eliksir-121012101646-phpapp01

9
ELIKSIR I. Teori Dasar Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air maupun alkohol. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol, eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya (dengan melarutkan biasa), dari sudut pembuatan eliksir lebih disukai daripada sirup. Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir sangat berbeda karena masing-masing komponen eliksir mempunyai sifat kelarutan dalam alkohol dan air yang berbeda. Tiap eliksir memerlukan campuran tertentu dari alkohol dan air untuk mempertahankan semua komponen dalam larutan. Tentu saja, untuk eliksir-eliksir ini mengandung zat yang kelarutannya dalam air jelek, banyaknya alkohol yang dibutuhkan lebih besar daripada eliksir yang dibuat dari komponen-komponen yang kelarutannya dalam air baik. Disamping alkohol dan air, pelarut-pelarut

Transcript of eliksir-121012101646-phpapp01

Page 1: eliksir-121012101646-phpapp01

ELIKSIR

I. Teori Dasar

Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk

penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bersifat

hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air maupun alkohol.

Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari

senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis

dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang

efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat

hidroalkohol, eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut

dalam air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus

dan kemudahan dalam pembuatannya (dengan melarutkan biasa), dari sudut pembuatan

eliksir lebih disukai daripada sirup.

Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir sangat berbeda karena masing-masing

komponen eliksir mempunyai sifat kelarutan dalam alkohol dan air yang berbeda. Tiap eliksir

memerlukan campuran tertentu dari alkohol dan air untuk mempertahankan semua komponen

dalam larutan. Tentu saja, untuk eliksir-eliksir ini mengandung zat yang kelarutannya dalam

air jelek, banyaknya alkohol yang dibutuhkan lebih besar daripada eliksir yang dibuat dari

komponen-komponen yang kelarutannya dalam air baik. Disamping alkohol dan air, pelarut-

pelarut lain seperti gliserin dan propilen glikol, sering digunakan dalam eliksir sebagai

pelarut pembantu. Walau banyak eliksir yang dimaniskan dengan sukrosa atau sirup sukrosa,

beberapa menggunakan sorbitol, gliserin dan/atau pemanis buatan seperti sakarin untuk

tujuan ini. Eliksir yang mempunyai kadar alkohol yang tinggi biasanya menggunakan

pemanis buatan seperti sakarin, yang dibutuhkan hanya dalam jumlah kecil, daripada sukrosa

yang hanya sedikit larut dalam alkohol dan membutuhkan jumlah yang lebih besar untuk

kemanisan yang sama.

Semua eliksir mengandung bahan pemberi rasa untuk menambah kelezatan dan hampir

semua eliksir mempunyai zat pewarna untuk meningkatkan penampilannya. Eliksir yang

mengandung alkohol lebih dari 10-12%, biasanya bersifat sebagai pengawet sendiri dan tidak

membutuhkan penambahan zat antimikroba untuk pengawetannya. Walau monograf untuk

eliksir obat menetapkan standar-standar, mereka umumnya tidak menetapkan formula resmi.

Formulasi diserahkan pada masing-masing pabrik.

Page 2: eliksir-121012101646-phpapp01

Eliksir obat diformulasi sedemikian rupa sehingga pasien menerima obat dengan dosis

lazim untuk dewasa dalam ukuran eliksir yang tepat. Untuk sebagian terbesar eliksir, satu

atau dua sendok teh penuh (5 atau 10 ml) pemberian obat dengan dosis lazim dewasa. Satu

keuntungan eliksir lebih dari obat yang dalam bentuk pemberian padat adalah kemudahan

penyesuaian dan kemudahan pemberian dosis, terutama pada anak-anak. Orang tua dapat

memberi setengah sendok teh penuh obat, sebagai contoh, untuk anak yang memperoleh

kemudahan yang lebih besar daripada yang didapat dengan memecah tablet obat yang sama

atau memisahkan dan dibagi dalam kapsul obat. Pada keadaan dimana eliksir obat

dimaksudkan untuk anak-anak, wadah diperdagangkan sering mengandung alat pengukur

yang telah dikalibrasi, seperti tetesan atau sendok, untuk memudahkan orang tua mengukur

obat dengan tepat dengan jumlah yang dianjurkan sesuai umur anak, berat, atau kondisinya.

Karena eliksir mengandung alkohol dan biasanya juga mengandung beberapa minyak mudah

menguap yang rusak oleh adanya udara dan sinar, maka paling baik disimpan dalam wadah-

wadah yang tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur yang berlebihan.

Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena

mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif dibanding dengan sirup di dalam

menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan. Eliksir mudah dibuat larutan, maka lebih

disukai dibanding sirup.

Adapun sediaan eliksir di pasaran antara lain :

1)      Elixir De Spa                                                  

2)      Phenergan (Promethazine Elixir)

3)      Bisolvon Kidds

4)      Suplemen Makanan KIDDI

5) Curcuma Plus

(Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press. Indonesia)

II. Data Preformulasi Zat Aktif

- Parasetamol

Warna : Putih

Rasa : Pahit

Bau : Tidak berbau

Pemerian : Serbuk hablur

Page 3: eliksir-121012101646-phpapp01

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 7 bagian etanol

(95%)P, larut dalam 13 bagian aseton, larut dalam 40 bagian gliserol, larut

dalam sebagian propilen glikol, larut dalam alkali hidroksida.

Titik lebur : 111oC

Masa molekular: 272,4 g/mol

pH larutan : 5-7oC

Stabilitas : Pada suhu > 40oC akan lebih mudah terdegradasi, lebih

mudah terurai dengan adanya udara dari luar dan adanya cahaya, pH jauh dari

rentang pH optimum akan menyebabkan zat terdegradasi karena terjadi

hidrolisis.

III. Data Preformulasi Bahan Tambahan

- Etanol

Warna : Tidak berwarna

Rasa : Rasa pahit

Bau : Khas

Pemerian : Cairan jernih, mudah menguap, bergerak, dan mudah

terbakar.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan eter.

Bobot jenis : 0,8119 – 0,8139 g/mol

Stabilitas : Mudah menguap, lebih mudah rusak dengan adanya

cahaya, dan muda terbakar.

IV. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

- Mortir - Parasetamol

- Timbangan - Etanol

- Labu erlenmeyer - Aquadest

- Buret

- Statis

- Klem buret

- Spatel

- Batang pengaduk

- Botol bening

Page 4: eliksir-121012101646-phpapp01

V. Perhitungan dan Penimbangan

1. Parasetamol : kelarutan → 1 : 70 bagian air

1 : 7 bagian etanol 95 %

2. Untuk pembuatan sediaan (100 ml) : 120 mg/5 ml → 100 ml

100 ml/5 ml x 120 mg = 2400 mg = 2,4 g

Penimbangan Eliksir

No Bahan Berat

1.

2.

3.

Parasetamol untuk 100 ml sediaan

Etanol

Aquadest

2,4 g

30 ml

ad 100 ml

V. Prosedur

Eliksir

1. Penentuan konstanta dielektrik parasetamol (120 mg/5 ml) dengan cara titrasi :

- Parasetamol dilarutkan dalam air dengan konsentrasi (120 mg/5 ml) sebanyak 100

ml

- Dilakukan titrasi dengan etanol sampai larutan menjadi bening

- KD parasetamol dihitung berdasarkan data KD pelarut campur

KDcamp = (% Vair x KDair) + (% Vetanol x KDetanol)

2. Sediaan eliksir parasetamol (120 mg/5 ml) dibuat sebanyak 100 ml, dengan cara :

Parasetamol 2,4 g dilarutkan di dalam 30 ml etanol, diaduk sampai larut.

Ditambahkan air sebanyak 10 ml, aduk hingga homogen. Campuran dimasukan ke

dalam botol yang telah dikalibrasi. Aquadest add 100 ml.

VI. Hasil Pengamatan

- Hasil Pengamatan Kelompok 3C

Evaluasi EliksirPengamatan organoleptik :

BeningKhas etanolAgak pahit

WarnaBau Rasa pH 7

Page 5: eliksir-121012101646-phpapp01

Kejernihan Jernih Viskositas -Bobot jenis 0,965Volume terpindahkan 9%

Etanol yang diperoleh dari hasil titrasi = 30 ml KD camp = (% air x KD air) + (% etanol x KD etanol)

¿( 100 ml100 ml+30 ml

x 78,5) + (30 ml

30 ml+100 mlx25,7)

¿( 100 ml130 ml

x78,5) + (30 ml

130 mlx 25,7)

¿(60,385) + (5,931)

= 66,316

Piknometer kosong (W1) = 13,173 g

Piknometer + air (W2) = 23,643 g

Piknometer + eliksir (W3) = 23,278 g

Bj eliksir ¿W 3−W 1W 2−W 1

=23,278 g−13,173 g23,643 g−13,173 g

¿ 10,105 g10,47 g

= 0,965 g

- Hasil Pengamatan Rata-rata Seluruh Kelompok

Evaluasi EliksirPengamatan organoleptik :

BeningKhas etanolAgak pahit

WarnaBau Rasa pH 6Kejernihan Jernih Viskositas -Bobot jenis 1,02Volume terpindahkan 3%

VII. Pembahasan

Dalam percobaan ini dilakukan percobaan membuat eliksir dengan cara parasetamol

dilarutkan ke dalam etanol kemudian ditambahkan air dan dimasukan ke dalam botol. Dari

hasil pengamatan yang didapat, terlihat bahwa percobaan tersebut memberikan hasil yang

Page 6: eliksir-121012101646-phpapp01

maksimal dengan parasetamol yang terlarut dengan sempurna. Hal ini dapat dilihat dari

kejernihan sediaan eliksir yang dibuat. Hal ini dapat disebabkan karena parasetamol larut

dalam 70 bagian air, dan dalam 7 bagian etanol (95%), yang berarti bahwa 1 g parasetamol

larut dalam 70 ml air dan 1 g parasetamol larut dalam 7 ml etanol, sehingga parasetamol yang

dilarutkan dalam etanol, parasetamol akan lebih cepat larut. Disini etanol berfungsi

mempertinggi kelarutan obat pada eliksir dapat pula ditambahkan gliserol, sorbitol atau

propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti gula bisa digunakan sirup gula. (Lahman,1994)

Dilakukan evaluasi terhadap eliksir yang mencakup evaluasi organoleptik (warna, rasa,

bau), pH, kejernihan, berat jenis, viskositas, dan volume terpindahkan. Dari hasil pengamatan

organoleptik tidak terjadi perubahan warna, rasa ataupun bau. Hal tersebut menunjukkan

bahwa sediaan eliksir cukup stabil, pH yang didapat dari sediaan adalah 7. Pengontrolan pH

sangat penting karena untuk meningkatkan kelarutan zat aktif. Profil laju katalis asam

spesifik dengan stabilitas maksimumnya pada jarak pH 5-7 (Connors, et, al., 1986).

Pada pembuatan sediaan eliksir ini digunakan pelarut campur (kosolven) untuk

menaikkan kelarutan. Untuk memperkirakan kelarutan suatu zat dalam pelarut campur harus

dilihat harga konstanta dielektriknya (KD). Dimana semakin tinggi harga konstanta

dielektriknya, kepolarannya semakin tinggi. Dalam percobaan ini di dapat harga KD pelarut

campur yaitu 66,316. Suatu pelarut campur yang ideal mempunyai harga konstanta dielektrik

antara 25-80. Dalam percobaan ini dihasilkan pelarut campur yang memenuhi persyaratan

pelarut yang ideal.

Daftar Pustaka

- Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta, 298

- Connors, K.A., Amidon, G.L. and Stella, V.J., 1986, Chemical Stability of

Pharmaceutical, John Willey and Sons, New York, 3-26, 163-168.

- Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jakarta : UI Press.

- Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press. Indonesia