Ekonomi Pertanian
-
Upload
ridwan-kurniawan-kapindo -
Category
Documents
-
view
34 -
download
1
description
Transcript of Ekonomi Pertanian
Bab 1
Pengertian dan Sejarah Perkembangan Pertanian
Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses
pertumbuhan sari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti sempit dinamakan
pertanian rakyat. Pertanian dalam arti luas meliputi pertanian dalam arti sempit,
kehutanan, peternakan, dan perikanan.
Awal kegiatan pertanian terjadi ketika manusia mulai mengambil peranan dalam
proses kegiatan tanaman dan hewan serta pengaturannya untuk memenuhi kebutuhan.
Tingkat kemajuan pertanian mulai dari pengumpul dan pemburu, pertanian primitive,
pertanian tradisional sampai dengan pertanian modern.
Pertanian dapat diberikan dalam arti terbatas dan arti luas. Dalam arti terbatas,
pertanian adalah pengelolaan tanaman dan lingkungannya agar memberikan suatu
produk. Dalam arti luas, pertanian ialah pengolahan tanaman, ternak, dan ikan agar
memberikan suatu produk. Ilmu pertanian adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
mengelola tanaman, ternak, ikan dan lingkungannya agar memberikan hasil semaksimal
mungkin. Pengertian ilmu pertanian di atas dapat dikatakan juga sebagai ilmu pertanian
dalam arti luas, sedangkan ilmu yang hanya mempelajari pengelolaan tanaman biasa
disebut ilmu pertanian dalam arti terbatas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya tanaman dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu :(1) faktor bahan tumbuhan atau bahan tanaman (2)
kelompok faktor esensial (3) kelompok faktor iklim (4) kelompok faktor gangguan.
Kelompok faktor bahan tanaman atau bahan tumbuhan meliputi faktor-faktor keturunan,
kemurnian dan daya tumbuh; sedangkan kelompok faktor esensial misalnya faktor
gangguan meliputi faktor hama, penyakit dan gulma.
Interaksi pengaruh dari semua faktor tersebut akan menentukan apakah bahan
tumbuhan akan dapat tumbuh dan berkembang sampai dewasa dan memberikan produk
banyak ataukah akan gagal dalam perjalanan tanpa memberikan apapun yang dapat
diambil hasilnya. Kelompok faktor bahan tumbuhan mempunyai korelasi positif terhadap
banyaknya produk. Kelompok faktor gangguan justru sebaliknya, mempunyai korelasi
negatif terhadap banyaknya produk.
Bahan makanan, kulit, serat, dan sebagainya
AirOksigen CO2 CO2 Oksigen
CO2AirUnsur hara
Energi
Bahan papan, makanan dan sandang
Bahan Makanan
Bab 2
Unsur-Unsur dan Ciri-Ciri Pertanian
Unsur-unsur yang ada dalam pertaniaan antara lain proses produksi, petani, usaha
tani, dan perusahaan usaha tani (farm business). Secara sederhana hubungan itu dapat
ditunjukkan seperti gambar 2.1.
Gambar 2.1
Hubungan Tumbuhan, ternak, manusia dan Faktor-faktor Lingkungan
A. Proses Produksi
Tumbuh-tumbuhan merupakan pabrik pertanian primer. Secara singkat dapat
dinyatakan bahwa pertumbuhan tanaman ditentukan oleh faktor genetik (Q) dan faktor
lingkungan.. Secara umum, faktor pertumbuhan tanaman dapat dinyatakan sebagai
berikut.
Q = f(X1,X2,X3,X4,X5,…..Xn)
Keterangan :
Q = pertumbuhan tanaman
X = faktor lingkungan
Matahari
Tumbuhan
UdaraTanah Air
Hewan/ternak Manusia
Ternak dan ikan merupakan pabrik pertanian yang kedua. Pabrik kedua mengubah
tumbuh-tumbuhan menjadi produk lain yang berguna bagi kehidupan manusia, misalnya
daging, susu, telur, kulit dan wool. Besarnya peranan manusia menentukan tingkat
kemajuan pertanian.
Sifat-sifat proses produksi biologi dalam pertanian mempunyai banyak implikasi
bagi pengembangan pertanian, antara lain sebagai berikut.
1. Pertanian memerlukan tempat yang tersebar luas
2. Jenis usaha tani dan potensi produksi pertanian berbeda antara satu tempat dengan
tempat lain
3. Kegiatan dan produksi pertanian bersifat musiman
4. Suatu perubahan dalam suatu tindakan memerlukan perubahan juga dalam hal lain
5. Pertanian modern selalu berubah
B. Petani
Dalam kegiatan usaha tani, petani merangkap dua peranan, yaitu sebagai
penggarap dan manajer.
1. Petani sebagai penggarap
Petani memelihara tanaman dan hewan agar mendapatkan hasil yang diperlukan.
2. Petani sebagai manajer
Keterampilan sebagai manajer menyangkut kegiatan otak yang didorong oleh
keinginan dalam pengambilan keputusan atau pemilihan alternatif tanaman atau ternak.
3. Petani sebagai manusia
Seorang petani bukan hanya sebagai penggarap dan manajertapi juga manusia
sebagai anggota kelompok manusia lainnya, yaitu keluarga dan masyarakat atau tetangga.
C. Ciri-Ciri Pertanian
Suatu tingkat yang optimum yaitu suatu tingkat tertentu yang memberikan
pengaruh maksikmal sehingga jumlah produk yang dihasilkan juga maksimal. Sesuatu
yang optimum akan memberikan sesuatu yang maksimal baik fisik maupun ekonomis.
Pertanian dengan mengunakan teknoligi tinggi menangani faktor-faktor dalam jumlah
yang banyak serta penangannya juga semakin intensif sehingga diharapkan hasilnya juga
maksimum. Usaha meningkatkan produksi pertanian di suatu ilayah dilakukan dengan
dua cara, yaitu meningkatkan hasil dan menigkatkan luas panen.
D. Sasaran Usaha Pertanian
Sasaran pertanian ada dua, yaitu sasaran sebelum panen atau prapanen dan
sasaran sesudah panen atau pascapanen. Sasaran prapanen adalah hasil pertanian yang
setinggi-tingginya. Sasaran tahap kedua yaitu sasaran ekonomi adalah pendapatan atau
keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Dengan tindakan yang makin intensif, sasaran
fisis maupun ekonomis mula-mula keduanya makin bertambah, sampai mencapai
puncaknya. Kemudian akan menurun apabila intensifikasi tingkat optimum ekonomis
tercapai lebih dulu daripada tingkat optimum fisis walaupun hasil panenmasih bertambah.
Dengan demikian pendapatan atau keuntungan juga akan mengalami penurunan.
Menaikkan. Menaikkan hasil tanpa pengorbanan dengan menaikkan tingkat intensifikasi
di atas optimum ekonomis dapat dilakukan denafan memperkecil nilai masukan,
misalnya dengan subsidi harga benih, pupuk pestisida, atau dengan menaikkan harga
produk.
E. Sifat-sifat Petani
1. Sebagai perorangan petani berbeda satu sama lain
2. Petani hidup di bawah kemampuan
3. Petani merupakan sekelompok konklusi
4. Pengaruh keluarga
5. Pengaruh masyarakat
6. Tradisi besar dan agama
F. Perusahaan Usaha Tani (Farm Business)
Setiap petni melakukan kegiatan perusahaan usaha tani. Kegiatan itu dapat
dugolongkan sebagai perusahaan karena tujuan setiap petani bersifat ekonomi, yaitu
menghasilkan produk-produk baik untuk dijual atau untuk keluarganya.
Pernyataan tersebut akan dibantah oleh banyak orang. Banyak orang yang
menyatakan bahwa bertani bukanlah suatu perusahaan, melainkan suatu cara hidup.
Mereka maksudkan hal itu terutama untuk pertanian primitive dan subsisten. Alas an
yang mereka ajukan bahwa perusahaan adlah kegiatan pembelian dan penjualan
sedangkan bertan adalah kegiatan penyebaran benih dan pemungutan hasil, yang
tergantung kepada proses alam yang memungkinkan panen.
Bab 3
Pertanian, Usaha Tani dan Pembangunan Usaha Tani
A. Pertanian dan Usaha Tani
Pertanian adalah suatu jenis kegitan produksi yang berlandsakan pada proses
pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Menurut HErnanto (1991), usaha tani
diartikan sebagai kesatuan organisasi antara kerja, modal dan pengelolaan yang
ditunjukkan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian. Soeharjo (1993)
menyatakan ada empat hal yang perlu diperhatikan untuk pembinaan usaha tani.
1. Organisasi usaha tani yang difokuskan pada pengelolaan unsur-unsur produksi dan
tujuan usahanya.
2. Pola pemilikan tanah usaha tani.
3. Kerja usaha tani yang difokuskan pada distribusi kerja dan pengangguran dlam usaha
tani.
4. Modal usaha tani yang difokuskan pada proporsi dan sumber modal petani.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap usaha tani itu dapat digolongkan dalam
dua hal sebagai berikut.
1. Faktor dari dalam (internal) usaha tani. Faktor-faktor internal itu antara lain, petani
pengelola, tanah tempat usaha tani, tenaga kerja yang digunakan, modal, tingkat
teknologi, kemampuan petani dalam mengalokasikan penerimaan keluarga dan
jumlah anggota keluarga.
2. Faktor dari luar (eksternal) usaha tani, antara lain, tersedianya sarana transportasi dan
komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usaha tani,
fasilitas kredit dan sarana penyuluhan bagi petani.
B. Pembangunan Usaha Tani
Mosher (1984:79) menyebutkan syarat-syarat pokok untuk memajukan pertanian
ke taraf yang lebih, yaitu :
1. Pasaran/pasar untuk hasil-hasil pertanian. Pasaran di sini termasuk pasaran dalam
negeri dan luar negeri. Suatu sistem tata niaga hasil-hasil pertanian yang baik dan
efisien sangat diperlukan dalam mendukung keberhasilan pasaran hasil-hasil
pertanian.
2. Teknologi yang senantiasa berubah. Agar upaya peningakatan produktivitas dan
efisiensi ke taraf yang lebih baik dapat dicapai, maka harus selalu ada perubahan pada
teknologi yang digunakan.
3. Tersedianya sarana produksi secara lokal. Pada umumnya, metode baru yang dapat
menigkatkan produksi pertanian memerlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat
produksi khusus oleh petani. Pembangunan usaha tani menghendaki semua itu
tersedia di dekat pedesaan dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi
keperluan setiap petani yang ingin menggunakannya.
4. Perangsang produksi bagi petani. Cara-cara kerja usaha tani yang lebih baik, pasar
yang mudah dicapai dan tersedianya sarana dan alat produksi, semuanya memberi
kesempatan kepada petani untuk menaikkan produksi. Insentif yang dapat mendorong
petani secara efektif ntuk menaikkan produksi usahataninya adalah perangsang yang
bersifat ekonomi, antara lain perbandingan harga yang menguntungkan, bagi hasil
yang wajar dan tersedianya baerang dan jasa yang ingin dibeli oleh petani untuk
keluarganya.
5. Pengangkutan atau transportasi. Diperlukan jaringan transportasi yang tersebar luas
untuk membawa sarana dan alat produksi kesetiap usaha tani dan membawa hasil
usaha tani ke konsumen atau sampai ke pasar ekspor. Pengangkutan harus diusahakan
semurah mungkin agar menjadi perangsang bagi petani.
Bab 4
Pengembangan Teknologi dalam Mendukung Diversifikasi Pertanian
Diversifikasi pertanian adalah upaya-upaya untuk mengembangkan atau
menganekaragamkan usaha tani (mengusahakan beberapa jenis usaha tani serta
mengembangkan produksi pokok menjadi beberapa produk baru). Diversifikasi dapat
dibedakan dalam tiga hal, yaitu diversifikasi horizontal, vertical dan regional.
Diversifikasi horizontal atau diversifikasi tingkat petani produsen diartikan sebagai
penganekaragaman produksi di dalam suatu sistem usaha tani dengan tujuan
memanfaatkan petani untuk memperoleh memperoleh pendapatan tertentu. Diversifikasi
vertical atau ditingkat perusahaan atau pengolahan produk pertanian diartikan cara
mendayagunakan hasil sehingga meningkatkan mutu dan nilai tambah produk pertanian.
Diversifikasi regional yaitu penganekaragaman yang berkaitan dengan kemampuan suatu
daerah dalam menghasilkan produk pertanian yang disesuaikan dengan keadaan iklim,
agronomi serta daya dukung masyarakat dan dan daerah setempat.
A. FaktorPendorong Diversifikasi Pertanian
Menurut Sumodiningrat faktor pendorong tersebut antara lain berikut.
1. Meningkatnya kemakmuran
2. Perkembangan produk dan konsumsi pangan
3. Swasembada beras dan insentif kepada petani
4. Produksi dan ketahanan pangan
B. Komponen Teknologi Pendukung Diversifikasi
Teknologi yang dikaitkan dengan diversifikasi harus diartikan dalam pengertian
yang luas, tidak terbatas pada sisi teknologi mekanis. Akan tetapi juga teknologi
pascapanen. Di Indonesia teknologi pascapanen tampaknya masih amat lemah ditangani.
Hadiegono dan Sawit (1990) memasukkan informasi ke dalam pengertian teknologi juga.
Mereka menyebutkan teknologi sebagai salah satu aspek dalam diversifikasi sektor
pertanian.
Pengembangan diversifikasi perlu didukung oleh adnya informasi yang akurat
tentang sifat-sifat lahan, aspirasi dan kemampuan petani, tersedianya prasarana
pendukung serta peranan ilayah yang bersangkutan dalam rencana produksi nasional.
Dukungan teknologi bagi pengembangan diversifikasi vertikal sangatlah vital.
Selain dukungan teknologi berupa metode atau cara pengaetan dan teknologi untuk
“membuat” komoditas baru/bentuk/produk baru (form utility), pengembangan alat baru
mesin pengolahan yang disesuaikan kemampuan dan kndisi serta skala usaha petani juga
tidak kalah pentingnya.
Teknologi yang diciptakan perlu dikaitkan dengan teknologi lain sehingga
diversifikasi horizontal dapat lebih efektif. Teknologi vertical yang perlu banyak diberi
perhatian adalah pascapanen, khususnya pengolahan untuk memperluas wilayah
pemasaran dan peningkatan permintaan.
Bab 5
Pembangunan Pertanian dan Usaha Tani
A. Pembangunan Pertanian
Dalam pembangunn pertanian, masalah penting tentang usaha tani dalam arti luas
dan pengaturannya agar dapat menggunakan metode berusaha tani secara baik, benar fan
efisien. Kebutuhan utama dalam berusaha tani adalah adanya bahan usaha tani yang jelas
dan registrasi hak atas tanah dan meningkatkan produktivitas pertanian meliputi investasi
dalam tanah.
B. Bidang-Bidang Pertanian
Pertanian dalam arti luas mencakup hal-hal berikut.
1. Pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit, yaitu usaha pertanian keluarga yang
memproduksi bahan makanan utama, seperti beras, palaija (jagung, kacang-kacangan
dan ubi-ubian) dan tanaman- tanaman hortikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-
buahan.. pada umumnya sebagian besar hasilnya digunakan untuk keperluan
konsumsi keluarga. Dalam pertanian rakyat hampir tidak ada usaha tani yang
memproduksi satu macam hasil. Faktor-faktor produksi atau modal yang digunakan
sebagian besar berasal dari dalam usaha tani. Di samping hasil-hasil tanaman, usaha
tani pertanian rakyat meliputi pula usaha-usaha mata pencarian tambahan, yaitu
peternakan, perikanan, dan kadang-kadang usaha pencarian hasil hutan.
2. Perkebunan. Pada umumnya, perkebunan terdapat di daerah-daerah beriklim panas di
dekat katulistiwa. Oleh karena menggunakan sistem manajemen seperti pada
perusahaan industri dengan memanfatkan hasil-hasil penelitian dari teknologi terbaru,
maka perkebunan sering pula disebut industru perkebunan atau industri pertanian.
3. Kehutanan. Ilmu kehutanan merupakan ilmu yang menerangkan bagaimana hubungan
antara tanah-tanah hutan dengan manusia dan alokasi sumber-sumber industrinya
serta bagaimana mengelolanya sehingga sumber-sumber tersebutdapat memberikan
kepuasan seperti yang diinginkan oleh manusia. Hutan di Indonesia dikategorikan
berdasarkan rencana peruntukan ke dalam hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
produksi dan hutan wisata.
4. Peternakan. Peternakan di Indonesia dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok
berikut.
a. Peternakan rakyat dengan car pemeliharaan tradisional
b. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang semikomersil
c. Peternak komersil
5. Perikanan, adalah segala usaha penagkapan budi daya ikan serta pengolahan sampai
pemasaran hasilnya. Usaha perikanan di Indonesia masih merupakan perikanan rakyat
dengan menggunakan perahu layer sederhana dan kecil.
6. Pertanian ekstraktif dan generatif. Secara teknis ekonomis, pertanian dapat dibedakan
menjsdi dua. Pertama, pertanian dengan proses pengambilan yang ekstraktif yaitu
mengambil hasil dari alam dan tanah tanpa usaha mengembalikan hasil tersebutuntuk
keperluan pengambilan pada kemudian hari. Hal itu meliputi perikanan sungai,
perikanan laut dan pengambilan hasil hutan. Yang kedua,yang bersifat generatif, yaitu
pertanian yang memerlukan usaha pembibitan atau pembenihan, pengolahan,
pemupukan, dan lain-lain, baik untuk tanaman maupun untuk hewan.
7. Pertanian di Jawa dan di luar Jawa. Jawa mempunyai sistem pertanian yang labor
intensive sedangkan luar Jawa kurang labor intensive. Petani Jawa menggunakan
sebagian besar tanah pertanianya untuk memproduksi tanaman bahan pangan
sedangkan petani laur Jawa menyisihkan sebagian besar tanahnya untuk tanaman
perdagangan.
C. Pengusahaan Tanaman Pertanian
1. Pengusahaan secara pekarangan. Pekarangan ditekankan sebagai lahan yang dapat
ditanami tanaman bergizi dan obat-obatan yang siap memberikan hasil tiap kali
dibutuhkan.
2. Pengusahaan secara komersial/perusahaan. Fungsi pekarangan untuk tujuan komersial
yaitu : diusahakan dengan satu macam tanaman, jauh dari rumah dengan areal luas,
hasilnya besar untuk kebutuhan perusahaan dan memerlukan modal besar.
3. Cara dan tujuan. Cara dan tujuandi dalam peningkatan produksi tanaman pertanian
ada tiga macam, yaitu : perlahanan areal (ekstensifikasi), peningkatan teknologi
(intensifikasi) dan penganekaragaman komoditi (diversifikasi). Selain itu ada cara
lain yaitu Panca Usaha Tani.
D. Input dan Output
Input adalah semua yang dilibatkan dalam proses produksi, seperti tanah yang
dipergunakan, tenaga kerja petani dan keluarganya, serta setiap pekerja yang diupah,
kegiatan mentalnya, perencanaan dan manajeman, benih tanaman dan makanan ternak,
pupuk, insektisida, serta alat pertanian. Output adalah hasil tanaman dan ternak yang
dihasilkan usaha tani. Input dan output menyangkut biaya (cost) dan penerimaan (return).
E. Aspek Sumber Daya
Aspek sumber daya yan dimaksud dalam klasifikasi sumber daya pertanian adalah
sebagai berikut.
1. Faktor produksi alam atau tanah. Tanah mempunyai nilai tersendiri yang dipengaruhi
oleh kesuburan tanah, fasilitas perairan, letak lahan terhadap jalan, saranan
perhubungan, dan encana pemerintah. Perlu diperhatikan pula masalah iklim.
2. Faktor produksi modal. Modal dibedakan menjadi dua, yaitu modal tetap (tidak akan
habis dalam satu kali produksi, misal : tanah), dan modal berjalan (dianggap habis
dalam satu kali produksi, misal : uang tunai). Di negara berkembang, yang sering
dijumpai adalah petani kecil yang tidak bermodal kuat sehingga memerlukan kredit
usaha tani. Jika tidak ada kredit usaha tani, biasanya mereka menjual harta bendanya
atau pinjam ari pihak lain. Pembentukan modal mempunyai tujuan menunjang
pembentukan modal lebih lanjut dan meningkatkan produksi dan pendapatan usaha
tani.
3. Faktor produksi tenaga kerja. Biasanya usaha pertanian skala kecil menggunakan
tenaga kerja dalam keluarga dan tidak memerlukan tenaga ahli. Usaha pertanian skala
besar lebih banyak menggunakam tenaga kerja dari luar keluarga. Tenaga kerja dapat
digolongkan dalam tiga macam, yaitu tenaga manusia, tenaga ternak dan tenaga
mekanik.
4. Manajemen. Faktor produksi manajemen menjadi penting jika dikaitkan dengan
efisiensi. Artinya, walupun faktor produksi tanah, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja,
dan modal dirasa cukup, tapi apa tidak dikelola dengan baik, maka produksi yang
tinggi tidak akan tercapai. Manajemen diperlukan untuk mengefisienkan penggunaan
modal. Keberhasilan pengelolaan tergantung kepada kemampuan pengelola dalam
memahami prinsip teknis dan ekonomis.
5. Hukum kenaikan hasil yang berkurang. Hukum kenaikan hasil yang berkurang
berlaku pada usaha intensifikasi dimana dikatakan bahwa semakin banyak
penambahan faktor produksi per unit, maka kenaikan hasil yang diinginkan akan
semakin berkurang.
F. Penataan Pertanaman
Berdasarkan cara orang mengatur pertanamannya ada dua kelompok Multiple
cropping, yaitu panataan berganda secara tunggal (monokultur) dan penataan berganda
secara ampuran (catch cropping).
1. Penataan berganda secara tunggal (monokultur)
Dilaksanakan di atas tanah tertentu dan dalam waktu tertentu (sepanjang umur
tanaman) hanya ditanami satu jenis tanaman. Ada beberapa penataan pertanaman secara
tunggal dalam variasi tanamannya yaitu bergiliran secara berurutan, bergiliran secara
urutan dan glebagan, dan bergiliran secara berjajar atau paralel (tidak menganut sistem
glebagan).
2. Penataan pertanaman berganda secara campuran (catch cropping)
Menanam beberapa jenis atau varietas secara bercampur dan bersama-sama di
atas suatu bidang tanah. Variasi pertanaman secara campuran itu antaa lain dengan cara
penanaman campuran secara acak-acakan, penataan pertanaman secara tumpang sari, dan
penataan pertanaman sela.
G. Pengairan dan Konservasi Tanah
1. Pengairan. Irigasi di bidang pertanian mempunyai tugas pokok sebagai berikut.
1) Pengembangan sumber air dari sumber ke daerah pertanian
2) Pengaliran dan penyaluran air dari sumber ke daerah pertanian
3) Pembagian dan penyaluran air pada areal tanah-tanah pertanian
4) Penyaluran kelebihan air irigasi secara teratur
Jumlah kebutuhan akan air untuk irigasi pada umumnya dipengaruhi faktor berikut.
1) Jenis dan sifat tanah
2) Macam dan jenis tanaman
3) Keadaan iklim
4) Faktor topografi
5) Luas komplek arel persawahan
2. Drainase. Drainase adalah pembuangan kelebihan air dari permukaan atau dari dalam
pori-pori tanah. Keuntungan drainase secara umum meliputi :
1) membuat kondisi air tanah lebih cocok untuk pengolahan tanah yang baik
2) membuat aerasi baik, karena kelebihan air pada pori-pori tanah dibuang
3) kenaikan suhu tanah dan aktivitas bakteri-bakteri dalam komposisi tanah
4) menaikkan produktivitas tanah-tanah yang tergenag.
3. Konservasi. Konservasi tanah adalah semua usaha untuk mengembalikan,
mempertahankan dan menambah atau meningakatkan kesuburan tanah. Sehingga
diperlukan usaha pengawetan tanah. Dalam proses pengawetan tanah pertama-tama
digunakan cara vegetatif.
4. Air dan irigasi bagi tanaman. Air bagi tanaman berfungsi sebagai pembentuk tumbuh,
sebagai pelarut unsur hara, senyawa yang diperlukan dalam fotosintesis, dan penetral
suhu pada tubuh tanaman. Beberapa sifat air yang ideal untuk irigasi adalah sebagai
berikut.
1) Subur atau mengandung banyak macam unsur hara esensial dalam jumlah cukup
dan seimbang.
2) Tidak mengandung zat racun bagi tanaman.
3) Mempunyai derajat kemasaman yang baik.
4) tidak mengandung bahan padas.
Bab 6
Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian
Kecenderungan meningkatnya perkembangan alat dan mesin pertanian (Alsintan)
di Indonesia sejalan dengan perubahan ekonomi dari pola agraris kearah non-agraris.
Penggunaannya diharapkan dapat mengisi kekosongan tenaga kerja yang terserap oleh
industri urban maupun usaha jasa lainnya. Moens dan Wanders (1981) memperhitungkun
bahwa produksi pertanian biji-bijian di Indonesia akan meningkat jika sumber daya
(dalam usahatani) ditingkatkan. Peningkatan sumber daya itu termasuk penambahan
penggunaan alat dan mesin pertanian. Di sisi lain, keharusan pengunaan alat dan mesin
pertanian tersebut juga berkaitan erat dengan era globalisasi, dimana migrasi tenaga kerja
dengan bebasnya mengalir ke sektor industri lain yang umumnya lebih kompetitif
daripada sektor pertanian. Oleh karena itu, antisipasi perlu dilakukan agar produktifitas di
sektor pertanian dapat ditingkatkan, diantaranya dengan pengembangan penggunaan alat
dan mesin pertanian dalam usaha tani tersebut.
A. Keragaan dan Kendala Pengembangan Alsintan
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam keragaan dan kendala
pengembangan alat dan mesin pertanian :
1. Aspek kebutuhan petani dalam usahatani
Pengembangan alat dan mesin pertanian yang dimaksud disini, dalam konteks
peningkatan efesiensi usahatani. Peranan alat dan mesin pertanian dalam peningkatan
efisiensi usahatani diwujudkan dengan kemampuannya, yaitu dalam hal 1).
Meningkatkan produktifitas 2). Mengurangi masukan untuk mendapatkan tingkat
hasil yang sama, dan 3). Meningkatkan mutu dan nilai tambah hasil.
2. Aspek bengkel/industri alat dan mesin pertanian
Meningkatnya permintaan akan jenis-jenis alsintan seperti traktor tangan sederhana,
perontok, pemipil, perangkat irigasi, dan lain-lain tentunya akan mendorong industri
besar untuk memproduksi alat-alat tersebut secara lebih besar.
3. Aspek Wujud Alsintan
Suatu prototype standar yang dibuat oleh suatu perusahaan/industribelum tentu
berdaya guna dan berhasil guna bagi petani dan usaha tani di suatu daerah tertentu
sehingga perlu beberapa modifikasi yang sesuai dengan agroekosistem setempat dan
lebih “familier” bagi petani
4. Aspek Pengawasan dan Pengendalian Mutu Standar
Hal ini telah digariskan dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1992, Pasal 43 ayat 1
yang berbunyi ”Jenis dan standar alat dan mesin budi daya tanaman, produksi, dan
peredarannya diawasi oleh pemerintah.
B. Kebijaksanaan Pengembangan Alsintan
Prastawa dkk (1991) menyatakan bahwa arah kebijaksanaan pengembangan alat
dan mesin pertanian (Alsintan) hendaknya mempertimbangkan
1. Jenis alat dan mesin yang akan dikembangkan
2. Partisipasi petani atau pemakai
3. Dukungan suku cadang
4. Standar dan mutu alat mesin.
C. Peluang Pengembangan Alsintan
Pengembangan alsintan hendaknya diarahkan agar alsintan yang dikembangkan
dapat mendukung upaya peningkatan efisiensi dan produkivitas, nilai tambah hasil
pertanian, serta pengendalian limbah dan pemanfaatannya.
1. Upaya peningkatan Efisiensi dan produktifitas
Orientasi pertanian subsistem ke komersial menuntut ditingkatkannya produktifitas
dan efiensi usahatani.
2. Upaya peningkatan nilai tambah hasil pertanian
Pemanfaatan alat dan mesin pertanian dalam pengolahan hasilnya saat ini dan pada
masa yang akan dating akan lebih menonjol. Munculnya pasar modal menuntut
penyediaan produk yang bermutu dengan kemasan yang lebih baik.
3. Upaya pengendalian Limbah dan pemanfaatannya
Secara langsung, lingkungan yang lestari akan memelihara kelangsungan/kelestarian
usahatani di dalamnya.
D. Orientasi penelitian pengembangan Alsistan
1. Aspek kebutuhan nyata petani dan industry
Penelitian dan pengembangan alsintan sebaiknya ditekankan kepada aspek kebutuhan
nyata bagi petani dan yang tidak kalah pentingnya alsintan dapat menarik minat
swasta/industry untuk memproduksinya. Alat-alat yang terlalu sederhana dan
berkapasitas kecil cenderung kurang menarik bagi para petani maupun swasta.
2. Aspek kemultigunaan Alsisntan
Ada kecenderungan bahwa rencana alsintan pada masa mendatang mengarah pada
hakikat multiguna, termasuk penyesuaian diri terhadap keadaan dan kondisi pertanian
dan usahatani setempat.
E. Taraf muatan teknologi
Orientasi pembangunan pertanian pada bidang agrobisnis dapat diartikan sebagai
orientasi efisiensi. Hal itu memerlukan masukan yang padat teknologi. Pengendalian
mutu produk memerlukan keterampilan dengan presisi dan akurasi yang tinggi. Oleh
karena itu, bila perlu sudah mulai dimanfaatkan teknis automatisasi, teknologi
elektronika, dan kemajuan teknologi. Informasi lainnya, peralatan pertanian yang
bertenaga mesin dapat lebih dikembangkan, terutama dalam rangka mencapai efisiensi
usaha yang makin tinggi sekaligus mengurangi kejerihan kerja para petani.
Bab 7
Kegiatan Pasca Panen
A. Saat dan Cara panen
Periode pascapanen dimulai dari saat panen, yaitu pengambilan tanaman yang
dianggap sebagai produk sampai produk tersebut habis dikonsumsi atau dijual.
Pengelolaan factor-faktor yang mempengaruhi keadaan dan penjualan produk itu akan
menentukan kepuasaan yang dapat dicapai dari produk pertanian tersebut.
Saat panen yang tepat dapat mempengaruhi kualitas produk. Sekelompok tanaman
kualitas produknya cenderung lebih baik jika lebih awal misalnya sayur-sayuran dan
beberapa buah segar. Sedangkan pada kelompok lain justru sebaliknya, seperti tanaman
yang produknya berupa biji tua atau kering. Kelompok tanaman seperti tebu dan biet gula
yang ditanam untuk gula kristal, panen lebih awal atau lebih lambat daripada semsestinya
akan menurunkan hasil.
Produk pertanian yang cepat rusak atau merosot kualitasnya setelah dipanen, luas
panennya perlu disesuaikan dengan kuantitas yang dapat dijual, dikonsumsi atau diproses
lebih lanjut sehingga panennya dapat dilakukan secara bertahap. Akan tetapi, untuk
tanaman yang produknya tidak cepat rusak maka panennya dilakukan serentak pada saat
masa panen. Untuk tanaman yang panennya memerlukan saat yang tepat, sedangkan
kualitas produknya cepat merosot sesudah dipanen, misalnya tebu, maka, luas areal
tanam, waktu tanam, dan perbandingan luas jenis klon-klon yang ditanam sudah harus
direncanakan dengan baik dari awal untuk disesuaikan dengan kemampuan pengolahan
produknya setelah panen.
Pengangkutan produk pertanian tertentu dari lapangan ke tempat pembersihan
atau pengeringan perlu perhatian besar agar tidak atau tidak banyak kehilangan selama
perjalanan.
B. Pengolahan dan Penyimpanan
Produk pertanian yang cepat rusak setelah dipanen dan walaupun terlambat juga
merugikan, maka sesudah panen perlu segera dilanjutkan dengan pengolahan.
Pengolahan produk pertanian dapat dilakukan dengan cara sederhana maupun cara yang
memerlukan pengetahuan tinggi, dapat dilakukan di pedesaan oleh petani dengan
peralatan sederhana atau dilakukan di kota dengan peralatan moderen. Proses pengolahan
itu dapat dapat merupakan proses fisika seperti pengeringan, penggaraman, pengasapan,
tetapi dapat juga merupakan proses kimia.
Setelah mengalami pengolahan, produk olahan tersebut mempunyai nilai tambah
apabila dipasarkan. Akan tetapi, produk olahan tersebut tidak selalau langsung dipasarkan
apabila harga pasar dirasa masih belum cukup tinggi sehingga waktu penyimpanan perlu
diperpanjang. Produk olahan dari pabrik umumnya dapat disimpan jauh lebih lama tanpa
menurunkan kualitasnya. Produk olahan dari pabrik umumnya dapat disimpan jauh lebih
lama tanpa menurunkan kualitasnya. Produk olahan yang bukan dair pabrik lebih
memerlukan banyak perhatian terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dalam
penyimpanannya.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penyimpanan produk pertanian ynag sudah
mengalami pengolahan, apalagi yang hanya mengalami pembersihan dan pengeringan
ialah suhu, kelembapan, dan sirkulasi udara ruang simpan, serta kebersihan dan
keamanan ruang simpan dalam hubungannya dengan kemungkinan terjadinya serangan
hama dan penyakit pascapanen.
Tujuan akhir dari usaha pertanian ialah memasarkan produknya dengan
mendapatkan laba atau pendapatan yang sebanyak-banyaknya setiap satuan luas lahan.
Seperti yang telah disebutkan bahwa usaha pertanian ada dua tahap yaitu, tahap
berproduksi atau tahap prapanen dan tahap pemasaran. Walaupun adakalanya didahului
dengan pengolahan dan penyimpanan atau tahap pascapanen. Untuk mencapai tujuan
akhir yang memuaskan diperlukan perhitungan terhadap segala tindakan yang akan
dilakukan pada periode prapanen maupun pascapanen.
Bab 8
Kelembagaan Dalam Pertanian
A. Lembaga dan Peranannya
Setiap masyarakat hidup dalam bentuk dan diskusi oleh lembaga-lembaga
tertentu. Lembaga (institution) di sini adalah organisasi atau kaidah-kaidah baik, formal
maupun informal yang mengtur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu, baik
dalam kegiatan-kegiatan rutinsehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan
tertentu. Lembaga-lembaga dalam masyarakat desa ada yang bersifat asli berasal dari
adat kebiasaan yang turun menurun tetapi ada pula yang di ciptakan dari dalam maupun
luar masyarakat desa. Lembaga-lembaga adat yang penting dalam pertanian misalnya
pemilikan tanah, jual-beli dan sewa menyewa tanah, bagi hasil, gotong royong, korerasi,
arisan, dan lain-lain.
Lembaga-lembaga yang ada dalam sector pertanian dan pedesaan sudah
mengikuti berbagai perubahan zaman. Banyak lembaga yang sudah lenyap, tetapi juga
banyak yang bermuculan lembaga baru dengan iklim pembangunan pertanian dan
pedesaan.
B. Aspek Kelembagaan
Aspek kelembagaan ini dapat berupa kelembagaan pemerintah (formal) maupun
nonpemerintah (informal) tergantung kepada segi kepentingannya. Bukan hanya dilihat
dari aspek ekonomi pertanianya saja tetapi juga aspek ekonomi pedesaan nya. Mosher
(1974) mengidentifikasikan bahwa aspek kelembagaan merupakan syarat pokok yang di
perlukan agar struktur pembangunan pedesaan dapat dikatakan maju. Ada tiga diantara
lima syarat pokok yang harus dan dikategorikan sebagai aspek kelembagaan dalam
struktur pedesaan maju. Tiga syarat pokok tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pasar
Hal itu penting bagi petani untuk dapat membeli kebutuhan factor produksi seperti
bibit, pupuk obat-obatan, dan sebagainya.
2. Pelayanan Penyuluhan
Kelembagan tersebut penting bagi petani untuk menerapkan teknologi baru yang
ingin dicoba.
3. Perkreditan
Lembaga tersebut harus dapat terjangkau oleh petani, bukan saja tersedia pada waktu
petani memerlikannya saja, tetapi juga murah
C. Penerangan dan Penyuluhan
Penerangan dan penyuluhan Pertanian merupakan sub-sistem Bimbingan masal
(Bimas) yang ditimbulkankembangkan dengan melaksanakan kampanye penyebar
luaskan informasi dan kegiatan belajar untuk meningkatkan motivasi dalam
mengoptimasikan pencapaian produksi melalui intensifikasi. Penyelenggaraan
penerangan Bimas dilaksanakan secara fungsional oleh Departement Penerangan dalam
koordinasi Badan Pengendali Bimas dengan mekanisme sebagai berikut.
1. Di tingkat pasar, kebijaksanaan penerangan dituangkan dalam Keputusan Mentri
Pertanian, pengendalian koordinasinya dilakukan oleh Sekretaris Badan Pengendalian
Bimas.
2. Di tingkat provinsi/kabupaten/kotamadya, pembina/pelaksanaan operasional
penerangan Bimas ditetapkan oleh gubernur KDH Tk 1/Bupati/walikotamadya KDH
II selaku Ketua satuan Pembina/pelaksana Bimas.
3. Di tingkat kecamatan/desa, penerangan Bimas dilaksanakan dengan menetapkan
fungsi pusat Penerangan Masyarakat (Puspenmas).
Tata kegiatan penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan penyuluhan pertanian diselenggarakan dalan rangka pelaksanaan
program penyuluhan pertanian yang disusun dalam kelompok penyuluh pertanian
untuk memadukan aspirasi petani nelayan dan masyarakat pertanian dengan potensi
wilayah.
2. Kegiatan penyuluhan pertanian berpangkal pada program penyuluhan pertanian
dan rencana kerja penyuluhan pertanian yang di laksanakan dengan sistem kerja yang
sesuai dengan kondisi social ekonomi petani/ nelayan setempat.
3. Untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi, penyuluhan pertanian
dilaksanakan berdasarkan sepesifik kokalita dengan memerhatikan kondisi dan
perkembangan wilayah serta kebutuhan nyata para petani
Peran dan fungsi penyuluh pertanian dalam gerakan intensifikasi menurut sistem
Bimas meliputi beberapa hal berikut.
1. Meningkatkan partisipasi petani dalam setiap tahapan kegiatan intensifikasi
(perencanaan, persiapan pelaksanaan, dan monitoring pemecahan masalah).
2. Menumbuhkan dinamika dan kepemimpinan anggota kelompok melalui kegiatan
musyawarah, diskusi, dan penyusunan RDK, dan RDKK.
3. Menyampaikan anjuran teknologi tepat guna kepada petani dan membina
penerapannya dalam rangka peningkatan mutu intensifikasi.
4. Membina dan mendorong berkembangnya organisasi dan kemampuan petani
dalam pengalaman lima jurus kemampuan kelompok tani.
5. Mendorong terwujudnya hubungan yang melembaga antara kelompok tani dangan
KUD serta hubungan kemitraan usaha antara kelompok tani, KUD, dan perusahaan
mitra.
6. Membina pelaksanaan perakitan/rancang bangun usaha tani sesuai dangan kondisi
setempat.
7. Menyiapkan bahan penyusunan program penyuluhan pertanian (provinsi,
kabupatem/kotamdya, dan BPP)dan menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian.
Upaya pembinaan kelompok tani diselaraskan dangan tingkat kemampuan
kelompok tani yang diukur dangan lima jurus kemampuan berikut.
1. Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usaha
tani (termasuk pasca panen dan analisis usaha tani) para anggota nya dengan
penerapan rekomendasi yang tepat dan memanfaatkan SDM secara optimal.
2. Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain.
3. Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antara kelompok tani
dangan KUD.
4. Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan dendapatan secara rasional.
5. Kemampuan menerapkan teknologi dan pemanfaatan informasi, serta kerja sama
yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas usaha tani nelayan para anggota
kelompok.
D. Penyuluhan Pertanian Spesifik Lokalita
Penyuluhan pertanian bertujuan untuk mengubah perilaku para petani menjadi
lebih professional dalam berusaha tani sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan keluarga dalam masyarakatnya. Sesuai dengan wilayah pembangunan
pertanian, penyelenggaraan penyuluhan pertanian dilaksanakan dalam tiga sistem sebagai
berikut.
a. Penyuluhan sistem I, yaitu penyuluhan pertanian bagi para petani pada wilayah
pengembangan I
b. Penyuluhan sistem II,yaitu penyuluhan pertanian bagi para petani pada wilayah
pengembangan II.
c. Penyuluhan sistem III, yaitu penyuluhan pertanian bagi para petani pada wilayah III
Bab 9
Tata Niaga Pertanian
(Pemasaran Pertanian)
A. Arti dan Fungsi Tata Niaga Pertanian
Segala usaha yang menimbulkan perpindahan hak milik atas barang-barang serta
pemeliharaan penyebarannya disebut pemasaran. Untuk melancarkan arus barang dari
produsen ke konsumen di perlukan tindakan dan perlakuan terhadap barang yang dalam
proses pemasaran di sebut fungsi pemasaran. Fungsi pemasaran dapat di kelompokkan
menjadi pertukaran, fisik, dan fasilitas.
1. Fungsi-fungsi pertukaran
Semua tindakan untuk memperlancar perpindahan hak milik atas barang dan jasa di
sebut fungsi pertukaran. Fungsi pertukaran terdiri atas (1) fungsi penjualan dan (2)
fumgsi pembelian
2. Fungsi-fungsi fisik
Semua tindakan atau perlakuan terhadap barang sehingga memperoleh kegunaan
tempat dan waktu disebut fungsi fisik. Fungsi fisik terdiri atas beberapa hal berikut.
1) Fungsi penyimpanan yang diperlukan untuk menyimpan barang selama
waktu tertentu, sejak barang dihasilkan sampai dijaul. Kadang-kadang perlu ada
pengolahan lebih lanjut terhadap barang tersebut.
2) Fungsi pengangkutan adalah perencanaan, seleksi, dan penyerahan semua
alat pengangkutan dalam proses pengangkutan selama pemasaran.
3. Fungsi-fungsi fasilitas
Semua tindakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan fungsi-fungsi pertukaran
dan fisik disebut fasilitas yang terdiri atas beberapa fungsi berikut
1) Fungsi standardisasi dan grading adalah suatu ukuran atau penentuan mutu
barang yang terdiri atas sejunlah perincian mengenai ukuran, warna, rupa, isi
kimia, kekuatan bentuk, berat, isi bahan, kandungan air, kematangan rasa, atau
kombinasi dari ukuran-ukuran tersebut.
2) Fungsi penanggungan risiko adalah segala akibat/risiko yang ditimbulkan
oleh adanya perubahan harga barang, kehilangan, kebakaran, dan lain-lain.
3) Fungsi pembiayaan adalah penggunaan modal selama barang dalam proses
pemasaran untuk membantu pelaksanaan fungsi pertukaran dan fungsi fisik.
4) Fungsi tersebut meliputi pengumpulan dan penilaian fakta dan gejala
sekitar lalulintas barang dalam masyarakat mengenai harga, jumlah, kualitas
supply stok, dan permintaan konsumen yang berasal dari tiap tingkat pasar pada
waktu dan tempat tertentu.
B Saluran dan Lembaga Tata Niaga
Saluran pemasaran dapat berbentuk sederhana dan dapat pula rumit sekali. Hal
demikian tergantung kepada mecam komoditi lembaga pemasaran dan sistem pasar yang
monopoli mempunyai saluran yang relative sederhana jika disbanding sistem pasaryang
lain. Berbagai badan atau lembaga yang menyelenggarakan penyaluran barang dari
produsen ke konsumen merupakan saluran pemasaran. Setiap hasil pertanian mempunyai
saluran pemasaran yang berlainan antara satu dengan yang lainnya. Saluran pemasaran
suatu barang dapat berubah dan berbeda, tergantung kepada keadaan daerah, waktu, dan
kemajuan teknologi.
C. Biaya, Keuntungan, Efisiensi, danPeranan Tata Niaga (Pemasaran)
1. Biaya Tata Niaga (Pemasaran)
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Biaya
pemasaran meliputi biaya angkut, biaya pengeringan, pungutan retrubusi, dan lain-
lain. Basarnya biaya pemasaran berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan
itu disebabkan oleh hal-hal berikut.
1) Macam komoditi
2) Lokasi pemasaran
3) Macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan.
Komodoti yang nilainya tinggi sering kali diikuti dengan biaya pemasaran yang tinggi
pula.
2. Keuntungan Tata Niaga (Pemasaran)
Selisih harga yang dibayarkan ke produsen dan harga yang diberikan oleh konsumen
disebut keuntungan konsumen atau marketing margin. Jarak yang mengantarkan
produksi pertanian dari produsen ke konsumen menyebabkan terjadinya perbedaan
besarnya keuntungan pemasaran.
3. Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran adalah nisbah antara total biaya dengan total nilai produk yang
dipasarkan. Hal tersebut berarti setiap ada penambahan biaya pemasaran member arti
bahwa keadaan tersebut menyebabkan adanya pemasaran yang tidak efisien.beberapa
factor yang dapat dipakai sebagai ukuran efisiensi pemasaran.
1) Keuntungan pemasaran
2) Harga yang diterima konsumen
3) Tersedianya fasilitas fisik pemasaran
4) Kompetisi pasar
5) Peranan lembaga pemasaran
Peranan lembaga pemasaran harus diarahkan kepada kelancaran proses mengalirnya
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam waktu, tempat, jumlah,
mutu, dan harga tertentu.
D. Prospek Pasar
prospek pasar dpat dideteksidengan mengetahui keadaan pasar. pasar dibagi
menjadi lima macam berdasarkan knsumennya yaitu pasar konsumen (dari petani ke ibu
rumah tangga), pasar industri, pasar penjualan kembali (misalnya pasar swalayan dan
pasar induk), pasar pemerintah (yang dikendalikan pemerintah), dan pasar internasional
(ekspor).
Setelah jenis-jenis pasar diketahui, selanjutnya dapat dilakukan analisisnya.
Analisis itu meliputi analisis konsumen, analisis pesaing, strategi pemasaran, dan
peramalan permintaan.
Bab 10
Strategi Dan Kebijakan Pembangunan Agrobisnis
A. Tantangan, Peluang, dan Prospek Pembangunan Agrobisnis
Berbagai permasalahan yang masih ada di sektor pertanian masih belum dapat
diatasi antara lain: sosok usaha tani yang lemah, prasarana fisik dan non fisik yang masih
belum memadai, serta terbatasnya jangkauan pasar, pendanaan dari perbankan yang
masih kurang.
Namun ada beberapa hal yang memberikan andil dalam memberikan kesenjangan
antar wilayah maupun di antara masyarakat pedesaan adalah kegagalan pasar dan
kebijaksanaan yang bersifat cenderung uniform.
Strategi pembangunan yang berwawasan agrobisnis merupakan upaya sistemis
yang ampuh dalam mencapai beberapa tujuan ganda sebagai berikut:
1. Menarik dan mendorong sektor pertanian
2. Menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien, dan fleksibel.
3. Menciptakan nilai tambah
4. Meningkatkan penerimaan devisa
5. Menciptakan lapangan kerja
6. Memperbaiki pembagian pendapatan
Beberapa faktor strategis yang terkait dengan keandalan agrobisnis/agroindustri
yang dikembangkan adalah sebagai berikut.
1. Lingkungan Strategis
2. Permintaan
3. Sumber daya
4. Ilmu dan Teknologi
B. Wawasan dan Sistem Agrobisnis
Agrobisnis adalah pertanian yang organisasi dan manajemennya secara rasional
dirancang untuk mendapatkan nilai tambah komersial yang maksimal dengan
menghasilkan barang dan/atau jasa yang diminta pasar
sistem agrobisnis adalah perangkat masyarakat yang mewadahi proses
transformasi pembentukan nilai tambah dari rangkaian kegiatanyang terkait di hulu dan
hilir dari usaha tani. Sistem agrobisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari
subsistem berikut.
1. Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi, dan
pengembangan sumber daya pertanian.
2. Subsistem budi daya atau usaha tani.
3. Subsistem pengolahan hasil pertanian atau agroindustri.
4. Subsistem pemasaran hasil pertanian.
5. Subsistem prasarana.
6. Subsistempembinaan.
C. Agroindustri Sebagai Suatu Sektor Terdepan
Agroindustri diartikan sebagai semua kegiatan industri yang terkait erat dengan keggiatan
pertanian yang mencakup:
1. Industri pengolahan hasil pertanian dalam bentuk setengah jadi dan produk akhir
2. Industri penangan hasil pertanian segara
3. Industri pengadaan sarana produksi pertanian
4. Industri pengadaan alat-alat pertanian dan agroindustri lainnya.
Agroindustri dapat dikatakan sektor yang terdepan karena:
1. Agroindustri memiliki keterkaitan yang besar, baik ke hulu maupun hilir.
Keterkaitaan itu aakan memberikan konsekuensi yang menciptakan pengaruh
multiplier yang besar terhadap keggiatan tersebut.
2. Produk-produk agroindustri umumnya memiliki elastisitas permintaan akan
pendapatan yang relatif tinggi yang akan memberikan prospek baik bagi produk
tersebut.
3. Kegiatan aggroindustri umumnya bersifat resource base sehingga dengan
kekayaan alam Indonesia, akan semakin besar keunggulan komperatif dan
kompetitifnya.
4. Kegiatan agroindustri umumnya meggunakan input yang renewable sehingga
keberlangsungan kegiatan ini lebih terjamin.
5. Agroindustri merupakan sektor yang akan memberikan sumbangan besar bagi
ekspor nonmigas.
6. Agroindustri memiliki basis di pedesaan yang memiliki kecenderungan
perpindahan tenaga kerja yang berlebihan dari desa ke kota.
1. Beberpa Agroindustri yang Potensial di Pedesaan
Agroindustri sebagai faktor penarik pembangunan sekktor ppertanian berperan dalam
menciptakan pasar bbagi hasil-hasil pertanian lewat berbagai produk olahannya
Apabila agroindusitri di pedesaan telah diidentifikasi maka ada du hal yang harus
diperhatikan yaitu bagaimana mendorong tingkat harga produk olahannnya dan
bagaiman merangsang terciptanya sejumlah produk olahan baru.
Maka bidang usaha agroindustri yang masih perlu dikembangkan maupun didorong
pertumbuhannya terutama industri pengolahan hasil pertanian yang potensial di
pedesaan antara lain:
Pertanian pangan dan holtikultura: padi, ubi kayu, kedelai, jagung
Perkebunan: kelapa, cengkeh, kapuk
Peternakan: daging, susu, kulit hewan, tulang
Perikanan: ikann, udang, kepiting, bekicot, rumput laut
Kehutanan: rotan
2. Industrialisasi Desa
Jenis industri yang dapat dikembangkan di pedesaan harus berkemampuan tinggi
untuk mendorong perekembangan industri-industri lain, baik secara vertikal maupun
horizontal. Suatu industri dapat mendorong perkembangan industri lainnya melalui
dua kaitan yaitu kaitan input-ouput dan kaitan kkonsumsi pendapatan rumah tangga.
Agroindustri yang berkesinambungan untuk mendorong industrialisasi di pedesaan
tidak sekedar industri yang berlokasi di pedesaan. Beberapa syarat yang harus
dimiliki agar agroindustri bertindak sebagai penggerak industrialisasi pedesaan:
1. Mempunyai kaitan input ouput yang tinngi dengan industri-industri lainnya.
2. Nilai tambah yang dihasilkan diterima oleh penduduk desa.
3. Padat tenaga kerja
4. Produk industri yang dikembangkan tersebut dikonsumsi oleh pendududk desa
dengan elastisitas permintaan yang tinggi.
D. Kendala-Kendala Agroindustri
1. Kemungkinan terjadinya masalah surplus produksi di masa akan datang sehingga
diperlukan pengolahan sisi penawaran
2. Peningkatan penduduk di pedesaan telah mendorong terjadinya fragmentasi yang
serius dalam kegitan usaha pertanian antara lain dengan semakin kecilnya rata-rata
pemilikan luas lahan pertanian.
3. Perkembangan globalisasi perekonomian yang terus bergulir
4. Adanya keterbatasan dan ketersediaan sumber manusia
5. Keterbatasan teknologi yang secara khusus dikembangkan bagi kegiatan
agroindustri
6. Infrastruktur dan kelembagaan yang sekarang dikembangkan belum memberi
tunjangan yang optimal
7. Kendala bersifat sosial budaya bahkan politik yang diperoleh dari pengembangan
agroindustri trsebut
E. Kebijaksanaan Strategi Pengembangan Agroindustri
Kebijaksanaan pemerintah yang perlu diambil untuk pengembangan seluruh sistem
agrobisnis pada umumnya dan agroindustri pada khususnya adalah sebagai berikut.
1. Farming Reorganization
Kebijaksanaan ini bertujuan untuk mengembangkan subsistem budi daya pada usaha
tani kecil terutama dalam hal reorganisasi jenis kegiatan usaha serta reorganisasi
menajemen.
2. Small-Scale Industrial Modernization
Modernisasi perlu dilakukan menyangkuut teknologi, sistem organisasi, dan
manajemen serta pola hubungan daan orientasi pesar.
3. Service Rasionalizattion
Rasionalisasi lembaga-lembaga penunjang kegiatan agrobisnis harus dilakukan
sehubungan dengan peningkatan daya saing. Secar khusus, lembaga penunujang yang
perlu mendapat perhatian adalah lembaga keuangan..
4. Policcy Integration
Bentuk kebijaksanaan terpadu yang harus dilakukan antara lain: kebijaksanaan
pengembangan produktivitas dan produksi di tingkat perusahaan, kebijaksanaan
tingkat sektoral untuk mengembangkan kegiatan usaha sejenis, kebijaksanaan di
tingkat sistem agroindustri yang mengatur keterkaitan antar beberapa sektor, dan
kebijaksanaan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan perekonomian yang
berpengaruh
F. Kelembagaan Agrobisnis Pedesaan
Jaringan kelembagaan agrobisnis yang dibutuhkaan adalah jaringan kelembagaan yang
lebih menitikberatkan pada pemberdayaan petani sekaligus yang dapat mengarahkan para
pelaku bisnis dalam menghadaapi era globalisasi yang sebaiknya memiliki tiga visi:
pertama, memberikan dorongan kepada pengusaha untuk melakukan pembenahan di
sektor produksi, kedua, sebagai pusat agrobisnis termasuk pusat agroindustri, ketiga,
memberikan bbimbingan kepada pelaku agrobisnis agar mampu memperkuat posisi
tawar.
Bab 11
Dasar Klinik Agrobisnis
A. Klinik Agrobisnis Sebagai Masukan Intelektual Dalam
Pengembangan SDM Pertanian
Factor kunci dari karsa perubahan orientasi adalah perlunya orientasi antara pola
pembinaan dengan penataan satuan system agrobisnis yang dikembangkan melalui
rancang bangun dan rekayasa arsitektur agrobisnis berdasarkan spesifikasi local. Hal ini
berarti diperlukan model pengambilan keputusan yang bersifat “bottom up”. Dalam hal
ini perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian mempunyai akses serta peran
sentral dalam menciptakan rakitan rancang bangun yang kompatibel, yang diharapkan
dapat menghasilkan suatu pola pengembangan adrobisnis yang dilandaskan pada
keunggulan kompetitif wilayah sebagai tujuan utama bagi pengembangan agrobisnis di
Indonesia. Dalam hal ini Model Klinik Agrobisnis dapat mengakomodasi idealisme
seperti itu.
Klinik agrobisnis biasanya merupakan suatu lembaga yang bersifat non profit dan
disponsori oleh pemerintah dan swasta, berfungsi melakukan bimbingan dan pengawasan
fasilitas, bantuan teknik dan manajemen, penggunaan jasa bersama dengan biaya murah,
dan kesempatan belajar dari wiraswasta-wiraswasta lain.
B. Pengertian/Prinsip Klinik Agrobisnis
Klinik Agrobisnis adalah lembaga yang berfungsi membantu, menganalisis, dan
mengkaji problema atau masalah-masalah yang berkaitan dengan segala aspek
pengembanngan agrobisnis sekaligus berupaya mencari solusinya. Kegiatanya adalah:
Mempunyai suatu unit bantuan yang nantinya dapat disewa dan ditempati oleh
pengusaha kecil/petani dengan pembayaran sewa yang rendah
Dipimpin oleh seorang ketua yang menyediakan pelayanan, pembinaan, dan
pelatihan tentang berbagai aspek yang terkait dengan bisnis
Membantu agar pengusaha dapat lebih mudah mendapatkan fasilitas financial
Tujuan klinik adalah menjebatani antara petani dengan pasar, lembaga keuangan,
lembaga penelitian, dan konsumen.
C. Beberapa bentuk/model Klinik Agrobisnis
Model/bentuk Klinik dibedakan menjadi dua:
1. Klinik tertutup dalam satu unit bangunan
Bentuk klasik di mana di dalam suatu unit bangunan pengusaha keci/ petani/
produsen melakukan kegiatanyya di dalam ruang masing-masing yang telah
disediakan.
2. Klinik terbuka
Pola klinik dimana kegiatan dilaksanakan di luar pusat manajemen.
D. Kriteria membangun Klinik Agrobisnis
1. Kepala Klinik
Idealnya, Kepala klinik adalah seseorang yang benar-benar pernah terjun dan
mempunyai pengalaman serta memiliki kepekaan yang kuat untuk turut membangun
sector perekonomian di lapisan bawah.
2. Lembaga Klinik agrobisnis
Pengelola Klinik adalah BUMD, pemerintah, swasta. Studi banding menyatakan
bahwa Klinik yang berhasil dikelola oleh swasta nirlaba yang bekerjasama dengan
universitas dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah setempat maupun pusat
3. Pendanaan Klinik
Pendanaan untuk pembangunan fisik dan fasilitas diperoleh dari berbagai sumber,
misalnya dana pemerintah setempat baik dalam bentuk hibah maupun pinjaman lunak
atau dengan menggunakan dana bank dengan bunga yang sangat bervariasi
4. Dukungan dari pemerintah dan Lembaga Terkait Setempat
Dukungan seperti lembaga financial sebagai sumber permodalan, perguruan
tinggi dalam hal penerapan inovasi dan lembaga-lembaga fungsional lainnya seperti
BPTP, dan swasta sangat dibutuhkan bagi keberhasilan klinik agrobisnis.
E. Organisasi dan Manajemen Klinik Agrobisnis
Organisasi klinik agrobisnis yang ideal harus menganu prinsip efisiensi dan
efektivitas yang maksimal, contohnya sebagai berikut.
Struktur Organisasi Klinik Agrobisnis
F. Organisasi dan Manajemen Jaringan Kerja Klinik Agrogisnis
Agar klinik agrobisnis dapat menjalankan misinya secara optimal, maka jaringan
kerja (net working) opperasional antarmereka perlu dibangun dan dikoordinasikan secara
mantap.
Asisten kepala bidang
ketatausahaan, promosi, dan
jaringan usaha
Asisten Kepala Bidang advice/
pembinaan pengembangan manajemen dan
permodalan
Asisten kepala bidang
pembinaan pengembangan
usaha dan pemasaran
KEPALA
TUGAS AGRIBISNIS
RESUME BUKU
“PENGANTAR ILMU PERTANIAN”
Dosen Pengampu : Drs. H. Basuki Suwardo, MS.
Disusun Oleh :
Ridwan Kurniawan K. C2B006062
ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2009