EKSPLORASI ETNOMATEMATIS TENTANG KUCIKA PADA …

12
Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7 15 EKSPLORASI ETNOMATEMATIS TENTANG KUCIKA PADA MASYARAKAT KULISUSU BARAT KABUPATEN BUTON UTARA Muhammad Sudia Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Halu Oleo, Alamat: Kampus Bumi Tridharma Andounohu Kendari 93232 E-mail: [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui pemahaman budaya kucika masyarakat Kulisusu Barat, (2) untuk mengetahui konsep matematika yang digunakan dalam budaya kucika masyarakat Kulisusu Barat, (3) untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat. Penelitian ini adalah penelitian eksploratif yang menggunakan pendekatan etnografi. Hasil penelitian diantaranya: (1) budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat dianggap sebagai sesuatu yang sakral, karena kalau melakukan perjalanan jauh untuk mencari nafkah, menuntut ilmu atau melakukan kegiatan tertentu di hari baik yang telah ditetapkan akan mendapatkan keberuntungan, kesuksean atau keberhasil dan kedamaian; (2) konsep-konsep matematika yang digunakan dalam menerapkan budaya kucika adalah konsep rotasi dalam transformasi, konsep peluang dan konsep barisan bilangan; (3) nilai-nilai budaya yang terkandung dalam budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat adalah nilai historis, nilai ekonomis, nilai moral, nilai sosial dan nilai estetika. Kata Kunci: Budaya Kucika, kalender hijriah, keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian PENDAHULUAN Bangsa Indonesia memiliki beraneka ragam budaya dan suku yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Setiap suku yang ada disetiap daerah memiliki peradaban atau budaya masing-masing. Keragaman budaya merupakan warisan dari leluhur bangsa Indonesia sejak dahulukala. Ada budaya yang sudah hilang dan ada budaya yang masih tetap dipertahankan sampai sekarang ini. Hilangnya berbagai budaya di Indonesia diakibatkan oleh arus globalisasi yang makin melanda negeri kita, sehingga ada kebiasaan- kebiasaan dari masyarakat yang meruapakan kearifan lokal menjadi hilang ditelan waktu. Budaya adalah pola utuh perilaku manusia dan produk yang dihasilkannya yang membawa pola pikir, pola lisan, pola aksi dan artifak dan sangat tergantung pada kemampuan seseorang untuk belajar, untuk menyampaikan pengetahuannya kepada generasi berikutnya melalui beragam alat, bahasa, dan pola nalar (Ratna, 2005). Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) dijelaskan bahwa budaya adalah pikiran, akal budi dan adat istiadat, sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan budaya sebagai keseluruhan kecakapan (adat, akhlak, kesenian dan sebagainya), sedangkan ahli sejarah mengartikan kebudayaan sebagai warisan atau tradisi, bahkan ahli antropologi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life dan kelakuan. Koentjaraningrat (1990) mendefinisikan budaya sebagai seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Adapun hal menarik yang menjadi topik di era teknologi dan informasi adalah mulai terkikisnya nilai budaya bangsa. Perubahan gaya hidup dan budaya secara kontinu mempengaruhi kemajuan matematika. Selain itu, matematika juga membantu dalam

Transcript of EKSPLORASI ETNOMATEMATIS TENTANG KUCIKA PADA …

Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7

15

EKSPLORASI ETNOMATEMATIS TENTANG KUCIKA PADA

MASYARAKAT KULISUSU BARAT KABUPATEN BUTON UTARA

Muhammad Sudia

Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Halu Oleo, Alamat: Kampus Bumi Tridharma

Andounohu Kendari 93232

E-mail: [email protected]

Abstrak Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui pemahaman budaya kucika masyarakat Kulisusu

Barat, (2) untuk mengetahui konsep matematika yang digunakan dalam budaya kucika masyarakat

Kulisusu Barat, (3) untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat. Penelitian ini adalah penelitian eksploratif yang

menggunakan pendekatan etnografi. Hasil penelitian diantaranya: (1) budaya kucika yang berlaku

pada masyarakat Kulisusu Barat dianggap sebagai sesuatu yang sakral, karena kalau melakukan

perjalanan jauh untuk mencari nafkah, menuntut ilmu atau melakukan kegiatan tertentu di hari baik yang telah ditetapkan akan mendapatkan keberuntungan, kesuksean atau keberhasil dan kedamaian;

(2) konsep-konsep matematika yang digunakan dalam menerapkan budaya kucika adalah konsep

rotasi dalam transformasi, konsep peluang dan konsep barisan bilangan; (3) nilai-nilai budaya yang terkandung dalam budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat adalah nilai

historis, nilai ekonomis, nilai moral, nilai sosial dan nilai estetika.

Kata Kunci: Budaya Kucika, kalender hijriah, keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan

dan kedamaian

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia memiliki beraneka ragam budaya dan suku yang tersebar di

seluruh daerah di Indonesia. Setiap suku yang ada disetiap daerah memiliki peradaban atau

budaya masing-masing. Keragaman budaya merupakan warisan dari leluhur bangsa

Indonesia sejak dahulukala. Ada budaya yang sudah hilang dan ada budaya yang masih

tetap dipertahankan sampai sekarang ini. Hilangnya berbagai budaya di Indonesia

diakibatkan oleh arus globalisasi yang makin melanda negeri kita, sehingga ada kebiasaan-

kebiasaan dari masyarakat yang meruapakan kearifan lokal menjadi hilang ditelan waktu.

Budaya adalah pola utuh perilaku manusia dan produk yang dihasilkannya yang

membawa pola pikir, pola lisan, pola aksi dan artifak dan sangat tergantung pada

kemampuan seseorang untuk belajar, untuk menyampaikan pengetahuannya kepada

generasi berikutnya melalui beragam alat, bahasa, dan pola nalar (Ratna, 2005). Di dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) dijelaskan bahwa budaya adalah pikiran, akal budi

dan adat istiadat, sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal

budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan

budaya sebagai keseluruhan kecakapan (adat, akhlak, kesenian dan sebagainya), sedangkan

ahli sejarah mengartikan kebudayaan sebagai warisan atau tradisi, bahkan ahli antropologi

melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life dan kelakuan. Koentjaraningrat (1990)

mendefinisikan budaya sebagai seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia

dalam rangka kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Adapun hal menarik yang menjadi topik di era teknologi dan informasi adalah

mulai terkikisnya nilai budaya bangsa. Perubahan gaya hidup dan budaya secara kontinu

mempengaruhi kemajuan matematika. Selain itu, matematika juga membantu dalam

Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7

16

pemeliharaan dan penerusan tradisi budaya. Berbagai produk budaya warisan leluhur kita

menampakkan kreativitas seni yang mengandung unsur matematika. Misalnya pada motif

batik Solo dan sarung adat Buton ada yang mengandung bentukan geometri dua dimensi,

ornamen ukiran maupun bentuk arsitektur pada rumah adat yang mengandung bentukan

geometri tiga dimensi.

Berdasarkan contoh di atas mengisyaratkan bahwa siswa dapat belajar

mengkontruksikan pemahaman meraka tentang bangun datar dan bangun ruang, siswa

dapat mengkreasikan bentuknya berdasarkan kreativitas siswa untuk menggambarkan

bangun datar dan bangun ruang pada contoh di atas, sehingga diharapkan pembelajaran

matematika yang dibahas dari segi terapan dalam kehidupan sehari-hari dapat menggeser

imange bahwa matematika adalah pelajaran yang serius dan sulit menjadi pelajaran yang

menyenangkan dan penuh dengan seni keindahan geometri dan yang lainnya.

Pendidikan di Indonesia juga masih mengkaji berbagai budaya yang masih

berkembang sampai saat ini. Pendidikan dan budaya adalah suatu yang tidak dapat

dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari, karena budaya merupakan kesatuan yang utuh

dan menyeluruh, berlaku dalam suatu masyarakat dan pendidikan merupakan kebutuhan

mendasar bagi setiap individu dalam masyarakat. Salah satu yang dapat mengaitkan antara

budaya dan pendidikan matematika adalah etnomatematika (Wahyuni, 2013).

Pendidikan memiliki peranan yang besar dalam proses pembudayaan. Tilaar (2002)

menegaskan bahwa tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung

dan berkembang bahkan memperoleh dinamikanya. Hal ini berarti bahwa pendidikan

memiliki peran penting dalam pengembangan budaya, namun pengenalan potensi daerah

kepada peserta didik dirasa belum cukup untuk mengenalkan nilai-nilai luhur yang dimiliki

bangsa Indonesia sehingga diperlukan cara lain untuk mengenalkan nilai-nilai luhur yang

dimiliki bangsa Indonesia, antara lain dengan cara mengeksplorasi etnomatematika.

Pergaulan masyarakat modern, diakui bahwa matematika merupakan salah satu

mata pelajaran yang dipandang penting di sekolah, tetapi mengajar matematika dengan

baik merupakan pekerjaan yang sulit. Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum

2013, mendorong reformasi dalam pendidikan matematika, konsep-konsep matematika

perlu dibelajarkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek lokal yang berkembang dalam

masyarakat di sekitar lingkungan siswa.

Salah satu tujuan belajar matematika adalah membentuk skema baru dalam struktur

kognitif siswa, dengan mempertimbangkan skemata siswa, akan terjadi asimilasi

(Hartoyo, 2015). Selanjutnya Hartoyo (2015) menegaskan bahwa mengaitkan antara

pengetahuan awal siswa dengan pemahaman konteks di lingkungannya dapat

dipertimbangkan dalam pembelajaran. Kecenderungan yang berlangsung dalam

pembelajaran matematika mengawali dengan eksplorasi pengetahuan informal yang

diperoleh siswa dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Pada hakekatnya matematika tumbuh dari keterampilan atau aktivitas lingkungan

budaya, sehingga matematika seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budayanya dan

matematika yang berkembang dalam lingkungan masyarakat yang dipengaruhi latar

belakang budayanya disebut etnomatematika (Bishop, 1994). .

D’Ambrosio (1990) defined ethnomathematics in the following way:

The prefix ethno is today accepted as a very broad term that refers to the socialcultural

Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7

17

context and therefore includes language, jargon, and codes of behavior, myths, and

symbols. The derivation of mathema is difficult, but tends to mean to explain, to know, to

understand, and to do activities such as measuring, classifying, inferring, and modeling.

The suffix tics is derived from techno, and has the same root as technique.

“Ethnomathematics in the elementary classroom is where the teacher and the

students value cultures, and cultures are linked to curriculum” (Barta & Shockey, 2006).

Etnomatematika merupakan representasi kompleks dan dinamis yang menggambarkan

pengaruh kultural penggunaan matematika dalam aplikasinya. Ethnomathematics is used to

express the relationship between culture and mathematics (Barta & Shockey, 2006). The

term „ethnomathematics‟ has been used to mean “the mathematical practices of

identifiable cultural groups and may be regarded as the study of mathematical ideas found

in any culture”. (Rosa & Orey, 2013) .

Ethnommathematics involves a mathematical formula that are developed and

used in everyday life by members of the community group. (Rosa and Orey: 2013).

Furthermore, Barton (1996) asserts that ethnomathematics is a field of study which

examines the way from other cultures understand, articulate and use concepts and

practices which are from their culture and which the researchers describes as

mathematical.

Etnomatematika adalah matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya

tertentu, misalnya kelompok buruh/petani, anak-anak dari masyarakat kelas tertentu, kelas-

kelas profesional, dan lain sebagainya (Gerdes, 1994). Dari definisi seperti ini,

etnomatematika memiliki pengertian yang lebih luas dari hanya sekedar etno (etnis) atau

suku. Jika ditinjau dari sudut pandang riset maka etnomatematika didefinisikan sebagai

antropologi budaya (cultural anropology of mathematics) dari matematika dan pendidikan

matematika.

Secara singkat, pengertian etnomatematika adalah bentuk matematika yang

dipengaruhi oleh budaya. Rachmawati (2012) mendefinisikan etnomatematika sebagai

cara-cara khusus yang dipakai oleh suatu kelompok budaya atau masyarakat tertentu dalam

aktivitas matematika. Dalam kehidupan berbudaya, tanpa disadari masyarakat telah

melakukan berbagai aktivitas-aktivitas yang menggunakan konsep dasar matematika.

Misalnya pada aktivitas jual beli, masyarakat menggunakan konsep matematika yaitu

berhitung untuk menghitung uang kembalian, menghitung laba atau rugi, dan lain-lain.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki berbagai macam kebudayaan.

Etnomatematika merupakan suatu studi tentang perbedaan cara masyarakat

memecahkan masalah matematika dan algoritma praktis berdasarkan perspektif

matematika mereka sendiri yang mengacu pada bentuk matematika yang bervariasi sebagai

konsekuensi yang tertanam dalam kegiatan budaya. Berdasarkan pandangan ini, Orey

(2000) menegaskan bahwa ethnomathematics ditandai sebagai alat untuk bertindak di

dunia sehingga etnomatematika memberikan wawasan peran sosial matematika dalam

bidang akademik. Konsep-konsep matematika yang tertanam dalam praktek-praktek

budaya dan mengakui bahwa semua budaya dan semua orang mengembangkan metode

unik untuk memahami dan mengubah realitas mereka sendiri, kemudian disebut

etnomatematika (Orey, 2000).

Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7

18

Langkah awal yang perlu dilakukan dan yang menjadi fokus dalam penelitian ini

adalah melakukan eksplorasi investigasi unsur-unsur budaya masyarakat yang memuat

konsep-konsep matematika. Hasil eksplorasi tersebut dapat dijadikan dasar dalam

pengembangan bahan ajar matematika berbasis budaya lokal yang memperhatikan

lingkungan sosial budaya dan kearifan lokal masyarakat. Shirley (2001), berpendapat

bahwa sekarang ini bidang etnomathematika, yaitu matematika yang timbul dan

berkembang dalam masyarakat dan sesuai dengan kebudayaan setempat, merupakan pusat

proses pembelajaran dan metode pengajaran. Hal ini membuka potensi pedagogis yang

mempertimbangkan pengetahuan para siswa yang diperoleh dari belajar di luar kelas.

Penerapan matematika yang dilakukan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

dapat dijumpai dari aktivitas yang sering mereka lakukan, misalnya membangun rumah,

mengukur atau menimbang, menuntun pola-pola geometri yang sesuai, kegiatan adat,

membuat kain tenun dan sebagainya. Kebiasaan masyarakat yang ada di Kecamatan

Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara saat melakukan perjalanan jauh, misalnya mencari

nafkah di segeri orang, menuntut ilmu di negeri orang, atau melakukan kegiatan tertentu

misalnya mau mendirikan rumah baru, menenmpati rumah baru, melakukan pernikahan,

menanam padi atau tanaman lain selalu mencari hari-hari baik, agar memperoleh

keberuntungan, kesuksesan, keselamatan dan kedamaian. Penentuan hari-hari baik ketika

hendak bepergian atau melakukan sesuatu kegiatan, masyarakat Kulisusu Barat

menggunakan kucika (ilmu falak). Perhitungan kucika berdasarkan kalender Hijriah.

Penggunaan kucika dalam perhitungan kalender Hijriah menggunakan media, yaitu

telapak tangan dan jari-jari tangan. Penggunaan kucika di Kulisusu Barat mengandung

konsep matematika yang dapat dipelajari di sekolah, penggunaan kucika juga mengandung

nilai-nilai penting dalam kehidupan.

Penulis mengaitkan matematika dan kebudayaan, objek yang berada di dalamnya

adalah masyarakat adat. Masyarakat adat menjadi sosok yang terbuka terhadap realitas

kehidupan modernisasi masa kini. Dalam proses perencanaan dan pelaksanaan konservasi

budaya masyarakat adat, ada keperluan untuk menghargai dan menggabungkan

pengetahuan tradisional dan praktek-praktek pengelolaan mereka. Karena tidak ada

pengetahuan yang sempurnah, maka penggunaan yang saling melengkapi antara ilmu

pengetahuan tradisional dan ilmu pengetahuan ilmiah secara seimbang merupakan satu

cara yang bernilai untuk memenuhi keperluan masyarakat adat yang sedang berubah serta

menghadapi persoalan-persoalan konservasi budaya. Tujuan penelitian ini adalah: (1)

untuk mengetahui pemahaman budaya kucika masyarakat Kulisusu Barat; (2) untuk

mengetahui konsep matematika yang digunakan dalam budaya kucika masyarakat

Kulisusu Barat; (3) untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kucika

yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian eksploratif, yaitu penelitian untuk menemukan dan

mengetahui gejala atau peristiwa (konsep atau masalah) dengan melakukan penjajakan

terhadap gejala tersebut (Gulo, 2000). Hal yang dieksplorasi dalam penelitian ini adalah

budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat di Kabupaten Buton Utara.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan etnografi. Menurut

Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7

19

Moleong (2012), usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan

dinamakan etnografi.

Nara sumber dalam penelitian ini adalah 3 (tiga) orang dengan pertimbagan bahwa

nara sumber yang digunakan mengetahui persis budaya kucika yang digunakan masyarakat

Kulisusu Barat di Kabupaten Buton Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli

sampai dengan Nopember 2016 bertempat di Kecamatan Kulisusu Barat Kabupaten Buton

Utara. Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara yang isinya berkaitan

dengan bagaimana budaya kucika digunakan, kapan budaya kucika diguanakan dan pola-

pola matematika apa dan nilai-nilai apa yang terdapat dalam budaya kucika pada

masyarakat Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara.

Analisis data dalam penelitian ini mengikuti model analisis Miles dan Huberman

(Sugiono, 2008), yang mengikuti langkah: (1) reduksi data, (2) penyajian data dan (3)

penafsiran data dan penarikan kesimpulan.

HASIL

Pada bagian pendahuluan disebutkan bahwa penggunaan kucika berdasarkan

kalender Hijriah dan menggunakan telapak tangan dan jari-jari tangan sebagai media untuk

menghitung tanggal Hijriah tersebut. Data hasil penelitian adalah data yang telah direduksi

dan setelah dilakukan triangulasi menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari ketiga nara

sumber adalah relatif sama. Berlakunya kucika adalah sama untuk setiap bulan dalam

tahun Hijriah, yaitu mulai bulan Muharram s/d bulan Zulhijah. Kucika berlaku bagi

seseorang atau kelompok orang yang ingin bepergian jauh dalam rangka mencari nafkah,

menuntut ilmu atau bagi seseorang/kelompok orang yang akan melakukan suatu kegiatan

atau pekerjaan tertentu, misalnya membuat rumah baru, menempati rumah baru,

melakukan pernikahan, menanam padi atau tanaman lain. Bagi orang yang menganut

paham kucika akan selalu mencari tanggal atau hari baik ketika akan bepergian jauh atau

melakukan kegiatan tertentu. Tanggal atau hari baik artinya, kalau bepergian jauh dengan

tujuan mencari nafkah atau saat melakukan kegiatan tertentu, akan memberikan

keberuntungan, keselamatan, kesuksesan, kedamaian atau memberikan hasil yang baik.

Sebaliknya jika bepergian jauh atau melakukan kegiatan tertentu pada tanggal atau hari

yang tidak baik akan mengalami ketidakberuntungan atau mengalami nasib sial.

Tanggal 1, dihitung mulai dari tengah telapak tanggan (Seperti

gambar di samping). Jika kita melakukan perjalanan jauh atau

melakukan kegiatan tertentu pada tanggal 1 merupakan hari baik,

yaitu mulai dari jam 06.00 sampai dengan jam 12.00 kita akan

mendapatkan keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan dan

kedamaian.

Tanggal 2, pada jari kelingking (seperti gambar di samping). Jika

melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu pada

tanggal 2 merupakan hari yang tidak baik (hari naas atau hari sial),

akibatnya kita memperoleh ketidakberuntungan, ketidaksuksesan.

Atau memperoleh nasib sial.

Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7

20

Tanggal 3, 4 dan 5, dihitung mulai pada jari manis, jari tengan dan jari telunjuk

(seperti gambar di bawah ini):

Jika kita melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu pada tanggal 3, 4

dan 5 merupakan hari baik, karena besar kemungkinannya kita akan memperoleh,

keberuntungan, kesuksesan, keberhasilan dan kedamaian.

Pada tanggal 6 dihitung pada ibu jari (seperti gambar di samping).

Jika kita melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan

tertentu pada tanggal 6, merupakan hari tidak baik, karena besar

kemungkinannya kita akan jauh dari keberuntungan, akan jauh dari

kesuksesan, akan jauh dari kedamaian, akan jauh dari keselamatan

dan kedamaian.

Tanggal 7 sama seperti tanggal 1. Jika kita melakukan perjalanan jauh atau

melakukan kegiatan tertentu pada tanggal 7, kita akan memperoleh keberuntungan,

keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian.

Tanggal 8 sama seperti tanggal 2, yaitu merupakan hari naas. Jika kita melakuan

perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu kita akan mengalami nasib sial, akan jauh

dari keberuntungan, jauh dari kesuksesan, jauh dari kedamaian. Oleh sebab itu, sebaiknya

jangan melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu pada tanggal 8.

Tanggal 9, 10, 11 sama seperti tanggal 3, 4, 5 merupakan hari baik untuk melakukan

perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu, sehingga besar kemungkinannya kita

akan memperoleh keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian.

Tanggal 12 sama seperti tanggal 6, yaitu merupakan hari yang tidak baik untuk

melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu kita akan jauh dari

keberuntungan, jauh dari keberhasilan, jauh dari kesuksesan dan dan jauh dari kedamaian.

Oleh sebab itu, sebaiknya jangan melakukan perjalanan jauh dan melakukan kegiatan

tertentu pada tanggal 12. Tanggal 13 sama seperti tanggal 1 dan tanggal 7. Jika kita

melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu pada tanggal 13 kita akan

memperoleh keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian. Tanggal 14 sama

seperti tanggal 2 dan tanggal 8, yaitu merupakan hari tidak baik jika kita melakukan

perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu kecil kemungkinan untuk mendapatkan

keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian. Oleh sebab itu sebaiknya jangan

melakukan perjalanan jauh dan melakukan kegiatan tertentu pada tanggal 14.

Tanggal 15, 16, 17 sama seperti tanggal 3, 4, 5 dan tanggal 9, 10, 11;

merupakan hari baik untuk melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu,

karena besar kemungkinannya untuk mendapatkan keberuntungan, keberhasilan atau

kedamaian. Tanggal 18 sama seperti tanggal 6 dan tanggal 12 merupakan hari yang tidak

baik untuk melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu, kita akan jauh

dari keberuntungan, jauh dari keberhasilan, jauh dari kesuksesan dan akan jauh dari

Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7

21

kedamaian. Oleh sebab itu jangan melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan

tertentu pada tanggal 18.

Tanggal 19 sama seperti tanggal 1, 7, 13, merupakan hari baik untuk melakukan

perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu, kita akan mendapatkan keberuntungan,

keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian. Tanggal 20, sama seperti tanggal 2, 8, dan 14

merupakan hari tidak baik untuk kita melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan

tertentu karena kecil kemungkinannya untuk mendapatkan keberuntungan, keberhasilan,

kesuksesan atau kedamaian. Oleh sebab itu, sebaiknya jangan melakukan perjalanan jauh

atau melakukan kegiatan tertentu pada tanggal 20.

Tanggal 21, 22 dan 23, sama seperti tanggal 3, 4,5; tanggal 9, 10, 11 dan tanggal

15, 16, 17, merupakan hari baik untuk kita melakukan perjalanan jauh atau melakukan

kegiatan tertentu, karena besar kemungkinannya kita mendapatkan keberuntungan,

keberhasilan dan kedamaian. Tanggal 24, sama seperti tanggal 6, 12, 18, merupakan hari

tidak baik jika kita akan melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu,

karena kita akan dijauhkan dari keberuntungan, keberhasilan, kesukseksrsan dan

kedamaian. Tanggal 25, sama seperti tanggal 1, 7, 13, 19 merupakan hari baik sampai

dengan siang hari. Jika kita akan melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan

tertentu, kita akan memperoleh keberuntungan, kesuksesan, keberhasilan dan kedamaian.

Tanggal 26, sama seperti tanggal 2, 8, 14, 20 merupakan hari tidak baik, karena jika

kita melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu, kecil kemungkinannya

kita akan memperoleh keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian. Oleh

sebab itu, jangan melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu pada tanggal

26. Tanggal 27, 28,dan 29, kembali lagi seperti tanggal 3, 4, 5; ,tanggal 9, 10, 11; tanggal

15, 16, 17 dan tanggal 21, 22, 23, meruapakn hari baik untuk melakukan perjalanan jauh

atau melakukan kegiatan tertentu karena besar kemungkinannya kita memperoleh

keberuntungan, keberhasilan dan kedamaian. Tanggal 30, kembali lagi seperti tanggal 6,

12, 18, 24, merupakan hari yang tidak baik untuk melakukan perjalanan jauh, karena kita

jauh dari keberuntungan, keberhasilan dan kedamaian. Oleh sebab itu sebaiknya pada

tanggal 30 jangan melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu.

Kucika yang dijelaskan di atas juga berlaku sama untuk setiap bulan dalam tahun

Hijriah dan budaya kucika ini sudah berlaku dan dipercaya sejak zaman dahulu sampai

sekarang ini.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, telah disebutkan bahwa

dalam kalender tahun hijriah setiap bulan ada tanggal-tanggal tertentu yang merupakan

hari baik dan hari tidak baik ketika kita akan melakukan perjalanan jauh atau melakukan

kegiatan tertentu. Hari baik maksudnya, kalau kita akan melakukan perjalanan jauh atau

melakukan kegiatan tertentu, besar kemungkinannya kita mendapatkan keberuntungan,

keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian, sedangkan hari tidak baik, maksudnya ketika

kita melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu, kita akan dijauhkan atau

kecil kemungkinannya kita akan mendapatkan keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan

dan kedamaian. Hari tidak baik ini, oleh masyarakat Kecamatan Kulisusu Barat disebut

hari naas atau hari ketidakberuntungan.

Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7

22

Melakukan perjalanan jauh atau bepergian jauh dalam tulisan ini mahsudnya

melakukan perjalanan jauh ke negeri orang untuk mencari nafka atau menuntut ilmu,

sedangkan melakukan kegiatan tertentu misalnya: (a) mendirikan rumah baru, menenmpati

rumah baru diharapkan rumah tersebut membawa rejeki, nyaman ditempati, aman, damai;

(b) melakukan pernikahan, diharapkan dapat memperoleh keturunan yang baik,

mendapatkan rejeki serta tercipta kedamaian dalam rumah tangga; (c) menanam padi atau

tanaman lain, diharapkan buahnya banyak dan tidak diserang hama tikus atau hama yang

lain.

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa salah satu konsep matematika yang

terkandung dalam budaya kucika adalah konsep peluang, yaitu melibatkan kemungkinan-

kemungkinan atau peluang-peluang tentang keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan,

kedamaian atau ketidakberuntungan, ketidaksuksesan, ketidakdamaian seseorang. Tuhan

(Allah) telah menentuka nasib seseorang, tetapi percayalah dengan ungkapan bahwa

Tuhan (Allah) tidak akan mengubah nasib seseorang, kecuali orang itu sendiri yang

mengubahnya. Oleh sebab itu, maka sebaiknya seseorang harus berusaha untuk mencari

penghidupan yang layak, dengan cara melakukan kegiatan pada tanggal atau hari-hari baik,

supaya mendapatkan keberuntungan, keberhasilan dan kedamaian dalam menjalani

kehidupan.

Berdasarkan hasil penelitian, juga terlihat bahwa dalam budaya kucika yang

menggunakan tanggal Hijriah dan telapak tangan serta jari-jari sebagai media, ada pola-

pola keteraturan tanggal yang sifatnya berulang sebagai hari-hari yang baik dan hari-hari

yang tidak baik untuk melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu. Uraian

ini menunjukkan bahwa ada konsep rotasi dalam topik transfomasi matematika. Selain itu

juga ada konsep pola bilangan atau barisan aritmetika dan konsep aritmetika bertingkat.

Penjelasan tentang pola bilangan diberikan berikut ini.

Misalnya tanggal 1, 7, 13, 19, 25, dalam perhitungan tanngal

Hijriah yang menggunakan telapak tangan dan jari-jari tanggan

sebagai media jatuh pada tengah telapak tangan (seperti gambar di

samping) dan merupakan hari baik untuk melakukan perjalanan

jauh atau melakukan kegiatan tertentu. Tanggal 1,7, 13, 19, 25

merupakan lima barisan aritmetika dengan suku pertama (U1) = 1

dan beda (b) = 6.

Misalnya tanggal 2, 8, 14, 20, 26, dalam perhitungan tanngal

Hijriah yang menggunakan telapak tangan dan jari-jari tanggan

sebagai media jatuh pada jari kelingking (seperti gambar di

samping) dan merpakan hari tidak baik untuk melakukan

perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu. Tanggal 2, 8, 14,

20, 26 merpakan lima barisan aritmetika dengan suku pertama (U1)

= 2 dan beda (b) = 6.

Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7

23

Misalnya tanggal 6, 12, 18, 24, 30, dalam perhitungan tanngal

Hijriah yang menggunakan telapak tangan dan jari-jari tanggan

sebagai media jatuh pada ibu jari (seperti gambar di samping) dan

merpakan hari tidak baik untuk melakukan perjalanan jauh atau

melakukan kegiatan tertentu. Tanggal 6, 12,, 18, 24, 30 merpakan

lima barisan aritmetika dengan suku pertama (U1) = 6 dan beda

(b) = 6.

Misalnya tanggal: 3, 4, 5; tanggal: 9, 10, 11 dan tanggal: 21, 22,23 dalam perhitungan

tanngal Hijriah yang menggunakan telapak tangan dan jari-jari tanggan sebagai media

jatuh pada jari manis, jari tengah dan jari telunjuk (seperti gambar di berikut):

:

dan merpakan hari baik untuk melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan

tertentu. Tanggal 3, 4, 5; 9, 10, 11; 15, 16, 17; 21, 22, 23 masing-masing merupakan

barisan aritmetika dengan suku pertama U1 = 3; U1 = 9; U1 = 15 dan U1 = 21 dan

masing-masing bedanya (b) = 1. Akan tetapi jika diperhatikan keseluruhan barisan . 3, 4, 5;

9, 10, 11; 15, 16, 17; 21, 22, 23 merupakan barisan aritmetika bertingkat. Jadi barisan ini

memiliki pola keteraturan tertentu, yaitu membentuk barisan aritmetika bertingkat.

Dari hasil penelitian budaya kucika yang menngunakan kalender Hijriah dan

telapak tangan dan jari-jari tangan sebagai media juga terlihat bahwa ada siklus yang

terjadi. Hal ini berarti ada konsep rotasi dalam transformasi. Menurut masyarakat Kulissu

Barat, filosofi budaya kucika yang menggunakan kalender Hijriah, yang smenggunakan

telapak tangan dan jari-jari tangan sebagai media adalah: Tengah telapak tangan, artinya

keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian sudah dalam genggaman tangan

artinya sudah pasti dicapai (seperti gambar berikut).

Jari kelingking (seperti gambar di samping) adalah jari yang

paling kecil, artinta kecil kemungkinannya kita memperoleh

keberuntungan, kesberhasilan, kesuksesan dan kedamaian

jika kita melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan

tertentu. .

Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7

24

Jari manis, jari tengan dan jari telunjuk adalah jari yang

paling besar dan paling panjang, artinya besar

kemungkinannya untuk memperoleh keberuntungan,

keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian. .

Ibu Jari, jauh jaraknya dari jari-jari yang lain, (seperti

gambat di samping) artinya jika kita melakukan perjalanan

jauh atau melakukan kegiatan ttertentu, kemungkinannya kita

akan dijauhkan dari keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan

dan kedamaian.

Gagasan etnomatematika akan dapat memperkaya pengetahuan matematika yang

telah ada. Oleh sebab itu, jika perkembangan etnomatematika telah banyak dikaji maka

bukan tidak mungkin matematika diajarkan secara bersahaja dengan mengambil budaya

setempat.

Masyarakat Kulisusu Barat belum menyadari bahwa budaya kucika yang mereka

terapkan selama ini memiliki keterkaitan dengan beberapa konsep matematika yang

dipelajari di sekolah. Bishop (1994) menyatakan bahwa matematika sebagai bentuk

budaya, sesungguhnya telah terintegrasi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat

dimanapun berada.

Pinxten (1994) menyatakan bahwa pada hakekatnya matematika merupakan

teknologi simbolis yang tumbuh pada keterampilan atau aktivitas lingkungan yang bersifat

budaya. Dengan demikian matematika seseorang dipengaruhi oleh latar budayanya, karena

yang mereka lakukan berdasarkan apa yang mereka lihat dan mereka rasakan. Budaya akan

mempengaruhi perilaku individu dan mempunyai peran yang besar pada perkembangan

pemahaman individual, termasuk pembelajaran matematika (Bishop, 1994).

Pengajaran matematika bagi setiap orang seharusnya disesuaikan dengan

budayanya (D’ Ambrosio, 1985). Untuk itu diperlukan suatu penghubung antara

matematika di luar sekolah dengan matematika yang dipelajari di sekolah. Salah satu

caranya dengan memanfaatkan etnomatematika sebagai awal dari pembelajaran

matematika formal yang disesuaikan dengan perkembangan peserta didik.

Budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat memiliki nilai-nilai

yang mereka rasakan selama ini. Misalnya nilai historis, karena buadaya kucika sudah

berlaku turun temurun dari zaman dahulu sampai sekarang dan masih tetap dipercaya dan

dilestarikan. Selain itu juga budaya kucika memiliki nilai ekonomi, karena jika berhasil

mendapatkan rejeki yang banyak ketika mencari nafkah di negeri orang akan

meningkatkan nilai ekonomi, atau jika bercocoktanam dan mendapatkan hasil panen yang

banyak juga akan meningkatkan nilai ekonomi.

Melakukan kegiatan pada saat yang tepat dalam menerapkan budaya kucika yang

berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat memiliki nilai moral, misalnya mencari nafka di

negeri orang dengan cara halal, menempati rumah baru yang penghuninya senantiasa

damai, keluarga yang menikah hidupnya rukun dan damai semuanya mengandung nilai

moral. Penerapan budaya kucika juga mengandung nilai sosial, misalnya mendirikan

rumah baru atau menenmpati rumah baru dilakukan secara gotong royong untuk

Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7

25

memindahkan barang-barang, melakukan acara pernikahan dilakukan dengan cara saling

membantu, saat menanam padi juga dilakukan secara gotong royong. Hal yang dijelaskan

ini semuanya mengandung nilai soaial. Selain itu juga penerapan budaya kucika

mengandung nilai estetika, misalnya saat mendirikan rumah baru dibuat sedemikian rupa

sehingga ada unsur-unsur keindahan atau estetika.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebegi

berikut: (1) budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat dianggap sebagai

sesuatu yang sakral, karena kalau melakukan perjalanan jauh untuk mencari nafkah,

menuntut ilmu atau melakukan kegiatan tertentu di hari baik yang telah ditetapkan akan

mendapatkan keberuntungan, kesuksean atau keberhasil dan kedamaian, dan sebalinya jika

dilakukan pada hari tidak baik maka kegagalan atau bahkan mibah yang diperoleh; (2)

konsep-konsep matematika yang digunakan dalam menerapkan budaya kucika adalah

konsep rotasi dalam transformasi, konsep peluang dan konsep barisan bilangan; (3) nilai-

nilai yang terkandung dalam budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat

adalah nilai historis, nilai ekonomis, nilai moral, nilai sosial dan nilai estetika, yang

kelima nilai ini masih tetap dipertahankan sampai dengan sekarang. .

DAFTAR PUSTAKA

Barta, J. & Shockey, T. 2006. The mathematical ways of an aboriginal people: The

Northern Ute. Journal of Mathematics and Culture, 1(1), 79-89.

Barton, W.D 1996. Ethnomathematics : Exploring Cultural Diversity in Mathematics. A

thesis for Doctor of Philosophy in Mathematics Education University of

Auckland: Unpublished.

Bishop, A. J. 1994. Cultural conflicts in mathematics education: developing a research

agenda. For the Learning of Mathematics Journal, 14(2) 15-18.

D’Ambrosio, U. 1990. Etnomatemática [Ethnomathematics]. São Paulo, SP, Brazil:

Editora Ática.

---------------------. 1985, Ethnomathematics and its place in the History and Pedagogy of

Mathrmatics,.For the Learning of Mathematics, 5(1), 44-48.

Gerdes, P. 1994. Reflection on Ethnomatematics. For the Learning of Mathematiccs,

14(2), 19-21.

Gulo, W. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta,: Grasindo.

Hartoyo, Agung. 2012. Eksplorasi Etnomatematika Pada Budaya Indonesia-Malaysia

Kabupaten Sanggau Kalbar. Jurnal Penelitian Pendidikan. 13(1), 14-23.

Kuntjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, Lexy J., 2012. Meodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Orey, D. C., 2000. The Ethnomatematics of the Sioux tipi and cone. In H. Selin (Ed),

Mathematics across culture: History of non-Western mathematics, 239-252.

Dordrecht, Netderrlands: Kulwer Academic Publisher.

Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7

26

Pinxten, R. 1994. Ethnomathematics and Its Practice. For the Learning of

Mathematics 14(2).

Rachmawati, Indah. 2012. Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo. Surabaya:

Unipres Univesitas Negeri Surabaya.

Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosa, M., & Orey, D.C. 2013. Ethnomodeling as a Research Theoretical Framework on

Ethnomathematics and Mathematical Modeling. Journal of Urban

Mathematics Education, 6 (2), 62–80.

Shirley, L. 2001. Using Ethnomathematics to Find Multicultural Mathematics Conections.

In P.A. House & A.F. Coxford (ed) Connecting

Mathematics Across the Curriculum. Reston, VA : NCTM.

Sugiono. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif/Kualitatif, R & D, Bandung: Alfabeta.

Tilaar, H. A. R. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani

Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wahyuni, Astri dkk. 2013. Peran Etnomatematika dalam Membangun Karakter Bangsa.

Jurnal. Jogjakarta. Pendidikan Matematika UNY, 876–880. [Online]. Diakses:

http://www.halcyon.com/pub/journals/21ps03-vidmar [2 Oktober 2016].