EFEKTIVITAS PENANGANAN RISIKO...
Transcript of EFEKTIVITAS PENANGANAN RISIKO...
EFEKTIVITAS PENANGANAN RISIKO PEMBIAYAAN
MURABAHAH UMKM PADA BANK UMUM SYARIAH X
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
ANGGUN RATNA SARI
NIM: 1113053000048
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M / 1438 H
i
ABSTRAK
Anggun Ratna Sari, 2017, Skripsi. Judul : Efektivitas Penanganan Risiko
Pembiayaan Murabahah UMKM pada Bank Umum Syariah X.
Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada
nasabah untuk memenuhi kebutuhan. Pembiayaan murabahah di sector UMKM
adalah upaya dalam mendukung perkembangan Bank Syariah. Hal itu pula yang
membuat Bank Syariah seperti Bank Syariah Umum X terus meningkatkan
pelayanan kepada nasabah dengan sebaik-baiknya. Namun dalam proses
pembiayaan murabahah UMKM, Bank Syariah Umum X akan menghadapi
risiko. Untuk itulah dengan adanya penanganan risiko pembiayaan murabahah
UMKM, diharapkan dapat menghindari ancaman yang dapat mempengaruhi
dalam operasional bank serta bisa menemukan keputusan yang baru untuk dapat
mempertahankan dan menyelesaikan masalah yang ada.
Pada Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
penanganan risiko pembiayaan murabahah UMKM serta Efektivitas Penanganan
Risiko Pembiayaan Murabahah UMKM pada Bank Umum Syariah X. Dengan
adanya skripsi ini, diharapkan dapat memberikan keilmuwan mengenai
Efektivitas penanganan risiko.
Peneltian ini penulis menggunakan metode dengan pendekatan deskriptif-
kualitatif dan sumber datanya yaitu berasal dari hasil wawancara dan dokumen-
dokumen. Fokusnya mengenai bentuk, fungsi dan makna dalam hal ini mengenai
gambaran Efektivitas atas penanganan risiko pembiayaan murabahah UMKM
pada Bank Umum Syariah X.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh fakta bahwa kegiatan penanganan
risiko pembiayaan murabahah UMKM di Bank Umum Syariah X yang terjadi di
Bank Umum Syariah X yaitu melakukan upaya preventif (pencegahan) dan upaya
kuratif seperti melakukan penagihan, penjadwalan kembali (rescheduling) atau
dengan restrukturisasi. Efektivitas penanganan risiko pembiayaan murabahah
UMKM di Bank Umum Syariah X dinilai efektif, hal tersebut dilihat dari berhasil
guna, dimana kegiatan penanganan risiko murabahah UMKM dilaksanakan
dengan tercapainya tujuan tingkat NPF(Non Performing Financing) yang masih
dalam rentang risk tolerance. Selain itu ekonomis, hal tersebut dilakukan dengan
meningkatkan strategi manajemen risiko yang diambil dan bekerjasama dengan
Dewan Pengas Syariah dalam mewujudkan pelayanan jasa sesuai prinsip syariah.
Kemudian adanya pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab yaitu pelaksanaan
penanganan risiko pembiayaan murabahah UMKM dilakukan secara intensif
dengan pemantauan dari awal hingga akhir pembiayaan. Lalu pembagian kerja
yang nyata yaitu pembagian dalam melakukan monitoring, review, dan evaluasi
pembiayaan. Adapun yang lainnya yaitu rasionalitas wewenang dan tanggung
jawab dimana dalam penetapan kewenangan telah adanya unit yang melakukan
persetujuan, analisis serta administrasi pembiayaan. Kemudian prosedur kerja
yang praktis yaitu kegiatan penanganan risiko pembiayaan murabahah UMKM
dilakukan dengan penagihan, restrukturisasi maupun penjualan asset.
Kata kunci : Efektivitas, Penanganan Risiko, Pembiayaan Murabahah, UMKM.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah
memberikan bermacam-macam kenikmatan baik itu nikmat sehat, nikmat iman
serta nikmat sehat wal’afiat. Sholawat teriring salam senantiasa tercurah
limpahkan kepada baginda besar kita baginda Nabi Muhammad SAW. Sang
pencerah yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan hingga zaman
globalisasi seperti saat ini.
Berkat karunia dan rahmat-Nya, Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”EFEKTIVITAS PENANGANAN
RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH UMKM DI BANK UMUM
SYARIAH X”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada :
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak
Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, ibu Dr.
Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,
dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan,
Alumni, dan Kerja Sama Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah
beserta Drs. Sugiharto, MA, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah.
3. Muammar Aditya, SE, M.Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah
mencurahkan waktu dan tenaganya dalam membimbing dan memberi
motivasi serta masukan.
4. Drs. Sugiharto, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan masukan dan motivasi.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
rela membagi ilmunya kepada penulis.
6. Segenap Staf Akademik dan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi serta Staf Perpustakaan Umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Staf Bank Umum Syariah X, terlebih khusus kepada Ibu Evi dan
Bapak Gamma dan Bapak Amin yang telah membantu dan memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ayahanda Alm Ma’mun, Ibunda Almh Rini, dan Keluarga selaku orang
tua dan kerabat penulis yang telah memberi kasih sayang, doa serta
dukungan tiada henti kepada penulis.
9. Para sahabat-sahabat sejati, yang selalu memberikan semangat kepada
penulis, semoga Allah selalu memberikan keberkahan kepada kita
semua, Aamin.
10. Teman-teman Managemen Lembaga Keuangan Islam angkatan 2013,
Keluarga ETOS Syahid, Keluarga Besar Irmafa, Keluarga LDK Syahid,
iv
Keluarga PMII, Keluarga FKMA dan teman-teman KKN BERKAT 2017
yang telah memberi motivasi, ilmu, pengalaman serta warna dalam
kehidupan ini.
Tanpa dukungan mereka semua, skripsi ini hanyalah tulisan yang tidak
bermakna dan tidak akan terwujud. Semoga Allah membalas doa dan dukungan
dari mereka semuanya. Aamiin.
Jakarta, 7 Desember 2017
Penyusun
Anggun Ratna Sari
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………… 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………… 12
D. Metodologi Penelitian ………………………………………… 13
E. Tinjauan Pustaka …………………………………………… 17
F. Sistematika Penulisan ………………………………………. 18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Efektivitas …………..………………………………………… 21
B. Penanganan Risiko……………………………………………. 23
C. Pembiayaan Murabahah…….……………………………….. 33
D. UMKM……………………………………………………….. 38
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Singkat Bank Umum Syariah X………………………. 42
B. Visi, Misi, Values……………………………………………. 43
C. Produk dan Jasa Bank Umum Syariah X……………………. 45
D. Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah X……………………… 51
BAB IV EFEKTIVITAS PENANGANAN RISIKO PEMBIAYAAN
MURABAHAH UMKM PADA BANK UMUM SYARIAH X
A. Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah UMKM di Bank
Umum Syariah X……………………………….……………… 53
vi
B. Efektivitas Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah UMKM
pada Bank Umum Syariah X…………………………………. 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 82
B. Saran…………………………………………………………… 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
4.1 Tabel Rasio Pembiayaan Bermasalah.......................................………… 62
4.2 Tabel Profil Risiko Bank Umum Syariah X tahun 2016 ................…… 64
4.3 Tabel Alur Pembiayaan Murabahah ................……………………… 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan harus menentukan tujuan yang akan dicapai pada
masa yang akan datang. Penentuan tujuan akan sangat penting dilakukan agar
langkah-langkah yang hendak perusahaan lakukan menjadi lebih terarah dan
akhirnya dapat melakukan efisiensi dalam implementasinya.1
Di Negara maju maupun berkembang kini pertumbuhan perekonomian
terus berkembang di dunia usaha. Seperti halnya Indonesia, yang terus ingin
meningkatkan perekonomian dengan mengerahkan sumber daya yang
dimiliki melalui dunia usaha. Salah satunya yaitu mendirikan perbankan
syariah.
Pertumbuhan perbankan syariah kini telah banyak dikenal oleh
masyarakat. Banyak perusahaan-perusahaan yang kini mendirikan perusahaan
berbasis syariah. Penunjang pertumbuhan tersebut didukung oleh keuntungan
yang didapatkan, maka dari itu didirikanlah perbankan syariah. Selain itu
untuk memberikan kemudahan kepada nasabah di seluruh Indonesia maka
didirikan pula cabang Bank Syariah diberbagai wilayah. Hal tersebut
1 Sri Wahyudi, Agustinus. Manajemen Strategik (Jakarta :Binarupa Aksara,1996), h. 42.
2
membuat persaingan ketat antara bank-bank lainnya untuk dapat mencari
nasabah.
Dalam rangka membangun industri perbankan syariah masa depan yang
tangguh, maka pengembangan syariah harus mengikuti langkah-langkah
pembangunan kelembagaan dan kegiatan usaha sesuai dengan pilar-pilar
pengembangan yang ditetapkan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia
(API).2
Bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu
menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa
pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan
yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari
tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW.3
Bank Syariah marupakan lembaga keuangan yang kegiatan usaha
pokoknya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada
masyarakat atau nasabah dalam bentuk pembiayaan. Sementara jasa-jasa
lainnya merupakan kegiatan usaha lain dalam rangka menambah
pendapatannya. Produk dan jasa tersebut memegang peranan yang sangat
starategis dalam kegiatan usaha Bank Syariah, sehingga pengetahuan akan
2 Amin Ma’ruf, Prospek Cerah Perbankan Islam (Jakarta Selatan : LeKAS, 2007), h. 57. 3 Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2008), h. 18.
3
produk dan jasa yang dijual merupakan hal yang mutlak yang harus dimiliki
oleh setiap karyawan Bank Syariah.4
Bank Syariah memiliki kemudahan untuk memberikan pinjaman
kepada masyarakat. Baik itu untuk kebutuhan konsumtif maupun modal
usaha. Hal tersebut dapat menguntungkan pihak bank karena merupakan
penghasilan bank. Namun risiko yang dimiliki bank juga termasuk besar.
Untuk itu, meminimalisir risiko tersebut pihak bank menggunakan prinsip
kehati-hatian dalam meminjamkan pinjaman kepada debitur. Selain itu, dalam
melaksanakan kegiatannya berpedoman kepada prosedur kebijakan yang ada
di bank.
Islam merupakan agama fitrah yang komplit dan menyeluruh. Oleh
karena itu tidak ada satu pun urusan fitrah manusia yang luput dari perhatian
syariat Islam. Tidak ada sesuatu pun dalam urusan dunia maupun akhirat,
kecuali Islam telah menjelaskan perkaranya. 5
Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al An’am ayat 38:
4 Karnaen Perwaatmadja dan Muhammad Syafi'I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank
Islam (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), h. 1. 5 Imam Wahyudi, Miranti Kartika Dewi, Feny Rosmanita, Muhammad Budi Prasetyo,
Niken Iwani Surya Putrid an Banu Muhammad Haidir, Managemen Risiko Bank Islam (Jakarta
Selatan: Salemba Empat, 2013 ), h. 14.
4
Artinya : “Dan tiadalah binatang-binatang dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melaikan umat (juga) seperti kamu Tiadalah
Kami alpakan sesuatupun dalam Al Kitab (Al Qur’an), kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan.”6
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah din dan syariat
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Ta’ala, hubungan manusia
dengan pribadinya sendiri, keluarganya, dan sesama manusia dalam bentuk
muamalah (sosial) demi kemaslahatan hidup mereka. Oleh karena itu, Islam
merupakan agama yang lengkap dan sempurna mengatur segala aspek
kehidupan manusia seperti yang Allah firmankan :
Artinya : “..pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu dan
telah Ku-cukupkan nikmat-Ku atasmu dan telah Ku ridhai Islam itu jadi
agama bagimu..”7
Kegiatan perniagaan (bisnis) merupakan salah satu fitrah dari manusia
karena dengan berniaga manusia dapat memenuhi berbagai keperluannya.
Setiap bisnis yang dijalankan manusia pasti akan menimbulkan dua
konsekuensi di masa depan, yaitu keuntungan dan kerugian. Keduanya
merupakan dua hal yang tidak terpisahkan dari kegiatan bisnis. Tidak ada satu
pun yang menjamin bahwa bisnis yang dijalankan seseorang akan mengalami
keuntungan atau kerugian di masa depan. Dengan demikian, risiko itu sendiri
6 Q.S. al An’am [6] :38
7 Q.S. al Maidah [5] : 2
5
merupakan fitrah yang senantiasa melekat dalam kehidupan manusia. Oleh
karenanya, Islam tidak mengenal adanya transaksi bisnis yang bebas risiko.8
Prinsip perbankan syariah merupakan bagian dari keseluruhan ajaran
Islam khususnya yang berkaitan dengan ekonomi dan muamalah. Pemenuhan
prinsip syariat Islam meupakan hal utama yang harus dipenuhi dalam
transaksi perbankan syariah. Perbankan syariah secara fungsi sama dengan
perbankan konvensional yaitu sebagai lembaga intermediary (perantara)
antara pihak yang surplus dana kepada pihak yang mengalami kekurangan
dana. Dalam kegiatan operasionalnya sebagai suatu entitas maka akan selalu
menghadapi risiko.9
Perbankan syariah merupakan salah satu lembaga keuangan (financial
instution) yang sedang berkembang pesat, khususnya di Indonesia.
Sebagaimana bank yang lain, perbankan syariah adalah perusahaan jasa yang
pendapatannya diperoleh dari interaksi dengan nasabah sehingga risiko tidak
mungkin tidak ada. Ditambah dengan situasi yang tidak menentu, maka
manajemen risiko sangat diperlukan pada pebankan syariah. Selain itu, Bank
Syariah juga menghadapi risiko yang memiliki keunikan tersendiri, karena
harus mengikuti prinsip-prinsip syariah.10
8 Imam Wahyudi, Miranti Kartika Dewi, Feny Rosmanita, Muhammad Budi Prasetyo,
Niken Iwani Surya Putri dan Banu Muhammad Haidir, Managemen Risiko Bank Islam (Jakarta
Selatan: Salemba Empat, 2013 ), h. 14-15. 9 M. Nur. Rianto Al Arif dan Yuke Rahmawati, Managemen Risiko Perbankan Syariah
(Jakarta Selatan: UIN PRESS, 2015), h. 19. 10Ari Kristin Prasetyoningrum, Risiko Bank Syariah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015),
h. 49.
6
Bank Syariah sebagai suatu entitas bisnis tidak hanya mampu
menghasilkan keuntungan yang dapat dibagihasilkan kepada nasabahnya,
melainkan dapat pula mengalami kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa
tertentu. Oleh karenanya Bank Syariah harus mampu mengelola risiko ini
agar tidak terjadi kerugian kepada pihak bank selaku entitas bisnis.11
Sebagai lembaga intermediasi, Bank Islam tidak terlepas akan berbagai
risiko. Setiap risiko tersebut harus dihadapi Bank Islam karena risiko tersebut
dapat menghambat kelangsungan usahanya. Berdasarkan POJK No
65/POJK.03/2016, salah satu risiko yang dihadapi Bank Islam adalah Risiko
Kredit/pembiayaan. Risiko Kredit/pembiayaan muncul akibat kegagalan
nasabah atau pihak lain dalam memenuhi liabilitas kepada Bank Islam sesuai
kontrak. Risiko ini disebut juga risiko gagal bayar (default risk), risiko
pembiayaan. Risiko penurunan rating dan risiko penyelesaian. Termasuk
dalam kelompok Risiko Kredit/pembiayaan yaitu risiko konsentrasi
pembiayaan. Risiko Kredit/pembiayaan yang dihadapi Bank Islam sangat
terkait dengan bentuk akad pembiayaannya. Pada akad murabahah atau
istishna, Risiko Kredit/pembiayaan terjadi saat Bank Islam telah
menyerahkan asset kepada debitur tetapi tidak menerima pembayaran tepat
pada waktunya. 12
11 Ari Kristin Prasetyoningrum, Risiko Bank Syariah. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), h. 19-20. 12 Imam Wahyudi, Miranti Kartika Dewi, Feny Rosmanita, Muhammad Budi Prasetyo,
Niken Iwani Surya Putri dan Banu Muhammad Haidir, Managemen Risiko Bank Islam (Jakarta
Selatan:Salemba Empat, 2013 ), h. 25-26.
7
Bank Syariah dalam menyalurkan dananya salah satu caranya yaitu
melalui Lembaga Keuangan Mikro baik itu untuk pelaku UMKM maupun
masyarakat berkebutuhan. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) merupakan
lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa
pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman
atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat,
pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan
usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan. Keuangan mikro sendiri
adalah sektor keuangan berupa himpunan dana dan pemberian pinjaman atau
pembiayaan dalam skala mikro dengan suatu prosedur yang sederhana kepada
masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah. Di Indonesia, institusi
yang terlibat dalam keuangan mikro dapat di bagi menjadi tiga, yaitu Institusi
bank, koperasi, serta non bank/non koperasi. Institusi bank termasuk di
dalamnya bank umum yang menyalurkan kredit mikro atau mempunyai unit
mikro serta Bank Syariah dan unit syariah.13
Penguatan UMKM bisa menjadi salah satu program yang efektif dalam
mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Hal ini bisa dilakukan
dengan pemberian akses yang luas terhadap sumber-sumber pembiayaan bagi
UMKM yang pada dasarnya mempekerjakan sebagian dari kalangan
masyarakat yang tergolong miskin tetapi mempunyai kemauan dan
13 I Gde Kajeng Baskara, Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia, Jurnal Buletin Studi
Ekonomi, Vol 18, no 2, 2013, h. 115.
8
kemampuan produktif, dan salah satu sumber pembiayaan UMKM ialah
melalui sektor perbankan.14
Dibanding Bank Konvensional, Bank Syariah mempunyai keunikan
yang secara prinsip dapat mendukung UMKM, antara lain lebih luwes dalam
penyediaan agunan, lebih luwes dalam penetapan imbalan, dan lebih luwes
dalam menyediakan fasilitas (meliputi bidang perbankan dan lembaga
pembiayaan seperti anjak pitang, modal ventura, sewa-beli, dan pegadaian).15
Salah satu penyebab besarnya persentase pembiayaan Bank Syariah
terhadap UMKM di duga karena dibanding Bank Konvensional, lembaga ini
lebih mengutamakan kelayakan usaha, sementara faktor ini (agunan) untuk
sebagian besar merupakan penghambat UMKM akses terhadap perbankan
konvensional, bukan karena UMKM tidak mempunyai asset, melainkan asset
yang ada dinilai tidak bankable. Mereka yang tidak dapat dilayani oleh Bank
Konvensional inilah yang sesungguhnya merupakan calon nasabah yang
potensial bagi Bank Syariah. Dengan demikian, kalau mau menndukung
UMKM dengan keuangan (kredit), salah satu upaya yang dapat ditempuh
adalah dengan mendukung perkembangan Bank Syariah. Dengan kata lain,
penguatan dan perluasan jaringan Bank Syariah kiranya akan dapat
meningkatkan akses UMKM terhadap lembaga pembiayaan.16
14 Tedy L, dkk, Peranan Intermediasi Perbankan dalam Pemberdayaan UMKM di
Propinsi D. I Yogyakarta, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol .XVI, 2008, h. 53. 15 Amir Machmud, Bank Syariah, Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia.
(Jakarta : Erlangga, 2010 ), h. 100. 16 Amir Machmud, Bank Syariah, Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia.
(Jakarta : Erlangga, 2010 ), h. 100.
9
Upaya Bank Umum Syariah X dalam menjangkau pelaku UMKM yaitu
dengan menyalurkan pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah.
Tercatat bahwa Bank Umum Syariah X sudah membangun perluasan jaringan
di daerah DKI Jakarta agar dapat memudahkan penyaluran kredit/pembiayaan
kepada pedagang Usaha Mikro Kecil Menengah. Selain itu PT Bank Umum
Syariah X Tbk akan meningkatkan porsi pembiayaan di segmen ritel dari
mayoritas pembiayaan berada di segmen komersial. Segmen ritel ini akan
menggarap pembiayaan rumah atau apartemen dan pembiayaan kartu kredit.17
Sebagai salah satu Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. Bank
Umum Syariah X terus meningkatkan pelayanan perbankan kepada
masyarakat. Dengan berlandaskan prinsip syariah, kini Bank Umum Syariah
X sudah memiliki jaringan kantor sebanyak 22 kantor cabang agar dapat
memudahkan nasabah dalam bertransaksi di setiap daerahnya. Melihat
daripada perkembangan Bank Syariah semakin pesat di Indonesia, maka
semakin gencar pula persaingan antar bank. Untuk itu, tidak dapat dipungkiri,
bahwa bank terus meningkatkan pelayanan yang sebaik-baiknya. Namun
bank juga harus menghadapi setiap risiko yang terjadi dalam pembiayaan,
seperti halnya risiko pembiayaan murabahah.
Dalam transaksi murabahah, Bank Syariah menghadapi Risiko
Kredit/pembiayaan sewaktu memberikan aset ke klien tetapi tidak menerima
pembayaran tepat waktu. Dalam kasus murabahah tidak mengikat, dimana
klien mempunyai hak untuk mengolah pengiriman produk yang dibeli oleh
17 M.kontan. co.id diakses pada tanggal 27 Maret 2017
10
bank, bank menghadapi risiko pasar dan risiko harga.18
Sesuai dengan sifat
bisnis (tijarah), transaksi ba’i murabahah memiliki beberapa manfaat,
demikian juga risiko yang harus diantisipasi.19
Kendala yang sering dihadapi Bank Islam seperti Bank Umum Syariah
X salah satunya yaitu risiko pembiayaan pada UMKM. Walaupun sudah
dilakukan analisis pembiayaan kredit, terkadang masih terdapat pembiayaan
macet yang tidak dapat dihindari oleh perbankan. Jika dalam jangka panjang
pembiayaan terus menerus macet, maka hal itu bisa berdampak buruk dan
merugikan bank tersebut dan dapat terjadinya likuidasi atau kebangkrutan.
Adanya penaganan risiko pembiayaan murabahah bermasalah
diharapkan dapat mengurangi dampak buruk di masa depan. Hubungannya
dengan Bank Umum Syariah X yaitu Bank Umum Syariah X mempunyai
cara yang dapat meminimalisir risiko yang terjadi dalam pembiayaan
murabahah UMKM ini. Dimana dalam setiap pembiayaan itu pasti terdapat
risiko yang dapat berdampak pada bank. Untuk itulah dengan adanya
penanganan risiko pembiayaan murabahah pada umkm, diharapkan dapat
menghindari ancaman yang dapat mempengaruhi dalam operasional bank
serta bisa menemukan keputusan yang baru untuk dapat mempertahankan dan
menyelesaikan masalah yang ada. Sehingga perlu adanya penelitian lebih
18 Hennie Van Greuning dan Zamir Iqbal, Analisis Risiko Perbankan Syariah (Jakarta:
Salemba Empat, 2011), h. 121. 19 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori dan Praktik (Jakarta: Tazkia
Cendikia, 2001), h. 107.
11
lanjut tentang bagaimana Efektivitas penanganan risiko pembiayaan
murabahah ini.
Atas dasar itu penjelasan tersebut, maka penulis sangat tertarik untuk
melakukan penelitian lebih mendalam yang dituangkan dalam sebuah skripsi
dengan judul “Efektivitas Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah
UMKM pada Bank Umum Syariah X”
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi kajian pada prosedur upaya
penanganan risiko pembiayaaan murabahah pada UMKM di Bank
Umum Syariah X pada periode 2016 saat mengahadapi pembiayaan
bermasalah.
2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah di jabarkan di atas maka
perumusan masalah dari penelitian ini yaitu
a. Bagaimana Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah pada
UMKM di Bank Umum Syariah X?
b. Bagaimana Efektivitas Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah
UMKM pada Bank Umum Syariah X?
12
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah pada
UMKM di Bank Umum Syariah X
b. Untuk mengetahui Efektivitas Penanganan Risiko Pembiayaan
Murabahah UMKM pada Bank Umum Syariah X
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat antara lain
sebagai berikut:
a. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu
pengetahuan bidang manajemen lembaga keuangan Islam, khususnya
dalam bidang studi manajemen dan menjadi referensi bagi jurusan
manajemen lembaga keuangan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi untuk dijadikan bahan acuan dalam menulis karya ilmiah
selanjutnya.
b. Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pengembangan wawasan
khazanah ilmu pengetahuan dan juga gagasan dalam
mengimplementasikan penelitian di lapangan sehingga dapat
13
bermanfaat untuk penanganan risiko pembiayaan murabahah pada
UMKM.
D. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan dan Metode penelitian.
Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prisip logis terghadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran atau cara yang ilmiah
untuk mencapai kebenaran ilmu, guna memecahkan masalah.20
Penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang sebagian besar digunakan dalam
metode penelitian ilmu sosial dan hanya beberapa penelitian dalam
keuangan. Menurut Creswell, penelitian kualitatif berarti proses eksplorasi
dan memahami makna perilaku individu dan kelompok, menggambarkan
masalah sosial atau masalah kemanusiaan.21
Karakteristik menurut Bogdan
dan Biklen adalah seperti berikut :22
a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, sebagai lawannya adalah
eksperimen, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument
kunci
b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkupul berupa
kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka
20 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 16. 21 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 347. 22 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 40.
14
c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif yaitu dengan menggunakan penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa dengan kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode deskriptif adalah
prosedur pemecahan masalah dengan cara menggambarkan obyek
penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana
adanya, kemudian dianalisis dan di interprestasikan, bentuknya berupa
survei dan studi perkembangan.23
Untuk memahami istilah kualitatif ini,
perlu kiranya dikemukakan teori menurut Bogdan dan Taylor
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif kata-kata tertulis dari perilaku orang-orang
yang diamati. Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan
dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat.24
Ditinjau dari sifat
penyajian datanya, desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif, yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang
tidak menguji hipotesis atau prediksi.25
Penelitian kualitatif mengacu pada
apa, bagaimana, kapan dan dimana dari suatu hal yang berfokus pada
esensinya. Oleh karena itu kualitatif merujuk kepada makna, konsep,
definisi, metamorfosis dari suatu hal.
23 Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 16. 24Lexy J Mleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet.
ke-11, 2000), h. 3. 25Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik,
(Bandung: PT. Rosdakarya, 2002), h. 24.
15
2. Subjek dan Obyek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu Bank Umum Syariah X, yang dapat
memberikan informasi kepada penulis sedangkan Obyek penelitian ini
adalah penanganan risiko pembiayaan murabahah UMKM.
3. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Dalam Penelitian ini penulis melakukan penelitian di Bank Umum Syariah
X, Jakarta Barat 11420. Waktu penelitian yaitu pada bulan Juli 2017
sampai Oktober 2017
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan cara:
a. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan dalam metode survei
yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek peneliti.26
Dalam pengumpulan data peneliti melakukan wawancara kepada subjek
yang berkaitan yaitu Entreprise Risk Management di Bank Umum
Syariah X. Penulis memberikan pertanyaan langsung dengan melakukan
2 cara : melalui tatap muka dan melalui alat elektronik seperti telepon
dan email.
Menurut Black & Champion: “Wawancara adalah teknik
penelitian yang paling sosiologis karena bentuknya yang berasal dari
interaksi verbal antara peneliti dan responden dan juga cara yang paling
26 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Perilaku Konsumen; Pendekatan Praktis Disertai
Himpunan Jurnal Penelitian, (Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2013), h. 171.
16
baik untuk menentukan kenapa seseorang bertingkah laku, dengan
menanyakan secara langsung. (Black & Champion, 1992: 305).
b. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung
agar data yang di dapatkan lebih akurat dan bebas terhadap objek yaitu
Kantor Bank Umum Syariah X
Observasi merupakan proses pencatatan pola perilaku subjek
(orang), objek (benda), atau kejadian yang sistematis tanpa adanya
pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti.27
c. Dokumentasi
Merupakan jenis data penelitian yang antara lain berupa : jurnal,
surat-surat atau data dalam bentuk laporan program.28
Dalam hal ini
penulis melakukan pengumpulan data pada periode 2016 yang terdapat di
Kantor Bank Umum Syariah X
5. Teknik Analisa Data.
Teknik analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan
mengurutkan kedalam pola, kategori, dan suatu uraian dasar kemudian
dianalisa agar mendapatkan hasil berdasarkan yang ada. Hal ini disesuaikan
dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif,
dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari
27 Sugiono, Metode penelitian pendidikan, (Jakarta: 2010), h. 171. 28 Sugiono, Metode penelitian pendidikan (Jakarta: 2010), h. 171.
17
pengamatan, kemudian mengalisisnya dengan berpedoman kepada sumber-
sumber yang tertulis.29
E. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari kesamaan pembahasan dengan penelitian yang
pernah dilakukan oleh orang lain, maka penulis menyajikan beberapa
penelitian yang telah dibuat oleh para penulis lain, yaitu:
1. Qonita Lutfiyah dengan judul “Efektivitas Program Pembiayaan Usaha
Kecil Mikro BMT (Baitul Mal wat Tamwil) Usaha Mulya di Kelurahan
Kota Baru Bekasi Barat”. Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun
2014. Qonita meneliti tentang program pembiayaan Usaha Kecil Mikro di
BMT Usaha Mulya ini, apakah program pembiayaan tersebut telah efektif
dan telah mencapai tujuannya. Berbeda dari penelitian Qonita penulis
meneliti tentang bagaimana Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah
UMKM pada Bank Umum Syariah X.
2. Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah pada Bank BNI Syariah
cabang Fatmawati, oleh Lukmanul Hakim Mahasiswa Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun skripsi
2016M/1438H. Skripsi ini menjelaskan bagaimana manajemen risiko
pada pembiayaan murabahah bermasalah di Bank BNI Syariah cabang
Fatmawati yaitu dengan Peraturan Bank Indonesia no 13/23/PBI/2011
mengenai penerapan manajemen risiko, sedangkan penulis meneliti
29Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian;Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Bulan
Bintang, 2003), h. 11.
18
tentang bagaimana Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah UMKM
pada Bank Umum Syariah X.
3. Rika Fitrianti dengan judul “Manajemen Risiko Pembiayaan Mikro pada
BRI Syariah kantor cabang pembantu Cipulir”. Skripsi Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2014. Skripsi ini menjelaskan bagaimana
penerapan manajemen risiko pembiayaan mikro di BRI Syariah kantor
cabang pembantu Cipulir, sedangkan penulis meneliti tentang bagaimana
Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah UMKM pada Bank Umum
Syariah X.
4. Rifki Fajri Sani dengan judul “Efektivitas Pembiayaan Murabahah pada
BMT Nurul Falah Sawangan Depok”. Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2015.
Skripsi ini menjelaskan bagaimana praktek pembiayaan murabahah di
BMT Nurul Falah dalam pandangan Hukum Islam, sedangkan penulis
meneliti tentang bagaimana Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah
UMKM pada Bank Umum Syariah X.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas mengenai latar belakang
masalah, pembatasan masalah dan perumusan
19
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Landasan teori pada bab II ini menjelaskan tentang
pengertian Efektivitas, pengertian pembiayaan
murabahah, pengertian penanganan risiko, dan
pengertian UMKM.
BAB III : GAMBARAN UMUM BANK UMUM
SYARIAH X
Pada bab ini menjelaskan sejarah, visi, misi dan
tujuan Bank Umum Syariah X, program-program
pelayanan Bank Umum Syariah X.
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS
Pada bab ini menjelaskan tentang analisis
Efektivitas Penanganan Risiko Pembiayaan
Murabahah UMKM pada Bank Umum Syariah X
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini adalah bab terakhir yang memuat
kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan penulis dan penulis memberikan saran
20
yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas
untuk memperoleh informasi, dan memberikan
solusi atas permasalahan tersebut yang kemudian
diakhiri dengan daftar putaka dan lampiran-
lampiran.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Secara etimologi kata Efektivitas diambil dari kata efek yang artinya
akibat atau pengaruh, dan dari kata efektif yang artinya ada pengaruh atau
akibat dari sesuatu, membawa hasil, dan Efektivitas itu sendiri berarti
keadaan berpengaruh, keberhasilan tentang usaha atau tindakan.1
Beberapa pakar menjelaskan Efektivitas antara lain, Sumant
menjelaskan bahwa Efektivitas adalah seberapa baik tujuan yang dapat
dicapai, dengan tetap mempertahankan mutu. Stoner menjelaskan bahwa
Efektivitas adalah konsep yang luas mencangkup berbagai faktor di dalam
maupun di luar organisasi yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan
organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran organisasi.2
Peter Drucker mengemukakan bahwa Efektivitas adalah melakukan
pekerjaan yang benar (doing the right things), sedangkan efisiensi adalah
melakukan pekerjaan dengan benar (doing the things right).3
Selain itu Efektivitas juga dapat dipahami sebagai padanan kata yang
menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. Dengan kata lain bahwa suatu
1 Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.
284. 2Darsono P dan Tjatjuk Siswandoko, Manajemen Sumber Daya Manusia abad 21
(Jakarta: Nusantara Consulting, 2011), h. 196. 3T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 1998), h. 7.
22
usaha dapat dikatakan efektif jika usaha tersebut dapat mencapai
tujuannya.4
Efektivitas juga diartikan derajat pada mana risiko akan dapat
dieliminasi atau dikendalikan oleh tindakan preventif yang diusulkan.5
2. Tolak Ukur Efektivitas
Ada beberapa kriteria tolak ukur Efektivitas, yaitu :6
a. Berhasil guna, untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan
dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.
b. Ekonomis, ialah untuk menyebutkan bahwa di dalam usaha
pencapaian efektif itu, maka biaya, tenaga kerja material, peralatan,
waktu, ruangan dan lain-lain telah dipergunakan dengan setepat-
tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan
tidak adanya pemborosan serta penyelewengan.
c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk membuktikan
bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan
dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung
jawab sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
d. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi
berdasarkan beban kerja, waktu yang tersedia.
4Ensiklopedi Umum (Yogyakarta: Kanisius, 1973), h. 36. 5 Nadief Kaelani, Managemen Risiko Terapan (Jakarta: PT Prima Pundi Redana, 2010),
h. 124. 6 Sujadi.F.X, O dan M (Organization and Methods) penunjang berhasilnya proses
manajemen (Jakarta : Cv. Masagung, 1989), h. 36-39.
23
e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang harus
seimbang dengan tanggung jawab. Dan harus dihindari adanya
dominasi oleh salah satu pihak atas pihak lainnya.
f. Prosedur kerja yang praktis, yaitu menegaskan bahwa kegiatan kerja
adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis.
Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan
kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang
dapat dilaksanakan dengan lancar.
B. Penanganan Risiko
1. Pengertian Penanganan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti penanganan yaitu
proses, cara, perbuatan menangani, penggarapan.7 Penaganan memiliki
satu arti. Penanganan berasal dari kata dasar tangan. Penanganan
memiliki arti dalam kelas nomina atau kata bendasehingga penanganan
dapat menyatakan namadari seseorang, tempat, atau semua benda dan
segala yang dibendakan.8
2. Pengertian Risiko
Definisi risiko yang tepat dilihat dari sudut pandang bank
adalah exposure terhadap ketidakpastian pendapatan. Bank Indonesia
(PBI No 5/8/pbi/2003) mendefinisikan risiko sebagai “potensi
terjadinya peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian bank”.
Sehingga, risiko bank dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari
7 Kbbi.kata.web.id diakses pada tanggal 13 desember 2017.
8 www.apaarti.com diakses pada tanggal 13 desember 2017.
24
tingkat kemungkinan terjadinya sebuah peristiwa serta konsekuensinya
terhadap bank di mana setiap kegiatan mengandung kemungkinan itu
dan memiliki konsekuensi untuk mendatangkan keuntungan atau
kerugian atau mengancam sebuah kesuksesan.9
Ketika Islam memperbolehkan perdagangan dan kegiatan
komersial (yaitu al bay’), itu meletakan prinsip risiko–return yang
didasarkan pada nilai-nilai moral. Dalam perdagangan, perdagangan
mempunyai potensi kerugian, karena dia tidak tahu persis apa yang
telah disiapkan pasar untuknya. Meskipun ia dapat membuat estimasi
dan proyeksi tentang perilaku pasar berdasarkan peristiwa masa lalu.
Dalam ketidakpastian, tidak ada jaminan bahwa ia bisa membuat
keuntungan. Tapi dalam Islam, orang percaya bahwa Allah yang
menentukan hasil dari peristiwa. Manusia tidak mampu menentukan
masa depannya. Karena ketidakpastian mengenai masa depan maka
dia diperintah untuk mengambil tindakan pencegahan untuk
meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi.10
3. Penanganan Risiko
Penanganan risiko adalah kegiatan untuk menyusun rencana
penanganan (mitigasi) risiko dan menjalankan rencana tersebut. Salah
satu cara dalam penaganan risiko yaitu dengan memilih opsi
penanganan risiko yang mungkin untuk dijalankan dan menyusun
9Hennie Van Greuning dan Zamir Iqbal, Analisis Risiko Perbankan Syariah (Jakarta:
Salemba Empat, 2011), h. 38. 10Ari Kristin Prasetyoningrum, Risiko Bank Syariah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015),
h.41.
25
rencana penanganan risiko yang smart.11
Beberapa opsi Penanganan risiko (risk treatment) dalam
menghadapi risiko terdapat empat penanganan yang dihadapi oleh
organisasi yaitu :12
a. Menghindari risiko (risk avoidance)
Apabila risiko tersebut masih dalam pertimbangan untuk diambil,
misalnya karena tidak masuk kategori risiko yang diinginkan bank
atau karena kemungkinan jauh lebih besar dibandigkan keuntungan
yang diharapkan.
Untuk menghindari risiko, tidak melakukan aktivitas yang dapat
mendatangkan risiko, tetapi dengan cara merubah rencana proyek
untuk menghilangkan risiko.
b. Mitigasi risiko (risk reduction)
Proses mitigasi risiko merupakan proses penyusunan berbagai
pilihan dan aksi yang dapat digunakan bank untuk menetralisasi,
mengurangi dan menghilangkan kerugian yang mungkin
ditimbulkan dari suatu risiko.
Disini dilakukan tindakan untuk mengurangi peluang terjadinya
risiko, dengan jalan diantaranya adalah memilih orang yang
kompeten dalam tim proyek.
c. Menerima risiko (risk acceptance).
11
Karya Tulis Ilmiah. 2015. Penanganan Risiko (Risk Response Planning), diunduh
langsung disitus https://karyatulisilmiah.com/penangananrisiko, pada tanggal 15 Juli 2017. 12 Karya Tulis Ilmiah. 2015. Penanganan Risiko (Risk Response Planning), diunduh
langsung disitus https://karyatulisilmiah.com/penangananrisiko, pada tanggal 15 Juli 2017.
26
Apabila risiko berada pada tingkat yang paling ekonomis. Biasanya
dilakukan bila risiko yang diterima kecil. Mengahadapi risiko
dengan kemampuan sendiri dan sumber daya yang ada tanpa
meminta bantuan yang lain. Contoh menahan risiko adalah risiko
akibat kredit macet oleh debitur kecil dan sedang.13
d. Transfer risiko kepada pihak ketiga (risk sharing)
Transfer risiko adalah proses pengalihan sebagian, atau seluruh
risiko yang ditanggung pada pihak lain (penanggung) yang biasanya
adalah perusahaan asuransi. Transfer risiko hanya dilakukan hanya
pada jenis risiko murni. Pengalihan risiko dapat dilakukan pada
sebagian kecil risiko sampai pada seluruh risiko tergantung
besarnya retensi besarnya perusahaan asuransi dan tergantung
besarnya premi yang dibayarkan.14
Salah satu contoh untuk menangani risiko yaitu dengan asuransi,
khususnya risiko murni. Asuransi adalah kontrak perjanjian antara yang
diasuransikan dan perusahaan asuransi(insurer) dimana insurer
mendapatkan kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang
13 Naniek Utami Handayani, Diana Puspita Sari, Dhindi Oxina Irawan, Zihramna Afdi,
“Evaluasi Kesiapan Implementasi ISO 31000:2009 pada Departemen Teknik Industri Universitas
Diponogoro”, Jurnal Fakultas Teknik Industri, Vol. 12, No. 1 (2004), h. 26. 14 Merry Natalia nawatri, Topowijono, Achmad Husaini, “Efektifitas proses Manajemen
Risiko Perbankan dalam mengendalikan Risiko Kredit”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol 25,
No 1 (2015), h. 6.
27
diasuransikan dan pihak pengansuransi mendapatkan premi asuransi
sebagai balasannya.15
Secara garis besar, penanggulangan pembiayaan bermasalah dapat
dilakukan melalui upaya-upaya yang bersifat preventif dan upaya-upaya
yang bersifat represif/kuratif. Upaya yang bersifat preventif (pencegahan)
dilakukan oleh bank sejak permohonan pembiayaan diajukan nasabah,
pelaksanaan analisa yang akurat terhadap data pembiayaan, pembuatan
perjanjian pembiayaan yang benar, pengikatan agunan yang menjamin
kepentingan bank, sampai dengan pemantauan atau pengawasan terhadap
pembiayaan yang diberikan. Sedangkan upaya kuratif adalah upaya-
upaya penanggulangan yang bersifat penyelamatan atau penyelesaian
terhadap pembiayaan bermasalah (non performing financing).16
Berikut ini adalah upaya kuratif atau penyelamatan pembiayaan
yaitu:17
a. Rescheduling
Rescheduling (penjadwalan kembali) merupakan upaya pertama dari
pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikannya kepada
debitur. Rescheduling yaitu perubahan persyaratan pembiayaan tidak
terbatas pada rescheduling atau reconditioning, antara lain meliputi
:penambahan dana fasilitas pembiayaan bank, konversi akad
15 Karya Tulis Ilmiah. 2015. Penanganan Risiko (Risk Response Planning), diunduh
langsung disitus https://karyatulisilmiah.com/penangananrisiko, pada tanggal 15 Juli 2017. 16 Fathurrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah (Jakarta
: Sinar Grafika, 2012), h. 82. 17Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), h.83.
28
pembiayaan, konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah
berjangka waktu menengah dan konversi pembiayaan menjadi
penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah.18
b. Reconditioning
Merupakan usaha pihak bank yang menyelamatkan kredit yang
diberikannya dengan cara mengubah sebagian atau seluruh kondisi
(persyaratan) yang semula disepakati bersama peihak debitur dengan
dituangkan dalam perjanjian kredit WK)19
c. Restructuring
Restrukturisasi adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus
dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang
mendasari pembiayaan kredit yang diperoleh dari bank.20
d. Eksekusi
Jika usaha penyelamatan seperti yang diuraikan diatas sudah dicoba,
namun nasabah juga tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap
bank, maka jalan terakhir adalah bank melakukan eksekusi melalui
berbagai cara, antara lain:
1) Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan Piutang
Negara)
2) Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara perdata)21
18 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.83. 19 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), h.83. 20
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), h.84. 21 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), h.84.
29
4. Risiko Pembiayaan Murabahah
Yang dimaksud dengan risiko pembiayaan adalah risiko yang
disebabkan oleh adanya kegagalan counterparty dalam memenuhi
kewajibannya.22
Risiko pembiayaan pada umumnya dikaitkan dengan
risiko gagal bayar dari nasabah. Risiko ini mengacu pada potensi
kerugian yang dihadapi bank ketika pembiayaan yang diberikannya
mengalami macet atau gagal bayar, dimana debitur tidak mampu
memenuhi kewajiban dalam mengembalikan dana pembiayan yang telah
diterima kepada pihak bank.23
Kemungkinan risiko yang harus diantisipasi dalam pembiayaan
Murabahah antara lain :24
a. Default atau kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
b. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang
dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak
bisa mengubah harga jual beli tersebut.
c. Penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh
nasabah karena berbagai sebab antara lain rusak dalam perjalanan.
d. Dijual, karena pembiayaan Murabahah bersifat jual beli dengan
utang, maka ketika kontrak ditanda tangani, barang itu menjadi milik
nasabah.
22Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Raja
Grafinda Persada, 2013), h. 260. 23 M. Nur Rianto dan Yuke Rahmawati, Manajemen Risiko Perbankan Syariah (Jakarta:
UIN PRESS, 2015), h. 84. 24Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik (Jakarta : Gema
Insani Press, 2001), h. 57
30
Untuk mengurangi risiko tersebut jaminan pemberian kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau berdasarkan keyakinan
atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasinya
kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor
penting yang harus diperhatikan oleh Bank. Pada dasarnya jaminan
dalam Murabahah diperbolehkan agar nasabah serius dengan
pesanannya. Karena itu Bank dapat meminta nasabah untuk
menyediakan jaminan yang dapat dipegang.25
Untuk memperoleh
keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan
penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan
prospek usaha dari nasabah debitur. 26
Berdasarkan penjelasan pasal 8 Undang-undang Perbankan yang
diubah, yang semestinya di nilai oleh bank sebelum memberikan kredit
atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah watak, kemampuan,
modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur, yang dikenal
dengan sebutan “The Five C of credit analysis”atau prinsip 5 C’s.27
Bank sebagai Lembaga Keuangan melakukan analisis kelayakan
kredit kepada calon debitur yakni dengan menggunakan kriteria 5 C :28
a. Character (Penilaian watak)
25 Irma Devita Purnamasari dan Suswinarno, Paduan Lengkap Hukum Praktis Populer
Kiat-Kiat Cerdas, Mudah dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah (Bandung : Kaifa, 2011),
h. 54. 26 Journal.stainkudus.ac.id, diakses pada tanggal 27 Maret 2017. 27Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perbankan Indonesia (Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 2003), h. 246. 28 Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perbankan Indonesia (Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 2003), h. 246.
31
Menilai calon debitur dari hasil survai dan dari narasumber lain,
misalnya dengan melakukan pengecekan ke rekan bisnis calon
debitur, ke supplier dan pelanggan atau bahkan ke lingkungan
sekitar dimana debitur tinggal atau melakukan usaha.29
Dalam melakukan analisis melalui watak/karakter berkaitan dengan
integritas dari calon debitur. Integritas ini sangat menentukan
willingness to pay atau kemauan membayar kembali nasabah atas
kredit yang telah dinikmatinya. Informasi dari kalangan perbankan
diperoleh melalui surat-menyurat/korespondensi antarbank yang
dikenal dengan bank information, termasuk permohonan resmi ke
Bank Indonesia untuk memperoleh informasi tentang calon debitur,
baik mengenai pribadinya maupun perusahaan (bisnis) yang
dimilikinya.30
b. Capacity (Kemampuan)
Capacity (Kemampuan) yaitu Bank harus meneliti mengenai
kemampuan atau keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan
kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang
akan dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga
calon debiturnya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau
mengembalikan pinjamannya.31
Kapasitas keuangan calon debitur
29 Ali Suyanto Herli, Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan Pembiayaan Mikro
(Yogyakarta : CV Andi OFFSET, 2013), h. 38 30 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009),
h.89. 31 Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perbankan Indonesia (Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 2003), h. 246.
32
dihitung dari hasil wawancara dan pengecekan ulang dari data-data
yang didapat atau dari laporan keuangan (audited atau unaudited
oleh Kantor Akuntan Publik) yang diberikan oleh calon debitur,
sehingga dapat disimpulkan apakah calon debitur akan mampu atau
tidak dalam membayar angsuran sampai periode jatuh tempo
kredit.32
c. Capital (Permodalan)
Bank harus melakuan analisis terhadap posisi keuangan secara
menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga
dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam
menunjang pembiayaan proyek atas usaha calon debitur yang
bersangkutan. Umumnya usaha yang didukung permodalan yang
besar lebih kuat daripada usaha yang dimulai dengan modal pas-
pasan. Usaha yang didukung dengan modal yang kuat dan besar
lebih tahan gangguan atau permasalahan likuiditas. Usaha calon
debitur yang di dukung dengan modal secukupnya tidaklah
demikian.33
d. Condition (Kondisi)
Kondisi ekonomi turut mempengaruhi aspek penilaian bank
terhadap kelayakan usaha calon debitur. Dalam kondisi ekonomi
yang booming, di mana para pelaku usaha mudah untuk
32 Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perbankan Indonesia (Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 2003), h. 246. 33 Ali Suyanto Herli, Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan Pembiayaan Mikro
(Yogyakarta : CV Andi OFFSET, 2013), h. 52
33
mengembangkan omset usahanya, tentu prospek ke depan akan lebih
baik. Lain lagi bilamana kondisi sebaliknya terjadi, misalnya angka
inflasi dan resesi meningkat tajam, daya beli masyarakat menurut
tajam, keamanan dan ketertiban hukum tidak berjalan dengan baik.
Hal ini harus dicermati dengan hati-hati oleh perbankan.34
e. Collateral (Jaminan)
Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitur
umumnya wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang
berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal
sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya.35
C. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Pembiayaan
Gita Danupranata menjelaskan bahwa, Pembiayaan merupakan
salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang tergolong sebagai pihak
yang mengalami kekurangan dana (deficit unit)”. 36
Selain itu, pembiayaan diartikan penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lainyang mewajibkan pihak
34 Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perbankan Indonesia (Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 2003), h. 247. 35 Rachmadi Usman, Aspek-aspek hokum perbankan Indonesia (Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 2003), h. 248 36Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah (Jakarta: Salemba Empat,
2013), h. 103.
34
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.37
Adapun pengertian lain yaitu pembiayaan diartikan pendanaan
yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lainuntuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
lembaga.38
2. Pengertian Murabahah
Secara bahasa Murabahah diambil dari kata rabiha – yarbahu -
rabhan – warabahan – warabahan yang berarti beruntung atau
memberikan keuntungan. Sedang kata ribh itu sendiri berarti suatu
kelebihan yang diperoleh dari produksi atau modal (profit).
Murabahah berasal dari mashdar yang berarti “keuntungan, laba atau
faedah”. Secara istilah Murabahah ini banyak didefinisikan oleh para
fuqoha. Jual beli Murabahah adalah jual beli dengan harga jualnya
sama dengan harga belinya ditambah dengan keuntungan.39
a. Sumber Hukum Akad Murabahah40
1) Al Qur’an :
Artinya : “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
37 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.82. 38 Muhammad Nur Al Arif, Dasar-dasar dan Pemasaran Bank Syariah, (Bandung:
Alfabeta, 2010), h.42. 39Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015),
h. 4. 40Sri Nurhayati dan Wasilah, Akutansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat,
2012), h. 172.
35
mengharamkan riba”
2) Hadits :
Dari Abu Said Al Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama
suka”(H.R Al Baihaqi, Ibnu Majah dan shahih menurut Ibnu
Hibban)
b. Rukun dan Syarat Murabahah41
Menurut mayoritas (jumhur) ahli-ahli hukum Islam, rukun yang
membentuk akad murabahah ada empat :
1) Adanya penjual(bai’)
2) Adanya pembeli(musytari)
3) Objek atau barang (mabi) yang diperjualbelikan
4) Harga (tsaman) nilai jual barang berdasarkan mata uang
c. Syarat murabahah yaitu :
1) Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah
2) Kontrak pertama harus sesuai dengan rukun yang ditetapkan
3) Kontrak harus bebas riba
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat
atas barang sesudah pembelian
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian
3. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan yang diberikan
41 Sutedi, Adrian, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2015), h. 122.
36
kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi
(inventory). Pembiayaan Murabahah mirip dengan kredit modal kerja
yang biasa diberikan oleh bank-bank kovensional dan karenanya
pembiayaan Murabahah berjangka waktu di bawah 1 tahun (short run
financing).42
Berikut ini skema Pembiayaan Murabahah.43
Bank Syariah Nasabah
Produsen/Dealer
Pembayaran
1. Akad Perjanjian Murabahah
2. Beli Truk
3. Kirim Truk
beserta
dokumennya
(faktur BPKP,
STNK)
Dalam pembiayaan ini bank bertindak sebagai penyedia dana
dalam kegiatan transaksi Murabahah dengan nasabah. Bank dapat
membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya. Apabila ada kesepakatan antara bank dan
nasabahnaya dan pembiayaan Murabahah telah ditandatangani oleh
bank dan nasabah, maka bank wajib menyediakan dana untuk
merealisasikan penyediaan barang yang dipesan nasabah.44
Pada
42Karnaen A. Perwaarmadja dan Muhammad Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank
Islam (Yogyakarta: PT Amanah Bunda Sejahtera, 1992), h. 25. 43 Irma Devita Purnamasari dan Suswinarno, Paduan Lengkap Hukum Praktis Populer
Kiat-Kiat Cerdas, Mudah dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah (Bandung : Kaifa, 2011),
h. 39. 44A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2012), h. 200.
37
Murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi,
sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun
dicicil. Pada Murabahah, untuk terbentuknya akad pembiayaan
multiguna di dalam Islam, haruslah memenuhi rukun-rukun dan
syarat-syarat Murabahah.45
Dalam praktek perbankan, adanya uang muka itu diperbolehkan.
Karena permintaan uang muka yang dilakukan oleh pihak bank kepada
nasabah itu merupakan suatu tanda yang bisa menunjukan seriusan
nasabah dalam melakukan suatu transaksi. Sehingga pihak bank bisa
melihat kadar keseriusan nasabah dalam mengadakan perjanjian
dengan pihak bank, khusunya dalam hal ini jual beli Murabahah.46
Dalam Murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam
harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Murabahah
muajjal dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan
pembayaran kemudian (setelah awal akad), baik dalam bentuk
angsuran maupun dalam bentuk lump sum (sekaligus).47
Dalam transaksi Murabahah, Bank Syariah menghadapi Risiko
Kredit/pembiayaan sewaktu memberikan asset ke klien tetapi tidak
menerima pembayaran tepat waktu. Dalam kasus Murabahah tidak
mengikat, di mana klien mempunyai hak untuk menolak pengiriman
45Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2015), h. 122. 46 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta : Gema
Insani Press, 2001), h. 160. 47Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008), h. 115.
38
produk yang dibeli oleh bank, bank menghadapi risiko pasar dan risiko
harga.48
D. UMKM
1. Pengertian UMKM
Pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
kecil dan Menengah (UMKM) :49
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang diakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dan usaha menengah atau usaha besar yag memenuhi
kriteria Usaha Kecil.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang diakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.
48Sri Nurhayati dan Wasilah, Akutansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat,
2012), h. 121. 49 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,
Menengah.
39
2. Tujuan UMKM
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 menyatakan bahwa tujuan
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM):50
1. Mewujudkan struktur perekonomian yang seimbang dan
berkeadilan
2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi
usaha yang tangguh dan mandiri
3. Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah,
penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan
ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan
Kita melihat secara jelas fragmentasi sosial masyarakat ekonomi
kedalam kelompok mikro kecil, kelompok ekonomi menengah dan
kelompok usaha besar. Kondisi tersebut berlangsung secara tidak wajar
dan mencolok sehingga menimbulkan ketidakadilan dan jurang antar
kelompok masyarakat. Islam, dalam konteks ini mengajarkan
kebebasan dan keterbukaan akses terhadap sumber daya dalam mencari
rezeki, setiap kerja dihargai dan setiap orang memperoleh penghargaan
atas pekerjaan yang dilakukannya. Allah berfirman dalam surat An
Najm ayat 39 :51
50Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Islam : Titik Temu Hukum Islam dan
Hukum Nasional (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 243. 51 Q.S An Najm : 39
40
Artinya : “Dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”
Karakteristik yang membedakan lembaga keuangan syariah
dengan lembaga keuangan konvensional terletak pada beberapa
instrumen yang diterapkannya, terutama instrumen bagi hasil (profit
and loss sharing sistem), instrumen jual beli, instrumen, kerjasama
dengan pola bagi hasil. Instrumen-instrumen tersebut memberikan
banyak pilihan yang memungkinkan pelaku usaha ekonomi mikro
mendapatkan kemudahan-kemudahan. Selain itu instrumen-instrumen
tersebut menjadi alternatif sistem bunga (interest rate sistem) yang
diterapkan dalam lembaga keuangan konvensional.52
Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Dedi Takari dkk,
yang meneliti faktor yang mempengaruhi pertumbuhan UMKM
menemukan bahwa salah satu kendala yang dihadapi pengusaha kecil
adalah terletak pada kendala modal. Modal yag digunakan pengusaha
kecil seperti modal kerja, uang tunai dan persediaan barang-barang
untuk kegiatan usaha, peralatan dan perlengkapan usaha yang terdiri
dari mesin dan perlengkapannya, kendaraan, tanah dan bangunan untuk
usaha dan barang modal lainnya pada umumnya mengandalkan modal
sendiri.
Untuk mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang
memiliki bakat entrepreneur skill dan kendala modal lembaga ekonomi
52 Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.
63.
41
syariah memiliki stok tertentu, terutama modal yang dihimpun dari
dana zakat, infaq dan sadaqah kemudian dikemas dalam bentuk produk
al Qard al hasan, pinjaman kebaikan yang bisa disalurkan kepada
mereka.53
Fakta tentang keberhasilan usaha kecil untuk eksis ditengah
usaha dan kondisi perekonomian yang tidak menentu ditentukan oleh
banyak faktor. Menurut Ray misalnya mengatakan karena UMKM
dikelola oleh orang-orang yang memiliki kompetensi khusus, mereka
mengenali titik kelemahan yang dihadapi usaha kecil dan menengah,
sehingga praktis mereka secara mudah dapat mengatasinya dan
mencarai keterampilan yang diperlukan untuk memastikan sukses dari
dimulainya usaha mereka. Pengelola UMKM juga memahami
bagaimana bagian dari suatu usaha saling berpasangan (mutually
inclusive) untuk membentuk keseluruhan struktur dan mengetahui jika
ada suatu bagian yang hilang (anything loss) yang mengancam
kegagalan usaha mereka.54
53 Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.
63. 54Muhammad, Bank Syariah : Probem dan Prospek Perkembangan di Indonesia
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h. 110.
42
BAB III
GAMBARAN UMUM BANK UMUM SYARIAH X
A. Profil
PT Bank Umum Syariah X Tbk (“Bank Umum Syariah X”),
berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin Life Center, Jl.
Letjend S. Parman Kav. 91, Jakarta Barat.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Bank Umum Syariah X, ruang
lingkup kegiatan Bank Umum Syariah X adalah menjalankan kegiatan usaha
di bidang perbankan dengan prinsip bagi hasil berdasarkan syariat Islam.
Bank Umum Syariah X mendapat ijin usaha dari Bank Indonesia berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.11/52/KEP.GBI/DpG/2009
tanggal 6 Oktober 2009 sebagai bank umum berdasarkan prinsip syariah dan
mulai beroperasi sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 2 Desember
2009.
Bank Umum Syariah X hadir untuk melayani dan memenuhi
kebutuhan transaksi syariah seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Perbankan
syariah Indonesia adalah perbankan yang modern, terbuka bagi semua
segmen masyarakat dan melayani seluruh golongan masyarakat Indonesia
tanpa terkecuali, baik muslim maupun non muslim.
Perbankan Syariah dengan logo iB adalah ikon atau singkatan dari
Islamic Banking (di Indonesia dikenal dengan Perbankan Syariah) dengan
menawarkan produk serta jasa bank yang lebih beragam dengan skema
keuangan yang lebih bervariasi.
43
B. Visi, Misi & Values
1. Visi
Bank Syariah pilihan yang menjadi Role Model berbasiskan Kemitraan
dan Ekonomi Rakyat
2. Misi
a. Menyediakan produk dan layanan yang kreatif, inovatif dan mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat
b. Mengembangkan kemitraan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
rakyat
c. Mengembangkan sumber daya insani berintegritas dan profesional
berlandaskan nilai-nilai spiritual berbasis sistem merit
d. Menerapkan tata kelola perusahaan dan sistem pengendalian yang
terintegrasi sesuai prinsip syariah.
e. Meningkatkan nilai tambah kepada stakeholder
3. Values
Nilai-nilai yang diterapkan di Bank Umum Syariah X yaitu I CARE,
singkatan dari integrity, Collaboration, Accountability, Respect, and
Excellence. Berikut ini adalah pemaparan nilai-nilai di Bank Umum
Syariah X :
a. Integrity : Jujur, amanah dan beretika
Setiap insan Bank Umum Syariah X dalam setiap
tindakannya mampu membawa prinsip moral dan
etika yang kuat, mencerminkan konsistensi antara
prinsip-prinsip luhur dan perilakunya, baik dalam
44
berkata maupun bertindak sesuia kondisi
sebenarnya, menjaga citra baik perusahaan,
mengutamakan kepentingan perusahaan selalu
menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan
benturan kepentingan, serta menjunjung tinggi
kepercayaan yang diberikan perusahaan maupun
nasabah
b. Collaboration : Pro aktif, sinergi dan solusi
Mengutamakan kerja sama tim, bersinergi untuk
mendapatkan hasil terbaik, focus serta terintegrasi
dalam bertindak. Melalui teamwork mampu
menciptakan sebuah dreamteam dari berbagai
macam talenta individu yang sanggup
memberikan solusi atas masalah yang muncul
dengan berbagai macam inovasi dan pendekatan,
agar mampu menciptakan sumber daya yang
handal.
c. Accountability : Terukur, akurat, obyektif dan bertanggung-jawab
Dalam mengemban amanah setiap insan Bank
Umum Syariah X memiliki fungsi yang jelas,
sehingga setiap tindakan dapat dipertanggung
jawabkan akibat dan dapat diukur kinerjanya
melalui pengukuran yang jujur dan obyektif.
d. Respect : Rendah hati, empati dan saling menghargai
45
Semangat kebersaman adalah hal mutlak yang
harus ada dalam setiap langkah mencapai tujuan.
Communications building diterapkan dengan
prinsip saling menghargai, bahwa sebesar atau
sekecil apapun kontribusi yang akan dan telah
diberikan oleh setiap karyawan adalah
kepentingan perusahaan.
e. Excellence : Cepat, tepat dan ramah
Nilai ini identik dengan pelayanan prima,
demikian halnya dengan setiap tindakan yang
dilakukan oleh insan di perusahaan senantiasa
berorientasi kepada kebutuhan nasabah,
pemberian solusi yang efektif dan profesional,
memberikan pelayanan terbaik, beyond
costumers’expectation dengan tetap
mengedepankan aspek kehati-hatian, dengan tulus
ikhlas serta santun selalu mendahulukan
kebutuhan nasabah.
C. Produk Bank Umum Syariah X Tbk
Ada beberapa produk Bank Umum Syariah X yaitu sebagai berikut :
1. Produk Dana
a. Tabungan SmPel
Tabungan untuk siswa yang diterbitkan secara bersama oleh seluruh
bank di Indonesia, dengan persyaratan mudah dan sederhana serta fitur
46
yang menarik dalam rangka edukasi dan inklusi keuangan untuk
mendorong budaya menabung sejak usia dini.
b. Tabungan PaS
Tabungan dengan akad Wadiah yang memberikan berbagai fasilitas
serta kemudahan dalam mata uang Rupiah.
c. Tabungan Reksibel
Tabungan transaksional dengan akad Mudharabah dimana nasabah tetap
dapat melakukan transaksi dan mendapatkan bagi hasil dari dana yang
disimpannya sesuai dengan nisbah atau porsi yang telah disepakati.
d. Tabungan Bisnis
Tabungan Bisnis adalah tabungan dalam mata uang rupiah dengan akad
Mudharabah Mutlaqah yang ditujukan untuk keperluan penampungan
dana usah/bisnis dimana nasabah akan mendapatkan nisbah bertingkat
sesuai kesepakatan.
e. Giro PaS Jb
Prosuk simpanan likuid jangka pendek sampai menengah dengan
mekanisme titipan yang dapat diambil sewaktu-waktu dengan
menggunakan media cek/bg
f. Deposito PaS
Prosuk simpanan tidak likuid jangka pendek sampai menengah dengan
tingkat keuntungan yang optimal dengan masa kontrak yang tertentu
dan nominal penempatan yang juga tertentu.
g. Simpanan Reximax
47
Simpanandana pihak ketiga pada Bank Umum Syariah X berdasarkan
prinsip wadiah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dan
hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan/atau alat yang
dipersamakan dengan itu.
h. Tabungan Haji PaS
Tabungan berakad wadiah yang ditunjukan untuk perencanaan ibadah
Haji, dimana dananya tidak dapat dilakukan penarikan kecuali untuk
biaya ibadah Haji.
i. Tabungan Umrah PaS
Simapanan dana pihak ketiga pada Bank Umum Syariah X yang
berdasarkan prinsip wadiah, dimana dananya tidak dapat dilakukan
penarikan kecuali untuk keperluan keberangkatan Umrah.
j. Tabungan Rencana PaS
Tabungan berakad mudharabah yang ditujukan untuk segala jenis
rencana dan memiliki dua tipe setoran rutin dan setoran bebas dan
dilengkapi dengan perlindungan asuransi jiwa.
2. Produk Jasa
a. ATM Card PaS
ATM Card PaS merupakan sarana untuk melakukan transaksi
penarikan, dan pemindahbukuan dana pada ATM.
b. SDB PaS
Memberikan Rasa Aman dan Nyaman Untuk Menyimpan Barang dan
Dokumen Berharga Safe Deposit Box PaS iB merupakan layanan
48
penyewaan safe deposit box Bank Umum Syariah X yang dapat
membantu nasabah merasa aman dan nyaman dalam menyimpan
dokumen ataupun benda berharga. SDB PaS merupakan layanan
penyewaan safe deposit box Bank Umum Syariah X yang dapat
membantu nasabah merasa aman dan nyaman dalam menyimpan surat
ataupun benda berharga.
3. Jasa Operasional
a. PBS Kliring
Penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank tertariknya berada
dalam satu wilayah kliring.
b. PBS Intercity Cliring
Jasa penagihan warkat (cek/bilyet giro valuta rupiah) bank di luar
wilayah kliring dengan cepat sehingga nasabah dapat menerima dana
hasil tagihan cek atau bilyet giro tersebut pada keesokan harinya.
Merupakan jasa yang diberikan Bank Umum Syariah X untuk
mewakili nasabah dalam pertukaran warkat elektronik antar bank dari
wilayah kliring manapun (sepanjang bank telah menjadi anggota
Intercity Clearing).
c. PBS RTGS (Real Time Gross Settlement)
Jasa transfer uang valuta rupiah antar bank baik dalam satu kota
maupun dalam kota yang berbeda secara real time. Hasil transfer
efektif dalam hitungan menit
d. Transfer Dalam Kota
Jasa pemindahan dana antar bank dalam satu wilayah kliring lokal.
49
e. PBS Refrensi Bank
Surat keterangan yang diterbitkan oleh Bank Umum Syariah X atas
dasar permintaan nasabah untuk tujuan tertentu.
f. PBS Standing Order
Fasilitas kemudahan yang diberikan Bank Umum Syariah X kepada
nasabah yang dalam transaksi finansialnya harus memindahkan dari
suatu rekening ke rekening lainnya secara berulang-ulang. Dalam
pelaksanaannya nasabah memberikan instruksi ke bank hanya satu
kali saja.
4. Produk Pembiayaan
a. Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) PaS
PPR PaS iB mewujudkan impian anda memiliki rumah idaman,
apartemen dan ruko/rukan dengan cepat dan mudah. Bisa juga untuk
konstruksi dan renovasi rumah serta kebutuhan multiguna anda.
b. Pembiayaan Pemilikan Mobil PaS
Pembiayaan Pemilikan Mobil PaS iB mewujudkan impian anda
memiliki mobil idaman, dengan cepat dan mudah, juga untuk take
over KPM anda.
c. Pembiayaan Investasi (PI) PaS
Fasilitas pembiayaan yang diberikan kepada perorangan, badan usaha
maupun badan hukum untuk kebutuhan investasi.
d. Pembiayaan Modal Kerja (PMK) PaS
Fasilitas pembiayaan yang diberikan kepada perorangan, badan usaha
maupun badan hukum untuk kebutuhan modal kerja.
50
e. Pembiayaan Multi Jasa (PMJ) PaS
Pembiayaan untuk pemenuhan kebutuhan serbaguna yang bersifat
jasa/manfaat yang dibutuhkan nasabah.
f. Bank Garansi PaS
Produk layanan dari Bank Umum Syariah X dalam penerbitan Bank
Garansi uang menjadi mitra proyek anda dalam transaksi bisnis dalam
dan luar negeri.
5. Produk Tresuri
a. Layanan Tresuri
Tresuri Bank Umum Syariah X memberikan layanan transaksi tresuri
meliputi :
1) Transaksi penempatan dan peminjaman dana melalui pasar uang
antar bank.
2) Perdagangan / investasi sukuk pemerintah, korporasi serta surat
berharga lainnya.
3) Rekening nostro (mata uang Rupiah).
Layanan tersebut khusus diperuntukkan bagi bank, baik Bank
Umum Non Syariah, Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah
maupun Bank Pembangunan Daerah.
Produknya yaitu :
a) Penempatan antar bank dengan prinsip bagi hasil (mudharabah).
b) Peminjaman antar bank dengan prinsip bagi hasil (mudharabah).
c) Pembelian surat berharga/sukuk (SBSN, SPNS, sukuk corporate
dan surat berharga lainnya).
51
d) Penjualan surat berharga /sukuk (SBSN, SPNS, sukuk corporate
dan surat berharga lainnya).
e) Penyediaan rekening nostro Rupiah dengan prinsip titipan
(wadiah).
Keunggulan tresuri Bank Umum Syariah X adalah penetapan
harga yang kompetitif serta pelayanan prima.
D. Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah X
Sebagai Bank Umum Syariah, kegiatan usaha utama Bank Umum
Syariah X sesuai Anggaran Dasar adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan pembiayaan
2. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara
3. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan atau
bentuk lainnya
4. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan
atau bentuk lainnya
5. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil
6. Menyalurkan pembiayaan
7. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada nasabah
8. Melakukan pengambil alihan utang berdasarkan Akad Hawalah.
9. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan
prinsip Syariah
10. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak
ketiga.
52
Kegiatan usaha penunjang Bank Umum Syariah X sesuai Anggaran
Dasar adalah sebagai berikut:
1. Membeli agunan baik semua maupun sebagian melalui pelelangan dalam
hal nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank Umum Syariah
X dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan
secepatnya;
2. Melakukan kegiatan anjak piutang dan usaha pembiayaan; Melakukan
kegiatan sebagai penyelenggara dana pensiun sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku baik selaku pendiri dana pensiun
pemberi kerja maupun selaku pendiri dan/atau peserta dana pensiun
lembaga keuangan;
3. Melakukan kegiatan penyertaan modal Mudharabah/Musyarakah pada
bank/perusahaan lain di bidang keuangan sewa guna usaha/Ijarah,
perusahaan modal ventura, lembaga kliring dan penjamin serta lembaga
penyimpanan dan penyelesaian dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh instansi yang berwenang;
4. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
pembiayaan bermasalah Mudharabah/Musyarakah, termasuk kegagalan
pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
OJK; dan
5. Mengusahakan usaha-usaha lain yang berhubungan langsung atau tidak
langsung dengan maksud tersebut diatas yang pelaksanaannya tidak
bertentangan dengan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia
53
53
BAB IV
TEMUAN HASIL PENELITIAN
A. Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah UMKM pada Bank Umum
Syariah X
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang ketetuan umum
Murabahah dalam Bank Syariah yaitu Bank dan nasabah harus melakukan
akad murabahah yang bebas riba dan untuk mencegah penyelahgunaan atau
kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus
dengan nasabah.1
Penerapan manajemen risiko pembiayaan Bank Umum Syariah X
dilandasi oleh budaya risiko yang dibangun dan dikembangkan sesuai visi,
misi, nilai-nilai, keyakinan dan sikap para pemangku kepentingan serta
praktek-praktek terbaik yang dijalankan Bank Umum Syariah X. Budaya
Risiko Pembiayaan Bank Umum Syariah X antara lain tercermin dalam
aktivitas pembiayaan, yang antara lain berupa :2
1. Manajemen secara berkala melakukan penilaian terhadap konsistensi
praktek pembiayaan terhadap risk appetite dan kebijakan pembiayaan.
2. Kualitas pembiayaan menjadi prioritas utama harus dikomunikasikan
pada seluruh tingkatan organisasi Bank Umum Syariah X dan
dibuktikan dalam bentuk tindakan yang konsisten.
1 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Bank Indonesia, Himpunan Fatwa
Dewan Syariah Nasional (Edisi 1, 2001), h. 25. 2 Annual_report, diakses pada tanggal 03 agustus 2017.
54
3. Manajemen puncak memiliki kemampuan menjalankan fungsi
pembaiayaan yang memadai.
4. Tanggung jawab yang jelas bagi setiap staf yang terlibat dalam
pengelolaan risiko pembiayaan.
5. Praktek pembiayaan yang sehat mulai dari staf pembiayaan hingga
manajemen puncak.
6. Reward and Punistment terhadap prestasi atau kelalaian karyawan.
7. Kebijakan pembiayaan didokumentasikan secara jelas, ringkas dan
dipantau oleh unit kerja yang independen dan bisnis.
8. Komunikasi terhadap kriteria pembiayaan, kebijakan pembiayaan dan
rencana bisnis harus dilakukan konsisten guna menghindari
kebingungan dan konflik kepentingan.
9. Pelatihan pembiayaan yang rutin dan berkesinambungan sebagai bagian
dari pengembangan staf pembiayaan.
10. Selektif dalam pengajuan bisnis baru.
Pembiayaan usaha kecil merupakan bagian dari rencana bisnis Bank
Umum Syariah X yang bertujuan untuk melakukan reprofiling nasabah
dengan memaksimalkan peningkatan nasabah ritel (<10 milyar) dimana usaha
kecil merupakan pembiayaan dengan plafond hingga 2 milyar. Ada 2 jenis
pembiayaan untuk pembiayaan umkm yaitu investasi dan pembiayaan modal
kerja. Dalam kebijakan bank untuk pembiayaan umkm yaitu 10 % s/d 15 %
55
harus ada dari total asset dan sampai saat ini Bank Umum Syariah X sudah
11% s/d 12 % dari total asset untuk pembiayaan umkm.
Pertumbuhan outstanding pembiayaan usaha kecil selama tahun 2015
mengalami kenaikan sebesar 7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya dari
Rp 175 miliar di tahun 2014 menjadi 186,3 miliar di tahun 2015 dengan
jumlah nasabah 265 orang sehingga average ticket Rp 171 juta dengan
dominasi sektor ekonomi pembiayaan ada pada sektor perdagangan umum
dan jasa. Sedangkan jumlah dana ritel yang berhasil dihimpun telah mencapai
Rp 2.047 miliar.
Menyadari akan pentingnya kontribusi umkm maka Bank Umum
Syariah X terus melakukan peningkatan dalam mencapai tujuannya. Salah
satunya dengan adanya strategi pengembangan umkm yaitu
1. Tetap melakukan ekspansi pembiayaan kepada sektor ekonomi yang
tidak sensitive terhadap gejolak ekonomi,
2. Pembatasan plafond dengan minimal 500 juta hal ini bertujuan untuk
meningkatan pembiayaan dengan nilai yang lebih besar sehingga tujuan
pencapaian target bisa tercapai
3. Melakukan perbaikan proses yang cepat dan tepat. Dalam hal ini
membuat system yang dinamakan dengan FAST (Fiannacing Application
System). Dengan adanya system ini maka bisa dilakukan tracking
terhadap pekerjaan masing-masing
56
4. Menduplikasi agen-agen pemasaran dengan menerbitkan program mitra
Umkm. Mitra umkm adalah program yang di launching untuk segmen
usaha kecil dengan tujuan mendapatkan nasabah-nasabah baru dengan
referensi dari mitra yang telah bekerjasama dengan Bank Umum Syariah
X
5. Membuat program sms due date. Program ini dibuat untuk control
dengan sebagai early warning untuk nasabah.
Risiko pembiayaan di Bank Umum Syariah X pada pembiayaan
murabahah pada umkm yang timbul pada level transaksional muncul pada
Risiko Pinjaman. Risiko tersebut secara umum disebabkan oleh 2 (dua)
faktor, yaitu:3
1. Faktor Internal Nasabah
Risiko Pembiayaan yang disebabkan karena gagal bayar nasabah akibat
pengelolaan keuangan atau bisnis dan pengelolaan manajemen
perusahaan yang tidak tepat.
2. Faktor Eksternal Nasabah
Risiko Pembiayaan yang disebabkan karena terjadinya kondisi-kondisi
makro ekonomi yang berdampak terhadap kinerja perusahaan, seperti
melemahnya IDR terhadap USD, penurunan harga minyak mentah dunia,
penurunan harga batu bara, penurunan harga komoditas (sawit dan
sejenisnya), penurunan daya beli masyarakat dan sejenis lainnya.
3 Wawancara pribadi dengan Gamma Mufti Jauhari, Jakarta, 14 juli 2017.
57
Untuk penyaluran pembiayaan dengan menggunakan akad Murabahah,
Bank Umum Syariah X dapat terekspose pada dua jenis risiko, yaitu Risiko
Kredit/ Pembiayaan dan Risiko Pasar. Risiko Pasar yang dikelola antara lain
melalui pemantauan dan pengendalian terhadap potensi kerugian yang dapat
timbul akibat posisi neraca dan rekening administrative Bank Umum Syariah
X akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari
asset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
Untuk Risiko Pasar, Bank Umum Syariah X menghadapi Risiko Pasar
dalam penggunaan akad Murabahah adalah terkait dengan penetapan besar
pricing/margin Murabahah oleh Bank. Hal ini terjadi apabila pricing/margin
Murabahah yang diberikan oleh Bank berada di bawah pricing/margin yang
berlaku pada industri saat itu (hal ini terjadi apabila tenor/ maturity
pembiayaan > 5 tahun, dimana umumnya adalah untuk pembiayaan yang
bersifat investasi atau KPR).4 Bank dapat terekspose Risiko Pasar ini karena
sifat dari akad Murabahah tersebut yang tidak bersifat reviewable, sehingga
apabila Bank telah menetapkan besar pricing/margin kepada nasabah di awal
pembiayaan, maka hingga jatuh tempo pembiayaan pricing/margin tersebut
tidak dapat dirubah kembali.5
Bank Umum Syariah X sudah memiliki SOP sebagai alat mitigasi Bank
untuk penanganan risiko pembiayaan yang dihadapi oleh Bank. Salah satunya
dengan penaksiran risiko yang berhubungan dengan kredit yaitu kredit
4 Wawancara pribadi dengan Gamma Mufti Jauhari, Jakarta, 14 juli 2017 5 Wawancara pribadi dengan Gamma Mufti Jauhari, Jakarta, 14 juli 2017
58
bermasalah atau kredit macet yang terdapat kemungkinan ada nasabah yang
tidak dapat melunasi kreditnya yang dikarenakan beberapa hal seperti
nasabah meninggal dunia, nasabah yang pindah alamat tanpa memberitahu
pihak bank, maupun bangkrutnya usaha debitur. Untuk mengantisipasi
adanya kredit bermasalah maka dengan adanya penilaian 5C secara periodik,
melakukan penagihan terus-menerus dan melakukan eksekusi agunan debitur
secara selektif. Untuk Risiko Kredit/pembiayaan, bentuk mitigasi yang
dilakukan oleh Bank adalah dengan melakukan analisa kelayakan
pembiayaan dengan menerapkan prinsip 5C (Character, Capacity, Capital,
Condition of Economics dan Collateral).6
Bank sebagai Lembaga Keuangan melakukan analisis kelayakan kredit
kepada calon debitur yakni dengan menggunakan kriteria 5 C :7
1. Character (Penilaian watak)
Dalam prakteknya di Bank Syariah Umum X yaitu karakter diperlukan
untuk membaca watak, sifat dalam menilai calon debitur dengan cara
menanyakan langsung kepada masyarakat di lingkungan calon debitur
tinggal serta melakukan kunjungan ke calon debitur dengan pimpinan
cabang. Selain itu melihat informasi tentang calon debitur di BI
Checking.
2. Capacity (Kemampuan)
Di Bank Umum Syariah X penilaian capacity terlihat dari kemampuan
6 Wawancara pribadi dengan Gamma Mufti Jauhari, Jakarta, 14 juli 2017 7 Wawancara pribadi dengan Amin, Jakarta, 25 September 2017
59
dari nasabah tersebut apakah dalam usahanya sering mengalami
kegagalan atau kemajuan. Selain itu mengecek daripada laporan
keuangan nasabah.
3. Capital (Permodalan)
Bank Umum Syariah X sebelum memberikan permodalan kepada calon
debitur maka bank melakukan analisis pada posisi keuangan calon
debitur.
4. Condition (Kondisi)
Kondisi ekonomi calon debitur sangat mempengaruhi dalam usaha calon
debitur. Hal itu menjadi suatu kelayakan bagi Bank Umum Syariah X
dimana calon debitur bisa untuk mengembangkan usahanya yang lebih
baik.
5. Collateral (Jaminan)
Di Bank Umum Syariah X sesuai dengan prosedur persetujuan
pembiayaan maka jaminan/agunan diperlukan agar ketika terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan, maka bisa diantisipasi. Dan melihat daripada
laporan penilaian jaminan dengan begitu bisa dianalisa.Tindakan yang
dilakukan Bank Umum Syariah X ketika pembiayaan bermasalah yaitu
1. Penagihan
Ketika kewajiban pembayaran telah jatuh tempo maka AO terus
mengingatkan dan menagih nasabah. Berikut adalah tindakan yang
dilakukan ketika pembayaran telah jatuh tempo :8
8 Wawancara pribadi dengan Amin, Jakarta, 25 September 2017
60
a. H-7 s/d Ho yaitu Account Officer (AO) mengingatkan kepada
nasabah agar nasabah bisa membayar kewajiban.
b. Ho yaitu Account Officer (AO) mengecek system untuk melihat
apakah sudah ada pembayaran atau belum
c. Ho s/d H+7 yaitu Account Officer (AO) tetap melakukan
penagihan kepada nasabah
d. H+14 yaitu Surat Peringatan 1 dan terus melakukan telpon
kepada nasabah
e. H+14 s/d H+30 yaitu Surat Peringatan 2
f. H+30 s/d H+90 yaitu Surat Peringatan 3
g. H+90 diserahkan kepada spesial asset
h. Eksekusi/ lelang agunan(jaminan)
Penagihan Jatuh Tempo
H-7 s/d Ho
Account Officer (AO) mengingatkan
kepada nasabah agar nasabah bisa
membayar kewajiban.
H+14 s/d H+30
Surat Peringatan 2
Ho
Account Officer (AO) mengecek
system untuk melihat apakah sudah
ada pembayaran atau belum
Ho s/d H+7
Account Officer (AO) tetap
melakukan penagihan kepada
nasabah
H+14
Surat Peringatan 1
H+30 s/d H+90
Surat Peringatan 3
H+90
diserahkan kepada spesial
asset untuk penanganan
Diatas 180 hari
Eksekusi/ lelang agunan
(jaminan)
61
2. Restrukturisasi
Peraturan Bank Indonesia no 10/18/PBI/2008 tentang restrukturisasi
pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah yaitu
restrukturisasi bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat
menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui :9
a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu Bank Umum Syariah
X melakukan kebijakan untuk mengurangi jumlah kewajiban atau
dengan merubah jadwal pembayaran kewajiban agar lebih
meringankan pelaku umkm
b. Persyaratan kembali (reconditioning) yaitu Bank Umum Syariah
X melakukan kebijakan dengan mengubah jumlah angsuran
pembayaran atau dengan pemotongan kewajiban pembayaran.
3. Penjualan Asset (Lelang)
Bank Umum Syariah X telah mengimplementasikan kebijakan
untuk memitigasi Risiko kredit, termasuk meminta agunan sebagai
jaminan pelunasan piutang dan menjadikannya pilihan kedua jika
kontraktual tidak terpenuhi jenis agunan yang diterima untuk piutang
murabahah dalam rangka memitigasi risiko kredit diantaranya adalah
kas, tanah, dan/atau bangunan mesin, kendaraan bermotor, piutang
usaha dan bahan baku/ bahan dagangan (persediaan).
Untuk menghindari bank dari kerugian maka dalam penilaian
agunan, Bank Umum Syariah X selalu memperhitungkan Margin of
9 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), h.83
62
Safety. Hal tersebut dikarenkan agunan bukan hanya untuk menutup
jumlah pokok piutang saja tetapi juga harus dapat menutup biaya-biaya
lainnya jika usaha debitur mengalami kesulitan.
Sedangkan untuk mitigasi Risiko Pasar, dalam penetapan
pricing/margin Bank menggunakan pricing/margin modelling dalam
penetapaan besaran pricing/margin untuk dapat meminimalisir potensi
Risiko Pasar bagi Bank.10
Risiko Pasar dikelola antara lain melalui pemantauan dan
pengendalian terhadap potensi kerugian yang dapat timbul akibat posisi
neraca dan rekening administratif Bank Umum Syariah X akibat
perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai aset
yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
B. Analisis Efektivitas Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah
UMKM pada Bank Umum Syariah X
Risiko pembiayaan dikelola Bank Umum Syariah X dengan
memastikan bahwa seluruh kebijakan dan strategi pengendalian risiko yang
ditetapkan telah merefleksikan tingkat risiko yang dapat diterima (risk
tolerance/risk appetite) dan telah dilakukan pengukuran dan pemantauan
sejak tahap awal penerimaan permohonan dari nasabah, proses analisis
pembiayaan sampai dengan proses monitoring pembiayan setelah
dilakukan pencairan.
10 Wawancara pribadi dengan Gamma Mufti Jauhari, Jakarta, 14 juli 2017
63
Bank Umum Syariah X adalah bank yang mempunyai focus salah
satunya pada UMKM. Bank Umum Syariah X terus melakukan ekspansi
kepada pembiayaan bisnis mikro. Hal itu diakukan Bank Umum Syariah X
agar mereka yang mengalami kesulitan dalam pembiayaan dapat diberi
kesempatan untuk mengembangkan pembiayaan mikro. Dengan
bertumbuhnya perekonomian di Indonesia membuat masyarakat yang
berpenghasilan rendah memiliki kepercayaan dalam melakukan
pembiayaan kepada lembaga keuangan mikro. Hal itulah yang menjadi
target dan sasaran untuk Bank Umum Syariah X dalam menyalurkan
pembiayaan kepada UMKM.
Jenis usaha yang dikembangkan pada segmen UMKM untuk
pembiayaan murabahah umumnya adalah sektor perdagangan ritel.
Penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh Bank pada segmen UMKM
merupakan bentuk dukungan Bank untuk memberikan akses pembiayaan
pada segmen tersebut, dengan harapan dapat membantu kebutuhan pelaku
usaha di segmen UMKM sehingga suatu saat nanti dapat mendorong para
pelaku usaha tersebut untuk masuk pada segmentasi Komersil.11
Pembiayaan yang disalurkan terdiri dari pembiayaan modal kerja dan
investasi dengan skema langsung ke enduser.12
Berdasarkan analisis Efektivitas Penanganan Risiko Pembiayaan
Murabahah UMKM pada Bank Umum Syariah X adalah sebagai berikut:
11 Wawancara pribadi dengan Gamma Mufti Jauhari, Jakarta, 14 juli 2017 12 Annual_report, diakses pada tanggal 03 agustus 2017.
64
1. Berhasil guna, untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan
dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.
Kegiatan penanganan risiko pembiayaan murabahah tepat pada
target yang telah direncanakan. Hal ini terlihat pada tujuan yang telah
dicapai dari tingkat NPF yang masih dalam rentang risk tolerance.
Selain itu, pembiayaan umkm dikembangkan dengan menyasar pada
kantong-kantong ekonomi di setiap daerah di mana terdapat cabang-
cabang bank umum syariah. Pelayanan umkm dalam hal kebutuhan
pembiayaan dilakukan dengan mengedepankan proses yang sesuai
Unique Value Preposition (UVP) bisnis usaha kecil yaitu Speed
Simplicity dan Convinience. Sehingga bisa dilakukan penetrasi lebih
optimal pada kantong-kantong bisnis dan sentra-sentra perdagangan
yang menjadi sasaran sekaligus proses keputusan yang lebih cepat
dengan tetap menjaga kualitas inisiasi untuk memberikan pelayanan
yang terbaik kepada masyarakat. Adapun yang lainnya yaitu telah
disediakan juga media online dari cabang sampai dengan kantor pusat
sehingga dapat mendukung percepatan proses pengambilan keputusan
yang cepat, akurat dan dapat dimonitor rill time harian.13
Salah satu tujuan yang sudah tercapai dalam hal penanganan
Risiko Pembiayaan adalah tingkat NPF (Non Performing Financing)
pada segmentasi UMKM untuk penggunaan akad Murabahah yang
13 Annual_report, diakses pada tanggal 03 agustus 2017.
65
masih berada dalam rentang risk appetite dan risk tolerance Bank.14
Hal tersebut terlihat dari Rasio pembiayaan bermasalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Rasio Pembiayaan Bermasalah15
Ditengah-tengah kondisi ekonomi Indonesia, Bank Umum
Syariah X terus melakukan upaya memperkuat kualitas dalam proses
pemberian pembiayaan. Penyaluran pembiayaan tersebut dilakukan
secara hati-hati dengan mengutamakan asas atau prinsip kehati-hatian.
Dalam menjaga kualitas pembiayaan, Bank Umum Syariah X telah
berhasil dalam menurunkan rasio Non Performing Financing (NPF)
sebesar 1,02 % pada tahun 2014 di bawah rata-rata NPF industri
perbankan syariah.
Implementasi penanganan risiko Bank Umum Syariah X terus
dikembangkan agar efektivitas penerapannya semakin meningkat.
Upaya-upaya tersebut diiringi dengan peningkatan kesadaran akan
risiko pada setiap jenjang organisasi. Hal itu terlihat di tahun 2016,
Bank Umum Syariah X dapat menurunkan rasio Non Performing
14 Wawancara pribadi dengan Gamma Mufti Jauhari, Jakarta, 14 juli 2017 15 Annual_report, diakses pada tanggal 03 agustus 2017.
No NPF Bruto dan Neto 2014 2015 2016
1. NPF Bruto 1,02% 2,63% 2,26%
2. NPF Neto 0,77% 1,94% 1,86%
66
Financing (NPF) sebesar 2, 2%. NPF Bruto Bank Umum Syariah X
membaik di tahun 2016 sebesar 2,2% bila dibandingkan dengan NPF
Bruto sebesar 2,6% di tahun 2015.
Hal ini sama juga terjadi pada NPF Neto di tahun 2016 sebesar
1,86% bila dibandingkan dengan NPF Neto sebesar 1,94% di tahun
2015. Adapun upaya yang dilakukan Bank Umum Syariah X dalam
menurunkan NPF yaitu :
a. Upaya melakukan pencegahan (preventif)
b. Upaya melakukan kuratif seperti rescheduling dan restructuring
2. Ekonomis, ialah untuk menyebutkan bahwa di dalam usaha
pencapaian efektif.
Dalam kegiatan penanganan risiko pembiayaan murabahah pada
umkm di Bank Umum Syariah X pencapaian efektif dilakukan dengan
strategi manajemen risiko yang searah dengan tingkat risiko yang
diambil dan toleransi risiko. Pada penanganan risiko pembiayaan
murabahah mengacu kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan no 12
yaitu dalam perumusan tingkat risiko yang diambil masih pada
toleransi risiko (risk tolerance), kemudian strategi manajemen risiko
yang searah dengan tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi
risiko serta dalam kecukupan perangkat organisasi dalam mendukung
67
terlaksananya manajemen risiko secara efektif termasuk kejelasan
wewenang dan tanggung jawab.16
Seperti halnya Pembiayaan Modal Kerja (PMK) yang diberikan
pembiayaan tersebut kepada UMKM, dimana nasabah bisa memenuhi
kebutuhan dalam kebutuhan modal kerja baik itu jangka berulang,
tetap langsung dan tetap angsuran. Kemudian pembiayaan tersebut
bisa digunakan untuk pembelian inventory baik berupa bahan baku
(raw material) maupun barang dagangan(trading goods). Selain itu,
bisa digunakan untuk kebutuhan modal kerja operasional serta untuk
aktifitas produktif lainnya.
Selain itu, Bank Umum Syariah X sebagai bentuk komitmen
daalm mewujudkan Good Corporate Governance bekerjasama dan
berkordinasi dengan Dewan Pengawas Syariah untuk memastikan
bahwa segala produk dan aktifitas Bank dalam kegiatan penghimpunan
dan penyaluran dana maupun pelayanan jasa telah sesuai norma dan
prinsip syariah. Dengan berpartisipasi dalam menciptakan produk
untuk kebutuhan masyarakat untuk menjangkau semua golongan
masyarakat serta menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada Bank
Syariah dalam melakukan pembiayaan. 17
16www.ojk.go.id, diakses pada tanggal 25 September 2017 17 Annual_report, diakses pada tanggal 03 agustus 2017.
68
Tabel 4.2. Profil Risiko Bank Umum Syariah X tahun 201618
Profil Risiko Peringkat Rsiko
Inheren
Sistem
Pengendalian
Risiko
Risiko Komposit
Risiko Pembiayaan Low to Moderate Satisfactory Low to Moderate
Risiko Pasar Low Satisfactory Low
Risiko Likuiditas Low to Moderate Satisfactory Low to Moderate
Risiko Operasional Low to Moderate Satisfactory Low to Moderate
Risiko Hukum Low Satisfactory Low
Risiko Strategik Low to Moderate Satisfactory Low to Moderate
Risiko Kepatuhan Low Satisfactory Low
Risiko Reputasi Low Satisfactory Low
Risiko Investasi Low to Moderate Satisfactory Low to Moderate
Risiko Imbal Hasil Low to Moderate Satisfactory Low to Moderate
Peringkat Low to Moderate Satisfactory Low to Moderate
Tabel diatas menunjukkan bahwa profil risiko Bank Umum
Sayriah X hasil penilaian risiko masih relative stabil. Hal tersebut
didukung oleh kebijakan, prosedur dan limit manajemen risiko Bank
Umum Sayriah X yang didesain dan diimplementasikan dengan
memperhatikan kegiatan usaha, risk appetite, risk tolerance pada
peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas/praktek perbankan yang sehat.
18 Annual_report, diakses pada tanggal 03 agustus 2017.
69
3. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk membuktikan
bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan
dengan setepat-tepatnya
Pada pelaksanaan penanganan risiko pembiayaan murabahah pada
umkm di Bank Umum Syariah X telah menjalankan tugasnya dalam
pemberian pembiayaan UMKM yang dilakukan secara intensif dengan
pemantauan dari awal hingga akhir pembiayaan. 19
Tahapan pemberian pembiayaan kepada UMKM berjalan sesuai
standar operasional yang telah ditentukan. Pada proses awal pemberian
pembiayaan sampai kepada penagihan dan pemantauan atas
pembiayaan yang disetujui merupakan tahapan tidakan preventif
(pencegahan) yang dilakukan Bank Umum Syariah X agar dapat
meminimalisir potensi kerugian di kemudian hari.
Setiap pejabat atau jabatan yang memiliki kewenangan limit
memutus pembiayaan, maka Bank Umum Syariah X harus menetapkan
tanggung jawab yang jelas dan terperinci serta pemberian wewenang
memuutus pembiayaan tersebut harus dalam koridor Komite
Pembiayaan. Dalam memberikan pembiayaan kepada umkm mengacu
kepada ketentuan yang telah ditentukan, seperti halnya pada tahapan
proses pembiayaan.
Adapun tahapan prosedur pembiayaan murabahah pada umkm di
Bank Umum Syariah X sebagai berikut :
19 Wawancara pribadi dengan Amin, Jakarta, 25 September 2017
70
Tabel 4.3. Alur Pembiayaan Murabahah pada UMKM20
AKTIVITAS KETERANGAN
OUTPUTINPUT
Ph
ase
DOKUMENTASI
START
1. AO/Cabang
Inisiasi nasabahKunjungan ke nasabah
bersama dengan princa
2. Line of Business
(LoB)KP
Memberikan concern
terhadap LKN
3. Financing
Administration
- BI Checking
- Penilaian agunan
- Analisa Yuridis
4. AO/Cabang
- Trade checking
- DHN Checking
- Penginputan RAC
- Penginputan
Complience
Checklist
- Pembuatan MUP
5. Reviewer
Analisa dan
Reviewer MUP
Page 2
Data calon nasabah LKN Usulan KC : LKN dibuat oleh
AO dan ditandatangani oleh
atasannya dan Princa
selanjutnya dikirim ke LoB
untuk mendapatkan konsen,
Usulan KCP : LKN dibuat
oleh AO dan ditandatangani
oleh Princapem dab Princa
selanjutnya dikirim ke LoB
untuk mendapatkan konsen.
Proses ini dapat
dilakukan secara parallel
dengan proses trade
checking oleh AO
Concern LKN LKN
LoB memberikan concern
terhadap LKN yang diajukan
oleh AO/cabang
Hasil BI Checking
Laporan penilaian
agunan
Analisa yurisdis
dokumen identitas
Perizinan Usaha
Nasabah
Kontrak
Proses ini dapat dilakukan
secara template standar yang
telah disediakan
RAC
Complience
Checklist
MUP
LKN
Lembar Trade Checking
Hasil BI Checking
Hasil DHN Checking
Laporan penilaian agunan
Analisa Yuridis
Hasil analisa & Review dan
Reviewer menghasilkan
rekomendasi atau tidak
rekomendasi terhadap
usulan pembiayaan
Momerandum Reviewer MUP RAC
Complence Checklist
MUP
Dokumen Lampiran
6. Komite
PembiayaanReview
dan Keputusan
LPKP dan berkas
pembiayaan oleh
Reviewer diserahkan
langsung kepada
Finaancing
Administration
Sekertaris Komite
menerbitkan Lembar
Persetujuan Pembiayaan
Komite Pembiayaan
(LPKP)
RAC
Complience Checklist
MUP
Dokumen Lampiab
Momerandum Review
MUP
20 Wawancara pribadi dengan Amin, Jakarta, 25 September 2017
71
AKTIVASI KETERANGAN
OUTPUTINPUT
Ph
ase
7. Reviewer
Menyusun dan
menerbitkan SP3
8. AO/Cabang
Menyerahkan SP3
kapada Nasabah
untuk ditandatangani
9. Legal
Akad pembiayaan
dan pengikatan
agunan
10. Acceptance
Pencairan
11. Custody
Pengelolaan File
Pembiayaan
Page 1
LPKP menjadi dasar
penerbitan SP3 SP3 LPKP
Nasabah menandatangani
SP3 sebagai bukti
persetujuannya atas
persyaratan yang
tercantum dalam SP3
SP3 yang
ditandatangani oleh
nasabah
SP3
Sebelum proses pengikatan
dilakukan terlebih dahulu
dilakukan presigning yang
dilakukan oleh legal,
acceptance dan bisnis untuk
menyamakan persepsi
terhadap persyaratan
pebiayaan disyaratkan oleh
komite Pembiayaan
Dokumen Akad LPKP
SP3
Usulan : Disertai
dokumen LPKP/SKKP
LPKP
SP3
Akad
MPP
Usulan : Pengelolaan file
Pembiayaan agar dilakukan
standarisasi
Seluruh Dokumen
Pembiayaan
disimpan di
Custody
Memastikan bahwa
setiap tahapan proses
pemberian pembiayaan
telah dilakukan sesuai
ketentuan
Monitoring pemenuhan
persyaratan pembiayaan
Tindakan pemantauan/
pengamatan dalam
pengelolaan
pembiayaan, agar dapat
diketahui sendini
mungkin (early
warning)
12. Unit Bisnis
Monitoring dan
pengelolaan
pembiayaan
Selesai
DOKUMENTASI
72
Tahapan proses atau prosedur pembiayaan murabahah pada umkm di
Bank Umum Syariah X sebagai berikut :
a. Pada prosedur ini, pemberian pembiayaan kepada calon nasabah
dilakukan oleh Cabang/AO dengan kunjungan kepada nasabah
bersama dengan Pimpinan Cabang. Selain itu calon debitur mengisi
data calon nasabah dengan dipenuhi persyaratan-persyaratan yang
sudah ditentukan. Kemudian LKN (laporan kunjungan nasabah) dibuat
oleh AO dan ditandatangani oleh atasannya dan Pimpinan Cabang,
selanjutnya dikirim ke LoB untuk mendapatkan konsen.
b. LoB (Line of Business) memberikan concern terhadap LKN. Proses ini
dapat dilakukan secara parallel dengan proses trade checking oleh AO
c. Langkah selanjutnya Financing Administration dilakukan dengan hasil
BI Checking, laporan penilaian agunan serta analisa yurisdis lalu LoB
memberikan concern terhadap LKN yang diajukan oleh AO/cabang
dengan dilengkapi dokumen identitas, perizinan usaha nasabah dan
kontrak
d. Proses selanjutnya yaitu AO/Cabang melakukan trade checking, DHN
(Daftar Hitam Nasional) checking, penginputan RAC, penginputan
Complience checklist dan pembuatan MUP (Momerandum Usulan
Pembiayaan). Proses ini dapat dilakukan secara template standar yang
telah disediakan
73
e. Reviewer menganalisa dan mereview MUP. Hasil analisa & review
dan reviewer menghasilkan rekomendasi atau tidak rekomendasi
terhadap usulan pembiayaan
f. Komite pembiayaan mereview dan memberikan keputusan dengan
melihat RAC (Risk Acceptance Criteria), Complience checklist, MUP,
dokumen lampiran dan momerandum review MUP. Setelah itu
Sekertaris Komite menerbitkan Lembar Persetujuan Pembiayaan
Komite Pembiayaan (LPKP). Kemudian LPKP(Lembar Persetujuan
Komite Pembiayaan) dan berkas pembiayaan oleh Reviewer
diserahkan langsung kepada Financing Administration
g. Reviewer menyusun dan menerbitkan SP3 dengan melihat LPKP.
LPKP menjadi dasar penerbitan SP3
h. AO/Cabang menyerahkan SP3 kapada nasabah untuk ditandatangani.
Nasabah menandatangani SP3 sebagai bukti persetujuannya atas
persyaratan yang tercantum dalam SP3
i. Proses selanjutnya yaitu akad pembiayaan dan pengikatan agunan.
Sebelum proses pengikatan dilakukan terlebih dahulu dilakukan
presigning yang dilakukan oleh legal, acceptance dan bisnis untuk
menyamakan persepsi terhadap persyaratan pebiayaan disyaratkan
oleh komite Pembiayaan
j. Setelah itu barulah pencairan dengan usulan disertai dokumen
LPKP/SKKP
74
k. Proses selanjutnya yaitu Pengelolaan file Pembiayaan agar dilakukan
standarisasi. Seluruh dokumen Pembiayaan disimpan di Custody.
l. Kemudian Unit Bisnis melakukan monitoring dan pengelolaan
pembiayaan, tindakan pemantauan/ pengamatan dalam pengelolaan
pembiayaan, agar dapat diketahui sendini mungkin (early warning).
Selain itu, memastikan bahwa setiap tahapan proses pemberian
pembiayaan telah dilakukan sesuai ketentuan dan monitoring
pemenuhan persyaratan pembiayaan
Setelah melakukan prosedur pembiayaan murabahah, dengan
adanya Unit Kerja Monitoring maka membantu tahapan proses
pemberian pembiayaan agar dilakukan sesuai dengan ketentuan.
Monitoring pembiayaan dilakukan untuk tujuan antara lain :
a. Memastikan bahwa nasabah telah memenuhi persyaratan realisasi
pembiayaan sebelum realisasi pembiayaan dilakukan
b. Memastikan bahwa nasabah telah menerima atau mempergunakan
obyek pembiayaan murabahah yang telah dibeli melalui fasilitas
pembiayaan Bank
c. Memastikan kondisi nasabah dan kelancaran pembayaran
angsuran pembiayaan.
Monitoring Bank Syariah X dapat dilakukan secara off site maupun on
site. monitoring off site antara lain dilakukan dengan sarana
monitoring telepon atau penelitian terhadap rekening simpanan
75
maupun rekening pembiayaan nasabah. Sementara monitoring on site
dilakukan melalui kunjungan ke domisili, tempat usaha nasabah.
Dalam penanganan risiko pembiayaan murabahah pada umkm,
adanya proses monitoring risiko yang dilakukan setelah
direalisasikannya pembiayaan. Proses monitoring risiko pembiayaan
murabahah pada umkm akan selalu dilakukan oleh Account Officer
dengan cara memantau laporan saldo list piutang nasabah dalam
pembiayaan murabahah secara rutin.21
Laporan tersebut yang menjadi
focus untuk melakukan tindakan pertama dalam menghadapi risiko
yang terjadi. Selain itu Account Officer juga melakukan kunjungan ke
tempat usaha nasabah guna memenuhi memantau perkembangan
usahanya.
4. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi
berdasarkan beban kerja, waktu yang tersedia.
Pembagian kerja pada hal penanganan risiko berkenaan pada
pelaksanaan tugas Unit Kerja Pengendalian Internal pada bidang
pembiayaan yaitu melakukan monitoring pelaksanaan Document
Monitoring Sistem guna memastikan :
a. Pembiayaan yang telah jatuh tempo diperpanjang
b. Dokumen pembiayaan yang dalam status To Be Collected (TBC)
dan TO Be Obtained (TBO) dipenuhi sesuai dengan batas waktu
toleransi yang diberikan
21 Wawancara pribadi dengan Amin, Jakarta, 25 September 2017
76
c. Jaminan yang belum diretaksasi telah dilakukan penilaian sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
d. Jaminan yang belum dilakukan perpanjangan asuransi
e. Jaminan yang belum diserahkan oleh Notaris
Melakukan monitoring, review, dan evaluasi pembiayan baru
maupun pembiayaan yang tergolong dalam Non Performing Financing
(NPF) dalam 12 bulan, melakukan evaluasi permohonan pembiayaan
yang terindikasi fraud, monitoring tindak lanjut temuan audit baik
internal maupun eksternal.
Saat ini Bank Umum Syariah X telah mengembangkan metode risk
tools yang mendukung proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan
pengendalian potensi risiko. Selain itu tools LEDS (Loss Event Data
Base System) berfungs sebagai whistle blower untuk kejadian yang
bersifat fraud.
5. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang harus
seimbang dengan tanggung jawab.
Bank Umum Syariah X berkenaan dengan wewenang dan tanggung
jawab telah menetapkan kebijakan pada setiap pejabat ataupun jabatan.
Setiap pejabat atau jabatan yang memiliki kewenangan limit memutus
pembiayaan, maka Bank Umum Syariah X harus menetapkan tanggung
jawab yang jelas dan terperinsi serta pemberian wewenang memuutus
pembiayaan tersebut harus dalam koridor Komite Pembiayaan.
77
Pemberian kewenangan memutus pembiyaan berdasarkan penilaian atas
pengalaman, pengetahuan, kemampuan, posisi jabatan serta
mempertimbangkan ukuran dan kompleksitas exposure pembiayaan.
Bilamana terjadi pelampauan atas kewenangan yang dimiliki oleh
pejabat terkait maka proses eksalasinya harus diatur secara jelas. Review
independen untuk memastikan standar proses dan persetujuan tersebut
telah berpedoman pada prinsip kehati-hatian danproses pebiayaan yang
sehat.
Penetapan kewenangan dalam melakukan keputusan pemberian
pembiayaan berdasarkan keputusan pemberian pembiayaan berdasarkan
suatu mekanisme/prosedur, serta adanya pemisahan fungsi antara unit
yang melakukan persetujuan, analisis dan administrasi pembiayaan, serta
melalui mekanisme “four eyes principles”
Proses persetujuan pembiayaan dimulai dengan melakukan seleksi
awal utamanya terkait dengan pemilihan sektor usaha yang menjadi
target bank, melakukan review komprehensif pembiayaan, filterisasi dan
seleksi dengan menggunakan perangkat Risk Acceptance Criteria
(RAC), serta opini kepatuhan yang diatur oleh regulator. Proses
pengendalian risiko kredit juga dilakukan melalui pra komite dan
mekanisme reviu Komite Pembiayaan yang melibatkan unit kerja
manajemen risiko dan support pembiayaan. Komite pembiayaan secara
independen mengevaluasi proposal pembiayaan guna memastikan
kualitas dan kemampuan calon nasabah, serta upaya mitigasi risikonya.
78
Bank telah mengimplementasikan kebijakan untuk memitigasi
risiko kredit, termasuk meminta agunan sebagai jaminan pelunasan
piutang dan menjadikannya sebagai pilihan kedua jika kewajiban
kontraktual tidak terpenuhi. Jenis agunan yang dapat diterima untuk
piutang murabahah dalam rangka memitigasi risiko kereit diantaranya
adalah kas, tanah/atau bangunan mesin, kendaraan motor, piutang
dagang dan bahan baku/bahan dagangan (persediaan). Perkiraan nilai
wajar dari agunan yang dinilai oleh penilai internal maupun eksternal.
Persyaratan agunan bukanlah merupakan pengganti faktor kemampuan
debitur dalam hal pembayaran kembali piutang, dimana hal ini menjadi
pertimbangan utama dalam setiap keputusan pemberian piutang
murabahah. Dalam menentukan dampak keuangan agunan terhadap
piutang yang belum jatuh tempo dan belum mengalami penurunan nilai,
Bank menilai signifikasi agunan terkait dengan jenis fasilitas piutang
yang diberikan.
6. Prosedur kerja yang praktis, yaitu menegaskan bahwa kegiatan kerja
adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis.
Pada prosedur yang telah ditentukan oleh Bank Umum Syariah X
yaitu ketika pembiayaan murabahah sudah dikatakan bermasalah atau
macet maka penanganan yang dilakukan oleh Bank Syariah Umum X
adalah22
a. Penagihan
22 Wawancara pribadi dengan Amin, Jakarta, 25 September 2017
79
Ketika kewajiban pembayaran telah jatuh tempo maka AO terus
mengingatkan dan menagih nasabah. Berikut adalah tindakan yang
dilakukan ketika pembayaran telah jatuh tempo :23
1) H-7 s/d Ho yaitu Account Officer (AO) mengingatkan kepada
nasabah agar nasabah bisa membayar kewajiban.
2) Ho yaitu Account Officer (AO) mengecek system untuk melihat
apakah sudah ada pembayaran atau belum
3) Ho s/d H+7 yaitu Account Officer (AO) tetap melakukan
penagihan kepada nasabah
4) H+14 yaitu Surat Peringatan 1 dan terus melakukan telpon
kepada nasabah
5) H+14 s/d H+30 yaitu Surat Peringatan 2
6) H+30 s/d H+90 yaitu Surat Peringatan 3
7) H+90 diserahkan kepada spesial asset
8) Eksekusi/ lelang agunan(jaminan)
b. Restrukturisasi
Peraturan Bank Indonesia no 10/18/PBI/2008 tentang
restrukturisasi pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah yaitu restrukturisasi bank dalam rangka membantu nasabah
agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui :
1) Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu Bank Umum
Syariah X melakukan kebijakan untuk mengurangi jumlah
23 Wawancara pribadi dengan Amin, Jakarta, 25 September 2017
80
kewajiban atau dengan merubah jadwal pembayaran kewajiban
agar lebih meringankan pelaku umkm
2) Persyaratan kembali (reconditioning) yaitu Bank Umum
Syariah X melakukan kebijakan dengan mengubah jumlah
angsuran pembayaran atau dengan pemotongan kewajiban
pembayaran.
c. Penjualan Asset (Lelang)
Bank Umum Syariah X telah mengimplementasikan kebijakan
untuk memitigasi Risiko kredit, termasuk meminta agunan sebagai
jaminan pelunasan piutang dan menjadikannya pilihan kedua jika
kontraktual tidak terpenuhi jenis agunan yang diterima untuk
piutang murabahah dalam rangka memitigasi risiko kredit
diantaranya adalah kas, tanah, dan/atau bangunan mesin, kendaraan
bermotor, piutang usaha dan bahan baku/ bahan dagangan
(persediaan). Untuk menghindari bank dari kerugian maka dalam
penilaian agunan, Bank Umum Syariah X selalu memperhitungkan
Margin of Safety. Hal tersebut dikarenkan agunan bukan hanya
untuk menutup jumlah pokok piutang saja tetapi juga harus dapat
menutup biaya-biaya lainnya jika usaha debitur mengalami
kesulitan.
Jadi menurut analisis peneliti dalam penanganan risiko
pembiayaan murabahah pada umkm dapat dikatakan efektif
dikarenakan dalam proses penanganan risiko tersebut mengacu
81
kepada prosedur yang telah ditetapkan kemudian para pelaku usaha
kecil dan menengah mendapatkan keringanan jangka waktu
pembayaran dan bisa berproses dalam mengangsur melunasi
kewajibannya kepada bank. Namun jika proses tersebut sudah
dilakukan dan masih bermasalah maka jalan terakhir yaitu dengan
melelang agunan/jaminan melalui musyawarah kepada nasabah.
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Penanganan Risiko Pembiayaan Murabahah pada UMKM di Bank Umum
Syariah X melakukan upaya preventif pencegahan) dan upaya kuratif
seperti melakukan penagihan, penjadwalan kembali (rescheduling) atau
dengan restrukturisasi. Penanganan tersebut dilaksanakan sesuai dengan
prosedur penanganan risiko yang telah ditentukan agar proses
pembiayaan murabahah pada umkm tetap dalam rentang risk tolerance
Bank Umum Syariah X dalam memberikan pembiayaan murabahah
kepada UMKM haruslah memenuhi prosedur yang telah ditetapkan di
dalam bank tersebut. Adapun ketentuan tersebut yaitu harus memenuhi
kriteria 5C nasabah, yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral dan
Condition. Pemenuhan dalam kebiijakan yang telah ditentukan mengenai
UMKM harus dipenuhi persyaratan tersebut. Kemudian barulah proses
pelaksanaan akad murabahah yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak.
2. Efektivitas penanganan risiko pembiayaan murabahah UMKM di Bank
Umum Syariah X yaitu dilihat dari berhasil guna, dimana kegiatan
penanganan risiko murabahah UMKM dilaksanakan dengan tercapainya
tujuan tingkat NPF yang masih dalam rentang risk tolerance. Selain itu
ekonomis, hal tersebut dilakukan dengan meningkatkan strategi
83
83
manajemen risiko yang diambil dan bekerjasama dengan Dewan Pengas
Syariah dalam mewujudkan pelayanan jasa sesuai prinsip syariah.
Kemudian adanya pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab yaitu
pelaksanaan penanganan risiko pembiayaan murabahah UMKM
dilakukan secara intensif dengan pemantauan dari awal hingga akhir
pembiayaan. Lalu pembagian kerja yang nyata yaitu pembagian dalam
melakukan monitoring, review, dan evaluasi pembiayaan. Adapun yang
lainnya yaitu rasionalitas wewenang dan tanggung jawab dimana dalam
penetapan kewenangan telah adanya unit yang melakukan persetujuan,
analisis serta administrasi pembiayaan. Kemudian prosedur kerja yang
praktis yaitu kegiatan penanganan risiko pembiayaan murabahah UMKM
dilakukan dengan penagihan, restrukturisasi maupun penjualan asset.
B. Saran
1. Lebih diperhatikan kembali para pelaku usaha agar dalam pelaksanaan
pembiayaan murabahah tetap pada kelayakan pembiayaan yang telah
diterapkan.
2. Pertahankan kualitas segmentasi UMKM untuk pembiayaan Murabahah
yang masih berada dalam rentang risk appetite dan risk tolerance Bank.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al -Kariim
Al Arif, M. Nur. Rianto dan Rahmawati, Yuke. Managemen Risiko Perbankan
Syariah Jakarta Selatan: UIN PRESS, 2015.
Antonio, Muhammad Syafi’I. Bank Syariah dari Teori dan Praktik. Jakarta:
Tazkia Cendikia, 2001.
Annual_report, diakses pada tanggal 03 agustus 2017.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian;Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Bulan Bintang, 2003.
Baskara, I Gde Kajeng. Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia, Jurnal Buletin
Studi Ekonomi, Vol 18, no 2, 2013
Danupranata, Gita. Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba
Empat, 2013.
Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009.
Darsono P dan Tjatjuk Siswandoko. Manajemen Sumber Daya Manusia abad 21.
Jakarta: Nusantara Consulting, 2011.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Bank Indonesia. Himpunan
Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta : MUI, 2001.
Djamil, Fathurrahman. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah.
Jakarta : Sinar Grafika, 2012.
Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1973.
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah. Perilaku Konsumen; Pendekatan Praktis
Disertai Himpunan Jurnal Penelitian. Yogyakarta: C.V. Andi Offset,
2013.
Handoko, T. Hani. Manajemen. Yogyakarta: BPFE Hennie Van Greuning dan
Zamir Iqbal. Analisis Risiko Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat,
2011.
Handayani, Naniek Utami. Diana Puspita Sari, Dhindi Oxina Irawan, Zihramna
Afdi. “Evaluasi Kesiapan Implementasi ISO 31000:2009 pada Departemen
Teknik Industri Universitas Diponogoro”, Jurnal Fakultas Teknik
Industri, Vol. 12, No. 1. 2004.
Hasan, Zubairi. Undang-Undang Perbankan Islam : Titik Temu Hukum Islam dan
Hukum Nasional. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Hidayat, Komaruddin, dkk. Pedoman Akademik Progam Strata 1 Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-2014. Jakarta : Biro
Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Syarif
Hidayatullah, 2013.
Janwari, Yadi. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015.
Kaelani, Nadief. Managemen Risiko Terapan. Jakarta: PT Prima Pundi Redana,
2010.
Karim. Adiwarman Azwar. Bank Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Mleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000.
Machmud, Amir. Bank Syariah, Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia.
Jakarta : Erlangga, 2010.
Ma’ruf, Amin. Prospek Cerah Perbankan Islam. Jakarta Selatan : LeKAS, 2007.
Muhammad. Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Muhammad. Bank Syariah : Probem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
Nur, Muhammad. Dasar-dasar dan Pemasaran Bank Syariah. Bandung:
Alfabeta, 2010
Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akutansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat, 2012.
Peter F. Drucker. Bagaimana Menjadi Eksekutif yang Efektif. Jakarta : Pedoman
Ilmu Jaya, 1986.
Perwaatmadja, Karnaen dan Antonio, Muhammad Syafi'I. Apa dan Bagaimana
Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992.
Prasetyoningrum, Ari Kristin. Risiko Bank Syariah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015.
Purnamasari, Irma Devita dan Suswinarno. Paduan Lengkap Hukum Praktis
Populer Kiat-Kiat Cerdas, Mudah dan Bijak Memahami Masalah Akad
Syariah. Bandung : Kaifa, 2011.
Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis
Statistik. Bandung: PT. Rosdakarya, 2002.
Rahmawati, Yuke. Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Jakarta: UIN JAKARTA
PRESS, 2013.
Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Sri Wahyudi, Agustinus. Manajemen Strategik. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996.
Sugiono. Metode penelitian pendidikan, Jakarta, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Manajemen. Peranan Intermediasi Perbankan
dalam Pemberdayaan UMKM di Propinsi D. I Yogyakarta, Jurnal
Ekonomi dan Pembangunan, Vol .XVI. 2008. Bandung: Alfabeta Tedy L,
dkk, 2014.
Sujadi F. X. O dan M (Organization and Methods) penunjang berhasilnya proses
manajemen. Jakarta : Cv. Masagung, 1989.
Suyanto Herli, Ali. Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan Pembiayaan
Mikro. Yogyakarta : CV Andi OFFSET, 2013.
Sumar’in. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012.
Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2015.
Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Usman, Rachmadi. Aspek-aspek hukum perbankan Indonesia. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 2003.
Wahyudi, Imam. Miranti Kartika Dewi, Feny Rosmanita, Muhammad Budi
Prasetyo, Niken Iwani Surya Putri dan Banu Muhammad Haidir.
Managemen Risiko Bank Islam. Jakarta Selatan: Salemba Empat, 2013.
Wangsawidjaja. Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2012.
Zarkasyi, Fajar Imam. Perubahan Strategi Politik husni Mubarok dari Eksklusi
Politik ke Inklusi Politik dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Suara IM
pada Pemilu Legislatif 2000 dan 2005, Skripsi, Depok, 2014.
L WAWANCARAHASI
Nama : Amin
Jabatan : Staff
Institusi : Bank Umum Syariah X
Tanggal : 25 September
1. Pertanyaan : Apakah dalam hal penanganan risiko pembiayaan
murabahah pada umkm sudah terealisasi sesuai SOP?
Jawaban : sudah teralisasi dalam SOP karena kebijakan semua
penanganan pembiayaan murabahah merujuk kepada SOP. Dalam
penanganan risiko pembiayaan murabahah pada umkm, adanya proses
monitoring risiko yang dilakukan setelah direalisasikannya pembiayaan.
Proses Monitoring risiko pembiayaan murabahah pada umkm akan selalu
dilakukan oleh Account Officer dengan cara memantau laporan saldo list
piutang nasabah dalam pembiayaan murabahah secara rutin
Sudah teralisasi sesuai SOP terlihat dari proses penanganan risiko setelah
jatuh tempo:
a. H-7 s/d Ho yaitu Account Officer (AO) mengingatkan kepada
nasabah agar nasabah bisa membayar kewajiban.
b. Ho yaitu Account Officer (AO) mengecek system untuk melihat
apakah sudah ada pembayaran atau belum
c. Ho s/d H+7 yaitu Account Officer (AO) tetap melakukan penagihan
kepada nasabah
d. H+14 yaitu Surat Peringatan 1
e. H+14 s/d H+30 yaitu Surat Peringatan 2
f. H+30 s/d H+90 yaitu Surat Peringatan 3
g. H+90 diserahkan kepada spesial asset
h. Eksekusi/ lelang agunan(jaminan)
Ketika pembiayaan murabahah sudah dikatakan macet maka penanganan
yang dilakukan oleh Bank Syariah Umum X adalah
a) Penagihan
b) Restrukturisasi
c) Penjualan Asset (Lelang)
2. Pertanyaan : Dalam hal penanganan risiko pembiayaan murabahah pada
umkm, apakah telah mencapai target NPF yang diinginkan? Berapakah
NPF tersebut?
Jawaban : Sudah tercapai target dalam hal penanganan risiko pembiayaan
murabahah pada umkm. Karena sudah sesuai dengan peraturan BI bahwa
NPF harus kurang dari 5%. Terlihat dari NPF :
No NPF Bruto dan Neto 2014 2015 2016
1. NPF Bruto 1,02% 2,63% 2,26%
2. NPF Neto 0,77% 1,94% 1,86%
3. Pertanyaan : bagaimanakah penilaian risiko yang ada di Bank Umum
Syariah X? dan bagaimanakah risiko yang disebut risk appetitte?
Jawaban : penilaian risiko yang disebut risk appetitte adalah risiko yang
bisa diambil atau ditoleransi yaitu moderate. Dan penilaian risiko
pembiayaan itu low to moderate.
4. Pertanyaan : bagaimanakah pelaksanaan kerja pada penanganan risiko
pembiayaan murabahah umkm?
Jawaban : pelaksanaan penanganan risiko pembiayaan murabahah pada
umkm di Bank Umum Syariah X telah menjalankan tugasnya dalam
pemberian pembiayaan UMKM yang dilakukan secara intensif dengan
pemantauan dari awal hingga akhir pembiayaan.
5. Pertanyaan : pada pelaksanaan pemberian pembiayaan umkm itu tersebar
dimana saja pak?
Pertanyaan : kalau ketentuannya itu tersebar 60 km dari kantor
cabang.biar gampang mentoring. Dalam ketentuan BI capaian 10 % s/d 15
% harus ada untuk umkm dari total asset dan sampai saat ini sudah 11 s/d
12 % dari total asset.
6. Pertanyaan : sebelum melakukan penanganan risiko, apakah ada tahap
analisis pembiayaan?
Jawaban : ya ada, seperti penilaian watak, kemampuan, modal, kondisi
dan jaminan. Dengan menanyakan langsung kepada masyarakat di
lingkungan calon debitur tinggal serta melakukan kunjungan ke calon
debitur dengan pimpinan cabang. Selain itu melihat informasi tentang
calon debitur di BI Checking. apakah dalam usahanya sering mengalami
kegagalan atau kemajuan, mengecek daripada laporan keuangan nasabah,
melihat kelayakan calon nasabah, kemudian sesuai dengan prosedur
persetujuan pembiayaan
7. Pertanyaan : apa sajakah kendala yang di hadapi saat penanganan risiko
pembiayaan murabahah umkm?
Jawaban : salah satu kendalanya yaitu nasabah sulit untuk dihubungi. Jadi
dari nasabah itu sendiri dan melakukan terus menerus menelpon nasabah
lalu baru mendatangi rumah nasabah.
Jakarta, 25 September 2017
Staff
(Amin)