EKSTERNALITAS A. Kegiatan Belajar
Transcript of EKSTERNALITAS A. Kegiatan Belajar
51
EKSTERNALITAS
A. Kegiatan Belajar
- Eksternalitas Produksi dan Konsumsi
- Dampak Ekternalitas Terhadap Biaya
- Pajak Untuk Mengatasi Ekternalitas
- Pemberian Subsidi
B. Capaian Pembelajaran
Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan belajar pada modul ini mahasiswa
diharapkan mampu memahami eksternalitas produksi dan konsumsi, dampak ekternalitas
terhadap biaya, pajak untuk mengatasi ekternalitas, pemberian subsidi.
Untuk membantu saudara dalam melakukan pembelajaran, maka dalam modul ini
disiapkan soal latihan baik dalam bentuk essay maupun pilihan ganda. Saudara dapat
mengerjakan soal-soal tersebut guna mengetahui kemampuan saudara dalam penguasaan
materi dalam modul ini
C. Proses Pembelajaran
4.1. Eksternalitas Produksi dan Konsumsi
Dalam suatu perekonomian setiap aktivitas mempunyai keterkaitan dengan
aktivitas lainnya dan semakin modern suatu perekonomian semakin besar dan semakin
banyak kaitannya dengan kegiatan-kegiatan lainnya. Apabila semua keterkaitan antara
suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau
melalui suatu sistem, maka keterkaitan antar berbagai aktivitas tersebut tidak
menimbulkan masalah. Akan tetapi banyak pula keterkaitan antarkegiatan yang tidak
52
melalui mekanisme pasar sehingga timbul berbagai macam masalah. Keterkaitan suatu
kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar adalah apa yang
disebut dengan eksternalitas. Analisa permintaan dan penawaran dapat menjelaskan
bahwa suatu tindakan dapat mempengaruhi kesejahteraan orang lain.
Dalam literatur asing, efek samping mempunyai istilah seperti: external effects,
externalities, neighboorhood effects, side effects, spillover effects. Sebagaimana telah
dijelaskan pada bab terdahulu, efek samping dari suatu kegiatan atau transaksi ekonomi
bisa positif (positive external effects, external economic) maupun negatif (negative
external effects, external diseconomic). Dalam kenyataannya, baik dampak negatif
maupun efek positif bisa terjadi secara bersamaan dan simultan. Dampak yang
menguntungkan misalnya seseorang yang membangun sesuatu pemandangan yang indah
dan bagus pada lokasi tertentu mempunyai dampak positif bagi orang sekitar yang
melewati lokasi tersebut.
Sedangkan dampak negatif misalnya polusi udara, air dan suara. Ada juga
ekternalitas yang dikenal sebagai eksternalitas yang berkaitan dengan uang (pecuniary
externalities) yang muncul ketika dampak eksternalitas itu disebabkan oleh
meningkatnya harga. Misalnya, suatu perusahaan didirikan pada lokasi tertentu atau
kompleks perumahan baru dibangun, maka harga tanah tersebut akan melonjak tinggi.
Meningkatnya harga tanah tersebut menimbulkan dampak external yang negatif terhadap
konsumen lain yang ingin membeli tanah disekitar daerah tersebut.
Jadi suatu fakta bahwa tindakan seseorang dapat mempengaruhi orang lain
tidaklah berarti adanya kegagalan pasar selama pengaruh tersebut tercermin dalam harga-
harga sehingga tidak terjadi ketidakefisienan dalam perekonomian. Yang dimaksud
dengan eksternalitas hanyalah apabila tindakan seseorang mempunyai dampak terhadap
orang lain (atau segolongan orang lain) tanpa adanya kompensasi apapun juga sehingga
timbul inefisiensi dalam alokasi faktor produksi.
53
Gambar 31
Produksi Eksternalitas Negatif
Pada gambar di atas sumbu tegak merupakan harga Aluminium, sedangkan sumbu
datar merupakan jumlah Aluminium yang tersedia di pasar. Pada kondisi ini terlihat
bahwa harga keseimbangan terjadi di QMARKET. Akan tetapi ada biaya ekternalitas yang
harus di perhitungkan karena adanya polusi dari pabrik tersebut.
54
Gambar 32
Produksi Eksternalitas Negatif
Pada harga H1X1, adalah solusi yang optimal jika tidak terjadi dampak
eksternalitas. Selisih antara MSC dengan PMC adalah MEC. Segi tiga abd memberikan
gambaran tentang jumlah biaya eksternal yang timbul. Dilain pihak pembuatan industry
robot yang dirancang untuk melakukan kegiatan tertentu sangat bermanfaat untuk
kemajuan tehnologi. Sebuah perusahaan yang mampu membuat robot tidak hanya
menguntungkan perusahaan yang bersangkutan, namun juga masyarakat secara
keseluruhan karena pada akhrnya rancangan itu akan menjadi pengetahuan umum yang
bermanfaat (lihat gambar di bawah ini).
55
Gambar 33
Produksi Eksternalitas Positif
Pada harga H0Q2, adalah solusi yang optimal jika tidak terjadi dampak
eksternalitas. Selisih antara MSC dengan PMC adalah MEC. Segi tiga abd memberikan
gambaran tentang jumlah manfaat eksternal yang timbul.
56
Gambar 34
Produksi Eksternalitas Positif
Dalam hal eksternalitas consumsi positif, adalah konsumsi pendidikan. Semakin
banyak orang yang terdidik, masyarakat atau pemerintahnya akan diuntungkan.
Pemerintah akan lebih mudah merekrut tenaga-tenaga cakap, sehingga pemerintah lebih
mampu menjalankan fungsinya dalam melayani masyarakat.
57
Gambar 35
Konsumsi Eksternalitas Positif
Konsumsi minuman beralkohol misalnya, mengandung eksternalitas negatif jika
si peminum lantas mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk atau setengah mabuk,
sehingga membahayakan pemakai jalan lainnya. Eksternalitas dalam konsumsi ini juga
ada yang bersifat negative, sehingga produksi alkohol harus ditekan (lihat gambar di atas).
58
Gambar 36
Konsumsi Eksternalitas Negatif
Dari penjelasan beberapa gambar di atas timbul pertanyaan apakah keseimbangan
pasar yang memperhitungkan efek eksternal dapat terealisasikan. Efisiensi ekonomi akan
tercapai bila Marginal Sosial Cost (MSC) = Marginal Sosial Bonefit (MSB). Padahal
seorang pengusaha tidak pernah memperhitungkan Marginal External Benefit (MEB) dan
Marginal External Cost (MEC) dalam menentukan harga dan jumlah barang yang
dihasilkannya. Karena itu, seorang pengusaha menentukan harga produk dan tingkat
59
produksi pada suatu tingkat di mana Marginal Privat Cost (MPC) = Marginal Private
Benefits (MPB) atau (MEC = 0; dan MEB = 0). Apabila dalam melakukan kegiatan
produksi timbul suatu eksternalitas negatif, maka MEC > 0 sedangkan
MEB = 0. Ini berarti MPC < MSC, sehingga ada kecenderungan pengusaha berproduksi
pada tingkat yang terlalu besar, karena perhitungan biayanya menjadi terlalu murah
dibandingkan dengan biaya yang harus dipikul oleh seluruh masyarakat. Jadi di sini kita
lihat bahwa pada kasus eksternalitas yang negatif MSC = PMC + MEC > MSB, sehingga
produksi haruslah dikurangi agar efisiensi produksi ditinjau dari seluruh masyarakat
mencapai optimum.
4.2. Dampak Ekternalitas Terhadap Biaya
Bagaimana solusi bahwa swata mampu mengatasi masalah eksternalitas? Ada
sebuah pemikiran yang disebut teorema Coase (Coase therem) mengambil nama
perumusnya yakni ekonom Ronald Coase yang menyatakan bahwa solusi swasta bisa
sangat efektif seandainya memenuhi satu syarat. Syarat itu adalah pihak-pihak yang
berkepentingan dapat melakukan negosiasi atau merundingkan langkah-langkah
penanggulangan masalah ekternalitas yang ada diantara mereka, tanpa menimbulkan
biaya khusus yang memberatkan alokasi sumber daya yang sudah ada. Menurut teorema
Coase, hanya jika syarat itu terpenuhi, maka pihak swasta itu akan mampu mengatasi
masalah eksternalitas dan meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya. Untuk lebih
memahami makna teorema Coase, simaklah contoh berikut:
Di sebuah kota tinggal seseorang bernama A bersama anjingnya. Anjing terus-
terusan menggonggong sehingga sangat mengganggu B yang bertetangga dengan A. A
memetik manfaat dengan memelihara anjing tersebut, berupa rasa aman dan nyaman.
Namun pemeliharaannya atas anjing tersebut menimbulkan eksternalitas negatif
terhadap B. Haruskah A dipaksa mengirim anjing ke lokasi khusus penitipan hewan,
ataukah B yang harus dipaksa rela begadang sepanjang malam karena tidak bisa tidur
akibat gonggongan anjing tersebut?
Pertama-tama, kita perkirakan dahulu seperti apa pemecahannya secara sosial
(untuk semua pihak). Ada dua alternatif yang perlu dipertimbangkan dan untuk itu
÷÷ø
öççè
æ<
¶¶ 0vj
h
fx
60
diperlukan perhitungan atas seberapa banyak nilai keuntungan bagi A dengan
memelihara anjing, dan berapa kerugian yang harus ditanggung B. Jika keuntungannya
melebihi kerugiannya maka pemecahan yang efisien secara sosial adalah A dibiarkan
terus memelihara anjingnya, sedangkan B harus rela tidur diiringi gonggongan anjing.
Sebaliknya, jika nilai kerugiannya melampaui nilai keuntungannya, maka A harus
menyingkirkan anjingnya. Menurut teorema Coase, pasar swasta dapat menciptakan
sendiri pemecahan yang efisien. Bagaimana caranya? Sebagai satu contoh, B dapat
menawarkan sejumlah uang kepada A agar menyingkirkan anjingnya. A akan
menerima tawaran itu, jika uang yang ditawarkan melebihi nilai keuntungannya dalam
memelihara anjing tersebut. Melalui tawar menawar, A dan B akhirnya akan dapat
menyepakati jumlah imbalan yang dapat diterima kedua belah pihak, dan seandainya
kesepakatan tersebut benar-benar dapat dicapai, maka itu berarti mereka dapat
menciptakan sendiri pemecahan atas masalah eksternalits yang mereka hadapi.
Semua uraian dalam contoh di atas, tentu saja bertumpu pada asumsi bahwa A
secara hukum memang dibenarkan memelihara anjingnya yang berisik itu, sehingga B
tidak bisa mengganggu gugat. Artinya, kita berasumsi bahwa A dapat memelihara
anjing dengan bebas, dan B harus memberinya imbalan agar A menyingkirkan
anjingnya itu secara sukarela. Lantas bagaimana jika ternyata hukum berpihak pada
B, atau jika B secara hukum berhak untuk menikmati ketenangan dan ketentraman di
rumahnya sendiri.
Menurut teorema Coase, distribusi awal hak atau perlindungan hukum itu tidak
menjadi persoalan, karena tidak ada pengaruhnya terhadap kemampuan pasar dalam
mencapai hasil yang efisien. Misalkan saja, B secara hukum dapat menggugat A agar
menyingkirkan anjingnya. Dalam kasus ini, hukum berpihak pada B, namun hasil
akhirnya tidak akan berubah. Dalam kasus ini, A dapat menawarkan sejumlah imbalan
kepada B agar ia dapat terus memelihara anjingnya. Andaikata nilai keuntungan A
lebih besar daripada kerugian B, maka keduanya akan dapat mencapai suatu
kesepakatan yang memungkinkan A terus memelihara anjingnya.
Jadi, terlepas dari distribusi hak pada awalnya, A dan B tetap berpeluang
mencapai kesepakatan. Meskipun demikian, soal distribusi hak itu bukannya sama
sekali tidak relevan, karena distribusi awal itulah yang menentukan distribusi
kesejahteraan ekonomi. Jika A yang memiliki hak awal untuk memelihara anjing,
61
maka B lah yang harus memberi imbalan dalam kesepakatan yang mereka buat.
Sebaliknya, jika B yang mempunyai hak awal untuk hidup tenang, maka A yang harus
memberi imbalan. Namun dalam kedua kasus ini, kesepakatan tetap dapat dibuat
dalam rangka mengatasi masalah eksternalitas. Pada akhirnya, A hanya akan terus
memelihara anjingnya jika nilai keuntungannya melebihi nilai kerugiannya.
Jadi teori Coase ini muncul karena tidak jelasnya hak pemilikan suatu barang
sehingga menimbulkan masalah eksternalitas. Contoh lain yang dapat dikemukakan
adalah adanya sebuah pabrik aluminium yang membuang limbahnya ke dalam sebuah
sungai sedangkan di sebelah hilir sungai ada pabrik es yang menggunakan air sungai
untuk membuat es. Tindakan pabrik aluminium tersebut menyebabkan pabrik es harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk menjernihkan air sungai dan biaya tambahan ini
besarnya tergantung tingkat pencemaran air sungai yang disebabkan oleh tindakan pabrik
aluminium tersebut. Kenapa pabrik aluminium tersebut membuang limbahnya ke sungai
dan tidak memproses terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai?
Ini disebabkan karena tidak adanya kejelasan mengenai siapa yang berhak atas
aliran sungai di atas, sehingga semua orang akan menganggap bahwa aliran sungai
merupakan barang umum yang dapat dilakukan apapun terhadapnya. Menurut Coase,
apabila pabrik es diberi hak milik atas aliran sungai tersebut maka pemilik pabrik es dapat
menuntut pabrik aluminium untuk membayar atas tindakannya yang menyebabkan polusi
air sungai. Pembayaran tersebut akan masuk ke dalam kalkulasi harga aluminium
sehingga pabrik aluminium mempunyai inisiatif untuk tidak menimbulkan polusi terlalu
banyak.
Kurva OE menunjukkan besarnya ganti rugi yang harus dibayar oleh pabrik
aluminium kepada pabrik es karena menimbulkan polusi air sungai. Kita asumsikan
tingkat polusi tergantung pada tingkat produksi aluminium dan ganti rugi menjadi
semakin besar dengan semakin banyaknya polusi yang ditimbulkan. Besarnya polusi pada
tiap tingkat produksi ditunjukkan oleh kurva berikut:
62
Gambar 37
Dampak Eksternalitas Terhadap Biaya
Pabrik aluminium tersebut apabila tidak diharuskan membayar ganti rugi karena
polusi yang ditimbulkannya akan menetapkan tingkat produksi di mana MC = MR.
Apabila pabrik tersebut dalam berproduksi mempunyai tujuan laba maksimum, maka
tingkat produksi yang ditetapkannya adalah pada OX0 dan harga sebesar OP0. Adanya
pembayaran ganti rugi polusi menyebabkan biaya total pabrik aluminium menjadi lebih
mahal, sehingga kurva biaya rata-rata bergeser ke atas dari AC0 ke AC1. Karena besarnya
ganti rugi polusi tergantung pada jumlah produksi maka ganti rugi tersebut merupakan
biaya variabel sehingga kurva biaya marginal juga bergeser ke atas dari MC0 ke MC1.
Akibatnya jumlah aluminium yang dihasilkan menjadi lebih sedikit (OX1) sedangkan
harganya menjadi bertambah mahal (OP1). Pada kenyataannya produsen tidak akan
memperhitungkan biaya polusi yang ditimbulkannya sehingga output yang efisien (OX1)
tidak akan tercapai secara otomatis melalui mekanisme pasar. Mekanisme pasar akan
63
dapat mengatasi pencapaian output yang efisien apabila ada kejelasan mengenai hak
pemilikan atas aliran sungai.
Apabila hak pemilikan atas aliran sungai diberikan kepada pabrik aluminium,
maka pabrik tersebut merasa bebas untuk membuang limbahnya ke sungai. Pabrik es yang
menggunakan air sungai akan mengadakan perjanjian dengan pabrik aluminium agar
pabrik aluminium mau mengurangi produksinya (atau mengurangi polusi yang
ditimbulkan) dengan suatu jumlah pembayaran tertentu. Apabila kerugian karena
pengurangan produksi aluminium lebih kecil dari jumlah uang yang dibayarkan, maka
pabrik aluminium akan bersedia untuk mengurangi produksi aluminiumnya. Menurut
Coase kepada siapa hak milik atas aliran sungai akan diberikan, apakah kepada penyebab
polusi atau kepada penderita akibat polusi, tidak menjadi soal karena pemberian hak milik
kepada siapapun akan menyebabkan terjadinya alokasi sumber-sumber ekonomi yang
efisien. Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar dibawah ini.
Gambar 38
Analisis Coase
64
Kurva MB menunjukkan keuntungan marginal perusahaan pada setiap jumlah
hasil produksi yang terjual, sedangkan kurva PMC menunjukkan biaya marginal pada
setiap tingkat produksi. Kurva MD menunjukkan besarnya kerugian yang ditanggung
oleh masyarakat. Apabila hak milik diberikan kepada penyebab polusi (misalnya pabrik
aluminium), maka pabrik tersebut akan menentukan tingkat produksi sebesar OX1, yaitu
di mana MB = PMC sedangkan output yang optimal bagi seluruh masyarakat sebesar
pada OX0 yaitu di mana MB = PMC + MD. Karena hak milik sungai berada pada pabrik
aluminium, maka pihak yang menderita akibat polusi (dalam hal ini pabrik es) akan
mengadakan negosiasi dengan pabrik aluminium agar bersedia mengurangi polusi dengan
cara mengurangi produksi aluminium dengan suatu pembayaran. Pabrik aluminium akan
bersedia mengurangi produksi apabila jumlah uang yang dibayar oleh pabrik es lebih
besar dari pada MB - PMC (Harga > MB - PMC) sedangkan pabrik es bersedia
mengadakan negosiasi apabila jumlah pembayaran lebih sedikit dari pada kerugian akibat
polusi (Harga < MD). Jadi negosiasi akan terjadi apabila kesediaan untuk membayar lebih
besar daripada biaya yang hilang karena pengurangan produksi, atau MD > MB - PMC.
Pada tingkat produksi sebesar OX1, MB-PMC = 0(DX1-DX1), sedangkan pada
MD>0 yaitu sebesar EX1. Karena itu pada produksi sebesar OX1 terdapat kemungkinan
adanya negosiasi di antara kedua pihak. Pada tingkat produksi sebesar OX0; MB = AX0,
PMC = BX0 dan MD = CX0 = AB, sehingga MD = MB - PMC (CX0 = AB = AX0 – BX0)
sehingga OX1 merupakan tingkat produksi optimum. Sebaliknya pada tingkat produksi
sebesar OX2 kerugian yang diderita oleh pabrik aluminium karena pengurangan produksi
sebesar GH (MB - PMC). Karena GH > FX2, maka pabrik aluminium tidak bersedia untuk
mengurangi produksinya. Jadi kita lihat bahwa apabila pihak penyebab polusi yang
diberikan hak milik, maka negosiasi antara kedua pihak akan menyebabkan produksi
aluminium yang optimum, yaitu pada OX0.
Apabila hak milik sungai diberikan pada pihak penderita polusi (pabrik es) maka
pabrik aluminium akan membayar hak untuk membuang limbah ke sungai. Pihak pabrik
es bersedia memberikan hak tersebut apabila jumlah yang dibayar oleh pabrik aluminium
lebih besar dari pada MD (Harga > MD). Pabrik aluminium bersedia membayar apabila
jumlah yang dibayar lebih kecil daripada MB - PMC (Harga < MB - PMC).
65
Misalnya pada produksi aluminium sebesar OX2 minimum jumlah uang yang
harus dibayar oleh pabrik aluminium adalah sebesar FX2 sedangkan pabrik aluminium
tersebut mau membayar maksimum sebesar GH (MB - PMC). Jadi jumlah yang mau
dibayarkan lebih besar dari maksimum pembayaran yang diminta sehingga hak polusi
akan diberikan. Sebaliknya pada tingkat produksi sebesar OX1 minimum jumlah
pembayaran adalah sebesar EX1, sedangkan pabrik aluminium tidak bersedia membayar
sama sekali. Karena itu pada tingkat produksi OX1, hak untuk membuang limbah tidak
diberikan oleh pabrik aluminium. Dengan analisa serupa dapat kita lihat bahwa apabila
hak milik sungai diberikan kepada pabrik es, kalkulasi untung-rugi menunjukkan jumlah
output yang optimum akan tercapai pada OX0.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mengatasi masalah eksternalitas yang
penting adalah ketegasan mengenai hak pemilikan, sebab dengan diketahuinya hak
pemilikan secara tegas maka mekanisme pasar akan dapat membuat alokasi sumber-
sumber ekonomi yang efisien. Siapapun yang mempunyai hak milik pihak penyebab
polusi atau pihak penderita. Teori Coase mengenai eksternalitas di atas dapat
dilaksanakan hanya untuk masalah-masalah di mana pihak-pihak yang terlibat jumlahnya
sedikit sehingga dapat dilakukan negosiasi antara kedua belah pihak. Pada umumnya
dalam kenyataan pihak yang tersangkut dalam eksternalitas jumlahnya besar.
Misalnya pada masalah pencemaran air sungai. Kenyataannya, yang
mencemarkan air sungai jumlahnya banyak sekali, selain pabrik-pabrik juga rumah-
rumah penduduk yang membuang sampah ke dalam sungai. Untuk melaksanakan
negosiasi, pemilik sungai harus mampu menghitung jumlah polusi yang dilakukan dan
mengenakan denda polusi kepada setiap orang/pabrik. Selain itu pihak yang terkena
akibat polusi juga banyak sekali (baik pabrik maupun orang), sehingga biaya untuk
mengadakan negosiasi menjadi sangat mahal. Teori Coase yang sangat baik pada
kenyataannya tidak dapat dilaksanakan dalam kenyataan sehari-hari (tidak feasible),
sehingga untuk mengatasi masalah polusi diperlukan campur tangan pemerintah. Dalam
hal ini pemerintah dapat membuat alokasi sumber-sumber ekonomi menjadi efisien
dengan menggunakan beberapa cara lain, yaitu dengan pajak, subsidi, memberikan hak
dengan sistem lelang atau dengan peraturan.
66
Jadi, dapat disimpulkan bahwa : Teorema Coase menyatakan bahwa pelaku-
pelaku ekonomi pribadi/swasta, dapat mengatasi sendiri masalah eksternalitas yang
muncul diantara mereka. Terlepas dari distribusi hak pada awalnya, pihak-pihak yang
berkepentingan selalu berpeluang mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua
pihak, dan merupakan pemecahan yang efisien.
4.3. Pajak Untuk Mengatasi Ekternalitas
Selain menerapkan regulasi, untuk mengatasi eksternalitas, pemerintah juga
dapat menerapkan kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada pendekatan pasar, yang
dapat memadukan insentif pribadi/swasta dengan efisiensi sosial. Sebagai contoh,
seperti telah disinggung di atas pemerintah dapat menginternalisasikan eksternalitas
dengan menggunakan pajak (teori Pigou) terhadap kegiatan-kegiatan yang
menimbulkan eksternalitas negatif dan sebaliknya memberi subsidi untuk kegiatan-
kegiatan yang memunculkan eksternalitas positif Para ekonom umumnya lebih
menyukai pajak dari pada regulasi sebagai cara untuk mengendalikan polusi, karena
biaya penerapan pajak itu lebih murah bagi masyarakat secara keseluruhan.
Alasan utama para ekonom itu memilih penerapan pajak, adalah karena cara ini
lebih efektif menurunkan polusi. Regulasi mewajibkan semua pabrik mengurangi
polusinya dalam jumlah yang sama, padahal penurunan sama rata, bukan merupakan
cara termurah menurunkan polusi. Ini dikarenakan kapasitas dan keperluan setiap
pabrik untuk berpolusi berbeda-beda. Besar kemungkinan salah satu pabrik (misalkan
pabrik kertas), lebih mampu (biayanya lebih murah) untuk menurunkan polusi
dibanding pabrik lain.
Pemerintah dapat memecahkan alokasi sumber yang lebih efisien dengan
mengenakan pajak kepada pihak penyebab polusi (misalnya pabrik aluminium), di mana
pajak tersebut merupakan pajak per unit. Analisa pajak untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan sumber-sumber ekonomi dapat dijelaskan dengan gambar di bawah ini:
67
Gambar 39
Pajak Untuk Mengatasi Eksternalitas
Kalkulasi pabrik aluminium tanpa memperhitungkan eksternalitas adalah tingkat
produksi OX1 di mana pada titik B menunjukkan keuntungan marginal yang sama
besarnya dengan biaya marginal perusahaan (MB = PMC). Pemerintah mengenakan
pajak pada perusahaan aluminium tersebut sebesar t = ED untuk setiap unit aluminium
yang diproduksikan pabrik tersebut. Akibatnya perusahaan aluminium tidak akan
berproduksi sebesar OX1 karena dengan demikian maka pabrik tersebut harus membayar
pajak sebesar t per unit output yang dihasilkannya. Perusahaan aluminium akan
mengurangi produksinya sampai titik E yaitu sampai biaya marginal perusahaan termasuk
pajak sama dengan keuntungan marginal (MB = PMC + t), yaitu pada tingkat produksi
sebesar OX0. Pada titik E inipun tercapai alokasi sumber-sumber ekonomi yang efisien
karena pada titik E tersebut MB = PMC + MD. Penerimaan perintah dari pajak sebesar
68
ED dikali OX0 yang dapat digunakan untuk memberi kompensasi pada pihak yang
terkena akibat polusi atau untuk menyediakan fasilitas kesehatan bagi orang-orang yang
sakit karena menggunakan air sungai yang tercemar itu. Keuntungan keseluruhan bagi
masyarakat adalah kerugian pengusaha karena pengurangan produksi dan keuntungan
masyarakat karena berkurangnya polusi, atau secara matematis dengan melihat gambar
di atas ditunjukkan sebagai berikut:
Keuntungan penderita CBDE
Kerugian Pengusaha EDB -
Keuntungan Masyarakat BCE
Kelemahan dari kebijaksanaan pengenaan pajak adalah penentuan jumlah pajak
yang harus dilakukan dengan coba-coba (trial and error) sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk dapat dilaksanakan secara optimal. Saat pemerintah mengetahui pajak
yang optimal, keadaan sudah berubah sehingga diperlukan studi lagi yang memerlukan
waktu yang lama.
4.4. Pemberian Subsidi
Cara lain untuk meningkatkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi karena
adanya eksternalitas adalah dengan pemberian subsidi kepada pabrik aluminium (atau
kepada pihak yang menimbulkan polusi) atas setiap unit aluminium yang dikurangi
produksinya di bawah OX1. Subsidi yang diberikan besarnya adalah ED untuk setiap unit
produksi yang dikurangi. Apabila pabrik aluminium tidak bersedia mengurangi
produksinya dan tetap berproduksi pada OX1 maka untuk setiap unit aluminium berarti
pabrik tersebut akan kehilangan subsidi dari pemerintah, sehingga biaya oportunitas
perusahaan adalah biaya marginal ditambah subsidi yang hilang. Dengan berproduksi
sebesar OX1 unit maka biaya oportunitas bagi pabrik tersebut bukanlah sebesar BX1,
tetapi CX1 yaitu sebanyak PMC + subsidi yang hilang (= BX1 + BC). Biaya oportunitas
tersebut lebih besar dari penerimaannya (yang sebesar BX1), sehingga perusahaan
aluminium tersebut akan mengurangi produksinya.
Sebaliknya, pada tingkat produksi yang lebih kecil dari OX0, MB (biaya marginal)
> PMC + subsidi sehingga pabrik aluminium tidak bersedia mengurangi produksinya,
69
tetapi akan menambah produksi, sedangkan pada OX0, keuntungan marginal sama
dengan biaya marginal ditambah subsidi, atau MB = PMC + BG, sehingga OX0
merupakan output keseimbangan di mana sumber-sumber ekonomi dialokasikan secara
efisien. Jadi di sini kita lihat bahwa akibat pengenaan pajak atau pemberian subsidi dapat
mengurangi produksi sampai tercapainya optimisasi.
Gambar 40
Masalah Pengaturan Untuk Mengatasi Polusi
Peraturan suatu negara dapat meminimalkan jumlah polusi dalam ukuran tertentu.
Misalkan ada dua pabrik yaitu pabrik aluminium dan pabrik es. Kurva MBX dan MBZ
masing-masing adalah menunjukkan keuntungan pabrik aluminium dan pabrik es.
Perhitungan untung maupun rugi kedua perusahaan tersebut adalah sebesar OX1=OZ1
dimana PMCX=PMCZ=MBX=MBz. Pada tingkat produksi sebesar OX pabrik Aluminium
berada dalam keadaan optimal yaitu MBX=PMC +MD tetapi pabrik es tidak berada dalam
keadaan optimal karena efisiensi pabrik es pada tingkat produksi OX0 keuntungan
70
marginal atau MBz lebih besar dari PMC + MD. Efisiensi bagi pabrik roti terjadi jika
pabrik tersebut menghasilkan output sebesar OZ0.
LATIHAN
2. Jelaskan eksternalitas produksi dan konsumsi!
3. Bagaimana dampak pemberian subsidi pemerintah dalam hal eksternalitas?
4. Bagaimana dampak eksternalitas terhadap biaya?
EVALUASI
1. Keuntungan atau kerugian yang dinikmati atau diderita pelaku ekonomi sebagai
dampak tindakan pelaku ekonomi yang lain, tetapi tidak bisa dimasukkan dalam
perhitungan biaya secara normal, dinamakan ....
b. Floor price
c. Eksternalitas
d. Barang altruism
e. Opportunity
2. Pembanguan irigasi selain mengeluarkan biaya dalam bentuk uang untuk membeli
bahan bangunan juga mengakibatkan munculnya biaya berupa petani setempat tidak
dapat bertani lagi. Biaya terakhir tersebut dalam ilmu ekonomi dinamakan ....
a. Biaya peluang (opportunity cost)
b. Biaya sosial (social cost)
c. Biaya pembangunan (developmental cost)
d. Biaya lingkungan (environmental cost)
3. Campur tangan pemerintah dalam mengendalikan harga dengan menentukan harga
minimum dapat berdampak ....
a. Produsen mengurangi jumlah produksinya
b. Harga pasar naik
d. Permintaan berkurang
e. Konsumen dirugikan
71
4. Adanya perbedaan pada struktur biaya dan produksi limbah pada industri yang
sejenis maka yang harus dibedakan pula adalah ….
a. Tingkat penggunaan factor produksi
b. Harga jual hasil produksi barang sejenis
c. Jenis dan jumlah barang yang harus diproduksi
d. Jumlah polusi maksimum yang diperkenankan
5. Teori yang menyebutkan bahwa masing-masing pihak terkait adanya eksternalitas
dapat bernegosiasi menyelesaikan permasalahan eksternalitas mereka sendiri adalah…
a. Coase Theorem
b. Pigouvian Theorem.
c. Nicholson Theorem
d. Win-win solution theorem
REFERENSI
Aronson J. R., Public Finance McGraw-Hill, Inc. Printed in the United of America, 1985 Bohnet, A., Finanzwissenschaft: Grundlagen staatlicher Verteilungspolitik, 2. Auflage,
München: Wien : Oldenbourg1999 Herber B. P., Modern Public Finance, The Irwin Series in Economics, Fourth Edition
Consulting Editor Lloyd G. Reynolds, The University of Arizona 1979
Mangkoesoebroto G., Ekonomi Publik, Edisi 3, BPFE Yogyakarta 1993 Musgrave, A. R., Musgrave B., Public Finance in Theory and Practice (Keuangan Negara
dalam Teori dan Praktek), Alih Bahasa Alfonsus Sirait, Erlangga 1991
Reksohadiprodjo, S., Ekonomika Publik, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta 1999 Simarmata DJ. A., Analisa Proyek Publik dan Pemerataan, FE-UI 1993 Tope, P., Ekonomi Publik, Universitas Tadulako Press, Palu 2004 Zimmermann, H., Henke, K-D., Finanzwissenschaft, Eine Einführung in die Lehre von
der offenlichen Finanzwissenschaft, 7. Auflage, München 1994