EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM …

12
PENDAHULUAN Dalam kehidupannya manusia selalu saling membutuhkan dan saling berhubungan satu dengan yang lain, manusia tidak dapat hidup sendiri dan manusia adalah makhluk yang ber- masyarakat atau zoon politicon, demikian di- katakan oleh Aristoteles, dimana di dalamnya selalu ada kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Antara keduanya saling bertautan atau kadang-kadang terjadi pertentangan. Untuk itu semua diperlukan suatu aturan yang mengatur tingkah laku manusia di dalam bermasyarakat ... EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA - Amelia Ayu Paramitha - ... Abstrak Bahwa pajak adalah pengalihan dari sektor swasta ke sektor pemerintahan dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung, sehingga lebih dari 70% pendapatan Negara diperoleh dari pemungutan pajak. Dengan sistem self assessment system dimana wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang terhutang kadangkalanya dalam jumlah besarnya pajak terutang terdapat perselisihan tentang besarnya jumlah pajak yang dibayarkan baik menurut fiscus (pemungut pajak) dengan wajib pajak sehingga disini timbullah sengketa pajak mengenai besarnya pajak yang terhutang. Sehingga dalam penyelesaian sengketa pajak diperlukan suatu badan peradilan tersendiri yang akan menyelesaikan penyelesaian sengketa pajak tersebut. Keberadaan Pengadilan Pajak menduduki tempat khusus dalam struktur organisasi peradilan, meski mulanya kehadiran pengadilan pajak menjadi permasalahan apakah pengadilan pajak ini dapat diklasifikasikan sebagai lembaga peradilan mengingat dalam dasar hukum pengadilan pajak yaitu Undang-Undang No.14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak tidak memuat dan menjelaskan secara jelas kedudukan dan posisi pengadilan pajak. Akan tetapi Pengadilan pajak kedudukannya sebagai pengadilan khusus dibawah lingkungan peradilan tata usaha Negara ditegaskan dalam Pasal 9 A Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, sehingga sudah cukup jelas bahwa pengadilan pajak merupakan salah satu bagian dari sistem peradilan di Indonesia. Kata Kunci: Eksistensi, Pengadilan Pajak, Peradilan. Abstract That tax is a transfer from the private sector to the government sector with no direct repayment, so more than 70% of the State’s revenues are derived from tax collection. With a self-assessment system in which the taxpayer is given trust to calculate his own tax amount, some gaps occurs in terms of the amount of tax payable and this causes some disputes dealing with the amount of taxes paid either by fiscus (tax collector) with that of the taxpayer. Therefore, disputes arise bout the amount of outstanding taxes that outstanding. To settle the tax disputes a separate judicial body that will resolve the settlement of the tax dispute is required. The existence of the Tax Court occupies a special place in the structure of the judicial organization, although initially the presence of the tax court becomes a matter of whether the tax court can be classified as a judicial institution, considering that in the tax law court, the Law No.14 of 2002 on Tax Court does not contain and explain clearly the position of the tax court. However, the status of the Court of Taxation is special under the administrative court of the State as affirmed in Article 9 A of Law Number 51 Year 2009 on State Administrative Court. So it is quite clear that the tax court is one part of the judicial system in Indonesia. Keywords: Existence, Tax Court, Judicature. tersebut yang berupa hukum, termasuk di dalamnya lembaga pengadilan yang berfungsi menyelesaikan masalah/sengketa diantara para pihak, setelah upaya penyelesaian internal (kemanusiaan) tidak berhasil dicapai kata sepakat atau kata damai. Demikian halnya dengan masalah pajak, praktis merupakan pengalihan kekayaan dari sektor pergaulan hidup manusia ke sektor organisasi negara guna mempertahankan kehidupannya. Untuk mengatur keharmonisan dalam meng- alihkan kekayaan dari individu kepada masya- rakat (negara) diperlukan peraturan mengenai

Transcript of EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM …

Page 1: EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM …

7

PENDAHULUANDalam kehidupannya manusia selalu saling

membutuhkan dan saling berhubungan satudengan yang lain, manusia tidak dapat hidupsendiri dan manusia adalah makhluk yang ber-masyarakat atau zoon politicon, demikian di-katakan oleh Aristoteles, dimana di dalamnyaselalu ada kepentingan individu dan kepentinganmasyarakat. Antara keduanya saling bertautan ataukadang-kadang terjadi pertentangan. Untuk itusemua diperlukan suatu aturan yang mengaturtingkah laku manusia di dalam bermasyarakat

...

EKSISTENSI PENGADILAN PAJAKDALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA

- Amelia Ayu Paramitha -...

AbstrakBahwa pajak adalah pengalihan dari sektor swasta ke sektor pemerintahan dengan tidak mendapat balasjasa secara langsung, sehingga lebih dari 70% pendapatan Negara diperoleh dari pemungutan pajak.Dengan sistem self assessment system dimana wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitungsendiri besarnya pajak yang terhutang kadangkalanya dalam jumlah besarnya pajak terutang terdapatperselisihan tentang besarnya jumlah pajak yang dibayarkan baik menurut fiscus (pemungut pajak)dengan wajib pajak sehingga disini timbullah sengketa pajak mengenai besarnya pajak yang terhutang.Sehingga dalam penyelesaian sengketa pajak diperlukan suatu badan peradilan tersendiri yang akanmenyelesaikan penyelesaian sengketa pajak tersebut. Keberadaan Pengadilan Pajak menduduki tempatkhusus dalam struktur organisasi peradilan, meski mulanya kehadiran pengadilan pajak menjadi permasalahanapakah pengadilan pajak ini dapat diklasifikasikan sebagai lembaga peradilan mengingat dalam dasarhukum pengadilan pajak yaitu Undang-Undang No.14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak tidak memuatdan menjelaskan secara jelas kedudukan dan posisi pengadilan pajak. Akan tetapi Pengadilan pajakkedudukannya sebagai pengadilan khusus dibawah lingkungan peradilan tata usaha Negara ditegaskandalam Pasal 9 A Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, sehinggasudah cukup jelas bahwa pengadilan pajak merupakan salah satu bagian dari sistem peradilan di Indonesia.Kata Kunci: Eksistensi, Pengadilan Pajak, Peradilan.

AbstractThat tax is a transfer from the private sector to the government sector with no direct repayment, so morethan 70% of the State’s revenues are derived from tax collection. With a self-assessment system in whichthe taxpayer is given trust to calculate his own tax amount, some gaps occurs in terms of the amount oftax payable and this causes some disputes dealing with the amount of taxes paid either by fiscus (taxcollector) with that of the taxpayer. Therefore, disputes arise bout the amount of outstanding taxes thatoutstanding. To settle the tax disputes a separate judicial body that will resolve the settlement of the taxdispute is required. The existence of the Tax Court occupies a special place in the structure of the judicialorganization, although initially the presence of the tax court becomes a matter of whether the tax courtcan be classified as a judicial institution, considering that in the tax law court, the Law No.14 of 2002on Tax Court does not contain and explain clearly the position of the tax court. However, the status of theCourt of Taxation is special under the administrative court of the State as affirmed in Article 9 A of LawNumber 51 Year 2009 on State Administrative Court. So it is quite clear that the tax court is one part ofthe judicial system in Indonesia.Keywords: Existence, Tax Court, Judicature.

tersebut yang berupa hukum, termasuk di dalamnyalembaga pengadilan yang berfungsi menyelesaikanmasalah/sengketa diantara para pihak, setelahupaya penyelesaian internal (kemanusiaan) tidakberhasil dicapai kata sepakat atau kata damai.

Demikian halnya dengan masalah pajak,praktis merupakan pengalihan kekayaan dari sektorpergaulan hidup manusia ke sektor organisasinegara guna mempertahankan kehidupannya.Untuk mengatur keharmonisan dalam meng-alihkan kekayaan dari individu kepada masya-rakat (negara) diperlukan peraturan mengenai

Page 2: EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM …

8

perpajakan. Bagaimana bila terjadi sengketa antararakyat sebagai individu dengan alat-alat negarasebagai pemungut dan penanggungjawab pajak.

Disaat wajib pajak melakukan kegiatan baikitu yang bergerak dibidang barang dan jasa ataupunyg lainnya, tentunya wajib pajak tidak terlepas daripengawasan aparatur pemerintah. Demikian pulaaparatur pajak (fiscus) akan mengawasi khususnyapengawasan dalam memenuhi kewajiban per-pajakannya atau untuk tujuan lain. Maka sebagaiakhir dari pemeriksaan tersebut, maka terbitlahsurat ketetapan pajak yang bisa berupa kurangbayar, lebih bayar ataupun nihil. Dari kondisiketetapan pajak tersebut yang paling tidak disukaioleh wajib pajak adalah kurang bayar, karena wajibpajak harus membayar kekurangan pembayaranpajak yang seharusnya terutang berdasarkan hasilpemeriksaan yang dilakukan, padahal wajib pajaksudah merasa benar ketika menyampaikan laporanperpajakan setiap bulannya atau setiap tahunnyake Kantor Pelayanan Pajak. Surat ketetapan pajakyang kurang bayar inilah yang seringkali menim-bulkan sengketa atau perselisihan antara wajibpajak dengan aparatur pajak (fiscus), tetapi tidakmenutup kemungkinan pula surat ketetapan yangmenyatakan lebih pajak ataupun nihil juga bisamenimbulkan sebuah sengketa antara wajib pajakdengan fiscus.

Dengan kata lain, sengketa pajak terjadikarena adanya ketidaksamaan persepsi atauperbedaan pendapat antara wajib pajak denganpetugas pajak mengenai penetapan pajak terutangyang diterbitkan atau adanya tindakan penagihanyang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.Pengertian sengketa pajak umumnya diawali dariditerbitkannya surat ketetapan pajak atau diterbit-kannya surat tindakan penagihan pajak. Selain itu,sengketa pajak juga bisa timbul karena adanyapemotongan atau pemungutan yang dilakukan olehpihak ketiga berdasarkan ketentuan undang-undang.

Seperti yang kita ketahui bersama pengertianpajak adalah iuran rakyat kepada negara ber-dasarkan undang-undang dengan tidak mendapatjasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dandigunakan untuk membiayai pengeluaran umumdan pembangunan. Dalam perkembangannya pajakmerupakan salah satu penyumbang terbesar kasnegara sehingga dalam proses pemungutannya

dibedakan menjadi dua yaitu: voorheffing yaitupemungutan pajak yang dilakukan pada awaltahun pajak. Dan yang kedua adalah naheffingyaitu pemungutan pajak yang dilakukan pada akhirtahun pajak.1 Menurut dasar penetapan pajaknyadikenal 3 (tiga) sistem/stelsel yaitu:a. Stelsel/Sistem Fiktif ( Anggapan)

Dalam sistem ini pemungutan pajak didasarkanpada suatu fiksi hukum atau anggapan tertentu,karena itu dalam sistem ini memakai carapemungutan pajak voorheffing.

b. Stelsel/Sistem Riil (Nyata)Dalam sistem ini pemungutan pajak di-dasarkan atas keadaan atau penghasilan yangnyata yaitu penghasilan yang diterima ataudiperoleh sebenarnya dalam tahun pajak yangbersangkutan. Besarnya penghasilan barudapat diketahui pada akhir tahun, sehinggapemungutan pajaknya dilakukan dengancara naheffing.

c. Stelsel/Sistem CampuranSistem ini pada dasarnya adalah kombinasi darisistem anggapan dan sistem nyata, sekaligusmerupakan upaya untuk menghilangkankelemahan-kelemahan dari kedua sistemtersebut. Pada awal tahun besarnya utangpajak dikenakan pada wajib pajak dihitungberdasarkan sistem anggapan, dan pada akhirtahun utang pajak dikoreksi dan disesuaikandengan keadaan yang sebenarnya denganmemakai sistem nyata.

Selain itu sistem pemungutan pajak tidakhanya sebatas pada masalah waktu tetapi jugamengenai kewenangan dan tanggung jawab untukmenghitung dan menetapkan besarnya utangpajak. Sistem pemungutan pajak terbagi menjadi:2

a. Official Assessment System, yaitu suatu sistempemungutan pajak yang memberi wewenangkepada pemerintah (fiscus) untuk menentukanbesarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

b. Self Assessment System, yaitu suatu sistempemungutan pajak yang memberi wewenangkepada wajib pajak untuk menentukan sendiribesarnya pajak yang terutang.

1 Tunggul Anshari Setia Negara, Pengantar Hukum Pajak,(Malang, 2005), hlm. 53

2 Y.Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak, (Yogyakarta,2002), hlm. 60-62

Page 3: EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM …

9

c. With Holding System, yaitu suatu sistempemungutan pajak yang memberikan wewe-nang kepada pihak ketiga (bukan fiscus danbukan wajib pajak yang bersangkutan) untukmenentukan besarnya pajak yang terutang.

Dalam bahasan diatas penentuan besarnyapajak yang terutang oleh wajib pajak ditentukandengan beberapa sistem, pada hakekatnya adalahpengadilan pajak merupakan pengadilan atassengketa mengenai ketetapan pajak yang timbulakibat adanya perbedaan antara wajib pajakdengan pihak fiskus atau pemungut pajak (dalamhal ini adalah Direktorat Jenderal Pajak) dalammenghitung besarnya pajak terhutang.

Dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 48Tahun 2009 Tentang kekuasaan Kehakiman, adaempat lingkungan peradilan yaitu PeradilanUmum, Peradilan Agama, Peradilan Militer danPeradilan Tata Usaha Negara, dan dalam Pasal 13Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 TentangKekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwadimungkinkan untuk membentuk peradilan khususdalam bentuk Undang-Undang Tentang Peng-adilan, maka disini muncullah Undang-UndangNomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak

Peran Pengadilan Pajak disini sangatlahpenting sebagai upaya hukum untuk menyele-saikan sengketa,yang dapat dilakukan oleh wajibpajak adalah pengajuan gugatan, keberatan,banding dan peninjuan kembali. Upaya hukumkeberatan atas ketetapan pajak diajukan keDirektorat Jenderal Pajak. Sementara itu upayahukum banding dan gugatan diajukan ke peng-adilan pajak. Khusus untuk upaya hukum peninjuankembali diajukan ke Mahkamah Agung.

Dalam penulisan ini akan menganalisismengenai Apakah keberadaan pengadilan pajakdapat dikualifikasikan sebagai lembagaperadilan,serta tujuan penulisan yang hendak dicapai adalahuntuk mengetahui, menganalisis dan merumuskankeberadaan Pengadilan Pajak berdasarkanUndang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 TentangPengadilan Pajak.

Penelitian ini adalah penelitian HukumNormatif, yaitu dengan mengkaji dan menggaliperaturan perundangan yang relevan dengan topikserta mendeskripsikan seluruh fakta mengenai

pengadilan pajak dan kedudukannya. Pendekatanyang digunakan adalah pendekatan sejarah(Historical Approach) dan pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach).

HASIL DAN PEMBAHASANA. Peradilan Sebagai Unsur Negara Hukum

Membahas mengenai Lembaga PeradilanPajak di Tanah Air tidak bisa lepas dari konsepNegara Hukum yang menghendaki adanyasupremasi hukum dan penegakan hukum olehlembaga-lembaga peradilan. Secara sederhanaNegara Hukum dapat diartikan sebagai Negarayang meletakkan hukum sebagai panglima didalam penyelenggaraan Negara, dan mengalahkansegala bentuk kekuasaan lainnya. PengertianNegara Hukum menurut beberapa ahli hukumseperti Mochtar Kusumaatmadja yaitu negara yangberdasarkan hukum, dimana kekuasaan tundukpada hukum dan semua orang sama di hadapanhukum.3 Sementara itu Hamid S.Attamimi meng-artikan Negara hukum sebagai negara yangmenempatkan hukum sebagai dasar kekuasaanNegara dan penyelenggara kekuasaan Negaratersebut dalam segala bentuknya dilakukan dibawah kekuasaan hukum.4 Berdasarkan beberapapengertian negara hukum maka penulis menyim-pulkan bahwa, hukum adalah suatu kekuasaandimana setiap orang dan setiap jabatan dalamnegara harus tunduk pada hukum. Dalam hal inihukum bukan hanya berupa ketentuan-ketentuandi dalam peraturan perundang-undangan, me-lainkan juga hukum yang tumbuh, hidup danberkembang dalam pergaulan hidup masyarakatyang berupa asas-asas hukum, kebiasaan yangdilakukan masyarakat yang apabila dilanggarmemiliki sanksi tersendiri.

Menurut ketentuan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI 1945), Indonesia merupakan Negara Hukum.5Sebagai konsekuensi logis dari sebuah NegaraHukum, maka hukum harus dijadikan pedomandalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

3 Mochtar Kusumaatmadja, “Pemantapan Cita Hukum DanAsas-Asas Hukum Nasional Di Masa Kini Dan Masa Yang AkanDatang”, Makalah, Jakarta, 1995.

4 A. Hamid S.Attamimi, “Teori Perundang-undangan Indonesia”,Pidato diucapkan pada upacara Pengukuhan Jabatan Guru BesarTetap Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia di Jakarta padatanggal 25 April, 1992.

5 Lihat Pasal 1 ayat 3 UUD NRI Tahun 1945

Page 4: EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM …

10

bernegara. Dengan kata lain setiap warga negaraIndonesia harus tunduk dan patuh pada aturanatau ketentuan-ketentuan yang berlaku yang di-tetapkan oleh pemerintah maupun yang ditetapkanatau yang dianggap hukum oleh masyarakat(hukum adat/kebiasaan). Demikian pula semuainstitusi kenegaraan dan pemerintahan dan setiapjabatan dalam Negara dan pemerintahan harustunduk pada aturan yang berlaku. Dalam sebuahNegara Hukum lembaga-lembaga penegak hukummenjadi sangat penting, karena dalam setiap per-jalanan, selalu ada pihak-pihak, baik penyelenggaraNegara/pemerintahan maupun rakyat melanggarketentuan hukum. Untuk itu maka diperlukan suatulembaga yang akan mempertahankan dan bertugasuntuk melakukan penegakan hukum denganmemberikan sanksi-sanksi kepada mereka yangtelah melakukan pelanggaran hukum, baikpemerintah maupun rakyat pada umumnya.

Dalam Negara hukum tidak satupun orangyang kebal akan hukum baik dari anggota masya-rakat maupun penguasa atau penyelenggaranegaranya. Ini adalah makna dari konsep equalitybefore the law (persamaan didepan hukum) dalamkonsep Rule of Law yang diterangkan oleh A.V.Dicey yang memiliki unsur utama supremacy oflaw (supremasi hukum), equality before the law(persamaan didepan hukum) dan the constitutionbased on individual right (konstitusi).6 KonsepRule of Law (yang banyak dianut oleh NegaraAnglo Saxon) bukan merupakan satu-satunyakonsep Negara hukum, selain itu di Negara EropaKontinental terkenal dengan konsep Rechtsstaat.Konsep Rechtsstaat menurut beberapa sarjanamemiliki ciri-ciri sebagai berikut:1. Menurut Friedich Julius Stahl Rechtsstaat

memiliki unsur utama yaitu: pengakuan danperlindungan terhadap hak-hak asasimanusia, pemisahan kekuasaan Negara ber-dasarkan prinsip Trias Politica, Penyeleng-garaan pemerintahan menurut undang-undang(wetmatig bestuur) dan adanya peradilanadministrasi Negara.

2. Menurut Scheltema unsur utama Rechtsstaatadalah: kepastian hukum, persamaan, demo-krasi dan pemerintahan yang melayani ke-pentingan umum.

3. Menurut Philipus M. Hadjon dengan men-dasarkan pada sifat-sifat liberal dan demokratisyang dikemukakan oleh S.W. Couwenbergberpendapat bahwa rechtsstaat (klasik)memiliki ciri-ciri sebagai berikut:7

a. Adanya undang-undang dasar atau konsti-tusi yang memuat ketentuan tertulis tentanghubungan antara penguasa dan rakyat.

b. Adanya pembagian kekuasaan Negara yangmeliputi kekuasaan pembuatan undang-undang yang ada pada parlemen, kekuasaankehakiman yang bebas yang tidak hanyamenangani sengketa antara individu rakyattetapi juga antara penguasa dan rakyat, danpemerintah yang mendasarkan tindakannyaatas undang-undang (wetmatig bestuur).

c. Diakui, dan dilindunginya hak-hakkebebasan rakyat (vrijheidsrechten vande burger).

Ditambahkan oleh Philipus M. Hadjon,bahwa atas dasar ciri-ciri tersebut diatas, makaide sentral Rechtsstaat adalah pengakuan danperlindungan terhadap hak-hak asasi manusiayang bertumpu pada prinsip kebebasan danpersamaan.8 Maka Indonesia sebagai suatu negarahukum sebagaimana disebutkan dalam UUD NRITahun 1945 harus menciptakan dan mengadakanserta menyelenggarakan lembaga-lembagaperadilan. Sebagai konsekuensi dari hal tersebutdan sebagaimana diketahui bersama di Indonesiaterdapat beberapa peradilan yakni MahkamahAgung yang membawahi Peradilan Umum,Peradilan Agama, Peradilan Militer dan PeradilanTata Usaha Negara serta sebuah MahkamahKonstitusi. Selain yang disebutkan diatas jugaterdapat Peradilan Pajak yang pada zaman Belandadinamakan Raad van Beroep vor Belastingzakenyang dahulunya lebih dikenal dengan MajelisPertimbangan Pajak (MPP) yang kemudian meng-alami perkembangan dan perubahan hingga kinimenjadi Pengadilan Pajak.

Keberadaan Lembaga Peradilan Pajaksangat penting bila dikaitkan dengan KonsepNegara Hukum, khususnya dalam bidang hukumperpajakan. Urgensi dari lembaga peradilan pajak

6 Azhary, Negara Hukum Indonesia, (Jakarta, 1995), hlm. 4-5

7 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat diIndonesia, (Surabaya, 1987), hlm. 34

8 Ibid.

Page 5: EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM …

11

ini adalah untuk mengadili sengketa antaraPemerintah sebagai fiscus (pemungut) pajakdengan para wajib pajak (WP) sebagai akibatdikeluarkannya Keputusan tentang PengenaanPajak terhadap perorangan atau badan hukumyang dikenakan kewajiban membayar pajakkepada Negara.

Pengadilan Pajak dalam kedudukannyadilembaga peradilan masih merupakan polemikdan mengalami reformasi. Sejak tahun 1999 telahdimulai upaya untuk menyatukan kekuasaankehakiman dalam satu atap (one roof system)yaitu di bawah Mahkamah Agung, yang manasebelumnya menggunakan sistem dua atap yanghal ini telah diakhiri deengan diterbitkannyaUndang-Undang No.48 Tahun 2009 tentangKekuasaan Kehakiman Perubahan atas Undang-Undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, dimanadalam Pasal 21ayat (1) menyebutkan bahwa:“Organisasi, administrasi, dan finansialMahkamah Agung dan badan peradilan yangberada di bawahnya berada di bawah kekuasaanMahkamah Agung”.

Penegasan kebijakan satu atap mengalamiperubahan yang digantikan dengan UU No. 4Tahun 2004 kemudian terakhir disahkannyaUndang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentangKekuasaan Kehakiman. Dalam Undang-UndangNo. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakimanyang dimaksud dengan badan peradilan dibawahnya adalah Peradilan Umum denganbeberapa peradilan khusus dibawahnya, PeradilanAgama, Peradilan Militer, Peradilan Tata UsahaNegara. Lantas dimana posisi Peradilan Pajakdalam sistem peradilan di Indonesia? PengadilanPajak yang berdasarkan Undang-Undang No.14Tahun 2002 tentang pengadilan pajak Pasal 5Ayat (1) dan Ayat (2) berbunyi:(1) Pembinaan teknis peradilan bagi pengadilan

pajak dilakukan oleh Mahkamah Agung(2) Pembinaan organisasi, administrasi dan ke-

uangan bagi pengadilan pajak dilakukan olehDepartemen Keuangan.

Diatas sangat jelas sekali bahwa pengadilanpajak masih belum menerapkan system satu atapkarena masih berada di dua naungan yaitu

Mahkamah Agung dengan Departemen Ke-uangan. Banyak yang beranggapan bahwa peng-adilan pajak masuk ke dalam pengadilan khususdan banyak pula yang beranggapan bahwa peng-adilan pajak masih belum memiliki posisi yangjelas keberadaannya ada dimana apakah dapatdiklasifikasikan sebagai lembaga peradilan ataubahkan tidak atau diklasifikasikan yang lain.Undang-Undang No.14 Tahun 2002 sebagai dasardari Pengadilan Pajak juga tidak memberikanpenegasan yang jelas mengenai kedudukanpengadilan pajak sebagai pengadilan khusus, danjuga tidak mengatur bahwa pengadilan pajakberada dibawah lingkungan salah satu badanperadilan di bawah Mahkamah Agung.

Penegasan tersebut juga ditemukan padaamandemen UU Nomor 51 Tahun 2009 tentangPeradilan Tata Usaha Negara dalam PenjelasanPasal 9A jo.UU No. 9 Tahun 2004 bahwa: “Yangdimaksud dengan “pengkhususan” adalahdiferensiasi atau spesialisasi di lingkungan per-adilan tata usaha Negara, misalnya pengadilanpajak.” Dari keterangan ini maka penulis ber-pendapat bahwa untuk pengadilan pajak sebagai-mana diatur dalam Undang-Undang No. 14Tahun 2002 berada dalam lingkungan peradilantata usaha negara, dan termasuk dalam klasifikasilembaga peradilan Indonesia.

Didalam perpajakan, setiap warganegara yangtelah ditentukan sebagai wajib pajak oleh fiskusharus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dalamarti apabila ada wajib pajak yang sudah ditetapkanbesarnya oleh fiskus, maka wajib pajak tersebutharus melunasi pajak tersebut sesuai dengan waktuyang ditentukan. Dan apabila tidak melaksanakankewajiban membayar pajak tersebut berakibatwajib pajak dianggap melakukan wanprestasi,untuk itu wanprestasi yang dilakukan oleh wajibpajak akan selalu diikuti dengan sanksi perpajakan.Namun, selain wajib pajak itu mempunyaikewajiban membayar pajak yang terutang, wajibpajak juga dibekali hak sebagai imbangan darikewajiban tersebut. Hak wajib pajak ini diberikandalam rangka untuk mencari suatu keadilandalam perpajakan.

Apabila terjadi sengketa pajak yang ber-hubungan dengan tidak adanya kesesuaianpendapat tentang besarnya jumlah pajak terutang

Page 6: EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM …

12

yang harus dibayar oleh wajib pajak, maka hakwajib pajak ini dapat digunakan untuk mencarikesesuaian pendapat yang seadil-adilnya. Dalamhukum pajak penyelesaian sengketa pajakdilakukan melalui dua tahap yaitu melalui prosedurkeberatan yang ditujukan kepada Dirjen Pajakyang pelaksanaannya melalui Kantor PelayananPajak (KPP) setempat daan banding yang menurutUU No.14 Tahun 2002 dilaksanakan olehPengadilan Pajak. Sebagaimana diketahui bahwaputusan pengadilan pajak ini adalah bersifat finaldan tidak dapat diganggu gugat.

Pajak mempunyai sifat yaitu executorial. Sifatpenetapan dana ketetapan pajak yang mempunyaikekuatan hukum tetap memudahkan pemerintahmengidentifikasi, menginventarisir dan meng-himpun pajak tanpa keraguan. Sifat eksekutorialpajak yang ditetapkan antara lain oleh UU No. 28Tahun 2007 yang menyatakan Surat Tagihan Pajak(STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar(SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang BayarTambahan (SKPKBT) harus dilunasi dalam jangkawaktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.Putusan Lembaga Peradilan Pajak dalam penye-lesaian sengketa tidak bisa eksekutorial secaraoptimal dikarenakan beberapa alasan antara lainadalah kurangnya kesadaran wajib pajak yangbersangkutan akan konsekuensi yang harusditerima setelah dikeluarkannya putusan peng-adilan pajak tersebut, adanya ketidak jujurandalam pengsian SPT (Surat Pemberitahuan Pajak)mengenai kekayaan yang dimiliki sebagai wajibpajak yang kena pajak akan kekayaan dankemilikan benda yang dimiliki.

B. Lembaga Peradilan Dalam KekuasaanKehakimanPeradilan adalah suatu proses penegakan

hukum maupun memberi perlindungan hukumbagi pihak-pihak yang bersengketa dan dilaksa-nakan oleh suatu lembaga khusus yang diadakanuntuk itu yang disebut dengan lembaga peradilan.Peradilan merupakan unsur dari negara hukum(rechtsstaat atau The Rule Of Law), lembagaperadilan menyelenggarakan peradilan yang bebasyang berarti diakuinya eksistensi atau keberadaankekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yangmerdeka dalam menyelenggarakan peradilanguna untuk menegakkan hukum dan keadilan.

UUD NRI Tahun 1945 menggambarkan bahwadalam sistem peradilan di indonesia, kekuasaantertinggi menyelenggarakan peradilan dipegang olehMahkamah Agung, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 jo Undang-UndangNomor 48 Tahun 2009 tentang KekuasaanKehakiman dalam Bab III Pasal 18 yaitu:

“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuahMahkamah Agung dan badan peradilan yang beradadi bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilanmiliter, lingkungan peradilan tata usaha negara, danoleh sebuah Mahkamah Konstitusi.”

Berdasarkan uraian diatas, MahkamahAgung memegang kekuasaan kehakiman tertinggidan memiliki wewenang yang tercantum dalamPasal 24A ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 danPasal 20 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yaitu:a. Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan

yang diberikan pada tingkat terakhir olehpengadilan di semua lingkungan peradilan yangberada dibawah Mahkamah Agung, kecualiundang-undang menentukan lain;

b. Menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap undang-undang.

c. Kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang.

Selain itu lembaga-lembaga lain yang fungsinyaberkaitan dengan kekuasaan kehakiman masihmemerlukan pengaturan dalam bentuk undang-undang. Hal ini dimaksudkan agar lembaga-lembaga lain tersebut tidak berada diluar salah satulingkungan peradilan yang telah ditentukan.

Disisi lain kekuasaan kehakiman tidak hanyadilakukan oleh Mahkamah Agung dan badanperadilan dibawahnya, tetapi dilakukan juga olehMahkamah Konstitusi yang juga merupakanpelaksana kekuasaan kehakiman yang merdekauntuk menyelenggarakan peradilan dalam rangkamenegakkan hukum dan keadilan yang jugadisebutkan dalam pasal 24 ayat (2) UUD NRITahun 1945 amandemen ketiga. Dalam hal iniMahkamah Konstitusi diatur dengan Undang-Undang Nomor 8Tahun 20011 tentang MahkamahKonstitusi. Mahkamah Konstitusi berwenang untukmengadili pada tingkat pertama dan terakhir yangputusannya bersifat final untuk menguji UUD NRI

Page 7: EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM …

13

Tahun 1945, memutus sengketa kewenanganlembaga negara yang kewenangannya diberikanoleh UUD NRI Tahun 1945, memutus pem-bubaran partai politik dan memutus perselisihantentang hasil pemilihan umum. KedudukanMahkamah Konstitusi tidak berada dibawahnaungan Mahkamah Agung, tetapi memiliki ke-dudukan yang mandiri, dan hal yang menyangkutmengenai organisasi, administrasi, dan finansialpun diberikan kewenangan yang mandiri.9

Mahkamah Agung sebagai lembaga negaratertinggi yang melakukan pengawasan terhadappelaksanaan kekuasaan kehakiman yang dilakukan

oleh lembaga peradilan dibawahnya, sedangkanMahkamah Konstitusi melakukan pengawasanbagi pelanggaran yang dilakukan oleh presidendan/atau wakil presiden terhadap UUD NRI Tahun1945 dan menyelesaikan perselisihan kewenanganantar lembaga negara. Meskipun keduanyamemiliki kewenangan yang berbeda, tetapimemiliki tujuan yang sama yaitu untuk menegakkanhukum dan keadilan, serta memberikan per-lindungan hukum bagi pihak-pihak yang ber-sengketa atau berperkara.

Berikut sejarah perkembangan pengadilanpajak di Indonesia:

Bagan 1. Lembaga Penyelesaian Perselisihan Pajak

C. EKSISTENSI PENGADILAN PAJAKDALAM SISTEM PERADILAN DIINDONESIAKeberadaan Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak apabiladikaitkan dengan Pasal 24 Ayat (2) UUD 1945Amandemen Ketiga, ditinjau dari penerapan asashukum dalam tata urutan peraturan perundang-undangan, dapat dikatakan bertentangan, karenaPasal 24 Ayat (2) UUD 1945 Amandemen Ketigadengan tegas hanya mengenal empat lingkunganperadilan, yaitu Peradilan umum, PeradilanAgama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata

Usaha Negara. Pertentangan tersebut munculbila dikaitkan dengan Pasal 2 Undang-UndangNomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajakyang menyatakan: “Pengadilan Pajak adalahbadan peradilan yang melaksanakan kekuasaankehakiman bagi wajib pajak atau penanggungpajak yang mencari keadilan terhadapsengketa pajak.”

Selain itu Pasal 2 Undang-Undang Nomor 14Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dalamPenjelasannya menguraikan bahwa:

“Pengadilan Pajak adalah badan peradilan pajaksebagaimana dimaksud dalam Undang-UndangNomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum danTata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16Tahun 2000, dan merupakan Badan Peradilan

9 Lihat Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Page 8: EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM …

14

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan PokokKekuasaan Kehakiman sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999.”

Dalam pasal ini telah memberikan pengertianbahwa Pengadilan Pajak sepenuhnya menun-jukkan sebagai lembaga peradilan yang melaksa-nakan kekuasaan kehakiman. Oleh karena itukedudukan pengadilan pajak tidak dapat di-lepaskan dengan Undang-Undang Nomor 48Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Makasecara normatif kedudukan Pengadilan Pajakmasuk dalam bingkai salah satu lingkunganperadilan yang telah ada. Tetapi dalam prakteknyakehendak yang tertuang dalam aturan perundangantersebut tidak sama, bahwa Undang-Undang Nomor14 Tahun 2002 membentuk Pengadilan Pajak yangbersifat terpisah dari sistem kesatuan peradilan yangberlaku. Bila dilihat dari konstruksi yuridismenunjukkan bahwa Pengadilan Pajak berada diluar sistem kesatuan peradilan yang berlaku dantidak termasuk dalam salah satu dari empatlingkungan peradilan yang ada yaitu, PeradilanUmum, Peradilan Agama, Peradilan Militer danPeradilan Tata Usaha Negara.

Apabila ditinjau dari karakteristik dan per-soalan substansi sengketa yang diselesaikanPengadilan Pajak mengandung unsur publik, makalebih tepatnya Pengadilan Pajak ditempatkansebagai Pengadilan Khusus dalam lingkunganPeradilan Tata Usaha Negara. Untuk mengetahuikeberadaan pengadilan pajak dalam sistemperadilan di Indonesia, diatur dalam Pasal 33Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentangPengadilan Pajak: “Pengadilan Pajak meru-pakan pengadilan tingkat pertama dan terakhirdalam memeriksa dan memutus sengketa pajak”.

Selain itu diatur juga dalam Pasal 77 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang PengadilanPajak bahwa:(1) Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan

akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap.(2) Pengadilan Pajak dapat mengeluarkan

putusan sela atas Gugatan berkenaan denganpermohonan sebagaimana dimaksud dalamPasal 43 ayat (2).

(3) Pihak-pihak yang bersengketa dapat meng-ajukan peninjauan kembali atas putusanPengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung.

Dari beberapa ketentuan pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan:1. Pengadilan Pajak berada di bawah Mahkamah

Agung sebagai salah satu badan peradilankhusus yang melaksanakan KekuasaanKehakiman.

2. Pengadilan Pajak merupakan pengadilanpertama dan terakhir dalam Sengketa Pajak.

3. Pengadilan Pajak tidak mengenal badanperadilan tingkat banding dan kasasi.

4. Mahkamah Agung berwenang mengadili sengketapajak dalam proses peninjauan kembali.

Dari beberapa pasal diatas dan kesimpulanyang ditarik dari beberapa pasal tersebut, tampakbahwa susunan lembaga Pengadilan Pajak tidakmengikuti susunan lembaga peradilan dalamlingkungan peradilan yang sudah ada, baik ituPeradilan Umum, Peradilan Agama, PeradilanMiliter dan Peradilan Tata Usaha Negara yangmengenal peradilan tingkat banding dan kasasi,sehingga bila di gambarkan susunan pengadilanpajak dapat dilihat pada bagan berikut:

Page 9: EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM …

15

Bagan 2. Susunan Badan Peradilan Republik Indonesiadi Bawah Mahkamah Agung

Dalam pembentukan pengadilan khususlandasan hukumnya adalah Pasal 27 ayat (1)Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 TentangKekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwapengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalamsalah satu lingkungan peradilan yang berada dibawah Mahkamah Agung, dan dalam penjelasanpasal tersebut pengadilan khusus diantaranyaadalah pengadilan anak, pengadilan niaga,pengadilan hak asasi manusia, pengadilan tindakpidana korupsi, pengadilan hubungan industrialyang berada di bawah lingkungan peradilan umum,dan pengadilan pajak di lingkungan peradilan tatausaha Negara.

Pengadilan pajak kedudukannya sebagaipengadilan khusus di bawah lingkungan peradilantata usaha Negara ditegaskan dalam Pasal 9 AUndang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentangPeradilan Tata Usaha Negara, bahwa di lingkunganperadilan tata usaha Negara dapat diadakan peng-khususan yang diatur dengan undang-undang.Pengkhususan yang dimaksud merupakan di-ferensiasi atau spesialisasi di lingkungan peradilantata usaha Negara, dan pengadilan pajak

dimasukkan dalam pengkhususan tersebut yangnantinya berpuncak pada Mahkamah Agung.

Pengadilan Pajak menyelenggarakan per-adilan pajak secara murni karena memiliki unsur-unsur yang diantaranya:1. Pajak sebagai suatu perselisihan hukum yang

konkret.2. Perselisihan hukum yang konkret itu diterapkan

hukum pajak yang bersifat abstrak danmengikat secara umum.

3. Sekurang-kurangnya ada dua pihak yangbersengketa atau berperkara.

4. Adanya pihak pemutus, tidak terlibat sebagaipihak yang bersengketa atau berperkara dalamkedudukan sebagai hakim.

Pengadilan Pajak berkedudukan di IbukotaNegara di Jakarta10 dan selanjutnya mengaturbahwa sidang pengadilan pajak dilakukan ditempat kedudukannya (di Jakarta) dan apabiladipandang perlu dapat dilakukan ditempat lain,dan tempat sidang sebagaimana yang dimaksudditetapkan oleh Ketua.11

10 Lihat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002tentang Pengadilan Pajak

11 Lihat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002tentang Pengadilan Pajak

Page 10: EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM …

16

Bagan 3. Kedudukan Pengadilan Pajak dalam Sistem Peradilan di Indonesia

PENUTUPKedudukan Pengadilan Pajak diatur dalam

Pasal 2 Undang-Undang No. 14 Tahun 2002tentang Pengadilan Pajak yang menentukanbahwa Pengadilan Pajak adalah badan per-adilan yang melaksanakan kekuasaan ke-hakiman bagi Wajib Pajak atau penanggungPajak yang mencari keadilan terhadapSengketa Pajak. Dari ketentuan di atas, maka ke-dudukan Pengadilan Pajak merupakan pelaksanakekuasaan kehakiman, sehingga dapat dikatakanbahwa Pengadilan Pajak merupakan lembagayudisial yang berfungsi untuk menyelesaikansengketa perpajakan.

Secara yuridis, Undang-Undang No. 14 Tahun2002 tentang Pengadilan Pajak tidak menen-tukan kedudukan Pengadilan Pajak sebagaimana

diamanatkan oleh Pasal 25 dan Pasal 27 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang KekuasaanKehakiman. Dalam artian bahwa Undang-UndangNo. 14 Tahun 2002 tidak menentukan PengadilanPajak adalah pengadilan khusus di bawah ke-empatlingkungan peradilan yang ada.

Ketentuan mengenai Pengadilan Pajak adalahpengadilan khusus dalam lingkungan peradilantata usaha negara hanya dapat ditemukan dalampenjelasan Pasal 27 ayat (1) Undang-UndangNo. 48 Tahun 2009. Oleh karena itu, ketentuanPasal 2 Undang-Undang No. 14 Tahun 2002 perludirevisi, sehingga normanya menentukan bahwaPengadilan Pajak adalah pengadilan khususdalam lingkungan peradilan tata usaha negara. Haltersebut bertujuan supaya eksistensi PengadilanPajak sesuai dengan Undang-Undang No. 48Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman.

Page 11: EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM …

17

DAFTAR PUSTAKA

BUKUAhmadi, Wiratni. 2006. Perlindungan Hukum

Bagi Wajib Pajak Dalam PenyelesaianSengketa Pajak. Bandung: PT. RefikaAditama.

Marzuki, Peter Mahmud. 2009. PenelitianHukum. Jakarta: Prenada Media.

Hamidi Jazim (et.al). Mengenal Badan Penye-lesaian Sengketa Pajak Di Indonesia.Bandung: Tarsito.

Harahap, M. Yahya. 1997. Beberapa TinjauanMengenai Sistem Peradilan Dan Penye-lesaian Sengketa. Bandung: PT. CitraAditya Bakti.

Soemitro, Rochmat. 1979. Dasar-dasar HukumPajak dan Pajak Pendapatan 1944 .Jakarta-Bandung: Eresco.

__________. 1991. Peradilan AdministrasiDalam Hukum Pajak Di Indonesia,Disertasi. Bandung: Eresco.

__________. 1993. Peradilan Tata UsahaNegara. Bandung: Eresco.

Brotodiharjo, R.Santoso. 1993. Pengantar IlmuHukum Pajak. Bandung: Eresco.

Basah, Sjachran. 1995. Eksistensi Dan TolokUkur Badan Peradilan Administrasi DiIndonesia. Bandung: Alumni.

Soekanto, Soerjono. 2007. Faktor-Faktor YangMempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Suryabrata, Suryadi. 1988. Metodologi Penelitian.Jakarta: CV.Rajawali.

Negara, Tunggul Anshari Setia. 2005. PengantarHukum Pajak . Malang: BayumediaPublishing.

Pudyatmoko, Y. Sri. 2005. Pengadilan danPenyelesaian Sengketa Di Bidang Pajak.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANUndang-Undang Dasar Negara Republik Indo-

nesia Tahun 1945Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang

Pengadilan PajakUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2007tentang

perubahan kedua atas Undang-UndangNomor 6 Tahun 1983 tentang KetentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 TentangKekuasaan Kehakiman

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentangperubahan ketiga atas Undang-UndangNomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan TataUsaha Negara.

Page 12: EKSISTENSI PENGADILAN PAJAK DALAM SISTEM …

18