), 185

Page 43: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

30

8. Perhubungan,

9. Perdagangan dan industri,

10. Penanaman modal,

11. Koperasi.

Menuru Ubaedillah dan Rozak, renyerahan 11(sebelas) jenis kewenangan

tersebut kepada daerah otonom kota dan kabupaten dilandasi sejumlah

pertimbangan sebagai berikut:24

1. Semakin dekat produsen dan distributor pelayanan publik dengan warga

masyarakat yang dilayani, menjadi tepat sasaran, merata, berkualitas

dan terjangkau,

2. Membuka peluang dan kesempatan bagi aktor-aktor politik lokal dan

sumber daya manusia yang berkualitas di daerah untuk mengajukan

prakarsa, berkreativitas, dan melakukan inovasi. Oleh karenanya, unsur-

unsur budaya lokal berupa pengetahuan lokal (local knowledge),

keahlian lokal (local genius), kearifan lokal (local wisdom), akan dapat

diberdayagunakan secara maksimal,

3. Menarik sumber daya manusia yang berkualitas di kota-kota besar

untuk berkiprah di daerah-daerah otonom, terutama di kabupaten dan

kota,

4. Terjadi diseminasi kepedulian dan tanggung jawab untuk

meminimalisasi atau bahkan menghilangkan masalah kemiskinan dan

24

Ubaedillah dan Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani,

185-186.

Page 44: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

31

pengangguran, sebagaimana yang dimaksud dari tujuan awal dari

otonomi daerah.

Menurut Mashuri Maschab, salah satu agenda reformasi yang secara

normatif mengalami kemajuan pesat adalah perluasan otonomi daerah. Dalam

waktu singkat pada tanggal 4 Mei 1999, Undang-Undang Otonomi Daerah No. 22

Tahun 1999 ditetapkan untuk menggantikan Undang-Undang No. 5 Tahun 1979

yang dikenal sentralistik. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 bersama dengan

Undang-Undang No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah, menjadi landasan yang kuat bagi penyeleggaraan

otonomi daerah yang luas dan belum pernah terjadi sebelumnya. Perluasan

otonomi daerah tersebut berdampak langsung kepada penyelenggaraan

pemerintahan Desa yang tidak lagi menerapkan Undang-Undang No. 5 Tahun

1979.25

Dalam perkembangan otonomi daerah, pemerintah pusat semakin

memperhatikan pembangunan masyarakat desa melalui otonomi pemerintahan

desa. Oleh karenanya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa

harus mampu mengakomodasi aspirasi masyarakat, mewujudkan peran aktif

masyarakat untuk turut serta bertanggung jawab, terhadap perkembangan

kehidupan bersama sebagai sesama warga desa.

25

Maschab, Politik Pemerintahan Desa di Indonesia, 140.

Page 45: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

32

Menurut Mashuri, terdapat beberapa unsur penting yang sangat berbeda

dengan kebijikan masa Orde Baru. Perbedaan tersebut menurut Mashuri adalah: 26

1. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum

2. Desa diberikan hak atau wewenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat desanya sendiri,

3. Diakuinya hak asal-usul dan adat-istiadat desa masyarakat desa

4. Adanya di daerah kabupaten.

Dalam UU. 22 Tahun 1999, desa dijelaskan sebagai berikut:

“ Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan yang mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan

berada di daerah kabupaten.”

Sedangkan dalam UU. 32 Tahun 2004, desa dirumuskan sebagai berikut:

“ Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

memiliki wewenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan

dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.”

Dari segi definisi, tidak ada perubahan makna yang berarti hanya ada

perubahan yang bersifat redaksional. Menurut Mashuri Maschab, selain perbedaan

redaksional dari definisi desa, terdapat beberapa perbedaan yang lebih bersifat

teknis dalam pengaturan Desa dari UU. No 22 Tahun 1999 dengan UU No 32

26

Maschab, Politik Pemerintahan Desa di Indonesia, 140-141.

Page 46: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

33

Tahun 2004. Perbedaan-perbedaan tersebut menurut Mashuri adalah sebagai

berikut: 27

1. Desa yang semula hanya ada di daerah kabupaten, kemudian juga bisa ada

di wilayah perkotaan,

2. Badan Perwakilan Desa dirubah menjadi Badan Permusyawaratan Desa.

Fungsinya tetap sama yaitu membuat peraturan desa bersama-sama dengan

kepala desa dan menjadi penampung dan penyalur aspirasi masyarakat

desa,

3. Desa boleh membuat lembaga yang bisa memberikan keuntungan finansial

atau material yang merupakan badan usaha milik desa,

4. Masa jabatan kepala desa dan badan perwakilan desa yang semula sama-

sama 5(lima) tahun dirubah menjadi 6(enam) tahun.

D. Peraturan Daerah Kab. Tanah Datar No. 4 Tahun 2008 tentang Nagari

Diakuinya asal-usul dan adat-istiadat dalam pemerintahan desa pasca

penerapan otonomi daerah, menjadi suatu momentum bagi Sumatera Barat

terutamanya di daerah kabupaten untuk menerapkan kembali pemerintahan Nagari

yang pernah dan lama hidup sebelum penyeragaman pemerintahan Desa pasca

penerapan UU. 5 Tahun 1979. Tidak menggunakan nama “Desa” tetapi

menggunakan nama lain, seperti yang disebutkan dalam UU. 32 Tahun 2004,

yaitunya Nagari. Selain itu juga Nagari kembali mengatur batas-batas geografis

dan demografisnya, yang sangat berbeda ketika mereka menerapkan model Desa

27

Maschab, Politik Pemerintahan Desa di Indonesia, 146-147.

Page 47: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

34

saat Orde Baru. Karena desa yang terbentuk ketika Orde Baru adalah Jorong yang

diubah langsung menjadi desa, padahal Jorong adalah bagian dari Nagari yang

tidak punya kekuasaan seperti halnya Nagari. Berdasarkan UU. No. 32 Tahun

2004, peraturan daerah yang mengatur pengelolaan pemerintahan desa yang

disebut dengan Nagari di Kabupaten Tanah Datar adalah Perda Kab. Tanah Datar

No. 4 Tahun 2008 tentang Nagari. Perda tersebut sebelumnya juga mengacu pada

Peraturan Daerah Sumatera Barat No. 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok

Pemerintahan Nagari.

Pembahasan pada sub-bab ini akan menjelaskan tentang nagari secara

umum berdasarkan peraturan daerah kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera

Barat. Pembahasan ini akan menguraikan yang dimaksud dengan nagari dan

perangkat yang ada di dalamnya yang diakui perda berdasarkan tradisi masyarakat

Minangkabau. Terutamanya adalah elite lokal Minangkabau yang menjadi fokus

utama penulis dalam studi ini.

Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas

wilayah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus ketentuan masyarakat

setempat berdasarkan filosofi adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah dan

atau berdasarkan asal usul adat Minangkabu yang diakui dan dihormati.28

Syarat-

28

Filosofi adat basandi syara’ dan syara’ basandi kitabullah merupakan jati diri dan

identitas kultural Minangkabau, yang menjadi rujukan dalam kehidupan pribadi,

keluarga, suku dan masyarakat Minangkabau. Sesuai dengan filosofi tersebut menjadikan

agama Islam menjadi satu-satunya agama yang dianut oleh masyarakat Minangkabau.

Dalam hal terdapat perbedaan dan pertentangan antara kaidah ajaran Islam dan adat

Minangkabau, maka yang diutamakan adalah kaidah ajaran Islam. Penyesuain antara adat

Minangkabau dan kaidah ajaran Islam dilakukan secara damai, bertahap, dan melalui

jalan musyawarah untuk mufakat. Lihat Musril Zahari, Kekeliruan Pemahaman

Hubungan Adat dengan Syarak di Minangkabau (Jakarta: Gria Media Prima, 2015), 46-

48.

Page 48: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

35

syarat terbentuk atau pembentukan nagari untuk mencapai kehidupan bernagari

berdasarkan falsafah adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah adalah: 29

1. Babalai-bamusajik,

2. Balabuah-batapian,

3. Basawah-baladang,

4. Babanda-babatuan,

5. Batanam nan bapucuak,

6. Mamaliaro nan banyao,

7. Basuku-basako,

8. Niniak mamak nan ampek suku,

9. Baadat-balimbago,

10. Bapandam pakuburan,

11. Bapamedanan,

12. Kantua nagari.

Kewenangan Nagari mencakup beberapa urusan yakninya

a. Urusan pemerintahan:

1. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul Nagari

29

Artinya berturut-turut adalah 1. Mempunyai pasar dan masjid 2. Mempunyai

jalan penghubung dan sungai 3. Mempunyai sawah dan ladang 4. Mempunyai kali atau

sungai yang dibuat kemudian biasa untuk irigasi sawah dan ladang 5. Menanam

tumbuhan untuk konsumis atau sayuran 6. Memelihara hewan ternak 7. Mempunyai suku

dan sako(gelar adat dalam suku) 8. Mempunyai niniak mamak yang tersebar minimal di

empat suku 9. Mempunyai adat dan lembaga 10. Mempunyai tempat pandam perkuburan

(pemakamanan umum nagari) 11. Mempunyai medan 12. Mempunyai kantor nagari

(untuk Wali Nagari, BPRN, KAN dan lembaga unsur nagari lainnya)

Page 49: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

36

2. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang

diserahkan pengaturannya kepada Nagari

3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan atau

Pemerintah Kabupaten

4. Urusan Pemerintahan lainnya yang oleh Peraturan Perundang-

undangan diserahkan kepada Nagari

b. Urusan adat

c. Urusan perekonomian

d. Urusan ketentraman dan ketertiban.

Jalannya pemerintahan Nagari dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan

dilaksanakan oleh Pemerintah Nagari dan Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari

berdasarkan asal usul Nagari di Wilayah Propinsi Sumatera Barat yang berada di

dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah

Nagari dipimpin oleh Wali Nagari dan dibantu Perangkat Nagari berupa staf

sekretariat nagari yang terdiri dari 5 urusan (pemerintahan, pembangunan,

perekonomian, kesejahteraan rakyat serta umum dan keuangan), unsur jorong dan

unsur pelaksana teknis lapangan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Nagari. Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari (BPRN) adalah lembaga yang

merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Nagari

sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Nagari.

Wali Nagari dan BPRN mempunyai hubungan yang tak terpisahkan dalam

menyelenggarakan urusan pemerintahan Nagari. Wali Nagari memimpin

penyelenggaraan Pemerintahan Nagari berdasarkan kebijakan yang ditetapkan

Page 50: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

37

bersama BPRN. Peraturan Nagari yang mengatur masyarakat Nagari diajukan,

dibahas dan ditetapkan bersama dengan BPRN. Wali Nagari juga mempunyai

wewenang menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Nagari mengenai

Anggaran Pokok Belanja Nagari untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPRN.

BPRN beranggotakan wakil dari lembaga unsur masyarakat yang ditetapkan

dengan cara musyawarah dan mufakat pada setiap unsur. Unsur yang dimaksud

adalah para elite lokal Minangkabau yaitu niniak mamak, alim ulama dan cadiak

pandai. Keanggotaan BPRN disempurnakan dengan perwakilan dari unsur Bundo

Kanduang dan unsur Pemuda. BPRN mempunyai 3(tiga) fungsi yaitu menetapkan

Peraturan Nagari bersama Pemerintah Nagari, menetapkan APB Nagari bersama

Pemerintah Nagari dan fungsi pengawasan.

Wewenang BPRN adalah:

a. Membahas rancangan Peraturan Nagari bersama Wali Nagari

b. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Wali Nagari

c. Membentuk panitia pemilihan Wali Nagari

d. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan

aspirasi masyarakat,

e. Melaksanakan pengawasan terhadap:

1. Pelaksanaan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari

2. Pelaksanaan APB Nagari

3. Kebijakan Pemerintahan Nagari

4. Pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Nagari

Page 51: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

38

5. Pengelolaan aset Nagari

Sedangkan hak BPRN adalah sebagai berikut:

a. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban dan keterangan lainnya

kepada Pemerintah Nagari

b. Mengadakan penyelidikan

c. Mengadakan perubahan atas rancangan Peraturan Nagari

d. Menyatakan pendapat

e. Mengajukan rancangan Peraturan Nagari

f. Menetapkan peratura tata tertib BPRN

Selain Wali Nagari dan BPRN, terdapat Kerapatan Adat Nagari sebagai

mitra dalam pemerintahan nagari dengan hubungan bersifat konsultatif. KAN

merupakan lembaga kerapatan niniak mamak pemangku adat yang telah ada dan

diwarisi secara turun temurun sepanjang adat yang berlaku di masing-masing

Nagari dan merupakan lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan adat di Nagari.

KAN mempunyai tugas utama mengurus, membina dan menyelesaikan hal-hal

yang berkaitan dengan adat sehubungan dengan sako, pusako dan syara’.

Terhadap Pemerintah Nagari dan BPRN, KAN bertugas memberikan

pertimbangan dan masukan kepada Pemerintah Nagari dan BPRN dalam

melestarikan nilai-nilai adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah di Nagari.

Jadi memang wilayah KAN adalah dalam urusan adat yang mereka diberi kuasa

penuh dalam mengurusnya. Mengurus dalam artian, melakukan pembinaan

Page 52: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

39

kepada anak atau masyarakat nagari dan juga menyelesaikan masalah seputar

adat.

Elite lokal Minangkabau yang menjadi bagian dari judul studi dari skripsi

ini adalah poros kepemimpinan dari niniak mamak, alim ulama dan cadiak

pandai. Mereka memimpin masyarakat Minangkabau dalam teritorial masing-

masing yaitu di nagari. Masyarakat Minangkabau dalam budaya mereka menyebut

poros kepemimpinan tersebut dengan ungkapan “tungku tigo sajarangan”.

Maksud dari ungkapan tersebut adalah tiga unsur yang secara bersama dan saling

terkait untuk memimpin dan menyelesaikan setiap persoalan masyarakat nagari di

Minangkabau. Mereka disebut elite lokal Minangkabau oleh beberapa ahli atau

peneliti mengenai Minangkabau dan masyarakatnya karena mereka lah yang

diamanahkan oleh adat Minangkabau dan diakui serta dipraktekkan secara turun

temurun oleh masyarakat Minangkabau.

Nagari seperti yang telah diulas merupakan kesatuan masyarakat adat secara

turun temurun yang diakui oleh pemerintah. Nagari di Minangkabau merupakan

unit otonom antar satu nagari dengan nagari lainnya. Secara adat, dalam

masyarakat nagari berlaku adat salingka nagari.30

Secara pemerintahan nagari

30

Adat salingka nagari merupakan istilah dalam adat Minangkabau yang merujuk

pada adat nan teradat dan adat istiadat. Dalam adat Minangkabau terdapat 4 pemabagian

adat yakni: 1. Adat nan sabana adat, 2. Adat nan diadatkan, 3. Adat nan teradat, 4. Adat

istiadat. Adat nan sabana adat berisi ketentuan syara’ atau agama berdasarkan quran dan

hadis, serta ketentuan sunnatulah atau hukum alam. Adat nan diadatkan merupakan adat

Minangkabau yang diyakini peninggalan dari Datuak Parpatih Nan Sabatang dan Datuak

Katumanggungan, berisikan niai-nilai dasar adat yang menjadi pegangan dan tak pernah

bergeser dari dahulu hingga sekarang. Sedangkan adat nan teradat berisi hukum dan

ketentuan yang dibuat berdasarkan kesepakatan bersama niniak mamak dalam nagari.

Adat isiadat merupakan kebiasaan yang ada dalam setiap nagari. Jadi, adat nan sabana

adat dan adat nan diadatkan berlaku universal bagi setiap masyarakat Minangkabau.

Lalu adat nan teradat dan adat isitiadat berlaku hanya di nagari masing-masing. Lihat

Page 53: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

40

langsung bertanggung jawab kepada pemerintah kabupaten dengan bantuan

kordinasi dengan masing-masing kecamatan. Kepemimpinan di setiap nagari,

bertumpu pada poros kepemimpinan tungku tigo sajarangan. Suatu poros

kepemimpinan yang terdiri dari tiga unsur yakninya unsur adat oleh niniak

mamak, unsur agama atau rohani oleh alim ulama dan unsur pendidikan atau hal

umum lainnya oleh cadiak pandai.

Penggunaan teori elite digunakan dalam peneletian ini untuk melihat

bagaimana niniak, mamak alim ulama dan cadiak pandai, penulis menyebutnya

elite lokal Minangkabau, yang ada di nagari menjadi elite bagi masyarakat dalam

nagari. Teori elite mengatakan bahwa ada sedikit orang atau beberapa orang yang

memimpin dan mempunyai kekuasaan atas sebagian banyak orang dalam suatu

wilayah pranata sosial, dan mereka memiliki kecakapan dalam memimpin serta

mempunyai kualitas lebih dibandingkan sebagian besar atau banyak anggota

masyarakat lainnya. Dalam studi ini penulis akan menggunakan teori elite tersebut

untuk melihat terutama sebab mereka menjadi elite dan kualitas apa yang mereka

miliki sehingga niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai tersebut menjadi

elite bagi masyarakat di wilayah pranata sosial mereka yaitu nagari.

Asumsi penulis adalah niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai adalah

pemimpin bagi masyarakat Minangkabau di nagari-nagari. Mereka diamanahkan

oleh adat dan tradisi untuk menjadi elite bagi masyarakat nagari. Kualitas mereka

tentu lebih dari masyarakat umumnya yang mereka pimpin, sehingga jabatan atau

LKAAM Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah: Pedoman

Hidup Banagari (Sako Batuah: Padang, 2002), 11-16. Dan juga di AA Navis, Alam

Terkembang jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau (Jakarta: Grafiti Pers,

1986), 86-88.

Page 54: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

41

gelar mereka yang diberikan masyarakat nagari secara adat berfungsi dengan baik

dan berdampak baik terhadap kehidupan bernagari. Penulis akan memakai teori

elite dalam studi ini terutama unsur kedudukan yang dominan atau mendapat

penilaian tinggi oleh masyarakat, seperti disebut Lasswell, dan kualitas yang

mereka miliki sehingga benar dapat atau layak menjadi elite bagi masyarakat

nagari.

Teori kekuasaan digunakan untuk melihat bagaimana para elite lokal

Minangkabau tersebut menggunakan kekuasaan yang diberikan oleh adat secara

tradisi terutama setelah keberadaan dan kekuasaan mereka tersebut diakui dan

diakomodir oleh pemerintah melalui peraturan daerah. Peraturan daerah yang

dalam studi ini adalah Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar No. 4 Tahun

2008 tentang Nagari. Asumsi penulis bahwa ketika wacana “baliak ka nagari”

atau kembali ke nagari mengemuka semenjak diberlakukannya otonomi daerah

(elite lokal tersebut pada masa orde baru terpinggirkan), mulai mendapat tempat

lagi dan mendapatkan kekuasannya. Terlebih peraturan daerah yang mengatur

sudah merinci dengan baik peran mereka dalam pemerintahan nagari.

Kekuasaan para niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai yang sudah

lama menjadi tradisi, kemudian diakui dan diakomodir oleh pemerintah lewat

perda kabupaten. Kekuasaan mereka seharusnya sudah berjalan dengan baik

dalam artian mereka benar-benar menjadi pemimpin dan berpengaruh bagi dan

dalam tataran masyarakat nagari. Teori kekuasaan digunakan untuk melihat

penggunaan kekuasaan elite lokal Minangkabau tersebut dalam memimpin

masyarakat nagari, meliputi apakah mereka benar berkuasa dan berpengaruh,

Page 55: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

42

apakah digunakan atau tidak kekuasaan tersebut dan bagaimana mereka

menggunakannya.

Page 56: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

43

BAB III

PROFIL ADAT MINANGKABAU (NAGARI DAN ELITE LOKAL) DAN

PROFIL NAGARI SIMABUR

Bab III (tiga) ini akan menjelaskan mengenai profil adat Minangkabau yang

berbicara tentang nagari dan elite lokalnya yakni niniak mamak, alim ulama dan

cadiak pandai. Juga menjelaskan profil dari Nagari Simabur yang merupakan

tempat penelitian mengenai elite lokal Minangkabau ini dilakukan.

A. Nagari

Dalam susunan perundang-undangan tambo alam Minangkabau, nagari

merupakan susunan masyarakat yang sudah sangat lengkap perangkat

pemerintahannya dan bersifat otonom, dalam artian tiap nagari punya kemandirian

dalam mengelola nagarinya masing-masing.1 Kelengkapan atau perangkat yang

dimaksud adalah: babalai-bamusajik, basuku-banagari, bakorong-bakampuang,

bahuma-babendang, balabuah-batapian, basawah baladang, bahalaaman-

bapamedanan, dan bapandam-bapusaro, (berbalai-bermasjid, bersuku-bernagari,

berkorong-berkampung, berhuma-berbendang, berlabuh-bertapian, bersawah-

berladang, berhalaman-berpemedanan, dan berpendam-berpusara).2

1 Tambo berasal dari bahasa Sanskerta, tambay atau tambe yang artinya bermula.

Tambo merupakan salah satu warisan penting kebudayaan Minangkabau yang diceritakan

secara lisan oleh tukang kaba. Terdapat 2 tambo yaitu tambo alam yang mengisahkan

asal-usul nenek moyang serta kerajaan Minangkabau, dan tambo adat yang mengisahkan

adat atau sistem dan aturan pemerintahan Minangkabau pada masa lalu. Karena

diwariskan secara lisan, tidak ada isi atau kisah tambo yang sama persis dengan tambo

lainnya. Lihat A.A Navis, Alam Takambang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan

Minangkabau (Jakarta: Grafiti Pers, 1986), 45. 2 Menurut A.A Navis urutan syarat kelengkapan Nagari tersebut dalam beberapa

buku Tambo berbeda, namun yang sama ialah letak syarat “babalai-bamusajik” (berbalai-

bermasjid) berada pada urutan pertama. Lihat pada A.A Navis, Alam Takambang Jadi

Guru, 91-92.

Page 57: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

44

Berikut penjelasan mengenai perangkat dari nagari yang disebutkan pada

pragraf sebelumnya menurut A.A Navis

1. Babalai bamusajik maksudnya adalah mempunyai balai atau tempat

pertemuan untuk menjalankan roda pemerintahan nagari, dan biasanya

juga merangkap kantor kepala/wali nagari. Juga terdapat masjid yang

menjadi pusat peribadatan masyarakat Nagari;

2. Basuku banagari maksudnya adalah penduduk terbagi pada kelompok

masyarakat yang dinamakan suku yang diturunkan melalui garis ibu

(matrilineal). Setiap nagari minimal mempunyai empat suku dengan

masing-masing suku mempunyai penghulu atau niniak mamak pucuk.

Lazim setiap suku dan kaum dalam persukuan mempunyai hal yang

diwariskan secara turun temurun yang disebut dengan pusako-sako

(benda-non benda) Sedangkan banagari maksudnya juga masing

penduduk harus jelas suku dan asal nagari mereka semula, untuk

menentukan hak dan kewajiban mereka;

3. Bakorong bakampuang maksudnya setiap nagari mempunyai wilayah

kediaman, ada yang berada di lingkaran pusat dengan batas-batas berupa

alam seperti sungai atau dibentuk sendiri oleh masyarakat, dan ada juga

di wilayah satelit yaitu wilayah di luar lingkaran pusat. Wilayah di

lingkarang pusat disebut dengan korong atau jorong. Sedangkan di

wilayah luar lingkaran pusat disebut dengan koto, dusun atau taratak,

yang semuanya disebut kampuang;

Page 58: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

45

4. Bahuma babendang maksudnya adalah pengaturan informasi yang

datang dari luar terhadap harta benda dan juga pengaturan informasi

mengenai berbagai hal yang perlu diketahui bersama seperti musim turun

sawah, gotong royong, situasi dan kondisi yang perlu dilaksanakan secara

bersama-sama;

5. Balabuah batapian maksudnya adalah pengaturan perhubungan, lalu

lintas dan perdagangan. Juga tapian yang merupakan sungai yang

berfungsi sebagai tempat mandi;

6. Basawah baladang maksudnya adalah pengaturan sistem usaha pertanian

serta harta benda yang menjadi sumber kehidupan dan hukum

pewarisannya;

7. Bahalaman bapamedanan maksudnya adalah pengaturan rukun tetangga,

pesta keramaian dan permainan;

8. Bapandam bapusaro maksudnya adalah pengaturan masalah kematian

beserta upacaranya. 3

Perda Kabupaten Tanah Datar No. 4 Tahun 2008 Tentang Nagari juga

mensyaratkan hal yang sama pada pasal 3 Bab 2 mengenai pembentukan Nagari.

Hanya dengan beberapa penambahan seperti mananam nan bapucuak (menanam

tumbuhan/tanaman), mamaliaro nan banyao (memelihara yang bernyawa) yang

maksudnya memelihara hewan ternak. Sedangkan penambahan lain di dalam

perda babanda babatuan (bersungai-berbatuan), niniak mamak nan ampek suku

(niniak mamak dari empat suku), baadat balimbago (beradat-berlembaga), dan

3 A.A Navis, Alam Takambang Jadi Guru, 92-94.

Page 59: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

46

kantua nagari (kantor nagari) telah termasuk juga dalam delapan perangkat yang

disebutkan A.A Navis yang diambilnya dari beberapa buku tambo alam

Minangkabau.

Proses terbentuknya nagari dimulai dari taratak, kampuang/dusun,

jorong/koto lalu nagari. Sehingganya menyebut nagari dalam adat Minangkabau

sebenarnnya adalah menyebut suatu pemerintahan tertinggi bagi masyarakatnya.

Karena selain proses terbentuknya nagari tadi, adat Minangkabau tidak menyebut

suatu pemerintahan atau tatanan masyarakatnya yang lebih tinggi lagi setelah

nagari4. Setelah kemerdekaan Indonesia, Minangkabau yang masuk pada provinsi

Sumatera Tengah lalu menjadi Sumatera Barat dan terintegrasi ke dalam sistem

politik dan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nagari pada masa

orde lama diakui dan menjadi pemerintahan terendah di bawah kecamatan. Pada

masa Orde Baru lewat penyeragaman dengan UU No.5/1979, nagari menjadi

terpecah-pecah, jorong-jorong yang menjadi bagian dari nagari menjadi desa-

desa, pemerintahan nagari tidak lagi bisa diberlakukan. Reformasi lewat otonomi

daerah nagari kembali dihidupkan dan menjadi bagian dari pemerintahan di

Sumatera Barat. Luhak Nan Tigo yang dalam pemerintahan disebut Kabupaten

Tanah Datar, Agam dan Lima Puluh Kota, semuanya mempraktekkan

pemerintahan Nagari sebagai bagian langsung dari pemerintahan kabupaten

dengan kecamatan sebagai kordinator beberapa nagari. Pemerintahan nagari

bertanggung jawab langsung kepada pemerintahan kabupaten dengan dibantu

4 A.A Navis, Alam Takambang Jadi Guru, 94.

Page 60: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

47

kecamatan sebagai perpanjangan tangan kabupaten dalam urusan teknis

pemerintahan atau birokrasi.

B. Elite Lokal Minangkabau: Tungku Tigo Sajarangan

Tungku Tigo Sajarangan yang terdiri dari niniak mamak, alim ulama dan

cadiak pandai merupakan salah satu sendi pokok kehidupan masyarakat

Minangkabau. Kepemimpinan dari tiga poros atau tiga unsur tersebut

mencerminkan sifat kekeluargaan, tolong menolong, gotong royong, bukan hanya

karena ikatan darah dan perkawinan, tetapi juga bersifat teritorial.5

Terbentuknya kepemimpinan tungku tigo sajarangan di dalam masyarakat

Minangkabau tentu bukan tanpa proses atau sudah terbentuk dari awal adat

Minangkabau. Kepemimpinan masyarakat Minangkabau semula hanya pada

bidang dan permasalahan adat saja yang dipimpin oleh niniak mamak. Masuknya

agama Islam ke dalam masyarakat Minangkabau menjadikan timbulnya unsur

pemimpin agama dikarenakan agama telah turut menentukan kehidupan

masyarakat. Maka selain kepemimpinan niniak mamak sebagai pemangku adat,

ikut sertalah alim ulama yang bersama-sama memimpin kesatuan-kesatuan sosial

masyarakat dalam adat. Lebih jauh lagi setelah itu, kemajuan-kemajuan yang

dicapai melalui sistem pendidikan dan perekonomian memunculkan pula unsur

kepemimpinan baru yang dinamai dengan cadiak pandai. Karena pendapat dan

5 Herman Sihombing, “Hukum Adat Minangkabau mengenai Tungku Tiga

Sejerangan dan Tali Tiga Sepilin: Hukum Adat Minangkabau Dewasa Ini dan di

Kemudian Hari,” dalam A.A Navis, ed., Dialektika Minangkabau (Padang: Genta

Singgalang Press, 1983), 39.

Page 61: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

48

perkataannya juga menentukan dalam kehidupan masyarakat, para cadiak pandai

diikutsertakan pula dalam kepemimpinan masyarakat adat. 6

Dari uraian singkat proses terbentuknya tungku tigo sajarangan di atas,

dapat disimpulkan bahwa adat selalu terbuka dan membuka diri terhadap hal-hal

baru yang dirasakan ikut menentukan dalam kehidupan masyarakat. Dalam adat,

jika ada masalah baru maka akan memerlukan pemecahan dalam artian akan

dibawa ke dalam musyawarah untuk mengambil kata mufakat tentang bagaimana

seharusnya permasalahan tersebut didudukkan atau diletakkan dalam kehidupan

adat masyarakat. Hakikat dari kepemimpinan tungku tigo sajarangan adalah

selalu bisa menampung hal-hal yang paling baru dan modern, jika hal tersebut

bermanfaat dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut dibenarkan dalam

ungkapan adat “cupak usali, cupak buatan, kato dahulu ditepati, kata kudian kato

dicari.” Artinya jika ada hal-hal baru, maka akan dibicarakan dalam musyawarah,

ditimbang baik buruknya, dilihat prakteknya dalam kehidupan bermasyarakat

akhirnya dapat dicari hukum dan ketentuannya.7

Dinamakan dengan tungku karena di sana lah tempat untuk mengolah atau

memasak hal-hal yang masih mentah baik berupa hal lahir dan hal batin, fisik dan

rohaniah untuk kedamaian dan kesejahteraan masyarakat. Mereka lah (niniak

mamak, alim ulama, dan cadiak pandai) tempat untuk membicarakan,

memusyawarahkan dan memufakati apa yang patut bagi masyarakat untuk

dijadikan jasmani sekaligus rohani. Tungku tersebut tidaklah berdiri sendiri. Hal

6 Herman Sihombing, “Hukum Adat Minangkabau mengenai Tungku Tiga

Sejerangan,” 43. 7 Herman Sihombing, “Hukum Adat Minangkabau mengenai Tungku Tiga

Sejerangan,” 43-44.

Page 62: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

49

adat, rohaniah/agama, dan kemajuan adalah satu dan menyatu dalam kebutuhan

masyarakat. Eksistensi satu sama lain dari tungku tigo sajarangan itu saling

ditentukan satu sama lain. Salah satunya tidak lebih tinggi dari yang lain. Antar

poros atau tungku tidak lah boleh dipertentangkan atau dibedakan. Ketiganya

sama-sama berfungsi dalam satu urusan, mana yang lebih menonjol akan

tergantung kepada hal apa dari peristiwa atau hal apa yang diatur atau dihadapi

secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.8

Menurut Herman Sihombing perkembangan adat tungku tigo sajarangan

dan tali tigo sapilin dalam masyarakat Minangkabau akan terus hidup dan

terpakai sepanjang zaman. Karena secara potensial dapat menampung segala

perubahan nilai-nilai dalam masyarakat. Syaratnya tetap terkait dengan tujuannya

yakni kedamaian, aman dan sejahtera bersama menurut ajaran adat asli.9

Jumlah niniak mamak dalam satu nagari adalah sesuai dengan jumlah kaum

dalam suku yang menempati nagari tersebut. Satu nagari minimal didiami oleh

empat suku, dan suku terdiri dari beberapa kaum. Oleh karenanya dalam satu

nagari terdapat belasan niniak mamak bahkan puluhan. Di antara belasan atau

puluhan niniak mamak yang ada ditunjuk lah satu pemimpin yang dinamakan

dengan niniak mamak pucuak. Sedangkan untuk alim ulama dan cadiak pandai

tidak ada jumlah yang terukur berdasarkan jumlah suku atau kaum dalam nagari.

Mereka lebih ditentukan karena kualitas dan kriterianya, tetapi biasanya minimal

dalam satu suku dan atau satu jorong terdapat satu alim ulama dan cadiak

8 Herman Sihombing, “Hukum Adat Minangkabau mengenai Tungku Tiga

Sejerangan,” 53-54. 9 Herman Sihombing, “Hukum Adat Minangkabau mengenai Tungku Tiga

Sejerangan,”, 54-55.

Page 63: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

50

pandainya. Ketika perda kab. Tanah datar diberlakukan, semua niniak mamak

tercatat sebagai anggota KAN (Kerapatan Adat Nagari) sedangkan para alim

ulama dan cadiak pandai menempati lembaga unsur di bawah perlindungan KAN

dengan keanggotaan masing-masing 5 (lima) orang. Sedangkan dalam pengisian

BPRN (Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari), anggota BPRN minimal 7 dan

maksimal 11, jumlah dari niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai relatif

berimbang dan dilengkapi perwakilan dari pemuda dan bundo kanduang.

1. Niniak Mamak

Niniak mamak adalah pemimpin dalam ranah adat. Konsepsi niniak

mamak dalam adat adalah “nan gadang basa batuah, ka pai tampek batanyo, ka

pulang tampek babarito, bapucuak sabana bulek, basandi sabana padek,

bapucuak bulek, baurek tunggang”. Maksudnya adalah menunjukan posisi niniak

mamak yang menjadi tempat bertanya dan memberikan berita dari para

kemenakannya ketika hendak bepergian dan ketika sudah pulang lagi. Juga

menjelaskan niniak mamak sebagai orang yang tegas dan jelas pendiriannya, tidak

membingungkan para kemenakannya.

Prinsip kepemimpinannya adalah “bapantang kusuik indak salasai,

bapantang karuah indak janiah.” Kalau diterjemahkan ke bahasa Indonseia

menjadi “pantang kusut tidak selesai, pantang keruh tidak terjernihkan”.

Maksudnya adalah setiap persoalan dalam kaum, suku dan nagari dapat dicarikan

solusi dan pemecahannya melalu musyawarah dan mufakat. Penyelesaiannya pun

Page 64: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

51

dilakukan secara cermat dan tepat agar tak seorang pun merasa dirugikan atau

merasa dikalahkan.10

Hakikatnya niniak mamak berdiri di pintu adat. Prosedur dalam

melaksanakan kepemimpinannya adalah

“biriak-biriak tabang ka samak, dari samak tabang ka halaman, patah

sayok tabang baranti, tibo di tanah batu. dari niniak turun ka mamak,

dari mamak turun ka kamanakan, patah tumbuah hilang baganti,

pusako lamo baitu juo, kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo

ka pangulu, pangulu barajo ka mufakat, mufakat barajo ka nan bana,

nan bana badiri sandirinyo”

“biriak-biriak terbang ke hutan, dari hutan terbang ke halaman, patah

sayap terbang berhenti, tiba di tanah batu. Dari niniak turun ka

mamak, dari mamak turun ke kemenakan, patah tumbuh hilang

berganti, pusaka lama begitu juga, kemenakan ber-raja ke mamak,

mamak ber-raja ke penghulu, penghulu ber-raja ke mufakat, mufakat

ber-raja ke yang benar, yang benar berdiri dengan sendirinya.”11

Kewajiban seorang ninak mamak atau penghulu adalah sebagai berikut:12

1. Manuruik alua nan luruih. Alua atau alur artinya kendali atau arahan-

arahan menurut adat. Alua dibagi dua yaitu alua adat dan alua pusako.

Alua adat adalah sesuatu yang dapat dimufakati. Misalnya dihimbau

manyauik (dihimabu menyahut) , diundang dihadiri. Alua pusako adalah

sesuatu yang tidak dapat dimufakati misalnya alua si anak, alua

10

LKAAM Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah:

Pedoman Hidup Banagari, (Sako Batuah: Padang, 2002), 95. 11

Pepatah tersebut merujuk pada dua hal. Pertama menunjukan penurunan pusako

(harta kaum dalam suku) dan sako (gelar adat) yang terjadi turun temurun secara garis

matrilineal dari mamak ke kemenakan. Kedua semacam hierarki kepemimpinan dari

kemenakan dipimpin atau mematuhi mamak, mamak mematuhi penghulu, penghulu

mematuhi kata mufakat hasil musyawarah, lalu mufakat mematuhi „nan bana‟ merujuk

pada hal yang benar dari sananya (alquran dan hadits) dan juga kebenaran yang universal.

dalam LKAAM Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, 95-96. 12

LKAAM Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, 101-102.

Page 65: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

52

balimbiang atau kata panggilan untuak aluran bapak dan ibu. Walaupun si

anak lebih tua umurnya dari bapak atau ibu, namun karena ia adalah

saudara bapaknya atau suami dari ibu kecilnya. Hal ini tidak bisa

dimufakati untuk merubah panggilan aluran bapak dan ibu

2. Manampuah jalan nan pasa. Manampuah jalan nan pasa dibagi atas jalan

dunia dan jalan akhirat. Jalan dunia yaitu nan baradat, balimbago, nan

bacupak nan bagantang. Maksudnya adalah ada aturan atau ukuran yang

telah disepakati secara umum. Jalan akhirat adalah jalan yang ditentukan

agama Islam dengan dalil, hadis dan iman serta ketaatan.

3. Mempunyai tangan harato pusako (harta pusaka). Maksudnya seorang

penghulu selain mempunyai fungsi memimpin anak kemenakan juga

bertugas untuk menyelamatkan harta pusaka sampai kepada korong

kampuang, koto dan nagari.

4. Mamaliharo anak kemenakan yaitu dengan cara mengayomi dan

membimbing anggota kaum.

Kewajiban niniak mamak terhadap anak kemenakan adalah sering menemui

bahkan mengadakan pertemuan dengan seluruh kemenakan baik yang laki-laki

maupun perempuan serta urang sumando untuk memperkuat silaturahmi dan

persatuan keluarga serta kaum. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut diajak lah

anak dan kemenakan serta sumando untuk mengaji adat, agama dan undang-

undang atau hukum negara. Hal itu dilakukan agar anggota kaum yang dipimpin

seorang niniak mamak mempunyai akhlak moral yang tinggi tercegah dari

pelanggaran terhadap norma adat dan agama serta hukum negara yang berlaku.

Page 66: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

53

Pertemuan juga ditujukan dalam beberapa kesempatan untuk membimbing

kemenakan membuat ranji dan memperbaruinya.13

Menginventarisir seluruh

anggota kaum, baik alamatnya, pendidikannya, dan pekerjaannya serta

menentukan letak dan batas tanah pusako. Mengadakan pertemuan juga untuk

mendorong perbaikan dan pengembangan ekonomi. Cukup penting juga untuk

membangun serta melestarikan bangunan rumah adat. Jadi kewajiban niniak

mamak cukup kompleks dan komperehensif meliputi pengetahuan/pendidikan,

akhlak dan moral, ekonomi dan pelestarian adat secara fisik maupun non-fisik.14

Kewajiban niniak mamak lainnya adalah di dalam jorong atau korong

sesama penghulu sepesukuan. Kewajibannya yaitu menanamkan rasa persatuan

sesama penghulu dalam sepesukuan dan mengadakan rapat sesama penghulu suku

untuk memperkuat persatuan.15

Kewajiban yang tak kalah penting seorang penghulu ialah kewajibannya

terhadap nagari. Kewajiban penghulu terhadap nagari adalah sebagai berikut:16

1. Menghadiri setiap sidang adat atau sidang serta rapat pertemuan yang

diadakan oleh pemerintah,

2. Ikut mensukseskan pembangunan nagari dalam berbagai bidang,

13

Ranji merupakan silsilah anggota keluarga dalam adat Minangkabau. Suatu

keluarga dibawah kaum yang disebut paruik perlu membuat ranji agar mengetahui

kedudukan mereka dikeluarga siapa yang lebih tinggi alurnya. Bisa jadi seseorang paman

lebih muda dari pada kemenakannya. Lewat penggunaan ranji bisa diketahui bahwa

walaupun lebih muda, dia merupakan paman dari kemenakan tersebut dan lebih berhak

menjadi seseorang niniak mamak atau mendapat gelar datuak jikalau terjadi pewarisan

sako atau gelar adat di kaumnya. 14

LKAAM Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, 102-103. 15

LKAAM Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, 103. 16

LKAAM Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, 103-104.

Page 67: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

54

3. Memusyawarahkan kemajuan anak kemenakan di bidang pendidikan dan

kebudayaan, olahraga serta kesenian,

4. Memusyarahkan bagaimana agar adat istiadat dapat diajarkan kepada anak

nagari,

5. Menanamkan rasa hormat menghormati atau mulia memuliakan antara

sesama niniak mamak di dalam nagari,

6. Menyelesaikan setiap sengketa baik sako maupun pusako yang diajukan

ke Kerapatan Adat Nagari dengan ikhlas dan dengan jalan musyawarah

dengan anggota KAN.

2. Alim Ulama

Alim ulama adalah fungsional agama dalam masyarakat. Konsepsi

kepemimpinan alim ulama adalah “suluah bendang dalam nagari”(obor

benderang dalam nagari). Prinsip kepemimpinannya adalah tahu sah dan batal,

tahu halal dan haram, melaksanakan yang diperintah dan menghentikan semua

larangan Allah dan Rasul. Prosedur kepemimpinananya, mengaji sepanjang kitab,

kitab datang dari Allah, sunnah datang dari Rasul, satitiak bapantang hilang

sabarih bapantang lupo (sedikit pantang hilang, sebaris pantang lupa).17

Alim ulama mengaji hukum-hukum agama tentang sah dan batal, halal-

haram, dan mengerti tentang nahu dan sharaf. Alim ulama membimbing rohani

masyarakat nagari kepada jalan yang sesuai Islam. Seseorang alim ulama

mempunyai syarat atau kriteria: memiliki sikap wara’ atau hati-hati dan penuh

17

LKAAM Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, 96.

Page 68: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

55

perhitungan dalam bertindak, taat beribadah, rajin ke surau atau masjid, dan

mampu membimbing anggota masyarakatnya untuk beribadah.18

3. Cadiak Pandai

Cadiak Pandai adalah fungsional masyarakat di bidang ilmu pengetahuan

secara luas. Dalam kehidupan sehari-hari, cadiak pandai adalah orang yang

menguasai ilmu, baik ilmu adat, ilmu agama maupun ilmu pengetahuan. Prinsip

kepemimpinannya adalah “urang cadiak cando kio, capek kaki ringan tangan,

capek kaki indak panaruang, ringan tangan indak pamacah, tahu diereang jo

gendeng, tahu dikieh kato sampai, urang arif-bijaksana”. Artinya adalah orang

cadiak pandai adalah orang yang cepat tanggap akan segala hal yang terjadi di

nagari terutama akan adanya hal-hal baru yang masuk ke dalam nagari baik

berupa fisik atau teknologi atau berupa informasi dan budaya. Kecepat tanggapan

atau kesiap siagaan cadiak pandai tidaklah dilakukan dengan gegabah menabrak

adat dan budaya yang ada sehingga menimbulkan kegaduhan. Sebaliknya mereka

lakukan dengan sigap dengan perencanaan yang baik lalu menjelaskan kepada

masyarakat dan niniak mamak serta alim ulama duduk persoalannya.19

Mereka adalah orang yang arif bijaksana dan selalu memusyawarahkan

suatu persoalan dengan niniak mamak dan alim ulama. Prosedur

kepemimpinannya adalah “mangaji jo ulemu, mahukum jo undang-undang.”

Artinya adalah mengkaji dan memahami dengan menggunakan ilmu pengetahuan.

Lalu menghukum atau menilai sesuatu lewat aturan undang-undang yang berlaku.

18

LKAAM Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, 108. 19

LKAAM Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, 96.

Page 69: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

56

Istilah cadiak pandai merujuk pada dua hal yang tercermin dari istilah itu

sendiri. Cadiak artinya adalah orang yang pintar dalam menyelesaikan masalah,

panjang akalnya, otaknya dapat mencari jalan keluar dari kebuntuan suatu

masalah. Pandai adalah orang yang berilmu karena rajinnya dia belajar dan

menuntut ilmu.20

C. Nagari Simabur

1. Profil Nagari

Secara geografis Nagari Simabur merupakan salah satu dari 6 Nagari yang

berada dalam wilayah Kecamatan Pariangan yang letaknya cukup strategis yang

dilintasi oleh jalan propinsi dan negara. Kondisi alamnya berhawa sejuk dan

didominasi oleh hamparan sawah dan cukup dekat dengan kaki Gunung Marapi.21

Nagari Simabur memiliki luas wilayah 975 Ha yang berada pada ketinggian

915 M di atas permukaan laut dengan kelembaban suhu 27-37 derajat celcius.

Curah hujan rata-rata 1.600-1.800 mm/Th. Dengan kondisi alam seperti itu,

Nagari Simabur memiliki lahan pertanian yang subur. 22

Nagari Simabur terdiri dari 3 (tiga) Jorong, yaitu:

1. Jorong Simabur,

2. Jorong Tanjung Limau,

3. Jorong Koto Tuo.

20

LKAAM Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, 109. 21

Ekspose Wali Nagari Simabur Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar:

Dalam Rangka Penilaian Kompetensi Wali Nagari Tingkat Kabupaten Tanah Datar 2013

(Simabur: Pemerintah Nagari Simabur, 2013), 1-2. 22

Ekspose Wali Nagari Simabur Kecamatan Pariangan, 2.

Page 70: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

57

Jumlah penduduk Nagari Simabur adalah 3.006 jiwa (data Januari 2013) dengan

rincian laki-laki 1.437 jiwa dan perempuan 1.569 jiwa. Nagari Simabur

berbatasan dengan:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Nagari Sawah Tangah,

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Nagari Batu Basa,

3. Sebelah timur berbatasan dengan Nagari Tabek,

4. Sebelah barat berbatasan dengan Nagari Pariangan.

Jarak antara Nagari Simabur dengan ibu kota kecamatan 0 Km, jarak Nagari

Simabur dengan ibu kabupaten 26 Km dan jarak Nagari Simabur dengan ibu

provinsi 103 Km.23

Nagari Simabur merupakan ibu Kecamatan Pariangan, dan bersebelahan

juga dengan Nagari Pariangan. Wilayah Pariangan terutama Nagari Pariangan

diyakini oleh masyarakat Minangkabau sebagai wilayah awal penyebaran

masyarakat Minangkabau. Simabur, Pariangan berada di dalam pemerintahan

Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Kabupaten Tanah Datar, dalam tambo

adat alam Minangkabau disebut Luhak Tanah Datar dan disebut juga Luhak Nan

Tuo (Luhak yang Tua). Disebut sebagai Luhak Nan Tuo, karena merupakan Luhak

tertua di daerah alam Minangkabau. Cirinya disebutkan dalam tambo “ayienyo

jernih, ikannyo jinak, buminyo dingin” (Airnya jernih, ikannya jinak, buminya

23

Ekspose Wali Nagari Simabur Kecamatan Pariangan, 2.

Page 71: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

58

dingin).24

Kondisi atau ciri alam tersebut dikarenakan luhak/kabupaten ini terletak

di sekitar lereng dan lembah Gunung Marapi, Singgalang dan Tandikat.25

Gambar III.C.1 Pemandangan Alam Nagari Simabur

Sumber: Dokumen Pribadi

Dalam syarat-syarat pembentukan nagari di Minangkabau seperti yang

dibahas sebelumnya, mensyaratkan setiap nagari minimal didiami oleh empat

suku. Dalam hal ini, Nagari Simabur mempunyai enam suku yang yaitu :

Simabua, Bendang Ateh, Bendang Baruah, Dalimo, Koto, Piliang.26

24

Edison dan Nasrun Dt. Marajo Sungut, Tambo Minangkabau: Budaya dan

Hukum Adat di Minangkabau (Bukittingi: Kristal Multimedia, 2010), 27. 25

Suardi Mahyudin dan Rustam Ibrahim, Hukum Adat Minangkabau: dalam

Sejarah Perkembangan Nagari Rao-Rao (Jakarta: Citatama Mandiri, 2002), 11. 26

Wawancara pribadi dengan Irsyad Datuak Mangkuto, Pejabat Sementara (Pjs)

Wali Nagari Simabur pada tanggal 13 Juni 2016 di Kantor Wali Nagari Simabur,

Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Page 72: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

59

2. Potensi Nagari Simabur

Potensi Nagari Simabur setidaknya dapat dipetakan dalam tujuh sektor

yaitu: sektor pertanian, sektor pariwisata, sektor kerajinan rumah tangga, sektor

pendidikan, sektor kesehatan, sektor agama dan terakhir sektor ekonmi dan

perbankan. Dari semua potensi yang ada di Simabur, sektor pertanian lah yang

paling dominan dan mencolok. Karena memang Kenagarian Simabur termasuk

salah satu wilayah yang luas untuk pertanian dengan kesuburan tanah yang cukup

dan lancarnya pengairan untuk petani. Data tahun 2013 mengatakan di Nagari

Simabur terdapat sembilan Kelompok Tani, satu Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan) dan satu Kelompok Wanita Tani (KWT).27

Sektor pariwisata di Nagari Simabur terdapat pada Alek Nagari “Pacu

Jawi”. Pacu Jawi merupakan satu-satunya event pariwisata yang hanya ada di

Sumatera Barat khususnya Kabupaten Tanah Datar. Event pariwisata ini telah

diakui tingkat dunia dan mengundang minat puluhan wisatawan mancanegara tiap

tahunnya.28

Sektor kerajiinan rumah tangga (home industry), pada umumnya adalah

usaha makanan ringan “dakak-dakak”. Dakak-dakak Simabur cukup terkenal di

Kabupaten Tanah Datar dan berkembang meluas ke daerah lain. Tahun 2013 tidak

kurang dari 13 usaha makanan ringan “dakak-dakak” ada di Nagari Simabur.29

Sektor pendidikan di Nagari Simabur terdapat 10 sekolah dari tingkat TK

sampai tingkat SMA/sederajat. Rinciannya tiga Taman Kanak-Kanak (TK), tiga

27

Ekspose Wali Nagari Simabur Kecamatan Pariangan, 7. 28

Ekspose Wali Nagari Simabur Kecamatan Pariangan, 7-8. 29

Ekspose Wali Nagari Simabur Kecamatan Pariangan, 8.

Page 73: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

60

sekolah dasar negeri (SDN), satu sekolah dasar (SD) swasta, satu madrasah

tsanawiyah (MTs) swasta, satu madrasah aliyah (MA) swasta, dan satu sekolah

menengah negeri (SMAN). Sektor pendidikan Nagari Simabur terdapat satu

pondok pesantren yang cukup terkenal di Kabupaten Tanah Datar yakninya

Pesantren Thawalib Tanjung Limau yang terdiri dari tigkat pendidikan madrasah

tsanawiyah (MTs) dan madrasah aliyah (MA). Sedangkan pendidikan umum yang

cukup terkenal juga adalah SMAN 1 Pariangan. Sedangkan di sektor agama di

Nagari Simabur berupa masjid, surau, TPA/TPSA, Pondok Quran dan juga

kelompok Yasinan. Jadi, dalam sektor pendidikan di Nagari Simabur tergolong

cukup lengkap dengan pendidikan bernuansa Islam atau pesantren dan pendidikan

umum yang dikelola pemerintah.30

Sektor kesehatan di Nagari Simabur data 2013 terdapat 5 kelompok

Posyandu dengan kader sebanyak 25 orang tersebar di setiap jorong. Di Simabur

terdapat satu puskesmas yang selalu ramai dikunjungi masyarakat. Sedangkan

pada sektor pereekonomian karena pusat Kecamatan Pariangan, maka cukup

berkembang perekonomian dan perbankan di Nagari Simabur. Diantaranya

terdapat Bank BRI, Bank BMT Darusalam, PT. Pos Indonesia, KUD, BPR

Pariangan dan juga Koperasi Nagari yang bernama Koperasi Sitangko.31

30

Ekspose Wali Nagari Simabur Kecamatan Pariangan, 10 31

Ekspose Wali Nagari Simabur Kecamatan Pariangan, 11.

Page 74: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

61

3. Sejarah Nagari Simabur

Nagari Simabur dalam bahasa Minang adalah Nagari Simabua. Dinamakan

demikian dikarenakan kanagarian tersebut tempat awal-awal masyarakat dari

nagari tertua, Pariangan, mencari pemukiman baru. Mereka berhamburan atau

dalam bahasa Minang „bahambua‟. Lalu dinamakan lah nagari tersebut nagari si

mabua artinya tempat orang bahambua. Seiring dengan penggunaan bahasa

Indonesia dalam administrasi pemerintahan yang penulis yakini semenjak

pemerintahan desa sewaktu Orde Baru, nama Nagari yang oleh masyarakat

dinamakan “Simabua” menjadi Simabur.

Hal lain yang penulis berhasil dapatkan adalah salah satu jorong yaitu Koto

Tuo, ternyata adalah termasuk koto (tingkatan di bawah nagari) yang paling tua

hampir bersamaan dengan koto-koto di Nagari Pariangan. Hal tersebut lah yang

membuat di awal penyatuan Jorong Koto Tuo, Jorong Simabua dan Jorong

Tanjung Limau sedikit menemui sedikit penolakan dari tokoh niniak mamak dari

Koto Tuo. Alasan yang dikemukakan dari tokoh Koto Tuo adalah Koto Tuo lebih

tua dibandingkan dengan Simabur dan Tanjung Limau, sehingga penyatuan tiga

jorong yang sewaktu pemerintahan desa merupakan desa-desa tersendiri,

memberatkan hati mereka terlebih menggunakan nama jorong atau koto yang

lebih muda „umurnya‟ dari Koto Tuo.

Kanagarian Simabur secara geografis bersebelahan dengan nagari tertua,

Nagari Pariangan, dan berada di Kecamatan Pariangan. Luhak Tanah Datar

termasuk di daerah Pariangan, banyak disebut sebagai pusat adat Minangkabau.

Hal tersebut tidaklah merujuk pada hierarki tetapi lebih pada rujukan atau suatu

Page 75: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

62

barometer pada jalannya adat dan budaya Minangkabau di nagari-nagari.

Sehingganya menjadikan Nagari Simabur menjadi pilihan yang baik karena

berada di daerah Kecamatan Paringan dan dekat dengan Nagari tertua yaitu

Nagari Pariangan. Serta posisi nagari yang strategis menjadikan nagari simabur

cukup terbuka dengan dunia luar baik secara informasi maupun secara fisik.

Terlebih pasar Simabur persis di jalan provinsi, seakan menjadi simbol atau

pertanda nagari simabur merupakan nagari yang terbuka bagi semuanya, termasuk

penulis yang ingin meneliti mengenai elite lokal di nagari tersebut. Kombinasi

antara kuatnya adat di Tanah Datar termasuk Pariangan dan keterbukaan dengan

dunia luar menjadi kelebihan tersendiri dari Nagari Simabur.

Nagari Simabur pada abad 19 terdapat seorang ulama yang menjadi murid

langsung dari Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, imam besar Madzhab

Syafii di Mekkah. Ulama tersebut bernama Muhammad Yahya.32

Tidak diketahui

dengan pasti dari mana beliau berasal. Kembali dari Makkah usai belajar agama

dengan Syeikh Ahmad Khatib , beliau menetap di Nagari Simabur. Di Simabur,

beliau mengembangkan ajaran agama secara murni menurut hukum Islam seperti

yang terdapat dalam ayat alQuran. Kemudian Muhammad Yahya dikenal dengan

sebuatan Tuanku Simabur.33

Tuanku Simabur mengajarkan kepada anak didiknya ajaran Islam dengan

sistem surau. Sistem yang sudah ada jauh sebelum kedatangan Belanda ke

32

A.A Navis menyebut nama aslinnya Tuanku Ismail. Tetapi ketika balik dari

Mekah dan menetap di Simabur, namanya sama dengan disebutkan di atas yaitu Tuanku

Simabur. Lihat A.A Navis, “Alur Kebudayaan dalam Tingkah Laku Gerakan Politik di

Minangkabau,” dalam A.A Navis ed., Diakletika Minangkabau: dalam Kemelut Sosial

dan Politik (Padang: Genta Singgalang Press, 1983), 73. 33

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Kebangkitan Nasional

Sumatera Barat (Balai Pustaka: Jakarta, 1982), 28-29.

Page 76: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

63

Sumatera Barat. Sistem ini bercirikan murid-murid mengelilingi guru sambil

mendengarkan apa yang diucapkan guru tersebut. Ilmu-ilmu yang diajarkan

diantaranya adalah ilmu Nahu, Tafsir alQuran, Fiqh dan lainnya. Tuanku Simabur

tidak hanya menekankan pada hafalan seperti lazimnya sistem pendidikan surau,

tetapi juga pada pemahaman dan prakteknya di tengah kehidupan sehari-hari dan

bermasyarakat.

Tuanku Simabur dalam pengajaran dan di setiap kesempatan dia berbicara

di khalayak ramai, juga menyinggung tentang warisan dalam adat Minangkabau.

Menurutnya, sistem waris di Minangkabau sangat bertentangan dengan hukum

waris menurut ajaran Islam. Timbul reaksi dari kaum adat dan ulama lainnya yang

membalas semua serangan dari Tuanku Simabur tersebut. Terjadi kegoncangan

dalam masyarakat sampai terjadi pertentangan dengan menggunakan fisik. Akibat

dari pertentangan yang sudah menggunakan fisik, pemerintah Belanda ikut

campur dengan menangkap Tuanku Simabur dan membuangnya ke Cirebon tahun

1904.34

Ulama lain yang terkenal adalah Syeikh Muhammad Zain yang merupakan

murid dari Haji Abdul Karim Amrullah, ayah Buya Hamka. Dan juga merupakan

teman Buya Hamka ketika belajar di Tabligh Muhammadiyah Padang Panjang.

Muhammad Zain menjadi ketua Cabang Muhammadiyah Simabur pada tahn

1926. Tetapi setelah Muhammad Zain hadir dalam kongres Muhammdiyah di

Pekalongan, dia berpikir bahwa dia “salah masuk” ke Muhammadiyah. Dalam

kongres tersebut, menyadari bahwa Muhammadiyah sama saja dengan gerakan

34

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Kebangkitan Nasional

Sumatera Barat, 29-30.

Page 77: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

64

“Kaum Muda” di Sumatera Barat, yang selama ini ditentangnya. Muhammad Zain

akhirnya berangkat ke Perak, Malaysia dan menjadi mufti di sana.35

4. Elite Lokal di Nagari Simabur

Pemerintah Nagari Simabur, Kecamatan Pariangan selama periode 2009

hingga 2015 dipimpin oleh Muhammad. Muhammad diakui masyarakat Simabur

sebagai bagian dari alim ulama. Dalam kata lain, Muhammad juga merupakan

bagian dari tungku tigo sajarangan dari unsur kepemimpinan alim ulama.

Muhammad selama 6(enam) tahun memimpin Pemerintahan Nagari Simabur

bersama dengan Irsyad Datuak Rajo Mangkuto sebagai ketua BPRN dari kalangan

niniak mamak. Sejak tahun 2015 berakhirnya masa amanah Muhammad sebagai

Wali Nagari Simabur, melalui keputusan Bupati Tanah Datar, ditunjuklah pejabat

sementara atau pelaksana tugas sebagai Wali Nagari Simabur yakni Irsyad Datuak

Rajo Mangkuto yang sebelumnya menjadi ketua BPRN Simabur.

Gambar III.C.2 Kantor Nagari Simabur

35

Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi besar Islam di Indonesia.

Didirikan tahun 1912 oleh Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Muhammadiyah kemudian juga

didirikan di Minangkabau. Paham Muhammadiyah yang cocok dengan semangat

pembaharuan di Minangkabau, menjadikan Muhamadiyah cukup besar di daerah tersebut.

Tokoh utama Muhammadiyah di Minangkabau diantaranya A.R Sutan Mansur (ketua

umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 1950-1959), Haji Abdul Karim Amrullah

atau lebih dikenal Haji Rasul ayah dari Buya Hamka dan Buya Hamka. Lihat Hamka,

Kenang-kenangan hidup, Jilid II, cet.3, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), 17-21. dan lihat

juga Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia: 1900-1942, cet.6, (Jakarta:

LP3S,1991), 84-89.

Page 78: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

65

Sumber: Dokumen Pribadi

Pada tahun 2009, terbentuk keanggotaan BPRN yang diketuai I. Datuak

Rajo Mangkuto dari unsur niniak mamak. Jumlah anggota BPRN 9 orang, dengan

keterwakilan 2 orang untuk unsur niniak mamak, 2 unsur alim ulama dan 2 orang

dari unsur cadiak pandai. Dan juga ditambah 2 orang dari pemuda dan 1 orang

dari bundo kanduang. Setelah berakhirnya masa jabatan BPRN tersebut, lalu

terbentuk lagi BPRN dengan keanggotan berkurang menjadi 7 orang (mengacu

pada Perbub Tanah Datar) yang berlaku saat itu. Dengan komposisi anggota 2

orang dari niniak mamak, 2 orang dari alim ulama, 1 orang dari cadiak pandai, 1

orang dari pemuda dan 1 juga dari bundo kanduang.

Adat dan Budaya Minangkabau mengamanahkan masyarakatnya untuk

hidup dalam nagari-nagari yang independen antar satu dengan yang lainnya.

Nagari adalah pemerintahan yang sudah lengkap secara sumber daya alam dan

Page 79: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

66

juga sumber daya manusia. Sumber daya alam meliputi tanah, air, sungai, hutan

dan lainnya. Sumber daya manusia mensyaratkan minimal ada empat suku

berbeda yang menempati nagari tersebut. Pemimpin nagari-nagari yang ada di

Minangkaabau adalah niniak mamak, alim ulama, dan cadiak pandai. Selain

bertanggung jawab juga dalam masing-masing bidang yaitu pemeliharaan dan

pelestarian adat (niniak mamak), menjaga akhlak, moral dan rohani masyarakat

(alim ulama) dan berperan dalam kemajuan nagari secara fisik dan non-fisik

(cadiak pandai). Mereka juga dengan prinsip musyawarah dan mufakat

mencarikan solusi atau jalan keluar untuk setiap permasalahan. Adat dan Budaya

Minangkabau tertanam kuat di daerah luhak salah satunya Luhak Tanah Datar

yang sekarang kita lebih dikenal sebagai Kabupaten Tanah Datar. Di antara

puluhan nagari yang ada di Tanah Datar, terdapat Nagari Simabur yang menjadi

ibukota kecamatan Pariangan.36

Suatu wilayah yang diyakini wilayah awal

penyebaran penduduk Minangkabau tempo dulu.

36

Terdapat 75 nagari di Kabupaten Tanah Datar, data berdasarkan Kerjasama

Badan Perencanaan Pembangunan dan Penanaman Modal Tanah Datar dengan BPS

Tanah Datar, Tanah Datar dalam Angka: Tanah Datar in Figures (Batusangkar: BPS

Tanah Datar, 2012), 3.

Page 80: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

67

BAB IV

RELASI KEKUASAAN ELITE LOKAL MINANGKABAU PASCA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4

TAHUN 2008 TENTANG NAGARI

Bab IV (empat) menjelaskan mengenai relasi kekuasaan elite lokal

Minangkabau yakninya niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai dalam

struktur Nagari. Melihat relasi kekuasaan para elite lokal Minangkabau tersebut

akan difokuskan pada masa setelah berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten

Tanah Datar Nomor 4 tahun 2008 tentang Nagari (Perda Kab. Tanah Datar

4/2008). Pembahasan pada bab ini dimulai dengan mengulas sedikit kekuasaan

elite lokal berdasarkan atau secara budaya yang penulis kutip dari beberapa

sumber sekunder (buku-buku tentang adat Minangkabau) dan juga dari sumber

primer (wawancara dengan elite lokal di nagari tempat penelitian).1 Lalu

dilanjutkan dengan membahas kekuasaan mereka secara formal berdasarkan perda

terkait pemerintahan nagari sebelum Perda Kabupaten Tanah Datar no. 4 tahun

2008 tentang Nagari, tepatnya setelah otonomi daerah diberlakukan pada antara

tahun 1999 dan 2000. Dilanjutkan dengan mengulas sedikit lagi mengenai

kekuasaan elite lokal Minangkabau sesuai amanah Peraturan Daerah Kabupaten

Tanah Datar no. 4 tahun 2008. Lalu masuk pada pembahasan inti mengenai

kekuasaan elite lokal Minangkabau secara nyata dalam masyarakat Nagari setelah

1 Buku-buku tersebut di antaranya: Elizabeth E. Graves, Asal-usul Elite

Minangkabau Modern: Respons terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX, terjm. Novi

Andir dkk, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007); Edison dan Nasrun Dt. Marajo

Sungut, Tambo Minangkabau: Budaya dan Hukum Adat di Minangkabau (Bukittinggi:

Kristal Multimedia, 2010); A.A Navis ed., Diakletika Minangkabau: dalam Kemelut

Sosial dan Politik (Padang: Genta Singgalang Press, 1983), dan juga LKAAM Sumatera

Barat, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah: Pedoman Hidup Banagari

(Padang: Sako Batuah, 2002)

Page 81: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

68

penerapan peraturan daerah tersebut. Pembahasan berdasarkan kepada temuan di

lapangan yaitu di Nagari Simabur, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar

Provinsi Sumatera Barat.

A. Kekuasaan Elite Lokal dalam Budaya Minangkabau

Adat dan Budaya Minangkabau kalau ditelusuri sejarahnya dari zaman

kerajaan, nagari merupakan kesatuan yang merdeka mirip dengan republik-

republik kecil yang otonom. Menurut A.M Batuah dan D.H Bagindo, seperti

dikutip Elizabeth Graves, raja yang baru datang di alam Minangkabau tidak dapat

lagi mengaduk-ngaduk nagari-nagari yang sudah terbentuk ke dalam struktur yang

diinginkannya.2 Menurut Elizabeth Graves keorganisasian, kewenangan, dan

bahkan asal-usul kerajaan dan raja Minangkabau sebenarnya tidak pernah

diterangkan secara memuaskan. Tambo alam Minangkababau menyebutkan

bahwasanya kehidupan mereka sudah dimulai sebelum masehi.3 Namun penulis

tidak akan menjelaskan panjang lebar mengenai sejarah Minangkabau yang sangat

dibanggakan oleh masyarakatnya dan dikagumi oleh para peneliti dari luar negeri.

Penulis hanya akan mengulas mengenai nagari dalam tinjauan sejarah dan

kaitannya dengan tungku tigo sajarangan, elite lokal Minangkabau, yang akan

2 Elizabeth E. Graves, Asal-usul Elite Minangkabau Modern: Respons terhadap

Kolonial Belanda Abad XIX/XX, terjm. Novi Andir dkk, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2007), 36-37. 3 Tambo merupakan salah satu warisan penting kebudayaan Minangkabau yang

diceritakan secara lisan oleh tukang kaba. Terdapat dua tambo yaitu tambo alam yang

mengisahkan asal-usul nenek moyang serta kerajaan Minangkabau, dan tambo adat yang

mengisahkan adat atau sistem dan aturan pemerintahan Minangkabau pada masa lalu.

Karena diwariskan secara lisan, tidak ada isi atau kisah tambo yang sama persis dengan

tambo lainnya. Lihat A.A Navis, Alam Takambang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan

Minangkabau (Jakarta: Grafiti Pers, 1986), 45.

Page 82: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

69

dibahas setelah berlakunya peraturan daerah yang pernah dan telah berlaku di

Luhak atau Kabupaten Tanah Datar.

Sejarah mengenai raja yang pernah berkuasa di Minangkabau yang terakurat

adalah mengenai Raja Adityawarman. Bukti mengenai keberadaan Raja

Adityawarman di daerah Minangkabau bisa ditemui pada prasasti-prasti yang

disimpan di museum Adityawarman, Kota Padang dan berbagai prasasti di

Kabupaten Tanah Datar. Raja Adityawarman menjadi raja atau yang dipertuan di

Alam Minangkabau pada tahun 1347-1375 yang berkedudukan di Pagaruyuang,

Kabupaten Tanah Datar sekarang ini.4 Namun menurut A.M Batuah dan D.H

Bagindo, seperti dikutip Graves, raja Adityawarman datang ketika pemerintahan

nagari yang independen dipimpin oleh penghulu atau niniak mamak sudah berdiri

dan berjalan lama sebelumnya.5 Sehingga tidak mengherankan, banyak kalau

berkuasanya para raja-raja yang bersifat politik hanyalah simbol belaka.

Pemerintahan nagari-nagari tetap berjalan secara mandiri dan independen dan

dpimpin oleh penghulu saat itu.

Menurut Graves, sulit untuk mengetahui apakah raja pernah memegang

peranan penting dalam kekuasaan politik. Sumber-sumber dari para pengamat

Eropa tentang raja baru muncul pada abad ke-16. Saat itu, raja dan para

pembantunya hanya berkuasa sebagai kekuatan yang nominal sifatnya dan

malahan terbatas pada kawasan Tanah Datar saja, suatu kawasan yang secara

langsung berada di sekitar istana Kerajaan Pagaruyung. Kekuasaan raja terhadap

4 Edison dan Nasrun Dt. Marajo Sungut, Tambo Minangkabau: Budaya dan

Hukum Adat di Minangkabau (Bukittinggi: Kristal Multimedia, 2010), 83. 5 Graves, Asal-usul Elite Minangkabau Modern, 36.

Page 83: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

70

nagari hanya terbatas pada waktu raja melakukan kunjungan periodik untuk

menerima upeti seperti beras dan emas sebagai bukti ketundukan penduduk dan

pengikut-pengikutnya yang dianggap berperan dalam kerajaan. Kerajaan

Minangkabau hanya dilihat sebagai nama kolektif dari kelompok negara-negara

kecil yakni nagari, yang merdeka, yang dipersatukan oleh kesamaan identitas

dalam segi keturunan, bahasa dan adat istiadat mereka.6

Dari beberapa paragraf di atas dapat ditangkap setidak beberapa hal

mengenai nagari. Pemerintahan nagari sudah berlangsung cukup lama sebelum

berkuasanya raja Adityawarman. Nagari dipimpin oleh penghulu yang dihormati

oleh seluruh masyarakat nagari, sehingga ketika terjadi permusuhan misalnya

dapat diatasi hanya dengan perantara penghulu nagari atau tidak dengan

peperangan sebagai jalan terakhir. Independennya nagari tidak lah selamanya

menguntungkan bagi nagari dan masyarakat Minangkabau. Revolusi Paderi yang

dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Nan Renceh membuat kaum adat

dari berbagai nagari kocar-kacir dan serba kacau-balau menghadapi gerakan

paderi tersebut.7 Gerakan Paderi meruapakan gerakan yang membawa semangat

pembaharuan yang mirip dengan gerakan Wahabi di tanah Arab. Gerakan Paderi

bersifat militan dan puritan dengan garis komando yang jelas. Berbeda dengan

nagari-nagari yang independen antar satu dengan yang lainnya. Ketidakmampuan

menghadapi gerakan Paderi membuat kaum adat meminta bantuan Belanda yang

sudah lama berkedudukan di Padang. Belanda memanfaatkan situasi tersebut

6 Graves, Asal-usul Elite Minangkabau Modern, 37.

7 Graves, Asal-Usul Elite Minangkabau Modern, 49.

Page 84: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

71

dengan membantu kaum adat untuk bisa masuk daerah Minangkabau yang

berpusat pada tiga luhak: Tanah Datar, Agam Dan Limapuluh Kota.8

Pertentangan nilai yang telah menjurus fisik antara kaum Adat dan kaum

Paderi yang juga merupakan orang Minangkabau setempat tidak menghasilkan

sama sekali pemenang di antara mereka. Belandalah yang akhirnya menikmati

hasil pertentangan tersebut, mereka memasuki daerah pusat Minangkabau dan

bisa memaksa penduduk lewat para penghulunya untuk menanam kopi. Kopi

menjadi komoditi andalan Belanda yang dijual di pasar Eropa pada saat itu.9

Akibat lain setelah terjadi gerakan Paderi adalah adat Minangkabau yang

dipimpin dijalankan oleh para penghulu di nagari-nagari berbagai posisi dan

kepemimpinan dengan agama Islam dengan ulamanya.. Menurut A.A Navis

gerakan pembaharuan datang dalam dua gelombang lagi setelah gelombang

gerakan Paderi. Gerakan pembaharuan Islam setelah gerakan Paderi, dengan

Tuanku Ismail dari Simabur yang dikenal dengan Tuanku Ismail Simabur.

Gelombang selanjutnya lebih massive menggunakan strategi pendidikan Islam

yang lebih modern, di bawah tiga serangkai haji yakni H. Abdullah Ahmad, H.

Abdul Karim Amrullah dan H. Mohammad Jamil Jambek.10

Namun diterimanya

agama dan ulama sebagai bagian dari adat, juga menandakan masyarakat dan

penghulunya, telah menyadari agama dan ulama sebagai sesuatu yang baru dan

baik bagi kehidupan masyarakat Minangkabau. Bahkan secara puitis mereka

menyebut ulama bagi masyarakat nagari sebagai „suluah bendang dalam nagari’

8 Graves, Asal-Usul Elite Minangkabau Modern, 67.

9 Graves, Asal-Usul Elite Minangkabau Modern, 104-105.

10 A.A Navis, “Alur Kebudayaan dalam Tingkah Laku Gerakan Politik di

Minangkabau,” dalam A.A Navis ed., Diakletika Minangkabau: dalam Kemelut Sosial

dan Politik (Padang: Genta Singgalang Press, 1983), 71.

Page 85: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

72

(„suluh benderang dalam nagari) yang maksudnya adalah sebagai penerang dalam

kehidupan bernagari.11

Mungkin selama ini hidup dengan adat hanya lebih banyak

berorientasi dunia, adanya agama dan ulama menerangi mereka untuk hidup juga

menuju jalan akhirat yang abadi.

Masuknya Belanda dengan politik etis yang telah dicanangkan melahirkan

banyak sekolah dengan berbagai tingkatan dan kelasnya. Masyarakat

Minangkabau memanfaatkan kesempatan tersebut agar anak-kemenakannya bisa

baca dan tulis dengan cakap. Efek dari masuknya birokrasi dan edukasi Belanda,

membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Selain itu juga membuka

pandangan dari masyarakat Minangkabau terhadapa dunia luar. Mereka

berpandangan bahwasanya kehidupan bernagari juga harus ikut mengalami

kemajuan mengikuti perkembangan zaman. Kebutuhan atau keinginan untuk maju

bagi nagari membuat adat dan agama yang lebih dulu hadir dalam masyarakat.

Juga berbagi dengan para cadiak pandai yaitu orang yang dianggap mempunyai

intelejensi, pengetahaun dan wawasan yang luas. Masyarakat membutuhkan

mereka agar setiap keputusan yang diambil dari niniak mamak dan alim ulama

juga berdampak pada kemajuan nagari mereka secara fisik dan non-fisik atau

sumber daya manusianya.12

Begitulah ringkasan mengenai hidupnya

kepemimpinan tiga poros: adat, agama dan cendikiawan, yang dikutip dari

Herman Sihombing, dan penulis tempatakan di bab 2 mengenai elite lokal

11

LKAAM Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah:

Pedoman Hidup Banagari (Padang: Sako Batuah, 2002), 108. 12

Herman Sihombing, “Hukum Adat mengenai Tungku Tigo Sejarangan dan Tali

Tiga Sepilin: Hukum Adat Minangkabau Dewasa Ini dan di Kemudian Hari,” dalam A.A

Navis (ed), Dialektika Minangkaabau: dalam Kemelut Sosial dan Politik (Padang: Genta

Singgalang Press, 1983), 43-45.

Page 86: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

73

Minangkabau, tungku tigo sajarangan. Jadilah niniak mamak, alim ulama dan

cadiak pandai berada dalam kepemimpinan masyarakat Minangkabau yang

memimpin kesatuan sosial masyarakat adat. Niniak mamak berada pada ranah

adat, alim ulama dalam ranah agama (akhak dan rohani), dan cadiak pandai

dalam kemajuan nagari terutamanya pendidikan dan ekonomi.

Kepemimpinan mereka tidaklah lebih tinggi antar satu dengan yang lainnya.

Peran yang dominanan dalam musyawarah mufakat dikaitkan dengan masalah

yang dibahas. Namun keputusan adalah tetap musyawarah dan mufakat ketiga

unsur kepemimpinan masyarakat Minangkabau yang dalam peneletian ini disebut

dengan elite lokal Minangkabau. 13

B. Kekuasaan Elite Lokal secara Formal dalam Peraturan Daerah Yang

Mengikat

1. Sebelum Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun

2008 tentang Nagari

Otonomi daerah menjadi momentum bagi setiap daerah untuk mengatur

daerahnya masing-masing dan menyesuaikannya dengan budaya dan tradisi di

daerah tersebut. Sumatera Barat yang mayoritas didiami oleh suku Minangkabau,

juga tidak ketinggalan memanfaatkan momentum tersebut untuk mengelola

daerahnya sesuai dengan budaya yang sudah mereka miliki sebelum republik ini

berdiri.14

Momentum tersebut digunakan untuk menggulirkan wacana baliak ka

13

Herman Sihombing, Hukum Adat mengenai Tungku Tigo Sejarangan dan Tali

Tiga Sepilin, 53-54. 14

Yasril Yunus, “Pemerintahan Nagari di Era Orde Baru: Persepsi Aparatur

Pemerintah Aparatur Pemerintah dan Masyarakat terhadap Pemerintahan Nagari dan

Otoritas Tradisional Minangkabau dalam Kaitannya dengan Prospek Otonomi Daerah di

Page 87: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

74

nagari, suatu wacana yang sebenarnya sudah cukup lama terdengar ketika

penyeragaman pemerintahan di tingkat bawah seluruh Indonesia dengan model

pemerintahan Desa berdasarakan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979.

Penyeragaman yang mengakibatkan model pemerintahan Nagari yang sudah lama

dipraktekan turun-temurun oleh masyarakat Minangkabau menjadi berantakan.

Karena model desa tersebut tidak hanya mengkoreksi secara budaya juga

mengoreksi secara teritorial dan juga kesatuan adat pada setiap nagari.

Desa yang terbentuk bukanlah nagari yang sudah ada direplikasi atau

ditukar modelnya menjadi desa. Desa yang terbentuk adalah jorong-jorong yang

ada. Jorong merupakan wilayah di bawah nagari, yang tidak punya kekuasaan

dalam masyarakat adat. Kepala jorong hanya menjadi pelaksana dari keputusan

seorang wali nagari. Setiap masalah di masyarakat jorong, kepala jorong

memberitahukannya kepada wali nagari. Lalu wali nagari yang mencarikan

solusinya dengan mengajak para tokoh atau elite yang ada yakninya niniak

mamak, alim ulama dan cadiak pandai untuk bermusyawarah. Model desa

mengacaukan struktur kekuasaan dan kepemimpinan yang sudah ada dan

berlangsung lama, melekat pada masyarakat Minangkabau.

Pemberlakuan otonomi daerah disambut oleh pemerintah daerah Sumatera

Barat dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2000 tentang

Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari. Lalu ditindak lanjuti oleh pemerintah

Minangkabau” Tesis (Malang: Universitas Brawijaya, 2000) [jurnal on-line]; tersedia di

https://jurnalskripsitesis.wordpress.com/2008/03/22/pemerintahan-nagari-di-era-orde-

baru-persepsi-aparatur-pemerintah-dan-masyarakat-terhadap-pemerintahan-nagari-dan-

otoritas-tradisional/; diunduh pada tanggal 4 November 2015.

Page 88: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

75

Kabupaten Tanah Datar, dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Tanah Datar Nomor 17 tahun 2001.

Keinginan kembali pada pemerintahan nagari pastinya sangat kuat dan

sangat diapresiasi oleh para elite lokal di tingkat kabupaten hingga tingkat nagari.

Namun masalah yang dihadapi adalah, menurut Yasril Yunus, adalah bagaimana

bentuk nagari yang sesungguhnya atau idealnya seperti apa tidak lah diketahui

secara pasti oleh masyarakat dan juga stakeholder yang ada. Karena selama

puluhan tahun mereka berada dan menikmati pemerintahan desa akibat Undang-

Undang No.5/1979, wacana baliak ka nagari menjadi nostalgia semata. Ini

terbukti pada tidak jelasnya peranan dan fungsi dari para elite lokal Minangkabau

niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai. Terutamanya niniak mamak, yang

punya peranan besar dalam masyarakat nagari terutama dalam bidang adat,

terpecah kekuasaannya di sekitar Wali Nagari.15

Hal ini sangat dimungkinkan

karena ada pasal yang mengatur mengenai kewenangan seorang Wali Nagari yang

cukup luas dalam pasal 15 ayat 2 Perda Kab. Tanah datar no. 17 tahun 2001 yang

berbunyi “segala perselisihan yang telah didamaikan oleh Wali Nagari mengikat

pihak-pihak yang berselisih”. Nampak masih tersisa model desa yang menjadikan

kepala desa punya kekuasaan yang kuat di wilayah desanya.

Badan Permusyawaratan Anak Nagari (BPAN) yang disebutkan dalam

peraturan daerah Sumatera Barat oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Datar disebut

15

Yasril Yunus, “Model Pemerintahan Partisipatif yang Partisipatif dalam

Masyarakat Minangkabau,” Demokrasi, Vol. VI No. 2 Tahun 2007. [jurnal on-line]

tersedia di http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/viewFile/1141/976; diunduh pada

tanggal 17 November 2015.

Page 89: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

76

dengan nama Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari (BPRN). BPAN/BPRN

merupakan lembaga perwujudan demokrasi masyarakat nagari. Namun, menurut

Yasril Yunus, lembaga lebih mencerminkan demokrasi modern ketimbang

demokrasi adat yang diperankan juga oleh niniak mamak. Pembentukan BPRN

sesuai peraturan daerah Kabupaten Tanah Datar difasilitasi oleh Wali Jorong.16

Harusnya dalam musyararah yang mencerminkan kepemimpinan masyarakat

Minangkabau, tungku tigo sajarangan sajarangan, niniak mamak lah yang

memainkan perannya mengajak alim ulama dan cadiak pandai untuk

bermusyawarah dalam mengurusi masalah nagari. Representasi alim ulama dan

cadiak pandai juga belum mencerminkan struktur nagari secara kultural. Alim

ulama dan cadiak pandai dalam struktur nagari dalam budaya Minangkabau

merupakan representatif nagari, bukan representatif jorong dan suku yang

disebutkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 17 tahun 2001 pasal

15.

Wacana baliak ka nagari sudah digulirkan dan dipraktekan lewat perda

yang mengaturnnya. Namun model ideal nagari dan fungsi tungku tigo

sajarangan yang menjadai kunci akan keberlangasungan nagari dan

kepemimpanan masyarakat nagari masih belum jelas diamanatkan perda dan

dipraktekkan oleh elite lokal Minangkabau bersangkutan. Penelitian-peneletian

menemukan pasca perda-perda tersebut belum terlihat lah nagari yang sebenarnya

baik secara formal maupun secara nyata di masyarakat nagari. Akhirnya tahun

2007 lahir kembali perda tentang pemerintahan Nagari dari pemerintah daerah

16

Yunus, Model Pemerintahan Nagari yang Partisipatif , 9.

Page 90: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

77

Sumatera Barat dengan dengan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2007 tentang

Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari. Pemerintah Kabupaten Tanah Datar

menindaklanjuti perda tersebut dengan mengeluarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 tentang Nagari.

2. Kekuasaan Elite Lokal secara Formal berdasarkan Peraturan

Daerah Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Nagari

Sub-bab ini menjelaskan secara singkat kekuasaan elite lokal berdasarkan

Perda Kabupaten Tanah Datar No. 4 tahun 2008 tentang Nagari. Penjelasan dari

perda telah penulis berikan di bab 2. Sehingga sub bab ini hanya menggambarkan

secara umum pengaruh perda tersebut secara formal dalam strukur pemerintahan

Nagari.

Perda Kab. Tanah Datar No. 4/2008 tentang Nagari merupakan tindak lanjut

dari peraturan daerah Sumatera Barat No. 2/2007. Dalam perda sumbar terjadi

beberapa perubahan dengan aturan yang lebih jelas dan detail. Terutama

penempatan Kerapatan Adat Nagari (KAN) secara kelembagaan diposisikan

dengan tinggi namun tidak dijelaskan operasional dalam jalannya pemerintahan

nagari. Operasional dan teknis diserahkan kepada pemerintah daerah kabupaten

masing-masing untuk mengaturnya kembali dengan peraturan daerah kabupaten.

Yasril Yunus menawarkan 3 (tiga) model alternatif dalam menempatkan

kelembagaan Wali Nagari, Bamus/BPRN dan KAN agar berjalan lebih

partisipatif. Maksudnya adalah ketiga institusi dapat memainkan perannya dalam

pemerintahan dengan selalu diikutsertakan dalam mengurus masalah dan

pengambilan keputusan. Ketiga model menempatkan BPRN dan Wali Nagari

Page 91: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

78

sejajajar, namun posisi KAN berbeda pada tiap model. Model pertama,

menempatkan sejajar dengan wali nagari. Tetapi tidak dapat memastikan

pendapatnya akan dipakai oleh Wali Nagari dan BPRN. Yasril Yunus menyebut

pisisi KAN ditempatkan pada derajat yang tinggi tapi dilecehkan secara

operasional.

Model kedua menempatakan KAN mempunyai garis komando dengan Wali

Nagari dan BPRN. Namun KAN berada dibawah Wali Nagari, sehingga KAN

menjadi sub-ordinat dari wali Nagari dan BPRN. Model ketiga KAN ditempatkan

di atas Wali Nagari dan BPRN. KAN tidak bisa mempengaruhi langsung Wali

Nagari, tetapi bisa memanfaatkan BPRN untuk mempengaruhi kebijakan yang

akan disepakati bersama Wali Nagari. Yasril Yunus menyebut BPRN menjadi

seperti terminal antara KAN dan Wali Nagari. Alternatif model institusi dalam

Nagari oleh Yasril Yunus, lebih melihat pada posisi KAN dan operasionalnya

dalam pengambilan keputusan pada pemerintahan Nagari.17

Kabupaten Tanah

Datar menggunakan alternatif ketiga dari Yasril Yunus, karena pengisian BPRN

dilakukan oleh KAN melalui lembaga-lembaga unsur yang terbentuk di bawah

pembinaan dan perlindungan KAN.

Peraturan 2008 lebih detail menjelaskan fungsi dan wewenang dari Wali

Nagari, BPRN dan KAN. KAN sebagai institusi dari semua niniak mamak nagari

diberikan wewenang sesuai dengan adat yakninya memutus semua persoalan

mengenai adat terutamanya perkawinan, sako dan pusako. Kedua struktur yang

terbentuk dari dua perda tersebut tidak lah mempunyai perbedaan yang tajam.

17

Yunus, Model Pemerintahan Nagari yang Partisipatif, 11-17.

Page 92: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

79

Nagari tetap dipegang secara formal oleh Wali Nagari dan BPRN dilengkapi

KAN yang bersifat konsultatif dan koordinatif. Perbedaan kedua perda tersebut

berdasarkan temuan setidaknya ada dua. Pertama, peran dari ketiga institusi sudah

jelas tidak ada yang saling tumpang tindih pada perda No.4/2008 dibanding perda

No. 17/2001. Kedua, jalannya model pemerintahan nagari pada masa perda 2001

masih merupakan transisi dari masa orde baru ke otonomi daerah. Sehingga

terlihat masih cukup kabur dan meraba-raba format yang tepat untuk bernagari

terutamanya dalam mengakomodir elite lokal Minangkabau. Berjalannya kembali

ke nagari pada masa seletelah perda 2008, mulai mendapat bentuk dan jalannya

pemerintahan dan berfungsinya kembali elite lokal Minangkabau di masyarakat

tergantung kesiapan dan kualitas sumber daya manuasia di tiap nagari.

Page 93: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

80

TABEL. IV.B.1 PERUBAHAN STRUKTUR FORMAL NAGARI

Periode Orde

Baru

(1979-1999)

Era Otonomi

Daerah I

(1999-2008)

Era Otonomi

Daerah II

(2008-2015)

Peraturan yang

mengatur

- UU No. 5/1979

- Perda Sumatera

Barat No.

13/1983

- UU No. 22/1999

- Perda Sumatera

Barat No. 9/2000

- Perda Kab. Tanah

Datar No.

17/2001

- UU No. 32/2004

- Perda Sumatera

Barat No. 2/2007

- Perda Kab. Tanah

Datar No.4/2008

Institusi Desa/Kepala Desa - KAN

- BPRN

- Wali Nagari

- KAN

- BPRN

- Wali Nagari

Gaya/corak Birokratis, Terpusat

di Kepala Desa.

- Demokratis

- Sinergi antar

institusi

- Masih tahap

transisi dari Desa

ke Nagar.

- Wali Nagari

masih punya

wewenang lebih.

- Demokratis

- Sinergi antar

institusi

- Sudah lebih detail

dan jelas fungsi

serta wewenang

antar institusi.

Pembentukan

Institusi

Jorong diadopsi

menjadi Desa.

KAN bersama

pemerintah Desa

sebelumnya

membentuk Nagari

– BPRN - Wali

Nagari.

KAN berisikan

seluruh niniak

mamak dalam

Nagari – Lembaga

unsur (Alim Ulama,

Cadiak Pandai,

Bundo Kanduang

dan Pemuda) –

BPRN – Wali

Nagari.

Pemilihan Kepala

Pemerintah

Ditunjuk

pemerintah

kabupaten

- Calon Wali

Nagari diajukan

dan dipilih oleh

masyarakat

Nagari.

- Disahkan BPRN

- Calon Wali

Nagari diajukan

masing-masing

lembaga unsur

(Niniak Mamak

dari KAN, Alim

Ulama, Cadiak

Pandai, Bundo

Kanduang dan

Pemuda)

- Dipilih rakyat

Nagari.

- Disahkan BPRN.

Page 94: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

81

Pengisian Badan

Musyawarah

- Dari kalangan

Adat, Agama dan

Cadiak Pandai yang

mewakili Jorong

Mewakili masing-

masing lembaga

unsur yang sudah

terbentuk yakni

Niniak Mamak,

Alim Ulama,

Cadiak Pandai,

Bundo Kanduang

dan Pemuda.

C. Kekuasaan Elite lokal Minangkabau di Nagari Pasca Peraturan Daerah

Kabupaten Tanah Datar No. 4 Tahun 2008

1. Dampak Pelaksanaan Perda terhadap Elite Lokal di Masyarakat

Nagari

Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar No 4 Tahun 2008 tentang Nagari

berdampak baik terhadap struktur nagari dan para elite lokalnya yang sesuai

dengan budaya dan tradisi masyarakat Minangkabau. Nagari pemerintahannya

dipimpin oleh wali nagari yang dipilih dengan prosedural dari BPRN (Badan

Permusyawaratab Rakyat Nagari) dan KAN (Kerapatan Adat Nagari). Wali

Nagari dan BPRN menjalankan pemerintahan secara bersama, dengan Wali

Nagari dibantu oleh perangkat nagari sebegai eksekutifnya. Program yang

berjalan merupakan hasil kesepakatan Wali Nagari dan BPRN. Selain Wali

Nagari dan BPRN, jalannya pemerintahan Nagari juga dibantu oleh KAN. KAN

beranggotakan seluruh niniak mamak yang ada di nagari. KAN dalam

pemerintahan Nagari bersifat konsultatif dan koordinatif. KAN menjadi tempat

konsultasi dari Wali Nagari dan BPRN ketika mengambil suatu keputusan atau

menyelesaikan suatu masalah. KAN dan Wali Nagari saling berkordinasi terkait

dengan masalah adat menyangkut tanah ulayat (pusako), perkawinan dan

Page 95: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

82

kegiatan-kegiatan adat lainnya. Dalam sub-bab ini, akan dijelaskan secara ringkas

ketiga institusi yang ada di struktur Nagari berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Tanah Datar no 4 tahun 2008. Penjelasan ketiga institusi tersebut

terfokus pada keterkaitan dengan elite lokal Minangkabau di Nagari. Karena fokus

penelitian penulis adalah pada elite lokal Minangkabau pada berlakunya perda

tersebut.

Calon Wali Nagari diusulkan oleh lembaga unsur yang ada yakninya unsur

niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai, serta juga dimungkinkan dari

pemuda dan bundo kanduang. Pemuda dan bundo kanduang berdasarkan prosedur

formal dari perda juga memungkinkan terpilih dari unsur mereka. Tetapi secara

budaya dan tradisi, pemimpin bagi mereka adalah niniak mamak, alim ulama dan

cadiak pandai. Kebudayaan dan kebiasaan masyarakat menjadikan pemuda dan

bundo kanduang mencalonkan calon wali nagari dari unsur niniak mamak, alim

ulama dan cadiak pandai. Prosedur dan keadaan masyarakat yang demikian

menjadikan wali nagari terpilih yang akan memimpin pemerintahan nagari

bersama BPRN adalah unsur dari elite lokal yang ada yakni salah satu di antara

niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai.

BPRN merupakan perwujudan dari demokrasi lokal di Nagari yang

berisikan para niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai, serta dilengkapi dari

unsur pemuda dan bundo kanduang. Elite lokal menjadi pengisi utama dalam

institusi BPRN. Sesuai perda jumlah anggota adalah 7, atau 9 dan atau 11. Jumlah

mereka tergantung kebutuhan nagari. Berdasarkan temuan di lapangan, BPRN

Nagari Simabur periode 2009-2015 terdiri dari 9 anggota. Komposisinya 2 niniak

Page 96: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

83

mamak, 2 alim ulama, 2 cadiak pandai, 2 pemuda dan 1 dari bundo kanduang.

Menurut Wali Nagari Simabur 2009-2015, jumlah tiap unsur diusahakan merata

tetapi dengan prioritas pada niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai. Karena

kenggotaan ganjil, yang menjadi lebih sedikit biasanya adalah pemuda dan bundo

kanduang. BPRN menjadi institusi utama dalam struktur pemerintahan nagari

yang menampung kekuasaan elite lokal Minangkabau di nagari dengan wewenang

dan tugas yang cukup luas serta poisisi yang berdampingan dengan Wali Nagari.

KAN beranggotakan murni para niniak mamak yang ada di Nagari. KAN

berfungsi menyelenggerakan urusan adat di nagari, mengurus dan mengelola adat

salingka nagari, melakukan pendidikan dan pengembangan adat di Nagari serta

memberikan kedudukan hukum menurut adat mengenai sako, pusako dan syara’

di nagari serta melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan terhadap

unsur alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang dan pemuda nagari.18

KAN

bersifat konsultatif dan koordinatif terhadap pemerintahan nagari yakninya Wali

18

Adat salingka nagari merupakan istilah dalam adat Minangkabau yang merujuk

pada adat nan teradat dan adat istiadat. Dalam adat Minangkabau terdapat 4 pemabagian

adat yakni: 1. Adat nan sabana adat, 2. Adat nan diadatkan, 3. Adat nan teradat, 4. Adat

istiadat. Adat nan sabana adat berisi ketentuan syara‟ atau agama berdasarkan quran dan

hadis, serta ketentuan sunnatulah atau hukum alam. Adat nan diadatkan merupakan adat

Minangkabau yang diyakini peninggalan dari Datuak Parpatih Nan Sabatang dan Datuak

Katumanggungan, berisikan niai-nilai dasar adat yang menjadi pegangan dan tak pernah

bergeser dari dahulu hingga sekarang. Sedangkan adat nan teradat berisi hukum dan

ketentuan yang dibuat berdasarkan kesepakatan bersama niniak mamak dalam nagari.

Adat isiadat merupakan kebiasaan yang ada dalam setiap nagari. Jadi, adat nan sabana

adat dan adat nan diadatkan berlaku universal bagi setiap masyarakat Minangkabau.

Lalu adat nan teradat dan adat isitiadat berlaku hanya di nagari masing-masing. Lihat

LKAAM Sumatera Barat, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah: Pedoman

Hidup Banagari (Sako Batuah: Padang, 2002), 11-16. Dan juga di AA Navis, Alam

Terkembang jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau (Jakarta: Grafiti Pers,

1986), 86-88.

Page 97: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

84

Nagari dan BPRN. KAN menjadi cerminan kekuasaan para niniak mamak sebagai

pemimpin masyarakat yang berada di jalur adat.

Struktur pemerintahan Nagari yang terbentuk berdasarkan Peraturan

Daerah Kabupaten Tanah Datar No 4 Tahun 2008 menghasilkan tiga institusi

utama yakninya Wali Nagari, BPRN dan KAN. Dalam ketiga insititusi tersebut

diisi oleh para elite lokal Minangkabau. Peraturan daerah mengakomodir

kekuasaan mereka di Nagari lewat institusi-institusi tersebut dalam struktur

pemerintahan Nagari. Sehingga struktur Nagari yang tebentuk tidak lah

menganggu kekuasaan mereka di masyarakat tetapi mengakomodir dan seperti

mengingatkan kembali kepada elite lokal Minangkabau bahwa mereka punya

tugas dan tanggung jawab yang ditunggu oleh masyarakat nagari. Salah satu

cadiak pandai yang pernah menjabat kepala desa, Wali Nagari Simabur serta juga

merupakan niniak mamak yang baru diberi gelar datuak mengakui seperti berikut:

malah saya menilai dengan adanya perda tersebut menjadi lebih terarah dan

terfokus dengan pekerjaan yang diberikan oleh perda. Kadang-kadang ada ninik

mamak itu sendiri tida tau dengan kerja dan tugasnya sendiri. Bagi saya sebagai

warga Nagari mantan kepala desa, mantan wali Nagari dan sekarang menjadi

anggota DPRD, perda tersebut sangat menguntungkan sekali pada ninik mamak.

Dahulunya untuk ninik mamak ini tak pernah dianggarkan, sekarang sudah ada

peng-anggarannya, ada uang operasionalnya.19

Ditambahi lagi oleh beliau juga:

ninik mamak akan menjalankan tugas dan fungsinya seperti yang dulunya, tetapi

setelah adanya perda no. 4 tahun 2008 tadi, ninik mamak dipertajam peran dan

fungsinya, diberikan pembekalan, diberikan ilmu dan pelatihan sebagainya dan

dibantu anggaran.20

19

Wawancara pribadi dengan Rasman Datuak Mudo, cadiak pandai dan niniak

mamak yang baru diserahi gelar adat, Mantan Kepala Desa dan Wali Nagari Simabur.

Pada 19 Juni 2016, bertempat di Masjid Raya Simabur Baitul Makmur. 20

Wawancara pribadi dengan Rasman Datuak Mudo.

Page 98: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

85

Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar No. 4 Tahun 2008 berdampak

baik bagi elite lokal Minangkabau di Nagari dalam struktur pemerintahan maupun

dan dalam struktur kepemimpinan mereka di masyarakat Minangkabau sesuai

adat dan budaya. Dalam struktur pemerintahan nagari, elite lokal Minangkabau

menempati posisi dominan yang tercerminkan pada institusi Wali Nagari, BPRN

dan KAN. Sesuatu yang tidak mereka dapatkan dengan cukup baik pada struktur

nagari sebelumnya, apalagi pada masa pemerintahan desa di Orde Baru. Dalam

struktur nagari berdasarkan peraturan daerah tersebut, elite lokal dilengkapi oleh

pemuda dan bundo kanduang serta dibantu perangkat nagari untuk urusan

pemerintah Nagari yang dipimpin Wali Nagari. Sedangkan bagi kekuasaan

mereka dalam masyarakat nagari, berdasarkan adat dan budaya, kembali

menerapkan kehidupan banagari (bernagari) yang menempatkan mereka sebagai

poros kepemimpinan tungku tigo sajarangan.

2. Kecakapan, Kemampuan dan Kualitas sebagai Elite Lokal

Selayaknya pemimpin dan yang dihormati masyarakatnya, baik karena

jabatan atau pun gelar pemberian dari suatu tradisi yang berlangsung sejak lama,

semestinya melekat kemampuan atau kualitas pada diri masing-masing pemimpin

dan tokoh tersebut. Elite lokal minangkabau yakninya para niniak mamak, alim

ulama dan cadiak pandai, tentu juga harus mempunyai kualifikasi dan atau

setidaknya memiliki kualitas yang lebih dibandingkan dengan para anggota yang

dipimpinnya yaitu masyarakat nagari.

Page 99: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

86

a. Niniak mamak

Niniak mamak seperti yang dibahas pada bab sebelumnya, bahwa mereka

berada di jalur adat yang bertugas mengurusi dan memimpin anak-kemenakan dan

menjaga pusako serta sako kaum dalam sukunyanya. Niniak mamak seminimalnya

kekuasaan mereka adalah pada kaum dalam sukunya. Tiap suku dibagi pada

kaum-kaum yang dipimpin oleh satu niniak mamak. Di setiap suku ada beberapa

niniak mamak. Dalam satu nagari ada minimal 4 (empat) suku, sehingga ada

belasan sampai puluhan niniak mamak dalam satu nagari. Belasan hingga puluhan

niniak mamak di satu nagari ditunjuklah satu pemimpin di antara mereka untuk

menggerakan atau memimpin rapat terkait dengan permasalahan di nagari.

Pemimpin atau kordinator di antara niniak mamak tersebut disebut niniak mamak

pucuak. Dalam struktur Nagari berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah

Datar Nomor 4 Tahun 2008, semua niniak mamak berada sebagai anggota dalam

institusi Kerapatan Adat Nagari.

Beberapa kriteria yang selayaknya dimiliki oleh seorang niniak mamak

adalah:21

1) Paham dan mengerti betul dengan adat Minangkabau,

2) Mempunyai pribadi yang tidak tercela secara agama dan secara adat,

3) Mempunyai kemampuan berbicara secara adat yang dinamakan pepatah

petitih,

21

Wawancara pribadi dengan Kharirunnas Datuak Sinaro, niniak mamak Bendang

Baruah, Jorong Simabur, Wakil Ketua KAN Simabur 2009-2015 dan Ketua KAN

Simabur 2015-2020. Pada 28 Juni 2016, bertempat di Pasar Nagari Simabur.

Page 100: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

87

4) Mempunyai sopan santun yang tinggi, bisa menempatkan diri di mana pun

berada, dan menjadi panutan bagi seluruh anak-kemenakannya,

5) Punya sifat teladan dari nabi yaitu sidiq, amanah, fatanah, tabligh.

Kemampuan akan pemahaman tentang adat Minangkabau masih cukup

rendah. Hal tersebut diakui oleh ketua KAN dan anggota BPRN yang berasal dari

unsur niniak mamak. Ketua KAN menyebutkan sangat sedikit sekali niniak

mamak yang paham dengan adat Minangkabau secara menyeluruh. Kalaupun tahu

mengenai adat hanya sepuatar masalah perkawinan dan upacara adat lainnya.

Selain pemahaman tentang adat, ninik mamak juga haruslah mengerti agama

walaupun tidak sama dengan kualitas alim ulama. Menurut adat Minangkabau,

antara adat dan agama tidak lah terpisah dalam kata lain agama juga menjadi nafas

dan patokan dalam hidup bermasyarakat. Adat berhubungan dengan agama

dinyatakan sebagai “adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah”. Basandi

atau bersendi artinya bukan lah berdasarkan, namun keduanya bersendi atau

berhunbungan erat.22

Selain paham betul dengan adat, niniak mamak juga

merupakan orang yang beragama dengan baik dan juga mempunyai ilmu

pengetahuan cukup. Ketidak pahaman atau kurang memahami adat, tidak

memahami agama dan kurang berilmu pengetahuan akan membuat seorang niniak

mamak tidak mempunyai wibawa di depan anak-kemenakannya. Seperti

dijelaskan dan diakui oleh Wali Nagari Simabur 2009-2015:

kalau sekarang fungsi dari ninik mamak sudah mulai kurang dan melemah.

Sekarang terliat hanya sekedar memberikan izin kepada anak-kemenakannya untuk

melangsungkan pernikahan. Lalu mungkin hadir ketika ada acara-acara adat

22

Wawancara pribadi dengan Muhammad, alim ulama Nagari Simabur dan Wali

Nagari Simabur Tahun 2009-2015. Pada 26 Juni 2016, bertempat di kediaman pribadi di

Nagari Rambatan, Kec. Rambatan, Kab. Tanah Datar.

Page 101: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

88

termasuk pesta/upacara pernikahan. Kebanyakan ninik mamak hanya diangkat

menempati posisinya hanya memenuhi syarat garis keturunan. Jarang

memperhatikan kualitas dalam artian pemahaman tentang adat, syara,/agama dan

juga pendidikan atau pengetahuannya. Sehingga fungsinya di tengah masyarakat

menjadi tidak berjalan.23

Pribadi para niniak mamak Simabur tidak ada yang tercela secara agama dan

adat. Seleksi oleh kaum mereka sendiri menempatkan alasan pribadi menjadi

harga yang tidak bisa ditawar. Niniak mamak akan menjadi wakil mereka dalam

setiap rapat adat dan menjadi simbol dari kaum tersebut. Tentu kaum dalam suku

tidak mau nama kaumnya dipandang rendah oleh kaum atau suku lainnya karena

diwakili oleh seorang niniak mamak yang tercela pribadinya.

Kemampuan berpepatah-petitih, bisa dikatakan sangat minim. hal-hal yang

normatif saja mungkin yang dapat dikuasai oleh niniak mamak. Hal ini diakui

oleh niniak mamak yang cukup sepuh, yang sering diminta untuk mengajarkan

pepatah-petitih kepada calon niniak mamak. Banyak yang tidak menguasai,

kalaupun menguasai hanya sekedar untuk berbasa-basi dalam suatu jamuan.

Sopan santun seorang niniak mamak tentu menjadi hal yang penting

disoroti. Sopan santun seorang niniak mamak akan menjadi panutan dan contoh

bagi semua anak-kemenakannya. Sopan santun para niniak mamak relatif baik.

Sopan santun dalam hal ini tidak hanya soal perliaku atau perbuatan. Tetapi juga

mengenai cara membawakan diri di tengah pergaulan masyarakatnya. Hal yang

paling mencolok dalam pergaulan tersebut tentu adalah cara berpakaian dan juga

cara berbicara seorang niniak mamak. Penelitian menemukan ada beberapa niniak

mamak yang berpakain celana pendek pergi ke pasar atau duduk di warung. Hal

ini diakui masyarakat sedikit menurunkan rasa hormat mereka kepada niniak

23

Wawancara pribadi dengan Muhammad.

Page 102: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

89

mamak. Wibawa niniak mamak berkurang karena berpakaian kurang pantas di

tempat keramaian yang dilihat orang. Seperti dijelaskan sebagai berikut:

Contoh saja ninik mamak tadi pakaian rapi ketika acara adat, tapi setelah itu

memakai stelan celana pendek. Kan diri mereka sendiri yang menjatuhkan wibawa

mereka. Terus juga ketika berbicara tidak lagi memakai nada yang rendah dan

bahasa yang bagus. Sudah sama saja dengan masyarakat biasa. Kan kalau ninik

mamak itu bahasanya kalau dapat yang ada kiasnya. Ditambah juga hubungan

dengan masyarakat cukup renggang tidak erat seperti seharusnya.24

b. Alim Ulama

Alim ulama bertanggung jawab dalam hal agama dan kerohanian di nagari.

Mereka adalah orang surau yang paham dengan agama dan juga berpengalaman di

suatu surau atau institusi pendidikan agama tertentu. Mereka paham dengan seluk-

beluk agama terutama hukum-hukum agama.25

Jumlah mereka dalam nagari tidak

lah menentu dan terukur seperti halnya jumlah dari niniak mamak di nagari yang

bisa ditentukan dari jumlah kaum dan suku yang ada di nagari. Sesuai dengan

Perda Kab. Tanah Datar No. 4 Tahun 2008, minimal 5 (lima) orang alim ulama

menempati Lembaga Unsur Ali Ulama yang diinisiasi pembentukannya dan

dilindungi oleh KAN (Kerapatan Adat Nagari). Biasanya dalam tiap suku dan atau

tiap jorong minimal terdapat satu orang alim ulama. Jadi jumlah alim ulama

dalam nagari sangat memungkin lebih dari 5 (lima) yang tercatat dalam lembaga

unsur.

Tugas utama mereka adalah melakukan dakwah bagi masyarakatnya.

Dakwah dengan lisan dan juga dakwah dengan perbuatan.26

Mereka menempati

surau untuk mengajarkan pelajaran agama atau mengaji kitab. Mereka juga harus

24

Wawancara pribadi dengan Elsha Idil Fathi, Wali Jorong Tanjuang Limau. Pada

27 Juni 2016, bertempat di kediaman pribadi di Jorong Tanjuang Limau, Nagari Simabur. 25

Wawancara pribadi dengan Muhammad. 26

Wawancara pribadi dengan Muhammad.

Page 103: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

90

turun langsung ke lingkungan masyarakat nagari, dalam rangka da’wah bil hal.

Mengajak masyarakat nagari terutama kaum muda untuk menjaga moral dan

perbuatan. Terlebih dahulu alim ulama sendiri memberikan contoh kepada

masyarakat yang diajaknya untuk beprilaku baik tersebut. Singkatnya selain

mengajarkan pelajaran agama Islam dan berdakwah di surau atau masjid, juga

menjadi contoh langsung bagi kehidupan bermasyarakat sesuai ajaran Islam. Alim

ulama karena mereka menempati pos kepemimpinan dalam bidang agama, sudah

lazim mereka menjadi tempat bertanya dan mencari solusi mengenai masalah

keagamaan.

Kondisi alim ulama di Simabur sekarang digambarkan dan dijelaskan

alim ulama sekarang sangat jauh bedanya dengan alim ulama yang dahulu. Alim

dahulu dakwahnya tidak hanya dengan lisan tapi juga dakwah bil hal

(perbuatan/contoh). Sedangkan alim ulama sekarang hanya dakwah dengan lisan,

dalam bahasa lain hanya pintar bicara atau retorika saja, tidak dibarengi dengan

perbuatan. Sehingga sekarang masyarakat kebanyakan tidak begitu menyegani alim

ulama. Alim ulama itu selain paham betul dengan ilmu agamanya, dia juga

bertugas untuk mengarahkan para generasi muda untuk berbuat baik, dan dia yang

lebih dahulu mempraktekan atau memberi contoh kepada generasi muda yang

dipimpin dan diarahkannya kepada agama tadi.27

Masyarakat lain juga mengakui demikian

tidak berapa orang alim ulama yang bisa kita identifikasi lagi. Seharusnya alim

ulama itu, pertama dia harus bisa tampil di depan masyarakat berbicara mengenai

ilmu agama. Kedua, cara berpakaian dan tingkah lakunya yang benar-benar terjaga

dan dapat menjadi contoh bagi masyarakat. Sekarang kebanyakan alim ulama cuma

modal suara bagus untuk jadi imam saja.28

Alim ulama di Minangkabau sepertinya mempunyai standar yang cukup

tinggi di mata masyarakatnya. Alim ulama benar-benar harus matang dengan ilmu

agama Islam. Setidaknya dengan hukum-hukum dalam agama. Kalau berbicara

27

Wawancara pribadi dengan Muhammad. 28

Wawancara pribadi dengan Elsa Idhil Fathi.

Page 104: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

91

hukum dalam Islam berarti minimal alim ulama menguasai ilmu fiqh yang untuk

memahaminya butuh pendidikan yang cukup. Pendidikan tersebut bisa dengan

jenjang pendidikan formal di pendidikan Islam atau belajar di surau dengan guru

yang bagus dan matang juga. kepandaian mereka dalam memahami ilmu agama

juga harus dibarengi dengan kelihaian mereka dalam menyampaikan ilmu tersebut

kepada masyarakatnya. Menyampaikan ilmu tersebut tidak hanya lewat

penyampaian lisan namun juga dengan perbuatan memberi contoh berakhlak baik

sesuai Islam kepada masyarakat nagari.

c. Cadiak Pandai

Cadiak pandai punya kriteria cukup sederhana yaitu orang yang

berpendidikan. Punya pengalaman cukup dalam hal dan untuk kemajuan nagari.

Dan berinteraksi cukup dengan masyarakat nagari untuk membagikan

pengetahuan dan pengalaman mereka tersebut. Dalam hal pendidikan tidak ada

aturan baku harus lulusan di tingkat pendidikan tertentu, tapi setidaknya harus

lebih tinggi dari pendidikan masyarakat nagari umumnya. Kalau masyarakat

nagari umumnya tamatan SMA, cadiak pandai tentu setidaknya mereka lulusan

perguruan tinggi yang bergelar diploma atau sarjana strata satu. Interaksi menjadi

poin penting juga. Mereka harus bergaul cukup akrab dengan masyarakat nagari.

Kalau tidak tentu, akan menyulitkan mereka sendiri menyampaikan ilmu dan

pengalamannya kepada masyarakat. Poin seperti ini menurut penelusuran penulis

bukanlah amanat dari adat, tetapi adalah suatu alamiah lingkungan sosial yang

menginginkan pemimpinnya dekat dengan masyarakatnya.

Page 105: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

92

Mengenai pengalaman atau latar belakang pekerjaan juga, tidak ada aturan

baku. Namun umumnya para cadiak pandai adalah orang bekerja di institusi

pendidikan sebagai guru atau dosen, dan juga punya pengalaman lebih di birokrasi

dan pemerintahan. Selain itu cadiak pandai juga harus mempunyai jaringan di

luar nagari mereka untuk bisa mengembangkan akses nagari baik bersifat

birokrasi dari camat hingga bupati bahkan gubernur, ekonomi untuk

pengembangan usaha, dan juga informasi serta teknologi dan hal-hal lain yang

menunjang kemajuan nagari secara pemerintahan, ekonomi dan budaya seperti

yang disebutkan dalam kutipan wawancara di bawah ini:

cadiak pandai ini adalah orang yang punya pendidikan yang tinggi dan punya

wawasan luas yang berkontribusi untuk kemajuan nagari ini. Orang cadiak pandai

ini juga harusnya punya jaringan ke pemerintahan yang lebih tinggi dari nagari

seperti kecamatan dan kabupaten, bisa mengusahakan bagaimana nagarinya ini

akan maju secara fisik dan juga sumber daya manusianya. Cadiak pandai selain

punya pendidikan dan wawasan yang luas, dia juga harus bisa berhubungan secara

vertical dengan para pemerintahan yang lebih tinggi. Sehingga hubungan cadiak

pandai tidak hanya dengan masyarakat nagari tapi juga ke atas pemerintahan atau

jaringan di luar nagarinya. Beda dengan ninik mamak yang hubungannya cukup

dengan anak-kemenakan di nagari saja. Ninik mamak tida perlu membangun relasi

ke pemerintahan dan jaringan lain di luar nagari. Karena memang tugas ninik

mamak hanya perihal adat dan anak-kemenakan dalam kaum di suku Nagari

tersebut. Alim ulama juga sama halnya dengan ninik mamak, tidak harus tahu

dengan bupati atau jaringan lain di luar nagari. Jadi singkatnya, cadiak pandai

dalam berkontribusi untuk membangun nagarinya harus punya jaringan luas

terutama dalam pemerintahan, tanpa adanya hal dan kemampuan seperti itu akan

sulit bagi cadiak pandai untuk menjalankan fungsinya. Cadiak pandai selain

pengetahuan dan pendidikan yang tinggi, juga harus bisa bangun komunikasi dan

jaringan untuk kemajuan pembangunan nagarinya.29

Kepemimpinan cadiak pandai tidak lah dibatasi dalam kaum atau suku

seperti niniak mamak. Kalau niniak mamak lazim dipanggil gelar datuaknya lalu

gelar itu merujuk pada kaum dan sukunya. Kepemimpinan cadiak pandai adalah

29

Wawancara pribadi dengan Muhammad.

Page 106: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

93

untuk masyarakat nagari keseluruhan. Sehingga untuk menyebutnya cadiak

pandai bersanding nama dengan nagari masing-masing.

Inti dari kualitas seorang cadiak pandai adalah mempunyai wawasan yang

luas dan tahu juga dengan aturan-aturan pemerintahan yang berlaku di daerah dan

nagarinya.30

Wawasan yang luas tentu didapat dari pengalaman yang

ditempuhnya. Sedangkan pengetahuan dan ilmu didapat dari pendidikan yang

telah mereka jalani. Cadiak pandai dalam pos kepemimpinan tungku tigo

sajarangan relatif lebih fleksibel kriterianya. Namun tidaklah mengurangi sama

sekali arti penting kepemimpinan mereka bagi masyarakat nagari. Penulis

menyebutkannya mereka lebih fleksibel karena syaratnya melihat gairah

pendidikan di Minangkabau umumnya cukup bagus, menjadi orang yang berhak

menjadi cadiak pandai seperti cukup banyak sekali. Kalau niniak mamak dibatasi

satu kaum dengan satu niniak mamak, dan alim ulama dibatasi oleh kemampuan

atau kualitas, pengalaman serta tugas yang melekat cukup berat. Cadiak pandai

hanya dibatasi oleh pendidikan dan pengalaman. Pendidikan menjadikan mereka

itu orang yang pandai. Sedangkan pengalaman menjadikan mereka orang yang

cadiak.

Cadiak lebih didahulukan dari kata pandai dalam istilah cadiak pandai.

Pandai mungkin cukup banyak dimiliki orang karena pendidikan. Namun soal

cadiak tidak semua orang yang pandai memilikinya. Cadiak adalah kemampuan

mengambil tindakan yang cepat dan tepat. Bisa mencari solusi akan permasalahan

dengan cepat dan tepat. Tentu hal tersebut didapat dari pengalaman yang dilalui.

30

Wawancara pribadi dengan Muhammad.

Page 107: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

94

Nagari Simabur memiliki para cadiak pandai yang berlatar cukup beragam.

Mereka berlatar pekerjaan di pemerintahan atau birokrasi, pedagang atau

pengusaha dan di pendidikan sebagai guru dan dosen. Jumlah cadiak pandai

cukup banyak, dan ini dapat dilihat dari keadaan fisik Nagari Simabur yang cukup

bagus. Akses jalan hingga ke kampung-kampung, listrik dan air yang bisa

dinikmati seluruh masyarakat nagari.

Kriteria cadiak pandai yang dipahami oleh masyarakat nagari dan tentu juga

menjadi harapan masyarakat terhadap para cadiak pandai adalah:

Cadiak pandai adalah orang yang menjadi penggerak bagi setiap kegiatan dan

lapisan masyarakat nagari, terutama bagi para pemuda-pemudi. Walaupun

misalnya kegiatan tersebut semacam kemalangan itu adalah wilayah bagi alim

ulama, tetapi cerdik pandai lah yang membuka jalan, mempersiapkan dan

memberitahukan kepada masyarakat mengenai kegiatan tersebut. Jadi cadiak

pandai ini yang diperlukan bagi masyarakat ini tidak hanya ilmu namun juga

tenaganya.31

Cadiak pandai harusnya lebih bisa menunjukkan pengaruhnya dalam

masyarakat nagari. Hal ini karena perkembangan dunia dewasa ini menuntut

penguasaan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi agar tidak tertinggal oleh

zamannya. Ditunjang juga oleh posisi nagari yang cukup strategis secara geografis

dan juga berada di ibu kota Kecamatan Pariangan. Seharusnnya para cadiak

pandai bisa mendapatkan informasi dan juga jaringan yang cukup untuk

dimanfaatkan demi kemajuan Nagari Simabur secara fisik dan sumber daya

manusianya. Jaringan yang penulis maksud adalah jaringan birokrasi yang relatif

lebih mudah aksesnya karena berada di ibu kota kecamatan. Juga jaringan secara

ekonomi karena letak Nagari Simabur dilintasi jalan propinsi yang

31

Wawancara dengan uda Sam, Pemuda Simabur. Pada 21 Juni 2016, bertempat di

Surau Kolam, Jorong Simabur, Nagari Simabur.

Page 108: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

95

menghubungkan antar kabupaten/kota di Sumatera Barat dan juga jalan kabupaten

yang menghubungkan antar kecamatan.32

Namun tampaknya peran mereka masih

tetap seperti diserahkan kepada pemerintah Nagari. Pembangunan Nagari Simabur

lebih banyak diusahakan oleh wali nagari sekarang dan terdahulu. Walaupun tak

dipungkiri jalannya program adalah kesepakatan wali nagari dan BPRN yang juga

diisi oleh cadiak pandai.

3. Hubungan dan Interaksi dengan Masyarakat Nagari

Para elite lokal Minangkabau agak kurang interaksinya dengan masyarakat

Nagari, terutama niniak mamak yang mempunyai tugas cukup banyak bagi

kaumnya. Niniak mamak jarang berinteraksi dengan anak-kemenakannya. Padahal

sudah tugas pokok mereka untuk setidaknya seminggu sekali naik atau

mengunjungi rumah kemenakannya baik yang di rumah gadang kaum atau di

rumah keluarga.33

Hal ini berdasarkan penelitan dan wawancara penulis lakukan

setidaknya dipengaruhi oleh tiga faktor.

Faktor pertama, banyaknya niniak mamak yang tinggal tidak di Nagari

Simabur dan disekitarnya. Kebanyakan mereka merantau ke luar daerah Tanah

Datar bahkan di luar Sumatera Barat. Kedua, ketidakpahaman akan fungsinya

sendiri sebagai niniak mamak. Ketiga, yang mungkin menjadi faktor penting

adalah, kesibukan akan rumah tangga sendiri yang sudah menyita waktu dari

niniak mamak. Mereka banyak bekerja seharian dan di hari libur kerja juga tersita

oleh rumah tangga sendiri.

32

Jalan provinsi yang melintasi Simabur menghubungkan Kota Padang, Padang

Panjang, dan Bukittinggi menuju kota Batusangkar dan Payakumbuh. Melewati Nagari

Simabur juga bisa menjangkau Kota Solok dan Kabupaten Solok serta Sawahlunto. 33

Wawancara pribadi dengan Kharirunnas Datuak Sinaro.

Page 109: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

96

Dahulu ketika tanah ulayat masih diakui negara dan banyak lahan yang

dikelola masyarakat nagari sendiri secara mandiri. Niniak mamak mempunyai

porsi atau jatah dari hasil pengelolaan tanah seperti sawah, ladang atau kebun.

Niniak mamak tidak terlalu memikirkan akan kesejahteraan mereka, walaupun

mereka tidak mungkin tidak bekerja juga. Kalau mereka tidak bekerja sama sekali,

wibawa mereka di hadapan kemenakan yang telah bekerja dan berekonomi baik

tentu akan turun juga. Setidaknya dengan jatah yang didapat mereka tidak terlalu

pusing dan menyibukan diri untuk menafkahi keluarga sendiri. Sehingga mereka

punya cukup waktu setidaknya sehari dalam seminggu untuk menemui para

kemenakannya. Tambahan pula dengan pemberian hasil dari pengelolaan tanah

suku, mereka jadi lebih merasa punya tanggung jawab karena ada hak juga yang

diberikan kaum dan suku.

Sementara interaksi alim ulama dengan masyarakat digambarkan sebagai

berikut:

Kalau alim ulama tadi hanya berdiam diri di surau atau masjid, sementara di luar

surau atau masjid tidak tahu apa yang telah dilakukan masyarakatnya, tentu tidak

tersampaikan kewajiban yang dipegangnya tersebut. Makanya kalau dia duduk‟

atau nongkrong di warung atau kedai-kedai kopi, dengan misi atau tujuan tadi

(amar ma‟ruf nahi munkar) sangat dimaklumi. Singkatnya dia harus tahu dan akrab

dengan masyarakat. Kewajiban untuk dakwah tidak hanya di surau/masjid, tetapi

seluruh lingkungan masyarakat Nagari.34

Alim ulama juga dituntut interaksi dan keakrabannya dengan masyarakat

nagari. Pengaruh mereka di masyarakat nagari lebih luas dan fleksibel. Mereka

tidak terikat hanya pada kaum atau sukunya. Masyarakat nagari menjadi tanggung

jawabnya bersama dengan alim ulama lainnya. Alim ulama bertugas untuk

menyampaikan dakwahnya kepada semua anggota masyarakat dan berinteraksi

34

Wawancara pribadi dengan uda Sam.

Page 110: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

97

cukup, agar semua anggota masyarakat bisa dan mau hadir di surau-surau atau

masjid. Kalaupun ingin masyarakat hadir ke surau-surau atau masjid tersebut

tentu harus melalui ajakan yang dilakukan alim ulama langsung kepada

masyarakat nagari. Interaksi alim ulama Nagari Simabur dengan masyarakat

digambarkan sebagai berikut:

kalau kuantitas mungkin menurut saya cukup ada, tetapi yang sangat terlihat

sosialisasi, hubungan dekat para ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai

dengan masyarakat sangat lah kurang. Di tambah juga menurut saya, masing-

masing kepemimpinan tadi tidak tahu dengan fungsi dari bidang mereka masing-

masing. Ilmu yang mereka miliki sebelum dan sesudah mereka menjadi tokoh

masyarakat tidak mau ditambah lagi oleh mereka. ... . Lalu sekarang lihat saja di

masjid dan surau-surau, kurang sekali kelihatannya para pemuda yang beribadah

baik rawatib maupun qiyamul lail/tarawih. Berarti kan kurang sekali peran alim

ulama dalam mengarahkan masyarakat terutama para pemuda. 35

Alim ulama diakui masyarakat kurang interaksinya dengan masyarakat

terutama dengan generasi muda. Sehingga dalam kegiatan agama dan ruhaniah di

surau dan masjid terasa sepi. Kurangnya interaksi menyebabkan mereka kurang

bisa menyentuh hati para generasi muda. Akibatnya para generasi muda lebih

asyik dengan hobi mereka masing-masing.

4. Relasi dan Peran dalam Pemerintahan Nagari

Dalam pemerintahan nagari peran elite lokal Minangkabau sangat terasa.

Pengelolalaan pemerintahan lebih efektif dan efisien. Pemerintahan sangat

terbantu karena wali nagari sebagai kepala pemerintahan masalah memberitahu

kepada elite lokal untuk bermusyawarah jika ada masalah. Paling nyata adalah

persoalan tanah dan perkawinan. Hal tersebut telah diatur oleh adat dan

wewenangnya ada pada niniak mamak. Jadi, niniak mamak lah yang memutuskan

35

Wawancara pribadi dengan uda Sam.

Page 111: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

98

berdasarkan hasil musyawarah baik hanya sesama niniak mamak maupun dengan

alim ulama dan cadiak pandai. Ketika sudah ada keputusan atau persetujuan

(perkawinan dan jual beli tanah harus ada persetujuan dari niniak mamak

bersangkutan), wali nagari tinggal menyetujui dan menandatangani untuk

mendapat surat-surat administrasi untuk pengurusan lebih lanjut di birokrasi

pemerintahan.

Masalah atau sengketa di masyarakat nagari tidak langsung naik ke hukum

formil. Pemerintahan nagari yang dipimpin wali nagari akan meminta para elite

lokal menyelesaikannya secara kekeluargaan berdasarkan musyawarah. Niniak

mamak kedua belah pihak akan dihadirkan selain dimintai juga pendapat dari alim

ulama dan cadiak pandai dalam nagari.

Pemerintahan nagari sebagai pemerintahan terendah di Sumatera Barat

terutama di Kabupaten Tanah Datar, dengan diakomodirnya para elite lokal dalam

struktur pemerintahan nagari mendapat beberapa keuntungan. Keuntungan

pertama adalah pengakuan dan rasa hormat atau diakuinya pemerintahan tersebut

oleh anggota masyarakatnya. Dalam kata lain, struktur pemerintahan terendah di

wilayah tersebut, mendapat legitimasi dari masyarakat Minangkabau yang

mendiami wilayah tersebut. Tanpa ada keterlibatan para elite lokal, atau

pemerintahan nagari diisi oleh hanya birokrat semata. Masyarakat tidak

meligitimasi struktur pemerintahan tersebut seperti pemerintahan desa yang lama

di wilayah mereka. Masyarakat hanya sekedar memanfaatkan untuk pengurusan

administrasi kependudukan mereka. Tidaklah mereka memanfaatkan untuk

Page 112: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

99

menyuarakan aspirasi dan ide mereka mengenai kemajuan dan pembangunan

nagari.

Yasril Yunus dalam peneletiannya, mengatakan bahwa persepsi tokoh dan

masyarakat Minangkabau terhadap pemerintahan nagari sangat bagus. Hal

tersebut tentu dipengaruhi terutama oleh budaya masyarakat sendiri.

Pemerintahan nagari berdasarkan penelitian Yasril Yunus, lebih mencerminkan

aspirasi masyarakat Minangkabau dan juga lebih sesuai secara sosio-kultural

masyarakat Minangkabau.36

Ditambah sekian lama mereka mendambakan struktur

pemerintahan yang tetap menjaga kesatuan adat mereka. Masyarakat mengakui

pemerintahan nagari karena sesuai dengan budaya tradisi mereka dicerminkan

dengan keterlibatan para pemimpin mereka di struktur nagari yakninya niniak

mamak, alim ulama dan cadiak pandai. Pemimpin mereka berada terutama di

BPRN yang bersama dengan Wali Nagari menjalankan pemerintahan Nagari.

Selain itu ada KAN wadah bagi semua niniak mamak yang menjadi pemimpin

dalam hal adat. KAN membentuk lembaga-lembaga unsur alim ulama, cadiak

pandai, pemuda dan bundo kanduang.

Kondisi pemerintahan nagari sekarang benar-benar dilihat oleh masyarakat

sebagai pemerintahan yang cocok dengan mereka terutamanya karena para

pemimpin mereka, elite lokal Minangkabau yang terdiri dari niniak mamak, alim

ulama dan cadiak pandai berada di dalam struktur formal nagari tersebut.

Sekarang ninik mamak beserta alim ulama dan cadiak pandai sudah diikutsertakan

dalam jalannya pemerintahan Nagari baik dalam pembangunan Nagari maupun

dalam pembuatan peraturan-peraturan Nagari. Pembuatan peraturan Nagari

dilakukan oleh BPRN yang di dalamnya terdapat ninik mamak, alim ulama dan

36

Yunus, Pemerintahan Nagari pada Orde Baru, 12-14.

Page 113: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

100

cadiak pandai disamping juga diisi oleh pemuda dan bundo kanduang. Dan

peraturan itu yang nantinya akan dijalankan dan dilaksanakan oleh Wali Nagari.

Jadi jalannya pemerintahan Nagari adalah hasil pemikiran dan kerja para ninik

mamak, alim ulama dan cadiak pandai yang masuk pada struktur BPRN.37

Keuntungan lainnya adalah berkurangnya beban pemerintahan Nagari

dalam mengurus permasalahan masyarakatnya. Lewat kepemimpinan tungku tigo

sajarangan, setiap permasalahan akan dimusyawarahkan dan dicarikan jalan

keluarnnya. Wali Nagari tinggal menyetujui dan memfaisilitasi mereka saja.

Misalnya terjadi perselisihan atau pertengkaran antara dua pemuda. Wali Nagari

akan memanggil niniak mamak kedua dari kedua pemuda tersebut. Lalu

dipertemukan difasilitasi untuk bermusyawarah. Dibantu juga oleh alim ulama

dan cadiak pandai didapatlah jalan keluar dengan memuaskan kedua belah pihak.

Sehingganya Wali Nagari tidak perlu menyelesaikan permasalahan tersebut

dengan melapor kepada pihak kepolisian. Begitu pula dengan sengketa tanah, ada

KAN lembaga para niniak mamak yang mengurusi harta dan tanah di Nagari.

Wali Nagari akan meminta para niniak mamak menentukan duduknya persoalan.

Diminta lah keputusan dari para niniak mamak tersebut. Sehingga tak perlu Wali

Nagari menyelesaikannya lewat pengadilan.

37

Wawancara pribadi dengan Muhammad.

Page 114: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

101

D. Analisa Teoretis

Niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai menjadi elite yaitu sebagian

kecil orang yang memimpin sebagian banyak orang lainnya. Mereka menjadi

elite karena adat dan tradisi Minangkabau yang memberikan posisi tersebut dalam

pranata sosial nagari. Proses menjadi elite dari ketiga elite lokal Minangkabau

tidak sama persis. Niniak mamak menjadi elite dipengaruhi oleh faktor keturunan

yang dibuktikan oleh silsilah yang dibuat oleh kaum dalam suatu suku yang

disebut dengan ranji.38

Status atau posisi yang tinggi dalam silsilah atau ranji

kaum menentukan keterpilihan seorang niniak mamak. Keluarga-keluarga di

dalam kaum akan mencalonkan seoarang lelaki dewasa yang dianggap memenuhi

syarat. Hasil musyawarah dan mufakat dari kaum akan menentukan siapa niniak

mamak sebagai pemangku adat kaum mereka. Kriteria dan kualitas seorang niniak

mamak diantaranya adalah punya pemahaman cukup mengenai adat, tidak tercela

secara adat dan agama, dan bisa membimbing anak-kemenakan se-kaum.

Alim ulama dan cadiak pandai tidaklah mensyaratkan mengenai keturunan

atau silsilah ranji dalam menentukan keelitan mereka. Alim ulama dan cadiak

pandai yang lebih ditekankan adalah kualitas personal. Alim ulama merupakan

orang yang paham betul dengan agama meliputi terutamanya hukum-hukum

dalam ajaran Islam, menjadi imam dan berdakwah menyeru kepada rakyat nagari

38

Ranji merupakan silsilah anggota keluarga dalam adat Minangkabau. Suatu

keluarga dibawah kaum yang disebut paruik perlu membuat ranji agar mengetahui

kedudukan mereka dikeluarga siapa yang lebih tinggi alurnya. Bisa jadi seseorang paman

lebih muda dari pada kemenakannya. Lewat penggunaan ranji bisa diketahui bahwa

walaupun lebih muda, dia merupakan paman dari kemenakan tersebut dan lebih berhak

menjadi seseorang niniak mamak atau mendapat gelar datuak jikalau terjadi pewarisan

sako atau gelar adat di kaumnya.

Page 115: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

102

untuk selalu menerapkan ajaran Islam. Cadiak pandai kualitasnya adalah orang

cerdik atau pintar yang mampu mencarikan jalan keluar untuk segala sesuatu yang

disebut dalam bahasa Minang orang yang cadiak. Lalu punya kualitas pandai

yakninya kemampuan atau keahlian yang didapat dari pendidikan atau keahlian

yang telah lama ditempuh dan dijalani. Ketiga elite lokal Minangkabau dibarengi

dengan fungsi dan tugas dalam masyarakat nagari. Elite adat, niniak mamak,

berfungsi menjaga nilai adat, tradisi dan budaya Minangkabau yang dikenal tak

lapuak dek hujan tak lekang dek paneh. Niniak mamak menjadi pemimpin kaum

dalam hal mengurus gelar adat (sako) dan tanah ulayat kaum (pusako). Niniak

mamak menjadi panutan seluruh anggota kaum terutama para kemenakannya.

Menjadi panutan mensyaratkan niniak mamak tidak hanya mengikuti alur dari

ranji tetapi juga kepatutan dari kualiatas seorang niniak mamak.

Alim ulama berfungsi sebagai pemimpin dalam agama dan ruhaniah

masyarakat nagari. Mereka mengkaji mengenai hukum-hukum agama, berdakwah

dengan lisan dan juga dengan perbuatan. Masyarakat diarahkan dan diajak untuk

beribadah di surau-surau dan masjid, menjaga dan membimbing para generasi

muda untuk mempunyai moral dan akhlak yang Islami.

Cadiak pandai berfungsi dalam memberikan pertimbangan atau masukan

dalam kemajuan nagari secara fisik dan non-fisik. Nagari terintergarasi dalam

hukum positif Negara Republik Indonesia, sehingga cadiak pandai juga dituntut

paham dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemajuan nagari

terutamanya adalah menyangkut pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta pengembangan perekonomian masyarakat nagari.

Page 116: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

103

Elite lokal Minangkabau adalah elite yang dipengaruhi oleh budaya dan

tradisi, tetapi juga mensyaratkan kualitas tertentu untuk menjadi atau mencapai

elite tersebut. Mereka berbeda dengan elite dalam suatu tradisi budaya lain yang

dominan dipengaruhi keturunan dan status sosial keluarga. Menempati posisi elite

Minangkabau di nagari harus dibarengi dengan kualitas. Elite lokal Minangkabau,

berdasarkan pemahaman teori elite dari Pareto dan Mosca, merupakan sedikit

orang yang memimpin sebagian banyak lagi masyarakat dalam suatu nagari.

Menurut Mills, elite adalah mereka yang menduduki posisi komando pada

puncak-puncak pranta-pranata utama dalam masyarakat. Kedudukan institusional

mereka yang utama tersebut menjadikan mereka para elite mengambil keputusan-

keputusan yang akibatnya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Niniak

mamak, alim ulama dan cadiak pandai adalah orang-orang yang berada di atas

struktur masyarakat nagari. Mereka mengambil keputusan dengan cara

musyawarah terkait dengan nagari dan keputusan tersebut dirasakan oleh seluruh

masyarakat nagari.

Elite menurut Laswell, tidak hanya karena posisi mereka yang dominan di

dalam masyarakat. Elite juga memiliki sebagian banyak dari nilai-nilai, karena

kecakapan serta sifat-sifat kepribadian mereka. Nilai-nilai yang dimaksud berupa

kekuasaan, kekayaan, kehormatan, pengetahuan dan sebagainya. Niniak mamak,

alim ulama dan cadiak pandai menjadi elite karena selain dari posisi yang

dominan juga karena kecakapan yang dimiliki dan kepribadian yang baik serta

menjadi panutan massanya yakni masyarakat nagari.

Page 117: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

104

Elite lokal Minangkabau dibekali dengan kekuasaan yang dengan kekuasaan

tersebut mereka melaksanakan tanggung jawab mereka sebagai elite yang

diamanahkan masyarakat berdasarkan adat dan budaya. Kekuasaan masing-

masing elite tidak lah sama. Niniak mamak mempunyai kuasa terhadap

kemenakan dalam kaumnya. Sedangkan alim ulama dan cadiak pandai

mempunyai kuasa tidak terbatas pada kaum dan suku, mereka menjadi memimpin

masyarakat se-nagari. Kekuasaan niniak mamak pada kaum menyangkut harta

benda seperti rumah gadang dan tanah ulayat milik kaum (pusako) dan mengenai

gelar adat (sako). Alim ulama dan cadiak pandai tidak lah menguasai suatu harta

benda seperti niniak mamak. Mereka lebih dihandalkan adalah kemampuan atau

kualitas personalnya. Kekuasaan mereka lebih ditunjukan dalam bentuk pengaruh.

Pengaruh alim ulama tentu dalam bidang agama. Pengajaran di surau atau

lembaga agama milik nagari, hukum-hukum agama menjadi wilayah khusus bagi

mereka. Jikalau terjadi suatu perselisihan atau masalah dan berkaitan dengan

moral, akhlak dan agama, maka alim ulama lah yang paling dominan untuk

berbicara dalam forum musyawarah dan mufakat.

Begitupun dengan cadiak pandai, kekuasaan mereka juga ditujukan dalam

bentuk pengaruh. Ide dan gagasan mereka untuk kemajuan nagari sangat lah

penting bagi masyarakat nagari. Kombinasi antara cadiak (cerdik) sebagai

kemampuan berpikir mencari jalan keluar dan pandai sebagai hasil dari

pendidikan dan pengalaman, menjadikan cadiak pandai begitu berpengaruh dalam

pengembangan kegiatan atau program yang akan dijalankan di nagari.

Page 118: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

105

Temuan di lapangan banyak dari kelompok elite lokal tidaklah mempunyai

kualitas yang menyertai keelitan mereka. Posisi elite yang mereka terima adalah

keharusan dalam struktur nagari secara struktural dan juga formal. Sehingga elite

yang terpilih tidak atau belum tentu punya kualitas seperti yang disebutkan secara

adat dan budaya dalam tradisi masyarakat Minangkabau. Kualitas yang mereka

miliki tidak seperti yang diharapkan masyarakat nagari. Kualitas yang dimiliki

tentu tidak begitu berpengaruh pada posisi elite mereka, karena ketika mereka

terpilih atau dianggap sebagai bagian dari posisi elite bisa jadi mereka yang

terbaik dari yang lain walaupun belum seperti yang ideal masyarakat syaratkan.

Kualitas mereka berpengaruh terhadap kekuasaan mereka terhadap masyarakat

nagari. Niniak mamak menjadi dihormati atau terlihat berwibawa dan berbeda

ketika hanya dalam forum, kegiatan atau upacara adat. Di luar kegiatan atau

upacara adat mereka tidak terlihat berbeda, mereka sama saja dengan masyarakat

kebanyakan tidak mempunyai wibawa. Kondisi tersebut menjadikannya sulit

mengharapkan niniak mamak bisa menggunakan kekuasaan dalam bentuk

pengaruh untuk membimbing kemenakannya dan menjadi panutan anggota

kaumnya. Begitu juga dengan alim ulama dan cadiak pandai, kekuasaan mereka

yang hanya dalam bentuk pengaruh tidak lah seperti yang diharapkan karena

kualitas yang mereka juga kurang dari ideal.

Kekuasaan dan pengaruh para elite lokal yang berkurang karena kualitas

yang mereka miliki diperparah oleh interaksi yang kurang dengan anggota

masyarakat nagari. Niniak mamak banyak yang tinggal di rantau dan yang tinggal

di nagari atau sekitar nagari pun banyak disibuki oleh urusan rumah tangga

Page 119: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

106

mereka sendiri. Sehingga anak kemenakan jarang atau bahkan jarang dikunjungi

untuk menjaga kekompakan dan membimbing mereka untuk menjaga budaya dan

tradisi Minangkabau dalam kaum. Alim ulama kurang interaksinya dibuktikan

dengan kurangnya gairah masyarakat untuk ikut kegiatan agama di surau-surau

dan masjid. Kenakalan remaja juga menjadi bukti lain kurangnya interaksi para

alim ulama. Cadiak pandai peran mereka lebih banyak diperankan pemerintahan

nagari untuk kemajuan nagari, walaupun dalam forum musyawarah pasti ada

wakil dari cadiak pandai tampaknya hanya untuk menggenapi keputusan

musyawarah mufakat untuk tetap berpatokan pada tungku tigo sajarangan.

Masyarakat bahkan banyak yang tidak tahu siapa saja cadiak pandai dalam

nagari, mungkin yang tahu hanyalah karena ada lembaga unsur cadiak pandai

yang dibentuk dan dilindungi KAN. Bahkan kompisisi cadiak pandai dalam

lembaga unsur juga banyak dinilai asal tunjuk, asal terisi komposisi lembaga

unsur tersebut.

Kekuasaan dan pengaruh elite lokal Minangkabau dalam nagari dianggap

kurang karena faktor kualitas personal elite dan interaksi yang kurang dengan

masyarakat nagari. Penggunaan kekuasaan melalui paksaan hanya bisa dilakukan

dalam bentuk denda dan sanksi adat (misalnya diusir oleh dari nagari dan dibuang

sepanjang adat). Penggunaan kekuasaan dalam masyarakat sederhana seperti yang

disampaikan Sanderson adalah dalam bentuk pengaruh yang membuat orang

berbuat seperti yang kita inginkan tetapi tidak dibarengi dengan paksaan dan

penggunaan kekerasan (fisik). Pengaruh dalam masyarakat yang sederhana seperti

nagari, hanya bisa berfungsi dengan baik ketika interaksi yang cukup intens

Page 120: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

107

dengan masyarakatnya. Elite lokal Minangkabau belum bisa menggunakan

kekuasaan dalam bentuk pengaruh karena interaksi yang kurang dengan anggota

masyarakatnya. Elite lokal Minangkabau adalah pemimpin yang diberikan secara

kultural dan akhirnya juga diakui secara legal-formal. Sumber kekuasaan mereka

adalah kekuatan panutan (referent power) yang menjadikan perilaku elite sebagai

panutan masyarakat terefleksi pada kharisma, sifat yang simpatik dan sifat lain

yang harus dimiliki pemimpin dan berbeda dengan masyarakat kebanyakan. Elite

lokal Minangkabau juga mulai kehilangan kharisma dan perilaku yang tidak

berbeda dengan masyarakat kebanyakan. Sehingga mereka kehilangan sumber

kekuasaan mereka yaitu kekuatan panutan yang didapat dari masyarakat secara

kultural.

Page 121: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

108

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Struktur nagari berpengaruh secara baik atau positif terhadap elite

lokal Minangkabau di nagari. Hal ini disebabkan struktur formal yang

terbentuk mengakomodir kekuasaan yang mereka miliki dalam

masyarakat nagari berdasarkan adat dan budaya Minangkabau.

2. Struktur nagari berpengaruh secara baik terhadap elite lokal di nagari,

juga dikarenakan antara struktur formal dan struktur secara kultural

tidak lah saling bertolak belakang atau bersifat kontradiksi seperti yang

terjadi pada struktur pemerintahan desa. Struktur formal dan struktur

kultural saling mendukung, karena semangat dan tujuan peraturan

daerah yang mengatur adalah untuk mengembalikan kehidupan

bernagari atau yang dikenal dengan wacana baliak ka nagari. Elite

lokal Minangkabau mendapat tempat di pemerintahan nagari dan

menempatkan tempat kembali di masyarakat yakni dalam struktur

nagari.

3. Kembalinya fungsi elite lokal Minangkabau dalam masyarakat nagari

belum diikuti oleh kesiapan secara kualitas elite lokal Minangkabau

sendiri. Masyarakat (secara persepsi) dan pemerintahan telah siap

untuk wacana kembali ke nagari. Namun yang ditemukan belum

didapat kualitas yang diharapkan dari elite lokal yang ada di nagari.

Page 122: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

109

4. Kekuasaan elite lokal Minangkabau yang diamanahi tradisi secara

kultural, baru berfungsi dan digunakan dalam hal-hal normatif seperti

masalah pusako-sako, sengketa tanah, perkawinan dan acara adat

lainnya. Kekuasaan yang dimilik belum berfungsi sesuai yang

diharapkan masyarakat nagari yaitu menjadi pemimpin tempat segala

masalah anak nagari diberitakan. Elite lokal Minangkabau tugasnya

adalah memimpin adat dan menjaga tradisi Minangkabau (niniak

mamak), menjaga akhlak, moral dan rohaniah (alim ulama) dan

berperan bagi kemajuan nagari secara fisik dan non-fisik (cadiak

pandai).

5. Kekuasaan yang dimiliki elite lokal Minangkabau belum berfungsi

dengan baik, selain kualitas yang dimiliki kurang, juga karena

kurangnya interaksi dengan masyarakat. Masyarakat yang sederhana

seperti nagari sangat mengharapkan keakraban pemimpin dengan yang

mereka pimpin. Hal ini menyebabkan kurangnya rasa percaya atau

trust dan modal sosial yang dimiliki pemimpin, sehingga mereka

berkurang pengaruhnya bagi masyarakat nagari. Pengaruh sebagai

bagian dari kekuasaan akhirnya tidak dimiliki elite lokal Minangkabau.

Akibatnya kekuasaan elite lokal belum bisa digunakan semestinya.

Hasil temuan membuktikan masyarakat masih sangat kuat persepsinya

(dipengaruhi adat dan tradisi) menganggap tungku tigo sajarangan

sebagai pemimpin atau elite bagi mereka. Hal ini berarti kewenangan

sebagai kekuasaan yang diberikan legitimasinya oleh adat dan budaya,

Page 123: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

110

masih dimiliki oleh elite lokal Minangkabau. Tetapi, berdasarkan

temuan, elite lokal Minangkabu tidak menggunakannya.

6. Penulis tidak menyimpulkan baliak ka nagari (kembali ke nagari)

hanya tinggal wacana dan menganggap Peraturan Daerah Kabupaten

Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 berjalan sia-sia. Karena dampak

dari perda terhadap struktur nagari secara kultural yang dipimpin elite

lokal Minangkabau cukup baik, setidaknya sebagian dari elite menjadi

pejabat pemerintahan nagari. Birokrasi merupakan salah satu sumber

kekuasaan. Hal itu bisa menjadi semacam pengingat kepada elite lokal

Minangkabau bahwa mereka adalah pemimpin bagi masyarakat nagari.

Pemimpin yang ditunggu peran dan fungsinya di nagari.

B. Saran

1. Masyarakat harus tetap optimis untuk hidup bernagari dan tetap

menghormati elite lokal Minangkabau yang memimpin di nagari.

Kalau mereka tidak dihormati dan dihargai, mereka bertambah tidak

peduli dengan fungsi dari kekuasaan mereka.

2. Elite lokal Minangkabau, tungku tigo sajarangan, agar menambah

pengetahuan baik tentang adat, agama, dan wawasan umum lainnya

agar mempunyai kualitas beda dengan masyarakat nagari yang

dipimpin. Menjaga interaksi akrab dengan masyarakat, bersikap

terbuka, mengakui pendapat mereka benar jika memang benar dan

mengoreksi jika salah. Dan tak kalah penting adalah melakukan

regenerasi, menyiapkan generasi muda untuk paham dengan adat,

Page 124: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

111

agama dan punya pendidikan yang bagus. Hal itu perlu dilakukan agar

kelak generasi muda tersebut ketika giliran mereka menjadi pemimpin

atau elie bagi masyarakat nagari, menjadi elite lokal Minangkabau

yang bisa menggunakan kekuasaan secara baik dan memimpin

masyarakat nagari untuk kemajuan baik fisik maupun non-fisik. Tentu

saja kemajuan tersebut tetap mempertahankan identitas masyarakat

Minangkabau yang berfalsafah ‘adat basandi syara’, syara’ basandi

kitabullah’ (adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah).

3. Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dapat mempertahankan Peraturan

Daerah Nomor 4 tahun 2008 tentang Nagari. Kalau pun harus diganti

mengikuti peraturan perundang-undangan di atasnya, diganti dengan

peraturan daerah yang lebih baik lagi dalam mengakomodir elite lokal

Minangkabau. Elite lokal Minangkabau atau tungku tigo sajarangan,

merekalah pemimpin sesungguhnya dalam dan bagi masyarakat nagari.

Hal lain yang perlu dilakukan adalah memberikan pelatihan dan

pembekalan kepada niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai

secara rutin dan berkelanjutan. Tujuannya agar kualitas yang dimiliki

mereka memadai dan dapat memimpin masyarakat nagari dengan baik.

Page 125: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

112

DAFTAR PUSTAKA

Sumatera Barat, LKAAM. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah:

Pedoman Hidup Banagari. Sako Batuah: Padang, 2002.

Budiardjo, Miriam, ed. Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1991.

________. Dasar-dasar Ilmu Politik. Edisi Reisi, cet. 3. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2008.

Cahyono, Heru, ed. Konflik Elite Politik Pedesaan. Yogyakata: Pustaka Pelajar,

2005.

Chilcote, Ronald. H, Teori Perbandingan Politik: Penelusuran Paradigma. terj.

Haris Munandar dan Dudy Priatna. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004.

Damsar. Pengantar Sosiologi Politik. Edisi Revisi. Jakarta: Pranada Media, 2012.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Kebangkitan Nasional

Sumatera Barat. Balai Pustaka: Jakarta, 1982.

Edison dan Nasrun Dt. Marajo Sungut. Tambo Minangkabau: Budaya dan Hukum

Adat di Minangkabau (Bukittingi: Kristal Multimedia, 2010.

Graves, Elizabeth E. Asal-usul Elite Minangkabau Modern: Respons terhadap

Kolonial Belanda Abad XIX/XX, terjm. Novi Andir dkk. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2007.

Giddens, Anthony. Teori Strukturasi: Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial

Masyarakat. terj. Maufur dan Daryatno. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

Hamka. Kenang-kenangan hidup. Jilid II, cet. 3. Jakarta: Bulan Bintang, 1974.

Kahin, Audrey. Dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatera Barat dan Politik

Indonesia 1926-1998. terj. Azmi dan Zulfahmi. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia. 2005

Navis, AA. Alam Terkembang jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau.

Jakarta: Grafiti Pers. 1986.

_____, ed. Dialektika Minangkabau. Padang: Genta Singgalang Press, 1983.

Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia: 1900-1942. cet. 6. Jakarta:

LP3S,1991.

Page 126: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

113

Mahyudin, Suardi dan Rustam Ibrahim. Hukum Adat Minangkabau: dalam

Sejarah Perkembangan Nagari Rao-Rao. Jakarta: Citatama Mandiri, 2002.

Maschab, Mashuri. Politik Pemerintahan Desa di Indonesia. Yogyakarta: PolGov,

2013.

Schamndt, Henry J. Filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno

sampai Zaman Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Simanjuntak, Bungaran Antonius, ed. Dampak Otonomi Daerah di Indonesia:

Merangkai Sejarah Politik dan Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia. 2013.

Sitepu, Anthonius P, Teori-teori Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, 2010.

Ubaedillah, A dan Rozak, Abdul. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat

Madani Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan Prenada Media Group.

2014.

Varma, SP. Teori Politik Modern. terj. Kritiarto dkk. Edisi keenam. Jakarta: Raja

Grafindo Persada. 2001

Jurnal

Haryanto, Elite Lokal dalam Perubahan Sistem Politik. Jurnal Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Vol. 13 No. 2 November 2009.

Nurdin, Betoven Vivit. “Antara Negara dan Nagari: Konstelasi Elit Lokal dalam

Rekontruksi Nagari di Minangkabau pada Masa Otonomi Daerah.” Jurnal

Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan. Vol. 3 No. 7. Juli-Desember

2009. [jurnal on-line] tersedia di

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=258386&val=7023&titl

e=ANTARA%20NEGARA%20DAN%20NAGARI%20:%20KONTESTAS

I%20ELIT%20LOKAL%20DALAM%20REKONSTRUKSI%20NAGARI

%20DI%20MINANGKABAU%20PADA%20MASA%20OTONOMI%20

DAERAH; diunduh pada tanggal 4 November 2015.

Valentina, Teungku Rika dkk. Transisi Demokrasi Lokal dalam Komunitas Elite

Politik Minangkabau Modern: Studi Kasus pada Nagari Jawi-Jawi

Kabupaten Solok. [buku on-line] (Padang: UNAND, 2009); tersedia di

http://repository.unand.ac.id/789/1/artikelnya_DIPA_TENGKU_RIKA_V.2

009.doc; diunduh pada tanggal 17 Novemeber 2015.

Page 127: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

114

Yunus, Yasril “Pemerintahan Nagari di Era Orde Baru: Persepsi Aparatur

Pemerintah Aparatur Pemerintah dan Masyarakat terhadap Pemerintahan

Nagari dan Otoritas Tradisional Minangkabau dalam Kaitannya dengan

Prospek Otonomi Daerah di Minangkabau” Tesis (Malang: Universitas

Brawijaya, 2000) [jurnal on-line]; tersedia di

https://jurnalskripsitesis.wordpress.com/2008/03/22/pemerintahan-nagari-di-

era-orde-baru-persepsi-aparatur-pemerintah-dan-masyarakat-terhadap-

pemerintahan-nagari-dan-otoritas-tradisional/; diunduh pada tanggal 4

November 2015.

_____________. “Perbedaan Persepsi Penyelenggara Nagari Luhak dan Rantau

terhadap terhadap Model Pemerintahan Nagari yang Partisipatif,” Tingkap.

Vol. IX No. 1 Tahun 2013. [jurnal on-line] tersedia di

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=129188&val=1549;

diunduh pada tanggal 7 November 2015.

_____________. Model Pemerintahan Partisipatif yang Partisipatif dalam

Masyarakat Minangkabau,” Demokrasi, Vol. VI No. 2 Tahun 2007. [jurnal

on-line] tersedia di

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/viewFile/1141/976; diunduh

pada tanggal 17 November 2015.

Tim Penyusun Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Panduan Penyusunan Proposal dan Penyusunan Skripsi. 2015.

Dokumen Undang-Undang dan Peraturan Daerah

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. (file-pdf).

Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datat No. 17 Tahun 2001 tentang

Pemerintahan Nagari. (file-pdf).

Peraturan Daerah Sumatera Barat No. 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok

Pemerintahan Nagari. (file-pdf).

Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar No. 4 Tahun 2008 tentang Nagari (file-

pdf).

Page 128: ELITE LOKAL, KEKUASAAN, DAN OTONOMI DAERAH (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41227/1/M RUHUL... · Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2008 ... Iding

115

Wawancara

Asrul dan Syahrul, alim ulama Simabur. Wawancara pribadi pada 28 Juni 2016.

Afriamon, Pemuda Simabur. Wawancara pribadi pada 20 Juni 2016.

Datuak Mangkudum, Ketua BPRN Simabur. Wawancara pribadi pada 26 Juni

2016.

Helsa Idhil Fathi, Wali Jorong Tanjuang Limau. Wawancara pribadi pada 26 Juni

2016.

Irsyad Datuak Mangkuto, Pjs Wali Nagari Simabur dan Ketua BPRN Simabur

periode sebelumnya. Wawancara pribadi pada 19 Juni 2016.

Irsyafi Idrus Datuak Rajo Lelo Sampono, Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam

Minangkabau (LKAAM) Tanah Datar. Wawancara pribadi pada 30 Juni

2016.

Khairunnas Datuak Sinaro, Ketua KAN 2014-2020, niniak mamak Bendang

Baruah. Wawancara pribadi pada 28 Juni 2016.

Muhammad, Wali Nagari Simabur 2009-2015, alim ulama Simabur. Wawancara

pribadi pada 26 Juni 2016.

Rasman Datuak Mudo, mantan Kepala Desa Simabur dan Wali Nagari Simabur.

Wawancara pribadi pada 19 Juni 2016.

Sam, Pemuda Simabur. Wawancara pribadi pada 21 Juni 2016.

Musna, Fatmawati, dan Rahmalidia, Masyarakat Jorong Koto Tuo-Nagari

Simabur. Wawancara pribadi pada 26 Juni 2016.