EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

73
EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM DISKURSUS PENAFSIRAN AL-QUR’AN (Studi Kritis Penafsiran Khilâfah HTI Perspektif Lintas Mazhab Tafsir) Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) Oleh: Zakiyal Fikri Mochamad NIM: 218410869 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1442 H/2020 M

Transcript of EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

Page 1: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM

DISKURSUS PENAFSIRAN AL-QUR’AN

(Studi Kritis Penafsiran Khilâfah HTI Perspektif

Lintas Mazhab Tafsir)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Magister Agama (M.Ag)

Oleh:

Zakiyal Fikri Mochamad

NIM: 218410869

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1442 H/2020 M

Page 2: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM

DISKURSUS PENAFSIRAN AL-QUR’AN

(Studi Kritis Penafsiran Khilâfah HTI Perspektif

Lintas Mazhab Tafsir)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Magister Agama (M.Ag)

Oleh:

Zakiyal Fikri Mochamad

NIM: 218410869

Pembimbing:

Prof. Dr. KH. Said Aqil Husain Al-Munawwar, MA

Dr. H. Ahmad Syukron, MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1442 H/2020 M

Page 3: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul Eksistensi Khilâfah dalam Diskursus Penafsiran

Al-Qur’an: Studi Kritis Penafsiran Khilâfah HTI Perspektif Lintas Mazhab

Tafsir yang disusun oleh Zakiyal Fikri Mochamad dengan Nomor Induk

Mahasiswa 218410869 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan

dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diajukan di

sidang munaqasyah.

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. KH. Said Aqil Husain Al-Munawwar, MA Dr. H. Ahmad Syukron, MA

Tanggal: Tanggal: 19 November 2020

Page 4: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

iv

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis dengan judul Eksistensi Khilâfah dalam Diskursus Penafsiran Al-

Qur’an: Studi Kritis Penafsiran Khilâfah HTI Perspektif Lintas Mazhab Tafsir yang

disusun oleh Zakiyal Fikri Mochamad dengan Nomor Induk Mahasiswa 218410869

telah diajukan di sidang munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an

(IIQ) Jakarta pada tanggal 21 Desember 2020. Tesis tersebut telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Mater Agama (M.Ag) dalam bidang Ilmu Al-

Qur’an dan Tafsir

No Nama Jabatan dalam Tim Tanda Tangan

1 Dr. H. Muhammad Azizan

Fitriana, MA Ketua

2 Dr. H. Ahmad Syukron, MA Sekretaris

3 Dr. H. Arrazy Hasyim, MA.

Hum

Anggota/Penguji I

4 H. M. Ziyadul Haq, SQ,

S.H.I,MA, Ph.D

Anggota/Penguji II

5 Prof. Dr. KH. Said Aqil

Husain Al-Munawwar, MA

Anggota/Pembimbing I

6 Dr. H. Ahmad Syukron, MA Anggota/Pembimbing II

Jakarta, 21 Desember 2020

Mengetahui,

Direktur Pascasarjana IIQ Jakarta

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA

Page 5: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

v

BERITA ACARA

MUNAQOSYAH TESIS S-2

Pascasarjana Program Magister (S2) Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, setelah

memperhatikan hasil-hasil ujian semester dan hasil penilaian Tim Penguji

Munaqasyah Tesis pada:

Hari, tanggal : Senin, 21 Dsember 2020 M / 06 Jumadil Awal 1442 H

Tempat : Zoom Cloud Meeting

MEMUTUSKAN

bahwa mahasiswa

Nama : Zakiyal Fikri Mochamad

TTL : Cilacap, 08 Oktober 1994

NIM/NIRM : 218410869

Program Studi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Judul Tesis :Eksistenti Khilafah dalam Diskursus Penafsiran Al-Qur’an

(Studi Kritis Penafsiran Khilafah HTI Perspektif Lintas

Mazhab Tafsir)

Dinyatakan: LULUS, dengan hasil munaqasyah: 93, 5 (A)

IPS : 3, 62 (141,00)

IPK : 3,63 (Terpuji/Amat Baik/Baik)

Kepadanya diberikan gelar Magister Agama (M.Ag) berserta hak dan kewajiban

yang melekat pada gelar tersebut dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Yang bersangkutan adalah alumni Pascasarjana Program Magister (S2) IIQ

Jakarta yang ke-715

Tangerang Selatan, 21, Desember 2020

06 Jumadil Awal 1442

TIM PENGUJI

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

(Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA) (Dr. H. Ahmad Syukron, MA)

Anggota:

1. Penguji I : Dr. H. Arrazy Hasyim, MA. Hum .........................

2. Penguji II : H. M. Ziyadul Haq, SQ, S.H.I,MA, Ph.D .........................

3. Pembimibing I : Prof. Dr. KH. Said Aqil Husain Al-Munawwar, MA .........................

4. Pembimbing II : Dr. H. Ahmad Syukron, MA .......................

Page 6: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

vi

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Zakiyal Fikri Mochamad

NIM : 218410869

Tempat/Tgl Lahir : Cilacap, 08 Oktober 1994

Program Studi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Menyatakan bahwa tesis dengan judul adalah benar-benar asli karya saya

kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di

dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 19 Januari 2021

Zakiyal Fikri Mochamad

Page 7: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

vii

MOTTO

ظام بالن لباطل

نظام يغلبه ا

الحق بلا

“Kebenaran yang tidak terorganisir akan terkalahkan oleh kejahatan yang

terorganisir”

(Ali bin Abi Thalib)

“Bila ingin mengetahui maksud keseluruhan isi Al-Qur’an, maka lihatlah

peribdi Nabi SAW !. Karena beliau adalah Mubayyin al-Qur’an dan potret

Al-Qur’an itu sendiri.”

Page 8: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

viii

PERSEMBAHAN

Tesis ini dipersembahkan untuk:

1. Orang tua, ayahanda Kyai. Ratino Usman Al Qudsy dan Ibu Moh

Saodah; dan kedua adik penulis, Nasril Albab Mochamad dan Qurota

A’yunin yang selalu memberikan dukungan emosional untuk segera

menyelesaikan tesis ini

2. Semua guru-guru yang telah berjasa dalam memberikan teladan ilmu

dan akhlak khususnya (Alm) KH. A. Ahmad Hasyim Muzadi berserta

keluarga dan seluruh dosen STKQ Al-Hikam Depok dan segenap

dosen pengajar IIQ Jakarta

3. Kedua pembimbing tesis, Prof. Dr. KH. Aqil Husain Al-Munawwar,

MA dan Dr. H. Ahmad Syukron, MA yang telah memberikan

waktunya dan masukan-masukannya untuk kesempurnaan penelitian

tesis ini

4. Pengasuh Pesantren Al-Ihya Ulumaddin Cilacap, KH.

Imdadurrohman Al-Ubudi dan murobbi qur’an penulis, K. Sangidun

Al Hafiz yang memberikan keteladanan spiritual dan kemandirian

sebagai santri

5. Kawan-kawan STKQ Al-Hikam khususnya H. Kamaluddin yang

telah banyak memberikan sumbangsih materi dan immateri dalam

proses penyusunan tesis ini

Page 9: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

ix

KATA PENGANTAR

Bismillâhirrahmânirrahîm

Segala puja dan puji syukur selalu terlimpahkan kepada Allah SWT,

yang telah memberikan nikmat kesehatan dan keberkahan ilmu pengetahuan

kepada hambanya yang tengah menuntut ilmu. Shalawat dan salam semoga

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan

yang baik dan benar kepada umatnya.

Dengan Dengan rahmat dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan

Tesis dengan judul“Eksistensi Khilâfah dalam Diskursus Penafsiran Al-

Qur’an: Studi Kritis Penafsiran Khilâfah HTI Perspektif Lintas Mazhab

Tafsir”. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tesis ini.

Hal itu semata-mata karena keterbatasan penulis sendiri.

Keberhasilan penulis dalam menempuh studi dan menyusun tesis ini

tidak lepas dari bantuan, motivasi serta bimbingan berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Kyai. Ratino Usman Al Qudsy dan Ibu Moh Saodah selaku orang

tua penulis.

2. Ibu Prof. Hj. Huzaimah T. Yanggo, MA, sekalu rektor Institut Ilmu Al-

Qur’an Jakarta

3. Bapak Dr. H. M. Azizan Fitriana, MA selaku Direktur Program

Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.

4. Bapak Dr. H. Ahmad Syukron, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-

Qur’an dan Tafsir Program Pascasarjana IIQ Jakarta.

5. Prof. Dr. KH. Aqil Husain Al-Munawwar, MA dan Dr. H. Ahmad

Syukron, MA selaku pembimbing tesis penulis.

6. Rekan-rekan mahasiswa IAT semester genap 2019 Program Pascasarjana

Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta sebagai rekan kuliyah dan teman diskusi

7. Rekan-rekan mahasiswa IAT STKQ Al Hikam Depok angkatan III

sebagai rekan kuliah dan teman diskusi

Jakarta, 19 November 2020

Penulis,

Zakiyal Fikri Mochamad

Page 10: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

x

Page 11: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ iii

PENGESAHAN PENGUJI................................................................... iv

BERITA ACARA................................................................................... v

PERNYATAAN PENULIS................................................................... vi

MOTTO.................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN.................................................................................. viii

KATA PENGANTAR............................................................................ ix

DAFTAR ISI.......................................................................................... xi

ABSTRAK INDONESIA...................................................................... xv

ABSTRAK INGGRIS............................................................................ xvi

ABSTRAK ARAB.................................................................................. xvii

PEDOMAN TRANSLITERASI........................................................... xviii

BAB I: PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Permasalahan............................................................................... 7

1. Identifikasi Masalah............................................................... 7

2. Pembatasan Masalah.............................................................. 8

3. Perumusan Masalah............................................................... 8

C. Tujuan Penulisan.......................................................................... 8

D. Kegunaan Penelitian.................................................................... 9

E. Kajian Pustaka............................................................................. 9

F. Metodologi Penelitian.................................................................. 16

1. Jenis Penelitian...................................................................... 16

2. Sumber Data.......................................................................... 17

3. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 18

4. Metode Analisis Data............................................................. 18

G. Sistematika Penulisan.................................................................. 20

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG KHILÂFAH 23

A. Pengertian Khilâfah..................................................................... 23

B. Khilâfah dalam Lintasan Sejarah................................................. 25

C. Konsep Khilâfah Perpektif HTI................................................... 29

D. Khilâfah dalam Pandangan Mazhab-Mazhab Islam.................... 31

BAB III: HTI DAN PENAFSIRAN AL-QUR’AN.............................. 41

A. Sejarah Singkat Berdirinya HTI.................................................. 41

B. Model Dakwah HTI dan Pengaruhnya dalam Kehidupan

Bermasyarakat............................................................................. 44

C. Tipologi Tafsir HTI..................................................................... 45

D. Penafsiran HTI Terhadap QS. al-Baqarah[2]: 30, QS. al-

Nisâ[4]: 59 dan QS. al-Mâidah[5]: 49......................................... 48

Page 12: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

xii

BAB IV: INTERPRETASI MUFASIR LINTAS MAZHAB

TERHADAP QS. AL-BAQARAH[2]: 30, QS. AL-NISÂ[4]: 59

DAN QS. AL-MÂIDAH[5]: 49.............................................................

57

A. QS. Al-Baqarah[2]: 30............................................................... 60

1. Mufasir Suni 60

a. Fakhr al-Dîn al-Râzî dalam Mafâtih al-Ghaib................ 60

b. al-Qurthûbî dalam al-Jâmiʻ Li Ahkâm al-Qur’ân........... 62

2. Mufasir Syiah .................................................................... 67

a. al-Thabarsî dalam tafsir Majmaʻ al-Bayân li ‘Ulûm al-

Qur’ân.............................................................................. 67

b. al-Thaba’thabaʻi dalam Tafsîr Mizân al-Qur’ân............. 68

3. Mufasir Mu’tazilah................................................................ 70

a. Qâdhi ‘Abd al-Jabbâr dalam Tanzîh al-Qur’ân ‘an

Mathâ’in........................................................................... 70

b. al-Zamakhsyarî dalam al-Kasyâf..................................... 72

4. Mufasir Khawarij................................................................... 74

a. Hûd Ibn Muhakkam al-Hawarî dalam Tafsîr

Kitâbulllâh al-‘Azîz......................................................... 74

b. Muhammad Ibn Yusûf Attalbah dalam Haimân al-Zâd

ilâ Dâr al-Maʻâd.............................................................. 75

5. Mufasir Salafi-Skriptualis..................................................... 78

a. Ibnu Taimiyah dalam Tafsîr Syekh al-Islâm Ibn

Taimiyyah........................................................................ 78

b. Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn dalam Tafsir al-

Qur’ân al-Karîm.............................................................. 80

6. Mufasir Haraki-Tajdîdi.......................................................... 82

a. Sayid Quthb dalam Fî Zhilâl al-Qur’ân.......................... 82

b. Muhammad ‘Abduh dalam Tafsîr al-Manâr................... 85

7. Mufasir Nusantara................................................................. 86

a. Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar............................... 86

b. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah......................... 90

B. QS. Al-Nisâ’[4]: 59..................................................................... 93

1. Mufasir Suni........................................................................... 93

a. Fakhr al-Dîn al-Râzî dalam Mafâtih al-Ghaib................ 93

b. al-Qurthûbî dalam al-Jâmiʻ Li Ahkâm al-Qur’ân............ 95

2. Mufasir Syiah......................................................................... 98

a. al-Thabarsî dalam tafsir Majmaʻ al-Bayân li ‘Ulûm al-

Qur’ân.............................................................................. 98

b. al-Thaba’thabaʻi dalam Tafsîr Mizân al-Qur’ân............. 99

3. Mufasir Mu’tazilah................................................................. 103

a. Qâdhi ‘Abd al-Jabbâr dalam Tanzîh al-Qur’ân ‘an

Mathâ’in.......................................................................... 103

Page 13: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

xiii

b. al-Zamakhsyarî dalam al-Kasyâf..................................... 108

4. Mufasir Khawarij................................................................ 110

a. Hûd Ibn Muhakkam al-Hawarî dalam Tafsîr

Kitâbulllâh al-‘Azîz......................................................... 110

b. Muhammad Ibn Yusûf Attalbah dalam Haimân al-Zâd

ilâ Dâr al-Maʻâd.............................................................. 111

5. Mufasir Salafi-Skriptualis....................................................... 112

a. Ibnu Taimiyah dalam Tafsîr Syekh al-Islâm Ibn

Taimiyyah......................................................................... 112

b. Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn dalam Tafsir al-

Qur’ân al-Karîm.............................................................. 114

6. Mufasir Haraki-Tajdîdi........................................................... 117

a. Sayid Quthb dalam Fî Zhilâl al-Qur’ân.......................... 117

b. Muhammad ‘Abduh dalam Tafsîr al-Manâr................... 119

7. Mufasir Nusantara.................................................................. 124

a. Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar............................... 124

b. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah ........................ 127

C. QS. Al-Mâidah[5]: 49................................................................ 130

1. Mufasir Suni........................................................................... 130

a. Fakhr al-Dîn al-Râzî dalam Mafâtih al-Ghaib................ 130

b. al-Qurthûbî dalam al-Jâmiʻ Li Ahkâm al-Qur’ân........... 132

2. Mufasir Syiah...................................................................... 135

a. al-Thabarsî dalam tafsir Majmaʻ al-Bayân li ‘Ulûm al-

Qur’ân.............................................................................. 135

b. al-Thaba’thabaʻi dalam Tafsîr Mizân al-Qur’ân............. 136

3. Mufasir Mu’tazilah................................................................. 138

a. Qâdhi ‘Abd al-Jabbâr dalam Tanzîh al-Qur’ân ‘an

Mathâ’in........................................................................... 138

b. al-Zamakhsyarî dalam al-Kasyâf..................................... 141

4. Mufasir Khawarij.................................................................... 143

a. Hûd Ibn Muhakkam al-Hawarî dalam Tafsîr

Kitâbulllâh al-‘Azîz......................................................... 143

b. Muhammad Ibn Yusûf Attalbah dalam Haimân al-Zâd

ilâ Dâr al-Maʻâd.............................................................. 145

5. Mufasir Salafi-Skriptualis...................................................... 147

a. Ibnu Taimiyah dalam Tafsîr Syekh al-Islâm Ibn

Taimiyyah......................................................................... 147

b. Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn dalam Tafsir al-

Qur’ân al-Karîm.............................................................. 148

6. Mufasir Haraki-Tajdîdi........................................................... 153

a. Sayid Quthb dalam Fî Zhilâl al-Qur’ân.......................... 153

b. Muhammad ‘Abduh dalam Tafsîr al-Manâr................... 154

Page 14: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

xiv

7. Mufasir Nusantara.................................................................. 158

a. Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar............................... 158

b. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah......................... 161

D. Relevansi Penafsiran Berbasis Makna Maqâshidi................. 163

1. QS. al-Baqarah[2]: 30............................................................ 164

2. QS. al-Nisâ’[4]: 59................................................................. 174

3. QS. al-Mâ’idah[5]: 49............................................................ 186

BAB V: PENUTUP................................................................................ 199

A. Kesimpulan.................................................................................. 199

B. Saran............................................................................................ 200

Daftar Pustaka....................................................................................... 203

Glosarium............................................................................................... 217

Indeks...................................................................................................... 223

Biodata Penulis....................................................................................... 229

Page 15: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

xv

ABSTRAK

Fokus utama penelitian ini adalah mengkritisi penafsiran Hizbut

Tahrir Indonesia terhadap QS. al-Baqarah[2]: 30, QS. al-Nisâ’[4\]: 59, dan

QS. al-Mâidah[5]: 49 ditinjau dari kesaksian pendapat mufasir lintas mazhab,

serta menguji keabsahan eksistensi khilâfah HTI berdasarkan pada makna

tafsir maqâshidi. Penelitian ini bersifat kualitatif yang menggunakan

penelitian analisis-komparatif dengan pendekatan tafsir maqâshidi Ibnu

‘Âsyûr dan teori nasakh Mahmud Muhammad Thaha.

Dalam penelitian ini, penulis melandaskan pada studi pustaka

(Library Research) dengan merujuk pada sumber primer dan sekunder.

Sumber primer yang digunakan adalah Tafsir Ayat-ayat Pilihan Al-Wa’ei

karya Rokhmat S. Labib dan buku-buku rujukan HTI, termasuk kitab tafsir

lintas mazhab berupa Jâmi’ al-Bayân li Ahkâm al-Qur’ân karya al-Qurthubî,

Mafâtih al-Ghaîb karya Fakhruddîn al-Râzî, al-Mizân fî Tasfîr al-Qur’ân

karya al-Thaba’thabâ’î, Majma’ al-Bayân karya al-Thabarsî, Tanzîh al-

Qur’ân ‘An al-Mathâ’in karya Abd al-Jabbâr, al-Kasyâf karya Zamakhsyarî,

Haimân al-Zâd karya Yusûf al-Ibâdî, Kitâbullâh a-‘Azîz karya Hûd bin al-

Muhakkam, Tafsîr Syekh al-Islâm Ibn Taimiyyah karya Ibn Taimiyyah,

Tafsîr al-Qur’ân al-Karîm karya Shâlih al-Utsaimîn, al-Manâr karya

Muhammad Abduh, Fî Zilâl al-Qur’ân karya Sayid Qutb, Al-Azhar Karya

Buya Hamka, dan Al-Misbah karya Quraish Shihab. Sementara sumber

sekunder berupa Fath al-Bayân fî Maqâshid al-Qur’ân karya al-Qanûjî,

Maqâshid al-Syarî’ah karya Ibn ‘Âsyûr dan kitab lainnya yang relevan

dengan penelitian ini.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penafsiran HTI termasuk

penafsiran revivalis-sekterian yang manipulatif; tidak mewakili mayoritas

mufasir otoritatif. Sebab mendominasinya ideologi partai, yakni keharusan

menegakkan khilâfah islâmiyyah. Begitupula eksistensi ayat-ayat khilâfah

dalam pandangan mufasir lintas mazhab juga masih ada nuansa seksterian,

meski tidak mengarah kepada penafsiran baku sebagaimana HTI. Sehingga

pemahaman yang relevan untuk ketiga ayat di atas adalah sesuai dengan

pesan universal ayat dan makna maqâshidi-nya, yakni QS. al-Baqarah[2]:30

sebagai perlunya regenerasi sebuah kepemimpinan, peningkatan potensi dan

kode etik khalîfah; QS. al-Nisâ’[4]:59 sebagai anjuran memasrahkan sesuatu

kepada ahlinya/yang diakui kredibilitasnya dan pentingnya menyepakati hasil

musyawarah (QS. al-Syûrâ[42]: 38); dan QS. al-Mâidah[5]:49 sebagai

peringatan untuk tidak mengikuti hawa nafsu dalam memutusukan sebuah

perkara, toleran terhadap perbedaan dan monoritas (QS. Yunus[10]: 99), dan

kembali kepada kalimatun sawâ’/Pancasila (QS. Ali Imrân[3]: 64).

Keyword: ayat-ayat khilâfah, mufasir lintas mazhab, tafsir maqâshidi

Page 16: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

xvi

ABSTRACT

The main focus of this research is to criticize the Hizbut Tahrir

Indonesia interpretation on QS. al-Baqarah[2]: 30, QS. al-Nisâ’[4\]: 59, dan

QS. al-Mâidah[5]: 49 from a cross mazhab mufassir testimony and opinion,

and testing the existence of HTI Khilafah based on maqâshidi. This is a

qualitative research that is using a comparative-analysis method and

maqâshidi Ibnu ‘Âsyûr and nasakh Mahmud Muhammad Thaha theoretical

approach.

In this research, the writer put his base on Library Research that

refers to a primary and secondary resources. The Primary reseources that is

used are Tafsir Ayat-ayat Pilihan Al-Wa’ei by Rokhmat S. Labib and HTI

reference books, including cross mazhab mufassir such as; Jâmi’ al-Bayân li

Ahkâm al-Qur’ân by al-Qurthubî, Mafâtih al-Ghaîb by Fakhruddîn al-Râzî,

al-Mizân fî Tasfîr al-Qur’ân by al-Thaba’thabâ’î, Majma’ al-Bayân by al-

Thabarsî, Tanzîh al-Qur’ân ‘An al-Mathâ’in by Abd al-Jabbâr, al-Kasyâf by

Zamakhsyarî, Haimân al-Zâd by Yusûf al-Ibâdî, Kitâbullâh a-‘Azîz by Hûd

bin al-Muhakkam, Tafsîr Syekh al-Islâm Ibn Taimiyyah by Ibn Taimiyyah,

Tafsîr al-Qur’ân al-Karîm by Shâlih al-Utsaimîn, al-Manâr by Muhammad

Abduh, Fî Zilâl al-Qur’ân by Sayid Qutb, Al-Azhar by Buya Hamka, and Al-

Misbah by Quraish Shihab. Meanwhile, the secondary resources are Fath al-

Bayân fî Maqâshid al-Qur’ân by al-Qanûjî, Maqâshid al-Syarî’ah by Ibn

‘Âsyûr and other reference books that are relevant.

This research shows that HTI interpretation categorize as

manipulative revivalist – sectarian, it doesn’t represent any authoritative

mufassir. Because the party ideology is dominating, the necessity on

upholding the khilâfah islâmiyyah. Thus, the khilâfah verses in the cros

mazhab mufassir opinions, which maybe still a bit sectarian, yet it is nothing

near any formal HTI interpretation. So the relevant understanding for those

three verses above based on its universal message from the verses and its

maqâshidi, are QS. al-Baqarah[2]:30 as of the need of leadership

regeneration, potential development and khalîfah ethics code; QS. al-

Nisâ’[4]:59 as of suggestion to submit some matters to its experts/someone

who are credibility acknowledge and the importance of accepting the result

of a discussion. (QS. al-Syûrâ[42]: 38); and QS. al-Mâidah[5]:49 as of a

warning on not decide anything based on emotion and open minded to any

diversity and minority (QS. Yunus[10]: 99), and return to kalimatun

sawâ’/Pancasila (QS. Ali Imrân[3]: 64).

Keyword: khilâfah verses, cross mazhab mufassir, maqâshidi

Page 17: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

xvii

ة ر ص ت م ة ذ ب ن ال ذ ل ي س ي ئ الرر ز ي ك التر ي س ي ن و د ن ال ر ي ر ح الترب ز ح ي س ف ت اد ق ت ن ا ه و ث ح ب ا س و ر ة اه ت

ال ي ةة ر ق ب ال ال ي ةاء س الن ة ر و س ,30: و 59: ي أ ر ة اد ه ش ن م ة ع اج ر م 49:ال ي ةة د ائ م ال س و ر ة ،اه ب م ال ب ع ن ي ر س ف م ال ق ة ار ب ت خ ا ك ل ذ ك ،و ذ اء ن ب ي س ي ن و د ن ال ر ي ر ح الترب ز ح ة ف ل ال د و ج و ع ل ىح ق ي م ل ع ت ن ع ى د ق م ال ي س ف اص ال ذ ه . ج ه ن ب ن ار ق م ال يرل ي ل ح الترث ح ب ال م د خ ت س ي ه ت ع ي ب ط ب ي ع و ن ث ح ب اد ق م ال ي س ف ت ه دط مرم د و م م ة يرر ظ ن رو و ع اش ن ب ل اص .خ س النرف

ه ف ا ة اس ر الد ه ذ ث ال د م ت ع ، أ ل ع ب اح ال ل إ ة ار ش ل ب ة ب ت ك م ال اث ب ى ر اد ص م ص ل يرة ال ف ر ع يرة ال و ر اد ص م ال ت ان ك ف . ل اع و ل ل ة ار ت خ م ال ت ي ال ي س ف ت ي ه ة م د خ ت س م ال ص ل يرة ال بي ب ل ة ح ر ي،ب ي س ي ن و د ن ال ر ي ر ح الترب ز ح ع اج ر م ب ت ك و ان ي ب ال ع ام ج ك ي ع ط ق م ال ي س ف الت راب ت ك ك ل ذ اف ام ك ح ل ط ر ق ل ل آن ر ق ال م ب ال از الررن ي الد ر خ ف ل ب ي غ ال ح ات ف ، ، ان ز ي م ي ،م ط ب ع ط ب اع ل آن ر ق ال ي س ف ت ف ع م يت س ب ترلل ان ي ب ال ف س و ي ل اد الزرن اي ي،ح ر ش م لزرل اف شرك ،ال ع ي ل ع ب د ال برار اط م ال ن ع ن آر ق ال ه ي ز ن ي،ك ب ال ت م كرح م ال ن ب د و ل ز ي ز ع ال الل اب ت ضي، ي ،ة يرم ي ت ن ب ل ة يرم ي ت ن ب ا م ل س ال خ ي ش ي س ف ، ت ف س م ي ث ع ال ح ال ص ل ي ر ك ال آن ر ق ال د ب دع مرح م ل ار نرم ،ال ي ب ط ق د ي س ل آن ر ق لال ل ظ ه،ف ي و ب ل ر ه ز ،ال ان ي ب ال ح ت ف ي ه ف ة ف ر ع يرال ر اد ص م اال مرأ .اب ه ش ش ي ر ق ل اح ب ص م ا،ال ك ام ه ي،ج و ن ق ل ل آن ر ق ال د اص ق م ف غ رو ع اش و ن ب ل ة ع ي ر شرالد اص ق م و .ث ح ب اال ذ ب ة ل الص ات ذ ب ت ك ال ن ام ه ي

ة يرف ائ ط ة يرائ ي ح إ ات ي س ف ت ن مرض ت ي ي س ي ن و د ن ال ر ي ر ح الترب ز ح ي س ف ت نرأ ث ح ب اال ذ ه ر ه ظ ي ث ر يرة ل ث ي ل .ة ب ع ل ت م ر ي ن م ال ا ك ق و ث و م ال ف س ك ل ذ و .ي ب و ج و ي ،أ ة ر ط ي س م ال ي ه ب ز ال ة يرج و ل و د ي أ نرل

ة يرم ل س ال ة ف ل ال إ ق ام ة ا و . ة ف ل ال ت آي د و ج و نرك ذ ال ك ن ف ي ل ف ائ و لطرل ر اب ع ال ر س ف م ال ر ظ ال ز .ي س ي ن و د ن ال ر ي ر ح الترب ز ح ل ث يم ار ي ع م ي س ف ت ل يإ د ؤ ي ل ه نرأ م غ ،ر ي ف ائ ط ط ي س ب ق ار ف ن و ك ي ث ي ب ل ة يرم ال ع ال ة ال س الر ع ق ام اف و ت م ه ل ع أ ث ل الثرت لي ب ق لرع ت م ال م ه ف ال ع م و ة ي ل ا،ه د اص ق م ان ة ر و س ي ع ن 59:اء س الن ة ر و س ,ة ف ي ل ال اب آد د اع و ق تو ان ك م ا ل ة د ي ز ،و ة اد ي ق ال د ي د ج ت ل ة اج ح ك 30:ة ر ق ب ال ق ا ك خ ل إ ء ي ش م ي ل س ت ل اح ت ن ل ع اق ف ت ال ة يره أ و ه ت يراق د ص ب م ع ت ف ي ب ت ل او د م ال ج ائ ت ى ة ر و س ,ة و ه الشراع ب ت ا م د ع ب ر ي ذ ح ت ك 49:ة د ائ م ال س و ر ة ,38:ش و ر ىال ل ص ف ال ف ع م ح ام س التر،و ة يرض لق ا ف و ف ل ت خ ال ال م ب اد ىء ال م س /و اء س ك ل م ة ل إ ة د و ع ال ،و 99:سن و ي س و ر ة .ة يرو ل و ال .64:ان ر م ع ل آة ر و س ,

د اص ق م ال ي س ف ،ت ذ اه ب م ال ع ب ر س ف ،م ة ف ل ال ت آي :ة يراح ت ف م ال ة م ل ك ال

Page 18: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

xviii

PEDOMAN TRANSLITERASI

th ط a ا

zh ظ b ب

´ ع t ت

gh غ ts ث

f ف j ج

q ق h ح

k ك kh خ

l ل d د

m م dz ذ

n ن r ر

w و z ز

h ه s س

‘ ء sy ش

y ي sh ص

dh ض

Page 19: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu ormas yang cukup aktif menggunakan nash-nash Al-

Qur’an untuk mendukung ideologinya adalah kelompok HTI (Hizbu Tahrir

Indonesia). Sebagai organisasi politik transnasional berbasis keagamaan,1

HTI tidak segan-segan menampilkan dalil-dalil agama untuk melegalkan

wacana khilâfah islâmiyyah impian mereka. Baginya, konsep khilâfah

islâmiyyah adalah bagian dari agama itu sendiri yang wajib ditegakkan

melalui daulah islâmiyyah sebagai wadahnya.2 Lebih lanjut, ormas Islam satu

ini juga memandang bahwa sistem negara yang tidak berlandaskan pada

syariat Islam jelas-jelas tertolak bahkan menyebutnya sebagai thaghūt dan

kekafiran.3

Pernyataan ini muncul sebagai implikasi pemahaman mereka terhadap

beberapa ayat Al-Qur’an.4 Di antaranya QS. al-Baqarah[2]: 30, QS. al-

Nisâʹ[4]: 59, dan QS. al-Mâidah[5]: 49.5 Menurut HTI, ketiga ayat ini

merupakan dalil argumentatif yang menegaskan tentang wajibnya

menegakkan khilâfah islâmiyyah. Hal ini sebagaimana tertuang dalam ujaran

para pemuka, tokoh dan kader-kader HTI. M. Ismail Yusanto, kader

sekaligus jubir HTI misalnya, menyatakan bahwa khilâfah adalah ajaran

Islam itu sendiri bukan ideologi. Ia berpandangan bahwa keabsahan khilâfah

ini sudah tertera jelas dalam Al-Qur’an salah satunya dalam QS. al-Baqarah

tersebut.6

Lebih tegas lagi, HTI menyatakan bahwa mendirikan khilâfah adalah

wajib. Menurut mereka, kata khalīfah dalam QS. al-Baqarah[2]: 30 tersebut

tidak semata-mata dirartikan sebagai mandat personal untuk menjadi khalifah

1 Mohamad Rafiuddin, “Mengenal Hizbut Tahrir (Studi Analisis Ideologi Hizbut

Tahrir Vis A Vis NU)”, dalam Jurnal Islamuna Vol. 2 No. 1 Juni 2015, h. 32 2 Nilda Hayati, “Konsep Khilafah Islamiyyah Hizbut Tahrir Indonesia Kajian

Living Al-Qur’an Perspektif Komunikasi”, dalam Jurnal Epistemé, Vol. 12, No. 1, Juni

2017, h. 179 3 Mabroer Inwan, “Rekonstruksi Khilâfah Dalam Al-Qur’an: Studi Kritis Penafsiran

Quraish Shihab,” dalam Jurnal Al-Fanar:, Vol. 1, No.1, Juli 2018, h. 92 4 Sebenarnya banyak sekali ayat-ayat yang digunakan untuk melegitimasi doktrin

HTI selain ketiga di atas, yakni QS. an-Nûr: 55, QS. al-Mâidah: 44-45, QS. al-Baqarah: 208,

QS. at-Taubah [9]: 123, QS. ar-Rûm [30]: 41, QS. an-Nisa’ [4]: 65 (Lihat, Rokhmat S.

Labib, Tafsir Ayat-Ayat Pilihan Al-Wâ’ie, h. xvvi. 5 Taqiyyudîn al-Nabhânî, Ajhizah Daulah Islâmiyyah, (Libanon: HTI Press, 1993),

Cet. 4, h. 69 6 Sadari, “Agama dan Negara Menakar Pandangan HTI Tentang Khilafah dan

Demokrasi”, dalam Jurnal Kajian Islam Interdisiplin, Vol. 1 No. 1, Juni 2016, h. 5.

https://mediaumat.news/ismail-yusanto-khilafah-itu-ajaran-islam-bukan-ideologi/ diakses

pada 4 November 2019 jam 12.23 WIB).

Page 20: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

2

di bumi, tetapi juga bermakna wajibnya seorang khalifah menegakkan

khilāfah sebagai sistem suatu negara.7

Penafsiran tentang khilâfah ini akan terlihat jauh berbeda bila kita

bandingkan dengan penafsiran sekte-sekte Islam klasik. Kelompok Sunni

misalnya, memandang bahwa khilāfah islāmiyyah bukanlah sistem baku yang

musti ditegakkan. Melainkan sekedar opsi dari sistem-sistem yang ada.8

Sebab, tidak ada hujah tegas baik dari Al-Qur’an maupun Hadis yang

menerangkan kemutlakan sistem satu ini sepeninggal Nabi SAW. Yang wajib

hanya soal mengangkat seorang imam (khalîfah) dan wajibnya menjalankan

syariat Islam sebagai bentuk perintah agama pada umumnya.9

Lain lagi dalam pandangan Syiah yang membedakan antara khilâfah

dan imâmah. Menurut kelompok ini, khilâfah diartikan sebagai

kepemimpinan dalam ranah politik saja, tidak melingkupi ranah spiritual

keagamaan. Sementara imâmah dimaknai sebagai kepemimpinan masyarakat

umum, yang memelihara urusan agama dan politik. Sehingga menurut

mereka, imâmah memiliki makna yang lebih sakral ketimbang khilâfah.10

Lebih jauh lagi sekte ini meyakini bahwa kepemimpinan dalam Islam

(imâmah) adalah bagian dari pokok agama (ushûl al-Dîn) yang musti dijalani

sehingga dinyatakan kafir bagi yang mengingkarinya.11 Berbeda dengan

rivalnya, Sunni justru memasukkanya dalam cabang agama (furû’ al-dîn).

Tidak berhenti di situ, Syiah juga menyatakan bahwa sistem kepemimpinan

(imâmah) itu bersifat absolute. Namun keabsolutannya terkhusus pada garis

keturunan ʻAlî bin Abî Thâlib (w. 40 H) dan Fâtimah Zahra (w. 11 H) atau

yang selanjutnya dikenal dengan imâm itsnâ ‘asyariyyah (imam 12).12 Ada

banyak hujah yang dijadikan pegangan untuk konsep imâmah mereka ini.

Salah satunya adalah QS. an-Nisâʹ: 59, di mana kata ulil amri diartikan

dengan imam dari Ahli Bait yang jumlahnya 12. Demikian yang dipahami

7 Rokhmat S. Labib, Tafsir Ayat-Ayat Pilihan Al-Wâ’ie, (Bogor: Al-Azhar

Publishing, 2013), h. 75 8 Yusuf Fadli, “Pemikiran Politik Islam Klasik (Studi Awal atas Perspektif Sunni)”,

dalam Journal of Government and Civil Society, Vol. 2, No. 1, April 2018, h. 98 9 M. Nurdin Zuhdi, “Kritik Terhadap Penafsiran Al-Qur’an Hizbut Tahrir

Indonesia”, Jurnal, h. 16 10 Abdulrazak, “Kepemimpinan Masyarakat Islam Dalam Perspektif Syi’ah”, dalam

Nalar Fiqh: Jurnal Kajian Ekonomi Islam dan Kemasyarakatan, Vol. 4 No. 2 Tahun 2011,

h. 135 11 Zulkarnaen, “Syi‘ah Itsna ‘Asyariyah: Beberapa Prinsip Ajaran”, dalam Jurnal

Miqot Vol. XXXII No. 1 Januari-Juni 2008, h. 26 12 Abdulrazak, “Kepemimpinan Masyarakat Islam Dalam Perspektif Syi’ah”, h. 136

Page 21: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

3

oleh banyak ulama Syiah seperti al-Qûmī (w. 307 H), al-Thabarsî (w. 548 H),

dan al-Thabathabâ’î (w. 1401 H).13

Ini adalah konsep umum tentang sistem kepemimpinan Islam versi

Suni-Syiah. Lain lagi dengan pandangan kelompok Khawarij. Kelompok

penentang Syiʻah ini terkenal memiliki pandangan siyâyah (politik) sangat

ekstrim. Hal tersebut terlihat dari sikap mereka yang sejak awal tidak

mengakui pemerintahan ʻAlî setelah peristiwa tahkîm/arbritase, sehingga

mendorong mereka berani mengkafirkan ʻAlî bin Abî Thâlib (w. 40 H) dan

pengikutnya dengan dalih bahwa ʻAlî bin Abî Thâlib tidak menjalankan

hukum Allah tetapi justru memilih hukum manusia. Klaim takfiri mereka ini

didasarkan pada pemahaman QS. al-Mâidah: 45 sebagai legitimasi

keyakinannya.14 Menurut sekte ini, mendirikan pemerintahan tidaklah wajib,

tergantung pada kehendak umat menginginkan atau tidak. Dan kalupun

ditegakkan, posisi kepala pemerintahan tidak dimonopoli oleh suku Arab

(Quraisy) saja, melainkan bagi seluruh bangsa karena mereka juga memiliki

hak yang sama. Hal ini berbeda dengan Suni yang mayoritas mensyaratkan

seorang pemimpin dari kalangan Quraisy atau dengan Syiah yang

mewajibkan pemimpin dari kalangan Ahlu Bait.15

Sementara Muktazilah, rival Khawarij, justru memandang bahwa

persoalan pemerintahan tidaklah wajib secara syarʻi, melainkan atas dasar

logika dan tuntutan manusia. Hal ini sebagaimana pendapat Qâdhi’ Abd al-

Jabbâr (w. 415 H), tokoh sekaligus mufasir senior mazhab rasionalis ini

tatkala menafsirkan QS. al-Baqarah[2]: 30. Meski demikian, untuk posisi

seorang kepala pemerintahan memiliki kesamaan pandangan dengan

Khawarij, yakni tidak terkhusus hanya satu suku semata, melainkan berisifat

umum untuk siapa saja.16

Tidak kalah menarik juga respon dari para pemikir muslim tentang isu

khilâfah dan daulah islâmiyyah ini yang sama-sama menampilkan suhu panas

satu sama lain. Dari tokoh yang pro seperti pendiri HT, Muhammad

Taqiyyudîn al-Nabhânî (w. 1398 H) misalnya, mengatakan bahwa khilâfah

islamiyyah adalah satu-satunya sistem pemerintan yang paling baik yang

musti ditegakkan sebagai solusi untuk mengentaskan kemunduran umat Islam

13 Sayed Mahadhir Muhammad al-Idrus, “Uli Al-Amri dalam Penafsiran Ulama

Ahlussunnah Wal Jamaʻah dan Syiʻah ithna ʻasyariyah,” Skripsi, UIN Ar-Raniry Aceh,

2018, h. 63-67. Tidak diterbitkan (t.d) 14 Fahmi Farid Purnama, “Khawarijisme: Pergulatan Politik Sekterian dalam

Bingkai Wacana Agama”, dalam Jurnal Al-A’raf, Vol. XIII, No. 2, Juli-Desember 2016, h.

226-227 15 Mustain, “Pertautan Teologi Dan Politik: Kajian Terhadap Aliran Religio-Politik

Syiah-Khawarij”, dalam Jurnal Ulumuna, Vol. XIII, No. 2, Desember 2009, h. 262-263 16 Abdul Wahab, “Pemikiran Politik Dalam Islam”, dalam Jurnal Ilmu Ushuluddin,

Vol. 9 No. 1 Januari 2010, h. 82

Page 22: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

4

melalui pendirian daulah islâmiyyah.17 Senada dengan beliau, ʻAbdul Qadîm

Zallûm (w. 1424 H) yang juga menjabat sebagai amir kedua setelah

Taqiyyudîn juga menyatakan keharusan khilâfah dan menolak sistem-sistem

non Islami bahkan beliau terkenal sebagai “penyerang” paling keras terhadap

konsep demokrasi. Menurutnya, sistem demokrasi bukanlah sistem Islam

justru sistem jahiliyyah yang kufur.18 Tidak hanya mereka berdua, pemikir

muslim lain seperti Muhammad Rasyîd Ridhâ (w. 1354 H),19 Abû al-A’lâ Al-

Maudûdî (w. 1399 H),20 Hasan al-Bannâ (w. 1368 H),21 ʻAli Syariʻati (w.

1395 H)—seperti dikutip Ridwan Naki dalam Konsep Khilafah Menurut Abu

al-A’la al-Maududi dan Ali Syariati—22 juga mewajibkan adanya khilâfah

islamiyyah dan daulah Islâm sebagai jalan pemersatu umat.

Adapun dari kalangan yang kontra muncul pemikir ʻAli ʻAbdu Razîq

(w. 1966 M) yang menyatakan bahwa semua teks-teks yang berkaitan

tentang hukmiyyah/kewajiban berhukum dengan hukum Allah sama sekali

tidak menunjukkan arti politis apalagi sampai dimaknai kewajiban

mendirikan khilâfah islâmiyyah. Menurutnya, khilâfah islâmiyyah bukan

tuntutan agama (syariat) melainkan tuntutan sosial.23 Senada dengan itu,

Muhammad Arkoun (w. 2020 M)—seperti dikutip Muhammad Rizqa

Muqtada dalam Utopia Khilâfah Islamiyyah—juga menyatakan bahwa

17 Taqiyyuddin al-Nabhani, Mafâhim Hizbu Tahrir, (Jakarta: HTI Press, 2001), Cet.

6, h. 15 18 Abdul Qodim Zallum, Nidzâm al-Hukmi fî al-Islâm, (Yaman: Hizbu Tahrir,

2003), Cet. 1, h. 34 19 Muhammad Rasyîd Ridhâ, al-Khilâfah wa al-Imâmah al-‘Uzmâ, (Mesir: al-Zahr’

li A’lam al-‘Araby, t.th), Cet. I, h. 11. lihat Ahmad Danis, “Khilafah Menurut Rasyid Rida

(Studi Tafsir al-Manar)”, dalam Jurnal Studi Qur’ani, Vol. 4 No. 1 Juli 2019, h. 145 20 Abû al-A’lâ al-Maudûdi, al-Khilâfah wa al-Mulk, (Kuwait: Dâr al-Qalam, 1978),

Cet. I, h. 38. lihat Arsyad Sobby Kesuma, “Menilai Ulang Gagasan Negara Khilâfah Abû Al-

A‟lâ Al-Maudûdî”, dalam Jurnal Ulumuna, Vol. XII No. 2 Desember 2008, h. 281. Nanang

Abdul Mukti, “Khilafah Menurut Abu al-A’la al-Maududi dan Hasan al-Banna,” Skripsi,

UIN Sunan Kalijaga, 2009, h. 83. Tidak diterbitkan (t.d); Reki Hepana, “Konstitusi Negara

Ideal Menurut Abu al-A’la Al-Mududi,” Skripsi, UIN Syarif Kasim Riau, 2011, h. 43. Tidak

diterbitkan (t.d); Ridwan Naki, “Konsep Khilafah Menurut Abu al-A’la al-Maududi dan Ali

Syariati: Studi Banding,” Skripsi, IAIN Sunan Ampel 1999, h. 48. Tidak diterbitkan (t.d) 21 Hasan al-Bannâ’, Rasâil Hasan al-Bannâ, (Mesir: Maktabah Elektroniyyah, t.th),

h. 48. Lihat Nuriana Khoiriyyah, “Konsep Khilafah Islamiyyah Ikhwan al-Muslimin

Menurut Hasan al-Banna,” Skripsi, Universitas Sebelas Maret, 2016, h. 105. Tidak

diterbitkan (t.d) 22 Ridwan Naki, “Konsep Khilafah Menurut Abu al-A’la al-Maududi dan Ali

Syariati: Studi Banding,” Skripsi, IAIN Sunan Ampel, 1999, h. 48. Tidak diterbitkan (t.d); El

Suhaimi, “Pemerintahan Islam Menurut Ali Syariati,” Tesis, IAIN Sumatera Utara Medan,

2012, h. 55. Tidak diterbitkan (t.d) 23 Alî Abd Razîq, al-Islâm wa Ushûl al-Hukm, (Mesir: Dâr al-Fâris, 2000), Cet. I, h.

113-114. Lihat Syahruddin Siregar, “Khilafah Islam Perpekstif Sejarah Pemikiran Ali Abdu

Raziq”, dalam Jurnal Sejarah Peradaban Islam, Vol. 2 No. 1, 2018, h. 131

Page 23: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

5

khilâfah merupakan gagasan yang utopis. Menurutnya, isu khilâfah

islamiyyah sama sekali tidak ada kesepakatan umat karena perbedaan

penafsiran di kalangan muslim yang acapkali diseret ke dalam kepentingan

politik tertentu.24

Semua pernyataan di atas adalah fakta adanya pergesekan wacana

dalam sebuah penafsiran Al-Qur’an sebagai implikasi dari intervensi ideologi

politik dan fanatisme mazhab. Akibatnya, satu ayat dapat “diperebutkan”

pemahamannya hanya demi kepentingan politik tertentu.25 Hal inilah yang

terjadi pada ayat-ayat tentang khilâfah di atas. Bahwa ayat tersebut telah

menjadi objek tafsiran yang amat sensitif dan hingga kini masih “ditarik

ulur” untuk diserap maknanya sesuai motifasi penafsir dan mazhab tertentu.

Diklaim sebagai pejuang khilâfah, HTI terlihat sangat getol dan turut serta

“memperebutkan” makna ayat-ayat khilâfah tersebut dengan semangat dan

warna penafsiran yang berbeda di tengah-tengah percaturan pelbagai mazhab

dan ormas Islam lainnya. Gerakan dakwahnya yang masif, terstruktur dan

sistematis, menjadikan gaung khilâfah di tangan mereka semakin membumi

dan terus eksis sampai detik ini, meski mendapatkan hujatan dan penolakan

dari pelagai pihak bahkan sampai dibubarkan oleh pemerintah pada 2017

lalu.26

Menariknya, dengan lahirnya ormas satu ini, persoalan khilâfah

menjadi semakin memanas kembali dan kajian tentangnya tak kunjung usai.

Yang ada hanya perdebatan politis yang jauh dari semangat qur’ani.

Akibanya, soal penafsiran khilâfah masih menyisakan PR besar bagi umat

Islam, mulai dari mufasir, ilmuwan, akademisi, hingga orang-orang

pemerintahan. Sehingga tidak berlebihan bila muncul pertanyaan: apa

sebenarnya yang dikehendaki oleh teks Al-Qur’an terkait khilâfah islâmiyyah

ini atau penafsiran seperti apa yang dianggap absah untuk merepresentasikan

ayat-ayat khilâfah tersebut mengingat banyaknya mazhab Islam yang turut

serta mendiskusikannya.

Maka, mau tidak mau harus melakukan pelurusan supaya tidak

menyebar menjadi pemahaman yang berbahaya. Salah satunya dengan

meninjau kembali penafsiran-penafsiran itu dalam kacamata lintas mazhab

tafsir. Kemudian mengkontekstualisasikannya berdasarkan makna maqâshid-

nya untuk menemukan penafsiran yang lebih maslahat. Maksud mazbab tafsir

(madzâhib tafsîr) di sini sebagaimana tulis Ighnaz Gholdzihier (w. 1921 M)

24 Muhammad Rikza Muqtada “Utopia Khilāfah Islāmiyyah: Studi Tafsir Politik

Mohammed Arkoun”, dalam Jurnal Theologia, Vol. 28, No.1, Juni 2017, h. 159 25 M. Jamil, “Pergeseran Epistemologi Dalam Tradisi Penafsiran Al-Qur’an”, dalam

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu, Vol. 4 No.1 Juni 2011, h. 475-478 26 “HTI Dinyatakan Ormas Terlarang, Pengadilan Tolak Gugatan”,

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-44026822 diakses pada 11 November 2019 jam

23. 13 WIB

Page 24: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

6

adalah aliran berikut corak dan metodologi penafsiran Al-Qur’an sebagai

hasil dari persinggungan dengan pemikiran fikih, teologi Islam, dan politik.27

Sementara maksud makna maqâshid ialah pemaknaan yang menekankan

pada dimensi maqâshid Al-Qur’an dan maqâshid al-syarî’ah untuk menggali

tujuan, signifikansi dan ideal moral pada suatu teks/kata.28

Adapun mufasir lintas mazhab yang penulis pilih di sini ialah

1)Mufasir Suni diwakili oleh Fakhr al-Dîn al-Râzî (w. 606 H) dan al-

Qurthûbî (w. 671 H); 2)Mufasir Syiah diwakili oleh al-Thabarsî (w. 548 H)

dan al-Thabathabâʻî (w. 1401 H); 3)Mufasir Mu’tazilah diwakili oleh Qâdhi

‘Abd al-Jabbâr (w. 415 H) dan al-Zamakhsyarî (w. 538 H); 4)Mufasir

Khawarij/’Ibadhiyyah diwakili oleh Hûd Ibn Muhakkam al-Hawarî (w. 300

H) dan Muhammad Ibn Yusûf Ithfîsy (w. 1332 H); 5)Mufasir Salafi-

Skriptualis diwakili oleh Ibnu Taimiyah (w. 728 H) dan Muhammad bin

Shâlih al-‘Utsaimîn (w. 1421 H); 6)Mufasir Haraki-Tajdîdî diwakili oleh

Sayid Quthb (w. 1386 H) dan Muhammad ‘Abduh (w. 1323 H); 7)Mufasir

Nusantara diwakili oleh Buya Hamka (w. 1401 H) dan Quraish Shihab (l.

1368 H). Harapannya, perpaduan antara pemaknaan lintas mazhab tafsir dan

pendekatan maqashidi ini bisa menghasilkan tafsir yang cukup alternatif

dengan kondisi kultul Indonesia.

Hadirnya penelitian ini tidak serta merta alpa dari alasan yang

melatarbelakanginya. Penulis meyakini bahwa penelitian ini sangat layak

untuk dikaji dengan alasan sebagai berikut. Pertama, isu tentang khilâfah

merupakan tema yang selalu menarik dan mendapatkan sorotan tajam di mata

masyarakat. Mengingat isu tersebut masih diperdebatkan dan belum

menemukan kata sepakat yang mutlak.29 Kedua, semakin memanasnya suhu

perpolitikan Indonesia bahkan dunia tatkala isu khilâfah ini digaungkan

kembali khususnya di tengah-tengah masyakat plural dengan kondisi sosial

dan budaya yang beragam. Akibanya, timbul gesekan dan perpecahan yang

menuntut untuk diselesaikan dengan segera.30 Ketiga, adanya kesembronoan

27 Ighnaz gholdziheir, Madzâhib al-Tafsîr al-Islâmî, (Libanon: Dâr Ihyâʹ al-Turâts,

2002), h. 45 28 Abdul Mustaqim, “Argumentasi Keniscayaan Tafsir Maqashidi Sebagai Basis

Moderasi Islam,” Makalah Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ulumul Qur’an,

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 16 Desember 2019, h. 12 29 Muhammad Rikza Muqtada “Utopia Khilāfah Islāmiyyah: Studi Tafsir Politik

Mohammed Arkoun”, dalam Jurnal Theologia, Vol. 28, No.1, Juni 2017, h. 159 30 Isu khilâfah adalah tema mainstream yang dapat menimbulkan perpecahan umat.

Saking bahayanya, sampai-sampai tidak sedikit ulama yang melarang untuk

memperbincangkan isu ini atau menawarkannya kepada khalayak publik. Sebut saja ulama-

ulama dari kalangan Syafi’iyyah seperti al-Nawawi (w. 676 H) yang tidak bersedia

membesar-besarkan isu khilâfah hingga tidak sampai menghiasai karya-karya beliau, padahal

fakta sosial zaman beliau sangat dibutuhkan tentang ulasan tentang khilâfah. Adapula al-

Juwaini yang mengatakan bahwa persoalan khilâfah bukanlah pembahasan akidah.

Menurutnya, hal itu tidaklah terlalu penting. Beliau berkata, “Pembicaraan tentang topik ini

Page 25: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

7

dalam memahami teks-teks agama termasuk terkait teks tentang khilâfah oleh

sebagian pihak demi mendukung dan melegitimasi kepentingan mazhab

tertentu. Sehingga maknanya kabur tak terarah dan justru menimbulkan

kebingungan di kalangan umat Islam. Keempat, dipilihnya penafsiran HTI

khususnya dalam Tafsir Al-Wa’ie sebagai topik utama ini adalah karena

penafsiran ormas satu ini dinilai “berseberangan” dengan fakta sosial di

Indonesia. Kelima, perlunya meninjau ulang penafsiran ayat-ayat tentang

khilâfah khususnya QS. al-Baqarah[2]: 30, QS. al-Nisâ[4]: 59 dan QS. al-

Mâidah[5]: 49 untuk dipisahkan dari fanatisme dan politisasi ayat oleh

kelompok tertentu. Sehingg ayat tersebut dapat “berbicara” sendiri

sebagaimana yang dikehendaki oleh teks dan konteksnya. Keenam,

dilibatkannya studi tafsir lintas mazhab dalam menyoroti penafsiran ketiga

ayat tersebut adalah untuk menemukan makna yang komprehensif dan

kesempurnaan titik temu dari sekian model penafsiran yang ditawarkan oleh

sekian mazhab tafsir. Sehingga diharapkan dapat memanimalisir perseteruan

atau perbedaan yang menimbulkan perpecahan sesama Muslim. Harapannya,

hasil analisa itu dapat meng-counter ragam penafsiran yang sarat dengan

manipulasi politik dan ta’âshub mazhabî yang berlebihan.

Atas dasar inilah, penelitian yang berjudul “Eksistensi Khilâfah

dalam Diskursus Penafsiran Al-Qur’an: Studi Kritis Penafsiran Khilâfah

HTI Perspektif Lintas Mazhab Tafsir” menjadi penting untuk diangkat dan

didiskusikan ke khalayak publik. Supaya penafsiran tentang khilâfah dapat

didudukkan secara komprehensif, holistik dan integral dalam sorotan segenap

mazhab; tidak parsial yang bisa menuai perdebatan yang tak kunjung usai

sebab fanatisme golongan dan politisasi ayat demi sebuah kepentingan.

Sehingga diharapkan dapat memanimalisir atau bila perlu menghapus

gagasan penafsiran yang berisifat eisegesis (dari gagasan ke teks) yang hanya

untuk mencari basis pembenaran doktrin kelompok tertentu.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Merujuk pada konstruksi latar belakang masalah di atas, penelitian ini

sejatinya menekankan pada kritisme penafsiran ayat-ayat yang dijadikan

landasan ormas HTI untuk mewajibkan tegaknya khilâfah islâmiyyah

(khilâfah /Imâmah) bukan termasuk pembahasan dasar-dasar akidah. Bahaya bagi orang

yang tergelincir dalam bahasan itu melebihi bahaya bagi orang yang tidak mengerti dasar

pembahasannya”. Senada dengan itu, ulama lain seperti al-Ghazâlî (w. 505 H) , al-Amidî (w.

631 H), dan al-Syahrohtasî (w. 548 H) juga menyatakan bahwa khilâfah bukanlah bagian

dari bab akidah, dan itu bisa melahirkan benih-benaih fanatisme yang menutup keadilan.

Menurut ulama-ulama ini, menghindarinya justu akan selamat. Syarifuddin, “Bahaya Isu

Khilafah”, Laduni.id http://www.laduni.id/post/read/63863/bahaya-isu-khilafah diakses pada

20 November 2019 jam 12.02 WIB. Lihat kitab al-Irsyâd fî Ushûl al-I’tiqâd, al-Iqtishâd fî

al-I’tiqâd, Ghoyatu al-Marom fî ‘Ilmi al-Kalâm, Nihâyatu al-Iqdâm fî ‘Ilmi al-Kalâm).

Page 26: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

8

berdasarkan sorotan interpretasi mufasir lintas mazhab. Sehingga

permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi dari tema itu adalah sebagai

berikut:

a. Khilâfah menurut HTI

b. Konsepsi khilâfah dalam pandangan mazhab-mazhab Islam

c. Pemetaan ayat-ayat tentang khilâfah

d. Penafsiran HTI terhadap ayat-ayat tentang khilâfah

e. Penafsiran mufasir lintas mazhab terhadap ayat-ayat tentang

khilâfah

f. Relevasi penafsiran mereka dalam bingkai ke-Indonesia-an

2. Pembatasan Masalah

Mengingat cukup banyak ayat-ayat khilâfah yang dijadikan dalil

argumentatif oleh HTI dan tidak memungkinkan untuk dikaji seluruhnya,

maka penulis membatasi pada tiga ayat saja, QS. al-Baqarah[2]: 30, QS. al-

Nisâ[4]: 59 dan QS. al-Mâidah[5]. Maka berdasarkan hal itu, permasalahan

penelitian ini akan terfokus pada dua hal berikut ini:

a. Penafsiran HTI terhadap QS. al-Baqarah[2]: 30, QS. al-

Nisâ[4]: 59 dan QS. al-Mâidah[5]

b. Penafsiran mufasir lintas mazhab terhadap ayat-ayat khilâfah

dan relevansi penafsiran mereka dalam bingkai ke-Indonesia-

an

3. Perumusan Masalah

Mengacu pada pembatasan masalah di atas, maka fokus kajian

penelitian ini tertuju pada dua permasalahan yang selanjutnya ditulis dalam

bentuk kalimat pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana penafsiran HTI terhadap QS. al-Baqarah[2]: 30,

QS. al-Nisâ[4]: 59 dan QS. al-Mâidah[5]?

b. Bagaimana penafsiran mufasir lintas mazhab terhadap ayat-

ayat khilâfah dan relevansi penafsiran mereka dalam bingkai

ke-Indonesia-an?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mendeskripsikan penafsiran HTI terhadap QS. al-

Baqarah[2]: 30, QS. al-Nisâ[4]: 59 dan QS. al-Mâidah[5]

b. Untuk menganalisa penafsiran mufasir lintas mazhab terhadap

ayat-ayat khilâfah dan relevansi penafsiran mereka dalam

bingkai ke-Indonesia-an?

Page 27: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

9

D. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua; manfaat

secara teoritis dan manfaat secara praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi kontributor untuk khazanah tafsir Al-Qur’an yang

berkaitan tentang isu khilâfah dalam wajah dan pendekatan yang baru.

Sementara dalam sisi praktis, penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi

bahan pengetahun bagi masyarakat bahkan bila perlu menjadi bahan

rekomendasi untuk pemerintah dalam memotret penafsiran teks-teks

keagamaan oleh kelompok tertentu khususnya ormas HTI dan yang serupa

sehingga dapat memutuskan untuk ditindaklanjuti lebih serius atau tidak.

E. Kajian Pustaka

Sejatinya, penelitian terkait khilâfah dan kritikannya sudah cukup

banyak ditulis, mulai dari karya ilmiah berbentuk disertasi, tesis, skripsi,

jurnal maupun buku. Sebut saja ada kitab berjudul al-Islâm wa Ushûl al-

Hukm (2000) karya ‘Alî ‘Abd al-Razîq (w. 1966 M), al-Khilâfah al-

Islâmiyyah (1992) karya Muhammad Sa’id al-‘Asymâwî (w. 2013 M),

Iftiroât’ al-‘Asymâwî fî Kitâbihi al-Khilâfah al-Islâmiyyah (2007) tulisan

Ahmad ‘Abd al-Wathban al-Janabi, Jurus Ampuh Membumkam HTI (2012)

karya Muhammad Idrus Ramli, Kontroversi Khilafah: Islam, Negara dan

Pancasila (2014) karya Komarudin Hidayat, Khilafah Sebagai Produk

Sejarah Bukan Produk Syariah (2017) tulisan M. Soleh, ketua PMII Jakarta

Pusat (1997-1998). Dan di bawah ini penulis akan hadirkan beberapa tulisan

yang mungkin relevan dengan judul penelitian yang akan dikaji yakni sebagai

berikut:31

1. Membongkar Proyek Khilâfah HTI (2012) dan Khilafah HTI

dalam Timbangan (2017) karya Ainur Rafiq al-Amin. Kedua

buku ini sejatinya membahas mengenai konsep negara Islam

31 Selain enam kaya tulis di atas sebenarnya masih banyak karya-karya lain yang

serupa yakni sebagai berikut: Ida fuaida, Konsepsi “Khilafah Dalam Al Qur'an (Kajian Tafsir

Tematik Terhadap Ayat ayat Kekhilafahan Dalam Al Qur'an),” Skripsi, UIN Sunan Ampel

1997. Fakultas Ushuluddin; Indra Utama Tanjung, “Studi Komparative Pendirian Negara

Khilafah Di Indonesia,” dalam Jurnal Penelitian Medan Agama, Vol. 9, No. 1, 2018; Yesi

Lisnawati, “Konsep Khalīfah Dalam Al-Qur`Ᾱn Dan Implikasinya Terhadap Tujuan

Pendidikan Islam (Studi Maudu’i Terhadap Konsep Khalīfah Dalam Tafsir Al-Misbah),”

dalam Jurnal Tarbawy, Vol. 2, No. 1, 2015; Muhammad Rikza Muqtada, “Utopia Khilāfah

Islāmiyyah: Studi Tafsir Politik Mohammed Arkoun,” dalam Jurnal Theologia, Vol. 28 No.

1 2017; Muhamad Arif Khudori, “Konsep Khilafah Hizbut Tahrir Indonesia Dalam

perspektif Fiqh Siyasah Dan Relevansinya Dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI),” Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2018; Muhyidin Thohir dan Muh. Ngali

Zainal Makmun, “Penafsiran Ayat Al-Qur’an Tentang Khilafah (Kajian Perbandingan Tafsir

Al-Misbah Karya M.Quraish Sihab dan Al-Azhar Karya Abdul Karim Amrullah [Hamka]),”

dalam Jurnal Sumbula: Vol. 2, No. 2, Desember 2017.

Page 28: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

10

versi Hizbut Tahrir. Penulis yang merupakan eks anggota HTI

berusaha mengkaji konsep tersebut dari aspek espistimologis

dan ideologis yang terdapat dalam kitab-kitab, buku-buku, dan

tulisan-tulisan yang diterbitkan HTI. Meski penulis membahas

dalil-dalil ideologis-normatif HTI, akan tetapi penekanannya

lebih pada peta gerakan dakwah HTI, belum sempat

mengeksplorasi lebih jauh sampai pada analisa mufasir lintas

mazhab dan pendekatan maqâshidi. Penulis hanya

menunjukkan bangunan filosofis ideologi HTI yang terkesan

terburu-buru dan jumping conlusion dalam memahami konsep

khilâfah.32

2. HTI Gagal Paham Khilafah (2016) karya Makmun Rasyid.

Buku yang berawal dari penelitian skripsi ini mencoba

mengkritik konstruksi dalil-dalil HTI berdasarkan metode

tafsir hermeneutika. Di dalam buku ini, penulis mengkritik

dalil-dalil normatif dan historis HTI seperti QS. al-Baqarah[2]:

30. QS. al-Nisâ[4]: 59 dam QS. al-Mâidah[5]: 49.

Menurutnya, dalil-dalil yang digunakan HTI sangat rapuh.

Sebab telah mengaburkan penafsiran yang semestinya dan

fakta sejarah yang otoritatif. Meski penulis membahas ketiga

ayat khilâfah tersebut, nampaknya penulis belum sampai

menyinggung pendapat mufasir lintas mazhab sebagai rujukan

analisa argumentasinya. Ia hanya mengutip beberapa mufasir

saja. Tidak hanya itu, teori yang dipilih untuk menganilisa

adalah teori hermeneutik. Berbeda dengan penelitian ini yang

memilih teori makk-madanî dan tafsir maqâshidi sebagai

metode analisisnya.33

3. Kontroversi Dalil-dalil Khilafah (2017) karya Muhammad

Sofi Mubarok. Sama dengan dua buku sebelumnya, buku ini

juga mengarah kepada kritik ideologi khilâfah HTI. Fokus

utama buku ini adalah merekonstruksi ulang dalil-dalil yang

digunakan HTI, mulai dari dalil Al-Qur’an dan Hadis dengan

pendekatan maqâshidi. Meski menyinggung tiga ayat khilâfah

dan tafsir maqâshidî, penulis tidak sampai menganalisanya

berdasarkan pendapat mufasir lintas mazhab. Sementara

penelitian ini lebih memfokuskan pada ketiga ayat khilâfah

saja, tidak melebar sampai pada dalil-dalil hadis Nabi. Di

samping itu, teori yang digunakannya pun tidak hanya tafsir

maqâshidî, tetapi juga mengkolaborasikannya dengan teori

32 Ainur Rofiq Al-Amin, Membongkar Proyek Khilafah HTI, Yogyakarta: Lkis,

2012. 33 Makmun Rasyid, HTI Gagal Paham Khilafah, Jakarta: Compas Pustaka, 2016

Page 29: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

11

makkî-madanî untuk menemukan pemaknaan yang

kontekstual. Demikianlah yang membedakan penelitian ini

dengan buku di atas.34

4. Jurnal yang bertajuk “Kritik Atas Penafsiran Ayat-Ayat

Khilâfah: Studi Tafsir Al-Wa’ie Karya Rokhmat S. Labib”

yang ditulis oleh Lufaefi (2018). Topik utama jurnal ini adalah

mengkritisi penafsiran kader HTI, Rohmat S. Labib dalam

Tafsir al-Wa’ie khusunya ayat-ayat tentang khilafah yakni QS.

al-Baqarah [2]: 30, al-Mâ’idah [5]: 49 dan QS.al-Nisâ’ [4]: 59.

Dengan pendekatan analisa konten dan konteks, penulis

berkesimpulan bahwa ayat-ayat ini secara jelas tidak

membahas khilâfah, akan tetapi ditafsiri Rokhmat S. Labib

sampai pada kesimpulan sebagai kewajibkan mendirikan

institusi Negara Islam (khilâfah islâmiyyah). Penafsiran

demikian sungguh jauh dari apa yang ingin disampaikan ayat,

bahkan bernilai mempolitisasi ayat-ayat Al-Qur’an.35 Meski

ayat yang dikritisi sama, namun jurnal tersebut tidak

mengambil studi lintas mazhab, hanya menghadirkan

beberapa mufasir saja. Selain itu juga tidak mendekati makna

penafsirannya dalam konteks maqâshid al-syarî’ah. Inilah

yang membedakan dengan penelitian ini.

5. Penelitian yang juga hampir mendekati adalah skripsi tulisan

Anisatul Malihah (2019) dengan judul “Al-Dakhil dalam

Tafsir Al-Wa’ie Karya Rokhmat S. Labib (Kritik Terhadap

Penafsiran Ayat-ayat Demokrasi)”. Topik utama dalam

penelitian ini ialah mengkritisi infiltrasi yang terdapat pada

Tafsir Al-Wa’ie berdasarkan metode kritik tafsir al-Dakhîl.

Meski kitab yang dikritisi sama, tetapi penulis tidak sampai

meninjau setiap ayat yang dikritisi tersebut berdasarkan

pandangan lintas mazhab. Di samping itu, penekanannya pun

hanya terbatas pada pembuktian status infiltrasi tersebut tidak

menyinggung pada tawaran pemaknaan berdasarkan makna

maqashidi. Inilah yang membedakan penelitian yang akan

dikaji nanti.36

34 Muhammad Sofi Mubarok, Kontroversi Dalil-dalil Khilafah, Jakarta:

Harakatuna, 2017

35 Lufaefi, “Kritik Atas Penafsiran Ayat-Ayat Khilâfah: Studi Tafsir Al-Wa’ie

Karya Rokhmat S. Labib”, dalam Jurnal Al-Fanar, Vol. 1, No. 1, Juli 2018. 36 Anisatul Malihah, “Al-Dakhil dalam Tafsir Al-Wa’ie Karya Rokhmat S. Labib

(Kritik Terhadap Penafsiran Ayat-ayat Demokrasi),” Skripsi, IIQ Jakarta, 2019.

Page 30: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

12

6. Tulisan Tri Apriani (2019) yang berjudul “Al-Dakhil dalam

Tafsir Hizbu Tahrir Indonesia (Studi Kritis Terhadap

Penafsiran Ayat-ayat Al-Qur’an dalam Buletin Dakwah

Kaffah)”. Hampir sama dengan karya sebelumnya di atas,

tesis ini juga memfokuskan pada kritisme penafsiran ayat-ayat

Al-Qur’an berdasarkan metode tafsir al-Dakhîl, hanya

objeknya yang berbeda yakni, Buletin Dakwah Kaffah milik

HTI. Lagi-lagi, penelitian ini belum menyentuh pada kritisme

berdasarkan penafsiran mufasir lintas mazhab berbasis tafsir

maqashidi sebagai pendekatannya. Inilah barangkali ruang

yang menjadi pembeda dengan penilitian yang akan

dipaparkan nanti.37

7. Selanjutnya tesis yang berjudul “Khilafah dalam penafsiran

Klasik dan Modern (Studi Perbandingan Penafsiran Ayat-

Ayat Khilafah dalam Al-Qur’an)” tulisan Zuhairi Ahmad

(2015). Meski telah menyinggung studi komparatif makna

Khilâfah dari mufasir klasik dan modern, penulis hanya

membatasi pada dua era tersebut. Berbeda dengan penelitian

ini yang akan mengupasnya dari lintas mufasir dan juga lintas

generasi. Disamping itu, tawaran pemaknaan atas makna

Khilâfah dari segi maqâshidi juga menjadi pembeda antara

tesis tersebut dengan penilitian ini.38

8. Lalu jurnal “Rekonstruksi Makna Khalifah Perspektif Tafsir

Mawdu’i (Studi Kritik Wacana Sistem Khilafah di Indonesia)”

oleh Abdur Rohman (2017). Jurnal ini memfokuskan

pembahasannya pada kritisme sistem khilâfah yang

digaungkan oleh HTI di Indonesia. Melalui metode Tafsir

Maudhu’i, penulis ingin menemukan maksud yang sebenarnya

dari konsep khilâfah tersebut dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Di

akhir pembahasan, ia berkesimpulan bahwa makna khilâfah

itu berorientasi pada individu (Nabi Adam AS dan Dawud

AS) bukan institusi/lembaga. Bahkan ia menegaskan bahwa di

dalam Al-Qur’an tidak ada ketentuan sistem negara yang ada

hanya asas-asas kepemimpinan yakni adil dan musyawarah.

Di dalam karya ini hanya membahas pemaknaan semantik-

tematis dari kata khalîfah, berbeda dengan penelitian ini yang

37 Tri Apriani, “Al-Dakhil dalam Tafsir Hizbu Tahrir Indonesia (Studi Kritis

Terhadap Penafsiran Ayat-ayat Al-Qur’an dalam Buletin Dakwah Kaffah),” Tesis, IIQ

Jakarta, 2019. 38 Zuhair Ahmad,“Khilafah dalam penafsiran Klasik dan Modern (Studi

Perbandingan Penafsiran Ayat-Ayat Khilafah dalam Al-Qur’an)”, Tesis, IIQ Jakarta Jurusan

Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 2019

Page 31: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

13

lebih luas lagi cangkupannya yakni dari interpretasi mufasir

lintas mazhab serta menelaahnya dari perpekstif maqâshid al-

syarî’ah .39

9. Lalu tulisan Mabroer Inwan (2018) dengan judul

“Rekonstruksi Khilâfah dalam Al-Qur’an: Studi Kritis

Penafsiran Quraish Shihab”. Jurnal ini menjelaskan tentang

isu-isu khilâfah seperti makna khilâfah, kewajiban

menegakkan hukum Allah, amar ma’ruf nahi mungkar dan

taat kepada uli al-amri dalam kacamata penafsiran Quraish

Shihab dalam Tafsir Al-Misbah. Melalui motede analitik-

komparatif, penulis kemudian berkesimpulan bahwa Quraish

Shihab (l. 1368 H) memaknai khalîfah bukan dalam arti

kepemimpinan yang meneguhkan syariat Islam melainkan

penerima mandataris. Hal ini tercipta dari pemahaman beliau

yang tidak selalu memandang teks Al-Qur’an sebagai hukum

mutlak. Sehingga menurutnya, demokrasi bukan hal dilarang

demi wajibnya menjalankan hukum syariat. Begitu pula ayat

tentang amar ma’ruf dan taat kepada Allah tidak bermakna

harus melalui jalan menegakkan syariat, tetapi yang terpenting

adalah substansi Islam itu sendiri. Yang membedakan dari

penelitian ini adalah cangkupan perspektifnya yang tidak pada

satu penafsir saja melainkan penafsir lintas mazhab sehingga

lebih komprehensif.40

10. Kemudian tulisan Lufaefi (2017) dengan tema“Rekonstruksi

Jargon Formalisasi Syariat: Upaya Menjaga Persatuan

Dalam Bingkai Keberagaman”. Jurnal ilmiah yang mencoba

meluruskan kembali ide formalisasi agama yang dicanangkan

oleh kelompok fundamentalis termasuk HTI ini mengambil

fakta sosial budaya sebagai analisisnya. Di dalam karya ini

ditulis bahwa ide formalisasi syariat tidak tepat diterapkan di

bumi nusantara. Sehingga konsep khilâfah tidak bisa

dipaksaaan di tengah kemajemukan Indonesia. Sementara

dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada model

penafsiran khilâfah tidak hanya isu formalisasi syariat saja.41

39 Abdur Rohman, “Rekonstruksi Makna KhaliFah Perspektif Tafsir Mawdu’i

(Studi Kritik Wacana Sistem Khilafah di Indonesia),” Jurnal Fikri, Vol. 2, No. 2, Desember

2017. 40 Mabroer Inwan, “Rekonstruksi Khilâfah Dalam Al-Qur’an: Studi Kritis

Penafsiran Quraish Shihab,” dalam Jurnal Al-Fanar, Vol. 1, No.1, Juli 2018. 41 Lufaefi,“Rekonstruksi Jargon Formalisasi Syariat: Upaya Menjaga Persatuan

Dalam Bingkai Keberagaman,” dalam Jurnal Al-A’raf, Vol. XIV, No. 1, Januari – Juni 2017.

Page 32: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

14

11. Penelitian serupa juga datang dari M. Nurdin Zuhdi (2018)

yang bertema “Kritik Terhadap Penafsiran Al-Qur’an Hizbut

Tahrir Indonesia”. Jurnal penelitian yang mengangkat

kritisme penafsiran HTI khususnya soal ayat khalifah dan

jihad fisik menegaskan bahwa penafsiran yang dilakukan oleh

kelompok HTI cenderung tekstualis dan tidak bisa menjawab

tantangan zaman yang dinamis apalagi dengan kondisi

lapangan nusantara yang pluralis. Dalam karya ini tidak

sampai membahas makna khilâfah lintas mazhab yang

menjadi topik utama dari penelitian ini. Juga tidak didekati

dari sisi pemaknaan maqâshid al-syarî’ah-nya. Inilah yang

menjadi pembedanya42

12. Kemudian juga ada tulisan Muhyidin Thohir dan Muh. Ngali

Zainal Makmun (2017) dalam “Penafsiran Ayat Al-Qur’an

Tentang Khilafah (Kajian Perbandingan Tafsir Al-Misbah

Karya M.Quraish Sihab dan Al-Azhar Karya Abdul Karim

Amrullah (Hamka)”. Fokus utama penelitian jurnal ini adalah

mengkaji persamaan dan berbedaan tafsir khilâfah di kedua

kitab tafsir Nusantara tersebut. Meski menggunakan metode

komparatif⸺sebagaimana tesis yang akan disusun ini⸺,

namun tulisan tersebut hanya menyajikan pandangan dari dari

dua tafsir saja secara deskriptif-analisis. Berbeda dengan

penelitian ini yang tidak hanya menyoroti tema khilâfah dari

dua tafsir itu, melainkan juga dilihat dari segi lintas mazhab

tafsir dengan disertai kritisme yang membangun. Selain itu,

ayat yang akan ditafsirkan pun berbeda yakni terkhusus pada

tiga ayat khilâfah (QS. al-Baqarah[2]: 30, QS. al-Nisâʹ[4]: 59

dan QS. al-Mâidah[5]: 49). Sehingga penafsiran ayat-ayat

khilâfah menjadi komprehensif, kritis dan tranformatif sesuai

dengan dinamika zaman.43

13. Selanjutnya tesis yang dituli Diyan Yusri (2014) dengan judul

“Konsep Khilafah dalam Alquran (Studi Komparatif

Terhadap Tafsir Ibn Katsîr dan Tafsir Al-Misbah)”. Dalam

tesis ini, Dian Yusri memfokuskan kajiannya pada tema

kepemimpinan perpekstif Ibnu Katsîr (w 774 H) dan Quraish

Shihab (l. 1368 H). Dan ayat yang menjadi objek tafsirannya

42 M. Nurdin Zuhdi, Kritik Terhadap Penafsiran Al-Qur’an Hizbut Tahrir Indonesia,

Jurnal Ma’had Aly Wahid Hasyim Yogyakarta,” dalam Jurnal, t.th 43 Muhyidin Thohir dan Muh. Ngali Zainal Makmun, “Penafsiran Ayat Al-Qur’an

Tentang Khilafah (Kajian Perbandingan Tafsir Al-Misbah Karya M.Quraish Sihab dan Al-

Azhar Karya Abdul Karim Amrullah (Hamka),” Jurnal Sumbula: Vol. 2, No. 2 Desember

2017.

Page 33: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

15

adalah QS. Al-Baqarah[2]: 124, QS. Shâd[38]: 26 dan al-

An’âm[6]: 165. Di akhir penelitiannya, ia berkesimpulan

bahwa kedua tokoh ini menilai bahwa ayat-ayat tersebut

memang berkaitan erat dengan persoalan kepemimpinan.

Namun, dalam pandangan Ibnu Katsîr kepemimpinan tersebut

terbatas pada khitâb (sasaran) ayatnya, yakni kepemimpinan

Nabi Ibrahim AS dan Nabi Dawud AS. Sementara bagi

Quraish Shihab, ayat tersebut mencangkup kepemimpinan

dalam arti luas dan itu merupakan anugerah bukan upaya

manusia. Secara sistematis, penelitian tesis ini berbeda dengan

kajian yang akan penulis susun. Dari segi objek kajiannya,

tesis itu memilih pembahasan tentang kepemimpinan

berdasarkan ketiga ayat tersebut, berbeda dengan penelitian ini

yang akan membahas lebih spesifik soal khilâfah dalam tiga

ayat yang berbeda yakni, QS. al-Baqarah[2]: 30, QS. al-

Nisâ[4]: 59 dan QS. al-Mâidah[5]: 49. Di samping itu,

penelitian ini tidak hanya disoroti dari kacamata dua mufasir

saja, melainkan melibatkan pendapat mufasir lintas mazhab

untuk kemudian ditemukan pemaknaan yang relevan, kritis

dan transformatif sebagaimana keadaan zaman sekarang ini.44

14. Ahmad Rifqi (2019) juga menulis dengan tema yang hampir

sama, yakni “Ayat-ayat Khalifah dalam Al-Qur’an (Studi

Tafsir Tematik)”. Skripsi ini mengkaji tentang klasifikasi ayat-

ayat khalîfah dan maksudnya menurut Al-Qur’an. Melalui

pendekatan tematis, Ahmad Rifqi ingin mengungkapkan

bahwa ayat-ayat khalîfah terwakili oleh term khalîfah dengan

derivasinya yang terulang sampai 127 kali yang memiliki arti

wakil atau pengganti. Di samping itu juga bermakna

pemimpin secara individual (khalîfatullâh) juga pemimpin

dalam arti politis. Menurutnya, ayat-ayat khalîfah tersebut

tidak menunjukkan kewajiban menegakkan daulah

islâmiyyah, yang ada hanya kewajiban mengangkat pemimpin.

Meski membahas ayat-ayat khalîfah, skripsi ini hanya

memfokuskan pembahasannya pada term khalîfah saja. Di

samping itu juga hanya menghadirkan beberapa pendapat

mufasir saja. Ini berbeda dengan penelitian yang akan penulis

susun yang lebih tertuju pada ayat-ayat khilâfah yang dibatasi

pada tiga ayat (QS. al-Baqarah[2]: 30, QS. al-Nisâ[4]: 59 dan

QS. al-Mâidah[5]: 49). Tidak hanya itu, di dalamnya juga

44 Diyan Yusri, “Konsep Khilafah dalam Alquran (Studi Komparatif Terhadap

Tafsir Ibn Katsîr dan Tafsir Al-Misbah),” Tesis, IAIN Sumatera Utara Medan, 2014.

Page 34: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

16

akan dihadirkan segenap pendapat mufasir lintas mazhab

dengan mengkomparasikannya satu sama lain, sehingga akan

ditemukan satu penafsiran yang dialektis dan minim dari

fanatisme kelompok.45

15. Tidak ketinggalan juga tulisan Ida Fuaida (1997) dalam

“Konsepsi Khalifah dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik

Terhadap Ayat-ayat Kekhalifahan dalam Al-Qur’an)”. Skripsi

ini ingin menegaskan terkait persoalan khalîfah dalam

pandangan Al-Qur’an. Melalui pendekatakan tematik, penulis

karya ini menyimpulkan bahwa konsep kekhalifahan dalam

Al-Qur’an tersurat dalam term khalîfah dan derivasinya. Di

samping itu, dalam pandangan ulama tafsir ayat-ayat tersebut

menunjukkan pada asas kekhalifahan qur’ani yakni yang

terbangun dari asas musyawarah. Dalam kajian ini, Ida Fuadi

hanya membatasi temanya pada term-term ayat tentang

khalîfah. Tidak sempat mendiskusikan ayat-ayat khalîfah lain

yang dipandang sebagai hujah khilâfah islâmiyyah, seperti

Surah al-Nisâ ayat 59 dan Surat al-Mâidah ayat 48. Di

samping itu, skripsi tersebut juga hanya menghadirkan

pendapat mufasir secara umum tidak terkhusus atau

terwakilkan pada sosok mufasir tertentu dari lintas mazhab

yang ada. Lain halnya dengan kajian ini yang akan

menitikberatkan pada tema ayat-ayat khilâfah pada tiga ayat

khusus (QS. al-Baqarah[2]: 30, QS. al-Nisâ[4]: 59 dan QS. al-

Mâidah[5]: 489 lalu disoroti dari pendapat ulama tafsir lintas

mazhab mulai dari suni, syiah, hingga ulama Nusantara.46

Sejauh penelusuran penulis terhadap karya-karya yang ada,

nampaknya belum ditemukan sebuah tulisan yag secara khusus membahas

tentang kritik ayat-ayat khilâfah yakni QS. al-Baqarah [2]: 30, QS.al-Nisâ’

[4]: 59 dan QS. al-Mâ’idah [5]: 49 versi HTI secara komprehensif dari sudut

pandang lintas mazhab tafsir. Alasan inilah yang mendorong penelitian ini

sangat perlu diangkat dan dikaji lebih mendalam.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) yang difokuskan

pada penelusuran berbagai literatur dan naskah baik primer maupun sekunder

45 Ahmad Rifqi, “Ayat-ayat Khalifah dalam Al-Qur’an (Studi Tafsir Tematik),”

Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019. 46 Ida Fuaida, “Konsepsi Khalifah dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik

Terhadap Ayat-ayat Kekhalifahan dalam Al-Qur’an),” Skripsi, Institut Agama Islam Sunan

Ampel, 1997.

Page 35: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

17

yang berkaitan erat dengan tema yang akan dibahas. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini penulis menggunakan “metodologi penelitian kualitatif” yaitu

sebagaimana yang dikatakan oleh Noeng Muhadjir (l. 1930 M) dengan

mengutip pendapat Bogdan dan Taylor (1975:5) mengatakan bahwa “metode

kualitatitaf” yang berbasis pada library research adalah suatu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka,

pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik

(utuh).47

2. Sumber Data

Sumber data yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Sumber Primer

Sumber primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

buku-buku HTI yang memuat penafsiran mereka tentang khilâfah khususnya

dalam Tafsir al-Waʻei karya Rahmat S. Labib (l. 1971 M), Buletin Kaffah

dan beberapa ujuran tokoh mereka yang tersebar di berbagai majalah dan

website mereka. Selanjutnya adalah kitab tafsir dari perwakilan lintas mazhab

di atas yakni: Mafâtih al-Ghaib karya Fakhr al-Dîn al-Râzî (w. 606 H), al-

Jâmiʻ li Ahkâm al-Qur’ân karya al-Qurthûbî (w. 671 H), Majmaʻ al-Bayân li

‘Ulûm al-Qur’ân karya al-Thabarsî (w. 548 H), Tafsîr Mizân al-Qur’ân karya

al-Thaba’thabâʻî (w. 1401 H), Tanzîh al-Qur’ân ‘an Mathâ’in karya Qâdhi

‘Abd al-Jabbâr (w. 415 H), al-Kasyâf karya al-Zamakhsyarî (w. 538 H),

Haimân al-Zâd ilâ Dâr al-Maʻâd karya Muhammad Ibn Yusûf Ithfîsy (w.

1332 H), Tafsîr Kitâbulllâh al-‘Azîz karya Hûd Ibn Muhakkam al-Hawarî (w.

300 H), Fî Zhilâl al-Qur’ân karya Sayid Quthb (w. 1386 H), Tafsîr al-Manâr

karya Muhammad ‘Abduh (w. 1323 H), Tafsîr Syaikh al-Islâm Ibnu

Taimiyah: al-Jâmi' li Kalâm al-Imâm Ibnu Taimiyah fî a-Tafsîr karya Ibnu

Taimiyah (w. 728 H),Tafsir al-Qur’ân al-Karîm karya Muhammad bin

Shâlih al-‘Utsaimîn (w. 1421 H), Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka (w.

1401 H) dan Tafsîr Al-Misbâh karya Quraish Shihab (l. 1368 H).

b. Sumber Sekunder

Adapun dengan sumber sekunder yang penulis gunakan adalah semua

karya relevan berkaitan dengan khilâfah dan kepemerintahan Islam mulai

buku-buku politik Islam, kitab tafsir di luar kitab tafsir yang ditentukan di

atas, hingga cuplikan wawancara atau dialog tokoh HTI yang tersebar di

media sosial.

47 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2000), h. 3

Page 36: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

18

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik

dokumentasi. Yakni teknik merekam, mengoleksi serta mencatat semua data

temuan dalam dokomen.48 Setelah itu diseleksi lalu ditampilkan dalam

bentuk deskriptif. Maka semua data tentang khilâfah yang terambil dalam

sumber primer maupun sekunder mula-mulanya dicatat dan dikumpulkan

dalam satu folder dokumen yang terstrukur dan sistematis. Lalu dipilih sesuai

porsi kebutuhan dan kelayakan dalam penukilan argumentasi. Kemudian

dilakukan analisis perbandingan untuk diklasifikasikan berdasarkan pada

metode dan corak penafsirannya. Terakhir, dihadirkan dalam pernyataan

deskriptif melalui kesimpulan, analisis dan temuan.

4. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analysis-comparative (analisis

perbandingan).49 Dimana metode ini digunakan untuk mendapatkan

gambaran secara mendalam tentang penafsiran ayat-ayat tentang khilâfah

versi HTI. Lalu dibandingkan dengan penafsiran lintas mazhab dan

selanjutnya dianalisa untuk menemukan pemaknaan yang tepat dan

komprehensif sesuai teks-konteknya.

Sementara pendekatan yang digunakan adalah fikih siyâyah Ibnu

Taimiyyah (w. 728 H) dan pendekatan Kontekstual Abdullah Saeed (l. 1964

M).50 Melalui pendekatan Fikih Siyasah Ibnu Taimiyyah,51 diharapkan akan

dapat ditemukan keabsahan model sistem pemerintahan dan legalitas hukum

Islam yang teridentifikasi dalam tafsiran ayat-ayat khilâfah di atas

sebagaimana semangat qur’ani dalam menyeru hukum-hukum Tuhan itu

sendiri. Sementara dengan pendekatan Kontekstual Abdullah Saeed, akan

tampak konstruksi penafsiran mufasir lintas mazhab terhadap ketiga ayat-ayat

khilâfah tersebut. Sehingga makna lingustik ayat-ayat khilâfah itu bisa

melahirkan model panafsiran yang fleksibel, terbuka, dinamis, dan mengerti

dengan kondisi sosial yang ada. Mencari flekslibilitas makna melalui

48 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 3 49 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea

Press, 2017), h. 56 50 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, h. 56 51 Ibnu Taimiyah, al-Siyâsah al-Syar’îyyah fî Ishlâh al-Râ’î wa al-Ra’îyyah, (Mesir:

Dar al-Kitab al-Arabi, 1969), h. ix. Lihat Anton Afrizal Candra, “Pemikiran Siyasah

Syar’iyah Ibnu Taimiyah (Kajian Terhadap Konsep Imamah dan Khilafah Dalam Sistem

Pemerintahan Islam)”, dalam Jurnal UIR Law Review, Vol. 01, No. 02, Oktober 2017, h.

164; Eka Sudansyahr dan Suherman, “Melacak Pemikiran Al Qur'an Abdullah Saeed,”

dalam Jurnal Kajian Islam, Vol. 3 No. 1, April 2, h. 50-51

Page 37: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

19

pendekatan linguistik itulah yang menjadi ciri khas pendekatan kontekstual

Abdullah Saeed ini.52

Adapun teori yang digunakan untuk menganalisa topik penelitian ini

adalah teori Tafsir Maqâshidî Ibnu ‘Âsyûr (w. 1973 M) dan teori Makkî-

Madanî Mahmûd Muhammad Thaha (w. 1985 M). Dalam teori Tafsir

Maqâshidî Ibnu ‘Âsyûr disebutkan bahwa penafsiran Al-Qur’an mesti

mementingkan maqâshid syarʻiyyah yang memperjuangkan nilai-nilai

kebebasan, kesetaraan, kesucian, toleransi, dan keadilan.53 Adapun langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut. Pertama, melakukan penelitian secara

induktif (istiqrâ) dengan cara mengkaji syariat dari semua aspek. Hal itu bisa

dilakukan pada syariat yang memiliki alasan hukumnya dan pada sutau

hukum yang mempunyai illat yang sama. Kedua, menemukan dalil-dalil dari

makna tekstualitas Al-Qur’an. Ketiga, mencari dalil hadis riwayat yang

mutawatir baik yang mutawatir maknawi maupun mutawatir amali. Keempat,

menetapkan beberapa hukum yang diketahui illatnya lalu digali hikmah di

balik penetapan hukum tersebut.54

Berdasarkan teori maqâshidî Ibnu ‘Âsyûr di atas, secara sistematis,

analisis penafsiran ayat-ayat khilâfah dalam penelitian ini ditempuh dengan

beberapa prosedural berikut. Pertama, menentukan ketiga ayat khilâfah di

atas sebagai objek utama, sebab memiliki persamaan ilat yakni sama-sama

digiring sebagai legalitas hukum khilâfah islâmiyyah. Kedua, mencari makna

tekstual dari masing-masing ketiga ayat tersebut. Ketiga, menelaah dalil

hadis yang ada korelasinya dengan makna tekstual ayat khilâfah. Dan

keempat, menelaah hikmah di balik hukum yang tertera di balik setiap ayat-

ayat khilâfah untuk ditemukan nilai universal yang mengerti kebutuhan umat

manusia.

Sementara teori Makkiyyah dan Madaniyyah Mahmûd Muhamamd

Thaha merupakan hasil olahan Thaha terhadap konsep naskh dalam

konstruksi yang baru. Di dalam The Second Message,—seperti dikutip Nurul

Izzah—Thaha merumuskan konsep nasakh yang berbeda dengan

kebanyakan ulama, yakni naskh tidak diartikan dengan penghapusan secara

permanen, tetapi bersifat tentatif. Sehingga berdasarkan hal ini, kehadiran

ayat-ayat makiyyah dan madaniyyah menjadi penting. Sebab ayat makiyyah

maupun madaniyyah semata-mata tidak berkaitan dengan waktu dan tempat

52 Abdullah Seed, Interpreting the Qur’an: Towards a Contemporary Approach.

(Oxon: Routledge, 2006), h. 146. Lihat Achmad Zaini, “Model Interpretasi Al-Qur’an

Abdullah Saeed,” dalam Jurnal Islamica, Vol. 6, No. 1, September 2011, h. 32 53 Mufti Hasan, “Tafsir Maqasidi: Penafsiran Al-Quran Berbasis Maqasid Al-

Syari’ah,” dalam Jurnal Maghza Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017, h. 18 54 Muhammad Thâhir bin ‘Âsyûr, Maqashid al-Syarî’ah al-Islâmiyyah, (Mesir: Dâr

al-Kitâb al-Mishri, 2011), h. 84-87. Lihat Umayyah, “Tafsir Maqashidi :Metode Alternatif

Dalam Penafsiran Al-Qur’an,” dalam Jurnal Diya Al-Afkar, Vol.4 No.01, Juni 2016, h. 45

Page 38: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

20

penurunnya saja, lebih dari itu, ia juga berkaitan dengan pesan yang dibawa

masing-masing kedunya berdasarkan sasaran yang tepat. Thaha menyatakan

pesan bahwa ayat-ayat makiyyah itu lebih bersifat universal, egaliter dan

sesuai dengan kondisi saat ini. Berbeda dengan ayat-ayat madaniyyah yang

tekesan sekterian-diskriminatif khususnya dalam membedakan laki-laki dan

perempuan.55 Untuk menemukan pesan yang tepat sasaran, Thaha

merumuskan langkah-langkah sebagai berikut:

Pertama, memposisikan din (agama) dan syariat sebagai dua hal yang

berbeda. Din itu sesuatu yang absolute sementara syari’at itu bagian dari din

itu sendiri. Kedua, menentukan ayat dari segi maki-madani-nya. Ketiga,

mengevolusi (tathawur) syariat dengan melakukan perpindahan teks satu (Al-

Qur’an) kepada teks yang lain dan dari satu teks yang cocok dengan zaman

sasaranya., Keempat, mengambil pesan universal dari ayat-ayat madaniyyah

dengan menyandingkannya bersama ayat-ayat makiyyah.56 Berangkat pada

teori ini, maka penafsiran ayat-ayat khilâfah dapat dilakukan dengan langkah

berikut. Pertama, dengan menganalisa status sistem khilâfah; apakah bagian

dari tuntutan agama atau syari’at. Kedua, mengidentifikasi ayat-ayat khilâfah

berdasarkan kacamata konsep makki-madani. Ketiga, memindahkan [makna]

teka ayat-ayat khilâfah kepada makna di teks lain yang relevan dengan

sasarannya. Keempat, menyandingkan pesan ayat-ayat khilâfah dengan

pesan-pesan universal di ayat-ayat makiyyah yang berkaitan dengan ke-

khilafahan tersebut. Langkah-langkah inilah yang nantinya akan dibuktikan

dengan data-data dan argumentatif yang dapat dipertanggung jawabkan.

Sehingga dengan dilibatkannya dua teori ini, diharapkan hasil penafsirannya

benar-benar terbuka, tidak intoleran dan senafas dengan kebutuhan di zaman

milenial sekarang ini.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Satu bab pendahuluan. Tiga bab

pembahasan dan analisis. Dan satu bab lagi penutup. Untuk memberikan

kejelasan kelima bab tersebut, penulis akan memberikan klasifikasinya

sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar

belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu,

metodologi penelitian dan sistematika pembahasan. Lalu bab kedua

membahas seputar gambaran umum seputar khilâfah. Yang kemudian dibagi

55 Nurul Izzah, “Konsep Makiyyah dan Madaniyyah Menurut Mahmud Muhammad

Thaha,” dalam Jurnal, h. 8 56 Wartoyo, “Konsep Naskh Dalam Teori Hukum Mahmud Muhammad Thaha,”

dalam Jurnal Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Juli 2016, h. 157

Page 39: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

21

menjadi empat sub bab. Yakni definisi khilâfah, khilâfah dalam lintasan

sejarah, khilâfah dalam pandangan HTI, dan dalam khilâfah pandangan

mazhab-mazhab Islam.

Bab ketiga memaparkan tentang penafsiran HTI terhadap ketiga ayat

(QS. al-Baqarah [2]: 30, QS.al-Nisâ’ [4]: 59), dan QS. al-Mâ’idah [5]: 49

yang menjadi dalil argumentatif mereka. Akan tetapi sebelumnya akan

diapaparkan terlebih dahulu mengenai potret sejarah terbentuknya HTI,

ideologi dan model dakwahnya, dan interpretasi mereka terhadap ayat-ayat

tentang khilâfah sekaligus tipologi penafsirannya yang dilihat dari sumber

penafsiran dan corak yang dihasilkan. Lalu Bab keempat merupakan analisis

tentang interpretasi ketiga ayat tersebut dalam pandangan mufasir lintas

mazhab, kemudian rumusan terkait relevansi dan kontekstualisasi penafsiran

mereka dalam kultur Indonesia berdasarkan makna universal Al-Qur’an dan

makna maqâshidi sehingga akan ditemukan suatu penafsiran yang lebih

inklusif yang harapannya dapat melerai pergulatan tarik ulur eksistensi

khilâfah di antara masing-masing kelompok atau sekte yang tidak pernah

usai. Dan bab kelima adalah penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-

saran.

Page 40: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

22

Page 41: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

199

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di bab-bab terdahulu mengenai

eksistensi khilâfah dalam diskursus penafsiran Al-Qur’an didapatkan satu

titik terang bahwa pemahaman kelompok HTI terhadap ayat-ayat tentang

khilâfah (QS. al-Baqarah[2]: 30, QS. al-Nisâ’[4]: 59) dan QS. al-Mâidah[5]:

49) sebagai hujah keabsahan khilâfah sebagai satu-satunya sistem

pemerintahan merupakan sebuah penafsiran manipulatif dan dan jauh dari

pendapat mayoritas mufasir otoritatis lintas mazhab.

Kalaupun merujuk kepada pendapat mereka, itu hanya sebuah

syahwat politik yang secara bersamaan melahirkan sikap keberagamaan yang

eksklusif, ototarian bahkan radikal. Sehingga mengembalikan kembali status

ayat-ayat khilâfah tersebut kepada makna orsinilnya (original meaning)

melalui pesan universal dan maqâshid ayatnya adalah cara tepat untuk

membendung arus ideologi sekterian mereka yang menodai kemurnian moral

ayat Al-Qur’an. Oleh sebab itu, pada akhirnya penulis mencoba menuliskan

satu rumusan kesimpulan :

“Dominasi intervensi nalar ideologis dalam penafsiran cenderung

melahirkan tafsir revivalis-sekterian yang profan. Dan itu bisa diselamatkan

dengan merujuk kepada pesan universal dan makna esensi (maqâshid)

ayatnya.”

Kesimpulan ini didasarkan pada beberapa fakta yang penulis

temukan, yakni sebagai berikut:

1. Penafsiran HTI terhadap ayat-ayat khilâfah termasuk tafsir revivalis-

sekterian. Sebab dominasi ideologi partai sangat kentara. Hal ini

terlihat dari pemahaman mereka terhadap QS. al-Baqarah[2]: 30 yang

dipahami sebagai “wajibnya seorang khalîfah menegakkan khilāfah

sebagai sistem negara”; QS. al-Nisâʹ[4]: 59 sebagai “kewajiban taat

kepada ulul amri dan syariah Islam dan ancaman penerapan sistem

Demokrasi atau sistem-sistem kufur buatan barat”; dan QS. al-

Mâidah[5]: 49 sebagai “kewajiban menerapkan hukum Islam dan

acaman siksaan dunia akhirat bagi yang meninggalkannya”.

2. Secara ringkas, penafsiran ketiga ayat khilâfah di atas perpektif lintas

mazhab bisa dikatakan masih debateble, mengingat masing-masing

mazhab tafsir masih cukup kentara mempertahankan ideologinya satu

sama lain. Ada memahaminya hanya secara tekstual, bahwa ketiga

ayat tersebut adalah sebatas informasi status manusia sebagai

khalîfah, perintah taat kepada ulil amri, dan wajibnya mengikuti

syariat agama. Sementara ada juga yang menafsirkannya ke ranah

Page 42: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

200

politis seperti al-Râzî dan al-Qurthubî dari Suni, al-Thaba’thabâ’î dari

Syiah, Sayid Qutb dan Muhammad Abduh dari salafi-ikhwani bahwa

ketiga ayat di atas khsusunya QS. al-Baqarah[2]:30 dan QS. al-

Nisâʹ[4]:59 adalah dalil wajibnya mengangkat khalîfah (nashb

imâmah) dan urgensi pembentukan suatu negara. Hanya saja,

penafsiran politis mereka tidak sampai kepada ranah menentukan satu

sistem baku dalam suatu kekuasaan. Sayid Qutb dan Muhamamd

Abduh saja yang tampak sepakat menghidupkan kembali sistem

khilafah yang pernah jaya di masa Nabi, meski dengan konsep yang

berbeda, ternyata keduanya memahami ayat-ayat khilâfah di atas

dengan lebih kontekstual dan realistis, yakni keberadaan perintah

mengangkat khalîfah, mematuhinya dan perlunya meneakkan syariat

adalah semat-mata demi mendahulukan kemaslahatan umum.

Persamaan penafsiran HTI dengan mufasir lintas mazhab adalah

sama-sama menilai ketiga ayat tersebut sebagai dalil pengangkatan

seorang imam (nashb imâmah), kewajiban taat kepada penguasa, dan

wajibnya mengikuti syariat. Sementara perbedaannya terletak pada

nuansa tafsir politisnya. HTI menjadikan ketiga ayat tersebut sebagai

hujah pendirian khilâfah dan justifikasi pendirian daulah islamiyyah

sekaligus pengingkaran terhadap sistem Demokrasi. Sementara

mayoritas mufasir lintas mazhab hanya menilainya sebagai argumen

perlunya mengangkat seoraang imam secara thabi’iyyah insaniyyah;

tidak sampai menentukan sistem baku yang wajib diterapkan dalam

suatu negara. Jadi, nampaknya penafsiran HTI cukup manipulatif dan

“syadz” serta tidak relevan di bumi nusantara Indonesia yang

multukultural ini. Sebab bisa mengancam kebebasan beragama,

menuai polemik HAM, dan timbul benih-benih intoleransi. Sehingga

pemahaman yang relevan untuk ketiga ayat di atas adalah sesuai

dengan pesan universal ayat dan makna maqashidi-nya, yakni QS. Al-

Baqarah[2]:30 sebagai perlunya regenerasi sebuah kepemimpinan,

peningkatan potensi dan kode etik khalifah; QS. al-Nisâ’[4]:59

sebagai anjuran memasrahkan sesuatu kepada ahlinya/yang diakui

kredibilitasnya dan pentingnya menyepakati hasil musyawarah (QS.

al-Syûrâ[42]: 38); dan QS. al-Mâidah[5]:49 sebagai peringatan untuk

tidak mengikuti hawa nafsu dalam memutusukan sebuah perkara,

toleran terhadap perbedaan dan monoritas (QS. Yunus[10]: 99), dan

kembali kepada kalimatun sawâ’/Pancasila (QS. Ali Imrân[3]: 64).

B. Saran

Secara teoritis, diskursus penafsiran adalah kajian yang bersifat

dinamis dan terus menerima pembaharuan seiring dengan dinamikan zaman.

Termasuk pemahaman soal ayat-ayat politik khususnya yang berkaitan

Page 43: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

201

dengan isu khilâfah yang tidak akan pernah usang. Secara khusus, penelitian

ini hanya difokuskan pada analisis tiga ayat tentang khilâfah, yakni QS. al-

Baqarah[2]:30, QS. al-Nisâ’[4]: 59, dan QS. al-Mâidah[5]: 49 dengan

pendekatan tafsir maqâshidi. Sedangkan objek kajiannya penafsiran HTI

terhadat ayat-ayat tersebut dalam kacamata mufasir lintas mazhab.

Sehingga penelitian ini masih membuka ruang yang lebih luas dari

aspek-aspek yang belum tersentuh di dalamnya. Maka pada posisi ini,

penulis menyarankan kepada peneliti berikutnya supaya bisa mengeksplor

lebih dalam mengenai penafsiran ayat-ayat khilâfah, baik itu melebar pada

ayat yang lain seperti QS. al-Baqarah[2]: 283, QS. al-Mâidah[5]: 44, 45, dan

47, dan QS. al-Nûr[24]: 55 atau mendialogkan ayat-ayat khilâfah itu dalam

perspektif pemikir kontemporer seperti Fazlurrahman, Muhammad Arkoun,

Ali Abdu Raziq, Muhammad Imarâh, Abu al-A’la al-Maudûdi, Hasan al-

Banna dan lain sebagainya, atau juga bisa membandingkan konsep khilâfah

HTI dengan konsep khilâfah Ikhawanul Muslimin, NII, Ahmadiyyah atau

lainnya dengan tetap menggunakan pendekatan tafsir maqâshidi dan

perpektif mufasir lintas mazhab.

Page 44: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

202

Page 45: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

203

Daftar Pustaka

A. Buku/Kitab

‘Abduh, Muhammad, Tafsîr al-Qur’ân al-Hakîm au Tafsîr al-Manâr, Mesir:

Dâr al-Manâr, 1947.

Abu el-Fadl, Khalid Speaking God’s Name: Islamic Law, Authority, and

Women, terj. Recep Lukman Yasin, Atas Nama Tuhan: Dari Fikih

Otoriter ke Fikih Otoritatif, Cet. 1, Jakarta: Serambi, 2004.

‘Abd al-Jabbâr, Qâdhi, Tanzîh al-Qur’ân ‘an al-Mathâ’in, Beirut: Maktabah

al-Nâfidzah, 2006.

____________, Mutâsyabih al-Qur’an, Mesir: Dâr al-Turats, t.th.

Abd Razîq, Alî, al-Islâm wa Ushûl al-Hukm, Mesir: Dâr al-Fâris, 2000.

Agil Siradj, Said, Islam Kebangsaan: Fikih Demokratik Kaum Santr, Cet.I,

Jakarta: Penerbit Risalah, 2019.

al-Alûsî, Rûh al-Ma’ânî, Cet. I, Libanon: Dâr Ihyâ’ al-Turâts, 1994.

‘Alawi al-Haddâd, Abdullah bin, al-Da’wah al-Tammâh wa al-Tadzkirah al-

‘Ammâh, Cet. IV, Mesir: Dâr al-Minhâj, 2000.

‘Asakir, Ibnu, Târikh Madînah Dimasyq, Cet. II, Beirut: Dâr al-Fikr. 1998.

al-Asqalâni, Ibnu Hajar, Fath al-Bâri Syarh Shahîh al-Bukhârî, Cet. I, Mesir:

al-Risâlah al-‘Alamiyyah, 2013.

Arif, Syaiful Islam, “Radikalisme dan Deradikalisasi Berbasis Pancasila”,

Jurnal Societas Dei, Vol. 3 No. 2, Oktober 2016.

al-Amidi, Ghoyatu al-Marom Fi ‘Ilmi al-Kalam, Mesir: Dar al-Fikr, 1992.

Aziz, Abdul Kontroversi Khilafah, Yogyakarta: Lkis, 2019.

al-Bannâ’, Hasan, Risâlah al-Khamîs, Cet. II, Mesir: Dâr al-Da’wah, 1994.

________, Majmû’ Rasâil Hasan al-Bannâ’, Cet. II, Mesir: Dâr al-Da’wah,

1994.

Page 46: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

204

________, Risâlah al-Ta’lîm, Cet. II, Mesir: Dâr al-Da’wah, 1994.

________, Risâlah al-Khamîs, Cet. II, Mesir: Dâr al-Da’wah, 1994.

al-Bâjûrî, Tuhfah al-Murîd ‘alâ al-Jauhar al-Tauhîd. Mesir: Dâr al-Salâm,

2002.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Polemik Negara Islam

Melacak Sejarah, Pemikiran dan Kesalahan Interpretasi Kelompok

Radikal Terorisme, Cet. 1. Jakarta: Pusat Media Damai BNPT, 2008.

al-Baidhawî, Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wîl, Beirut: Dâr Ihyâ’ al-

Turâst, t.th.

al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâri, Cet. I, Dâr Ibnu Katsîr, 1994.

bin al-Hajâj, Muslim, Shahîh Muslim, Cet. I, Mesir: Dâr Thayyibah, 2006.

al-Dzahabi, Husain, al-Tafsir al-Mufassirun, Cet. IV, Mesir: Maktabah

Wahbiyyah, 1994.

________________. al-Ittijâh al-Munharifah fî al-Tafsîr, Mesir: Maktabah

Wahbiyyah, 1998.

Gholdziher, Ighnas, Madzahib al-Tafsir al-Islami, Libanon: Dar al-Fikr,

1993.

al-Ghazali, Al-Iqtishod fi al-Itiqod, Mesir: Dar al-Kutub al-Islami, 2006.

al-Hasaniy, Ismail, Nadzariyyah al-Maqâshid ‘inda Muhammad al-Thâhir

bin ‘Âsyûr, Virginia: al-Ma’had al-Ilmiy lil Fikr al-Isâmiy, 1995.

al-Huwwârî, Hûd bin Muhakkam, Kitâbullâh al-‘Azîz, Beirut: Dâr al-Gharb

al-Islâmî, 1990.

Hamka, Buya, Tafsir Al Azhar, Cet. I, Jakarta: Gema Insani, 2015.

Husain al-Thabâ’thabâ’î, Muhammad bin, al-Mizân fî Tafsîr al-Qur’ân,

Beirut: Muassasah al-A’lami li al-Mathbû’, 1996.

Hizbu Tahrir, Syabab, Bagaimana Membangun Kembali Negara Khilafah,

terj.: M. Ramdhan Adi, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2008.

Page 47: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

205

___________, Mengenal Hizbu Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbu Tahrir,

Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2009.

__________, Struktur Negara Khilafah, Pemerintahan dan Administrasi,

Jakarta: HTI, 2006.

Hizbut Tahrir Indonesia, Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia:

Indonesia, Khilafah dan Penyatuan Kembali Dunia Islam, Bogor:

Pustaka Tarriqul Izzah, 2009.

Hasan Khân, Shidîq Iklîl al-Karâmah fî Tibyân Maqâshid al-Imâmah,. Mesir:

Maktabah al-Shadiq, 1292.

al-Ibâdhî al-Mus’ibî, Muhammad bin Yusûf al-Wahbî, Haimân al-Zâd ilâ

Dâr al-Ma’âd, Oman: Departemen Kebudayaan, 1994.

Ja’far al-Thahâwî, Abu, Matn al-‘Aqîdah al-Thahâwiyyah, Cet. I. Beirut: Dâr

Ibnu Hazm, 2015.

al-Juwaini, Al-Irsyad fi Ushul Al-I’tiqod, Mesir: Dar Dar al-Fikr, 2003.

________, Ghiyâts al-Umam fî Iltiyâs al-Dzulâm, Mesir: Dâr al-Da’wah, t.th.

Katsîr, Ibnu, Tafsîr al-Qur’ân al-Adzîm, Cet. III, Mesir: Dâr Ihyâ al-Turâts,

1995.

Khaldun, Ibnu, Muqaddimah Ibnu Khaldun, Libanon: Dar al-Fikr, 1996.

Lembaga Wakaf Kuawait, al-Mausû’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Cet. II,

Kuwait: Wuzâr al-Auqâf wa al-Syuûn al-Islâmiyyah, 1983.

Mustaqim, Abdul, Epistemologi Tafsir Kontemporer, Yogyakarta: Lkis,

2010.

al-Mâwardî, al-Ahkâm al-Sulthâniyyah, Mesir: Dîr al-Hadîts, 2006)

Muhammaddin, “Relevansi Sistem Khilafah Hizbu Tahrir Indonesia Dengan

Sistem Negara Islam Modern”, Jurnal Intizar, Vol. 22 No. 2, 2016.

al-Maudûdî, al-Khilâfah wa al-Mulk, Kuwait: Dâr al-Qalam, 1978.

_________, Abu al-A’la, Khilafah dan Kerajaan, Mesir: Dar al-Fikr, 2003.

Page 48: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

206

Muhammad Ya’qûb, Thâhir Mahmûd, Asbâb al-Khathâ’ fî al-Tafsîr, Cet. III,

Riyadh: Dar Ibnu Hazm, 1998.

Muhadjir, Noeng Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2000.

Mustaqim, Abdul, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, Yogyakarta: Idea

Press, 2017.

Munawir, Pandangan Dunia Al-Qur’an: Telaah Terhadap Prinsip-prinsip

Universal Al-Qur’an. Jurnal JPA, Vol. 17 No. 1, Januari – Juni 2016.

Muttaqin, Labib, “Positifisasi Hukum Islam Dan Formalisasi Syari’ah

Ditinjau Dari Teori Otoritarianisme Khaled Abou El-Fadl”, Jurnal Al-

Ihkam, Vol. 11 No.1, Juni 2016.

Munawir, “Tafsir Indonesia Tentang Penarapa Hukum Allah: Studi

Pribumisasi Hamka Terhadap QS. Al-Maidah: 44, 45, dan 47 dalam

Tafsir al-Azhar”, Jurnal Nun. Vo. 4 No. 1, 2008.

al-Nasa’i, Sunan al-Nasâ’i, Cet. II, Riyadh: Dâr al-Hadharah, 2015.

al-Nabhânî, Taqiyyudîn, Ajhizah Daulah Islâmiyyah, Cet. IV, Libanon: HTI

Press, 1993.

al-Nabhani, Taqiyuddin, Nizâm al-Hukm fî al-Islâm, Beirut Libanon: Dâr al-

Umah, 1996.

____________________, Mafahim Hizbu Tahrir, Cet, VI. Jakarta: HTI

Press, 2001.

____________________, al-Takâttul al-Hizb, Beirut: Dâr al-Ummah, 2001.

al-Nawawi, Riyadh al-Shalihin, Mesir: Dar Dar Ihya, 1998.

al-Nasafî, Madarik al-Tanzil wa Haqaiq al-Ta’wil, Mesir: Maktabah Nizar

Nizar Mushtafa, 2013.

al-Qurthûbi, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’an, Cet. I, Libanon: Muassasah

Risâlah, 2006.

Quthb, Sayyid, Fî Zilâl al-Qur'ân, Cet. XXXIII, Mesir: Dâr al-Syurûq, 2003.

Page 49: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

207

Al-Qanûjî, Fath al-Bayân fî Maqâshid al-Qur’ân, Beirut: al-Maktabah al-

‘Ashriyyah, 1992.

Qodim Zallum, Abdul, Nidzam al-Hukmi fi al-Islam, Cet. I, Yaman: Hizbu

Tahrir, 2003.

al-Qadîm Zallûm, Abd, al-Dûmaqarathiyyah Nizâm al-Kufr, Palestina:

Maktab al-I’lâmi li Hizbu al-Tahrîr, t.th.

al-Qaththân, Mannâ, Mabâhits fî ‘Ulûm al-Qur’ân, Mesir: Maktabah

Wahbiyyah, 1994.

al-Raisyahrî, Muhammad, Mîzan al-Hikmah, Iran: Dâr al-Hadîts, 1998.

al-Râzî, Fakhruddîn, Mafâtih al-Ghaib. Cet. I. Beirut: Dâr al-Fikr, 1981.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-

Qur’an, Cet. III, Jakarta: Lentera Hati, 2010.

al-Sya’râwî, Mutawalî., Khawâthir Muhammad Mutawalî Sya’râwî, Cet. I,

Mesir: Dâr Thayyibah, 2002.

S. Labib, Rokhmat, Tafsir Ayat-Ayat Pilihan Al-Wâ’ie, Bogor: Al-Azhar

Publishing, 2013.

Shihab. M. Quraisy, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu

dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 2004.

al-Syahrostan, Nihayatu al-Iqdam fi ‘Ilmi al-Kalam, Mesir: Dar al-Fikr,

2005.

al-Thabarsî, Majma' al-Bayân fî Tafsîr al-Qur'ân, Beirut: Dâr al-'Ulûm,

2005.

Taimiyah, Ibnu, Tafsîr Syaikh al-Islâm Ibnu Taimiyah: al-Jâmi' li Kalâm al-

Imâm Ibnu Taimiyah fî a-Tafsîr, Tahqîq: Iyâd bin Abd al-Lathîf al-

Qaisî, Mekkah: Dâr Ibnu al-Jauzî, 1432.

at-Taftazanî: Syarh ‘Aqâ’id’ al-Nasafî. Mesir: Dar al-Minhaj, 1997.

Taimiyyah, Ibn, al-Siyâsah al-Syar’iyyah fî Ishlâh al-Ra’i wa al-Râ’iyyah,

Riyadh: Lembaga Wakaf Saudi Arabia, 1418.

_____________, al-Khilâfah wa al-Mulk, Mesir: Dâr al-Manâr, 1994.

Page 50: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

208

_____________, Majmû’ al-Fatâwâ, Cet. I, Saudi: Majma’ al-Mulk Fahd li

Thabâ’ah al-Mushahf al-Syarif, 2004.

al-Thâhir bin ‘Âsyûr, Muhammad, al-Tahrîr wa al-Tanwîr, Cet. I. Tunis: Dar

al-Tunisiyah, 1984.

al-Thâhir bin ‘Âsyûr, Muhammad, Maqâshid al-Syarî’ah al-Islâmiyah,

Mesir: Dâr al-Kitab al-Mish, 2010.

al-Tanthâwî, ‘Ali al-Wasîth fî al-Tafsîr al-Qur’ân, Mesir: Dâr al-Ma’ârif,

1992.

al-Tirmidzi, Sunan al-Timidzi, Cet. I, Mesir: Dâr al-Gharb al-Islâmi, 1996.

al-Utsaimîn, Muhammad bin Shâlih, Tafsîr al-Qur'ân al-Karîm, Cet. II,

Riyadh: Dâr Ibnu al-Jauzî, t.th.

Watt, W. Montgomerym Muhammad at Medina, London: Oxford University

Press, 1972.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 1997

al-Zuhailî, Wahbah, al-Fiqhu al-Islâm wa Adillatuhu, Mesir: Dar al-Fikr,

1985.

Zamakhsyarî, Tafsîr al-Kasyâf, Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 2009.

Zulkarnaen, “Syi‘ah Itsna ‘Asyariyah: Beberapa Prinsip Ajaran”, Jurnal

Miqot, Vol. 32 No. 1, Januari-Juni 2008.

al-Zuhaili, Wahbah, al-Tafsîr al-Munîr, Cet. X, Beirut: Dâr al-Fikr, 2009.

B. Jurnal/Tesis

Abdulrazak, Kepemimpinan Masyarakat Islam Dalam Perspektif Syi’ah,

Nalar Fiqh: Jurnal Kajian Ekonomi Islam dan Kemasyarakatan, Vol. 4

No. 2, 2011.

Abdul Mukti, Nanang, Khilafah Menurut Abu al-A’la al-Maududi dan Hasan

al-Banna, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, 2009.

Abdullah, Anzar, Gerakan Radikalisme Dalam Islam: Perspektif Historis,

Jurnal Addin, Vol. 10 No. 1, Februari 2016.

Page 51: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

209

Ahmad Arifan, Fahd, “Paham Keagamaan Hizbu Tahrir Indonesia”, Jurnal

Studi Sosial, Vol. 6 No. 2, November 2014.

Amin, A. Miftahul, “Formulasi Negara Islam Menurut Pandangan Para

Ulama”, Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia, Vol. 7,No. 1,

November 2017

Apriani, Tri., Al-Dakhil dalam Tafsir Hizbu Tahrir Indonesia (Studi Kritis

Terhadap Penafsiran Ayat-ayat Al-Qur’an dalam Buletin Dakwah

Kaffah, Tesis, IIQ Jakarta, 2019.

Arif Khudori, Muhamad, Konsep Khilafah Hizbut Tahrir Indonesia Dalam

perspektif Fiqh Siyasah Dan Relevansinya Dengan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (Nkri), Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2018.

Ardiansyah, Irfan, “Pergeseran dari Sistem Khilafah Ke Nation State Dunia

Islam”, Journal Uir Law Review, Vol. 1 No. 2, Oktober 2017.

Anas, Ahmad, “Konsep Imamah dalam Perpekstif Syiah Imamiyyah”, Jurnal

Empirisma, Vol. 27 No. 1, Januari 2018.

A’yun, Qurrata Dkk, “Kalimatun Sawa‘ Dalam Perspektif Tafsir Nusantara”,

Jurnal Afkaruna, Vol. 15 No. 1, Juni 2019.

Danis, Ahmad, Khilafah Menurut Rasyid Rida (Studi Tafsir al-Munir. Jurnal

Studi Qur’ani Vol. 4 No. 1 Juli 2019.

Djalil, M. Bisri, “Kemunduran dan Perkembangan Politik Turki Utsmani”,

Jurnal Lentera: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi, Vol. 3

No.1, Maret 2017.

El Suhaimi, Pemerintahan Islam Menurut Ali Syariati, Tesis, IAIN Sumatera

Utara Medan, 2012.

Fatkhuri, “Faktor Pendukung Tebentuknya Radikalisme dan Terorisme di

Indonedia”, Jurnal Universitas Pembanguan Nasional Veteran, Jakarta

Farid Purnama, Fahmi, Khawarijisme: Pergulatan Politik Sekterian Dalam

Bingkai Wacana Agama, Jurnal Al-A’raf, Vol. XIII No. 2, Juli-

Desember 2016.

Fadli,Yusuf, Pemikiran Politik Islam Klasik (Studi Awal atas Perspektif

Sunni), Journal of Government and Civil Society, Vol. 2 No. 1, April

2018.

Page 52: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

210

Fuaida, Ida Konsepsi, “Khilafah Dalam Al Qur'an (Kajian Tafsir Tematik

Terhadap Ayat ayat Kekhilafahan Dalam Al Qur'an), Skripsi, UIN

Sunan Ampel, 1997.

Farid Purnama, Fahmi, “Khawarijisme: Pergulatan Politik Sekterian dalam

Bingkai Wacana Agama”, Jurnal Al-A’raf, Vol. 13 No. 2, Juli-

Desember 2016.

Farida, Farah, “Potret Tafsir Ideologis di Indonesia: Kajian Atas Tafsir Ayat

Pilihan Al- W a'ie”, Jurnal Nun, Vol. 3 No. 1, t.th.

Hayati, Nilhadi, “Konsep Khilafah Islamiyyah Hizbu Tahrir Indonesia:

Kajian Living Qur’an Perpekstif Komunikasi”, Jurnal Episteme, Vol.

12 No. 1, Juni 2017.

Halim, Abdul, Sebab-sebab Kesalahan Dalam Tafsir, Jurnal Syahadah, Vol.

2 No. 1, April 2014.

Hayati, Nilda, Konsep Khilafah Islamiyyah Hizbut Tahrir Indonesia Kajian

Living Al-Qur’an Perspektif Komunikasi, Jurnal Epistemé, Vol. 12 No.

1, Juni 2017.

Hepana, Reki, Konstitusi Negara Ideal Menurut Abu al-A’la Al-Mududi,

Skripsi, UIN Syarif Kasim Riau, 2011.

Izzah, Nurul, Konsep Makiyyah dan Madaniyyah Menurut Mahmud

Muhammad Thaha, Jurnal.

Inwan, Mabroer, Rekonstruksi Khilâfah Dalam Al-Qur’an: Studi Kritis

Penafsiran Quraish Shihab, Al-Fanar: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir, Vol. 1 No. 1, Juli 2018.

Khoiriyyah, Nuriana, Konsep Khilafah Islamiyyah Ikhwan al-Muslimin

Menurut Hasan al-Banna, Skripsi, Unoversitas Sebelas Maret, 2016.

Lufaefi, Kritik Atas Penafsiran Ayat-Ayat Khilâfah: Studi Tafsir Al-Wa’ie

Karya Rokhmat S. Labib, Al-Fanar: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,

Vol. 1 No. 1, Juli 2018.

______,“Rekonstruksi Jargon Formalisasi Syariat: Upaya Menjaga

Persatuan Dalam Bingkai Keberagaman”, Al-A’raf: Jurnal Pemikiran

Islam dan Filsafat, Vol. XIV No. 1, Januari – Juni 2017.

Page 53: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

211

______, “Rekonstruksi Jargon Formalisasi Syariat: Upaya Menjaga Persatuan

dalam Bingkai Keberagaman,”, Jurnal Al-A’raf, Vol. XIX No. 1,

Januari – Juni 2017.

Lisnawati, Yesi, “Konsep Khalīfah Dalam Al-Qur`Ᾱn Dan Implikasinya

Terhadap Tujuan Pendidikan Islam (Studi Maudu’i Terhadap Konsep

Khalīfah Dalam Tafsir Al-Misbah)”, Jurnal Tarbawy, Vol. 2 No. 1,

2015.

Mustain, “Pertautan Teologi dan Politik: Kajian Terhadap Aliran Religio-

Politik Syiah-Khawarij”, Jurnal Ulumuna, Vol. XIII No. 2, Desember

2009.

Mahadhir Muhammad al-Idrus, Sayed, Uli Al-Amri dalam Penafsiran Ulama

Ahlussunnah Wal Jamaʻah dan Syiʻah ithna ʻasyariyah, Skripsi,

Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Aceh, 2018.

Masbukin, Kemukjizatan Al-Qur’an, Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 37 No. 2

Juli-Desember, 2012.

Muhammad al-Idrus, Sayed Mahadhir, Uli Al-Amri dalam Penafsiran Ulama

Ahlussunnah Wal Jamaʻah dan Syiʻah ithna ʻasyariyah, Skripsi,

Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Aceh, 2018.

M. Jamil, Pergeseran Epistemologi Dalam Tradisi Penafsiran Al-Qur’an,

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu, Vol. 4 No.1, Juni 2011.

Muhtadi Anshor, Ahmad, “Dar Al-Islam, Dar Al-Harb, Dar Al-Shulh Kajian

Fikih Siyasah “,Jurnal Epistemé. Vol. 8 No. 1, Juni 2013.

Muhtadi Bilhaq, M. Agus, “Penafsiran Kontekstualis perihal Kepemimpinan

Non-Muslim dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis”, Jurnal Nalar:

Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam, Vol. 2 No. 2, Desember 2018

Muhammad Hakiki, Kiki, Islam Dan Demokrasi: Pandangan Intelektual

Muslim dan Penerapannya di Indonesia, Jurnal Wawasan: Jurnal

Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, Januari 2016.

Malihah, Anisatul, Ad-Dakhîl dalamTafsir Al-Wa’ie Karya Rokhmat S. Labib

(Kritik Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Demokrasi, Tesis, IIQ Jakarta,

2019.

Page 54: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

212

Naki, Ridwan, Konsep Khilafah Menurut Abu al-A’la al-Maududi dan Ali

Syariati: Studi Banding, Skripsi, IAIN Sunan Ampel, 1999.

Qodir, Zuly. “Kaum Muda, Intoleransi, Dan Radikalisme Agama”, Jurnal

Studi Pemuda, Vol. 5 No. 1, Mei 2016.

Qohar, Abdul, Eksistensi Gerakan Ideologi Transnasional HTI Sebelum dan

SesudahPembubaran, Jurnal Kalam, Vol. 11 No. 2, Desember 2017.

Putra, Eka, “Ide dan Realitas Khulafa’ur Rasyidin”, Jurnal Al-Qishthu, Vol.

14 No.1, 2016.

Pradita Sicca, dkk, Shintaloka, “Negoisasi Identitas Hizbu Tahrir Indonesia

dalam Mengkomunikasikan Gagasan Alternatifnya kepada Kelompok

Mayoritas”, Jurnal Interaksi, Vol. 4 No. 1, t.th

Rafiuddin, Mochamad, “Mengenal Hizbu Tahrir (Studi Analisis Ideologi

Hizbu Tharirs vis a vis NU”, Jurnal Islamuna Vo. 2, T.th.

Roudhatul Hasanah, Ihda, Konsep Khilafah dan Nation State dalam

Pandangn Hizbu Tahrir Indonesia, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah,

2016.

Rikza Muqtada, Muhammad, “Utopia Khilāfah Islāmiyyah: Studi Tafsir

Politik Mohammed Arkoun. Jurnal Theologia, Vol. 28 No. 1, 2017.

Rahim, Abd, Khalīfah dan Khilafāh Menurut Al-Quran, Jurnal Hunafa, Vol.

9 No. 1, Juni 2012.

Rohman, Abdur, “Rekonstruksi Makna KhaliFah Perspektif Tafsir Mawdu’i

(Studi Kritik Wacana Sistem Khilafah di Indonesia)”, Jurnal Fikri, Vol.

2 No. 2, Desember 2017.

Roslaili, Yuni Dkk, “Penerapan Syariat Islam dalam Bingkai Keberagaman

Nusantara (Studi Kasus Penerapan Syariat Islam di Provinsi Aceh)”,

Jurnal Uin Ar-Raniry, t.th.

Sadari, Agama dan Negara Menakar Pandangan HTI Tentang Khilafah dan

Demokrasi, Jurnal Kajian Islam Interdisiplin, Vol. 1 No. 1, Juni 2016

Siregar, Syahruddin, Khilafah Islam Perpekstif Sejarah Pemikiran Ali Abdu

Raziq, Jurnal Sejarah Peradaban Islam, Vol. 2 No. 1, 2018.

Page 55: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

213

Sobby Kesuma, Arsyad, Menilai Ulang Gagasan Negara Khilâfah Abû Al-

A‟lâ Al-Maudûdî, Jurnal Ulumuna, Vol. XII No.2, Desember 2008.

Sudrajat, Ajat, Khilafah Islamiyah dalam Perspektif Sejarah. Jurnal, t.th.

Sya’roni, Mazhab Tafsir dalam Perpekstif Studi Al-Qur’an, Jurnal, t.th.

Sudrajat, Ajat, “Khilafah Islamiyah dalam Perspektif Sejarah”, Jurnal Prodi

Ilmu Sejarah Fise UNY, t.th.

Saleh, “Khawarij: Sejarah dan Perkembangannya”, Jurnal Al-Afkar, Vol. 7

No. 2, Juli-Desember 2018.

Shobron, Sudarno, “Model Dakwah Hizbu Tahrir Indonesia”, Jurnal

Profetika, Vol. 15 No. 1, Juni 2014.

Tahido Yanggo, Huzaemah, Al-Qur’an Sebagai Mukjizat Terbesar, Jurnal

Waratsah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016.

Thohir, Muhyidin Dkk, “Penafsiran Ayat Al-Qur’an Tentang Khilafah

(Kajian Perbandingan Tafsir Al-Misbah Karya M.Quraish Sihab dan Al-

Azhar Karya Abdul Karim Amrullah [Hamka]), Jurnal Sumbula, Vol. 2,

No.2, Desember 2017.

Utama Tanjung, Indra, “Studi Komparative Pendirian Negara Khilafah Di

Indonesia, JurnalPenelitian Medan Agama, Vol. 9,No. 1, 2018.

Umayyah, Tafsir Maqashidi Metode Alternatif Dalam Penafsiran Al-

Qur’an, Jurnal Diya Al-Afkar, Vol. 4 No.01, Juni 2016.

Wahab, Abdul, “Pemikiran Politik dalam Islam”, Jurnal Ilmu Ushuluddin,

Vol. 9 No. 1, Januari 2010.

Zuhdi, M. Nurdin, “Hermeneutika Al-Qur'an: Tipologi Tafsir Sebagai Solusi

dalam Memecahkan Isu-Isu Budaya Lokal Keindonesiaan”, Jurnal

Esensia, Vol. XIII No. 2 Juli 2012.

Zuhdi, M. Nurdin, Kritik Terhadap Penafsiran Al-Qur’an Hizbut Tahrir

Indonesia, Jurnal, t.th.

Zulkarnaen, Syi‘ah Itsna ‘Asyariyah: Beberapa Prinsip Ajaran, Jurnal

Miqot, Vol. XXXII No. 1, Januari-Juni 2008.

Page 56: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

214

Zuhdi, Nurudin, Utopia Khilāfah Islāmiyyah: Studi Tafsir Politik Mohammed

Arkoun, Jurnal Theologia, Vol. 28 No. 1, Juni 2017.

C. Artikel dan Internet

Bangkitmedia.com, “Inilah Persamaan Salafi dan HT”,

https://bangkitmedia.com/ini-persamaan-wahabi-dan-hizbut-tahrir/ di

akses pada 3 Maret 2020 jam 22.29 WIB).

“Cara Dakwah Hti Memikat Pengikut Dan Simpatisan Di Kampus”,

https://tirto.id/cara-dakwah-hti-memikat-pengikut-dan-simpatisan-di-

kampus-cs9d diakses pada 2 Juli 2020 jam 10.37 WIB

Kemendikbud, KBBI Versi Online (Daring) Versi 2.7.

https://kbbi.web.id/rekonstruksi (diakses pada 20 November 2019 pukul

13.19 WIB).

Konsep Khilafah HTI Bertentangan dengan NKRI?”,

https://kumparan.com/kumparannews/konsep-khilafah-hti-bertentangan-

dengan-nkri/full diakses pada 01 Juli 2020 jam 15.53 WIB).

Kompas.com, Inilah Alasan Pemerintah Membubarkan HTI,

https://nasional.kompas.com/read/2017/05/08/14382891/ini.alasan.peme

rintah.bubarkan.hizbut.tahrir.indonesia?page=all diakses pada 3 Maret

2020 jam 21.49 WIB).

Kresna, Mawa, “Cara Dakwah HTI Memikat Pengikut dan Simpatisan di

Kampus, https://tirto.id/cara-dakwah-hti-memikat-pengikut-dan-

simpatisan-di-kampus-cs9d diakses pada 7 Juli 2020 jam 11.30 WIB

Kumparan.com “Sejarah Hizbu Tahrir di Indonesia”,

https://kumparan.com/kumparannews/sejarah-hizbut-tahrir-di-indonesia

diakses pada 3 Maret 2020 Jam 21.01 WIB).

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-44026822 (diakses pada 11

November 2019 pukul 23. 13 WIB)

https://www.greattafsirs.com/Tafsir_Library.aspx (diakses pada 20

November 2019 pukul 13.31 WIB).

https://alvara-strategic.com/ (diakses pada 21 November 2019 pukul 14.13

WIB).

Page 57: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

215

Syarifuddin, Bahaya Isu Khilafah, Laduni.id

http://www.laduni.id/post/read/63863/bahaya-isu-khilafah (diakses pada

20 November 2019 pukul 12.02 WIB).

https://alif.id/read/ahmad-husain-fahasbu/khilafah-dan-fikih-muamalah-

refleksi-pasca-putusan-ptun-atas-gugatan-hti-b208876p/ diakeses pada

10 Februari 2020 jam 22.23 WIB.

Yusalia, Henny, “Dinamika Penerapan Khilafah Sebuah Tinjauan Sosio-

Historis”, Jurnal Wardah, Vol. 17 No. 2, Juli-Desember 2016.

https://nasional.kompas.com/read/2017/07/19/10180761/hti-resmi-

dibubarkan-pemerintah?page=all diakses pada 10 Februari 2020 jam

22.44 WIB

Majalah al-wa’ie No 55 Tahun V Edisi Khusus Maret 2005

https://www.facebook.com/hafidz.abdurrahman.560 diakses pada 03 Juli

2020 jam 11.13 WIB

https://www.facebook.com/azizi.fathoni.5 diakses pada 03 Juli 2020 jam

11.13 WIB

https://www.facebook.com/KHILAFAH-88744254394/ diakses pada 03 Juli

2020 jam 11.23 WIB

https://www.facebook.com/follback.dakwah/ diakses pada 03 Juli 2020 jam

11.23 WIB

Lukman, Fadli, “Pengkhiatan HTI dalam Aksi Bela Tauhid”, geotimes.co.id

https://geotimes.co.id/kolom/politik/pengkhianatan-hti-dalam-aksi-bela-

islam/ diakses pada 3 Maret 2020 jam 21.30 WIB).

Al Qurtuby, Sumanto, “Ini Bukti Hizbut Tahrir Identik dengan Aksi-aksi

Kekerasan”, suaraislam.com https://www.suaraislam.co/ini-bukti-hizbut-

tahrir-identik-dengan-aksi-aksi-kekerasan/ diakses pada 3 Maret 2020

jam 21.41 WIB).

Retno, Devita, “Sejarah Berdirinya HTI Paling Lengkap”,

https://sejarahlengkap.com/organisasi/sejarah-berdirinya-hizbut-tahrir

diakses pada 3 Maret 2020 jam 21.19 WIB).

Page 58: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

216

Page 59: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

217

GLOSARIUM

A

AHWA : akronim dari Ahl Halli wa al-‘Aqd yang merupakan lembaga atau

komunitas yang berisikan kumpulan pemangku kebijakan (ulul amri).

Ahli Bait: istilah yang berarti “orang rumah” atau keluarga Nabi

Muhammad. Bagi Suni, Ahli Bait bersifat luas. Sementara bagi Syiah hanya

terkhusus pada jalur Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.

Ayat-ayat Khilâfah: ayat-ayat yang berisikan kosa kata kha-la-fa dan sering

dijadikan hujah bagi para pengusung khilâfah, yakni di antaranya QS. al-

Baqarah[2]:30, QS. al-Nisâ[4]:59, QS. al-Mâidah[5]:49, QS. al-Nûr[24]:55

dan lain-lain.

Ayat-ayat Hukûmiyyah: ayat-ayat yang berisikan perintah berhukum Islam

yang sering dijadikan hujah atas wajibnya formalisasi syariat. Ayat yang

dimaksud ialah QS. al-Mâidah[5]: 44, 45, 48

B

Bai’at: sumpah setia sekaligus upacara perayaan sebagai bentuk pengakuan

atas diangkat dan dilantiknya seorang pemimpin.

Bughât: para pemberontak, yakni mereka yang keluar dari ketaatan kepada

imam (kepala negara) yang sah mereka memiliki kekuatan untuk melakukan

pemberontakan itu.

D

al-Dakhîl: istilah yang merujuk kepada sisipan dalam tafsir Al-Qur’an.

Dengan kata lain, penafsiran yang tidak mempunyai sumber data yang valid

dari agama.

Daulah Islâmiyyah: sebuah negara di mana Islam menjadi agama sekaligus

negara yang semuanya berdasarkan pada qanun syariat.

Dâr al-Islâm: negara yang di dalamnya hukum Islam berlaku baik

penduduknya Muslim atau Dzimmi

Dâr al-Kufr: negeri yang tidak memberlakukan hukum-hukum Islam dan

keamanan negeri itu tidak dijamin oleh kaum Muslim

Dâr al-Ahd/al-Shulh: daerah atau negeri yang tidak tunduk kepada kekuatan

Islam tetapi mempunyai perjanjian damai yang harus dihormati oleh mereka

dan dâr al-Islâm. Mereka hidup rukun bersama.

Page 60: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

218

Demokrasi: sistem pemerintahan yang memposisikan bahwa semua rakyat

mempunyai hak yang setara dalam pengambilan kebijakan dan mengubah

hidup berbangsa dan bernegara mereka.

E

Era Formatif: istilah tafsir yang berbasis pada nalar mitis yang berkembang

sejak zaman Nabi hingga abad II Hijriyah

Era Afirmatif : istilah tafsir yang berbasis pada nalar ideologis yang terjadi

sekitar abad-7 yang lebih banyak didominasi oleh kepentingan politik,

mazhab, ideologi dan keilmuan si mufasir.

Era Reformatif: istilah tafsir yang berbasis pada nalar kritis yang lebih

transformatif yang muncul bersamaan dengan lahirnya tokoh-tokoh era

modern seperti Ahmad Khan, Muhammad Abduh, Fazlurrahman,

Muhammad Arkoun.

Ekskutif: salah satu cabang pemerintahan yang memiliki kekuasaan dan

bertanggung jawab untuk menerapkan hukum.

F

Fikih-Siyasah: ilmu tatanegara yang berdasarkan pada ajaran Islam dan

hukum Islam itu sendiri.

Formalisasi Syariat: mentransfer hukum syariat pada pasal dalam undang-

undang yang bersifat mengikat. Singkatnya, legalisasi hukum Islam yang

menjadi undang-undang yang wajib ditaati.

H

Haraki-Tajdîdi: istilah mazhab tafsir yang cenderung mengarah kepada

pergerakan sosial politik dan pembaharuan dalam penafsiran Al-Qur’an

al-Hai’ah al-Tasyrî’iyyah: rumusan Muhamamd Abduh terkait struktur

pemerintahan yang bergerak dalam penyusunan perundang-undangan.

al-Hai’ah al-Tanfîdziyyah: struktur pemerintahan yang mengawal jalannya

perundang-undangan.

al-Hai’ah a-Muhakkam: lemabaga hukum yang bergerak dalam pemberian

punishment kepada yan bersalah.

Hizbut Tahrir: partiai politik islam berasal dari Yordania yang mencita-

citakan kembalinya khilâfah dan negara Islam dengan syariat sebagai

undang-undangnya.

Page 61: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

219

HTI: organisasi islam transnasional yang merupakan anak idelolgi HT

Taqiyuddîn al-Nabhânî yang mengkampanyekan tegaknya sistim khilâfah

dan daulah islâmiyyah.

Hermeneutika: seperangkat kaidah dan pola yang digunakan untuk

menafsirkan teks-teks sakral. Ia merupakan cabang filsafat yang mengkaji

tentang interpretasi makna suatu teks.

Hukum Syariat: peraturan dalam islam yang sudah ditetapkan oleh allah dan

rasulnya dalam al-qur’an dan hadis.

al-Hukûmah al-Dharûriyah: istilah Muhammad Abduh mengenai model

negara yang mendapatkan rukhsah/keringatan sebab tidak menerapkan

hukum-hukum Islam secara penuh. Melaikan menggunakan hukum positif

susunan manusia.

I

Imâmah: konsep kepemimpinan Islam dengan imam atau khalifah sebagai

kepala negaranya. Bagi Sunni, khilâfah dan imâmah bermakna sama.

Sementara Syiah memahami imâmah lebih tinggi dari khilâfah. Sebab

imâmah tidak hanya sebagai mandat politik tetapi juga mengemban mandat

ilahi (khilâfah ilahiyyah).

Ikhwanul Muslimin: organisasi yang lahir pada tahun 1928 di Mesir oleh

Hasan al-Bannâ yang bertujuan menyatukan umat muslim demi tegaknya

syariat Islam.

Islamisme: sebuah ideologi yang berkeyakinan bahwa Islam harus menjadi

pedoman dan dasar dalam setiap lini kehidupan, baik sosial, politik, budaya,

maupun kemasyarakatan. Singktnya, paham yang meyakini bahwa Islam

adalah ideologi paling sempurna dari yang lain.

J

Jahiliyyah: kondisi yang menunjujkan periode penduduk Mekah pra Islam

yang masih dalam ketidaktahuan, jauh dari norma, keyakinan yang masih

bercampur dengan kesyirikan. Sementara bagi Sayid Quthb, jahiliyyah tidak

hanya di masa pra Islam saja, tetapi juga bisa terjadi saat ini jika memang

tradisi jahiliyyah dipraktekkan seperti masih mempercayai mitos, berkiblat

pada barat, tidak berhukum Islam dan lain-lain.

K

Page 62: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

220

Khalifah: gelar bagi umat manusia untuk melestarikan kesimbangan bumi.

Dalam konteks politik, khalifah disebut sebagai gelar tertinggi dalam

pemerintahan Islam.

Khawarij: sekte atau kelopok Islam pengikut Ali yang kemudian keluar dan

memberontak sebab tidak sepakat dengan kebijakan Ali yang menerima

arbitrase.

Khilâfah Islâmiyyah: sistem pemerintahan Islam yang tersentralisasi pada

satu komando seorang khalifah dengan mengupayakan berdinya negara Islam

dan berlakunya syariat Islam sebagaimana yang dipraktekkan oleh Nabi.

Khilâfah ‘Ashabiyyah: sistem pemerintahan yang berdasarkan asas kesukuan

secara turun menurun.

Khilâfah Tahrîriyyah: kosep khilâfah Hibut Tahrir yang mengkampanyekan

sentralisasi kepemimpinan dunia di atas satu kebijkan seorang khalifah.

L

Legislatif: badan pemerintahan yang bertugas membuat dan menyusun

hukum.

M

Mazhab Tafsir: klasifikasi aliran-aliran penafsiran Al-Qur’an baik

berdasarkan kronologi perkembangannya, corak tafsirnya, maupun

kecenderungam mufasirnya.

al-Maqâshid al-Syarî’ah: nilai, tujuan, motif dan kandungan di balik

penyariatan hukum agama.

Makki-Madani: kategoriasi pengelompokkan ayat berdasarkan lokasi dan

waktu. Makki berarti ayat yang turun sebelum hijrah dan Madani berarti ayat-

ayat yang turun setelah hijrah Nabi di Madinah. Sedangkan bagi Muhammad

Thaha, Makki-Madani adalah pengembanagn teori nasakh yang menunjukan

pada pesan-pesan ayat Al-Qur’an, bahwa ayat makiyyah lebih universal dan

egaliter, sementara madaniyyah terkesan diskriminatif, eksklusif dan rigid.

Muktazilah: aliran teologi rasional Islam yang lahir dari pemisahan Washil

bin Athâ dari majelis Hasan Bashri terkait status pelaku dosa besar. Aliran ini

mendasarkan pada lima doktrin idologinya, yakni tauhîd, al-‘adl, al-wa’d wa

al-wa’îd, al-mazilah baina manzilataini dan amr ma’ruf nahi munkar.

N

Page 63: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

221

Nashb al-Imâmah: istilah fikih tatanegara yang merujuk pada suksesi

pengangkatn imam atau kepala negara.

Nasionalisme: paham yang berkeyakinan untuk mempertahakan kedaulatan

negara dari serengan luar dan dalam dengan sikap cinta tanah air dan

perwujudan identitas negara.

Nation-State: istilah politik yang menunjukkan bahwa warga negara itu

hidup dalam satu negara bersama dalam payung hukum yang disepakati dan

dijamin keamanannya.

P

Positivisasi Hukum Islam: upaya pembaharuan hukum Islam yang

dilegalkan menjadi hukum positif yang wajib ditaati oleh segenap rakyat di

wilayah tertentu.

Q

Quasi Obyektivitis Tradisionalis: istilah tipologi tafsir Al-Qur’an yang lahir

di era klasik yang berbasis pada riwayat.

Quasi Obyektivitis Modernis: istilah tipologi tafsir Al-Qur’an yang lahir di

era modern yang berbasis pada nalar kritis dan mengadopsi perangkat ilmu

pengetahuan modern.

S

Salafi: aliran fundamentalis Islam yang bergerak pada pemurnian akidah dan

mengembalikan tradisi da pemikiran berdasarkan pada era Nabi.

Salafi-Skriptualis: istilah mazhab tafsir yang kontennya cenderung berbasis

pada pemaknaan secara teksttual semata dan apa yang terdapat pada teks itu

sendiri.

Subjektivitis: istilah tipologi tafsir yang lahir di era pertengahan yang

didonminasi oleh subjektifitas si mufasir sebab kentalnya nuansa ideologi,

mazhab, dam kepentingan-kepentingan politik.

Skriptualis: istilah tipologi tafsir yang lahir di era klasik (Nabi) yang

berbasis pada riwayat dan menggunakan metode bil ma’tsûr

Sunni: mazhab Islam terbesar yang mendasarkan pada praktik sunah-sunah

Nabi yang diwadahi dalam mazhab kelilmuan fikih, teologi, dan tasawuf

Page 64: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

222

Syiah: sekte pecahan Islam sebagai pengikut setia Ali dan keturunannya yang

berideologi bahwa imâmah itu milik jalur Ali dan imam-imam mereka.

Sekular: pergerakan atau ide yang memisahkan antara agama dan

pemerintahan

T

Tafsir Maqâshidi: corak dari corak-corak tafsir yang mengungkap makna-

maka universal dan hikmah-hikmah di balik ayat berdasarkan pada nilai-nilai

keislaman (maqâshid al-syarî’yyah).

Tafsir Skriptualis: penafsiran yang melandaskan pada pemaknaan teksnya

pada riwayat dan sumber-sumber hukum klasik.

Tafsir Ideologis : penafsiran yang melandaskan pada pemaknaan ayatnya

yang didominasi oleh ideologi mazhab si mufsir dan lahir di abad

pertengahan (abad-7)

Tafsir Modernis: penafsiran yang lahir di era modern dengan melandaskan

pada nalar kritis dan penggunaan perangkat ilmu modern yang tranformatif.

Taghût: istilah yang merujuk kepada benda yang disembah selain Allah dan

rela taat untuk mengabdi kepadanya.

Tipologi Tafsir: klasifikasi dan pengelompokan prodak tafsir baik dari aspek

kronologi perkembangannya, metodologinya, karekteristiknya, maupun

ideologi mufasir yang mendominasi

U

Ulil Amri: istilah pemegang kebijakan yang wajib diatati berdasarkan

potensi dan kompetensinya, yakni bisa bermakna ulama dan umâra.

‘Uqud: istilah Buya Hamka mengenai status NKRI dengan sistem negaranya

yang merupakan kesepakatan Founding Father yang harus diterima oleh

seluruh warga negara.

W

Wahabi: aliran keagamaan konservatif yang didirikan oleh Muhammad bin

Abdul Wahhab yang bergerak dalam permurnian akidah dari prkatek bid’ah,

khufarat serta mengembalikan pola pikir umat kepada kultur zaman Nabi.

Page 65: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

223

INDEKS

A

AHWA

Ahli Bait, 3, 91, 92, 129, 136, 141, 143,

Ayat-ayat Khilâfah, 6,7, 10, 11, 14, 20, 22, 26, 27, 29, 54, 76

Ayat-ayat Hukûmiyyah, 208, 215

Abdul al-Jabbâr, 76, 94, 95, 96, 97 100, 144, 146, 147, 195, 197, 198

Abû Zahra, 272

Abû al-A’lâ Al-Maudûdî, 5,

Abdul Wahhâb Khalaf, 272

ʻAli Syariʻati, 5,

al-Alûsi, 233

Ibnu Athiyyah, 216

B

Bai’at, 36

Bughât, 228

al-Biqâ’î, 125

al-Baghawî, 278

D

al-Dakhîl, 15,

Daulah Islâmiyyah, 4, 21, 5, 37, 54, 152

Dâr al-Islâm, 38, 218, 226,

Dâr al-Kufr, 3, 218, 272, 244, 271, 272

Dâr al-Ahd/al-Shulh, 218

Demokrasi, 5, 15, 18, 41, 62, 88, 89, 148, 149, 154, 198, 200, 202, 244, 245,

256, 261

Page 66: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

224

E

Era Formatif, 61

Era Afirmatif, 61

Era Reformatif, 61

Ekskutif, 149, 181, 182, 251

F

Fikih-Siyasah, 7, 25,

H

Haraki-Tajdîdi, 77, 78, 112, 164, 216,

al-Hai’ah al-Tasyrî’iyyah, 251

al-Hai’ah al-Tanfîdziyyah, 251

al-Hai’ah a-Muhakkam, 251

Hizbut Tahrir, 13, 19, 245

HTI, 1, 2,39, 54, 76, 79, 88, 112, 127, 130, 133, 137, 145, 146, 152 154, 163,

166, 183, 184185, 186, 188, 207, 209, 216, 218, 223, 240, 242, 255,

253, 263, 276,

Hermeneutika, 13, 61

Hukum Syariat, 18, 33, 72, 97, 100, 128, 129, 160, 161, 163, 181, 209, 213,

218, 222, 256

Hûd Ibn Muhakkam al-Hawarî, 24, 76, 101, 153, 202

Hamka, 24, 76, 118, 119, 120, `121, 123, 174, 175, 176, 177, 223, 224, 225,

227, 228, 244, 253, 255, 270, 271, 275, 276

Hasan al-Bannâ, 5,

I

Imâmah, 2, 3, 84, 85, 86,87, 97, 98 100, 101, 147,

Ikhwanul Muslimin, 49

Islamisme, 267

Page 67: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

225

Ibnu Taimiyah, 8, 24, 33, 76, 97, 106, 107, 108, 149, 158, 159, 207, 208,

Ibnu Katsîr, 20, 44, 101, 130, 146, 153, 154, 234, 254, 263, 268, 275

Ibnu ‘Âsyûr, 26, 125, 237

Ibnu Hajar al-‘Asqalânî, 101

Ibnu Mas’ûd, 81, 267

Ibnu Abbâs, 209

Ibnu Khaldûn, 31, 176, 255

J

Jahiliyyah, 5, 78, 79, 218

Ja’far al-Thahawi, 259

al-Juwainî, 43

K

Khalifah, 2, 17, 21, 33, 81, 84, 96, 98, 99, 102, 104, 113, 114, 120, 124. 126,

171

Khawarij, 3, 4, 8, 43, 76, 77,97, 101, 153, 157, 195, 196, 198, 200, 202, 215,

221, 262, 270

Khilâfah Islâmiyyah, 1, 6, 7, 10, 15, 21, 40 , 98, 101, 103, 123, 127, 154, 244

Khilâfah ‘Ashabiyyah, 36,

Khilâfah Tahrîriyyah, 53

Khalid Abu el-Fadl, 274

L

Legislatif , 208

M

Mazhab Tafsir, 23, 76, 77, 79

al-Maqâshid al-Syarî’ah, 238

Makki-Madani, 28,

Page 68: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

226

Muktazilah, 4, 43, 76, 85, 88, 96, 97, 144,

al-Marâghî,180

al-Mâwardî, 45, 85, 97

Muhammad Ibn Yusûf Ithfîsy, 8, 76, 103, 155, 204,

Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn, 24, 76, 109, 110, 111, 159, 160, 161,

162, 163, 209, 210, 211, 212, 213, 214, 215, 256, 270

Muhammad Abduh 38, 78, 79, 116, 120, 126, 166, 167, 176, 218,236, 244,

251

Muhammad Taqiyyudîn al-Nabhânî, 4,

N

Nashb al-Imâmah, 99

Nasionalisme 89

Nation-State, 191

P

Positivisasi Hukum Islam 184

Q

Quasi Obyektivitis Tradisionalis 61, 63

al-Qurthûbî, 41, 76, 135

Quraish Shihab, 8, 76, 120, 123, 124, 125, 126, 127, 178, 179, 180, 181, 228,

229, 230, 231, 251

al-Qanûji, 24, 236,

R

al-Râzî, 8, 44,76, 80, 81, 82,83, 86, 121, 128, 129, 130, 131, 139, 141, 253

Rasyîd Ridhâ, 5, 116, 171, 172, 180, 182

Ramadhân al-Bûthî, 272

S

Salafi , 51, 77, 78, 244, 256, 269

Salafi-Skriptualis, 76, 77,106, 157,

Page 69: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

227

Subjektivitis 61207

Skriptualis 61,

Sayid Quthb, 8, 76, 112, 113, 114, 115, 164, 165, 166, 216, 217, 234, 275

al-Sa’dî, 81, 169, 251,

T

Tafsir Maqâshidi, 14,

Tafsir Skriptualis , 61

Tafsir Ideologis, 62

Tafsir Modernis, 62

Taghût

Tipologi Tafsir, 61, 61, 65, 75

al-Thabarî, 130, 155, 198,

al-Thabarsî, 24, 76, 190, 191, 192,

al-Thabâthabâî, 24, 76, 77, 276

U

Ulil Amri, 3, 128, 129, 130, 133, 138, 139, 141, 143, 261,

W

Wahabi, 48, 78, 110,

Wahbah al-Zuhailî, 272, 275

Z

al-Zamakhsyarî, 76, 98, 100, 151, 177, 199

Page 70: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

228

Page 71: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

229

BIODATA PENULIS

Nama : Zakiyal Fikri Mochamad

Tempat, Tgl Lahir : Cilacap, 08 Oktober 1994

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Kawin

Alamat Sekarang : Komplek UI Jl. H. Amat No. 21

RT 06/01 Kukusan Beji, Kota Depok 16425

Telephone : 082195807445

Email : [email protected]

___RIWAYAT PENDIDIKAN____________________________________

• 2002-2007 SDN Doplang 02 Desa Doplang Adipala Cilacap

• 2007-2010 Mts MINAT Kesugihan Cilacap

• 2010-2013 MA MINAT Kesugihan Cilacap

• 2013-2017 S1 STKQ Al-Hikam Kukusan Beji Depok Jawa Barat

• 2018-2020 S2 IIQ Ciputat- Tangerang

• 2007-2013 Pon.Pes. Al Ihya Ulumuddin Kesugihan Cilacap

• 2014-2017 Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok Jawa Barat

___KEMAMPUAN_____________________________________________

• Tahsin dan Tahfidz Al-Qur'an

• Kajian Kitab Kuning Pesantren

• Literasi dan Kepenulisan Buku Islami

___PENGALAMAN PELATIHAN DAN PRESTASI_________________

• 2014-2015 Pelatihan Tahsin Al-Qur’an Metode Maisuro di STKQ Al-

Hikam Depok Jawa Barat.

• 2016 Pelatihan Guru (TOT) Baca Kitab Kuning Metode Amtsilati di

Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok.

• 2017Pelatihan Terjemah Al-Qur’an Sistem 40 Jam di Masjid Istiqlal

Jakarta.

• 2012 Juara II Lomba Baca Kitab Kuning Alfiyah Ibnu Malik Se-

Kabupaten Cilacap.

___KARYA YANG TELAH DITERBITKAN_______________________

• 2016 Agar Al-Qur’an Mendatangkan Hidayah (Alhikam Press-

Depok)

Page 72: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

230

• 2018 Surga Yang Tak Berpenghuni (Alhikam Press-Depok)

Kedewasaan Berpolitik (Alhikam Press-Depok)

• 2019 Aneka Keistimewaan Al-Qur’an (Gramedia Jakarta), Berdamai

Dengan Takdir (Guepedia-Jakarta)

• 2020 Wonderful Al-Qur’an Seri 1 (Ihya Media-Cilacap), Jangan

Pernah Menjadi Mantan Hafiz (Farha Pustaka-Sukabumi, Timbang

Sebelum Tumbang (Eduvation-Sukabumi)

Page 73: EKSISTENSI KHILÂFAH DALAM ... - repository.iiq.ac.id

293