Ekonomi Pembangunan Islam

68
PEMBANGUNAN EKONOMI DALAM ISLAM Disusun oleh : 1. Atidy Mahrusy (107093000338) 2. Ahmad. Lutfi (107093002892) 3. Khadijah (108093000134) 4. Ringga Perdana (107093003063) 5. Yulian Yudha Putra (107093003041) SI 5 C PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Transcript of Ekonomi Pembangunan Islam

Page 1: Ekonomi Pembangunan Islam

PEMBANGUNAN EKONOMI DALAM ISLAM

Disusun oleh :

1. Atidy Mahrusy (107093000338)

2. Ahmad. Lutfi (107093002892)

3. Khadijah (108093000134)

4. Ringga Perdana (107093003063)

5. Yulian Yudha Putra (107093003041)

SI 5 C

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2009

Page 2: Ekonomi Pembangunan Islam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang kaaffah, yang mengatur segala perilaku kehidupan

manusia. Bukan hanya menyangkut urusan peribadatan saja, urusan sosial dan

ekonomi juga diatur dalam Islam. Oleh karenanya setiap orang muslim, Islam

merupakan sistem hidup (way of life) yang harus diimplementasikan secara

menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupannya tanpa kecuali.

Sudah cukup lama umat manusia mencari sistem untuk meningkatkan

kesejahteraan khususnya di bidang ekonomi. Selama ini memang sudah ada

beberapa sistem, diantaranya dua aliran besar sistem perekonomian yang dikenal

di dunia, yaitu sistem ekonomi kapitalisme, dan sistem ekonomi sosialisme.

Tetapi sistem-sistem itu tidak ada yang berhasil penuh dalam menawarkan solusi

optimal. Konsekuensinya orang-orang mulai berpikir mencari alternatif. Dan

alternatif yang oleh banyak kalangan diyakini lebih menjanjikan adalah sistem

ekonomi Islam. Karena sistem ini berpijak pada asas keadilan dan kemanusiaan.

Oleh karenanya, sistem ini bersifat universal, tanpa melihat batas-batas etnis, ras,

geografis, bahkan agama. Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia dalam

beberapa tahun terkahir ini, baik pada tataran teoritis-konseptual (sebagai wacana

akademik) maupun pada tataran praktis (khususnya di lembaga keuangan bank

dan lembaga keuangan non-bank), sangat pesat. Perkembangan ini tentu saja

sangat menggembirakan, karena ini merupakan cerminan dari semakin

meningkatnya kesadaran umat Islam dalam menjalankan syariat Islam. Hal ini

konsekuensi dari pemahaman bahwa ekonomi Islam bukan hanya sekedar

konsepsi. Ia merupakan hasil suatu proses transformasi nilai-nilai Islam yang

Page 3: Ekonomi Pembangunan Islam

membentuk kerangka serta perangkat kelembagaan dan pranata ekonomi yang

hidup dan berproses dalam kehidupan masyarakat. Adanya konsep pemikiran dan

organisasi-organisasi yang dibentuk atas nama sistem ini sudah tentu bisa dinilai

sebagai model dan awal pertumbuhannya. Tapi ia masih membutuhkan model-

model banyak lagi, agar membentuk kesatuan yang lebih terpadu serta memiliki

daya kemampuan untuk menghasilkan atau darinya dapat ditarik kesimpulan-

kesimpulan yang dapat diuji dalam penelitian dan praktek.

Kendati perkembangan ekonomi Islam saat ini sangat prospek namun dalam

pelaksanaannya masih menemukan berbagai kendala sekaligus tantangan, baik

pada tataran teoritis maupun pada tataran praktis, baik yang bersifat internal

maupun yang bersifat eksternal. Pada tataran teoritis misalnya belum terumusnya

secara utuh berbagai konsep ekonomi dalam ekonomi Islam. Sedangkan pada

tataran praktis belum tersedianya sejumlah institusi dan kelembagaan yang lebih

luas dalam pelaksanaan Ekonomi Islam. Adapun dari aspek internal adalah sikap

umat Islam sendiri yang belum maksimal dalam menerapkan ekonomi Islam.

Sedangkan dari aspek eksternal adalah praktik-praktik kehidupan ekonomi yang

sudah terbiasa dengan konsep-konsep ekonomi konvensional.

Kini, ekonomi Islam - dalam berbagai model dan bentuknya - memasuki tahap

dimana suatu pendekatan yang lebih kritis dan integratif terhadap keseluruhan

teori dan praktiknya sangat penting dilakukan. Sudah waktunya untuk mencari

perbaikan yang lebih besar dan mutakhir. Berbagai pihak yang terlibat dengan

disiplin ini, dihadapkan pada tugas-tugas yang menantang, yaitu meninjau ulang

seluruh situasi, paling tidak pada tiga persoalan berikut. Pertama; membawa

bersama usaha yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam suatu pandangan sistem

ekonomi Islam yang menyeluruh, tidak terkonsentrasi pada elemen khusus dari

persoalan ekonomi Islam saja. Kedua; meninjau ulang secara kritis berbagai

model implementasi ekonomi Islam. Yang bertujuan untuk menguji teori-teori

dan mengevaluasi lembaga-lembaga yang tumbuh terhadap kemungkinan

Page 4: Ekonomi Pembangunan Islam

kendala-kendala dan hambatan yang muncul. Ketiga; perlu meletakkan

keseluruhan teori dan praktek perekonomian Islam dalam perspektif ekonomi dan

moral Islam serta tata sosial. Unsur apapun dari sistem Islam, betapun pentingnya,

tidak dapat melahirkan hasil yang diinginkan jika operasi dalam kesendirian. Hal

ini harus mengarah pada perubahan-perubahan komplementer untuk melengkapi

proses. Misalnya penghapusan riba, itu hanyalah salah satu aspek dari program

ekonomi Islam. Ia harus diikuti dengan, dan diperkuat melalui perubahan-

perubahan struktural dan motivasional lainnya.

Sehingga dari upaya-upaya diatas diharapkan sampai pada pengembangan suatu

sistem ekonomi Islam yang komprehensif. Dalam konteks inilah, penulis dalam

tulisan ini mencoba memaparkan ekonomi Islam: Prospek dan Tantangannya

khususnya pengalaman di Indonesia, antara lain; berhubungan dengan lembaga

keuangan Syariah dan Pengembangan Kurikulum Ekonomi Islam di Perguruan

Tinggi Agama Islam.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Memperkenalkan ekonomi pembangunan dalam perspektif islam

2. Mencoba membantu penyelesaian masalah dalam peningkatkan pertumbuhan

ekonomi (economic growth)

3. Mencoba menciptakan harga yang stabil

4. Membandingkan ekonomi pembangunan liberalis dan sosialis dengan

ekonomi pembangunan islam

1.3 Perumusan Masalah

Dalam makalah ini kami membahas:

1. Fase Ekonomi Pembangunan

Page 5: Ekonomi Pembangunan Islam

2. Fenomena ekonomi pembangunan

3. Prinsip Ekonomi

4. Pengertian Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

5. Potensi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Ekonomi Islam

6. Pertumbuhan Sebagai Suatu Keniscayaan

7. Prinsip Pembangunan Ekonomi Menurut Islam

8. Falsafah Pembangunan

9. Islam Tidak Menyukai Kemiskinan

10. Matlamat Dasar Pembangunan

1.4 Studi Pustaka

Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan denga penulisan

makalah ini dan searching dengan media internet.

Page 6: Ekonomi Pembangunan Islam

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam Ekonomi Pembangunan, kajian mengenai pertumbuhan ekonomi

(economic growth) dan pembangunan ekonomi (economic development) menempati

posisi yang cukup penting dikalangan para ekonom. Kajian ini setidaknya dimulai

ketika ekonomi mengamati fenomena-fenomena penting yang dialami dunia dalam

dua abad belakangan ini. Perkembangan perekonomian dunia selama dua abad ini

telah menimbulkan dua efek yang sangat penting, yaitu : pertama, kemakmuran atau

taraf hidup yang semakin meningkat yang dicapai oleh masyarakat dunia, kedua,

terciptanya kesempatan kerja baru kepada penduduk yang semakin bertambah

jumlahnya.

2.1 Fase Ekonomi Pembangunan

Ekonomi pembangunan pada dasarnya telah melewati tiga fase yang berbeda,

yaitu :

1. Fase pertama, adalah Ekonomi Pembangunan Klasik yang dikembangkan oleh

para ekonom klasik yang mencoba menjelaskan ekonomi jangka panjang dalam

kerangka kerja kapitalisme dengan slogannya yang terkenal laisssez faire. Fase

ini bertahan lebih kurang satu abad sejak publikasi The Wealth of Nation, karya

Adam Smith tahun 1776.

2. Fase kedua, dimulai setelah perang dunia kedua dan ketika sejumlah negara

dunia ketiga memperoleh kemerdekaannya. Oleh karena banyak negara-negara

yang baru merdeka, maka analisis masalah yang berkenaan dengan negara-negara

tersebut mulai menarik perhatian. Pada fase ini fokus perhatian berpindah dari

ekonomi liberalisme klasik kepada neo klasik. Strategi yang dipegang adalah

ketergantungan yang lebih kecil kepada pasar dan peranan yang lebih besar dari

Page 7: Ekonomi Pembangunan Islam

pemerintah dalam perekonomian. Kapitalisme laissez faire telah kehilangan peran

ketika itu, akibat peristiwa Great Depression (1929-1932) . Ekonom yang sangat

berperan dalam fase ini adalah John Maynard Keynes dengan bukunya The

General Theory of Employment, Interest and Money yang diterbitkan tahun 1936.

Pada fase inilah ekonomi Keynesys dan sosialis memperoleh momentum di dunia

Barat.

3. Sedangkan fase ketiga memiliki fokus yang berbeda dengan fase kedua. Dalam

fase ketiga ini perhatian Ekonomi Pembangunan cendrung anti kekuasaan

(negara) dan kembali pro kepada kebebasan pasar. Fase ini terjadi mulai tahun

1970-an, yaitu ketika pelaksanaan startegi Keynes dan sosialis mulai melemah.

Pada fase ini ekonomi neo klasik muali ”come back” dan menjadi paradigma yang

dominan. Mereka berkeyakinan bahwa liberalisasi pasar dengan pengurangan

peran pemerintah dalam bidang ekonomi adalah sangat penting untuk

menyelesaikan masalah negara berkembang. Fase ini juga dianggap sebagai era

kebangkitan liberalisme dan ekonomi neoklasik .

Ketiga fase tersebut, menunjukkan inkonsistensi dan ketidakpastian dalam

program pembangunan di negara-negara berkembang, khususnya di negara-negara

muslim. Inkonsisten tersebut melahirkan analisis dan resep kebijakan yang

bertentangan dan ini sangat membahayakan pembangunan ekonomi negara-negara

berkembang. Dengan kata lain, negara-negara berkembang yang hendak

melaksanakan pembangunan dengan model barat mengalami kebingungan karena

pertentangan-pertentangan konsep antara neo klasik ala Keynes dengan liberalisme

klasik (ekonomi pasar yang mereduksi peran negara dalam ekonomi) yang diajarkan

Adam Smith. Kebingungan negara-negara berkembang itu juga dipengaruhi oleh

konsep-konsep pembangunan dari negara-negara yang menerapkan sistem sosialis.

Karena itu, maka tugas yang dihadapi negara berkembang sangat rumit.

Mereka tidak hanya harus mengembangkan ekonomi dengan cara yang tepat dengan

Page 8: Ekonomi Pembangunan Islam

tingkat efisien dan keadilan yang tinggi dalam penggunaan sumber daya, tetapi juga

harus mengubah ketidakseimbangan pembangunan yang ditimbulkan oleh resep yang

salah itu.

2.2 Fenomena ekonomi pembangunan

Karena ekonomi klasik, neoklasik, dan sosialis, semuanya lahir dari pandangan

dunia enlightenment, pendekatan mereka untuk mewujudkan kesejahteraan manusia

dan analisis mereka tentang problem-problem manusia adalah sekuler. Dalam

pembangunan, mereka lebih mementingkan konsumsi dan pemilikan materi sebagai

sumber kebahagiaan manusia. Mereka tidak mengindahkan peranan nilai moral

dalam reformasi indidivu dan sosial, dan terlalu berlebihan menekankan peranan

pasar atau negara. Mereka tidak memiliki komitmen kepada persaudaraan

(brotherhood) dan keadilan sosio-ekonomi dan tidak pula memiliki mekanisme filter

nilai-nilai moral yang disetujui masyarakat.

Walau demikian, harus diakui bahwa pertumbuhan ekonomi yang telah

berlangsung beberapa waktu lalu dan sampai saat ini berlangsung, juga banyak

memberikan konstribusi dalam menciptakan keajaiban-keajaiban ekonomi. Kekuatan

pertumbuhan ekonomi untuk mentransformasi masyarakat dari kemiskinan menuju

kemakmuran tidak dapat dipungkiri. Pada tahun 1970-1980, rata-rata pendapatan

perkapita tumbuh menjadi rata-rata 7% pertahun. Standart hidup ratusan juta orang

telah meningkat. Tingkat pendidikan masyarakat lebih tinggi. Tingkat kematian bayi,

anak-anak dan ibu melahirkan menurun pesat. Jurang perbedaan gender dalam

kemampuan dasar manusia semakin menyempit. Berikut ini data yang dikeluarkan

oleh Bank Dunia tentang peningkatan perdagangan dan pertumbuhan GDP negara-

negara dunia sampai 2003 seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Data World Bank di atas tidak harus menggembirakan kita. Justru kita harus

memberikan perhatian terhadap kenyataan-kenyataan tragis yang ditemukan. Di Asia

Timur pada tahun 1990, hampir 170 juta anak laki-laki dan perempuan putus sekolah

Page 9: Ekonomi Pembangunan Islam

pada tingkat sekolah menengah. Di Asia Tenggara dan Pasifik lebih sepertiga anak-

anak berusia di bawah lima tahun mengalami kekurangan nutrisi. Hampir satu juta

anak-anak di Asia Timur mati sebelum berumur lima tahun. Memang bisa saja

dikemukakan argumen bahwa seiring dengan perjalanan waktu dan semakin

meningkatnya pertumbuhan, kekurangan-kekurangan itu akan bisa dihilangkan. Akan

tetapi hal demikian nampaknya lamunan belaka, sebab kalau memang demikian,

maka negara-negara industri pasti akan terbebas dari masalah-masalah seperti itu.

Pada kenyataannya dewasa ini lebih dari 100 juta orang di negara-negara industri

hidup di bawah garis kemiskinan dan lebih dari lima juta orang menjadi tunawisma.

Analisis yang sama dikemukakan oleh Chapra. Menurutnya, peristiwa depresi

hebat telah memperlihatkan secara jelas kelemahan logika Hukum Say dan konsep

laissez faire. Ini dibuktikan oleh ekonomi pasar yang hampir tidak mampu secara

konsisten menggapai tingkat full employment dan kemakmuran. Ironisnya, di balik

kemajuan ilmu ekonomi yang begitu pesat, penuh inovasi, dilengkapi dengan

metodologi yang semakin tajam, model-model matematika dan ekonometri yang

semakin luas untuk melakukan evaluasi dan prediksi, ternyata ilmu ekonomi tetap

memiliki keterbatasan untuk mengambarkan, menganalisa maupun memproyeksikan

kecenderungan tingkah laku ekonomi dalam perspektif waktu jangka pendek.

Dengan kata lain, ilmu ekonomi, bekerja dengan asumsi-asumsi ceteris paribus.

Dalam konteks ini, Keynes pernah mengatakan, “Kita terkungkung dan kehabisan

energi dalam perangkap teori dan implementasi ilmu ekonomi kapitalis yang ternyata

tetap saja mandul untuk melakukan terobosan mendasar guna mencapai kesejahteraan

dan kualitas hidup umat manusia di muka bumi ini” .

Kesimpulannya, konsep dan kebijakan ekonomi yang berdasarkan kapitalisme

dan sosialisme, terbukti telah gagal mewujudkan perekonomian yang berkeadilan .

Akibat berpegang pada kedua faham tersebut terjadilah ketidakseimbangan

makroekonomi dan instabilitas nasional.

Page 10: Ekonomi Pembangunan Islam

Dengan melihat realita di atas, jelas ada ”something wrong” dalam konsep-

konsep yang selama ini diterapkan di berbagai negara, karena kelihatan masih jauh

dari yang diharapkan. Konsep-konsep tersebut terlihat tidak memiliki konstribusi

yang cukup signifikan, bahkan bagi negara-negara pencetus konsep tersebut. Ini

terbukti dari ketidakmampuan direalisasikannya sasaran-sasaran yang diinginkan

seperti pemenuhan kebutuhan dasar, kesempatan kerja penuh (full employment) dan

distribusi pendapatan dan kekayaan merata.

Konsep-konsep tersebut juga dianggap gagal, karena menyuburkan budaya

eksploitasi manusia atas manusia lainnya, kerusakan lingkungan serta melupakan

tujuan-tujuan moral dan etis manusia. Singkatnya, konsep yang ditawarkan Barat,

bukanlah pilihan tepat apalagi dijadikan prototype bagi negara-negara yang sedang

berkembang. Namun demikian kita tak boleh menafikan bahwa pengalaman dari

ekonomi pembangunan yang telah berkembang itu banyak yang bermanfaat dan

penting bagi kita dalam membangun, meskipun relevansinya sangat terbatas.

Sistem kapitalis maupun sosialis jelas tidak sesuai dengan sistem nilai Islam.

Keduanya bersifat eksploitatif dan tidak adil serta memperlakukan manusia bukan

sebagai manusia. Kedua sistem itu juga tidak mampu menjawab tantangan ekonomi,

politik, sosial dan moral di zaman sekarang. Hal ini bukan saja dikarenakan ada

perbedaan ideologis, sikap moral dan kerangka sosial politik, tetapi juga karena

alasan-alasan yang lebih bersifat ekonomis duniawi, perbedaan sumberdaya, situasi

ekonomi internasional yang berubah, tingkat ekonomi masing-masing, dan biaya

sosial ekonomi pembangunan.

Teori pembangunan seperti yang dikembangkan di Barat, banyak dipengaruhi

oleh kakrakteristik unik dan spesifik, juga dipengaruhi oleh nilai dan infra struktur

sosial politik ekonomi Barat. Teori demikian jelas tidak dapat diterapkan persis di

negara-negara Islam. Terlebih lagi, sebagian teori pembangunan Barat lahir dari teori

Page 11: Ekonomi Pembangunan Islam

Kapitalis. Karena kelemahan mendasar inilah, maka teori tersebut tidak mampu

menyelesaikan persoalan pembangunan di berbagai negara berkembang.

Ilmu Ekonomi Pembangunan sekarang ini menghadapi masa krisis dan re-

evaluasi. Ia menghadapi serangan dari berbegai penjuru. Banyak ekonom dan

perencana pembangunan yang skeptis tentang pendekatan utuh ilmu ekonomi

pembangunan kontemporer. Menurut Kursyid Ahmad, sebagian mereka berpendapat

bahwa teori yang didapat dari pengalaman pembangunan Barat kemudian diterapkan

di negara-negara berkembang, jelas tidak sesuai dan merusak masa depan

pembangunan itu sendiri.

Dari paparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu ekonomi

Pembangunan Barat sama sekali tidak relevan dan tidak memenuhi syarat untuk

diterapkan di negara-negara Islam. Karena itu prinsip-prinsip teori ini harus ditinjau

kembali. Pendekatann yang jauh lebih kritis, harus dilakukan untuk mengobati

penyakit-penyakit yang sudah ditularkan kepada negara-negara Islam.

Pada akhirnya, kita memerlukan suatu konsep pembangunan ekonomi yang

tidak hanya mampu merealisasikan sasaran-sasaran yang ingin dicapai dalam suatu

pembangunan ekonomi secara tepat, teruji dan bisa diterapkan oleh semua negara-

negara di belahan bumi ini, tetapi juga yang terpenting adalah kemampuan konsep

tersebut meminimalisasir atau bahkan menghilangkan segala negative effect

pembangunan yang dilakukan. Konsep tersebut juga harus mampu memperhatikan

sisi kemanusiaan tanpa mulupakan aspek moral.

Kesadaran akan pentingnya nilai moral dalam ekonomi pembangunan telah

banyak dikumandangkan oleh para ilmuwan ekonomi. Fritjop Capra dalam bukunya,

”The Turningt Point, Science, Society, and The Rising Culture”, menyatakan, ilmu

ekonomi merupakan ilmu yang paling bergantung pada nilai dan paling normatif di

antara ilmu-imu lainnya. Model dan teorinya akan selalu didasarkan atas nilai

tertentu dan pada pandangan tentang hakekat manusia tertentu, pada seperangkat

Page 12: Ekonomi Pembangunan Islam

asumsi yang oleh E.F Schummacher disebut ”meta ekonomi” karena hampir tidak

pernah dimasukkan secara eksplisit di dalam ekonomi kontemporer . Demikian pula

Ervin Laszlo dalam bukunya ”3rd Millenium, The Challenge and the Vision”

mengungkapkan kekeliruan sejumlah premis ilmu ekonomi, terutama resionalitias

ekonomi yang telah mengabaikan sama sekali nilai-nilai dan moralitas . Menurut

mereka kelemahan dan kekeliruan itulah yang antara lain menyebabkan ilmu

ekonomi tidak berhasil menciptakan keadilan ekonomi dan kesejahteraan bagi umat

manusia. yang terjadi justru sebaliknya, yaitu ketimpangan yang semakin tajam

antara negara-negara berkembang (yang miskin) dengan negara-negara dan

masyarakat kaya. Lebih lanjut mereka menegaskan bahwa untuk memperbaiki

keadaan tidak ada jalan lain kecuali dengan merobah paradigma dan visi, yaitu

melalukan satu titik balik peradaban.

2.3 Prinsip Ekonomi

Kebutuhan akan suatu konsep baru pembangunan ekonomi dunia saat ini terasa

lebih mendesak dilakukan, terutama dalam era globalisasi. Mark Skousen dalam

bukunya ”Economic on Trial : Lies, Myths and Reality” banyak mengkritik

mainstream ekonomi yang selama ini dianut oleh negara-negara dunia. Dia juga

selanjutnya memberikan beberapa resep bagaimana seharusnya kita memulai abad

baru ini dengan menerapkan 7 (tujuh) prinsip ekonomi yang harus menjadi acuan

dalam bergerak. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Produksi harus diprioritaskan dari konsumsi.

2. Pengeluaran defisit dan hutang nasional yang terlalu besar merupakan hal yang

membahayakan bagi masyarakat.

3. Kebijakan yang memacu konsumsi ketimbang tabungan dan menggalakkan

hutang merupakan hal yang bisa merusak pertumbuhan ekonomi dan standart

hidup masyarakat.

Page 13: Ekonomi Pembangunan Islam

4. Perencanaan terpusat (Central Planning) dan totalitarianisme terbukti tidak bisa

berfungsi.

5. Diperlukan suatu sistem finansial baru untuk menciptakan kerangka kerja

finansial yang tanggung dalam meminimalisir inflasi dan ketidakpastian.

6. Harus ada kebijakan jangka panjang berkaitan dengan kesejahteraan dengan

memberikan kebebasan terjadinya pergerakan modal (capital movement) uang

dan orang dari satu tempat ke tempat lain.

7. Dalam upaya meningakatkan produktifitas dan standar hidup masyarakat, suatu

negara juga harus tetap memperhatikan lingkungan dengan mengurangi sebanyak

mungkin polusi dan eksternalitas negatif lainnya yang mungkin terjadi.

Lebih lanjut Mark Skousen, yang terkenal dengan kritik-kritiknya terhadap

konsep ekonomi, baik secara mikro maupu makro, menyatakan bahwa ekonomi baru

(new economy) pasti akan terwujud. Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa negara

manapun di dunia ini, baik miskin atau kaya, tidak boleh melupakan prinsip-prinsip

di atas.

Negara yang mengabaikannya dipastikan akan terus mengalami kegagalan dan

menghadapi berbagai masalah, seperti inflasi, deflasi secara tiba-tiba, budget yang

tidak seimbang, krisis ekonomi birokrasi yang menakutkan, stagnasi ekonomi,

pencemaran lingkungan, perang, dan sebagainya. Sebaliknya, negara yang

memperhatikan prinsip-prinsip itu akan mengalami penguatan di berbagai sektor

seperti kuatnya nilai mata uang, suku bunga yang rendah, pasar modal yang kuat dan

sebagainya.

Prinsip yang dikemukakan Mark Skousen memang sangat bagus, walaupun ia

masih belum memahami beberapa akar penyebab masalah lain yang terkait dengan

Page 14: Ekonomi Pembangunan Islam

permasalahan ekonomi selama dua abad ini. Misalnya kenapa suatu negara terjerat

terus dengan hutang, peningkatan ekonomi tanpa kedamaian manusia, inflasi yang

tetap terus terjadi, dsb.

2.4 Pengertian Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dalam ekonomi modern adalah perkembangan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam

masyarakat meningkat yang selanjutnya diiringi dengan peningkatan kemakmuran

masyarakat . Dalam kegiatan ekonomi yang sebenarnya, pertumbuhan ekonomi

berarti perkembangan ekonomi fiskal yang terjadi di suatu negara seperti

pertambahan jumlah dan produksi barang industri, infra struktur, pertambahan

jumlah sekolah, pertambahan produksi kegiatan-kegiatan ekonomi yang sudah ada

dan beberapa perkembangan lainnya. Dalam analisis makro ekonomi, tingkat

pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara diukur dengan perkembangan

pendapatan nasional riil yang dicapai oleh suatu negara yaitu Produk Nasional Bruto

(PNB) atau Produk Domestik Bruto.

Sedangkan istilah pembangunan ekonomi (economic development) biasanya

dikaitkan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang. Sebagian

ahli ekonomi mengartikan istilah ini sebagai berikut, ”economic development is

growth plus change” (Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang

diikuti oleh perubahan-perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi).

Dengan kata lain, dalam mengartikan istilah pembangunan ekonomi, ekonom

bukan saja tertarik kepada masalah perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi

juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada usaha perombakan

sektor pertanian yang tradisional, mempercepat pertumbuhan ekonomi dan

pemerataan pendapatan.

Page 15: Ekonomi Pembangunan Islam

Dalam kajian ekonomi, kedua istilah di atas terkadang digunakan dalam konteks

yang hampir sama. Banyak orang mencampuradukkan penggunaan kedua istilah

tersebut. Pencampuadukan istilah ini walaupun tidak dapat dibenarkan, pada dasarnya

tidak terlalu mempengaruhi kajian ekonomi, karena inti pembahasan pada akhirnya

akan berhubungan erat dengan perkembangan perekonomian suatu negara.

Dalam berbagai literatur tentang ekonomi Islam, kedua istilah ini juga

ditemukan. Ekonomi Islam pada dasarnya memandang bahwa pertumbuhan ekonomi

adalah bagian dari pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi didefenisikan

dengan a suistained growth of a right kind of output which can contribute to human

welfare. (Pertumbuhan terus-menerus dari faktor produksi secara benar yang mampu

memberikan konstribusi bagi kesejahteraan manusia).

Berdasarkan pengertian ini, maka pertumbuhan ekonomi menurut Islam

merupakan hal yang sarat nilai. Suatu peningkatan yang dialami oleh faktor produksi

tidak dianggap sebagai pertumbuhan ekonomi jika produksi tersebut misalnya

memasukkan barang-barang yang terbukti memberikan efek buruk dan

membahayakan manusia.

Sedangkan istilah pembangunan ekonomi yang dimaksudkan dalam Islam

adalah the process of allaviating poverty and provision of ease, comfort and decency

in life (Proses untuk mengurangi kemiskinan serta menciptakan ketentraman,

kenyamanan dan tata susila dalam kehidupan)

Dalam pengertian ini, maka pembangunan ekonomi menurut Islam bersifat

multi dimensi yang mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif. Tujuannya bukan

semata-mata kesejahteraan material di dunia, tetapi juga kesejahteraan akhirat.

Keduanya menurut Islam menyatu secara integral.

2.5 Potensi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Ekonomi Islam

Page 16: Ekonomi Pembangunan Islam

Dalam pertumbuhan ekonomi ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi

pertumbuhan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Sumber daya yang dapat dikelola (invistible resources)

2. Sumber daya manusia (human resources)

3. Wirausaha (entrepreneurship)

4. Teknologi (technology)

Islam juga melihat bahwa faktor-faktor di atas juga sangat penting dalam

pertumbuhan ekonomi.

1. SDM yang dapat dikelola (investable resources)

Pertumbuhan ekonomi sangat membutuhkan sumberdaya yang dapat digunakan

dalam memproduksi asset-asset fisik untuk menghasilkan pendapatan. Aspek fisik

tersebut antara lain tanaman indutrsi, mesin, dsb. Pada sisi lain, peran modal juga

sangat signifikan untuk diperhatikan. Dengan demikian, proses pertumbuhan

ekonomi mencakup mobilisasi sumberdaya, merubah sumberdaya tersebut dalam

bentuk asset produktif, serta dapat digunakan secara optimal dan efisien. Sedangkan

sumber modal terbagi dua yaitu sumber domestik/internal serta sumber eksternal.

Negara-negara muslim harus mengembangkan kerjasama ekonomi dan sedapat

mungkin menahan diri untuk tidak tergantung kepada sumber eksternal. Hal ini

bertujuan untuk meminimalisir beban hutang yang berbasis bunga dan

menyelamatkan generasi akan datang dari ketergantungan dengan Barat. Oleh karena

itu perlu upaya untuk meningkatkan sumberdaya domestik seperti tabungan dan

simpanan sukarela, pajak ataupun usaha lain berupa pemindahan sumberdaya dari

orang kaya kepada orang miskin.

Page 17: Ekonomi Pembangunan Islam

2. SDM (human resuources)

Faktor penentu lainnya yang sangat penting adalah sumberdaya manusia.

Manusialah yang paling aktif berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Peran mereka

mencakup beberapa bidang, antara lain dalam hal eksploitasi sumberdaya yang ada,

pengakumulasian modal, serta pembangunan institusi sosial ekonomi dan politik

masyarakat.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, maka perlu adanya

efisiensi dalam tenaga kerja. Efisiensi tersebut membutuhkan kualitas professional

dan kualitas moral. Kedua kualitas ini harus dipenuhi dan tidak dapat berdiri sendiri.

Kombinasi keduanya mutlak dipadukan dalam batas-batas yang rasional

Prinsip Islam terlihat berbeda dengan mainstream ekonomi konvensional

yang hanya menekankan pada aspek kualitas profesional dan mengabaikan kualitas

moral. Moral selama ini dianggap merupakan rangkaian yang hilang dalam kajian

ekonomi. Maka Islam mencoba mengembalikan nilai moral tersebut. Oleh karena itu,

menurut Islam untuk dapat menjadi pelaku ekonomi yang baik, orang tersebut

dituntun oleh syarat-syarat berikut :

a). Suatu kontrak kerja merupakan janji dan kepercayaan yang tidak boleh dilanggar

walaupun sedikit. Hal ini memberikan suatu jaminan moral seandainya ada penolakan

kewajiban dalam kontrak atau pelayanan yang telah ditentukan.

b) Seseorang harus bekerja maksimal ketika ia telah menerima gaji secara penuh. Ia

dicela apabila tidak memberi kerja yang baik.

c). Dalam Islam kerja merupakan ibadah sehingga memberikan implikasi pada

seseorang untuk bekerja secara wajar dan profesional.

3. Wirausaha (entrepreneurship)

Page 18: Ekonomi Pembangunan Islam

Wirausaha merupakan kunci dalam proses pertumbuhan ekonomi dan sangat

determinan. Wirausaha dianggap memiliki fungsi dinamis yang sangat dibutuhkan

dalam suatu pertumbuhan ekonomi. Nabi Muhammad Saw, dalam beberapa hadits

menekankan pentingnya wirausaha. Dalam hadits riwayat Ahmad beliau bersabda,

”Hendaklah kamu berdagang (berbisnis), karena di dalamnya terdapat 90 % pintu

rezeki”. Dalam hadits yang lain beliau bersabda, ”Sesungguhnya sebaik-baik

pekerjaan adalah perdagangan (bisnis)”.

Menurut M.Umer Chapra, dalam buku Islam and Economic Development,

bahwa salah satu cara yang paling konstruktif dalam mempercepat pertumbuhan yang

berkeadilan adalah dengan membuat masyarakat dan individu untuk mampu

semaksimal mungkin mengunakan daya kreasi dan artistiknya secara profesional,

produktif dan efisien

Dengan demikian, semangat entrepreneurship (kewirausahaaan) dan

kewiraswastsaan harus ditumbuhkan dan dibangun dalam jiwa masyarakat.

Dr.Muhammad Yunus telah menekankan pentingnya pembangunan jiwa wirausaha

dalam pembangunan eknonomi di negara-negara muslim yang tergolong miskin.

Dalam hal ini ia mengatakan, : ”Upah buruh bukanlah satu jalan mulus bagi

pengurangan kemiskinan, justru wirausahalah yang mempunyai potensi lebih besar

dalam meningkatkan basis-basis asset individual daripada yang dimiliki oleh upah

kerja .

Menumbuhkembangkan jiwa kewisahausahawaan akan mendorong

pengembangan usaha kecil secara signifikan. Usaha kecil, khususnya di sektor

produksi akan menyerap tenaga kerja yang luas dan jauh lebih besar. Beberapa studi

yang dilakukan di sejumlah negara oleh Michigan State University dan para sarjana,

telah menunjukkan secara jelas konstribusi yang besar dan industri kecil dan usaha

mikro dalam memberikan lapangan pekerjaan dan pendapatan. Mereka mampu

menciptakan lapangan kerja bahkan secara tidak langsung mereka berarti

Page 19: Ekonomi Pembangunan Islam

mengembangkan pendapatan dan permintaan akan barang dan jasa, peralatan, bahan

baku, dan ekspor. Mereka adalah industri padat karya yang kurang memerlukan

bantuan dana luar (asing), bahkan kadang tidak begitu tergantung kepada kredit

pemerintah dibanding insdustri berskala besar.

Karena itu, tidak mengherankan apabila saat ini muncul kesadaran yang meluas

bahwa strategi industrialisasi modern yang berskala besar pada dekade terdahulu

secara umum telah gagal memecahkan masalah-masalah keterbelakangan global dan

kemiskinan . Litte, Scietovsky dan Scott telah menyimpulkan bahwa industri-industri

modern yang berskala besar biasanya kurang dapat menghasilkan keuntungan

daripada industri-industri kecil, di samping itu industri besar lebih mahal dalam hal

modal dan lebih sedikit menciptakan lapangan pekerjaan. Karena itulah Usaha Mikro

(Industri kecil) secara luas dipandang sebagai suatu cara yang efektif untuk

meningkatkan konstribusi sektor swasta, baik untuk tujuan-tujuan pertumbuhan

maupun pemerataan bagi negara-negara berkembang. Banyak para sarjana meragukan

konstribusi industri-industri besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

secara signifikan dibanding industri kecil dan usaha mikro.

Karena itulah Hasan Al-Banna memberikan dan mengembangkan industri

rumah tangga yang utama dalam pembahasan tentang reformasi ekonominya sesuai

dengan ajaran Islam. Hal itu beliau tekankan karena akan membantu penyediaan

lapangan kerja produktif bagi semua anggota masyarakat miskin, dengan demikian

akan mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

Dari paparan di atas dapat ditegaskan bahwa peran wirausaha dalam

menggerakkan pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang tak terbantahkan.

Kelangkaan wirausaha bahkan bisa menyebabkan kurangnya pertumbuhan ekonomi

walaupun faktor-faktor lain banyak tersedia. Dalam hal ini pula Islam sangat

mendorong pengembangan semangat wirausaha untuk menggalakkan pertumbuhan

ekonomi.

Page 20: Ekonomi Pembangunan Islam

4. Teknologi

Para ekonom menyatakan bahwa kemajuan teknologi merupakan sumber

terpenting pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dianggap tidak mengikuti

proses sejarah secara gradual, tidak terjadi terus-menerus dalam suatu keadaan yang

tidak bisa ditentukan. Dinamika dan diskontiniuitas tersebut berkaiatan erat dan

ditentukan oleh inovasi-inovasi dalam bidang teknologi.

Kemajuan teknologi mencakup dua bentuk, yaitu inovasi produk dan inovasi

proses. Inovasi produk berkaitan dengan produk-produk baru yang sebelumnya tidak

ada atau pengembangan produk-produk sebelumnya. Sedangkan inovasi proses

merupakan penggunaan teknik-teknik baru yang lebih murah dalam memproduksi

produk-produk yang telah ada.

Islam tidak menantang konsep tentang perubahan teknologi seperti

digambarkan di atas, bahkan dalam kenyataannya Islam mendukung kemajuan

teknologi. Perintah Al-Qur’an untuk melakukan pencarian dan penelitian cukup

banyak dalam Al-Qur’an. Dalam terma ekonomi bisa disebut dengan penelitian dan

pengembangan (research and development) yang menghasilkan perubahan teknologi.

Dalam Al-quran juga ada perintah untuk melalukan eksplorasi segala apa yang

terdapat di bumi untuk kesejahteraan manusia. Eksplorasi ini jelas membutuhkan

penelitian untuk menjadikan sumberdaya alam tersebut berguna dan bermanfaat bagi

manusia.

Dr.Muhammad Qal’ah Jey dalam buku Mabahits fi Al-Iqtishad al-Islamy

mengatakan bahwa salah satu tujuan ekonomi Islam adalah mewujudkan

pertumbuhan ekonomi. Tetapi dalam point ini terdapat sebuah pertanyaan besar

yaitu, apakah yang menjadi prioritas dalam pertumbuhan ekonomi itu pemerataan

(growth with equity) atau pertumbuhan itu sendiri (growth). Jawaban pertanyaan

Page 21: Ekonomi Pembangunan Islam

tersebut adalah bahwa Islam membutuhkan kedua aspek tersebut. Baik pertumbuhan

(growth) maupun pemerataan (equity), dibutuhkan secara simultan.

Islam tidak akan mengorbankan pertumbuhan ekonomi, karena memang

pertumbuhan (growth) sangat dibutuhkan .Pada sisi lain, Islam juga tetap memandang

pentingnya pemerataan, karena pertumbuhan ekonomi tidak menggambarkan

kesejahteraan secara menyeluruh, terlebih apabila pendapatan dan faktor produksi

banyak terpusat bagi sekelompok kecil masyarakat.

Karena itu, teknik dan pendekatan baru yang harus dilakukan dalam

pembangunan menurut perspektif ekonomi Islam, adalah bahwa kita harus

meninggalkan penggunaan model-model pertumbuhan agregatif yang lebih

menekankan maksimalisasi tingkat pertumbuhan sebagai satu-satunya indeks

perencanaan pembangunan. Karena itu, pertumbuhan ekonomi dan perkapita yang

tinggi, bukan menjadi tujuan utama. Sebab apalah artinya perkapita tinggi, tapi

berbeda sama sekali dengan kondisi riil, kemiskinan menggurita dan kesenjangan

tetap menganga. Sebagai contoh, kita bisa melihat PDB Indonesia pada tahun 2000.

menurut perhitungan Badan Statistik, selama tahun 2000 itu, PDB tumbuh 4,8%.

Pendapatan perkapita Indonesia, telah meningkat 14,49 % dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan perhitungan BPS tersebut, PDB penduduk Indonesia tahun lalu,

mencapai US$.700 perkapita. Bila dirupiahkan angka tersebut sekitar Rp. 6,3 Juta

dalam perkapita pertahun. Dengan peningkatan perkapita menjadi Rp. 6,3 juta,

peringkat Indonesia di Asia Tenggara mengalami perbaikan dibanding dengan saat

krisis ekonomi memuncak.

Pendapatan rata-rata penduduk Indonseia setidaknya masih lebih tinggi dari

Vietnam (US$. 370), Kamboja (US$. 280) dan Laos (US$. 263). Namun peringkat

Indonesia masih dibawah Myanmar (US$. 765), Philipina (US$. 1046), Thailand

Page 22: Ekonomi Pembangunan Islam

(US$. 1909) dan sangat jauh dibawah Malaysia (US$. 3248), Brunai (US$. 20.400)

dan Singapura (US$. 22.710).

Dari data pertemuan ekonomi Indonesia yang tampak membaik itu, kita tidak

boleh langsung bergembira dan menyatakan bahwa pemulihan ekonomi rakyat

Indonesia mulai berhasil. Harus dicatat, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia

setinggi langit, misalnya mencapai 20%, dan perkapita mencapai US$. 3.200, seperti

Malaysia. Hal ini belum tentu menggembirakan kita, bila ditinjau dari perspektif

ekonomi Islam, karena mungkin saja pertumbuhan yang tinggi berada di tangan

segelintir konglomerat tertentu.

Menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi melalui indikator PDB

Domestik Bruto dan perkapita semata, tidaklah tepat. Dalam paradigma ekonomi

Islam pertumbuhan haruslah sejalan dengan keadilan dan pemerataan pendapatan.

Perhitungan perkapita merupakan perhitungan agregat yang belum tentu

mencerminkan kondisi riil. Angka rata-rata itu diperoleh berdasarkan pembagian atas

Produk Domestik Bruto oleh jumlah penduduk. Sehingga jumlah penduduk sebagai

faktor pembagi makin besar, sudah tentu hasil angka perkapita yang diperoleh

semakin kecil, demikian pula sebaliknya. Wilayah Jabotabek misalnya, angka

pendapatan perkapitanya pasti akan sangat besar, sebab pertumbuhan ekonomi lebih

terkonsentrasi di wilayah itu. Tetapi bila seluruh penduduk yang mayoritas tinggal di

desa disertakan sebagai faktor pembagi tadi, maka perkapita secara nasional menjadi

berkurang. Jadi kesimpulannya, PDB dan perkapita tidak dapat menggambarkan

kondisi riil. Karena itu, PDB yang tinggi belum cukup menggambarkan perbaikan

ekonomi rakyat secara adil. Hal ini karena masih banyak penduduk Indonesia tidak

memiliki penghasilan tetap, dan malah dibawah garis kemiskinan, misalnya penduduk

Indonesia di kawasan timur dan kawasan-kawasan lainnya sebagai contoh di kawasan

pegunungan Cartenz, daerah operasi PT. Freeport Indonesia, kawasan yang tampak

makmur, hanyalah Tembaga Pura. Di luar wilayah itu, banyak penduduk yang belum

Page 23: Ekonomi Pembangunan Islam

mendapat kesempatan memperoleh penghasilan tetap. Namun dalam perhitungan

PDB perkapita, mereka yang fuqara’ dan masakin ini dimasukkan kedalam faktor

pembagi, sehingga seolah-olah mereka memperoleh penghasilan tetap mencapai Rp.

6,3 juta pertahun (sekitar Rp. 525.000) perbulan. Mereka seolah-oleh pula menikmati

kue pembangunan. Padahal sejatinya, mereka hidup dibawah garis kemiskinan.

Kondisi ini sekaligus menjadikan gambaran yang jelas, betapa kesenjangan

antara yang kaya dan miskin di negeri ini telah sedemikian hebatnya. Realita

disparitas ekonomi ini tidak saja terjadi di Indonsia dan negara – negara berkembang

lainnya, tetapi juga negara – negara maju yang menjadi pendekar kapitalisme, seperti

Amerika Serikat.

Hyman Minsky dalam buku Stabilizing Unstable Economy ( 1986 )

mengatakan, masyarakat kapitalisme itu tidak adil. Suatu fakta menunjukkan bahwa

meskipun terjadi pertumbuhan ekonomi di AS, tetapi kesenjangan masih saja lebar,

dan yang miskin semakin miskin. Di negara ini pada tahun 1990- an, masih

mentoleransi 10 % masyarakatnya hidup dalam kemiskinan. Bagaimana mungkin

negara maju membiarkan 10 % rakyatnya menderita dalam kemiskinan dan masih

terjerembab dalam pengangguran

Realita kesenjangan pendapatan, juga terjadi di Indonesia pada masa orde baru.

Jadi meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong tinggi dan mendapat pujian

dari luar negeri dan lembaga keuangan internasional, namun kemiskinan masih

menggurita dan kesenjangan masih menganga. Belajar dari kegagalan pembangunan

Indonesia yang pincang itu, maka bangsa Indonesia (khususnya Pemerintah), harus

melakukan reorientasi pembangunan dari sistem sentralistrik menjadi tersebar. Hal itu

perlu ditempuh untuk mencegah terulangnya kegagalan pembangunan nasional

selama ini.

Maka. Penerapan sistem ekonomi daerah, sebenarnya dimaksudkan untuk

menjembatani kondisi ekonomi nasional yang cukup timpang itu. Dengan otonomi

Page 24: Ekonomi Pembangunan Islam

daerah, diharapkan tercipta makin banyak pusat pertumbuhan, setidaknya ditingkat

propinsi. Selama ini dengan pemerintah terpusat, pertumbuhan yang tercipta pun

cendrung terpusat. Tidak heran jika pemerintah pusat bertindak seperti vacum

cleaner, menyedot semua aset yang berada di daerah, termasuk daerah miskin

sekalipun.

Berdasarkan kondisi ketimpangan internasional dan labilnya pasar, maka negara

Islam, organisasi dan lembaga Islam lainnya turut serta secara aktif mencapai tujuan

khusus ekonomi pembangunan yaitu growth with equity.

2.6 Pertumbuhan Sebagai Suatu Keniscayaan

Jadi, Meskipun Islam menekankan keadilan sosio – ekonomi dalam

pertumbuhan, hal ini tidak berarti bahwa Islam tidak mementingkan pertumbuhan.

Pertumbuhan ekonomi merupakan tuntutan obyektif dan harus dilakukan dengan

cepat dan dalam proporsi yang besar. Tanpa pertumbuhan ekonomi, keadilan

memang dapat dirasakan, tetapi masih sulit untuk mewujudkan kesejahteraan dan

kebahagian, karena proporsi kue ekonomi yang dibagikan masih kurang cukup.

Dalam rangka pencapaian keadilan sosio – ekonomi yang dapat

membahagiakan itulah realisasi pertumbuhan ekonomi memang sangat diperlukan.

Tetapi tetap tak bisa terlepas dari sistem distribusi kue ekonomi yang berdimensi

keadilan, baik untuk jangka sekarang maupun mendatang.

Untuk mewujudkan pemerataan, menurut M. Umer Chapra, setidaknya ada lima

unsur utama yang harus dilakukan. Pertama, mengadakan pelatihan dan menyediakan

lowongan kerja bagi pencari kerja, sehingga terwujud full employment. Kedua,

memberikan sistem upah yang pantas bagi karyawan. Ketiga, mempersiapkan

asuransi wajib untuk mengurangi penganguran, kecelakaan kerja, tunjangan hari tua

dan keuntungan – keuntungan lainnya. Keempat, memberikan bantuan kepada

Page 25: Ekonomi Pembangunan Islam

mereka yang cacat mental dan fisik, agar mereka hidup layak. Kelima,

mengumpulkan dan mendayagunakan zakat, infaq, dan sedaqah, melalui undang –

undang sebagaimana undang – undang pajak.

Dengan upaya upaya itu, maka kekayakan tidak terpusat pada orang – orang

tertentu. Al–Qur’an dengan tegas mengatakan, “kekayaan hendaknya tidak terus –

menerus beredar di kalangan orang – orang kaya saja”1.

Selanjutnya menurut Umer Chapra ada lima tindakan kebijakan pembangunan

ekonomi (economic development) yang disertai dengan keadilan dan stabilitas, yaitu :

1. Memberikan kenyamanan kepada faktor manusia

2. Mereduksi konsentrasi kekayaan

3. Melakukan restrukturisasi ekonomi

4. Melakukan restrukturisasi keuangan, dan

5. Rencana kebijakan strategis

Manusia merupakan elemen pokok dari setiap program pembangunan. Mereka

adalah tujuan sekaligus sebagai sasaran pembangunan. Apabila mereka tidak

dipersiapkan secara tepat untuk dapat memberikan konstribusi positif terhadap

pembangunan, tidak mungkin akan berhasil mengaktualisasikan tujuan-tujuan pokok

Islam dalam pembangunan. Karena itu, tugas yang paling menantang di depan setiap

negara muslim adalah memotivasi faktor manusia untuk melakukan aktivitas

konstruktif bagi pembangunan yang berkeadilan. Setiap individu harus memberikan

apa yang terbaik dengan bekerja keras dan efisisen yang disertai integritas, kejujuran,

disiplin dan siap berkorban untuk mengatasi hambatan hambatan dalam perjalanan

pembangunan.

1 QS. 59 : 7

Page 26: Ekonomi Pembangunan Islam

Selain itu, praktek KKN dalam semua lini harus diberantas secara sungguh –

sungguh. Sebab KKN memiliki andil besar terhadap kesenjangan dan lestarinya

kemiskinan rakyat. Penerimaan pajak harus diawasi secara ketat, agar tidak terjadi

kebocoran, demikian pula BUMN yang menjadi sarang korupsi, harus dibersihkan

dari praktek bisa dientaskan tak pernah menjadi kenyataan, karana banyak dana

negara yang bocor ditangan pejabat dan para koruptor. Tekad Presiden SBY

memberantas KKN hendaknya tidak sebatas retorika belaka, tetapi benar-benar

diwujudkan secara nyata. Salah satu dampak buruk yang membudaya itu ialah,

kekayaan terkonsentrasi pada orang tertentu, akibatnya kemiskinan rakyat tetap

berlangsung.

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa salah satu pilar pertumbuhan

adalah memprioritaskan produksi. Dalam point ini ada sebuah pertanyaan yaitu,

proyek-proyek apa sajakah yang diprioritaskan dan layak dipilih dalam memproduksi

suatu produk. Untuk menentukan prioritas produksi, maka dalam ekonomi Islam

prioritas tersebut sangat tergantung kepada tingkat perkembangan ekonomi yang telah

dicapai. Ini sangat berkaitan dengan tingkatan kebutuhan manusia. Tingkatan tersebut

dapat dikatogorikan :

1. Kebutuhan untuk bertahan hidup (survival necesstities) yang berkaitan dengan

barang-barang yang apabila tidak dimiliki oleh manusia akan menyebabkan dia

meninggal. Contohnya makanan untuk orang yang kelaparan.

2. Kebutuhan dasar (basic needs) yang berkaitan dengan barang-barang atau jasa

yang apabila tidak dimiliki manusia menyebabkan kesulitan bagi mereka,

walaupun tidak sampai menimbulkan kematian,contohnya ialah kebutuhan

terhadap pakaian sederhana dan akomodasi.

3. Kebutuhan pendukung (comforts) yang berakitan dengan barang-barang atau jasa

yang menyebabkan kemudahan dan kenyamanan hidup, walaupun tanpa barang-

Page 27: Ekonomi Pembangunan Islam

barang tersebut hidup juga tidak akan mengalami kesulitan .Contohnya pakaian

bagus, AC, dll.

4. Barang-barang mewah (luxuries), yaitu barang-barang yang tidak hanya

memberikan kenyamanan, tetapi juga memberikan prestise apabila

mengkonsumsinya. Contohnya mobil mahal/mewah.

5. Barang-barang yang merusak (harmful items), yaitu barang-barang yang

membahayakan dan merusak manusia seperti alkohol dan lain-lain.

Tingkat kebutuhan masing-masing kategori di atas berbeda antara satu orang

dengan lainnya. Kebutuhan bertahan hidup (survival necessity) menempati tingkat

tertinggi, bahkan pada kondisi darurat, barang-barang yang sebelumnya dilarang bisa

menjadi halal.

Kebutuhan dasar (basic needs) merupakan satu hal yang mesti dijamin dalam

konsep ekonomi Islam. Kebutuhan ini bahkan bisa dijadikan kriteria untuk mengukur

garis kemiskinan seseorang. Dengan kata lain, seseorang yang mengalami

kekurangan barang-barang ini bisa dianggap hidup di bawah garis kemiskinan.

Prioritas produksi utama dalam ekonomi Islam adalah memproduksi kebutuhan dasar

bagi masyarakat. Jika kebutuhan dasar telah mampu dipenuhi secara baik dan

maksimal, maka prioritas pertumbuhan selanjutnya diarahkan untuk memproduksi

barang-barang pendukung, karena akan meningkatkan kualitas kehidupan manusia.

Produksi barang-barang ini juga akan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Sedangkan barang-barang mewah walaupun tidak dilarang, namun tidak dianjurkan.

Dengan demikian, barang-barang ini tidak menjadi prioritas dalam konsep

pertumbuhan ekonomi Islam. Adapun barang-barang yang merusak jelas tidak

dibenarkan, karena tidak dibutuhkan dan bahkan merusak.

Page 28: Ekonomi Pembangunan Islam

Pada akhirnya, laju pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi dalam Islam

merupakan hal yang alamiyah sebagai hasil dari proses pemanfaatan sumberdaya

secara efisisien dan penuh. Hal ini disebabkan karena tuntutan untuk mencapai

kemakmuran material dalam kerangka nilai-nilai Islam menghendaki:

1. Tidak boleh dicapai lewat produksi barang dan jasa yang tidak sesuai dengan

standart moral Islami.

2. Tidak boleh memperlebar kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin dengan

mendorong konsumsi yang mencolok

3. Tidak boleh menimbulkan bahaya kepada generasi sekarang dan akan datang

dengan merusak lingkungan fisik dan moral mereka.

2.7 Prinsip Pembangunan Ekonomi Menurut Islam

Pada uraian terdahulu telah dipaparkan bahwa ekonomi pembangunan modern

telah mengalami fase-fase perkembangan yang cukup signifikan. Walaupun fase-fase

tersebut dilalui dengan cukup lama, namun tidak memberikan dampak positif bagi

pembangunan ekonomi dunia yang sejahtera dan adil.

Menurut teori Marxis melihat pembangunan hanyalah pembangunan ekonomi

yang merupakan sebagian dari pada konsep kebendaan. Perancang ekonomi yang

menyimpang dari pandangan ini dianggap sebagai borjuis 2. Begitu juga dengan

konsep pembangunan kapitalis, tidak memberi tempat untuk peranan agama.

Pertimbangan akhlak di luar pertimbangan ekonomi, sedangkan pembangunan

ekonomi dalam islam ialah pembangunan yang meliputi semua aspek pembangunan

kebendaan (ekonomi) dan pembangunan insan secara keseluruhan.

2 Nyang, 1976: 11

Page 29: Ekonomi Pembangunan Islam

Ketika Islam menawarkan konsep pembangunannya yang berdasarkan Al-

Qur’an dan Sunnah, maka alasan pertama munculnya konsep ekonomi pembangunan

ini adalah didasari adanya kebutuhan akan suatu konsep alternatif yang layak

diterapkan bagi pembangunan negara-negara muslim. Hal ini diperkuat dengan

kenyataan bahwa konsep pembangunan ekonomi model Barat yang selama ini

diterapkan hampir dua abad di hampir seluruh negara-negara dunia ternyata tidak

cocok dengan jiwa dan prinsip-prinsip yang dianut oleh negara-negara muslim. Itu

terlihat pada realita pembangunan ekonomi negara-negara berkembang. Maka tidak

aneh, jika banyak kritik yang menyatakan bahwa konsep pembangunan Barat yang

lahir dari teori kapitalis malah bisa merusak masa depan pembangunan negara-negara

muslim tersebut.

Islam sangat memperhatikan masalah pembangunan ekonomi, namun tetap

menempatkannya pada persoalan pembangunan yang lebih besar, yaitu

pembangunan umat manusia. Islam mengangap bahwa pembangunan ekonomi

merupakan latihan fisik dan usaha kerohanian manusia3. Fungsi utama Islam adalah

membimbing manusia pada jalur yang benar dan arah yang tepat. Semua aspek yang

berkaitan dengan pembangunan ekonomi harus menyatu dengan pembangunan

ummat manusia secara keseluruhan.

Dr. Abdullah Abdul Husein At-Tariqy mengungkapkan, ”Banyak ahli ekonomi

Islam dan para fuqaha yang memberikan perhatian terhadap persoalan pertumbuhan

ekonomi. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi bukan hanya aktivitas produksi

material saja. Lebih dari itu, pertumbuhan ekonomi merupakan aktivitas menyeluruh

dalam bidang produksi yang terkait erat dengan keadilan distribusi. Pertumbuhan

ekonomi bukan hanya diukur dari aspek ekonomi, melainkan aktivitas manusia yang

ditujukan untuk pertumbuhan dan kemajuan sisi material dan spiritual manusia

sekaligus.

3 Nyang, 1976: 12

Page 30: Ekonomi Pembangunan Islam

Pembangunan islam lebih menitikberatkan penukaran dan perubahan sumber

kemanusiaan4. Pembangunan islam juga berarti evolusi manusia, tetapi dalam skop

yang berbeda dari evolusi Barat. Evolusi dalam islam berarti memandu dan

mengubah masyarakat yang jahil kepada masyarakat islam5

2.8 Falsafah Pembangunan

Dari kajian para ulama dapat dirumuskan dasar-dasar filosofis pembangunan

ekonomi ini, yaitu : 1. Tauhid rububiyah, yaitu menyatakan dasar-dasar hukum Allah

untuk selanjutnya mengatur model pembangunan yang berdasarkan Islam. 2.

Keadilan, yaitu pembanguan yang tidak pincang (senjang), tetapi pembangunan

ekonomi yang merata (growth with equity) 3. Khilafah, yang menyatakan bahwa

manusia adalah wakil Allah Allah di muka bumi untuk memakmurkan bumi dan

bertangung jawab kepada Allah tentang pengelolaan sumberdaya yang diamanahkan

kepadanya. dan 4. Tazkiyah.yaitu mensucikan manusia dalam hubugannya dengan

Allah., sesamanya dan alam lingkungan, masyarakat dan negara.

Berdasarkan dasar-dasar filosofis di atas dapat diperjelas bahwa prinsip

pembangunan ekonomi menurut Islam adalah :

1. Pembangunan ekonomi dalam Islam bersifat komprehensif dan mengandung

unsur spiritual, moral, dan material. Pembangunan merupakan aktivitas yang

berorientasi pada tujuan dan nilai. Aspek material, moral, ekonomi, sosial

spiritual dan fiskal tidak dapat dipisahkan. Kebahagian yang ingin dicapai tidak

hanya kebahagian dan kesejahteraan material di dunia, tetapi juga di akhirat.

2. Fokus utama pembangunan adalah manusia dengan lingkungan kulturalnya. Ini

berbeda dengan konsep pembangunan ekonomi modern yang menegaskan bahwa

wilayah operasi pembangunan adalah lingkungan fisik saja. Dengan demikian

4 Khan, 1969: 8

5 Ibid 4

Page 31: Ekonomi Pembangunan Islam

Islam memperluas wilayah jangkauan obyek pembangunan dari lingkungan fisik

kepada manausia.

3. Pembangunan ekonomi adalah aktivitas multidimensional sehingga semua usaha

harus diserahkan pada keseimbangan berbagai faktor dan tidak menimbulkan

ketimpangan.

4. Penekanan utama dalam pembangunan menurut Islam, terletak pada :

a. Pemanfaatan sumberdaya yang telah diberikan Allah kepada ummat manusia

dan lingkungannya semaksimal mungkin.

b. Pemanfaatan sumberdaya tersebut melalui pembagian, peningkatannya secara

merata berdasarkan prinsip keadilan dan kebenaran. Islam menganjurkan

sikap syukur dan adil dan mengutuk sikap kufur dan zalim.

Memang harus diakui  bahwa pertumbuhan perkapita sangat tergantung kepada

sumberdaya alam. Namun sumberdaya alam saja  bukan syarat yang cukup  untuk

pembangunan ekonomi. Masih dibutuhkan satu syarat lain yang utama yaitu perilaku

manusia. Perilaku ini memainkan peran yanag sangat penting dalam pembangunan

ekonomi. Untuk itu harus ada upaya menempa perilaku manusia tersebut ke arah

yang mendukung pembangunan. Dalam hal ini negara-negara muslim pada dasarnya

lebih berpotensi  dan tidak mengalami kesulitan seperti dialami oleh negara-negara

sekuler dalam upaya menempa perilaku manusia tersebut. Untuk itu peran ulama juga

sangat dibutuhkan.

2.9 Islam Tidak Menyukai Kemiskinan

Kita dibenarkan untuk memilih hidup miskin sekiranya kemiskinan itu tidak

memudharatkan agama dan keduniaan kita. Orang islam digalakkan supaya

bersedekah dan berinfak pada jalan Allah SWT yang hanya boleh dilakukan oleh

orang yang berharta. Oleh karena itu, golongan kaya yang bermanfaat bagi agama

Page 32: Ekonomi Pembangunan Islam

adalah lebih baik dibandingkan dengan golongan miskin. Terdapat beberapa sebab

kemiskinan tidak digemari:

Kemiskinan Membahayakan Iman

Kemiskinan boleh jadi mengakibatkan seseorang menjadi kufur. Kekufuran

terjadi apabila ia meragukan keadilan Allah SWT atau karena tertarik

dengan kekayaan yang ditawarkan agama lain. Seseorang mungkin dapat

menjual agamanya dengan harta. Nabi Muhammad SAW bersabda:

”Kemiskinan itu hampir-hampir membawa kepada kekufuran.” (Abu Nu’aim

dari Anas).

Kemiskinan Membahayakan Akhlak dan Budi Pekerti

Kemiskinan boleh jadi mendorong seseorang kepada akhlak yang buruk.

Seseorang itu mungkin akan cenderung berdusta, mencuri, menipu, dan

berkhianat karena dorongan kemiskinan. Sabda Rasulullah SAW:

”Sesungguhnya jika seseorang itu berhutang ia akan cenderung berdusta bila

berbicara dan ingkar bila berjanji.” (Bukhari)

Kemiskinan Membahayakan Pemikiran

Sesesorang yang miskin dan memikirkan kemiskinannya serta risau untuk

memenuhi keperluannya tidak akan dapat berfikir dengan baik. Kerisauan

fikirannya mengganggu upayanya berfikir serta mengganggu kestabilan

berfikirnya. Gangguan emosi ini dapat mendorong seseorang menjadi cepat

marah, hilang kendali, dan sempit pandangannya. Imam Abu Hanifah

berkata, ”janganlah meminta pendapat dari seseorang yang sedang kehabisan

gandum di rumahnya”.

Kemiskinan Membahayakan Institusi Keluarga

Page 33: Ekonomi Pembangunan Islam

Kemiskinan menjadi penghalang terhadap keinginan untuk berumah tangga.

Pasangan akan memikirkan masalah pembiayaan, perkawinan, dan

seterusnya nafkah keluarga. Kemiskinan juga dapat menyebabkan

perceraian. Keadaan ini akan melahirkan generasi yang tidak baik.

Kemiskinan Membahayakan Kestabilan Masyarakat

Kemiskinan juga mengancam keamanan, kesejahteraan, dan kestabilan

masyarakat. Desakan kemiskinan dapat mendorong seseorang untuk

melakukan pencurian, pergaduhan, dan penipuan. Keadaan dapat bertambah

tegang ketika terdapat perbedaan sosial antara golongan miskin dan kaya.

2.10 Matlamat Dasar Pembangunan

Kursyid Ahmad merumuskan tujuan kebijakan pembangunan dan target yang

lebih spesifik untuk tujuan pembangunan yaitu, :

1. Pembangunan sumberdaya insani merupakan tujuan pertama dari kebijakan

pembangunan. Dengan demikian, harus diupayakan membangkitkan sikap  dan

apresiasi yang benar, pengembangan watak dan kepribadian, pendidikan dan

latihan yang menghasilkan  keterampilan, pengembangann ilmu, dan riset serta

peningkatan partisipasi6.

2. Perluasan produksi yang bermanfaat. Tujuan utama adalah meningkatkan jumlah

produksi nasional di satu sisi dan tercapainya pola produksi yang tepat. Produksi

yang dimaksud bukan hanya sesuatu yang dapat dibeli orang kaya saja, namun

juga bermanfaat bagi kepentingan ummat manusia secara keseluruhan. Produksi

barang barang yang dilarang oleh Islam tidak akan diperkenankan, sedangkan

yang bermanfaat untuk ummat akan ditingkatkan. Dalam kebijakan demikian,

pola investasi dan produksi disesuaikan dengan prioritas Islam dan kebutuhan 6 Khurshid Ahmad, 1981: 180-181

Page 34: Ekonomi Pembangunan Islam

ummat. Dalam hal ini ada tiga hal yang diprioritaskan : Pertama, Produksi dan

tersedianya bahan makanan dan kebutuhan pokok dalam jumlah yang melimpah,

termasuk bahan-bahan konstruksi untuk perumahan, jalan dan kebutuhan dasar

lainnya dengan harga yang cukup murah. Kedua, Perlunya pertahanan dunia

Islam di negara-negara Islam, maka dibutuhkan peralatan  persenjataan yang

memadai. Ketiga, Swasembada di bidang produksi kebutuhan primer7.

3. Perbaikan kualitas hidup terlihat dari baiknya ekonomi, sosial, dan akhlak semua

lapisan masyarakat8. Hal ini termasuk perbaikan corak penggunaan dari yang

haram, mubazir, dan mewah menjadi lebih memadai9, keselamatan dan

penawaran yang cukup melalui pengangkutan yang baik10, penyediaan

kemudahan dan bantuan kepada rakyat11, perlindungan pengguna melalui institusi

al-hisba12 infrastruktur fisik dan sosial13, dan kestabilan harga14. Perbaikan ini

memberikan prioritas pada tiga hal, Pertama,  terciptanya lapangan kerja dengan

segala penataan struktural, teknologi, investasi, dan pendidikan. Kedua, sistem

keamanan nasional yang luas dan efektif yang menjamin kebutuhan dasar

masyarakat. Dalam hal ini zakat  harus dijadikan sebagi instrumen utama. Ketiga, 

Pembagian kekayaan dan pendapatan dan merata. Harus ada kebijakan

pendapatan yang mampu mengontrol tingkat pendapatan yang terendah (UMR),

mengurangi konsentrasi ketimpangan dalam masyarakat. Salah satu indikator

7 Khurshid Ahmad, 1981: 181

8 Ibid 7

9 Hasan uz-Zaman, 1979: 14

10 Hasan uz-Zaman, 1979: 17-18

11 Hasan uz-Zaman, 1979: 19-20

12 Hasan uz-Zaman, 1979: 21

13 Al-Batriq, 1977: 39

14 Ibid 13

Page 35: Ekonomi Pembangunan Islam

tampilan pembangunan adalah berkurangnya tingkat perbedaan pendapatan

masyarakat. Karena itu sistem perpajakan harus diatur sebaik-baiknya.

4. Pembangunan yang berimbang, yakni harmonisasi antar  daerah yang berbeda

dalam satu negara  dan antar sektor ekonomi. Desentralisasi ekonomi dan

pembangunan semesta yang tepat, bukan saja merupakan tuntutan keadilan tetapi

juga diperlukan untuk kemajuan yang maksimum. Salah satu tujuan

pembangunan adalah melalui desentralisasi, maka pemerintah daerah perlu

diberikan keleluasaan untuk mengembangkan daerahnya sendiri dengan

meningkatkan peran serta masyarakat. Dengan terus melakukan check and

balances serta bimbingan dan pengawasan yang kuat, akan membentuk daerah itu

menjadi agen pembangunan yang serba guna. Tujuan perencanaan pembangunan

yang komprehensif akan sulit dicapai bilamana kita tidak mampu

mengembangkan desentralisasi kekuasaan dan pengawasan yang lebih efisien 

serta mengurangi birokratisasi masyarakat. Dalam konteks ini, maka perusahaan-

perusahaan swasta kecil dan menengah harus digalakkan dan dikembangkan. Para

penguasa daerah harus menciptakan iklim lingkungan yang tepat dan kondusif

yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya perusahaan-perusahaan

tersebut. Perusahaan juga  harus didorong agar dapat meningkatkan investasi yang

lebih besar lagi. Mereka juga diarahkan agar menjadi organisasi bisnis yang maju.

Mereka itulah yang menjadi instrumen pembangunan ekonomi yang sarat nilai

serta membagi rata tingkat pendapatan kepada seluruh masayarakat.

5. Teknologi baru, yaitu berkembangnya teknologi tepat guna yang sesuai  dengan

kondisi, kebutuhan, aspirasi negara-negara, khususnya negara-negara muslim15.

Proses pembangunan yang mandiri hanya dapat terwujud jika negara tersebut

sudah bebas dari ”bantuan” asing serta mampu menguasai teknologi yang

berkembang dalam lingkungan sosial dan alam yang bebeda, teknologi itu

15 Khursid Ahmad, 1981: 182

Page 36: Ekonomi Pembangunan Islam

selanjutnya akan diadaptasikan dengan kreatifitas sendiri. Karena itu, perlu ada

riset yang intensif dan luas.

6. Pertahanan. Al-Qur’an mengarahkan umat untuk senantiasa bersiap menghadapi

musuh16. Tindakan ini memerlukan satu dasar pertahanan yang bukan saja

tertumpu kepada tenaga ketentaraan, masalah yang mengikuti bidang yang lebih

menyeluruh, termasuk pembinaan kilang senjata, sistem hubungan yang bagus,

dan pengeluaran peralatan perang lainnya seperti kapal perang17.

7. Berkurangnya ketergantungan pada dunia luar dan dengan semakin menyatunya

kerjasama yang solid sesama negara-negara Muslim. Adalah tugas ummat sebagai

khalifah, bahwa ketergantungan pada dunia non-Islam dalam semua segi harus

diubah menjadi kemandirian ekonomi. Harga diri negara-negara muslim harus

dibangun kembali dan pembangunan kekuatan serta kekuasaan harus diwujudkan

secara bertahap. Ketahanan dan kemerdekaan dunia Islam serta kedamaian dan

kesentosaaan  ummat manusia merupakan tujuan utama yang harus mewarnai

dalam perencanaan pembangunan. Karena itu perlu ada perubahan mendasar 

dalam isi dan pola perencanaan  pembangunan kita.

Penutup

Kajian tentang pertumbuhan (growth) dan pembangunan (development) ekonomi

dapat ditemukan dalam konsep ekonomi Islam. Konsep ini pada dasarnya telah

dirangkum baik secara eksplisit maupun implisit dalam Al-Qur’an, sunnah, maupun

pemikiran-pemikiran ulama Islam terdahulu, namun kemunculan kembali konsep ini,

khususnya beberapa dasawarsa belakangan ini terutama berkaitan kondisi negara-

16 Al-Qur’an 8: 60

17 Hasan uz-Zaman, 1979: 21-22

Page 37: Ekonomi Pembangunan Islam

negara muslim yang terkebelakang  yang membutuhkan formula khusus dalam

stratregi dan perencanaan pembangunannya.

Kekhasan pertumbuhan dan pembangunan dalam ekonomi Islam ditekankan pada

perhatian yang sangat serius pada pengembangan sumberdaya manusia sekaligus

pemberdayaan alam untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Ini tidak

hanya diwujudkan dalam keberhasilan pemenuhan kebutuhan material saja, namun

juga kebutuhan dan persiapan menyongsong kehidupan akhirat.

Page 38: Ekonomi Pembangunan Islam

BAB III

KESIMPULAN

Ekonomi Islam pada dasarnya memandang bahwa pertumbuhan ekonomi adalah

bagian dari pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi didefenisikan dengan a

suistained growth of a right kind of output which can contribute to human welfare.

(Pertumbuhan terus-menerus dari faktor produksi secara benar yang mampu

memberikan konstribusi bagi kesejahteraan manusia).

Sedangkan istilah pembangunan ekonomi yang dimaksudkan dalam Islam

adalah the process of allaviating poverty and provision of ease, comfort and decency

in life (Proses untuk mengurangi kemiskinan serta menciptakan ketentraman,

kenyamanan dan tata susila dalam kehidupan)

Perkembangan perekonomian dunia selama dua abad ini telah menimbulkan dua

efek yang sangat penting, yaitu : pertama, kemakmuran atau taraf hidup yang

semakin meningkat yang dicapai oleh masyarakat dunia, kedua, terciptanya

kesempatan kerja baru kepada penduduk yang semakin bertambah jumlahnya.

Ekonomi pembangunan pada dasarnya telah melewati tiga fase yang berbeda,

yaitu : Fase pertama, adalah Ekonomi Pembangunan Klasik , Fase kedua, dimulai

setelah perang dunia kedua dan ketika sejumlah negara dunia ketiga memperoleh

kemerdekaannya , Sedangkan fase ketiga perhatian Ekonomi Pembangunan cendrung

anti kekuasaan (negara) dan kembali pro kepada kebebasan pasar ,

Ketiga fase tersebut, menunjukkan inkonsistensi dan ketidakpastian dalam

program pembangunan di negara-negara berkembang, khususnya di negara-negara

muslim. Karena ekonomi klasik, neoklasik, dan sosialis, semuanya lahir dari

pandangan dunia enlightenment, pendekatan mereka untuk mewujudkan

Page 39: Ekonomi Pembangunan Islam

kesejahteraan manusia dan analisis mereka tentang problem-problem manusia adalah

sekuler.Harus diakui bahwa pertumbuhan ekonomi yang telah berlangsung beberapa

waktu lalu dan sampai saat ini berlangsung, juga banyak memberikan konstribusi

dalam menciptakan keajaiban-keajaiban ekonomi.

Dalam pertumbuhan ekonomi ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi

pertumbuhan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Sumber daya yang dapat dikelola (invistible resources)

2. Sumber daya manusia (human resources)

3. Wirausaha (entrepreneurship)

4. Teknologi (technology)

Kesimpulannya, konsep dan kebijakan ekonomi yang berdasarkan kapitalisme

dan sosialisme, terbukti telah gagal mewujudkan perekonomian yang berkeadilan .

Akibat berpegang pada kedua faham tersebut terjadilah ketidakseimbangan

makroekonomi dan instabilitas nasional. Sistem kapitalis maupun sosialis jelas tidak

sesuai dengan sistem nilai Islam. Keduanya bersifat eksploitatif dan tidak adil serta

memperlakukan manusia bukan sebagai manusia. Kedua sistem itu juga tidak mampu

menjawab tantangan ekonomi, politik, sosial dan moral di zaman sekarang.

Dari paparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu ekonomi

Pembangunan Barat sama sekali tidak relevan dan tidak memenuhi syarat untuk

diterapkan di negara-negara Islam. Karena itu prinsip-prinsip teori ini harus ditinjau

kembali. Pendekatann yang jauh lebih kritis, harus dilakukan untuk mengobati

penyakit-penyakit yang sudah ditularkan kepada negara-negara Islam. Kekhasan

pertumbuhan dan pembangunan dalam ekonomi Islam ditekankan pada perhatian

yang sangat serius pada pengembangan sumberdaya manusia sekaligus

pemberdayaan alam untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Ini tidak

Page 40: Ekonomi Pembangunan Islam

hanya diwujudkan dalam keberhasilan pemenuhan kebutuhan material saja, namun

juga kebutuhan dan persiapan menyongsong kehidupan akhirat.

Konsep pertumbuhan ekonomi maupun ekonomi pembangunan akan tepat

digunakan bila keduanya bermuara pada upaya peningkatkan kesejahteraan

masyarakat secara adil dan merata.

Pencapaian kesejahteraan ekonomi masyarakat tersebut sangat tergantung pada

cara melakukan distribusi pendapatan nasional.

tanggung jawab distribusi pendapatan sebagai bagian dari upaya pemerataan

kesejahteraan masyarakat tidak sematamata menjadi tanggung jawab pemerintah,

melainkan menjadi tanggung jawab bersama masyarakat terutama bagi mereka

yang memiliki rejeki yang lebih.

Sistem ekonomi Islam yang mengedepankan kemaslahatan umat memandang

bahwa di samping merupakan tugas pemerintah, pemerataan ekonomi juga

menjadi tanggung jawab setiap masyarakat yang mampu, di antaranya melalui

zakat.

Zakat merupakan alat bantu sosial mandiri yang menjadi kewajiban moral bagi

orang kaya kepada orang miskin, sehingga kemelaratan dan kemiskinan dapat

terhapuskan.

Zakat merupakan penopang dan tambahan meringankan beban pemerintah dalam

menciptakan pemerataan dan pengurangan kemiskinan. (Eko Suprayitno, 2005:

34). Sehingga zakat tidak menghalangi pemerintah untuk mengadopsi ukuran-

ukuran fiskal dan skema redistribusi pendapatan lainnya

Page 41: Ekonomi Pembangunan Islam

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Abdul Husein At-Tariqy, Al-Iqtishad Al-Islami, Ushuluhu wa  Mubaun wa

Ahdaf, Dar An-Nafais, Kuwait, 1999

Abul Hasan M.Sadeq dan Aidit Ghazali, Readings in Islamic Economic Thought,

Malaysia, Loqman Malaysia, 1992.

Abul Hasan Muhammad Sadeq, Economic Growth in An Islamic Economy, tulisan

dalam Development  and Finance in Islam, Malaysia, International Islamic University

Press, 1987

Ace Pce Pertadireja, Pengantar Ekonomika, Yogyakarta, BPFE, 1984

Afzalur Rahman, Economic Doctrines of Islam. Terj. Doktrin Ekonomi Islam, Dana

Bhakti Waqaf, Yogyakarta,  1995,

——————–, Muhammad As A Trader, London, The Muslim Schools Trust, 1982

trej. Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, Jakarta, Yayasan Swarna Bumi, 1997,

Anwar Ibrahim, The Asia Renaisance, terj Ihsan Ali fauzi, Renaisans Asia, Bandung,

Mizan, 1998

Carl Lidholm dan Donald Mead, Small Scale Enterprise : A Profile, diproduksi

kembali dari Small Scale Industries in Developing Countries : Empirical Epidence

and Policy Implication, Michigan State University Development Paper, dalam

Economic Impact,2, 1998

E.E.Hegen, On The Theory of Social Change, 1992, hlm 36. lihat juga H.W.Arndt,

Development Economic Before 1945, 1972

Page 42: Ekonomi Pembangunan Islam

Ervin Laszlo, Millenium Ketiga, Tantangan dan Visi (terj.3Rd Millenium The

Challenge and Vision, Jakarta, Dinastindo, Adiperkasa Internasional, 1999)

Fritjop Capra,  Titik balik Peradaban, Sains, Masyarakat dan Kebangkitan Budaya,

ter. The Turning Point, Science, Society, and The Rising Culture), Yogyakarta,

Yayasan Betang Budaya, 1999

George Soule, Idea of the Great Economist, terj, Pemikiran Para Pakar Ekonomi

Terkemuka, Jakarta, Kanisius, 1994

Grahan Gudgin, Industrial Location Process and Employment Growth ( London :

Gower, 19978, dan lihat pula David Birch, The Job Generation, Process (Cambridge,

Mass : MIT Program on Neigbourhood and Regional Change, 1979.

Hasan Al-Banna, Majmu’at at-Rasail, Alexandaria, Darud Dakwah, 1989

Ian Litte, Tibor Scietovsky dan Maurice Scott, Industri and Trade in Some

Developing Countries (London , Oxford University Press, 1970, hlm.91

Kursyid Ahmad, Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Islam, dalam  Etika

Ekonomi Politik, Risalah Gusti, Jakarta, 197

M.Abdul Mannan, Islamic Economiys, Theory and Practice, terj. M.Nastangin, Teori

dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta, Dana Bakti Waqaf, 1997

M.Umer Chapra, Islam and Economic Development, USA, The Internasional Institute

of Islamic Though (IIIT), 1992

——————–, Islam and The Economic Challenge, Terj. Dana Bhakti Wakaf

Yogyakarta, 1998

——————–, Islam and The Economic Challenge, The International Institute of

Islamic Thaought, (IIIT), USA, 1992. Edisi Indonesia, Islam dan Tantangan

Ekonomi, Risalah Gusti, Jakarta, 1999

Page 43: Ekonomi Pembangunan Islam

——————–, Toward a Just Monetary System, terj.Ikhwan Abidin Basri, Sistem

Moneter Islam, (Jakarta, Gema Insani Press, 2002)

Mariluz Cortes, Albert Berry dan Asfaq Ishaq, Succses in Small and Medium Scale

Entreprise (diterbitkan untuk bank dunia oleh Oxford university Press, 1987

Mark Skousen, Economics on Trials : Lies, Myths, and Realities, (USA Bussiness

One Irwin, 1991)

Masudul Alam Choudhuri, Contributions to Islamic Economic Theory, New York :

St.Martin’s, Press, 1986

Michael P.Todaro, Economic Development in The Third World,  New York, London,

Longman  1989

Muhammad M.Akram Khan, Economic Message of Quran, (Kuwait, Islamic Book

Published, 1996)

Muhammad Qal’ah Jey , Mabahits fi Al-Iqtishad al-Islamy, Dar An-Nafais, Kuwait

Muhammad Yunus, The Poor as the Engine of Development, dalam Economic

Impact, 2 (1988).

Munawar Iqbal, Financing Economic Development, dalam bukuAbul Hasan

Muhammad Sadeq

Richard Posner, The Essential Holmes, (Chicago : Chicago University Press, 1992

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Jakarta, PT.Raja Grafindo

Persada, 199, edisi II.

Sumitro Djojohadikusumo, Indonesia dalam Perkembangan Dunia : Kini dan Masa

Datang, (LP3ES, cet,v)

Page 44: Ekonomi Pembangunan Islam

Sumitro Djoyohadikusumo, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta, Obor

Indonesia, 1991

Taqyuddin An-Nabhani,  An-Nizaham al-Iqtishad Al-Islami, Darul ummah Beirut,

1990