EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE TANYA...
Transcript of EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE TANYA...
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE TANYA JAWAB
DALAM BERDAKWAH MATERI ZISWAF
STUDI KASUS PADA JAMAAH MAJELIS TAKLIM AL FURQON
MERUYA SELATAN KEMBANGAN JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Knowledge, Piety, Intergrity
Oleh :
Kharisma Syahputra
NIM : 1112053000038
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH KONSENTRASI ZISWAF
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M / 1438 H
i
ABSTRAK
Kharisma Syahputra
NIM 1112053000038
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE TANYA JAWAB DALAM BERDAKWAH
MATERI ZISWAF STUDI KASUS PADA JAMAAH MAJELIS TAKLIM AL-FURQON
MERUYA SELATAN KEMBANGAN JAKARTA BARAT.
Dakwah sudah ada sejak zaman manusia pertama sampai ke zaman Rasulullah. Hingga
saat ini dakwah sudah semakin berkembang terutama dalam penggunaan metode dakwah. Salah
satu metode yang saat ini sering digunakan adalah metode Tanya Jawab. Dalam prosesnya
dimana da’i tidak hanya menyampaikan pesan-pesan kebaikan secara satu arah namun lebih dari
itu, dimana jamaah yang langsung mendengarkan bisa mendapatkan kesempatan untuk bertanya
kepada da’i tentang hal yang tidak dimengerti. Dengan metode ini terbangun komunikasi dua
arah antara jamaah dan da’i.
Data dari Kementrian Agama dan Lembaga Survei Indonesia tahun 2006-2009 tentang
perkembangan Majelis Taklim di Indonesia, menggambarkan bahwa tingkat kuantitas Majelis
Taklim terus meningkat setiap tahunnya akan tetapi disisi lain mengalami penurunan dari segi
jamaah dan pengajar. Dari data tersebut bisa kita lihat bahwa ada masalah yang terjadi di Majelis
Taklim Indonesia.
Dan salah satu Majelis Taklim yang berkembang dengan metode Tanya jawabnya adalah
Majelis Taklim Al-Furqon. Majelis Taklim Al-Furqon adalah salah satu diantara sekian banyak
Majelis Taklim yang ada di wilayah Jakarta Barat yang menggunakan metode Tanya jawab
dalam proses taklimnya.
Kemudian proses penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan cara
memberikan kuesioner dan mewawancarai beberapa jamaah untuk mendapatkan jawaban yang
lebih meyakinkan di Majelis Taklim tersebut.
Kata Kunci: Metode Tanya Jawab dan Efektivitas
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulilahirabbil’alamin, puji syukur selalu terpanjatkan kepada Allah SWT atas
segala nikmatNya yang tak terhitung hingga bisa dirasakan hingga saat ini. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada kekasihNya, manusia pilihan ialah Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga dan sahabat sahabatnya yang mulia.
Dan atas izinNya pula akhirnya skripsi ini bisa selesai tepat pada waktunya, sesuai
dengan target penulis dan tentunya yang paling penting skripsi ini selesai untuk memenuhi salah
satu syarat kelulusan untuk mendapat gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah Konsentrasi ZISWAF Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses pembuatan skripsi ini tentunya banyak hal yang penulis rasakan, suka
duka, susah senang, letih dan lain sebagainya semua terasa sudah terbayar dengan terwujudnya
skripsi ini, dan tentunya selain itu dalam prosesnya penulis juga mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak, baik internal maupun eksternal sehingga skripsi ini bisa selesai. Untuk itu
penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Dr. Arief Subhan MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Suparto, M.Pd, Ph.D selaku Wakil dekan I Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Dr. Hj. Roudhonah M.Ag Selaku Wakil dekan II Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dr. Suhaimi M.Si Selaku Wakil dekan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Drs. Cecep Castrawijaya MA, selaku Ketua Jurusan di Manajemen Dakwah
6. Prof. Dr. H. Syamsir Salam M.Si, selaku Dosen pembimbing saya yang telah
membantu proses terselesaikannya skripsi ini
iii
7. Seluruh Tim Penguji Sidang Munaqasyah: ketua sidang Dr. Hj. Roudhonah MA,
Sekretaris Sidang Drs. Sugiharto MA, Penguji I Drs. Yusro Kilun M.Pd, dan Penguji
II Dr. H. Ahmad Rojali Jawab MA
8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang dari semester
pertama sampai akhir dengan tulus mengajar dan mendidik kami, semoga ilmu yang
diberikan menjadi amal jariah yang tidak terputus pahalanya.
9. Seluruh staff petugas Tata Usaha dan Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Utama
yang telah membantu dalam proses birokrasi untuk terselesaikannya skripsi ini
10. Ustad H. Haris dan Ustad H. Paino beserta segenap pengurus Majelis Taklim Al-
Furqon yang telah membantu saya dalam proses pencarian data ketika penelitian di
Majelis Taklim Al-Furqon
11. Untuk Orangtuaku, Ibunda tercinta Nurhandayani dan Ayah sekaligus pemimpin
terbaik Yudi Yulfansyah beserta adikku tersayang Tiara Dwi Aryani yang telah selalu
menjadi penyemangat dalam hidupku
12. Untuk keluarga besar H. Pandi dan Achmad Syah telah mengajarkan tentang arti
kebersamaan dan kekeluargaan, semoga tali silaturahmi kita tidak akan terputus
13. Seluruh teman-teman MD angkatan 2012 terkhusus kepada M. Musyfiq Hidayat
S.Sos, Syauqi Jazuli S.sos, Tsalis M. Duha S.Sos, Habibullah Mustafa S.Sos dan
Nazar Rudiansyah
14. Untuk anak-anak pengajian Qur’an yang menjadi salah satu motivasi hidup dan para
rekan guru yang terus memberikan semangat untuk bisa menyelesaikan skripsi ini
15. Untuk ananda Anis Syafaatul Maula yang juga selalu memberikan motivasi dan
bimbingan untuk bisa terselesaikannya skripsi ini
Jakarta, 2 Maret 2017
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 i
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................................... 5
1. Pembatasan Masalah......................................................................... 5
2. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
1. Manfaat Akademis ............................................................................ 6
2. Manfaat Praktis ................................................................................. 6
E. Metodologi Penelitian ............................................................................. 7
1. Pendekatan dan Desain Penelitian .................................................... 7
2. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 7
3. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 8
4. Sumber Data ..................................................................................... 10
3. Teknik Analisis Data ........................................................................ 11
iv
F. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 17
A. Pengertian Dakwah ................................................................................. 17
B. Unsur-Unsur Dakwah ............................................................................. 18
1. Subjek Dakwah ................................................................................. 19
2. Media Dakwah .................................................................................. 19
3. Materi Dakwah ................................................................................. 20
4. Objek Dakwah .................................................................................. 20
5. Metode Dakwah ................................................................................ 21
Dalam Al-Qur’an
a. Bi Al Hikmah ................................................................................ 24
b. Mauizhah Hasanah ....................................................................... 25
c. Mujadalah ..................................................................................... 26
Secara Umum
a. Metode Ceramah ........................................................................... 27
b. Metode Tanya Jawab .................................................................... 27
c. Metode Diskusi ............................................................................. 30
d. Metode Propaganda ...................................................................... 30
e. Metode Keteladanan ..................................................................... 31
f. Metode Drama ............................................................................... 31
f. Metode Silaturahmi ....................................................................... 31
iv
C. ZISWAF .................................................................................................. 32
1. Zakat ................................................................................................. 32
2. Infaq dan Shadaqah .......................................................................... 33
3. Wakaf................................................................................................ 34
D. Tingkat Kepuasan Jamaah ...................................................................... 35
1. Pengertian Kepuasan .......................................................................... 35
2. Bentuk-bentuk kepuasan .................................................................... 35
a. Level Pertama ................................................................................ 36
b. Level Kedua .................................................................................. 36
c. Level Ketiga .................................................................................. 36
3. Metode Pengukuran Kepuasan Jamaah .............................................. 36
a. Sistem keluhan dan saran .............................................................. 36
b. Ghost Shopping ............................................................................. 37
c. Lost Customer Analysis ................................................................ 37
d. Survey Kepuasan Pelanggan ......................................................... 37
E. Majelis Taklim ........................................................................................ 38
BAB III PROFILE MAJELIS TAKLIM AL-FURQON ................................ 41
A. Sejarah Berdiri ........................................................................................ 40
B. Visi Misi dan Tujuan .............................................................................. 43
a. Visi ...................................................................................................... 43
b.. Misi .................................................................................................... 43
c. Tujuan ................................................................................................. 44
C. Program Kegiatan Majelis Taklim Al-Furqon ........................................ 44
iv
D. Struktur Kepengurusan Majelis Taklim Al Furqon ................................ 46
E. Jamaah Majelis Taklim Al Furqon .......................................................... 49
F. Hambatan dan Upaya Menanggulangi .................................................... 51
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS .................................................... 55
A. Aktivitas Dakwah Majelis Taklim Al-Furqon ........................................ 55
B. Materi Dakwah ........................................................................................ 58
C. Metode Tanya Jawab dalam Majelis Taklim Al-Furqon ........................ 61
D. Analisis Kuesioner .................................................................................. 65
E. Analisis Wawancara ................................................................................ 71
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 75
A. Kesimpulan ............................................................................................. 75
B. Saran........................................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Program Kegiatan Majelis Taklim Al-Furqon .................................. 45
Table 3.2 Jumlah Jamaah Majelis Taklim Al-Furqon Tahun 2016 .................. 49
Table 3.3 Jumlah Jamaah Majelis Taklim Al-Furqon Tahun 2013-2016 ......... 50
Table 3.4 Faktor Penghambat Internal .............................................................. 52
Table 3.5 Faktor Penghambat Eksternal ........................................................... 53
Table 4.1 Materi Dakwah Majelis Taklim Al-Furqon ...................................... 60
Table 4.2 Data Responden berdasarkan Jenis kelamin ..................................... 65
Table 4.3 Data Responden berdasarkan Usia ................................................... 66
Table 4.4 Data Responden berdasarkan Pendidikan ......................................... 68
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Kepengurusan Majelis Taklim Al-Furqon.................... 47
Gambar 4.1 Taklim Bulanan Majelis Taklim Al-Furqon ................................. 64
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Dokumentasi di Majelis Taklim Al-Furqon
Lampiran 2 : Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 : Lembaran persetujuan Responden
Lampiran 4 : Lembaran kuesioner
Lampiran 5 : Surat Keterangan Penelitian dari Lembaga
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Majelis taklim selaku lembaga pendidikan non formal yang ada di
Indonesia tumbuh sangat pesat khususnya di Jakarta. Pada tahun 90-an terutama
di era reformasi, majelis-majelis dzikir non tariqat mulai tumbuh seperti jamur di
musim hujan. Pengertian non tariqat di sini, pendiri dan pemimpin majelis dzikir
adalah ustadz, ulama atau habaib yang hampir semuanya tidak secara langsung
berhubungan dengan tariqat tertentu, baik sebagai khalifah, wakil talqin atau
mursyid. Jama`ah yang menghadirinya juga tidak ekslusif. Siapa pun, asal
muslim, ia bisa ikut bergabung.1 Para jamaah yang mengikutinya pun biasanya
tidak terbatas oleh kalangan tertentu saja, faktor seperti usia, latar belakang
pendidikan, sosial ekonomi, pria dan wanita semua diterima di majelis taklim.
Tapi memang ada juga majelis taklim yang lebih khusus keberadaannya, seperti
majelis taklim yang berada di lingkungan perkantoran, lingkungan sekolah,
majelis taklim yang khusus untuk ibu-ibu, bapak-bapak, remaja atau majelis
taklim yang rutin diadakan setiap minggunya, bulannya atau setiap dua minggu
sekali.
Keberadaan majelis taklim bersanding dinamis bersama lembaga
sejenisnya seperti pesantren, diniyah, TPA/TPQ, dan balai pengajian. Melalui
1 http://islamic-center.or.id/2011/03/04/fenomena-majelis-dzikir/
2
aktifitas yang dilakukakan, majelis taklim ikut serta memberikan sumbangan bagi
pencerdasan mental spiritual umat Islam.2 Dengan perkembangan yang sangat
pesat bahkan setiap harinya atau minggunya kita bisa melihat di mana-mana
banyak pengajian-pengajian yang diadakan di masjid atau mushola bahkan di
jalan-jalan dengan jumlah jamaah mulai dari ratusan hingga ribuan berkumpul di
suatu tempat untuk mengaji bersama.
Menurut sumber dari kementrian Agama dan Lembaga Survei Indonesia
(LSI), pada tahun 2006-2007 jumlah majelis taklim di Indonesia berjumlah
153.357 dan pada tahun berikutnya 2008-2009 meningkat menjadi 161.879. Ini
merupakan salah satu bukti bahwa majelis taklim berkembang pesat di Indonesia.
Survei juga menggambarkan jumlah jamaah dan tenaga pengajar di majelis
taklim. Pada tahun 2006-2007 jumlah jamaah majelis taklim 9.867.873 jiwa
dengan pengajar 375.095 jiwa, sedangkan pada tahun selanjutnya 2008-2009
jumlah jamaah menjadi 9.670.272 jiwa dan pengajar 366.200 jiwa.3 Data tersebut
menggambarkan bahwa majelis taklim di Indonesia hanya berkembang dari segi
kuantitasnya bukan kualitas. Hasil survei memberikan gambaran bahwa ada
masalah yang terjadi pada majelis taklim di Indonesia.
Peran narasumber atau muballigh sangat penting bagi perkembangan
sebuah majelis taklim. Narasumber atau muballigh bisa menjadi salah satu faktor
2 http://aceh.tribunnews.com/2013/02/08/majelis-taklim-dan-partisipasi-umat
3 https://roedijambi.wordpress.com/2012/12/22/mengenal-majelis-taklim/
3
berkembangnya suatu majelis taklim atau bahkan justru menjadi menurunnya
kualitas dari majelis taklim. Banyak kita jumpai majelis taklim yang
narasumbernya adalah para sesepuh atau tokoh agama lingkungan setempat yang
menjadi pengajarnya, ada juga majelis taklim yang narasumbernya adalah para
ustad yang memang sengaja didatangkan dari luar untuk memberikan ilmunya
kepada jamaah di suatu majelis taklim. Biasanya jika narasumber mempunyai
keluasan ilmu agama dan retorika yang mumpuni maka jamaah akan suka dan
nyaman selama berada dalam majelis, hal ini adalah sebuah modal untuk ke
depannya bagi majelis taklim. Dakwah akan sia-sia bila narasumber hanya
berbicara tanpa memikirkan apakah jamaah paham dengan apa yang dia katakan
atau tidak, meskipun apa yang dikatakan adalah suatu kebenaran tapi tidak bisa
menyentuh hati jamaah.
Selain narasumber, faktor lainnya yang menentukan perkembangan suatu
majelis taklim adalah metode yang digunakan. Ada majelis taklim yang bubar
dikarenakan jamaah bosan dengan metode yang digunakan pengajarnya, ada juga
majelis taklim yang maju karena metode yang digunakan oleh narasumbernya.
Oleh karena itu narasumber harus bisa menyesuaikan diri dimana tempat ia
berdakwah, siapa orang yang ia dakwahi, bagaimana latar belakang jamaah yang
mendengarkan ia berdakwah, semua itu bertujuan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan, agar bisa memilih metode yang tepat ketika mengajar. Karena
4
tidak mungkin sang narasumber menggunakan bahasa yang akademis jika ia
berdakwah di daerah perkampungan, dan begitu juga sebaliknya.
Dalam berdakwah metode yang digunakan sangat beranekaragam, dalam
Al-Qur’an dan As Sunnah banyak menjelaskan metode-metode dakwah yang
pernah Nabi Muhammad SAW lakukan. Namun secara umum bentuk-bentuk
metode dakwah diantaranya adalah4 metode ceramah, metode diskusi, metode
tanya jawab, metode silaturahmi, metode drama, metode propaganda, metode
keteladanan. Kemudian metode dakwah berdasarkan Al-Qur’an terdapat dalam
surat An Nahl ayat 125 yaitu, dakwah bil hikmah, dakwah mauizhah hasanah dan
dakwah mujadalah, Allah SWT berfirman:
”serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
4 Munir A, Samsul, Ilmu dakwah, (Jakarta:Amzah.2009), cet ke 2, hal. 101-105
5
Kemudian setelah penulis melakukan pengamatan (observasi) di beberapa
majelis taklim yang ada di lingkungan tempat tinggal, penulis merasa bahwa
majelis taklim Al-Furqon adalah salah satu majelis taklim yang sudah maju dan
berkembang dibanding dengan majelis taklim lainnya, dengan melihat faktor-
faktor seperti yang sudah disebutkan di atas. Dengan demikian penulis melakukan
penelitian terhadap majelis taklim tersebut, yakni dengan penelitian berjudul
“Pengaruh Metode Tanya Jawab Materi ZISWAF Terhadap Kepuasan Jamaah
pada Majelis Taklim Al-Furqon, Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat”
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan masalah yang ada dalam skripsi ini, maka
masalah yang dibahas dalam skripsi ini dibatasi pada pengaruh metode Tanya
Jawab Materi ZISWAF terhadap kepuasan jamaah pada Majelis Taklim Al
Furqon.
2. Rumusan Masalah
Penguraian masalah dalam karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara, misalnya secara abstrak, jelas atau lengkap, objektif,
bernalar dan konseptual. Dengan cara ini, permasalahan penelitian atau suatu
6
pembahasan diuraikan ke dalam bagian-bagian yang lebih spesifik dan dapat
dilakukan dengan berbagai cara.5
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis membuat
perumusan masalah sebagai berikut:
a. Apakah metode Tanya jawab Materi ZISWAF memberikan kepuasan
bagi jamaah di Majelis Taklim Al Furqon, Meruya Selatan?
b. Bagaimana tingkat kepuasan para jamaah terhadap metode Tanya
jawab Materi ZISWAF di Majelis Taklim Al Furqon, Meruya Selatan?
C. Tujuan
Selalu ada tujuan dalam setiap penelitian yang dilakukan oleh seseorang,
dalam hal ini berdasrkan pokok permasalahan diatas maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mengetahui apakah metode Tanya jawab materi ZISWAF
memberikan pengaruh terhadap kepuasan jamaah pada Majelis Taklim Al
Furqon?
2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan jamaah terhadap
metode Tanya jawab materi ZISWAF pada Majelis Taklim Al Furqon?
5 Suherli Kusmana, merancang karya tulis ilmiah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010) cet ke-1,
hal. 35
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
metode-metode dalam berdakwah. Serta untuk menambah wawasan pengetahuan
dan memberikan kontribusi bagi penulis sendiri dan umumnya praktisi dakwah
khususnya yang berada di bidang Majelis Taklim.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna kepada para praktisi dakwah
untuk tambahan wawasan mengenai fenomena majelis taklim dan metode dakwah
yang digunakan serta agar bisa diterapkan konsep yang baik di majelis taklim
agar kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan bisa efktif dan efisien.
E. Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-
langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan
masalah tertentu untuk diolah, dianalisa dan diambil kesimpulan.6
1. Pendekatan Penelitian dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
6 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1999), cet ke-2, hal. 1
8
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.7 Penulis
menggunakan jenis penelitian deskriptif analisis untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk memberikan kondisi
gambaran secara utuh mengenai objek yang ingin diteliti.
2. Sumber Data
Data sanagat dibutuhkan dalam melakukan sebuah penelitian, karena jika
tidak ada data maka tidak akan bisa melakukan penelitian. Dari sekian banyak
data yang ada, maka hanya data yang penting sajalah yang diambil agar arah
penelitian tidak keluar jalur. Dalam hal pengumpulan data, penulis mendapatkan
berbagai macam data yang di klasifikasikan sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang didapat dari sumber pertama yaitu
dari jamaah langsung dengan menyebarkan kuesioner atau wawancara serta
observasi secara langsung di majelis taklim.
b. Data Skunder
Data sekunder adalah data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen
yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, brosur,
makalah dan sumber informasi lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah
penelitian sebagai bahan penunjang penelitian.
7 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), cet ke1,
hal 138
9
3. Ruang lingkup Penelitian
a. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek yang akan penulis teliti adalah narasumber yang mengisi
di majelis taklim Al-Furqon, dan objeknya adalah jamaah majelis taklim Al-
Furqon, Meruya Selatan, Jakarta Barat.
b. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan November 2016 sampai dengan awal
tahun Desember 2016, dan lokasi penelitian berada di Majelis Taklim Al-Furqon
RT 04 RW 04, Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat.
4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.8 Teknik
pengumpulan data ini dilakukan dengan:
a. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan
melalui pengamatan dan mencatat fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.9 Hingga saat
ini ada dua model observasi yang sudah biasa dilakukan sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Pertama, Observasi secara langsung dan ikut tetlibat dalam 8 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2005)
9 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: Lembaga
Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983), h. 62.
10
peristiwa yang sedang dijadikan objek observasi. Dan Kedua, observasi non
partisipasi, yakni pembimbing berada di luar objek atau peran yang sedang
diidentifikasi, bisa dari jarak dekat atau jarak jauh. Artinya, pihak observer hanya
mengamati dan mencatan fakta atau kejadian-kejadian yang tampak sebagaimana
layaknya orang yang sedang mengamati sesuatu. Dalam observasi peneliti
melakukan pencatatan apa yang bisa dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga,
kemudian peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan data yang
dibutuhkan.
b. Kuesioner
Angket atau Kuesioner adalah pernyataan atau pertanyaan yang
dikirimkan kepada responden, baik secara langsung atau tidak langsung.10
Kuesioner berisikan daftar pertanyaan yang mengukur variable-variabel,
hubungan diantara variable yang ada, atau juga pengalaman atau opini dari
responden.11
Melalui kuesioner inilah penulis menyaring data dari responden
untuk mengetahui Pengaruh dari metode Tanya Jawab terhadap kepuasan jamaah
di majelis taklim Al-Furqon. Kuesioner dan proses pengumpulan data dilakukan
oleh peneliti sendiri pada saat kegiatan majelis sedang berlangsung. Responden
menerima satu perangkat instrument penelitian yang terdiri dari permohonan
kepada responden, persetujuan menjadi responden dari kuesioner, responden
10
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Hal. 57 11
Bambang Prasetyo dan Lina Mifathul Jannah, Metode penelitian kuantitatif, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011) cet ke-6, hal. 143
11
diperkenankan membaca seluruh pertanyaan setelah menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden dan diberi kesempatan untuk mengisi. kuesioner
yang telah di isi dikumpulkan kembali untuk kemudian dilakukan perhitungan
dan di analisa.
c. Wawancara12
Wawancara ialah Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancara
disebut interviewee.
Jenis wawancara ada dua, yaitu wawancara terpimpin dan tidak terpimpin.
Wawancara terpimpin ialah Tanya jawab yang terarah untuk mengumpulkan data
yang relevan saja. Wawancara tidak terpimpin ialah wawancara yang tidak
terarah. Kelemahannya ialah tidak efisien waktu, biaya dan tenaga.
Jadi, setelah mendistribusikan kuesioner kepada jamaah, peneliti juga
melakukan mewawancara kepada perwakilan jamaah yang hadir.
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif, dengan cara
mengumpulkan data-data yang relevan terkait judul penelitian. Kemudian setelah
melakukan pencarian data dengan kuesioner, wawancara dan observasi
keseluruhan data tersebut diolah untuk kemudian dideskripsikan dalam bentuk
pernyataan.
12
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Hal. 55-56
12
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa rujukan yang
berkaitan dengan metode Tanya jawab, untuk membuktikan bahwa tidak terjadi
penjiplakan maka penulis berikan rujukan referensi untuk dijadikan acuan.
Dimana referensi tersebut berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang
menyangkut masalah metode Tanya jawab, diantaranya:
1. Judul Skripsi : Penggunaan metode Tanya jawab dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS kelas IV di MI
Unwanul Huda Jakarta Selatan
Penulis : Z. Mutaqqin (Program Studi PGMI Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014)
Isi Pokok : Dalam penelitian skripsi tersebut penulis
menggunakan metode kuantitatif dalam melaksanakan penelitiannya. Pada
skripsi tersebut ruang lingkup pembahasan metode Tanya jawab seputar
dunia belajar mengajar yang dilakukan di sekolah-sekolah, sedangkan
pada penelitian ini berfokus pada Tanya jawab yang dilakukan di majelis
taklim, ada perbedaan dari segi tempat dan jamaah. Kemudian dari segi
strategi penggunaan metode Tanya jawabnya bisa di kombinasikan antara
Tanya jawab di sekolah dan di majelis taklim, karena hakikatnya adalah
13
guru dan murid atau ustad atau jamaah yang akan saling berinteraksi
dengan saling melempar pertanyaan untuk di jawab.13
2. Judul Skrpsi : Perbedaan penguasaan konsep sistem indera antara
siswa yang diajar dengan metode Brainstorming dan metode Tanya jawab
Penulis : Iis Nuraisiyyah (Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2008)
Isi pokok : Penelitian ini menggunakan metode kuantitataif. Dari
penelitian ini penulis melakukan eksperimen atau percobaan terhadap dua
metode pembelajaran. Dan hasil dari penelitian tersebut menggambarkan
bahwa hasil belajar dengan menggunakan metode Brainstrom lebih baik
daripada dengan metode Tanya jawab meskipun perbedaannya tidak
terlalu jauh. Dan kedua metode tersebut sama-sama berpengaruh terhadap
para murid dalam penguasaan konsep. Dengan demikian dari penelitian
tersebut sudah menjelaskan bahwa metode Tanya jawab berpengaruh
terhadap penguasaan konsep siswa, kemudian dalam penelitian ini juga
yang membedakan hanya pada tempat penelitian dan orang yang akan
dijadikan sebagai responden, antara di sekolah dan di majelis taklim.14
13
Z. Mutaqqin, Penggunaan metode Tanya jawab dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
pelajaran IPS kelas IV di MI Unwanul Huda Jakarta Selatan, (Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014) 14
Iis Nuraisiyyah, Perbedaan penguasaan konsep sistem indera antara siswa yang diajar dengan
metode Brainstorming dan metode Tanya jawab, (Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014)
14
Kemudian selain penelitian terdahulu, penulis juga mengambil rujukan
dari berbagai macam buku yang berkenaan dengan metode Tanya jawab
dalam Majelis Taklim, diantaranya:
1. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab merupakan salah satu metode yang
digunakan dalam aktivitas dakwah selain metode lainnya.
Sekarang banyak Majelis-majelis Ilmu yang sudah menggunakan
metode Tanya jawab dalam aktivitas dakwahnya.
Metode Tanya jawab adalah metode yang dilakukan dengan
menggunakan Tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana
ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai
materi dakwah, disamping itu, juga untuk merangsang perhatian
penerima dakwah. Metode Tanya jawab sebagai suatu cara
menyajikan dakwah harus digunakan bersama-sama dengan
metode lainnya, seperti metode ceramah. Metode Tanya jawab ini
sifatnya membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada
metode ceramah.15
15
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009) Cet ke-1, hal. 102
15
2. Kepuasan jamaah
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang
dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan.16
Jamaah adalah objek dakwah bagi seorang da’i yang bersifat
individual, kolektif atau masyarakat umum. Masayarakat sebagai
objek dakwah atau sasaran dakwah merupakan salah satu unsur
yang penting dalam sistem dakwah yang tidak kalah peranannya
dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain.17
Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi
antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau
pelayanan yang diberikan. Apabila penampilan kurang dari
harapan, maka pelanggan tidak dipuaskan, namun apabila
penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas, dan
apabila penampilan melebihi harapan pelanggan akan sangat
puas.18
16
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran, (dicetak di Indonesia oleh PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009) edisi 12 jilid 1, h.177 17
Wahidin Saputra, Pengantara Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) hal. 280 18
https://cocilku.wordpress.com/2013/07/10/pengertian-kepuasan/
16
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika
pembahasan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat Penelitian
E. Metodologi Penelitian
F. Tinjauan Pustaka
G. Sistematika Penulisan
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Pengertian Dakwah
B. Unsur-Unsur Dakwah
C. ZISWAF
D. Tingkat Kepuasan Jamaah
E. Majelis Taklim
BAB III : PROFILE LEMBAGA
A. Sejarah Berdiri
B. Visi Misi dan Tujuan Majelis Taklim Al-Furqon
C. Hambatan yang terjadi dan Upaya Menanggulanginya
17
BAB IV : TEMUAN DATA DAN ANALISIS
A. Aktivitas Dakwah Majelis Taklim Al-Furqon
B. Materi Dakwah
C. Metode Tanya Jawab pada Majelis Taklim bulanan Al-
Furqon
D. Analisis Kuesioner
E. Analisis Wawancara
BAB V : KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Penutup
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Dakwah
Dakwah berasal dari kata da’a yad’u dan da’watan, secara bahasa atau
etimologi dakwah berarti mengajak, menyeru, menginformasikan. Secara istilah
atau terminologi dakwah berarti menyeru manusia atau sekelompok manusia
kepada kebaikan dan melarang berbuat kejahatan. Sedangkan ilmu dakwah adalah
ilmu yang mempelajari tentang bagaimana berdakwah atau mensosialisasikan
ajaran islam kepada objek dakwah (masyarakat) dengan berbagai pendekatan agar
nilai-nilai ajaran islam dapat direalisasikan dalam realitas kehidupan, dengan
tujuan agar mendapat ridha Allah SWT agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.19
Dalam prosesnya, orang yang melakukan dakwah disebut
pendakwah seperti para ustad, kiyai, mubaligh. Sedangkan bagi orang yang diseru
kepada jalan dakwah disebut dengan mad’u atau jamaah. Kewajiban dakwah
adalah untuk setiap manusia, bukan hanya untuk ustad, kiyai dan muballigh. Oleh
karena itu didalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang membicarakan tentang
dakwah sebagai suatu kewajiban bagi setiap manusia. Karena hakikatnya dakwah
tidak hanya perlu berbicara diatas mimbar tapi bisa dilakukan dengan berbagai
macam cara.
19
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet ke-1, hal. 6
19
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Imraan ayat 103:
“dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Salah satu ciri dakwah yang efektif adalah apabila hubungan baik antara
da’i dan mad’u (hubungan interpersonal atau hubungan batin) semakin
meningkat. Kedekatan hubungan antara kedua pihak itu boleh jadi terjadi secara
alamiah karena bertemunya dua unsur yang saling membutuhkan dan saling
mendukung, tapi bisa juga merupakan buah dari hasil kerja dakwah yang efektif,
yakni melalui usaha keras dan lama.20
20
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), cet ke-4, hal. 141
20
Di Indonesia keberadaan ilmu dakwah sudah berlangsung cukup lama.
Dengan dibukanya Studi Dakwah Islam, semula sebagai salah satu jurusan pada
Fakultas Ushuluddin, dan menjadi Fakultas di UIN dan IAIN, dan jurusan pada
STAIN dan STAI, adalah bukti ilmu dakwah menjadi kajian dari bidang Ilmu
Islam. Dan pada 1962, terjadi momentum yang menandai pengembangan dakwah
sebagai wacana akademik, dengan diselenggarakannya Simposium Dakwah di
Surabaya 23 Februari 1962. Sejak saat itu lahir berbagai karya ilmiah tentang
dakwah sebagai ilmu yang mandiri, disamping juga banyak forum-forum yang
dilaksanakan untuk mengukuhkan dakwah sebagai ilmu yang mandiri.21
B. Unsur-unsur Dakwah
Dakwah sebagai suatu cara untuk mengajak manusia kepada kebaikan
memiliki unsur-unsur terkait yang tidak akan pernah lepas dari proses dakwah,
dimana unsur-unsur tersebut harus ada dalam proses dakwah, jika salah satu unsur
tersebut hilang maka itu belum bisa dianggap sebagai dakwah yang baik dan
sempurna, maka agar proses dakwah bisa berjalan dengan baik dan guna
mencapai tujuan yang diinginkan maka semua unsur tersebut harus terpenuhi
untuk saling menguatkan agar dapat terealisasikan dalam proses dakwah.
21
Wahidin Saputra, pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) Cet ke-1, hal. 178-179
21
Berikut adalah unsur-unsur dalam dakwah seperti yang dimaksud diatas,
yaitu:22
1. Subjek Dakwah (Da’i)
Subjek dakwah adalah pelaku dakwah itu sendri atau disebut dengan da’i.
da’i secara etimologis berasal dari bahasa Arab, bentuk isim fail (kata
menunjukan pelaku) dari asal kata dakwah artinya orang yang melakukan
dakwah. secara terminologis da’i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (aqil
baligh) dengan kewajiban dakwah. Jadi da’i merupakan orang yang melakukan
dakwah, atau dapat diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwah
kepada orang lain (mad’u).23
Faktor subjek dakwah sangat menentukan keberhasilan aktivitas dakwah.
Maka subjek dakwah dalam hal ini da’i atau lembaga dakwah hendaklah mampu
menjadi penggerak dakwah yang profesional. Baik gerakan dakwah yang
dilakukan oleh individual maupun kolektif, profesionalisme sangat dibutuhkan,
termasuk profesionalisme lembaga-lembaga dakwah.
Disamping professional, kesiapan subjek dakwah baik penguasaan
terhadap materi, maupun penguasaan terhadap metode, media dan psikologi
sangat menentukan gerakan dakwah untuk mencapai keberhasilan.
22
Ibid hal.13-14 23
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet ke-1, hal. 261
22
2. Media Dakwah
Media dakwah adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah.
Penggunaan media dakwah yang tepat akan menghasilkan dakwah yang efektif.
Penggunaan media-media dan alat-alat modern bagi pengembangan dakwah
adalah suatu keharusan untuk mencapai efektivitas dakwah. Media-media yang
dapat digunakan dalam aktivitas dakwah antara lain: media-media tradisional,
media cetak, media broadcasting, media film, media audio visual, internet,
maupun media elektronik lainnya.
3. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah isi dari pesan-pesan dakwah. Pesan atau materi
dakwah harus disampaikan secara menarik dan tidak monoton sehingga dapat
merangsang objek dakwah, yang pada gilirannya objek dakwah akan mengkaji
lebih mendalam mengenai materi agama islam dan meningkatkan kualitas
pengetahuan keislaman untuk pengalaman keagamaan objek dakwah.
Pesan-pesan dakwah harus dilakukan dengan mempertimbangkan situasi
dan kondisi mad’u sebagai penerima dakwah. Pesan-pesan dakwah yang
disampaikan sesuai dengan kondisi sasaran objek dakwah akan dapat diterima
dengan baik oleh mad’u. oleh karena itu da’i hendaklah melihat kondisi objek
dakwah dalam melakukan aktivitas dakwah agar pesan dalam dakwah tersebut
bisa ditangkap sesuai dengan karakter dan cara berpikir objek dakwah.
4. Objek Dakwah (Mad’u)
23
Objek dakwah yaitu masyarakat sebagai penerima dakwah. Masyarakat
baik individu maupun kelompok sebagai objek dakwah memiliki strata dan
tingkatan yang berbeda-beda. Dalam hal ini seorang da’i dalam aktivitas
dakwahnya, hendaklah memahami karakter dan siapa yang akan diajak bicara
atau siapa yang akan menerima pesan-pesan dakwahnya. Da’i dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwahnya, perlu mengetahui klasifikasi dan
karakter objek dakwah, hal ini penting agar pesan-pesan dakwah bisa diterima
dengan baik oleh mad’u.
Dengan mengetahui karakter dan kepribadian mad’u sebagai penerima
dakwah, maka dakwah akan lebih terarah karena tidak disampaikan secara
sembarangan tetapi mengarah kepada profesionalisme. Maka mad’u sebagai
sasaran atau objek dakwah akan dengan mudah menerima pesan-pesan dakwah
yang disampaikan oleh subjek dakwah, karena baik materi, metode, maupun
media yang digunakan dalam berdakwah harus tepat sesuai dengan kondisi mad’u
sebagai objek dakwah.
5. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan
“hodos” (jalan atau cara). Dengan demikian, kita dapat artikan bahwa metode
adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber
lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahsa Jerman methodicay artinya
ajaran tentang metode. Dalm bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos
24
artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Metode berarti cara yang
telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.24
Metode dakwah yaitu cara-cara penyampaian dakwah, baik individu,
kelompok, maupun masyarakat luas agar pesan-pesan dakwah tersebut mudah
diterima. Metode dakwah hendaklah menggunakan metode yang tepat dan sesuai
dengan situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima pesan-pesan dakwah. Sudah
selayaknya penerapan metode dakwah mendapat perhatian yang serius dari para
penyampai dakwah. Berbagai pendekatan dakwah baik dakwah bi al-lisan,
dakwah bi al-qalam, maupun dakwah bi al-hal perlu dimodifikasi sedemikian
rupa sesuai dengan tuntutan modernitas. Demikian pula penggunaan metode
dakwah dengan hikmah, mauizhah hasanah dan mujadalah.
Sementara itu pengertian lain juga menyebutkan bahwa Metode dakwah
adalah cara tertentu yang digunakan dalam kegiatan dakwah berdasarkan
pemikiran yang cermat untuk mencapai tujuan dakwah. Yang dimaksud dengan
pemikiran yang cermat adalah menetukan sebuah atau beberapa cara yang
didasarkan atas pertimbangan rasional dan dilakukan secara terperinci.25
Kemudian metode dakwah juga bisa diartikan sebagai cara-cara yang
dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-
islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Sumber metode
dakwah yang terdapat di dalam Al-Qur’an menunjukan ragam yang banyak,
24
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet ke-1, hal. 242 25
Disunting oleh Nawari Ismail, Filsafat Dakwah, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2004), cet ke-2, hal. 97
25
seperti hikmah, nasihat yang benar dan mujadalah atau diskusi atau berbantah
dengan cara yang paling baik, dengan kekuatan anggota tubuh (tangan), dengan
mulut (lidah) dan bila tidak mampu dengan hati. Dari sumber metode itu tumbuh
metode-metode yang merupakan operasionalisasinya yaitu dakwah dengan lisan,
tulisan, seni, bil-hal dan lainnya. Pada setiap metode itu juga memungkinkan
terdapat masalah, apakah metode tersebut cocok untuk menyampaikan suatu
materi, apakah cocok digunakan oleh subjek, apakah cocok untuk objek tertentu,
bagaimana hasil yang dicapai dengan menggunakan metode tersebut?26
Dakwah amar makruf nahi munkar dengan metode yang tepat akan
menghantarkan dan menyajikan ajaran islam secara sempurna. Metode yang
diterapkan dalam menyampaikan amar makruf nahi munkar tersebut sebenarnya
akan terus berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat yang
dihadapi para dai.27
Seperti pada saat zaman jahiliyah bagaimana banyak manusia
menyembah patung, api dan lainnya, dimana saat zaman jahiliyah setiap bayi
perempuan yang lahir di kubur hidup-hidup, dimana pada saat itu orang yang
tidak mau berzakat di perangi. Kini, dimana keadaan seperti itu sudah berbeda
konteksnya dengan zaman sekarang, apalagi zaman sekarang ilmu pengetahuan
sudah maju pesat, teknologi semakin berkembang untuk memudahkan manusia.
Dahulu zaman Nabi Muhammad, beliau berdakwah dengan sembunyi-sembunyi,
pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk menyampaikan ajaran Allah SWT,
26
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta), cet ke-1, hal 34-35 27
H. Tata Sukayat, Quantum Dakwah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet ke-1, hal. 4
26
kini berdakwah tidak harus seperti itu, sekarang sudah banyak di teknologi para
orang bertanya kepada para ustad melalui website dan media sosial. Dari
fenomenya tersebut setidaknya bisa membuktikan bahwasanya berdakwah itu
perlu manajemen dan strategi, dakwah perlu melihat perkembangan zaman dan
masyarakat yang ingin dijadikan objek dakwah. Maka dari itu juga lahirlah ilmu
pengetahuan yang disebut manajemen dakwah. Secara umum tujuan dan
kegunaan manajemen dakwah adalah untuk menuntun dan memberikan arah agar
pelaksanaan dakwah dapat diwujudkan secara professional dan proposional.
Artinya, dakwah harus dapat dikemas dan dirancang sedemikian rupa, sehingga
gerak dakwah merupakan upaya nyata yang sejuk dan menyenangkan dalam
usaha meningkatkan kualitas akidah dan spiritual, skaligus kualitas kehidupan
sosial, ekonomi, budaya, dan politik umat dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.28
Kemudian, landasan umum mengenai metode dakwah adalah Al-Qur’an
surat An Nahl ayat 125. Pada ayat tersebut terdapat metode dakwah yang akurat.
Kerangka dasar tentang metode dakwah yang terdapat pada ayat tersebut adalah:29
1. Bi Al-Hikmah
Kata hikmah sering kali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu
suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu
28
Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah (Jakarta: Amzah, 2007) Cet ke-1, hal. 30-31 29
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009) Cet ke-1, hal. 98-101
27
melaksanakan apa yang didakwahkan atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada
paksaan, konflik maupun rasa tertekan.
Hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang
dilaksanakan atas dasar persuasif karena dakwah bertumpu pada human oriented,
maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada hak-hak
yang bersifat demokratis, agar fungsi dakwah yang utama (bersifat informatif)
bisa dijalankan, sebagaimana ketentuan Al-Qur’an:
“Bahwasanya engkau itu adalah yang memberi peringatan. Kamu bukanlah
orang yang berkuasa atas mereka” Q.S. Al Ghasyiyah 21-22
Kata hikmah mengandung tiga unsur pokok, yaitu:30
a. Unsur ilmu, yaitu ilmu yang shaleh yang dapat memisahkan antara haq dan
yang bathil.
b. Unsur Jiwa, yaitu menyatukan ilmu tersebut ke dalam jiwa sang ahli
hikmah, sehingga mendarah daginglah ia dengan sendirinya.
c. Unsur amal perbuatan, yaitu ilmu pengetahuan yang menyatu kedalam
jiwanya itu mampu memotivasi dirinya untuk berbuat kebajikan
30
Fathul Bari An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, (Jakarta: Amzah, 2008), cet -1, hal. 240
28
2. Mauizhah Hasanah
Mauizhah Hasanah atau nasihat yang baik, maksudnya adalah
memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu petunjuk-
petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat diterima, berkenan
dihati, menyentuh perasaan, lurus dipikiran, menghindari sikap kasar dan tidak
mencari atau menyebut kesalahan audiens sehingga pihak objek dakwah dengan
rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh
pihak subjek dakwah.
Menurut Ali Mustafa Yakub, bahwa mauizhah hasanah adalah ucapan
yang berisi nasihat-nasihat baik dan bermanfaat bagi orang yang
mendengarkannya, atau argument-argumen yang memuaskan sehingga pihak
audiens dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subjek dakwah.
3. Mujadalah
Mujadalah adalah berdiskusi dengan cara yang baik dari cara-cara
berdiskusi yang ada. Mujadalah merupakan cara terakhir yang digunakan untuk
berdakwah manakala dua cara terakhir yang digunakan untuk orang-orang yang
taraf berpikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahli kitab yang telah memiliki
bekal keagamaan dari para utusan sebelumnya.
29
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al Ankabut ayat 46:
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli kitab, melainkan dengan cara yang
paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka …”
Dari ayat tersebut, kaum muslimin (terutama juru dakwah) dianjurkan
agar berdebat dengan ahli kitab dengan cara baik, sopan santun dan lemah lembut
kecuali jika mereka telah memperlihatkan keangkuhan dan kezaliman yang keluar
dari batas kewajaran.
Dakwah yang dilakukan dengan cara muajadalah ini biasanya terjadi
karena ada perbedaan pendapat atau perselisihan mengenai suatu masalah
sehingga diperlukan dialog terbuka untuk mendapatkan jawaban yang
seharusnnya agar tidak terjadi perpecahan dikalangan ummat. Dan apabila topik
yang dibahas menyangkut masalah sensitif seperti tentang agama lain, masalah
pribadi yang tidak baik apabila diketahui umum atau karena waktu dakwah yang
terbatas, maka topik atau pertanyaan tersebut bisa disampaikan diluar waktu yang
telah disepakati.31
31
Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011) cet ke-1, hal. 125
30
Dari ketiga hal diatas kita bisa melihat bahwa di dalam Al-Qur’an sudah
diterangkan dengan jelas bahwa dakwah bisa dilakukan dengan cara bi al-hikmah,
mauizhah hasanah dan mujadalah. Kemudian apabila ditinjau dari sudut pandang
lain, metode dakwah dapat dilakukan pada berbagai metode yang lazim dilakukan
dalam pelaksanaan dakwah. Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:32
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode dakwah yang dilakukan dengan maksud
untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian dan penjelasan tentang
sesuatu kepada pendengar dengan menggunakan lisan. Metode ceramah ini,
sebagai metode dakwah bi al-lisan dapat berkembang menjadi metode-metode
yang lain, seperti metode diskusi dan tanya jawab.
b. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan
tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang
dalam memahami atau menguasai materi dakwah, disamping itu, juga untuk
merangsang perhatian penerima dakwah.
Metode tanya jawab sebagai suatu cara menyajikan dakwah harus
digunakan bersama-sama dengan metode lainnya, seperti metode ceramah.
Metode Tanya jawab ini sifatnya membantu kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada metode ceramah.
32
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009) Cet ke-1, hal. 101-105
31
Tanya jawab sebagai salah satu metode cukup dipandang efektif apabila
ditempatkan dalam usaha dakwah, karena objek dakwah dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang belum dikuasai oleh mad’u sehingga akan terjadi
hubungan timbal balik antara subjek dakwah dengan objek dakwah.
Metode Tanya jawab merupakan salah satu metode yang dilakukan oleh
Rasulullah ketika berdakwah atau yang lebih dikenal dengan al-hiwar. Sebagai
contoh, sebuah dialog singkat antara Nabi Muhammad SAW dengan para sahabat
tentang al-muflis (orang yang bangkrut). Tanya Nabi, “Tahukah kalian siapa
orang yang bangkrut itu?” Para sahabat, karena tidak tahu apa maksud dari Nabi
menjawab, “menurut kami orang yang bangkrut itu adalah orang yang tidak
mempunyai harta benda”. Nabi Muhammad SAW kemudian menjelaskan seraya
meluruskan kekeliruan mereka, “orang yang bangkrut diantara umatku adalah
orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal-amala shalat, puasa
dan zakat tetapi ia pernah mencaci orang lain, menuduh zina orang lain,
merampas harta orang lain, membunuh dan memukul orang. Maka pahala
kebajikan orang tersebut akan diberikan sebagai tebusan kepada orang-orang
yang didzaliminya itu.”33
Terkadang metode al-hiwar ini dipandu langsung oleh malaikat jibril.
Maka dalam hal ini jibril bertindak sebagai penanya, Nabi sebagai orang yang
ditanya, sementara sahabat sebagai pendengar aktif. Seperti ketika jibril datang
33
Ali Mustafa Yakub, Pendekatan Pendidikan, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 2000), cet ke-2, hal. 146-147
32
kepada Nabi untuk mengajarkan masalah iman, islam dan ihsan. Dan adakalanya
Nabi bertindak sebagai orang yang ditanya, sementara salah seorang sahabat yang
bertanya sudah mengetahui permasalahannya, karena misalnya ia telah diberitahu
utusan Nabi tentang ajaran Islam. Namun ia bertanya kepada Nabi saw hanya
untuk memperoleh suatu kepastian. Seperti ketika seorang badui menanyakan
ajaran-ajaran Islam kepada beliau.34
Seperti itulah kisah tentang metode al-hiwar
yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Dengan metode al-hiwar tersebut antara guru dan murid atau ustad dan
jamaah bisa saling bertanya untuk mengembangkan masalah yang ada atau untuk
mencari solusi.
Kemudian metode tanya jawab sebagai salah satu cara yang bisa dipakai
dalam berdakwah bisa digunakan dengan memepertimbangakan beberapa hal,
metode tanya jawab layak dipakai bila dilakukan:35
1. Sebagai bentuk ujian
2. Sebagai selingan dalam melakukan pembelajaran
3. Untuk merangsang jamaah agar perhatian mereka lebih terpusat pada masalah
yang sedang dibahas
4. Untuk mengarahkan proses berpikir
34
Ali Mustafa Yakub, Pendekatan Pendidikan, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 2000), cet ke-2, hal. 146-147 35
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) cet ke-1, hal. 43-44
33
Sedangkan kelemahan metode ini adalah:
1. Waktu yang digunakan tersita dan kurang dapat terkontrol karena banyaknya
pertanyaan
2. Kemungkinan terjadinya penyimpangan perhatian jamaah
3. Jalannya pengajaran kurang dapat terkordinir dengan baik
c. Metode Diskusi
Diskusi sering dimaksdukan sebagai pertukaran pemikiran (gagasan,
pendapat dan sebagainya) antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu
masalah tertentu yang dilaksanakan dengan teratur dan bertujuan untuk
memperoleh kebenaran.
Dakwah dengan menggunakan metode dsikusi dapat memberikan peluang
peserta diskusi untuk memberi sumbangan pemikiran terhadap suatu masalah
dalam materi dakwah.
Melalui metode diskusi da’i dapat mengembangkan kualitas mental dan
pengetahuan agama para peserta dan dapat memperluas pandangan tentang materi
dakwah yang didiskusikan. Dakwah dengan menggunakan metode diskusi ini
dapat menjadikan peserta terlatih menggunakan pendapat secara tepat dan benar
tentang materi dakwah yang didiskusikan, dan mereka akan terlatih berpikir secara
kreatif dan logis dan objektif.
34
d. Metode Propaganda
Suatu upaya untuk menyiarkan Islam dengan cara mempengaruhi dan
membujuk massa secara massal, persuasif dan bersifat otoritatif (paksaan).
Metode ini dapat digunakan untuk menarik perhatian dan simpatik
seseorang. Pelaksanaan dakwah dengan metode ini dapat digunakan melalui
berbagai macam media, baik auditif, visual maupun audio visual. Kegiatannya
dapat disalurkan melalui pengajian akbar, pertunjukan seni hiburan, pamplet dan
lainnya.
e. Metode Keteladanan
Dakwah dengan metode ini berarti suatu cara penyajian dakwah dengan
memberikan keteladanan langsung sehingga mad’u akan tertarik untuk mengikuti
kepada apa yang dicontohkannya. Metode ini dapat dipergunakan untuk hal-hal
yang berkaitan dengan akhlak, cara bergaul, cara beribadah, berumah tangga, dan
segala aspek kehidupan manusia.
f. Metode Drama
Suatu cara menjajakan materi dakwah dengan mempertunjukan dan
mempertontonkan kepada mad’u agar dakwah dapat tercapai sesuai yang
ditargetkan. Dalam metode ini, materi dakwah disuguhkan dalam bentuk drama
yang dimainkan oleh para seniman yang berprofesi sebagai da’i atau da’i yang
berprofesi sebagai seniman. Dakwah dengan metode ini dapat dipentaskan untuk
35
menggambarkan kehidupan sosial menurut tuntunan Islam dalam suatu lakon
dengan bentuk pertunjukan yang bersifat hiburan.
g. Metode Silaturahmi
Dakwah yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan kepada suatu
objek tertentu dalam rangka menyampaikan isi dakwah kepada penerima dakwah.
Dakwah dengan metode ini dapat dilakukan melalui silaturahmi, menjenguk orang
sakit, ta’ziyah dan lainnya. Dengan cara seperti ini, manfaatnya cukup besar dalam
rangka mencapai tujuan dakwah.
C. ZISWAF
1. Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari
kata zakat yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sesuatu itu zaka, berarti
tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu baik.
Zakat adalah ibadah yang menyangkut harta, karena zakat merupakan
aturan Allah SWT, maka setiap aturan yang datang dari Allah SWT adalah
ibadah.36
Zakat dari segi istilah fikih berarti sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah SWT untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak37
36
Ibrahim Muhammad Hasan Al Jamal, Fikih Puasa dan Zakat untuk Wanita, (Jakarta: Najla Press, 2006), h. 133 37
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (), hal. 34
36
Menurut hukum Islam, zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu
dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan
kepada golongan tertentu.38
Zakat adalah salah satu ibadah yang di syariatkan dalam islam yang
tercantum dalam rukun islam, Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat
43:
“dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku”
Sebagai sebuah pranata sosial-ekonomi yang lahir pada abad ke-7 M,
zakah adalah sistem fiskal pertama di dunia yang memiliki kelengkapan aturan
yang luar biasa. Mulai dari subjek pembayaran zakat, objek harta zakat beserta
tarifnya masing-masing, batas kepemilikan harta minimal tidak terkena zakat,
masa kepemilikan harta, hingga alokasi distribusi penerima dana zakat. Jika
diterapkan secara sistemik dalam perekonomian, khususnya perekonomian
berbasis aturan dan semangat islam yang komperhensif, zakat juga akan memiliki
berbagai karakteristik dan implikasi ekonomi yang penting dan signifikan, yang
membuatnya diinginkan secara sosial.39
38
Lili Bariadi, Muhammad Zen dan M. Hudri, Zakat & Wirausaha, (Jakarta: Centre for Entrepreneurship Development, 2005), h. 4 39
Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hal. 7
37
Tujuan zakat intinya berkisar di dua hal. Pertama, memenuhi kebutuhan
dasar mustahik, yang seperti untuk fakir miskin, kebutuhan selama setahun.
Kedua, sadarkan mustahik untuk sujud kepada Allah SWT senormal muzaki.40
2. Infaq dan Shodaqah
Ada istilah sedekah dan infak, sebagian ulama fiqh, mengatakan bahwa
sedekah wajib dinamakan zakat, sedangkan sedekah sunnah dinamakan infaq.
Sebagian yang lain mengatakan infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq
sunnah dinamakan sedekah.41
Kemudian banyak juga orang yang salah mengartikan pengertian innfaq
dan sedekah. Sesungguhnya sedekah itu lebih luas daripada infaq. Infaq
merupakan sesuatu yang sifatnya materi saja dan berbeda dengan sedekah yang
cakupannya maliputi hal-hal yang bersifat materi dan non materi. Berdasarkan
sabda Nabi Muhammad saw bahwa senyum, tasbih, takbir dan tahlil itu termasuk
kedalam sedekah, jadi bukan hanya sebatas materi seperti uang dan lainnya.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 254:
40
Erie Sudewo, Manajemen ZIS, (Ciputat: IMZ, 2012), h. 281 41
Lili Bariadi, Muhammad Zen dan M. Hudri, Zakat & Wirausaha, (Jakarta: Centre for Entrepreneurship Development, 2005), h. 4
38
“Hai orang-orang yang beriman, infaqkanlah sebagian dari rezki yang telah
Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi
jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. dan orang-orang kafir Itulah orang-orang
yang zalim.”
3. Wakaf
Wakaf ialah penahanan harta sehingga tidak bisa diwarisi, atau dijual, atau
dihibahkan, dan mendermakan hasilnya kepada penerima wakaf.42
Allah SWT berfirman dalam surat Al Imraan ayat 92:
“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu
nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”
Adapun syarat-syarat keabsahan wakaf adalah sebagai berikut:
a. Pewakaf harus mampu berderma dalam arti ia berakal sempurna dan
memiliki sesuatu yang akan diwakafkan
b. Jika penerima wakaf telah ditentukan, maka harus orang yang berhak
memiliki. Jadi tidak sah mewakafkan sesuatu kepada janin di
42
Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, Insiklopedi Muslim, (Jakarta: Darul Falah, 2003), h. 565-566
39
kandungan, atau kepada budak. Jika penerima wakaf belum
ditentukan, maka pihak penerima wakaf harus bisa dijadikan sebagai
tempat ibadah. Jadi tidak boleh mewakafkan sesuatu kepada gereja,
atau sesuatu yang diharamkan.
c. Proses pewakafan harus dengan teks yang jelas sebagaimana layaknya
wakaf
d. Sesuatu yang diwakafkan harus merupakan sesuatu yang tetap ada
setelah diambil hasilnya, misalnya rumah, tanah, dan lain sebagainya.
Jika sesuatu tersebut habis dalam arti hanya bisa dimanfaatkan seperti
makanan, parfum, dan lain sebagainya, maka tidak boleh diwakafkan
dan tidak dinamakan wakaf, namun dinamakan sedekah.
D. Tingkat Kepuasan Jamaah
1. Pengertian Kepuasan
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja
(atau hasil) yang diharapkan.43
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia puas adalah rasa senang dan lega.44
yakni rasa senang akan suatu hal
yang membuat seseorang merasa nyaman.
43
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran, (dicetak di Indonesia oleh PT Macanan Jaya Cemerlang, 2009) edisi 12 jilid 1, h.177 44
Oleh Tim Reality, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (2008, Reality Publisher), cet ke-1, h. 336
40
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana dalam bukunya Total Quality
Management menyebutkan bahwa Day Tse dan Wilton menyatakan kepuasan
atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual
produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.45
Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara
harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan.
Apabila penampilan kurang dari harapan, maka pelanggan tidak dipuaskan,
namun apabila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas, dan
apabila penampilan melebihi harapan pelanggan akan sangat puas atau senang.46
2. Bentuk-bentuk Kepuasan
Bentuk-bentuk dari kepuasan diklasifikasiakan sebagai berikut:47
a. Level Pertama
Harapan yang paling sederhana dan berbentuk asumsi, must have atau
take it for granted
b. Level Kedua
Harapan yang lebih tinggi daripada level pertama dimana kepuasan
dicerminkan dalam pemenuhan persyaratan atau spesifikasi.
c. Level Ketiga
45
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management, (Yogyakarta: Andi, 2003), h. 102 46
https://cocilku.wordpress.com/2013/07/10/pengertian-kepuasan/ 47
Fandy Tjiptono, Prinsip-prinsip Total Quality Service, (Yogyakarta: Andi, 2005), h. 130
41
Harapan yang lebih tinggi lagi dibandingkan dengan level pertama
atau level kedua dan menuntut suatu kesenangan atau jasa yang begitu
bagusnya sehingga membuat tertarik.
3. Metode Pengukuran Kepuasan Jamaah
Terdapat empat macam metode yang bisa digunakan untuk mengukur
kepuasan pelanggan, yaitu:
a. Sistem keluhan dan saran
Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan perlu
memberikan kesempatan seluas-luasnya bagai para pelanggan untuk
menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka. Media yang
dapat digunakan meliputi kotak saran yang dapat diletakan ditempat
strategis, menyediakan kartu komentar yang dapat diisi langsung
ataupun bisa dikirimkan melalui pos, dan menyediakan saluran telepon
khusus.
b. Ghost Shopping
Metode ini biasanya dilakukan dengan cara memperkerjakan beberapa
orang untuk berperan sebagai pelanggan yang akan membeli produk
perusahaan maupun pesaing perusahaan. Tujuan dari metode ini
adalah agar dapat mengamati serta menilai perusahaan atau pesaing
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pelanggan maupun
menangani setiap keluhan pelanggan.
42
c. Lost Customer Analysis
Dalam metode ini perusahaan berusaha menghubungi para
pelanggannya yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih.
Yang diharapakan dari metode ini adalah perusahaan akan
memperoleh informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Sehingga
informasi ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil
kebijakan selanjutnya dalam meningkatkan kepuasan dan loyalitas
pelanggan.
d. Survei Kepuasan Pelanggan
Penelitian mengenai pelanggan dapat dilakukan dengan menggunakan
metode survey, baik melalui pos, telepon maupun wawancara pribadi.
Melalui survey perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan
balik secara langsung dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan
tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para
pelanggannya.48
E. Majelis Taklim
Majelis yang mempunya pengertian tempat duduk dan taklim yang
mempunyai arti pengajaran. Dimana majelis taklim merupakan tempat seseorang
untuk menuntut ilmu khususnya ilmu agama. Mengadakan Mejelis Ilmu atau
48
M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu : Total Qualaity Management, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 66-68
43
Majelis Dzikir di masjid termasuk bentuk pendekatan diri yang agung kepada
Allah SWT.49
Dalam Inseklopedia Islam dikatakan bahwa majelis adalah suatu tempat
yang didalamnya berkumpul sekelompok manusia untuk melakukan aktivitas atau
perbuatan.50
Keberadaan majelis taklim saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi
masyarakat, khususnya di daerah perkotaan. Ada peningkatan kesadaran
masyarakat yang tinggi terhadap ilmu agama, termasuk dalam pengamalan. Pada
kalangan ini tumbuh kesadaran bahwa ada bagian-bagian yang belum sempat
mereka dalami. Majelis taklim menjadi bagian dalam memenuhi kebutuhan ini.51
Fenomena majelis taklim ini menunjukkan, masyarakat kita sebenarnya
mempunyai i’tikad untuk mendalami ajaran agama Islam secara rasional dan
ilmiyah.52
Oleh karena itu tak jarang kita melihat ribuah bahkan puluhan ribu
orang berbondong-bondong pergi ke suatu majelis untuk mencari ilmu. Hal
semacam ini adalah suatu yang harus di apresiasi bagi umat islam sendiri. Itu
artinya masih banyak orang-orang yang sadar akan pentingnya menuntut ilmu
agama bagi kehidupan. Apalagi mereka yang menyempatkan waktunya untuk
datang ke majelis ilmu pada saat sedang disibukan oleh aktivitas sehari-harinya.
49
Sai’id bin Ali bin Wahf al Qahthani, Adab dan keutamaan di masjid (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2003) cet ke-1, hal. 70 50
Dewan Redaksi Inseklopedia Islam, Inseklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar baru Van Hoeve, 1994), h. 121 51
http://dev.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/03/11/o3vfwa26-majelis-taklim-pemersatu-umat 52
http://bimasislam.kemenag.go.id/post/opini/majelis-taklim-media-efektif-pencerahan-umat
44
Tuti Alawiyah merumuskan bahwa tujuan majelis taklim dari segi fungsi,
yaitu:
a. Pertama, berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuan majelis taklim
adalah menambah ilmu dan keyakianan agama yang akan mendorong
pengalaman agama.
b. Kedua, berfungsi sebagai tempat kontak sosial, maka tujuannya adalah
silaturahmi.
c. Ketiga, berfungsi mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah
meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan
lingkungan jamaahnya.53
53
Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, (Bandung: Mizan, 1997), cet ke-1, hal. 78
45
BAB III
PROFILE MAJELIS TAKLIM AL-FURQON
A. Sejarah Berdirinya Majelis Taklim Al-Furqon Meruya Selatan Jakarta
Barat
Dakwah adalah salah satu kegiatan mulia yang tujuannya untuk menyeru
kepada jalan kebenaran untuk selalu taat kepada Allah SWT agar selamat dunia
dan akhirat. Dakwah yang hakikatnya adalah untuk memurnikan ajaran Allah
SWT sudah diajarkan oleh para anbiya dan kemudian diteruskan kepada para
sahabat dan para ulama hingga saat ini.
Seiring berkembangnya zaman, semakin banyak pula tantangan yang
dihadapi oleh kaum muslim, mulai dari banyaknya kasus terorisme, teknologi
yang semakin maju dimana dengan teknologi tersebut seseorang bisa mencari apa
saja yang ia inginkan, pergaulan bebas para remaja, obat-obatan terlarang
semakin merebak dan lain-lainnya. Dengan adanya kasus-kasus tersebut maka
pengetahuan tentang ilmu agama pun harus ditingkatkan oleh para setiap insan
untuk membentengi diri sendiri agar tidak terjerumus kedalam hal-hal yang tidak
di inginkan. Selain peran dari para mubaligh, lembaga-lembaga pendidikan non
formal seperti Majelis-Majelis Ilmu atau majelis taklim juga penting perannya
untuk mencegah seseorang atau masyarakan berbuat kerusakan atau sesuatu yang
dilarang oleh Allah SWT.
46
Atas dasar tersebut maka didirikanlah Majelis Taklim Al-Furqon pada
Tahun 1997 sebagai lembaga pendidikan non formal guna menegakkan amar
ma’ruf nahi munkar. Majelis Taklim Al-Furqon berdiri di kawasan padat
penduduk di RT 04/RW 04 wilayah Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat.54
Sejak berdiri pada 1997, Majelis Taklim Al-Furqon memulai dengan
pengajian kecil-kecilan atau door to door bergiliran ke rumah warga setiap
minggunya dikarenakan belum ada tempat pada saat itu. Kemudian barulah pada
tahun 1999 didirikan Mushola, selain untuk tempat shalat tapi juga sebagai tempat
untuk aktivitas dakwah salah satunya adalah menuntut ilmu. Dan sejak itulah
pengajian di Majelis Taklim Al-Furqon dipindahkan ke Mushola dan Muhsola
tersebut dinamakan sesuai dengan nama Majelis Taklim yang sudah ada, yakni
Al-Furqon. Dan sampai saat ini Majelis Taklim Al-Furqon masih terus
berkativitas sebagai pendidikan non formal untuk ummat.55
Dari awal berdiri yang semula hanya untuk mengisi kekosongan yang ada
di masyarakat, hingga kini aktivitasnya semakin meningkat dan jamaahnya pun
semakin ramai disetiap kegiatannya. Mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa
hingga lansia adalah para jamaah dari majelis taklim ini.56
Kemudian bukan
hanya dari kegiatan dan jamaahnya saja tetapi dari segi tempat juga mengalami
perluasan dan juga dari segi kepengurusan, yang tadinya di isi oleh para tokoh
54
Wawancara Pribadi dengan ustad H. Paino, Jakarta 20 November 2016 55
Wawancara Pribadi dengan ustad H. Paino, Jakarta 20 November 2016 56
Wawancara Pribadi dengan Ustad Haris, Jakarta 12 November 2016
47
masyarakat setempat kini para pemuda pun dibimbing untuk dapat membantu
disetiap kegiatan dan sebagai salah satu cara bentuk regenerasi kepengurusan.57
B. Visi Misi dan Tujuan Majelis Taklim Al-Furqon
Visi adalah suatu gambaran ideal yang ingin dicapai oleh sebuah
organisasi pada masa yang akan datang, sedangkan Misi adalah suatu pernyataan
tentang aktivitas dari lembaga atau organisasi guna mencapai Visi yang telah
ditetapkan58
.
1. Visi
Adapun Visi dari Majelis Taklim Al-Furqon adalah:
Menjadi salah satu Majelis Taklim yang modern dan menjadi tempat pendidikan
non formal ummat islam yang berwawasan keislaman dan keindonesiaan.
2. Misi
Misi Majelis Taklim Al-Furqon:
1. Menyelenggarakan kajian-kajian yang bermutu
2. Menghadirkan para narasumber yang berkompeten di bidangnya
3. Menyediakan sarana prasarana yang modern untuk menunjang
berbagai macam kegiatan
57
Wawancara Pribadi dengan Ustad Haris, Jakarta 12 November 2016 58
Umcet Gasd Persz, Kualitas dalam Manajemen Bisnis Total, (Jakarta: PT Gramedia Utama, 1997), cet ke-1, hal.3
48
3. Tujuan
Tujuan dari Majelis Taklim Al-Furqon adalah:
1. Menjadikan Majelis Taklim sebagai salah satu tempat pendidikan non
formal yang mempunyai peran dalam pembentukan kepribadian
ummat
2. Mencetak generasi-generasi yang berakhlaqul karimah
3. Meningkatkan iman dan taqwa jamaah dengan kegiatan-kegiatanya
4. Meningkatkan kualitas wawasan keislaman para jamaah
5. Sebagai salah satu tempat untuk bersilaturahmi dan mempererat
ukhwah islamiyah
C. Program Kegiatan Majelis Taklim Al-Furqon
Majelis taklim Al-Furqon semenjak berdiri sampai saat ini mempunyai
berbagai macam program kegiatan baik itu kegiatan yang sifatnya rutin maupu
yang sifatnya pada momen-momen tertentu. Semua kegiatan yang dilakukan
didasarkan kepada kebutuhan jamaah dan warga sekitar terutama dengan hal-hal
yang terkait dengan masalah agama.
Dan berikut adalah program yang dijalankan pada periode saat ini tahun
2016, diantaranya seperti yang akan digambarkan pada table dibawah ini:
49
Table 3.1 Program Kegiatan Majelis Taklim Al-Furqon
Program No Nama Kegiatan Jamaah Waktu Keterangan
Rutin
1 Program Qur'an anak-
anak dan remaja
Anak-anak dan
remaja
Setiap hari jam
17.00 - 19.00,
kecuali sabtu
Arfan
Falakhuddin,
Tiara, Rainnisha
2
Program Qur'an Ibu-Ibu Ibu-Ibu
Setiap Rabu
siang bada
Dzuhur
Ustadzah Hj.
Rojaliah
3
Taklim Mingguan
Seluruh jamaah
(umum)
Setiap Rabu
malam bada
Mahgrib
Ustad H. Irwan
Yusuf S.Ag
4
Taklim Bulanan
Seluruh jamaah
(umum)
Setiap Ahad di
akhir bulan
Ustad H.
Muhammad
Zulfikarullah S.E
Acara
tertentu
1 Maulid Nabi
Seluruh jamaah
(umum)
Disesuaikan Disesuaikan
2 Isra Wal Mi'raj
3 Muharram
4 Semarak Ramadan
5
Muhasabah Tahun Baru
Masehi
Sumber: Arsip file Majelis Taklim Al-Furqon
50
Table diatas adalah macam-macam kegiatan yang ada di majelis taklim
Al-Furqon. Dari table tersebut setidaknya ada dua macam jenis kegiatan yang
ada, pertama adalah kegiatan rutin, maksudnya adalah kegiatan yang sering
dilaksanakan misalnya dalam setiap harinya, minggu atau bulan. Kedua, kegiatan
tertentu, maksudnya adalah kegiatan yang dikhususkan untuk momen-momen
tertentu, misalkan Perayaan Hari Besar Islam seperti Muharram dan lainnya.59
Setiap kegiatan rutin di majelis taklim Al-Furqon mempunyai
penanggung jawab yang sudah di amanahkan oleh ketua, hal ini dilakukan agar
memudahkan ketua dalam proses pelaksanaannya. Dan orang tersebut langsung
dipilih oleh ketua majelis taklim.60
D. Struktur Organisasi Majelis Taklim Al-Furqon
Dalam proses pelaksanaan kegiatannya, majelis taklim Al-Furqon
memiliki susunan kepengurusan yang sama dengan Mushola Al-Furqon, ini
dikarenakan karena:61
1. Kurangnya kesadaran masyarakat atau jamaah untuk masuk kepengurusan
2. Sumber Daya Manusia yang belum berkompeten di bidangnya
3. Kebanyakan warga sekitar Majelis Taklim sudah lansia
4. Sebagian warga sekitar adalah pekerja kantoran yang tidak ada waktu
59
Wawancara pribadi dengan Ustad Haris, Jakarta 12 November 2016 60
Wawancara pribadi dengan Ustad H. Paiono, Jakarta 20 November 2016 61
Wawancara pribadi dengan Ustad Haris, Jakarta 12 November 2016
51
Oleh sebab itu, maka disepakatilah bahwa kepengurusan Majelis Taklim
dan Mushola Al-Furqon disamakan. Dan berikut adalah gambaran susunan
struktur organisasi Majelis Taklim dan Mushola Al-Furqon:
Gambar 3.1
Sumber: Arsip file Majelis Taklim dan Mushola Al-Furqon
PENGAWAS PEMBINA
KETUA UMUM
SEKRETARIS BENDAHARA
DIV.HUMAS
DIV. PERLENGKAN
DIV. KONSUMSI
DIV.ACARA
DIV.KEBERSIHAN
PENGAJIAN QUR’AN ANAK DAN REMAJA
PENGAJIAN QURAN IBU-IBU
TAKLIM MINGGUAN
TAKLIM BULANAN
52
Data diatas adalah susunan struktur kepengurusan dari majelis taklim
dan Mushola Al-Furqon, dimana peran ketua umum bukan merupakan yang
tertinggi, diatas ketua umum masih ada pengawas dan pembina yang mempunyai
wewenang yang lebih tinggi. Kemudian dibawah ketua umum baru terdiri dari
sekretaris, bendahara dan lainnya yang mempunyai tugas dan fungsi yang
berbeda. Adapun tugas dan peran dari setiap unsur adalah sebagai berikut:
1. Pengawas : Bertugas untuk mengawasi dan mengamati aktivitas
kegiatan yang dilakukan agar tidak terjadi
penyimpangan dalam prosesnya
2. Pembina : Bertugas memberikan bimbingan dan masukan kepada
seluruh anggota agar pekerjaan yang dilakukan bisa
efektif dan efisien
3. Ketua Umum : Menjalankan misi yang ada untuk mencapai visi dan
tujuan yang telah ditetapkan
4. Sekertaris : Membantu menjalankan tugas dari ketua umum,
dalam hal pekerjaan yang bersifat administrasi,
seperti surat menyurat dan lainnya.
5. Bendahara : Membantu menjalankan tugas dari ketua umum,
dalam hal pekerjaan pencatatan keuangan Majelis
Taklim dan Mushola Al-Furqon
6. Div. Humas : Bertugas sebagai pihak perantara antar
53
lembaga/organisasi dan masyarakat umum
7. Div. Perlengkapan : Bertugas dan berperan untuk mengadakan alat-alat
untuk kegiatan
8. Div. Konsumsi : Bertugas untuk mengatur konsumsi pada setiap ada
acara kegiatan
9. Div. Kebersihan : Bertugas untuk selalu menjamin kebersihan tempat
agar nyaman ketika dipakai sehari hari
10. Div. Acara : Bertugas mengatur dan menjalankan kegiatan yang
sudah direncanakan
E. Jamaah Majelis Taklim Al-Furqon
Jamaah sebagai pengikut dari suatu majelis memerankan peran yang
sangat vital bagi perkembangan suatu majelis. Bisa dilihat dan digambarkan jika
suatu majelis mempunyai jamaah yang banyak ratusan bahkan ribuan dari hal
seperti itu kita bisa melihat bahwa manjelis tersebut disukai oleh banyak jamaah
dan bisa jadi memang konsep dari majelis tersebut bagus sehingga banyak jamaah
yang mau bergabung dengan pengajian di majelis taklim tersebut, dan sebaliknya
juga demikian.
Dan seperti yang sudah dijelaskan diawal bahwa perkembangan majelis
taklim Al-Furqon setiap tahunnya mengalami perkembangan, salah satunya
bertambahnya jumlah jamaah yang mengikuti kajian di Al-Furqon, mulai dari
54
pengajian mingguan dan bulanan. Dan dari data yang kami dapat, Berikut adalah
jumlah jamaah tetap dari majelis taklim Al-Furqon tahun 2016:
Table 3.2 Jumlah Jamaah Majelis Taklim Al-Furqon 2016
No. Kegiatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Taklim Mingguan 15 7 22
2. Taklim Bulanan 24 49 73
3. Taklim Qur’an anak-anak dan
remaja
21 36
12
57
4. Taklim Qur’an ibu-ibu - 5 5
Jumlah Keseluruhan 60 97 157
Sumber: Arsip file Majelis Taklim dan Mushola Al-Furqon
Data diatas adalah gambaran mengenai jumlah keseluruhan jamaah di
majelis taklim Al-Furqon 2016. Taklim bulanan dengan metode Tanya jawabnya
masih menjadi favorite jamaah dengan jamaah terbanyak dibanding dengan
kegiatan taklim lainnya, sedangkan taklim Al-Qur’an ibu-ibu masih hanya ada
beberapa orang yang mengikutinya, hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi
terhadap kegiatan tersebut karena program tersebut adalah salah satu program
yang baru dibentuk dan waktu taklimnya yakni bada dzuhur yang biasanya waktu
tersebut adalah waktu ibu-ibu sedang sibuk-sibuknya.62
62
Wawancara pribadi dengan ustad Haris, Jakarta 12 November 2016
55
Tetapi dalam setiap tahunnya jamaah majelis taklim Al-Furqon
bertambah dari segi kuantitasnya, dan perbandingan jamaah setiap tahunnya bisa
dilihat pada table berikut yang diambil dari tahun 2013:
Table 3.3 Jumlah keseluruhan Jamaah Majelis Taklim Al-Furqon 2013-2016
No. Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. 2013 40 62 102
2. 2014 45 66 111
3. 2015 52 79 131
4. 2016 60 97 157
Sumber: Arsip file Majelis Taklim dan Mushola Al-Furqon
Dari table diatas menggambarkan peningkatan jamaah Majelis Taklim
setiap tahunnya di Majelis Taklim Al-Furqon. Hal ini disebabkan pada periode
tahun 2013 kegiatan yang ada saat itu tidak banyak sedangkan pada periode yang
sekarang tahun 2016 sudah ada beberapa kegiatan tambahan seperti Taklim Al-
Qur’an ibu-ibu dan Taklim Al-Qur’an anak dan remaja, terutama program
terakhir adalah salah satu program yang banyak menyumbang jamaah di Majelis
Taklim ini, karena masyarakat begitu antusias menitipkan anaknya untuk belajar
mengaji di majelis taklim Al-Furqon.63
63
Wawancara pribadi dengan ustad Haris, Jakarta 12 November 2016
56
F. Hambatan yang terjadi dan Upaya untuk menanggulangi
Untuk mewujudkan visi dan misi Majelis Taklim tentu tidak mudah,
karena juga ada faktor-faktor penghambat untuk mencapai tujuan tersebut, baik
itu faktor penghambat yang terjadi dalam kepengurusah atau yang biasa disebut
dengan faktor internal ataupun faktor penghambat dari luar kepengurusan atau
yang biasa disebut dengan faktor eksternal. Berikut adalah faktor-faktor
penghambat di dalam Majelis Taklim:
Table 3.4 Faktor penghambat internal
Faktor Penghambat Internal/dari dalam
1. Keterbatasan dana
2. Kurangnya sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan
3. Kepengurusan yang belum kompak
4. SDM kepengurusan yang belum berkompeten di bidangnya
5. SDM Masih bergantung kepada seseorang (belum percaya diri)
Sumber: Arsip file Majelis Taklim dan Mushola Al-Furqon
Dari table diatas menggambarkan adanya faktor yang menghambat
perkembangan dari dalam majelis taklim yang berpengaruh terhadap kegiatan-
kegiatan yang ada. Pertama masalah dana, sebaik apapun perencanaan kegiatan
yang dilakukan jika tidak ada dana maka akan terhambat, begitu juga dengan
sarana prasarana penunjang kegiatan seperti meja pengajian yang masih kurang,
57
papan mading untuk memberikan informasi tertulis yang masih seadanya, dan
lainnya. Kemudian, masalah SDM pengurus yang masih kurang, terutama
kekurangan SDM yang mempunyai keterampilan dibidang organisasi, Kedua
faktor tersebut adalah yang mejadi penghambat dari dalam untuk mencapai
tujuan.64
Table 3.5 Faktor penghambat eksternal
Faktor Penghambat Eksternal/dari luar
1. Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menuntut
ilmu
2. Kebanyakan SDM yang sudah lansia
3. Kebanyakan SDM Pendidikan yang rendah
4. Pengaruh pergaulan dari luar yang membuat remaja terpengaruh
dengan kegiatan yang tidak bermanfaat
Sumber: Arsip file Majelis Taklim dan Mushola Al-Furqon
Dari table diatas menggambarkan faktor penghambat dari luar.
Pertama, memang belum adanya kesadaran dari masyarakat untuk membantu
aktif dalam hal kepengurusan, tapi positifnya mereka aktif dalam kegiatan di
majelis taklim Al-Furqon. Kemudian, pengaruh pergaulan juga berpengaruh
terhadap remaja di lingkungan majelis. Karena ada diantara mereka yang bergaul
64
Wawancara pribadi dengan ustad H. Paino, Jakarta 20 November 2016
58
dengan orang luar dan tidak mempunyai filter sehingga terbawa arus pergaulan
yang tidak bermanfaat sehingga itu menjadi penghambat dalam proses regenerasi
yang dilakukan.65
Adapun upaya yang sudah dan akan dilakukan untuk menghilangkan
masalah tersebut adalah sebagi berikut:
1. Mencari dermawan untuk menjadi donatur tetap
2. Mengadakan pelatihan dan training Manajemen Organisasi kepada para
pengurus
3. Mengadakan kerjasama dengan RT dan RW setempat untuk selalu melakukan
pengawasan terhadap anak remaja dan masyarakat lainnya
4. Mengoptimalkan zakat maal untuk membantu mereka yang membutuhkan
5. Menggunakan narasumber yang berkompeten dibidangnya untuk bisa
memengaruhi jamaah/masyarakat
65
Wawancara pribadi dengan ustad H. Paino, Jakarta 20 November 2016
59
BAB IV
TEMUAN DATA DAN ANALISIS
A. Aktivitas Dakwah Majelis Taklim Al-Furqon
Berdasarkan obeservasi yang penulis lakukan, di majelis taklim Al-
Fuqon mempunyai aktivitas-aktivitas dan kegiatan dakwah yang beragam, hampir
setiap hari selalu ada kegiatan yang berlangsung disana.
Dahulu pada masa Nabi Muhammad saw Masjid ataupun majelis ilmu
setiap harinya selalu ramai di kunjungi manusia dari berbagai wilayah, bukan
hanya wilayah sekitar tapi dari seluru penjuru manusia berbondong-bondong
untuk bisa menuntut ilmu langsung dengan Rasulullah, tak peduli sejauh apapun
itu jaraknya, mereka rela meninggalkan keluarganya, menjual harta benda demi
untuk mencari ilmu untuk mendapatkan kebenaran.
Oleh sebab itulah pengurus majelis taklim berusaha untuk meniru hal
tersebut, menjadikan tempat majelis taklim Al-Furqon yakni Mushola Al-Furqon
selalu ramai didatangi oleh warga sekitar khususnya dan umumnya warga dari
luar lingkungan dengan kegiatan-kegiatannya yang positif dan bermanfaat bagi
umat.66
Karena bagaimanapun juga majelis taklim mempunyai pengaruh yang
begitu besar terhadap perkembangan akhlaq para jamaahnya. Bagaimana sebuah
Majelis Taklim bisa dikatakan berhasil merubah akhlaq seseorang jika masih ada
66
Wawancara pribadi dengan Ustad Haris, Jakarta 12 November 2016
60
jamaahnya yang meninggalkan shalat, berbuat keji, durhaka kepada orang tua dan
lainnya. Karena pada hakikatnya di majelis taklim itu adalah tempat seseoarang
untuk menuntut ilmu agama, agar membuka wawasan seseorang dan agar menjadi
pribadi yang berakhlaqul karimah dan beribadah sesuai dengan yang Allah SWT
perintahkan dan Nabi Muhammad SAW ajarkan.
Orang banyak yang mengira bahwa dakwah itu adalah tugas da’i
semata. Padahal tidak demikian, dakwah adalah tugas bagi setiap manusia.
Berdakwah tidak perlu naik mimbar. Ketika seorang ayah menasihati anaknya
agar menjadi anak yang shaleh dan pintar dengan belajar dan mengaji itu
merupakan suatu bentuk dakwah. Ketika seseorang yang mempunyai
keterampilan dalam hal menulis, lalu ia menulis sesuatu hal yang bermanfaat
untuk orang banyak maka itu juga termasuk dakwah, ketika seseorang yang
membuang sesuatu yang berbahaya dari jalanan agar orang yang lewat tidak
menginjak itu juga merupakan salah satu bentuk dakwah. oleh karenanya
pandangan mengenai bahwasanya dakwah hanyalah tugas dari para da’i adalah
seseuatu hal yang harus dirubah.67
Maka dari itu kita mengenal bahwasanya
dakwah itu juga ada dakwah bil hikmah (dengan hikmah), bil haal (dengan
perbuatan), bil qalam (dengan tulisan) dan lainnya.
Kemudian di majelis taklim Al-Furqon dalam kegiatannya selalu
melibatkan anak muda atau remaja agar sejak dini mereka sudah dibiasakan
mengikuti atau menjalankan kegiatan-kegiatan yang bernuansa islami, sekaligus
67
Wawancara pribadi dengan ustad Haris, Jakarta 12 November 2016
61
sebagai suatu cara untuk pengkaderan sebagai generasi penerus bangsa dan
agama. Dan oleh karena itu di majelis taklim Al-Furqon mempunyai kegiatan
Taklim remaja setiap minggunya agar para remaja memahami agama dengan
lebih baik.
Kemudian di majelis taklim Al-Furqon selain kegiatan keilmuan juga
ada kegiatan-kegiatan yang bernuansa dakwah dan islami lainnya. Diantaranya
adalah membantu fakir miskin secara berkala dari dana zakat maal yang dihimpun
dari para muzakki meskipun dalam perjalanannya masih bersifat konsumtif,
biasanya kegiatannya tersebut dibarengi dengan kegiatan taklim agar para
penerima bantuan juga mengikuti pengajian. Selain untuk mengenalkan program,
maksud lainnya adalah agar para penerima bantuan bisa mendapatkan siraman
rohani secara langsung, karena kita tidak tahu mungkin salah satu diantara mereka
tidak sama sekali menuntut ilmu. Kemudian ada juga kegiatan lomba bagi para
anak-anak pengajian, lomba-lomba islami dalam rangka Muharram atau acara 17
Agustus. Semua itu dikemas sedemikian rupa agar Mushloa Al-Furqon selaku
tempat majelis taklim selalu menjadi magnet bagi warga sekitar.68
Karena hakikat dakwah adalah bukan hanya berdiri di mimbar dan
berbicara didepan orang banyak, akan tetapi dakwah juga bisa dilakukan dengan
banyak hal dan dikemas sedemikian rupa sehingga membuat orang tertarik.
68
Wawancara pribadi dengan Ustad Haris, Jakarta 12 November 2016
62
B. Materi Dakwah
Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan, di majelis
taklim Al-Furqon dalam hal materi dakwah yang digunakan dalam kegiatan
keseharian itu tergantung pada jenis kegiatan dan objek yang akan didakwahi.
Karena dalam praktiknya kegiatan taklim yang ada di Al-Furqon di isi oleh
banyak kalangan, dari mulai yang muda sampai lansia dan dari jamaah yang
ekonomi biasa sampai luar biasa. Oleh karenanya hal seperti itu harus
diperhatikan dan disesuaikan.
Berikut adalah materi-materi dakwah yang ada di majelis taklim Al-
Furqon, diantaranya:
1. Materi Akhlaq dan Adab
Materi ini ada pada kajian mingguan majelis taklim Al-Furqon
setiap Rabu malam bada mahgrib. Dengan menggunakan rujukan
kitab Taisirul Khallaq. Para jamaah yang hadir terdiri dari para
remaja dan sebagian ibu-ibu yang ikut mendengarkan setelah
shalat mahgrib berjamaah. Kemudian bahan belajar seperti kitab
sudah disediakan oleh pihak pengurus dan diberi secara gratis
tanpa dipungut biaya.
2. Materi Fiqh
Materi ini juga dikaji setiap Rabu malam bada mahgrib dengan
menggunakan kitab Matnul Ghoyah wat Taqrib. Pada taklim ini
63
hanya saja memang berbeda narasumber dengan materi akhlaq,
yang tentunya ini disesuaikan dengan narasumber yang
berkompeten dibidangnya. Para jamaah yang hadir juga dari para
pemuda pemudi dan ibu-ibu.
3. Materi khusus
Pada taklim ini diadakan setiap Ahad di akhir bulan, dengan kata
lain termasuk taklim bulanan dari Majelis Taklim Al-Furqon, pada
kajian ini jamaahnya terdiri dari semua kalangan mulai dari yang
umur belasan sampai umurnya sudah puluhan, dan pada taklim
inilah yang paling banyak di datangi jamaah, karena memang
diadakan ketika hari libur yaitu Ahad dan diadakan ketika pagi hari
ketika suasana masih sejuk untuk belajar. Pada taklim ini karena
jamaah terdiri dari banyak kalangan oleh karenanya materi yang
dikaji pada taklim ini adalah materi khusus, yakni materi
ditentukan oleh sang narasumber. Dan pada taklim inilah metode
Tanya jawab digunakan setelah digunakan metode ceramah.
4. Materi Qur’an
Materi Qur’an ini ada pada majelis taklim pengajian Al-Qur’an
ibu-ibu dan anak serta remaja. Dimana taklim ibu-ibu diadakan
64
setiap Rabu siang bada dzuhur, sedangkan taklim Al-Qur’an
remaja ada setiap harinya dari sore-malam kecuali hari sabtu.
Berikut adalah table Materi Dakwah yang ada di majelis taklim
Al-Furqon:
Table 4.1 Materi Dakwah Majelis Taklim Al-Fruqon
No Materi Kegiatan Waktu Narasumber
1. Akhlaq
dan Adab
Taklim Mingguan Setiap Rabu bada mahgrib Ustad H. Irwan Yusuf
S.Ag
2. Fiqh Taklim Mingguan Setiap Rabu bada mahgrib Ustad Ade Abdullah
3. Khusus Taklim Bulanan Setiap Ahad akhir bulan Ustad H. Muhammad
Zulfikarullah S.E
4. Qur’an Taklim anak-
anak, remaja dan
ibu-ibu
Anak-anak dan remaja
setiap hari dari sore-
malam
Ibu-ibu tiap rabu siang
bada dzuhur
Anak-anak dan
remaja: Arfan
Falakhuddin
dan Rainnisha
Ibu-ibu:
Ustadzah Hj.
Rojali
Sumber: Arsip file Majelis Taklim dan Mushola Al-Furqon
65
C. Metode Tanya Jawab dalam Majelis Taklim Bulanan Al-Furqon
Dakwah juga memerlukan sebuah metode untuk mempraktikannya,
dimana metode dakwah itu sendiri merupakan satu cara yang dilakukan dalam hal
berdakwah mengajak umat kepada kebaikan dan melarang untuk berbuat
keburukan. Dan masing-masing da’i mempunyai metode tersendiri dalam
dakwahnya.
Di majelis taklim Al-Furqon metode yang digunakan oleh masing-
masing narasumber di setiap kegiatan berbeda-beda, hal ini tentu berkaitan
dengan masalah situasi dan kondisi dari jamaahnya. Akan tetapi peran daripada
pengurus majelis juga penting, karena pengurus selaku orang yang mempunyai
wewenang yang mengetahui mau dibawa kemana majelis taklim ini nantinya,
dibawa kepada kemajuan atau kemunduran. Ada memang majelis taklim yang
mempunyai konsep mengikuti sang narasumber mau menggunakan metode apa,
ada pula sebaliknya majelis taklim yang sudah mengkonsep pengajian dengan
metode tertentu sehingga mereka hanya tinggal mencari narasumber yang sesuai
dengan konsep mereka tersebut. Kedua duanya tidak salah, dan kedua duanya
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Akan tetapi di majelis taklim Al-Furqon hal itu digunakan secara
fleksibel, maksudnya pengurus majelis melihat situasi kondisi taklim yang sudah
ada, jika diperlukan untuk melakukan perubahan metode akan langsung
66
dibicarakan oleh sang narasumber dan jika ingin membuat acara tertentu dan
metode dakwah tertentu bisa direncanakan.
Kemudian di majelis taklim bulanan Al-Furqon inilah yang
menggunakan metode ceramah dan ditambah metode tanya jawab. Setelah penulis
melakukan observasi dengan mengikuti langsung kegiatan tersebut (Ahad, 13
November 2016), taklim tersebut diawali dengan tadarus membaca Al-Qur’an
bersama, kemudian dilanjutkan dengan tausyah oleh narasumber dan setelah itu
para jamaah diberikan kesempatan untuk bertanya, baik itu materi yang sedang
dibahas ataupun diluar materi. Taklim bulanan ini berlangsung selama dua jam
dan jamaah yang hadir memang terdiri dari berbagai kalangan tak terkecuali
anak-anak dan lansia.
Diantara kegiatan yang lain, majelis taklim bulanan inilah yang
menggunakan metode dakwah tanya jawab dalam prosesnya, hasilnya bisa terlihat
dari para jamaah yang hadir lebih banyak dari kegiatan lain, hari Ahad yang
digunakan untuk taklim ini juga menjadi faktor banyaknya jamaah yang hadir,
kemudian kondisi pagi hari yang masih segar juga menjadi alasan kenapa jamaah
banyak yang hadir.
Majelis taklim bulanan ini sudah berlangsung selama empat tahun,
selama empat tahun tersebut sudah menggunakan metode tanya jawab, dan dalam
waktu empat tahun tersebut tidak ada penurunan bahkan justru malah peningkatan
yang ada dari segi kuantitas, dan kedepannya pengurus juga akan memastikan dan
67
merencanakan agar bukan hanya kuantitas melainkan kualitas dari para jamaah
juga harus bertambah.
Dan jamaah majelis taklim bulanan Al-Furqon juga berdatangan dari
luar wilayah, ada jamaah yang datang dari RT lain dan ada juga jamaah yang
datang dari wilayah lain seperti kebon jeruk, dimana majelis taklim Al-Furqon
sendiri berada di wilayah meruya selatan. Hal yang membuat itu terjadi adalah
karena bentuk kerjasama yang baik sudah terjalin antar jamaah dengan pengurus
majelis, disetiap kesempatan jamaah selalu diingatkan untuk terus mengajak
keluarga, tetangga atau saudaranya untuk bisa hadir di setiap kegiatan acara
majelis taklim Al-Furqon.
Kemudian faktor narasumber juga tak terlepas dari keberhasilan ini,
Ustad Muhammad Zulfikarullah sudah menjadi sebagai narasumber tetap sejak
Taklim bulanan ini dibuka empat tahun lalu. Ustad Muhammad Zulfikarullah
dengan gaya bicaranya yang bersahabat, tutur kata yang santun dan bahasa yang
mudah dimengerti membuat jamaah senang dan antusias mendengar tausyah dari
beliau.
Dari awal pembentukan Taklim bulanan ini memang sudah
direncanakan untuk menggunakan metode Tanya jawab, dikarenakan kegiatan
taklim Al-Furqon lainnya belum ada yang memakai metode tersebut. Kemudian
juga dikarenakan melihat kondisi dimana taklim Al-Furqon berada ada sebagain
68
jamaah yang memang berpendidikan tinggi dan sekaligus jamaah tetap taklim
yang menjadi pertimbangan akan hal tersebut.
Dan pada prosesnya setelah tausyah selesai dibukan forum tanya jawab
antara ustad dan jamaah. Biasanya pada setiap pertemuan ada lima jamaah yang
bertanya. Tapi pada saat kemarin penulis melakukan observasi hanya tiga jamaah
yang bertanya dan memang dikarenakan waktu sudah hampir masuk dzuhur.
Gambar 4.1 Taklim Bulanan Majelis Taklim Al-Furqon
Sumber: Dokumentasi Lapangan
69
D. Analisis Kuesioner
Dalam melakukan penelitian, guna untuk menemukan jawaban, salah
satu teknik pengumpulan data yang penulis ambil adalah dengan kuesioner atau
angket. Dimana kuesioner ini diberikan kepada jamaah selaku responden saat
taklim bulanan sudah selesai.
Dan setelah membagikan kuesioner dan dilakukan penelitian kemudian
data yang sudah diperoleh langsung diolah dan dianalisis untuk menemukan suatu
gambaran secara umum mengenai kepuasan jamaah terhadap metode tanya jawab
tersebut. Dari proses itu semua dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
Dari total populasi 70 jamaah sample yang digunakan sebanyak 30
jamaah. Penelitian dilakukan pada Ahad, 13 November 2016 sesudah acara taklim
bulanan. Dari 30 responden yang diambil sebagai sample bisa dilihat pada table
berikut:
Table 4.2 Data Responden berdasarkan Jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki 15 Orang
Perempuan 15 Orang
Sumber: Hasil temuan data
70
Dari table diatas dapat dilihat bahwa penelitian yang dilakukan secara
jenis kelamin memiliki jumlah yang sama, hal ini memang dilakukan untuk
mendapatkan data agar lebih berimbang dari segi jenis kelamin.
Table 4.3 Data Responden berdasarkan Usia
Usia Jumlah
<25 Tahun 4 Orang
25-50 Tahun 12 Orang
>50 Tahun 14 Orang
Sumber: Hasil temuan data
Kemudian jika dilihat dari segi usia, jamaah yang usianya berada diatas
lima puluh tahun mendominasi dibanding usia dibawahnya, hal ini memang
disebabkan karena dilingkungan majelis taklim Al Furqon berada kebanyakan
warga masyarakatnya didominasi oleh para warga yang sudah lansia.
Kemudian setelah data di olah maka bisa dikatakan bahwa seluruh
responden berdasarkan dibawah 25 tahun mengatakan puas dengan metode tanya
jawab yang ada di majelis taklim bulanan Al-Furqon, karena mereka sebagai
pemuda-pemudi yang masih memiliki daya pikir dan nalar yang kuat mampu
untuk menangkap isi dari penyampaian ceramah yang dilakukan narasumber,
apalagi dengan gaya bahasa dan kata-kata yang mudah dipahami dan kekinian
71
membuat mereka para pemuda-pemudi semakin senang dengan adanya ceramah
seperti itu.
Seluruh responden berdasarkan tingkat antara 25 sampai 50 tahun
mengatakan puas dengan metode tanya jawab yang ada di majelis taklim bulanan
Al-Furqon, karena pada tausyah yang diberikan oleh narasumber langsung
dikaitkan dengan kejadian sehari-hari, misalnya seperti kejadian bagaimana peran
seorang ayah dalam menjadi kepala rumah tangga, bagaimana harusnya mendidik
anak sesuai syariat Islam dan sebagainya, hal-hal yang demikian membuat jamaah
merasa senang setelah penulis meakukan observasi. Dan dengan adanya metode
Tanya jawab mereka bisa langsung bertanya terhadap permasalahan-
permasalahan kehidupan.
Seluruh responden berdasarkan tingkat diatas 50 tahun mengatakan puas
dengan metode tanya jawab yang ada di majelis taklim bulanan Al-Furqon,
karena materi yang disampaikan oleh narasumber mudah dimengerti dan dengan
adanya tema pilihan membuat narasumber bisa menyesuaikan materi yang ingin
disampaikan dengan kodisi jamaah. Jadi dengan tema-tema santai membuat
jamaah yang sudah lansia ini masih bisa untuk menangkap pesan dakwah yang
disampaikan narasumber
72
Table 4.4 Data Responden berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah
SMP 8 Orang
SMA 12 Orang
S1 10 Orang
Sumber: Hasil temuan data
Kemudian, dari segi pendidikan warga di dominasi oleh SMA, hal ini
dikarenakan memang kebanyakan warga di daerah majelis taklim Al-Furqon
merupakan warga asli setempat yang secara turun temurun tinggal disana,
sehingga pola pikir warga setempat yang beranggapan setelah lulus SMA harus
bekerja sudah mendarah daging, meskipun tidak semuanya seperti itu.
Seluruh responden berdasarkan tingkat SMP mengatakan sangat puas
dengan metode tanya jawab yang ada di majelis taklim bulanan Al-Furqon,
karena narasumber bisa menyentuh berbagai macam kalangan dalam hal ini
orang-orang yang hanya berpendidikan SMP sekalipun, sehingga para responden
yang hanya menempuh pendidikan sampai SMP merasa sangat puas dengan
tausyah yang dibawakan oleh narasumber karena apa yang disampaikan dapat
dimengerti dan dipahaim oleh mereka.
Seluruh responden berdasarkan tingkat SMA mengatakan puas dengan
metode tanya jawab yang ada di majelis taklim bulanan Al-Furqon. Kemudian
mereka mengatakan puas dengan metode tanya jawab karena dari segi
73
pendidikan para responden sudah lebih bisa bersikap kritis terhadap hal-hal yang
dibawakan oleh orang lain, dalam hal ini adalah tausyah yang dibawakan.
Kemudian dengan adanya pembaharuan seperti metode Tanya jawab juga
membuat mereka berfikir dengan membandingkan dengan Taklim lainnya serta
narsumber yang selalu memberikan jawaban yang baik di setiap pertanyaan
merupakan faktor-faktor yang membuat mereka sampai saat ini mengatakan puas
dengan metode tanya jawab.
Seluruh responden berdasarkan tingkat S1 mengatakan puas dengan
metode tanya jawab yang ada di majelis taklim bulanan Al-Furqon, karena
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kemampuan berfikirnya akan
semakin meningkat dan kritis terhadap sesuatu hal. Oleh karena itu, para
responden dari tingkat pendidikan ini merasa puas karena metode yang tanya
jawab yang digunakan sudah berjalan baik selama ini dan merupakan suatu hal
baru. Karena mungkin selama ini hanya bisa mendengarkan ceramah saja tanpa
bisa bertanya langsung, akan tetapi dengan adanya metode ini jamaah bisa
langsung bertanya mengenai hal-hal yang tidak diketahui dalam ceramah yang
diberikan narasumber.
Seperti yang sudah dipaparkan di bab sebelumnya bahwa perbedaan
antara sangat puas dan puas terletak pada proses awal penilaian dan perasaan
seseorang. Jika kita mendengar dari seseorang lalu kita mencobanya, dan
hasilnya seperti yang dikatakan maka itu termasuk katagori puas, tapi jika
74
hasilnya melebihi dari apa yang ia dengar dan rasa dari seseorang yang berbicara
maka itu termasuk dalam kategori sangat puas.
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian dengan
kuesioner adalah sebagian besar jamaah majelis taklim Al-Furqon merasa puas
dengan metode tanya jawab yang digunakan. Sebagian lagi merasa sangat puas
dan sebagian kecil merasa kurang puas.
Dan rata-rata jamaah merasa sangat puas dan puas karena:
1. Metode tanya jawab membuat jamaah bisa bertanya mengenai hal yang belum
diketahui dan memberikan solusi atas permasalahan yang ada
2. Metode tanya jawab dirasa belum banyak majelis taklim yang
menggunakannya sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para jamaah
3. Narasumber yang digunakan disukai jamaah karena menggunakan bahasa
yang sesuai, singkat, padat dan jelas pada saat menjawab pertanyaan
4. Dengan metode tanya jawab pengajian yang dilakukan tidak monoton dan
membuat suasana pengajian menjadi lebih hidup
5. Dengan metode tanya jawab membuat pengajian menjadi efektif karena bukan
hanya sekedar mendengarkan tetapi juga bisa bertanya
75
Selain itu, dari hasil analisis yang ditemukan juga terdapat
sebagian jamaah yang merasa kurang puas, karena:
1. Metode tanya jawab dirasa belum cukup efektif untuk membuat jamaah berani
bertanya
2. Waktu yang digunakan untuk tanya jawab terbatas
3. Dari beberapa jamaah merasa kurang menarik
E. Analisis Wawancara
Langkah kedua yang penulis lakukan untuk menjawab judul yang
dikemukakan, selain dengan kuesioner kemudian penulis juga melakukan
wawancara terhadap perwakilan dari 30 sample yang ada, yaitu sebanyak 3 orang
yang diwawancara guna memperdalam hasil yang dibutuhkan untuk menjawab
permasalahan yang ada pada judul.
Ketiga orang yang diwawancara, diambil berdasarkan faktor usia, yakni
dibawah 25 tahun, antara 25 sampai 50 tahun dan diatas 50 tahun. Dan
wawancara dilakukan pada tanggal 20 November 2016.
Kemudian dari ketiga orang tersebut yang akan diwawancara
mempunyai satu kesamaan, yaitu pada kuesioner yang mereka isi, pada salah satu
pernyataan mereka mengatakan sangat puas dengan metode tanya jawab yang
digunakan di majelis taklim Al-Furqon.
76
Dari ketiga orang tersebut penulis melakukan wawancara terarah, yakni
dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang dibutuhkan. Ada empat poin
pertanyaan yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:
1. Dari sekian banyak metode yang digunakan dalam pengajian, metode
manakah yang anda sukai?
2. Majelis taklim Al-Furqon menggunakan metode tanya jawab, menurut
anda bagaimana dengan metode tersebut yang sudah berjalan hingga saat
ini?
3. Menurut anda, apa pengaruh dari metode tanya jawab tersebut terhadap
kepuasan jamaah?
4. Anda merasa sangat puas dengan metode tanya jawab yang digunakan di
majelis taklim Al-Furqon, (berdasarkan kuesioner), puas yang dirasakan
seperti apa?
Dari empat poin pertanyaan wawancara tersebut peneliti melakukan
wawancara secara bertahap di rumah responden, karena ketika setelah
menyebarkan kuesioner dianggap tidak memungkinkan lagi untuk dilanjutkan sesi
wawancara karena waktu yang sudah masuk waktu dzuhur. Kemudian wawancara
dilakukan secara terarah dengan menyusun pernyataan-pernyataan untuk dijawab
oleh responden guna mendapatkan jawaban terkait judul penelitian.
77
Dan berikut adalah hasil dari wawancara yang dilakukan, dan berikut
juga penulis sampaikan keterangan responden:
1. Nama : Tiara Dwi Aryani
Usia : 20 Tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Jawaban :
Menyukai metode yang dua arah dan metode yang menggunakan
teknologi terkini seperti dengan proyektor, metode Tanya jawab yang
sudah berjalan sudah bagus hanya mungkin waktu untuk sesi Tanya jawab
diperpanjang, pengaruhnya; untuk berlatih berani bicara didepan umum
dan menambah ilmu pengetahuan dengan banyaknya orang yang bertanya,
puas karena narasumber menjawab pertanyaan dengan detail sehingga
jamaah menjadi paham dari yang sebelumnya tidak.
2. Nama : Ria Indriati
Usia : 42 Tahun
Pendidikan terakhir : S1
Jawaban:
Menyukai metode dua arah seperti Tanya jawab, metode Tanya jawab
sudah bagus tapi mungkin jamaah masih malu-malu untuk bertanya,
pengaruhnya; jamaah menjadi mengetahui hal-hal yang sebelumnya ia
tidak ketahui dalam hal ini mempengaruhi pengetahuan mereka sehingga
78
bertambah, puas karena dengan metode Tanya jawab bisa menemukan
solusi kemudian dengan metode Tanya jawab menimbulkan berbagai
macam pertanyaan yang menarik dan narasumber menjawab dengan detail
3. Nama : Yudi Yulfansyah
Usia : 53 Tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Jawaban:
Menyukai metode dua arah seperti Tanya jawab, metode Tanya jawab
sudah bagus karena menjadi solusi bagi jamaah untuk bertanya,
pengaruhnya; dengan narasumber yang berkompeten maka jamaah yang
bertanya menjadi sangat puas dengan adanya metode Tanya jawab ini
sehingga mereka menjadi datang terus setiap pengajian dan dengan Tanya
jawab ini menjadi mempunyai daya tarik sendiri bagi jamaahnya, puasnya
karena pertanyaan selalu dijawab dengan baik dan jelas
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan untuk melengkapi hasil
kuesioner, dan setelah melakukan analisis, kesimpulan yang bisa diambil, jamaah
merasa sangat puas terhadap metode tanya jawab di majelis taklim bulanan Al-
Furqon adalah karena:
79
1. Metode tanya jawab yang digunakan di majelis-majelis ilmu masih jarang
ditemukan, sehingga dengan adanya metode tanya jawab ini di majelis taklim
Al-Furqon merupakan sesuatu yang baru dan baik di mata jamaah
2. Dengan adanya metode tersebut jamaah bisa berlatih untuk berani bicara
didepan umum
3. Dengan adanya metode tersebut menambah pengetahuan jamaah, baik yang
ditanyakan langsung maupun yang ditanyakan oleh jamaah lain
4. Metode tanya jawab menjadi daya tarik tersendiri bagi jamaah sehingga
mereka datang setiap ada pengajian berlangsung
5. Dengan metode tanya jawab bisa menemukan solusi bagi jamaah yang
bertanya
Selain merasa puas, dengan metode Tanya jawab juga berpengaruh terhadap jamaah,
karena:
1. Narasumber yang berkompeten dibidangnya, sehingga segala pertanyaan yang
dapat dijawab dengan baik
2. Penggunaan tutur kata dan bahasa yang mudah dimengerti oleh narasumber
sehingga jamaah dapat memahami topik yang sedang dibicarakan
3. Setiap topik pembahasan taklim selalu disertakan dengan dalil-dalil yang jelas
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits shahih
80
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan teori-teori dan hasil analisis yang telah dilakukan kini
dapat disimpulkan keseluruhan bahwa:
1. Metode Tanya jawab di majelis taklim Al-Furqon disukai oleh jamaah.
2. Jamaah merasa puas dengan Metode Tanya jawab yang digunakan, karena
memberi solusi bagi permasalahan yang belum terjawab, suasana
pengajian menjadi lebih hidup dan memberikan kesempatan untuk berlatih
berbicara didepan umum.
3. Metode Tanya jawab berpengaruh terhadap jamaah, disebabkan karena
narasumber dapat menjawab setiap pertanyaan dengan baik dan dapat
dimengerti oleh jamaah, sehingga ada peningkatan keilmuan yang jamaah
dapatkan, yang dari sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.
B. SARAN
Saran yang dapat penulis beri diantaranya:
1. Agar pengurus Majelis Taklim Al-Furqon bisa mengatasi masalah-
masalah yang ada, baik itu intern maupun ekstern karena setiap masalah
81
yang ada akan menghambat perkembangan dari Majelis Taklim itu
sendiri
2. Agar Taklim khusus bapak-bapak diadakan, karena sampai dengan saat ini
belum ada.
3. Terus melakukan sosialisasi terutama pada Majelis Taklim Ibu-ibu yang
jamaahnya baru ada sedikit
4. Mengadakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, seperti tanggap bencana,
pelatihan-pelatihan UMKM untuk meningkatkan kesejahteraan,
mengoptimalisasikan zakat dan pemberdayaannya.
5. Memaksimalkan para remaja setempat dengan hal-hal yang bermanfaat,
seperti dengan kesenian islam hadroh dan marawis.
Lampiran 1
Dokumentasi berbagai kegiatan di Majelis Taklim Al-Furqon
Lampiran 2
Majelis Taklim Bulanan Al-Furqon (dalam ruangan)
Majelis Taklim Bulanan Al-Furqon (luar ruangan)
Pengajian Qur’an Anak dan Remaja Majelis Taklim Al-Furqon
Acara PHBI Maulid Nabi Muhammad SAW 2016 M / 1438 H
Bersama Pengurus Majelis Taklim Al-Furqon
DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER
Judul: “Evektifitas Penggunaan Metode Tanya Jawab dalam Berdakwah Materi ZISWAF Studi Kasus
pada Jamaah Majelis Taklim Al-Furqon Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat”
Jawablah pernyataan berikut dengan cara menyilang (x) pada pilihan yang anda yakini.
(Keterangan: SS=Sangat Setuju, S=Setuju, TS=Tidak Setuju, STS=Sangat Tidak Setuju)
No Pernyataan SS S TS STS
1. Narasumber memberikan kesempatan seluruh jamaah untuk bertanya
2. Narasumber memberikan solusi disetiap pertanyaan
3. Panitia menyediakan waktu yang cukup untuk Tanya Jawab
4. Narasumber memberikan jawaban yang jelas
5. Sesi Tanya jawab bermanfaat untuk menemukan solusi
6. Sesi Tanya jawab berlangsung dengan efektif
7. Sesi Tanya jawab berlangsung dengan menarik
8. Dengan metode Tanya jawab suasana pengajian jadi lebih hidup
9. Dengan metode Tanya jawab berlatih untuk berani berbicara didepan umum
10. Mengaji dengan metode Tanya jawab menarik bagi saya
11. Metode Tanya jawab membuat komunikasi berjalan dua arah
12. Metode Tanya jawab mempengaruhi cara berfikir saya
13. Metode Tanya jawab ini membuat saya bersemangat untuk bertanya
14. Metode Tanya jawab memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pengetahuan saya
15. Metode Tanya jawab meningkatkan keilmuan saya
16. Dengan metode Tanya jawab saya sekarang lebih memahami tentang ZISWAF
17. Metode Tanya jawab salah satu metode yang efektif di pengajian
18. Saya merasa puas dengan metode Tanya jawab di pengajian Al-Furqon
19. Saya menyukai metode Tanya jawab di majelis taklim Al-Furqon
20. Ilmu yang saya dapat sudah dipraktikan dikehidupan sehari-hari