ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin...

315
ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN JUMARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin...

Page 1: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN

JUMARI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 2: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya
Page 3: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Etnobiologi Masyarakat

Samin adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2012

Jumari

NRP G363070051

Page 4: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya
Page 5: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

ABSTRACT

JUMARI. Ethnobiology of The Samin. Under direction of DEDE SETIADI, Y. PURWANTO and EDI GUHARDJA

This ethnobiological research focus on the ethnoecological, ethnobotanical and ethnozoological study of the adaptation process (correlating to management concept, impact on people’s activities, and technology usage) of Samin Community. The goals of this research were to study the beliefs, knowledge, and practice the Samin community for the comprehensive understanding of landscape use and management, ant to reveal the local knowledge of Samin community in managing their natural resource (plants and animals) whice include species diversity, the index of ecological importance value (INP), and the index of cultural significance (ICS). The study was conducted during the period of August 2009 to December 2011. The research was carried out in 7 villages in 4 districts, namely: (1) Larikrejo and (2) Kaliyoso (Kudus District); (3) Bombong and (4) Ngawen (Pati District); (5) Klopoduwur and (6) Tambak, Sumber (Blora District); (7) Jepang, Margomulyo (Bojonegoro, East Java). The research data consisted of ecological, ethnobotanical, ethnozoological and ethological data. Data collection using direct observation; open ended and structured interview, and participant observation. The results showed that the Samin society has a fairly good knowledge of biological resources and their environment. Use practices and management of natural resources is reflected in the form units of the environmentals and biological resources contained therein. Knowledge of the spatial environment simply divided into two main units, namely: mondokan (house and yard), and lemah garapan includes: fields (sawah), moor (tegalan) and teak (alas jati). Paddy field, dry field, yard, garden, teak forests, marsh ponds, and rivers were the places where the cultivation of a wide variety of production activities of plants and animals which were conducted to meet their basic needs. The research obtained more than 300 of plant species in the Samin settlement, which 235 species among those were useful for their life. Utilization of those plants include for food (118 species), traditional medicine and cosmetics (74 species), building materials (17 species) equipment (15 species), firewood (16 species), animal feed (27 species), fiber materials and the straps (3 species), ritual materials (26 species), toxic materials (2 species), pest control materials (16 species), environmental indicators (5 species), and ornamental plants and fences (45 species). Based on the role and utilization of animals, it can be grouped into: animal protein source (21 species), pets (7 species), pests of cultivated plants (17 species), pests of livestock (3 species), pest predators (11 species), animals for medicine (10 species), animals for ritual (1 species), and wildlife (35 species). The Samin community the resources and the environment only as necessery. They always maintained a harmonious relationship with nature.

Key word: ethnobotany, ethnoecology, ethnozoology, local knowledge the Samin

Page 6: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya
Page 7: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

RINGKASAN

Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaan yang kehidupannya sangat tergantung pada sumberdaya alam, sehingga memiliki pengetahuan bagaimana mengelola sumberdaya alam dan lingkungannya. Pengetahuan yang dimiliki masyarakat lokal mulai banyak ditinggalkan digantikan dengan pengetahuan dan teknologi baru dari luar. Proses pembangunan dan kemajuan teknologi tidak dapat dihindari menjadi salah satu pemicu semakin terdegradasinya pengetahuan lokal. Untuk mengungkapkan pengetahuan lokal masyarakat diperlukan kajian berbagai bidang Etnosain. Etnobiologi merupakan suatu bidang Etnosain yang mengkaji interaksi masyarakat lokal dengan sumberdaya hayati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses adaptasi yang dilakukan masyarakat Samin terhadap kondisi lingkungan mereka tempat beraktivitas, melalui cara-cara pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya yang mereka miliki dan kenali, terkait dengan sistem teknologi, konsep pengelolaan dan pemanfaatan serta akibat yang dihasilkan atas interaksi kegiatan yang dilakukan. Penelitian ini meliputi sub kajian: Etnoekologi (Pengetahuan masyarakat mengenai lingkungannya); Etnobotani (Pengetahuan masyarakat mengenai sumberdaya tumbuhan) dan Etnozoologi (Pengetahuan masyarakat mengenai sumberdaya hewan).

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2009 hingga Desember 2011, meliputi 7 dusun pemukiman masyarakat Samin yakni: (1) dusun Larikrejo (Desa Larikrejo), dan (2) dusun Kaliyoso (desa Karangrowo) Kecamatan Undaan Kab. Kudus; (3) dusun Ngawen (desa Sukolilo) dan (4) dusun Bombong (desa Baturejo) Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati; (5) dusun Klopoduwur (Desa Klopoduwur), Kecamatan Baturejo dan (6) dusun Tambak (desa Sumber) Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora; Jawa Tengah dan (7) dusun Jepang (desa Margomulyo), Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan emik (pengetahuan lokal) dan pendekatan etik (pengetahuan ilmiah). Dengan memadukan beberapa aspek yaitu etnoekologi, etnobotani, etnozoologi dan aspek sosial budaya. Pengumpulan data dengan metode survei lapang dengan teknik wawancara terbuka (open ended) dan wawancara semi terstruktur, dengan menetapkan beberapa informan kunci yang diambil berdasarkan status dan perannya dalam masyarakat. Penentuan informan menggunakan teknik sampling purposive sampling dan snowball sampling. Informan keseluruhan berjumlah 72 orang.

Penelitian etnoekologi dilakukan empat tahap: (1) Deskripsi kondisi ekosistem, (2) Penyusunan kembali pola pikir (corpus) masyarakat Samin tentang alam dan lingkungannya menggunakan metode baku penelitian antropologi. (3) Pengkajian bentuk-bentuk aktivitas pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya hayati bagi masyarakat Samin (praxis), (4) Penilaian secara ilmiah (ekologis) terhadap bentuk aktivitas produksi masyarakat.

Pengumpulan data Etnobotani dan Etnozoologi menggunakan pendekatan dan teknik pengumpulan informasi yang bersifat partisipatif atau penilaian etnobotani partisipasif yang terdiri dari: (1) Wawancara bebas (open ended) dan wawancara terstruktur atau semi terstruktur, (2) Observasi partisipatif dengan mengikuti aktivitas masyarakat. Data etnobotani kuantitatif diperlukan untuk kuantifikasi data hasil ekplorasi kepentingan jenis tumbuhan bagi kehidupan

Page 8: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

masyarakat melalui analisis indeks kepentingan budaya (Index of Cultural Significance, ICS).

Berdasarkan penelaahan mengenai sistem pengelolaan sumberdaya alam dan lingkunganya didapatkan bahwa masyarakat Samin dalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungannya didasarkan pada prinsip memanfaatkan seperlunya dan selalu menjaga keseimbangan sistem sosial dan keselarasan dengan alam sekitarnya. Praktek pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam hayati dan lingkungan tersebut didasari oleh pandangan hidup mereka. Masyarakat Samin adalah masyarakat tradisional yang mempunyai pandangan menyeluruh terhadap sistem sosial dan ekosistemnya. Secara sederhana mereka membagi isi alam dunia ini terdiri dari dua macam yaitu wong (manusia/hidup) dan sandang pangan (selain manusia/ sumber penghidupan). Pandangan mengenai wong dan sandang pangan ini identik dengan konsep manusia dan alam lingkungan dalam pandangan ilmiah. Pandangan ini juga terkait dengan ajaran Manunggaling Kawulo Gusti, yaitu menyatunya Tuhan dalam wujud diri manusia dan wujud selain manusia. Manusia dan alam merupakan kesatuan yang tak terpisahkan sehingga harus hidup kompak berdampingan. Karena itu manusia harus berusaha untuk dapat hidup serasi dengan bagian-bagian lain dalam ekosistem. Sebagai bagian integral ekosistemnya, masyarakat Samin dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya selalu berikhtiar untuk dapat menjaga kelestarian ekosistemnya. Pandangan ekologi-sentris ini secara umum terefleksikan dalam sikap mereka terhadap tumbuhan, binatang, dan lingkungan alam. Interaksi masyarakat Samin dengan lingkungannya tergambar dari bentuk satuan lingkungan yang ada dan aktivitas pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan hayati yang terdapat di dalamnya. Dalam kaitannya dengan pengetahuan tentang tata ruang, masyarakat Samin secara sederhana membagi aktvitas hidupnya dalam dua ruang yaitu mondokan (rumah) dan lemah garapan (sawah). Lemah garapan merupakan presentasi dari aktivitas bertani atau sumber penghidupan. Pekarangan, sawah, tegalan, hutan, merupakan lahan budidaya masyarakat. Pada lahan tersebut tersimpan beragam sumberdaya nabati dan hewani yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat Samin telah mampu memenuhi kebutuhan sendiri terutama bahan pangan pokok dari usaha pertanian mereka.

Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh lebih dari 300 jenis tumbuhan yang terdapat di lingkungan sekitar pemukiman masyarakat Samin. Jenis tumbuhan berguna bagi masyarakat jumlahnya tidak kurang dari 235 jenis. Penggunaan jenis tersebut meliputi: bahan pangan (118 jenis), obat tradisional dan kosmetik (74 jenis), bahan bangunan (16 jenis) bahan peralatan (15 jenis), kayu bakar (16 jenis), Pakan ternak (27 jenis), bahan serat dan tali (3 jenis), bahan ritual 26 jenis, bahan racun (2 jenis), bahan pengendali hama (16 jenis), indikator lingkungan (5 jenis), dan tanaman hias dan pagar (45 jenis).

Berdasarkan analisis Indeks Kepentingan budaya, telah di analisis 235 jenis tumbuhan berguna dan diperoleh 10 jenis tumbuhan yang penting bagi masyarakat Samin yakni: Oryza sativa (padi), Tectona grandis (jati), Bambusa bambos (bambu ori), Samanea saman (Trembesi, Ki Hujan), Dendrocalamus asper (pring petung), Leucaena glauca (lamtoro), Musa paradisiaca (pisang), Zea mays (jagung), Swietenia mahagoni (mahoni) Ceiba pentandra (kapuk randu). Nilai kepentingan tumbuhan dalam sosial budaya suatu masyarakat dapat berubah seiring dengan perjalanan waktu sesuai dengan nilai kegunaan, intensitas penggunaan dan tingkat kesukaan masyarakat terhadap suatu jenis tumbuhan.

Page 9: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

Masyarakat Samin mengenal dengan baik berbagai jenis hewan yang ada di sekitar pemukiman mereka terutama hewan ternak dan hewan yang berkaitan dengan aktivitas pertanian masyarakat. Berdasarkan hasil inventarisasi dan wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat diperoleh lebih dari 80 jenis hewan yang terdapat di lingkungan masyarakat Samin. Berdasarkan kategori peran dan pemanfaatannya dapat di bedakan: hewan sumber protein (21 jenis), hewan peliharaan untuk kesenangan (7 jenis), hewan pengganggu tanaman budidaya (17 jenis), penganggu hewan ternak (3 jenis), hewan pemangsa hama (11 jenis), hewan untuk obat (10 jenis), hewan untuk ritual (1 jenis), hewan liar (35 jenis). Jenis hewan yang penting bagi masyarakat Samin adalah hewan ternak terutama Sapi, hewan peliharan untuk kesenangan adalah anjing.

Berdasarkan analisis gabungan nilai INP dan nilai ICS tumbuhan didapat jenis tumbuhan yang mempunyai nilai INP tinggi dan ICS tinggi, yaitu: Jati (Tectona grandis), pring ori (Bambusa bambos) dan lamtoro (Leucaena glauca). Jenis tersebut banyak tersedia di lingkungan dan banyak digunakan masyarakat. Strategi pengelolaan yang dilakukan adalah mempertahankan jenis tersebut. Jenis yang mempunyai INP rendah dan ICS tinggi adalah Meh/Ki Hujan (Samanea saman) dan pring petung (Dendrocalamus asper). Upaya pengelolaan yang perlu dilakukan adalah meningkatkan pembudidayaan. Sedang jenis tumbuhan dengan INP rendah dan ICS merupakan jenis yang ketersediaan di lingkungan rendah dan kurang penting bagi masyarakat, perlu dilakukan pengkajian potensi pemanfaatannya dan pengembangan jenis-jenis potensial.

Masyarakat Samin mempunyai strategi adaptasi untuk bertahan pada kondisi ekosistem yang ada. Mereka memanfaatkan sumberdaya alam yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam sistem pertanian mereka melakukan pola pertanian multiple cropping (tumpang sari) sehingga kebutuhan pangan dapat terpenuhi sepanjang musim. Untuk mengatasi keterbatasan lahan, sawah yang sering banjir, kekeringan dan perubahan iklim yang tidak menentu mereka melakukan pengaturan pola tanam dan pemilihan jenis tanaman yang tepat sesuai dengan kondisi setempat. Dalam hal teknologi pertanian mereka menerapkan cara pertanian modern namun mengadaptasikan dengan sistem pertanian tradisional. Sistem pertanian tradisional yang masih diterapkan sebagian masyarakat Samin, antara lain dalam seleksi benih padi, penggunaan pupuk organik, cara penanggulangan hama, pengaturan pola tanam, dan sistem sambatan dalam pengelolaan dari penanaman sampai pemanenan. Masyarakat Samin masih memiliki kebanggaan yang tinggi terhadap profesi sebagai petani. Bertani dengan sepenuh jiwa, ketekunan dan etos kerja yang tinggi merupakan modal yang kuat untuk bertahan dalam kehidupannya.

Pada prinsipnya masyarakat Samin memiliki sistem pengetahuan lokal hasil adaptasi terhadap kondisi lingkungannya yang terbukti memenuhi kaidah-kaidah ilmiah. Pengetahuan tersebut dapat diadopsi sebagai pelengkap atau alternatif pengelolaan sumberdaya alam kawasan dan pengaturan tata guna lahan. Prinsip-prinsip ajaran dan pengetahuan lokal tentang sumberdaya hayati dan lingkungan merupakan elemen penting yang dapat dikembangkan sebagai alternatif pengelolaan sumberdaya hayati lokal yang berkelanjutan. Oleh karena itu pengelolaan partisipatif masyarakat dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam hayati dan lingkungan mutlak diperlukan.

Kata kunci: etnobotani, etnoekologi, etnozoologi, masyarakat Samin, pengetahuan lokal

Page 10: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya
Page 11: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 12: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya
Page 13: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN

JUMARI

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Program Studi Biologi Tumbuhan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 14: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Burhanudin Masy’ud

: Dr. Sri Sudarmiati Tjitrosoedirjo

Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. Dr. Ir. H. Ervizal A.M. Zuhud, MS

: Prof. Dr. Eko Baroto Walujo

Page 15: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

Judul Penelitian : Etnobiologi Masyarakat Samin Nama : Jumari NRP : G363070051 Program Studi : Biologi Tumbuhan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir.H. Dede Setiadi,MS Ketua

Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto,DEA Anggota Anggota

Prof. Dr. Ir. H. Edi Guhardja, M.Sc

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Biologi Tumbuhan

Dr. Ir. Miftahudin, MSi

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal ujian : 25 Juli 2012 Tanggal lulus:

Page 16: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya
Page 17: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul

“Etnobiologi Masyarakat Samin” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Doktor pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan setinggi-tingginya

penulis persembahkan kepada yang saya hormati dan saya cintai Prof. Dr. Ir. H.

Dede Setiadi MS, Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto, DEA. serta Prof. Dr. Ir. H. Edi

Guhardja, MSc. Selaku Komisi Pembimbing yang dengan kesabaran dan

ketulusan hati telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penelitian

hingga penyelesaian penulisan disertasi ini. Terima kasih kepada Dr. Burhanudin

Masy’ud dan Dr. Sri Sudarmiati Tjitrosoedirjo yang menjadi penguji luar komisi

pada ujian tertutup. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Prof. Dr. Ir.

Ervizal A.M. Zuhud dan Prof. Dr. Eko Baroto Walujo, atas kesediaan sebagai

penguji luar komisi pada ujian terbuka yang telah memberikan masukan dan

saran untuk perbaikan penulisan disertasi ini. Tidak lupa ucapan terima kasih

saya sampaikan kepada segenap Pimpinan Fakultas MIPA IPB, Ketua

Departemen Biologi, serta Dr. Ir. Miftahudin, MSi selaku Ketua Program Studi

Biologi Tumbuhan (BOT).

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor Universitas

Diponegoro, Dekan beserta segenap Pembantu Dekan Fakultas Sains dan

Matematika, dan Ketua Jurusan Biologi atas dukungan dan bantuan selama

penulis menyelesaikan pendidikan di Program Doktor Sekolah Pascasarjana IPB.

Di samping itu ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan

kepada segenanp masyarakat Samin di lokasi penelitian beserta perangkat desa

di Larikrejo dan Kaliyoso Kudus, desa Sukolilo Pati, desa Klopoduwur Blora,

desa Sumber Blora dan desa Margomulyo Bojonegoro atas bantuan yang

diberikan selama berada di lapangan hingga selesainya penelitian ini.

Teriring salam dan ungkapan terimakasih kami sampaikan kepada semua

pihak atas dukungannya. Kepada segenap keluarga tercinta, Ayah (Alm), Ibu,

Paman dan Bibi, Bapak Ibu Mertua, kakak-kakakku, adik. Kepada istriku terkasih

Faridah Aryani SS serta ananda terkasih: Alyarahma Nur Aisya dan Afif Abda

Syakur, terima kasih tak terhingga atas kesabaran, do’a dan kasih sayangnya.

Page 18: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

Penulis menyadari betapa kurangnya perhatian pada mereka selama menempuh

pendidikan ini.

Penulis menyadari disertasi ini masih jauh dari sempurna, namun ada hal

mendasar yang penulis dapatkan pada akhir proses menempuh pendidikan ini,

bahwa proses pencarian kebenaran itu tidak akan pernah berakhir dan tidak

dapat dibatasi oleh waktu, dan saya menjadi semakin sadar dan tahu atas

ketidaktahuan saya, ternyata lebih banyak ketidaktahuan saya dibanding apa

yang saya ketahui. Akhirnya penulis berharap semoga disertasi ini bermanfaat

bagi yang membutuhkannya. Penulis mengikhlaskan disertasi ini menjadi

rujukan pada penelitian lainnya jika hal itu diperlukan, kepada-Nya saya

serahkan segala urusan. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberkahi. Amin.

Bogor, Agustus 2012

Jumari

Page 19: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta tanggal 26 Juli 1967

sebagai anak ke-4 dari lima bersaudara dari pasangan

Dartawiyana dan Sadirah. Pada tahun 1996 penulis menikah

dengan Faridah Aryani SS, dan telah dianugerahi dua orang

anak: Alyarahma Nur Aisya (15 th) dan Afif Abda Syakur (10

th).

Pendidikan dasar dan Menengah penulis selesaikan di SD Negeri Kretek 1

pada tahun 1984, SMP Negeri 1 Kretek tahun 1984 dan SMA Negeri 2 Bantul

tahun 1987. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Botani Fakultas Biologi

UGM, lulus pada tahun 1993. Pada tahun 1994 penulis diterima menjadi staf

pengajar di Jurusan Biologi FMIPA Undip, dan bekerja pada instansi tersebut

sampai sekarang. Pada tahun 1997 penulis diterima sebagai mahasiswa

Program Pascasarjana UGM dan menamatkannya pada tahun 2000. Pada tahun

2007 mendapat kesempatan untuk melanjutkan Program Doktor pada Sekolah

Pascasarjana IPB Program Studi Biologi Tumbuhan dengan Beasiswa BPPS

dari DIKTI Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Selama mengikuti program S3, penulis aktif mengikuti Seminar

Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia dan Etnobotani Nasional. Dua

buah artikel telah diterima untuk diterbitkan di Jurnal Ilmiah. Artikel pertama

berjudul Etnoekologi Masyarakat Samin Kudus Jawa Tengah, terbit pada bulan

Juni 2012 pada Majalah Ilmiah Biologi BIOMA Jurusan Biologi FMIPA UNDIP,

Vol 14:1 dan artikel kedua berjudul Pengetahuan Lokal Masyarakat Samin

tentang Keanekaragaman Tumbuhan dan Pengelolaannya diterbitkan di Jurnal

Media Konservasi, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas

Kehutanan IPB, edisi Agustus 2012 Vol 17:2.

Page 20: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya
Page 21: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL........................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR....................................................................................... Xviii DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xx 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 3 1.3 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 3 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 6 1.6 Kebaruan Penelitian (Novelty) ...................................................... 6 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9 2.1 Masyarakat Samin ........................................................................ 9 2.1.1 Pokok-Pokok Ajaran Samin ................................................ 9 2.1.2 Pergerakan Samin .............................................................. 13 2.1.3 Persebaran Masyarakat Samin .......................................... 15 2.1.4 Penelitian yang Berkaitan dengan Masyarakat Samin ...... 18 2.2 Etnobiologi .................................................................................... 18 2.2.1 Etnoekologi ........................................................................ 19 2.2.2 Etnobotani .......................................................................... 20 2.2.3 Etnozoologi ......................................................................... 21 2.3 Hubungan Masyarakat dengan Sumberdaya Hayati dan

Lingkungan ...................................................................................

22 3 KEADAAN UMUM LOKASI DAN METODE PENELITIAN ................ 27 3.1 Deskripsi Dusun/Desa Penelitian.................................................. 27 3.2 Geologi dan Tanah ....................................................................... 34 3.3 Iklim dan Curah Hujan .................................................................. 36 3.4 Sumberdaya Biologi........ ............................................................. 39 3.5 Kondisi Sosial Budaya .................................................................. 41 3.6 Metode Penelitian.......................................................................... 48 3.6.1 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data....................... 48 3.6.2 Analisis Data ....................................................................... 50 4 ETNOEKOLOGI MASYARAKAT SAMIN ........................................... 53 Abstract ............................................................................................... 53 4.1 Pendahuluan ................................................................................ 53 4.2 Tujuan Penelitian........................................................................... 54 4.3 Metode Penelitian......................................................................... 55 4.3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................. 55 4.3.2 Alat dan Bahan................................................................... 55 4.3.3 Tahap Penelitian ................................................................ 55 4.3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................. 56 4.3.5 Analisis data. .................................................................... 59 4.4 Hasil............................................................................................... 60 4.4.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan ...................... 60

Page 22: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

4.4.1.1 Pandangan Tentang Alam Semesta ...................... 60 4.4.1.2 Pandangan Tentang Manusia dan Lingkungan .. 62 4.4.1.3 Pandangan Tentang Makhluk Hidup ..................... 62 4.4.2 Pengetahuan Tentang Tata Ruang dan Satuan

Lingkungan .........................................................................

63 4.4.2.1 Rumah ................................................................... 66 4.4.2.1 Pekarangan ........................................................... 70 4.4.2.3 Tegalan ................................................................... 77 4.4.2.4 Sawah .................................................................... 81 4.4.2.5 Rawa dan Embung ................................................ 95 4.4.2.6 Hutan Jati............................................................... 96 4.4.2.7 Sumber Mata Air dan Tempat yang Dilindungi...... 102 4.5 Pembahasan................................................................................. 105 4.5.1 Pandangan masyarakat Samin Terhadap Lingkungan ...... 105 4.5.2 Kegiatan Produksi............................................................... 106 4.5.3 Pengelolaan Lingkungan Masyarakat Samin...................... 115 4.6. Simpulan........................................................................................ 119 5 ETNOBOTANI MASYARAKAT SAMIN............................................... 121 Abstract................................................................................................ 121 5.1 Pendahuluan................................................................................. 121 5.2 Tujuan Penelitian........................................................................... 123 5.3 Metode Penelitian......................................................................... 123 5.3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian.............................................. 123 5.3.2 Alat dan Bahan................................................................... 123 5.3.3 Pengumpulan Data Etnobotani........................................... 124 5.4 Hasil............................................................................................... 130 5.4.1 Kategori Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Berguna ............ 131 5.4.1.1 Bahan pangan.................................................... 131 5.4.1.2 Bahan Obat Tradisional dan Kosmetik............... 136 5.4.1.3 Bahan Bangunan................................................ 144 5.4.1.4 Bahan Peralatan dan Kerajinan.......................... 146 5.4.1.5 Bahan Kayu Bakar.............................................. 155 5.4.1.6 Bahan Pakan Ternak.......................................... 157 5.4.1.7 Bahan Serat dan Tali.......................................... 159 5.4.1.8 Bahan Racun ..................................................... 159 5.4.1.9 Bahan Pengendalian Hama............................... 159 5.4.1.10 Bahan Ritual....................................................... 160 5.4.1.11 Bahan Mitos dan Legenda.................................. 163 5.4.2 Nilai Kepentingan Budaya Tumbuhan bagi Masyarakat

Samin..................................................................................

165 5.5 Pembahasan................................................................................. 168 5.6 Simpulan....................................................................................... 174 6 ETNOZOOLOGI MASYARAKAT SAMIN............................................ 175 Abstract................................................................................................ 175 6.1 Pendahuluan................................................................................. 175 6.2 Tujuan Penelitian........................................................................... 176

Page 23: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

6.3 Metode Penelitian.......................................................................... 176 6.3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian............................................... 176 6.3.2 Alat dan Bahan.................................................................... 176 6.3.3 Pengumpulan Data Etnozoologi.......................................... 176 6.3.4 Analisis Data........................................................................ 177 6.4. Hasil.............................................................................................. 178 6.4.1 Pengetahuan Keanekaragaman Jenis Hewan ................. 178 6.4.2 Kategori Pemanfaatan Jenis Hewan .................................. 183 6.4.2.1 Sumber Protein Hewani..................... .................... 183 6.4.3.2 Hewan Peliharaan untuk Kesenangan................... 190 6.4.3.3 Hewan Pemangsa Hama....................................... 191 6.4.3.4 Hewan Pengganggu Tanaman Budidaya............... 192 6.4.3.5 Hewan untuk Obat.................................................. 194 6.4.3.6 Hewan untuk Ritual................................................. 195 6.4.3.7 Hewan Liar Hutan................................................... 195 6.5 Pembahasan: ............................................................................... 196 6.6 Simpulan....................................................................................... 199 7 PEMBAHASAN UMUM........................................................................ 201 7.1 Masyarakat Samin Saat ini ........................................................... 201 7.2 Hubungan Masyarakat Samin dengan Lingkungan ..................... 205 7.3 Hubungan Masyarakat Samin dengan Sumberdaya Hayati........ 212 7.4 Strategi Pengelolaan Sumberdaya Tumbuhan Menggunakan

Nilai INP dan ICS.........................................................................

216 7.5 Pengelolaan Sumberdaya Hayati dan Pengembangan Kampung

Samin Masa Depan......................................................................

219 7.6 Pelajaran yang Dapat Diambil dari Studi Kearifan Lokal

Masyarakat Samin dalam Mengelola Sumberdaya Hayati dan Lingkungannya..............................................................................

226 8 SIMPULAN UMUM DAN SARAN....................................................... 229 8.1 Simpulan Umum............................................................................ 229 8.2 Saran ............................................................................................ 232 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 235 LAMPIRAN................................................................................................... 243

Page 24: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya
Page 25: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

DAFTAR TABEL Halaman 1 Lokasi penelitian masyarakat Samin.................................................... 28 2 Enam kategori iklim di Indonesia ......................................................... 37 3 Jumlah penganut ajaran Samin di desa penelitian ............................. 41 4 Tingkat pendidikan penduduk Samin.................................................. 42 5 Rincian data primer yang diambil pada penelitian Etnobiologi

masyarakat Samin................................................................................

49 6 Jumlah informan setiap dusun pengamatan ........................................ 50 7 Jenis data sekunder yang digunakan pada penelitian Etnobiologi

masyarakat Samin................................................................................

50 8 Jenis satuan lingkungan pada lokasi penelitian................................... 64 9 Keanekaragaman tanaman pekarangan dan kegunaannya............... 73 10 Indeks Nilai Penting (INP) pohon dominan pada pekarangan.......... 76 11 Jenis tanaman di tegalan Masyarakat Samin..................................... 78 12 Indek Nilai Penting (INP) pohon dominan pada tegalan Masyarakat

Samin...................................................................................................

80 13 Jenis sawah dan sistem pengairan pada lingkungan masyarakat

Samin...................................................................................................

83 14 Pola tanam lahan sawah di lingkungan Masyarakat Samin................ 84 15 Jenis Tanaman yang budidayakan di sawah masyarakat Samin 85 16 Tanda tanda alam yang berkaityan dengan aktifitas pertanian pada

masyarakat Samin................................................................................

86 17 Jenis pupuk organik dan teknologi pembuatannya.............................. 88 18 Tahapan kegiatan pengerjaan sawah dan pembagian tenaga pada

masyarakat Samin................................................................................

89 19 Teknologi tradisional penanggulangan hama pada pertanian

masyarakat Samin................................................................................

93 20 Jenis pohon di hutan jati dan potensi pemanfaatannya............ 98 21 Indek Nilai Penting (INP) pohon dominan pada hutan jati di

lingkungan masyarakat Samin.............................................................

100 22 Jenis Pohon di sekitar Sumber mata air .............................................. 104 23 Keanekaragaman jenis hasil hutan bukan kayu bangunan yang

diekstraksi masyarakat Samin.............................................................

107 24 Kondisi persawahan dan jenis aktivitas yang dilakukan pada desa

pengamatan .......................................................................................

109 25 Kalender masa tanam padi dan palawija sawah di lingkungan

masyarakat Samin................................................................................

110 26 Luas tanam produktivitas dan produksi padi tahun 2008/2009.......... 111 27 Luas tanam dan produktivitas dan produksi jagung

tahun2008/2009.................................................................................... 113

28 Jenis ikan hasil tangkapan di sungai, rawa dan embung pada

lingkungan masyarakat Samin......................................... ...................

114 29 Pengaruh aktivitas masyarakat Samin terhadap lingkungannya......... 118 30 Nilai kualitas kegunaan suatu jenis tumbuhan menurut kategori

etnobotani (Quality of use category in ethnobotani) ............................

126

Page 26: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

31 Kategorisasi yang menggambarkan intensitas penggunaan (Intensity of use) jenis tumbuhan berguna...........................................................

129

32 Kategori yang menggambarkan tingkat eksklusivitas atau tingkat kesukaan..............................................................................................

129

33 Pengelompokan tumbuhan pada Masyarakat Samin.......................... 130 34 Kategori pemanfaatan jenis tumbuhan berguna................................... 131 35 Jenis tumbuhan sebagai bahan makanan pokok dan sumber

karbohidrat ...........................................................................................

132 36 Jenis Sayur-sayuran, buah-buahan, bahan minuman, bumbu dan

aroma masakan ...................................................................................

133 37 Kategori kegunaan dan jumlah jenis tumbuhan obat yang digunakan

masyarakat Samin................................................................................ 137

38 Jenis tumbuhan obat yang digunakan Masyarakat Samin................... 139 39 Jenis tumbuhan sebagai bahan bangunan rumah masyarakat .......... 145 40 Peralatan rumah tangga dan jenis tumbuhan yang digunakan ........... 147 41 Peralatan pertanian dan Jenis tumbuhan yang digunakan.................. 150 42 Peralatan pemeliharaan ternak dan Jenis tumbuhan yang digunakan 151 43 Peralatan penangkap ikan dan jenis tumbuhan yang digunakan......... 152 44 Peralatan senjata dan Jenis tumbuhan yang digunakan...................... 153 45 Jenis kerajinan dan benda seni pada Masyarakat Samin.................... 154 46 Jenis tumbuhan sebagai bahan kayu bakar......................................... 156 47 Jenis tumbuhan sebagai bahan pakan ternak sapi dan kambing........ 158 48 Bahan sesaji dan jenis tumbuhan yang digunakan dalam kegiatan

ritual pertanian......................................................................................

161 49 Bahan sesaji dan jenis tumbuhan yang digunakan pada kegiatan

ritual atau hajatan.................................................................................

162 50 Jenis tumbuhan yang berkaiatan dengan mitos atau legenda............. 163 51 Sepuluh jenis tumbuhan dengan Nilai ICS tertinggi bagi Masyarakat

Samin...................................................................................................

166 52 Keanekaragaman jenis hewan pada lingkungan

masyarakat Samin...............................................................................

178 53 Kategori pemanfaatan hewan pada masyarakat Samin...................... 183 54 Jenis hewan ternak di lingkungan masyarakat Samin......................... 184 55 Jumlah ternak sapi yang terdapat di tiap desa pengamatan................ 185 56 Jumlah ternak kambing di lingkungan masyarakat Samin.................. 187 57 Jenis pakan ternak kambing di lingkungan masyarakat Samin.......... 188 58 Jenis ikan sumber protein hewani bagi masyarakat Samin................. 190 59 Jenis hewan pemangsa hama.............................................................. 191 60 Jenis hewan penganggu ternak dan tanaman budidaya..................... 193 61 Jenis hewan bahan obat tradisional.................................................... 194 62 Jenis hewan liar di sekitar hutan.......................................................... 196 63 Karakteristik masyarakat Samin.......................................................... 204 64 Kategori nilai INP dan ICS serta strategi pengelolaan........................ 217

Page 27: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Skema kerangka pikir etnobiologi....................................................... 5 2 Peta persebaran masyarakat Samin pada awal pergerakan............. 16 3 Peta persebaran masyarakat Samin saat ini....................................... 17 4 Hubungan antara sistem sosial dengan ekosistem............................. 22 5 Peta lokasi penelitian Masyarakat Samin di Jawa.............................. 27 6 Peta administrasi dan penggunaan lahan Desa Larikrejo dan

Karangrowo Kecamatan Undaan Kudus............................................

29 7 Peta administrasi dan penggunaan lahan Desa Baturejo dan Sukolilo

Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati................................................... 30

8 Peta administrasi dan penggunaan lahan desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora..............................................

31

9 Peta administrasi dan penggunaan lahan desa Sumber Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora..................................................................

32

10 Peta administrasi dan penggunaan lahan Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro................................

33

11 Peta tanah pada lokasi penelitian......................................................... 36 12 Rata-rata curah hujan pada wilayah penelitian (2005-2009)............... 38 13 Rata-rata kelembaban udara pada wilayah penelitian (2005-2009) 38 14 Rata-rata suhu udara pada wilayah penelitian (2005-2009).......... 38 15 Persentase tingkat pendidikan penduduk Samin................................ 42 16 Persentase mata pencaharian penduduk masyarakat Samin............. 43 17 Skema konsep jagad gede dan jagad cilik dalam pandangan

masyarakat Samin................................................................................

60 18 Skema pandangan masyarakat Samin mengenai manusia dan

lingkungan............................................................................................

62 19 Skema pembagian tata ruang masyarakat Samin................................ 64 20 Grafik persentase luas lahan di desa lokasi penelitian........................ 65 21 Lingkungan pemukiman warga Samin di dusun Tambak Desa

Sumber Kab Blora................................................................................

67 22 Bentuk rumah di lingkungan masyarakat Samin.................................. 67 23 Skema bagian- bagian rumah masyarakat Samin................................ 68 24 Rata-rata luas pekarangan di lingkungan masyarakat Samin............. 70 25 Pekarangan di lingkungan masyarakat Samin dusun Tambak

Sumber Blora........................................................................................

71 26 Embung dan Sungai di Karangrowo Kudus....................................... 95 27 Jumlah jenis tumbuhan berguna pada pekarangan dan tegalan

masyarakat Samin .............................................................................

112 28 Organ tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat........................ 138 29 Skema rumah kampung ....................................................................... 144 30 Jumlah hewan tiap kategori kelas......................................................... 181 31 Jumlah hewan peliharaan dan hewan liar............................................ 182 32 Interaksi masyarakat Samin dengan lingkungannya .......................... 206 33 Konsep kehidupan masyarakat Samin dan Konsep ilmiah .................. 208

Page 28: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

34 Skema ruang aktivitas lingkungan masyarakat Samin........................ 211 35 Persentase jumlah tumbuhan berguna berdasar kategori

pemanfaatannya...................................................................................

212 36 Jumlah jenis tumbuhan bahan pangan............................................... 213 37 Persentase intensitas penggunaan tumbuhan bahan pangan.......... 214 38 Persentase subsistensi pemanfaatan tumbuhan bagi

masyarakat Samin................................................................................

215 39 Jumlah jenis dan kategori pemanfaatan hewan bagi

masyarakat Samin................................................................................

215 40 Konsep pengelolaan sumberdaya hayati bagi masyarakat Samin....... 224 41 Konsep pengembangan kampung Samin............................................. 225

Page 29: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Analisis vegetasi pohon pekarangan masyarakat Samin Kudus.......... 243 2 Analisis vegetasi pohon pekarangan Masyarakat Samin

Klopoduwur Blora................................................................................. 244

3 Analisis vegetasi pohon pekarangan masyarakat Samin Pati.............. 245 4 Analisis vegetasi Pohon pekarangan masyarakat Samin Tambak

Sumber Blora........................................................................................ 246

5 Analisis vegetasi pohon pekarangan masyarakat Samin di Jepang Bojonegoro..............................................................................................

247

6 Analisi vegetasi pohon Tegalan masyarakat Samin Kudus.................. 248 7 Analisi vegetasi Pohon Tegalan masyarakat Samin Pati................... 249 8 Analisi vegetasi Pohon Tegalan masyarakat Samin Klopoduwur....... 250 9 Analisis vegetasi Pohon Tegalan masyarakat Samin Tambak

Sumber Blora........................................................................................

251 10 Analisis vegetasi Pohon Tegalan masyarakat Samin Jepang

Bojonegoro............................................................................................ 252

11 Analisis vegetasi Pohon kawasan hutan jati Sukolilo Pati.................. 253 12 Analisis pohon kawasan Perhutani Klopoduwur Blora....................... 254 13 Analisis vegetasi Kawasan Perhutani dusun Jepang Margomulyo

Bojonegoro........................................................................................... 255

14 Data hasil analisis tanah....................................................................... 257 15 Keanekaragaman jenis tumbuhan di lingkungan masyarakat Samin 259 16 Kategori penyakit dan komposisi bahan pengobatan......................... 265 17 Nilai ICS Tumbuhan berguna bagi Masyarakat Samin........................ 273 18 Nilai INP dan ICS vegetasi pohon pekarangan.................................... 283 19 Nilai INP dan ICS vegetasi Pohon Tegalan......................................... 285 20 Nilai INP dan ICS vegetasi pohon sekitar hutan jati............................ 287 21 Nilai INP dan ICS tumbuhan bawah Pekarangan............................... 288 22 Nilai INP dan ICS tumbuhan bawah Tegalan..................................... 290 23 Nilai INP dan ICS tumbuhan bawah sekitar hutan jati....................... 292

Page 30: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

1

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masyarakat Samin merupakan suatu kelompok masyarakat yang secara

idiologis disatukan oleh kesamaan ajaran atau keyakinan. Komunitas ini adalah

sekelompok orang yang mengikuti ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada

masa kolonial Belanda (Benda & Castel 1969; Hutomo 1996; Mumfangati et al.

2004; Poluso 2006). Saat ini mereka tinggal di pedesaan di daerah perbatasan

Jawa Tengah dan Jawa Timur yakni di desa Larikrejo dan Karangrowo,

Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus; di wilayah Kecamatan Sukolilo Pati; di

beberapa desa di Kabupaten Blora; dan di desa Margomulyo, Kabupaten

Bojonegoro.

Komunitas Samin merupakan bagian dari masyarakat Jawa. Mereka

mempunyai budaya unik dan menyimpan banyak nilai-nilai tradisi. Dalam aspek

idiologi mereka memiliki ajaran dan pandangan hidup tersendiri, mengajarkan

kesetaraan hidup dan kemerdekaan menjalankan keyakinannya. Dalam aspek

sosial mereka hidup mengelompok dalam komunitasnya sendiri, mempunyai

tradisi tersendiri. Dalam aspek ekonomi mereka mempunyai sifat madiri, tidak

menggantungkan diri pada pemerintah atau kelompok manapun (Arybowo 2008).

Nilai-nilai yang masih dipertahankan antara lain kejujuran, kesederhanaan,

semangat gotong royong dan kesederhanaan (Sukari 1993; Tashadi et al. 1998)

selain itu mereka dikenal mempunyai ketekunan dan etos kerja yang tinggi

(Mumfangati et al. 2004; Rosyid 2008).

Masyarakat Samin masih memiliki sifat tradisional yang kental. Segala

aspek kehidupannya sangat erat berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.

Sebagai petani mereka mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap

sumberdaya hayati dan lingkungannya. Mereka sebagian besar tinggal di di

sekitar kawasan hutan jati, dengan lahan pertanian yang kering dan luas lahan

yang terbatas. Sebagian tinggal di pedesaan dengan lahan sawah berawa dan

sering dilanda banjir saat musim hujan. Kondisi biofisik yang kurang

menguntungkan ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk bertahan menjadi

petani. Sebaliknya mereka justru tertantang untuk melakukan berbagai upaya

agar bisa bercocok tanam dengan keterbatasan lahan yang ada. Para sesepuh

masyarakat biasanya memiliki kearifan dalam memanfaatkan dan melestarikan

Page 31: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

2 sumberdaya hayati dan lingkungan. Pengalaman itulah yang diajarkan secara

turun-temurun kepada generasi penerusnya menjadi suatu pengetahuan lokal.

Sebagai masyarakat pedesaan yang hidup dari sektor pertanian,

masyarakat Samin mempunyai tradisi yang kuat dan mempunyai strategi

adaptasi, teknik budidaya, teknik produksi, dan teknik pengelolaan sumberdaya

biologi terutama tumbuhan dan hewan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari. Dewasa ini banyak pengetahuan tradisional pemanfaatan tumbuhan dan

hewan yang hilang sebelum dicatat atau diketahui peneliti. Dilain pihak muncul

gerakan ‘back to nature’, diantaranya upaya pemanfatan kembali sumberdaya

nabati alami, misalnya bahan obat tradisional, bahan kosmetik, bahan pewarna

makanan dan lainnya. Hal ini menunjukkan pentingnya pengetahuan

pemanfaatan tumbuhan dan hewan secara tradisional tersebut, dimana hal

tersebut merupakan informasi yang sangat berharga untuk pemanfaatan maupun

pelestariannya. Pengetahuan memanfaatkan dan mengelola sumberdaya hayati

dan lingkungan yang dimiliki masyarakat lokal merupakan pengetahuan yang

kharakteristik, dipengaruhi oleh kekuatan tradisi, faktor sosial budaya dan kondisi

biofisik lingkungan setempat. Karena adanya keterkaitan yang kuat antara

masyarakat Samin dengan sumberdaya hayati dan lingkungannya maka sangat

relevan untuk dilakukan kajian dengan pendekatan bidang biologi (etnobiologi).

Pada umumnya pengetahuan lokal terakumulasi dari generasi ke

generasi dan merupakan kekayaan bangsa yang tidak tergantikan dan

bermanfaat bagi masa kini dan masa yang akan datang. Pengetahuan tersebut

perlu didokumentasi dan dikaji keilmiahannya tentang potensi, kegunaan,

manfaat atau prospek pengembangannya. Disamping itu pengetahuan lokal

dapat dijadikan sebagai data dasar untuk pengembangan sumberdaya hayati

dan lingkungan yang lebih bermanfaat dan berdayaguna.

Untuk mengungkapkan pengetahuan tradisional suatu kelompok

masyarakat atau etnik diperlukan suatu kajian multidisiplin mencakup berbagai

aspek kajian etnosain antara lain adalah Etnobiologi. Secara sederhana Cotton

(1996) mendefinisikan etnobiologi sebagai suatu kajian pengetahuan biologi

tradisional dan penilaian pengaruh manusia pada aspek biologi dan

lingkungannya. Etnoekologi, etnobotani dan etnozoologi merupakan tiga bidang

utama kajian etnobiologi (Johnson 2002). Studi etnobiologi masyarakat Samin

hanya akan menitik-beratkan pada kajian aspek etnoekologi, etnobotani, dan

etnozoologi. Kajian etnobotani membahas secara multidisiplin pengetahuan

Page 32: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

3

lokal masyarakat Samin tentang pengelolaan sumberdaya hayati tumbuhan.

Studi etnozoologi akan mengkaji pengetahuan masyarakat mengenai

pengelolaan sumberdaya hayati fauna dan studi etnoekologi membahas

pengetahuan masyarakat Samin dalam mengelola lingkungannya. Kajian

multidisipliner berbagai pengetahuan masyarakat dari aspek pengelolaan

sumberdaya hayati dan lingkungannya ini akan menjadi focus bahasan dalam

penelitian ini.

Studi etnobiologi masyarakat Samin mendesak dilakukan untuk

mendokumentasi dan mengkaji pengetahuan masyarakat dan mengungkapkan

interrelasi masyarakat dengan sumberdaya hayati dan lingkungannya,

mengingat semakin besarnya degradasi pengetahuan lokal akibat kemajuan

teknologi maupun aktivitas manusia yang mengancam kerusakan lingkungan.

Kajian ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang besar dalam proses

pengungkapan manfaat dan potensi sumberdaya hayati dan lingkungan yang

ada di suatu wilayah untuk pengelolaan selanjutnya.

1.2 Perumusan Masalah

Pada era keterbukaan komunikasi dan pesatnya pembangunan dewasa

ini, masyarakat Samin masih bisa bertahan dengan tatanan tradisi yang kuat

dalam mengelola sumberdaya biologi dan lingkungan. Bagaimana mereka

mampu bertahan dalam kondisi yang demikian tidak hanya merupakan cerminan

tingginya faktor adaptasi masyarakat terhadap segala perubahan itu tetapi juga

kekuatan tradisi yang diyakininya. Kekuatan tradisi dan adaptasi inilah yang

melahirkan pengetahuan dalam mengelola sumberdaya biologi dan lingkungan.

Dalam konteks hubungan keterkaitan inilah yang kemudian dijadikan sebagai

alasan mengapa didekati dari perspektif penelitian etnobiologi.

1.3 Kerangka Pemikiran

Perbedaan latar belakang historis, sosial, ekonomi dan budaya

mempengaruhi masyarakat Samin dalam mengelola sumberdaya alam

lingkungannya. Sifat masyarakatnya yang agraris menyebabkan segala aspek

kehidupannya menjadi sangat tergantung dari lingkungannya. Interaksi

masyarakat Samin dengan lingkungan alamnya dapat tergambar dari konsep

tata ruang lingkungan, bentuk satuan lingkungan dan bagaimana mereka

mengekploitasi, memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam yang ada.

Page 33: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

4 Kondisi biofisik yang kurang mendukung dan minimnya sumberdaya alam yang

tersedia, melahirkan bentuk-bentuk kearifan tertentu yang bersifat

mengoptimalkan pemanfaatan, menjaga dan melestarikan lingkungan tersebut.

Menurut Berkes dan Folke (1998), masyarakat yang sering dihadapkan pada

tantangan mempunyai banyak pengetahuan lokal dibanding dengan

masyarakat yang jarang menghadapi masa-masa kritis, mereka bisa bertahan

hidup karena mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungannya. Pengetahuan

lokal tersebut terbentuk dari hasil adaptasi interaksi masyarakat dengan

lingkungannya dalam jangka waktu yang lama. Pengetahuan tersebut

merupakan informasi yang berharga sebagai acuan untuk mengelola

sumberdaya hayati masyarakat Samin (Gambar 1).

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dititik beratkan pada masyarakat Samin yang tinggal di

pedesaan Kabupaten Blora, Pati, Kudus dan Bojonegoro. Tujuan umum dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui proses adaptasi yang dilakukan

masyarakat Samin terhadap kondisi lingkungan mereka tempat beraktivitas,

melalui cara-cara pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya yang mereka miliki

dan kenali, terkait dengan sistem teknologi, konsep pengelolaan dan

pemanfaatan serta akibat yang dihasilkan atas interaksi kegiatan yang dilakukan.

Adapun tujuan secara khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk mengungkapkan pengetahuan lokal masyarakat Samin mengenai

sistem pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungannya terutama mengenai

persepsi dan konsepsi, pengetahuan tata ruang, terkait dengan kegiatan

yang dilakukan masyarakat hingga terbentuknya satuan-satuan lingkungan

dengan berbagai macam penutup vegetasi.

2. Untuk mengungkapkan keanekaragaman jenis tumbuhan berguna bagi

masyarakat Samin, nilai kepentingan tumbuhan pada sosial budaya, serta

pemanfaatan dan pengelolaannya.

3. Mengungkapkan pengetahuan lokal Masyarakat Samin mengenai

sumberdaya hewan, keanekaragaman jenis, pemanfaatan dan

pengelolaanya.

Page 34: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

5

Gambar 1 Skema kerangka pikir etnobiologi

Konsep Pengelolaan Sumberdaya Hayati beserta Lingkungan Masyarakat Samin

Adaptasi terhadap kondisi lingkungan biofisik untuk memenuhi kebutuhan hidup

Pandangan tentang Sumberdaya hayati, keanekaragaman jenis, pemanfaatan dan pengelolaan

dalam kehidupan sehari-hari

Konsep tata ruang lingkungan, bentuk satuan lingkungan, Pandangan (Corpus) dan

Praktek pemanfaatan (praxis)

Pengetahuan mengenai lingkungan

Pengetahuan Sumberdaya hayati hewan

Pengetahuan Sumberdaya

hayati tumbuhan

Latar Belakang Historis-Sosial-Ekonomi-Budaya mempengaruhi masyarakat Samin

dlm mengelola sumberdaya hayati dan lingkungan

ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN

Lingkungan alam (ekosistem) masyarakat Samin

Sumberdaya hayati pada masyarakat Samin

EKOLOGI

EMIK

ETIK BOTANI ZOOLOGI

ETNOEKOLOGI ETNOBOTANI ETNOZOOLOGI

Page 35: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

6 1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat penelitian adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran baru

tentang pengembangan interdisiplin keilmuan bidang etnologi dan biologi

untuk menganalisis dan mengevaluasi hubungan saling ketergantungan

antara masyarakat Samin sebagai produsen (informan) dalam menyusun pola

pikir (corpus) dalam mengelola dan memanfaatkan (praxis) sumberdaya di

lingkungan tempat mereka bermukim. Dengan demikian antara informan,

corpus dan praxis menjadi bagian-bagian yang penting untuk menjelaskan

proses adaptasi yang terjadi akibat hubungan keterkaitan antara masyarakat

Samin dengan sumberdaya biologi dan lingkungannya.

2. Bagi masyarakat Samin kearifan lokal yang dimiliki merupakan nilai positif

yang dapat menghapus citra negatif tentang masyarakat Samin. Inventarisasi

tentang keanekaragaman, manfaat dan potensi sumberdaya alam hayati yang

tersedia dapat dikelola dan dikembangkan lebih untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Samin sendiri atau menjadi bahan bagi

pengembangan bagi masyarakat lainnya.

3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu kerangka

acuan dalam merencanakan, menangani dan mengelola sumberdaya alam

hayati terkait dengan masyarakat Samin dan masyarakat sekitar, serta

reformasi kebijakan pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan pangan

rakyat.

4. Bagi masyarakat dan bangsa pada umumnya, falsafah hidup dan kearifan

masyarakat Samin dapat dijadikan teladan untuk memperbaiki moralitas

bangsa, dan penanganan pembangunan fisik yang tetap ramah lingkungan.

1.6 Kebaruan Penelitian (Novelty)

1. Mengungkapkan proses adaptasi masyarakat Samin dengan pendekatan

interdisiplin keilmuan bidang etnologi dan biologi dalam menganalisis

keterkaitan hubungan masyarakat Samin dengan sumberdaya hayati dan

lingkungannya.

2. Mengungkapkan jenis-jenis tumbuhan potensial bagi masyarakat Samin untuk

dikaji lebih lanjut potensi pengembangannya.

3. Mengungkapkan jati diri masyarakat Samin, bahwa mereka menganggap

menjadi petani merupakan pekerjaan mulia, karena bertani sama artinya

Page 36: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

7

mengolah tanah, tanah adalah asal muasal manusia, maka bertani bagi

masyarakat Samin sama artinya dengan mengamalkan ajaran mereka tentang

“Sangkan paraning dumadi”.

4. Mengungkapkan bahwa pandangan masyarakat Samin mengenai wong dan

sandang pangan merupakan pandangan yang universal, identik dengan

pandangan ilmiah tentang manusia dan lingkungan. Manusia itu ‘hidup’ dan

sandang pangan adalah ‘penghidupan’, menyatunya dua unsur antara ‘yang

dihidupkan’ (manusia) dengan ‘Yang Menghidupkan’ (Tuhan), ini merupakan

inti dari ajaran ‘Manunggaling Kawulo Gusti’.

5. Mengusulkan konsep pengembangan desa Samin menjadi “Cagar Budaya

Kampung Samin”, untuk mendukung kedaulatan pangan dan pelestarian

sumberdaya hayati lokal beserta lingkungannya.

Page 37: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

9

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masyarakat Samin

2.1.1 Pokok-Pokok Ajaran Samin

Masyarakat Samin adalah kelompok masyarakat atau komunitas penganut

ajaran Samin (Saminisme). Ajaran Samin merupakan semacam aliran kebatinan

yang diajarkan oleh Samin Surosentiko (Soekanwo 1968; Hutomo 1996). Aliran

kebatinan tersebut berkaitan dengan ajaran Manunggaling Kawulo Gusti1 atau

Sangkan paraning dumadi2

Samin Surosentiko mengajarkan kepada murid-muridnya agar berbuat

kebajikan, kejujuran dan kesabaran. Meskipun hidup menderita, teraniaya, atau

disakiti, murid-muridnya dilarang membalas dendam. Menurut Hutomo (1996) ini

merupakan sifat-sifat yang dimiliki Prabu Puntodewo

(Hutomo 1996). Manunggaling kawulo Gusti menurut

Samin Surosentiko diibaratkan sebagai curigo umanjing rangka (keris yang

meresap masuk ke dalam tempat kerisnya). Oleh beberapa peneliti ajaran ini

disebut sebagai agama Adam (King 1973; Benda & Castel 1969).

Samin Surosentiko dilahirkan tahun 1859 di dusun Plosowetan, Desa

Kediren, Distrik Randublatung, Blora. Nama asli Samin Surosentiko adalah

Raden Kohar, kemudian diubah menjadi Samin, karena lebih bernafas

kerakyatan (Hutomo 1996). Samin Surosentiko masih kerabat Pangeran

Kusumaningayu (Raden Adipati Brotodiningrat) yang memerintah di Kabupaten

Sumoroto (sekarang Tulungagung). Ayahnya bernama Raden Surowijoyo yang

dikenal sebagai Samin Sepuh (Benda & Castle 1969; King 1973; Hutomo 1996;

Mumfangati et al. 2004).

3

1 Manunggaling Kawulo Gusti adalah suatu ajaran yang dibawa oleh Syeh Siti Jenar yang menganggap Tuhan itu ada dalam diri manusia yaitu, dalam budi pekerti 2 Sangkan paraning dumadi, suatu ajaran Jawa yang mengajarkan dari mana manusia berasal dan akan kemana nantinya 3 Puntodewo nama tokoh pewayangan, nama lain adalah Yudistira, merupakan pemimpin Kerajaan Amarta, mempunyai sifat yang menonjol yaitu adil, jujur, taat ajaran agama dan percaya diri

. Prinsip ajaran Samin

pada hakekatnya menyangkut tentang nilai-nilai kehidupan manusia. Ajaran itu

dijadikan sebagai pedoman bersikap dan tingkah laku atau perbuatan manusia,

khususnya orang Samin agar selalu hidup dengan baik dan jujur untuk anak

Page 38: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

10

keturunan kelak (Mumfangati et al. 2004). Ajaran Samin biasanya disampaikan

secara lisan, bukan tertulis, ini menyebabkan banyak versi dikalangan penganut

ajaran Samin.

Menurut penganutnya, ajaran Samin memiliki Kitab suci yang disebut

Serat Jamus Kalimasada4

Serat Panjer Kawitan

. Buku ini dianggap berasal dari Prabu Puntodewo

(Hutomo 1996). Kitab tersebut terdiri dari 5 buku, yaitu: ,

Serat Pikukuh Kasajaten, Serat Uri-uri Pambudi, Serat Jati Sawit, dan Serat

Lampahing Urip. Kitab-kitab tersebut pernah ditemukan pada orang Samin di

Tapelan, tetapi keberadaannya sudah tidak diketahui lagi (Hutomo 1996;

Sastroatmodjo 2003).

Buku Serat Panjer Kawitan berisi silsilah keluarga, adipati-adipati di Jawa

Timur dari garis raja-raja di Jawa dan wali-wali terkenal di Jawa. Ajaran ini pada

prinsipnya mengakui bahwa orang Jawa adalah sebagai keturunan Adam dan

keturunan Pendowo. Hal ini membuat semua yang ada di bumi Jawa adalah milik

atau hak orang Jawa. Dengan demikian Belanda tidak berhak atas bumi Jawa.

Ajaran ini secara simbolik memacu semangat nasionalisme bagi orang Jawa

menghadapi penjajahan Belanda (Hutomo 1996; Widyarini 2006).

Serat Pikukuh Kasejaten, berisi ajaran tenang tata cara dan hukum

perkawinan yang dipraktikkan oleh komunitas Samin. Konsep pokok yang

terkandung dalam ajaran ini adalah membangun keluarga yang merupakan

sarana keluhuran budhi, yang akan menghasilkan atmajatama (anak yang

utama). Rumah tangga (dalam kitab ini) harus berlandaskan pada ungkapan

‘kukuh demen janji’ (kokoh memegang janji). Maka dalam berumah tangga, unsur

yang utama adalah kesetiaan dan kejujuran guna menciptakan saling percaya

dalam rangka membangun kebahagiaan keluarga.

Buku yang paling penting menurut Hutomo (1996) adalah Serat uri-uri

Pambudi yang mengajarkan tentang cara memelihara tingkah laku manusia yang

berbudi. Kitab ini memuat beberapa aturan atau hukum, yang oleh masyarakat

Samin di Tapelan disebut sebagai angger-angger pratikel (Hukum tindak tanduk),

yang berbunyi : “Aja drengki srei, tukar padu, dahpen kemeren. Ojo kutil jumput,

mbedog colong, nemu wae emoh. Maksudnya orang Samin dilarang berhati

jahat, berperang mulut, iri hati, dilarang mengambil milik orang lain, menemukan 4 Jamus Kalimosodo adalah nama pusaka dalam pewayangan yang dimiliki oleh Prabu Puntodewo, pemimpin Pandowo, pusaka tersebut berupa kitab yang sangat di keramatkan kerajaan Amarta. Sunan Kalijogo memaknainya sebagai Kalimat Syahadat

Page 39: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

11

barang milik orang lain saja tidak mau. Ajaran ini merupakan salah satu ajaran

Samin Surosentiko yang sampai saat ini masih banyak ditaati penganutnya.

Serat Jati Sawit, buku yang membahas tentang kemuliaan hidup sesudah

mati (kemuliaan hidup di akhirat). Ajaran ini mengenal konsep ‘hukum karma’.

Disinilah kata-kata mutiara yang menjadi falsafah berbunyi: Becik ketitik, olo

ketoro, sopo goroh bakal gronoh, sopo salah seleh (yang baik dan yang jelek

akan kelihatan, siapa yang berbohong akan nista, siapa yang bersalah akan

kalah).

Serat Lampahing Urip, buku yang berisi tentang primbon yang berkaitan

dengan kelahiran, perjodohan, mencari hari baik untuk seluruh kegiatan aktivitas

kehidupan.

Dalam tradisi di kalangan masyarakat Samin juga terdapat anjuran untuk

berperilaku dengan dengan prinsip: kudu weruh theke dewe, lugu, mligi lan rukun

(Rosyid 2010). Kudu weruh theke dewe, maksudnya, masyarakat Samin hanya

boleh menggunakan barang yang memang jelas merupakan kepunyaannya

sendiri. Pantangan untuk memanfaatkan/menggunakan hak milik orang lain

tanpa ada ijin. Lugu artinya, jika mengadakan suatu perjanjian, jika ya harus

katakan ya, jika tidak katakan tidak. Mligi, taat memegang aturan dalam beretika

dan berinteraksi dengan orang lain (misalnya, tidak boleh berjudi, atau

melakukan pergaulan bebas). Rukun dengan istri/suami, anak, orang tua,

tetangga kanan kiri dan rukun kepada sesama makhluk.

Masyarakat Samin dikenal sebagai masyarakat yang menjungjung tinggi

kejujuran. Kejujuran ini sebagai wujud dari ajaran mereka tentang nilai-nilai

kehidupan. Mereka menghayati dan mempraktekkan ajaran mereka sebagai

landasan manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kuatnya para

penganut ajaran Samin menjaga prinsip, menyebabkan mereka sering berbeda

pandangan dengan masyarakat umum. Sehingga mereka sering dicap sebagai

orang yang aneh, atau kolot, tradisional atau sebutan miring lainnya.

Masyarakat luar sering menyebutnya Wong Samin dengan konotasi negatif

yang melekat pada nama tersebut. Sebagian masyarakat Samin sendiri kurang

suka disebut sebagai Wong Samin, mereka lebih suka disebut wong sikep

karena konotoasinya lebih baik (Prasongko 1981; Mumfangati et al. 2004).

Page 40: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

12

Istilah wong sikep tersebut dapat diartikan sebagai orang dewasa yang

sudah menjalani tatane wong sikep rabi5

Ajaran Samin juga mengandung paham mesianisme yaitu mengharap

datangnya “Ratu adil” yang akan membebaskan masyaralat Samin dari

kesengsaraan (Benda & Castel 1969; Hutomo 1996; Warto 2006). Gerakan

Samin dapat disejajarkan dengan gerakan mesias

(pernikahan dengan tatacara ajaran

Samin), dan mengakui apa yang dijalankannya. Orang Samin yang belum

menjalani pernikahan dengan cara mereka belum disebut wong sikep. Sebutan

untuk anak-anak atau orang yang belum dewasa, belum ‘brai’ (akil balik) atau

belum disunat disebut dengan istilah Adam Timur. Orang Samin tidak menyebut ajaran Samin sebagai agama atau

kepercayaan sebagaimana yang kita pahami. Agama disebut sebagai lakon,

yaitu hal-hal yang harus dilakukan manusia selama hidup di dunia

(Djokosoewardi 1969), atau agama bermakna sebagai ugeman atau pegangan

hidup (Rosyid 2010).

6

Orang Samin mempercayai adanya satu Tuhan, (monoteisme). Mereka

menyebut Tuhan dengan berbagai istilah, antara lain: Gusti, Pangeran, Gusti

Allah (Hutomo 1996), Gusti atau Hyang Bethara (Prasongko 1981). Masyarakat

Samin Kudus menyebut Tuhan sebagai Ya’i

dalam Jongko Joyoboyo.

Dasar ajaran Samin adalah pemikiran primitif tentang perkawinan langit dan

bumi, yang mempunyai hubungan penting dengan petani (Warto 2006). Oleh

karena itu mereka mengharapkan hadirnya pemimpin yang dapat membebaskan

mereka dari segala kewajiban yang berkaitan dengan pembebasan tanah.

7

Tentang agama yang dianutnya mereka menegaskan bahwa: “Agama niku

gaman, Adam pangucape, man gaman lanang”. Pengertian gaman lanang bagi

masyarakat Samin adalah sikep rabi. Mereka tidak membeda-bedakan agama,

semua agama adalah baik, mereka tidak mengingkari atau membenci suatu

agama. Yang penting dalam hidup ini adalah tabiatnya, bukan lahirnya tapi isi

hati dan perbuatan nyata (Mumfangati et al. 2004).

(Rosyid 2008).

5 Menurut Tradisi lisan masyarakat Samin di Tapelan, pengantin laki-laki mengucapkan ijab kabul sebagai berikut: “Wit Jeng Nabi jenenge lanang, damele rabi tata-tata jeneng wedok pangaran.....kukuh demen janji buk nikah empun kulo lakoni” Kukuh demen janji berarti kesetiaan suci yang harus ditepati 6 Kata mesias merujuk pada orang yang diurapi Tuhan, dianggap sebagai milik Tugan dan mempunyai tugas khusus 7 Ya’i berasal dari kata sing ngayahi (yang menguasai segala sesuatu)

Page 41: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

13

Masyarakat Samin mempercayai adanya penitisan atau reinkarnasi sesuai

dengan apa yang disampaikan Djokosoewardi (1969); Hutomo (1996), yaitu

penjelmaan kembali sesudah mati. Pemahaman tersebut berkaitan dengan

ajaran Sangkan paraning dumadi, yakni dari mana kita berasal dan kemana

sesudah mati. Mereka percaya apabila selama hidupnya banyak berbuat

kebaikan, maka dalam hidup yang akan datang akan mengalami nasib yang

baik. Sebaliknya bila dalam hidupnya banyak melakukan hal yang tidak baik,

maka hidup yang akan datang mereka dapat menjelma menjadi kayu atau batu

atau derajat yang lebih rendah menjadi binatang seperti sapi atau kerbau, bila

dosanya terlalu besar dapat menjelma menjadi binatang hutan misalnya kera

atau babi hutan.

2.1.2 Pergerakan Samin Sebelum kedatangan kolonial Belanda masyarakat Samin mengganggap

bahwa tanah sebagai warisan nenek moyang dan anak cucu mereka berhak atas

pemakaiannya (Widiyanto 1983). Kedatangan pemerintah kolonial Belanda,

banyak merubah tatanan-tatanan masyarakat tradisional yang telah tercipta dan

tertradisi. Penguasaan tanah atau hutan, penerapan tanam paksa, penerapan

pajak tanah yang tinggi melatar belakangi munculnya gerakan Samin di daerah

Blora. Sikap dan tindakan pemerintah saat itu menimbulkan kebencian komunitas

Samin terhadap pemerintah Belanda. Munculnya gerakan Samin lebih

disebabkan karena adanya disharmonisasi hubungan antara komunitas Samin

dengan pemerintah kolonial Belanda (Widyarini 2006).

Awalnya gerakan Samin dipelopori oleh Raden Surowijoyo, bentuk

perlawanannya adalah menjadi seorang bromocorah8

8 Bromocorah merupakan istilah untuk penjahat pada jaman dahulu

, untuk kepentingan

masyarakat bawah. Setelah Raden Surowijoyo gerakan ini diteruskan oleh

anaknya yaitu Samin Surosentiko. Gerakan ini oleh Samin Surosentiko banyak

mengalami penyegaran dan perubahan melalui ajaran-ajarannya. Bentuk

perlawanan tidak dilakukan dengan menggunakan kekerasan fisik melainkan

dengan simbol-simbol, bahasa, budaya, busana serta adat istiadat yang berbeda

jika berhadapan dengan masyarakat umum dan pemerintah. Bentuk perlawanan

lain adalah pembangkangan atas peraturan pemerintah terhadap pembayaran

pajak, kepemilikan tanah, pengumpulan ternak di kandang umum dan penolakan

pengumpulan padi di lumbung desa (Widyarini 2006).

Page 42: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

14

Pergerakan Samin dicatat oleh beberapa peneliti Samin antara lain Benda &

castle (1968), King (1973), Sastroatmojo (2003), dan dirangkum oleh Hutomo

(1996) disampaikan secara kronologis sebagai berikut:

• Pada tahun 1890 Samin Surosentiko mulai mengembangkan ajarannya di

desa klopoduwur, Blora. Banyak orang-orang desa tertarik pada ajaran

Samin dan berguru kepadanya.

• Tahun 1905 orang-orang desa pengikut Samin mulai mengubah tatacara

hidup dan pergaulan sehari-hari di desa. Mereka tidak mau menyetor padi ke

lumbung desa dan menolak membayar pajak, dan menolak mengandangkan

sapi dan kerbau mereka di kandang umum bersama orang desa lain yang

bukan Samin. Sikap demikian dipelopori oleh Samin Surosentiko.

• Pada tahun 1907 dilaporkan pengikut Samin berjumlah 5000 orang.

Pemerintah Belanda terkejut dan merasa takut dengan pesatnya

perkembangan gerakan Samin tersebut. Pada tanggal 1 Maret 1907

pemerintah Belanda menangkap sejumlah pengikut Samin karena dianggap

akan melakukan pemberontakan.

• Tanggal 8 November 1907, Samin Surosentiko diangkat oleh para

pengikutnya menjadi Ratu adil dengan gelar Panembahan Suryongalam.

Empat puluh hari setelah penobatan Samin Surosentiko di tangkap dan di

tahan di Rembang. Kemudian bersama beberapa pengikutnya di buang ke

luar Jawa. Samin Surosentiko meninggal di Padang tahun 1914.

• Penangkapan Samin Surosentiko tidak memadamkan Pergerakan Samin.

Beberapa pengikutnya mulai menyebarkan gerakannya ke luar daerah.

• Tahun 1911, Suro Kidin menantu Samin Surosentiko; dan Engkrak, murid

Samin Surosentiko menyebarkan ajaran Samin di daerah Grobogan

(Purwodadi), Karsiyah pengikut Samin menyebarkan ajaran Samin di Kajen,

Pati.

• Tahun 1914, merupakan puncak Geger Samin, karena terjadi penolakan

membayar pajak oleh pengikut Samin di berbagai tempat.

• Tahun 1916, ajaran Samin mulai dikembangkan di daerah Kudus

• Tahun 1930, pergerakan Samin tampak terhenti karena ketiadaan pemimpin

yang tangguh

• Tahun 1945, Pak Engkrek, seorang murid Samin Surosentiko di Klopoduwur

Blora, ikut bertempur di Surabaya melawan Belanda, untuk menyambut

datangnya Ratu Adil.

Page 43: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

15

Pergerakan Samin tersebut oleh sejumlah penulis sering disebut Geger

Samin. Pada dasarnya catatan tersebut menggambarkan sejarah dan tahab

perjuangan Samin Surosentiko dan para pengikutnya. Gerakan tersebut menguat

karena Samin Surosentiko sekaligus menyampaikan ajaran-ajaran moral kepada

para pengikutnya.

Samin Surosentiko merupakan seorang pejuang yang membela rakyat

melawan ketidakadilan yang dialami akibat penindasan oleh pemerintah kolonial

Belanda pada saat itu. Samin Surosentiko yang hidup dari tahun 1859 sampai

dengan tahun 1914 telah memberi warna sejarah perjuangan bangsa. Walaupun

orang-orang yang bukan warga Samin mencemoohnya, tetapi sejarah telah

mencatatnya, bahwa dia telah menghimpun kekuatan yang luar biasa untuk

membebaskan dari pemerintah kolonial.

2.1.3 Persebaran Masyarakat Samin Samin Surosentiko mulai menyebarkan ajarannya di desa Klopoduwur,

Kabupten Blora, pada tahun 1890. Kemudian meluas ke desa Bapangan

Kecamatan Menden. Selanjutnya ke daerah Kedungtuban, Sambong, Jiken,

Jepon, Blora, Tunjungan, Ngawen, Todanan, Kunduran, Bangirejo dan Doplang

(Benda & Castel 1969).

Persebaran masyarakat Samin meluas ke luar wilayah Kabupaten Blora,

ada dua alasan yang menjelaskan penyebaran ini, pertama: dilakukan sendiri

oleh Samin Surosentiko, dibantu oleh murid-muridnya seperti Wongsorejo (di

Jiwan, Madiun), Engkrak (di Grobogan) dan Karsiyah (di Kajen Pati). Kedua,

banyak orang Samin yang meninggalkan desanya, menghindarkan diri dari

penangkapan kolonial Belanda karena menolak membayar pajak dan

menyerahkan sebagian hasil panen mereka, mereka sembunyi di pinggiran

hutan jati atau sungai (Mumfangati et al. 2004).

Jumlah pengikut Samin pada awal pergerakannya mengalami

perkembangan pesat. Pada tahun 1903, Residen Rembang melaporkan bahwa

pengikut Samin berjumlah sekitar 772 orang di desa-desa Blora selatan dan

sebagian wilayah Bojonegoro (Hutomo 1996). Pata tahun 1907 dilaporkan

pengikut Samin berjumlah 5000 orang (Hutomo 1996) atau 3000 keluarga

menurut Poluso (2006). Sedangkan Residen Rembang J.E. Jasper pada tahun

1916 melaporkan jumlah pengikut Samin berjumlah 2305 keluarga, meliputi 1701

keluarga di Blora dan 283 keluarga tinggal di Pati, Rembang, Grobokan, Ngawi

dan Kudus (Benda & Castle 1969) (Gambar 2). Pada akhirnya tahun 1930

Page 44: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

16

gerakan Samin mulai menurun jumlah pengikutnya karena ketiadaan pemimpin

yang tangguh. Pada jaman pemerintahan Jepang paham Samin tidak banyak

diceritakan lagi.

Gambar 2 Peta persebaran masyarakat Samin pada awal pergerakannya berdasarkan laporan Jasper tahun 1917 (Sumber Benda & Castle 1969) Keterangan: Komunitas Samin, arah persebaran

Tidak banyak bukti sejarah yang mengungkapkan perkembangan ajaran

Samin pada awal masa kemerdekaan. Namun menurut beberapa tokoh Samin

yang berhasil diwawancarai, masyarakat Samin pada saat itu banyak yang tidak

mengetahui kalau bangsanya sudah merdeka. Sehingga mereka masih menutup

diri dan tidak kooperatif terhadap terhadap penguasa.

Di desa Klopoduwur Blora pada masa kemerdekaan sampai tahun 1965,

ajaran Samin masih berkembang. Namun setelah tahun ini gerakan Samin di

desa tersebut tidak terlihat dengan nyata (Widyarini 2006). Pada saat

meletusnya pemberontakan PKI tahun 1965, banyak tokoh Samin yang ikut

ditangkap, karena dituduh ikut terlibat dalam gerakan tersebut. Kondisi tersebut

semakin menyudutkan keberadaan orang Samin. Berdasarkan wawancara

penulis dengan Kepala Desa Klopoduwur bahwa bahwa pada saat ini

Page 45: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

17

komunitas`Samin di Klopoduwur sudah tidak ada. Namun hasil pengamatan di

lapangan masih menunjukkan terdapat kelompok masyarakat yang masih

meyakini ajaran Samin.

Hingga saat ini belum didapatkan data akurat mengenai di mana saja

persebaran masyarakat Samin dan berapa jumlah penganut Samin yang ada.

Sifat ajaran Samin yang merupakan bentuk ajaran kebatinan, atau kepercayaan

dan tidak tercantum dengan jelas pada kartu identitas (misalnya KTP, KK atau

lainnya), sehingga menyulitkan dalam pendataannya.

Komunitas Samin di Blora yang masih bisa dijumpai selain di Klopoduwur

adalah di dusun Tambak, desa Sumber Blora, desa Kemantren, desa Sambong,

dan desa Bapangan. Sedang di Bojonegoro komunitas Samin tinggal di dusun

Jepang Desa Margomulyo. Di Kabupaten Pati masyarakat Samin tinggal di

dusun Bombong dan Ngawen, Kecamatan Sukolilo dan desa Nggaliran. Sedang

di Kabupaten Kudus masyarakat Samin masih banyak di jumpai di dusun

Kaliyoso desa Karangrowo dan desa Larikrejo Kecamatan Undaan, Kabupaten

Kudus (Gambar 3).

Gambar 3 Peta sebaran masyarakat Samin saat ini

Page 46: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

18

2.1.4 Penelitian yang Berkaitan dengan Masyarakat Samin

Penelitian mengenai masyarakat Samin terutama banyak mengamati

mengenai pergerakan Samin dan perubahan kondisi dinamika social budaya

masyarakat. Beberapa peneliti mengenai masyarakat Samin diantaranya: Benda

& Castle (1969) yang menulis The Samin Movent, King (1973) menganalisis

penyebab gerakan Samin, Hutomo (1996) memaparkan tentang Samin dan

ajaran-ajarannya dalam bukunya Tradisi dari Blora. Dan Sastroatmodjo (2003)

menulis tentang siapa Samin Surosentiko.

Penelitian skripsi dan thesis pernah dilakukan mahasiswa dengan

pendekatan berbagai bidang. Skripsi dalam bidang antropologi diantaranya

dilakukan oleh Soekanwo (1968) dan Djokosoewardi (1969) yang mengkaji

tentang Ajaran Saminisme di Blora. Widyarini (2008) mengkaji tentang

Perubahan social komunitas Samin di Blora Tahun 1968-1999 dengan

pendekatan bidang sejarah. Penelitian thesis dalam bidang komunikasi dan

budaya diantaranya: Warsito (2001) membahas tentang Pergeseran budaya

masyarakat Samin; Wibowo (2004) mengenai Pengetahuan lokal dan

kemandirian petani Samin dalam usahatani; dan Darmastuti (2005) tentang

Pola komunikasi social masyarakat Samin khususnya komunitas di Sukolilo.

Peneliti penelitian yang berkaitan dengan lingkungan dan sumberdaya

hayati pernah dilaporkan oleh Munfangati et al. (2004) memaparkan kearifan

lokal masyarakat Samin di Blora khususnya di dusun Tambak desa Sumber

Kecamatan Kradenan Blora, dengan pendekatan antropologi. Al-Susanti (2007),

serta Mahfudhloh (2011), menulis skripsi tentang etnobotani tumbuhan obat di

Margomulyo Bojonegoro. Sejauh ini penelitian yang berkaitan lingkungan dan

sumberdaya hayati masyarakat Samin yang lebih komprehensif mencakup

leseluruhan masyarakat Samin yang ada belum dilakukan. Oleh karena itu

peluang penelitian dengan aspek biologi (etnobiologi) terkait dengan

sumberdaya hayati dan lingkungannya masih sangat terbuka untuk dilakukan.

2.2 Etnobiologi

Etnobiologi didefinisikan sebagai suatu kajian pengetahuan biologi

tradisional dan penilaian pengaruh manusia pada aspek biologi dan

lingkungannya (Cotton1996). Sedangkan Society of Ethnobiology

mendefinisikan Etnobiologi sebagai suatu studi yang mengkaji dinamika

hubungan masyarakat, biota dan lingkunganya pada masa lampau sampai masa

Page 47: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

19

sekarang (Anonim 2010). Studi ini juga dipahami sebagai bidang kajian yang

mengungkapkan hubungan masyarakat atau kelompok masyarakat pada etnik

tertentu sesuai dengan karakteristik geografisnya dalam mengatur kelompoknya

terhadap objek biologi (Suryadarma 2008). Kajian etnobiologi setidaknya

mejawab pertanyaan mengenai bagaimana pandangan masyarakat terhadap

alam dan bagaimana praktek pemanfaatan dan pengelolaan alam oleh

masyarakat (Anonim 2010). Secara luas etnobiologi mengkaji berbagai aspek

mengenai: pengetahuan terhadap sumberdaya hayati; pengetahuan terhadap

ekologi; pengetahuan terhadap etnobotani cognitive; pengetahuan terhadap

budaya materi; pengetahuan terhadap palaeoetnobotani; pengetahuan terhadap

fitokimia tradisional; dan pengetahuan terhadap sistem pertanian tradisional

(Purwanto 2007).

Adanya perkembangan teknologi dan dinamika masyarakat maka muncul

berbagai bidang kajian yang terkait dengan objek-objek biologi oleh kelompok

masyarakat. Menurut Cotton (1996) Studi Etnobiologi meliputi berbagai macam

kajian antara lain etnobotani, etnomikologi, etnoentomologi, etnozoologi.

Etnobiologi juga membahas tentang etnotaksonomi, etnomedisin, ekonomi

subsisten, budaya materi dan etnoekologi. Dalam penelitian ini hanya mengkaji

etnoekologi, etnobotani dan etnozoologi.

2.2.1 Etnoekologi

Istilah etnoekologi dicetuskan oleh Harold Conklin pada tahun 1954 ketika

mempelajari masyarakat Hanunoo di Philipina. Secara istilah Etnoekologi dapat

didefinisikan sebagai suatu ilmu multidisiplin yang mengkaji hubungan timbal

balik antara aspek pola pikir dan aspek praktis suatu etnik terhadap sumberdaya

alam mereka berikut pengaruhnya dalam suatu proses produksi.

Etnoekologi merupakan satu sains yang bertumpu pada kebutuhan praktis

(Suryadarma 2008). Merupakan bidang studi yang kehadirannya relatif baru,

sehingga terminologinya masih menjadi perdebatan diantara para ahli. Menurut

Toledo (1992) bidang ilmu etnoekologi berkembang dari 4 bidang ilmu yaitu:

etnobiologi, agro-ekologi, etnosain dan geografi lingkungan. Kajiannya bertumpu

pada bagaimana pemanfaatan alam oleh kelompok masyarakat sesuai ragam

kepercayaan, pengetahuan, dan bagaimana pandangan kelompok etnis tersebut

dalam pemanfaatan sumberdaya alam (Toledo 1992, Suryadarma 2009).

Pandangan masyarakat terhadap alamnya (corpus), dan rangkaian proses

Page 48: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

20

pengelolaan sumberdaya alam (praxis), pengamatan terhadap karakteristik dan

penilaian dinamika kualitas ekosistemnya adalah wujud totalitas kegiatannya.

Corpusnya mencakup simbol, konsepsi dan persepsi masyarakat terhadap alam

dan praksisnya berupa praktek atau rentetan aktivitas dalam pengelolaan

sumberdaya alam.

Studi etnoekologi berkembang tidak hanya mempelajari interaksi antara

suatu bentuk kehidupan dengan kehidupan lainnya, dan lingkungannya, tetapi

bersifat menganalisis secara holistik sampai pada analisis tentang sistem

pengetahuan masyarakat lokal dalam mengelola lingkungannnya berikut strategi

adaptasi dan sistem produksi yang dikembangkan di lingkungannya tersebut

(Purwanto 2007).

Pengetahuan etnoekologi mencakup keseluruhan pengetahuan ekologi

yang menganalisis semua aspek pengetahuan lokal masyarakat tentang

lingkungannya meliputi persepsi dan konsepsi masyarakat lokal terhadap

lingkungannya beserta strategi adaptasi dan sistem produksi serta pengelolaan

sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya. Pengetahuan ini juga

menganalisis pengaruh formatif persepsi lokal tentang lingkungan dan

pengetahuan lokal mengenai pembangunan, serta pengaruh semua aktivitas

manusia terhadap lingkungannya (Purwanto 2007).

2.2.2 Etnobotani

Istilah etnobotani dikemukakan pertama kali oleh Harshberger pada

tahun 1895 yang memberikan batasan etnobotani adalah ilmu yang mempelajari

berbagai jenis tumbuhan secara tradisional oleh masyarakat primitif (Walujo

2004). Etnobotani secara sederhana didefinisikan sebagai sebagai kajian

interaksi manusia dengan keanekaragaman jenis tumbuhan (Cotton 1996; Martin

1995). Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan kajian etnobotani

berkembang menjadi ilmu multidisiplin yang mempelajari hubungan manusia

dengan sumberdaya tumbuhan.

Etnobotani secara etimologi terdiri atas dua penggal kata yaitu etno yang

berarti bangsa atau kelompok etnis, dan botani yaitu tentang tumbuh-tumbuhan.

Faham ini memadukan dalam satu ranah etnologi dan botani yang harus mampu

saling mengisi dan menguatkan (Walujo 2009). Pengertian etnobotani harus

mampu menungkapkan keterkaitan hubungan budaya masyarakat, terutama

Page 49: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

21

tentang persepsi dan konsepsi masyarakat dalam memahami sumberdaya nabati

di sekitar tempat bermukim.

Pengetahuan tradisional tentang botani membahas secara menyeluruh

pengetahuan botani yang dimiliki masyarakat lokal. Pengetahuan lokal

merupakan pengetahuan masyarakat mencakup segala aspek pemanfaatan,

aspek ekologis dan kognitif pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan dan

pengelolaannya. Sehingga pengetahuan tradisional ini mencakup seluruh aspek

pengetahuan lokal tentang pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam

tumbuhan dan lingkungannya, meliputi identifikasi, pemanfaatan dan

pengelolaan keanekaragaman jenis tumbuhan secara subsisten, serta sistem

pengetahuan dalam konteks sosiologis dan spiritual (Purwanto 2007).

Etnobotani dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk

mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tradisional yang telah

menggunakan berbagai macam jasa tumbuhan untuk menunjang kehidupannya.

Pendukung kehidupan untuk kepentingan makan, obat-obatan, bahan bangunan,

upacara adat, budaya, bahan bakar, pakan ternak dan lainnya. Semua kelompok

masyarakat memiliki ketergantungan terhadap tumbuhan tidak hanya sebagai

sumber pangan (Suryadarma 2008).

Peneliti etnobotani dalam melakukan analisis etnosain pengetahuan

tradisional harus menitik beratkan pada dunia tumbuhan meliputi berbagai aspek

diantaranya adalah pemanfaatannya, pengelolaannya, persepsi dan konsepsi

dari berbagai kelompok masyarakat atau etnik yang berbeda. Pada umumnya

penelitian etnobotani selalu menitikberatkan pada pengetahuan tradisional

masyarakat lokal, namun perkembangan terkini telah dimulai upaya mempelajari

etnobotani masyarakat urban, misalnya kelompok masyarakat Matizaro di

Amerika tengah (Purwanto 2007); Varanasi Uttar Pradesh, India (Verma et al.

2007)

2.2.3 Etnozoologi Hewan tidak hanya makhluk yang berguna dan menarik dalam dunia

biologi. Sebagian bangsa menganggap bahwa hewan adalah makhluk sosial

yang hidup bersama dengan manusia, dan sebagian kebutuhan manusia

bergantung pada hewan (Johnson 2002). Studi Etnozoologi mengkaji interaksi

antara budaya manusia dengan hewan dan lingkungannya pada masa lampau

maupun masa sekarang. Kajian bidang ini mencakup klasifikasi, penamaan dan

Page 50: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

22

pengetahuan keterkaitan dengan budaya masyarakat lokal, dan kegunaannya

baik hewan liar maupun hewan budidaya (Johnson 2002). Studi ini juga

mempelajari persepsi manusia tentang hewan kaitannya dengaan ajaran moral

atau nilai-nilai spiritual (Ellen 1993).

Studi etnozoologi mengkaji pengetahuan masyarakat mengenai

pengelolaan sumberdaya hayati fauna. Studi ini sangat jarang dilakukan di

Indonesia dan bahkan sangat langka, walaupun sebenarnya masyarakat

Indonesia mengenal dengan baik pemanfaatan bebagai jenis hewan (fauna)

yang digunakan dalam berbagai kepentingan, seperti sebagai bahan pangan,

bahan kerajinan, bahan pakaian, bahan obat-obatan, bahan hiasan, ritual,

peralatan dan lain-lainnya.

2.3 Hubungan Masyarakat dengan Sumberdaya Hayati dan Lingkungannya Kehidupan manusia senantiasa terjadi hubungan timbal balik antara sistem

sosial dengan sistem biofisik (Rambo 1983; Parson 1985; Marten 2001; Soerjani

et al. 2008; Hadi 2009). Kedua sistem berubah sesuai dengan dinamika internal

masing-masing, namun tetap mempertahankan integritas mereka sebagai sistem

terpisah. Hubungan timbal balik yang erat antara dua subsistem itu dapat

berjalan dengan baik dan teratur karena adanya arus enegi, materi dan informasi

(Gambar 4).

Gambar 4 Hubungan antara sistem sosial dengan ekosistem ( Rambo 1983)

Page 51: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

23

Aspek latar belakang sosial ekonomi budaya manusia dapat

mempengaruhi perilaku manusia dalam memperlakukan alam lingkungan

sekitarnya. Sebaliknya karena pengaruh lingkungan biofisik sekitarnya, manusia

harus melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar agar dapat

bertahan hidup (Hutterer & Rambo 1985). Hubungan sistem sosial dan biofisik

tersebut sangat dinamis setiap waktu, oleh karena itu bila ada perubahan sistem

sosial masyarakat secara otomatis akan mengakibatkan perubahan sistem

biofisik, dan sebagainya (Rambo 1983). Perubahan hubungan interaksi antara

manusia dan lingkungannya dapat disebabkan oleh faktor internal seperti

pertambahan penduduk, juga faktor eksternal, misalnya pembangunan dan

kebijakan pemerintah, serta perkembangan ekonomi pasar (Iskandar 2001).

Dalam melakukan pendekatan pada penelitian hubungan antara

masyarakat dan lingkungannya Vayda (1983) menolak adanya pandangan

homogenitas ekologi dan sosial budaya. Ia menekankan pelunya memusatkan

perhatiannya pada keanekaragaman serta bagaimana individu-individu yang

berbeda atau kelompok-kelompok yang berperan di dalamnya beradaptasi

terhadap keseluruhan faktor lingkungan yang mempengaruhinya, misalnya: adat

kebiasaan, teknologi, kelembagaan masyarakat dan kepercayaannya. Para

peneliti diharapkan memprioritaskan penelitiannya untuk mengidentifikasi nilai-

nilai mengenai alam lingkungannya, dan menunjukkan bagaimana perilaku

masyarakat dapat mempengaruhi keharmonisan hubungan dengan

lingkungannya.

Pengelolaan sumberdaya alam yang berbasis pengetahuan dan teknologi

modern yang lebih menekannya orientasi ekonomi jangka pendek, ternyata

banyak mengalami kegagalan bahkan sering menimbulkan kerusakan

lingkungan. Oleh karena itu berbagai kalangan mulai berpaling pada sistem

budaya lokal (Adimihardja 2008). Kearifan tradisi yang tercemin dalam

pengetahuan dan teknologi lokal di berbagai daerah secara dominan masih

diwarnai nilai-nilai kearifan sebagaimana tampak dari cara-cara mereka

melakukan praktek-praktek konservasi, managemen dan eksploitasi sumberdaya

alam. Sehingga menjamin ketersediaan secara berkesinambungan dari sumber

alam yang ada.

Tingkat pengetahuan yang dicapai suatu kelompok masyarakat berasal

dari akumulasi dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi dengan

kondisi alam sekitarnya berjalan lama dan umumnya mereka memiliki tatanan

Page 52: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

24

yang telah disepakati dan dilaksanakan bersama dalam menjaga keseimbangan

dengan alam lingkungan sekitar (Soedjito & Sukara 2006; Purwanto 2007).

Pengetahuan mengenai tatanan, aturan atau pranata sosial yang berlaku di

masyarakat tersebut kita kenal sebagai pengetahuan tradisional atau indigenous

knowledge. Menurut Adimihardja (2008) pengertian indigenous knowledge

meliputi Sistem Pengetahuan dan Teknologi Lokal (STPL), yang didefinisikan

sebagai suatu pengetahuan yang tumbuh dan berkembang secara lokal,

merupakan perkembangan dari bagian keseluruhan masyarakat lokal. Dasar-

dasar pengetahuan itu bersumber dari nilai-nilai tradisi dan adaptasi dengan

nilai-nilai dari luar.

Pengetahuan secara turun-temurun yang dimiliki oleh masyarakat untuk

mengelola lingkungan hidupnya, yaitu pengetahuan yang melahirkan perilaku

sebagai hasil dari adaptasi mereka terhadap lingkungan yang mempunyai

implikasi positif terhadap kelestarian lingkungan melahirkan suatu konsep

Kearifan tradisional. Dove (1985) mendefinisikan kearifan tradisional sebagai

seperangkat nilai budaya, pengetahuan, aturan, kepercayaan, tabu, sanksi,

upacara dan sejumlah perilaku budaya yang arif dalam pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya alam. Masyarakat sangat menjunjung tinggi nilai-nilai

kearifan tersebut, sehingga tidak sedikit sumberdaya alam yang dapat

dipertahankan.

Pengetahuan lokal memberikan informasi yang berharga bagi kita untuk

memahami aspek-aspek ekologi lansekap serta kekayaan sumberdaya hayati di

sekitar mereka (Raynor & Kostka 2003). Dewasa ini banyak pengetahuan lokal

mengenai pemanfaatan tumbuhan dan hewan yang hilang sebelum dicatat dan

ketahui peneliti. Di lain pihak timbul gerakan kembali ke alam (Back to nature)

diantaranya upaya memanfaatkan kembali sumberdaya nabati alami, misalnya

penggunaan obat tradisional, kosmetik, pewarna dan lain-lain. Hal ini

menunjukkan pentingnya pengetahuan pemanfaatan tumbuhan dan hewan

tersebut secara tradisional, dan informasi tersebut merupakan informasi yang

sangat berharga untuk pelestarian pemanfaatan keanekaragaman sumberdaya

hayati dan lingkungannya.

Pengetahuan tradisional sering dianggap tidak ilmiah, karena belum dapat

dijelaskan secara kuantitatif, terukur oleh metode penelitian. Padahal dalam

kehidupan nyata pengetahuan tradisional terbukti mampu menyelesaikan

kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat tradisional melestarikan

Page 53: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

25

sumberdaya dan menghindari over konsumsi melalui aturan tabu atau sistem

kepercayaan lainnya. Pengelolaan ruang dan lahan dilembagakan dalam sistem

adat yang dipegang teguh serta dipatuhi oleh segenap masyarakat anggotanya.

Sehingga tercipta kehidupan yang harmonis antara manusia dan alam karena

kesimbangan ekologi tetap terjaga (Soedjito & Sukara 2006).

Upaya untuk menjaga keseimbangan antara sumberdaya alam dengan

lingkungannya dilakukan dengan konservasi. Konservasi alam diartikan sebagai

upaya pengelolaan yang dilakukan manusia dalam memanfaatkan biosfer

sehingga dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya dan berkelanjutan

bagi kehidupan generasi manusia. Upaya ini bertujuan memelihara dan

mempertahankan potensi alam agar dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi

generasi mendatang. Pengertian konservasi tersebut mencakup perlindungan,

pemeliharaan, pemanfaatan secara berkelanjutan, restorasi dan penguatan

lingkungan alam (IUCN 1980). Selain itu ditekankan bahwa konservasi alam tidak

bertentangan dengan pemanfaatan beranekaragam jenis, varietas dan ekosistem

bagi kepentingan manusia selama pemanfaatan tersebut dilakukan secara

berkelanjutan.

Tujuan konservasi adalah terjaminnya kebutuhan dasar material, spiritual

dan budaya masyarakat baik kualitas maupun kuantitasnya secara lestari dan

berkesinambungan (Setiadi 2007). Tujuan tersebut dapat dicapai dengan

melakukan upaya: (1) menjamin kelestarian manfaat sumberdaya alam bagi

masyarakat dalam pembangunan berkesinambungan; (2) menjamin

terpeliharanya keanekaragaman jenis dan sumber plasma nutfah; (3) menjamin

terpeliharanya kelangsungan proses-proses ekologi yang esensial dan sistem

pendukung kehidupan; (4) meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya

konservasi sumberdaya alam.

Penerapan konservasi alam yang menekankan pada aspek perlindungan

alam fisik semata-mata, tanpa melibatkan aspirasi dan kepentingan sosial

ekonomi dan budaya penduduk sekitar, cepat atau lambat akan menemui

kesulitan. Konservasi semacam itu tidak mungkin dapat mewujudkan tujuan

mulianya, yaitu pembangunan berwawasan lingkungan dan memberikan manfaat

secara adil kepada segenap lapisan masyarakat.

Page 54: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

27

3 KEADAAN UMUM LOKASI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Deskripsi Dusun/Desa Penelitian

Lokasi penelitian meliputi 5 lokasi pada 7 dusun di lingkungan pemukiman

masyarakat Samin, mencakup 4 kabupaten yakni: Kabupaten Kudus,

Kabupaten Pati dan Kabupaten Blora di propinsi Jawa Tengah, serta Kabupaten

Bojonegoro propinsi Jawa Timur (Gambar 5). Dusun tersebut dipilih karena (a)

merupakan tempat tinggal/pemukiman masyarakat Samin; (b) mayoritas

penduduknya hidup bertani; (c) masih terdapat tokoh Samin, generasi tua, atau

informan lokal yang memahami tentang lingkungan dan sumberdaya alam di

tempat tersebut Letak dusun studi dan posisi geografis kabupaten ditampilkan

pada Tabel 1.

Gambar 5 Peta lokasi penelitian masyarakat Samin

Tambak Sumber Blora

Larikrejo dan Kaliyoso Kudus

Ngawen dan Bombong Pati

Klopoduwur Blora

Jepang Margomulyo Bojonegoro

Page 55: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

28

Tabel 1 Lokasi penelitian Masyarakat Samin

Kabupaten Posisi geografis Nama Desa/Dusun Kudus, Jawa Tengah

Bujur Timur: 110o36’ - 110o

Lintang Selatan 650’

o51’ - 7o

• Dusun Larikrejo, Desa Larikrejo, Kec. Undaan

16’ • Dusun Kaliyoso, Desa Karangrowo Kec. Undaan

Pati, Jawa Tengah

Bujur Timur:1100, 50’–1110

Lintang Selatan: 6

, 15’

0, 25’– 70

• Dusun Bombong, Desa Baturejo, Kec. Sukolilo

,00’ • Dusun Ngawen, Desa.

Sukolilo, Kec. Sukolilo Blora, Jawa Tengah

Bujur Timur: 111016’ - 1110

Lintang Selatan 6

38’

0 52’ - 70

• Dusun Klopoduwur, Desa Klopduwur Kec. Banjarejo

24

• Dusun Tambak, Desa Sumber, Kec. Kradenan

Bojonegoro, Jawa Timur

Bujur Timur : 111º25'- 112º09' Lintang Selatan : 6º59' - 7º37'

• Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kec. Margomulyo

3.1.1 Dusun Larikrejo dan dusun Kaliyoso

Desa Larikrejo dan dusun Kaliyoso termasuk dalam wilayah di Kecamatan

Undaan, Kabupaten Kudus (Gambar 6). Desa tersebut berjarak sekitar 7 km dari

Ibu Kota Kecamatan dan sekitar 13 km jarak dari Ibu Kota Kabupaten. Untuk

menunju ke lokasi tidak ada jalur angkutan umum. Jalan desa sebagian sudah

beraspal dan jalan makadam. Kondisi jalan bisa dilewati kendaraan beroda

empat.

Topografi desa datar dengan kemiringan lahan 0-20

3.1.2 Dusun Bombong dan Ngawen

. Desa Larikrejo dan

Kaliyoso dahulu merupakan rawa-rawa, sebagian lahan desa merupakan sawah

yang sering tergenang air. Luas lahan desa Larikrejo 222.26 ha dan Karangrowo

1100.26. Sebagian besar merupakan lahan sawah 61.71% (Larikrejo) dan

81.75% (Karangrowo). Tegalan 32.17% (Larikrejo) dan 13.58% (Karangrowo),

serta sisa lahan berupa pekarangan 6.13% di Larikrejo dan 4.65% di desa

Karangrowo (BPS Kudus 2010).

Masyarakat Samin di Kabupaten Pati sebagian besar tinggal di dusun

Bombong dan dusun Ngawen, Desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo kabupaten

Pati. Kecamatan Sukolilo terletak 27 km ke arah barat daya dari Ibu Kota

Kabupaten Pati. Sebelah utara dibatasi Kabupaten Kudus, Sebelah selatan dan

barat dibatasi Kabupaten Grobokan dan Sebelah timur berbatasan dengan

Kecamatan Kayen. Luas wilayah ± 15 973.9 ha, terdiri dari 7 245 ha lahan sawah

dan 8.619 Ha lahan bukan sawah (BPS Pati 2009).

Page 56: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

29

Dusun Bombong secara administrasi termasuk pada Desa Baturejo dan

dusun Ngawen termasuk dalam desa Sukolilo (Gambar 7). Jarak ke Ibu Kota

Kecamatan kurang dari 1 km dan sekitar 15 km dari Ibu Kota kabupaten Pati.

Gambar 6 Peta administrasi dan penggunaan lahan Desa Larikrejo dan Karangrowo Kecamatan Undaan Kudus.

Larikrejo

Kaliyoso

Page 57: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

30

Gambar 7 Peta administrasi dan penggunaan lahan Desa Baturejo dan Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati 3.1.3 Dusun Klopoduwur

Desa Klopoduwur terletak lebih kurang 7 km ke arah Selatan dari Ibukota

Kabupaten Blora. Secara administratif desa Klopoduwur termasuk dalam

kecamatan Banjarejo kabupaten Blora. Bagian utara berbatasan dengan desa

Gedongsari, bagian barat berbatasan dengan desa Sumber Agung, bagian

selatan dengan desa Sidomulyo dan bagian Timur dengan desa Ngampon dan

Bombong

Ngawen

Page 58: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

31

Jepang Rejo (Gambar 8). Untuk menuju desa ini terdapat akses jalan beraspal

yang sudah dilalui jalur angkutan bus ke arah Randublatung. Topografi daerah ini

adalah datar dan berombak, berada pada ketinggian 75 m dpl. Luas wilayah

desa Klopoduwur adalah 687.70 hektar. Berdasar penggunaan lahan paling luas

adalah hutan Negara 43.49%; ladang/tegalan 27.80%; pekarangan dan sawah

sekitar 10% dan hutan rakyat 7.6% (BPS Pati 2009).

Gambar 8 Peta administrasi dan penggunaan lahan desa Klopoduwur

Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora

Page 59: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

32

3.1.4 Dusun Tambak Dusun Tambak secara administratif termasuk dalam wilayah desa

Sumber Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora (Gambar 9). Desa ini terletak

lebih kurang 40 km arah Barat dari kota Blora. Untuk mencapai desa ini terdapat

jalan beraspal yang dilalui jalur angkutan bus ke arah Randublatung. Luas desa

Sumber 1 369 395 hektar, sebagian besar berupa sawah (41.63%), lainnya

adalah pekarangan 33.89% dan tegalan 24.49%. Jenis tanahnya adalah Aluvial.

Desa ini berada pada ketinggian 52 m dpl, topografi datar (BPS Pati 2010).

Gambar 9 Peta administrasi dan penggunaan lahan desa Sumber Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora

Tambak

Page 60: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

33

3.1.5 Dusun Jepang Dusun Jepang secara administrasi terletak pada Desa Margomulyo,

Kecamatan Margomulyo, Kab. Bojonegoro Jawa Timur (Gambar 10). Desa

Margomulyo berada pada daerah perbukitan dengan ketinggian sekitar 151 dpl,

topografi sebagian besar datar (95%) dan sebagian lainnya berombak berbukit.

Luas Desa Margomulyo adalah 1 208 ha. Penggunaan lahan paling besar adalah

sebagai hutan produksi (55.15%), lahan pekarangan 20.77%; tegalan 14. 23%

dan sawah 10.10% (BPS Bojonegoro 2009).

Gambar 10 Peta administrasi dan penggunaan lahan Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro

Page 61: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

34

Dusun ini agak terisolir karena terletak di tengah kawasan hutan jati. Tidak

ada angkutan umum menuju dusun ini, tetapi sudah terdapat jalan beraspal,

sehingga cukup memudahkan mobilitas penduduk dusun. Dusun Jepang

berjarak sekitar 5 km dari ibu kota kecamatan, 65 km dari ibu kota kabupaten.

Desa Margomulyo berada di tepi jalan kabupaten yang menghubungkan ibu kota

Bojonegoro dengan kota Ngawi.

3.2 Geologi dan Tanah

Fisiografi daerah Kudus, Blora Jawa Tengah dan Bojonegoro Jawa Timur,

dibedakan menjadi tiga lajur yang membentang arah barat-timur yaitu Lajur

Rembang di bagian utara, Lajur Randublatung di tengah dan Lajur Kendeng di

bagian selatan (Van Bemmelen 1949). Lajur Rembang terdiri dari pegunungan

lipatan berbentuk antiklinorium yang memanjang arah barat-timur, memanjang

dari utara Purwodadi melalui Blora, Jatirogo, Tuban dan berakhir di P. Madura

(Suwarti & Wikanto 1992). Lajur Kendeng bagian utara berbatasan dengan

depresi Randublatung, sedang bagian selatan bagian jajaran gunung api (Zona

Solo). Zona Kendeng merupakan kelanjutan dari Zona Pegunungan Serayu

Utara yang berkembang di Jawa Tengah.

Bagian utara antiklinorium Rembang mengandung formasi batuan berumur

Miosen Awal telah mengalami pengangkatan dan erosi. Suatu kelompok antiklin

yang terdapat di bagian selatan dikenal sebagai Zona Rembang tengah dan

selatan, sering disebut sebagai Cepu Trend

Secara umum daerah kajian terdiri dari dataran rendah dan perbukitan

bergelombang, dan pegunungan terjal dengan ketinggian 0 sampai dengan 650

m. Berdasar bentang alam daerah kajian dapat dibagi menjadi empat satuan

morfologi yaitu: dataran rendah, perbukitan bergelombang, karst, dan

pegunungan (Kadar & Sudiyono 1994).

. Batuan tertua yang tersingkap di

bagian ini berumur Miosen Akhir, kebanyakan mengandung minyak. Batuan

yang berfungsi sebagai reservoar hidrokarbon yang utama di daerah Rembang

adalah batu pasir Ngrayong (Miosen Tengah) sedang penyumbat atau (seal) nya

adalah batu lempung Wonocolo yang berumur Miosen Akhir.

Berdasar peta geologi lembar Rembang, dataran rendah mencapai 45%,

ketinggian antara 0 hingga 50 m dpl. Dataran rendah menempati daerah dari

pantai utara, hingga dataran rendah di Pati. Dataran ini terutama terdiri dari

endapan Alluvial dan batu lempung. Satuan morfologi yang terbentuk umumnya

Page 62: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

35

berupa lahan sawah. Sedang pada peta geologi lembar Bojonegoro

(Pringgoprawiro & Sukido 1992), morfologi dataran rendah pada Lajur

Randublatung merupakan daerah aliran bengawan Solo. Sepanjang aliran

Bengawan Solo umumnya ditempati satuan batuan lempung dari endapan banjir.

Aliran sungai umumnya berkelok-kelok dan bermeander.

Daerah Perbukitan pada lembar geologi Rembang berketingian antara 50-

300 m dpl. Menempati daerah selatan Rembang, Blora, Jepon, Ngawen dan

Todanan. Satuan morfologi ini dibentuk oleh batuan sedimen Formasi Tawun,

Ngrayong, Bulu, Wonocolo, Lidah (Kadar & Sudijono 1992). Sedang pada

lembar Bojonegoro, daerah perbukitan ketinggian 150-350 m dpl, ditandai

dengan puncak-puncak bukit kasar, lereng agak landai sampai curam. Satuan ini

biasanya ditempati batuan sedimen napal, batugamping dan batupasir.

Daerah karst berketinggian antara 100-500 m dpl, dicirikan oleh perbukitan

kasar, terjal, bukit-bukit kerucut, gua-gua dan sungai dalam tanah. Satuan

morfologi ini menempati daerah pegunungan Kendeng Sukolilo. Satuan batuan

yang menyusunnya adalah batu gamping formasi Bulu, yang berumur Miosen

Tengah dan formasi Pasiran yang berumur Pliosen-Plistosen. Daerah ini

umumnya ditumbuhi rerumputan dan digunakan sebagai ladang.

Kondisi tanah merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi

penyebaran vegetasi. Ada lima faktor utama dalam pembentukan formasi tanah,

lithologi, iklim, topografi, makhluk hidup dan waktu. Berdasar peta tanah

Indonesia (Bakosurtanal 1999) (Gambar 11) sebagian besar wilayah Pati, Blora

dan Bojonegoro mempunyai jenis tanah dominan pada kelompok tanah

Haplustoll, Ordo Mollisol (setara Andosol). Sebagian kecil di daerah rendah

Kudus, Pati dan Blora mempunyai tipe tanah Inseptisol (setara tanah Latosol

dan Aluvial)

Bahan induk tanah Mollisol (Andosol) berasal dari bantuan gamping

(limestone). Tergolong tanah berpelapukan lanjut berwarna coklat tua sampai

hitan, miskin unsur hara P dan K, kaya bahan organik dan basa (kation). Ada

yang mempunyai horison argilik (berat) atau kalsik (berkapur). Penyebarannya di

daerah beriklim kering dari bahan volkan maupun non volkan. Sebagian

tanahnya jenuh air, beriklim lembab, dan mengandung kapur. Potensinya

sangat tergantung dari kedalaman tanah dan lereng. Tanah dalam dan topografi

datar mempunyai potensi yang lebih tinggi dari pada tanah dangkal dan topografi

berlereng curam.

Page 63: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

36

Tanah pada dataran rendah di Pati, Kudus dan Blora umumnya

mempunyai tipe tanah Inseptisol (latosol, alluvial). Tanah Inseptisol tergolong

masih muda, teksturnya lebih halus dari pasir halus berlempung. Bahan asal

bervariasi dan penyebarannya dari dataran rendah sampai pegunungan dengan

iklim basah sampai kering. Sifat tanah sangat bervariasi, dari sangat miskin

sampai kaya unsur hara, tergantung sifat bahan asal dan keadaan

lingkungannya.

Gambar 11 Peta tanah pada lokasi penelitian (Sumber : Bakosurtanal 1999)

3.3 Iklim dan Curah Hujan Iklim mengalami fluktuasi sepanjang masa. Variasi iklim tahunan yang

dialami di Jawa dan Bali sekarang ini merupakan akibat dari osilasi massa udara

di dalam kawasan tropis (Whitten et al. 1999). Osilasi disebabkan pergerakan

matahari antara garis balik utara dan garis balik selatan melintasi garis

katulistiwa setiap bulan.

Iklim berpengaruh penting dalam distribusi tumbuhan, perbedaan yang

relative kecil berpengaruh besar. Distribusi tipe vegetasi di jawa dan Bali sangat

dipengaruhi jumlah bulan kering dan curah hujan. Faktor ini digunakan untuk

memetakan distribusi tipe vegetasi alami. Bulan kering curah hujan kurang dari

60 mm, bulan basah adalah bulan dengan curah hujan lebih dari 100mm.

Klasifikasi iklim berkaitan erat dengan zona vegetasi.

Andosol

Latosol, alluvial

Page 64: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

37

Klasifikasi iklim yang banyak dipakai adalah yang dibuat oleh Schmidt dan

Ferguson (1951) yang didasarkan atas nisbah bulan kering terhadap bulan basah

(disebut Q) yang nilainya dinyatakan dengan persen. Bulan kering adalah bulan

dengan curah hujan kurang dari 60mm, sedang bulan basah adalah bulan

dengan curah hujan lebih dari 100 mm (Whitten et al. 1999). Klasifikasi ini terdiri

dari enam kategori (Tabel 2 ).

Tabel 2 Enam kategori iklim di Jawa dan Bali

Tipe iklim Kategori Persen Q Lembab A Q=0-14% Agak musiman B Q=14-33% Musiman C Q=33-60% Musiman D Q=60-100% Sangat musiman E Q=100-167% Sangat musiman F Q=167-100% Sumber: Schmidt & Ferguson 1951, Whittmore 1984

Curah hujan merupakan variabel ekologis terpenting, karena berkaitan

langsung dengan pertumbuhan tanaman. Bagian Jawa Timur lebih kering

dibanding Jawa bagian barat. Wilayah Jawa memiliki iklim tropis. Curah hujan di

Pulau Jawa bagian barat cenderung lebih tinggi dari pada Jawa bagian timur. Di

Jawa Tengah curah hujan tahunan rata-rata 2000 mm, dan suhu rata-rata 21-

320C. Daerah dengan curah hujan tinggi terutama terdapat di Nusakambangan

bagian barat, dan sepanjang Pegunungan Serayu Utara. Daerah dengan curah

hujan rendah dan sering terjadi kekeringan di musim kemarau berada di daerah

Blora dan sekitarnya serta di bagian selatan Kabupaten Wonogiri.

Jawa Timur memiliki iklim tropis basah, dibandingkan dengan wilayah

Pulau Jawa bagian barat, Jawa Timur pada umumnya memiliki curah hujan yang

lebih sedikit. Curah hujan rata-rata 1.900 mm per tahun, dengan musim hujan

selama 100 hari. Suhu rata-rata berkisar antara 21-34 °C.

Gambaran iklim dan cuaca selama lima tahun (1995-1999) di lokasi

penelitian di lakukan dengan pengambilan data sekunder dari BMKG pada

stasiun klimatologi terdekat. Retata Curah hujan tahunan selama lima tahun

bervariasi, kurang dari 50mm di daerah Bojonegoro, dan sekitar 150 mm di Pati,

Kudus dan Blora. Curah hujan tertinggi pada bulan Desember-Januari (Gambar

12). Rerata kelembaban udara sekitar 80%, kecuali di Bojonegoro hampir 95%

(Gambar 13). Rerata suhu udara tahunan berkisar antara 25-31oC (Gambar 14).

Page 65: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

38

Gambar 12 Rata-rata curah hujan di wilayah penelitian (tahun 2005-2009)

Gambar 13 Rata-rata kelembaban udara di wilayah penelitian (tahun 2005-2009)

Gambar 14 Rata-rata suhu udara di wilayah penelitian (tahun 2005-2009)

Page 66: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

39

3.4 Sumberdaya Biologi

Distribusi tumbuhan dan hewan sangat dipengaruhi oleh sejarah geologi

dan sejarah iklim (terutama fluktuasi iklim di daerah tersebut). Distribusi flora di

Indonesia terbentuk karena peristiwa geologis yang terjadi jutaan tahun yang

lalu. Flora Indonesia dipisahkan oleh garis Wallace menjadi genera Asian

(Laurasia) dan Australasian (Godwana). Garis ini merupakan batas antara flora

bagian barat dan bagian timur Indonesia. Pulau Jawa terletak di bagian barat

garis Wallace, lokasi biografi ini sangat menentukan karakteristik flora dan fauna

di Jawa.

Berdasar distribusi tipe ekosistem dan ciri spesies di Indonesia, para ahli

membagi wilayah Indonesia menjadi tujuh wilayah biogeografi, yakni: 1) Sumatra

dan pulau pulau lepas pantainya; 2) Jawa dan Bali; 3) Kalimantan; 4) Sulawesi

dan pulau pulau lepasnya; 5) Nusa tenggara; 6) Maluku; dan 7) Papua.

Jawa memiliki kurang lebih setengah dari 580 marga tumbuhan yang ada

di kawasan Malesia. Pada pulau Jawa terdapat sedikitnya 10 suku yang menjadi

ciri khas hutan basah di Kawasan Sunda, yaitu famili Sapotaceae, Palmae,

Myristicaceae, Ebenaceae, Annonaceae, Gesneriaceae, dan Dipterocarpaceae,

sedang di Borneo 267 suku (155 endemik) di Sumatra 105 suku (11 endemik)

(Ashton 1982). Flora pegunungan di Jawa dan Bali banyak memiliki keterkaitan

dengan yang ada di Sumatra, tetapi sangat berbeda dengan yang ada di Borneo

(Whitten et al. 1999).

Jawa Barat paling kaya flora asli (3882 jenis), diikuti Jawa Tengah (2581

jenis) dan Jawa Timur (2717 jenis). Jawa Barat memiliki bagian terbesar dari

jenis flora yang tidak terdapat di jawa Tengah, diikuti oleh Jawa Tengah dan

Jawa Timur. Tumbuhan yang tahan terhadap kekeringan lebih umum terdapat di

utara Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Perbedaan flora di Jawa bagian barat dan bagian timur sebagian besar

ditentukan oleh perbedaan iklim (Van Steenis 2006). Bentang alam pulau Jawa

dan Bali yang memanjang memungkinkan iklim yang berbeda antara wilayah

Jawa bagian barat dengan Jawa bagian timur. Curah hujan di pulau Jawa bagian

barat cenderung lebih tinggi daripada Jawa bagian timur sampai ke Bali.

Perbedaan menyebabkan sebaran vegetasi yang berbeda.

Jawa Barat dengan curah hujan yang cukup tinggi mempunyai beberapa

kawasan vegetasi hutan hujan tropik. Sedang hutan bagian utara Jawa Barat

sampai bagian utara Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur, mempunyai curah

Page 67: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

40

hujan yang kurang, sehingga jenis vegetasi yang biasa terdapat daerah ini

menjadi ciri khas adalah jenis tumbuhan meranggas, misalnya pohon jati.

Kawasan hutan jati ini membentang dari Alas Roban di Jawa Tengah, Jepara,

Pati, Rembang , Blora, Ngawi sampai Bojonegoro Jawa Timur.

Hutan alam di Jawa secara komersial tidak ada lagi dan hampir semua

kegiatan kehutanan terbatas pada hutan tanaman. Hutan tanaman di Jawa di

dominasi oleh jati (Tectona grandis) (Whitten et al. 1999). Semua hutan tanaman

di Jawa dikelola oleh Perhutani. Jati tumbuh baik di daerah bulan kering 4-7

bulan, pada ketinggian di atas permukaan laut sampai 700 m. Selain pohon jati

terdapat jenis lain yang di tanam sesuai dengan kondisi lahan dan tujuan. Jenis

tersebut misalnya mahoni (Swietenia spp), sonokeling (Dalbergia latifolia),

kesambi (Shleichera oleosa).

Lokasi penelitian yang terletak di Jawa Tengah bagian utara dan Jawa

Timur yang berbatasan dengan Jawa Tengah, sebagian merupakan zona

dataran rendah yang merupakan kawasan pertanian dan pemukiman, sehingga

jenis tumbuhan yang mendominasi adalah jenis tanaman budidaya antara lain:

padi, jagung, kedelai, pisang, singkong. Selain itu terdapat tanaman perkebunan

misalnya jati, mahoni, kelapa, magga, bambu (Bappedal Jateng 2004).

Pekarangan masyarakat didominasi oleh jenis-jenis tanaman pohon.

Tanaman ini terdiri dari berbagai jenis, fase pertumbuhan dan ketinggian yang

berbeda. Tanaman yang paling umum dibudidayakan adalah buah-buahan

seperti mangga, nangka, pepaya, pisang yang membentuk lapisan tajuk yang

hijau. Lapisan di bawahnya adalah tanaman pangan seperti jagung dan ketela

pohon. Di dekat permukaan tanah biasanya ditanami berbagai tanaman sayuran

seperti talas, ubi jalar, cabe, bayam dan tanaman rempah serta obat. Berdasar

jumlah jenis dan varietas yang ada, memperlihatkan bahwa pekarangan

merupakan sumber plasma nutfah yang sangat penting dan dinamis (Whitten et

al. 1999). Dengan keragaman jenis yang sangat tinggi setiap hari ada jenis yang

bisa dipanen untuk kebutuhan sendiri atau di jual. Selain tanaman pangan

terdapat berbagai jenis tanaman obat tradisional, tanaman penunjuk musim dan

tanaman yang mempunyai nilai sejarah atau nilai magis.

Kondisi fauna di Jawa juga paling miskin di banding kepulauan besar

lainnya Seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi atau Papua. Mamalia asli dari

Jawa 137 jenis, 22 jenis merupakan jenis endemik. Tercatat lebih dari 430 jenis

Page 68: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

41

burung, 30 jenis diantaranya bersifat endemik. Whitten & Mc Carthy (1993)

mencatat 87 jenis ular, 42 jenis kadal, cicak dan biawak; serta 36 Ampibi.

Jenis satwa liar yang terdapat di wilayah Jawa Tengah antara lain:

Mamalia: babi hutan, bajing, garangan, kalong, kera ekor panjang, musang;

Aves: burung madu, sriganti, cinenen, kapasan, kutilang, srigunting, manyar,

peking, prenjak sisi merah, tengkek dll. Jenis reptil antara lain: ular koros (Ptyas

coros), gadung, phyton (Bappedal Jateng 2004). Jenis ternak yang dipelihara

terutama adalah sapi, kerbau, kambing, ayam, bebek.

3.5 Kondisi Sosial Budaya

3.5.1 Jumlah Penduduk, Tingkat Pendidikan dan Mata Pencaharian Masyarakat Samin hidup di pedesaan bersama masyarakat non Samin.

Namun umumnya penduduk Samin membentuk komunitas sendiri dan tinggal

berdekatan dengan sesama penganut Samin. Berdasar penelusuran dari

beberapa referensi dan sumber diperoleh jumlah penganut Samin yang ada di

desa lokasi penelitian sekitar 1464 jiwa, meliputi sekitar 420 Kepala keluarga

(Tabel 3 )

Tabel 3 Jumlah penganut ajaran Samin di desa penelitian

Dusun/desa Jumlah KK Laki -laki

Perempuan Jumlah individu

Larikrejo dan Kaliyoso 76 125 119 241 Bombong dan Ngawen 234 405 389 791 Klopoduwur 29 56 54 110 Tambak 31 49 51 110 Jepang 50 105 95 202

Jumlah 420 740 724 1464

(Sumber: data primer dan data sekunder, diolah dari beberapa sumber)

Tingkat pendidikan komunitas Samin masih rendah. Sebagian besar

tidak mengenyam pendidikan formal (Tabel 4 dan Gambar 15). Bagi sebagian

penganut Samin pendidikan formal dianggap sebagai pantangan. Karena masih

ada anggapan bahwa pendidikan merupakan budaya peninggalan penjajah

Belanda. Alasan lain bahwa pekerjaan mereka sudah jelas menjadi petani maka

tidak perlu ijasah untuk mencari pekerjaan. Pendidikan yang utama bagi mereka

adalah pendidikan keluarga. Materi pendidikan yang paling penting adalah

berperilaku baik dengan menerapkan ajaran Samin dan praktek bertani di sawah

Page 69: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

42

sebagai penghidupan mereka. Rumah dan sawah merupakan sekolah yang

sebenarnya bagi mereka.

Tabel 4 Tingkat pendidikan penduduk Samin Dusun Blm/tdk

sekolah Tamat SD Tamat

SMP Tamat SMA

Jumlah

Kaliyoso 146 17 5 2 170 Larikrejo 52 15 67 Bombong 717 717 Ngawen 54 54 Tambak 105 2 107 Klopoduwur 23 41 36 20 120 Jepang 76 71 40 15 202

1173 146 81 37 1437

Sebagian masyarakat Samin sudah terbuka dengan pendidikan formal,

seprti yang terjadi di Desa Koloduwur Blora dan Margomulyo Bojonegoro.

Sebagian besar generasi mudanya sudah sekolah formal Sekolah Dasar, bahkan

sampai tamat SMA. Tetapi tidak jarang yang hanya sampai kelas 3 atau 4 SD,

sekedar untuk bisa baca tulis, misalnya pada anak-anak Samin di Sumber Blora.

Setelah itu mereka tidak lagi bersekolah, dan membantu orangtua mereka

bekerja di Sawah.

Gambar 15 Persentase tingkat pendidikan penduduk Samin

Jenis mata pencaharian mayoritas penduduk di lingkungan masyarakat

Samin bekerja sebagai petani, sebagai petani penggarap lahan sendiri atau

petani buruh (Gambar 16). Pekerjaan lain yang persentasenya cukup besar

adalah sebagai buruh industri (7%), terutama pada penduduk Kaliyoso dan

penduduk desa Sukolilo; serta sebagai buruh bangunan terutama penduduk

Page 70: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

43

desa Sukolilo. Penduduk yang menekuni pekerjaan lain misalnya sebagai

peternak, pengrajin penjahit jumlah yang kurang dari 1%. Pekerjaan berdagang

dianggap sebagai pantangan bagi sebagian komunitas Samin, karena

mengambil untung dari barang yang diperjualikan merupakan suatu tindakan

tidak jujur.

Gambar 16 Persentase mata pencaharian penduduk masyarakat Samin

5.3.2 Adat Kebiasaan Masyarakat Samin Adat istiadat masyarakat Samin tidak jauh berbeda dengan masyarakat

Jawa non Samin. Kebiasanya yang menonjol adalah gotong-royong, hampir

seluruh aspek kehidupan sosial mereka diwarnai dengan kebersamaan, antara

lain dalam membagun rumah, mengerjakan sawah, dan dalam kegiatan hajatan

khusus misalnya kelahiran bayi, pernikahan, kematian dan lain-lain. Gotong

royong ini mereka lakukan bukan hanya pada kalangan masyarakat Samin

sendiri, namun juga terhadap masyarakat umum. Gotong-royong ini menjadi

penciri yang kuat bagi masyarakat Samin yang umumnya masih tinggal di

pedesaan (Tashadi et al. 1998).

Dalam pelaksanaan tradisi berkaitan dengan proses kehidupan seperti

selamatan kelahiran, perkawinan, tujuh bulanan, kematian, dan lain-lain,

prosesnya sudah lebih sederhana dibanding masyarakat Jawa pada umumnya.

Hajatan tersebut biasanya diwujudkan dalam bentuk kenduri (brokohan), dengan

hidangan berupa nasi dan lauk pauk. Berkumpul bersama dan didoakan oleh

orang yang dituakan. Tidak ada ritual khusus dan tidak ada sesaji yang harus

disiapkan. Kebiasaan ini agak berbeda dengan masyarakat Jawa di pedesaan

yang umumnya masih punya banyak ritual dan sesaji untuk mengadakan suatu

hajatan.

Page 71: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

44

Masyarakat Samin juga mempunyai kebiasaan yang berbeda dengan

masyarakat lain terutama dalam hal perkawinan dan kematian (Soekanwo 1968;

Djokosoewardi 1969). Perkawinan masyarakat Samin dilakukan dalam

beberapa tahapan. Dua tahapan yang penting adalah pasuwitan dan paseksen.

Pasuwitan adalah proses dimana calon pengantin laki-laki diantarkan ke tempat

calon mempelai perempuan untuk nyuwito (membantu pekerjaan keluarga calon

mertua perempuan). Paseksen, adalah acara persaksian bahwa calon penganten

sudah menjalani tatanan sikep rabi (perkawinan). Pernikahan (ijab qabul) cukup

dilakukan oleh orang tua kedua belah pihak, tanpa penghulu. Kemudian mereka

mengadakan hajatan dengan mengundang sanak kerabat baik warga Samin

maupun bukan. Hajatan pernikahan ini dalam istilah masyarakat Samin di Blora

dan sekitarnya disebut disebut adang akeh1

Kematian bagi orang Samin bukan sesuatu yang menyedihkan, mereka

mennyebutkan sebagai salin sandangan

. Sedang bagi masyarakat Kudus,

hajatan perkawinan ini hanya disebut brokohan atau slametan.

2

Dalam komunikasi sehari-hari diantara orang Samin, maupun dengan

orang bukan Samin, mereka menggunakan bahasa Jawa ngoko

. Pada awalnya tidak ada perlakuan

khusus terhadap jenasah orang Samin. jenasah dimakamkan dengan pakaian

yang dikenakan ketika meninggal. Namun dalam perkembangannya sekarang

sudah banyak mengikuti cara Islam, misalnya dengan memandikan dan

mengkafani jenasah. Tidak ada tempat pemakaman pemakaman khusus bagi

orang Samin, biasanya dimakamkan di pemakaman umum.

5.3.3 Simbol dan Identitas Bahasa

3

Mereka tidak mengenal tingkatan

, yakni bahasa

jawa yang sederhana dan bersahaja. Mereka tidak mau mempelajari dan

menggunakan bahasa selain bahasa Jawa. Menurut mereka orang Jawa harus

berbahasa Jawa dan tidak pantas menggunakan bahasa asing. Hal demikian

terbawa dari sikap mereka yang menentang pemerintah kolonial Belanda

(Munfangati et al. 2004).

bahasa Jawa, bagi mereka menghormati

orang lain tidak dari bahasa yang digunakan tetapi dari sikap dan perbuatan yang

ditunjukkannya. Manusia hidup mempunyai kedudukan dan tingkatan yang sama. 1 Memasak nasi dalam jumlah besar, istilah untuk menggambarkan sedang punya hajatan besar, atau perkawinan 2 Orang meninggal ibaratnya seperti berganti pakaian 3 Tingkatan bahasa Jawa untuk rakyat biasa

Page 72: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

45

Dalam pergaulan sehari-hari dengan siapapun, mereka menyebut sedulur

(saudara), sekalipun terhadap para priyayi (bangsawan), pejabat, orang kaya

atau orang miskin.

Dalam perkembangannya sekarang, masyarakat Samin sudah bisa

menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar. Bila berkomunikasi dengan orang

yang tidak sefaham mereka tidak menggunakan bahasa bahasa Jawa ngoko,

tetapi mereka menggunakan bahasa kromo andhap. Bahkan sebagian dari

mereka terutama generasi muda, bisa berbahasa Indonesia, tetapi dalam

percakapan dengan sesama orang Samin maupun bukan Samin mereka selalu

menggunakan bahasa Jawa.

Pakaian

Dalam keseharian tidak ada pembeda yang jelas antara masyarakat Samin

dengan non Samin. Pada saat acara tertentu, misalnya hajatan, perkawinan,

menghadiri suatu undangan mereka menggunakan pakaian khusus berwarna

hitam. Untuk laki-laki menggunakan baju lengan panjang tidak memakai krah,

berwarna hitam. Celana kolor hitam, ukuran panjang sampai bawah lutut,

memakai ikat kepala (iket atau udeng) . Untuk pakaian wanita bentuknya kebaya

lengan panjang, berkain sebatas di bawah tempurung lutut atau di atas mata

kaki.

5.3.4 Sistem kekerabatan Kekerabatan merupakan kelompok sosial yang anggotanya terikat karena

keturunan yang sama. Kelompok semacam itu yang terbentuk sebagai hasil

perkawinan disebut rumah tangga. Koentjaraningrat (1992) menyebutnya

sebagai keluarga inti atau keluarga batih (nuclear family), anggotanya adalah

suami, istri dan anak anak hasil perkawinan. Sedang rumah tangga disebut

dengan istilah household, anggotanya satu keuarga inti, dan satu keluarga inti

yang lain makan bersama dalam satu dapur.

Dalam masyarakat Samin yang mengikat aktifitas bersama adalah keluarga

inti, rumah tangga, dan saudara-saudara orang tua dari pihak orang tua dari

pihak ayah maupun dari pihak ibu, orang tua istri, saudara-saudara orang tua

istri, para kemenakan, anak-anak dari saudara orang tua dari pihak ayah maupun

ibu. Kelompok ini berkumpul ketika mereka mengadakan suatu aktifitas misalnya

mengadakan hajatan.

Page 73: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

46

Aktifitas hidup dalam masyarakat Samin juga diikat oleh perasaan

sepaham. Perasaan sefaham ini diucapkan dengan sebutan sedulur. Untuk

hubungan seketurunan disebut sedulur tenan, dulur tenan, sedulur dewek, dulur

dewek atau isih kulit (Mumfangati et al. 2004). Pada keluarga yang ideal dalam

satu rumah hanya dihuni oleh satu keluarga batih, yakni suami, istri, dan anak

anak yang belum menikah, inilah yang disebut keluargo. Namun yang ditemui

dalam penelitian ternyata umumnya dalam satu rumah dihuni lebih dari satu

keluarga batih, ada anggota kerabat lainnya, misalnya kemenakan atau orang

tua. Inilah yang kemudian disebut rumah tangga atau sekeluargo. Sekeluargo

inilah dalam masyarakat Samin berperan sebagai pengikat aktifitas hidup yang

dilakukan seseorang.

3.5.5 Kepemimpinan Lokal Setelah Samin Surosentiko dibawa kepengasingan, kepemimpinan Samin

diwariskan kepada Suro Kidin. Suro Kidin adalah menantu Samin Surosentiko.

Setelah Suro Kidin wafat, kepemimpinan diteruskan kepada Tro Sadik. Tro Sadik

memegang kepemimpinan sampai jaman awal kemerdekaan. Sepeninggal Tro

Sadik pola kepemimpinan masyarakat Samin tidak sentralistik, namun lebih

bergantung pada pemimpin lokal masing-masing wilayah.

Saat ini, tidak ada pimpinan yang membawahi seluruh komunitas Samin.

Kepemimpinannya bersifat lokal pada tiap daerah yang menjadi daerah

persebaran Samin. Dalam komunitas Samin tidak pernah ada pemilihan atau

pengangkatan pimpinan secara resmi oleh pemimpin sebelumya atau oleh

masyarakat. Tokoh yang dipercaya mampu mengatasi berbagai persoalan

masyarakat Samin maupun persoalan umum lainnya, secara otomatis akan

dianggap sebagai pemimpin masyarakat Samin.

Saat ini terdapat beberapa tokoh Samin (botoh) masyarakat Samin.

Mereka merupakan panutan atau pemimpin di wilayahnya masing masing.

Tokoh tersebut antara lain: Bapak Sumar dan Bapak Wargono (Kaliyoso,

Kudus), Bapak Budi Santosa (Larikrejo, Kudus), Bapak Gunretno (Bombong,

Sukolilo Pati), Bapak Kasbi (Sumber, Blora), Bapak Pramugi (Sambong, Blora)

dan Bapak Hardjokardi (dusun Jepang, Margomulyo, Bojonegoro). Tokoh-tokoh

tersebut bisa dikatakan sebagai tokoh lokal yang dikenal luas tidak hanya

komunitas Samin, tetapi juga dikenal oleh masyarakat luas.

Page 74: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

47

3.5.6 Sarana dan Prasarana Sarana jalan menuju lokasi studi umumnya sudah ada meskipun belum

cukup memadai. Jalan desa sebagian sudah diaspal, sebagian masih berupa

jalan yang diperkeras. Sebagian besar dapat dilalui kendaraan roda empat.

sebagai alat transportasi sebagian masyarakat sudah mempunyai kendaraan

bermotor roda dua. Sarana penerangan berupa listrik PLN sudah ada. Alat-alat

elektronik seperti, televisi, radio sudah banyak ditemukan di masyarakat dan

dapat diakses dengan baik. Sarana komunikasi berupa handpone sudah dimiliki

oleh sebagian masyarakat Samin terutama kaum muda, sehingga memudahkan

berkomunikasi dengan masyarakat luar. 3.5.7 Sistem Penguasaan Lahan (Tenurial system) Kepemilikan tanah dalam kehidupan manusia memiliki nilai politis, nilai

sosial, nilai ekonomi dan nilai religi. Tanah dapat dipecah-pecah dan dibagikan

kepada perseorangan atau lembaga/badan hukum. Oleh karena itu diperlukan

peraturan dan kepastian hukum terhadap hak milik tanah sehingga pemilik dapat

terjamin dalam mempertahankan hak miliknya.

Bentuk bentuk penguasaan tanah antara lain: penguasaan secara yuridis,

penguasaan secara komunal terhadap tanah tanah desa dan hak ulayat,

penguasaan tanah secara bersama anggota keluarga, penguasaan tanah

sementara sebagai barang gadai (Poeja 1989). Pada masyarakat Samin di Klopoduwur, terdapat penggunaan hak milik

kolektif tanah pertanian kepada warga desa dan mempunyai kewajiban-

kewajiban tertentu tergadap desa, ada yang diwariskan secara turun temurun

(tanah yasan) dan yang di miliki selama menjabat /bekerja untuk desa (tanah

bengkok). Jadi terdapat tanah komunal dengan pemakaian sementara atau

seterusnya.

Pada masyarakat Samin di dusun Tambak, Sumber Blora, kepemilikan

tanah adalah tanah milik keluarga. Generasi saat ini mendapatkan tanah dari

kakek mereka, tanah tersebut dikelola secara bersama seluruh anggota

keluarga. Tanah warisan dari orang tua tidak disertifikatkan, sehingga tidak bisa

diperjual belikan. Mereka menambah tanah garapan mereka dengan cara

membeli atau menyewa tanah sawah milik masyarakat sekitar.

Page 75: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

48

3.6 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan emik

(pengetahuan lokal) dan pendekatan etik (pengetahuan ilmiah).Pendekatan emik

dimaksudkan untuk mengumpulkan data berdasarkan pengetahuan masyarakat

Samin, yaitu dengan membuat deskripsi secara rinci tentang satuan-satuan

lingkungan yang dikenali, termasuk deskripsi tentang sifat dan cirinya.

Pendekatan emik dapat dilakukan dengan menggunakan metode baku pebelitian

sosial seperti antropologi dan etnologi, yaitu melalui pengamatan langsung,

tinggal bersama mereka, mengadakan wawancara baik secara terbuka, semi

struktur dan terstruktur. Pendekatan etik dimaksudkan untuk melakukan

penelitian secara ilmiah berdasarkan ilmu biologi, ekologi untuk menganalisis

struktur dan komposisi vegetasi pada setiap satuan lingkungan yang dikenalinya.

Kedua pendekatan ini digunakan untuk mengungkapkan hubungan

keterkaitan antara satuan lingkungan yang satu dengan yang lainnya (penelitian

etnoekologi) berdasarkan atas pola pemikiran (corpus) untuk memanfaatkan

(praxis) aumberdaya tumbuhan di masing-masing satuan lingkungan (penelitian

etnobotani), sementara itu akan pula diungkapkan tentang sumberdaya fauna

sebagai bagian dari subsistem yang menunjang kehidupan masyarakat Samin.

3.6.1 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan dari

wawancara dengan informan. Data sekunder dari pemerintah desa dan dinas

terkait. Jenis data primer disajikan pada Tabel 5.

Jenis data primer didapatkan melalui: a. Pengamatan langsung kondisi setiap satuan lingkungan dengan teknik

wawancara, inventasisasi jenis jenis tumbuhan lokal dan jenis hewan,

pembuatan herbarium jenis tumbuhan yang belum teridentifikasi.

b. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka (open ended)

dan wawancara semi terstruktur dan menetapkan beberapa informan kunci

berdasarkan status dan perannya dalam masyarakat (Purwanto 2003).

Penentuan informan menggunakan teknik sampling purposive sampling dan

snowball sampling (Sugiyono 2005). Dalam penelitian ini sebagai narasumber

difokuskan pada informan kunci yaitu tokoh masyarakat Samin atau

masyarakat Samin yang dianggap mempunyai pemahaman yang baik

Page 76: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

49

mengenai sumberdaya hayati dan lingkungannya. Untuk mendapatkan

informan kunci yang tepat didasarkan atas rekomendasi dari tokoh

masyarakat setempat (Purwanto 2007). Selain itu digunakan informan

pendukung, yaitu masyarakat Samin dan masyarakat non Samin yang terkait

dengan masyarakat Samin, antara lain pemerintah desa, Petugas Penyuluh

Pertanian (PPL), dan masyarakat umum. Sedang Snowball sampling yaitu

teknik penentuan sampel sumber data (informan) berdasarkan petunjuk atau

penentuan informal awal terhadap seseorang yang dianggap lebih mampu

memberikan informasi sesuai kebutuhan penelitian. Jumlah responden

keseluruhan 72 dengan rinciannya pada Tabel 6.

Tabel 5 Rincian data primer yang diambil pada penelitian Etnobiologi masyarakat Samin

No Jenis Data Rincian data Metode pengumpulan data

1. Data etnoekologi A. Pola pikir masyarakat terhadap satuan lingkungan

• Wawancara terbuka dan semi terstruktur

• Observasi partisipatif B. Aktivitas produksi dan

sistem pengeloaan • Wawancara terbuka dan

semi terstruktur • Observasi partisipatif

C. Struktur dan komposisi vegetasi

Analisis vegetasi

2 Data etnobotani A. Data kualitatif: Keanekaragaman jenis tumbuhan berguna, nama lokal, nama ilmiah, nama famili, status (liar, budidaya); kategori pemanfaatan

• Survei • Wawancara terbuka dan

semi terstruktur • Herbarium • Identifikasi tumbuhan

B. Data kualitatif: Nilai kepentingan sosial budaya tumbuhan bagi masysrakat lokal

• Analisis Indeks Kepentingan budaya (ICS)

3 Data Etnozoologi A. Kenekaragaman jenis hewan dan kategori pemanfaatannya

• Survei dengan wawancara terbuka dan semi tersruktur

• Observasi partisipatif 4 Data pengelolaan

Sumberdaya hayati tumbuhan

A. Data nilai INP vegetasi pada setiap satuan lingkungan

B. Data Nilai ICS tumbuhan

• Penggabungan antara Nilai INP dan Nilai ICS

4 Data Sosial budaya Persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap lingkungan dan sumberdaya alam

• Wawancara terbuka dan semi terstruktur

Page 77: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

50

Tabel 6 Jumlah informan pada setiap dusun pengamatan No Jenis informan Jumlah 1 Masyarakat Samin di Larikrejo dan Kaliyoso,

Kecamatan Undaan, Kab. Kudus 16

2 Masyarakat Samin di Bombong dan Ngawen Kecamatan Sukolilo, Kab. Pati

13

3 Masyarakat Samin di dusun Klopoduwur Kecamatan Banjarejo, Kab. Blora

7

4 Masyarakat Samin di dusun Tambak, desa Sumber, Kab. Blora

11

5 Masyarakat Samin di dusun Jepang, desa Margomulyo Kab. Bojonegoro

7

6 Perangkat desa, dan masyarakat non Samin lainnya 10 7 Masyarakat umum 10 Jumlah 72

Data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka dari berbagai instansi terkait, penelitian-penelitian yang relevan, meliputi (Tabel 7)

Tabel 7 Jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian Etnobiologi Masyarakat Samin

No Macam data Rincian data Metode pengumpulan data

1 Data Kondisi fisik Letak, luas wilayah, kondisi iklim, curah gujan, topografi, jenis tanah

BPS (Kabupaten Kudus, Pati, Blora, Bojonegoro) BMKG Jawa Tengah dan Jawa Timur Peta geologi

2 Data Sosial Jumlah penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian

Monografi desa, BPS

3 Kondisi umum lingkungan Biologi

Flora dan Fauna Bappedal Jateng, Pustaka

4 Peta lokasi Peta administrasi dan pennggunaan lahan

Peta Rupa Bumi

3.6.2 Analisis Data 1. Data kondisi fisik iklim dan curah hujan, diolah ditampilkan dalam bentuk

grafik; letak luas, wilayah, geologi dan jenis tanah di sajikan dalam bentuk

deskriptif untuk memberikan gambaran keadaan umum lokasi penelitian.

2. Data sosial terkait dengan jumlah penduduk, tingkat pendidikan, mata

pencaharian diolah dan ditabulasi, dibuat gambar ditampilkan dalam

gambaran keadaan umum lokasi penelitian.

3. Data etnoekologi: Data hasil wawancara terkait dengan persepsi masyarakat,

pengetahuan masyarakat mengenai satuan lingkungan, aktivitas produksi,

pemanfaatan dan pengeloaan lingkungan, yang berhasil dikumpulkan diolah

dengan cara diseleksi, direduksi dan ditabulasi. Data struktur dan komposis

vegetasi dianalisis dengan analisis vegetasi untuk memperoleh Indeks Nilai

Page 78: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

51

Penting (INP) pada setiap satuan lingkungan, sebagai gambaran aktivitas

masyarakat terhadap penutupan vegetasi satuan lingkungan. Data dianalis

dengan pendekatan emik (pengetahuan masyarakat lokal) dan pendekatan

etik (pendekatan ilmiah dari sudut pandang ekologi)

4. Data etnobotani: Keanekaragaman jenis tumbuhan berguna, kategori

pemanfaatan dan pengelolaan yang diperoleh dari hasil pengamatan

langsung dan hasil wawancara ditabulasi dan dialaisis sesuai dengan tujuan

penggunaan data. Data nilai kepentingan tumbuhan dalam budaya

masyarakat dianalisis dengan perhitungan Indek kepentingan Budaya (Index

of cultural signification, ICS).

5. Data etnozoologi: Keanekaragaman jenis hewan, kategori pemanfaatan dan

pengelolaannya, di tabulasi dan dianalisis dengan pendekatan pengetahuan

masyarakat dan pengetahuan ilmiah (zoologi).

Page 79: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

4 ETNOEKOLOGI MASYARAKAT SAMIN

Abstract

This study aimed to reveal the Samin community interaction with the

environment. The study was conducted in August 2009 to June 2010. Study sites included seven villages in four districts namely Larikrejo and Kaliyoso (Kudus District); Ngawen and Bombong (Pati District); Klopoduwur and Pond (Blora District) and the Japanese village (Bojonegoro District). Data collection used field survey methods, open and semistructured interviews. Interviews were conducted to the key informants and supporters with the number of informants were 72. Determination of informants used purposive sampling and snowball sampling techniques. The results showed that the Samin communities have local knowledge in managing and utilizing biological resources and their environment. Their local knowledge was reflected in the shapes and forms of land use management system. Unit land of their production activities were in the form of fields, yards, moor, ponds, swamps, rivers and forests. The relationship between the Samin community and their environment was a manifestation of their worldview, such as between human (wong), food (sandang) and clothing (pangan)

.

Key word: ethnoecology, land use, local knowledge, the Samin

4.1 Pendahuluan

Etnoekologi merupakan bidang studi yang kehadirannya relatif baru,

sehingga terminologinya masih menjadi perdebatan diantara para ahli. Istilah

etnoekologi dicetuskan oleh Conklin (1954) ketika mempelajari masyarakat

Hanunoo di Philipina. Secara istilah Etnoekologi dapat didefinisikan sebagai

suatu ilmu multidisiplin yang mengkaji hubungan timbal balik antara aspek pola

pikir dan aspek praktis suatu etnik terhadap sumberdaya alam mereka berikut

pengaruhnya dalam suatu proses produksi. Kajiannya bertumpu pada

bagaimana pemanfaatan alam oleh kelompok masyarakat (etnis) sesuai ragam

kepercayan, pengetahuan dan pandangan kelompok etnis bersangkutan dalam

pemanfaatannya (Toledo 1992; Purwanto 2007).

Studi etnoekologi mencakup keseluruhan pengetahuan ekologi masyarakat

lokal yang menganalisis semua aspek pengetahuan lokal masyarakat tentang

lingkungannya meliputi persepsi dan konsepsi masyarakat lokal terhadap

lingkungannya (corpus) beserta strategi adaptasi dan sistem produksi serta

pengelolaan sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya (praxis). Pengetahuan

ini juga menganalisis pengaruh persepsi lokal tentang lingkungan dan

Page 80: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

54

pengetahuan lokal mengenai pembangunan, serta pengaruh semua aktivitas

manusia terhadap lingkungannya (Purwanto 2007).

Adanya paradigma baru tentang sustainability dalam ilmu ekologi

mendorong munculnya bidang studi etnoekologi ini. Menurut Toledo (1992)

bidang ilmu etnoekologi berkembang dari 4 bidang ilmu yaitu: etnobiologi, agro-

ekologi, etnosain dan geografi lingkungan. Sehingga studi etnoekologi

berkembang tidak hanya mempelajari interaksi antara suatu bentuk kehidupan

dengan kehidupan lainnya, dan lingkungannya, tetapi juga menganalisis sistem

pengetahuan masyarakat lokal dalam mengelola lingkungannnya berikut strategi

adaptasi dan sistem produksi yang dikembangkan.

Sistem pendayagunaan sumberdaya hayati pada setiap daerah dan suku

atau kelompok masyarakat mempunyai karakteristik yang khas. Perbedaan ini

pada akhirnya akan mempengaruhi segala kegiatan atau aktivitas manusia

dalam hidupnya. Dengan demikian tidak heran kalau dijumpai pola kehidupan

maupun perilaku pada setiap suku atau kelompok masyarakat. Pemahaman

pengetahuan masyarakat lokal mengenai tata ruang bertujuan untuk mengetahui

tingkat strategi adaptasi masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang ada di

sekitarnya. Selain itu pemahaman ini juga untuk mengidentifikasi aktivitas

masyarakat dan menilai pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan. Selanjutnya

kita dapat pula melihat bagaimana masyarakat mengelola dan memanfaatkan

lingkungannya tersebut.

Kearifan ekologi dalam konteks sejumlah pengetahuan yang berkaitan

dengan kegiatan aktivitas masyarakat lokal dapat menggambarkan pola adaptasi

yang memainkan peranan penting dalam keberhasilan pertanian mereka

(Amsikan 2006). Penggalian pengetahuan ekologi masyarakat lokal, khususnya

di kalangan masyarakat Samin diharapkan mempunyai implikasi positif dan

strategis terhadap pemeliharaan lingkungan dan sumberdaya alamnya untuk

kelangsungan hidup mereka.

4.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan sistem pengetahuan

masyarakat lokal yang berkaitan dengan lingkungannya, antara lain meliputi:

pandangan tentang lingkungan alam, pembagian ruang tata ruang, praktek-

praktek pemanfaatan dan cara pengelolaannya.

Page 81: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

55

4.3 Metode Penelitian

4.3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2009 hingga Juni 2010, meliputi 7

dusun yakni: (1) dusun Larikrejo (Desa Larikrejo), dan (2) dusun Kaliyoso (desa

Karangrowo) Kecamatan Undaan Kab. Kudus; (3) dusun Ngawen (desa Sukolilo)

dan (4) dusun Bombong (desa Baturejo) Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati;

(5) dusun Klopoduwur (Desa Klopoduwur), Kecamatan Baturejo dan (6) dusun

Tambak (desa Sumber) Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora; dan (7) dusun

Jepang (desa Margomulyo), Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro.

Alasan pemilihan dusun/desa tersebut antara lain: a) merupakan tempat

tinggal/pemukiman masyarakat Samin; b) mayoritas penduduknya hidup bertani;

c) masih terdapat tokoh Samin, generasi tua, atau informan lokal yang

memahami tentang lingkungan dan sumberdaya alam di tempat tersebut.

4.3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat rekam, kamera,

peta lokasi, GPS, diameter tape, altimeter, kompas, jangka sorong, mistar,

gunting stek, tali plastik, kantong plastik berbagai ukuran, amplop sampel, kertas

mounting, label gantung, kertas koran, sasak, dan alat tulis. Bahan yang

digunakan alkohol 70%, formalin 5% dan spiritus.

4.3.3 Tahap Penelitian Pelaksanaan penelitian di lapangan dilakukan melalui empat tahap:

1. Dilakukan deskripsi tentang kondisi ekosistem di lokasi studi meliputi tipe

vegetasi, jenis dan sifat tanah, kekayaan flora dan fauna, kondisi topografi,

kondisi iklim dan curah hujan, dan lain-lainnya

2. Penyusunan kembali pola pikir (corpus) masyarakat Samin tentang persepsi

dan konsepsi mengenai lingkungan dan sumberdaya hayati.

3. Dilakukan pengkajian bentuk-bentuk aktivitas produksi yang dilakukan

masyarakat Samin (praxis) dan deskripsi bentuk aktivitas masyarakat dalam

mengelola sumberdaya alam hayati berikut teknologinya, produk- produk yang

dihasilkan, pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan dan aspek lainnya.

4. Dilakukan penilaian secara ilmiah (ekologis) sebuah praxis masyarakat Samin

melalui analisis pengaruh kegiatan produksi diantaranya pemanfaatan

sumberdaya alam hayati, kegiatan budidaya, dan lain-lainnya.

Page 82: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

56

4.3.4 Metode Pengumpulan Data Untuk mengungkapkan sistim pengetahuan dan pola pikir masyarakat,

aktivitas produksi dan pengelolaan lingkungan digunakan metode penelitian

antropologi. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara, yaitu:

wawancara bebas (open ended), dan wawancara terstruktur. Penelitian ini juga

menggunakan metode pengamatan terlibat (partisipant observation) yaitu

dengan pengamatan langsung dan terlibat dalam aktivitas kehidupan

masyarakat sehari-hari (CIFOR 2004; Usman & Akbar 2008). Daftar pertanyaan

baku yang disiapkan meliputi:

• Klasifikasi satuan lingkungan

• Persepsi terhadap satuan lingkungan

• Bentuk-bentuk aktivitas setiap satuan lingkungan

• Pola tanam

• Tanda-tanda alam dalam aktivitas pertanian

• Jenis tanaman budidaya

• Tatacara pengelolaan lahan

• Pemupukan dan teknologi pembuatan pupuk

• Tahap pengerjaan sawah

Penentuan informan menggunakan teknik sampling purposive sampling

dan snowball sampling (Sugiyono 2005). Purposive sampling adalah

pemgambilan narasumber dengan tujuan tertentu disesuaikan dengan ketentuan

penelitian. Dalam penelitian ini sebagai nara sumber difokuskan pada informan

kunci, jumlah informan kunci 21 orang. Untuk mendapatkan informan kunci yang

tepat didasarkan atas rekomendasi tokoh adat atau tokoh masyarakat setempat

(Purwanto 2007). Selain itu digunakan Informan pendukung yaitu masyarakat

Samin (diluar informan kunci, 31 orang) tokoh masyarakat non Samin yang

terkait antara lain pemerintah desa , Petugas Penyuluh Pertanian (PPL) (10

orang), dan masyarakat umum (10 orang). Sedang Snowball sampling yaitu

teknik penentuan nara sumber (informan) berdasarkan petunjuk atau penentuan

informal awal terhadap seseorang yang dianggap lebih mampu memberikan

informasi sesuai kebutuhan penelitian.

Untuk mengetahui struktur dan komposisi tiap unit lahan pada lingkungan

Masyarakat Samin dilakukan analisis vegetasi dengan menggunakan metode

baku acuan penelitian ekologi (Muller-Dumbois & Ellenberg 1974; Cox 1976;

Page 83: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

57

Setiadi et al. 1989). Pengambilan sampel vegetasi, ukuran plot dan cara

pengamatannya disesuaikan dengan ukuran, bentuk dan kondisi satuan

lingkungan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling

yaitu ditentukan pada dusun pemukiman masyarakat Samin di Larikrejo dan

Kaliyoso (Kudus), Ngawen dan Bombong (Pati), Klopoduwur (Blora), Tambak

(Blora) dan Jepang Margomulyo (Bojonegoro).

Pencuplikan data ekologi di setiap satuan lingkungan adalah sebagai

berikut:

1. Sampling untuk pekarangan

Sampling untuk satuan lingkungan yang berupa pekarangan dilakukan

pengambilan petak sampel dan pengukuran plot dengan metode seperti yang

digunakan Yuniati (2004):

a. Pemilihan pekarangan sebagai cuplikan diambil secara purposive

sampling. Secara statistik agar seluruh komunitas tumbuhan terwakili

pengamatannya, maka dipilih secara acak minimal 20% dari luasan

pekarangan masyarakat Samin.

b. Setiap pekarangan cuplikan diukur luasnya (di luar bangunan fisik),

dilakukan pencatatan nama jenis penyusun vegetasi, jumlah jenis dan

diameter basal area (dbh) untuk tegakan pohon. Untuk pohon petak

sampling disesuaikan dengan luas bangunan, untuk semak

menggunakan plot kuadrat berukuran 5x5m. Untuk herba dan semai,

dicatat nama jenis dan jumlah individu dengan membuat plot ukuran

1x1 m yang ditempatkan secara acak pada pekarangan.

2. Sampling untuk tegalan

Batasan tegalan adalah tanah kering bukan hutan yang letaknya jauh dari

rumah. Sampling tegalan dilakukan pada dusun pemukiman masyarakat Samin

Larikrejo dan Kaliyoso (Kudus), Ngawen dan Bombong (Pati), Klopoduwur

(Blora), Tambak (Blora) dan Jepang Margomulyo (Bojonegoro).

a. Pemilihan tegalan sebagai cuplikan diambil secara purposive

sampling. Secara statistik agar seluruh komunitas tumbuhan terwakili

pengamatannya, maka dipilih secara acak minimal 20% dari luasan

tegalan masyarakat Samin.

b. Pada setiap satuan lingkungan tegalan dibuat plot dengan ukuran: 10 x

10 m untuk pohon (dbh > 10 cm), 5 x 5 m untuk semak dan anak

Page 84: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

58

pohon (dbh < 10 cm), dan 1 x 1 m untuk herba dan semai (kecambah

sampai ketinggian < 1.5m) (Barbour et al. 1987; Brower et al. 1990).

c. Pada plot pohon dilakukan pencatatan nama jenis, jumlah individu dan

diamater batang setinggi dada (dbh) dan tinggi pohon total dan tinggi

pohon bebas cabang. Sedang untuk tingkat semai, herba, paku-pakuan

dilakukan pecatatan nama jenis dan jumlah individu.

3. Sampling di lahan pertanian (sawah)

Penentuan lokasi sampling dengan purposive sampling (sampling

bertujuan), yaitu pada persawahan milik penduduk Samin di tiap dusun

penelitian. Petak cuplikan berukuran 20x20m, tiap petak cuplikan dibuat 3 plot

kuadrat berukuran 5x5m untuk semak dan 3 plot kuadrat berukuran 1x1m untuk

herba. Tiap plot dicatat jenis tanaman dan jumlah tiap indiviu jenis.

4. Sampling untuk satuan lingkungan di kawasan hutan jati.

Penentuan lokasi sampling dengan purposive sampling (sampling

bertujuan) yaitu pada kawasan hutan di Kawasan Perhutani desa Sukolilo

(Pegunungan Kendeng); Lahan Perhutani Desa Klopoduwur Blora; dan Lahan

Perhutani dusun Jepang Margomulyo Bojonegoro. Luas cuplikan 1 hektar setiap

area sampling.

Analisis vegetasi dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode

kuadrat sebagai berikut :

a. Dibuat plot ukuran 20 x 100 m pada satuan lingkungan hutan dengan,

sebanyak 5 buah plot (1 ha). Pengambilan lokasi plot atau petak cuplikan

strartified random berdasarkan umur tegakan jati dan kondisi lahan

b. Setiap plot dibuat subplot dengan ukuran: 20 x 20 m untuk pohon (dbh >

10 cm); 5 x 5 m untuk semak dan belta/anak pohon (dbh < 10 cm); dan 1

x 1 m untuk semai dan tumbuhan bawah, masing-masing diambil 3 plot

cuplikan.

c. Pada plot Pohon, semak dan belta, parameter yang dicatat adalah: nama

jenis, jumlah individu dan diamater batang setinggi dada (dbh). Sedang

untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah parameter yang dicatat: nama

jenis dan jumlah individu.

Identifikasi seluruh jenis tumbuhan yang ada dengan mengacu pada buku

identifikasi antara lain: Flora of Java (Backer & van den Brink 1965; Backer &

van den Brink 1965; Backer & van den Brink 1968), Weeds of Rice Indonesia

Page 85: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

59

(Soerjani et al. 1987). Untuk setiap jenis yang belum diketahui nama ilmiah

botaninya diidentifikasi di Herbarium Bogoriense, LIPI, Bogor.

4.3.5 Analisis Data Data hasil wawancara terkait dengan persepsi masyarakat, pengetahuan

masyarakat mengenai satuan lingkungan, aktivitas produksi, pemanfaatan dan

pengelolaan lingkungan, diolah dengan cara diseleksi, direduksi dan ditabulasi.

Data struktur dan komposis vegetasi dianalisis dengan Analisis vegetasi untuk

memperoleh Indeks Nilai Penting (INP) pada setiap satuan lingkungan. Data

dianalis dengan pendekatan emik (pengetahuan masyarakat lokal) dan

pendekatan etik (pendekatan ilmiah dari sudut pandang ekologi) untuk melihat

menganalis pengaruh aktivitas masyarakat terhadap penutupan vegetasi satuan

lingkungan yang ada.

Untuk memperoleh nilai-nilai kerapatan, frekuensi, dominasi jenis dan nilai

penting tanaman dilakukan analisis data yang dihitung dengan beberapa rumus

sebagai berikut :

Perhitungan Indeks Nilai Penting (INP)

Jumlah individu suatu jenis Kerapatan (K) = Luas petak contoh

Kerapatan suatu jenis Kerapatan Relatif (KR) = x 100% Kerapatan seluruh jenis

Jumlah luas bidang dasar Dominansi (D) = Luas petak contoh Dominansi suatu jenis Dominansi Relatif (DR) = x 100% Dominansi seluruh jenis Jumlah petak ditemukannya suatu jenis Frekuensi (F) = Jumlah seluruh petak Frekuensi suatu jenis Frekuensi Relatif (FR) = x 100% Frekuensi seluruh jenis

Indeks Nilai Penting (INP) = KR + DR + FR

Page 86: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

60

4.4 Hasil 4.4.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan Alam

Pandangan masyarakat Samin terhadap lingkungannya tidak terlepas dari

ajaran atau keyakinan mereka. Pola pikir mereka sangat sederhana, tindakan

mereka sesuai dengan ucapan. Samin dapat diartikan sami-sami (sama-sama),

antara lahir dan batinnya sama. Setiap manusia adalah sama, antara rakyat

biasa dengan bangsawan sama. Masyarakat Samin tidak pernah menganggap

punya derajat yang lebih tinggi dari masyarakat lainnya, bahkan dengan makhluk

hidup lainnya.

4.4.1.1 Pandangan tentang Alam Semesta

Masyarakat Samin menyebut alam yang ditempati saat ini sebagai alam

donya (alam dunia). Sedangkan alam yang akan ditempati nanti disebut alam

kelanggengan. Alam dunia terdiri dari unsur-unsur tanah (lemah), air (banyu),

api (geni) dan angin. Keempat unsur itu harus ada dalam keadaan seimbang,

agar seimbang harus di tata.

Mereka memahami adanya jagat gede dan jagad cilik. Alam raya atau alam

semesta ini disebut sebagai jagad gede (makrokosmos). Bumi yang ditempati,

langit dan matahari merupakan isi jagad gede. Sedangkan jagat cilik

(mikrokosmos) dalam diri manusia. Jagat gede dan jagat cilik hakekatnya sama,

jagad cilik merupakan gambaran dari jagad gede (Gambar 17).

Gambar 17 Skema konsep jagad gede dan jagad cilik dalam pandangan masyarakat

Samin. A. Skema jagad gede (alam semesta) (1) Langit dan matahari (2). bumi, (3) kehidupan; B. Jagad cilik (diri manusia), diwujudkan dalam perkawinan masyarakat Samin, (1) suami ‘pemilik sawah’ (2) istri ‘sawah’ (3) generasi penerus.

1

4

2

3

A B

1

2

3

+

1

2

3

Page 87: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

61

Bumi melambangkan nama perempuan dari kata ibu sing di mimi atau

dipundi-pundi, (ibu yang sangat dihormati), seperti disampaikan oleh seorang

informan “ bumi iku iso nukulke samu barang, senajan diidak-idak, dipaculi, tetep

nguripi, ora nesu, ditanduri yo bakal woh, tetap menehi panguripan, makane

kudu dihormati, dipundi-pundi” (bumi itu bisa menumbuhkan berbagai macam

tanaman, meskipun dinjak-injak, dicangkuli, tetap memberikan penghidupan,

tidak marah, kalau ditanami tetap memberikan hasil, maka harus dihormati dan

dihargai).

Pemahaman tersebut memberi gambaran bahwa masyarakat Samin

sangat menghormati bumi dan apa yang ada di dalamnya, karena dari bumilah

mereka mendapatkan pangan dan kebutuhan hidup sehari-hari. Bumi diibaratkan

sebagai seorang ibu, yang memberikan kasih sayang kepada anaknya

sepanjang hidupnya. Bumi memberikan tempat perlindungan, menumbuhkan

tanaman, menyediakan air, dan menyediakan segala kehidupan lainnya. Karena

itulah masyarakat Samin sangat menghormati bumi. Penghormatan mereka

terhadap bumi diwujudkan dengan bertani, mengolah tanah sebaik-baiknya,

memberikan pupuk, menanami, mengairi dan memberikan perhatian setiap

hari. Ibarat merawat seorang ibu yang telah memberikan kasih sayang dan

membesarkannya. Langit adalah nama atau simbol untuk laki-laki. Langit dan bumi merupakan

suatu pasangan, langit sebagai laki-laki dan bumi sebagai perempuan. Langit

berada di atas, dan bumi itu di bawah, menjadi simbol bagi mereka bahwa laki-

laki mempunyai kekuasaan yang lebih luas dibanding kaum wanita, namun laki

laki juga mempunyai tugas lebih berat untuk melindungi dan menghidupi

perempuan.

Matahari dalam bahasa Jawa adalah srengenge, berasal dari kata

sreng/ono karep (berarti hasrat atau keinginan). Matahari memancarkan energi,

yang disalurkan ke bumi. Bumi yang menyimpan benih kehidupan menerima

energi dari matahari. Sinergi antara bumi dan matahari menciptakan kehidupan

di bumi. Tumbuhan merupakan makhluk bumi yang mampu secara langsung

memanfaatkan energi matahari dalam proses fotosintesis sehingga dihasilkan

bahan-bahan organik yang diperlukan untuk bahan pangan organisme lainnya.

Masyarakat Samin merealisasikan pandangan mengenai sinergi antara

langit dan bumi tersebut dalam kehidupan mereka dalam bentuk perkawinan

antara laki-laki dan perempuan (sikep rabi). Perkawinan merupakan jalan yang

Page 88: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

62

mulia untuk menghasilkan keturunan sebagai generasi penerus kehidupan

berikutnya. Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, untuk menebarkan benih

kehidupan dengan cara yang baik, sehingga akan di hasilkan keturunan yang

baik. Dengan generasi yang baik diharapkan akan dihasilkan kualitas kehidupan

yang lebih baik.

4.4.1.2 Pandangan tentang Manusia dan Lingkungan Masyarakat Samin membagi isi dunia ini dalam dua bentuk yaitu wong1

(manusia) dan sandang pangan2

(penghidupan). Wong, dimaknai sebagai

manusia atau badan yang diberi hidup. Sedangkan sandang pangan, adalah

segala sesuatu selain manusia. Sandang pangan merupakan simbol dari segala

sesuatu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Hewan,

tumbuhan, rumah, tanah, sawah, hutan, bumi dengan segala isinya merupakan

sandang pangan yang disediakan Yang Maha Kuasa untuk kehidupan bagi

manusia. Dalam konteks ilmu pengetahuan, sandang pangan tersebut identik

dengan lingkungan yang menopang kehidupan manusia dan makhluk hidup

lainnya. Jadi pemahaman mengenai wong dan sandang pangan dalam

pandangan ilmiah sesuai dengan konsep manusia dan lingkungan (Gambar 18).

4.4.1.3 Pandangan tentang Makhluk Hidup

Masyarakat Samin menghormati dan menghargai sesama hidup tidak

hanya terhadap sesama manusia namun juga terhadap makhluk hidup lainnya

yaitu hewan dan tumbuhan. Manusia, hewan, tumbuhan disebut sebagai ‘tri

1 kata dari bahasa jawa yang artinya manusia 2 Kata sandang berarti pakaian dan pangan artinya makanan

Gambar 18 Skema pandangan Masyarakat Samin mengenai manusia dan lingkungan

Sandang pangan

Wong/ manusia

Page 89: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

63

tunggal’ (satu wujud yaitu hidup, dalam tiga bentuk). Bentuk yang pertama

adalah manusia yang bisa bicara, bergerak atau berpindah tempat; bentuk

kedua, berupa sandang pangan yang bisa bisa berjalan atau bergerak/pindah

tempat (hewan), dan bentuk ketiga berupa sandang pangan yang hidup tapi

tidak bisa berjalanatau berpindah tempat (tumbuhan).

Realisasi masyarakat Samin terhadap pemahaman ini adalah adanya

bentuk penghormatan terhadap sesama hidup dengan tidak mengganggu,

membunuh, atau merusak hidupan lain tanpa hak, membiarkan hewan/tumbuhan

lain hidup seperti manusia hidup. Kehadiran hewan hewan hama seperti tikus,

wereng, walang sangit, hakekatnya tidak bermaksud mengganggu manusia

tetapi sebagaimana manusia hewan tersebut memerlukan makan untuk

kelangsungan hidupnya.

4.4.2. Pengetahuan tentang Tata Ruang dan Satuan Lingkungan

Konsep tata ruang menekankan kepada pemanfaatan ruang untuk

keperluan tertentu, terutama yang mendukung kehidupan manusia di dalamnya.

Bagi masyarakat Jawa, demikian juga pada masyarakat Samin konsep tata

ruang selalu dihubungkan dengan berbagai aspek kehidupan, baik aspek

ekonomi, sosial, budaya, sejarah, mupun aspek spiritual yang melingkupi

kehidupan masyarakat (Sumintarsih & Ariani 2007). Oleh karena itu dalam

budaya Jawa konsep tata ruang selalu mengandung unsur filosofi tertentu yang

menjadi kepercayaan mereka.

Secara umum tata ruang masyarakat Samin dapat digambarkan terdiri dari

empat lapisan yakni: lapisan pemukiman penduduk sebagai porosnya di

dalamnya berupa rumah dan pekarangan; lapisan kedua merupakan lahan

pertanian berupa sawah; dan lapisan ketiga berupa tegalan dan lapisan terakhir

berupa hutan (Gambar 19). Lapisan pemukiman sebagai porosnya merupakan

tempat tinggal dengan segala aktivitas kehidupan sosial dan kemasyarakatan

keseharian. Sedang lapisan di luarnya berupa sawah tegalan, hutan dan satuan

lingkungannya lainnya merupakan ruang aktivitas untuk mendapatkan sumber

penghidupan.

Page 90: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

64

Gambar 19 Skema pembagian tata ruang lingkungan masyarakat Samin Keterangan: (a) pemukiman, (b) sawah, (c) tegalan 9d) hutan

Pada lingkungan Masyarakat Samin setidaknya ada enam satuan

lingkungan, pekarangan, tegalan, sawah, rawa, hutan Perhutani dan sungai.

Masyarakat Samin tinggal dalam wilayah terpisah, satuan lingkungan dan

kondisinya bervariasi. Sebaran satuan lingkungan pada 5 lokasi penelitian

disajikan pada Tabel 8. Semua lingkungan pemukiman Masyarakat Samin

mempunyai lahan pekarangan, tegalan dan sawah. Satuan lingkungan hutan

jati terdapat di sekitar pemukiman masyarakat Samin di Sukolilo Pati;

Klopoduwur Blora dan Dusun Jepang, Bojonegoro. Rawa dan embung hanya

terdapat di lingkungan masyarakat Samin di Kudus.

Tabel 8 Jenis satuan lingkungan pada lokasi penelitian

Satuan lingkungan A B C D E Pekarangan + + + + + Tegalan + + + + + Sawah + + + + + Hutan jati - + + - + Rawa, Embung + - - - - Sungai + + + + + Keterangan: A (Desa larikrejo dan kaliyoso Kudus); B (Desa Ngawen dan Bombong Pati);

C (Desa klopoduwur Blora); D (desa sumber Blora); E (dusun Jepang Bojonegoro); +: ada; - : tidak

Persentase luas satuan lingkungan terhadap luas lahan keseluruhan pada

tiap lokasi pengamatan ditunjukkan pada Gambar 20. Lahan di lingkungan

b c d a

Page 91: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

65

Masyarakat Samin di Desa Kaliyoso dan Larikrejo, Kecamatan Undaan Kudus,

merupakan bekas rawa-rawa, sehingga persentase tanah basah/sawah terhadap

luas lahan keseluruhan berturut-turut 61,71% dan 81,75%, jauh lebih besar

dibanding lahan keringnya. Demikian juga lahan sawah masyarakat Samin di

Sukolilo Pati sangat luas, hampir 90% dari luas lahan wilayah keseluruhan.

Namun sebagian besar lahan sawah tersebut masih berupa rawa-rawa yang

sering banjir ketika musim hujan sehingga, hanya bisa di tanami ketika air surut.

Gambar 20 Persentase luas satuan lingkungan terhadap luas lahan keseluruhan di tiap desa lokasi penelitian

Persentase luas lahan sawah terhadap luas lahan keseluruhan di

lingkungan masyarakat Samin dusun Jepang, Margomulyo Bojonegoro hanya

sekitar 7% dan desa Klopoduwur Blora 10%, karena dusun/desa tersebut

terletak di kawasan hutan jati, sebagian besar merupakan lahan kering (tegalan,

pekarangan dan hutan). Sawah di dusun tersebut hanya merupakan tanah-tanah

ledokan (tanah lebih rendah), yang lebih banyak mendapat air ketika musim

hujan.

Persentase luas satuan lingkungan terhadap luas keseluruhan di desa

Sumber Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora 41.63% merupakan lahan

sawah; 24.7% tegalan dan sisanya 33.89% merupakan lahan pekarangan.

Lahan sawah pada desa tersebut yang cukup ideal untuk kawasan pertanian

karena lahan pertanian cukup luas, tanahnya subur, sarana irigasi tersedia.

Sumber mata pencaharian utama masyarakat Samin di dusun Tambak Sumber

Page 92: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

66

Blora, adalah dari hasil pertanian sawah. Mereka umumnya tidak mempunyai

profesi lain selain bertani.

Jenis satuan lingkungan mulai mondokan (rumah) beserta pekarangan,

tegalan, sawah, hutan jati serta satuan lingkungan lainnya yang terdapat pada

masyarakat Samin, diuraikan sebagai berikut:

4.4.2.1 Rumah (Mondokan)

Rumah dalam budaya Masyarakat Samin disebut mondokan, karena

merupakan tempat mondok (tinggal) seluruh anggota keluarga (suami, istri,

anak, anggota keluarga lain) dan tempat mondoknya sandang pangan. Dalam

pengertian masyarakat Jawa, rumah biasanya disebut omah, sedangkan dalam

pemahaman masyarakat Samin yang dimaksud omah adalah awak atau badan

manusia. Awak iku omahing urip (badan itu yang ketempatan hidup).

Mondokan, rumah atau tempat tinggal sebagaimana masyarakat lainnya

merupakan unit ruang yang mempunyai peran penting bagi masyarakat Samin.

Rumah berfungsi sebagai tempat berlindung bagi setiap anggota keluarga,

tempat melaksanakan berbagai aktivitas rumah tangga, melangsungkan

keturunan, membesarkan keturunan, tempat mewariskan ajaran atau norma-

norma kehidupan, memasak, beristirahat, bercengkerama dan sebagainya.

Konsep tata ruang rumah masyarakat Samin sangat sederhana. Tempat

tinggal mereka umumnya mengelompok sesama warga Samin, berjajar dan

berhadap-hadapan secara rapi, umumnya menghadap jalan atau lorong (Gambar

21). Letak rumah berhimpitan satu dengan lainnya, sehingga interaksi diantara

mereka selalu dekat. Tidak ada ketentuan khusus ke mana rumah harus

menghadap.

Bentuk rumah masyarakat Samin tidak berbeda dengan masyarakat umum

disekitarnya, bervariasi tergantung dari wilayah tempat tinggalnya. Tipe rumah

antara lain bucu (joglo), pagasan (limasan), dan bekuklulang (rumah kampung)

(Gambar 22). Rumah masyarakat Samin di Blora dan Bojonegoro umumnya

berbentuk bekuklulang atau rumah kampung. Konstruksi rumah untuk bagian

atas dan tiang umumnya menggunakan kayu jati (Tectona grandis), hanya

sebagian kecil bagian rumah menggunakan bahan lain yang terbuat dari bambu.

Dinding umumnya terbuat dari papan kayu jati, kulit kayu jati (gelam) atau

anyaman bambu (gedhek), atapnya menggunakan genting. Lantai rumah

sebagian besar masih berupa tanah, sebagian sudah berlantai semen.

Page 93: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

67

Bentuk rumah tradisional di perkampungan masyarakat Samin di Pati dan

Kudus terutama adalah Joglo atau limasan. Pondasi dan dindingnya sebagian

besar sudah permanen, sebagian kecil dindingnya dari kayu. Lantai umumnya

sudah bersemen, hanya sebagian kecil masih berupa tanah. Beberapa rumah

penduduk Samin sudah mengikuti bentuk rumah model baru, menyesuaikan

dengan bentuk rumah modern seperti masyarakat umum di sekitarnya.

3) Bagian-bagian rumah

Pembagian ruang rumah tidak ada ketentuan khusus tergantung selera dan luas rumah. Skema bagian-bagian rumah masyarakat Samin ditunjukkan pada Gambar 23. Secara umum rumah mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:

• Paseban: ruang tamu

• Senthong:tempat tidur

• Ruang tengah: ruang keluarga

• Pendaringan/pawon: sebelah kiri atau belakang rumah

• Emper: depan atau samping

Ruang tamu (paseban) menjadi bagian yang penting sebagai tempat

menerima tamu. Bagian ruang tamu biasanya berukuran luas dan terbuka,

Gambar 21 Lingkungan pemukiman warga Samin di dusun Tambak Desa Sumber Kab Blora

Gambar 22 Bentuk rumah di lingkungan masyarakat Samin. (a) Bentuk Rumah Kampung di Blora ; (b) rumah joglo di daerah Pati

a

b

Page 94: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

68

sehingga tampak lapang sehingga cukup untuk menerima banyak kunjungan

tamu (Mumfangati et al. 2004). Perabotan yang terdapat dalam ruang tamu

antara lain meja kursi tamu terbuat dari kayu. Perabotan meja kursi umumnya

banyak, lebih dari seperangkat meja dan kursi, hingga bisa untuk tempat duduk

sekitar 5-10 orang. Hal ini disebabkan dalam tradisi masyarakat Samin ada

keharusan seluruh anggota keluarga menyambut tamu yang datang, sebagai

penghormatan terhadap tamu yang datang (Mumfangati et al. 2004)

Dalam tradisi masyarakat Samin ruangan tamu mempunyai peran yang

sangat penting. Ruangan yang luas, terbuka dan meja kursi yang cukup banyak

menjadi simbol keterbukaan dan penghargaan mereka terhadap orang lain.

Masyarakat Samin sangat menghormati tamu yang datang. Bagi mereka tamu

adalah sedulur. Siapapun yang mau datang dan berkunjung kepada mereka,

tamu tersebut akan dianggap sebagai sedulur, sehingga mereka menyambutnya

dengan senang hati. Biasanya seluruh anggota keluarga menemui dan mereka

menghentikan semua aktivitas mereka yang sedang dilakukan saat itu untuk

menyambut tamu. Setiap tamu yang datang biasanya akan disuguhi minuman

dan makanan kecil, dan ditutup dengan makan besar/nasi sayur sekedarnya

sesuai yang mereka makan sehari-hari. Sebagai tanda persaudaraan, dan

3

4

6

7

Keterangan 1.Emper/serambi 2. Paseban 3. Sentong kiwo 4. Sentong tengen 5. Ruang tengah 6. Pendaringan 7. Jamban/pakiwan 8. Kandang ternak

4

5 8

Gambar 23 Skema bagian-bagian rumah masyarakat Samin

2

3

1

5

4

8

7

Page 95: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

69

mereka akan sangat senang bila kita mau menyantapnya sebagai sambutan dari

persaudaraan mereka.

Kamar tidur disebut sentong, berbatasan langsung dengan kamar tamu, di

sebelah dalam, dua ruangan sebelah kanan dan kiri. Kamar tidur berisi amben,

tempat tidur yang cukup besar dari kayu, untuk tidur anggota keluarga ayah, ibu

dan anak anak yang masih kecil. Bagi anak yang telah dewasa biasanya tidur di

ruang terpisah. Kadang kadang anak laki laki tidur di kamar tamu. Ruang tidur

tanpa penutup pintu kayu, biasanya hanya menggunakan penutup kain.

Ruang tengah merupakan ruang keluarga, biasanya digunakan untuk

ruang makan bagi anggota keluarga. Dalam ruang tengah terdapat seperangkat

perabotan meja kursi panjang, juga bufet, tempat untuk pangan berbagai barang,

atau tempat benda elektronik seperti radio atau televisi bila memiliki.

Ruang dapur atau pendaringan terletak pada bagian belakang atau

samping rumah. Selain untuk memasak, juga untuk menyimpan peralatan

memasak dan bahan makanan yang akan dimasak. Untuk memasak sebagian

warga Samin masih menggunakan kayu bakar, mereka menggunakan tunggku

dari tanah liat yang disebut krapak. Di dapur terdapat perabotan seperti rak

(pogo) untuk menyimpan peralatan masak, juga terdapat amben yang digunakan

untuk menyiapkan bahan bahan masakan. Kegiatan memasak dilakukan setiap

hari untuk kebutuhan anggota keluarga, mulai dari pagi hari untuk menyiapkan

sarapan sebelum pergi ke sawah, sampai sore hari untuk makan malam. Selain

itu jika ada tamu mereka akan menyiapkan secara cepat masakan untuk

dihidangkan kepada tamu, untuk menghormati tamu yang datang.

Kamar mandi/jamban disebut juga sebagai pakiwan. Umunya lerletak

terletak di bagian beulakang rumah, jadi satu atau rumah terpisah dari rumah

induk. Kamar mandi Masyarakat Samin di dusun tambak Blora, di belakang

rumah terpisah dari rumah induk, dinding kamar mandi terbuat dari bambu

(gedhek), tanpa atap, sumber air dari sumur pompa. Sedang sumur dan kamar

mandi di dusun Jepang, digunakan bersama sama warga yang ada di tempat

tersebut.

Warga Samin di dusun Tambak, desa Sumber Blora, yang memiliki ternak

sapi, biasanya kandang sapi ditempatkan di bagian samping atau belakang

rumah menjadi satu dengan rumah utama. Tetapi mereka selalu menjaga

kebersihan kandang sehingga tidak bau dan tetap bersih.

Page 96: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

70

4.4.2.2 Pekarangan Pekarangan merupakan sebidang lahan dengan batas tertentu, ada

bangunan tempat tinggal di atasnya dan umumnya di tanami berbagai jenis

tumbuhan (Soemarwoto 2008) . Selain tegalan pekarangan merupakan lahan

kering, antara lahan pekarangan dan tegalan sulit dibedakan (Prasetyo 1984). Menurut PPPB (1993), istilah pekarangan berasal dari kata karang yang

menunjuk arti tanah sekitar rumah, termasuk halaman rumah. Bisa juga disebut

sebagai tanah yang disiapkan untuk tempat tinggal.

Dalam pengetahuan masyarakat Samin pekarangan dipahami dalam

beberapa pengertian, antara lain: (1) pekarangan sebagai tanah yang di tempat

mondokan (rumah), (2) Pekarangan merupakan bagian dari rumah, atau tanah

yang ada di sekitar rumah (3) Pekarangan bagian depan rumah warga Samin

umumnya dibiarkan terbuka digunakan untuk menjemur padi (4) pekarangan

bukan merupakan lemah garapan, yang diolah secara intensif untuk pertanian.

Pola pemukiman masyarakat Samin umumnya mengelompok dengan

rumah yang berderet-deret cukup rapat sehingga tidak banyak menyisakan lahan

kosong (pekarangan). Berdasarkan data dari pemerintah desa setempat dan

pengkukuran secara langsung dari sejumlah cuplikan pekarangan didapatkan

rata-rata luas pekarangan Masyarakat Samin di setiap dusun/desa pengamatan

berkisar 100m2 hingga 200m2 (Gambar 24).

Gambar 24 Rata-rata luas pekarangan (m2

Pekarangan bagian depan (halaman) umumnya tidak terlalu luas,

dibiarkan terbuka untuk menjemur hasil panen padi. Pekarangan yang luas

biasanya pada bagian belakang rumah (kebon), banyak ditanami pohon dan

) di lingkungan masyarakat Samin

Page 97: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

71

berbagai jenis tanaman obat atau sayur. Pekarangan bagian kanan kiri rumah

biasanya sempit berbatasan langsung dengan tetangga.

Pekarangan mempunyai banyak fungsi, diantaranya untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi, biofisik, sosial budaya dan estetika. Selain sebagai tempat

pemukiman, pekarangan menjadi tempat usaha manusia untuk memenuhi fungsi

ekonomi. Pekarangan ditanami berbagai jenis tumbuhan buah-buahan, sayuran

atau obat-obatan, biasanya merupakan tanaman yang langsung bisa dikonsumsi

atau dimanfaat untuk kehidupan sehari-hari.

Bagi sebagian masyarakat Samin pekarangan menjadi lahan untuk hewan

Tumbuhan di pekarangan memberikan perlindungan dan menciptakan iklim

mikro di sekitar rumah tinggal, sehingga menciptakan kenyamanan bagi

penghuninya. Ini merupakan salah satu fungsi biofisik pekarangan. Fungsi

sosial budaya terutama adalah untuk tempat bermain anak-anak, tempat

perhelatan atau hajatan, dan interaksi sosial masyarakat. Fungsi estetik

pekarangan menekankan fungsi keindahan dan status sosial penghuninya

dengan penataan yang indah dan penanaman berbagai jenis tanaman hias.

Gambar 25 Pekarangan di lingkungan masyarakat Samin dusun Tambak Sumber Blora (a) bagian depan halaman bibiarkan kosong, sebagai tempat menjemur padi; (b) pekarangan dengan berbagai jenis sayur (c) pemeliharaan Ternak sapi di bagian samping atau depan pekarangan ; (d) Bambu sebagai batas antara pekarangan dan lahan sawah

a b

c d

Page 98: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

72

Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan di pekarangan terutama tanaman

untuk kebutuhan sehari hari. Umumnya merupakan tanaman yang tahan

terhadap kekeringan dan hanya membutuhkan sedikit air. Pola tanam tergantung

turunnya hujan. Bila tanah basah berarti pekarangan bisa di tanami. Berbagai

jenis tanaman yang bisa di budidayakan di lahan pekarangan antara lain,

tanaman pangan, tanaman sayur, tanaman obat, tanaman buah buahan, dan

tanaman perkebunan.

Pada halaman rumah ditanami berbagai jenis tanaman sebagai tanaman

hias. Jenis jenis tanaman hias yang umum ditemukan antara lain: kembang

sepatu (Hibiscus rosa-chinensis), bunga pukul empat (Mirabilis jalapa), bogenvil

(Bogainvillea spectabilis), Nusa indah (Mussaenda frondosa), kenikir (Tagetes

erecta), Andong (Cordyline sp), kamboja jepang (Adenium), mawar (Rosa sp),

daun suji (Pleome angustifolia), kemuning (Murayya paniculata), pacar air

(Impatien balSamina), kenanga (Cananga odorata), palem wregu (Raphis

exelsa), Sente (Alocasia xanthorriza ).

Pekarangan bagian samping atau belakang rumah biasanya di tanami

berbagai jenis tanaman sayuran, bumbu atau obat tradisional. Jenis tanaman

sayuran yang biasa dibudidayakan antara lain: lompong/tales (Colocasia

esculenta), cengeh/cabe (Capsicum anuum), telo rambat (Ipomoea batatas.), telo

pohong (Manihot utilissima), kates (Carica papaya), kacang lanjar (Vigna

unguiculata ), gambas (Luffa acutangula), waloh (Cucurbita moschata), kemangi

(Oscimum basilicum). Jenis tanaman bumbu atau obat tradisional yang ditanam

masyarakat Samin, antara lain kencur (Kampferia galanga), jahe (Zingiber

officinale), temu lawak (Curcuma xanthorhiza), kunyit, lengkuas (Alpinia

galanga

Hasil inventarisasi jenis tumbuhan di pekarangan masyarakat Samin

tercatat tidak kurang 189 jenis tumbuhan, 67 jenis diantaranya merupakan jenis

pohon tercatat 67 jenis (Tabel 9) yang tergolong dalam 52 marga, 26 suku.

Suku yang banyak anggota jenisnya secara berturutan adalah Fabaceae (13

jenis), Poaceae (5 jenis), Meliaceae (5 jenis), Moraceae (5 jenis), Rutaceae (4

jenis), Verbenaceae (4 jenis) , Rutaceae (4 jenis).

), jeruk pecel (Citrus aurantifolia), kemangi (Oscimum basilicum), pandan

wangi (Pandanus sp) dan lain-lain.

Pekarangan Masyarakat Samin menyimpan beranekaragam jenis

tumbuhan buah, sayuran, tanaman bumbu atau obat, dan tanaman kayu. Dalam

Page 99: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

73

hal ini masyatakat Samin telah memanfaatkan pekarangan sebagai fungsi

ekologi dan fungsi ekonomi (Soemarwoto, 1993).

Tabel 9 Keanekaragaman jenis tanaman di pekarangan dan kegunaannya

No Nama ilmiah Nama lokal Suku Kegunaan

1 Acacia farnesiana (L.) Willd.Ex Del.

Klampis Fabaceae Kayu bakar

2 Aegle marmelos (L.) Corr. Serr. Mojo Meliaceae Tan pagar 3 Albizia procera (Roxb) Benth Weru Fabaceae Bangunan 4 Annacardium occidentale L. Jambu mete Annacardiaceae Buah 5 Annona squamosa L. Sirkoyo Annonaceae Buah 6 Artocarpus altilis (Parkinson)

Fosberg Kluweh Moraceae Sayur

7 Artocarpus elasticus Reinw. Bendo Moraceae Bangunan, peralatan

8 Artocarpus heterophylla Lam Nangka Moraceae Buah, bangunan

9 Averrhoa bilimbi L. Blimbing wuluh Oxallidaceae Sayuran 10 Averrhoa carambola L. Blimbing buah Oxallidaceae Buah 11 Bambusa bambos (L.) Voss Pring ori Poaceae Bangunan,

peralatan 12 Bambusa sp Pring legi Poaceae Rebung

(sayur) 13 Bambusa vulgaris Schrad. ex

J.C. Wendl. Pring gading Poaceae Tanaman hias

14 Baringtonia racemosa L. Putat Letichidaceae Perindang 15 Cynometra sp Tayuman Fabaceae Tan pagar 16 Breynia disticha J.R.Forst & G.

Forst Babing Phyllantaceae Tanaman

pagar 17 Caesalpinia sappan L. Secang Fabaceae Pembatas

tanah 18 Cananga odorata (Lam) Hook.J.

&T.Thomson Kenango Annonaceae Tan hias

19 Carica papaya L. Kates Caricaceae Buah, sayur 20 Ceiba pentandra (L.) Gaertn. Kapuk randu Bombacaceae Serat 21 Citrus reticulata Jeruk keprok Blanco Rutaceae Buah 22 Citrus maxima (Burm.f.) Merr. Jeruk bali Rutaceae Buah 23 Citrus aurantifolia (Christm)

swingle Jeruk nipis Rutaceae Aromatikum

24 Cocos nucifera L. Klopo Arecaceae Bangunan 25 Dendrocalamus asper (Schult.

& Schult. f.) Backer ex K. Heyne Pring Petung Poaceae Bangunan,

peralatan 26 Dracontomelum dao (Blanco)

Merris Rolfe Krao Verbenaceae Bangunan

27 Erioglossum rubiginosum Kleyu Meliaceae Buah 28 Eugenia cumini Druce Juwet Myrtaceae Buah 29 Eugenia samarangensis

(Blume) Merr. & Perry Jambu air Myrtacaea Buah

30 Ficus septica Burm F. Awar awar Moraceae Tanaman liar 31 Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz Mundu Clusiaceae Buah 32 Gigantochloa apus (Schult &

Schult f.) Kurz Pring apus Poaceae Tali, anyaman

33 Gliricidia sepium (Jacq.) Steud Klerecede Fabaceae Pakan ternak 34 Gmelina arborea Roxb Gmelina Verbenaceae Pakan ternak

Page 100: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

74

Tabel 9 Lanjutan

No Nama ilmiah Nama lokal Suku Kegunaan

35 Gnetum gnemon L. Mlinjo Gnetaceae Sayur 36 Hibiscus tiliaceus L. Waru Malvaceae Tanaman

pagar 37 Inocarpus fangifer (Parkinson)

F.R. Forsberg Gayam Fabaceae kayu bakar,

bahan pangan 38 Jatropa curcas L. Jarak Euphorbiaceae Tanaman

pagar, jamu 39 Lanea grandis Engl Kayu kudo Verbenaceae Batas

pekarangan 40 Leucaena glauca L. Klanding Fabaceae Kayu bakar,

pakan ternak 41 Leucaena leucocephala L. Lamtoro gung Fabaceae Peralatan 42 Mangifera indica L. Mangga Anacardiaceae Buah 43 Manilkara kauki (L.) Dubart Sawo Sapotaceae Buah 44 Melia azedarach L. Mindi Meliaceae Kayu papan 45 Michelia champaca L. Gading/

cempaka Annonaceae Tanaman hias

46 Morinda citrifolia L. Pace Rubiaceae Obat 47 Morus alba L. Besaran Moraceae Tanaman

pagar 48 Murraya paniculata L. Kemuning Rutaceae Peralatan 49 Musa balbisiana L. Pisang Klutuk Musaceae Daun

pembungkus 50 Musa paradisiaca L. Pisang Musaceae Buah 51 Mutingia calabura L. Kresen Elaeocarpaceae Buah 52 Nauclea orientalis L. Gempol Rubiaceae Pembatas

tanah 53 Paraserianthes falcataria

L.(Nielsen) Sengon Fabaceae Kayu papan

54 Premma integrifolia L. singkil Lamiaceae Sayur 55 Psidium guajava L. Jambu klutuk Myrtacaea Buah, obat 56 Pterocarpus indicus L. Angsana Fabaceae Bahan

bangunan 57 Punica granatum L. Delima Punicaceae Obat 58 Samanea saman (Jacq) Merr Meh Fabaceae Kayu bakar,

bangunan 59 Sambi Schleicera oleosa (Lour). Oken Sapindaceae Bangunan,

arang 60 Sesbania grandiflora (L.) Poir. Turi Fabaceae Kayu bakar,

sayur 61 Spondias dulcis L. Dondong Annacardiaceae Buah 62 Swietenia macrophylla King Mahoni Meliaceae Bangunan 63 Swietenia mahagoni (L.) Jacq Mahoni Meliaceae Bangunan 64 Syzygium aqueum (Burman f.)

Alston Jambu air Myrtacaea Buah

65 Tamarindus indica L. Asem jawa Fabaceae Bangunan, peralatan

66 Tectona grandis L.f Jati Verbenaceae Bangunan,

Struktur dan komposisi penyusun vegetasi pekarangan bagian depan atau

samping rumah terlihan longgar hanya jenis tumbuhan buah diselingi tanaman

hias atau sayuran. Sedangkan bagian belakang rumah terdiri dari lapisan kanopi

Page 101: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

75

berbagai jenis tumbuhan berkayu dan pohon buah dan semak berselang seling

membentuk struktur yang rapat.

Secara fisiognomi jenis-jenis yang umum di jumpai pada 5 lokasi

pekarangan masyarakat Samin adalah: Jati (Tectona grandis), pisang (Musa sp),

nangka (Artocarpus heterophylla) dan mangga (Mangifera indica) dan jambu biji

(Psidium guajava). Jenis yang specifik terdapat di pekarangan masyarakat

Samin di Kudus dan Pati adalah singkil (Premna integrifolia), merupakan jenis

perdu atau pohon yang daunnya dimanfaatkan masyarakat untuk sayur. Jenis ini

mempunyai aroma yang khas, biasanya digunakan untuk campuran sayur

masakan ikan air tawar.

Berdasarkan analisis tegakan pohon di pekarangan di tampilkan 10 jenis

pohon yang mempunyai indek nilai penting paling tinggi pada tiap lokasi

pengamatan (Tabel 10). Hasil analisis vegetasi selengkapnya ditampilkan dalam

Lampiran 1 s/d 5. Berdasarkan tabel tersebut dapat didapatkan bahwa tanaman

jati (Tectona grandis), merupakan tanaman yang mempunyai INP tertinggi pada

pekarangan masyarakat Samin di Sukolilo Pati dan Klopoduwur Blora; serta

tertinggi kedua di dusun Tambak Blora. Tanaman jati biasanya dibudidayakan di

lahan pekarangannya yang cukup luas terutama di belakang rumah. Tanaman

jati yang umurnya bervariasi mulai yang baru di tanaman sampai yang berumur

lebih dari 10 tahun.

Tanaman bambu ori (Bambusa bambos) paling dominan di pekarangan

masyarakat Samin di Larikrejo dan Kaliyoso Kudus dengan INP 74.29. Jenis

bambu ini juga mendominasi pekarangan masyarakat Samin di Tambak Blora

dengan INP 81.38. Bambu biasanya tumbuh meliar di pekarangan bagian

belakang atau sebagai batas pekarangan. Bambu mempunyai banyak kegunaan

bagi masyarakat, antara lain untuk bahan bangunan atap (usuk, reng), untuk

tiang, untuk dinding (gedhek) dan untuk pagar rumah; selain itu juga digunakan

untuk membuat berbagai peralatan tradisional. Bambu ori banyak ditanam di

pekarangan bagian belakang rumah sebagai batas lahan pekarangan dengan

lahan persawahan sekaligus berfungsi sebagai penahan angin dari areal

persawahan.

Tanaman pisang merupakan tanaman yang umum di tanam di pekarangan

masyarakat Samin. Berdasarkan analisis vegetasi tenaman ini mempunyai nilai

INP tertinggi di pekarangan dusun Jepang Margomulyo Bojonegoro dan

menempati nilai INP tertinggi kedua di pekarangan masyarakat Samin di Kudus

Page 102: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

76

dan Klopoduwur Blora. Tanaman ini mudah tumbuh pada berbagai jenis lahan,

jumlah anakan yang banyak mempercepat tumbuhan berkembang dan

mendominasi lahan tempat hidupnya.

Tabel 10 Indeks Nilai Penting (INP) pohon dominan pada pekarangan masyarakat Samin

Nama lokal Nama ilmiah Indek Nilai Penting (INP)

A B C D E Asam jawa Tamarindus indica L. 12.21 Blimbing buah Averrhoa carambola L. 6.40 7.73 Jambu air Syzygium aqueum

(Burman f.) Alston 9.79

Jambu biji Psidium guajava L. 12.94 17.21 9.02 Jati Tectona grandis L. 102.54* 79.48* 40.73** 11.02 Kapuk randu Ceiba pentandra (L.)

Gaertn. 6.83

Kelapa Cocos nucifera L. 11.56 9.67 Kluweh Artocarpus altilis

(Parkinson) Fosberg 8.10

Lamtoro Leucaena glauca L. 7.04 18.94 32.72 33.56 Mahoni Swietenia macrophylla

King 14.09 17.94 34.80

Mangga Mangifera indica L. 33.48 11.10 37.90 17.48 15.94 Meh, Ki hujan Samanea saman (Jacq)

Merr 17.28

Nangka Artocarpus heterophylla Lam

7.42 5.83 7.88 13.60 11.10

Nimba Azadirachta indica L. 16.08 Pace Morinda citrifolia L. 7.98 Pepaya Carica papaya L. 6.84 8.21 7.08 Pisang Musa paradisiaca L. 64.33** 32.15 51.81** 13.15 77.15* Pring apus Gigantochloa apus

(Schult & Schult f.) Kurz 7.66 11.55

Pring Petung Dendrocalamus asper (Schult. & Schult. f.) Backer ex K. Heyne

38.35**

Pring ri Bambusa bambos (L.) Voss

74.29* 81.38*

Secang Caesalpinnia sappan L. 6.42 Sirkaya Annona squamosa L. 9.83 Waru Hibiscus tiliaceus L. Keterangan: A: Larikrejo dan Kaliyoso (Kudus); B:Bombong dan Ngawen (Pati); C: Klopoduwur (Blora); D:

Tambak (Blora); Jepang (Bojonegoro); *) :tertinggi **) tertinggi kedua

4.4.2.3 Tegalan Dalam pengertian umum, tegalan merupakan lahan kering, tidak

memerlukan penggenangan air secara tetap seperti sawah. Ciri-ciri pokok yang

membedakan dengan pekarangan ada tidak ada bangunan tempat tinggal,

biasanya letaknya terpisah agak jauh dari pemukiman penduduk. Tegalan

Page 103: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

77

terletak jauh dari pemukiman penduduk, misalnya di pinggir sungai, atau lereng

lereng perbukitan.

Masyarakat Samin memaknai tegalan secara sederhana sebagai lemah

garing, Sebagai pembeda adalah lemah teles (sawah). Tegalan tempatnya lebih

tinggi (nggeneng) tidak banyak mendapat genangan air, berbeda dengan sawah

yang tempatnya lebih rendah (ledok) sehingga cukup mendapat banyak air bila

musim hujan. Selain itu terdapat beberapa pemahaman mengenai tegalan: (1)

lemah garing, tanah kering yang kurang airnya, (2). Tanah pertanian yang jauh

dari mondokan (rumah tinggal) (3). Tanah yang di tanami palawijo dan tanaman

kayu (4) tanah yang jauh dari rumah di hutan atau lereng-lereng perbukitan (5)

Bagi masyarakat sekitar hutan, tegalan adalah tanah pemajekan yang terdapat di

hutan atau alas.

Bagi masyarakat Samin tegalan juga menjadi bagian dari lemah garapan

yang dipergunakan penduduk untuk budidaya berbagai jenis tanaman, misalnya

tanaman perkebunan, palawija maupun tanaman semusim lainnya. Tidak semua

keluarga Samin mempunyai tegalan, dari keseluruhan rumah tangga Samin

hanya sekitar 10% yang mempunyai lahan tegalan. Luas tegalan rata-rata kurang

dari 500m2, tetapi tegalan yang ada dekat hutan biasanya cukup luas berkisar

antara 500m2

Berdasarkan kajian ekologi di tegalan masyarakat Samin ditemukan

bahwa keanekaragaman jenis pohon mencapai 58 jenis, meliputi 43 marga dan

26 suku. Jenis jenis yang penting adalah Fabaceae (11 jenis), Moraceae (6

jenis), Poaceae (5 jenis), Meliaceae (5 jenis), Annonaceae (4 jenis), serta jenis

lain (Tabel 11). Keanekaragaman jenis ini hampir sama dengan yang diperoleh

dari pengamatan jenis pohon di lahan pekarangan. Hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat mempunyai pola yang sama dalam mengusahakan lahan

pekarangan dan tegalan.

hingga 1 hektar.

Jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahagoni) pring ori (Bambusa

bambos), lamtoro (Leucaena glauca), pisang (Musa paradisiaca), mangga

(Mangifera indica) merupakan jenis tanaman umum yang dibudidayakan di

tegalan masyarakat Samin. Jenis yang specifik adalah putat (Baringtonia

racemosa) hanya di temukan di pekarangan masyarakat Samin di Kudus, singkil

(Premna integrifolia) ditemukan di pekarangan masyarakat Samin di Kudus dan

Pati. Krao (Dracontomelum dao) dan Aren (Arenga pinnata) di temukan Sukolilo

Pati dan dusun Jepang Margomulyo Bojonegoro. Adem mati (Litsea glutinosa),

Page 104: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

78

Bendo (Artocarpus altilis), Randu alas (Bombax ceiba). Hanya ditemukan di

lingkungan masyarakat Samin dusun Jepang Margomulyo Bojonegoro.

Tabel 11 Jenis tanaman di tegalan Masyarakat Samin No Nama lokal Nama ilmiah Suku Kegunaan

1 Adem mati Litsea glutinosa (Lour.) C.B.Rob.

Lauraceae Bahan Bangunan

2 Aren Arenga pinnata Merr Arecacaae Bahan pangan 3 Asam kranji Dialium indum L. Fabaceae Bahan bangunan 4 Asem jowo Tamarindus indica L. fabaceae Bahan bangunan 5 Bendo Artocarpus elasticus

Reinw. Moraceae Bahan peralatan

6 Bringin Ficus benyamina L. Moraceae Perindang 7 Gempol Nauclea orientalis L. Rubiaceae Bahan peralatan 8 Jambe Areca catechu L. Arecaceae Perindang 9 Jambu air Syzygium aqueum

(Burman f.) Alston Myrtaceae Buah

10 Jambu klutuk Psidium guajava L. Myrtaceae Buah 11 Jarak pagar Jatropa curcas L. Euphorbiaceae Tanaman pagar 12 Jati Tectona grandis L. Verbenaceae Bahan bangunan 13 Jeruk bali Citrus maxima (Burm.f.)

Merr. Rutaceae Buah

14 Jeruk keprok Citrus aurantifolia Blanko Rutaceae Buah 15 Johar Senna siamea (Lamarck)

H.S.Irwin & Barneby Fabaceae Bangunan,

peralatan 16 Kamboja Plumeria acuminata Ait Apocynaceae Tanaman hias 17 Kates Carica papaya L. Caricaceae Buah, sayur 18 Kayu kuda Lanea grandis Engl Meliaceae Tanaman pagar 19 Kedondong Spondias dulcis L. Sapindaceae Buah 20 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae Sayur, bangunan 21 Kersen Muntingia calabura L. Elaeocarpaceae Buah 22 Kluweh Artocarpus communis

(Parkinson) Forsberg Moraceae Sayur

23 Krao Dracontomelum dao (Blanco) Merris Rolfe

Verbenaceae Bangunan

24 Lamtoro Leucaena glauca L. Fabaceae Kayu bakar 25 Lamtoro gung Leucaena leucocepala L. Fabaceae Peralatan 26 Lo Ficus glomerata Roxb Moraceae Tanaman liar 27 Mahoni Swietenia macrophylla

King Meliaceae Bangunan

28 Mahoni Swietenia mahagoni (L.) Jacq

Meliaceae Bangunan

29 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Buah 30 Meh Samanea saman (Jacq)

Merr. Fabaceae Kayu bakar

31 Mimbo Azadirahcta indica Adr. Juss

Meliaceae Peralatan

32 Mindi Melia azedarach L. Meliaceae Bangunan 33 Mulwo Annona reticulata L. Annonaceae Buah 34 Nangka Artocarpus heterophylla

Lam Moraceae Buah

Page 105: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

79

Tabel 11 lanjutan

No Nama lokal Nama ilmiah Suku Kegunaan 35 Pace Morinda citrifolia L. Rubiaceae Bahan obat 36 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae Buah 37 Pisang cici Musa acuminata L. Musaceae Buah 38 Pisang klutuk Musa balbisiana L. Musaceae Pembungkus 39 Ploso Butea monosperma (Lam)

Taub Fabaceae Tanaman pembatas

40 Poh-pohan Buchanania latifolia Roxb. Anacardiaceae Bangunan 41 Polokiyo Thevetia peruviana

(Pers.) K. Schum. Apocynaceae Tanaman hias

42 Preh Ficus thonnii Blumme Moraceae Perindang 43 Pring apus Gigantochloa apus (Schult &

Schult f.) Kurz Poaceae Bahan tali

44 Pring gading Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C. Wendl.

Poaceae Tanaman hias

45 Pring legi Bambusa sp Poaceae Bahan pangan 46 Pring ori Bambusa bambos (L.) Voss Poaceae Bahan peralatan 47 Pring petung Dendrocalamus asper

(Schult. & Schult. f.) Poaceae Bahan peralatan

48 Putat Barringtonia racemosa Roxb. Lecythydaceae Perindang 49 Randu Ceiba pentandra (L.)

Gaertn. Bombacaceae Bahan serat

50 Randu alas Bombax ceiba L. Bombacaceae Perindang 51 Saga pohon Adenanthera

pavonina Fabaceae

L. Bangunan

52 Sengon Paraserianthes falcataria L.(Nielsen)

Fabaceae Bangunan

53 Sirkaya Annona muricata L. Annonaceae Buah 54 Sirsak Annona squamosa L. Annonaceae Buah 55 Tayoman Cynometra caulifolia L. Fabaceae Tanaman pagar 56 Turi Sesbania grandiflora (L.)

Poir. Fabaceae Kayu bakar

57 Waru Hibiscus tiliaceus L. Malvaceae Tanaman pembatas 58 Weru Albizia procera (Roxb) Benth Fabaceae Bangunan

Berdasarkan hasil analisis vegetasi di lahan tegalan ditemukan bahwa

Jenis pohon yang mendominasi di tegalan hampir sama dengan jenis pohon

yang mendominasi lahan pekarangan. Sepuluh jenis pohon di lahan tegalan

dengan nilai INP tertinggi di tiap lokasi ditampilkan pada Tabel 12 (Selengkapnya

pada Lampiran 6 s/d 10). Jati merupakan jenis yang mempunyai nilai INP tegalan

paling tinggi pada semua tegalan masyarakat Samin dengan INP kecuali di

tegalan masyarakat Samin Kudus. Tegalan masyarakat Samin di Kudus di

dominasi oleh jenis pisang (Musa paradisiaca ).

Page 106: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

80

Tabel 12 Indek Nilai Penting (INP) pohon dominan pada tegalan Masyarakat Samin

Nama Ilmiah Nama Lokal Indeks Nilai Penting (INP) A B C D E

Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg

Kluweh 6.68 5.71

Artocarpus heterophylla Lam

Nangka 16.36 9.82

Bambusa bambos(L.) Voss

Pring ori 56.82** 12.37 4.91 27.27

Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C. Wendl.

Pring Gading 4.27

Barringtonia racemosa Roxb.

10.57

Carica papaya L Pepaya 9.92 Ceiba pentandra (L.) Gaertn.

10.28 8.47

Citrus aurantifolia (Christm) swingle

Jeruk manis 19.24

Cocos nucifera L 13.62 6.08 Dendrocalamus asper (Schult. & Schult. f.) Backer

Pring petung 10.13

Ficus benyamina L. Beringin 14.37 Gigantochloa apus Schult & Schult f.) Kurz

Pring apus 3.77 11.30

Hibiscus tiliaceus L. Waru 5.72 Leucaena glauca L. Lamtoro 43.34 8.54 8.13 9.15 13.98 Leucaena leucocepala L. Lamtoro gung 12.49 Mangifera indica L. Mangga 20.93 34.61** 25.19 Melia azedarach L. Mindi 5.09 Musa paradisiaca L. Pisang 59.96* 55.57** 25.64 36.38** 11.72 Nauclea orientalis L. Gempol 8.04 Plumeria acuminata Ait. Kamboja 9.91 Psidium guajava L. Jambu biji 6.46 Samanea saman (Jacq) Merr

Meh 34.11

Senna siamea (Lamarck) H.S.Irwin & Barneby

Johar 5.20

Sesbania grandiflora (L.) Poir.

Turi 24.74 4.66

Swietenia macrophylla King

Mahoni 29.36 10.44 34.97**

Tectona grandis L. Jati 138.70* 93.49* 164.66* 81.89*

Keterangan: A: Larikrejo dan Kaliyoso (Kudus); B:Bombong dan Ngawen (Pati); C: Klopoduwur (Blora); D: Tambak (Blora); Jepang (Bojonegoro); *) Jenis domninan **} Jenis kodominan

Tanaman Jati (Tectona grandis) merupakan jenis tumbuhan yang paling

paling banyak dibudidayakan pada tegalan masyarakat Samin, tanaman ini

mendominan di hampir semua tegalan di lingkungan masyarakat Samin di

Sukolilo,Blora dan Bojonegoro, kecuali di Kudus. Jenis tanaman yang

mendominasi adalah pisang meliputi berbagai kultivar, misalnya ambon, kepok,

seblok, kawisto, dan lain-lain. Pring ori (Bambusa bambos) merupakan tanaman

yang secara ekologi cukup penting di Kudus dengan nilai INP 56.82 tertinggi

kedua setelah pisang. Pring ori juga banyak dibudidayakan ditegalan masyarakat

Samin di Klopoduwur Blora, Tambak Blora dan Jepang Bojonegoro.

Page 107: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

81

Selain jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia macrophylla ) merupakan

jenis tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan masyarakat Samin dan

merupakan jenis tanaman yang memiliki nilai INP tertinggi kedua (34.97) setelah

jati pada tegalan di dusun Jepang Bojonegoro.

Jenis tanaman semusim yang dibudidayakan pada lahan tegalan

merupakan jenis tanaman yang tahan kering dan hanya mengandalkan air dari

hujan, antara lain: jagung (Zea mays), ketela pohon (Manihot utilissima);

kacang-kacangan antara lain: kacang hijau (Vigna radiata), kacang panjang

(Vigna unguiculata) kacang tanah (Arachis hypogaea) dan umbi umbian, antara

lain ketela rambat (Ipomoea batatas), uwi (Dioscorea alata), gadung (Dioscorea

hispida), gembili (Dioscorea aculeata

Tegalan di lingkungan masyarakat Samin belum dikelola secara intensif.

Pada tegalan yang ditanami jenis pohon atau tanaman tahunan tidak dilakukan

pengolahan tanah, pemupukan, maupun pengairan secara rutin, atau tanpa

perlakuan khusus. Sedang pada jenis tegalan yang ditanami tanaman semusim

(seperti jagung, palawijo, cabe), tanah dibuat lubang (dikowaki) dan diberi

pupuk kandang saat musim kemarau. Lahan ditanami saat musim hujan tiba.

).

Hasil lahan tegalan dari tanaman sayur biasanya digunakan untuk

kebutuhan sendiri. Namun bila hasil panen cukup besar biasanya dijual, misalnya

jagung dan ketela pohon.

4.4.2.4. Sawah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), yang dimaksud Sawah

adalah tanah yang digarap dan diairi tempat menanam padi. Dalam pengertian

masyarakat Samin yang dimaksud sawah bila konteksnya adalah lahan untuk

pertanian disebut lemah garapan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan dilapangan

ditemukan jawaban yang bervariasi mengenai pengertian sawah. Pengertian

sawah bagi masyarakat Samin antara lain:(1) istilah sawah yang sebenarnya

bagi masyarakat Samin adalah istri. Istri adalah sawah dan suami adalah pemilik

sawah, anak anak adalah benih yang tumbuh dari hasil menggarap sawah.

Masyarakat Samin menerapkan kehidupan dalam pertanian mereka ibarat

hubungan suami istri. Pekerjaan utama mereka adalah bertani mengolah lemah

garapan: mengolah sawah, menebarkan dan menumbuhkan bibit padi, dengan

cara ini mereka akan mendapatkan hasil panen. Bertani ibarat menjalankan

Page 108: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

82

kewajiban sebagai suami istri, maka petani adalah pekerjaan paling mulia bagi

mereka; (2) bila yang dimaksud adalah lahan untuk bercocok tanam padi, maka

mereka menyebutkan sebagai lemah garapan; (3) tanah yang berpengairan

sehingga memungkinkan untuk menanam padi.

Sawah bagi masyarakat Samin merupakan lahan penghidupan utama.

Pada lahan tersebut mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di siang

hari untuk bekerja di Sawah. Bagi masyarakat Samin menjadi petani adalah

pekerjaan yang paling mulia. Dengan bekerja sebagai petani mereka akan

mendapatkan suatu hasil yang jelas asal usulnya, karena diperoleh dari hasil

keringat mereka sendiri. Karena itu mereka mencurahkan segala tenaga dan

pikiran untuk mengolah lahan sawah. Dari hasil bertani di sawah inilah mereka

menggantungkan hidupnya untuk memenuhi kecukupan makan bagi keluarga

dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya.

4.4.2.4.1 Jenis-jenis sawah Dalam kaitannya dengan pengairan, dikenal adanya tanah sawah

berpengairan dan sawah tadah hujan. Sawah berpengairan adalah sawah yang

sepanjang tahun airnya dapat diatur. Pengaturan oleh Pengairan, Dinas

Pekerjaan Umum, desa atau Perorangan. Sedangkan sawah tadah hujan adalah

sawah yang hanya dikerjakan pada musim hujan, dengan mengandalkan air

hujan.

Sawah berpengairan dibedakan menjadi tiga jenis (1) Sawah berpengairan

teknis, yaitu sawah yang pengairannya dapat diatur, dapat diukur, saluran air

memenuhi persyaratan teknis bangunan irigasi. (2) Sawah berpengairan

setengah teknis, sawah yang pengairannya dapat diatur tetapi pemberian airnya

tidak dapat diukur. Saluran pembawa dan pembuangan memenuhi syarat

bangunan irigasi. (3) Sawah berpengairan sederhana, yaitu sawah yang

pengairannya tidak dapat di diatur, pemberian air tidak dapat diukur dan saluran

irigasi sederhana.

Berdasarkan pengairannya tanah sawah di lingkungan masyarakat Samin

umumnya adalah sawah berpengairan, kecuali sawah sawah di sekitar kawasan

hutan di Klopoduwur Kab Blora dan wilayah Margomulyo Kab. Bojonegoro,

(Tabel 13) sistem pengairannya adalah setengah teknis atau sistem sederhana.

Biasanya di kelola oleh Dinas Pertanian beserta Paguyupan Petani Pemakai Air

(P3A).

Page 109: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

83

Pengairan lahan pertanian warga Samin di Kudus dan di Sukolilo Pati

dikelola dan dikoordinir oleh warga Samin, karena mereka yang memiliki lahan

persawahan paling luas, tetapi anggota kelompoknya juga diluar warga Samin.

Sistem pengairan sawah masyarakat Samin di dusun Tambak, Sumber Kab

Blora sebagian besar di kelola perorangan atau kelompok. Jika musim kemarau

mereka mengandalkan sumber air dari sumur tanah yang di bangun di

persawahan, di alirkan dengan dipompa air.

Tabel 13 Jenis sawah dan sistem pengairan di lingkungan masyarakat Samin

Desa Jenis sawah Sumber air Sistim Pengairan

Pengelola

Karangrowo, Desa Larikrejo Kudus

Berpengairan Sungai Embung

Setengah teknis Sederhana

Dinas Pengairan/P3A

Desa Baturejo, Sukolilo Pati

Berpengairan Sungai Setengah teknis Sederhana

Dinas /P3A Kelompok

Klopoduwur, Banjarejo Blora

Tadah hujan Hujan

Desa Sumber Kradenan Blora

Berpengairan Sungai Air tanah

Setengah teknis

Kelompok

Desa Tapelan Ngraho Bojonegoro

Berpengairan Sungai Dam

Dinas Pengairan/P3A

Desa Margomulyo , Bojonegoro

Tadah hujan Hujan

Sumber air untuk irigasi persawahan di desa Kaliyoso, Larikrejo Kab

Kudus dan wilayah Sukolio, sebagian besar mengandalkan sumber airnya dari

jaringan irigasi ‘Jratunseluna’ merupakan jaringan irigasi anak sungai Juana yang

melintasi wilayah tersebut. Pada musim hujan anak sungai Juana ini sering

meluap dan membanjiri lahan pertanian penduduk. Frekuensi terjadinya banjir

pada sungai Juana semakin sering sejak penjarahan kayu di Perbukitan

Kendeng, yang menyebabkan hutan banyak yang gundul, sehingga air dari hutan

langsung mengalir ke sungai- sungai kecil yang bermuara di anak sungai Juana.

Sumber air untuk sawah di desa Sumber Kec Kradenan Kab Blora, berasal

dari sungai dan air tanah. Sungai biasanya kering pada musim kemarau, namun

petani masih bisa menanam padi dengan menggunakan air tanah. Masyarakat

Samin sudah banyak membangun sumur gali di sawah dan memasang pompa

air, selain itu Dinas pengairan telah membangun sumur artesis dan pompa air

untuk memenuhi kebutuhan pengairan sawah petani. Karena itu mereka tetap

bisa menanam padi minimal 2 kali setahun.

Page 110: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

84

4.4.2.4.2 Pola Tanam Terdapat variasi pola tanam pada masyarakat Samin. Pada tanah yang

berpengairan di Kudus, di sumber Blora pola tanam biasanya 2 kali tanam padi

dan satu kali palawija. Sedangkan untuk sawah tadah hujan biasanya hanya satu

kali padi dan satu kali palawija, setelah itu sawah diberokan. Khusus untuk

persawahan di sukolilo dilakukan 2 kali masa tanam padi, tanpa tanam palawija.

Karena lahan sering terendam banjir ketika musim hujan, maka awal tanam padi

sering mundur menunggu surut sekitar bulan Maret- april, kemudian masa tanam

kedua sekitar bulan Agustus-september sebelum musim hujan tiba. Antara bulan

Desember s/d Februari sawah tidak bisa ditanami karena terendam banjir. Tabel

14 menyajikan pola tanam dan masa tanam lahan sawah di lingkungan

masyarakat Samin.

Tabel 14 Pola tanam lahan sawah di lingkungan masyarakat Samin

Desa Pola Tanam Masa Tanam Karangrowo, Larikrejo (Kudus)

Padi-padi-palawija

Labuh-apit-ketigo

Desa Baturejo, Sukolilo (Pati)

Padi-padi Diluar musim hujan Maret-juni Agustus-Nopember

Klopoduwur (Blora) Padi-palawija-bero Labuh-apit-ketigo Sumber (Blora) Padi-padi-palawija Labuh-apit-ketigo Margomulyo (Bojonegoro)

Padi-palawijo-bero Labuh-apit-ketigo

4.4.2.4.3 Jenis Tanaman yang Dibudidayakan di Sawah

Jenis tanaman yang diusahakan di lahan sawah adalah padi. Jenis padi

yang di tanam umumnya adalah bibit unggul seperti apa yang menjadi anjuran

pemerintah. Petani sudah jarang yang menyimpan dan menanam jenis padi

lokal. Varitas padi yang disukai antara lain IR 64, IR 64 super dan Ciherang.

Ciherang paling banyak di tanam karena hasil panen biasanya lebih banyak,

lebih tahan hama, rasa dan harga jualnya tidak berbeda dengan kultivar lainnya.

Berbagai jenis tanaman palawija ditanam di sawah ketika kondisi lahan

kering. Jenis palawija yang dibudidayakan masyarakat Samin berupa biji-bijian,

kacang kacangan, sayuran dan buah buahan (Tabel 15). Jenis tanaman yang

sering ditanam di persawahan masyarakat Samin di Kudus dan Pati pada saat

musim kemarau antara terutama adalah tanaman semangka (Citrulus lanatus),

meliputi kultivar semangka buah dan semangka kwaci. Jenis biji-bijian seperti

jagung, dan kacang-kacangan tidak banyak dibudidayakan masyarakat. Pada

persawahan di lingkungan masyarakat Samin di Blora dan Bojonegoro,

Page 111: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

85

umumnya cocok untuk ditanami berbagai jenis palawija seperti jagung, kedelai,

ketela pohon; dan berbagai jenis sayuran seperti cabe, terong, tomat, kacang

panjang dan sebagainya. Tanaman tembakau dibudidayakan oleh masyarakat

Samin di daerah Blora dan Bojonegoro. Jenis tanaman yang hanya

didudidayakan oleh masyarakat Samin di dusun Tambak Blora adalah kentang

jowo/kentang kanci (Coleus tuberosus)

Tabel 15 Jenis tanaman yang di budidayakan lahan sawah masyarakat Samin

No Nama Ilmiah Nama local A B C D E 1 Arachis hypogaea L. Kacang cabut/

kacang tanah - - + + +

2 Capsicum annum L. Lombok (cengek) - - + + + 3 Citrulus lanatus (Thunb.) Semangka buah/biji + + + + + 4 Cucumis melo L. Blewah + - - - - 5 Glycin max (L.) Merr. Kedele - - + + + 6 Ipomoea batatas L. Telo rambat - - + + + 7 Manihot utilissima L. Telo pohong (menyok) - - + + + 8 Nicotiana tabacum L. Tembakau - - + + - 9 Coleus tuberosus

(Blume) Benth Kentang jowo/ kentang ireng/ kentang kleci

- - - + -

10 Solanum lycopersicum L.

Tomat - - + + +

11 Solanum melongena L. Terong - - + + + 12 Vigna radiata (L.) R.

Wilczek Kacang hijau - - + + +

13 Vigna unguiculata (L.) Walp.

Kacang lanjar + + + + +

14 Zea mays L. Jagung (gandung) - - + + + Keterangan: A: Larikrejo dan Kaliyoso (Kudus); B:Bombong dan Ngawen (Pati); C: Klopoduwur (Blora); D:

Tambak (Blora); Jepang (Bojonegoro); +: ada ; - : tidak ada 4.4.2.4.4 Tanda-tanda Alam dalam Aktivitas Pertanian

Bagi masyarakat Samin untuk memulai bercocok tanam mereka sudah

tidak menggunakan pranoto mongso, tetapi mereka memakai pathokan awal

musim hujan (labuh) sebagai awal musim tanam pertama (MT1) untuk bercocok

tanam padi. Masa tanam kedua (MT2) adalah waktu apit, yakni waktu setelah

panen masa tanam pertama, memasuki MT2, saat masih musim penghujan.

Setelah panen MT2 biasanya sudah memasuki musim kemarau merupakan

waktu untuk bercocok tanam palawija.

Dalam budaya masyarakat Samin di juga dikenal adanya ilmu titen.

Masyarakat Samin di Kudus menggunakan beberapa perilaku hewan atau

tumbuhan yang dapat menunjukkan pergantian musim, baik musim labuh/hujan

maupun musim kemarau, antara lain ditampilkan pada Tabel 16. Beberapa jenis

hewan dan tumbuhan mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap perubahan

Page 112: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

86

lingkungan (kelembaban, suhu, cuaca dan lain-lain) sehingga hewan tersebut

lebih cepat merespon perubahan tersebut dengan menampilkan perilaku yang

berbeda dari biasanya. Tanda-tanda ini menarik untuk dikaji dan dicari bukti-bukti

keterkaitannya dengan kondisi lingkungan sehingga secara ilmiah dapat

dibuktikan kebenarannya. Hal ini bisa membantu mengungkapkan bahwa ilmu

titen yang dimiliki masyarakat tradisional merupakan pengetahuan yang ilmiah,

sehingga masyarakat tradisionalpun sebenarnya sudah banyak mempraktekkan

pengetahuan ilmiah.

Tabel 16 Tanda tanda alam yang berkaitan dengan aktivitas pertanian di lingkungan masyarakat Samin

No Tanda tanda alam Jenis hewan /tumbuhan

Nama jenis/ Takson

Indikasi

1 ‘Kodok werijel’ kodok keluar, berbunyi

Kodok (Bufo sp) Bufo sp Awal musim labuh

2 Burung Jekethet clok

Aves - Awal musim kemarau

3 Burung Jektetet Clok

Aves - Awal musim hujan

4 Daun kapuk rontok Randu Ceiba pentandra (L.) Gaertn. )

Awal musim kemarau

5 Laron keluar dari sarang

Anai-anai (Laron)

Insecta (isoptera)

Musim labuh

6 Ratu rayap keluar dari sarang, ke permukaan tanah

Ratu rayap Insecta (Isoptera)

Akan datang hujan

7 Ratu rayap Masuk ke sarang

Ratu rayap Insecta (Isoptera)

Awal kemarau

8 Rebung tumbuh tetapi daun belum membuka

Pring petung Pring ori

Dendrocalamus asper Bambusa bambos

Hujan belum akan turun

9 Telur keong mas diletakkan di batang tanaman sawah

Keong mas Pamacea canaliculata

Akan ada hujan tapi genangan air tidak melibihi telur pada batang padi

4.4.2.4.5 Pengetahuan Tentang Kesuburan Tanah

Pemahaman masyarakat terhadap kesuburan tanah itu tergantung dari ada

atau tidaknya usaha manusia dalam mengolahnya. Seperti yang tercatat dalam

ungkapan ereka “Subur lan orane lemah iku gumantung wonge, yen lemah

dipaculi yo subur, yen ora tau dipaculi yo dadi ora subur” (Subur atau tidaknya

Page 113: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

87

tanah itu ditentukan oleh orangnya, kalau tanah dicangkuli, dirawat dengan baik,

maka tanah menjadi subur, tetapi kalau tidak dicangkuli tidak diolah dengan baik

maka tanah akan menjadi tidak subur). Pemahaman ini sekaligus menunjukkan

bahwa masyarakat Samin merupakan petani yang ulet dan bekerja keras untuk

bisa mendapatkan hasil pertanian yang baik.

Bagi masyarakat Samin di Blora tanah yang dianggap subur adalah yang

berwarna hitam dan gembur, sedang tanah yang kurang subur berwarna kuning

kecoklatan dan kering. Bagi masyarakat Samin di Pati dan Kudus yang sebagian

lahan sawahnya berupa rawa pengetahuan tanah yang subur biasanya berwarna

merah kebiruan (abang biru), bila kering ngropyok (gembur, mudah lepas).

Sedang tanah yang tidak subur (lemah gering), bila kering mengkel/atos (atos).

Tanah yang cukup air biasanya subur, bila diberi pupuk akan mudah diserap

tanaman. Tanah yang kering biasanya kurang subur, bila dipupuk tidak ada air,

pupuk tidak bisa langsung diserap tanaman. Tanah yang di ledokan (tempat yang

lebih rendah) biasanya lebih subur karena mendapat aliran air yang mengandung

4.4.2.4.6 Pemupukan dan Teknologi Pembuatan Pupuk

Umumnya petani Samin sudah menggunakan pupuk kimia (Urea, TSP,

KCl). Namun mereka masih memberikan pupuk organik (pupuk kandang) paling

tidak setahun sekali terutama pada musim kemarau. Kesadaran penggunaan

pupuk organik saat ini semakin meningkat dengan semakin mahalnya pupuk

kimia. Masyarakat mulai beralih lagi menggunakan berbagai jenis pupuk organik

yang banyak tersedia di lingkungan mereka.

Pupuk organik yang digunakan terutama adalah pupuk kompos dari

kotoran sapi atau hewan ternak lainnya. Masyarakat memahami bahwa

penggunaan pupuk organik, memang tidak secara cepat memberikan kesuburan

pertumbuhan pada tanaman, namun kesuburan tanah lebih terjaga dan tahan

lama, tanaman menjadi lebih kuat dan bulir biji umumnya lebih berisi.

Masyarakat Samin memiliki pengetahuan berbagai jenis pupuk organik

dan teknologi sederhana untuk membuat pupuk organik tersebut. Teknologi

pembuatan pupuk organik tersebut diperoleh secara turun temurun merupakan

teknologi lokal, maupun teknologi baru hasil belajar dari orang lain. Jenis pupuk

organik yang diketahui masyarakat Samin antara lain pupuk kandang, pupuk

urin sapi, pupuk kotoran kelelawar, pupuk arang sekam, pupuk hijau dan

teknik pembuatannya pada Tabel 17.

Page 114: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

88

Tabel 17 Jenis pupuk organik dan teknologi pembuatannya pada masyarakat Samin Jenis Pupuk Organik

Teknologi Pembuatan Cara pemakaian Keterangan

Pupuk Kandang

Kotoran sapi ditampung dalam lubang atau wadah khusus, dibiarkan sampai kering dan menjadi kompos. Untuk memepercepat proses menjadi kompos, kadang dibakar bersama jerami atau sampah sisa pakan ternak

Diberikan saat musim kemarau saat tanah kering, sebelum musim penghujan

Diberikan pada tanah yang kering, pada tanah yang selalu tergenang di daerah Kudus maupun Pati, tidak dilakukan pemberian pupuk kandang

Kompos Dibuat dari kotoran ternak, dan campuran dedak, batu kapur, dilakukan proses pengomposan paling tidak 1 bulan

Ditebarkan di sawah saat musim kering, sebelum datang hujan

Proses pembuatan kompos dilakukan oleh masyarakat Samin di daerah Blora dan Pati

Pupuk Urin sapi

Bahan urin sapi dan perasan empon-empon, ditambah tetes tebu dan EM4, direndam I bulan

Disemprotkan pada tanah, 3 hari sebelum tanam dan saat tanaman berumur 1 minggu

Dilakukan oleh beberapa petani Samin di Pati dan Blora

Kotoran kelelawar (Guano)

Kotoran kelelawar yang diambil dari gua-gua dpt langsung digunakan tanpa proses pengolahan

Diberiukan waktu musim kemarau

Dilakuakan petani Samin di Sukolilo Pati, diambil dari gua gua karst di Pegunungan Kendeng

Arang Sekam padi

Sekam padi ditempatkan dalam suatu wadah, dipasang suatu pipa besi untuk jalan keluar asap, sekam dibakar tidak sampai menjadi abu, dengan cara sekam dibakar secara pelan-pelan, dibolak-balik dan disiram air.

Diberikan saat musim kemarau, bersama dengan pupuk kandang atau pupuk kompos lainnya

Dilakukan petani Samin di dusun Jepang Desa Margomulyo. Sekam padi memperbaiki struktur tanah dan untuk menetralkan pH tanah kapur yang umumnya basa

Pupuk hijau Jerami atau sisa sisa tanaman palawija dicacah disebar, di lahan sawah sebelum tanah di cangkul atau di bajak

Dilakukan sehabis masa tanam padi atau palawija

Penggunaan pupuk hijau sudah jarang dilakukan masyarakat, jerami biasanya digunakan untuk pakan ternak

4.4.2.4.7 Tahap Pengelolaan Sawah Tahapan pengerjaan sawah meliputi pengolahan lahan, penyiapan bibit

padi (ngurit-ndaut) , penanaman (tandur), pemeliharaan (matun, nyemprot) dan

Page 115: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

89

tahap panen. Tahapan kegiatan pengerjaan lahan sawah secara ringkat disajikan

pada Tabel 18.

Tabel 18 Tahapan kegiatan pengerjaan sawah dan pembagian tenaga pada masyarakat Samin

Tahapan Kegiatan Bahan peralatan Pengelolaan Pengolahan tanah

1. Pembersihan lahan 2. Pemberian air (ngoncori) 3. Membajak tanah (ngluku

dan garu), membalik dan meratakan tanah

4. Membuat tanggul

Cangkul, sabit, mesin traktor

Dilakukan laki-laki, sewa traktor, sistem upahan atau sistem sambatan

Penyiapan bibit 1. Persiapan lahan

penyemaian 2. Penyemaian bibit pada

lahan yang sudah disiapkan

3. Pencabutan benih padi (ndaut)

Benih padi, tali bambu

Lahan persemaian disiapkan di sebagian lahan sawah, ndaut dilakukan laki-laki

Penanaman padi

1. Penanaman benih padi pada lahan yang sudah disiapkan (tandur)

2. pengeringan lahan

Tali bambu, tali plastic, cangkul, sabit, seretan

tandur dilakukan oleh perempuan dgn sistem pengupahan atau sistem sambatan

Pemeliharaan 1. Pengaturan air 2. Penyiangan rumput 3. Pemupukan 4. Penanggulangan hama

Cangkul, susruk, pupuk buatan, bahan pestisida, alat semprot hama

Dilakukan pemilik sawah, tenaga laki-laki, kecuali penyiangan rumput bisa dilakukan laki-laki atau perempuan

Panen 1. Pemangkasan batang padi

Sabit Dilakukan laki-laki

2. Perontokan gabah Mesin perontok padi, karung/sak

Dilakukan laki-laki

3. Pengangkutan Sepeda motor Dilakukan laki-laki Pasca Panen 1. Penjemuran Alas penjemur

padi Dijemur dihalaman, dilakukan laki-laki atau perempuan

2. Penyimpanan Karung gabah/sak

Gabah kering dimasukkan dalam karung/sak, sebagian disimpan, sebagian di jual untuk kebutuhan

Proses pengolahan tanah. Proses pengolahan tanah bervariasi

tergantung jenis lahan dan ketersediaan air. Tujuan pengolahan tanah adalah

membuat tanah menjadi subur. Para petani mempunyai teknologi sederhana

dalam pengolahan lahan, yang diperoleh secara turun temurun. Prinsipnya

Page 116: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

90

adalah membolak balik tanah, sehingga tanah gembur dan mudah ditanami.

Selain itu sisa-sisa tanaman sebelumnya dapat terpendam sehingga cepat

membusuk menjadi pupuk. Sawah mulai dikerjakan ketika musim labuh, yaitu

awal musim penghujan, ditandai dengan datangnya hujan pertama setelah

musim kemarau. Bila musim hujan tiba mereka mulai menggarap tanah.

Peralatan pengolahan lahan antara lain alat bajak, garu, luku, cangkul,

sabit. Untuk membajak tanah umumnya sudah diunakan peralatan modern (hand

tractor). Mereka juga menyadari pengolahan dengan tractor ini menyebabkan

tanah menjadi sedikit lebih padat, sehingga tanah kurang gembur. Tetapi karena

alasannya penghematan tenaga, mempercepat pekerjaan untuk mengejar waktu

penanaman bersama-sama petani lainnya, maka mereka menggunakan traktor.

Sebagian petani di daerah Margomulyo Bojonegoro masih menggunakan bajak

tradisional terutama untuk daerah di lereng bukit yang susah dijangkau atau

dikerjakan dengan hand tractor.

Langkah yang dilakukan sebelum lahan dibajak adalah membersihkan

lahan dari sisa-sisa panen sebelumnya. Misalnya dengan membabat sisa sisa

jerami, atau mencabut sisa-sisa batang tanaman palawija jika sawah tersebut di

tanami palawija. Pada lahan yang kering setelah bersih paling tidak sehari

sebelumnya sawah diairi agar mudah dibajak. Proses selanjutnya adalah

membalik tanah dengan alat bajak atau luku, aktivitas membalik tanah ini disebut

ngluku. Selama tanah dibajak sekaligus di aliri air (dioncori) sehingga tanah

mudah dikerjakan. Kegiatan lain selama ngluku adalah membuat tanggul

penahan air (galengan), sehingga air yang di alirkan tidak mengalir kemana-

mana. Setelah tanah di balik proses selanjutnya adalah nggaru, yaitu meratakan

tanah dengan alat yang dinamakan garu. Setelah tanah rata, tanah digenangi air

dan dibiarkan selama sehari semalam, agar air benar benar masuk dalam tanah

(tanah menep). Setelah itu tanah siap di tanami padi.

Pada lahan yang selalu basah seperti di daerah Larikrejo, Kaliyoso dan

daerah sukolilo, pengerjaan tanahnya lebih sederhana. Pada masa tanam

pertama, proses pengolahan tanah diawali dengan ngluku, tanah di balik,

kemudian dibuat galeng (tanggul sawah penahan air). Selanjutnya tanah digaru,

hingga rata. Masyarakat Samin di Larikrejo mempunyai teknologi sederhana

membantu meratakan tanah dengan menggunakan seretan (alat semacam jaring

dari benang nilon, berukuran 1x1.5m, diberi gagang dan dapat ditarik. Menurut

mereka kalau tanah tidak diratakan dapat menyebabkan adanya tanah

Page 117: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

91

nggeneng (lebih tinggi). Bila tanah ngeneng pupuk yang ditaburkan tidak dapat

diserap tanaman padi, sehingga merangsang tumbuhnya banyak rumput.

Untuk masa tanam kedua pengolahan tanah cukup sederhana, tanah

cukup diblebes (tidak di garu atau diluku) tujuannya untuk membenankan jerami,

agar cepat menjadi pupuk. Setelah itu tanah diratakan dan siap untuk ditanami.

Penyiapan Benih. Penyiapan benih padi (wineh), merupakan tahap yang

penting bagi petani Samin. Masyarakat Samin biasanya membuat sendiri bibit

padi yang akan di tanam. Untuk membuat benih harus digunakan bibit padi yang

baik. Kriteria tanaman padi yang baik untuk dibuat bibit antara lain: (1) pari

mapak, tanaman padi yang akan diambil untuk bibit mempunyai ketinggian

sama/rata, sehingga akan dihasilkan bibit yang seragam. (2) Ulen landing ,

tangkai padi panjang. (3) dapuran/anakan padi lebih besar, berarti tanaman

subur.

Penyemaian benih dilakukan pada permulaan musim labuh, sebelum

pengolahan lahan. Penyiapan lahan penyemaian, sama seperti pengolahan

tanah sebelum ditanami, tanah di bajak, di cangkul dan diratakan, diairi. Bibit

padi siap disebarkan pada lahan tersebut. Lahan untuk menyebar benih ini

disebut pinihan. Bibit padi siap di tanam setelah berumur 21-28 hari.

Setelah cukup umur bibit padi siap di tanam, terlebih dahulu dilakukan

pencabutan bibit padi yang disebut ndaut. Proses ndaut ini biasanya dilakukan

oleh kaum laki-laki. Bibit padi diikat dengan tali bambu, untuk memudahkan

membawa ke lahan penanaman padi. Bibit padi di siapkan di lahan penanaman

dan siap untuk di tanah

Penanaman Benih Padi. Tahap penanaman padi disebut tandur .

Kegiatan tandur dilakukan oleh kaum perempuan secara bersama sama. Dalam

satu kali penanaman di suatu lahan persawahan penanaman bisa dilakukan

sampai 28-30 orang. Bagi masyarakat Samin aktivitas ini dilakukan bersama

secara bergotong royong, tanpa pengupahan (sambatan). Model tandur secara

sambatan ini sudah menjadi tradisi mereka sejak dahulu dan sampai sekarang

masih dilkakukan, dan menjadi suatu pemandangan yang menarik ketika

kegiatan sedang berlangsung.

Wineh padi di tanam mengikuti larikan tanaman padi yang dibuat terlebih

dahulu dengan bantuan benang nilon atau tali plastik. Larikan dibuat memanjang

berjarak sekitar 1 meter antara satu dengan lainnya. Penanamam wineh

Page 118: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

92

mengikuti larikan yang sudah disiapkan. Jarak penanaman 20-25 cm, jumlah bibit

yang di tanam tiap lubang tanam 3-5 bibit. Setelah selesai penanaman maka dilakukan pengeringan air dilahan. Untuk

memberi kesempatan tumbuhnya akar dan tunas baru. Setelah bibit mulai

tumbuh ditandai dengan munculnya tunas tunas atau anakan baru, makan lahan

diairi kembali.

Pemeliharaan tanaman. Tahapan yang dilakukan setelah penanaman

padi adalah memelihara tanaman. Kegiatan pemeliharaan meliputi pengaturan

air, memperbaiki galengan (pematang), menyiangi rumput, melakukan

pemupukan dan mengamati ada tidaknya hama.

Rumput merupakan tumbuhan pengganggu pertumbuhan tanaman padi.

Untuk itu mereka melakukan penyiangan rumput di lahan sawah. Bila rumput

tidak terlalu banyak, biasanya cukup dicabut dengan tangan, tetapi bila terlalu

banyak maka rumput disiangi dengan alat yang disebut susruk. Susruk ini berupa

lempengan besi yang permukaannya di buat runcing dan tajam, dengan

pegangan terbuat dari kayu. Penggunaan alat ini dengan meletakkan alat ini ke

lantai tanah di sela tanaman padi, kemudian di dorong ke depan. Rumput yang

terkena susruk akan terangkat dari tanah.

Setelah penyiangan tanah di keringkan dan kemudian dilakukan

pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan pupuk buatan, sebanyak dua kali,

pada umur tanaman 12-15 hari, setelah tanah disiangi dan kedua pada umur

padi 21-25 hari setelah tanam. (Lahan biasanya diberikan pupuk kandang atau

kompos jauh sebelum lahan diolah, pada waktu musim kemarau). Setelah padi

keluar (mrekatak) tanah di keringkan dan ditunggu sampai padi tua.

Tahap pemeliharaan lainnya adalah penanggulangan hama. Masyarakat

Samin memiliki teknologi sederhana untuk memanggulangi hama tanaman.

Diantaranya menggunakan bahan alami dari tumbuhan atau bahan lainnya

(Tabel 19). Masyarakat Samin juga mempunyai kearifan dalam menanggulangi

hama, selain dengan cara tersebut mereka juga mempunyai cara lain yaitu

dengan cara halus. Dengan memahami bahwa hewan yang dianggap hama

tersebut sebenarnya tidak bermaksud menggannggu atau merusak tanaman

manusia, tetapi mereka datang karena butuh urip lan butuh mangan. Sebagai

sesama hidup manusia tidak mempunyai hak untuk membunuhnya. Untuk

menanggulanginya adalah dengan menyediakan apa yang mereka butuhkan

(sajen). Bentuk makanan yang disiapkan didapat dengan cara perenungan.

Page 119: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

93

Pemberian bentuk yang diinginkan tersebut disertai jawab (permohonan secara

gaib), agar hama tersebut tidak mendatangi tanaman penduduk lagi. Cara ini

masih dilakukan sebagian penduduk Samin.

Tabel 19 Teknologi tradisional penaggulangan hama pada pertanian masyarakat Samin

No Kegunaan/ penanggulangan

Bahan Cara pembuatan dan penggunaan

1 Penanggulangan hama wereng

gadung (Dioscorea hispida ) Daun mindi (Melia azedarach L.) Daun jenu (Derris eliptica)

Bahan di haluskan, disaring dan digunakan untuk obat semprot

2 Penanggulangan hama wereng

lirang Dibakar di sawah

3 Penanggulangan walang sangit

Buah lombok (Capsicum sp), bawang putik (Allium sepa), tembakau (Nicotiana tabacum)

Bahan dihaluskan, disaring, direndam 24 jam dan disemprotkan

4 Hama walangsangit

Kepiting/yuyu Kepiting di tusuk/direnteng pada bilah bambu, ditancapkan di sawah

5 Hama walangsangit dan belalang

Kunyit (Curcuma domestica) Bengle (Zingiber purpureum) Beras (Oryza sativa)

Kunyit diparut dicampur bengle dan beras yang sudah dihaluskan, disebar di sawah

6 Hama sundhep Buah jengkol (Pithecelobium jiringa)

Jengkol diiris, disebar di sawah

7 Hama sundhep Abu dapur Abu dapur di sebar di lahan

Tahap Panen. Pemanenan padi tidak menggunakan lagi cara tradisional

dengan ani ani, yang biasanya dilakukan oleh perempuan jaman dahulu, tetapi

sekarang cara pemanenan padi dilakukan dengan sabit. Batang padi di pangkas

bagian pangkal, kemudian biji padi dirontokkan dengan mesin perontok padi

(dos) yang dilakukan saat itu juga di sawah. Kegiatan panen padi tersebut

sekarang disebut dengan istilah ‘ngedos’. Gabah yang sudah dirontokkan di

masukkan dalam karung plastik (sak/liri). Hasil panen biasanya dihitung

berdasarkan banyaknya sak gabah yang diperoleh.

Hasil panen di bawa pulang berupa gabah setelah di masukkan pada

karung, dibawa pulang. Selanjutnya dilakukan penjemuran sampai kering selama

dua sampai tiga hari. Setelah kering dimasukkan kembali ke dalam karung, untuk

disimpan, sebagian diselepkan untuk kebutuhan makan sehari-hari atau dijual

untuk membeli kebutuhan lainnya.

Dalam tradisi masyarakat Samin berlaku tradisi pembagian hasil panen.

Hasil panen dibagi untuk empat keperluan yakni: untuk wineh, untuk sandang,

Page 120: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

94

untuk pangan dan untuk bawon. Bagian untuk wineh (bibit) selalu disiapkan

untuk persediann bibit musim tanam berikutnya, karena mereka selalu membuat

bibit sendiri untuk tanaman padinya. Bagian yang untuk sandang adalah yang

untuk kebutuhan sehari hari selain untuk makan, termasuk untuk membeli pupuk

dan keperluan rumah tangga lainnya. Bagian yang untuk pangan adalah yang

dipergunakan untuk kebutuhan makan keluarga. Bagian terakhir bawon adalah

bagian untuk yang membantu pemanenan padi.

Penyimpanan Hasil Panen. Masyarakat Samin selalu menyimpan

sebagian hasil panennya untuk kebutuhan makan atau kebutuhan lainnya. Hasil

panen pada masa tanam 1(MT1) biasanya tidak banyak menyimpan hasil

panen, karena banyak digunakan kebutuhan pembiayaan pengolahan lahan dan

penanaman berikutnya (MT2). Mereka hanya menyimpan secukupnya untuk

kebutuhan makan selama musim tanam padi berikutnya (3-4bl). Sedangkan

setelah hasil panen MT2 lebih banyak disimpan untuk persiapan selama musim

kemarau, sampai musim tanam padi berikutnya.

Cara penyimpanan hasil panen padi (gabah) dilakukan secara sendiri

maupun secara kolektif. Umumnya setiap rumah warga Samin menyimpan hasil

panen mereka secara sendiri-sendiri. Gabah kering yang sudah dimasukkan

dalam sak, disimpan di bagian samping ruang tamu. Simpanan gabah ini diambil

sedikit sedikit untuk kebutuhan makan sendiri, atau dijual untuk ditukarkan/di

belikan barang kebutuhan lain seperti minyak goreng, sabun, gula, garam dan

kebutuhan lain yang mereka tidak dapat menghasilkan sendiri.

Cara penyimpanan gabah secara kolektif dilakukan oleh masyarakat Samin

di Pati dan Kudus. Mereka membentuk semacam paguyupan simpan pinjam padi

yang dikelola secara kelompok. “Paguyupan Kadang Sikep” merupakan nama

kelompok Masyarakat Samin di Kudus dan pati yang kegiatannya antara lain

mengelola lumbung pangan. Beranggotakan warga Samin di dukuh Ngawen,

dukuh Bombong, dukuh Nggaliran Kab. Pati dan dukuh Kaliyoso, Kudus.

Penyimpanan padi dilakukan setiap panen sebanyak 20kg/keluarga. Untuk

peminjaman dikenakan tambahan pengembalian 5kg/kwintal. Gabah disimpan di

rumah warga sikep di dukuh Nggaliran Kudus dan Dukuh Ngawen Pati. Pada

kelompok tersebut terdapat dua lumbung padi yakni Lumbung gede yang

melayani masyarakat Samin pada empat desa dan Lumbung cilik yang khusus

untuk masyarakat Samin dusun Ngawen, Pati.

Page 121: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

95

4.4.2.5 Rawa dan Embung Rawa dalam pengertian masyarakat Samin adalah tanah yang selalu

digenangi air. Keberadaan rawa di lingkungan desa semakin berkurang, sudah

banyak berubah fungsi menjadi lahan persawahan, terutama sejak dibangunnya

Saluran irigasi Jratunseluna tahun 1985/1996. Sisa-sisa rawa masih dijumpai di

sekitar persawahan terutama tanah tanah yang lebih rendah, di dekat aliran

sungai atau saluran irigasi. Gambar 26 menunjukkan Rawa yang dibangun

Embung dan sungai yang terdapat di lingkungan masyarakat Samin di Kudus.

Lahan rawa banyak ditumbuhi jenis tanaman meliar terutama kangkung air

(Ipomoea aquea), enceng gondok (Eichhornia crassipes), kenthos (Nelumbo

nucifera) dan berbagai jenis rumput. Rawa bagi masyarakat penting sebagai

tempat untuk mencari pakan ternak kambing, terutama kangkung air (Ipomoea

aquea). Selain itu juga terdapat beberapa jenis ikan seperti, lele rawa, Bethik

(Ananas testudinetus), sepat (Trichogaster trichopterus), wader (Rasbora

argineteria).

Gambar 26 (a) Embung dan (b) Sungai di Karangrowo Kudus sebagai sumber

pengairan dan lahan untuk budidaya atau mencari ikan

Embung, dipahami oleh masyarakat sebagai lahan untuk menampung air

ketika musim penghujan dan sebagai sumber pengairan pada saat musim

kemarau. Lokasi embung berada agak jauh dari pemukiman warga Samin.

Embung sengaja di buat oleh pemerintah bersama masyarakat sekitar tahun

1900an, sebagai pengganti rawa untuk menampung air hujan. Selain sebagai

sumber air, embung ini juga bermanfaat bagi masyarakat sebagai tempat

budidaya ikan (karamba), juga tempat mencari ikan liar, terutama saat akhir

musim penghujan, atau pada awal musim kemarau ketika air embung mulai

surut. Jenis jenis ikan yang biasa di temukan antara lain: Lundu/ Kuthuk (Chana

a b

Page 122: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

96

striata), Bloso, lele rawa, udang, Mujair (Oreochromis mossambicus), Nila,

Bethik, ikan sapu-sapu.

4.4.2.6 Hutan Jati Masyarakat Samin di dusun Jepang, Margomulyo, Bojonegoro;

Klopoduwur Blora dan Sukolilo Pati, tinggal di dekat kawasan hutan jati

(Perhutani). Pada umumnya mereka mempunyai pemahaman cukup baik

mengenai hutan. Mereka banyak mendapatkan manfaat adanya hutan, karena

masyarakat di sekitar hutan perhutani biasanya menjadi penggarap lahan

perhutani (pesanggem). Sebagai pesanggem mereka mendapat lahan untuk

menanam polowijo dengan sistem tumpang sari pada lahan milik perhutani

yang dikerjakan. Hutan jati (Lahan Perhutani) merupakan tempat mencari

bekerja mencari nafkah untuk kehidupan mereka sehari hari. Hutan atau lahan

Perhutani dalam pandangan masyarakat Samin di Jepang sering disebut sebagai

baon , dari kata bahasa jawa bahu, yang berarti tenaga atau penggarap lahan.

Masyarakat Samin Bombong dan Ngawen, di Sukolilo, berada di dekat

kawasan Pegunungan Kendeng, tetapi tidak ada yang menjadi petani penggarap

lahan perhutani. Mereka juga tidak mengambil hasil hutan seperti kayu bakar,

berburu atau hasil hutan lainnya. Tetapi mereka mempunyai keterkaitan dengan

Pegunungan Kendeng karena lahan pertanian mereka sebagian tergantung pada

keberadaan sumber mata air yang ada di Kawasan Pegunungan. Sehingga

mereka mempunyai pemahaman dan kesadaran yang baik untuk menjaga

kelestarian hutan.

Masyarakat Samin di Kudus dan Tambak, Blora berada di kawasan

pedesaan yang jauh dari hutan. Mereka jarang berinteraksi langsung dengan

hutan, sehingga pemahaman mereka tentang hutan kurang. Mereka kurang

memperhatikan apa yang jauh dari kehidupan keseharian mereka. Sebagaimana

masyarakat pedesaan umumnya, mereka menyebut hutan sebagai alas. Alas

dipahami sebagai tempat tumbuhnya pohon-pohon besar, dan tempat hidupnya

hewan-hewan liar, seperti macan (Panthera sp) , kethek (Macaca sp), dan ayam

alas (Gallus gallus).

Hutan pada daerah penelitian ini merupakan hutan produksi yang dikuasai

oleh pemerintah (Perhutani). Dalam pengelolaannya pihak Perhutani melibatkan

masyarakat sekitar hutan. Pengelolaan lahan perhutani ini dilakukan dengan

sistem komplangan. Masyarakat di sekitar hutan termasuk masyarakat Samin,

Page 123: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

97

mempunyai kesempatan untuk mengerjakan lahan di kawasan hutan produksi.

Penduduk menjadi tenaga penggarap (pesanggem) tidak dipungut biaya tetapi

tetapi diharuskan menanam tanaman hutan dari Perhutani serta di haruskan

menjaga dan merawat tanaman tersebut. Sebagai imbalannya pihak Perhutani

memberi kesempatan petani untuk melakukan usaha tani di lahan pertanian di

lahan perhutani, dan hasilnya untuk kebutuhan petani sendiri.

Selain hutan produksi sebagian petani sebagian petani mempunyai lahan

pekarangan atau kebun yang dihutankan dengan sistem wanatani (Agroforestry).

Istilah wanatani dalam penelitian ini adalah lahan milik petani berupa pekarangan

atau tegalan yang di hutankan. Fungsi wanatani adalah sebagai kawasan

penyangga hutan produksi milik perhutani. Lahan milik penduduk sekitar

perhutani biasanya di tanami tanaman jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia

mahagoni), randu (Ceiba pentandra

Dari hasil inventarisasi jenis pohon dikawasan hutan didapatkan 53 jenis

pohon, mencakup 45 marga dan 21 suku. Suku suku yang mempunyai banyak

anggota jenis adalah suku Fabaceae (11 jenis), Moraceae (7 jenis), Meliaceae

(5 jenis), suku suku lainnya mempunyai anggota kurang dari 4 jenis (Tabel 20).

), mangga (Mangifera indica) dan diantara

tegakan pohon tersebut di tanami tanaman polowijo. Hal ini dimaksudkan

sebagai lahan penyangga agar hutan pokok tidak rusak serta terjaga dari

kelestarian yang mengancam hutan. Hutan wanatani di maksudkan untuk

meningkatkan pendapatan petani atau penduduk sekitar kawasan hutan.

Dari Tabel 20 diperoleh gambaran bahwa keanekaragaman pohon di hutan

cukup tinggi. Meskipun sebagian besar lahan hutan merupakan lahan milik

perhutani, yang hanya boleh ditanami jenis pohon tertentu sesuai dengan

program perhutani, antara lain jati (Tectona grandis) Mahoni (Swietenia

mahagoni), Sono keling (Dalbergia latifolia), Mindi (Melia azedarach) namun

ternyata masih banyak ditemukan berbagai jenis lain yang tetap dipertahankan

hidup di kawasan tersebut.

Masyarakat sekitar lahan Perhutani juga mengusahakan lahan mereka

dengan nenanam berbagai tanaman seperti yang diusahakan di lahan perhutani

namun mereka tetap mempertahankan berbagai jenis tumbuhan alami, atau

tumbuhan buah-buahan seperti mangga, nangka (Artocarpus heterophylla),

jambu biji (Psidium guajava), sirkaya (Annona squamosa) dan lain lain. Hal ini

merupakan upaya tidah langsung untuk mempertahankan keanekaragaman

jenis pohon di hutan.

Page 124: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

98

Tabel 20 Jenis pohon di lahan Perhutani dan kegunaannnya No Nama ilmiah Nama lokal Suku Kegunaan

1 Acacia farnesiana (L.) Willd. Ex Del.

Klampis Fabaceae Kayu bakar

2 Aleurites moluccana L. Kemiri Euphorbiaceae Bumbu 3 Annona reticulate L. Kemlowo Annonaceae Buah 4 Annona squamosa L. Sirkoyo Annonaceae Buah 5 Arenga pinnata Merr Aren Arecaceae Tanaman liar 6 Artocarpus altilis

(Parkinson) Fosberg Kluweh Moraceae Sayur

7 Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg

Sukun Moraceae Buah

8 Artocarpus elasticus Reinw.

Bendo Moraceae Bangunan

9 Artocarpus heterophylla Lam

Nangka Moraceae Buah

10 Azadirachta indica L. Mimba Meliaceae Kayu papan 11 Barringtonia asiatica (L)

Kurz Keben Lecythydaceae Perindang

12 Bombax ceiba L. Randu Alas Bombacaceae Perindang 13 Buchanania latifolia

Roxb. Pohan Anacardiaceae Bangunan

14 Buta monosperma (Lam.) Taub

Ploso Fabaceae Tanaman sela

15 Caesalpinnia sapan L. Secang Fabaceae Kayu bakar 16 Calamus sp Rotan Arecaceae Meliar 17 Cassia fistulata L. Trengguli Fabaceae Kayu papan 18 Ceiba pentandra (L.)

Gaertn. Randu Bombacaceae Serat

19 Dalbergia latifolia Roxb. Sono keling Fabaceae Bangunan 20 Dialium indum L. Asem kranji Fabaceae Kayu bakar 21 Dracontomelum dao

(Blanco) Merris Rolfe Krao Verbenaceae Bangunan

22 Dysoxyllum amooroides kedoya Meliaceae Buah 23 Erioglossum

rubiginosum Brand Klayu Sapindaceae Bangunan, buah

meliar 24 Eugenia densiflora

(Blume) DC. Jambu alas Myrtaceae Bangunan

25 Eugenia javanica Lam. Jambu klampok Myrtaceae Buah 26 Ficus glomerata Roxb Lo Moraceae Tanaman mata air 27 Ficus thonigii Blumme Preh Moraceae Perindang 28 Ficus variegate Blume Gondang Moraceae Tanaman liar 29 Garcinis dulcis L. Mundung Clusiaceae Buah 30 Gigantochloa apus

(Schult & Schult f.) Kurz Pring apus Poaceae Tali, anyaman

32 Inocarpus fangifer (Parkonson) Forsberg

Gayam Fabaceae Bahan makanan, kayu bakar

31 Gmelina arborea Roxb Gmelina Verbenaceae Pakan ternak 33 Leucaena glauca L. Lamtoro Fabaceae Kayu bakar 34 Mangifera indica L. Mangga Anacardiaceae Buah 35 Macaranga tanarius (L.)

Muell. Arg Tutup Euphorbiaceae meliar

Page 125: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

99

Tabel 20 Lanjutan

No Nama ilmiah Nama lokal Suku Kegunaan

36 Melia azedarach L. Mindi Meliaceae Kayu papan 37 Morinda citrifolia L. Pace Rubiaceae Obat 38 Musa acuminata L. Pisang cici Musaceae Buah 39 Musa paradisiaca L. Pisang Musaceae Buah 40 Pangium edule Reinw.

Ex Blume Kluwek Flacourtiaceae Aroma masakan

41 Proteum javanicum Burm

Trenggulun Burseraceae Tan buah

42 Psidium guajava L. Jambu biji Myrtaceae Buah 43 Samanea saman (Jacq)

Merr Meh Fabaceae Kayu bakar

44 Saraca indica L. Asoka Rubiaceae Tanaman hias 45 Schleicera oleosa L. Kosambi Sapindaceae Bangunan, bahan

arang 46 Sesbania grandiflora

(L.) Poir. Turi Fabaceae Kayu bakar

47 Sterculia foetida L. Kepuh Malvaceae Perindanga 48 Swietenia macrophylla

King Mahoni Meliaceae Bangunan

49 Swietenia mahagoni (L.) Jacq

Mahoni Meliaceae Bangunan

50 Tamarindus indica L. Asem jowo Fabaceae Bangunan 51 Tectona grandis L. jati Verbenaceae Bangunan 52 Tetrameles nudiflora

R.Br. Winong Datiscaceae Perindang

Berdasarkan hasil cuplikan masing-masing seluas 1 Ha di lahan perhutani

di Kawasan Pegunungan Kendeng Sukolilo Pati, Desa Klopoduwur, Kab Blora

dan Dusun Jepang, Desa Margomulyo Kab Bojonedoro, ditampilkan 10 jenis

tumbuhan dengan nilai INP tertinggi (Tabel 21); (Analisis vegetasi pohon

kawasan perhutani selengkapnya disajikan pada Lampiran 11 s/d 13. Jati

merupakan jenis paling dominan di lahan perhutani dan mempunyai Indeks Nilai

penting tertinggi. Sedang jenis kodominan adalah sono keling (Dalbergia latifolia)

di lahan perhutani Pegunungan Kendeng, mindi (Melia ezedarach) di Lahan

Perhutani Desa Klopoduwur, dan Mahoni (Swietenia mahagoni) di Lahan perhutani

sekitar dusun Jepang Kab Bojonegoro.

Pada Lahan Perhutani terdapat beberapa jenis tanaman digunakan

sebagai penahan erosi atau pembatas lahan, antara lain: lamtoro (Leucadena

glauca), Secang (Caesalpinnia sapan), dan Turi (Sesbania grandiflora). Selain itu

terdapat sejumlah tumbuhan lain tetap dipertahankan, antara lain: bambu apus

(Gigantochloa apus), jambu biji (Psidium gajava), Randu (Ceiba pentandra

),

serta Nangka (Artocarpus heterophylla ).

Page 126: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

100

Tabel 21 Indeks Nilai Penting Pohon Hutan jati di lingkungan Masyarakat Samin Nama ilmiah Nama lokal INP/ lokasi

Sukolilo Klopoduwur Jepang Tectona grandis L. Jati 84.41 212.96 177.19 Dalbergia latifolia Roxb. Sonokeling 56.28 7.15 Swietenia macrophylla King Mahoni 15.02 8.54 26.20 Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg

Sukun 12.86

Dracontomelum dao (Blanco) Merris Rolfe

Krao 12.21

Annona squamosa L. Sirkoyo 11.86 Musa paradisiaca L. Pisang 10.96 12.85 22.93 Artocarpus heterophylla Lam Nangka 9.15 7.07 Senna siamea (Lamarck) H.S.Irwin & Barneby

Johar 7.13 15.00

Samanea saman (Jacq) Merr

Meh 6.52

Acacia farnesiana (L.) Willd Klampis 6.48 Azadirachta indica L. Mindi 16.42 Butea monosperma (Lam) Taub

Ploso 6.48

Caesalpinnia sapan L Secang 6.13 Ceiba pentandra (L) Gaertn. Randu 5.68 Gigantochloa apus (Schult & Schult f.) Kurz

Pring apus 7.83

Leucaena glauca (L.) Benth Lamtoro 7.05 11.52 Psidium guajava L. Jambu biji 6.13

kosambi Shleicera oleosa (Lour). Oken

6.89

Sesbania grandiflora (L.) Poir.

Turi 7.83

Berdasar analisis vegetasi secara keseluruhan pada hutan jati jenis pohon

dominan adalah jati (Tectona grandis) INP 157.12; jenis kodominan Sono keling

(Dalbergia latifolia) INP 22.40 dan mahoni (Swietenia mahagoni) INP 20.60.

Pada tumbuhan bawah jenis yang paling dominan adalah jagung (Zea mays) INP

31.70 dan jenis kodominan ketela pohon (Manihot utilissima) INP 25.19 serta

kirinyuh (Euphatorium inulifolium) INP 18.96.

Masyarakat Samin yang tinggal di sekitar hutan sebagian besar merupakan

petani penggarap lahan Perhutani. Mereka mempunyai pengetahuan yang

cukup baik tentang tatacara pertanian di lahan kering. Budidaya tanaman pada

lahan kering memerlukan tahapan yang berbeda dengan lahan basah. Tahapan

pengerjaan lahan tersebut meliputi:

1. Persiapan lokasi lahan: budidaya lahan kering di kawasan hutan perlu

mempertimbangkan beberapa faktor. Faktor yang utama adalah hak milik

Page 127: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

101

lahan pertanian, jika lahan milik Perhutani masyarakat yang akan

mengerjakan lahan diharuskan meminta ijin kepada pihak Perhutani,

melalui mandor hutan. Pesanggem biasanya mendapat jatah

mengerjakan lahan minimal 1/8 hektar. Hak pengarapan lahan sekitar 3

tahun, tetapi kenyatannya sampai beberapa tahun, asalkan masih bisa

digunakan untuk usaha tani. Pertimbangan lain adalah pemilihan lahan,

jika memungkinkan petani berhak memilih lahan garapan. Jarak dari

tempat tinggal, kondisi lahan, kesuburan, kemiringan lahan menjadi

pertimbangan penting untuk mengusahakan lahan. Namun karena lahan

terbatas biasanya penggarap tidak mempunyai banyak pilihan.

2. Pembersihan lahan: Sebelum lahan dibagikan kepada pesanggem untuk

dikerjakan, dilakukan pembersihan lahan dan penebangan kayu yang

besar. Bila lahan merupakan hutan jati, maka pohon di teres (di potong

kulit kayu pada bagian bawah batang), dibiarkan pohon mengering,

kurang lebih 12 bulan. Pembersihan dilakukan dengan menebas semak

semak dan pohon kecil lainnya dengan parang, sabit dan dandang.

3. Tahap pembakaran: Setelah persiapan dan penebasan pohon selesai,

lahan dibersihkan, ranting, semak semak, daun daun rumput rumputan

dikumpulkan. Setelah serasah kering kemudian di bakar. Pembakaran ini

dimaksudkan untuk mempercepat pembusuhan serasah, sebagai sumber

hara dan mengemburkan tanah. Pembakaran dilakukan pada musim

kemarau pada mongso kesongo sampai ketelu, sekitar bulan Juni hingga

September.

4. Tahap penanaman: Tahap selanjutnya setelah pembakaran lahan adalah

penananan. Penanaman dilakukan dengan sistem campursari, tanaman

palawija dibudidayakan diantara tanaman jati. Jenis tanaman yang biasa

dibudidayakan di lahan perhutani adalah berbagai jenis polowijo terutama

adalah jagung. Jenis jagung yang ditanam adalah jagung varietas unggul

yang bibitnya sudah banyak di tersedia di toko pertanian. Jenis tanaman

lain yang dibudidayakan secara tumpangsari antara lain: ketela pohon,

kacang tanah, kacang panjang, dan cabe.

5. Untuk penanaman jagung, sebelum di tanami tanah dibuat kowakan

(lubang tempat bibit tanaman), jarak tanam 40cm. Lubang kowakan

tersebut diberi pupuk kandang, jauh hari sebelum musim tanam jagung.

Bila memasuki musim hujan bibit jagung di tebarkan sebanyak 3-4 butir

Page 128: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

102

tiap lubang, kemudian ditutup tanah, dibiarkan sampai tumbuh.

Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan, sehingga tanaman

cukup mendapat air saat awal tumbuh. Di antara tanaman jagung, atau

pada pagian pinggir ditanami ketela pohon.

6. Tahap pemeliharaan tanaman: pemeliharaan yang dilakukan adalah

menggemburkan tanah (ndangir) disekitar tanaman, dan menyiangi

rumput. Mengemburkan tanah dilakukan setelah tanaman berumur sekitar

40 hari, Selain itu tidak ada perawatan intensif seperti penyiraman,

pemupukan, maupun penyemprotan hama. Setelah tanaman tumbuh

kadang lahan dibiarkan sampai tanaman jagung berbuah. Bila lokasi

cukup dekat dengan tempat tinggal biasanya mereka menengok lahan

mereka setiap hari terutama disiang hari, menjaga tanaman mereka dari

untuk mencegah serangan hewan liar seperti , berbagai jenis burung,

ayam alas atau celeng (Sus scrofa).

7. Tahab panen: Tanaman jagung, ketela pohon, kacang tanah bisa dipanen

sekitar umur 120 hari. Pemanenan di lakukan secara bersama sama

dengan pesanggem lainnya untuk menghindari kerusakan hasil karena

serangan hewan liar seperti burung ayam alas, dan celeng.

4.4.2.7 Sumber Mata Air dan Tempat yang Dilindungi Pada lingkungan masyarakat Samin terdapat beberapa lahan atau tempat

yang keberadaannya dilindungi oleh masyarakat. Lahan yang dilindungi tersebut

berupa sumber mata air (sendang), petilasan atau makam. Sebagian

masyarakat mengkeramatkan tempat tempat tersebut. Masyarakat Samin

melihat lebih realistis bahwa tempat tersebut dihormati atau dijaga

keberadaannya karena merupakan sumber kehidupan masyarakat sekitar.

Masyarakat melindungi tempat tempat tersebut dengan tidak menebang pohon,

merusak atau mengambil apa saja yang terdapat pada kawasan tersebut.

Sumber mata air banyak ditemukan pada kawasan Pegunungan Kendeng

utara yang berdekatan dengan lingkungan pemukiman masyarakat Samin di

Sukolilo Pati. Meskipun masyarakat Samin tidak langsung memanfaatkan

sumber mata air tersebut untuk kebutuhan keseharian mereka, namun sumber

mata air tersebut secara tidak langsung berpenmgaruh terhadap aktivitas

kehidupan masyarakat Samin karena sebagian lahan pertanian mereka

tergantung pada sumber mata air yang terdapat di kawasan Kendeng tersebut.

Oleh karena itu masyarakat Samin memiliki kepedulian yang tinggi untuk

Page 129: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

103

melestarikan kawasan Pegunungan Kendeng sebagai kawasan penyangga

sumber air (Anonim 2005).

Kepedulian mereka terhadap kelestarian Pegunungan Kendeng diwujudkan

dalam suatu wadah organisasi Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan

Kendeng (JMPPK). Merupakan suatu organisasi yang beranggotakan

masyarakat umum, termasuk sebagian tokoh dan masyarakat Samin yang

menjadi motor penggerak organisasi tersebut. Selain itu juga ada organisasi

peduli kelestarian lengkungan yang dikelola oleh kaum perempuan yang disebut

Kelompok Simbar Wareh. Kegiatannya terutama menggalang kesadaran kaum

perempuan untuk melestarikan sumber air.

Sumber mata air di Kawasan Kendeng Utara, yang dapat diamati

vegetasinya dalam penelitian ini antara lain: Sumber Sentul, Sumber Gadudero,

Gua Wareh, Sumber Simbarjoyo, Sumber Ronggoboyo, Sumber Lawang dan

Sumber Soka. Keberadaan sumber mata air tersebut tetap terjaga

kelestariannya, karena ada upaya dari masyarakat untuk tetap menjaga sumber

mata air tersebut dengan melakukan penghijauan, tidak merusak atau menebang

pepohonan disekitar sumber mata air tersebut.

Di desa Klopoduwur juga terdapat tempat berupa sendang yang menurut

penuturan seorang informan dahulu merupakan petilasan para wali. Tempat

tersebut sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat ritual bersih desa .

Upacara bersih desa yang diadakan setahun sekali, pada hari tertentu, sehabis

masa panen. Kegiatan tersebut berlangsung turun temurun sampai saat ini.

Bentuk kegiatannya berupa kenduri bersama seluruh masyarakat, dan biasanya

disertai nanggap wayang atau tayub.

Penghormatan dalam bentuk pengkeramatan terhadap sejumlah situs di

mata air dan kesadaran untuk mempertahankan sumber mata air oleh

masyarakat setempat merupakan suatu praktek konservasi yang dilakukan

masyarakat secara turun-temurun. Praktek konservasi tersebut dapat

mempertahankan sejumlah pohon hutan yang sudah jarang dijumpai di tempat

lain. Jenis-jenis pohon yang di temukan pada beberapa sumbermata air di

Kawasan Pegunungan Kendeng Pati, dan di desa Klopoduwur Blora dan sekitar

dusun Jepang Bojonegoro disajikan pada Tabel 22.

Page 130: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

104

Tabel 22 Jenis pohon di sekitar sumber mata air pada lingkungan masyarakat Samin

No Nama ilmiah Nama local Suku Pati Klop Bjn 1 Adenanthera

pavonina L. Sogo Fabaceae - - +

2 Areca catechu L. Jambe Arecaceae - + 3 Arenga pinnata Merr Aren Arecaceae + - + 4 Artocarpus elasticus

Reinw. Bendo Moraceae + - +

5 Baringtonia racemosa Roxb

Putat Lecythidaceae + - -

6 Buchanania latifolia Roxb.

Pohan Anacardiaceae + - +

7 Calamus sp Rotan Arecaceae - - + 8 Caryota mitis Lour. Mbut buru Palmae + - + 9 Ceiba pentandra

(L.) Gaertn. Randu Bombacaceae + - +

10 Dracontomelum dao (Blanco) Merris Rolfe

Krao Verbenaceae + - +

11 Dysoxulum amooroides Miq.

Kedoya Meliaceae + - -

12 Erioglossum rubiginosum Brand

Kleyu Sapindaceae + - -

13 Eugenia densiflora (Blume) DC

Jambu alas Myrtaceae + - -

14 Ficus elasticus L. Beringin Moraceae + + + 15 Ficus thonii Blume

Preh Moraceae + + +

16 Ficus variegata Roxb

Gondang Moraceaeae + - -

17 Garcinia dulcis Mundu (Roxb.) Kurz

Clusiaceae + - +

18 Gossampinus heptaphylla Bakh.

Randu Alas Bombacaceae - - +

19 Metroxylon sp Resulo Arecaceae + - - 20 Nauclea orientalis L. Gempol Rubiaceae + - - 21 Protium javanicum

Burm.f Trenggulun Burseraceae + - -

22 Schleicera oleosa Sambi (Lour). Oken

Sapindaceae + - +

23 Swietenia mahagoni (L.) Jacq

Mahoni Meliaceae + - +

24 Tamarindus indica L. Asem jawa Fabaceae + - + 25 Tectona grandis L. Jati Verbenaceae + - + 26 Terminalia edulis

Blanco Klumpit Combretaceae + - -

27 Tetrameles nudiflora R.Br.

Winong Datiscaceae + - -

Page 131: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

105

4.5 Pembahasan 4.5.1 Pandangan Masyarakat Samin Terhadap Lingkungan

Pandangan masyarakat terhadap alam lingkungannya dapat dibedakan

dalam dua golongan, yakni pandangan imanen (holistik) dan pandangan

transeden (Soemarwoto 1988; Iskandar 2001; Soerjani et al. 2008). Dalam

pandangan holistik manusia dapat memisahkan diri sistem biofisik di sekitarnya,

seperti hewan, tumbuhan, hutan, sungai, namun merasa ada hubungan

fungsional dengan faktor-faktor biofisik tersebut sehingga membentuk satu

kesatuan sosio biofisik (Soerjani et al. 2008). Dalam pandangan transeden

manusia merasa terpisah dari lingkungannya. Ini terjadi karena lingkungan

dianggap sebagai sumberdaya yang diciptakan untuk diekploitasi sebesar-besar

kemampuan.

Masyarakat Samin adalah masyarakat tradisional yang mempunyai

pandangan holistic terhadap ekosistem dan sistem sosialnya. Manusia dan alam

(lingkungan) merupakan bagian yang tak terpisahkan, seperti wong (manusia)

dan sandang pangan. Gambaran wong dan sandang pangan ini identik dengan

gambaran manusia dan alam lingkungannya seperti yang di gambarkan Soerjani

et al. (2008). Manusia dan alam merupakan kesatuan yang tak terpisahkan

sehingga harus hidup kompak berdampingan.

Dalam ajaran kebatinan seperti yang diyakini oleh masyarakat Samin

segala sesuatu yang ada dan yang hidup, pada prinsipnya satu dan tunggal

(Mulder 1977; Soerjani et al. 2008). Manusia dipandang sebagai percikan dari zat

Illahi yang meliputi segala sesuatu. Manusia merupakan salah satu manifestasi

imanensi Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan utama dari ajaran kebatinan adalah

manunggaling kawulo Gusti. Manusia dan alam lingkungan atau segala yang

berwujud pada alam semesta ini pada prinsipnya adalah realisasi dari Tuhan.

Karena itu manusia harus berusaha untuk dapat hidup serasi dengan bagian-

bagian lain dalam ekosistem. Sebagai bagian integral ekosistemnya, masyarakat

Samin dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya selalu berikhtiar untuk dapat

menjaga kelestarian ekosistemnya.

Pandangan ekologi-sentris ini secara umum terefleksikan dalam sikap

mereka terhadap tumbuhan, binatang, dan lingkungan alam. Manusia , hewan

dan tumbuhan dalam pandangan masyarakat Samin adalah Tritunggal,

merupakan sesama hidup. Terhadap sesama hidup harus dihormati dan dijaga

Page 132: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

106

keberadaannya. Pandangan ini membawa masyarakat Samin hidup serasi

dengan alam. Manusia merupakan bagian dari makhluk hidup lainnya sehingga

mereka harus mempunyai etika yang menuntun mereka bertindak baik untuk

menjaga kehidupan tersebut. Sesuai dengan pandangan Keraf (2006) tentang

biosentrisme, bukan hanya manusia yang mempunyai nilai tetapi alam juga

mempunyai nilai. Dalam cakupan yang lebih luas lagi sesuai dengan paham

ekosentrisme yang memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologi baik yang

hidup maupun tidak hidup (Keraf 2006; Hadi 2009). Paham ekosentrisme adalah

menuntut suatu etika yang tidak hanya berpusat pada manusia

(antroposentrisme) tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya. Prinsip moral

yang dikembangkan adalah kepentingan seluruh komunitas ekologi (Hadi 2009).

Salah satu persepsi masyarakat desa termasuk masyarakat Samin tentang

kebutuhan dasar bukan terletak pada kemakmuran materi, melainkan lebih

dalam keserasian dirinya dengan lingkungan hidupnya. Mencuri merupakan

perbuatan yang tidak benar dan merupakan pantangan besar. Menggunakan

barang yang bukan miliknya merupakan tindakan yang tidak benar, jika

memerlukannya harus ada permintaan kepada pemiliknya. Dalam keseharian

masyarakat Samin, pelanggaran terhadap suatu aturan tidak diberlakukan suatu

sanksi tertentu, namun keyakinan mereka tentang hukum karma, merupakan

norma sosial yang sangat efektif menjaga moralitas masyarakat Samin dalam

bertindak terhadap sesamanya maupun terhadap lingkungan alam tempat

tinggalnya.

Pandangan ini membawa masyarakat Samin menjadi masyarakat yang

tidak berlaku ekploitatif terhadap sumberdaya alam dan lingkungannya.

Sumberdaya alam dan lingkungannya merupakan sandang pangan yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, bukan untuk

diperjualbelikan (dikomersilkan). Perilaku non ekploitatif ini merupakan prinsip

penting dalam upaya pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelajutan.

4.5.2 Kegiatan Produksi (Ekstraktivisme, sistem pertanian tradisional, penangkapan ikan dan peternakan)

Kegiatan produksi adalah seluruh kegiatan yang dilakukan masyarakat

dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk

mendapatkan hasil diperlukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan subsisten

maupun komersial.

Page 133: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

107

4.5.2.1 Kegiatan Ekstrakstivisme

Kegiatan ekstrakstivisme merupakan kegiatan mengambil hasil hutan

bukan kayu. Teknik ekstraksi yang diterapkan masyarakat Samin di adalah

dengan cara meramu, mengumpulkan dan mengekploitasi langsung dari hutan

dalam jumlah terbatas. Jenis yang dikumpulkan adalah kayu bakar, bahan obat

tradisional dan pakan ternak. Hasil ekstraksi tumbuhan obat biasanya diramu

untuk digunakan sendiri. Sedang kayu bakar umumnya digunakan sendiri, dan

sebagian dijual.

Kegiatan ektraktivisme bukan merupakan kegiatan utama masyarakat

Samin, hanya sebagai kegiatan sambilan atau kalau memerlukannya. Kegiatan

ekstrakrifisme yang sering dilakukan adalah mengambil kayu bakar, bahan obat

tradisional, dan pakan ternak. Mereka tidak mengambil hasil hutan berupa kayu

bangunan. Beberapa jenis hasil hutan bukan kayu bahan bangunan diantaranya

di sajikan dalam Tabel 23.

Tabel 23 Keanekaragaman jenis hasil hutan jati bukan kayu bangunan yang digunakan Masyarakat Samin No Nama lokal Nama ilmiah Kegunaan Keterangan 1 Anting-anting Acalypha indica Obat Subsisten 2 Desmodium Desmodium sp Pakan ternak Subsisten 3 Garut Marantha arundinacea bahan makanan,

obat Subsisten

4 Gmelina Gmelina arborea Pakan ternak Daun, subsisten 5 Jati Tectona grandis Kayu bakar Subsisten, komersial 6 Kacangan Centrosema pubescen Pakan ternak Subsisten 7 Kaliandra Callyandra sp Kayu bakar Subsisten 8 Nangka Artocarpus heterophylla Kayu bakar, pakan

ternak Subsisten

9 Kesambi Shleicera oleosa Kayu bakar Subsisten, komersial 10 Klerecede Glyricidia sp Pakan ternak Daun 11 Lamtoro Leucaena glauca Kayu bakar, pakan

ternak Subsisten

12 Lemeni Ardisia eliptica Obat Subsisten 13 Lempuyang Zingiber aromaticum Sayuran, obat Subsisten 14 Mahoni Swietenia mahagoni Obat Biji, daun, subsisten 15 Pace Morinda cytrifolia Obat Buah, subsisten 16 Pulutan Urena lobata Pakan ternak, obat Subsisten 17 Sabrang Ipomoea crasicaulis Kayu bakar, obat Subsisten 18 Secang Caesalpinnia sapan Kayu bakar Subsisten 19 Sembukan Andrographis paniculata Obat subsisten 20 Sigaran Calopogonium

mucunoides Pakan ternak, obat Subsisten

21 Suket genjoran Paspalum scrobiculatum Pakan ternak Subsisten 22 Tapak liman Elephantropu scaber Obat Subsisten 23 Tempuyung Sonchus arvensis Obat subisten 24 Turi Sesbania grandiflora Kayu bakar, sayur Subsisten

Kegiatan meramu hanya dilakukan oleh masyarakat Samin di Dusun

Jepang Margomulyo dan Klopoduwur Blora karena letaknya berdekatan dengan

hutan jati. Pengambilan hasil hutan jati terutama adalah hasil pangkasan kayu

Page 134: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

108

jati, atau pangkasan tanaman perindang atau tanaman pagar yang terdapat di

sekitar hutan jati. Pengambilan jenis liar untuk bahan obat jumlahnya sangat

terbatas. Sebagian masyarakat sudah membudidayakan sendiri.

4.2.5.2 Sistem Pertanian Tradisional Pertanian sawah merupakan bentuk aktivitas utama masyarakat Samin.

Secara garis besar tahap-tahap pengerjaan lahan sawah hampir sama. Mereka

sudah mengguna cara-cara pertanian dengan modern seperti penggunaan

traktor, bibit unggul, pupuk kimia, pestisida dan sebagainya. Tetapi terdapat

beberapa perbedaan diantara sejumlah lokasi penelitian karena kondisi biofisik

lahan persawahan yang agak berbeda dan perkembangan pengetahuan

masyarakat dalam mengelola sawah (Tabel 24). Sebagian masyarakat Samin

masih mempertahankan sistem pertanian tradisional seperti penggunaan benih

dari hasil seleksi sendiri, penggunaan pupuk organik/pupuk kandang, cara

penanggulangan hama, dan sistem sambatan (gotong-royong) dalam

penggarapan lahan.

Sistem pertanian sawah masyarakat Samin di atur sedemikian rupa

dengan pola tanam dan tahap penggarapan yang disesuaikan dengan kondisi

biofisik lahan dan kebutuhan bahan pangan. Sehingga kebutuhan bahan pangan

bisa tercukupi.

Sebagian besar tanah wilayah Blora dan Bojonegoro merupakan tanah

Mollisol (Bakosurtanal 1999). Tanah Mollisol setara dengan tanah Andosol

berasal dari batuan gamping, kaya bahan organik dan basa kation. Sedangkan

tanah di dataran rengah Kabupaten Kudus, Pati dan Blora merupakan tanah

Inseptisol setara dengan tanah Latosol merupakan tanah endapan (alluvial)

dengan tekstur halus dan berlempung. Berdasarkan hasil analisis beberapa

sampel tanah (Lampiran 14) didapatkan bahwa tanah di Kaliyoso Kudus dan

Sukolilo Pati serta Tambak Blora cenderung basa, kandungan bahan C- organik

berkisar 1-3%, dan N-Total dengan kandungan P-Olsen lebih dari 20 ppm.

Menurut Hardjowigeno (2003) jenis tanah demikian termasuk kategori tanah

sangat subur. Sedang di Klopoduwur Blora dan Jepang Margomulyo Bojonegoro

kadar P-Olsen lebih rendah berkisar antara 5-10 ppm, termasuk klasifikasi tanah

subur. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi tanah pertanian masyarakarat Samin

mendukung untuk kegiatan pertanian. Kondisi kesuburan tanah ini kemungkinan

disebabkan oleh peran dan aktivitas masyarakat dalam mengelola tanah dan

menjaga kesuburan tanah antara lain pemberian pupuk kandang, dan pupuk

Page 135: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

109

organik, pengaturan pola tanam, sistem tumpang sari dan dan tumpang gilir

serta pemberaan lahan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat secara telah

melakukan aktivitas yang berpengaruh posistif terhadap lingkungannya.

Tabel 24 Kondisi persawahan dan jenis aktivitas dilakukan pada tiap desa pengamatan di lingkungan masyarakat Samin

Jenis kegiatan A B C D E Jenis Sawah Sawah rawa √ Sawah Irigasi √ √ √ Sawah tadah hujan √ √ Pola Tanam Padi-padi-Palawija √ √ Padi-padi √ Padi-palawija-bero √ √ Teknologi pengolahan lahan Modern dgn traktor √ √ √ √ √ Tradisional (hewan ternak) √ Kultivar padi yang di tanam Jenis unggul √ √ √ √ √ Kultivar lokal √ Cara mendapatkan benih Membeli √ √ √ √ √ Membuat sendiri √ √ √ Penggunaan pupuk Pupuk kimia √ √ √ √ √ Pupuk organik (pupuk kandang) √ √ √ √ Penanggulangan hama Pestisida kimia √ √ √ √ √ Pestisida hayati √ √ √ √ Cara halus ( kepercayaan lokal) √ √ Penanganan panen Dengan sabit dan alat perontok padi √ √ √ √ √ Gabah dijual langsung (basah) √ √ Gabah dikeringkan (sebagian disimpan) √ √ √ √ √ Sistem pengelolaan tenaga kerja Gotong royong √ √ Upahan √ √ √ Sistem penyimpanan gabah Sendiri √ √ √ √ √ Kolektif (lumbung padi) √ √ √ √ √

Keterangan: A:Larikrejo dan Kaliyoso Kudus; B: Bombong dan Ngawen Pati; C: Klopoduwur Blora; D: Tambak Blora; E: Jepang Margomulyo Bojonegoro

Page 136: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

110

Untuk mengantisipasi sawah yang sering tergenang air karena banjir di

daerah Sukolilo dilakukan dengan mengatur pola tanam. Dalam setahun mereka

bisa dua kali menanam padi. Waktu tanam diajukan atau diundur disesuaikan

dengan kondisi hujan saat itu sehingga tanaman padi tidak terendam banjir.

Sedang pada sawah tadah hujan padi ditanam satu kali, selebihnya untuk

penanaman palawija atau diberokan. Tabel 25 menunjukkan kalender masa

tanam padi dan palawija di persawahan masyarakat Samin.

Tabel 25 Kalender masa tanam padi dan palawija sawah di lingkungan masyarakat Samin

Dusun Sep Okt Nv Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt

Kaliyoso Sukolilo Klopoduwur Tambak Jepang Keterangan: masa tanam pertama (MT1); masa tanam kedua (MT2); masa tanam palawija

Kondisi iklim terutama curah hujan di lingkungan masyarakat Samin

berdasarkan data curah hujan selama 5 tahun terakhir (2005-2009) menunjukkan

bahwa jumlah bulan dengan curah hujan lebih dari 100mm berdasarkan kriteria

Schmidt & Ferguson (1951) adalah 4-5 bulan kering (pada bulan Nopember

hingga April). Pada bulan-bulan tersebut masyarakat melakukan aktivitas tanam

padi. Awal penanaman padi juga disesuaikan dengan kondisi lahan persawahan

mereka, sehingga terdapat variasi diantara komunitas Samin yang diamati.

Masyarakat Samin biasanya memulai masa tanam pertama (MT1) pada bulan

Oktober hingga Nopember, tetapi masyarakat Samin di Sukolilo Kabupaten Pati,

umunya memulai menanam padi lebih awal yaitu sekitar bulan September. Hal ini

dilakukan lebih akhir dikhawatirkan tanaman padi terendam banjir, karena

biasanya pada sekitar bulan Desember-Februari curah hujan tinggi dan sering

terjadi banjir, sehingga tidak bisa di tanami padi. Oleh karena itu masyarakat

Samin di Sukolilo Pati memajukan awal masa tanam mereka untuk menghindari

terjadinya banjir. elanjutnya mereka menanami kembali sawah mereka dengan

padi (MT2) setelah air surut sekitar bulan Maret-Juni.

Masyarakat Samin di Klopoduwur Blora dan Jepang Bojonegoro, umumnya

menanam padi hanya sekali setahun, sebagian besar sawahnya merupakan

tadah hujan. Mereka memulai menanam padi sekitar bulan Nopember-

Page 137: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

111

Desember, disesuaikan dengan kondisi curah hujan. Setelah tanam padi

dilakukan penanaman palawija, kemudian tanah diberokan.

Dari contoh sistem pengaturan pola tanam yang dilakukan masyarakat

Samin di atas menunjukkan bahwa mereka telah melakukan tindakan yang

sudah sesuai dengan kondisi lingkungan biofisik berupa iklim maupun kondisi

fisik lahan yang ada. Masyarakat Samin mampu beradaptasi dengan

keterbatasan kondisi lingkungannya.

Hasil utama pertanian masyarakat Samin adalah padi. Tabel 26

menyajikan luas tanam, produktivitas padi di lingkungan masyarakat Samin

berdasarkan data yang diolah dari data sekunder (Dinas pertanian setempat,

monografi desa dan Kecamatan dalam angka tiap desa) pada 2 tahun terakhir

(2008-2009). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa produktivitas lahan

paling tinggi adalah di dusun Tambak, Blora, sedangkan yang paling rendah

adalah di dusun Jepang Bojonegoro.

Tabel 26 Luas tanam, produktivitas dan produksi padi sawah pada tahun 2008-2009 di lingkungan masyarakat Samin

Desa/Dusun Luas panen (Ha)

Produktivitas (ton/ha)

Produksi (ton)

Kaliyoso Kudus 105.00 6.45 677.25 Sukolilo Pati 244.00 5.06 1342.00 Klopoduwur Blora 101.00 6.00 555.50 Tambak Sumber Blora 40.00 7.50 300.00 Jepang Bojonegoro 5.25 4.50 23.63 (Sumber: data sekunder, diolah dari data dinas pertanian setempat, data kecamatan dalam angka)

Pekarangan dan tegalan di pada Masyarakat Samin dan di pedesaan pada

umumnya memadukan tanaman bermanfaat asal hutan dengan tanaman khas

pertanian. Kehadiran dan campur tangan manusia secara terus menerus

meyebabkan lahan tersebut menjadi bersifat artifisial (buatan) hingga membuat

suatu sistem khas. Kekayaan jenis di setiap dusun pengamatan berkisar 100 s/d

150 jenis, sedang secara keseluruhan di pekarangan dan tegalan masyarakat

Samin mencapai sekitar 200 jenis (Gambar 27 ).

Berdasarkan perannya dalam menyediakan kebutuhan sehari-hari

pekarangan dan tegalan di sekitar pemukiman masyarakat Samin telah

memberikan kontribusi yang tidak sedikit. Meskipun keanekaragaman jenis yang

tersedia tidak terlalu besar, namun berdasarkan penelaahan lebih lanjut

sumberdaya tumbuhan yang ada telah dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi

Page 138: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

112

kebutuhan hidup sehari-hari, mulai dari kebutuhan pangan, obat tradisional,

bahan bangunan, peralatan, pakan ternak kayu bakar dan lainnya.

Gambar 27 Jumlah jenis tumbuhan berguna pada pekarangan dan tegalan masyarakat Samin

Pekarangan dan tegalan menyimpan potensi sumberdaya nabati yang

cukup besar bagi masyarakat Samin bagi masyarakat Samin. Namun selama ini

tidak dikelola secara intensif. Tidak banyak aktivitas masyarakat yang

mengupayakan lahan secara intensif dengan pemupukan, pemeliharaan secara

intensif maupun pembuatan klon atau kultivar baru untuk meningkatkan

produktivitas lahan. Meskipun hasil produksi yang diperoleh selama ini terutama

digunakan hanya untuk memenuhi kebutuhan subsisten, namun perlu ada upaya

lebih lanjut untuk meningkatkan produktivitas lahan sehingga lebih membawa

manfaat bagi masyarakat.

Sebagian penduduk Samin yang tinggal di sekitar hutan jati merupakan

petani penggarap (pesanggem) hutan jati milik Perhutani setempat. Masyarakat

memiliki pengetahuan yang cukup memahami mengenai sistem agroforestri yang

telah dijalaninya secara turun temurun. Sistem tumpangsari merupakan suatu

bentuk agroforestri sederhana yang dikembangkan di areal hutan jati di Jawa

(Foresta 2000). Sistem ini dikembangkan dalam program penghutanan sosial

Perum Perhutani. Sistem ini telah banyak membantu warga di sekitar areal hutan

jati yang umumnya lahan persawahan sangat terbatas. Bahkan sebagian warga

yang tidak mempunyai sawah menggantungkan kehidupannya dari hasil

pertanian di ereal hutan jati ini.

Sistem agrofestri yang dikembangkan Perhutani bersama masyarakat juga

berperan penting dalam memelihara keanekaragaman berbagai jenis tumbuhan.

Berdasarkan hasil identifikasi di tiga lokasi areal hutan jati yang berbeda

Page 139: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

113

didapatkan lebih dari 130 jenis tumbuhan lain, selain tanaman perkebunan utama

yaitu Jati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia mahagoni), sonokeling (Dalbergia

latifolia), Mindi (Melia azedarach) dan lainnya. Jenis-jenis tumbuhan lain tersebut

dapat dimanfaatkan penduduk untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar, bahan

pangan, obat-obatan atau kebutuhan lainnya. Dengan demikian sistem

agroforestri di lahan hutan jati juga berperan dalam memelihara kehidupan

ekonomi sosial masyarakat Samin.

Produksi pertanian berupa jagung pada lahan sawah dan tegalan disajikan

pada Tabel 27. Dari data tersebut tercatat tiga lokasi yang mempunyai produksi

jagung, yaitu Sukolilo pati, Klopoduwur Blora dan dusun Jepang Bojonegoro.

Lahan di persawahan masyarakat Samin Kudus di Kaliyoso dan Larikrejo

umumnya tanah berawa, pada musim kemarau tanah kering dan retak-retak,

berdasar pengalaman masyarakat tidak cocok ditanami jagung. Sedang di dusun

Tambak, pada musim kemarau masih tetap menanam padi, atau menanam

jenis palawija selain jagung.

Tabel 27 Luas panen, produktivitas dan produksi jagung di sawah dan tegalan (tahun 2008/2009) di lingkungan masyarakat Samin

Desa/Dusun Luas panen (Ha) Produktivitas (ton/ha)

Produksi (ton)

Kaliyoso Kudus - - - Sukolilo Pati 88 5.50 484.00 Klopoduwur Blora 75 5.20 390.00 Tambak Sumber Blora - - -

Jepang Bojonegoro 40.3 5.00 201.50

Sumber: (Data sekunder, diolah dari Dinas pertanian setembat, data Kecamatan dalam angka)

4.2.5.3 Penangkapan Ikan

Sebagian kebutuhan protein hewani dipenuhi dari ikan yang mereka

tangkap dari sungai, rawa dan embung. Hasil tangkapan ikan dijual dan sebagian

untuk kebutuhan sendiri. Kegiatan penangkapan ikan hanya dilakukan oleh

masyarakat Samin di Kudus dan Pati. Mereka melakukan penangkapan ikan

pada saat menjelang akhir musim hujan, saat rawa atau embung mulai surut.

Alat penangkap ikan yang digunakan antara lain: Branjang, jaring, jala, kail,

kembu, lodong, jaring. Jenis-jenis ikan hasil tangkapan antara lain disajikan

pada Tabel 28.

Page 140: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

114

Tabel 28 Jenis ikan hasil tangkapan di sungai, rawa dan embung pada lingkungan masyarakat Samin

Nama lokal Nama Ilmiah Lokasi 1 Bethik Anabas testudineus Rawa, sungai 2 Bloso/betutu Oxyleotris marmorata Rawa,sungai embung 3 Kotes/kutuk Channa striata Sungai 4 Lundu/lele rawa Mystus sp Rawa, sungai, embung 5 Sapu-sapu Hypostomus

plecostomus Rawa, embung, sungai

6 Sepat Trichogaster trichopterus,

Rawa, sungai,embung

7 Tawes Barbonymus gonionotus Sungai, rawa 8 Urang Triops longicaudatus Sungai 9 Wader Rasbora argyrotaenia sungai, rawa 10 Welut Monopterus albus sawah,

4.2.5.4 Kegiatan Berternak Secara tradisional masyarakat Samin telah melaksanakan kegiatan

beternak ayam, itik, sapi, kambing. Ayam biasanya di biarkan berkeliaran di

sekitar pemukiman mereka. Sedang itik, kambing dan sapi biasanya sudah

dipelihara dalam kandang. Pemeliharan itik dahulu pada siang hari biasanya di

biarkan mencari makan di sawah, tetapi karena kotoran itik dianggap menggu

petani maka sekarang pemeliharaan itik umumnya dikandangkan.

Ternak sapi pada siang hari di pelihara di halaman, sedang pada malam

hari dikandangkan. Kandang ternak sapi warga Samin di dusun Tambak Blora

umumnya masih menjadi satu dengan rumah pokok, disamping atau di bagian

belakang rumah. Dalam pemahaman mereka rumah atau mondokan merupakan

tempat mondoknya anggota keluarga beserta sandang pangan termasuk ternak

yang mereka miliki. Hewan ternak termasuk sapi merupakan sandang pangan

sehingga mereka juga berhak untuk menempati tinggal dalam rumah bersama

mereka. Hal ini merupakan bentuk penghormatan terhadap sesama hidup.

Kotoran ternak dibersihkan setiap hari, sehingga selalu kelihatan rapi,

bersih dan tidak berbau. Mereka mempunyai teknologi sederhana membuat

kompos dari kotoran sapi. Kotoran sapi biasanya ditampung pada wadah dari

anyaman bambu, atau ditimbun pada suatu lubang yang dibuat di pekarangan

rumah. Timbunan kotoran sapi ditutup dengan jerami atau larahan (sisa pakan),

dibiarkan sampai kering atau dibakar untuk mempercepat pengeringan. Setelah

cukup kering sekitar satu tahun, pupuk sudah jadi, biasanya dilakukan saat

musim kemarau menjelang saat labuh (menjelang musim hujan).

Page 141: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

115

4.2.5.3 Pengelolaan Lingkungan oleh Masyarakat Samin Kehidupan masyarakat Samin tidak lepas dari lingkungannya. Ruang

aktivitas produksi masyarakat berupa satuan-satuan antara lain: sawah,

pekarangan, tegalan, hutan jati, sungai rawa dan embung. Sawah merupakan

unit utama untuk beraktivitas memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi lahan sawah

sebagian masyarakat Samin kurang menguntungkan, lahan sawah di Pati dan

Kudus, sering terancam banjir, karena dahulu sawah merupakan bekas rawa-

rawa. Persawahan dilingkungan masyarakat Samin di Blora, dan Bojonegoro,

sebagian merupakan sawah tadah hujan yang sering kekurangan air.

Jenis tanaman yang dibudidayakan bervariasi tergantung dari kebutuhan

masyarakat dan kondisi lahan pertaniannya. Jenis padi yang di tanam tidak

banyak berbeda dengan masyarakat umum. Jenis tanaman semusim di sawah

berawa saat musim kering cocok ditanami buah semangka atau melon. Sedang

pada tanah di sekitar hutan jati ditanami berbagai jenis tanaman umbi-umbian,

biji-bijian, kacang-kacangan. Sistem penamaman umumnya dilakukan sistem

tumpang sari sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan setiap musim.

Mereka sudah terbuka terhadap sistem pertanian yang dikembangkan

pemerintah. Dalam hal teknologi pertanian mereka tidak ketinggalan dengan

masyatakat lain, mekanisasi pertanian, penggunaan bibit unggul dan sistem

pertanian modern lainnya telah mereka gunakan. Sebagian petani masih

menerapkan cara-cara pertanian tradisional yang di wariskan secara turun

temurun, misalnya dalam mengolah lahan, mempertahankan kesuburan tanah,

penanggulangan hama, pengaturan pola tanam, pengelolaan dari penanaman

sampai pemanenan. Segala upaya dilakukan untuk meningkatan hasil lahan

sawah.

Pekarangan, tegalan dan hutan jati merupakan lahan budidaya alternatif

untuk bercocok tanam berbagai jenis tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan

pangan tambahan atau untuk kebutuhan lainnya. Jenis tumbuhan di pekarangan,

tegalan, maupun hutan didominsi oleh tanaman budidaya. Beberapa jenis

merupakan tanaman yang liar atau meliar tanpa perawatan intensif.

Rawa, embung dan sungai bagi masyarakat Samin di Kudus dan Pati

berfungsi sebagai alternatif mencari penghasilan diluar aktivitas bertani.

Hutan/perhutani bagi sebagian masyarakat Samin di Jepang menjadi lahan

utama penghasilan mereka sebagai pesanggem, karena terbatasnya lahan

Page 142: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

116

sawah yang ada. Hutan juga menjadi lahan utama untuk mencari kayu bakar,

pakan ternak, atau untuk mencari bahan obat-obatan.

Masyarakat Samin mampu mengantisipasi kondisi bioekologi yang kurang

menguntungkan, sehingga mereka bisa bertahan hidup sampai sekarang.

Masyarakat Samin mempunyai kebanggaan dengan profesi utamanya sebagai

petani. Ketekunan, etos kerja yang tinggi menjadi bekal utama untuk

keberhasilan mereka. Masyarakat Samin mempunyai perilaku yang positif

terhadap lingkungannya, mereka tidak berperilaku ekploitatif, mengolah dengan

lahan dengan sepenuh hati. Perilaku mereka tidak terlepas dari keyakinan ajaran

yang mereka yakini.

Dalam mengelola dan memanfaatkan lahan pertanian dan sumberdaya

alam masyarakat Samin mempunyai beberapa prinsip ajaran antara lain:

1. Tanah (bumi) ibarat ibu maka harus harus dihormati dan di jaga dengan

penuh kasih sayang layaknya menjaga ibu sendiri.

2. Dalam mengelola sawah/lahan pertanian: sawah dikelola dengan menerapkan

prinsip “suami-istri”, sawah yang sebenarnya adalah istrinya, Bagaimana

mereka mengelola lemah garapan (sawah), ibarat menjalin hubungan suami

istri.

3. Terhadap makhluk hidup lainnya mereka mempunyai prinsip “tritunggal”

sesama hidup harus saling menghormati. Mereka juga menggunakan prinsip

rukun: rukun dengan istri/suami, anak, orang tua, tetangga kanan kiri dan

rukun kepada sesama makhluk (tumbuhan, hewan dan lingkungan sekitar)

4. Dalam menggunakan barang: masyarakat Samin hanya boleh menggunakan

barang yang jelas merupakan kepunyaannya sendiri (barang sing

dumunung), pantangan untuk menggunakan milik orang lain tanpa ada ijin.

5. Prinsip bekerja keras: untuk mendapatkan sandang pangan manusia harus

sabar dan trokal (berusaha)

6. Prinsip berbuat baik: Ojo drengki srei, dahwen, kemeren, tukar padu, bedog,

colong, begal kecu ojo dilakoni, opo maneh kutil juput, nemu wae emoh

(Jangan berkelakuan buruk, keinginan memiliki kepunyaan orang lain, iri hati,

bertengkar mulut, merampok, mencuri, menjambret jangan dilakukan,

menemukan barang yang bukan miliknya saja tidak mau).

Kejujuran merupakan ajaran moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat

Samin. Mereka berusaha jujur terhadap diri sendiri, dengan sesama manusia dan

dengan lingkungan alam sekitar. Kejujuran dan kerelaan terhadap alam sekitar

Page 143: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

117

diterapkan dengan tindakan mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam

sepertlunya, tidak banyak mengeploitasi atau dengan mengkomersialkan

sumberdaya alam yang ada. Profesi menjadi petani menurut mereka adalah

pekerjaan yang paling selaras dengan alam karena dengan cara itulah mereka

bisa memberikan perhatian atau menjaga bumi ini yang selalu memberikan

kehidupan bagi mereka.

Masyarakat Samin adalah masyarakat yang menjalani kehidupannya

dengan kesahajaan. Dengan kesahajaan inilah mereka bisa bertahan hidup

dengan kondisi sumberdaya alam yang ada (Rosyid 2008). Mereka tidak terlalu

kawatir dengan kehidupan masa depan yang akan datang, karena manusia

hidup itu sudah dilengkapi sarana kehidupan yaitu Sandang pangan. Manusia

dan Sandang pangan, merupakan dua obyek yang menjadi titik perhatian

mereka. Dalam pandangan mereka di dunia ini hanya ada dua unsur yang nyata

yaitu wong (manusia) dan sandang pangan. Manusia adalah simbol dari diri

yang mempunyai sifat hidup dan sandang pangan melambangkan penghidupan

sebagai prasarana untuk menjalani kehidupan. Jadi manusia untuk menjalani

kehidupan di dunia ini sudah dilengkapi sumber penghidupan.

Segala sesuatu berwujud apapun diluar manusia atau yang bukan manusia

secara sederhana oleh Masyarakat Samin dimaknai sebagai Sandang pangan.

Rumah, kendaraan, hewan ternak, sawah, air, sungai, bumi dan lain lain

merupakan wujud dari Sandang pangan. Dalam konteks pemahaman kita,

sandang pangan bisa disamakan dengan pengertian ‘lingkungan’ yang

merupakan tempat hidup atau segala sesuatu untuk memenuhi kehidupan

manusia. Hubungan antara uwong dan sandang pangan atau hubungan antara

masyarakat Samin dengan lingkungnya ini sejalan dengan keterkaitan antara

sistem sosial (masyarakat Samin) dengan sistem ekologi (Ekosistem) yang

dikemukakan oleh Rambo (1983).

Dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada masyarakat Samin

mempunyai prinsip mengambil secukupkan apa yang menjadi haknya, sekedar

untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka tidak pernah melakukan ekploitasi

berlebihan terhadap lingkungan. Kegiatan ekstraktivisme, hanya dilakukan dalam

jumlah terbatas sehingga tidak mengakibatkan gangguan yang berarti terhadap

lingkungan. Mereka berusaha menggupayakan untuk memenuhi kebutuhannya

tersebut dengan menanam sendiri di lahan mereka. Hal itu secara tidak langsung

merupakan suatu bentuk konservasi lahan produksi mereka sehingga mereka

Page 144: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

118

dapat hidup tanpa mengganggu keberadaan lingkungan mereka. Terjaganya

keanegaragaman tumbuhan dan satuan lingkungan disekitar pemukiman

mereka merupakan satu bukti bahwa tindakan mereka serasi dengan

lingkungan.

Aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam memenuhi kehidupannya

akan memberikan imbas bagi lingkungan baik itu bersifat merugikan maupun

menguntungan. Pada Tabel 29 disajikan aktivitas produksi masyarakat Samin

dan akibat yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Aktivitas masyarakat Samin

dalam memanfaatkan lingkungannya tidak banyak memberikan dampak negatif

bagi lingkungannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Samin

memiliki bentuk kearifan bagaimana mereka memanfaatkan dan mengelola

lingkungannya.

Tabel 29 Pengaruh Aktivitas Masyarakat Samin terhadap lingkungannya

Satuan lingkungan

Aktivitas masyarakat Akibat yang ditimbulkan

Pekarangan Budidaya tanaman pekarangan

Kenyamanan lingkungan terjaga. Menjaga kecukupan kebutuhan bahan pangan, obat tradisional, bahan peralatan dan bangunan, kayu bakar serta kebutuhan sehari-hari lainnya.

Usaha peternakan Peningkatan ekonomi keluarga, ketersediaan sumber protein hewani, menjaga ketersediaan pupuk organik bagi lingkungan

Tegalan Budidaya tanaman Lingkungan tetap terjaga Membatu kecukupan kebutuhan bahan pangan, obat-obatan, bahan bangunan, peralatan, kayu bakar dan kebutuhan lainnya.

Sawah Kegiatan produksi, aktivitas pertanian di sawah

Pola pertanian mengikuti kondisi persawahan yang ada sehingga lingkungan tetap terjaga, Penggunaan varital unggul berbagai jenis tanaman budidaya telah menghilangkan berbagai kultivar lokal atau melemahkan peran berbagai kultivar lokal seperti: kultivar padi lokal, jagung; ketela pohon, umbi-umbian dan tanaman lokal lainnya. Sistem pertanian modern mengancam hilangnya bentuk pertanian tradisional yang menjadi ciri masyarakat tradisional,

Page 145: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

119

Tabel 29 lanjutan

Satuan lingkungan

Aktivitas masyarakat Akibat yang ditimbulkan

Hutan jati Kegiatan pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan bahan pangan, obat obatan, bangunan, kayu bakar, pakan ternak

Jenis tumbuhan liar sangat terbatas, Masyarakat melakukan upaya untuk membudidayakan jenis- jenis tanaman semusin yang diperlukan untuk kehidupan, tidak terjadi penebangan liar, Lingkungan tidak mengalami gangguan berarti

Mata air Pemanfatan sumber mata air, untuk pertanian dan kebutuhan sehari-hari, pengkeramatan dan ritual khusus

Mata air tetap terjaga, vegetasi di sekitar mata air tetap terjaga

Rawa dan embung

Aktivitas budidaya dan pencarian ikan,

Lingkungan tidak mengalami gangguan berarti, masyarakat mencari ikan dengan cara tradisional

Penggunaan untuk irigasi

Mencegah banjir di musim hujan, dan menjaga suplai air di musim kemarau

Sungai Penangkapan ikan Penggunaan racun ikan oleh masyarakat non Samin telah berpengaruh terhadap semakin berkurangan keanekaragaman jenis maupun kelimpahan ikan yang ada

Aktivitas pemompaan air sungai air untuk irigasi sawah

Berperan mengurangi ketersediaan air di sungai ketika musim kemarau

4.6 Simpulan

Masyarakat Samin adalah masyarakat yang sederhana, tergambar dari

tindakan dan pemikiran mereka. Mereka membagi isi alam semesta ini hanya

dua macam yaitu wong (manusia) dan sandang pangan (selain manusia). Wong

dan sandang pangan adalah satu-kesatuan ibarat menyatunya hamba dengan

Tuhannya, seperti dalam ajaran Manunggaling Kawulo Gusti. Kesederhanaan

masyarakat Samin juga tergambar dari pemahaman mengenai lingkup ruang

aktivitas aktivitas mereka yang hanya dibagi dalam dua tempat yakni mondokan

(rumah) dan lemah penggarapan. Mondokan merupakan rumah atau tempat

tinggal, sebagai tempat istirahat anggota keluarga beserta sandang pangan yang

Page 146: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

120

mereka miliki. Sedang lemah garapan merupakan ruang mereka untuk

mendapatkan kebutuhan sandang pangan. Pengetahuan mereka mengenai lingkungan tidak terlepas dari pandangan

mereka terhadap lingkungan sekitar dan aktivitas produksi yang mereka

lakukan. Satuan lingkungan utama mereka adalah mondokan (rumah) beserta

pekarangan, dan dan lemah garapan berupa sawah, tegalan, hutan. masyarakat

Satuan lingkungan yang lain adalah rawa, embung, sungai dan sumber mata air.

Aktivitas produksi yang dilakukan masyarakat dalam memanfaatkan dan

mengelolanya satuan lingkungan tidak menyebabkan terjadinya gangguan atau

terjadinya kerusakan lingkungan yang berarti. Karena mereka menerapkan

prinsip kehati-hatian dilandasi oleh keyakinan ajaran mereka. Alam lingkungan

itu hidup sebagaimana manusia, maka mereka memperlakukan alam layaknya

memperkukan diri sendiri.

Aktivitas pertanian sawah merupakan aktivitas produksi utama masyarakat

Samin. Selama ini mereka telah mampu berswasembada beras, dan dapat

memenuhi sebagian besar kebutuhan hidup lainnya dari satuan lingkungan yang

ada. Mereka telah mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang kurang

menguntungkan untuk budidaya pertanian. Bentuk strategi mereka dalam

pengelola lahan pertanian adalah menerima cara pertanian modern namun

dengan pengelolaan sistem tradisional terutama dalam seleksi bibit,

penanggulangan hama, pembagian hasil panen dan sistem sambatan dalam

mengelola aktivitas pertanian.

Berdasar analisis INP pada satuan lingkungan pekarangan, tegalan

maupun hutan jati, tegakan pohon yang paling dominan adalah jati (Tectona

grandis). Nilai INP tegakan jati pada ketiga satuan lingkungan tersebut adalah:

INP 50.27 pada satuan lingkungan pekarangan, INP 94.39 pada satuan

lingkungan tegalan dan INP 157.12 pada hutan jati.

Page 147: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

5 ETNOBOTANI MASYARAKAT SAMIN

Abstract

Ethnobotany reseach of Samin community to reveal the botanical

knowledge system covering useful and management plant for their live hood. This reseach also described this effect of the relationship between social, cultural and economic factor to the plant diversity. This reseach was concucted using direct observation, semistructural and open enden interview. To better asses to extractive activities and utilization of the plant diversity by indegenous people, an index of cultural significance (ICS) was emplyed. Samin people depent on plant resource for their livelihood, and they have a good knowledge on plant diversity surrounding them. There are various plant utilization by Samin community as food (118 species); traditional medicines and cosmetics (74 species), building materials (16 species); equipments and craft materials (15 species), fire wood (16 species); animal feed (27 species); fiber materials and straps (3 species), fish poisons (2 species); pest control materials (16 species), ritual material (26 species) and ornamental plants (45 species). The most of useful plant species (80% ) were cultivated plant. Based on calculation of the index of cultural significance show that Oryza sativa (ICS 122) was the most important plant for the Samin community.

Key word: Ethnobotany, Indeks of Cultural Significance, plant useful, the Samin

5.1 Pendahuluan

Masyarakat Samin merupakan suatu kelompok masyarakat tradisional yang

tinggal di daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mempunyai

budaya unik dan banyak menyimpan nilai-nilai tradisi. Komunitas ini adalah

sekelompok orang yang mengikuti ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada

masa kolonial Belanda (Benda & Castel 1969; Hutomo 1996; Mumfangati et al.

2004; Poluso 2006). Gerakan Samin muncul sebagai perlawanan pada

pemerintah kolonial Belanda terhadap ketidak adilan dalam penguasaan dan

pengelolaan tanah. Bentuk perlawanan mereka berupa penolakan terhadap

segala kebijakan pemerintah Belanda, diantaranya adalah penolakan membayar

pajak (King 1973; Hutomo 1996; Poluso 2006). Pengaruh ajaran dan sikap anti

pemerintah melekat dalam diri masyarakat Samin hingga membentuk suatu

tatanan atau adat istiadat sendiri yang agak berbeda dengan kebanyakan

masyarakat Jawa pada umumnya (Mumfangati et al. 2004).

Masyarakat Samin menganggap menjadi petani merupakan pekerjaan

paling mulia. Mereka mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap

sumberdaya hayati dan lingkungannya. Keterbatasan lahan dan kondisi biofisik

Page 148: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

122

yang kurang menguntungkan tidak menyurutkan semangat mereka untuk

bertahan pada pekerjaannya. Menurut Berkes dan Folke (1998), masyarakat

yang sering dihadapkan pada tantangan mempunyai banyak pengetahuan lokal

dibanding dengan masyarakat yang jarang menghadapi masa-masa kritis,

mereka bisa bertahan hidup karena mampu beradaptasi dengan kondisi

lingkungannya.

Kajian berbagai aspek etnosain diperlukan untuk mengungkapkan

pengetahuan tradisional suatu kelompok masyarakat. Studi etnobotani merujuk

pada kajian interaksi antara manusia dengan sumberdaya tumbuhan (Martin

1995; Cotton 1996; Hamilton et al. 2003). Peneliti etnobotani dalam melakukan

analisis etnosain pengetahuan tradisional menitik beratkan pada dunia tumbuhan

meliputi berbagai aspek, diantaranya: cara pemanfaatan, pengelolaan, persepsi

dan konsepsi dari berbagai kelompok masyarakat atau etnik yang berbeda

(Cotton 1996; Purwanto 2007). Menurut Walujo (2009) etnobotani harus mampu

mengungkapkan keterkaitan hubungan budaya masyarakat, terutama tentang

persepsi dan konsepsi masyarakat dalam memahami sumberdaya nabati di

sekitar tempat bermukim.

Pada umumnya pengetahuan lokal terakumulasi dari generasi ke generasi

dan merupakan kekayaan bangsa yang tidak tergantikan dan bermanfaat bagi

masa kini dan masa yang akan datang. Pengetahuan tersebut perlu

didokumentasi dan dikaji keilmiahannya tentang potensi, kegunaan, manfaat

atau prospek pengembangannya. Disamping itu pengetahuan lokal dapat

dijadikan sebagai data dasar untuk pengembangan sumberdaya tumbuhan yang

lebih bermanfaat dan berdayaguna.

Indonesia kaya sumberdaya alam, juga memiliki keanekaragaman

kelompok etnik, maka tidak mengherankan jika pengetahuan tentang alam dan

lingkungannya tumbuh dan berkembang tergantung dari tingkat kebudayaan

suku tersebut (Waluyo 2009). Setiap kelompok masyarakat dengan karakter

wilayah dan adatnya mempunyai ketergantungan pada berbagai tumbuhan,

untuk sumber pangan maupun sumber lainya (Suryadarma 2008),

Keanekaragaman dan keunikan kultur budaya Indonesia yang tersebar dalam

ribuan pulau, membentuk mosaik kehidupan yang tiada duanya di dunia. Hal ini

merupakan keunggulan komparatif yang di miliki bangsa Indonesia yang akan

memberikan ruang yang lebih luas untuk pengembangan etnobotani.

Page 149: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

123

Penelitian etnobotani masyarakat Samin penting untuk dilakukan

mengingat semakin besarnya tekanan dan terdegradasinya pengetahuan lokal

akibat pembangunan dan kemajuan teknologi. Studi etnobotani dapat memberi

kontribusi yang besar dalam proses pengenalan sumberdaya alam hayati yang

ada di suatu wilayah melalui kegiatan pengumpulan pengetahuan lokal bersama

masyarakat setempat. Penelitian etnobotani penting untuk mendukung

kehidupan dalam penyediaan bahan pangan, obat-obatan, bahan bangunan,

peralatan rumah tangga, upacara adat, bahan pewarna, bahan pakaian dan

lainnya.

5.2 Tujuan Penelitian

Kajian etnobotani dalam penelitian ini bertujuan menggali secara

menyeluruh pengetahuan masyarakat Samin tentang pengelolaan sumberdaya

hayati tumbuhan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari meliputi:

pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan untuk bahan pangan, bahan

bangunan, bahan obat-obatan, bahan racun, bahan pengendalian hama

tanaman, bahan ritual dan keagamaan, bahan peralatan dan seni, bahan

pewarna, kayu bakar dan lain-lain; serta tentang pengelolaan keanekaragaman

hayati tumbuhan ditinjau dari aspek pemanfaatan secara berkelanjutan.

5.3 Metode Penelitian 5.3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai dengan

Februari 2011. Lokasi penelitian meliputi 7 dusun di 4 kabupaten yakni: dusun

Larikrejo Desa Larikrejo dan dusun Kaliyoso desa Karangrowo Kec. Undaan,

Kab. Kudus; dusun Ngawen desa Sukolilo dan dusun Bombong desa Sukolilo

Kec Sukolilo , Kabupaten Pati; dusun Klopoduwur Desa Klopoduwur dan dusun

Tambak desa Sumber Kabupaten Blora; dan dusun Jepang desa Margomulyo

Kabupaten Bojonegoro jawa Timur.

5.3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: alat rekam

suara, kamera, alat tulis, peta, gunting, parang, tali plastik, kantong plastik

berbagai ukuran, amplop sampel, kertas mounting, label gantung, kertas koran,

Page 150: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

124

dan sasak. Adapun bahan kimia yang digunakan adalah alkohol 70%, formalin

5% dan spiritus.

5.3.3 Pengumpulan Data Etnobotani

Data etnobotani meliputi data etnobotani kualitatif dan kuantitatif.

Pengumpulan data kualitatif menggunakan metode survei eksploratif yang

mencakup: (1) Inventarisasi jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh

masyarakat dan tipe pemanfaatannya dalam kebutuhan sehari-hari seperti bahan

pangan, papan, obat- obatan, ritual tradisional, dan lain-lain, (2) Mempelajari

interrelasi antara masyarakat dan lingkungan dimana mereka tinggal

(ekosistemnya), yaitu dengan memperhatikan dan membahas aspek biologi dan

sosial dari segi praktek, persepsi dan representasinya.

Metode ini didukung oleh pendekatan dan teknik pengumpulan informasi

yang bersifat partisipatif yang terdiri dari: (1) Wawancara bebas (open ended)

(Purwanto 2007) dan Wawancara semi terstruktur untuk inventarisasi

pengetahuan lokal (Grandstaff & Grandstaff 1987), (2) Mengikuti aktivitas

keseharian masyarakat, misalnya ke sawah, ke ladang, ke hutan dan aktivitas

tradisi yang ada.

Dalam penelitian ini digunakan informan kunci yaitu anggota masyarakat

yang dianggap mampu memberikan informasi yang akurat dengan kriteria tokoh

masyarakat, ahli pengobatan lokal, anggota masyarakat yang memiliki

pengetahuan cukup baik mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan. Untuk

mendapatkan informan kunci yang tepat didasarkan atas rekomendasi dari tokoh

adat/ tokok masyarakat setempat (Purwanto 2007) dan digunakan metode

snowbolling (Golar 2006; Usman & Akbar 2008) yaitu teknik penentuan

responden berdasarkan petunjuk atau penentuan responden awal terhadap

seseorang yang dianggap lebih mampu memberikan informasi sesuai kebutuhan

penelitian. Jumlah responden keseluruhan 62 orang.

Dalam analisis data dibangun matriks data untuk digunakan sebagai dasar

analisis. Pada tahap pertama dibuat semua jenis manfaat lokal (katagori-katagori

emik) yang disebutkan oleh narasumber untuk setiap jenis tumbuhan.

Selanjutnya peneliti bersama-sama dengan narasurnber membahas tentang

peringkat manfaat tersebut. Setelah peneliti mencatat peringkat manfaat yang

ditentukan oleh narasumber, lembaran data diperlihatkan kembali kepada

narasumber untuk pemeriksaan ulang terhadap peringkat manfaat yang kurang

Page 151: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

125

sesuai dengan persepsi narasumber. Jika narasumber menyetujui pencatatan

data manfaat tersebut, maka data tersebut adalah independen dari pengaruh

subjektivitas peneliti.

Pada tingkat kedua, peneliti kemudian mengelompokkan definisi manfaat

lokal (kategori-kategori emik) ke dalam salah satu dari lima manfaat (kategori-

kategori etik): kontruksi, makanan, komersial, obat-obatan, dan teknologi.

Pengelompokkan ini dimaksudkan untuk mencocokkan konsep dari narasumber

seringkas mungkin dan sejauh kemampuan untuk menentukan kategori manfaat

yang mencerminkan ekuivalensi fungsional dari konsep-konsep yang

didefinisikan secara emik oleh narasumber. Dari data-data tersebut didapatkan

analisis konfrontasi antara sudut pandang pengetahuan masyarakat dengan

sudut pandang ilmu pengetahuan modern (secara ilmiah).

Data etnobotani kuantitatif ditujukan sebagai pelengkap dan pendukung

data kualitatif yang telah dikumpulkan. Penghitungan indeks kepentingan budaya

(Index of cultural significance,ICS) didasarkan pada formula yang dikembangkan

Turner (1988) yang telah dimodifikasi oleh Purwanto (2007). Indek kepentingan

budaya merupakan hasil analisis etnobotani kuantitatif untuk mengevaluasi atau

mengukur kepentingan suatu jenis tumbuhan bagi masyarakat yang didasarkan

pada nilai kuantitas (quantity value), nilai intensitas (intensity value), dan nilai

ekslusivitas (exclusivity value). Untuk menghitung ISC digunakan rumus:

n ICS = ∑ ( q x i x e )ni i = 1

(Turner 1988)

Karena setiap jenis tumbuhan mempunyai beberapa kegunaan, maka

persamaannya menjadi sebagai berikut :

n ICS = ∑ ( q 1 x i1 x e1 )n1 + ( q2 x i2 x e2 )n2 + ……… + ( qn x in x en )n i=1

n

ICS = index of cultural significance, adalah jumlah dari perhitungan pemanfaatan suatu jenis tumbuhan dari 1 hingga n, dimana n menunjukkan pemanfaatan ke-n (terakhir) dari suatu jenis tumbuhan; sedangkan huruf i menunjukkan nilai 1 hingga ke-n secara berurutan.

Keterangan:

Perhitungan nilai parameter dari suatu jenis tumbuhan adalah sebagai

berikut:

• q = nilai kualitas (quality value); dihitung dengan cara memberikan skor

atau nilai terhadap nilai kualitas dari suatu jenis tumbuhan, contohnya : 5 =

makanan pokok; 4 = makanan sekunder/tambahan + material primer, 3 =

Page 152: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

126

bahan makanan lainnya + material sekunder + tumbuhan obat; 2 = ritual,

mitologi, rekreasi dan lain sebagainya; 1 = memiliki nilai tetapi tidak

digunakan secara khusus (Tabel 30).

• i= nilai intensitas (intensity value); menggambarkan intensitas

pemanfaatan dari jenis tumbuhan berguna dengan memberikan nilai,

contohnya : nilai 5= sangat tinggi intensitasnya; 4= secara moderat tinggi

intensitas penggunaannya; 3 = sedang intensitas penggunaannya; 2 =

rendah intensitas penggunaannya; dan nilai 1= intensitas penggunaannya

sangat jarang (Tabel 31).

• e = nilai eklusivitas (exclusivity value), sebagai contoh: 2 = paling disukai,

merupakan pilihan utama dan tidak ada duanya; 1= terdapat beberapa jenis

yang ada kemungkinan menjadi pilihan; dan 0.5 = sumber sekunder atau

merupakan bahan yang sifatnya sekunder (Tabel 32).

Kategorisasi nilai kegunaan dari setiap jenis tumbuhan yang dimanfaatkan

oleh masyarakat berdasarkan pada cara perhitungan yang dikemukakan oleh

Tumer (1988) dalam

Tabel 30 Nilai kualitas kegunaan suatu jenis tumbuhan menurut kategori etnobotani

Purwanto (2007) pada Tabel 30,31 dan 32.

No Deskripsi Kegunaan Nilai guna

Makanan Utama: 1 Makanan pokok 5

Bahan Pangan Tambahan (Secondary Foods) 2 Umbi-umbian 4

3 Bahan makanan berupa batang, daun, pucuk daun, bunga, kecambah

4

4 Bahan makanan berupa buah-buahan, biji-bijian 4

5 Bahan makanan berupa tunas, pucuk tumbuhan dan bagian tanaman lainnya

4

6 Bahan makanan yang berupa jamur yang tidak beracun 4

7 Bahan makanan yang hanya dimanfaatkan pada saat paceklik, kekurangan makanan

4

8 Bahan minuman 4

Bahan pangan lain yang digunakan 9 Menambah rasa, aroma, manis, bumbu-bumbuan dan

penambah rasa lainnya 3

10

Bahan pangan suplemen sebagai campuran bentuk menu makanan, pembungkus bahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam persiapan pembuatan bahan pangan

3

11 Bahan rokok (misalnya: tembakau) 3

Page 153: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

127

12 Pakan ternak dan makanan hewan 3

Tabel 30 lanjutan

No Deskripsi Kegunaan Nilai guna Bahan Materi Utama

13 Kayu bahan bangunan, bahan wadah 4

14 Kayu bahan bakar 4

15 Bahan serat, bahan pakaian, dan bahan kerajinan atau teknologi tradisional

4

16 Kulit kayu sebagai wadah dan konstruksi 4 Bahan Materi Sekunder

17 Penghasil tannin, berguna untuk perawatan 3 18 Bahan pewarna, tato, dekorasi dan kosmetika 3 19 Bahan deodoran, bahan pembersih 3 20 Bahan perekat, tali, bahan tahan air 3 21 Bahan sebagai alas, bahan tikar, bahan pengelap, bahan pembalut 3 22 Bahan campuran berbagai jenis bahan yang berguna 3

Bahan Obat-obatan 23 Tonikum, obat-obatan yang menyegarkan, merangsang 3 24 Purgatif, laksatif, emetik 3 25 Bahan obat untuk demam, obat batuk, TBC, influenza 3 26 Bahan pembersih luka, luka bakar 3 27 Bahan obat untuk arthritis, rheumatik, sakit persendian, lumpuh

atau paralis 3

28 Obat-obatan untuk penyakit saluran kencing 3 29 Obat-obatan untuk penyakit dalam 3 30 Obat-obatan untuk infeksi mata 3 31 Obat-obatan untuk perempuan, obstetrik atau ginekologi atau

reproduksi 3

32 Obat-obatan yang secara khusus untuk anak-anak 3 33 Obat-obatan untuk kanker 3 34 Obat-obatan untuk penyakit hati, system sirkulasi, tekanan darah 3 35 Obat anti iritasi 3 36 Analgetik dan anesthetik 3 37 Obat anti racun 3 38 Obat-obatan sakit perut atau masalah pencernaan, disentri 3 39 Obat-obatan untuk aphrodisiac 3 40 Obat-obatan untuk penyakit infeksi telinga 3 41 Obat-obatan untuk demam dan malaria 3 42 Obat sakit gigi 3 43 Obat-obatan untuk penyakit hewan 3 44 Obat-obatan untuk infeksi kulit dan perawatan kulit 3 45 Medicine miscellaneous or unspecified 3

Ritual atau Spiritual 46 Ritual kelahiran 2

Page 154: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

128

47 Ritual inisiasi 2

Tabel 30 lanjutan

No Deskripsi Kegunaan Nilai guna 48 Ritual kematian atau ritual keberanian, kepahlawanan dalam

perang antar suku 2

49

Ritual pengobatan (Shaman's ceremonies "training' "witchcraft" protection against "witchcraft")

2

50 Ritual perburuan, pemancingan dan ritual kegiatan pertanian 2 51 Bahan pangan utama untuk ritual 2 52 Jenis yang secara spesifik ditabukan atau hanya digunakan untuk

ritual adat atau ritual penyembuhan 2

53

Sebagai jimat, tanda cinta kasih (simbol), permainan, atau sebagai bahan ritual penolak hujan dan lain-lain

2

Mitologi 54 Jenis tumbuhan berperan dalam supernatural atau mitos 2 55 Jenis tumbuhan berperan dalam supernatural dalam mitos yang

bersifat magis religius 2

56

Jenis tumbuhan berperan secara alami dalam mitos-mitos atau Sejarah

2

57 Keperluan totem, simbol dansa 2 58 Mithik atau secara tradisional berasosiasi dengan hewan 2 59 Bahan campuran 2 60 Untuk kesenangan, indikator lingkungan, nama seseorang, desa

dan sebagainya 2

61 Tumbuhan yang dihargai atau memiliki nilai 2 62 Tumbuhan yang secara spesifik tidak diketahui kegunaannya,

tetapi diketahui mempunyai gambaran yang indah atau memiliki kemiripan dengan jenis tumbuhan iainnya.

2

63 Tumbuhan yang memiliki nilai, tetapi tidak digunakan secara khusus atau adakalanya sangat khusus atau mempunyai kekecualian

1

64 Tumbuhan tidak berharga atau tidak bernilai atau tidak diketahui oleh siapapun

0

Catatan: Kategorisasi kegunaan tumbuhan tersebut di atas dimodifikasi dari kategori yang dibuat oleh Turner (1988) dalam Purwanto (2007).

Page 155: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

129

Tabel 31 Kategorisasi yang menggambarkan intensitas penggunaan (Intensity of

use) jenis tumbuhan berguna. Nilai guna Deskripsi

5 Sangat tinggi intensitas penggunaannya; yaitu jenis jenis tumbuhan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, digunakan secara reguler hampir setiap hari dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

4 Intensitas penggunaannya tinggi; meliputi jenis jenis tumbuhan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, digunakan secara reguler harian, musiman, atau dalam waktu berkala

3 Intensitasnya sedang; penggunaan jenis-jenis tumbuhan secara reguler tetapi dalam kurun waktu-waktu tertentu, misalnya pemanfaatan yang bersifat musiman. Biasanya jenis jenis ini diramu, diekstrak, atau bila hasilnya berlebihan bisa diperjual belikan

2 Intensitas penggunaannya rendah, meliputi jenis jenis yang jarang digunakan dan tidak mempunyai pengaruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

1 Sangat jarang intensitas penggunaannya, meliputi jenis - jenis tumbuhan yang sangat minimal atau sangat jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari

Catatan: Kategorisasi tersebut merupakan modifikasi dari Turner (1988) oleh Purwanto (2007)

Tabel 32 Kategorisasi yang menggambarkan tingkat eklusivitas atau tingkat kesukaan

Nilai guna Deskripsi 2

Paling disukai, merupakan pilihan utama, jenis tumbuhan yang menjadi komponen utama dan sangat berperan dalam kultural. Jenis ini memiliki kegunaan yang paling disukai atau juga bagi jenis jenis yang mempunyai nilai guna tidak tergantikan oleh jenis lain

1

Meliputi jenis jenis tumbuhan berguna yang disukai tetapi terdapat jenis jenis lain apabila jenis tersebut tidak ada

0,5 Meliputi jenis jenis tumbuhan berguna yang hanya sebagai sumberdaya sekunder, eklusivitasnya atau nilai kegunaannya rendah

Catatan: Kategorisasi tersebut merupakan modifikasi dari Turner (1988) oleh Purwanto (2007)

Page 156: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

130

5.4 Hasil

Sebagai masyarakat petani yang hidupnya masih mengandalkan

sumberdaya alam khususnya dalam bahan pangan, mereka mempunyai

pengetahuan yang baik terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan yang

terdapat di sekitarnya. Mereka mempunyai pengetahuan mengenai pengenalan,

pencirian, penamaan dan pemanfaatan terhadap berbagai jenis tumbuhan di

lingkungan pertanian dan lingkungan pemukiman di sekitar mereka. Jenis

tanaman yang dikenali dengan baik adalah tanaman pertanian. Penamaan atau

penyebutan suatu jenis tumbuhan tidak banyak berbeda dengan masyarakat

Jawa pada umumnya. Mereka juga mempunyai beberapa istilah atau penamaan

lokal untuk menyebut kelompok tumbuhan tertentu berdasarkan kegunaannya,

misalnya woh-wohan, tanduran cepakan, rencek, ramban, suket. (Tabel 33).

Tetapi beberapa penamaan lokal seperti polo kesampir, polo kependem, polo

gumantung tidak banyak dipahami oleh sebagian besar masyarakat Samin.

Tabel 33 Pengelompokan tumbuhan pada masyarakat Samin

Masyarakat Samin Masyarakat Umum Keterangan Woh-wohan Buah buahan Mencakup semua jenis buah-buahan,

biji (polowijo) dan umbi umbian (polo kependem)

Tanduran Cepakan Tanaman sayuran, bumbu, obat atau jamu tradisional

Tanaman yang biasa di tanam di pekarangan untuk kebutuhan sehari-hari untuk memasak atau membuat jamu tradisional

Kayu papan Bahan bangunan Tanamaman berkayu yang besar yang bisa digunakan untuk membuat papan untukdinding atau bagian rumah lainnya

Tanduran Samubarang

Bahan Peralatan Sebagai bahan pembuat berbagai peralatan atau untuk berbagai kegunaan

Rencek Kayu bakar Dari rampasan ranting berbagai jenis tumbuhan yang di keringkan untuk kayu bakar

Ramban Bahan pakan ternak Daun daun dari jenis tumbuhan berkayu/perdu yang digunakan sebagai pakan ternak

Suket Tumbuhan liar Semak atau herba

1. Tumbuhan semak atau herba liar yang kurang diketahui nama maupun manfaatnya 2. Herba atau rumput sebagai pakan ternak

Page 157: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

131

5.4.1 Kategori Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Berguna

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diidentifikasi lebih dari 300 jenis

tumbuhan yang yang terdapat di lingkungan Masyarakat Samin (Lampiran 15).

(Lampiran 15). Sedang tumbuhan yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-

hari berjumlah 235 jenis, tergolong dalam 62 suku dan 205 marga. Jenis yang

banyak dimanfaatkan adalah dai suku Fabaceae (37 jenis), Poaceae (33 jenis),

Zingiberaceae (13 jenis), Solanaceae dan Moraceae (12 jenis). Berdasarkan

pemanfaatannya tumbuhan tersebut dikelompokkan dalam beberapa kategori

yakni: tumbuhan sebagai bahan pangan, bahan obat dan kosmetika, bahan

bangunan, bahan peralatan, bahan kayu bakar, bahan makanan ternak, bahan

serat dan tali temali, bahan ritual, bahan mitos dan legenda, bahan racun, bahan

pengendali hama, Indikator lingkungan, tanaman hias dan tanaman pagar.

Kategori pemanfaatan tumbuhan dan jenis tumbuhan yang dimanfaatkan

masyarakat ditampilkan pada Tabel 34. Tabel tersebut menunjukkan bahwa

pemanfaatan jenis terbanyak adalah untuk bahan pangan (118 jenis), kemudian

untuk bahan obat tradisional 74 jenis.

Tabel 34 Kategori pemanfaatan dan jumlah jenis tumbuhan berguna

No Kategori pemanfaatan jenis tumbuhan Jumlah 1 Makanan utama atau makanan pokok 1 2 Makanan Tambahan a. Umbi-umbian 12 b. Sayur-sayuran 37 c. Buah-buahan 28 d. Biji-bijian dan kacang-kacangan 9 e. Bahan minuman 8 f. Bumbu 17

3 Bahan obat tradisional dan kosmetika 74 4 Bahan bangunan 16 5 Bahan peralatan dan kerajinan 15 6 Kayu bakar 16 7 Makanan ternak 27 8 Bahan serat dan tali temali 3 9 Bahan ritual 26

10 Bahan mitos atau legenda 9 11 Bahan racun (racun ikan) 2 12 Bahan pengendalian hama 16 13 Indikator lingkungan 5 14 Tanaman hias, tanaman pagar 45

5.4.1.1 Tumbuhan Bahan Pangan

Page 158: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

132

Keanekaragaman jenis bahan pangan dapat dibedakan sebagai bahan

pangan pokok dan bahan pangan tambahan. Jenis makanan pokok adalah beras

(Oryza sativa). Jenis bahan makanan tambahan antara lain berupa umbi umbian

sekitar 13 jenis, biji bijian dan kacang kacangan 10 jenis (Tabel 35). Tumbuhan

bahan pangan tambahan berupa sayuran 35 jenis, buah buahan 30 jenis, bahan

minuman 8 jenis; serta bumbu dan aroma masakan 20 jenis (Tabel 36).

Tabel 35 Jenis tumbuhan sebagai makanan pokok dan sumber karbohidrat pada masyarakat Samin

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku Jumlah kultivar

Nilai ICS

Makanan Pokok 1 Padi Oryza sativa L. Poaceae 8 122 a. Biji-bijian 2 Jagung Zea mays L. Poaceae 3 48 3 Gayam Inocarpus fagifer

(Parkinson) F.R. Forsberg

Fabaceae 1 24

4 Kacang tanah Arachis hypogaea L. Fabaceae 3 28 5 Kedele Glycine max (L.) Merill Fabaceae 3 12 6 Kentos Nelumbo nucifera

Gaertn. Nelumbonaceae 1 8

7 Kacang hijau Vigna radiata (L.) R. Wilczek

Fabaceae 1 12

8 Kacang merah/ srondol

Vigna unguiculata (L.) Walp.

Fabaceae 3 24

9 Kacang koro Mucuna sp Fabaceae 1 12 10 Kacang gude Cajanus cajan (L.)

Millsp. Fabaceae 1 12

b. Umbi umbian 11 Gadung Dioscorea hispida

Dennst. Dioscoreaceae 1 21

12 Ganyong Canna edulis L. Cannaceae 2 12 13 Gembili Dioscorea aculeata L. Dioscoreaceae 3 12 14 Gembolo/

Kemarung Dioscorea bulbifera L. Dioscoreaceae 1 12

15 Iles iles Amorphopalus variabilis Bl.

Araceae 1 8

16 Kentang jowo/ kentang ireng

Coleus tuberosus (Blume) Benth

Lamiaceae 2 8

17 Kimpul/bentul Xanthosoma viollaceum Schott

Araceae 1 8

18 Menyok/ pohong Manihot esculenta L. Euphorbiaceae 9 40 19 Palerut/Garut Maranta arundinacea

L. Marantaceae 2 27

20 Suweg

Araceae Amorphophallus campanulatus Blume ex Decne.

1 9

21 Tales Colocasia esculenta (L.) Schott

Araceae 3 28

Page 159: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

133

22 Telo rambat, telo pendem

Ipomoea batatas L. Convolvulaceae 3 28

23 Uwi Dioscorea alata L. Dioscoreaceae 8 12

Berbagai jenis sayuran banyak ditanaman di sekitar pekarangan rumah,

sebagai tanaman cepakan (untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari),

misalnya kacang lanjaran (Vigna unguiculata), terong (Solanum melongena),

daun telo rambat (Ipomoea batatas), cengeh/cabe (Capsicum fruetescent).

Berbagai tanaman sayur juga di tanam di pematang sawah sebagai tanaman

sela atau di tegalan. Kebanyakan tanaman sayur ini merupakan tanaman yang

sudah dibudidayakan. Hanya ada beberapa jenis tanaman liar atau yang

dimanfatkan sebagai sayur misalnya terong pokak (Solanum torvum), kemangi

(Oscimum basilicum) dan kremah (Alternanthera sessilis), kangkung (Ipomoea

aquatica). Jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai sayur adalah dari

Solanaceae 6 jenis, Fabaceae 5 jenis dan Cucurbitaceae 5 jenis.

Tabel 36 Keanekaragaman jenis tanaman sayuran, buah-buahan, bahan minuman, bumbu dan aroma masakan pada masyarakat Samin No Nama lokal Nama ilmiah Suku Jumlah

kultivar Nilai ICS

A. Jenis Sayuran 1 Bayam Amaranthus hybridus L. Amaranthaceae 3 16 2 Besaran Morus alba L. Moraceae 1 14 3 Blimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. Oxallidacdeae 1 9 4 Buncis Pisum sativum L Fabaceae 2 9 5 Cengeh/ Lombok Capsicum annum L Solanaceae 2 21 7 Gori/nangka Artocarpus heterophylla

Lam. Moraceae 1 40

8 Jipang Sechium edule Cucurbitaceae (Jacq.) Sw 1 16 10 Kacang lanjaran Vigna sinensis Fabaceae

(L.) Savi ex Hassk 3 16

11 Kangkung Ipomoea aquea Forssk. Solanaceae 3 32 12 Kates Carica papaya L. Caricaceae 4 33 13 Katu Saurapsus androgynus (L.)

Merr. Euphorbiaceae 1 9

14 Kecipir Psopocarpus tetragonolobus

Fabaceae (L.) D.C.

1 12

15 Kelor Moringa oleifera Lam Moringaceae 1 20 16 Kemangi Oscimum basilicum L. Lamiaceae 2 9 17 Kenikir Tagetes erecta L. Asteracea 2 15 18 Klanding Leucaena glauca L. Mimosaceae 2 51 19 Kluweh Artocarpus altilis

(Parkinson) Fosberg Moraceae 1 16

20 Kremah Alternanthera sessilis Amaranthaceae 3 21 21 Lempuyang/lireh Zingiber zerumbet (L.)

Smith Zingiberaceae 3 30

22 Lompong/tales Colocasia esculenta (L.) Schott

Araceae 4 28

Page 160: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

134

23 Menyok/telo pohong

Manihot utilissima L. Araceae 7 36

Tabel 36 Lanjutan

No Nama lokal Nama ilmiah Suku Jumlah kultivar

Nilai ICS

24 Mlinjo Gnetum gnemon L. Gnetaceae 3 24 25 Pare pait Momordica charantia L. Cucurbitaceae 1 12 26 Bestru Luffa acutangula (L.)

Roxb. Cucurbitaceae 1 12

27 Terong pokak Solanum torvum L. Solanaceae 1 9 28 Rebung/pring legi Bambusa sp Poaceae 1 28 29 Singkil Premna integrifolia Engl. Lamiaceae 1 12 30 Sukun Artocarpus altilis

(Parkinson) Fosberg Moraceae 1 29

31 Telo rambat Ipomoea batatas L. Solanaceae 3 36 32 Terong Solanum melongena L. Solanaceae 3 9 33 Tomat Solanum lycopersicum L. Solanaceae 3 9 34 Turi Sesbania grandiflora (L.)

Poir. Fabaceae 1 33

35 Waloh Cucurbita moschata Duchesne ex Poir.

Cucurbitaceae 1 21

B. Buah buahan 1 Alpukat Persea americana Mill Lauraceae 1 9 2 Blimbing Averrhoa carambola L. Oxallidaceae 1 16 3 Delima Punica granatum L. Punicaceae 1 15 4 Dondong Spondias dulcis L. Sapindaceae 2 28 5 Doyo/kedoya Dysoxyllum amooroides

Miq. Meliaceae 1 17

6 Gedang/Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae 17 48 7 Jambu bol/jambu

darsono Eugenia malaccensis L. Myrtaceae 1 9

8 Jambu klampok Eugenia samarangense Berg.

Myrtaceae 1 12

9 Jambu air Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston

Myrtaceae 3 24

10 Jambu klutuk Psidium guajava L. Myrtaceae 2 36 11 Jambu mete Anacardium occidentale L Anacardiaceae 1 12 12 Jeruk bali Citrus maxima (Burm.f.)

Merr. Rutaceae 1 12

13 Jeruk keprok Citrus reticulata Blanco Rutaceae 2 12 14 Juwet Syzygium cumini (L.)

Skeels Myrtaceae 3 14

15 Kates/telo gantung/gandul

Carica papaya L. Caricaceae >3 33

16 Kesemek Diospiros kaki L.f. Ebenaceae 1 6 17 Kleyu Erigolossum rubiginosum

Brand. Sapindaceae 1 6

18 Kersen Muntingia calabura L. Elaeocarpaceae 1 24 19 Langsep Lansium domesticum

Corrêa Meliaceae 1 12

20 Matoa Pometia pinnata J.R. Sapindaceae 1 9

Page 161: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

135

Forster & J.G. Forster 21 Mentimun Cucumis sativus L. Cucurbitaceae 2 9 22 Mulwo/kemlowo Annona reticulate L. Annonaceae 1 16 23 Mundung Garcinia dulcis (Roxb.)

Kurz. Clusiaceae 1 12

Tabel 36 Lanjutan No Nama local Nama ilmiah Suku Jumlah

kultivar Nilai ICS

24 Nongko/nangka Artocarpus heterophylla Lam.

Moraceae 3 40

25 Pelem/mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae >4 28 26 Rambutan Nephelium lappaceum L. Sapindaceae 2 12 27 Sawo Manilkara zapota

(L.) P.Royen Sapotaceae 1 28

28 Semangka Citrulus vulgaris schrad Cucurbitaceae 2 12 29 Sirkoyo Annona squamosa L. Annonaceae 1 12 30 Sirsak Annona muricata L. Annonaceae 1 12 Bahan minuman 1 Alang-alang Imperata cylindrica (L.)

Raeusch. Poaceae 1 26

2 Jahe Zingiber officinale Roscoe Zingiberaceae 2 40 3 Kencur Kaempferia galanga L. Zingiberaceae 2 39 4 Kopi Coffea arabica L. Rubiaceae 1 8 5 Rosella Hibiscus sabdariffa L. Malvaceae 1 8 6 Secang Caesalpinia sappan L. Fabaceae 1 27 7 Sereh Poaceae Cymbopogon nardus (L.)

Rendle 1 9

8 Temu lawak

Curcuma xanthorhiza Roxb.

Zingiberaceae

1 40

D. Bumbu dan aroma masakan 1 Asem jowo Tamarindus indica L. Fabaceae 1 41 2 Blimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. Oxallidaceae 1 9 3 Cengek/Lombok Capsicum anuum L. Solanaceae 3 21 4 Jahe Zingiber offocinale Roscoe Zingiberaceae 2 40 5 Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm)

swingle Rutaceae 1 28

6 Jeruk pecel Citrus aurantifolia (Christm) swingle

Rutaceae 1 21

7 Jeruk purut Citrus histrix DC Rutaceae 1 21 8 Kayu manis Cinnamomun burmanni

(Nees & T.Nees) Blume Lauraceae 1 9

9 Kemangi Oscimum basilicum L. Lamiaceae 2 9 10 Kemiri Aleurites molluccana (L.)

Willd Euphorbiaceae 1 9

11 Kencur Zingiberaceae Kaempferia galanga L. 2 30 12 Klopo/ kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae 3 40 13 Kluwek/pucung Pangium edule

Reinw. ex Blume Flacourtiaceae 2 24

14 Kunci Zingiberaceae Kaempferia angustifolia Roscoe

1 18

Page 162: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

136

15 Kunyit Curcuma domestica Val.. Zingiberaceae 1 31 16 Laos/Lengkuas Zingiberaceae Alpinia galanga L. 1 21 17 Pandan wangi Pandanus amarylifolius

Roxb Pandanaceae 1 15

18 Salam Eugenia polyanta Miq Meyrtaceae 1 9 19 Sereh Poaceae Cymbopogon nardus (L.)

Rendle 1 9

20 Singkil Premna integrifolia L. Lamiaceae 1 9

Keanekaragaman jenis tanaman buah pada masyarakat Samin cukup

banyak tidak kurang dari 30 jenis. Jenis yang umum dijumpai di pekarangan

masyarakat adalah mangga (Mangifera indica), blimbing (Averrhoa carambola) ,

jambu klutuk (Psidium guajava), pisang (Musa paradisiaca), nagka (Artocarpus

heterophylla), papaya (Carica papaya). Tanaman pisang mempunyai banyak

kultivar antara lain: kepok, kepok awu, kapas, seblok, sobo, pipit, kentangan,

becici, mas, rojo, ambon dan lain-lain.

Pada lingkungan masyarakat Samin ditemukan berbagai jenis tumbuhan

yang bisa digunakan sebagai bahan minuman yakni secang (Caesalpinnia

sappan), alang-alang (Imperata cylindrica), jahe (Zingiber officinarum), sereh

(Cymbopogon nardus), kencur (Kaempferia galanga), temu lawak (Curcuma

xanthorhiza ), rosella (Hibiscus sabdariffa)) dan kopi (Coffea arabica). Meskipun

masyarakat mengerti kegunaan tanaman tersebut sebagai bahan minuman,

namun hanya sebagian kecil yang memanfaatkannya. Umumnya tanaman

tersebut tidak dibudidayakan khusus sebagai bahan minuman.

Berbagai jenis tumbuhan digunakan sebagai bahan bumbu atau aroma

masakan, terutama dari Zingiberaceae seperti jahe (Zingiber officinale), lengkuas

(Alpinnia galanga) kunyit (Curcuma domestica), kunci (Kaempferia angustifolia),

kencur. Selain itu berbagai jenis daun atau buah dari suku Rutacea, misalnya

jeruk purut (Citrus histrix), jeruk pecel (Citrus aurantifolia); Salam (Eugenia

polyantha), sereh (Cymbipogon nardus), pandan wangi (Pandanus amaryllifolius)

digunakan sebagai aroma masakan. Tanaman pucung atau kluwek (Pangium

edule) merupakan tanaman penghasil kluwek, yaitu buah yang menghasilkan

warna coklat dan aroma khas untuk masakan jawa seperti rawon, dan brongkos.

Jenis ini banyak di temukan di Pegunungan Kendeng Wilayah Sukolilo, Pati.

5.4.1.2 Bahan obat Tradisional dan Kosmetik

Pengamatan terhadap terhadap pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan

obat tradisional adalah untuk membuktikan betapa pentingnya keanekaragamann

jenis tumbuhan sebagai suplemen dalam kehidupan masyarakat Samin.

Page 163: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

137

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat mengenai jenis penyakit dan

cara pengobatan serta ramuan yang digunakan dapat dikategorikan 21 jenis

penyakit dan jumlah jenis tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan (Tabel

37). Permasalahan penyakit atau perawatan tubuh yang paling banyak

menggunakan jenis tumbuhan berturut-turut adalah: untuk perawatan ibu

sehabis melahirkan dan memperlancar asi (20 jenis); perawatan lumpuh, rematik

atau kesemutan 14 jenis; untuk kosmetika tradisional 13 jenis; untuk tonikum

atau penyegar badan 12 jenis tumbuhan. Dan untuk pengobatan lainnya

menggunakan antara 1 s/d 7 jenis tumbuhan.

Tabel 37 Kategori kegunaan dan jumlah tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Samin

Kategori pengunaan Jumlah jenis 1 Pasca persalinan dan memperlancar asi 21 2 Lumpuh, syaraf, kesemutan 14 3 Kosmetika: Bedak dingin 13 4 Tonikum: penyegar badan 12 5 Sakit kuning 7 6 Gastrointestinal: sakit perut, diare, masalah

pencernaan 7

7 Penyakit kulit 6 8 Patah tulang, keseleo 6 9 Obat tipes 5 10 Penambah nafsu makan 5 11 Obat luka 5 12 Sawanan 4 13 Penurun panas 4 14 Sakit mata 4 15 Beri beri 3 16 Pegal linu 3 17 Perawatan bayi 2 18 Kencing manis 2 19 Darah tinggi 2 20 Sakit gigi 2 21 Obat cacing 1

Dari berbagai kategori penyakit yang dikenal masyarakat dapat diketahui

bahwa penyakit tersebut sebagian besar merupakan penyakit ringan. Kasus-

kasus penyakit berat seperti kanker, sakit jantung, ginjal dan penyakit moderen

lainnya kurang dipahami oleh sebagian masyarakat Samin, sehingga merekapun

tidak mempunyai resep pengobatannya. Dalam kenyataan di lapangan jarang di

temukan masyarakat Samin yang mengalami kasus-kasus penyakit berat

Page 164: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

138

tersebut. Mereka adalah masyarakat petani pedesaan dengan pola hidup

sederhana dengan aktivitas kerja di sawah yang tinggi sehingga mereka tetap

sehat.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan penyakit diperoleh 46 macam

pengobatan baik berupa ramuan maupun penggunaan bahan tunggal. Jenis

penyakit dan komposisi bahan ramuan yang digunakan di tampilkan

selengkapnya pada Lampiran 16.

Jamu merupakan ramuan obat tradisional yang menggunakan beberapa

jenis tumbuhan, berfungsi untuk menjaga kesehatan, menghilangkan kelelahan

dan menjaga kebugaran tubuh. Jenis yang banyak digunakan dalam berbagai

ramuan adalah temu ireng (Curcuma aeroginosa) dan temu kunci (Kaempferia

angustifolia) (6 ramuan), temu lawak (Curcuma xanthorhiza) 5 ramuan,

lempuyang (Zingiber zerumpet) dan kunyit (Curcuma domestica) 4 ramuan. Jenis

lain yang sering dipakai untuk berbagai ramuan jamu misalnya sambiloto, kates

(Carica papaya), dan jambu klutuk (Psidium guajava), cabe jowo (Piper

retrofractum).

Berdasarkan organ tumbuhan yang digunakan dapat dibedakan bagian:

akar, umbi, rimpang, batang, daun, dan semua bagian tumbuhan. Organ

tumbuhan yang paling sering digunakan adalah daun 37 jenis, rimpang (13 jenis)

dan buah/biji (12 jenis) (Gambar 28).

Gambar 28 Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat

Beberapa jenis tumbuhan diambil getahnya misalnya lamtoro (Leucaena

glauca) dan sente (Alocasia macrorrhiza), untuk obat luka; atau air perasan

batang, atau diambil minyaknya. Berdasarkan cara mengolah atau meramunya

dapat dilakukan dengan direbus kemudian diminum air rebusannya; dihaluskan

Page 165: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

139

(dipipis) diperas dan diminum airnya; air perasan ramuan di embunkan satu

malam sebelum diminum, ada yang langsung di oleskan pada bagian yang luka,

misalnya getah klanding untuk obat luka baru.

Sejumlah ramuan obat atau jamu menggunakan bahan dasar lain selain

tumbuhan misalnya garam, gula merah, air kapur (enjet). Selain itu ada yang

menggunakan jenis hewan misalnya cacing tanah (lelur) untuk ramuan obat

tipes; undur-undur (Crustaceae) untuk obat darah tinggi atau gula, dan kepiting

beyes (Crustaceae) untuk obat sakit kuning.

Kaum wanita atau ibu-ibu masyarakat Samin banyak yang menggunakan

ramuan obat dari tumbuhan untuk perawatan setelah melahirkan (jamu gepyok),

pelancar asi (jamu uyup-uyup), memperlancar datang bulan atau penyegar (jamu

kunir asem). Sedangkan untuk remaja putri di Kudus dan Pati, menggunakan

wedak adem, untuk melindungi sengatan matahari (tabir surya) ketika pergi ke

sawah. Wedak adem tersebut bisa disebut sebagai kosmetika tradisional, karena

selain melindungi juga menghaluskan kulit wajah. Pembuatan wedak adem

(bahan perawatan kulit) dilakukan dengan cara bahan ditumbuk atau dihaluskan,

dibuat adonan kemudian dikeringkan agar bisa disimpan.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai jenis tumbuhan obat yang

digunakan masyarakat Samin dapat ditemukan 74 jenis tumbuhan untuk ramuan

obat tradisional atau perawatan tubuh (Tabel 38). Tumbuhan tersebut mencakup

33 suku, jenis yang paling banyak adalah Zingiberaceae (12 jenis).

Tabel 38 Jenis tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Samin No Nama

lokal Nama ilmiah Suku Kegunaan Bag yang

digunakan Bahan aktif

1 Adas Foeniculum vulgare Mill

Apiaceae sakit mata Daun Minyat atsiri, anethol, fanchom, metal chavicol, kamfena, limonene,

2 Anting anting/ ceplikan

Acalypha indica L.

Euphorbiaceae kencing manis

Daun, batang, Akar

saponin, flavonoid, tanin. Bahan Aktif: Acalyphin

3 Asem Jawa

Tamarindus indica L.

Fabaceae pelancar asi Buah asam appel, asam sitrat, asam anggur, asam tartrat, asam suksinat, pectin dan gula invert

4 Bawang merah

Allium cepa L. Amaryllidaceae patah tulang, turun panas, sawanan

Umbi flavon glikosida,

5

Saponin

Bawang putih

Allium sativum L.

Amarillidaceae sakit kulit, jimpe syaraf, sakit kuning

Umbi zat aktif awcin, enzim alinase, germanium, sativine, sinistrine, selenium,

Page 166: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

140

6 Bengkle Zingiber purpureum

Zingiberaceae

Roscoe

sawanan, bedak kosmetik

Rimpang Damar, pati, minyak atsiri sineol dan pinen

7 Beras Oryza sativa L.

Poaceae tonikum, bedak kosmetik

Biji Para aminobenzoic acid, asam ferulic, allantonin

8 Brotowali Tinospora crispa (L.) Miers

Penurun panas

daun Alkaloid, glikosida, pikroretosid, pikrotetin, palmatin, kolumbin, kokulin

Tabel 38 lanjutan

No Nama lokal

Nama ilmiah Suku Kegunaan Bag yang digunakan

Bahan aktif

9 Cabe jowo

Piper retrofractum Vahl.

Piperaceae Nafsu makan

Buah/biji buah: piperin, palmitic acid, tetrahidropitic acid, sesamin

10 Cengkeh Eugenia aromatica (L.) Baill

Myrtaceae tonikum Daun, buah Terpena : eugenol, eugenol asetat dan caryophylene

11 Ciplukan Physalis angulata L.

Oxallidaceae Kencing manis, jamu lumpuh

Akar, batang daun

Chlorogenic acid, alkaloid, tannin, kriptoxantin,

12 Cucuk manuk

Eugenia sp Myrtaceae Sakit kulit/kadas

Daun

13 Dadap serep

Erythrina subumbrans (Hask.) Merr

Fabaceae Turun panas daun Alkaloid eritradina, eritrina, eritramina, hipaforina, dan erisovina

14 Daun mimbo

Azadirachta indica Juss.

Meliaceae Darah tinggi Daun Azadirachtin, acetat keton, heksahidro-15hidroksitetrametil-fenantenon (nimbol)

15 Dewo ndaru

Eugenia uniflora L.

Myrtaceae Penurun tekanan darah

daun flavonoid, saponin, dan tanin

16 Dlingo Acorus calamus L.

Acoraceae sawanan, bedak kosmetik

Daun Saponon, flavonoid, minyak atsiri

17 Ganggeng Ceratophyllum sp

Hydrocaritaceae bedak kosmetik

Batang, daun

Kaya protein, kalsium magnesium, ferredoxin dan plastpcyanin

18 Garut Maranta arundinacea L.

Maranthaceae Uyup-uyup rimpang Flavpnoid dan Saponin

19 Gedang rojo

Musa sp Musaceae Sakit perut Buah mentah

Tannin

20 Jahe Zingiber officinale Roscoe

Zingiberaceae tonikum, kesemutan

Rimpang Gingerol, limonene, α-linolenic chlorogrnic acid, farnesol

21 Jambe Areca catechu L.

Arecaceae sakit mata Daun muda alkaloid, seperti Arekolin

22 Jambu klutuk

Psidium guajava L.

Myrtaceae diare, pelancar asi

Daun tanin, guajaverin dan vitamin.

23 Jarak pagar

Jatropa curcas L.

Euphorbiaceae pelancar asi Daun α amirin, kampesterol, stigmosterol, β-sitosterol,

Page 167: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

141

24 Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm) swingle

Rutaceae Obat batuk buah Buah: asam sitrat, dammar lemak, sitrtat limonene, fellandren, lemon

25 Jeruk purut/ wangi

Citrus histrix DC.

Rutaceae bedak kosmetik

daun Daun: Minyak atsiri, steroid triterpenoid, tannin.

26 Kecubung Datura metel L.

Solanaceae Sakit jimpe/syaraf

Daun hiosin, co-oksalat, zat lemak, atropin (hyosiamin) dan skopolamin.

Tabel 38 lanjutan

No Nama lokal

Nama ilmiah Suku Kegunaan Bag yang digunakan

Bahan aktif

27 Kencur Kaempferia galanga L.

Zingiberaceae tonikum, bedak kosmetik, wedak adem

rimpang sineol, asam cinnamic, kamphene, alkaloid dan gom.

28 Klampis Fabaceae Acacia nilotica (L.) Willd

patah tulang Getah tunas Alkaloid, tanin, flavonoid, saponin

29 Kelapa

Cocos nucifera L.

Arecaceae jimpe/ syaraf, sakit gigi, keracunan

air kelapa, minyak klp

tanin atau antidotum (lain asam askorbat protein,

30 Krokot Portulaca oleracea L.

Amaranthaceae ramuan jamu habis melahirkan

Daun, batang

asam linolenat, saponin, flavonoid, norepinephrin

31 Kumis kucing

Ortosiphon spicatus (BL.) Miq.

Lamiaceae Pelancar air seni, kencing batu

Daun Zat tannin, orthosiphon glikosida, saponin, saponin,

32 Kunci pepet

Kaempferia angustifolia Roscoe

Zingiberaceae Sakit perut Rimpang Alkaloida, saponin, flavonoid, polifenol, minyak atsiri

33 Kunir putih Curcuma zedoaria( Christm.) Roscoe

Zingiberaceae Jamu lumpuh

Rimpang curdione dan curcumol. meningkatkan sel darah merah.

34 Kunyit/ kunir

Curcuma domestica Val.

Zingiberaceae diare, jamu habis melahirkan, tonikum, tipes, sakit kuning, bedak

Rimpang Kurkuminoid: kurkumin, desmetoksikumin, bisdesmetoksikur-kumin

35 Labu Cucurbita moschata Duchesne ex Poir.

Cucurbitaceae sakit tipes Buah saponon, flavonid dan tannin

36 Lamtoro Leucaena glauca L.

Fabaceae luka baru, patah tulang

Getah Daun: protein, lemak, kalsium, fosfor, besi,.

37 Lemeni Ardisia elliptica Thunb.

Myrsinaceae pelancar asi Daun methyl salycilat

38 Lempuyan gajah

Zingiber zerumbet (L.) Smith

Zingiberaceae Cacingan, nafsu makan

Rimpang minyak atsiri: kurkumin, Minyak atsiri: sineol, dipenten, limonen, kariofilen, arkurkumen

39 Lempuyanwangi

Zingiber aromaticum Val.

Zingiberaceae pelancar asi, tonikum, bedak bayi,

Rimpang Minyak atsiri: a-kurkumen,bisabolen,

Page 168: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

142

bedak kosmetik,

zingiberen,kariofilen, seskuifelandren, zerumbon, limonen, kamfer; zat pedas

40 Lengkuas Alpinia galanga(L.) Willd.

Zingiberaceae Badan pegal Rimpang 1-asetokavikol asetat, kaiofilin oksida gaalangin, eugenol, kamfor

41 Mahoni Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

Meliaceae Nafsu makan, darah tinggi

Daun, biji saponin dan flavonoid

Tabel 38 lanjutan

No Nama lokal

Nama ilmiah Suku Kegunaan Bag yang digunakan

Bahan aktif

42 Meniran Physalis urinaria L.

Oxallidaceae pelancar asi, Daun, batang

Saponin, flavonoid, filantin,hipofilantine, kalium, , tanin

43 Merica Piper nigrum L.

Piperaceae tonicum, jamu lumpuh

Buah/biji Minyak atsiri, pinena, kariofilena, limonena,

44 Pace Morinda citrifolia L.

Rubiaceae Sakit perut, sakit kuning

Buah alkaloid triterpenoid, asam kaproat, asam asam kaprik dan asam kaprilat

45 Pacing towo/ daun suji

Pleome angustifolia N.E.Br.

Euphorbiaceae Jamu lumpuh

Daun Saponon dan flavonoid

46 Pala Myristica fragran Houty.

Obat tidur buah saponin, polifinol, flavonoid

47 Palerut/ Garut

Marantha arundinacea L.

Maranthaceae pelancar asi Umbi Flavonoid dan saponin

48 Pancingan/ andong

Cordyline fruticosa (Koenig) Sm

Agavaceae pelancar asi Daun Flavonoid dan saponin

49 Pepaya/ kates

Carica papaya L.

Caricaceae Nafsu makan, sakit kuning, beri beri

Daun papayotin, karpain, kautsyuk, karposit dan vitamin

50 Pisang Musa sp Musaceae Sakit tipes Batang Tannin

51 Pisang mas

Musa acuminate L.

Musaceae Darah tinggi Buah Vitamin A, B1, C - Lemak - Mineral (Kalium, chlor, natrium, magnesium, posfor

52 Wit yodium Jatropa multifida L.

Euphorbiaceae Obat luka Getah alkaloid, saponin, flavonoid, dan tannin

53 Pule Alstonia scholaris (L) R. Br.

Apocynaceae beri beri Kulit batang alkaloida ditain, ekitamin (ditamin),

54 Pulutan Urena lobata L.

Malvaceae sakit kulit Daun Batang dan daun: zat lender; biji : 13 -14%, lemak.

55 Randu Ceiba pentandra (L.) Gaertn.

Bombacaceae Penguat rambut, Sakit gigi

Daun, Kapuk

saponin, flavonoid, tannin

56 Sabrang Ipomoea crassicaulis

Convolvulaceae Obat luka Getah batang

flavonoid, saponin, tanin, polifenol

Page 169: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

143

(Benth.) B. L. Rob.

57 Sambiloto Andrographis paniculata (Burn.f) Nees

Acanthaceae Jamu paitan/ penambah nafsu makan, beri beri

Daun Daun dan cabang mengandung: deoxy-androdrapholide, an

58 Sangketan Moschosma polystachyon (L.) Benth

Lamiaceae Anak kagetan, bedak kosmetika

Daun Flavonoid, tannin, saponin

59 Secang Caesalpinia sappan L.

Fabaceae perangsang nafsu makan

Daun minyak atsiri, asam galat, brazilin, dan tannin

Tabel 38 lanjutan

No Nama lokal

Nama ilmiah Suku Kegunaan Bag yang digunakan

Bahan aktif

60 Sembukan Paederia foetida L.

Rubiaceae pelancar asi Daun asperuloside, gamma sitosterol, asam oleanolat, minyak atsiri.

61 Sente Alocasia macrorrhiza (L.) G. Don

Araceae Obat luka, sakit kulit

Tangkai Tangkai dan daun : Kalsium oksalat

62 Sereh Cymbopogon nardus (L.)

Poaceae Kesemutan Tangkai, rimpang

Minyak atsiri

63 Sigaran Calopogoniumuconoides (Benth ) Souvil

Fabaceae pelancar asi Daun Protein

64 Sirih Piper betle L. Piperaceae bedak bayi, sakit mata

Daun, tangkai

Minyak atsiri, hidroksikavicol, kavicol, kavibetol,

65 Sogo tumteng

Abrus precatorius L.

Fabaceae pelancar asi Daun flavonoid dan glisirhizin sebagai antioksidan

66 Suket lulangan

Eleusin indica (L) Gaertn.

Cyperaceae sakit mata Daun Saponon, tanin, polifenol

67 Tales Colocasia esculenta (L.) Schott.

Araceae Luka baru Tangkai polifenol dan saponin

68 Tapak doro

Catharantus roseus (L.) G. Don

Apocynaceae Daun alkaloid pada akar, batang, vinblastin (VLB), vincristine (VCB), leurosine (VLR), vincadioline, leurosidine, catharantine,

69 Tapak liman

Elepantropusscaber L.

Asteraceae patah tulang Daun elephantopin, Stigmasterol.

70 Teki Cyperus rotundus L.

Cyperaceae bedak kosmetik

Rimpang Minyak atsiri: alkaloid, glikosida jantung dan flavonoid

71 Temu ireng

Curcuma aeroginosa Roxb

Zingiberaceae sakit perut obat cacing, masuk angin, sakit kulit, turun panas, sakit kuning

Rimpang Minyak atsiri, curcumol, alkaloid dan saponin

72 Temu kunci

Kaempferia angustifolia Roscoe

Zingiberaceae Perut mules, bedak kosmetik, masuk angin

Rimpang Sineol, kamfer, kurkumin, zedoarin, amilum, tannin, pati

Page 170: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

144

73 Temu lawak

Curcuma xanthorhiza Roxb

Zingiberaceae pelancar asi, tonikum, penambah nafsu makan, sakit kuning, bedak kosmetik

Rimpang Kurkumin, zat tepung, glikosida, toluil, metal,

74 Tlutup Macaranga tanarius (L.) Muell.

Euphorbiaceae Sakit kulit kadas

Daun tanariflavananol, tanariflavanone, tanariflavanone D

5.4.1.3 Bahan Bangunan

Rumah masyarakat Samin di desa Sumber dan dusun Jepang umumnya

bertipe bekuk lulang atau rumah kampung. Sebagian besar bangunan rumah

masih menggunakan kayu. Skema rumah dan bagian bangunan kayu

ditunjukkan pada Gambar 29.

Gambar 29 Skema rumah kampung. Keterangan (1) kuda-kuda, (2) bubungan (molo), (3) usuk, (4). reng, (5. blandar, (6) cagak, (7) papan

Keanekaragaman jenis pohon sebagai penghasil bahan bangunan di

lingkungan sekitar tempat pemukiman mereka cukup banyak tersedia.

Setidaknya tercatat 15 jenis tumbuhan kayu yang digunakan sebagai bahan

bangunan rumah bagi Masyarakat Samin (Tabel 39). Namun jenis kayu yang

paling disukai terutama adalah kayu jati (Tectona grandis). Kayu jati mudah

didapatkan, karena umumnya mereka tinggal di sekitar kawasan hutan jati.

Kayu jati mempunyai kualitas tinggi dalam hal keawetan dak kekuatannya,

mudah mengerjakannya dan mempunyai warna yang menarik sehingga menjadi

2

1

6 7

Page 171: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

145

pilihan utama masyarakat. Kayu jati sejak dahulu merupakan pilihan utama

bangunan rumah masyarakat Jawa. Kayu ini mempunyai kualitas kuat dan dan

kualitas awet sangat baik. Hal ini dapat terlihat pada bangunan lama rumah

kampung wilayah Blora dan Bojonegoro atau rumah joglo di Pati dan Kudus,

hampir semua bagian kayunya berasal dari kayu jati tua yang berkualitas sangat

bagus. Jenis kayu ini digunakan pada berbagai bagian bangunan rumah dari

tiang, kuda-kuda, rangka atap (molo, blandar, reng, usuk), papan atau dinding.

Tabel 39 Jenis tumbuhan bahan bangunan rumah masyarakat Samin

Keterangan: A. Kualitas kuat, B. Kualitas awet; 1. Tiang, 2. Bubungan; 3. Blandar; 4. Kuda-kuda, 5. Usuk, 6. Reng 7. papan ; +: digunakan; - : tidak digunakan

Selain kayu jati tersedia cukup banyak kayu dari jenis lain yang digunakan

sebagai bahan bangunan. Pada prinsipnya semua jenis tumbuhan berkayu

dengan diameter batang cukup besar, tua dan kuat yang tersedia di sekitar

pemukimannya dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Jenis tanaman kayu

selain jati yang digunakan dalam bangunan rumah masyarakat Samin antara

lain: asem jawa (Tamarindus indica), nangka (Artocarpus heterophylla), Meh

(Samanea saman), kayu mangga terutama digunakan untuk papan. Saat ini

selain jati banyak dibudidayakan tanaman perkebunan misalnya mahoni

No Nama lokal Nama ilmiah A B Kegunaan

1 2 3 4 5 6 7

1 Asem jowo Tamarindus indica. L. I-II I-IV - + + - - - 2 Jati Tectona grandis L. II I + + + + + + + 3 Johar Senna siamea Lam. I I-II + - - - - + 4 Klampis Acacia nilotica - (L.) Willd - - - - - - + 5 Laban Vitex pubescent II - + + - - - - - 6 Mahoni Swietenia microphylla

King II-III III - - - + + +

7 Meh Samanea saman (Jacq) Merr

III IV - - - - - +

8 Mimba III-IV

Azadirachta indica Adr. Juss

IV-V - - - - - +

9 Mindi II-IV Melia azedarach L. IV-V - - - - - + 10 Nangka Artocarpus heterophylla

Lam. III-V IV-V + - + - - -

11 Pring ori Bambusa bambos (L.) Voss

+ - - - + -

12 Pring petung Dendrocalamus asper Backer

+ + + +

13 Sengon Paraserianthes falcataria L. (Nielsen)

IV-V IV-V - - - - - +

14 Sono kembang

Pterocarpus indicus L III-IV

IV-V + - + - - -

15 Sonokeling Dalbergia latifolia II I + - + - - -

Page 172: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

146

(Swietenia mahagoni) mindi (Melia azedarach), mimba (Azadirachta indica) dan

sengon (Paraserianthes falcataria) .

Kayu untuk bangunan hendaknya memenuhi persyaratan kelas kuat I, II

dan III dan kelas`awet I dan II (Abdurachman dan Hadjib 2006). Kelas kuat

adalah tingkat kekuatan alami suatu jenis kayu terhadap kekuatan mekanis

(beban) dinyatakan dengan kelas kuat I; II; III ;IV; V. Makin tinggi tingkat kelasnya

makin rendah kekuatannya.

Kelas awet adalah tingkat kekuatan alami suatu jenis terhadap serangan

hama tertentu, dinyatakan dengan kelas I; II; III; IV dan V, makin tinggi kelasnya

makin rendah keawetannya. Kayu jati mempunyai kelas kuat II dan kelas awet I

(Martawijaya et al. 1999). Berdasarkan kelas kekuatan dan keawetan tersebut,

kayu jati merupakan kayu yang baik untuk konstruksi bangunan rumah terutama

bagian yang harus menopang beban yang berat seperti tiang dan kuda-kuda dan

rangka atap.

Jenis lain yang mempunyai kualitas kuat ( I, II) antara lain johar (Senna

siamea), laban (Vitex pubescent), Sono keling (Dalbergia latifolia), kelapa

(Cocos nucifera). Jenis-jenis tersebut merupakan jenis kayu yang baik untuk

konstruksi bagian bangunan yang memerlukan kekuatan (tiang, rangka atap).

Namun jenis ini tidak banyak tersedia di lingkungan masyarakat Samin.

Kayu yang mempunyai kualitas kuat maupun kelas awet yang lebih rendah,

seperti mahoni (Swietenia mahagoni), mindi (Melia azedarach), Meh (Samanea

saman), sengon (Paraserianthes falcataria), merupakan kayu yang banyak

dimanfaatkan sebagai kayu bangunan terutama untuk papan. Sebagian untuk

usuk atau reng terutama kayu yang telah dilakukan proses pengawetan.

Bambu merupakan bahan alternatif yang cukup penting sebagai bahan

bangunan bagi masyarakat Samin. Jenis bambu yang banyak didapatkan di

lingkungan masyarakat Samin adalah bambu ori (Bambusa bambos) dan Bambu

petung (Dendrocalamus asper). Bambu ori atau bambu petung yang berkualitas

baik tua dan kering dapat digunakan untuk konstruksi atap rumah, tiang, dinding

rumah atau pagar. Dahulu sebagian besar konstruksi rumah mereka adalah dari

bahan bambu, namun sekarang sudah diganti dengan kayu jati. Bambu saat ini

terutama digunakan untuk konstruksi bangunan dapur dan kandang ternak.

5.4.1.4 Bahan Peralatan dan Kerajinan

Page 173: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

147

Penggunaan berbagai jenis peralatan yang digunakan masyarakat Samin

meliputi: peralatan pertanian, peralatan rumah tangga, peralatan senjata,

peralatan menangkap ikan, barang kerajinan dan benda seni.

5.4.1.4.1 Peralatan Rumah Tangga

Masyarakat Samin sudah mengenal dan menggunakan beberapa

peralatan rumah tangga dari plastik atau alluminium. Namun sebagian besar

masih mennggukanan peralatan tradisional dari kerajinan atau anyaman.

misalnya untuk peralatan masak atau wadah makanan, dan peralatan rumah

tangga lainnya. Peralatan berupa anyaman umumnya dibuat dari pring apus

(Gigantochloa apus), sedang peralatan lain dari berbagai jenis kayu antara lain

jati (Tectona grandis), nangka (Artocarpus heterophylla), Meh (Samanea saman),

sengon (Paraseriantehs falcataria), dan lain-lain (Tabel 40).

Tabel 40 Peralatan rumah tangga dan Jenis tumbuhan yang digunakan masyarakat Samin No Jenis

peralatan Bahan penyusun Suku Keterangan

Nama lokal Nama ilmiah 1 Rege Lidi kelapa Cocos nucifera L. Araceae Wadah makanan,

untuk menjemur makanan

2 Wakul Pring apus Gigantochloa apus (Schult) Kurz

Poaceae Wadah nasi

3 Kreneng Pring apus Gigantochloa apus (Schult & Schult f.) Kurz

Poaceae Untuk mencuci sayur

4 Tumbu Pring apus Gigantochloa apus (Schult & Schult f.) Kurz

Poaceae Wadah beras dari anyaman bambu

5 Rejek/ tenggok

Pring apus Gigantochloa apus (Schult & Schult f.) Kurz

Poaceae Wadah barang

6 Tampah Pring apus Gigantochloa apus (Schult & Schult f.) Kurz

Poaceae Penampi beras dari nayaman bambu

7 Besek Pring apus Gigantochloa apus (Schult & Schult f.) Kurz

Poaceae Wadah makanan dari anyaman bambu

8 Entong Kayu nangka Kayu mahoni

Artocarpus heterophylla Lam. Swietenia mahagoni (L.) Jacq

Moraceae Meliaceae

Sendok nasi

9 Krapak Tanah, semen

Tungku masak

10 Lincak Pring ri Pring petung

Bambusa bambos (L.) Voss Dendrocalamus asper (Schult. & Schult.f.) Backer ex K. Heyne

Poaceae Poaceae

Bale bale dari bambu

11 Jibor/ Siwur

Batok kelapa Tangkai pring Ori

Cocos nucifera L Bambusa bambos (L.) Voss

Araceae Poaceae

Gayung air, dari bathok kelapa dan tangkai dari bambu

12 Telenan Meh Samanea saman Fabaceae Alat mengiris

Page 174: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

148

sengon

(Jacq) Merr Paraseriantehs falcataria L. (Nielsen)

Fabaceae

13 Dingklik Jati Nangka Meh Sawo

Tectona grandis L.f. Artocarpus heterophylla Lam. Samanea saman Manilcara zapota schard

Verbenaceae Moraceae Fabaceae Sapotaceae

Tempat duduk kecil dari kayu

14 Alu Kayu jati Tectona grandis L.f. . Verbenaceae Alat penumbuk padi atau beras

15 Lesung Kayu jati Tectona grandis L.f. Verbenaceae Tempat menumbuk gabah/padi

16 Gedheg Pring ori Bambusa bambos (L.) Voss

Poaceae Dinding rumah

5.4.1.4.2 Peralatan Pertanian Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pertanian meliputi peralatan

pengolah tanah, peralatan penanaman dan pemeliharaan, peralatan panen dan

pasca panen. Perakatan pertanian dan jenis tumbuhan yang digunakan

ditampilkan pada Tabel 41. Jenis peralatan tradisional ini sudah banyak

berkurang pemanfaatannya karena sudah banyak peralatan modern yang

digunakan oleh masyarakat. Namun sebagian masyarakat masih memiliki dan

menggunakan peralatan ini.

Untuk mengolah tanah, alat utama yang digunakan adalah: luku (bajak) ,

garu (garu) dan, pacul (cangkul). Sedang alat pelengkap untuk mengolah tanah

antara lain: arit (sabit), bendo, parang, linggis dan dandhang. Sabit, bendo dan

parang digunakan untuk membersihkan lahan dari rumput, semak, semak atau

perdu atau pohon. Sedangkan linggis dan dandang untuk membalik tanah

terutama di daerah pegunungan yang lahannya keras atau berbatu.

Alat utama untuk mengolah tanah:

1. Luku (bajak), adalah alat untuk membajak sawah. Luku terdiri dari tiga

bagian yaitu singkal (mata luku, bagian yang langsung berhubungan

dengan tanah), racuk/cacatan luku (bagian yang berfungsi menarik bajak,

terbuat dari kayu) pasangan/angkrik (sebagai pengendali hewan penarik

bajak). Pasangan/ angkrik terbuat dari pring ori (Bambusa bambos)

Racuk/cacatan luku dan singkal terbuat dari bahan kayu jati (Tectona

grandis), sedangkan unjung singkal dipasang garu yang terbuat dari

logam yang tajam yang disebut kajen.

2. Garu dalah peralatan pertanian untuk meratakan tanah setelah digaru.

Garu terdiri dari apan-apan dan untu garu (gigi yang dipasang pada apan-

apan), racuk/cacatan garu (berfungsi menarik garu) dan pasangan

Page 175: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

149

(sebagai pengendali hewan penarik garu), serta gujengan atau

tunggangan (tempat penggaru duduk). Garu terbuat dari kombinasi jati

dan bambu. Apan apan garu, racuk dan gujengan dari kayu jati

sedangkan pasangan/sembah terbuat dari bambu ori (Bambusa bambos).

Fungsi luku dan garu yang dijalankan hewan ternak, sekarang sudah

mulai berkurang karena masyarakat sudah banyak menggunakan traktor tangan.

Peralatan tradisional ini masih tetap digunakan terutama untuk daerah medan

yang sulit dijangkau dengan traktor mesin.

Pacul (cangul), merupakan alat tradisional untuk membalik atau meratakan

tanah. Cangkul terdiri dari dua bagian yaitu pacul dan doran. Pacul terbuat dari

logam yang tajam sedangkan doran perupakan gagang pacul yang terbuat dari

kayu. Bermacam macam kayu yang bisa dipakai untuk doran misalnya, kayu

nangka (Artocarpus heterophylla), sawo (Manilkara zapotta), asem jowo

(Tamarindus indica), kayu lamtoro (Leucaena glauca) , kayu gayam (Inocarpus

fagifer).

Dalam proses penggarapan lahan digunakan alat pelengkap untuk

membersihkan tanah seperti, arit, parang, bendo. Sedangkan alat pelengkap

untuk menggemburkan tanah : linggis, dandang, pethel. Bahan utama alat ini

terbuat dari bahan logam, gagang atau pegangan peralatan ini terbuat dari kayu.

Berbagai jenis kayu bisa digunakan untuk hulu atau gagang peralatan ini antara

lain: lamtoro (Leucaena glauca) , nangka (Artocarpus heterophylla), sawo

(Manilkara zapota), gayam (Inocarpus fagifer), asem jawa (Tamarindus indica)

dan mahoni (Swietenia mahagoni).

Peralatan tradisional untuk penamaman yang masih banyak digunakan

adalah tugal, berupa potongan kayu yang runcing untuk membuat lubang di

tanah untuk penanaman biji-bijian, seperti jagung, atau kacang kacangan. Untuk

pemeliharaan dilakukan pendangiran (penggemburan tanah) dan penyiangan

rumput, digunakan sabit. Sabit ini terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran

disesuaikan untuk jenis rumput dan kondisi lahan. Sabit yang lurus untuk

menyiangi rumput yang berakar kuat, sabit yang melengkung untuk menyiangi

rumput yang menjalar.

Peralatan pemanenan padi, sekarang hampir semuanya menggunakan

sabit, kemudian menggunakan alat perontok padi yang disebut dos. Dos ini

terbuat dari rangkaian dari jeruji besi yang digerakkan dengan pedal sepeda.

Rangka penutupnya berupa papan terbuat dari kayu ringan misalnya sengon

Page 176: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

150

(Paraserianthes falcataria) atau meh (Samanea saman). Kegiatan pemanenan

padi ini dikenal dengan istilah ngedos, karena penggunaan alat tersebut. Untuk

pemanenan jenis tanaman lain misalnya jagung, kacang-kacangan atau umbi

umbian, peralatan yang digunakan selain sabit adalah cangkul.

Tabel 41 Peralatan pertanian dan Jenis tumbuhan yang digunakan masyarakat Samin

No NAMA Bahan penyusun Keterangan Nama Lokal Nama ilmiah

a. Alat Pengolah tanah 1 Luku Singkal Kayu jati Tectona grandis L.f. Kepala luku, bagian yang

langsung berhubungan dengan tanah

Kejen Mata luku terbuat dari logam yang tajam

Racuk/ cacatan luku

Kayu jati Tectona grandis L.f. Berfungsi menarik bajak

Pasangan/ Angkrik

Kayu jati Tectona grandis L.f. Pengendali hewan penarik bajak

2 Garu Apan-apan dan

untu garu Jati Tectona grandis L.f. Bagian yang

berhubungan dengan tanah

Racuk/cacatan garu

Jati Tectona grandis L.f. Untuk menarik luku

Pasangan/ Sembah

Bambu ori Bambu Petung

Bambusa bambos (L.) Voss

Pengendali hewan penarik luku

Gujengan /tunggangan

Jati Tectona grandis L.f. Tempat penggaru duduk

4 Hulu Sabit/arit Kayu nongko Kayu sawo Kayu asem Kayu mlanding

Artocarpus heterophylla Manilkara zapota Schard Tamarindus indica L. Leucaena glauca (L.) Benth

5 Hulu Parang Kayu nongko Kayu sawo Kayu asem Kayu mlanding

Artocarpus heterophylla Lam. Manilkara zapota Schard. Tamarindus indica L. Leucaena glauca (L.) Benth

6 Hulu Bendo Kayu nongko Kayu sawo Kayu asem Kayu mlanding

Artocarpus heterophylla Lam. Manilkara zapota Schard Tamarindus indica L. Leucaena glauca (L.) Benth

b. Alat penanaman dan Pemeliharaan 7 Tugal Mlanding Leucaena glauca (L.)

Benth Kayu berujung runjing untuk menanam biji bijian

Page 177: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

151

8 Goprak Pring apus Gigantochloa apus (Schult) Kurz

Pengusir burung

9 Memedi sawah Pring apus Gigantochloa apus (Schult) Kurz

Pengusir burung

10 Caping Pring apus Gigantochloa apus (Schult) Kurz

Penutup kepala dari anyaman bambu

c. Alat pemanenan dan Pasca Panen 11 Hulu Sabit Kayu sawo

Kayu mahoni

Manilkara zapota Schard Swietenia mahagoni

12 Garuk Kayu Jambu Mahohi

Eugenia sp Swietenia mahagoni (L.) Jacq

Alat untuk membalik padi yang dijemur

5.4.1.4.3 Peralatan Pemeliharaan Ternak

Dalam pemeliharaan ternak bisanya diperlukan beberapa peralatan untuk

wadah pakan maupun untuk membersihkan kandang ternah. beberapa peralatan

khusus misalnya kranjang, wadah pakan, serok dan brongsong yang terbuat dari

bambu (Tabel 42). Peralatan lain adalah pacul kayu untuk membersihkan kotoran

sapi. Umumnya peralatan tersebut dibuat sendiri dari dari bahan tanaman bambu

atau kayu yang terdapat di lingungan pemukiman mereka.

Tabel 42 Peralatan pemeliharaan ternak dan Jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat Samin

No Jenis alat Nama lokal Nama ilmiah suku Keterangan 1 Serok Pring apus Gigantochloa apus

(Schult & Schult.) Kurz

Poaceae Wadah dari anyaman bambu untuk menambil sampah atau kotoran ternak

2 Brongsong Pring apus Gigantochloa apus (Schult & Schult.) Kurz

Poaceae Penutup moncong sapi dari anyaman bambu

3 Kranjang Pring apus Gigantochloa apus (Schult & Schult.) Kurz

Poaceae Wadah untuk mencari rumput dari anyaman bambu

4 Pacul kayu

Kayu jati Kayu meh Kayu Pelem

Tectona grandis L.f. Samanea saman (Jacq) Merr Mangifera indica L.

Verbenaceae Fabaceae nacardiaceae

Cangkul untuk merapikan kotoran ternak, Doran kayu jati, cangkul kayu mangga

5 Wadah pakan

Pring ori Bambusa bambos (L.) Voss

Poaceae Tempat untuk menyajikan pakan ternak

5.4.1.4.4 Peralatan Penangkap Ikan

Page 178: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

152

Pada lingkungan Masyarakat Samin di Kudus dan Pati terdapat rawa atau

sungai yang sering menjadi tempat untuk menangkap ikan. Sebagian masyarakat

mempunyai peralatan tradisional untuk menangkap ikan baik sebagai peralatan

utama jaring atau jala yang terbuat dari nilon, atau berupa perlatan lain yang

terbuat dari bahan tumbuhan antara lain: branjang senggot, kembu, wuwu,

lodong, dan pancing.

Branjang senggot, merupakan alat penangkap ikan yang dapat di pasang

di sepanjang sungai. Peralatan ini berupa branjang (jaring) dan kerangka atau

rangkaian dari bambu, sehingga jaring bisa di dinaikkan diturunkan secara

berkala. Bagian-bagian dari branjang senggot ini antara lain: (1) angkatan (2)

cagak angkatan, (3) grabak (4) kelat dan (5) gligen. Jenis bambu yang digunakan

adalah bambu petung (Dendrocalamus asper) dan atau bambu Ori (Bambusa

bambos).

Lodong : merupakan anyaman bambu memanjang, dipasang berdiri pada

papagan (bambu yang dipasang melintang), ikan yang ditangkap di branjang

dimasukkan ke kepis, melalui lodong. Sedangkan kepis merupakan wadah ikan

yang disambungkan dengan ujung lodong, kepis diletakkan dalam air/sungai,

agar ikan tetap hidup (tidak membusuk), Jenis bambu yang dipakai untuk

membuat peralatan ini adalah pring apus (Gigantochloa apus).

Wadong: merupakan alat penangkap ikan yang biasa di pasang disungai atau

perairan dangkal. Alat ini terbuat dari anyaman bambu, ujungnya dibuat agak

melebar dan pangkalnya menyempit, sehingga ikan yang terperangkap tidak

bisa keluar kembali. Jenis bambu yang di pakai adalah bambu apus

(Gigantochloa apus). Alat penangkap ikan lainnya adalah pancing. Pancing:

terbuat dari bambu bambu petung (Dendrocalamus asper) dan atau Pring Ori

(Bambusa bambos). Tabel 43 menyajikan peralatan penangkap ikan yang

digunakan masyarakat Samin

Tabel 43 Peralatan penangkap ikan dan jenis tumbuhan yang digunakan

No Jenis peralatan

Nama lokal Nama ilmiah Suku Keterangan

1 Branjang Pring petung Pring ori

Dendrocalamus asper (Schult. & Schult. f.) Backer ex K. Heyne Bambusa bambos (L.) Voss

Poacae Poaceae

Jaring dengan rangkaian bambu yng di pasang di sungai

2 Kembu Pring apus Gigantochloa apus (Schult & Schult.) Kurz

Poaceae Wadah ikan

3 Lodong Pring apus Gigantochloa apus Poaceae Alat

Page 179: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

153

(Schult & Schult.) Kurz perangkap ikan dari bambu

4 Sampan Kayu jati Kayu bangkirai

Tectona grandis L.f. Shorea laevifolia Endert.

Verbenaceae Dipterocarpa-ceae

Prahu kecil untuk mencari ikan

5.4.1.4.5 Peralatan Senjata

Peralatan senjata merupakan alat untuk membela diri atau

mempertahankan diri. Peralatan senjata tidak digunakan secara rutin. Pada

saat ini hanya digunakan sebagai pelengkap hajatan atau pertunjukan seni.

Peralatan senjata yang masih ditemukan di kalangan masyarakat Samin

titampilkan pada Tabel 44. Keris merupakan senjata tradisional masyarakat

Jawa, banyak digunakan sebagai pelengkap berbusana maupun kegiatan ritual.

Beberapa tokoh Samin di Margomulyo Bojonegoro Jawa Timur, dan Klopoduwur

Blora masih menyimpan sejumlah keris dan tombak yang di jadikan sebagai sipat

kandel semacam tanda kesaktian yang hanya dimilki oleh orang-orang tertentu.

Keris dilengkapi dengan sarung pengaman (warangko) dan ‘hulu’ atau

gagang sebagai pegangannya yang terbuat dari kayu. Kayu yang bagus untuk

gagang keris adalah yang keras, ulet dan berwarna lebih gelap, biasanya yang

dipakai adalah kayu galih,

Tabel 44 Peralatan senjata dan jenis tumbuhan yang digunakan

yaitu bagian tengah kayu, terutama galih jati (Tectona

grandis), gayam (Inocarpus fagifer) dan Asem (Tamarindus indica). Sedangkan

untuk warongko kayunya lebih lunak, berserat halus dan berwarna. Jenis yang

dipakai untuk warangka antara lain kayu Sono (Dalbergia latifolia), Sawo

(Manilkara zapota), dan kemuning (Murayya paniculata).

No Nama alat

Komposisi bahan Keterangan

Nama local Nama Species Suku

1 Keris Galih jati Asem Sawo Sono Gayam

Tectona grandis. L.f. Tamarindus indica L. Manilkara zapota (L.) P.Royen Dalbergia latifolia Roxb. Inocarpus fagifer (Parkinson) F.R. Forsberg

Verbenaceae Fabaceae Sapotaceae Fabaceae Fabaceae

Peralatan senjata masy. jawa, sekarang sbg kelengkapan pakaian adat

2 Tombak Galih jati Galih gayam

Tectona grandis L.f. Inocarpus fagifer (Parkinson) F.R. Forsberg

Verbenaceae Fabaceae

3 Klewang Kayu Nangka Kayu sawo

Artocarpus heterophylla Lam. Manilkara zapota (L.)

Moraceae Sapotaceae

Page 180: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

154

P.Royen

4 Pedang Kayu sono Kayu sawo

Dalbergia latifolia Roxb. Manilkara zapota(L.) P.Royen

Fabaceae Sapotaceae

5.4.1.4.6 Bahan Kerajinan dan Seni Pada lingkungan masyarakat Samin tersedia cukup banyak bahan yang

bisa digunakan untuk membuat anyaman atau benda seni. Tidak ada warga

Samin yang secara khusus berprofesi sebagai pengrajin, pembuat anyaman

bambu maupun pembuat benda seni. Hal ini kemungkinan disebabkan karena

aktivitas mereka lebih terkonsentrasi pada kegiatan pertanian. Saat ini

masyarakat mudah mendapatkan peralatan dari anyaman bambu misalnya

kreneng, tumbu, besek dan lain-lain dengan cara membeli di pasar. Beberapa

bahan kerajinan atau benda seni yang dapat ditemukan di lingkungan

masyarakat Samin disajikan pada Tabel 45.

Bentuk kerajinan lain yang masih dilakukan masyarakat adalah membuat

jaring atau jala ikan. Kerajinan ini dibuat oleh sebagian warga Samin Larik Rejo

dan Kaliyoso Kudus, serta warga Samin Sukolilo Pati. Untuk membuat kerajinan

ini diperlukan peralatan disebut Slero dan coban. Slero adalah jarum yang

dipasangi benang nilon yang akan dianyam, dan pasangannya disebut coban.

Keduanya dibuat dengan ukuran yang bervariasi, penggunaannya disesuaikan

dengan ukuran mata jaring yang akan dibuat. Slero dan coban ini dibuat dari

bahan bambu petung (Dendrocalamus asper) atau bambu ori (Bambusa

bambos).

Tabel 45 Jenis kerajinan dan benda seni pada lingkungan masyarakat Samin No Nama

Alat Komposisi bahan Keterangan Lokasi

didapatkan Nama lokal Nama ilmiah

1 Slero Pring petung

Dendrocalamus asper (Schult. & Schult. f.) Backer ex K. Heyne

Alat untuk menganyam jala/jaring

Kudus dan Pati

2 Coban/ jarum

Pring petung

Dendrocalamus asper (Schult. & Schult. f.) Backer ex K. Heyne

Jarum dari bambu untuk membuat jala

Kudus dan Pati

3 Pande besi

Srumbung Kayu jati

Tectona grandis L.f. Srumbung untuk perapian

Margomulyo Bojonegoro

4 Lepek Pring apus Gigantochloa apus (Schult) Kurz

Alas cangkir/ gelas dari anyaman bambu

Margomulyo Bojonegoro

5 Gebyok Kayu jati Tectona grandis L.f. Sekat ruangan Pati dan Kudus 6 Perangka Kuningan Alat musik jawa Pati

Page 181: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

155

gamelan Bambu Klopo Jati

Dendrocalamus sp Cocos nucifera L. Tectona grandis L.f.

Bojonegoro

Tidak banyak barang kerajinan atau benda seni yang dimiliki atau di

hasilkan oleh masyarakat Samin. Wayang kulit merupakan sering ditemukan

pada sebagian rumah warga Samin terutama tokoh panutan mereka. Benda

seni lainnya berupa gebyok berukir, merupakan sekat pembatas antara ruang

tengah dengan ruang depan rumah. Geyok berukir ini terbuat dari kayu jati

(Tectona grandis) umumnya bukan hasil kerajinan warga Samin.

Seorang tokoh Samin di dusun Jepang Margomulyo Bojonegoro

mempunyai keahlian membuat peralatan dari besi (pande besi). Peralatan yang

dihasilkan terutama adalah peralatan pertanian seperti, cangkul, sabit, gobang

dan peralatan rumah tangga seperti pisau dan bendo. Selain itu itu juga pernah

membuat seperangkat gamelan dari bahan logam. Kerajinan pande besi ini

bahan utamanya adalah besi, logam atau kuningan. Dalam proses

pembuatannya diperlukan suatu rangkaian alat untuk pemompa angin untuk

perapian yang disebut srumbung/krombong dibuat dari kayu jati (Tectona

grandis). Alat ini berupa sepasang gelondongan kayu yang dilubangi bagian

tengahnya, pada bagian bawah dipasang semacam pemompa angin membantu

perapian.

5.4.1.5 Bahan Kayu Bakar Untuk kebutuhan rumah tangga (memasak) sebagian besar masyarakat

Samin masih menggunakan kayu bakar. Umumnya mereka sudah mempunyai

kompor gas, tetapi hanya digunakan untuk kebutuhan yang mendesak. Untuk

mamasak keseharian mereka masih menggunakan kayu bakar. Berdasarkan

wawancara dan survei langsung pada masyarakat kebutuhan kayu bakar untuk

rumah tangga masyarakat Samin 0,83m3/keluarga/bulan. Kebutuhan ini dapat

penuhi sendiri dari pekarangan, kebun, sawah, atau hutan di sekitar tempat

tinggal mereka. Mereka membuat kayu bakar untuk kebutuhan selama setahun

atau setengah tahun.

Kriteria kayu bakar yang baik menurut mereka adalah yang bisa

menghasilkan kualitas api/panas yang baik, mudah terbakar, tidak cepat habis

terbakar, dan mudah di belah ketika membuat kayu. Setidaknya 16 jenis

tumbuhan yang digunakan sebagai kayu bakar (Tabel 46).

Page 182: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

156

Jenis yang paling banyak digunakan adalah dari anggota suku Fabacaeae

(7 jenis), sedangkan jenis lain adalah dari suku Myrtaceae, Meliaceae,

Rubiaceae dan Verbenaceae. Tanaman yang paling sering digunakan sebagai

kayu bakar adalah rencek (pangkasan cabang) tanaman jati (Tectona grandis),

klanding/lamtoro (Leucaena glauca) dan kayu meh (Samanea saman ). Kayu

tersebut merupakan kayu bakar yang disukai masyarakat karena menghasilkan

kualitas api yang cukup bangus.

Masyarakat Samin yang jauh dari hutan kebutuhan kayu bakar terutama

dipenuhi dari tanaman kayu yang ada di sekitar pekarangan, tegalan atau sawah.

Jenis yang disukai terutama dari kayu meh atau Ki Hujan (Samanea saman),

Lamtoro (Leucaena glauca), turi (Sesbania grandiflora). Kayu meh merupakan

Janis kayu bakar yang banyak digunakan masyarakat. Karena kualitas kayu

yang cukup keras, tidak banyak berasap ketika di bakar, menghasilkan perapian

yang baik. Selain itu jenis ini pertumbuhannya cepat, sehingga dapat

menghasilkan kayu yang banyak.

Tabel 46 Jenis-jenis tumbuhan sebagai bahan kayu bakar

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Keterangan 1 Bambu Bambusa sp Poaceae Mudah terbakar,

menyala bagus 2 Gayam Inocarpus fagifer

(Parkinson) F.R. Forsberg

Fabaceae menyala bagus

3 Gempol Nauclea orientalis L. Rubiaceae 4 Jambu Eugenia spp Myrtaceae 5 Jati Tectona gandis L.f. Verbenaceae Kualitas bagus,

disukai 6 Johar Senna siamea (Lam)

H.S.Irwin & Barneby Fabaceae Kualitas bagus

7 Kaliandra Fabaceae Calliandra calothyrsus Meisn

Mudah terbakar

8 Ketela pohon Manihot utilissima L. Euphorbiaceae Mudah terbakar, banyak tersedia

9 Klampis Acacia farnesiana Fabaceae (L.) Willd

10 Klanding/ lamtoro

Leucaena glauca (L.) Benth

Fabaceae Kualitas bagus, mudah kering, dis

11 Mahoni Swietenia mahagoni (L.) Jacq

Meliaceae Kualitas bagus, mudah dibelah

12 Meh Samanea saman (Jacq) Merr

Fabaceae Kualitas bagus, mudah dibelah, banyak tersedia

13 Nangka Artocarpus heterophylla Lam.

Moraceae

14 Sabrang Imopoea crassicaulis (Benth.) B. L. Rob.

Solanaceae Mudah menyala, banyak tersedia

Page 183: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

157

15 Sambi Schleicera oleosa (Lour.) Oken

Lamiaceae Kualitas bagus

16 Turi Sesbania grandiflora (L.) Poir.

Fabaceae Kualitas bagus, mudah dibelah, banyak tersedia

Bahan kayu bakar lainnya didapat dari pangkasan cabang atau ranting

tanaman buah yang banyak ditanam masyarakat misalnya mangga, jambu,

nangka. atau ranting tanaman lain bambu (Bambusa spp), mahoni (Swietenia

mahagoni), atau kayu ketela pohon (Manihot ulilissima). Sedangkan tanaman liar

yang banyak digunakan sebagai kayu bakar adalah sabrang (Ipomoea

crassicaulis) dan Klampis (Acasia farnesiana).

5.4.1.6 Bahan Pakan Ternak Sebagian masyarakat Samin memelihara ternak Sapi atau kambing.

Jumlah ternak sapi yang dimiliki oleh setiap peternak berkisar 2-5 ekor.

Sedangkan jumlah kambing berkisar 3-4 ekor untuk setiap pemilik ternak. Ternak

tersebut umumnya dikelola oleh rumah tangga pemilik dengan pemeliharan

sistem kreman (dikandangkan terus menerus). Oleh karena itu sebenarnya

diperlukan pakan dengan kecukupan gizi yang tinggi agar pertambahan berat

badan cepat.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pakan ternak sapi

yaitu: (1) Bahan pakan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, (2)

Ketersediaan bahan pakan terjamin dan selalu ada, terutama disekitar

lingkungan peternak, (3) Kualitas gizi bahan pakan sesuai dengan kebutuhan

ternak, tidak mudah membentuk racun dan mudah tercemar, (4) Harga bahan

pakan relatif tidak mahal.

Pakan sapi yang diberikan terutama berupa berupa jerami padi (Oryza

sativa) Kebutuhan pakan jerami untuk seekor sapi perhari sekitar 3-5kg jerami

kering. Jerami padi hanya diperoleh saat musim panen. Bila jerami hasil panen

sendiri tidak mencukupi, mereka mencari dari sawah petani lain yang sedang

panen. Jerami dikeringkan dan di susun pada sebilah bambu, diberikan sedikit

demi sedikit pada sapi. Pakan lain yang diberikan antara lain pakan hijauan dari

tanaman jagung yang muda (rebon), daun kacang-kacangan, misalnya kacang

tanah, kacang kedele, dan rumput-rumputan yang banyak di dapatkan di sekitar

lingkungan penduduk.

Page 184: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

158

Tercatat 27 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai pakan ternak, jenis

terbanyak dari suku Poaceae (rumput-rumputan) 13 jenis; selanjutnya dari suku

Fabaceae (6 jenis) dan Cyperaceae (3 jenis) (Tabel 47). Jenis pakan ternak dari

kelompok rumput rumputan atau semak umumnya merupakan tanaman liar yang

banyak tumbuh di hutan jati, tegalan, atau sawah. Sedangkan pakan ternak dari

tanaman berkayu merupakan tanaman budidaya.

Pakan ternak kambing berupa berbagai jenis dedaunan (ramban) dan

rumput yang diperoleh dari lingkungan sekitar. Kebutuhan pakan ternak kambing

bagi masyarakat Samin di Kudus perharinya sekitar 1m3 rumput segar untuk 4-5

ekor kambing. Jenis pakan kambing yang banyak digunakan di Larikrejo Kudus

adalah tanaman kangkung (Ipomoea aquatica) diperoleh dari rawa-rawa yang

di sekitar persawahan. Jenis ramban lainnya antara lain: daun lamtoro (Leucaena

glauca

Tabel 47 Jenis tumbuhan sebagai bahan pakan ternak sapi dan kambing

), daun kacangan (Centrosoma pubescent), kaliandra (Callyandra sp),

klerecede (Gliricidia maculata), daun gmelina (Gmelina arborea), suket tuton,

daun randu (Ceiba pentandra), daun wora wari (Hibiscus schizopetalus), daun

nangka (Atrocarpus heterophylla ) dan berbagai jenis rumput.

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Peruntukan 1 Besaran Morus alba L. Moraceae Kambing 2 Desmodium Desmodium triflorum Fabaceae (L.)

DC Kambing

3 Gmelina Gmelina arborea Roxb Verbenaceae Kambing 4 Daun kacang kulit Arachis hypogaea L. Fabaceae Kambing, sapi 5 Daun nangka Artocarpus heterophylla

Lam Moraceae Kambing

6 Jagung /rebon Zea mays L. Poaceae Sapi 7 Jerami padi Oryza sativa L. Poaceae Sapi, kerbau 8 Kacangan Centrosema pubescent

Benth. Fabaceae Kambing

9 Kaliandra Callyandra alothyrsus Fabaceae Meisn

Kambing

10 Mlanding/ Lamtoro

Leucaena glauca Fabaceae (L.) Benth

Kambing

11 Kleresede Glyricidia maculate Roxb Fabaceae Kambing 12 Kremah Alternantera sessilis (L.)

R.Br. ex DC Amaranthaceae Kambing

13 Pulutan Urena lobata L. Malvaceae Kambing 14 Kangkung Ipomoea aquatica Forssk. Solanaceae Kambing 15 Randu Ceiba pentandra (L.)

Gaertn. Bombacaseae Kambing

16 Sigaran Calopogonium muconoides (Benth.) Sauvelle

Fabaceae Kambing

17 Suket brambangan

Commelina nudiflora L. Commelinaceae Kambing

18 Suket gajah Pennisetum purpureum Schumach.

Poaceae Kambing, sapi

19 Suket Genjoran Paspalum scrobiculatum Poaceae Kambing

Page 185: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

159

L. 20 Suket benggolo Panicum maximum Jacq. Poaceae Kambing 21 Suket kolonjono Panicum muticum Forssk Poaceae 22 Sumput Setaria Setaria sphacelata (Stapf)

Velkamp Poaceae Kambing

23 Suket merakan Pogonatherum paniceum (Lam.) Hack

Poaceae Kambing

24 Suket paitan Paspalum conjugatum P.J. Bergius

Poaceae Kambing

25 Suket teki Cyperus rotundus L. Cyperaceae Kambing 26 Suket tuton Echinocloa colona (L.)

Link Poaceae Kambing, sapi

27 Suket uler-uleran Centotheca lappacea (L.) Desv.

Poaceae Kambing, sapi

Pakan ternak yang diberikan terutama berupa hijauan yang mudah

didapatkan di sekitar lingkungan peternak. Keberadaan jenis pakan tersebut

umumnya tergantung dari musim.

5.4.1.7 Bahan Serat dan Tali Tanaman randu (Ceiba pentandra) banyak terdapat di lingkungan

masyarakat Samin. Tanaman ini menghasilkan kapuk randu, sejenis serat

pakaian yang digunakan sebagai bahan pengisi bantal dan kasur. Buah kapuk

randu ini umumnya tidak digunakan sendiri namun dijual kepada pengrajin atau

pengepul di luar masyarakat Samin.

Tanaman serat lainnya adalah untuk kebutuhan tali temali. Jenis yang

paling sering digunakan adalah bambu tali atau pring apus (Gigantochloa apus).

Tanaman lain yang dapat digunakan sebagai tali adalah kulit tanaman waru

(Hibiscus tilliaceus) dan pelepah (kulit) tanaman pisang.

5.4.1.8 Bahan Racun Bahan racun terutama untuk racun ikan, tumbuhan yang paling umum

digunakan adalah jenu /tuba (Derris eliptica). Bahan ini umum digunakan di

berbagai daerah di Indonesia. Tumbuhan lainnya adalah kluwek, atau Pucung

(Pangium edule). Selain menghasilkan buah yang bisa dimanfaatkan untuk

pelengkap masakan, Tanaman kluwek ini daunnya sering dimanfaatkan

masyarakat untuk bahan racun ikan. Pemanfaatan ini terutama dilakukan oleh

masyarakat di daerah Sukolilo Pati. Tanaman beracun lainnya adalah gadung

(Dioscorea hispida.), pucuk/ujung tanaman ini menghasilkan getah beracun.

Masyarakat Samin di desa Ngawen Sukolilo kadang kadang menanfaatkan getah

tanaman ini untuk menjebak/menangkap burung. Getah racun dicampur dengan

makanan burung, burung yang memakan akan pingsan sementara.

Page 186: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

160

5.4.1.9 Bahan Pengendalian Hama Sebagian masyarakat Samin juga menggunakan beberapa jenis tumbuhan

untuk penanggulangan hama dan penyakit tanaman. Jenis-jenis tersebut antara

lain: Gadung (Dioscorea hispida), Tembakau (Nicotiana tabacum), cengeh/cabe

(Capsicum annum), daun mahoni (Swietenia mahagoni), daun Mindi (Melia

azedarach), daun sembukan, daun delman/Kirinyuh (Euphatorium inulifolium),

wedusan (Ageratum conyzoides), tembelekan (Lantana camara), serta berbagai

jenis empon empon, misalnya jahe (Zinggeber officinale), kunyit (Curcuma

domestica), laos (Alpinia galanga) , lempuyang (Zingiber aromaticum), temu

ireng (Curcuma aeroginosa), temu kunci (Boesenbergia rotunda).

5.4.1.10 Bahan Ritual Kegiatan ritual di lingkungan masyarakat Samin yang masih sering

ditemukan hanya pada masyarakat Samin di Desa Klopoduwur Blora. Diduga

sebagai pengaruh dari keyakinan animisme dan dinamisme masih kuat,

sehingga berbagai tradisi sampai sekarang masih dilakukan. Ritual tersebut

masih dapat dilihat dalam kegiatan pertanian serta hajatan lain terkait dengan

siklus hidup, proses membangun rumah, membuat sumur atau pertunjukan seni.

Bentuk tradisi lain atau ritual adat yang masih dilakukan masyarakat di

Klopoduwur Blora antara lain bersih desa, campur bawur (tradisi syawal), muju

kendit (menjelang suro).

Dalam tradisi masyarakat Samin di Klopoduwur Blora, masih ditemukan

ritual kegiatan pertanian mulai dari awal mengolah tanah sampai awal panen

padi. Kegiatan tersebut berupa ritual kawitan (awal mengarap sawah); Ritual

Ngulemi (padi bunting); dan wiwit (awal panen padi). Kegiatan ritual pertanian ini

menggunakan berbagai sesaji seperti disajikan pada (Tabel 48). Ritual kawitan

menandai awal pengerjaan sawah. Kegiatan ini sebagai bentuk penghormatan

kepada leluhur dan memohon kepada Yang Maha kuasa agar dalam mengolah

tanah dan menaam padi diberi keselamatan dan mendapatkan hasil yang baik.

Sesaji yang disiapkan untuk ritual ini berupa bumbu masakan antara lain:

bawang merah, bawang putih, merica, ketumbar, trasi, gula merah; kembang

bantal (sirih yang digulung seperti rokok) dan rokok klobot (kulit jagung). Sesaji

ini di letakkan sawah pada sudut bagian timur .

Page 187: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

161

Pada saat padi mulai berbunga atau bunting, dilakukan suatu ritual yang

disebut Ngulemi. Ritual ini sebagai bentuk persembahan kepada Dewi Sri atau

Dewi padi, dilambangkan dengan berbagai bahan makanan. Makna filosofi

kegiatan ini mengingatkan asal muasal manusia, dan alam semesta (kejadian

langit dan bumi). Dalam kegiatan ini disiapkan beberapa sesaji berupa wejahan

dan brokohan. Wejahan terdiri dari beberapa macam empon-empon, uler-uler

dan brokohan. Empon-empon dihaluskan dan disebar di sawah. Uler-uler adalah

sejenis makanan dari tepung ketan dipilin dengan gedebok pisang. Sedangkan

brokohan merupakan suguhan atau hidangan terdiri dari berbagai macam polo,

antara lain: ketela rambat (Ipomoea batatas), uwi (Dioscorea alata ), gembili

(Dioscorea aculeata), ketela pohon (Manihot utilissima), pepaya (Carica papaya).

Hidangan ini dibagikan dan dimakan bersama bagi yang hadir dalam ritual

tersebut.

Tabel 48 Bahan sesaji dan jenis tumbuhan yang digunakan dalam kegiatan ritual pertanian pada masyarakat Samin

Kegiatan/ Macam sesaji

Bahan sesaji Keterangan Nama lokal Nama ilmiah Suku

Ritual Kawitan Bumbu masakan

Bawang merah

Allium cepa L. Amarillidaceae Diletakkan di sudut sawah sebelah timur

Bawang putih Allium sativum L. Amarillidaceae Ketumbar Coriandrum sativum

L. Apiaceae

Merica Piper nigrum L. Piperaceae Terasi Cikalan klopo Kelapa Cocos nucifera L. Araceae Gula merah Kelapa Cocos nucifera L. Araceae Kembang bantal (sirih digulung spt rokok)

Sirih Piper betle L. Piperaceae

Klobot (kulit jagung)

Jagung Zea mays L. Poaceae

Rokok Tembakau Nicotiana tabacum L.

Solanaceae

Ritual Ngalemi Wejahan Kunir Curcuma longa L. Zingiberaceae Dihaluskan

dan disebar sawah

Temulawak Curcuma xanthorhiza Roxb.

Zingiberaceae

Temu kunci Kaempferia angustifolia Roscoe

Zingiberaceae

Suguhan/ brokohan

Ketela rambat

Ipomoea batatas (L.) Lamk.

Solanaceae Sebagai hidangan, dimakan bersama

Ketela pohon Manihot utilissima L. uwi Dioscorea alata L. Dioscoreaceae

Page 188: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

162

gembili Dioscoreaceae Dioscorea aculeata L.

Kates Carica papaya L. Caricaceae Uler-uler Beras ketan Oryza sativa var

glutinosa L. Poaceae

Wiwit (Panen padi) Tumpeng Nasi liwet + intip (kerak)

beras Oryza sativa L. Poaceae Dibawa ke sawah, dibagikan atau di makan bersama

Ayam panggang

Ayam

Tahu Kedelai Glycine max (L.) Merill

Fabaceae

Tempe Kedelai Glycine max (L.) Merill

Fabaceae

Telur ayam

Ritual terakhir dalam pertanian padi adalah wiwit. Wiwit dilakukan untuk

menandai dimulainya panen padi. Sesaji pada upacara wiwit berupa menu

utama tumpeng dari nasi liwet beserta intipnya (keraknya) dan disertai lauknya

berupa ayam panggang. Sajian ini di bawa ke sawah dan didoakan oleh

modin/tetua desa dan selanjutnya dimakan bersama orang yang hadir, terutama

penggarap panen.

Masyarakat yang mempunyai hajatan tertentu biasanya menyiapkan sesaji

untuk keselamatan bagi yang punya hajat dan yang melaksanakannya. Mereka

menyiapkan sesaji ketika akan membangun rumah, membuat sumur, acara

pengatenan, sunatan, pertunjukan tayub atau wayang. Sesaji tersebut berupa

rangkaian yang disebut cok bakal, terdiri dari bunga-bungan. Berbagai

kelengkapan sesaji untuk kegiatan ritual yang terdapat di masyarakat Samin di

Klopoduwur disajikan pada Tabel 49.

Tabel 49 Materi sesaji untuk ritual berbagai hajatan pada masyarakat Samin

Macam sesaji Bahan sesaji Keterangan Nama lokal Nama ilmiah Suku

Pisang Pisang raja Musa sp Musaceae Disajikan dalam tampah (nampan dari bambu)

Wajik Beras ketan Oryza sativa var. glutinosa L.

Poaceae

Gemblong Beras ketan Oryza sativa var. glutinosa L.

Poaceae

Tape Ketan Beras ketan Oryza sativa var. glutinosa L.

Poaceae

Beras Beras Oryza sativa L. Poaceae Cengkaruk gringsing (beras ketan + gula kelapa)

Beras ketan kelapa

Oryza sativa L. Cocos nucifera L.

Poaceae Arecaceae

Page 189: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

163

Jambe suruh Jambe Areca catechu L. Arecaceae Suruh Piper betle L. Piperaceae Bumbu masakan

Disajikan dalam satu takir (mangkok dari daun pisang)

Cikalan klopo Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae Kencur Kampferia galanga

L. Zingiberaceae

Laos/lengkuas Alpinia galangal L. Zingiberaceae Bawang merah Allium cepa L. Liliaceae Bawang putih Alium sativum L. Liliaceae Cengeh/Lombok Capsicum

fruetescent L. Solanaceae

Gula merah Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae Gereh pethek Bahan rokok Tembakau N. tabacum L. Solanaceae Cok Bakal Bunga bungaan Kanthil M. campaca L. Magnoliaceae Kenanga Cananga odorata

(Lam) Hook.J. &T.Thomson

Annonaceae

Wora wari Hibiscus zchisopetalus

Malvaceae

5.4.1.11 Bahan Mitos atau Legenda

Masyarakat Samin di Larikrejo Kudus, mempunyai cerita atau legenda

yang berkaitan dengan keberadaan beberapa jenis tanaman di lingkungan

mereka. Jenis-jenis tumbuhan tersebut banyak di tanam masyarakat sejak

jaman Belanda dan sampai saat ini keberadaannya masih banyak ditemukan.

Tanaman tersebut dijadikan simbol atau perlambang kondisi atau keadaan saat

itu. Hal ini berkaitan dengan ramalan Samin Surosentiko akan datangnya masa

kemerdekaan bangsa Indonesia pada waktu itu. Beberapa tanaman dalam

legenda atau mitos desa tersebut disajikan pada Tabel 50.

Tabel 50 Jenis tumbuhan yang berkaitan dengan mitos atau legenda di lingkungan masyarakat Samin

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Keberadaan mitos 1 Beringin Ficus benyamina L. Moraceae Tumbuhan mata air 2 Jarak kepyar Jatropha curcas L. Euphorbiaceae Mitos di Larekrejo 3 Kayu Kudo Lanea grandis Engl. Verbenaceae Mitos di larekrejo 4 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaeae Mitos di Klopoduwur 5 Lo Ficus glomerata Roxb Moraceae Mitos di Kaliyoso 6 Meh Sammanea saman

(Jacq) Merr. Fabaceae Mitos di larekrejo

7 Padi Oryza sativa L. Poaceae 8 Preh

Moraceae Ficus thonnii Blume

Tumbuhan mata air

9 Randu Ceiba pentandra (L.) Gaertn.

Bombacaceae Mitos di larekrejo

Page 190: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

164

10 Jati Tectona grandis L.f. Verbenaceae

• Kayu kudo (Lanea grandis), dalam bahasa jawanya kudo sama dengan jaran.

Kayu Kodo ini sebagai lambang bahwa pada saat itu, (jaman penjajahan

Belanda), orang Jawa dianggap seperti layaknya Kuda, yang menjadi

kendaraan tentara Belanda. Artinya bangsa Jawa atau tanah jawa merupakan

tanah jajahan Belanda, sehingga harus tunduk pada tatanan Belanda

• Randu (Ceiba pentandra). Kata Randu dari kata Ruh nduwe’e , artinya agar

orang Jawa memahami bahwa, tanah Jawa itu merupakan tinggalan nenek

moyang sendiri, atau tanah Jawa itu milik bangsa sendiri sehingga harus

dikukuhi (dipertahankan)

• Meh (Samanea saman), secara umum tanaman ini di kenal sebagai Ki Hujan.

Meh, dalam bahasa Indonesia berarti hampir/akan segera. Maksudnya bahwa

nantinya tanah Jawa atau akan kembali di pegang atau kembali kepada

bangsa Jawa Sendiri. Tanah Jawa akan merdeka, lepas dari penjajahan

Belanda.

• Mahoni (Swietenia mahagoni), dari kata maune (asalnya), artinya tanah Jawa

akan kembali kepada pemilik asalnya yaitu orang jawa sendiri, atau tanah Jawa

akan merdeka atau akan dipegang/dikuasai oleh bangsa sendiri.

• Jarak kepyar (Jatropha curcas). Pada jaman Jepang, orang-orang di suruh

menanam Jarak kepyar, artinya ngepyarno (mengusir atau menghalau)

Belanda dari tanah Jawa.

Selain jenis tersebut terdapat jenis lain yang secara umum di mitoskan

masyarakat Jawa misalnya seperti padi (Orysa sativa), dan jati (Tectona grandis)

atau secara khusus pada beberapa tempat seperti kelapa (Cocos nucifera), Lo

(Ficus glomerata) dan Preh (Ficus thonnii).

Tanaman kelapa (Cocos nucifera) bagi masyarakat di desa Klopoduwur

Blora mempunyai makna khusus dan banyak berkembang cerita berkaitan

dengan nama desa tersebut. Sesuai dengan namanya Klopoduwur, yang berarti

pohon kelapa yang tinggi, pada desa tersebut jaman dahulu terdapat pohon

kelapa yang tingginya berpuluh-puluh meter. Mitos atau legenda yang berkaitan

dengan nama tersebut sampai sekarang masih berkembang di tengah

masyarakat.

Pada sebelum tahun 1990an, tanaman kelapa sangat banyak dan sempat

menjadi komoditas utama desa tersebut. Namun sejak adanya serangan hama

Page 191: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

165

kwangwung (Oryctes rhinoceros) tanaman kelapa di Klopoduwur hampir habis.

Sekarang yang ada adalah peremajaan tanaman baru, yang belum produktif.

Ketiadaan pohon kelapa di Klopoduwur saat ini sering dikaitkan dengan

ketidakstabilan pucuk pimpinan kepala Daerah (Bupati) Blora yang sering

berakhir sebelum habis masa jabatannya. Sebagian masyarakat menuturkan

bahwa kondisi kepemimpinan Blora akan stabil bila, keberadaan pohon kelapa

desa Klopoduwur dikembalikan seperti kondisi semula.

Keberadaan tumbuhan lain seperti Preh (Ficus thonnii), Lo (Ficus

glomerata), Beringin (Ficus benyamina), biasanya merupakan tanaman

perindang yang berukuran besar besar (bregat), di sendang atau dekat sumber

mata air. Mereka memahami tanaman tersebut berguna dalam menjaga

keberadaan air, atau untuk kehidupan organisma lainnya misalnya burung.

Mengenai adanya makhluk halus yang menghuni pada tumbuhan besar tersebut,

mereka cenderung kurang mempercayainya, namun menghormati apa yang

diyakini orang lain.

5.4.2 Nilai Kepentingan Budaya Tumbuhan bagi Masyarakat Samin

Untuk mengetahui nilai kepentingan pemanfaatan jenis tumbuhan dalam

kehidupan sosial budaya masyarakat Samin dilakukan kuantifikasi hasil ekploratif

dari pemanfaatan jenis tumbuhan dengan perhitungan Indeks Kepentingan

Budaya (ICS). Perhitungan didasarkan pada nilai kualitas kegunaan (sebagai

bahan pangan pokok atau tambahan, materi utama atau sekunder, bahan obat-

obatan, bahan ritual, mitos dan lain-lain), intensitas penggunaan, dan nilai

eksklusifitas atau kesukaan terhadap suatu jenis. Nilai yang didapat

menunjukkan tingkat kepentingan suatu jenis tumbuhan dari yang paling

penting (banyak, sering dan menjadi pilihan utama) hingga yang kurang penting

atau minimal penggunaanya.

Berdasarkan analisis nilai kepentingan tumbuhan dengan menggunakan

ICS, telah dianalisis 235 jenis tumbuhan berguna (Lampiran 17). Pada Tabel 51

disajikan 10 jenis tumbuhan yang mempunyai nilai ICS tertinggi. Nilai indeks

kepentingan tumbuhan menggambarkan jenis-jenis yang paling disukai

masyarakat. Nilai ICS dapat berubah sesuai dengan nilai kegunaan, intensitas

penggunaan dan tingkat kesukaan masyarakat (Turner 1988).

Padi (Oryza sativa L.) merupakan jenis tanaman berguna yang mempunyai

nilai kepentingan paling tinggi. Kegunaan utama jenis ini sebagai bahan

Page 192: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

166

makanan pokok, kegunaan lain adalah sebagai bahan pangan suplemen, bahan

obat dan kosmetika, pakan ternak dan pupuk (jerami), bahan ritual dan mitologi.

Jenis ini memiliki nilai ICS sangat tinggi, nilai kegunaan dan intensitas

penggunaan sangat tinggi serta merupakan jenis yang paling disukai

masyarakat. Jenis bahan pangan sumber karbohidrat lainnya yang penting

adalah Zea mays (ICS 48) dan Manihot utilissima (ICS 40). Jenis buah-buahan

yang penting adalah Musa paradisiaca (ISC 48), Carica papaya (ICS 42) dan

Artocarpus heterophylla (ICS 40). Jenis sayur-sayuran yang penting adalah

Ipomoea aquatica (ICS 32), Sesbania grandiflora (ICS 32) dan Colocasia

esculenta (ICS 28).

Tanaman jati (Tectona grandis) bagi masyarakat Samin mempunyai nilai

kegunaan yang cukup tinggi (ICS 72). Kegunaan utama dari kayu jati ini adalah

sebagai kayu bangunan, bahan peralatan dan kayu bakar.Kayu jati merupakan

kayu pertukangan yang berkualitas paling baik yang digunakan untuk berbagai

peralatan rumah tangga. Berbagai barang kerajinan dihasilkan dari kayu jati,

berupa ukir-ukuran hayu, maupun dari gambol jati. Kulit jati oleh sebagian

masyarakat Samin digunakan sebagai dinding rumah. Daun jati dapat digunakan

sebagai bahan pembungkus. Tumbuhan jati menghasilkan kayu bakar terutama

dari pangkasan cabang atau dari bagian tunggak (akar) jatinya. Istilah jati oleh

masyarakat Samin dikirotobosokan sebagai sejatining diri, sehingga dijadikan

semacam mitos atau simbol yang menjadi ajaran moral dalam kehidupan untuk

selalu berpegang pada jati diri, atau kemanpuan diri sendiri.

Tabel 51 Sepuluh jenis tumbuhan berguna dengan nilai ICS paling tinggi pada masyarakat Samin

No Nama Lokal

Nama ilmiah Kegunaan utama

Kegunaan lain* ICS )

1 Padi Oriza sativa L. Makanan pokok

2; 3a;3b; 7; 8; 9;10; 14

122

2 Jati Tectona grandis L.f Bahan bangunan

4; 5;6;10; 13 75

3 Pring ori Bambusa bambos (L.) Voss

Bahan peralatan

2a; 4;5; 6; 13 60

4 Meh Samanea saman (Jacq) Merr

Kayu bakar 4; 5;6; 13;14 53

5 Pring petung

(Dendrocalamus asper (Schult. & Schult. f.) Backer ex K. Heyne

Bahan peralatan

2a; 4; 5;6; 13 52

6 Lamtoro Leucaena glauca Benth

Kayu bakar 2b, 3a;5;6;7;14 50

7 Pisang Musa paradisiaca L. Buah 2d; 3a;3b; 8b; 9 48

Page 193: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

167

8 Jagung Zea mays L. Bahan pangan tambahan

2b; 7;9; 14 48

9 Mahoni Swietenia mahagoni (L.) Jacq

Bangunan 3a;4;5,12 47

10 Randu Ceiba pentandra (L.) Gaertn

Bahan serat 6;7; 10; 13 45

*) Keterangan: 1. Bahan makanan pokok; 2. Bahan makanan Tambahan (a.umbi-umbian/tunas, b.sayur, c.biji, d. buah); 3a. Bahan obat tradisional; 3b. Bahan kosmetika; 4. Bahan bangunan; 5. Bahan peralatan dan kerajinan; 6. Kayu bakar; 7. Makanan ternak; 8a. Bahan serat ; 8b. Bahan tali temali; 9.Bahan ritual; 10. Bahan mitos dan legenda 11. Bahan racun ikan; 12. Bahan pengendalian hama. 13. Indikator lingkungan; 14. Kegunaan lain (pupuk)

Pring atau bambu bagi masyarakat Samin mempunyai nilai kepentingan

yang tinggi terutama pring ori (Bambusa bambos) dan pring petung

(Dendrocalamus asper). Masyarakat Samin menggunakan bambu sebagai

bahan bangunan penting setelah kayu jati. Berbagai peralatan tradisional

sebagian besar mengunakan bahan bambu baik bambu ori (Bambusa bambos)

maupun bambu petung (Dendrocalamus asper). Rebung dari kedua jenis bambu

ini dapat digunakan sebagai bahan sayuran. Selain itu tanaman bambu juga

mempunyai fungsi khusus sebagai pembatas pekarangan atau perkampungan

dengan sawah, untuk melindungi kuatnya hempasan angin. Sebagian

masyarakat juga dijadikan tanaman ini sebagai indikator pergantian musim.

Tanaman klanding atau lamtoro (Leucaena glauca) merupakan jenis

tanaman cukup penting bagi masyarakat Samin. Tumbuhan ini banyak ditanam

di pekarangan, tegalan atau di hutan jati. Kegunaan utama tumbuhan ini sebagai

bahan kayu bakar dan pakan ternak. Daun muda atau getahnya sering dijadikan

bahan obat luka baru, buahnya dimanfaatkan sebagai sayuran. Kayu batangnya

yang cukup besar dan tua sering digunakan dalam peralatan tradisional

misalnya: tuggal, dan gagang peralatan seperti cangkul, sabit, dandhang dan

kampak. Tumbuhan klanding intensitas penggunaannnya tinggi, digunakan

secara regular atau dalam waktu berkala, merupakan tumbuhan berguna yang

disukai meskipun terdapat jenis lain sebagai pengganti.

Tanaman lain sebagai sumber kayu bakar yang mempunyai nilai ISC

cukup tinggi adalah tanaman meh (Samanea saman) dan Turi (Sesbania

grandiflora). Tanaman meh (Samanea saman) merupakan sumber kayu bakar

penting bagi masyarakat Samin. Tanaman ini terdapat di hampir semua tegalan

atau pinggir jalan di lingkungan masyarakat Samin. Sedangkan Turi (Sesbania

grandiflora) banyak ditanam di persawahan Masyarakat Samin di Kudus. Selain

sebagai kayu bakar bunga dan daun muda turi digunakan sebagai bahan

sayuran.

Page 194: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

168

Jenis tumbuhan bahan obat yang penting berdasarkan nilai ICS adalah

temu ireng (Curcuma aeroginosa, ICS 42), Lempurang (Zingiber aromaticum Val,

ICS 42) dan temu lawak (Curcuma xanthoriza, ICS 40). Jahe (Zingiber

officinale), kunyit (Curcuma domestica) Tanaman tersebut terutama dari anggota

Zingiberaceae banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari sebagai bumbu

masakan, ramuan jamu atau obat tradisional. Disamping itu juga untuk membuat

ramuan pupuk organik atau bahan pengendalian hama nabati.

5.5 Pembahasan

Pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat

Samin perlu terus digali dan dikaji. Kenyataan membuktikan bahwa pengetahuan

tradisional tidak sedikit memberikan sumbangan terhadap kemajuan ilmu dan

teknologi. Joshi et al. (2004) memandang pengetahuan lokal sebagai suatu hasil

pembelajaran, pemikiran dan persepsi, dan menjadi dasar untuk prediksi

kejadian yang akan datang. Pemahaman dan interpretasi masyarakat

berdasarkan pada beberapa alasan logis menurut kebenaran umum. Terlebih

lagi saat ini kita sedang dipacu untuk berlomba dengan kerusakan atau

hilangnya sumberdaya hayati dan pengetahuan tradisional yang belum teruji.

Adanya pergeseran pola hidup yang dialami masyarakat Samin dari pola hidup

sederhana ke pola hidup modern, pertambahan jumlah penduduk dan

terbatasnya jumlah lahan merupakan beberapa penyebab kerusakan

sumberdaya hayati tersebut.

Masyarakat Samin merupakan masyarakat yang tinggal di pedesaan

yang hidupnya masih mengandalkan sumberdaya alam khususnya dalam

penyediaan pangan, mereka mempunyai pengetahuan yang baik terhadap

keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada disekitarnya. Mereka memiliki

pengenalan, pencirian, penamaan dan pemanfaatan terhadap keanekaragaman

jenis tumbuhan yang terdapat di lingkungan pemukiman, pertanian, maupun

hutan.

Page 195: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

169

Masyarakat Samin memiliki pengetahuan klasifikasi tradisional terhadap

obyek tumbuhan. Tumbuhan dalam bahasa Jawa disebut sebagai uwit/wit.

Secara umum uwit atau tumbuhan ini merupakan merupakan bagian dari

sandang pangan. Sandang pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia. Selanjut uwit ini dalam penyebutannya dibedakan lagi menjadi

tanduran (tanaman) dan thukulan (tumbuhan). Tanduran adalah tumbuhan yang

sengaja ditanam atau dibudidayakan manusia atau yang secara umum kita sebut

sebagai tanaman atau tanaman budidaya. Thukulan adalah tumbuhan liar atau

tumbuhan non dudidaya, yaitu tumbuhan yang tidak secara sengaja ditanam

atau dibudidayakan manusia. Klasifikasi ini menggambarkan bagaimana cara

masyarakat Samin mendapatkan jenis tumbuhan yang digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Umumnya jenis yang paling sering dipergunakan adalah

tanduran bukan thukulan sehingga mereka lebih banyak mengenal jenis tanduran

dari pada thukulan.

Masyarakat Samin juga mempunyai pengetahuan menegai

pengelompokan tumbuhan berdasarkan kegunaannya, misalnya tanduran

cepakan, woh-wohan, rencek, ramban, suket. Tanduran cepakan merupakan

tanaman yang dikonsumsi sehari-hari, meliputi berbagai jenis tanaman sayuran,

lalapan, bumbu masakan atau bahan aromatikum. Jenis tanaman tersebut

umumnya di tanam di pekarangan sehingga cepat dan mudah mengambilnya.

Woh-wohan merupakan tanaman atau tumbuhan yang menghasilkan buah

seperti mangga, jeruk, nangka dan lain-lain. Mereka mengelompokkan umbi-

umbian seperti: uwi (Dioscorea alata) , gadung (Dioscorea hispida), telo pendem

(Ipomoea batatas), dalam kelompok woh-wohan, karena menghasilkan buah di

dalam tanah. Hal ini agak berbeda dengan klasifikasi tumbuhan pada masyarakat

Jawa umumnya yang mengelompokkan jenis umbi-umbian tersebut dalam

kelompok polo kependem. Masyarakat Samin tidak begitu memahami istilah polo

kependem, polo kesampir, polo gumantung, sedang masyarakat Jawa di

pedesaan umumnya masih memahani istilah tersebut dengan baik.

Pengetahuan masyarakat Samin mengenai keanekaragaman jenis

tumbuhan tergambar dari praktek-praktek pemanfaatan jenis tumbuhan tersebut

dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan tersebut meliputi kegunaan bahan

pangan, bahan obat tradisional, bahan bangunan, bagan peralatan, bahan kayu

bakar, bahan pakan ternak dan sebagainya. Berdasarkan hasil inventarisasi dari

>300 jenis tumbuhan yang terdapat pada lingkungan masyarakat Samin, 235

Page 196: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

170

jenis atau hampir 80% jenis yang ada merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan

oleh penduduk. Tingkat pengetahuan dan pemanfaatan jenis tersebut cukup

tinggi, namun menurut Purwanto et al. (2011) tingkat pengetahuan dan

pemanfaatan jenis tersebut akan mengalami penurunan seiring dengan

penurunan keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan tersebut. Seiring

dengan program intensifikasi pertanian yang lebih menekankan komoditas

tertentu, maka berakibat menurunnya atau bahkan hilangkan beranekaragam

jenis atau kultivar pangan lokal yang dahulu banyak diketahui dan digunakan

masyarakat. Penurunan keanekaragaman jenis bahan pangan, misalnya jenis

umbi-umbian, biji-bijian, atau kacang-kacangan lokal dan hilangnya kultivar padi

lokal merupakan contoh nyata yang terjadi pada masyarakat pedesaan saat ini.

Hal ini juga berakibat terhadap kecenderungan penurunan pengetahuan mereka

terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan.

Sebagai masyarakat yang kehidupannya tergantung dari hasil pertanian,

mereka memiliki pengetahuan yang baik dalam membudidayakan berbagai jenis

tanaman pangan. Sehingga selama ini mereka telah mampu menyediaakan

bahan pangannya sendiri, atau mereka telah mampu berswasembada pangan.

Mereka telah membudidayalan berbagai jenis tanaman pangan untuk memenuhi

kebutuhannya. Mereka membudidayakan jenis tanaman yang mereka perlukan di

lahan sawah, tegalan, pekarangan maupun hutan jati dengan teknik budidaya

tumpang sari.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan didapatkan 235 jenis tumbuhan

berguna bagi masyarakat Samin, 118 jenis tanaman digunakan sebagai bahan

pangan atau sekitar 31% dari seluruh jenis tumbuhan berguna bagi masyarakat

Samin, meliputi bahan pangan pokok berupa padi dan bahan pangan tambahan,

meliputi sumber karbohidrat, sayuran, buah-buahan, bumbu dan aroma

masakan. Makanan pokok masyarakat Samin saat ini adalah beras (nasi).

Tetapi menurut penuturan beberapa informan, sebelum tahun 1980-an, bahan

makanan pokok masyarakat Samin yang tinggal di daerah yang kering seperti di

Klopoduwur Blora dan Jepang Margomulyo adalah jagung jagung (Zea mays).

Jenis padi (Oryza sativa) yang dibudidayakan masyarakat Samin adalah

varitas padi unggul yang umum ditanam masyarakat lainnya. Kultivar padi

tersebut antara lain: Ciherang, IR 36, IR 64 dan IR 64 super. Kultivar padi lokal

saat ini sulit ditemukan di masyarakat. Namun sekarang mulai ada kesadaran

Page 197: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

171

untuk menanam kembali jenis-jenis padi lokal seperti: mentik wangi, mentik

susu, rojolele.

Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Kepentingan budaya (ICS) bahan

pangan yang paling penting bagi masyarakat samin adalah padi dengan nilai

ICS (122), kemudian jagung (ICS 46), dan ketela pohon (ICS 36). Jenis-jenis

pangan sumber karbohidrat seperti Uwi (Dioscorea alata), gembili (Dioscorea

aculeata, suweg (Amorphopalus campanulatus). Beberapa jenis

Bahan pangan lain yang cukup potensial adalah buah-buahan, tercatat

tidak kurang 30 jenis tanaman buah yang terdapat di sekitar pemukiman

masyarakat Samin. Jenis tanaman buah yang penting adalah pisang (Musa sp)

meliputi berbagai kultivar, nangka (Artocarphus heterophylla), dan mangga

(Mangifera indica). Pengelolaan tanaman buah di lingkungan masyarakat Samin

belum dilakukan secara optimal. Umunya hanya sekedar di tanam untuk pengisi

lahan yang kosong di pekarangan atau tegalan, dengan teknik perawatan yang

sederhana, tanpa pemeliharaan, pemupukan, penyemprotan dan perawatan

yang intensif. Hasil yang diperoleh terutama untuk dikonsumsi sendiri.

pangan sumber

karbohidrat seperti uwi (Dioscorea alata, ICS 12), gembili (Dioscorea aculeata,

ICS12), memiliki nilai ICS rendah, menunjukkan bahwa jenis tersebut kurang

penting bagi masyarakat. Jenis-jenis pangan sumber karbohidrat alternatif lokal

tersebut saat ini kurang mendapat perhatian dari masyarakat karena fungsinya

sudah tergantikan oleh makanan pokok padi (nasi). Ditinjau dari potensi

ekonomi dan ekologi (kesesuaian lahan budidaya) jenis-jenis tersebut perlu

dikaji dan diintensifkan kembali untuk dikembangkan sebagai bahan pangan

alternatif masyarakat lokal.

Kajian tentang keanekaragaman di tingkat intraspesifik dari jenis tanaman

budidaya belum dapat diungkapkan secara lengkap karena keterbatasan waktu

dan kemampuan. Temuan di lapangan mengindikasikan bahwa terjadi

penurunan jumlah kultivar budidaya yang diusahakan masyarakat. Hal ini tidak

lepas dari intensifikasi program pemerintah yang menyebabkan masyarakat

mengalihkan penanaman jenis tanaman pangan dari kultivar lokal ke kultivar

introduksi. Misalnya kultivar padi, jagung, kedelai hampir semuanya merupakan

kultivar introduksi.

Beberapa jenis tumbuhan bahan pangan ditemukan mempunyai banyak

kultivar antara lain ketela pohon (Manihot utilisima), uwi (Dioscorea alata),

gembili (Dioscorea aculeata), tales (Colocasia esculenta) dan Pisang (Musa

Page 198: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

172

paradisiaca). Kultivar ketela pohon antara lain: markonah, daplang, temu, tahun,

emprit, rawir, bekisar, jinten dan klenteng). Kultivar Uwi (Dioscorea alata) antara

lain: wi legi, wi lojo, wi cicing, wi randu, wi alus, wi bangkendit wi nujo dan wi

katak); Gembili (Dioscorea aculeata) 3 kultivar yaitu: brol, ketan, biasa; dan tales

(Colocasia esculenta) 3 kultivar yakni: tales dempel, tales ijo, tales ungu).

Pengunaan tumbuhan sebagai bahan obat bagi masyarakat Samin masih

cukup besar. Dari hasil pengamatan tercatat tidak kurang 74 jenis tumbuhan

obat, atau sekitar 19% dari jenis tumbuhan digunakan masyarakat Samin. Jenis

tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat Samin dan secara sosial

budaya mempunyai nilai cukup penting terutama adalah dari suku Zingiberaceae.

Jenis-jenis tumbuhan obat tersebut antara lain: temu ireng (Curcuma

aeroginosa, ICS 42), Lempuyang (Zingiber aromaticum, ICS 42) dan temu

lawak (Curcuma xanthoriza, ICS 40). Jahe (Zingiber officinale, ICS 40), kencur

(Kampferia galanga ICS 39), kunyit (Curcuma domestica, ICS 34). Organ

tumbuhan yang paling sering digunakan adalah daun 37 jenis, rimpang (13 jenis)

dan buah/biji (12 jenis).

Kayu bakar merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi masyarakat

Samin, berdasarkan hasil penelitian pada masyarakat Samin di Kudus kebutuhan

kayu bakar mencapai 0.83m3/bulan/keluarga atau hampir mencapai 10m3

Ketergantungan masyarakat Samin terhadap sumberdaya tumbuhan cukup

besar, berdasarkan pemanfaatannya tumbuhan tersebut dikelompokkan dalam

beberapa kategori yakni: tumbuhan sebagai bahan pangan, bahan obat dan

kosmetika, bahan bangunan, bahan peralatan, bahan kayu bakar, bahan

makanan ternak, bahan serat dan tali temali, bahan ritual, bahan mitos dan

legenda, bahan racun, bahan pengendali hama, Indikator lingkungan, tanaman

hias dan tanaman pagar. Jenis tumbuhan berguna bagi masyarakat Samin

mencapai lebih dari 235 jenis, meliputi 62 suku dan 205 marga. Jenis yang

banyak dimanfaatkan adalah dai suku Fabaceae (37 jenis), Poaceae (33 jenis),

Zingiberaceae (13 jenis), Solanaceae dan Moraceae (12 jenis).

/tahun.

Selama ini kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dari lingkungan sekitar pemukiman

mereka. Tetapi penggunaan kayu bakar secara terus-menerus dalam jumlah

besar dapat mengancam kelangsungan jenis yang ada. Karena itu perlu

dilakukan tindakan dengan upaya pembudidayaan jenis-jenis tanaman kayu yang

banyak digunakan masyarakat. Jenis tersebut antara lain adalah meh/terembesi

(Sammanea saman), turi (Sesbania grandiflora) dan lamtoro (Leucaena glauca).

Page 199: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

173

Berdasar hasil analisis Indek Kepentingan Budaya (ICS) dapat dianalisis

235 jenis tumbuhan berguna bagi masyarakat Samin. Diantaranya didapatkan

10 jenis tumbuhan yang paling penting bagi masyarakat Samin yakni: padi

(Oryza sativa , ICS 122), jati (Tectona grandis, ICS 75), pring ri (Bambusa

bambos, ICS 60), meh (Samanea saman, ICS 53), pring petung (Dendrocalamus

asper, ICS 52), lamtoro (Leucaena glauca, ICS 50), pisang (Musa paradisiaca ,

ICS 48) , jagung (Zea mays, ICS 48), mahoni (Swietenia mahagoni, ICS 47)

randu (Ceiba pentandra, ICS 45).

Padi (Oryza sativa L.) merupakan jenis tanaman paling penting dalam

sosial budaya masyarakat Samin. Secara ekonomi padi juga mempunyai

kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Samin. Selain

sebagai bahan pangan pokok tanaman ini mempunyai banyak kegunaan lain

sebagai pakan ternak (jerami), bahan obat tradisional, ritual dan mitologi.

Tanaman jati (Tectona grandis) bagi masyarakat Samin mempunyai nilai

sosial buadaya yang cukup tinggi (ICS 72), terutama sebagai bahan bangunan

dan peralatan. Jenis bahan bangunan dan peralatan lain yang penting adalah

pring ori (Bambusa bambos) dan pring petung (Dendrocalamus asper).

Tanaman lamtoro (Leucaena glauca) merupakan jenis tanaman cukup

penting bagi masyarakat Samin terutama sebagai bahan kayu bakar dan pakan

ternak. Tanaman lain sebagai sumber kayu bakar yang mempunyai nilai ISC

cukup tinggi adalah tanaman meh (Samanea saman, ICS 45) dan Turi

(Sesbania grandiflora, ICS 33).

Tanaman meh (Samanea saman) sudah lama dibudidayakan oleh

masyarakat Samin. Tanaman meh sejak dahulu sudah banyak dibudidayakan

masyarakat Samin sebagai peneduh jalan dan sebagai kayu bakar yang

mempunyai kualitas yang sangat bagus. Menurut penelitian Dahlan (2010)

tanaman meh (Samanea saman) mempunyai kemampuan menyerap gas CO2

yang sangat tinggi. Dalam satu tahun satu batang pohon dengan diameter tajuk

15 m mampu menyerap 28.5 ton gas CO2. Sehingga kandungan karbon pada

kayu tanaman ini tinggi, inilah yang menyebabkan kayu meh bagus dijadikan

sebagai kayu bakar. Dalam hal ini pilihan masyarakat terhadap jenis tanaman

meh ini sebagai kayu bakar merupakan pilihan yang tepat dan secara ilmiah

dapat dibuktikan kebenarannya. Berarti masyarakat Samin secara turun-temurun

melakukah suatu tindakan ilmiah dalam memilih kayu bakar.

Page 200: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

174

Dalam memanfaatan sumberdaya tumbuhan masyarakat Samin melakukan

upaya pengelolaan dengan membudiyakan di lahan mereka. Budidaya berbagai

jenis tanaman secara tradisional telah dikembangkan di lahan mereka di sawah,

tegalan, pekarangan atau hutan jati. Jenis tanaman yang dibudidayakan adalah

jenis umum yang di tanam masyarakat atau jenis unggul dari pemerintah. Belum

ada upaya dari masyarakat untuk meningkatkan kualitas tanaman dengan teknik

penyilangan atau teknik rekayasa lainnya. Masyarakat melakukan teknik

budidaya tradisional berdasarkan pengetahuan yang diterima dari generasi

sebelumnya.

5.6 Simpulan

Pengetahuan mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan pada

masyarakat Samin tergambar dari praktek pemanfaatan dan pengelolaan jenis

tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat Samin

masih mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya tumbuhan

lokal. Berdasarkan pemanfaatannya tercatat 235 jenis tumbuhan yang

dimanfaatkan oleh masyarakat Samin. Mencakup 62 suku dan 205 marga.

Berdasar kategori pemanfaatannya dapat dikelompokkan sebagai bahan pangan

(118 jenis); bahan obat-obatan tradisional (74 jenis); bahan bangunan (15 jenis);

bahan peralatan dan kerajinan (15 jenis); kayu bakar (16 jenis); pakan ternak (27

jenis); bahan serat dan tali (3 jenis), bahan racun ikan (2 jenis); bahan

pengendalian hama (16 jenis) dan tanaman hias (45 jenis).

Berdasarkan analisis Indeks Kepentingan budaya diperoleh 10 jenis

tumbuhan yang penting bagi masyarakat Samin yakni: Oryza sativa(ICS 122),

Tectona grandis (ICS 75), Bambusa bambos (ICS 60), Samanea saman (ICS

53), Dendrocalamus asper (ICS 52), Leucaena glauca (ICS 50), Musa

paradisiaca (ICS 48), Zea mays (ICS 48), Swietenia mahagoni )ICS 47), Ceiba

pentandra (ICS 45). Nilai kepentingan tumbuhan dalam suatu masyarakat dapat

berubah seiring dengan perjalanan waktu sesuai dengan nilai kegunaan,

intensitas penggunaan dan tingkat kesukaan masyarakat terhadap suatu jenis

tumbuhan.

Page 201: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

175

Dalam praktek pengelolaan sumberdaya tumbuhan mereka masih

menggunakan teknik pengelolaan yang sederhana. Jenis intensif dibudidayakan

tadalah tanaman yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama

tanaman padi. Jenis-jenis lain dibudidayakan secara terbatas untuk memenuhi

kebutuhan sendiri.

Page 202: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

6 ETNOZOOLOGI MASYARAKAT SAMIN

Abstract

This research aimed to reveal the local knowledge of Samin communities to the use and management animal resources. The reseach was conducted during the period in January 2011 to June 2011. The locations of the reseach were 7 villages, wich were Larikrejo and Kaliyoso (Kudus District); Ngawen and Bombong (Pati District); Klopoduwur and Tambak (Blora District), and Jepang Margomulyo (Bojonegoro District). Data collection used survey and interview methode. Open ended and semistructured interview was performed to residents, farmers, fishermen, traditional leaders, and community leaders. The research recorded 81 species of animals that contribute to the Samin community. Based on the utilization category the animals could be categorized into: animal source of protein (21 species), pets (7 species), pests of cultivated plants (17 species), pests of livestock (3 species), predators of pests (11 species), animals for medicines (10 species), animals for ritual (1 species) and wildlife (35 species). Animals were part of the food dan clothing (sandang pangan), which were used as part of human life

Key word: animal utilization, ethnozoology, local knowledge, the Samin

.

6.1 Pendahuluan

Studi Etnozoologi mengkaji interaksi antara budaya manusia dengan

hewan dalam lingkungannya pada masa lampau maupun masa sekarang

(Johnson 2002). Kajian bidang ini mencakup pengetahuan klasifikasi, penamaan

dan keterkaitan dengan budaya masyarakat lokal, dan kegunaannya baik hewan

liar maupun hewan budidaya. Lebih lanjut (Johnson 2002) mengungkapkan

bahwa studi etnozoologi mengkaji pengetahuan lokal mengenai pemanfaatan

sumberdaya hayati fauna, berkaitan erat dengan karakter atau pola kehidupan

masyarakat sehari-hari. Sifat atau karakter masyarakat lokal mempengaruhi

tindakan dalam memperlakukan alam lingkungannya. Melalui pengetahuan lokal

ini dapat membantu mengelola sumberdaya alam yang ada agar bisa

dimanfaatkan secara optimal dan berkesinambungan.

Studi etnozoologi merupakan salah satu subdisiplin kajian ethnobiologi

(Cotton 1996; Johnson 2002), menggunakan kerangka pendekatan metodologi

dan teori seperti pada kajian ethnobotani. Studi etnozoologi ini sangat jarang

dilakukan di Indonesia dan bahkan sangat langka, walaupun sebenarnya

masyarakat Indonesia mengenal dengan baik pemanfaatan bebagai jenis hewan

(fauna) yang digunakan dalam berbagai kepentingan, seperti sebagai bahan

Page 203: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

176 pangan, bahan kerajinan, bahan pakaian, bahan obat-obatan, bahan hiasan,

ritual, peralatan dan lain-lainnya.

6.2 Tujuan Penelitian

Studi ini bertujuan untuk (1) untuk mengungkapkan pengetahuan

masyarakat Samin mengenai keanekaragaman jenis hewan serta peran dan

pemanfaatan dalam kehidupan sehari-hari (2). Mempelajari interrelasi antara

masyarakat dengan keanekaragaman hewan, dengan memperhatikan dan

membahas aspek biologi dan sosial dari segi praktek, persepsi dan

representasinya.

6.3 Metode Penelitian

6.3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2011 s/d Juni 2011. Lokasi

penelitian meliputi 7 dusun di 4 kabupaten yakni: dusun Larikrejo Desa Larikrejo

dan dusun Kaliyoso desa Karangrowo Kec. Undaan Kabupaten. Kudus; dusun

Ngawen desa Sukolilo dan dusun Bombong desa Banjarejo Kec. Sukolilo

Kabupaten Pati; dusun Klopoduwur Desa Klopoduwur dan dusun Tambak desa

Sumber Kabupaten Blora; dan dusun Jepang desa Margomulyo Kabupaten

Bojonegoro Jawa Timur.

6.3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat rekam, kamera,

peta lokasi, alat tulis, lembar kuesioner.

6.3.3 Pengumpulan Data Etnozoologi

Data yang dikumpulkan dalam etnozoologi merupakan data kualitatif,

dengan menggunakan metode survei eksploratif, meliputi inventarisasi berbagai

jenis hewan yang dikenal masyarakat dan pemanfaatannya sebagai bahan

pangan, obat tradisional, ritual, peran sebagai hama, pengendali hama,

peliharaan/kesenangan dan lain-lain.

Metode ini didukung oleh pendekatan dan teknik pengumpulan informasi

yang dikembangkan dari teknik pengumpulan data etnobotani, antara lain:

Page 204: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

177

1. Wawancara bebas (open ended) (Purwanto 2007) dan Wawancara

semi terstruktur untuk inventarisasi pengetahuan lokal (Grandstaff &

Grandstaff 1987). Beberapa pertanyaan baku yang diajukan antara lain :

• Jenis hewan yang terdapat di sekitar tempat pemukiman ternak

atau yang dipeliharaan atau hewan liar

• Cara pemeliharaan ternak

• Jenis hewan liar yang jauh dari rumah

• Kegunaan berbagai jenis hewan bagi masyarakat

• Jenis hewan yang membantu kegiatan pertanian masyarakat

• Jenis hewan pengganggu

• Jenis-jenis ikan dan cara mendapatkannya.

2. Observasi partisipatif dengan masyarakat sebagai pemandu (Martin

1995).

3. Mengikuti aktivitas masyarakat baik harian maupun khusus seperti, ke

sawah, ke ladang, ke hutan dan aktivitas pedesaan lain.

Dalam penelitian ini digunakan informan kunci yaitu anggota masyarakat

yang dianggap mampu memberikan informasi yang akurat dengan kriteria tokoh

masyarakat, atau anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan cukup baik

mengenai keanekaragaman hayati (keanekaragan jenis hewan), peternak,

pencari ikan. Untuk mendapatkan informan kunci yang tepat didasarkan atas

rekomendasi dari tokoh adat/ tokoh masyarakat setempat (Purwanto 2007).

6.3.4 Analisis Data

Dalam analisis data dibangun matriks data untuk digunakan sebagai dasar

analisis. Pada tahap pertama dibuat semua jenis manfaat lokal (katagori-katagori

emik) yang disebutkan oleh narasumber untuk setiap jenis hewan. Selanjutnya

peneliti bersama-sama dengan narasurnber membahas tentang rincian manfaat

tersebut. Setelah peneliti mencatat rincian manfaat yang ditentukan oleh

narasumber, lembaran data diperlihatkan kembali kepada narasumber untuk

pemeriksaan ulang terhadap peringkat manfaat yang kurang sesuai dengan

persepsi narasumber. Jika narasumber menyetujui pencatatan data manfaat

tersebut, maka data tersebut adalah independen dari pengaruh subjektivitas

peneliti.

Page 205: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

178 6.4 Hasil

6.4.1 Pengetahuan Keanekaragaman Jenis Hewan

Pengetahuan masyarakat Samin mengenai keanekaragaman jenis hewan

ini penting dilakukan untuk mengungkapkan besarnya peran sumberdaya hewan

sebagai pendukung kehidupan masyarakat Samin. Pandangan masyarakat

samin terhadap hewan sebagaimana terhadap tumbuhan dan makhluk hidup

lainnya, bahwa hewan merupakan bagian dari sandang pangan. Segala

sesuatu di luar manusia di sebut sebagai sandang pangan. Sandang pangan

adalah sarana pelengkap kehidupan manusia. Suatu jenis hewan digunaan atau

tidak tergantung dari kebutuhan masing-masing orang. Pengetahuan mereka

mengenai berbagai jenis hewan tidak terlepas dari kehidupan mereka sebagai

petani di pedesaan. Umumnya mereka mengenal dengan baik berbagai jenis

hewan yang berkaitan dengan aktivitas pertanian dan hewan-hewan di sekitar

tempat pemukiman mereka.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung di pekarangan,

tegalan, sawah, sungai atau hutan di lingkungan masyarakat Samin diperoleh

sekitar 81 jenis hewan yang diketahui masyarakat Samin (Tabel 52)). Jenis-jenis

tersebut meliputi jenis yang diketahui mempunyai kegunaan khusus bagi

masyarakat maupun yang bersifat liar, atau belum diungkapkan kegunaan

khusus.

Tabel 52 Keanekaragaman jenis hewan pada lingkungan masyarakat Samin

No Nama lokal Nama ilmiah/ Famili Kelas/Ordo Peran/ kegunaan

Sta tus

1 Alap-alap Accipiter Aves Pemangsa tikus L 2 Anjing/asu Canis familiaris Mamalia Pemangsa tikus B 3 Ayam alas Gallus various Aves/

Galliformes L

4 Bajing Tupaia javanica Mamalia/ Scandentia

Hama kelapa L

5 Bares/rajawali

Falconidae Aves/ Falconiformes

Pemangsa tikus L

6 Bebek Anas domesticus Aves/ Anserriformes

Ternak B

7 Bekicot Achatina fulica Molusca Obat penyakit kulit/ luka

L

8 Bethik Ananas testudinetus

Pisces Bahan pangan L

9 Beyes/yuyu Crustacea Bahan ramuan obat, pengusir hama

L

10 Biawak Varranus sp Reptil Liar L 11 Bondol Accipiter sp Aves Pemangsa tikus L

Page 206: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

179 Tabel 52 lanjutan

No Nama lokal Nama ilmiah/ Famili Kelas/Ordo Peran/ kegunaan

Sta tus

12 Bracan/ Gogor

Felix sylvestris Mamalia Liar L

13 Burung gereja

Passer domesticus

Aves/ Passeriformes

Liar L

14 Cacing Pheretima Platyhelminthes Obat tipes, penurun panas,

L

15 Cecak Hemidactylus frenatus

Reptil obat penyakit dalam, pemangsa nyamuk

L

16 Celeng/ babi hutan

Sus scrova Mamalia Hama tanaman budidaya

L

17 Coro Blattella asahinai Insecta Liar L 18 Cucak rowo Pycnonotus

zeylanicus (Gmelin, 1789).

Aves/ Passeriformes

Liar L

19 Diwel Ular air Reptil Liar L 20 Doro Columba domestica Aves/

Columbiformes Peliharaan B

21 Elang bido Spilornis cheela

Aves/ Accipitriformis

Liar L

22 Emprit Lonchura punctulata

Aves Hama padi L

23 Gagak Corvus sp Aves/ Paseriformis

Liar L

24 Garangan Herpestes javanicus Mamalia Pemangsa tikus L 25 Gemak

tegalan Turnix sylvatina Aves Liar L

26 Grameh Osphronemus goramy

Pisces Bahan pangan B

27 Ikan Mas Cyprinus carpio Pisces Bahan pangan B 28 Ikan nila Oreochromis

niloticus, Pisces Bahan pangan B

29 Ikan Pari Dasyatis sp Pisces Bahan pangan lauk

B

30 Kadal

Mabaouya sp Amphibia obat kulit gatal L

31 Kadalan Aves (Cuculidae)

Phaenicopaheus javanicus

Liar L

32 Kebo/kerbau/maeso

Bubalus bubalis) Mamalia Peliharaan B

33 Kelinci Lepus negricollis Mamalia Bahan pangan, obat sakit kuning

B

34 Keong mas Pamacea canadiculata

Molusca/ Gastropoda

Hama padi /bahan makanan, pakan ternak

L

35 Kethek/ kera ekorpanjang

Macaca fascicularis Mamalia Hama tanaman L

36 Kijang Muntiacus muntjak Mamalia Hewan buruan L 37 Kodok Bufo sp Amphibi Pemangsa

nyamuk L

38 Kokang/ Kodok ijo

Fejervarya cancrivora

Amphibia Bahan pangan L

Page 207: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

180 Tabel 52 lanjutan

No Nama lokal Nama ilmiah/ Famili Kelas/Ordo Peran/ kegunaan

Sta tus

39 Kotes/kutuk Channa striata Pisces Bahan pangan L 40 Kucing Fellix domestica Mamalia Hewan peliharaan B 41 Kupu Insecta/

Lepidoptera Liar L

42 Kutilang Pycnonotus aurigaster

Aves Liar L

43 Kwawung Oryctes rhinoceros Insecta Hama kelapa L 44 Laba-laba Insecta Pemangsa

serangga

45 Landak Hystrix sp Mamalia Bahan makanan L 46 Layur/gereh Trichiurus lepturus Pisces Bahan

pangan/sesaji L

47 Lele Clarias sp Pisces Bahan pangan B/L 48 Lemut/

Nyamuk Insecta/

Diptera Hewan penganggu

L

49 Lowo/ Kelelawar

Pteropus sp Mamalia/ Chiroptera

Penghasil pupuk L

50 Macan loreng

Panthera tigris Mamalia/ Carnifora

Liar L

51 Macan tutul Panthera pardus Mamalia/ Carnivora

liar L

52 Menir/betik kecil

Anabas testudineus Pisces Bahan pangan L

53 Mentog Cairina moschata (Linnaeus, 1758)

Aves/ Anseriformes

Peliharaan B

54 Merak Pavo muticus Aves Liar L 55 Merak hijau Pavo muticus Aves Liar L 56 Perkutut Geopelis stiata Aves Peliharaam B 57 Pethek/

Gereh Pisces Bahan pangan L

58 Pithik/ayam Gallus gallus Aves peliharaan/bahan ritual

B

59 Podang Oriolus chinensis Aves/ Passeriformes

Liar L

60 Prenjak Prinia familiaris Aves Liar L 61 Rase Vivericula indica Mamalia Liar L 62 Rayap Insecta/

Isoptera perusak kayu L

63 Sapi/lembu Bos sundaicus Mamalia peliharaan/alat investasi/pengolah tanah

B

64 Sepat Trichogaster trichopterus (Pallas, 1770)

Pisces Bahan pangan L

65 Srigunting Aves Dicrurus leucophaeus

liar

65 Sundep Scirpophaga innotata

Insecta Hama padi L

66 Tawes Tilapos mosambica Pisces Bahan pangan L 67 Tawon Apis sp Insecta/

Hymenoptera Penghasil madu L

68 Tekek Gecko gecko Reptilia obat kulit L 69 Tekukur

biasa Aves/ Streptopelia

chinensis Columbidae Liar/peliharaan

Page 208: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

181 Tabel 52 lanjutan

No Nama lokal Nama ilmiah/ Famili Kelas/Ordo Peran/ kegunaan

Sta tus

70 Tikus omah Rattus rattus Mamalia Hewan pengganggu

L

71 Tikus wirok Rattus argentiventer Mamalia Hewan penganggu

L

72 Ulo banyu Enhydris enhydris (Schneider, 1799)

Reptil Liar L

73 Ulo gadung Ahaetulla prasina Reptil Liar L 74 Ulo sawah

/jimur Phyton reticulates Reptil Liar L

75 Undur-undur Myrmeleon sp Insecta/ Neuroptera

Obat darah tinggi, batuk, peny gula

L

76 Urang Triops longicaudatus

Crustecea Bahan pangan L

77 Wader Rasbora argyrotaenia

Pisces Bahan pangan L

78 Walang sangit

Leptocorisa oratorius

Insecta/ Hemiptera

Hama padi L

79 Wedus/ Kambing

Capra aegagrus Mamalia Peliharaan B

80 Welut Monopterus albus Pisces Bahan pangan L 81 Wereng

coklat Nilaparvata lugens Insecta/

Hemiptera Hama padi L

Keterangan: status pemeliharaan B, hewan budidaya atau peliharaan; L: hewan liar atau belum diketahui kegunaan secara khusus.

Berdasarkan pengelompokan dalam takson kelas, jenis-jenis hewan

tersebut dapat termasuk dalam beberapa kelas, meliputi: Aves (burung),

Mamalia (binatang menyusui), Amphibi, Reptil, Pisces (Ikan), Crustacea (Udang-

udangan), Insekta (Serangga) dan Oligochaeta (Cacing ). Kelompok hewan yang

anggotanya jenisnya paling banyak diketahui oleh masyarakat adalah kelompok

Aves (24 jenis), mamalia (19 jenis) dan Pisces (14 jenis) (Gambar 30).

Gambar 30 Jumlah jenis hewan pada setiap kelas yang terdapat di lingkungan

masyarakat Samin

24

19

14 13

73 2 2 1

0

5

10

15

20

25

30

Jum

lah

jeni

s

Page 209: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

182 Secara umum keanekaragaman jenis burung di alam memang sangat

tinggi (Mc Kinnon 1986; whitten at al. 1999), habitat beragam dan distribusi

yang luas, menyebabkan kelompok hewan ini sering dijumpai di mana-mana.

Jenis burung yang hidup bebas di alam kurang di kenali masyarakat dengan

baik. Jenis burung yang dikenal dengan baik adalah mempunyai manfaat

secara langsung. Jenis yang mempunyai kegunaan langsung bagi masyarakat

terutama hewan ternak seperti ayam, bebek, mentog, atau burung piaraan untuk

kesenangan misalnya merpati, perkutut, derkuku. Sedangkan burung emprit

(Lonchura punctata) banyak dikenal masyarakat karena sering menjadi

pemangsa tanaman padi.

Berdasarkan status pemeliharaannya jumlah jenis yang dipelihara atau

dibudidayakan oleh masyarakat jauh lebih sedikit, hanya sekitar 20%, sedang

jenis hewan yang hidup liar tanpa pemeliharaan hampir 80%. Hewan yang

dibudidayakan dari kelompok Aves (7 jenis), Mamalia (6 jenis), dan Pisces (5

jenis. Kelompok hewan Amphibi, Reptil, Crustacea, Molusca , Insecta dan

Oligochaeta, semua merupakan hewan yang tidak dibudidayakan (Gambar 31).

Gambar 31 Jumlah jenis hewan peliharaan dan hewan liar di lingkungan

masyarakat Samin

Berdasarkan status pemeliharaanya dari kelompok Aves 17 jenis burung

merupakan hewan liar, 7 jenis lainnya adalah jenis peliharaan. Jenis burung liar

yang banyak terdapat di lingkungan masyarakat Samin terutama adalah burung

emprit (Lonchura punctata), burung gereja (Passer domesticus), jenis lain alap-

alap, elang bido, kepodang, tengkek, agak jarang ditemukan. Jenis Aves yang

dipelihara terutama dari kelompok unggas sebagai hewan ternak yaitu: Ayam

(Gallus gallus), bebek (Anas domesticus) dan ethog (Cairina moschata).

133 7

17

29

213

1

67

6 7 5

18

01020304050607080

Jum

lah

jeni

s

Liar Domestikasi

Page 210: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

183 Sedangkan burung sebagai peliharaan kesenangan antara lain: Merpati

(Columba livia ), perkutut , derkuku (Geopelia striata).

Jenis mamalia yang dipelihara adalah: sapi (Bos sondaicus), kerbau

(Bulbalus bulbalis), kambing (Capra aegagrus), kucing (Felix domestica), anjing

(Canis familiaris) dan kelinci (Lepus negricollis). Sedang jenis mamalia liar antara

lain tikus (Rattus spp), garangan (Herpestes javanicus), rase (Vivericula indica),

Celeng (Sus crova), Bracan (Felix sylvestris).

Berbagai jenis ikan dapat ditemukan secara liar hidup di sungai, rawa

atau embung. Jenis ikan liar antara lain: kotes (Channa striata), wader (Rasbora

argyrotaenia), bethik (Ananas testudinetus) , sepat (Trichogaster trichopterus),

udang (Triops longicaudatus). Sedang jenis ikan yang dibudidaya antara lain:

ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus) , grameh, mujair

(Oreochromis mossambicus).

6.4.2 Kategori Pemanfaatan Jenis Hewan Berdasarkan pengetahuan dan praktek pemanfaatannya pada masyarakat,

jenis hewan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yakni hewan

sumber pangan protein hewani, hewan pemangsa hama, hewan pengganggu,

hewan untuk obat tradisional, hewan untuk ritual dan hewan yang belum

diketahui pemanfaatan khusus. Hasil pengelompokan tersebut disajikan dalam

Tabel 53.

Tabel 53 Kategori pemanfaatan hewan pada masyarakat samin

No Kategori Pemanfaatan Jumlah Jenis 1 Hewan untuk sumber protein hewani 21 a. Hewan ternak 9 b. Hewan buruan 4 c. Ikan 16 2 Hewan peliharan untuk kesenangan 7 3 Hewan pengganggu tanaman budidaya 17 4 Hewan pengganggu ternak 3 5 Hewan pemangsa hama 11 6 Hewan untuk obat 10 7 Hewan untuk ritual 1 8 Hewan liar /Belum diketahui kegunaan khusus 35 6.4.2.1 Hewan Sumber Protein Hewani Kebutuhan hewan sebagai bahan pangan sumber protein masyarakat

Samin antara lain berupa telur, daging dan ikan. Kebutuhan telur ayam dan

daging sebagian besar dipenuhi dengan cara membeli, sebagian kecil dipenuhi

Page 211: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

184 dari hasil ternak sendiri. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa dalam

keseharian masyarakat Samin jarang mengkonsumsi daging. Mereka

mengkonsumsi daging hanya sesekali saat ada hajatan, saat menyembelih sapi

atau kerbau.

Berdasarkan asalnya atau cara mendapatkannnya jenis hewan sumber

protein tersebut dapat dibedakan hewan hasil ternak, hewan buruan, dan ikan

hasil tanggkapan atau peliharaan.

6.4.2.1.1 Hewan Ternak

Hasil pengamatan terhadap jenis hewan ternak yang dipelihara masyarakat

Samin dapat dicatat 9 jenis hewan (Tabel 54). Keanekaragaman Jenis hewan

ternak dapat dibedakan jenis ternak besar, ternak kencil dan jenis unggas. Jenis

ternak besar yang paling banyak adalah jenis sapi, jenis lain seperti kerbau

jarang di temukan. Ternak kecil berupa kambing atau domba merupakan jenis

hewan ternak yang banyak dipelihara oleh penduduk. Jenis ternak unggas yang

banyak dipelihara adalah ayam, sedangkan bebek dan mentok hanya dimiliki

beberapa orang.

Tabel 54 Jenis hewan ternak di lingkungan masyarakat Samin

Nama lokal Nama ilmiah Kelas/ordo Keterangan 1 Sapi Bos sondaicus Mamalia Ternak besar 2 Kerbau Bubalus bubalis Mamalia Ternak besar 3 Kambing Capra aegagrus Mamalia Ternak kecil 4 Kelinci Lepus negricollis Mamalia Ternak kecil 5 Ayam Gallus gallus Aves Unggas 6 Bebek Anas

domesticus Aves Unggas

7 Enthog Aves Cairina moschata

Unggas

8 Kalkun Meleagris sp Aves/Galiformes Unggas 9 Banyak/angsa Cynus cygnus Aves/Anseriformes Unggas

6.4.2.1.1.1 Ternak Sapi Sapi merupakan jenis ternak besar yang banyak dimilki oleh rumah

tangga warga Samin. Rata-rata jumlah sapi yang dimiliki tiap keluarga/ rumah

tangga 2 s/d 5 ekor (Tabel 55). Setiap keluarga Samin dudun Jepang

Margomulyo Bojonegoro hampir semuanya memelihara ternak sapi, jumlah sapi

yang mereka miliki juga lebih besar dibanding dengan desa lainnya. Sedang di

daerah lain di Kudus dan Blora, hanya sekitar 30% dari jumlah keluarga yang

memiliki ternak sapi.

Page 212: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

185

Bagi sebagian masyarakat Jawa, sapi merupakan harta kekayaan yang

sangat bernilai sehingga di sebut sebagai rojokoyo. Masyarakat menghormatinya

layaknya sebagai anggota keluarga, sehingga sapi di tempatkan dalam satu

rumah bersama dengan penghuninya. Fenomena kandang sapi dalam satu

rumah ini sampai saat ini masih banyak dijumpai di daerah Blora dan

Bojonegoro.

Tabel 55 Jumlah ternak sapi yang terdapat di lingkungan masyarakat Samin

Desa Jumlah sapi Jumlah pemilik

Rata-rata

Larikrejo dan kaliyoso Kudus 34 15 2.3 Bombong dan Ngawen Pati 210 84 2.5 Klopoduwur Blora 1478 466 3.2 Tambak Sumber Blora 1527 435 3.5 Jepang Margomulyo Bojonegoro

984 214 4.6

Peran sapi bagi masyarakat saat ini lebih berfungsi sebagai sumber

investasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup, bukan lagi sebagai alat

untuk membajak sawah. Bagi masyarakat Samin di dusun Jepang Bojonegoro

yang lahan garapan/sawahnya sempit, hasil panen tidak mencukupi untuk

memenuhi berbagai kebutuhan hidup maka, sapi merupakan investasi yang

sangat berarti bagi kehidupannya. Mereka menjual sapi untuk keperluan yang

membutuhkan biaya besar seperti untuk hajatan perkawinan, membeli sepeda

motor, mesin diesel,atau kebutuhan mendesak lainnya.

Bagi Masyarakat Samin di dusun Tambak Blora, sapi merupakan sumber

tabungan untuk membeli lemah garapan atau sawah. Bila hasil panen cukup

bagus sebagian digunakan untuk membeli pedhet (sapi muda) untuk dipelihara

sampai besar, kemudian dijual untuk membeli sawah. Sistem pembelian sawah

dilakukan bersama-sama dengan anggota keluarga, dan dilakukan secara

bergiliran seperti arisan. Sawah yang dibeli terutama dari lahan sawah bukan

milik masyarakat Samin.

Masyarakat Samin di Tambak Blora tidak pernah menjual sawahnya

kepada petani lain, karena tanah mereka tidak bersertifikat, otomatis tanah

mereka tidak bisa diperjual belikan. Sebagai petani mligi (pekerjaan utama,

bukan sampingan), mereka selalu berusaha untuk menambah lahan garapan

dengan menyewa atau membeli lahan. Lahan sawah mereka tidak pernah

Page 213: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

186 berkurang, tetapi terus bertambah. Itu merupakan salah satu strategi bagaimana

masyarakat Samin di Tambak Blora, tetap eksis hanya sebagai petani.

Sapi dan hewan ternak lain menghasilkan kotoran ternak dan urin, beserta

sisa-sisa pakan untuk dijadikan pupuk kandang. Secara tradisional masyarakat

mempunyai pengetahuan dan cara sederhana mengolah kotoran ternak tersebut

menjadi pupuk. Kotoran ternak dan sisa-sisa pakan ditampung pada suatu

galian atau lubang, ditimbun dengan jerami, kemudian dibakar atau dibiarkan

sampai kering. Setelah kering kotoran ternak bisa dipakai sebagai pupuk.

Bagi masyarakat Samin di dusun Tambak, Blora kandang Sapi menjadi

satu dengan rumah induk. Kandang sapi ditempatkan di bagian samping atau

belakang rumah. Sedang di dusun lain kandang sapi sudah dibuat pada tempat

terpisah. Dalam kandang terdapat wadah makan ternak memanjang yang

terbuat dari bambu (Bambusa bambos). Kandang sapi juga digunakan untuk

menyimpan alat alat pemeliharaan ternak seperti kranjang untuk mencari rumput,

sapu lidi, serok dari bambu dan pacul kayu untuk membersihkan kandang.

Kandang dibersihkan setiap pagi setelah sapi dikelurkan.

Teknik pemeliharaan sapi warga masyarakat Samin masih sederhana.

Pada siang hari sapi dikeluarkan dari kandang, di ikat ditempat pemeliharaan, di

samping atau di halaman rumah, tergantung lahan pekarangan yang tersedia.

Pada tempat pemeliharaan dibuatkan wadah pakan ternak dari bambu (Bambusa

bambos). Di sekitar tempat pemeliharaan biasanya tersimpan tumpukan jerami

kering sebagai pakan sapi. Pada sore menjelang malam hari sapi dimasukkan

kandang.

Teknologi Pembuatan Pupuk Cair dari Urin Sapi. Masyarakat Samin di

Blora dan Pati mempunyai pengetahuan dan teknologi dalam pembuatan pupuk

cair dari urin sapi atau hewan ternak lainnya. Bahan utama adalah urin sapi, urin

sapi dari kandang sapi ditampung dalam wadah, kenudian dimasukkan dalam

ember. Urin sapi kurang lebih 20 liter, dicampur dengan bahan empon-empon

yang sudah ditumbuk halus. Bahan empon-empon tersebut terdiri dari laos, jahe,

kencur, kunir, masing masing 1kg, ditambah daun mimbo, ikan asin ¼ kg.

Setelah bahan dihaluskan kemudian diperas. Air perasan dicampur dengan urin

sapi, ditambah EM4 1 gelas, ditambah tetes tebu. Bahan ditutup rapat,

didiamkan selama 1 bulan. Setelah I bulan bahan bisa digunakan sebagai pupuk

cair. Pupuk cair 1 cangkir (kurang lebih 150ml) dicampur dengan air sampai 1

Page 214: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

187 tangki, cukup untuk menyemprot 1/3 Ha tanah. Pupuk cair ini disemprotkan pada

tanah 3 hari sebelum tanam dan satu minggu setelah tanam.

Pakan Sapi. Hewan ternak sapi terutama diberi makan jerami kering

(damen). Jerami ini didapatkan ketika musim panen, kemudian disimpan

ditimbun di sekitar kandang ternak. Jerami kering ini diberikan sebagai pakan

sapi sehari hari. Selain jerami tanaman yang disukai sapi antara diantaranya

adalah Rebon (tanaman jagung muda), ini diperoleh dengan cara menanam

jagung khusus untuk dipanen muda sebagai pakan sapi. Tanaman kacang cabut

(Arachis hypogaea) dan kacangan (Centrosema pubescent) juga disukai sapi

baik diberikan dalam kondisi segar ataupun bentuk kering (rendeng). Selain itu

untuk pakan sapi sering diberikan makan berupa rumput rumputan (Poaceae).

Rumput-rumputan ini biasanya diberikan dalam bentuk segar. Jenis rumput

rumputan pakan sapi antara lain suket benggolo (Panicum maximum Jacq.),

suket kolonjono (Panicum muticum), setaria (Setaria sphacelata), suket paitan

(Paspalum conjugatum), merakan (Pogonatherum paniceum).

6.4.2.1.1.2 Ternak Kambing

Kambing merupakan hewan ternak yang dipelihara secara intensif oleh

masyarakat Samin. Ternak kambing juga merupakan hewan peliharaan yang

berfungsi sebagai tabungan yang sewaktu waktu bisa dijual bila ada kebutuhan

yang mendesak.Jumlah rumah tangga yang memiliki kambing sekitar 20-40%

dari semua rumah tangga masyarakat Samin. Jumlah kambing yang dimiliki rata-

rata 3 hingga 4 ekor kambir tiap keluarga pemilik (Tabel 56).

Tabel 56 Jumlah ternak kambing di lingkungan Masyarakat Samin

Dusun/desa Jumlah kambing

Jumlah pemilik Rata-rata

Larikrejo dan kaliyoso Kudus 690 170 4.1 Bombong dan Ngawen Sukolilo Pati

512 159 3.2

Klopoduwur Blora 608 198 3.1 Tambak Sumber Blora 986 214 4.6 Jepang Margomulyo Bojonegoro 150 41 3.7

Kambing biasanya di pelihara secara intensif di kandang peliharaan yang

berada di samping atau belakang rumah. Kandang kambing berbentuk seperti

rumah panggung, lantai kandang dibuat agak tinggi, sekitar 1 meter dari tanah,

terbuat dari kayu papan atau bambu yang disusun sedemikian rupa sehingga

Page 215: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

188 kotoran kambing dapat langsung jatuh ke tanah atau ditampung dengan jaring

agar mudah mengambilnya. Urin kambing ditampung dalam ember sebagai

bahan pembuatan pupuk cair.

Pakan kambing terutama terutama dari jenis hijauan yang banyak terdapat

di lingkungan sekitar pemukiman mereka. Jenis yang banyak digunakan adalah

dari Kacang-kacangan (Fabaceae) dan rumput-rumputan (Poaceae) (Tabel 57).

Kebutuhan pakan kambing umumnya di penuhi dari mencarai di kebun, tegalan

atau hutan sekitar tempat pemukiman. Lamtoro (Leucaena glauca) merupakan

jenis pakan ternak yang banyak tersedia di sekitar masyarakat Samin, di

pekarangan atau tegalan. Jenis kangkung (Ipomoea aquatica) merupakan jenis

pakan kambing yang penting bagi masyarakat Samin di Kudus, karena jenis

tersebut cukup banyak tersedia di rawa-rawa dan sekitar sawah mereka.

Tabel 57 Jenis pakan ternak kambing di lingkungan masyarakat Samin

No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Keterangan 1 Besaran Morus alba L. Moraceae 2 Gmelina Gmelina arborea Roxb. Verbenaceae 3 Daun nangka Artocarpus

heterophyllus Lam. Moraceae Disukai, cukup

tersedia 4 Kacangan Centrosema pubescent

Benth. Fabaceae

5 Kaliandra Calliandra alothyrsus Meisn

Fabaceae Disukai

6 Mlanding/ Lamtoro

Fabaceae Leucaena gauca (L.) Benth

Disukai , banyak tersedia

7 Kremah Alternantera sessilis (L.) R.Br. ex DC

Amaranthaceae Disukai, banyak tersedia

8 Kangkung Ipomoea aquatica Forssk.

Solanaceae Disukai, banyak tersedia

9 Suket brambangan

Commelina nudiflora L. Commelinaceae

10 Suket Genjoran Paspalum scrobiculatum L.

Poaceae

11 Suket benggolo Panicum maximum Jacq.

Poaceae

12 Suket kolonjono Panicum muticum Forssk

Poaceae

13 Suket merakan Pogonatherum paniceum (Lam.) Hack

Poaceae

14 Suket paitan Paspalum conjugatum P.J. Bergius

Poaceae

15 Suket tuton Echinocloa colona (L.) Link

Poaceae Disukai, tidak banyak tersedia

6.4.2.1.1.3 Ternak Itik Itik (bebek) dipelihara secara intensif oleh masyarakat Samin terutama di

desa Larikrejo, Undaan Kudus. Daerah tersebut sebagian tanahnya bekas rawa,

Page 216: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

189 sehingga banyak genangan air sehingga sesuai untuk lahan pemeliharaan itik.

Semula itik dipelihara dengan cara melepasnya secara bebas di sawah sawah,

sungai atau rawa rawa, pada siang hari. Namun banyak keluhan dari para

pemilik sawah karena, karena air sawah yang terkena kotoran bebek

menyebabkan kulit gatal-gatal sehingga menggangu proses penggarapan

sawah. Sekarang pemeliharaan bebek tidak dilepas bebas di lingkungan tetapi

dipelihara dalam kandang tertutup.

Untuk memelihara bebek diperlukan ketelatenan dan kesabaran. Menurut

masyarakat Samin yang mempunyai ternak bebek, memelihara bebek harus

memahami sifat mereka. Bebek mempunyai sifat yang unik, mudah stres jika

salah memberikan makan. Jika stes bebek tidak mau bertelur sampai beberapa

hari. Bebek memerlukan pakan yang teratur dan cukup bergizi. Makanan bebek

harus banyak mengandung protein hewani untuk memacu produksi telurnya.

Bahan makanan bebek berupa sortiran berbagai jenis ikan, atau keong mas.

Bahan tersebut di haluskan/digiling dicampur dengan bekatul. Bebek diberi

makan dua kali sehari pagi dan sore hari.

6.4.2.1.2 Hewan Hasil Berburu

Berdasarkan inventari jenis hewan yang terdapat di masyarakat banyak

jenis hewan yang berpotensi sebagai sumber protein hewani, baik dari hewan

ternak maupun hewan liar. Hewan liar sebagai hasil dari hewan buruan di

lingkungan masyarakat samin antara lain: babi hutan (Sus sucrova), biawak

(Varranus sp), bajing (Tupaia javanica) ular dan landak (Histrix sp.). Namun

masyarakat Samin jarang memburu hewan liar dan mengkonsumsinya.

Perburuan hewan banyak dilakukan oleh masyarakat non Samin.

Pada masyarakat Samin sebenarnya tidak ada larangan atau pantangan

yang jelas tidak boleh berburu atau memakan hewan buruan. Namun bila dikaji

lebih lanjut dalam ajaran mereka terdapat pandangan bahwa hewan, tumbuhan

dan manusia, adalah sesama hidup yang disebut tri tunggal. Sesama hidup

mempunyai hak yang sama untuk hidup, maka masyarakat Samin sangat

menghormati makhluk hidup lain, dan tidak mau sembarangan membunuh

hidupan yang lain tanpa hak, kecuali memang merupakan sumber kebutuhan

hidup yang diperuntukkan bagi kehidupan manusia, misalnya hewan ternak.

Page 217: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

190 6.4.2.1.3 Ikan

Jenis hewan yang banyak dikonsumsi sebagai protein hewani Masyarakat

Samin di Kudus dan Pati terutama adalah ikan air tawar. Sumber ikan terutama

berasal dari sungai, rawa atau embung yang terdapat di sekitar pemukiman

mereka. Jenis-jenis ikan yang terdapat di lingkungan masyarakat Samin antara

lain: wader, bethik, bloso, ikan sapu-sapu, kutuk, sepat, lundu, belut, udang ,

merupakan jenis ikan liar yang didapat dari sungai atau rawa. Sedangkan jenis

ikan yang dipelihara di kolam atau embung antara lain: mujair (Oreochromis

mossambicus), nila, gurameh (Osphronemus goramy), dan lele (Clarias

batrachus) (Tabel 58).

Tabel 58 Jenis ikan sumber protein hewani bagi masyarakat Samin

Nama lokal Nama Ilmiah Status pemeliharaan

tempat /cara mendapatkan

1 Bethik Anabas testudineus Liar Rawa, sungai 2 Bloso/betutu Oxyeleotris marmorata Liar Rawa,sungai embung 3 Grameh Osphronemus goramy Budidaya Membeli 4 Ikan asin Layur/

Pethek Trichiurus lepturus Liar Membeli

5 Ikan Mas Cyprinus carpio budidaya Membeli 6 Ikan nila Oreochromis niloticus, Budidaya Embung, membeli 7 Kotes/kutuk Channa striata Liar Sungai 8 Lele Clarias batrachus Budidaya Membeli 9 Lundu/lele rawa Mystus sp Liar Rawa, sungai, embung 10 Mujair Oreochromis

mossambicus Budidaya Membeli

11 Sapu-sapu Hypostomus plecostomus Liar Rawa, embung, sungai 12 Sepat Trichogaster trichopterus, Liar Rawa, sungai,embung 13 Tawes Barbonymus gonionotus Liar Sungai, rawa 14 Urang Triops longicaudatus Liar Sungai 15 Wader Rasbora argyrotaenia Liar sungai, rawa 16 Welut Monopterus albus Liar sawah, membeli 6.4.3.2 Hewan Peliharaan untuk Kesenangan

Jenis hewan yang dipelihara sebagai kesenangan antara lain Anjing dan

burung. Hewan anjing merupakan salah satu hewan peliharaan yang dimiliki

sebagian masyarakat Samin. Dalam keseharian hewan ini sering diajak ke

sawah untuk membantu mencari tikus. Dalam cerita pewayangan anjing

merupakan hewan kesayangan Prabu Puntodewo, karena hewan ini telah setia

menemaninya sepanjang perjalannya. Anjing dianggap sebagai hewan mulia dan

merupakan penitisan seorang dewa.

Jenis burung untuk kesenangan antara lain: perkutut (Geopelia striata),

derkuku (Streptopelia chinensis), jalak. Menurut pengamatan secara langsung

Page 218: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

191 di lapangan, jenis hewan peliharaan untuk kesenangan ini jarang dimiliki oleh

penduduk. Hanya dimiliki oleh beberapa keluarga saja dalam kelompok

masyarakat samin. Ini menunjukkan memelihara hewan untuk kesenangan

bukan merupakan kebutuhan yang mendasar.

6.5.3.3 Hewan Pemangsa Hama

Anjing merupakan hewan yang mempunyai kegunaan khusus bagi

sebagian masyarakat samin. Selain sebagai hewan piaraan menjaga rumah,

ternyata anjing bagi masyarakat Samin digunakan untuk membantu memangsa

hama tikus di sawah. Biasanya anjing dibawa ke sawah, secara otomatis akan

mencari dan memangsa tikus yang ada di sawah. Menurut penuturan warga,

anjing yang sudah terlatih cukup pintar untuk mencari tikus di sawah, sehingga

bisa mengurangi populasi hama tikus.

Selain anjing terdapat hewan liar yang memangsa hama sehingga

dianggap menguntungkan atau membantu petani yakni: ular sawah, burung

hantu, katak, laba-laba (temonggo). Hewan-hewan tersebut memangsa hama

tanaman padi. Misalnya ular membantu memangsa tikus; katak memangsa

belalang atau kaper (serangga) yang menjadi hama tanaman dan laba-laba

memangsa belalang atau walangsangit. Jenis burung seperti alap alap (Accipiter

sp), manuk guwek/burung hantu (Tyto alba; Bubo sp), blekok, kuntul, trocok juga

dianggap menguntungkan petani. Alap alap dan guwek memangsa tikus,

sedangkan blekok, kuntul, trocok membantu memakan ulat atau hewan lain pada

tanaman padi. Jenis-jenis hewan pemangsa hama dalam pengetahuan

masyarakat Samin ditampilkan pada Tabel 59.

Tabel 59 Jenis hewan pemangsa hama dalam pengetahuan masyarakat Samin

No Nama lokal Nama ilmiah Takson/kelas Keterangan 1 Alap-alap Accipeter sp Aves Pemangsa tikus, ular 2 Burung hantu Bubo sp Aves Pemangsa tikus, ular 3 Burung hantu Tyto alba Aves Pemangsa tikus 4 Elang Spilornis cheela Aves Pemangsa tikus, ular 5 Kuntul sawah Ardeola speciosa Aves Pemakan ikan 6 Kuntul kecil Egretta garzette Aves Pemakan ikan 7 Laba-laba Insecta/

Arthropoda Anoplodactylus lentus Pemangsa serangga

8 Anjing Canis familiaris Mamalia Pemangsa tikus 9 Garangan Herpestes javanicus Mamalia Pemangsa tikus 10 Katak Bufo sp Amphibi Pemangsa serangga 11 Ular sawah Phyton reticulates Reptil Pemangsa tikus,

katak

Page 219: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

192 6.4.3.4 Hewan Pengganggu Tanaman Budidaya dan Pengganggu Ternak

Dalam pengetahuan masyarakat Samin terdapat beberapa jenis hewan

yang keberadaannya menyebabkan kerugian bagi petani karena mengganggu

tanaman atau hewan ternak mereka. Hewan penganggu tersebut berupa hewan

besar atau kecil. Hewan besar sebagai pengganggu tanaman pertanian antara

lain kera (Macaca fasciculata), celeng/babi hutan (Sus scrova) yang sering

memangsa jagung, ketela pohon; dan tikus sawah (Rattus argentivente) yang

memangsa tanaman padi. Hewan kecil sebagai pengganggu terutama sebagai

hama padi antara lain: wereng coklat (Nilaparvata lugens), walangsangit

(Leptocorisa oratorius), sundep (Scirpophaga innotata), dan klaper. Selain itu

juga diketahui beberapa jenis hewan yang kadang-kadang menggangu hewan

ternak mereka misalnya, Rase (Vivericula indica), garangan (Herpentes

javanicus) dan kucing hutan (Felis silvertris). Jenis hewan pengganggu hewan

ternak dan tanaman budidaya selengkapnya ditampilkan pada Tabel 60.

Dalam menghadapi hewan pengganggu atau hama, masyarakat Samin

mempunyai beberapa pandangan dan tindakan yang dilakukan untuk

mengantisipasinya. Untuk menanggulangi hama tikus mereka menggunakan

anjing, atau dengan melakukan penggropyokan/omprongan pada lubang tikus.

Sebagian masyarakat Samin mengantisipasi kedatangan hama tikus dengan

cara membersihkan grumbul (semak) yang ada di sekitar pematang sawah

(galengan) yang dianggap merupakan tempat persembunyian tikus. Pematang

sawah yang lama di pecah/dicangkul kembali untuk dibuat galengan baru untuk

menghilangkan tempat persembunyian tikus.

Sebagian masyarakat Samin tidak menganggap tikus sebagai binatang

yang merugikan sehingga yang diberantas atau dibunuh. Dalam penuturan

seorang tokoh Samin di Pati dikatakan bahwa tikus sebagaimana makhluk hidup

lainnya juga butuh makan, mereka memangsa tanaman pertanian karena sudah

tidak tersedia pakan lainnya. Lahan yang ada sudah banyak digarap manusia

sehingga mereka tidak cukup mendapat makanan di alam bebas. Oleh karena itu

tidak selayaknya membunuh tikus, cara yang terbaik adalah memahami apa

yang diperlukan hewan tersebut. Dengan pemikiran demikian tokoh Samin

tersebut memberikan sejumlah makanan yang diberikan secara khusus kepada

tikus, dengan syarat/permintaan tidak mengganggu tanaman milik petani.

Page 220: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

193 Tabel 60 Jenis hewan pengganggu ternak dan tanaman budidaya di lingkungan

masyarakat Samin

No Nama lokal Nama ilmiah Kelas Keterangan 1 Garangan Herpestes javanicus Mamalia Pemangsa ayam 2 Rase Vivericula indica Mamalia Pemangsa ayam,

kambing 3 Kucing hutan Felis silvestris Mamalia Pemangsa ayam 4 Kethek Macaca fasciculata Mamalia Pemakan tanaman

jagung, ketela pohon

5 Celeng/babi hutan

Sus scrova Mamalia Pemakan tanaman jagung, ketela pohon, kacang tanah

6 Tikus sawah Rattus argentivente Rob & KL

Mamalia Pemangsa tanaman padi, jagung

7 Burung emprit sawah

Lonchura leucogastroides

Burung Hama padi

8 Kwangwung Oryctes rhinoceros Serangga Perusak tanaman kelapa

9 Walang sangit Leptocorisa oratorius Serangga Hama padi 10 Walang coklat Nilaparvata lugens Serangga Hama padi 11 Wereng hijau Nepotettis apicalis Serangga Hama padi 12 Klaper Fase dewasa

Scirpophaga innotata Serangga Hama padi

13 Sundep Scirpophaga innotata Serangga Hama padi 14 Hama putih Cnaphalocrosis

medinalis Serangga Hama padi

15 Ulat jagung Agrotis sp Serangga Hama tanaman jagung

16 Kutu daun jagung

Rophalosiphum maydis

Serangga Perusak daun jagung

17 Ulat grayak Spodoptera litura Serangga Hama kacang kacangan

18 Ulat penggerek polong

Etiella zinckenella Serangga Hama kacang kacangan

19 Kepik Riptortus linearis

Serangga Hama kacang kacangan

20 Uret Lepidiota stigma Serangga Perusak akar

Sebagian petani masyarakat Samin mempunyai cara tersendiri untuk

menanggulangi serangan hama yaitu dengan cara halus. Mereka meyakini

bahwa apa yang ada itu sudah diatur oleh Yang Kuasa. Hewan yang datang

dan memakan tanaman pertanian memang karena mereka butuh makanan,

sama seperti manusia. Sebagai sesama hidup manusia tidak berhak membunuh

hewan. Dengan demikian mereka menghindari menggunakan cara kasar dengan

Page 221: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

194 membasmi hama menggunakan pestisida. Jika terpaksa harus menggunakan

mereka, memakai dengan dengan hati-hati dengan frekuensi jarang, hanya

sekedar untuk mengusir. Tidak ada rasa dan niatan untuk membunuh hewan-

hewan tersebut.

6.4.3.5 Hewan Sebagai Bahan Obat Tradisional Hanya 10 jenis hewan yang diinformasikan oleh masyarakat dapat

digunakan sebagai bahan obat. Pengetahuan jenis hewan untuk obat ini

terutama diperoleh dari pengalaman mereka menggunakan sendiri, atau

mengetahui dari informasi orang lain. Jenis hewan yang digunakan untuk

pengobatan bagi masyarakat samin ditampilkan pada Tabel 61.

Jenis hewan yang digunakan sebagai obat umumnya adalah jenis yang

banyak terdapat di sekitar rumah mereka. Sebagian besar dari kelompok Reptil

antara lain: cecak (Hemydactilus sp), kadal (Mabouya), Tokek (Gecko gecko)

dan Ular. Jenis hewan lain kelompok mamalia adalah kelinci, dari kelompok

Molusca adalah bekicot (Acatina fulica), kepiting (Crustaceae), dan Cacing tanah

(Pheretima sp).

Tabel 61 Jenis hewan sebagai bahan obat tradisional pada masyarakat Samin No Nama local Nama ilmiah Kegunaan

pengobatan Bagian yg digunakan

Cara penggunaan

1 Bekicot Acatina fulica Sakit kulit Luka baru

Daging Air liur

Ditelan dioleskan

2 Cacing tanah Pheretima sp Penurun panas, tipes

Seluruh bagian

Dihaluskan diminum

3 Cecak Hemidactylus frenatus

Penyakit dalam

ekor Ditelan

4 Kadal Mabauya multifasciata

Sakit kulit, gatal

tubuhnya Dibakar, dimakan

5 Kelinci Lepus negricollis

Sakit kuning Darah, daging

Darah diminum, daging dimasak

6 Kepiting/ yuyu/ beyes

Crustacea Sakit tipes tubuhnya Dihaluskan, dicampur bahan lain dimakan

7 Tekek/ Tokek

Gecko gecko Sakit kulit/eksim

tubuhnya Dibakar, dimakan

8 Temonggo/ laba-laba

Insecta Pembalut luka

sarang Dibalutkan

9 Undur-undur Myrmeleon sp Obat batuk, gula, darah tinggi

Seluruh bagian tubuh

Ditelan

10 Ular Phyton sp Ptyas corros

Obat kulit, obat kuat

Darah, daging

Darah diminum, daging dimasak

Page 222: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

195

Jenis penyakit yang diobati terutama adalah penyakit luar seperti penyakit

kulit atau obat luka dan penyakit dalam antara lain: batuk, sakit kuning, dan

darah tinggi. Bagian yang digunakan umumya seluruh bagian tubuhnya.

Sedangkan cara penggunaan ada yang di telan langsung dalam, dihaluskan

dulu, dibakar atau dimasak lebih dahulu.

Frekuensi penggunaan jenis hewan untuk obat dikalangan masyarakat

Samin relative jarang, hanya dilakukan oleh beberapa orang saja. Rasa tidak

tega atau jijik kemungkinan menjadi penyebabnya

6.4.3.6 Hewan untuk Ritual Tidak banyak hewan yang diketahui sebagai bahan untuk ritual, karena

bahwa tidak banyak ritual yang dilakukan masyarakat samin. Ritual yang umum

dilakukan adalah brokohan, semacam slametan atau kenduri untuk berbagai

keperluan atau hajatan misalnya slametan pernikahan, sunatan, labuhan

(kelahiran), awal tanam padi atau akan panen padi. Bahan untuk brokohan ini

biasanya berupa makanan pokok nasi tumpeng dengan lauk pauk tahu, tempe

dan sayuran (gudangan), dan ingkung ayam, beserta telur ayam. Ayam (Gallus

gallus) merupakan satu satunya hewan yang digunakan dalam kegiatan ritual

masyarakat Samin.

6.4.3.7 Hewan Liar di Hutan

Pengertian hewan liar bagi masyarakat samin adalah hewan-hewan yang

terdapatnya sekitar hutan (alas) atau tempat yang jauh dari tempat pemukiman

masyarakat. Masyarakat Samin yang mengenal hewan liar terutama mereka

yang tinggal di sekitar hutan, atau mereka yang sering pergi ke hutan. Jenis

hewan liar yang dikenal misalnya macan loreng (Panthera tigris), macan tutul

(Panthera pardus), pernah ditemukan jejak-jejaknya atau sisa-sisa bulunya di

salah satu gua di Pegunungan Kendeng Sukolilo Pati. Jenis kijang (Muticus

muntjak) dahulu dapat dijumpai meskipun sekarang sulit ditemukan. Jenis celeng

(Sus scrova), kethek (Macaca fascicularis), ayam alas (Gallus varius), merak

hijau (Pavo muticus), masih bisa ditemukan di hutan jati. Ular, biawak/sliro dan

landak dan berbagai jenis burung masih sering ditemukan. Jenis hewan liar yang

diketahui masyarakat ditampilkan pada Tabel 62.

Menurut penuturan informan beberapa jenis hewan liar seperti kera

(Macaca fascicularis), Celeng (Sus scrova) dahulu sering menjadi hewan

pengganggu tanaman pertanian. Masyarakat menyadari bahwa tempat hidup

Page 223: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

196 hewan tersebut sudah rusak, sehingga hewan hewan tersebut sulit mencari

makanan. Oleh karena itu hewan liar tersebut sering menyerbu lahan pertanian

penduduk di sekitar hutan. Jenis hewan tersebut sekarang keberadaannya sudah

sangat jauh berkurang karena terbatasnya habitat dan pangan yang tersedia.

Masyarakat samin sendiri mempunyai prinsip ajaran bahwa manusia dan

hewan sama sama hidup, tidak mau mengganggu atau membunuh hewan lain.

Tidak ada masyarakat samin yang pekerjaannya berburu hewan liar. Hewan liar

dibiarkan di tempat hidupnya, karena mereka juga mempunyai hak hidup.

Demikian juga masyarakat tidak mau menjarah kayu atau merusak hutan

karena bukan hak miliknya.

Tabel 62 Jenis hewan liar di sekitar hutan pada lingkungan masyarakat Samin

No Nama lokal Nama ilmiah Kelas Keterangan 1 Macan loreng Panthera tigris Mamalia Sangat jarang 2 Macan tutul Panthera pardus Mamalia Jarang 3 Bracan/kucing

hutan Felix sylvestris Mamalia Jarang

4 Celeng Sus scrova Mamalia Sedang 5 Kethek Macaca fascicularis Mamalia Sedang 6 Kijang Muntiacus muntjak Mamalia Jarang 7 Landak Hystrix sp Mamalia Sedang 8 Biawak Varranus sp Reptilia Jarang 9 Ular Phyton reticulates Reptilia Jarang 10 Ayam alas Gallus varius Aves Banyak 11 Merak hijau Pavo muticus Aves Sedang 12 Alap-alap Accipiter sp Aves Sedang 13 Kadalan Aves Phaenicopaheus

javanicus Sedang

14 Sikatan ekor merah

Aves Rhipidura phoenicura

Sedang

6.5. Pembahasan Pengetahuan masyarakat Samin tentang keanekaragaman sumberdaya

hewani tidak terlalu luas. Tidak dikenal penamaan hewan secara khusus yang

membedakan dengan penamaan oleh masyarakat Jawa pada umumnya.

Pengetahuan mengenai klasifikasi hewan secara tradisional tergambar dari

kategori pengelompokan berdasarkan peran atau penggunaanya. Berdasarkan

pemanfaatannya berbagai jenis hewan dapat dikelompokkan dalam beberapa

kategori antara lain: hewan peliharaan, sumber protein hewani, hewan yang

merugikan karena menjadi hama, bahan obat, bahan ritual dan hewan liar yang

belum diketahui kegunaan khusus.

Page 224: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

197

Masyarakat Samin hanya mengenal dengan baik jenis-jenis hewan yang

ada di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka. Jenis hewan ternak merupakan

jenis yang paling paling dekat dengan kehidupan mereka. Berdasarkan status

pemeliharaannya hewan yang dipelihara atau dibudidayakan kurang dari 25%,

termasuk diantaranya adalah hewan ternak dan beberapa ikan. Sedangkan

selebihnya (87%), merupakan hewan yang hidup bebas di alam.

Dalam pandangan masyarakat Samin semua yang ada di luar manusia

termasuk sumberdaya hewan, tumbuhan, dan lingkungan disebut sebagai

sandang pangan. Sandang pangan merupakan manisfestasi dari bentuk

kebutuhan sebagai suplemen kehidupan manusia. Segala sesuatu yang ada di

alam ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam pandangan

antroposentris (Keraf 2006) manusia seolah menjadi titik sentries yang bisa

menggunakan sepenuhnya sumberdaya alam yang ada ini untuk diekploitasi

sebesar-besarnya untuk kebutuhan manusia. Namun tidak demikian dalam

pemahaman masyarakat Samin. Manusia dan makhluk hidup lainnya (hewan,

tumbuhan), mempunyai kedudukan yang sama sebagai makhluk hidup, saling

melengkapi dan membutuhkan sehingga tidak dibenarkan untuk menggunakan

atau mengekploitasi tanpa hak. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa masyarakat

Samin mempunyai pandangan ekosentris (Keraf 2006), karena kewajiban dan

tanggung jawab moral berlaku terhadap semua realitas ekologi.

Dalam pandangan masyarakat Samin manusia, hewan dan tumbuhan

disebut sebagai Tri tunggal (Istilah tri tunggal mempunyai arti satu wujud, dalam

tiga bentuk). Pertama: manusia; kedua berupa Sandang pangan. Sandang

pangan di bagi dua yaitu, pertama: yang hidup dan bisa berjalan atau

bergerak/pindah tempat (bewujut hewan), dan kedua, yang hidup tapi tidak bisa

berjalan, bergerak, atau berpindah tempat, berupa tumbuhan.

Berdasarkan pandangan tersebut dapat diketahuai bahwa mereka

memahami semua makhluk hidup punya hak sama untuk hidup. Keberadaan

makhluk hidup lain akan menjamin kehidupan manusia. Prinsip ini tidak banyak

diungkapkan oleh masyarakat samin, namun sudah menjadi karakter bahwa

mereka sangat menghargai kehidupan hewan, tumbuhan yang ada di sekitar

lingkungan mereka.

Tindakan mereka dalam memelihara hewan ternak atau hewan piaraan

yang lainnya, di dasari oleh prinsip hidup atau ajaran yang mereka yakini.

Hewan peliharaan bagi mereka bukan sekedar barang atau aset yang hanya

Page 225: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

198 diambil keuntungannya. Tetapi masyarakat memanggap hewan adalah sesama

hidup yang perlu dirawat dan dijaga dan dipelihara sepenuh hati, seperti menjaga

hidup yang dimiliki oleh setiap manusia yang bernyawa. Hal itu merupakan satu

bentuk tindakan masyarakat Samin sebagai realisasi ajaran mereka. Mereka

menjani kehidupan dengan sepenuh jiwa tidak pernah berniat merugikan

makhluk lainnya.

Demikian juga pandangan terhadap hewan penganggu atau hama yang

menyerang tanaman pertanian atau hewan ternak. Mereka memahami bahwa

hewan pengganggu tersebut butuh makan untuk hidup. Dengan konsep

pemahaman demikian masyarakat Samin agak berbeda dalam menghadapi

gangguan hewan tersebut. Mereka berusaha menggunakan cara halus untuk

menanggulangi gangguan hama yang menyerang tanaman pertanian mereka.

Masyarakat Samin tidak banyak mempunyai pengetahuan terhadap hewan

liar di hutan. Mereka hanya mengetahui dari cerita orang atau ketika ada

serangan hewan liar misalnya kera (Macaca sp) dan celeng (Sus scrova)

terhadap tanaman pertanian mereka. Hutan merupakan tempat hidup dan tempat

mencari makan hewan liar. Maka sudah sepantasnya hutan atau lingkungan

tempat hidup mereka tidak diganggu atau dirusak agar mereka tidak

mengganggu manusia.

Dalam pengelolaan hewan ternak masyarakat Samin masih menggunakan

cara-cara pemeliharaan tradisional. Belum banyak sentuhan teknologi baik dalam

pemeliharaan, penyediaan jenis pakan, maupun penataan kandang. Jenis hewan

yang mempunyai peran penting bagi masyarakat Samin adalah hewan ternak

sapi dan kambing. Peran ternak besar sapi dan kerbau telah mengalami

pergesaran yang awalnya sebagai alat membantu mengerjakan sawah, saat ini

lebih berperan sebagai alat investasi dan dijual saat kebutuhan mendesak.

Dilihat dari potensinya lingkungan masyarakat Samin sesuai untuk

pengembangan usaha peternakan terutama di kawasan pedesaan dan

pinggiran hutan, seperti di Blora dan Bojonegoro dan perikanan untuk daerah

yang cukup air seperti di Kudus dan Pati. Namun usaha peternakan terutama

sapi saat ini dirasakan tidak memberi keuntungan karena mahalnya biaya

perawatan dan harga jual yang rendah. Peran ternak sebagai penyedia pupuk

kandang sudah banyak ditinggalkan masyarakat, tergantikan dengan pupuk

kimia. Padahal sebenarnya peran ternak ini sangat besar terutama dalam

Page 226: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

199 penyedia unsur hara untuk menjaga siklus dan menjaga kesuburan tanah di

lingkungan masyarakat Samin.

Ketergantungan terhadap sumberdaya hewan saat ini tidak terlalu tinggi.

Hewan dipandang sebagai pelengkap kehidupan atau seperti sandangan

(pakaian) yang sewaktu-waktu bisa digunakan bila senang atau saat diperlukan

atau ditanggalkan bila tidak tidak diperlukan. Belum banyak praktek-praktek

pemelihaan secara intensif terhadap jenis hewan ternak atau hewan potensial

lainnya. Sisi positifnya mereka tidak banyak melakukan ekploitasi perburuan

terhadap hewan liar yang terdapat di lingkungan sekitar.

6.6. Simpulan

Pengetahuan masyarakat Samin mengenai keanekaragaman jenis hewan

terbatas pada hewan yang dekat dengan pemukiman mereka. Dalam penelitian

ini dapat didokumentasi 81 jenis hewan yang diketahui mempunyai manfaat atau

kegunaan bagi masyararakat Samin. Terbagi dalam kelompok Aves (24 jenis),

Mamalia (19 jenis), Amphibi (3 jenis), Reptil (7 jenis), Pisces (14 jenis), Molusca

(2 jenis), Crustaceae (2 jenis), Insecta dan Oligochaeta (1 jenis). Berdasarkan

kategori pemanfaatannya dapat dikelompokkan: hewan sumber protein hewani

(21 jenis), hewan peliharan untuk kesenangan (7 jenis), hewan pengganggu

tanaman budidaya (17 jenis), hewan pemangsa hama (17 jenis), bahan obat

tradisional (10 jenis), bahan ritual (1 jenis) dan belum diketahui kegunaan khusus

(35 jenis). Hewan paling penting bagi masyarakat Samin adalah hewan ternak

terutama sapi. Kegunaan sapi saat ini lebih berperan sebagai tabungan atau alat

investasi bukan untuk membantu petani dalam menggarap sawah.

Masyarakat menganggap sumberdaya hewan merupakan pelengkap

kehidupan mereka yang harus dijaga keberaadaanya dan tidak saling

mengganggu. Mereka lebih banyak menggunakan jenis yang sudah

dibudidayakan, tidak banyak melakukan eksploitasi terhadap sumberdaya

hewani, tidak berburu, tidak melakukan aktivitas yang merusak habitat jenis

hewan. Jenis hewan yang mempunyai peran penting bagi masyarakat adalah

hewan ternak. Hewan ternak terutama berfungsi sebagai investasi (tabungan

manyarakat). Teknik pemeliharaan ternak masih secara tradisional, belum

dikelola secara intensif.

Page 227: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

7 PEMBAHASAN UMUM

7.1 Masyarakat Samin Saat ini

Masyarakat Samin adalah kelompok masyarakat penganut ajaran Samin

Surosentiko (Saminisme). Samin Surosentiko mengajarkan kepada murid-

muridnya agar berbuat kebajikan, kejujuran dan kesabaran. Menurut Hutomo

(1996) ajaran tersebut merupakan sifat-sifat yang dimiliki Prabu Puntodewo.

Dalam cerita pewayangan Prabu Pontodewo atau Yudistiro merupakan raja dari

Kerajaan Amarta. Sifat yang paling menonjol dari Prabu Puntodewo adalah

sabar, jujur, taat, percaya diri dan berani berspekulasi. Versi lain mengisahkan

bahwa Puntodewo merupakan manusia berdarah putih, sebagai kiasan tokoh

yang selalu berhati suci dan menegakkan kebenaran. Prabu Puntodewo juga

punya nama lain yaitu Dharmawangsa yang berarti raja yang adil dan bijaksana.

Tampaknya para pengikut Samin ingin meneladai sifat-sifat Prabu Puntodewo

tersebut, dan ini tercermin dalam diri tokoh panutan mereka yaitu Samin

Surosentiko.

Pada awal kemunculannya gerakan Samin merupakan suatu gerakan

perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda. Pemicu munculnya gerakan

Samin adalah tindakan pemerintah pemerintah kolonial Belanda yang banyak

merubah tatanan-tatanan masyarakat tradisional yang telah tercipta dan

tertradisi. Penguasaan tanah atau hutan, penerapan tanam paksa, penerapan

pajak tanah yang tinggi melatar belakangi munculnya gerakan Samin di daerah

Blora. Sikap dan tindakan pemerintah saat itu menimbulkan kebencian komunitas

Samin terhadap pemerintah Belanda. Bentuk perlawanan tidak dilakukan dengan

menggunakan kekerasan fisik melainkan dengan simbol-simbol, bahasa, budaya,

busana serta adat istiadat yang berbeda jika berhadapan dengan masyarakat

umum dan pemerintah. Bentuk perlawanan lain adalah melawan atas peraturan

pemerintah terhadap pembayaran pajak, kepemilikan tanah, pengumpulan ternak

di kandang umum dan penolakan pengumpulan padi di lumbung desa. Hal inilah

yang menyebabkan pengikut ajaran Samin dicap sebagai masyarakat anti

pemerintah.

Banyak tohoh Samin dan pengikut-pengikutnya akhirnya ditangkap

Belanda. Diantara pengikut-pengikutnya banyak yang lari mengasingkan diri ke

pedesaan di sekitar hutan jati. Seiring dengan jatuhnya pemerintah Belanda

Page 228: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

202

hingga masa kemerdekan, maka gerakan Samin berangsur-angsur surut dengan

sendirinya. Pengikut Samin yang tersisa tinggal di ‘pengasingan’ (pedesaan)

hingga sekarang.

Masyarakat Samin sebenarnya merupakan bagian dari suku/etnik Jawa.

Kelompok masyarakat ini disatukan oleh kesamaan idiologis, bukan berasal dari

suatu komunitas turun-temurun. Namun dalam perkembangannya selama lebih

dari satu abad, umumnya mereka menikah dengan sesama penganut ajaran

Samin (endogami). Mereka memiliki dan mendiami suatu kawasan tetap serta

secara tradisional tergantung dan memiliki ikatan sosio-kultural, religius yang erat

dengan lingkungan lokalnya, hal ini merupakan ciri masyarakat adat (Nababan

2003). Sehingga komunitas Samin bisa dikatakan sebagai masyarakat adat.

Menurut Konggres I Masyarakat Adat Nusantara tahun 1999, yang dimaksud

masyarakat adat adalah komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan asal-usul

secara turun-temurun di atas satu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas

tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh hukum adat

dan lembaga adat yang mengelola keberlangsungan kehidupan masyarakat.

Pada saat ini masyarakat Samin masih tinggal di pedesaan, hidup

mengelompok sesama komunitasnya. Seiring dengan kemajuan jaman,

perubahan kondisi sosial politik bangsa, maka banyak penganutt Samin yang

meninggalkan ajarannya. Sebagian masyarakat Samin sudah menerima sistem

pendidikan formal, mau membayar pajak, menerima program-program

pemerintah seperti dalam bidang pertanian, kesehatan, sosial politik dan lainnya.

Kemajuan teknologi informasi, prasarana jalan, penerangan, sarana komunikasi

dapat diakses dengan mudah sehingga, mempercepat proses penyesuaian

mereka dengan masyarakat umum. Proses ini yang menjadi penyebab semakin

berkurangnya penganut Samin, seperti yang terjadi di Klopoduwur Blora dan

daerah sekitar yang merupakan tempat lahirnya gerakan Samin.

Sebagian masyarakat Samin yang tersisa masih cukup kuat memegang

prinsip ajarannya, misalnya tidak mau menyekolahkan anaknya di sekolah

formal, tidak mau berdagang, menjalankan pernikakan tanpa pencatatan dari

pihak pemerintah, bahkan ada yang secara tegas menolak program pemerintah

yang dianggap merugikan masyarakat. Misalnya gerakan masyarakat Samin

menolak pembangunan pabrik Semen di Sukolilo, yang dianggap akan

mengancam keberadaan sumber mata air, yang akhirnya akan merugikan

Page 229: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

203

kehidupan petani. Hal ini merupakan suatu contoh tindakan mereka yang

diwarnai oleh ajaran Samin.

Karakter yang masih menonjol dikalangan masyarakat Samin adalah

kesederhanaan, kejururan, kebersaamaan dan kegotong-royongan. Karakter

lain adalah mereka masih memegang teguh Angger-angger pratikel (Hukum

Tindak Tanduk) yang berbunyi: “Aja drengki srei, tukar padu, dahpen kemeren.

Ajo kutil jumput, mbedog colong, nemu wae emoh”. Maksudnya orang Samin

dilarang berhati jahat, berperang mulut, iri hati, dilarang mengambil milik orang

lain, menemukan barang milik orang lain saja tidak mau. Ajaran ini menjadi

pedoman hidup bagi masyarakat Samin dalam berinteraksi dengan sesama

penganut Samin, atau dengan masyarakat umum lainnya. Ajaran masih banyak

ditaati penganutnya dan ciri penting penganut ajaran Samin Surosentiko.

Diantara lima komunitas Samin yang menjadi obyek penelitian ini satu

komunitas dengan komunitas lainnnya mempunyai karakteristik yang agak

berbeda. Ringkasan mengenai karakter masyarakat Samin pada lima lokasi

penelitian tersebut ditampilkan pada Tabel 63. Dari Tabel tersebut, dapat dilihat

bahwa masyarakat Samin di Sukolilo (Pati), Kaliyoso dan Larikrejo (Kudus) dan

Tambak desa Sumber (Blora) masih menjadi penganut ajaran Samin cukup

kuat. Kondisi ini agak berbeda dengan komunitas Samin di Klopoduwur Blora

dan Jepang Margomulyo Bojonegoro, dimana kondisi ke’’Saminan” sudah sangat

memudar, bahkan dikatakan oleh bebrapa peneliti bahwa komunitas Samin di

Klopoduwur sudah hilang.

Menurut Widyarini (2006) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

hilangnya komunitas Samin di Klopoduwur Blora. Pertama, adalah faktor internal

yaitu: sikap mau membuka diri dan menerima kebudayaan dari luar; tidak

adanya pemimpin sentral yang menyebarkan ajaran Samin; ‘Samin muda’ malu

mengakui identitas ke”Saminan” mereka serta tidak ada aturan formal yang

mengikat penganut ajaran Samin. Faktor kedua, adalah faktor eksternal, yaitu:

kontak langsung dengan budaya lain, meningkatnya tingkat pendidikan, peran

tokoh masyarakat dan pemerintah desa. Perubahan besar yang terjadi pada

masyarakat Samin di Klopoduwur adalah ketika terjadi pemberontakan PKI tahun

1965. Pemerintah daerah khawatir masyarakat Samin terlibat dalam gerakan

komunis, sehingga gencar dilakukan gerakan dakwah. Tahapan berikutnya

banyak masyarakat Samin meninggalkan ajaran Samin dan memeluk agama

Islam. Pembangunan prasarana pendidikan, lancarnya sarana transportasi,

Page 230: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

204

teknologi informasi dan komunikasi mempunyai andil besar dalam perubahan

komunitas Samin di Blora. Faktor ketiga, adalah adanya tokoh penggerak,

misalnya Kepala Desa atau pejabat pejabat pemerintah yang menjadi agent of

Change komunitas Samin menjadi masyarakat umum.

Tabel 63 Karakteristik masyarakat Samin

No Karakter A B C D E 1 Mayoritas pekerjaan a. Hanya bertani + + + + b. Pekerjaan lain + + + c. PNS/ABRI + + 2 Kepercayaan/ Agama a. Agama Adam + + + b. Islam + + c. Lain 3 Ketaatan menjalankan ajaran Samin a. Kuat + + + b. memudar + + 4 Sekolah formal a. Tidak boleh + + b. Boleh + + + + 5 Penganut Samin yang berdagang a. Tidak ada + + b. ada + + + 5 Hubungan dengan pemerintah a. harmonis + + + + b. kurang harmonis + 7 Gerakan lingkungan a. Tidak ada + + + + b. Ada + 8 Ketokohan pemimpin a. kuat + + + a. kurang + + 9 Sifat gotong royong a. kuat + + + + + b. lemah 10 Penegakan kejujuran a. kuat + + + + + b. lemah 11 Kebanggaan generasi muda menjadi petani a. kuat + + + b. kurang + + Keterangan: A. Larikrejo & Kaliyoso (Kudus), B. Sukolilo (Pati), C. Klopoduwur Blora, D.

Tambak Blora E. Jepang (Bojonegoro)

Perbedaan karakter yang ditunjukkan oleh masyarakat Samin lebih

disebabkan karena letak pemukiman yang terpisah satu dengan lainnya.

Interaksi komunitas satu dengan lainnya erat atau renggang berkaitan dengan

jarak dan ada atau tidaknya ikatan perkawinan diantara mereka. Interaksi antara

komunitas Samin di Sukolilo Pati dan Kaliyoso Kudus cukup kuat, karena letak

Page 231: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

205

berdekatan dan adanya ikatan keluarga diantara mereka. Sedang ikatan dengan

komunitas Samin di Blora dan Bojonegoro agak renggang karena faktor jarak

yang cukup jauh, dan sedikitnya ikatan keluarga dari hasil perkawinan.

Setiap komunitas mempunyai tokoh-tohoh yang dianggap sebagai panutan,

atau pemimpin mereka. Karakter masyarakat juga dipengaruhi oleh karakter

pemimpinnya. Tokoh-tokoh tersebut lebih bersifat sebagai pimpinan lokal yang

secara otomatis dituakan atau dipercaya pengikutnya tanpa adanya pemilihan

atau pewarisan dari pemimpin sebelumnya. Pada masyarakat Samin saat ini

tidak ada pimpinan sentral yang membawahi seluruh komunitas Samin. Tidak

ada kelembagaan secara tradisional mengatur kepemimpinan maupun tatanan

kehidupan yang berlaku. Semuanya berjalan dengan alami, bertahan atau

tidaknya komunitas tersebut sangat ditentukan oleh karakter pemimpin lokal

pada masing masing komunitas.

Meskipun terdapat sejumlah perbedaan diantara mereka namun terdapat

kesamaran diantara mereka yaitu masih menjunjung tinggi ajaran Samin.

Karakter yang menonjol dari masyarakat Samin yang masih dimiliki saat ini

adalah sifat kegotong-royongan, kejujuran, kerendahatian, kesahajaan, sabar

dan nrimo (menerima apa adanya) dalam menjalani kehidupannya. Saat ini

mereka terkonsentrasi menjadi petani di pedesaan. Menjadi petani merupakan

pekerjaan yang paling mulia dan karena merupakan realisasi ajaran mereka yang

berkaitan dengan asal muasal kehidupan manusia yaitu ajaran “Sangkan

paraning dumadi”. Bertani artinya mengolah tanah, atau menghidupkan tanah,

dari tanah mereka berasal dan dari tanah juga mereka mendapatkan

penghidupan.

Sebagai petani mereka mempunyai keterkaitan yang kuat dengan

lingkungan dan sumberdaya hayati. Mereka mempunyai pengetahuan yang baik

bagaimana memanfaatan dan mengelola sumberdaya hayati untuk kehidupan

mereka.

7.2 Hubungan Masyarakat Samin dengan Lingkungan

Interaksi masyarakat Samin dengan lingkungannya yang telah terjalin

sekian lama telah membentuk suatu hubungan timbal balik yang di pengaruhi

oleh sistem budaya (sistem sosial) dan sistem biofisik (ekosistem) (Gambar 32).

Hubungan timbal balik yang erat antara dua subsistem dapat berjalan dengan

baik dan teratur karena adanya energi, materi dan informasi. Arus ini telah

Page 232: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

206

membentuk struktur fungsi yang khas di wilayah masyarakat Samin misalnya

dalam sistem pertanian sawah, sistem pertanian lahan kering di tegalan atau

sistem agroforestri di hutan jati. Sistem sosial membutuhkan arus energi dari

ekosistem, misalnya dalam bentuk pangan, bahan obat-obatan, bahan

bangunan, kayu bakar dan lain-lain. Sebaliknya sistem ekologi membutuhkan

energi dari sistem sosial dalam bentuk idiologi, pengetahuan, teknologi,

kearifan, kebijakan manusia dalam pemanfaatan dan pengeloaan sistem ekologi.

Gambar 32 Interaksi masyarakat Samin dengan lingkungannya ( modifikasi Rambo 1983) Unsur sosial masyarakat Samin meliputi idiologi atau kepercayaan,

pengetahuan dan teknologi, populasi, serta struktur sosial. Ideologi masyarakat

Samin dalam bentuk kepercayaan, perspektif, tata nilai, diantaranya terbentuk

suatu kearifan lokal. Keyakinan dan norma kebaikan diajarkan meliputi kejujuran,

kebersamaan (gotong-royong), kesederhanaan, kemandirian, etos kerja yang

tinggi diwujudkan dalam tindakan mereka dalam mengelola sumberdaya alam

dan lingkungannya. Oleh karena itu banyak pengetahuan dan tata nilai yang

diperoleh dari pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya. Masyarakat yang

berhasil memperoleh pengetahuan dan mengetahui sifat dan perilaku alam

sekitarnya akan memiliki potensi untuk lebih berhasil dalam kehidupan sehari-

hari. Pengetahuan tradisional diekspresikan melalui pemanfaatan sumberdaya

alam menghasilkan mosaik-mosaik lansekap, gaya arsitektur, konstruksi yang

FUNGSI FUNGSI FUNGSI

SISTEM SOSIAL

Ideologi Teknologi

Struktur Sosial Populasi

MASUKAN Energi Materi

Informasi

KELUARAN Energi Materi

Informasi

SISTEM EKOLOGI

Iklim Fisik

Flora Fauna

Page 233: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

207

digunakan, peralatan atau benda seni. Aspek-aspek sosial seperti, sistem

kepimpinan/kelembagaan, sistem pengeloaan tenaga kerja, dan aktivitas

kehidupan lainnya dapat dipandang sebagai turunan dari sistem pengetahuan

mereka.

Masyarakat Samin memiliki kepercayaan atau Idiologi yang sangat

mempengaruhi bagaimana mereka memandang lingkungan alamnya. Mereka

memiliki beberapa pandangan mereka tentang alam semesta dan segala isinya.

Pandangan mengenai langit yang disimbulkan sebagai laki-laki dan bumi yang

disimbulkan sebagai perempuan, pandangan mengenai tanah yang disimbolkan

sebagai perempuan dan tumbuhan merupakan simbol dari laki-laki, sejalan

dengan pandangan mengenai sawah yang merupakan simbol perempuan (istri)

dan suami merupakan pemilik sawah. Pandangan tersebut menggambarkan

adanya dua unsur yang saling melengkapi dan adanya transfer energi antara

dua unsur tersebut sehingga terjadi sinergi untuk menjaga keseimbangan dalam

kehidupan ini. Langit dengan matahari sebagai sumber energi bersinergi dengan

bumi dengan tumbuhan berfungsi sebagai penangkap dan mengoah energi

dalam proses fotosintesis yang akan menghasilkan energi yang dipergunakan

untuk kehidupan di bumi. Tumbuhan bersinergi dengan unsur-unsur tanah,

seperti air, mineral dan bahan organik lainnya memberikan kehidupan bagi

tumbuhan, dan tumbuhan akan menghasilkan biji atau benih untuk pewarisan

generasi berikutnya. Masyarakat Samin merealisasikan pandangan terhadap

alam tersebut dalam bentuk perkawinan. Perkawinan dalam pandangan

masyarakat Samin merupakan hal yang sakral dan penting untuk menghasilkan

generasi penerus yang baik. Pandangan tersebut mengindikasikan bahwa

masyarakat Samin telah mempunyai pengetahuan dan mempraktekkan kaidah

ilmu biologi hasil dari proses mereka belajar dari alam.

Pandangan sederhana mereka terhadap alam semesta, bahwa isi alam

semesta ini hanya terdiri dari dua unsur yaitu wong (manusia) dan sandang

pangan (selain manusia), identik dengan pandangan Rambo (1983) tentang

sistem sosial dan sistem ekologi dan identik dengan pandangan umum mengenai

manusia dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa pandangan masyarakat

Samin mempunyai nilai-nilai universal sesuai dengan kaidah ilmiah atau kaidah

yang kebenarannya diakui oleh masyarakat umum.

Pandangan masyarakat Samin mengenai wong dan sandang pangan

merupakan pandangan yang universal, identik dengan pandangan ilmiah

Page 234: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

208

tentang manusia dan lingkungan, dan sejalan dengan pandangan mengenai

matahari yang dikelilingi oleh planet-planet dalam tatasurya, atau black hole

(pusat galaksi) dengan galaksi-galaksi yang mengitarinya (Gambar 33) . Manusia

itu ‘hidup’ dan sandang pangan adalah ‘penghidupan’, menyatunya dua unsur

antara ‘yang dihidupkan’ (manusia) dengan ‘yang menghidupkan’ (Tuhan), ini

merupakan inti dari ajaran ‘Manunggaling kawulo Gusti’. Alam semesta ini

sebenarnya merupakan satu-kesatuan, semuanya adalah manifestasi atau wujud

adanya Tuhan.

Konsep Wong dan Sandang Pangan Konsep Manusia dan Lingkungan (Soerjani et al. 2008)

Konsep jagad cilik dan jagad gede Susunan tata surya dan alam

Semesta

Gambar 33 Konsep kehidupan masyarakat Samin dan Konsep umum (Ilmiah)

Tingkat pengetahuan dan teknologi yang dimiliki masyarakat merupakan

faktor penting yang mempengaruhi masyarakat dalam menentukan tindakan

dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Masyarakat

Samin sebagian besar (hampir 90%) merupakan petani, dengan tingkat

WONG

SANDANG PANGAN

MANUSIA

LINGKUNGAN

JAGAD GEDE

JAGAD CILIK

Page 235: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

209

pendidikan rendah (60% belum/tidak sekolah), maka pengetahuan dan sistem

teknologi yang berkembang di masyarakat adalah yang berkaitan dengan sistem

pertanian. Dalam bidang pertanian mereka mempunyai teknik teknik bercocok

tanam yang mengadaptasikan dengan kondisi lingkungan. Dalam mengolah

tanah sawah sudah menggunakan peralatan modern seperti penggunaan hand

traktor, genset untuk pompa air, dan dalam proses panen menggunakan mesin

perontok padi (doss). Mereka juga melakukan teknik bercocok tanam seperti

yang dilakukan masyarakat lainnya dengan menggunakan padi bibit unggul,

pupuk kimia, pestisida dan sebagainya.

Dalam hal teknik bercocok tanam padi mereka terbuka dan responsif

terhadap bentuk teknologi pertanian yang didapat dari proses belajar dengan

dari petani lain maupun saran dari penyuluh pertanian. Bahkan dapat dikatakan

masyarakat Samin merespon dengan baik gerakan revolusi hijau yang di

galakkan pada masa Orde baru. Gerakan revolusi hijau dengan segala

kelebihannya saat itu mampu meningkatkan produksi padi pada saat itu. Namun

seiring dengan perjalanan waktu ternyata muncul dampak negatif yang saat ini

terjadi pada petani pedesaan, seperti kerusakan atau berkurangya kesuburan

tanah, hilangnya predator, hilangnya varitas padi lokal dan yang paling penting

adalah hilangnya sistem pertanian tradisional yang dimiliki masyarakat lokal.

Sebagian masyarakat Samin masih mempertahankan sistem pertanian

tradisional seperti penggunaan benih dari hasil seleksi sendiri, penggunaan

pupuk organik/pupuk kandang, cara penanggulangan hama, dan sistem

sambatan (gotong-royong) dalam penggarapan lahan. Dalam penggunaan benih

padi mereka menggunakan benih unggul sesuai anjuran Dinas Pertanian, tetapi

selanjutnya mereka melakukan seleksi sendiri terhadap benih padi yang akan

ditanam berikutnya dengan kriteria: pari mapak (ketinggian tanaman padi rata),

ulen landing (tangkai panjang); jumlah anakan padi banyak. Hal tersebut

menunjukkan bahwa mereka mempunyai pengetahuan dan teknologi tradisional

dalam seleksi bibit.

Dalam teknologi mengolah dan menjaga kesuburan tanah, sebagian besar

petani masih melakukan pemberaan dan pemberian pupuk organik berupa pupuk

kandang. Sebagian kecil dari Masyarakat Samin di Sukolilo dan Blora

mempunyai pengetahuan dan mempraktekkan membuat pupuk organik dan

biopestisida dari urin sapi dengan campuran empon-epon. Mereka mendapatkan

pengetahuan ini dari pelatihan yang diberikan oleh beberapa pihak yang menjadi

Page 236: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

210

mitra masyarakat Samin. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Samin terbuka

terhadap pengetahuan dan teknologi baru yang diberikan kepada mereka.

Terutama teknologi yang berkaitan dengan sistem pertanian mereka.

Hubungan masyarakat Samin dengan lingkungannya telah terjalin secara

turun-temurun selama lebih satu abad keberadaan komunitas mereka. Interaksi

antara komunitas Samin (sistem sosial) dengan lingkungan biofisik (sistem

ekologi) yang telah berlangsung sekian lama menunjukkan bahwa masyarakat

Samin mampu memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam yang ada

dengan baik. Komponen ekosistem masyarakat Samin meliputi kondisi iklim,

tanah, air, satuan lingkungan beserta komponen biologi berupa tumbuhan

budidaya, hewan ternak, hewan liar, hama dan lain-lain.

Pola pemanfaatan dan penggunaan lahan dalam masyarakat pedesaan

menekankan pemanfaatan ruang tertentu untuk mendukung kehidupan

masyarakat di dalamnya. Pola penggunaan lahan ini merupakan hasil kegiatan

berkesinambungan sebagai wujud dari manfaat dan fungsi dalam proses sosial,

ekonomi, administrasi yang mengandung unsur filosofi tertentu yang menjadi

kepercayaan mereka. Satuan lingkungan berupa panggonan (rumah dan

pekarangan), sawah, tegalan, sanggeman (lahan garapan) merupakan bentuk-

bentuk satuan lingkungan yang menggambarkan pola pemanfaatan dan

penggunaan lahan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan ekologi tradisional (traditional ecologycal knowledge)

masyarakat Samin tergambar dari bentuk klasifikasi satuan lingkungan di sekitar

tempat tinggal mereka dan aktivitas yang dilakukan di dalamnya. Pemanfaatan

dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang ada di sekitarnya

merupakan suatu bentuk apresiasi masyarakat terhadap upaya konservasi.

Meskipun mereka sebenarnya tidak mengenal istilah konservasi, namun pada

hakekatnya pembagian wilayah dan pemanfaatannya secara berkesinambungan

merupakan suatu bentuk perlindungan dan pemanfaatan secara lestari dari

sumber alam yang ada.

Secara sederhana masyarakat Samin membagi tata ruang aktivitasnya

dalam dua ruang utama yaitu mondokan (rumah) dan lemah garapan (sumber

mata pencaharian) (Gambar 34). Mondokan (rumah) merupakan tempat aktivitas

keseharian mondoknya (bermukimnya) wong (seluruh anggota keluarga) dan

sandang pangan (segala kebutuhan hidup termasuk hewan ternak yang menjadi

bagian dari kehidupan mereka). Rumah bagi masyarakat Samin selain menjadi

Page 237: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

211

tempat tinggal, juga merupakan ‘sekolah’ yang mengajarkan berbagai nilai-nilai

kebenaran, kejujuran, dan nilai-nilai kehidupan sesuai dengan ajaran atau

keyakinan mereka. Lemah garapan merupakan simbol dari aktivitas untuk

mendapatkan sumber mata pencaharian. Sumber mata pencaharian utama

adalah bertani di sawah, selain itu juga terdapat satuan lingkungan lain yang

dapat digunakan untuk aktivitas mendapatkan penghasilan yaitu tegalan, hutan

jati, sungai rawa dan embung.

Gambar 34 Skema ruang aktivitas masyarakat Samin

Pandangan masyarakat tentang tata ruang aktivitasnya tersebut

menggambarkan kesederhanaan masyarakat Samin dalam memandang hidup

dan kehidupan. Mereka tidak pernah mengkhawatirkan kehidupan masa depan

karena kehidupan mereka sudah jelas. Mereka tidak sekolah formal tetapi tidak

khawatir tidak mendapatkan pekerjaan karena pekerjaan mereka sudah jelas

menjadi petani. Mereka tidak khawatir tidak mendapatkan makan, karena di

lingkungan sudah tersedia sandang pangan. Bila mau trokal (berusaha) maka

pasti akan mendapat hasil.

Hidup sebagai petani bukan sekedar pilihan, tetapi merupakan realisasi

dari keyakinan mereka. Lemah garapan adalah wujud dari sandang pangan atau

sumber penghidupan bagi manusia. Menjadi petani berarti mengolah tanah atau

menghidupkan tanah. Tanah merupakan asal muasal manusia, dari tanahlah

manusia berasal dan dari tanah pula manusia mendapatkan penghidupan. Hidup

menjadi petani berarti selalu mengingat asal usul kehidupan manusia. Bagi

masyarakat Samin menjadi merupakan manifestasi dari ajaran mengenai

“Sangkan paraning dumadi”

Aktivitas Mansyarakat

Mondokan

Lemah garapan

Sawah

Tegalan

Hutan

Aktivitas

Page 238: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

212

7.3 Hubungan Masyarakat Samin dengan Sumberdaya Hayati

Masyarakat Samin mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap

sumberdaya hayati dan lingkungan di sekitarnya. Pengetahuan mereka tentang

keanekaragaman tumbuhan cukup baik terutama terhadap jenis-jenis tumbuhan

yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Keanekaragaman tumbuhan

merupakan suplemen yang penting dalam kehidupan mereka. Sebagai petani

pedesaan kebutuhan hidup mereka dipenuhi sendiri dari hasil usaha tani mereka.

Padi merupakan komoditas utama dari hasil pertanian yang menjadi sumber

pehidupan mereka. Dari hasil pertanian sawah inilah mereka mendapatkan

sumber penghasilan untuk membeli kebutuhan lain yang tidak dapat mereka

hasilkan sendiri.

Kebutuhan subsisten lokal masyarakat Samin terhadap sumberdaya hayati

tumbuhan masih tergantung dari lingkungan sekitar. Subsistensi ini ditunjukkan

pada besarnya pemanfaatan jenis tumbuhan bagi masyarakat. Pada penelitian

ini diperoleh 235 jenis tumbuhan berguna, terdiri dari 205 marga dan 62 suku..

Pemanfaatan terbanyak untuk kebutuhan bahan pangan 118 jenis (31%),

pemanfaatan lain: bahan obat tradisional dan kosmetik 74 jenis (19%), bahan

bangunan 15 jenis, bahan peralatan 16 jenis, tanaman hias 45 jenis, pakan

ternak 27 jenis, kayu bakar 15 jenis, dan untuk ritual 26 jenis (Gambar 35).

Gambar 35 Persentase jumlah jenis tumbuhan berguna berdasarkan kategori pemanfaatan

Sebagai masyarakat petani yang mempraktekkan budidaya pertanian

mereka telah membudidayakan sebagian besar jenis tumbuhan bahan

kebutuhan sehari-hari. Dari 118 jenis tumbuhan bahan pangan lebih dari 85%

Page 239: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

213

(102 jenis) tumbuhan yang dunakan merupakan jenis yang sudah

dibudidayakan, hanya sebagian kecil diambil dari non budidaya. Sumber bahan

makanan pokok masyarakat Samin adalah beras. Bahan pangan sumber

karbohidrat lainnya berupa umbi-umbian dan biji-bijian atau kacang-kacangan.

Sumber bahan makanan tambahan yang paling besar adalah dari kelompok

sayur-sayuran dan buah-buahan (Gambar 36).

Gambar 36 Jumlah jenis tumbuhan bahan pangan yang digunakan oleh

masyarakat Samin

Kebutuhan masyarakat Samin terhadap sumberdaya hayati diwujudkan

dalam praktek-praktek pemanfaatan sumberdaya nabati yang terdapat di sekitar

pemukiman mereka. Masyarakat Samin telah mampu menyediakan kebutuhan

bahan pangannya sendiri. Mereka berusaha membudidayakan berbagai jenis

tanaman pangan di sawah, pekarangan, tegalan atau ladang dengan sistem

tumpang sari (multiple cropping). Padi merupakan hasil utama pertanian mereka.

Keanekaragaman jenis bahan pangan pengganti beras sebenarnya cukup besar,

tetapi karena perubahan pola makanan pokok yang sekarang semuanya

tergantung pada beras, maka peran bahan pangan pengganti menjadi

terpinggirkan.

Berdasarkan intensitas pemanfaatan jenis tumbuhan berguna bagi

masyarakat Samin dapat dibagi dalam kategori intensitas tinggi, intensitas

sedang dan intensitas rendah didasarkan kriteria yang dibuat Turner (1988).

Jenis dengan intensitas tinggi meliputi jenis-jenis tumbuhan yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari secara reguler, harian, musiman atau dalam waktu

berkala, misalnya bahan pangan beras, sayuran, bumbu masakan, obat

Page 240: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

214

tradisional, kayu bakar dan pakan ternak. Intensitas sedang adalah jenis

tumbuhan yang digunakan secara reguler tetapi dalam kurun waktu tertentu, atau

bersifat musiman, misalnya bahan pangan umbi-umbian, bahan minuman.

Sedang intensitas rendah meliputi jenis yang jarang digunakan, misalnya bahan

racun, bahan biopestisida.

Penggunaan jenis bahan pangan (bahan pangan pokok dan tambahan)

dengan intensitas tinggi hanya 24 jenis atau sekitar 21% dari semua jenis

bahan pangan. Sebagian besar bahan pangan intensitas pengunaannya rendah

(43%) dan sedang 36% (Gambar 37). Jenis dengan intensitas penggunaannya

tinggi umumnya lebih sering dibudidayakan, sedang yang sedang atau rendah,

kurang atau bahkan tidak dibudidayakan. Hal ini dapat mempengaruhi

kelestarian kehidupan jenis tersebut sehingga diperlukan stategi tersendiri untuk

mengelola jenis ini.

Gambar 37 Persentase intensitas penggunaan bahan pangan

Berdasarkan penelaahan sifat pemanfaatannya, sebagian besar jenis

tumbuhan digunakan untuk kebutuhan subsisten (hampir 90%) (Gambar 38).

Jenis tumbuhan yang digunakan untuk kebutuhan komersial hanya sekitar 2%

antara lain: tembakau (Nicotiana tabacum), dan kapuk randu (Ceiba pentandra).

Jenis yang dipergunakan untuk kebutuhan subsisten sekaligus komersial kurang

dari 10%. Padi (Oryza sativa), dan jagung (Zea mays) merupakan contoh hasil

pertanian yang digunakan secara subsisten sekaligus komersial. Besarnya

subsistensi lokal merupakan suatu ciri masyarakat tradisional yang perlu di

pertahankan untuk menjaga ketahanan pangan di lingkungan masyarakat Samin.

Page 241: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

215

Gambar 38 Persentase subsistensi pemanfaatan tumbuhan bagi masyarakat masyarakat Samin

Pengetahuan dan Interaksi masyarakat Samin dengan sumberdaya

hewani tercermin dalam berbagai praktek pemanfaatan jenis-jenis hewan yang

terdapat di sekitar mereka. Peran dan pemanfaatan sumberdaya hewan bagi

masyarakat Samin dapat dilihat dari pemanfaatan dan pengelompokannya.

Potensi jenis sumberdaya hewan paling banyak adalah sebagai sumber bahan

pangan (29 jenis) atau 35% dari jenis yang ada (Gambar 39). Tetapi berdasarkan

pengamatan di lapangan ditemukan bahwa kebutuhan bahan pangan sumber

protein berupa daging, telor dan sebagian besar dipenuhi dari hasil membeli dari

pasar.

Gambar 39 Jumlah jenis dan kategori pemanfaatan hewan pada masyarakat Samin Jenis hewan yang mempunyai peran penting bagi masyarakat Samin

adalah hewan ternak sapi dan kambing. Peran ternak besar sapi dan kerbau

telah mengalami pergesaran yang awalnya sebagai alat membantu menggarap

sawah, saat ini lebih berperan sebagai alat investasi dan dijual saat kebutuhan

mendesak. Peran ternak sebagai penyedia pupuk kandang cenderung banyak

Page 242: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

216

ditinggalkan masyarakat, tergantikan dengan pupuk kimia. Padahal sebenarnya

peran ternak ini sangat besar terutama dalam siklus mineral dan hara untuk

menjaga kesubutan tanah di lingkungan masyarakat Samin.

Ketergantungan terhadap sumberdaya hewan saat ini tidak terlalu tinggi.

Hewan dipandang sebagai pelengkap kehidupan atau seperti sandangan

(pakaian) yang sewaktu-waktu bisa digunakan bila senang atau saat diperlukan

atau ditanggalkan bila tidak tidak senang. Belum ada praktek-praktek

pemelihaan secara intensif terhadap jenis hewan ternak atau hewan potensial

lainnya. Sisi positifnya mereka tidak banyak melakukan ekploitasi perburuan

terhadap hewan liar yang terdapat di lingkungan sekitar.

7.4 Strategi Pengelolaan Sumberdaya Tumbuhan Menggunakan Nilai INP dan Nilai ICS

Indeks Nilai Penting (INP) merupakan indeks kepentingan yang

menggambarkan peranan suatu jenis vegetasi dalam ekosistem. Apabila INP

suatu jenis vegetasi bernilai tinggi, maka jenis tersebut sangat mempengaruhi

kestabilan ekosistem (Fachrul 2007). Nilai INP diperoleh berdasarkan

penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif. Indek

kepentingan budaya atau Index of Cultiral signification (ICS) merupakan hasil

analisis etnobotani kuantitatif untuk mengevaluasi atau mengukur kepentingan

sosial budaya suatu jenis tumbuhan bagi masyarakat. Nilai ICS dapat berubah

sesuai dengan kuantitas dan intensitas penggunaan, dan tingkat kesukaan

masyarakat (Turner 1988).

Berdasarkan nilai INP pohon dan tumbuhan bawak (semak, herba, semai)

pada satuan lingkungan pekarangan, tegalan dan hutan jati di sekitar

pemukiman masyarakat Samin dibuat pengelompokan dengan kategori tinggi,

sedang dan rendah. Kategori ini dibuat berdasarkan perhitungan selisih INP

tertinggi dikurangi INP terendah dibagi jumlah kelas kategori. Demikian juga

untuk nilai ICS.

Hasil analisis penggabungan antara nilai INP dan nilai ICS jenis tumbuhan

vegetasi pohon, dan vegetasi tumbuahan bawah di lingkungan masyarakat

Samin ditampilkan pada Lampiran 18 s/d Lampiran 23. Berdasarkan nilai INP

dan nilai ICS tersebut dapat dibuat suatu matrik kategori INP/ICS yang

ditampilkan pada Tabel 64.

Page 243: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

217

Tabel 64 Kategori nilai INP dan ICS serta strategi pengelolaan tumbuhan di lingkungan masyarakat Samin

Kategori INP/ ICS

Satuan lingkungan Strategi pengelolaan Pekarangan Tegalan Hutan jati

INP tinggi ICS tinggi

Pohon: Tectona grandis Bambusa bambos Semak: Leucaena glauca

Pohon: Tectona grandis Semak: Leucaena glauca

Pohon: Tectona grandis Semak: tidak ada

dipertahankan

INP tinggi ICS rendah

Pohon: tidak ada Semak: tidak ada

Pohon: tidak ada Semak: tidak ada

Pohon: tidak ada Semak:tidak ada

Ditingkatkan pemanfaatan nya

INP rendah ICS tinggi

Pohon: Dendrocalamus asper Samanea saman Semak: tidak ada

Pohon: Dendrocalamus asper Samanea saman Leucaena glauca Semak: tidak ada

Pohon: tidak ada Semak: Leucaena glauca

Ditingkatkan pembudidayaan nya

INP rendah ICS sedang

Pohon (17 jenis) al: Psidium guajava Tamarindus indica Cocos nucifera Ceiba pentandra Semak (13 jenis) al: Curcuma xanthoriza Maranta arundinacea Colocasia esculenta Zingiber officinarum Curcuma aeruginosa

Pohon (16 jenis) al: Swietenia mahagoni Sesbania grandiflora Cocos nucifera Melia azedarach Gigantochloa apus Semak (8 jenis) al: Curcuma aeruginosa Zingiber zerumbet Curcuma xanthoriza Zingiber officinarum

Pohon (12 jenis) al: Swietenia mahagoni Senna siamea Melia ezedarach Cesalpinnia sapan Azadirachta indica Semak (3 jenis) Zingiber officinale Zingiber zerumbet Curcuma Xanthoriza

Ditingkatkan pembudidayaannya

INP rendah ICS rendah

>50% jenis Pohon (31 jenis) al: Inocarpus fangifer Eugenia cumini Morinda citrifolia Gnetum gnemon Syxygium javanicum Semak (48jenis) al: Oscimum basilicum Plucea indica Cordyline sp Costus speciocus Solanum torvum

>50% jenis Erioglosum rubiginosum Thevetia peruviana Annona muricata Dracontomelun dao Semak (50 jenis) al: Dioscorea alata Dioscorea aculeata Dioscorea hispida

>50% jenis Garcinia dulcis Eugenia javanica Sterculia foetida Dysoxylum amoroides Buchanania latifolia Semak (24 jenis) al: Acasia farnesiana Macaranga tanarius Caesalpinia sapan Disocorea alata Dioscorea hispida

Secara umum tidak bermasalah, perlu dikaji dan dikembangkan jenis potensial

Berdasarkan Tabel 64 tersebut dapat dilihat pada satuan lingkungan

pekarangan terdapat dua jenis tumbuhan tingkat pohon yang mempunyai nilai

INP tinggi dan ICS tinggi yaitu jati (Tectona grandis) dengan INP 50.27 dan ICS

75; serta pring ori (Bambusa bambos) dengan INP 33.48 dan ICS 60. Pada

tingkat tumbuhan bawah terdapat satu jenis yaitu lamtoro (Leucaena glauca)

Page 244: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

218

dengan INP 34.10 dan ICS 50. Pada lahan tegalan jenis pohon yang

mempunyai INP tinggi dan ICS tinggi adalah jati (Tectona grandis) dengan INP

94.39 dan ICS 75. Serta pada tumbuhan bawah adalah lamtoro (Leucaena

glauca) yang mempunyai nilai INP 25.17 dan ICS 50. Sedang pada hutan jati

jenis yang mempunyai kategori INP tinggi dan ICS tinggi adalah jati (Tectona

grandis) dengan INP 157.12 dan ICS 75. Stategi pengeloalan yang dilakukan

terhadap jenis yang mempunyai INP tinggi dan ICS tinggi adalah dengan tetap

mempertahankan jenis-jenis tersebut, karena secara ekologi mendukung

kehidupannya dan secara sosial budaya banyak diperlukan masyarakat.

Jenis tumbuhan dengan nilai INP tinggi dan ICS rendah, mengindikasikan

bahwa jenis tersebut mempunyai kesesuaian hidup pada lingkungan tersebut

sehingga tersedia cukup, tetapi jenis tersebut kurang dipergunakan masyarakat.

Pada lingkungan masyarakat Samin tidak ditemukan tumbuhan yang

mempunyai kategori INP tinggi, ICS rendah. Jenis tumbuhan yang banyak

tersedia di lingkungan umumnya sudah dimanfaatkan dengan baik oleh

masyarakat Samin.

Pada lingkungan masyarakat Samin terdapat jenis tumbuhan yang

ketersediaan di lingkungan rendah (INP rendah) tetapi banyak dipergunakan

masyarakat (ICS tinggi) yaitu Meh (Samanea saman) dengan INP 5.79 dan ICS

53; serta pring petung (Gigantochloa asper) dengan INP 8.68 dan ICS 52. Kayu

meh disukai masyarakat sebagai kayu bakar yang berkualitas baik. Sedang pring

petung banyak dipergunakan masyarakat untuk berbagai peralatan. Strategi

pengelolaan yang perlu dilakukan untuk mengatasi jenis yang mempunyai INP

rendah dan ICS tinggi adalah dengan meningkatkan pembudidayaannya, untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat dan melestarikan jenis tersebut.

Kategori lain yang perlu diperhatikan adalah jenis tumbuhan yang

mempunyai INP rendah tetapi nilai ICS sedang. Artinya jenis-jenis tersebut

dipergunakan masyarakat dalam jumlah sedang namun ketersediaannya rendah.

Meliputi sejumlah pohon dan tumbuhan bawah yang digunakan oleh masyarakat,

misalnya kelapa (Cocos nucifera), asem jawa (Tamarindus indica), dan sejumlah

bahan obat atau bumbu masakan seperti jahe (Zingiber officinale) dan temu

ireng (Curcuma aeroginusa). Secara umum jenis tersebut tidak bermasalah

dapat dipenuhi dengan membeli dari luar. Namun dapat menjadi masalah apabila

penggunaan semakin meningkat dan jenis tersebut tidak terdapat dipasaran,

Page 245: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

219

maka perlu dilakukan tindakan dengan mengintensifkan pembudidayaan jenis-

jenis tersebut.

Kategori tumbuhan dengan INP rendah dan ICS rendah merupakan

kelompok yang paling besar jumlah jenisnya, lebih dari 50% jenis tumbuhan

yang terdapat di lingkungan masyarakat Samin termasuk dalam kategori ini.

Ketersediaan jenis tersebut dari frekuensi, kerapatan maupun dominansinya

rendah, serta pemanfaatannya oleh masyarakat pun rendah. Jenis tumbuhan

pada tegakan pohon yang ketersediaanya rendah dan pemanfaatan rendah

antara lain: gayam (Inocarpus fangifer), Kleyu (Erioglossum rubiginosum), bendo

(Artocarpus elasticus), Salam (Eugenia polyanta); tumbuhan buah-buahan antara

lain juwet (Eugenia cumini), langsep (Lansium domesticum), delima (Punica

granatum), jambu klampok (Eugenia javanica). Jenis-jenis tersebut sebenarnya

tidak bermasalah, tetapi karena jumlah jenisnya cukup banyak maka perlu

dikakukan pengkajian potensi pemanfaatan maupun budidayanya terhadap

beberapa jenis tanaman potensial sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut.

Jenis tumbuhan bawah dengan INP rendah dan ICS rendah mencakup

beberapa tanaman pangan seperti Garut (Marantha arundinacea), Gembili

(Dioscorea aculeata), gadung (Dioscorea hispida) uwi (Dioscorea alata), tales

(Colocasia esculenta) dan suweg (Amorphopalus campanulatus). Jenis-jenis

tersebut merupakan tanaman pangan alternatif yang potensial, tetapi banyak

ditinggalkan masyarakat. Intensitas penggunaan yang rendah dan ketersediaan

di alam rendah, maka lambat laun jenis-jenis tersebut akan hilang. Dari

kelompok tumbuhan obat dan rempah misalnya bengkle (Zingiber purpureum),

Dlingo (Acorus calamus), Pule (Alstonia scolaris) dan lain-lain. Tindakan yang

perlu dilakukan terhadap jenis ini adalah mengkaji kembali potensi pemanfaatan,

potensi ekonomi, potensi ekologi, dan prospek pengembangan jenis-jenis

potensial. Jenis yang potensial perlu dikembangkan dan disosialisasikan pada

masyarakat untuk pemanfatan dan pembudidayaannya, sehingga memacu

masyarakat untuk membudidayakan dan memanfaatakan jenis tersebut. Dengan

upaya tersebut diharapkan dapat melestarikan jenis-jenis tersebut.

7.5 Pengelolaan Sumberdaya Hayati dan Pengembangan Kampung Samin Masa Depan

Masyarakat Samin adalah masyarakat yang “termarginalkan ” oleh stigma

negatif dan ketidak berpihakan penguasa terhadap masyarakat kecil. Pada sisi

Page 246: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

220

lain mereka mampu berswasembada pangan, mandiri dalam kehidupan sosial

dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup. Membangun masyarakat desa

yang mandiri merupakan visi desa 2030 yang dirumuskan oleh beberapa pakar.

Pengertian mandiri dalam visi desa 2030 (Satria et al. 2011), diartikan sebagai

masyarakat desa yang mempunyai kualitas memenuhi sarana prasarana dasar,

memenuhi kebutuhan pangan, menciptakan lapangan pekerjaan dalam desa,

membangun pendidikan berbasis lokal, membangun identitas yang berbasis nilai

budaya lokal, merencanakan pembangunan sendiri dan merumuskan

kesejahteraan ekonomi sendiri. Aspek kemandirian tersebut belum sepenuhnya

terpenuhi, namun setidaknya dalam pemenuhan kebutuhan pangan, kebutuhan

dasar, menciptakan lapangan kerja dan membangun identitas yang berbasis

lokal telah diwujudkan oleh masyarakat Samin.

Masyarakat desa dihadapkan pada masalah keterbatasan sumberdaya

alam yang sampai saat ini masih menjadi sumber nafkah masyarakat desa.

Keterbatasan ini menurut Satria et al. (2011) disebabkan oleh tiga hal, (1)

ketimpangan penguasaan Sumberdaya alam, (2) konversi lahan pertanian

menjadi lahan lain, (3) penurunan kualitas sumberdaya alam. Ketimpangan

sumberdaya alam ini ditunjukkan oleh adata bahwa 0.02% penduduk Indonesia

menguasai 56% aset dan 70% dari aset yang dikuasai adalah tanah. Di sisi lain,

lebih dari 46.61% petani Indonesia merupakan petani gurem yang hanya

memiliki tanah kurang dari 0.25ha (Soetarto 2007 dalam Satria et al. 2011)

Kemiskinan dan kelaparan masih mendera jutaan rakyat Indonesia. Hal ini

tidak lepas dari kebijakan yang mengabaikan pangan lokal yang telah terbukti

berabad-abad lalu telah memberi makan dan kehidupan masyarakat tradisional

Indonesia secara mandiri dan berdaulat. Kearifan pemanfaatan pangan lokal

banyak tersingkirkan dengan arus modernisasi yang berorientasi materialistik,

skala besar, seragam, jangka pendek. Sumberdaya pangan lokal dan sumber-

sumber hayati liar yang belum sempat dinikmati masyarakat luas telah banyak

yang hilang. Kebijakan yang hanya berfokus pada peningkatan satu sumber

pangan secara nasional yaitu beras dan mengabaikan sumber pangan lainnya

telah membunuh karakter dan mental masyarakat pengguna pangan lokal non

beras. Pada gilirannya terjadi eliminasi secara perlahan terhadap sumber-sumber

pangan lokal yang sangat berharga bagi kelangsungan keanekaragaman hayati

(Zuhud 2011).

Page 247: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

221

Meskipun dihadapkan pada keterbatasan sumberdaya alam dan

keterbatasan kemampuan sumberdaya manusia namun masyarakat Samin

terbukti mampu beradaptasi dengan melakukan serangkaian aktivitas dan

tindakan untuk mempertahankan kehidupannya.

Satu hal penting yang perlu ditekankan bahwa masyarakat Samin jarang

mengalami krisis pangan. Cara yang dilakukan untuk menjaga ketersediaan

pangan (beras) adalah dengan selalu menyimpan sebagian hasil panen untuk

kebutuhan pangan dan kebutuhan lainnya, hingga mencukupi sampai masa

panen berikutnya. Penyimpanan dilakukan sendiri setiap keluarga maupun

secara kolektif pada lumbung padi, seperti yang dilakukan oleh masyarakat

Samin di Pati dan Kudus. Bila persediaan beras sendiri habis mereka

mempunyai tradisi saling meminjam beras pada tetangga yang masih punya

persediaan. Bila keadaan tidak memungkinkan baru mereka membeli di pasar

atau di tempat lain. Hal ini merupakan bentuk strategi sederhana bagaimana

mereka menjaga ketahanan pangan. Strategi adaptasi dibidang pertanian dilakukan teknik bercocok tanam yang

mengadaptasikan dengan kondisi lingkungan. Dalam sistem pertanian sawah

mereka sudah mengguna cara-cara pertanian modern dengan menadaptasikan

sistem pertanian tradisional seperti penggunaan benih dari hasil seleksi sendiri,

penggunaan pupuk organik/pupuk kandang, cara penanggulangan hama, dan

sistem sambatan (gotong-royong) dalam penggarapan lahan.

Masyarakat Samin juga menerapkan sistem agroferestri. Sistem

agroforestri adalah sistem pertanian dan penggunaan lahan dimana pepohonan

berumur panjang dan tanaman pangan atau pakan ternak berumur pendek

diusahakan pada petak yang sama dalam suatu pengaturan ruang datau waktu

(Foresta et al. 2000). Pekarangan dan tegalan di pedesaan sekitar pemukiman

masyarakat Samin bisa dikatakan merupakan suatu kawasan agroforestri karena

pada lahan tersebut dibudidayakan berbagai sumberdaya tanaman yang

awalnya dari hutan dan sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Jenis

tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman obat serta berbagai jenis tanaman

lainnya sangat penting untuk menunjang kehidupan masyarakat. Keuntungan

sosial ekonomi dan ekologi dari pekarangan maupun tegalan tersebut antara lain

dapat dilihat peranannya dalam perbaikan gizi, peningkatatan pendapatan atau

penghematan belanja keluarga, cadangan sumberdaya saat ekonomi sulit,

perlindungan tanah, pelestarian kultivar dan sebagainya.

Page 248: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

222

Teknik adaptasi yang dikembangkan masyarakat Samin dalam bidang

pertanian dengan sistem pertanian sawah, dan pertanian lahan kering sangat

penting bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Samin. Hasil panen padi

(Oryza sativa) berperan penting sebagai penyedia bahan pangan pokok dan

barang komersial (dijual) untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Panen jagung

(Zea mays) saat musim kemarau atau dari hasil sistem tumpangsari di lahan

perhutani merupakan komoditas penting setelah padi. Sistem budidaya dengan

sistem tumpang sari telah berperan mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari

terutama untuk kebutuhan pangan.

Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan

sumberdaya hayati masyarakat Samin adalah makin terkikisnya kekayaan

sumberdaya hayati lokal akibat sistem pembudidayaan yang hanya

mengintensifkan jenis tertentu yang bernilai ekonomi atau jenis yang intensitas

penggunaannya tinggi. Hal ini juga tidak lepas dari sentralisasi kebijakan

pemerintah yang telah berperan besar menghilangkan berbagai kekayaan hayati

lokal, bahkan oleh Zuhud (2009) dikatakan bahwa kondisi ini telah berperan

besar dalam melemahkan keunikan sistem kedirian masyarakat lokal.

Penerapan teknologi pertanian pada masyarakat Samin pada saat ini telah

banyak melupakan dan mengabaikan hubungan alami diantara berbagai

subsistem, sehingga manfaat yang bisa didapatkan terbatas, tidak mampu

berkembang sesuai tuntutan jaman, atau bahkan menimbulkan kerusakan

lingkungan yang berakibat menurunnya kualitas kehidupan manusia. Gerakan

pertanian sawah ‘padinisasi’ yang intensif diterapkan masyarakat Samin tanpa

disadari telah mendorong mengkonsumsi nasi sebagai satu-satunya makanan

pokok. Jagung, ubi kayu, uwi, gadung, gembili dan berbagai sumber alternatif

pangan lainnya yang menjadi sistem ‘keunikan dan kedirian’ masyarakat

pedesaan semakin terpinggirkan.

Sumberdaya hayati lokal dan pola pertanian tradisional yang dimiliki oleh

masyarakat Samin yang sebenarnya memiliki keunikan dan kedirian saat ini

tidak dikembangkan dengan baik. Pengetahuan yang berbasis teknologi dan

sumberdaya lokal telah diganti dengan pengetahuan dan teknologi modern yang

mengacu pada sistem barat. Hal ini akan mengancam kemandirian dan

ketahanan pangan masyarakat lokal.

Keunggulan komparatif pertanian daerah tropis terletak pada tanaman

tahunan yang dapat menghasilkan agregat bahan organik paling tinggi di dunia,

Page 249: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

223

suhu udara dan curah hujan yang tinggi merupakan unsur yang menentukan

(Nataatmadja 2007; Zuhud 2009). Kelestarian sumberdaya hayati pertanian dan

besarnya manfaat yang kita capai sangat tergantung pada kemampuan kita

mengembangkan siklus tanaman dengan hewan ternak. Kawasan lingkungan

masyarakat Samin sebagian besar merupakan daerah kering yang mempunyai

sumberdaya hayati dan lingkungan yang khas dan unik. Oleh karena itu perlu

dikembangkan sistem pengelolaan yang berbasis kenunikan sumberdaya lokal

dan kearifan lokal masyarakat setempat sehingga lebih operasional

penerapannya.

Sistem pengelolaan sumberdaya alam mempunyai target utama

pemanfaatan yang berkelanjutan (sustainable use) didasarkan pada prinsip

manfaat bersama dan saling timbal balik untuk menjaga keseimbangan sosial

dan keselarasan dengan alam sekitar (Purwanto et al. 2004). Pada dasarnya

terdapat tiga dimensi peran sumberdaya hayati bagi kita yaitu peran yang

berdimensi ekologi, ekonomi dan dimensi etik. Dimensi ekologi dari

keanekaragaman hayati sangat jelas manfaatnya dalam fungsi ekosistem,

namun peran dimensi ekologi atau etik sering diabaikan. Pada umumnya

penguasa (pemerintah) lebih mengutamakan peran ekonomi yang manfaatnya

lebih nyata. Ketiga dimensi keanekaragaman hayati tersebut merupakan

kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila pengelolaan sumberdaya hayati tidak

mengacu pada kepentingan tiga dimensi tersebut maka dapat dipastikan bahwa

sumberdaya hayati akan mengalami kerusakan seperti yang banyak terjadi di

berbagai wilayah di Indonesia.

Dalam kaitan dengan pengelolaan sumberdaya hayati masyarakat Samin

maka diajukan konsep seperti pada Gambar 40 menunjukkan skema mengenai

konsep pengelolaan keanekaragaman hayati yang dapat digunakan sebagai

acuan dan rambu-rambu kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya alam hayati

masyarakat Samin, dimodifikasi dari konsep yang dikemukanan Purwanto et al.

(2004).

Sebagaimana layaknya masyarakat di Indonesia yang hidupnya sangat

tergantung dari sumberdaya alam, setiap kelompok masyarakat atau etnik

memiliki sistem pengelolaan sumberdaya alam tersendiri. Demikian pula

masyarakat Samin dalam mengelola wilayah dan sumberdaya alamnya mereka

mempunyai sistem tersendiri yang dikembangkan berdasarkan tingkat kemajuan

Page 250: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

224

budaya dan kondisi lingkungannya. Diantara pengetahuan yang dimiliki adalah

pengetahuan mereka terhadap sumberdaya hayati dan lingkungan.

Gambar 40 Konsep pengelolaan sumberdaya hayati lokal masyarakat Samin (Modifikasi Purwanto et al. 2004)

Pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat Samin mengenai

pengelolaan sumberdaya hayati dan lingkungan merupakan bentuk kearifan

yang sepantasnya di pertahankan atau dilestarikan. Menjaga kelestarian budaya

lokal artinya harus mempertahannya masyarakat lokal tersebut. Pengetahuan

lokal yang dimiliki masyarakat Samin penting untuk dipertahankan sebagai

kekayaan budaya bangsa yang bernilai luhur, maka pihak pemerintah setempat

perlu menetapkan suatu kebijakan untuk melindungi masyarakat Samin beserta

sumberdaya hayati dan lingkungannya. Bentuk perlindungan tersebut berupa

penetapan ’cagar budaya’ pada lingkungan pemukiman masyarakat Samin

yang sekarang masih ada. Langkah yang perlu ditempuh adalah pembentukan

kelembangaan komunitas Samin dan pemetaan yang lebih komprehensif dimiliki

masyarakat Samin.

Gagasan pembentukan cagar budaya ‘Kampung Samin’ sebagai pusat

pelestarian budaya dan keanekaragaman hayati lokal diperlukan untuk

mendukung ketahanan pangan dan kemandirian desa. Potensi keanekaragaman

KEANEKARAGAMAN HAYATI LOKAL

Dimensi Ekologi Dimensi ekonomi Dimensi etik

1. Kekayaan jenis, distribusi

2. Peran dan fungsi dalam ekosistem

Berguna Nilai ilmiah dari Keanekaragaman hayati, merupakan warisan kemanusiaan

Komersial subsisten

Keuntun-gan

ANCAMAN

Pengelolaan SDH Pembangunan Berkelanjutan

Page 251: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

225

hayati yang dikaitkan dengan pelestarian dan pemanfaatan dari masyarakat lokal

dipopulerkan dengan istilah bio-cultural-diversity (Mafii 2005; Zuhud 2011), ini

juga menguatkan gagasan pembangunan masyarakat kecil yang digagas oleh

Rachman (2008). Pengembangan Kampung Samin diharapkan terwujud

konservasi sumberdaya hayati dan lingkungan masyarakat Samin berbasis

budaya lokal untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri, sejahtera, kuat dan

tangguh dalam menghadapi era globalisasi dan ancaman krisis ekonomi global.

Gambar 41 menunjukkan gambaran strategi yang diungkapkan pakar kedaulatan

pangan Mulvany (2011) yang diacu Zuhud (2011) untuk membangkitkan

produktivitas masyarakat desa.

Gambar 41 Konsep pengembangan Kampung Samin (Modifikasi Mulvany 2011; Zuhud 2011)

Prinsip-prinsip untuk mencapai kedaulatan pangan menurut Mulvany

(2011) yang diacu Zuhud (2011) antara lain: (1) makanan diperuntukkan bagi

manusia sebagai hak pangan bukan untuk komoditas ekspor; (2) menghormati

nilai dan hak petani sebagai penyedia makanan bukan mengusir petani dari

lahan; (3) membuat sistem pangan lokal, bukan mempromosikan

memperdagangkan global yang tidak adil; (4) membangun lokal kontrol, bukan

pengekangan dengan Trans National Corporate, (5) membangun pengetahuan

dan ketrampilan masyarakat lokal, bukan bergantung pada teknologi asing; (6)

bekerja sesuai kaidah lingkungan, bukan menggunakan metode yang

membahayakan fungsi ekosistem.

A

B

C C=cagar budaya Kampung Samin (Low external input production)

IPTEKS (pro rakyat, ramah lingkungan, eko-teknologi)

B= tingkat produktivitas berjalan saat ini

A=industri, simplified (hight external input production

Ketersediaan bahan pangan, obat-obatan dll

Rendah ...............KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN DAYA LENTING.....................Tinggi Tinggi....................................................BIAYA KARBON............................................. Rendah Tinggi .............................................CORPORATE CONTROL.......................................Rendah Rendah ....................................KEDAULATAN PANGAN............................... Tinggi

Page 252: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

226

Selanjutnya Zuhud (2011) menyebutkan ada tiga faktor penting yang perlu

diperhatikan dalam menerapkan konsep pengembangan masyarakat kampung

konservasi hutan dan keanekaragaman hayati Indonesia dalam menghadapi era

global, dan relevan untuk diacu dalam konsep pengembangan kampung Samin,

yaitu; (1) pengelolaan secara terpadu unit ekosistem dan keanekeragaman

hayati lokal masyarakat kecil; (2) penerapan ekoteknologi, teknologi ramah

lingkungan, mandiri berbasis pengembangan indegenous knowledge, dan (3)

tolok ukur kemakmuran adalah income masyarakat kecil bukan income perkapita.

Pengembangan kampung Samin masa depan diharapkan tetap

mempertahankan masyarakat Samin manjadi masyarakat yang mandiri dengan

karakteristik budaya yang dimilikinya. Untuk itu diperlukan peran perguruan

tinggi untuk mengembangkan dan mengaplikasikan teknologi yang pro rakyat,

ramah lingkungan dan tetap berbasis pada sumberdaya potensi lokal.

7.6 Pelajaran yang Dapat Diambil dari Studi Kearifan Lokal Masyarakat

Samin dalam Mengelola Sumberdaya Hayati dan Lingkungannya

Masyarakat Samin mempunyai pengetahuan dalam pengelolaan

sumberdaya hayati dan lingkungannya yang sesuai dengan kaidah ekologi

seperti yang ditunjukkan pada teknik adaptasi yang mereka kembangkan:

1. Pengetahuan tradisional di bidang pertanian: Masyarakat Samin masih

memiliki kebanggaan yang tinggi berprofesi sebagai petani, karena menjadi

petani merupakan pekerjaan yang paling mulia. Mereka menjalankan aktivitas

bertani dengan sepenuh jiwa, dalam pandangan mereka sawah ibarat istri,

mereka mengelola sawah sebagaimana mereka memberikan kasih sayang

kepada istri. Dalam pengelolaan aktivitas pertanian mereka masih

menerapkan sistem sambatan yaitu penggunaan tenaga kerja secara gotong-

royong tanpa pengupahan, sehingga menghemat biaya produksi.

2. Pengetahuan tata ruang: masyarakat Samin mempunyai pengetahuan tentang

klasifikasi bentuk satuan lingkungan di sekitar pemukiman mereka. Setiap

satuan lingkungan dimanfaatkan dan dikelola sesuai dengan fungsinya.

Seluruh satuan lingkungan mempunyai manfaat yang saling terkait satu

dengan lainnya sehingga kesemuanya merupakan tempat melakukan aktivitas

dan sumber kehidupannya. Pengetahuan tentang tata ruang tradisional di

kawasan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai landasan pengaturan tata

ruang yang lebih produktif dan ramah lingkungan. Selanjutnya setiap satuan

Page 253: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

227

lingkungan diatur tatacara pemanfaatannya, penguasaannya dan

kelestariannya.

3. Struktur sosial: dalam masyarakat Samin tidak mengenal stratifikasi sosial,

semua masyarakat adalah setara, tidak ada pembedaan golongan, kasta atau

strata sosial. Tidak ada sistim kelembagaan atau kepemimpinan adat yang

resmi, dalam satu sisi hal ini kurang menguntungkan karena tidak ada

pembagian tugas yang jelas sehingga aspek pengaturan pemanfaatan

sumberdaya hayati kurang teratur dan terukur. Namun dalam satu sisi

menguntungkan karena tidak ada kelompok yang mendominasi atau

menguasai sumberdaya alam.

4. Pranata sosial: ajaran tentang kesetaraan antara manusia dengan alam

lingkungannya, prinsip rukun dengan sesama makhluk, prinsip perbuatan

baik terhadap sesama, prinsip kejujuran, prinsip penggunaan milik sendiri dan

tentang hukum karma menjadi landasan yang kuat dalam mengatur

sumberdaya alam, mengatur tata kehidupan, mengatur hubungan dengan

alam dan lain-lain. Prinsip-prinsip ini ditegakkan sebagai perwujutan dari

keyakinan ajaran mereka dan bisa disetarakan dengan ketentuan adat yang

tidak tertulis yang diyakini oleh segenap pemeluknya. Prinsip ini bisa dianggap

sebagai ‘sistem tersendiri’ yang cukup efektif menjaga kelestarian

sumberdaya alam dan lingkungan sekitar.

5. Ajaran moral: kejujuran merupakan satu sikap moral yang dijunjung tinggi oleh

masyarakat Samin. Kejururan diterapkan dalam berintaraksi dengan sesama

manusia, sesama makhluk atau pada alam. Masyarakat Samin pantangan

mengambil atau menggunakan apa yang bukan hak miliknya. Apa yang

terlihat secara lahir sama dengan apa yang ada dalam batin mereka,

bagaimana mereka memperlakukan dirinya dilakukan juga terhadap

sesamanya. Keserasian atau keharmonisan interaksi sesama manusia

maupun dengan alam merupakan suatu cita-cita yang ingin diwujudkan

masyarakat Samin dalam kehidupannya. Kejujuran merupakan suatu bentuk

aksi yang diharapkan berimplikasi pada reaksi yang sama, sehingga terjalin

keharmonisan hubungan diantaranya. Kejujuran yang dipegang teguh

masyarakat Samin merupakan pelajaran yang sangat berharga, yang dapat

digunakan sebagai pelajaran bagaimana menegakkan moralitas bangsa

6. Kemandirian: Kemandirian dalam sistem pertanian telah banyak mengalami

pengikisan. Revolusi hijau dengan segala aktivitasnya telah mengubah

Page 254: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

228

sistem tradisional yang berbasiskan lokal menjadi sistem pertanian yang

bergantung pada kebijakan pemerintah. Namun mereka masih tetap

mengakomodasi bentuk tradisional misalnya dalam penyediaan benih, dan

penggunaan tenaga kerja. Dalam penyediaan bahan pangan terutama beras

mereka mempunyai strategi tersendiri sehingga hampir selalu tercukupi.

Dalam beberapa hal masyarakat Samin memiliki ‘sistem mandiri’ antara lain

sistem perkawinan, sistem pendidikan, sistem sosial. Adanya ‘sistem mandiri’

menyebabkan masyarakat sering menghadapi benturan dengan pemerintah

maupun masyarakat lain dan sering dicap sebagai anti pemerintah, padahal

sebenarnya mereka hanya ingin menjalankan apa yang menjadi keyakinan

mereka. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah setempat dan

dimusyawarahkan untuk mendapatkan jalan keluarnya.

6. Terbentuknya masyarakat Samin akibat tekanan pemerintah kolonial Belanda

saat itu, dapat dijadikan pelajaran bagi bangsa Indonesia bagaimana

mempertahankan jatidiri dan mempertahankan martabat bangsa yang saat ini

dalam tekanan negara maju dan pengaruh kuat globalisasi yang melanda

dunia.

Page 255: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

229

8 SIMPULAN UMUM DAN SARAN

8.1 Simpulan

Masyarakat Samin adalah masyarakat petani pedesaan yang hidup

kesehariannya terkait kuat dan bergantung langsung dengan sumberdaya alam

di lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka mempunyai

interaksi yang kuat dengan sumberdaya hayati dan dan lingkungan yang

dikelolanya. Bentuk-bentuk interaksi masyarakat dengan kondisi ekosistemnya

inilah yang membentuk suatu pola kesatuan hubungan yang unik dan berbeda

dengan masyarakat lainnya. Interaksi dengan sumberdaya alam dan lingkungan

yang telah berjalan secara turun temurun tersebut membentuk sistem

pengetahuan tradisional diantaranya berupa kearifan dalam mengelola

sumberdaya hayati dan lingkungannya. Keseluruhan pengetahuan masyarakat

Samin mengenai sumberdaya hayati dan lingkungan tersebut merupakan

representasi bentuk adaptasi mereka terhadap kondisi biofisik lingkungan untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Pada prinsipnya masyarakat Samin memiliki

sistem pengetahuan yang dapat diadopsi sebagai pelengkap atau alternatif

pengelolaan sumberdaya alam dan pengaturan tata guna lahan kawasan.

Prinsip-prinsip ajaran dan pengetahuan lokal tentang sumberdaya alam dan

lingkungan merupakan elemen penting yang dapat dikembangkan sebagai

alternatif pengelolaan sumberdaya hayati lokal yang berkelanjutan. Oleh karena

itu pengelolaan partisipatif masyarakat dalam rangka pengelolaan sumberdaya

alam hayati dan lingkungan mutlak diperlukan. Berdasarkan analisis hasil penelitian dan uraian pembahasan dengan

pendekatan Etnoekologi, Etnobotani dan Etnozoologi, maka dapat dibuat

kesimpulan mengenai etnobiologi masyarakat Samin adalah sebagai berikut:

1. Prinsip yang diterapkan dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya

hayati dan lingkungan adalah memanfaatkan seperlunya untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka dan selalu menjaga keseimbangan antara sistem

sosial dan keselarasan dengan alam sekitarnya.

a. Terkait degan pandangan masyarakat tentang lingkungan alam, mereka

mempunyai pandangan yang sederhana, alam semesta ini hanya terdiri

dua unsur yaitu wong dan sandang pangan, atau manusia yang hidup

dengan unsur-unsur lingkungan yang memberi penghidupan, keduanya

Page 256: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

230

merupakan kesatuan ibarat manusia dengan Tuhan. Bagaimana mereka

mengelola lingkungan alam ibarat mereka menjaga diri sendiri atau

menghormati TuhanNya.

b. Berkaitan dengan pengetahuan mengenai tata ruang, masyarakat Samin

secara sederhana membagi aktvitas hidupnya dalam dua bagian utama

yaitu aktivitas di mondokan (rumah) dan aktivitas di lemah garapan.

Lemah garapan merupakan representasi dari aktivitas bertani atau ruang

untuk mendapatkan sumber penghidupan. Sawah merupakan ruang

utama aktivitas pertanian mereka.

c. Aktivitas masyarakat Samin tergambar dari bentuk satuan lingkungan dan

praktek pengelolaan sumberdaya hayati yang terdapat di dalamnya.

Masyarakat Samin telah mampu memenuhi kebutuhan bahan pangan

pokok terutama beras, bahkan sebagian dijual untuk memenuhi

kebutuhan hidup lainnya.

2. Sebagai masyarakat petani yang tinggal di pedesaan mereka mempunyai

pengetahuan yang baik terhadap keanekaragaman tumbuhan:

a. Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh lebih dari 300 jenis tumbuhan

yang terdapat di sekitar pemukiman masyarakat Samin. Jenis tumbuhan

berguna jumlahnya tidak kurang dari 235 jenis. Pemanfaatan jenis

tersebut meliputi: bahan pangan (118 jenis), obat tradisional dan kosmetik

(74 jenis), bahan bangunan ( 16 jenis) bahan peralatan (15 jenis), kayu

bakar (16 jenis), Pakan ternak (27 jenis), bahan serat dan tali (3 jenis),

bahan ritual 26 jenis, bahan mitos dan legenda (10 jenis), bahan racun (2

jenis), bahan pengendali hama (16 jenis), indikator lingkungan (5 jenis),

dan tanaman hias dan pagar (45 jenis).

b. Berdasarkan analisis Indeks Kepentingan budaya diperoleh 10 jenis

tumbuhan yang penting bagi masyarakat Samin yakni: Oryza sativa (ICS

122), Tectona grandis (ICS 75), Bambusa bambos (ICS 60), Samanea

saman (ICS 53), Dendrocalamus asper (ICS 52), Leucaena glauca (ISC

50), Musa paradisiaca (ICS 48), Zea mays (ICS 48), Swietenia mahagoni

(47) dan Ceiba pentandra (ICS 45). Nilai kepentingan tumbuhan dapat

berubah dengan seiring dengan perjalanan waktu sesuai dengan nilai

kegunaan, intensitas penggunaan dan tingkat kesukaan masyarakat

terhadap suatu jenis tumbuhan.

Page 257: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

231

3. Masyarakat Samin mempunyai pengetahuan cukup baik mengenai berbagai

jenis hewan terutama yang terdapat di sekitar pemukiman mereka berupa

hewan ternak dan hewan yang berkaitan dengan aktivitas pertanian

masyarakat.

a. Berdasarkan hasil inventarisasi dan wawancara diperoleh sekitar 81 jenis

hewan yang terdapat di sekitar pemukiman masyarakat Samin. Jenis yang

paling banyak adalah dari kelompok Aves (24 jenis), Mamalia (19 jenis),

Pisces (14 jenis), Reptil (7 jenis) Amphibi (4 jenis), molusca (2 jenis),

Crustaceae (2 jenis) dan Oligochaeta (1 jenis).

b. Berdasarkan kategori peran dan pemanfaatannya dapat di bedakan: hewan

sumber protein (21 jenis), hewan peliharaan untuk kesenangan (7 jenis),

hewan pengganggu tanaman budidaya (17 jenis), penganggu hewan

ternak (3 jenis), hewan pemangsa hama (11 jenis), hewan untuk obat (10

jenis), hewan untuk ritual (1 jenis), hewan liar (35 jenis).

4. Untuk strategi pengelolaan sumberdaya tumbuhan bagi masyarakat Samin

dengan membandingkan nilai INP dan nilai ICS dari setiap jenis tumbuhan

dapat dibuat beberapa kategori tumbuhan. Tumbuhan INP tinggi dan ICS

tinggi adalah: Jati (Tectona grandis), pring ori (Bambusa bambos) dan lamtoro

(Leucaena glauca). Strategi pengelolaan yang diperlukan adalah

mempertahankan jenis tersebut. Tidak ditemukan jenis yang yang

mempunyai nilai INP tinggi dan ICS rendah. Jenis yang mempunyai INP

rendah dan ICS tinggi adalah Meh/Ki Hujan (Samanea saman) dan pring

petung (Dendrocalamus asper). Upaya pengelolaan yang perlu dilakukan

adalah meningkatkan pembudidayaan. Jenis tumbuhan dengan INP rendah

dan ICS rendah jumlahnya lebih dari 50% jenis pada tiap satuan lingkungan,

jenis ini kurang penting bagi masyarakat dan ketersediaannya juga rendah,

tetapi perlu dikaji potensi pemanfaatannya dan pengembangannya.

Masyarakat Samin sudah mengenal kayu meh/trembesi (Samanea

saman) sebagai jenis kayu yang mempunyai energi tinggi untuk kayu bakar.

Secara tidak langsung masyarakat Samin sudah mengetahui bahwa kayu

meh (Samanea saman) mempunyai kandungan karbon karbon (C) yang

tinggi. Secara ilmiah jenis tanaman tersebut terbukti mampu menyerap karbon

(C) dalam jumlah tinggi.

5. Masyarakat Samin saat ini sudah banyak mengalami perubahan, mereka

bukan lagi sebagai masyarakat yang anti pemerintah seperti awal

Page 258: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

232

kemunculannya. Saat ini mereka masih tinggal di pedesaan dan tetap

bertahan menjadi petani. Mereka masih mempunyai kebanggaan menjadi

petani, suatu karakter yang tidak banyak dimiliki lagi oleh generasi muda

sekarang. Menjadi petani merupakan pekerjaan paling mulia, dengan

menggarap tanah (sawah) berarti mereka menghidupkan tanah, tanah itulah

asal mula kehidupan mereka. Dengan bertani selalu mengingat asal muasal

mereka, hal itu merupakan bentuk pengamalan ajaran mereka yaitu sangkan

paraning dumadi.

8.1 Saran 1. Masyarakat Samin memiliki kearifan lokal dalam mengelola sumberdaya

hayati dan lingkungan yang dapat diadopsi sebagai pelengkap atau alternatif

untuk pengeloaan dan pemanfaatan sumberdaya alam di kawasan

pemukimannya agar lebih mempunyai nuansa konservasi dan keserasian

antara masyarakat dengan lingkungannya. Pandangan hidup dan prinsip

ajaran yang diterapkan merupakan modal yang kuat untuk dapat menjaga

keserasian dengan alam.

2. Diperlukan kebijakan pemerintah setempat untuk memberikan pengakuan

atas hak-hak masyarakat Samin. Langkah yang perlu ditempuh adalah

membentuk sistem kelembagaan yang membawahi seluruh komunitas Samin

dan melakukan pemetaan yang lebih komprehensif terhadap kawasan milik

masyarakat Samin. Untuk pengembangan masyarakat Samin menjadi

masyarakat madiri yang mempunyai kedaulatan pangan dengan tetap

mempertahankan budaya dan sumberdaya hayati lokal perlu diwacanakan

semacam ‘Cagar budaya' kampung Samin, pada pemukiman Samin yang

masih ada.

3. Dalam bidang pertanian masyarakat Samin sangat terbuka terhadap sistem

pertanian modern hal ini telah berperan menghilangkan bentuk-bentuk

pertanian tradisional yang menjadi pilar kekuatan petani pedesaan. Perlu

disosialisasikan pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,

misalnya sistem pertanian organik yang tetap bertumpu pada sumberdaya

lokal yang tersedia.

4. Dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya tumbuhan dan hewan,

masyarakat Samin masih menerapkan teknik yang sederhana, belum banyak

inovasi dan sentuhan teknologi. Perlu upaya berkelanjutan untuk

Page 259: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

233

memperkenalkan teknologi sederhana dan tepat guna untuk mengelola dan

memanfaatkan sumberdaya lokal.

5. Dalam hal kecukupan pangan masyarakat Samin sudah mampu memenuhi

kebutuhan pangan pokok, namun faktor hama dan perubahan iklim banyak

menyebabkan kegagalan panen yang mengancam ketahanan pangan

mereka. Perlu dilakukan upaya yang lebih intensif untuk diversifikasi bahan

pangan sebagai alternatif bahan pangan pokok beras. Jenis bahan pangan

alternatif potensial yang sudah ada di lingkungan masyarakat Samin dan

perlu dibudidayakan kembali antara lain: Uwi (Dioscorea alata), gembili

(Dioscorea aculeata), ketela rambat (Ipomoea batatas), kentang jowo (Coleus

tuberosus).

6. Kebutuhan kayu bakar bagi masyarakat Samin cukup tinggi, saat ini dirasakan

mencukupi, namun kedepan perlu dilakukan penanaman dan peremajaan

terus-menerus berbagai jenis kayu bakar untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dan kelestariannya tetap terjaga. Jenis kayu bakar yang

mempunyai nilai penting bagi masyarakat dan secara ekologi sesuai untuk

dikembangkan di lingkungan masyarakat Samin adalah: Kayu meh (Samanea

saman), turi (Sesbania grandiflora), dan lamtoro (Leucaena glauca).

Page 260: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

235

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja K. 2008. Dinamika Budaya Lokal. Bandung: CV Indra Prahasta bersama

Pusat Kajian LBPB Al-Susanti N. 2007. Studi Etnobotani tanaman obat pada masyarakat Samin di dusun

Jepang, desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro.[skripsi]. Malang: UNM

Amsikan YG. 2006. Manfaat Kearifan Ekologi Terhadap Pelestarian Lingkungan Hidup.

Suatu Studi Etnoekologi di Kalangan Orang Biboki. Jurnal Kebudayaan AKADEMIKA. Vol.4, No.1

[Anonim] 2005. Laporan Penelitian dan Studi Karst Daerah Pati, Jawa Tengah.

Bandung: Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan kawasan Pertambangan Dirjen Geologi dan Sumberdaya Mineral. Jakarta: Dept. ESDM

[Anonim] 2010. What is Ethnobiology. http:// ethnobiologi.org.about ethnobiologi/ what-is-ethnobiology [20 Januari 2010]

Arybowo S. 2008. Orang Samin dan Pandangan Hidupnya. http://www. kompas. com/

kompas-cetak/0705/10/humaniora/3522042.htm [24 Desember 2008]

Ashton PS. 1982. Dipterocarpaceae. Fl. Mal.1, 9:237-552

Backer CA, van den Brink BRC. 1965. Flora of Java. Vol I-II. Groningen: Noordhoff NV

Backer CA, van den Brink BRC. 1968. Flora of Java. Vol III. Groningen: Noordhoff NV

[Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei Tanah dan Pemetaan Nasional 1999. Peta Tanah Indonesia. Jakarta: Bakosurtanal

[BAPPEDAL JAWA TENGAH] Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Jawa

Tengah. 2004. Kebijakan Keanekaragaman hayati di Jawa Tengah. Semarang: Badan Pengelolaan dan Pengendalian Dampak Lingkungan Propinsi Jawa Tengah

[BPS Blora] Biro Pusat Statistik Blora. 2009. Kecamatan Kradenan dalam Angka 2009.

Blora: BPS Kabupaten Blora [BPS Blora] Biro Pusat Statistik Blora. 2010. Blora Dalam Angka 2010. Blora: BPS

Kabupaten Blora [BPS Bojonegoro] Biro Pusat Statistik Bojonegoro. 2009. Kecamatan Margomulyo

dalam angka 2009. Bojonegoro: BPS Kabupaten Bojonegoro [BPS Kudus] Biro Pusat Statistik Kudus 2010. Kecamatan Undaan dalam Angka 2010.

Kudus: BPS Kabupaten Kudus

Page 261: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

236

[BPS Pati] Biro Pusat Statistik Pati. 2009. Kecamatan Sukolilo dalam Angka 2009. Pati: BPS Kabupaten Pati

[BPS Pati] Biro Pusat Statistik Blora. 2010. Pati dalam Angka 2010. Pati dalam

angka 2010. Pati: BPS Kabupaten Pati Barbour GM, Burk JK, Pitts WD. 1987. Terresterial Plant Ecology. New York:

The Benyamin/ Cumming Publising Company Benda HJ, Castle L. 1969. The Samin Movement. In: Bijdragen toot de Taal-,

Land- en Volkenkunde 125; 2: 207-240 Berkes F, Folke C. 1998. Linking Social and Ecological System for Resilience

and Sustainability. Di dalam: Berkes and Folke C, editor. Linking Social and Ecological System: Management Practices and Spcial Mechanism for Buiding Resiliencies. Cambridge: Cambridge University

Brower JE, Zar JH, Ende CN Von.1990. Filed and Laboratory Methode for

General Ecology. Third Edition. Boulevard, Dubuque: Wm.C Brown Publisher.

[CIFOR] Center for International Forestry Reseach. 2004. Mengekploitasi

keanekaragaman hayati, lingkungan dan pandangan masyarakat lokal mengenai berbagai lanskap hutan. Metode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner. Bogor: CIFOR Indonesia

Conklin HC.1954. An Etnoecologycal Approach to Shifting Agricuture. Dalam

Transaction of the New York of Academy of Science II, (17): 133-142 Cotton CM. 1996. Ethnobotany: Principles and Applications. New York: John

Wiley & Sons Cox WG. 1976. Laboratory Manual of General Ecology. Iowa: Brown Company

Publishers. 195 p. Cunningham AB. 2001. Applied Ethnobotany: People, Wild Plant Use and

Conservation. London: Earshscan Dahlan EN. 2010. Trembesi Dahulunya Asing Sekarang Tidak Lagi. Bogor: IPB

Press Darmastuti R. 2005. Pola Komunikasi Sosial Masyarakat Samin, Khususnya

Komunitas di Sukolilo Pati. [tesis]. Surakarta UNS Djokosoewardi HP. 1969. Saminisme. [skripsi]. Yogyakarta: Jurusan Antropologi

UGM Dove MR. 1985. Swidden agriculture in Indonesia. The subsistence Strategies of

The Kalimantan Kantu. New York: Mouton Publishers Ellen R. 1993. The Cultural Relations of Classification, an Analysis of Nuaulu

Animal Categories from Central Seram. Cambridge: Cambridge University Pres

Page 262: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

237

Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara Foresta H, Kusworo A, Michon G, Djatmiko WA. 2000. Agroforest Khas Indonesia

Sebuah Sumbangan Masyarakat. Bogor: IRD Golar. 2006. Adaptasi sosio-kultural komunitas adat Toro dalam mempertahankan

kelestarian hutan. Di dalam: Soedjito H, editor. Kearifan Tradisional dan Cagar Biosfir Indonesia. Jakarta: Komisi Nasional MAB Indonesia-LIPI Press

Grandstaff S, Grandstaff TB. 1987. Semi Structure Interviewing by Multidicipline

Teams in RRA. KKU Prociding : 69 – 88. Hadi SP. 2009. Manusia dan Lingkungan. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro Hamilton AC, Shenji P, Kessy J, Khan AA, Lagos-White S, Shinwaei ZK. 2003. The

Purpose Teaching of Applied Ethnobotany. UK: WWF, Godalming Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Presindo Hutomo. SS. 1996. Tradisi dari Blora. Semarang: Citra almamater Hutterer K, Rambo AT. 1985. Introduction In Cultural values and Human Ecology in

Southeast Asia. Di dalam: Hutterer KL, Rambo AT & Lovelace G, editor. Michigan: Michigan Paper on Southeas Asia Center for South and Southeast Asian studies The University of Michigan

Iskandar J. 2001. Ekologi Manusia. Manusia Budaya dan Lingkungan. Bandung:

Humaniora Hutama Press [IUCN] International Union for Conservation of Nature. 1980. Strategi Keanekaragaman

Hayati Global. Jakarta: Walhi Johnson LM. 2002. Ethnobiology-Traditional Biological Knowledge in Contemporary

Global Context. Athabasca University. http://www. athabascau. ca/courses/anth/491/unit01.htm [21

April 2012]

Joshi L, Wijaya K, Sirait M, Mulyoutami E. 2004. Indegenous Systems and Ecologycal Knowledge Among Dayak People in Kutai Barat, East Kalimantan. Bogor: World Agroforestri Centre-ICRAF Working Paper No 2004_3

Kadar D, Sudijono. 1994. Geologi Lembar Rembang Jawa Tengah. Departemen

Pertambangan dan Energi. Dirjen Geologi dan Sumberdaya Mineral. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi

Keraf S. 2006. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas King VT. 1973. Some observation of the Samin Movement of the North-Central Java:

Sugestion for the theoretical Analisis of the dynamic of rural Unrest. In: Bijdragen tot de taal, Land-en Volkenkunde 129; 4:457-461

Koentjaraningrat 2005. Pengantar Anthropologi II. Pokok-pokok Etnografi. Jakarta:

Penerbit Rineka Cipta

Page 263: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

238 Mac. Kinnon JR, Phillip K. 1986. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung

di Kalimantan, Sumatra, Jawa dan Bali. Bogor: Birdlife Machfudloh N. 2011. Studi etnobotani tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai

bahan perawatan dan pasca persalinan oleh masyarakat Samin di Kec. Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro. [skripsi]. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim

Maffi L. 2005. Linguistic Cultural and Biological Diversity. Annual Review of

Antropology 35:599-617 Martawijaya A, Kartasudjana I, Sinaga M. 1999. Ciri Umum dan sifat kegunaan

kayu Indonesia. Bogor: Forest Product and Social-economic Researc and Developmen center

Marten GG. 2001. Human Ecology. Basic Consept for Sustainable Development.

London: Earthscan Publication Ltd Martin GJ. 1995. Ethnobotany. London: Chapman and Hall. Mc Neely JA, Miller KR, Reid WV, Mittermeier RA, Werner TB. 1990. Conserving

the World’s Biodiversity. Washington DC: WWF. Mueller-Dumbois DR, Ellenberg H. 1974. Aims and Methods of Vegetation

Ecology. New York: John Willey and Sons Mulder N. 1977. Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press Mumfangati T, et al. 2004. Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Samin

kabupaten Blora Jawa Tengah. Yogyakarta: Penerbit Jarahnitra Nababan A. 2003. Pengelolaan Sumberdaya alam berbasis masyarakat adat.

http://dte.gn.apc.org/AMAN/publikasi makalah [12 Juli 2009] Nataatmadja H. 2007. Melampui Mitos dan Logos Pemikiran ke Arah Ekonomi

Baru. Yogyakarta: Lansekap Parson JR. 1985. Primitive Polluter Semang Impact on the Malaysian Tropical

Rainforest Ecosystem. Anthropological papers 76:3-104 Poejo IA. 1989. Pola penguasaan Pemilikan dan Penggunaan Tanah secara

tradisional daerah Bali. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Dirjen Sejarah dan Nilai Nilai Tradisional

Poluso NL. 2006. Hutan Kaya Rakyat melarat: Penguasaan Sumber Daya dan Perlawanan di Jawa, terjemahan Landung Simatupang. Jakarta: KONPHALINDO

[PPPB] Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Page 264: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

239

Prasetyo B. 2006. Struktur komunitas dan profil vegetasi dalam system pekarangan di desa Jabon Mekar Kecamatan Parung Bogor [tesis] Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB

Prasongko H. 1981. Kekerabatan dan perkawinan pada masyarakat Samin: kasus di

Pedukuhan Bapangan [skripsi]. Yogyakarta: Jurusan Antropologi, Fak sastra dan Kebudayaan UGM

Pringgopawiro, Sukido, 1992. Geologi Lembar Bojonegoro Jawa Timur. Bandung:

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Departemen Pertambangan dan Energi

Purwanto Y. 1993. Studi Etnoekologi Masyarakat Dani-Baliem dan Perubahan

Lingkungan di Lembah Baliem, Jayawijaya, Irian Jaya. Berita Biologi 6(5):661-678

Purwanto Y, Laumonir Y, Malaka M. 2004. Antropologi dan Etnobiologi Masyarakat

Yamdena di Kepulauan Tanimbar. Jakarta: The TLUP Project Director, Tanimbar LUP/BAPPEDA

Purwanto Y. 2007. Ethnobiologi. Ilmu interdisipliner, metodologi, aplikasi, dan

prosedurnya dalam pengembangan Sumberdaya tumbuhan. Bogor: Bahan Kuliah Pascasarjana IPB (inpress)

Purwanto Y, Walujo, EB, Wahyudi A. 2011. Valuasi hasil hutan bukan kayu (Kawasan

Lindung PT Wirakarya Sakti Jambi). Jakarta : LIPI Press Rahman AMA. 2008. Energi dan Eko-Teknologi: Satu Catatan Penelitian Prospek

Pembangunan Masyarakat Kecil Dalam Era Global. Pemikiran Guru Besar Institue Pertanian Bogor, Perspektif Ilmu-Ilmu Pertanian dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Penebar Swadaya dan IPB Press

Rambo TA.1983. Conceptual Approach to Human Ecology. Research Report No.14.

Honolulu: East West Environment and Institute Raynor B, Kostka M. 2003. Back to the Future : Using Traditional Knowledge to

Strengthen Biodiversity Conservation in Pohnpei, Federated States of Micronesia. Ethnobotany Research & Applications. 1 : 55 – 63.

Rosyid M. 2008. Samin Kudus Bersahaja di Tengah Asketisme Lokal. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Rosyid M. 2010. Kodifikasi Ajaran Samin. Yogkarta: Kepel Press Sastroatmodjo SRPA. 2003. Masyarakat Samin, Siapakah Mereka? Yogyakarta:

Narasi Satria A, Rustiadi E, Purnomo AE, Editor. 2011. Menuju Desa 2030. Yogyakarta:

Pohon Cahaya Schmidt FH, Ferguson JHA. 1951. Rainfall Typre Dase on Wet and Dry Period Ration

for Indonesia and Western New Guinea. Jakarta: Djawatan Met. Geofisik

Page 265: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

240 Setiadi D. 2007. Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta:

Universitas Terbuka Setiadi D., Muhadiono I, Yusron A. 1989. Penuntun Praktikum Ekologi. Jakarta:

Departmen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen DIKTI, PAU ITB. Soedjito H, Sukara E. 2006. Mengilmiahkan Pengetahuan Tradisional: Sumber

Ilmu Masa Depan. Di dalam: Soedjito H, editor. Kearifan Tradisional dan Cagar Biosfir di Indonesia. Jakarta: Komite Nasional MAB Indonesia, LIPI

Soekanwo A. 1968. Masyarakat Samin [skripsi.] Yogyakarta: Fakultas Sastra dan

Kebudayaan UGM Soemarwoto O. 1993. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:

Penerbit Djambatan Soerjani M, Ahmad R, Munir R. 2008. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan

Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta: UI Press Soerjani M, Kostermans AJGH, Tjitrosoepomo G. 1987. Weed of Rice in

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Sugiyono 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta Sukari 1993. Kehidupan Masyarakat Samin di Desa Baturejo Kecamatan Sukolilo

Kabupaten Dati II Pati, Propinsi Jawa Tengah. Yogkakarta: Balai Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.

Sukenti K. 2002. Kajian Etnobotani terhadap Serat Centhini [tesis]. Bogor:

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Sumintarsih, Ariani Ch. 2007. Kearifan Tradisional Masyarakat Pedesaan Dalam

Pemeliharaan Lingkungan Alam Kabupaten Gunung Kidul Propinsi DIY. Jakarta: Direktorat Jendral Nilai Budaya Seni dan Film Dept. Kebudayaan dan Pariwisata

Suryadarma 2008. Diktat Kuliah Etnobotani. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta Suwarti T, Wikanto R. 1992. Peta Geologi Lembar Kudus Jawa Tengah.

Bandung: Puslitbang Geologi Tashadi P, Murniatmo G, Susilantini E, Sadilah E. 1998. Kehidupan Masyarakat

Samin Dalam Era Globalisasi di Desa Jepang Margomulyo, Bojonegoro. Jawa Timur. Yogkakarta: Balai Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.

Toledo VM. 1992. What is etnoekologi ? Origin, scop and implications of arising

discipline. ETNOECOLOGI. Vol I(1):59-67 Turner NJ. 1988. The Importance of a Rose: Evaluating the Cultural Significance

of Plants in Thompson and Lillooet Interior Salish. American Anthropologist,

90(2): 272-290.

Page 266: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

241

Usman H, Akbar PS. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara Van Bammelen, RW. 1949. The Geology of Indonesia. Vol VI. The Haque: Govt

Printing office Van Steenis CGGJ.2006. Flora Pegunungan Jawa. Bogor: Puslit Biologi LIPI Vayda AP.1983. Progressive contextualization: Methode for Reseach in Human

Ecology. Human Ecology 3:264-278 Verma AK, Kumar M, Bussman RW. 2007. Medical Plant in urban environment: the

medical flora of Banares Hindu University, Varanasi, Uttar Pradesh. J. Ethnobiol Ethnomed. 3:35-41

Walujo EB. 2009. Etnobotani, Menfasilitasi penghayatan, pemutakhiran pengetahuan

dan kearifan lokal dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan. Dalam Purwanto Y dan Walujo EB, editor. Seminar Etnobotani IV: Keanekaragaman Hayati, Budaya dan ilmu Pengetahuan. Jakarta : LIPI Press

Warsito. 2001. Pergeseran budaya masyarakat Samin [tesis]. Malang: UMM Warto, 2000. Saminisme: Resistensi Petani di Pedesaan Hutan Karesidenan Rembang

pada awal abad ke-20. Etnografi 1:1-11 Whitten AJ, McCarthy C.1993. List of the amphibian and reptil ofJava and Bali.

Biotropica 18:176 Whitten T, Soeriaatmagja RE, Affif SA. 1999. Ekologi Jawa dan Bali (Edisi

Terjemahan). Jakarta: Prenhallindo Whittmore TC.1994. Tropical Rain Forest of The Far East. Oxford: Clarendon Wibowo A. 2004. Pengetahuan lokal kemandirian petani samin dalam usaha tani

[tesis]. Surakarta: Program Pascasarjana UNS Widiyanto 1983. Samin Surosentiko dan koteksnya. Prisma 8: 64-70 Widyarini E. 2008. Saminisme Klopoduwur; Perubahan sosial komunitas Samin di

Blora tahun 1968-1999 [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM Yuniati EM. 2004. Pengaruh faktor sosial budaya dan ekonomi terhadap

keanekaragaman jenis tumbuhan pekarangan pada perkampungan yang dihuni oleh masyarakat Sunda dan Jawa di Kabupaten Brebes [tesis]. Bogor: SPs IPB

Zuhud EAM, 2009. Revitalisasi pengetahuan etnobotani bagi pembangunan

masyarakat kecil (etnis) menuju bangsa yang mandiri dan bermanfaat dalam era global. Dalam Purwanto Y, Walujo EB, editor. Seminar Etnobotani IV: Keanekaragaman Hayati, Budaya dan ilmu Pengetahuan. Jakarta: LIPI Press

Zuhud EAM. 2011. Pemgembangan Desa Konservasi Hutan Keanekaragaman Hayati

untuk mendukung Kedaulatan Pangan dan Obat Keluarga (POGA) Indonesia dalam Menghadapi Ancaman Krisis Baru Ekonomi Dunia di Era Globalisasi. Bogor: IPB Press

Page 267: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

242

Page 268: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

243

LAMPIRAN

Page 269: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

243

Lampiran 1 Analisis vegetasi pohon pekarangan masyarakat Samin Kudus

Nama ilmiah Nama Lokal

KM KR DM DR FM FR INP

Aegle mamelos mojo 0.001 0.98 0.02 0.01 0.09 1.25 2.24 Annona squamosa sirsat 0.001 3.43 0.28 0.15 0.45 6.25 9.83 Artocarpus heterophyllus

nangka 0.001 4.41 0.93 0.50 0.18 2.50 7.42

Averrhoa carambola blimbing 0.001 1.47 0.06 0.03 0.18 2.50 4.01 Bambusa bambos pring ri 0.012 5.88 114.97 62.16 0.45 6.25 74.29 Bambusa vulgaris bambu

kuning 0.001 0.98 0.02 0.01 0.09 1.25 2.24

Baringtonia racemosa putat 0.00 0.49 0.03 0.02 0.09 1.25 1.76 Carica papaya kates 0.001 2.94 0.27 0.15 0.27 3.75 6.84 Ceiba pentandra randu 0.001 2.45 1.16 0.62 0.27 3.75 6.83 Citrus reticulata jeruk

keprok 0.001 1.47 0.12 0.07 0.09 1.25 2.79

Citrusaur antifolis jeruk pecel

0.001 0.98 0.03 0.02 0.09 1.25 2.25

Dendrocalamus asper pring petung

0.001 0.49 0.50 0.27 0.09 1.25 2.01

Eugenia aquea jambu air 0.001 0.98 0.08 0.04 0.18 2.50 3.53 Eugenia javanica jambu

klampok 0.001 0.49 0.04 0.02 0.09 1.25 1.76

Gigantochloa apus pring apus

0.001 0.98 0.32 0.17 0.09 1.25 2.40

Hibiscus tiliaceus waru 0.001 2.45 0.38 0.20 0.27 3.75 6.41 Lanea grandis kayu

kudo 0.001 1.96 0.20 0.11 0.27 3.75 5.82

Leucaena glauca lamtoro 0.001 2.94 0.65 0.35 0.27 3.75 7.04 Mangifera indica Mangga 0.011 12.25 16.14 8.73 0.91 12.50 33.48 Manilkara Zapota sawo 0.001 0.49 0.02 0.01 0.09 1.25 1.75 Morinda citrifolia pace 0.001 0.49 0.00 0.00 0.09 1.25 1.74 Musa paradisiaca Pisang 0.031 33.82 40.23 21.75 0.64 8.75 64.33 Naucle orientalis gempol 0.001 1.96 0.28 0.15 0.18 2.50 4.61 Paraserianthes falcataria

sengon 0.001 0.49 0.04 0.02 0.09 1.25 1.76

Premna integrifolia singkil 0.001 0.98 0.01 0.01 0.09 1.25 2.24 Psidiun guajava Jamb biji 0.001 3.92 0.50 0.27 0.64 8.75 12.94 Samanea saman meh 0.012 5.88 7.20 3.89 0.55 7.50 17.28 Senna ciamea johar 0.001 1.96 0.40 0.21 0.18 2.50 4.67 Sesbania grandiflora turi 0.001 1.47 0.04 0.02 0.18 2.50 3.99 Tamarindus indica asem

jowo 0.001 0.49 0.02 0.01 0.09 1.25 1.75

0.10 100.00 184.95 100.00 7.27 100.00 300.00

Page 270: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

244

Lampiran 2. Analisis vegetasi pohon pekarangan Masyarakat Samin Klopoduwur Blora Nama ilmiah Nama

lokal KM KR DM DR FM FR INP

Annona muricata srikaya 0.002 2.41 0.11 0.32 0.11 1.82 4.55 Annona squamosa sirsak 0.002 2.41 0.16 0.43 0.11 1.82 4.66 Artocarpus heterophyllus

Nangka 0.001 1.81 0.22 0.61 0.33 5.45 7.88

Averrhoa carambola Blimbing 0.001 1.81 0.17 0.46 0.33 5.45 7.73 Bambusa sp pring legi 0.001 1.21 0.32 0.88 0.11 1.82 3.90 Carica papaya Pepaya 0.002 2.41 0.12 0.34 0.33 5.45 8.21 Ceiba pentandra randu 0.000 0.60 0.03 0.09 0.11 1.82 2.51 Cocos nucifera kelapa 0.002 3.01 1.12 3.09 0.33 5.45 11.56 Eugenia aquea jambu air 0.002 3.01 1.14 3.14 0.22 3.64 9.79 Gigantochloa apus pring apus 0.001 1.81 2.87 7.92 0.11 1.82 11.55 Gliricidia maculate Kleresede 0.001 1.21 0.05 0.13 0.11 1.82 3.15 Leucaena glauca Lamtoro 0.002 3.01 0.11 0.32 0.11 1.82 5.15 Mangifera indica Mangga 0.008 9.64 5.62 15.52 0.78 12.73 37.90 Manilkara zapota sawo 0.000 0.60 0.02 0.06 0.11 1.82 2.49 Morinda citrifolia pace 0.001 1.21 0.06 0.17 0.11 1.82 3.19 Morus alba besaran 0.000 0.60 0.00 0.01 0.11 1.82 2.43 Musa paradisiacal Pisang 0.013 16.88 8.69 24.03 0.67 10.91 51.81 Mutingia carambola Kersen 0.001 1.21 0.09 0.26 0.22 3.64 5.10 Psidium guajava Jambu biji 0.005 6.03 0.76 2.09 0.56 9.09 17.21 Samane saman meh 0.001 1.21 0.82 2.27 0.11 1.82 5.29 Senna ciamea Johar 0.001 1.21 0.06 0.17 0.11 1.82 3.20 Spondis dulcis dondong 0.001 1.21 0.07 0.20 0.22 3.64 5.04 Swietenia mahagoni mahoni 0.001 1.21 0.25 0.68 0.11 1.82 3.71 Tamarindis indica Asamjawa 0.000 0.60 0.06 0.16 0.11 1.82 2.58 Tectona grandis Jati 0.015 19.29 9.70 26.82 0.33 5.45 51.56

0.079 100.00 36.19 100.00 6.11 100.00 300.00

Page 271: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

245

Lampiran 3. Analisis vegetasi pohon pekarangan masyarakat Samin Pati

Nama Ilmiah Nama lokal

KM KR DM DR FM FR INP

Anacardium occidentale

Jambu mete

0,001 0,27 0,02 0,01 0,09 1,67 1,94

Annona squamosa Sirsak 0,001 1,86 0,31 0,08 0,18 3,33 5,27 Artocarpus altilis Kluweh 0,001 0,53 0,22 0,06 0,09 1,67 2,25 Artocarpus heteruphyllus

Nongko 0,001 0,80 0,15 0,04 0,27 5,00 5,83

Averrhoa carambola Blimbing 0,001 1,33 0,28 0,07 0,27 5,00 6,40 Caesalpinnia sapan Secang 0,001 2,92 0,63 0,16 0,18 3,33 6,42 Carica papaya Kates 0,001 0,80 0,10 0,03 0,18 3,33 4,15 Ceiba pentandra Randu 0,001 0,27 0,03 0,01 0,09 1,67 1,94 Citrus histrix jeruk

purut 0,001 0,27 0,01 0,00 0,09 1,67 1,93

Cocos nucifera Kelapa 0,001 0,27 0,03 0,01 0,09 1,67 1,94 Dendrocalamus asper

pring petung

0,001 3,45 121,10 31,57 0,18 3,33 38,35

Dracontomelum dao Krau 0,001 0,27 0,03 0,01 0,09 1,67 1,94 Eugenia aquea jambu air 0,001 0,53 0,10 0,03 0,09 1,67 2,22 Gigantochloa apus Bambu

apus 0,001 1,33 17,91 4,67 0,09 1,67 7,66

Gnetum gnemon Mlinjo 0,001 0,27 0,01 0,00 0,09 1,67 1,93 Hibiscus procera Weru 0,001 0,27 0,01 0,00 0,09 1,67 1,93 Inocarpus fagifer Gayam 0,001 1,33 0,98 0,25 0,09 1,67 3,25 Jatropa curcas Jarak 0,001 0,27 0,00 0,00 0,09 1,67 1,93 Leucaena glauca Lamtoro 0,011 10,34 7,38 1,93 0,36 6,67 18,94 Leucaena glauca Klanding 0,001 1,59 0,43 0,11 0,18 3,33 5,04 Mangifera indica Mangga 0,001 2,39 1,47 0,38 0,45 8,33 11,10 Musa paradisiaca Pisang 0,021 15,92 17,53 4,57 0,64 11,67 32,15 Mutingia calabura kersen 0,001 0,53 0,02 0,01 0,09 1,67 2,20 Premna integrifolia Singkil 0,001 0,27 0,00 0,00 0,09 1,67 1,93 Psidium guajava jambu

biji 0,001 1,33 0,32 0,08 0,18 3,33 4,74

Pterocarpus indicus Angsana 0,001 0,53 0,02 0,00 0,09 1,67 2,20 Senna siamea Johar 0,001 0,27 0,02 0,00 0,09 1,67 1,94 Sesbania grandiflora

Turi 0,001 0,27 0,01 0,00 0,09 1,67 1,93

Spondias dulcis Dondong 0,001 0,27 0,07 0,02 0,09 1,67 1,95 Swietenia mahagoni Mahoni 0,011 9,28 5,63 1,47 0,18 3,33 14,09 Tamarindus indica asem

jowo 0,001 0,27 0,01 0,00 0,09 1,67 1,94

Tectona grandis Jati 0,041 39,79 208,71 54,42 0,45 8,33 102,54

0,112 100,00 383,55 100,00 5,45 100,00 300,00

Page 272: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

246

Lampiran 4 Analisis vegetasi Pohon pekarangan masyarakat Samin Tambak Sumber Blora

Nama ilmiah Nama lokal KM KR DM DR FM FR INP

Acassia farnesiana Klampis 0.001 1.04 0.26 0.19 0.13 2.86 4.09 Artocarpus heterophyllus

Nangka 0.005 4.69 2.39 1.77 0.33 7.14 13.60

Averrhoa bilimbi Blimbing wuluh

0.002 1.56 0.15 0.11 0.20 4.29 5.96

Averrhoa carambola

Blimbing 0.003 2.60 0.12 0.09 0.20 4.29 6.98

Bambusa bambos pring ori 0.006 5.73 96.42 71.37 0.20 4.29 81.38 Bridellia sp Gandri 0.002 2.08 0.28 0.21 0.07 1.43 3.72 Carica papaya Kates 0.003 2.60 0.26 0.19 0.20 4.29 7.08 Ceiba pentrandra Randu 0.001 0.52 0.01 0.00 0.07 1.43 1.95 Citrus aurantifolia Jeruk 0.002 1.56 0.02 0.02 0.07 1.43 3.01 Cocos nucifera Kelapa 0.001 0.52 0.04 0.03 0.07 1.43 1.98 Erioglossum rubiginosum

Klayu 0.001 0.52 0.00 0.00 0.07 1.43 1.95

Hibiscus tilliaceus Waru 0.002 1.56 0.15 0.11 0.07 1.43 3.10 Leucaena glauca Lamtoro 0.019 17.19 5.55 4.11 0.53 11.43 32.72 Mangifera indica Mangga 0.008 6.77 2.89 2.14 0.40 8.57 17.48 Morinda citrifolia Pace 0.002 2.08 0.25 0.18 0.27 5.71 7.98 Murayya paniculata

Kemuning 0.001 0.52 0.01 0.01 0.07 1.43 1.96

Musa paradisiaca Pisang 0.008 6.77 2.83 2.09 0.20 4.29 13.15 Psidium guajava jambu biji 0.003 3.12 0.24 0.18 0.27 5.71 9.02 Pterocarpus indicus

Angsana 0.001 0.52 0.02 0.02 0.07 1.43 1.97

Punica granatum Delima 0.001 0.52 0.01 0.01 0.07 1.43 1.96 Samanea saman Meh 0.001 1.04 0.61 0.45 0.13 2.86 4.35 Spondias dulcis Dondong 0.002 1.56 0.14 0.10 0.20 4.29 5.95 Swietenia microphylla

Mahoni 0.007 6.25 4.21 3.11 0.40 8.57 17.94

Syzygium javanicum

jambu air 0.001 1.04 0.06 0.04 0.13 2.86 3.94

Tamarindus indica asem jawa 0.002 1.56 0.28 0.20 0.20 4.29 6.05 Tectona grandis Jati 0.029 26.04 17.91 13.26 0.07 1.43 40.73

0.112 100.00 135.11 100.00 4.67 100.00 300.00

Page 273: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

247

Lampiran 5 Analisis vegetasi pohon pekarangan Masyarakat Samin di Jepang Bojonegoro

Nama jenis Nama lokal

KM KR FM FR DM DR INP

Annona squaosa sirsat 0.001 0.62 0.14 2.00 0.01 0.06 2.68 Artocarpus elasticus Bendo 0.001 0.62 0.14 2.00 0.05 0.28 2.89 Artocarpus altilis kluwih 0.001 1.23 0.29 4.00 0.48 2.86 8.10 Artocarpus heterophyllus

nangka 0.003 3.09 0.29 4.00 0.67 4.01 11.10

Bambusa vulgaris bambu kuning

0.002 1.85 0.14 2.00 0.06 0.39 4.24

Carica papaya pepaya 0.002 1.85 0.29 4.00 0.11 0.69 6.54 Ceiba pentandra Randu 0.001 1.23 0.29 4.00 0.35 2.08 7.32 Cocos nucifera kelapa 0.002 1.85 0.43 6.00 0.30 1.81 9.67 Cynometra sp tayuman 0.003 3.09 0.29 4.00 0.08 0.46 7.54 Eugenia aquea jambu air 0.001 1.23 0.29 4.00 0.06 0.39 5.62 Eugenia cumini juwet 0.001 0.62 0.14 2.00 0.02 0.15 2.77 Ficus septica Awar-

awar 0.001 1.23 0.14 2.00 0.01 0.06 3.29

Glyricidia maculate kleresede 0.001 1.23 0.14 2.00 0.04 0.22 3.46 Gmelina arborea gmelina 0.001 0.62 0.14 2.00 0.02 0.14 2.76 Leucaena glauca lamtoro 0.023 20.37 0.57 8.00 0.87 5.19 33.56 Mangifera indica pelem 0.004 3.70 0.57 8.00 0.71 4.24 15.94 Melia azedarach mindi 0.008 6.79 0.14 2.00 1.22 7.29 16.08 Morinda citrifolia pace 0.001 0.62 0.14 2.00 0.01 0.06 2.67 Morus alba murbei 0.001 0.62 0.14 2.00 0.00 0.03 2.64 Musa paradisiaca pisang

kepok 0.003 3.09 0.14 2.00 0.32 1.91 6.99

Musa paradisiacal pisang 0.033 29.01 0.43 6.00 7.04 42.14 77.15 Mutiangia calabura kersen 0.001 1.23 0.29 4.00 0.06 0.34 5.58 Schleicera oleosa kosambi 0.001 1.23 0.14 2.00 0.02 0.15 3.38 Swietenia mahagoni mahoni 0.007 6.17 0.71 10.00 3.11 18.63 34.80 Tamarindus indica Asem

jowo 0.003 2.47 0.43 6.00 0.62 3.74 12.21

Tectona grandis jati 0.005 4.32 0.29 4.00 0.45 2.70 11.02 0.113 100.00 7.14 100.00 16.69 100.00 300.00

Page 274: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

248

Lampiran 6 Analisi vegetasi pohon Tegalan Masyarakat Samin Kudus

Nama jenis Nama lokal

KM KR DM DR FM FR INP

Bambusa bambos pring ri 0.001 2.19 49.76 51.30 0.13 3.33 56.82 Baringtonia racemusa Putat 0.001 1.46 2.37 2.45 0.25 6.67 10.57 Carica papaya kates 0.001 0.73 0.01 0.01 0.13 3.33 4.07 Ceiba pentandra randu 0.011 2.92 0.67 0.70 0.25 6.67 10.28 Cynometra sp tayoman 0.001 0.73 0.02 0.02 0.13 3.33 4.08 Dendrocalamus asper pring

petung 0.001 0.73 0.11 0.12 0.13 3.33 4.18

Gigantochlo apus pring apus

0.001 0.73 0.10 0.10 0.13 3.33 4.16

Hibiscus tiliaceus waru 0.001 2.19 0.19 0.20 0.13 3.33 5.72 Lanea grandis kayu

kuda 0.001 1.46 0.05 0.05 0.13 3.33 4.84

Leucaena glauca lamtoro 0.041 21.90 7.87 8.11 0.50 13.33 43.34 Leucaena leucocephala

Lamtoro gung

0.021 8.76 0.39 0.40 0.13 3.33 12.49

Morinda citrifolia Pace 0.001 0.73 0.01 0.01 0.13 3.33 4.08 Musa paradisiacal pisang 0.041 24.82 21.15 21.81 0.50 13.33 59.96 Psidium guajava jambu biji 0.011 2.92 0.20 0.21 0.13 3.33 6.46 Samanea saman meh 0.011 8.03 12.36 12.74 0.50 13.33 34.11 Sesbania grandiflora turi 0.031 16.79 1.24 1.28 0.25 6.67 24.74 Swietenia mahagoni mahoni 0.001 1.46 0.08 0.08 0.13 3.33 4.87 Tamarindus indica asem

jowo 0.001 1.46 0.41 0.43 0.13 3.33 5.22

0.17 100.00 97.00 100.00 3.75 100.00 300.00

Page 275: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

249

Lampiran 7 Analisi vegetasi Pohon Tegalan Masyarakat Samin Sukolilo Pati

Nama jenis Nama lokal

KM KR DM DR FM FR INP

Annona muricata sirsak 0.001 0.86 0.02 0.01 0.14 2.86 3.73

Artocarpus altilis kluweh 0.001 0.86 0.19 0.10 0.29 5.71 6.68

Artocarpus heterophyllus

nangka 0.001 0.86 0.04 0.02 0.14 2.86 3.74

Carica papaya kates 0.001 1.29 0.11 0.06 0.43 8.57 9.92

Ceiba pentrandra randu 0.001 0.43 0.06 0.03 0.14 2.86 3.32

Dialium indum asem londo

0.001 0.43 0.01 0.01 0.14 2.86 3.30

Hisbiscus procera weru 0.001 0.86 0.03 0.02 0.14 2.86 3.74

Jatropa curcas jarak 0.001 0.86 0.02 0.01 0.14 2.86 3.73

Leucaena glauca lamtoro 0.001 2.59 0.46 0.24 0.29 5.71 8.54

Mangifera indica mangga 0.001 5.60 7.37 3.89 0.57 11.43 20.93

Melia acedarach mindi 0.001 2.16 0.15 0.08 0.14 2.86 5.09

Musa paradisiaca Pisang 0.021 21.98 41.93 22.16 0.57 11.43 55.57

Mutingia calabura kersen 0.001 0.43 0.01 0.00 0.14 2.86 3.29

Naucle orientalis gempol 0.001 2.16 0.32 0.17 0.29 5.71 8.04

Senna ciamea johar 0.001 1.72 1.18 0.62 0.14 2.86 5.20

Sesabania grandiflora

turi 0.001 1.72 0.16 0.08 0.14 2.86 4.66

Swietenia mahagoni

mahoni 0.001 2.16 0.40 0.21 0.29 5.71 8.08

Tamarindus indica asem jawa

0.001 0.86 0.02 0.01 0.14 2.86 3.73

Tectona grandis jati 0.041 52.16 136.73 72.26 0.71 14.29 138.70

0.081 100.00 189.22 100.00 5.00 100.00 300.00

Page 276: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

250

Lampiran 8 Analisi vegetasi Pohon Tegalan Masyarakat Samin Klopoduwur

Nama Jenis Nama lokal KM KR DM DR FM FR INP

Annona muricata Sirsak 0.000 0.44 0.02 0.01 0.09 1.72 2.18 Artocarpus altilis kluweh 0.002 2.19 0.07 0.07 0.18 3.45 5.71 Artocarpus heterophyllus

Nangka 0.005 5.26 2.72 2.48 0.45 8.62 16.36

Bambusa bambos pring ori 0.001 1.32 6.45 5.88 0.27 5.17 12.37 Bambusa sp pring legi 0.000 0.44 4.13 3.76 0.09 1.72 5.93 Butea monosperma Ploso 0.001 1.32 0.73 0.67 0.09 1.72 3.71 Carica papaya kates 0.000 0.44 0.02 0.01 0.09 1.72 2.18 Ceiba pentandra Randu 0.002 1.75 1.69 1.54 0.27 5.17 8.47 Cocos nucifera kelapa 0.004 3.95 3.04 2.77 0.36 6.90 13.62 Dialium indum asam kranji 0.000 0.44 0.00 0.00 0.09 1.72 2.16 Ficus elastica ringin 0.001 0.88 2.41 2.20 0.09 1.72 4.80 Gigantochloa apus Pring apus 0.001 0.88 0.98 0.89 0.18 3.45 5.21 Jatropha circas Jarak 0.002 2.19 0.16 0.14 0.09 1.72 4.06 Leucaena glauca lamtoro 0.003 2.63 0.35 0.32 0.27 5.17 8.13 Mangifra ondica mangga 0.010 10.96 16.49 15.03 0.45 8.62 34.61 Manilkara zapota kedondong 0.001 0.88 0.14 0.13 0.18 3.45 4.46 Musa paradisiaca Pisang 0.011 11.40 6.17 5.62 0.45 8.62 25.64 Paraserianthes falcataria

sengon 0.000 0.44 0.03 0.03 0.09 1.72 2.19

Psidium guajava jambu biji 0.001 0.88 0.04 0.04 0.18 3.45 4.37 Samanea saman Meh 0.000 0.44 0.05 0.05 0.09 1.72 2.21 Sesbania grandiflora Turi 0.000 0.44 0.01 0.01 0.09 1.72 2.17 Swietenia mahagoni mahoni 0.015 16.23 6.84 6.24 0.36 6.90 29.36 Tamarindus indica asem jawa 0.001 0.88 0.15 0.13 0.18 3.45 4.46 Tectona grandis Jati 0.031 32.89 57.01 51.97 0.45 8.62 93.49 Thevetia peruviana Gondang 0.000 0.44 0.01 0.01 0.09 1.72 2.17 0.095 100.00 109.70 100.00 5.27 100.00 300.00

Page 277: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

251

Lampiran 9 Analisis vegetasi Pohon Tegalan Masyarakat Samin Tambak Sumber Blora

Nama Ilmiah Nama lokal KM KR DM DR FM FR INP

Artocarpus altilis Kluweh 0.000 0.24 0.01 0.00 0.13 2.78 3.02 Bambusa bamboss Pring ori 0.001 0.49 7.96 1.65 0.13 2.78 4.91 Bambusa vulgaris pring gading 0.003 1.47 0.11 0.02 0.13 2.78 4.27 Carica papaya Kates 0.000 0.24 0.00 0.00 0.13 2.78 3.02 Citrus aurantifolia jeruk keprok 0.017 9.54 6.61 1.37 0.38 8.33 19.24 Cocos nucifera Kelapa 0.001 0.49 0.16 0.03 0.25 5.56 6.08 Gigantochloa apus pring apus 0.002 0.98 0.05 0.01 0.13 2.78 3.77 Hibiscus tiliaceus Waru 0.001 0.49 0.25 0.05 0.13 2.78 3.32 Jatropa curcas Jarak 0.001 0.73 0.04 0.01 0.13 2.78 3.52 Leucaena glauca Lamtoro 0.006 3.42 0.81 0.17 0.25 5.56 9.15 Mangifera indica Pelem 0.013 7.33 46.01 9.52 0.38 8.33 25.19 Musa paradisiaca Pisang 0.025 13.94 14.51 3.00 0.88 19.44 36.38 Swietenia mahagoni

Mahoni 0.003 1.96 0.74 0.15 0.38 8.33 10.44

Syzygium javanicum

jambu air 0.000 0.24 0.00 0.00 0.13 2.78 3.02

Tectona grandis Jati 0.104 58.44 405.89 84.01 1.00 22.22 164.66

0.178 100.0 483.2 100.0 4.50 100.0 300.0

Page 278: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

252

Lampiran 10 Analisis vegetasi Pohon Tegalan Masyarakat Samin Jepang Bojonegoro

Nama ilmiah Nama lokal

KM KR F FR D DR INP

Swietenia mahagoni

Mahoni 0.007 6.17 0.71 10.00 3.11 18.63 34.80

Tamarindus indica

Asem jowo

0.003 2.47 0.43 6.00 0.62 3.74 12.21

Syzygium javanicum

jambu air 0.001 1.23 0.29 4.00 0.06 0.39 5.62

Eugenia cumini Juwet 0.001 0.62 0.14 2.00 0.02 0.15 2.77 Mutingia calabura Kersen 0.001 1.23 0.29 4.00 0.06 0.34 5.58 Mangifera indica Pelem 0.004 3.70 0.57 8.00 0.71 4.24 15.94 Bambusa vulgaris bambu

kuning 0.002 1.85 0.14 2.00 0.06 0.39 4.24

Musa paradisiaca pisang kepok

0.003 3.09 0.14 2.00 0.32 1.91 6.99

Leucaena glauca lamtoro 0.023 20.37 0.57 8.00 0.87 5.19 33.56 Annona squamusa

sirsat 0.001 0.62 0.14 2.00 0.01 0.06 2.68

Artocarpus altilis kluwih 0.001 1.23 0.29 4.00 0.48 2.86 8.10 Cynometra sp tayuman 0.003 3.09 0.29 4.00 0.08 0.46 7.54 Tectona grandis jati 0.005 4.32 0.29 4.00 0.45 2.70 11.02 Artocarpus heterophyllus

nangka 0.003 3.09 0.29 4.00 0.67 4.01 11.10

Melia azedarach mindi 0.008 6.79 0.14 2.00 1.22 7.29 16.08 Cocos nucifera kelapa 0.002 1.85 0.43 6.00 0.30 1.81 9.67 Ceiba pentandra Randu 0.001 1.23 0.29 4.00 0.35 2.08 7.32 Glyricidia maculata

kleresede 0.001 1.23 0.14 2.00 0.04 0.22 3.46

Morinda citrifolia pace 0.001 0.62 0.14 2.00 0.01 0.06 2.67 Musa Paradisiaca pisang 0.033 29.01 0.43 6.00 7.04 42.14 77.15 Carica papaya pepaya 0.002 1.85 0.29 4.00 0.11 0.69 6.54 Morus alba murbei 0.001 0.62 0.14 2.00 0.00 0.03 2.64 Chleicera oleosa kosambi 0.001 1.23 0.14 2.00 0.02 0.15 3.38 Awar-

awar 0.001 1.23 0.14 2.00 0.01 0.06 3.29

Ficus sp Ficus 0.001 0.62 0.14 2.00 0.05 0.28 2.89 Gmelina arborea gmelina 0.001 0.62 0.14 2.00 0.02 0.14 2.76 0.113 100.00 7.14 100.00 16.69 100.00 300.00

Page 279: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

253

Lampiran 11 Analisis vegetasi Pohon kawasan hutan jati Sukolilo Pati

Nama jenis Nama lokal

KM KR DM DR FM FR INP

Sterculia foetida kepuh 0.001 1.03 0.00 0.00 0.11 2.44 3.47 Aleurites moluccana

kemiri 0.001 0.52 0.05 0.04 0.11 2.44 3.00

Annona squamosa

sirkoyo 0.001 5.15 0.33 0.25 0.22 4.88 10.28

Artocarpus altilis sukun 0.001 8.25 1.83 1.39 0.22 4.88 14.51 Artocarpus altilis nangka 0.001 1.03 0.07 0.05 0.11 2.44 3.52 Artocarpus altilis kluweh 0.001 0.52 0.06 0.05 0.11 2.44 3.00 Azarirachta indica mimba 0.001 1.03 0.08 0.06 0.22 4.88 5.97 Baringtonia racemosa

putat 0.001 1.03 3.47 2.62 0.11 2.44 6.09

Baringtoniua asiatica

keben 0.001 0.52 0.02 0.01 0.11 2.44 2.97

Buchanania latifolia

pohan 0.001 1.03 0.19 0.14 0.11 2.44 3.61

Ceiba pentandra randu 0.001 1.55 0.75 0.56 0.22 4.88 6.99 Dalbergia latifolia sonokeling 0.011 17.52 46.95 35.53 0.22 4.88 57.93 Dialium indum asem

londo 0.001 0.52 0.05 0.04 0.11 2.44 2.99

Dracontomelum dao

krao 0.001 3.09 5.66 4.28 0.22 4.88 12.25

Dysoxylum amoroides

kedoya 0.001 1.03 0.17 0.13 0.11 2.44 3.60

Erioglossum rubiginosum

klayu 0.001 0.52 0.01 0.01 0.11 2.44 2.96

Eugenia javanica jambu klampok

0.001 1.03 1.83 1.39 0.22 4.88 7.30

Eugenia javanica jambu alas

0.001 0.52 0.25 0.19 0.11 2.44 3.14

Ficis thonii preh 0.001 2.06 0.62 0.47 0.11 2.44 4.97 Ficus glomerata lo 0.001 1.03 0.02 0.02 0.11 2.44 3.49 Garcinia dulcis mundung 0.001 0.52 0.02 0.01 0.11 2.44 2.97 Musa paradisiacal Pisang 0.001 5.15 1.27 0.96 0.11 2.44 8.56 Pangium edule kluwek 0.001 2.58 0.32 0.24 0.11 2.44 5.26 Samanea saman trembesi 0.001 1.55 0.51 0.39 0.11 2.44 4.37 Samanea saman meh 0.001 4.12 1.03 0.78 0.11 2.44 7.34 Senna ciamea johar 0.001 2.06 0.30 0.23 0.22 4.88 7.17 Swietenia mahagoni

mahoni 0.001 4.12 1.61 1.22 0.22 4.88 10.22

Tamarindus indica

asem londo

0.001 1.03 0.22 0.17 0.11 2.44 3.64

Tectona grandis jati 0.021 28.34 63.43 48.00 0.22 4.88 81.22

0.051 99.98 132.14 100.00 4.56 100.00 300.00

Page 280: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

254

Lampiran 12 Analisis pohon kawasan Perhutani Klopoduwur Blora

Nama Jenis KM KR DM DR FM FR INP

Acassia farnesiana klampis 0.000 0.58 0.03 0.02 0.13 5.88 6.48 Artocarpus heterophyllus

nangka 0.001 1.16 0.05 0.03 0.13 5.88 7.07

Butea monosperma ploso 0.000 0.58 0.02 0.01 0.13 5.88 6.48 Dalbergia latifolia sono keling 0.001 1.16 0.19 0.10 0.13 5.88 7.15 Leucaena glauca lamtoro 0.001 1.16 0.02 0.01 0.13 5.88 7.05 Melia ezedarach mindi 0.003 6.98 6.62 3.56 0.13 5.88 16.42 Musa paradisiaca pisang 0.003 5.81 2.15 1.16 0.13 5.88 12.85 Senna siamea johar 0.001 2.91 0.61 0.33 0.25 11.76 15.00 Swietenia mahagoni

mahoni 0.001 2.33 0.62 0.34 0.13 5.88 8.54

Tectona grandis jati 0.037 77.32 175.80 94.47 0.88 41.18 212.96

0.048 100.00 186.12 100.00 2.13 100.00 300.00

Page 281: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

255

Lampiran 13 Analisis vegetasi Kawasan Perhutani dusun Jepang Margomulyo Bojonegoro

Nama jenis KM KR FM FR DM DR INP

Artocarpus heterophyllus Nangka 0.001 0.78 0.05 4.55 0.55 0.26 5.58 Ceiba pentandra Kapuk

Randu 0.001 0.78 0.05 4.55 0.74 0.36 5.68

Gigantocloa apus Pring apus 0.002 3.10 0.05 4.55 0.38 0.18 7.83 Gmelina arborea Gmelina 0.001 0.78 0.05 4.55 0.05 0.02 5.34 Leucaena glauca Lamtoro 0.001 2.33 0.09 9.09 0.21 0.10 11.52 Melia azedarach Mindi 0.001 0.78 0.05 4.55 0.19 0.09 5.41 Morinda citrifolia Pace 0.001 0.78 0.05 4.55 0.04 0.02 5.34 Musa paradisiaca Pisang 0.010 17.05 0.05 4.55 2.76 1.33 22.93 Psidum guajava Jambu biji 0.001 1.55 0.05 4.55 0.06 0.03 6.13 Schleirea oleosa Sambi 0.001 2.33 0.05 4.55 0.03 0.02 6.89 Caeralpinnia sappan Secang 0.001 1.55 0.05 4.55 0.08 0.04 6.13 Sesbania grandiflora Turi 0.002 3.10 0.05 4.55 0.38 0.18 7.83 Swietenia mahagoni Mahoni 0.006 10.08 0.09 9.09 14.57 7.03 26.20 Tectona grandis Jati 0.034 55.04 0.32 31.82 187.19 90.33 177.19

0.061 100.0 1.00 100.0 207.2 100.0 300.0

Page 282: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

257

Lampiran 14. Data hasil analisis tanah pertanian

Page 283: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

259

Lampiran 15 Keanekaragaman jenis tumbuhan di lingkungan masyarakat Samin No Nama Lokal Nama ilmiah Suku Habitus 1 Anting-anting Acalypha australis L. Euphorbiaceae Herba 2 Adem mati Litsea glutinosa

(Lour.) C.B.Rob. Lauraceae Pohon

3 Alang-alang Imperata cylindrica (L.) Raeusch.

Poaceae Herba

4 Andong Cordyline fruticosa L. Agavaceae Semak 5 Angsana Pterocarpus indica L. Fabaceaea Pohon 6 Apit Tabernae Montana Apocynaceae Pohon 7 Aren Arenga pinnata Merr Arecaceae Pohon 8 Asem jawa Tamarindus indica Fabaceae Pohon 9 Asem londo Dialium guinense wild. Fabaceae Pohon 10 Awar-awar Ficus septica Burm.f. Moraceae Semak 11 Bakung Crinum asiaticum L. Amaryllidaceae Herba 12 Bayam Amaranthus hybridus L. Amaranthaceae Herba 13 Bayam duri Amaranthus spinosus L. Amaranthaceae Herba 14 Bendo Artocarpus elasticus Reinw Moraceae Pohon 15 Bengkle Zingiberaceae Zingiber purpureum Roscoe Herba 16 Bengkoang Pachyrrhizus erosus Fabaceae Herba 17 Beras wutah/ daun

bahagia Diffenbachia bowmannii Carrière Araceae Herba

18 Beringin Ficus benjamina L. Moraceae Pohon 19 Besaran Morus alba L. Moraceae Semak 20 Blimbing manis Averrhoa carambola L. Oxallidaceae Pohon 21 Blimbing wuluh Arerrhoa bilimbi L. Oxallidaceae Pohon 22 Blustru Luffa cylindryca Zingiberaceae Herba 23 Bogenvile Bougaivillea glabra choisy Nyctaginaseae Semak 24 Bogo Zanthoxylum clava-herculis L Rutaceae . Semak 25 Gletang Borreria alata (Aubl.) DC. Rubiaceae Herba 26 Brobos Alysicarpus vaginalis (L.) D.C. Fabaceae Semak 27 Buah makasar Brucea javanica Simaraobaceae (L) Merr. Semak 28 Bunga pk empat Mirabilis jalapa L. Apocynaceae Semak 29 Buntut tikus Heliotropium indicum L. Boraginaceae Semak 30 Cabe jowo Piper officinarum (Mig)C. Dc. Piperaceae Semak 31 Cengeh/cabe besar Capsicum anuum L. Solanaceae Semak 32 Cengeh jampling/

cabe kecil Capsicum frutescens L. Slonanaceae Semak

33 Ceplikan Lindernia antipoda (L.) Alston Scrophulariaceae Herba 34 Ceremai Phyllanthus acidus (L.) Skeels Pyllanthaceae Semak 35 Ciplukan Physalis angulata L. Phyllanthaceae Herba 36 Cucurbitaceae Gymnopetalum

integrifolium Cucurbitaceae

(Roxb.) Kurz Herba

37 Daun dewa Gynura procumbens ( Asteraceae Lour.) Merr.

Herba

38 Daun suji/ Pacing towo

Dracaena angustifolia Medik. Agavaceae Semak

39 Delima Punica granatum L. Punicaceae Pohon 40 Delman/sigro mabur Chromolaena odorata (L) R.M.

King & H. Rob Asteraceae Semak

41 Desmodium Papilionaceae Desmodium triflorum (L.) DC Herba 42 Dlingo Acorus calamus L. Acoraceae Herba 43 Dondong Spondias purpurea L Anacardiaceae Pohon 44 Gading/kanthil Michelia champaca L Annonaceae Pohon 45 Gadung Dioscorea hispida Dennst. Dioscoreaceae Herba 46 Galik Cayratia trifolia (L.) Domin Vitaceae Semak 47 Gambas Luffa acutangula (L.) Roxb. Cucurbitaceae Herba 48 Ganggeng Ceratophyllum sp Hydrocaritaceae Herba 49 Ganyong Canna indica L. Cannaceae Herba 50 Garut Marantha arundinacea Maranthaceae L Herba 51 Gayam Inocarpus fagifer (Parkinson)

F.R. Forsberg Fabaceae Pohon

Page 284: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

260

Lampiran 15 lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku Habitus 52 Gembili Dioscorea esculenta (Lour.)

Burkill Dioscoreaceae Herba

53 Rumput benggala Penicum maximum Poaceae Herba 54 Rumput setaria Setaria sphacelata Poaceae Herba 55 Centro Centrocema pubescens Poaceae Herba 56 Kacangan Pueraria phaseoloides Poaceae Herba 57 Kalopogonium Calopogonium muconoides Poaceae Herba 58 Gempol Nauclea orientalis L. Rubiaceae Pohon 59 Gewor Commelina benghalensis Commelinaceae L. Herba 60 Gewor kecil Commelina diffusa Commelinaceae Burm. Herba 61 Girang Leea indica Merr Vitaceae Semak 62 Glagah Saccharum spontaneum Poaceae Semak 63 Glodokan Polyaltia longifolia Sonn Annonaceae Pohon 64 Gmelina Gmelina arborea Verbenaceae Roxb. Pohon 65 Gondoruso Justicia gendarussa Acanthaceae Burm Semak 66 Iles-iles Amorpophalus variabilis Bl Araceae Herba 67 Jagung Zea mays L Poaceae Semak 68 Jahe emprit Zingiber officinale Roscoe Zingiberaceae Herba 69 Jahe genjah Zingiber officinale Zingiberac Herba 70 Jambe Areca catechu L Arecaceaeae Pohon 71 Jambu air Syzygium aqueum (Burman f.)

AlstonMyrtaceae

Pohon

72 Jambu klampok Eugenia samarangense Berg. Myrtaceae Pohon 73 Jambu klutuk Psidium guajava L. Myrtaceae Pohon 74 Jambu mete Anacardium occidentale L Annacardiaceae Pohon 75 Jarak pagar Jatropha curcas L. Euphorbiaceae Pohon 76 Jarak wulung Jatropha gossypiifolia L. Euphorbiaceae Semak 77 Jati Tectona grandis L.F. Verbenaceae Pohon 78 Jati belanda Guazuma ulmifolia Lam. Sterculiaceae Semak 79 Jelatang/

kemaduh Laportea ardens Blume ex J.J.Sm

Urticaceae Herba

80 Jenar/kemuning Murraya paniculata (L.) Jack Rutaceae Pohon 81 jengger ayam Celosia cristata L. Amaranthaceae Herba 82 Jeruk bali Citrus maxima (Burm.f.) Merr. Rutaceae Pohon 83 Jeruk keprok Citrus reticulata Rutaceae Blanco Pohon 84 Jeruk pecel Citrus aurantifolia (Christm)

swingle Rutaceae Semak

85 Jeruk wangi Citrus histrix DC Semak 86 Jipang Sechium edule Cucurbitaceae (Jacq.) Sw Herba 87 Johar Senna siamea Fabaceae (Lam) H.S.Irwin

& Barneby Pohon

88 Juwet Eugenia cumini (L.) Druce Myrtaceae Pohon 89 Kacang hijau Vigna radiata Fabaceae (L.) R. Wilczek Semak 90 Kacangan Centrosema pubescens Fabaceae Benth. Semak 91 Kacang srondol/

Kacang panjang Vigna unguiculata (L.) Walp.

Fabaceae Herba

92 Kamboja Plumeria acuminata Apocynaceae Ait. Pohon 93 Kaliandra Fabaceae Calliandra calothyrsus Meisn Semak 94 Kandri Bridelia stipularis Phyllanthaceae Hook. & Arn Semak 95 Kandri Tutu Bridelia tomentosa Blume Phyllanthaceae Semak 96 Kangkung Ipomoea aquatica Solanaceae Forssk. Herba 97 Kates, pepaya Carica papaya L Caricaceae Pohon 98 Katimas Euphorbia heterophylla L. Euphorbiaceae Herba 99 Katu Sauropus androgynus (L.) Merr. Euphorbiaceae Semak 100 Kayu Kudo Lannea grandis Anacardiaceae Engl. Pohon 101 Kemb sepatu Hibiscus rosa-sinensis L. Malvaceae Semak 102 Kacang gude Cajanus cajan (L.) Millsp. Fabaceae Semak 103 Kacang tanah/

kacang cabut Arachis hypogaea L. Fabaceae Herba

104 Kecipir Psophocarpus tetragonolobus (L.) D.C.

Fabaceae Herba

Page 285: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

261

Lampiran 15 lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku Habitus 105 Kedoya Dysoxylum mooroides Meliaceae Miq. Pohon 106 Kelapa Cocos nucifera L Arecaceae Pohon 107 Kelor Moringa oleifera Lam Moringacea Pohon 108 Kemangi Ocimum basilicum L. Lamiaceae Herba 109 Kembang gundul Hyptis rhomboidea Lamiaceae M.Martens

& Galeotti Semak

110 Kemb sungsang Gloriosa superba L Colchicaceae Herba 111 Kemiri Aleurites moluccana (L.) Willd. Euphorbiaceae Pohon 112 Kemuning Murraya exotica L. Rutaceae Pohon 113 Kenanga Cananga odorata (Lam) Hook.J.

&T.Thomson Annonaceae Pohon

114 Kencur Kaempferia galanga L. Zingiberaceae Herba 115 Kenikir Cosmos caudatus Kunth Asteraceae Herba 116 Kenikir Tagetes erecta L Asteraceae Herba 117 Kentang jowo Coleus tuberosus (Blume) Benth Lamiaceae Herba 118 Kentangan Tridax procumbent L Asteraceae Herba 119 Kepoh Sterculia foetida L Malvaceae Pohon 120 Kersen Muntingia calabura L. Eleocarpaceae Pohon 121 Ketela pohon Manihot esculenta crantz Solanaceae Semak 122 Klampis Acacia farnesiana (L.) Willd. Fabaceae Pohon 123 Klanding Leucaena glauca (L.) benth Fabaceae Pohon 124 Klayu Erioglossum rubiginosum Brand. Sapindaceae Pohon 125 Klemot, sabrang Ipomoea crassicaulis (Benth.)

B.L. Robins. Solanaceae Semak

126 Klerecede Glyricidia maculata Fabaceae Pohon 127 Klerodendron Clerodendrum inerme (L.)

Gaertn. Verbenaceae Semak

128 Kluweh Artocarpus altilis (Parkinson) Forsberg

Moraceae Pohon

Kluwek/pucung Pangium edule Reinw. ex Blume Flacourtiaceae Pohon 129 Kopi Coffea arabica Rubiaceae Pohon 130 Kosambi Sapindaceae Schleicera oleosa (Lour). Oken Pohon 131 Krao Dracontomelum dao (Blanco)

Merris Rolfe Verbenaceae Pohon

132 Kremah Alternanthera sessilis Amaranthaceae (L.) R. Br. ex D

Herba

133 Kremah berduri Alternanthera ficoidea Sm. Amaranthaceae Herba 134 Kremah cilik Alternanthera

philoxeroides Amaranthaceae

(Mart.) Griseb. Herba

135 Kunir Curcuma longa L. Curcuma domestica Val.

Zingiberaceae Herba

136 Kunir putih Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe

Zingiberaceae Herba

137 Kumis kucing Orthosiphon stamineus Benth Lamiaceae Herba 138 Kylinga Kylinga monocephala Poaceae Herba 139 Labu Cucurbita moschata Cucurbitaceae Herba 140 Lamtoro gung Leucaena leucocepala Fabaceae Pohon 141 Landep Barlelia cristata L. Acanthaceae Semak 142 Langsap Lansium domesticum

Corrêa Pohon

143 Laos Alpinia galanga (L.) Sw. Zingiberaceae Herba 144 Lemeni Ardisia elliptica Thunb. Myrsinaceae Semak 145 Lempuyang emprit Zingiber Americans Zinigiberaceae Herba 146 Lempuyang gajah Zingiber zerumbet Zingiberaceae (L.)

J.E.Smith Herba

147 Lempuyang wangi Zingiber aromaticum Valeton Zingiberaceae Herba 148 Lenguk Salvia occidentalis Sw. Lamiaceae Semak 149 Lo Ficus glomerata Roxb Moraceae Pohon

Page 286: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

262

Lampiran 15 lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku Habitus 150 Lompong Colocasia esculenta (L.) Schott Araceae Herba 151 Luwing Ficus hispida L.f. Moraceae Semak 152 Lycopodium Lycopodium cernuum Polypodiaceae Herba 153 Kentos/lotus Nelumbo nucifera Gaertn. Nelumbonaceae Herba 154 Mahkota dewa Phaleria macrocarpa (Scheff)

Boerl. Thymelaeaceae Semak

155 Mahoni (daun besar) Swietenia macrophyla King Meliaceae Pohon 156 Mahoni (daun kecil) Swietenia mahagoni (L.) Jacq Meliaceae Pohon 157 Mangga, pelem Mangifera indica L Anacardiaceae Pohon 158 Matoa Pometia pinnata J.R. Forster &

J.G. Forster Sapindaceae Pohon

159 Mawar Rosa sp Rosaceae Semak 160 Meh,trembesi,

ki hujan Samanea saman (Jacq) Merr Fabaceae Pohon

161 Melati Jasminum sambac (L.) Ait. Oleaceae Semak 162 Meniran Phylanthus niruri Phyllanthaceae Herba 163 Meniran Phylanthus urinaria L. Phyllanthaceae Herba 164 Menyok/ ubi kayu Manihot utilissima L Solanaceae Semak 165 Mimbo, Nimba Azadirahcta indica Adr. Juss Meliaceae Pohon 166 Mindi Melia azedarach L Meliaceae Pohon 167 Mlinjo Gnetum gnemon L. Gnetaceae Pohon 168 Kenanga Cananga odorata (Lam) Hook.J.

&T.Thomson Annonaceae Pohon

169 Mojo Aegle marmelos (L.) Corr. Serr. Rutaceae Semak 170 Mundung Garcinia dulcis Clusiaceae (Roxb.) Kurz. Pohon 171 Murbei Morus alba L Moraceae Semak 172 Nampu Homalomena javanica Araceae V.A.V.R Herba 173 Nangka Artocarpus heterophyllus Lam. Moraceae Pohon 174 Nusa indah Mussaenda frondosa L Rubiaceae Semak 175 Opo opo Flemingia strobilifera (L.) Ait. &

Ait. f. Fabaceae Semak

176 Orang-aring Eclipta prostrata L Asteraceae Herba 176 Pacar air Impatien balsamina L Balsaminaceae Herba 177 Otok otok kebo Flemingia lineata (L.) W.T.Aiton Fabaceae Semak 178 Pacar cino Aglaea odorata L Rutaceae Semak 179 Pace Morinda citrifolia L. Rubiaceae Pohon 180 Pacing Costus speciosus (Koenig) Sm. Zingiberaceae Semak 181 pacing towo Pleomele angustifolia Agavaceae N.E.Br Semak 182 Padi Oryza sativa L. Poaceae Herba 183 Palerut Maranta arundinacea L. Marantaceae Herba 184 Paliman/tapak liman Elephantropus scaber L Asteraceae Semak 185 Pare pahit Momordica charantia Cucurbitaceae

Descourt. Herba

186 Pandan Pandanus tectorius Pandanaceae Semak 187 Pandan Pandanus odoratissimus Pandanaceae Semak 188 Pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb Pandanaceae Semak 189 Patikan Euphorbia atoto Euphorbiaceae Herba 190 Patikan kebo Euphorbia hirta Euphorbiaceae Herba 191 Pepaya Carica papaya Caricaceae Pohon 192 Peronan Eriochloa subglabra Poaceae (Nash)

Hitchc. Herba

193 Pis kucing Mimosa diplotricha C. Wright ex sauvalle

Fabaceae Semak

194 Pisang ambon Musa spp Musaceae 195 Pisang kawisto Musa Sp Musaceae 196 Pisang klutuk Musa balbisiana Musaceae 197 Pisang mas Musa acuminata Musaceae 198 Pisang raja Musa sp Musaceae 199 Pisang susu Musa sp Musaceae 200 Pletekan Ruellia tuberose L Acanthaceae Semak

Page 287: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

263

Lampiran 15 lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku Habitus 201 Ploso Buta monosperma (Lam.) Taub Fabaceae Pohon 202 Pohon yodium Jatropha multifida Euphorbiaceae Semak 203 Poh-pohan Buchanania latifolia Roxb. Anacardiaceae Pohon 204 Polokiyo Thevetia peruviana (Pers.) K.

Schum. Apocynaceae Semak

205 Preh Ficus thonningii Blume Moraceae Pohon 206 Pring Apus Gigantochloa apus (Schult &

Schult f.) Kurz Bambusaceae Pohon

207 Pring gading Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C. Wendl.

Bambusaceae Pohon

208 Pring ori Bambusa bambos (L.) Voss Bambusaceae Pohon 209 Pring petung Dendrocalamus asper (Schult.

& Schult. f.) Backer ex K. Heyne Latychidaceae Pohon

210 Pule Alstonia scholaris Apocynaceae (L.) R.Br Pohon 211 Pulutan Urena lobata L. Malvaceae Semak 212 Pulutan Triumfetta rhomboidea Tiliaceae Jacq. Semak 123 Putat Barringtonia racemosa Roxb. Lecythidaceae Pohon 214 Putrid malu Mimosa pudica Mimosaceae Semak 215 Rambutan Passiflora foetida Passifloraceae Herba 216 Rambutan Anacardiaceae Nephelium lappaceum Pohon 217 Randu Ceiba pentandra (L.) Gaertn. Malvaceae Pohon 218 Rawatan Hewittia sublobata Convolvulaceae (L.f.) Kuntze Herba 219 Rotan Calamus sp Arecaceae Pohon 220 Rubus Rubus occidentalis L. Rosaceae Semak 221 Saga pohon Poaceae Adenanthera pavonina L Herba 222 Sambiloto Andropgraphis paniculata Acanthaceae Herba 223 Sangketan Moschosma polystachyon Lamiaceae Herba 224 Sawo manila Manilkara zapota

(L.) P.Royen sapotaceae Pohon

225 Secang Caesalpinia sappan L Fabaceae Semak 226 Semanggi Marsilea crenata Presl Marsileaceae Herba 227 Semangka Citrulus vulgaris Schrad Cucurbitaceae Herba 228 Semangka biji Citrullus lanatus (Thunb.)

Matsum. & Nakai Cucurbitaceae Herba

229 Sembukan Paederia foetida L Rubiaceae Herba 230 Senggugu Clerodendron serratum (L.)

Moon Verbenaceae Semak

231 sente Alocasia macrorrhiza Araceae Schott Herba 232 Sente ireng Alocasia macrorrhiza Araceae Schott Herba 234 Sereh wangi Cymbopogon nardus

(L.) Rendle Poaceae Herba

235 Serut Streblus asper Lour. Moraceae Pohon 236 Sidaguri Sida rhombifolia Malvaceae Semak 237 Sidaguri Sida acuta Malvaceae Semak 238 Sigaran/

Kalopogonium Calopogonium mucunoides Desv.

Fabaceae Semak

239 Sigro mabur Euphatorium inulifolium Asteraceae Semak 240 singkil Premna integrifolia L Lamiaceae Semak 241 Sirkoyo Annona squamosa L. Annonaceae Pohon 251 Suket jarum Andropogon aciculatus Poaceae Herba 252 Suket kilinga Kylinga monocephala Cyperaceae Herba 253 Suket lamuran Arundinella setosa Poaceae Herba 254 Suket lulangan Eleusin indica Poaceae Herba 256 Suket merakan Pogonatherum paniceum Poaceae Herba 257 Suket paitan Poaceae Axonopus compressus Herba 258 Suket paitan Paspalum conjugatum Poaceae Herba 259 Suket teki Cyperus rotundus Cyperaceae Herba 260 Suket tuton Echinocloa colona Poaceae Herba 261 Suket uler-uleran Centotheca lappacea Poaceae Herba

Page 288: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

264

Lampiran 15 lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku Habitus 262 Sukun Artocarpus altilis (Parkinson)

Fosberg Moraceae Pohon

263 Suruhan Peperomia pellucida (L.) Kunth Piperaceae Herba 264 Suweg Amorphophallus campanulatus

Blume ex Decne. Araceae Herba

265 Tales dempel Colocasia esculenta (L.) Schott Araceae Herba 267 Tapak doro Catharantus roseus (L.) G.Don Apocynaceae Herba 268 Tapak liman Elephantropus scaber L. Aspetaceae Semak 269 Tayuman Fabaceae Cynometra sp Pohon 270 Tebu Saccharum officinarum L. Poaceae Semak 271 Telo rambat Ipomoea batatas (L.) Lamk. Solanaceae Herba 272 Temu ireng Curcuma aeruginosa Roxb. Zingiberaceae Herba 273 Temu lawak Curcuma xanthorhiza Roxb. Zingiberaceae Herba 274 Terong Solanum melongena L. Solanaseae Semak 275 Terong ceplik/poka Solanum torvum Swartz. Solanaceae Semak 276 Teh-tehan Duranta repens Auct.Non Jacq Verbenaceae Semak 277 Timun Cucumis sativus L Cucurbitaceae Herba 278 Tlutup Macaranga tanarius Euphorbiaceae Pohon 279 Tomat Solanum lycopersicum Solanaceae Herba 280 Totok bengok Eupatoriun odoratum Asteraceae Semak 281 Trembelutan Phyllantus reticulatus Phyllanthaceae Semak 282 Trembesi Samanea saman (Jacq.) Merr. Fabaceae Pohon 283 Trengguli Cassia javanica Fabaceae Pohon 284 Trenggulun Protium javanicum Bakh Burseraceae Pohon 286 Tuba Derris eliptica(Wallich)Benth. Fabaceae Herba 287 Turi Sesbania grandiflora (L.) Poir. Fabaceae Pohon 288 Uwi manis Dioscorea alata L. Dioscoreaceae Herba 289 Uyah-uyahan Ficus quersifolia Roxb Moraceae Semak 290 Walangan Eryngium foetidum Umbelliferae Herba 291 Waluh Cucurbita moschata Duchesne Cucurbitaceae Herba 292 Waru Hibiscus tiliaceus L Malvaceae Pohon 293 Wau Callicarpa glabrifolia Verbenaceae Semak 294 Wedelia Wedelia biflora Asteraceae Herba 25 Wedusan Ageratum conyzoides Asteraceae Herba 296 Wedusan ijo Ageratum haustorianum Asteraceae Herba 297 Weh-wehan Monochoria vaginalis (Burm. f.)

K. Presl ex Kunth Pontederiaceae Herba

298 Weru Albizia procera (Roxb) Benth Fabaceae Pohon 299 Widuri Calotropis gigantean L Asclepiadaceae Semak 300 Wijaya kusuma Epipylum oxypetalum Cactaceae Herba

Page 289: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

265

Lampiran 16 Kategori penyakit dan komposisi bahan pengobatan

No Kategori Penyakit/

Komposisi Bahan Bagian yang digunakan

Cara Meramu Pemakaian

Jenis perawatan Nama Lokal Nama Ilmiah Suku 1 Luka baru Pupus klanding Leucaena glauca Fabaceae pupus/daun

muda Dihaluskan, ditutup kain

Enjet (air kapur) 2 Luka baru lamtoro Leucaena glauca Fabaceae pupus Getahnya di teteskan

bagian yang luka diteteskan pd bagian luka

3 Luka baru Tales ireng Xanthosoma sp Araceae tangkai daun Tangkai dikupas dipanaskan

4 Obat luka Sabrang Ipomoea crassicaulis Convolvulaceae getahnya diteteskan 5 Obat luka Sente Xanthosoma sp Araceae tangkai Tangkai di kuliti,

dilembutkan, ditambah garam dan enjet

ditutupkan pada Garam luka Enjet/kapur

6 Patah tulang Klanding jawa Leucaena glauca Fabaceae pupus dihaluskan dioleskan Tapak liman Elephantropus scaber Asteraceae daun pada bagian luka Pupus klampis Acasia farnesiaca Fabaceae pupus Brambang Alium cepa Liliaceae Umbi Garam injet

7 Sakit kulit/kadas Cucuk manuk Myrtaceae Daun Bahan dihaluskan diusapkan bagian Gas yang sakit injet

8 Sakit kulit kadas Tlutup Macarangan tanarius Euphorbiaceae Daun Pulutan Urena lobata Malvaceae Daun 9 Sakit kulit/gatal Sente Xanthosoma Araceae tangkai Tangkai di kuliti,

dipanaskan kuit Diparut, diperas, diembunkan semalam,

Ditempelkan pada kulut

10 sakit kulit Temu ireng Curcuma aeruginosa Zingiberaceae diminum pagi hari Bawang putih Alium sativum Amarillidaceae

11 sakit perut Temu ireng Curcuma aeruginosa Zingiberaceae rimpang Bahan dihaluskan disaring

diminum

Page 290: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

266

Lampiran 16 Lanjutan

No Kategori Penyakit/

Komposisi Bahan Bagian yang digunakan

Cara Meramu Pemakaian

Jenis perawatan Nama Lokal Nama Ilmiah Suku 12 Diare Jambu klutuk Psidium guajava Myrtaceaae pucuk daun Di kunyah, ditelan

Garam 13 Sakit perut Pace Morinda citrifolia Rubiaceae buah direbus diminum 14 Sakit perut Gedang rojo Musa paradisiaca Musaceae buah mentah Diparut diperes diminum 15 Diare Temu ireng Curcuma aeroginosa Zingiberaceae rimpang diparut diminum

Kunir Curcuma domestica rimpang 16 Perut mules Temu kunci Kaempferia

angustifolia Zingiberaceae Rimpang Mentah + mateng

dimakan

17 Obat mencret Gambir Uncaria gambir 18 Jamu

gepyokan/ untuk ibu sehabis melahirkan

Daun sigaran Kalopogonium muconoides

Fabaceae daun bahan di haluskan, disaring

diminum

Temu lawak Curcuma xanthoriza Zingiberaceae rimpang Daun lemeni Ardisia eliptica Myrtaceae daun Bandil daun Asem jowo Tamarindus indica Fabaceae Buah Gula jawa Cococ nuciferaae Arecace Buah 19 Jamu gepyok Kunir Curcuma domestica Zingiberaceae Rimpang direbus diminum Asem Tamarindus indica Fabaceae Buah Krokot Portulaca sp Portulacaceae Daun, batang Sembukan Paederia foetida Rubiaceae Daun Meniran Phylanthus niruri Phylantaceae Daun batang Gula pasir

Page 291: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

267

Lampiran 16 Lanjutan

No Kategori Penyakit/

Komposisi Bahan Bagian yang digunakan

Cara Meramu Pemakaian

Jenis perawatan Nama Lokal Nama Ilmiah Suku 20 Uyup uyup Kunir Curcuma domestica Zingiberaceae Rimpang ditumbuk halus, tambah air

matang, disaring diminum

Ibu menyusui Kunci Kaempferia angustifolia Zingiberaceae Rimpang Lempuyang wagi Zingiber aromaticum Zingiberaceae rimpang Sembukan Paederia foetida Rubiaceae daun Daun meniran Phylantus niruri Phylantaceae daun Sogo tunteng Abrus precatorius Fabaceae daun palerut Maranta arundinacea Marantaceae rimpang Cabe Piper retrofractum Piperaceae buah Jambu klutuk Psidium guajava Piperaceae daun Jarak Jatropa curcas Piperaceae daun 21 Jamu sayah Cabe jowo Piper retrofactum Piperaceae buah Bahan di masak disaring diminum

Lempuyang Zingiber aromaticum Zingiberaceae rimpang Cengkeh Eugenia aromatica Myrtaceae bunga Lada Gula batu

Piper cubeba Piperaceae buah

22 Jamu kunir asem Kunir Cucurma domestica Zingiberaceae rimpang Asem jawa Tamarindus indica Fabaceae buah Gula Garam

23 Penyegar badan Temu lawak Curcuma xanthoriza Zingiberaceae Rimpang Kunir Cucurma domestica Zingiberaceae rimpang Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Rimpang

24 Jamu beras kencur

Kencur Kaempferia galanga Zingiberaceae rimpang Beras Oryza`sativa Poaceae biji Gula Garam

25 Badan pegal Lengkuas Alpinia galanga Zingiberaceae rimpang lengkuas diparut dicampur asam dan gula pasir, disaring

air diminum Asam jawa Tamarindus indica Fabaceae buah Gula pasir

Page 292: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

268

Lampiran 16 Lanjutan

No Kategori Penyakit/

Komposisi Bahan Bagian yang digunakan

Cara Meramu Pemakaian

Jenis perawatan Nama Lokal Nama Ilmiah Suku 26 Pemambah

Nafsu makan Pepaya Carica papaya Caricaceae daun dihaluskan, disaring diminum Garam

27 Jamu paitan/ penambah nafsu makan

Sambiloto Andrographis panicukata Acanthaceae daun bahan direbus dgn 3 gelas air, sampai 1.5 gelas

diminum Secang Caesaplinia sappan Fabaceae daun Temulawak Curcuma xanthoriza Zingiberaceae rimpang Mahoni Swietenia mahagoni meliaceae biji Cabe jawa Piper retrofractum Piperaceae buah

28 Jamu lumpuh Kumis kucing Ortosiiphon spicatus Lamiaceae daun Direbus air dar 4 gelas jadi 2 gelas,

diminum Pacing towo Pleome angustifolia daun pagi sore Ceplukan Physalis angulata Oxallidaceae daun Temu ireng Curcuma aeruginosa Zingiberaceae rimpang Temu lawak Curcuma xanthoriza Zingiberaceae rimpang Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae rimpang Kunir putih Curcuma zedoaria Zingiberaceae rimpang Mrico Piper retrofactum Piperaceae buah

29 Sakit jimpe Kecubung Datura metel Solanaceae daun Digejek, tambah spiritus, diusapkan Bawang putih Allium sativum Amarillidaceae umbi Enjet (kapur)

30 Jimpe/syaraf Air kelapa Cocos nucifera Arecaceae Air buah dicampur Susu Madu asli

31 Kesemutan Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae rimpang direbus diminum Sereh Cynbopogon sp Poaceae daun, rimpang

32 Sakit mata Janur jambe Areca catechu Arecaceae daun muda (janur)

Direndam air hangat, diteteskan mata

diteteskan pada

Suket lulangan Eleusin indica Poaceae daun mata yang sakit Adas Foeniculum vulgare Apiaceae bunga

33 Sakit gigi Randu Ceiba pentandra Bombacaceae kapuk Dibakar dan diberi minyak kelapa

Minyak kelapa Cocos nucifera Arecaceae Minyak kelapa

34 Panas/step Bawang merah Allium cepa Amarillidaceae umbi Diparut dibobokkan Garam

Page 293: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

269

Lampiran 16 Lanjutan

No Kategori Penyakit/

Komposisi Bahan Bagian yang digunakan

Cara Meramu Pemakaian

Jenis perawatan Nama Lokal Nama Ilmiah Suku 35 Turun panas Temu ireng Curcuma aeruginosa Zingiberaceae rimpang Diparut, disaring diminum 36 Turun panas Dadap serep Erythrina Fabaceae Daun daun ditempelkan Ditempelkan 37 Bedak

bayi/badan kuat Lempuyang Zingiber aromaticum Zingiberaceae rimpang bahan dihaluskan Dobobokkan Sirih Piper betle Piperaceae tangkai

38 Obat cacing Temu ireng Curcuma aeruginosa Zingiberaceae rimpang Diparut, tambah air, diperas

diminum

39 Masuk angin Temu ireng Curcuma aeruginosa Zingiberaceae rimpang Diparut, diperas diminum Kunci pepet Kaempferia angustifolia Zingiberaceae rimpang

40 Sakit tipes Pisang Musa paradisiacal Musaceae Batang pisang membusuk

air dari batang pisang dicampur dgn cacing yang sudah dihaluskan

diminum

Lelur/cacing tanah 41 Sakit tipes Kunir Curcuma domestica Zingiberaceae rimpang bahan dihaluskan diminum

Waloh Cucurbita moschata Cucurbitaceae air kelapa Batang pisang busuk

Musa paradisiacal Musaceae

Air kelapa Cocos nucifera Arecaceae batang Cacing buah mentah

42 Darah tinggi Pisang mas dan Undur undur

Musa acuminata Musaceae buah Dimakan

43 Darah tinggi Mimbo Azadirachta indica Meliaceae daun direbus diminum pagi dan sore

44 Kencing manis Ceplikan/acalipa Acalipa indica Phylanthaceae akar direbus Diminum 45 Kencing manis Meniran Phylanthus niruri daun bahan direbus Diminum

Ceplukan daun

Page 294: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

270

Lampiran 16 Lanjutan

No Kategori Penyakit/

Komposisi Bahan Bagian yang digunakan

Cara Meramu Pemakaian

Jenis perawatan Nama Lokal Nama Ilmiah Suku 46 Sakit kuning Papaya Carica papaya Caricaceae pupus /

daun muda Dihaluskan, diembunkan semalam

Diminum

Pupus pace Morinda citrifolia Rubiaceae pupus/daun muda

Buah pace muda Morinda citrifolia Rubiaceae buah muda Bawang putih Allium stivum Amarillidaceae umbi Kunir Curcuma domestica Zingiberaceae rimpang Temu lawak Curcuma xanthoriza Zingiberaceae rimpang Temu ireng Curcuma aeruginosa Zingiberaceae rimpang Yuyu/beyes

47 Beri beri Pule Alstonia scolaris Apocynaceae kulit Bahan dihaluskan, disaring Diminum Sambiloto Andrographis panicukata Acanthaceae daun Kates Carica papaya Caricaceae daun 48 Anak kagetan Sangketan Moschosma

polystachyon Lamiaceae daun Bahan dihaluskan Diusapkan pada

kenig, ubun-ubun anak Brambang Allium cepa Amarillydaceae umbi

49 Sawanan Dlingo Acorus calamus Acoraceae daun bahan dihaluskan diusapkan ubun-ubun, kuping, leher, tangan, kaki

Bengkle Zingiber purpureum Zingibeeracea rimpang Brambang Allium cepa Amaillidaceaer umbi sangketan Moschosma

polystachyon Lamiaceae daun

50 Wedak adem Kencur Kaempferia galanga Zingiberaceae rimpang Empon-empon diparut, dicampur dgn beras selep Dibuat bulatan kecil-kecil

Dipakai untuk masker Kunci Kaempferia angustifolia Zingiberaceae rimpang Lempuyang Zingiber aromaticum Zingiberaceae rimpang Kunir Curcuma domestica Zingiberaceae rimpang Beras Oryza sativa Poaceae biji Jeruk purut/ wangi Citrus sp Rutaceae buah

Page 295: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

271

Lampiran 16 Lanjutan

No Kategori Penyakit/

Komposisi Bahan Bagian yang digunakan

Cara Meramu Pemakaian

Jenis perawatan Nama Lokal Nama Ilmiah Suku 51 Bedak Bobok 1 Beras selep Oryza sativa Poaceae biji Bahan selain beras

diblender, disaring , air dicampur beras selep, di buat cetakan bulat-bulat, dikeringkan

Umbi teki Cyperus rotundus Cyperaceae rimpang Kunir Curcuma domestica Zingiberaceae rimpang Lempuyang Zingiber aromaticum Zingiber rimpang Temu lawak Curcuma xanthoriza Zingiberaceae rimpang Kencur Kaempferia galanga Zingiberaceae rimpang kunci Kaempferia angustifolia zingiberaceae rimpang

52 Bedak bobok 2 Beras Oryza sativa Poaceae Biji Beras dimasukkan dalam pelepah pisang

Hedebok Musa`paradisiaca Musaceae Pelepah Direndam 10-15 hari Ganggeng Ceratophyllum sp Hydrocaritaceae Batang, daun kemudisn diremas sampai

halus.

Lempuyang Zingiber arimaticum Zingiberaceae rimpang bahan selain beras l Kunir Curcuma domestica Zingiberaceae rimpang Dihaluskan, disaring, air Bengkle Zingiber purpureum Zingiberaceae rimpang saringan dicampur beras Dlingo Acorus calamus Acoraceae Daun selep, diaduk, dicetak, Sangketan Moschosma

polystachyon Lamiaceae Daun dijemur sampai kering

Page 296: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

283

Lampiran 18 Nilai INP dan ICS vegetasi pohon pekarangan

No Nama Lokal Nama ilmiah INP Kategori INP

ICS *

Kategori ICS**

1 Jati Tectona grandis 50,27 Tinggi 75 Tinggi 2 Pisang Musa paradisiaca 37,48 Tinggi 48 sedang 3 Pring ori Bambusa bambos 33,48 Tinggi 60 Tinggi 4 Mangga Mangifera indica 24,93 Sedang 28 sedang 5 Lamtoro Leucaena glauca 20,95 Sedang 50 tinggi 6 Mahoni Swietenia mahagoni 15,17 Rendah 47 sedang 7 Jambu biji Psidium guajava 9,44 Rendah 42 sedang 8 Pring petung Gigantochloa asper 8,68 Rendah 52 Tinggi 9 Nangka Artocarpus heterophylla 8,60 Rendah 40 sedang 10 Blimbing Averrhoa carambola 6,68 Rendah 16 Rendah 11 Meh Samanea saman 5,79 Rendah 53 Tinggi 12 Jambu air Zysygium aqueum 5,40 Rendah 24 Rendah 13 Asem jawa Tamarindus indica 5,28 Rendah 41 sedang 14 Sirsak Annona muricata 5,23 Rendah 12 Rendah 15 Kelapa Cococ nucifera 4,99 Rendah 40 sedang 16 Mindi Melia azedarach 3,46 Rendah 30 sedang 17 Pace Morinda citrifolia 3,35 Rendah 26 sedang 18 Kates Carica papaya 3,17 Rendah 36 sedang 19 Pring apus Dendrocalamus apus 3,00 Rendah 40 sedang 20 Randu Ceiba pentandra 2,85 Rendah 42 sedang 21 Johar Senna siamea 2,11 Rendah 28 sedang 22 Waru Hibiscus tiliaceus 2,05 Rendah 20 Rendah 23 Sukun Artocarpus altilis 1,74 Rendah 16 Rendah 24 Pring peting Bambusa sp 1,65 Rendah 20 Rendah 25 Tayuman Cynometra sp 1,62 Rendah 6 Rendah 26 Pisang klutuk Musa balbisiana 1,50 Rendah 21 Rendah 27 Asem kranji Dialium indum 1,49 Rendah 20 Rendah 28 Kleresede Gliricidia maculata 1,42 Rendah 9 Rendah 29 Pring gading Bambusa vulgaris 1,39 Rendah 8 Rendah 30 Secang Caesalpinnia sapan 1,38 Rendah 27 Rendah 31 Turi Sesbania grandiflora 1,28 Rendah 33 sedang 32 Kayu kudo Lanea grandis 1,25 Rendah 23 sedang 33 Kersen Mutingia calabura 1,20 Rendah 28 sedang 34 Gempol Nauclea orientalis 0,99 Rendah 16 Rendah 35 Sawo Manilcara zapota 0,91 Rendah 28 sedang 36 Angsana Pterocarpus indicus 0,90 Rendah 24 Rendah 37 Singkil Premna integrifolia 0,90 Rendah 12 Rendah 38 Pring legi Bambusa sp 0,84 Rendah 28 sedang 39 Kesambi Scleicera oleosa 0,73 Rendah 20 Rendah 40 Gayam Inocarpus fangifer 0,70 Rendah 24 Rendah 41 Jeruk keprok Citrus ap 0,60 Rendah 16 Rendah 42 Juwet Eugenia cumina 0,60 Rendah 28 sedang 43 Gmelina Gmelina arborea 0,59 Rendah 20 Rendah 44 Sirsat Annona squamosa 0,58 Rendah 12 Rendah

Page 297: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

284

Lampiran 18 Lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah INP Kategori INP

ICS *

Kategori ICS**

45 Besaran Morus sp 0,57 Rendah 14 Rendah 45 Kluweh Artocarpus altilis 0,48 Rendah 16 Rendah 46 Jeruk pecel Citrus 0,48 Rendah 28 sedang 47 Mojo Aegle marmelos 0,48 Rendah 8 Rendah 48 Kemuning Murraya paniculata 0,42 Rendah 12 Rendah 49 Delima Punica granatum 0,42 Rendah 15 Rendah 50 Klayu Eriolosum rubiginosum 0,42 Rendah 20 Rendah 51 Dondong Spondias dulcis 0,42 Rendah 28 sedang 52 Jambu mete Anacardium occidentale 0,42 Rendah 12 Rendah 53 Mlinjo Gnetum gnemon 0,42 Rendah 24 Rendah 54 Weru Hibiscus procera 0,42 Rendah 8 Rendah 55 Sengon Paraserianthes falcataria 0,38 Rendah 28 sedang 56 Jambu klampok Zysygium javanicum 0,38 Rendah 24 Rendah Keterangan : *) Kategori INP pohon pekarangan : Tinggi (33,64-50,27); Sedang (17,01-32,64);

Rendah (0,38-16,64). **) Kategori ICS Tinggi (50,00-75,00); Sedang (25,00-49,00); rendah (2,00-24,00)

Page 298: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

285

Lampiran 19 Nilai INP dan ISC vegetasi pohon tegalan

No Nama lokal Nama ilmiah INP Kategori INP*

ICS Kategori ICS**

1 Jati Tectona grandis 94,39 Tinggi 75 Tinggi 2 Pisang Musa paradisiaca 39,99 Sedang 48 Sedang 3 Pring ori Bambusa bambos 17,88 Rendah 60 Tinggi 4 Mahoni Swietenia mahagoni 16,77 Rendah 47 Sedang 5 Mangga Manmgifera indica 16,39 Rendah 28 Sedang 6 Lamtoro Leucaena glauca 13,08 Rendah 50 Tinggi 7 Meh Samanea saman 7,78 Rendah 53 Tinggi 8 Turi Sesbania grandiflora 6,77 Rendah 33 Sedang 9 Nangka Artocarpus heteropphylla 6,32 Rendah 40 Sedang 10 Kelapa Cocos nucifera 5,61 Rendah 40 Sedang 11 Pring apus Dendrocalamus apus 5,08 Rendah 40 Sedang 12 Asem jawa Tamarindus indica 4,95 Rendah 41 Sedang 13 Randu Ceiba pentandra 4,73 Rendah 42 sedang 14 Jeruk keprok Citrus aurantifolia 4,12 Rendah 16 rendah 15 Kates Carica papaya 4,11 Rendah 36 sedang 16 Kluweh Artocarpus altilis 3,93 Rendah 16 Rendah 17 Pring petung Gigantochloa asper 3,03 Rendah 52 Tinggi 18 Waru Hibiscus tiliaceus 2,74 Rendah 20 rendah 19 Lamtoro gung Leucaena leucocephala 2,68 Rendah 40 sedang 20 Jarak Jatropha curcas 2,42 Rendah 18 rendah 21 Jambu biji Psidium guajava 2,32 Rendah 41 sedang 22 Putat Baringtonia racemosa 2,27 Rendah 8 rendah 23 Jambu air Zyzygium aqueum 2,16 Rendah 24 rendah 24 Kamboja Plumeiraindica 1,79 Rendah 6 rendah 25 Gempol Naucle orientalis 1,72 Rendah 16 rendah 26 Saga Adenanthera pavonina 1,38 Rendah 9 rendah 27 Pohan Buhanania latifolia 1,27 Rendah 12 rendah 28 Pring legi Bambusa sp 1,27 Rendah 28 sedang 29 Sirsat Annona muricata 1,27 Rendah 12 rendah 30 Asaem kranji Dialium indum 1,17 Rendah 20 rendah 31 Johar Senna siamea 1,12 Rendah 28 rendah 32 Mindi Melia azedarach 1,09 Rendah 30 sedang 33 Aren Arenga pinnata 1,05 Rendah 8 rendah 34 Kayu kuda Lanea grandis 1,04 Rendah 23 rendah 35 Ringin Ficus elastica 1,03 Rendah 22 rendah 36 Dondong Spondias dulcis 0,95 Rendah 28 sedang 37 Pring gading Bambusa vulgaris 0,91 Rendah 8 rendah 38 Jambe Areca catechu 0,88 Rendah 12 rendah 39 Tayoman Cenometra sp 0,87 Rendah 6 rendah 40 Pace Morinda citrifolia 0,87 Rendah 26 sedang 41 Ploso Butea monosperma 0,79 Rendah 24 rendah

Page 299: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

286

Lampiran 19 lanjutan

No Nama lokal Nama ilmiah INP Kategori INP*

ICS Kategori ICS**

42 Bendo Artocarpus elaticus 0,76 Rendah 21 rendah 43 Kersen Mutingia calabura 0,71 Rendah 24 rendah 44 Lo Ficus glomerata 0,65 Rendah 6 rendah 45 Krao Dracontomelun dao 0,63 Rendah 12 rendah 46 Mulwo Annona reticulata 0,62 Rendah 24 rendah 47 Sengon Paraserianthes falcataria 0,47 Rendah 28 sedang 48 Polokiyo Thevetia peruviana 0,47 Rendah 4 rendah 49 Klayu Erioglosum rubiginosum 0,45 Rendah 20 rendah

Keterangan: *) Kategori INP Pohon Tegalan Tinggi (59,96-94,39); Sedang (58,96-30,01); Rendah (0,45-29,98). **) Kategori ICS Tinggi (50,00-75,00); Sedang (25,00-49,00); rendah (2,00-24,00)

Page 300: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

287

Lampiran 20 Nilai INP dan ICS vegetasi pohon sekitar Hutan Jati

No Nama lokal Nama ilmiah INP Kategori INP*

ICS Kategori ICS**

1 Jati Tectona grandis 157,12 Tinggi 75 Tinggi 2 Sono keling Dalbergia latifolia 22,40 Rendah 24 Rendah 3 Mahoni Swietenia mahagoni 20,60 Rendah 47 Sedang 4 Johar Senna siamea 12,29 Rendah 28 Sedang 5 Lamtoro Leucaena glauca 9,29 Rendah 50 Tinggi 6 Mindi Melia azedarach 8,21 Rendah 30 Sedang 7 Nangka Artocarpus heterophylla 7,97 Rendah 40 Sedang 8 Sukun Artocarpus altilis 7,26 Rendah 29 Sedang 9 Krao Dracontemelun dau 6,13 Rendah 12 Rendah 10 Sirkoyo Annona muricata 5,14 Rendah 28 Sedang 11 Pring apus Dendrocalamus aspus 3,91 Rendah 40 Sedang 12 Turi Sesbania grandiflora 3,91 Rendah 36 Sedang 13 Kesambi Schleicera oleosa 3,44 Rendah 20 Rendah 14 Klayu Errioglosum rubininosum 3,27 Rendah 20 Rendah 15 Klampis Acasia farnesiana 3,24 Rendah 20 Rendah 16 Ploso Butea monosperma 3,24 Rendah 24 Rendah 17 Secang Caesalpinnia sapan 3,07 Rendah 27 Sedang 18 Jambu biji Psidium guajava 3,06 Rendah 41 Sedang 19 Nimba Azadirachta indica 2,98 Rendah 30 Sedang 20 Randu Ceiba pentandra 2,84 Rendah 42 Sedang 21 Gmelina Gmelina arborea 2,67 Rendah 20 Rendah 22 Kluwek Pangium edule 2,63 Rendah 24 Rendah 23 Preh Ficus thoningii 2,49 Rendah 6 Rendah 24 Pohan Buchanania latifolia 1,81 Rendah 12 Rendah 25 Kedoya Dysoxylum amoroides 1,80 Rendah 17 Rendah 26 Lo Ficus glomerata 1,74 Rendah 6 Rendah 27 Kepuh Sterculia foetida 1,74 Rendah 6 Rendah 28 Jambu alas Eugenia javanica 1,57 Rendah 6 Rendah 29 Mundung Garcinia dulcis 1,48 Rendah 12 Rendah

Keterangan: *)Kategori INP Pohon Hutan jati Tinggi (103,77-157,64), Sedang (51,89-102,77); rendah (1,48-50,89); **) Kategori ICS Tinggi (50,00-75,00); Sedang (25,00-49,00); rendah (2,00-24,00)

Page 301: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

288

Lampiran 21 Nilai INP dan ICS tumbuhan Semak herba pekarangan

N0 Nama lokal Nama ilmiah INP Kategori INP*

ICS Kategori ICS**

1 Lamtoro Leucaena glauca 34,10 Tinggi 50 Tinggi 2 Menyok/ketela

pohon Manihot utilisima 25,92 Tinggi 40 Sedang

3 Cengek/lombok Capsicum fruetescent 20,75 Sedang 21 Rendah 4 Sabrang Ipomoea crassicaulis 12,56 Sedang 30 Sedang 5 Pulutan Urena lobata 11,58 Sedang 9 Rendah 6 Gembili Dioscorea aculeata 9,66 Rendah 9 Rendah 7 Opo-opo Flemingia leneata 9,54 Rendah 21 Rendah 8 Temu lawak Curcuma xanthoriza 8,36 Rendah 40 Sedang 9 Teh-tehan Duranta repen 7,16 Rendah 6 Rendah 10 Garut Marantha arundinacea 5,44 Rendah 27 Sedang 11 Sidaguri Sida rotusa 5,12 Rendah 4 Rendah 12 Jagung Zea mays 4,87 Rendah 48 Sedang 13 Terong Solanum melongena 4,51 Rendah 9 Rendah 14 Trembelutan Phyllanthus reticulatus 4,49 Rendah 8 Rendah 15 Sirkoyo Annona squamosa 4,13 Rendah 28 Sedang 16 Tales Colocasia esculenta 4,02 Rendah 28 Sedang 17 Wedusan Ageratum conyzoides 3,98 Rendah Rendah 18 Ketepeng Cassia alata 3,85 Rendah 8 Rendah 19 Jarak Jatropha curcas 3,73 Rendah 18 Rendah 20 Terong poka Solanum torvum 3,39 Rendah 9 Rendah 21 Kacang lanjar Vigna unguicula 3,35 Rendah 18 Rendah 22 Ganyong Canna edulis 3,20 Rendah 12 Rendah 23 Awar-awar Ficus sp 3,05 Rendah Rendah 24 Asem jowo Tamarindus indica 3,04 Rendah 41 Sedang 25 Gadung Dioscorea hispida 2,91 Rendah 12 Rendah 26 Kembang sepatu Hibiscus rosa-chinensis 2,90 Rendah 6 Rendah 27 Kandri Bredellia sp 2,85 Rendah Rendah 28 Totok bengok Euphatorium sp 2,76 Rendah Rendah 29 Sente Alocasia macrorrhiza 2,60 Rendah 24 Rendah 30 Pacing Costus speciocus 2,38 Rendah 2 Rendah 31 Pacing towo Pleome sp 2,31 Rendah 6 Rendah 32 Besaran Morus alba 2,30 Rendah 14 Rendah 33 Sembung Blumea sp 2,04 Rendah Rendah 34 Telo rambat Ipomoea batatas 1,93 Rendah 36 Sedang 35 Uwi legi Dioscorea alata 1,88 Rendah 9 Rendah 36 Lidah mertua Sansiviera sp 1,85 Rendah 4 Rendah 37 Lempuyang Zingiber zerumbet 1,71 Rendah 40 Sedang 38 Lidah buaya Aloe vera 1,69 Rendah 6 Rendah 39 Kucingan/m invisa Mimosa invisa 1,61 Rendah Rendah 40 Paliman Elephantropus scaber 1,50 Rendah 6 Rendah 41 Andong Cordyline sp 1,50 Rendah 4 Rendah 42 Beluntas Plucea indica 1,49 Rendah 6 Rendah 43 Kemangi Oscimum basilicum 1,49 Rendah 9 Rendah

Page 302: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

289

Lampiran 21 Lanjutan

N0 Nama lokal Nama ilmiah INP Kategori INP*

ICS Kategori ICS**

44 Kencur Kampferia galanga 1,49 Rendah 30 Sedang 45 Kunyit Curcuma domestica 1,42 Rendah 34 Sedang 46 Suweg Amorpophalus

camphanulatus 1,41 Rendah Rendah

47 Kersen Muntingia calabura 1,39 Rendah 24 Rendah 48 Kembang gundul Hyptis brevipes 1,19 Rendah Rendah 49 Waluh Cucurbita moschata 1,07 Rendah 21 Rendah 50 Dewo ndaru Eugenia uniflora 1,06 Rendah 21 Rendah 51 Mahkota dewa Phaleria macrocarpa 1,06 Rendah 23 Rendah 52 Secang Caesalpinnia sapan 1,06 Rendah 27 Sedang 53 Kunci pepet Kampferia agustifolia 1,02 Rendah 18 Rendah 54 Jahe Zingiber officinarum 0,96 Rendah 40 Sedang 55 Temu ireng Curcuma aeruginosa 0,96 Rendah 42 Sedang 56 Kleresede Gliricidia maculata 0,86 Rendah 9 Rendah 57 Pacar air Impatien balsamina 0,84 Rendah 2 Rendah 58 Laos Alpinnia galanga 0,84 Rendah 21 Rendah 59 Kecipir Psopocarpus

tetragonolubus 0,78 Rendah 12 Rendah

60 Blimbing Averrhoa bilimbi 0,76 Rendah 9 Rendah 61 Kembang kertas Zinnia sp 0,67 Rendah 4 Rendah 62 Besaran Morus alba 0,66 Rendah 14 Rendah 63 Jeruk purut Citrus histrix 0,66 Rendah 21 Rendah 64 Keladi hias Caladium sp 0,66 Rendah 2 Rendah 65 Bunga pk empat Mirabilis jalapa 0,50 Rendah 2 Rendah

Keterangan: *) Kategori INP: Tinggi ( 23,4-34,1); Sedang (11,2-22,4); Rendah (0,5-10,2). **)Kategori ICS Tinggi (50,00-75,00); Sedang (25,00-49,00); rendah (2,00-24,00)

Page 303: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

290

Lampiran 22 Nilai INP dan ICS vegetasi Semak herba Tegalan

No Nama lokal Nama ilmiah INP Kategori INP*

ICS Kategori ICS**

1 Lamtoro Leucaena glauca 25,17 Tinggi 50 Tinggi 2 Menyok/ketela

pohon Manihot utilisima 23,69 Tinggi 40 Sedang

3 Sabrang Ipomoea crassicaulis 19,36 Tinggi 30 Sedang 4 Sigro mabur Euphatorium sp 15,19 Sedang - - 5 Otok-Otok Flemingia sp 12,28 Sedang - - 6 Kb gundul Hyptis brevipes 10,63 Sedang - - 7 Palerut/garut Marantha arundinacea 7,48 Rendah 27 Sedang 8 Wedusan Ageratum conyzoydes 7,09 Rendah - Rendah 9 Pulutan Urela lobata 6,75 Rendah 8 Rendah 10 Jagung Zea mays 6,69 Rendah 48 Sedang 11 Sidaguri Sida rotusa 6,34 Rendah - - 12 Tales Colocasia esculenta 5,84 Rendah 4 Rendah 13 Jarong Stachytarpeta jamaicensis 5,52 Rendah 28 Sedang 14 Kandri Bridellia sp 5,26 Rendah 4 Rendah 15 Ganyong Canna edulis 4,91 Rendah 12 Rendah 16 Opo-opo Flemingia leneata 4,80 Rendah 21 Rendah 17 Trembelutan Phyllantus reticulatus 4,80 Rendah 8 Rendah 18 Uwi Dioscorea alata 4,65 Rendah 12 Rendah 19 Kembang telang Gloriosa suberba 4,52 Rendah - Rendah 20 Gembili Dioscora aculeata 4,23 Rendah 12 Rendah 21 Jarak Jatropha curcas 3,96 Rendah 18 Rendah 22 Suweg Amorphopalus sp 3,85 Rendah - Rendah 23 Pis kucing Mimosa pudica 3,31 Rendah - - 24 Jambu biji Psidium guajava 3,05 Rendah 41 Sedang 25 Klerodendrum Clerodendrum sp 3,03 Rendah - - 26 Paliman Elephantropus sp 2,73 Rendah 6 Rendah 27 Temu ireng Curcuma aeruginosa 2,72 Rendah 42 Sedang 28 Desmodium Desmodium sp 2,50 Rendah 4 Rendah 29 Kemangi Oscimum basilicum 2,38 Rendah 9 Rendah 30 Klayu Erioglosum rubibinosum 2,18 Rendah - - 31 Lempuyang Zingiber zerumbet 2,12 Rendah 30 Sedang 32 Lemu lawak Curcuma xanthoriza 2,00 Rendah 40 Sedang 33 Katu Saurapus androgynus 1,96 Rendah 9 Rendah 34 Semak Teprosia sp 1,87 Rendah - - 35 Sente Alocasia macrorrhiza 1,84 Rendah 24 Rendah 36 Jahe Zingiber officinarum 1,76 Rendah 40 Sedang 37 Teh-tehan Acalypa sp 1,72 Rendah 6 Rendah 38 Awar-awar Ficup septica 1,70 Rendah - - 39 Terong poka Solanum torvum 1,61 Rendah 9 Rendah 40 Buntut tikus Heliotropicum indicum 1,58 Rendah - Rendah 41 Pacing Costus speciocus 1,53 Rendah 2 Rendah 42 Bogo Xanthophyllum sp 1,52 Rendah - - 43 Singkil Premna integrifolia 1,48 Rendah 9 Rendah

Page 304: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

291

Lampiran 22 Lanjutan

No Nama lokal Nama ilmiah INP Kategori INP*

ICS Kategori ICS**

44 Tapak doro Catharanthus roseus 1,47 Rendah 12 Rendah 45 Besaran Morus sp 1,40 Rendah 14 Rendah 46 Cengek Capsicum fruetescent 1,33 Rendah 21 Rendah 47 Jati londo Guazuma ulmifolia 1,31 Rendah 6 Rendah 48 Daun suji Pleomel agustifolia 1,28 Rendah 9 Rendah 49 Tomat Solanum lycopersicum 1,16 Rendah 12 Rendah 50 Secang Caesalpinnia sapan 1,04 Rendah 9 Rendah 51 Tlutup Macaranga tanarius 0,96 Rendah 9 Rendah 52 Terong Solanum melongena 0,94 Rendah 9 Rendah 53 Nyidro Canna hybrida 0,92 Rendah 6 Rendah 54 Cabe jowo Piper officinarum 0,76 Rendah 21 Rendah 55 Puring Codiaeum variegatum 0,72 Rendah 4 Rendah 56 Uyah-uyahan Ficus sp 0,71 Rendah - 57 Pandanwangi Pandanus amarylifolius 0,70 Rendah 8 Rendah 58 Apit Tabernae montana 0,68 Rendah 4 Rendah 59 Kwalot Brucea javanica 0,68 Rendah - 60 Pacar cina Aglaea odorata 0,52 Rendah 18 Rendah 61 Sirsat Annota muricata 0,52 Rendah 12 Rendah 65 Sirkoyo annota squamosa 0,45 Rendah 9 Rendah 66 Andong Cordyline 0,39 Rendah 6 Rendah 67 Bengkle Zingiber purpureum 0,39 Rendah 18 Rendah 68 Kejibeling Ortosiphon stamineus 0,39 Rendah 9 Rendah

Keterangan: *)Kategori INP: Tingggi (17,91-25,17); Sedang (8,26-16,91); Rendah (0,39-15,91). **)Kategori ICS: Tinggi (50,00-75,00); Sedang (25,00-49,00); rendah (2,00-24,00)

Page 305: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

292

Lampiran 23 Nilai INP dan ICS Semak Herba Sekitar Hutan Jati

No Nama lokal Nama ilmiah INP Kategori INP*

ICS Kategori ICS**

1 Jagung Zea mays 31,70 Tinggi 48 sedang 2 Menyok/telo

pohong Manihot utilisima 25,19 Tinggi 40 sedang

3 Sigro mabur/ kirinyuh

Euphatorium inulifolium 18,95 Sedang - -

4 Lamtoro Leucaena glauca 16,13 Sedang 50 Tinggi 5 Tembelekan Lantana camara 13,34 Sedang 4 Rendah 6 Opo-opo Flemingia lineata 11,76 Sedang 21 Rendah 7 Paliman Elepahantophus scaber 11,59 Sedang 21 Rendah 8 Jahe Zingiber officinale 11,22 Sedang 40 sedang 9 Wedusan Agetarum conyzoydes 9,82 Rendah - - 10 Uwi Dioscorea alata 9,02 Rendah 12 Rendah 11 Sirkoyo Annona squamosa 8,63 Rendah 28 Rendah 12 Kacangan Centrosema pubescent 8,57 Rendah 12 Rendah 13 Secang Caesalpinnia sapan 7,97 Rendah 27 Rendah 14 Serut Streblus asper 7,62 Rendah - - 15 Lempuyang Zingiber zerumbet 7,52 Rendah 30 sedang 16 Temu lawak Curcuma xanthoriza 6,87 Rendah 40 sedang 17 Rondo graut Mimosa invisa 6,79 Rendah 2 Rendah 18 Pacing Costus speciosus 5,76 Rendah 4 Rendah 19 Sidaguri Sida rotusa 5,48 Rendah 6 Rendah 20 kapasan/hisbiscus Hibiscus sp 5,38 Rendah - - 21 kembang gundul Hyptis brevipes 5,32 Rendah 9 Rendah 22 Pulutan Urena lobata 4,71 Rendah 21 Rendah 23 Gadung Disocorea hispida 4,29 Rendah 21 Rendah 24 Girang Lea indica 4,12 Rendah - - 25 Gembili Dioscorea aculeata 4,04 Rendah 12 Rendah 26 Pandan Pandanus sp 3,81 Rendah 9 Rendah 27 Bogo Xanthophyllum sp 3,75 Rendah - - 28 Gandri Bridellia sp 3,59 Rendah 6 Rendah 29 Suweg Amophorpalus

champanulatus 3,36 Rendah 9 Rendah

30 Uyah-uyahan Ficus sp 3,32 Rendah - - 31 Buntut

tikus/gajahan Stachytaspeta jamaicensis

3,25 Rendah - -

32 Klerodendrum Clerodendrum innerme 3,07 Rendah - - 33 kunci Kaempferia angustifolia 3,02 Rendah 18 Rendah 34 Awar-awar Ficus septica 2,33 Rendah 4 Rendah 35 Klayu Erioglosum

rubiginosum 2,22 Rendah 20 Rendah

36 Terong pokak Solanum torvum 2,17 Rendah 9 Rendah 37 Kluwing Ficus sp 1,89 Rendah 9 Rendah 38 Tlutup Macaranga tanarius 1,67 Rendah 9 Rendah 39 Klampis Acasia farnesiana 1,63 Rendah 20 Rendah 40 Kwalot Brucea javanica 1,57 Rendah - - 41 Widuri Calotropis gigantea 0,80 Rendah 6 Rendah 42 Soka Ixora 0,73 Rendah 6 Rendah Keterangan: *)Kategori INP: Tingggi (22,38-31,70); Sedang (11,32-21,38); Rendah (0,73-10,32) **)Kategori ICS: Tinggi (50,00-75,00); Sedang (25,00-49,00); rendah (2,00-24,00)

Page 306: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

273

Lampiran 17 Nilai ICS Tumbuhan berguna bagi Masyarakat Samin

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku ICS Kegunaan 1 Alang-alang Imperata cylindrica (L.)

Raeusch. Poaceae 26 Bahan minuman, pakan ternak, bahan semai benih padi,

2 Andong Cordyline fruticosa L. Agavaceae 6 Tanaman hias 3 Angsana Pterocarpus indica L. Fabaceaea 24 Bahan bangunan, peralatan 4 Anting-anting Acalipa indica L. Phylanthaceae 12 Tanaman obat, pakan ternak 5 Aren Arenga pinnata Merr. Arecaceae 8 Tanaman mata air 6 Asem jawa Tamarindus indica L. Fabaceae 41 Bahan bangunan, bahan obat (buah), bumbu (buah), peralatan 7 Asem londo Dialium indum wild. Fabaceae 20 Bahan bangunan, kayu bakar 8 Babing Breynia disticha Phyllanthaceae 9 Bahan pewarna makanan 9 Bakung Crinum asiaticum L. Liliaceae 6 Tanaman hias 10 bayam Amaranthus hybridus L Amaranthaceae 16 Bahan sayuran 11 Beluntas Plucea indica L Lamiaceae 12 Lalapan 12 Bendo Artocarpus elasticus Reinw Moraceae 21 Bahan bangunan, peralatan 13 Bengkle Zingiberaceae Zingiber purpureum Roscoe 18 Bahan makanan, obat obatan, kosmetika 14 Bengkoang Pachyrrhisus erosus Fabaceae 12 Bahan makanan 15 Beras wutah Diffenbachia

bowmannii Carrière Araceae 6 Tanaman hias

16 Beringin Ficus elastic L. Moraceae 22 Perindang, mitos, habitat burung 17 besaran Morus alba L. Moraceae 14 Tanaman pagar, bahan sayur 18 Blimbing buah Averrhoa carambola L Oxallidaceae 16 Tanaman buah 19 Blimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. Oxallidaceae 9 Bumbu masakan 20 Bogenville Bogenvillea spectabilis Nygtaginaceae 6 Tanaman hias 21 Brambang Allium cepa L Liliaceae 36 Bumbu, bobok patah tulang, obat obatan 22 Bunga pk ept Mirabilis jalapa L. Apocynaceae 6 Tanaman hias 23 Cabe jowo Piper officinarum (Mig)C. Dc Piperaceae 9 Bahan obatan 24 Cengek/lombok Capsicum annum Solanaceae 21 Bumbu, bahan pestisida 25 Ceplukan Physalis angulata L. Oxallidaceae 9 Pelancar seni 26 Ceplukan/rambutan Passiflora foetida L. Pasifloraceae 15 Buah, bahan jamu 27 Daun suji Dracaena angustifolia

(Medik.) Agavaceae 12 Pewarna makanan, obat obatan

28 Delima Punica granatum L. Punicaceae 15 Buah, bahan obat 29 Dewo ndaru Eugenia uniflora L. Myrtaceae 21 Bahan jamu, daun untuk sayur

Page 307: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

274

Lampiran 17 lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku ICS Kegunaan 30 Dlingo Acorus calamus Acoraceae 18 Sawanan, kosmetika 31 Dondong Spondias dulcis L. Meliaceae 28 Tanaman buah, bahan papan, kayu bakar 32 Gading/kanthil Michelia champaca L. Annonaceae 15 Sesaji, Tanaman hias 33 Gadung Dioscorea hispida L. Dioscoreaceae 21 Bahan makanan, bahan biopestisida 34 Gambas Luffa acutangula (L.) Roxb. Cucurbitaceae 16 Sayuran 35 Ganggeng Ceratophyllum sp Hidrocaritaceae 6 Bahan kosmetik 36 Ganyong Canna edulis L. Cannaceae 12 Bahan makanan 37 Gayam Inocarpus fagifer (Parkinson)

F.R. Forsberg Fabaceae 24 Kayu bakar, papan, bahan makanan, peralatan

38 Gembili Dioscorea aculeate (Lour.) Burkill

Dioscoreaceae 12 Bahan makanan

39 Gempol Naucle orientalis L. Rubiaceae 16 Pembatas sawah,kayu bakar, mitos 40 Girang Lea indica Vitaceae 4 Pakan ternak 41 Glodokan Polyanthia longifolia Annonaceae 6 Tanaman pagar Gmelina Gmelina arborea Verbenaceae Roxb. 20 Pakan ternak, kayu bakar, 42 Gondoruso Justisia gendarusa Acanthaceae Burm 6 Tanaman pagar 43 Ilat boyo Sansiviera sp Liliaceae 6 Tanaman hias 44 Jagung Zea mays L. Poaceae 48 Bahan makanan, pakan ternak (daun muda), kompos (tongkol

jagung), bahan sayur (buah muda) 45 Jahe Zingiber officinale Roscoe Zingiberaceae 40 Bumbu, obat, bahan minuman 46 Jambe Areca Catechu L Arecaceae 12 Daun muda untuk obat mata 47 Jambu air Syzygium aqueum

(Burm.f.) Alston Myrtaceae 24 Buah, bangunan, peralatan

48 Jambu alas Eugenia javanica Myrtaceae 6 Tanaman mata air 49 Jambu biji/klutuk Psidium javanica Myrtaceae 42 Buah, obat (daun), kayu bahan peralatan 50 Jambu klampok Syzygium sp Myrtaceae 24 Bahan papan, peralatan 51 Jambu mete Anacardium occidentale L. Anacardiaceae 12 Buah, biji mete bahan makanan 52 Jarak pagar Jatropha curcas L. Euphorbiaceae 18 Biji jarak untuk minyak, daun bahan jamu 53 Jati Tectona grandis L.f. Verbenacaee 75 Bahan bangunan, kerajinan, kayu bakar (ranting), pembungkus 54 Jati londo Guazuma ulmifolia Lam. Verbenaceae 6 Tanaman hias 55 Jenu Derris eliptica L. Fabaceae 18 Racun ikan, Bahan pestisida

Page 308: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

275

Lampiran 17 lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku ICS Kegunaan 56 Jeruk bali Citrus maxima (Burm.f.) Merr. Rutaceae 12 Tanaman buah 57 Jeruk keprok Citrus reticulate Blanco Rutaceae 16 Tanaman buah 58 Jeruk nipis/pecel Citrus aurantifolia (Christm)

swingle Rutaceae 28 Bahan masakan, obat

59 Jeruk purut Citrus histrrix DC Rutaceae 21 Bumbu, wedak adem 60 Jipang Sechium edule (Jacq.) Sw Cucurbitaceae 16 Sayur 61 Johar Senna siamea ( Lam)

H.S.Irwin & Barneby Fabaceae 28 Bahan bangunan, peralatan, kayu bakar,

62 Juwet Eugenia cumini (L.) Druce Myrtaceae 28 Buah, bhn bangunan, kayu bakar 63 Kacang gude Cajanus cajan Fabaceae 9 Bahan makanan 64 kacang lancar Vigna unguicula Fabaceae 16 Sayur 65 Kacang tanah Arachis hypogaea L. Fabaceae 28 bahan makanan, pakan ternak 66 kacangan Centrosema pubescent

Benth Fabaceae 12 Pakan ternak

67 Kaliandra Calliandra Fabaceae calothyrsus Meisn 24 Pakan ternak, kayu bakar 68 Kamboja Plumeria acuminata Ait. Apocynaceae 6 Tanaman hias, 69 Kamboja jepang Adenium sp Apocynaceae 4 Tanaman hias 70 Kangkung Ipomoea aquatica Forssk. Solanaceae 16 Sayuran, pakan ternak 71 Kapasan Hibiscus sp Malvaceae 6 Bahan tali 72 Kates Carica papaya L. Caricaceae 36 Buah, sayur (buah muda, daun), bahan jamu (daun) 73 Katimas Euphorbia heterophylla L. Euphorbiaceae 4 Pakan ternak 74 Katu Sauropus androgynus (L.)

Merr.

Euphorbiaceae 9 Sayuran

75 Kayu kuda Lannea grandis Engl. Anacardiaceae 23 Kayu bakar, mitos, batas pekarangan 76 Kb jengger Celosia cristata L. Amaranthacea 2 Tanaman hias 77 Kb sepatu Hibiscus rosacinensis L. Malvaceae 6 Tan hias 78 Kacang bayung Vigna unguiculata (L.) Walp. Fabaceae 12 Bahan sayur 79 Kecipir Psophocarpus

tetragonolobus (L.) D.C.

Fabaceae 12 Sayuran

80 Kecubung Datura metel Swartz Solanaceae 9 Bahan obat 81 Kedoya Dysoxylum amooroides Meliaceae Miq. 17 Peralatan, bahan makanan buah

Page 309: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

276

Lampiran 17 lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku ICS Kegunaan 82 Keladi hias Caladium sp Araceae 2 Tanaman hias 83 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae 40 Bahan peralatan, bhn masakan (buah), kayu bakar (daun), mitos,

ritual (buah), penawar racun (air kelapa) 84 Kelor Moringa oleifera Lam Moringaceae 20 Daun u sayur, kayu bakar 85 Kemanggi Oscimum basilicum Lamiaceae 9 Bahan sayuran 86 Kemiri Aleruites muluccana (L.)

Willd. Euphorbiaceae 29 Bumbu (biji), kayu u bangunan, kayu bakar

87 Kemuning Murayya exotica L. Rutaceae 12 Tan hias, kosmetika 88 Kenanga Cananga odorata (Lam)

Hook.J. &T.Thomson Annonaceae 10 Sesaji, tan hias

89 Kencur Kampferia galaga L. Zingiberaceae 39 Baham minuman, naham obat/jamu, bumbu 90 Kenikir Cosmos caudatus Kunth Asteraceae 9 Bahan lalapan 91 Kenikir Tagetes erecta L. Asteraceae 4 Tanaman hias 92 Kentang kanci Coleua tuberosus Solanaceae 8 Bahan makanan (umbi) 93 Kentos Nelumbo nucifera Nelumbonaceae 8 bahan makanan 94 Kepuh Sterculia foetida L Sterculiaceae 6 Tanaman penghijauan 95 Kersen Muntingia calabura L Elaeocarpaceae 24 Buah, kayu bakar 96 Kesambi Schleicera oleosa Meliaceae (Lour).

Oken 20 Bahan bangunan, kayu bakar

97 Ketepeng Cassia alata L Fabaceae 9 Obat kulit 98 Klampes Acasia nilotica Fabaceae (L.) Willd. Ex

Del 20 Bahan bangunan, kayu bakar

99 Klayu Erioglossum rubiginosum Brand

Meliaceae 20 Bahan bangunan, tan buah, kayu bakar

100 Klerecede Gliricidia maculate Fabaceae 9 Pakan ternak 101 Kluweh Artocarpus altilis (Parkinson)

Forsberg Moraceae 16 Buah untuk sayur, kayu bahan bangunan

102 Kluwek Pangium edule Reinw. ex Blume

Flacourtiaceae 24 Bahan bumbu, kayu papan, obat tradisional, racun ikan

103 Kluwingan Ficus sp Moraceae 9 Bahan tali 104 Kopi Coffea Arabica L Rubiaceae 8 Bahan minuman 105 Krao Dracotomelum dao (Blanco)

Merris Rolfe Verbenaceae 12 Kayu bahan bangunan

Page 310: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

277

Lampiran 17 lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku ICS Kegunaan 106 Kremah gede Alternanthera sessilis (L.) R.

Br. ex D Amaranthaceae 21 sayur, pakan ternak

107 Kumis kucing Orthosiphon stamineus Benth Fabaceae 9 bahan jamu 108 Kunci Kaempferia angustifolia Zingiberaceae 18 bahan jamu, bumbu masakan 109 Kunir putih Curcuma zedoaria (Christm.)

Roscoe Zingiberaceae 9 Jamu

110 Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae 34 bumbu, obat, kosmetika, ritual 111 Lamtoro Leucaena glauca Fabaceae 50 Pakan ternak (daun), sayut( buah muda), obat luka baru (pupus),

teknologi tradisional, kayu bakar 112 Lamtoro gung Leucaena sp Fabaceae 40 Bahan peralatan, kayu bakar 113 Laos Alpinia galanga (L.) Sw. Zingiberaceae 21 bumbu, obat tanaman 114 Lemeni Ardisia eliptica Thunb. Myrtaceae 9 jamu gepyok 115 Lempuyang Zingiber zerumbet (L.)

J.E.Smith Zingiberaceae 30 Sayur (daun), obat (rimpang), kosmetik (rimpang)

116 Lempyang sabrang Zingiber zerumbet (L.) Sm. Zingiberaceae 9 jamu sapi mencret 117 Lo Ficus glomerata L. Moraceae 6 Mitos 118 Lompong Colocasia esculenta (L.)

Schott Araceae 28 bahan kh, sayur

119 Mahkota dewa Phaleria macrocarpa Thymelaeaceae (Scheff.) Boerl

9 tan obat

120 Mahoni Swietenia mahagoni (L.) Jacq Meliaceae 47 bahan bangunan, jamu (biji), biopestisida (daun) 121 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae 28 Buah, bahan bangunan 122 Mawar Rosa sp Rosaceae 6 tan hias 123 Meh Samanea saman (Jacq) Merr Fabaceae 53 bahan bangunan, peralatan, kayu bakar, mitos, 124 Melati Jasminum sambac (L.) Ait. Oleaceae 6 tan hias 125 Meniran Phylantus niruri L. Phylanthaceae 9 tan obat 126 Mentimun Cucumis sativus L. Cucurbitaceae 12 tan buah 127 Menyok/telo

pohong Manihot ulilissima L Euphorbiaceae 40 Bahan bakanan, sayur(daun), kayu bakar (batang)

128 Mindi Melia azedarach L. Meliaceae 30 bahan bangunan, biopestisida 129 Mlinjo Gnetum gnemon L. Gnetaceae 24 bahan sayur, biji bahan makanan 130 Mojo Aegle marmelos Meliaceae 8 Tanaman pagar

Page 311: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

278

Lampiran 17 lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku ICS Kegunaan 131 Mulwo Annona reticulata Annonaceae 24 tan buah, kayu bakar 132 Mundung Garcinia dulcis Clusiaceae (Roxb.) Kurz. 12 tan buah 133 Nampu Homalomena javanica

V.A.V.R Araceae 24 umbi u makanan, daun u sayur

134 Nangka Artocarpus heterophylla Moraceae 40 Buah , sayur, bangunan, peralatan 135 Nimba Azadirachta indica Adr. Juss Meliaceae 30 bahan bangunan,jamu, daun pestisida 136 Nusa indah Musaenda frondosa L. Rubiaceae 4 tan hias 137 Nyidro Canna hybrida L. Cannaceae 6 tan hias 138 Opo-opo Flemingia lineate

(L.) W.T.Aiton Fabaceae 21 bahan semai padi, pakan ternak

139 Orang aring Eclipta alba L. Asteraceae 8 pakan ternak 140 Orok-orok Crotalaria sp Fabaceae 6 tan penyubur 141 Pacar air Impatien balsamina L. Balsaminaceae 4 tan hias 142 Pacar cina Aglaea odorata L. Rutaceae 18 Sawanan (daun), cat kuku (buah) 143 Pace Morinda citrifolia L. Rubiaceae 26 obat, sayur, ritual 144 Pacing Costus speciocus L. Zingiberaceae 2 Tan hias 145 Palerut/garut Maranta arundinacea L. Maranthaceae 27 bahan pati, ramuan jamu uyup uyup, pakan ternak 146 Paliman/Tapak

liman Elephantropus scaber L. Asteraceae 21 bobok patah tulang, pakan ternak

147 Pandan wangi Pandanus amayllifolius Roxb Pandanaceae 18 bahan tikar, sesaji 148 Pare pait Momordica charantia Cucurbitaceae

Descourt. 12 bahan sayur

149 Pari/Padi Oriza sativa L. Poaceae 122 Bh makanan pokok, bhn pangan suplemen; pakan ternak (jerami), obat obatan (beras), kosmetik (beras), ritual, mitologi , bahan pupuk (jerami, sekam)

150 Petai Parkia speciosa Hassk. Fabaceae 12 buah u sayur, 151 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae 48 Buah, pembungkus (daun), obat obatan sakit perut (buah), tipes

(pelepah), sayur (bunga), bahan ritual (buah) 152 Pisang klutuk Musa balbisiana L. Musaceae 21 bahan pembungkus, obat mencret 153 Ploso Butea monosperma (Lam.)

Taub Fabaceae 24 daun pembungkus tape, kayu bakar

154 Pohan Buchanania latifolia Roxb. Anacardiaceae 12 kayu bangunan

Page 312: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

279

Lampiran 17 lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku ICS Kegunaan 155 Polokiyo Thevetia peruviana (Pers.)

K. Schum.

Apocynacee 4 kayu bakar

156 Preh Ficus thonningii Blume Moraceae 6 Mitos 157 Pring apus Gigantochloa asper (Schult &

Schult f.) Kurz Poaceae 40 Bahan tali, bahan anyaman, peralatan

158 Pring gading Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C. Wendl.

Poaceae 8 tan hias, tolak bala

159 Pring legi Bambusa sp Poaceae 28 Sayur (rebung), peralatan, bahan bangunan 160 Pring Peting Bambusa sp Poaceae 9 Bahan peralatan 161 Pring petung Gigantockloa asper (Schult.

& Schult. f.) Backer ex K. Heyne

Poaceae 52 Bh bangunan, tekn tradiso, kayu bakar, sayur

162 Pring ri Bambuda bambos (L.) Voss Poaceae 60 Bh bangunan, tekn trad, rebung u sayur, batas desa, indikator ling 163 Pule Alstonia scholaris (L.) R.Br Apocynaceae 9 bahan jamu 164 Pulutan Triumfeta sp Malvaceae 9 Pakan ternak 165 Pulutan Urena lobata L Malvaceae 9 pakan ternak 166 Putat Baringtonia racemosa Roxb Lecythidaceae 8 mitos, 167 Rambutan Nephelium lappaceum Anacardiaceae 9 Buah 168 Randu Ceiba pentandra (L.) Gaertn. Bombacaceae 45 bahan serat (kapuk), kayu bakar, mitos, indk ling, pakan ternak

(daun), 169 Randu alas Bombax malabaricum DC Bombacaceae 6 Mitos 170 Rawatan Hewittia sublobata Convolvulacea (L.f.)

Kuntze 12 pakan ternak,

171 Rubus Rubus sp Rosaceae 8 tan buah 172 Sabrang Ipomoea crassicaulis (Benth.)

B. L. Rob. Solanaceae 30 kayu bakar, obat luka (getah), turun panas

173 Saga tunteng Abrus precatorius Fabaceae 9 Bahan obat 174 Sambiloto Andropgraphis paniculata Acanthaceae 9 obat sakit perut 175 Sangketan Moschosma polystachyon Lamiaceae 21 sawanan, bahan kosmetika 176 Sawo Manilkara Zapota (L.)

P.Royen Sapotaceae 28 tan buah, kayu papan, tekn trad

177 Secang Caesalpinia sappan L. Fabaceae 27 bahan minuman, ramuan jamu, tan pembatas

Page 313: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

280

Lampiran 17 lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku ICS Kegunaan 178 Semanggi Marsilea crenata Presl. Marsileaceae 2 pakan ternak 179 Semangka Citrulus vulgaris schrad Cucurbitaceae 12 tan buah 180 Semangka kwaci Citrulus vulgaris schrad cv

kwaci Cucurbitaceae 12 biji u kwaci

181 Sembukan Paederia foetida L. Rubiaceae 9 obat sakit perut 182 Sengon Paraserianthes falcataria (L.)

Nielson Fabaceae 28 bahan bangunan, kayu bakar

183 Sente Alocasia macrorrhiza Schott Araceae 24 0bat luka, obat kulit, tan hias 184 Sente ireng Alocasia macrorrhiza Schott Araceae 6 tan hias 185 Sereh Cymbopogon nardus

(L.) Rendle Poaceae 9 bahan aromatikum

186 Serut Streblus asper Lour. Moraceae 6 Mitos 187 Sidaguri Sida rhombifolia L. Malvaceae 4 pakan ternak 188 Sigaran Calopogonium mucunoides

Desv. Fabaceae 21 jamu gepyok, pakan ternak

189 Singkil Premna integrifolia L. Lamiaceae 12 Sayur 190 Sirih Piper betle L. Piperaceae 25 nyirih, obat, ritual 191 Sirkoyo Annona squamosa L. Annonaceae 28 Buah, kayu bakar 192 Sirsat Annona muricata L. Annonaceae 12 tan buah 193 Suket lulangan Eleusin indica L Poaceae 18 obat sakit mata, pakan ternak

194 Sogo Adenanthera pavonina L. Fabaceae 9 kayu bangunan 195 Soka Ixora sp Rubiaceae 6 tan hias 196 Sono keling Dalbergia latifolia Roxb. Fabaceae 24 Bahan bangunan, peralatan 197 Suket gajah Setaria muticum Poaceae 12 pakan ternak 198 Suket lamuran Arundinella setosa Poaceae 9 pakan ternak 199 Suket brambangan Commelina nudiflora L. Poaceae 12 pakan ternak 200 Suket genjoran Psphalum scrobilatum Poaceae 9 pakan ternak 201 Suket grintingan Cynodon dactylon (L.) Pers. Poaceae 12 pakan ternak, 202 Suket lamuran Arundinella setosa Poaceae 9 pakan ternak

203 Suket paitan Axonopus compressus (Sw.) P.Beauv.

Poaceae 12 pakan ternak

Page 314: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

281

Lampiran 17 lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku ICS Kegunaan 204 Suket paitan Paspalum conjugatum Poaceae 12 pakan ternak 205 Suket tuton Echinoclona colona (L.) Link Poaceae 9 pakan ternak 206 Suket uler-uleran Centotheca lappacea (L.)

Desv.Poaceae

12 makanan ternak

207 Sukun Artocapus altilis (Parkinson) Fosberg

Moraceae 29 Buah, sayur, bahan bangunan

208 Suruh Piper betle L. Piperaceae 18 bahan makanan, obat, ritual 209 Suweg Amorphophallus

campanulatus Blume ex Decne.

Araceae 9 umbi u tepung

210 Tales Colocasia esculenta (L.) Schott

Araceae 28 Sayur (daun), sumber KH (rimpang)

211 Tapak doro Catharantus roseus (L.) G.Don

Apocynaceae 6 tan hias

212 Tayuman Cynometra sp Fabaceae 6 tan pagar 213 Teh- tehan Duranta repens Auct.Non

Jacq Verbenaceae 4 tanaman pagar

214 Teki Cyperus rotundus L. Cyperaceae 9 pakan ternak 215 Telo rambat Ipomoea batatas (L.) Lamk. Convolvulaceae 36 bahan makanan, daun u sayur, 216 Tembakau Nicotiana tabacum L. Solanaceae 25 bahan rokok, pestisida 217 Tembelekan Lantana camara L. Rubiaceae 4 Tan hias 218 Temu ireng Curcuma aeruginosa Roxb Zingiberaceae 42 obat kulit, turun panas, obat sakit kuning 219 Temu lawak Curcuma Xanthoriza Roxb. Zingiberaceae 40 Bahan jamu, bahan minuman, bahan pestisida 220 Terong Solanum melongena L. Solanaceae 9 Sayur 221 Terong poka Solanum torvum Solanaceae 9 Bahansayur 222 Tlutup Macaranga tanarius (L.)

Müll.Arg. Euphorbiaceae 9 obat kadas

223 Tomat Solanum licopersicum L. Solanaceae 12 Sayur 224 Totok bengok/sigro

mabur/kirinyuh Euphatorium sp Asteraceae 2 Tanaman liar

225 Trembelutan Phyllantus reticulates Phyllanthacea 8 alat trad 226 Turi Sesbania grandiflora (L.)

Poir. Fabaceae 33 Pakan ternak, sayur (bunga), kayu bakar

Page 315: ETNOBIOLOGI MASYARAKAT SAMIN · Masyarakat Samin adalah masyarakat penganut ajaran Samin Surosentiko yang muncul pada akhir abad ke-19. Mereka adalah petani pedesaanyang kehidupannya

282

Lampiran 17 lanjutan

No Nama Lokal Nama ilmiah Suku ICS Kegunaan 227 Uket lulangan Eleusin indica L. Poaceae 18 obat sakit mata, pakan ternak 228 Uwi Dioscorea alata L. Dioscoreaceae 12 bahan makanan 229 Waladan Ipomoea obscura Solanaceae 21 penurun panas, pakan ternak 230 Waluh Cucurbita moschata

Duchesne ex Poir. Cucurbitaceae 21 bahan sayur, obat tipus

231 Waru Hibiscus tiliaceus L. Malvaceae 20 kayu bakar, tali, batas pekarangan 232 Weru Albizzia procera (Roxb)

Benth Fabaceae 8 bahan bangunan

233 Yodium Jatropha multifida L. Euphorbiaceae 9 obat luka 234 Rawatan Hewittia sublobata Convolvulaceae 6 Pakan ternak 235 Teh-tehan

Acalypa sp Phylanthaceae 6 Tanaman pagar