EFLORESENSI KULIT

13
EFLORESENSI KULIT A. Ruam Kulit Primer 1. Makula Perubahan warna kulit tanpa disertai perubahan bentuk, contohnya pada : tinea versikolor, morbus Hansen 2. Eritema Makula yang berwarna merah seperti pada dermatitis, lupus eritromatosus. 3. Papula Penonjolan padat di atas permukaan kulit, berbatas tegas, ukuran < 1cm. 4. Nodula Seperti papula tapi diameter > 1cm, contoh pada prurigo nodularis.

description

kulit

Transcript of EFLORESENSI KULIT

Page 1: EFLORESENSI KULIT

EFLORESENSI KULIT

A. Ruam Kulit Primer

1. Makula

Perubahan warna kulit tanpa disertai perubahan bentuk, contohnya pada : tinea versikolor,

morbus Hansen

2. Eritema

Makula yang berwarna merah seperti pada dermatitis, lupus eritromatosus.

3. Papula

Penonjolan padat di atas permukaan kulit, berbatas tegas, ukuran < 1cm.

4. Nodula

Seperti papula tapi diameter > 1cm, contoh pada prurigo nodularis.

Page 2: EFLORESENSI KULIT

5. Vesikula

Gelembung yang berisi cairan serosa dengan diameter < 1cm, contoh pada herpes zooster,

varisela.

6. Bula

Vesikel dengan diameter > 1cm, misal pada pemfigus, luka bakar.

Jika vesikel/bula berisi darah --> vesikel/bula hemoragik.

Jika bula berisi nanah disebut bula purulen.

Page 3: EFLORESENSI KULIT

7. Pustula

Vesikel berisi nanah, contoh : variola, varisela, psoriasis pustulosa.

8. Urtika

Penonjolan di atas permukaan kulit berdasarkan pertumbuhan sel maupun jaringan tubuh.

9. Tumor

Penonjolan di atas permukaan kulit berdasarkan pertumbuhan sel maupun jaringan tubuh.

Page 4: EFLORESENSI KULIT

10. Kista

Penonjolan di atas permukaan kulit berupa kantong yang berisi cairan serosa atau padat atau

setengah padat, contoh : kista epidermoid.

B. Ruam Sekunder

1. Skuama

Pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit. Dapat berupa sisik halus (TV), sedang

(dermatitis), kasar (psoriasis). Skuama dapat berwarna putih (psoriasis), coklat (TV), atau

seperti sisik ikan (iktiosis).

Page 5: EFLORESENSI KULIT

2. Krusta

Onggokan cairan darah, kotoran, nanah, dan obat yang sudah mengering di atas permukaan

kulit, misalnya pada impetigo krustosa, dermatitis kontak. Krusta dapat berwarna hitam

(pada jaringan nekrosis), merah (asal darah) atau coklat (asal darah, nanah, serum).

3. Erosi

Kerusakan kulit sampai ujung stratum spinosum. Kulit nampak menjadi merah dan keluar

cairan serosa, misalnya pada dermatitis kontak.

4. Ekskoriasi

Kerusakan sampai ujung stratum papilaris sehingga kulit tampak merah disertai bintik-bintik

perdarahan. Ditemukan pada dermatitis kontak dan ektima.

Page 6: EFLORESENSI KULIT

5. Ulkus

Kerusakan kulit (epidermis dan dermis) yang memiliki dasar, dinding, tepi dan isi. Misal,

ulkus tropikum, ulkus durum.

6. Rhagaden

Belahan-belahan kulit dengan dasar yang sangat kecil/dalam misal pada keratoskisis,

keratodermia.

7. Parut (sikatriks)

Jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yang sudah hilang. Jaringan ikat ini

dapat lebih cekung dari jaringan sekitarnya (sikatriks atrofi), dapat lebih menonjol (sikatriks

hipertrofi), dan dapat normal (eutrofi?luka sayat). Sikatriks tampak licin, garis kulit dan

adneksa hilang.

Page 7: EFLORESENSI KULIT

8. Keloid

Hipertrofi yang pertumbuhannya melampaui batas.

9. Abses

Kantong berisi nanah di dalam jaringan. Misal abses bartholini dan abses banal.

10. Likenifikasi

Penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan/relief kulit tampak lebih jelas, seperti pada

prurigo, neurodermatitis.

Page 8: EFLORESENSI KULIT

11. Guma

Efloresensi sekunder berupa kerusakan kulit yang destruktif, kronik, dengan penyebaran

serpiginosa. Misal pada sifilis gumosa.

12. Hiperpigmentasi

Penimbunan pigmen berlebihan sehingga kulit tampak lebih hitam dari sekitarnya. Misal,

pada melasma pasca inflamasi.

13. Hipopigmentasi

Kelainan yang menyebabkan kulit menjadi lebih putih dari sekitarnya, misal skleroderma dan

vitiligo.

Page 9: EFLORESENSI KULIT

C. Efloresensi Khusus

1. Kanalikuli

Saluran-saluran pada stratum korneum, yang timbul sejajar dengan permukaan kulit, seperti

yang terdapat pada skabies.

2. Milia (white head)

Penonjolan di atas permukaan kulit yang berwarna putih yang ditimbulkan oleh penyumbatan

saluran kelenjar sebasea, seperti pada akne sistika.

3. Komedo

Ruam kulit berupa bintik-bintik hitam yang timbul akibat proses oksidasi udara terhadap

sekresi kelenjar sebasea di permukaan kulit, seperti pada akne.

Page 10: EFLORESENSI KULIT

4. Eksantema

Ruam permukaan kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat dan tidak berlangsung

lama, biasanya didahului demam,  seperti pada demam berdarah.

5. Roseola

Eksantema lentikular berwarna merah tembaga seperti pada sifilis dan frambusia.

6. Purpura

Perdarahan di dalam/di bawah kulit yang tampak kemerahan, dan tidak hilang pada

penekanan kulit, seperti pada dermatitis medikamentosa.

Page 11: EFLORESENSI KULIT

SIFAT-SIFAT EFLORESENSI

A. Ukuran

1. Miliar (sebesar kepala jarum pentul)

2. Lentikular (sebesar kacang hijau-jagung)

3. Numular (sebesar uang logam seratus rupiah)

4. Plakat (lebih besar dari uang logam seratus rupiah)

B. Gambaran

1. Linear (seperti garis lurus)

2. Sirsinar/anular (melingkar)

3. Arsinar (menyerupai bulan sabit)

4. Polisiklis (menyerupai bunga)

5. Korimbiformis (jika efloresensi besar dikelilingi oleh efloresensi kecil {hen and chicken

configuration})

C. Bentuk

1. Bundar (impetigo)

2. Lonjong (ptiriasis rosasea)

3. Serpiginosa (sifilis stadium III)

4. Herpetiformis (menyerupai dermatitis herpetiformis)

5. Konfluen (jika beberapa efloresensi bergabung menjadi satu efloresensi besar {variola})

6. Iris formis (menyerupai iris --> bentuk bulat/lonjong, pada bagian tengah tampak putih atau

hitam {pada eritema multiforme}). 

D. Lokalisasi/penyebaran

1. Solitar, jika hanya satu lesi (ulkus durum)

2. Multipel, jika lesi banyak (varisela).

3. Regional, menyerang satu regio (pada prurigo, urtikaria).

4. Diskrit, lesi-lesi terpisah satu dengan yang lain (ektima).