Ekonomi Moneter Bab I-V

69
==BAB I PENDAHULUAN 1.1 Ruang Lingkup Ekonomi Moneter Ilmu ekonomi merupakan kegiatan yang menciptakan produksi, mengukur aktivitas perekonomian, mengukur tingkat pengangguran, mengukur tingkat harga melalui inflasi, hubungan perdagangan internasional. Ekonomi moneter merupakan bagian ilmu ekonomi yang khusus mempelajari tentang fungsi uang terhadap aktivitas perekonomian. Oleh sebab itu dapat disimpulkan ekonomi moneter mempelajari beberapa hal, yaitu : a. Fungsi dan peranan uang dalam sistem perekonomian. b. Pengaruh sistem moneter terhadap jumlah uang beredar. c. Pengaruh jumlah uang beredar dan kredit terhadap aktivitas perekonomian. d. Pengaruh suku bunga terhadap permintaan uang. e. Sistem moneter internasional. f. Lembaga-lembaga keuangan bank dan bukan bank. g. Lembaga keuangan internasional. Ekonomi moneter sebagai bagian ilmu ekonomi tentu sangat perlu dipelajari mahasiswa, alasannya mengapa perlu mempelajari ekonomi moneter adalah : a. Mempelajari ekonomi moneter, kita akan mengetahui secara jelas dan mendalam mekanisme penciptaan uang, bagaimana tingkat bunga, dan bagaimana pasar uang. b. Dengan mempelajari ekonomi moneter, kita akan dapat mengetahui sistem moneter dan kebijaksanaan moneter, serta sistem dan lalu lintas pembayaran internasional. c. Dengan mempelajari ekonomi moneter, kita akan dapat menganalisis kebijaksanaan moneter yang dikeluarkan 1

description

ekonomi moneter

Transcript of Ekonomi Moneter Bab I-V

==BAB IPENDAHULUAN

1.1 Ruang Lingkup Ekonomi Moneter

Ilmu ekonomi merupakan kegiatan yang menciptakan produksi, mengukur aktivitas perekonomian, mengukur tingkat pengangguran, mengukur tingkat harga melalui inflasi, hubungan perdagangan internasional. Ekonomi moneter merupakan bagian ilmu ekonomi yang khusus mempelajari tentang fungsi uang terhadap aktivitas perekonomian. Oleh sebab itu dapat disimpulkan ekonomi moneter mempelajari beberapa hal, yaitu : a. Fungsi dan peranan uang dalam sistem perekonomian.b. Pengaruh sistem moneter terhadap jumlah uang beredar.c. Pengaruh jumlah uang beredar dan kredit terhadap aktivitas perekonomian. d. Pengaruh suku bunga terhadap permintaan uang.e. Sistem moneter internasional.f. Lembaga-lembaga keuangan bank dan bukan bank.g. Lembaga keuangan internasional.

Ekonomi moneter sebagai bagian ilmu ekonomi tentu sangat perlu dipelajari mahasiswa, alasannya mengapa perlu mempelajari ekonomi moneter adalah : a. Mempelajari ekonomi moneter, kita akan mengetahui secara jelas dan

mendalam mekanisme penciptaan uang, bagaimana tingkat bunga, dan bagaimana pasar uang.

b. Dengan mempelajari ekonomi moneter, kita akan dapat mengetahui sistem moneter dan kebijaksanaan moneter, serta sistem dan lalu lintas pembayaran internasional.

c. Dengan mempelajari ekonomi moneter, kita akan dapat menganalisis kebijaksanaan moneter yang dikeluarkan pemerintah, dan mengetahui pengaruhnya terhadap aktivitas perekonomian.

1.2 Uang 1) Pengertian Uang

Definisi uang menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

1

a. A.C. PigouDalam bukunya The Veil of Money, yang dimaksud dengan uang adalah alat tukar.

b. D.H. Robertson Dalam bukunya Money, ia mengatakan bahwa money is something recepted in payment for goods. Artinya, uang adalah sesuatu yang bisa diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang-barang.

c. R. G. ThomasDalam bukunya Our Modern Banking ia menjelaskan bahwa money is something that is readily and generaly accepted by public in payment for goods, services and other valuable assets and for the payment for debts. Artinya, uang adalah sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-badang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang.

Dari definisi uang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa uang adalah suatu benda yang diterima secara umum sebagai alat perantara untuk mempermudah tukar-menukar dalam kehidupan ekonomi masyarakat.

Ada beberapa definisi daripada uang, masing-masing berbeda sesuai dengan tingkat likuiditasnya. Biasanya yang didefinisikan : M1 adalah uang kertas dan logam ditambah simpanan dalam bentuk

rekening koran (demand deposit) M2 adalah M1 + tabungan + deposito berjangka (time deposit) pada bank-

bank umum.M3 adalah M2 + tabungan + deposito berjangka pada lembaga-lembaga

tabungan non bank.

2) Sejarah Perkembangan Uang

a. Klasifikasi Uang Berdasarkan Nilai

Penemuan uang dalam sejarah kehidupan manusia bisa dikatakan sebagai tonggak baru perkembangan kehidupan manusia di bidang ekonomi yang cukup penting, sama halnya dengan penemuan mesin uap, alat tulis, listrik, dan sebagainya. Dengan ditemukannya uang sebagai alat transaksi membawa implikasi perkembangan ekonomi yang semakin besar. Perkembangan mata uang dimulai dari bentuk dan bahan yang sederhana seperti kerang, batu, kayu, tulang, gigi, dan sebagainya.

Menurut catatan sejarah bahwa bangsa yang pertama kali mengenal uang cetakan adalah bangsa Indian pada masa Mohingo-Daro tahun 2900 SM. Namun catatan sejarah ini baru merupakan perkiraan karena kurang didukung oleh bukti otentik mengenai kapan penggunaan uang pertama kali. Penggunaan uang dalam kehidupan ekonomi kemudian juga dilakukan bangsa Lydia yaitu bangsa kerajaan yang dibangun oleh Gyges di Asia Kecil

2

dan menjadikan Sardis sebagai ibukota. Pada masa Croesus tahun 570 – 645 SM merupakan masa di mana dikenal mata uang emas dan perak yang dicetak secara halus dan akurat.

Bangsa Yunani juga dikenal sebagai bangsa yang telah lama mengenal uang yaitu sejak tahun 406 SM. Mereka membuat uang komoditas (commodity money) dari perunggu yang dicetak dalam bentuk koin dan kemudian membuat uang dari emas dan perak. Mata uang utama bangsa Yunani Kuno adalah Drachma yang terbuat dari perak.

Kebutuhan uang juga dirasakan oleh bangsa Romawi yang menggunakan uang sejak abad ke-3 SM dengan membuat uang dari perunggu yang disebut Aes di samping mata uang dari tembaga. Mata yang utama bangsa Romawi terbuat dari emas yang disebut Denarius yang dicetak gambar Julius Caesar pada masa pemerintahannya. Bentuk dan gambar yang tercetak dalam mata uang menjadi alat politik penguasa untuk mempengaruhi rakyat. Hingga kemudian terjadi manipulasi terhadap nilai uang di mana nilai uang yang tercantum pada uang tidak sesuai dengan nilai yang sebenarnya sebagai barang tambang berakibat hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap mata uang resmi negara.

Bangsa Persia juga telah mengenal uang sejak lama yaitu mengadopsi sistem keuangan bangsa Lydia sejak menguasai bangsa tersebut pada tahun 546 SM. Bentuk uang dibuat persegi empat dan mengalami modifikasi menjadi bulat. Mata uang resmi mereka terbuat dari perak dan mengalami penurunan nilai seiring semakin suramnya pengaruh kerajaan Persia secara politik. Jadi melihat sejarah perkembangan uang membuktikan bahwa peran uang dalam kehidupan ekonomi hampir sama tuanya dengan usia peradaban manusia. Catatan sejarah juga menunjukkan bahwa perkembangan uang dalam kehidupan ekonomi suatu bangsa juga menjadi indikator kemajuan suatu bangsa.

Sebagai bagian dari perekonomian modern kehadiran uang tidak bisa dilepaskan dari aktivitas kehidupan ekonomi masyarakat. Bentuk dan jenis uang mengalami evolusi dari waktu ke waktu beradaptasi dengan perkembangan dan tuntutan dinamika ekonomi masyarakat. Klasifikasi uang ditentukan berdasarkan faktor-faktor berikut : 1. Ciri-ciri fisik bahan untuk membuat uang.2. Badan atau lembaga yang mengeluarkannya.3. Kaitan antara uang sebagai alat tukar dengan uang sebagai komoditas.

Dari faktor-faktor yang diungkapkan di atas, maka uang dapat diklasifikasikan dan sekaligus juga mengindikasikan sistem moneter serta karakteristik perekonomian yang sedang berjalan.

3

3) Klasifikasi Uang

Klasifikasi uang berdasarkan nilai menyangkut kaitan antara bahan untuk membuat uang dengan nilai nominal yang tercantum dalam uang tersebut, maka secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga jenis uang yaitu uang bernilai penuh (full bodied money), uang bernilai penuh dengan representasi (representative full bodied money) dan uang kredit (credit money).

a) Uang Bernilai Penuh (Full Bodied Money)

Uang bernilai penuh (full bodied money) adalah uang yang nilainya sebagai suatu komoditi untuk keperluan non-moneter sama dengan nilainya sebagai uang. Sedangkan perkembangan ekonomi berikutnya menuntut karakteristik uang dalam bentuk yang lebih spesifik sehingga dalam sistem moneter modern yang menganut standar logam mata uang utamanya terbuat dari emas atau perak.

Kebijakan penetapan uang bernilai penuh oleh pemerintah mengandung konsekuensi :(a) Menentukan nilai emas dari satuan moneter yaitu dengan menetapkan

kandungan emas dari satuan moneter atau menetapkan harga dari setiap unit emas.

(b) Dengan ketetapan harga di atas, maka semua logam yang ditawarkan harus dibeli dan dibuat uang tanpa batas dan tanpa biaya untuk menghindari jatuhnya harga emas di pasaran pada saat pembuatan uang logam.

(c) Memberi kebebasan bagi masyarakat untuk melebur uang logamnya untuk keperluan non-moneter untuk mencegah kenaikan harga emas di pasaran di atas harga pembuatan uang logam tersebut.

Dengan menetapkan kebijakan di atas, maka harga emas ditentukan oleh nilai uangnya yang menjamin bahwa uang logam bernilai penuh (full bodied money) di mana nilai uang sama dengan nilai logam untuk keperluan non-moneter.

b) Uang Penuh yang Representative (Representative Full Bodied Money)

Jenis uang bernilai penuh (full bodied money) akan mengalami banyak kesulitan dalam aplikasi di lapangan dalam kaitan untuk mengukur stabilitas nilai uang dengan barang-barang lainnya. Di samping itu juga akan banyak menghadapi kendala dengan perkembangan perekonomian di mana kebutuhan hidup masyarakat mengalami peningkatan sementara jumlah pertambahan emas belum tentu bisa mengimbangi kebutuhan barang-barang masyarakat, sehingga implementasi model bernilai penuh banyak menghadapi distorsi.

4

Untuk mengatasi persoalan tersebut, maka dibuatlah uang penuh yang representatif dimana uang yang beredar di masyarakat tidak lagi berupa logam emas tetapi cukup berupa kertas yang bernilai penuh atau ekuivalen dengan emas batangan atau perak yang disimpan oleh pemerintah di bank sentral. Masyarakat tidak bisa melebur uang logam menjadi emas batangan secara bebas, karena dia harus lapor dulu dan menukarkan uang kertas yang dimiliki dengan emas batangan di bank sentral. Jadi sebenarnya ‘uang’ yang dipegang masyarakat tidak mempunyai nilai yang berarti karena hanya sekedar kertas yang mewakili (representasi) dari uang logam yang disimpan oleh pemerintah. Namun uang itu dapat diterima secara luas oleh masyarakat untuk alat transaksi karena nilai nominalnya sepadan dengan jumlah dan kandungan emasnya. Dan masyarakat bebas menukarkan uang kertas yang dimiliki oleh logam emas yang nilainya sepadan kepada pemerintah melalui bank sentral.

Jenis uang penuh dengan representasi ini sangat membantu untuk mendorong transaksi ekonomi baik dalam skala yang cukup besar atau sebaliknya pada transaksi yang relatif sedikit. Namun juga mengandung resiko yang cukup serius yaitu karena hanya terbuat dari kertas, maka sangat mudah rusak, sobek, terbakar, hilang, dan sebagainya. Demikian juga mengundang kerawanan untuk pemalsuan uang, karena hanya terbuat dari kertas yang setiap orang mudah menirunya. Jika keterbatasan dan kekurangan tersebut tidak atasi akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap jenis uang penuh dengan representasi ini, sehingga dapat mempengaruhi kelancaran laju pertumbuhan ekonomi. c) Uang Kredit (Credit Money)

Perkembangan dan kebutuhan uang dirasakan sangat mendesak dan penting untuk mendorong kegiatan ekonomi masyarakat. Sehingga dibuatlah jenis uang berikutnya yaitu uang kredit (credit money) yang sebenarnya adalah merupakan bentuk uang pada umumnya kecuali uang yang bernilai penuh (full bodied money) atau uang bernilai dengan representasi (representative full bodied money). Jadi uang kredit adalah uang beredar yang nilai nominalnya lebih besar dibandingkan dengan nilai komoditinya. Bentuk uang kredit yang sampai sekarang banyak digunakan yaitu kertas dan uang logam yang nilai nominalnya lebih besar dari nilai komoditasnya.

Ada dua bentuk uang kredit (credit money) tergantung lembaga yang mengeluarkannya yaitu (1) uang kredit yang dikeluarkan pemerintah, (2) uang kredit yang dikeluarkan oleh bank. Uang kredit yang dikeluarkan oleh pemerintah meliputi :(a) Token Coins yaitu uang logam yang tidak bernilai penuh dan merupakan

uang yang nilai nominalnya kecil (recehan) untuk keperluan transaksi yang nilainya sedikit. Bentuk token coins berupa uang logam yang tidak

5

bernilai penuh (token money) yang nilainya di atas nilai pasar logam yang dikandung.

(b) Representtaive token money yaitu uang yang tidak bernilai penuh yang representatif. Bentuknya berupa uang kertas yang mencerminkan mata uang logam yang tidak bernilai penuh atau sejumlah logam yang beratnya sama yang disimpan oleh pemerintah.

(c) Fiat money (uang kertas yang dikeluarkan pemerintah) yaitu uang kertas yang menunjukkan hutang dalam uang tersebut. Masyarakat mau menerima pembayaran dengan uang kertas tersebut karena dasarnya kepercayaan (fiat) bahwa uang tersebut ada nilainya dan dapat digunakan sebagai alat transaksi yang sah.

Sedangkan uang kredit (credit money) yang dikeluarkan oleh bank meliputi : (a) Uang kartal yang berupa uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan

oleh bank sentral yang berfungsi sebagai alat transaksi yang sah misalnya uang kertas dan uang logam yang beredar di masyarakat.

(b) Uang giral (demand deposit) yang diterbitkan oleh bank swasta dan bank sentral yang berupa rekening giro di bank-bank yang dapat ditransfer kepada pihak lain dengan menggunakan cek (cheque) atau perintah untuk membayar.

b. Klasifikasi Uang Menurut Bahannya

Bahan untuk membuat uang mengalami evolusi yang terus berjalan dari mulai bahan-bahan alami yang sederhana seperti tulang, kayu, gading, batu, kerang dan sebagainya sampai kemudian muncul uang dari bahan yang semakin baik dengan proses pembuatan yang semakin modern seperti sekarang. Namun uang yang beredar di masyarakat secara garis besar di bagi menjadi dua yaitu :a) Uang kertas yaitu mata uang yang bahannya terbuat dari kertas baik yang

dikeluarkan oleh bank sentral yaitu uang kertas biasa (uang kartal) dan uang kertas yang giral yang dikeluarkan oleh bank umum. Proses pembuatan uang dilakukan melalui proses yang ketat dan dilakukan oleh Perum PERURI (Perusahaan Uang Republik Indonesia) di bawah pengawasan otoritas moneter (Bank Indonesia) dan secara periodik dilakukan pencetakan uang baru baik motif maupun barangnya untuk mengganti uang yang rusak maupun untuk mencegah kemungkinan terjadi pemalsuan.

b) Uang logam yaitu mata uang yang bahannya dibuat dari logam baik emas, perak atau perunggu. Sirkulasi uang logam sama dengan uang kertas yaitu dikeluarkan oleh bank umum. Proses pembuatan uang dilakukan melalui proses yang ketat dan dilakukan oleh Perum PERURI (Perusahaan Uang Republik Indonesia) dan secara periodik dilakukan pencetakan uang baru baik motif maupun barangnya untuk mengganti uang yang rusak maupun

6

untuk mencegah kemungkinan terjadi pemalsuan. Namun relatif uang logam lebih kuat dari uang kertas sehingga masa edarnya bisa lebih lama.

c. Klasifikasi Uang Menurut Lembaga yang Membuatnya

Jika dlihat dari lembaga yang mengeluarkan uang, maka uang dapat dibagi menjadi :a) Uang kartal yaitu uang yang dikeluarkan Bank Sentral (BI) baik berupa

uang kertas maupun uang logam.b) Uang giral yaitu uang yang dikeluarkan bank umum atau bank komersial

dalam bentuk demand deposit (rekening koran) atau juga dikenal dengan cek (cheque).

Kebijakan pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat baik uang kartal maupun uang giral oleh otoritas moneter dimaksudkan untuk menggerakkan perekonomian sehingga dapat berjalan dan mencapai sasaran ekonomi yang telah ditetapkan.

d. Klasifikasi Uang Menurut Kawasan Berlakunya

Jika dilihat dari kawasan di mana uang itu berlaku, maka klasifikasi uang dibagi menjadi : a) Uang domestik yaitu uang yang hanya berlaku di dalam negeri saja dan di

luar negeri tidak berlaku. Misalnya mata uang rupiah (Rp) hanya berlaku di Indonesia saja sementara di Malaysia mata uang rupiah tidak berlaku.

b) Uang internasional yaitu mata uang yang tidak hanya berlaku di dalam negeri saja tetapi juga di seluruh dunia, misalnya mata uang dollar AS (US$) tidak hanya berlaku di AS saja tetapi juga berlaku di negara-negara lainnya. Mata uang internasional lainnya misalnya Yen Jepang, Poundsterling Inggris, dan sebagainya.

e. Klasifikasi Uang Sebagai Salah Satu Bentuk Kekayaan

Uang merupakan salah satu bentuk kekayaan yang dimiliki seseorang di samping bentuk kekayaan lainnya seperti tanah, mobil, rumah, perhiasan dan sebagainya. Klasifikasi uang yang merupakan salah satu bentuk kekayaan dirumuskan oleh Gurley dan Shaw yang masih menimbulkan perdebatan di kalangan para ahli ekonomi. Klasifikasi uang yang merupakan salah satu bentuk kekayaan dapat dibagi menjadi : a) Uang dalam (inside money) yaitu pemegangan uang oleh sektor swasta

yang tidak menyumbang pada kekayaan bersih.Di mana uang hanya dipegang oleh pemiliknya tanpa digunakan untuk kegiatan ekonomi baik konsumsi, produksi maupun distribusi sehingga nilai kekayaan dalam bentuk uang cenderung tetap.

b) Uang luar (outside money) yaitu pemegangan uang oleh sektor swasta yang menyumbang pada kekayaan bersih.

7

Di mana uang benar-benar digunakan untuk mendorong kegiatan ekonomi baik konsumsi, produksi maupun distribusi. Sehingga nilai kekayaan dalam bentuk uang akan semakin meningkat seiring pertambahan nilai produksi barang dan jasa yang diciptakannya.

4) Kreteria Uang

Benda yang disepakati untuk menjadi ‘uang’ harus memiliki karakteristik yang khas sehingga dapat berfungsi sebagai alat untuk mendorong transaksi perdagangan yaitu benda itu harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Disukai dan diterima oleh umum (acceptability and cognizability), sebab

sebagai alat transaksi yang melibatkan kepentingan masyarakat luas, maka harus ada kesepakatan bahwa uang tersebut dapat digunakan untuk alat transaksi secara umum.

b. Nilainya stabil (stable in value), stabilitas dalam nilai merupakan persyaratan penting dari uang karena uang menjadi indikator utama kegiatan ekonomi secara makro dan mikro. Stabilitas dalam nilai uang akan memudahkan pelaku ekonomi melakukan perencanaan dan perkiraan di masa yang akan datang. Uang sebagai alat untuk mengukur dan menilai barang yang ditransaksikan harus memenuhi nilai yang stabil sehingga dapat digunakan untuk mengukur nilai suatu barang dibandingkan barang lainnya.

c. Mudah disimpan dan tahan lama (durable), agar uang tersebut dapat digunakan untuk kegiatan transaksi, maka uang tersebut dapat disimpan dalam waktu yang lama sehingga dapat mendorong aktivitas ekonomi kapan saja.

d. Mudah dibawa-bawa (portable), maksudnya bahwa uang tersebut dapat digunakan kapan saja dan di mana saja untuk melancarkan kegiatan ekonomi masyarakat yang terus berkembang.

e. Mudah dibagi-bagi dalam satuan-satuan yang lebih kecil (divisible into small unit), uang harus bisa digunakan untuk melancarkan transaksi baik dalam skala dan ukuran yang besar maupun yang kecil sehingga kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi melalui transaksi ekonomi di masyarakat.

5) Fungsi dan Peranan Uang Dalam Perekonomian

Secara umum pengertian uang adalah sesuatu yang dipergunakan sebagai alat untuk bertransaksi (medium of exchange). Pentingnya peranan uang dalam perekonomian diibaratkan seperti ‘darah’ bagi tubuh manusia yang berfungsi mengatur proses metabolisme dalam tubuh. Jika ‘darah’ beredar dengan lancar dengan jumlah dan tekanan yang memadai, maka tubuh manusia akan sehat dan dapat beraktivitas dengan baik. Demikian juga uang dalam perekonomian, jika jumlah uang yang beredar dan stabilitas nilai uang berada dalam keadaan yang ideal, maka perekonomian akan berjalan dengan

8

baik dan perekonomian akan mengalami pertumbuhan serta mendorong proses produksi, konsumsi dan distribusi.

Dalam perekonomian yang sederhana di mana interaksi antar individu dan kelompok relatif masih sederhana dan kebutuhan masyarakat relatif masih sedikit, maka aktivitas ekonomi yang berupa produksi, konsumsi dan distribusi dapat berjalan secara sederhana. Bahkan dalam struktur masyarakat yang masih primitif (subsisten) kebutuhan-kebutuhan hidupnya dipenuhi dari kegiatan produksi sendiri. Kondisi ini bisa berjalan karena masyarakat dan individu dapat menentukan jenis barang dan nilainya secara mudah karena relasi antar individu relatif masih mudah dan sederhana. Kegiatan ekonomi dan perdagangan dilakukan melalui barter yaitu menukarkan barang yang dimiliki dengan barang orang lain secara langsung.

Namun seiring dengan perjalanan waktu bahwa kebutuhan manusia terus meningkat baik jumlah, nilai dan intensitasnya, maka kegiatan barter tidak dapat mengkomodasi semua kebutuhan masyarakat. Aktivitas barter dapat berjalan jika memenuhi ketentuan double coincidence of wants dengan syarat-syarat sebagai berikut : a. Masing-masing pihak yaitu pihak I dan II sama-sama saling memerlukan

barang tersebut.b. Transaksi barter berlangsung pada waktu yang tepat dan sama.c. Transaksi barter terlaksana pada tempat tertentu.d. Transaksi barter dalam nilai yang sesuai.

Mengingat persyaratan yang begitu rumit dan kaku, maka aktivitas barter menimbulkan inefisiensi dan tidak dapat menyelesaikan permasalahan ekonomi. Kesulitan yang dihadapi pada pertukaran barter adalah transaksi hanya terjadi satu kali, memerlukan tempat untuk menimbun barag dan ada ketakutan jika terjadi musibah seperti banjir, kebakaran, kecurian, penyusutan, dan sebagainya yang dapat merusak nilai barang. Mengingat kebutuhan masyarakat modern yang terus meningkat dan membutuhkan penyelesaian secara akurat, maka dibutuhkan adanya suatu ‘benda’ yang disepakati sebagai alat tukar yaitu ‘uang’. Dengan adanya uang, transaksi perdagangan menjadi lebih mudah dan efisien. Fungsi ‘uang’ dalam perekonomian meliputi :a. Alat tukar perdagangan (medium of exchange) yaitu dengan adanya uang

sebagai alat untuk melakukan transaksi, maka perlaku ekonomi tidak perlu harus menukarkan barang secara ‘barter’ yang sangat merepotkan tetapi cukup barangnya dijual dengan sejumlah uang tertentu dan kemudian dibelikan dengan barang yang diinginkannya. Dengan adanya uang transaksi perdagangan akan berjalan lebih mudah dan efisien. Setiap pelaku ekonomi bebas menentukan pilihan barang dan jasa yang diinginkan sesuai dengan jumlah yang dimiliki.

9

b. Satuan hitung (unit of account) yaitu dengan adanya uang, maka nilai suatu barang dinyatakan dengan harga (price) yang mencerminkan nilai barang yang dapat diperbandingkan dengan barang lainnya. Dengan adanya uang juga memudahkan dalam pengambilan keputusan ekonomi karena dapat menentukan berapa harga (price) suatu barang, menentukan penerimaan (revenue), menentukan biaya produksi (cost) dan besarnya pendapatan (income).

c. Alat penyimpan nilai (store of value) yaitu dengan menggunakan uang, maka aktivitas ekonomi seperti pengeluaran untuk konsumsi dan pembayaran pinjaman dapat dilakukan pada masa-masa tertentu. Uang yang kita miliki sekarang dapat disimpan dan digunakan pada waktu yang akan datang. Uang juga dapat disimpan dan digunakan pada masa yang akan datang karena sifatnya yang liquid yaitu dapat dengan mudah ditukarkan dengan barang yang diinginkan.

d. Standar pembayaran yang ditangguhkan (standard of deferred payments) yaitu dengan uang maka pemberian pinjaman dan pelunasannya dapat dilakukan pada waktu yang tidak sama, sehingga memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi yang tidak dapat dilakukan secara tunai.

Uang memegang peranan yang penting dalam perekonomian modern dan motif memegang uang yaitu :a. Motif transaksi (transaction motive), yaitu kebutuhan uang untuk

meningkatkan transaksi dan memenuhi kebutuhan hidup artinya semakin tinggai tingkat transaksi yang ditunjukkan oleh besarnya pendapatan nasional maka semakin tinggi kebutuhan masyarakat akan uang. Pada masyarakat yang tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi, ditandai oleh meningkatnya kebutuhan akan uang. Dalam dunia bisnis kebutuhan uang kas untuk mendukung kebutuhan pembelian bahan-bahan baku sehingga kegiatan produksi bisa berjalan. Sedangkan bagi masyarakat konsumen kebutuhan uang kas yaitu untuk keperluan belanja barang kebutuhan pokok dan penunjang seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, informasi, dan sebagainya.

b. Motif berjaga-jaga (precautionary motive), yaitu mengantisipasi keadaan masa depan yang penuh ketidakpastian (uncertainty), maka perlu mempersiapkan dengan sejumlah uang untuk berjaga-jaga seandainya menghadapi masalah seperti ada yang sakit, meninggal, kecelakaan, bencana alam yang berakibat kerusakan pada mesin produksi, peralatan, dan sebagainya. Kebutuhan uang juga perlu untuk mengantisipasi seandainya ada peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan atau mengembangkan jaringan usaha sehingga kegiatan usaha dapat terus berkembang.

c. Motif spekulasi (speculation motive), yaitu mengambil pilihan bentuk kekayaan yang memberikan keuntungan baik secara finansial maupun sosial. Ada beberapa bentuk kekayaan (asset) selain uang yang banyak diminati masyarakat yaitu rumah, tanah, mobil, saham, obligasi, perhiasan,

10

properti, dan sebagainya. Masing-masing aset tersebut memiliki sisi kelebihan dan kekurangan baik dari aspek finansial maupun sosial. Nilai (value) tiap-tiap bentuk kekayaan tersebut mengalami fluktuasi tergantung kekuatan permintaan dan penawaran di pasar di samping faktor psikologi masyarakat. Pilihan untuk mengambil salah satu bentuk kekayaan dengan mengabaikan kekayaan lainnya mengandung untung dan rugi. Sehingga keputusan untuk mengambil salah satu bentuk kekayaan ditentukan oleh kecenderungan perubahan harga / nilai dari barang / kekayaan tersebut dibandingkan dengan bentuk kekayaan lainnya.

Intensitas fungsi dan peranan uang dalam perekonomian terkait dengan kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah melalui otoritas moneter yaitu bank sentral. Fungsi dan peranan bank sentral untuk mengendalikan jumlah uang beredar melalui instrumen kebijakan moneter akan berpengaruh terhadap indikator ekonomi moneter seperti tingkat bunga, inflasi, dan nilai tukar.

6) Nilai Uang (Daya Beli Uang)

Nilai uang adalah jumlah barang atau jasa yang diberikan oleh orang lain, sebagai pengganti satuan uang dari kita. Misalnya uang Rp. 50.000 mempunyai nilai tukar dengan seekor ayam, atau satu kali periksa dokter, atau satu kali servis sepeda motor. Nilai uang (N) = I/P.

Fasilitas-fasilitas yang mempengaruhi nilai uang adalah :a. Besar atau banyaknya jumlah uang yang beredar, ini dinamakan juga

penawaran atau tersedianya uang dalam masyarakat (money suply = Ms). b. Cepat peredaran uang, ini juga disebut permintaan terhadap uang (money

demand = Md).c. Jumlah barang yang diperdagangkan, ini disebut pula volume of trade (T).

Atas dasar faktor-faktor tersebut diatas, maka timbullah bermacam-macam teori untuk menjawab mengapa nilai uang itu berubah dan bagaimana mekanismenya. Teori tentang perubahan nilai disebut juga sebagai kuantitet.

11

BAB IISTANDAR MONETER

2.1 Pengertian Standar Moneter

Standar moneter diartikan dengan sistem moneter yang menunjukkan standar nilai uang termasuk peraturan tentang ciri-ciri / sifat-sifat dari uang, kebijakan pengendalian jumlah uang beredar, dan sebagainya. Dalam sejarah perekonomian peranan dan fungsi uang tidak terlepas dari sistem moneter yang diterapkan pada suatu perekonomian serta perubahan bentuk dan bahan pembuatan uang. Awal kegiatan ekonomi masyarakat yang sudah mengenal uang dimulai dengan penggunaan bahan-bahan yang sederhana dan mudah diketemukan misalnya kayu, gading, batu, kerang, dan seagainya yang dibentuk sedemikian rupa dan digunakan untuk uang sebagai alat transaksi.

Mengingat fungsi dan peranan uang yang sangat penting dalam mendorong aktivitas ekonomi, maka dirasa perlu untuk mencari bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai uang sehingga muncullah kemudian uang dari emas dan perak. Seiring dengan perubahan dan tuntutan keadaan, maka standar moneter mengalami perubahan mengikuti perkembangan aktivitas ekonomi dan perkembangan teknologi. Pada dasarnya standar moneter pada perekonomian mencakup dua bentuk yaitu :1. Standar barang (commodity standard) yaitu standar moneter di mana nilai

uang yang beredar dijamin sepenuhnya oleh pemerintah dengan seberat tertentu dengan barang yang berupa emas dan perak. Sistem moneter yang termasuk dalam kategori standar barang yaitu standar kembar (bimetalism standard), standar emas (gold standard), standar perak (silver standard).

2. Standar kepercayaan (fiat standard) yaitu standar moneter di mana nilai uang yang beredar tidak dijamin oleh pemerintah dengan sejumlah tertentu barang yang berupa emas atau perak. Masyarakat mau menerima uang kepercayaan karena mereka percaya bahwa uang yang diterima dapat digunakan sebagai alat bertransaksi. Standar moneter yang termasuk dalam standar kepercayaan adalah uang kepercayaan (fiat money) dan uang kertas inkovertibel (iincovertible paper money).

2.2 Jenis-jenis Standar Moneter

1) Standar Emas (Gold Standard)

12

Pada perekonomian yang menerapkan standar emas (gold standard) yaitu jika mata uang yang digunakan sebagai alat tukar adalah emas. Konsekuensi dari penerapan standar emas yaitu pemerintah harus bersedia menjual dan membeli emas dalam jumlah yang tidak terbatas dengan harga yang ditetapkan. Kemudian setiap individu bebas untuk melebur mata uang emas menjadi emas batangan atau perhiasan. Ada beberapa variasi dari standar emas (gold standard) yaitu :

a. Standar Mata Uang Emas (The Gold Coin Standar)

Sistem moneter dengan standar mata uang emas manakala mata uang yang beredar di masyarakat sepenuhnya dengan menggunakan emas. Nilai mata uang ditentukan oleh kandungan emas pada mata uang tersebut, misalnya 1 franc = 4,5 gram emas. Implikasi dari standar mata uang emas yaitu :a) Pemerintah harus bersedia membeli dan menjual mata uang emas

seberapapun jumlahnya.b) Adanya kebebasan bagi individu untuk menyimpan, melebur atau

mengekspor mata uang emas.

Kebaikan dari standar mata uang meas (the gold coin standard) adalah bahwa keseimbangan antara harga pasar emas batangan dan nilai mata uang emas akan terjaga karena adanya kebebasan bagi individu apakah akan memegang dalam bentuk mata uang atau akan dilebur menjadi emas batangan. Jika harga emas batangan di pasar naik, maka masyarakat akan melebur mata uang emasnya akibatnya keseimbangan nilai pasar antara nilai emas batangan dengan mata uang emas akan selalu terjaga.

Namun di sisi lain standar mata uang emas (the gold coins standard) juga mengandung kelemahan yaitu mengalami kesulitan untuk melayani transaksi perdagangan yang nilainya kecil karena nilai uang yang tinggi. Demikian juga sebaliknya mata uang emas mengalami kesulitan untuk memenuhi transaksi yang nilainya cukup besar, akibatnya volume perdagangan dan aktivitas perdagangan akan terganggu. Kendala tersebut menjadi semakin serius jika perkembangan volume perdagangan tidak diimbagi dengan penyediaan cadangan emas yang mencukupi.

b. Standar Inti Emas (The Gold Bullion Standard)

Standar inti emas (the gold bullion standard) hampir mirip dengan standard mata uang emas (the gold coin standard) yaitu nilai mata uangnya dikaitkan dengan kandungan emas dalam mata uang. Dalam standar inti emas ini cadangan emas di dalam negeri dijadikan cadangan untuk pembayaran-pembayaran ke luar negeri. Di samping itu cadangan emas yang dikuasai oleh otoritas moneter digunakan sebagai cadangan atas uang yang beredar

13

di masyarakat. Konsekuensinya pemerintah siap menjual dan membeli mata uang emas seberapapun jumlahnya pada harga tertentu. Pemerintah akan menerima uang kredit untuk ditukarkan dengan emas batangan.

Namun pada sisi lain ada hal penting dengan standar inti emas (the gold coin standard) yaitu pencabutan ijin individu untuk melebur mata uang emas menjadi emas batangan. Emas batangan hanya disimpan di bank sentral sementara mata uang yang beredar adalah mata uang kertas yang dijamin sepenuhnya dengan emas oleh pemerintah. Aspek positif dari standar moneter ini adalah pemerintah terbebas dari beban membuat mata uang emas. Namun di sisi lain standar inti emas juga mengandung kelemahan yaitu hanya terbatas peredarannya pada orang-orang yang kaya kurang menjangkau kehidupan masyarakat menengah ke bawah.

c. Standar Inti Emas yang Dikendalikan (The Managed Gold Bullion Standard)

Standar inti emas yang dikendalikan masih terkait dengan penjaminan mata uang dengan emas dalam nilai tertentu namun tidak digunakan dalam peredaran di masyarakat. Pemerintah bisa menetapkan perubahan kadar kandungan emas untuk nilai nominal uang tertentu. Pemerintah perlu mengurangi kadar emas dalam satuan uang tertentu untuk mendorong kegiatan usaha dengan harapan dapat memperoleh keuntungan dari kenaikan harga karena adanya devaluasi.

d. Standar Pertukaran Emas (The Gold Exchange Standard)

Standar pertukaranm emas (the gold exchange standard) ini merupakan kombinasi antara standar mata uang emas (the gold coin standard) dan standar mata uang inti (the gold bullion standard). Dalam standar pertukaran emas ini dinyatakan bahwa nilai mata uang dijamin dengan sejumlah tertentu emas. Adanya kebebasan dalam bagi individu untuk mengekspor emas, mengimpor emas, menyimpan emas serta mendapatkan emas dari perusahaan penambang emas. Uang kredit (credit money) dapat ditukarkan dengan sertifikat emas yang kemudian ditukarkan dengan emas kepada pemerintah. Implikasinya adalah bahwa aliran emas untuk membayar hutang dapat diminimumkan karena adanya cadangan emas di luar negeri yang dapat digunakan untuk maksud tersebut.

Kebaikan Standar Emas

Secara umum standar emas (the gold standard) memiliki beberapa keunggulan yang diminati banyak orang yaitu : a. Diterima Masyarakat (Acceptability) yaitu masyarakat menerima mata

uang emas atau uang kertas yang dijamin sepenuhnya dengan emas

14

karena memang sifat fisik emas disukai setiap individu. Dalam hal mata uang kertas yang dijamin sepenuhnya dengan emas oleh pemerintah tingkat penerimaan (acceptability) masyarakat tergantung sejauh mana komitmen pemerintah dalam memenuhi tuntutan masyarakat yang ingin menukarkan uang kertas dengan sejumlah tertentu emas oleh pemerintah.

b. Pembatasan secara Otomatis sebagai Alat Transaksi (Automatic Limitaton on Medium of Exchange) yaitu adanya ketentuan tentang jumlah cadangan minimum dalam pencetakan uang kertas merupakan instrumen dalam pengendalian jumlah uang kertas yang beredar di masyarakat. Sehingga dengan ketentuan seperti itu dapat mengendalikan kemungkinan terjadinya inflasi karena adanya pencetakan uang kertas yang melebihi ketentuan.

c. Dasar dalam Sistem Keuangan Internasional (Basis of an International Money System) yaitu dengan dijaminnya uang kertas di masyarakat terhadap emas oleh pemerintah akan meningkatkan kepercayaan internasional terhadap mata uang kertas tersebut. Kondisi ini membawa implikasi ekonomi lebih luas yaitu semakin terintegrasinya perekonomian suatu negara dengan perekonomian negara lainnya.

d. Pengontrol keadaan Inflasi dan Deflasi (A Check on Inflation and Deflation) yaitu dengan ketentuan bahwa uang kertas yang beredar harus di back up oleh sejumlah tertentu emas oleh masyarakat sehingga pemerintah tidak bisa mencetak uang kertas semaunya. Ketentuan ini akan menghindarkan negara dari kemungkinan terjadinya inflasi atau sebaliknya terjadi deflasi.

e. Pendorong Perdagangan dan Investasi Internasional (Stimulasi to International Trade and Investment) yaitu standar emas akan memberikan stimulus bagi pelaku-pelaku ekonomi baik pengusaha, importir, dan eksportir dalam mendorong kegiatan perdagangan dan investasi internasional karena terhindar dari kemungkinan terjadinya fluktuasi nilai tukar mata uang yang mengandung resiko kerugian.

f. Menyeragamkan Sistem Harga Internasional (Uniform International Price System) yaitu jika diasumsikan aliran modal internasional bergerak bebas, maka apabila neraca perdagangan suatu negara mengalami surplus akan mendorong peningkatan jumlah cadangan emas yang menyebabkan semakin banyaknya jumlah uang yang beredar dan mendorong terjadinya inflasi. Keadaan inflasi menyebabkan daya saing (cmpetitive advantage) produk-produk dalam negeri mengalami penurunan dan sebaliknya barang-barang impor menjadi lebih murah. Sehingga ekspor barang mengalami penurunan dan sebaliknya impor barang meningkat yang menyebabkan adanya aliran emas keluar dan menyebabkan cadangan emas mengalami penurunan. Keadaan ini mendorong neraca perdagangan internasional mencapai keseimbangan. Fenomena aliran emas internasional telah diungkap-kan oleh David Hume yang dikenal dengan “Mekanisme Aliran Modal

15

Emas (Price Spicie Flow Mechanism)” di mana dalam konteks perdagangan bebas antar negara keseimbangan pembayaran internasional akan tercapai jika masing-masing negara berspesialisasi pada produk yang mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage).

Kelemahan Standar Emas

Standar emas di samping ada sisi kelebihan namun juga ada aspek kelemahannya yaitu :a. Standar Mata Uang Emas (The Gold Coin Standard) sangat menyulitkan

untuk transaksi perdagangan dengan volume perdagangan yang kecil atau sebaliknya untuk volume perdagangan yang besar. Masyarakat harus melebur mata uang emas dan memecah dalam butiran yang kecil-kecil untuk membayar unit barang yang nilainya kecil. Dan sebaliknya masyarakat harus membawa uang dalam jumlah yang besar dan berat untuk membayar transaksi perdagangan dalam volume yang besar.

b. Penerapan Standar Inti Mata Uang Meas (The Gold Bullion Standard) bisa berjalan manakala masyarakat masih percaya dengan uang kertas yang dijamin sepenuhnya dengan emas oleh pemerintah. Namun dimasa resesi ekonomi yang ditandai oleh lunturnya kepercayaan masyarakat terhadap mata uang, masyarakat akan berbondong-bondong menukarkan uang kertas dengan emas yang berakibat hancurnya sistem moneter ini dan meninggalkan standar inti mata uang emas (the gold bullion standard).

c. Dengan ditinggalkannya standar inti mata uang emas (the gold bullion standard), maka pemerintah mengeluarkan ketentuan mengenai penurunan jaminan nilai mata uang kertas yang beredar. Pemerintah bahkan bisa mengeluarkan ketentuan mengenai penolakan ekspor emas untuk pembayaran utang internasionalnya atau menolak penukaran uang kertas dengan cadangan emas. Sehingga penciptaan uang kertas hanya didukung oleh unsur kepercayaan masyarakat bahwa uang yang beredar dapat digunakan sebagai alat untuk bertransaksi.

d. Implikasi dari dilepaskannya standar emas menyebabkan keseimbangan harga internasional secara otomatis tidak akan terwujud. Karena nilai mata uang yang beredar di masing-masing negara tidak dijamin sepenuhnya dengan emas. Penurunan jumlah emas tidak otomatis mengurangi jumlah uang beredar dan sebaliknya penambahan jumlah emas juga tidak otomatis meningkatkan jumlah uang beredar.

e. Perubahan jumlah cadangan emas yang tidak langsung terkait dengan nilai nominal uang yang beredar membuka peluang terjadinya spekulasi yang berakibat munculnya fluktuasi nilai uang baik secara internal maupun eksternal.

16

2) Standar Perak (Silver Standar)

Secara operasional standar perak (the silver standar) dalam sistem moneter suatu perekonomian tidak berbeda dengan standar emas (the gold standard). Klasifikasi standar perak juga sama dengan standar emas yaitu standar mata uang perak (the silver coin standard), standar intu perak (the silver bullion standard), standar inti perak yang dikendalikan (the managed silver bullion standard) dan standar pertukaran perak (the silver exchange standard). Penjelasan operasional dari masing-masing standar moneter perak tersebut hampir sama dengan standar emas demikian juga dengan aspek kelebihan dan kekurangannya. Dalam perkembangan selanjutnya muncul kombinasi antara standar emas dengan standar perak yaitu standar kembar (bimetalisme standard) karena masing-masing komoditas tersebut memiliki karakteristik yang hampir sama.

3) Standar Kembar (Bimetalisme Standard)

Pada perekonomian yang menerapkan standar kembar (bimetalisme standard), maka uang yang dipakai dalam transaksi ekonomi adalah emas dan perak dengan menetapkan nilai perbandingan antara emas dan perak misalnya 1 : 10 artinya harga emas senilai dengan 10 kali harga perak pada bobot dan kandungan tertentu. Nilai perbandingan tersebut dikenal dengan istilah mint ratio. Implikasi yang ditimbulkan dari sistem perekonomian yang menerapkan standar kembar adalah :a. Nilai komoditi emas dan perak sebagai barang sama dengan nilai emas

dan perak sebagai uang dan disebut dengan istilah full bodied money.b. Adanya kebebasan bagi masyarakat untuk melebur mata uang emas dan

perak untuk dijadikan barang-barang perhiasan atau kerajinan lainnya. Keadaan ini muncul karena berlakunya hukum Gresham yaitu Bad Money Drives Out Good Money artinya bahwa uang yang ‘buruk’ akan mendorong keluar uang yang ‘baik. Sehingga misalnya terjadi perubahan dalam stok emas dan perak di masyarakat karena diketemukannya sumber tambang yang baru, maka akan mempengaruhi perbandingan nilai emas dan perak sebesar 1 : 10, maka sejak diketemukannya sumber tambang perak yang baru perbandingan nilai emas dan perak berubah menjadi 1 : 11. Keadaan ini mendorong masyarakat untuk meleburkan mata uang emas untuk ditukarkan dengan perak untuk memperoleh keuntungan selisih perbandingan nilai sebesar 11 – 10 = 1 pada bobot dan kandungan tertentu. Kondisi ini menimbulkan persoalan karena mata uang perak akan mendominasi perekonomian sementara mata uang emas hilang dari peredaran, sehingga mata uang perak akhirnya akan menggantikan mata uang emas. Kelemahan standar kembar ini yang kemudian memunculkan ide penggunaan standar tunggal atau standar emas (gold standard).

17

4) Standar Kepercayaan (Fiat Standard)

Standar kepercayaan (fiat standard) merupakan perkembangan lebih lanjut dari standar moneter sebelumnya. Dan dikatakan standar kepercayaan (fiat standard) karena nilai uang yang beredar di masyarakat tidak dijamin dengan sejumlah tertentu cadangan emas atau perak tetapi semata-mata oleh kepercayaan masyarakat. Masyarakat mau menerima uang kertas yang tanpa dijamin sejumlah tertentu cadangan emas karena masyarakat percaya bahwa mata uang kertas atau logam tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk transaksi perdagangan dan sebagai penyimpan nilai. Uang dengan standar kepercayaan muncul sebagai respon dari standar moneter sebelumnya yaitu standar emas, standar perak dan standar kembar yang dianggap kurang relevan dengan tuntutan perkembangan bisnis dan ekonomi. Penggunaan uang emas dan uang perak dianggap kurang praktis dan kurang efisien, maka kemudian digunakan sistem representasi dalam bentuk surat emas atau surat perak sebagai pengganti emas dan perak yang disimpan sehingga disebut dengan backing sertificate. Sertifikat emas juga disiebut dengan representative full bodied money karena sertifikat tersebut dijamin sepenuhnya dengan emas.

Uang Kepercayaan (Fiat Money)

Munculnya uang kepercayaan (fiat money) merupakan perkembangan lebih lanjut dari uang representasi. Pada awal perkembangannya uang representasi dijamin 100% dengan emas, kemudian pemerintah menetapkan kebijakan bahwa sertifikat representasi tidak dijamin 100% dengan emas namun tetap sah sebagai alat tukar perdagangan. Sehingga masyarakat tetap menerima dan percaya dengan uang yang ditangan sebagai alat pertukaran dan penyimpan nilai meskipun tidak bisa ditukarkan dengan emas. Uang representasi atau uang kertas yang tidak dijamin 100% dengan emas dan sah sebagai alat tukar perdagangan disebut dengan uang kepercayaan (fiat money).

Uang Giral (Deposit Money)

Termasuk dalam klasifikasi uang kepercayaan yaitu simpanan atau deposito di bank yang dapat ditarik dengan cek. Masyarakat yang menerima pembayaran dengan cek juga percaya bahwa cek tersebut bernilai dan dapat dicairkan di bank dengan sejumlah tertentu sesuai dengan yang tercantum di cek tersebut. Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi sekarang ini memungkinkan transaksi tidak lagi dilakukan secara langsung dengan bertatap muka dengan menunjukkan lembaran-lembaran uang kartal atau giral namun sudah bergeser dengan menggunakan media dan teknologi informasi seperti mobile banking via handphone (HP) melalui pengiriman short message system (SMS), internet, anjungan teller mandiri (ATM), dan kartu

18

kredit (credit card). Semua bentuk pembayaran tersebut dilakukan dengan persyaratan harus mempunyai simpanan dan deposito komersial.

BAB IIIPERMINTAAN UANG

3.1 Teori Permintaan Uang Klasik

Menurut ahli ekonomi klasik, fungsi uang hanyalah sebagai alat tukar sehingga jumlah uang yang diminta sebanding atau proporsional dengan tingkat output atau pendapatan. Jika tingkat output atau pendapatan meningkat, maka jumlah uang yang diminta juga meningkat. Demikian pula jika tingkat output atau pendapatan turun, maka jumlah uang yang diminta juga turun. Jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat tidak hanya nilai nominalnya, tetapi juga daya belinya, yaitu nilai nominal uang dibandingkan tingkat harga yang berlaku (real money balances).

Sebagaimana anggapan kaum klasik bahwa uang hanya berfungsi sebagai alat tukar, maka uang bersifat netral, artinya uang hanya mempengaruhi tingkat harga. Pendapat ini dinyatakan dalam persamaan kuantitas uang antara lain :

1) Teori Permintaan Uang menurut Irving Fisher

Teori permintaan uang (moneter) kaum Klasik yang dikeluarkan Irving Fisher ini dapat dirumuskan :

MV = PT (3.1)

Dimana :M = jumlah uang yang beredar V = perputaran pada perekonomian dalam satu periodeP = tingkat harga barangT = volume barang dan jasa yang diperdagangkan dalam satu

periode

Pada persamaan di atas M diartikan dengan pengertian uang yang beredar, yaitu uang kertas, uang logam dan uang giral yang terdapat dalam perekonomian. V merupakan besarnya laju peredaran uang, ini ditentukan seringnya uang berpindah tangan dari seseorang ke orang lain dalam

19

masyarakat selama satu tahun. Dan T banyaknya barang dan jasa yang diperdagangkan dalam perekonomian pada satu periode.

Dari persamaan di atas dapat diketahui, jumlah yang diterima penjual sama dengan yang dibayarkan pembeli. Ini berlaku untuk seluruh perekonomian, nilai barang dan jasa yang terjual harus sama dengan barang yang dibeli dalam jangka periode tertentu. Nilai barang dan jasa yang terjual sama dengan volume transaksi (T) dikalikan harga rata-rata barang dan jasa (P) . Di sisi lainnya nilai barang dan jasa yang diperjualbelikan harus sama pula dengan volume uang yang beredar di tangan masyarakat (M) dikalikan rata-rata uang berpindah tangan dari tangan yang satu ke tangan lainnya atau laju perputaran uang dalam periode yang bersangkutan (VT) sehingga rumus di atas dapat diubah menjadi :

MVT = PT (3.2)

VT adalah laju kecepatan perputaran transaksi (transaction velocity of circulation) merupakan variabel yang dipengaruhi (ditentukan) faktor-faktor lembaga yang ada dalam masyarakat, dan dianggap tetap dalam jangka pendek. T (volume transaction) sangat ditentukan oleh pendapatan nasional (output dalam masyarakat), ini mempunyai nilai tertentu dalam satu tahun. Persamaan di atas bisa dirumuskan dalam permintaan uang, yaitu :

Md = (3.3)

Karena volume transaksi dan harga yang terjadi dianggap konstan (PT tetap), maka keseimbangan moneter dapat diketahui, yaitu :

Md = Ms

dimana Ms = penawaran uang yang beredar sehingga menghasilkan

Ms = (3.4)

Dari persamaan (3.4) dapat diartikan dalam jangka pendek variabel P (harga umum) akan berubah secara proporsional dengan adanya perubahan uang yang beredar. T ditentukan oleh tingkat output equilibrium masyarakat.

20

Variabel VT (V dianggap konstan dalam jangka pendek) ini ditentukan oleh :a. Bentuk transaksi yang terjadi dalam masyarakatb. Sistem lembaga yang terjadi dalam perekonomianc. Bilamana dalam perekonomian terjadi pemberian perdagangan dengan

sistem kredit, sehingga kebutuhan uang akan menurun.

Contoh soal :

1. Dalam sebuah perekonomian diketahui terjadi nilai transaksi seluruhnya Rp. 7000 milyar, bila jumlah uang beredsar Rp 100 milyar, berapa kecepatan perputaran uang?

Jawab :

MV = PTPT = volume transaksi seluruhnyaM = jumlah uang beredar

Maka V (kecepatan perputaran uang)

V =

V = 7000 / 100= 70 x

2. Bila harga rata-rata setiap transaksi adalah Rp 5.000,00 dan jumlah transaksi yang terjadi 200. Sedangkan kecepatan transaksi adalah 20. Berapa jumlah uang beredar dalam perekonomian?

Jawab :

P = harga rata-rata transaksi = Rp. 5.000,00T = jumlah transaksi = 200 xV = kecepatan transaksi = 20

Jumlah uang beredar adalah :MV = PT

M =

M =

M = Rp. 50.000,00

21

2) Teori Permintaan Uang menurut Marshall

Alfred Marshall dalam memandang pendapat Irving Fisher dengan perbedaan, di mana dia menekankan pada pendapatan nasional yang diwujudkan dalam uang kas atau penguasaan bukan pada perputaran uang (V) atau pembelanjaan.

Persamaan Marshall dalam transaksi adalah :

M = k (PT) (3.5)

k = bagian dari transaksi yang dilakukan dalam bentuk uang tunaiP = tingkat harga rata-rata setiap transaksiT = jumlah transaksi yang terjadiM = jumlah uang beredar

Contoh soal :

Dalam perekonomian nilai transaksi seluruh adalah Rp. 1000 milyar dan jumlah uang beredar adalah Rp. 200 milyar. Berapa k dan V?

Jawab :

M = k (PT)

k =

= 200/1000k = 0,20

V =

= 1000/200V = 5

Persamaan Marshall dalam versi pendapatan adalah :M = k (PY)Y = pendapatan nasionalM = jumlah uang beredarP = tingkat harga rata-rata setiap transaksik = proporsi pendapatan dalam bentuk uang tunai

22

Contoh soal :

Bila jumlah uang beredar Rp. 400 milyar output riil yang dicapai perekonomian tersebut Rp. 2000 milyar dan k = 0,20. Berapa tingkat harga rata-rata setiap transaksi.

M = k (PY)400 = 0,2 (P.2000)400 = 400P

P = 400/400= Rp 1,00

3) Teori Permintaan Uang menurut Keynesian

Uang diinginkan bukan karena uang itu sendiri, melainkan karena fungsi uang tersebut yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan ekonomi. Teori permintaan uang menurut Keynes, menyatakan bahwa permintaan uang yang dilakukan oleh masyarakat didasari oleh tiga macam motif, yaitu :a. Motif untuk transaksi (transaction motive)b. Motif untuk spekulasi (speculative motive)c. Motif untuk berjaga-jaga (precautionary motive)

Motif transaksi (MDT). Motif ini dilakukan karena orang membutuhkan uang tunai untuk melakukan transaksi pembelian barang dan jasa. Jumlah uang yang diminta untuk motif transaksi ini tergantung pada jumlah pendapatan (Y) orang tersebut, atau dapat dituliskan sebagai berikut:

MDT = f (Y)

Semakin besar jumlah pendapatannya, maka semakin besar jumlah uang tunai yang diminta untuk melakukan transaksi, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, hubungan antara permintaan uang untuk transaksi dan pendapatan adalah positif atau searah. Hubungan antara kedua faktor ini dapat dilihat pada Kurva 3.1 berikut ini:

23

A

B

MDT

Y2

Y1

0 MDT1 MDT2 MDT

Y

Kurva 3.1. Permintaan Uang untuk Transaksi

Pada saat pendapatan konsumen sebesar Y1, maka jumlah uang tunai yang diminta untuk melakukan transaksi adalah sebesar MDT1. Apabila pendapatan naik menjadi Y2, maka permintaan uang untuk transaksi juga akan mengalami kenaikan dari MDT1 menjadi MDT2. Besarnya kenaikan permintaan uang untuk transaksi ini tentunya tidaklah sama antar orang, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor sosial, budaya, dan faktor psikologis masing-masing orang. Proporsi kenaikan pendapatan yang digunakan untuk menambah transaksinya dapat dilihat dari kemiringan kurva MDT. Semakin landai kurva MDT maka semakin besar proporsi kenaikan pendapatan yang digunakan untuk membiayai transaksi. Sebaliknya semakin curam kurva MDT, maka semakin kecil proporsi kenaikan pendapatan yang digunakan untuk membiayai transaksinya.

Motif spekulasi (MDS). Permintaan uang untuk spekulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: pendapatan, tingkat bunga, jumlah kekayaan, keuntungan, sikap optimisme dan pesimisme seseorang. Tujuan utama dari motif transaksi ini adalah untuk mencari keuntungan dari permintaan uang tersebut. Dalam kegiatan perekonomian yang semakin maju, pasar uang dan pasar modal merupakan sarana untuk melakukan spekulasi. Orang bisa memaksimalkan fungsi uang dan mengharapkan memperoleh keuntungan dari jual beli saham di pasar modal. Keterkaitan permintaan uang untuk spekulasi dengan tingkat bunga dapat dituliskan dalam persamaan berikut ini;

24

A

B MDs

r (%)

rA

rB

0 MA MB MDS

MDs = f (r)

Secara grafis, hubungan antara permintaan untuk spekulasi dan tingkat bunga, dapat dilihat pada Kurva 3.2 berikut ini.

Kurva 3.2 Permintaan Uang untuk Spekulasi

Hubungan antara permintaan uang untuk spekulasi dan tingkat bunga ditunjukkan dengan kemiringan (slope) yang negatif, artinya penurunan tingkat bunga akan mendorong orang untuk meningkatkan permintaan uang untuk spekulasi, begitu pula sebaliknya. Pada tingkat bunga rA jumlah uang yang diminta untuk spekulasi sejumlah MA, sedangkan apabila tingkat bunga mengalami penurunan menjadi rB, maka permintaan uang untuk spekulasi akan mengalami peningkatan menjadi MB.

Tingkat bunga (r) yang sangat rendah akan mengakibatkan harga obligasi sangat tinggi sehingga orang cenderung akan tidak menginvestasikan uangnya untuk membeli obligasi. Selain itu tingkat bunga dimasa lalu juga akan mempengaruhi orang dalam menginvestasikan uangnya. Misalnya pada masa lalu tingkat bunga sangat tinggi dan kemudian turun sangat rendah dan setelah itu orang berekspektasi suku bunga tidak akan turun lagi maka orang akan berekspektasi suku bunga akan mengalami kenaikan di masa depan. Orang yang memiliki obligasi pada saat naiknya suku bunga akan mengalami kerugian modal (capital loss). Dengan sendirinya jika ada ekspektasi suku bunga di masa datang akan mengalami kenaikan, maka orang akan memilih untuk memegang uang tunai. Sebaliknya apabila ada ekspektasi bahwa tingkat bunga di masa yang akan datang mengalami penurunan, maka orang akan membeli

25

obligasi dan mengurangi memegang uang tunai dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan kapital (capital gain) berupa kenaikan harga obligasi yang dibelinya. Dari perilaku ini dapat disimpulkan bahwa harapan konsumen terhadap tingkat bunga di masa datang akan mempengaruhi permintaan uang untuk motif spekulasi.

Motif berjaga-jaga (MDP). Seperti halnya permintaan uang untuk transaksi, motif berjaga-jaga berhubungan erat dengan tingkat pendapatan. Semakin besar pendapatan maka semakin besar jumlah uang yang digunakan untuk berjaga-jaga. Keterkaitan permintaan uang untuk berjaga-jaga dengan tingkat pendapatan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan berikut ini:

MDP = f (Y)

Motif ini didasari adanya suatu yang tidak pasti (uncertainty) dan orang tidak dapat meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, sehingga pengeluaran untuk peristiwa tidak pasti itu tidak dapat diperkirakan pula. llustrasi sederhana, seseorang yang akan melakukan perjalanan bisnis dari Yogyakarta ke Jakarta dengan kereta api, dapat memperkirakan pengeluaran yang bersifat pasti, misalnya ongkos tiket, ongkos taksi, dan biaya penginapan. Di sisi lain ada kemungkinan pengeluaran yang tidak dapat diperkirakan, misalnya apabila dia sakit. Untuk mengantisipasi pengeluaran yang tidak pasti itu, seseorang memerlukan uang tunai untuk berjaga-jaga. Selain tingkat pendapatan, permintaan uang untuk berjaga-jaga juga dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Kenaikan tingkat bunga yang sedemikian tinggi akan mengakibatkan orang untuk mengurangi memegang uang tunai dengan konsekuensi orang tersebut bersedia mengambil risiko yang lebih besar apabila terjadi peristiwa yang tidak diperkirakan sebelumnya karena mengharapkan pendapatan bunga.

26

BAB IVTEORI PENAWARAN UANG(JUMLAH UANG BEREDAR)

4.1 Konsep Uang Beredar

Di Indonesia, konsep uang beredar dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu:1) Uang beredar dalam arti sempit (narrow money) 2) Uang beredar dalam arti luas (broad money)

Uang beredar dalam arti sempit. Uang beredar dalam arti sempit yaitu jumlah uang beredar yang terdiri dari uang kartal dan uang giral yang digunakan oleh masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Dalam istilah ekonomi moneter, konsep ini dikenal dengan istilah narrow money, yang secara matematis dapat dituliskan:

M1 = C + D

M1 : uang beredar dalam arti sempit C : uang kartal (currency) D : uang giral (demand deposit)

Uang kartal adalah jenis uang yang dikeluarkan oleh otoritas moneter (Bank Indonesia) yang digunakan oleh masyarakat secara umum. Uang kartal ini terdiri dari dua bentuk, yaitu:

1) Uang kertas2) Uang logam

Uang kartal yang digolongkan dalam jumlah uang beredar (JUB) hanya uang kartal yang beredar di masyarakat. Uang kertas dan uang logam yang masih berada di Bank Indonesia dan belum beredar di masyarakat, bukan digolongkan sebagai uang kartal, karena tidak digunakan oleh masyarakat umum. Nilai uang logam yang ada saat ini nilai intrinsiknya lebih kecil dari nilai nominalnya, hal ini untuk menghindari bila terjadi inflasi maka nilai logamnya lebih besar daripada nilai nominalnya. Bila hal ini terjadi, maka akan mendorong orang untuk melebur uang koin menjadi logam biasa, karena ini lebih menguntungkan.

Uang giral atau giro adalah jenis uang dalam bentuk saldo rekening giro atau rekening koran yang berada di bank umum dan milik masyarakat. Konsep uang giral digolongkan sebagai uang beredar karena dimiliki oleh masyarakat dan masyarakat yang memilikinya dapat menggunakannya. Saldo rekening

27

koran milik bank umum yang disimpan pada bank lain tidaklah digolongkan sebagai uang giral. Rekening koran atau demand deposit yaitu rekening pada sebuah bank yang dapat diambil dengan cara menerbitkan cek dengan maksimum sejumlah uang yang disimpan atas permintaan pemegang cek.

Tabel 4.1Jumlah Uang Beredar Dalam Arti Sempit

Tahun 1999 - 2001 (Miliar rupiah)

Rincian 1999 2000 2001Uang Kartal (currency) 58.553 72.371 68.325Uang Giral (demand deposit) 66.280 89.815 101.638Uang Beredar M1 124.833 162.186 169.963Uang Kuasi 521.527 584.842 638.551Uang Beredar M2 646.360 747.028 808.514Sumber: Bank Indonesia, Tahun 2003.

Uang beredar dalam arti luas. Uang beredar dalam arti luas atau broad money adalah jumlah uang beredar yang terdiri dari uang kartal, uang giral, dan uang kuasi (quasi money). Dengan kata lain, uang beredar dalam arti luas terdiri dari uang beredar dalam arti sempit ditambah dengan uang kuasi. Secara matematis uang beredar dalam arti luas dapat dituliskan:

M2 = C + D + TAtau

M2 = M1 + T

M2 : uang beredar dalam arti luas (broad money) T : tabungan, deposito berjangka (time deposit)

Uang kuasi merupakan suatu bentuk aset yang fungsi dan cirinya "mendekati" fungsi uang tunai. Disebut mendekati karena uang kuasi dapat digunakan untuk melakukan transaksi dalam kegiatan ekonomi, tetapi bentuk aset ini tidak memiliki tingkat likuiditas seperti uang tunai. Bentuk uang kuasi yaitu deposito berjangka (time deposit) dan tabungan. Untuk mengubah uang kuasi menjadi uang tunai, maka pemilik akan mengalami kesulitan karena harus mencairkannya dari bank dan pemilik akan kehilangan kesempatan mendapatkan bunga.

4.2 Proses Penciptaan Uang Oleh Bank Umum

Giro atau rekening koran yang diciptakan oleh bank umum dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: tabungan giral utama dan tabungan giral derivatif. Bank umum akan menciptakan tabungan giral utama pada saat bank umum tersebut menerima setoran dari nasabahnya dalam bentuk uang tunai atau cek yang di kliring dari bank umum lain. Setelah menerima uang tunai atau cek tersebut, bank akan menambahkan nilai tabungan giral dari nasabah yang menyetorkan uang tunai ataupun cek tadi.

28

Tabungan giral derivatif dapat berupa pemberian pinjaman dari bank umum kepada debitur (peminjam). Pinjaman tersebut akan dibukakan simpanan giral atas nama debitur sejumlah pinjamannya dan pinjamannya tersebut dapat diambil oleh debitur dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk cek. Penciptaan tabungan giral derivatif ini akan menambah jumlah uang giral dalam perekonomian.

29

BAB VANALISIS IS DAN LM

5.1 Pasar Barang dan Kurva IS

Variabel yang diperhitungkan di pasar barang, ditentukan oleh jenis perekonomian suatu negara. Dalam perhitungan pendapatan nasional, perekonomian dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu :

1). Prekonomian tertutup sederhana ( variabelnya: Y, C, S, I ).2). Prekonomian tertutup ( variabelnya: Y, C, S, I, G,Tx, Tr ).3). Prekonomian terbuka ( variabelnya: Y, C, S, I, Tx, Tr, X dan M ).

Dalam analisis IS – LM variabel investasi diperlukan sebagai variabel endogin yaitu variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel di luar variabel tersebut. Secara teori pengeluaran investasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga ( r) atau dapat ditulis:

I = f ( r )I = Io - k r

Keterangan:I = besarnya investasiIo = besarnya I pada saat tingkat bunga nolk = konstantar = tingkat suku bunga

Kurve IS adalah suatu kurve yang menghubungkan titik – titik besarnya pendapatan nasional ( Y ) pada berbagai berbagai tingkat bunga ( r ) dimana pasar barang berada pada posisi keseimbangan. Jadi kurve IS menunjukkan keseimbangan di pasar barang.

Dalam prekonomian sederhana prekonomian dlm kondisi keseimbangan terjadi apabila I = S atau Y = C + I.

Y = C + S Y = C + I Y = ( Co + c Y ) + ( I + r ) Y = Co + cY + I + r Y – cY = Co + I + r (1 – c)Y = Co + I + r Y = Co + I + r 1 + c

30

Kurva IS

300 400 Y0

5

10

r (%)

Contoh 1 (menentukan fungsi IS)

Diketahui :C = 200 + 0,50 Y S = - 200 + 0,50 YI = 50 – 10 r

Ditanya :a. Tentukan keseimbangan di pasar barangb. Gambarkan kurvanya serta penjelasannya

Jawab :a. Keseimbangan di pasar barang

Y = C + IY = 200 + 0,50 Y + 50 – 10 rY – 0,50 Y = 200 + 50 – 10 r0,50 Y = 250 – 10 rY = 500 – 20 r

b. Kurva dan penjelasannya

Dari kasus tersebut diperoleh persamaan kurva IS, yaitu Y = 500 – 20 r, dan ini merupakan keseimbangan di pasar barang. Persamaan ini dapat digambarkan dalam kurva berikut ini:

Kurva 5.1 Keseimbangan di Pasar Barang

Dengan menggambarkan kasus 1 tersebut dapat diketahui bahwa tingkat

31

E

9

7

0 m2 m1 Jumlah uang

Tingkat bunga (%)

bunga mempengaruhi keseimbangan pendapatan nasional, kenaikan tingkat bunga akan mengakibatkan turunnya tingkat pendapatan nasional keseimbangan. Pada tingkat suku bunga 5 persen, maka pendapatan nasional Y = 500 - 20 (5) = 400. Kenaikan tingkat suku bunga menjadi 10 persen akan mengubah pendapatan nasional menjadi Y = 500-20 (10) = 300.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan pergeseran kurva IS menjauhi titik origin (titik O), yaitu:

1) Kenaikan pengeluaran pemerintah (G)2) Kenaikan transfer pemerintah (Tr)3) Penurunan tingkat pajak (Tx)4) Meningkatnya pengeluaran masyarakat (C)5) Meningkatnya nilai ekspor (X)

5.2 Pasar uang dan Kurva LMKeseimbangan di pasar uang (money market equilibrium) terjadi pada

saat jumlah uang yang diminta oleh masyarakat untuk berbagai motif, sama dengan jumlah uang beredar atau penawaran uang. Secara umum dapat dikatakan bahwa jumlah uang yang diinginkan dan mampu diminta meningkat seiring dengan penurunan tingkat suku bunga. Dalam jangka pendek, jumlah uang beredar diasumsikan tetap (given), sehingga keseimbangan tersebut dapat digambarkan secara grafis sebagai berikut.

Kurva 5.2 Keseimbangan di Pasar Uang

MD atau permintaan uang menunjukkan berbagai kombinasi jumlah uang yang akan diminta pada berbagai tingkat suku bunga di pasar. MS merupakan kurva jumlah penawaran uang atau jumlah uang beredar yang berbentuk garis vertikal, yang berarti bahwa jumlah uang beredar tetap

32

MS

MD

berapapun tingkat suku bunganya. Pada saat tingkat suku bunga sebesar 7 persen, jumlah uang adalah m1. Apabila suku bunga mengalami kenaikan dari 7 persen menjadi 9 persen, maka jumlah uang yang diminta akan mengalami penurunan menjadi m2. Kondisi ini menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga akan mengakibatkan orang akan mengurangi memegang aset dalam bentuk uang tunai dan menggantikannya dalam bentuk portofolio. Keseimbangan tercapai pada saat kurva permintaan uang berpotongan dengan kurva penawaran uang, yaitu di titik E.

Menurut teori permintaan uang Keynes, permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, sedangkan permintaan uang untuk spekulasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga.

MDT = f (Y) MDP = f (Y) MDS = f (r)

Sehingga dapat dituliskan:

M1 = MDT + MDP M2 = MDS Md = M1 + M2

Permintaan uang secara keseluruhan adalah:

Md = f (Y) + f (r)

Keseimbangan di pasar uang dapat digambarkan oleh kurva LM. Kurva LM adalah kurva yang menghubungkan titik-titik besarnya

tingkat pendapatan nasional (Y) pada berbagai tingkat bunga (r), dimana pasar uang berada pada posisi keseimbangan.

Contoh 2 ( menentukan fungsi LM )

Diketahui:

Jumlah uang beredar adalah 650. Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga adalah M1 = 0,25 Y. Permintaan uang untuk spekulasi adalah M2 = 400 - 50 r

Ditanya:1) Tentukan keseimbangan di pasar uang2) Gambarkan kurvanya serta penjelasannya

Jawab :1) Keseimbangan di pasar uang

Ms = 650Md = M1 + M2

33

= 0,25 Y + 400 – 50 r

Kondisi keseimbangan terjadi apabilaMs = Md

650 = 0,25 Y + 400 – 50 r650 – 400 + 50 r = 0,25 Y

250 + 50 r = 0,25 Y atau dibalik menjadi0,25 Y = 250 + 50 r

Y = 1000 + 200 r

2) Kurva dan penjelasannya

Dari penyelesaian kasus tersebut diperoleh persamaan kurva LM, yaitu Y = 1000 + 200 r, dan ini merupakan keseimbangan di pasar uang. Persamaan ini dapat digambarkan dalam kurva berikut ini :

Gambar 5.3 Keseimbangan di Pasar Uang

Dari Kurva 5.3 terlihat bahwa kenaikan tingkat suku bunga akan mengakibatkan kenaikan tingkat pendapatan nasional riil (Y). Dengan tingkat bunga sebesar 5 persen pendapatan nasional sebesar 2000. Kenaikan tingkat suku bunga menjadi 10 persen akan mengakibatkan pendapatan nasional naik menjadi 3000.

5.3 Keseimbangan di Pasar Barang dan Pasar Uang

34

Kurva LM

2000 3000Y

0

5

10

r (%)

E

0 1.743,4

0,321

r (%)

Keseimbangan umum (general equilibrium) terjadi pada saat besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingkat suku bunga (r) mencerminkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat suku bunga keseimbangan, baik di pasar barang maupun pasar uang. Secara grafis, kondisi ini tercapai pada saat perpotongan antara kurva IS dan kurva LM. Untuk memperjelas kondisi keseimbangan umum ini, perhatikan kasus 3 berikut ini.

Contoh 3 ( menentukan keseimbangan umum)

Diketahui:Keseimbangan di pasar barang dan pasar uang ditunjukkan fungsi berikut ini:Persamaan kurva IS Y = 1.750 - 20 r Persamaan kurva LM Y = 1.100 + 2000 r

Ditanya:1) Tentukan keseimbangan umum di pasar barang dan pasar uang2) Gambarkan kurvanya

Jawab:1) Keseimbangan umum

Y = 1.750 - 20 rY = 1.100 + 2.000 r0 = 650 - 2.020 r

2.020 r = 650r = 650/2.020r = 0,3217

Dengan mensubtitusikan ke salah satu persamaan IS ataupun LM, diperoleh tingkat pendapatan nasional keseimbangan adalah:Y = 1.100 + 2000 rY = 1.100 + 2000 (0,3217)Y = 1.100 + 643,4Y = 1.743,4

Dari perhitungan tersebut diperoleh tingkat keseimbangan umum dengan tingkat bunga sebesar 0,3217 dan tingkat pendapatan nasional adalah 1.734,4.

2) Gambar kurvanya

35

IS

LM

Y

Kurva 5.4 Keseimbangan Umum di Pasar Uang dan Pasar Barang

36

BAB VIINFLASI

6.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan yang mengakibatkan naiknya harga secara umum atau suatu proses meningkatnya harga-harga umum dan terus-menerus (kontinu). Dengan kata lain, inflasi merupakan proses menurunnya nilai uang secara kontinu. Inflasi merupakan proses suatu peristiwa dan bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum menunjukkan inflasi, dianggap inflasi jika terjadi proses kenaikan harga yang terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.

Di dalam definisi tersebut tercakup tiga aspek penting, yaitu :1) Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti mungkin

saja tingkat harga yang terjadi/aktual pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan kecenderungan yang meningkat.

2) Peningkatan harga tersebut berlangsung terus-menerus, yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja.

3) Mencakup pengertian tingkat harga umum, yang berarti tingkat harga yang meningkat bukan hanya pada satu waktu atau beberapa komoditas saja.

6.2 Penggolongan Inflasi 1) Berdasarkan Sumber Timbulnya Inflasi

Berdasarkan sumber timbulnya, inflasi dibedakan menjadi dua. a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri, misalnya sebagai akibat

terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.

b. Inflasi yang berasal dari luar negeri, yaitu inflasi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

37

2) Berdasarkan Cakupan Pengaruh Kenaikan Harga

Jika kenaikan harga secara umum hanya berkaitan dengan beberapa barang tertentu secara kontinu disebut inflasi tertutup (closed inflation) dan apabila kenaikan harga terjadi secara keseluruhan disebut inflasi terbuka (open inflation), sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya dan setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (hyper inflation).

3) Berdasarkan Parah atau Tidaknya Inflasi

Berdasarkan parah atau tidaknya, inflasi dapat digolongkan :a. Inflasi ringan (di bawah 10% setahun),b. Inflasi sedang (antara 10% - 30% setahun),c. Inflasi berat (antara 30% - 100% setahun), dan d. Inflasi tak terkendali (di atas 100% setahun).

Penggolongan inflasi berdasarkan parah atau tidaknya ini berguna untuk melihat dampak dari inflasi yang bersangkutan. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian untuk berkembang lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang menjadi bergairah untuk bekerja, menabung, dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hyper inflation) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu, orang menjadi tidak bersemangat bekerja, menabung atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat, para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Demikian juga pengusaha yang bergerak dalam menghasilkan barang. Kenaikan harga yang begitu cepat, menyebabkan mereka takut memproduksi barang, karena seringkali pada saat barang siap dijual, harga jual tidak dapat menutupi biaya untuk membeli bahan mentah dan pembantu berikutnya karena harga sudah meningkat lagi, sehingga orang yang memiliki modal lebih mudah berspekulasi dengan membeli barang, kemudian menyimpannya dan menjualnya saat harga tinggi. Dengan kata lain, investasi dan produksi digantikan dengan penumpukan barang sebagai akibat barang dan jasa semakin langka, harga semakin cepat naiknya, nilai uang merosot luas dan selanjutnya bila semua orang beranggapan harga akan selalu menjadi lebih tinggi di kemudian hari, akan semakin memperparah keadaan perekonomian.

38

EP1

Q2

P2 E1

Q1

6.3 Sebab-sebab Timbulnya Inflasi

1) Tarikan Permintaan (Demand Full Inflation)

Bertambahnya permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa menyebabkan bertambahnya permintaan faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangutan berada dalam situasi full employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal dengan istilah demand full inflation. Perhatikan gambar berikut ini!

Kurva 6.1 Demand Full Inflation

Dari peraga 6.1 terlihat permintaan total semula adalah AD. Jika permintaan total bertambah, maka kurvanya bergeser dari AD ke AD1 dan tingkat harga meningkat dari P1 menjadi P2. Bertambahnya permintaan disebabkan oleh adanya kenaikan pengeluaran negara yang dibiayai melalui pencetakan uang atau pendapatan dari hasil ekspor sebagai akibat dari naiknya permintaan luar negeri atau meningkatnya investasi swasta. Bertambahnya permintaan total yang mendorong inflasi seperti contoh di atas akibat dari bertambahnya suplai uang ke peredaran. Namun, inflasi bisa saja terjadi karena pergeseran-pergeseran fungsi konsumsi, fungsi investasi, dan fungsi pengeluaran negara. Ini berarti bahwa demand full inflation tidak hanya diakibatkan oleh suplai uang yang bertambah, tetapi juga oleh penambahan fungsi konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah.

2) Desakan Biaya (Cost Push Inflation)

39

ADAD1

AS

AS

AD

AD1

P1

Q1

P2

Q2

Biasanya pada batas demand inflation ada kecenderungan untuk meningkatkan produksinya akibat meningkatnya permintaan dari masyarakat, akan tetapi kenaikan harga tersebut diikuti dengan menurunnya omzet penjualan sebagai akibat kelesuan pasar sekalipun harga meningkat namun pendapatan nyata berkurang karena penurunan penawaran agregat. Pergeseran kurva penawaran agregat ke kiri seperti terlihat pada gambar 6.2 menaikkan tingkat harga. Contoh bila panen raya petani gagal atau penurunan penawaran minyak bumi akan menurunkan penawaran agregat sehingga tingkat harga naik. Inflasi yang terjadi karena penurunan agregat sering di sebut cost push inflation.

Kurva 6.2 Cost Push Inflation

Dari gambar 6.2 terlihat apabila biaya produksi naik, maka kurva penawaran total bergeser dari AS1 ke AS2. Kenaikan ini disebabkan ongkos produksi yang baik, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak atau modal yang didatangkan dari luar negeri.

Dari segi akibat, inflasi permintaan dan inflasi penawaran (biaya produksi) terhadap harga output tidak ada perbedaan, sama-sama menyebabkan kenaikan harga output, sedangkan dari segi jumlah output dan proses inflasi serta urutan kenaikan inflasi terdapat perbedaan.

Dari segi jumlah output, pada inflasi permintaan ada kecenderungan output naik bersama-sama dengan kenaikan harga umum, sebaliknya dalam inflasi dorongan biaya, biasanya kenaikan harga bersamaan dengan penurunan

40

ADAS2

AS1

AS2 AD

AS1

omzet penjualan barang. Dari segi proses inflasi, dalam inflasi permintaan kenaikan harga barang akhir (output) mendahului kenaikan barang-barang input dan harga faktor produksi, sebaliknya dalam inflasi penawaran karena dorongan biaya kenaikan harga barang input dan faktor produksi mendahului kenaikan harga barang akhir (output).

3) Inflasi Campuran

Inflasi campuran adalah inflasi yang terjadi disebabkan oleh kombinasi (campuran) antara unsur inflasi tarikan permintaan dan inflasi dorongan biaya.

4) Inflasi Impor atau Imported Inflation

Imported Inflation adalah inflasi yang terjadi karena pengaruh inflasi dari luar negeri. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perdagangan antarnegara. Pengaruh ekonomi luar negeri dapat mempengaruhi ekonomi dalam negeri misalnya suatu negara sedang mengalami inflasi, kemudian barang dari negara tersebut dibutuhkan oleh negara lain dan diimpor, maka barang tersebut menjadi lebih mahal.

Selain contoh di atas, inflasi ini dapat juga disebabkan oleh devaluasi rupiah terhadap mata uang asing. Pada pertengahan tahun 1998, kurs turun menjadi Rp. 11.000/dolar AS. Inflasi yang semula (awal tahun 1997) berkisar kurang dari 10% per tahun naik sampai 160% pada tahun 1998. Akibatnya perekonomian benar-benar mengalami kelumpuhan dan goncangan dan baru berhasil diredakan dengan bantuan IMF sebesar 23 miliar dolar AS diikuti dengan kebijakan-kebijakan lainnya seperti penutupan bank, penurunan suku bunga SBI dan sebagainya.

6.4 Pengukuran Laju Inflasi

Untuk menentukan berapa besar kenaikan harga barang terlebih dahulu dihitung angka indeks harga. Angka indeks harga adalah perbandingan harga-harga barang tertentu pada suatu periode yang berbeda atau pada periode yang sama dalam bentuk persentase. Peranan indeks harga dalam kehidupan perekonomian suatu negara sangat besar, di antaranya pemerintah dapat mengetahui berapa persen tingkat inflasi selama satu tahun. Contoh indeks harga dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Tabel 6.1 Perbandingan Indeks dan Inflasi Bulan Desember 2003

41

Kota-kota di Pulau Sumatera dengan Nasional

No KotaDesember 2003

IHK Inflasi 1 Lhok Seumawe 297,84 0,522 Banda Aceh 304,40 2,043 Padang Sidempuan 283,26 0,834 Sibolga 304,79 0,175 Pematang Siantar 280,91 0,926 Medan 305,64 1,167 Padang 306,57 2,578 Pekanbaru 312,21 1,079 Batam 247,11 1,4010 Jambi 273,88 1,7611 Palembang 312,70 0,6012 Bengkulu 284,51 1,0013 Bandar Lampung 304,82 1,70

Nasional 287,99 0,94

Di Indonesia pemerintah telah menetapkan suatu lembaga yang khusus bertugas untuk meneliti dan menghitung perkembangan kegiatan ekonomi melalui perhitungan indeks harga. Lembaga tersebut adalah Badan Pusat Statistik (BPS).

1) Metode Pengukuran Indeks Harga

Ada dua metode dasar yang digunakan untuk menghitung indeks harga, yaitu indeks Laspeyres dan indeks Paasche yang menggunakan jumlah barang pada tahun sekarang sebagai basis.

Metode Laspeyres dirumuskan :

IL =

Keterangan :

IL = Indeks Laspeyres Pn = Harga tahun tertentu (tahun ke n) P0 = Harga tahun dasarQ0 = Kuantitas tahun dasar

Metode Paasche dirumuskan :

42

IP =

Keterangan :

IP = Indeks Paasche Pn = Harga tahun tertentu (tahun ke n) P0 = Harga tahun dasarQn = Kuantitas pada tahun tertentu (tahun ke-n)

2) Cara Pengukuran Laju Inflasi

a. GNP Deflator

GNP deflator adalah suatu indeks harga yang digunakan untuk menyesuaikan nilai uang dalam GNP guna mendapatkan nilai riil GNP. Nilai riil GNP sangat penting karena menggambarkan output dari barang dan jasa secara fisik, bukan nilainya. Hal ini penting karena biasanya suatu perekonomian kelihatannya memproduksi lebih banyak barang dan jasa karena GNP meningkat, tetapi hal ini dapat disebabkan adanya inflasi tanpa adanya peningkat output secara fisik. GNP deflator digunakan untuk menghilangkan pengaruh perubahan harga dan mencatat perubahan yang sebenarnya. Misalnya di suatu negara memproduksi dua jenis barang, yaitu pakaian dan sepatu. Pada tahun 1985 jumlah pakaian dan sepatu yang di produksi masing-masing 20 unit dan 30 pasang. Harga pakaian Rp. 20.000,00 per unit dan sepatu Rp. 10.000,00 per pasang. Pada tahun 1994, jumlah produksi kedua barang tersebut meningkat menjadi pakaian 30 unit dan sepatu 40 pasang, sedangkan harganya naik, menjadi Rp. 40.000,00 dan Rp. 15.000,00. Maka GNP deflator tahun 1994 dapat dihitung sebagai berikut :

Tabel 6.2 Perhitungan GNP Nominal

TahunPakaian Sepatu

GNPOutput Harga Output Harga

1985 (0)1994 (n)

Q2030

P20.00040.000

Q3040

P10.00015.000

(20.000 x20) + (10.000 x30) = 700.000,00(40.000 x 30) + (15.000 x 40) = 1.800.000,00

Indeks harga tahun 1985 = 100

Dengan menggunakan indeks Paasche, GNP deflator dapat ditentukan sebagai berikut :

43

IP =

=

=

GNP deflator tahun 1994 = 180, artinya kenaikan harga periode tahun

1985-1994 adalah 80% atau rata-rata per tahun .

b. Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks harga konsumen mengukur biaya pembelian sekelompok barang dan jasa yang dianggap mewakili belanja konsumen. Biasanya kelompok barang yang digunakan untuk mengukur dapat berubah disesuaikan dengan pola konsumsi aktual masyarakat. IHK mengukur biaya yang langsung dibayar oleh konsumen pada tingkat harga eceran. Cara perhitungan IHK menggunakan rumus indeks Laspeyres.

IP =

=

Hasil perhitungan di atas menunjukkan dalam periode tahun 1985-1994 kenaikan indeks harga konsumen sebesar 78,57% atau rata-rata 78,57% : 10 = 7,86% per tahun.

6.5 Cara-cara Mengatasi Inflasi

Usaha mengatasi inflasi haruslah dengan dimulai dari sebab-sebab terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya, yaitu bagaimana memecahkan masalah inflasi atau bagaimana membebaskan masyarakat dari tekanan inflasi.

Beberapa ahli ekonomi, baik dari kaum klasik maupun Keynes menyetujui bahwa inflasi tidak hanya ada kaitannya dengan jumlah uang yang beredar, tetapi juga dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Oleh karena itu, untuk menanggulangi inflasi yang utama ialah bagaimana menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar pula mengurangi jumlah uang yang beredar. Untuk mencapai sasaran dalam

44

mengatasinya ada 3 kebijakan yang dapat ditempuh, yaitu kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan nonmoneter atau kebijakan riil.

1) Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah segala kebijakan pemerintah di bidang moneter (keuangan) yang bertujuan menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kebijakan moneter dilakukan melalui Bank Indonesia sebagai bank sentral. Kebijakan moneter tersebut adalah sebagai berikut.

a. Politik Diskonto Terhadap Bank Umum

Bank Indonesia memerintah bank umum agar mengurangi atau mempersempit pemberian kredit kepada masyarakat dengan cara menaikkan bunga pengaman sehingga uang yang beredar akan menurun.

b. Politik Pasar Terbuka

Bank Indonesia akan menjual surat-surat berharga (seperti obligasi) ke pasar modal. Apabila surat berharga ini terjual, maka uang masyarakat (dari peredaran) akan masuk ke bank sentral sehingga uang yang beredar akan berkurang. c. Menaikkan Cash Ratio

Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar bank sentral dapat mengubah-ubah besarnya rasio kas. Bank sentral pada umumnya menentukan angka banding minimum antara uang tunai dengan kewajiban giral bank. Angka banding tersebut biasa disebut minimum cash ratio. Bila pemerintah menurunkan minimum kas rasio, maka dengan uang tunai yang sama bank dapat menciptakan uang lebih banyak dari jumlah sebelumnya, sebaliknya jika pemerintah menghendaki mengurangi jumlah uang yang beredar pemerintah akan menaikkan minimum kas rasio bank, supaya uang tertahan di kelas lebih banyak.

d. Kebijakan Kredit

Kebijakan kredit dapat dilakukan dengan cara pemberian kredit secara selektif. Bank sentral (Bank Indonesia) berusaha mempengaruhi bank-bank umum dalam hal aturan pemberian kredit kepada nasabah.

2) Kebijakan Fiskal

45

Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan kebijakan

moneter. Ada 3 (tiga) cara yang dilakukan sebagai berikut :

a. Mengatur Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah

Inflasi dapat timbul dari sektor swasta dan sektor pemerintah. Apabila sektor swasta dapat dibendung pengeluarannya dengan menerapkan politik moneter, maka pemerintah harus bersedia menekan anggaran pengeluarannya.

b. Menaikkan Tarif Pajak

Jika tarif pajak dinaikkan tentu uang yang dapat dibelanjakan oleh masyarakat semakin berkurang sehingga harga akan turun. Tentu saja pemerintah perlu pula mempertimbangkan golongan masyarakat mana yang harus dinaikkan pajaknya agar tidak terjadi ketimpangan.

c. Mengadakan Pinjaman Pemerintah

Pelaksanaan dapat dilakukan secara otomatis tanpa kompromi terlebih dahulu, misalnya agar uang tidak terlalu banyak beredar, pemerintah menerapkan kebijakan memotong sekian persen dari gaji pegawai negeri. Seperti pernah terjadi pada masa orde lama, pemerintah memotong 10% dari gaji pegawai negeri untuk ditabung (dipinjam oleh pemerintah).

3) Kebijakan Nonmoneter (Kebijakan Riil)

Kebijakan ini bisa ditempuh dengan cara berikut.

a. Menaikkan Hasil Produksi

Dengan meningkatnya hasil produksi berarti tingkat konsumsi akan bertambah, cara ini akan menambah uang beredar.

b. Kebijakan Upah

Pemerintah menganjurkan kepada serikat-serikat buruh untuk tidak menuntut kenaikan upah selagi masih inflasi.

c. Pengawasan Harga

Agar harga barang tidak selalu naik, pemerintah dapat melakukan pengawasan dan kalau perlu menetapkan harga. Pengawasan yang tidak intensif dapat menimbulkan pasar gelap (black market). Cara ini membutuhkan pengawasan harga yang serius. Jika perlu pemerintah melakukan pendistribusian barang-barang kebutuhan masyarakat secara langsung seperti pada zaman orde lama. Langkah lain untuk mengatasi inflasi adalah dengan melakukan sanering, yaitu dengan cara menurunkan nilai nominal rupiah.

46

Tahun 1966 pemerintah menurunkan nilai nominal Rp.1.000,00 menjadi Rp. 1,00 untuk mengatasi hyper inflation di atas 650%.

6.6 Dampak Inflasi

Dampak inflasi terhadap perekonomian adalah sebagai berikut :

1) Investasi Berkurang

Menurunnya nilai yang cenderung mengurangi minat orang untuk menabung sehingga dana untuk investasi menjadi berkurang, akibatnya pertumbuhan output nasional dapat turun.

2) Mendorong Tingkat Bunga

Tingginya tingkat bunga pinjaman yang ditetapkan oleh lembaga keuangan/ perbankan dimaksudkan untuk menghindari merosotnya nilai uang, namun tidak menguntungkan bagi pengembangan usaha, sebab semakin tinggi tingkat bunga pinjaman, makin tinggi tingkat inflasi karena akan mengurangi kegairahan penanam modal untuk mengembangkan usaha-usaha produksi.

3) Mendorong Tindakan Spekulatif

Para pemilik modal cenderung menyimpan kekayaannya dalam bentuk investasi spekulatif, yaitu membeli tanah, rumah, dollar serta barang berharga lainnya yang dianggap lebih menguntungkan apabila waktunya dijual dan tidak akan turun nilainya karena dilanda inflasi.

4) Menimbulkan Kegagalan Pelaksanaan Pembangunan

Inflasi yang tidak terantisipasi pada tahap perencanaan pembangunan atau perencanaan produksi dapat menyebabkan gagalnya pelaksanaan proyek-proyek pembangunan dan investasi karena membengkaknya biaya. Ini menimbulkan kerugian bagi kalangan investor

5) Menimbulkan Ketidakpastian Keadaan Ekonomi Masa yang akan Datang

Inflasi yang terlambat dikendalikan atau gagal dikendalikan akan menimbul-kan ketidakpastian kegiatan ekonomi. Keadaan ini mengurangi kegairahan dunia usaha sehingga produksi berkurang.

47

6) Menyebabkan Daya Saing Produk Nasional Berkurang

Semakin membengkaknya biaya produksi mengakibatkan harga pokok barang tinggi sehingga sulit untuk bersaing di pasar internasional, akibatnya ekspor terhambat. Pengembangan sektor industri terutama yang berorientasi ekspor dapat terganggu dan kondisi ini memperburuk perekonomian nasional.

7) Menimbulkan Defisit Neraca Pembayaran

Produksi nasional tidak dapat bersaing di pasar internasional sebagai akibat dari barang-barang luar negeri (barang impor) lebih murah daripada barang di dalam negeri, sehingga impor berkembang lebih cepat dari pada ekspor. Hal ini menyebabkan arus modal ke luar negeri lebih banyak daripada arus masuk ke dalam negeri. Keadaan tersebut akan berakibat terjadinya defisit neraca pembayaran dan kemerosotan mata uang dalam negeri.

8) Merosotnya Kesejahteraan Masyarakat

Kelesuan dunia usaha dan kebijakan pemerintah yang bersifat kontraktif dalam mengantisipasi inflasi dapat meningkatkan pengangguran yang akan menimbulkan berbagai macam masalah dalam masyarakat dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam inflasi bagi masyarakat

1) Masyarakat Berpengasilan Tetap

Orang yang berpenghasilan tetap seperti pegawai negeri atau pegawai swasta merasa nilai dari pendapatan mereka ditekan oleh inflasi, dengan naiknya harga, taraf hidup mereka semakin merosot, uang yang disimpan nilainya terus turun yang dinyatakan dengan nilai nominal.

2) Kreditor atau Debitur

a. Debitur akan diuntungkan karena pada saat pembayaran ia membayar dengan nilai riil yang sudah menurun.

b. Kreditur akan menderita kerugian karena nilai yang diterima pada saat pembayaran telah menurun.

3) Memperbesar Kesenjangan Distribusi Pendapatan

Pada masa inflasi harta tetap seperti tanah, rumah, sawah dan lain-lain akan mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut sering kali lebih cepat dari kenaikan laju inflasi. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang memiliki harta tetap

48

akan semakin kaya, sebaliknya mereka yang pendapatan riil rendah akan semakin sulit untuk memiliki harta tetap sehingga akan memperbesar kesenjangan pendapatan di antara anggota masyarakat.

4) Menguntungkan Para Spekulan

Orang-orang yang memiliki uang (modal) dapat berspekulasi dalam transaksi jual-beli barang dengan harapan mendapat keuntungan besar. Tabungan digantikan oleh simpanan dalam bentuk mata uang asing yang akan dijual pada harga saat tinggi.

5) Mempengaruhi Para Pedagang/Industriawan/Pengusaha a. Inflasi akan menguntungkan para pedagang/industriawan yang memiliki

modal kuat. Mereka dapat memonopoli perdagangan atau produksi sehingga dalam transaksi jual-beli selalu untung karena tidak tergoyahkan oleh keadaan inflasi. Mereka dapat menentukan keinginan keuntungan seiring dengan naiknya harga.

b. Bagi para pengusaha yang modalnya kecil yang bergerak dalam menghasilkan barang, situasi naiknya harga yang begitu cepat pada umumnya menimbulkan rasa takut melaksanakan proses produksi karena seringkali tidak dapat menutup proses produksi selanjutnya. Lama kelamaan usaha mereka gulung tikar, maka akhirnya produksi di kuasai oleh pengusaha besar.

49

BUKU AJAR

EKONOMI MONETER(EKU 209)

OLEH :

DRS. I.B. DARSANA, M.Si

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS UDAYANA

2014

50