Elektroforesis gel metode pemisahan
Click here to load reader
-
Upload
fatwa-pranata -
Category
Documents
-
view
108 -
download
10
description
Transcript of Elektroforesis gel metode pemisahan
I. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami prinsip pemisahan dengan metode
elektroforesis
2. Mahasiswa dapat melaksanakan pemisahan dengan metode
elektroforesis
II. DASAR TEORI
Molekul dalam larutan sering berupa partikel bermuatan. Apabila
medan listrik diberikan pada larutan tersebut maka setiap ion bergerak
menuju elektroda yang berlawanan muatannya. Ini yang mendasari konsep
dasar elektroforesis (Hendayana, 2006).
Elektroforesis adalah metode pemisahan, didasari atas kemampuan
sampel yang bermuatan untuk melewati medium konduktor didalam
larutan penyangga. sampel yang bermuatan positif menuju katoda dan
sampel yang bermuatan negatif menuju anoda.
Kecepatan sampel menuju katoda/anoda dipengaruhi oleh muatan
yang dimiliki sampel dan ukuran sampel. Sampel yang memiliki muatan
yang besar dan memiliki ukuran yang kecil akan berpindah menuju
katoda/anoda lebih cepat (Harvey, 2000).
Media tempat pemisahan yang digunakan masing-masing ujungnya
tercelup dalam larutan buffer. sampel diteteskan pada bagian tengah media
tersebut. Salah satu larutan buffer dihubungkan melalui elektroda negatif
arus searah dan larutan buffer lainnya dihubungkan melalui elektroda
positif arus searah. Hasil ditunjukkan dengan adanya noda berwarna di
media pemisah. (Hendayana, 2006).
Perpindahan sampel di media tergantung tanda dan besarnya muatan
pada zat terlarut, permukaan, muatan, tegangan yang digunakan,
konsentrasi elektrolit, kuat ion, pH, temperatur, viskositas, adsorptivitas
zat terlarut. Lintasan yang ditempuh partikel bermuatan sesuai dengan:
1
d=U . t .eq .k
=U t .V
L
Keterangan :
V = Tegangan
L = Panjang saluran
K = Konduktivitas
I = Arus listrik
U = Mobilitas ion pada saat t
Q = Luas penampang
d = Lintas yang ditempuh
Elektroforesis mudah dilakukan namun hasil pemisahan sering
tidak memuaskan, noda sering tumpang tindih sehingga susah dibedakan,
tidak dapat mendeteksi konsentrasi cuplikan yang rendah dan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan satu analisis terlalu lama. Untuk
mempercepat dapat dilakukan dengan menambah tegangan listrik arus
searah namun hasilnya tetap kurang efisien. Hal ini disebabkan tegangan
listrik yang tinggi dapat menimbulkan panas sehingga menurunkan
efisiensi pemisahan
Sifat aliran pada elektroforesis ada 2. Aliran elektroforetik yaitu,
sifat alamiah ion-ion selalu bergerak menuju kutub listrik yang
berlawanan. Aliran elektroosmotik yaitu terjadi apabila arus listrik searah
bertegangan tinggi dialirkan diantara ujung-ujung pipa kapiler sehingga
anion yang melapisi permukaan pipa kapiler tersebut akan bergerak
menuju anaoda (Hendayana, 2006).
DNA yang telah dipisahkan diwarnai dengan ethidium bromida.
Larutan ini mengandung planar yang dapat meresap pada setiap DNA
sehingga DNA dapat berwarna merah-orange jika diamati dengan UV254
(Sambrook, 1990).
2
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
- Elektroforesis set
- Pipet mikro 200 µl dan 20 µl
- Chamber
- Mikrowave
- Tips (kuning dan kristal)
- Magnetic Stirer
- Stirer Bar
- UV transluminator
- Cetakan
- Comb
- Shaker
2. Bahan :
- Agarose 1,2 %
- TAE (Trisacetic Edta)
- Marker DNA Leader 100-
1500 bp
- Loading buffer
- Sampel DNA
- EtBr
- Aquades
IV. PROSEDUR KERJA
a. Pembuatan Gel :
Agarose gel dipanaskan dengan mikrowave sampai cair.
Diletakkan pada magnetic stirer hingga mencapai suhu sekitar 50oC
Agarose yang telah cair dituang ke dalam cetakan yang telah berisi comb.
Didiamkan hingga dingin dan memadat.
Ditambahkan TAE.
Comb diangkat sehingga terbentuk sumur pada gel.
3
Gel dipindahkan ke elektroforesis set.
b. Elektroforesis
Gel dicuci dengan pipet 200 µl.
Dibuat campuran sampel yang terdiri dari 1 µl loading buffer dan 5 µl
sampel DNA.
Sampel dimasukkan ke dalam sumur gel dengan pipet 20 µl.
Run selama 30 menit (110 volt).
Dimasukkan pada larutan EtBr 10 L/100 mL aquadest kemudian dihaker
selama 25 menit
Dicuci di aquades.
Divisualisasi pada UV transluminator.
Hasil elektroforesis difoto.
4
V. PEMBAHASAN
Elektroforesis Gel adalah metode analisis berdasarkan kemampuan
pergerakan protein di dalam medan listrik. Pergerakan tersebut dipengaruhi
oleh bentuk, ukuran, besar muatan dan sifat kimia dari protein. Pergerakan
dapat dimulai setelah protein yang sudah diletakan didalam penyangga dan
diiisi dengan buffer di aliri arus listrik (Pratiwi, 2001).
Adapun tahapan yang harus dikerjakan dalam praktikum elektroforesi
gel adalah penyiapan gel, Penyiapan sampel, dan Elektroforesis. Tahap
pertama yang dilakukan adalah penyiapan gel, gel yang digunakan yaitu
agarosa. Agarosa dipilih karena rentang bp yang mampu dipisahkan cukup
besar yaitu dari 50 bp – 50 kbp (Sudjadi, 2008). Konsentrasi agarosa yang
digunakan sebesesar 1,2 %. Besarnya konsentrasi yang digunakan
tergantung ukuran fragmen DNA yang akan dipisahkan dimana semakin
kecil fragmen yang akan dipisahkan maka konsentrasi agarose yang
digunakan ditingkatkan agar agarosa semakin pekat dan kompak (David G.
Watson, 2007). Sedangkan buffer yang digunakan adalah TAE. TAE
digunakan karena memiliki pH 8,0, pH ini sesuai untuk mengionkan sampel
disamping itu harganya lebih murah dibandingkan TBE (Tris-borate-EDTA)
dan TPE (Tris-phosphate-EDTA) (Kumar and Garg, 2005). Karena larutan
agarosa sudah disiapkan, maka kali ini agarosa hanya perlu di panaskan
didalam oven dengan suhu 100oC sebanyak dua kali. Pemanasan ini
bertujuan untuk melelehkan agarosa yang sudah memadat. Agarosa yang
sudah meleleh diambil dari oven untuk di aduk dengan menggunakan
magnetic stirer. Tujuan pengadukan ini agar komponen yang berada dalam
larutan agarosa dapat bercampur merata. Setelah diaduk kemudian larutan
agarosa dituangkan ke dalam cetakan, setelah dituangkan di dalam cetakan
pada atas cetakan diletakkan comb yang berfungsi untuk membentuk tempat
5
sampel yang akan dielektroforesis atau sering disebut dengan sumur atau
well. Setelah agarosa mengeras maka comb diangkat perlahan dengan
memegang kedua ujungnya sambil sedikit ditekan kedalam. Selanjutnya
tempat cetakan diangkat dari wadah dengan memegang kedua sisinya
dimana bagian bawah cetakan dibersihkan dengan cara digesekkan pada
wadah karena dapat mempengaruhi proses pemisahan. Agarosa yang sudah
bersih dimasukan ke chamber elektroforesis yang berisi buffer TAE. Kutub
yang paling dekat dengan sumur adalah kutub negatif. Sumur didekatkan
dengan kutub negatif karena sampel yang digunakan bermuatan negatif dan
untuk bermigrasi maka sampel perlu dijauhi dari kutub positif (Yuwono,
2008).
Tahap selanjutnya adalah penyiapan sampel, sebelum sampel
disiapkan sumur dicuci terlebih dahulu. Pencucian dilakukan dengan cara
menyedot cairan di atas permukaan sumur dengan perlahan menggunakan
pipet mikro 200 µl. Tujuan pencucian ini untuk membersihkan sumur dari
sisa-sisa agarosa yang masuk ke dalam sumur akibat pengangkatan comb.
Pencucian dilakukan perlahan agar tidak merusak agarosa. Selanjutnya
sampel dimasukkan ke dalam sumur. Sampel yang digunakan sudah
dicampur dengan loading buffer. Loading buffer yang digunakan berfungsi
untuk menambah bobot dari sampel agar sampel tidak hanyut ke larutan
running buffer TAE. kemudian sampel di spin agar sampel dapat terkumpul
di dasar wadah sehingga sampel yang akan diambil memiliki konsentrasi
yang sama. Sampel yang sudah di spin dan DNA-marker kemudian
ditempatkan di dalam sumur. Penempatan sampel harus dilakukan dengan
hati-hati agar dasar sumur tidak lubang. Lubang dari dasar sumur dapat
mengakibatkan hanyutnya sampel kedalam running buffer TAE sehingga
proses elektroforesis tidak dapat dilaksanakan. Sampel 1 ditempatkan di
sumur 1, sampel 2 ditempatkan di sumur 2, DNA Marker ditempatkan di
sumur 3, sampel 3 ditempatkan di sumur 4 dan sampel 4 ditempatkan di
sumur 5. Penempatan diatur seperti ini agar praktikan mudah untuk
menentukan bp dari setiap sampel.
6
Tahap terakhir adalah elektroforesis. Setelah seluruh sampel dan
DNA-marker di masukan kedalam sumur maka elekroforesis dapat
dijalankan dengan mengaliri listrik pada sistem elektroforesis. Pada
praktikum ini digunakan listrik sebesar 100 volt dalam 30 menit. Setelah
dinyalakan maka sampel dan DNA marker akan bergerak dari kutub negatif
ke kutub positif. Arah pergerakan menuju kutub positif karena sampel dan
DNA-marker yang digunakan memiliki muatan negatif. Selama listrik
dijalankan maka sampel dan DNA marker akan terus bergerak dengan jarak
tempuh yang berbeda-beda pada setiap fragmennya. fragmen yang lebih
besar akan bergerak lebih lambat karena terjadi gesekan yang lebih besar
dengan medium penyangga (David G. Watson, 2007). Setelah 30 menit
elektroforesis dihentikan lalu agarosa dikeluarkan dari chamber
elektroforesis. Selanjutnya agarosa diwarnai dengan EtBr (ethidium
bromida) untuk memvisualisasi fragmen DNA yang terbentuk. EtBr dapat
berikatan dengan asam nukleat dengan cara menyelip diantara basa
nukleotida sehingga fragmen dapat berfluoresensi pada sinar UV. EtBr
bersifat karsinogen maka harus diperlakukan dengan hati-hati (Sudjadi,
2008). Untuk mewarnai fragmen DNA dengan EtBr digunakan alat shaker
dengan kecepatan 35 rpm dalam 15 menit. Selanjutnya sampel divisualisasi
dengan UV transluminator.
Hasil pengamatan di UV transluminator ditemukan pita-pita berwarna
merah muda. Pada sumur tempat dimasukannya DNA-marker diperoleh
pita-pita dengan jarak tertentu dimana setiap pita memiliki fragmen dengan
bp antara 100 – 1500, Frgamen dari DNA marker yang paling mendekati
kutub positif memiliki bp 100 dan fragmen dari DNA marker yang paling
mendekati kutub negatif memiliki bp 1500, Fragmen DNA marker akan
bertambah 100 bp mulai dari fragmen yang paling mendekati kutub positif.
sehingga jika membandingkan pita sampel dengan pita DNA-marker maka
dapat ditentukan bp dari setiap sampel.
7
Gambar 1. Hasil Elektroforesis Gel
Gambar 2. Perbesaran pada Hasi Elektroforesis
8
arah elusi
Hasil dari pengamatan
elektroforesis gel yaitu pada sumur 1 tidak ada pita.
Ketidak adaan pita ini disebabkan karena tidak ada sampel yang
bermigrasi. Tidak adanya sampel yang bermigrasi diakibatkan oleh
robeknya dasar sumur pada saat penempatan sampel sehingga sampel
hanyut terbawa running buffer. Pada sumur 2, 3 dan 4 masing-masing
berisi pita. Dapat dilihat di gambar 2, pita yang dihasilkan pada setiap
sumur sampel dapat ditentukan banyak pasang basanya dengan cara
membuat titik tengah pada setiap pita kemudian membandingkannya
dengan DNA-marker. Dengan cara demikian didapat hasil berikut: pada
sumur 2 terdapat 2 pita dimana pita yang terjauh migrasinya memiliki 200
bp sedangkan yang terdekat migrasinya memiliki 800 bp, pada sumur 3
dan 4 terdapat 4 pita dimana 2 pita yang migrasinya terjauh memiliki
kurang dari 100 bp sedangkan pita yang terdekat migrasinya 300 bp dan
yang migrasinya kedua terdekat memiliki 200 bp. Terbukti bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi migrasi sampel adalah ukuran sampel atau
besar kecilnya pasang basa fragmen sampel. Sampel yang memiliki pasang
basa paling rendah selalu bermigrasi lebih jauh dan sebaliknya. Faktor ini
juga yang akan digunakan sebagai bahan untuk mengidentifikasi sampel.
9
VI. KESIMPULAN
1. Elektroforesis adalah metode analisis kimia yang berdasarkan
pergerakan fragmen di dalam medan listrik, dimana protein akan
bergerak didalam medium penyangga dari elektroda negatif menuju
elektroda positif sampai jarak tertentu. Besarnya Jarak tempuh
ditentukan oleh berbagai faktor salah satunya adalah bp setiap fragmen.
Semakin kecil bp maka semakin jauh jarak yang ditempuh oleh protein,
sebaliknya semakin besar bp maka semakin sedikit jarak yang ditempuh
protein.
2. Elektroforesis dikerjakan dengan memasukan sampel pada sumur gel
agarosa yang telah diberi buffer, kemudian diberi arus listrik untuk
memisahkan setiap fragmen. Hasil yang didapat dari elektroforesi gel
adalah Pada sampel 2 berisi protein dengan fragmen 200 bp dan 800 bp.
Pada sampel 3 dan 4 berisi sampel dengan fragmen yang sama dimana
terdapat 4 pita yaitu 2 pita yang migrasinya terjauh memiliki bp kurang
dari 100, sedangkan pita yang migrasinya terdekat memiliki bp 300 dan
yang migrasinya kedua terdekat memiliki bp 200.
10