CORPORATE NEWS · eks pansi pasar BRI yang teren- ... kemasan baru kecap pedas ABC untuk industri...

1
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) tumbuh secara mengesankan dalam lima ta- hun terakhir. Tercatat aset BRI mengalami lonjakan sebesar Rp249,561 triliun dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2006 aset BRI masih sebesar Rp154,725 trili- un. Namun sampai akhir 2010, BRI telah mencatat aset sebesar Rp404,286 triliun. “Pertumbuhan bisnis BRI sangat mengesankan. Semua- nya tidak lepas dari optimali- sasi aset-aset produktif serta ekspansi pasar BRI yang teren- cana dengan baik,” ujar Direk- tur Utama Bank BRI Sofyan Basir di Jakarta. Return on asset (ROA) BRI pada kisaran 4,64%, sedangkan return on equity (ROE) sebesar 43,83%. Sofyan mengatakan, per- tumbuhan rata-rata per tahun aset BRI adalah sebesar 26,67% dalam lima tahun ini. Hal itu pula yang membuat BRI naik ke posisi kedua bank terbesar nasional setelah sebelumnya di posisi ke-4 secara aset pada 2006. Dengan kinerja yang sangat memuaskan di semua lini, BRI juga mencatatkan diri sebagai bank pencetak laba terbesar selama enam tahun berturut-turut. Laba Bank BRI per akhir Desember 2010 sebesar Rp 11,472 triliun atau menjadi bank nasional pertama yang me- nembus laba dua digit. Padahal pada 2006, laba BRI baru sebe- sar Rp 4,258 triliun. “Dengan pencapaian ini BRI yakin bisa mempertahankan posisi sebagai bank papan atas dan terbaik tahun ini,” ungkap Sofyan. Dari sisi kepercayaan masyarakat, terlihat tren pe- ningkatan signikan. Itu tampak dari pertumbuhan rata-rata per tahun dana pihak ketiga (DPK) yang juga mencapai 27,46% da- lam lima tahun terakhir. Sofyan optimistis bahwa BRI akan berlari kencang ke depan mengingat jaringan perseroan sudah merambah ke semua penjuru nusantara. Saat ini BRI telah memiliki 7.004 unit kerja. Dari sisi ekspansi kredit Bank BRI juga sangat mum- puni sebab rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/ CAR) sebesar 13,76% atau di atas ketentuan Bank Indonesia sebesar 8% atau 12% untuk bank jangkar. Sementara itu, Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali mengatakan, sejumlah peng- hargaan prestisius telah diraih Bank BRI di antaranya Bank BRI masuk dalam daftar 50 Per- usahaan Terhebat Asia Majalah Forbes Internasional. (*/E-1) 16 C ORPORATE NEWS JUMAT, 15 APRIL 2011 GENERAL Manager The St Moritz Penthouses & Residences Birawa Dharmaputra (kanan) berbincang dengan Director Nano Healthy Family Reexology Harry Hartono (kiri), Center Director Mal PXP The St Moritz Syahnaz Takawashi (kedua dari kiri), dan Owner Lisa Donna Salon Lisa Donna Kwee, seusai menanda- tangani naskah kerja sama di Jakarta, kemarin. Kedua tenant ini menyusul tenant yang sudah ada, antara lain Tony Roma’s, Ranch Market 99, Grandma’s Suki, dan Kiyadon Sushi. Mal PXP The St Moritz merupakan salah satu mal dalam porto- folio PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR). LPKR adalah pengembang dan operator mal terbesar di Indonesia yang saat ini memiliki dan mengelola 25 mal di seluruh negeri. (Sas/E-4) BRAND Manager Heinz ABC untuk kecap pedas ABC Muham- mad Kah(kanan), bersama Brand Manager Penangbistro Angela Ferany (tengah) dan koki dari Senior Association of Culinary Pro- fessionals Indonesia (ACPI) Chandra Yudasswara, menunjukkan kemasan baru kecap pedas ABC untuk industri hotel, restoran, dan cafe (horeca) saat peluncuran di Jakarta, kemarin. Dalam kesempatan itu juga diluncurkan 30 kompilasi resep masakan kecap pedas ABC hasil kreasi ACPI dan penyajian menu baru restoran Penangbistro ‘Stir Fried Prawn in Chef’s Special Hot Soy Sauce’. Muhammad Kahsangat yakin bahwa kecap pedas ABC akan diterima oleh masyarakat luas. (Sas/E-4) SEKILAS INFO MI/AGUS M ANTARA/PARAMAYUDA DOK HEINZ ABC MI/ PANCA Bertambah Dua Tenant lagi di Mal PXP The St Moritz Kecap Pedas ABC Punya Kemasan Baru Aset BRI Melaju Pesat sejak 2006 PERUSAHAAN farmasi PT Merck Tbk akan membagikan dividen Rp4.464 per saham. Perseroan memutuskan un- tuk membagikan dividen meskipun laba bersih yang dibukukan pada 2010 menu- run 19,2% jika dibandingkan dengan 2009. Hal itu diungkapkan Direk- tur Keuangan Merck Bam- bang Nurcahyo dalam paparan publik perseroan di Jakarta, kemarin. “Rapat umum peme- gang saham tahunan (RUPST) menyepakati untuk membagi- kan dividen kepada para peme- gang saham,” kata Bambang. Dengan nominal itu, jelasnya, total dividen yang dibagikan perseroan pada 2010 mencapai Rp99,993 miliar. Nilai tersebut setara dengan 84,7% dari laba bersih perseroan tahun lalu yang mencapai Rp118 miliar. Sejatinya, perolehan laba ber- sih perseroan yang berinduk di Jerman tersebut menurun 19,2% dari pencapaian 2009 yang sebesar Rp146 miliar. Namun, RUPST tetap memu- tuskan untuk membagikan dividen. “Dividen yang kami bagikan tidak hanya dari laba bersih, tapi juga dari laba di- tahan tahun 2009,” ujarnya. Di pasar modal, saham Merck diperjualbelikan dengan kode perdagangan MERK. Adapun saham perseroan yang dilepas ke pasar sebanyak 22,4 juta lembar atau 100% dari total saham perseroan. Sebanyak 75% dimiliki oleh induk peru- sahaan Grup Merck, Jerman, dan sisanya 25% dimiliki oleh publik. Sementara itu, perusahaan farmasi pelat merah PT Kimia Farma Tbk membukukan laba bersih Rp138,71 miliar sepan- jang 2010. Jumlah itu naik 121,9% ketimbang pencapaian tahun sebelumnya yang sebe- sar Rp62,51 miliar. “Peningkatan laba Kimia Farma ditopang oleh pertum- buhan penjualan divisi apotek yang naik 12,18% ketimbang 2009. Penjualan ini memberi- kan kontribusi terhadap pen- jualan holding perseroan sebe- sar 48,67%,” kata Direktur Utama Kimia Farma Syamsul Arin. Dalam ekspansi bisnis, peru- sahaan yang baru saja meraih penghargaan Indonesia Brand Champion Award 2011 untuk kategori apotek terpopuler/ terbaik dari MarkPlus Insight dan majalah Marketeers, telah mencanangkan program wara- laba (franchise) apotek sejak 2008. Untuk tahap awal, Kimia Farma telah membuka tiga apo- tek franchise, yakni di Rawama- ngun, Cibubur, dan Podomoro City. Untuk memiliki franchise apotek Kimia Farma, mitra bis- nis disyaratkan menyediakan investasi sebesar Rp460 juta dengan payback period lebih kurang empat tahun setelah beroperasi. (Atp/E-4) Merck Bagi Dividen Rp4.464 Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) menyepakati untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham.” Bambang Nurcahyo Direktur Keuangan Merck Sofyan Basir Direktur Utama BRI DWI TUPANI D EUTSCHE Bank akan menggelon- torkan pinjaman US$1 miliar kepada perusahaan petrokimia dan re- nery Trans-Pacic Petrochemi- cal Indotama (TPPI). Fasilitas itu diberikan untuk menyele- saikan utang dan penambahan modal kerja perseroan. Head of the Corporate and Investment Bank Deutsche Bank London Anshu Jain me- nyampaikan komitmen terse- but kepada Menko Perekono- mian Hatta Rajasa di Kantor Kementerian Perekonomian, di Jakarta, kemarin. “Tadi kita bertemu pihak Deutsche Bank dan mereka menyampaikan ketertarikan untuk menginvestasikan US$1 miliar pada TPPI Kilang Tuban tahun ini,” ujar Hatta seusai pertemuan. TPPI adalah anak usaha Tu- ban Petro yang merupakan salah satu perusahaan di bawah eks Badan Penyehatan Perbank- an Nasional (BPPN). Di Tuban Petro, pemerintah memiliki 70% saham melalui PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA). Salah satu proyek yang dimi- nati Deutsche Bank adalah pe- ningkatan kapasitas produksi elpiji di Tuban. Bahkan mereka sudah melakukan studi tentang kebutuhan elpiji di Indonesia yang akan mencapai 6 juta ton mmbtu. Saat ini, kebutuhan domestik baru sekitar 2 juta ton mmbtu. “Untuk kebutuhan gas 4 tahun ke depan untuk mem- bangun kapasitasnya butuh dana besar US$800 juta. Mere- ka katanya bisa bantu hingga setengahnya atau US$300 juta- US$400 juta,” tukasnya. Di kesempatan yang sama, staf khusus Menko Pereko- nomian Amir Sambodo me- nambahkan dana yang akan dikucurkan Deutsche Bank berupa pinjaman untuk refi- nancing TPPI atas utang kepada BP Migas, Pertamina, dan PPA yang dimiliki Menteri Keuang- an. Adapun total utang TPPI kepada pemerintah mencapai Rp3,2 triliun dan jatuh tempo pada 2014 nanti. “Itu untuk menyelesaikan utang TPPI, jadi bisa dipercepat dari jatuh tempo sekitar Rp1 triliun,” jelas Amir. Selain itu, lanjutnya, pinjam- an Deutsche Bank ini juga akan dipakai untuk tambahan modal sehingga perusahaan bisa beroperasi 100%. “Sekarang TPPI baru berope- rasi 60%. Makanya Deutcshe Bank membantu untuk me- nyelesaikan utang sehingga bisa dioperasi 100% ditambah modal kerja. Deutcshe Bank ingin masuk karena dianggap TPPI sudah berjalan, pabrik bagus, tapi tidak cukup modal, dan utang besar ke pemerintah yang aturannya lebih ketat,” paparnya. Menurutnya, pihak Deutsche Bank optimistis memberikan pinjaman dengan naiknya peringkat Indonesia yang men- jelang investment grade. Hal ini juga yang membuat bank asal Jerman itu memberikan bunga rendah. “Kita satu tingkat mendekati investment grade , jadi risiko lebih rendah sehingga bunga lebih rendah,” tukasnya. Bidik infrastruktur Lebih jauh Hatta mengung- kapkan, setelah masuk ke TPPI, Deutsche Bank juga menyata- kan ketertarikan untuk masuk ke sejumlah proyek infrastruk- tur di Indonesia. “Deutsche Bank mengatakan Indonesia tidak lama lagi akan masuk ke investment grade dan itu artinya semakin baik ke depan. Mereka meminta pandangan saya. Saya katakan, Indonesia sekarang sedang giat-giatnya memba- ngun infrastruktur dan saya minta untuk memberikan pem- biayaan pada proyek-proyek infrastruktur,” kata Hatta. Menurutnya, petinggi Deutsche Bank yang baru per- tama kali datang ke Indonesia itu merasa tertarik dengan prospek perekonomian Indo- nesia ke depan. “Mereka akan datang dengan modal yang lebih besar lagi. Untuk itu, kita harus kerja keras,” tambahnya. (E-4) [email protected] PT Bank International Indo- nesia Tbk (BII) membukukan pertumbuhan kredit 20% di kuartal I 2011. Pencapaian ini sejalan dengan target pertum- buhan kredit perseroan sepan- jang 2011 di level sama. “Kuartal pertama ekspektasi 20%, Maret kemarin juga seki- tar itu,” ujar Presiden Direktur BII Ridha Wirakusumah di sela Paparan Penawaran Umum Obligasi Subordinasi I BII Ta- hun 2011 di Jakarta, kemarin. Menurutnya, hingga akhir 2010, BII membukukan per- tumbuhan kredit sebesar 35% ( year on year /yoy) menjadi Rp59,9 triliun. Pertumbuhan ini mendongkrak total aset BII menjadi Rp75,2 triliun atau naik 22,8% yoy. Dengan target pertumbuhan 20%, total out- standing kredit BII hingga akhir 2011 akan mencapai Rp65,3 triliun. Untuk mencapai target itu, Ridha mengatakan BII melaku- kan penawaran umum obligasi subordinasi (subdebt) I Tahun 2011 dengan target Rp600 mi- liar. Obligasi bertenor tujuh tahun ini diberikan bunga tetap di kisaran 10%-11% per tahun dan dibayarkan setiap tiga bulan. Tahun lalu, komposisi kredit UKM mencapai 35% portofolio kredit bank. Adapun kredit konsumer mencapai 35% dari total kredit, atau meningkat dari 2009 yang hanya 33%, se- dangkan pertumbuhan kredit UKM di 2010 mencapai 35% dan konsumer 43%. Sementara itu, Direktur BII Thilagavathy Nadason meng- ungkapkan, dengan adanya dana subdebt ini, rasio kecu- kupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BII akan naik 150 basis poin (bps). “Sebanyak 150 bps, itu kira-kira akan di bawah 14% ini perkiraan secara total ya, yaitu secara (risiko) creditly dan marketly,” jelas Thila. Direktur Invesment Banking PT Bahana Securities, Sunu Widyatmoko, mengatakan pertumbuhan perbankan di dalam negeri cukup meya- kinkan karena hampir semua bank berhasil meraih keuntun- gan. “Kami optimis perbankan akan meraih keuntungan yang lebih baik berkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus membaik,” katanya. (*/E-5) BII Bidik Kredit Tumbuh 20% TPPI Pinjam US$1 Miliar dari Deutsche Bank Pinjaman tersebut untuk refinancing TPPI atas utang kepada BP Migas, Pertamina, dan PPA. SAMSUNG SMART TV: Model memperagakan pengoperasian televisi Smart dari Samsung menggunakan Galaxy Tab pada pameran TV Smart Samsung di Jakarta, Rabu (13/4). Samsung mengembangkan konsep smart TV yang terkoneksi internet dan terintegrasi dengan jaringan sosial serta aplikasi lokal seperti restoran dan rumah sakit.

Transcript of CORPORATE NEWS · eks pansi pasar BRI yang teren- ... kemasan baru kecap pedas ABC untuk industri...

Page 1: CORPORATE NEWS · eks pansi pasar BRI yang teren- ... kemasan baru kecap pedas ABC untuk industri hotel, restoran, dan cafe ... buhan penjualan divisi apotek yang naik 12,18% ketimbang

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) tumbuh secara mengesankan dalam lima ta-hun terakhir. Tercatat aset BRI mengalami lonjakan sebesar Rp249,561 triliun dalam lima tahun terakhir.

Pada tahun 2006 aset BRI masih sebesar Rp154,725 trili-un. Namun sampai akhir 2010, BRI telah mencatat aset sebesar Rp404,286 triliun.

“Pertumbuhan bisnis BRI sangat mengesankan. Semua-nya tidak lepas dari optimali-sasi aset-aset produktif serta eks pansi pasar BRI yang teren-cana dengan baik,” ujar Direk-tur Utama Bank BRI Sofyan Basir di Jakarta. Return on asset (ROA) BRI pada kisaran 4,64%, sedangkan return on equity (ROE) sebesar 43,83%.

Sofyan mengatakan, per-tumbuhan rata-rata per tahun aset BRI adalah sebesar 26,67% dalam lima tahun ini. Hal itu pula yang membuat BRI naik ke posisi kedua bank terbesar nasional setelah sebelumnya

di posisi ke-4 secara aset pada 2006. Dengan kinerja yang sangat memuaskan di semua lini, BRI juga mencatatkan diri sebagai bank pencetak laba terbesar selama enam tahun berturut-turut.

Laba Bank BRI per akhir Desember 2010 sebesar Rp 11,472 triliun atau menjadi bank nasional pertama yang me-nembus laba dua digit. Padahal pada 2006, laba BRI baru sebe-sar Rp 4,258 triliun. “Dengan pencapai an ini BRI yakin bisa mempertahankan posisi sebagai bank papan atas dan terbaik

tahun ini,” ungkap Sofyan.D a r i s i s i k e p e rc a y a a n

masyarakat, terlihat tren pe-ningkatan signifi kan. Itu tampak dari pertumbuhan rata-rata per tahun dana pihak ketiga (DPK) yang juga mencapai 27,46% da-lam lima tahun terakhir.

Sofyan optimistis bahwa BRI akan berlari kencang ke depan mengingat jaringan perseroan sudah merambah ke semua penjuru nusantara. Saat ini BRI telah memiliki 7.004 unit kerja.

Dari sisi ekspansi kredit Bank BRI juga sangat mum-puni sebab rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 13,76% atau di atas ketentuan Bank Indonesia sebesar 8% atau 12% untuk bank jangkar.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali mengatakan, sejumlah peng-hargaan prestisius telah diraih Bank BRI di antaranya Bank BRI masuk dalam daftar 50 Per-usahaan Terhebat Asia Majalah Forbes Internasional. (*/E-1)

16 CORPORATE NEWS JUMAT, 15 APRIL 2011

GENERAL Manager The St Moritz Penthouses & Residences Birawa Dharmaputra (kanan) berbincang dengan Director Nano Healthy Family Refl exology Harry Hartono (kiri), Center Director Mal PXP The St Moritz Syahnaz Takawashi (kedua dari kiri), dan Owner Lisa Donna Salon Lisa Donna Kwee, seusai menanda-tangani naskah kerja sama di Jakarta, kemarin. Kedua tenant ini menyusul tenant yang sudah ada, antara lain Tony Roma’s, Ranch Market 99, Grandma’s Suki, dan Kiyadon Sushi.

Mal PXP The St Moritz merupakan salah satu mal dalam porto-folio PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR). LPKR adalah pengembang dan operator mal terbesar di Indonesia yang saat ini memiliki dan mengelola 25 mal di seluruh negeri. (Sas/E-4)

BRAND Manager Heinz ABC untuk kecap pedas ABC Muham-mad Kahfi (kanan), bersama Brand Manager Penangbistro Angela Ferany (tengah) dan koki dari Senior Association of Culinary Pro-fessionals Indonesia (ACPI) Chandra Yudasswara, menunjukkan kemasan baru kecap pedas ABC untuk industri hotel, restoran, dan cafe (horeca) saat peluncuran di Jakarta, kemarin.

Dalam kesempatan itu juga diluncurkan 30 kompilasi resep masakan kecap pedas ABC hasil kreasi ACPI dan penyajian menu baru restoran Penangbistro ‘Stir Fried Prawn in Chef’s Special Hot Soy Sauce’. Muhammad Kahfi sangat yakin bahwa kecap pedas ABC akan diterima oleh masyarakat luas. (Sas/E-4)

SEKILAS INFO

MI/AGUS M

ANTARA/PARAMAYUDA

DOK HEINZ ABC

MI/ PANCA

Bertambah Dua Tenant lagi di Mal PXP The St Moritz

Kecap Pedas ABC Punya Kemasan Baru

Aset BRI Melaju Pesatsejak 2006

PERUSAHAAN farmasi PT Merck Tbk akan membagikan dividen Rp4.464 per saham. Perseroan memutuskan un-tuk membagikan dividen meskipun laba bersih yang dibukukan pada 2010 menu-run 19,2% jika dibandingkan dengan 2009.

Hal itu diungkapkan Direk-tur Keuangan Merck Bam-bang Nurcahyo dalam paparan publik perseroan di Jakarta, kemarin. “Rapat umum peme-gang saham tahunan (RUPST) menyepakati untuk membagi-kan dividen kepada para peme-gang saham,” kata Bambang.

Dengan nominal itu, jelasnya, total dividen yang dibagikan

perseroan pada 2010 mencapai Rp99,993 miliar. Nilai tersebut setara dengan 84,7% dari laba bersih perseroan tahun lalu yang mencapai Rp118 miliar.

Sejatinya, perolehan laba ber-sih perseroan yang berinduk di Jerman tersebut menurun 19,2% dari pencapaian 2009 yang sebesar Rp146 miliar. Namun, RUPST tetap memu-tuskan untuk membagikan dividen. “Dividen yang kami bagikan tidak hanya dari laba bersih, tapi juga dari laba di-tahan tahun 2009,” ujarnya.

Di pasar modal, saham Merck diperjualbelikan dengan kode perdagangan MERK. Adapun saham perseroan yang dilepas

ke pasar sebanyak 22,4 juta lembar atau 100% dari total saham perseroan. Sebanyak 75% dimiliki oleh induk peru-sahaan Grup Merck, Jerman, dan sisanya 25% dimiliki oleh

publik.Sementara itu, perusahaan

farmasi pelat merah PT Kimia Farma Tbk membukukan laba bersih Rp138,71 miliar sepan-jang 2010. Jumlah itu naik 121,9% ketimbang pencapaian tahun sebelumnya yang sebe-sar Rp62,51 miliar.

“Peningkatan laba Kimia Farma ditopang oleh pertum-buhan penjualan divisi apotek yang naik 12,18% ketimbang 2009. Penjualan ini memberi-kan kontribusi terhadap pen-jualan holding perseroan sebe-sar 48,67%,” kata Direktur Utama Kimia Farma Syamsul Arifi n.

Dalam ekspansi bisnis, peru-

sahaan yang baru saja meraih penghargaan Indonesia Brand Champion Award 2011 untuk kategori apotek terpopuler/terbaik dari MarkPlus Insight dan majalah Marketeers, telah mencanangkan program wara-laba (franchise) apotek sejak 2008.

Untuk tahap awal, Kimia Farma telah membuka tiga apo-tek franchise, yakni di Rawama-ngun, Cibubur, dan Podomoro City. Untuk memiliki franchise apotek Kimia Farma, mitra bis-nis disyaratkan menyediakan investasi sebesar Rp460 juta dengan payback period lebih kurang empat tahun setelah beroperasi. (Atp/E-4)

Merck Bagi Dividen Rp4.464Rapat umum pemegang

saham tahunan (RUPST) menyepakati untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham.”Bambang NurcahyoDirektur Keuangan Merck

Sofyan BasirDirektur Utama BRI

DWI TUPANI

DEUTSCHE Bank akan menggelon-torkan pinjaman US$1 miliar kepada

perusahaan petrokimia dan re-fi nery Trans-Pacifi c Petrochemi-cal Indotama (TPPI). Fasilitas itu diberikan untuk menyele-saikan utang dan penambahan modal kerja perseroan.

Head of the Corporate and Investment Bank Deutsche Bank London Anshu Jain me-nyampaikan komitmen terse-but kepada Menko Perekono-mian Hatta Rajasa di Kantor Kementerian Perekonomian, di Jakarta, kemarin.

“Tadi kita bertemu pihak Deutsche Bank dan mereka menyampaikan ketertarikan untuk menginvestasikan US$1 miliar pada TPPI Kilang Tuban tahun ini,” ujar Hatta seusai pertemuan.

TPPI adalah anak usaha Tu-ban Petro yang merupakan salah satu perusahaan di bawah eks Badan Penyehatan Perbank-an Nasional (BPPN). Di Tuban Petro, pemerintah memiliki 70% saham melalui PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA).

Salah satu proyek yang dimi-nati Deutsche Bank adalah pe-ningkatan kapasitas produksi elpiji di Tuban. Bahkan mereka sudah melakukan studi tentang kebutuhan elpiji di Indonesia yang akan mencapai 6 juta ton mmbtu. Saat ini, kebutuhan

domestik baru sekitar 2 juta ton mmbtu.

“Untuk kebutuhan gas 4 tahun ke depan untuk mem-bangun kapasitasnya butuh dana besar US$800 juta. Mere-ka katanya bisa bantu hingga setengahnya atau US$300 juta-US$400 juta,” tukasnya.

Di kesempatan yang sama, staf khusus Menko Pereko-nomian Amir Sambodo me-nambahkan dana yang akan dikucurkan Deutsche Bank berupa pinjaman untuk refi-nancing TPPI atas utang kepada BP Migas, Pertamina, dan PPA yang dimiliki Menteri Keuang-an. Adapun total utang TPPI kepada pemerintah mencapai Rp3,2 triliun dan jatuh tempo pada 2014 nanti.

“Itu untuk menyelesaikan utang TPPI, jadi bisa dipercepat dari jatuh tempo sekitar Rp1 triliun,” jelas Amir.

Selain itu, lanjutnya, pinjam-an Deutsche Bank ini juga akan dipakai untuk tambahan modal sehingga perusahaan bisa beroperasi 100%.

“Sekarang TPPI baru berope-rasi 60%. Makanya Deutcshe Bank membantu untuk me-nyelesaikan utang sehingga bisa dioperasi 100% ditambah modal kerja. Deutcshe Bank ingin masuk karena dianggap TPPI sudah berjalan, pabrik bagus, tapi tidak cukup modal, dan utang besar ke pemerintah yang aturannya lebih ketat,” paparnya.

Menurutnya, pihak Deutsche Bank optimistis memberikan pinjaman dengan naiknya peringkat Indonesia yang men-jelang investment grade. Hal ini juga yang membuat bank asal Jerman itu memberikan bunga rendah.

“Kita satu tingkat mendekati investment grade, jadi risiko lebih rendah sehingga bunga lebih rendah,” tukasnya.

Bidik infrastrukturLebih jauh Hatta mengung-

kapkan, setelah masuk ke TPPI, Deutsche Bank juga menyata-kan ketertarikan untuk masuk ke sejumlah proyek infrastruk-tur di Indonesia. “Deutsche Bank mengatakan Indonesia tidak lama lagi akan masuk ke investment grade dan itu artinya semakin baik ke depan. Mereka meminta pandangan saya. Saya katakan, Indonesia sekarang sedang giat-giatnya memba-ngun infrastruktur dan saya minta untuk memberikan pem-biayaan pada proyek-proyek infrastruktur,” kata Hatta.

M e n u ru t n y a , p e t i n g g i Deutsche Bank yang baru per-tama kali datang ke Indonesia itu merasa tertarik dengan prospek perekonomian Indo-nesia ke depan. “Mereka akan datang dengan modal yang lebih besar lagi. Untuk itu, kita harus kerja keras,” tambahnya. (E-4)

[email protected]

PT Bank International Indo-nesia Tbk (BII) membukukan pertumbuhan kredit 20% di kuartal I 2011. Pencapaian ini sejalan dengan target pertum-buhan kredit perseroan sepan-jang 2011 di level sama.

“Kuartal pertama ekspektasi 20%, Maret kemarin juga seki-tar itu,” ujar Presiden Direktur BII Ridha Wirakusumah di sela Paparan Penawaran Umum Obligasi Subordinasi I BII Ta-hun 2011 di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, hingga akhir 2010, BII membukukan per-tumbuhan kredit sebesar 35%

(year on year/yoy) menjadi Rp59,9 triliun. Pertumbuhan ini mendongkrak total aset BII menjadi Rp75,2 triliun atau naik 22,8% yoy. Dengan target pertumbuhan 20%, total out-standing kredit BII hingga akhir 2011 akan mencapai Rp65,3 triliun.

Untuk mencapai target itu, Ridha mengatakan BII melaku-kan penawaran umum obligasi subordinasi (subdebt) I Tahun 2011 dengan target Rp600 mi-liar. Obligasi bertenor tujuh tahun ini diberikan bunga tetap di kisaran 10%-11% per

tahun dan dibayarkan setiap tiga bulan.

Tahun lalu, komposisi kredit UKM mencapai 35% portofolio kredit bank. Adapun kredit konsumer mencapai 35% dari total kredit, atau meningkat dari 2009 yang hanya 33%, se-dangkan pertumbuhan kredit UKM di 2010 mencapai 35% dan konsumer 43%.

Sementara itu, Direktur BII Thilagavathy Nadason meng-ungkapkan, dengan adanya dana subdebt ini, rasio kecu-kupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BII akan naik 150

basis poin (bps). “Sebanyak 150 bps, itu kira-kira akan di bawah 14% ini perkiraan secara total ya, yaitu secara (risiko) creditly dan marketly,” jelas Thila.

Direktur Invesment Banking PT Bahana Securities, Sunu Widyatmoko, mengatakan pertumbuhan perbankan di dalam negeri cukup meya-kinkan karena hampir semua bank berhasil meraih keuntun-gan. “Kami optimis perbankan akan meraih keuntungan yang lebih baik berkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus membaik,” katanya. (*/E-5)

BII Bidik Kredit Tumbuh 20%

TPPI PinjamUS$1 Miliar dariDeutsche Bank

Pinjaman tersebut untuk refinancing TPPI atas utang kepada BP Migas, Pertamina, dan PPA.

SAMSUNG SMART TV: Model memperagakan pengoperasian televisi Smart dari Samsung menggunakan Galaxy Tab pada pameran TV Smart Samsung di Jakarta, Rabu (13/4). Samsung mengembangkan konsep smart TV yang terkoneksi internet dan terintegrasi dengan jaringan sosial serta aplikasi lokal seperti restoran dan rumah sakit.