EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA DI...
Transcript of EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA DI...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DALAM MENANGGULANGI
KENAKALAN SISWA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
NEGERI 2 TANJUNG JABUNG TIMUR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah
MERI GUSNITA
NIM : UB.150108
JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
MOTTO
…dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.
ABSTRAK
Bimbingan konseling behavioral pada dasarnya untuk mengatasi tingkah laku
bermasalah dimana tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang
tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tingkah laku
yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah. Metode
penelitian yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan kualitatif deskriftif. Penelitian ini
membahas tentang Efektivitas Konseling Behavioral dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa
di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur. Sementara itu jenis data
menggunakan data primer dan sekunder dengan pengumpulan data melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi. Selain itu teknik analisis data menggunakan reduksi data,
penyajian data dan verifikasi data dan dilanjutkan dengan pengecekan keabsahan data.
Hasil penelitian dan dapat disimpulkan sebagai berikut: bentuk kenakalan siswa di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur diantaranya yaitu adanya
perilaku tidak sopan dalam bersikap dan berbicara sehingga terlihat dari sikap berbicara kasar
atau bernada tinggi, mengobrol saat jam belajar berlangsung serta bermain HP pada saat guru
menjelaskan materi pelajaran. Selain itu bentuk kenakalan siswa yaitu membolos dan tidak
mengerjakan tugas serta berkelahi. Pelaksanaan konseling behavioral efektif dalam
menanggulangi kenakalan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur dilakukan dengan mengadakan pesiapan untuk bimbingan konseling, melaksanakan
pelaksanaan bimbingan konseling dan melakukan evaluasi setelah melakukan bimbingan
konseling. Efektifitas bimbingan konseling behavioral untuk menanggulangi kenakalan siswa
di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur dapat dilihat dari adanya
penurunan angka kenakalan, peningkatan pemahaman tentang peraturan dan peningkatan
kesadaran tentang perilaku negatif.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah
Karya tulis ini saya persembahkan kepada
Ayahanda Gustang dan Ibunda Rusmini yang tercinta,
tersayang dan ku banggakan
Terima kasih atas semua pengorbanan dan kasih sayang
Dorongan dan do’a yang selalu tercurah buatku
Buat keluarga besarku Adindaku Ishak Mahendra,A rsyad Man
dan Ulfa Rosita terima kasih
Atas semua saran dan semangat yang selalu diberikan
Buat sahabat-sahabat yang tetap setia dan banyak
Memberikan motivasi dan inspiasi dalam hidupku.
Terimakasih atas pengorbanan kalian semua
Semoga segenggam keberhasilan ini
Menjadi amal ibadah dan kesuksesan dimasa yang akan datang
Semoga Allah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
Amin…
KATA PEGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam atasberkat rahma dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Semoga Allah meridhoi
mereka, dan para pengikutnya yang tetap istiqomah dalam mengikuti dan memegang teguh
ajaranya.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerja kerasdan bantuan dari semua pihak, untuk
itu melalui kesempatan inipenulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Hadri Hasan, MA. Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. H. Su‟aidi, MA.Ph.D. Bapak Dr. H. Marwazi, M.Ag. Serta Ibu Dr. Hj.
Fadillah, M.Pd. Selaku Wakil Rektor I,II dan III UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Syamsu, S.Ag, M.Pd.I, Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Sya‟roni, S.Ag, M.Pd, selaku Ketua Prodi jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
5. Bapak Drs. Ishak Abdul Aziz, M.Fil.I, selaku Dosen Pembimbing I yang banyak
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
6. Bapak Masuhartono, S.Pd, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing II yang banyak
membimbing, mengarahkan dan membantu menyusun skripsi ini dengan baik.
7. Bapak/Ibu seluruh Dosen dan segenap civitas akademik Fakultas Dakwah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
8. Seluruh Karyawan dan karyawati di lingkungan akademik Fakultas Dakwah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Kepala Perpustakaan dan seluruh staf di perpustkaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Akhirnya dengan harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
NOTA DINAS....................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...................................... iii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
TRANSLITERASI............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................................................. 6
C. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
F. Kerangka Teori .................................................................................. 8
G. Metode Penelitian .............................................................................. 20
H. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 29
I. Jadwal Penelitian ................................................................................. 31
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A Historis dan Geografis Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur ....................................................................... 33
B. Keadaan Struktur Organisasi Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur ........................................................ 35
C. Keadaan Guru dan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur ........................................................ 36
D. Tujuan, Visi dan Misi Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur ........................................ 49
E. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur ........................................ 42
BAB III BENTUK KENAKALAN SISWA DI SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN NEGERI 2 TANJUNG JABUNG TIMUR
A. Tidak Sopan dalam Bersikap dan Berbicara ...................................... 44
B. Sikap Membolos dan Tidak Mengerjakan Tugas .............................. 49
C. Perilaku Berkelahi .............................................................................. 51
D. Perbuatan Merokok ............................................................................ 54
BAB IV PELAKSANAAN DAN EFEKTIFITAS KONSELING
BEHAVIORAL DALAM MENANGGULANGI
KENAKALAN SISWA DI SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN NEGERI 2 TANJUNG JABUNG
A. Pelaksanaan konseling behavioral dalam
menanggulangi kenakalan siswa ........................................................ 58
1. Persiapan ...................................................................................... 59
2. Pelaksanaan .................................................................................. 63
3. Evaluasi ........................................................................................ 67
B. Efektifitas Bimbingan konseling behavioral untuk
menanggulangi kenakalan siswa ........................................................ 71
1. Penurunan Angka Kenakalan ....................................................... 71
2. Peningkatan Pemahaman Tentang Peraturan ............................... 74
3. Peningkatan Kesadaran Tentang Perilaku Negatif ...................... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 78
B. Rekomendasi ..................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
TRANSLITERASI1
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
Tha ط A ا
Z ظ B ب
„ ع T ث
Gh غ Th ث
F ف J ج
Q ق H ح
K ك KH خ
L ل D د
M م DH ذ
N ن R ر
W و Z ز
H ه S ش
Hamzah ء Sh ش
Lam Alif لا S ص
Y ي D ض
B. Vokal dan Harakat
1 Disederhanakan dari ala-Lc Romannization TABLES, Turabian Style.
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
I اِى A اَ A اَ
Aw اَو A اى U اُ
Ay اَى U او I اِ
C. Ta’ Marbuthah
Transliterasi untuk Ta‟Marbuthah ada tiga macam:
1. Ta’ marbuthah yang mati atau menghadap harakat sukun, maka transliterasinya adalah/h/
Arab Indonesia
Salah صلا
Mir‟ah مراة
2. Ta’ Marbuthah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah, maka
transliterasinya adalah/t/
Arab Indonesia
Wizarat a-Tarbiyah وزار ة الترببيه
Mir‟at al-zaman مراةالسمن
3. Ta’ Marbuthah yang berharakat tanwin maka translitnya adalah/ tan/tin/tun/.
Arab Indonesia
فجئت
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari
luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya
dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.
Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-
hukum belajar, pembiasaan, dan peniruan. Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi
oleh kepuasan dan ketidak puasan yang diperolehnya. Bimbingan konseling adalah
pelayanan bantuan untuk siswa baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu
mandir dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi,
kehidupan sosial, belajar dan karir berdasarkan norma-norma yang berlaku.2
Karakteristik konseling behavioral merupakan berfokus pada tingkah laku yang
tampak dan spesifik, memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling,
mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien, dan penilaian
yang obyektif terhadap tujuan konseling. Konseling behavioral merupakan suatu proses
membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan
keputusan tertentu
Bimbingan konseling behavioral pada dasarnya untuk mengatasi tingkah laku
bermasalah dimana tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang
tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tingkah laku
yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah. Manusia
bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari
lingkungannya. Seluruh tingkah laku didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku
tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.
Konseling behavioral adalah teori konseling yang menekankan pada tingkah laku yang
dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya
dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola
2Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Raja Wali Pers, 2016), 1
perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.3
Bimbingan konseling behavioral
berfungsi untuk membangun moral siswa disekolah. Moral disini diartikan sebagai ajaran
tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Ajaran Islam
mengajarkan bahwa Al-Quran merupakan tuntunan bagi kehidupan manusia yang dapat
membimbing kepada kebaikan dunia dan akhirat, hal ini dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-
Israa‟ ayat 82:
Artinya: dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang zalim selain kerugian.4
Siswa merupakan sasaran yang terlibat langsung dalam pendidikan melalui proses
pembelajaran, sehingga melalui proses pembelajaran diharapkan siswa mampu mengenal dan
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Disamping itu siswa dituntut untuk mampu
belajar mengenal diri, mengenal orang lain, dan belajar mengenal lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu sifat
pengendalian diri harus ditumbuhkembangkan pada diri siswa, dalam arti bahwa perbuatan
siswa selalu berada dalam koridor disiplin dan tata tertib sekolah. Dengan demikian akan
tumbuh kedisiplinan siswa untuk selalu mengikuti setiap peraturan yang berlaku di sekolah.
Behavioral menindaklanjuti pskologi asosiasi yang ingin menemukan elemen-elemen
apa yang mendasari tingkahlaku.5 Salah satu bentuk tingkahlaku yaitu mentaati peraturan
yang berlaku. Mematuhi semua peraturan yang berlaku di sekolah merupakan suatu
kewajiban bagi siswa. Pentingnya disiplin sekolah adalah untuk mendidik siswa agar
berperilaku sesuai dengan tata tertib dan aturan yang berlaku di sekolah. Masalah
kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi kemajuan sekolah. Sekolah yang tertib, aturan
akan menciptakan proses pembelajaran yang baik, sebaliknya pada sekolah yang tidak tertib
kondisinya akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah menjadi barang
3Nur Azizah, Efektivitas Konseling Behavioral Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Minat Belajar
Peserta Didik Kelas VIII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, Skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2016.
4Q.S
Al-Israa’ ayat 82.
5Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidkan, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 64
yang biasa, apabila kondisi sudah demikian, maka cara memperbaiki keadaan akan tidak
mudah. Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya sehingga
berbagai jenis pelanggaran terhadap disiplin dan tata tertib sekolah tersebut bisa di cegah
Kenakalan yang ditimbulkan oleh siswa pada institusi pendidikan
seperti sekolah dapat diatasi salah satunya dengan adanya kerja sama antara
para perangkat sekolah dengan guru pembimbing. Guru pembimbing dapat
mengupayakan layanan konseling individu untuk mengatasi kenakalan siswa. Kenakalan
yang dilakukan oleh siswa disekolah pada umumnya merupakan produk dari adanya
peraturan-perarturan keras dari orang tua, anggota keluarga dan lingkungan terdekatnya yaitu
masyarakat di tambah lagi dengan keinginan yang mengarah pada sifat negatif dan melawan
arus yang tidak terkendali.
Berdasarkan observasi awal penulis di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur penulis melihat bahwa kenakalan sisa didalam kelas ketika mengikuti proses
belajar mengajar masih sering terjadi, dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 143 siswa ada 22
siswa yang terbiasa melakukan kenakalan-kenalakan yang sering dilakukan dikelas terhadap
guru, data dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel. 1: Keadaan Kenakalan Siswa Terhadap Guru
No Kelas Jumlah
Siswa
Siswa Tidak
Pernah
Melanggar
Jarang
Melanggar
Sering
Melanggar
1 X. A 25 18 4 3
X.B 24 17 5 2
2 XI.A 22 16 4 2
XI.B 21 13 4 4
3 XII.A 26 15 6 5
XII.B 25 17 2 6
Jumlah 143 96 25 22
Berdasarkan keadaan data pada tavbel dapat diketahui bahwa kenakalan siswa yang
dilihat dari jumlah siswa yang tidak pernah melanggar, jarang ataupun hanya sesekali
melanggaran dan terbiasa artau sering melanggar cukup signifkan, hal ini terlihat dari jumlah
siswa yang tidak terbiasa melanggar yaitu 96 siswa, sedangkan siswa yang sesekali atau
jarang melanggar yaitu 25 siswa dan siswa yang melanggar sebanyak 22 siswa. Siswa yang
sering melanggar biasanya ditunjukan dengan beberapa sikap, perilaku dan perbuatan
diantaranya sebagai berkut:
Tabel. 1: Keadaan Kenakalan Siswa Terhadap Guru
Jarang
Melanggar
Siswa
Sering
Melanggar
Jumlah
Siswa
Jarang
dan sering
Melanggar
Sikap Melanggar Siswa
Bolos
Nongkrong
di Kantin
Bermain
Hp di
Kelas
Bersikap
Tidak
Sopan
4 3 7 1 3 2 1
5 2 7 2 3 1 1
4 2 6 1 1 2 2
4 4 8 2 3 1 2
6 5 11 4 3 1 3
2 6 8 2 3 2 1
25 22 47 12 16 9 10
Berdasarkan data dalam penelitian dapat dipahami bahwa jumlah siswa yang sesekali
melanggar dan sering melanggar cukup banyak jumlahnya, hal ini terlihat dari jumlah siswa
yang membolos sebanyak 12 orang, siswa yang serng nongkrong di kantin pada saat jam
belajar berlangsung yaitu 16 orang, sedangkan siswa yang suka bermain Hp di kelas pada
saat guru menjelaskan pelajaran sebanyak 9 orang, selain itu siswa yang bersikap kurang
sopan seperti berbicara nada tinggi, keluar-masuk kelas tanpa izin, membantah saran atau
nasehat guru dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara pada pra observasi peneliti dengan guru yang mengajar
di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur memberikan keterangan
mengenai kenakalan siswa di dalam kelas, ia mengatakan:”Siswa di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur memang ada yang melakukan kenakalan terhadap
gurunya terutama ketika berada di dalam kelas, kenakalan-kenakalan siswa ini dipengaruhi
karena beberapa faktor diantaranya kurangnya perhatian dari orang tua atau keluarga, adanya
pengaruh lingkungan teman yang kurang positif sehingga mengakibatkan akhlak dan perilaku
siswa melakukan kenakalan kepada guru di dalam kelas”.6
Kenakalan siswa dapat dikelompokan menjadi beberapa tindakan negative yang
dilakukan oleh siswa, seperti perilaku mengobrol pada jam pelajaran berlangsung, hal seperti
ini sering sekali terjadi pada waktu proses belajar mengajar, dimana guru/pendidik sedang
6Wawancara pra observasi dengan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur,
Oktober 2018
menerangkan akan tetapi para siswa asyik mengobrol sendiri tanpa, ada juga siswa yang
hanya ikut-ikutan saja, atau mematuhi kepala gengnya, karena di dalam kelas mereka
membuat geng-geng tersendiri. Sikap tidak mengerjakan PR juga sering kali dilakukan oleh
para siswa laki-laki. PR atau tugas sering dianggap sebagai beban mereka dan menyita waktu
mereka untuk bermain, siswa yang melakukan kenakalan ini beranggapan bahwa pelajaran di
sekolah sudah cukup, dan tidak perlu lagi pekerjaan rumah (PR) yang hanya menyita waktu
bermain dan waktu mereka untuk bersantai. selain itu bentuk perilaku atau kenakalan siswa
yang sering dilakukan yaitu adanya tindakan siswa yang sering membuli guru dengan ejekan
yang ditujukan pada guru, seperti ketika guru menjelaskan materi mereka saling tertawa atau
tidak memperhatikan sama sekali.
Kenakalan siswa selanjutnya yang sering terjadi yaitu sering terlambat masuk kelas
meskipun guru telah lebih dulu memasuki ruang kelas, walaupun bel tanda masukkelas telah
dilakukan pihak sekolah tetapi masih ada beberapa siswa yang dengan sengaja bermalas-
malasan masuk kelas dengan tepat waktu, bahkan ada siswa yang tetap duduk santai di kantin
sebelum dipanggil oleh guru.
Disiplin adalah bidang ilmu yang memliki objek sistem dan metode tertentu, tata tertib
di sekolah, instansi dan sebagainya.7 Disiplin juga merupakan suatu kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.
Layanan bimbingan konseling sangat dibutuhkan agar siswa yang mempunyai masalah
dapat terbantu sehingga mereka dapat belajar lebih baik.8
Dalam upaya
menumbuhkembangkan kedisiplinan dalam diri siswa diperlukan adanya kerjasama dan
bantuan dari semua pihak sekolah, termasuk salah satunya adalah guru Bimbingan dan
Konseling. Guru Bimbingan dan Konseling bertugas untuk membimbing siswa agar siswa
memiliki pemahaman dan memperbaiki perilaku siswa yang salah berkaitan dengan tata
tertib sekolah dengan memberikan layanan-layanan bimbingan dan konseling. Keseluruhan
kegiatan pendidikan, khususnya pada tatanan persekolahan, layanan bimbingan dan
konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan
konseling berperan untuk memberikan layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara
7
Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Agung Media Mulia, 2012), 168 8Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 65
optimal melalui proses pembelajaran secara efektif. Sasaran tersebut merupakan wujud dari
keseluruhan fungsi layanan konseling behavioral secara langsung mengarah pada
dipenuhinya kualitas kehidupan sehari-hari yang efektif dan pencapaian inilah yang
menyatakan bahwa layanan konseling behavioral menjadi sangat penting di seluruh layanan
bimbingan dan konseling.
Tetapi pada prakteknya kondisi bimbingan konseling yang dilaksanakan di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur terlihat pelaksanaanya belum efektf,
karena terlihat dari pelaksanaan konseling masih jarang sekali dilakukan oleh guru
khususnya konseling behavioral, pelaksanaan bimbingan konseling hanya dilakukan 1 kali
dalam satu minggu untuk 1 kelas, atau konseling dalam bentuk kelompok, sedangkan
bimbingan konseling secara individu hanya dilakukan ketika terdapat beberapa problem atau
masalah siswa. kurang efektifnya bimbingan konseling mengakibatkan pada meningkatkan
kenakalan siswa karena menurunya pelaksanaan bimbingan konseling yang
maksimal.Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis ingin mengadakan penelitian
karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul:“Efektivitas Konseling Behavioral dalam
Menanggulangi Kenakalan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur”.
B. Batasan Masalah
Dari latar diatas maka penulisan ini dibatasi pada permasalahan tentang efektivitas
konseling behavioral dalam menanggulangi kenakalan siswa dimana bentuk kenakalan-
kenakalan tersebut yaitu sikap membolos, mengobrol dalam kelas ketika sedang belajar,
tidak mengerjakan PR dan sering terlambat masuk kelas dan masih ada siswa yang terbiasa
merokok.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa bentuk kenakalan siswa terhadap guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur?
2. Bagaimana pelaksanaan konseling behavioral efektif dalam menanggulangi kenakalan
siswa terhadap guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur?
3. Bagaimana efektifitas bimbingan Konseling Behavioral untuk menanggulangi kenakalan
siswa terhadap guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
D. Tujuan Penelitia
Berdasarkan pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apa saja problematika konseling behavioral antara konselor dengan konseli
berdasar perbedaan budaya yang lebih di fokuskan:
1. Untuk mengetahui bentuk kenakalan siswa terhadap guru Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan konseling behavioral efektif dalam menanggulangi
kenakalan siswa terhadap guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur.
3. Untuk mengetahui efektifitas bimbingan Konseling Behavioral untuk menanggulangi
kenakalan siswa terhadap guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Bagi petugas BK di sekolah.
Bagi guru pembimbing, sebagai rujukan dan masukan untuk penyelenggaran
program Bimbingan dan Konseling di sekolah, terutama dalam mengatasi berbagai
masalah yang timbul dalam pelaksanaan konseling. Guru pembimbing dapat memperoleh
hasil yang nyata dari suatu penelitian. Mampu membantu meminimalisir problematika
dalam layanan konseling
2.Bagi sekolah yang digunakan untuk penelitian.
Untuk mengetahui efektifitas layanan konseling behavioral dalam
mengatasi kenakalan siswa sehingga dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas layanan konseling behavioral.
3. Bagi peneliti sendiri.
Peneliti diharapkan dapat menambah dan meningkatkan wawasan pengetahuan
tentang layanan konseling dan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
F. Kerangka Teoritik
1. Efektivitas
a. Pengertian
Efektivitas berasal dari kata efektif yaitu dapat membuahkan hasil, mula berlaku
(peraturan) ada pengaruhnya ada akibatnya dan ada efeknya.9 Efektifitas suatu
pencapaian yang telah ditentukan dan di harapkan. Layanan dasar bimbingan
konseling adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa
mengembangkan perlaku efektif dan keterampilan-keterampilan hidupnya yang
mengacu pada tugas-tugas perkembangan siswa.10
b. Efektivitas Konseling
Konseling adalah proses bantuan yang diberikan seorang konselor kepada klien
dengan wawancara agar klien tersebut mampu memecahkan masalah yang dihadapi
dengan kemampuan-kemampuan yang dimiliki.11
Efektiftas konseling mencapai
kehidupan tanpa mengalami perilaku simtomatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami
kesulitan atau hambatan perilaku, yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka
panjang atau mengalami konflik dengan kehidupan sosial. Saat ini, bentuk
pendekatan konseling behaviour Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur belum banyak di gunakan karena penekanannya pada perubahan
tingkah laku dimana tingkah laku tersebut bisa didefinisikan secara operasional,
diamati dan diukur sehingga tujuan konseling behaviour dimana untuk memperoleh
perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta
mempertahankan perilaku yang diinginkan dalam jangka waktu lama serta
menciptakan kondisi baru untuk belajar belum terlihat efektif.
2. Konseling Behavioral
Pendekatan behavioral berpandangan bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari.
Proses belajar tingkah laku adalah melalui kematangan dan belajar. Selanjutnya tingkah
laku lama diganti dengan tingkah laku baru, karena manusia dipandang berpotensi
9Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Agung Media Mulia, 2012), 176
10Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Refika Aditama,
2017), 23 11
Kompri, Manajemen Sekolah Teori dan Praktek, (Bandung: Al-Fabeta, 2014), 119
berprilaku baik atau buruk, tepat atau salah.12
Konseling behavioral merupakan proses
layanan yang diberikan oleh konselor kepada klien untuk merubah perilaku secara terus-
menerus menuju kea rah positif atau kemajuan. Ciri-ciri konseling behaviour antara lain
memusatkan perhatian perilaku manusia pada yang nampak dan dapat dipelajari, tujuan
yang ingin dicapai pada saat proses konseling harus jelas dan sesuai dengan prosedur
yang ada, memusatkan perhatian pada masalah klien dan membantu dalam memecahkan
masalah klien.
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tngkahlaku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon.13
Behaviorisme merupakan aliran dalam
psikologi yang didirikan oleh John B.Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh
Burrhus Frederic Skinner. Behaviorisme lahir sebagai reaksi atas psikoanalisis yang
berbicara tentang alam bawah yang tidak tampak. Behaviorisme ingin menganalisis
bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. Terapi
perilaku ini lebih mengkonsentrasikan pada modifikasi tindakan, dan berfokus pada
perilaku saat ini daripada masa lampau.
Konseling behavioral yang dajarkan dalam pelathan asertif (sikap untuk mampu
menolak) dan pemecahan masalah antar individu (interpersonal).14
Ciri-ciri konseling
behavioral diantaranya kebanyakan perilaku manusia
dapat dipelajari dan oleh karena itu dapat dirubah, perubahan-perubahan
khusus terhadap ingkungan individual dapat membantu dalam mengubah
perilaku-perilaku berusaha membawa perubahan-perubahan yang relevan
dalam perilaku klien dengan mengubah lingkungan, prinsip-prinsip belajar
seperti “reinforcement” dan “social modeling”, dapat digunakan untuk
mengembangkan prosedur- prosedur konseling, keefektifan konseling dan
hasil konseling dinilai dari perubahan dalam perilaku-perilaku khusus di luar wawancara
prosedur- prosedur konseling, prosedur-prosedur konseling tidak
12
Nur Azizah, Efektivitas Konseling Behavioral Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, Skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2016.
13Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Raja Wali Pers, 2016),111
14Dede Rahmat Hidayat, Konseling di Sekolah: Pendekatan-Pendekatan Kontemporer, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2018), 122
statis, tetap atau ditentukan sebelumnya tetapi dapat secara khusus didesain
untuk membantu klien dalam memecahkan masalah khusus.
Konsep dasar teori Behavioristik yang dikembangkan oleh Skiner & Ziegler bahwa
manusian, bahwa perilaku manusia pada dasarnya sangat tergantung pada faktor internal
seperti sifat dan lain-lain.15
Perilaku yang dimiliki manusia adalah sebagai hasil dari
pengkondisian lingkungan dimana manusia berad Behavioris lebih dikenal dengan teori
belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar
artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Dilihat dari
sejarahnya, konseling behaviour tidak dapat dipisahkan dengan riset-riset perilaku
belajar.
Orientasi bimbingan konseling saat ini bersifat amat klinis, artinya banyak melayani
para siswa yang bermasalah dan mengabaikan siswa normal, potensial dan tidak
bermasalah.16
Konseling behavioral menaruh perhatian pada upaya perubahan tingkah
laku. Konseling behavioral merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar
memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Terapi tingkah
laku adalah penerapan aneka ragam tekhnik dan prosedur yang berakar pada berbagai
teori tentang belajar.
Konseling Behavioral merupakan suatu metode dengan mempelajari tingkah laku
tidak adaptif melalui proses belajar yang normal. Tingkah laku tersusun dari respon
kognitif, motorik, dan emosional yang dipandang sebagai respon terhadap stimulasi
eksternal dan internal dengan tujuan untuk memodifikasi koneksi-koneksi dan metode
stimulus respon sedapat mungkin.17
Tujuan konseling behaviour diantaranya mencapai
kehidupan tanpa mengalami perilaku simtomatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami
kesulitan atau hambatan perilaku, yang dapat membuat ke tidak puasan dalam jangka
panjang atau mengalami konflik dengan kehidupan sosial. Konseling behaviour adalah
untuk membantu klien membuang respon-respon yang lama yang merusak diri, dan
15
Nur Azizah, Efektivitas Konseling Behavioral Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, Skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2016.
16
16Sofyan S.Willis, Kapita Selekta Bimbingan dan Konseling, (Bandung:Al-Fabeta,2015), 15
17Tjok Rai Partadjaja, Penerapan Layanan Konseling Behavioral dengan Teknik PerkuatanPositif untuk
Meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal Siswa Kelas X3 SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2012/2013, mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, 2015
mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat. Jadi tujuan konseling behaviour
adalah untuk memperoleh perilaku
baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta
mempertahankan perilaku yang diinginkan dalam jangka waktu lama.
3. Kenakalan Siswa
Kenakalan peserta didik, istilah kenakalan siswa merupakan penggunaan lain dari
kenakalan anak/peserta didik. Menurut Simanjuntak, kenakalan remaja ialah suatu
perbuatan itu disebut delinquent apabila perbuatan-parbuatan tersebut bertentangan
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat, di mana ia hidup, suatu perbuatan
yang anti-sosial di mana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normativa.18
Kenakalan yang dilakukan oleh siswa yakni tiap perbuatan yang bila dilakukan oleh
orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan perilaku yang menyimpang, jadi perbuatan
itu yang melawan hukum yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja, bahwa
kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja
melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuataannya itu
sempat diketahui maka akan dikenai hukuman.
Kenakalan siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor
lingkungan, karena lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak.19
Menurut etimologi kenakalan siswa berarti suatu penyimpangan tingkah laku
yang dilakukan oleh remaja/peserta didik mengganggu ketentraman diri sendiri dan orang
lain.
Perkembangan yang dialami anak meliputi perkembangan jasmani dan rohani.
karena itu dalam usaha pendidikan baik orang tua maupun guru selalu menuju ke arah
keseimbangan sehingga tidak terjadi kelainan pada anak,20
termasuk kenakalan remaja.
Masa remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa, memiliki potensi besar
untuk melakukan hal menyimpang dari kondisi normal. Seperti ada pergolakan pada diri
mereka untuk melakukan hal-hal yang berbeda dengan yang berada di sekelilingnya.
mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian, disebabkan
18
Suhardi, Faktor Penyebab Kenakalan Siswa dan Upaya Megatasinya Di Madrasah Tsanawiyah Bolaromang, Skripsi mahasiswa UIN Alauddin Makassar, 2010
19Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) 130
20Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 50
karena setiap manusia pada dasarnya pasti mengalami dorongan pada situasi tertentu,
Kenakalan remaja yang dalam hal ini peserta didik dapat dikategorikan dalam perilaku
menyimpang. Perilaku menyimpang dapat dianggap sumber masalah karena dapat
membahayakan sistem sosial.
Kenakalan siswa sebagai suatu hal yang tidak menyenangkan dalam
kehidupan sosial disebabkan oleh hal yang menyentuh beberapa hal ada
permasalahan kenakalan remaja yang menyentuh masalah material dan ada
pula masalah kenakalan remaja yang menyangkut masalah psikologi, namun kenakalan
remaja bukanlah hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan
perpaduan beberapa kondisi yang dialami oleh anak-anak remaja. Jika dalam
pertumbuhan dan perkembangan remaja tidak mendapatkan perhatian dari
orang tua maka akan terjadi hal-hal atau akibat yang sangat berbabahaya.
Kenakalan siswa bisa diatasi dengan memberikan bimbingan karakter. Bimbingan
konseling karakter merupakan bimbingan individu atau kelompok di dalam masalah-
masalah perilaku sosial pribadi yang menyimpang.21
Masa siswa merupakan masa panca
roba yang penuh dengan kegelisahan dan kebimbangan yang disebabkan pertumbuhan
yang cepat dalam dirinya. Sehingga konflik Ego dalam diri bukan hanya sekedar ingin
diakui sebagai anak tetapi lebih kepada pola tingkah laku yang unik untuk berfikir
tentang masa depan, yang memunculkan keinginan untuk membentuk sesuatu yang
dicocokkan dengan persepsi dan konsep kenyataan yang dia miliki. Olehnya itu remaja
mudah terpengaruh oleh lingkungan yang ada disekitarnya.
Kenakalan remaja sebagai suatu hal yang tidak menyenangkan dalam
kehidupan sosial disebabkan oleh hal yang menyentuh beberapa hal ada
permasalahan kenakalan remaja yang menyentuh masalah material dan ada
pula masalah kenakalan remaja yang menyangkut masalah psikologi.22
Kenakalan
siswa adalah perilaku yang menyimpang dari melanggar hukum.
Kenakalan siswa pada usia remaja adalah (juveli deliquecy) mengacu kepada suatu
rentang yang luas, mulai dari prilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti
21
Bambang Ismaya, Bimbingan dan Konseling Studi, Karier dan Keluarga, (Bandung: Refika Aditama, 2015), 9
22Suhardi, Faktor Penyebab Kenakalan Siswa dan Upaya Megatasinya Di Madrasah Tsanawiyah
Bolaromang, Skripsi mahasiswa UIN Alauddin Makassar, 2010 , 12
bertindak berlebihan di sekolah), pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah) hingga
tindakan kriminal (mencuri). Sehingga dapat diartikan kenakalan remaja meliputi semua
prilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja.
Prilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Bimbingan dan konseling perkembangan sangat penting dilakukan untuk mengatasi
kenakalan siswa. Bimbingan konseling perkembangan adalah pemberian bantuan kepada
siswa yang dirancang dengan memfokuskan kepada kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-
isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan siswa.23
Adapun penyebab dari kenakalan siswa atau kenalan yang sering dilakukan oleh
siswa atau remaja adalah sebagai berikut:
a. Faktor perkembangan jiwa pada periode puberitas.
b. Faktor lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat.
c. Lingkungan keluarga pecahan kurang kasih sayang, masing-masing dengan
kesibukan sendiri.
d. Lingkungan sekolah yang majemuk/membosankan, kurang kreatif dan rekreatif.
e. Lingkungan masyarakat yang tidak menentu bagi kehidupan masa datang.24
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk
mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Kebanyakan remaja
telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku
yang tidak dapat diterima, namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal
ini. Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak
dapat diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara
keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang memadai dalam menggunakan
perbedaan utu untuk membimbing tingkah laku mereka.
4. Pengertian Siswa
Siswa atau anak didik adalah makhluk individual. Anak didik adalah orang yang
mempunyai kepribadian dengan cirri-ciri yang khas sesuai dengan perkembangan dan
pertumbuhannya. Perkembangan dan pertumbuhan anak didik mempengaruhi sikap dan
23
Mamat Suprianta, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi:Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), 30
24 http//kenakalansiswadisekolahdalamkonsepkenakalanremaja.//.htlm, dakses 2 Juli 2019
tingkah lakunya.25
Perkembangan dan pertumbuhan anak itu sendiri dipengaruhi
lingkungan dimana anak hidup berdampingan dengan orang lain disekitarnya dan dengan
alam lingkungan hidup lainnya. Itulah sebabnya, anak sebagai makhluk individual suatu
waktu harus hidup berdampingan dengan semua orang dalam lingkup kehidupan social
dimasyarakat.
Kehidupan sosial dimasyarakat tidak selalu sama, tapi ada juga perbedaannya.
Perbedaan itu dapat dilihat dari aspek tingkat usia, pekerjaan, jabatan, tingkat kekayaan,
pendidikan, sosiologi, geografis, profesi dan sebagainya. Dalam stratifikasi sosial yang
demikian itulah anak didik hidup dan berinteraksi dengan lingkugannya. Sikap, perilaku,
dan pandangan hidup anak dipengarui oleh lingkungan yang membentuknya.
Pengetahuan yang anak miliki sesuai dengan apa yang dia dapatkan dari lingkungan
kehidupannya sebelum masuk sekolah. Anak didik yang terbiasa hidup di kota tentu
lebih maju dan lebih luas pengetahuannya daripada anak yang tinggal didesa. Karena
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih cepat menyebar di
masyarakat perkotaan daripada di masyarakat pedesaan. Kehidupan di alam perkotaan
dan di alam pedesaan yang diperbandingkan tersebut adalah dua sisi kehidupan yang
berlainan yang dapat melahirkan karakteristik anak yang berbeda pula. Hal itu pula yang
menyebabkan perbedaan latar belakang kehidupan social anak.
Proses-proses perkembagan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan
kegiatan siswa meliputi:
a. Perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan yang
progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak
(motor skills)
b. Perekembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi
intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak; dan
c. Perkembangan social dan moral (social and moral development) yakni proses
perekembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak
dalam berkomunikasi dengan objek orang lain, baik individu maupun sebagai
kelompok.26
25
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 143 26
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 13
Setidak-tidaknya terdapat 3 jenis pandangan tentang siswa/anak yaitu sebagai
berikut:
a. Pandangan lama, menyebutkan bahwa anak adalah orang dewasa yang kecil. Karena
itu segala sesuatunya perlu dipersamakan seperti halnya orang dewasa. Anak perlu
diberi pakaian orang dewasa dalam bentuk yang kecil. Sebagai anak ia dipandang
masih bersih dan orang dewasalah yang menentukan akan dijadikan apa anak itu.
b. Anak adalah sebagai anak. Anak tidak bisa dan tidak mungkin dpersamakan sebagai
orang dewasa. Ia memiliki cirri-cirinya sendiri. Perlakuan terhadap anak tidak boleh
dipersamakan dengan perlakuan seperti orang dewasa. Setiap anak berada pada tahap
sedang berkembang, ia memiliki banyak potensi-potensi yang dimiliki, oleh anak
itulah perbuatan pendidikan dilakukan.
c. Anak adalah hidup di dalam masyarakat dan dipersiapkan untuk hidup di dalam
masyarakatnya. Sebagai calon anggota masyarakat maka ia harus dipersiapkan sesuai
dengan masyarakat setempat. Pandangan ini dikenal dengan istilah Child in his
society.27
Kualitas belajar diduga dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya motivasi berprestasi
yang dapat dilihat dari nilai rapor. Untuk menunjukkan tinggi rendahnya atau baik
buruknya hasil belajar yang dicapai siswa ada beberap cara. Satu cara yang sudah lazim
digunakan adalah dengan memberikan skor terhadap kemampuan atau keterampilan yang
dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajartersebut. Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati
melalui penampilan siswa (learner's performance). Dalam dunia pendidikan, terdapat
bermacam-macam tipe hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli itu ada lima
tipe hasil belajar yaitu intellectual sbill, cognitiue strdtegy, uerbal Information, motor
skill, dan attitude. 28
Hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh
yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang
berbeda. Ia juga mengatakan secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja
yangdiindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil
belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja).
27
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 100 28
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta: AR. Ruzz Media, 2013), 38
Siswa atau anak ingin berusaha untuk mencapai sesuatu sebagai perkembangan
aktifitas bermain dan bekerja. Disini anak sudah ingin memperoleh kecakapan-kecakapan
baru yang diperoleh dalam sekolah maupun saat bemain. Pada masa itu anak sudah
memiliki kemampuan- kemampuan yang dapat dibantu dalam perkembangannya oleh
guru di sekolah, yaitu:
a. Perkembangan sosialnya.
b. Perkembangan perasaanya.
c. Perkembangan motoriknya.
d. Perkembangan bahasanya.
e. Perkembangan berpikirnya.
f. Perkembangan dalam pengamatan.
g. Perkembangan kesulittannya/religiusnya.
h. Perkembangan tanggapan dan fantasi.
i. Perkembangan dalam mengambil keputusan.
j. Perkembangan perhatianya.29
Berbeda dengan pandangan di atas maka menurut psikologi modern, anak adalah
suatu organisme yang hidup, yang mereaksi, berbuat, dan sebagainya. Organisme yang
hidup memiliki suatu kebutuhan, minat, kemampuan, intelek, dan masalah-masalah
tertentu. Ia tidak tinggal diam, melainkan bersifat aktif.30
Ia bersifat unit, memiliki bakat
dan kematangan berkat adanya pengaruh-pengaruh dari luar seperti: keluarga,
masyarakat, status sosial ekonomi keluarga, tingkatan dan jenis pekerjaan orang tua,
pengaruh-pengaruh dari kebudayaan dan sebagainya, sehingga membentuk pribadi anak
menjadi kompleks. Guru mengenal siswa-siswanya dengan maksud agar guru dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangannya secara efektif. Adalah penting sekali
mengenal dan memahami siswa dengan seksama, agar guru dapat menentukan dengan
seksama bahan-bahan yang akan diberikan, menggunakan prosedur mengajar yang
serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan.
Persoalan perbedaan individual anak didik perlu mendapat perhatian guru,
sehubungan dengan pengelolaan pengajaran agar dapat berjalan secara kondusif. Karena
29
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta: 2004), 51 30
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 100-101
banyaknya perbedaan individual anak didik, maka dalam pembahasan ini akan
diklasifikasikan menjadi tiga aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
a. Perbedaan biologis. Aspek biologis lainnya adalah hal-hal yang menyangkut
kesehatan anak didik, misalnya yang berhubungan dengan kesehatan mata dan telinga
yang langsung berkaitan dengan penerimaan bahan pelajaran di kelas. Kedua aspek
ini sangat penting dalam pendidikan.
b. Perbedaan intelektual. Intelegensi merupakan salah satu aspek yang selalu actual
untuk dibicarakan dalam dunia pendidikan. Keaktualan itu dikarenakan intelegensi
adalah unsure yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar anak didik.
c. Perbedaan psikologis Di sekolah perbedan aspek biologis ini tidak dapat dihindari,
disebabkan pembawaan dan lingkungan anak didik yang berlainan antara yang satu
dengan yang lainnya. Dalam pengelolaan pengajaran, aspek psikologis sering menjadi
ajang persoalan, terutama yang menyangkut masalah minat dan perhatian anak didik
terhadap bahan pelajaran yang diberikan.31
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam upaya mencari dan mengumpulkan data yang akurat, penelitian yang penulis
lakukan bersifat penelitian kulitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah suatu metode
yang digunakan untuk menemukan pengetahuan terhadap subjek penelitian pada suatu
saat tertentu.
Sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan apa-apa
yang saat ini berlaku, di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat,
menganalisis, dan mengimperprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau
ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-
informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang
diteliti.penelitian ini tidak hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan
variabel-variabel yang diteliti.
31
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Educatif (Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis), (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 55-59
Pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah aspek yang sangat penting
dalam suatu penelitian, pendekatan yang sesuai dengan tujuan penelitian akan
mendukung kemudahan bagi peneliti yang akan mendukung kemudahan bagi peneliti
dalam menjalankan proses penelitian yang akan dijalankan.32
Sementara desain dalam
penelitian ini bersifat emergent, evolving, dan developing karena penelitian dijelaskan
melalui gambaran, umum yang bersifat sementara, apa yang akan dapat diteliti dan
bersifat fleksibel serta masih mengalami perubahan.
2. Setting Penelitian
Setting penelitian atau tempat penelitian merupakan wilayah dilakukanya penelitian.
Setting ataupun lokasi penelitian sebagai sasaran yang sangat membantu untuk
menentukan data yang diambil, sehingga lokasi ini sangat menunjang untuk dapat
menemukan informasi yang valid.33
Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian
kualitatif, dimana peneliti memasuki situasi sosial tertentu, peneliti melakukan observasi
dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut.
Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu
dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Setting penelitian atau tempat lokasi
penelitian adalah di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur.
3. Subjek/Informan Penelitian
Subjek penelitian ataupun responden adalah pihak-pihak yang akan dimintai
informasi menyangkut fokus penelitian. Dalam penelitian ini, mereka adalah orang-orang
yang diduga mampu memberikan informasi. Subjek yang diteliti diambil dengan
menggunakan cara purposive sampling yaitu teknik yang didasarkan pada ciri-ciri
tertentu yang diperkirakan erat sangkut pautnya dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada
dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Subjek dalam penelitian ini menjadi
informan yang akan memberikan informasi yang diperlukan selam proses penelitian.
Informan dalam penelitian ini meliputi beberapa macam diantaranya informan kunci,
informan utama dan informan tambahan.
Setelah itu penulis melakukan wawancara kepada informan tersebut dan mencatat
hasil wawancara. Setelah itu, perhatian penulis pada objek penelitian dan memulai
32
Iskandar, Metodologi Penelitian Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif), (Jakarta: Gaung Persada Pers, 2008), 177
33Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), 35
mengajukan pertanyaan deskriptif. Catatan deskriptif maksudnya catatan berisi
informasiu faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya. Subjek penelitian
didatangi dan diwawancarai untuk diamati atau diobservasi secara berurutan. Objek
dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi tentang
penelitian.Adapun subjek dalam penelitian ini yaitu:
a. Mustamin, S.Pd. selaku guru bidang studi
b. Ariyanto, S.Kom selaku guru BK
c. Enita Islamin, S.Pi selaku guru bidang studi
d. Asni, S.Pd selaku guru bidang studi
e. Lismawati, S.Pd selaku guru bidang studi
f. Eli Marlina, S.Sos selaku guru bidang studi
4. Sumber dan Jenis Data
a. Sumber Data
Sumber data adalah dimana data diperoleh. Sumber data atau informasi baik
jumlah maupun keragamanya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau
dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian.
Sumber data atau informasi baik jumlah maupun keragamanya harus diketahui
terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika
item dalam instrumen penelitian. Sumber data dalam penelitian ini terdari dari,
manusia, situasi/peristiwa, dan dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk
perkataan maupun tindakan orang yang bisa memberikan data melalui wawancara.
b. Jenis Data
1). Data Primer
Data primer adalah berupa arsip-arsip yang berkaitan dengan masalah
penelitian.34 Data primer juga merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan
yang memerlukanya, data primer disebut juga data asli atau data baru. Data primer
dalam penelitian ini berbentuk hasil wawancara anatara peneliti dengan informan
penelitian dan hasil observasi peneliti dilapangan. Data primer dalam penelitian ini
berbentuk data hasil wawancara dan hasil obersevasi kepasa objek penelitian.
34
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 93
2). Data Sekunder
Data Sekunder adalah sumber-sumber yang dapat berupa buku tentang subjek
matter yang ditulis orang lain, dokumen-dokumen yang merupakan hasil penelitian
dan hasil laporan. sukender dalam penelitian ini berbentuk arsip, dokumentasi yang
mendukung data primer.
5. Metode Pengumpulan Data
Pada bagian ini, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan
teknik yang sama. Peneliti menggunakan 3 teknik dalam pengumpulan data, yakni :
a. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan kepada para
responden.35
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi
yang berhubungan dengan penelitian dan dilakukan oleh peneliti dengan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada informan penelitian.Wawancara merupakan alat
pengumpul informasi dengan cara meng ajukan sejumlah pertanyaan secara lisan
untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari interviu adalah kontak langsung
dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi
(interviewee)
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan pembicaraan santai dalam
berbagai situasi, dilakukan secara terus menerus untuk mendapatkan informasi dan
penjelasan yang utuh, mendalam, terperinci dan lengkap. Wawancara yaitu
pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan secara lisan dan pertanyaan yang
diajukan dalam wawancara itu telah dipersiapkan secara tuntas dilengkapi dengan
instrumen.
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara
lisan dimana dua orang atau lebih saling bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi atau keterangan. Adapun data hasil wawancara dalam penelitian
ini dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian
sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti dan akan
diajukan kepada responden penelitian.
35
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), 39.
b. Observasi
Metode atau pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, prilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya.36
Observasi
atau disebut juga dengan pengamatan merupakan kegiatan pemuatan perhatian semua
objek dengan menggunakan seluruh indera. Metode observasi jdalam penelitian ini
digunakan sebagai pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap objek
untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya
mengumpulkan data penelitian. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yalg diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik
pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat
secara sistematis, dapat dikontrol keandalannya (reliabilitasnya) dan kesahihannya
(validitasnya).
c. Dokumentasi
Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-
catatan mengenai data pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh seorang
psikolog dalam meneliti perkembangan klien melalui catatan pribadinya.37
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan
informasi non manusia, sumber informasi (data) non manusia ini berupa catatan-
catatan, pengumuman, instruksi, aturan-aturan, laporan, keputusan atau surat-surat
lainnya. Data yang dikumpulkan mengenai teknik tersebut berupa kata-kata, tindakan
dan dokumen tertulis lainnya, dicatat dengan menggunakan catatan-catatan. Dalam
teknik yang terakhir ini peneliti melakukannya dengan cara mencari dan
mendokumentasikan segala informasi yang dapat mendukung fokus penelitian. Dapat
berupa gambar-gambar, foto-foto, maupun dokumen-dokumen tertulis.
6. Metode/ Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan proses mengatur urutan data,
mengorganisasikanya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar yang
membedakanya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap hasil
36
Lexy J Moleong, Methodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), 175 37
Abdurrahman Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta: Rineka Cipta,
2011), 112.
analisis, menjelaaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi
uraian.
Teknik analisis data merupakan proses katagori urutan data, mengorganisasikan ke
dalam suatu pola, katagori dan satuan uraian dasar. Analisis dalam penelitian jenis
apapun, adalah cara berfikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis
terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya
dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola. Setelah selesai penelitian ini,
maka data yang di peroleh terlebih dahulu diseleksi menurut kelompok variabel-variabel
tertentu dan dianalisis melalui segi kualitatif.
Setelah selesai penelitian ini, maka dilakukan pengolahan data dari hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi, data yang di peroleh terlebih dahulu diseleksi menurut
kelompok variabel-variabel tertentu dan dianalisis melalui segi kualitatif, dengan teknik:
a. Analisis Domain
Analisis domain adalah langkah analisis pertama yang dilakukan setelah
peneliti melalui suatu proses dari terjun keobjek penelitian yang berupa situasi sosial
dan kemudian pelaksanaan observasi partisipan, pencatatan hasil observasi, dan
wawancara, serta melakukan observasi deskriptif.Dalam mengumpulkan data
menggunakan analisis domain peneliti melakukan observasi partisipan dimana
observasi dilakukan dengan cara terstruktur, teraturdan sistematis, selain itu peneliti
juga melakukan pencatatan pada setiap hasil observasi, sehingga data observasi lebih
lengkap dan akurat.
Analisis domain biasanya dilakukan memperoleh gambaran yang umum dan
menyeluruh dari obyek penelitian atau situasi sosial sebagi pijakan untuk penelitian
selanjutnya. Semakin banyak domain yang dipilih, maka akan semakin banyak waktu
yang diperlukan untuk penelitian.
Dalam analisis domain ini informasi yang diperoleh oleh peneliti belum
mendalam, masih di permukaan, artinya hasil penelitian masih bersifat umum, belum
terperinci secara jelan, peneliti baru mendapatkan gambaran-gambaran data secara
umum, namun menemukan domain-domain atau kategori dari situasi sosial yang
diteliti.Ada enam tahap yang dilakukan dalam analisis domain yaitu:
1). Memilih salah satu hubungan semantik untuk memulai dari sembilan hubungan
semantik yang tersedia.
2). Menyiapkan lembar analisis domain.
3). Memilih salah satu sampel catatan lapangan yang dibuat terakhir, untuk
memulainya.
4). Mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan hubungan semantik
dari catatan lapangan.
5). Mengulangi usaha pencarian domain sampai semua hubungan semantik habis.
6). Membuat daftar domain yang ditemukan (teridentifikasikan).
b. Analisis Taksonomi
Setelah melakukan analisis domain yang masih bersifat umum, peneliti mencari
bagaimana domain yang dipilih itu dijabarkan atau dijelaskan menjadi lebih rinci.
Setelah peneliti melakukan analisis domain, sehingga ditemukan domain-domain atau
kategori dari situasi sosial tertentu, maka selanjutnya domain yang dipilih oleh
peneliti dan selanjutnya ditetapkan sebagai fokus penelitian, perlu diperdalam lagi
melalui pengumpulan data di lapangan.
Pada tahap ini diperlukan analisis lagi yang disebut dengan analisis taksonomi.
Analisis taksonomi merupakan analisis terhadap keseluruhan data yang terkumpul
berdasarkan domain yang telah ditetapkan, dalam analisis taksonomi ini, penulis
mengarah kepada menjelaskan secara mendetil atau lebih rinci terhadap pengertian-
pengertian (secara domaian) berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan kemudian
dibahas kepada permasalahan yang lebih khusus, dan dapat menemukan suatu sasaran
dan tujuan. Tujuh langkah yang dilakukan dalam analisis taksonomi yaitu :
1). Memilih salah satu domain untuk dianalisis.
2). Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama yang digunakan
untuk domain itu.
3). Mencari tambahan istilah bagian.
4). Mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat dimasukkan
sebagai sub bagian dari domain yang sedang dianalisis.
5). Membentuk taksonomi sementara.
6). Mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telah dilakukan.
7). Membangun taksonomi secara lengkap.
c. Analisis Komponensial
Analisis komponensial yang dicari untuk doirganisasikan dalam domain
bukanlah keserupaan dalam domain, tetapi justru yang memiliki perbedaan atau yang
kontras, data dicari melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang selektif.
Pada analisis komponensial, yang dicari untuk diorganisasikan dalam domain
bukanlah keserupaan dalam domain, tetapi justru yang memiliki berbedaan atau yang
kontras. Data ini dicari melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang
terseleksi. Ada delapan langkah dalam analisi komponen ini yaitu :
a. Memilih domain yang akan dianalisis
b. Mengidentifikasi seluruh kontral yang telah ditemukan
c. Menyiapkan lembar paradigma
d. Mengidentifikasi demensi kontras yang memiliki dua nilai
e. Menggabungkan demensi kontras yang berkaitan erat menjadi satu
f. Menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak ada
g. Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data
h. Menyiapkan paradigma lengkap.38
d. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data
Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber
dalam penelitian ini dapat dicapai dengan jalan yaitu sebagai berikut:
a. Membandingkan hasil pengamatan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakan orang secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang diakatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang lain.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi yang berkaitan.
Sementara itu, triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
38
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), 221
Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data
tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi
lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan
data mana yang dianggap benar.
Membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini
dapat dicapai dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
H. Tinjauan Pustaka
Studi relevan dalam penelitian ini penulis gunakan sebagai acuan terhadap hasil
penelitian terdahulu, karena hasil penelitian tersebut memiliki persamaan maupun perbedaan.
Adapun hasil penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut:
1. Hasil penelitian Lilis Ramaini efektifitas layanan konseling behavioral individual
mengatasi kenakalan siswa kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Pekanbaru,
mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau, 2012. Hasil penelitian efektifitas layanan konseling behavioral individu
mengatasi kenakalan siswa di SMA Negeri 12 Pekanbaru di kategorikan sangat baik. Hal
ini dapat dilihat dari nilai yang didapat pada rekapitulasi angket dengan hasil persentase
88%. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas layanan konseling individu mengatasi
kenakalan siswa di SMA Negeri 12 Pekanbaru adalah kualitas pribadi guru pembimbing,
pengetahuan tentang profesi, keterampilan khusus konseling, sarana dan prasarana,
waktu. Kelima faktor di atas telah terlaksana dengan baik, namun hanya perlu
ditingkatkan lagi terutama dalam hal sarana dan prasarana.
2. Hasil penelitian Mahmudah, mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP
Veteran Semarang, penelitian tentang mengurangi perilaku membolos siswa dengan
menggunakan layanan konseling behavior hasil penelitian menjelaskan adanya sebagian
anak yang tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah, terbukti masih adanya sebagian anak
yang memiliki perilaku membolos, sehingga perlu ada sebuah tindakan. Dari sekian
tindakan yang bisa dilakukan oleh guru pembimbing, salah satunya adalah melalui
layanan konseling behavior. Diharapkan dengan layanan konseling behavior masalah
perilaku membolos pada siswa dapat terentaskan. Faktor yang menyebabkan anak
melakukan perilaku membolos berdasarkan tindakan dan hasil wawancara meliputi
pengawasan atau kontrol dari orang tua kurang, anak hidup mandiri, dan sarana-prasarana
pembelajaran kurang, karakteristik atau cara membolos yang dilakukan oleh siswa sangat
beragam, yaitu mulai dari tidak masuk sekolah awal pelajaran, pada saat istirahat, hingga
sampai pada ”cabut” tidak mengikuti proses pembelajaran di akhir/jam pelajaran terakhir,
dan setelah dilakukan layanan konseling perorangan dengan model behavior dan tindakan
melalui dua siklus, maka diperoleh kesimpulan layanan konseling perorangan behavior
memberikan keefektifan untuk mengurangi perilaku membolos siswa.
3. Hasil penelitian Alfin Fauzan, mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
dengan judul: Bimbingan konseling behavioral untuk mengatasi kenakalan siswa
Madrasah Tsanawiyah Bolaromang Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa. Hasil
penelitian menjelaskan setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia akan ada hasilnya,
ini terkadang dimanivestasikan ke dalam suatu kesimpulan, demikian halnya dengan
penelitian faktor penyebab kenakalan siswa. Hampir semua bentuk kenakalan siswa
dilakukan, seperti membolos, ribut dalam kelas ketika aktifitas belajar mengajar masih
berlangsung, terlambat kesekolah dan merokok dalam lingkungan sekolah. Faktor yang
menyebabkan kenakalan siswa adalah kurangnya pengawasan orang tua dan guru
terhadap siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Upaya dalam
mengatasi bentuk kenakalan siswa dengan cara melakukan bimbingan konseling
behavioral diama guru senantiasa memberi nasehat dan pendekatan emosional terhadap
siswa agar tidak mengulangi bentuk bentuk kenakalan yang sering dilakukan.
I. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian menggambarkan rencana penelitian yang harus memuat penetapan atau
perumusan mengenai: latar belakang suatu penelitian, kecenderungan yang tengah berlaku,
anggapan dasar, prakiraan jawaban (berupa hipotesis), tujuan dari penelitian tersebut, sasaran
dari penelitian tersebut dan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk memudahkan dalam
pelaksanaan kegiatan dilapangan, maka penulis menggunakan kegiatan yang terjadwal
sebagai berikut:
Tabel 1.3: Keadaan Jadwal Penelitian
N
o
Jenis Kegiatan
2019
Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan
Proposal
2 Pengajuan
proposaldan
penunjukkan dosen
Pembimbing
3 Konsultasi revisi
dengan dosen
pembimbing
4 Perbaikan
pembahasan, teori
dan latar belakang
5 Perbaikan tinjauan
pustaka dan hasil
penelitian
6 Perbaikan analisis
data dan hasil
wawancara
7 Analisis
kesimpulan hasil
penelitian
Keterangan: Jadwal Penelitian diatas dapat berubah sewaktu-waktu
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Historis dan Geografis Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
Pendirian sekolah ataupun lembaga pendidikan bertujuan untuk membantu masyarakat
dan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan agar bisa membentuk manusia sempurna
(Ahsani Taqwim) sehingga diharapkan mampu mengemban amanah. Guna manecapai hal
tersebut, telah dipersiapkan hal-hal yan menjadi komitmen dan konsistensi dalam
pengembangan pendidikan, yakni: keterpaduan sistem pembelajaran antara ilmu
pengetahuan, azas kekeluargaan, budaya profesional, prinsip pengelolaan pendidikan dengan
total, sehingga mampu menciptakan siswa yang berpengetahuan secara menyeluruh.
Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur
awal berdirinya dari rintisan swasta yang merupakan jawaban dari tuntutan sebagian
masyarakat yang berada di lingkungan Kabupaten Tanjung Jabung Timur ini tentang
pentingnya arti pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama khususnya
bagi anak-anak dewasa yang mempunyai cita-cita dalam mengarungi hidup dan
kehidupannya untuk masa yang berbeda atau masa yang akan datang. kemudian menjadi
Sekolah Menengah Pertama Kejuruan yang di negerikan pada tahun 2006. Sekolah
Menengah Kejuruan ini berada di Kelurahan Nipah Panjang I, Kecamatan Nipah Panjang
Kabupaten Tanjung Jabung Timur.39
Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur
awalnya bernama Sekolah Menengah Kejuruan Swasta kemudian berubah menjadi Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri berdasarkan SK Pendidikan Nasional Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Hal ini di urutkan berdasarkan berdirinya sekolah di Tanjung Jabung Timur.
Sejarah perjalanan sekolah ini juga mengalami perubahan yang signifikan. Awalnya sekolah
ini cukup sederhana yaitu dengan keadaan sekolah kecil di karenakan lokasinya cukup jauh
dari Kota Kecamatan Sabak, namun dengan perkembangan dan perubahan waktu lama-lama
sekolah ini berkembang cukup pesat berhubung lokasi daerahnya cukup luas dan jumlah
penduduk rumayan banyak, siswa bertambah dan semakin bertambah jumlahnya sec ara terus
39
Sumber Data: Dokumentasi Sejarah berdirinya Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur, Februari 2019
menerus dan juga nampaknya sekolah ini berhasil dalam menyelenggarakan proses
pendidikan.40
Pada waktu itu sekolah di bina oleh Drs. Burhanuddin, beliau termasuk sosok orang yang
memperjuangkan pendidikan bagi masyarakat, dengan sikap yang peduli pendidikan, ramah,
sabar sehingga masyarakat sekitar sekolah merasa senang dan tertarik menyekolahkan
anaknya di sekolah tersebut. Beliau membina sekolah tersebut hingga menjadi sekolah yang
dinegrikan menjadi Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung
Jabung Timur selama kurang lenih 14 tahun. Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur Tanjung Jabung Timur memiliki perkembangan dan prestasi lebih pesat sejak
tahun 2006, waktu itu dipimpin oleh seorang guru yang merupakan guru senior di sekolah
tersebut, beliau juga termasuk guru berprestasi, dengan dedikasi terhadap pendidikan yang
berjiwa ulet dan kreatif.
Dalam kegiatan lomba-lomba besar maupun kecil baik di itu tingkat Kabupaten samapi
tingkat Propinsi, namun kepemimpinan beliau tidak terlalu lama, hanya berlangsung 4 tahun
yakni periode 2006 samapi 2008. Di masa kepemimpinan beliau sekolah itu masih
berkembang cukup baik dimana prestasi demi prestasi masih terus di raihnya. Kemudian
dengan berjalanya waktu dan masa hingga sekarang ini Sekolah menengah Kejuruan Negeri
2 Tanjung Jabung Timur sudah terjadi beberapa kali pergantian kepala sekolah.
Selain itu, keadaan geografis Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur diantaranya Nama sekolah Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur, Nomor Statistik Sekolah/NSS: 40110080700, dengan tipe sekolah
A/A1/A2/B/B1/B2/C/C1/C2. Alamat di Kelurahan Nipah Panjang I, Kecamatan Nipah
Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur
berada di luas lahan 7.670 m2 dengan luas tanah terbangun 510m2 sedangkan tanah siap
bangun dengan luas 236 m2 selain itu status kepemilikan tanah yaitu hak milik, adapun
batas-batas wilayah Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung
Jabung Timur yaitu sebagai berikut:
a. Sebelah Barat berbatasan dengan jalan
40
Sumber Data: Dokumentasi Sejarah berdirinya Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur, Februari 2019
b. Sebelah Timur berbatasan dengan perkebunan masyarakat
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan rumah masyarakat
d. Sebelah Utara berbatasan dengan jalan ke Kota Sabak.41
Dilihat dari tempatnya, Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
Tanjung Jabung Timur sangatlah strategis, karena Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur ini berada di pusat masyarakat yang sangat
mendukung pendidikan dan juga letaknya sangat dekat dengan jalan umum yang menuju
pasar, sehingga akses antara warga sekolah dengan masyarakat cukup mudah.
B. Keadaan Struktur Organisasi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur
Organisasi sekolah dapat diartikan sebagai struktur atau susunan terutama dalam
penyusunan/penempatan orang-orang dalam suatu kelompok, atau berarti juga menempatkan
hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab
masing-masing di dalam struktur yang telah ditentukannya. Adapun keadaan struktur
organisasi Perpustakaan Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yaitu
sebagai berikut:
Gambar 4.1:
Stuktur Organisasi42
41
Sumber Data: Dokumentasi batas geografis Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur, Februari 2019
42 Sumber Data: Dokumentasi Struktur Organisasi Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur Tanjung Jabung Timur, Februari 2019
Pembina
UPT
TU Majelis Guru
Kepala Sekolah
Sisa/Siswi
C. Keadaan Guru dan Siswa Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur
1. Keadaan Guru
Guru adalah sebagai perantara ilmu. Namun, tanggung jawab guru tidak hanya
menyampaikan ilmu pengetahuan semata. Ia juga harus mendidik anak didiknya agar
menjadi insan yang bermoral baik. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat menjadi
guru disebabkan tanggung jawab yang berat ini. Mungkin kalau hanya sekadar
menyampaikan ilmu pengetahuan, semua orang bisa melakukannya. Akan tetapi, menjadi
guru yang sukses mendidik muridnya menjadi insane bermoral dan menjadi favorit
murid-muridnya, tentulah bukan hal yang mudah. Untuk menjadi guru yang sukses
mendidik murid-muridnya, seorang guru harus bisa menjalin hubungan yang dekat
dengan anak didik, baik secara fisik maupun batin.
Peranan guru sebagai tenaga pengajar atau pendidik sangatlah penting dalam
memberikan bekal ilmu pengetahuan melalui program belajar mengajar. Guru adalah
faktor yang sangat dominan dan sangat penting dalam pendidikan formal pada umumnya,
karena bagi siswa guru sering dijadikan teladan bahkan menjadi tokoh identitas diri, oleh
karena itu guru sebaiknya memiliki prilaku dan kemampuan yang memadai untuk
mengembangkan siswanya secara utuh. Dengan demikian tuntutan untuk meningkatkan
kinerja guru dalam mengajar hendaknya selalu diperhitungkan dan diperhatikan. Keadaan
guru Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung
Timur secara keseluruhan jumlah guru dan karyawan yaitu sebanyak 29 orang yang
terdiri dari 21 guru baik guru PNS ataupun honorer. Sedangkan 8 orang lainya sebagai
staf dan tenaga administrasi sekolah.43
Adapun keadaan guru dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.1 :
Keadaan Guru Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur44
No Nama Guru Pendidikan Terakhir
1 Indra Wirmawati, S.Pd Sarjana Strata Satu (S.I)
43
Sumber Data: Dokumentasi jumlah guru di Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur, Februari 2019
44 Sumber Data: Dokumentasi Jumlah Guru di Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur Tanjung Jabung Timur, Februari 2019
2 Khairuddin, S.Pd Sarjana Strata Satu (S.I)
3 Mustamin, S.Pd Sarjana Strata Satu (S.I)
4 Hapsah, S.Pd Sarjana Strata Satu (S.I)
5 Zulkarnedi, S.Pt Sarjana Strata Satu (S.I)
6 Sabaruddin, S.Pd Sarjana Strata Satu (S.I)
7 Kaharuddin, S.Pd Sarjana Strata Satu (S.I)
8 Enita Islamin, S.Pi Sarjana Strata Satu (S.I)
9 Marintar, S.Pd Sarjana Strata Satu (S.I)
10 Afriani Fitriana, S.Pd Sarjana Strata Satu (S.I)
11 Asni, S.Pd Sarjana Strata Satu (S.I)
12 Nur Aida, S.Pd.I Sarjana Strata Satu (S.I)
13 Nur Madiah, S.HI Sarjana Strata Satu (S.I)
14 Mugiran, ST Sarjana Strata Satu (S.I)
15 Ariyanto S.Kom Sarjana Strata Satu (S.I)
16 Muhammad Amri, A.Md Diploma II
17 Hanasafitri, S.Pd Sarjana Strata Satu (S.I)
18 Siti hajar, S.Pi Sarjana Strata Satu (S.I)
19 Hero, SS Sarjana Strata Satu (S.I)
20 Lismawati, S.Pd Sarjana Strata Satu (S.I)
21 Yulianti, S.Pd Sarjana Strata Satu (S.I)
22 Rika Yanti, S.Pd Sarjana Strata Satu (S.I)
23 Marlina, SE Sarjana Strata Satu (S.I)
24 Eli Marlina, S.Sos Sarjana Strata Satu (S.I)
25 Nuraini, S.Pd Sarjana Strata Satu (S.I)
26 Asna SMA
27 Sutina SMA
28 Samsul Alam Saleh SMA
29 Adriyanto SMA
30 Muhammad Yusuf, A.Md Diploma II
b. Keadaan Siswa
Adapun keadaan siswa di Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur Tanjung Jabung Timur yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.2:
Keadaan Siswa Berdasarkan Jumlah Jurusan45
No Kompetensi Keahlian Kelas Jumlah
1. Teknik Kapal Penangkap Ikan X TKPI 15
Agri Bisnis Perikanan X AGP 18
Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran X OTKP 30
Otomotif X TBSM 19
2 Teknik Kapal Penangkap Ikan XI TKPI 16
Agri Bisnis Perikanan X I AGP 0
Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran X I OTKP 27
Otomotif X I TBSM 16
3 Teknik Kapal Penangkap Ikan XII TKPI 16
Agri Bisnis Perikanan X II AGP 9
Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran X II OTKP 25
Otomotif X II TBSM 0
D. Tujuan, Visi dan Misi Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dirumuskan mengacu pada tujuan
umum berikut ini. Tujuan pendidikan dasar adalah meningkatkan kecerdasan,
pegetahuan, keperibadian, ahklak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan
megikuti pendidikan lebih lanjut. Berdasarkantujuan pendidikan secara umum, maka
tujuan yang hendak dicapai SMPN 13 Tanjung Jabung Timur,46
antara lain sebagai
berikut:
a. Memiliki lingkungan sekolah yang nyaman, asri dan kondusif untuk belajar.
b. 100% siswa yang beragama Islam memiliki kemampuan baca tulis Al-Quran dan
menjalankan syariat ibadah lainya.
c. Melaksanakan pembelajaran KTSP untuk semua mata pelajaran.
d. 100% siswa menaati tata tertib/tata krama sosial disekolah.
45
Sumber Data: Dokumentasi Jumlah Siswa di Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur, Februari 2019
46 Sumber Data: Dokumentasi Tujuan Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
Tanjung Jabung Timur, Februari 2019
e. Memperoleh selisih nilai ujian nasional atau NUN (gain score achievemet) 0,8 dari
(6,7 menjadi 7,5).
f. Memperoleh prestasi bidang oliempiade Sain tingkat Kabupaten/Propinsi.
g. Memiliki tim olahraga, minimal tiga cabang olahraga yang mampu berprestasi di
tingkat kabupaten/Propinsi.
h. Memiliki kelompok kesenian yang mampu tampil pada acara resmi dimasyarakat
maupun hari-hari besar nasional.
i. 70% siswa mampu mengoperasikan komputer dengan baik.
j. 60% siswa mampu berbahasa Inggris
k. Menjadi sekolah Adiwiyata menuju Adiwiyata mandiri.
l. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat
peserta didik.
m. Mempersiapkan peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat yang mandiri
dan berguna.
n. Mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan lebih lanjut.
o. Menjadi sekolah Rintisan Sekolah Standar Nasional (RSSN)/Sekolah Standar
Nasional (SSN).47
2. Visi Sekolah
Visi Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung
Timur, yaitu: “Berprestasi Berdasarkan Imtak, dan Iptek, serta Berwawasan
Lingkukungan” kami memeilih visi ini degan berorientasi pada tujuan jangka panjang,
menengah, dan pendek. Visi tersebut menjadi pedoman bagi setiap sivitas akademika
Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur
untuk mewujudkannya dalam mencapai tujuan sekolah.
Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita Sekolah menengah Kejuruan Negeri
2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur, antara lain:
a. Berorientasi keunggulan degan memerhatikan potensi kekinian sesuai degan norma
dan harapan masarakat.
47
Sumber Data: Dokumentasi Tujuan Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur, Februari 2019
b. Bersifat mengikat bagi setiap sivitas akademika Sekolah menengah Kejuruan Negeri
2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur dan
c. Sebagai panduan bagi pelaksanaan misi Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur.48
3. Misi Sekolah
Untuk mewujudkan visi Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur Tanjung Jabung Timur, tersebut, diperlukan suatu misi berupa kegiatan jangka
panjang degan arah yang jelas. misiSekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur Tanjung Jabung Timur yang disusun berdasarkan visi di atas, antara lain
sebagai berikut.:
a. Menanamkan sikap disiplin terhadap warga sekolah
b. Melatih dan membimbing siswa secara intensif dalam menghadapi ujian nasional.
c. Melatih dan membimbing siswa secara kontinu dan intensif dalam bidang olympiade
matematika, fisika, biologi, dan astronomi/IPS terpadu).
d. Mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai agama dalam kehidupan warga sekolah.
e. Membina dan mengembangkan kemampuan siswa dalam bidang olah raga dan seni.
f. Meningkatkan kesadaran warga sekolah dalam upaya menciptakan, memelihara,
melestarikan lingkungan sekolah sehingga tercipta lingkungan yang asri dalam upaya
menwujudkan sekolah yang adiwiyata.
g. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif untuk mengoptimalkan
potensi siswa.
h. Menciptakan suasana yang kondusif untuk keefektifan seluruh kegiatan sekolah.
i. Mengambangkan budaya kompetitif bagi peningkatan prestasi siswa.
j. Mengembangkan pribadi yang cinta tanah air dan bangsa.49
E. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang
dilakukan di dalam pelayanan publik termasuk perpustakaan, karena apabila kedua hal ini
tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang
48
Sumber Data: Dokumentasi Visi Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur, Februari 2019
49Sumber Data: Dokumentasi Misi Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung
Jabung Timur, Februari 2019
diharapkan sesuai dengan rencana. Keberadaan sarana prasarana perpustakaan sangat
diperlukan karena keberadaannya sangat mendukung pelaksanaan proses pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Adapun keadaan sarana prasarana Sekolah menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Timur yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.3:
Keadaan Sarana Prasara
NO Sarana Prasarana Jumlah Keterangan
1. Ruang Kepala Sekolah 1 Ruangan Baik
2. Perpustakaan 2 Ruangan Baik
3. Ruang Kelas 1 Ruangan Baik
4. Ruang UKS 1 Ruangan Baik
5. Ruang Kesenian 1 Ruangan Baik
6. Ruang Guru 1 Ruangan Baik
7. Ruang Tamu 1 Ruangan Baik
8. Ruang Tata Usaha 1 Ruangan Baik
9. Gudang 1 Ruangan Baik
10. WC Guru 1 Ruangan Baik
11. WC Siswa 5 Ruang Baik
28. PMR/Pramuka 1 Ruangan Baik
13. Osis 1 Ruangan Baik
14. Kursi Siswa 290 Cukup Baik
15. Meja Siswa 290 Cukup Baik
BAB III
BENTUK KENAKALAN SISWA DI SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN NEGERI 2 TANJUNG JABUNG TIMUR
A. Tidak Sopan dalam Bersikap dan Berbicara
1. Berbicara Kasar/Nada Tinggi
Keluarga yang kurang menanamkan pendidikan siswa sejek kecil, sehingga mereka
tidak dapat memahami norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan
yang baik yang sesuai dengan ajaran agama tidak dicontohkan siswa kepada siswa sejak
kecil. Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang dibentuk sejak lahir akan menjadi dasar pokok
dalam pembentukan kepribadian siswa. Apabila kepribadian dipenuhi oleh nilai agama, maka
akan terhindarlah siswa dari kelakukan-kelakuan yang tidak baik. Salah satu sikap yang
kurang baik siswa yaitu ketika berbicara terlihat kasar dan tidak sopan. Sikap-sikap siswa
yang demikian jika dibiarkan maka akan berdampak pada perilaku negatif.
Wawancara peneliti dengan salah satu siswa yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, yang berbicara kurang sopan pada saat bermain bersama
teman-teman satu geng nya, ia menjelaskan sebagai berikut:
Saya sudah terbiasa berbicara dengan nada keras, saya rasa tidak ada yang salah
dengan ucapan saya, karena berbicara seperti itu sudah biasa dikeluarga saya, apalagi
saya berbicara hanya dengan teman-teman saya yang juga dalam berkomunikasi
mereka sering menggunakan bahasa yang kasar, tetapi bagi itu hal yang biasa,
walaupun ketika di kelas saya beserta teman-teman mendapatkan teguran dari guru
kelas.50
Kurang baiknya akhlak siswa selalu menjadi langkah pertama dalam melakukan suatu
kegiatan dan bentuk kenakalan, melalui pergaulan inilah mereka dapat pengalaman dimana
pengalaman ini biasanya dipraktekkan dalam bentuk perbuatan dan kelakuan, sementara apa
yang dilakukan itu ada merupakan buruknya pergaulan siswa yang tidak disadari, karena bagi
siswa belum dapat memahami terhadap akibat yang akan ditimbulkan, baik bagi dirinya
maupun bagi masa depannya.
Sebagaimana yang dikemukakan salah satu siswa di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang menjelaskan sebagai berikut:
Kurang baiknya pergaulan siswa ditunjukkan dengan berbicara kurang sopan terhadap
teman sebaya ataupun terhadap orang yang lebih tua, membuat kegaduhan
50
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 2 Februari 2019
dilingkungan masyarakat, melakukan hal-hal ataupun perbuatan yang negatif sehingga
bisa mengganggu lingkungan, hal ini sering terjadi karena Pendidikan agama dan
bimbingan tentang agama kurang dimulai sejak dini, padahal tujuannya adalah agar
membuat siswa memiliki kepribadian yang islami, dengan karakter dan moral yang
baik, prinsip-prinsip Islami yang kuat, memiliki sarana untuk menghadapi tuntutan
hidup dengan cara yang matang dan bertanggung jawab.51
Wawancara peneliti lanjutkan lagi dengan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
2 Tanjung Jabung Timur, yang menambahkan keteranganya sebagai berikut: Meskipun
perhatian dan pengawasan yang diberikan kepada siswa selalu dilakukan, namun masih ada
juga siswa yang kurang memiliki etika kesopanan terutama ketika meraka melakukan
komunikasi atau berbicara dilingkungan masyarakat. Hal ini yang menjadi penyebab
buruknya pergaulan siswa sehingga terbawa dilingkungan kelurga dan juga lingkungan
masyarakat.52
Sesuai dengan hasil observasi di lapangan telah diperoleh suatu gambaran bahwa masih
terlihat keadaan kenakalan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur cukup baik, meskipun masih ada beberapa siswa yang mengeluarkan kata-kata yang
tidak sopan dan ada juga siswa yang kurang begitu menghormati orang yang lebih tua. Sikap
siswa yang kurang baik tentunya akan berdampak fatal jika tidak mendapatkan pencegahan
agar akhlak yang kurang baik tersebut dapat diatasi. 53
2. Mengobrol pada Saat Jam Pelajaran
Sikap yang kurang terpuji juga terlihat dari beberpa perilaku siswa ketika mengikuti
proses pembelajaran. Wawancara dengan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur mengenai sikap siswa yang sering mengobrol pada saat jam
pembelajaran sedang berlangsung, yang mengatakan:
Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur memang
belum seluruhnya mengikuti pembelajaran dengan baik, masih ada beberapa mahasiswa
yang sering mengobrol pada saat guru menjelaskan materi, terkadang guru sampai
bosan menegur dan menasehati karena tidak dihiraukan oleh siswa, padahal dampak
51
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 2 Februari 2019
52Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 2 Februari 2019 53
Observasi oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 8 Februari 2019
mengobrol di kelas pada saat guru menjelaskan materi siswa tidak akan memahami
materi yang dijelaskan oleh guru.54
Pengaruh pergaulan bagi siswa selalu menjadi langkah pertama dalam melakukan suatu
kegiatan dan bentuk kenakalan, melalui pergaulan inilah mereka dapat pengalaman dimana
pengalaman ini biasanya dipraktekkan dalam bentuk perbuatan dan kelakuan, sementara apa
yang dilakukan itu ada yang melanggar aturan, etika dan moral dan ini tidak disadari, karena
bagi siswa belum dapat memahami terhadap akibat yang akan ditimbulkan, baik bagi dirinya
saat sekarang maupun terhadap masa depannya.
Wawancara dengan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur yang mengatakan:
Perilaku siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
memang belum seluruhnya baik, karena masih ada beberapa siswa yang kurang
memiliki pemahaman agama sehingga mereka melakukan perbuatan negatif tanpa
mengetahui hal tersebut adalah salah, perilaku yang terlihat seperti mengobrol di dalam
kelas pada saat guru menjelaskan materi, hal ini dianggap biasa oleh siswa karena
mereka belum memahami pentingnya menghargai seorang guru.55
Siswa yang sudah menginjak usia siswa biasanya akan labil. Siswa adalah bagian umur
yang sangat banyak mengalami masalah dalam hidup dimana siswa masih memiliki kejiwaan
yang labil dan justru kelabilan itu yang membuat si siswa menjadi terganggu jiwanya.
Kurangnya pendidikan agama dikarenakan salah satu faktor yang kurangnya pendidikan
agama dalam keluarga. Dari siswa yang kurang memberikan semangat mengenai pendidikan
kepada siswa-siswa, kemudian faktor yang lain adalah adanya pergaulan-pergaulan bebas
yang siswa yang tidak mampu mengendalikan sehingga faktor pendidikan mereka lepaskan
atau tidak bersekolah lagi. Ini semua yang menyebabkan kurangnya pendidikan agama islam,
terutama dikalangan siswa karena faktor kurangnya perhatian orangtua pada siswa-
siswanya.56
3. Bermain Handphone
Semakin canggihnya alat komunikasi atau media sosial seperti handphone, sangat
memberikan pengaruh yang besar bagi siswa. Media elektronik seperti TV, VCD dan lain
sebagainya sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental siswa. Hasil observasi di lapangan
54
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 2 Februari 2019
55Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 12 Februari 2019 56
Observasi oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 12 Februari 2019
diperoleh suatu data maupun gambaran bahwa ada siswa yang memiliki skap negatif ketika
di dalam kelas, hal ini terlihat ketika belajar masih ada siswa yang bemain hp ketika jam
pembelajaran sedang berlangsung. Hal ini disebabkan pengaruh negatif dari media yang
mereka dapatkan melalui media komunikasi handphone.57
Selanjutnya hasil wawancara dengan salah satu guru di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang mengatakan:
Faktor lain yang mempengaruhi pergeseran nilai-nilai agama pada siswa-siswa adalah
semakin canggihnya informasi yang mudah diakses atau didapatkan oleh siswa-siswa,
terutama berupa informasi dari media elektronik seperti handphone. Dimana melalui
media HP ini didukung dengan adanya video, film-film yang memberikan contoh
kurang baik. terutama gaya hidup yang serba bebas, sehingga para siswa mengikuti
dengan gaya berpakaian yang kurang pantas, seperti baju tidak dimasukan, tidak
menggunakan dasi, menggunakan gelang dan anting pada siswa laki-laki, selain itu
para siswa juga terkadang menggunakan Hp pada saat jam pelajaran berlangsung.58
Memberikan tuntunan bagaimana cara mendidik dan mempersiapkan siswa adalah
dengan cara keteladanan yang akan memfokuskan perhatian pada pengkaderan individu dan
pembentukan kepribadian secara alami. Penanaman akhlak dan moral siswa perlu
ditanamkan sejak dini karena siswa lebih mudah menyerap dan meniru terhadap contoh yang
diajarkan sehingga lebih mudah untuk membentuk kepribadian siswa yang baik ke
depannya.59
Kemudian hasil wawancara dengan guru, di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
2 Tanjung Jabung Timur yang mengatakan:
Perilaku siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur buruk
karena dipengaruhi media elektronik salah satunya HP yang kurang mendidik. Banyak
siswa yang sikap dan perilaku menjadi negatif, seperti siswa asyik menggunakan HP
ketika jam belajar sedang berlangsung. Media HP yang mudah didapatkan oleh siswa-
siswa merupakan salah satu penyebab kurang baiknya kecerdasan emosional siswa.60
Masalah ini memang dapat dirasakan bersama baik masyarakat yang ada di didesa
maupun didaerah transisi, dimana pengaruh media massa bisa mempengaruhi ataupun
menghambat prilaku ataupun akhlak siswa dalam bertindak, karena dengan banyaknya media
masa yang ada banyak pula contoh-contoh yang negatif dan positif dari berbagai program
57
Observasi oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 Tanjung Jabung Timur, 12 Februari 2019
58Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 12 Februari 2019 59
Observasi oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 8 Februari 2019
60Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 12 Februari 2019
yang dihadirkan media massa, siswa yang tidak mendapatkan kendali ataupun kontrol dari
siswanya dalam menerima berbagai informasi dari media massa maka akan terbawa
pengaruh yang negatif, dan hal tersebut juga terlihat dilingkungan Sungai Salak Kabupaten
Indra Giri Hilir Riau meskipun para siswa selalu menerapkan peraturan dengan disiplin yang
cukup mebimbing dan mendidik prilaku siswa ketika berada dilingkungan keluarga dan
masyarakat tetapi masih ada beberapa siswa yang terlihat belum mencermikan kemampuan
sosial emosionalnya semakin baik.
B. Sikap Membolos dan Tidak Mengerjakan Tugas
Faktor kurang baiknya pergaulan siswa yang melakukan kegiatan negatif seperti
membolos dan tidak mengerjakan tugas dari guru disebabkan masih adanya siswa yang
belum memahami pentingnya mengkuti proses pembelajaran dengan sikap dan perilaku yang
baik dan benar. Selain itu kurangnya pendidikan agama yang ditanamkan kepada siswa juga
mempengaruhi akhlak siswa dalam bertindak dan bersikap. Oleh karena itu peran siswa
dalam keluarga benar-benar sangat dituntut untuk mencerminkan keteladanan yang baik agar
dapat dicontoh siswa dalam bersikap dan bertindak.61
Wawancara peneliti dengan salah satu
guru yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yaitu sebagai
berikut:
Salah satu sikap yang kurang terpuji dari siswa di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yaitu masih terbiasa membolos ketika masih ada jam
pelajaran berlangsung, sikap membolos menurut mereka hal yang biasa karena mereka
sudah jenuh mengikuti proses pembelajaran, meskipun diberi teguran oleh guru yang
bersangkutan tetapi masih ada beberapa siswa yang sering melakukan hal tersebut.62
Siswa dan siswa-siswa pada umumnya memiliki hubungan yang sangat erat baik secara
fisik maupun secara emosional. Dari sinilah siswa biasa mengambil sebuah keputusan bahwa
siswalah yang sangat berperan penting dalam memperagamakan seorang siswa. Jika seorang
siswa tidak ditanamkan nilai agama sejak kecil maka seorang siswa inilah adalah salah satu
generasi yang akan menghancurkan dunia.63
Kemudian hasil wawancara dengan guru, di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang mengatakan:
61
Observasi oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 8 Februari 2019
62Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 2 Februari 2019 63
Observasi oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 8 Februari 2019
Beberapa siswa yang membolos biasanya mereka memiliki alasan tersendiri, alasan-
alasan tersebut seperti kurang menyukai bidang studi tertentu, atau bahkan bidang studi
tersebut dianggap sepele, oleh karena itu mereka membolos pada saat proses
pembelajaran sedang berlangsung. Selain itu ketika mereka tidak mengerjakan tugas
dari guru maka mereka juga memilih untuk membolos.64
Sesuai dengan hasil observasi di lapangan telah diperoleh suatu gambaran bahwa masih
terlihat siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, di saat
meraka bergaul dengan teman-teman sebayanya ada beberapa siswa yang terlihat saling
mempengaruhi untuk melakukan tindakan membolos pada saat jam pelajaran sedang
berlangsung. Sebagaimana yang dikemukakan salah satu guru yang ada di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang menyatakan:
Masih kurangnya pengamalan dan pemahaman tentang pentingnya pendidikan pada
usia sekolah sehingga mengakibatkan siswa menjadi terbiasa melakukan perilaku-
perilaku yang kurang baik, siswa mudah dipengaruhi oleh teman-temanya untuk
membolos pada saat jam pelajaran dan mengerjakan tugas dari guru yang dianggap
sepele dan tidak penting, sehingga kebiasaan membolos karena tidak mengerjakan
tugas sudah dianggap biasa.65
Wawancara dengan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur yang mengatakan:
Meskipun perhatian dan pengawasan yang diberikan kepada siswa selalu dilakukan,
namun masih ada juga siswa yang kurang baik dalam mengikuti pembelajaran seperti
membolos. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang memang pemahaman
tentang pentingnya pendidikan masih kurang, sehingga hal ini mengakibatkan tindakan
siswa yang kurang menghargai guru masih sering terjadi, misalnya membolos dan
jarang mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh guru.66
Tingkat pendidikan seseorang membantu orang mendapatkan rasa hormat dan
pengakuan ini adalah bagian tidak terpisahkan dan kehidupan baik secara pribadi maupun
sosial. Pendidikan agama sangat erat sekali kaitannya dengan pendidikan pada umumnya,
pendidikan agama bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan siswa terhadap Allah SWT.
Tujuan pendidikan agama yang sejalan dengan misi Islam yaitu mempertinggi nilai-nilai
akhlak sehingga mencapai akhlakul karimah. Tujuan dari pendidikan agama adalah
64
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 12 Februari 2019
65Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 12 Februari 2019 66
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 12 Februari 2019
pembentukan akhlak yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, jiwa yang
bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi.
C. Perilaku Berkelahi
Karakter ataupun kepribadian siswa dalam kelas sangat berbeda-beda, karena latar
belakang sosial siswa berbeda-beda, oleh karena itu siswa dituntut membentuk karakter
ataupun kepribadian siswa. Suasana dalam lingkungan keluarga dapat mempengaruhi
pembinaan karakter siswa. Suasana yang ideal bagi pertumbuhan kepribadian siswa adalah
adanya kesamaan sikap siswa dalam pembinaan siswa. Siswa yang mampu dan bijaksana
serta mempunyai kepribadian yang kuat dan baik, akan dapat memperbaiki pendidikan yang
salah yang di dapat siswa dalam keluarga.67
Sebaliknya siswa dan lingkungan keluarga yang tidak baik dapat pula merusak, bahkan
menghancurkan apa yang di dapat siswa di dalam keluarga. Salah satu perilaku yang kurang
baik dalam lingkungan keluarga dan terbawa dilingkungan sekolah atau masyarakat salah
satunya antar siswa sering melakukan perkelahian, dimana sikap berkelahi biasanya terjadi
antar siswa disekolah tersebut atau bahkan terjadi dilingkungan antar sekolah.
Wawancara dengan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur yang mengatakan:
Beberapa siswa memang masih terlihat melakukan kenakalan-kenakalan dalam
bentuk perkelahian, biasanya yang sering terjadi mereka melakukan perkelahian sesama
siswa antar sekolah karena faktor pergaulan, jika salah satu teman dari siswa merasa
diganggu atau tersinggung dengan sikap siswa sekolah lain maka mereka akan
melakukan pekelahian dengan dalih membela teman satu sekolah, meskipun hal
tersebut sudah sangat dilarang oleh pihak sekolah.68
Di setiap masyarakat, ada tatanan nilai atau norma yang mengatur apa yang dianggap
baik atau buruk. Selain itu juga ada nilai agama dan budaya yang mendukungnya. Sehingga
dapat dikatakan bahwa karakter positif adalah sikap dan perilaku baik yang dapat diterima
dan sesuai dengan nilai budaya, agama dan norma masyarakat. Sikap dan perilaku siswa
yang juga mempengaruhi dalam melakukan perbuatan yang negatif sering dilakukan dalam
bentuk perkelahian karena berebut pacar, hal ini seperti dijelaskan oleh salah satu siswa yang
67
Observasi oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 8 Februari 2019
68Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 12 Februari 2019
mengaku pernah berkelahi dengan siswa lain sekolah karena dilatar belakangi berebut teman
wanita,69
ia menjelaskan sebagai berikut:
Saya memang pernah berkelahi dengan siswa yang berasal dari sekolah lain, karena
saya merasa salah satu teman perempuan yang berasal dari sekolah ini di remehkan
oleh mereka, sehingga saya dan teman-teman lainya tidak terima. Selain itu teman saya
juga di ajak pacaran oleh siswa yang berasal dari sekolah lain, hal ini pasti nanti akan
menyebabkan teman saya ini menjadi malas sekolah karena sering berpacaran di jam
sekolah.70
Butuh kesabaran dan ketelatenan siswa untuk terus membimbing siswa sekaligus
memberi contoh perilaku yang positif kepada siswa. Tidak semua perkembangan siswa,
khususnya yang berhubungan dengan pembentukan sikap, berjalan secara alami seiring
bertambahnya umur. Artinya banyak hal yang perlu diajarkan dan dilatih, serta dibenahi jika
terjadi kesalahan. Dikoreksi disini juga jangan diartikan dengan harus memarahi siswa ketika
berbuat yang tidak baik tapi dibarengi dengan menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan.
Ada baiknya guru mengingatkannya sekaligus mencontohkan cara meminta ijin yang baik,
sehingga siswa tidak merasa hanya disalahkan tetapi juga mengerti alternatif perilaku apa
yang dapat dilakukannya yang lebih baik dan dapat diterima.71
Berbeda dengan hasil pengamatan penulis yang melihat bahwa prilaku siswa yang
kurang baik ketika siswa berada dilingkungan masyarakat, dimana masih ada siswa dalam
sering berkelahi dengan siswa lain, berprilaku dengan gaya yang sombong, nada bicara
cukup tinggi meskipun berbicara di hadapan teman sendiri sehingga prilaku siswa juga
terlihat belum baik karena rata-rata prilaku siswa ada yang menyimpang. Begitu juga dengan
keadaan akhlak siswa yang sering melakukan perkelahian di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur seperti yang dijelaskan oleh guru yang memberikan
keterangan sebagai berikut:
Karakter atau akhlak siswa dalam bergaul di kehidupan sehari-hari memang belum
seluruhnya baik, hal ini bisa dilihat dari cara siswa bergaul yang sering sekali berujung
pada perkelahian antar meraka, banyak hal yang melatarbelakangi perkelahian mereka
baik itu masalah pasangan teman wanitanya (pacaran), merasa tersinggung, merasa
69
Observasi oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 8 Februari 2019
70Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 12 Februari 2019 71
Observasi oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 8 Februari 2019
tersaingi dengan teman lain atau dengan alasan membela teman yang dizolimi, sikap-
sikap demikian sudah sangat biasa dilakukan oleh para siswa.72
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa perbuatan dan prilaku siswa
dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pelajar yang terdidik memang belum
terlaksana dengan maksimal. Dalam menentukan karakter/prilaku siswa menjadi lebih baik,
dalam hal ini, di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur sudah cukup
memberikan teladan yang baik bagi para siswanya, hal ini terlihat dari selalu mengadakan
bimbingan, arahan dan nasehat perihal prilaku/karakter siswa untuk lebih baik sehingga apa
yang telah dicontohkan benar-benar diteladani oleh siswa. Meskipun masih ada beberapa
siswa yang memang masih terlihat melakukan sikap atau perilaku yang negatif.73
Ketulusan dan kesungguhan guru dalam bersikap dan bertindak sangat dibutuhkan oleh
para siswa. Siswa membutuhkan orientasi karakter dan tindakan yang selaras dari
penghayatan nilai-nilai. Dalam penelitian ini, terlihat sama sekali tidak ada sikap kepura-
puraan atau perilaku yang dibuat-buat dalam diriguru dalam memberikan sikap yang positif.
Siswa diharapkan menangkap dan memahami bahwa hal yang dilihatnya adalah nyata dan
merupakan karakter yang sebenarnya. Dalam hal ini, orientasi menunjukan hubungan antar
manusia, yaitu manusia yang satu menerima manusia yang lain dalam hubungan penuh
kepercayaan. Kesadaran bahwa siswa adalah teladan bukan berarti meniadakan orientasi.
Kesadaran mengenai keteladanan, bukan bearti bahwa prilaku guru menjadi sesuatu yang
direkayasa.
D. Perbuatan Merokok
Kasus merokok pada usia anak sekolah akan sangat berdampak fatal karena mengingat
usia anak yang masih dalam proses pertumbuhan. Selain akan berdampak pada kesehatan
juga akan berdampak pada masa depan anak tersebut, karena anak memiliki kedudukan yang
strategis dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Kasus anak merokok di Indonesia
sudah pada tingkat yang sangat memprihatinkan. Realitas adanya pergeseran usia yang
signifikan dalam profil perokok Indonesia dengan ledakan jumlah perokok usia anak. Maka
dapat diprediksi bahwa pada tahun 2020 kemungkinan besar profil penderita penyakit akibat
72
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 8 Februari 2019
73Observasi oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 8 Februari
2019
merokok adalah generasi yang berusia lebih muda.74
Perilaku merokok pada tingkat anak dan
remaja juga terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur seperti
yang dijelaskan oleh guru yang memberikan keterangan sebagai berikut:
Kebiasaan siswa yang negatif salah satunya adalah merokok, meskipun perilaku
merokok tersebut tidak secara langsung terlihat dikelas, tetapi berdasarkan laporan dari
guru kelas, dari pedagang di kantin dan juga masyarakat masih sering menemukan
siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang merokok.
Alasan mereka merokok karena di lakukan diluar sekolah meskipun terkadang masih
ditemukan di sekolah.75
Perilaku siswa merokok tidak terlepas dari interaksi di dalam keluarga karena
lingkungan pertama yang berhubungan dengan siswa adalah orang tua, saudara, serta kerabat
dekatnya yang tingggal serumah. Melalui lingkungan
seperti itulah seorang siswa mengenal dunia sekitar dan pola pergaulan hidup serta menjalani
proses sosialisasi awal. Pengalaman-pengalaman yang dilalui siswa dalam interaksi sosial
khususnya dalam keluarga turut menentukan cara-cara tingkah laku siswa terhadap orang lain
dalam pergaulan sosial di luar keluarga. Menanggapi prilaku ataupun karakter siswa yang
mengaku merokok salah satunya siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur juga menambahkan keterangan sebagai berikut:
Saya memang pernah merokok ketika ada teman-teman yang mengajak, tetapi tidak
sering, saya juga merokok hanya beberapa saja tidak terlalu banyak karena orang tua
juga belum boleh merokok sebelum saya bisa mencari uang sendiri. Tetapi karena
teman-teman sering mengajak ketika berkumpul bersama maka saya hanya
mengimbangi saja, jika tidak iukt merokok teman-teman bisa menghindar karena saya
tidak ikut mereka.76
Dalam keluarga,umumnya terjadi hubungan interaksi yang intim antar sesama anggota
keluarga. Segala sesuatu yang diperbuat siswa mempengaruhi keluarga dan juga sebaliknya.
Keluarga memberikan dasar bagi pembentukan tingkah laku, watak, dan moral pada anak,
termasuk diantaranya perilaku merokok. Selain keluarga perilaku anak merokok juga tidak
terlepas dari interaksi teman sebaya atau teman sepermainan yang ada di dalam aktivitas
berkumpul dan masyarakat dimana tempat anak tersebut tumbuh dan berkembang.
74
Observasi oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 8 Februari 2019
75Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 12 Februari 2019 76
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 12 Februari 2019
Pada umumnya anak lebih suka tertarik dengan kegiatan-kegiatan di luar rumah.
Karena anak-anak lebih sering melakukan aktivitas bermain di luar rumah, mereka
mendapatkan beberapa pelajaran dari teman sepermainannya (peers groups). Melalui teman
bermain anak dapat melakukan kegiatan positif yang tidak akan menimbulkan masalah dan
juga dapat melakukan kegiatan negatif yang dapat mengganggu lingkungan seperti mencuri,
merusak, merokok dan lain-lain.77
Wawancara peneliti lanjutkan dengan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur juga menambahkan keterangan di atas yang menjelaskan sebagai
berikut:
Sering sekali perbuatan negatif ini hanya terdorong oleh keinginan untuk mencoba-
coba karena rasa penasaran dan dorongan dari teman. Misalnya pada kasus siswa yang
merokok, hal ini bisa disebabkan salah satunya karena faktor lingkungan tempat tinggal
siswa tersebut, siswa meniru perilaku orang-orang yang merokok yang berada di
sekitarnya, misalnya keluarganya sendiri. Bahkan ada yang berpendapat jika tidak ingin
seorang anak merokok maka di dalam keluarga tersebut tidak boleh ada yang
merokok.78
Lingkungan sosial dimana individu berada mempengaruhi pola tingkah laku individu
tersebut. Lingkungan yang baik cenderung akan membentuk pola tingkah laku individu yang
baik, begitu pula dengan lingkungan sosial yang kurang baik maka cenderung akan
membentuk pola tingkah laku yang kurang baik pada individu yang terdapat di dalamnya.
Lingkungan ini sendiri terdiri dari bermacam-macam objek sosial seperti makhluk hidup
yang ada di sekitar dan dapat berinteraksi, dan bermacam-macam objek non-sosial seperti
benda-benda mati yang tidak dapat melakukan interaksi serta nilai dan norma.79
Wawancara
peneliti dengan guru yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur, ia memberikan keterangan sebagai berikut:
Perilaku merokok pada siswa sebenarnya berdasarkan paradigma perilaku sosial dapat
dilihat dari tingkah laku siswa yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor
lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan
77
Observasi oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 8 Februari 2019
78Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 12 Februari 2019 79
Observasi oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 8 Februari 2019
menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Jadi, terdapat hubungan fungsional
antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan siswa tersebut.80
Pengamatan peneliti melihat bahwa berbagai alasan siswa yang merokok yaitu
dikarenakan ingin coba-coba, ikut-ikutan, ingin tahu enaknya rokok, sekedar ingin
merasakan kesepian, agar terlihat gaya, meniru orang tua, iseng, menghilangkan ketegangan,
kebiasaan saja untuk pergaulan, biar tidak dikatakan banci, lambang kedewasaan, dan
mencari inspirasi. Alasan lain adalah sebagai penghilang stres, penghilang jenuh, pencari
ilham, gengsi, sukar melepaskan diri, pengaruh lingkungan, anti mulut asam, pencuci mulut,
kenikmatan. Khusus bagi remaja menunjukkan besarnya pengaruh iklan, kemungkinan untuk
menjadi perokok pada anak dan remaja yang menyetujui iklan rokok dua kali lebih besar
daripada mereka yang tidak menyetujui iklan rokok.
Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi masih
banyak orang yang masih melakukannya. Bahkan ada banyak orang mulai merokok ketika
masih anak-anak. Seorang individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan
biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Seseorang merokok karena faktor-
faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi dan tingkat pendidikan.
80
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 12 Februari 2019
BAB IV
PELAKSANAAN BIMBINGAN BEHAVIORAL DAN EFEKTIFITAS
DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA
A. Pelaksanaan Konseling Behavioral dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
1. Persiapan Pelaksanaan Konseling Behavioral
a. Membuat Perencanan Program Bimbingan Konseling Mingguan, Bulanan dan
Tahunan
Bimbingan konseling behavioral merupakan proses, maka dalam pelaksanaannya
memerlukan suatu program yang baik, untuk itu perlu adanya perencanaan yang
sistematis dan terarah. Dalam penyusunan rencana program kegiatan bimbingan
konseling behavioral guru BK sebagai pembimbing bertugas merencanakan program
kerja dan memperhatikan beberapa pertimbangan yang masuk dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling. Wawancara dengan guru di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang mengatakan:
Sebelum melaksanakan bimbingan konseling behavioral biasanya saya selalu
melakukan beberapa perencaraan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan
bimbingan konseling behavioral di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur, salah satu perencanaan yang saya kerjakan yaitu membuat
perencanaan perangkat pembelajaran bimbingan dan konseling.81
Perencanaan bimbingan konseling behavioral di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, telah ditemukan pada guru
BK bahwa mereka membuat perencanaan perangkat pembelajaran bimbingan dan
konseling (RPBK), program pelayanan bimbingan dan konseling, program tahunan,
program semesteran. Dalam menentukan program bimbingan dan konseling guru
pembimbing tidak bekerja sendiri akan tetapi melibatkan guru mata pelajaran tertentu
untuk bekerja sama dalam merencanakan program-program bimbingan dan konseling
supaya terlaksana dengan maksimal.82 Wawancara dengan guru di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang mengatakan:
81
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
82Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari
2019
Perencanaan yang saya lakukan untuk memaksimalkan pelaksanaan bimbingan
konseling behavioral yaitu dengan membuat perencanaan program pelayanan
bimbingan dan konseling baik program tahunan maupun program semesteran,
dengan menyusun atau membuat perencanaan yang sistematis maka akan lebih
mempermudah pelaksanaan bimbingan konseling behavioral.83
Tahap perencanaan, yang dilakukan oleh guru BK yaitu dengan membuat
perencanaan program tahunan, program bulanan dan program harian. Program satuan
layanan dan kegiatan pendukung direncanakan secara tertulis dengan memuat sasaran,
tujuan, materi, metode, waktu, tempat dan rencana penilaian. Wawancara dengan guru di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang mengatakan:
Untuk tercapainya program perencanaan BK yang efektif dan efisien, seya selaku
guru BK melakukan beberapa hal yang saya lakukan yaitu: analisis kebutuhan
siswa, penentuan tujuan BK, analisis situasi sekolah, penentuan jenis kegiatan yang
akan dilaksanakan, penetapan metode pelaksanaan kegiatan, penetapan personel
kegiatan, persiapan fasilitas dan biaya kegiatan, dan perkiraan tentang hambatan
kegiatan dan antisipasinya.
Perencanaan program tahunan yang didalamnya meliputi program semesteran dan
bulanan yaitu program yang akan dilaksanakan selama satu tahun pelajaran dalam unit
semesteran dan bulanan. Program ini mengumpulkan seluruh kegiatan selama satu tahun
untuk masing-masing kelas. Program tahunan dipecah menjadi program semesteran dan
program semesteran dipecah menjadi program bulanan. Program bulanan yang
didalamnya meliputi program mingguan dan harian, yatiu program yang akan
dilaksanakan selama satu bulan dalam unit mingguan dan harian. Program ini
mengumpulkan seluruh kegiatan selama satu bulan untuk kurun bulan yang sama dengan
tahun-tahun sebelumnya dengan modifikasi sesuai dengan kebutuhan siswa. Program
bulanan merupakan jabaran dari program semesteran, sedangkan program mingguan
merupakan jabaran dari program
bulanan. Program harian yaitu program yang akan dilaksanakan pada hari-hari tertentu
dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari
program mingguan untuk kelas tertentu. Program ini dibuat secara teretulis pada satuan
layanan dan atau kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.84
b. Mengadakan Survei Terhadap Siswa Bermasalah
83
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
84Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari
2019
Pada tahap persiapan ini kegiatan yang dilakukan ialah dengan mengadakan survey
untuk menginventarisasikan tujuan, kebutuhan, kemampuan serta kesiapan siswa yang
akan dilaksanakan oleh guru BK. Wawancara dengan guru di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang mengatakan:
Ketika melakukan perencanaan sebelum melaksanakan bimbingan konseling
maka saya sebagai guru BK melakukan pengamatan atau survei terhadap siswa
yang sedang bermasalah, pengamatan ini saya lakukan ketika proses pembelajaran
berlangsung atau pada saat di luar jam belajar, sehingga dengan melakukan
pengamatan atau survei terlebih dahulu maka saya bisa membuat perencanaan
bimbingan konseling sesuai kebutuhan siswa.85
Dalam tahapan ini mempunyai arti yang sangat penting bagi pembimbing untuk
menarik perhatian, minat dalam pelaksanaan bimbingan konseling behavioral
menentukan titik tolak program dan memelihara suasana kerjasama yang
menguntungkan. Sebelum membuat perencanaan bimbingan konseling guru BK jga
melakukan kerja sama dengan guru kelas atau guru bdang studi untuk mengetahui
problem atau masalah siswa. Wawancara dengan guru di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang mengatakan:
Membuat perencanaan bimbingan konseling khususnya perencanaan untuk
bimbingan harian dan bulanan memang saya maksimalkan dengan melakukan
survei atau pengamatan kepada siswa baik melalui proses pembelajaran maupun
survei ketika di luar jam belajar, sehingga saya secara langsung dapat mengetahui
permasalahan-permasalahan yang dhadapi oleh siswa, saya juga melakukan
kerjasama dengan guru BK ketika melakukan survei terhadap siswa.86
Pada tahapan ini semua pihak baik kepala sekolah, guru bidang study, peserta didik
dan karyawan serta staff yang lain terlibat di dalam pembuatan perencanaan bimbingan
konseling untuk memaksmalkan pelaksanaan BK dan ikut berpartisipasi sejak awal
kegiatan khususnya ketika guru BK melakukan survei atau pengamatan. Melalui
pengamatan atau survei maka guru BK dapat mempersiapkan dan melaksanakan sistem
pencatatan sehingga guru bisa memperoleh informasi tentang siswa yang membutuhkan
bimbingan konseling.87
85
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
86Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019 87
Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
Setelah disusun perencanaan lengkap atas pertimbangan yang masuk untuk
menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan konseling menyesuaikan kondisi dan
kebutuhan sekolah dengan kebutuhan dan permasalahan peserta didik, dan dengan
memperhatikan yang perlu, personalia bimbingan dan konseling, pembagian tugas dan
tanggung jawab dan bentuk kerjasamanya antar petugas maka pelaksanaan bimbingan
dan konseling siap untuk dilaksanakan.
c. Mempersiapkan Berbagai Sarana dan Prasarana
Untuk menciptakan lingkungan siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi, maka siswa membutuhkan sarana dan prasarana dalam mengikuti bimbingan
konseling, hal ini tentunya membutuhkan sarana yang mendukung, berikut keterangan
guru BK dengan peneliti, yang mengatakan:
Sarana dan prasara memang harus direncanakan dengan bak sebelum
melaksanakan bimbingan konseling, seperti ruangan yang seharusnya disediakan
oleh pihak sekolah menjadi sangat penting untuk memaksimalkan konseling
behavioral, tanpa adanya perencanaan sarana dengan tepat, biasanya konseling
dilakukan melakukan di ruang guru, sehingga ketika siswa bercerita tentang
permasalahan menjadi kurang terbuka karena banyak yang mengetahui, siswa juga
menjadi malu untuk berkata jujur tentang masalahnya karena memang tempatnya
masih kurang pribadi antara guru BK dengan siswa.88
Secara spesifik dalam konseling tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu pertama;
pengetahuan dibutuhkan untuk menyikapi lingkungan siswa yang behavioral. Kedua,
sikap/attitude yang akan mengontrol interaksi dengan masyarakat khususnya siswa yang
berbeda segala aspeknya. Ketiga; keterampilan komunikasi adalah salah satu kunci utama
dalam rangka berkomunikasi sehingga tidak menimbulkan ketersinggungan antara
sesama.89 Wawancara peneliti kembali dengan guru BK yang menambahkan
keteranganya sebagai berikut:
Salah satu dampak jika dalam bimbingan konseling masalah sarana prasarana
kurang direncanakan dengan baik maka akan mengakibatkan permasalahan bagi
saya sendiri sebagai guru BK, terkadang ketika saya meminta siswa untuk
menyampaikan permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi tetapi mereka
hanya bercerita sekedarnya, siswa merasa terganggu dan malu jika harus bercerita
yang di dengar dan dilihat orang. Oleh karena itu dalam hal sarana prasarana yang
akan saya butuhkan dalam bmbingan konseling saya rencanakan dengan baik.
88
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
89Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari
2019
Memperhatikan dan merencanakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
bimbingan konseling merupakan hal yang sangat penting, perencanaan sarana prasarana
biasanya berhubungan dengan tempat yang akan digunakan dalam bimbngan konseling,
media yang dibutuhkan untuk mendukung proses bimbingan konseling oleh pihak guru
BK dan menyesuaikan kondisi serta kebutuhan sswa terhadap pengadaan sarana dan
prasarana dalam pelaksanaan BK, selain itu juga dengan memperhatikan permasalahan
yang dibutuhkan peserta didik dengan memperhatikan faktor yang perlu dalam
perencanaan pelaksanaan bimbingan dan konseling.90
2. Pelaksanaan Bimbingan Konseling Behavioral
Pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan tindak lanjut dari perencanaan.
Guru pembimbing berperan penting untuk menerapkan rencana program bimbingan dan
konseling. Dalam perencanaan program bimbingan dan konseling Setiap sekolah sebagai
satuan pendidikan perlu merancang program bimbingan dan konseling sebagai bagian
integral dari program sekolah secara keseluruhan. Program inilah yang akan dijadikan
acuan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Adapun
kegiatan-kegiatan pembimbing dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah:
a. Melaksanakan Program Kerja Bimbingan Konseling
Perencanaan program tahunan yang didalamnya meliputi program semesteran dan
bulanan yaitu program yang akan dilaksanakan selama satu tahun pelajaran dalam unit
semesteran dan bulanan. Program ini mengumpulkan seluruh kegiatan selama satu tahun
untuk masing-masing kelas. Program tahunan dipecah menjadi program semesteran dan
program semesteran dipecah menjadi program bulanan. Wawancara peneliti kembali
dengan guru BK yang menambahkan keteranganya sebagai berikut:
Melaksanakan program bimbingan konseling khususnya dalam melaksanakan
program kerja yang telah direncanakan biasanya saya lakukan dengan rutin sesuai
dengan perencanaan-perencanaan yang telah saya siapkan sebelumnya, dengan
adanya perencanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa maka akan lebih
mempermudah saya untuk melaksanakan bimbingan konseling.91
Pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagian dari tercapainya
tujuan pendidikan yang diinginkan, begitu juga pelaksanaan bimbingan dan konseling di
90
Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
91Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur membantu peserta didik
dalam membina kepribadian dan memecahkan masalahnya serta mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia bertaqwa kepada
Tuhan YME, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri.92
b. Melaksanakan Koordinasi dengan Guru dan Wali Kelas
Pelaksanaan bimbingan konseling behavioral tidak lepas dari kegiatan guru BK
dalam melakukan kerjasama dengan guru bidang studi dan juga guru wal kelas, hal ini
dilakukan untuk memperoleh informasi tentang siswa yang bermasalah dan
membutuhkan bimbingan untuk menyelesaikan permasalahannya. Wawancara peneliti
kembali dengan guru BK yang menambahkan keteranganya sebagai berikut:
Saya memang selalu melakukan koordinasi dengan guru bidang studi dan juga
guru kelas untuk memperoleh informasi tentang siswa-siswa yang bermasalah dan
membutuhkan konseling, sehingga dalam mengatasi permasalahan siswa saya juga
melbatkan guru untuk saling bekerjasama dalam penyelsaian maslaha yang
dihadapi oleh siswa, dengan melibatkan guru maka akan memudahkan saya sebagai
guru BK untuk membantu membmbing siswa dalam rangka mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi.
Dalam pelaksanaan bimbingan konseling behavioral dilaksanakan
oleh guru BK sesuai dengan perencanaan program dan juga koordnator dari guru kelas,
karena guru BK di bantu oleh guru bidang studi dalam mencari informas tentang siswa.
Agar pelaksanaan bimbingan konseling dapat dilaksanakan secara professional dan pada
waktunya kegiatan berjalan dengan baik maka guru BK dalam pelaksanaannya
melakukan sesuai program kerja yang telah direncanakan. Untuk mencapai tujuan
bimbingan konseling yang telah ditetapkan dalam perencanaannya, melalui program
bimbingan dan konseling tersebut maka kegiatan bimbingan dan konseling akan terfokus
dan terarah, sehingga pada gilirannya dapat membantu perkembangan siswa secara
optimal, disamping itu dengan program yang telah direncanakan akan banyak
memberikan keuntungan baik pada siswa yang memperoleh layanan bimbingan dan
konseling maupun bagi pembimbing yang melaksanakannya.93
92
Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
93Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari
2019
c. Memberikan Layanan BK Kepada Siswa Baik Secara Individu
Maupun Kelompok
Memberikan layanan BK kepada peserta didik, baik secara individu
maupun kelompok yang berkaitan dengan masalah hidup, latar
belakang sosial budaya, pengaruh lingkungan dan kesulitan dalam
belajar agar lebih berprestasi dalam belajar biasanya selalu dilakukan oleh guru BK, hal
ini adalah salah satu peran guru BK dalam melaksanakan bimbingan konseling
behavioral. Wawancara peneliti kembali dengan guru BK yang menambahkan
keteranganya sebagai berikut:
Saya memang serng melakukan bimbingan konseling baik secara ndividu maupun
secara kelompok, pemberian bimbingan ini didasarkan pada kebutuhan siswa, jika
bimbingan kelompok yang saya lakukan maka saya biasanya memberikan arahan
yang berkaitan dengan masalah hidup, latar belakang sosial budaya, pengaruh
lingkungan dan kesulitan dalam belajar agar lebih berprestasi dalam belajar,
sedangkan untuk bimbingan konseling ndividu bisanya saya lakukan untuk siswa
yang memiliki permsalahan pribadi atau permasalahan yang cukup berat sehngga
tidak bisa dilkakukan secara berkelompok.94
Program bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur dalam pelaksanaannya disusun pada awal tahun setiap tahun awal
ajaran baru, baik program BK janga pendek maupun jangka panjang dengan
memperhatikan tahap-tahap pelaksanaan program BK. Pelaksanaan kegiatan BK pada
hakekatnya merupakan inti dari BK itu sendiri dimana didalamnya terdapat penerapan
metode, teknik khusus, media dan alat, penyampaian bahan, pengaktifan narasumber,
efisiensi waktu, administrasi pelaksanaan. Kesempatan yang sama peneliti masih
mewawancarai guru BK mengenai bimbingan konseling secara indivdu yang sering
dilakukan kepada siswa yang bermasalah.95 Wawancara peneliti kembali dengan guru BK
yang menambahkan keteranganya sebagai berikut:
Siswa yang harus mengikuti bimbingan konseling individu biasanya karena
menghadapi permasalahan yang cukup berat dan tidak seharusnya dkonseling di
hadapamn teman-temanya, oleh karena itu harus dibimbing di suatu ruangan
tertutup dan membutuhkan privasi. karena dalam penyelesaian permasalahan seperti
94
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
95Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari
2019
ini siswa dibimbing untuk jujur menjelaskan permasalahan, keluhan dan problem
yang dihadapinya.96
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur tidak ada jadwal khusus dalam kurikulum. Namun kebijaksanaan
sekolah dan karena kesadaran akan pentingnya bimbingan dan konseling disekolah maka
kepala sekolah memberikan kebijakan khusus bahwa setiap satu bulan sekali bimbingan
dan konseling di jadwalkan masuk kelas yaitu pada minggu pertama dalam sebulan
dengan jadwal incidental, hal ini dikarenakan bimbingan dan konseling ingin
menciptakan bahwa layanan program bimbingan dan konseling bukanlah layanan yang
menjenuhkan, melainkan bimbingan konseling itu sendiri mencoba fleksibel terhadap
kebutuhan anak-anak, jadi layanan tersebut tidak perlu diberikan layanan monoton dalam
kelas melainkan setiap saat siswa dapat memanfaatkan layanan tersebut.
3. Evalusi Pelaksanaan Konseling Behavioral
Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling merupakan
upaya menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah pada khususnya dan program bimbingan dan konseling yang dikelola oleh guru
bimbingan konseling pada umunya. Ada beberapa kegiatan layanan
bimbingan dan konseling yang dievaluasi diantaranya: Konseling individual dan
kelompok, konsultasi dengan siswa, orang tua, dan guru baik individual maupun
kelompok, pengukuran minat, kemampuan, perilaku, dan kemajuan belajar siswa,
Koordinasi layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa di sekolah. Dengan
demikian evaluasi bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen sistem
bimbingan dan konseling yang sangat penting karena mengacu pada hasil evaluasi itulah
dapat diambil simpulan apakah kegiatan yang telah direncanakan telah dapat mencapai
sasaran yang diharapkan secara efektif dan efisien atau tidak, kegiatan itu dilanjutkan
atau sebaliknya direvisi dan sebagainya.97
Manajemen yang telah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling
perlu di evaluasi pelaksanaannya atau ditindak lanjuti. Untuk mendapatkan gambaran
96
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
97Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari
2019
yang jelas akan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang dalam pelaksanaannya
evaluasi program bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Evaluasi Proses atau Pelaksanaan Konseling
Dalam penilaian proses ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan
layanan bimbingan dan konseling dilihat dari prosesnya yang dilakukan oleh guru
bimbingan konseling sebaga pembimbing yang bertanggung jawab dalam kelas masing-
masing. hal ini seperti hasil wawancara peneliti dengan guru BK di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, yatu sebagai berikut:
Proses evalusi yang saya lakukan khususnya dalam pelaksanaan bimbingan
konseling setelah saya melaksanakan bimbingan kepada siswa, dengan melakukan
evaluasi maka saya bisa mengetahui keberhasilan atau keefektfan bimbingan
konseling yang saya lakukan sehingga bisa berdampak pada kebutuhan siswa
sebagai konseli, tanpa adanya evaluasi maka saya tdak akan mengetahu berhasil
atau tidak pelaksanaan bimbingan konseling yang saya lakukan.98
Proses evaluasi yang biasanya sering dilakukan oleh guru BK terdiri dari
beberapapoin, diantaranya pertisipasi dan aktivitas peserta didik dalam pelaksanaan
bimbingan konseling, mengungkapkan minat peserta didik tentang perlunya bimbingan
lebih lanjut. Mengungkapkan pemahaman peserta didik atas bahan-bahan yang disajikan
atau pemahaman peserta didik atas masalah yang dialaminya.Mengungkapkan kegunaan
layanan bagi peserta didik dan perolehan peserta didik sebagai hasil dari partisipasi atau
aktivitasnya dalam kegiatan BK.99 Mengamati perkembangan peserta didik dari waktu ke
waktu (dalam hal ini dilakukan dalam pelaksanaan layanan BK yang berkisinambungan)
serta mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan pelaksanaan
layanan BK. Wawancara penelit dengan guru BK di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
2 Tanjung Jabung Timur tersebut yaitu sebagai berikut:
Saya selalu melakukan evalusi pada kegiatan-kegiatan bimbingan konseling,
terutama pada kegiatan konselig untuk siswa yang menghadapi permasalahan cukup
darurat, melaluevaluasi pelaksanaan bimbingan konseling maka saya bisa
mengetahui efektif atau tidaknya bmbingan yang saya berikan kepada siswa yang
98
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
99Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari
2019
bermasalah. dengan adanya evauasi terhadap pelaksanaan bimbingan konseling
saya bisa menentukan tindakan selanjutnya yang akan saya lakukan.100
Bimbingan konseling bahavioral mempersiapkan siswa untuk aktif sebagai warga
negara dalam masyarakat secara etnik, kultural, dan agama yang beragam. Dengan
membangkitkan kesadaran dan pemahaman bahavioral, semua siswa memperoleh
kemampuan untuk memfungsikan dirinya secara efektif dalam situasi lintas budaya,
lintas agama, lintas etnik, dan seterusnya. Melalui bimbingan bahavioral dimana proses
pendidikan yang mengajarkan untuk saling menghormati dan mengakui keragaman
kebudayaan.101 Artinya, pendidikan bahavioral ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai
keniscayaan. Kemudian, bagaimana siswa mampu menyikapi perbedaan tersebut dengan
penuh toleran.
b. Evaluasi Hasil
Evaluas yang dilakukan guru BK juga tidak lepas dari evaluasi atau penlaian
terhadap hasil pelaksanaan bimbingan konseling, dalam penilaian hasil digunakan untuk
memperoleh informasi keefektifan layanan BK dilihat dari hasilnya. Hasil wawancara
dengan guru BK di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
tersebut yaitu sebagai berikut:
Dalam evaluasi pelaksanaan bimbingan konseling di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur saya melakukan evaluasi terhadap kesesuaian
antara bimbingan yang dilaksanakan dan program bimbingan yang telah
direncanakan sehingga bisa diketahui berhasil atau tidaknya pelaksanaan bimbingan
tersebut, karena hasil dari proses bimbngan yang di berkan oleh guru akan
mempengaruhi siswa dalam menyelesaiakn permasalahan.
Evaluasi hasil bimbingan konseling yang dilakukan oleh guru BK baik secara
proses maupun secara hasil dengan memperlihatkan beberapa aspek yaitu adanya
kesesuaian antara bimbingan dan konseling dan pelaksanaannya dari keterlaksanaan
program yang telah terencana dan hambatan-hambatan yang di jumpai oleh pembimbing
dalam pelaksanaan program BK itu sendiri. Dengan terlaksananya program BK di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur itu karena adanya
kerjasama antara peserta didik, personil sekolah baik guru mata pelajaran, kepala sekolah,
100
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
101 Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari
2019
wali kelas, orangtua wali, dan masyarakat untuk pencapaian tujuan pelaksanaan BK di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur.102
Wawancara dengan guru BK di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur tersebut yaitu sebagai berikut:
Saya melakukan evaluas hasil pelaksanaan bimbingan konseling karena untuk
mengetahui secara berkala hasil pelaksanaan program bmbingan konseling,
mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari layanan, mengetahui jenis layanan
yang sudah ada, yang belum terlaksana dan perlu diadakan perbaikan dan
pengembangan dan mengetahui sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha
menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur.103
Dalam evaluasi bimbingan dan konseling guru BK tidak melakukan evaluas dengan
bentuk skor atau berbentuk angka namun berupa deskripsi tentang aspek-aspek yang di
evaluasi yaitu partisipasi peserta didik, perolehan peserta didik dari pelaksanaan BK yang
dapat dilihat perkembangan tingkah laku peserta didik dari waktu ke waktu, perolehan
pembimbing, komitmen pihak-pihak terkait serta kelancaran dan suasana pelaksanaan
kegiatan bimbingan konseling. Deskripsi tersebut mencerminkan sejauh mana proses
pelaksanaan BK memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan yang di inginkan.104
Wawancara dengan guru BK di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur tersebut yaitu sebagai berikut:
Evalusi terhadap hasil pelaksanaan bimbingan konseling saya lakukan juga untuk
mengetahui gambaran sejauh mana peranan siswa yang mengikuti bmbingan
konseling terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling, saya
mengetahui sejauh mana kontribusi program BK terhadap pencapaian tujuan
pendidikan pada sekolah saya juha mendapatkan informasi yang akurat dalam
rangka perencanaan langkah-langkah pengembangan program BK selanjutnya dan
membantu mengembangkan kurikulum untuk kesesuaian dengan kebutuhan.105
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas akan evaluasi pelaksanaan
program bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur yang dalam pelaksanaannya evaluasi program BK maka dapat dilihat dari
102
Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
103Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019 104
Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
105 Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
tujuan evaluasi tersebut untuk bertujuan untuk mengamati secara berkala hasil
pelaksanaan program bimbingan konseling, mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas
dari layanan bimbingan konseling, mengetahui jenis layanan yang sudah ada, yang belum
terlaksana dan perlu diadakan perbaikan dan pengembangan. Mengetahui sejauh mana
keterlibatan semua pihak dalam usaha menunjang keberhasilan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling. Memperoleh gambaran sejauh mana peranan masyarakat
terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling dan mengetahui sejauh mana
kontribusi program BK terhadap pencapaian
tujuan pendidikan.
B. Efektifitas Bimbingan Konseling Behavioral untuk Menanggulangi Kenakalan Siswa
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
1. Penurunan Angka Kenakalan Siswa
Dampak dari bimbingan konseling yang secara teratur, tepat sasaran dan dilakukan
dengan maksmal secara tidak langsung berdampak pada siswa, khususnya pada siswa
yang bermasalah, salah satu dampak yang terlihat secara langsung dari proses bimbingan
konseling yaitu berkurangnya jumlah kenakalan siswa. Wawancara dengan guru BK di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur tersebut yaitu sebagai
berikut:
Meskipun bimbingan konseling yang saya laksanakan di di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur secara keseluruhan belum maksimal
sesuai dengan yang diharapkan, tetapi secara keseluruhan bimbingan konseling
mengurangi jumlah kenakalan siswa, hal ini terlihat dari menurunya jumlah siswa
yang sering bermasalah, melakukan kegiatan yang negatif dimana pada awalnya
cukup sering dilakukan tetapi setelah mengkuti konseling mereka sedikt demi sedkit
mengalami perubahan kearah yang baik.106
Penerapan bimbingan konseling behavioral secara tidak langsung memberikan efek
yang positif pada siswa. Sebagai klien dalam bimbingan konseling, yang dirasakan siswa
juga merupakan salah satu komponen penting untuk menentukan tercapai tidaknya tujuan
yang ingin dicapai. Apa yang dirasakan siswa atau klien dalam menjalankan layanan
konseling menjadi sangat penting diperhatikan oleh guru pembimbing, karena jika selama
atau setelah siswa mengikuti konseling tidak merasakan sesuatu efek positif maka untuk
106
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
selanjutnya kegiatan konseling tidak akan berjalan lancar.107 Seperti hasil wawancara
peneliti dengan guru yang memberikan keterangan sebagai berikut:
Bimbingan konseling behavioral yang saya lakukan pada siswa memang secara
berlahan membawa dampak pada siswa, dampak positif yang terlihat dari siswa
yaitu setelah berkali-kali mengikuti bimbingan konseling ada beberapa siswa yang
sikap, perilaku dan akhlaknya menjadi lebih santun, artinya penerapan bimbingan
konseling behavioral efektif dalam mengatasi kenakalan siswa. Hal ini menunjukan
bahawa jumlah siswa yang bermasalah semakin berkurang karena adanya
bimbingan konseling untuk siswa.108
Bimbingan konseling behavioral yang diterapkan oleh guru terlihat memberikan
dampak yang positif pada siswa karena terlihat dari awal hingga berjalannya proses
konseling, siswa merasakan efek positif dengan menunjukan sikap, akhlak dan prilaku
yang positif terhadap masalah yang dihadapinya maka selanjutnya siswa akan mengikuti
konseling dengan antuasias dan pada akhirnya siswa akan dapat menyelesaikan
masalahnya tersebut. Wawancara peneliti kembali lakukan dengan guru di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang memberikan keterangan
sebagai berikut:
Bimbingan konseling behavioral memang selalu saya upayakan ketika siswa yang
memiliki permasalahan dan ditunjukan dalam kegiatan belajar, misalnya siswa
menunjukan sikap negatif seperti berkata kasar, tidak sopan dan melanggar aturan-
aturan dikelas, maka bimbingan behavioral saya terapkan dengan melakukan
perlakuan pemberian nasehat dengan memberikan motivasi yang positif kepada
siswa, hal ini saya lakukan karena cukup efektif dalam menanggulangi kenalan
siswa di dalam kelas.109
Setelah mengikutim bimbingan konseling, apa yang dirasakan siswa setelah
mengikuti bimbingan konseling behavioral menjadi komponen penting dari pelaksanaan
konseling, karena apabila siswa tidak merasakan bahwa proses konseling yang dijalani
tidak memberikan perasaan lebih nyaman dan lega, siswa tidak dapat mengikuti proses
konseling dengan sungguh-sungguh serta tujuan konseling tidak akan tercapai dengan
baik.
107
Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
108Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019 109
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
Siswa merasa senang/lega setelah mengikuti proses konseling juga menentukan
keberhasilan seorang guru pembimbing dalam memberikan layanan konseling individu.
Jika siswa merasa legasetelah mengikuti proses konseling, maka untuk selanjutnya siswa
tersebut akan dapat juga merasakan bahwa masalah yang dialaminya dapat terbantu
dengan mengikuti layanan konseling individu dan juga hal ini menandakan bahwa guru
pembimbing telah berhasil melaksakan layanan konseling individu. Namun bila siswa
tidak dapat merasakan perasaan lega setelah mengikuti layanan konseling individu, maka
itu berarti siswa juga merasakan bahwa masalah yang dialaminya tidak dapat terbantu
oleh layanan konseling individu yang diikutinya dan hal ini menunjukkan guru
pembimbing tidak berhasil melaksanakan layanan konseling individu secara baik.110
2. Peningkatan Pemahaman Tentang Peraturan Sekolah
Peraturan sekolah yang telah di buat oleh pihak sekolah harus diikuti oleh seluruh
komponen sekolah terutama siswa, oleh karena itu siswa memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di sekolah. Hasil wawancara peneliti dengan
responden penelitian yaitu sebagai berikut:
Setelah saya terapkan bmbingan konseling kepada siswa secara rutin, terlihat
siswa telah memahami pentingnya mematuhi peraturan sekolah, hal ini terlihat dari
sikap siswa yang mulai menyadari bahwa sebagai siswa memang sudah menjadi
kewajiban mereka untuk selalu mematuhi peraturan sekolah. Peraturan sekolah
dibuat adalah untuk kepentingan siswa sebagai pelajar, untuk belajar secara
sungguh-sungguh demi terkembangnya potensi dalam diri siswa secara optimal dan
untuk mencapai cita-cita.111
Peraturan sekolah yang selama ini sering diabakan oleh beberapa siswa seperti tidak
mengikuti aturan-aturan yang ada, tetapi dengan adanya bimbingan konseling, sswa yang
terbiasa tidak mengikuti aturan secara berlahan mulai mengikuti aturan-aturan sekolah
yang ada. Jika konselor mampu memberikan klien kehangatan dan keakraban dalam
suasana konseling individu, maka siswa akan merasa nyaman dan akan leluasa
menceritakan masalah yang sedang dialaminya serta hal tersebut akan dapat mewujudkan
konseling individu yang efektif untuk pencapaian tujuan konseling individu itu sendiri.
110
Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
111Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
Seperti hasil wawancara peneliti dengan guru yang memberikan keterangan sebagai
berikut:
Melalui penerapan bimbingan konseling behavioral secara tidak langsung
mengajrkan siswa akan pentingnya mematuhi peraturan sekolah. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa siswa yang mengikuti dengan baik kegiatan layanan konseling
individu yang deselenggarakan guru pembimbing. Meskipun masih ada beberapa
orang siswa menyatakan setelah mengikuti konseling mereka masih kurang
memahamami akan pentingnya mematuhi peraturan sekolah.112
Observasi peneliti kepada guru bimbingan konseling bahwa guru pembimbing juga
mengungkapkan bahwa masih banyak siswa yang enggan menceritakan masalah
pribadinya secara detail kepada guru pembimbing bukan karena tidak percaya kepada
guru pembimbing tetapi lebih karena
keseganan mereka kepada guru dan siswa juga berpikir bahwa masalah mereka adalah
masalah anak muda bukan yang harus diceritakan kepada orang tua atau guru di sekolah.
Oleh karena hal itu siswa menyatakan bahwa guru pembimbing tidak memahami masalah
yang mereka alami.
3. Peningkatan Kesadaran TentangPerilaku Negatif
Siswa merasakan bahwa proses konseling yang diikutinya dapat membantu
memecahkan masalah yang dialaminya. Hal ini juga menjadi sangat penting untuk
diperhatikan guru dalam memberikan layanan konseling behavioral. Jika guru
pembimbing tidak berhasil menanamkan kepada siswa bahwa konseling yang akan
diikutinya dapat membantu mengatasi masalah yang dialaminya, maka dapat dipastikan
proses konseling nantinya tidak akan dapat mencapai hasil yang diiinginkan. Seperti hasil
wawancara peneliti dengan guru tentang keefektifan bimbingan konseling behavioral
siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang memberikan
keterangan sebagai berikut:
Saya berusaha memberikan bimbingan konseling behavioral agar bisa mengubah
budaya dan sikap negatif yang dilakukan oleh siswa dapat dirubah menjadi sikap
yang positif, efektifitas bimbingan konseling behavioral yang terlihat dari
perubahan siswa yaitu ada beberapa siswa yang sering membolos ketika jam
pelajaran terlihat tidak lagi membolos, mereka mengaku mulai memahmi bahwa
sikap membolos sangat merugikan bagi dirinya sendiri.113
112
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
113Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
Wawancara peneliti masih dilanjutkan kepada guru yang juga mengajar di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur yang memberikan keterangan
sebagai berikut:
Bbeberapa sikap siswa yang menunjukan bahwa mereka dapat memahami bahwa
membolos dapat merugikan diri sendiri, dan mulai mengurangi sikap membolos
serta bermalas-malasan ketika mengikuti pembelajaran, karena konseling tentang
pentingnya ilmu pengetahuan yang sering saya sampaikan kepada siswa sehingga
siswa merasa rugi jika tidak membolos dan tidak bertambah ilmu pengetahuan,
bimbingan konseling behavioral seperti ini selalu saya lakukan untuk membimbing
siswa agar lebih baik.”114
Pemahaman siswa tentang pentingnya tidak bersikap negatif seperti membolos,
bermalas-malasan ketika mengikuti pembelajaran di kelas sehingga mereka tidak
memperoleh pengetahuan dan merasa rugi merupakan titik tolak upaya pemberian
bantuan oleh konselor terhadap klien. Namun klien amat perlu memahami masalah yang
dialaminya, sebab dengan memahami masalahnya itu ia memiliki dasar bagi upaya yang
akan
ditempuhnya untuk mengatasi masalahnya itu.115 Wawancara peneliti masih dilanjutkan
kepada guru yang juga mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur yang memberikan keterangan sebagai berikut:
Siswa menyatakan dapat memahami bahwa membolos dapat merugikan diri
sendiri, hal ini berarti siswa telah memahami masalah yang dialaminya dan untuk
pemecahan masalah selanjutnya akan ditangani oleh klien sendiri. Namun di
samping itu, masih ada beberapa orang siswa yang menyatakan tidak memahami
bahwa membolos dapat merugikan diri sendiri, dengan kata lain siswa tersebut
tidak memahami
permasalah yang dialaminya.116
Keikutsertaan siswa sejak awal konseling juga perlu diperhatikan oleh guru
pembimbing. Siswa tersebut terpaksa atau sukarela dalam mengikuti konseling. Karena
hal itu nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan dari proses konseling yang diikuti
siswa. Jika dari awal konseling siswa tersebut merupakan siswa yang terpaksa atau
rekomendasi dari guru mata pelajaran, ini menjadi suatu tantangan yang cukup berat bagi
114
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
115Observasi, oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari
2019 116
Wawancara oleh peneliti dengan responden penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur, 19 Februari 2019
guru pembimbing untuk memberikan kenyaman kepada siswa tersebut dalam proses
konseling agar siswa tersebut nantinya dapat secara sukarela dan leluasa menceritakan
masalah yang dialaminya. Namun sejak awal konseling siswa tersebut secara sukarela ini
akan mempermudah guru pembimbing dalam memberikan layanan terhadap siswa yang
bersangkutan.
Melihat fenomena sekarang, jenis-jenis kenakalan peserta didik banyak
dilakukan oleh anak luar sekolah maupun di dalam lingkungan sekolah untuk itu,
perhatian dari berbagai pihak sangat diperlukan. Baik pihak keluarga lingkungan sekolah
dan lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga, tugas pembinaan dan
pembentukan kondisi yang berdampak positif bagi perkembangan mental anak sebagian
besar menjadi tanggung jawab kedua orang tua. Kondisi intern keluarga yang negatif atau
tidak harmonis akan merusak perkembangan mental anak remaja, begitupun juga dalam
lingkungan sekola agar supaya guruguru biasa memberikan nasehat-nasehat kepada
siswa.
Menghadapi setiap kasus perilaku menyimpang seorang anak dan bermaksud
menolongnya untuk kembali berperilaku baik adalah tujuan yang
sangat mulia, inilah yang selalu diharapkan oleh seorang pendidik atau orang tua,
meskipun hal itu bukanlah sesuatu yang gampang. Memberi penilaian bagi perilaku anak
yang nampak bisa langsung diketahui menyimpang atau tidaknya, namun untuk
menolong keluar dari persoalan penyimpangan adalah suatu kendala yang tergolong
rumit. Seorang anak yang ketahuan berbohong atau mencuri maka ia langsung mengakui
perbuatannya dan berjanji tidak akan melakukannya lagi, lalu apa bisa langsung
dipercayai kata-katanya atau mencapnya sekalian anak kurang ajar. Untuk menyelesaikan
setiap perilaku menyimpang butuh penanganan khusus dengan kesabaran, dan keikhlasan
seseorang untuk menanganinya dan menanggulangi perilaku menyimpang tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Bentuk kenakalan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
diantaranya yaitu adanya sikap yang tidak sopan dalam bersikap dan berbicara dimana
terlihat dar sikap berbicara kasar/nada tinggi, mengobrol pada saat jam pelajaran dan bermain
handphone. Sikap membolos dan tidak mengerjakan tugas, perilaku berkelah adanya
perbuatan merokok
2. Pelaksanaan konseling behavioral efektif dalam menanggulangi kenakalan siswa dilakukan
dengan persiapan pelaksanaan konseling behavioral dilakukan dengan membuat perencanan
program bimbingan konseling mingguan, bulanan dan tahunan, mengadakan survei terhadap
siswa bermasalah dan mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana. Sedangkan
pelaksanaan bimbingan konseling behavioral dilakukan dengan melaksanakan program kerja
bimbingan konseling, melaksanakan koordinasi dengan guru dan wali kelas dan memberikan
layanan BK kepada siswa baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan evalusi
pelaksanaan konseling behavioral dilakukan dengan evaluasi proses dan evaluasi terhadap
hasil.
3. Efektifitas bimbingan konseling behavioral untuk menanggulangi kenakalan siswa Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur diantaranya terlihat dari beberapa
dampak bimbingan konseling yaitu adanya penurunan angka kenakalan siswa, adanya
peningkatan pemahaman tentang peraturan sekolah dan peningkatan kesadaran tentang
perilaku negatif.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Kepala seluruh komponen sekolah diharapkan dapat memenuhi sarana dan prasarana
untuk pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah agar lebih berjalan
dengan efektif.
2. Guru pembimbing dapat kiranya mempertahankan kualitas pengetahuan dan kualitas
pribadi dalam memberikan layanan kepada seluruh siswa dan akan lebih baik jika
ditingkatkan, khususnya dalam mengatasi kenakalan siswa.
3. Kepada siswa-siswi untuk dapat mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling dengan
baik, sehingga bisa mendapat wawasan mengenai tugas utama seorang pelajar dan
mengurangi tindak kenakalan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur Buku
Ahmadi Abu dan Supriyono Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2013 Ahmad Saebani, Beni, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, 2008 Bahri Djamarah Syaiful dan Zain, Azwan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,
2010 Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Fathoni, Abdurrahman, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: Rineka
Cipta, 2011
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2010 Hikmawati, Fenti, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Raja Wali Pers, 2016
Iskandar, Metodologi Penelitian Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif), Jakarta: Gaung Persada Pers, 2008
Islamuddin, Haryu, Psikologi Pendidkan, Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2012 Ismaya, Bambang, Bimbingan dan Konseling Studi, Karier dan Keluarga, Bandung: Refika
Aditama, 2015 J Moleong, Lexy, Methodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004),
175
Joko, Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2011
Juntika Nurihsan, Achmad, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Refika Aditama, 2017
Kompri, Manajemen Sekolah Teori dan Praktek, Bandung: Al-Fabeta, 2014
Rahmat Hidayat, Dede, Konseling di Sekolah: Pendekatan-Pendekatan Kontemporer, Jakarta: Prenada Media Group, 2018
Soetjipto dan Kosasi, Raflis, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2010
Suprianta, Mamat, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi:Orientasi Dasar
Pengembangan Profesi Konselor, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014 Suprihatiningrum, Jamil, Strategi Pembelajaran, Jogjakarta: AR. Ruzz Media, 2013
Syah, Muhibin, Psikologi Belajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2011
Willis, Sofyan S, Kapita Selekta Bimbingan dan Konseling, Bandung:Al-Fabeta,2015 Yuniar, Tanti, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung: Agung Media Mulia, 2012
B. Literatur Online
Azizah, Nur, Efektivitas Konseling Behavioral Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, Skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2016.http:media.neliti.com.diakses, 2 September 2019
http//kenakalansiswadisekolahdalamkonsepkenakalanremaja.//.htlm, dakses 2 Juli 2019 Rai Partadjaja, Tjok, Penerapan Layanan Konseling Behavioral dengan Teknik
PerkuatanPositif untuk Meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal Siswa Kelas X3 SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2012/2013, mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, 2015,https://jurnal.ac.id,article, diakses, 2 September 2019
Suhardi, Faktor Penyebab Kenakalan Siswa dan Upaya Megatasinya Di Madrasah Tsanawiyah Bolaromang, Skripsi mahasiswa UIN Alauddin Makassar, 2010, http.respositoryIAIN.ac.id.com.htlm, diakses 4 September 2019
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
B. Wawancara
1. Apasaja bentuk kenakalan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur
2. Apakah siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur tidak
sopan dalam bersikap dan berbicara?
3. Apa alasan siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
bersikap tidak sopan?
4. Apakah masih banyak siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur yang mengobrol ketika jam belajar?
5. Apa kiat-kiat yang anda lakukan untuk mengatasi sikap siswa yang mengobrol pada
saat belajar?
6. Apakah siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur lebih
banyak yang membolos?
7. Bagaimana cara anda mengatasi siswa yang membolos?
8. Apasaja alasan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur yang sering melakukan perkelahan?
9. Bagaimana cara anda menerapkan bimbingan konseling untuk menyelesaikan
masalah tersebut?
10. Apakah masih banyak siswa yang melakukan perilaku merokok di sekolah?
11. Apa alasan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
yang melakukan perilaku merokok?
12. Bagamana bimbingan behavioral dan efektifitas dalam menanggulangi kenakalan
siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur?
13. Bagamana persiapan bimbingan behavioral dan efektifitas dalam menanggulangi
kenakalan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur?
14. Bagamana pelaksanaan dan evaluasi bimbingan behavioral dan efektifitas dalam
menanggulangi kenakalan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur?
15. Apasaja efektifitas bimbingan konseling behavioral yang anda lakukan di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur?
C. Observasi
1. Mengamati bentuk kenakalan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur
2. Mengamati kiat-kiat yang lakukan guru untuk mengatasi sikap siswa yang mengobrol
pada saat belajar
3. Mengamati siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
yang membolos
4. Mengamati cara guru mengatasi siswa yang membolos.
5. Mengamati cara guru menerapkan bimbingan konseling untuk menyelesaikan
masalah.
6. Mengamati bimbingan behavioral dan efektifitas dalam menanggulangi kenakalan
siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
7. Mengamati persiapan bimbingan behavioral dan efektifitas dalam menanggulangi
kenakalan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
8. Mengamati pelaksanaan dan evaluasi bimbingan behavioral dan efektifitas dalam
menanggulangi kenakalan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur
9. Mengamati efektifitas bimbingan konseling behavioral yang anda lakukan di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur.
10. Mengamati aktifitas siswa ketika di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung
Jabung Timur.
D. Dokumentasi
1. Dokumentasi sejarah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur.
2. Dokumentasi keadaan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur.
3. Dokumentasi keadaan guru atau tenaga pendidik Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
2 Tanjung Jabung Timur.
4. Dokumentasi keadaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung
Timur.
5. Dokumentasi keadaan sarana dan prasarana Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Dokumentasi wawancara antara peneliti dengan salah satu siswa Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
Dokumentasi wawancara antara peneliti dengan siswa dalam bentuk kelompok di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
Dokumentasi wawancara antara peneliti dengan guru BK di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
Dokumentasi bimbngan konseling behavioral pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
2 Tanjung Jabung Timur
Dokumentasi wawancara antara peneliti dengan salah satu siswa Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
Dokumentasi wawancara antara peneliti dengan salah satu siswa Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
Dokumentasi perilaku merokok di kelas salah satu siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
2 Tanjung Jabung Timur
Dokumentasi perilaku bermain HP dan merokok siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2
Tanjung Jabung Timur
Dokumentasi perilaku merokok di kantin sekolah salah satu siswa Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 2 Tanjung Jabung Timur
Dokumentasi perilaku siswa bermain game pada saat jam pelajaran