EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di...

29
i EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di Plantar Mutiara 1 Jalan Potong Lembu Kota Tanjungpinang) NASKAH PUBLIKASI Oleh IRMA SARI NIM : 100569201044 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

Transcript of EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di...

Page 1: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

i

EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA

(Studi Masyarakat Di Plantar Mutiara 1 Jalan Potong Lembu Kota

Tanjungpinang)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

IRMA SARI

NIM : 100569201044

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

Page 2: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

1

EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA

(Studi Masyarakat Di Plantar Mutiara 1 Jalan Potong Lembu Kota Tanjungpinang)

IRMA SARI

NIM. 100569201044

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku yang terdapat

di Indonesia. Masyarakat Tionghoa lahir dengan ciri khas tersendiri, bermata sipit, berkulit

putih, dan bermacam-macam lagi ciri lainnya. Masyarakat Tionghoa adalah salah satu

masyarakat yang memiliki rasa solidaritas tinggi antara etnis mereka. Hal ini telah adaturun

temurun dari masa nenek moyang mereka. Bahkan ketika etnis Tionghoa berada di antara

orang-orang yang berasal dari beragam etnis, karakteristik mereka terlihat lebih dominan.

Seringkali mereka menonjolkan simbol-simbol keetnisan mereka di tengah kehidupan

bersama masyarakat lain yang beragam suku dan budayanya. Tujuan dari penelitian ini

adalah bagaimana orang-orang yang berasal dari etnis Tionghoa mempertahankan

kebudayaan dan ciri khas mereka di tengah lingkungan dan masyarakat yang berasal dari

etnis lainnya.

Dalam penelitian ini, pembahasan mengenai eksistensi etnis Tionghoa akan diperkuat

lagi dengan konsep institusionalisasi yang diungkapkan oleh Soekanto, bahwasanya adanya

institusi atau lembaga-lembaga sosial akan memperkuat ikatan masyarakat yang ada

didalamnya. Informan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang dengan kriteria yang telah

ditentukan.Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, yang

merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data kedalam pola dan kategori serta

satuan uraian dasar, sehingga dapat dikemukakan tema seperti yang disarankan oleh data.

Hasil penelitian adalah bagaimana masyarakat Tionghoa mampu mempertahankan

eksistensi etnis mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari bersama orang-orang yang

berasal dari etnis lain, serta bagaimana etnis Tionghoa mampu terinstitusionalisasi dengan

baik dari berbagai aspek. Sehingga dari penelitian yang telah dilakukan ini, telah didapatkan

jawaban bahwa masyarakat Tionghoa memang telah memiliki keyakinan dan kepercayaan

tersendiri dalam menjalankan seluruh kegiatan dan keseharian mereka dengan segala aturan

dan norma yang ada sejak zaman nenek moyang terdahulu. Secara otomatis, hal itu sudah

terjadi dengan sendirinya berkat kerjasama yang baik antar keluarga serta keyakinan akan

kebudayaan yang ada

Kata kunci : Masyarakat Tionghoa, Eksistensi, Institusionalisasi

Page 3: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

2

ABSTRACT

Chinese or better known as China is one of the various ethnic group located in

Indonesia. Chinese society is born with its own characteristics, such as slant-eyed, fair-

skinned, and other features. Chinese society is one group of people who have a sense of

solidarity among ethnic.It has existed from the times of their ancestors. Even when ethnic

Chinese were among those who come from diverse ethnic, they look more dominant

characteristics. They always show the symbols of their ethnicity in the life of other

communities along the various tribes and cultures. The purpose of this research is to study

how people who come from ethnic Chinese maintain their characteristic and culture in the

middle of neighbourhood that there are various kinds of other ethnic group.

In this study, the discussion about the existence of the Chinese community will be

strengthened further with the concept of institutionalization expressed by Soekanto, the

existence of institution or social institutions will make the Chinese community become

stronger between the other society. The informant in this study as many as 7 people who are

qualified. The method used is a qualitative descriptive study, which is the process of

organizing and sorting data into patterns and categories as well as the basic unit of

description, so that it can put forward a theme as suggested by the data.

Results of the study is how the Chinese people are able to maintain their ethnic

existence in living everyday life with people who come from other ethnic groups, as well as

how the Chinese people were able to institutionalized on various aspects. So from the

research that has been done, it has been revealed that the Chinese community believe and

have confidence in carrying out their daily activities with all the rules and norms that existed

from the earlier ancestors. Automatically, it happened by itself thanks to the good

cooperation between the family and the belief in the culture

Keywords: Chinese Society, Existence, Institutionalization

Page 4: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tionghoa atau tionghwa, adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang

Tionghoa di Indonesia, yang berasal dari kata zhonghua dalam Bahasa Mandarin.

Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.

Sekelompok orang asal Tiongkok yang anak-anaknya lahir di Hindia Belanda,

merasa perlu mempelajari kebudayaan dan bahasanya. Pada tahun 1900, mereka

mendirikan sekolah di Hindia Belanda, di bawah naungan suatu badan yang

dinamakan "Tjung Hwa Hwei Kwan", yang bila lafalnya diindonesiakan menjadi

Tiong Hoa Hwe Kwan (THHK). THHK dalam perjalanannya bukan saja

memberikan pendidikan bahasa dan kebudayaan Tiongkok, tapi juga menumbuhkan

rasa persatuan orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda, seiring dengan perubahan

istilah "Cina" menjadi "Tionghoa" di Hindia Belanda.

Tanjungpinang atau sebelumnya disebut Tanjung Pinang (disingkat Tg.

Pinang) adalah ibu kota Kepulauan Riau, Indonesia. Yang terletak di koordinat 0º5'

lintang utara dan 104º27' bujur timur, tepatnya di Pulau Bintan. Asal muasal

berdirinya Kota Tanjungpinang, bisa dilihat di Jalan Merdeka. Sejarah dimulai

dengan kepindahan etnis Tionghoa yang mulai menempati kawasan tersebut sejak

terjadi kebakaran di Senggarang pada 200 tahun silam.

Page 5: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

4

Tanjungpinang adalah salah satu daerah yang termasuk sebagai daerah yang

masih mau menerima masyarakat yang berasal dari etnis Tionghoa. Terdapat di

beberapa daerah tertentu, yang terlihat hanya etnis Tionghoanya saja, padahal tidak

sedikit juga masyarakat yang berdarah pribumi lainnya. Banyak masyrakat dari suku

lainnya yang menetap hingga membaur dengan masyarakat Tionghoa lainnya.

Di kota-kota besar lainnya, masyarakat Tionghoa dianggap tidak begitu

berpengaruh bagi daerah. Sehingga, etnis Tionghoa kerap dianggap sebagai kaum

minoritas. Tidak ada kehangatan antar masyarakat yang ada. Dengan anggapan

seperti ini, masyarakat Tionghoa pun juga menjadi individualistis dan acuh tak acuh

terhadap masyarakat Non Tionghoa lainnya.

Di kota Tanjungpinang, yang merupakan Ibukota dari provinsi Kepulauan

Riau terdapat satu daerah yang dianggap sebagai ‘China Town’ bagi masyarakat

awam. Yakni di plantar Mutiara 1 Jalan Potong Lembu, kelurahan Kamboja,

kecamatan Tanjungpinang Timur. Hal ini dikarenakan terdapat satu daerah khusus

yang penduduknya adalah masyarakat Tionghoa.

Namun jika ditelisik lebih dalam, tidak sedikit masyarakat bersuku selain

Tionghoa berdomisili disana. Misalnya Bugis, Melayu, Jawa, dll. Namun meskipun

berbeda etnis, ciri khas mereka sebagai etnis Tionghoa juga tetap terjaga dengan baik.

Ketika berada dalam lingkungan yang heterogen, mereka masih bisa tetap

menonjolkan identitas kesukuan mereka. Masyarakat Tionghoa menetap di

Tanjungpinang tidak hanya semata-mata untuk berdomisili saja, namun mereka juga

Page 6: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

5

datang dengan membawa sejumlah kebudayaan dan adat istiadat kesukuan mereka di

tempat mereka akan tinggal dan menetap untuk menjalani kehidupannya sehari-hari.

Masyarakat Tionghoa di kawasan Jalan Potong Lembu, khususnya di Plantar

Mutiara 1 ini juga mayoritas beragama Buddha. Meskipun ada juga beberapa yang

beragama Islam walaupun minoritas. Hal ini juga dikarenakan masyarakat Tionghoa

Tanjungpinang banyak yang berkiblat dari masyarakat Tionghoa dari negeri Jiran,

Singapura. Bukan hanya sistem keagamaan yang memiliki banyak kesamaan, sama

hal nya dalam segi fashion, peralatan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari,

kebudayaan-kebudayaan tertentu, dll.

Etnis Tionghoa yang berprofesi sebagai pedagang ini pada umumnya adalah

masyarakat dengan usia produktif. Sedangkan untuk masyarakat yang berusia lanjut

dan sudah tergolong lama bertempat tinggal di Plantar Mutiara 1 Jalan Potong

Lembu ini, banyak yang bermata pencaharian sebagai buruh.

Mengenai eksistensi, dalam hal ini menunjukkan bahwa etnis Tionghoa

memiliki kekuatan yang besar untuk mempertahankan kebudayaan serta ciri khas

mereka di tengah masyarakat yang beragam. Kebudayaan serta adat istiadat

Tionghoa tetap mereka jaga sejak zaman nenek moyang mereka dulu. Meskipun saat

ini, modernisasi dan globalisasi semakin berkembnag, namun masyarakat Tionghoa

tetap memegang teguh adat budaya Tionghoa tanpa takut terseret oleh budaya

lainnya.

Page 7: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

6

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis memutuskan untuk meneliti

tentang ‘EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA’ (STUDI MASYARAKAT TIONGHOA

DI PLANTAR MUTIARA 1 JALAN POTONG LEMBU KOTA TANJUNGPINANG).

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka rumusan masalah penelitian

adalah sebagai berikut :

“Bagaimana masyarakat tionghoa dalam mempertahankan eksistensi etnis mereka

di tengah masyarakat yang plural?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah : Mengetahui bagaimana masyarakat etnis

Tionghoa dalam mempertahankan eksistensi etnis mereka agar senantiasa bertahan

sebagai masyarakat yang berciri khas tionghoa di kehidupan yang dikelilingi oleh

masyarakat yang beragam.

masyarakat yang beragam.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai pengembangan ilmu secara umum terutama yang membahas

masalah-masalah sosial, sehingga dapat diketahui masalah dan

fenomena yang didapatkan dilokasi penelitian, sehingga mahasiswa

dapat memahami permasalahan sosial dan interaksi sosial yang terjadi

pada masyarakat di lokasi penelitian.

Page 8: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

7

1.4.2 Manfaat praktis

Bahan masukan dan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan

penelitian dengan permasalahan yang sama.

Sehingga kedepan dapat menjadi pegangan awal untuk membahas mengenai

fenomena-fenomena selanjutnya yang berkaitan.

1.5 Konsep Operasional

Beberapa konsep yang akan dioperasionalkan antara lain :

1.5.1 Eksistensi

Terdapat beberapa pengertian tentang eksistensi yang dijelaskan menjadi

4 pengertian. Pertama, eksistensi adalah apa yang ada. Kedua, eksistensi

adalah apa yang memiliki aktualitas. Ketiga, eksistensi adalah segala sesuatu

yang dialami dan menekankan bahwa sesuatu itu ada. Keempat, eksistensi

adalah kesempurnaan.

1.5.2 Institusionalisasi

Institusionalisasi adalah suatu proses terbentuknya suatu institusi yang

baik. Suatu bentuk tindakan atau pola perilaku yang sebelumnya merupakan

sesuatu yang baru, kemudian diakui keberadaannya, dihargai, dirasakan

manfaatnya dan seterusnya diterima sebagai bagian dari pola tindakan dan

pola perilaku lingkungan tertentu.

1.5.3 Pluralisme

Pluralisme adalah suatu paham atau pandangan hidup yang mengakui

dan menerima adanya kemajemukan atau keanekaragaman dalam suatu

Page 9: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

8

kelompok masyarakat. Kemajemukan dimaksud misalnya dilihat dari segi

agama, suku, ras, adat-istiadat, dan lain-lain.

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono, (2012) Jenis penelitian yang digunakan adalah

deskriptif dengan data kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu

variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.

Data kualitatif adalah data yang berbentuk, kata, kalimat, skema dan

gambar. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif karena

dianggap dapat menjawab perumusan masalah.

1.7.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Plantar Mutiara 1 Jalan Potong Lembu

Kelurahan Kamboja, Kecamatan Tanjungpinang Timur Kota

Tanjungpinang. Alasan peneliti melakukan penelitian dilokasi ini karena

ingin melihat lebih dalam lagi bagaimana masyarakat etnis Tionghoa

dalam mempertahankan eksistensi kebudayaan etnis mereka ditengah-

tengah lingkungan yang beragam masyarakatnya.

1.7.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Page 10: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

9

a. Data primer : adalah data yang diperoleh dari masyarakat yang

berdomisili di Plantar Mutiara 1 Jalan Potong Lembu.

b. Data sekunder : Adalah data yang sudah jadi ataupun yang sudah

dikumpulkan Instansi terkait. Dalam hal ini kantor Kelurahan Kamboja.

Data sekunder ini meliputi jumlah penduduk, jenis pekerjaan, tingkat

pendidikan masyarakat yang berdomisili di Jalan potong lembu dan lain

sebagainya yang dianggap perlu dalam penelitian ini.

1.7.4 Informan

Penelitian kualitatif tidak mengenal istilah populasi dan sampel

melainkan informan. Menurut Sugiyono (2013:216) bahwa“penelitian

kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif

berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan

hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan

ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi

sosial pada kasus yang dipelajari”.

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi

sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam

penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel

statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah

untuk menghasilkan teori.

Page 11: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

10

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:96).

Kriteria informan dalam penelitian ini adalah :

1. Masyarakat Tionghoa yang berusia 40-60 Tahun

2. Telah tinggal di daerah tersebut sekurang-kurangnya 20-25 tahun

3. Sering dilibatkan dalam acara-acara adat

4. Mengerti dan paham mengenai sejarah kebudayaan asli Tionghoa di

lokasi ini

5. Memiliki foto/ dokumentasi pribadi pada saat mengikuti kegiatan adat

Tionghoa

6. Mempunyai hubungan baik dengan sesama warga setempat.

7. Memiliki benda yang berkaitan dengan kegiatan adat dan biasa dibawa

atau digunakan pada saat ritual keagamaan. (misalnya Lampion, Guci,

Keranjang, dan lain-lain).

1.7.5 Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam

usaha mengumpulkan data-data atau informasi yang menunjang penelitian

diantaranya pengetahuan mengenai permasalahan dan data yang

berhubungan dengan latar belakang informan terhadap penelitian. Adapun

teknik dan alat pengumpul data yaitu berupa observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

Page 12: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

11

1. Observasi

Sugiyono (2012:145), dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data,

observasi dapat dibedakan menjadi participant observation, (observasi

berperan serta) dan non participant observation, selanjutnya dari segi

instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi

observasi terstruktur dan tidak terstruktur.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan

bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

2. Interview (wawancara)

Wawancara langsung dan mendalam dengan menggunakan instrument

penelitian berupa interview guide (Pedoman wawancara). Interview guide

berisikan daftar pertanyaan yang sifatnya terbuka yang digunakan untuk

menjadikan wawancara yang dilakukan agar lebih terarah bertujuan

menggali informasi yang akurat dari informan mengenai apa saja bentuk

penyimpangan sosial yang pernah informan lakukan dan bagaimana proses

penyimpangan tersebut berlangsung.

Wawancara ini dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak

terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face)

ataupun dengan memakai atau menggunakan telepon. (Sugiyono,

2012:138)

3. Dokumentasi

Page 13: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

12

Dokumentasi yang digunakan sebagai penunjang penelitian ini

bertujuan untuk dapat melihat dan mengabadikan gambar dilokasi

penelitian. Dokumentasi ini berupa hasil-hasil foto ketika peneliti

sedang berinteraksi secara langsung dengan informan penelitian dan

juga hasil wawancara yang telah dilakukan. Alat yang digunakan

adalah kamera handphone.

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Institusi Sosial

Sebagaimana halnya dalam teori institusional atau teori

kelembagaan core idea-nya adalah terbentuknya organisasi oleh karena

tekanan lingkungan institusional yang menyebabkan terjadinya

institusionalisasi. Zukler (1987) dalam Donaldson (1995), menyatakan

bahwa ide atau gagasan pada lingkungan institusional yang membentuk

bahasa dan simbol yang menjelaskan keberadaan organisasi dan diterima

(taken for granted) sebagai norma-norma dalam konsep organisasi.

Terbentuknya lembaga sosial bermula dari kebutuhan masyarakat akan

keteraturan kehidupan bersama. Sebagaimana diungkapkan oleh Soekanto

lembaga sosial tumbuh karena manusia dalam hidupnya memerlukan

keteraturan. Untuk mendapatkan keteraturan hidup bersama dirumuskan

norma-norma dalam masyarakat sebagai paduan bertingkah laku.

Page 14: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

13

Sejumlah norma-norma ini kemudian disebut sebagai lembaga sosial.

Namun, tidak semua norma-norma yang ada dalam masyarakat merupakan

lembaga sosial karena untuk menjadi sebuah lembaga sosial sekumpulan

norma mengalami proses yang panjang. Menurut Robert M.Z. Lawang,

(id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_sosial) dijelaskan bahwa :

“Tumbuhnya lembaga sosial oleh karena manusia dalam hidupnya

memerlukan keteraturan, maka dirumuskan norma-norma dalam masyarakat.

Mulanya norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja, namun lama-

kelamaan dibuat secara sadar”. (Soekanto, 1982:174).

2.2 Masyarakat Tionghoa Serta Beberapa Kebudayaannya

Identitas etnis Tionghoa di masa Kolonial dapat diidentifikasikan dalam

dua term: totok dan peranakan. Selain riwayat kelahiran, faktor derajat

penyesuaian dengan kebudayaan lokal juga menjadi faktor pembeda antara

totok dan peranakan. Totok diidentifikasikan dalam relasinya dengan

sejarah kelahiran mereka di Negeri leluhur mereka, sementara peranakan

mengacu pada kelahiran di luar China dan derajat penyesuaian diri dengan

konteks lokal, misalnya bahasa, agama, nasionalisme, dan sebagainya

(Ibrahim, 2013:24).

Dimanapun mereka berada, Etnis Tionghoa sangat lekat dengan

kebudayaan Tionghoa. Ini tak dapat dipisahkan dari karakter mereka

sebagai bangsa perantau yang mempunyai tradisi menghormati negeri

Page 15: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

14

leluhur. Tidak diragukan lagi, Tiongkok adalah sebuah bangsa dengan

kebudayaan yang sangat kuat.

Kebudayaan etnis Tionghoa di Indonesia bukanlah suatu bentuk

budaya tunggal dan homogen tetapi merupakan budaya heterogen, dimana

etnis Tionghoa di Indonesia merupakan kumpulan dari budaya-budaya

yang berbeda di daerah Tiongkok (China) yang kemudian teralkulturasi

dengan kebudayaan Indonesia (Melayu). Bentuk-bentuk kebudayaan ini

bisa berbeda-beda di daerah yang satu ke daerah yang lain, akan tetapi

semua itu bisa dikategorikan sebagai budaya Tionghoa yang termasuk

dalam keluarga besar kebudayaan Indonesia yang multietnik.

Dari uraian diatas dapat dipahami beberapa kebudayaan etnis

Tionghoa yang memang menjadi simbol bahwa eksisnya mereka tetap

mampu bertahan meski masyarakat kini telah heterogen. Perayaan hari

besar Tionghoa pun kerap dilaksanakan meski berada di daerah yang tidak

semua masyarakatnya berdarah Tionghoa.

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Kondisi Demografis Kelurahan Kamboja

Kelurahan Kamboja, adalah salah satu Kelurahan di Kota Tanjungpinang

yang tergabung dalam bagian dari Kecamatan Tanjungpinang Barat. Sebagaimana

Page 16: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

15

yang kita ketahui bahwa Kawasan Jalan Kamboja merupakan daerah yang juga

banyak memiliki presentase penduduk berdarah Tionghoa.

Sejak dulu, kawasan Kelurahan Kamboja ini adalah salah satu daerah yang

ramai sekali dihuni oleh orang-orang Tionghoa. Hampir di setiap gang-gang

sepanjang jalan Kamboja, pasti berdomisili masyarakat Tionghoa di dalamnya.

Termasuk juga kawasan Jalan Potong Lembu ini.

Pada saat memasuki kawasan Plantar Mutiara 1 ini, di sisi dan kanan jalan

akan terlihat rumah-rumah khas Tionghoa beserta segala ornamennya. Rumah

yang berbentuk agak petak dengan tembok yang tinggi, pagar dan teralis besi, serta

terdapat tempat mereka melaksanakan sembahyang di depan rumah mereka. Sejak

dulu, masyarakat Tionghoa memang mempunyai simbol tertentu yang akan

dikenal oleh siapa saja yang melihatnya. Tanpa melihat parasnya, setiap orang

yang memandang rumah dengan ciri-ciri diatas sudah pasti mengetahui bahwa

tuan rumah tersebut berasal dari etnis Tionghoa.

Hal ini yang kemudian menjadi sesuatu yang menarik untuk ditelaah lebih

dalam lagi. Masyarakat Tionghoa benar-benar telah “menyulap” Plantar Mutiara 1

ini seolah-olah menjadi daerah asli mereka. Dengan segala simbol yang ada,

mereka seolah menonjolkan diri diantara etnis lainnya. Apalagi jika telah tiba pada

hari besar Tionghoa, seluruh kawasan ini berubah menjadi daerah Tionghoa.

Masyarakat awam yang melihatnya pun terpesona akan kemahiran masyarakat

Tionghoa yang berhasil terlihat dominan di daerah ini.

Page 17: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

16

BAB IV

EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA

4.1 Karakteristik Informan

Dalam penelitian kualitatif, informan sengaja dipilih oleh peneliti karena

mampu memberikan informasi tentang masalah yang akan diteliti. Untuk itu

peneliti melakukan penggalian data sumber terpecaya langsung dari masyarakat

yang berdarah etnis Tionghoa sebagai informan penelitiannya. Informan yang di

ambil peneliti yaitu masyarakat yang berdarah Tionghoa yang berumur 50 keatas

atau telah menempati daerah penelitian tersebut selama +25 tahun, masyarakat

yang berdarah non Tionghoa, serta tokoh adat yang berdarah Tionghoa sebagai

Key Informan.

4.1.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat Di Plantar Mutiara 1

Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa dilihat dari segi pendidikan,

benar pendidikan berpengaruh penting dalam proses kelangsungan hidup

masyarakat pada umumnya. Agar berkembangnya pengetahuan,

keterampilan dan potensi diri. Namun pada kenyataannya untuk di daerah

Plantar Mutiara 1 ini, pendidikan tidak begitu diutamakan agar eksisitensi

etnis mereka tetap terjaga. Mayoritas mereka hanyalah tamatan SD dan

SMP. Berikut rekapitulasi data masyarakat menurut tingkat pendidikan..

Adat istiadat ke-Tionghoa-an masyarakat disini memang jauh lebih

kental. Terbukti dengan kemahiran mereka dalam bidang pelestarian

Page 18: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

17

kebudayaan etnis Tionghoa. Mereka memilih untuk bersembahyang dan

memuja Tuhan mereka dibandingkan harus bersekolah setinggi mungkin

karena mereka menganggap bahwa Tuhan tidak melihat mereka berdasarkan

pendidikan yang mereka anut.

4.1.1 Pekerjaan dan Aktivitas Masyarakat Plantar Mutiara 1

Kondisi ekonomi masyarakat di Plantar Mutiara 1 dapat dikatakan

rendah, karena dominan nya masyarakat yang bekerja dilokasi penelitian

adalah sebagai buruh harian lepas. Pendapatan yang relatif tidak menentu

sehingga masyarakat sangat lemah karena faktor ekonomi masyarakat

dilokasi ini. Sehingga beban dan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan

hidup menjadi tantangan terbesar.

Kendati masyarakat Tionghoa ini memiliki tingkat pendidikan yang tidak

begitu tinggi, hal ini tidak menyurutkan mereka untuk terus belajar dan

mengembangkan kebudayaan etnis mereka. Meski tidak berbekal ilmu

pengetahuan yang canggih, buktinya mereka masih mampu mempertahankan

ciri khas etnis mereka dengan cara mereka sendiri.

4.2 Eksistensi Etnis Tionghoa

4.2.1 Institusionalisasi

Institusionalisasi juga biasa disebut proses pembakuan berbagai norma

atau nilai yang melahirkan berbagai institusi, sehingga norma dan nilai itu

memiliki daya mengikat bagi masyarakat. Proses institusionalisasi terjadi

apabila pola perilaku tersebut semakin melembaga, semakin mengakar

Page 19: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

18

dalam kehidupan lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu dalam proses

institusionalisasi yang terpenting bukan kehadiran suatu organisasi atau

institute sebagai wadahnya, melainkan hadirnya suatu pola tingkah laku

yang semakin melembaga (institution).

Jadi dengan kata lain, dengan ter-institusionalisasinya suatu norma dan

aturan-aturan yang ada didalam masyarakat, maka akan semakin matang

pula norma dan aturan tersebut dalam mengatur prilaku dan pola

kehidupan masyarakat tersebut yang kadangkala berkaitan dengan adat,

kebiasaan bahkan kebudayaan mereka.

A. BUDAYA

Menurut Koentjaningrat (1985), Kebudayaan adalah keseluruhan ide-

ide, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat

yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Definisi lebih singkat

terdapat pada pendapat Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964),

menurut mereka kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta

masyarakat.

B. EKONOMI

Menurut etnis Tionghoa secara umum berdagang itu sama dengan

belajar dan merupakan proses yang berkelanjutan/ dinamis. Tidak ada istilah

berhenti dan diberhentikan dan hanya sang pebisnis itu sendiri yang dapat

membuat keputusan berkenaan dengan apa yang seharusnya dilakukan.

Dunia etnis Tionghoa adalah di bidang perdagangan. Mereka suka dan

Page 20: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

19

tertarik untuk berdagang dibandingkan dengan profesi lainnya. Karena

mereka menganggap dunia berdagang tidak akan pernah ada batasnya.

C. AGAMA

Banyak orang diluar sana menganggap bahwa orang-orang Tionghoa

adalah orang yang sulit mentolerir agama lain selain agamanya. Padahal

jelas berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa mereka adalah orang-

orang yang menjunjung tinggi nilai dan norma keagamaan. Perbedaan

bukan masalah bagi mereka. Justru adanya hari besar agama lain membuat

mereka senang, karena berkat itu mereka bisa tau dan mengenal acara-

acara besar agama lain. Masing-masing masyarakat mempunyai

kekuatantersendiri terhadap agama yang mereka percayai.

Sistem kepercayaan masyarakat China/ Tionghoa diwarisi oleh tradisi

kuat pada empat sumber, yaitu penyembahan alam dan roh-roh

halus/nenek moyang (spiritisme, animisme & pantheisme), dan agama-

agama Taoisme, Confucianisme, dan Buddhisme.

(http://peterrchandradinata.blogspot.co.id/2009/09/kebudayaan-etnis-

tionghoa-ditinjau-dari_18.html)

D. POLITIK DAN HUKUM

Kehidupan bermasyarakat, tidak akan bisa terlepas dari keterkaitan

antara politik dan hukum. Masyarakat akan berhubungan dengan politik,

hukum atau sejenisnya. Baik itu dalam kegiatan sehari-harinya atau

bahkan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.

Page 21: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

20

Berkaitan dengan adanya masyarakat Tionghoa yang duduk di kursi

legislatif, maka hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Syarbaini, dkk

(2002:48) yaitu, kekuasaan merupakan kemampuan seseorang

mempengaruhi orang lain sesuai dengan kehendaknya. Kekuasaan juga

sebagai bagian penolong dalam kehidupan masyarakat. Artinya adalah,

sadar atau tidak bahwa kekuasaan yang dipegang oleh anggota legislatif

yang berdarah Tionghoa, memang berpengaruh terhadap eksistensi budaya

Tionghoa di Kota Tanjungpinang ini. Sekali lagi, anggota dewan yang

berdarah Tionghoa dianggap sebagai terobosan baru bagi rezim

Pemerintahan di kala ini.

E. KELUARGA

Pada dasarnya, etnis Tionghoa memang lagi-lagi memiliki adat yang

melekat hampir di segala hal, begitu juga dari segi keluarga. Keluarga

Tionghoa memang mempunyai kebiasaan tersendiri dengan keluarganya.

Sama dengan beberapa kebiasaan lainnya, dalam hal keluarga orang-orang

Tionghoa memiliki tradisi sendiri dalam hal pernikahan, dan ritual wajib

bagi keluarga mereka tanpa mengganggu keluarga dan tetangga lainnya

disekitar.

Hal seperti inilah yang membuat unik kehidupan masyarakat di

Indonesia ini. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat Tionghoa tidak

lagi menggunakan semua ritual pernikahan yang diuraikan diatas, hanya

beberapa bagian yang mereka anggap penting saja, masih digunakan.

Page 22: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

21

Mereka mengaku bahwa jika ingin menggunakan rentetan ritual diatas,

terlalu banyak dan memakan biaya yang juga tak juga sedikit.

F. PENDIDIKAN

Dewasa ini, dunia pendidikan sangat memprihatinkan. Ada sebagian

masyarakat yang tak lagi memikirkan kepentingan pendidikan bagi anak-

anaknya, atau bahkan bagi dirinya sendiri. Di dalam Sosiologi, ada juga

membahasa mengenai sosiologi pendidikan yang bertujuan untuk

menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/ berpendidikan dalam

kegiatan sosial. Peranan/ aktivitas warga yang berpendidikan/ intelektual

sering menjadi ukuran tentang maju dan berkembangnya kehidupan suatu

masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan-segan untuk

berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial terutama dalam memajukan

kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak

dari taraf hidup sosial. (Gunawan, 2002:52).

Lain halnya dengan masyarakat Tionghoa di Plantar Mutiara 1 ini,

mayoritas mereka menganggap pendidikan tidak begitu penting bagi

kehidupan mereka. Hampir sebagian besar dari mereka tidak memiliki

pendidikan yang baik. Mereka hanya duduk sampai bangku sekolah dasar

dan sekolah menengah saja. Menurut penuturan beberapa informan,

minimnya pendidikan di lingkungan keluarga mereka ini diakibatkan dari

paradigm turun temurun dari nenek moyang mereka terdahulu yang

Page 23: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

22

seyogyanya memang belum banyak sekolah pada saat itu. Selain belum

banyaknya sekolah, pada kala itu pendidikan juga belum dilirik dan

disentuh dengan maksimal oleh pemerintah. Sehingga masyarakat pun

cenderung mengabaikannya.

4.2.2 Pluralisme

Secara teoritis pluralisme (budaya) merupakan sebuah konsep yang

menerangkan ideal (ideology) kesetaraan kekuasaan dalam satu masyarakat

multikultur dimana kekuasaan terbagi secara merata diantara kelompok-

kelompok etnik yang bervariasi sehingga mampu mendorong pengaruh timbal

balik diantara meraka, dan masyarakat multikultur dapat menikmati hak-hak

meraka yang sama dan seimbang, yang dapat memilik dan melindungi diri

mereka sendiri karena mereka menjalankan kebudayaan. (Suziki, 1984).

Keberagaman suku dan budaya yang terdapat di Plantar Mutiara 1 ini

tidak dianggap mereka sebagai sebuah keistimewaan bagi kehidupan. Artinya,

kemajemukan diantara manusia satu dengan manusia lainnya adalah keunikan

yang dimiliki oleh masing-masing manusia yang merupakan anugerah dari

Tuhan. Sedikitpun mereka tidak pernah merasa terganggu akan hal ini. Justru

hal inilah yang membuat mereka lebih menikmati kehidupan mereka bersama

masyarakat lainnya.

Page 24: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

23

Didalam pluralisme, terdapat juga proses adaptasi antara masyarakat

didalamnya. Adaptasi adalah merupakan suatu proses penyesuaian diri

manusia terhadap suatu keadaan tertentu. Didalam adaptasi itu sendiri

terdapat beberapa point penting didalamnya, yakni komunikasi dan toleransi.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa di daerah Plantar Mutiara 1

ini, tingkat toleransinya masih tergolong sangat tinggi. Hormat menghormati

antar masyarakat masih sangat terasa. Meski mereka terlahir dari suku yang

berbeda, mereka sangat menjunjung tinggi kebudayaan dan kepercayaan

masing-masing tanpa mengganggu satu sama lain. Jadi sudah bisa dipastikan

daerah ini, minim sekali konflik yang terjadi. Saling menjaga, saling

menghormati antar orang, memang membuat masyarakat didaerah ini terlihat

cukup akrab.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada pembahasan

sebelumnya maka dapat ditarik beberapa hal yang bisa disimpulkan diantaranya

sebagai berikut :

1. Berdasarkan kerangka teori yang digunakan mengenai institusionalisasi atau

lebih dikenal dengan lembaga sosial, eksistensi etnis Tionghoa di Plantar

Page 25: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

24

Mutiara 1 ini memang sebagian besar didukung oleh beberapa hal yang

memang menjadi unsur dalam institusionalisasi tersebut. Diantaranya budaya,

agama, politik dan hukum, pendidikan, kesehatan, serta keluarga.

2. Berdasarkan kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini ternyata

masyarakat Tionghoa memang memiliki tingkat kekerabatan yang sangat tinggi

antar sesama, hal ini mereka dapatkan dari turun temurun nenek moyang

mereka dan hingga saat ini masih memegang teguh kebudayaan itu. Sehingga

hal inilah yang membuat mereka mampu mempertahankan ciri khas keunikan

mereka sebagai etnis Tionghoa.

3. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa eksisnya etnis Tionghoa di

Plantar Mutiara 1 ini merupakan suatu hal menarik yang ada didalam

kehidupan masyarakat yang beragam. Disaat etnis lain sedang marak ikut

terkena imbas dari budaya lain, namun masyarakat Tionghoa justru tetap

memegang teguh adat dan budaya asli mereka. Ditambah lagi dengan

adanya keberagaman institusi sosial, semakin menguatkan keberadaan etnis

Tionghoa di kehidupan bermasyarakat saat ini.

5.2. Saran

Berdasarakan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai permasalahan

tentang eksistensi etnis Tionghoa di Plantar Mutiara 1 Jalan Tambak Kota

Tanjungpinang, maka dapat direkomendasikan beberapa saran sebagai berikut

:

Page 26: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

25

1. Masyarakat luas, agar senantiasa menjaga ketentraman dan rasa toleransi antar

etnis yang ada di lingkungan sekitar. Menerima segala perbedaan dan

menghormati kepercayaan masing-masing.

2. Masyarakat Tionghoa, agar selalu menjaga ciri khas, adat istiadat ke-

Tionghoa-an sebagai suatu bentuk keberagaman budaya yang ada di Indonesia.

Serta terus mengembangkan potensi diri agar menjadi orang yang berlevel

sama seperti orang non Tionghoa meski berasal dari kaum minoritas.

3. Bagi pemerintah hendaknya melestarikan dan

memberikan wadah yang lebih bagi masyarakat Tionghoa dengan segala

kebudayaan uniknya agar bisa menjadi sumber pengetahuan baru bagi

masyarakat mengenai kebudayaan asli Tionghoa yang merupakan bagian dari

kekayaan budaya suku di Negeri ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Betty R. Schraf, 2004. Sosiologi Agama, Jakarta : Kencana.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Prenada Media Group.

Damsar, 1997. Sosiologi Ekonomi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.

Page 27: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

26

Dobbin, Frank. 2007 “Economic Sociology.” Dalam Bryant, Clifton, D & Peck

Dennis L. 21st Century Sociology: A Reference Handbook. California:

Sage Publications, Inc.

Effendy Uchjana Onong, 2011. Ilmu Komunikasi, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Hunawan, Ary. 2002. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Hendrayady, Agus, dkk. 2011. Pedoman Teknik Penulisan Usulan Penelitian

dan Skripsi Serta Ujian Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Jones, Pip. 2010. Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Jhonson Paul Doyle, 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern, diterjemahkan

Robert M.Z. Lawang, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kahmad, Dadang. 2000. Sosiologi Agama. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Moleong, Lexy. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Murdiyatmoko, J,. & Handayani, C. (2004). Sosiologi 1. Jakarta: Grafindo

Media Pratama.

Rudyansjah, Tony. 2009. Kekuasaan, Sejarah dan Tindakan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Page 28: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

27

Soerjono, Soekanto. 1990. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta:

Rajawali Pers.

Soerjono Soekanto. 1993. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur

Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suryadinata, Leo. 2002. Negara dan Etnis Tionghoa. Jakarta: Pustaka LP3ES

Indonesia.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Syarbaini, Syahrial, dkk. 2002. Sosiologi dan Politik, Jakarta : Ghalia

Indonesia.

Tan, Melly G, 2008. Etnis Tionghoa Di Indonesia. Jakarta : Yayasan Pustaka

Obor Indonesia.

Jurnal dan Internet :

Anggria Pratama, Ryan. 2014. Budaya Politik Etnis Tionghoa Di Kota

Tanjungpinang. Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji

Nawas, Abu. 2015. Tipologi Pemilih Etnis Tionghoa Pada Pemilihan Legislatif

Kota Tanjungpinang Tahun 2014. Tanjungpinang : Universitas

Maritim Raja Ali Haji

https://sosiologibudaya.wordpress.com/2013/03/20/identitas/ Diunduh pada

Hari Selasa, Tanggal 12 Mei 2015 Pukul 10.35 WIB)

Page 29: EKSISTENSI ETNIS TIONGHOA (Studi Masyarakat Di …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal.pdf · Tionghoa atau lebih dikenal dengan Cina adalah salah satu ragam suku

28

https://wpcatur.wordpress.com/2012/11/20/pengertian-kebudayaan-unsur-

unsur-kebudayaan-dan-wujud-kebudayaan/(Diunduh pada Hari

Jum’at, Tanggal 15 Mei 2015 Pukul 16.00 WIB)

http://tanjungpinangpos.co.id/2015/112107/etnis-tionghoa-punya-sejarah-

manis/ (Diunduh Tanggal 31 Juni 2015 Pukul 09.45 WIB)

http://peterrchandradinata.blogspot.co.id/2009/09/kebudayaan-etnis-tionghoa-

ditinjau-dari_18.html (Diunduh Tanggal 16 November 2015 Pukul

01.48 WIB)

http://bappedatanjungpinang.info