ekstraksi 1

5
POTENSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) SEBAGAI ANTIOKSIDAN Suratmo Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia [email protected] Abstrak. Telah dilakukan penelitian tentang potensi ekstrak sirih merah (Piper crocatum) sebagai antioksidan yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode ekstraksi bertahap dengan variasi pelarut dan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari fraksi ekstrak daun sirih merah. Penelitian ini diawali dengan melakukan ekstraksi bertahap dengan pelarut n-heksana, etilasetat dan etanol, dilanjutkan dengan identifikasi komponen dari ketiga fraksi ekstrak dengan GC-MS. Langkah berikutnya adalah uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstraksi bertahap menggunakan pelarut yang bervariasi dapat memfraksinasi senyawa penyusun daun sirih merah sesuai kepolaran senyawa pelarut. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH terhadap fraksi ekstrak daun sirih merah, menunjukan bahwa fraksi ekstrak etanol berpotensi sebagai antioksidan dengan harga IC 50 sebesar 33,44 ppm. Kata kunci: sirih merah, ekstraksi bertahap, metode DPPH, antioksidan. 1. Pendahuluan Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan manusia. Masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal tanaman yang mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman yang berkhasiat obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat tradisional (Thomas, 1993). Salah satu tanaman obat yang banyak tumbuh di Indonesia yang akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan adalah sirih merah (Piper crocatum). Sirih merah yang dikenal sebagai tanaman hias yang eksotis, ternyata bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Sirih merah dapat dipakai untuk mengobati diabetes, hipertensi, kanker payudara, peradangan, hepatitis, ambeien, asam urat, maag, luka dan lain-lain. Pemanfaatan sirih merah dilakukan dengan cara mengkonsumsi daunnya, atau diekstrak terlebih dahulu untuk mengambil bahan aktif (Bayoo, 2006; Sudewo, 2005). Eksplorasi bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis menjadi salah satu target para peneliti, setelah senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai aktivitas biologi seperti senyawa antioksidan sintetik (butylated hydroxytoluen (BHT), butylated hydroxyanisole (BHA) dan tert- butylhydroxyquinone (TBHQ)) dilarang penggunaannya karena bersifat karsinogenik. Berbagai studi mengenai BHA dan BHT menunjukkan bahwa komponen ini dapat menimbulkan tumor pada hewan percobaan pada penggunakan dalam jangka panjang (Andarwulan, 1996). Berdasarkan penelitian Atta-ur-Rahman (2001) senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan umumnya merupakan senyawa flavonoid, fenolat dan alkaloid. Senyawa flavonoid dan polifenolat bersifat antioksidan, antidiabetik, antikanker, antiseptik, dan anti inflamasi, sedangkan senyawa alkoloid mempunyai sifat antineoplastik yang juga ampuh menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.(Ryan, 2006; Sudewa, 2005). Kegunaan dan potensi sirih merah yang sangat luas memberikan dorongan dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai potensi sirih merah sebagai antioksidan. Penelitian yang akan dilakukan adalah mengekstrak daun sirih merah dengan ekstraksi bertahap menggunakan pelarut dengan kepolaran yang berbeda, menguji aktivitas antioksidan terhadap beberapa fraksi ekstrak daun sirih merah tersebut. 2. Cara Penelitian 2.1. Preparasi Sampel Daun sirih merah dicuci bersih dan dikeringkan pada suhu 50 o C, kemudian dihaluskan dengan sampai membentuk serbuk. 2.2. Ekstrasi Sampel. Serbuk sampel kering daun sirih merah ditimbang 50 g, diekstrak dengan Soxhlet menggunakan pelarut n-heksana. Ekstrak diambil dan dipekatkan. Kemudian ampas dikeringkan dan diekstrak kembali dengan cara yang sama menggunakan pelarut etil asetat, kemudian dengan pelarut etanol. BSS_205_1_1 - 5

Transcript of ekstraksi 1

Page 1: ekstraksi 1

POTENSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) SEBAGAI ANTIOKSIDAN

Suratmo

Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia [email protected]

Abstrak. Telah dilakukan penelitian tentang potensi ekstrak sirih merah (Piper crocatum) sebagai antioksidan yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode ekstraksi bertahap dengan variasi pelarut dan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari fraksi ekstrak daun sirih merah. Penelitian ini diawali dengan melakukan ekstraksi bertahap dengan pelarut n-heksana, etilasetat dan etanol, dilanjutkan dengan identifikasi komponen dari ketiga fraksi ekstrak dengan GC-MS. Langkah berikutnya adalah uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstraksi bertahap menggunakan pelarut yang bervariasi dapat memfraksinasi senyawa penyusun daun sirih merah sesuai kepolaran senyawa pelarut. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH terhadap fraksi ekstrak daun sirih merah, menunjukan bahwa fraksi ekstrak etanol berpotensi sebagai antioksidan dengan harga IC50 sebesar 33,44 ppm. Kata kunci: sirih merah, ekstraksi bertahap, metode DPPH, antioksidan.

1. Pendahuluan

Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan manusia. Masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal tanaman yang mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman yang berkhasiat obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat tradisional (Thomas, 1993). Salah satu tanaman obat yang banyak tumbuh di Indonesia yang akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan adalah sirih merah (Piper crocatum). Sirih merah yang dikenal sebagai tanaman hias yang eksotis, ternyata bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Sirih merah dapat dipakai untuk mengobati diabetes, hipertensi, kanker payudara, peradangan, hepatitis, ambeien, asam urat, maag, luka dan lain-lain. Pemanfaatan sirih merah dilakukan dengan cara mengkonsumsi daunnya, atau diekstrak terlebih dahulu untuk mengambil bahan aktif (Bayoo, 2006; Sudewo, 2005).

Eksplorasi bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis menjadi salah satu target para peneliti, setelah senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai aktivitas biologi seperti senyawa antioksidan sintetik (butylated hydroxytoluen (BHT), butylated hydroxyanisole (BHA) dan tert-butylhydroxyquinone (TBHQ)) dilarang penggunaannya karena bersifat karsinogenik. Berbagai studi mengenai BHA dan BHT menunjukkan bahwa komponen ini dapat menimbulkan tumor pada hewan percobaan pada penggunakan dalam jangka panjang (Andarwulan, 1996).

Berdasarkan penelitian Atta-ur-Rahman (2001) senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan umumnya merupakan senyawa flavonoid, fenolat dan alkaloid.

Senyawa flavonoid dan polifenolat bersifat antioksidan, antidiabetik, antikanker, antiseptik, dan anti inflamasi, sedangkan senyawa alkoloid mempunyai sifat antineoplastik yang juga ampuh menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.(Ryan, 2006; Sudewa, 2005).

Kegunaan dan potensi sirih merah yang sangat luas memberikan dorongan dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai potensi sirih merah sebagai antioksidan. Penelitian yang akan dilakukan adalah mengekstrak daun sirih merah dengan ekstraksi bertahap menggunakan pelarut dengan kepolaran yang berbeda, menguji aktivitas antioksidan terhadap beberapa fraksi ekstrak daun sirih merah tersebut. 2. Cara Penelitian 2.1. Preparasi Sampel

Daun sirih merah dicuci bersih dan dikeringkan pada suhu 50oC, kemudian dihaluskan dengan sampai membentuk serbuk. 2.2. Ekstrasi Sampel.

Serbuk sampel kering daun sirih merah ditimbang 50 g, diekstrak dengan Soxhlet menggunakan pelarut n-heksana. Ekstrak diambil dan dipekatkan. Kemudian ampas dikeringkan dan diekstrak kembali dengan cara yang sama menggunakan pelarut etil asetat, kemudian dengan pelarut etanol.

BSS_205_1_1 - 5

Page 2: ekstraksi 1

2.3. Identifikasi Komponen Sirih Merah Ketiga fraksi ekstrak pekat daun sirih merah (ekstrak n-heksana, etil asetat dan etanol) masing-

masing dianalisis dengan GC. 2.4. Uji Antioksidan Dengan Metoda DPPH

Dibuat larutan DPPH dalam metanol dengan konsentrasi 2x10-4M. Dibuat serangkaian larutan sample dari ketiga fraksi ekstrak dengan variasi konsentrasi menggunakan pelarut metanol. Dari masing-masing larutan ditambah 2 mL larutan DPPH, sehingga diperoleh serangkaian larutan dengan konsentrasi sampel yang berbeda, diamkan selama 30 menit (dihitung setelah penambahan larutan DPPH), diukur absorbansinya pada λ = 517 nm. Data absorbansi yang diperoleh digunakan untuk menentukan % inhibisi. Dari kurva % inhibisi versus konsentrasi sampel, dapat diperoleh nilai IC50 ekstrak dengan analisis statistik menggunakan regresi linear. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Ekstraksi Sampel dan Identifikasi Komponen Ekastrak Daun Sirih Merah

Penelitian menggunakan metoda ekstraksi Soxhlet untuk mendapatkan ekstrak daun sirih merah. Metoda ini merupakan pengembangan dari metoda maserasi dengan kelebihan antara lain : penggunaan jumlah pelarut yang sedikit, ekstrak langsung terpisah dari sampel, waktu yang relatif singkat.

Ekstraksi sampel dilakukan secara bertahap menggunakan 3 pelarut yaitu n-heksana, etilasetat dan etanol, sehingga diperoleh fraksi-fraksi ekstrak. Setiap tahapan ekstraksi yang dilakukan diharapkan akan mengekstrak senyawa yang mempunyai kepolaran sesuai dengan kepolaran pelarut yang sesuai kaidah like dissolve like. Komponen yang dapat terekstrak diharapkan semaksimal mungkin karena setiap tahapan ekstraksi dihentikan setelah pelarut yang keluar dari ekstraktor sudah tidak berwarna (+ 20 sirkulasi).

Ekstraksi komponen daun sirih merah dilakukan menggunakan Soxhlet dengan metode ekstraksi bertahap, menggunakan pelarut non polar (n-heksana) dilanjutkan dengan pelarut yang kepolarannya sedang (etilasetat) dan terakhir menggunakan pelarut polar etanol.

Pelarut n-heksana merupakan pelarut non polar, sehingga ekstraksi menggunakan pelarut n-heksana diharapkan yang terekstrak senyawa-senyawa yang mempunyai kepolaran yang rendah. Ekstraksi menggunakan pelarut etilasetat yang merupakan pelarut dengan kepolaran sedang, maka diharapkan yang terekstrak senyawa-senyawa dengan kepolaran yang sedang, sedangkan pelarut etanol dengan kepolaran yang tinggi, diharapkan dapat mengekstrak senyawa-senyawa yang mempunyai kepolaran tinggi.

Data kromatogram menunjukan efektivitas metode ekstraksi bertahap dalam memfraksinasi senyawa kandungan daun sirih merah. Seperti terlihat pada gambar 1; 2 dan 3, jumlah komponen yang semakin sedikit dari fraksi ekstrak n-heksana, etilasetat dan etanol.

Gambar 1 Kromatogram Fraksi ekstrak n-heksana

Gambar 2 Kromatogram Fraksi ekstrak etilasetat

BSS_205_1_2 - 5

Page 3: ekstraksi 1

Gambar 3 Kromatogram Fraksi ekstrak etanol

Fraksi n-heksana menunjukkan bahwa komponen non-polar dari daun sirih merah sangat banyak yang kemungkinan merupakan senyawa minyak atsiri, lemak atau minyak. Etilasetat diharapkan akan mengekstrak komponen daun sirih merah yang semi polar. Gambar 2 menunjukkan tidak terlalu banyak senyawa yang dapat terekstrak dalam pelarut bersifat semi polar dibandingkan dengan fraksi n-heksana dan sekaligus juga menunjukkan bahwa penggunaan n-heksana sebagai pelarut pengekstrak awal berhasil memfraksinasi komponen non-polar dari daun sirih merah. Fraksi etanol lebih sederhana tampilan kromatogramnya dan menunjukkan bahwa hanya senyawa yang bersifat polar yang terdapat di dalam fraksi etanol dengan waktu retensi berkisar 28 – 32 menit, sehingga fraksi etanol ini relatif terbebas dari komponen non-polar dan semi polar. 3.2. Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metoda DPPH

DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. DPPH menerima elektron atau radikal hidrogen akan membentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH. Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan, maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang gelombang 517 nm akan hilang. Perubahan ini dapat diukur secara stoikiometri sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidrogen yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat antioksidan (Green, 2004; Gurav dkk., 2007).

Gambar 4 contoh mekanisme reaksi senyawa antioksidan dengan DPPH

BSS_205_1_3 - 5

Page 4: ekstraksi 1

Menurut Brand-Williams (1995) ada tiga langkah reaksi antara DPPH dengan zat antioksidan, dicontohkan senyawa monofenolat. Langkah pertama meliputi delokalisasi satu elektron pada gugus yang tersubstitusi para dari senyawa tersebut, kemudian memberikan atom hidrogen untuk mereduksi DPPH. Langkah berikutnya meliputi dimerisasi antara dua radikal fenoksil, yang akan mentransfer radikal hydrogen yang akan bereaksi kembali dengan radikal DPPH. Langkah terakhir adalah pembentukan komplek antara radikal aril dengan radikal DPPH. Pembentukan dimer maupun komplek antara zat antioksidan dengan DPPH tergantung pada kestabilan dan potensial reaksi dari struktur molekulnya, seperti terlihat pada gambar 4.

Berdasarkan mekanisme tersebut, maka dapat dikatakan bahwa senyawa antioksidan mempunyai sifat yang relatif stabil dalam bentuk radikalnya. Senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan dapat diprediksi dari golongan fenolat, flavonoid dan alkaloid, yang merupakan senyawa-senyawa polar.

Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH untuk mengetahui potensi ekstrak daun sirih merah sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidan merupakan kemampuan suatu senyawa atau ekstrak untuk menghambat reaksi oksidasi yang dapat dinyatakan dengan persen penghambatan. Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah harga konsentrasi efisien atau efficient concentration (EC50) atau Inhibition Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan % penghambatan 50%. Zat yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai harga EC50 atau IC50 yang rendah.

Hasil uji aktivitas antioksidan dengan metoda DPPH, menunjukan bahwa fraksi ekstrak etanol mempunyai aktivitas antioksidan paling tinggi dengan harga IC50 paling rendah yaitu 33,44 ppm, kemudian fraksi ekstrak etilasetat dengan harga IC50 sebesar 112,31 ppm dan yang terakhir fraksi ekstrak n-heksana dengan harga IC50 sebesar 267,819 ppm. Secara keseluruhan aktivitas antioksidan ekstrak daun sirih merah masih di bawah aktivitas antioksidan sintesis BHT (14,17 ppm) dan asam askorbat (15,10 ppm), hal ini karena ekstrak daun sirih merah bukan merupakan senyawa murni, tetapi masih mengandung senyawa-senyawa lain yang kemungkinan tidak mempunyai aktivitas antioksidan.

Golongan senyawa-senyawa fenolat, flavonoid dan alkaloid, yang berpotensi sebagai antioksidan yang merupakan senyawa-senyawa polar, akan terekstrak pada fraksi ekstrak etanol karena etanol merupakan pelarut yang polar. Fraksi ekstrak etilasetat terdapat senyawa-senyawa dengan kepolaran yang sedang dan memungkinkan juga mengekstrak sebagian kecil senyawa polar yang memiliki aktivitas antioksidan. Pada fraksi ekstrak n-heksana tidak menunjukkan aktivitas antioksidan, karena dimungkinkan hanya mengandung senyawa non polar, seperti minyak atsiri, lemak dan minyak. 4. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Ekstraksi bertahap dari daun sirih merah dapat memfraksinasi senyawa kandungan sirih merah sesuai kepolarannya.

2. Harga IC50 dari fraksi ekstrak etanol, etilasetat dan n-heksana berturut-turut 33,44 ppm, 112,31 ppm dan 267,819 ppm

3. Fraksi ekstrak etanol daun sirih merah berpotensi sebagai antioksidan. Urutan akktivitas antioksidan fraksi ekstrak etanol > etilasetat > n-heksana.

Ucapan Terima Kasih Terimakasih diucapkan kepada Program A2 Jurusan Kimia FMIPA UB. Daftar Pustaka Andarwulan, N., H. Wijaya, dan D.T. Cahyono, 1996, Aktivitas Antioksidan dari Daun Sirih (Piper

betle L), Teknologi dan Industri Pangan , VII, 1, 29-30

Athukorala, Y., K.N.Kim dan Y.J. Jeon, 2006, Antiproliferative and antioxidant properties of an enzymatic hydrolysate from brown alga, Ecklonia cava, Food and Chemical Toxicology 44 (2006) 1065–1074

BSS_205_1_4 - 5

Page 5: ekstraksi 1

Atta-ur-Rahman dan M.I. Choudhary, 2001, Bioactive Natural Products a Potential of Pharmacophores. A Theory of Memory, Pure Appl. Chem., 73, 555-560.

Bayoo, 2006, Sirih Merah : Sembuh Bukan Sekedar Impian, http://Trubus-online.com, diakses 26 Agustus 2006.

Brand-Williams, W., M.E. Cuvelier, dan C. Berset, 1995, Use of a Free RadicalMethod to Evaluate Antioxidant Activity, Lebensmittel-wissenschaft und Technologie, 28, 25-30.

Green, R.J., 2004, Antioxidant Activity of Peanut Plant Tissues, Thesis, Department of Food Science, North Caroline State University, Raleigh.

Gurav, S., N. Deshkar, V. Gulkari, N. Duragkar, Dan A. Patil, 2007, Free Radical Scavengeng Activityof Polygala chinensis Linn, Pharmacologyonline, 2 : 245-253.

Moein S., B. Farzami, S. Khaghani, M.R. Moein, dan B. Larijani, 2007, Antioxidant properties and prevention of cell cytotoxicity of Phlomis persica Boiss, DARU 2007 15(2) 83-88

Ryan dan Enny, 2006, Sirih Merah Atasi DM dan Tumor, http://Agrina-online.com, diakses 13 September 2006.

Sudewo, B., 2005, Basmi Penyakit dengan Sirih Merah, PT. AgroMedia Pustaka, Yogyakarta.

Thomas, 1993, Tanaman Obat Tradisional I, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

BSS_205_1_5 - 5