EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA SUKU SAMIN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP-KONSEP ... · 2020. 2....
Transcript of EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA SUKU SAMIN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP-KONSEP ... · 2020. 2....
EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA SUKU SAMIN
DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP-KONSEP
MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
FAIQ AL AHADI
0401517047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis Dengan Judul ―EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA
SUKU SAMIN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP-
KONSEP MATEMATIKA‖
Nama : FAIQ AL AHADI
NIM : 0401517047
Program Studi : Pendidikan Matematika (S2)
Telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Ujian Tesis.
Semarang, 04 - 02 - 2020
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Zaenuri Mastur, S.E, M.Si, Akt Dr. rer.nat. Adi Nur Cahyono, M.Pd
NIP: 196412231988031001 NIP: 198203112008121003
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya
Nama : FAIQ AL AHADI
Nim : 0401517047
Program studi : PENDIDIKAN MATEMATIKA
Menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis yang berjudul ―EKSPLORASI
ETNOMATEMATIKA PADA SUKU SAMIN DAN HUBUNGANNYA
DENGAN KONSEP-KONSEP MATEMATIKA‖ ini benar-benar karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya secara
pribadi siap menanggung resiko/sanksi hukum yang dijatuhkan apabila
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.
Semarang, 04 Februari 2020
Yang membuat pernyataan,
FAIQ AL AHADI
NIM. 0401517047
iii
PENGESAHAN UJIAN TESIS
Tesis dengan judul ―EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA
SUKU SAMIN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP-
KONSEP MATEMATIKA‖ karya,
Nama : FAIQ AL AHADI
NIM : 0401517047
Program Studi : PENDIDIKAN MATEMATIKA
telah dipertahankan dalam sidang panitia ujian tesis Program Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang pada hari Selasa, tanggal 04 Februari 2020.
Semarang, 04- 02- 2020
Ketua,
(Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum.)
NIP (196008031989011001)
Sekretaris,
(Prof. Dr. Kartono, M. Si.)
NIP (195602221980031002)
Penguji I,
(Dr. Tri Sri Noor Asih, S. Si., M. Si)
NIP (197706142008122002)
Penguji II,
(Dr. rer.nat. Adi Nur Cahyono, M. Pd)
NIP (198203112008121003)
Penguji III,
Prof. Dr. Zaenuri Mastur, S. E, M. Si, Akt
NIP (196412231988031001)
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Pembelajaran bahan ajar bernuansa Etnomatematika suku Samin dengan model
CTL efektif untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa.
Persembahan
Almamater Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang
v
ABSTRAK
Ahadi, Faiq Al. 2020. Eksplorasi Etnomatematika pada Suku Samin dan
Hubungannya dengan Konsep-Konsep Matematika Dalam Pembelajaran
Kontekstual. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Zaenuri, S.E,
M.Si, Akt., Pembimbing II Dr. rer. Nat. Adi Nur Cahyono, M.Pd.
Kata Kunci: Etnomatematika Budaya Suku Samin, Konsep-Konsep Matematika.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsep-konsep matematika
pada budaya Suku Samin. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 4
Ngawen. Jenis penelitian ini adalah mixed methods. Desain penelitian One Group
Pretest Posttest Design. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes,
observasi, dokumentasi, dan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 1) bentuk-bentuk
etnomatematika di Suku Samin termuat dalam upacara adat berupa waktu
pelaksanaan upacara adat, tidak memiliki kesenian, bangunan berupa rumah
Bekuk Lulang, mata pencaharian berupa tani (kelender musim Suku Samin, taun,
tuwan/wulan,dino, wengi,suro, mangsa udan,mangsa garing ) dan peternak (sapi
dan kambing), anyaman berupa Klasa Pandan, tenunan berupa ikat kepala
(Blangkon), permainan tradisional berupa Dakon ,delikan dan jamuran, makanan
tradisional berupa Tumpeng dan Ketupat. 2) Hubungan bentuk-bentuk
etnomatematika Suku Samin dengan konsep-konsep matematika yaitu pola
bilangan, operasi bilangan bulat, geometri dan pengukuran. 3) Pembelajaran
matematika di kelas VIII-A dengan model Kontekstual efektif meningkatkan hasil
belajar siswa.
vi
ABSTRACT
Ahadi, Faiq Al. 2020. Exploration of Ethnomatematics in the Samin Tribe and Its
Relationship with Mathematical Concepts In The Contextual Learning.
Tesis. Mathematics Education Study Program. Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang. Advisor I Prof. Dr. Zaenuri, S.E, M.Si, Akt., Advisor II
Dr. rer. Nat. Adi Nur Cahyono, M.Pd.
Keywords: Ethnomatematics of Samin Culture, Mathematical Concepts.
This study aims to find mathematical concepts in the culture of the Samin
Tribe. The subjects of this study were grade VIII students of SMP N 4 Ngawen.
This type of research is mixed methods. research design is One Group Pretest
Posttest Design. Data collection techniques using tests, observations,
documentation, and interviews.
Based on the research results 1) Ethnomatematics forms in the Samin
tribe contained in traditional ceremonies in the form of the implementation of
traditional ceremonies, do not have art, buildings in the form of Bekuk Lulang
house, livelihood in the form of farmers (Samin tribal calendar, taun, tuwan /
wulan, dino, wengi , suro, mangso udan, mangso garing) and breeders (cows and
goats), woven in the form of Klasa Pandan, woven in the form of a headband
(Blangkon), traditional games in the form of Dakon, delikan and jamuran,
traditional food in the form of Tumpeng and Ketupat. 2) Relationship between
ethnomatematic forms of the Samin tribe with mathematical concepts namely
number patterns, integer operations, geometry and measurements. 3) Learning
mathematics in class VIII-A with the Contexrual model effectived to improved
the result of students learning.
.
vii
PRAKARTA
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke-hadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis tesis
yang berjudul ― Eksplorasi Etnomatematika pada Suku Samin dan Hubungannya
dengan Konsep-Konsep Matematika Dalam Pembelajaran Kontekstual” dapat
terselesaikan. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar
Magister pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang.
Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih peneliti
sampaikan kepada para pembimbing: Prof. Dr. Zaenuri, S.E, M.Si, Akt
(Pembimbing I) dan Dr. Rer. Nat. Adi Nur Cahyono, M. Pd. (Pembimbing II).
Peneliti juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya:
1. Direksi Pascasarjana UNNES, Koordinator Program Studi dan Sekretaris
Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNNES yang telah
memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.
2. Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana UNNES, yang telah memberikan
bimbingan dan ilmu selama menempuh pendidikan.
3. Kepada Bapak dan Ibu serta keluarga yang telah memberikan motivasi dalam
menempuh jenjang pendidikan di Pascasarjana UNNES.
4. Kepada Faiz Al Ahadi, M. Pd dan Silvi Prisha Bahri, M. Pd yang telah
menemani proses berlangsungnya penyelesaian tesis.
5. Rekan-rekan sejawat PPS A2 Reguler angkatan 2017.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, 04-02-2020
Penulis
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................................ii
PENGESAHAN UJIAN TESIS .......................................................................iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................iv
ABSTRAK .........................................................................................................v
ABSTRACT .......................................................................................................vi
PRAKARTA ......................................................................................................vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah .........................................................................................5
1.4 Tujuan ...........................................................................................................6
1.5 Manfaat penelitian .........................................................................................6
1.6 Penegasan Istilah ...........................................................................................7
1.7 Kajian Teori ..................................................................................................9
ix
BAB II LANDASAN TEORI ..........................................................................31
2.1 Kerangka Teoritis ..........................................................................................31
2.2 Kerangka Berfikir .........................................................................................33
2.3 Hipotesis .......................................................................................................36
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................37
3.1 Desain Penelitian ...........................................................................................37
3.2 Strategi Penelitian .......................................................................................37
3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................37
3.4 Variabel Penelitian .......................................................................................38
3.5 Lokasi Penelitian ...........................................................................................38
3.6 Data dan sumber Data Penelitian .................................................................38
3.7 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ............................................................40
3.8 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................42
3.8.1 Teknik Pengumpulan Data Kualitatif.........................................................42
3.8.2 TeknikPengumpulan Data Kuantitatif........................................................44
3.9 Teknik Analisis dan Keabsahan Data ..........................................................45
3.10Teknik Analisis dan Keabsahan Data Kualitatif .........................................45
3.10.1 Teknik Analisis Data Kualitatif ..............................................................45
3.10.2 Teknik Keabsahan Data Kualitatif ...........................................................51
3.11 Teknik Analisis dan Keabsahan Data Kuantitatif ......................................57
3.11.1 Metode Tes ...............................................................................................57
3.11.2 Uji Normalitas ..........................................................................................63
3.11.3 Analisis Validitas Suplemen Bahan Ajar .................................................65
x
3.11.4 Analisis Validitas Perangkat Pembelajaran .............................................67
3.11.5 Uji Hipotesis ............................................................................................67
3.11.6 Analisis Angket Respon Siswa ...............................................................70
3.11.7 Analisis Aktivitas Guru dalam Pembelajaran ..........................................73
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................75
4.1 Hasil Penelitian ...........................................................................................75
4.1.1Bentuk-bentuk Etnomatematika pada kebudayaan Masyarakat Suku Samin
.............................................................................................................................75
4.1.2Hubungan Bentuk-bentuk Etnomatematika pada kebudayaan Masyarakat
Suku Samin dengan Konsep-Konsep Matematika ....................................89
4.1.3 Efektifitas model kontekstual dengan memasukkan unsur kebudayaan
masyarakat suku samin .............................................................................103
4.1.3.1.Uji Hipotesis ...........................................................................................103
4.1.3.1.1 Uji Hipotesis I (Uji Rata-Rata Terhadap KKM) .................................103
4.1.3.1.2 Uji Hipotesis II (Ketuntasan Belajar) ..................................................104
4.2 Pembahasan .................................................................................................106
4.2.1Bentuk-bentuk Etnomatematika pada kebudayaan Masyarakat Suku
Samin .........................................................................................................106
4.2.2 Hubungan Bentuk-bentuk Etnomatematika pada kebudayaan Masyarakat
Suku Samin dengan Konsep-Konsep Matematika .....................................112
4.2.3 Efektifitas model kontekstual dengan memasukkan unsur kebudayaan
masyarakat suku samin ..............................................................................114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................119
xi
5.1 Simpulan ......................................................................................................119
5.2 Saran .............................................................................................................120
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................122
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................133
Lampiran A ........................................................................................................134
Lampiran B .........................................................................................................197
Lampiran C .........................................................................................................250
Lampiran D ........................................................................................................257
Lampiran E ..........................................................................................................284
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Sintaks Pembelajaran Model Kontekstual Bernuansa Etnomatematika
................................................................................................................................ 27
Tabel 1.2Kalender................................................................................. ................ 29
Tabel 2.1Kerangka Teoritis ............................... ................................................... 32
Tabel 2.2Skema Kerangka Berfikir....................................................................... 35
Tabel 3.1Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data............................ ................. 40
Tabel 3.2Kriteria Validitas Bahan Ajar............................. .................................... 51
Tabel 3.3Tingkat Kesukaran Soal......................... ................................................ 61
Tabel 3.4Daya Pembeda Soal .......................................................................... .... 62
Tabel 3.5Uji Liliefors ............................................................... ........................... 64
Tabel 3.6Analisis Data Awal dengan Excel....................................................... .. 65
Tabel 3.7Analisis Data Awal dengan SPSS......................................................... . 65
Tabel 3.8 Kriteria Validitas Bahan Ajar .............................................................. 66
Tabel 3.9 Kriteria Validitas Perangkat Pembelajaran ........................ .................. 67
Tabel 3.10 Kriteria Penilaian Respon Siswa........................ ................................. 71
Tabel 3.11 Angket Respon Siswa dalam Pembelajaran........................ ................ 72
Tabel 3.12 Kriteria Penilaian Observasi Terhadap Aktivitas Guru dalam
Pembelajaran........................ .............................................................. 73
Tabel 3.13 Data Observer........................ ............................................................. 73
Tabel 3.14 Analisis Pelaksanaan Model Konterkstual dalam
Pembelajaran........................ .............................................................. 74
Tabel 4.1 Bentuk-Bentuk Etnomatematika Pada Kebudayaan Suku Samin .......... 88
xiii
Tabel 4.2 Pengukuran Waktu ............................................................................... 102
Tabel 4.3 Hubungan Bentuk-Bentuk Etnomatematika Dengan Konsep-Konsep
Matematika .......................................................................................... 103
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data Miles &Huberman........................ . 47
Gambar 3.2 Komponen dalam Analisis Data ....................... ................................ 47
Gambar 3.3 Analisis Pelaksanaan Model Konterkstual dalam
Pembelajaran........................ ............................................................ 74
Gambar 4.1 Suronan.............................................................................................. 77
Gambar 4.2 Sedekah Bumi........................ ........................................................... 78
Gambar 4.3 Ngalungi Sapi........................ ............................................................ 79
Gambar 4.4 Jamasan........................ ..................................................................... 79
Gambar 4.5 Pernikahan Suku Samin........................ ............................................ 80
Gambar 4.6 Upacara Campur Bawur........................ ............................................ 81
Gambar 4.7 Rumah Bekuk Lulang........................................................................ 82
Gambar 4.8 Padi dan Jagung........................ ......................................................... 83
Gambar 4.9 Hewan Sapi dan Kambing........................ ......................................... 84
Gambar 4.10 Klasa Pandan........................ ........................................................... 84
Gambar 4.11 Ikat (Blangkon) dan Baju Masyarakat Samin........................ ......... 85
Gambar 4.12 Jamuran........................ ................................................................... 86
Gambar 4.13Dakoni........................ ...................................................................... 87
Gambar 4.14 Delikan........................ .................................................................... 88
Gambar 4.15 Tumpeng dan Ketupat........................ ............................................. 88
Gambar 4.16 Hubungan Tradisi Ngalungi Sapi Kebudayaan Suku Samin dengan
Konsep Pola Bilangan Segitiga........................ ............................. 90
xv
Gambar 4.17 Hubungan Klasa Pandan Kebudayaan Suku Samin dengan Konsep
Pola Bilangan Persegi........................ ............................................ 91
Gambar 4.18 Hubungan Klasa Pandan Kebudayaan Suku Samin dengan Konsep
Pola Bilangan Persegi Panjang........................ ............................. 92
Gambar 4.19 Hubungan Petak Umpet Kebudayaan Suku Samin dengan Konsep
Pola Bilangan Pascal........................ ............................................. 93
Gambar 4.20 Hubungan Jamasan Kebudayaan Suku Samin dengan Konsep Pola
Bilangan Fibonacci........................ ................................................ 95
Gambar 4.21 Hubungan Rumah Adat Bekuk Lulang Suku Samin dengan Konsep
Trapesium........................ .............................................................. 96
Gambar 4.22 Hubungan Klasa Pandan Suku Samin dengan Konsep
Persegi........................ ................................................................... 97
Gambar 4.23 Hubungan Ikat Kepala Suku Samin dengan Konsep
Tabung........................ ................................................................... 98
Gambar 4.24 Hubungan Permainan Dakon Suku Samin dengan Konsep
Bola.................... ............................................................................. 99
Gambar 4.25 Hubungan Permainan Jamuran Suku Samin dengan Konsep
Lingkaran......................... ............................................................ 100
Gambar 4.26 Hubungan Tumpeng Suku Samin dengan Konsep
Kerucut........................ ................................................................ 101
Gambar 4.27 Hubungan Mkanan Khas (Ketupat) Suku Samin dengan Konsep
Belah Ketupat........................ ...................................................... 102
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Lampiran A.1 Silabus........................................................................................... 135
Lampiran A.2 RPP..................... .......................................................................... 138
Lampiran A.3 Soal Uji Coba Tipe A dan Soal Uji Coba Tipe B.................... ..... 146
Lampiran A.4 Jawaban Uji Coba Tipe A dan Soal Uji Coba Tipe B................. 152
Lampiran A.5 Angket........................................................................................... 158
Lampiran A.6 Lembar Observasi....................... .................................................. 160
Lampiran A.7 Lembar Wawancara....................... ............................................... 164
Lampiran A.8 Lembar Aktivitas Guru...................... ........................................... 171
Lampiran A.9 Reduksi... ...................................................................................... 173
Lampiran A.10 Modul....................... ................................................................... 174
LAMPIRAN B
Lampiran B.1 Hasil Uji Coba Soal Tipe A dan B...................... ......................... .198
Lampiran B.2 Soal Pretest dan Jawaban....................... ....................................... 204
Lampiran B.3 Soal Postest dan Jawaban.............................................................. 209
Lampiran B.4 Hasil Angket Respon Siswa Kelas Eksperimen...........................214
Lampiran B.5 Hasil Observasi....................... ...................................................... 215
Lampiran B.6 Hasil Wawancara...................... ................................................... .222
Lampiran B.7 Hasil Aktivitas Guru....................... .............................................. 242
LAMPIRAN C
Lampiran C.1 Uji Normalitas...................... ........................................................ .251
Lampiran C.2 Uji Rata-Rata Mengacu pada KKM...................... ........................ 253
xvii
Lampiran C.3 Uji Ketuntasan Klasikal...................... .......................................... 256
LAMPIRAN D
Lampiran D.1 Lembar Validasi Silabus............. .................................................. 258
Lampiran D.2 Lembar Validasi RPP............. ...................................................... 264
Lampiran D.3 Lembar Validasi Bahan Ajar............. ........................................... 270
Lampiran D.4 Lembar Validasi Soal............. ...................................................... 276
Lampiran D.5 Lembar Validasi Angket............. .................................................. 280
LAMPIRAN E
Lampiran E.1 Surat Penelitian dari Kampus....... ................................................. 285
Lampiran E.2 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 286
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah pembudayaan dan pembiasaan hidup dengan tata nilai
yang diyakini kebenarannya (Maharani, 2018). Pendidikan matematika sebagai
salah satu aspek pendidikan memiliki peran penting dalam peningkatan mutu
pendidikan khususnya di dalam menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas (Pramono, 2017). Penelitian tersebut sejalan dengan (Wardono &
Mariani, 2014: 362) yaitu salah satu penyebabnya adalah karena mutu
pendidikan yang masi rendah masyarakat Indonesia juga masih kurang sadar akan
pentingnya pendidikan, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat
dari manfaat belajar.
Matematika dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa dipisahkan, hal ini
karena pertumbuhan dan perkembangan matematika terjadi karena adanya
tantangan hidup yang dihadapi manusia diberbagai wilayah dengan berbagai latar
belakang budaya yang berbeda sehingga hasil dari pemecahan masalah/olah pikir
adalah matematika itu sendiri. Matematika mempelajari tentang keteraturan,
tentang struktur yang terorganisir, konsep-konsep matematika tersusun secara
hirarkis, berstruktur dan sistematika, mulai dari konsep yang paling sederhana
sampai matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sehingga disebut
objek mental, objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu meliputi:
2
Simbol, merupakan suatu lambang dari suatu objek atau pernyataan. Konsep,
merupakan suatu lambang dari suatu ide abstrak yang digunakan untuk
menggolongkan sekumpulan objek. Simbol dan konsep itu merupakan bagian dari
budaya sehingga sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sembiring (Wahyuni,
2012) bahwa matematika adalah kontruksi budaya manusia. Proses pembelajaran
tidak bisa dipungkiri bahwa budaya memiliki peran yang sangat penting. Rahman
(2014) mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika tidak hanya untuk
melatih pola pikir siswa agar dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis,
cermat dan tepat, akan tetapi juga agar terbentuk kepribadian siswa yang terampil
menggunakan matematika dalam kehidupan nyata. Oleh sebab itu sangat
beralasan dengan adanya pembelajaran yang dikaitkan dengan budaya diharapkan
dapat membuat pembelajaran tersebut lebih menyenangkan sehingga siswa dapat
menerima dan memahami materi yang diajarakan dengan baik.
Memudarnya nilai-nilai tradisional, serta dengan berkembangnya
teknologi dan ditambahnya budaya asing yang masuk dikawatirkan bisa mengikis
budaya sendiri. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman
mengenai nilai budaya. Budaya sebagai cara hidup dibentuk oleh nilai, tradisi,
kepercayaan, objek material, dan wilayah, memiliki sifat dinamis, secara
fundamental bertahan lama dalam masyarakat tetapi juga berubah dalam
komunikasi dan interaksi sosial yang rutin (Williams (Rahayu, 2014: 56)). Taylor
(Haviland, 2002) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan dari
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan dan kecakapan
lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu
3
budaya dalam kehidupan bermasyarakat tidak bisa dipisahkan karena budaya itu
sendiri adalah cerminan kehidupan bersosialisai dalam bermasyarakat dan
begitupun juga budaya dan pendidikan. Budaya sebagai ungkapan suatu tingkah
laku atau perilaku yang tercermin dari proses kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan sebagai landasan negara yang memperkokoh suatu bangsa sehingga
peran budaya dan pendidikan sangatlah penting.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Eddy (Wahyuni, 2013)
bahwa pelestarian kebudayaan daerah dan pengembangan kebudayaan nasional
melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal, dengan
mengaktifkan kembali segenap wadah dan kegiatan pendidikan. Pendidikan dan
budaya adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari,
karena budaya merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh, berlaku dalam
suatu masyarakat dan pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap
individu dalam masyarakat.
Nilai budaya yang terkandung memiliki banyak aspek-aspek yang
dibutuhkan dalam pembelajaran seperti nilai-nilai adat istiadat, perilaku, benda-
benda dan lain-lain. Nilai budaya haruslah ditanamkan sejak dini pada setiap
individu agar tiap individu bisa memahami, menjalani serta menghargai. Salah
satunya adalah adat samin. Masyarakat Samin merupakan suatu kelompok
masyarakat tradisional yang tinggal di daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa
Timur yang mempunyai budaya unik dan banyak menyimpan nilai-nilai tradisi
(Jumari, 2012). Istilah Samin ada dua pengertian yaitu pertama, berasal dari
kiratabasa kata Samin, yakni tiyang sami-sami atau sami-sami amin yang berarti
4
bahwa semua orang adalah sama atau bersaudara (sedulur). Mereka juga
mempunyai persepsi bahwa orang non-Samin yang bersedia untuk berinteraksi
sosial dengan mereka pun dianggapnya sedulur (Icuk, 2015). Pengertian kedua,
berasal dari nama Surontiko atau Surosentiko, yakni Samin, orang yang dianggap
sebagai pemimpin komunitas mereka (Endrayadi, 2013: 86 (Alamsyah, 2015)).
Sebuah pembelajaran banyak aspek yang saling terkait, dalam pembelajaran
matematika salah satunya keterkaitan matematika terhadap budaya yang
mempengaruhi pembelajaran. Matematika dan budaya adalah dua hal yang saling
terkait erat (Hardiarti, 2017). Pembelajaran matematika akan lebih efektif apabila
contoh diambil dari konteks budaya daerah tertentu (Barton, 1996: 203).Suatu
pembelajaran terutama di daerah yang memiliki bahasa budaya daerah sendiri
harus ada yang menjembatani antara pendidikan dan budaya yaitu
etnomatematika. Etnomatematika merupakan istilah baru dalam matematika yang
mengaitkan budaya dengan konsep matematika. Istilah etnomatematika berasal
dari kata ethnomathematics, yang diperkenalkan oleh D’Ambrosio seorang
matematikawan Brazil pada tahun 1977. Terbentuk dari kata ethno, mathema, dan
tics. Awalan ethno mengacu pada kelompok kebudayaan yang dapat dikenali,
seperti perkumpulan suku di suatu negara dan kelas-kelas profesi di masyarakat,
termasuk pula bahasa dan kebiasaan mereka sehari-hari. Kemudian, mathema
disini berarti menjelaskan, mengerti, dan mengelola hal-hal nyata secara spesifik
dengan menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mengurutkan, dan memodelkan
suatu pola yang muncul pada suatu lingkungan. Akhiran tics mengandung arti seni
dalam teknik. Secara istilah etnomatematika diartikan sebagai matematika yang
5
dipraktikkan di antara kelompok budaya diidentifikasi seperti masyarakat nasional
suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas
professional (D’Ambrosio, 1985: 44-48 (Putri, 2017)).
Menurut Barton (1996), ethnomathematics mencakup ide-ide matematika,
pemikiran dan praktik yang dikembangkan oleh semua budaya. Ethnomathematics
juga dapat dianggap sebagai sebuah program yang bertujuan untuk mempelajari
bagaimana siswa untuk memahami, memahami, mengartikulasikan, mengolah,
dan akhirnya menggunakan ide-ide mate-matika, konsep, dan praktek-praktek
yang dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari
mereka. Menurut Shirley (2001: 86) etnomatematika adalah belajar tentang
model-model belajar tentang budaya
1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1 Eksplorasi etnomatematika suku Samin berupa aktivitas dan artefak
masyarakat suku Samin dan hubungannya dengan konsep-konsep
matematika.
1.2.2 Penelitian ini dilaksanakan di dukuh Karangpace Desa Klopoduwur
Kecamatan Bajarejo Kabupaten Blora.
1.2.3 Kurangnya pemahaman konsep dalam proses pembelajaran matematika.
1.2.4 Belum tersedianya buku suplemen matematika pada tingkat smp yang
bernuansa budaya lokal.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
6
1.3.1 Bagaimana bentuk-bentuk kebudayaan yang ada pada budaya masyarakat
suku Samin di Kabupaten Blora?
1.3.2 Bagaimana hubungan bentuk-bentuk kebudayaan dalam budaya
masyarakat suku Samin dengan konsep-konsep matematika?
1.3.3 Apakah model pembelajaran kontekstual dengan memasukkan unsur
kebudayaan masyarakat suku Samin efektif meningkatkan hasil belajar
siswa?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1.4.1 Mengeksplor bentuk-bentuk kebudayaan yang ada pada budaya
masyarakat suku Samin di Kabupaten Blora
1.4.2 Menganalisis hubungan bentuk-bentuk kebudayaan dalam budaya
masyarakat suku Samin dengan konsep-konsep matematika
1.4.3 Untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran kontekstual dengan
memasukkan unsur kebudayaan masyarakat suku Samin dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Bagi masyarakat dan peserta didik, diharapkan adanya penelitian ini sadar
akan pentingnya pendidikan matematika yang tanpa disadari masyarakat
dan peserta didik telah menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-
hari dengan adanya kesadaran itu mereka termotivasi dalam pendidikan.
7
1.5.2 Untuk guru dan peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi/referensi dalam mengembangkan bahan ajar bernuansa
etnomatematika.
1.5.3 Bagi Pemda Kabupaten Blora, penelitian ini menjadi bahan masukan
dalam mengembangkan mutu pendidikan di Kabupaten Blora.
1.6 Penegasan Istilah
1.6.1 Etnomatematika
Penelitian tentang etnomatematika pertama kali diperkenalkan pada tahun
1977 oleh D’Ambrosio, yang merupakan seorang metematikawan Brasil. Beliau
mendefinisikan etnomatematika sebagai berikut: ―the prefix etho accepted as a
very broad term that refers the socialcultural context and therefore includes
language, jargon, and codes of behavior, myths, and symbols. The derivation of
mathema is difficult, but tends to mean to explain, to know, to understand, and to
do activities such as ciphering, measuring, classifying, inferring, and modeling.
The suffixtics is derived from techne, and has the same root as technigue‖ (Rosa
& Orey, 2011).
1.6.2 Budaya
Taylor (Haviland, 2002) mendefinisikan budaya sebagai seluruh aktivitas
manusia termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum adat istiadat dan
kebiasaan-kebiasaan lainnya.
1.6.3 Matematika
Hudojo (1988) menyimpulan matematika sebagai ilmu yang berkenaan
dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarki dan
8
penalarannya deduktif. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia (Amiluddin R & Sugiman
S, 2016).
1.6.4 Konsep
Konsep merupakan ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan atau mengklarifikasikan sekumpulan objek. Konsep berhubungan
erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep.
Dengan adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambing
dari konsep yang didefinisikan.
1.6.5 Konsep matematika
Konsep matematika merupakan unsur sistem matematika yang
mengkomunikasikan pengertian atau menjelaskan sesuatu yang bersifat abstrak.
Suherman (2003) mengatakan bahwa konsep adalah ide abstrak yang
memungkinkan kita dalam mengelompokian objek ke dalam contoh dan non
contoh. Dalam penelitian ini bentuk-bentuk etnomatematika dikaitkan dengan
kosep-konsep matematika dalam proses pembelajaran.
1.6.6 Keefektifan pembelajaran
Efektifitas pembelajaran mengarah pada berhasil tidaknya seluruh
komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan pebelajaran. Pembelajaran
kontekstual berbantuan buku pelajaran matematika bernuansa etnomatematika
kebudayaan masyarakat suku Samin dikatakan efektif jika (1) kemampuan siswa
dalam pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen bahan ajar
9
matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin
mencapai rata-rata kriteria ketuntasan minimal (KKM); (2) kemampuan siswa
dalam pembelajaran pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen
bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku
Samin mencapai ketuntasan klasikal; (3) respon siswa terhadap pembelajaran
baik.
1.7 Kajian Teori
1.7.1 Matematika
James dan james (1976) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi
ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Bruner dalam Hudoyo (1990: 48) belajar matematika adalah belajar
mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika itu. Selanjutnya pengembangan keterampilan
intelektual anak dalam mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep
matematika), maka materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap
perkembangan kognitif/ pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat
diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi
akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara
optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan
yaitu model tahap enaktif, model ikonik dan model tahap simbolik.
10
Matematika yang diajarkan tidak hanya melatih siswa untuk berpikir dan
berargumentasi yang merupakan fungsi otak kiri tetapi juga mengasah fungsi otak
kanan untuk berpikir alternatif, eksploratif, kreatif, mendesain, dan optimasi,
sehingga melalui matematika siswa dibiasakan bekerja efisien, berusaha mencari
jalan keluar yang sederhana atau singkat, cermat, tidak ceroboh serta ketat dalam
berargumentasi (Sunismi & Nu’man, 2012). Rahman (2014) mengungkapkan
bahwa pembelajaran matematika tidak hanya untuk melatih pola pikir siswa agar
dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis, cermat dan tepat, akan tetapi juga
agar terbentuk kepribadian siswa yang terampil menggunakan matematika dalam
kehidupan nyata. Serta diperhatikan bahwa siswa dapat dilihat dari keseriusannya
mengikuti pelajaran, menyelesaikan tugas dengan baik, berpartisipasi aktif selama
belajar, menyelesaikan tugas secara menyeluruh dan tepat waktu, dan merespons
dengan baik tantangan yang diberikan oleh guru (Fajri, 2016).
Tjiptiani (2016: 1939) siswa hendaknya belajar melalui partisi pasi aktif
dengan konsep - konsep dan prinsip -prinsip agar mereka memper oleh
pengalaman serta melakukan eksperimen - eksperimen sehingga mereka
menemukan konsep - konsep dan prinsip - prinsip itu sendiri. Siswa juga perlu
diberi kesempatan berperan sebagai pemecah masalah seperti yang dilakukan para
ilmuwan. Dengan cara tersebut diharapkan siswa mampu memahami konsep -
konsep dalam bahasa mereka sendiri
Oleh karena itu, pembelajaran matematika bisa dikaitkan dengan objek-
objek budaya. Dalam hal ini objek-objek budaya tersebut berupa artefak,
bangunan, makanan, upacara adat, pakaian, bahasa.
11
1.7.2 Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Menurut
Koentjaningrat (2000) mengartikan kebudayaan sebagai seluruh gagasan dan
karya manusia yang dibiasakan dari belajar beserta keseluruhan hasil budi dan
karya manusia itu sendiri. Kebudayaan memiliki hal-hal yang saling terkait yan
bias digunakan untuk membangun karakter seseorang yang baik.
Kebudayaan adalah wujud ideal yang bersifat abstrak dan tak dapat diraba
yang ada dalam pikiran manusia berupa gagasan, ide, norma, keyakinan dan
sebagainya. Dalam setiap kebudayaan terdapat unsur-unsur yang juga dimiliki
oleh kebudayaan lain. Koentjaraningrat (2000) menyebutkan sebagai unsur-unsur
kebudayaan yang universal yang meliputi sistem religi dan upacara keagamaan,
mata pencaharian, dan sistem teknologi dan peralatan.. Koentjaningrat membagi
bentuk-bentuk kebudayaan yang universal ini menjadi 7 (tujuh) unsur kebudayaan
yang merupakan isi pokok kebudayaan yaitu kesenian, sistem teknologi dan
peralatan, sistemorgaisasi masyarakat, bahas, sistem mata pencaharian dan sistem
ekonomi, sistem pengetahuan dan sistem religi. Tiap-tiap unsur kebudayaan
universal tersebut menjelma ke dalam tiga wujud kebudayaan, yaitu (1) wujud
kebudayaan sebagai sebuah kompleks dari ide, gagasan, nilai, dan norma-norma.
(2) wujud kebudayaan sebagai sebuah kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam suatu masyarakat seta (3) wujud kebudayaan sebagai benda-
benda hasil karya manusia.
12
Hoeningnam dalam Koentjaningrat (2000) mengemukakan bahwa
kebudayaan diwujudkan manusia dalam gagasan (wujud ideal), aktivitas
(tindakan) dan artefak (karya). Hal ini disebabkan karena budaya lahir dari
tindakan dan kegiatan manusia dan budaya hadir dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Gagasan (wujud ideal) kebudayaan adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya yang sifatnya astrak, tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat
menyatakan gagsan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari
kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para
penulis warga masyarakat tersebut. Aktivitas (tindakan) adalah wujud kebudayaan
sebagai suatu tindakanberpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini
sering pula disebut dengan sistem social. Sistem social ini terdiri dari aktivitas-
aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan mausia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata
kelakuan. Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
akrivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-
benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya
paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Kenyataan dalam kehidupan
bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bias dipisahkan dari
wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur
dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
13
Berdasarkan penjelasan para ahli, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
merupakan peninggalan hasil karya manusia yang berupa ide, aktivitas dan
artefak.
1.7.3 Etnomatematika
Secara bahasa, etnomatematika terdiri tiga kata yaitu awalan ―etno‖
diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial
budaya, termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos, dan simbol. Yang kedua
kata dasar ―mathema‖ cenderung berarti menjelaskan, mengetahui, memahami
dan melakukan kegiata seperti pengkodean, mengukur, mengklarifikasi,
menyimpulkan, dan yang terakhir pemodelan. Akhiran ―tik‖ berasal dari techne,
dan bermakna sama seperti teknik. Istilah tersebut kemudia disempurnakan
menjadi ―Saya telah menggunakan Etnomatematika sebagai mode, gaya, dan
teknik (tics) menjelaskan, memahami, dan menghadapi lingkungan alam dan
budaya (mathema) dalam sistem budaya berbeda (ethnos)‖ (Rachmawati, 2012:
4). Sama dengan pernytaan (Rosa, 2017: 11) etnomatematika berasal dari bahasa
Yunani ethno, mathema, dan tics. Ethno mengacu pada anggota kelompok dalam
lingkungan budaya yang diidentifikasi oleh tradisi budaya mereka, kode, simbol,
mitos, dan cara-cara khusus yang digunakan untuk berpikir dan menyimpulkan.
Mathema berarti menjelaskan dan memahami dunia untuk melampaui, mengelola
dan mengatasi kenyataan sehingga anggota kelompok budaya dapat bertahan
hidup dan berkembang, dan tics mengacu pada teknik seperti menghitung,
memesan, menyortir, mengukur, menimbang, menyandikan, mengklasifikasi,
menyimpulkan, dan memodelkan.
14
Menurut D’Ambosio (1985) menyatakan bahwa tujuan dari adanya
etnomatematika adalah untuk mengakui bahwa ada cara-cara berbeda dalam
melakukan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika
akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta dengan
mempertimbangkan modus yang berbeda dimana budaya yang berbeda
merundingkan praktek matematika mereka (cara mengelompokkan, berhitung,
mengukur merancang bangunan atau alat, bermain dan lainnya). Menurut Rosa
(2011: 35), berpendapat bahwa etnomatematika mencoba untuk membangun
hubungan antara ide dan prosedur matematika tertanam dalam praktik lokal dan
kerangka kerja konseptual akademik.
Dengan demikian, D’Ambrosio menjelaskan bahwa sebagai hasil dari
sejarah budaya matematika dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda dan
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat pemakainya.
Etnomatematika menggunakan konsep matematika secara luas yang terkait
dengan berbagai aktivitas matematika, meliputi aktivitas mengelompokkan,
berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain, menentukan
lokasi, dan lain sebagainya (Rachmawati, 2012: 4).
Merujuk pada pendapat Rosa dan Orey (2014) serta Katsap dan Silverman
(2008), indikator etnomatematika adalah sebagai berikut:
a. Bentuknya konsisten
b. Memiliki sifat-sifat tertentu (seperti pada geometri)
c. Mempunyai pola matematis
d. Mempunyai aturan main yang matematis
15
e. Mempunyai kaitan dengan menghitung, mengukur, menimbang, dan
mengurutkan secara sistematis.
Tun (2014) mengatakan bahwa etnomatematika adalah ilmu
yang mempelajari hubungan antara matematika dengan budaya. Dengan
demikian, gagasan etnomatematika akan dapat memperkaya pengetahuan
matematika yang telah ada. Rubio (2016) mengatakan bahwa ethnomathematic
belajar adalah aplikasi pembelajaran yang diadaptasi dari konsep matematika
dalam kegiatan sehari-hari.
Adam, Alangui & Barton (2003) menyatakan bahwa terdapat lima
kemungkinan kurikulum etnomatematika dapat diterapkan, yaitu (1)
etnomatematika harus dirancang dalam konteks yang sesuai dan berarti; (2)
disampaikan dalam bentuk conten atau isi budaya khusus yang berbeda dengan
konsep matematika umumnya; (3) konsep berikutnya dalam kurikulum
etnomatematika adalah membangun ide bahwa etnomatematika berada pada
tahapan pengembangan pemikiran matematika yang terapkan dalam bidang
pendidikan; (4) penerapan kurikulum etnomatematika dapat menjadi bagian ide
matematika; dan (5) Kurikulum etnomatematika merupakan integrasi konsep dan
praktek matematika ke dalam budaya siswa.
Etnomatematika dipersepsikan sebagai lensa untuk memandang dan
memahami matematika sebagai produk budaya (Puspadewi & Gst. Ngurah Nila
Putra, 2014). Seperti penelitian yang dilakukan oleh Muhtadi (2017) bahwa kajian
etnomatematika bisa berupa kebudayaan suatu etnis, misal etnis Sunda. Hal ini
etnomatematika dikaitkan dengan budaya Suku Samin di Blora Jawa Tengah.
16
1.7.4 Kebudayaan masyarakat suku Samin
Liliweri (2003: 10) kebudayaan merupakan satu unit interpretasi, ingatan,
dan makna yang ada di dalam manusia dan bukan sekadar dalam kata-kata,
meliputi kepercayaan, nilai-nilai, dan normal, serta mempengaruhi perilaku
(tindakan) manusia yang melibatkan karakteristik suatu kelompok manusia dan
bukan sekedar pada individu.
Koendjaraningrat (1990) mengungkapkan ada tujuh unsur kebudayaan
yang sifatnya universal dan yang dapat ditemuakaan pada semua bangsa di dunia
yaitu (1) bahasa, dengan wujud ilmu komunikasi dan kesusteraan mencakup
bahasa daerah, pantun,syair, novel-novel, dan lain sebagainya; (2) sistem
pengetahuan, meliputi science (ilmuilmu eksak) dan humanities (sastra,
filsafat,sejarah, dsb); (3) organisasi sosial, seperti upacara-upacara (kelahiran,
pernikahan, kematian); (4) sistem peralatan hidup dan teknologi, meliputi pakaian,
makanan, alat-alat upacara, dan kemajuan teknologi lainnya; (5) sistem mata
pencaharian hidup; (6) sistem religi, baik sistem keyakinan, dan gagasan tentang
Tuhan, dewa-dewa, roh, neraka, surga, maupun berupa upacara adat maupun
benda-benda suci dan benda-benda religius (candi dan patung nenek moyang) dan
lainnya; dan (7) kesenian, dapat berupa seni rupa (lukisan), seni pertunjukan (tari,
musik,) seni teater (wayang), seni arsitektur (rumah, bangunan, perahu, candi,
dsb), berupa benda-benda indah, atau kerajinan.
Tiap-tiap unsur kebudayaan universal menjelma ke dalam tiga wujud
kebudayaan, yaitu (1) wujud kebudayaan sebagai sebuah kompleks dari ide,
gagasan, nilai dan norma-norma, (2) wujud kebudayaan sebagai sebuah kompleks
17
aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam sutu masyarakat, (3) wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningat, 2000).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
merupakan hasil karya manusia dalam suatu kelompok dan lingkungan
lingkungan dimana seorang manusia berada baik berupa ide, aktivitas dan artefak,
hasil dari kebudayaan ini menjadi arah kehidupan bersama kelompok yang harus
dipatuhi.
Pembagian sebuah wilayah budaya tidak hanya mengacu pada batas-batas
fisik dan geografis. Sebuah wilayah budaya mengacu pada sebuah kawasan yang
memiliki konsep budaya yang sama, selanjutnya wilayah budaya tersebut dapat
menggambarkan adanya sumber budaya yang sama sehingga memiliki unsur
budaya yang sama pula (Wiradnyana, 2015).
Masyarakat Suku Samin merupakan masyarakat yang tinggal di daerah
jawa tengah salah satunya dikota Blora propinsi Jawa Tengah. Kata ‟Samin‟
berasal dari kata ‖sami-sami‖, ‖podo-podo‖ atau sama-sama. Artinya semua
manusia itu sama, ‖sing ora podo yoiku karepe‖, yang tidak sama adalah
keinginannya (wawancara dengan Wargono dan Nitirahayu, 2015). Berdasarkan
versi yang lain kata Samin berasal dari kata ‟sama‟ atau ‟samin‟ yang bermakna
―sami-sami amin‖, kata Samin diilhami nama tokoh komunitas Samin yakni Ki
Samin Surosentiko, kata Samin bermakna Sami Wonge (sesama manusia adalah
bersaudara), kata Samin bermakna sami-sami tiyange (sesama manusia) (Rosyid,
2012: 64).
18
Istilah Samin ada dua pengertian yaitu pertama, berasal dari kiratabasa
kata Samin, yakni tiyang sami-sami atau sami-sami amin yang berarti bahwa
semua orang adalah sama atau bersaudara (sedulur). Mereka juga mempunyai
persepsi bahwa orang non-Samin yang bersedia untuk berinteraksi sosial dengan
mereka pun dianggapnya sedulur (Wawancara dengan Icuk, 2015). Pengertian
kedua, berasal dari nama Surontiko atau Surosentiko, yakni Samin, orang yang
dianggap sebagai pemimpin komunitas mereka (Endrayadi, 2013: 86).
Kearifan (wisdom) adalah kebijaksanaan, sedangkan Samin merupakan
sebuah komunitas. Jadi kearifan komunitas Samin adalah adalah gagasan setempat
yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti
oleh anggota masyarakatnya. Beberapa nilai-nilai kearifan komunitas Samin
antara Ora seneng digunggung, ora serek di olo. Wong urip iku kudu: bener,
rukun, eling marang sepodo-podo kanti laku seng ati-ati, eleng, waspodo, sabar,
semeleh, lan seneng ati (Tidak suka puja, tidak marah jika dicerca, orang hidup
harus benar, rukun, memahami sesama, perilakunya hati-hati, memahami diri,
waspada, sabar, pasrah, dan berbahagia batin) (Rosyid, 2012: 64).
Interaksi dengan sesama bagi warga Samin memiliki pantangan.
Pantangan tersebut terpilah dalam tiga hal yakni ucapan, perbuatan, dan tabiat.
Interaksi antarsesama jika tidak memahami karakter dikhawatirkan terjadi
ketersinggungan. Untuk mengantisipasinya, ajaran Samin memberi rambu-rambu
berinteraksi bagi warganya dalam hal ucapan berupa pantangan yakni nyabdo,
pisoh-pisoh, sepoto, sumpah, lan nyumpahi awae dewe. Nyabdo adalah ungkapan
yang berisi sumpah-serapah kepada pihak lain karena merasa memiliki daya
19
linuwih (hebat). Pisoh-pisoh merupakan ungkapan bernada negatif sebagai
ekspresi kekecewaan kepada pihak lain karena dirugikan/dikecewakan. Sepoto
merupakan ekspresi lisan yang meneguhkan ketidakbenaran atau mengokohkan
kebenaran aktifitas yang telah dilakukannya kepada mitrakomunikasi. Sumpah
merupakan pernyataan secara lisan dari pengujar kepada pihak lain yang biasanya
karena faktor dakwaan. Nyumpahi awae dewe merupakan pernyataan secara lisan
dari pengujar kepada dirinya yang biasanya pembelaan karena faktor dakwaan
dari pihak lain yang merugikan dirinya (Rosyid, 2010: 65)
Segala barang/materi yang digunakan atau dikonsumsi warga Samin
berprinsip demunung te-e dewe (yang hanya miliknya). Hal ini dijadikan dasar
prinsip berinteraksi sosial berupa pertama, lung-tinulung, tang-piutang, nyileh
kudu mbalekno, lan utang kudu nyaur (saling menolong, saling menghutangi,
meminjam harus mengembalikan, dan hutang harus membayarnya). Kedua,
dipager betis tembok, ijeh aman dipager mangkok (jika mengharapkan keamanan
sosial, bukan karena rumah dipagar tembok, tetapi memagarnya dengan membagi
makanan. Ketiga, sedulur sikep kudu iso nglakoni ngalah, gunem sekecap tutuke
pangan secokotan. Barang apik nak iso ora kanggo dewe (Samin harus mengalah,
sedikit berbicara hingga makanan satu gigitan). Keempat, gunemem iki, sak iki
mbok dol sewu ora payu. Mbesok, mbok dol sekethi ora ngedoli, kuwe mbesok
diluru dulur (ungkapanmu sekarang dijual murah tidak laku, besuk, dibeli mahal
tidak kau jual, kamu besuk dicari saudaramu) (Rosyid, 2012: 144-153). Prinsip
beretikanya tidak berujar norak (saru, tidak sopan, dsb.) dengan ungkapan tindak
20
sepecak (dalam beraktivitas selalu dipikirkan terlebih dahulu) dan gunem sekecap
kanti bener (jika berbicara harus benar).
Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan
belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya
sebagai bagian dari proses pembelajaran. (Muzakki & Fauziah, 2015). Karena itu,
para guru diharapkan dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran itu
memanfaatkan kearifan lokal sebagai sumber belajar (Rosdiyah, 2013). Adanya
kebudayaan yang dikaitkan dengan matematika tidak lepas dengan suatu model
pembelajaran yang mana guru dituntut untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi siswa. Dengan model pembelajaran yang tepat, siswa tidak hanya
mendengarkan dan menghafal materi yang diberikan oleh guru, tetapi peserta
didik juga aktif dalam mencari materi yang akan dipelajarinya. Dengan demikian
siswa terdorong/termotivasi untuk lebih memahami konsep mateatika yang baik
yang berkaitan dengan sekolah maupun masalah yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Menurut Rochmad dan Masrukan (2016) pendukung utama dalam
keberhasilan pembelajaran yang dilakukan di kelas karena guru atau dosen
menggunakan model pembelajaran yang tepat, bervariasi, mengajar denganbaik
(good teaching) dan menggunakan pertanyaan yang baik (good question). Hal ini
cocok dengan model pembelajaran kontekstual.
1.7.5 Model kontekstual
Tujuan utama dari pembelajaran matematika adalah untuk membangun
kemampuan Matematika (Hendikawati, 2016). Menurut Marsigit (2014: 2)
Kehadiran inovasi pembelajaran sangat diperlukan agar pembelajaran matematika
21
bisa lebih menyenangkan. Serta dalam pembelajaran di kelas guru perlu melatih
dan membiasakan siswa untuk mengaitkan konsep-konsep dalam matematika
maupun dengan di luar matematika (Romli, 2016: 162). Salah satu hakekat
belajar adalah terjadinya perubahan seseorang berkat adanya pengalaman-
pengalaman (Khomsiatun & Retnawati, 2015). Menurut Putra (2017)
pembelajaran dapat dilakukan di kelas atau di lingkungan sekolah baik individu
maupun kelompok secara mandiri maupun membutuhkan bantuan agar lebih
fokus dan tertib dalam menjalankan aktivitasnya. Kompetensi tersebut diperlukan
agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,
tidak pasti dan kompetitif (Lahinda& Jailani, 2015). Salah satu kemampuan
pendidik yang harus diperhatikan adalah kemampuan pedagogik dalam
pengelolaan pembelajaran, seperti penggunaan strategi atau pendekatan, dan
perencanaan pembelajaran sesuai kondisi siswa (Rizka, 2014).
Definisi secara bahasa kata Contextual berasal dari kata contex yang
berarti ―hubungan, konteks, suasana, atau keadaan‖. Dengan demikian, contextual
diartikan ―yang berhubungan dengan suasana (konteks)‖. Sehingga, contextual
teaching and learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang
berhubungan dengan suasana tertentu (Hosnan, 2014: 267).
CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan
kurikulum berbasis kompetensi dan cukup relevan untuk diterapkan di sekolah.
CTL adalah suatu konsep belajar di mana guru menghadirkan situasi dunia nyata
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
22
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan, sementara siswa memperoleh
pengetahuan sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai
bekal memecahkan masalah dalam kehidupannya (Nurhadi, 2004: 16). Dengan
kata lain CTL sebagai salah satu model pembelajaran dapat digunakan dapat
mengefektifkan dan menyukseskan implementasi dari kurikulum, dimana
pembelajaran ini menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran
dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan
sehari-hari (Elaine, 2008: 65).
Materi pelajaran akan tambah berarti jika siswa mempelajari materi
pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti
di dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih
berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan
pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya
untuk membangun pengetahuan baru. Dan, selanjutnya siswa memanfaatkan
kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam berbagai konteks
di luar sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks, baik
secara mandiri maupun dengan berbagai kombinasi dan struktur kelompok. Dalam
CTL, proses KBM dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat
mempraktekkan secara langsung materi yang dipelajarinya (Mulyasa, 2003: 65).
Keterkaitan materi dengan model CTL dituangkan dalam bahan ajar. Bahan ajar
merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam
pembelajaran, dengan bahan ajar yang baikguru beserta siswa akan lebih mudah
23
mencapai tujuan pembelajaran seperti yang ditetapkan kurikulum (Lestari dkk,
2018). Serta Penggunaan modul akan membantu siswa masuk mempelajari materi
yang akan dipelajari (Fathonah, 2019). Dengan demikian tujuan proses
pembelajaran matematika merupakan representasi dari proses-proses belajar yang
telah dilalui oleh siswa, sehingga pembelajaran diharapkan dilakukan secara
efektif yang berorientasi pada tujuan pendidikan matematika (Bahri, 2018).
Pembelajaran dengan menerapkan sistem CTL, mencakup delapan
komponen utama yang dijelaskan sebagai berikut.
a. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, CTL membuat siswa-siswi
mampu menghubungkan isi dari subjek-subjek akademik dengan konteks
kehidupan keseharian mereka untuk menemukan makna.
b. Melakukan pekerjaan yang berarti, ilmu saraf dan psikologi dengan jelas
menunjukkan betapa pentingnya pengaruh makna terhadap pembelajaran dan
kemampuan mengingat, sehingga dengan melakukan pekerjaan yang berarti
akan semakin memudahkan peserta didik untuk menanamkan konsep baru
dan memungkinkan untuk terus berada dalam long term memory nya.
c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri; ketika siswa-siswi
menghubungkan materi dengan konteks keadaan pribadi mereka sendiri,
maka mereka terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan
diri dan mereka akan menemukan minatnya, keterbatasan mereka sehingga
mereka akan menemukan siapa diri mereka sendiri.
24
d. Bekerja sama; dalam suatu kelas yang menggunakan model CTL, maka akan
selalu mengusung sistem kerja sama dalam kelompok untuk meningkatkan
kehidupan sosial dalam kelas.
e. Berpikir kritis dan kreatif.
f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang.
g. Mencapai standar yang tinggi; standar tinggi yang dimaksud bukan hanya
meliputi standar akademis semata, melainkan pula standar tinggi dari
lingkungannya secara nyata, tugas ini menantang peserta didik untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam situasi dunia nyata
untuk tujuan tertentu.
h. Menggunakan penilaian autentik; penilaian ini memberi kesempatan pada
peserta didik untuk memperoleh umpan balik terhadap isi pelajaran dengan
lingkungannya sendiri (Elaine, 2008: 65).
Guru harus mendesain pembelajaran yang dapat membuat siswa mengatur
belajar sendiri seperti memberikan tugas terstruktur yang mendorong siswa untuk
mempersiapkan diri mereka (Millaty, 2019).
1.7.6 Konsep matematika
Menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001: 116) pemahaman konsep
(conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami konsep, operasi
dan relasi dalam matematika. menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001:
116) kompetensi strategis (strategic competence) merupakan suatu kemampuan
untuk merumuskan, merepresentasikan, serta menyelesaikan permasalahan
matematika. Serta konsep dan prosedur matematika maju yang baru dapat
25
diterapkan untuk memecahkan masalah lain dalam matematika dan disiplin ilmu
lainnya (Rohendi, 2012: 3).
Salah satu kecakapan (proficiency) dalam matematika yang penting
dimiliki oleh siswa adalah pemahaman konsep (conceptual understanding).
Menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001: 116), pemahaman konsep
(conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami konsep, operasi
dan relasi dalam matematika.
Adapun indikator dari pemahaman konsep matematis siswa adalah sebagai
berikut.
a. Menyatakan ulang secara verbal konsep yang telah dipelajari.
b. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya
persyaratan untuk membentuk konsep tersebut.
c. Menerapkan konsep secara algoritma.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika.
e. Mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika).
Berdasarkan hasil penelitian dalam pembelajaran matematika, Kilpatrick,
Swafford, & Findell (2001: 116) menyatakan bahwa kompetensi strategis
(strategic competence) merupakan suatu kemampuan untuk merumuskan,
merepresentasikan, serta menyelesaikan permasalahan matematika.
Adapun indikator dari kompetensi strategis matematis siswa adalah
sebagai berikut.
a. Memahami situasi serta kondisi dari suatu permasalahan.
26
b. Menemukan kata-kata kunci serta mengabaikan hal-hal yang tidak relevan
dari suatu permasalahan.
c. Menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk.
d. Memilih penyajian yang cocok untuk membantu memecahkan permasalahan.
e. Menemukan hubungan matematik yang ada di dalam suatu masalah.
f. Memilih dan mengembangkan metode penyelesaian yang efektif
dalammenyelesaikan suatu permasalahan.
g. Menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan.
1.7.7 Hubungan konsep matematika dengan budaya suku Samin dengam model
kontekstual
Konsep merupakan pola pikir yang sistematis yang digunakan untuk
mempermudah dalam pembelajaran. Dalam hal ini konsep yang dituju adalah
konsep matematika yang dikaitkan dengan suatu budaya, budaya yang dimaksud
adalah budaya Suku Samin. Menurut Sunandar (2018) untuk membangun
Pemahaman yang baik, diharapkan matematika bahan bernuansa etnomatik ada
beberapa benda yang bisa diamati langsung oleh siswa. Samo (2017) mengatakan
bahwa soal konteks budaya memiliki tantangan tersendiri karena melatih siswa
untuk melihat masalah dalam konteks yang tidak umum.
Hal-hal yang konkret dan berhubungan dengan pengalaman siswa sehari-
hari dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang menarik. Hal terbaik dan
termudah dalam membantu siswa memahami matematika yaitu dengan
memberikan contoh cerita penggunaan permasalahan matematika dalam
penggunaan permasalahan matematika pada kehidupan sehari-hari (Priambodho
27
& Indrojarwo, 2016). Gambar konsep siswa terbentuk selama proses belajar
mengajar, dan terkadang gambar konsep siswa salah atau terbatas akibat dari
pengajaran yang tidak tepat (Kjildsen & Petersen, 2014).
Pembelajaran matematika mengaitkan materi pembelajaran dengan
kehidupan siswa sehari-hari dalam pembelajaran dapat dikatakan dengan
model kontekstual.
Langkah-langkah atau sintaks pembelajaran matematika dengan model
kontekstual bernuansa etnomatematika dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Sintaks Pembelajaran Model Kontesktual
Bernuansa Etnomatematika
Fase Peran Guru
Berpikir
(thinking)
a. Guru memaparkan tentang
budaya lokal dengan
menampilkan benda-benda
artefak yang ada dalam
kebudayaan Suku Samin,
kemudian guru mengajukan
beberapa pertanyaan mengenai
benda tersebut.
b. Guru memberikan contoh
permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari mengenai materi
matematika dan terkait dengan
kebudayaan lokal Suku Samin.
c. Guru meminta siswa-siswa
untuk berpikir sendiri jawaban
atas pertanyaan atau masalah
tersebut.
Belajar kelompok
(learning community)
Guru secara heterogen
mengelompokan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil dan
memberikan tugas untuk
mendiskusikan masalah tersebut
Pemodelan (modeling)
Guru berusaha membuat suatu
model yang menggambarkan
28
situasi nyata yang berhubungan
dengan budaya masyarakat
Suku Samin yang terkait dengan
materi yang dipelajari.
Berbagi (sharing)
Guru meminta kelompok atau
perwakilan untuk menyampaikan
hasil kerja dan diskusi
kelompoknya di depan kelas.
Kelompok lain bertugas
menanggapi dengan memberikan
masukan atau pertanyaan.
Refleksi (refleksion)
Guru bersama siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap proses pembelajaran.
Menurut Samo (2017) mengatakan bahwa soal konteks budaya memiliki
tantangan tersendiri karena melatih siswa untuk melihat masalah dalam konteks
yang tidak umum. Salah satu contoh hubungan bentuk budaya dengan matematika
yang ada pada Suku Samin Kabupaten Blora adalah konsep barisan
aritmatika.Dalam menghubungkan budaya dengan matematika bisa dilihat aspek
Apa saja yang terdapat dalam suku Samin salah satunya dari aspek peternakan.
Masyarakat Samin memiliki tradisi untuk hewan peliharaan seperti kambing dan
sapi setiap hari jumat pahing mereka akan memberikan bau-bau ketupat dan
sayurnya kepada hewan ternak, dengan harapan hewan tersebut akan
mendapatkan kesuburan dan kesehatan. Kebiasaan yang dilakukan suku Samin
dalam beternak merupakan konsep dari barisan aritmatika. Misalkan pada bulan
Januari memiliki kalender di bawah ini.
29
Tabel 1.2. Kalender
Hari nasional Hari (jawa) Proses
Senin Kliwon -
Selasa Legi -
Rabu Pahing -
Kamis pon -
Jumat Pahing V
sabtu Pon -
Minggu Wage -
Barisan Aritmatika
( )
: suku ke-n
: suku pertama
: beda/selisih
1.7.8 Efektifitas pembelajaran
Menurut Supardi (2013) pembelajaran efektif adalah kombinasi
yang tersusun meliputi manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif
dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Efektifitas pembelajaran merujuk pada berdaya atau berhasil guna seluruh
komponen pembelajaran yang diorganisisr untuk mencapai tujuan pebelajaran.
Pembelajaran yang efektif mencakup keseluruhan tujuan pembelajaran baik yang
berdimensi mental, fisik, maupun sosial. Pembelajaran yang efektif memudahkan
siswa belajar sesuatu yang bermanfaat (Suprijono, 2012: 11). Pembelajaran yang
30
efektif menekankan ada bagaimana siswa mampu belajar, bagaimana cara belajar,
dan melalui kreativitas guru pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktivitas yang
menyenangkan (Witanto, 2012).
Efektifitas pembelajaran matematika dalam penelitian ini adalah
ketercapaian atau keberhasilan dicapai siswa yang mencakup: (1) hasil belajar
siswa dalam pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen bahan ajar
matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin
mencapai rata-rata kriteria ketuntasan minimal (KKM); (2) hasil belajar siswa
dalam pembelajaran pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen bahan
ajar matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin
mencapai ketuntasan klasikal. (3) respon siswa terhadap pembelajaran baik.
31
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kerangka Teroritis
Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah ―agar peserta didik
memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah‖ (Depdiknas, 2006). Dahar (1988:
95) menyebutkan ―Jika diibaratkan, konsep-konsep merupakan batu-batu
pembangunan dalam berpikir‖. Sesuai dengan kutipan di atas, dapat dikatakan
mengembangkan kemampuan pemahaman konsep siswa merupakan salah satu
tujuan utama pembelajaran matematika di sekolah. Diharapkan dalam setiap
pembelajaran matematika, siswa dapat memahami konsep matematika dengan
baik, serta mampu menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan
konsep tersebut (Zevika, 2012).
Para ahli telah banyak mencetuskan teori belajar yang bervariasi, salah
satunya adalah teori Bruner, dalam terorinya menyebutkan bahwa belajar sesorang
itu melalui tiga tahap yaitu tahap enaktif, tahap iconic dan tahap simbolik.
Tahapan-tahapn tersebut berbeda-beda tergantung pada tingkat pemahaman setiap
individu/orang. Memahami suatu konsep dalam matematika baik itu konsep murni
matematika, konsep notasi maupun konsep terapan seperti yang dikemukakan
Dienes diperlukan objek langsung mauapun objek tak langsung untuk membantu
pemahaman konsep yang sebagaimana yang diungkapkan Gagne.
32
Dalam kehidupan sehari-hari telah banyak kita jumpai objek/benda yang
berkaitan dengan matematika. Hubungan objek dengan matematika disebut
dengan etnomatematika yang mana sesuai dengan teori para ahli bahwa
penggunaan dan penerapan etnomatematika tergantung pada hubungan yang
dimiliki antara suatu budaya dengan konsep matematika. Teoei-teori yang
menjadi acuan dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kerangka Teoritis
Tujuan pembelajaran matematika adalah ―agar peserta didik memiliki
kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah
Teori Dienes
Memahami suatu konsep
dalam matematika baik
itu konsep murni
matematika, konsep
notasi maupun konsep
terapan
Teori Bruner
Dalam terorinya
menyebutkan bahwa
belajar sesorang itu
melalui tiga tahap yaitu
tahap enaktif, tahap iconic
dan tahap simbolik
Hubungan antara bentuk-bentuk kebudayaan dengan konsep matematika
disebut Etnomatematika.
Gerdes, 1994
Etnomatematika adalah matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya
tertentu, kelompok buruh/petani, anak-anak dari masyarakat kelas tertentu,
kelas-kelas professional, dsb.
Teori Gagne
Objek matematika
berupa objek langsung
mauapun objek tak
langsung
33
2.2 Kerangka Berfikir
Budaya merupakan suatu ciri khas dari suatu komunitas masyarakat dan
beranekaragam dalam menggambarkan kekahasannya tersebut sebagai tanda yang
berbeda satu sama lain. Apalagi di Indonesia banyak budaya yang dapat kita
eksplore. Dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan menggunakan
pendekatan etnografi terhadap lingkup budaya yang menjadi subjek atau sumber
data untuk dilakukan eksplorasi bentuk-bentuk etnomatematika kemudian
dihubungkan dengan konsep-konsep matematika. Subjek atau sumber data yang
akan dieksplorasi berasal dari budaya masyarakat suku Samin di kabupaten Blora.
Eksplorasi budaya dilakukan untuk mencoba menguak apa yang ada di
lingkungan masyarakat berupa aktivitas, artefak dan ide. Dalam penelitian ini
berfokus pada aktivitas dan artefak masyarakat suku Samin. Selanjutnya yang
akan di eksplor dari aktivitas dan artefak masyarakat suku Samin adalah bentuk-
bentuk etnomatematika berupa upacara adat, bangunan, tarian tradiosional,
makanan tradisonal, dan sebagainya. Kemudian bentuk-bentuk etnomatematika
akan dihubungkan dengan konsep-konsep matematika.
Etnomatematika merupakan penghubung antara pembelajaran yang
dikaitkan dengan budaya yang memiliki karakteristik/khas yang berbeda-beda.
Sehingga dengan demikian hubungan konsep-konsep matematika dengan
etnomatematika berbeda pula.
Hasil dari ekplorasi etnomatematika suku Samin dianalisis dan
dhubungkan dengan konsep-konsep matematika. Sehingga hasil dari analisi
tersebut diimplementasikan dalam bentuk bahan ajar. Kemudian bahan ajar
34
tersebut digunakan untuk pembelajaran di sekolah sehingga diharapkan dapat
membantu siswa dalam memhami konsep-konsep matematika.
Efektifitas model kontekstual dengan memasukkan unsur kebudayaan
masyarakat suku samin diharapkan dapat memberikana hasil yang efektif.
Efektifitas pembelajaran dapat dilihat dari adanya (1) hasil belajar siswa dalam
pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen bahan ajar matematika
bernuansa etnomatematikan kebudayaan masyarakat Suku Samin mencapai rata-
rata kriteria ketuntasan minimal (KKM); (2) hasil belajar siswa dalam
pembelajaran pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen bahan ajar
matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin
mencapai ketuntasan klasikal; (3) respon siswa terhadap pembelajaran baik.
Kerangka berfikir di atas dijelaskan pada tabel 2.2.
35
Tabel 2.2. Skema Kerangka Berfikir
Budaya
Masyarakat Samin
Bentuk
Etnomatematika
Konsep
Matematika
upacara adat,
bangunan, tarian
tradiosional,
makanan tradisonal
Artefak Aktivitas
Peluang, pola bilangan,
bangun datar (trapesium,
persegi, persegi panjang,
lingkaran, belah ketupat),
bangun ruang (tabung, bola,
kerucut)
Hubungan antara bentuk
etnomatematika dan konsep
matematika
Eksplorasi budaya kedalam
bentuk etnomatematika
Eksplorasi etnomatematika dan hubungannya dengan konsep matematika
pada suku Samin kabupaten Blora
Matematika Bernuansa
Budaya Kabupaten Blora
Mengimplementasikan hasil analisis dan hubungannya dengan konsep
matematika pada suku Samin kabupaten Blora (bahan ajar) dengan model
kontekstual
Pembelajaran matematika dengan model
kontestual berbantuan suplemen bahan ajar
etnomatematika yang efektif
36
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan untuk menjawab rumusan masalah No.3 yaitu
―Apakah model pembelajaran kontekstual untuk mengajarkan bentuk-bentuk
kebudayaan dalam budaya masyarakat suku Samin dengan konsep-konsep
matematika efektif meningkatkan hasil belajar siswa". Keefektifan pembelajaran
dilihat dari adanya peningkatan (1) hasil belajar siswa dalam pembelajaran
kontekstual berbantuan buku suplemen bahan ajar matematika bernuansa
etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin mencapai rata-rata kriteria
ketuntasan minimal (KKM); (2) hasil belajar siswa dalam pembelajaran
pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen bahan ajar matematika
bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin mencapai
ketuntasan klasikal.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dan terori-teori yang dikemukan
maka pada penelitian ini diajukan rumusan hipotesis yaitu:
a. Dengan pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen pembelajaran
matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan suku Samin dapat
mencapai rata-rata KKM yaitu 65.
b. Dengan pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen pembelajaran
matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan suku Samin, proporsi
para siswa yang mencapai nilai 65 sebanyak 70%.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan desain one group pretest posttest
design . Penelitian ini melibatkan satu kelas utuh dipilih secara acak dari populasi.
Pada design penelitian ini terdapat pretest-posttest sebelum dan sesudah perlakuan
dengan model pembelajaran kontekstual.
3.2 Strategi Penelitian
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif.
Menurut Creswell (2014: 5) penelitian kualitatif merupakan metode-metode
untuk mengeksplorasi dan memahamj makna yang oleh sejumlah individu atau
sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusian.
Sedangkan penellitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori-
teori (theories) tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Variabel-
variabel ini diukur biasanya dengan instrumen-instrumen penelitian sehingga data
yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur
statistik.
3.3 Populasi dan Sampel
Menurut Arikunto (2006) populasi adalah keseluruhan objek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP N 4 Ngawen.
Dalam penlitian ini teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah
Cluster Sampling, yaitu pengambilan bukan berdasarkan pada individual, tetapi
38
lebih berdasarkan pada kelompok, daerah atau kelompok subjekyang secara alami
berkumpul bersama.
Atas persetujuan antara peneliti dengan guru matematika terpilih kelas
VIII-A sebagai kelas ekperimen dan dalam pengambilan sampel ini karena
populasi di asumsikan berdistribusi normal dan dalam keadaan homogen.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pembelajaran kontekstual berbantuan
buku suplemen matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat
Suku Samin.Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu peningkatan hasil belajar
matematika siswa SMP N 4 Ngawen kelas 8.
3.5 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah kabupaten Blora, provinsi Jawa Tengah.
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat suku Samin untuk mencapai tujuan
pengeksplorasian. Suku Samin terletak di dukuh Karangpace Desa Klopoduwur
Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Budaya yang dieksplor berupa aktivitas
dan artefak masyarakat suku Samin. Aktivitas dan artefak masyarakat dieksplor
ke dalam bentuk etnomatematika kemudian dihubungkan terhadap konsep-konsep
matematika dan diimpilikasikan di SMP N 4 Ngawen yang berda di Sranggragan
Bandungrojo kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.
3.6 Data dan Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitin ini ada dua yaitu sumber data kualitatif dan
kuantitatif. Sumber informasi data pertama kualitatif bersumber dari kebudayaan
39
masyarakat Suku Samin berupa informasi dari subjek penelitian, hasil observasi,
fakta-fakta, hasil wawancara, dokumen yang sesuai dengan fokus penelitian. Hasil
observasi diperoleh dari pengamatan peneliti pada budaya masyarakat yang
menjadi subjek penelitian. Hasil informasi dari subjek penelitian diperoleh
melalui wawancara secara verbal atau dalam bentuk tulisan melalui analisis
dokumen. Menurut Arikunto (1993), sumber data adalah subjek dari mana data
tersebut diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini menurut cara
memperolehnya dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sekunder.
Sumber data primer yaitu data yang dikumpulkan, yang diolah dan
disajikan oleh peneliti dari data sumber pertama. Sumber informasi yang langsung
mempunyai wewenang dan bertanggungjawab terhadap pengumpulan data dan
penyimpanan data. Data ini diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti langsung
dari lapangan pada proses penelitian melalui wawancara, observasi dan catatatn di
lapangan (dokumentasi). Data sumber primer adalah tokoh masyarakat, tokoh adat
dan guru serta aktivitas dan atefak yang dimiliki oleh masyarakat suku Samin.
Sumber data sekunder yaitu data yang dikumpulkan, diolah, an disajikan
oleh pihak lain yang biasanya disajikan dalam bentuk publikasi dan jurnal.
Sumber data ini diperoleh oleh peneliti dari pihak lain yang tidak langsung
diperoleh oleh peneliti. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang sudah
diolah dalam bentuk dokumen-dokumen atau naskah tertulis, seperti buku,
majalah, jurnal sumber dari arsip, dokumen pribadi atau dokumen resmi. Sumber
data sekunder adalah berasal dari library research dan field research. library
research yaitu data yang diperoleh dari perpustakaan dengan menelaah,
40
mempelajari dan mengkasi buku-buku yang relevan dengan penelitian, yang
dipandang perlu dan dapat melengkapi data yang dipelajari dalam penelitian. field
research yaitu data yang diperoleh dari lapangan penelitian. Data dalam penelitian
ini meliputi 2 (dua) sumber yaitu manusia (tokoh masyarakat, tokoh adat dan guru
tiap jenjang pada sekolah yang ada dilokasi penelitian) dan nonmanusia (aktivitas
dan artefak yang dimiliki oleh masyarakat suku Samin) yaitu mbah lasio selaku
ketua Suku Samin. Sumber nonmanusia adalah data yang diperoleh dari hasil
mencatat atau melihat dokumen sejarah budaya atau segala yang berhubungan
dengan budaya baik filosofi, struktur masyarakat, kondisi masyarakat, dan lain-
lain.
Sumber data yang kedua adalah data kuantitatif. Data kuantitatif
bersumber hasil belajar dari siswa-siswa di SMP N 4 Ngawen. Hasil belajar
tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kefektifitasan bahan ajar matematika
bernuansa kebudayaan masyarakat Suku Samin dengan bahan ajar matematika.
3.7 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini di sajikan dalam Tabel 3.1
Tabel 3.1. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Tahapan
penelitian
data Sumber
informasi data
Instrumen Teknik
pengumpulan data
kualitatif Etnomatematika
dalam
kebudayaan
masyarakat
Suku Samin
Aktivitas dan
artefak
kebudayaan
masyarakat
Suku Samin
Pedoman
observasi Observasi
Responden:
Tua adat
Tokoh
Pedoman
wawancara Wawancara
41
masyarakat
Aktivitas dan
artefak
kebudayaan
masyarakat
Suku Samin
Foto dan
catatan
lapangan
terkait
budaya
Suku
Samin
Dokumentasi
Kualitas buku
suplemen
pelajaran
matematika
bernuansa
etnomatematika
kebudayaan
Suku Samin
Validator
Lembar
validasi
bahan ajar
Validasi revisi
bahan
ajar
Kuantitatif Keefektifitasan
buku
suplemen
pelajaran
matematika
bernuansa
etnomatematika
kebudayaan
Suku Samin
Siswa Kelas
delapan
soal tes
uraian Tes
Observasi
Aktivitas guru
dan siswa
dalam
pembelajaran
Pedoman
observasi Observasi
Angket
Respon siswa
terhadap
penggunaan
buku
suplemen
etnomatematika
bernuansa
kebudayaan
Suku Samin
Angket
42
3.8 Teknik Pengumpulan Data
3.8.1 Teknik Pengumpulan Data Kualitatif
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi yang
terdiri dari observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi
Dalam melakukan observasi peneliti kualitatif dapat menempatkan
diri sebagai partisipan dan non partisipan (Sugiyono, 2012: 205). Ada tiga
jenis observasi menurut Sugiyono (2016: 311) yaitu observasi partisipatif,
observasi terus terang dan tersamar, dan observasi tek terstruktur. Penelitian
ini menggunakan observasi partisipatif, yaitu penliti terlibat dalam kegiatan
seharihari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data
penelitian.
Observasi partisipasif dilakukan pada tahapan eksplorasi budaya
masyarakat dengan cara peneliti melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat
suku Samin sebagai sumber data serta mengamati aktivitas dan artefak yang
dimiliki masyarakat. Observasi terstruktur dilakukan pada tahap
menghubungkan bentuk-bentuk etnomatematika ke dalam konsep-konsep
matematika.
b. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari informan
yang disesuaiakan dengan kebutuhan dalam penelitian ini. Maka wawancara
adalah kegiatan tanya jawab secara lisan dengan bertemu secara tatap muka.
Menurut Sugiyono (2013) teknik wawancara terdiri dari tiga jenis yaitu
43
wawancara terstruktur (structured interview), wawancara semi terstruktur
(semistructured interview), dan wawancara tidak terstruktur (unstructured
interview).
Dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara semi
terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara
yang sesuai dengan pedoman penelitian, apabila muncul kejadian di luar
pedoman maka hal tersebut tidak dihiraukan. Wawancara semi terstruktur
adalah wawancara yang dilakukan dengan mengembangkan instrument
penelitian. Wawancara ini sudah termasuk dalam kategori wawancara
mendalam yang pelaksanaannya bebas dan terbuka dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Wawancara mendalam biasanya disebut dengan
wawancara tidak terstruktur karena menerapkan metode interview secara
lebih mendalam, luas dan terbuka dibandingkan wawancara terstruktur, hal
ini dilakukan untuk mengetahui pendapat, persepsi, pengalaman seseorangan.
Pendapat, persepsi, motivasi dan hal-hal lainnya merupakan unsur
yang diperhatikan dalam penelitian ini dengan tokoh masyarakat, tokoh adat
dan guru matematika pada lokasi penelitian sebagai informan. Alat perekam,
kamera dan catatan merupakan bukti yang bias menjamin kevalidan data.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa masa lampau.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental
seseorang. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012: 72).
44
Guba dan Lincoln dalam Moleong (2014) menjelaskan dokumentasi
merupakan setiap bahan tertulis maupun dalam bentuk film. Dokumentasi
bersifat tetap dan tidak berubah. Dokumentasi digunakan sebagai bukti,
adapaun metode ini adalah untuk mencari data yang kaitannya dengan
penelitian yang akan dilaksanakan. Metode dokumentasi ini mencakup
keseluruhan data yang tidak hanya berupa arsip atau catatan yang berkaitan
dengan penelitian namun didukung dengan foto aktivitas dan artefak
masyarakat suku Samin.
3.8.2 Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif
Teknik pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan cara studi lapangan
atau langsung pada saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Data-data yang
dipeoleh berupa nilai-nilai hasil belajar siswa yang menggunakan bahan ajar
etnomatematika budaya Suku Samin yang berupa angka. Teknik yang digunakan
peneliti dalan studi lapangan adalah tes.
a. Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
b. Observasi
Observasi dilakukan dalam proses pembelajaran. Observasi digunakan untuk
mengetahui memperoleh data tentang aktivitas guru dalam pembelajaran
dengan menerapkan model kontektual berbantuan buku suplemen metematika
bernuansa etnomatematika budaya suku Samin.
45
c. Angket
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang diakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono,2013: 199). Dalam penelitian ini
angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan buku
suplemen etnomatematika bernuansa kebudayaan suku Samin dalam
pembelajaran.
3.9 Teknik Analisis dan Keabsahan Data
Analisis data dilakukan dengan mengumpulan informasi melalui
wawancara, observasi, dokumentasi, sehingga hasil dari pengumpulan tersebut
dapat diorganisasaikan/dikelompokan, dijabarkan tiap aspek, melakukan sintesa,
menyusun pola, memilah-milah hal-hal yang penting yang mendukung penelitian,
membuat kesimpulan. Sesuai dengan yang digunakan dalam penelitian yaitu
penelitian mixed method, maka teknik analisis data penelitian terdiri dari dua
teknik yaitu teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis kuantitatif.
3.10 Teknik Analisis dan Keabsahan Data Kualitatif
3.10.1 Teknik Analisis Data Kualitatif
Sugiyono (2013) mengatakan bahwa analisis data merupakan suatu
langkah yang paling kritis dalam penelitian, karena penelitian dipastikan pada
analisis yang tepat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis statistic deskriptif yang bertujuan membri gambaran
terhadap data-data pada variabel penelitian. Semua data terkumpul, langkah
selanjutnya adalah menganalisis data.
46
Bogdan & Biklen mengatakan teknik analisis data adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain
(Moleong, 2007: 248).
Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan peneliti
menggunakan model Miles and Huberman. Analisis data dalam penelitian
kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Miles and Huberman
(1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu, data reduction, data
display, dan conclusion drowing/verification (Sugiyono, 2007: 246).
Dalam analisis data, peneliti menggunakan model interactive model, yang
unsur-unsurnya meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display), dan conclutions drowing/verifiying. Alur teknik analisis data dapat
dilihat seperti gambar 3.1 dan komponen dalam analisis data (flow model) 3.2.
47
Gambar 3.1. Komponen dalam analisis data (interactive model) Miles &
Huberman (Sugiyono, 2007: 247)
Gambar 3.2. Komponen dalam analisis data (flow model)
Teknik analisis data pada penelitian ini penulis menggunakan tiga
prosedur perolehan data.
Antisipasi
ANALISIS
Kesimpulan/Verivikasi
Display Data
Periode Pengumpulan
Reduksi Data
Setelah Selama
Selama Setelah
Selama Setelah
48
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan
terhadap data yang dianggap kurang perlu dan tidak relevan, maupun
penambahan data yang dirasa masih kurang. Data yang diperoleh di lapangan
mungkin jumlahnya sangat banyak. Reduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya. Dengan demikian data yang akan direduksi memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono,
2007: 247).
b. Penyajian Data/ Display
Dengan mendisplay atau menyajikan data akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi selama penelitian berlangsung. Setelah itu perlu
adanya perencanaan kerja berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam
penyajian data selain menggunakan teks secara naratif, juga dapat berupa
bahasa nonverbal seperti bagan, grafik, denah, matriks, dan tabel. Penyajian
data merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun berdasarkan
kategori atau pengelompokan-pengelompokan yang diperlukan.
Miles and Huberman dalam penelitian kualitatif penyajian data bias
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori,
flowchart dan sejenisnya. Ia mengatakan ―yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif‖ (Sugiyono, 2007: 249).
49
c. Verifikasi Data (Conclusions drowing/verifiying)
Langkah terakhir dalam teknik analisis data adalah verifikasi data.
Verifikasi data dilakukan apabila kesimpulan awal yang dikemukan masih
bersifat sementara, dan akan ada perubahan perubahan bila tidak dibarengi
dengan bukti-bukti pendukung yang kuat untuk mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Bila kesimpulan yag dikemukan pada tahap
awal, didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukan
merupakan kesimpulan yang kredibel atau dapat dipercaya (Sugiyono, 2007:
252).
Dalam penelitian kualitatif, kesimpulan yang didapat kemungkinan
dapat menjawab fokus penelitian yang sudah dirancang sejak awal penelitian.
Ada kalanya kesimpulan yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk
menjawab permasalahan. Hal ini sesuai dengan jenis penelitian kualitatif itu
sendiri bahwa masalah yang timbul dalam penelitian kualitatif sifatnya masih
sementara dan dapat berkembang setelah peneliti terjun ke lapangan.
Harapan dalam penelitian kualitatif adalah menemukan teori baru.
Temuan itu dapat berupa gambaran suatu objek yang dianggap belum jelas,
setelah ada penelitian gambaran yang belum jelas itu bisa dijelaskan dengan
teori-teori yang telah ditemukan. Selanjutnya teori yang didapatkan
diharapkan bisa menjadi pijakan pada penelitian-penelitian selanjutnya.
Adapun langkah-langkah analisis data kualitatif dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
50
1) Data diperoleh dari hasil observasi, wawancara, rekaman, foto, studi
dokumentasi lainnya terhadap artefak dan aktivitas masyarakat dalam
budaya Suku Samin.
2) Kumpulan data berupa artefak dan aktivitas masyarakat Suku Samin
direduksi dengan cara memilih yang penting, membuat kategori, dan
membuang yang tidak dipakai kemudian dianalisis sehingga
menghasilkan bentuk-bentuk etnomatematika. Bentuk-bentuk
etnomatematika dikaitkan dan dianalisis dengan konsep-konsep
matematika.
3) Hasil analisis hubungan tersebut disajikan dengan penjelasan dan uraian
yang jelas.
4) Verifikasi data untuk membuktikan kebenaran dari hasil analisis data
yang telah dilakukan peneliti. Verifikasi data bentuk-bentuk
etnomatematika dapat dilakukan dapat dilakukan dengan diskusi bersama
tua adat (lakimosa) Suku Samin. Verifikasi data keterkaitan antara
bentuk-bentuk etnomatematika dan konsep-konsep matematika oleh
dosen pembimbing dan guru SMP N 4 Ngawen.
5) Hasil analisis keterkaiatan bentuk-bentuk etnomatematika diintegrasikan
dalam bahan ajar matematika. Bahan ajar tersebut divalidasi oleh
validator ahli sehingga tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah
mendeskripsikan hasil validasi dari validator. Bahan ajar matematika
dikatakan valid jika termasuk dalam kriteria baik atau sangat baik.
51
Kriteria kevalidan bahan ajar (Arikunto, 2012: 89) dapat dilihat pada
tabel 3.2.
Tabel 3.2. Kriteria Validitas Bahan Ajar
Rata-rata nilai Kriteria
1,00 ≤ Va < 1,80 Tidak baik
1,80 ≤ Va < 2,60 Kurang baik
2,60 ≤ Va < 3,40 Cukup baik
3,40 ≤ Va < 4,20 Baik
4,20 ≤ Va < 5,00 Sangat baik
3.10.2 Teknik Keabsahan Data Kualitatif
Kevaliditan suatu data dilihat dari substansi, sumber data, maupun
teknik pengumpulan data. Menurut Moleong (2007: 327) ada empat
kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).
Adapun uji keabsahan data yang dapat dilaksanakan (Sugiyono,
2007: 270).
1) Kepercayaan (credibility)
Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil
penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang
dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.
a) Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas/
kepercayaan data. Dengan perpanjangan pengamatan berarti
peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara
52
lagi dengan sumber data yang ditemui maupun sumber data yang
lebih baru. Perpanjangan pengamatan berarti hubungan antara
peneliti dengan sumber akan semakin terjalin, semakin akrab,
semakin terbuka, saling timbul kepercayaan, sehingga informasi
yang diperoleh semakin banyak dan lengkap.
Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data
penelitian difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah
diperoleh. Data yang diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan
benar atau tidak, ada perubahan atau masih tetap. Setelah dicek
kembali ke lapangan data yang telah diperoleh sudah dapat
dipertanggungjawabkan/benar berarti kredibel, maka perpanjangan
pengamatan perlu diakhiri.
b) Meningkatkan kecermatan dalam penelitian
Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara
berkelanjutan maka kepastian data dan urutan kronologis peristiwa
dapat dicatat atau direkam dengan baik sistematis. Meningkatkan
kecermatan merupakan salah satu cara mengontrol/mengecek
pekerjaan apakah data yang telah dikumpulkan, dibuat, dan
disajikan sudah benar atau belum.
Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan
dengan cara membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitian
terdahulu, dan dokumen-dokumen terkait dengan membandingkan
hasil penelitian yang telah diperoleh. Dengan cara demikian, maka
53
peneliti akan semakin cermat dalam membuat laporan yang pada
akhirnya laporan yang dibuat akan smakin berkualitas.
c) Triangulasi
Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi dalam
pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan demikian
terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,
dan waktu (Sugiyono, 2007: 273).
(1) Triangulasi Sumber
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data
(Sugiyono, 2007: 274).
(2) Triangulasi Teknik
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Misalnya untuk mengecek data bisa melalui
wawancara, observasi, dokumentasi. Bila dengan teknik
pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang
berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada
54
sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data mana
yang dianggap benar (Sugiyono, 2007: 274).
(3) Triangulasi Waktu
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari
pada saat narasumber masih segar, akan memberikan data
lebih valid sehingga lebih kredibel. Selanjutnya dapat
dilakukan dengan pengecekan dengan wawancara, observasi
atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila
hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan
secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian
datanya (Sugiyono, 2007: 274).
d) Analisis Kasus Negatif
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari
data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang
telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau
bertentangan dengan temuan, berarti masih mendapatkan data-data
yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti
mungkin akan mengubah temuannya (Sugiyono, 2007: 275).
e) Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud referensi adalah pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam
laporan penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu
55
dilengkapi dengan foto foto atau dokumen autentik, sehingga
menjadi lebih dapat dipercaya (Sugiyono, 2007: 275).
f) Mengadakan Membercheck
Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data. Jadi tujuan membercheck adalah agar informasi yang
diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai
dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan (Sugiyono,
2007: 276).
2) Keteralihan (transferability)
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut
diambil (Sugiyono, 2007: 276).
Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai transfer sampai saat ini
masih dapat diterapkan/dipakai dalam situasi lain. Bagi peneliti nilai
transfer sangat bergantung pada si pemakai, sehingga ketika penelitian
dapat digunakan dalam konteks yang berbeda di situasi sosial yang
berbeda validitas nilai transfer masih dapat dipertanggungjawabkan.
3) kebergantungan (dependability)
Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain
beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang
sama. Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian
56
apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses
penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula.
Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. Dengan cara auditor yang
independen atau pembimbing yang independen mengaudit keseluruhan
aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana peneliti mulai menentukan
masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber data, melaksanakan
analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan
laporan hasil pengamatan.
4) Kepastian (confirmability)
Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji
confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila
hasil penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian
kualitatif uji confirmability berarti menguji hasil penelitian yang
dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian
merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka
penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.
Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak berbeda
antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi
sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang
telah disajikan dapat dipertanggungjawabkan.
57
3.11 Teknik Analisis dan Keabsahan Data Kuantitatif
3.11.1 Metode tes
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian.
Sebelum diujikan kepada sampel maka soal tersebut harus diuji coba dahulu untuk
mengetahui kriteria validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda
soal.
a. Validitas
Validitas merupakan kualitas yang menunjukkan hubungan antara
suatu pengukuran dengan arti maupun tujuan. Valid merupakan ketepatan.
Validitas merupakan syarat terpenting dari evaluasi.
Untuk mengetahui validitas soal dapat dicari dengan rumus korelasi product
moment:
∑ (∑ )(∑ )
√{ ∑ (∑ ) }{ ∑ (∑ ) }
Keterangan :
: koefisien korelasi antara x dan y
: jumlah subjek atau peserta didik yang diteliti
∑ : jumlah skor tiap butir soal
∑ : jumlah skor total
∑ : Jumlah kuadrat skor butir soal
∑ : Jumlah kuadrat skor total
∑ : Jumlah perkalian antara skor butir soal dengan skor total
58
Setelah didapat harga , kemudian dikonsultasikan dengan harga
kritik product moment yang ada pada tabel dengan taraf nyata , apabila
lebih besar dari harga tabel, maka butir soal tersebut valid (Arikunto,
2007: 72). Dengan klasifikasi validitas sebagai berikut 0,81 1,00
yaitu sangat tinggi.
0,61 0,80 : tinggi
0,41 0,60 : cukup
0,21 0,40 : rendah
0,00 0,20 : sangat rendah
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan di kelas IX A
sejumlah 28 siswa dan IX B sejumlah 28 siswa. Maka diperoleh
untuk kelas VIII A dan untuk kelas IX B, dengan taraf
signifikan , sehingga butir soal dikatakan valid jika dan
. Pada analisis hasil tes uji coba didapatkan, dari 14 soal
uraian yang diujicobakan diperoleh hasil bahwa soal nomor 1a, 2b, 3a, 3b, 6a,
5b, 7a, 7b masuk dalam kriteria valid, dan nomor 2a, 1b, 4a, 4b, 5a, 6b tidak
valid. Perhitungan validitas soal dapat dilihat pada lampiran.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan/ ketelitian suatu alat evaluasi, reliabilitas
juga bisa dikatakan sebagai keandalan suatu tes. Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika suatu tes tersebut memberikan
hasil yang tetap (Arikunto, 2007: 86). Maka pengertian reliabilitas tes
berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Rumus Alpha Crombath
59
merupakan rumus yang akan digunakan untuk menguji reliabilitas tes, seperti
di bawah ini:
[
] [
∑
]
Keterangan:
= Reliabilitas yang dicari
n = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ = Jumlah varians skor tiap butir soal
= Varians total (Arikunto, 2013: 122)
Hasil perhitungan ( ) kemudian dikonsultasikan dengan yang
diperoleh dari tabel product moment pada taraf signifikan . Jika
signifikan , maka tes tersebut reliabel. Dengan kriteria
penafsiran reliabilitas.
Jika 0,000 < r11 ≤ 0,200 : sangat rendah
Jika 0,200 < r11 ≤ 0,400 : rendah
Jika 0,400 < r11 ≤ 0,600 : cukup
Jika 0,600 < r11 ≤ 0,800 : tinggi
Jika 0,800 < r11 ≤ 1,000 : sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh untuk kelas
IX A dan untuk kelas IX B. Sedangkan dengan taraf
diperoleh untuk kelas IX A dan untuk kelas IX
B. Karena sehingga dapat disimpulkan bahwa soal uji coba
60
uraian tersebut reliabel dengan kategori cukup. Oleh sebab itu, perhitungan
reliabel dapat dilihat di lampiran.
c. Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan
siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi
karena di luar jangkauannya (Arikunto, 2007: 207).
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut
indek kesukaran yang besarnya antara 0,00-1,00 dan diberi dengan simbol P.
Rumus mencari P adalah.
P = JS
B
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = jumlah siswa yang menjawab benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Dengan klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut:
< P : sukar
< P : sedang
< P : mudah (Arikunto, 2007: 210).
Penyusunan soal dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kesukaran
soal, sebagai berikut.
61
a) Soal sukar 25%, soal sedang 50%, soal mudah 25%, atau
b) Soal sukar 20%, soal sedang 60%, soal mudah 20%, atau
c) Soal sukar 15%, soal sedang 70%, soal mudah 15%. (Arifin, 2011: 271)
Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang dilakukan, diperoleh Hasil
pengujian tingkat kesukaran soal pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Tingkat Kesukaran Soal
Kriteria 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b 7a 7b
Mudah √ √ √ √ √
Sedang √ √ √ √ √ √ √
Sukar √ √
Sehingga dari perhitungan tersebut dihasilkan bahwa perbandingan
soal mudah: sedang: sukar adalah 5: 7: 2. Perbandingan tersebut tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku tetapi peneliti tetap menggunakan soal
tersebut. Perhitungan mengenai tingkat kesukaran soal selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran.
d. Daya pembeda soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah) (Arikunto, 2007: 214). Untuk menguji daya
pembeda soal uraian digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menghitung jumlah skor setiap peserta didik.
b) Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor
terkecil.
c) Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah.
62
d) Menghitung rata – rata skor untuk masing – masing kelompok.
e) Menghitung daya pembeda soal dengan rumus.
J = jumlah peserta tes.
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar.
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
JA= banyaknya peserta kelompok atas.
JB = banyaknya peserta kelompok bawah.
Dengan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut.
0,00 0,20 : jelek
0,21 0,40 : cukup
0,41 0,70 : baik
0,71 1,00 : baik sekali
D : negatif, semuanya tidak baik
Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks
diskriminasi 0,4 sampai 0,7 (Arikunto, 2007: 214).
Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang dilakukan, diperoleh hasil
pengujian daya pembeda soal pada tabel 3.4 sebagai berikut.
Tabel 3.4 Daya Pembeda Soal
Kriteria 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b 7a 7b
Baik Sekali
Baik √ √ √
Cukup √ √ √ √ √ √ √ √
Jelek √ √ √
63
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa butir soal 2a, 5a, 6b memiliki
daya jelek sehingga berdasarkan kriteria di atas, soal tidak dipakai.
Pada dasarnya hasil analisis uji coba intrumen tes yang meliputi
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal diperoleh
bahwa butir soal nomor 1a, 2b, 3a, 3b, 6a, 5b, 7a, 7b layak digunakan sebagai
soal tes. Uji coba soal dilaksanakan pada kelas uji coba dengan alokasi waktu
2 × 40 menit. Analisis data untuk kelas uji coba dapat dilihat pada lampiran.
3.11.2 Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak, maka digunakan uji lilliefors, langkah-langkahnya
(Sudjana, 2005: 466-467).
1) Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Ha : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
2) Prosedur untuk uji Normalitas adalah sebagai berikut:
a) Pengamatan dijadikan bilangan baku
dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
: rata-rata
: Simpangan baku sampel
√∑( )
64
b) Data dari sampel tersebut diurutkan dari skor terendah ke skor
tertinggi.
c) Dengan data distribusi normal baku dihitung peluang
( ) ( )
d) Selanjutnya dihitung proporsi yang lebih kecil atau
sama dengan . Jika proporsi ini dinyatakan oleh S( ).
( ) banyaknya 1, 2, , n yang ≤ i
n
e) Menghitung selisih ( ) ( ) dan menentukan harga
mutlaknya.
f) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlaknya
selisih tersebut, harga terbesar ini dinamakan .
Untuk memudahkan perhitungan dipersiapkan tabel 3.5 sebagai berikut.
Tabel 3.5 Uji Lilliefors untuk Mencari
F( ) S( )
| ( ) ( )|
:
:
:
:
:
:
F( )
F( )
:
:
:
F( )
S( ) S( ) :
:
:
S( )
| ( ) ( )|
| ( ) ( )|
:
:
:
| ( ) ( )|
g) Bandingkan dengan , pada taraf signifikan 5%.
h) Kesimpulan
(1) Jika maka diterima atau sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal.
65
(2) Jika maka ditolak atau sampel berasal dari populasi
berdistribusi tidak normal.
Uji normalitas dalam penelitian ini adalah uji Liliefors dengan bantuan
Microsoft Excel 2010 dan SPSS. Analisis data awal awal kelas eksperimen dapat
dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Analisis Data Awal
Kelas Uji Liliefors Taraf signifikan
L0 Ltabel
Kelas Eksperimen 0,0963 0,1658 5%
Berdasarkan pada tabel 3.6 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa L0 <
Ltabel sehingga H0 diterima artinya data awal berasal dari populasi berdistribusi
normal. Untuk analisis lengkapnya bisa dilihat pada lampiran.
Tabel 3.7 Analisis Data Awal
Berdasarkan nilai sig. Tabel test of normality diperoleh nilai sig. Pada nilai
awal kelas esperimen 0,200 > 0,05 maka H0 diterima artinya data awal berasal dari
populasi berdistribusi normal.
3.11.3 Analisis Validitas Suplemen Bahan Ajar
Validasi dilakukan sebelum suplemen bahan ajar digunakan. Validasi
tersebut untuk mendapatkan masukan mengenai kekurangan materi pembelajaran
dalam suplemen bahan ajar tersebut yang menyangkut aspek: struktur bahan ajar,
66
organisasi penulisan materi, dan bahasa sehingga bahan ajar tersebut valid dan
layak digunakan. Aspek-aspek validasi tersebuat dijabarkan dalam indikator-
indikator yang termuat dalam lembar validasi bahan ajar.
Suplemen bahan ajar matematika dikembangkan dari hasil observasi
terhadap masyarakat Suku Samin. Hal tersebut sejalan dengan Zaenuri (2017)
yang mengembangkan suplemen bahan ajar untuk siswa SMP di pesisiran.
Suplemen bahan ajar tersebut dikembangkan berdasarkan hasil observasi terhadap
budaya pesisir, sehingga suplemen bahan ajar tersebut dapat digunakan oleh siswa
SMP wilayah pesisir dalam membantu memahami konsep matematika.
Suplemen bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan
masyarakat Suku Samin tersebut sebelum digunakan divalidasi oleh validator ahli.
Para validator ahli terdiri dari dosen pembimbing sebagai validator 1 dan 2. Untuk
menganalisis hasil validasi digunakan analisis rata-rata yaitu dengan menghitung
rata-rata dari setiap butir aspek yang telah divalidasi. Suplemen bahan ajar
dikatakan valid jika rata-rata hasil validasi berada pada kriteria baik atau sangat
baik. Skala nilai untuk setiap aspek adalah 1 sampai 5 dengan kriteria seperti
terdapat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8. Kriteria Validitas Bahan Ajar
Rata-rata nilai Kriteria
1,00 ≤ Va < 1,80 Tidak baik
1,80 ≤ Va < 2,60 Kurang baik
2,60 ≤ Va < 3,40 Cukup baik
3,40 ≤ Va < 4,20 Baik
4,20 ≤ Va < 5,00 Sangat baik
67
Dalam hal ini hasil dari validasi bahan ajar oleh Validator dapat dilihat
pada tabel
3.11.4 Analisis Validitas Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP dan silabus. Perangkat
pembelajaran sebelum digunakan terlebih dahulu divalidasi oleh validator ahli.
Validator ahli terdiri dari dosen pembimbing sebagai validator 1 dan 2. Lembaran
validasi ini digunakan untuk menyatakan kelayakan perangkat yang akan
digunakan. Aspekaspek validasi perangkat pembelajaran dijabarkan dalam
indikator-indikator yang termuat dalam lembar validasi. Untuk menganalisis hasil
validasi digunakan analisis rata-rata yaitu dengan menghitung rata-rata dari setiap
butir aspek yang telah divalidasi. Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika
rata-rata hasil validasi berada pada kriteria baik atau sangat baik. Skala nilai untuk
setiap aspek adalah 1 sampai 5 dengan kriteria seperti terdapat pada tabel 3.9.
Tabel 3.9. Kriteria Validitas Perangkat Pembelajaran
Rata-rata nilai Kriteria
1,00 ≤ Va < 1,80 Tidak baik
1,80 ≤ Va < 2,60 Kurang baik
2,60 ≤ Va < 3,40 Cukup baik
3,40 ≤ Va < 4,20 Baik
4,20 ≤ Va < 5,00 Sangat baik
3.11.5 Uji Hipotesis
1) Uji Hipotesis 1
Hipotesis 1 yang diajukan yaitu ‖Dengan pembelajaran kontekstual
berbantuan buku suplemen pembelajaran matematika bernuansa
68
etnomatematikakebudayaan suku Samin dapat mencapai rata-rata KKM
65‖.Oleh karena itu dapat dirumuskan sebagai berikut.
Ho: Hasil belajar siswa dalam pembelajaran kontekstual berbantuan buku
suplemen pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika
kebudayaan suku Samin tidak mencapai KKM.
Ha: Hasil belajar siswa dalam pembelajaran kontekstual berbantuan buku
suplemen pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika
kebudayaan suku Samin mencapai KKM.
Secara statistik sepeti di bawah ini.
: (hasil belajar siswa kelas sampel tidak mencapai rata-rata
ketuntasan belajar).
: (hasil belajar siswa kelas sampel mencapai rata-rata ketuntasan
belajar).
Dengan diketahui (KKM).
a) diketahui
Digunakan statistik.
√ ⁄
Statistik ini berdistribusi normal baku, sehingga untuk menentukan
kriteria pengujian, kita tolak jika dengan didapat
dari daftar normal baku menggunakan peluang ( ). Dalam hal
lainnya kita terima.
69
b) tidak diketahui
Digunakan statistik.
√ ⁄
Uji rata-rata terhadap KKM dilakukan dengan bantuan microsoft excel
2010. Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi Student dengan
dk (n - 1) dan peluang (1- ). Jadi kita tolak jika dan
terima dalam hal lainnya.
2) Uji Hipotesis II
Hipotesis II yang diajukan yaitu ‖Dengan pembelajaran kontekstual
berbantuan buku suplemen pembelajaran matematika bernuansa
etnomatematika kebudayaan suku Samin, proporsi para siswa yang mencapai
nilai 65 sebanyak 70%‖. Oleh karena itu dapat dirumuskan sebagai berikut.
Ho: Proporsi siswa pada pembelajaran kontekstual berbantuan buku
suplemen bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika
kebudayaan masyarakat suku Samin yang mencapai KKM yaitu 65
mencapai kurang dari atau sama dengan 70 %.
Ha: Proporsi siswa pada pembelajaran kontekstual berbantuan buku
suplemen bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika
kebudayaan masyarakat suku Samin yang mencapai KKM yaitu 65
mencapai lebih 70 %
70
Secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut.
00:H
0a:H
Dengan menggunakan rumus statistik sederhana (Sudjana, 2005):
√ ( )
Keterangan.
= proporsi sample
= nilai statistik hasil perhitungan
= proporsi yang ditetapkan sebesar 70 %
Dalam hal ini, tolak jika , di mana didapat dari daftar
normal baku dengan peluang ( ). Untuk terima jika
(Sudjana, 2005: 234).
a) Ketuntasan belajar secara individu
Contoh perhitungan prosentase penguasaan siswa (individu).
b) Ketuntasan belajar secara klasikal
3.11.6 Analisis Angket Respon Siswa
Data hasil analisis respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran
Konstekstual dianalisis dengan mencari nilainya. Kriteria penilaian dalam angket
71
respon siswa tersebut menggunakan skala guttman terdiri dari dua kategori yaitu
tidak baik (nilai 0), baik (nilai 1). Respon siswa terhadap penerapan model
pembelajaran Konstekstual dikatakan efektif jika rata-rata respon dalam kategori
baik. Kriteria penilaian respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran
Konstekstual terlihat pada tabel 3.9. Persentase jawaban dengan angket
menggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan.
presentase jawaban
frekuensi jawaban
banyaknya responden
Tabel 3.10. Kriteria Penilaian Respon Siswa
Interval rata-rata skor Kriteria
0,00 rata-rata 0,50 Tidak baik
0,50 rata-rata 1,00 Baik
Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kontektual berbantuan
suplemen bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan
masyarakat Suku Samin tersebut dalam proses pembelajaran. Angket respon
berdasarkan beberapa kriteria yang dapat dilihat pada lampiran. Hasil analisis
angket respon siswa disajikan pada Tabel 3.11 di bawah ini.
72
Tabel 3.11. Angket Respon Siswa dalam Pembelajaran
Hasil analisis angket pada tabel 3.10 menunjukan bahwa pembelajaran
matematika dengan model kontekstual berbantuan suplemen bahan ajar bernuansa
etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin dapat diterima dengan baik
oleh siswa. Ditunjukan pada tabel angket yang mana pada rerata pertanyaan ke-1
yaitu 0,96, rerata pertanyaan ke-2 = 0,75, rerata pertanyaan ke-3 = 0,89, rerata
pertanyaan ke-4 = 0,68, rerata pertanyaan ke-5 = 0,71, rerata pertanyaan ke-6 =
0,54, rerata pertanyaan ke-7 = 0,86, rerata pertanyaan ke-8 = 0,93, rerata
pertanyaan ke-9 = 0,79, rerata pertanyaan ke-10 = 0,89 jadi dengan rata-rata
respon siswa terhadap pembelajaran 0,80 dan termasuk dalam kriteria baik.
73
3.11.7 Analisis Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
Data hasil analisis terhadap lembar observasi aktivitas guru dalam
pembelajaran dianalisis dengan mencari nilainya. Aktivitas guru dalam
pembelajaran dikatakan efektif jika rata-rata memperoleh hasil dalam kategori
baik. Kriteria penilaian observasi aktivitas guru dalam pembelajaran terlihat pada
tabel 3.12.
Tabel 3.12. Kriteria Penilaian Observasi Terhadap Aktivitas Guru
dalam Pembelajaran
Interval rata-rata skor Kriteria
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
Tahap ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas guru selama
melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan model kontekstual
berbantuan suplemen bahan ajar bernuansa etnomatematika kebudayaan
masyarakat suku Samin. Aktivitas guru selama proses tersebut diamati oleh
observer dengan menggunakan lembar observasi yang berisi indikator-indikator
keterlaksanaan langkah-langkah kegiatan pembelajaran. data observer dapat
dilihat pada tabel 3.13.
Tabel 3.13. Data Observer
No Nama Pekerjaan Kode
1 Faiz Al Ahadi, M.Pd Mahasiswa PPS UNNES A-1
2 Maryati, S.Pd Guru Matematika A-2
74
Hasil analisis observasi pelaksanaan model kontekstual dalam
pembelajaran matematika disajikan pada Tabel 3.14 dan gambar 3.3.
Tabel 3.14. Analisis Pelaksanaan Model Kontektual dalam
Pembelajaran
No Kualitas Keterlaksanaan
Pembelajaran A-1 A-2 Rata-rata Kategori
1 Pertemuan 1 3,89 3,78 3,83 Baik
2 Pertemuan 2 4,00 4,11 4,05 Baik
Gambar .3.3. Analisis Pelaksanaan Model Kontekstual dalam
Pembelajaran
Berdasarkan Tabel 3.14 dan gamabr 3.3 dapat dilihat bahwa proses
pembelajaran matematika dengan model kontekstual berbantuan suplemen bahan
ajar bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat suku Samin dilaksanakan
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model kontekstual. Hal tersebut
ditunjukan dengan retata hasil analisis penilaian terhadap guru dalam proses
pembelajaran yaitu 0,97 dan termasuk dalam kriteria baik.
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1 Bentuk-Bentuk Etnomatematika pada Kebudayaan Masyarakat Suku
Samin
Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah.
Analisis data kualitatif yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan
model analisis interaktif Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007: 247), sedangkan
analisis data kuantitatif menggunakan analisis data statistik dengan bantuan
program Microsoft excel 2010 dan SPSS.
Tahapan analisis data kualitatif model analisis interaktif Miles dan
Huberman (Sugiyono, 2007: 247) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi dilakukan terhadap
aktivitas masyarakat dan benda artefak yang digunakan masyarakat Suku
Samin. Pada tahapan ini peneliti dalam menghimpun/mengumpulkan data
ialah melakukan wawancara dan diskusi bentuk-bentuk etnomatematika yang
ada dalam masyarakat suku Samin. Hasil observasi dapat dilihat pada
lampiran.
Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi lebih lanjut
mengenai aktivitas dan artefak yang digunakan masyarakat suku Samin dalam
76
kehidupannya sehari-hari. Wawancara dilakukan kepada beberapa tokoh
masyarakat suku Samin. Tokoh-tokoh yang diwawancarai tersebut yaitu
Bapak Lasio (sebagai ketua adat suku Samin) dan ibu Waini (sebagai istri
ketua suku Samin). Hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran.
Dokumentasi merupakan proses pengumpulan data selain observasi
dan wawancara. Informasi yang diperoleh dari dokumentasi merupakan
penggambaran dari apa yang peneliti amati dan telusuri. Dokumentasi berupa
foto dari lokasi penelitan, foto dari informan yang teridentifikasi mengenai
bentuk-bentuk etnomatematika yang ada di kebudayaan masyarakat suku
Samin. Hasil dokumentasi dapat dilihat pada lampiran.
Data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian
ditranskipkan dan disusun secara teratur. Sehingga mempermudah peneliti
dalam menyusun tahapan selanjutnya.
2) Uji Kevalidan atau Keabsahan Data
Uji kevalidan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi
metode dan sumber. Data yang valid adalah data ―yang tidak berbeda‖ antara
data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi
pada obyek penelitian. Hasi uji kevalidan dapat dilihat pada lampiran.
3) Reduksi Data
Hasil dari pengumpulan data merupakan hasil secara umum yang
belum sepenuhnya sesuai dengan fokus penelitian, sehingga diperlukan
reduksi data untuk memilah dan mengklasifikasikan data berdasarkan fokus
penelitian dan kerangka berpikir. Pada penelitian ini reduksi data dilakukan
77
dengan cara menggolongkan, mengelompokan dan memilah data tersebut
berdasarkan upacara adat, kesenian, bangunan, mata pencaharian, anyaman,
aktivitas tenun ikat, permainan tradisional dan makanan tradisional. Hasil
reduksi data dapat dilihat pada lampiran.
4) Penyajian Data
Penyajian data merupakan tahap setelah reduksi data selesai. Data
tersebut disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data disajikan
dengan mendeskripsikan bentuk-bentuk etnomatematika yang ada dalam
kebuadayaan masyarakat suku Samin dan menghubungkan bentuk-bentuk
etnomatematika tersebut dengan konsep-konsep matematika di SMP. Data-
data yang telah direduksi selanjutnya disajikan dengan penjelasan dan uraian
yang jelas.
a) Upacara Adat
Suronan atau brukohan masyarakat Sedulur Sikep Samin sembari
mengenakan pakaian serba hitam, warga berkumpul menggelar acara
syukuran. Dalam syukuran tersebut, masyarakat Samin juga berdoa
bersama agar mendapat kelancaran rezeki, keamanan dan kesehatan.
Gambar 4.1 Suronan (Sumber: Kompasiana.com)
78
Sedekah bumi atau Gas Deso dilaksanakan pada jumat wage, para
warga Sedulur Sikep akan membuat tumpeng serta jajanan dan makanan
tradisional serta dilaksanakan ditempat seperti waduk, sumur, balai desa,
makam sesepuh dan tempat yang disepakati oleh masyarakatnya. Pada
intinya sedekah bumi adalah menghargai, mensyukuri dan menghormati
tanah serta sedekah bumi merupakan acara untuk mengucapkan dan
mencurahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunia
yang diberikan. Dapat di lihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Sedekah bumi (Sumber:
pecelewongbloro.blogspot.com)
Tradisi Ngalungi sapi ini bertujuan untuk mendoakan agar diberi
keselamatan, tradisi ini dilaksanakan 3 kali selama kurang lebih setahun
pada saat laboh (musim hujan persiapan bercocok tanam), bakda tandur
(sesudah tanam), bakda panen (sesudah panen). Inti dari tradisi ini
memohonkan keselamatan sapi yang merupakan kekayaan (rojo koyo)
bagi masyarakat Samin. Seperti gambar 4.3.
79
Gambar 4.3 Ngalungi sapi (Sumber: blora-
online.blogspot.com)
Jamasan atau memandikan alat pertanian dilakukan untuk
membersihkan alat pertanian seperti cangkul, arit, bendo (golok), ganco.
Upacara ini dilaksanakan pada saat menjelang hari Raya Idul Fitri
tepatnya malam takbiran, tujuannya agar peralatan pertanian tetap
berfungsi dengan baik dalam bercocok tanam.
Gambar 4.4 Jamasan (Sumber: infoblora.com)
80
Menurut ajaran kesaminan, perkawinan adalah wadah prima bagi
manusia untuk belajar karna melalui lembaga ini kita dapat menekuni
ilmu kesunyatan. Bukan saja karena perkawinan nanti membuahkan
keturunan yang akan meneruskan sejarah hidup tetapi juga karena sarana
ini menegaskan hakekat ketuhanan, hubungan antara pria dan wanita,
rasa sosial dan kekeluargaan, dan tanggungjawab. Selanjutnya pada
dasarnya adat perkawinan yang berlaku dalam masyarakat Samin adalah
endogami yaitu pengambilan jodoh dalam kelompok sendiri dan
menganut prinsip monogami. Dalam pola perkawinan ini yang dipandang
ideal adalah istri cukup hanya satu untuk selamanya: bojo siji kanggo
selawase kanggo turun temurun.sebagai landasan berlangsungnya
perkawinan adalah kesepakatan antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan. Kesepakatan ini merupakan ikatan mutlak dalam lembaga
perkawinan masyarakat Samin.
Gambar 4.5 Pernikahan Suku Samin (Sumber:
elsaonline.com)
81
Upacara campur bawur (tolak balak) dilakukan pada pergantian
musim atau pancaroba (hujan pertama). Tolak balak atau campur bawur
juga dilakukan oleh masyarakat yang pendukuhannya dilewati sungai,
seperti Klopo duwur, Sumengko dan Wotrangkul. Tradisi ini dilakukan
masyarakat yang tinggal ditepi hutan seperti komunitas Sikep di
Karangpace tujuannya untuk mengusir binatang buas.
Gambar 4.6 Upacara Campur bawur (Sumber:
bloranews.com)
b) Kesenian
Masyarakat Suku Samin tidak memiki kesenian yang berupa
tarian tradisional.
c) Bangunan
Dalam masayarakat Samin memiliki bangunan rumah berbentuk
Bekuk Lulang. Rumah model bekuk lulang merupakan salah satu jenis
dari Dapur Griya (isu yang berhubungan dengan sistem struktur
kerangka bangunan serta dengan rupa bangunan). Dapur Griya
82
merupakan salah satu jenis Kaweruh Griya yang artinya naskah terhadap
awam merupakan perkenalan akan ―lingkungan binaan Jawa‖ sedangkan
bagi para Undhagi merupakan pengkayaan pengetahuan. Seperti gambar
4.7.
Gambar 4.7 Rumah Bekuk Lulang (Sumber:
netralnews.com)
Bangunan berarsitektur Jawa bermakna sebagai tempat berteduh.
Bangunanberarsitektur Jawa bersifat terbuka atau tanpa sekat-sekat
kususnya bentuk dari rumah bekuk lulang berbentuk mujur. Pada
arsitektur Jawa, penaung/peneduh muncul berupa empyak/payon meliputi
usuk. Kemudian soko dan papan.
Dalam masyarakat Samin dalam membangun rumah secara
gotong royong. Tampilan rumah, Griya Jawa memberikan sebutan yang
tersendiri dan semuanya diambil dari ciri-ciri manusia yakni jaler-estri
(lelaki-perempuan) atau enom-sepuh (muda-tua) tampilan yang
cendereung berkesan meninggi atau menulang dan ramping dikatakan
sebagai penampilan yang jaler (lelaki) atau enom (muda) sedangkan
83
yang merendah dan tidak ramping dikatakan sebagai estri (perempuan
atau sepuh (tua).
d) Mata Pencaharian
Masyarakat suku Samin memiliki mata pencaharian yaitu dari
aspek pertanian dan peternakan. Petani Samin menanam tanaman padi
sebagai salah satu tanaman yang wajib ditanam. Selain padi ada juga
yang menanam ketela dan jagung. Dalam bertani, Petani Samin juga
diatur oleh adat yaitu tidak boleh menjual seluruh hasil panennya. Setelah
panen mereka akan menyimpan hasil panennya untuk digunakan
konsumsi keluarga dan digunakan sebagai sumbangan jika ada
masyarakat Samin lainnya sedang hajatan perkawinan atau sunatan.
Dalam bercocok tanam bergantung pada musiman tidak memiliki aturan
khusus di dalamnya.
Padi kisaran 4-5 bulan sedangkan ketela dan jagung hanya
membutuhkan kisaran 2-3 bulan. Mengukur hasil panen biasanya
menggunakan perbandingan antara modal awal berupa pembelian bibit,
pupuk, dsb dengan hasil panen yang didapat.
Gambar 4.8 Padi dan Jagung (Sumber: madenurbawa.com &
infoblora.com)
84
Sedangkan dari aspek peternakan masyarakat suku Samin
memlihara Sapi dan Kambing. Dalam memelihara dilakukan seperti biasa
tidak ada cara khusus.
Gambar 4.9 Hewan Sapi dan Kambing (Sumber: infoblora.
Com & bertaniorganik.com)
e) Anyaman
Masyarakat Samin memiliki anyaman yang berupa Klasa pandan.
Klasa pandan berbentuk persegi dan persegi panjang, digunakan sebagai
alas sesaji untuk acara-acara adat di desa seperti gambar 4.10.
Gambar 4.10 Klasa Pandan (Sumber: picdeer.com)
Bahan utama Klasa pandan adalah daun pandan. Pemilihan bahan
utama tersebut haruslah masih segar dan memiliki tekstur yang bagus.
Klasa pandan ini terbuat dari anyaman daun pandan berduri yang sudah
85
disuir, dihaluskan dan dikeringkan lalu dianyam dengan anyaman
menyilang. Dalam pembuatan anyaman klasa pandan biasanya dilakukan
sebelum adanya acara-acara adat.
f) Tenunan
Masayarakat Samin tidak melakukan kegiatan tenun jadi tidak
memiliki hasil tenun khas Samin tetapi memiliki aksesoris yang
digunakan masyarakat Samin berupa ikat (blangkon) dan baju khas
Samin. Baju khas Samin bermotif potong Jawa berwarna irang/hitam
yang memiliki arti bahwa manusia itu tidak lepas dari dosa. Sedangkan
ikat (blangkon) yang berwarna polos item atau lireng kuning dan celana
kompreng yang digunkan masyarakat Samin. Bahan yang digunakan
adalah bahan sederhana dan tidak terbuat dari bahan mahal penting yang
berwarna hitam.
Gambar 4.11 Ikat (blankon) dan Baju Masyarakat Suku Samin (Sumber:
liputan6.com & youtube.com)
g) Permainan Tradisional
Suku Samin memiliki beberapa permainan tradisional yang
meliputi jamuran, dakon (congkak), delikan atau petak umpet.
86
Permainan jamuran biasanya disuguhkan untuk menyambut tamu
atau wisatawan yang berkunjung, biasanya dilakukan oleh anak-anak
setempat. Cara bermain Jamuran sangatlah sederhana. Diawali dengan
hompimpa untuk menentukan siapa yang harus jaga. Yang kalah
hompimpa harus berada di lingkaran (boleh duduk boleh berdiri), lantas
sisanya membuat lingkaran besar sambil bergandengan tangan dengan
bernyanyi ―jamuran ya gege thok ya jamur apa ya gege jamur gajih
mbejijih sa ora-ora sira mbadhe jamur apa‖ (berjamur hanya gege jamur
apa hanya gege jamur beras mbejijih dilapangan kamu mau jamur apa).
Gambar 4.12 Jamuran (Sumber: docplayer.info)
Dalam permainan tradisional Dakon banyak manfaat yang bisa
didapatkan atau mempunyai nilai filosofi yang baik seperti melatih untuk
memberanikan diri bersikap sportif, berbuat jujur dan ahli strategi biar
tidak berhenti di lubang kosong karena kalau berhenti di lubang kosong
kita akan mati. Tidak hanya itu saja manfaat yang didapat, ternyata ada
filosofi yang menarik dalam permainan dakon tersebut. Terdapat 14
lubang kecil yang mana bagian atas berjumlah 7 lubang begitupula
87
bagian bawah berjumlah 7 lubang. 7 lubang tersebut yang menandakan
jumlah hari dalam setiap minggunya, lalu ketika menjalankan biji demi
bijinya ternyata terkandung bahwa kita dituntut untuk terus beraktivitas
di setiap harinya supaya kita berbagi (sedekah) terhadap lingkungan kita
ataupun bersedekah juga kepada lawan (musuh). Tak lupa juga mengajari
kita untuk menabung di lubang besar. Seperti gambar 4.13.
Gambar 4.13 Dakon
Permainan petak umpet mengajarkan kejujuran, berani,
tanggungjawab. Permainan petak umpet dilakukan oleh anak-anak
minimal tiga orang yang kalah harus berjaga dipohon dinding, tiang dan
lain sebagainya sedangkan yang lainnya bersembunyi. Bagi yang jaga
harus mencari pemain yang bersembunyi dan saat ketemu harus
menyebutkan nama pemain tersebut yang artinya pemain itu telah gugur.
Permainan Delikan dapat dilihat pada gambar 4.14.
88
Gambar 4.14 Delikan (Sumber: kotawates.com)
h) Makanan tradisional
Makanan tradisional suku Smin tidak jauh beda dengan makanan
tradisional Jawa yaitu Tumpeng dan Ketupat.
Gambar 4.15 Tumpeng dan Ketupat (Samin:
travelingyuk.com & bloranews.com)
Tabel 4.1 Bentuk-Bentuk Etnomatematika pada Kebudayaan Suku
Samin
No Aspek yang diamati Bentuk-bentuk Etnomatematika
1 Upacara adat Waktu pelaksanaan upacara adat
2 Kesenian Tidak memiliki kesenian
3 Bangunan Bekuk lulang
4 Mata pencaharian Kalender dalam bercocok tanam
(Jawa)/menyesuaikan musim.
5 Anyaman Klasa pandan
6 Tenunan Ikat kepala (blangkon) dan baju khas
89
Samin
7 Permaninan tradisional Jamuran, dakon (cangkok) dan delikan
atau petak umpet
8 Makanan tradisional Tumpeng dan Ketupat
4.1.2 Hubungan Bentuk-Bentuk Etnomatematika pada Kebudayaan
Masyarakat suku Samin dengan Konsep-Konsep Matematika
Dari hasil observasi terhadap aktivitas dan artefak yang ada
dalam masyarakat suku Samin yang dapat dieksplor dalam penelitian ini berupa
bentuk-bentuk etnomatematika masyarakat suku Samin yang terdapat pada
upacara adat, kesenian, bangunan, mata pencaharian, anyaman, tenunan,
permainan tradisional dan makanan tradisional.
Hasil eksplorasi terhadap bentuk-bentuk etnomatematika pada budaya
masyarakat suku Samin, ditemukan keterkaitan bentuk-bentuk etnomatematika
dengan konsep-konsep matematika yaitu pola bilangan, geometri dan pengukuran.
Beberapa bentuk budaya suku Samin dapat digunakan sebagai sarana untuk
mengajarkan pola bilangan. Konsep-konsep geometri yang mempunyai hubungan
dengan bentuk-bentuk etnomatematika meliputi konsep lingkaran, persegi
panjang, persegi, belah ketupat, segitiga, balok, tabung, kerucut, limas segitiga,
prisma segienam, dan bola. Pengukuran meliputi pengukuran panjang, isi dan
waktu.
1) Konsep Pola Bilangan
a) Konsep Pola Bilangan Segitiga
Konsep Pada tradisi Ngalungi Sapi dibutuhkan sejumlah potong
tali. Misalnya pada kandang pertama terdapat satu ekor sapi dengan satu
90
potongan tali yang melingkar di lehernya, kandang kedua terdapat 3 ekor
sapi dengan masing-masing terdapat satu potong tali yang melingkar pada
lehernya. Kemudian kandang ketiga terdapat 6 ekor sapi dengan masing-
masing terdapat satu potong tali yang melingkar pada lehernya dan
seterusnya. Hingga membuat pola bilangan 1,3,6,..,n. Konsep pola
bilangan segitiga bisa dilihat pada gambar 4.16.
Gambar 4.16 Hubungan tradisi Ngalungi Sapi Kebudayaan Suku Samin
dengan Konsep Pola Bilangan Segitiga
Pola bilangan dapat digambarkan di atas melalui noktah yang
mengikuti pola segitiga. Untuk lebih jelasnya, coba kamu perhatikan lima
bilangan yang mengikuti pola segitiga berikut ini. Jadi, bilangan yang
mengikuti pola segitiga dapat dituliskan sebagai berikut 1, 3, 6, 10, 21,
28, 36, 45, ....
b) Konsep Pola Bilangan Persegi
Klasa pandan berbentuk persegi digunakan sebagai alas sesaji
untuk acara-acara adat didesa. Ukurannya ada dua kecil dan besar
kemudian bahan utama klasa pandan adalah daun pandan. Pemilihan
bahan utama tersebut haruslah masih segar dan memiliki tekstur yang
91
bagus kemudian daun pandan berduri yang sudah disuir, dihaluskan dan
dikeringkan lalu dianyam dengan anyaman menyilang. Dalam pembuatan
anyaman Klasa pandan biasanya dilakukan sebelum adanya acara-acara
adat.
Pola bilangan persegi adalah 1, 4, 8, 16, 25, .... Apabila pola
anyaman yang menyilang memiliki jumlah yang sama dalam menganyam
dimulai dengan 1 daun pandan kemudian ditambah 3 daun pandan
menjadi 4 daun pandan, selanjutnya ditambah 5 daun pandan menjadi 9
daun pandan dan seterusnya. Konsep pola bilangan persegi bisa dilihat
pada gambar 4.17.
Gambar 4.17 Hubungan Klasa Pandan kebudayaan Suku Samin
dengan konsep pola bilangan persegi (Sumber: hotfrog.co.id)
Persegi merupakan bangun datar yang semua sisinya memiliki
ukuran yang sama panjang. Begitu pula dengan penulisan pola bilangan
yang mengikuti pola persegi.
c) Konsep Pola Bilangan Persegi Panjang
Pola bilangan persegi panjang adalah 2, 6, 12, 20, ... Pada
umumnya penulisan bilangan yang didasarkan pada pola persegi panjang
92
hanya digunakan oleh bilangan bukan prima. Pada pola ini, noktah-noktah
disusun menyerupai bentuk persegi panjang.
Pola anyaman apabila mengikuti pola bilangan persegi panjang
dimulai dengan 2 daun pandan kemudian ditambah 4 daun pandan
menjadi 6 daun pandan, selanjutnya ditambah 6 daun pandan menjadi 12
daun pandan dan seterusnya. Konsep pola bilangan persegi panjang bisa
dilihat pada gambar 4.18.
Gambar 4.18 Hubungan Klasa Pandan Kebudayaan Suku Samin
dengan Konsep Pola Bilangan Persegi Panjang
d) Konsep Pola Bilangan Pascal
Permainan petak umpet dilakukan oleh anak-anak minimal tiga
orang yang kalah harus berjaga dipohon, dinding, tiang dan lain
sebagainya sedangkan yang lainnya bersembunyi. Bagi yang jaga harus
mencari pemain yang bersembunyi dan saat ketemu harus menyebutkan
nama pemain tersebut yang artinya pemain itu telah gugur. Permainan
petak umpet mengajarkan kejujuran, berani, tanggung jawab.
Dalam permainan delikan ada dua peran yang harus dilakukan
yaitu sebagai penjaga dan pencuri. Untuk menerapkan pola bilangan
93
pascal, dibuat skenario permainan sebagai berikut: Terdapat 3 zona yang
digunakan oleh pencuri untuk bersembunyi yaitu zona A (taman desa),
zona B (halaman rumah), zona C (halaman sekolah) . Pada saat
permainan berlangsung penjaga berhasil menemukan 2 pencuri di zona A
kemudian di zona B penjaga menemukan 4 pencuri sedangkan di zona C
menemukan 8 pencuri. Sehingga dengan adanya pola tersebut membentuk
maka bisa dihubungkan dengan pola bilangan pascal. Konsep
tersebut bisa dilihat pada gambar 4.19.
Gambar 4.19 Hubungan Petak Umpet Kebudayaan Suku Samin dengan
Konsep Pola Bilangan Pascal (Sumber:
sahabatkeluarga.kemdikbud.co.id)
Bilangan-bilangan yang disusun menggunakan pola segitiga
Pascal memiliki pola yang unik. Hal ini disebabkan karena bilangan yang
berpola segitiga Pascal selalu diawali dan diakhiri oleh angka 1. Selain
itu, di dalam susunannya selalu ada angka yang diulang.
94
Serta permainan juga memiliki keterkaitannya dengan konsep
menghitung bilangan.
e) Konsep pola bilangan fibonacci
Jamasan atau memandikan alat pertanian dilakukan untuk
membersihkan alat pertanian seperti cangkul, arit, bendo (golok), ganco.
Upacara ini dilaksanakan pada saat menjelang hari Raya Idul Fitri
tepatnya malam takbiran, tujuannya agar peralatan pertanian tetap
berfungsi dengan baik dalam bercocok tanam.
Tradisi Jamasan ini dapat mengikuti konsep pola bilangan
fibonacci apabila dilakukan dengan urutan sebagai berikut: Sebagai ketua
adat suku Samin memulai pemandian alat pertanian kemudian disusul
oleh kepala desa. Selanjutnya setelah ketua adat dan kepala desa disusul
lagi oleh 1 warga desa maka sudah ada 3 orang yang terlibat dalam
prosesi Jamasan kemudian dari ketiga orang tersebut diikutkan lagi 2
orang warga untuk mengikuti prosesi tersebut sehingga menjadi 5 warga.
Selanjutnya ditambahkan 3 warga menjadi 8 warga. Dikarenakan tidak
ada batasan berapa banyak warga yang boleh mengikuti prosesi Jamasan
maka dari ke-8 warga bisa ditambahkan 5 warga lagi menjadi 13 warga ,
sehingga jumlah warga yang akan diikutsertakan mengikuti prosesi
Jamasan menyesuaikan jumlah warga sebelumnya. Dengan pola tersebut
sehingga membentuk konsep pola bilangan fibonacci, konsep dapat
dilihat pada gambar 4.20.
95
Pola bilangan fibanocci adalah pola bilangan dimana jumlah
bilangan setelahnya merupakan hasil dari penjumlahan dari dua bilangan
sebelumnya. Pola bilangan Fibonacci adalah 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34,
.....
Gambar 4.20 Hubungan tradisi Jamasan Kebudayaan Suku Samin
dengan Konsep Pola Bilangan Fibonacci
2) Konsep Geometri
a) Konsep Trapesium
Bangunan berarsitektur Jawa bersifat terbuka atau tanpa sekat-
sekat kususnya bentuk dari rumah bekuk lulang berbentuk mujur. Pada
arsitektur Jawa, penaung/peneduh muncul berupa empyak/payon: usuk.
Soko, papan.
Dalam bentuk atap dari rumah bekuk lulang terlihat seperti salah
satu bangun ruang yaitu trapesium. Trapesium merupakan bangun datar
segiempat yang memiliki satu pasang sisi yang sejajar. Dalam kaitannya
dengan rumah tradisional masyarakat Suku Samin maka atap tersebut
berbentuk trapesium samakaki.
96
Trapesium sama kaki merupakan trapesium yang kedua sisinya
sejajar dan kedua kakinya atau sisi tegaknya sama panjang, serta sudut-
sudutnya tidak ada yang siku-siku. Seperti gambar 4.21.
Gambar 4.21 Hubungan rumah adat Bekuk Lulang Suku Samin dengan
Konsep Trapesium
Sifat-sifat trapesium samakaki adalah
b) Konsep Persegi dan Persegi Panjang
Dalam kebudayaan masyarakat Suku Samin memiliki beberapa
aspek yang bisa dilihat bahwa aspek tersebut memiliki keterkaitan dengan
konsep matematika, seperti kerajinan Klasa Pandan ini yang memili
bentuk persegi dan persegi panjang.
Persegi merupakan bangun datar segiempat yang paling khusus,
denga sifat semua sudut siku-siku, semua sisi sama panjang dan semua
pasang sisi sejajar. Sedangkan persegi panjang merupakan bangun datar
97
segiempat yang keempat sudutnya siku-siku dan sisi-sisi yang berhadapan
sama panjang. Seperti pada gambar 4.22.
Gambar 4.22 Hubungan Klasa Pandan Suku Samin dengan Konsep
Persegi
Persegi memiliki sifat-sifat yaitu
Sifat-sifat persegi panjang yaitu:
Sisi yang berhadapan sama panjang.
Keempat sudutnya siku-siku.
98
Diagonal-diagonalnya sama panjang dan membagi dua sama panjang.
c) Konsep Tabung
Ikat kepala masyarakat Samin memiliki keunikan yang mana
bentuk dari ikat kepala tersebut berbentuk tabung. Tabung adalah bangun
ruang yang dibatasi oleh dua daerah yang sejajar dan sama ukurannya
serta sebuah bidang lengkung yang berjarak sama jauh keporosnya dan
yang simetris terhadap porosnya memotong kedua daerah lingkaran
tersebut tepat pada kedua daerah lingkaran.
Gambar 4.23 Hubungan Ikat Kepala Suku Samin dengan Konsep Tabung
Sifat-sifat tabung yaitu
1)) Memiliki 2 sisi berbentuk lingkaran dan 1 sisi berbentuk bidang
lengkung.
2)) Memiliki 2 rusuk lengsung.
3)) Tidak memiliki titik sudut.
d) Konsep Bola
Dalam permainan tradisional suku Samin terdapat permainan
Dakon yang mana alat permainan tersebut memiliki beberapa lubang yang
bisa dilihat bahwa lubang tersebut berupa setengah bola. Bola merupakan
99
bangun ruang (permukaannya rapat dan bagian dalamnya berongga).
Semua titik pada sisinya (permukaan bangun ruang itu) berjarak sama ke
titik pusat.
Bola
Setengah bola
Gambar 4.24 Hubungan permainan Dakon Suku Samin dengan Konsep
Bola
Sifat-sifat bola yaitu
1)) Memiliki 1 sisi berbentuk bidang lengkung (selimut bola).
2)) Tidak memiliki rusuk.
3)) Tidak memiliki titik sudut.
Serta permainan ini berkaitan dengan konsep penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian pada bilangan bulat.
e) Konsep Lingkaran
Seperti permainan tradisional lainnya anak masyarakat Suku
Samin juga memainkan permainan tradisional salah satunya yaitu
permainan tradisional Jamuran. Permainan dimainkan oleh beberapa
pemain sehingga dalam permainannya satu pemain ditengah dan yang
100
lainnya mengelilingi pemain tersebut membentuk lingkaran yang mana
pemain yang ditengah sebagai pusat dalam permainan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lingkaran merupakan
bangun datar yang sisinya selalu berjarak sam dengan titik pusatnya atau
dengan kata lain, lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang
terletak pada suatu bidang, dan berjarak sama terhadap titik tertentu. Titik
tertentu tersebut biasa disebut dengan pusat lingkaran.
Gambar 4.25 Hubungan permainan Jamuran Suku Samin dengan Konsep
Lingkaran
Sifat-Sifat Lingkaran yaitu
1)) Mempunyai Sebuah Titik Pusat.
2)) Hanya Terdiri Dari Satu Sisi
3)) Tidak mempunyai titik sudut dan jumlah sudutnya adalah 360 derajat.
4)) Mempunyai jari-jari (R) dan diameter (d)
5)) Mempunyai simetri lipat yang tidak terhingga.
6)) Mempunyai simetri putar yang tidak terhingga.
101
f) Konsep Kerucut
Dalam acara adat /syukuran masyrakat Suku Samin memliki
makanan yang selalu dihidangkan dalam setiap acara adat, yang dimaksud
yaitu tumpeng , tumpeng ini memiliki bentuk kerucut.
Kerucut adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh daerah
lingkaran dan sebuah lengkung yang simetris terhadap porosnya yang
melalui titik pusat lingkaran tersebutkeurucut
Gambar 4.26 Hubungan Tumpeng Suku Samin dengan Konsep Kerucut
Sifat-sifat kerucut adalah
1)) Memiliki 1 sisi alas berbentuk lingkaran dan 1 sisi berbentuk bidang
lengkung (selimut kerucut).
2)) Memiliki 1 rusuk lengkung.
3)) Tidak memiliki titiksudut.
4)) Memiliki 1 titik puncak.
g) Konsep Belah Ketupat
Makanan ini sering kita jumpai dalam setiap makanan tradisioanl
masyarakat Jawa, hal ini tidak jauh beda masyarakat Suku Samin juga
memliki makan tersebut yang biasa kita sebut yaitu ketupat. Bila dilihat
bentuk makanan tersebut berbentuk belah ketupat.
102
Belah ketupat merupakan jajar genjang yang keempayt sisi-
sisinya sama panjang dan diagonal-diagonalnya berpotongan saling tegak
lurus.
Gambar 4.27 Hubungan makanan khas (Ketupat) Suku Samin dengan
Konsep Belah Ketupat
Perhatikan belah ketupat PQRS di atas maka.
Sisi
3) Konsep Pengukuran
Pengukuran waktu
Tabel 4.2 Pengukuran Waktu
Pengukuran tradisional Pengukuran waktu
Taun Tahun
Tuwan/wulan Bulan
Dina Hari
Wengi Malam
Suro Mukharam
Mangsa udan Bulan Januari sampai April
Mangsa garing Bulan Mei sampai November
103
Tabel 4.3 Hubungan Bentuk-Bentuk Etnomatematika dengan Konsep-Konsep
Matematika
No Aspek yang
diamati
Bentuk-bentuk etnomatematika Konsep matematika
1 Upacara adat Suronan
Gas deso
Ngalungi sapi
Jamasan
Ngantenan
Campur bawur
Pengukuran waktu
2 Kesenian - -
3 Bangunan Rumah Bekuk lulang Trapesium
4 Mata
pencaharian
Bertani dan berternak Pengukuran waktu
5 Anyaman Klasa pandan Persegi dan persegi
panjang
6 Tenunan Ikat kepala(bamhlon)
Baju Samin
Tabung
-
7 Permainan
tradisional
Dakon
Delikan
Jamuran
Bola,konsep penjumlahan,
pengurangan, perkalian
dan pembagian pada
bilangan bulat
Bilangan pascal, konsep
menghitung bilangan bulat
Lingkaran
8 Makanan
khas
Tumpeng
Ketupat
Kerucut
Belah ketupat
4.1.3 Efektifitas Model Kontekstual Dengan Memasukkan Unsur
Kebudayaan Masyarakat Suku Samin
4.1.3.1 Uji Hipotesis
4.1.3.1.1 Uji Hipotesis I (Uji Rata-Rata Terhadap KKM)
Hipotesis I yang diajukan yaitu ‖Dengan pembelajaran kontekstual berbantuan
buku suplemen pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan
suku Samin dapat mencapai rata-rata KKM yaitu 65‖.Oleh karena itu dapat
dirumuskan sebagai berikut.
104
Ho: Hasil belajar siswa dalam pembelajaran kontekstual berbantuan buku
suplemen pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan
suku Samin tidak mencapai KKM
Ha: Hasil belajar siswa dalam pembelajaran kontekstual berbantuan buku
suplemen pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan
suku Samin mencapai KKM
Rumus yang digunakan adalah
√ ⁄
√
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan oleh peneliti didapat
nilai t hitung = 6,9203 dan t tabel = 1,700 dengan taraf signifikan 5% sehingga t
hitung ≥ t tabel 6,9203 ≥ 1,700 maka dapat disimpulkan Ho ditolak yang
artinya rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran kontekstual berbantuan
buku suplemen pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan
suku Samin mencapai lebih dari 65. Analisis lengkapnya bisa dilihat pada
lampiran.
4.1.3.1.2 Uji Hipotesis II (Ketuntasan Belajar)
Uji ketuntasan siswa kelas eksperimen menggunakan uji rata-rata dan uji
proporsi. Uji rata-rata dilakukan untuk menguji ketuntasan individu sedangkan uji
proporsi digunakan untuk menguji ketuntasan klasikal. Uji klasikal dilakukan
untuk mengetahui pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen
105
pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan suku Samin
mencapai ketuntasan klasikal. Uji proporsi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji proporsi pihak kanan dengan proporsi siswa yang mencapai KKM yaitu
65 sekurang-kurangnya dari jumlah siswa yang ada di dalam kelas.
Hipotesisnya sebagai berikut.
, Proporsi siswa pada pembelajaran kontekstual berbantuan buku
suplemen bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika
kebudayaan masyarakat suku Samin yang mencapai KKM yaitu 65
mencapai kurang dari atau sama dengan 70 %.
, Proporsi siswa pada pembelajaran kontekstual berbantuan buku
suplemen bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika
kebudayaan masyarakat suku Samin yang mencapai KKM yaitu 65
mencapai lebih dari 70 %.
Analisis data akhir hasil belajar pada kelas ekperimen menunjukkan bahwa
24 siswa tuntas dari 28 siswa. Kriteria ketuntasan minimal pada siswa yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 65. Uji statistik yang digunakan adalah uji
z sebagai berikut.
√ ( )
√ ( )
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh
dan dengan taraf signifikan . Maka dapat
disimpulkan bahwa sehingga ditolak yang artinya Proporsi
siswa pada pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen bahan ajar
106
matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat suku Samin yang
mencapai KKM mencapai lebih dari 70 %. Analisis selengkapnya mengenai
ketuntasan belajar individu (KBI) dan ketuntasan belajar klasikal (KBK) dapat
dilihat pada lampiran.
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Bentuk-Bentuk Etnomatematika pada Kebudayaan Masyarakat Suku
Samin
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa masyarakat suku Samin telah
menggunakan konsep matematika sejak zaman dulu dalam kehidupan sehari-hari.
Bentuk-bentuk etnomatematika yang diamati dalam kebudayaan masyarakat Suku
Samin terdiri dari aspek upacara adat, kesenian, bangunan, mata pencaharian,
anyaman, tenunan, permainan tradisional dan makanan tradisional. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati bahwa bangunan bersejarah seperti
ruah adat, rancang bangun, candi, tempat ibadah, bangunan tempat tinggal, motif
kain tapis, permainan tradisional dan berbagai bentuk bagunan yang merupakan
hasil cipta manusia yang membentuk kebudayaan (Zaenuri, 2018; Rakhmawati,
2016).
Bentuk etnomatematika yang terdapat upacara adat masyarakat Suku
Samin, yaitu waktu pelaksanaan upacara adat. Waktu pelaksanaan upacara adat
tersebut terkait dengan konsep kelipatan bilangan dan pengukuran waktu tidak
baku. Sesuai dengan pendapat Suarjana (2014) mengungkapkan etnomatematika
dalam sistem kelender bali dan menyatakan bahwa etnomatematika dalam sistem
kelender bali berupa pengulangan dan pertemuan dua atau lebih wewaran. Bentuk
107
pengulangan tersebut dalam konsep matematika formal dikenal dengan
penjumalah berulang atau kelipatan dan kelipatan persekuatuan.
Bentuk etnomatematika yang terdapat dalam bangunan rumah adat Suku
Samin yaitu Bekuk Lulang yang memiliki keterkaitannya dengan konsep
trapesium. Hal tersebut sependapat dengan Zaenuri dan Dwidayanti (2018) yang
menemukan nilai etnomatematika dari bangunan non cagar budaya dan cagar
budaya di Jawa Tengah yang terkait dengan konsep matematika seperti bangun
datar, bangun ruang, himpunan, simetris, aritmatika sosial dan trigonometri.
Sedangkan menurut Hariastuti (2018) yaitu konsep-konsep matematika yang
terdapat pada komponen rumah adat Using. Konsep-konsep tersebut diantaranya
adalah: konsep bentuk geometris baik dimensi dua maupun dimensi tiga, konsep
kesebangunan dann kekongruenan, konsep transformasi geometri, serta konsep
geometri fraktal. Selanjutnya Haryanto (2016) menemukan nilai etnomatematika
yang terkandung dalam rumah adat suku Arfak Papua Barat dimana metode
pembuatan simpul pada bingkai mengandung unsur matematis yaitu segitiga.
Yanuarto (2017) mengungkapkan terdapat nilai-nilai matematis yaitu geometri
dan alogaritma pada bangunan candi Borobudur.
Dalam kehidupan berbudaya salah satu aktivitas manusia adalah bertani.
Tanpa sadari dalam aktivitas bertani, masyarakat telah melakukan berbagai
aktivitas yang menggunakan konsep dasar matematika. Misalnya pada aktivitas
mengukur, masyarakat mampu menentukan panjang dan lebar lahan sawah, serta
menentukan luas lahan. Selain itu, dalam aktivitas bertani yaitu menyiapkan bibit
dan pupuk yang akan digunakan dalam satu lahan sawah, konsep perbandingan.
108
Aktivitas yang demikian ini dikenal dengan istilah etnomatematika menurut
Juhria (2015: 101). Masyarakat Suku Samin memiliki mata pencaharian yaitu
dari aspek pertanian dan peternakan. Petani Samin menanam tanaman padi
sebagai salah satu tanaman yang wajib ditanam. Selain padi ada juga yang
menanam ketela dan jagung. Dalam bertani, Petani Samin juga diatur oleh Adat
yaitu tidak boleh menjual seluruh hasil panennya. Setelah panen mereka akan
menyimpan hasil panennya untuk digunakan konsumsi keluarga dan digunakan
sebagai sumbangan jika ada masyarakat Samin lainnya sedang hajatan
perkawinan atau sunatan. Dalam bercocok tanam bergantung pada musiman tidak
memiliki aturan khusus di dalamnya. Sesuai dengan pendapat Wahyuni (2016)
yang mengeksplorasi etnomatematika dalam kehidupan masyarakat pesisir selatan
Puger Kabupaten Jember dan mengemukakan bahwa berbagai bentuk kegiatan
sehari-hari masyarakat pesisir selatan kecamatan Puger mempunyai nilai
etnomatematika. Bentuk aktivitas masyarakat kecamatan Puger bernuansa
etnomatematika yaitu operasi hitung yang dipraktekkan dalam masyarakat seperti
cara-cara menjumlah, mengurang, membilang, mengukur, menentukan lokasi,
merancang bangunan, serta permainan yang terkait dengan konsep pembelajaran
matematika di sekolah. Menurut Rachmawati (2012) etnomatematika
menggunakan konsep matematika secara luas yang terkait dengan berbagai
aktivitas matematika, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung, mengukur,
merancang bangunan atau alat, bermain, menentukan lokasi, dan lain sebagainya.
Serta sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tandililing (2013)
etnomatematika berbasis budaya lokal di Kalimantan Barat menunjukkan bahwa
109
terdapat bentuk aktivitas masyarakat Dayak Kanayatu yang bernuansa matematika
yang bersifat operasi hitung (seperti menjumlah, mengurang, membilang,
mengukur, menentukan lokasi, merancang bangun dan bermain), materi bilangan
dan lambangnya, membandingkan dan mengurutkan bilangan, serta geometri
(seperti titik, garis, sudut, pojok, bangun datar dan bangun ruang).
Menganyam adalah teknik menghubungkan dua atau lebih benda atau
bahan untuk mengayam dengan cara saling menyilangkan sehingga tidak saling
lepas (Anandhita & Gustav, 2017). Masyarakat Samin memiliki anyaman yang
berupa Klasa pandan. Klasa pandan berbentuk persegi, digunakan sebagai alas
sesaji untuk acara-acara adat didesa. Dari bentuk kerajinan tersebut diketahui
bahwa memiliki keterkaitan dengan geometri yaitu konsep persegi. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Prabawati (2016) mengkaji etnomatematika
anyaman Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya dan mengemukkan bahwa
etnomatematika yang terkandung dalam kerajinan anyaman Rajapolah dikaitkan
dengan konsep geometri serta dapat digunakan sebagai sumber belajar. Sesuai
dengan Teselasi pada kajian geometri bahwa Teselasi merupakan pola khusus
yang terdiri dari bangun-bangun datar yang disusun tanpa pemisah atau jarak
untuk menutupi suatu bidang datar. Teselasi merupakan konsep antar cabang ilmu
pengetahuan yaitu matematika dan seni ketika teknik teselasi digunakan oleh
seniman tukang batu, teselasi mengacu pada konsep artistik. Sedangkan dalam
pembelajaran matematika, teselasi meliputi beberapa konsep matematika yang
lebih dalam seperti segi banyak beraturan, segi banyak tidak beraturan,
110
kekongruenan, sudut dalam, jumlah sudut dalam suatu segi banyak, simetri,
translasi, refkleksi, dan rotasi (Puspadewi, 2014: 82).
Masayarakat Samin tidak melakukan kegiatan tenun jadi tidak memiliki
hasil tenun khas Samin tetapi memiliki aksesoris yang digunakan masyarakat
Samin berupa ikat (blangkon) dan baju khas Samin. Baju khas Samin bermotif
potong Jawa berwarna irang/hitam yang memiliki arti bahwa manusia itu tidak
lepas dari dosa. Sedangkan ikat (blangkon) yang berwarna polos item atau lireng
kuning dan celana kompreng yang digunkan masyarakat Samin. Bahan yang
digunakan adalah bahan sederhana dan tidak terbuat dari bahan mahal penting
yang berwarna hitam.Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abi (2015)
tentang eksplorasi etnomatematika pada suku Amanuban dan hubungannya
dengan konsep-konsep matematika menunjukkan bahwa konsep matematika telah
dimiliki dan dihidupi masyarakat sejak lama. Hal ini terealisasi dari bentk
etnomatematika suku Amanuban yang memuat banyak konsep-konsep
matematika terutama dalam bidang geometri dan aljabar. Serta penelitian oleh
Laurens (2016) tentang analisis etnomatematika dan penerapannya dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran menunjukkan bahwa beberapa konsep
matematika yang diajarkan melalui budaya Maluku dapat digunakan untuk
memahami konsep bilangan, pecahan dan geometri.
Bentuk etnomatematika suku Samin memiliki beberapa permainan
tradisional yang meliputi Jamuran, dakon (congkak), delikan atau petak umpet.
Permainan jamuran dalam formasinya membentuk lingkaran, untuk dakon
(congkak) memiliki konsep bola pada bentuk alat tersebut dan konsep
111
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pada bilangan bulat,
selanjutnya pada permainan delikan (petak umpet) dalam penambahan pemain
dapat dikaitkan dengan konsep bilangan pascal pada materi pola bilangan dan
konsep menghitung bilangan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wahyuni (2016) Beberapa jenis permainan yang terdapat di masyarakat
Puger telah dimainkan oleh anak-anak di dalamnya mengandung unsur-unsur
matematika seperti permainan Angklik, permainan dakon, permainan bekel,
permainan layangan, dan permainan pasir di pinggir pantai.
Makanan tradisional suku Samin tidak jauh beda dengan makanan
tradisional Jawa yaitu Tumpeng dan Ketupat. makanan tradisional ini memiliki
keterkaitannya dengan konsep gemoetri yang mana Tumpeng memiliki bentuk
seperti kerucut sedangkan Ketupat memliki bentuk belah ketupat. hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Huda (2018) menyebutkan bahwa wilayah
Yogyakarta diperoleh beberapa unsur etnomatematika diantaranya unsur geometri
bidang seperti lingkaran, elips, segitiga, segiempat, dan trapesium kemudian
untuk geometri ruang ada bentuk bola, silinder atau tabung, balok dan kerucut
terhadap bentuk jajanan pasar. Dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dwidayati (2018) mengkaji etnomatematika dalam produk budaya yang ada di
Kabupaten Kudus salah satunya berupa makanan tradisonal Kudus yaitu Puli
Cake dan Awug-awung yang masing-masing berelasi terhadap konsep matematika
yaitu konsep kubus dan limas segitiga.
112
4.2.2 Hubungan Bentuk-Bentuk Etnomatematika pada Kebudayaan
Masyarakat Suku Samin dengan Konsep-Konsep Matematika
Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas dan aktefak yang ada dalam
masyarakat suku Samin, bentuk-bentuk etnomatematika masyarakat suku Samin
terdapat dalam upacara adat, kesenian, bangunan, mata pencaharian, anyaman,
tenunan, permainan tradisional dan makanan tradisional. Hasil eksplorasi terhadap
bentuk-bentuk etnomatematika pada budaya masyarakat suku Samin, ditemukan
keterkaitan bentuk-bentuk etnomatematika dengan konsep-konsep matematika
yaitu pola bilangan, operasi bilangan bulat, geometri dan pengukuran.
Pola bilangan mempunyai hubungan dengan bentuk etnomatematika yaitu
konsep pola bilangan segitiga, konsep pola bilangan persegi, konsep pola bilangan
persegi panjang, konsep pola bilangan pascal, konsep pola bilangan fibonacci.
Operasi bilangan mempunyai hubungan dengan bentuk etnomatematika yaitu
konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Bentuk Konsep-konsep geometri yang mempunyai hubungan dengan
bentuk-bentuk etnomatematika meliputi konsep lingkaran, trapesium, persegi,
tabung, bola, kerucut, belah ketupat. Bentuk-bentuk etnomatematika kebudayaan
suku Samin yang terhubung dengan konsep geometri yaitu bangun datar dan
bangun ruang terdapat dalam bentuk rumah Bekuk lulang, anyaman Klasa
pandan, tenunan ikat kepala (blangkon), bentuk alat permaian tradisional suku
Samin, makanan khas suku Samin. Bentuk-bentuk etnomtematika terebut
dianalisis berdasarkan bentuknya, sifat, aturan penggunaanya kemudian
dihubungkan dengan konsep matematika yang ada dalam pembelajaran
113
matematika di SMP. Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Hartoyo (2012)
mengeksplorasi dan mengungkapkan bentuk-bentuk etnomatematika yang ada di
masyarakat budaya Dayak
Penelitian lainnya oleh Abi (2015) tentang eksplorasi etnomatematika
pada suku Amanuban dan hubungannya dengan konsep-konsep matematika
menunjukkan bahwa konsep matematika telah dimiliki dan dihidupi masyarakat
sejak lama. Hal ini terealisasi dari bentuk etnomatematika suku Amanuban yang
memuat banyak konsep-konsep matematika terutama dalam bidang geometri dan
aljabar.
Konsep pengukuran waktu terkait dengan kalender tradisonal masyarakat.
Kalender tradisonal masyarakat digunakan untuk menentukan hari untuk
pelaksanaan tradisi yang sudah ada dan penentuan bercocok tanam pada musim
kemarau maupun musim hujan. Berkaitan dengan konsep pengukuran yang
ditemukan dalam masyarakat suku Samin.
Penelitian tentang etnomatematika dalam sistem pembilangan pada
masyarakat Melayu Riau yang dilakukan Nuh dan Dardiri (2016) menunjukkan
bahwa aktivitas membilang, masyarakat Melayu Riau sudah menguasai konsep
membilang, hal ini dapat dilihat dari terbitnya naskah A Vocabulary of the
English, Bugis and Malay Language pada tahun 1833. Pada naskah tersebut
memuat terjemahan bilangan dalam bahasa Melayu, seperti salaksa (sepuluh ribu)
dan saketi (seratus ribu). Aktivitas Membilang selain diterpakan pada bilangan
/angka, juga terdapat pada proses membangun rumah dan bahkan berhubungan
114
dengan tradisi keagamaan berupa kenduri kematian (niga hari, nujuh hari, empat
puluh dan seratus hari) dan kelahiran.
4.2.3 Efektifitas Model Kontekstual Dengan Memasukkan Unsur
Kebudayaan Masyarakat Suku Samin
Efektifitas model kontekstual dengan memasukkan unsur kebudayaan
masyarakat suku samin tersebut dilakukan di SMP N 4 Ngawen dengan jumlah
subjek sebanyak 28 siswa tiap kelas. Setelah penelitian dilaksanakan dan analisis
data hasil penelitian, diperoleh bahwa (1) pembelajaran matematika pada kelas
dengan menggunakan model kontekstual berbantuan suplemen bahan ajar
bernuansa etnomatematika kebudayaan suku Samin mencapai KKM ketuntasan
rata-rata; (2) pembelajaran matematika pada kelas dengan menggunakan model
kontekstual berbantuan suplemen bahan ajar bernuansa etnomatematika
kebudayaan suku Samin mencapai ketuntasan klasikal (3) respon siswa terhadap
pembelajaran matematika dengan model kontekstual berbantuan suplemen bahan
ajar bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin baik. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan model kontekstual
berbantuan suplemen bahan ajar bernuansa etnomatematika kebudayaan
masyarakat suku Samin efektif.
Efektivitas pada suatu pembelajaran menjadi indikator keberhasilan
pembelajaran yang dilaksanakan (Prabawa & Zaenuri, 2017). Selain beberapa hal
tersebut di atas, keberhasilan pembelajaran juga ditentukan oleh aktivitas guru
dalam pembelajaran. Njagi (2015) kemampuan seseorang memecahan masalah
matematika yang dimodifikasi menjadi ekspresi matematika memiliki efek positif
115
pada peningkatan prestasi matematika siswa. Hal tersebut terlihat dari hasil
observasi yang dilakukan terhadap guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran
matematika dengan menerapkan model kontekstual berbantuan suplemen bahan
ajar bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat suku Samin. Berdasarkan
hasil observasi tersebut terlihat sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
model kontekstual dan ditunjukan oleh hasil analisis penilaian terhadap guru
termasuk dalam kriteria baik.
Arisetyawan (2019) hal yang menarik adalah bahwa setiap objek yang
digunakan sebagai media dalam pembelajaran di kelas secara umum, khususnya
metamatika, pasti dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu dari unsur
pembentuk kebudyaan tersebut. Suherman (2003) Gagne dalam
mengklasifikasikan objek matematika ke dalam objek langsung dan objek tak
langsung. Objek langsung mencakup fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan.
Objek tak langsung mencakup kemampuan berpikir logis, kemampuan
memecahkan masalah, bersikap positif, tekun, teliti, kerja sama, dan jujur, yang
memiliki keterkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik. Pendapat Gagne
juga didukung oleh Dienes yang mengungkapkan bahwa setiap konsep (atau
prinsip) matematika dapat dipahami dengan tepat hanya jika mulamula disajikan
melalui berbagai representasi konkret/fisik. Dienes menggunakan istilah konsep
untuk menunjuk suatu struktur matematika, suatu definisi tentang konsep yang
jauh lebih luas daripada definisi Gagne. Abi (2016) sifat keabstrakan matematika
ini memberi kesempatan kepada guru dalam memilih strategi, model dan media
dalam mengajarkan matematika agar tujuan pembelajaran yang dimaksud dapat
116
tercapai. Contextual Teaching and Learning (CTL) atau yang dikenal dengan
pembelajaran kontekstual merupakan sebuah model pembelajaran yang
mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata peserta didik. Model pembelajaran
ini mendorong peserta didik mendefinisikan hubungan antara pengetahuan yang
telah dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
masyarakat.
Sarie (2016) Salah satu manfaat pendekatan kontekstual adalah membantu
siswa memahami konsep pembelajaran, karena materi pembelajaran dihubungkan
dengan dunia nyata yang ada disekitarnya sehingga pembelajaran lebih bermakna.
Hal ini dibenarkan oleh Lestari, S (2014) yang membuktikan bahwa penerapan
pembelajaran kontekstual bermedia objek nyata meningkatkan hasil belajar
peserta didik secara signifikan. Sesuai dengan Setiawan dan Harta (2014)
mengungkapkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
matematika terbukti efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan sikap siswa terhadap matematika. Samo
(2018) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual berbasis budaya dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Geni (2017) menyatakan bahwa
Pembelajaran matematika yang mengangkat tema-tema budaya lokal secara
konseptual dikenal sebagai etnomatematika, dimana unsur-unsur budaya tempat
tinggal siswa dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa (Abdullah, 2015)
Abi (2016) etnomatematika sebagai sebuah produk baru, mulai
diintegrasikan ke dalam kurikulum matematika sekolah dengan asumsi awal untuk
117
melestarikan nilai dari kebudayaan yang semakin hilang ditelan perkembangan
zaman. Richardo (2016) etnomatematika juga dapat memfasilitasi siswa untuk
mengkonstruksi konsep matematika dengan pengetahuan awal yang sudah
dimiliki siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat tercipta sebuah iklim
belajar yang meyenangkan.
Hal tersebut diatas sejalan dengan Fujiati (2014) mengungkapkan
matematika dengan pendekatan etnomatematika berupa alat peraga dalam
pembelajaran matematika, sehingga membuat siswa terlibat aktif mencari budaya
lokal di Batang yang berkaitan dengan konsep geometri serta dapat meningkat
motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika.
Nofitasari (2015) siswa lebih termotivasi dan lebih mudah memahami
materi yang dipelajari karena budaya-budayanya sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini bahwa etnomatematika bisa mengubah persepsi
siswa tentang matematika yang abstrak menjadi matematika yang kontekstual.
dikarenakan matematika sekolah sangatlah berbeda dengan matematika yang ada
dimasyarakat maka dalam beberapa hal penggunaan istilah matematika tidak
dapat digantikan oleh istilah dalam kebudayaan atau penggunaan bahasa daerah.
Pernyataan di atas didukung oleh Chitera (2017) mengungkapkan bahwa
penggunaan bahasa daerah dalam pembelajaraan matematika di kelas membuat
guru dilema antara penggunaan istilah matematika formal dan informal yang
menggunakan bahasa daerah, hal tersebut karena tidak semua istilah matematika
dapat digantikan dengan istilah dalam bahasa daerah. Oleh karena itu dalam
118
menerapkan pembelajaran matematika yang bernuansa etnomatematika perlu
dianalisis terlebih dahulu sehingga tidak terjadi kesalahan konsep.
119
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh 4 simpulan adalah sebagai berikut:
5.1.1 Bentuk-Bentuk Etnomatematika pada Kebudayaan Masyarakat Suku
Samin
Bentuk-bentuk etnomatematika di suku Samin termuat dalam upacara adat
berupa waktu pelaksanaan upacara adat, tidak memiliki kesenian, bangunan
berupa rumah Bekuk Lulang, mata pencaharian berupa kelender musim Suku
Samin, taun, tuwan/wulan,dino, wengi,suro, mangsa udan,mangsa garing,
anyaman berupa Klasa Pandan, tenunan berupa ikat kepala (Blangkon),
permainan tradisional berupa Dakon,delikan dan jamuran, makanan tradisional
berupa Tumpeng dan Ketupat.
5.1.2 Hubungan Bentuk-Bentuk Etnomatematika Masyarakat Suku Samin
dengan Konsep-Konsep Matematika
Hubungan keterkaitan bentuk-bentuk etnomatematika dengan konsep-
konsep matematika yaitu pola bilangan, operasi bilangan bulat, geometri dan
pengukuran. Beberapa bentuk budaya suku Samin dapat digunakan sebagai sarana
untuk mengajarkan pola bilangan. Operasi bilangan mempunyai hubungan dengan
bentuk etnomatematika yaitu konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian. Konsep-konsep geometri yang mempunyai hubungan dengan bentuk-
bentuk etnomatematika meliputi konsep trapesium, tabung, lingkaran, persegi,
120
belah ketupat, kerucut, dan bola. Pengukuran meliputi pengukuran panjang, isi
dan waktu.
5.1.3 Efektifitas Model Kontekstual Dengan Memasukkan Unsur
Kebudayaan Masyarakat Suku Samin
Penerapan salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran matematika di
kelas VIII yaitu Pola bilangan. Pembelajaran dengan model kontekstual
berbantuan suplemen bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika
kebudayaan masyarakat suku Samin terbukti efektif, yang ditunjukkan dengan;
a. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran kontekstual berbantuan buku
suplemen pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan
suku Samin mencapai KKM.
b. Proporsi siswa pada pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen
pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan suku Samin
yang mencapai KKM yaitu 65 mencapai lebih dari 70%.
c. Respon siswa dalam pembelajaran masuk dalam kategori baik.
5.2 Saran
a. Penggunaan bahan ajar bernuansa etnomatematika dimanfaatkan sebagai
sarana untuk memotivasi, menstimulasi, mengatasi kejenuhan dan kesulitan
dalam belajar matematika. Dalam memanfaatkannya perlu dilakukan analisis
terlebih dahulu sehingga guru perlu mengemasnya dengan baik.
b. Mengintegrasikan etnomatematika ke dalam pembelajaran matematika
terbukti mampu membantu siswa untuk menyadari dan berpikir matematik
menurut budaya dan kebiasaaan masyarakat. Hal ini menyebabkan perbedaan
121
cara pandang yang berdampak pada perbedaan pengetahuan. Oleh karena itu
perlu adanya pemberian pemahaman konsep matematika tingkat lanjut agar
tidak terjadi perbedaan pengetahuan antara matematika bernuansa
etnomatematika dan matematika yang sebernarnya.
c. Untuk mempertahankan fokus siswa saat pembelajaran berlangsung
diperlukan perhatian khusus dari guru, misalnya dengan berkeliling keseluruh
bagian kelas.
d. Perlu adanya perhatian khusus oleh Pemda Kabupaten Blora terhadap hasil
eksplorasi etnomatematika pada budaya suku Samin.
e. Penerapan pola bilangan yang dibahas dalam tesis ini adalah dalam bentuk
skenario. Penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menggali pola
bilangan yang sesungguhnya dilaksanakan oleh suku Samin.
122
Daftar Pustaka
Abdullah, D. I., Zaenuri, & Sutarto, H. 2015. Keefektifan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Bernuansa Etnomatematika Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII. Journal of
Mathematics Education. 4 (3): 287-291. ISSN. 2252-6927
Abi, A. M. 2015. Eksplorasi Etnomatematika pada Suku Amanuban dan
Hubungannya dengan Konsep-Konsep Matematika. (Thesis). Universitas
Negeri Semarang. Semarang
Abi, A. M. (2016). Integritas Etnomatematika dalam Kurikulum Matematika
Indonesia. Jurnal Pendidikan Metamatika Indonesia. 1. (1): 1-6. ISSN.
2477-8443
Adam, S., Alangui, W., & Barton, B. 2003. A Comment on: Rowlands &
Carson``Where would formal, academic mathematics stand in a
curriculum informed by ethnomathematics? A critical review. Educational
Studies in Mathematics, 52 (3): 327-335
Alamsyah. 2015. Eksistensi dan Nilai-Nilai Kearifan Komunitas Samin Di Kudus
dan Pati. HUMANIKA, 21.(1). 63-74. ISSN.1412-9418
Alo Liliweri, M.S. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Amiluddin R, Sugiman S. 2016.Pengaruh Problem Posing dan PBL Terhadap
Prestasi Belajar, dan Motivasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Matematika.
Jurnal Riset Pendidikan Matematika: Jurnal UNY. 3. (1): 100 - 108. ISSN:
2477-1503
Anandhita, G. 2017. Anyaman Bambu Sebagai Tulangan Panel Beton Pracetak.
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia. 6. (2): 130-135. ISSN. 2622-095
Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arisetyawan, A & Supriadi. 2019. Pentingnya Pembelajaran Etnomatematika
dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Dan Bagaimana
123
Mendisain Bahan Ajar Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Basicedu. 3. (2):
621-626. ISSN. 2580-1147
Bahri, S., P. (2018). Problem Solving Ability on Independent Learning and
Problem Based Learning with Based Modules Ethnomatematics Nuance.
UJMER. 7. (2): 218-224
Barton, B. 1996. ―Making Sense Of Ethnomathematics: Ethnomathematics Is
Making Sense‖. Educational Studies in Mathematics, 201-233.
Chitera, N. Dun Kasoka, E Thomo. 2016. There is more to the Teaching and
Learning of Mathematics than the use of Local Languages: Mathematics
Teacher Practices. Journal of Education and Learning. 10 (4): 308-319
Creswell John. W. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Dahar, R.W. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
D’Ambrosio, U. 1985. Ethnomathematics and its place in the history and
pedagogy of mathematics. For the Learning of Mathematics. 5. 44-48
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dwidayati, N. 2018. Pengintegrasian Etnomatematika Dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika.
1: 516-521
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 : Panduan Pembelajaran KBK,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), 137
Elaine B. Jhonson, Contextual Teachning & Learning : Menjadikan Kegiatan
Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Terj. Ibnu Setiawan,
(Bandung : MLC, 2008), 65.
Endrayadi, Eko Chrys, 2013. Perjuangan Identitas Komunitas Sedulur Sikep Di
Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Disertasi S3 Udayana.
124
Fajri, H., Johar, R., & Ikhsan. 2016. ―Peningkatan kemampuan spasial dan self-
efficacy siswa melalui model discovery learning berbasis multimedia‖.
Jurnal Tradis Matematika. 9. (2):180-196
Fathonah ,I., A. (2019). Mathematics Connections Based on Self Regulated
Learning Through Project Based Learning with Ethnomathematics
Nuances and Independent learning with assisted of Module and Whatsapp.
UJMER. 10. (1): 92-98
Fujiati, I. & Zaenuri. 2014. Keefektifan Model Pogil Berbantuan Alat Peraga
Berbasis Etnomatematika Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematis. Unnes Journal of Mathematics Education. 3 (3): 174-180.
ISSN 2252-6927
Geni, P. R. L., & Hidayah, I. 2017. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada
Pembelajaran Problem Based Learning Bernuansa Etnomatematika
Ditinjau dari Gaya Kognitif. Journal of Mathematics Education
Research. 6 (1): 11-17. ISSN. 2502-4507
Hadi, Samsul. 2017. Kolaborasi Budaya Matematika Berpantun Dan Metode Nht
(Number Head Together) dalam Meningkatkan Minat Dan Aktivitas
Belajar Matematika Siswa Kelas Xii Pbk Smk Negeri 1 Singkep
Kabupaten Lingga Tahun Pelajaran 2017/2018. Edumatica. 07. (02).
ISSN: 2088-2157
Hake, R. R. 1999. Analizing Change/ Gain Scores. AERA-D. Tersedia di
www.Physics.indiana.edu
Hardiarti, S. 2017. ―Etnomatematika: Aplikasi Bangun Datar Segiempat pada
Candi Muaro Jambi‖. Aksioma, 8(2): 100-110.
Hariastuti, Rachmawati. M. 2018. Kajian Konsep-Konsep Geometris Dalam
Rumah Adat Using Banyuwangi Sebagai Dasar Pengembangan
Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika. AKSIOMA. 7. (1): 1-
9
Hartoyo, A. 2012. Eksplorasi Etnomatematika pada Budaya Masyarakat dayak
Perbatasan Indonesia-Malaysia Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.
Jurnal Penelitian Pendidikan. 13. (1): 14-23.
125
Haryanto, Nusantara, T., Subanji & Abadyo. 2016. Ethnomathematics in Arfak
(West Papua–Indonesia): Hidden Mathematics on knot of Rumah Kaki
Seribu. Educational Research and Reviews. 11. (7): 420-425. ISSN 1990-
3839. DOI: 10.5897/ERR2015.2620
Haviland, W. A. 2002. Antropologi Edisi Keempat. Terjemahan Soekadijo R. A.
Jakarta: Erlangga
Hendikawati, P. Sunarmi,. Mubarok D. 2016. Meningkatkan Pemahaman dan
Mengembangkan Karakter Mahasiswa Melalui Pembelajaran Kolaboratif
Berbasis Proyek. Jurnal Matematika Kreatif - Inovatif. 7. (2): 123-130:
Universitas Negeri Semarang. ISSN 2442-4218
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad
21. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Huda, N,T. 2018. Etnomatematika Pada Bentuk Jajanan Pasar di Daerah Istemewa
Yogyakarta. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika). 2.(2): 217-
232. ISSN. 2549-4937
Hudojo, H. 1990. Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Jakarta :
DepDikbud.
Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: P21.PTK
James & James, V. 1976. Mathematic Dictionary. Nostrand Rienhold
Juhria Siti, J, et all. 2015. Etnomatematika Pada Aktivitas Petani Madura Di
Kranjingan Sumbersari Jember Sebagai Bahan Ajar Lembar Proyek Siswa.
Kadikma. 6. (3): 99-111
Jumari, dkk. 2012. Pengetahuan Lokal Masyarakat Samin Tentang
Keanekaragaman Tumbuhan dan Pengelolaannya. 17. (2): 71-78
Katsap, A. dan Siverman, F.L.R. 2008. A Case Study of the Role of
Ethnomathematics among Teacher Education Students From Highly
Diverse Cultural Backgrounds. Journal of Mathematics & Culture. 3. (1):
66-102. ISSN. 1558-5336
126
Khomsiatun S &Retnawati H. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Dengan Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah. Jurnal Riset Pendidikan Matematika:
journal.uny.ac.id. 2. (1): 92 – 106. ISSN: 2477-1503
Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B. (Eds.). (2001). Adding it Up: Helping
ChildrenLearn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press
Kjildsen, T., H. & Petersen, P., H. (2014). Bridging History of the Concept of
Functionwith Learning of Mathematics: Students’Meta-Discursive Rules,
Concept Formationand Historical Awareness. Sci & Educ. Springer. 23:
29-45
Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Universitas
Indonesia Press
Koedjaningrat. 2000. Kebudayaan Mentalitas dan Pmebangunan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Lahinda Y, Jailani. 2015. Analisis Proses Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Riset Pendidikan Matematika: Journal
UNY. 2. (1). ISSN: 2477-1503
Laurens, T. 2016. Analisis Etnomatematika dan Penerapannya dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. LEMMA. 3. (1): 86-96.
Lestari, S. (2014). Pembelajaran Kontekstual Bermedia Objek Nyata pada
Perkalian dan pembagian untuk Meningkatkan Motivasi dan hasil Belajar.
Jurnal Pendidikan Sains. 4. (2): 238-249. ISSN. 2338-9117
Lestari dkk. 2018. Pengembangan LKS Berbasis Teori Apos Materi Bangun
Ruang Sisi Datar Konteks Rumah Adat Musi Banyuasin. Jurnal
Matematika Kreatif - Inovatif. 9. (1): 1-9: UNNES. ISSN: 2442-4218
Maharani dkk. 2018. Efektifitas Model Concept Attainment BerBudaya Akademik
Islami Berbantuan Pop-Up Bookpada Materi Bangun Ruang Sisi Datar.
Jurnal Matem atika Kreatif - Inovatif. 9. (1): 100-106. ISSN: 2442-4218
Marsigit, Mareta, N, & Rizkianto, I. 2014. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Etnomatematika untuk Meningkatkan Kompetensi
Mahasiswa Pendidikan Matematika. Jurdikmat FMIPA: UNY
127
Millaty, V.N. 2019. Students’ Mathematical Connection Ability and Self
Regulated Learning on MiC Learning with Recitation and Peer
Assessment Based on Semarang Culture. UJMER. 8. (2): 173 - 179. ISSN
2252-6455
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT
Remaja Rosdakarya Offset
Moleong, L. 2012. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Moleong, L. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakary
Muhtadi, D., Sukirwan, Warsito, dan Rully C. I. P. 2017. ―Sundanese
Ethnomathematics: Mathematical Activities In Estimating, Measuring,
And Making Patterns‖. .J.M.E. 8.(2): 185-198. ISSN 2087-8885
Muzakki, & Fauziah, P. Y. (2015). Implementasi Pembelajaran Anak Usia Dini
Berbasis Budaya Lokal di PAUD Full Day School. Jurnal Pendidikan Dan
Pemberdayaan Masyarakat. 2. (1): 39–54.
Njagi, M. W. (2015). Language issues on mathematics achievement. International
Journal of Education and Research. 3. (6): 167–178.
Nofitasari, L., Zaenuri, & Mashuri. 2015. Keefektifan Model Pembelajaran Tutor
Sebaya Bernuansa Etnomatematika terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Peserta Didik pada Materi Segiempat. Unnes Journal
Mathematics Education. 5 (1): 54-61. ISSN. 2460-5840
Nuh, M. Z. & Dardiri. 2016. Etnomatematika dalam Sistem Pembilangan pada
Masyarakat Melayu Riau. Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial
keagamaan. 19. (2): 220-238
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Malang : Universitas Negeri Malang),
16
Orey, D. C. & Rosa, M. 2011. Ethnomatemathics: the cultural aspects of
mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatematica. 4. (2): 32-54
128
Prabawa, E. A. & Zaenuri. 2017. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa pada Model Project Based Learning
Bernuansa Etnomatematika. Unnes Journal Mathematics Education.
6. (1): 120-129. ISSN. 2502-4507
Prabawati, M. N. 2016. Etnomatematika Masyarakat Pengrajin Anyaman
Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya. Infinity. 5 (1): 25-31
Pramono, AJ. 2017. Aktivitas Metakognitif Siswa SMP dalam Pemecahan
Masalah Matematika Berdasarkan KemampuanMatematika. Jurnal
Matematika Kreatif - Inovatif. 8. (2): 133-142. ISSN: 2442-4218
Priambodo, N. B., Indrojarwo, B. T. 2016. Perancangan Komik Edukasi
Matematika tentang Geometri untuk Kelas 5 SD dengan Konsep
Seharihari. Jurnal Sains dan Seni ITS. 5 (2): 173-177. ISSN: 2337-3520
Pujianto, E., & Masrukan, M. 2016. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis
Model Round Club dengan Self Assesment Bernuansa Etnomatematika
Berdasarkan Gaya Kognitif. Unnes Journal of Mathematics Education
Research. 5. (1): 81-89
Puspadewi, K. R., & Gst. Ngurah Nila Putra, I. (2014). Etnomatematika di Balik
Kerajinan Anyaman Bali. Jurnal Matematika. 4. (2): 80–89.
Putra, R. A., Mustofa, K., & Joni, R.P. 2017. ―Penerapan Metode Pembelajaran
Mandiri Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik (Studi pada
Program Pendidikan Kesetaraan Paket C di PKBM Bina Mandiri
Cipageran)‖. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah. I. (1).
Putri, Linda Indiyarti. 2017. Eksplorasi Etnomatematika Kesenian Rebana
Sebagai Sumber Belajar Matematika pada Jenjang MI. Pendidikan Dasar.
IV. (1): 21-31
Puspadewi, K.R, & Gst. Ngurah Nila Putra, I. 2014. Etnomatematika dibalik
kerajinan anyaman Bali. Jurnal matematika. 4. (2): 105-121. ISSN. 1693-
1394
129
Rachmawati, I. 2012. Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo, 1 (1): 1-8
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/article/view/24
9/pdf
Rahayu, N. T., 2014. Model Pewarisan Nilai-Nilai Budaya Jawa Melalui
Pemanfaatan Upacara Ritual. Jurnal Ilmu Komunikasi. 12. (1): 55-69
Rahman A. F., Yanti, W. 2014. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Melalui Penggunaan Model Learning Cycle (LC) Pada Materi
Pecahan di Kelas VII. Jurnal Pendidikan Matematika: Pendidikan
Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat. 2. (1): 80 – 86.
Rakhmawati, R. 2016. ―Aktivitas Matematika Berbasis Budaya pada Masyarakat
Lampung‖. Al-jabar: Jurnal Pendidikan Matematika. 7. (2): 221-230.
Richardo, R. 2016. Peran Etnomatematika dalam Penerapan Pembelajaran
Matematika pada Kurikulum 2013. Jurnal Literasi. 7. (2): 118-125
Rizka S, Zaenuri, Rocmad. 2014. Model Project Based Learning Bermuatan
Etnomatematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika.
Unnes Journal of Mathematics Education Researc. UJMER. 3. (2). ISSN
2252-6455
Rochmat,. Masrukan. 2016. Studi Kinerja Mahasiswa Dalam Menganalisis
MateriPada Pembelajaran Kooperatif Resiprokal. Jurnal Matem atika
Kreatif - Inovatif. 6. (2): 47-57: Universitas Negeri Semarang. ISSN:
2442-4218
Rohendi, D. 2012. ―Developing E-Learning Based on Animation Content for
Improving Mathematical Connection Abilities in High School Students‖.
International Journal of Computer Science Issues. 9. (1): 1-5.
Romli, M. 2016. Profil Koneksi Matematis Siswa Perempuan SMA Dengan
Kemampuan Matematika Tinggi Dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika. Journal of Mathematics Education, Science and Technology.
Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. 1. (2): 144 – 163.
Rosa, M. & Orey, D. C. 2011. ―Ethnomathematics: the cultural aspects of
mathematics‖. RevistaLatinoamericana de Etnomatemática. 4(2): 32-54.
130
Rosa, M., Shirley, L., Gavarrete, M. E., & Alangui, W., V. (Eds). (2017).
Ethnomathematics and its Diverse Approaches for Mathematics
Education. ICME-13 Monographs
Rosdiyah, A. N., Sudarmin, S. S., & Siadi, K. K. 2013. Pengembangan Modul
IPA Berbasis Etnosains Zat Aditif dalam Bahan Makanan untuk Kelas
VIII SMP Negeri 1 Pegandon Kendal. Unnes Science Education Journal
2(1): 133-139
Rosyid, Moh, 2010. Kodifikasi Ajaran Samin. Yogyakarta: Kepel Press
Rosyid, Moh. 2012. Perkembangan Komunitas Samin Di Kudus dan
Perlawanannya Terhadap Program Pembangunan Irigasi Tahun 1986.
Semarang. Tesis S2 Jurusan Sejarah Undip. Rosyid, Moh., 2012,
Perlawanan Samin, Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta.
Rubio, J. S. 2016. The ethnomathematics of the Kabihug tribe in Jose Panganiban,
Camarines Norte, Philippines. Malaysian Journal of Mathematical
Sciences. 10: 211–231
Samo, DD. 2017. Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Tahun Pertama
pada Masalah Geometri Konteks Budaya. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika. Universitas Nusa Cendana. 4. (2): 141-152. ISSN 2477 -
1503
Samo, D. D., Darhim, & Kartasasmita, B. G. 2018. Culture-Based Contextual
Learning to Increase Problem-Solving Ability of First Year University
Student. Journal on Mathematics Education. 9. (1): 81-94. ISSN. 2407-
0610
Sarie, F. N., Rahayu, E. S., & Isnaeni, W. 2016. Pendekatan Contextual Teaching
and Learning Bervisi SETS dalam Mengoptimalkan Multiple Intelligence
dan Hasil Belajar. Journal of Primary Education. 5 (2): 81-87. ISSN.
2502-4515
Setiawan, R. H. & Harta, I. 2014. Pengaruh Pendekatan Open-Ended dan
Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Sikap Siswa Terhadap Matematika. Jurnal Riset Pendidikan Matematika.
1. (2): 240-256
131
Shirley, L. 2001. ―Ethnomathematics as a fundamental of instructional
methodology‖. ZDM, 33(3).
Suarjana, I M., Suharta, I G. P., Japa, I G. N. 2014. Etnomatematika Sistem
Kelender Bali. Prosiding Seminar Nasional Riset Inovatif II. 177-182
Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2007. Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Elfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2016. Metode penelitian kombinasi (mixed method). Bandung: Alfabeta
Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA
UPI
Sunandar, M. A.2018. Mathematical Problem Solving Ability Of Vocational
School Students On Problem Based Learning Model Nuanced
Ethnomatematics Reviewed From Adversity Quotient. UJMER. 7. (1): 1 –
8. ISSN 2252-6455
Suprijono, A. 2012. Metode dan Model-Model Mengajar.Bandung: Alfabeta.
Tandililing, E. (2013). Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah dengan
Pendekatan Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya Untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran matematika di Sekolah. Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (pp. MP 193-MP 202).
Yogyakarta: FMIPA UNY.
Tjiptiani dkk, 2016. Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Dengan
Pendekatan Inkuiri Untuk Membantu Siswa Sma Kelas X Dalam
Memahami Materi Peluang. Jurnal Pendidikan. 1. (10): 1938—1942
Wahyuni, I. 2016. Eksplorasi Etnomatematika Mayarakat Pesisir Selatan
Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Fenomena. 15. (2): 225-238
132
Wardono & Mariani, S. 2014. ―Metakognitive Aspect of Mathematics Problem
Solving‖. Makalah. Seminar MARA University of Technology Malaysia
.
Wiradyana, K. 2015. Paradigma Perubahan Evolusi Pada Budaya Megalitik Di
Wilayah Budaya Nias. Kapata Arkeologi. 11. (2): 2015:87-96
Witanto, Y. 2012. Strategi Pembelajaran Aktif Modelling The Way Berbasis
Teori Bruner pada Pembelajaran Matematika. Journal of Primary
Education. 1. (1): 125-130. ISSN. 2252-6404
Yanuarto, W. N. 2017. Ethnic vs Number: The Secret inside Borobudur
Temple, Indonesia. Journal of Education and Learning. 11. (1): 75-82
Zaenuri & Dwidayati, N. 2018. Menggali Etnomatematika: Matematika Sebagai
Produk Budaya. Prisma Journal Unnes. (1): 471-476
Zaenuri, Suyitno, H., Rokhman, F., & Suyitno, A. 2017. Developing of
Supplementary Books of Mathematics Teaching-Learning Process
Based-on Coastal Culture for JHS Students. International Electronic
Journal of Mathematics Education. 12. (4): 421-430. ISSN. 1306-3030
133
LAMPIRAN
134
Lampiran A
1. Silabus
2. RPP
3. Soal uji coba tipe A dan soal uji coba tipe B
4. Jawaban soal uji coba tipe A dan uji coba tipe B
5. Angket
6. Lembar observasi
7. Lembar wawancara
8. Lembar aktivitas guru
9. Reduksi
10. Modul
135
Silabus
SILABUS
Satuan Pendidikan : SMP N 4 NGAWEN
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/ semester : VIII/ 1
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
Belaja
3.1 Membuat
generalisasi dari
pola pada
barisan bilangan
dan barisan
konfigurasi
objek
Pola
bilangan
3.1.1. Mengidentifikasikan
pola bilangan bulat.
3.1.2 3.1.2. Mengidentifikasikan
pola bilangan segitiga.
3.1.3 3.1.3. Mengidentifikasikan
pola bilangan persegi.
3.1.4 3.1.4. Mengidentifikasikan
pola bilangan persegi panjang
3.1.5 31.5. Mengidentifikasikan
Pembelajaran dilaksanakan
dengan pendekatan
kontekstual bernuansa
etnomatematika kebudayaan
masyarakat Suku Samin.
a. Memahami konsep pola
bilangan (Inkuiri,
Konstruktivisme)
b. Mengetahui bentuk pola
Teknik: tes
tertulis
Bentuk:
uraian
2 x 40
menit (2x
pertemuan)
Buku siswa K-
13 edisi revisi
2017 dan Bahan
ajar
suplemen
matematika
bernuansa
etnomatematika
kebudayaan
136
pola bilangan pascal.
3.1.6 3.1.6. Mengidentifikasikan
barisan bilangan.
3.1.7 3.1.7. Mengidentifikasikan
deret bilangan
bilangan. (Inkuiri,
Konstruktivisme)
d. Menyelesaikan LKS
tentang
konsep dan bentuk pola
bilngan dalam kelompok
(Masyarakat Belajar)
e. Melaporkan hasil kerja
kelompok dan melakukan
diskusi (Masyarakat Belajar)
f. Menyebutkan contoh yang
aktivitas sehari-hari
masyarakat Samin yang
berhubungan
dengan pola bilangan
(Inkuiri, Konstruktivisme)
g. Menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan pola
bilangan campur dalam
masyarakat
Suku Samin
4.1
Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan
dengan pola
pada barisan
bilangan dan
barisan
konfigurasi
objek
4.1.1 Menggunakan pola
bilangan segitiga dalam
menyelesaikan masalah.
4.1.2 Menggunakan pola
bilangan persegi dalam
menyelesaikan masalah.
4.1.3 Menggunakan pola
bilangan persegipanjang
dalam menyelesaikan
masalah.
4.1.4 Menggunakan segitiga
pascal dalam menyelesaikan
masalah.
4.1.5 Menggunakan barisan
137
bilangan dalam
menyelesaikan masalah
4.1.6 Menggunakan deret
bilangan dalam
menyelesaikan masalah
kebudayaan masyarakat
suku Samin (Inkuiri,
Konstruktivisme)
BLORA, 2019
Peneliti Guru mata pelajaran matematika
138
RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Satuan Pendidikan : SMP N 4 NGAWEN
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/ semester : VIII/ 1
Alokasi Waktu : 2× 40 menit (pertemuan 1)
A. Kompetensi inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, displin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan dan
keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
B. Kompetensi dasar
3.1 Membuat generalisasi dari pola pada barisan bilangan dan barisan
konfigurasi objek
C. Indikator bulat.
3.1.8 Mengidentifikasikan pola bilangan segitiga.
3.1.9 Mengidentifikasikan pola bilangan persegi.
3.1.10 Mengidentifikasikan pola bilangan persegi panjang
3.1.11 Mengidentifikasikan pola bilangan pascal.
139
3.1.12 Mengidentifikasikan barisan bilangan.
3.1.13 Mengidentifikasikan deret bilangan.
D. Tujuan pembelajara
1. Siswa mampu mengidentifikasikan pola bilangan segitiga.
2. Siswa mampu mengidentifikasikan pola bilangan persegi.
3. Siswa mampu mengidentifikasikan pola bilangan persegi panjang
4. Siswa mampu mengidentifikasikan pola bilangan pascal.
5. Siswa mampu mengidentifikasikan barisan bilangan.
6. Siswa mampu mengidentifikasikan deret bilangan.
E. Materi pembelajaran
Pola bilangan
F. Metode pembelajaran
Model kontekstual
G. Sumber belajar
1. Buku siswa K-13 edisi revisi 2017
2. Buku suplemen pembelajaran matematika SMP bernuansa etnomatematika
kebudayaan Suku Samin
H. Alat pembelajaran
1. Spidol
2. Papan tulis
I. Penilaian
1. Teknik : tes tertulis
2. Bentuk : uraian
3. Instrumen (terlampir)
J. Langkah-Langkah pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan awal
1) Guru memberi salam dan mengkondisikan
keadaan siswa (berdoa, mengecek kehadiran)
2) Guru memberikan motivasi kepada siswa
10 menit
140
Kegiatan inti
1) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok
kecil secara heterogen (masyarakat belajar)
2) Guru mempelihatkan gambar dan siswa
memperhatikannya (pemodelan)
3) Siswa diminta menjelaskan kegiatan
berdasarkan pengalamannya sehari-hari (inkuiri)
4) Siswa dan guru bertanya jawab mengenai
gambar tersebut (bertanya, inkuiri)
5) Siswa diminta untuk memperhatikan contoh
yang ada dalam buku suplemen pembelajaran
matematika bernuansa kebudayaan masyarakat
Suku Samin untuk memahami konsep pola
bilangan (Pemodelan, Inkuiri, Konstruktivisme)
6) Siswa dan guru melakukan tanya jawab
mengenai konsep pola bilangan (bertanya)
7) Siswa memperhatikan informasi dari guru
mengenai urutan atau aturan pengerjaan
dalam pola bilangan (Konstruktivisme)
8) Guru memberikan soal latihan kepada siswa
9) Siswa mengerjakan soal latihan tentang konsep
pola bilangan (Masyarakat Belajar).
10) Siswa dan guru bersama-sama melakukan
diskusi membahas perkerjaan siswa.
(Masyarakat Belajar)
11) Guru memberikan penilaian terhadap hasil
pengerjaan soal latihan siswa (Penilaian
Autentik)
50 menit
Kegiatan akhir
1) Siswa merangkum pembelajaran hari ini
dengan bantuan guru
2) Siswa bersama dengan guru membuat
kesimpulan pembelajaran
20 menit
141
3) Pemberian tugas rumah
4) Penguatan dari guru
BLORA, 2019
Peneliti Guru mata pelajaran matematika
142
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Satuan Pendidikan : SMP N 4 NGAWEN
Mata pelajaran : Matematika
Kelas/ semester : VIII/ 1
Alokasi Waktu : 2× 40 menit (pertemuan 2)
A. Kompetensi inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, displin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan dan
keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
B. Kompetensi dasar
4.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola pada barisan
bilangan dan barisan konfigurasi objek
C. Indikator pembelajaran
4.1.1 Menggunakan pola bilangan segitiga dalam menyelesaikan masalah.
4.1.2 Menggunakan pola bilangan persegi dalam menyelesaikan masalah.
4.1.3 Menggunakan pola bilangan persegipanjang dalam menyelesaikan
masalah.
4.1.4 Menggunakan segitiga pascal dalam menyelesaikan masalah.
143
4.1.5 Menggunakan barisan bilangan dalam menyelesaikan masalah
4.1.6 Menggunakan deret bilangan dalam menyelesaikan masalah
D. Tujuan pembelajaran
1. Siswa mampu menggunakan pola bilangan segitiga dalam menyelesaikan
masalah.
2. Siswa mampu menggunakan pola bilangan persegi dalam menyelesaikan
masalah.
3. Siswa mampu menggunakan pola bilangan persegipanjang dalam
menyelesaikan masalah.
4. Siswa mampu menggunakan segitiga pascal dalam menyelesaikan
masalah.
5. Siswa mampu menggunakan barisan bilangan dalam menyelesaikan
masalah
6. Siswa mampu menggunakan deret bilangan dalam menyelesaikan
masalah
E. Materi pembelajaran
Pola bilangan
F. Metode pembelajaran
Model kontekstual
G. Sumber belajar
1. Buku siswa K-13 edisi revisi 2017
2. Buku suplemen pembelajaran matematika SMP bernuansa
etnomatematika kebudayaan Suku Samin
H. Alat pembelajaran
1. Spidol
2. Papan tulis
I. Penilaian
1. Teknik : tes tertulis
2. Bentuk : uraian
3. Instrumen (terlampir)
J. Langkah-Langkah pembelajaran
144
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan awal
1) Guru memberi salam dan mengkondisikan
keadaan siswa (berdoa, mengecek kehadiran)
2) Guru melakukan tanya jawab mengenai
pembelajaran terdahulu (apersepsi)
3) Guru memberikan motivasi kepada siswa
10 menit
Kegiatan inti
1) Siswa dibagi dalam kelompok kecil secara
heterogen (Masyarakat Belajar)
2) Siswa memperhatikan contoh masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
pola bilangan buku suplemen pembelajaran
matematika bernuansa kebudayaan masyarakat
suku Samin (Konstruktivisme)
3) Berdasarkan contoh siswa diminta untuk
menyebutkan contoh permasalahan sehari hari
yang berkaitan dengan pola bilangan (inkuiri)
4) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-
hari yang berhubungan dengan pola bilangan
(Bertanya, Inkuiri)
5) Siswa mengerjakan soal latihan tentang konsep
pola bilangan pada halaman 16 pada buku
suplemen bahan ajar bernuansa etnomatematika
suku Samin (Masyarakat Belajar).
6) Siswa dan guru bersama-sama melakukan
diskusi membahas perkerjaan siswa.
(Masyarakat Belajar)
7) Guru memberikan penilaian terhadap hasil
pengerjaan soal latihan siswa (Penilaian
50 menit
145
Autentik)
Kegiatan akhir
1) Bersama siswa merangkum pembelajaran
(Konstruktivisme, Releksi) dengan bimbingan
guru, siswa merangkum hasil pembelajaran
2) Siswa mengerjakan evaluasi akhir
20 menit
BLORA, 2019
Peneliti Guru mata pelajaran matematika
146
Soal uji coba tipe A
Nama: Materi: pola bilangan
Kelas: Jenis soal: A
PETUNJUK
Isilah soal-soal di bawah ini dengan cermat.
1. Pertanian merupakan sektor pencaharian yang mendominasi masyarakat Samin.
Slamet adalah warga masyarakat Samin sebagai seorang petani ketela. Bisa
dilihat pada gambar di bawah ini
Tanaman Ketela
Pada tahun ini Slamet memperoleh hasil panen sebesar 43 karung ketela. Untuk
membuat tepung ketela, hari pertama penggilingan menghabiskan 3 karung
ketela, hari kedua menghabiskan 7 karung ketela, hari ketiga menghabiskan 11
karung ketela maka hari keberapa Slamet menyelesaikan proses penggilingan
tersebut?
2. Pada tradisi sedekah bumi masyarakat Suku Samin. Bisa dilihat pada gambar
Tradisi sedekah
bumi
Imron adalah panitia yang bertugas membagikan makanan tersebut setiap rumah. Jika
dalam waktu 10 menit imron dapat mengantarkan kesatu rumah, 20 menit bisa
mengantarkan ketiga rumah, 30 menit bisa mngantarkan keenam rumah, 40 menit
147
mengantarkan kesepuluh rumah. Berapa rumah yang dapat dihantarkan imron dalam
waktu 1 jam?
3. Dalam tradisi ngalungi sapi masyarakat Samin memotong tali yang panjangnnya 4
meter menjadi dua bagian. Bisa dilihat pada gambar:
Tradisi Ngalungi Sapi
Hasil potongan tersebut dipotong kembali menjadi dua dan seterusnya. Banyak
potongan tali setelah 8 kali proses pemotongan?
4. Pak Sukimen adalah peternak sapi dari masyarakat Samin. Mula-mula hanya memiliki
sepasang sapi. sapi akan beranak setiap tahun sekali. Berapa banyaknya sapi setelah 4
tahun?
5. Tradisi Campur bawur masyarakat Suku Samin diadakan dibalai desa pada hari sabtu
pukul 15.00 WIB. Bisa dilihat pada gambar.
Tradisi campur bawur
Pada pukul 14.30 satu warga sampai ditempat yang telah ditentukan, 5 menit kemudian
datang 2 warga, 5 menit kemudian tambah lagi 4 warga dan begitu seterusnya setiap 5
menit sekali. Jika batas waktu yang ditentukan sampai pukul 15.00 WIB berapa warga
yang datang untuk merayakan tradisi Suronan?
6. Pak sukir merupakan salah satu masyarakat Samin yang mempunyai mata
pencaharian bertani padi. Dapat dilihat pada gambar
Tanaman
Padi tipe A
Tanaman
padi tipe B
Tanaman
padi tipe C
148
Pada panen kali ini, pak sukir menanam 3 jenis padi yaitu padi tipe A, tipe B dan
tipe C. Setiap jenis padi membutuhkan waktu 1 hari untuk menyesaikan proses
pengeringan yang dimulai dari padi tipe A selanjutnya tipe B dan tipe C. Pada
tipe manakah yang selesai dikeringkan pada urutan ke 15?
7. Permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak masyarakat Samin yaitu
petak umpet. Dapat dilihat pada gambar
Permainan Petak Umpet
Bejo adalah anak dari masyarakat samin yang mana pada hari senin pagi bejo
dan kawan-kawan berkumpul untuk bermain permainan petak umpet yang
berjumlah 9 anak. Pada pukul 08.00 sudah ada 2 anak. Pukul 08.05 bertambah
menjadi 4 anak, pukul 08.10 bertambah 6 anak. Pada pukul berapa anak ke 10
berkumpul ditempat yang disepakati?
149
Soal uji coba tipe B
Nama: Materi: pola bilangan
Kelas: Jenis soal: B
PETUNJUK
Isilah soal-soal di bawah ini dengan cermat.
1. Tradisi jamasan masyarakat Suku Samin diadakan dibalaidesa pada hari minggu
pukul 09.30 WIB. Bisa dilihat pada gambar di bawah ini
Tradisis khas desa
Pada pukul 08.55 WIB satu warga sampai ditempat yang telah ditentukan, 5 menit
kemudian datang 2 warga, 5 menit kemudian tambah lagi 4 warga dan begitu
seterusnya setiap 5 menit sekali. Jika batas waktu yang ditentukan sampai pukul 09.30
WIB berapa warga yang datang untuk merayakan tradisi Jamasan?
2. Klasa pandan merupakan kerajinan dari masyarakat suku Samin. Ada beberapa
jenis Klasa pandan yang bisa dibuat dan dikasih warna sesuai permintaan.
Seperti pada gambar di bawah ini
Tipe A
Tipe B
Tipe C
Jika dalam proses pengeringannya seorang pengerajin membutukan waktu setiap 5
menit untuk menyelesaikan proses pengeringan Klasa pandan, yang pertama Klasa
pandan tipe A, kedua Klasa pandan tipe B, Klasa pandan tipe C. Maka Klasa pandan
manakah yang dikeringkan pada urutan ke 15?
3. Petak umpet yaitu permainan anak-anak suku Samin. Permainan tersebut memiliki
rute tempat bermain yang teratur seperti gambar
150
Dalam gambar tersebut menunjukan ada 4 rute yang terseda. Jika rute tempat petak
umpet tersebut selalu bertambah maka tentukan:
a. Banyak rute ke-8
b. Jumlah rute sampai rute ke-8
4. Sala adalah peternak kambing dari masyarakat Samin. Mula-mula hanya memiliki
sepasang kambing. Kambing akan beranak setiap tahun sekali. Berapa banyaknya
kambing setelah 6 tahun?
5. Kliwon adalah salah satu warga masyarakat suku Samin yang berprofesi sebagai
seorang petani jagung. Bisa dilihat pada gambar di bawah ini
Tanaman Jagung
Pada tahun ini Kliwon memperoleh hasil panen sebesar 50 karung jagung. Untuk
membuat tepung jagung, hari pertama penggilingan menghabiskan 2 karung jagung,
hari kedua menghabiskan 6 karung jagung, hari ketiga menghabiskan 10 karung
jagung maka hari keberapa Kliwon menyelesaikan proses penggilingan tersebut?
6. Baju adat masyarakat Suku Samin berwarna hitam polos terdiri dari sebuah baju dan
celana. Seorang penjahit mampu membuat sepasang (baju+celana) untuk masyarakat
Suku Samin, 2 penjahit mampu membuat 3 baju + 3 celana, 3 penjahit mampu
membuat 6 baju + 6 celana, 4 penjahit 10 baju + 10 celana dan seterusnya. Berapa baju
+ celana jika dikerjakan oleh 20 penjahit?
151
7. Upacara adat brukohan atau suronan, masayarakat Samin berkumpul untuk syukuran
dan berdoa. Bisa diliat pada gambar
Tradisi Suronan
Ditempat perkumpulan sudah disusun kursi
dengan baris paling depan terdiri dari 12 buah
kursi, baris kedua berisi 14 buah kursi, baris
ketiga berisi 16 buah dan seterusnya. Banyak
kursi pada baris ke 20 adalah?
152
Jawaban soal uji coba tipe A
1. D1: 43 karung ketela
Hari pertama 3 karung ketela
Hari kedua 7 karung ketela
Hari ketiga 11 karung ketela
D2: Hari keberapa Slamet menyelesaikan proses penggilingan tersebut?
D3:
Hari Jumlah karung ketela
1 3
2 7
3 11
4 15
5 19
6 23
7 27
8 31
9 35
10 39
11 43
2. 1 jam = 60 menit jadi 60 menit: 10 menit=6
Misalkan 10 menit adalah
20 menit adalah dan seterusnya
( )
3. D1: Potongan pertama yaiu 4 meter menjadi dua bagian
D2: Banyak potongan tali setelah 8 kali proses pemotongan?
D3:
153
4.
Pemisalan
Sepasang = 1 jantan ( ) 1 betina ( )
2 ( ) Tahun pertama 3 ( ) Tahun kedua 5 ( )
( )
( )
( )
= 8+5
= 13
5. 14.30= 1 warga
14.35= 2 warga
14.40= 4 warga
14.45= 8 warga
14.50=16 warga
14.55= ...warga
15.00= ...warga
Jadi jumlah warga adalah 1+2+4+8+16+32+64= 127 warga
6. D1: Padi tipe A
Padi tipe B
Padi tipe C
D2: Pada tipe manakah yang selesai dikeringkan pada urutan ke 15?
D3: Dikerjakan dengan menggunakan tabel
Pengeringan
ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Klasa
pandan
A B C A B C A B C A B C A B C
154
Dengan memperhatikan pola tersebut , maka dapat di tulis:
Padi tipe A: 1,4,7,10,13,...
Padi tipe B: 2.5.8.11.14,...
Padi tipe C: 3,6,9,12,15,...
Dengan melihat pola tersebut, ternyata urutan ke-15 adalah Padi tipe C
7. D1:
Pukul 08.00 08.05 08.10
Anak 2 4 6
D2: Pada pukul berapa anak ke 10 berkumpul ditempat yang disepakati?
D3:
Pukul 08.00 08.05 08.10 08.15 08.20
Anak 2 4 6 8 10
Penambahan
anak
2 2 2 2 2
155
Jawaban soal uji coba tipe B
1. 08.55= 1 warga
09.00= 2 warga
09.05= 4 warga
09.10= 8 warga
09.15= 16 warga
09.20= 32 warga
09.25= ...warga
09.30= ...warga
Jadi jumlah warga adalah 1+2+4+8+16+32+64+128= 255 warga
2. D1: Klasa A
Klasa B
Klasa C
D2: Klasa pandan manakah yang selesai dikeringkan pada urutan ke 15?
D3: Dikerjakan dengan menggunakan tabel
Pengeringan
ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Klasa
pandan
A B C A B C A B C A B C A B C
Dengan memperhatikan pola tersebut , maka dapat di tulis:
Klasa A: 1,4,7,10,13,...
Klasa B: 2.5.8.11.14....
Klasa C: 3,6,9,12,15,...
Dengan melihat pola tersebut, ternyata urutan ke-15 adalah Klasa pandan tipe
C
3. D1: rute 1 =1 jalan, rute 2 =2 jalan, rute 3=4, rute 4=8
D2: a. Banyak rute ke-8
156
b. Jumlah rute sampai rute ke-8
D3: Dengan tabel
Rute ke- Jalan Total jalan
1 1 1
2 2 3
3 4 7
4 8 15
5 16 31
6 32 63
7 64 127
8 128 255
Jadi, banyak rute ke-8=128 dan jumlah rute sampai rute ke-8=255
4.
Pemisalan
Sepasang = 1 jantan ( ) 1 betina ( )
2 ( ) Tahun pertama 3 ( ) Tahun kedua 5 ( )
( )
( )
( )
= 21+13
= 34
5. D1: 50 karung jagung
Hari pertama 2 karung jagung
Hari kedua 6 karung jagung
Hari ketiga 10 karung jagung
D2: Hari keberapa andi menyelesaikan proses penggilingan tersebut?
D3:
Hari Jumlah karung jagung
1 2
2 6
157
3 10
4 14
5 18
6 22
7 26
8 30
9 34
10 38
11 42
12 46
13 50
6.
Misalkan n adalah jumlah penjahit
adalah jumlah baju+celana yang
dihasilkan
= 1 baju + 1 celana
= 3 baju + 3 celana
= 6 baju + 6 celana
= 10 baju + 10 celana
( ) ( ) = 20(21)
= 420 (210 baju + 210 celana)
7. D1: Baris pertama ada 12 kursi
Baris kedua ada 14 kursi
Baris ketiga 15 kursi
D2: Banyak kursi pada baris ke 20 adalah?
D3:
( )
( )
( )
kursi
158
Angket
ANGKET RESPON SISWA
Mata Pelajaran : Matematika Nama : ...
Kelas : VIII No. Absen : ...
PETUNJUK
Berikut ini diajukan daftar pendapatmu terhadap kegiatanmu selama
mengikuti pembelajaran pola bilangan, seberapa sering kamu melakukan
kegiatan atau berpendapat seperti berikut ini. Berikan tanda cek ( ) pada
kolom yang sesuai dengan kegiatan dan pendapatmu. Apapun jawabanmu
tidak akan mempengaruhi hasil belajarmu. Oleh karena itu, isilah kolom-
kolom dengan sungguh sesuai dengan pendapatmu.
Keterangan pilihan jawaban:
a. Ya : 1
b. Tidak : 0
SELAMAT BEKERJA
No Item angket Penilaian angket
Ya Tidak
1 Belajar matematika dengan model kontekstual bernuansa
etnomatematika membuat saya lebih memahami materi
matematika
2 Belajar matematika menggunakan model kontekstual
bernuansa etnomatematika membuat saya tertekan
3 Belajar matematika menggunakan model kontekstual
bernuansa etnomatematika membuat saya menemukan
ide-ide baru
4 Saya mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
persoalan matematika dengan menggunakan model
kontekstual bernuansa etnomatematika
159
5 Pembelajaran matematika menggunakan model
konstekstual bernuansa etnomatematika membuat saya
merasa bosan
6 Saya merasa kurang senang belajar matematika
menggunakan model kontekstual bernuansa
etnomatematika
7 Belajar matematika menggunakan model kontekstual
bernuansa etnomatematika melatih saya mengemukakan
pendapat
8 Belajar matematika menggunakan model kontekstual
bernuansa etnomatematika membuat saya lebih aktif
belajar
9 Belajar matematika menggunakan model kontekstual
bernuansa etnomatematika membuat saya lebih terampil
dalam memahami permasalahan matematika
10 Model kontekstual bernuansa etnomatematika membuat
pelajaran matematika lebih menarik untuk dipelajari
160
Lembar observasi
Lembar Observasi artefak dan aktifitas masyarakat suku Samin
Tujuannya:
Mengeksplorasi etnomatematika dari artefak dan aktifitas masyarakat Suku Samin
yang berkaitan dengan konsep matematika di SMP
Petunjuk:
Melakukan pengamatan terhadap aftefak dan aktifitas dalam kebudayaan
masyarakat Suku Samin yang memiliki unsur etnomatematika yang berkaitan
dengan konsep matematika di SMP
Budaya dan
bentuk Etnomate
matika
Indikator yang
diamati (aspek
yang dikaji)
Deskripsi hasil
penelitian
Prediksi
Matematika
Aktivitas
Tarian Busana Pola, motif Geometri
Musik Ketukan Himpunan bilangan
Susunan Aturan
penyusunan
Geometri bentuk
bangun datar dan
pengukuran
Gerakan Pola gerakan Operasi bilangan
Aksesoris Bentuk,motif Geometri bangun
datar dan
pengukuran
Jumlah penari jumlah Himpunan bilangan
Upacara adat Perlengkapan
upacara adat
Perlengkapan
yang digunakan
Bentuk geometri
bangun datar dan
bangun ruang,
pengukuran
waktu Waktu
penyelenggaraan
upacara adat
Bilangan
161
Permainan
tradisional
Aturan Aturan permainan Operasi bilangan
Jumlah pemain Banyaknya peserta Himpunan bilangan
Alat yang
digunakan
Bentuk Bentuk geometri
bangun datar dan
bangun ruang,
pengukuran
Kegiatan bertani Alat yang
digunakan Bentuk
Bentuk geometri
bangun datar dan
bangun ruang
waktu
Waktu yang perlu
digunakan dalam
mengolah
Bilangan
biaya
Biaya yang
dibutuhkan
dalam kegiatan
bertani
Bilangan
Pengukuran hasil
panen
Cara pengukuran
hasil
panen
Bilangan, operasi
bilangan dan
pengukuran
Kegiatan
beternak
Jenis hewan yang
diternakan
Jenis hewan
ternak
Bilangan, operasi
bilangan,
pengukuran
Kegiatan
melaut/
nelayan
Alat yang
digunakan Bentuk Bentuk geometri
waktu Waktu untuk
melaut
Perhitungan,
bilangan
Artefak
Bangunan
Jenis bangunan Model dan macam
Bentuk geometri
bangun datar dan
bangun ruang,
162
pengukuran
Bentuk bangunan Bentuk
Bentuk geometri
bangun datar dan
bangun
ruang
Bagian-bagian
bangunan
Bentuk dari setiap
bangunan
Bentuk geometri
bangun datar dan
bangun
ruang
Cara membangun
Cara membuat
bangunan perhitungan
Waktu
membangun
Waktu yang
diperlukan
dalam
membangun
Perhitungan,
bilangan
Ketahanan
bangunan
Lama pemakaian
bangunan sebelum
di
renovasi ulang
Perhitungan,
bilangan
Anyaman Jenis anyaman
Macam-macam
bangunan Bentuk geometri
Bentuk Bentuk anyaman
Bentuk geometri
bangun datar dan
bangun ruang,
pengukuran
Ukuran Ukuran anyaman Bilangan,
pengukuran
Cara menganyam Proses
menganyam
Bilangan,
pengukuran
Motif Motif yang Pengukuran, bentuk
163
perlengkapan mempercantik geometri dan
bilangan
Tenunan
Motif tenunan
Motif masing-
masing
tenunan
Pengukuran, bentuk
geometri dan
bilangan
Bahan Bahan yang
digunakan
Bilangan, operasi
bilangan
Alat tenun Alat-alat tenun Pengukuran, bentuk
geometri
Proses menenun Proses menenun Bilangan dan
pengukuran
Biaya Biaya yang
diperlukan
Bilangan, operasi
bilangan
Waktu Waktu yang
dibutuhkan
Operasi bilangan
dan pengukuran
164
Lembar wawancara
Pedoman Wawancara Tahap Eksplorasi
No Deskripsi
Pengamatan Pertanyaan
Deskripsi
Jawaban
Pertanyaan inti
a. Tari tradisional
1 Jenis tarian Apa saja tarian yang ada dan sering
ditarikan oleh masyarakat?
2 Filosofi
Apa tujuan dari tarian-tarian tersebut?
Apakah memiliki makna atau hanya
sekedar dimasukan untuk mengisi
waktu luang dan bersenang-senang?
3 Aturan
Kapan tarian-tarian tersebut
ditampilkan?
Apakah ada aturan yang menentukan
kapan tarian tersebut ditampilkan?
4 Busana Bahasa apakah yang digunakan bila
akan menampilkan setiap jenis tarian?
5 Musik
Alat music dan lagu apa yang
digunakan dalam mengiringi masing-
masing tarian?
6 Lagu Lagu apa yang digunakan dalam
mengiringi masing-masing tarian?
7 Susunan Bagaimana susunan dari para penari?
Apakah ada aturan khusus?
8 Gerakan Bagaimana pola gerakan dari setiap
tarian?
9 Aksesoris Aksesoris apa yang melengkapi
busana yang digunakan?
10 Jumlah Adakah batasan dalam keikutsertaan
165
penari sebuah tarian?
11 Bahasa
Bahasa/ istilah apa yang digunakan
dalam tarian-tarian tersebut?
Bagaimana menyebut nama dari
masing-masing tarian?
b. Upacara adat
1 Jenis upacara Apa saja jenis upacara yang sering
dilaksanakan masyarakat?
2 Filosofi Apa makna dari setiap upacara adat
yang dilakukan?
3 Tata cara Bagaimana tata cara pelaksanaan
masing masing upacara adat tersebut?
4 Aturan
Bagaimana aturan yang harus
dipenuhi dalam pelaksanaan masing-
masing upacara adat?
6 Aksesoris Aksesoris apa saja yang digunakan?
7 Perlengkapan
upacara adat
Perlengkapan apa saja yang
diperlukan?
8 Bahasa dan
maksud
Bahasa apa yang digunakan?
Apa maksud dari perkataan-perkataan
dan tindakan yang ada?
c. Permainan tradisional
1 Jenis
permainan
Apa saja permainan yang ada dan
sering dimainkan oleh masyarakat
khususnya anak anak?
2 Filosofi
Apa tujuan dari permainan tersebut?
Apakah memiliki makna atau hanya
sekedar dimainkan untuk mengisi
waktu luang dan bersenang-senang?
3 Aturan Kapan permainan tersebut
166
dimainkan?
Apakah ada aturan yang menentukan
kapan dimainkan?
4 Jumalah
pemain
Adakah batasan dalam jumlah
pemain?
5 Alat yang
digunakan
Alat apa saja yang digunakan dalam
setiap permainan?
6 Pembuatan
alat Bagaimana membuat alat permainan?
7 Bahasa
Bahasa apa yang digunakan?
Bagaimana dengan penyebutan dan
pengertianbahasa yang digunakan?
d. Kegiatan bertani
1 Jenis lahan Bagaimana memilih lahan dan
tanaman yang akan ditanam?
2 Alat yang
digunakan
Apa saja alat yang digunakan dalam
kegiatan bertani masyarakat?
Bagaimana membuat dan
menggunakannya?
Apakah membeli atau dibuat sendiri?
3 Pengolahan Bagaimana pengolahan lahan
pertanian?
4 waktu
Berapa lama waktu yang diperlukan
mulai dari mengolah lahan sampai
masa panen setiap tanaman?
5 biaya Bagaimana dengan kisaran biaya
dalam kegiatan bertani masyarakat?
6 bahasa Apa istilah atau pengertian yang
digunakan dalam kegiatan bertani?
7 Pengukuran Bagaimana cara mengukur hasil
167
hasil panen panen?
e. Kegiatan beternak
1
Jenis hewan
yang
diternakan
Apa saja hewan yang sering
diternakan?
2 Pengukuran
hewan
Bagaimana cara mengukur besar
kecilnya hewan?
f. Kegiatan melaut
1 Alat yang
digunakan
Alat dan perlengkapan apa saja yang
digunakan dalam melaut?
2 waktu Berapa lama waktu yang digunakan
untuk berlayar?
3 Bahasa/
istilah
Apakah ada istilah yang digunakan
dalam kegiatan melaut tersebut?
g. Bangunan
1 Jenis
bangunan
Bangunan apa saja yang ada dalam
masyarakat?
2 Filosofi Bagaimana filosofi dari setiap
bangunan
3 Fungsi
bangunan Apa fungsi dari setiaqp bangunan?
4
Bagian
bagian
bangunan
Apa saja bagian-bagian dari setiap
bangunan?
Bagaimana penyebutannya dan arti
dari setiap bangunan tersebut?
5 Cara
membangun
Bagaimana cara membangun dan
bagaimana menentukan setiap bagian
dari bangunan tersebut?
6 Waktu
membangun
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
dalam membuat sebuah bangunan?
168
7 Bahan
Bahan apa saja yang dibutuhkan
dalam membangun?
Bagaimana memilih bahan agar
bertahan dalam waktu yang lama?
8 Ketahanan
bangunan
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
sebuah bangunan sebelum diperbaiki
atau dirobohkan?
Bagaimana dengan ketahanan bahan-
bahan yang digunakan?
h. Anyaman
1 Jenis
anyaman
Apa saja anyaman yang dihasilkan
masyarakat?
2 Bentuk Bagaimana bentuk dari setiap jenis
anyaman?
3 Fungsi dan
kegunaan
Apa saja fungsi dan kegunaan dari
setiap anyaman?
4 Ukuran Bagaimana dengan ukuran anyaman?
5 Cara
menganyam
Bagaimana cara menganyam?
Apa saja aturan yang harus ditaati
dalam menganyam?
6
Bahan
(pemilihan
dan
penyiapan)
Bahan apa saja yang digunakan?
Bagaimana memilih dan menyiapkan
bahan sebelum dianyam?
7 Waktu
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan sebuah
anyaman?
8 Motif
perlengkapan
Selain bahan dasar anyaman, bahan
apa saja yang dibutuhkan untuk
169
mempercantik dan menambah nilai
jual dari anyaman?
9 Bahasa
Bagaimana menyebut nama dari
setiap anyaman?
Apakah nama yang diberikan untuk
masing-masing anyaman sesuai
dengan bentuk dan fungsinya atau
hanya penyebutan secara umum?
i. Tenunan
1 Jenis tenunan Apa saja jenis tenunan yang
dihasilkan oleh masyarakat?
2 Motif
tenunan
Bagaimana dengan motif dari setiap
tenunan?
3 Bahan
Bahan dasar apa saja yang digunakan
dalam menenun?
Apakah ada tambahan lainnya?
4 Alat tenun
Bagaimana bentuk masing-masing
alat yang digunakan dalam menenun
maupun dalam proses penyiapan
bahan?
5 Proses
menenun
Apakah ada aturan atau perhitungan
pukulan dalam menenun agar tenunan
yang dihasilkan tidak mudah robek?
6 Biaya
Berapa banyak biaya yang digunakan
dalam menyelesaikan setiap satu buah
jenis tenunan?
7 Waktu
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
dalam menyelesaikan sebuah
tenunan?
8 Aturan Aturan apa saja yang harus dipenuhi
170
agar hasil tenunan bertahan lama dan
rapi?
Apakah alat-alat tenunan berpengaruh
pada hasil tenunan?
9 Penyebutan Bagaimana penamaan setiap tenunan
yang dihasilkan masyarakat?
171
Lembar aktivitas guru
Nama:
Pertemuan:
A. Petunjuk
1. Berilah penilaian anda dengan memberikan tanda cek (v) pada kolom
skor sesuai hasil pengamatan anda.
2. Berilah skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda.
3. Pedoman penilaian pemberian skor adalah sebagai berikut.
Skor Keterangan
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang Baik
1 Tidak Baik
B. Penilaian
No Aktivitas yang diamati Skor penilaian
1 2 3 4 5
Pendahuluan
1 Apersepsi: memperkenalkan diri dan
menjelaskan sedikit banyaknya tahapan proses
pembelajaran (Bertanya)
Kegiatan inti
1 Membagi siswa dalam kelompok (masyarakat
belajar)
2 Memberikan stimulus dengan menyajikan
gambar yang terkait dengan konsep materi pola
bilangan (pemodelan) dan siswa diminta untuk
menjelaskan.
172
3 Menjelaskan konsep dengan contoh pada
materi pola bilangan (pemodelan, inkuiri,
kontruktivisme).
4 Melakukan tanya jawab konsep pola bilangan
(bertanya).
5 Memberikan latihan tentang materi pola
bilangan (pemodelan)
6 Melakukan diskusi (masyarakat belajar).
7 Memberikan penilaian terhadap hasil kerja
kelompok siswa (penilaian autentik)
Penutup
1 Evaluasi dalam pembelajaran (kontruktivisme,
refleksi).
C. Kriteria Penilaian
Interval rata-rata skor Kriteria
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
D. Komentar/saran
........................................................................................................................
........................................................................................................................
.....................................................................................................................
Blora, 2019
............................
173
Reduksi
Aktivitas yang di teliti berupa tarian, upacara adat, permainan tradisional,
kegiatan bertani, kegiatan beternak, kegiatan melaut. Sedangkan dari artefak
berupa bangunan, anyaman dan tenunan.
Masyarakat Suku Samin tidak memiliki aktivitas berupa tarian. Aktivitas
upacara adat Suku Samin berupa Suronan dilakukan pada bulan Suro, Sedekah
bumi atau Gas Deso dilaksanakan pada jumat wage, tradisi Ngalungi sapi
dilaksanakan 3 kali setahun pada saat laboh (musim hujan persiapan bercocok
tanam), bakda tandur (sesudah tanam), bakda panen (sesudah panen), Jamasan
atau memandikan alat pertanian dilaksanakan pada saat menjelang hari Raya Idul
Fitri tepatnya malam takbiran, perkawinan dilakukan dihari baik sesuai
kesepakatan kedua belah pihak, upacara Campur Bawur (tolak balak) dilakukan
pada pergantian musim atau pancaroba (hujan pertama). Permainan tradisional
berupa jamuran, dakon dan petak umpet. Untuk kegiatan bertani masyarakat
Samin bercocok tanam berupa padi, ketela dan jagung. Waktu bertani padi kisaran
4-5 bulan sedangkan ketelah dan jagung hanya membutuhkan kisaran 2-3 bulan.
Kegiatan beternak berupa sapi dan kambing. Sedangkan kegiatan melaut
masyarakat Samin tidak melakukannya karena letak tempat masyarakat Suku
Samin jauh dari laut.
Artefak masyarakat Suku Samin berupa bangunan yaitu rumah adat
Bekuk Lulang. Bangunan berarsitektur Jawa bersifat terbuka atau tanpa sekat-
sekat khususnya bentuk dari rumah Bekuk Lulang berbentuk mujur. Pada
arsitektur Jawa, penaung/peneduh muncul berupa empyak/payon (usuk), Soko,
papan. Anyaman di masyarakat Suku Samin yaitu Klasa Pandan. Klasa Pandan ini
terbuat dari anyaman daun pandan berduri yang sudah disuir, dihaluskan dan
dikeringkan lalu dianyam dengan anyaman menyilang. Tenunan berupa baju khas
Samin bermotif potong Jawa berwarna irang/hitam yang memiliki arti bahwa
manusia itu tidak lepas dari dosa. Sedangkan ikat (blangkon) yang berwarna polos
item atau lireng kuning dan celana kompreng yang digunkan masyarakat Samin.
174
175
Kata Pengantar
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., karena
hidayahnya dan inayahnya penulis suplemen bahan ajar siswa ini dapat
terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Serta terimakasih atas bimbingannya oleh
Prof.Dr. Zaenuri,S.E, M.Si, Akt selaku pembimbing 1 dan Dr. Rer, Nat. Adi Nur
Cahyono, M.Pd selaku pembimbing 2
Suplemen bahan ajar pola bilangan ini merupakan bahan ajar mata
pelajaran matematika untuk siswa jenjang sekolah menengah pertama/madrasah
tsanawiyah berdasarkan kurikulum 2013 yang dengan tujuan untuk membantu
siswa dalam proses belajar matematika.
Matematika adalah hasil abstraksi (pemikiran) manusia terhadap objek-
objek disekitar kita sehingga dalam mempelajarinya siswa harus memikirkannya
kembali.
Suplemen bahan ajar siswa matematika kelas VIII SMP/MTs kurikulum
2013 ini ditulis dengan berdasarkan pada materi dan kompetensi yang sesuai
dengan standart internasional tersebut.
Suplemen bahan ajar ini diawali dengan pengajuan masalah yang
bersumber dari fakta dan lingkungan budaya blora yaitu sikep samin, terkait
dengan materi yang akan diajarkan. Tujuannya agar siswa mampu menemukan
konsep dan prinsip matematika melalui pemecahan masalah yang diajukan dan
mendalami sifat-sifat yang terkandung didalamnya yang sangat berguna untuk
memecahkan masalah kehidupan.
Halaman pertama pada suplemen bahan ajar ini adalah kover suplemen
bahan ajar itu sendiri yang kemudian dihalaman berikutnya berisi kata pengantar,
kata kunci, kompetensi dasar serta materi pola bilangan yang akan siswa capai
namun oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca untuk memberikan saran,
kritikan dan masukan untuk suplemen bahan ajar yang lebih baik lagi.
Siswa dapat mengasah pemahaman dengan memecahkan masalah dan
tugas yang tersedia. Di sana adalah masalah otentik/nyata dan teka teki untuk
memampukan siswa berpikir logis, cermat, jujur dan tangguh menghadapi
masalah. Terapkan pengetahuan yang telah kamu miliki, cermati apa yang
diketahui, apa yang ditanyakan, konsep dan rumus mana yang akan digunakan
untuk menyelesaikan. Semuanya sangat berguna bagi siswa.
Selamat belajar, semoga suplemen bahan ajar ini bermanfaat dan dapat
membantu siswa kompeten bermatematika dan memecahkan masalah kehidupan.
Penulis
Faiq al ahadi
0401517047
176
Daftar Isi
Kata pengantar ................................................................................................................. i
Peta konsep ....................................................................................................................... 1
Pola bilangan .................................................................................................................... 3
Pola bilangan segitiga ............................................................................................. 4
Pola bilangan persegi .............................................................................................. 7
Pola bilangan persegi panjang ................................................................................ 9
Pola bilangan pascal ............................................................................................. 12
Pola bilangan fibonacci ......................................................................................... 14
Soal latihan ...................................................................................................................... 16
Rangkuman .................................................................................................................... 17
Penyelesaian soal latihan ................................................................................................ 18
ii
177
PETA
KONSEP
POLA
BILANGAN
Konsep pola
bilangan bernuansa
etnomatematika pada
Suku Samin
Menerapkan
konsep pola
bilangan bernuansa
etnomatematika
pada Suku Samin
Menyelesaikan
permasalahan
yang berkaitan
dengan pola
bilangan
178
179
POLA BILANGAN
Kompetensi dasar:
3.1 Menentukan Persamaan Dari Suatu Barisan Bilangan
4.1 Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Pola Pada Barisan Bilangan
Dan Barisan Konfigurasi Objek
Apa yang kalian
ketahui tentang pola
bilangan? Dan ada
berapa pola bilangan
yang kalian ketahui
180
POLA BILANGAN SEGITIGA
Tradisi Ngalungi sapi ini bertujuan untuk mendoakan agar diberi
keselamatan, tradisi ini dilaksanakan 3 kali selama kurang lebih setahun pada saat
laboh (musim hujan persiapan bercocok tanam), bakda tandur (sesudah tanam),
bakda panen (sesudah panen). Inti dari tradisi ini memohonkan keselamatan sapi
yang merupakan kekayaan (rojo koyo) bagi masyarakat Samin. Upacara Ngalungi
sapi dilakukan dibutuhkapada hari selasa kliwon serta dilakukan pada sore hari
sewaktu sapi pulang dari sawah atau tempat mencari makan/hutan. Caranya sapi
yang baru sampai rumah diberi ketupat dengan menempelkan kupat dimulutnya
dan pecut (terbuat dari jalur) ditempelkan di buntu sapi lalu kupat dan sayur diiris-
iris dicampurkan kemakanan sapi dan lainnya dimakan keluarga.
Konsep Pada tradisi Ngalungi Sapi dibutuhkan sejumlah potong tali.
Misalnya pada kandang pertama terdapat satu ekor sapi dengan satu potongan tali
yang melingkar dilehernya, kandang kedua terdapat 3 ekor sapi dengan masing-
masing terdapat satu potong tali yang melingkar pada lehernya. Kemudian
kandang ketiga terdapat 6 ekor sapi dengan masing-masing terdapat satu potong
tali yang melingkar pada lehernya dan seterusnya. Konsep pola bilangan segitiga
bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Coba kamu perhatikan bilangan yang memiliki pola segitiga. Ternyata bilangan-
bilangan tersebut dibentuk mengikuti pola sebagai berikut.
Konsep pola bilangan pada
tradisi Ngalungi sapi
181
Pola bilangan segitiga yang terbentuk adalah 1,3,6,10,15,21,...
Amati pola berikut ini
Perhatikan banyaknya lingkaran yang di bawah garis adalah setengah bagian dari
bola yang disusun menjadi persegi panjang.
Jika susunan bola di bawah garis dengan pola ke-n adalah suatu
bilangan bulat positif, tentukan:
Banyaknya bola di bawah garis pada pola ke-n (𝑈𝑛)
Banyaknya bola di bawah garis pada pola ke-10 (𝑈 )
Banyaknya bola di bawah garis pada pola ke-1000 (𝑈 )
Untuk melihat banyaknya pol asusunan ke-n (𝑈𝑛) mari amati
ilustrasi berikut!
182
Dengan memperhatikan pola susunan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola ke-
n( )
Pola ke-n yaitu
( )
( )
Dengan menggunakan rumus pola yang sudah ditemukan, maka kita dapat menentukan
jawaban dari pertanyaan di atas, yaitu:
Pola ke-10
( )
( )
Pola ke-1000
( )
( )
Rumus mencari jumlah suku pada bilangan genap adalah
( )( )
183
POLA BILANGAN PERSEGI
Klasa Pandan berbentuk persegi digunakan sebagai alas sesaji untuk
acara-acara adat didesa. Ukurannya ada dua kecil dan besar, Bahan utama Klasa
pandan adalah daun pandan. Pemilihan bahan utama tersebut haruslah masih segar
dan memiliki tekstur yang bagus. Klasa pandan ini terbuat dari anyaman daun
pandan berduri yang sudah disuir, dihaluskan dan dikeringkan lalu dianyam
dengan anyaman menyilang. Dalam pembuatan anyaman klasa pandan biasanya
dilakukan sebelum adanya acara-acara adat.
Apabila pola anyaman yang menyilang memiliki jumlah yang sama dalam
menganyam dimulai dengan 1 daun pandan kemudian ditambah 3 daun pandan
menjadi 4 daun pandan, selanjutnya ditambah 5 daun pandan menjadi 9 daun
pandan dan seterusnya. Konsep pola bilangan persegi bisa dilihat pada gambar di
bawah ini
Konsep pola bilangan pada
anyaman Klasa Pandan
184
Gambar pola bilangan persegi adalah sebagai berikut
Pola bilangan persegi adalah 1,4,9,16,25,.. untuk melihat banyaknya pola susunan
ke-n( ) mari amati ilustrasi berikut.
Dengan memperhatikan pola di atas, dapat disimpulkan bahwa pola ke-n
adalah.
185
Pola di atas dinamakan pola segitiga, dengan pola ke-n yaitu
Jadi untuk menentukan jumlah suku ke-n pada pola persegi adalah.
( ) ( )
186
POLA BILANGAN PERSEGI PANJANG
Klasa Pandan berbentuk persegi panjang digunakan sebagai alas sesaji
untuk acara-acara adat didesa. Ukurannya ada dua kecil dan besar, Bahan utama
Klasa pandan adalah daun pandan. Pemilihan bahan utama tersebut haruslah
masih segar dan memiliki tekstur yang bagus. Klasa pandan ini terbuat dari
anyaman daun pandan berduri yang sudah disuir, dihaluskan dan dikeringkan lalu
dianyam dengan anyaman menyilang. Dalam pembuatan anyaman klasa pandan
biasanya dilakukan sebelum adanya acara-acara adat.
Pola anyaman apabila mengikuti pola bilangan persegi dimulai dengan 2
daun pandan kemudian ditambah 4 daun pandan menjadi 6 daun pandan,
selanjutnya ditambah 6 daun pandan menjadi 12 daun pandan dan seterusnya.
Konsep pola bilangan persegi panjang bisa dilihat pada gambar di bawah ini
Konsep pola bilangan pada
anyaman Klasa Pandan
187
Gambar pola bilangan persegi panjang adalah sebagai berikut.
Pola bilangan persegi panjang adalah 2,6,12,20,..untuk melihat banyaknya pola
susunan ke-n( ) mari amati ilustrasi berkut.
Dengan memperhatikan pola di atas, dapat disimpulkan bahwa pola ke –n ( )
adalah:
188
Pola di atas disebut pola persegi panjang dengan pola ke-n
( ) atau ( )
189
POLA BILANGAN PASCAL
Permainan petak umpet dilakukan oleh anak-anak minimal 3 orang yang
kalah harus berjaga dipohon, dinding, tiang dan lain sebagainya. Sedangkan yang
lainnya bersembunyi. Bagi yang jaga harus mencari pemain yang bersembunyi
dan saat ketemu harus menyebutkan nama pemain tersebut yang artinya pemain
itu telah gugur. Permainan petak umpet mengajarkan kejujuran, berani, tanggung
jawab.
Dalam permainan delikan ada dua peran yang harus dilakukan yaitu
sebagai penjaga dan pencuri. Untuk menerapkan pola bilangan pascal, dibuat
skenario permainan sebagai berikut: Terdapat 3 zona yang digunakan oleh
pencuri untuk bersembunyi yaitu zona A (taman desa), zona B (halaman rumah),
zona C (halaman sekolah) . Pada saat permainan berlangsung penjaga berhasil
menemukan 2 pencuri di zona A kemudian di zona B penjaga menemukan 4
pencuri sedangkan di zona C menemukan 8 pencuri. sehingga dengan adanya pola
tersebut membentuk maka bisa dihubungkan dengan pola bilangan
pascal. Konsep tersebut bisa dilihat pada gambara di bawah ini.
Konsep pola bilangan pada
permainan petak umpet
190
Untuk jelasnya, perhatikan pola segitiga pascal berikut.
191
POLA BILANGAN FIBONACCI
Jamasan atau memandikan alat pertanian dilakukan untuk membersihkan
alat pertanian seperti cangkul, arit, bendo (golok), ganco. Upacara ini
dilaksanakan pada saat menjelang hari Raya Idul Fitri tepatnya malam takbiran,
tujuannya agar peralatan pertanian tetap berfungsi dengan baik dalam bercocok
tanam.
Tradisi Jamasan ini dapat mengikuti konsep pola bilangan fibonacci
apabila dilakukan dengan urutan sebagai berikut. Sebagai ketua adat suku Samin
memulai pemandian alat pertanian kemudian disusul oleh kepala desa.
Selanjutnya setelah ketua adat dan kepala desa disusul lagi oleh 1 warga desa
maka sudah ada 3 orang yang terlibat dalam prosesi Jamasan kemudian dari
ketiga orang tersebut diikutkan lagi 2 orang warga untuk mengikuti prosesi
tersebut sehingga menjadi 5 warga. Selanjutnya ditambahkan 3 warga menjadi 8
warga. Dikarenakan tidak ada batasan berapa banyak warga yang boleh mengikuti
prosesi Jamasan maka dari ke-8 warga bisa ditambahkan 5 warga lagi menjadi 13
warga , sehingga jumlah warga yang akan diikutsertakan mengikuti prosesi
Jamasan menyesuaikan jumlah warga sebelumnya. Dengan pola tersebut
sehingga membentuk konsep pola bilangan fibonacci, konsep dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Konsep pola bilangan pada
tradisi Jamasan
192
Untuk jelasnya, bisa dilihat gambar di bawah ini.
193
194
Soal latihan
1. Bejo adalah salah satu anak dari masyarakat Suku Samin. Bejo dan teman-teman
sepakat bermain petak umpet pada pukul 14.15 WIB. Pada pukul 13.55 satu anak
sampe ditempat yang telah ditentukan, 5 menit kemudian datang 2 anak, 5 menit
kemudian tambah lagi 4 anak dan begitu seterusnya setiap 5 menit sekali. Jika batas
waktu yang ditentukan sampai pukul 14.15 Wib berapa anak yang datang untuk
bermain petak umpet?
2. Pada tradisi sedekah bumi masyarakat Suku Samin membagikan makanan untuk
syukuran kepada setiap warga. Paimen adalah panitia yang bertugas membagikan
makanan tersebut setiap rumah. Jika dalam waktu 10 menit paimen dapat
mengantarkan kesatu rumah, 20 menit bisa mengantarkan ketiga rumah, 30 menit
bisa mngantarkan keenam rumah, 40 menit mengantarkan kesepuluh rumah. Berapa
rumah yang dapat dihantarkan paimen dalam waktu 2 jam?
3. Suku Samin merupakan adat yang memiliki aspek budaya salah satunya yaitu
tentang ikat kepala yang digunakan setiap prosesi tradisi Suku Samin kuhususnya
laki-laki. Bila dalam pembuatan ikat Kepala 2 pengerajin menghasilkan 4 ikat
kepala, 3 pengerajin menghasilkan 9 ikat kepala, 4 pengerajin menghasilkan 16 ikat
kepala. Berapa pengarajin yang dibutuhkan untuk menghasilkan 100 ikat kepala?
4. Mata pencaharian masyarakat Suku Samin beternak dan bertani. Pak joko
merupakan warga masyarakat Suku Samin yang berternak sapi. Mula-mula hanya
memiliki sepasang sapi. Sapi akan beranak setiap setahun sekali. Berapa banyak sapi
setelah 5 tahun?
5. Masyarakat Suku Samin memiliki baju adat yang khas berwarna hitam tanpa corak.
pakaian ini terdiri dari sebuah baju dan celana. Seorang penjahit mampu membuat
sepasang (baju+celana) untuk masyarakat Suku Samin, 2 penjahit mampu membuat
3 baju + 3 celana, 3 penjahit mampu membuat 6 baju + 6 celana, 4 penjahit 10 baju +
10 celana dan seterusnya. Berapa baju + celana jika dikerjakan oleh 17 penjahit?
195
Pembahasan soal latihan
8. 13.55= 1 pemain
14.00= 2 pemain
14.05= 4 pemain
14.10= ...pemain
14.15= ...pemain
Jadi jumlah pemain adalah 1+2+4+8+16=31 pemain
Atau dengan menggunakan tabel, yaitu
Pukul 13.55 14.00 14.05 14.10 14.15
Pemain 1 2 4 8 16
Jadi jumlah pemain adalah 1+2+4+8+16=31 pemain
9. 1 jam = 60 menit
2 jam =120 menit jadi 120 menit :10 menit =12
Misalkan 10 menit adalah
20 menit adalah dan seterusnya
( )
3.
2 pengerajin sebagai 4 ikat kepala
3 pengerajin sebagai 9 ikat kepala
4 pengerajin sebagai 16 ikat kepala
n
4.
Pemisalan
Sepasang = 1 jantan ( ) 1 betina ( )
( )
( )
( )
196
2 ( ) Tahun pertama 3 ( ) Tahun kedua 5 ( )
= 13+8
= 21
5.
Misalkan n adalah jumlah penjahit
adalah jumlah baju+celana yang
dihasilkan
= 1 baju + 1 celana
= 3 baju + 3 celana
= 6 baju + 6 celana
= 10 baju + 10 celana
( ) ( ) = 17(18)
= 306 (153 baju + 153 celana)
197
Lampiran B
1. Hasil uji coba soal tipe A dan B
2. Soal pretest dan jawaban
3. Soal postest dan jawaban
4. Hasil angket respon siswa kelas eksperimen
5. Hasil observasi
6. Hasil wawacara
7. Hasil aktivitas guru
198
Hasil uji coba soal tipe A
NO KODE
BUTIR SOAL TES UJI COBA
1 2 3 4 5 6 7 Y
1 UC-1 10 10 5 10 15 7 9 66 4356
2 UC-2 10 8 5 10 5 5 10 53 2809
3 UC-3 10 11 5 5 10 10 10 61 3721
4 UC-4 10 15 10 10 10 10 15 80 6400
5 UC-5 5 15 5 5 10 5 5 50 2500
6 UC-6 10 10 5 10 5 10 10 60 3600
7 UC-7 9 10 9 10 10 10 15 73 5329
8 UC-8 10 11 5 10 10 7 10 63 3969
9 UC-9 5 12 7 10 10 8 15 67 4489
10 UC-10 10 10 5 5 15 10 7 62 3844
11 UC-11 10 9 4 10 10 10 10 63 3969
12 UC-12 10 13 7 5 10 5 10 60 3600
13 UC-13 10 10 5 10 10 10 5 60 3600
14 UC-14 10 6 5 10 10 5 9 55 3025
15 UC-15 10 13 6 5 5 10 15 64 4096
16 UC-16 5 10 4 10 10 10 10 59 3481
17 UC-17 10 13 5 10 5 8 5 56 3136
18 UC-18 5 10 4 5 10 10 8 52 2704
19 UC-19 10 9 9 5 10 7 10 60 3600
20 UC-20 10 10 7 10 5 10 14 66 4356
𝑌
199
21 UC-21 5 13 4 6 10 10 11 59 3481
22 UC-22 10 15 8 10 10 15 14 82 6724
23 UC-23 5 15 5 5 5 5 10 50 2500
24 UC-24 10 10 5 10 10 13 10 68 4624
25 UC-25 7 10 4 7 10 10 9 57 3249
26 UC-26 10 10 10 5 9 9 11 64 4096
27 UC-27 10 15 9 10 10 10 14 78 6084
28 UC-28 10 15 11 5 10 10 10 71 5041
1759 112383
Vali
dit
as
∑X 246 318 173 223 259 249 291 ∑X² 60516 101124 29929 49729 67081 62001 84681 Y 1753 1753 1753 1753 1753 1753 1753 Y² 111591 111591 111591 111591 111591 111591 111591 ∑XY 15661 20171 11191 14213 16421 15987 18739 r 0,438003588 0,350670511 0,67390178 0,372828205 0,2545916 0,626720528 0,68653209 r tabel 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 Kriteria Valid Invalid Valid Invalid Invalid Valid Valid
Re
liab
ilita
s
σi² 4,396825397 6,015873016 4,522486772 5,887566138 6,86111111 5,951058201 8,76587302 ∑(σi²) 42,40079365
69,63359788 N 28
200
N-1 27
0,405571843 r tabel 0,374 kriteia Reliable
Taraf
Kesu
karan
X bar 8,785714286 11,35714286 6,178571429 7,964285714 9,25 8,892857143 10,3928571 skor
max 10 15 20 10 15 15 15 P 0,878571429 0,757142857 0,308928571 0,796428571 0,61666667 0,592857143 0,69285714 kriteria Mudah Mudah Sukar Mudah Sedang Sedang Sedang
D. P
em
bed
a skor
max 10 15 20 10 15 15 15 Ma 9,6 11,8 7,2 8,6 9,9 9,9 12,1 Mb 8,0 10,9 5,1 7,4 8,6 7,9 8,7 D 0,157 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 kriteria Cukup Kurang baik Cukup Cukup Kurang baik Cukup Baik
Ma: rata-rata kelompok atas
Mb: rata-rata kelompok bawah
201
Hasil uji coba soal tipe B
NO KODE
BUTIR SOAL UJI COBA
1 2 3 4 5 6 7 Y
1 UC-1 5 15 10 14 8 9 12 73 5329
2 UC-2 10 14 11 13 13 6 15 82 6724
3 UC-3 7 11 14 9 4 5 6 56 3136
4 UC-4 8 12 9 11 4 4 12 60 3600
5 UC-5 6 13 10 9 6 10 10 64 4096
6 UC-6 10 6 9 7 5 7 10 54 2916
7 UC-7 9 8 8 8 7 10 13 63 3969
8 UC-8 8 7 6 5 5 10 12 53 2809
9 UC-9 5 10 5 10 4 6 14 54 2916
10 UC-10 10 5 5 11 6 8 11 56 3136
11 UC-11 4 15 7 12 4 4 5 51 2601
12 UC-12 10 10 9 14 4 10 6 63 3969
13 UC-13 10 8 10 5 5 9 9 56 3136
14 UC-14 8 6 8 9 6 5 10 52 2704
15 UC-15 8 9 12 8 7 7 8 59 3481
16 UC-16 7 11 6 10 4 8 8 54 2916
17 UC-17 9 12 15 11 9 10 12 78 6084
18 UC-18 5 5 10 13 5 9 10 57 3249
19 UC-19 10 9 11 5 4 9 12 60 3600
20 UC-20 10 8 12 4 4 10 14 62 3844
𝑌
202
21 UC-21 10 13 14 10 11 7 12 77 5929
22 UC-22 7 14 9 15 6 6 11 68 4624
23 UC-23 10 12 7 15 4 4 13 65 4225
24 UC-24 6 9 8 7 5 8 15 58 3364
25 UC-25 5 5 5 7 5 9 10 46 2116
26 UC-26 9 8 4 11 4 10 5 51 2601
27 UC-27 9 10 7 4 6 7 4 47 2209
28 UC-28 10 15 9 6 18 9 10 77 5929
1696 105212
Val
idit
as
∑X 225 280 250 263 173 216 289 50625 78400 62500 69169 29929 46656 83521 ∑Y 1696 1696 1696 1696 1696 1696 1696 105212 105212 105212 105212 105212 105212 105212 ∑XY 13795 17485 15595 16236 11085 13132 17884 r 0,32294802 0,6365143 0,6092045 0,3550078 0,729446 0,091410797 0,4807691 r tabel 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 kriteria invalid valid valid invalid valid invalid valid
Re
liab
ilita
s σi² 3,96164021 10,148148 8,2169312 11,062169 10,30026 4,211640212 9,2632275 ∑(σi²) 57,1640212
91,957672 N 28
∑𝑋
∑𝑌
203
N-1 27
0,39237949 r tabel 0,374 kriteria reliable
Tara
f ke
suka
ran
X bar 8,03571429 10,0000 8,9285714 9,3928571 6,178571 7,714285714 10,321429 Skor
max 10 15 15 15 20 10 15 P 0,80357143 0,6666667 0,5952381 0,6261905 0,308929 0,771428571 0,6880952 kriteria mudah sedang sedang sedang sukar mudah sedang
D. P
em
bed
a
skor max 10 15 15 15 20 10 15
Ma 8,71 11,71 10,43 10,21 7,50 7,93 11,43 Mb 7,36 8,29 7,43 8,57 4,86 7,50 9,21 D 0,14 0,23 0,20 0,11 0,13 0,04 0,15 kriteria cukup baik baik cukup cukup kurang baik cukup
Ma: rata-rata kelompok atas
Mb: rata-rata kelompok bawah
204
Soal pretest
Nama :
Kelas :
Waktu :
Materi : Pola Bilangan
PETUNJUK
Isilah soal-soal di bawah ini dengan cermat.
1. Pertanian merupakan sektor pencaharian yang mendominasi masyarakat
Samin. Slamet adalah warga masyarakat Samin sebagai seorang petani ketela.
Bisa dilihat pada gambar di bawah ini
Tanaman Ketela
Pada tahun ini Slamet memperoleh hasil panen sebesar 43 karung ketela.
Untuk membuat tepung ketela, hari pertama penggilingan menghabiskan 3
karung ketela, hari kedua menghabiskan 7 karung ketela, hari ketiga
menghabiskan 11 karung ketela maka hari keberapa Slamet menyelesaikan
proses penggilingan tersebut?
2. Dalam tradisi ngalungi sapi masyarakat Samin memotong tali yang
panjangnnya 4 meter menjadi dua bagian. Bisa dilihat pada gambar
205
Tradisi Ngalungi Sapi
Hasil potongan tersebut dipotong kembali menjadi dua dan seterusnya.
Banyak potongan tali setelah 8 kali proses pemotongan?
3. Pak sukir merupakan salah satu masyarakat Samin yang mempunyai mata
pencaharian bertani padi. Dapat dilihat pada gambar
Tanaman Padi tipe A
Tanaman padi tipe B
Tanaman padi tipe C
Pada panen kali ini, pak sukir menanam 3 jenis padi yaitu padi tipe A, tipe B
an tipe C. Setiap jenis padi membutuhkan waktu 1 hari untuk menyesaikan
proses pengeringan yang dimulai dari padi tipe A selanjutnya tipe B dan tipe
C. Pada tipe manakah yang selesai dikeringkan pada urutan ke 15?
4. Permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak masyarakat Samin
yaitu petak umpet. Dapat dilihat pada gambar
206
Permainan Petak Umpet
Bejo adalah anak dari masyarakat samin yang mana pada hari senin pagi bejo
dan kawan-kawan berkumpul untuk bermain permainan petak umpet yang
berjumlah 9 anak. Pada pukul 08.00 sudah ada 2 anak. Pukul 08.05
bertambah menjadi 4 anak, pukul 08.10 bertambah 6 anak. Pada pukul berapa
anak ke 10 berkumpul ditempat yang disepakati?
207
Jawaban soal pretest
1. D1: 43 karung ketela
Hari pertama 3 karung ketela
Hari kedua 7 karung ketela
Hari ketiga 11 karung ketela
D2: Hari keberapa Slamet menyelesaikan proses penggilingan tersebut?
D3:
Hari Jumlah karung ketela
1 3
2 7
3 11
4 15
5 19
6 23
7 27
8 31
9 35
10 39
11 43
2. D1: Potongan pertama yaiu 4 meter menjadi dua bagian
D2: Banyak potongan tali setelah 8 kali proses pemotongan?
D3:
3. D1: Padi tipe A
Padi tipe B
208
Padi tipe C
D2: Pada tipe manakah yang selesai dikeringkan pada urutan ke 15?
D3: Dikerjakan dengan menggunakan tabel
Pengeringan
ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Klasa
pandan
A B C A B C A B C A B C A B C
Dengan memperhatikan pola tersebut , maka dapat di tulis:
Padi tipe A: 1,4,7,10,13,...
Padi tipe B: 2.5.8.11.14,...
Padi tipe C: 3,6,9,12,15,...
Dengan melihat pola tersebut, ternyata urutan ke-15 adalah Padi tipe C
4. D1:
Pukul 08.00 08.05 08.10
Anak 2 4 6
D2: Pada pukul berapa anak ke 10 berkumpul ditempat yang disepakati?
D3:
Pukul 08.00 08.05 08.10 08.15 08.20
Anak 2 4 6 8 10
Penambahan
anak
2 2 2 2 2
209
Soal postest
Nama :
Kelas :
Waktu :
Materi : Pola Bilangan
PETUNJUK
Isilah soal-soal di bawah ini dengan cermat.
1. Klasa pandan merupakan kerajinan dari masyarakat suku Samin. Ada
beberapa jenis Klasa pandan yang bisa dibuat dan dikasih warna sesuai
permintaan. Seperti pada gambar di bawah ini
Tipe A
Tipe B Tipe C
Jika dalam proses pengeringannya seorang pengerajin membutukan waktu
setiap 5 menit untuk menyelesaikan proses pengeringan Klasa pandan, yang
pertama Klasa pandan tipe A, kedua Klasa pandan tipe B, klasa Klasa pandan
tipe C. Maka Klasa pandan manakah yang dikeringkan pada urutan ke 15?
2. Salah satu permainan anak-anak suku Samin yaitu petak umpet, dalam
permainan tersebut memiliki rute tempat bermain yang teratur seperti gambar
di bawah ini
210
Dalam gambar tersebut menunjukan ada 4 rute yang terseda. Jika rute tempat
petak umpet tersebut selalu bertambah maka tentukan:
c. Banyak rute ke-8
d. Jumlah rute sampai rute ke-8
3. Pencaharian suku Samin didominasi oleh petani. Kliwon adalah salah satu
warga masyarakat suku Samin yang berprofesi sebagai seorang petani jagung.
Bisa dilihat pada gambar di bawah ini
Tanaman Jagung
Pada tahun ini Kliwon memperoleh hasil panen sebesar 50 karung jagung.
Untuk membuat tepung jagung, hari pertama penggilingan menghabiskan 2
karung jagung, hari kedua menghabiskan 6 karung jagung, hari ketiga
menghabiskan 10 karung jagung maka hari keberapa Kliwon menyelesaikan
proses penggilingan tersebut?
4. Dalam upacara adat brukohan atau suronan, masayarakat Samin berkumpul
untuk syukuran dan berdoa. Bisa diliat pada gambar
211
Tradisi Suronan
Ditempat perkumpulan sudah disusun kursi dengan baris paling depan terdiri
dari 12 buah kursi, baris kedua berisi 14 buah kursi, baris ketiga berisi 16
buah dan seterusnya. Banyak kursi pada baris ke 20 adalah?
212
Jawaban soal postest
1. D1: Klasa A
Klasa B
Klasa C
D2: Klasa pandan manakah yang selesai dikeringkan pada urutan ke 15?
D3: Dikerjakan dengan menggunakan tabel
Pengeringan
ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Klasa
pandan
A B C A B C A B C A B C A B C
Dengan memperhatikan pola tersebut , maka dapat di tulis:
Klasa A: 1,4,7,10,13,...
Klasa B: 2.5.8.11.14....
Klasa C: 3,6,9,12,15,...
Dengan melihat pola tersebut, ternyata urutan ke-15 adalah Klasa pandan tipe
C
2. D1: rute 1 =1 jalan, rute 2 =2 jalan, rute 3=4, rute 4=8
D2: a. Banyak rute ke-8
b. Jumlah rute sampai rute ke-8
D3: Dengan tabel
Rute ke- Jalan Total jalan
1 1 1
2 2 3
3 4 7
4 8 15
5 16 31
6 32 63
7 64 127
8 128 255
Jadi, banyak rute ke-8=128 dan jumlah rute sampai rute ke-8=255
213
3. D1: 50 karung jagung
Hari pertama 2 karung jagung
Hari kedua 6 karung jagung
Hari ketiga 10 karung jagung
D2: Hari keberapa andi menyelesaikan proses penggilingan tersebut?
D3:
Hari Jumlah karung jagung
1 2
2 6
3 10
4 14
5 18
6 22
7 26
8 30
9 34
10 38
11 42
12 46
13 50
4. D1: Baris pertama ada 12 kursi
Baris kedua ada 14 kursi
Baris ketiga 15 kursi
D2: Banyak kursi pada baris ke 20 adalah?
D3:
( )
( )
( )
kursi
214
Hasil angket respon siswa kelas eksperimen
215
Hasil observasi
HASIL OBSERVASI ARTEFAK DAN AKTIFITAS MASYARAKAT SUKU SAMIN
Budaya dan
bentuk Etnomate
matika
Indikator yang
diamati (aspek yang
dikaji)
Deskripsi hasil penelitian Prediksi Matematika
Aktivitas
Tarian Busana Tidak ada Tidak ada
Musik Tidak ada
Susunan Tidak ada
Gerakan Tidak ada
Aksesoris Tidak ada
Jumlah penari Tidak ada
Upacara adat Perlengkapan upacara
adat
1. Pakaian serba hitam, menyediakan tumpeng serta
dilaksanakan untuk menyambut datangnya bulan suro
2. Tumpeng dan makanan tradisional.
3. Ketupat, pecut, meja
4. Alat pertanian seperti sabit dan cangkul.
Bentuk geometri bangun
datar dan bangun ruang,
Pola bilangan
216
5. Lamaran tanpa mas kawin dan perantara.
waktu Bulan suro, Sedekah bumi atau Gas Deso dilaksanakan
pada jumat wage, Tradisi Ngalungi sapi dilaksanakan 3
kali setahun pada saat laboh (musim hujan persiapan
bercocok tanam), bakda tandur (sesudah tanam), bakda
panen (sesudah panen), Jamasan atau memandikan alat
pertanian dilaksanakan pada saat menjelang hari Raya Idul
Fitri tepatnya malam takbiran, perkawinan dilakukan dihari
baik sesuai kesepakatan kedua belah pihak, Upacara
campur bawur (tolak balak) dilakukan pada pergantian
musim atau pancaroba (hujan pertama).
Permainan
tradisional
Aturan 1. Cara bermain Jamuran sangatlah sederhana. Diawali
dengan hompimpa untuk menentukan siapa yang harus
jaga. Yang kalah hompimpa harus berada di lingkaran
(boleh duduk boleh berdiri), lantas sisanya membuat
lingkaran besar sambil bergandengan tangan dengan
bernyanyi ―jamuran ya gege thok ya jamur apa ya gege
jamur gajih mbejijih sa ora-ora sira mbadhe jamur apa‖
(berjamur hanya gege jamur apa hanya gege jamur beras
Pola bilangan, bentuk
geometri bangun datar
dan bangun ruang
217
mbejijih dilapangan kamu mau jamur apa).
2. Pada umumnya permainan ini khususnya di Indonesia
terdiri dari 14 lubang dan 2 lubang besar. Permainan ini
dimainkan oleh 2 orang dimana 1 orang berkuasa pada 7
lubang kecil dan 1 lubang besar di sebelah kanannya.
Cara bermainnya pun mudah, awalnya mengisi 7 biji di
setiap lubang kecil dengan total 98 buah biji, lalu
dimulailah permainannya. Mengambil biji tersebut lalu
dipindahkan dari lubang kecil ke lubang kecil yang
lainnya, naruh satu demi satu di setiap lubang kecil dan
di lubang besar. Hingga permainan pun berakhir kalau
biji yang berjumlah 98 buah itu telah habis dimasukkan
ke lubang besar semuanya.
3. Permainan petak umpet dilakukan oleh anak-anak
minimal tiga orang yang kalah harus berjaga dipohon
dinding, tiang dan lain sebagainya sedangkan yang
lainnya bersembunyi. Bagi yang jaga harus mencari
pemain yang bersembunyi dan saat ketemu harus
menyebutkan nama pemain tersebut yang artinya
218
pemain itu telah gugur.
Jumlah pemain 1. Permainan jamuran minimal dimainkan dengan 3 orang
2. Permainan dakon dilakukan oleh dua orang.
3. Dalam permainan petak umpet terdapat minimal tiga
orang
Alat yang digunakan 1. Permainan jamuran tidak menggunakan alat melainkan
langsung dimainkan pemain.
2. Alat yang digunakan yaitu terbuat dari bahan kayu yang
telah diberi cekungan berjumlah tujuh cekungan atau
membuat tujuh cekungan dipermukaan tanah.
3. Tiang, dinding, pohon dan sebagainya
Kegiatan bertani Alat yang digunakan
Alat yang digunakan bertani oleh masyarakat Samin
meliputi cangkul, arit, penumbuk
Bentuk geometri bangun
datar dan bangun ruang
pola bilangan
waktu Untuk padi kisaran 4-5 bulan sedangkan ketelah dan
jagung hanya membutuhkan kisaran 2-3 bulan.
biaya
Biaya untuk bertani tergantung pada hasil dan proses
perawatannya jdi tidak dapat ditentukan berapa biaya
bertani.
219
Pengukuran hasil
panen
Mengukur hasil panen biasanya menggunakan
perbandinagn antara modal awal brupa pembelian
bibit,pupuk, dsb dengan hasil panen yang didapat.
Kegiatan
beternak
Jenis hewan yang
diternakan Sapi, kambing Pola bilangan
Kegiatan
melaut/
nelayan
Alat yang digunakan Tidak ada
Tidak ada
waktu Tidak ada
Artefak
Bangunan Jenis bangunan
Dalam masayarakat Samin memiliki bangunan rumah
berbentuk bekuk lulang.
Bentuk geometri bangun
datar dan bangun ruang,
pola bilangan
Bentuk bangunan rumah bekuk lulang berbentuk mujur.
Bagian-bagian
bangunan
Bangunan berarsitektur Jawa bersifat terbuka atau tanpa
sekat-sekat kususnya bentuk dari rumah bekuk lulang
berbentuk mujur. Pada arsitektur Jawa, penaung/peneduh
muncul berupa empyak/payon: usuk. Soko, papan.
Cara membangun Dalam masyarakat Samin dalam membangun rumah secara
220
hotong royong. Tampilan rumah, Griya Jawa memberikan
sebutan yang tersendiri dan semuanya diambil dari ciri-ciri
manusia yakni jaler-estri (lelaki-perempuan) atau enem-
sepuh (muda-tua) tampilan yang cendereung berkesan
meninggi atau menulang dan ramping dikatakan sebagai
penampilan yang jaler (lelaki) atau enem (muda)
sedangkan yang merendah dan tidak ramping dikatakan
sebagai estri (perempuan atau sepuh (tua).
Waktu membangun
Semua hari baik kecuali hari gekblak orang tua (hari
meninggalnya orng tua, bulan sela. Selain itu bisa
membangun dibulan suro, bulan besar.
Ketahanan bangunan
Ketahanan rumah bisa dikatakan seumur hidup. Bahan-
bahan yang digunakan sangatlah kuat yaitu pohon jati.
Anyaman Jenis anyaman Anyaman di masyarakat Samin adalah klasa pandan.
Bangun datar
Bentuk Klasa pandan berbentuk persegi dan persegi panjang.
Ukuran Ukurannya ada dua kecil dan besar tetapi bentuknya
persegi dan persegi panjang.
Cara menganyam Klasa pandan ini terbuat dari anyaman daun pandan berduri
221
yang sudah disuir, dihaluskan dan dikeringkan lalu
dianyam dengan anyaman menyilang.
Motif perlengkapan Klasa pandan tidak memiliki bahan–bahan lain sebagai
aksesoris.
Tenunan
Motif tenunan
Baju khas Samin bermotif potong Jawa berwarna
irang/hitam yang memiliki arti bahwa manusia itu tidak
lepas dari dosa. Sedangkan ikat (blangkon) yang berwarna
polos item atau lireng kuning dan celana kompreng yang
digunkan masyarakat Samin.
Bentuk bangun datar dan
pola bilangan
Bahan Bahan yang digunakan adalah bahan sederhana dan tidak
terbuat dari bahan mahal penting yang berwarna hitam.
Alat tenun Masayarakat Samin tidak memiliki alat tenun khusus.
Proses menenun Masyarakat Samin tidak menenun tetepi langsung membeli
kain dipasar.
Biaya Rp. 250.000
Waktu Semua hari baik kecuali hari geblak orang tua (hari
kematian orang tua).
222
Hasil wawancara
DESKRIPSI WAWANCARA TAHAP EKSPLORASI
No Deskripsi
Pengamatan Pertanyaan Deskripsi Jawaba
Pertanyaan inti
a. Tari tradisional
1 Jenis tarian Apa saja tarian yang ada dan sering
ditarikan oleh masyarakat?
Suku samin tidak memiliki tarian tradisional .
2 Filosofi
Apa tujuan dari tarian-tarian tersebut?
Apakah memiliki makna atau hanya
sekedar dimasukan untuk mengisi
waktu luang dan bersenang-senang?
Tidak ada
3 Aturan
Kapan tarian-tarian tersebut
ditampilkan?
Apakah ada aturan yang menentukan
kapan tarian tersebut ditampilkan?
Tidak ada
223
4 Busana Bahasa apakah yang digunakan bila
akan menampilkan setiap jenis tarian?
Tidak ada
5 Musik
Alat music dan lagu apa yang
digunakan dalam mengiringi masing-
masing tarian?
Tidak ada
6 Lagu Lagu apa yang digunakan dalam
mengiringi masing-masing tarian?
Tidak ada
7 Susunan Bagaimana susunan dari para penari?
Apakah ada aturan khusus?
Tidak ada
8 Gerakan Bagaimana pola gerakan dari setiap
tarian?
Tidak ada
9 Aksesoris Aksesoris apa yang melengkapi
busana yang digunakan?
Tidak ada
10 Jumlah
penari
Adakah batasan dalam keikutsertaan
sebuah tarian?
Tidak ada
11 Bahasa
Bahasa/ istilah apa yang digunakan
dalam tarian-tarian tersebut?
Bagaimana menyebut nama dari
Tidak ada
224
masing-masing tarian?
b. Upacara adat
1 Jenis upacara Apa saja jenis upacara yang sering
dilaksanakan masyarakat?
Suronan, sedekah bumi, ngalungi sapi, jamasan, ngantenan, campur
bawur
2 Filosofi Apa makna dari setiap upacara adat
yang dilakukan?
1. Suronan atau brukohan masyarakat Sedulur Sikep Samin sembari
mengenakan pakaian serba hitam, warga berkumpul menggelar acara
syukuran. Dalam syukuran tersebut, masyarakat Samin juga berdoa
bersama agar mendapat kelancaran rezeki, keamanan dan kesehatan.
2. Sedekah bumi atau Gas Deso dilaksanakan pada jumat wage, para
warga Sedulur Sikep akan membuat tumpeng serta jajanan dan
makanan tradisional serta dilaksanakan ditempat seperti waduk,
sumur, balai desa, makam sesepuh dan tempat yang disepakati oleh
masyarakatnya. Pada intinya sedekah bumi adalah menghargai,
mensyukuri dan menghormati tanah serta sedekah bumi merupakan
acara untuk mengucapkan dan mencurahkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas nikmat dan karunia yang diberikan.
3. Tradisi Ngalungi sapi ini bertujuan untuk mendoakan agar diberi
keselamatan, tradisi ini dilaksanakan 3 kali selama kurang lebih
setahun pada saat laboh (musim hujan persiapan bercocok tanam),
225
bakda tandur (sesudah tanam), bakda panen (sesudah panen). Inti dari
tradisi ini memohonkan keselamatan sapi yang merupakan kekayaan
(rojo koyo) bagi masyarakat Samin
4. Jamasan atau memandikan alat pertanian dilakukan untuk
membersihkan alat pertanian seperti cangkul, arit, bendo (golok)
ganco. Upacara ini dilaksanakan pada saat menjelang hari Raya Idul
Fitri tepatnya malam takbiran, tujuannya agar peralatan pertanian tetap
berfungsi dengan baik dalam bercocok tanam.
5. Menurut ajaran kesaminan, perkawinan adalah wadah prima bagi
manusia untuk belajar karna melalui lembaga ini kita dapat menekuni
ilmu kesunyatan. Bukan saja karena perkawinan nanti membuahkan
keturunan yang akan meneruskan sejarah hidup tetapi juga karena
sarana ini menegaskan hakekat ketuhanan, hubungan antara pria dan
wanita, rasa sosial dan kekeluargaan, dan tanggungjawab. Selanjutnya
pada dasarnya adat perkawinan yang berlaku dalam masyarakat Samin
adalah endogami yaitu pengambilan jodoh dalam kelompok sendiri
dan menganut prinsip monogami. Dalam pola perkawinan ini yang
dipandang ideal adalah istri cukup hanya satu untuk selamanya: bojo
siji kanggo selawase kanggo turun temurun.sebagai landasan
226
berlangsungnya perkawinan adalah kesepakatan antara seorang laki-
laki dengan seorang perempuan. Kesepakatan ini merupakan ikatan
mutlak dalam lembaga perkawinan masyarakat Samin.
6. Upacara campur bawur (tolak balak) dilakukan pada pergantian musim
atau pancaroba (hujan pertama). Tolak balak atau campur bawur juga
dilakukan oleh masyarakat yang pendukuhannya dilewati sungai,
seperti Kelopo duwur, Sumengko dan Wotrangkul. Tradisi ini
dilakukan masyarakat yang tinggal ditepi hutan seperti komunitas
Sikep di Karangpace tujuannya untuk mengusir binatang buas.
3 Tata cara Bagaimana tata cara pelaksanaan
masing masing upacara adat tersebut?
1. Suronan dalam masyarakat Samin berpakaian serba hitam dan mereka
berkumpul bersama. Pada umumnya mereka menyuguhkan tumbeng
yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah warga kemudian terdapat
sajian lainnya seperti botok, nasi jagung, urap, ikan asin,buah-buahan
dan bubur 4 warna sebagai lambang 4 penjuru arah manusia. Kamu
juga akan menemukan makanan yang diolah dari ayam, kambing atau
sapi.
2. Para warga Sedulur Sikep akan membuat tumpeng serta jajanan dan
makanan tradisional, serta dilanjutkan berdoa bersama. Upacara
tersebut akan dilaksanakan ditempat seperti waduk, sumur, balai desa,
227
makam sesepuh dan tempat yang disepakati oleh masyarakatnya.
3. Upacara Ngalungi sapi dilakukan dengan pada hari selasa kliwon serta
dilakukan pada sore hari sewaktu sapi pulang dari sawah atau tempa
mencari makan/hutan. Caranya sapi yang baru sampai rumah diberi
ketupat dengan menempelkan kupat dimulutnya dan pecut (terbuat dari
jalur) ditempelkan di buntu sapi lalu kupat dan sayur diiris-iris
dicampurkan kemakanan sapi dan lainnya dimakan keluarga.
4. Alat pertanian seperti sabit dan cangkul di siapkan lalu dibersihkan
satu persatu.
5. Perkawinan dimulai dengan lamaran dan prai lamaran. Prai lamaran
mrupakan persesuaian paham antara pihak lelaki dan orang tua
perempuan antara sijejaka dan sigadis, baru sesudah itu meningkat
kesatu tingkatan yang lebih maju lagi yang biasa disebut oleh orang
sekarang lamaran. Lamaran dan prai lamaran dilalui dengan jalan yang
biasa saja dan tidak berliku-liku. Cukup diselesaikan oelh orang tua
lelaki dengan orang tua sigadis saja ataupun adakalanya hanya diurus
langsung oleh sijejaka dan sigadis yang bersangutan sendiri.
Masyaralat Samin tidak mengenal telangkai atau perantara untuk
menghubungkan perkawinan anaknya. Sesudah antara orang tua
228
silelaki dengan orang tua siperempuan atau sijejaka dan sigadis
bersesuaian paham maka itu berarti sudah terikat dalam suatu
pertunangan dan berarti pula sudah dilaluinya masa peminangan atau
pelamaran. Kesepakatan itu terwujud apabila calon suami dan istri
saling menyatakan podo demene (saling suka, sama suka). Pernyataan
ini bukan sekedar ucapan, tetapi diikuti dengan bukti tindakan dengan
melakukan hubungan sexual. Selesai melakukan hubungan sexual,
laki-laki calon suami memberitahukan orang tua sigadis calon istri.
Hal itu dilakukan setelah orang tua laki-laki melamar kepada keluarga
pihak perempuan dan terima.
6. Pelaksanaan disesuaikan dengan hari kelahiran pendukuhan untuk
Kelopo duwur dilaksanakan pada hari kamis pon, Wotrangkul pda hari
jumat wage dengan menyelenggarakan tayuban disendang. Badong
geneng/badong kidul elaksanaannya pada hari rebo wage bertempat
disendang dan menyelenggarakan tayuban.
4 Aturan
Bagaimana aturan yang harus
dipenuhi dalam pelaksanaan masing-
masing upacara adat?
1. Masyarakat Samin berkumpul dalam satu tempat dengan pakaian serba
hitam, menyediakan tumpeng serta dilaksanakan untuk menyambut
datangnya bulan suro.
2. Dalam menyelenggarakan Sedekah bumi komunitas Sedulur Sikep
229
membaur dengan masyarakat pedukuan. Kegiatan ini dilakukan pda
hari selasa pahing tepatnya dibulan sela atau apit.
3. Ketupat beserta perlengkapannya diletakkan dimeja, dikelilingi oleh
keluarga atau siapa saja boeh mengikuti untuk menyakskan dan
menghiakan apa yang diucapkan pemimpin yang dalam komunitas
Sikep disebut kabul atau tanduk. Kalimat kabul diucapkan dengan
bahasa Jawa. Selesai dikabulkan kupat dimakan bersama.
4. Dilaksanakan pada saat menjelang hari Raya Idul Fitri tepatnya malam
takbiran
5. Adat perkawinan yang berlaku dalam masyarakat Samin adalah
endogami yaitu pengambilan jodoh dalam kelompok sendiri dan
menganut prinsip monogami. Dalam pola perkawinan ini yang
dipandang ideal adalah istri cukup hanya satu untuk selamanya: bojo
siji kanggo selawase kanggo turun temurun.sebagai landasan
berlangsungnya perkawinan adalah kesepakatan antara seorang laki-
laki dengan seorang perempuan. Kesepakatan ini merupakan ikatan
mutlak dalam lembaga perkawinan masyarakat Samin.
6. Upacara dilakukan ditempat yang telah disepakati oleh masyarakat
Suku Samin atua Sedulur Sikep dan waktu pelaksanaannya dilakukan
230
sesuai dengan kelahiran pedukuhan masing-masing.
6 Aksesoris Aksesoris apa saja yang digunakan?
1. Pakaian hitam, blangkon.
2. Tidak ada aksesoris khusus dalam upacara tersebut.
3. Tidak ada aksesoris khusus dalam upacara tersebut.
4. Tidak ada aksesoris khusus dalam upacara tersebut.
5. Tidak ada mas kawin.
6. Tidak ada aksesoris khusus dalam upacara tersebut.
7 Perlengkapan
upacara adat
Perlengkapan apa saja yang
diperlukan?
6. Pakaian serba hitam, menyediakan tumpeng serta dilaksanakan untuk
menyambut datangnya bulan suro
7. Tumpeng dan makanan tradisional.
8. Ketupat, pecut, meja
9. Alat pertanian seperti sabit dan cangkul.
10. Lamaran tanpa mas kawin dan perantara.
11. Sarana upacara nasi uduk dicampur apem disebar/ditaruh dipojok-
pojok lahan garapan, pertigaan atau perempatan jalan
8 Bahasa dan
maksud
Bahasa apa yang digunakan?
Apa maksud dari perkataan-perkataan
dan tindakan yang ada?
Masyarakat Samin menggunakan bahasa Jawa Ngoko
c. Permainan tradisional
231
1 Jenis
permainan
Apa saja permainan yang ada dan
sering dimainkan oleh masyarakat
khususnya anak anak?
Suku samin memiliki beberapa permainan tradisional yang meliputi
jamuran, dakon (congkak), delikan atau petak umpet
2 Filosofi
Apa tujuan dari permainan tersebut?
Apakah memiliki makna atau hanya
sekedar dimainkan untuk mengisi
waktu luang dan bersenang-senang?
1. Permainan jamuran biasanya disuguhkan untuk menyambut tamu atau
wisatawan yang berkunjung, biasanya dilakukan oleh anak-anak
setempat.
2. Dalam permainan tradisional ini banyak manfaat yang bisa didapatkan
atau mempunyai nilai filosofi yang baik seperti melatih untuk
memberanikan diri bersikap sportif, berbuat jujur dan ahli strategi biar
tidak berhenti di lubang kosong karena kalau berhenti di lubang
kosong kita akan mati. Tidak hanya itu saja manfaat yang didapat,
ternyata ada filosofi yang menarik dalam permainan dakon tersebut.
Terdapat 14 lubang kecil yang mana bagian atas berjumlah 7 lubang
begitupula bagian bawah berjumlah 7 lubang. 7 lubang tersebut yang
menandakan jumlah hari dalam setiap minggunya, lalu ketika
menjalankan biji demi bijinya ternyata terkandung bahwa kita dituntut
untuk terus beraktivitas di setiap harinya supaya kita berbagi (sedekah)
terhadap lingkungan kita ataupun bersedekah juga kepada lawan
(musuh). Tak lupa juga mengajari kita untuk menabung di lubang
232
besar.
3. Permainan petak umpet mengajarkan kejujuran, berani,
tanggungjawab.
3 Aturan
Kapan permainan tersebut
dimainkan?
Apakah ada aturan yang menentukan
kapan dimainkan?
1. Cara bermain Jamuran sangatlah sederhana. Diawali dengan
hompimpa untuk menentukan siapa yang harus jaga. Yang kalah
hompimpa harus berada di lingkaran (boleh duduk boleh berdiri),
lantas sisanya membuat lingkaran besar sambil bergandengan tangan
dengan bernyanyi ―jamuran ya gege thok ya jamur apa ya gege jamur
gajih mbejijih sa ora-ora sira mbadhe jamur apa‖ (berjamur hanya
gege jamur apa hanya gege jamur beras mbejijih dilapangan kamu mau
jamur apa).
2. Pada umumnya permainan ini khususnya di Indonesia terdiri dari 14
lubang dan 2 lubang besar. Permainan ini dimainkan oleh 2 orang
dimana 1 orang berkuasa pada 7 lubang kecil dan 1 lubang besar di
sebelah kanannya. Cara bermainnya pun mudah, awalnya mengisi 7
biji di setiap lubang kecil dengan total 98 buah biji, lalu dimulailah
permainannya. Mengambil biji tersebut lalu dipindahkan dari lubang
kecil ke lubang kecil yang lainnya, naruh satu demi satu di setiap
lubang kecil dan di lubang besar. Hingga permainan pun berakhir
233
kalau biji yang berjumlah 98 buah itu telah habis dimasukkan ke
lubang besar semuanya.
3. Permainan petak umpet dilakukan oleh anak-anak minimal tiga orang
yang kalah harus berjaga dipohon dinding, tiang dan lain sebagainya
sedangkan yang lainnya bersembunyi. Bagi yang jaga harus mencari
pemain yang bersembunyi dan saat ketemu harus menyebutkan nama
pemain tersebut yang artinya pemain itu telah gugur.
4 Jumalah
pemain
Adakah batasan dalam jumlah
pemain?
1. Permainan jamuran minimal dimainkan dengan 3 orang
2. Permainan dakon dilakukan oleh dua orang.
3. Dalam permainan petak umpet terdapat minimal tiga orang
5 Alat yang
digunakan
Alat apa saja yang digunakan dalam
setiap permainan?
1. Permainan jamuran tidak menggunakan alat melainkan langsung
dimainkan pemain.
2. Alat yang digunakan yaitu terbuat dari bahan kayu yang telah diberi
cekungan berjumlah tujuh cekungan atau membuat tujuh cekungan
dipermukaan tanah.
3. Tiang, dinding, pohon dan sebagainya
6 Pembuatan
alat Bagaimana membuat alat permainan?
1. Permainan tanpa menggunakan alat melainkan hanya pemain.
2. Permainan ini membutuhkan benda yang terbuat dari kayu yang
dimana kayu tersebut diberi lubang berjumlah 14 atau mebuat lubang
234
di permukaan tanah sebagai wadah pengganti.
3. Tergantung media yang digunakan misal pohon.
7 Bahasa
Bahasa apa yang digunakan?
Bagaimana dengan penyebutan dan
pengertianbahasa yang digunakan?
Bahasa yang digunakan adalah bahaja Jawa ngaka
d. Kegiatan bertani
1 Jenis lahan Bagaimana memilih lahan dan
tanaman yang akan ditanam?
Petani Samin menanam tanaman padisebagai salah satu tanaman yang
wajib ditanam. Selain padi ada juga yang menanam ketela dan jagung.
Dalam bertani, Petani Samin juga diatur oleh Adat yaitu tidak boleh
menjual seluruh hasil panennya. Setelah panen mereka akan menyimpan
hasil panennya untuk digunakan konsumsi keluarga dan digunakan
sebagai sumbangan jika ada masyarakat Samin lainnya sedang hajatan
perkawinan atau sunatan. Dalam bercocok tanam bergantung pada
musiman tidak memiliki aturan khusus di dalamnya.
2 Alat yang
digunakan
Apa saja alat yang digunakan dalam
kegiatan bertani masyarakat?
Bagaimana membuat dan
menggunakannya?
Apakah membeli atau dibuat sendiri?
Alat yang digunakan bertani oleh masyarakat Samin meliputi cangkul,
arit, penumbuk padi. Alat pertanian suku Samin diunakan dalam
pertanian pda umumnya misal cangkul digunakan untuk menggemburkan
tanah/melunakan tanah, arit digunakan untuk memotong rumput serta
tumbuk padi digunakan untuk memisahkan padi dengan kulitnya yang
235
biasa kita sebut beras. Alat tersebuttidak dibuat sendiri melainkan beli
dipasar.
3 Pengolahan Bagaimana pengolahan lahan
pertanian?
Lahan yang digunakan untuk menanam padi disiapkan terlebih dahulu
dengan cara mencangkul sawah setelah itu baru mulai menanam bibit
padi dan untuk jagung, ketelah prosesnya sama.
4 waktu
Berapa lama waktu yang diperlukan
mulai dari mengolah lahan sampai
masa panen setiap tanaman?
Untuk padi kisaran 4-5 bulan sedangkan ketelah dan jagung hanya
membutuhkan kisaran 2-3 bulan.
5 biaya Bagaimana dengan kisaran biaya
dalam kegiatan bertani masyarakat?
Biaya untuk bertani tergantung pada hasil dan proses perawatannya jdi
tidak dapat ditentukan berapa biaya bertani.
6 bahasa Apa istilah atau pengertian yang
digunakan dalam kegiatan bertani?
Tidak ada istilah khusus dalam kegiatan bertani biasa menggunakan
bahasa Jawa Ngaka.
7 Pengukuran
hasil panen
Bagaimana cara mengukur hasil
panen?
Mengukur hasil panen biasanya menggunakan perbandinagn antara
modal awal brupa pembelian bibit,pupuk, dsb dengan hasil panen yang
didapat.
e. Kegiatan beternak
1 Jenis hewan
yang
Apa saja hewan yang sering
diternakan?
Sapi, kambing
236
diternakan
2 Pengukuran
hewan
Bagaimana cara mengukur besar
kecilnya hewan?
Pengukuran hewan ternak tidakada pengukuran khusus.
f. Kegiatan melaut
1 Alat yang
digunakan
Alat dan perlengkapan apa saja yang
digunakan dalam melaut?
Tidak ada
2 waktu Berapa lama waktu yang digunakan
untuk berlayar?
Tidak ada
3 Bahasa/
istilah
Apakah ada istilah yang digunakan
dalam kegiatan melaut tersebut?
Tidak ada
g. Bangunan
1 Jenis
bangunan
Bangunan apa saja yang ada dalam
masyarakat?
Dalam masayarakat Samin memiliki bangunan rumah berbentuk bekuk
lulang.
2 Filosofi Bagaimana filosofi dari setiap
bangunan
Rumah model bekuk lulang merupakan salah satu jenis dari Dapur Griya
(isu yang berhubungan dengan sistem struktur kerangka bangunan serta
dengan rupa bangunan). Dapur Griya merupakan salah satu jenis
Kaweruh Griya yang artinya naskah terhadap awam merupakan
perkenalan akan ―lingkungan binaan Jawa‖ sedangkan bagi para
237
Undhagi mrupakan pengkayaan pengetahuan.
3 Fungsi
bangunan Apa fungsi dari setiap bangunan?
Bangunan berarsitektur Jawa bermakna sebagai tempat berteduh.
4
Bagian
bagian
bangunan
Apa saja bagian-bagian dari setiap
bangunan?
Bagaimana penyebutannya dan arti
dari setiap bangunan tersebut?
Bangunan berarsitektur Jawa bersifat terbuka atau tanpa sekat-sekat
kususnya bentuk dari rumah bekuk lulang berbentuk mujur. Pada
arsitektur Jawa, penaung/peneduh muncul berupa empyak/payon: usuk.
Soko, papan.
5 Cara
membangun
Bagaimana cara membangun dan
bagaimana menentukan setiap bagian
dari bangunan tersebut?
Dalam masyarakat Samin dalam membangun rumah secara gotong
royong. Tampilan rumah, Griya Jawa memberikan sebutan yang
tersendiri dan semuanya diambil dari ciri-ciri manusia yakni jaler-estri
(lelaki-perempuan) atau enem-sepuh (muda-tua) tampilan yang
cendereung berkesan meninggi atau menulang dan ramping dikatakan
sebagai penampilan yang jaler (lelaki) atau enem (muda) sedangkan yang
merendah dan tidak ramping dikatakan sebagai estri (perempuan atau
sepuh (tua).
6
Waktu
membangun
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
dalam membuat sebuah bangunan?
Semua hari baik kecuali hari gekblak orang tua (hari meninggalnya orng
tua, bulan sela. Selain itu bisa membangun dibulan suro, bulan besar.
238
7 Bahan
Bahan apa saja yang dibutuhkan
dalam membangun?
Bagaimana memilih bahan agar
bertahan dalam waktu yang lama?
Bahan yang dibutuhkan adalah papan dari pohon jati, genteng, soko.
Kayu jati dipilih yang sudah mateng/tua (sekitar 25 tahun).
8 Ketahanan
bangunan
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
sebuah bangunan sebelum diperbaiki
ataudirobohkan?
Bagaimana dengan ketahanan bahan-
bahan yang digunakan?
Ketahanan rumah bisa dikatakan seumur hidup. Bahan-bahan yang
digunakan sangatlah kuat yaitu pohon jati.
h. Anyaman
1 Jenis
anyaman
Apa saja anyaman yang dihasilkan
masyarakat?
Anyaman di masyarakat Samin adalah klasa pandan.
2 Bentuk Bagaimana bentuk dari setiap jenis
anyaman?
Klasa pandan berbentuk persegi dan persegi panjang.
3 Fungsi dan
kegunaan
Apa saja fungsi dan kegunaan dari
setiap anyaman?
Digunakan sebagai alas sesaji untuk acara-acara adat didesa.
4 Ukuran Bagaimana dengan ukuran anyaman? Ukurannya ada dua kecil dan besar tetapi bentuknya persegi dan persegi
panjang.
239
5 Cara
menganyam
Bagaimana cara menganyam?
Apa saja aturan yang harus ditaati
dalam menganyam?
Klasa pandan ini terbuat dari anyaman daun pandan berduri yang sudah
disuir, dihaluskan dan dikeringkan lalu dianyam dengan anyaman
menyilang.
6
Bahan
(pemilihan
dan
penyiapan)
Bahan apa saja yang digunakan?
Bagaimana memilih dan menyiapkan
bahan sebelum dianyam?
Bahan utama klasa pandan adalah daun pandan. Pemilihan bahan utama
tersebut haruslah masih segar dan memiliki tekstur yang bagus.
7 Waktu
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan sebuah
anyaman?
Dalam pembuatan anyaman klasa pandan biasanay dilakukan sebalaum
adanaya acara-acara adat.
8 Motif
perlengkapan
Selain bahan dasar anyaman, bahan
apa saja yang dibutuhkan untuk
mempercantik dan menambah nilai
jual dari anyaman?
Klasa pandan tidak memiliki bahan–bahan lain sebagai aksesoris.
9 Bahasa
Bagaimana menyebut nama dari
setiap anyaman?
Apakah nama yang diberikan untuk
masing-masing anyaman sesuai
dengan bentuk dan fungsinya atau
Dalam penyebutan biasanya menggunakan bahasa Jawa Ngaka yang
secara umum disebut Klasa pandan.
240
hanya penyebutan secara umum?
i. Tenunan
1 Jenis tenunan Apa saja jenis tenunan yang
dihasilkan oleh masyarakat?
Masayarakat Samin tidak melakukan kegiatan tenun jadi tidak memiliki
hasil tenun khas Samin tetapi memiliki aksesoris yang digunakan
masyarakat Samin berupa ikat (blangkon) dan baju khas Samin.
2 Motif
tenunan
Bagaimana dengan motif dari setiap
tenunan?
Baju khas Samin bermotif potong Jawa berwarna irang/hitam yang
memiliki arti bahwa manusia itu tidak lepas dari dosa. Sedangkan ikat
(blangkon) yang berwarna polos item atau lireng kuning dan celana
kompreng yang digunkan masyarakat Samin.
3 Bahan
Bahan dasar apa saja yang digunakan
dalam menenun?
Apakah ada tambahan lainnya?
Bahan yang digunakan adalah bahan sederhana dan tidak terbuat dari
bahan mahal penting yang berwarna hitam.
4 Alat tenun
Bagaimana bentuk masing-masing
alat yang digunakan dalam menenun
maupun dalam proses penyiapan
bahan?
Masayarakat Samin tidak memiliki alat tenun khusus.
5 Proses
menenun
Apakah ada aturan atau perhitungan
pukulan dalam menenun agar tenunan
Masyarakat Samin tidak menenun tetepi langsung membeli kain dipasar.
241
yang dihasilkan tidak mudah robek?
6 Biaya
Berapa banyak biaya yang digunakan
dalam menyelesaikan setiap satu buah
jenis tenunan?
Rp. 250.000
7 Waktu
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
dalam menyelesaikan sebuah
tenunan?
Semua hari baik kecuali hari geblak orang tua (hari kematian orang tua).
8 Aturan
Aturan apa saja yang harus dipenuhi
agar hasil tenunan bertahan lama dan
rapi?
Apakah alat-alat tenunan berpengaruh
pada hasil tenunan?
Tdak ada aturan khusus.
9 Penyebutan Bagaimana penamaan setiap tenunan
yang dihasilkan masyarakat?
Penyebutan baju khas Samin yaitu batik Samin (batik ireng/hitam).
242
Hasil aktivitas guru
Pertemuan 1
Nama : Faiz al ahadi
Pertemuan: 1
A. Petunjuk
1. Berilah penilaian anda dengan memberikan tanda cek (v) pada kolom
skor sesuai hasil pengamatan anda.
2. Berilah skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda.
3. Pedoman penilaian pemberian skor adalah sebagai berikut.
Skor Keterangan
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang Baik
1 Tidak Baik
4. Penilaian
No Aktivitas yang diamati Skor penilaian
1 2 3 4 5
Pendahuluan
1 Apersepsi: memperkenalkan diri dan
menjelaskan sedikit banyaknya tahapan proses
pembelajaran (Bertanya)
v
Kegiatan inti
1 Membagi siswa dalam kelompok (masyarakat
belajar)
v
2 Memberikan stimulus dengan menyajikan
gambar yang terkait dengan konsep materi pola
bilangan (pemodelan) dan siswa diminta untuk
menjelaskan.
v
3 Menjelaskan konsep dengan contoh pada
materi pola bilangan (pemodelan, inkuiri,
kontruktivisme).
243
4 Melakukan tanya jawab konsep pola bilangan
(bertanya).
V
5 Memberikan latihan tentang materi pola
bilangan (pemodelan)
V
6 Melakukan diskusi (masyarakat belajar). V
7 Memberikan penilaian terhadap hasil kerja
kelompok siswa (penilaian autentik)
V
Penutup
1 Evaluasi dalam pembelajaran (kontruktivisme,
refleksi).
V
5. Kriteria Penilaian
Interval rata-rata skor Kriteria
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
6. Komentar/saran
........................................................................................................................
................................................................................... ....................................
Blora, 2019
FAIZ AL AHADI
NIM. 0401517008
244
Nama : Maryati, S.Pd
Pertemuan: 1
A. Petunjuk
1. Berilah penilaian anda dengan memberikan tanda cek (v) pada kolom
skor sesuai hasil pengamatan anda.
2. Berilah skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda.
3. Pedoman penilaian pemberian skor adalah sebagai berikut.
Skor Keterangan
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang Baik
1 Tidak Baik
4. Penilaian
No Aktivitas yang diamati Skor penilaian
1 2 3 4 5
Pendahuluan
1 Apersepsi: memperkenalkan diri dan
menjelaskan sedikit banyaknya tahapan proses
pembelajaran (Bertanya)
V
Kegiatan inti
1 Membagi siswa dalam kelompok (masyarakat
belajar)
V
2 Memberikan stimulus dengan menyajikan
gambar yang terkait dengan konsep materi pola
bilangan (pemodelan) dan siswa diminta untuk
menjelaskan.
V
3 Menjelaskan konsep dengan contoh pada
materi pola bilangan (pemodelan, inkuiri,
kontruktivisme).
v
4 Melakukan tanya jawab konsep pola bilangan V
245
(bertanya).
5 Memberikan latihan tentang materi pola
bilangan (pemodelan)
V
6 Melakukan diskusi (masyarakat belajar). V
7 Memberikan penilaian terhadap hasil kerja
kelompok siswa (penilaian autentik)
V
Penutup
1 Evaluasi dalam pembelajaran (kontruktivisme,
refleksi).
V
5. Kriteria Penilaian
Interval rata-rata skor Kriteria
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
6. Komentar/saran
........................................................................................................................
......................................................................................................................
Blora, 2019
246
Pertemuan 2
Nama : Faiz al ahadi
Pertemuan: 2
A. Petunjuk
1. Berilah penilaian anda dengan memberikan tanda cek (v) pada kolom
skor sesuai hasil pengamatan anda.
2. Berilah skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda.
3. Pedoman penilaian pemberian skor adalah sebagai berikut.
Skor Keterangan
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang Baik
1 Tidak Baik
4. Penilaian
No Aktivitas yang diamati Skor penilaian
1 2 3 4 5
Pendahuluan
1 Apersepsi: memperkenalkan diri dan
menjelaskan sedikit banyaknya tahapan proses
pembelajaran (Bertanya)
V
Kegiatan inti
1 Membagi siswa dalam kelompok (masyarakat
belajar)
V
2 Memberikan stimulus dengan menyajikan
gambar yang terkait dengan konsep materi pola
bilangan (pemodelan) dan siswa diminta untuk
menjelaskan.
V
3 Menjelaskan konsep dengan contoh pada
materi pola bilangan (pemodelan, inkuiri,
kontruktivisme).
V
247
4 Melakukan tanya jawab konsep pola bilangan
(bertanya).
V
5 Memberikan latihan tentang materi pola
bilangan (pemodelan)
V
6 Melakukan diskusi (masyarakat belajar). V
7 Memberikan penilaian terhadap hasil kerja
kelompok siswa (penilaian autentik)
V
Penutup
1 Evaluasi dalam pembelajaran (kontruktivisme,
refleksi).
V
5. Kriteria Penilaian
Interval rata-rata skor Kriteria
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
6. Komentar/saran
........................................................................................................................
..................................................................................
Blora, 2019
FAIZ AL AHADI
NIM. 0401517008
248
Nama : Maryati, S.Pd
Pertemuan: 2
A. Petunjuk
1. Berilah penilaian anda dengan memberikan tanda cek (v) pada kolom
skor sesuai hasil pengamatan anda.
2. Berilah skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda.
3. Pedoman penilaian pemberian skor adalah sebagai berikut.
Skor Keterangan
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang Baik
1 Tidak Baik
4. Penilaian
No Aktivitas yang diamati Skor penilaian
1 2 3 4 5
Pendahuluan
1 Apersepsi: memperkenalkan diri dan
menjelaskan sedikit banyaknya tahapan proses
pembelajaran (Bertanya)
V
Kegiatan inti
1 Membagi siswa dalam kelompok (masyarakat
belajar)
V
2 Memberikan stimulus dengan menyajikan
gambar yang terkait dengan konsep materi pola
bilangan (pemodelan) dan siswa diminta untuk
menjelaskan.
V
3 Menjelaskan konsep dengan contoh pada
materi pola bilangan (pemodelan, inkuiri,
kontruktivisme).
V
4 Melakukan tanya jawab konsep pola bilangan V
249
(bertanya).
5 Memberikan latihan tentang materi pola
bilangan (pemodelan)
V
6 Melakukan diskusi (masyarakat belajar). V
7 Memberikan penilaian terhadap hasil kerja
kelompok siswa (penilaian autentik)
V
Penutup
1 Evaluasi dalam pembelajaran (kontruktivisme,
refleksi).
V
5. Kriteria Penilaian
Interval rata-rata skor Kriteria
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
6. Komentar/saran
........................................................................................................................
......................................................................................................................
Blora, 2019
250
Lampiran C
1. Uji Normalitas
2. Uji rata-rata mengacu pada KKM
3. Uji ketuntasan klasikal
251
Uji normalitas
UJI NORMALITAS AWAL KELAS EKSPERIMEN
(Dengan Menggunakan Microsoft Office Excel)
Hipotesis :
Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Ha : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal Kriteria Pengujian :
Ho diterima apabila Lo < Ltabel Ho ditolak apabila Lo ≥ Ltabel
NO KODE Xi Xi
2 Zi
z
tabel F(Zi) S(Zi) │F(Zi)-S(Zi)│
1 E-17 40 1600 -2,05682 0,4798 0,0202 0,035714 0,015514286
2 E-2 48 2304 -1,44819 0,4251 0,0749 0,071429 0,003471429
3 E-26 49 2401 -1,37212 0,4147 0,0853 0,107143 0,021842857
4 E-20 50 2500 -1,29604 0,4015 0,0985 0,142857 0,044357143
5 E-11 53 2809 -1,06781 0,3554 0,1446 0,178571 0,033971429
6 E-25 55 3025 -0,91565 0,3186 0,1814 0,214286 0,032885714
7 E-14 56 3136 -0,83957 0,2967 0,2033 0,25 0,0467
8 E-9 59 3481 -0,61134 0,2291 0,2709 0,285714 0,014814286
9 E-1 60 3600 -0,53526 0,2019 0,2981 0,321429 0,023328571
10 E-10 61 3721 -0,45918 0,1736 0,3264 0,357143 0,030742857
11 E-27 63 3969 -0,30703 0,1443 0,3557 0,392857 0,037157143
12 E-16 65 4225 -0,15487 0,0596 0,4404 0,428571 0,011828571
13 E-24 67 4489 -0,00272 0 0,5 0,464286 0,035714286
14 E-6 68 4624 0,073361 0,0279 0,5279 0,5 0,0279
15 E-18 69 4761 0,149438 0,0557 0,5557 0,535714 0,019985714
16 E-21 69 4761 0,149438 0,0557 0,5557 0,571429 0,015728571
17 E-3 70 4900 0,225516 0,0871 0,5871 0,607143 0,020042857
18 E-19 70 4900 0,225516 0,0871 0,5871 0,642857 0,055757143
19 E-13 71 5041 0,301594 0,1179 0,6179 0,678571 0,060671429
20 E-28 71 5041 0,301594 0,1179 0,6179 0,714286 0,096385714
21 E-8 74 5476 0,529827 0,1985 0,6985 0,75 0,0515
22 E-15 75 5625 0,605905 0,2258 0,7258 0,785714 0,059914286
23 E-4 81 6561 1,062372 0,3554 0,8554 0,821429 0,033971429
252
24 E-12 83 6889 1,214527 0,3869 0,8869 0,857143 0,029757143
25 E-22 84 7056 1,290605 0,4015 0,9015 0,892857 0,008642857
26 E-7 86 7396 1,44276 0,4251 0,9251 0,928571 0,003471429
27 E-5 90 8100 1,747071 0,4591 0,9591 0,964286 0,005185714
28 E-23 90 8100 1,747071 0,4591 0,9591 1 0,0409
JUMLAH 1877 130491 RATA-
RATA 67,03571 s 13,14445 Lo 0,096386 L tabel 0,1658
Kesimpulan
Karena Lo < L tabel yaitu 0.0963 < 0.1658 maka Ho diterima, jadi sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
253
Uji rata-rata mengacu pada KKM
ANALISIS AKHIR KRITERIA KETUNTASAN MINIMUM
(Hasil belajar siswa kelas eksperimen tidak mencapai rata-rata ketuntasan belajar)
(Hasil belajar siswa kelas eksperimen mencapai rata-rata ketuntasan belajar)
NO KODE NILAI
1 E-1 70
KETUNTASAN BELAJARA KLASIKAL
2 E-2 60
KELAS EKSPERIMEN
3 E-3 90
X N PERSENTASE KATEGORI
4 E-4 71
24 28 86% TUNTAS
5 E-5 87
X : Jumlah siswa yang Tuntas
6 E-6 72
N : Jumlah siswa kelas Eksperimen
7 E-7 83
8 E-8 91
9 E-9 66
z 2,2980437
10 E-10 69
ztabel 0,1736
11 E-11 73
12 E-12 70
13 E-13 80
14 E-14 92
15 E-15 85
16 E-16 72
17 E-17 64
254
18 E-18 70
19 E-19 75
20 E-20 69
21 E-21 61
22 E-22 89
23 E-23 80
24 E-24 78
25 E-25 63
26 E-26 90
27 E-27 84
28 E-28 86
Jumlah 2140
n 28
76,42857
s 9,91605
11,42857
s/(n)^0,5 1,873957
thitung 6,09863
��
�� ì
255
Kesimpulan :
tolak Ho apabila dk= 28-1 = 27
Karena t hitung ≥ dari t tabel yaitu 6,09863 ≥ 1,700
maka :
Hasil belajar siswa siswa kelas eksperimen mencapai rata-rata ketuntasan belajar
Ho ditolak
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑡( )(𝑛 )
256
Uji ketuntasan klasikal
ANALISIS HASIL TES EVALUASI EKSPRIMEN
NO KODE NILAI 65 KETUNTASAN
1 E-1 70 70 Tuntas
2 E-2 60 60 Belum
3 E-3 90 90 Tuntas
4 E-4 71 71 Tuntas
5 E-5 87 87 Tuntas
6 E-6 72 72 Tuntas
7 E-7 83 83 Tuntas
8 E-8 91 91 Tuntas
9 E-9 66 66 Tuntas
10 E-10 69 69 Tuntas
11 E-11 73 73 Tuntas
12 E-12 70 70 Tuntas
13 E-13 80 80 Tuntas
14 E-14 92 92 Tuntas
15 E-15 85 85 Tuntas
16 E-16 72 72 Tuntas
17 E-17 64 64 Belum
18 E-18 70 70 Tuntas
19 E-19 75 75 Tuntas
20 E-20 69 69 Tuntas
21 E-21 61 61 Belum
22 E-22 89 89 Tuntas
23 E-23 80 80 Tuntas
24 E-24 78 78 Tuntas
25 E-25 63 63 Belum
26 E-26 90 90 Tuntas
27 E-27 84 84 Tuntas
28 E-28 86 86 Tuntas
KETUNTASAN BELAJAR INDIVIDU
KELAS EKSPERIMEN
JUMLAH
SISWA TUNTAS
BELUM
TUNTAS
28 24 4
z 2,29804367 ztabel 0,1736
257
Lampiran D
8. Lembar Validasi Silabus
9. Lembar Validasi RPP
10. Lembar Validasi bahan ajar
11. Lembar Validasi soal
12. Lembar Validasi angket
258
Lembar validasi silabus
Validator 1
LEMBAR VALIDASI SILABUS
A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukur kevalidan silabus
dalam pelaksanaan pembelajaran matematika melalui model konstekstual
bernuansa etnomatematika
B. Petunjuk
1) Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/Ibu
2) Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik)
C. Penilaian Ditinjau dari Beberapa Aspek
No Aspek yang dinilai
Skala Penilaian
1 2 3 4 5
1 Isi yang disajikan
1. Kesesuaian silabus dengan kurikulum: Satuan
pendidikan, kelas, mata pelajaran, semester telah
sesuai dengan Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
V
2. Pencapaian Indikator sesuai dengan SK dan KD:
Rumusan indikator pencapaian kompetensi
menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diamati, diukur dan merujuk pada Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
V
3. Perencanaan rumusan tujuan pembelajaran:
Rumusan tujuan pembelajaran menggunakan kata
kerja operasional yang dapat diamati, diukur dan
V
259
merujuk pada Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar dan indikator.
4. Ketepatan materi ajar dan tujuan pembelajaran:
Materi ajar dikembangkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran
V
5. Ketepatan Materi Ajar:
Materi Ajar sesuai dengan Standar Isi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
V
6. Ketepatan metode pembelajaran dengan tujuan
pembelajaran:
Metode pembelajaran yang digunakan sesuai
dengan tujuan pembelajaran
V
7. Kejelasan perencanaan kegiatan pembelajaran:
Kegiatan pembelajaran dirancang dan dikembangakan
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tahapan model
kontekstual bernuansa etnomatematika kebudayaan
masyarakat Suku Samin
V
8. Penilaian:
Penentuan jenis penilaian disesuaikan dengan
indikator dan tujuan pembelajaran
V
II Bahasa
1. Tata bahasa dan ejaan
Penulisan tata bahasa dan ejaan sesuai dengan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD)
V
2. Stuktur kalimat:
Kesederhanaan struktur kalimat yang digunakan
V
III Waktu
1. Alokasi waktu
Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan
V
260
D. SKALA PENILAIAN
Skor Nilai Hasil (√)
1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik
Kesimpulan terhadap hasil validasi silabus
Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi
E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Semarang, 2019
261
Validator 2
LEMBAR VALIDASI SILABUS
A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukur kevalidan silabus
dalam pelaksanaan pembelajaran matematika melalui model konstekstual
bernuansa etnomatematika
B. Petunjuk
1) Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/Ibu
2) Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik)
C. Penilaian Ditinjau dari Beberapa Aspek
No Aspek yang dinilai
Skala Penilaian
1 2 3 4 5
1 Isi yang disajikan
1. Kesesuaian silabus dengan kurikulum: Satuan
pendidikan, kelas, mata pelajaran, semester telah
sesuai dengan Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
V
2. Pencapaian Indikator sesuai dengan SK dan KD:
Rumusan indikator pencapaian kompetensi
menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diamati, diukur dan merujuk pada Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
V
3. Perencanaan rumusan tujuan pembelajaran:
Rumusan tujuan pembelajaran menggunakan kata
kerja operasional yang dapat diamati, diukur dan
merujuk pada Standar Kompetensi, Kompetensi
V
262
Dasar dan indikator.
4. Ketepatan materi ajar dan tujuan pembelajaran:
Materi ajar dikembangkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran
V
5. Ketepatan Materi Ajar:
Materi Ajar sesuai dengan Standar Isi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
V
6. Ketepatan metode pembelajaran dengan tujuan
pembelajaran:
Metode pembelajaran yang digunakan sesuai
dengan tujuan pembelajaran
V
7. Kejelasan perencanaan kegiatan pembelajaran:
Kegiatan pembelajaran dirancang dan dikembangakan
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tahapan model
kontekstual bernuansa etnomatematika kebudayaan
masyarakat Suku Samin
V
8. Penilaian:
Penentuan jenis penilaian disesuaikan dengan
indikator dan tujuan pembelajaran
V
II Bahasa
1. Tata bahasa dan ejaan
Penulisan tata bahasa dan ejaan sesuai dengan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD)
V
2. Stuktur kalimat:
Kesederhanaan struktur kalimat yang digunakan
V
III Waktu
1. Alokasi waktu
Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan
V
263
D. SKALA PENILAIAN
Skor Nilai Hasil (√)
1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik
Kesimpulan terhadap hasil validasi silabus
Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi
E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN
V
264
Lembar validasi RPP
Validatotr 1
LEMBAR VALIDASI
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukur kevalidan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika melalui model kontektual bernuansa etnomatematika
B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut
pendapat Bapak/ Ibu
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik)
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah)
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih
C. Penilaian
No Aspek yang dinilai Skala Penilaian
1 2 3 4 5
Perumusan Tujuan Pembelajaran
1 Kejelasan Standar Kompetensi dan kompetensi
Dasar
V
2 Ketepatan penjabaran Kompetensi Dasar ke
dalam indikator
V
3 Kesesuaian indikator dengan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
V
4 Kesesuaian tujuan pembelajaran dengan standar V
265
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
Isi Yang Disajikan
1 Kesesuaian RPP dengan kurikulum V
2 Penyusunan RPP sistematis (terurut) V
3
Kejelasan skenario atau langkah-langkah
pembelajaran meliputi: kegiatan awal, Inti, dan
penutup
V
4 Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan model
kontekstual bernuansa etnomatematika
V
5 Kesesuaian perencanaan penilaian hasil belajar
dengan tujuan pembelajaran
V
6 Kelengkapan instrument evaluasi (soal, kunci,
pedoman penskoran)
V
7 Kejelasan penggunaan alat dan sumber-sumber
belajar
V
Bahasa
1 Penulisan dan ejaan sesuai EYD V
2
Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien
dengan memenuhi empat syarat: a). kalimat tidak
bertele-tele (singkat); b). kalimat yang digunakan
komunikatif; c). pesan yang disampaikan jelas
(mudah dimengerti); d). kalimat yang digunakan
tidak menimbulkan salah tafsir
V
Waktu
1 Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan V
2 Rincian waktu untuk setiap tahap pembelajaran V
D. SKALA PENILAIAN
Skor Nilai Hasil (√)
1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
266
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik
Kesimpulan terhadap hasil validasi RPP
Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi
E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN
267
Validatotr 2
LEMBAR VALIDASI
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukur kevalidan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika melalui model kontektual bernuansa etnomatematika
B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut
pendapat Bapak/ Ibu
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik)
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah)
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih
C. Penilaian
No Aspek yang dinilai Skala Penilaian
1 2 3 4 5
Perumusan Tujuan Pembelajaran
1 Kejelasan Standar Kompetensi dan kompetensi
Dasar
V
2 Ketepatan penjabaran Kompetensi Dasar ke
dalam indikator
V
3 Kesesuaian indikator dengan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
V
4 Kesesuaian tujuan pembelajaran dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
V
Isi Yang Disajikan
268
1 Kesesuaian RPP dengan kurikulum V
2 Penyusunan RPP sistematis (terurut) V
3
Kejelasan skenario atau langkah-langkah
pembelajaran meliputi: kegiatan awal, Inti, dan
penutup
V
4 Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan model
kontekstual bernuansa etnomatematika
V
5 Kesesuaian perencanaan penilaian hasil belajar
dengan tujuan pembelajaran
V
6 Kelengkapan instrument evaluasi (soal, kunci,
pedoman penskoran)
V
7 Kejelasan penggunaan alat dan sumber-sumber
belajar
V
Bahasa
1 Penulisan dan ejaan sesuai EYD V
2
Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien
dengan memenuhi empat syarat: a). kalimat tidak
bertele-tele (singkat); b). kalimat yang digunakan
komunikatif; c). pesan yang disampaikan jelas
(mudah dimengerti); d). kalimat yang digunakan
tidak menimbulkan salah tafsir
V
Waktu
1 Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan V
2 Rincian waktu untuk setiap tahap pembelajaran V
D. SKALA PENILAIAN
Skor Nilai Hasil (√)
1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
269
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik
Kesimpulan terhadap hasil validasi RPP
Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi
E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN
V
270
Lembar validasi bahan ajar
Validasi 1
LEMBAR VALIDASI BAHAN AJAR
A. TUJUAN
Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukur kevalidan suplemen
bahan ajar dalam pelaksanaan pembelajaran matematika melalui model kontektual
bernuansa etnomatematika
B. PETUNJUK
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/ Ibu.
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik).
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah).
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih
C. PENILAIAN
No Aspek yang dinilai Skala penilaian
1 2 3 4 5
I. Struktur Bahan Ajar
1 Penyusunan bahan ajar yang sistematis V
2
Kelengkapan bahan ajar meliputi: a). memuat halaman
cover yang mencantumkan judul materi pokok;
b). memuat tujuan pembelajaran; c). memuat materi inti;
d). memuat kesimpulan
V
3 Tampilan umum menarik V
271
II. Organisasi Penulisan Materi
1 Materi memuat: a). defenisi; b). konsep; c). bernuansa
etnomatematika; d). soal-soal yang kontekstual
V
2 Kesesuaian bahan ajar dengan indikator hasil belajar V
3
Materi memunculkan aspek keterlibatan dengan materi
lain dengan memenuhi empat syarat: a). keterkaitan
antar bab atau bagian lain dari matematika; b). memuat
hubungan antar konsep matematika dengan ilmu lainya;
c). memuat hubungan antar konsep yang dibicarakan
dengan pengalaman sehari-hari; d). memuat hubungan
antar konsep yang dibicarakan dengan budaya setempat
V
4 Kebenaran konsep V
5
Penyajian konsep-konsep diperjelas dengan a). notasi
dan simbol yang tepat; b). gambar: c). ilustrasi; d).
Bahasa yang sederhana
V
6 Keterkaitan antara bentuk etnomatematika dan konsep
matematika
V
7 Bahan ajar menyadarkan siswa untuk menggunakannya
dalam kehidupan sehari-hari
V
8 Kelengkapan contoh soal yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
V
9
Pengembangan teks bacaan memenuhi indikator: a).
Dapat dibaca dengan cepat; b). mudah dimengerti; c).
Mudah dipahami; dan d). mudah diingat
V
III. Bahasa
1 Penulisan dan ejaan sesuai EYD V
2 Keterbacaan bahasa V
3
Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien dengan
memenuhi empat syarat : a). kalimat tidak bertele-tele
(singkat); b). kalimat yang digunakan komunikatif; c).
V
272
pesan yang disampaikan jelas (mudah dimengerti); d).
kalimat yang digunakan tidak menimbulkan salah tafsir
D. SKALA PENILAIAN
Skor Nilai Hasil (√)
1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik
Kesimpulan terhadap hasil validasi bahan ajar
Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi
E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN
273
Validasi 2
LEMBAR VALIDASI BAHAN AJAR
A. TUJUAN
Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukur kevalidan
suplemen bahan ajar dalam pelaksanaan pembelajaran matematika melalui
model kontektual bernuansa etnomatematika.
B. PETUNJUK
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/ Ibu.
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik).
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah).
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih
C. PENILAIAN
No Aspek yang dinilai Skala penilaian
1 2 3 4 5
I. Struktur Bahan Ajar
1 Penyusunan bahan ajar yang sistematis V
2
Kelengkapan bahan ajar meliputi: a). memuat halaman
cover yang mencantumkan judul materi pokok;
b). memuat tujuan pembelajaran; c). memuat materi inti;
d). memuat kesimpulan
V
3 Tampilan umum menarik V
II. Organisasi Penulisan Materi
1 Materi memuat: a). defenisi; b). konsep; c). bernuansa V
274
etnomatematika; d). soal-soal yang kontekstual
2 Kesesuaian bahan ajar dengan indikator hasil belajar V
3
Materi memunculkan aspek keterlibatan dengan materi
lain dengan memenuhi empat syarat: a). keterkaitan
antar bab atau bagian lain dari matematika; b). memuat
hubungan antar konsep matematika dengan ilmu lainya;
c). memuat hubungan antar konsep yang dibicarakan
dengan pengalaman sehari-hari; d). memuat hubungan
antar konsep yang dibicarakan dengan budaya setempat
V
4 Kebenaran konsep V
5
Penyajian konsep-konsep diperjelas dengan a). notasi
dan simbol yang tepat; b). gambar: c). ilustrasi; d).
Bahasa yang sederhana
V
6 Keterkaitan antara bentuk etnomatematika dan konsep
matematika
V
7 Bahan ajar menyadarkan siswa untuk menggunakannya
dalam kehidupan sehari-hari
V
8 Kelengkapan contoh soal yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
V
9
Pengembangan teks bacaan memenuhi indikator: a).
Dapat dibaca dengan cepat; b). mudah dimengerti; c).
Mudah dipahami; dan d). mudah diingat
V
III. Bahasa
1 Penulisan dan ejaan sesuai EYD V
2 Keterbacaan bahasa V
3
Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien dengan
memenuhi empat syarat : a). kalimat tidak bertele-tele
(singkat); b). kalimat yang digunakan komunikatif; c).
pesan yang disampaikan jelas (mudah dimengerti); d).
kalimat yang digunakan tidak menimbulkan salah tafsir
V
275
D. SKALA PENILAIAN
Skor Nilai Hasil (√)
1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik
Kesimpulan terhadap hasil validasi bahan ajar
Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi
E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN
V
276
Lembar validasi soal
Validator 1
LEMBAR VALIDASI SOAL
A. TUJUAN
Tujuan penggunaan instrument ini adalah mengukur kevalidan soal dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika.
B. PETUNJUK
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/ Ibu.
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik).
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah).
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih
C. PENILAIAN
No Aspek yang dinilai
Skala Penilaian
1 2 3 4 5
I. ISI YANG DISAJIKAN
1 Soal disajikan secara sistematis V
2 Kesesuaian soal dengan indikator belajar
siswa
V
3 Keterkaitan dengan model kontekstual
bernuansa etnomatematika
V
4 Penyajian soal dilengkapi dengan ilustrasi dan
gambar
V
II. BAHASA
277
1 Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD V
2 Keterbacaan bahasa V
D. SKALA PENILAIAN
Kesimpulan terhadap hasil validasi LKS
Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi
E. KOMENTAR dan SARAN PERBAIKAN
Skor Nilai Hasil (√)
1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik
278
Validator 2
LEMBAR VALIDASI SOAL
A. TUJUAN
Tujuan penggunaan instrument ini adalah mengukur kevalidan soal dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika.
B. PETUNJUK
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/ Ibu.
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik).
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah).
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih.
C. PENILAIAN
No Aspek yang dinilai
Skala Penilaian
1 2 3 4 5
I. ISI YANG DISAJIKAN
1 Soal disajikan secara sistematis V
2 Kesesuaian soal dengan indikator belajar siswa V
3 Keterkaitan dengan model kontekstual bernuansa
etnomatematika
V
4 Penyajian soal dilengkapi dengan ilustrasi dan
gambar
V
II. BAHASA
279
1 Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD V
2 Keterbacaan bahasa V
D. SKALA PENILAIAN
Kesimpulan terhadap hasil validasi LKS
Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi
Skor Nilai Hasil (√)
1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik
V
280
E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN
281
Lembar validasi angket
Validator 1
LEMBAR VALIDASI ANGKET
A. TUJUAN
Tujuan penggunaan instrument ini adalah mengukur kevalidan angket dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika.
B. PETUNJUK
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/ Ibu.
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik).
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah).
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih
C. PENILAIAN
No Aspek yang dinilai
Skala
Penilaian
1 2 3 4 5
I. ISI YANG DISAJIKAN
1 Angket disajikan secara sistematis V
2 Rumusan pertanyaan komunikatif V
3 Pertanyaan terkait dengan model kontekstual
bernuansa etnomatematika
V
4 Rumusan pertanyaan tidak menimbulkan
penafsiran ganda
V
II. BAHASA
1 Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD V
282
2 Keterbacaan bahasa V
D. SKALA PENILAIAN
Kesimpulan terhadap hasil validasi Angket
Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi
E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN
Skor Nilai Hasil (√)
1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik
283
Validator 2
LEMBAR VALIDASI ANGKET
A. TUJUAN
Tujuan penggunaan instrument ini adalah mengukur kevalidan angket dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika.
B. PETUNJUK
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/ Ibu.
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik).
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah).
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih
C. PENILAIAN
No Aspek yang dinilai
Skala
Penilaian
1 2 3 4 5
I. ISI YANG DISAJIKAN
1 Angket disajikan secara sistematis V
2 Rumusan pertanyaan komunikatif V
3 Pertanyaan terkait dengan model kontekstual
bernuansa etnomatematika
V
4 Rumusan pertanyaan tidak menimbulkan
penafsiran ganda
V
II. BAHASA
1 Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD V
2 Keterbacaan bahasa V
284
D. SKALA PENILAIAN
Kesimpulan terhadap hasil validasi Angket
Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi
E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN
Skor Nilai Hasil (√)
1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik
V
284
Lampiran E
1. Surat Penelitian dari Kampus
2. Dokumentasi penelitian
285
Surat penelitian dari kampus
286
Dokumentasi penelitian