elaborasi berita

11
ELABORASI Letak geografis yang strategis menunjukkan betapa kaya Indonesia akan sumber daya alam dengan segala flora, fauna dan potensi hidrografis dan deposit sumber alamnya yang melimpah. Sumber daya alam Indonesia berasal dari pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan, perkebunan serta pertambangan dan energi. Sebagai Negara agraris, pertanian menjadi mata pencaharian terpenting bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Luas lahan pertanian lebih kurang 82, 71 % dari seluruh luas lahan. Lahan tersebut sebagian besar digunakan untuk areal persawahan. Penyebaran produksi padi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa sehubungan dengan tingginya produktivitas dan luas panen dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. Produksi pertanian lainnya adalah jagung, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Produksi holtikultura jenis sayur mayur meliputi bawang merah besar, bawang daun, kentang, kubis dan wortel. Sedangkan produksi holtikultura jenis buah-buahan meliputi mangga, durian, jeruk, pisang, pepaya dan salak. Menurut data dari Kementrian Pertanian, Pulau Sumatera sendiri memiliki luas lahan pertanian yang tersedia untuk dikembangkan seluas 5.499.348 ha, sekitar 960.848 ha di arahkan untuk padi sawah, 1.619.071 ha untuk komoditas tanaman semusim, 2.991.785 ha untuk komoditas tanaman tahunan. Sementara di Pulau Jawa dan Bali , luas lahan pertanian yang tersedia untuk dikembangkan seluas 3.524.747 ha, di Pulau Nusa Tenggara luas lahan pertaniannya seluas 382.118 ha , Pulau

description

elaborasi berita tentang sektor pertanian di indonesia

Transcript of elaborasi berita

ELABORASI Letak geografis yang strategis menunjukkan betapa kaya Indonesia akan sumber daya alam dengan segala flora, fauna dan potensi hidrografis dan deposit sumber alamnya yang melimpah. Sumber daya alam Indonesia berasal dari pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan, perkebunan serta pertambangan dan energi.Sebagai Negara agraris, pertanian menjadi mata pencaharian terpenting bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Luas lahan pertanian lebih kurang 82, 71 % dari seluruh luas lahan. Lahan tersebut sebagian besar digunakan untuk areal persawahan. Penyebaran produksi padi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa sehubungan dengan tingginya produktivitas dan luas panen dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. Produksi pertanian lainnya adalah jagung, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Produksi holtikultura jenis sayur mayur meliputi bawang merah besar, bawang daun, kentang, kubis dan wortel. Sedangkan produksi holtikultura jenis buah-buahan meliputi mangga, durian, jeruk, pisang, pepaya dan salak.Menurut data dari Kementrian Pertanian, Pulau Sumatera sendiri memiliki luas lahan pertanian yang tersedia untuk dikembangkan seluas 5.499.348 ha, sekitar 960.848 ha di arahkan untuk padi sawah, 1.619.071 ha untuk komoditas tanaman semusim, 2.991.785 ha untuk komoditas tanaman tahunan. Sementara di Pulau Jawa dan Bali , luas lahan pertanian yang tersedia untuk dikembangkan seluas 3.524.747 ha, di Pulau Nusa Tenggara luas lahan pertaniannya seluas 382.118 ha , Pulau Kalimantan seluas 1.032.115 ha, di Pulau Sulawesi seluas 919.960 ha, Pulau Maluku seluas 22.782 ha dan yang terakhir di Papua seluas 25.683 ha . Berdasarkan data tersebut, terjadi penurunan luas lahan pertanian di Indonesia dari tahun ke tahun. Pemanfaatan lahan di Indonesia sangat tak seimbang. Tanah Pulau Jawa yang memiliki keunggulan kesuburan telah 80 persen dibudidayakan sangat intensif. Di sisi lain Papua yang luasnya 43 juta ha baru sekitar 700.000 ha atau 1,5 persen yang dibudidayakan, itu pun kurang intensif. Luas lahan pertanian di Indonesia kian menyusut bahkan kalah luas dari Thailand yang penduduknya lebih sedikit. Berdasarkan data Kadin, luas lahan pertanian di Indonesia hanya mencapai 7,75 juta ha dengan populasi 240 juta orang. Angka tersebut hanya dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang. Ironisnya, saat lahan petani makin menyempit, kita menyaksikan makin luasnya lahan yang dikuasai perusahaan perkebunan dan hutan tanaman industri. Tercatat ada perusahaan asing yang menguasai 400.000 ha kebun sawit tanpa plasma dan ada grup perusahaan hutan tanaman industri menguasai 700.000 ha, 25 persen dari luas suatu kabupaten di Sumatera. Untuk Indonesia, tak mungkin mengatasi kemiskinan tanpa menyentuh sumber penyebab kemiskinan, yaitu menyempitnya lahan per keluarga petani. Indonesia perlu dua hal sekaligus perluasan area pertanian baru sekaligus perluasan lahan pengusahaan per keluarga petani.Alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di nilai sudah tak terkendali, menyusul pesatnya perkembangan sektor industri dan pemukiman di Indonesia. Data BPS menyebutkan 80 ribu ha lahan pertanian hilang, beralih fungsi menjadi sektor lain atau setara 220 ha setiap harinya. Regulasi alih fungsi lahan harus dijalankan secara ketat dari pusat sampai ke daerah sebab jika dibiarkan tahun 2025 nanti luas lahan sawah di Indonesia hanya tersisa 2 juta ha. Hal ini membuat masyarakat meninggalkan usaha pertanian, tercatat jumlah rumah tangga pertanian di Indonesia mengalami penurunan 5,04 juta kepala keluarga dalam kurun waktu 10 tahun. Berdasarkan Sensus Pertanian 2003, tercatat 31,17 juta Rumah Tangga Pertanian. Sementara berdasarkan Sensus Pertanian 2013, jumlah tersebut diketahui menjadi 26,13 juta Rumah Tangga Pertanian. Penurunan Rumah Tangga Pertanian di sebabkan juga petani yang masih banyak diisi oleh kalangan masyarakat tua. Data BPS menunjukkan, petani rumah tangga dengan usia paruh baya mencapai 8,56 juta Rumah Tangga dari total 26,13 juta Rumah Tangga Pertanian. Indonesia di harapkan tidak boleh mengabaikan sektor pertanian karena sejak dari dulu negara kita di sebut Negara Agraris karena sebagian besar luasnya adalah lahan pertanian. Pemerintah harus menggenjot sektor ini karena bisa berpengaruh terhadap struktur ekonomi Indonesia menjadi rapuh. Sektor pertanian mempunyai dampak nilai tambah kepada perekonomian nasional, dampak kepada tenaga kerja, dampak terhadap mengurangi kemiskinan, tetapi justru terpinggirkan. Sektor pertanian sangat penting karena merupakan salah satu jalan dalam mengentaskan kemiskinan di Tanah Air. Berilah kesempatan sektor pertanian bertumbuh. Ini bisa mengurangi jumlah orang-orang miskin di Indonesia dan dipilih sebagai fokus pemerintah karena masyarakat miskin di Indonesia bekerja di sektor ini. Rata-rata dari mereka adalah lulusan sekolah dasar (SD). Berdasarkan data BPS, sektor pertanian pada Agustus 2013 menyerap tenaga kerja sebanyak 38,07 juta orang. Angka ini lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya, seperti sektor perdagangan yang menyerap 23,4 juta orang dan sisanya ada di sektor lainnya (pertambangan,konstruksi).Melihat pentingnya sektor pertanian yang menjadi andalan dan meningkatkan perekonomian Indonesia, Pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 15 triliun. Dana tersebut merupakan pengalihan dana subsidi bbm yang diperuntukkan untuk sektor pertanian. Hal ini untuk memuluskan rencana pemerintah yang ingin melakukan pembangunan sektor pertanian dan swasembada pangan. Pembangunan sektor pertanian diperlukan kerjasama semua pihak, maka saat ini sudah tidak ada ego sektoral. Untuk mewujudkan rencana tersebut, Pemerintah melalui Kementrian Pertanian menggelar rapat kerja nasional bersama Menko Perekonomian, Menteri Perencanaan Pembangunan, Menteri PU dan Perumahan Rakyat, , Menteri Perdagangan, dan Direktur Bulog. Tidak hanya menggelar rapat koordinasi dengan berbagai Kementerian terkait, Menteri Pertanian Amran Sulaiman juga melakukan rapat koordinasi dengan Pemerintah Daerah yaitu Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan. Rapat ini membahas swasembada pangan. Kunci masalah penunjang swasembada banyak sekali, salah satu utama adalah masalah irigasi. 20 tahun irigasi kita tidak diperbaiki. Didiamkan begitu saja padahal masalah irigasi merupakan masalah sangat vital karena sumber pengairan sektor pertanian. Irigasi yang rusak 52% dari kurang lebih 3,3 juta ha di seluruh indonesia. Di Sumatera Utara 82% rusak dan ada di wilayah lain 60% rusak tidak diperbaiki. Nah untuk memperbaiki irigasi dan membangun irigasi baru, Kementerian Pertanian mengalokasikan anggaran sebesar Rp 2 triliun. Dalam waktu dekat, irigasi yang dibangun tahun pertama di 17 provinsi dan tahun kedua masuk di seluruh Indonesia. Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Kementerian PU Pera untuk membangun irigasi. Kementerian PU membangun irigasi primer dan sekunder, sedangkan Kementan membangun irigasi tersier atau irigasi paling akhir. Kerjasama ini agar irigasi yang dibangun bisa melewati titik-titik persawahan sehingga air yang mengalir tepat sasaran. Sasaran 2015, terbangun irigasi baru 1 juta ha, terehabilitasi 3,3 juta ha di 13 sentra produksi beras nasional sebesar 2 triliun. Yang paling utama Jawa, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Aceh. Selain masalah irigasi, yang perlu diperhatikan dalam mencapai swasembada pangan adalah peralatan pertanian yaitu salah satunya traktor. Traktor digunakan petani untuk membajak ditengah sawah. Namun petani kesulitan dana dalam membeli traktor tersebut sehingga menghambat proses penanaman pertanian. Pemerintah menjanjikan 62.000 traktor gratis yang akan dibagikan kepada petani. Pengadaan traktor-traktor ini dilakukan oleh Kementan, dengan nilai masing-masing traktor sebesar Rp 20 juta. Hingga saat ini, sudah 30.000 traktor yang disiapkan untuk petani. Kementan bersemangat dalam mempercepat proses alat pertanian pada petani apalagi setelah panen raya sudah musim tanam lagi agar kejadian sebelumnya tidak terjadi lagi yaitu alat sistem pertanian datang sesudah masa tanam. Tidak hanya peralatan pertanian, pemerintah juga mempersiapkan bantuan bibit tanaman dan pupuk. Persediaan pupuk dan bibit harus bisa didapat oleh petani dengan cepat dan tepat waktu. Jokowi meminta Kementerian Pertanian agar mengawasi BUMN yang bergerak di bidang penyediaan bibit serta pupuk. Ia mengancam untuk mencopot jajaran direksi, jika masih ada keterlambatan dalam penyaluran pupuk.Walaupun ada bantuan pupuk dari Pemerintah Pusat, namun ada Pemerintah Daerah yaitu Pemerintah Kota Banda Aceh yang berinovasi menyulap tinja manusia jadi pupuk tanaman. Pemkot Banda Aceh lewat Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) membuat terobosan baru di bidang pertanian yaitu memproduksi pupuk dari kotoran manusia. Kompleks pengolahan tinja ini tertata rapi, lengkap dengan taman dan pepohonan. Pengolahannya menggunakan dua sistem yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Untuk sistem tertutup, setiap harinya ada 30 m lumpur tinja dengan 7 mobil tangki. Tinja-tinja itu diambil dari rumah warga yang ada di Banda Aceh dan sebagian di Aceh Besar. Lanjutnya, proses awal lumpur tinja diendapkan selama dua minggu di dalam imhoff tank. Endapan ini untuk menurunkan kadar organik lumpur tinja dan bakteri-bakteri penyebab penyakit. Kemudian baru dalirkan ke kolam yang pertama-yakni kolam anaerobik. Di kolam ini lumpur tinjanya mengendap di dasar kolam, sementara airnya jika telah penuh mengalir ke kolam fakultatif. Dari kolam fakultatif air limbah dialirkan ke kolam maturasi. Bukti air dalam kolam maturasi sudah bisa dibuang ke sungai atau laut, terbukti dengan hidupnya ikan lele dan nila di dalamnya. Air limbah dari kolam maturasi ini sudah layak dibuang ke badan air dan aman bagi lingkungan. Sedangkan materi yang digunakan untuk pupuk tinja kering adalah endapan yang berada di kolam anaerobik yang dikeruk oleh petugas setiap enam bulan sekali. Endapan tersebut kemudian dijemur terlebih dahulu selama satu minggu dan setelah itu siap dipakai sebagai pupuk tinja kering.Untuk sistem tertutup, Sistem ini menerapkan kombinasi pengolahan secara aerobik dan anaerobik. Teknologinya lebih canggih yang terdiri dari digester, sludge stabilization, buffle reactor dan anaerobic filter. Sementara teknologi aerobik yang digunakan adalah planted gravel filter, kolam dan bak pengering lumpur tinja. Kapasitasnya juga lebih besar yakni 85 m/hari. Proses pengolahan menjadi pupuk kering memakan waktu dua minggu, bak pengeringannya pun dilengkapi dengan atap, sehingga tak bermasalah jika sedang turun hujan.Selain bekerjasama dengan BUMN dalam menyediakan pupuk, Kementan juga menggandeng Universitas Gajah Mada untuk pengembangan varietas baru produk pertanian. Pengembangan varietas baru padi saat ini sudah sebanyak 12 galur atau calon varietas baru. Dari 12 galur tersebut potensi produksi padi bisa mencapai 12,5 ton per ha. Sedangkan saat ini produksi padi petani hanya 6,5 ton per ha. Tidak hanya padi, mereka juga mengembangkan 11 galur jagung. Potensi yang dihasilkan bisa mencapai 13,8 ton per ha. Sedangkan saat ini petani baru menghasilkan 8 ton per ha. Di UGM sendiri juga sudah dikembangkan varietas baru kedelai dan tengah dikembangkan untuk kedelai kuning. Mereka berharap melalui pengembangan produk kedelai kuning, bisa mensubstitusi 70 persen kedelai impor di Indonesia.Begitu juga dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) akan membantu pihak Pemerintah khususnya Kementerian Pertanian dalam hal pembiayaan petani. Pihaknya memberikan kredit serta asuransi dari perbankan ataupun lembaga keuangan lainnya sehingga para petani dapat menikmati bunga dan premi asuransi yang wajar serta dapat disubsidi oleh pemerintah dan terjadi peningkatan produktivitas, kesejahteraan petani Indonesia. Dengan begitu, diharapkan Indonesia mampu terlepas dari belenggu importasi pangan ketergantungan dari negara lain yang cenderung meningkat setiap tahunnya, di mana nilai impor produk pertanian masih besar dari 3,34 miliar dolar AS pada 2003 menjadi 14,90 miliar dolar AS di 2013. Jumlah ini meningkat empat kali lipat dari nilai dan kuantitas meski ada kenaikan harga. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan lantaran Indonesia tersohor dengan sebutan Negara Agraris. Untuk itu ada program yang digadang-gadang mampu menyelesaikan soal impor bahan pangan Indonesia yaitu melalui dana pengalihan bbm yang diberikan untuk peningkatan sektor pertanian ini juga, pemerintah akan memberikan insentif dan royalti untuk peneliti agar merangsang tumbuhnya produk pertanian berkualitas dan penemuan bibit unggul. Pasalnya banyak yang harus dikejar untuk mewujudkan swasembada pangan nasional. Kemajuan pertanian Indonesia kedepannya ada pada kemajuan riset selain pembangunan infrastruktur irigasi. Makanya perlu memberikan penghargaan pada peneliti dalam bentuk royalti. Sebut saja benih inpari 30 chirea sub 1, bakal padi itu berpotensi menghasilkan 9,6 ton GKG per ha. Selain itu, ada produk Hipa 5 ton yang mampu menghasilkan 10 ton GKG per ha. Tingkatkan lagi menjadi 15 ton (GKG). 15 ton kali 13 juta ha , hasilnya 130 juta ton , yang bisa meningkatkan produksi sampai 50%. Nah untuk membantu dan menggenjot swasembada pangan yang dicanangkan oleh Jokowi dalam tiga tahun mendatang, Kementerian Pertanian berencana menggandeng investor asing juga dikarenakan banyak investor asing yang tertarik terhadap potensi lahan di dalam negeri. Meski menggandeng asing, porsi pembagian modal tetap didominasi oleh investor dalam negeri yaitu 49% untuk asing dan 51% untuk pribumi. Komposisi modal porsinya investor pribumi yang pertama kemudian baru asing. Jadi statusnya lebih tinggi dari asing. Hampir seluruh daerah yang ada di Indonesia menjadi primadona investor asing terutama di Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur. Kebanyakan minat asing berinvestasi disektor pertanian untuk melakukan budidaya, selain mereka juga minat di komoditas padi, jagung dan kedelai. Di samping Pemerintah yang ingin swasembada pangan, beredar kabar bahwa asing tidak ingin Indonesia raup untung besar dari swasembada pangan. Maka nya banyak investor asing yang masuk ke Indonesia khususnya bidang pertanian ini. Tetapi hal ini di bantah oleh pihak Kementan bahwa asing ini posisi nya di bawah investor dalam negeri. Menurut Kementan, program swasembada pangan tidak dapat dicapai tanpa bantuan asing namun tergantung bantuan asingnya seperti apa.Hal ini dibuktikan dengan hadirnya perusahaan China Liaoning Wufeng dan Malaysian Amarak Group yang ingin membangun lahan sawah senilai Rp 20 triliun di Indonesia. Perusahaan China ini berharap bisa memasuki pasar dan berkembang di tanah air sekaligus memenuhi pasokan beras domestik. Wufeng sendiri akan mendirikan anak perusahaan lokal di dalam negeri. Tujuannya untuk mempermudah pengadaan beberapa fasilitas proses pengolahan beras terpadu dan 80% dari produksi perusahaan ini akan memenuhi pasar Indonesia.Kemudian terobosan juga di lakukan oleh Masyarakat Agribisnis dan Agro Industri Indonesia dalam mendukung program Pemerintah ini yaitu meluncurkan sistem informasi agri bisnis dan industri. Dengan peluncuran sistem informasi ini masyarakat khususnya petani bisa memperoleh informasi yang jelas misalkan mengenai kondisi harga komoditas dan musim. Informasi ini diharapkan memudahkan kinerja petani saat bercocok tanam. Sistem ini juga melibatkan Kementan dan BPS memberikan informasi di tingkat nasional maupun internasional. Dengan berbagai kebijakan, usaha dan niat dari Pemerintah, maka sang Presiden Jokowi optimis Indonesia dapat mencapai swasembada pangan dalam 3-4 tahun di karenakan adanya peningkatan produksi yang diketahui dari perbincangan dengan berbagai petani.