Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil...

67
NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Transcript of Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil...

Page 1: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

NERACA PEMBAYARANDAN PERDAGANGAN LUAR

NEGERI

Page 2: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat
Page 3: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

BAB III

NERACA PEMBAYARANDAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

A. PENDAHULUAN

Perkembangan situasi ekonomi dan moneter dunia telah mempengaruhi neraca pembayaran dan perdagangan luar negeri Indonesia selama tahun keempat pelaksanaan Repelita VI. Sebagai negara yang menganut perekonomian terbuka, maka setiap fluktuasi dalam ekonomi dunia memberi dampak langsung terhadap perekonomian Indonesia.

Selama tahun 1997/98, perkembangan neraca pembayaran mengalami tekanan cukup berat oleh adanya krisis keuangan yang melanda kawasan Asia, termasuk Indonesia, sejak pertengahan tahun 1997. Meskipun terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah yang cukup tajam telah menyebabkan membaiknya defisit transaksi berjalan, namun krisis keuangan telah mengakibatkan merosotnya kepercayaan terhadap perekonomian Indonesia sehingga lalu lintas

III/3

Page 4: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

modal bersih yang sejak Repelita I selalu surplus menjadi defisit cukup besar. Dengan demikian pada tahun 1997/98 neraca pembayaran secara keseluruhan mengalami defisit dan jumlah cadangan devisa telah menurun cukup besar.

Ekspor migas menurun tajam oleh melemahnya permintaan dunia dan menurunnya harga minyak bumi di pasar internasional, namun dapat diimbangi oleh ekspor nonmigas yang meningkat tinggi sebagai dampak positif adanya depresiasi rupiah. Sementara itu depresiasi rupiah telah menyebabkan kegiatan impor menurun tajam. Impor barang modal dan bahan baku tertekan oleh semakin mahalnya harga barang-barang tersebut apabila diukur dalam rupiah. Di samping itu, munculnya kesulitan pembiayaan impor yang disebabkan adanya penolakan L/C impor oleh perbankan luar negeri telah mengakibatkan pula terhambatnya kegiatan impor. Di bidang jasa-jasa, arus kunjungan wisatawan manca negara terhambat oleh adanya asap kebakaran hutan serta kondisi sosial-politik yang kurang mendukung. Secara keseluruhan, pada tahun 1997/98 defisit transaksi berjalan menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Di sisi neraca modal, beban pembayaran hutang luar negeri Indonesia cukup besar. Sebagian besar hutang luar negeri swasta berjangka pendek dan digunakan untuk pembiayaan usaha jangka menengah dan panjang, serta hutang tersebut ditujukan untuk pembiayaan usaha yang kurang produktif. Beban menjadi terasa lebih berat lagi oleh karena melemahnya nilai tukar rupiah sementara hutang luar negeri tersebut tidak dilindungi terhadap gejolak nilai tukar (unhedged). Di samping itu, arus modal masuk swasta neto yang pada semester I tahun 1997/98 cukup tinggi, pada semester II menurun drastis sehingga menjadi negatif cukup besar.

III/4

Page 5: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

Dengan demikian, arus lalu lintas modal bersih untuk tahun 1997/98 menjadi defisit cukup besar.

Untuk mengatasi semakin memburuknya perekonomian nasional yang antara lain tercermin dari memburuknya posisi neraca pembayaran dan sekaligus untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan mendasar di sektor riil dan sektor keuangan, telah ditempuh program stabilisasi dan reformasi. Program yang digulirkan pada bulan Nopember 1997 ini mendapat dukungan teknis dan bantuan keuangan dari lembaga-lembaga internasional dan negara-negara sahabat yang dikoordinasikan oleh International Monetary Funds (IMF). IMF sepakat untuk memberikan pinjaman siaga (stand-by loan) sekitar US$ 10 miliar, sedangkan lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB) memberikan komitmen bantuannya masing-masing sebesar US$ 4,5 miliar dan US$ 3,5 miliar. Di luar paket tersebut, dukungan bantuan keuangan sebagai second line of defence diperoleh dari negara-negara sahabat seperti Jepang, Singapura, Amerika Serikat, Malaysia, Brunei Darussalam, Australia, Cina dan Hongkong.

Oleh karena kondisi perekonomian Indonesia semakin memburuk, seperti tercermin dari semakin terpuruknya nilai tukar dan meningkatnya laju inflasi, maka pada bulan Januari 1998 dilakukan penyesuaian program. Peninjauan kembali serta penyesuaian program tersebut diulang pada bulan April dan Juni 1998 untuk disesuaikan dengan perkembangan ekonomi terakhir. Program penyehatan ekonomi yang diluncurkan tersebut mencakup bidang fiskal, moneter, restrukturisasi sektor keuangan, reformasi struktural, jaring pengaman sosial (social safety net), serta pinjaman swasta. Untuk memantau seluruh pelaksanaan program telah dibentuk Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan (DPK-EKU).

III/5

Page 6: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

Kebijaksanaan di bidang fiskal ditujukan untuk meningkatkan penerimaan negara dan melakukan berbagai penghematan pengeluaran anggaran. Restrukturisasi sektor keuangan ditujukan untuk menyehatkan dan memperkuat sistem keuangan nasional melalui restrukturisasi perbankan sekaligus memperkuat kerangka hukum dan pengawasan perbankan. Selanjutnya, kebijaksanaan di bidang moneter ditujukan untuk menstabilkan nilai tukar dan menekan laju inflasi melalui kebijaksanaan moneter ketat dengan tetap memperhatikan kebutuhan likuiditas bagi usaha kecil, menengah dan koperasi.

Untuk mengatasi masalah hutang swasta, dibentuk Tim Penyelesaian Hutang Luar Negeri Swasta (TPHLNS). Langkah awal dari Tim ini adalah melakukan pendataan hutang swasta yang meliputi pinjaman perusahaan swasta, pinjaman perbankan, dan pinjaman untuk pembiayaan perdagangan (trade financing). Selanjutnya untuk menjembatani proses negosiasi antara pihak debitur dan kreditur dibentuk Contact Committee yang mewakili kelompok debitur swasta Indonesia dan 3 (tiga) anggota Steering Committee yang mewakili kreditur bank-bank asing di luar negeri masing-masing untuk wilayah Jepang, Eropa, dan Amerika. Tugas utama dari komite ini adalah melakukan pendekatan untuk mencari rumusan umum yang dapat diberlakukan dalam penyelesaian hutang swasta yang ikut dalam program. Untuk penyelesaian hutang swasta di luar perbankan dan pembiayaan perdagangan, dibentuk Lembaga Penyelesaian Penjadwalan Hutang Indonesia (Indonesian Debt Restructuring Agency - INDRA) yang mengacu pada model “Ficorca” yang diterapkan di Meksiko. Sedangkan untuk penyelesaian hutang perbankan dan pembiayaan perdagangan dilakukan program penjaminan oleh pemerintah atas kewajiban bank-bank yang berbadan hukum Indonesia.

III/6

Page 7: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

Reformasi struktural di sektor riil dilaksanakan melalui reformasi di bidang perdagangan dan investasi, deregulasi dan privatisasi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing nasional serta mengurangi kemiskinan. Di bidang perdagangan luar negeri ditempuh langkah-langkah antara lain menurunkan tarif berbagai produk seperti produk kimia dan produk besi/baja sebesar 5 persen, menurunkan pajak ekspor kayu bulat, kayu gergajian, rotan dan mineral menjadi maksimum 10 persen, menghapus pembatasan impor kapal baru dan bekas, serta menghapus pajak ekspor produk kulit, gabus, bijih besi dan limbah aluminium.

Di bidang investasi telah ditempuh langkah-langkah untuk mencabut larangan investasi asing pada perkebunan kelapa sawit dan perdagangan eceran dan menghapus batasan kepemilikan saham perusahaan yang tercatat di bursa oleh investor asing kecuali untuk perbankan.

Deregulasi dan privatisasi yang digulirkan pada bulan Januari 1998 mencakup antara lain menghapus pembatasan pemasaran semen, kertas, kayu lapis harga patokan semen (HPS), dan tata niaga cengkeh (BPPC), sedangkan monopoli BULOG atas beberapa komoditi kecuali dalam hal distribusi dan penetapan harga dasar beras dihapus secara bertahap. Selain itu, pemerintah daerah dilarang untuk membatasi perdagangan inter dan antar-provinsi termasuk perdagangan cengkeh dan panili; membebaskan swasta melakukan impor dan penjualan gandum, tepung terigu, kedelai, bawang putih, dan gula; membebaskan petani dari kewajiban menanam tebu; serta mempercepat proses privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

III/7

Page 8: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

Namun demikian, langkah-langkah yang telah ditempuh selama ini belum berhasil meredam gejolak nilai tukar dan memulihkan kepercayaan investor asing terhadap prospek perekonomian nasional. Hal ini erat kaitannya dengan adanya integrasi perekonomian regional yang semakin menyatu sehingga efektivitas kebijaksanaan yang diambil oleh suatu negara dalam wilayah tersebut ditentukan pula oleh perkembangan di negara lain. Selain itu, perkembangan sosial-politik di Indonesia saat itu kurang mendukung langkah-langkah perbaikan yang telah ditempuh.

B. PELAKSANAAN DAN HASIL PEMBANGUNAN SAMPAI TAHUN KEEMPAT REPELITA VI

Sebagai negara dengan perekonomian terbuka, maka setiap perkembangan dalam perekonomian dunia memberi dampak langsung terhadap perekonomian nasional. Perkembangan internasional yang melatar belakangi perkembangan perekonomian nasional dan neraca pembayaran selama tahun 1997/98, akan dilaporkan di bawah ini.

1. Perkembangan Internasional

Perekonomian dunia dalam dua tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang menguat. Pada tahun 1996 perekonomian dunia tumbuh dengan 4,1 persen, dan pertumbuhan sebesar ini dapat dipertahankan kembali pada tahun 1997. Hal ini tidak terlepas dari membaiknya perekonomian Amerika Serikat sebagai penggerak utama perekonomian dunia secara keseluruhan yang tumbuh sebesar 2,8 persen pada tahun 1996, dan tumbuh lebih cepat lagi sebesar 3,8 persen pada tahun 1997. Dalam waktu bersamaan, perekonomian negara-negara maju meningkat dari sebesar 2,7 persen menjadi

III/8

Page 9: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

sebesar 3,0 persen, sedangkan perekonomian negara-negara berkembang menurun dari sebesar 6,6 persen menjadi sebesar 5,8 persen.

Perekonomian di kawasan Asia yang meningkat cukup tinggi pada tahun 1996 sebesar 8,3 persen, pada tahun 1997 melambat menjadi 6,7 persen. Perlambatan ini tidak terlepas dari adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 yang sebagian besar melanda negara-negara di kawasan Asia. Walaupun pertumbuhan ekonominya tetap menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, namun dengan berlangsungnya krisis moneter ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia akan mengalami kemorosotan tajam pada beberapa tahun mendatang.

Menguatnya perekonomian dunia telah membawa dampak positif terhadap perdagangan dunia. Jika pada tahun 1996 pertumbuhan volume perdagangan dunia hanya sebesar 6,6 persen, maka pada tahun 1997 mencapai sebesar 9,4 persen. Volume ekspor negara-negara maju dan negara-negara berkembang pada tahun 1997 masing-masing mencapai 9,8 persen dan 10,8 persen, cukup tinggi dibanding dengan yang dicapai selama tahun 1996 yang masing-masing sebesar 5,9 persen dan 8,7 persen. Surplus transaksi berjalan yang dialami kelompok negara-negara maju meningkat dari US$ 20,0 miliar pada tahun 1996 menjadi US$ 48,0 miliar pada tahun 1997. Dalam kurun waktu yang sama, defisit transaksi berjalan kelompok negara-negara berkembang meningkat dari US$ 74,0 miliar menjadi US$ 82,0 miliar.

Nilai tukar perdagangan (terms of trade) yang dialami oleh negara-negara maju selama dua tahun terakhir memburuk, yaitu dari -0,1 persen pada tahun 1996 menjadi -0,7 persen pada tahun 1997. Untuk negara-negara berkembang nilai tukar

III/9

Page 10: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

perdagangannya walaupun masih positif namun cenderung menurun yaitu dari 3,0 persen pada tahun 1996 menjadi 0,2 persen pada tahun 1997. Seiring dengan perkembangan nilai tukar perdagangan tersebut, harga-harga barang manufaktur, minyak bumi, dan barang-barang primer yang pada tahun 1996 berkembang dengan masing-masing -3,2 persen, 18,8 persen, dan -1,3 persen, maka pada tahun 1997 mengalami penurunan masing-masing sebesar -9,2 persen, -6,0 persen dan -3,7 persen.

Di bidang keuangan internasional, dalam kurun waktu 4 tahun terakhir telah terjadi berbagai gejolak. Dimulai oleh Meksiko pada tahun 1994, pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis keuangan dan ekonomi di Thailand yang dengan cepat mengimbas ke negara-negara di ASEAN. Krisis ini telah menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar mata uang negara-negara yang rentan terhadap gejolak eksternal, terutama negara-negara yang tumbuh pesat (emerging) di Asia Tenggara, yang mengalami defisit transaksi berjalan dan menggantungkan secara berlebihan pada pinjaman luar negeri jangka pendek. Depresiasi nilai tukar yang sangat besar dan jatuhnya harga saham telah memperburuk sektor keuangan di berbagai negara, termasuk Korea Selatan. Masalah perbankan juga muncul di Jepang sehingga pemulihan ekonominya yang baru saja berlangsung menjadi terganggu oleh imbas krisis yang berlangsung di negara-negara Asia yang menjadi mitra dagangnya.

Sidang tahunan IMF/World Bank di Hongkong pada bulan September 1997 telah sepakat untuk menaikkan kuota anggota-anggota IMF sebesar 45 persen yaitu dari SDR 146 miliar menjadi SDR 212 miliar dalam rangka memperkuat posisi keuangan IMF. Di samping itu, pada pertemuan deputi kementerian keuangan dan bank sentral negara-negara Asia Pasifik bulan Nopember 1997 disepakati untuk meningkatkan kapasitas IMF dalam menjaga

III/10

Page 11: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

sistem keuangan internasional melalui upaya agar IMF dapat memobilisasi dana dengan cepat dan dalam jumlah yang memadai untuk mendukung program reformasi ekonomi dan keuangan negara-negara yang mengalami krisis. Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan pengaturan kerjasama pembiayaan (Cooperative Financing Arrangement) negara-negara Asia, pemberian pinjaman oleh negara-negara Asia kepada negara-negara lain yang sedang mengalami krisis keuangan akan dikaitkan dengan paket bantuan IMF dan melakukan pengawasan regional sebagai pelengkap pengawasan global (global surveillance) yang dilakukan IMF.

Berbagai upaya liberalisasi perdagangan dan investasi terus dilakukan dalam berbagai forum kerja sama regional seperti APEC. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan di Bogor-Indonesia (Nopember 1994), Osaka-Jepang (Nopember 1995), dan di Philipina (Nopember 1996), pada bulan Nopember 1997 para pemimpin ekonomi anggota APEC mengadakan pertemuan di Vancouver - Kanada. Pada pertemuan terakhir ini dikeluarkan deklarasi yang berjudul Connecting the APEC Community, yang merupakan visi APEC abad 21 dalam rangka mewujudkan penyatuan komunitas APEC. Dalam deklarasi tersebut, antara lain disinggung tentang guncangan sektor keuangan kawasan yang merupakan pertanda adanya tantangan baru pada sistem keuangan internasional yang menuntut ketanggapan yang cepat dan tepat. Para pemimpin menegaskan peranan sentral IMF sebagai lini terdepan dalam mengatasi krisis keuangan tersebut dan sepakat bekerja sama dalam menghadapi tantangan bersama itu. Pertemuan juga menyepakati liberalisasi dini secara sukarela atas sembilan sektor komoditi yang akan dibahas lebih lanjut dalam tahun 1998, terutama menyangkut masalah penurunan tarif dan jadwal penurunannya, sementara pelaksanaan liberalisasi dini tersebut disepakati mulai berlaku efektif dalam tahun 1999. Bagian lain dari deklarasi adalah

III/11

Page 12: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

meminta negara-negara anggota agar terus memperbaiki Rencana Aksi Individual atau Individual Action Plans (IAPs) yang merupakan inti dari pada mekanisme liberalisasi APEC. Hasil lainnya adalah kesepakatan untuk menerima Rusia, Vietnam dan Peru sebagai anggota baru APEC yang akan berlaku efektif tahun 1998.

2. Perkembangan Neraca Pembayaran

Perkembangan neraca pembayaran pada tahun 1997/98 mendapat tekanan cukup berat sebagai akibat adanya arus modal keluar yang cukup besar dan beban pembayaran hutang luar negeri yang meningkat.

Pada tahun 1997/98, keseluruhan ekspor Indonesia sebesar US$ 56,2 miliar atau hanya meningkat sebesar 7,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan terbesar berasal dari ekspor nonmigas yaitu sebesar 17,0 persen menjadi US$ 45,9 miliar, sedangkan ekspor migas turun sebesar 19,8 persen menjadi US$ 10,2 miliar. Penurunan cukup besar pada nilai ekspor migas ini disebabkan oleh melemahnya permintaan dunia dan memburuknya harga minyak bumi di pasaran internasional. Dengan demikian, peranan ekspor nonmigas terhadap keseluruhan nilai ekspor meningkat dari 75,5 persen pada tahun 1996/97 menjadi 81,8 persen pada tahun 1997/98.

Depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang utama dunia yang cukup tajam sejak bulan Juli 1997 telah mempengaruhi permintaan barang-barang impor sehingga nilainya turun sebesar 6,8 persen menjadi US$ 42,7 miliar pada tahun 1997/98. Semakin mahalnya harga-harga produk bahan baku/penolong dan barang modal telah menyebabkan berkurangnya aktivitas impor nonmigas

III/12

Page 13: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

sehingga nilainya turun sebesar 6,1 persen menjadi US$ 38,6 miliar. Demikian pula impor migas turun sebesar 13,0 persen menjadi US$ 4,1 miliar.

Dalam waktu yang bersamaan, defisit sektor jasa-jasa sedikit meningkat dari US$ 14,3 miliar pada tahun 1996/97 menjadi sebesar US$ 15,2 miliar pada tahun 1997/98. Membesarnya defisit ini berasal dari defisit jasa-jasa migas yang meningkat sebesar US$ 1,1 miliar, sedangkan defisit jasa-jasa nonmigas menurun sebesar US$ 0,2 miliar. Penerimaan devisa jasa-jasa masih tetap mengandalkan sektor pariwisata dan pendapatan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri.

Sebagai negara berkembang yang masih memerlukan sumber dana, transaksi berjalan Indonesia selalu mengalami defisit. Kegiatan impor menurun dengan drastisnya akibat depresiasi rupiah yang tajam telah menurunkan besarnya defisit transaksi berjalan dari US$ 8,1 miliar (-3,5 persen terhadap PDB) pada tahun 1996/97 menjadi hanya US$ 1,7 miliar (-1,2 persen terhadap PDB) pada tahun 1997/98.

Dalam pada itu, arus modal neto yang mengalami surplus cukup tinggi sebesar US$ 12,7 miliar pada tahun 1996/97, menurun sangat tajam sehingga menjadi defisit sebesar US$ 7,6 miliar pada tahun 1997/98. Perkembangan ini disebabkan oleh arus modal swasta neto yang mengalami defisit sebesar US$ 11,8 miliar. Meningkatnya arus modal keluar neto sektor swasta ini terjadi terutama pada kuartal III dan kuartal IV tahun 1997/98 seiring dengan merosotnya kondisi perekonomian Indonesia. Sedangkan arus modal sektor pemerintah mengalami surplus sebesar US$ 4,2 miliar.

III/13

Page 14: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

Sebagai akibat perkembangan transaksi berjalan dan arus modal neto seperti diuraikan di atas maka jumlah cadangan devisa Indonesia, dihitung berdasarkan jumlah Aktiva Luar Negeri Bruto (Gross Foreign Assets), turun cukup tajam yaitu sebesar US$ 10,0 miliar sehingga menjadi sebesar US$ 16,6 miliar pada tahun 1997/98. Jumlah tersebut cukup untuk membiayai impor nonmigas (c&f) selama 4,6 bulan.

3. Ekspor

Perkembangan ekspor secara keseluruhan selama 4 tahun Repelita VI (1993/94 -1997/98) menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Seperti terlihat pada Tabel III-1, nilainya dalam tahun 1997/98 telah mencapai US$ 56,2 miliar, atau meningkat rata-rata sebesar 11,4 persen setiap tahunnya. Peningkatan yang cukup tinggi tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan ekspor nonmigas.

Ekspor migas dalam 4 tahun Repelita VI meningkat rata-rata sebesar 2,3 persen per tahun sehingga mencapai US$ 10,2 miliar pada tahun 1997/98. Namun pada tahun 1997/98 ekspornya turun sebesar 19,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga minyak bumi dan penurunan volume ekspor. Penurunan harga minyak bumi utamanya disebabkan oleh permintaan minyak bumi yang melemah, sementara pasokan yang ada di pasar internasional meningkat. Melemahnya permintaan minyak dunia tersebut berkaitan dengan krisis ekonomi yang melanda Asia dan musim dingin di Eropa dan Amerika Serikat yang tidak seburuk tahun sebelumnya. Pada sisi lain pasokan minyak meningkat berkaitan dengan tercapainya persetujuan antara PBB dan Irak tentang program oil for food, produksi negara-negara OPEC yang melampaui kuota, serta membanjirnya pasokan dari negara-negara non-OPEC.

III/14

Page 15: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir ekspor nonmigas meningkat rata-rata sebesar 14,0 persen per tahun. Komoditi-komoditi ekspor nonmigas hasil-hasil industri, termasuk hasil industri sedang, kecil dan kerajinan tangan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan beberapa komoditi ekspor nonmigas menunjukkan gambaran sebagai berikut.

Selama 4 tahun terakhir ini ekspor tekstil dan pakaian jadi meningkat pesat, yaitu dari US$ 5.763,4 juta dalam tahun 1993/94 menjadi US$ 7.950,8 juta dalam tahun 1997/98, atau meningkat rata-rata 8,4 persen per tahun (lihat Tabel III-4). Keberhasilan ekspor tekstil dan pakaian jadi tersebut terutama karena didukung oleh upaya penyederhanaan perizinan, kemudahan proses pembagian kuota, dan penghapusan beberapa pungutan.

Nilai ekspor hasil tambang di luar timah dan aluminium meningkat dari US$ 1.785,1 juta dalam tahun 1993/94 menjadi US$ 4.027,3 juta dalam tahun 1997/98, atau meningkat rata-rata sebesar 22,6 persen setiap tahunnya. Komoditas pertambangan yang meningkat tinggi dalam tahun 1997/98 adalah batubara dan emas. Kenaikan ekspor batubara dan emas terutama disebabkan oleh volume ekspor yang meningkat sangat besar. Sementara itu, tingginya depresiasi rupiah terhadap dolar telah mendorong eksportir untuk menjual emas di pasar internasional dibandingkan di pasar dalam negeri.

Nilai ekspor kayu lapis menurun rata-rata sebesar 8,1 persen per tahun, yaitu dari US$ 4.745,7 juta dalam tahun 1993/94 menjadi US$ 3.392,3 juta dalam tahun 1997/98. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh gangguan pasokan bahan baku dalam negeri sehubungan dengan kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera

III/15

Page 16: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

juga karena turunnya permintaan terutama di negara-negara Asia seperti Jepang dan Korea Selatan sebagai negara tujuan utama ekspor.

Sementara itu, nilai ekspor alat-alat listrik meningkat pesat dari sebesar US$ 1.223,4 juta pada tahun 1993/94 menjadi sebesar US$ 3.715,7 juta pada tahun 1996/97. Memasuki tahun 1997/98, nilainya menurun sebesar 12,5 persen menjadi US$ 3.250,7 juta. Penurunan laju pertumbuhan ini erat kaitannya dengan makin mahalnya bahan baku impor mengingat kandungan bahan baku impor di industri ini relatif tinggi, serta tajamnya penurunan harga di pasar internasional. Negara mitra dagang utama untuk produk ini adalah Singapura, Amerika Serikat, Jepang, dan Hong Kong.

Nilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat rata-rata sebesar 6,1 persen setiap tahunnya dalam 4 tahun terakhir. Peningkatan ekspor udang disebabkan oleh tingginya permintaan di negara tujuan utama, yaitu Jepang dan Amerika. Beberapa komoditas andalan kelompok pertanian yang mengalami pertumbuhan cukup berarti adalah lada, tembakau, dan teh. Tingginya peningkatan ekspor lada terutama disebabkan oleh harga yang meningkat tinggi. Peningkatan ekspor tembakau disebabkan oleh kenaikan volume ekspor. Sementara itu, peningkatan ekspor teh berkaitan dengan masih kuatnya permintaan, sementara pasokannya menurun karena musim kemarau panjang di beberapa negara produsen utama, seperti Bangladesh, India, dan Kenya.

Komoditas kelompok manufaktur yang juga mencatat pertumbuhan tinggi dalam tahun 1997/98 adalah minyak sawit, dan kerajinan tangan. Tingginya peningkatan ekspor komoditas tersebut

III/16

Page 17: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

menunjukkan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah berpengaruh positif terhadap ekspor barang-barang dengan kandungan bahan baku impor rendah. Di samping itu, permintaan kerajinan tangan di luar negeri tetap tinggi.

4. Impor

Seperti terlihat pada Tabel III-1, dalam kurun waktu 3 tahun pertama pelaksanaan Repelita VI, nilai impor secara keseluruhan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 16,3 persen setiap tahun, yaitu dari US$ 29,1 miliar dalam tahun 1993/94 menjadi US$ 45,8 miliar dalam tahun 1996/97. Namun dalam tahun 1997/98 nilai impor menurun sebesar 6,8 persen menjadi US$ 42,7 miliar. Penurunan dalam tahun 1997/98 tersebut terjadi baik pada impor migas maupun nonmigas. Menurunnya impor nonmigas terutama disebabkan oleh relatif mahalnya harga barang impor berkaitan dengan melemahnya nilai tukar rupiah, di samping menurunnya berbagai kegiatan investasi dan konsumsi serta kesulitan dalam melakukan pembukaan L/C.

Perkembangan beberapa komoditi impor nonmigas (c.i.f.) menurut golongan barang ekonomi secara lebih rinci adalah sebagai berikut (Tabel III-6).

Berdasarkan komposisi, sampai dengan tahun 1997 impor kelompok bahan baku dan penolong masih menduduki pangsa terbesar yaitu 69,9 persen dari total impor nonmigas. Seirama dengan semakin berkembangnya kegiatan industri di dalam negeri, dalam 3 tahun pertama Repelita VI, nilai impor bahan baku dan penolong menunjukkan peningkatan yang pesat, yaitu rata-rata sebesar 14,7 persen setiap tahunnya. Namun dalam tahun 1997, nilainya menurun sebesar 2,2 persen menjadi sebesar US$ 26,4

III/17

Page 18: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

miliar. Penurunan impor bahan baku dan penolong yang cukup besar terjadi pada impor kelompok bahan baku industri lainnya dan bahan baku industri pangan dan minuman.

Nilai impor barang modal dalam 3 tahun pertama Repelita VI, menunjukkan peningkatan yang berarti, yaitu rata-rata sebesar 10,5 persen per tahun. Memasuki tahun 1997 nilainya menurun sebesar 3,8 persen menjadi sebesar US$ 9,3 miliar. Penurunan impor barang modal, terutama disebabkan oleh menurunnya impor alat optik, ukur, dan penelitian; serta peti kemas. Sementara itu, impor lokomotif, kapal, pesawat; serta generator dan alat elektronik masih meningkat cukup tinggi. Naiknya impor kelompok lokomotif, kapal, dan pesawat sejalan dengan kebijakan yang telah diambil pemerintah dalam upaya peningkatan efisiensi industri dalam negeri dan kelancaran arus barang.

Nilai impor kelompok barang konsumsi juga meningkat sebesar rata-rata 34,7 persen setiap tahunnya dalam kurun waktu 3 tahun, sehingga menjadi US$ 2,7 miliar pada tahun 1996. Dalam tahun 1997, nilai impornya hanya sebesar US$ 2,1 miliar. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan tajam kelompok pangan dan minuman.

Berdasarkan negara asal, impor Indonesia terutama berasal dari negara-negara di kawasan ASEAN (10,1 persen), Jepang (20,0 persen), Eropa (27,8 persen), dan Amerika (17,4 persen).

5. Jasa-Jasa

Defisit neraca jasa-jasa neto dalam tahun 1997/98 mencapai US$ 15,2 miliar, atau meningkat rata-rata sebesar 10,1 persen per tahun sejak tahun 1994/95. Membesarnya defisit neraca jasa dalam

III/18

Page 19: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

tahun 1997/98 berasal dari meningkatnya defisit jasa-jasa migas dan jasa-jasa nonmigas. Seperti tahun-tahun sebelumnya, besarnya defisit jasa-jasa nonmigas bersumber dari biaya pengangkutan barang impor, pembayaran bunga utang luar negeri dan transfer keuntungan.

Dari sisi penerimaan jasa-jasa nonmigas, sektor pariwisata masih tetap sebagai penyumbang devisa terbesar meskipun penerimaan sektor tersebut mengalami penurunan. Penurunan penerimaan devisa tersebut dalam tahun 1997/98 berkaitan dengan penurunan jumlah wisatawan asing sebagai akibat dari pemberitaan tentang kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan, isu keamanan, kriminalitas, kecelakaan pesawat udara, serta wabah penyakit. Sementara itu, dalam tahun yang sama jumlah TKI yang bekerja di Arab Saudi dan Malaysia menurun, sehingga penerimaan tenaga kerja Indonesia (TKI) menurun.

6. Lalu Lintas Modal

Sampai dengan tahun 1996/97 arus masuk modal neto masih meningkat dengan pesat. Apabila pada tahun 1994/95 lalu lintas modal neto mengalami surplus sebesar US$ 4,8 miliar, maka dalam tahun 1996/97 meningkat menjadi US$ 12,7 miliar (Tabel III-1). Namun dengan adanya krisis moneter, untuk pertama kalinya sejak Repelita I, aliran modal neto dalam tahun 1997/98 menjadi defisit sebesar US$ 7,6 miliar. Perkembangan ini disebabkan oleh lalu lintas modal neto sektor swasta yang mengalami defisit sebesar US$ 11,8 miliar meskipun lalu lintas modal neto sektor pemerintah mengalami surplus sebesar US$ 4,2 miliar. Defisit lalu lintas modal neto sektor swasta berkaitan dengan tingginya peningkatan arus modal keluar, sementara arus modal masuk mengalami penurunan, yang mencerminkan turunnya kepercayaan investor asing terhadap

III/19

Page 20: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

perekonomian Indonesia. Selain itu, penurunan peringkat Indonesia karena meningkatnya country risk telah berpengaruh pada berkurangnya akses untuk memperoleh pinjaman luar negeri, baik pinjaman baru maupun roll over pinjaman lama.

Dengan adanya krisis moneter, investasi langsung (PMA) turun sebesar US$ 3,9 miliar sehingga menjadi US$ 4,7 dalam tahun 1997/98. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh banyaknya investor asing yang memperoleh persetujuan investasi, baik pada tahun 1997/98 maupun tahun-tahun sebelumnya, menunda realisasi investasinya sehubungan dengan krisis ekonomi dan moneter yang terjadi.

Pemasukan modal pemerintah yang berasal dari pinjaman luar negeri meningkat dari US$ 5,3 miliar dalam tahun 1996/97 menjadi sebesar US$ 8,3 miliar dalam tahun 1997/98. Meningkatnya pemasukan modal pemerintah tersebut terutama berkaitan dengan penerimaan bantuan IMF dalam rangka reformasi ekonomi guna memulihkan dan menyehatkan perekonomian Indonesia, yaitu sebesar US$ 3,0 miliar, serta adanya penarikan terhadap pinjaman siaga sebesar US$ 841 juta.

Pelunasan pinjaman luar negeri yang terdiri dari pokok dan bunga pinjaman pemerintah dan swasta meningkat dari US$ 15,9 miliar dalam tahun 1994/95 menjadi US$ 20,7 miliar dalam tahun 1996/97 (Tabel III-7). Pelunasan pinjaman tersebut meningkat lagi dalam tahun 1997/98 menjadi sebesar US$ 25,6 miliar. Besarnya pelunasan pinjaman tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya pelunasan pinjaman luar negeri swasta dari sebesar US$ 11,9 miliar dalam tahun 1996/97 menjadi US$ 19,1 miliar dalam tahun 1997/98.

III/20

Page 21: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

Sejalan dengan makin besarnya pinjaman luar negeri swasta, Debt Service Ratio (DSR) swasta meningkat dari 14,9 persen dalam tahun 1994/95menjadi 29,4 persen dalam tahun 1997/98. Sedangkan DSR pemerintah menurun dari 17,7 persen dalam tahun 1994/95 menjadi 10,1 persen dalam tahun 1997/98. Tajamnya peningkatan DSR swasta menggambarkan beban pinjaman luar negeri yang semakin besar sejalan dengan posisi pinjaman sektor swasta yang meningkat. Sementara itu, penurunan DSR pemerintah terjadi sebagai akibat turunnya pembayaran pokok pinjaman pemerintah berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk melakukan pembayaran kembali yang lebih rendah dari tahun sebelumnya.

7. Perkembangan Pinjaman Luar Negeri

Pinjaman luar negeri walaupun sebagai sumber pembiayaan pelengkap merupakan sumber pembiayaan pembangunan yang penting. Pinjaman tersebut tidak boleh disertai dengan ikatan politik, persyaratan pinjaman berada dalam batas kemampuan neraca pembayaran dan pinjaman tersebut digunakan untuk kegiatan-kegiatan pembangunan yang produktif dan bermanfaat.

Persetujuan pinjaman luar negeri pemerintah pada awal Repelita VI (1994/95) adalah sebesar US$ 8,5 miliar, meningkat menjadi US$ 8,7 miliar dalam tahun 1995/96, kemudian menurun menjadi US$ 8,5 miliar dalam tahun 1996/97, dan menurun lagi menjadi US$ 6,0 miliar dalam tahun 1997/98. Apabila dilihat dari komposisinya, pinjaman luar negeri Pemerintah sebagian besar tetap dalam bentuk pinjaman lunak, dan selebihnya merupakan pinjaman setengah lunak dan pinjaman tunai. Hal ini merupakan perwujudan dari kebijaksanaan pinjaman luar negeri yang berhati-hati dengan senantiasa memperhatikan kemampuan untuk membayar kembali (Tabel III-8, dan III-9).

III/21

Page 22: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

Sementara itu, posisi pinjaman luar negeri Indonesia pada akhir Maret 1998 mencapai US$ 138,0 miliar, jauh lebih besar dibandingkan posisi akhir Maret 1997 yang sebesar US$ 113,1 miliar (Tabel III-10). Dari total pinjaman luar negeri, peranan pinjaman luar negeri swasta mengalami kenaikan dari 53,5 persen pada akhir Maret 1997 menjadi 60,8 persen pada akhir Maret 1998.

III/22

Page 23: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

TABEL III – 1NERACA PEMBAYARAN1993/94, 1994/95 – 1997/98

(juta US dolar)

1) Angka sementara2) Mulai tahun 1987/88 termasuk gas minyak bumi cair (LPG)3) Tahun 1988/89 – 1990/91 termasuk yang dibiayai melalui Bantuan Khusus;

Mulai tahun 1991/92 termasuk yang dibiayai melalui Fast Disbursing Assistance, khusus tahun 1997/98Termasuk bantuan IMF

4) Tahun 1988/89 – 1990/91 termasuk Bantuan Khusus yang tidak berupa Bantuan Program;5) Mulai tahun 1991/92 termasuk Fast Disbursing Assistance yang tidak berupa Bantuan Program6) Pokok Pinjaman7) Sejak tahun 1997/98, Lalu Lintas Moneter didasarkan pada Aktiva Luar Negeri Bruto (Gross Foreign Assets)8) Menggantikan Cadangan Devisa Resmi

III/23

Page 24: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

TABEL III – 2NILAI EKSPOR (F.O.B)

1993/94, 1994/95 – 1997/98(juta US dolar)

1) Angka sementara2) Persentase perubahan terhadap tahun sebelumnya3) Mulai tahun 1987/88 termasuk gas minyak bumi cair (LPG)

III/24

Page 25: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

GRAFIK III – 1PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR (F.O.B)

1993/94, 1994/95 – 1997/98

III/25

Page 26: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

TABEL III – 3NILAI EKSPOR (F.O.B)

1993/94, 1994/95 – 1997/98(juta US dolar)

1) Angka sementara2) Persentase perubahan terhadap tahun sebelumnya

III/26

Page 27: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

GRAFIK III – 2PERKEMBANGAN NILAI IMPOR (F.O.B)

1993/94, 1994/95 – 1997/98

III/27

Page 28: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

TABEL III – 4NILAI BEBERAPA BARANG EKSPOR DI LUAR MINYAK DAN GAS BUMI

1993/94, 1994/95 – 1997/98(juta US dolar)

1) Angka sementara2) Persentase perubahan terhadap tahun sebelumnya3) Termasuk hasil lainnya

III/28

Page 29: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

TABEL III – 5HARGA RATA-RATABEBERAPA JENIS BARANG EKSPOR

1993/94, 1994/95 – 1997/98(juta US dolar)

1) Karet RSS III New York dalam US$ sen/lb2) Kopi Robusta Lampung, New York dalam US$ sen/lb3) MInyak Sawit ex Sumatera, Rotterdam dalam US$/ton4) Lada Hitam, Singapura dalam Sin.$/100 kg5) Kayu, US Lumber, Tokyo dalam 1.000 Y/meter kubik6) Plywood, Tokyo dalam Y/lbr7) Tea Plain, London dalam GBP/kg

III/29

Page 30: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

TABEL III – 6PERKEMBANGAN IMPOR DI LUAR SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI

MENURUT GOLONGAN EKONOMI (C.I.F) 1)

1993/94, 1994/95 – 1997/98(juta US dolar)

1) Angka impor berdasarkan dokumen PPUD/PIUD yang diolah oleh Badan Pusat Statistik (BPS)2) Persentase perubahan terhadap tahun sebelumnya

III/30

Page 31: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

GRAFIK III – 3PERKEMBANGAN NILAI IMPOR DI LUAR SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI

MENURUT GOLONGAN EKONOMI (C.I.F)1993, 1994 – 1997

III/31

Page 32: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

TABEL III – 7PELUNASAN PINJAMAN LUAR NEGERI INDONESIA

1993/94, 1994/95 – 1997/98(juta US dolar)

1) Nilai ekspor barang dan jasa2) Pokok dan bunga pinjaman3) DSR, perbandingan antara jumlah pokok dan bunga pinjaman terhadap

Nilai ekspor barang dan jasa

III/32

Page 33: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

TABEL III – 8PERKEMBANGAN PERSETUJUAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH 1)

1993/94, 1994/95 – 1997/98(juta US dolar)

1) Mulai tahun 1992/93, pinjaman dan hibah CGI atas dasar pledge dan pinjaman di luar CGI atas dasar persetujuan2) Angka sementara3) Persentase perubahan terhadap tahun sebelumnya4) Berupa Bantuan Program, Dana Pendamping (Local Cost), Pinjaman Sektor (Sector Loan) dan Two Step Loan5) Termasuk Kredit Ekspor6) Berupa pinjaman obligasi dan pinjaman dari kelompok bank

III/33

Page 34: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

TABEL III – 9PERSETUJUAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH 1)

1993/94, 1994/95 – 1997/98(juta US dolar)

1) Pinjaman dan hibah CGI atas dasar pledge dan pinjaman di luar CGI atas dasar persetujuan2) Angka sementara3) Termasuk Bantuan Khusus/Fast Disbursing Assistance4) Termasuk Kredit Ekspor5) Berupa pinjaman obligasi dan pinjaman dari kelompok

III/34

Page 35: Ekspor - Bappenas · Web viewNilai ekspor komoditas kelompok pertanian, yaitu udang, ikan dan hasil hewan lainnya pada tahun 1997/98 telah mencapai US$ 1.897,2 juta, atau meningkat

TABEL III – 10PERSETUJUAN PINJAMAN LUAR NEGERI INDONESIA

Maret 1994 – Maret 1998(juta US dolar)

1) Termasuk Pinjaman dari IMF Support sebesar US$ 3,0 miliar2) Termasuk Surat-surat Berharga Domestik yang dimiliki Non Resident Non Resident per Maret 1998, sebesar US$ 6,4 miliar

III/35