Ekonomi - ftp.unpad.ac.id fileadalah tugas pemerintah un-tuk membangun iklim industri yang kondusif....

1
Premanisme di Ibu Kota Tiap kawasan di Jakarta punya sosok atau kelompok yang menonjol untuk urusan kekuasaan informal. Fokus Megapolitan, hlm 22-23 HALAMAN 17 JUMAT, 8 OKTOBER 2010 Ekonomi MI/ADAM DWI MESKIPUN kredit modal kerja mengalami pertumbuhan pa- ling tinggi pada Agustus 2010, secara kumulatif pertumbuh- annya masih di bawah kredit konsumsi dan kredit investasi. Untuk mendorong pertum- buhan kredit modal kerja yang bersifat produktif tidak bisa hanya mengandalkan pihak perbankan karena harus ada sinergi antara perbankan dan pemerintah. Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mulia- man D Hadad di Jakarta, Rabu (6/10), realisasi kredit perbank- an berkaitan erat dengan per- tumbuhan ekonomi. Guna mendorong pertumbuhan eko- nomi, lanjut Muliaman, penya- luran kredit harus didorong ke sektor produktif. “Persoalan kita yaitu bagai- mana mendorong ke kredit produktif,” ujarnya. Untuk itu, ia mengakui perlu ada sinergi antara BI dan pe- merintah. “Tidak bisa BI sen- diri, bank dan pemerintah harus memikirkan untuk sektor mana yang bisa didorong,” tukasnya. Sementara itu, Kepala Pene- liti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Latif Adam mengatakan adalah tugas pemerintah un- tuk membangun iklim industri yang kondusif. Dengan demi- kian, akan mendorong terjadi- nya ekspansi dan peningkatan modal kerja. “Tidak bisa kalau minimnya persentase penyaluran KMK hanya dibebankan ke perbank- an, karena mereka perlu juga melihat risiko sebuah industri,” kata Latif. Data Bank Indonesia meng- ungkapkan bahwa pening- katan kredit modal kerja se- lama Agustus 2010 mencapai Rp55,32 miliar. Sementara kredit konsumsi hanya naik Rp500 juta dan kredit investasi malah minus. Namun, secara akumulatif, pertumbuhan tertinggi masih ditempati kredit konsumsi, yaitu 22,7%. Adapun pertum- buhan kredit modal kerja 20,1% dan kredit investasi 16,2%. Latif menambahkan, diper- lukan kerja sama antara sek- tor riil dan perbankan untuk merealisasikan target pertum- buhan kredit, juga pertum- buhan ekonomi. “Tidak bisa dari satu pihak saja, pelaku usaha perlu di- dorong untuk lebih berani menarik kredit,” katanya. BI mencatat, hingga Juli lalu, jum- lah kredit yang belum dicairkan mencapai kurang lebih Rp500 triliun. Di satu sisi, pemerintah harus memberikan kepastian hukum untuk mendukung aktivitas ekonomi sektor riil. Di sisi lain, perbankan juga perlu melirik sektor riil yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi sebagai sasaran utama kucuran kredit mereka. “Sekarang perbankan keba- nyakan hanya mau kasih kredit rumah, mobil, maupun kredit konsumtif lainnya. Tetapi per- masalahannya kita perlu kredit jangka panjang supaya sektor riilnya bergerak,” terang Latif. (ST/E-4) EKONOMIKA Garuda Terbang Denpasar–Osaka Tiap Hari PT Garuda Indonesia (Garuda) menambah frekuensi penerbangan untuk rute Denpasar-Osaka dari lima kali seminggu menjadi se- tiap hari. Penambahan frekuensi dilakukan lantaran tingginya permintaan pasar terhadap rute penerbangan tersebut. “Penam- bahan frekuensi ini merupakan upaya Garuda untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat seiring terus berkembangnya trafck antara kedua kota, serta memudahkan para pengguna jasa,” ujar VP Corporate Communication Garuda Pujobroto dalam siaran persnya, kemarin. Penambahan frekuensi diberlakukan secara efektif mulai Kamis (7/10). Selain melayani rute Osaka-Denpasar, Garuda juga melayani rute Nagoya-Denpasar, Tokyo-Denpasar, serta Tokyo-Jakarta sebanyak tujuh kali seminggu. (CS/E-6) CBP Indofood Resmi Melantai di Bursa PT CBP Indofood Tbk (ICBP) resmi mencatatkan sahamnya (lis- ting) di Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin. Dari aksi korporasi tersebut, perseroan meraup sedikitnya Rp6,1 triliun. “Dana yang diperoleh dari IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi, yaitu se- besar Rp6,1 triliun, sekitar 67% dari dana tersebut untuk melunasi utang, terutama utang kepada pemegang saham dan sisanya un- tuk membiayai belanja modal,” kata Dirut Indofood CBP Anthoni Salim di Jakarta, kemarin. Jumlah saham yang dicatatkan kemarin sebanyak 5,830 miliar lembar saham dengan komposisi saham pendiri 4,664 miliar lembar dan masyarakat 1,166 miliar lembar saham. Nilai nominal setiap saham sebesar Rp100, sedangkan harga penawaran dibuka pada Rp5.395 per saham.(Ant/E-6) Rest Area Pinang Poin Ramah Lingkungan PENGELOLA tempat peristirahatan di jalan tol mulai memperke- nalkan konsep ramah lingkungan. Hal itu dilakukan pengelola rest area Pinang Poin Plus di Jalan Tol Tangerang Km 14 PT Cita Lini Persada. “Rest area ini menggunakan mesin optimaz dalam mengoperasikan stasiun bahan bakar minyak tersebut. Jadi, uap bensin yang keluar dari lubang slang dan mencemari udara di sekitar stasiun itu dapat diisap oleh mesin optimaz tersebut,” kata General Menager PT Cita Lini Persada Devi Arlitawati, beberapa waktu lalu. Investasi penggunaan mesin ini mencapai Rp1 mi- liar lebih. Akan tetapi, fungsinya akan menambah keuntungan pengelola. Selain itu, konsep ini bisa meningkatkan keamanan dari ancaman kebakaran akibat uap bensin. Hal itu dibenarkan pencipta mesin, Serge Seles. (SM/E-6) Danamon Award Tetapkan 10 Finalis PT Bank Danamon Indonesia Tbk hari ini mengumumkan 10 na- lis Danamon Award 2010. Lingkup kegiatan nalis, di antaranya dalam hal lingkungan hidup, hak asasi manusia, dan kesehatan. “Segenap masyarakat Indonesia bebas memilih nalis favoritnya sampai dengan 21 Oktober 2010 melalui situs www.danamonaward. org atau pun pesan singkat,” jelas Organizing Committee Head Danamon Award Zsa Zsa Yusharyahya dalam keterangan persnya, kemarin. Para nalis terpilih setelah melalui seleksi, penjurian, dan verikasi selama Agustus dan awal September 2010. Kegiatan penghargaan ini melibatkan lebih dari 200 kandidat. Seleksi di- lakukan panel juri, di antaranya Mira Lesmana (produser lm), Yohanes Surya (guru besar sika), dan Desi Anwar (wartawan, penulis, presenter, dan produser senior). (Atp/E-6) Kredit Produktif Perlu Kontribusi Pemerintah Defisit 2011 Naik Rp7 Triliun P EMERINTAH meng- klaim keputusan membuka keran im- por barang jadi bagi produsen dalam negeri tidak akan membuat mereka beralih profesi menjadi pengimpor. Kebijakan tersebut justru di- tujukan untuk merangsang investor agar betah berinvestasi di dalam negeri. “Kebijakan ini memung- kinkan investor sektor industri manufaktur memperluas akses pasar dengan mengimpor ba- rang jadi yang terkait dengan sektor usaha mereka,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Perdagangan Luar Negeri Ke- menterian Perdagangan Deddy Saleh, di Jakarta, kemarin. Penjelasan Deddy merujuk pada Keputusan Menteri Per- dagangan (Kepmendag) No 39/M-DAG/PER/10/2010 yang terbit pada 4 Oktober 2010. Kebijakan tersebut, lanjutnya, juga merupakan apresiasi atas kontribusi produsen terhadap perekonomian nasional. “Jadi pemerintah memberi apresiasi dengan memperbolehkan me- reka mengimpor barang jadi yang mereka produksi di ne- gara lain,” kata Deddy. Ia menjelaskan, sebelumnya impor produk jadi hanya bisa dilakukan pemegang izin im- portir umum (IU). Sementara itu, produsen selama ini hanya mengantongi izin sebagai im- portir produsen (IP) dan tidak diperkenankan mengimpor barang jadi, sesuai dengan Per- aturan Menteri Perdagangan No 45 Tahun 2009. Dalam perkembangannya, papar Deddy, aturan itu dini- lai tidak adil. Importir umum bisa mengimpor barang jadi padahal mereka tidak mena- namkan investasi di dalam negeri. Adapun beberapa jenis industri yang terkait erat de- ngan Kepmendag No 39 adalah produsen industri elektronika, otomotif, farmasi, dan kosme- tika, yang umumnya memiliki pabrik di luar Indonesia. Menurutnya, dengan penga- wasan yang ketat, para pro- dusen itu tidak akan berubah menjadi importir. Untuk itu, pemerintah akan melakukan evaluasi per tiga bulan untuk memeriksa kecocokan data impor yang dilaporkan pro- dusen dengan angka realisasi di lapangan. Jika ditemukan pelanggaran, izin impor akan dicabut. “Kalau mereka ha- nya berorientasi impor, akan membuat investasi mereka berkurang nilainya. Misalnya, mesin-mesin menjadi tidak produktif,” imbuh Deddy. Pedang bermata dua Dalam pandangan pengu- saha, izin impor barang jadi bagi produsen bagaikan pe- dang bermata dua. Menurut Ketua Umum Asosiasi Peng- usaha Indonesia (Apindo) Sof- jan Wanandi, selama ini banyak produsen di Tanah Air yang merugi lantaran impor barang sejenis yang dilakukan importir umum. Mereka kalah bersaing lantaran barang jadi yang di- datangkan importir umum berharga lebih murah. “Apalagi barang selundupan juga masih marak, sehingga produsen yang beralih jadi im- portir umum memang ada.” Dengan aturan baru ini, lanjut Sofjan, produsen kelak bisa ber- saing dengan importir umum yang mendatangkan barang serupa. Selain itu, produsen bisa melakukan diversifikasi pasar untuk produk yang tidak mereka hasilkan di dalam ne- geri. “Tapi, pengawasan harus ketat supaya mereka tidak me- nyalahi izin, misalnya dengan mendatangkan barang jadi di luar yang mereka hasilkan,” tegasnya. Selain itu, pengawasan jum- lah produk impor juga harus diperhatikan. Jangan sampai malah terjadi banjir produk impor karena bisa saja importir umum akan mendatangkan barang secara masif untuk tetap menguasai pasar. “Jadi, kuncinya di pengawasan yang ketat,” pungkas Sofjan. (E-4) [email protected] Impor Barang Jadi Harus Diawasi Ketat Realisasi aturan yang berlaku mulai 1 Januari 2011 ini berpotensi memicu banjir barang jadi impor di Tanah Air. Jajang Sumantri PRODUKSI: Pekerja mengawasi proses produksi plastik di Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Bank Indonesia menilai tren peningkatan kredit modal kerja sepanjang 2010 mengindikasikan gairah dunia usaha. Melchias Mekeng Ketua Badan Anggaran DPR PEMERINTAH dan Badan Anggaran DPR sepakat me- naikkan target defisit untuk tahun anggaran 2011 dari 1,7% menjadi 1,8% terhadap produk domestik bruto (PDB). Penaikan target defisit ter- sebut sekaligus meng akhiri ketidakpastian soal naik ti- daknya tarif dasar listrik (TDL) tahun depan. Demikian disam- paikan Ketua Badan Anggaran DPR Melchias Mekeng saat dihubungi, kemarin. Ia meng- ungkapkan, kesepakatan itu ditetapkan dalam rapat kerja pada Rabu (6/10). “Penaikan defisit ini salah satunya karena soal tarif listrik. Di Nota Keuangan memang ada rencana penaikan tarif ta- hun depan. Tapi dengan desit dinaikkan, tidak perlu lagi.” Sebab, lanjut Melchias, tam- bahan desit senilai kurang le- bih Rp7 triliun-Rp8 triliun dari target awal Rp115,7 triliun itu akan dipakai untuk menutup kekurangan subsidi listrik 2011, Rp12,7 triliun. Sisa kebutuhan subsidi listrik sebesar Rp5,7 triliun, menu- rutnya, akan ditutup dengan esiensi anggaran kementerian dan lembaga. Adapun pembi- ayaan untuk tambahan desit 2011 dapat diambil dari saldo anggaran lebih (SAL). “Tidak perlu utang,” kata dia. Sementara itu, Presiden Susi- lo Bambang Yudhoyono mene- gaskan bahwa usulan kenaikan desit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 dari 1,7% menjadi 2,1% tidak mempunyai urgensi. “Desit tahun ini 1,7% atau lebih rendah daripada tahun lalu yang tinggi sama dengan 2008 akibat krisis. Tetapi ada suara-suara yang mengatakan defisit perlu ditambah 0,4%. Saya tidak setuju karena tidak ada urgensinya,” tutur Presi- den di Kantor Presiden Jakarta, kemarin. Dikatakannya, dengan kem- bali normalnya kondisi ekono- mi dunia, Indonesia juga harus kembali menuju anggaran yang berimbang. Menurutnya, penambahan desit 0,4% setara dengan penambahan utang Rp28 triliun. (Sha/ST/E-1) MI/BAGUS SURYO ANTARA

Transcript of Ekonomi - ftp.unpad.ac.id fileadalah tugas pemerintah un-tuk membangun iklim industri yang kondusif....

Page 1: Ekonomi - ftp.unpad.ac.id fileadalah tugas pemerintah un-tuk membangun iklim industri yang kondusif. Dengan demi-kian, akan mendorong terjadi- ... yaitu 22,7%. Adapun pertum-buhan

Premanisme di Ibu KotaTiap kawasan di Jakarta punya sosok

atau kelompok yang menonjol untuk urusan kekuasaan informal.

Fokus Megapolitan, hlm 22-23

HALAMAN 17JUMAT, 8 OKTOBER 2010Ekonomi

MI/ADAM DWI

MESKIPUN kredit modal kerja mengalami pertumbuhan pa-ling tinggi pada Agustus 2010, secara kumulatif pertumbuh-annya masih di bawah kredit konsumsi dan kredit investasi. Untuk mendorong pertum-buhan kredit modal kerja yang bersifat produktif tidak bisa hanya mengandalkan pihak perbankan karena harus ada sinergi antara perbankan dan pemerintah.

Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mulia-man D Hadad di Jakarta, Rabu (6/10), realisasi kredit perbank-an berkaitan erat dengan per-tumbuhan ekonomi. Guna men dorong pertumbuhan eko-nomi, lanjut Muliaman, penya-luran kredit harus didorong ke sektor produktif.

“Persoalan kita yaitu bagai-mana mendorong ke kredit produktif,” ujarnya.

Untuk itu, ia mengakui perlu ada sinergi antara BI dan pe-merintah. “Tidak bisa BI sen-diri, bank dan pemerintah ha rus memikirkan untuk sektor mana yang bisa didorong,” tukasnya.

Sementara itu, Kepala Pene-liti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Latif Adam mengatakan

adalah tugas pemerintah un-tuk membangun iklim industri yang kondusif. Dengan demi-kian, akan mendorong terjadi-nya ekspansi dan peningkatan modal kerja.

“Tidak bisa kalau minimnya

persentase penyaluran KMK hanya dibebankan ke perbank-an, karena mereka perlu juga melihat risiko sebuah industri,” kata Latif.

Data Bank Indonesia meng-ungkapkan bahwa pening-

katan kredit modal kerja se-lama Agustus 2010 mencapai Rp55,32 miliar.

Sementara kredit konsumsi hanya naik Rp500 juta dan kredit investasi malah minus. Namun, secara akumulatif,

pertumbuhan ter tinggi masih ditempati kredit konsumsi, yaitu 22,7%. Adapun pertum-buhan kredit modal kerja 20,1% dan kredit investasi 16,2%.

Latif menambahkan, diper-lukan kerja sama antara sek-tor riil dan perbankan untuk merealisasikan target pertum-buhan kredit, juga pertum-buhan ekonomi.

“Tidak bisa dari satu pihak saja, pelaku usaha perlu di-dorong untuk lebih berani menarik kredit,” katanya. BI mencatat, hingga Juli lalu, jum-lah kredit yang belum dicairkan mencapai kurang lebih Rp500 triliun.

Di satu sisi, pemerintah harus memberikan kepastian hukum untuk mendukung aktivitas ekonomi sektor riil. Di sisi lain, perbankan juga perlu melirik sektor riil yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi sebagai sasaran utama kucuran kredit mereka.

“Sekarang perbankan keba-nyakan hanya mau kasih kredit rumah, mobil, maupun kredit konsumtif lainnya. Tetapi per-masalahannya kita perlu kredit jangka panjang supaya sektor riilnya bergerak,” terang Latif. (ST/E-4)

EKONOMIKA

Garuda Terbang Denpasar–Osaka Tiap HariPT Garuda Indonesia (Garuda) menambah frekuensi penerbangan untuk rute Denpasar-Osaka dari lima kali seminggu menjadi se-tiap hari. Penambahan frekuensi dilakukan lantaran tingginya permintaan pasar terhadap rute penerbangan tersebut. “Penam-bahan frekuensi ini merupakan upaya Garuda untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat seiring terus berkembangnya traffi ck antara kedua kota, serta memudahkan para pengguna jasa,” ujar VP Corporate Communication Garuda Pujobroto dalam siaran persnya, kemarin. Penambahan frekuensi diberlakukan secara efektif mulai Kamis (7/10). Selain melayani rute Osaka-Denpasar, Garuda juga melayani rute Nagoya-Denpasar, Tokyo-Denpasar, serta Tokyo-Jakarta sebanyak tujuh kali seminggu. (CS/E-6)

CBP Indofood Resmi Melantai di BursaPT CBP Indofood Tbk (ICBP) resmi mencatatkan sahamnya (lis-ting) di Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin. Dari aksi korporasi tersebut, perseroan meraup sedikitnya Rp6,1 triliun. “Dana yang diperoleh dari IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi, yaitu se-besar Rp6,1 triliun, sekitar 67% dari dana tersebut untuk melunasi utang, terutama utang kepada pemegang saham dan sisanya un-tuk membiayai belanja modal,” kata Dirut Indofood CBP Anthoni Salim di Jakarta, kemarin. Jumlah saham yang dicatatkan kemarin sebanyak 5,830 miliar lembar saham dengan komposisi saham pendiri 4,664 miliar lembar dan masyarakat 1,166 miliar lembar saham. Nilai nominal setiap saham sebesar Rp100, sedangkan harga penawaran dibuka pada Rp5.395 per saham.(Ant/E-6)

Rest Area Pinang Poin Ramah LingkunganPENGELOLA tempat peristirahatan di jalan tol mulai memperke-nalkan konsep ramah lingkungan. Hal itu dilakukan pengelola rest area Pinang Poin Plus di Jalan Tol Tangerang Km 14 PT Cita Lini Persada. “Rest area ini menggunakan mesin optimaz dalam mengoperasikan stasiun bahan bakar minyak tersebut. Jadi, uap bensin yang keluar dari lubang slang dan mencemari udara di sekitar stasiun itu dapat diisap oleh mesin optimaz tersebut,” kata General Menager PT Cita Lini Persada Devi Arlitawati, beberapa waktu lalu. Investasi penggunaan mesin ini mencapai Rp1 mi-liar lebih. Akan tetapi, fungsinya akan menambah keuntungan pengelola. Selain itu, konsep ini bisa meningkatkan keamanan dari ancaman kebakaran akibat uap bensin. Hal itu dibenarkan pencipta mesin, Serge Seles. (SM/E-6)

Danamon Award Tetapkan 10 FinalisPT Bank Danamon Indonesia Tbk hari ini mengumumkan 10 fi na-lis Danamon Award 2010. Lingkup kegiatan fi nalis, di antaranya dalam hal lingkungan hidup, hak asasi manusia, dan kesehatan. “Segenap masyarakat Indonesia bebas memilih fi nalis favoritnya sampai dengan 21 Oktober 2010 melalui situs www.danamonaward.org atau pun pesan singkat,” jelas Organizing Committee Head Danamon Award Zsa Zsa Yushar yahya dalam keterangan persnya, kemarin. Para fi nalis terpilih setelah melalui seleksi, penjurian, dan verifi kasi selama Agustus dan awal September 2010. Kegiatan penghargaan ini melibatkan lebih dari 200 kandidat. Seleksi di-lakukan panel juri, di antaranya Mira Lesmana (produser fi lm), Yohanes Surya (guru besar fi sika), dan Desi Anwar (wartawan, penulis, presenter, dan produser senior). (Atp/E-6)

Kredit Produktif Perlu Kontribusi Pemerintah

Defisit 2011 Naik Rp7 Triliun

PEMERINTAH meng-k l a i m k e p u t u s a n membuka keran im-por barang jadi bagi

produsen dalam negeri tidak akan membuat mereka beralih profesi menjadi pengimpor. Kebijakan tersebut justru di-tujukan untuk merangsang investor agar betah berinvestasi di dalam negeri.

“Kebijakan ini memung-kinkan investor sektor industri manufaktur memperluas akses pasar dengan mengimpor ba-rang jadi yang terkait dengan sektor usaha mereka,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Perdagangan Luar Negeri Ke-menterian Perdagangan Deddy Saleh, di Jakarta, kemarin.

Penjelasan Deddy merujuk pada Keputusan Menteri Per-dagangan (Kepmendag) No 39/M-DAG/PER/10/2010 yang terbit pada 4 Oktober 2010. Kebijakan tersebut, lanjutnya, juga merupakan apresiasi atas kontribusi produsen terhadap perekonomian nasional. “Jadi pemerintah memberi apresiasi dengan memperbolehkan me-reka mengimpor barang jadi yang mereka produksi di ne-gara lain,” kata Deddy.

Ia menjelaskan, sebelumnya impor produk jadi hanya bisa dilakukan pemegang izin im-portir umum (IU). Sementara itu, produsen selama ini hanya mengantongi izin sebagai im-portir produsen (IP) dan tidak diperkenankan mengimpor barang jadi, sesuai dengan Per-aturan Menteri Perdagangan No 45 Tahun 2009.

Dalam perkembangannya, papar Deddy, aturan itu dini-lai tidak adil. Importir umum bisa mengimpor barang jadi padahal mereka tidak mena-namkan investasi di dalam negeri. Adapun beberapa jenis industri yang terkait erat de-ngan Kepmendag No 39 adalah produsen industri elektronika, otomotif, farmasi, dan kosme-tika, yang umumnya memiliki pabrik di luar Indonesia.

Menurutnya, dengan penga-wasan yang ketat, para pro-dusen itu tidak akan berubah menjadi importir. Untuk itu, pemerintah akan melakukan evaluasi per tiga bulan untuk

memeriksa kecocokan data impor yang dilaporkan pro-dusen dengan angka realisasi di lapangan. Jika ditemukan pelanggaran, izin impor akan dicabut. “Kalau mereka ha-nya berorientasi impor, akan membuat investasi mereka berkurang nilainya. Misalnya, mesin-mesin menjadi tidak produktif,” imbuh Deddy.

Pedang bermata duaDalam pandangan pengu-

saha, izin impor barang jadi bagi produsen bagaikan pe-dang bermata dua. Menurut Ketua Umum Asosiasi Peng-usaha Indonesia (Apindo) Sof-

jan Wanandi, selama ini banyak produsen di Tanah Air yang merugi lantaran impor barang sejenis yang dilakukan importir umum. Mereka kalah bersaing lantaran barang jadi yang di-datangkan importir umum berharga lebih murah.

“Apalagi barang selundupan juga masih marak, sehingga produsen yang beralih jadi im-portir umum memang ada.”

Dengan aturan baru ini, lanjut Sofjan, produsen kelak bisa ber-saing dengan importir umum yang mendatangkan barang serupa. Selain itu, produsen bisa melakukan diversifikasi pasar untuk produk yang tidak

mereka hasilkan di dalam ne-geri. “Tapi, pengawasan harus ketat supaya mereka tidak me-nyalahi izin, misalnya dengan mendatangkan barang jadi di luar yang mereka hasilkan,” tegasnya.

Selain itu, pengawasan jum-lah produk impor juga harus diperhatikan. Jangan sampai malah terjadi banjir produk impor karena bisa saja importir umum akan mendatangkan barang secara masif untuk tetap menguasai pasar. “Jadi, kuncinya di pengawasan yang ketat,” pungkas Sofjan. (E-4)

[email protected]

Impor Barang Jadi Harus Diawasi Ketat

Realisasi aturan yang berlaku mulai 1 Januari 2011 ini berpotensi memicu banjir barang jadi impor di Tanah Air.

Jajang Sumantri

PRODUKSI: Pekerja mengawasi proses produksi plastik di Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Bank Indonesia menilai tren peningkatan kredit modal kerja sepanjang 2010 mengindikasikan gairah dunia usaha.

Melchias MekengKetua Badan Anggaran DPR

PEMERINTAH dan Badan Anggaran DPR sepakat me-naikkan target defisit untuk tahun anggaran 2011 dari 1,7% menjadi 1,8% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Penaikan target defisit ter-sebut sekaligus meng akhiri ketidakpastian soal naik ti-daknya tarif dasar listrik (TDL) tahun depan. Demikian disam-paikan Ketua Badan Anggaran DPR Melchias Mekeng saat dihubungi, kemarin. Ia meng-ungkapkan, kesepakatan itu ditetapkan dalam rapat kerja pada Rabu (6/10).

“Penaikan defisit ini salah satunya karena soal tarif listrik. Di Nota Keuangan memang ada rencana penaikan tarif ta-hun depan. Tapi dengan defi sit dinaikkan, tidak perlu lagi.”

Sebab, lanjut Melchias, tam-bahan defi sit senilai kurang le-bih Rp7 triliun-Rp8 triliun dari target awal Rp115,7 triliun itu akan dipakai untuk menutup kekurangan subsidi listrik 2011, Rp12,7 triliun.

Sisa kebutuhan subsidi listrik sebesar Rp5,7 triliun, menu-rutnya, akan ditutup dengan efi siensi anggaran kementerian dan lembaga. Adapun pembi-ayaan untuk tambahan defi sit 2011 dapat diambil dari saldo anggaran lebih (SAL). “Tidak perlu utang,” kata dia.

Sementara itu, Presiden Susi-lo Bambang Yudhoyono mene-gaskan bahwa usulan kenaikan defi sit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

2011 dari 1,7% menjadi 2,1% tidak mempunyai urgensi.

“Defi sit tahun ini 1,7% atau lebih rendah daripada tahun lalu yang tinggi sama dengan 2008 akibat krisis. Tetapi ada suara-suara yang mengatakan defisit perlu ditambah 0,4%. Saya tidak setuju karena tidak ada urgensinya,” tutur Presi-den di Kantor Presiden Jakarta, kemarin.

Dikatakannya, dengan kem-bali normalnya kondisi ekono-mi dunia, Indonesia juga harus kembali menuju anggaran yang berimbang. Menurutnya, penambahan defi sit 0,4% setara dengan penambahan utang Rp28 triliun. (Sha/ST/E-1)

MI/BAGUS SURYO

ANTARA