EKSPLORASI ETNOMATEMATIS TENTANG KUCIKA PADA …
Transcript of EKSPLORASI ETNOMATEMATIS TENTANG KUCIKA PADA …
Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7
15
EKSPLORASI ETNOMATEMATIS TENTANG KUCIKA PADA
MASYARAKAT KULISUSU BARAT KABUPATEN BUTON UTARA
Muhammad Sudia
Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Halu Oleo, Alamat: Kampus Bumi Tridharma
Andounohu Kendari 93232
E-mail: [email protected]
Abstrak Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui pemahaman budaya kucika masyarakat Kulisusu
Barat, (2) untuk mengetahui konsep matematika yang digunakan dalam budaya kucika masyarakat
Kulisusu Barat, (3) untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat. Penelitian ini adalah penelitian eksploratif yang
menggunakan pendekatan etnografi. Hasil penelitian diantaranya: (1) budaya kucika yang berlaku
pada masyarakat Kulisusu Barat dianggap sebagai sesuatu yang sakral, karena kalau melakukan
perjalanan jauh untuk mencari nafkah, menuntut ilmu atau melakukan kegiatan tertentu di hari baik yang telah ditetapkan akan mendapatkan keberuntungan, kesuksean atau keberhasil dan kedamaian;
(2) konsep-konsep matematika yang digunakan dalam menerapkan budaya kucika adalah konsep
rotasi dalam transformasi, konsep peluang dan konsep barisan bilangan; (3) nilai-nilai budaya yang terkandung dalam budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat adalah nilai
historis, nilai ekonomis, nilai moral, nilai sosial dan nilai estetika.
Kata Kunci: Budaya Kucika, kalender hijriah, keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan
dan kedamaian
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia memiliki beraneka ragam budaya dan suku yang tersebar di
seluruh daerah di Indonesia. Setiap suku yang ada disetiap daerah memiliki peradaban atau
budaya masing-masing. Keragaman budaya merupakan warisan dari leluhur bangsa
Indonesia sejak dahulukala. Ada budaya yang sudah hilang dan ada budaya yang masih
tetap dipertahankan sampai sekarang ini. Hilangnya berbagai budaya di Indonesia
diakibatkan oleh arus globalisasi yang makin melanda negeri kita, sehingga ada kebiasaan-
kebiasaan dari masyarakat yang meruapakan kearifan lokal menjadi hilang ditelan waktu.
Budaya adalah pola utuh perilaku manusia dan produk yang dihasilkannya yang
membawa pola pikir, pola lisan, pola aksi dan artifak dan sangat tergantung pada
kemampuan seseorang untuk belajar, untuk menyampaikan pengetahuannya kepada
generasi berikutnya melalui beragam alat, bahasa, dan pola nalar (Ratna, 2005). Di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) dijelaskan bahwa budaya adalah pikiran, akal budi
dan adat istiadat, sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal
budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan
budaya sebagai keseluruhan kecakapan (adat, akhlak, kesenian dan sebagainya), sedangkan
ahli sejarah mengartikan kebudayaan sebagai warisan atau tradisi, bahkan ahli antropologi
melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life dan kelakuan. Koentjaraningrat (1990)
mendefinisikan budaya sebagai seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Adapun hal menarik yang menjadi topik di era teknologi dan informasi adalah
mulai terkikisnya nilai budaya bangsa. Perubahan gaya hidup dan budaya secara kontinu
mempengaruhi kemajuan matematika. Selain itu, matematika juga membantu dalam
Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7
16
pemeliharaan dan penerusan tradisi budaya. Berbagai produk budaya warisan leluhur kita
menampakkan kreativitas seni yang mengandung unsur matematika. Misalnya pada motif
batik Solo dan sarung adat Buton ada yang mengandung bentukan geometri dua dimensi,
ornamen ukiran maupun bentuk arsitektur pada rumah adat yang mengandung bentukan
geometri tiga dimensi.
Berdasarkan contoh di atas mengisyaratkan bahwa siswa dapat belajar
mengkontruksikan pemahaman meraka tentang bangun datar dan bangun ruang, siswa
dapat mengkreasikan bentuknya berdasarkan kreativitas siswa untuk menggambarkan
bangun datar dan bangun ruang pada contoh di atas, sehingga diharapkan pembelajaran
matematika yang dibahas dari segi terapan dalam kehidupan sehari-hari dapat menggeser
imange bahwa matematika adalah pelajaran yang serius dan sulit menjadi pelajaran yang
menyenangkan dan penuh dengan seni keindahan geometri dan yang lainnya.
Pendidikan di Indonesia juga masih mengkaji berbagai budaya yang masih
berkembang sampai saat ini. Pendidikan dan budaya adalah suatu yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari, karena budaya merupakan kesatuan yang utuh
dan menyeluruh, berlaku dalam suatu masyarakat dan pendidikan merupakan kebutuhan
mendasar bagi setiap individu dalam masyarakat. Salah satu yang dapat mengaitkan antara
budaya dan pendidikan matematika adalah etnomatematika (Wahyuni, 2013).
Pendidikan memiliki peranan yang besar dalam proses pembudayaan. Tilaar (2002)
menegaskan bahwa tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung
dan berkembang bahkan memperoleh dinamikanya. Hal ini berarti bahwa pendidikan
memiliki peran penting dalam pengembangan budaya, namun pengenalan potensi daerah
kepada peserta didik dirasa belum cukup untuk mengenalkan nilai-nilai luhur yang dimiliki
bangsa Indonesia sehingga diperlukan cara lain untuk mengenalkan nilai-nilai luhur yang
dimiliki bangsa Indonesia, antara lain dengan cara mengeksplorasi etnomatematika.
Pergaulan masyarakat modern, diakui bahwa matematika merupakan salah satu
mata pelajaran yang dipandang penting di sekolah, tetapi mengajar matematika dengan
baik merupakan pekerjaan yang sulit. Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum
2013, mendorong reformasi dalam pendidikan matematika, konsep-konsep matematika
perlu dibelajarkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek lokal yang berkembang dalam
masyarakat di sekitar lingkungan siswa.
Salah satu tujuan belajar matematika adalah membentuk skema baru dalam struktur
kognitif siswa, dengan mempertimbangkan skemata siswa, akan terjadi asimilasi
(Hartoyo, 2015). Selanjutnya Hartoyo (2015) menegaskan bahwa mengaitkan antara
pengetahuan awal siswa dengan pemahaman konteks di lingkungannya dapat
dipertimbangkan dalam pembelajaran. Kecenderungan yang berlangsung dalam
pembelajaran matematika mengawali dengan eksplorasi pengetahuan informal yang
diperoleh siswa dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Pada hakekatnya matematika tumbuh dari keterampilan atau aktivitas lingkungan
budaya, sehingga matematika seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budayanya dan
matematika yang berkembang dalam lingkungan masyarakat yang dipengaruhi latar
belakang budayanya disebut etnomatematika (Bishop, 1994). .
D’Ambrosio (1990) defined ethnomathematics in the following way:
The prefix ethno is today accepted as a very broad term that refers to the socialcultural
Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7
17
context and therefore includes language, jargon, and codes of behavior, myths, and
symbols. The derivation of mathema is difficult, but tends to mean to explain, to know, to
understand, and to do activities such as measuring, classifying, inferring, and modeling.
The suffix tics is derived from techno, and has the same root as technique.
“Ethnomathematics in the elementary classroom is where the teacher and the
students value cultures, and cultures are linked to curriculum” (Barta & Shockey, 2006).
Etnomatematika merupakan representasi kompleks dan dinamis yang menggambarkan
pengaruh kultural penggunaan matematika dalam aplikasinya. Ethnomathematics is used to
express the relationship between culture and mathematics (Barta & Shockey, 2006). The
term „ethnomathematics‟ has been used to mean “the mathematical practices of
identifiable cultural groups and may be regarded as the study of mathematical ideas found
in any culture”. (Rosa & Orey, 2013) .
Ethnommathematics involves a mathematical formula that are developed and
used in everyday life by members of the community group. (Rosa and Orey: 2013).
Furthermore, Barton (1996) asserts that ethnomathematics is a field of study which
examines the way from other cultures understand, articulate and use concepts and
practices which are from their culture and which the researchers describes as
mathematical.
Etnomatematika adalah matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya
tertentu, misalnya kelompok buruh/petani, anak-anak dari masyarakat kelas tertentu, kelas-
kelas profesional, dan lain sebagainya (Gerdes, 1994). Dari definisi seperti ini,
etnomatematika memiliki pengertian yang lebih luas dari hanya sekedar etno (etnis) atau
suku. Jika ditinjau dari sudut pandang riset maka etnomatematika didefinisikan sebagai
antropologi budaya (cultural anropology of mathematics) dari matematika dan pendidikan
matematika.
Secara singkat, pengertian etnomatematika adalah bentuk matematika yang
dipengaruhi oleh budaya. Rachmawati (2012) mendefinisikan etnomatematika sebagai
cara-cara khusus yang dipakai oleh suatu kelompok budaya atau masyarakat tertentu dalam
aktivitas matematika. Dalam kehidupan berbudaya, tanpa disadari masyarakat telah
melakukan berbagai aktivitas-aktivitas yang menggunakan konsep dasar matematika.
Misalnya pada aktivitas jual beli, masyarakat menggunakan konsep matematika yaitu
berhitung untuk menghitung uang kembalian, menghitung laba atau rugi, dan lain-lain.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki berbagai macam kebudayaan.
Etnomatematika merupakan suatu studi tentang perbedaan cara masyarakat
memecahkan masalah matematika dan algoritma praktis berdasarkan perspektif
matematika mereka sendiri yang mengacu pada bentuk matematika yang bervariasi sebagai
konsekuensi yang tertanam dalam kegiatan budaya. Berdasarkan pandangan ini, Orey
(2000) menegaskan bahwa ethnomathematics ditandai sebagai alat untuk bertindak di
dunia sehingga etnomatematika memberikan wawasan peran sosial matematika dalam
bidang akademik. Konsep-konsep matematika yang tertanam dalam praktek-praktek
budaya dan mengakui bahwa semua budaya dan semua orang mengembangkan metode
unik untuk memahami dan mengubah realitas mereka sendiri, kemudian disebut
etnomatematika (Orey, 2000).
Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7
18
Langkah awal yang perlu dilakukan dan yang menjadi fokus dalam penelitian ini
adalah melakukan eksplorasi investigasi unsur-unsur budaya masyarakat yang memuat
konsep-konsep matematika. Hasil eksplorasi tersebut dapat dijadikan dasar dalam
pengembangan bahan ajar matematika berbasis budaya lokal yang memperhatikan
lingkungan sosial budaya dan kearifan lokal masyarakat. Shirley (2001), berpendapat
bahwa sekarang ini bidang etnomathematika, yaitu matematika yang timbul dan
berkembang dalam masyarakat dan sesuai dengan kebudayaan setempat, merupakan pusat
proses pembelajaran dan metode pengajaran. Hal ini membuka potensi pedagogis yang
mempertimbangkan pengetahuan para siswa yang diperoleh dari belajar di luar kelas.
Penerapan matematika yang dilakukan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
dapat dijumpai dari aktivitas yang sering mereka lakukan, misalnya membangun rumah,
mengukur atau menimbang, menuntun pola-pola geometri yang sesuai, kegiatan adat,
membuat kain tenun dan sebagainya. Kebiasaan masyarakat yang ada di Kecamatan
Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara saat melakukan perjalanan jauh, misalnya mencari
nafkah di segeri orang, menuntut ilmu di negeri orang, atau melakukan kegiatan tertentu
misalnya mau mendirikan rumah baru, menenmpati rumah baru, melakukan pernikahan,
menanam padi atau tanaman lain selalu mencari hari-hari baik, agar memperoleh
keberuntungan, kesuksesan, keselamatan dan kedamaian. Penentuan hari-hari baik ketika
hendak bepergian atau melakukan sesuatu kegiatan, masyarakat Kulisusu Barat
menggunakan kucika (ilmu falak). Perhitungan kucika berdasarkan kalender Hijriah.
Penggunaan kucika dalam perhitungan kalender Hijriah menggunakan media, yaitu
telapak tangan dan jari-jari tangan. Penggunaan kucika di Kulisusu Barat mengandung
konsep matematika yang dapat dipelajari di sekolah, penggunaan kucika juga mengandung
nilai-nilai penting dalam kehidupan.
Penulis mengaitkan matematika dan kebudayaan, objek yang berada di dalamnya
adalah masyarakat adat. Masyarakat adat menjadi sosok yang terbuka terhadap realitas
kehidupan modernisasi masa kini. Dalam proses perencanaan dan pelaksanaan konservasi
budaya masyarakat adat, ada keperluan untuk menghargai dan menggabungkan
pengetahuan tradisional dan praktek-praktek pengelolaan mereka. Karena tidak ada
pengetahuan yang sempurnah, maka penggunaan yang saling melengkapi antara ilmu
pengetahuan tradisional dan ilmu pengetahuan ilmiah secara seimbang merupakan satu
cara yang bernilai untuk memenuhi keperluan masyarakat adat yang sedang berubah serta
menghadapi persoalan-persoalan konservasi budaya. Tujuan penelitian ini adalah: (1)
untuk mengetahui pemahaman budaya kucika masyarakat Kulisusu Barat; (2) untuk
mengetahui konsep matematika yang digunakan dalam budaya kucika masyarakat
Kulisusu Barat; (3) untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kucika
yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat.
METODE
Penelitian ini adalah penelitian eksploratif, yaitu penelitian untuk menemukan dan
mengetahui gejala atau peristiwa (konsep atau masalah) dengan melakukan penjajakan
terhadap gejala tersebut (Gulo, 2000). Hal yang dieksplorasi dalam penelitian ini adalah
budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat di Kabupaten Buton Utara.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan etnografi. Menurut
Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7
19
Moleong (2012), usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan
dinamakan etnografi.
Nara sumber dalam penelitian ini adalah 3 (tiga) orang dengan pertimbagan bahwa
nara sumber yang digunakan mengetahui persis budaya kucika yang digunakan masyarakat
Kulisusu Barat di Kabupaten Buton Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli
sampai dengan Nopember 2016 bertempat di Kecamatan Kulisusu Barat Kabupaten Buton
Utara. Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara yang isinya berkaitan
dengan bagaimana budaya kucika digunakan, kapan budaya kucika diguanakan dan pola-
pola matematika apa dan nilai-nilai apa yang terdapat dalam budaya kucika pada
masyarakat Kulisusu Barat Kabupaten Buton Utara.
Analisis data dalam penelitian ini mengikuti model analisis Miles dan Huberman
(Sugiono, 2008), yang mengikuti langkah: (1) reduksi data, (2) penyajian data dan (3)
penafsiran data dan penarikan kesimpulan.
HASIL
Pada bagian pendahuluan disebutkan bahwa penggunaan kucika berdasarkan
kalender Hijriah dan menggunakan telapak tangan dan jari-jari tangan sebagai media untuk
menghitung tanggal Hijriah tersebut. Data hasil penelitian adalah data yang telah direduksi
dan setelah dilakukan triangulasi menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari ketiga nara
sumber adalah relatif sama. Berlakunya kucika adalah sama untuk setiap bulan dalam
tahun Hijriah, yaitu mulai bulan Muharram s/d bulan Zulhijah. Kucika berlaku bagi
seseorang atau kelompok orang yang ingin bepergian jauh dalam rangka mencari nafkah,
menuntut ilmu atau bagi seseorang/kelompok orang yang akan melakukan suatu kegiatan
atau pekerjaan tertentu, misalnya membuat rumah baru, menempati rumah baru,
melakukan pernikahan, menanam padi atau tanaman lain. Bagi orang yang menganut
paham kucika akan selalu mencari tanggal atau hari baik ketika akan bepergian jauh atau
melakukan kegiatan tertentu. Tanggal atau hari baik artinya, kalau bepergian jauh dengan
tujuan mencari nafkah atau saat melakukan kegiatan tertentu, akan memberikan
keberuntungan, keselamatan, kesuksesan, kedamaian atau memberikan hasil yang baik.
Sebaliknya jika bepergian jauh atau melakukan kegiatan tertentu pada tanggal atau hari
yang tidak baik akan mengalami ketidakberuntungan atau mengalami nasib sial.
Tanggal 1, dihitung mulai dari tengah telapak tanggan (Seperti
gambar di samping). Jika kita melakukan perjalanan jauh atau
melakukan kegiatan tertentu pada tanggal 1 merupakan hari baik,
yaitu mulai dari jam 06.00 sampai dengan jam 12.00 kita akan
mendapatkan keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan dan
kedamaian.
Tanggal 2, pada jari kelingking (seperti gambar di samping). Jika
melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu pada
tanggal 2 merupakan hari yang tidak baik (hari naas atau hari sial),
akibatnya kita memperoleh ketidakberuntungan, ketidaksuksesan.
Atau memperoleh nasib sial.
Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7
20
Tanggal 3, 4 dan 5, dihitung mulai pada jari manis, jari tengan dan jari telunjuk
(seperti gambar di bawah ini):
Jika kita melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu pada tanggal 3, 4
dan 5 merupakan hari baik, karena besar kemungkinannya kita akan memperoleh,
keberuntungan, kesuksesan, keberhasilan dan kedamaian.
Pada tanggal 6 dihitung pada ibu jari (seperti gambar di samping).
Jika kita melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan
tertentu pada tanggal 6, merupakan hari tidak baik, karena besar
kemungkinannya kita akan jauh dari keberuntungan, akan jauh dari
kesuksesan, akan jauh dari kedamaian, akan jauh dari keselamatan
dan kedamaian.
Tanggal 7 sama seperti tanggal 1. Jika kita melakukan perjalanan jauh atau
melakukan kegiatan tertentu pada tanggal 7, kita akan memperoleh keberuntungan,
keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian.
Tanggal 8 sama seperti tanggal 2, yaitu merupakan hari naas. Jika kita melakuan
perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu kita akan mengalami nasib sial, akan jauh
dari keberuntungan, jauh dari kesuksesan, jauh dari kedamaian. Oleh sebab itu, sebaiknya
jangan melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu pada tanggal 8.
Tanggal 9, 10, 11 sama seperti tanggal 3, 4, 5 merupakan hari baik untuk melakukan
perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu, sehingga besar kemungkinannya kita
akan memperoleh keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian.
Tanggal 12 sama seperti tanggal 6, yaitu merupakan hari yang tidak baik untuk
melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu kita akan jauh dari
keberuntungan, jauh dari keberhasilan, jauh dari kesuksesan dan dan jauh dari kedamaian.
Oleh sebab itu, sebaiknya jangan melakukan perjalanan jauh dan melakukan kegiatan
tertentu pada tanggal 12. Tanggal 13 sama seperti tanggal 1 dan tanggal 7. Jika kita
melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu pada tanggal 13 kita akan
memperoleh keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian. Tanggal 14 sama
seperti tanggal 2 dan tanggal 8, yaitu merupakan hari tidak baik jika kita melakukan
perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu kecil kemungkinan untuk mendapatkan
keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian. Oleh sebab itu sebaiknya jangan
melakukan perjalanan jauh dan melakukan kegiatan tertentu pada tanggal 14.
Tanggal 15, 16, 17 sama seperti tanggal 3, 4, 5 dan tanggal 9, 10, 11;
merupakan hari baik untuk melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu,
karena besar kemungkinannya untuk mendapatkan keberuntungan, keberhasilan atau
kedamaian. Tanggal 18 sama seperti tanggal 6 dan tanggal 12 merupakan hari yang tidak
baik untuk melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu, kita akan jauh
dari keberuntungan, jauh dari keberhasilan, jauh dari kesuksesan dan akan jauh dari
Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7
21
kedamaian. Oleh sebab itu jangan melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan
tertentu pada tanggal 18.
Tanggal 19 sama seperti tanggal 1, 7, 13, merupakan hari baik untuk melakukan
perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu, kita akan mendapatkan keberuntungan,
keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian. Tanggal 20, sama seperti tanggal 2, 8, dan 14
merupakan hari tidak baik untuk kita melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan
tertentu karena kecil kemungkinannya untuk mendapatkan keberuntungan, keberhasilan,
kesuksesan atau kedamaian. Oleh sebab itu, sebaiknya jangan melakukan perjalanan jauh
atau melakukan kegiatan tertentu pada tanggal 20.
Tanggal 21, 22 dan 23, sama seperti tanggal 3, 4,5; tanggal 9, 10, 11 dan tanggal
15, 16, 17, merupakan hari baik untuk kita melakukan perjalanan jauh atau melakukan
kegiatan tertentu, karena besar kemungkinannya kita mendapatkan keberuntungan,
keberhasilan dan kedamaian. Tanggal 24, sama seperti tanggal 6, 12, 18, merupakan hari
tidak baik jika kita akan melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu,
karena kita akan dijauhkan dari keberuntungan, keberhasilan, kesukseksrsan dan
kedamaian. Tanggal 25, sama seperti tanggal 1, 7, 13, 19 merupakan hari baik sampai
dengan siang hari. Jika kita akan melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan
tertentu, kita akan memperoleh keberuntungan, kesuksesan, keberhasilan dan kedamaian.
Tanggal 26, sama seperti tanggal 2, 8, 14, 20 merupakan hari tidak baik, karena jika
kita melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu, kecil kemungkinannya
kita akan memperoleh keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian. Oleh
sebab itu, jangan melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu pada tanggal
26. Tanggal 27, 28,dan 29, kembali lagi seperti tanggal 3, 4, 5; ,tanggal 9, 10, 11; tanggal
15, 16, 17 dan tanggal 21, 22, 23, meruapakn hari baik untuk melakukan perjalanan jauh
atau melakukan kegiatan tertentu karena besar kemungkinannya kita memperoleh
keberuntungan, keberhasilan dan kedamaian. Tanggal 30, kembali lagi seperti tanggal 6,
12, 18, 24, merupakan hari yang tidak baik untuk melakukan perjalanan jauh, karena kita
jauh dari keberuntungan, keberhasilan dan kedamaian. Oleh sebab itu sebaiknya pada
tanggal 30 jangan melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu.
Kucika yang dijelaskan di atas juga berlaku sama untuk setiap bulan dalam tahun
Hijriah dan budaya kucika ini sudah berlaku dan dipercaya sejak zaman dahulu sampai
sekarang ini.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, telah disebutkan bahwa
dalam kalender tahun hijriah setiap bulan ada tanggal-tanggal tertentu yang merupakan
hari baik dan hari tidak baik ketika kita akan melakukan perjalanan jauh atau melakukan
kegiatan tertentu. Hari baik maksudnya, kalau kita akan melakukan perjalanan jauh atau
melakukan kegiatan tertentu, besar kemungkinannya kita mendapatkan keberuntungan,
keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian, sedangkan hari tidak baik, maksudnya ketika
kita melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu, kita akan dijauhkan atau
kecil kemungkinannya kita akan mendapatkan keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan
dan kedamaian. Hari tidak baik ini, oleh masyarakat Kecamatan Kulisusu Barat disebut
hari naas atau hari ketidakberuntungan.
Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7
22
Melakukan perjalanan jauh atau bepergian jauh dalam tulisan ini mahsudnya
melakukan perjalanan jauh ke negeri orang untuk mencari nafka atau menuntut ilmu,
sedangkan melakukan kegiatan tertentu misalnya: (a) mendirikan rumah baru, menenmpati
rumah baru diharapkan rumah tersebut membawa rejeki, nyaman ditempati, aman, damai;
(b) melakukan pernikahan, diharapkan dapat memperoleh keturunan yang baik,
mendapatkan rejeki serta tercipta kedamaian dalam rumah tangga; (c) menanam padi atau
tanaman lain, diharapkan buahnya banyak dan tidak diserang hama tikus atau hama yang
lain.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa salah satu konsep matematika yang
terkandung dalam budaya kucika adalah konsep peluang, yaitu melibatkan kemungkinan-
kemungkinan atau peluang-peluang tentang keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan,
kedamaian atau ketidakberuntungan, ketidaksuksesan, ketidakdamaian seseorang. Tuhan
(Allah) telah menentuka nasib seseorang, tetapi percayalah dengan ungkapan bahwa
Tuhan (Allah) tidak akan mengubah nasib seseorang, kecuali orang itu sendiri yang
mengubahnya. Oleh sebab itu, maka sebaiknya seseorang harus berusaha untuk mencari
penghidupan yang layak, dengan cara melakukan kegiatan pada tanggal atau hari-hari baik,
supaya mendapatkan keberuntungan, keberhasilan dan kedamaian dalam menjalani
kehidupan.
Berdasarkan hasil penelitian, juga terlihat bahwa dalam budaya kucika yang
menggunakan tanggal Hijriah dan telapak tangan serta jari-jari sebagai media, ada pola-
pola keteraturan tanggal yang sifatnya berulang sebagai hari-hari yang baik dan hari-hari
yang tidak baik untuk melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu. Uraian
ini menunjukkan bahwa ada konsep rotasi dalam topik transfomasi matematika. Selain itu
juga ada konsep pola bilangan atau barisan aritmetika dan konsep aritmetika bertingkat.
Penjelasan tentang pola bilangan diberikan berikut ini.
Misalnya tanggal 1, 7, 13, 19, 25, dalam perhitungan tanngal
Hijriah yang menggunakan telapak tangan dan jari-jari tanggan
sebagai media jatuh pada tengah telapak tangan (seperti gambar di
samping) dan merupakan hari baik untuk melakukan perjalanan
jauh atau melakukan kegiatan tertentu. Tanggal 1,7, 13, 19, 25
merupakan lima barisan aritmetika dengan suku pertama (U1) = 1
dan beda (b) = 6.
Misalnya tanggal 2, 8, 14, 20, 26, dalam perhitungan tanngal
Hijriah yang menggunakan telapak tangan dan jari-jari tanggan
sebagai media jatuh pada jari kelingking (seperti gambar di
samping) dan merpakan hari tidak baik untuk melakukan
perjalanan jauh atau melakukan kegiatan tertentu. Tanggal 2, 8, 14,
20, 26 merpakan lima barisan aritmetika dengan suku pertama (U1)
= 2 dan beda (b) = 6.
Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7
23
Misalnya tanggal 6, 12, 18, 24, 30, dalam perhitungan tanngal
Hijriah yang menggunakan telapak tangan dan jari-jari tanggan
sebagai media jatuh pada ibu jari (seperti gambar di samping) dan
merpakan hari tidak baik untuk melakukan perjalanan jauh atau
melakukan kegiatan tertentu. Tanggal 6, 12,, 18, 24, 30 merpakan
lima barisan aritmetika dengan suku pertama (U1) = 6 dan beda
(b) = 6.
Misalnya tanggal: 3, 4, 5; tanggal: 9, 10, 11 dan tanggal: 21, 22,23 dalam perhitungan
tanngal Hijriah yang menggunakan telapak tangan dan jari-jari tanggan sebagai media
jatuh pada jari manis, jari tengah dan jari telunjuk (seperti gambar di berikut):
:
dan merpakan hari baik untuk melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan
tertentu. Tanggal 3, 4, 5; 9, 10, 11; 15, 16, 17; 21, 22, 23 masing-masing merupakan
barisan aritmetika dengan suku pertama U1 = 3; U1 = 9; U1 = 15 dan U1 = 21 dan
masing-masing bedanya (b) = 1. Akan tetapi jika diperhatikan keseluruhan barisan . 3, 4, 5;
9, 10, 11; 15, 16, 17; 21, 22, 23 merupakan barisan aritmetika bertingkat. Jadi barisan ini
memiliki pola keteraturan tertentu, yaitu membentuk barisan aritmetika bertingkat.
Dari hasil penelitian budaya kucika yang menngunakan kalender Hijriah dan
telapak tangan dan jari-jari tangan sebagai media juga terlihat bahwa ada siklus yang
terjadi. Hal ini berarti ada konsep rotasi dalam transformasi. Menurut masyarakat Kulissu
Barat, filosofi budaya kucika yang menggunakan kalender Hijriah, yang smenggunakan
telapak tangan dan jari-jari tangan sebagai media adalah: Tengah telapak tangan, artinya
keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian sudah dalam genggaman tangan
artinya sudah pasti dicapai (seperti gambar berikut).
Jari kelingking (seperti gambar di samping) adalah jari yang
paling kecil, artinta kecil kemungkinannya kita memperoleh
keberuntungan, kesberhasilan, kesuksesan dan kedamaian
jika kita melakukan perjalanan jauh atau melakukan kegiatan
tertentu. .
Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7
24
Jari manis, jari tengan dan jari telunjuk adalah jari yang
paling besar dan paling panjang, artinya besar
kemungkinannya untuk memperoleh keberuntungan,
keberhasilan, kesuksesan dan kedamaian. .
Ibu Jari, jauh jaraknya dari jari-jari yang lain, (seperti
gambat di samping) artinya jika kita melakukan perjalanan
jauh atau melakukan kegiatan ttertentu, kemungkinannya kita
akan dijauhkan dari keberuntungan, keberhasilan, kesuksesan
dan kedamaian.
Gagasan etnomatematika akan dapat memperkaya pengetahuan matematika yang
telah ada. Oleh sebab itu, jika perkembangan etnomatematika telah banyak dikaji maka
bukan tidak mungkin matematika diajarkan secara bersahaja dengan mengambil budaya
setempat.
Masyarakat Kulisusu Barat belum menyadari bahwa budaya kucika yang mereka
terapkan selama ini memiliki keterkaitan dengan beberapa konsep matematika yang
dipelajari di sekolah. Bishop (1994) menyatakan bahwa matematika sebagai bentuk
budaya, sesungguhnya telah terintegrasi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat
dimanapun berada.
Pinxten (1994) menyatakan bahwa pada hakekatnya matematika merupakan
teknologi simbolis yang tumbuh pada keterampilan atau aktivitas lingkungan yang bersifat
budaya. Dengan demikian matematika seseorang dipengaruhi oleh latar budayanya, karena
yang mereka lakukan berdasarkan apa yang mereka lihat dan mereka rasakan. Budaya akan
mempengaruhi perilaku individu dan mempunyai peran yang besar pada perkembangan
pemahaman individual, termasuk pembelajaran matematika (Bishop, 1994).
Pengajaran matematika bagi setiap orang seharusnya disesuaikan dengan
budayanya (D’ Ambrosio, 1985). Untuk itu diperlukan suatu penghubung antara
matematika di luar sekolah dengan matematika yang dipelajari di sekolah. Salah satu
caranya dengan memanfaatkan etnomatematika sebagai awal dari pembelajaran
matematika formal yang disesuaikan dengan perkembangan peserta didik.
Budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat memiliki nilai-nilai
yang mereka rasakan selama ini. Misalnya nilai historis, karena buadaya kucika sudah
berlaku turun temurun dari zaman dahulu sampai sekarang dan masih tetap dipercaya dan
dilestarikan. Selain itu juga budaya kucika memiliki nilai ekonomi, karena jika berhasil
mendapatkan rejeki yang banyak ketika mencari nafkah di negeri orang akan
meningkatkan nilai ekonomi, atau jika bercocoktanam dan mendapatkan hasil panen yang
banyak juga akan meningkatkan nilai ekonomi.
Melakukan kegiatan pada saat yang tepat dalam menerapkan budaya kucika yang
berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat memiliki nilai moral, misalnya mencari nafka di
negeri orang dengan cara halal, menempati rumah baru yang penghuninya senantiasa
damai, keluarga yang menikah hidupnya rukun dan damai semuanya mengandung nilai
moral. Penerapan budaya kucika juga mengandung nilai sosial, misalnya mendirikan
rumah baru atau menenmpati rumah baru dilakukan secara gotong royong untuk
Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7
25
memindahkan barang-barang, melakukan acara pernikahan dilakukan dengan cara saling
membantu, saat menanam padi juga dilakukan secara gotong royong. Hal yang dijelaskan
ini semuanya mengandung nilai soaial. Selain itu juga penerapan budaya kucika
mengandung nilai estetika, misalnya saat mendirikan rumah baru dibuat sedemikian rupa
sehingga ada unsur-unsur keindahan atau estetika.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebegi
berikut: (1) budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat dianggap sebagai
sesuatu yang sakral, karena kalau melakukan perjalanan jauh untuk mencari nafkah,
menuntut ilmu atau melakukan kegiatan tertentu di hari baik yang telah ditetapkan akan
mendapatkan keberuntungan, kesuksean atau keberhasil dan kedamaian, dan sebalinya jika
dilakukan pada hari tidak baik maka kegagalan atau bahkan mibah yang diperoleh; (2)
konsep-konsep matematika yang digunakan dalam menerapkan budaya kucika adalah
konsep rotasi dalam transformasi, konsep peluang dan konsep barisan bilangan; (3) nilai-
nilai yang terkandung dalam budaya kucika yang berlaku pada masyarakat Kulisusu Barat
adalah nilai historis, nilai ekonomis, nilai moral, nilai sosial dan nilai estetika, yang
kelima nilai ini masih tetap dipertahankan sampai dengan sekarang. .
DAFTAR PUSTAKA
Barta, J. & Shockey, T. 2006. The mathematical ways of an aboriginal people: The
Northern Ute. Journal of Mathematics and Culture, 1(1), 79-89.
Barton, W.D 1996. Ethnomathematics : Exploring Cultural Diversity in Mathematics. A
thesis for Doctor of Philosophy in Mathematics Education University of
Auckland: Unpublished.
Bishop, A. J. 1994. Cultural conflicts in mathematics education: developing a research
agenda. For the Learning of Mathematics Journal, 14(2) 15-18.
D’Ambrosio, U. 1990. Etnomatemática [Ethnomathematics]. São Paulo, SP, Brazil:
Editora Ática.
---------------------. 1985, Ethnomathematics and its place in the History and Pedagogy of
Mathrmatics,.For the Learning of Mathematics, 5(1), 44-48.
Gerdes, P. 1994. Reflection on Ethnomatematics. For the Learning of Mathematiccs,
14(2), 19-21.
Gulo, W. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta,: Grasindo.
Hartoyo, Agung. 2012. Eksplorasi Etnomatematika Pada Budaya Indonesia-Malaysia
Kabupaten Sanggau Kalbar. Jurnal Penelitian Pendidikan. 13(1), 14-23.
Kuntjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong, Lexy J., 2012. Meodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Orey, D. C., 2000. The Ethnomatematics of the Sioux tipi and cone. In H. Selin (Ed),
Mathematics across culture: History of non-Western mathematics, 239-252.
Dordrecht, Netderrlands: Kulwer Academic Publisher.
Prosiding SNPMAT I Tahun 2018 Vol.1, 2018, ISBN : 978-602-52703-0-7
26
Pinxten, R. 1994. Ethnomathematics and Its Practice. For the Learning of
Mathematics 14(2).
Rachmawati, Indah. 2012. Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo. Surabaya:
Unipres Univesitas Negeri Surabaya.
Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rosa, M., & Orey, D.C. 2013. Ethnomodeling as a Research Theoretical Framework on
Ethnomathematics and Mathematical Modeling. Journal of Urban
Mathematics Education, 6 (2), 62–80.
Shirley, L. 2001. Using Ethnomathematics to Find Multicultural Mathematics Conections.
In P.A. House & A.F. Coxford (ed) Connecting
Mathematics Across the Curriculum. Reston, VA : NCTM.
Sugiono. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif/Kualitatif, R & D, Bandung: Alfabeta.
Tilaar, H. A. R. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani
Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wahyuni, Astri dkk. 2013. Peran Etnomatematika dalam Membangun Karakter Bangsa.
Jurnal. Jogjakarta. Pendidikan Matematika UNY, 876–880. [Online]. Diakses:
http://www.halcyon.com/pub/journals/21ps03-vidmar [2 Oktober 2016].