EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat...

160
EKON MANA Dr. Agung Nusantara, Dr. Agus Budi Santos Dr. Sri Nawatmi, SE, BADAN PENERBI ISBN : 979 364 NOMI AJERIAL , SE,M.Si sa, M.Si M.Si ITAN UNIVERSITAS STIKUBA 49 07 0 ANK

Transcript of EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat...

Page 1: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

ISBN : 979 3649 07 0

EKONOMIMANAJERIALDr. Agung Nusantara, SE,M.SiDr. Agus Budi Santosa, M.SiDr. Sri Nawatmi, SE, M.Si

BADAN PENERBITAN UNIVERSITAS STIKUBANK

ISBN : 979 3649 07 0

EKONOMIMANAJERIALDr. Agung Nusantara, SE,M.SiDr. Agus Budi Santosa, M.SiDr. Sri Nawatmi, SE, M.Si

BADAN PENERBITAN UNIVERSITAS STIKUBANK

ISBN : 979 3649 07 0

EKONOMIMANAJERIALDr. Agung Nusantara, SE,M.SiDr. Agus Budi Santosa, M.SiDr. Sri Nawatmi, SE, M.Si

BADAN PENERBITAN UNIVERSITAS STIKUBANK

Page 2: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

Bahan-bahan yang dihimpun dalam buku ini disusun untuk materi

kuliah Ekonomi Manajerial pada Program Studi S1-Manajemen. Fokus materi

ajar Ekonomi Manajerial ini adalah pemanfaatan ekonomi mikro dalam

pengambilan keputusan manajerial. Perkembangan teori maupun perkembangan

metodologi dalam riset ekonomi maupun bisnis, tak pelak lagi akan memiliki

sumbangan besar dalam perkembangan materi ajar Ekonomi Manajerial. Oleh

sebab itu dalam buku ini telah ditambahkan, sekalipun secara sangat singkat,

beberapa hasil penelitian yang terkait dengan topik yang sedang dibahas.

Misalnya: bagaimana kajian empiris tentang agency theory, kajian empiris

tentang elastisitas, dan yang lainnya.

Namun demikian, penulis masih sangat menganjurkan, para pembaca,

khususnya mahasiswa ekonomi manajerial untuk lebih banyak membaca dan

mendiskusikan buku ajau ini. Disamping itu untuk memperkaya kajian empiris

dalam pengambilan keputusan, perlu juga pembaca menggali lebih mendalam

beberapa laporan riset dalam bidang ekonomi mikro, secara spesifik yang terkait

dengan pengambilan keputusan.

Ucapan terima kasih kami ucapkan pada Badan Penerbit Universitas

Stikubank yang telah menerbitkan buku ajar ini. Mudah-mudahan buku ini

mampu memberi manfaat bagi pembacanya.

Semarang, Maret 2017

Penulis

Bahan-bahan yang dihimpun dalam buku ini disusun untuk materi

kuliah Ekonomi Manajerial pada Program Studi S1-Manajemen. Fokus materi

ajar Ekonomi Manajerial ini adalah pemanfaatan ekonomi mikro dalam

pengambilan keputusan manajerial. Perkembangan teori maupun perkembangan

metodologi dalam riset ekonomi maupun bisnis, tak pelak lagi akan memiliki

sumbangan besar dalam perkembangan materi ajar Ekonomi Manajerial. Oleh

sebab itu dalam buku ini telah ditambahkan, sekalipun secara sangat singkat,

beberapa hasil penelitian yang terkait dengan topik yang sedang dibahas.

Misalnya: bagaimana kajian empiris tentang agency theory, kajian empiris

tentang elastisitas, dan yang lainnya.

Namun demikian, penulis masih sangat menganjurkan, para pembaca,

khususnya mahasiswa ekonomi manajerial untuk lebih banyak membaca dan

mendiskusikan buku ajau ini. Disamping itu untuk memperkaya kajian empiris

dalam pengambilan keputusan, perlu juga pembaca menggali lebih mendalam

beberapa laporan riset dalam bidang ekonomi mikro, secara spesifik yang terkait

dengan pengambilan keputusan.

Ucapan terima kasih kami ucapkan pada Badan Penerbit Universitas

Stikubank yang telah menerbitkan buku ajar ini. Mudah-mudahan buku ini

mampu memberi manfaat bagi pembacanya.

Semarang, Maret 2017

Penulis

Bahan-bahan yang dihimpun dalam buku ini disusun untuk materi

kuliah Ekonomi Manajerial pada Program Studi S1-Manajemen. Fokus materi

ajar Ekonomi Manajerial ini adalah pemanfaatan ekonomi mikro dalam

pengambilan keputusan manajerial. Perkembangan teori maupun perkembangan

metodologi dalam riset ekonomi maupun bisnis, tak pelak lagi akan memiliki

sumbangan besar dalam perkembangan materi ajar Ekonomi Manajerial. Oleh

sebab itu dalam buku ini telah ditambahkan, sekalipun secara sangat singkat,

beberapa hasil penelitian yang terkait dengan topik yang sedang dibahas.

Misalnya: bagaimana kajian empiris tentang agency theory, kajian empiris

tentang elastisitas, dan yang lainnya.

Namun demikian, penulis masih sangat menganjurkan, para pembaca,

khususnya mahasiswa ekonomi manajerial untuk lebih banyak membaca dan

mendiskusikan buku ajau ini. Disamping itu untuk memperkaya kajian empiris

dalam pengambilan keputusan, perlu juga pembaca menggali lebih mendalam

beberapa laporan riset dalam bidang ekonomi mikro, secara spesifik yang terkait

dengan pengambilan keputusan.

Ucapan terima kasih kami ucapkan pada Badan Penerbit Universitas

Stikubank yang telah menerbitkan buku ajar ini. Mudah-mudahan buku ini

mampu memberi manfaat bagi pembacanya.

Semarang, Maret 2017

Penulis

Page 3: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

iii

2.1. Demand 11

2.2. Supply 18

2.3.Market Equilibrium 22

2.4. Perubahan dalam Market Equilibrium 23

2.5. Ceiling Price dan Floor Price 24

Pertanaan Diskusi 26

Elastisitas

3.1. Koefisien Elastisitas Permintaan 28

3.2. Elastisitas dan Total Revenue 29

3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan 30

3.4. Perhitungan Elastisitas Permintaan 31

3.5. Income Elasticity dan Cross-Price Elasticity 35

Pertanyaan Diskusi 36

Teori Perilaku Konsumen

4.1. Consumer Preferences dan Utility 37

4.2. Consumer’s Budget Constraint 39

4.3. Maksimasi Utility 40

4.4. Kurva Demand Individual dan Market Demand 41

4.5. Substitution Effect dan Income Effect 43

4.6. Informasi Tidak Sempurna 44

Pertanyaan Diskusi 47

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Bab 1: Pendahuluan

1.1. Peran Ekonomi Manajerial dalam Pemecahan Masalah 2

1.2. Tujuan Perusahaan: Maksimasi Keuntungan 4

Pertanyaay Diskusi 10

Bab 2: Penentuan Harga Pada Pasar Persaingan

Bab 3:

Bab 4:

iii

2.1. Demand 11

2.2. Supply 18

2.3.Market Equilibrium 22

2.4. Perubahan dalam Market Equilibrium 23

2.5. Ceiling Price dan Floor Price 24

Pertanaan Diskusi 26

Elastisitas

3.1. Koefisien Elastisitas Permintaan 28

3.2. Elastisitas dan Total Revenue 29

3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan 30

3.4. Perhitungan Elastisitas Permintaan 31

3.5. Income Elasticity dan Cross-Price Elasticity 35

Pertanyaan Diskusi 36

Teori Perilaku Konsumen

4.1. Consumer Preferences dan Utility 37

4.2. Consumer’s Budget Constraint 39

4.3. Maksimasi Utility 40

4.4. Kurva Demand Individual dan Market Demand 41

4.5. Substitution Effect dan Income Effect 43

4.6. Informasi Tidak Sempurna 44

Pertanyaan Diskusi 47

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Bab 1: Pendahuluan

1.1. Peran Ekonomi Manajerial dalam Pemecahan Masalah 2

1.2. Tujuan Perusahaan: Maksimasi Keuntungan 4

Pertanyaay Diskusi 10

Bab 2: Penentuan Harga Pada Pasar Persaingan

Bab 3:

Bab 4:

iii

2.1. Demand 11

2.2. Supply 18

2.3.Market Equilibrium 22

2.4. Perubahan dalam Market Equilibrium 23

2.5. Ceiling Price dan Floor Price 24

Pertanaan Diskusi 26

Elastisitas

3.1. Koefisien Elastisitas Permintaan 28

3.2. Elastisitas dan Total Revenue 29

3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan 30

3.4. Perhitungan Elastisitas Permintaan 31

3.5. Income Elasticity dan Cross-Price Elasticity 35

Pertanyaan Diskusi 36

Teori Perilaku Konsumen

4.1. Consumer Preferences dan Utility 37

4.2. Consumer’s Budget Constraint 39

4.3. Maksimasi Utility 40

4.4. Kurva Demand Individual dan Market Demand 41

4.5. Substitution Effect dan Income Effect 43

4.6. Informasi Tidak Sempurna 44

Pertanyaan Diskusi 47

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Bab 1: Pendahuluan

1.1. Peran Ekonomi Manajerial dalam Pemecahan Masalah 2

1.2. Tujuan Perusahaan: Maksimasi Keuntungan 4

Pertanyaay Diskusi 10

Bab 2: Penentuan Harga Pada Pasar Persaingan

Bab 3:

Bab 4:

Page 4: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

iv

Bab 5: Analisis Empiris Perilaku Konsumen

5.1. Estimasi Permintaan 48

5.2. Spesifikasi Empiris Demand Function 49

5.3. Estimasi Permintaan: Market Determined Prices 51

5.4. Estimasi Permintaan: Manager Determined Prices 52

Pertanyaan Diskusi 53

Bab 6: Peramalan

6.1. Qualitative Forecasting Techniques 56

6.2. Statistical Forecasting: Time Series Model 57

6.3. Seasonal (Cyclical) Variation 59

6.4. Econometric Model 62

Pertanyaan Diskusi 64

Bab 7: Teori Produksi dan Biaya Jangka Pendek

7.1. Konsep Dasar 65

7.2. Produksi dalam Jangka Pendek 66

7.3. Economic Cost 69

7.4. Biaya dalam Jangka Pendek 71

7.5.Hubungan Produksi dan Biaya dalam Jangka Pendek 73

Pertanyaan Diskusi 74

Bab 8: Teori Produksi dan Biaya Jangka Panjang

8.1. Isoquant 76

8.2. Isocost 77

8.3. Kombinasi Input Optimal 78

8.4. Return to Scale 80

8.5. Derivation of a Long-Run Cost Schedule 81

Pertanyaan Diskusi 83

Bab 9: Analisis Empiris Produksi dan Biaya

9.1. Model Produksi: Cobb-Douglass Model 84

9.2. Beberapa Persoalan Menyangkut Pengukuran 86

9.3. Estimasi Fungsi Biaya Jangka Pendek 88

Pertanyaan Diskusi 92

Page 5: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

v

Bab 10: Pengambilan Keputusan Manajerial Pada Persaingan

Sempurna

10.1. Karakteristik Persaingan Sempurna 94

10.2. Maksimasi Profit dalam Jangka Pendek 95

10.3. Tutup Usaha 96

10.4. Maksimasi Profit dalam Jangka Panjang 102

10.5. Long-Run Supply Industri pada Persaingan Sempurna 103

Pertanyaan Diskusi 106

Bab 11: Keputusan Manajerial dan Market Power

11.1. Pengukuran Market Power 108

11.2. Faktor Penentu Market Power 109

11.3. Maksimasi Profit pada Monopoli 110

11.4. Monopolistic Competition 114

Pertanyaan Diskusi 115

Bab 12; Oligopoli

12.1. Karakteristik Oligopoli 116

12.2. Kurva Permintaan Oligopolis 117

Pertanyaan Diskusi 119

Bab 13 : Pengambilan Keputusan Dalam Ketidakpastian dan Resiko

13.1. Perbedaan Resiko dan Ketidakpastian 121

13.2. Pengukuran Resiko dengan Probabilitas 122

13.3. Keputusan Mengandung Resiko 124

13.4. Expected Utility127 127

13.5. Menentukan Tingkat Optimal Dari Aktivitas Berisiko 132

13.6. Maksimalisasi Profit Di Bawah Resiko 133

13.7. Maksimalisasi Laba Dengan Resiko Kasus Duopoli 135

13.8. Pengambilan Keputusan Dalam Ketidakpastian 138

Kepustakaan 143

Glossary 144

Indeks 151

Page 6: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

1

Standart Kompetensi :

1. Mengidentifikasikan permasalahan dalam pengambilan keputusan

manajerial

2. Mengenal mekanisme pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan

Kompetensi Dasar :

1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

manajerial

2. Menggambarkan pengambilan keputusan manajerial dalam suatu

perusahaan

3. Menganalisis pengambilan kepurusan manajerial

Fokus utama Ekonomi Manajerial adalah menerapkan teori ekonomi

mikro pada persoalan-persoalan bisnis. Teori Ekonomi Mikro merupakan suatu

studi dan analisis tentang perilaku individual, sebagai bagian dari pelaku

ekonomi, seperti: konsumen individual, pekerja dan pemiliki faktor produksi,

perusahaan, industri, dan pasar untuk barang maupun jasa tertentu. Teori

ekonomi mikro memiliki perhatian terhadap perilaku konsumen dalam

menentukan pilihannya terhadap barang maupun jasa yang akan dibelinya, dan

tentang perusahaan yang mengambil keputusan untuk menyewa faktor produksi,

menentukan harga, produksi, melakukan advertensi, mengambil keputusan

tentang investasi, serta research and development.

Kehadiran Ekonomi Global menghadapkan para manajer pada peluang

dan pilihan yang jauh lebih banyak daripada periode sebelumnya. Pilihan tidak

lagi hanya terbatas pada pertanyaan tentang tempat mereka harus menjual sebuah

produk. Tetapi mereka juga dihadapkan pada pertanyaan tentang kombinasi input

dan teknologi yang digunakannya. Hal tersebut bukan lagi sekedar melakukan

substitusi antara modal yang yang langka dengan tenaga kerja murah di dalam

negeri, akan tetapi mereka harus juga meninjau kemampuan tenaga kerja

1

Standart Kompetensi :

1. Mengidentifikasikan permasalahan dalam pengambilan keputusan

manajerial

2. Mengenal mekanisme pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan

Kompetensi Dasar :

1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

manajerial

2. Menggambarkan pengambilan keputusan manajerial dalam suatu

perusahaan

3. Menganalisis pengambilan kepurusan manajerial

Fokus utama Ekonomi Manajerial adalah menerapkan teori ekonomi

mikro pada persoalan-persoalan bisnis. Teori Ekonomi Mikro merupakan suatu

studi dan analisis tentang perilaku individual, sebagai bagian dari pelaku

ekonomi, seperti: konsumen individual, pekerja dan pemiliki faktor produksi,

perusahaan, industri, dan pasar untuk barang maupun jasa tertentu. Teori

ekonomi mikro memiliki perhatian terhadap perilaku konsumen dalam

menentukan pilihannya terhadap barang maupun jasa yang akan dibelinya, dan

tentang perusahaan yang mengambil keputusan untuk menyewa faktor produksi,

menentukan harga, produksi, melakukan advertensi, mengambil keputusan

tentang investasi, serta research and development.

Kehadiran Ekonomi Global menghadapkan para manajer pada peluang

dan pilihan yang jauh lebih banyak daripada periode sebelumnya. Pilihan tidak

lagi hanya terbatas pada pertanyaan tentang tempat mereka harus menjual sebuah

produk. Tetapi mereka juga dihadapkan pada pertanyaan tentang kombinasi input

dan teknologi yang digunakannya. Hal tersebut bukan lagi sekedar melakukan

substitusi antara modal yang yang langka dengan tenaga kerja murah di dalam

negeri, akan tetapi mereka harus juga meninjau kemampuan tenaga kerja

1

Standart Kompetensi :

1. Mengidentifikasikan permasalahan dalam pengambilan keputusan

manajerial

2. Mengenal mekanisme pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan

Kompetensi Dasar :

1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

manajerial

2. Menggambarkan pengambilan keputusan manajerial dalam suatu

perusahaan

3. Menganalisis pengambilan kepurusan manajerial

Fokus utama Ekonomi Manajerial adalah menerapkan teori ekonomi

mikro pada persoalan-persoalan bisnis. Teori Ekonomi Mikro merupakan suatu

studi dan analisis tentang perilaku individual, sebagai bagian dari pelaku

ekonomi, seperti: konsumen individual, pekerja dan pemiliki faktor produksi,

perusahaan, industri, dan pasar untuk barang maupun jasa tertentu. Teori

ekonomi mikro memiliki perhatian terhadap perilaku konsumen dalam

menentukan pilihannya terhadap barang maupun jasa yang akan dibelinya, dan

tentang perusahaan yang mengambil keputusan untuk menyewa faktor produksi,

menentukan harga, produksi, melakukan advertensi, mengambil keputusan

tentang investasi, serta research and development.

Kehadiran Ekonomi Global menghadapkan para manajer pada peluang

dan pilihan yang jauh lebih banyak daripada periode sebelumnya. Pilihan tidak

lagi hanya terbatas pada pertanyaan tentang tempat mereka harus menjual sebuah

produk. Tetapi mereka juga dihadapkan pada pertanyaan tentang kombinasi input

dan teknologi yang digunakannya. Hal tersebut bukan lagi sekedar melakukan

substitusi antara modal yang yang langka dengan tenaga kerja murah di dalam

negeri, akan tetapi mereka harus juga meninjau kemampuan tenaga kerja

Page 7: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

2

domestik dalam penguasaan teknologi dan jenis teknologi yang akan diterapkan

pada sistem produksi yang dipakai.

Karena para manajer selalu dihadapkan pada situasi yang memaksa

mereka untuk melakukan pilihan diantara berbagai alternatif kebijakan atau

strategi, maka perangkat analisis dalam ekonomi manajerial sangat dibutuhkan.

Hal ini tentunya tidak dapat diartikan bahwa seorang manajer harus menjadi

seorang ahli ekonomi manajerial, akan tetapi manajer harus memiliki

pemahaman yang baik tentang cara menganalisis situasi, cara menentukan

pilihan dengan menggunakan teori ekonomi. Oleh sebab itu ekonomi manajerial

memusatkan perhatiannya pada persoalan utama berikut ini:

1. mengidentifikasi permasalahan dan peluang

2. menganalisis berbagai alternatif yang mungkin akan ditempuh

3. menentukan pilihan yang mampu memberikan hasil optimal.

1.1. Peran Ekonomi Manajerial dalam Pemecahan Masalah

Misalnya, kita dihadapkan pada kasus penentuan harga pada suatu

perusahaan yang memiliki jumlah output relatif tetap. Pertanyaan yang mucul

adalah “ apakah sales revenue akan mengalami penurunan atau peningkatan

sebagai akibat dari perubahan harga yang dibuat?”. Dalam konteks ekonomi

manajerial, jawaban pertanyaan tersebut mengarah pada konsep elasticity of

demand, yaitu sensitifitas perubahan permintaan karena adanya perubahan harga.

Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut

harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan input, biaya,

keuntungan, dan juga keputusan investasi. Perangkat analisis yang ditawarkan

dalam ekonomi manajerial ini digunakan untuk menganalisis permasalahan

perusahaan yang muncul dan kemudian dapat dikomunikasikan dengan rekan

kerja sehingga memiliki kesamaan persepsi terhadap permasalahan yang muncul.

Output yang diharapkan oleh pihak R&D dan pihak manajemen dalam

suatu perusahaan haruslah merupakan keputusan terbaik yang mengoptimalkan

kondisi yang ada di perusahaan, hal inilah yang disebut dengan optimizing

decisions. Bagaimana ekonomi manajerial menghubungkan proses pembentukan

keputusan tersebut, dapat dilihat pada skema 1.1.

Page 8: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

3

Pembacaan Gambar 1.1 dimulai dari kiri atas dan berputar searah

dengan jarum jam. Ekonomi manajerial merupakan salah satu dari tiga teknik

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh orang-orang yang berada pada

posisi functional area dalam dunia bisnis: accounting, finance, marketing, and

management. Ketiga elemen dalam basic analytical area ini mnemiliki perangkat

atau teknik tertentu, yang biasanya menggunakan unsur aljabar, aljabar linier,

kalkulus, dan lain-lain. Secara bersama-sama wilayah basic analytic akan

memberikan informasi tentang teknik pengambilan keputusan yang dapat

dilakukan oleh orang-orang yang berada pada posisi business functional area,

dan pada akhirnya ke manajer.

Namun demikian, Gambar 1.1 tersebut juga dapat ditafsirkan pada arah

sebaliknya, yaitu pihak chief executive memiliki alternatif pemecahan masalah

yang kemudian disampaikan ke business functional dan ke basic analytical area

untuk dicarikan alternatif terbaik yang mungkin bisa diciptakan.

Gambar 1.1:

Hubungan Antara Ekonomi Manajerial dan Pengambilan Keputusan

Basic Analytical Area

BusinessFunctional Area

Accounting

Matematika-Statistika

Ekonomi Manajerial

Decision Sciences

Decision TtechniquesFinance

Marketing

Management

Chief Executive Officer

Chief Operating Officer

Chief Financial Officer

Decision Alternatives

Board of Directors

Board of Directors

Sumber: Truett and Truett, 2001: 5

Page 9: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

4

1.2. Tujuan Perusahaan: Maksimisasi Keuntungan

Pada teori ekonomi tentang perusahaan (theory of the firm), kegiatan

usaha akan berhadapan dengan pengambilan keputusan tentang harga, tenaga

kerja, output, dan keputusan investasi yang diarahkan untuk mencapai

keuntungan maksimum. Dalam konteks yang lebih sederhana, pemilik

perusahaan, berusaha untuk meningkatkan personal wealth, dengan cara

mencapai keuntungan setinggi-tingginya. Sehingga, apabila pemiliki menyewa

orang-orang untuk menjalankan aktifitas usahanya, berarti pemiliki menaruh

harapan terhadap orang tersebut untuk mengambil keputusan yang mengarah ke

keuntungan maksimum. Persoalan akan muncul apabila pemilik tidak memiliki

kemampuan untuk memonitor para manajer yang disewanya, yang sangat

mungkin memiliki tujuan yang berbeda. Namun demikian, realitas yang kita

hadapi bukan hanya usaha yang profit oriented, namun juga non-profit oriented.

Oleh sebab itu, pada bagian ini akan diuraikan beberapa terminologi penting

dalam ilmu ekonomi, sehingga tercapai pemahaman yang tepat tentang arti

maksimasi profit.

Economic Profit vs Accounting Profit

Economic Profit didefinisikan sebagai selisih antara total revenue

dengan total economic cost, yang telah termasuk di dalamnya implicit cost

maupun explicit cost. Total economic cost merupakan total opportunity cost dari

semua sumber daya yang digunakan oleh perusahaan, yang nilainya sama dengan

nilai uang tertentu yang diterima oleh perusahaan jika sumber daya tersebut

disewakan atau dijual kembali.

Para ekonom seringkali menggunakan acuan opportunity cost pemilikan

sumber daya dengan istilah normal profit, yang merupakan istilah lain untuk

implicit cost. Sehingga economic profit dapat dirumuskan sebagai berikut:

Economic Profit = Total Revenue – Total Cost Economic= Total Revenue – Explicit Cost – Normal Profit

Page 10: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

5

Accounting Profit memiliki pengertian yang berbeda dengan economic profit.

Accounting profit hanya melibatkan explicit cost, sehingga:

Accounting Profit = Total Revenue – Explicit Cost= Economic Profit + Normal Profit

Ilustrasi berikut ini dapat dijadikan penjelas beda antara dua konsep profit

tersebut: misalnya, pada tahun 2000 pemilik perusahaan Sealouman yang

bergerak dibidang rekayasa memperoleh pendapatan Rp. 1 milyar, untuk belanja

pegawai dan peralatan menghabiskan Rp. 850 juta, maka Accounting Profit akan

sebesar Rp. 150 juta. Jika pemilik perusahaan tersebut mengambil alternatif lain,

yaitu bekerja pada perusahaan sejenis yang lebih besar dan dia akan mendapat

gaji sebesar Rp. 250 juta, maka muncullah Economic Profit, sebesar: Rp. 1

milyar – Rp. 850 juta – Rp. 250 juta = - Rp. 100 juta. Dengan kata lain, pemilik

perusahaan Sealouman, dengan keputusannya untuk mendirikan perusahaan

sendiri, akan mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp. 100 juta.

Maksimasi Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan (value of firm) adalah harga jual perusahaan yang

setara dengan present value dari keuntungan masa yang akan datang.

Formulasinya adalah sebagai berikut (lebih mendalam lihat LAMPIRAN ):

1 2 T T t

Value of a Firm = ---------- + ---------- + … + ------------ = -------------(1+r1) (1+r2)² (1+rT)T

t=1 (1+rt)t

Keterangan: = keuntungan ekonomis yang diharapkan terjadi pada periode t; rt resiko yangnilainya disesuaikan dengan discount rate pada periode t, dan T adalah periodeoperasional perusahaan.

Apabila keuntungan masa yang akan datang tidak diketahui dengan pasti, maka

nilai perusahaan dihitung berdasarkan keuntungan ekspektasi yang akan

diterima. Semakin besar ketidak pastian yang terjadi maka makin kecil

kemungkinan terjualnya perusahaan tersebut. Resiko yang dikaitkan dengan

ketidak pastian keuntungan pada masa yang akan datang disebut dengan risk

Page 11: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

6

premium. Risk premium akan berdampak pada peningkatan discount rate, atau

menurunkan present value keuntungan yang diterima pada masa yang akan

datang.

Kontrol dan Kepemilikan

Ketika pemilik juga berfungsi sebagai manajer, maka tujuan yang baik

bagi pemilik identik dengan tujuan yang baik bagi manajer. Namun dalam

organisasi usaha modern, pengelolaannya dijalankan oleh para profesional yang

kecil sekali pemilikan sahamnya pada perusahaan tersebut bahkan mungkin

tidak memiliki sama sekali. Jika antara pemiliki dan manajer bukanlah orang

yang sama maka terdapat kemungkinan terjadi konflik kepentingan diantara

keduanya. Konflik yang muncul tersebut disebabkan oleh perbedaan tujuan

antara pemiliki dengan manajer. Disatu sisi pemiliki menginginkan maksimasi

value of firm, yang dianalogkan dengan maksimasi profit, di sisi lain manajer

memiliki tujuan yang tidak mengarah pada penerimaan profit maksimum bagi

pemilik. Dalam konteks teoritik permasalahan tersebut masuk dalam bahasan

Agency Theory, yang memiliki aspek penting dalam menganalisis kesepakatan

yang bersifat kontraktual dan kompleks dalam perusahaan modern (Jensen and

Smith, 1985).

Dalam kaitannya dengan konflik tersebut, paling tidak terdapat dua

bentuk konflik yang utama, yaitu: principle-agent problem, dan corporate control

mechanism. Principle-Agent Problem. Antara pemilik perusahaan (principal)

dengan para manajer yang akan dipekerjakan (agent) pada awalnya memiliki

kesepakatan untuk mendesain tujuan dan kebijakan manajerialnya untuk searah

dengan tujuan pemilik. Namun permasalahan muncul tatkala kedua pihak

memiliki tujuan yang berbeda dan pihak principal mengalami kesulitan untuk

mencegahnya atau terlalu sulit untuk melakukan monitoring aktifitas agent.

Permasalahan inilah yang disebut dengan moral hazard.

Corporate Controle Mechanism. Problem Principle-Agent ini tidak

diarahkan pada perusahaan yang pemiliknya memiliki kewenangan mutlak dan

langsung dapat merespon kebijakan manajernya, tetapi lebih diarahkan pada

pemilik yang tidak bisa banyak berbuat atas kebijakan manajerial. Ketidak

Page 12: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

7

mampuan pemilik tersebut dapat disebabkan karena terdapat aturan main dalam

organisasi tersebut, khususnya mekanisme kontrol, yang sudah disepakati.

Misalnya, kontrol pemilik terhadap manajer harus melalui dewan komisaris

(board of directors).

Dalam beberapa studi tentang persoalan Principle-Agent Problem

maupun Corporate Controle Mechanism, menunjukkan beberapa kecenderungan

perilaku, sebagai berikut (Jensen and Warner, 1988):

a. pola kepemilikan saham baik oleh insider maupun outsider

menjadi sumber insentif yang penting untuk mempengaruhi

perilaku manajerial, dan kinerja perusahaan.

b. Kepemilikan saham oleh manajer dan kontrol pasar memiliki

saling keterkaitan.

c. Sistem voting pemegang saham melalui one share/one vote

berdampak pada firm value maupun efisiensi.

d. Frekuensi pergantian top manajemen akan berdampak negatif

terhadap harga saham sekalipun tidak banyak mempengaruhi

kinerja.

e. Apabila board of director memiliki posisi yang kuat dalam

mekanisme kontrol internal maka terdapat kecenderungan

pergantian top manajemen yang relatif tinggi.

Struktur Pasar dan Keputusan Manajerial

Apa yang disebut market atau pasar dalam teori ekonomi adalah sebuah

kesepakatan yang terjadi antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan

barang maupun jasa, faktor produksi, atau secara umum disebut dengan segala

sesuatu yang memiliki nilai. Pembeli melakukan aktifitas pembelian dengan

harapan dapat mengoptimalkan sumber pngeluaran yang dia punya secara

optimum, termasuk didalamnya faktor waktu, demikian pula halnya dengan

penjual. Penjual menginginkan aktifitas penjualannya lancar dengan

mengerahkan semua sumber daya yang dia punya, termasuk didalamnya, agen

distribusi, failitas kredit, dan lain-lain. Pengeluaran yang memungkinkan

terjadinya transaksi, yang merupakan biaya tambahan diluar harga barang atau

Page 13: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

8

jasa disebut dengan transaction cost. Penjual dan pembeli memanfaatkan pasar

sebagai media pertukaran karena pasar memungkinkan dicapainya transaction

cost yang minimum.

Struktur pasar ditentukan oleh beberapa karakteristik, yang pada

akhirnya akan mempengaruhi lingkungan ekonomi tempat suatu aktifitas usaha

beroperasi. Karakteristik yang dpat dibuat ubtuk menggambarkan pasar adalah

sebagai berikut:

a) Jumlah dan ukuran perusahaan yang beroperasi di pasar.

Kemampuan manajer untuk meningkatkan harga tanpa

berdampak pada penurunan penjualan sangat tergantung pada

jumlah dan ukuran usaha. Apabila jumlah perusahaan banyak

dan produksi suatu perusahaan merupakan bagian kecil dari

total output, maka tidak ada satu perusahaanpun yang dapat

mempengaruhi harga pasar. Demikian pula sebaliknya.

b) Derajad diferensiasi produk diantara pesaing. Diferensiasi

produk yang dapat dicapai melalui desain atau image yang

dikembangkan dalam iklan, memungkinkan perusahaan untuk

menetapkan harga yang lebih tinggi.

c) Apabila suatu perusahaan yangberoperasi memperoleh

economic profit, maka sangat dimungkinkan munculnya

perusahaan baru yang akan mengakibatkan harga barang atau

jasa mengalami penurunan. Dampak selanjutnya adalah

economic profit akan mengalami penurunan.

Berdasarkan karakteristik tersebut maka para ekonom melakukan

pembedaan struktur pasar menjadi: perfect competition, monopoly, monopolistic

competition, dan oligopoly (secara spesifik akan dibahas dalam bab tersendiri).

Perfect Competition. Jumlah perusahaan yang beropersi banyak

sehingga secara individual perusahaan merupakan bagian yang sangat kecil dari

pasar. Perusahaan-perusahaan tersebut memproduksi barang atau jasa yang

homogen atau undifferentiated product sehingga tersubstitusi secara sempurna.

Harga merupakan “keputusan” pasar dan bukan keputusan individu perusahaan

(perusahaan sebagai price-taker). Harga pasar yang telah terbentuk membawa

Page 14: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

9

konsekuensi pengambilan keputusan perusahaan terletak pada jumlah barang

atau jasa yang diproduksi. Perusahaan memiliki kebebasan untuk masuk atau

keluar dari pasar.

Monopoly. Perusahaan merupakan pemain tunggal di pasar, baik

bersifat alamiah (natural monopoly) maupun karena proteksi (administered

monopoly). Barang atau jasa yang diproduksi tidak memiliki substitusi.

Perusahaan monopoli memiliki kemampuan untuk menentukan harga pasar

(price-setting firm) dan jumlah barang yang akan diproduksi.

Monopolistic Competition. Jumlah perusahaan banyak dan secara

individual merupakan bagian kecil dari pasar yang memproduksi barang atau jasa

yang terdiferensiasi (differentiated product). Perbedaan dengan perfect

competition hanya terletak pada produk yang terdiferensiasi yang membawa

konsekuensi pada pesaing monopolis memiliki kekuatan pasar (market power)

yang sama.

Oligopoly. Jumlah perusahaan relatif sedikit dibandingkan dengan

jumlah konsumennya. Atau output beberapa perusahaan dibandingkan dengan

total output di pasar relatif tinggi, sehingga kebijakan harga yang diterapkan

perusahaan oligopolis akan membawa pengaruh pada penjualan yang dilakukan

oleh perusahaan oligopolis lainnya (mutual interdependence).

Page 15: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

10

Pembayaran yang diterima hari ini, tanpa menunggu lagi proses

pembayaran, dari suatu penerimaan yang seharusnya dibayarkan periode yang

akan datang, disebut dengan Present Value (PV).

Sebagai contoh: seseorang berjanji akan untuk membayar sebesar

Rp.1.000.000,- satu tahun yang akan datang. Nilai Rupiah

saat ini berbeda dengan nilai Rupiah satu tahun

mendatang. Berapakah nilai Rupiah yang anda terima jika

pembayaran dilakukan saat ini?

Sebagai akibat dari adanya time value of money anda akan menerima kurang dari

Rp. 1 juta saat ini. Penerimaan yang kuirang dari Rp. 1 juta inilah yang disebut

dengan Present Value dari Rp. 1 juta satu tahun yang akan datang. Proses

perhitungan present value kadang-kadang disebut dengan discounting.

Untuk menentukan besarnya discount pembayaran terhadap Rp. 1 juta

yang seharusnya dibayarkan satu tahun yang akan datang, maka perlu ditentukan

opportunity cost selama menunggu pembayaran terjadi (satu tahun yang akan

datang). Anggap saja, dalam persoalan pembayaran tersebut tidak terdapat resiko

apapun, dan bila uang sebesar Rp. 1 juta diinvestasikan akan memperoleh return

sebesar 6% per-tahun, maka angka 6% per-tahun inilah yang disebut dengan risk

free discount rate.

10

Pembayaran yang diterima hari ini, tanpa menunggu lagi proses

pembayaran, dari suatu penerimaan yang seharusnya dibayarkan periode yang

akan datang, disebut dengan Present Value (PV).

Sebagai contoh: seseorang berjanji akan untuk membayar sebesar

Rp.1.000.000,- satu tahun yang akan datang. Nilai Rupiah

saat ini berbeda dengan nilai Rupiah satu tahun

mendatang. Berapakah nilai Rupiah yang anda terima jika

pembayaran dilakukan saat ini?

Sebagai akibat dari adanya time value of money anda akan menerima kurang dari

Rp. 1 juta saat ini. Penerimaan yang kuirang dari Rp. 1 juta inilah yang disebut

dengan Present Value dari Rp. 1 juta satu tahun yang akan datang. Proses

perhitungan present value kadang-kadang disebut dengan discounting.

Untuk menentukan besarnya discount pembayaran terhadap Rp. 1 juta

yang seharusnya dibayarkan satu tahun yang akan datang, maka perlu ditentukan

opportunity cost selama menunggu pembayaran terjadi (satu tahun yang akan

datang). Anggap saja, dalam persoalan pembayaran tersebut tidak terdapat resiko

apapun, dan bila uang sebesar Rp. 1 juta diinvestasikan akan memperoleh return

sebesar 6% per-tahun, maka angka 6% per-tahun inilah yang disebut dengan risk

free discount rate.

10

Pembayaran yang diterima hari ini, tanpa menunggu lagi proses

pembayaran, dari suatu penerimaan yang seharusnya dibayarkan periode yang

akan datang, disebut dengan Present Value (PV).

Sebagai contoh: seseorang berjanji akan untuk membayar sebesar

Rp.1.000.000,- satu tahun yang akan datang. Nilai Rupiah

saat ini berbeda dengan nilai Rupiah satu tahun

mendatang. Berapakah nilai Rupiah yang anda terima jika

pembayaran dilakukan saat ini?

Sebagai akibat dari adanya time value of money anda akan menerima kurang dari

Rp. 1 juta saat ini. Penerimaan yang kuirang dari Rp. 1 juta inilah yang disebut

dengan Present Value dari Rp. 1 juta satu tahun yang akan datang. Proses

perhitungan present value kadang-kadang disebut dengan discounting.

Untuk menentukan besarnya discount pembayaran terhadap Rp. 1 juta

yang seharusnya dibayarkan satu tahun yang akan datang, maka perlu ditentukan

opportunity cost selama menunggu pembayaran terjadi (satu tahun yang akan

datang). Anggap saja, dalam persoalan pembayaran tersebut tidak terdapat resiko

apapun, dan bila uang sebesar Rp. 1 juta diinvestasikan akan memperoleh return

sebesar 6% per-tahun, maka angka 6% per-tahun inilah yang disebut dengan risk

free discount rate.

Page 16: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

11

Proses perhitungan present value tanpa mempertimbangkan resiko

dapat digambarkan sebagai berikut:

TahunPembayaran

JumlahPokok (P0)

JumlahBunga

Total Pembayaran(Pn)

Tahun ke-0 P0 0 P0 + 0 = P0

Tahun ke-1 P0 r.P0 P0 + r.P0 = P1

P0 (1+r) = P1

Tahun ke-2 P1 r.P1 P1 + r.P1 = P2

P1(1+r) = P2

Atau

P0(1+r)²= P2

Tahun ke-3 P2 r.P2 P2 + r.P2 = P3

P2(1+r) = P3

Atau

P0 (1+r)³= P3

Proses berlanjut hingga secara umum dapat dirumuskan

Tahun ke-n Pn-1 r.Pn-1 Pn-1+r.Pn-1 = Pn

Pn-1(1+r) = Pn

Atau

P0 (1+r)n = Pn

Rumusan Present Value:

P0 (1+r)n = Pn

Principle = Present Value Discount Faktor Future ValueR = discount rate

Page 17: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

12

Penyelesaian dari contoh di atas adalah:

P0 = Pn: (1+r)n

Dimana: Pn = Rp. 1juta; r = 6%/tahun; n = 1 tahun, maka:

Po = 1.000.000: (1+0,06)

= 943.396,23

Present Value dapat juga dikaitkan dengan Net Cah Flow (NCF), yaitu

penerimaan cash dalam n tahun dengan tingkat discounr rate sebesar r. Sehingga:

P0 (1+r)n = NCF ; atau

NCFP0 = ---------

(1+r)n

Jika hubungan antara present value (P0 ) dan Net Cash Flow (NCF)

dikembangkan ke arah pembayaran yang bersifat berantai, maka akan ditemukan

bentuk rumusan sebagai berikut:

NCF1 NCF2 NCF3 NCF4 NCFnP0 = ------------ + ----------- + ---------- + ----------- + ..... + -----------

(1+r)1 (1+r)2 (1+r)3 (1+r)4 (1+r)n

atau

n NCFi

P0 = ∑ ----------------i=1 (1+r)i

Page 18: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

Pertanyaan Diskusi :

1. Seorang sarjana lulusan fakultas ekonomi jurusan manajemen mengelola

usaha fotocopy milik orang lain dan digaji $ 25.000 setahun. Ia kemudian

memutuskan untuk mendirikan usaha fotocopy sendiri. Penerimaannya

selama tahun pertama operasi sebesar $ 125.000 dan pengeluarannya

sebesar :

=================================Gaji pembantu $ 45.000Bahan-bahan $ 15.000Sewa $ 10.000Utilitas $ 1.000Bunga pijaman bank $ 10.000=================================

Pertanyaan :

Hitunglah : Biaya eksplisit , biaya implisit, laba bisnis, laba ekonomi dan

hasil normal dari investasi bisnis ini.

2. Tentukan satu investasi dari sebuah proyek dari dua pilihan proyek yang

harus dipilih oleh seorang manager bila tingkat diskon perusahaan 10

persen. Proyek pertama menjajikan laba $ 100.000 setiap tahun selama 4

tahun, sedangkan proyek kedua menjanjikan keuntungan $ 75.000 setiap

tahun selama 6 tahun. Proyek mana yang anda pilih ? Berilah

penjelasannya !

3. Jelaskan mengapa pemerintah mengatus perusahaan telepon dan listrik,

bila motif keuntungan merupakan fungsi yang penting dalam operasi

pada sistem pasar bebas ?

Page 19: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

14

Standar Kompetensi :

1. Mengkonstruksikan penentuan harga dengan grafik

2. Menyelesaikan penentuan harga pada pasar persaingan

Kompetensi Dasar :

1. Menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan

penawaran

2. Menggambarkan kurva permintaan dan penawaran

3. Menggambarkan dengan grafik penentuan harga

4. Mendemonstrasikan dengan grafik perubahan ekuilibrium harga

5. Menyelesaikan kasus penentuan harga pada perusahaan

2.1. Demand

Pada bagian ini akan diuraikan tentang bagaimana demand dan supply

dapat membentuk keseimbangan pasar pada kondisi persaingan yang melibatkan

banyak konsumen dan produsen dengan kondisi barang yang bersifat homogen

atau relatif tidak terdiferensiasi.

Jumlah barang atau jasa yang diinginkan dan dapat dibeli oleh

konsumen pada periode tertentu disebut dengan quantity demanded (jumlah yang

diminta). Walaupun para ekonom menekankan peran penting harga dalam

pengambilan keputusan, namun mereka juga mempertimbangkan peranan

penting faktor-faktor lain. Akan tetapi, untuk menyederhanakan analisis maka

beberapa faktor lain yang tidak signifikan pengaruhnya akan dihilangkan dalam

bahasan.

Pembahasan tentang permintaan ini akan dikembangkan dalam dua

bentuk hubungan permintaan, yaitu (1) generalized demand function, yang

menunjukkan hubungan antara kuantitas yang diminta dengan faktor-faktor lain,

(2) ordinary demand function, menunjukkan hubungan antara kuantitas yang

14

Standar Kompetensi :

1. Mengkonstruksikan penentuan harga dengan grafik

2. Menyelesaikan penentuan harga pada pasar persaingan

Kompetensi Dasar :

1. Menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan

penawaran

2. Menggambarkan kurva permintaan dan penawaran

3. Menggambarkan dengan grafik penentuan harga

4. Mendemonstrasikan dengan grafik perubahan ekuilibrium harga

5. Menyelesaikan kasus penentuan harga pada perusahaan

2.1. Demand

Pada bagian ini akan diuraikan tentang bagaimana demand dan supply

dapat membentuk keseimbangan pasar pada kondisi persaingan yang melibatkan

banyak konsumen dan produsen dengan kondisi barang yang bersifat homogen

atau relatif tidak terdiferensiasi.

Jumlah barang atau jasa yang diinginkan dan dapat dibeli oleh

konsumen pada periode tertentu disebut dengan quantity demanded (jumlah yang

diminta). Walaupun para ekonom menekankan peran penting harga dalam

pengambilan keputusan, namun mereka juga mempertimbangkan peranan

penting faktor-faktor lain. Akan tetapi, untuk menyederhanakan analisis maka

beberapa faktor lain yang tidak signifikan pengaruhnya akan dihilangkan dalam

bahasan.

Pembahasan tentang permintaan ini akan dikembangkan dalam dua

bentuk hubungan permintaan, yaitu (1) generalized demand function, yang

menunjukkan hubungan antara kuantitas yang diminta dengan faktor-faktor lain,

(2) ordinary demand function, menunjukkan hubungan antara kuantitas yang

14

Standar Kompetensi :

1. Mengkonstruksikan penentuan harga dengan grafik

2. Menyelesaikan penentuan harga pada pasar persaingan

Kompetensi Dasar :

1. Menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan

penawaran

2. Menggambarkan kurva permintaan dan penawaran

3. Menggambarkan dengan grafik penentuan harga

4. Mendemonstrasikan dengan grafik perubahan ekuilibrium harga

5. Menyelesaikan kasus penentuan harga pada perusahaan

2.1. Demand

Pada bagian ini akan diuraikan tentang bagaimana demand dan supply

dapat membentuk keseimbangan pasar pada kondisi persaingan yang melibatkan

banyak konsumen dan produsen dengan kondisi barang yang bersifat homogen

atau relatif tidak terdiferensiasi.

Jumlah barang atau jasa yang diinginkan dan dapat dibeli oleh

konsumen pada periode tertentu disebut dengan quantity demanded (jumlah yang

diminta). Walaupun para ekonom menekankan peran penting harga dalam

pengambilan keputusan, namun mereka juga mempertimbangkan peranan

penting faktor-faktor lain. Akan tetapi, untuk menyederhanakan analisis maka

beberapa faktor lain yang tidak signifikan pengaruhnya akan dihilangkan dalam

bahasan.

Pembahasan tentang permintaan ini akan dikembangkan dalam dua

bentuk hubungan permintaan, yaitu (1) generalized demand function, yang

menunjukkan hubungan antara kuantitas yang diminta dengan faktor-faktor lain,

(2) ordinary demand function, menunjukkan hubungan antara kuantitas yang

Page 20: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

15

diminta dan harga barang pada saat semua faktor-faktor yang lain dianggap

konstan. Bentuk yang kedua ini, ordinary demand function ini yang secara umum

oleh para ekonom disebut dengan demand function atau permintaan.

2.1.1. Fungsi Demand Secara Umum

Terdapat enam variabel utama yang digunakan untuk menjelaskan

jumlah yang diminta, yaitu: (1) harga (P); (2) pendapatan (M); (3) harga barang

atau jasa lain yang terkait (Pr); (4) selera atau pola preferensi () (5) ekspektasi

harga barang atau jasa (Pe); dan (6) jumlah konsumen (N). Secara umum,

hubungan antara jumlah yang diminta dengan ke-enam faktor tersebut dapat

diformulasikan sebagai berikut:

Q = f (P, M, Pr, , Pe, N)

a) Harga barang (P)

Harga barang memiliki hubungan terbalik dengan jumlah barang yang

diminta dengan kata lain, semakin tinggi harga maka semakin sedikit jumlah

barang yang diminta. Pernyataan tersebut dibuat berdasarkan kondisi ceteris

paribus (faktor-faktor lain dianggap tetap).

b) Pendapatan Konsumen (M)

Hubungan antara pendapatan dengan kuantitas barang yang diminta

dapat bersifat positif maupun negatif. Dikatakan bersifat positif apabila semakin

tinggi pendapatan semakin banyak jumlah barang yang diminta. Hubungan

positif ini terjadi pada barang yang masuk kategori barang normal dan barang

superior. Sedangkan hubungan negatif apabila pendapatan semakin tinggi jumlah

barang yang diminta semakin kecil. Hubungan negatif ini terjadi pada kelompok

barang inferior.

Page 21: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

16

c) Harga Barang atau Jasa yang Terkait (Pr)

Barang atau jasa lain yang terkait dengan barang X, keterkaitannya

dapat berupa sebagai barang substitusi (barang pengganti) atau barang

komplementer (barang pelengkap). Apabila hubungan kedua barang adalah

sebagai barang pengganti, maka peningkatan harga barang akan menyebabkan

peningkatan permintaan barang penggantinya. Sedangkan apabila barang

memiliki hubungan komplementer dengan barang lain, maka peningkatan harga

barang akan mengakibatkan penurunan permintaan barang komplementer.

d) Selera atau Pola Preferensi ()

Selera dan preferensi konsumen dapat mengubah permintaan suatu

barang dengan menggeser sekelompok konsumen pada jenis barang lain. Selera

konsumen dapat dinyatakan dalam indeks preferensi konsumen yang dihasilkan

dari survei mengenai perilaku konsumen.

e) Ekspektasi Harga (Pe)

Secara spesifik, ekspektasi konsumen tentang harga barang atau jasa

dapat mengubah keputusan pembelian. Jika konsumen memperkirakan harga

barang akan naik maka permintaan barang atau jasa akan mengalami

peningkatan. Ekspektasi harga oleh konsumen dapat dibuat secara kualitatif,

yang sering kali didasarkan atas judgement orang-orang yang berkompeten,

maupun secara kuantitatif, yaitu dengan menggunakan metode forecasting yang

bersifat numerik maupun forecasting dalam bentuk grafik.

f) Jumlah Konsumen (N)

Semakin besar jumlah konsumen potensial maka akan semakin tinggi

pula jumlah barang yang diminta. Dalam hal ini pengertian tentang konsumen

adalah orang-orang yang memiliki potensi untuk mengkonsumsi barang yang

dimaksud, sehingga jumlah konsumen dapat sama dengan jumlah penduduk atau

lebih kecil dari jumlah penduduk. Secara matematis, demand function dapat

dituliskan sebagai berikut:

Qd = a + b(P) + c(M) + d(Pr) + e() + f(Pe) + g(N)

Page 22: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

17

dimana a,b,c,d,e,f,g merupakan parameter. Nilai “a” menunjukkan jumlah yang

diminta pada saat faktor-=faktor penentu memiliki nilai nol, sedangkan

parameter yang lain sering disebut juga dengan slope parameter, yang mengukur

efek terhadap jumlah yang diminta dengan adanya perubahan faktor yang

mempengaruhinya (dengan catatan faktor-faktor tersebut mencatat dari sisi

perubahan, misalnya, perubahan jumlah yang diminta, perubahan harga,

perubahan pendapatan, dan lain-lain).

Tabel 2.1:

Rekapitulasi Demand Function

Variable Relation to Quantity Demanded Sign of Slope Parameter

P Inverse b = Qd/P is negatif

M Direct for normal goods c = Qd/M is positif

Inverse for inferior goods c = Qd/M is negatif

Pr Direct for substitutes goods d = Qd/Pr is positif

Inverse for complement goods d = Qd/Pr is negatif

Direct e = Qd/ is positif

Pe Direct f = Qd/Pe is positif

N Direct g = Qd/N is positif

2.1.2. Demand Function

Hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta pada satu periode

tertentu pada saat faktor-faktor berpengaruh lainnya dianggap konstan (ceteris

paribus) disebut dengan demand function atau secara sederhana disebut dengan

demand (permintaan). Permintaan menghubungkan antara jumlah barang yang

diinginkan konsumen dan dapat dibeli oleh konsumen pada setiap kemungkinan

harga. Permintaan secara spesifik dapat dirumuskan sebagai berikut:

Qd = f (P)

Page 23: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

18

Sebagaimana pada penjelasan terdahulu tentang generalized demand

function, permintaan dapat juga dianggap dipengaruhium oleh lima faktor yang

lain, yang apabila diekspresikan secara matematis adalah sebagai berikut:

Qd = f (P, M, Pr, , Pe, N)

maka, apabila dikaitkan dengan demand function akan tertulis:

Q = f (P, M, Pr, , Pe, N);

Sebagai ilustrasi atas generalized demand function dapat dicontohkan persamaan

sebagai berikut:

Qd = 75 – 0.5P + 0.5M + 3.0Pr + 9 + 0.9 Pe + 0.5N

Bila persamaan di atas diubah dalam bentuk demand function, yang menyatakan

kondisi ceteris paribus, maka:

Qd = 75 – 0.5P

Dari persamaan demand tersebut dapat disusun demand schedule, yaitu suatu

tabel yang menunjukkan daftar kemungkinan harga produk terkait dengan jumlah

yang diminta. Maka demand schedule dapat dibuat sebagai berikut:

Tabel 2.2:

Demand Schedule

Harga Produk (P) 10 20 30 40 50

Jumlah yang Diminta (Qd) 70 65 60 55 50

Page 24: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

19

Cara lain untuk menunjukkan permintaan adalah dengan cara grafis.

Yang dibutuhkan adalah diagram dua dimensi yang masing-masing ditempati

oleh Qd dan P. Misalnya, konsumen membeli barang tersebut pada tingkat harga

Rp. 40/unit, maka maksimum konsumen akan membeli sebanyak 55 unit.

Tingkat harga maksimum yang dibayar konsumen disebut dengan demand price.

Gambar 2.1:

Kurva Permintaan

Price (P)

50 - A

40 - B Demand Curve

30 - C

20 - D

10 - E

50 55 60 65 70 Quantity (Qd)

2.1.3. Pergeseran Kurva Permintaan

Kurva permintaan dapat mengalami dua macxam pergeseran, yaitu (a)

pergeseran sepanjang kurva, dan (b) pergeseran yang menimbulkan kurva

permintaan baru.

19

Cara lain untuk menunjukkan permintaan adalah dengan cara grafis.

Yang dibutuhkan adalah diagram dua dimensi yang masing-masing ditempati

oleh Qd dan P. Misalnya, konsumen membeli barang tersebut pada tingkat harga

Rp. 40/unit, maka maksimum konsumen akan membeli sebanyak 55 unit.

Tingkat harga maksimum yang dibayar konsumen disebut dengan demand price.

Gambar 2.1:

Kurva Permintaan

Price (P)

50 - A

40 - B Demand Curve

30 - C

20 - D

10 - E

50 55 60 65 70 Quantity (Qd)

2.1.3. Pergeseran Kurva Permintaan

Kurva permintaan dapat mengalami dua macxam pergeseran, yaitu (a)

pergeseran sepanjang kurva, dan (b) pergeseran yang menimbulkan kurva

permintaan baru.

19

Cara lain untuk menunjukkan permintaan adalah dengan cara grafis.

Yang dibutuhkan adalah diagram dua dimensi yang masing-masing ditempati

oleh Qd dan P. Misalnya, konsumen membeli barang tersebut pada tingkat harga

Rp. 40/unit, maka maksimum konsumen akan membeli sebanyak 55 unit.

Tingkat harga maksimum yang dibayar konsumen disebut dengan demand price.

Gambar 2.1:

Kurva Permintaan

Price (P)

50 - A

40 - B Demand Curve

30 - C

20 - D

10 - E

50 55 60 65 70 Quantity (Qd)

2.1.3. Pergeseran Kurva Permintaan

Kurva permintaan dapat mengalami dua macxam pergeseran, yaitu (a)

pergeseran sepanjang kurva, dan (b) pergeseran yang menimbulkan kurva

permintaan baru.

Page 25: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

20

Gambar 2.2:

Pergeseran Kurva Permintaan

PD D’

(b)A A’

(a)

B B’

Qd

Pergeseran sepanjang kurva dari titik A ke titik B dapat terjadi apabila

terdapat perubahan harga. Misalnya dapat digunakan contoh Gambar 2.1, bila

harga produk pada awalnya adalah sebesar Rp. 30 per-unit kemudian meningkat

menjadi Rp. 40 per-unit , maka jumlah pembelian konsumen akan berkurang dari

60 unit menjadi 55 unit.

Sedangkan pergeseran kurva yang menyebabkan munculnya kurva

permintaan baru (D’) atau dari titik A ke A’ disebabkan oleh perubahan pada

lima faktor yang lain. Perubahan tersebut dapat dikategorikan sebagai perubahan

struktural karena membawa dampak pada terbentuknya kurva permintaan yang

baru, yang mungkin serupa, dalam pengertian kemiringannya, atau bahkan

berubah secara total, misalnya kemiringan kurva berbeda.

Tabel 2.3:

Summary of Demand Shifts

Determinants of Demand DemandIncreases

DemandDecreases

Sign of SlopeParameter

Income (M):

a. Normal Goods

b. Inferior Goods

M rises

M falls

M falls

M rises

c > 0

c < 0

Price of Related Goods (Pr):

20

Gambar 2.2:

Pergeseran Kurva Permintaan

PD D’

(b)A A’

(a)

B B’

Qd

Pergeseran sepanjang kurva dari titik A ke titik B dapat terjadi apabila

terdapat perubahan harga. Misalnya dapat digunakan contoh Gambar 2.1, bila

harga produk pada awalnya adalah sebesar Rp. 30 per-unit kemudian meningkat

menjadi Rp. 40 per-unit , maka jumlah pembelian konsumen akan berkurang dari

60 unit menjadi 55 unit.

Sedangkan pergeseran kurva yang menyebabkan munculnya kurva

permintaan baru (D’) atau dari titik A ke A’ disebabkan oleh perubahan pada

lima faktor yang lain. Perubahan tersebut dapat dikategorikan sebagai perubahan

struktural karena membawa dampak pada terbentuknya kurva permintaan yang

baru, yang mungkin serupa, dalam pengertian kemiringannya, atau bahkan

berubah secara total, misalnya kemiringan kurva berbeda.

Tabel 2.3:

Summary of Demand Shifts

Determinants of Demand DemandIncreases

DemandDecreases

Sign of SlopeParameter

Income (M):

a. Normal Goods

b. Inferior Goods

M rises

M falls

M falls

M rises

c > 0

c < 0

Price of Related Goods (Pr):

20

Gambar 2.2:

Pergeseran Kurva Permintaan

PD D’

(b)A A’

(a)

B B’

Qd

Pergeseran sepanjang kurva dari titik A ke titik B dapat terjadi apabila

terdapat perubahan harga. Misalnya dapat digunakan contoh Gambar 2.1, bila

harga produk pada awalnya adalah sebesar Rp. 30 per-unit kemudian meningkat

menjadi Rp. 40 per-unit , maka jumlah pembelian konsumen akan berkurang dari

60 unit menjadi 55 unit.

Sedangkan pergeseran kurva yang menyebabkan munculnya kurva

permintaan baru (D’) atau dari titik A ke A’ disebabkan oleh perubahan pada

lima faktor yang lain. Perubahan tersebut dapat dikategorikan sebagai perubahan

struktural karena membawa dampak pada terbentuknya kurva permintaan yang

baru, yang mungkin serupa, dalam pengertian kemiringannya, atau bahkan

berubah secara total, misalnya kemiringan kurva berbeda.

Tabel 2.3:

Summary of Demand Shifts

Determinants of Demand DemandIncreases

DemandDecreases

Sign of SlopeParameter

Income (M):

a. Normal Goods

b. Inferior Goods

M rises

M falls

M falls

M rises

c > 0

c < 0

Price of Related Goods (Pr):

Page 26: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

21

a. Substitute Goods

b. Complement Goods

Pr rises

Pr falls

Pr falls

Pr rises

d > 0

d < 0

Consumer Taste () rises falls e > 0

Expected Price (Pe) Pe rises Pe falls f > 0

Number of Consumers (N) N rises N falls g > 0

2.2. Supply

Jumlah barang atau jasa yang tawarkan untuk dijual ke pasar pada suatu

waktu tertentu disebut dengan quntity supplied. Secara umum. Jumlah barang

atau jasa yang ditawarkan dipengaruhi oleh enam faktor utama, yaitu: harga

barang atau jasa, harga input yang digunakan, harga barang atau jasa yang terkait

dalam produksi, tingkat teknologi yang digunakan, ekspektasi harga, dan jumlah

perusahaan yang memproduksi barang atau jasa..

2.2.1. Generalized Supply Function

The generalized supply Function menunjukkan bagaimana seluruh

faktor dominan mempengaruhi jumlah barang atau jasa yang ditawarkan. Secara

matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Qs = g ( P, Pi, Pr, T, Pe, F)

Kuantitas barang atau jasa yang ditawarkan tidak hanya ditentukan oleh harga

barang atau jasa tersebut (P) tetapi juga harga input (Pi), harga barang atau jasa

lain yang terkait (Pr), keberadaan teknologi pada saat itu (T), ekspektasi harga

(Pe), dan jumlah perusahaan yang memproduksi barang atrau jasa tersebut (F).

Page 27: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

22

Tabel 2.4:

Summary of the Generalized (linear) Supply Function

Qs = h + kP + lP + mPr + nT + rPe + sF

Variable Relation to Quantity Supplied Sign of Slope Parameter

P Direct k = Q/P is positive

Pi Inverse l = Q/Pi is negative

Pr Inverse for substitute inproduction

Direct for complements inproduction

m = Q/Pr is negative

m = Q/Pr is positive

T Direct K = Q/T is positive

Pe Inverse K = Q/Pe is negative

F Direct K = Q/F is positive

Yang penting untuk dicatat dari tabel tersebut adalah pengaruh dari keberadaan

teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Teknologi dalam konteks ini

dipahami sebagai kombinasi antara sumber daya yang dapat menghasilkan

barang atau jasa. Perbaikan penggunaan teknologi akan mengakibatkan biaya

per-unit produksi semakin murah, yang akhirnya akan mendorong penawaran ke

arah yang lebih tinggi.

2.2.2. Supply Function

Sebagaimana pembahasan tentang demand, supply function diderivasi

dari generalized supply function. Supply function menunjukkan hubungan antara

jumlah yang ditawarkan Qs dan harga penawaran P pada saat faktor-faktor yang

lain tetap (ceteris paribus). Dengan kata lain, perubahan jumlah yang ditawarkan

semata-mata dapat disebabkan oleh perubahan harga.

Untuk menggambarkan supply function dapat dilakukan dengan

mengggunakan supply schedule, yaitu sebuah tabel yang menunjukkan

kemungkinan harga produk yang dikaitkan dengan jumlah produk yang

ditawarkan. Disamping supply schedule, dapat juga digunakan supply curve,

yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan antara jumlah yang

ditawarkan dan harga pada saat faktor-faktor lain dianggap konstan.

Page 28: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

23

Sebagai contoh: persamaan supply function adalah Qs = 100 + 10P.

Konstanta atau intersep memiliki nilai positif (100) artinya, secara matematis,

produsen ingin menawarkan barangnya sebanyak 100 unit pada saat harga nol.

Statement tersebut nampak tidak masuk akal oleh sebab itu perlu diperhatikan

penggambaran kurva penawarannya agar statement menawarkan sebanyak 100

unit pada saat harga nol, sekalipun secara matematis benar, tidak termasuk dalam

keputusan produsen.

Tabel 2.5:The Supply Schedule for the Supply Function

Qs = 100 + 10P

PRICE (P) 65 60 50 40 30 20 10

QUANTITYSUPPLIED (Qs)

750 700 600 500 400 300 200

Gambar 2.3:

A Supply Curve : Qs = 100 + 10 P

P

70 - S

60 -

50 -

40 -

30 -

20 -

10 -

| | | | | | | |100 200 300 400 500 600 700 800 Qs

23

Sebagai contoh: persamaan supply function adalah Qs = 100 + 10P.

Konstanta atau intersep memiliki nilai positif (100) artinya, secara matematis,

produsen ingin menawarkan barangnya sebanyak 100 unit pada saat harga nol.

Statement tersebut nampak tidak masuk akal oleh sebab itu perlu diperhatikan

penggambaran kurva penawarannya agar statement menawarkan sebanyak 100

unit pada saat harga nol, sekalipun secara matematis benar, tidak termasuk dalam

keputusan produsen.

Tabel 2.5:The Supply Schedule for the Supply Function

Qs = 100 + 10P

PRICE (P) 65 60 50 40 30 20 10

QUANTITYSUPPLIED (Qs)

750 700 600 500 400 300 200

Gambar 2.3:

A Supply Curve : Qs = 100 + 10 P

P

70 - S

60 -

50 -

40 -

30 -

20 -

10 -

| | | | | | | |100 200 300 400 500 600 700 800 Qs

23

Sebagai contoh: persamaan supply function adalah Qs = 100 + 10P.

Konstanta atau intersep memiliki nilai positif (100) artinya, secara matematis,

produsen ingin menawarkan barangnya sebanyak 100 unit pada saat harga nol.

Statement tersebut nampak tidak masuk akal oleh sebab itu perlu diperhatikan

penggambaran kurva penawarannya agar statement menawarkan sebanyak 100

unit pada saat harga nol, sekalipun secara matematis benar, tidak termasuk dalam

keputusan produsen.

Tabel 2.5:The Supply Schedule for the Supply Function

Qs = 100 + 10P

PRICE (P) 65 60 50 40 30 20 10

QUANTITYSUPPLIED (Qs)

750 700 600 500 400 300 200

Gambar 2.3:

A Supply Curve : Qs = 100 + 10 P

P

70 - S

60 -

50 -

40 -

30 -

20 -

10 -

| | | | | | | |100 200 300 400 500 600 700 800 Qs

Page 29: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

24

2.2.3. Pergeseran Penawaran

Sebagaimana kurva permintaan, kurva penawaran juga memungkinkan

mengalami pergeseran baik pergeseran sepanjang kurva maupun pergeseran yang

mengakibatkan terciptanya kurva penawaran baru. Peningkatan penawaran dapat

dilihat dari adanya peningkatan jumlah yang ditawarkan pada harga tertentu,

yang dicerminkan melalui pergerakan ke arah kanan kurva. Demikian sebaliknya

untuk penurunan kurva penawaran, ditandai dengan pergeseran ke arah kiri

kurva.

Gambar 2.4:

Pergeseran Kurva Penawaran

P S” S S’

(a) (b)

P

q2 q q1 Qs

Catatan:S : kurva penawaran awalS’ : kurva penawaran setelah mengalami peningkatanS” : kurva penawaran setelah mengalami penurunan(a) : penurunan sebesar (q - q2)(b) : peningkatan sebesar (q1 – q)

24

2.2.3. Pergeseran Penawaran

Sebagaimana kurva permintaan, kurva penawaran juga memungkinkan

mengalami pergeseran baik pergeseran sepanjang kurva maupun pergeseran yang

mengakibatkan terciptanya kurva penawaran baru. Peningkatan penawaran dapat

dilihat dari adanya peningkatan jumlah yang ditawarkan pada harga tertentu,

yang dicerminkan melalui pergerakan ke arah kanan kurva. Demikian sebaliknya

untuk penurunan kurva penawaran, ditandai dengan pergeseran ke arah kiri

kurva.

Gambar 2.4:

Pergeseran Kurva Penawaran

P S” S S’

(a) (b)

P

q2 q q1 Qs

Catatan:S : kurva penawaran awalS’ : kurva penawaran setelah mengalami peningkatanS” : kurva penawaran setelah mengalami penurunan(a) : penurunan sebesar (q - q2)(b) : peningkatan sebesar (q1 – q)

24

2.2.3. Pergeseran Penawaran

Sebagaimana kurva permintaan, kurva penawaran juga memungkinkan

mengalami pergeseran baik pergeseran sepanjang kurva maupun pergeseran yang

mengakibatkan terciptanya kurva penawaran baru. Peningkatan penawaran dapat

dilihat dari adanya peningkatan jumlah yang ditawarkan pada harga tertentu,

yang dicerminkan melalui pergerakan ke arah kanan kurva. Demikian sebaliknya

untuk penurunan kurva penawaran, ditandai dengan pergeseran ke arah kiri

kurva.

Gambar 2.4:

Pergeseran Kurva Penawaran

P S” S S’

(a) (b)

P

q2 q q1 Qs

Catatan:S : kurva penawaran awalS’ : kurva penawaran setelah mengalami peningkatanS” : kurva penawaran setelah mengalami penurunan(a) : penurunan sebesar (q - q2)(b) : peningkatan sebesar (q1 – q)

Page 30: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

25

Tabel 2.6:

Summary of Supply Shifts

Determinants of Supply SupplyIncreases

SupplyDecreases

Sign of SlopeParameter

Price of Inputs (Pi) Pi falls Pi rises l < 0

Price of goods related in production(Pr)

(a) Substitute Good

(b) Complement GoodPr falls

Pr rises

Pr rises

Pr falls

m < 0

m > 0

State of Technology (T) T rises T falls n > 0

Expected Price (Pe) Pe falls Pe rises r < 0

Number of firms in industry (F) F rises F falls s > 0

2.3. Market Equilibrium

Ketika demand mengacu pada analisis perilaku konsumen dan supply

merupakan analisis perilaku produsen, maka kedua analisis tersebut merupakan

elemen utama dalam analisis tentang keseimbangan pasar. Keseimbangan pasar

atau Market Equilibrium merupakan situasi yang menunjukkan kondisi

konsumen yang memiliki kemampuan untuk membeli barang atau jasa yang

diinginkan dan produsen memiliki kemauan untuk menjual sejumlah barang atau

jasa tersebut pada harga yang disepakati. Pada kondisi keseimbangan pasar

harga merupakan harga keseimbangan (equilibrium price) yang seringkali

disebut juga dengan market clearing price dan kuantitas merupakan kuantitas

keseimbangan (equilibrium quantity).

Untuk memberikan gambaran tentang mekanisme tercapainya

keseimbangan pasar dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Page 31: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

26

Gambar 2.5: Market

Equilibrium

P D Sexcess supply

(surplus)

P0

Excess demand(shortage)

Q0

Catatan:

P0 merupakan harga keseimbanganQ0 merupakan kuantitas keseimbangan

2.4. Perubahan dalam Market Equilibrium

Kurva permintaan dan penawaran bukanlah suatu keadaan yang tidak

pernah berubah. Dinamika kedua sisi tersebut, permintaan maupun penawaran,

membawa konsekuensi para manajer harus memiliki kemampuan untuk

menggambarkan keadaan permintaan maupun penawaran, baik dari segi harga

yang akan datang maupun dari segi kuantitas yang akan datang. Namun

demikian sering kali terjadi seorang manajer merasa cukup untuk memperkirakan

keadaan di masa yang akan datang secara kualitatif, namun ada juga yang merasa

harus secara kuantitatif.

Jika seorang manajer melakukan perkiraan secara kualitatif maka dia

melakukan qualitative forecast, yang hanya bertujuan untuk mengetahui arah

pergerakan harga ataupun kuantitas. Dan jika manajer melakukan perkiraan

secara kuantitatif, dia melakukan quantitative forecast, yang memprediksi bukan

hanya sebatas arah gerakan variabel yang mempengaruhinya, namun juga ukuran

perubahan yang mungkin terjadi terhadap variabel yang diamati.

26

Gambar 2.5: Market

Equilibrium

P D Sexcess supply

(surplus)

P0

Excess demand(shortage)

Q0

Catatan:

P0 merupakan harga keseimbanganQ0 merupakan kuantitas keseimbangan

2.4. Perubahan dalam Market Equilibrium

Kurva permintaan dan penawaran bukanlah suatu keadaan yang tidak

pernah berubah. Dinamika kedua sisi tersebut, permintaan maupun penawaran,

membawa konsekuensi para manajer harus memiliki kemampuan untuk

menggambarkan keadaan permintaan maupun penawaran, baik dari segi harga

yang akan datang maupun dari segi kuantitas yang akan datang. Namun

demikian sering kali terjadi seorang manajer merasa cukup untuk memperkirakan

keadaan di masa yang akan datang secara kualitatif, namun ada juga yang merasa

harus secara kuantitatif.

Jika seorang manajer melakukan perkiraan secara kualitatif maka dia

melakukan qualitative forecast, yang hanya bertujuan untuk mengetahui arah

pergerakan harga ataupun kuantitas. Dan jika manajer melakukan perkiraan

secara kuantitatif, dia melakukan quantitative forecast, yang memprediksi bukan

hanya sebatas arah gerakan variabel yang mempengaruhinya, namun juga ukuran

perubahan yang mungkin terjadi terhadap variabel yang diamati.

26

Gambar 2.5: Market

Equilibrium

P D Sexcess supply

(surplus)

P0

Excess demand(shortage)

Q0

Catatan:

P0 merupakan harga keseimbanganQ0 merupakan kuantitas keseimbangan

2.4. Perubahan dalam Market Equilibrium

Kurva permintaan dan penawaran bukanlah suatu keadaan yang tidak

pernah berubah. Dinamika kedua sisi tersebut, permintaan maupun penawaran,

membawa konsekuensi para manajer harus memiliki kemampuan untuk

menggambarkan keadaan permintaan maupun penawaran, baik dari segi harga

yang akan datang maupun dari segi kuantitas yang akan datang. Namun

demikian sering kali terjadi seorang manajer merasa cukup untuk memperkirakan

keadaan di masa yang akan datang secara kualitatif, namun ada juga yang merasa

harus secara kuantitatif.

Jika seorang manajer melakukan perkiraan secara kualitatif maka dia

melakukan qualitative forecast, yang hanya bertujuan untuk mengetahui arah

pergerakan harga ataupun kuantitas. Dan jika manajer melakukan perkiraan

secara kuantitatif, dia melakukan quantitative forecast, yang memprediksi bukan

hanya sebatas arah gerakan variabel yang mempengaruhinya, namun juga ukuran

perubahan yang mungkin terjadi terhadap variabel yang diamati.

Page 32: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

27

Gambar 2.6:

Pergeseran Simultan Permintaan dan Penawaran

(1)P D D’

P1

(2)

P0

S (3) S’

Q0 Q1 Q0’

Perubahan yang terjadi pada salah satu atau kedua kurva akan

menyebabkan keseimbangan pasar terganggu atau terjadi disequilibrium.

Gangguan ini secara teoritis dikatakan hanya terjadi dalam jangka pendek, dan

dalam jangka panjang ketidak seimbangan pasar akan kembali menuju ke

keseimbangan. Dengan demikian, ketika terjadi peningkatan permintaan (1),

sedangkan penawaran relatif tetap, maka akan terjadi excess demand yang

berakibat pada kenaikan harga (2). Kenaikan harga merupakan insentif yang

menarik bagi produsen untuk meningkatkan penawarannya, sehingga penawaran

meningkat (3), dan harga kembali ke keseimbangan. Vice versa.

2.5. Ceiling Price dan Floor Price

Keadaan excess demand dan excess supply dalam ilmu ekonomi

standard, seringkali dianggap sebagai fenomena jangka pendek yang secara

otomatis akan dapat dikoreksi oleh kekuatan pasar sendiri. Namun adakalanya

keadaan excess demand dan excess supply tersebut secara permanen terjadi tanpa

27

Gambar 2.6:

Pergeseran Simultan Permintaan dan Penawaran

(1)P D D’

P1

(2)

P0

S (3) S’

Q0 Q1 Q0’

Perubahan yang terjadi pada salah satu atau kedua kurva akan

menyebabkan keseimbangan pasar terganggu atau terjadi disequilibrium.

Gangguan ini secara teoritis dikatakan hanya terjadi dalam jangka pendek, dan

dalam jangka panjang ketidak seimbangan pasar akan kembali menuju ke

keseimbangan. Dengan demikian, ketika terjadi peningkatan permintaan (1),

sedangkan penawaran relatif tetap, maka akan terjadi excess demand yang

berakibat pada kenaikan harga (2). Kenaikan harga merupakan insentif yang

menarik bagi produsen untuk meningkatkan penawarannya, sehingga penawaran

meningkat (3), dan harga kembali ke keseimbangan. Vice versa.

2.5. Ceiling Price dan Floor Price

Keadaan excess demand dan excess supply dalam ilmu ekonomi

standard, seringkali dianggap sebagai fenomena jangka pendek yang secara

otomatis akan dapat dikoreksi oleh kekuatan pasar sendiri. Namun adakalanya

keadaan excess demand dan excess supply tersebut secara permanen terjadi tanpa

27

Gambar 2.6:

Pergeseran Simultan Permintaan dan Penawaran

(1)P D D’

P1

(2)

P0

S (3) S’

Q0 Q1 Q0’

Perubahan yang terjadi pada salah satu atau kedua kurva akan

menyebabkan keseimbangan pasar terganggu atau terjadi disequilibrium.

Gangguan ini secara teoritis dikatakan hanya terjadi dalam jangka pendek, dan

dalam jangka panjang ketidak seimbangan pasar akan kembali menuju ke

keseimbangan. Dengan demikian, ketika terjadi peningkatan permintaan (1),

sedangkan penawaran relatif tetap, maka akan terjadi excess demand yang

berakibat pada kenaikan harga (2). Kenaikan harga merupakan insentif yang

menarik bagi produsen untuk meningkatkan penawarannya, sehingga penawaran

meningkat (3), dan harga kembali ke keseimbangan. Vice versa.

2.5. Ceiling Price dan Floor Price

Keadaan excess demand dan excess supply dalam ilmu ekonomi

standard, seringkali dianggap sebagai fenomena jangka pendek yang secara

otomatis akan dapat dikoreksi oleh kekuatan pasar sendiri. Namun adakalanya

keadaan excess demand dan excess supply tersebut secara permanen terjadi tanpa

Page 33: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

28

terkoreksi oleh kekuatan pasar karena adanya intervensi dari pemerintah melalui

kebijakan harga, yaitu kebijakan ceiling price dan floor price.

Ceiling price merupakan harga maksimum yang ditetapkan oleh

pemerintah bagi produsen untuk menjual barangnya. Ketika ceiling price

(Pberada di bawah harga keseimbangan, maka akan terjadi excess demand atau

shortage. Sedangkan floor price adalah harga minimum yang ditetapkan oleh

pemerintah bagi produsen untuk menjual barangnya. Ketika floor price berada di

atas equilibrium maka akan terjadi excess supply atau surplus.

Pada ilustrasi Gambar 2.7 dapat dijelaskan sebagai berikut: Jika pada

awalnya keseimbangan pasar adalah harga sebesar P0 dan kuantitas sebesar Q0,

dan kemudian pemerintah melakukan kebijakan ceiling price, maka akan terjadi

pergeseran yang menyebabkan ketidak seimbangan, yaitu harga berdasarkan

kebijakan adalah Pc, dan kuantitas yang diinginkan konsumen untuk dibeli adalah

Q2 namun produsen hanya bersedia menjual sebesar Q1. Dengan demikian terjadi

perbedaan dipasar sebesar (Q2 - Q1) atau terjadi shortage. Demikian pula yang

terjadi jika pemerintah melakukan kebijakan floor price, maka akan terjadi

surplus sebesar (Q4 – Q3).

Gambar 2.7:

Ceiling Price and Floor Price

(a) Ceiling Price (b) Floor PriceP D P D

SS Pf

P0

Pc

Q1 Q0 Q2 Q Q3 Q0 Q4 Q

Kebijakan ceiling price dan floor price ini pernah dilakukan oleh

BULOG dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai badan penyangga beras

28

terkoreksi oleh kekuatan pasar karena adanya intervensi dari pemerintah melalui

kebijakan harga, yaitu kebijakan ceiling price dan floor price.

Ceiling price merupakan harga maksimum yang ditetapkan oleh

pemerintah bagi produsen untuk menjual barangnya. Ketika ceiling price

(Pberada di bawah harga keseimbangan, maka akan terjadi excess demand atau

shortage. Sedangkan floor price adalah harga minimum yang ditetapkan oleh

pemerintah bagi produsen untuk menjual barangnya. Ketika floor price berada di

atas equilibrium maka akan terjadi excess supply atau surplus.

Pada ilustrasi Gambar 2.7 dapat dijelaskan sebagai berikut: Jika pada

awalnya keseimbangan pasar adalah harga sebesar P0 dan kuantitas sebesar Q0,

dan kemudian pemerintah melakukan kebijakan ceiling price, maka akan terjadi

pergeseran yang menyebabkan ketidak seimbangan, yaitu harga berdasarkan

kebijakan adalah Pc, dan kuantitas yang diinginkan konsumen untuk dibeli adalah

Q2 namun produsen hanya bersedia menjual sebesar Q1. Dengan demikian terjadi

perbedaan dipasar sebesar (Q2 - Q1) atau terjadi shortage. Demikian pula yang

terjadi jika pemerintah melakukan kebijakan floor price, maka akan terjadi

surplus sebesar (Q4 – Q3).

Gambar 2.7:

Ceiling Price and Floor Price

(a) Ceiling Price (b) Floor PriceP D P D

SS Pf

P0

Pc

Q1 Q0 Q2 Q Q3 Q0 Q4 Q

Kebijakan ceiling price dan floor price ini pernah dilakukan oleh

BULOG dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai badan penyangga beras

28

terkoreksi oleh kekuatan pasar karena adanya intervensi dari pemerintah melalui

kebijakan harga, yaitu kebijakan ceiling price dan floor price.

Ceiling price merupakan harga maksimum yang ditetapkan oleh

pemerintah bagi produsen untuk menjual barangnya. Ketika ceiling price

(Pberada di bawah harga keseimbangan, maka akan terjadi excess demand atau

shortage. Sedangkan floor price adalah harga minimum yang ditetapkan oleh

pemerintah bagi produsen untuk menjual barangnya. Ketika floor price berada di

atas equilibrium maka akan terjadi excess supply atau surplus.

Pada ilustrasi Gambar 2.7 dapat dijelaskan sebagai berikut: Jika pada

awalnya keseimbangan pasar adalah harga sebesar P0 dan kuantitas sebesar Q0,

dan kemudian pemerintah melakukan kebijakan ceiling price, maka akan terjadi

pergeseran yang menyebabkan ketidak seimbangan, yaitu harga berdasarkan

kebijakan adalah Pc, dan kuantitas yang diinginkan konsumen untuk dibeli adalah

Q2 namun produsen hanya bersedia menjual sebesar Q1. Dengan demikian terjadi

perbedaan dipasar sebesar (Q2 - Q1) atau terjadi shortage. Demikian pula yang

terjadi jika pemerintah melakukan kebijakan floor price, maka akan terjadi

surplus sebesar (Q4 – Q3).

Gambar 2.7:

Ceiling Price and Floor Price

(a) Ceiling Price (b) Floor PriceP D P D

SS Pf

P0

Pc

Q1 Q0 Q2 Q Q3 Q0 Q4 Q

Kebijakan ceiling price dan floor price ini pernah dilakukan oleh

BULOG dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai badan penyangga beras

Page 34: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

29

nasional. Kebijakan ceiling price dilakukan untuk melindungi konsumen dari

melambungnya harga beras karena faktor gagal panen sedangkan kebijakan floor

price diterapkan pada saat petani mengalami panen raya. Perbedaan yang terjadi

pada jumlah permintaan dan penawaran diatasi pemerintah dengan melakukan

penjualan stok beras yang dimiliki sesuai dengan harga kebijakan jika pasar

berada pada posisi shortage (permintaan yang berlebih). Dan pada saat terjadi

surplus yang mengakibatkan terancamnya harga beras pada level sangat rendah

maka pemerintah melakukan pembelian surplus produksi tersebut. Kebijakan ini

bukan hanya dilakukan oleh Indonesia namun juga dilakukan oleh banyak negara

lainnya khususnya untuk komoditi pangan.

Pertanyaan Diskusi

1. Mr. Smith seorang General Manager perusahaan multinasional

mengestimasi persamaan regresi untuk permintaan mobil Chevrolet

sebagai berikut :

Qc = 100.000 – 100 Pc + 2000 N + 50 I + 30 Pf – 1000 Pg + 3 A

+ 40.000 Pi

Dimana : Qc : kuantitas chevrolet yang diminta setiap tahunPc : harga chevrolet dalam DollarN : jumlah penduduk Amerika SerikatI : pendapatan disposable perkapita dalam DollarPf : harga mobil Ford Dalam DollarPg : harga riil bensin dalam DollarA : biaya iklan chevrolet dalam Dollar / tahunPi : insentif kredit untuk pembelian chevrolet

Pertanyaan :

a. Tentukan perubahan jumlah chevrolet yang dibeli tiap tahun untuk

setiap perubahan dalam variabel independent.

b. Tentukan nilai Qc jika rata-rata nilai Pc = $ 9000 , N = 200 juta, I = $

100000, Pf = $ 8000, Pg = 80 sen, A = $ 200000 dan Pi = 1

c. Turunkan persamaan untuk kurva permintaan terhadap chevrolet dan

gambarkan dalam grafik.

2. Andaikan anda adalah analisis pasar saham, khususnya saham hiburan,

dan anda sedang meneliti saham Disneyland. The Wall Street Journal

Page 35: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

30

(WSJ) melaporkan bahwa jumlah turis menurun di Amerika Serikat.

Sebuah tembat hiburan lain , Six Flag Magic Mountain, yang berada di

Valensia – California mengoperasikan sebuah roller coster baru. Pada

tahun yang sama akan dioperasikan wahana baru dengan nama Psyclone.

a. Gunakan analisis demand dan supply untuk memprediksikan

dampak dari kejadian itu terhadap tiket dan jumlah pengunjung

Disneyland !

b. Sebagaimana yang dilaporkan oleh WSJ, Disneylan memotong

(menurunkan) harga tiket dan mengakui bahwa jumlah

pengunjung berkurang. Apakah hal tersebut sesuai dengan

prediksi (analisis) demand dan suplly anada ?

c. Dalam kenyataannya, harga tiket turun dan jumlah pengunjung

turun di Disneyland melanggar hukum permintaan , khususnya

dalam dunia hiburan ?

Page 36: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

28

Standar Kompetensi

1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas

2. Mengidentifikasikan elastisitas permintaan

Kompetensi Dasar

1. Menyebutkan faktor-faktor yang menentukan elastisitas

2. Membedakan jenis-jenis elastisitas

3. Menghitung elastisitas

4. Menganalisis konsep elastisitas dalam pengambilan keputusan manajerial

3.1. Koefisien Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan (demand elasticity) mengukur respon perubahan

permintaan yang dilakukan konsumen terhadap perubahan harga. Elastisitas

permintaan sering juga dikenal dengan istilah price elasticity atau own-price

elasticity. Ukuran yang digunakan untuk angka ealstisitas permintaan adalah:

d = (% kuantitas) / (% harga)

= (% Q) / (% P)

Klasifikasikasi nilai elastisitas permintaan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1:

Koefisien Elastisitas Permintaan

Elastisitas Responsiveness Koefisien ElatisitasPermintaan

Elastic % Q > % P d > 1

Unitary Elastic % Q = % P d = 1

Inelastic % Q < % P d < 1

28

Standar Kompetensi

1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas

2. Mengidentifikasikan elastisitas permintaan

Kompetensi Dasar

1. Menyebutkan faktor-faktor yang menentukan elastisitas

2. Membedakan jenis-jenis elastisitas

3. Menghitung elastisitas

4. Menganalisis konsep elastisitas dalam pengambilan keputusan manajerial

3.1. Koefisien Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan (demand elasticity) mengukur respon perubahan

permintaan yang dilakukan konsumen terhadap perubahan harga. Elastisitas

permintaan sering juga dikenal dengan istilah price elasticity atau own-price

elasticity. Ukuran yang digunakan untuk angka ealstisitas permintaan adalah:

d = (% kuantitas) / (% harga)

= (% Q) / (% P)

Klasifikasikasi nilai elastisitas permintaan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1:

Koefisien Elastisitas Permintaan

Elastisitas Responsiveness Koefisien ElatisitasPermintaan

Elastic % Q > % P d > 1

Unitary Elastic % Q = % P d = 1

Inelastic % Q < % P d < 1

28

Standar Kompetensi

1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas

2. Mengidentifikasikan elastisitas permintaan

Kompetensi Dasar

1. Menyebutkan faktor-faktor yang menentukan elastisitas

2. Membedakan jenis-jenis elastisitas

3. Menghitung elastisitas

4. Menganalisis konsep elastisitas dalam pengambilan keputusan manajerial

3.1. Koefisien Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan (demand elasticity) mengukur respon perubahan

permintaan yang dilakukan konsumen terhadap perubahan harga. Elastisitas

permintaan sering juga dikenal dengan istilah price elasticity atau own-price

elasticity. Ukuran yang digunakan untuk angka ealstisitas permintaan adalah:

d = (% kuantitas) / (% harga)

= (% Q) / (% P)

Klasifikasikasi nilai elastisitas permintaan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1:

Koefisien Elastisitas Permintaan

Elastisitas Responsiveness Koefisien ElatisitasPermintaan

Elastic % Q > % P d > 1

Unitary Elastic % Q = % P d = 1

Inelastic % Q < % P d < 1

Page 37: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

29

Perlu ditegaskan disini bahwa nilai elastisitas permintaan selalu negatif sehingga

di dalam menuliskan elastisitas permintaan tidak perlu lagi mencantumkan dan

mengoperasionalkan tanda negatif. Perubahan yang terjadi pada harga maupun

kuantitas dianggap sebagai besaran mutlak (tanda |...| ).

3.2. Elastisitas dan Total Revenue

Total Revenue merupakan jumlah yang diterima produsen karena

menjual output (Q) yang dihasilkannya pada tingkat harga tertentu (P). Sehingga

total revenue (TR) diformulasikan sebagai :

TR = P . Q

Pada saat manager meningkatkan harga produk, maka total revenue

akan mengalami kenaikan jika output yang terjual (sales) konstan. Demikian pula

sebaliknya, jika harga diturunkan dan sales tetap maka total revenue mengalami

penurunan. Dampak perubahan harga terhadap total revenue pada kondisi

jumlah output tertentu disebut dengan price effect. Disisi lain, dampak dari

perubahan jumlah sales atau output pada kondisi harga tertentu terhadap total

revenue disebut dengan quantity effect.

Price effect dan quantity effect mendorong total revenue pada arah yang

berlawanan. Peningkatan atau penurunan total revenue akan sangat tergantung

dari kekuatan tarik menarik antara price effect dengan quantity effect. Dan jika

kekuatan keduanya seimbang maka total revenue tidak akan mengalami

perubahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan

antara elastisitas dengan total revenue, yang dapat diringkaskan sebagai berikut:

Tabel 3.2:

Relation between Demand Elasticity and Total Revenue (TR)

Elastic

%Q > %P

Unitary Elastic

%Q = %P

Inelastic

%Q < %P

P rises TR falls No change in TR TR rises

P falls TR rises No change in TR TR falls

Page 38: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

30

3.3. Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan

Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi elastisitas permintaan,

yaitu: (a) adanya barang atau jasa substitusi, (b) persentase budget konsumen,

dan (c) periode penyesuaian konsumsi.

Barang substitusi. Semakin baik sifat substitusi dari suatu barang atau

jasa maka akan mengakibatkan semakin elastik barang itu.

Px naikDx menurun

Dsubstitusi naik

Jika harga barang X mengalami kenaikan, dan barang Y memiliki sifat substitusi

yang baik terhadap barang X, maka konsumen akan secara cepat merespon

kenaikan barang X dengan mengganti konsumsinya dengan barang Y, barang

substitusinya.

Persentase Budget Konsumsi. Jika semua hal yang lain dianggap tidak

berubah, maka elastisitas harga terkait langsung dengan persentase budget

konsumen untuk suatu barang atau jasa. Sebagai contoh: permintaan untuk TV

dimungkinkan memiliki elastisitas harga yang lebih elastik dibandingkan dengan

radio, karena persentase budget yang harus dikeluarkan lebih besar untuk TV

daripada untuk radio.

Periode penyesuaian. Panjang pendeknya periode penyesuaian konsumsi

orang sebagai reaksi atas adanya perubahan harga akan mempengaruhi besaran

elastisitas harga. Secara umum, semakin panjang periode penyesuaian

pengukuran, maka akan semakin elastik koefisien elastisitas permintaan. Hal itu

disebabkan oleh karena konsumen memiliki waktu yang relatif lama untuk

membuat keputusan merespon jumlah permintaan sebagai reaksi atas perubahan

harga.

Studi yang pernah dilakukan untuk mengamati elastisitas harga, salah

satunya adalah Smith, et.al. (1999) dan Smith and Brynjolfsson (2001) tentang

komoditas buku yang ditawarkan melalui media internet. Hal yang paling utama

untuk ditonjolkan dalam tulisan tersebut adalah penggunaan pasar internet yang

secara karakteristik paling mendekati dengan pasar persaingan sempurna. Akses

Page 39: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

31

yang relatif murah tidak dianggap sebagai biaya transaksi yang relevan, sehingga

permintaan terhadap buku melalui pasar internet lebih diarahkan pada kebijakan

perpajakan lokal dan biaya pengiriman.

Kedua studi tersebut menyimpulkan bahwa konsumen sangat sensitif

terhadap perubahan harga sebagai akibat perubahan kebijakan pajak lokal dan

biaya pengiriman, namun konsumen tidak sensitif terhadap perubahan harga

total.

3.4. Perhitungan Elastisitas Permintaan

Terdapat dua tipe elastisitas dengan cara perhittungan yang berbeda,

yaitu: (a) arc elasticity, dan (b) point elasticity.

Arc Elasticity. Koefisien elastisitas yang dihitung berdasarkan interval

dua titik pada kurva permintaan. Sebagaimana terlihat pada gambar 3.1 elastisitas

diukur berdasarkan interval RS, ST, TU atau interval harga yang lain. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa arc elasticity dapat dihitung jika terdapat dua

titik atau lebih pada kurva permintaan.

Tabel 3.3:Perhitungan Arc Elasticity

Interval Price fallsfrom

TotalRevenue

Arc Elasticity

RS 1.00 ke 0.50 TR naik (100-300) / 200-------------------------- = -1.5

(1.00 – 0.50) / 0.75

ST 0.50 ke 0.25 TR tetap(300 – 600) / 450

--------------------------- = -1.0(0.50 – 0.25) / 0.375

TU 0.25 ke 0.10 TR turun(600 – 1000)/ 800

---------------------------- = -0.583(0.25 – 0.10) / 0.175

Page 40: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

32

Gambar 3.1:Arc Elasticity

Price

1,0 R

0.5 S

0.25 T

0.10

Q P%Q = ------------- 100; %P = ------------ 100

Q base P base

Q / Q baseARC Elasticity = --------------------

P/ P base

Q / Q averageARC Elasticity (approx) = -----------------------

P/ P average

U

100 300 600 1000 Quantity

Point Elasticity, merupakan pengukuran elastisitas permintaan dengan

menggunakan sebuah titik pada kurva permintaan. Perhitungan point elasticity

ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumusan umum persamaan

permintaan. Formulasi elastisitas point ini dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Misalnya: persamaan permintaan dapat diekspresikan sebagai berikut:

P = a + bQ ...............................................................................(1

Persamaan (1) dapat diubah bentuknya menjadi:

Q = (P – a) / b = (P/b) – (a/b) = (1/b) P – (a/b) ...................(2

Jika Q bertambah sebesar (Q), maka:

Q + Q = (1/b) (P+P) – (a/b) atau

32

Gambar 3.1:Arc Elasticity

Price

1,0 R

0.5 S

0.25 T

0.10

Q P%Q = ------------- 100; %P = ------------ 100

Q base P base

Q / Q baseARC Elasticity = --------------------

P/ P base

Q / Q averageARC Elasticity (approx) = -----------------------

P/ P average

U

100 300 600 1000 Quantity

Point Elasticity, merupakan pengukuran elastisitas permintaan dengan

menggunakan sebuah titik pada kurva permintaan. Perhitungan point elasticity

ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumusan umum persamaan

permintaan. Formulasi elastisitas point ini dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Misalnya: persamaan permintaan dapat diekspresikan sebagai berikut:

P = a + bQ ...............................................................................(1

Persamaan (1) dapat diubah bentuknya menjadi:

Q = (P – a) / b = (P/b) – (a/b) = (1/b) P – (a/b) ...................(2

Jika Q bertambah sebesar (Q), maka:

Q + Q = (1/b) (P+P) – (a/b) atau

32

Gambar 3.1:Arc Elasticity

Price

1,0 R

0.5 S

0.25 T

0.10

Q P%Q = ------------- 100; %P = ------------ 100

Q base P base

Q / Q baseARC Elasticity = --------------------

P/ P base

Q / Q averageARC Elasticity (approx) = -----------------------

P/ P average

U

100 300 600 1000 Quantity

Point Elasticity, merupakan pengukuran elastisitas permintaan dengan

menggunakan sebuah titik pada kurva permintaan. Perhitungan point elasticity

ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumusan umum persamaan

permintaan. Formulasi elastisitas point ini dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Misalnya: persamaan permintaan dapat diekspresikan sebagai berikut:

P = a + bQ ...............................................................................(1

Persamaan (1) dapat diubah bentuknya menjadi:

Q = (P – a) / b = (P/b) – (a/b) = (1/b) P – (a/b) ...................(2

Jika Q bertambah sebesar (Q), maka:

Q + Q = (1/b) (P+P) – (a/b) atau

Page 41: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

33

Q + Q = (1/b) (P) + (1/b) (P) – (a/b) ..............................(3

Persamaan (3) dikurangi dengan persamaan (2), maka:

Q + Q = (1/b) (P) + (1/b) (P) – (a/b) (persamaan 3)

Q = (1/b) P – (a/b) - (persamaan 2)

Q = (1/b) (P) ...............................(4

Jika elastisitas permintaan didefinisikan sebagai:

Q / Q Q Pd = -------------- = --------- x --------- ...............................(5

P / P P Q

maka:

(1/b) (P) P 1 P = -------------- x -------- = ------ x -------------------

P Q b (1/b) P – (a/b)

1 P P = ------ x ----------------- = -------- .................(6

b (1/b) (P – a) P - a

Melalui pendekatan yang lain, perhitungan point elasticity dapat

dilakukan sebagai berikut:

Persamaan (1) dicari perubahannya:

P + P = a + b (Q + Q) .....................................................(7a

P + P = a + b Q + b Q .....................................................(7b

Page 42: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

34

persamaan (2b) – (1):

P + P = a + b Q + b QP = a + bQ -

P = b Q ......................................... (8

maka:

Q P 1 Pd = -------- x ------ = ------- x -------

b Q Q b Q

Gambar 3.2:

Perhitungan Point Elasticity

PP 140120

100 =-5 100 =-2.5L 90 R

= -160 M

=-0.5 = -0.840 N S

Quantity Quantity

(a) Linear Demand (b) Curvilinier Demand

Contoh perhitungan:

Pada Gambar 3.2 (a) pada saat harga pada tingkat 100 (titik L), dan intersep

(konstanta) sebesar 120, elastisitas permintaannya adalah sebesar: (berdasarkan

persaman (6))

L= 100 / (100-120) = -5

34

persamaan (2b) – (1):

P + P = a + b Q + b QP = a + bQ -

P = b Q ......................................... (8

maka:

Q P 1 Pd = -------- x ------ = ------- x -------

b Q Q b Q

Gambar 3.2:

Perhitungan Point Elasticity

PP 140120

100 =-5 100 =-2.5L 90 R

= -160 M

=-0.5 = -0.840 N S

Quantity Quantity

(a) Linear Demand (b) Curvilinier Demand

Contoh perhitungan:

Pada Gambar 3.2 (a) pada saat harga pada tingkat 100 (titik L), dan intersep

(konstanta) sebesar 120, elastisitas permintaannya adalah sebesar: (berdasarkan

persaman (6))

L= 100 / (100-120) = -5

34

persamaan (2b) – (1):

P + P = a + b Q + b QP = a + bQ -

P = b Q ......................................... (8

maka:

Q P 1 Pd = -------- x ------ = ------- x -------

b Q Q b Q

Gambar 3.2:

Perhitungan Point Elasticity

PP 140120

100 =-5 100 =-2.5L 90 R

= -160 M

=-0.5 = -0.840 N S

Quantity Quantity

(a) Linear Demand (b) Curvilinier Demand

Contoh perhitungan:

Pada Gambar 3.2 (a) pada saat harga pada tingkat 100 (titik L), dan intersep

(konstanta) sebesar 120, elastisitas permintaannya adalah sebesar: (berdasarkan

persaman (6))

L= 100 / (100-120) = -5

Page 43: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

35

Pada saat harga sebesar 60 (titik M), elastisitas permintaannya sebesar:

M= 60 / (60 – 120) = -1

Pada saat harga sebesar 40 (titik N), elastisitas permintaannya sebesar:

N= 40 / (40 – 120) = -0.5

Pada Gambar 3.2 (b), perhitungan dilakukan dengan terlebih dahulu garis yang

bersinggungan dengan titik R dan memotong sumbu Price (terlihat pada titik

140). Maka perhitungan elastisitas titik R dapat dilakukan dengan:

R = 100 / (100 – 140) = -2.5

Dan pada tingkat harga 40 (titik S), elastisitas permintaannya adalah:

S= 40 / (40 – 90) = -0.8

3.5. Income Elasticity dan Cross-Price Elasticity

Penggunaan konsep elastisitas sangat mungkin dikembangkan untuk

mengukur sensitifitas dua ukuran yang ingin dibandingkan. Perluasan bentuk

elastisitas permintaan adalah: Income Elasticity dan Cross-Price Elasticity.

Income Elasticity, mengukur respons kuantitas yang diminta terhadap

perubahan perubahan pendapatan. Sedangkan Cross-Price Elasticity mengukur

respons kuantitas yang diminta terhadap perubahan harga barang lain.

Income Elasticity:M = %Q/%M = (Q/Q) / (M/M)

Cross-Price Elasticity:C = %Qx/%Py = (Qx/Qx) / (Py/Py)

Page 44: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

36

Income Elasticity. Dalam perspektif income elasticity, barang atau jasa

dapat dikategorikan dalam barang normal dan barang inferior. Jika barang yang

bdiamati merupakan barang normal, maka peningkatan pendapatan akan

berdampak pada meningkatnya jumlah yang diminta (koefisien elastisitas

pendapatan positif). Sedangkan barang inferior akan menunjukkan gejala

penurunan kuantitas yang diminta pada saat pendapatan naik (koefisien

elastisitas pendapatan negatif).

Cross-Price Elasticity. Berdasarkan pengukuran cross-price elasticity,

maka dapat ditentukan hubungan antar dua macam barang, yaitu barang

substitusi (substitution goods) dan barang komplementer (complementary

goods). Jika kedua barang menunjukkan hubungan substitusi, maka koefisien

cross-price elasticity akan positif, karena peningkatan harga barang “Y” yang

merupakan substitusi barang “X” akan berdampak pada peningkatan kuantitas

permintaan barang “X”. Sedangkan bila hubungan kedua barang komplementer,

maka koefisien cross-price elasticity akan negatif, karena peningkatan harga

barang “Y” akan mengakibatkan penurunan pada kuantitas permintaan barang

“X”.

Pertanyaan Diskusi :

1. Dalam sebuah artikel mengenai masalah keuangandiharian Republika (22

Desember 2005) dilaporkan bahwa sebuah perusahaan minyak gorong

mengalami kerugian sebesar 25 juta Dollar setahun. Seorang analisis

Bursa Efek Jakarta (BEJ) mengatakan bahwa jika perusahaan minyak

goreng tersebut menaikkan harga dari 50 sen menjadi 75 cent,

diperkirakan akan menembah penerimaan sebesar 70 juta Dollar setahun.

Tetapi Direktur perusahaan tersebut menolak pendapat dari analisis BEJ,

dikatakannya bahwa kenaikan harga justru telah menurunkan omst

penjualan seperti yang dialami oleh perusahaan minyak goreng lainnya

yang menaikkan harga hingga 75 sen.

Pertanyaan : Asumsi implisit apa yang digunakan oleh Direktur

perusahaan minyak goreng dan analis BEJ (terkait dengan elastisitas

permintaan) sehingga terjadi pertentangan antar keduanya ? Jelaskan.

Page 45: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

37

Standar Kompetensi :

Mengidentifikasikan teori perilaku konsumen dalam penerapan pengambilan

keputusan manajerial

Kompetensi Dasar

1. Membedakan dua pendekatan dalam teori perilaku konsumen

2. Menggambarkan secara grafis efek substitusi dan efek pendapatan

3. Menghitung pencapaian utility maksimal

Keinginan konsumen untuk membeli suatu produk barang maupun jasa

merupakan sumber profit pada dunia usaha. Sekalipun suatu usaha berjalan

sangat efisien, namun semua itu tidak berarti apabila konsumen tidak memiliki

keyakinan dan keinginan untuk mengkonsumsi produknya daripada

mengkonsumsi produk rival usahanya, atau, menabung dananya untuk

dikonsumsi pada masa yang akan datang. Memahami perilaku konsumen

merupakan langkah awal dalam penentuan harga yang menguntungkan,

penentuan advertising, disain produk dan keputusan produksi.

4.1. Consumer Preferences dan Utility

Pendekatan preferensi konsumen dan utilitas ini membutuhkan

beberapa asumsi dasar, yaitu:

a) Complete information: konsumen memiliki informasi yang

lengkap tentang segala sesuatu yang dikonsumsinya. Informasi

tersebut dapat berupa informasi tentang harga, jumlah produk,

kualitas produk.

37

Standar Kompetensi :

Mengidentifikasikan teori perilaku konsumen dalam penerapan pengambilan

keputusan manajerial

Kompetensi Dasar

1. Membedakan dua pendekatan dalam teori perilaku konsumen

2. Menggambarkan secara grafis efek substitusi dan efek pendapatan

3. Menghitung pencapaian utility maksimal

Keinginan konsumen untuk membeli suatu produk barang maupun jasa

merupakan sumber profit pada dunia usaha. Sekalipun suatu usaha berjalan

sangat efisien, namun semua itu tidak berarti apabila konsumen tidak memiliki

keyakinan dan keinginan untuk mengkonsumsi produknya daripada

mengkonsumsi produk rival usahanya, atau, menabung dananya untuk

dikonsumsi pada masa yang akan datang. Memahami perilaku konsumen

merupakan langkah awal dalam penentuan harga yang menguntungkan,

penentuan advertising, disain produk dan keputusan produksi.

4.1. Consumer Preferences dan Utility

Pendekatan preferensi konsumen dan utilitas ini membutuhkan

beberapa asumsi dasar, yaitu:

a) Complete information: konsumen memiliki informasi yang

lengkap tentang segala sesuatu yang dikonsumsinya. Informasi

tersebut dapat berupa informasi tentang harga, jumlah produk,

kualitas produk.

37

Standar Kompetensi :

Mengidentifikasikan teori perilaku konsumen dalam penerapan pengambilan

keputusan manajerial

Kompetensi Dasar

1. Membedakan dua pendekatan dalam teori perilaku konsumen

2. Menggambarkan secara grafis efek substitusi dan efek pendapatan

3. Menghitung pencapaian utility maksimal

Keinginan konsumen untuk membeli suatu produk barang maupun jasa

merupakan sumber profit pada dunia usaha. Sekalipun suatu usaha berjalan

sangat efisien, namun semua itu tidak berarti apabila konsumen tidak memiliki

keyakinan dan keinginan untuk mengkonsumsi produknya daripada

mengkonsumsi produk rival usahanya, atau, menabung dananya untuk

dikonsumsi pada masa yang akan datang. Memahami perilaku konsumen

merupakan langkah awal dalam penentuan harga yang menguntungkan,

penentuan advertising, disain produk dan keputusan produksi.

4.1. Consumer Preferences dan Utility

Pendekatan preferensi konsumen dan utilitas ini membutuhkan

beberapa asumsi dasar, yaitu:

a) Complete information: konsumen memiliki informasi yang

lengkap tentang segala sesuatu yang dikonsumsinya. Informasi

tersebut dapat berupa informasi tentang harga, jumlah produk,

kualitas produk.

Page 46: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

38

b) Preference ordering: konsumen dapat membuat preferensi

terhadap sejumlah barang yang dibutuhkan. Dalam asumsi ini

terkandung secara implisit asumsi transitivitas, yaitu bila A > B

(baca “lebih disukai daripada”), dan B > C, maka A > C.

Konsumen melakukan konsumsi bila dalam aktifitas konsumsi tersebut

memperoleh manfaat atau utility. Preferensi konsumen dapat direpresentasikan

dengan fungsi utility, yaitu suatu persamaan yang menunjukkan bagaimana

persepsi individu tentang tingkat utility pada aktifitas konsumsi sejumlah barang,

U = f (X1,X2, ...,Xn).

Sebagai penyederhanaan, diasumsikan produk yang dikonsumsi adalah Y dan X.

Dan konsumen dapat melakukan substitusi terhadap kedua jenis produk tersebut.

Jika dari berbagai kombinasi kedua produk tersebut menghasilkan utilitas yang

sama, maka titik-titik tersebut membentuk indifference curve.

Gambar 4.1:Indifference Curve

Y

10 A Utilitas A = Utilitas B = Utilitas C

Marginal Rate of Substitution(MRS) :

= Y/X5 B

2 CI1

1 4 8 X

Marginal Rate of Substitution (MRS) mengukur jumlah unti barang Y

yang harus dikurangi (atau ditambahkan) jika ingin menambah (atau

mengurangi) konsumsi barang X pada tingkat utilitas yang tetap.

38

b) Preference ordering: konsumen dapat membuat preferensi

terhadap sejumlah barang yang dibutuhkan. Dalam asumsi ini

terkandung secara implisit asumsi transitivitas, yaitu bila A > B

(baca “lebih disukai daripada”), dan B > C, maka A > C.

Konsumen melakukan konsumsi bila dalam aktifitas konsumsi tersebut

memperoleh manfaat atau utility. Preferensi konsumen dapat direpresentasikan

dengan fungsi utility, yaitu suatu persamaan yang menunjukkan bagaimana

persepsi individu tentang tingkat utility pada aktifitas konsumsi sejumlah barang,

U = f (X1,X2, ...,Xn).

Sebagai penyederhanaan, diasumsikan produk yang dikonsumsi adalah Y dan X.

Dan konsumen dapat melakukan substitusi terhadap kedua jenis produk tersebut.

Jika dari berbagai kombinasi kedua produk tersebut menghasilkan utilitas yang

sama, maka titik-titik tersebut membentuk indifference curve.

Gambar 4.1:Indifference Curve

Y

10 A Utilitas A = Utilitas B = Utilitas C

Marginal Rate of Substitution(MRS) :

= Y/X5 B

2 CI1

1 4 8 X

Marginal Rate of Substitution (MRS) mengukur jumlah unti barang Y

yang harus dikurangi (atau ditambahkan) jika ingin menambah (atau

mengurangi) konsumsi barang X pada tingkat utilitas yang tetap.

38

b) Preference ordering: konsumen dapat membuat preferensi

terhadap sejumlah barang yang dibutuhkan. Dalam asumsi ini

terkandung secara implisit asumsi transitivitas, yaitu bila A > B

(baca “lebih disukai daripada”), dan B > C, maka A > C.

Konsumen melakukan konsumsi bila dalam aktifitas konsumsi tersebut

memperoleh manfaat atau utility. Preferensi konsumen dapat direpresentasikan

dengan fungsi utility, yaitu suatu persamaan yang menunjukkan bagaimana

persepsi individu tentang tingkat utility pada aktifitas konsumsi sejumlah barang,

U = f (X1,X2, ...,Xn).

Sebagai penyederhanaan, diasumsikan produk yang dikonsumsi adalah Y dan X.

Dan konsumen dapat melakukan substitusi terhadap kedua jenis produk tersebut.

Jika dari berbagai kombinasi kedua produk tersebut menghasilkan utilitas yang

sama, maka titik-titik tersebut membentuk indifference curve.

Gambar 4.1:Indifference Curve

Y

10 A Utilitas A = Utilitas B = Utilitas C

Marginal Rate of Substitution(MRS) :

= Y/X5 B

2 CI1

1 4 8 X

Marginal Rate of Substitution (MRS) mengukur jumlah unti barang Y

yang harus dikurangi (atau ditambahkan) jika ingin menambah (atau

mengurangi) konsumsi barang X pada tingkat utilitas yang tetap.

Page 47: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

39

Rumusan MRS sebenarnya dapat diinterpretasikan pula sebagai Marginal Utility,

jika yang dibicarakan adalah perubahan utility sebagi akibat dari peningkatan

jumlah barang yang dikonsumsi sebesar satu unit.

Total Utility YX : TU = UY + UX

Tambahan Utility YX: U = UY + UX

Marginal Utility: MU = U / (Y+X) = U / Q

Maka:

U = (MUX x X) + (MUY x Y)

Jika berada pada posisi indifference (tingkat utilitas tetap):

maka:

0 = (MUX x X) + (MUY x Y)

-(Y/X) = (MUX/MUY) MRS

4.2. Consumer’s Budget Constraint

Utilitas adalah faktor yang dapat dimaksimumkan. Akan tetapi nilai

maksimum dari utilitas hanya dapat direalisasi jika konsumen memiliki

kemampuan finansial untuk memenuhinya. Dengan kata lain, budget konsumen

merupakan faktor kendala. Kendala budget dapat diwujudkan dalam bentuk

Budget Line, yaitu suatu kumpulan titik-titik yang ditempati oleh berbagai

kombinasi barang atau jasa yang dapat dibeli konsumen.

Budget: M = PX . X + PY . Y

Page 48: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

40

Budget line (Gambar 4.2) dapat mengalami pergeseran karena adanya

perubahan budget atau income (a) dan perubahan harga (b)

Gambar 4.2:

Shifting the Budget Line

QY QY

100 100

80

200 240 QX 125 250 QX

(a) Perubahan Income (b) Perubahan Harga

Y

4.3. Maksimasi Utility

Keputusan konsumen untuk mengkonsumsi diasumsikan didasarkan

atas utilitas maksimum dengan memanfaatkan semua budget yang dimiliki.

Proses maksimisasi ini akan melibatkan kurva indiferen, yang menunjukkan

tingkat kepuasan tertentu pada berbabagi kombinasi konsumsi dan kemampuan

budget sebagai faktor pembatas keinginan konsumen.

Dalam kasus ini terdapat kemiripan antara Marginal Rate of

Substitution (MRS), Marginal Utility (MU), dan maksimisasi utilitas dengan

kendala budget (lebih lanjut disebut dengan Optimum Choice).

Page 49: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

41

Gambar 4.3:Constraint Utility Maximization

QY

60 A50

30 E

5 B

75 QX

4.4. Kurva Demand Individual dan Market Demand

Kepentingan para manager terhadap perilaku konsumen seringkali

dikaitkan dengan permintaannya terhadap produk yang dihasilkan. Dalam

menganalisis perilaku konsumen yang dikaitkan dengan hasil produknya konsep

optimum choice dapat diterapkan dalam pembentukan permintaan konsumen

(Gambar 4.4).

Pembentukan kurva demand individual dilakukan dengan mengoleksi

informasi tentang kemampuan budget yang secara relatif dikaitkan dengan

tingkat harga umum, serta harga dari produk yang akan dikonsumsi oleh

konsumen..........D: QX = f (PX, M)

Individual demand merupakan perilaku individual terhadap suatu

produk. Kepentingan produsen, sebenarnya bukan terletak pada perilaku secara

individual tetapi perilaku konsumen secara kolektif, yang disebut dengan Market

Demand. Oleh sebab itu, pembentukan market demand dapat dilakukan dengan

menjumlahkan secara horisontal individual demand (hizontal summation).

41

Gambar 4.3:Constraint Utility Maximization

QY

60 A50

30 E

5 B

75 QX

4.4. Kurva Demand Individual dan Market Demand

Kepentingan para manager terhadap perilaku konsumen seringkali

dikaitkan dengan permintaannya terhadap produk yang dihasilkan. Dalam

menganalisis perilaku konsumen yang dikaitkan dengan hasil produknya konsep

optimum choice dapat diterapkan dalam pembentukan permintaan konsumen

(Gambar 4.4).

Pembentukan kurva demand individual dilakukan dengan mengoleksi

informasi tentang kemampuan budget yang secara relatif dikaitkan dengan

tingkat harga umum, serta harga dari produk yang akan dikonsumsi oleh

konsumen..........D: QX = f (PX, M)

Individual demand merupakan perilaku individual terhadap suatu

produk. Kepentingan produsen, sebenarnya bukan terletak pada perilaku secara

individual tetapi perilaku konsumen secara kolektif, yang disebut dengan Market

Demand. Oleh sebab itu, pembentukan market demand dapat dilakukan dengan

menjumlahkan secara horisontal individual demand (hizontal summation).

41

Gambar 4.3:Constraint Utility Maximization

QY

60 A50

30 E

5 B

75 QX

4.4. Kurva Demand Individual dan Market Demand

Kepentingan para manager terhadap perilaku konsumen seringkali

dikaitkan dengan permintaannya terhadap produk yang dihasilkan. Dalam

menganalisis perilaku konsumen yang dikaitkan dengan hasil produknya konsep

optimum choice dapat diterapkan dalam pembentukan permintaan konsumen

(Gambar 4.4).

Pembentukan kurva demand individual dilakukan dengan mengoleksi

informasi tentang kemampuan budget yang secara relatif dikaitkan dengan

tingkat harga umum, serta harga dari produk yang akan dikonsumsi oleh

konsumen..........D: QX = f (PX, M)

Individual demand merupakan perilaku individual terhadap suatu

produk. Kepentingan produsen, sebenarnya bukan terletak pada perilaku secara

individual tetapi perilaku konsumen secara kolektif, yang disebut dengan Market

Demand. Oleh sebab itu, pembentukan market demand dapat dilakukan dengan

menjumlahkan secara horisontal individual demand (hizontal summation).

Page 50: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

42

Gambar 4.4:

Deriving a Individual Demand Curve

QYBL1-PX=10

BL2-PX=8

BL3-PX=5

QX

PX

10 DemandCurve for X

8

5

QX

42

Gambar 4.4:

Deriving a Individual Demand Curve

QYBL1-PX=10

BL2-PX=8

BL3-PX=5

QX

PX

10 DemandCurve for X

8

5

QX

42

Gambar 4.4:

Deriving a Individual Demand Curve

QYBL1-PX=10

BL2-PX=8

BL3-PX=5

QX

PX

10 DemandCurve for X

8

5

QX

Page 51: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

43

Gambar 4.5:

Deriving a Market Demand

PX PX

Demand Individul - A100

80

60

Demand Individul - B

20 40 60 QX 50 100 QX

PX

100

80

Market Demand

20 90 160 QX

4.5. Substitution Effect dan Income Effect

Pada saat harga barang mengalami peningkatan, maka konsumen

memiliki kecenderungan untuk melakukan substitusi dengan barang lain yang

secara relatif memiliki harga lebih murah dengan harapan, dengan budget yang

43

Gambar 4.5:

Deriving a Market Demand

PX PX

Demand Individul - A100

80

60

Demand Individul - B

20 40 60 QX 50 100 QX

PX

100

80

Market Demand

20 90 160 QX

4.5. Substitution Effect dan Income Effect

Pada saat harga barang mengalami peningkatan, maka konsumen

memiliki kecenderungan untuk melakukan substitusi dengan barang lain yang

secara relatif memiliki harga lebih murah dengan harapan, dengan budget yang

43

Gambar 4.5:

Deriving a Market Demand

PX PX

Demand Individul - A100

80

60

Demand Individul - B

20 40 60 QX 50 100 QX

PX

100

80

Market Demand

20 90 160 QX

4.5. Substitution Effect dan Income Effect

Pada saat harga barang mengalami peningkatan, maka konsumen

memiliki kecenderungan untuk melakukan substitusi dengan barang lain yang

secara relatif memiliki harga lebih murah dengan harapan, dengan budget yang

Page 52: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

44

sama konsumen memperoleh jumlah barang yang lebih banyak. Logika ekonomi

seperti ini disebut dengan Substitution Effect.

Pada saat konsumen merasa harga secara relatif lebih murah, bisa

diakibatkan oleh adanya deflasi atau karena adanya peningkatan pendapatan

secara relatif terhadap harga, maka konsumen cenderung untuk meningkatkan

konsumsi barang tersebut. Hal ini disebut dengan Income Effect.

Gambar 4.6:

Substitution Effect, Income Effect, and Total Effect

QY QY

(a) Normal Goods (b) Inferior Goods

QX

QXIncome Effect

Income Effect

Substitution Effect Substitution Effect

Total Effect Total Effect

4.6. Informasi Tidak Sempurna

Sampai sejauh ini, analisis tetap mendasarkan diri pada complete

information, khususnya tentang harga dan kuantitas produk yang ada di pasar.

Walaupun asumsi ini rasional dan dapat digunakan dalam memahami perilaku

konsumen, realitas yang dihadapai oleh konsumen seringkali tidak menunjukkan

44

sama konsumen memperoleh jumlah barang yang lebih banyak. Logika ekonomi

seperti ini disebut dengan Substitution Effect.

Pada saat konsumen merasa harga secara relatif lebih murah, bisa

diakibatkan oleh adanya deflasi atau karena adanya peningkatan pendapatan

secara relatif terhadap harga, maka konsumen cenderung untuk meningkatkan

konsumsi barang tersebut. Hal ini disebut dengan Income Effect.

Gambar 4.6:

Substitution Effect, Income Effect, and Total Effect

QY QY

(a) Normal Goods (b) Inferior Goods

QX

QXIncome Effect

Income Effect

Substitution Effect Substitution Effect

Total Effect Total Effect

4.6. Informasi Tidak Sempurna

Sampai sejauh ini, analisis tetap mendasarkan diri pada complete

information, khususnya tentang harga dan kuantitas produk yang ada di pasar.

Walaupun asumsi ini rasional dan dapat digunakan dalam memahami perilaku

konsumen, realitas yang dihadapai oleh konsumen seringkali tidak menunjukkan

44

sama konsumen memperoleh jumlah barang yang lebih banyak. Logika ekonomi

seperti ini disebut dengan Substitution Effect.

Pada saat konsumen merasa harga secara relatif lebih murah, bisa

diakibatkan oleh adanya deflasi atau karena adanya peningkatan pendapatan

secara relatif terhadap harga, maka konsumen cenderung untuk meningkatkan

konsumsi barang tersebut. Hal ini disebut dengan Income Effect.

Gambar 4.6:

Substitution Effect, Income Effect, and Total Effect

QY QY

(a) Normal Goods (b) Inferior Goods

QX

QXIncome Effect

Income Effect

Substitution Effect Substitution Effect

Total Effect Total Effect

4.6. Informasi Tidak Sempurna

Sampai sejauh ini, analisis tetap mendasarkan diri pada complete

information, khususnya tentang harga dan kuantitas produk yang ada di pasar.

Walaupun asumsi ini rasional dan dapat digunakan dalam memahami perilaku

konsumen, realitas yang dihadapai oleh konsumen seringkali tidak menunjukkan

Page 53: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

45

adanya informasi yang lengkap. Oleh sebab itu, konsumen masih harus berusaha

untuk memperoleh informasi sebelum mengambil keputusan membelanjakan

uangnya. Dalam upaya mencari informasi tersebut, konsumen harus

mengeluarkan biaya. Biaya ini ditanggung secara bersama-sama oleh konsumen

guna mencari informasi yang jelas sebagai dasar pengambilan keputusan. Biaya

mencari informasi ini disebut dengan Search Cost.

Gambar 4.7:

Finding The Optimal Level of Search

Marginal Benefit of Search (Rp)

MBsearch

MCsearch

Hours of Time Spent Searching

Ketika konsumen secara individual harus mengeluarkan biaya untuk

mencari informasi, maka hal ini dapat ditangkap produsen dalam memberikan

alternatif konsumen dalam mendapatkan informasi melalui advertensi sebelum

mengambil keputusan mengkonsumsi. Advertensi dikaitkan dengan fungsinya

dapat dirinci dalam dua klasifikasi, yaitu: (a) purely informative advertising, (b)

image advertising.

Purely Informative Advertising merupakan advertensi yang didisain

terutama untuk menyampaikan informasi tentang suatu produk (misalnya, harga,

kuantitas, kualitas, dan lain-lain). Ketika konsumen telah memperoleh informasi

dari produsen, maka konsumen merasa tidak perlu lagi mengeluarkan search

45

adanya informasi yang lengkap. Oleh sebab itu, konsumen masih harus berusaha

untuk memperoleh informasi sebelum mengambil keputusan membelanjakan

uangnya. Dalam upaya mencari informasi tersebut, konsumen harus

mengeluarkan biaya. Biaya ini ditanggung secara bersama-sama oleh konsumen

guna mencari informasi yang jelas sebagai dasar pengambilan keputusan. Biaya

mencari informasi ini disebut dengan Search Cost.

Gambar 4.7:

Finding The Optimal Level of Search

Marginal Benefit of Search (Rp)

MBsearch

MCsearch

Hours of Time Spent Searching

Ketika konsumen secara individual harus mengeluarkan biaya untuk

mencari informasi, maka hal ini dapat ditangkap produsen dalam memberikan

alternatif konsumen dalam mendapatkan informasi melalui advertensi sebelum

mengambil keputusan mengkonsumsi. Advertensi dikaitkan dengan fungsinya

dapat dirinci dalam dua klasifikasi, yaitu: (a) purely informative advertising, (b)

image advertising.

Purely Informative Advertising merupakan advertensi yang didisain

terutama untuk menyampaikan informasi tentang suatu produk (misalnya, harga,

kuantitas, kualitas, dan lain-lain). Ketika konsumen telah memperoleh informasi

dari produsen, maka konsumen merasa tidak perlu lagi mengeluarkan search

45

adanya informasi yang lengkap. Oleh sebab itu, konsumen masih harus berusaha

untuk memperoleh informasi sebelum mengambil keputusan membelanjakan

uangnya. Dalam upaya mencari informasi tersebut, konsumen harus

mengeluarkan biaya. Biaya ini ditanggung secara bersama-sama oleh konsumen

guna mencari informasi yang jelas sebagai dasar pengambilan keputusan. Biaya

mencari informasi ini disebut dengan Search Cost.

Gambar 4.7:

Finding The Optimal Level of Search

Marginal Benefit of Search (Rp)

MBsearch

MCsearch

Hours of Time Spent Searching

Ketika konsumen secara individual harus mengeluarkan biaya untuk

mencari informasi, maka hal ini dapat ditangkap produsen dalam memberikan

alternatif konsumen dalam mendapatkan informasi melalui advertensi sebelum

mengambil keputusan mengkonsumsi. Advertensi dikaitkan dengan fungsinya

dapat dirinci dalam dua klasifikasi, yaitu: (a) purely informative advertising, (b)

image advertising.

Purely Informative Advertising merupakan advertensi yang didisain

terutama untuk menyampaikan informasi tentang suatu produk (misalnya, harga,

kuantitas, kualitas, dan lain-lain). Ketika konsumen telah memperoleh informasi

dari produsen, maka konsumen merasa tidak perlu lagi mengeluarkan search

Page 54: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

46

cost, sehingga akan mendorong naik tambahan utilitas per-unit uang yang

dikeluarkan untuk konsumsi produk tersebut.

Sebelum ada advertensi: Pf = P + S : P = harga produk

S = search cost

Pf = full price

Setelah ada Purely Informative Advertising: P

Image Advertising didisain untuk mempengaruhi pola preferensi

konsumen, sehingga produk yang di-advertensi-kan memiliki nilai kegunaan

lebih. Sehingga image advertising tidak mempengaruhi full price, tetapi hanya

mempengaruhi preferensi.

ImageAdvertising

Higher MU Increase MRS

IndifferenceCurve

Higher Price Sales rises

Higher PctConsumer’s

Budget

Page 55: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

47

Sebuah studi yang dilakukan oleh Ramos (1997) tentang keterkaitan

antara advertising, sales, dan price pada produk mobil Renault di Portugal pada

periode 1988. Januari sampai dengan 1996. Juni, menghasilkan kesimpulan

bahwa terdapat kecenderungan dalam jangka panjang bahwa variabel advertising

berperan sebagai variabel eksogen, yaitu variabel yang besarannya ditentukan

diluar sistem persamaan, sedangkan kedua variabel lain, variabel sales dan harga

berperan sebagai variabel endogen, yaitu variabel yang besarannya lebih

ditentukan dalam sistem.

Berdasarkan studi Ramos tersebut diperoleh fakta bahwa dalam jangka

panjang maupun dalam jangka pendek variabel sales sangat dipengaruhi oleh

variabel advertising, demikian pula halnya dengan variabel harga. Sedangkan

variabel sales dan variabel prices menunjukkan saling ketergantungan

(bidirectionality), yaitu sales dipengaruhi oleh price demikian pula sebaliknya,

variabel prices dipengaruhi oleh variabel sales.

Pertanyaan diskusi :

1. Shakuntala, seorang mahasiswa fakultas ekonomi, mempunyai pendapatan

yang terbatas dan dia hanya mengkonsumsi teh botol dan roti. Konsumsinya

sekarang adalah 4 botol teh dan 10 buah roti. Harga dari teh botol adalah Rp

1.500,- per botol dan harga roti Rp 2.000 ,- per buah. Botol teh terakhir (dari

konsumsi teh botol) menambah kepuasan sebesar 500 unit, sedangkan roti

terakhir (dari konsumsi roti) menambah kepuasan 400 unit.

a. Apakah Shakuntala membuat keputusan yang memaksimalkan utility ?

Jelaskan.

b. Jika tidak, apa yang sebaiknya dilakukan agar utility maksimal tercapai ?

2. Asosiasi produsen daging sapi, asosiasi petani penghasil susu, asosiasi petani

kentang, industri tekstil dan asosiasi petani jeruk seringkali melakukan

periklanan untuk meningkatkan permintaan atas produksnya. Mengapa

asosiasi perdagangan dan bukannya perusahaan individual yang melakukan

periklanan ?

Page 56: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

48

Standar Kompetensi :

Mengidentifikasi fungsi permintaan dalam pengambilan keputusan manajerial

Kompetensi Dasar

1. Menerapkan fungsi permintaan dalam pengambilan keputusan manajerial

2. Menganalisis output pengolahan data dari fungsi permintaan

Informasi tentang permintaan merupakan informasi penting bagi

pengambilan keputusan tentang harga maupun produksi. Suatu perusahaan

berskala besar akan menggunakan fungsi permintaan empiris dan berbagai alat

peramalan untuk menentukan harga yang akan diberlakukan pada produknya.

Begitu banyaknya data empiris yang dapat dikumpulkan oleh para pengambil

keputusan membuat para manajer tidak mungkin membuat keputusan hanya

dengan mendasarkan diri pada intuisi atau menduga-duga tentang harga optimal

yang bisa diterapkan pada produknya.

Semua manajer dapat memahami bahwa perubahan harga merupakan

praktek yang dapat berdampak luas. Pembeli loyal dapat saja berusaha untuk

mengalihkan pembelian pada produsen lain karena perubahan harga tersebut.

Oleh sebab itu penentuan harga harus mempertimbangkan kemampuan menjual

yang dimiliki perusahaan dan kemampuan konsumen. Tujuan dari pertimbangan

tersebut adalah mencapai kepastian dampak dari perubahan harga yang akan

dilakukan. Secara umum manajer tidak akan berani mengambil keputusan jika

tidak ada “kepastian” dampak dari kebijakan perubahan harga. Untuk mencapai

“kepastian” tersebut maka manajer membutuhkan informasi, atau teknik analisis

yang mampu mengarahkannya pada pencapaian keuntungan maksimal. Namun

demikian, perlu juga dipahami bahwa teknik analisis, baik berupa matematika

maupun statistika, tidak dapat memecahkan semua persoalan manajerial, namun

48

Standar Kompetensi :

Mengidentifikasi fungsi permintaan dalam pengambilan keputusan manajerial

Kompetensi Dasar

1. Menerapkan fungsi permintaan dalam pengambilan keputusan manajerial

2. Menganalisis output pengolahan data dari fungsi permintaan

Informasi tentang permintaan merupakan informasi penting bagi

pengambilan keputusan tentang harga maupun produksi. Suatu perusahaan

berskala besar akan menggunakan fungsi permintaan empiris dan berbagai alat

peramalan untuk menentukan harga yang akan diberlakukan pada produknya.

Begitu banyaknya data empiris yang dapat dikumpulkan oleh para pengambil

keputusan membuat para manajer tidak mungkin membuat keputusan hanya

dengan mendasarkan diri pada intuisi atau menduga-duga tentang harga optimal

yang bisa diterapkan pada produknya.

Semua manajer dapat memahami bahwa perubahan harga merupakan

praktek yang dapat berdampak luas. Pembeli loyal dapat saja berusaha untuk

mengalihkan pembelian pada produsen lain karena perubahan harga tersebut.

Oleh sebab itu penentuan harga harus mempertimbangkan kemampuan menjual

yang dimiliki perusahaan dan kemampuan konsumen. Tujuan dari pertimbangan

tersebut adalah mencapai kepastian dampak dari perubahan harga yang akan

dilakukan. Secara umum manajer tidak akan berani mengambil keputusan jika

tidak ada “kepastian” dampak dari kebijakan perubahan harga. Untuk mencapai

“kepastian” tersebut maka manajer membutuhkan informasi, atau teknik analisis

yang mampu mengarahkannya pada pencapaian keuntungan maksimal. Namun

demikian, perlu juga dipahami bahwa teknik analisis, baik berupa matematika

maupun statistika, tidak dapat memecahkan semua persoalan manajerial, namun

48

Standar Kompetensi :

Mengidentifikasi fungsi permintaan dalam pengambilan keputusan manajerial

Kompetensi Dasar

1. Menerapkan fungsi permintaan dalam pengambilan keputusan manajerial

2. Menganalisis output pengolahan data dari fungsi permintaan

Informasi tentang permintaan merupakan informasi penting bagi

pengambilan keputusan tentang harga maupun produksi. Suatu perusahaan

berskala besar akan menggunakan fungsi permintaan empiris dan berbagai alat

peramalan untuk menentukan harga yang akan diberlakukan pada produknya.

Begitu banyaknya data empiris yang dapat dikumpulkan oleh para pengambil

keputusan membuat para manajer tidak mungkin membuat keputusan hanya

dengan mendasarkan diri pada intuisi atau menduga-duga tentang harga optimal

yang bisa diterapkan pada produknya.

Semua manajer dapat memahami bahwa perubahan harga merupakan

praktek yang dapat berdampak luas. Pembeli loyal dapat saja berusaha untuk

mengalihkan pembelian pada produsen lain karena perubahan harga tersebut.

Oleh sebab itu penentuan harga harus mempertimbangkan kemampuan menjual

yang dimiliki perusahaan dan kemampuan konsumen. Tujuan dari pertimbangan

tersebut adalah mencapai kepastian dampak dari perubahan harga yang akan

dilakukan. Secara umum manajer tidak akan berani mengambil keputusan jika

tidak ada “kepastian” dampak dari kebijakan perubahan harga. Untuk mencapai

“kepastian” tersebut maka manajer membutuhkan informasi, atau teknik analisis

yang mampu mengarahkannya pada pencapaian keuntungan maksimal. Namun

demikian, perlu juga dipahami bahwa teknik analisis, baik berupa matematika

maupun statistika, tidak dapat memecahkan semua persoalan manajerial, namun

Page 57: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

49

yang pasti pengetahuan tentang tenik analisis tersebut akan mampu

meningkatkan pemahaman akan informasi yang diperoleh.

Fungsi permintaan empiris (empirical demand function) merupakan

hubungan antar variabel yang terkait atau diduga terkait dengan permintaan yang

diturunkan dari data yang telah ada. Dari fungsi permintaan empiris ini,

seseorang dapat membuat persamaan permintaan empiris (empirical demand

equation), yaitu bentuk hubungan antar variabel yang terkait. Hubungan tersebut

dapat berupa hubungan linier, kuadrat, kubik, maupun polinomial. Dari empirical

demand equation ini kita dapat melakukan estimasi yang bersifat kuantitatif.

5.1. Estimasi Permintaan : Direct Method dan Regression Analysis

Direct method dalam analisis permintaan dimaksudkan sebagai analisis

yang tidak melibatkan analisis regresi. Metode langsung ini dapat menghasilkan

akurasi yang baik apabila orang yang melaklukannya memiliki kepakaran dan

pengalaman yang baik tentang masalah yang akan dipecahkan. Sedangkan

analisis regresi merupakan teknik statistik untuk melakukan estimasi terhadap

persamaan dan melakukan pengujian tingkat signifikansi statistiknya.

Consumer Interviews

Merupakan aktifitas penggalian informasi atau data yang langsung di

arahkan pada pembeli potensial tentang, misalnya, jumlah komoditi yang akan

dibeli pada berbagai tingkat harga, dan beberapa kemungkinan nilai komoditi

yang diterima konsumen dengan melibatkan informasi tentang komoditi

substitusi, komoditi komplementer, harga komoditi substitusi, dan lain-lain. Pada

bentuk penelitian yang lebih intensif akan dibutuhkan kuesioner yang akan

diarahkan pada sampel yang terpilih dengan dipandu interviewer. Penggunaan

kuesioner yang tidak cermat memungkinkan peneliti terjebak pada beberapa

problem dasar, yaitu: penentuan sampel yang tidak tepat, ketidak sesuaian antara

jawaban responden dan tindakan responden (response bias), dan akurasi jawaban

responden.

Bentuk lain dari pengamatan terhadap konsumen adalah dengan metode

pengamatan yang bersifat eksperimental (experimental research), yaitu metode

Page 58: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

Keterangan:

Q = kuantitas komoditi yang dibeli

50

riset dengan melakukan kontrol terhadap responden dengan perlakuan tertentu.

Peneliti menciptakan kondisi tertentu yang membuat faktor diluar yang diamati

dapat terkontrol atau dianggap konstan.

5.2. Spesifikasi Empirical Demand Function

Secara umum, fungsi permintaan dapat dituliskan sebagai berikut:

Fungsi Permintaan: Q = f (P,M,Pr,N)

Persamaan Permintaan: Q = + 1P + 2M + 3Pr + 4N

P = harga komoditiM = income konsumenPr = harga komoditi yang terkaitN = jumlah pembeli = konstanta = koefisien

Penafsiran koefisien regresi () sangat tergantung dari pemodelan yang

dilakukan. Apabila persamaan permintaan di atas merupakan persamaan linier

biasa, maka koefisien dapat ditafsirkan sebagai, misalnya, jika harga barang P

maka permintaan akan sebesar koefisien () dikalikan tingkat harga (P). Namun

apabila persamaan linier yang dibentuk berasal dari power equation, maka akan

menimbulkan penafsiran yang berbeda.

Power Equation: Q = P1M2Pr3N4

Melalui proses linierisasi dengan menggunakan logaritma natural, power

equation di atas dapat diubah menjadi:

Linear Equation: lnQ = ln + 1ln P + 2lnM + 3lnPr + 4lnN

Ketika bentuk persamaan seperti hasil linierisasi power equation, maka

penafsiran koefisien menjadi bersifat hubungan relatif, antara persentase

Page 59: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

51

perubahan kuantitas terhadap persentase perubahan harga (1). Sedangkan (2)

merupakan persentase perubahan kuantitas sebagai akibat persentase perubahan

pendapatan, dan seterusnya. Dengan kata lain, (1) merupakan elastisitas harga,

(2) merupakan elastisitas pendapatan, (3) merupakan cross-price elasticity.

5.3. Estimasi Permintaan: Market Determined Prices

Market determined prices adalah harga komoditi ditentukan oleh

interaksi antara kurva permintaan dan kurva penawaran, sedangkan manager

determined prices adalah harga komoditi ditentukan oleh keputusan manager.

Ketika perusahaan berada pada market determined (price taking), maka harga

masuk dalam kategori sebagai endogenous variable, yaitu variabel yang nilainya

ditentukan oleh sistem persamaan. Sebaliknya jika perusahaan masuk kategoru

manager determined (price setting) maka harga merupakan variabel exogenous

variable, yaitu variabel yang nilainya ditentukan diluar sistem persamaan.

Pembedaan posisi penentuan harga tersebut menimbulkan implikasi penting pada

pembentukan model estimasi.

Apabila perusahaan berada pada posisi sebagai market determined

(price taking), maka harga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan

penawaran. Konsekuensi dari penentuan harga tersebut adalah tidak

dimungkinkannya penggunaan single equation tetapi yang diperlukan adalah

simultaneous equation.

Sebagai contoh dapat diilustrasikan permintaan dan penawaran

komoditas bensin premium:

Permintaan: Q = a + b1P + b2 M

Penawaran: Q = + 1P + 2Pc

Keterangan:

Q = jumlah premium yang terjual pada periode tertentuP = harga premiumM = pendapatan konsumenPc = harga minyak mentah

Page 60: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

52

Jika interaksi antara permintaan dan penawaran terjadi dan mengakibatkan

adanya keseimbangan pasar, maka interaksi tersebut dalam persamaan

diterjemahkan sebagai bentuk kesamaan antara kedua persamaan, yaitu :

Equilibrium: Permintaan = Penawaran

maka:

Atau:

a + b1P + b2 M = + 1P + 2Pc

P =1/( b1-1) [ ( -a) + 2Pc – b2M ]

P = f (Pc,M)Q = h (Pc,M)

Persamaan yang menggambarkan endogenous variabel sebagai fungsi dari

exogenous variabel dan random error disebut dengan reduced-form equations.

Dengan demikian, reduced-form equation menunjukkan dua hal penting, yaitu:

(a) nilai observasi variabel P dan Q ditentukan oleh exogenous variable, dan

random error dari persamaan permintaan dan penawaran, (b) variabel harga (P)

berkorelasi dengan random error baik dari sisi permintaan maupun penawaran.

5.4. Estimasi Permintaan: Manager Determined Prices

Pada saat perusahaan berada pada posisi price-setting atau manager

determined prices, maka persoalan simultan akan hilang, dan kurva permintaan

untuk perusahaan diestimasi dengan menggunakan single-equation. Ilustrasi

tentang estimasi demand adalah sebagai berikut:

Fungsi Permintaan untuk bunga Rose:

QRoses = f (PRoses, PCarn, Ydis, Trend)

Persamaan Permintaan bunga Rose dalam bentuk logaritma natural:

LQRoses = constanta + b1LPRoses + b2 LPCarn + b3LYdis + b4 LTrend + e

Page 61: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

53

Tabel 5.1:

Permintaan Bunga Rose di Detroit Metropolitan 1971.III – 1975.II

Dependent Variable:LQROSES Method: LeastSquaresSample: 1971:3 1975:2Included observations: 16Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.626824 6.148262 0.101951 0.9206LPROSES -1.273555 0.526649 -2.418224 0.0341LPCARN 0.937305 0.659191 1.421902 0.1828

LYDIS 1.712976 1.200843 1.426478 0.1815LTREND -0.181597 0.127893 -1.419907 0.1833

R-squared 0.777953 Mean dependent var 8.902209Adjusted R-squared 0.697208 S.D. dependent var 0.306877S.E. of regression 0.168864 Akaike info criterion -0.469145

Sum squared resid 0.313664 Schwarz criterion -0.227711Log likelihood 8.753157 F-statistic 9.634745Durbin-Watson stat 1.782659 Prob(F-statistic) 0.001343Keterangan:

QRoses merupakan kuantitas bunga rose yang terjual dalam satuan dozen PRoses merupakan average wholesale price bunga rose dalam satuan $/dozen PCarn merupakan average wholesale price bunga carnation dalam satuan $/dozen Ydis merupakan average weekly family disposable income dalam satuan $/week Trend merupakan variabel trend di wilayah Detroit Metropolitan

(Sumber data: Gujarati, 1995: 225)

Sebuah persamaan regresi apabila variabel yang dioperasionalkan

memiliki bentuk logaritma, baik yang berbilangan basis 10 ataupun nilangan

basis bilangan alam, maka koefisien regresi yang terbentuk ditafsirkan sebagai

persentase perubahan. Interpretasi yang dapat diberikan pada contoh di atas

adalah sebagai berikut:

a. Jika harga bungan rose (Proses) mengalami peningkatan sebesar

1%, maka akan berdampak negatif (menurunkan) perubahan

kuantitas bunga roses yang terjual (Qroses) sebesar 1.273 %

b. Jika harga bunga carnation (Pcarn) sebagai barang substitusinya,

mengalami peningkatan 1%, maka permintaan terhadap bunga

roses (Qroses) akan mengalami peningkatan sebesar 0.937%.

(berdampak positif).

c. Jika pendapatan masyarakat (Ydis) mengalami peningkatan 1%

maka akan meningkatkan penjualan bunga rose (Qroses) sebesar

1.713% (berdampak positif).

Page 62: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

54

d. Karena perubahan waktu tidak relevan dikaitkan dengan

persentase perubahannya, maka cukup di interpretasikan bahwa

terdapat kecenderungan dari waktu ke waktu kuantitas penjualan

bunga rose (Qroses) mengalami penurunan.

Yang perlu diingat adalah bahwa menghubungan antara perubahan

kuantitas suatu barang dengan perubahan harganya berarti bicara dalam konteks

elastisitas. Oleh sebab itu dapat diinterpretasikan secara teknis bahwa: elastisitas

harga atau elastisitas permintaan bunga rose adalah sebesar –1.273 atau bersifat

elastis, karena perubahan harga secara relatif lebih besar daripada perubahan

kuantitas. Demikian pula dapat dituliskan bahwa elastisitas silang atau cross

elastisity antara bunga rose dan bunga carnation memiliki nilai sebesar –0.937.

Dan elastisitas pendapatan memiliki nilai sebesar 1.713

Pertanyaan Untuk Diskusi :

1. Omega Company merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

penyediaan produk pembersih dan deterjen. Salah satu produk yang dijual

adalah pelembut pakaian yang dipasarkan dengan merkBlast. Produk ini

merupakan produk andalan karena memberikan pemasukan pendapatan

tersbesar bagi perusahaan.

Manajemen perusahaan tisak yakin dengan strategi promosi dan

pemberian potongan harga produk ini dapat meneikkan jumlah

penjualan.Hal tersebut didorong departemen R & D yang melakukan

penelitian terhadap permintaan produk Blast. Penelitian dilakukan dengan

periode waktu selama 14 minggu dan diperoleh data sbb :

Page 63: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

55

Mingguke

Jumlah PenjualanMingguan Blast

( ratusan )Q

HargaBlast

( dollar )P b

HargaClouds

( dollar )P c

HargaPromosi

( ribuan dollarAdv

1 1027 1.45 1.42 3.972 1204 1.29 1.45 4.543 974 1.47 1.39 3.774 1111 1.33 1.43 3.295 1042 1.44 1.40 3.496 1304 1.32 1.47 4.277 1054 1.33 1.38 4.118 997 1.35 1.37 3.509 1223 1.31 1.43 3.97

10 1247 1.30 1.44 3.8811 1049 1.46 1.43 3.9912 1250 1.27 1.47 4.5413 972 1.47 1.38 3.7514 1184 1.32 1.46 3.31

Menurut hipotesa para analis bagian RD perusahaan, fungsi permintaan

berikut akan menjelaskan hubungan antara Kuantitas Penjualan ( Q ) dengan

Harga Blast ( Pb ), Harga Clouds ( Pc ) dan Biaya Promosi ( Adv ) yaitu :

Q = a + b (Pb) + c (Pc) + d (Adv)

Pertanyaan :

1. Dengan menggunakan salah satu alat analisis (software), data diatas

diolah dan kemudian berdasarkan output olahan data tersebut

intepretasikan hasilnya untuk memberikan informasi kepada pihak

manajemen ODC mengenai hubungan dan pengaruh variable Kuantitas

Penjualan dengan Harga Blast, Harga Clouds dan Biaya Promosi.

2. Apabila anda dimintai saran oleh manajemen ODC untuk meningkatkan

Kuantitas Penjualan, kebijakan apa yang anda sarankan ? Berikan

dukungan teoritis untuk kebijakan tersebut !

Page 64: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

56

Standar Kompetensi

Menyelesaian perhitungan peramalan perusahaan untuk pengambilan keputusan

manajerial

Kompetensi Dasar

1. Membedakan teknik peramalan kuantitatif

2. Membaca output peramalan data untuk pengambilan keputusanmanajerial

3. Menganalisis peramalan data

Terdapat dua kategori utama forecasting yang sering digunakan dalam

peramalan permintaan, yaitu: (a) qualitative model, (b) statistical model.

Peramalan yang bersifat kualitatif seringkali dianggap lebih sulit daripada

peramalan yang bersifat statistik karena dalam peramalan kualitatif tidak terdapat

model atau metode yang bersifat eksplisit, dengan kata lain teknik yang

digunakan bersifat “rule of thumb”. Ketidak pastian metode yang digunakan

disebabkan oleh obyek amatan yang akan diramalkan memiliki kompleksitas

yang tinggi, yang tidak dapat direpresentasikan oleh sebuah atau beberapa buah

metode peramalan. Sehingga peramalan kualitatif lebih mengandalkan

kemampuan orang-orang yang ahli di bidangnyadan sulit untuk

dikomunikasikan dengan pihak lain secara jelas.

Disisi lain, peramalan statistik memiliki kejelasan dalam metode yang

digunakan. Metode permalan statistik ini dapat dibedakan menjadi dua

kelompok utama, yaitu: (a) time-series model, dan (b) econometric model.

6.1. Qualitative Forecasting Techniques

Sebagaimana telah diuraikan, peramalan yang beersifat kualitatif sulit

untuk digambarkan, dan sekaligus diajarkan, karena keterlibatan subyek peramal

menjadi sangat penting. Peramalan kualitatif akan melibatkan data yang tersedia

dan kemampuan individual serta pengetahuannya tentang obyek amatan, serta

sangat dimungkinkan menonjolkan bagian tertentu sebagai pusat perhatiannya.

56

Standar Kompetensi

Menyelesaian perhitungan peramalan perusahaan untuk pengambilan keputusan

manajerial

Kompetensi Dasar

1. Membedakan teknik peramalan kuantitatif

2. Membaca output peramalan data untuk pengambilan keputusanmanajerial

3. Menganalisis peramalan data

Terdapat dua kategori utama forecasting yang sering digunakan dalam

peramalan permintaan, yaitu: (a) qualitative model, (b) statistical model.

Peramalan yang bersifat kualitatif seringkali dianggap lebih sulit daripada

peramalan yang bersifat statistik karena dalam peramalan kualitatif tidak terdapat

model atau metode yang bersifat eksplisit, dengan kata lain teknik yang

digunakan bersifat “rule of thumb”. Ketidak pastian metode yang digunakan

disebabkan oleh obyek amatan yang akan diramalkan memiliki kompleksitas

yang tinggi, yang tidak dapat direpresentasikan oleh sebuah atau beberapa buah

metode peramalan. Sehingga peramalan kualitatif lebih mengandalkan

kemampuan orang-orang yang ahli di bidangnyadan sulit untuk

dikomunikasikan dengan pihak lain secara jelas.

Disisi lain, peramalan statistik memiliki kejelasan dalam metode yang

digunakan. Metode permalan statistik ini dapat dibedakan menjadi dua

kelompok utama, yaitu: (a) time-series model, dan (b) econometric model.

6.1. Qualitative Forecasting Techniques

Sebagaimana telah diuraikan, peramalan yang beersifat kualitatif sulit

untuk digambarkan, dan sekaligus diajarkan, karena keterlibatan subyek peramal

menjadi sangat penting. Peramalan kualitatif akan melibatkan data yang tersedia

dan kemampuan individual serta pengetahuannya tentang obyek amatan, serta

sangat dimungkinkan menonjolkan bagian tertentu sebagai pusat perhatiannya.

56

Standar Kompetensi

Menyelesaian perhitungan peramalan perusahaan untuk pengambilan keputusan

manajerial

Kompetensi Dasar

1. Membedakan teknik peramalan kuantitatif

2. Membaca output peramalan data untuk pengambilan keputusanmanajerial

3. Menganalisis peramalan data

Terdapat dua kategori utama forecasting yang sering digunakan dalam

peramalan permintaan, yaitu: (a) qualitative model, (b) statistical model.

Peramalan yang bersifat kualitatif seringkali dianggap lebih sulit daripada

peramalan yang bersifat statistik karena dalam peramalan kualitatif tidak terdapat

model atau metode yang bersifat eksplisit, dengan kata lain teknik yang

digunakan bersifat “rule of thumb”. Ketidak pastian metode yang digunakan

disebabkan oleh obyek amatan yang akan diramalkan memiliki kompleksitas

yang tinggi, yang tidak dapat direpresentasikan oleh sebuah atau beberapa buah

metode peramalan. Sehingga peramalan kualitatif lebih mengandalkan

kemampuan orang-orang yang ahli di bidangnyadan sulit untuk

dikomunikasikan dengan pihak lain secara jelas.

Disisi lain, peramalan statistik memiliki kejelasan dalam metode yang

digunakan. Metode permalan statistik ini dapat dibedakan menjadi dua

kelompok utama, yaitu: (a) time-series model, dan (b) econometric model.

6.1. Qualitative Forecasting Techniques

Sebagaimana telah diuraikan, peramalan yang beersifat kualitatif sulit

untuk digambarkan, dan sekaligus diajarkan, karena keterlibatan subyek peramal

menjadi sangat penting. Peramalan kualitatif akan melibatkan data yang tersedia

dan kemampuan individual serta pengetahuannya tentang obyek amatan, serta

sangat dimungkinkan menonjolkan bagian tertentu sebagai pusat perhatiannya.

Page 65: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

57

6.2. Statistical Forecasting: Time-Series Model

Time-series model (model runtun-waktu) merupakan model peramalan

yang menggunakan data runtun-waktu. Dengan kata lain, time-series model

memberikan gambaran tentang proses terbentuknya suatu data yang bersifat

historis. Salah satu teknik peramalan time-series yang sering digunakan dan

bersifat sederhan adalah linear trend.

Penggunaan linear trend didasarkan atas pengamatan bahwa variabel

yang diamati memiliki perilaku berubah secara linier. Data yang ditempatkan

sebagai variabel peramal dapat menggunakan waktu. Sebagai contoh, sebuah

bank membutuhkan informasi tentang tingkat konsumsi tiga tahun kedepan,

dengan menyusun model peramalan berdasarkan linear trend sebagai berikut:

Consume = a + b (time) ; a = konstanta; b=koefisien trend

Tabel 6.1: Data

Konsumsi

OBS TIME CONSUME

1980 1 2447.100

1981 2 2476.900

1982 3 2503.700

1983 4 2619.400

1984 5 2746.100

1985 6 2865.800

1986 7 2969.100

1987 8 3052.200

1988 9 3162.400

1989 10 3223.300

1990 11 3260.400

1991 12 3240.800

Page 66: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

58

Hasil perhitungan linear trend adalah sebagai berikut:

Tabel 6.2:

Print-Out Hasil Linear Time Trend Inflasi

Dependent Variable: ConsumeMethod: Least SquaresSample: 1980 1991Included Observations: 12

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.C 2322.509 35.57903 65.27747 0.0000

TIME 85.86014 4.834239 17.76084 0.0000

Print-out pada tabel di atas dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai

berikut:

Consume = 2322.509 + 85.860 (time)

Grafik 6.1:

Perbandingan Data Observasi (Consume) dan Data Ramalan (Consumef)

3400

3200

3000

2800

2600

240080 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91

CONSUME CONSUMEF

Page 67: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

59

Grafik (CONSUMEF) merupakan tampilan hasil perkiraan. Jika data diakhiri

tahun 1991, maka peramalan tiga tahun kedepan berarti tahun 1992-1994.

Peramalan dapat dilakukan sebagai berikut:

Atas dasar persamaan: Consume = 2322.509 + 85.860 (time), maka

Tahun 1992: Consumef (1992) = 2322.509 + 85.860 (13)

= 3438.68

Tahun 1993: Consumef (1993) = 2322.509 + 85.860 (14)

= 3524.54

Tahun 1994: Consumef (1994) = 2322.509 + 85.860 (15)

= 3610.40

6.3. Seasonal (Cyclical) Variation

Data time series dapat juga membentuk pola tertentu, seperti musiman

(seasonal) atau siklus (cyclical ) tertentu. Seperti misalnya penjualan peralatan

sekolah meningkat tajam menjelang tahun ajaran baru (siklus tahunan),

peningkatan order fotokopian mahasiswa (siklus semesteran), dan lain-lain.

Karena di dalam kasus yang mengandung terdapat ke-“abnormal”-an data pada

saat terjadi siklus, maka perlu digunakan faktor koreksi, yang disebut dengan

dummy variable.

Data sales yang memiliki siklus tiga bulanan (3-bulan pertama 1996

hampir sama dengan 3-bulan pertama tahun berikutnya, demikian pula 3-bulan

kedua 1996 hampir sama dengan 3-bulan kedua tahun-tahun berikutnya):

Page 68: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

60

Tabel 6.3:

Data Time, Sales dan Dummy

OBS TIME SALES D1 D2 D3

1996:1 1 72.00000 1 0 0

1996:2 2 87.00000 0 1 0

1996:3 3 87.00000 0 0 1

1996:4 4 150.0000 0 0 0

1997:1 5 82.00000 1 0 0

1997:2 6 98.00000 0 1 0

1997:3 7 94.00000 0 0 1

1997:4 8 162.0000 0 0 0

1998:1 9 97.00000 1 0 0

1998:2 10 105.0000 0 1 0

1998:3 11 109.0000 0 0 1

1998:4 12 176.0000 0 0 0

1999:1 13 105.0000 1 0 0

1999:2 14 121.0000 0 1 0

1999:3 15 119.0000 0 0 1

1999:4 16 180.0000 0 0 0

Karena pola keteraturannya ada pada setiap triwulan, maka rumusan peramalan

yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut:

Sales = a + b (Time) + c1 (D1) + c2 (D2) + c3

(D3) Hasil perhitungan peramalan adalah sebagai berikut:

Sales = 139.6250 + 2.7375 (Time) – 69.7875 (D1) – 58.775 (D2) – 62.0125 (D3)

Page 69: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

61

Tabel 6.4:

Print-Out Peramalan Sales Siklikal

Dependent Variable: SalesMethod: Least SquaresSample: 1996:1 1999:4Included Observations: 16

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.C 139.6250 1.743576 80.07968 0.0000

TIME 2.737500 0.129958 21.06442 0.0000D1 -69.78750 1.689460 -41.30757 0.0000D2 -58.77500 1.664280 -35.31556 0.0000D3 -62.01250 1.648988 -37.60640 0.0000

R-squared 0.996549 F-statistic 794.1255Durbin-Watson stat 2.240664 Prob(F-statistic) 0.000000

Grafik 6.2 :

Perbandingan Hasil Peramalan Sales dan Sales Observasi 1996.I-1999.IV

200

180

160

140

120

100

80

6096:1 96:3 97:1 97:3 98:1 98:3 99:1 99:3

SALES SALESF

Page 70: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

62

Sales ramalan 2000.I – 2000.IV adalah:

Sales 2000.I:

Sales = 139.6250 + 2.7375 (17) – 69.7875 (1) – 58.775 (0) – 62.0125 (0)

= 116.3745

Sales 2000.II:

Sales = 139.6250 + 2.7375 (18) – 69.7875 (0) – 58.775 (1) – 62.0125 (0)

= 130.125

Sales 2000.III:

Sales = 139.6250 + 2.7375 (19) – 69.7875 (0) – 58.775 (0) – 62.0125 (0)

= 129.6245

Sales 2000.IV:

Sales = 139.6250 + 2.7375 (Time) – 69.7875 (D1) – 58.775 (D2) – 62.0125

(D3)

= 194.375

6.4.Econometric Model

Econometric Model merupakan model statistik yang ditujukan untuk

menjelaskan hubungan ekonomi. Sehingga pemahaman ekonometrika harus

ditekankan pada dua hal, yaitu: hubungan statistik dan hubungan ekonomi.

Terdapat beberapa keuntungan jika menggunakan pendekatan ekonometrika:

Model ekonometrika membutuhkan orang yang dapat

mengungkapkan secara eksplisit hubungan sebab-akibat, sehingga

variabel yang dilibatkan dalam pengamatan memiliki konsistensi

logis.

Hubungan sensitifitas antar variabel, misalnya elastisitas, dibangun

atas dasar kedekatan secara statistik dan hubungan ekonomis yang

logis.

Page 71: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

63

Atas dasar itu, seorang yang menggunakan ekonometrika sebagai alat analisis,

pada dasarnya harus memiliki perhatian khusus tentang pengukuran hubungan,

estimasi variabel-variabel yang secara ekonomi relevan. Di samping itu

pengguna ekonometrika harus melakukan pengujian terhadap hubungan dan

estimasi yang telah dilakukannya, serta menggunakan hasil analisisnya untuk

melakukan peramalan.

Gambar 6. 3:

Pendekatan Ekonometrika

Theory Fact

Model DataStatistical

Theory

EconometricModel

Refine Data EconometricTechniques

Estimation of the econometric model withthe refine data using econometric techniques

StructuralAnalysis

Forecasting PolicyEvaluation

Sumber: Intriligator, Bodkin, and Hsiao, 1996: 2

Page 72: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

64

Pertanyaan diskusi :

1. Rubax Inc. Perusahaan sepatu olahraga di Amerika Serikat,

mengestimasikan model trend linier sepatu produksinya sebagai berikut:

Q t = a + b t + c D1 + d D2 + e D3

Dimana :

Qt : penjualan sepatu Rubax Inc. Kuartalan

t : 1,2,3, ---, 28 (1992(I) , 1992 (II), .., 1998(IV))

D1 : 1 jika t adalah kuartal I ; 0 sebaliknya

D2 : 1 jika t adalah kuartal II ; 0 sebaliknya D3 : 1 jika t adalah

kuartal IIII ; 0 sebaliknya Estimasimenggunakandata kuartalan mulai

1992(I) sampai dengan 1998 (IV) , dan hasilnya sebagai berikut :

Dependent Var : Qt R-Square F Ratio P Val on F

Observation : 36 0.9899 761.133 0,001

Variable Parameter Standart t-Ratio P-ValueIntercept Error

a 51.234 7.16 7.15 0.0001t 3.127 0.524 5.97 0.0001D1 -11.716 2.717 -4.31 0.0002D2 -1.424 0.836 -1.7 0.0985D3

Pertanyaan :

-17.367 2.112 -8.22 0.0001

a. Pada level signifikan 1%, evaluasi statistik dari koefisien yang

diestimasikan

b. Dengan menggunakan persamaan estimasi, buatlah prakiraan

penjualan tahun 1999

c. Hitunglah intercept setiap kuartal ? Hal tersebut mengindikasikan

apa?

Page 73: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

65

Standar Kompetensi

1. Mendefinisikan konsep produksi jangka pendek

2. Mendefinisikan konsep biaya jangka pendek

3. Menyelesaiakan penghitungan pembiayaan jangka pendek dalam

perusahaan

Kompetensi Dasar

1. Membedakan jenis-jenis variabel produksi dalam jangka pendel

2. Membedakan jenis-jenis biaya dalam jangka pendek

3. Merumuskan hubungan produksi dan biaya jangka pendek

4. Menyelesaikan kasus pembiayaan jangka pendek

7.1. Konsep Dasar

Produksi (dan biaya) dapat dikelompokkan dalam dua time frame,

yaitu: short-run (jangka pendek) dan long-run (jangka panjang). Dalam short-run,

produsen dihadapkan pada kondisi adanya input atau faktor produksi (satu atau

lebih) yang bersifat konstan dalam jumlah, sedangkan dalam long-run semua

faktor produksi atau input bersifat variabel.

Produksi merupakan suatu aktifitas penciptaan suatu barang atau jasa

dengan menggunakan input atau sumber daya, seperti tenaga kerja, alat-alat

modal, tanah, dan bahan mentah lainnya. Contoh yang paling nyata adalah

perusahaan Exxon menghasilkan bahan bakar bensin, perusahaan ICI

menghasilkan cat, dan bukan hanya perusahaan barang tetapi juga perusahaan

penghasil jasa masuk dalam kategori produksi, seperti perbankan dengan produk

banknya, sekolah dengan pendidikannya, entertainer dengan huiburannya, dan

lain-lain.

65

Standar Kompetensi

1. Mendefinisikan konsep produksi jangka pendek

2. Mendefinisikan konsep biaya jangka pendek

3. Menyelesaiakan penghitungan pembiayaan jangka pendek dalam

perusahaan

Kompetensi Dasar

1. Membedakan jenis-jenis variabel produksi dalam jangka pendel

2. Membedakan jenis-jenis biaya dalam jangka pendek

3. Merumuskan hubungan produksi dan biaya jangka pendek

4. Menyelesaikan kasus pembiayaan jangka pendek

7.1. Konsep Dasar

Produksi (dan biaya) dapat dikelompokkan dalam dua time frame,

yaitu: short-run (jangka pendek) dan long-run (jangka panjang). Dalam short-run,

produsen dihadapkan pada kondisi adanya input atau faktor produksi (satu atau

lebih) yang bersifat konstan dalam jumlah, sedangkan dalam long-run semua

faktor produksi atau input bersifat variabel.

Produksi merupakan suatu aktifitas penciptaan suatu barang atau jasa

dengan menggunakan input atau sumber daya, seperti tenaga kerja, alat-alat

modal, tanah, dan bahan mentah lainnya. Contoh yang paling nyata adalah

perusahaan Exxon menghasilkan bahan bakar bensin, perusahaan ICI

menghasilkan cat, dan bukan hanya perusahaan barang tetapi juga perusahaan

penghasil jasa masuk dalam kategori produksi, seperti perbankan dengan produk

banknya, sekolah dengan pendidikannya, entertainer dengan huiburannya, dan

lain-lain.

65

Standar Kompetensi

1. Mendefinisikan konsep produksi jangka pendek

2. Mendefinisikan konsep biaya jangka pendek

3. Menyelesaiakan penghitungan pembiayaan jangka pendek dalam

perusahaan

Kompetensi Dasar

1. Membedakan jenis-jenis variabel produksi dalam jangka pendel

2. Membedakan jenis-jenis biaya dalam jangka pendek

3. Merumuskan hubungan produksi dan biaya jangka pendek

4. Menyelesaikan kasus pembiayaan jangka pendek

7.1. Konsep Dasar

Produksi (dan biaya) dapat dikelompokkan dalam dua time frame,

yaitu: short-run (jangka pendek) dan long-run (jangka panjang). Dalam short-run,

produsen dihadapkan pada kondisi adanya input atau faktor produksi (satu atau

lebih) yang bersifat konstan dalam jumlah, sedangkan dalam long-run semua

faktor produksi atau input bersifat variabel.

Produksi merupakan suatu aktifitas penciptaan suatu barang atau jasa

dengan menggunakan input atau sumber daya, seperti tenaga kerja, alat-alat

modal, tanah, dan bahan mentah lainnya. Contoh yang paling nyata adalah

perusahaan Exxon menghasilkan bahan bakar bensin, perusahaan ICI

menghasilkan cat, dan bukan hanya perusahaan barang tetapi juga perusahaan

penghasil jasa masuk dalam kategori produksi, seperti perbankan dengan produk

banknya, sekolah dengan pendidikannya, entertainer dengan huiburannya, dan

lain-lain.

Page 74: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

5 922 935

5 953 967

66

Fungsi produksi terkait dengan penggunaan sejumlah input dan

kemampuan menghasilkan sejumlah output tertentu. Sehingga, secara formal,

fungsi produksi menggambarkan hubungan antara tingkat output fisik dan tingkat

penggunaan input fisik, pada tingkat penggunaan teknologi tertentu. Secara

matematis diekspresikan:

Q = f(L, K)

Ketika produksi lebih memberikan tekanan pada output maksimum yang dapat

dihasilkan pada penggunaan kombinasi input tertentu, maka produsen berada

pada posisi efifiensi secara teknis atau technical efficiency. Namun, jika

perusahaan berorientasi pada penggunaan input minimal (berarti biaya minimal)

untuk menghasilkan tingkat output tertentu, maka produsen berada pada posisi

efifiensi secara ekonomis atau economic efficiency.

7.2. Produksi dalam Jangka Pendek

Jika secara definisi, jangka pendek berarti terdapat input yang konstan

(misdalnya input kapital), maka secara matematis dapat dituliskan sebagai

berikut:

Q = f (L, K)Sehingga perubahan output yang terjadi semata-mata diakibatkan oleh perubahan

tenaga kerja (L). Schedule produksi dapat dilihat pada Tabel 7.1.

Tabel 7.1:Production Schedule

UNIT OF CAPITAL (K)

UN

ITS

OF

LA

BO

R(L

)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 0 25 52 74 90 100 108 114 118 120 121

2 0 55 112 162 198 224 242 252 258 262 264

3 0 83 170 247 303 342 369 384 394 400 403

4 0 108 220 325 400 453 488 511 527 535 540

5 0 125 258 390 478 543 590 631 653 663 670

6 0 137 286 425 523 598 655 704 732 744 753

7 0 141 304 453 559 643 708 766 800 814 825

8 0 143 314 474 587 679 753 818 857 873 885

9 0 141 318 488 609 708 789 861 90

10 0 137 314 492 617 722 809 887 93

Page 75: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan
Page 76: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

67

Beberapa terminologi penting yang digunakan dalam produksi adalah:

Total Production: jumlah maksimum output yang dapat diproduksi

pada berbagai kombinasi input yang mungkin

Average Product: total product (TP) dibagi dengan jumlah input yang

digunakan........APL = TP/L atau APK = TP/K

Marginal Product: tambahan output yang diakibatkan oleh adanya

tambahan satu unit input......MPL = d(TP)/d(L) atau

MPK = d(TP)/d(K)

Tabel 7.2:Total Product, Average Product of Labor dan Marginal Product of Labor

(asumsi Capital = 3 unit)

LABOR(UNIT)

TOTALPRODUCT(UNIT)

AVERAGEPRODUCTOFLABOR APL=TP/L

MARGINALPRODUCTOFLABOR MPL=TP/L

0 0 0 0

1 52 52 522 112 56 603 170 56.67 584 220 55 505 258 51.6 386 286 47.67 287 304 43.43 188 314 39.25 109 318 35.33 410 314 31.40 -4

Pada Gambar 7.1 terlihat bahwa Total Product meningkat sampai

dengan tingkat tenaga kerja 9 unit, dan kemudian mengalami penurunan.

Sedangkan pada Gambar 7.2 mengacu pada asumsi bahwa Average Product pada

awalnya akan mengalami peningkatan dan kemudian menurun. Pada saat

Average Product meningkat, Marginal Product lebih besar daripada Average

Product, namun terjadi sebaliknya ketika Average Product menurun. Kemiringan

kurva Marginal Product pada Gambar 7.2 merupakan realisasi dari konsep the

Page 77: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

68

AP.

MP

TP(U

nit)

law of diminishing marginal product, yaitu peningkatan penggunaan input pada

saat faktor lain konstan akan mengakibatkan penurunan Marginal Product

Grafik 7.1:Total Product saat Capital 2 Unit dan 3 Unit

600

500

400 K=3

300

200 K=2

100

0Labor (unit)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Grafik 7.2:Average Product dan Marginal Product saat Capital = 3 units

100

80

60

40

20

0

-20

MP3

AP2

MP3

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

MP2

Labor (Unit)

Page 78: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

69

7.3. Economic Cost

Sebagaimana telah diutarakan dalamm Bab 1, bahwa ada perbedaan

antara konsep biaya menurut ekonomi dan akuntansi. Konsep biaya menurut

ekonomi merupakan opportunity cost, yaitu opportunity cost dalam penggunaan

suatu sumber daya yang dimiliki nilainya adalah sama dengan biaya untuk

mendapatkan sumber daya tersebut.

Opportunity cost dalam contoh penggunaan sumber daya tersebut dapat

diklasifikasikan dalam explicit cost dan implicit cost. Explicit cost merupakan

konsep biaya yang pada umumnya dikenal orang, yaitu pembayaran berupa uang

yang dilakukan oleh perusahaan untuk memiliki atau menggunakan input.

Explicit cost mengacu pada accounting cost. Sebagai contoh, jika perusahaan

menggunakan 10 hari tenaga buruh dengan upah per-hari Rp. 15.000,-, maka

explicit cost-nya sebesar Rp. 150.000,-

Perusahaan seringkali menggunakan beberapa sumber daya yang tidak

termasuk atau dimasukkan dalam bentuk pembayaran uang. Walaupun

perusahaan tidak mengeluarkan uang speserpun, opprtunity cost bukan berarti

tidak ada. Opportunity cost yang bersifat non-moneter ini sering disebut dengan

implicit cost. Implicit cost dapat berupa: (a) penggunaan tanah atau alat-alat

modal yang dimiliki perusahaan, (b) penggunaan tenaga dan pikiran untuk

mengatur usahanya sendiri..

Para ekonom juga seringkali mengacu pada implicit cost karena

menggunakan sumber daya yang ditawarkan pihak lain (implicit cost of using

owner-supplied resources atau sering disebut dengan normal profit) tanpa harus

melakukan pembayaran moneter. Sebagai contoh: terdapat dua perusahaan yang

memproduksi barang yang sama, yaitu perusahaan “Alpha” dan Perusahaan

“Beta”. Beda kedua perusahaan hanya terletak pada, perusahaan “Alpha”

memproduksi barang dengan menggunakan gedung yang dipinjamkan oleh

seseorang, sedangkan perusahaan “Beta” harus menyewa gedung dengan

pembayaran secara moneter. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh kedua

perusahaan tersebut sebenarnya tidak berbeda, walaupun perusahaan “Beta”

harus membuat pengeluaran ekstra karena sewa gedung. Dengan kata lain,

Page 79: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

70

pengeluaran untuk gedung bagi perusahaan “Alpha” adalah implicit cost,

sedangkan pada perusahaan “Beta” adalah explicit cost.

Implicit cost karena penggunaan peralatan modal atau tanah yang

dimiliki oleh perusahaan dapat dianggap hasil atau return yang diterima jika

sumber daya tersebut tidak dipergunakan oleh perusahaan tetapi dipergunakan

untuk aktifitas lain yang lebih baik. Aktifitas lain tersebut misalnya disewakan,

dijual kemudian uangnya diinvestasikan kembali.

Opportunity cost mencerminkan nilai pasar saat ini untk suatu sumber

daya. Jika suatu perusahaan membayar US$ 1 juta untuk sebidang tanah, namun

setahun kemudian harga tanah mengalami peningkatan US$ 50 ribu, maka return

yang diterima perusahaan adalah US$ 1.050.000. Vis a versa.

Gambar 7.3:Prinsip Opportunity Cost

OPPORTUNITY COST:What the owners give up to use a resource?

Resource Ownership

Owned by others Owned by others

Explicit Opportunity CostImplicit Opportunity Cost ( normal

profit )

Rupiahs amount paid to resourceowner

Largest return that could have beenreceived if resource sold in market

Page 80: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

71

7.4. Biaya dalam Jangka Pendek

Biaya dalam perspektif jangka pendek ditanday dengan adanya unsur

biaya yang bersifat konstan, sehingga rumusan total biaya dalam jangka pendek

adalah:

Total Cost (TC) = Fixed Cost (FC) + Variable Cost (VC)

Fixed Cost (FC) adalah jumlah pembayaran yang dilakukan perusahaan untuk

penggunaan input yang bersifat tetap, sedangkan Variable Cost (VC)

pembayaran untuk penggunaan input yang bersifat variabel. Dari dua pengertian

tersebut dapat dibentuk beberapa terminologi tentang biaya, yaitu:

Total Cost (TC) yaitu total pembayaran yang dilakukan peruysahaan

karena penggunaan input, baik yang bersifat tetap maupun variabel.

Average Cost (AC) = TC/Q ; Q = output

Average Fixed Cost (AFC) = AFC/Q

Average Variable Cost (AVC) = AVC/Q

Marginal Cost (MC) = TC/Q

Secara numerik dapat dicontohkan sebagai berikut:

Tabel 7.3:Derivasi Cost dan Output

Q

(Unit)

FC(Rp)

VC(Rp) TC(Rp) Average (Rp/unit) MC(Rp/unit)

AFC AVC AC

0 6000 0 6000 - - - -

100 6000 4000 10000 60 40 100 40

200 6000 6000 12000 30 30 60 20

300 6000 9000 15000 20 30 50 30

400 6000 14000 20000 15 35 50 50

500 6000 22000 28000 12 44 56 80

600 6000 34000 40000 10 56.7 66.7 120

Page 81: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

72

FC.V

C.T

C(R

p)A

FC,A

VC,A

C,M

C(R

p/U

nit)

Keterangan:AFC = FC/Q = 6000/100 = 60; AVC = VC/Q = 4000/100 = 40

AC = TC/Q = 10000/100 = 100 ;

MC = (TC100 - TC0)/(Q100 - Q0) = (10000 - 6000)/100 = 40

Atau

MC = (VC100 – VC0)/(Q100-Q0) = (4000 – 0)/100 = 40

Secara grafis dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Gambar 7.4:Fixed Cost, Variable Cost, dan Total Cost

4500040000350003000025000200001500010000

50000

0 100 200 300 400 500 600

Output (Unit)

FC VC TC

Gambar 7.5:Average Cost dan Marginal Cost

140

120

100

80

60

40

20

00 100 200 300 400 500 600

Output (Unit)

AFC AVC AC MC

Page 82: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

73

7.5. Hubungan Produksi dan Biaya dalam Jangka Pendek

Produksi dan biaya merupakan satu kesatuan bahasan, sehingga kedua

bahasan tersebut memiliki keterkaitan. Secara numerik, dalam jangka pendek,

keterkaitan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 7.4a:Produksi dan Biaya dalam Jangka Pendek

Short-Run Production Short-Run Total CostLabor Output Fixed Cost

FC=r.KVariable Cost

VC=w.LTotal Cost

0 0 6000 0 6000

4 100 6000 4000 10000

6 200 6000 6000 12000

9 300 6000 9000 15000

14 400 6000 14000 20000

22 500 6000 22000 28000

34 600 6000 34000 40000

Tabel 7.4b:Produksi dan Biaya dalam Jangka Pendek

(Average dan Marguinal)

Short-Run Production Short-Run CostLabor Q AP MP AVC MC

0 0 - - - -

4 100 25 25 40 40

6 200 33.33 50 30 20

9 300 33.33 33.33 30 30

14 400 28.57 20 35 50

22 500 22.73 12.50 44 80

34 600 17.65 8.33 56.67 120

Page 83: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

74

AVC

,MC

(Rp/

Uni

t)A

P.M

P

Gambar 7.6:Short-Run Production and Cost Relations

60

50

40

30 MPAP

20

10

00 4 6 9 14 22 34

Labor (Units)

140

120

100

80

60AVCMC

40

20

00 100 200 300 400 500 600

Output (Units)

Pertanyaan Diskusi :

1. Berikut ini adalah laporan keuangan Alamao Chemical Company (ACC)

perusahaan yang memproduksi daging dalam kemasan :

Page 84: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

75

Penjualan ( 1 juta kemasan 2 pound @ $5) $ 5.000.000Biaya Produksi :

a. Biaya tenaga kerja langsung $ 700.000b. Biaya bahan baku $ 350.000c. Biaya variabel overhead $ 150.000d. Biaya tetap over head $ 600.000

$ 1.800.000 –Gross Margin $ 3.200.000Biaya administrasi dan penjualan :

a. Komisi penjualan (@ $0,5 perkemasan) $ 500.000b. Biaya transportasi $ 600.000c. Biaya promosi/ periklanan $ 300.000d. Peralatan Kantor $ 10.000e. Gaji pegawai $ 90.000

$ 1.500.000 –Net Operating Income $ 1.700.000Less Interest Expense $ 500.000 –Net Income sebelum pajak $ 1.200.000

Dari biaya promosi sebesar $ 300.000, sejumlah $ 250.000 merupakan

biaya variabel. Sedangkan $ 100.000 dari biaya variabel tersebut

merupakan biaya transportasi. Menurut manajemen ACC, $ 50.000 dari

gaji pegawai merupakan biaya variabel.

Pertanyaan :

a. Carilah posisi break even point

b. ACC mempertimbangkan untuk memperbaharui mesin

produksinya yang akan meningkatkan biaya tetap menjadi

$1.000.000. Mesin produksi baru tersebut akan mengurangi biaya

tenaga kerja sebesar $ 0.5 per kemasan dan meningkatkan

kapasitas produksinya menjadi 2 juta kemasan ( pada saat ini

ACC berproduksi sesuai dengan kapasitasnya). Beban suku bunga

juga akan meningkat menjadi $ 1.000.000. Perusasaan yakin

kebijakan tersebut dapat meningkatkan kapasitas produksinya bila

harga diturunkan menjadi $ 4.5 per kemasan. Sedangkan average

variable cost dan fixed cost tidak berubah.

Apakah anda merekomendasikan mesin baru ?Berikan

penjelasannya.

Page 85: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

76

Standar Kompetensi :

Menyelesaikan kasus produksi dan biaya jangka dalam perusahaan

Kompetensi Dasar

1. Menggambarkan secara grafis Isocost dan Isoquant

2. Menghitung kombinasi input optimal

8.1. Isoquant

Isoquant merupakan sebuah kurva yang menunjukkan semua

kemungkinan kombinasi input yang dapat dilakukan oleh produsen untuk

membentuk output tertentu. Karakterisitik isoquant ditandai dengan adanya

asumsi bahwa semua input atau faktor produksi memiliki sifat divisible. Secara

grafis terlihat pada gambar 8.1 di bawah ini:

Gambar 8.1:Tipikal Isoquant

Units of Capital

50 Marginal Rate of TechnicalSubstitution (MRTS) =

K= -------------

L

20 A Q2= 200Q1= 100

15 40 Units of Labor

Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS) merupakan angka yang

menunjukkan kemampuan substitusi satu input terhadap input yang lain. Angka

76

Standar Kompetensi :

Menyelesaikan kasus produksi dan biaya jangka dalam perusahaan

Kompetensi Dasar

1. Menggambarkan secara grafis Isocost dan Isoquant

2. Menghitung kombinasi input optimal

8.1. Isoquant

Isoquant merupakan sebuah kurva yang menunjukkan semua

kemungkinan kombinasi input yang dapat dilakukan oleh produsen untuk

membentuk output tertentu. Karakterisitik isoquant ditandai dengan adanya

asumsi bahwa semua input atau faktor produksi memiliki sifat divisible. Secara

grafis terlihat pada gambar 8.1 di bawah ini:

Gambar 8.1:Tipikal Isoquant

Units of Capital

50 Marginal Rate of TechnicalSubstitution (MRTS) =

K= -------------

L

20 A Q2= 200Q1= 100

15 40 Units of Labor

Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS) merupakan angka yang

menunjukkan kemampuan substitusi satu input terhadap input yang lain. Angka

76

Standar Kompetensi :

Menyelesaikan kasus produksi dan biaya jangka dalam perusahaan

Kompetensi Dasar

1. Menggambarkan secara grafis Isocost dan Isoquant

2. Menghitung kombinasi input optimal

8.1. Isoquant

Isoquant merupakan sebuah kurva yang menunjukkan semua

kemungkinan kombinasi input yang dapat dilakukan oleh produsen untuk

membentuk output tertentu. Karakterisitik isoquant ditandai dengan adanya

asumsi bahwa semua input atau faktor produksi memiliki sifat divisible. Secara

grafis terlihat pada gambar 8.1 di bawah ini:

Gambar 8.1:Tipikal Isoquant

Units of Capital

50 Marginal Rate of TechnicalSubstitution (MRTS) =

K= -------------

L

20 A Q2= 200Q1= 100

15 40 Units of Labor

Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS) merupakan angka yang

menunjukkan kemampuan substitusi satu input terhadap input yang lain. Angka

Page 86: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

77

MRTS selalu menunjukkan tanda negatif namun, seringkali tanda negatif tidak

perlu ditulis mengingat sifatnya yang otomatis (bandingkan pemahamannya

dengan Marginal Utility, Marginal Rate of Substitution).

Dalam contoh gambar di atas, angka MRTS adalah sebesar 1,2 (=(50-

20)/(15-40)), yang dapat diinterpretasikan sebagai, jika produsen ingin

mempertahankan produksi sebesar 100 unit dan ingin mengurangi jumlah tenaga

kerja sebesar 1 unit, maka produsen harus meningkatkan jumlah input kapital

sebesar 1,2 unit.

Angka MRTS dapat juga dikaitkan dengan Marginal Product (MP).

Hubungan antar keduanya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Total Perubahan Output: Q = (MPL) (L) + (MPK) (K)

Marginal Rate of Technical Substitution: MRTS = K/L ; Jika Q = 0

Maka:

K/L = MPL/MPK

8.2. Isocost

Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang

dapat dibeli pada tingkat pembiayaan (expenditure) tertentu dan pada tingkat

harga tertentu. Secara grafis terlihat sebagai berikut:

Units of Capital

Gambar 8.2:Kurva Isocost

10 A

B

5

Harga Kapital (=r) = 400Harga Labor (=w) = 250Budget (=B) = 4000Persamaan Budget Line:4000 = 400K + 250L

C

8 16 Units of Labor

77

MRTS selalu menunjukkan tanda negatif namun, seringkali tanda negatif tidak

perlu ditulis mengingat sifatnya yang otomatis (bandingkan pemahamannya

dengan Marginal Utility, Marginal Rate of Substitution).

Dalam contoh gambar di atas, angka MRTS adalah sebesar 1,2 (=(50-

20)/(15-40)), yang dapat diinterpretasikan sebagai, jika produsen ingin

mempertahankan produksi sebesar 100 unit dan ingin mengurangi jumlah tenaga

kerja sebesar 1 unit, maka produsen harus meningkatkan jumlah input kapital

sebesar 1,2 unit.

Angka MRTS dapat juga dikaitkan dengan Marginal Product (MP).

Hubungan antar keduanya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Total Perubahan Output: Q = (MPL) (L) + (MPK) (K)

Marginal Rate of Technical Substitution: MRTS = K/L ; Jika Q = 0

Maka:

K/L = MPL/MPK

8.2. Isocost

Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang

dapat dibeli pada tingkat pembiayaan (expenditure) tertentu dan pada tingkat

harga tertentu. Secara grafis terlihat sebagai berikut:

Units of Capital

Gambar 8.2:Kurva Isocost

10 A

B

5

Harga Kapital (=r) = 400Harga Labor (=w) = 250Budget (=B) = 4000Persamaan Budget Line:4000 = 400K + 250L

C

8 16 Units of Labor

77

MRTS selalu menunjukkan tanda negatif namun, seringkali tanda negatif tidak

perlu ditulis mengingat sifatnya yang otomatis (bandingkan pemahamannya

dengan Marginal Utility, Marginal Rate of Substitution).

Dalam contoh gambar di atas, angka MRTS adalah sebesar 1,2 (=(50-

20)/(15-40)), yang dapat diinterpretasikan sebagai, jika produsen ingin

mempertahankan produksi sebesar 100 unit dan ingin mengurangi jumlah tenaga

kerja sebesar 1 unit, maka produsen harus meningkatkan jumlah input kapital

sebesar 1,2 unit.

Angka MRTS dapat juga dikaitkan dengan Marginal Product (MP).

Hubungan antar keduanya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Total Perubahan Output: Q = (MPL) (L) + (MPK) (K)

Marginal Rate of Technical Substitution: MRTS = K/L ; Jika Q = 0

Maka:

K/L = MPL/MPK

8.2. Isocost

Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang

dapat dibeli pada tingkat pembiayaan (expenditure) tertentu dan pada tingkat

harga tertentu. Secara grafis terlihat sebagai berikut:

Units of Capital

Gambar 8.2:Kurva Isocost

10 A

B

5

Harga Kapital (=r) = 400Harga Labor (=w) = 250Budget (=B) = 4000Persamaan Budget Line:4000 = 400K + 250L

C

8 16 Units of Labor

Page 87: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

78

Secara umum dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Jika semua anggaran

(budget) yang dimiliki sebesar 4000 unit uang dibelanjakan semua, dengan

tingkat harga kapital/unit sebesar 400 unit uang, dan harga labor/unit sebesar 250

unit uang, maka jika budget dibelanjankan untuk kapital seluruhnya akan

memperoleh sebanyak (4000/400) = 10 unit kapital, dan jika dibelikan labor

seluruhnya akan memperoleh sebanyak (4000/250) = 16 unit labor.

Persamaan Budget Line:

BL = rK + wL

8.3. Kombinasi Input Optimal

Seorang manajer yang menginginkan memaksimasi profit pertama-tama

haruslah mengambil keputusan tentang berapa jumlah output yang harus

diproduksi pada tingkat biaya terendah. Dengan kata lain, pertimbangan biaya

terendah mendasarkan diri pada garis anggaran sebagai variabel kendala, dan

produk sebagai obyek yang dimaksimalkan. Secara grafis keputusan tersebut

adalah sebagai berikut:

Gambar 8.3:Optimal Input Combination to Minimize Cost for a Given Output

Units of CapitalBudget Line-1

AC1 Budget Line-2

C2 B

C3 D Q

Isoquant

L1 L2 L3 Units of Labor

78

Secara umum dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Jika semua anggaran

(budget) yang dimiliki sebesar 4000 unit uang dibelanjakan semua, dengan

tingkat harga kapital/unit sebesar 400 unit uang, dan harga labor/unit sebesar 250

unit uang, maka jika budget dibelanjankan untuk kapital seluruhnya akan

memperoleh sebanyak (4000/400) = 10 unit kapital, dan jika dibelikan labor

seluruhnya akan memperoleh sebanyak (4000/250) = 16 unit labor.

Persamaan Budget Line:

BL = rK + wL

8.3. Kombinasi Input Optimal

Seorang manajer yang menginginkan memaksimasi profit pertama-tama

haruslah mengambil keputusan tentang berapa jumlah output yang harus

diproduksi pada tingkat biaya terendah. Dengan kata lain, pertimbangan biaya

terendah mendasarkan diri pada garis anggaran sebagai variabel kendala, dan

produk sebagai obyek yang dimaksimalkan. Secara grafis keputusan tersebut

adalah sebagai berikut:

Gambar 8.3:Optimal Input Combination to Minimize Cost for a Given Output

Units of CapitalBudget Line-1

AC1 Budget Line-2

C2 B

C3 D Q

Isoquant

L1 L2 L3 Units of Labor

78

Secara umum dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Jika semua anggaran

(budget) yang dimiliki sebesar 4000 unit uang dibelanjakan semua, dengan

tingkat harga kapital/unit sebesar 400 unit uang, dan harga labor/unit sebesar 250

unit uang, maka jika budget dibelanjankan untuk kapital seluruhnya akan

memperoleh sebanyak (4000/400) = 10 unit kapital, dan jika dibelikan labor

seluruhnya akan memperoleh sebanyak (4000/250) = 16 unit labor.

Persamaan Budget Line:

BL = rK + wL

8.3. Kombinasi Input Optimal

Seorang manajer yang menginginkan memaksimasi profit pertama-tama

haruslah mengambil keputusan tentang berapa jumlah output yang harus

diproduksi pada tingkat biaya terendah. Dengan kata lain, pertimbangan biaya

terendah mendasarkan diri pada garis anggaran sebagai variabel kendala, dan

produk sebagai obyek yang dimaksimalkan. Secara grafis keputusan tersebut

adalah sebagai berikut:

Gambar 8.3:Optimal Input Combination to Minimize Cost for a Given Output

Units of CapitalBudget Line-1

AC1 Budget Line-2

C2 B

C3 D Q

Isoquant

L1 L2 L3 Units of Labor

Page 88: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

79

Pada Gambar 8.3 terlihat bahwa jumlah produksi yang secara ekonomis

efisien memiliki kombinasi penggunaan input (K2, L2). Sekalipun titik A, B, dan

D memiliki kuantitas produksi yang sama namun penggunaan input akan lebih

efisien bila memilih posisi di titik B

Gambar 8.3 di atas merupakan kondisi optimum output pada tingkat

biaya terendah pada satu periode tertentu. Apabila perusahaan ingin

mengembangkan usahanya dan dalam proses pengembangan tersebut masih

berpijak pada aspek least cost combination, maka dapat digambarkan sebagai

expansion path.

Gambar 8.4 :

An Expansion Path

Units of Capital

250

200 Expansion Path

150

10 15 20 Units of Labor

Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa ekspansi jangka panjang

pada produksi berarti dimungkinkannya semua input untuk mengalami

perubahan (jumlah maupun kuantitas). Tetapi bukan tidak mungkin ekspnasi

dilakukan dalam jangka pendek, hanya saja, ekspansi jangka pendek akan

berhadapan dengan satu variabel atau beberapa variabel yang dalam jangka

pendek tidak dapat berubah.

79

Pada Gambar 8.3 terlihat bahwa jumlah produksi yang secara ekonomis

efisien memiliki kombinasi penggunaan input (K2, L2). Sekalipun titik A, B, dan

D memiliki kuantitas produksi yang sama namun penggunaan input akan lebih

efisien bila memilih posisi di titik B

Gambar 8.3 di atas merupakan kondisi optimum output pada tingkat

biaya terendah pada satu periode tertentu. Apabila perusahaan ingin

mengembangkan usahanya dan dalam proses pengembangan tersebut masih

berpijak pada aspek least cost combination, maka dapat digambarkan sebagai

expansion path.

Gambar 8.4 :

An Expansion Path

Units of Capital

250

200 Expansion Path

150

10 15 20 Units of Labor

Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa ekspansi jangka panjang

pada produksi berarti dimungkinkannya semua input untuk mengalami

perubahan (jumlah maupun kuantitas). Tetapi bukan tidak mungkin ekspnasi

dilakukan dalam jangka pendek, hanya saja, ekspansi jangka pendek akan

berhadapan dengan satu variabel atau beberapa variabel yang dalam jangka

pendek tidak dapat berubah.

79

Pada Gambar 8.3 terlihat bahwa jumlah produksi yang secara ekonomis

efisien memiliki kombinasi penggunaan input (K2, L2). Sekalipun titik A, B, dan

D memiliki kuantitas produksi yang sama namun penggunaan input akan lebih

efisien bila memilih posisi di titik B

Gambar 8.3 di atas merupakan kondisi optimum output pada tingkat

biaya terendah pada satu periode tertentu. Apabila perusahaan ingin

mengembangkan usahanya dan dalam proses pengembangan tersebut masih

berpijak pada aspek least cost combination, maka dapat digambarkan sebagai

expansion path.

Gambar 8.4 :

An Expansion Path

Units of Capital

250

200 Expansion Path

150

10 15 20 Units of Labor

Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa ekspansi jangka panjang

pada produksi berarti dimungkinkannya semua input untuk mengalami

perubahan (jumlah maupun kuantitas). Tetapi bukan tidak mungkin ekspnasi

dilakukan dalam jangka pendek, hanya saja, ekspansi jangka pendek akan

berhadapan dengan satu variabel atau beberapa variabel yang dalam jangka

pendek tidak dapat berubah.

Page 89: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

80

8.4. Return to Scale

Pada bagian ini akan digambarkan dampak dari perubahan yang

proporsional pada semua input pada tingkat output yang diproduksi. Sebagai

contoh: jika perusahaan menambah semua input menjadi dua kali lipat, maka

output akan meningkat. Pertanyaannya adalah, berapa peningkatan output

tersebut? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat ditemui pada pembahasan

tentang konsep return to scale.

Jika diasumsikan penggunaan semua input naik 25%, dan jiuka output

meningkat juga sebesar 25%, maka fungsi produksi yang bekerja pada

perusahaan itu masuk dalam kategori constant returns to scale. Namun, jika

produksi meningkat lebih dari 25%, maka masuk kategori increasing returns to

scale. Sebaliknya, jika produksi bertambah lebih kecil dari 25%, masuk dalam

kategori decreasing returns to scale. Hubungan antara perubahan input dan

perubahan output dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 8.5.

Gambar 8.5:Returns to Scale

Units of Capital

2K

Q1

K

Q0

L 2L Units of Labor

80

8.4. Return to Scale

Pada bagian ini akan digambarkan dampak dari perubahan yang

proporsional pada semua input pada tingkat output yang diproduksi. Sebagai

contoh: jika perusahaan menambah semua input menjadi dua kali lipat, maka

output akan meningkat. Pertanyaannya adalah, berapa peningkatan output

tersebut? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat ditemui pada pembahasan

tentang konsep return to scale.

Jika diasumsikan penggunaan semua input naik 25%, dan jiuka output

meningkat juga sebesar 25%, maka fungsi produksi yang bekerja pada

perusahaan itu masuk dalam kategori constant returns to scale. Namun, jika

produksi meningkat lebih dari 25%, maka masuk kategori increasing returns to

scale. Sebaliknya, jika produksi bertambah lebih kecil dari 25%, masuk dalam

kategori decreasing returns to scale. Hubungan antara perubahan input dan

perubahan output dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 8.5.

Gambar 8.5:Returns to Scale

Units of Capital

2K

Q1

K

Q0

L 2L Units of Labor

80

8.4. Return to Scale

Pada bagian ini akan digambarkan dampak dari perubahan yang

proporsional pada semua input pada tingkat output yang diproduksi. Sebagai

contoh: jika perusahaan menambah semua input menjadi dua kali lipat, maka

output akan meningkat. Pertanyaannya adalah, berapa peningkatan output

tersebut? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat ditemui pada pembahasan

tentang konsep return to scale.

Jika diasumsikan penggunaan semua input naik 25%, dan jiuka output

meningkat juga sebesar 25%, maka fungsi produksi yang bekerja pada

perusahaan itu masuk dalam kategori constant returns to scale. Namun, jika

produksi meningkat lebih dari 25%, maka masuk kategori increasing returns to

scale. Sebaliknya, jika produksi bertambah lebih kecil dari 25%, masuk dalam

kategori decreasing returns to scale. Hubungan antara perubahan input dan

perubahan output dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 8.5.

Gambar 8.5:Returns to Scale

Units of Capital

2K

Q1

K

Q0

L 2L Units of Labor

Page 90: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

81

8.5. Derivation of a Long-Run Cost Schedule

Tabel 8.1:Long-Run Cost Schedule

OUTPUT LEAST COSTCOMBINATION

TOTAL COST

W = 5 ; R = 10

(WxL + RxC)

LONG-RUNAVERAGE

COST

LONG-RUNMARGINAL

COSTLabor(unit)

Capital(unit)

100 10 7 120 1.2 1.20

200 12 8 140 0.7 0.20

300 20 10 200 0.67 0.60

400 30 15 300 0.75 1.00

500 40 22 420 0.84 1.20

600 52 30 560 0.93 1.40

700 60 42 720 1.03 1.60

Keterangan:Long-Run Average Cost (LAC) = Long-Run Total Cost (TC) dibagi Output (Q)

= TC/Q

Long-Run Marginal Cost (LMC) = Perubahan TC (TC) dibagi Perubahan Output(Q)

= TC/Q

Total Cost minimum saat Q=100 sama dengan penggunaan labor=10 unit,kapital=7 unit, yaitu:

TC = (W x L) + (R x C)= (5 x 10) + (10 x 7) = 120

Long-Run Average Cost pada saat Q = 100 merupakan rata-rata biaya untuksetiap unit output yang diproduksi:

LAC = TC/Q= 120/100 = 1,20

Long-Run Marginal Cost pada saat Q = 100 merupakan rasio antara perubahanTotal Cost dengan perubahan unit output:

LMC = TC/(Q= (120 – 0)/ (100 – 0) = 1,20

Page 91: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

82

Gambar 8.6:Long-Run Total Cost, Long-Run Marginal Cost,

dan Long-Run Average Cost

Total Cost

Output

-----------------------------------------------------------660-

-580-

--------------------------------------------------500-

-420----------------------------------------

-320-

-------------------------------260-

-200----------------------

-140--------------

| | | | | | | -0 100 200 300 400 500 600 700 Units of

1.6 -----------------------------------------------------------

1.4 --------------------------------------------------

1.2 -----------------------------------------

1.0 --------------------------------

0.8 ---

0.6 -----------------------

0.4 -

0.2 --------------

0 100 200 300 400 500 600 700 Units ofOutput

82

Gambar 8.6:Long-Run Total Cost, Long-Run Marginal Cost,

dan Long-Run Average Cost

Total Cost

Output

-----------------------------------------------------------660-

-580-

--------------------------------------------------500-

-420----------------------------------------

-320-

-------------------------------260-

-200----------------------

-140--------------

| | | | | | | -0 100 200 300 400 500 600 700 Units of

1.6 -----------------------------------------------------------

1.4 --------------------------------------------------

1.2 -----------------------------------------

1.0 --------------------------------

0.8 ---

0.6 -----------------------

0.4 -

0.2 --------------

0 100 200 300 400 500 600 700 Units ofOutput

82

Gambar 8.6:Long-Run Total Cost, Long-Run Marginal Cost,

dan Long-Run Average Cost

Total Cost

Output

-----------------------------------------------------------660-

-580-

--------------------------------------------------500-

-420----------------------------------------

-320-

-------------------------------260-

-200----------------------

-140--------------

| | | | | | | -0 100 200 300 400 500 600 700 Units of

1.6 -----------------------------------------------------------

1.4 --------------------------------------------------

1.2 -----------------------------------------

1.0 --------------------------------

0.8 ---

0.6 -----------------------

0.4 -

0.2 --------------

0 100 200 300 400 500 600 700 Units ofOutput

Page 92: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

83

Pertanyaan Diskusi :

1. The MorTex Company ( TMT ) perusahaan garment di Canada

memproduksi tekstil dengan tangan ( tenaga kerja ) meskipun proses

produksi menggunakan mesin lebih cepat ( jumlah output lebih banyak)

dibandingkan dengan tangan. Biaya tenaga kerja untuk memproduksi

tekstil dengan tangan sebesar $ 50 satu hari dan setiap tenaga kerja dapat

menghasilkan 200 input lebih setiap hari. Pada saat ini produksi total

TMT sebesar 5.400 unit per hari.

Pertanyaan :

a. Bagian analis keuangan TMT mengestimasikan bahwa

penggunaan mesin dalam memproduksi tekstil akan memakan

biaya $ 600 setiap hari.Dapatkahmanajemen TMT menurunkan

biaya produksi untuk 5.400unitper hari dengan membeli mesin

baru dan mengurangi biaya tenaga kerja ? Jelaskan.

b. Serikat pekerja tekstil Canada berencana menaikkan upah tenaga

kerja. Pihak manajemen TMT memperkirakan bila rencana

tersebut berhasil, biaya tenaga kerja akan meningkat menjadi $

100 per hari. Apakah kondisi tersebut berpengaruh pada

keputusan pertanyaan point (a) ? Jelaskan.

Page 93: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

84

Standar Kompetensi :

Mengidentifikasikan model produksi Cobb Douglas

Kompetensi Dasar

1. Membaca output hasil olahan data pada fungsi produksi

2. Menganalisis fungsi produksi dalam pengambilan keputusan manajerial

9.1. Model Produksi: Cobb-Douglass Model

Model produksi yang paling sering digunakan untuk estimasi adalah

model Cobb-Douglass, yang secara umum memiliki bentuk:

Q = f(K,L)Q = AKL ; A : technological change

, : koefisien estimasi<1 ; < 1

Secara umum, model Cobb-Douglass dibangun atas dasar asumsi decreasing

marginal products of capital and labor (yang ditandai dengan <1 ; < 1).

Jika + < 1 maka decreasing return to scale

Jika + > 1 maka increasing return to scale

Jika + = 1 maka constant return to scale

Karena model Cobb-Douglass memiliki bentuk power function, maka jika kita

gunakan model estimasi linear maka terlebih dahulu model Cobb-Douglas harus

di linierisasi melalui pemanfaatan logaritma.

Q = AKL

Proses linierisasi akan menghasilkan:

ln Q = ln A + ln K + ln L

84

Standar Kompetensi :

Mengidentifikasikan model produksi Cobb Douglas

Kompetensi Dasar

1. Membaca output hasil olahan data pada fungsi produksi

2. Menganalisis fungsi produksi dalam pengambilan keputusan manajerial

9.1. Model Produksi: Cobb-Douglass Model

Model produksi yang paling sering digunakan untuk estimasi adalah

model Cobb-Douglass, yang secara umum memiliki bentuk:

Q = f(K,L)Q = AKL ; A : technological change

, : koefisien estimasi<1 ; < 1

Secara umum, model Cobb-Douglass dibangun atas dasar asumsi decreasing

marginal products of capital and labor (yang ditandai dengan <1 ; < 1).

Jika + < 1 maka decreasing return to scale

Jika + > 1 maka increasing return to scale

Jika + = 1 maka constant return to scale

Karena model Cobb-Douglass memiliki bentuk power function, maka jika kita

gunakan model estimasi linear maka terlebih dahulu model Cobb-Douglas harus

di linierisasi melalui pemanfaatan logaritma.

Q = AKL

Proses linierisasi akan menghasilkan:

ln Q = ln A + ln K + ln L

84

Standar Kompetensi :

Mengidentifikasikan model produksi Cobb Douglas

Kompetensi Dasar

1. Membaca output hasil olahan data pada fungsi produksi

2. Menganalisis fungsi produksi dalam pengambilan keputusan manajerial

9.1. Model Produksi: Cobb-Douglass Model

Model produksi yang paling sering digunakan untuk estimasi adalah

model Cobb-Douglass, yang secara umum memiliki bentuk:

Q = f(K,L)Q = AKL ; A : technological change

, : koefisien estimasi<1 ; < 1

Secara umum, model Cobb-Douglass dibangun atas dasar asumsi decreasing

marginal products of capital and labor (yang ditandai dengan <1 ; < 1).

Jika + < 1 maka decreasing return to scale

Jika + > 1 maka increasing return to scale

Jika + = 1 maka constant return to scale

Karena model Cobb-Douglass memiliki bentuk power function, maka jika kita

gunakan model estimasi linear maka terlebih dahulu model Cobb-Douglas harus

di linierisasi melalui pemanfaatan logaritma.

Q = AKL

Proses linierisasi akan menghasilkan:

ln Q = ln A + ln K + ln L

Page 94: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

85

Model linier tersebut untuk selanjutnya dapat dioperasikan dengan menggunakan

alat analisis linier.

berikut:

Contoh hasil print-out penggunaan model Cobb-Douglas adalah sebagai

Tabel 9.1:Print-Out Model Cobb-Douglas

Tentang Pembentukan Real Gross Product Sektor Pertanian di Taiwan

Dependent Variable: LRGPMethod: Least SquaresSample: 1958 1972Included observations: 15

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.C -8.400994 2.717713 -3.091200 0.0093LK 1.181610 0.302037 3.912136 0.0021LL 0.673103 0.153144 4.395244 0.0009

R-squared 0.982447 Mean dependent var 9.949177Adjusted R-squared 0.979522 S.D. dependent var 0.566292S.E. of regression 0.081037 Akaike info criterion -2.010959Sum squared resid 0.078804 Schwarz criterion -1.869349Log likelihood 18.08220 F-statistic 335.8295Durbin-Watson stat 1.298078 Prob(F-statistic) 0.000000

Keterangan: RGP = real gross product (US $) K = capital (US $) L = labor (jutaan hari kerja)

Dengan asumsi, model di atas telah memenuhi asumsi klasik OLS,

maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

Sektor pertanian di Taiwan pada periode pengamatan 1958 – 1972 elastisitas

output terhadap capital adalah 1.18, artinya, peningkatan 1% penggunaan input

capital berdampak pada peningkatan output sebesar 1.18%. Dan elastisitas output

terhadap labor adalah sebesar 0.67, artinya: peningkatan jam kerja sebanyak 1%

akan mendorong peningkatan output sebesar 0.67%. Dan elastisitas output

terhadap inpuit secara keseluruhan (baik capital maupun labor) adalah sebesar

(1.181610 + 0.673103 = 1.85), Jika total elastisitas lebih besar dari satu, maka

produksi terkategori pada increasing returns to scale.

Jika Departemen Pertanian Taiwan memiliki data tahun 1972 output

sektor pertanian sebesar US $ 31535.8 juta, jumlah hari kerja yang tercatat

Page 95: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

86

adalah 288,1 juta hari kerja, dan kapital yang terbentuk adalah sebesar US $

41794,3 juta maka Departemen Pertanian Taiwan dapat menghitung marginal

product untuk setiap input.

MPK = x (RGP/K) = 1.18161 x (31535.8/41794.3) = 0.89

MPL = x (RGP/L) = 0.673103 x (31535.8/288.1) = 73.68

Angka MPK sebesar 0.89 dan MPL sebesar 73.68 dapat diartikan sebagai berikut:

jika kapital ditambah sebesar US $ 1 juta maka tambahan output akan sebesar US

$ 0.89 juta dan jika hari kerja dinaikkan sebesar 1juta hari kerja, maka output

akan meningkat sebesar US $ 73.68 juta.

9.2. Beberapa Persoalan Menyangkut Pengukuran

Sebagaimana halnya pada produksi estimasi juga dapat dilakukan pada

aspek biaya. Fungsi biaya dalam regresi dapat diekspresikan:

TC = f(Q,w,r)

Dalam penggalian data, khususnya data yang menggunakan satuan uang, terdapat

beberapa persoalan yang harus dicermati, yaitu: (a) data perlu dikoreksi jika data

tersebut terpengaruh oleh inflasi, (b) adanya perbedaan persepsi antara

penghitungan unit uang, khususnya tentang biaya, antara konsep akuntansi dan

ekonomi.

Efek inflasi terhadap data adalah nilai nominal melambung dan tidak

lagi sama dengan riil. Sehingga untuk memperoleh akurasi perbandingan antara

beberapa variabel maka data terkena dampak inflasi harus di koreksi sebesar nilai

inflasi yang terjadi. Inflasi merupakan ukuran dari perkembangan harga dari

waktu ke waktu dengan menggunakan tahun tertentu sebagai dasar perbandingan,

yang biasa disebut dengan tahun dasar. Metode penghitungan inflasi adalah

dengan menggunakan metode indeks harga.

Page 96: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

87

Data Riil = Data Nominal / Indeks Harga

Sebagai contoh adalah perbedaan antara saving deposit nominal (SDEPO) yang

merupakan saving deposit tanpa memperhitungkan faktor harga atau inflasi dan

saving deposit riil (RSD) yang merupakan saving depodit dengan

memperhitungkan faktor harga atau inflasi, serta time deposit nominal (TDEPO)

dengan time deposit riil (RTD) dalam bentuk Rupiah.

Grafik 9.1:

Perbandingan Data Nominal dan Data Riil

1 6 0 0 0 0

1 4 0 0 0 0

1 2 0 0 0 0

1 0 0 0 0 0

8 0 0 0 0

6 0 0 0 0

4 0 0 0 0

2 0 0 0 01 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0

3 5 0 0 0 0

R S D S D E P O

3 0 0 0 0 0

2 5 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0

1 5 0 0 0 0

1 0 0 0 0 01 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0

R T D T D E P O

Sumber Data: Bank Indonesia, 2001, Annual Report 2000

Page 97: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

88

9.3. Estimasi Fungsi Biaya Jangka Pendek

Sebuah perusahaan memiliki data produksi dan Average Variable Cost

sebagai berikut:

Tabel 9.2:

Output dan Average Variable Cost Nominal

PERIODE OUTPUT (UNIT) AVERAGE VARIABLECOST (JUTA RP)

1995.3 300 39.23

1995.4 100 40.54

1996.1 150 29.62

1996.2 250 29.61

1996.3 400 49.97

1996.4 200 34.98

1997.1 350 47.39

1997.2 450 62.02

1997.3 500 69.69

Upaya membandingkan AVC dari waktu ke waktu tanpa mempertimbangkan

nilai riil dari setiap unit uang yang ada akan berdampak pada pengukuran yang

keliru. Oleh sebab itu untuk dapat bekerja dengan ukuran yang tepat maka

diperlukan data tentang indeks harga yang secara umum diwakili oleh Indeks

Harga Konsumen (Consumer Price Index).

Data Indeks Harga tersebut akan menjadi bahan pertimbangan untuk

membandingkan nilai riil satu Rupiah pada periode 1995.3 dengan 1 Rupiah pada

periode 1995.4 misalnya. Perbandingan satu Rupiah pada dua periode yang

berbeda didasarkan atas daya beli riil satu Rupiah pada periode yang

bersangkutan. Sebagai ilustrasi: Rp 10.000 pada bulan Januari pasti memiliki

nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan Rp 10.000 pada bulan Februari

tahun yang sama, jika tingkat harga pada bulan Februari lebih tinggi daripada

pada bulan Januari. Secara numerik dicontohkan sebagai berikut:

Page 98: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

89

Tabel 9.3:

Indeks Harga Konsumen (1992=100)

PERIODE INDEKS HARGAKONSUMEN

1995.3 108.2

1995.4 108.6

1996.1 109.3

1996.2 110.1

1996.3 110.8

1996.4 111.6

1997.1 112.2

1997.2 112.5

1997.3 112.9

Indeks harga selalu mengalami perubahan setiap periodenya. Oleh sebab itu nilai

uang juga akan selalu mengalami perubahan. Dengan berdasarkan tabel 9.2 dan

9.3, maka dapat diperoleh AVC yang bersifat riil dengan melakukan pembagian

AVC terhadap indeks harga. Dalam hal ini Indeks harga berfungsi sebagai

discount factor .

Tabel 9.4:

Average Variable Cost Riil

PERIODE OUTPUT (UNIT) AVCR=AVC/IHK

1995.3 300 36.26

1995.4 100 37.33

1996.1 150 27.10

1996.2 250 26.89

1996.3 400 45.10

1996.4 200 31.34

1997.1 350 42.24

1997.2 450 55.13

1997.3 500 61.73

Page 99: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

90

Secara grafis perbandingan kedua bentuk Average Variable Cost dapat dilihat

pada Grafik 9.1.

Grafik 9.2:

Perbandingan AVC Nominal dan AVC Riil dan Indeks Harga

120.00

100.00

80.00

60.00

40.00

20.00

0.001995.3 1995.4 1996.1 1996.2 1996.3 1996.4 1997.1 1997.2 1997.3

AVC Nominal AVC Riil Indeks Harga

Setelah pembentukan nilai AVC riil terbentuk, maka estimasi AVC dapat

dilakukan berdasarkan bentuk fungsi yang dipilih. Misalnya pihak manajemen

menentukan bahwa kurva AVC memiliki fungsi AVC kuadrat, maka estimasi

didasarkan atas:

AVC = a + b1Q + b2Q²

Estimasi kuadrat AVC dengan menggunakan perangkat lunak SPSS adalah

sebagai berikut:

Page 100: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

91

Dari tampilan tersebut dapat diubah bentuk pelaporannya secara sederhana

sebagai berikut:

AVCR = 44,474 - 0,143 Q + 0,0003625 Q²

Uji t ------------------------------ 6,855 -2,958 4,590

Signifikansi --------------------- 0,000 0,025 0,004

R-Square = 0,938

F-Test = 45.528 (Prob. = 0,000)

Curva fit antara data yang sebenarnya (observasi) dengan hasil estimasi dapat

dilihat pada gambar berikut ini:

Page 101: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

92

Grafik 9.3:

Perbandingan Observasi dan Hasil Estimasi AVC Riil

AVC R7 0

6 0

5 0

4 0

3 0

O bserved

2 00 100 2 00 3 00 4 00 5 00 6 00

Q uadratic

O U T P UT

Pertanyaan Diskusi :

1. Departemen R & D perusahaan Argus Co. , sebuah perusahaan yang

menghasilkan vacuum cleaner, melakukan estimasi terhadap biaya rata-

rata jangka pendek dengan fungsi sebagai berikut :

AVC = a + b Q + c Q 2

Dimana : AVC : Dollar per vacuum cleaner dan Q : Jumlah produksi

vacuum cleaner setiap bulan. Biaya tetap total ( TFC) setiapbulan $

180.000. Hasil estimasi adalah sebagai berikut :

Dependent Variable : AVC R-Square F-Ratio P-Val on FObservation : 19 0.738 39.428 0.0001Variable Parameter Intercept Stantart Error T-Ratio P-Vala 191.93 54.65 3.512 0.0029Q -0.0305 0.00789 -3.866 0.0014Q2 0.0000024 9.8E-07 2.449 0.0262

Page 102: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

93

Pertanyaan :

a. Apakah estimasi a, b dan c signifikan secara statistic pada tingkat

signifikansi 2 % ? Jelaskan !

b. Apakah hasil estimasi tersebut mengindikasikan kurva AVC

berbentuk huruf U terbalik ?Bagaimana anda mengetahuinya ?

c. Jika Argus Co. memproduksi 8.000 vacuum cleaner setiap bulan,

estimasikan AVC, MC, TVC dan TC

d. Pada jumlah berapa AVC mempunyai nilai minimal?

Page 103: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

94

Standar Kompetensi :

Menerapkan pengambilan keputusan manajerial dalam pasar persaingan

sempurna

Kompetensi Dasar :

1. Menunjukkan karakteristik pasar persaingan sempurna

2. Menggambarkan secara grafis maksimalisasi laba pada pasar persaingan

sempurna

3. Menganalisis keputusan perusahaan pada jangka panjang

10.1. Karakteristik Persaingan Sempurna

Beberapa karakteristik pasar persaingan sempurna adalah:

a) Produk yang dihasilkan bersifat homogenous atau perfectly

standardized

b) Perusahaan dalam industri relatif kecil terhadap total market

yang dihadapi sehingga perusahaan tidak memiliki kemampuan

untuk mempengaruhi harga pasar

c) Terdapat kebebasan untuk keluar atau masuk dalam usaha

tersebut (free exit and entry)

d) Tiap perusahaan mengetahui secara pasti produk dan pasarnya,

sehingga mengetahui metode produksi yang diterapkan untuk

dapat mencapai least cost combination.

Dengan mengacu pada karakteristik produk yang homogen dan harga pasar yang

sudah tertentu dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan tidak mengenal

kondisi pesaingnya sehingga tidak ada persaingan yang bersifat langsung

(personal rivalry).

94

Standar Kompetensi :

Menerapkan pengambilan keputusan manajerial dalam pasar persaingan

sempurna

Kompetensi Dasar :

1. Menunjukkan karakteristik pasar persaingan sempurna

2. Menggambarkan secara grafis maksimalisasi laba pada pasar persaingan

sempurna

3. Menganalisis keputusan perusahaan pada jangka panjang

10.1. Karakteristik Persaingan Sempurna

Beberapa karakteristik pasar persaingan sempurna adalah:

a) Produk yang dihasilkan bersifat homogenous atau perfectly

standardized

b) Perusahaan dalam industri relatif kecil terhadap total market

yang dihadapi sehingga perusahaan tidak memiliki kemampuan

untuk mempengaruhi harga pasar

c) Terdapat kebebasan untuk keluar atau masuk dalam usaha

tersebut (free exit and entry)

d) Tiap perusahaan mengetahui secara pasti produk dan pasarnya,

sehingga mengetahui metode produksi yang diterapkan untuk

dapat mencapai least cost combination.

Dengan mengacu pada karakteristik produk yang homogen dan harga pasar yang

sudah tertentu dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan tidak mengenal

kondisi pesaingnya sehingga tidak ada persaingan yang bersifat langsung

(personal rivalry).

94

Standar Kompetensi :

Menerapkan pengambilan keputusan manajerial dalam pasar persaingan

sempurna

Kompetensi Dasar :

1. Menunjukkan karakteristik pasar persaingan sempurna

2. Menggambarkan secara grafis maksimalisasi laba pada pasar persaingan

sempurna

3. Menganalisis keputusan perusahaan pada jangka panjang

10.1. Karakteristik Persaingan Sempurna

Beberapa karakteristik pasar persaingan sempurna adalah:

a) Produk yang dihasilkan bersifat homogenous atau perfectly

standardized

b) Perusahaan dalam industri relatif kecil terhadap total market

yang dihadapi sehingga perusahaan tidak memiliki kemampuan

untuk mempengaruhi harga pasar

c) Terdapat kebebasan untuk keluar atau masuk dalam usaha

tersebut (free exit and entry)

d) Tiap perusahaan mengetahui secara pasti produk dan pasarnya,

sehingga mengetahui metode produksi yang diterapkan untuk

dapat mencapai least cost combination.

Dengan mengacu pada karakteristik produk yang homogen dan harga pasar yang

sudah tertentu dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan tidak mengenal

kondisi pesaingnya sehingga tidak ada persaingan yang bersifat langsung

(personal rivalry).

Page 104: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

95

Ketika perusahaan tidak dapat mengelak berlakunya harga di pasaran

(perusahaan sebagai price taker), maka konsumen berada pada posisi yang

menguntungkan karena peningkatan permintaan tidak akan merubah harga pasar.

Hal itu dapat terjadi karena setiap terjadi perubahan berupa kenaikan permintaan

secara spontan akan direspon oleh industri (bukan perusahaan) untuk

meningkatkan penawarannya, berupa masuknya beberapa perusahaan sejenis

yang baru (asumsi free exit and entry) sehingga titik keseimbangan berada pada

posisi yang tetap. Dengan demikian, bentuk kurva permintaan pada kondisi

persaingan sempurna memiliki elastisitas sempurna (perfectly elastic) atau

memiliki bentuk mendatar.

Gambar 10.1:Derivation of Demand for a Perfectly Competitive Firm

P0 P0

D=MR

Q0 Q0

10.2. Maksimasi Profit dalam Jangka Pendek

Dalam jangka pendek manajer harus berhadapan dengan dua bentuk

pilihan, yaitu pilihan untuk berproduksi terus atau pilihan untuk menutup usaha.

Pengertian menutup usaha (shut down) dalam hal ini manajer mengambil

keputusan untuk tidak menggunakan input yang bersifat variabel (Variable Cost

95

Ketika perusahaan tidak dapat mengelak berlakunya harga di pasaran

(perusahaan sebagai price taker), maka konsumen berada pada posisi yang

menguntungkan karena peningkatan permintaan tidak akan merubah harga pasar.

Hal itu dapat terjadi karena setiap terjadi perubahan berupa kenaikan permintaan

secara spontan akan direspon oleh industri (bukan perusahaan) untuk

meningkatkan penawarannya, berupa masuknya beberapa perusahaan sejenis

yang baru (asumsi free exit and entry) sehingga titik keseimbangan berada pada

posisi yang tetap. Dengan demikian, bentuk kurva permintaan pada kondisi

persaingan sempurna memiliki elastisitas sempurna (perfectly elastic) atau

memiliki bentuk mendatar.

Gambar 10.1:Derivation of Demand for a Perfectly Competitive Firm

P0 P0

D=MR

Q0 Q0

10.2. Maksimasi Profit dalam Jangka Pendek

Dalam jangka pendek manajer harus berhadapan dengan dua bentuk

pilihan, yaitu pilihan untuk berproduksi terus atau pilihan untuk menutup usaha.

Pengertian menutup usaha (shut down) dalam hal ini manajer mengambil

keputusan untuk tidak menggunakan input yang bersifat variabel (Variable Cost

95

Ketika perusahaan tidak dapat mengelak berlakunya harga di pasaran

(perusahaan sebagai price taker), maka konsumen berada pada posisi yang

menguntungkan karena peningkatan permintaan tidak akan merubah harga pasar.

Hal itu dapat terjadi karena setiap terjadi perubahan berupa kenaikan permintaan

secara spontan akan direspon oleh industri (bukan perusahaan) untuk

meningkatkan penawarannya, berupa masuknya beberapa perusahaan sejenis

yang baru (asumsi free exit and entry) sehingga titik keseimbangan berada pada

posisi yang tetap. Dengan demikian, bentuk kurva permintaan pada kondisi

persaingan sempurna memiliki elastisitas sempurna (perfectly elastic) atau

memiliki bentuk mendatar.

Gambar 10.1:Derivation of Demand for a Perfectly Competitive Firm

P0 P0

D=MR

Q0 Q0

10.2. Maksimasi Profit dalam Jangka Pendek

Dalam jangka pendek manajer harus berhadapan dengan dua bentuk

pilihan, yaitu pilihan untuk berproduksi terus atau pilihan untuk menutup usaha.

Pengertian menutup usaha (shut down) dalam hal ini manajer mengambil

keputusan untuk tidak menggunakan input yang bersifat variabel (Variable Cost

Page 105: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

96

= 0). Ketika VC=0, berarti produksi tidak ada (Total Product = 0), sehingga

beban perusahaan yang tertinggal hanyalah yang bersifat tetap (Fixed Cost 0).

Dengan dasar pemikiran bahwa perusahaan lebih memilih tetap

berproduksi daripada menutup usaha, maka langkah berikutnya adalah

memaksimumkan output dengan memperhatikan kendala yang dimiliki, yang

secara ekonomis direpresentasikan sebagai economic profit () yang maksimum.

= Total Revenue (TR) – Total Cost (TC)

Upaya maksimasi profit akan mengalami peningkatan sejalan dengan

peningkatan output sepanjang marginal revenue (yang sama dengan harga) lebih

tinggi daripada marginal cost (Gambar 10.2)

Gambar 10.2:Finding the Profit Maximizing Output Level: P = MC

Price and CostMC

1300

1000D=MR=P

800

201 300 400Quantity

10.3. Maksimasi Profit dalam Jangka Panjang

Dalam Jangka pendek, manajer dihadapkan pada dua pilihan, yaitu

melanjutkan usahanya dengan tetap berproduksi atau menutup usahanya (shut

96

= 0). Ketika VC=0, berarti produksi tidak ada (Total Product = 0), sehingga

beban perusahaan yang tertinggal hanyalah yang bersifat tetap (Fixed Cost 0).

Dengan dasar pemikiran bahwa perusahaan lebih memilih tetap

berproduksi daripada menutup usaha, maka langkah berikutnya adalah

memaksimumkan output dengan memperhatikan kendala yang dimiliki, yang

secara ekonomis direpresentasikan sebagai economic profit () yang maksimum.

= Total Revenue (TR) – Total Cost (TC)

Upaya maksimasi profit akan mengalami peningkatan sejalan dengan

peningkatan output sepanjang marginal revenue (yang sama dengan harga) lebih

tinggi daripada marginal cost (Gambar 10.2)

Gambar 10.2:Finding the Profit Maximizing Output Level: P = MC

Price and CostMC

1300

1000D=MR=P

800

201 300 400Quantity

10.3. Maksimasi Profit dalam Jangka Panjang

Dalam Jangka pendek, manajer dihadapkan pada dua pilihan, yaitu

melanjutkan usahanya dengan tetap berproduksi atau menutup usahanya (shut

96

= 0). Ketika VC=0, berarti produksi tidak ada (Total Product = 0), sehingga

beban perusahaan yang tertinggal hanyalah yang bersifat tetap (Fixed Cost 0).

Dengan dasar pemikiran bahwa perusahaan lebih memilih tetap

berproduksi daripada menutup usaha, maka langkah berikutnya adalah

memaksimumkan output dengan memperhatikan kendala yang dimiliki, yang

secara ekonomis direpresentasikan sebagai economic profit () yang maksimum.

= Total Revenue (TR) – Total Cost (TC)

Upaya maksimasi profit akan mengalami peningkatan sejalan dengan

peningkatan output sepanjang marginal revenue (yang sama dengan harga) lebih

tinggi daripada marginal cost (Gambar 10.2)

Gambar 10.2:Finding the Profit Maximizing Output Level: P = MC

Price and CostMC

1300

1000D=MR=P

800

201 300 400Quantity

10.3. Maksimasi Profit dalam Jangka Panjang

Dalam Jangka pendek, manajer dihadapkan pada dua pilihan, yaitu

melanjutkan usahanya dengan tetap berproduksi atau menutup usahanya (shut

Page 106: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

97

down). Yang dimaksud menutup usaha (shut down) dalam hal ini adalah tidak

berproduksi (Total Product=0) sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan

biaya untuk input yang terkait dengan jumlah output (Variable Cost = 0) namun

perusahaan masih menanggung biaya tetap (Fixed Cost > 0).

Apabila perusahaan mengambil keputusan untuk melanjutkan usaha,

maka keputusan selanjutnya yang diambil adalah bagaimana mengooptimalkan

pencapaian tujuan perusahaan, yaitu berproduksi pada level biaya terendah atau

penggunaan kombinasi input terendah (Least Cost Combination).

Output Decision

Tingkat output yang optimal merupakan output yang maksimum dari

fungsi obyektif yang dimiliki perusahaan. Secara sederhana economic profit

dapat dirumuskan dengan:

Economic Profit () = Total Revenue (TR) – Total Cost (TC)

Sebelum manajer mengambil keputusan untuk menutup usahanya, terlebih

dahulu manajer akan menempuh resiko rugi untuk melanjutkan usahanya. Dalam

keputusan rugi tersebut manajer mengambil sikap untuk meminimalkan kerugian

sebelum mengambil posisi mencari untung. Jika minimasi kerugian identik

dengan maksimasi profit, maka pengambilan keputusan untuk mendapatkan

tingkat output optimal tidak berbeda baik pada posisi negative profit maupun

positive profit.

Pada Gambar 10.1 terlihat keputusan manajer tentang output yang harus

diproduksi. Perusahaan berhadapan dengan harga yang ditentukan pasar Rp.

1000, yang sekaligus merupakan marginal revenue. Perhitungan sederhana

berikut ini dapat memperjelas keuntungan atau kerugian yang diraih produsen.

Output = 200 unit, harga/unit = Rp. 1000, marginal cost = Rp. 800, maka:

Profit = (200 x Rp. 1000) – (200 x Rp. 800) = Rp. 40.000

Page 107: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

98

Atau Profit/unit = Rp.1000 – Rp. 800 = Rp. 200

Keadaan untung tersebut mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksi

sepanjang marginal revenue atau harga lebih besar daripada marginal cost,

sampai pada suatu titik kritis dimana produksi mencapai angka 300 unit.

Kerugian akan terjadi jika produksi di atas 300 unit.

Output = 400 unit, harga/ unit = Rp. 1000, marginal cost = Rp. 1300, maka:

Profit = (400 x Rp. 1000) – (400 x Rp. 1300) = rugi Rp. 120.000

Atau kerugian/ unit (negative profit/ unit) = Rp. 1000 – Rp. 1300 = Rp.

300

Kerugian tersebut mendorong perusahaan untuk mengurangi produksi (dalam

rangka menurunkan kerugian) sampai pada titik produksi 300 unit.

Gambar 10.3:Profit Maximization in the Short-Run

MCPRICECOST

E1500

D=MR=P

1000 AC

AVC

700 QUANTITY

Pada Gambar 10.3 menunjukkan keadaan marginal cost (MC), average

cost (AC) dan average variable cost (AVC) dalam jangka pendek. Misalnya

98

Atau Profit/unit = Rp.1000 – Rp. 800 = Rp. 200

Keadaan untung tersebut mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksi

sepanjang marginal revenue atau harga lebih besar daripada marginal cost,

sampai pada suatu titik kritis dimana produksi mencapai angka 300 unit.

Kerugian akan terjadi jika produksi di atas 300 unit.

Output = 400 unit, harga/ unit = Rp. 1000, marginal cost = Rp. 1300, maka:

Profit = (400 x Rp. 1000) – (400 x Rp. 1300) = rugi Rp. 120.000

Atau kerugian/ unit (negative profit/ unit) = Rp. 1000 – Rp. 1300 = Rp.

300

Kerugian tersebut mendorong perusahaan untuk mengurangi produksi (dalam

rangka menurunkan kerugian) sampai pada titik produksi 300 unit.

Gambar 10.3:Profit Maximization in the Short-Run

MCPRICECOST

E1500

D=MR=P

1000 AC

AVC

700 QUANTITY

Pada Gambar 10.3 menunjukkan keadaan marginal cost (MC), average

cost (AC) dan average variable cost (AVC) dalam jangka pendek. Misalnya

98

Atau Profit/unit = Rp.1000 – Rp. 800 = Rp. 200

Keadaan untung tersebut mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksi

sepanjang marginal revenue atau harga lebih besar daripada marginal cost,

sampai pada suatu titik kritis dimana produksi mencapai angka 300 unit.

Kerugian akan terjadi jika produksi di atas 300 unit.

Output = 400 unit, harga/ unit = Rp. 1000, marginal cost = Rp. 1300, maka:

Profit = (400 x Rp. 1000) – (400 x Rp. 1300) = rugi Rp. 120.000

Atau kerugian/ unit (negative profit/ unit) = Rp. 1000 – Rp. 1300 = Rp.

300

Kerugian tersebut mendorong perusahaan untuk mengurangi produksi (dalam

rangka menurunkan kerugian) sampai pada titik produksi 300 unit.

Gambar 10.3:Profit Maximization in the Short-Run

MCPRICECOST

E1500

D=MR=P

1000 AC

AVC

700 QUANTITY

Pada Gambar 10.3 menunjukkan keadaan marginal cost (MC), average

cost (AC) dan average variable cost (AVC) dalam jangka pendek. Misalnya

Page 108: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

99

harga pasar Rp. 1500/ unit posisi MC = MR ada pada titik E dengan tingkat

output 700 unit yang diproduksi dan yang terjual.

Perusahaan tidak akan menjual kurang dari 700 unit. Pada tingkat

output di bawah 700 unit, setiap kenaikan satu unit akan meningkatkan

penerimaan tambahan (marginal revenue) sebesar Rp. 1500, sedangkan tambahan

biaya (marginal cost) kurang dari Rp. 1500. Sehingga pada posisi di bawah 700

unit setiap peningkatan produksi akan meningkatkan profit, sehingga posisi di

bawah 700 unit belum merupakan posisi optimal karena jika produksi

ditingkatkan masih memperoleh untung. Sebaliknya yang terjadi bila produksi di

atas 700 unit. Kedua posisi tersebut, di bawah atau diatas 700 unit bukan

merupakan posisi yang optimum. Keuntungan total yang diperoleh perusahaan

pada saat mengambil keputusan berproduksi 700 unit adalah:

Profit = (700 x Rp. 1500) – (700 x Rp. 1000) = Rp. 350.000

Jika Total Cost senilai (700 x Rp. 1000) sudah memperhitungkan opportunity

cost maka alternatif keputusan lain haruslah memberi nilai lebih besar daripada

Rp. 350.000 untuk dapat dipilih sebagai keputusan pengganti.

Gambar 10.4:Loss Minimization in the Short-Run

Price & MCCost

ACA

1000AVC

700 D=MR=P600

450 Quantity

99

harga pasar Rp. 1500/ unit posisi MC = MR ada pada titik E dengan tingkat

output 700 unit yang diproduksi dan yang terjual.

Perusahaan tidak akan menjual kurang dari 700 unit. Pada tingkat

output di bawah 700 unit, setiap kenaikan satu unit akan meningkatkan

penerimaan tambahan (marginal revenue) sebesar Rp. 1500, sedangkan tambahan

biaya (marginal cost) kurang dari Rp. 1500. Sehingga pada posisi di bawah 700

unit setiap peningkatan produksi akan meningkatkan profit, sehingga posisi di

bawah 700 unit belum merupakan posisi optimal karena jika produksi

ditingkatkan masih memperoleh untung. Sebaliknya yang terjadi bila produksi di

atas 700 unit. Kedua posisi tersebut, di bawah atau diatas 700 unit bukan

merupakan posisi yang optimum. Keuntungan total yang diperoleh perusahaan

pada saat mengambil keputusan berproduksi 700 unit adalah:

Profit = (700 x Rp. 1500) – (700 x Rp. 1000) = Rp. 350.000

Jika Total Cost senilai (700 x Rp. 1000) sudah memperhitungkan opportunity

cost maka alternatif keputusan lain haruslah memberi nilai lebih besar daripada

Rp. 350.000 untuk dapat dipilih sebagai keputusan pengganti.

Gambar 10.4:Loss Minimization in the Short-Run

Price & MCCost

ACA

1000AVC

700 D=MR=P600

450 Quantity

99

harga pasar Rp. 1500/ unit posisi MC = MR ada pada titik E dengan tingkat

output 700 unit yang diproduksi dan yang terjual.

Perusahaan tidak akan menjual kurang dari 700 unit. Pada tingkat

output di bawah 700 unit, setiap kenaikan satu unit akan meningkatkan

penerimaan tambahan (marginal revenue) sebesar Rp. 1500, sedangkan tambahan

biaya (marginal cost) kurang dari Rp. 1500. Sehingga pada posisi di bawah 700

unit setiap peningkatan produksi akan meningkatkan profit, sehingga posisi di

bawah 700 unit belum merupakan posisi optimal karena jika produksi

ditingkatkan masih memperoleh untung. Sebaliknya yang terjadi bila produksi di

atas 700 unit. Kedua posisi tersebut, di bawah atau diatas 700 unit bukan

merupakan posisi yang optimum. Keuntungan total yang diperoleh perusahaan

pada saat mengambil keputusan berproduksi 700 unit adalah:

Profit = (700 x Rp. 1500) – (700 x Rp. 1000) = Rp. 350.000

Jika Total Cost senilai (700 x Rp. 1000) sudah memperhitungkan opportunity

cost maka alternatif keputusan lain haruslah memberi nilai lebih besar daripada

Rp. 350.000 untuk dapat dipilih sebagai keputusan pengganti.

Gambar 10.4:Loss Minimization in the Short-Run

Price & MCCost

ACA

1000AVC

700 D=MR=P600

450 Quantity

Page 109: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

100

Perusahaan dalam jangka pendek akan berada dalam posisi merugi

apabila harga pasar lebih kecil daripada average cost (P < AC) pada setiap

tingkat output, sehingga marginal revenue pasti akan lebih kecil daripada total

cost (MR < TC) pada jumlah produksi berapapun. Dengan demikian produsen

dihadapkan pada situasi harus mengambil keputusan untuk meminimalkan

kerugian (cut loss) atau menutup usaha (shut down). Keputusan itu diambil

berdasarkan pemikiran bahwa jika perusahaan berproduksi dan menderita

kerugian lebih kecil daripada jika menutup maka produksi jalan terus, demikian

pula sebaliknya.

Dari Gambar 10.4, manajer dihadapkan pada keputusan berproduksi

atau menutup usaha. Misalkan harga di pasar adalah Rp. 700 per-unit lebih kecil

daripada average cost (AC) Rp. 1000. Jika perusahaan mengambil keputusan

untuk berproduksi, maka perusahaan harus berproduksi sebesar 450 unit dengan

tingkat kerugian Rp.135.000, dengan perincian sebagai berikut:

Output = 450 unit, harga pasar = Rp. 700, average cost (AC) = Rp. 1000, maka:

Keputusan berproduksi akan berdampak:

negative profit () = (450 x Rp. 700) – (450 x Rp. 1000)

= Rp. 135.000,-

Keputusan shut down akan berdampak:

Negative profit sebesar Fixed Cost, dimana:

FC = AFC x Q = (AC – AVC) x Q

= (Rp.1000 – Rp. 600) x 450 = Rp. 180.000

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat mengambil

keputusan berproduksi pada tingkat 450 unit daripada menutup usaha ( produksi

= 0).

Pada situasi jangka pendek, ketika perusahaan tidak dapat mencapai

positive economic profit (P < AC), maka manajer dihadapkan pada pilihan

berproduksi terus atau menutup usaha dengan ketentuan:

Page 110: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

101

Gambar 10.5:Diagram Keputusan

KONDISI MERUGIP < AC

BERPRODUKSI

P > AVC Output: P = MC TR > VC Kerugian < FC

SHUTDOWN

P = AVC atau P < AVC Output = 0 TR VC Kerugian ≥ FC

Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa keputusan manajer tentang

berproduksi atau tidak, tidak banyak melibatkan peranan Fixed Cost, karena

semua keputusan mendasarkan diri pada variabel cost atau average-nya dan total

cost. Demikian pula halnya yang terjadi pada sunk cost, yaitu pengeluaran yang

dilakukan dan tidak dapat dialihkan pada hal yang lain sehingga opportunity

cost-nya sama dengan nol. Secara numerik dapat dicontohkan sebagai berikut:

Tabel 10.1:The Irrelevant Fixed Costs

1 2 3 4 5 6 7 8FixedCost

Price Output TotalRevenue

VariableCost

TR -VC

Profit

Q=450

Profit

Q=0

200 7 450 3.150 2.700 450 250 (200)

1.800 7 450 3.150 2.700 450 (1.350) (1.800)

3.000 7 450 3.150 2.700 450 (2.550) (3.000)

10.000 7 450 3.150 2.700 450 (9.550) (10.000)

100.000 7 450 3.150 2.700 450 (99.550) (100.000)

Tabel di atas menggambarkan harga pasar sebesar 7 unit uang (uu),

total dan average revenue dan cost, serta informasi tentang profit, pada berbagai

Page 111: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

102

tingkat fixed cost. Catatan pentingnya adalah tingkat output optimum adalah 450

unit untuk semua tingkat FC, sebab pada saat harga 7 uu (demikian pula demand)

dan sama dengan tingkat MC, pada saat itu output berada pada tingkat 450 unit,

berapapun tingkat fixed cost yang terjadi.

Pada saat FC =200 uu, economic profit positif karena total revenue

(TR) lebih besar daripada semua cost yang ditimbulkan (TR>TC. Dimana

TC=FC+VC), sehingga manajer mengambil pilihan terus berproduksi. Pada

empat kasus FC berikutnya, penerimaan tidak dapat menutup FC, sehingga profit

negatif

10.4. Maksimisasi Profit dalam Jangka Panjang

Dalam jangka pendek manajer berhadapan dengan kendala satu atau

beberapa input tidak mungkin berubah. Sedangkan dalam jangka panjang

kekakuan input dapat diatasi, sehingga jangka panjang dapat dianggap sebagai

tahap perencanaan. Pada tahapan ini perusahaan mencoba untuk memutuskan

berapa besar fasilitas produksi yang akan dibangun, dan pada skala produksi

berapa akan mencapai efisiensi. Ketika rencana tersebut dilaksanakan pada saat

itu pula perusahaan beroperasi pada situasi short-run.

Gambar 10.6:Profit Maximizing Equilibrium in the Long-Run

Price & CostLMC

B S B’17

LAC

12 R D= MR = P

U10 M

V0 20 140 240 290

Quantity

102

tingkat fixed cost. Catatan pentingnya adalah tingkat output optimum adalah 450

unit untuk semua tingkat FC, sebab pada saat harga 7 uu (demikian pula demand)

dan sama dengan tingkat MC, pada saat itu output berada pada tingkat 450 unit,

berapapun tingkat fixed cost yang terjadi.

Pada saat FC =200 uu, economic profit positif karena total revenue

(TR) lebih besar daripada semua cost yang ditimbulkan (TR>TC. Dimana

TC=FC+VC), sehingga manajer mengambil pilihan terus berproduksi. Pada

empat kasus FC berikutnya, penerimaan tidak dapat menutup FC, sehingga profit

negatif

10.4. Maksimisasi Profit dalam Jangka Panjang

Dalam jangka pendek manajer berhadapan dengan kendala satu atau

beberapa input tidak mungkin berubah. Sedangkan dalam jangka panjang

kekakuan input dapat diatasi, sehingga jangka panjang dapat dianggap sebagai

tahap perencanaan. Pada tahapan ini perusahaan mencoba untuk memutuskan

berapa besar fasilitas produksi yang akan dibangun, dan pada skala produksi

berapa akan mencapai efisiensi. Ketika rencana tersebut dilaksanakan pada saat

itu pula perusahaan beroperasi pada situasi short-run.

Gambar 10.6:Profit Maximizing Equilibrium in the Long-Run

Price & CostLMC

B S B’17

LAC

12 R D= MR = P

U10 M

V0 20 140 240 290

Quantity

102

tingkat fixed cost. Catatan pentingnya adalah tingkat output optimum adalah 450

unit untuk semua tingkat FC, sebab pada saat harga 7 uu (demikian pula demand)

dan sama dengan tingkat MC, pada saat itu output berada pada tingkat 450 unit,

berapapun tingkat fixed cost yang terjadi.

Pada saat FC =200 uu, economic profit positif karena total revenue

(TR) lebih besar daripada semua cost yang ditimbulkan (TR>TC. Dimana

TC=FC+VC), sehingga manajer mengambil pilihan terus berproduksi. Pada

empat kasus FC berikutnya, penerimaan tidak dapat menutup FC, sehingga profit

negatif

10.4. Maksimisasi Profit dalam Jangka Panjang

Dalam jangka pendek manajer berhadapan dengan kendala satu atau

beberapa input tidak mungkin berubah. Sedangkan dalam jangka panjang

kekakuan input dapat diatasi, sehingga jangka panjang dapat dianggap sebagai

tahap perencanaan. Pada tahapan ini perusahaan mencoba untuk memutuskan

berapa besar fasilitas produksi yang akan dibangun, dan pada skala produksi

berapa akan mencapai efisiensi. Ketika rencana tersebut dilaksanakan pada saat

itu pula perusahaan beroperasi pada situasi short-run.

Gambar 10.6:Profit Maximizing Equilibrium in the Long-Run

Price & CostLMC

B S B’17

LAC

12 R D= MR = P

U10 M

V0 20 140 240 290

Quantity

Page 112: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

103

Sebagaimana disyaratkan, bahwa dalam persaingan sempurna terdapat

kebebasan untuk keluar atau memasuki pasar. Dan secara logika dapat dipahami

apabila munculnya perusahaan baru di pasar persaingan sempurna hanya akan

terjadi pada jangka panjang. Dan dalam jangka panjang tidak terdapat fixed cost,

sehingga besaran total cost sama dengan variabel cost: TC = VC.

Pada gambar di atas LAC dan LMC adalah average cost dan marginal

cost pada jangka panjang. Perusahaan menghadapi demand yang perfectly

elastic, pada tingkat harga 17 dan sama dengan marginal revenue (MR). Selama

garis harga lebih tinggi dari LAC maka perusahaan mampu beroperasi pada

kondisi profit positif. Dalam gambar tersebut profit positif dapat diperoleh

sampai pada tingkat produksi 290 unit. Titik B dan B’ sering disebut sebagai

break even point, karena pada kedua titik tersebut harga sama dengan LAC

sehingga profit = 0, dan perusahaan hanya akan menerima sebesar normal profit

(rate of return). Dan pada titik M atau tingkat output 140 unit, merupakan tingkat

output yang mampu memberikan keuntungan tertinggi per-unitnya, karena LAC

pada 140 unit merupakan LAC yang terendah.

Namun demikian, keseimbangan dalam jangka panjang baru akan

tercapai apabila economic profit perusahaan sebesar nol atau P = LACmin, atau

pada gambar di atas harga turun hingga mencapai 10 uu.

10.5. Long-Run Supply Industri pada Persaingan Sempurna

Dalam jangka panjang, industri dapat dibedakan dalam tiga kategori,

yaitu: (a) increasing-cost industry, yaitu industri yang mengalami peningkatan

pengeluaran input pada saat output ditingkatkan jumlahnya. Misalnya industri PC

meningkat maka harga input yang dikandungnya, seperti memory, HD,

motherboard, dan lain-lain akan mengalami kenaikan. (b) constant-cost industry,

yaitu industri yang tidak mengalami perubahan pengeluaran input sekalipun

output meningkat. Biasanya terjadi pada industri yang menghasilkan output

dengan penggunaan input yang rendah. Dan yang terakhir, (c) decreasing-cost

industry, yang justru mengalami penurunan harga input jika output meningkat.

Page 113: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

Gambar 10.7: IncreasingCost Industry

SupplyLACC

Long-Run Industry

17C=1000

LACB

15 LACA

10 A=200

B=750

140 28.000 105.000 140.000Output

(a) Firm (b) Industry

Gambar 10.8:Constant-Cost Industry

Price& Cost

LAC200 750 1000

10 A B CLong-run industry

M

140 28.000 105.000 140.000

(a) Firm (b) Industry

Gambar 10.7: IncreasingCost Industry

SupplyLACC

Long-Run Industry

17C=1000

LACB

15 LACA

10 A=200

B=750

140 28.000 105.000 140.000Output

(a) Firm (b) Industry

Gambar 10.8:Constant-Cost Industry

Price& Cost

LAC200 750 1000

10 A B CLong-run industry

M

140 28.000 105.000 140.000

(a) Firm (b) Industry

Gambar 10.7: IncreasingCost Industry

SupplyLACC

Long-Run Industry

17C=1000

LACB

15 LACA

10 A=200

B=750

140 28.000 105.000 140.000Output

(a) Firm (b) Industry

Gambar 10.8:Constant-Cost Industry

Price& Cost

LAC200 750 1000

10 A B CLong-run industry

M

140 28.000 105.000 140.000

(a) Firm (b) Industry

Page 114: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

105

Fakta tentang economic profit dalam jangka panjang sama dengan nol

tidak berarti orang-orang yang terlibat dalam aktifitas ekonomi tersebut tidak

dapat bertambah kaya. Jika seseorang memiliki sumber daya yang langka, seperti

memiliki keahlian tertentu, lebih produktif, lebih kreatif, maka dapat saja

seseorang menerima penerimaan yang lebih tinggi.

Gambar 10.9:Economic Rent in Long-Run Competitive Equilibrium

AverageCost LMC’

LAC’

LAC-X90 A B

88,75 C

30 30 36

(a) Home Builder-X (b) Home Builder with a superior

construction

Misalnya, kontraktor bangunan pada umumnya X, dapat membangun

sebanyak 30 unit dalam waktu tertentu dengan harga per-unit rumah sebesar Rp.

90 juta, yang merupakan average cost minimum (Gambar 10.9a). Misalkan,

seorang ahli konstruksi bangunan dibayar oleh perusahaannya sebesar Rp. 80

juta setahun. Pada tiap tingkat output LAC’=Rp. 2 juta di bawah LAC-X sebab

perusahaan dapat membuat rumah lebih murah Rp. 2 juta daripada perusahaan

pada umumnya (X). Perusahaan anda berproduksi dimana LMC’ = Price = Rp.

90 juta, dan mampu membangun 36 unit rumah (titik B). Perusahaan anda meraih

economic profit sebesar Rp. 1,25 juta per-rumah atau Rp. 45 juta untuk 36 rumah

karena efisisnesi kerja (lebih murah dan lebih banyak).

105

Fakta tentang economic profit dalam jangka panjang sama dengan nol

tidak berarti orang-orang yang terlibat dalam aktifitas ekonomi tersebut tidak

dapat bertambah kaya. Jika seseorang memiliki sumber daya yang langka, seperti

memiliki keahlian tertentu, lebih produktif, lebih kreatif, maka dapat saja

seseorang menerima penerimaan yang lebih tinggi.

Gambar 10.9:Economic Rent in Long-Run Competitive Equilibrium

AverageCost LMC’

LAC’

LAC-X90 A B

88,75 C

30 30 36

(a) Home Builder-X (b) Home Builder with a superior

construction

Misalnya, kontraktor bangunan pada umumnya X, dapat membangun

sebanyak 30 unit dalam waktu tertentu dengan harga per-unit rumah sebesar Rp.

90 juta, yang merupakan average cost minimum (Gambar 10.9a). Misalkan,

seorang ahli konstruksi bangunan dibayar oleh perusahaannya sebesar Rp. 80

juta setahun. Pada tiap tingkat output LAC’=Rp. 2 juta di bawah LAC-X sebab

perusahaan dapat membuat rumah lebih murah Rp. 2 juta daripada perusahaan

pada umumnya (X). Perusahaan anda berproduksi dimana LMC’ = Price = Rp.

90 juta, dan mampu membangun 36 unit rumah (titik B). Perusahaan anda meraih

economic profit sebesar Rp. 1,25 juta per-rumah atau Rp. 45 juta untuk 36 rumah

karena efisisnesi kerja (lebih murah dan lebih banyak).

105

Fakta tentang economic profit dalam jangka panjang sama dengan nol

tidak berarti orang-orang yang terlibat dalam aktifitas ekonomi tersebut tidak

dapat bertambah kaya. Jika seseorang memiliki sumber daya yang langka, seperti

memiliki keahlian tertentu, lebih produktif, lebih kreatif, maka dapat saja

seseorang menerima penerimaan yang lebih tinggi.

Gambar 10.9:Economic Rent in Long-Run Competitive Equilibrium

AverageCost LMC’

LAC’

LAC-X90 A B

88,75 C

30 30 36

(a) Home Builder-X (b) Home Builder with a superior

construction

Misalnya, kontraktor bangunan pada umumnya X, dapat membangun

sebanyak 30 unit dalam waktu tertentu dengan harga per-unit rumah sebesar Rp.

90 juta, yang merupakan average cost minimum (Gambar 10.9a). Misalkan,

seorang ahli konstruksi bangunan dibayar oleh perusahaannya sebesar Rp. 80

juta setahun. Pada tiap tingkat output LAC’=Rp. 2 juta di bawah LAC-X sebab

perusahaan dapat membuat rumah lebih murah Rp. 2 juta daripada perusahaan

pada umumnya (X). Perusahaan anda berproduksi dimana LMC’ = Price = Rp.

90 juta, dan mampu membangun 36 unit rumah (titik B). Perusahaan anda meraih

economic profit sebesar Rp. 1,25 juta per-rumah atau Rp. 45 juta untuk 36 rumah

karena efisisnesi kerja (lebih murah dan lebih banyak).

Page 115: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

106

Dengan keuntungan perusahaan sebesar Rp. 45 juta tersebut akan

membawa dampak pada keinginan para pekerja bangunannya (pekerja

konstruksi) untuk ingin meningkatkan upahnya yang semula sebesar Rp. 80 juta/

tahun. Kenaikan yang dituntut maksimum sebesar kenaikan keuntungan sebesar

Rp. 45 juta tersebut, sehingga upah pekerja maksimum menjadi Rp. 125 juta.

Tambahan pendapatan pekerja konstruksi ini disebut dengan Economic Rent,

yaitu pembayaran terhadap kelebihan produktifitas di atas opportunity cost.

Pertanyaan Diskusi :

1. Pada rapat akhir bulanan antara principal dan chief executive organizer

(CEO), MorrisnInternational Co. (MIC), perusahaan yang bergerak

dibidang sepatu olah raga, terjadi perdebatan yang sengit diantara

mereka. Perdebatan tersebut menyangkut keputusan apakah perusahaan

tetap menjalankan kegiatan produksinya atau harus menghentikan. Hal

tersebut dipicu oleh kerugian yang diderita MIC sebesar $ 40.000 setiap

bulannya.

Principal berpendapat bahwa perusahaan harus menghentikan kegiatan

produksinya karena perusahaan menderita kerugian, sedangkan CEO

mempunyai pendapat lain : perusahaan tetap mejalankan kegiatan

produksinya karena biaya tetap (FC) sebesar $ 20.000 setiap bulan, dan

pasar yang dihadapi adalah pasar persaingan sempurna.

Pertanyaan : Anda setuju pendapat principal atau CEO ? Jelaskan

Page 116: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

107

Standar Kompetensi

Mengidentifikasikan keputusan manajerial dalam pasar monopoli

Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan definisi market power

2. Menyebutkan faktor-faktor penentu market power

3. Menggambarkan secara grafik meksimalisasi laba pada pasar monopoli

Dalam kondisi perekonomian yang normal, akuisisi atau merger

merupakan keputusan yang seringkali membawa kekawatiran akan berkurangnya

persaingan pada dunia usaha. Kekawatiran akan upaya bisnis tersebut tentunya

mengarah pada terjadinya kemungkinan peningkatan harga. Pertanyaan seputar

bagaimanakah dampak akuisisi atau merger terhadap kenaikan harga ini terkait

dengan apa yang disebut dengan Market Power, yaitu kemampuan perusahaan

untuk meningkatkan harga tanpa harus kehilangan (atau menurunkan) tingkat

salesnya. Sebuah perusahaan dikatakan memiliki market power yang semakin

kuat (powerfull) berarti ketika perusahaan tersebut menaikkan harga perusahaan

tidak kawatir akan menurunnya sales.

Dalam posisi ekstrem, market power terkuat diduduki oleh pasar

Monopoly, yaitu pasar yang hanya terdiri dari sebuah perusahaan, yang

memproduksi produk yang tidak memiliki substitusi, dan terdapat halangan bagi

perusahaan lain untuk masuk ke pasar. Derivasi dari bentuk monopoly ini adalah

Monopolistic Competition, yaitu pasar yang terdiri dari banyak perusahaan, yang

memproduksi differentiated product dengan hambatan skala kecil untuk masuk

ke pasar bagi perusahaan baru.

107

Standar Kompetensi

Mengidentifikasikan keputusan manajerial dalam pasar monopoli

Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan definisi market power

2. Menyebutkan faktor-faktor penentu market power

3. Menggambarkan secara grafik meksimalisasi laba pada pasar monopoli

Dalam kondisi perekonomian yang normal, akuisisi atau merger

merupakan keputusan yang seringkali membawa kekawatiran akan berkurangnya

persaingan pada dunia usaha. Kekawatiran akan upaya bisnis tersebut tentunya

mengarah pada terjadinya kemungkinan peningkatan harga. Pertanyaan seputar

bagaimanakah dampak akuisisi atau merger terhadap kenaikan harga ini terkait

dengan apa yang disebut dengan Market Power, yaitu kemampuan perusahaan

untuk meningkatkan harga tanpa harus kehilangan (atau menurunkan) tingkat

salesnya. Sebuah perusahaan dikatakan memiliki market power yang semakin

kuat (powerfull) berarti ketika perusahaan tersebut menaikkan harga perusahaan

tidak kawatir akan menurunnya sales.

Dalam posisi ekstrem, market power terkuat diduduki oleh pasar

Monopoly, yaitu pasar yang hanya terdiri dari sebuah perusahaan, yang

memproduksi produk yang tidak memiliki substitusi, dan terdapat halangan bagi

perusahaan lain untuk masuk ke pasar. Derivasi dari bentuk monopoly ini adalah

Monopolistic Competition, yaitu pasar yang terdiri dari banyak perusahaan, yang

memproduksi differentiated product dengan hambatan skala kecil untuk masuk

ke pasar bagi perusahaan baru.

107

Standar Kompetensi

Mengidentifikasikan keputusan manajerial dalam pasar monopoli

Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan definisi market power

2. Menyebutkan faktor-faktor penentu market power

3. Menggambarkan secara grafik meksimalisasi laba pada pasar monopoli

Dalam kondisi perekonomian yang normal, akuisisi atau merger

merupakan keputusan yang seringkali membawa kekawatiran akan berkurangnya

persaingan pada dunia usaha. Kekawatiran akan upaya bisnis tersebut tentunya

mengarah pada terjadinya kemungkinan peningkatan harga. Pertanyaan seputar

bagaimanakah dampak akuisisi atau merger terhadap kenaikan harga ini terkait

dengan apa yang disebut dengan Market Power, yaitu kemampuan perusahaan

untuk meningkatkan harga tanpa harus kehilangan (atau menurunkan) tingkat

salesnya. Sebuah perusahaan dikatakan memiliki market power yang semakin

kuat (powerfull) berarti ketika perusahaan tersebut menaikkan harga perusahaan

tidak kawatir akan menurunnya sales.

Dalam posisi ekstrem, market power terkuat diduduki oleh pasar

Monopoly, yaitu pasar yang hanya terdiri dari sebuah perusahaan, yang

memproduksi produk yang tidak memiliki substitusi, dan terdapat halangan bagi

perusahaan lain untuk masuk ke pasar. Derivasi dari bentuk monopoly ini adalah

Monopolistic Competition, yaitu pasar yang terdiri dari banyak perusahaan, yang

memproduksi differentiated product dengan hambatan skala kecil untuk masuk

ke pasar bagi perusahaan baru.

Page 117: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

108

11.1. Pengukuran Market Power

Dalam melakukan pengukuran tentang market power, para ekonom

melihatnya dalam perspektif yang berbeda, sehingga tidak ada ukuran tunggal

yang memuaskan semua pihak tentang market power. Metode pengukuran

apapun tentang market power harus mengacu pada pendefinisian yang tepat

tentang persaingan. Pada bagian ini akan diuraikan tentang market definition,

meliputi: identifikasi produk yang berkompetisi, area geografis persaingan.

Market Definition, merupakan identifikasi produsen dan produknya

yang berkompetisi pada area geografis tertentu. Dengan demikian, market

ditinjau dari sisi tingkat persaingan berdasarkan dimensi produk dan dimensi

geografis. Sebagai contoh: jika kita keliru dalam mengidentifikasi produk yang

kita duga memiliki market power yang kuat, sedangkan masyarakat menganggap

produk tersebut memiliki substitusi yang dekat, maka kita melakukan kekeliruan

dalam mengukur market power perusahaan. Adalah keliru, menurut dimensi

produk, kita beranggapan bahwa Coca Cola memiliki market power yang kuat,

karena banyak produk minuman berkarbonasi sejenis yang diproduksi oleh

perusahaan lain.

Dari dimensi geografis, terdapat dua acuan pokok yang biasanya

digunakan, yaitu: (a) persentase penjualan terhadap konsumen di luar wilayah

pasar, (b) persentase penjualan dari penjual di luar wilayah pasar. Kedua

persentase tersebut akan kecil jika batas geografis meliputi semua penjual dan

pembeli. Dua acuan pokok tersebut seringkali disebut dengan LIFO (Little In

From Outside) dan LOFI (Little Out From Inside).

Disamping itu para ekonom juga mengembangkan dimensi pengukuran

dengan melihat elastisitas permintaan. Semakin elastic permintaan semakin

tinggi persentase penurunan sales pada saat terjadi kenaikan harga (market power

lemah), dan bila inelastic semakin kecil penurunan sales ketika harga naik

(market power kuat).

Elastisitas < 1 in-elastic market power kuat

Elastisitas > 1 elastic market power lemah

Page 118: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

109

Lerner Index (Abba Lerner, 1934) merupakan salah satu ukuran

market power dengan mempertimbangkan elastisitas. Besaran Lerner Index (LI)

adalah:

LI = (P – MC) / P

Jika P = MC maka perusahaan tersebut memiliki market power lemah (LI = 0),

sedangkan jika P»MC market power semakin kuat (LI semakin besar).

Disamping elastisitas permintaan, Cross-Price Elasticity juga dapat

digunakan mengukur market power. Konsep cross-price elasticity digunakan

pada kasus antitrust, untuk menentukan persaingan antar produk. Sebagai contoh:

persaingan antara produk sepatu olah raga Nike dengan rivalnya. Perusahaan

Nike telah membelanjakan begitu banyak uang untuk advertising guna

membangun posisi pada pasar sepatu atletik. Untuk menilai tingkat

persaingannya, digunakanlah konsep cross-price elasticity, yaitu dengan

membandingkan persentase perubahan kuantitas permintaan Nike dikaitkan

dengan persentase perubahan harga rivalnya.

Apabila konsumen memandang bahwa dua barang tertentu bersifat

substitusi, maka cross-price elasticity akan memiliki nilai positif. Semakin tinggi

nilai elastisitasnya, maka semakin tinggi tingkat substitusinya, dan berarti pula

semakin rendah market power dari produk tersebut.

11.2. Faktor Penentu Market Power

Market power suatu perusahaan dapat dikurangi apabila perusahaan

baru tidak memiliki hambatan untuk masuk pasar. Demikian pula sebaliknya,

bila perusahaan dibuat sangat sulit masuk pasar maka akan tercipta suatu

perusahaan yang memiliki market power tang kuat. Sebuah contoh adalah

diciptakannya aturan bahwa dalam dunia per-televisian hanya stasiun televisi

milik pemerintah (TVRI) yang boleh beroperasi dalam menyebarkan informasi

melalui audio visual ke seluruh wilayah Indonesia. Namun ketika peraturan

Page 119: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

110

berubah, dimana diijinkan perusahaan swasta boleh mendirikan stasiun siaran

televisi, maka market power TVRI menjadi menurun.

Larangan bagi perusahaan baru untuk memasuki pasar seringkali

dikaitkan dengan persoalan skala ekonomi. Jika dalam jangka panjang kurva

average cost suatu perusahaan cenderung menurun setelah melewati batas output

tertentu yang relatif tinggi, maka larangan untuk masuk bagi perusahaan lain

menjadi sangat berarti. Konsekuensinya adalah perusahaan baru, jika mau

memasuki pasaran tersebut harus juga melakukan aktifitas produksi pada skala

yang relatif tinggi agar biaya produksi rata-ratanya dapat bersaing dengan

perusahaan yang telah ada di pasaran. Larangan untuk masuk ke pasar ini tidak

hanya diartikan diciptakan oleh pemerintah yang memiliki otoriats namun juga

dapat diartikan secara alamiah, artinya pemerintah tidak melarang tetapi karena

karakteristik produk itu memang sangat membutuhkan penanaman modal yang

tinggi, atau return on invesment yang lama, maka secara otomatis gairah

perusahaan untuk masuk ke pasar juga kecil.

Kekuatan market power suatu perusahaan juga dapat ditingkatkan

dengan cara melakukan hambatan bagi perusahaan lain untuk menggunakan

input tertentu. Misalnya, teknologi, sebagai salah satu bentuk input, tidak semua

perusahaan dapat menggunakan teknologi tertentu karena teknologi itu

dilindungi oleh hak paten.

Market power juga dapat diciptakan sendiri oleh konsumen dengan cara

konsumen loyal terhadap merek tertentu. Perusahaan yang telah lama beroperasi

memiliki kesempatan untuk menciptakan brand loyalties, yang jelas-jelas sulit

untuk dilakukan oleh perusahaan baru

11.3. Maksimasi Profit pada Monopoly

Monopoli adalah salah satu bentuk market power yang kuat

(sempurna), sehingga beberapa buku sering mengganti istilah market power

dengan monopoli power. Seorang manajer pada posisi monopoli memperlakukan

kurva permintaan konsumen sebagai kurva permintaan perusahaan, dan pada

posisi tersebut perusahaan berusaha meraih keuntungann maksimum.

Page 120: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

111

Gambar 11.1:Demand and Marginal Revenue Facing a Monopolist

Price &MarginalRevenue

140 B100 A

80D

0 700 1300 QuantityMR

Jika seorang manajer menetapkan harga Rp. 140/unit, perusahaan

monopolis akan mampu menjual atau konsumen akan membeli hanya sekitar 700

unit. Penetapann harga disini merupakan konsekuensi logis dari posisi manajer

sebagai monopolis (price maker). Seorang monopolis akan memilih posisi output

yang mampu menghasilkan keuntungan maksimum. Hal tersebut ditandai dengan

marginal revenue yang lebih besar daripada marginal cost. Selama MR > MC

maka monopolis akan terus meningkatkan output.

Pada Gambar 11.1 di atas, MR selalu lebih rendah daripada harga, yang

direpresentasikan Demand), kecuali pada harga tertinggi. Jika perusahaan

menjual dengan harga Rp. 140/ unit, maka tambahan keuntungan yang berhasil

diraih monopolis adalah Rp. 80/ unit, sehingga total tambahan keuntungan adalah

Rp. 80 x 700 unit.

111

Gambar 11.1:Demand and Marginal Revenue Facing a Monopolist

Price &MarginalRevenue

140 B100 A

80D

0 700 1300 QuantityMR

Jika seorang manajer menetapkan harga Rp. 140/unit, perusahaan

monopolis akan mampu menjual atau konsumen akan membeli hanya sekitar 700

unit. Penetapann harga disini merupakan konsekuensi logis dari posisi manajer

sebagai monopolis (price maker). Seorang monopolis akan memilih posisi output

yang mampu menghasilkan keuntungan maksimum. Hal tersebut ditandai dengan

marginal revenue yang lebih besar daripada marginal cost. Selama MR > MC

maka monopolis akan terus meningkatkan output.

Pada Gambar 11.1 di atas, MR selalu lebih rendah daripada harga, yang

direpresentasikan Demand), kecuali pada harga tertinggi. Jika perusahaan

menjual dengan harga Rp. 140/ unit, maka tambahan keuntungan yang berhasil

diraih monopolis adalah Rp. 80/ unit, sehingga total tambahan keuntungan adalah

Rp. 80 x 700 unit.

111

Gambar 11.1:Demand and Marginal Revenue Facing a Monopolist

Price &MarginalRevenue

140 B100 A

80D

0 700 1300 QuantityMR

Jika seorang manajer menetapkan harga Rp. 140/unit, perusahaan

monopolis akan mampu menjual atau konsumen akan membeli hanya sekitar 700

unit. Penetapann harga disini merupakan konsekuensi logis dari posisi manajer

sebagai monopolis (price maker). Seorang monopolis akan memilih posisi output

yang mampu menghasilkan keuntungan maksimum. Hal tersebut ditandai dengan

marginal revenue yang lebih besar daripada marginal cost. Selama MR > MC

maka monopolis akan terus meningkatkan output.

Pada Gambar 11.1 di atas, MR selalu lebih rendah daripada harga, yang

direpresentasikan Demand), kecuali pada harga tertinggi. Jika perusahaan

menjual dengan harga Rp. 140/ unit, maka tambahan keuntungan yang berhasil

diraih monopolis adalah Rp. 80/ unit, sehingga total tambahan keuntungan adalah

Rp. 80 x 700 unit.

Page 121: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

112

Contoh Kasus: Maksimasi Profit Perusahaan Monopolis

Output Price TotalRevenue

Total Cost MarginalRevenue

MarginalCost

Profit

0 40,00 0 40.000 - - -40.0001000 35,00 35.000 42.000 35,00 2,00 -7.0002000 32,50 65.000 43.500 30,00 1,50 21.5003000 28,00 84.000 45.500 19,00 2,00 38.5004000 25,00 100.000 48.500 16,00 3,00 51.5005000 21,50 107.500 52.500 7,50 4,00 55.0006000 18,92 113.520 57.500 6,02 5,00 56.0207000 17,00 119.000 63.750 5,48 6,25 55.2508000 15,35 122.800 73.750 3,80 10,00 49.0509000 14,00 126.000 86.250 3,20 12,50 39.750

Dari tabel di atas terlihat bahwa profit maksimum (56.020) terletak

pada tingkat output sebesar 6000 unit pada tingkat harga 18,92. Dalam tabel juga

terlihat bahwa marginal revenue selalu lebih besar daripada marginal cost sampai

tingkat output 6000 unit, setelah itu marginal revennue lebih kecil daripada

marginal cost, yang berdampak pada penurunan profit. Dari contoh numerik di

atas dapat pula direpresentasikan dalam kurva secara umum sehingga diketahui

posisi keuntungan maksimum seorang monopolis.

Gambar 11.2:Short-Run Positive Profit Maximizing Equilibrium under Monopoly

Price & Cost

7

5

MC

A B AC

D C

MR D

E200 Quantity

112

Contoh Kasus: Maksimasi Profit Perusahaan Monopolis

Output Price TotalRevenue

Total Cost MarginalRevenue

MarginalCost

Profit

0 40,00 0 40.000 - - -40.0001000 35,00 35.000 42.000 35,00 2,00 -7.0002000 32,50 65.000 43.500 30,00 1,50 21.5003000 28,00 84.000 45.500 19,00 2,00 38.5004000 25,00 100.000 48.500 16,00 3,00 51.5005000 21,50 107.500 52.500 7,50 4,00 55.0006000 18,92 113.520 57.500 6,02 5,00 56.0207000 17,00 119.000 63.750 5,48 6,25 55.2508000 15,35 122.800 73.750 3,80 10,00 49.0509000 14,00 126.000 86.250 3,20 12,50 39.750

Dari tabel di atas terlihat bahwa profit maksimum (56.020) terletak

pada tingkat output sebesar 6000 unit pada tingkat harga 18,92. Dalam tabel juga

terlihat bahwa marginal revenue selalu lebih besar daripada marginal cost sampai

tingkat output 6000 unit, setelah itu marginal revennue lebih kecil daripada

marginal cost, yang berdampak pada penurunan profit. Dari contoh numerik di

atas dapat pula direpresentasikan dalam kurva secara umum sehingga diketahui

posisi keuntungan maksimum seorang monopolis.

Gambar 11.2:Short-Run Positive Profit Maximizing Equilibrium under Monopoly

Price & Cost

7

5

MC

A B AC

D C

MR D

E200 Quantity

112

Contoh Kasus: Maksimasi Profit Perusahaan Monopolis

Output Price TotalRevenue

Total Cost MarginalRevenue

MarginalCost

Profit

0 40,00 0 40.000 - - -40.0001000 35,00 35.000 42.000 35,00 2,00 -7.0002000 32,50 65.000 43.500 30,00 1,50 21.5003000 28,00 84.000 45.500 19,00 2,00 38.5004000 25,00 100.000 48.500 16,00 3,00 51.5005000 21,50 107.500 52.500 7,50 4,00 55.0006000 18,92 113.520 57.500 6,02 5,00 56.0207000 17,00 119.000 63.750 5,48 6,25 55.2508000 15,35 122.800 73.750 3,80 10,00 49.0509000 14,00 126.000 86.250 3,20 12,50 39.750

Dari tabel di atas terlihat bahwa profit maksimum (56.020) terletak

pada tingkat output sebesar 6000 unit pada tingkat harga 18,92. Dalam tabel juga

terlihat bahwa marginal revenue selalu lebih besar daripada marginal cost sampai

tingkat output 6000 unit, setelah itu marginal revennue lebih kecil daripada

marginal cost, yang berdampak pada penurunan profit. Dari contoh numerik di

atas dapat pula direpresentasikan dalam kurva secara umum sehingga diketahui

posisi keuntungan maksimum seorang monopolis.

Gambar 11.2:Short-Run Positive Profit Maximizing Equilibrium under Monopoly

Price & Cost

7

5

MC

A B AC

D C

MR D

E200 Quantity

Page 122: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

A

113

Daerah yang diarsir merupakan daerah keuntungan monopolis yang menjual

output seharga 7 unit uang pada tingkat kuantitas 200 unit.

Gambar 11.3:Short-Run Negative Profit Minimizing under Monopoly

Price & CostMC

80 B AC

75 D C

65 G F AVC

MR D

E50 Quantity

Di sisi lain, Gambar 11.3 menunjukkan posisi monopolis pada saat mengalami

kerugian. Kerugian terjadi pada saat ATC berada diatas kurva demand. MC =

MR pada tingkat output 50 unit dan dijual pada tingkat harga 75. Dengan

demikian dapat dihitung:

Total Revenue = 75 x 50 = 3.750 (area ODCE)

Jika AC = 80 per-unit, makakerugian yangterjadi adalah:

Profit = 3.750 – (80 x 50) = (250) (area ABCD)

Perlu dicatat bahwa monopolis masih mengambil keputusan untuk berproduksi

pada area rugi selama variabel cost masih tertutupi, yaitu ketika TR > TC, atau:

TR = 3.750 (ODCE)

TC = 65 x 50 = 3.250 (OGFE) (dikurangi)----------------------------------------------

500 unit uang (area DCFG) untuk menutupi fixed cost

A

113

Daerah yang diarsir merupakan daerah keuntungan monopolis yang menjual

output seharga 7 unit uang pada tingkat kuantitas 200 unit.

Gambar 11.3:Short-Run Negative Profit Minimizing under Monopoly

Price & CostMC

80 B AC

75 D C

65 G F AVC

MR D

E50 Quantity

Di sisi lain, Gambar 11.3 menunjukkan posisi monopolis pada saat mengalami

kerugian. Kerugian terjadi pada saat ATC berada diatas kurva demand. MC =

MR pada tingkat output 50 unit dan dijual pada tingkat harga 75. Dengan

demikian dapat dihitung:

Total Revenue = 75 x 50 = 3.750 (area ODCE)

Jika AC = 80 per-unit, makakerugian yangterjadi adalah:

Profit = 3.750 – (80 x 50) = (250) (area ABCD)

Perlu dicatat bahwa monopolis masih mengambil keputusan untuk berproduksi

pada area rugi selama variabel cost masih tertutupi, yaitu ketika TR > TC, atau:

TR = 3.750 (ODCE)

TC = 65 x 50 = 3.250 (OGFE) (dikurangi)----------------------------------------------

500 unit uang (area DCFG) untuk menutupi fixed cost

A

113

Daerah yang diarsir merupakan daerah keuntungan monopolis yang menjual

output seharga 7 unit uang pada tingkat kuantitas 200 unit.

Gambar 11.3:Short-Run Negative Profit Minimizing under Monopoly

Price & CostMC

80 B AC

75 D C

65 G F AVC

MR D

E50 Quantity

Di sisi lain, Gambar 11.3 menunjukkan posisi monopolis pada saat mengalami

kerugian. Kerugian terjadi pada saat ATC berada diatas kurva demand. MC =

MR pada tingkat output 50 unit dan dijual pada tingkat harga 75. Dengan

demikian dapat dihitung:

Total Revenue = 75 x 50 = 3.750 (area ODCE)

Jika AC = 80 per-unit, makakerugian yangterjadi adalah:

Profit = 3.750 – (80 x 50) = (250) (area ABCD)

Perlu dicatat bahwa monopolis masih mengambil keputusan untuk berproduksi

pada area rugi selama variabel cost masih tertutupi, yaitu ketika TR > TC, atau:

TR = 3.750 (ODCE)

TC = 65 x 50 = 3.250 (OGFE) (dikurangi)----------------------------------------------

500 unit uang (area DCFG) untuk menutupi fixed cost

Page 123: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

114

Nilai Fixed Cost adalah sebesar TC – VC atau (AC – AVC)x output, sehingga:

FC = (80 – 65) x 50 = 750 unit uang (area ABFG)

Jika monopolis memilih shut down, maka monopolis akan mengalami kerugian

sebesar Fixed Cost.

11.4. Monopolistic Competition

Dalam banyak industri, produk yang dihasilkan tidak bersifat

homogenous product tetapi lebih bersifat differentiated product. Perbedaan tiap

produk bisa diamati dari merek, harga, kemasan, dan lain-lain. Procter and

Gamble (P&G) yang memproduksi CREST memiliki kekuatan pasar (market

power) yang kuat, namun dibatasi oleh adanya barang substitusi yang bisa

didapat dengan mudah, apabila CREST meningkat harganya.

Monopolistic Competition memiliki dua karakteristik, (1) perusahaan

bersaing dengan menjual produk yang terdiferensiasi, yang memiliki substitusi

yang tinggi (bukan perfect substitution tapi closed substitution), atau dengan kata

lain cross-price elasticities-nya tinggi tetapi bukan infinite (tak terbatas), (2)

terdapat kebebasan untuk keluar atau masuk pada pasar tersebut.

Faktor tidak adanya hambatan untuk keluar atau untuk masuk pasar

menjadi sangat penting mengingat perannya dalam meningkatkan (atau

menurunkan) market power. Sebagai contoh: pasar untuk produk consumer’s

goods, seperti Pepsodent, Ciptadent, Colgate, dan lain-lain lebih bersifat

monopolistic competition daripada industri otomotif, yang lebih cocok disebut

sebagai oligopoli, sekalipun otomotif juga masuk dalam kategori differentiated

product. Sangat mudah bagi industri consumer’s goods untuk memperkenalkan

merek baru daripada memperkenalkan merek baru untuk industri otomotif yang

memiliki skala ekonomis yang tinggi.

Page 124: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

115

Pertanyaan Diskusi :

1.Quad Plex Cinema ( QPC ) merupakan satu satunya sineplex yang berada di

kota Idaho Falls. Sineplex pesaing terdekat adalah Cedar Bluff Twin ( CBT )

yang berada di kota Pocatello yang berjarak 35 km dari Idaho Falls. Meskipun

QPC memiliki pasar monopoli di Idaho Falls, tetapi sekarang mengalami

kerugian. Dalam rapat konsultasi dengan pemilik sineplex, manajer sineplex

memberikan masukan sebagi berkut : “ selama QPC merupakan monopoli

sineplexdi Idaho Falls, kita segarusnya menaikkan harga tiket sampai

memperoleh keuntungan”

Pertanyaan :

a. Berilah komentar terhadap masukan (strategi) manajer QPC !

b. Bagaimana alternatif kebijakan yang sebaiknya dilakukan QPC dalam

jangka panjang ? Jelaskan .

Page 125: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

116

Standar Kompetensi

Mengidentifikasikan struktur pasar Oligopoli untukpengambilan keputusan

manajerial

Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan karakteristik pasar oligopoly

2. Menggambarkan secara grafik kurva permintaan pasar oligopoly

3. Menganalisis keputusan manajerial dalam kasus kurva permintaan patah

12.1. Karakteristik Oligopoli

Oligopoli dapat didefinisikan sebagai suatu pasar yang ditempati oleh

sedikit perusahaan besar yang secara substansial menguasai pasar dan memiliki

market power yang relatif moderat. Para oligopolis ini, dalam mengambil

tindakan terhadap jalannya perusahaannya, pasti akan mempengaruhi tingkat

penjualan atau revenue perusahaan lainnya. Oleh sebab itu, pembicaraan tentang

oligopoli sering diasumsikan, tindakan suatu perusahaan akan mempengaruhi

perusahaan lainnya atau mutual interdependence.

Terdapat tiga karakteristik yang bersifat umum pada oligopoli, yaitu:

pertama, perusahaan berada pada kondisi ketidakpastian tentang efek yang akan

dialaminya sehubungan dengan mutual interdependence tersebut. Hal ini

membawa dampak ketidak pastian tentang demand dan marginal revenue

perusahaan.

Kedua, oligopolis dianggap memiliki market power tertentu, sehingga

kebijakan perubahan harga yang membawa dampak pada penjulaan produknya

akan sangat tergantung pada seberapa kuat market power yang dimilikinya.

Ketiga, pasar oligopoli merupakan pasar yang memiliki hambatan bagi

para pendatang baru (barrier to entry), mulai dari yang memiliki intensitas

hambatan moderate sampai dengan tinggi. Apabila oligopolis tidak melakukan

hambatan pendatang baru untuk masuk maka terdapat kecenderungan pasar akan

bersifat perefect competition atau monopolistic competition.

116

Standar Kompetensi

Mengidentifikasikan struktur pasar Oligopoli untukpengambilan keputusan

manajerial

Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan karakteristik pasar oligopoly

2. Menggambarkan secara grafik kurva permintaan pasar oligopoly

3. Menganalisis keputusan manajerial dalam kasus kurva permintaan patah

12.1. Karakteristik Oligopoli

Oligopoli dapat didefinisikan sebagai suatu pasar yang ditempati oleh

sedikit perusahaan besar yang secara substansial menguasai pasar dan memiliki

market power yang relatif moderat. Para oligopolis ini, dalam mengambil

tindakan terhadap jalannya perusahaannya, pasti akan mempengaruhi tingkat

penjualan atau revenue perusahaan lainnya. Oleh sebab itu, pembicaraan tentang

oligopoli sering diasumsikan, tindakan suatu perusahaan akan mempengaruhi

perusahaan lainnya atau mutual interdependence.

Terdapat tiga karakteristik yang bersifat umum pada oligopoli, yaitu:

pertama, perusahaan berada pada kondisi ketidakpastian tentang efek yang akan

dialaminya sehubungan dengan mutual interdependence tersebut. Hal ini

membawa dampak ketidak pastian tentang demand dan marginal revenue

perusahaan.

Kedua, oligopolis dianggap memiliki market power tertentu, sehingga

kebijakan perubahan harga yang membawa dampak pada penjulaan produknya

akan sangat tergantung pada seberapa kuat market power yang dimilikinya.

Ketiga, pasar oligopoli merupakan pasar yang memiliki hambatan bagi

para pendatang baru (barrier to entry), mulai dari yang memiliki intensitas

hambatan moderate sampai dengan tinggi. Apabila oligopolis tidak melakukan

hambatan pendatang baru untuk masuk maka terdapat kecenderungan pasar akan

bersifat perefect competition atau monopolistic competition.

116

Standar Kompetensi

Mengidentifikasikan struktur pasar Oligopoli untukpengambilan keputusan

manajerial

Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan karakteristik pasar oligopoly

2. Menggambarkan secara grafik kurva permintaan pasar oligopoly

3. Menganalisis keputusan manajerial dalam kasus kurva permintaan patah

12.1. Karakteristik Oligopoli

Oligopoli dapat didefinisikan sebagai suatu pasar yang ditempati oleh

sedikit perusahaan besar yang secara substansial menguasai pasar dan memiliki

market power yang relatif moderat. Para oligopolis ini, dalam mengambil

tindakan terhadap jalannya perusahaannya, pasti akan mempengaruhi tingkat

penjualan atau revenue perusahaan lainnya. Oleh sebab itu, pembicaraan tentang

oligopoli sering diasumsikan, tindakan suatu perusahaan akan mempengaruhi

perusahaan lainnya atau mutual interdependence.

Terdapat tiga karakteristik yang bersifat umum pada oligopoli, yaitu:

pertama, perusahaan berada pada kondisi ketidakpastian tentang efek yang akan

dialaminya sehubungan dengan mutual interdependence tersebut. Hal ini

membawa dampak ketidak pastian tentang demand dan marginal revenue

perusahaan.

Kedua, oligopolis dianggap memiliki market power tertentu, sehingga

kebijakan perubahan harga yang membawa dampak pada penjulaan produknya

akan sangat tergantung pada seberapa kuat market power yang dimilikinya.

Ketiga, pasar oligopoli merupakan pasar yang memiliki hambatan bagi

para pendatang baru (barrier to entry), mulai dari yang memiliki intensitas

hambatan moderate sampai dengan tinggi. Apabila oligopolis tidak melakukan

hambatan pendatang baru untuk masuk maka terdapat kecenderungan pasar akan

bersifat perefect competition atau monopolistic competition.

Page 126: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

117

Disamping karakteristi yang bersifat umum, terdapat karakteristik yang

bersifat spesifik, yaitu dilihat dari sisi produksinya. Tiga karakteristik tersebut di

atas lebih mengacu pada oligopolis dengan kondisi homogenous product, yaitu

konsumen sebagai pembeli tidak mengetahui secara persis perbedaan produk

antara oligopolis yang satu dengan oligopolis yang lain. Di sisi lain, oligopolis

juga memiliki kemungkinnan menghasilkan barang yang bersifat differentiated

product, yang produknya dapat dibedakan dengan produk oligopolis lain. Dengan

demikian tipe produksi menjadi penciri yang spesifik terhadap oligopoli.

Jika diamati dari sisi pola perilaku oligopoli, maka oligopoli dapat

dibedakan menjadi dua bagian, yaitu (1) cooperative oligopolist, dan (2) non-

cooperative oligopolist. Seorang Cooperative Oligopolist akan senantiasa

mengikuti gerakan harga dari perusahaan pesaingnya, jika harga pesaing naik,

maka perusahaan cooperative tersebut juga akan menaikkan harga produknya.

Sebaliknya yang terjadi pada non-cooperative oligoplist, jika pesaing menaikkan

harga maka terdapat kemungkinan perusahaan noncooperative tidak akan

merubah apapun atau bahkan bertindak sebaliknya.

12.2. Kurva Permintaan Oligopolis

Yang perlu ditekankan pada persaingan oligopolis adalah, bahwa

oligopolis tidak berada pada kondisi pasti tentang permintaan maupun marginal

revenue yang dihadapinya. Hal ini disebabkan karena adanya mutual

interdependence. Maka oligopolis harus berpegang pada sebuah aturan yang

umum dan rasional bahwa jika harga naik maka permintaan akan turun.

Sekalipun demikian, problem peramalan terhadap demand maupun revenue tetap

menjadi problem utama oligopolis jika perusahaan melakukan tindakan

perubahan harga.

Misalnya, marketing executive perusahaan UVW mengambil keputusan

tentang harga produknya dengan mengaitkan tindakan yang akan dilakukan oleh

pesaingnya, misalnya perusahaan XYZ.

Page 127: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

118

Har

gaU

VW

(P)

Grafik 12.1:

Kurva Permintaan Oligopoli

a AC

B b

D (XYZ cooperative)

D (XYZ tidak cooperative)

Kuantitas UVW (Q)

Jika perusahaan UVW menganggap bahwa perusahaan pesaingnya XYZ tidak

akan bereaksi terhadap kebijakan harganya maka kurva yang diamati adalah

kurva Demand XYZ tidak cooperative. Dampak yang terlihat jika perusahaan

pesaingnya tidak kooperatif adalah setiap kebijakan menaikkan harga yang

dilakukan perusahaan UVW maka akan berdampak penurunan kuantitas

perusahaan UVW lebih besar jika dibandingkan dengan jika perusahaan

pesaingnya merespon kenaikan harga serupa. Pilihan apakah pesaing akan

kooperatif atau tidak akan kooperatif inilah yang membuat perusahaan

mengalami kesulitan untuk melakukan prediksi revenue atau salesnya.

Karena setiap kebijakan harga yang dilakukan oleh perusahaan

menghadapi kemungkinan direspon serupa atau tidak oleh pesaingnya maka

pergerakan harga pada persaingan oligopolis mengalami ketidak elastisan

118

Har

gaU

VW

(P)

Grafik 12.1:

Kurva Permintaan Oligopoli

a AC

B b

D (XYZ cooperative)

D (XYZ tidak cooperative)

Kuantitas UVW (Q)

Jika perusahaan UVW menganggap bahwa perusahaan pesaingnya XYZ tidak

akan bereaksi terhadap kebijakan harganya maka kurva yang diamati adalah

kurva Demand XYZ tidak cooperative. Dampak yang terlihat jika perusahaan

pesaingnya tidak kooperatif adalah setiap kebijakan menaikkan harga yang

dilakukan perusahaan UVW maka akan berdampak penurunan kuantitas

perusahaan UVW lebih besar jika dibandingkan dengan jika perusahaan

pesaingnya merespon kenaikan harga serupa. Pilihan apakah pesaing akan

kooperatif atau tidak akan kooperatif inilah yang membuat perusahaan

mengalami kesulitan untuk melakukan prediksi revenue atau salesnya.

Karena setiap kebijakan harga yang dilakukan oleh perusahaan

menghadapi kemungkinan direspon serupa atau tidak oleh pesaingnya maka

pergerakan harga pada persaingan oligopolis mengalami ketidak elastisan

118

Har

gaU

VW

(P)

Grafik 12.1:

Kurva Permintaan Oligopoli

a AC

B b

D (XYZ cooperative)

D (XYZ tidak cooperative)

Kuantitas UVW (Q)

Jika perusahaan UVW menganggap bahwa perusahaan pesaingnya XYZ tidak

akan bereaksi terhadap kebijakan harganya maka kurva yang diamati adalah

kurva Demand XYZ tidak cooperative. Dampak yang terlihat jika perusahaan

pesaingnya tidak kooperatif adalah setiap kebijakan menaikkan harga yang

dilakukan perusahaan UVW maka akan berdampak penurunan kuantitas

perusahaan UVW lebih besar jika dibandingkan dengan jika perusahaan

pesaingnya merespon kenaikan harga serupa. Pilihan apakah pesaing akan

kooperatif atau tidak akan kooperatif inilah yang membuat perusahaan

mengalami kesulitan untuk melakukan prediksi revenue atau salesnya.

Karena setiap kebijakan harga yang dilakukan oleh perusahaan

menghadapi kemungkinan direspon serupa atau tidak oleh pesaingnya maka

pergerakan harga pada persaingan oligopolis mengalami ketidak elastisan

Page 128: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

119

perubahan. Ketidak elastisan harga tersebut atau kekakuan harga pada kurva

permintaan tersebut sering disebut dengan Kinked Demand.

Kinked Demand dapat terjadi melalui mekanisme sebagai berikut: apabila

sebuah perusahaan melakukan perubahan harga jual produknya, maka reaksi

yang mungkin dilakukan oleh pesaingnya adalah: (a) mereka akan turut

menurunkan harga agar tidak kehilangan revenue terlalu tinggi, (b) mereka tidak

akan turu menaikkan harga untuk meraih pelanggan baru.

Grafik 12.2:Kinked Demand

D1

D2

D1

D2

Pertanyaan Diskusi:

1. Pada bulan April 1997, Mc Donald’s ( MD ) memberikan discount

(penuruanan harga) untuk salah satu produknya yaitu Big Mac sebesar 75

persen menjadi 55 sen. Apabila konsumen juga membeli Frenc Fries dan

Soft Drink. The Wall Street Journal melaporkan bahwa MD berharap

system tersebut dapat meningkatan penerimaan dari penjualan. Akan

tetapi hal tersebut tidak terjadi. Tidak sampai 2 minggu penerimaan dari

penjualan di MD turun. Dengan menggunakan kerangka berfikir game

teori, jelaskan mengapa strategi kebijakan discount justru menurunkan

penerimaan !

119

perubahan. Ketidak elastisan harga tersebut atau kekakuan harga pada kurva

permintaan tersebut sering disebut dengan Kinked Demand.

Kinked Demand dapat terjadi melalui mekanisme sebagai berikut: apabila

sebuah perusahaan melakukan perubahan harga jual produknya, maka reaksi

yang mungkin dilakukan oleh pesaingnya adalah: (a) mereka akan turut

menurunkan harga agar tidak kehilangan revenue terlalu tinggi, (b) mereka tidak

akan turu menaikkan harga untuk meraih pelanggan baru.

Grafik 12.2:Kinked Demand

D1

D2

D1

D2

Pertanyaan Diskusi:

1. Pada bulan April 1997, Mc Donald’s ( MD ) memberikan discount

(penuruanan harga) untuk salah satu produknya yaitu Big Mac sebesar 75

persen menjadi 55 sen. Apabila konsumen juga membeli Frenc Fries dan

Soft Drink. The Wall Street Journal melaporkan bahwa MD berharap

system tersebut dapat meningkatan penerimaan dari penjualan. Akan

tetapi hal tersebut tidak terjadi. Tidak sampai 2 minggu penerimaan dari

penjualan di MD turun. Dengan menggunakan kerangka berfikir game

teori, jelaskan mengapa strategi kebijakan discount justru menurunkan

penerimaan !

119

perubahan. Ketidak elastisan harga tersebut atau kekakuan harga pada kurva

permintaan tersebut sering disebut dengan Kinked Demand.

Kinked Demand dapat terjadi melalui mekanisme sebagai berikut: apabila

sebuah perusahaan melakukan perubahan harga jual produknya, maka reaksi

yang mungkin dilakukan oleh pesaingnya adalah: (a) mereka akan turut

menurunkan harga agar tidak kehilangan revenue terlalu tinggi, (b) mereka tidak

akan turu menaikkan harga untuk meraih pelanggan baru.

Grafik 12.2:Kinked Demand

D1

D2

D1

D2

Pertanyaan Diskusi:

1. Pada bulan April 1997, Mc Donald’s ( MD ) memberikan discount

(penuruanan harga) untuk salah satu produknya yaitu Big Mac sebesar 75

persen menjadi 55 sen. Apabila konsumen juga membeli Frenc Fries dan

Soft Drink. The Wall Street Journal melaporkan bahwa MD berharap

system tersebut dapat meningkatan penerimaan dari penjualan. Akan

tetapi hal tersebut tidak terjadi. Tidak sampai 2 minggu penerimaan dari

penjualan di MD turun. Dengan menggunakan kerangka berfikir game

teori, jelaskan mengapa strategi kebijakan discount justru menurunkan

penerimaan !

Page 129: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

120

2. The Sweet Breath Comp. ( TSB ) merupakan produksen pasta gigi . Dua

jenis produknya sukses di pasaran yaitu : Strong ( yang memiliki

karakteristik kesehatan mulut ) dan Gentle ( yang memiliki karakteristik

rasa manis ). Manajemen TSB berencana untuk memperkenalkan produk

pasta gigi baru, yaitu Intermediate Brand dengan karakteristik rasa ice

cream.

Pertanyaan : Setuju atau tidak anda dengan kebijakan baru yang

diencanakan oleh manajemen TSB

Page 130: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

121

Standar Kompetensi

Mengidentifikasikan pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian dan resiko

Kompetensi Dasar

1. Membedakan maksimalisasi keuntungan dengan resiko dan ketidakpastian

2. Menganalisis resiko dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan

Analisis keputusan manajerial dibuat berdasarkan pada teori yang dibangun

dengan asumsi bahwa manajer mengetahui dengan pasti tambahan manfaat dan tambahan

biaya yang berkaitan dengan keputusan yang diambil. Dalam mengambil keputusan,

manajer juga mempertimbangkan informasi tentang outcome dari berbagai keputusan

yang diambil. Tetapi sering kali manajer diharuskan membuat keputusan dalam situasi

dimana outcome dari keputusan tidak dapat diketahui.

Pada bagian ini akan dibahas beberapa aturan dasar bagi manajer ( pengambil

keputusan ) dalam menentukan keputusan pada suatu kondisi yang dihadapkan pada

suatu resiko dan ketidakpastian.

13.1. Perbedaan antara resiko dan ketidakpastian

Pada saat outcome dari sebuah keputusan tidak dapat diketahui dengan pasti,

manajer menghadapi masalah dalam pengambilan keputusan dalam situasi berhadapan

dengan resiko dan ketidakpastian. Sebuah keputusan dibuat dalam resiko apabila manajer

dapat membuat (menjabarkan) semua kemungkinan outcome dalam hubungan dengan

keputusan dan dapat menetapkan probabilitas yang mungkin terjadi pada setiap outcome.

Proses penentuan probalititas terhadap outcome kadang-kadang mencakup

analisis kepuasan yang didasarkan pada pengalaman manajer dalam kondisi yang sama.

Penentuan probabilitas yang demikian disebut objective probability. Sedangkan bila

121

Standar Kompetensi

Mengidentifikasikan pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian dan resiko

Kompetensi Dasar

1. Membedakan maksimalisasi keuntungan dengan resiko dan ketidakpastian

2. Menganalisis resiko dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan

Analisis keputusan manajerial dibuat berdasarkan pada teori yang dibangun

dengan asumsi bahwa manajer mengetahui dengan pasti tambahan manfaat dan tambahan

biaya yang berkaitan dengan keputusan yang diambil. Dalam mengambil keputusan,

manajer juga mempertimbangkan informasi tentang outcome dari berbagai keputusan

yang diambil. Tetapi sering kali manajer diharuskan membuat keputusan dalam situasi

dimana outcome dari keputusan tidak dapat diketahui.

Pada bagian ini akan dibahas beberapa aturan dasar bagi manajer ( pengambil

keputusan ) dalam menentukan keputusan pada suatu kondisi yang dihadapkan pada

suatu resiko dan ketidakpastian.

13.1. Perbedaan antara resiko dan ketidakpastian

Pada saat outcome dari sebuah keputusan tidak dapat diketahui dengan pasti,

manajer menghadapi masalah dalam pengambilan keputusan dalam situasi berhadapan

dengan resiko dan ketidakpastian. Sebuah keputusan dibuat dalam resiko apabila manajer

dapat membuat (menjabarkan) semua kemungkinan outcome dalam hubungan dengan

keputusan dan dapat menetapkan probabilitas yang mungkin terjadi pada setiap outcome.

Proses penentuan probalititas terhadap outcome kadang-kadang mencakup

analisis kepuasan yang didasarkan pada pengalaman manajer dalam kondisi yang sama.

Penentuan probabilitas yang demikian disebut objective probability. Sedangkan bila

121

Standar Kompetensi

Mengidentifikasikan pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian dan resiko

Kompetensi Dasar

1. Membedakan maksimalisasi keuntungan dengan resiko dan ketidakpastian

2. Menganalisis resiko dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan

Analisis keputusan manajerial dibuat berdasarkan pada teori yang dibangun

dengan asumsi bahwa manajer mengetahui dengan pasti tambahan manfaat dan tambahan

biaya yang berkaitan dengan keputusan yang diambil. Dalam mengambil keputusan,

manajer juga mempertimbangkan informasi tentang outcome dari berbagai keputusan

yang diambil. Tetapi sering kali manajer diharuskan membuat keputusan dalam situasi

dimana outcome dari keputusan tidak dapat diketahui.

Pada bagian ini akan dibahas beberapa aturan dasar bagi manajer ( pengambil

keputusan ) dalam menentukan keputusan pada suatu kondisi yang dihadapkan pada

suatu resiko dan ketidakpastian.

13.1. Perbedaan antara resiko dan ketidakpastian

Pada saat outcome dari sebuah keputusan tidak dapat diketahui dengan pasti,

manajer menghadapi masalah dalam pengambilan keputusan dalam situasi berhadapan

dengan resiko dan ketidakpastian. Sebuah keputusan dibuat dalam resiko apabila manajer

dapat membuat (menjabarkan) semua kemungkinan outcome dalam hubungan dengan

keputusan dan dapat menetapkan probabilitas yang mungkin terjadi pada setiap outcome.

Proses penentuan probalititas terhadap outcome kadang-kadang mencakup

analisis kepuasan yang didasarkan pada pengalaman manajer dalam kondisi yang sama.

Penentuan probabilitas yang demikian disebut objective probability. Sedangkan bila

Page 131: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

122

manajer hanya memiliki sedikit pengalaman dan data yang berkaitan dengan

pengambilan keputusan, maka penentuan probabilitas disebut subjective probability.

Ketidakpastian terjadi bila pembuat keputusan tidak dapat membuat semua

kemungkinan outcome dan atau tidak dapat menentukan probabilitas beberapa outcome.

Pada saat berhadapan dengan ketidakpastian, manajer hanya mengetahui perbedaan

alternatif keputusan yang tersedia dan perbedaan kemungkinan state of nature. Yang

dimaksud dengan state of nature adalah kejadian atau kondisi yang akan datang yang

dapat mempengaruhi hasil akhir atau payoff keputusan, tetapi tidakdapat dikontrol atau

dipengaruhi oleh manajer, misalnya : kebijakan pemerintah dalam menentukan harga

pasar.

13.2. Pengukuran resiko dengan distribusi probabilitas

Metodelangsung yang paling banyak digunakan untuk mengukur resiko

mencakup karakteristik (tipe) distribusi probabilitas dari outcome darimasing-masing

keputusan.

A. Distribusi Probabilitas

Distribusi probabilitas merupakan tabel atau grafik yang mencerminkan outcome

(payoff) untuk keputusan dan probabilitas setiap outcome yang mungkin terjadi. Nilai

probabilitas antara 0 sampai dengan 1 atau dalam persentase antara 0 – 100 %.

Tabel 13.1Distribusi Probabilitas untuk Penjualan dan Promosi

Outcome (sales) Probabilitas ( % )

47.500 unit 10

50.000 20

52.500 30

55.000 25

57.500 15

Page 132: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

123

Grafik 13.1Distribusi Probabilitas untuk Penjualan dan Promosi

Probabilitas

0.30

0.25

0.20

0.10

0.15

47.500 50.000 52.500 55.000 57.500 sales

Dari distribusi probabilitas , baik tabel atau grafik, resiko dari keputusan

tercermin dari variabilitas outcome yang diindikasikan dengan perbedaan probabilitas

yang terjadi. Sifat dasar resiko dapat dilihat dengan menilai kecenderungan pusat dari

distribusi probabilitas yang diukur dengan expected value dengan menilai penyebaran

dari distribusi yang diukur dengan standart deviasi dan koefisien variasi.

C. Expected Value

Merupakan rata-rata tertimbang dari outcome dengan probabilitas dari setiap outcome.

Expected value dari distribusi probabilitas sering dihubungangkan dengan mean

distribution. Perhitungan expected value dari tabel 1 sebagai berikut :

E (sales) = (0.10)(47.500) + (0.20)(50.000) + (0.30)(52.500)

+ (0.25) (55.000) + (0.15)(57.500)

= 52,8875

C. Penyebaran dari Distribusi Probabilitas

Distribusi probabilitas secara umum karakteristiknya tidak hanya dilhat dari

expected value, tetapi juga dari variance . Variance dari distribusi probabilitas mengukur

Page 133: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

124

penyebaran distribusi rata-ratanya sendiri. Pada gambar 18.2 menampilkan probabilitas

distribusi untuk laba dari dua keputusan yang berbeda, yaitu keputusan A dan keputusan

B. Kedua grafik memiliki expected profit yang sama tetapi berbeda variannya. Varian

yang lebih besar dalam keputusan B dicerminkan oleh penyebaran yang lebih luas,

sedangkan keputusan A penyebarannya lebih sedikit sehingga variannya lebih kecil.

Grafik 13. 2Distribusi Probabilitas dan Penyebaran Pada Dua Keputusan

Probabilitas

Distribusi A

Distribusi B

E ( profit )

Varian dari distribusi probabilitas outcome sering digunakan untuk melihat

tingkat resiko yang berkaitan dengan keputusan. Apabila expected value dari dua

distribusi sama, maka distribusi dengan varian lebih tinggi mencerminkan keputusan

dengan resiko lebih tinggi. Jadi dari gambar 18.2 dapat disimpulkan bahwa keputusan B

lebih beresiko dibandingkan dengan keputusan A.

Pada kasus lain, dua distribusi memiliki rata-rata (mean) sama yaitu 50, tetapi

variannya berbeda dimana keputusan A memiliki varian yang lebih kecil dibandingkan

keputusan B sehingga keputusan A resikonya lebih kecil. Karena varaian merupakan

bentuk kwadrat dan biasanya lebih lebar dari mean, maka untuk menghilangkan masalah

dalam hal skala digunakan standart deviasi yaitu akar dari varian.

13.3. Keputusan Mengandung Resiko

Penjelasan di atas menggambarkan bagaimana tingkat resiko diukur dalam

hubungannya dengan pengambilan keputusan. Permasalahannya bagaimana pengukuran

Page 134: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

125

resiko tersebut dapat membantu manajerdalam mengambil keputusan yang mengandung

resiko.

A. Maksimalisasi expected value

Informasi tentang kemungkinan dari beberapa kemungkinan outcome tidak

memecahkan permasalahan pengambilan keputusan seorang manajer. Bagaimana

manajer harus memilih diantara beberapa keputusan pada saat keputusan memiliki

beberapa kemungkinan outcome ? Salah satu solusinya dengan menggunakan expected

value rule, yaitu memilih keputusan dengan expected value paling tinggi.

Akan tetapi, aturan tersebut memerlukan informasi hanya satu karakteristik dari

distribusi outcome, yaitu mean (rata-rata). Hal tersebut tentu saja menimbulkan resiko

(penyebaran) yang berhubungan dengan distribusi probabilitas outcome dalam keputusan.

Aturan tentang expected value juga hanya berguna untuk manajer pada saat keputusan

memiliki expected value yang berbeda.

Tabel 13.2Distribusi Probabilitas Untuk Laba Mingguan Pada Tiga Lokasi

Atalanta :

E (X) : 3.500σ A : 1,025υ : 0.29

LABA ( $ ) PROBABILITAS2.000 0.20

3.000 0.304.000 0.305.000 0.20

Boston :

E (X) : 3.750σ B : 1,545υ : 0.41

LABA ( $ ) PROBABILITAS1.000 0.102.000 0.15

3.000 0.154.000 0.255.000 0.206.000 0.15

Page 135: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

126

Cleveland :

E (X) : 3.500σ C : 2,062υ : 0,59

LABA ( $ ) PROBABILITAS1.000 0.302.000 0.10

3.000 0.104.000 0.105.000 0.106.000 0.30

Bila manajer termasuk risk neutral dan mengikuti aturan expected value, maka akan

memilih Boston, dimana expected value paling tinggi, yaitu 3.750

B. Mean Varian Analysis

Metoda lain yang digunakan untuk mengambil keputusan yang memiliki resiko ,

dengan menggunakan mean-varian analysis yang menggunakan mean dan varian ( atau

standart deviasi ). Aturan mean-varian untuk mengambilan dua keputusan dengan resiko

sebagai berikut :

a. Bila keputusan A memiliki expected outcome lebih tinggi dan lebih rendah

variannya dari keputusan B, maka keputusan A yang diambil.

b. Jika kedua keputusan memiliki varian yang sama, keputusan dengan expected

value yang lebih tinggi yang diambil

c. Bila kedua keputusan memiliki expected value yang sama, maka keputusan

dengan varian yang lebih rendah yang diambil.

Merujuk pada Tabel 13.2 , keputusan Boston lebih dipilih dibandingkan Cleveland

(menurut aturan a ) , Keputusan Atalanta juga lebih dipilih dibandingkan Cleveland

(menurut aturan c ). Bila manajer membandingkan antara Boston dan Atalanta , aturan

mean varian analysis tidak dapat dipakai karena Boston memeliki expected value lebih

tinggi dan Atalanta resikonya lebih rendah ( variannya lebih kecil). Keputusan terakhir

diambil berdasarkan vested interest manajer berkaitan dengan pilihan keputusan expected

value (profit) tinggi atau keputusan dengan resiko rendah.

Page 136: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

127

C. Koefisien Varian Analysis

Pada pengkuran resiko distribusi probabilitas, varian dan standart deviasi

mengukur resiko mutlak, sedangkan koefisien varian mengukur resiko relatif. Aturan

koefisien varian rule adalah pada saat mengambil keputusan dengan resiko, dipilih

keputusan dengan koefisien varian paling kecil. Nilai koefisien varian dihitung dengan

membagi varian dengan expected value.

υ atalanta : 1,025 / 3,500 = 0,29υ boston : 1,545 / 3,750 = 0,41υ cleveland : 2,062 / 3,500 = 0,59

Keputusan manajer berdasarkan koefisien varian analysis adalah Atalanta, karena nilai

koefisien variannya paling kecil ( 0,29 )

13.4. Expected Utility : Sebuah Teori Pembuatan Keputusan Di Bawah Resiko

Expected utility theory (teori kepuasan yangi diharapkan) adalah sebuah teori

pembuatan keputusan di bawah resiko yang memperhitungkan perilaku manajer dalam

menghadapi resiko. Para manajer diasumsikan menurunkan utility dari keuntungan yang

diperolehnya. Teori ini menyediakan alat untuk pembuatan keputusan dibawah resiko dan

juga menjelaskan mengapa para manajer membuat keputusan dengan melibatkan resiko

dalam keputusannya. Jadi expected utility theory adalah sebuah model ekonomi yang

lebih menekankan tentang bagaimana para manajer sesungguhnya membuat keputusan di

bawah resiko dari pada, bagaimana para manajer seharusnya membuat keputusan di

bawah resiko.

Expected utility dari keputusan yang beresiko merupakan penjumlahan dari

probability-weighted utility dari masing-masing keuntungan yang mungkin diperoleh:

E[U(π)] = p1U(π1) + p2 U(π2) + …. + pn U(πn)

Dimana U(π) adalah fungsi utility terhadap keuntungan yang mengukur utility dari

masing-masing tingkat keuntungan. Untuk memahami expected utility theory, kita harus

memahami bagaimana perilaku menajer dalam menghadapi resiko yang ditunjukkan

dengan manager’s utility function for profit ( fungsi kepuasan manajer untuk profit).

Page 137: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

128

A. A Manager’s Utility Function for Profit

Hubungan antara kepuasan manajer dan tingkat keuntungan yang diperoleh

memainkan peran penting dalam menjelaskan bagaimana manajer membuat keputusan di

bawah resiko. Perilaku manajer menghadapi resiko ditentukan oleh manager’s marginal

utility of profit :

MUprofit = ΔU(π)/Δπ

Dimana U(π) adalah manager’s utility function for profit. Beberapa studi menunjukkan

bahwa banyak pembuat keputusan bisnis yang mengalami diminishing marginal utility of

profit (marginal utility dari keuntungan yang semakin menurun).

Utility Indeks

Grafik 13.3 :Perilaku Manajer Dalam Menghadapi Resiko

C B

A

Profit

Bagi manajer yang tidak menyukai resiko (risk averse) ditunjukkan dengan grafik fungsi

utility dari profit yang berbentuk upward-sloping sehingga mengalami diminishing

MUprofit. Konsekuensinya, para manajer lebih sensitif terhadap hilangnya profit sebesar

Rp1 dari pada bertambahnya keuntungan sebesar Rp 1 dan akan lebih menekankan

pembuatan keputusan yang menghindari resiko rugi (Grafik 13.1.A).

Bagi manajer yang netral terhadap resiko (Risk Neutral) yaitu manajer yang

mengabaikan resiko dalam pengambilan keputusan dan hanya mempertimbangkan nilai

Page 138: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

129

yang diharapkan, maka grafiknya berupa garis linier sehingga MUprofit konstan (Grafik

13.1.B).

Untuk manajer yang menyukai resiko (Risk loving) maka akan lebih menekankan

pada pembuatan keputusan yang potensial menguntungkan dari yang pada potensial

merugikan. Grafik yang dihadapi adalah yang melengkung ke atas atau mengalami

increasing MUprofit (Grafik 13.1.C).

B. Menurunkan Fungsi Utility Untuk Profit

Prosedur penurunan fungsi utility untuk profit : dimisalkan manajer Chicago

Rotisserie Chicken (CRC) harus memutuskan di mana lokasi restauran berikutnya. Hasil

keuntungan untuk tiga lokasi berkisar dari $1.000 hingga $6.000 per minggu. Sebelum

utility atau kepuasan yang diharapkan dari masing-masing lokasi dihitung, manajer harus

menurunkan fungsi kepuasan untuk profitnya yang berkisar $1.000 - $6.000.

Proses penurunan (derivasi) dilakukan dengan menentukan nilai maximum dan

minimum dengan menggunakan indeks. Andaikan manajer menetapkan indeks kepuasan

sebesar 0 untuk profit $1.000 dan 1 untuk profit $6.000, maka fungsi kepuasan untuk

keuntungan adalah :

U($1.000) = 0 dan U($6.000) = 1

Berikutnya, menentukan indeks kepuasan untuk kemungkinan keuntungan yang

lainnya yang berada diantara $1.000 dan $6.000. Misal menentukan indeks kepuasan

untuk $5.000, maka manajer membuat analisis subyektif sebagai berikut : manajer

membuat dua pilihan keputusan A dan B dimana keputusan A menerima profit $5.000

dengan certainty (pasti) dan keputusan beresiko B yaitu menerima profit $6.000 dengan

probabilitas p atau profit $1.000 dengan probabilitas 1- p. Dua keputusan A dan B

ditentukan secara subyektif karena penentuan nilai p tergantung preferensi individu

terhadap resiko.

Andaikan manajer CRC memutuskan p = 0.95, maka keputusan A indifferent

dengan B, sehingga kepuasan yang diharapkan dari keputusan A sama dengan B :

Page 139: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

130

1 x U($5.000) = 0,95 x U($6.000) + 0,05 x U($1.000)

U($5.000) = (0.95 x 1) + (0,05 x 0)

= 0,95

Nilai indeks kepuasan 0,95 adalah sebuah pengukuran tidak langsung dari kepuasan

keuntungan sebesar $5.000. Jumlah $5.000 disebut certainty equivalent dari keputusan

beresiko B. Dengan kata lain manajer indifferent antara mendapat profit $5.000 dengan

pasti atau membuat keputusan beresiko dengan 95 persen kesempatan memperoleh

$6.000 dan 5% kesempatan memperoleh $1.000. Indeks kepuasan untuk profit $4.000,

$3.000 dan $2.000 ditetapkan dengan cara yang sama.

Prosedur menentukan fungsi kepuasan untuk profit di atas disebut certainty

equivalent method yaitu jumlah yang harus pasti diterima seorang pengambil keputusan

agar membuatnya bersikap netral antara sejumlah uang ini dengan nilai yang

diperkirakan dari sebuah alternatif yang beresiko.

C. Maksismisasi Dari Expected Utility

Ketika manajer memilih beberapa alternatif keputusan beresiko maka menurut

teori kepuasan yang diharapakan, manajer akan memilih kepuasan yang diharapkan yang

tertinggi, sekalipun keuntungan yang diperoleh bukan yang tertinggi, karena mereka

mempertimbangkan preferensinya terhadap resiko. Oleh karena itu maksimisasi

keuntungan yang diharapkan berbeda dengan maksismisasi kepuasan yang diharapkan.

Untuk pembuat keputusan yang netral terhadap resiko (risk neutral) maka

marginal utility of profit bernilai konstan (Tabel 13.1). Expected utility of profit untuk

Atlanta, Boston dan Claveland adalah 0,50; 0,55 dan 0,50. Untuk pembuat keputusan

yang risk-neutral maka dipilih lokasi Boston karena Boston yang memaximumkan

expected utility sekaligus juga memaximumkan expected profit. Dia akan mengabaikan

resiko ketika membuat keputusan. Jadi manajer dengan risk neutrality menganggap

expected value of profit E(π) sama dengan expected utility of profit E[U(π)].

Page 140: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

131

Tabel 13.1Expected Utility of Profit : A Risk Neutral Manager

(1)Profit(π)$

(2)Utility[U(π)]

(3)MarginalUtility[ΔU(π)/Δπ]

(4) (5) (6)Probabilitas

Atlanta BostonClaveland(PA) (PB) (PC)

(7) (8) (9)Probability-weighted UtilityPA x U PB x U PC x U

1000 0 - 0 0,1 0,3 0 0 02000 0,2 0,0002 0,2 0,15 0,1 0,04 0,03 0,023000 0,4 0,0002 0,3 0,15 0,1 0,12 0,06 0,044000 0,6 0,0002 0,3 0,25 0,1 0,18 0,15 0,065000 0,8 0,0002 0,2 0,2 0,1 0,16 0,16 0,086000 1 0,0002 0 0,15 0,3 0 0,15 0,3

Expected Utility = 0,50 0,55 0,50

Tabel 13.2Expected Utility of Profit : A Risk Loving Manager

(1)Profit(π)$

(2)Utility[U(π)]

(3)MarginalUtility[ΔU(π)/Δπ]

(4) (5) (6)Probabilitas

Atlanta BostonClaveland(PA) (PB) (PC)

(7) (8) (9)Probability-weighted UtilityPA x U PB x U PC x U

1000 0 - 0 0,1 0,3 0 0 02000 0,08 0,00008 0,2 0,15 0,1 0,016 0,012 0,0083000 0,2 0,00012 0,3 0,15 0,1 0,06 0,03 0,024000 0,38 0,00018 0,3 0,25 0,1 0,114 0,095 0,0385000 0,63 0,00025 0,2 0,2 0,1 0,126 0,126 0,0366000 1 0,00037 0 0,15 0,3 0 0,15 0,3

Expected Utility = 0,32 0,41 0,43

Untuk pembuat keputusan yang menyukai resiko (risk-loving) ditunjukkan oleh

tabel 13.2 dimana marginal utility of profit meningkat sebagaimana meningkatnnya

profit. Expected utility of profit untuk Atlanta, Boston dan Claveland masing-masing

adalah 0,32; 0,41 dan 0,43. Oleh karena itu, bagi risk loving, Claveland adalah lokasi

baru untuk CRC dengan expected utility yang maximum.

Page 141: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

132

13.5. Menemukan Tingkat Optimal Dari Aktivitas Beresiko

Salah satu alat yang paling penting dalam pembuatan keputusan adalah teori

optimisasi. Dalam teori optimasi dianggap, informasi mengenai marginal benefit (MB)

dan marginal cost (MC) adalah lengkap (complete information). Sekarang bagaimana

kalau pembuat keputusan menghadapi informasi yang tidak lengkap mengenai MB dan

MC tetapi mempunyai informasi tentang expected value dari MB dan MC untuk tingkat

aktivitas yang berbeda.

A. Maksimisasi Manfaat bersih yang diharapkan (Expected Net Benefit)

Tingkat optimal dari sebuah aktivitas adalah tingkat aktivitas yang

memaximumkan manfaat bersih dimana manfaat bersih adalah selisih antara total benefit

dan total cost (NB=TB – TC). Ketika aktivitas berubah secara terus menerus, maka

tingkat optimal terjadi dimana MB = MC. Jika aktivitas hanya berubah secara diskrit

maka tingkat aktivitas yang optimal adalah tingkat aktivitas terakhir dimana MB > MC.

Sepanjang distribusi probabilitas untuk manfaat bersih memiliki variance yang

sama pada tiap-tiap tingkat aktivitas, maka maksimisasi manfaat bersih yang diharapkan

merupakan tingkat yang optimal, terlepas apakah pembuat keputusan adalah risk-neutral,

risk loving atau risk averse.

B. Analisis Regresi Dan Maksimisasi Manfaat Bersih Yang Diharapkan

Dengan menggunakan analisis regresi, fungsi marginal yang diestimasi dapat

dinterpretasikan untuk menunjukkan nilai marginal benefit dan marginal cost yang

diharapkan. Ditunjukkan juga bagaimana menderivasi fungsi total benefit dan total cost

yang diharapkan dan juga mengurangkan total cost dari total benefit yang diharapkan.

Estimasi regresi dari marginal benefit dan marginal cost yang diharapkan secara

umum diasumsikan mempunyai variance yang konstan pada semua tingkat aktivitas X.

Ketika fungsi marginal yang diharapkan yaitu E(MB) dan E(MC) mempunyai variance

konstan pada semua tingkat aktivitas, fungsi manfaat bersih yang diharapkan E(NB)

mempunyai variance yang konstan juga. Oleh karena itu, menyamakan E(MB) yang

diestimasi dengan E(MC) yang diestimasi tentu saja menempatkan tingkat aktivitas yang

Page 142: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

133

memaksimumkan E(NB), tidak peduli apapun preferensi dari pembuat keputusan

terhadap resiko.

13.6. Maksimisasi Profit Di Bawah Resiko : Persaingan Sempurna

Pada bagian ini ditunjukkan bagaimana manajer dari perusahaan di pasar

persaingan sempurna dapat membuat keputusan tentang output ketika resiko dimasukkan.

Sementara bab sebelumnya merupakan pengambilan keputusan di pasar persaingan

sempurna dalam kondisi pasti dimana P = MC.

Asumsikan bahwa seorang manajer dapat memilih tingkat output secara tepat,

output dapat dikontrol dan diketahui dengan pasti. Pada sisi revenue, manajer tidak tahu

pasti harga produk yang dijual tetapi secara subyektif ditentukan distribusi probabilitas

terhadap harga. Harga yang diharapkan E(P), adalah juga marginal revenue yang

diharapkan E(MR). Selama perusahaan dapat menjual seluruh outputnya pada harga

pasar, harga yang diharapkan (dan MR yang diharapkan) adalah konstan, untuk semua

tingkat output (grafik 13.2.A). Pada grafik B, menjelaskan bagaimana harga dan

marginal revenue tetap konstan untuk semua kemungkinan tingkat output, terlepas

apakah manajer memilih berproduksi di Q1, atau Q2, atau tingkat output lainnya, harga

yang diharapkan adalah P.

Probabilitas

Grafik 13.2Distribusi Probabilitas untuk harga

$

P E(P)=E(M

E(P)

A: Distribusi Probabilitas

Harga

B : Kurva MR yang diharapkan

Output

Page 143: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

134

Grafik 13.3Distribusi Probabilitas Untuk Marginal Cost

Probabilitas $

E(M

MC2

MC1

MC1 Output

E[(MC(Q1)] =MC1

A : Distribusi Probabilitas untukMC(Q1)

Q1 Q2

B : Kurva MC yangdiharapkan

Pada sisi biaya, manajer tidak tahu pasti biaya yang terkait dengan tingkat output

tertentu. Untuk memilih output dibawah kondisi pasti atau beresiko, manajer

membutuhkan informasi tentang MC. Pada grafik 13.3.A. menunjukkan sebuah distribusi

probabilitas untuk marginal cost yang berkaitan dengan produksi pada tingkat output Q1.

Marginal cost yang diharapkan dari produksi Q1 adalah MC1. Karena MC meningkat

pada tingkat produksi yang lebih tinggi maka pada Q2 marginal cost yang diharapkan

adalah MC2 (grafik 13.3.B).

Manajer dari perusahaan di pasar persaingan sempurna, akan memaksimumkan

profit di bawah kondisi risk, dengan memilih tingkat output di mana MR yang diharapkan

(harga yang diharapkan) sama dengan MC yang diharapkan :

E(MR) = E(P) = E(MC)

Page 144: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

135

Selama kita mengasumsikan bahwa variance harga dan marginal cost adalah konstan

untuk tingkat output yang berbeda, maka variance dari net benefit (profit) adalah konstan

dan aturan tersebut berlaku untuk semua manajer. Jadi ketika variance dari profit adalah

konstan untuk semua tingkat output, seorang manajer dari sebuah perusahaan di pasar

persaingan sempurna akan memilih tingkat output yang memaximumkan profit yang

diharapkan, terlepas dari apakah manajer tersebut risk averse, risk neutral atau risk

loving.

13.7. Memaksimalisasikan Laba Dengan Resiko Kasus Duopoli

Saling ketergantungan yang terjadi dalam pasar oligopoli sering membuat

masalah serius bagi para manajer dalam usaha memaksimalkan laba. Manajer pada

masing-masing perusahaan oligopoly percaya bahwa perubahan harga dan output suatu

perusahaan akan mempengaruhi permintaan dan keuntungan semua perusahaan pesaing.

Perusahaan pesaing akan merespon dengan merubah harga dan outputnya, sehingga

akhirnya akan berpengaruh pada harga dan keuntungan dari perusahaan yang pertama

melakukan perubahan harga. Ketika ada perubahan harga, secara umum mereka tidak

tahu bagaimana reaksi pesaing atas perubahan yang terjadi

Dalam pasar oligopoli nampak dua atau lebih kurva permintaan (D), dua atau

lebih marginal revenue (MR). Satu kurve permintaan yang diasumsikan bahwa pesaing

mengikuti perubahan harga dan kurva permintaan yang lain diasumsikan bahwa pesaing

tidak merubah harga dalam merespon perubahan harga yang terjadi. Kurva permintaan

mana yang “benar” untuk pengambilan keputusan? Jawabannya tidak ada satupun yang

“benar” sebelum perusahaan melakukan aksi. Manajer akan menghadapi masalah resiko

permintaan yang tidak dapat diketahui sampai manajer melakukan perubahan harga atau

sampai ada reaksi dari perusahaan pesaing. Untuk membuat perencanaan,manajer akan

mempunyai beberapa ide tentang reaksi pesaing. Prinsip dari pengambilan keputusan

dengan resiko memberikan satu cara yang dapat digunakan manajer ketika terjadi

ketidaksempurnaan informasi (incomplete information) tentang reaksi pesaing terhadap

perubahan harga.

Page 145: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

136

Contoh :

Seandainya di pasar hanya ada dua perusahaan yaitu Atlas dan Butler yang

memproduksi barang yang bersubstitusi dekat, struktur pasarnya adalah duopoli. Kedua

perusahaan ini menentukan harga sebesar 40. (PA=PB=40)

Manajer Atlas memperkirakan permintaannya = QA = 6.000-300PA + 225 PB

Kedua perusahaan menentukan harga = 40 dan

penjualan Atlas = 3.000 (=6.000-(300)x40)+(225x40) unit.

Manajer Atlas tidak percaya bahwa penjualan 3.000 dan harga 40 adalah

memaksimalkan keuntungan maka dia mempertimbangkan untuk merubah harga.

Jika Butler tidak memperdulikan harga dari perusahaan Atlas yang baru dan tetap

memakai harga 40, maka permintaan Atlas ketika Butler tidak merubah harga adalah :

QA = 6.000 + (225x40 )- 300 PA

= 1.500 - 300PA (D tidak diikuti)

Jika harga diButler sama dengan setiap harga yang ditentukan Atlas (PA=PB), maka

fungsi permintaan Atlas

QA = 6.000 - 300 PA + 225 PA

= 6.000 - 75 PA (D diikuti)

Manajer dari persahaan Atlas percaya bahwa probabilitas perusahaan Butler akan

mempertahankan pada harga 40 adalah 40 persen . Jika perusahaan Atlas merubah harga

dan akan diikuti oleh Butler maka probalilitasnya adalah 60 persen.Untuk setiap harga

yang ditentukan manajer Atlas , perkiraan jumlah yang diminta , E(QA) adalah :

E(QA) = 0,4 x (15.000 – 300 PA ) + 0,6 x (6.000 - 75 PA )

= 9.600 -165PA

Jika manajer Atlas benar dalam membuat asumsi bahwa Butler akan melakukan salah

satu dari dua respon untuk merubah harga, maka penjualan aktual dari perusahaan

Atlas sesudah perubahan harga tidak sama dengan perkiraan penjualan (E(QA).Penjualan

aktual ada di antara kurva D tidak diikuti dan D diikuti.

Page 146: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

137

Gambar 1 menunjukkan dua kurva permintaan perusahaan Atlas yang tergantung pada

reaksi dari perusahaan pesaing. Perkiraan jumlah yang diminta (E(QA) ditunjukkan oleh

garis putus-putus diantara dua kurva permintaan.

Untuk memaksimalkan perkiraan laba, manajer Atlas akan menentukan berapa

jumlah yang diproduksi dan berapa harga yang ditentukan saat perkiraan Marginal

Revenue sama dengan perkiraan Marginal Cost. Untuk mendapatkan fungsi Marginal

Revenue adalah : E(QA). = 9.600 - 165 PA

PA = [9.600 - E(QA)] / 165

= 58 - 0,006 E(QA)

Total Revenue (TR) = P x Q

= (58 - 0,006 E(QA)) x (QA)

= 58 QA – 0,006 (QA)2

Expected Marginal Revenue (E(MR) = 58 – 0,012 (QA)

P dan E(MR)

800

58

49 C N

D40

B

A

E(MR

D tdk diikuti

E (QA)

D diikuti

300 1500 2325 3000

Page 147: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

138

Fungsi ini disebut Expected (perkiraan) Marginal Revenue karena harga yang dipilih

manajer tergantung pada reaksi dari perusahaan pesaing , sehingga Marginal Revenue

juga tergantung dari reaksi perusahaan pesaing.

Marginal Cost perusahaan Atlas diketahui konstan , nilainya = 40. Untuk

mendapatkan tingkat output yang memaksimalkan excpected profit diperoleh saat

Expected Marginal Revenue sama dengan Marginal Cost

E(MR) = MC

58-0,012 E (QA ) = 40

E (QA) = 1.500

Tingkat harga pada tingkat output tersebut adalah :

PA = 58 - (0,006 x 1.500) = 49

Penjualan aktual = 15.000- (300x49) = 300, jika perusahaan Butler tidak merespon

perubahan harga Atlas dan masih menjaga pada harga lama sebesar 40.Apabila

perusahaan Butler merubah harga menjadi 49, maka penjualan aktual menjadi

= 6000 - (75x49) = 2.325

Jika perusahaan menentukan E(MR) = MC = 40 (pada titik B), perkiraan

penjualan adalah 1.500 dan manajer Atlas akan menentukan harga sebesar 49 (titik C).

Atlas akan menjual 30 unit jika kurva permintaan pada D tidak diikuti ( titik D) dan 2.325

unit jika kurva permintaan adalah D diikuti ( titik N)

Ini merupakan contoh sederhana bagaimana oligopoli dengan informasi tidak

sempurna tetang reaksi pesaing untuk membuat keputusan dalam menentukan

keuntungan maksimum. Hal ini untuk merupakan contoh bagi manajer yang mengalami

resiko dalam pengambilan keputusan. Dalam proses yang senyatanya mungkin akan jauh

lebih kompleks.

13.8 Pengambilan Keputusan Dalam Ketidakpastian

A. Kriteria Maksimaks

Bagi manajer yang berpandangan optims, kriteria maksimaks memberikan cara

/petunjuk dalam kondisi ketidakpastan. Dengan kritera maksimaks, manajer mula-mula

mengidentifikasi masing-masing kemungkinan yang akan terjadi, selanjutnya dipilih

keputusan yang menghasilkan maksimal payoff dari hasil terbaik.

Page 148: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

139

Contoh :

Manajemen Dura Plastik mempertimbangkan merubah kapasitas produksi. Manajemen

mempertimbangkan tiga piilhan, yaitu :

1. Kapasitas produksi akan ditambahkan 20 %

2. Kapasitas produksi dipertahankan seperti yang sudah ada

3. Kapasitas produksi dikurangi 20 %

Hasil keputusan tergantung pada kondisi perekonomian tahun yang akan datang.

Manajemen membuat tiga perkiraan kondisi perekonomian.

1. Perekonomian akan tumbuh

2. Perekonomian stagnan

3. Perekonomian resesi

Payoff matrik dari perusahaan Dura adalah sebagai berikut:

Keputusan Kondisi perekonomianTumbuh Stagnan Resesi

Menambah kapasitas produksi 20 % 5.000.000 - 1.000.000 - 3.000.000Mempertahankan yang sudah ada 3.000.000 2.000.000 500.000Mengurangi kapasitas produksi 20 % 2.000.000 1.000.000 750.000

Jika manajer tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kondisi perekonomian atau berapa

probabilta yang terjadi maka pengambilan keputusan dilakukan dengan kondsi ketidak

pastian.

Langkah pengangambilan keputusandengan kriteria maksimaks:

Pertama identifikai hasil terbaik dari masing-masing keputusan.

Keputusan Kondisi perekonomianTumbuh Stagnan Resesi

Menambah kapasitas produksi 20 % 5.000.000 - 1.000.000 - 3.000.000Mempertahankan yang sudah ada 3.000.000 2.000.000 500.000Mengurangi kapasitas produksi 20 % 2.000.000 1.000.000 750.000

Hasil terbaik dari payoff matrik di atas adalah pada kondisi ekonomi tumbuh , pada tabel

di atas nampak pada daerah yang diarsir. Langkah selanjutnya adalah ambil hasil

maksimal dari hasil terbaik.Sehingga dengan krieteria maksimaks keputusan yang

diambil adalah menambah kapasitas produksi

Page 149: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

140

B. Kriteria Maksimin

Bagi manager yang berpandangan pesimistik, criteria maksimin lebih cocok

daripada maksimaks. Kriteria Maksimin adalah pengambilan keputusan dengan

mengidentifikasi hasil yang paling jelek dan dipilih hasil terbesar dari payoff terjelek.

Keputusan Kondisi perekonomianTumbuh Stagnan Resesi

Menambah kapasitas produksi 20 % 5.000.000 - 1.000.000 - 3.000.000Mempertahankan yang sudah ada 3.000.000 2.000.000 500.000Mengurangi kapasitas produksi 20 % 2.000.000 1.000.000 750.000

Dengan kriteria maksimin keputusan yang diambil adalah mengurangi kapasitas

produksi 20 %

Kriteria Minimaks Regret

Manajer ketika membuat keputusan tidak hanya mempetimbangkan kodisi

ekonomi terbaik, tetapi juga mempertimbangkan potensial regret (penyesalan) yang

terjadi.

Menurut kriteria ini, pengambil keputusan akan mengalami suatu kerugian apabila

suatu peristiwa yang terjadi menyebabkan alternatif yang dipilih kurang dari payoff

maksimal. Jumlah regret atau opportunity loss ( disebut sebagai nilai penyesalan)

merupakan selisih antara nilai terbesar (payoff maksimal) dikurangi dengan nilai baris

yang bersekutu dalam kolom yang bersangkutan. Dengan demikian criteria regret ini

menghendaki dipilihnya nilai minimal dari regret maksimal.

Contoh :

Keputusan Kondisi perekonomianTumbuh Stagnan Resesi

Menambah kapasitas produksi 20 % 5.000.000 - 1.000.000 - 3.000.000Mempertahankan yang sudah ada 3.000.000 2.000.000 500.000Mengurangi kapasitas produksi 20 % 2.000.000 1.000.000 750.000

Page 150: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

141

Dari tabel di atas, hasil payoff yang paling besar terjadi saat perekonomian tumbuh dan

perusahaan menambah kapasitas produksi dengan pay off = 5.000.000. Jika terjadi

pertumbuhan ekonomi terjadi dan manajemen memilih mempertahankan kapasitas

produksi yang sudah ada maka regretnya adalah 5.000.000 -3.000.000 =

2.000.000.Selanjutnya potensial regret selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Keputusan Kondisi perekonomianTumbuh Stagnan Resesi

Menambah kapasitas produksi 20 % 0 3.000.000 3.750.000Mempertahankan yang sudah ada 2.000.000 0 250.000Mengurangi kapasitas produksi 20 % 3.000.000 1.000.000 0

Perhatikan jika nilai potensial regret = 0 berarti tidak ada potensial regret.

Langkah pengambilan keputusan dengan Minimax Regret, adalah:

1. Tentukan nilai regret setiap payoff dengan jalan mengurangkan payoff maksimal

baris dengan payoff tiap baris

2. Menentukan nilai regret maksimal tiap baris

3. Menentukan nilai minimaks sebagai alternatif pengambilan keputusan

Matriknya dapat dilihat dari tabel berikut :

Keputusan Kondisi perekonomianTumbuh Stagnan Resesi

Menambah kapasitas produksi 20 % 0 3.000.000 3.750.000Mempertahankan yang sudah ada 2.000.000 0 25 0.000Mengurangi kapasitas produksi 20 % 3.000.000 1.000.000 0

Dari tabel di atas nilai minimum dari maksimum potensial regret ada pada kondisi

mempertahankan kapasitas produksi yang sudah ada. Jadi pengambilan keputusan untuk

perusahaan Dura Plastik dengan metode ini adalah mempertahankan kapasitas produksi

yang sudah ada.

Page 151: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

142

C. Kriteria Probabilitas Sama

Dalam kondisi ketidakpastian manager tidak mempunyai informasi tentang

kemungkinan kondisi perekonomian yang akan terjadi, sehingga diasumsikan kondisi

perekonomian akan terjadi dengan probabilitas sama. Pengambilan keputusan adalah

pada rata-rata payoff yang paling besar. Dalam contoh ini manager mengasumsikan

masing-masing kondisi perekonomian mempunyai probabilitas sepertiga.

Aplikasi dari contoh di atas , manager Dura Plastik menghitung rata-rata payoff

masing-masing keputusan sebagai berikut :

Menambah kapasitas produksi : (5.000.000+(-1.000.000)+(-3.000.000))/3 = 330.000

Mempertahankan yang sudah ada: (3.000.000+2.000.000+500.000)/3 = 1.830.000

Mengurangi kapasitas produksi ( 2.000.000+1.000.000+750.000)/3 = 1.250.000

Dengan aturan probabilitas sama , maka putusan yang diambil adalah

mempertahankan kapasitas produksi yang sudah ada karena memiliki rata-rata hasil

yang paling besar.

Pertanyaan Diskusi :

1. Perusahaan dengan kondisi pasar duopoly ingin menaikkan harga. Mananager dari

pasar duopoly tersebut percaya probabilitas perusahaan lain akan bereaksi jika

perusahaan menaikkan harga sebesar 80 persen , sementara 20 persennya perusahaan

tidak menaikkan harga. Saat ini harga yang ditentukan oleh perusahaan pesaing adalah

40. Manajer memperkirakan permintaan perusahaan adalah :

Q = 8.000 – 280 P + 200 Pr

Dimana Pr adalah harga pesaing. Nilai Marginal Cost sebesar 30.

1.Hitung kurva permintaan ketika :

a. perusahaan pesaing tidak bereaksi dengan kenaikkan harga

b. perusahaan pesaing bereaksi dengan kenaikkan harga

2. Hitung perkiraan kurva permintaan dan perkiraan Marginal Revenue

3. berapa harga yang akan ditentukan untuk memaksimalkan laba.

Page 152: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

144

Accounting profit : merupakan selisih antara total revenue dengan total cost dimana totalcostnya hanya berupa eksplisit cost saja, tanpa implisist cost.

Arc elasticity : cara menghitung elastisitas dengan melihat pada range tertentu atau di antaradua titik.

Average cost : rata-rata biaya yang harus dikelurkan oleh perusahaan untuk memproduksibarang dimana pada jangka pendek terdiri dari rata-rata biaya tetap dan rata-rata biayavariabel.

Average product : rata-rata produksi yang dihasilkan suatu perusahaan pada waktu tertentu.

Break even point : terjadi bila total biaya sama dengan total penerimaan atau impas.

Budget constaint : merupakan batas maksimum kemampuan konsumen dalam membelibarang. Batas maksimumnya berupa anggaran atau pendapatan konsumen.

Budget line : kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi kelompok barang yang berbedapada harga tertentu jika seluruh uang dibelnjakan.

Ceiling price : Harga maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Apabila hargamaksimumnya di bawah harga keseimbngan maka akan terjadi shortage (tekor).

Constant return to sacale : terjadi jika penambahan input sebesar 1% diikuti kenaikan outputsebesar 1% atau proporsional.

Consumer preferences : preferensi (kelebihsukaan) dari konsumen terhadap barang-barang.

Consumer price index : merupakan salah satu ukuran menghitung perubahan tingkat hargayang terjadi dalam perekonomian atau salah satu alat untuk mengukur inflasi yangterjadi dalam perekonomian.

Cross-price elasticity : mengukur kepekaan dari jumlah yang diminta akibat perubahan hargabarang lain yang berkaitan dengan menganggap variable lain yang mempengaruhikonstan.

Decreasing return to scale : terjadi jika penambahan input sebesar 1% akan menambah outputlebih kecil dari satu persen.

Demand function adalah sebuah tabel atau grafik atau persamaan yang menunjukkanbagaimana jumlah yang diminta dikaitkan dengan harga produk, dengan menganggaplima variabel lainnya yang mempengaruhi permintaan konstan.

144

Accounting profit : merupakan selisih antara total revenue dengan total cost dimana totalcostnya hanya berupa eksplisit cost saja, tanpa implisist cost.

Arc elasticity : cara menghitung elastisitas dengan melihat pada range tertentu atau di antaradua titik.

Average cost : rata-rata biaya yang harus dikelurkan oleh perusahaan untuk memproduksibarang dimana pada jangka pendek terdiri dari rata-rata biaya tetap dan rata-rata biayavariabel.

Average product : rata-rata produksi yang dihasilkan suatu perusahaan pada waktu tertentu.

Break even point : terjadi bila total biaya sama dengan total penerimaan atau impas.

Budget constaint : merupakan batas maksimum kemampuan konsumen dalam membelibarang. Batas maksimumnya berupa anggaran atau pendapatan konsumen.

Budget line : kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi kelompok barang yang berbedapada harga tertentu jika seluruh uang dibelnjakan.

Ceiling price : Harga maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Apabila hargamaksimumnya di bawah harga keseimbngan maka akan terjadi shortage (tekor).

Constant return to sacale : terjadi jika penambahan input sebesar 1% diikuti kenaikan outputsebesar 1% atau proporsional.

Consumer preferences : preferensi (kelebihsukaan) dari konsumen terhadap barang-barang.

Consumer price index : merupakan salah satu ukuran menghitung perubahan tingkat hargayang terjadi dalam perekonomian atau salah satu alat untuk mengukur inflasi yangterjadi dalam perekonomian.

Cross-price elasticity : mengukur kepekaan dari jumlah yang diminta akibat perubahan hargabarang lain yang berkaitan dengan menganggap variable lain yang mempengaruhikonstan.

Decreasing return to scale : terjadi jika penambahan input sebesar 1% akan menambah outputlebih kecil dari satu persen.

Demand function adalah sebuah tabel atau grafik atau persamaan yang menunjukkanbagaimana jumlah yang diminta dikaitkan dengan harga produk, dengan menganggaplima variabel lainnya yang mempengaruhi permintaan konstan.

144

Accounting profit : merupakan selisih antara total revenue dengan total cost dimana totalcostnya hanya berupa eksplisit cost saja, tanpa implisist cost.

Arc elasticity : cara menghitung elastisitas dengan melihat pada range tertentu atau di antaradua titik.

Average cost : rata-rata biaya yang harus dikelurkan oleh perusahaan untuk memproduksibarang dimana pada jangka pendek terdiri dari rata-rata biaya tetap dan rata-rata biayavariabel.

Average product : rata-rata produksi yang dihasilkan suatu perusahaan pada waktu tertentu.

Break even point : terjadi bila total biaya sama dengan total penerimaan atau impas.

Budget constaint : merupakan batas maksimum kemampuan konsumen dalam membelibarang. Batas maksimumnya berupa anggaran atau pendapatan konsumen.

Budget line : kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi kelompok barang yang berbedapada harga tertentu jika seluruh uang dibelnjakan.

Ceiling price : Harga maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Apabila hargamaksimumnya di bawah harga keseimbngan maka akan terjadi shortage (tekor).

Constant return to sacale : terjadi jika penambahan input sebesar 1% diikuti kenaikan outputsebesar 1% atau proporsional.

Consumer preferences : preferensi (kelebihsukaan) dari konsumen terhadap barang-barang.

Consumer price index : merupakan salah satu ukuran menghitung perubahan tingkat hargayang terjadi dalam perekonomian atau salah satu alat untuk mengukur inflasi yangterjadi dalam perekonomian.

Cross-price elasticity : mengukur kepekaan dari jumlah yang diminta akibat perubahan hargabarang lain yang berkaitan dengan menganggap variable lain yang mempengaruhikonstan.

Decreasing return to scale : terjadi jika penambahan input sebesar 1% akan menambah outputlebih kecil dari satu persen.

Demand function adalah sebuah tabel atau grafik atau persamaan yang menunjukkanbagaimana jumlah yang diminta dikaitkan dengan harga produk, dengan menganggaplima variabel lainnya yang mempengaruhi permintaan konstan.

Page 153: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

145

Disequilibrium : ketidakseimabngan yang terjadi di pasar akibat jumlah yang diminta lebihbesar dari jumlah yang ditawarkan atau sebaliknya jumlah yang ditawarkan lebihbanyak dari pada humlah yang diminta.

Dominant strategy : merupakan strategi yang memberikan hasil terbaik tidak peduli apapunkeputusan yang akan diambil oleh pesaingnya.

Dummy Variable : suatu variable yang hanya mengambil nilai satu dan nol.

Economic profit : merupakan selisih antara total revenue dengan total cost dimana totalcostnya meliputi eksplisit cost dan implicit cost.

Economic rent : pembayaran terhadap kelebihan produktifitas di atas opportunity cost.

Ekonomi mikro : Ilmu yang mempelajari tentang perilaku ekonomi individual sepertiperilaku konsumen, perilaku produsen dan bagaimana interaksi mereka dalam pasar.

Eksplisit cost : biaya yang harus dikeluarkan perusahaan apabila menggunakan sumber dayayang bukan milik sendiri.

Elasticity of demand : mengukur kepekaan konsumen terhadap perubahan harga sebuahbarang.

Elastic : Pasar yang elastic berarti pasar yang peka terhadap perubahan harga barang.

Empirical demand function : fungsi permintaan yang betul-betul dihadapi di lapangan.

Endogenous Variable : merupakan suatu variabel yang dipengaruhi oleh model yang adadalam persamaan.

Equilibrium price : adalah harga yang tercipta dari keseimbangan pasar.

Equilibrium quantity : Jumlah barang yang terjual di pasar.

Exess demand : jumlah yang diminta melebihi jumlah yang ditawarkan.

Exess supply : jumlah yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta.

Exogenous variable : suatu variabel yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar modelpersamaan.

Expected utility theory : sebuah teori pembuatan keputusan di bawah resiko yangmemperhitungkan perilaku seorang menajer dalam menghadapi resiko.

Faktor produksi : alat yang digunakan untuk proses produksi missal modal, tenaga kerja danlain-lain.

Fixed cost : biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang tidak tergantung oleh jumlahoutput yang dihasilkan atau nilainya konstan berapapun output yang dihasilkan.

Floor price : harga minimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Apabila harga minimumtersebut melebihi harga pasar maka akan terjadi surplus.

Full price : gabungan antara harga barang itu sendiri ditambah dengan search cost.

Page 154: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

146

Games theory : merupakan cara untuk menunjukkan bagaimana memilih strategi yangoptimal atau terbaik dalam berbagai situasi konflik

Implisit cost : biaya yang terjadi akibat menggunakan sumber daya yang merupakan miliksendiri.

Income effect : perubahan dalam konsumsi barang yang berasal dari perubahan daya belisesudah harga barang berubah.

Income elasticity : Mengukur kepekaan dari jumlah yang diminta akibat adanya perubahanpendapatan dengan menganggap variable lain yang mempengaruhi konstan.

Increasing return to scale : terjadi jika penambahan input sebesar 1% akan menambah outputlebih besar dari 1%.

Indifferent curve : adalah kurva yang menunjukkan kombinasi dari dua kelompok barangyang berbeda yang memberikan kepuasan (total utility) yang sama.

Inferior goods : barang yang bersifat, jika kenaikan pendapatan diikuti oleh penurunanjumlah barang yang diminta maka barang tersebut adalah barang inferior.

Inelastic : pasar yang inelastic berarti pasar tersebut kurang peka terhadap perubahan harga.

Input : sama dengan faktor produksi atau masukan yaitu alat yang dipakai untuk prosesproduksi missal modal tenaga kerja dan lain-lain.

Intercept parameter : atau konstanta adalah besarnya nilai variabel terikat apabila variabelbebasnya given.

Isocost : kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang dibeli pada tingkatpengeluaran tertentu dan harga tertentu.

Isoquant : kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi input yang menghasilkan outputyang sama.

Keuntungan maksimum : perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang maksimum jikatambahan revenue akibat adanya penambahan output unit yang terakhir sama dengantanabahan cost akibat adanya tambahan output unit yang terakhir (MR=MC).

Law of diminishing marginal product : merupakan hukum pertambahan hasil yang semakinberkurang yaitu bertambahnya input mula-mula menyebabkan peningkatan outputdengan kecepatan yang semakin tinggi kemudian menurun, setelah mencapai titiktertentu kecepatannya nol bahkan setelah itu negatif.

Least cost combination : kombinasi input yang menimbulkan biaya minimum.

Lerner index : merupakan salah satu cara mengukur market power dengan menggunakanelastisitas.

Linier equation : suatu persamaan matematis yang pangkat tertinggi dari variable bebasnyaadalah satu.

Long run production function : suatu fungsi produksi dimana dalam fungsi tersebut semuainput adalah variable ( bisa diubah-ubah)..

Page 155: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

147

Maksimisasi utility : terjadi jika tambahan kepuasan dari mengkonsumsi barang X unit yangterakhir sama dengan tambahan kepuasan dari mengkonsumsi barang Y unit yangterakhir dari setiap rupiah yang dibelanjakan.

Marginal benefit of search : tambahan manfaat yang diperoleh dari pencariannya untukmendapat informasi mengenai suatu barang dari setiap periode waktu yangdikurbankan.

Marginal cost : perubahan total biaya akibat adanya perubahan jumlah barang yangdihasilkan.

Marginal cost of search : tamabahan biaya yang harus dikeluarkan dari pencariannya untukmendapat informasi mengenai suatu barang dari setiap periode waktu yangdikurbankan.

Marginal rate of substitution : besarnya perubahan kelompok barang Y akibat berubahnyakelompok barang X yang dikonsumsi dimana hubungan antara dua kelompok barangtersebut adalah berkebalikan.

Marginal rate of technical substitution : besarnya perubahan kapital akibat adanya perubahantenaga kerja yang dipakai dalam proses produksi dimana keduanya berhubungannegatif.

Marginal revenue : perubahan total revenue akibat adanya perubahan jumlah barang.

Marginal utility : perubahan total utility akibat adanya perubahan output yang dikonsumsi.

Marginal utility of profit : jumlah di mana total utility meningkat dengan bertambahnyakeuntungan yang diperoleh perusahaan.

Market clearing : sama dengan market equilibrium yaitu titik temu antara permintaan danpenawaran pasar.

Market demand : kurva yang menunjukkan kombinasi harga dan kuantitas barang yang maudan mampu dibeli konsumen pada masing-masing harga dengan menganggap yanglain konstan.

Market Equilibrium : terjadinya titik temu antara permintaan dan penawaran pasar, darikeseimabngan pasar tersebut akan tercipta harga dan kuantitas keseimbangan di pasar.

Market power : kemampuan perusahaan untuk menaikkan harga tanpa kehilangan seluruhpenjualannya.

Monopoli : kondisi pasar di mana hanya ada satu perusahaan dalam pasar dan dia mempunyaimarket power sehingga mampu mempengaruhi harga (price setter/ price maker).

Monopolistic competition : atau persaingan monopolistis adalah kondisi pasar dimana cirinyamirip dengan persaingan sempurna, yang membedakan adalah kemampuannya untukmempengaruhi harga karena mempunyai keunikan.

Moral hazard : terjadi ketika masing-masing pihak yang sudah bersepakat terdorong untukmengabaikan kesepakatan-kesepakatan yang sudah dibuat.

Page 156: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

148

Mutual interdependence : tindakan yang dilakukan oleh satu perusahaan dalam pasar akanmempunyai efek pada penjualan dan revenue perusahaan lain.

Nash equilibrium : suatu kondisi dimana setiap pemain memilih strategi terbaiknya, untukmenghadapi strategi yang telah dilakukan pemain lainnya.

Normal goods : barang yang sifatnya, jika terjadi kenaikan pendapatan diikuti kenaikanjumlah barang yang dikonsumsi maka barang tersebut adalah barang normal.

Normal profit : terjadi bila economic profit sama dengan nol atau nilainya sebesar implicitcost.

Oligopoli : pasar yang terdiri dari perusahaan besar dengan jumlah relatif sedikit, masing-masing memiliki pangsa cukup besar dan ada mutual interdependence.

Opportunity cost : apa saja yang diserahkan pemilik perusahaan untuk bisa menggunakansumber daya.

Ordinary demand function : menunjukkan hubungan antara jumlah yang diminta dan hargadari produk dimana variabel lain yang mempengaruhi demand dianggap konstan.

Perfect competition : atau pasar persaingan sempurna adalah pasar dimana produk yang dijualhomogen (identik), banyak pembeli dan penjual, informasi sempurna, perusahaanbebas untuk masuk atau ke luar atau tidak ada halangan untuk memasuki pasar danharga ditentukan oleh mekanisme pasar.

Point elasticity : cara menghitung elastisitas dengan melihat pada satu titik tertentu.

Present value : menghitung nilai sekarang atas sesuatu yang akan diperoleh di masa datang.

Price taker : perusahaan di pasar hanya sebagai pengambil harga, sedangkan harga ditentukanoleh mekanisme pasar

Principal-agent problem : problem antara pemilik dan manajemen yang muncul dalamperusahaan, biasanya terjadi pada perusahaan yang pemilik dan manajemennyaterpisah karena perusahaan sudah go public.

Probability distribution : sebuah tabel atau grafik yang menunjukkan semua kemungkinanhasil atau payoffs dari suatu keputusan dan probabilitas masing-masing hasil yangakan terjadi.

Product differentiation : produk yang bisa dibedakan antara satu dengan yang lain baik darisisi kualitas, performance atau dari sisi yang lainnya.

Profit oriented : suatu perusahaan yang didirikan dengan tujuan profit oriented berartiperusahaan tersebut selalu berusaha untuk memaksimumkan keuntungan setiapperiode atau memaksimumkan nilai perusahaan.

Qualitatif forecast : meramalkan arah perubahan dari dari variabel-variabelnya.

Quantitatif forecast : meramalkan arah dan besaran dari perubahan variabel-variabelnya.Quantitatif forecast lebih mahal biayanya dibanding dengan qualitative forecastkarena data yang harus dicari lebih banyak.

Page 157: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

149

Quantity demanded : jumlah barang atau jasa yang konsumen mau dan mampu untukmembelinya selama periode waktu tertentu.

Quantity supplied : Jumlah barang atau jasa yang ditawarkan untuk dijual selama periodewaktu tertentu.

Risk premium : Kenaikan tingkat diskonto untuk mengkompensasi investor atasketidakpastiannya tentang keuntungan di masa datang.

Risk : mengacu pada situasi di mana terdapat lebih dari satu hasil yang mungkin terjadi darisuatu keputusan dan probabilitas dari tiap hasil tersebut diketahui atau bisadiestimasikan.

Risk averse : menggambarkan seorang pembuat keputusan yang ketika dihadapkan pada duapilihan keputusan dengan expected profit yang sama, akan memilih keputusan yangkurang beresiko

Risk loving : menggambarkan seorang pembuat keputusan yang memilih keputusan yanglebih beresiko ketika keuntungan yang diharapkan sama.

Risk neutral : menggambarkan seorang pembuat keputusan yang mengabaikan resiko dalammembuat keputusan dan hanya mempertimbangakan nilai yang diharapkan darikeputusan-keputusannya.

Search Cost : biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan informasi mengenai harga dankualitas produk.

Shortage : jumlah yang diminta melebihi jumlah yang ditawarkan di pasar.

Short run production function : suatu fungsi produksi di mana minimal ada satu input tetapyang mempengaruhi output.

Shut down point : titik gulung tikar yaitu suatu titik tertentu dimana perusahan menutupusahanya atau tidak berproduksi.

Slope parameter : Parameter dalam sebuah fungsi linier yang mengukur efek pada dependentvariable akibat perubahan salah satu dari variabel bebasnya dengan menganggapvariabel bebas lainnya konstan.

Substitution effect : perubahan konsumsi dari barang yang terjadi jika konsumen tetap padakurva indifferent yang sama sesudah harga barang berubah.

Supply function : fungsi yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkandengan variabel bebas yang mempengaruhinya.

Supply curve : Sebuah grafik yang menunjukkan hubungan jumlah yang tawarkan dan hargaketika semua variabel lain yang mempengaruhi konstan.

Surplus : jumlah yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta di pasar.

The generalized demand function : hubungan antara jumlah yangdiminta dengan enam faktoryang mempengaruhi jumlah yang diminta.

The generalized supply function : hubungan antara jumlah yang ditawarkan dan enam faktorlain yang mempengaruhi jumlah yang ditawarkan.

Page 158: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

150

Total cost : jumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan baik biaya tetap maupun biayavariabel.

Total effect : gabungan antara substitution effect dan income effect.

Total revenue : total penerimaan perusahaan yang merupakan hasil perkalian antara harga dankuantitas.

Total value of firm : Menghitung nilai sekarang atas total jumlah keuntungan yang akandiperoleh di masa mendatang.

Unitary elasticity : prosentase perubahan jumlah yang diminta sama dengan prosentaseperubahan harga atau dengan kata lain kenaikan harga akan diikuti dengan penurunanjumlah yang diminta dengan nilai yang sama sehingga tidak berdampak pada totalpenerimaan perusahaan.

Utility : manfaat yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa.

Uncertainty : mengacu pada situasi dimana terdapat lebih dari satu hasil yang mungkin darisutu keputusan dan probabilitas dari kemunculan masing-masing hasil tersebut tidakdiketahui, apalagi dapat ditafsirkan.

Variable cost : biaya perusahaan yang besar kecilnya dipengaruhi oleh banyak sedikitnyaoutput yang dihasilkan.

Page 159: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

151

I N D E K S

AAccounting Profit 5

Arch Elasticity 31

Average Cost 71

Average Fixed Cost 71

Average Variable Cost 71

Average Product 67

BBiaya Ekonomi 69

Budget Line 39,40

CCeilling Price 25

Corporate Control Mechanism 7

Complete Information 37

Cross Price Elasticity 35

Cobb Douglass 84

Constant Cost 103

DDemand Function 14

Decreasing Cost 103

Distribusi probabilitas 122

Duopoli 135

EEconomic Model 62

Economic Profit 4

Efisiensi Ekonomis 66

Efisiensi Teknis 66

Ekspektasi Harga 13

Elastis 28

Excess Demand 23

Excess Supply 23

Explicit Cost 69

Expected Value 123

Expected Utility 127

Expected Net Benefit

F132

Floor Price 25

Fungsi Permintaan Empiris 49

GGeneralized Demand Function 11

Generalized Supply Function

H18

Harga Luwes 23

Harga Kaku 24

Hedging 3

Hukum Satu Harga 22, 27

IImage Design 46

Inelastis 28

Implicit Cost 69

Increasing Cost 103

Income Elasticity 35

Income Effect 44

Input Optimal 78

Isoquant 76

Isocost 77

KKetidakpastian 122

Koefisien Elastisitas Permintaan 28

Koefisien Varian Analisis 127

KombinasiInput Terendah 97

Page 160: EKONOMI MANAJERIALeprints.unisbank.ac.id/id/eprint/6443/1/buku ek...Ekonomi manajerial tidak melihat permasalahan hanya dari sudut harga, namun juga meliputi aspek produksi, penggunaan

152

Riset Eksperimental 49

102 Risk Averse 128

71 Return to Scale 80

108 Resiko 121

LLoss Minimization 99

Lerner Index 109

MMaksimalisasi Laba

Marginal Cost

Market Definition

Marginal Product 67

Market Power 108

Monopoly 9,114

Market Equilibrium 22

Mean Varian Analisis 126

Model Runtun Waktu 57

MRTS 77

NNon cooperative Oligopoly 117

OOligopoly 9,116

Ordinary Demand Function 11

Oportunity Cost 69

PPrinciple Agent Problem 6

Pendekatan Ekonomitrika 63

Perfect Competition 8

Pergeseran kurva Permintaan 16

Pergeseran Kurva Penawaran 21

Personal Rivalry 94

Point Elasticity 31

Preference Ordering 38

Price Effect 29

Price Setting 51

Price Taking 51

QQuantity Effect 30

R

SShut Down 95

Struktur Pasar 8

Supply Function 19

Substitution Effect 43

TTotal Product 67

Total Cost

VValue of Firm 5

Variasi Musiman 59