Ekstrak Bahan Alami
-
Upload
utami-wijaya -
Category
Documents
-
view
108 -
download
4
Transcript of Ekstrak Bahan Alami
EKSTRAK BAHAN ALAMI
(Laporan Praktikum Manajemen Kesehatan Ikan)
Oleh
Utami Wijaya
1114111056
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kerugian terbesar dalam akuakultur biasanya disebabkan oleh penyakit.
Kemunculan penyakit dalam budidaya disebabkan adanya ketidak seimbangan
antara inang, lingkuangan dan pathogen. Dalam pencegahan maupun pengobatan
biasanya masih mengandalakan penggunaan antibiotik. Sedangkan salah satu
dampak negatif dari penggunaan antibiotik apabila digunakan secara terus
menerus dan dengan dosis yang tidak tepat yaitu dapat menyebabkan bakteri
menjadi resistensi (Rukyati et al., 1992). Selain itu dikhawatirkan adanya dampak
residu setelah mengkonsumsi hasil budidaya.
Hal ini masih dapat ditanggulangi yaitu dengan melakukan pencarian antibiotik
yang berasal dari ekstrak bahan-bahan alami. Penggunaan antibakteri alami
sampai sekarang masih terbatas sehingga perlu diadakannya penelitian tentang
penggunaan bahan-bahan alami yang mengandung antibakteri alami. Indonesia
sebagai negara agraris yang memiliki iklim tropis memiliki banyak jenis tanaman
yang berkhasiat sebagai obat. Kelimpahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
pencarian antibakteri alami sehingga pengguanaan antibiotik kimia dapat
dikurangi.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum adalah agar mahasiswa mampu memanfaatkan
bahan-bahan alami sebagai kandidat antibakteri
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Daun Jengkol
Daun jengkol berkasiat sebagai obat eksim, kudis, luka dan bisul, kulit buahnya
digunakan sebagai obat borok. Biji, kortek daun jengkol mengandung saponin,
flavonoid dan tannin (Whitmore, 1978). Senyawa antibakteri dalam daun jengkol
merupakn senyawa yang tergolong dalam golongan senyawa terpenoid. Terpenoid
adalah suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan,
terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada tumbuhan senyawa-
senyawa golongan terpen turunannya merupakan hasil metabolisme sekunder.
Heyhe (1987) menyatakan bahwa terpen atau terpenoid aktif terhadap bakteri,
virus dan protozoa.
2.2. Daun Mangrove
Mangrove mempunyai peranan penting untuk meningkatkan kesuburan perairan
melalui serasah yang dihasilkan. Tumbuhan ini juga dilaporkan banyak
mengandung senyawa metabolit sekunder yang aktif sebagai senyawa
antimikrobial, misalnya pada akar terdapat senyawa Oktasil, Stigmasterol,
Benzoksazolin-2-one, Stigmasteril glukopiranosid, Saponin dan Flopaloid
(Kokpol and Chittawong, 1987 dalam pembususkan organ Nursal, 1998).
Tanin yang terdapat dalam ekstrak Aegiceras corniculatum merupakan senyawa
phenolik komplek yang dapat menghambat aktivitas bakteri sehingga tumbuhan
yang mengandung tanin sering digunakan dalam bidang farmasi karena tanin
mengandung asam tanik yang telah digunakan sebagai antiseptic (Hogarth, 1999).
2.3.Bawang Putih
Bawang putih mempunyai karakteristik utama, yaitu mempunyai metabolit
sekunder yang berupa senyawa organosulfur yang tinggi, diantara genus Allium
yang lain (Wargovich et al., 1996). Senyawa organosulfur mengandung belerang
yang menyebabkan rasa, aroma dan sifaat-sifat farmakologi bawang putih
(Ellmore dan Fekldberg, 1994). Bawang putih dapat digunakan dalam tiga bentuk,
yaitu tepung bawang putih (TBP), minyak bawang putih (MBP) dan ekstrak yang
ada dalam bahan alam tersari sempurna (Wahyuono, 2002).
Kandungan senyawa yang sudah diketemukan pada bawang putih diantaranya
adalah ”allicin” dan ”sulfur amonia acid alliin”. Sulfur amonia acid alliin ini oleh
enzim allicin lyase diubah menjadi piruvic acid, amonia, dan allicin anti mikroba.
Selanjutnya allicin mengalami perubahan menjadi ”diallyl sulphide”. Senyawa
allicin dan diallyl sulphide inilah yang memiliki banyak kegunaan dan berkhasiat
obat (Rukmana R. 1995). Bawang putih mempunyai aktivitas antikarsinogenik
(Le Bon dan Siess, 2000) yaitu melindungi jaringan dari proses karsinogenesis
(Surh et al., 1995). Adanya allicin yang mengandung molekul organosulfur
mampu melewati membran phospholipid dan melindungi membran sel bakteri
(Miron et al. 2000). Bawang putih (EBP) (Millner, 2001).
2.4. Daun Ketapang
Daun ketapang biasanya dikenal berkhasiat untuk menjaga kualitas air pada
kegiatan budidaya perikanan. Kulit kayu, buah, dan daun ketapang sudah
digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk
penyakit kulit, disentri, sakit kepala dan sakit perut pada anak-anak. Zat kimia
dalam ekstrak daun ketapang yang diduga bersifat antibakteri adalah tannin (Chee
Mun, 2003) dan flavonoid sehingga diharapkan mampu menjadi bahan alami
alternatif dalam pencegahan dan pengobatan penyakit MAS.
2.5. Daun Sambiloto
Dalam Prapanza, E. Dan Marianto, L.M. (2003), sambiloto dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Gamopetalae
Ordo : Personales
Famili : Acanthaceae
Subfamili : Acanthoidae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata Nees
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) adalah suatu jenis tanaman obat yang
banyak ditemukan di Indonesia dan diketahui dapat menghambat pertumbuhan
Aspergillus flavus pada isolat pakan serta dapat menghambat produksi aflatoksin
secara nyata (Kumar dan Prasad, 1992; Cahyadi, 1996).
Di dalam daun, kadar senyawa andrographolide sebesar 2,5-4,8% dari berat
keringnya (Prapanza, E. Dan Marianto, L.M., 2003). Ada juga yang mengatakan
biasanya sambiloto distandarisasi dengan kandungan andrographolide sebesar 4-
6%. Dalam Siripong et all ( 2003), Senyawa kimia lain yang sudah diisolasi dari
daun yang juga pahit yaitu diterpenoid viz. deoxyandro-grapholide-19β-D-
glucoside, dan neo-andrographolide.
Sultana et al (1995) menyatakan aktivitas hepatoprotektif suatu senyawa obat
seringkali berkaitan dengan sifat senyawa tersebut sebagai agen antioksidan dan
scavenger radikal bebas. Yang et al. (2001) telah melakukan penelitian dan
menyimpulkan bahwa aktivitas antioksidan flavonoid tergantung pada potensial
oksidasi senyawa tersebut dan struktur kimia flavonoid yang berperan dalam
aktivitas antioksidan adalah struktur O-dihidroksi pada cincin B, ikatan rangkap
pada C2 dan C3 yang terkonjugasi dengan gugus okso dan adanya gugus
hidroksil.
2.6. Daun Ketepeng
Tjitrosoepomo (1991) mengkalisifikasikan tumbuhan ketepeng cina sebagai
berikut :
Divisio : Angiospermae
Classis ( Kelas) : Dicotyledoneae
Ordo (Bangsa) : Rosales
Family (Suku) : Fabaceae
Genus (Marga) : Cassia
Spesies (Jenis) : Cassia alata L.
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu telah terbukti bahwa ekstrak daun
ketepeng cina berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur, juga mempengaruhi
perkembangan cacing perut, dapat mengatasi sembelit dan masih banyak lagi
prospek farmatik lainnya. Hal itu disebabkan oleh adanya kandungan zat
antimicrobial yang bersifat fungistatik di dalamnya, sehingga dapat menghambat
proses pemanjangan hifa (misellium) jamur dan akhirnya perkembangan jamur
pun menjadi terhambat.
2.7. Daun Sirih
Klasifikasi lengkap tanaman sirih menurut Koesmiati (1996) dalam Dwiyanti
(1996) adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatopyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper betle Linn
Daun sirih dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung 4,2% minyak
atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol yang merupakan isomer
Euganol allypyrocatechine, Cineol methil euganol, Caryophyllen (siskuiterpen),
kavikol, kavibekol, estragol dan terpinen (Sastroamidjojo, 1997). Sedangkan
menurut Tampubolon (1981) dalam Dwiyanti (1996), daun sirih mengandung
senyawa tanin, gula, vitamin, dan minyak atsiri. Minyak atsiri daun sirih yang
berwarna kuning kecokelatan mempunyai rasa getir, berbau wangi dan larut
dalamm pelarut organik seperti alkohol, eter, dan kloroform, serta tidak larut
dalam air (Soemarno, 1987 dalam Dwiyanti, 1996).
2.8. Buah Kecubung
Klasifikasi tanaman kecubung menurut Sugara (2008) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Datura
Spesies : Datura metel
Kecubung termasuk tumbuhan jenis perdu yang mempunyai pokok batang kayu
yang tebal. Buahnya hampir bulat yang salah satu ujungnya didukung oleh tangkai
tandan yang pendek dan melekat kuat. Buah kecubung, bagian luarnya dihiasi
duri-duri dan ukurannya bervariasi dan dalamnya berisi biji-biji kecil yang
berwarna kuning kecoklatan (Dalimartha, 2000; Thomas, 2003). Kecubung
mengandung alkaloid, zat lemak, steroid, fenol, saponin, tanin dan tritepen. Biji
dan buahnya mengandung alkaloida, saponin, tanin dan tritepen. Zat aktifnya
dapat menimbulkan halusinasi pada pemakainnya (Dalimartha, 2000).
Alkaloid yang terkandung dalam kecubung diperkirakan dapat merangsang
kelenjar endokrin untuk menghasilkan hormon ekdison; peningkatan hormon
tersebut dapat menyebabkan kegagalan metamorfosis (Aminah dkk, 1995).
Kecubung dimanfaatkan sebagai obat tradisional, diantaranya sebagai obat pada
penderita asma, reumatik, sakit pinggang, pegel linu, bisul, eksim, sakit gigi, sakit
perut bagian atas, bengkak (obat luar), ketombe (obat luar), sulit buang air besar
(obat luar), terkilir (obat luar) (Ipteknet, 2005).
2.9. Bakteri Aeromonas hydrophila
Berikut adalah klasifikasi Aeromonas sp. (Holt et. al. 1994):
Filum : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Pseudanonadeles
Family : Vibrionaceae
Genus : Aeromonas
Spesies : Aeromonas hydrophila
Bakteri Aeromonas hydrophila memiliki kemampuan osmoregulasi yang tinggi
dimana mampu bertahan hidup pada perairan tawar, perairan payau dan laut yang
memiliki kadar garam tinggi dengan penyebaran melalui air, kotoran burung,
saluran pencernaan hewan darat dan hewan amfibi serta reptil (Mangunwardoyo
et al., 2010). Bakteri Aeromonas hydrophila, merupakan bakteri negatif, dianggap
sebagai salah satu bakteri patogen yang paling penting pada hewan air di daerah
beriklim sedang, seperti ikan yang sakit, belut, katak, dan kura-kura. Selain itu
bakteri A. hydrophila dilaporkan sebagai salah satu spesies Aeromonas paling
umum yang terkait dengan penyakit usus pada manusia (Esteve et al., 2004). A.
Hydrophila tidak dapat diisolasi pada suhu lebih besar dari 450C, kepadatan
tertinggi terjadi pada 350C, sepanjang gradien termal mulai dari 20
0C sampai
720C. PH air tampaknya tidak memainkan peran penting dalam distribusi A.
hydrophila, karena bakteri dapat diisolasi selama rentang pH seluruh sampel (5,2-
9,8). Bakteri Aeromonas hydrophila tidak mampu tumbuh pada pH lebih rendah
dari 4 atau lebih tinggi dari 10 (Hazen et al., 2011).
2.10. Bakteri Aeromonas salmonicida
Soeripto (2002) menyatakan bahwa vaksin Aeromonas yang digunakan untuk
mencegah penyakit berhasil menurunkan penggunaan antibakteria secara drastis.
Vaksin yang baik adalah vaksin yang stabil dan imunogenisitasnya tidak mudah
berkurang (Radji, 2010). Salah satu cara untuk memperkuat system
imunogenisitas vaksin adalah dengan penambahan adjuvant.
2.11. Bakteri Vibrio Harveyi
Spesies Vibrio harveyi umumnya menyerang larva udang dan penyakitnya disebut
vibriosis (Lavilla-Pitogo et al., 1995). Dalam keadaan normal bakteri Vibrio sp.
berada dilingkungan pemeliharaan dan bersimbiosis dengan ikan air laut. Kondisi
lingkungan memungkinkan, Vibrio sp. tertentu berubah menjadi bersifat
patoghenik (Sunaryanto et al., 1987 dalam Naiborhu, 2002). Serangan ditandai
adanyapendaran cahaya pada tubuh larva udang saat gelap. Tanda-tanda lain yang
diperhatikan akibat serangan penyakit ini yaitu bercak-bercak merah pada tubuh
udang, pergerakan lambat, bentuk tidak normal dan nafsu makan menurun
(Panjaitan, 1991).
2.12. Bakteri Bacillus sp.
Bakteri dari Genus Bacillus memainkan peranan utama dalam perkembangan
industri. Karena mempunyai sifat yang mudah dipelihara dan dikembangbiakkan
juga mempunyai karakter yang beraneka ragam yaitu psikrofilik, mesofilik,
termofilik di samping itu alkalofilik, neutrofilik dan asidofilik. Bacillus
licheniformis menghasilkan beberapa enzim ekstraseluler yaitu (J,- amilase,
amino peptidase, protease metal, ~-laktamase, endo- N-asetilglukoaminidase dan
lipase.
2.13. Uji Zona Hambat
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat pertumbuhannya
akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk
menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik.
Contohnya: tetracycline, erytromycin, dan streptomycin. Tetracycline merupakan
antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri secara luas (Pelczar, 1986).
2.14. Uji Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
Uji MIC dilakukan dengan cara mengencerkan secara berseri dari stok ekstrak
bahan alami dengan metode disk diffusion pada agar lapis ganda (double layer
agar) (Horikawa et al., 1999).
2.15. Uji Toksisitas dengan Brine Shrimp Test (BST)
Metode BST merupakan uji yang dilakukan secara in vivo pada larva artemia
salina (Vlientinck and Apers, 2001).
III. METODELOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Pada praktikum ekstrak bahan-bahan alami untuk pengobatan ikan dilaksanakan
pada tanggal 20 September sampai 31 Oktober 2013 di Laboratorium Perikanan
Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut bahan
alami (daun ketapang, daun ketepeng, daun sambiloto, daun sirih, daun mangrove,
daun jengkol, bawang putih, buah kecubung), bakteri (Aeromonas hydrophila,
Aeromonas salmonicida, Vibrio harvey, Bacillus sp.), methanol, medium TSB,
pisau dapur, alas pemotong (telenan), mortar dan homogenizer, mikropipet, blue
tp dan yellow tip, tabung reaksi, sentrifuse, botol Falcon, vortex, serta
Spektofotometer.
3.3. Metode Kerja
Adapun metode yang dilakukan pada praktikum yaitu sebagai berikut:
Ekstraksi Kasar Bahan Alami
a. Bahan-bahan alami dicuci dengan air tawar dan dikeringkan.
b. Bahan alami selanjutnya dipotong kecil-kecil dengan pisau.
c. Timbang hingga 50 g.
d. Bahan alami dihomogenizer dengan mortar selama 10 menit dan
diselingi dengan penambahan methanol dengan perbandingan 1: 4
(w/v).
e. Bahan alami dimasukkan kedalam tabung falcon kemudian di
sentrifus dengan kecepatan 4500 rpm selama 20 menit.
f. Supernatant diambil dan dimasukkan kedalam tabung falcon yang
baru.
Uji Zona Hambat
Uji zona hambat dilakukan dengan metode difusi (Diffusion Test)
menggunakan kertas cakram. Sebanyak 20 µl isolate cair Vibrio harvey
masing-masing dengan kepadatan 107 cfu/ml, diteteskan pada media TSA
lalu diratakan dengan spreader. Kertas cakram dengan diameter 6 mm yang
telah direndam di dalam ekstrak bahan aktif pada konsentrasi 10. 20, 30, 40,
50 dan 60 mg/l selama 15 menit. Kemudian diletakkan pada permukaan
media TSA. Kontrol positif dilakukan dengan memberikan kertas cakram
berisi antibiotic oxytetracycline, sedangkan kontrol negative berupa kertas
cakram netral.lalu di inkubasi selama 18-24 jam. Setelah itu, diamati dan di
ukur diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar kertas cakram tersebut.
Uji Minimum Inhibitory Concetration (MIC)
Uji MIC dilakukan dengan pengenceran menyiapkan tabung reaksi steril dan
dimasukkan 4,5 ml media TSB ke dalam masing-masing tabung reaksi.
Ekstrak bahan-bahan alami dengan konsentrasi 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10%
dan kontrol, kontrol positif berupa antibiotic oxytetracycline, sedangkan
kontrol negative hanya diberi bakteri Vibrio harveyi yang dimasukkan pada
masing-masing tabung reaksi sebanyak 0,5 ml. kemudian ditambahkan
suspensi bakteri dengan kepadatan 107cfu/ml sebanyak 0,1 ml dan di vortex
hingga homogeny. Diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Pengamatn uji
MIC dilakukan dengna cara menghitung kepadtan bakteri dengan
menggunakan spektofotometer berdasarkan standar MCFarland.
Uji Toksisitas dengan Brine Shrimp Lethality Test (BST)
Uji toksisitas menggunakan larva artemia sebanyak 10 ekor yang berumur 2
hari, kemudian dimasukkan kedalam botol film yang sudah diisi dengan
sampel konsentrasi masing-masing 0, 1, 2 dan 4 x MIC (tiap perlakuan
dengan 2 ulangan). Larva yang mati diamati dan dihitung dengan bantuan
kaca pemebsar setelah 24 jam.
Mortalitas =
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Uji Zona Hambat
Kelompok Ekstrak Diameter (cm)
1 Daun jengkol 0,5
2 Mangrove 0.6
3 Bawang putih 1,5
4 Ketapang 2.07
5 Sambiloto 1.1
6 Ketepeng 0.6
7 Daun Sirih 2
8 Buah Kecubung 0
Tabel 2. Hasil Uji MIC
Konsentrasi Nilai Absorbansi Kepadatan Bakteri
2,5 % 0,824 A 2,15954 x 109
5 % 0,715 A 1,86851 x 109
7,5 % 0,301 A 0,76313 x 109
10% 0,181 A 0,44273 x 109
Kontrol 0,688 A 1,79642 x 109
Tabel 3. Hasil Uji Toksisitas/Mortalitas Bakteri
Kelompok Konsentrasi Mortalitas
1 0 % 80%
2,5 % 100%
5 % 100%
7,5 % 100%
10 % 100%
2 0 % 70%
2,5 % 100%
5 % 100%
7,5 % 100%
10% 100%
3 0 % 70%
2,5 % 100%
5 % 100%
7,5 % 100%
10% 100%
4 0 % 100%
2,5 % 100%
5 % 90%
7,5 % 80%
10% 100%
5 0 % 78 %
2,5 % 90 %
5 % 100 %
7,5 % 100 %
10% 100 %
6 0 % 80%
2,5 % 90%
5 % 100%
7,5 % 100%
10% 100%
7 0 % 78%
2,5 % 90%
5 % 100%
7,5 % 100%
10% 100%
8 0 % 70 %
2,5 % 100 %
5 % 100 %
7,5 % 100 %
10% 100 %
4.2. Pembahasan
Dari hasil pengamatan diperoleh hasil uji zona hambat dari bakteri Bacillus sp.
yang memiliki diameter terbesar adalah dengan menggunakan ekstrak daun sirih
sedangkan yang tidak memiliki zona hambat adalah ekstrak buah kecubung.
Dimana menurut Sastroamidjojo (1997), daun sirih dapat digunakan sebagai
antibakteri karena mengandung 4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri
dari betephenol yang merupakan isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol
methil euganol, Caryophyllen (siskuiterpen), kavikol, kavibekol, estragol dan
terpinen. Sedangkan kecubung mengandung alkaloid, zat lemak, steroid, fenol,
saponin, tanin dan tritepen. Biji dan buahnya mengandung alkaloida, saponin,
tanin dan tritepen. Zat aktifnya dapat menimbulkan halusinasi pada pemakainnya
(Dalimartha, 2000). Sehingga ekstrak daun sirih lebih efektivitas dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Bacilus sp.
Untuk hasil uji MIC nilai kepadatan bakteri tertinggi adalah pada konsentrasi
2,5% dengan kepadatan 2,15954x109 cfu/ml sedangkan kepadatan bakteri
terendah adalah pada konsentrasi 10% dengan kepadatan 0,44273x109 cfu/ml.
Sedangkan untuk uji toksisitas, Artemia sp. yang tingkat mortalitasnya tinggi pada
konsentrasi 10%. Kemungkinan hal tersebut akibat kadar dosis yang terlalu tinggi
untuk Artemia dapat hidup sehingga ekstrak bersifat toksik bagi Artemia.
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Ekstrak yang paling baik dalam zona hambat adalah ekstrak daun sirih
yang merupakan tumbuhan antibakteri.
b. Kepadatan bakteri terendah adalah pada konsentrasi 10% dengan
kepadatan 0,44273x109 cfu/ml.
c. Tingkat mortalitas tertinggi adalah pada konsentrasi 10%.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Kelompok Konsentrasi Angka
Hidup
Angka
Mati
Akumulasi
Mati
Akumulasi
Hidup
Akumulasi
Mati/Total
1 0% 2 8 8 2 0,8
2,5% 1 9 17 2 0,1
5% 0 10 27 2 1
7,5% 0 10 37 2 1
10% 0 10 47 2 1
2 0% 3 7 7 3 0,7
2,5% 0 10 17 3 1
5% 0 10 27 3 1
7,5% 0 10 37 3 1
10% 0 10 47 3 1
3 0% 3 7 7 3 0,7
2,5% 0 9 17 3 1
5% 0 10 27 3 1
7,5% 0 10 37 3 1
10% 0 10 47 3 1
4 0% 0 10 10 3 1
2,5% 0 10 20 3 1
5% 1 9 29 3 0,1
7,5% 2 8 37 3 0,2
10% 0 10 47 3 1
5 0 % 3 7 7 4 0,78
2,5 % 1 9 16 4 0,9
5 % 0 10 26 4 1
7,5 % 0 10 36 4 1
10 % 0 10 46 4 1
6 0% 2 8 8 2 0,8
2,5% 1 9 17 2 0,1
5% 0 10 27 2 1
7,5% 0 10 37 2 1
10% 0 10 47 2 1
7 0% 3 7 7 4 0,78
2,5% 1 9 16 4 0,9
5% 0 10 26 4 1
7,5% 0 10 36 4 1
10% 0 10 46 4 1
8 0% 3 7 7 3 0,7
2,5% 0 10 17 3 1
5% 0 10 27 3 1
7,5% 0 10 37 3 1
10% 0 10 47 3 1