EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING …digilib.unila.ac.id/32268/3/SKRIPSI TANPA BAB...

68
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA (Skripsi) Oleh Hani Nabila FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2018

Transcript of EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING …digilib.unila.ac.id/32268/3/SKRIPSI TANPA BAB...

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA

MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERPIKIR TINGKAT TINGGI DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA

(Skripsi)

Oleh

Hani Nabila

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2018

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA

MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERPIKIR TINGKAT TINGGI DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA

Oleh

HANI NABILA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran

problem solving pada materi asam basa dalam meningkatkan keterampilan berpi-

kir tingkat tinggi ditinjau dari kemampuan akademik siswa. Penelitian ini meng-

gunakan metode kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 15 Bandarlampung se-

mester genap TP. 2017-2018. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik

purposive sampling dan diperoleh kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan

kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Analisis data menggunakan analisis statis-

tik uji t dan ANOVA dua jalur (two ways ANOVA). Dari hasil penelitian disimpul-

kan: (1) tidak ada interaksi antara pembelajaran menggunakan model problem

solving dengan kemampuan akademik terhadap keterampilan berpikir tingkat

tinggi pada materi asam basa, (2) pembelajaran menggunakan model problem

solving efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa

pada materi asam basa, (3) keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi

asam basa menggunakan model problem solving pada siswa berkemampuan aka-

demik tinggi dengan kategori n-gain tinggi lebih banyak daripada siswa berke-

mampuan akademik sedang dan rendah.

Kata kunci: problem solving, keterampilan berpikir tingkat tinggi, kemampuan

akademik, asam basa.

Hani Nabila

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA

MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

BERPIKIR TINGKAT TINGGI DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA

Oleh

Hani Nabila

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 08 Juni 1996 sebagai putri pertama

dari dua bersaudara buah hati Bapak Heriyadi dan Ibu Rosnita.

Pendidikan formal diawali di TK Nurul Huda pada tahun 2001 diselesaikan pada

tahun 2002, SD Negeri 01 Madukoro diselesaikan tahun 2008, SMP Negeri 6

Kotabumi diselesaikan tahun 2011, SMA Negeri 2 Kotabumi diselesaikan tahun

2014.

Tahun 2014 terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui seleksi jalur

SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa, aktif dalam organisasi internal kampus,

yaitu sebagai Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) dan BEM-

FKIP Unila.

Tahun 2017 mengikuti program KKL di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.

Tahun yang sama penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang

terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di

SMA Negeri 1 Pagar Dewa, Kecamatan Pagar Dewa, Kabupaten Lampung Barat.

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya yang tiada pernah terputus sehingga telah terselesaikan

studi Starta-1, dan dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, saya

persembahkan skripsi ini kepada:

Mamah tersayang, Rosnita.

Papah tersayang, Heriyadi.

MOTTO

Hidup merupakan perjalanan untuk kembali menuju kampung

halaman. Surga.

Everything is possible if you know the trick (Maulana Nikma)

xi

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi yang berjudul “Efektivitas

Model Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Asam Basa Untuk Meningkat-

kan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Ditinjau Dari Kemampuan Akademik

Siswa”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada Rasullullah

Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta umatnya yang senantiasa istiqomah di

jalan-Nya.

Atas dasar kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka adanya bimbingan

dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi

ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M. Si., selaku pembimbing I dan Pembimbing

Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan, motivasi, kritik dan saran

dengan segala kesediaan, keikhlasan dan kesabarannya selama proses

perkuliahan dan penyusunan skripsi ini;

2. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M. Si., selaku pembimbing II yang seantiasa mem-

berikan bimbingan, motivasi, kritik dan saran dalam perbaikan skripsi ini;

3. Ibu Dr. Chansyanah Diyawati, M. Si., selaku pembahas yang senantiasa

memberikan kritik, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini;

4. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Unila;

5. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;

xii

6. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M. Si., Selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Kimia;

7. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan segenap civitas akademik

Jurusan Pendidikan MIPA, terima kasih atas semua ilmu yang telah

Bapak/Ibu berikan;

8. Ibu Anita Maryani, S. Pd., Bapak Kepala Sekolah, segenap guru, laboran

beserta staf Tata Usaha SMA Negeri 15 Bandarlampung yang telah

memberikan izin, waktu, dan tempat selama penelitian;

9. Sahabatku, Maria Ulfa, Elok Suci Wahyuni, Nurmala, Nabella Islamiyati

Yuan, Aprilia Dwi Puspita yang selalu memberikan semangat, petuah,

dukungan, bantuan, dan kenangan selama ini;

10. Teman seperjuangan skripsiku, Monica dan Faqih Segara atas segala

penguatan dan perjuangan kita bersama;

11. Teman-teman pendidikan kimai 2014 A, teman-teman pendidikan kimia 2013

B, kakak dan adik tingkat yang telah memberikan dukungan dan semangat

sampai ketahap ini;

12. Teman-teman KKN-KT Kecamatan Pagar Dewa, Desa Sidomulyo (Agusta,

Ecik, Aerli, Indah, Dela) yang telah berjuang bersama selama KKN dan PPL.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan dan dukungan yang telah

diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandarlampung, Juli 2018

Penluis,

Hani Nabila

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9

A. Pembelajaran Konstruktivisme ............................................................ 9

B. Problem Solving ................................................................................... 11

C. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ................................................. 13

D. Kemampuan Akademik ........................................................................ 16

E. Analisis Konsep Asam Basa ................................................................. 18

F. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 24

G. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 25

H. Anggapan Dasar .................................................................................... 27

I. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 28

xiv

III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 29

A. Metode dan Desain Penelitian .............................................. ............... 29

B. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 30

C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 31

D. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ............................. 31

E. Prosedur Penelitian ............................................................................. 33

F. Pengelompokkan Kemampuan Akademik Siswa ............................... 35

G. Analisis Data ....................................................................................... 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 44

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 44

1. Hasil uji kesamaan dua rata-rata ....................................................... 44

2. Pengujian hipotesis 1 dan 2 .............................................................. 46

3. Persentase n-gain siswa berdasarkan kemampuan akademik ........... 50

B. Pembahasan ............................................................................................ 51

1. Interaksi antara pembelajaran yang menggunakan model problem

solving dengan kemampuan akademik siswa terhadap keterampilan

berpikir tingkat tinggi siswa pada materi asam basa ......................... 51

2. Efektivitas model pembelajaran problem solving pada materi

asam basa untuk meningkatkan ketrampilan berpikir tingkat

tinggi siswa ........................................................................................ 52

3. Deskripsi keterampilan berpikir tingkat tinggi berdasarkan

kemampuan akademik pada pembelajaran menggunakan model

problem solving pada materi asam basa ........................................... 70

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 73

A. Kesimpulan ........................................................................................... 73

B. Saran ..................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 74

xv

LAMPIRAN

1. Analisis SKL-KI-KD-Indikator .................................................................. 81

2. Silabus ........................................................................................................ 105

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .......................................................... 145

4. LKS ............................................................................................................ 188

5. Kisi-Kisi Soal Pretes dan Postes ................................................................ 201

6. Pretes .......................................................................................................... 210

7. Postes ......................................................................................................... 214

8. Kunci Jawaban Pretes-Postes ..................................................................... 218

9. Rubrikasi Soal Pretes dan Postes ............................................................... 222

10. Rubrik Penilaian Sikap Ilmiah .................................................................... 234

11. Perhitungan Skor Pretes, Postes dan n-gain .............................................. 237

12. Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen ................................................... 241

13. Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol ......................................................... 244

14. Uji Homogenitas Pretes ............................................................................. 246

15. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ..................................................................... 247

16. Uji Hipotesis 1 dan Hipotesis 2 ................................................................ 249

17. Persentase Kemampuan Akademik Siswa Setiap Kategori n-gain ............. 257

18. Perhitungan Persentase Sikap Ilmiah ......................................................... 258

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbandingan pembelajaran yang berpusat pada guru dengan

pembelajaran yang berpusat pada siswa. .................................................... 10

2. Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl ....... 14

3. Analisi konsep asam basa ........................................................................... 19

4. Desain faktorial 2x2 .................................................................................... 30

5. Kriteria pengelompokkan kemampua akademik ........................................ 36

6. Perolehan interval nilai di kelas kontrol dan eksperimen ........................... 36

7. Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan akademik........................ 36

8. Hasil uji normalitas nilai pretes .................................................................. 45

9. Hasil uji homogenitas nilai pretes ............................................................... 46

10. Hasil uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes .............................................. 46

11. Hasil uji normalitas n-gain siswa ................................................................ 47

12. Hasil uji homogenita n-gain siswa .............................................................. 48

13. Hasil uji ANOVA dua jalur n-gain siswa ................................................... 48

14. Persentase n-gain siswa berdasarkan kemampuan akademik ..................... 50

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan alir peneitian .................................................................................... 34

2. Nilai rata-rata pretes keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa . .............. 44

3. Rata-rata n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi kelas kontrol dan

eksperimen .................................................................................................. 47

4. Interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan akademik

terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa ................................... 49

5. Rumusan masalah yang ditulis siswa pada topik identifikasi larutan

asam basa .................................................................................................... 54

6. Rumusan masalah yang ditulis siswa pada topik konsep pH jeruk ............ 55

7. Rumusan masalah yang ditulis siswa pada topik konsep pH larutan .......... 55

8. Rumusan masalah yang ditulis siswa pada topik kekuatan asam basa ....... 56

9. Rumusan masalah yang ditulis siswa pada topik hubungan derajat

ionisasi dengan Ka dan Kb ........................................................................... 56

10. Rumusan masalah yang ditulis siswa pada topik menganalisis trayek pH

indikator alami ............................................................................................ 57

11. Pencarian informasi yang ditulis siswa pada topik identifikasi larutan

asam basa ................................................................................................... 58

12. Pencarian informasi yang ditulis siswa pada topik konsep pH .................. 59

13. Pencarian informasi yang ditulis siswa pada topik kekuatan asam basa ... 59

14. Pencarian informasi yang ditulis siswa pada topik hubungan derajat

ionisasi dengan Ka dan Kb ........................................................................... 60

15. Pencarian informasi yang ditulis siswa pada topik menganalisis trayek pH

indikator alami ........................................................................................... 61

xviii

16. Hipotesis yang ditulis siswa pada topik identifikasi larutan asam basa ..... 62

17. Hipotesis yang ditulis siswa pada topik konsep pH ................................... 63

18. Hipotesis yang ditulis siswa pada topik kekuatan asam basa ..................... 63

19. Hipotesis yang ditulis siswa pada topik hubungan Ka dan Kb dengan

derajat ionisasi ........................................................................................... 64

20. Hipotesis yang ditulis siswa pada topik menganalisis trayek pH

indikator alami ........................................................................................... 65

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di abad 21 atau yang sering disebut era globalisasi saat ini, terjadi transformasi

besar-besaran dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri dan berlanjut

ke masyarakat berpengetahuan (Soh, Arsyad dan Osman, 2010). Proses transfor-

masi disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang

demikian pesat (Mukminan, 2014). Seluruh aspek kehidupan masyarakat saat ini

telah terkena efek teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu efek tersebut

yakni terciptanya berbagai inovasi baru yang mempermudah hidup manusia, mi-

salnya di bidang industri telah diciptakan robot untuk menjalankan semua kerja

dengan arahan komputer. Efek tersebut membuka persaingan baru di dalam dunia

kerja (Nasution, 2011).

Salah satu cara untuk menghadapi persaingan dalam dunia kerja di era globalisasi

saat ini adalah dengan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas

(Oktarina, 2011; Wijaya, Sudjimat dan Nyoto, 2016). Untuk itu, manusia dituntut

agar memiliki kompetensi yang dibutuhkan era globalisasi, kompetensi tersebut

yakni mampu berpikir kritis dan memecahkan masalah, mampu berkomunikasi

dan bekerja sama, mampu mencipta dan memperabaharui, mampu memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi, mampu memahami dan menggunakan

berbagai media komunikasi (BSNP, 2010).

2

Pendidikan menjadi salah satu jalur untuk mencapai kompetensi tersebut

(Mukminan, 2014). Pendidikan dituntut untuk dapat mendidik dan menghasilkan

lulusan berkualitas yang mampu bersaing di era globalisasi. Keberhasilan dalam

menghasilkan lulusan berkualitas akan didapat ketika siswa mampu untuk berpikir

tingkat tinggi, dimana siswa tidak hanya mengingat, menghafal, dan memahami

suatu konsep saja, melainkan siswa dapat menganalisis, mengevaluasi, serta men-

cipta suatu konsep sebaik mungkin, konsep-konsep yang mereka temukan sendiri

lebih mudah untuk mereka ingat (Laily, 2013; Anderson dan Krathwohl, 2001;

Julianingsih, 2017).

Kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta yang termasuk dalam ket-

erampilan berpikir tingkat tinggi sangat dibutuhkan siswa untuk menghadapi ma-

salah di dunia nyata (real life) karena masalah-masalah tersebut bersifat kompleks

yang mengharuskan siswa dapat mencari solusi dalam memecahan permasalahan

tersebut. Dengan melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi, siswa akan menja-

di pemikir yang mandiri, dapat memahami hal-hal yang kompleks yang akan men-

jadikan siswa terbiasa menghadapi permasalahan yang sulit, dan mampu mengait-

kan informasi baru dengan informasi yang sudah tersimpan untuk menemukan

suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan (Widodo dan

Kadarwati, 2013; Hayon, Wariani dan Bria, 2017).

Menurut Survey yang dilakukan oleh Organisation for Economic Cooperation

and Development (OECD) menggunakan tes Programme Internationale for

Student Assesment (PISA) tahun 2015, Indonesia menempati peringkat 62 dari 70

negara yang mengikuti tes PISA (OECD, 2018). Ramadhan dan Wasis (2013)

3

menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal PISA lebih

dominan pada level C2 (memahami) dengan presentase 50% dari seluruh soal

PISA. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia berada di pe-

ringkat bawah berdasarkan penilaian berskala Internasional seperti PISA (Iffa,

Fakhrudin dan Yenita, 2017).

Rendahnya kemampuan siswa Indonesia berdasarkan tes PISA bisa jadi disebab-

kan karena tolak ukur keberhasilan siswa hanya terletak pada Ujian Nasional

(UN) yang lebih menekankan keterampilan berpikir tingkat rendah, namun masih

sangat sedikit mengukur taraf berpikir tingkat tinggi (Oktiningrum, 2014; Jati,

2015). Lebih lanjut Satrisman (2013) dalam penelitiannya menganalisis soal UN

kimia tahun 2013 menunjukkan bahwa hanya enam butir soal dengan persentase

15% yang dikategorikan ke dalam soal pada jenjang analisis (C4), 35% pada jen-

jang mengaplikasi (C3), 27,5% pada jenjang memahami (C2) dan 22,5% pada

jenjang mengingat (C1).

Data di atas diperkuat dengan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan

dengan guru mata pelajaran kimia kelas XI IPA SMA Negeri 15 Bandarlampung,

pembelajaran kimia masih secara konvensional, siswa cenderung mencatat dan

menghafal materi saja. Hal tersebut mengakibatkan siswa kurang dituntut untuk

menggunakan pengetahuan dan kemampuan berpikirnya dalam membangun kon-

sep. Soal-soal tes yang digunakan juga masih berada di tingkat proses kognitif

C1-C3 (mengingat, memahami dan menerapkan), sehingga keterampilan berpikir

tingkat tinggi masih kurang terlatih.

4

Berdasarkan kondisi demikian, pemerintah perlu memperbaiki mutu pendidikan,

sebab dengan mutu pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus

bangsa yang berkualitas (Saifulloh, Muhibbin dan Hermanto, 2012). Perbaikan

yang dimaksud yakni perubahan pembelajaran dari pembelajaran berpikir tingkat

rendah menuju pembelajaran yang dapat melatih berpikir tingkat tinggi siswa

serta memberdayakan potensi siswa berdasarkan karakteristik kemampuan akade-

miknya (Redhana, 2010; Karmana, 2011). Keterampilan berpikir tingkat tinggi

dapat dicapai sejalan dengan diterapkannya kurikulum 2013 (Anasy, 2016). Pem-

berlakuan kurikulum 2013 di sekolah menuntut adanya penggunaan model-model

pembelajaran kontruktivistik (Mayasari dan Adawiyah, 2015). Menurut Widodo

dan Kadarwati (2013) model pembelajaran problem solving cocok untuk mening-

katkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, karena muara dari pola berpikir ting-

kat tinggi adalah pemecahan masalah.

Salah satu kompetensi dasar (KD) dalam kurikulum 2013 yang harus dikuasai

oleh siswa pada mata pelajarn kimia kelas XI IPA semester genap adalah KD 3.10

yaitu menjelaskan konsep asam dan basa serta kekuatannya dan kesetimbangan

pengionannya dalam larutan (Tim Penyusun, 2013). KD 4.10 yaitu membuat be-

berapa indikator asam basa dengan menggunakan ekstraksi bahan alami untuk

menganalisis trayek perubahan pH. Untuk mencapai KD tersebut dapat diguna-

kan model problem solving dalam proses pembelajarannya. Adapun tahapan

pembelajaran dalam model problem solving adalah mengorientasi siswa pada ma-

salah yang jelas untuk dipecahkan, mencari data atau keterangan yang dapat digu-

nakan untuk menyele-saikan permasalahan, menetapkan jawaban sementara dari

5

masalah tersebut, menguji kebenaran jawaban sementara tersebut dengan mencari

data dan meng-analisis data, menarik kesimpulan (Djamarah dan Zain, 2010).

Sesuai dengan tahapan tersebut pada tahap mengorientasi siswa pada masalah di-

berikan suatu permasalahan yang erat kaitannyaa dengan kehidupan sehari-hari

seperti contoh zat yang bersifat asam dan basa yang dapat diidentifikasi dengan

cara dicicipi dan zat yang bersifat asam dan basa tetapi tidak dapat diidentifikasi

dengan cara dicicipi. Kemudian dari permasalahan tersebut diharapkan siswa

dapat merumuskan masalah seperti bagaimana cara mengidentifikasi larutan yang

tidak dapat dicicipi?. Selanjutnya siswa melakuan pencarian informasi yang

mengacu pada jawaban sementara. Setelah menemukan informasi yang mengacu

pada jawaban sementara, siswa menyusun hipotesis. Hipotesis yang telah disusun

akan diuji kebenarannya dengan mencari data melalui diskusi ataupun eksperi-

men. Data yang diperoleh dianalisis dan dihubungkan dengan pertanyaan yang

diajukan sebelumnya, sehingga siswa dapat menyimpulkan konsep pengetahuan-

nya.

Beberapa penelitian yang mengkaji model pembelajaran problem solving dan

keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu Handayani dan Priatmoko (2013)

pengaruh pembelajaran problem solving berbasis HOTS (Higher Order Thinking

Skills) dinyatakan berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia siswa, serta

merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa seperti berpikir kritis dan

kreatif. Selain itu Uyani (2016) menyatakan bahwa penerapan model problem

solving dalam meningkatkan HOT siswa pada materi geometri meningkat dalam

6

kategori sangat baik, aktivitas guru dan siswa juga meningkat dalam kategori

baik.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi ternyata memiliki hubungan dengan kemam-

puan akademik yang tercermin dalam hasil belajar (Krishnawat dan Suryani,

2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayon, Wariani dan Bria

(2017), ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir tingkat tinggi

terhadap hasil belajar siswa, hal tersebut menandakan bahwa terdapat hubungan

antara keterampilan berpikir tingkat tinggi terhadap kemampuan akademik siswa.

Kemampuan akademik siswa diklasifikasi menjadi tiga yaitu kemampuan akade-

mik tinggi, sedang dan rendah. Siswa akademik tinggi cenderung mempunyai

prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa akademik rendah

(Nasution, 2000).

Berdasarkan uraian tersebut dilakukan penelitian dengan judul efektivitas model

pembelajaran problem solving pada materi asam basa dalam meningkatkan kete-

rampilan berpikir tingkat tinggi siswa ditinjau dari kemampuan akademik.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran yang menggunakan model

problem solving dengan kemampuan akademik siswa terhadap keterampilan

berpikir tingkat tinggi pada materi asam basa ?

2. Bagaimana efektivitas model pembelajaran problem solving pada materi asam

basa untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi?

7

3. Bagaimana keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa berkemampuan

akademik tinggi, sedang dan rendah pada pembelajaran menggunakan model

problem solving pada materi asam basa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan interaksi antara pembelajaran menggunakan model problem

solving dengankemampuan akademik siswa terhadap keterampilan berpikir

tingkat tinggi pada materi asam basa.

2. Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran problem solving pada materi

asam basa untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

3. Mendeskripsikan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa berkemampuan

akademik tinggi, sedang dan rendah pada pembelajaran menggunakan model

problem solving pada materi asam basa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, yaitu:

1. Siswa

Model pembelajaran problem solving dapat memberikan bekal untuk me-

mecahkan masalah menantang di kehidupan nyata..

2. Guru

Model pembelajaran problem solving dapat menjadi alternatif bagi guru dalam

menunjang proses pembelajaran sehinga menjadi lebih efektif, terarah dan

8

menarik, serta dapat melatihkan dan meningkatkan keterampilan berpikir

tingkat tinggi.

3. Sekolah

Model pembelajaran problem solving memberikan sumbangan positif menge-

nai salah satu cara dalam mengembangkan mutu pembelajaran kimia di seko-

lah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penelitian yang berbeda-beda terhadap istilah yang digunak-

an, maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran problem solving dikatakan efektif meningkatkan keteram-

pilan berpikir tingkat tinggi siswa apabila secara statistik keterampilan berpikir

tingkat tinggi siswa menunjukan perbedaan n-gain yang signifikan antara kelas

kontrol dan eksperimen.

2. Model pembelajaran problem solving yang diteliti sesuai dengan sintaks

Djamarah dan Zain (2010 ).

3. Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang akan diteliti sesuai dengan Takso-

nomi Bloom yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001) meliputi

tingkat berpikir menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

4. Kemampuan akademik pada penelitian ini dibedakan menjadi tiga kategori

yakni kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah, berdasarkan nilai

ulangan kesetimbangan kimia.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Istilah konstruktivisme dikenal mengacu pada teori perkembangan struktur kogni-

tif dari Piaget (English dan Halford dalam Shanti 2013). Melalui prespektif

Piaget, pengetahuan diperoleh menurut proses konstruksi selama hidup melalui

suatu proses ekuilibrasi antara skema pengetahuan dan pengalaman baru (Dahar,

2011). Konstruktivisme mendorong pengalaman belajar (experimental learning),

keterampilan belajar (hands-on learning) serta pembelajaran kolaboratif

(collaborative learning) dan diadopsi dengan baik di ranah pendidikan (Li & Guo,

2015).

Konstruktivisme adalah teori belajar yang berpendapat bahwa siswa belajar

dengan aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Menurut Brooks &

Brooks dalam Ultanir (2012) yaitu:

Konstruktivisme bukanlah sebuah teori tentang mengajar, melainkan sebuah

teori tentang pengetahuan dan belajar. Teori ini mendefinisikan pengetahuan

sebagai perkembangan, bersifat sementara, sosial dan budaya yang dime-

diasi, dan non-objektif.

Arends (2012) menjelaskan perbandingan antara pembelajaran yang berpusat pada

guru dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa secara rinci yang diuraikan

pada Tabel 1.

10

Tabel 1. Perbandingan pembelajaran yang berpusat pada guru dengan

pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Ciri Model transmisi berpusat

pada guru

Model konstruktivis

berpusat pada siswa

Landasan

Teoritis

Teori sosial kognitif,

behaviouristik dan teori

pemrosesan informasi.

Teori kognitif dan teori

konstruktivis sosial

Peran guru Guru merancang pembelajaran

bertujuan untuk mencapai

standar dan tujuan yang telah

ditentukan; menggunakan

prosedur yang mendukung

perolehan pengetahuan dan

keterampilan yang ditentukan.

Guru membangun kondisi

supaya siswa bertanya;

melibatkan siswa pada

perencanaan; mendorong

atau menerima ide siswa;

dan memberikan mereka

otonomi (kemandirian) atau

pilihan.

Peran siswa Siswa sering berperan pasif,

hanya mendengarkan guru atau

membaca; hanya mempraktik-

kan keterampilan yang sudah

ditentukan oleh guru.

Siswa paling banyak

berperan secara aktif;

berinteraksi dengan orang

lain dan berpartisipasi

dalam kegiatan investigasi

dan pemecahan masalah

Perencanaan

Tugas

Kebanyakan guru yang

mendominasi; secara ketat

berhubungan dengan kurikulum

dan tujuan yang ditentukan.

Seimbang antara input guru

dan input siswa; terikat

secara fleksibel pada

kurikulum dan tujuan yang

ditentukan.

Lingkungan

Belajar

Hampir di semua tempat secara

ketat terstruktur, tapi tidak

berarti otoriter.

Bebas terstruktur; dicirikan

dengan proses demokratis,

pemilihan, dan adanya oto-

nomi untuk berpikir dan

bertanya.

Prosedur

Penilaian

Cenderung pada tes tertulis

tradisional

Cenderung pada asesmen

otentik dan asesmen

kinerja.

(Arends, 2012)

Pengetahuan di bawah konstruktivisme tidak dilihat sebagai komoditas yang akan

ditransfer dari ahli ke pelajar, melainkan konsep yang disatukan melalui proses

keterlibatan aktif dan interaksi dengan lingkungan (Schcolnik, et. al., 2006).

11

Satu prinsip yang penting dalam psikologi pendidikan menurut teori ini bahwa

guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus

membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Karena penekanannya pada

siswa sebagai pembelajar aktif, maka pembelajaran konstruktivistik ini sering

disebut sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learn-

ing) (Slavin, 2006).

B. Problem Solving

Problem solving adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan

pada keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keteram-

pilan. Problem solving merupakan suatu keterampilan yang meliputi keteram-

pilan untuk mencari informasi, menganalisis situasi, dan mengidentifikasi ma-

salah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil su-

atu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran (Shoimin, 2014).

Hayes dalam Gulacar (2013) menyatakan bahwa “Whenever there is a gap

between where you are now and where you want to be, and you do not know how

to find a way to cross that gap, you have a problem and the problem solving is

what you do, when you do not know what to do”. Artinya saat ada celah diantara

tempat kamu berada sekarang dan kamu menginginkannya, akan tetapi kamu ti-

dak mengetahui bagaimana cara menemukan jalan untuk menggapai celah terse-

but, kamu telah mendapatkan masalah dan pemecahan masalah hal yang harus

kamu lakukan ketika kamu tidak tahu apa yang harus kamu lakukan. Pemecahan

masalah sangat dibutuhkan siswa dalam pembelajaran karena siswa dituntun

12

untuk dapat menyelesaikan masalah sehingga mereka dapat menemukan kon-

sepnya sendiri.

Salah satu model mengajar adalah problem solving. Pembelajaran problem

solving bukan hanya sekedar model mengajar, tetapi juga merupakan suatu

metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-

metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik

kesimpulan (Djamarah dan Zain, 2006).

Langkah-langkah dalam penggunaan pembelajaran problem solving (Djamarah

dan Zain, 2006) yaitu sebagai berikut:

1. adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh

dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya;

2. mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah

tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya,

berdiskusi, dan lain-lain;

3. menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dengan jawaban ini

tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua

di atas;

4. menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa

harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa ja-

waban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban semen-

tara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini

tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas

diskusi, dan lain-lain;

5. menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan

terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Kelebihan pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut: (1) membuat

pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan; (2) membiasakan

siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil; (3) model pembel-

ajaran ini merangsang pengembangan keterampilan berfikir siswa secara kreatif

dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak menyoroti perma-

salahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

13

Shoimin (2014) mengemukakan pendapat mengenai kelebihan pembelajran

problem solving sebagai berikut:

1. dapat membuat siswa lebih menghayati kehidupan sehari-hari;

2. dapat melatih dan membiasakan siswa untuk menghadapi dan memecahkan

masalah secara terampil;

3. siswa sudah mulai dilatih untuk memechakan masalahnya;

4. melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan;

5. memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis;

6. mengindentifikasai dan melakukan penyelidikan;

7. menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

C. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Konsep pemikiran tingkat tinggi berasal dari Taksonomi Bloom ranah kognitif

yang diperkenalkan pada tahun 1956. Ranah kognitif melibatkan pengetahuan

dan pembangunan keterampilan intelektual (Forehand (2010); Bloom (1956)

dalam Saido, et. al., 2015).

Anderson telah melakukan penelitian serta didapatkan perbaikan dalam Taksono-

mi Bloom, dengan bukunya yang berjudul: A Taxonomy for Learning, Teaching,

and Assesing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives). Per-

baikan tersebut, yaitu mengubah Taksonomi Bloom dari kata benda (knowledge,

comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation) menjadi kata ker-

ja (remember, understand, apply, analyze, evaluate, dan creat) (Anderson dan

Krathwohl, 2001). Hal ini dilakukan karena Taksonomi Bloom yang sebenarnya

yaitu penggambaran proses berpikir, setelah itu dilakukanlah pergeseran susunan

Taksonomi Bloom yang menjabarkan berpikir tingkat rendah ke berpikir tingkat

tinggi (Bloom, et. al., 1956).

14

Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau dalam bahasa inggrisnya Higher Order

Thinking Skill (HOTS) adalah pola berpikir siswa dengan mengandalkan kemam-

puan untuk menganalisis, mencipta, dan mengevaluasi semua aspek dan masalah

(Anderson & Krathwohl, 2001). Menurut Zaini (2015) berpikir tingkat tinggi

adalah keterampilan berpikir yang mengkombinasikan antara berpikir kritis dan

berpikir kreatif. Berikut Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan

Krathowhl (dalam Fadiawati dan Syamsuri, 2016) disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 2. Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl.

Tingkatan Berpikir tingkat tinggi Komunikasi

Menciptakan

(creating)

Menggeneralisasikan

(generating),merancang

(designing), memproduksi

(producing), merencanakan

kembali (devising)

Negosiasi (negotiating),

memoderatori (moderating),

kolaborasi (collaborating)

Mengevaluasi

(evaluating)

Mengecek (checking), mengkritisi

(critiquing), hipotesis

(hypothesising), eksperimen

(experimenting)

Bertemu jaringan/ berdiskusi

(net meeting), berkomentar

(commenting), berdebat

(debating)

Menganalisis

(analyzing)

Memberi atribut (atributting),

mengorganisasikan (organizing),

mengintegrasikan (integrating),

mensahihkan (validating)

Menanyakan (questioning),

meninjau ulang (reviewing)

Masing-masing tingkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi akan dijelaskan

sebagai berikut:

1. Menganalisis

Menganalisis merupakan proses memecahkan materi menjadi bagian kecil dan

menentukan bagaimana hubungan antar bagian-bagian dan struktur keseluruhan-

nya serta mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan perma-

salahan. Proses menganalisis ini dikategorikan menjadi proses-proses kognitif,

diantaranya membedakan (differentiating), yaitu membedakan bagian materi

15

pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang

tidak penting; mengorganisasikan (organizing) terjadi ketika siswa membangun

hubungan-hubungan yang sistematis dan koheren antar potongan informasi; dan

mengatribusikan (attributing), yaitu ketika siswa menemukan permasalahan lalu

memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan.

2. Mengevaluasi

Mengevluasi merupakan membuat keputusan berdasar kriteria dan standar. Pro-

ses mengevaluasi ini, meliputi memeriksa (checking) yang melibatkan proses

menguji kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk; mengkritik melibat-

kan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria eksternal, di-

mana siswa mencari ciri-ciri positif atau negatif dari suatu produk dan membuat

keputusan berdasarkan ciri-ciri yang telah ditemukan.

3. Mencipta

Mencipta melibatkan proses menyususn beberapa elemen menjadi sebuah kese-

luruhan yang koheren atau fungsional. Proses mencipta ini, meliputi menghasil-

kan (generating), yaitu kegiatan mempresentasikan permasalahan dan penemuan

alternatif hipotesis yang diperlukan; merencanakan, yaitu siswa berpikir konver-

gen, merencanakan berbagai metode dan solusi lalu mengubahnya menjadi suatu

rencana aksi; dan memproduksi yaitu mengarah pada perencanaan untuk menye-

lesaikan permasalahan yang diberikan (Fadiawati dan Syamsuri, 2016)

16

Arikunto (2013) menyatakan bahwa ada delapan aspek yang berasosiasi dengan

berpikir tingkat tinggi, yaitu:

1. tidak ada seorangpun yang dapat berpikir sempurna atau tidak dapat ber-

pikir sepanjang waktu;

2. mengingat sesuatu tidak sama dengan berpikir tentang sesuatu itu;

3. mengingat sesuatu dapat dilakukan tanpa memahaminya;

4. berpikir dapat diwujudkan dalam kata dan gambar;

5. terdapat tiga tipe intelegensi dan berpikir yaitu analitis, kreatif dan prak-

tis;

6. ketiga intelegensi dan cara berpikir tersebut berguna dalam kehidupan

sehari-hari;

7. keterampilan berpikir dapat ditingkatkan dengan memahami proses yang

terlibat dalam berpikir;

8. metakognisi adalah bagian berpikir tingkat tinggi.

D. Kemampuan Akademik

Menurut Krishnawati dan Suryani (2010) kemampuan akademik merupakan se-

bagian dari kemampuan intelektual yang umumnya tercermin dalam prestasi aka-

demik (nilai hasil belajar). Kemampuan akademik siswa dapat tergambar dari

pencapaian akademiknya. Pencapaian akademik merupakan fungsi akumulatif

dari keluarga, masyarakat, dan pengalaman sekolah baik masa lalu maupun saat

ini (Rivkin, Hanushek dan Kain, 2005). Hal tersebut didukung oleh pernyataan

Dahar (2011) yang menyatakan bahwa prestasi atau pencapaian akademik siswa

sebelumnya menunjukkan kemampuan dan kinerja akademik siswa di kelas

sebelumnya.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan akademik seorang

siswa. Krishnawati dan Suryani (2010) menyebutkan beberapa faktor tersebut,

antara lain minat terhadap pelajaran, keteraturan mempersiapkan diri, kelengkap-

an sarana dan prasarana, kecermatan, kerapian tugas/pekerjaan, ketepatan

17

melaksanakan setiap tugas yang diberikan oleh guru bidang studi, kemampuan

berkomunikasi dan bergaul, dan sebagainya. Selain itu, Mlambo (2011) mering-

kas berbagai faktor yang terbukti mempengaruhi performa akademik seorang

siswa, yaitu usaha siswa, sekolahnya sebelumnya, pendidikan orang tua, pengha-

silan keluarga, motivasi diri, umur siswa, kehadiran di kelas, dan kualifikasi ma-

suk sekolah.

Kemampuan akademik siswa menurut Nasution (2000) diklasifikasi menjadi tiga

yaitu kemampuan akademik atas, sedang dan bawah. Siswa akademik atas cende-

rung mempunyai prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa akade-

mik bawah.

Yahya (2004) menjelaskan ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh guru

atau sekolah untuk meningkatkan pencapaian akademik para siswanya, yaitu me-

nciptakan pembelajaran aktif, mengembangkan kemampuan berpikir, mencipta-

kan area belajar yang efektif, memberikan umpan balik yang positif, mengem-

bangkan hubungan yang baik, meningkatkan motivasi, dan menerima perbedaan

individu pada diri siswa.

Yahya (2004) menambahkan ada beberapa pihak yang dapat mempengaruhi pen-

capaian akademik siswa selain guru dan sekolah, yaitu teman, keluarga, dan diri

siswa itu sendiri. Diri siswa sendiri memegang peranan penting bagi dirinya untuk

dapat memperoleh pencapaian akademik yang tinggi.

Yahya (2004) menjelaskan lebih lanjut bahwa cara yang dapat dilakukan siswa

untuk meningkatkan pencapaian akademiknya, yaitu dengan cara membiasakan

18

dirinya untuk aktif, mengarahkan tujuannya, mengatur dirinya sendiri (self

regulated), menganggap dirinya sendiri bertanggung jawab terhadap pembelajaran

dirinya sendiri, dapat mengolah informasi yang didapat menjadi informasi yang

lebih bermakna, merefleksi bagaimana dirinya berpikir dan belajar, mengatur tu-

juannya, memilih strategi atau metode untuk mencapai tujuannya, dan memantau

kemajuan yang telah ia capai.

E. Analisi Konsep Asam Basa

Herron dkk. Dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi ten-

tang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya kosep disama-

kan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisikan kon-

sep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada definisi yang

dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu analisis kon-

sep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghu-

bungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Lebih lanjut lagi Herron et al. dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa

analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk meno-

long guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian

konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman

serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu

menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut

kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh. Analisis

konsep asam basa dapat dilihat pada Tabel 3.

19

Tabel 3. Analisi konsep asam basa

Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis

Konsep

Atribut Posisi Konsep Contoh

Non

Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Larutan Larutan adalahh

campuran homogen

dua zat atau lebih dan

masing-masing zat

tidak dapat dibedakan

lagi secara fisik.

Berdasarkan sifatnya

larutan dapat dibagi

menjadi larutan asam,

larutan basa, dan

netral.

Konsep

konkrit Asam

Basa

Netral

Jenis zat Campuran Koloid

Suspensi

Elektrolit

Non

elektrolit

Larutan

HCl

Larutan

NaOH

Larutan

NaCl

Air susu

Asam Asam adalah suatu zat

yang bila diarutkan

dalam air dapat

melepaskan ion H+

(menurut teori

Arrhenius), dimana

konsentrasi ion H+

menunjukan kekuatan

asam suatu larutan

yang dinyataka dengan

derajat keasaman (pH),

asam merupakan spesi

yang mendonorkan

proton menurut teori

Bronsted-Lowry, dan

Konsep

abstrak

dengan

contoh

konkret

Kekuatn

asam

Derajat

keasaman

(pH)

Konsentrasi

ion H+

Larutan Larutan basa

Larutan

netral

Larutan

elektrolit

Asam kuat

Asam

lemah

Basa kuat

Basa lemah

Netral

Larutan

HCl

Larutan

as.

asetat

Larutan

NaCl

20

Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis

Konsep

Atribut Posisi Konsep Contoh

Non

Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

menerima pasangan

elektron menurut teori

Lewis.

Basa Basa adalah zat yang

melepaskan ion –OH

menunjukan kekuatan

basa yang dinyatakan

dengan derajat pOH

yang berkaitan dengan

pKw atau spesi yang

mene-rima proton me-

nurut Bronsted-Lowry

dan mele-paskan

pasangan elektron

menurut Lewis.

Konsep

abstrak

dengan

contoh

konkret

pOH

pKw

Indikator

asam-basa

Konsentrasi

ion -OH

Larutan Larutan

asam

Larutan

netral

Larutan

elektrolit

Basa kuat

Basa lemah

Larutan

NaOH

Larutan

NH4OH

Larutan

C6H12O6

Kekuata

n asam

basa

Kemampuan spesi

asam atau basa untuk

menghasilkan ion H+

atau ion –OH dalam air

yang bergantung pada

derajat keasaman (pH),

derajat ionisasi,

besarnya tetapan

ionisasi asam maupun

tetapan ionisasi basa,

dapat dibagi menjadi

asam kuat, asam lem-

ah, basa kuat dan basa

Konsep

abstrak Asam

kuat

Asam

lemah

Basa kuat

Basa

lemah

Derajat

keasaman

Derajat

ionisasi

Ka

Konsentrasi

ion H+

Konsentrasi

ion -OH

Larutan

asam

Larutan basa

Konsep pH,

pOH dan

pKw

Tetapan

kesetimban

gan air

(Kw)

Derajat

ionisasi

Tetapan

ionisasi

asam (Ka)

Tetapan

ionisasi

basa (Kb)

Asam

kuat =

H2SO4

Basa

kuat =

NaOH

Asam

kuat =

as. asetat

Basa

kuat =

NH4OH

21

Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis

Konsep

Atribut Posisi Konsep Contoh

Non

Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

lemah. Kb

pH Derajat keasaman

suatu larutan yang

bergantung pada

konsentrasi ion H=.

Konsep

abstrak

contoh

konkrit

Derajat

keasaman

(pH)

Konsentrasi

ion H+

Nilai pH

Asam basa

Arrhenius

pOH

pKw

- pH as.

Asetat

0,1M =

3

pH as.

Asetat

0,1M =

1

pOH Parameter untuk

menyatakan

konsentrasi ion –OH.

pOH berkaitan dengan

pH dan tetapan

kesetimbangan air

(Kw).

Konsep

abstrak

contoh

konkrit

pH

Kw

Konsentrasi

ion -OH

Nilai pOH

Asam basa

Arrhenius

pH

pKw

- pOH

NaOH

1 M

0,01 =

2

pOH

NaOH 1

M 0,01

= 3

Tetapan

kesetim

bangan

air

Tetapan kesetim-

bangan untuk

kesetimbangan air.

Konsep

abstrak kesetimba

ngan air

konsentrasi

ion H+

konsentrasi

ion -OH

kesetimbang

an larutan

Ka

Kb

pKw Kw

pada

suhu

25°C =

1x10-14

Ka asam

asetat

1x10-5

pKw Besaran yang

menyatakan hubungan

pH dan pOH larutan.

Konsep

abstrak pKw pH

pOH

Tetapan

kesetimbang

an air (Kw)

pH

pOH

- pKw =

14

pH as.

asetat

0,1 M =

3

Asam

kuat

Asam yang dapat

terionisasi sempurna

dalam larutannya.

Konsep

abstrak Ionisasi

sempurna

Jenis

larutan

asam

Kekuatan

asam basa

Asam lemah

Basa kuat

Basa lemah

- HCl As.

asetat

Asam

lemah

Asam yang dalam

larutannya terionisasi

sebagian, konsentrasi

Konsep

abstrak Ka Jenis

larutan

asam

Kekuatan

asam basa

Asam lemah

Basa kuat

Basa lemah

- As.

asetat

HCL

22

Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis

Konsep

Atribut Posisi Konsep Contoh

Non

Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

ion H+

hanya dapat

ditentukan jika tetapan

ionisasi asam (Ka)

juga diketahui.

Basa

kuat

Basa yang dapat

terionisasi sempurna

dalam larutannya.

Konsep

abstrak Ionisasi

sempurna

Jenis

larutan

asam

Kekuatan

asam basa

Asam lemah

Asam kuat

Basa lemah

- NaOH NH4OH

Basa

lemah

Basa yang dalam

larutannya terionisasi

sebagian, konsentrasi

ion -OH hanya dapat

ditentukan jika tetapan

ionisasi basa (Kb) juga

diketahui.

Konsep

abstrak Kb Jenis

larutan

asam

Kekuatan

asam basa

Asam kuat

Asam lemah

Basa kuat

- NH4OH NaOH

Derajat

ionisasi

Istilah yang digunakan

untuk menyatakan

perbandingan antara

jumlah zat yang

mengion dengan

jumlah zat mula-mula.

Konsep

abstrak Ionisasi

larutan

Jumlah zat

yang

mengion

Jumlah zat

mula-mula

Larutan

elektrolit

Kekuatan

asam

Tetapan

ionisasi

asam (Ka)

Tetapan

ionisasi basa

(Kb)

- Derajat

ionisasi

larutan

HCl

mendek

ati 1

Derajat

ionisasi

as.

Asetat

mendeka

ti 1

Tetapan

ionisasi

asam

(Ka)

Tetapan

kesetimbangan untuk

ionisasi asam lemah.

Konsep

abstrak Ionisasi

asam

lemah

Nilai

tetapan

kesetimban

gan asam

lemah

Larutan

elektrolit

Kekuatan

asam

Tetapan

ionisasi basa

(Kb)

Derajat

ionisasi

- Ka

asam

asetat

1,8x10-5

Kb

larutan

amonisa

1,8x10-5

23

Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis

Konsep

Atribut Posisi Konsep Contoh

Non

Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Tetapan

ionisasi

basa

(kb)

Tetapan

kesetimbangan untuk

ionisasi basa lemah.

Konsep

abstrak Ionisasi

basa

lemah

Nilai tetapa

kesetimban

gan basa

lemah

Larutan

elektrolit

Kekuatan

asam

Tetapan

ionisasi

asam (Ka)

Derajat

ionisasi

- Kb

amonia

1,8x10-5

Ka

asam

asetat

1,8 x

10-5

24

F. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan yang telah dilakukan berkaitan dengan judul

yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan Handayani dan Sigit (2013) mengenai pengaruh

pembelajaran problem solving berorientasi HOTS (Higher Order Thinking

Skills) terhadap hasil belajar kimia siswa kelas X, menunjukan bahwa penggu-

naan pembelajaran problem solving berorientasi HOTS berpengaruh positif ter-

hadap hasil belajar siswa. Pembelajaran problem solving dapat merangsang

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa seperti berpikir kritis dan kreatif.

2. Penelitian yang dilakukan Uyani (2016) mengenai penerapan model problem

solving dalam meningkatkan kemampuan HOT (Higher Order Thinking) sis-

wa, menunjukan bahwa penerapan model problem solving dalam mening-

katkan HOT siswa pada materi geometri meningkat dalam kategori sangat

baik. Aktivitas guru dan siswa juga meningkat dalam kategori baik.

3. Penelitian yang dilakukan Satrisma (2013) mengenai analisis soal UN kimia

tahun 2013 menunjukkan bahwa hanya enam butir soal dengan persentase 15%

yang dikategorikan ke dalam soal pada jenjang analisis (C4), 35% pada jenjang

mengaplikasi (C3), 27,5% pada jenjang memahami (C2) dan 22,5% pada jen-

jang mengingat (C1).

4. Penelitian yang dilakukan Hayon, Wariani dan Bria (2017) mengenai pengaruh

kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking) terhadap hasil bela-

jar kimia materi pokok laju reaksi, menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap hasil belajar sis-

wa.

25

5. Penelitian yang dilakuka Muhlisin, Susilo, Amin dan Rohman (2016) menge-

nai menganalisis keterampilan metakognitif ditinjau dari kemampuan akade-

mik bereda pada perkuliahan konsep dasar IPA, menunjukkan bahwa keteram-

pilan metakognitif mahasiswa berkemampuan akademik atas lebih tinggi di-

bandingkan dengan mahasiswa berkemampuan bawah, namun secara kategori

sama-sama dalam kategori tinggi.

G. Kerangka Pemikiran

Menurut Survey yang dilakukan oleh Organisation for Economic Cooperation

and Development (OECD) menggunakan tes Programme Internationale for

Student Assesment (PISA) tahun 2015, Indonesia menempati peringkat 62 dari 70

negara yang mengikuti tes PISA. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

PISA lebih dominan pada level C2 (memahami). Soal-soal tes yang digunakan

masih berada di tingkat proses kognitif C1-C3 (mengingat, memahami dan

menerapkan), sehingga keterampilan berpikir tingkat tinggi masih kurang terlatih.

Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran perlu diterapkan model pembelajaran

yang akan melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

Adapun model yang dapat diterapkan dalam kurikulum 2013 yakni model pem-

belajaran problem solving yang akan memberikan ruang tersendiri bagi siswa

untuk mengembangkan ide-ide mereka dalam mengatasi masalah secara kelom-

pok sehingga mereka dapat menemukan konsep materi yang dipelajari.

Dalam kurikulum 2013 revisi salah satu kompetensi dasar (KD) yang harus diku-

asai siswa pada mata pelajaran kimia adalah KD 3.10 yaitu menjelaskan konsep

26

asam dan basa serta kekuatannya dan kesetimbangan pengionannya dalam larutan.

KD 4. 10 yakni membuat beberapa indikator asam basa dengan menggunakan

ekstraksi bahan alami untuk menganalisis trayek perubahan pH. Untuk mecapai

KD tersebut dapat digunakan model problem solving.

Pada proses pembelajaran siswa dikelompokkan secara heterogen berdasarkan ke-

mampuan akademik. Siswa yang memiliki kemampuan akademik berbeda diberi

pengajaran yang sama, maka hasil yang diperoleh bereda-beda sesuai tingkat ke-

mampuannya. Oleh sebab itu, dengan menggunakan model problem solving me-

latih keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa terutama pada siswa berkemam-

puan akademik sedang dan rendah.

Pembelajaran menggunakan model problem solving materi asam basa memiliki

langkah-langkah sistematis, siswa diberikan fenomena dalam kehidupan sehari-

hari. Siswa akan mengalami kebingungan dan mempunyai rasa keingintahuan

yang tinggi terhadap fakta baru yang mengarah pada berkembangnya daya nalar

tingkat tinggi yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana. Ta-

hap satu, siswa merumuskan masalah berdasarkan fenomena yang telah diberikan.

Pada tahap ini, diharapkan siswa akan menrumuskan permasalahan yang sesuai

dengan wacana yang diberikan, dengan merumuskan masalah siswa dapat melatih

kemampuan analisisnya berdasarkan identifikasi terhadap wacana yang diberikan.

Tahap dua, siswa diminta mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai sum-

ber untuk membantu mereka dalam menyusun hipotesis.

Berdasarkan informasi yang telah diperoleh, tahap selanjutnya siswa diminta

untuk menyusun hipotesis berdasararkan pengetahuan awal siswa. Penyusunan

27

hipotesis sangat bergantung pada penalaran siswa terhadap wacana, rumusan -

masalah dan pencarian informasi yang diperoleh siswa. Pada tahap ini dapat

melatih kemampuan evaluasi siswa. Tahap lima, siswa diminta untuk mengum-

pulkan data yang berupa percobaan atau tabel pengamatan yang nantinya akan

menjadi sumber jawaban dalam menguji kebenaran hipotesis yang telah dibuat

oleh siswa.

Berdasarkan data yang siswa peroleh, tahap selanjutnya yakni menganalisis data.

Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menemukan konsep asam basa. Pada tahap

ini siswa akan mengolah data dan mengecek kembali data yang telah mereka

dapat dalam rangka menemukan konsepnya sendiri, sehingga nantinya akan mela-

tih kemampuan analisis dan evaluasi Pada tahap terakhir pada pembelajaran

menggunakan model problem solving adalah menarik kesimpulan. Pada tahap ini

siswa akan menarik kesimpulan berdasarkan data yang telah mereka analisis.

Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, maka pembelajaran mengguna-

kan model problem solving dapat melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi

siswa.

H. Anggapan Dasar

Beberapa hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Tingkat kedalaman dan keluasan materi asam basa yang dibelajarkan pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.

28

2. Perbedaan n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi asam

basa terjadi semata-mata karena penggunaan model pembelajaran problem

solving pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas

kontrol.

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan berpikir

tingkat tinggi siswa di luar perilaku pada kedua kelas diabaikan.

I. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat interaksi antara pembelajaran menggunakan model problem solving

dengan kemampuan akademik terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi

siswa pada materi asam basa.

2. Model pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan kemampu-

an berpikir tingkat tinggi siswa pada materi asam basa.

29

III. METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode kuasi eksperimen dengan desain faktorial

2x2. Desain faktorial pada dasarnya adalah modifikasi dari The Matching Only

Pretest-Posttest Control Group Design yang memperbolehkan penyelidikan va-

riabel-variabel independen tambahan (Frankel, Wallen dan Hyun, 2012). Desain

penelitian ini memperhatikan adanya variabel moderator yang mempengaruhi

perlakuan (variabel bebas) terhadap hasil (variabel terikat).

Adapun variabel pada penelitian ini, yakni (1) variabel bebas adalah pembelajaran

menggunakan model problem solving dan pembelajaran konvensional; (2) varia-

bel terikat adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi pada materi asam basa; (3)

variabel kontrol adalah materi asam basa dan guru; (4) variabel moderat adalah

kemampuan akademik siswa. Ada dua faktor yang terlibat pada desain faktorial

2x2 yaitu pembelajaran menggunakan model problem solving dan pembelajaran

konvensional, sedangkan faktor kemampuan kademik terdiri dari tiga kategori,

yaitu tinggi, sedang dan rendah. Desain faktorial 2x2 dapat dituliskan dalam

Tabel 4 sebagai berikut :

30

Tabel 4. Desain faktorial 2x2

Variabel Bebas (A)

Variabel moderat (B)

Pembelajaran

Model problem

solving (A1)

Konvensional (A2)

Kemampuan

Akademik

Tinggi (B1) A1B1 A2B1

Sedang(B2) A1B2 A2B2

Rendah (B3) A1B3 A2B3

Keterangan:

A1B1 = Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kemampuan akademik tinggi

dengan pembelajaran menggunakan model problem solving.

A1B2 = Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kemampuan akademiksedang

dengan pembelajaran menggunakan model problem solving.

A1B3 = Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kemampuan akademik rendah

dengan pembelajaran menggunakan model problem solving.

A2B1 = Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kemampuan akademik tinggi

dengan pembelajaran konvensional.

A2B2 = Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kemampuan akademik sedang

dengan pembelajaran konvensional.

A2B3 = Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kemampuan akademik rendah

dengan pembelajaran konvensional.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 15

Bandarlampung Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumah 116 yang tersebar

dalam empat kelas yaitu kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3 dan XI IPA 4. Siswa

tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan

berikut:

1. Siswa tersebut berada dalam tingkatan yang sama, yaitu kelas XI IPA SMA

Negeri 15 Bandarlampung;

2. Siswa tersebut dalam semester yang sama, yaitu semester genap; dan

3. Siswa tersebut diajar dengan kurikulum 2013 revisi dan jumlah jam belajar

yang sama.

31

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pengetahuan sebelumnya

tentang populasi dan tujuan khusus dari penelitian, investigator menggunakan

pertimbangan personal untuk menyeleksi suatu sampel (Frankel, dkk., 2012).

Sampel dalam penelitian ini diambil 2 kelas atas pertimbangan nilai ulangan

materi kesetimbangan kimia. Berdasarkan informasi dari guru kimia kelas XI

SMA Negeri 15 Bandarlampung, kelas yang memiliki rata-rata nilai ulangan

kesetimbangan yang relatif sama yaitu kelas XI IPA 3 dan XI IPA 2, sehingga

dipilih kedua kelas tersebut untuk dijadikan sampel. Kelas XI IPA 3 sebagai kelas

eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan model problem

solving. Kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol diberi perlakuan dengan

pembelajaran konvensional.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data utama dan data pen-

dukung. Data utama berupa hasil pretes dan postes pada materi asam basa. Data

pendukung berupa nilai kesetimbangan kimia dan data sikap ilmah siswa selama

mengikuti pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

D. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian

1. Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran terdiri dari analisis KI-KD, analisis konsep, silabus, ren-

cana pelaksanaan pembelajaran (RPP) .

32

2. Instrumen penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan. Instru-

men pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data

untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2011). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. soal berupa pretes dan postes yang terdiri dari 6 soal uraian untuk mengukur

keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi asam basa yang dileng-

kapi dengan rubrik penilaian, skor tertinggi, yaitu 4 dengan kriteria jika siswa

menjawab dengan tepat sesuai dengan kunci jawaban dan skor terendah, yaitu

0 dengan kriteria jika siswatidak menuliskan jawaban. Soal ini telah dilakukan

uji validitas isi. Adapun pengujian validitas isi pada penelitian ini dilakukan

dengan cara judgement. Pengujian validitas dilakukan dengan menelaah kisi-

kisi soal, terutama kesesuaian indikator, tujuan pembelajaran dan butir-butir

pertanyaannya. Pengujian dilakukan oleh dosen pembimbing.

b. LKS yang digunakan berbasis problem solving dan konvensional. LKS diva-

lidasi oleh dosen pembimbing. LKS berbasis problem solving memiliki karak-

teristik yaitu pemecahan masalah materi asam basa dalam kehidupan sehari-

hari. Sedangkan LKS konvensional hanya berisi rangkuman materi dan latihan

soal yang tidak melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

c. lembar observasi sikap ilmiah yang divalidasi oleh dosen pembimbing, dileng-

kapi rubrik penilaian, skor tertinggi, yaitu 3 dengan kriteria jika siswa memilik

sikap yang baik sesuai dengan sikap yang diteliti dan skor terendah, yaitu 1

dengan kriteria jika siswamemiliki sikap yang kurang baik sesuai dengan sikap

yang diteliti.

33

E. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengadakan observasi lapangan yang akan menghasilkan informasi untuk me-

nentukan populasi penelitian.

2. Melakukan studi literatur yang sesuai dengan hasil observasi lapangan.

3. Menyiapkan instrumen penelitian seperti RPP, LKS, soal keterampilan berpikir

tingkat tinggi, lembar observasi sikap ilmiah.

4. Menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen yang akan diberikan soal

keterampilan berpikir tingkat tinggi awal (pretes), kemudian hasil pretes kedua

kelas tersebut akan dicocokkan agar dapat membuktikan bahwa kedua kelas

tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.

5. Memberikan perlakuan terhadap kedua kelas penelitian, dengan kelas eksperi-

men dengan model pembelajaran problem solving sedangkan kelas kontrol

dengan pembelajaran konvensional pada materi asam basa.

6. Memberikan penilaian terhadap sikap ilmiah siswa selama proses pembelajaran

di kedua kelas sampel, sehingga akan diperoleh data sikap ilmiah.

7. Setelah pembelajaran berakhir, diberikan soal postes dengan soal-soal yang

sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga diperoleh hasil akhir

keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

8. Data hasil postes pada kedua sampel akan dianalisis, kemudian dapat diambil

suatu kesimpulan pada penelitian ini.

34

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada Gambar 1 sebagai

berikut:

Gambar 1. Bagan alir penelitian

1. Melakukan observasi

lapangan

2. Melakukan studi

literatur

3. Menyusun instrumen

penelitian.

4. Validasi instrumen

Hasil akhir keterampilan

berpikir tingkat tinggi

Menentukan

sampel penelitian

Pretes

Hasil

1. Informasi mengenai

populasi

2. Instrumen penelitian

(RPP, LKS, soal pretes

dan postes, lembar

observasi sikap siswa)

Hasil awal keterampilan

berpikir tingkat tinggi

Pencocokan secara statistik Kedua kelas

penelitian

matching secara

statistik

Perlakuan Menggunakan

pembelajaran

konvensional pada

kelas kontrol

Menggunakan model

pembelajaran problem

solving pada kelas

eksperimen

Postes

Persiapan

Observasi sikap

ilmiah

Analisis data

Kesimpulan

Hasil :

Data sikap

ilmiah

Kelas eksperimen Kelas kontrol

35

F. Pengelompokkan Kemampuan Akademik Siswa

Pengelompokkan kemampuan akademiksiswa dilakukan dengan menggunakan

teknik statistik deskriptif yang memberikan penggambaran data yaitu dengan dis-

tribusi frekuensi. Cara menentukan distribusi frekuensi dilakukan langkah-lang-

kah sebagai berikut:

1. Menghitung rentang nilai data ulangan harian kesetimbangan kimia siswa kelas

XI IPA 3 dan XI IPA 4 semester 1 tahun ajaran 2017/2018 yang diperoleh dari

guru kimia SMAN 15 Bandarlampung dengan rumus:

rentang (R) = nilai tertinggi-nilai terendah

2. Menentukan banyaknya kelas interval yaitu sebanyak 3 kelas.

3. Menentukan panjang kelas intervalnya dengan rumus:

P =

Keterangan:

P = peluang

R = rentang

K = banyaknya kelas interval

(Sudjana, 2005).

4. Menentukan mean menggunakan rumus:

Keterangan:

Mx = Mean

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah

∑Fi = Jumlah frekuensi siswa

5. Menentukan standar deviasi menggunakan rumus:

S

36

Keterangan:

SDx = Standar Deviasi

∑Fi = Jumlah frekuensi siswa

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah

∑FiXi2 = Jumlah frekuensi siswa dikali kuadrat nilai tengah

6. Menghitung mean + SD dan mean – SD

7. Mengelompokkan kemampuan akademik siswa ke dalam kategori tinggi,

sedang, dan rendah menurut Sudijono (2008) dsajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria pengelompokkan kemampua akademik

Kriteria pengelompokkan Kriteria

nilai > mean+SD Tinggi

mean-SD ≤ nilai < mean + SD Sedang

nilai < mean-SD Rendah

8. Perolehan interval nilai di kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 disajikan pada Tabel 6

berikut ini:

Tabel 6. Perolehan interval nilai di kelas kontrol dan eksperimen

No Kelas Penelitian Krtiteria pengelompokkan Kategori kemampuan

akademik

1 Eksperimen nilai > 76,2 Tinggi

61,2 ≤ nilai < 76,2 Sedang

nilai < 61,2 Rendah

2 Kontrol nilai >75,8 Tinggi

60 ≤ nilai < 75,8 Sedang

nilai < 60 Rendah

9. Menentukan frekuensi siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi,

sedang dan rendah.

10. Pengelompokkan data tersebut disajikan dalam Tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan akademik

Kemampuan Akademik

Siswa

Jumlah Siswa

Kelas XI IPA 3 Kelas XI IPA 2

Tinggi 8 5

Sedang 9 10

Rendah 15 16

Total 32 31

37

G. Analisis Data

1. Analisis Data

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan

untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan dan hipo-

tesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

a. Mengubah skor menjadi nilai

Skor pretes dan postes keterampilan berpikir tingkat tinggi diubah menjadi nilai

dengan rumus sebagai berikut:

Nilai siswa = ....................(1)

b. Menghitung n-gain setiap siswa

n-gain siswa dari kedua kelas dihitung menggunakan rumus n-gain <g> menurut

Hake (1999) sebagai berikut:

<g> = ....................(2)

Keterangan:

<g> : n-gain

<Sf> : nilai postes

<Si> : nilai pretes

c. Menghitung rata-rata n-gain setiap kelas

Setelah didapatkan n-gain dari setiap siswa, kemudian dihitung rata-rata n-gain

tiap kelas sampel yang dirumuskan sebagai berikut:

Rata-rata n-gain kelas = .....................(3)

dengan kriteria n-gain sebagai berikut:

1) n-gain kategori tinggi, jika (<g>) > 0,7

2) n-gain kategori sedang, jika 0,3 < (<g>) < 0,7

38

3) n-gain kategori rendah, jika (<g>) < 0,3

d. Perhitungan persentase siswa kemampuan akademik tinggi setiap kategori

n-gain .

Setelah didapatkan n-gain dari setiap siswa yang berkemampan akademik tinggi,

kemudian dihitung persentase n-gain kategori tinggi dan sedang yang dirumuskan

sebagai berikut:

e. Perhitungan persentase siswa kemampuan akademik sedang setiap kategori

n-gain .

Setelah didapatkan n-gain dari siswayang berkemampuan akademik sedang,

kemudian dihitung persentase n-gain kategori tinggi dan sedang yang dirumuskan

sebagai berikut:

f. Perhitungan persentase siswa kemampuan akademik rendah setiap kategori

n-gain.

Setelah didapatkan n-gain dari siswayang berkemampuan akademik rendah,

kemudian dihitung persentase n-gain kategori tinggi dan sedang yang dirumuskan

sebagai berikut:

2. Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan setelah melakukan uji prasyarat analisis

berupa uji normalitas dan uji homogenitas yang diperoleh dari data pretes untuk

mengetahui kemampuan awal siswa.

39

a. Uji normalitas data pretes keterampilan berpikir tingkat tinggi

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kelas sampel berasal

dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, yang selanjutnya untuk

menentukan statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Untuk uji

normalitas dapat digunakan uji Chi-Kuadrat (Sudjana, 2005).

Hipotesis untuk uji normalitas:

H0 : kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : kedua sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Dengan rumus untuk uji normalitas sebagai berikut:

.....................(4)

Keterangan:

ᵡ2 = uji chi-kuadrat

Oi = frekuensi pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

Data berdistribusi normal jika < atau . Dengan

taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan dk = . Dalam hal

lainnya H0 ditolak (Sudjana,2005).

b. Uji homogenitas pretes

Uji homogenitas bertujuan untuk memperoleh informasi bahwa sampel penelitian

memiliki varians homogen atau tidak, yang selanjutnya untuk menentukan

statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Menurut Sudjana

(2005) untuk menguji homogenitas varians dapat menggunakan uji F.

40

Hipotesis untuk uji homogenitas:

H0 = = (kedua sampel penelitian memiliki varians yang homogen)

H1 = (kedua sampel penelitian memiliki varians yang tidak homogen)

Uji homogenitas kedua varians kelas sampel menggunakan rumus:

F = atau F = .................. (5)

..................(6)

Keterangan:

S = simpangan baku

X = pretes siswa

x = rata-rata pretes

N = jumlah siswa

Dengan kriteria uji adalah terima H0 jika FHitung <FTabel pada taraf signifikan

5%. Dalam hal lainnya tolak H0.

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan awal

keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa di kelas eksperimen sama dengan di

kelas kontrol yang signifikan.

Rumusan hipotesis untuk uji kesamaan dua rata-rata adalah:

H0 : = : Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa

di kelas eksperimen sama dengan rata-rata nilai pretes

keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa di kelas kontrol pada

materi asam basa.

41

H1 : : Rata-rata nilai pretes keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa

di kelas eksperimen tidak sama dengan rata-rata nilai pretes

keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa di kelas kontrol pada

materi asam basa.

Berdasarkan uji prasyarat, data yang dieperoleh berdistribusi normal dan

homogen, maka uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan yakni dengan uji-t

(Sudjana, 2005).

Rumus uji kesamaan dua rata-rata adalah:

Thitung = x x

dengan = ................. (7)

Keterangan:

thitung = Koefisien t

= Rata-rata skor pretes kelas eksperimen

= Rata-rata skor pretes kelas kontrol

= Varian kelas eksperimen

= Varian kelas kontrol

sg = Simpangan baku kedua kelas

= Jumlah sampel kelas eksperimen

= Jumlah sampel kelas kontrol

Dengan kriteria terima H0 jika thitung<ttabel dengan derajat kebebasan dk = n1 + n2-2

dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan

peluang (1- ) (Sudjana, 2005).

3. Pengujian hipotesis penelitian

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan setelah uji normalitas dan

homogenitas yang hasilnya normal dan homogen, maka dilakukan pengujian

hipotesis dengan analisis varians dua jalur (two way ANOVA). Untuk hipotesis 1

42

dan 2 menggunakan analisis varians dua jalur (two way ANOVA) dengan program

SPSS 22.0 for windows dan desain faktorial 2 x 2. Berikut ini adalah hipotesis

statistik berdasarkan hipotesis penelitian:

Hipotesis 1:

H0 = Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran yang menggunakan model

problem solving dengan kemampuan akademik terhadap keterampilan

berpikir tingkat tinggi siswa pada materi asam basa.

H1 = Terdapat interaksi antara pembelajaran yang menggunakan model problem

solving dengan kemampuan akademik terhadap keterampilan berpikir

tingkat tinggi siswa pada materi asam basa.

H0 = A * B = 0

H1 = A * B

Keterangan:

A = pembelajaran menggunakan model problem solving

B = kemampuan akademik siswa

Hipotesis 2:

H0 : Rata-rata n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada pembel-

ajaran menggunakan model problem solving lebih rendah atau sama dengan

siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada materi asam

basa.

H1 : Rata-rata n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada pembela-

jaran menggunakan model problem solving lebih tinggi daripada siswa yang

menggunakan pembelajaran konvensional pada materi asam basa.

43

H0 : A1 A2

H1 : A1 A2

Keterangan:

A1 = Rata-rata n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dengan

pembelajaran menggunakan model problem solving pada materi asam

basa.

A2 = Rata-rata n-gain keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dengan

pembelajaran konvensional pada materi asam basa.

Dengan kriteria uji yaitu terima H0 jika Fhitung<F tabel dengan taraf signifikan

5% (Sudjana, 2005).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Tidak ada interaksi antara pembelajaran menggunakan model problem

solving dengan kemampuan akademik terhadap keterampilan berpikir tingkat

tinggi pada materi asam basa.

2. Pembelajaran menggunakan model problem solving efektif dalam meningkat-

kan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi asam basa.

3. Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi asam basa dengan

menggunakan model problem solving pada siswa berkemampuan akademik

tinggi dengan kategori n-gain tinggi lebih banyak daripada siswa

berkemampuan akademik sedang dan rendah.

B. Saran

Berdasarkn hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran menggunakan model problem solving dapat digunakan dalam

proses pembelajaran kimia di sekolah, baik untuk membelajarkan materi

asam basa maupun materi lain dengan karakteristik yang sama.

2. Pembelajaran menggunakan model problem solving hendaknya diterapkan

dalam pembelajaran kimia, terutama pad materi asam basa karena terbukti

efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

74

DAFTAR PUSTAKA

Aboesalem, Y. 2016. Assessment Techniques and Students’ Higher-Order

Thinking Skills. International Journal of Secondary Education, 4(1), 1-11.

Anasy, Zaharil. 2016. HOTS (Higher Order Thinking Skill) In Reading Exercise.

Journal of Education TARBIYA in Muslim Society, 3(1), 51-63.

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning Teaching,

and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.

New York: Addison Wesley Longman, In.

Apriyani, L., I. Nurlaelah, I. Setiawati. 2017. Penerapan Model PBL untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Ditinjau Dari Kemampuan

Akademik Siswa pada Materi Biologi. Quagga, 9(1), 41-53.

Arends, R. I. 2012. Learning To Teach (ninth edition). New York: The McGraw-

Hill Companies.

Arikunto. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Bloom, B. S., Engelhart, M. D., Furst, E. J., Hill, W. H., & Krathwohl, D. R.

1956. Taxonomy of Educational Objectives: Handbook I: Cognitive

Domain. New York: David McKay.

BNSP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta. Departemen

Pendidikan Nasional.

Corebima, A. D. 2007. Metakognisi Suatu Ringkasan Kajian. Makalah.

Jogyakarta: Diklat Guru Mata Pelajaran Biologi.

Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Djamarah, S.B., dan A. Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Djidu, H., dan Jailani. 2016. Aktivitas Pembelajararn Matematika yang Dapat

Melatih Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Seminar Nasional

Matematika X Universitas Negeri Semarang, 312-320.

Fadiawati, N dan Syamsuri, M. M. F. 2016. Merancang Pembelajaran Kimia di

Sekolah. Yogyakarta: Media Akademi.

75

Frankel, J. R., N. E. Wallen dan H.H. Hyun. 2012. How to Design and Evaluate

Reesearche in Education. New York: McGraw-Hill Inc.

Gibran, Yannita dan M. Irianti. 2017. The Use oH HOTS Student Worksheet to

Improve High-Order Thinking Skills of The Students At XI Grade of SMA

Negeri 8 Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa FKIP, 1-7.

Gregory, H. G. 2005. Differentiating Instruction with Style Aligning Teacher and

Learner Intelligences for Maximum Achievement. California: Corwin Press.

Gulacar, O. 2013. Observational Investigation of Student Problem Solving: The

Role and Importance of Habits. Science Education International, 24(2),

344-360.

Hake R.R. 1999. AnalyzingChange/Gain Score.[Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf

Handayani, R., dan S. Priatmoko. 2013. Pengaruh Pembelajaran Problem Solving

Berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills) Terhadap Hasil Belajar

Kimia Siswa Kelas X. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 7(1), 1051-1062.

Hayon, V. H. B., T. Wariani, dan C. Bria. 2017. Pengaruh Kemampuan Berpikir

Tingkat Tinggi (High Order Thinking) Terhadap Hasil Belajar Kimia Materi

Pokok Laju Reaksi Mahasiswa Semester I Program Studi Pendidikan Kimia

Unwira Kupang Tahun Akademik 2016/2017. Seminar Nasional Pendidikan

Sains II UKSW, 309-316.

Ibrahim. 2002. Pembelajaran Masa Kini. Jakarta: Sekarmita.

Iffa, U., Fakhruddin, dan Yennita. 2017. Analisis Higher Order Thinking Skills

(HOTS) siswa SMP 1 Salo dalam Menyelesaikan Soal Ujian Nasional IPA

Fisika Tingkat SMP/MTs. Jurnal Online Mahasiswa FKIP, 4(1), 1-8.

Jati, A.D.A. 2015. Pengembangan dan Validasi Virtual Tes untuk Mengukur

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Kesetimbangan Kimia.

Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Julianingsih, 2017. Pengembangan Instrumen Asesmen Higher Order Thinking

Skill (HOTS) untuk Mengukur Dimensi Pengetahuan IPA Siswa di SMP.

Skripsi. Lampung: Universitas Lampung.

Karmana, I.W. 2011. Strategi Pembelajaran, Kemampuan Akademik,

Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Hasil Belajar Biologi. Jurnal Ilmu

Pendidikan, 17(5), 378-386.

Krishnawati, N., dan Y. Suryani. 2010. Bahan DasarUntuk Pelayanan Konseling

Pada Satuan Pendidikan Menengah Jilid III. Jakarta: Grasindo.

76

Kurniawan, H. 2016. Efektivitas Pembelajaran Problem Solving Terhadap

Keterampilan Berpikir Matematis. Prosiding Seminar Matematika dan

Pendidikan Matematika, 47-56.

Kusuma, D.K., U. Rosidin, Abdurrahman, dan A. Suyatna. 2017. The

Development of Higher Order Thinkig Skills (HOTS) Instrument

Assessment In Physiscs Study. Journal of Research & Method in Education,

7(1), 26-32.

Laily, N.R. 2013. Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam

Soal UN Kimia SMA Rayon B Tahun 2012/2013. Jurnal Unswagati, 9(1).

Li, L., dan R. Guo. 2015. A Student-Centered Guest Lecturing: A Constructivism

Approach to Promote Student Engagement. Journal of Instructional

Pedagogies, 15.

Maryani, I., dan L. Fatmawati. 2015. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran

di Sekolah Dasar (Teori dan Praktik). Yogyakarta: Deepublish.

Mayasari, R., dan R. Adawiyah. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran

Berdasarkan Masalah Pada Pembelajaran Biologi Terhadap Hasil Belajar

dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi di SMA. Jurnal Pendidikan

Biologi Indonesia, 1(3), 255-262.

Mlambo, V. 2011. An Analysis of Some Factors Affectng Student Academic

Performance in an Introductory Biochemistry Course at the University of

the West Indies. Caribbeaan Teaching Scholar, 1(2), 79-92.

Muhfahroyin. 2009. Pengaruh Strategi Think Pair Share (TPS) dan Kemampuan

Akademik terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA di Kota Metro.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 16(2), 107-113.

Muhlisin, A., H. Susilo, M. Amin, dan F. Rohman. 2016. Analisis Keterampilan

Metakognitif Ditinjau dari Kemampuan Akademik Berbeda pada

Perkuliahan Konsep Dasar IPA. Porsiding Seminar Nasional Biologi, 493-

496.

Mukminan. 2014. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pendayagunaan Teknologi

Pendidikan. Seminar Nasional Teknologi Pendidikan, 1-10.

Nasution, Z. 2011. Konsekuensi Sosial Media Teknologi Komunikasi Bagi

Masyarakat. Jurnal Reformasi, 1(1), 37-41.

Nasution. 2000. Berbagi Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:

Bumi Aksara.

77

Nurmaliah, C. 2013. Analisis Keterampilan Metakognisi Siswa SMP Negeri di

Kota Malang Berdasarkan Kemampuan Awal, Tingkat Kelas, dan Jenis

Kelamin. Jurnal Pendidikan, 18-20.

OECD. 2018. PISA 2015 Assessment and Analytica Framework Mathematics,

Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy. [Online].

Tersedia: https://www.oecd.org/psa/pisa-2015-results-in-focus.pdf

Oktarina, N. 2011. Peranan Pendidikan Global dalam Meningkatkan Kualitas

Sumber Daya Manusia. Jurnal Pendidikan,189-198.

Oktiningrum, W. 2014. Evaluasi Ujian Nasional (UN), PISA dan TIMSS.

[Online]. Tersedia: https://www.slideshare.net/wuliemasihberjuang/pro-dan-

kontra-ujian-nasiona.

Ramadhan, D., dan Wasis. 2013. Analisis Perbandingan Level Kognitif dan

Keterampilan Proses Sains dalam Standar Isi (SI), Soal Ujian Nasional

(UN), Soal Trends In International Mathematics and Science Study

(TIMSS), dan Soal Programme For International Student Assessment

(PISA). Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2(1), 20-25.

Ramli, M. 2015. Implementasi Riset dalam Pengembangan High Order Thinking

Skills pada Pendidikan Sains. Semnar Nasional Pendidikan Sains V, 6-17.

Redhana, I.W. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Peta

Argumen terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Topik Laju

Reaksi. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 43(17), 141-148.

Rivkin, S.G., E.A., Hanushek, dan J.F. Kain. 2005. Teacher, School and

Academic Achievement. Econometrica, 73(2), 417-458.

Roksmatika, S., Harlita, dan B. A. Prayitno. 2012. Pengaruh Model Inkuiri

Terbimbing Dipadu Kooperatif Jigsaw Terhadap Keterampilan Proses Sains

Ditinjau Dari Kemampuan Akademik. Jurnal Pendidikan Biologi, 4(2), 72-

83.

Saido, G. M., S. Siraj, A. B. B Nordin, dan O. S. Al-Amedy. 2015. Higher Order

Thinking Skills Among Secondary School Students in Science Learning.

The Malaysian Online Journal of Educational Science (MOJES), 3 (3).

Saifulloh, M., Z. Muhibbin, dan Hermanto. 2012. Strategi Peningkatan Mutu

Penidikan di Sekolah. Jurnal Sosial Humaniora, 5(2), 206-217.

Satrisman, A. 2013. Analisis Soal Ujian Nasional Kimia SMA Tahun 2013

Berdasarkan Taksonomi Bloom Dua Dimensi. Skripsi. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

78

Schcolnik, M., Kol, S., dan J. Abarbanel. 2006. Constructivism in Theory and in

Practice. English Teaching Forum, (4).

Shanti, W. N. 2013. Filsafat Konstruktivisme dan Penerapannya dalam

Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://widhanurshanti.blogspot.com/2013/01/filsafat-konstruktivisme-dan-

penerapannya-dalam-pembelajaran.html

Shoimin, A. 2014. Model Pembelajaran Inofatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Slavin, R. E. 2006. Educational Psychology Theory and Practice (eighth edition).

USA: Pearson.

Soh, T.M.T., N. M. Arsad, dan K. Osman. 2010. The Relationship of 21st

Century

Skills on Students’ Attitude and Perception towards Physics. Procedia

Social and Behavioral Sciences, 7(C), 546-554.

Sucipto. 2017. Pengembangan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dengan

Menggunakan Strategi Metakognitif Model Pembelajaran Problem Based

Learning. Jurnal Pendidikan, 2(1), 63-71.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi Ke-6. Bandung: Tarsito.

Susilawati, Jamaluddin dan I. Bachtiar. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran

Berbasis Masalah (PBM) Berbantuan Multimedia terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Mataram Ditinjau

dari Kemampuan Akademik. Jurnal Pijar MIPA, 12(2), 64-70.

Tikkanen, G., dan M. Aksela. 2012. Analysis of Finnish Chemistry Matriculation

Examination Questions According to Cognitive Complexity. NorDiNa, 8(3),

258-268.

Tim penyusun. 2013. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI),

Kompetensi Dasar (KD). Jakarta: Kemendikbud.

Ultanir, E. 2012. An Epistemological Glance at The Constructivist Approach:

Constructivist Learning in Dewey, Piaget, and Montessori. International

Journal of Instruction, 5 (2).

Uyani, S. 2016. Penerapan Model Problem Solving dalam Meningkatkan

Kemampuan HOT (Higher Order Thinking) Siswa SDN Banyu Landas.

Jurnal Vidya Karya, 31(1), 91-103.

79

Widodo, T., dan S. Kadarwati. 2013. Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan

Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukkan

Karakter Siswa. Cakrawala Pendidikan,32(1), 161- 171.

Wijaya, E. Y., D.A. Sudjimat, dan A. Nyoto. 2016. Transformasi Pendidikan

Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era

Global. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika, 1, 263-277.

Wulaningsih, S., B. A. Prayitno dan R. M. Probosar. 2012. Pengaruh Model

Pembelajaran Inkuiri terhadap Keterampilan Proses Sains ditinjau dari

Kemampuan Akademik Siswa SMA Negeri 5 Surakarta. Jurnal Pendidikan

Biologi, 4(2), 33-43.

Yahya, A. 2004. Factors Contributing Towards Excellence Academic

Performance. [Online]/ Tersedia:

http://eprints.utm.my/6109/1/aziziyahFactorscontributingtoe.pdf.

Zaini, M. 2015. Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa

SMA pada Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Pembelajaran

Berdasarkan Masalah. Jurnal Pendidikan Biologi, 20(207).

Zakaria, E., dan Z. Ikhsan. 2007. Promoting Kooperative Learning in Science and

Mathematics. Education : A Malasyian Persceptive. Eurasia Jurnal of

Mathematics, Science & Technology Education, 3.