EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA DAN DAUN · PDF filetanaman adalah dengan pemberian pestisida...

23
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA DAN DAUN SUKUN SEBAGAI MOLUSKISIDA NABATI TERHADAP DAYA HIDUP KEONG MAS (POMACEA CANALICULATA LAMARCK) RASTYAWATI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Transcript of EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA DAN DAUN · PDF filetanaman adalah dengan pemberian pestisida...

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA DAN DAUN SUKUN

SEBAGAI MOLUSKISIDA NABATI TERHADAP DAYA HIDUP KEONG

MAS (POMACEA CANALICULATA LAMARCK)

RASTYAWATI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Ekstrak

Daun Nangka dan Daun Sukun sebagai Moluskisida Nabati terhadap Daya Hidup

Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Rastyawati

G34100070

ABSTRAK

RASTYAWATI. Efektivitas Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun

Sebagai Moluskisida Nabati Terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea

canaliculata Lamarck). Dibimbing oleh TRI HERU WIDARTO dan NUNIK SRI

ARIYANTI.

Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) merupakan hama yang

menyerang tanaman padi pada saat usia padi dibawah 30 hari. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan untuk membasmi hama keong tanpa meninggalkan residu di

tanaman adalah dengan pemberian pestisida nabati sebagai moluskisida. Daun

nangka dan daun sukun diduga dapat menjadi moluskisida nabati bagi hama

keong karena mengandung senyawa saponin. Penelitian ini bertujuan menguji

ekstrak daun nangka dan ekstrak daun sukun terhadap penurunan daya hidup

keong mas dan menentukan efektivitas ekstrak daun berdasarkan nilai LC50.

Percobaan pemberian ekstrak daun dilakuan secara terpisah terhadap keong mas

kecil (diameter operkulum 5-10 mm) dan keong mas besar (diameter operkulum

11-20 cm). Perlakuan yang diberikan adalah keong mas dimasukkan dalam toples

berisi air tanpa ekstrak daun sebagai kontrol, dan ke dalam toples-toples berisi

ekstrak daun dengan konsentrasi 5 g/L, 10 g/L, dan 25 g/L. Pengamatan dilakukan

dengan menghitung jumlah keong mas yang bertahan hidup setelah lama

pemaparan 24, 48, dan 72 jam. Hasil pengamatan dianalisis untuk mendapatkan

nilai LC50. Ekstrak daun nangka maupun daun sukun memiliki potensi sebagai

moluskisida, menyebabkan semua keong mas mati pada hari ketiga perlakuan (72

jam). Penurunan daya hidup keong terjadi lebih cepat dijumpai pada konsentrasi

ekstrak daun yang lebih tinggi. Adanya lendir pada tubuh keong mas yang mati

menunjukkan gejala adanya pengaruh saponin. Pengaruh ukuran keong mas tidak

konsisten tampak pada LC50 24 jam dan 48 jam perlakuan ekstrak daun sukun.

Nilai LC50 24jam (keong besar) dan 48 jam (keong kecil) tidak terdeteksi pada

perlakuan menggunakan daun nangka.Hal ini menunjukkan perlunya dirancang

kembali metode dan konsentrasi yang digunakan untuk hasil penelitian yang lebih

baik.

Kata kunci: nangka, moluskisida, Pomacea canaliculata, sukun, keong mas.

ABSTRACT

RASTYAWATI. The Effectiveness of Jackfruit Leaf Extract and Breadfruit Leaf

Extract as Botanical Molluscicides Against Golden Snail (Pomacea canaliculata

Lamarck) Survival. Supervised by TRI HERU WIDARTO and NUNIK SRI

ARIYANTI.

Golden apple snails (Pomacea canaliculata Lamarck) are pests that attack

water plants, especiallypaddy field until 30 days old. One effort to eradicate the

snails without leaving chemicals residue in plants is by the provision of natural

pesticides such as molluscicides. Jackfruit and breadfruit leaves maybe used as

natural molluscicides for snail because they contain saponins. This study aims to

test the jackfruit leaf and breadfruit leaf extracts to the survival of snails and

determine the effectiveness of the leaf extract based on the LC50. The experiment

was conducted separately for small (operculum diameter 5-10 mm) and large

golden snails (operculum diameter of 11-20 cm). During the experiment the snails

were put in a jars filled with water without leaf extract as the control, and jars with

leaf extract at a concentration of 5 g/L, 10 g/L, and 25 g/L as treatments.

Observations were carried out by counting the number of snails survives after 24,

48, and 72 hours. The results were analyzed to obtain LC50 values. Jackfruit and

breadfruit leaves extracts have potential as molluscicides, since they caused all the

snails died on the third day of treatment (72 hours). Decreasing rate of their

survival is faster at higher concentrations. The presence of mucus in the body of

the dead snails showing symptoms of the effect of saponins. Inconsistent results

seem appear on LC50 (24 and 48 hours) of breadfruit extract. LC50 of 24 hours

(large snails) and 48 hours (small snails) since they are not detected at the

treatment using jackfruit leaves. This suggests the need to redesign the method

and the concentration used for better research results.

Keywords: jackfruit, molluscicides, Pomacea canaliculata, breadfruit, snails.

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA DAN DAUN SUKUN

SEBAGAI MOLUSKISIDA NABATI TERHADAP DAYA HIDUP KEONG

MAS (POMACEA CANALICULATA LAMARCK)

RASTYAWATI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Judul Skripsi : Efektivitas Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun sebagai

Moluskisida Nabati terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea

canaliculata Lamarck)

Nama : Rastyawati

NIM : G34100070

Disetujui oleh

Ir Tri Heru Widarto, MSc

Pembimbing I

Dr Nunik Sri Ariyanti, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Iman Rusmana, MSi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah

Efektivitas Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun sebagai Moluskisida Nabati

terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Tri Heru Widarto MSc dan Dr

Nunik Sri Ariyanti MSi selaku pembimbing serta Dr Sulistijorini MSi selaku

penguji sidang skripsi. Disamping itu, penulis juga menyampaikan ucapan

terimakasih kepada beasiswa Ekatjipta Foundation, ibu, papah,sahabat TPB serta

anak-anak Biologi angkatan 47 tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

Rastyawati

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan 2

Prosedur Penelitian 2

Prosedur Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 3

Persentase Penurunan Daya Hidup Keong Mas Uji 3

Perilaku Keong Mas Selama Perlakuan 5

Pembahasan 6

SIMPULAN 7

DAFTAR PUSTAKA 7

RIWAYAT HIDUP 9

DAFTAR TABEL

1 Lethal Concentrate (LC50) g/L ekstrak daun nangka dan daun sukun 5

DAFTAR GAMBAR

1 Rata-rata persentase keong mas hidup setelah terpapar ekstrak daun

nangka dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada konsentrasi

ekstrak daun nangka 0 g/L (−◊−), 5 g/L (−□−), 10 g/L (−∆−), dan 25

g/L (−×−) pada keong besar (A) dan keong kecil (B) 4 2 Rata-rata persentase keong mashidup setelah terpapar ekstrak daun

sukun dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada konsentrasi

ekstrak daun sukun0 g/L (−◊−), 5 g/L (−□−), 10 g/L (−∆−), dan 25 g/L

(−×−) pada keong besar (A) dan keong kecil (B) 4 3 Keong mas sehat (A), keong mas yang mengalami gejala keracunan (B),

dan keong mas mati karena keracunan (C). (1) cangkang keong mas, (2)

operkulum, (3) otot keong mas 5

PENDAHULUAN

Pomacea canaliculata Lamarck atau keong mas merupakan siput air tawar

yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1980 sebagai hewan hias. Sebagian

dari keong mas yang lepas ke persawahan berkembang biak dengan cepat

sehingga populasinya meningkat dalam kurun waktu yang singkat. Populasi yang

tinggi ini menyebabkan kerusakan tanaman padi yang semakin lama semakin

meresahkan petani. Oleh karena itu, keong mas telah berubah status dari hewan

hias menjadi hama padi. Keong mas termasuk dalam daftar Mollusca yang

menjadi spesies asing invasif di Indonesia (Sugianti et al. 2014). Hama keong mas

merusak tanaman padi dari mulai persemaian hingga pertanaman padi, hama ini

memotong pangkal batang padi muda yang menyebabkan rumpun padi rusak dan

mati (Yunidawati et al. 2011). Penanganan keong mas di Indonesia sudah

dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: pengumpulan telur, pembuatan parit–

parit disekitar persawahan, pemasangan saringan pada saluran irigasi, penggunaan

keong mas sebagai pakan bebek, penggunaan pestisida kimia dan moluskisida

nabati (Budiyono 2006).

Terdapat beberapa tanaman yang mampu meningkatkan mortalitas keong

mas sehingga berpotensi menjadi moluskisida nabati. Penelitian terdahulu

menyatakan bahwa ekstrak pinang mampu meningkatkan mortalitas keong mas

sebesar 100 % dalam waktu 18 hari (Yunidawati et al. 2011). Penelitian lainnya

yakni menggunakan tanaman cengkeh, sereh wangi, kunyit, dan lerak juga

terbukti mampu meningkatkan mortalitas keong mas (Wiratno et al. 2011).Selain

itu, daun sirih dan daun pepaya juga mampu meningkatkan mortalitas keong mas

(Wardhani 2011). Limbah tembakau juga dapat dijadikan sebagai pengendali

hama keong mas, dengan lama pemaparan 2 hari menggunakan dosis sebesar

1562.5 Kg/ha (Tangkoonboribun dan Suriya 2009).

Efektivitas moluskisida nabati disebabkan kandungan senyawa aktif yang

berasal dari tumbuhan. Contoh senyawa aktif yang mampu meningkatkan

mortalitas dari keong mas adalah saponin dan flavonoid (Musman 2010).

Senyawa saponin dalam badan air menyebabkan terhambatnya proses pernapasan

pada keong mas, karena produksi lendir berlebihan dari keong mas (Francis et al.

2002). Produksi lendir ini sendiri merupakan sistem pertahanan keong mas untuk

menghambat paparan dari senyawa saponin (Musman et al. 2011).

Nangka dan sukun merupakan tanaman yang tumbuh baik di iklim tropis

seperti di Indonesia(Ersam 2001; Sukandar et al. 2013). Daun nangka

mengandung saponin dan beberapa senyawa kimia lain diantaranya flavonoid,

tanin dan polifenol (Chandrika et al. 2006). Daun sukun juga mengandung

saponin dan beberapa golongan senyawa seperti flavonoid, steroid, tanin, serta

phenol (Puspasari 2014). Senyawa saponin dapat mengganggu sistem biologi

keong mas dan membunuh keong mas (Francis et al. 2002). Namun demikian,

belum ada penelitian yang menunjukkan efektivitas daun nangka dan sukun

sebagai moluskisida nabati. Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan

maka penelitian ini bertujuan menguji ekstrak daun nangka dan ekstrak daun

sukun terhadap penurunan daya hidup keong mas dan menentukan efektivitas

ekstrak daun berdasarkan nilai LC50.

2

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2014 di Laboratorium

Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah keong mas dengan ukuran operkulum kecil

(5-10 mm) dan operkulum besar (11-20 mm). Keong mas berasal dari daerah

persawahan Desa Babakan Bogor. Bahan ekstrak yang digunakan adalah daun

nangka dan daun sukun.

Prosedur Penelitian

Persiapan dan Aklimatisasi Keong Mas. Keong mas yang telah diambil

dari sawah diaklimatisasi pada aquarium dengan lama aklimatisasi 3 hari. Pakan

yang digunakan adalah daun talas dan daun singkong.Pakan diberikan sebanyak

dua kali dalam satu hari secara ad libitum (Wardhani 2011),

Ekstraksi Bahan Nabati. Bahan nabati yang digunakan adalah daun

nangka dan daun sukun.Sampel daun yang digunakan ialah daun dewasa yang

berwarna hijau tua, daun terletak setelah urutan ke 5 dari pucuk.Sebelum

digunakan, daun dicuci dan dibersihkan, kemudian masing–masing ditimbang

dengan bobot 5, 10, dan 25 gram (untuk dibuat ekstrak dengan konsentrasi 5 g/L,

10 g/L, dan 25 g/L).Pembuatan ekstrak daun dilakukan dengan caradaun

dicincang halus dan dimasukkan ke dalam 1 liter air, kemudian diblender selama

10 menit. Ekstrak daun didiamkan selama 24 jam kemudian disaring

menggunakan saringan 2 mm dan disaring kembali menggunakan kain halus

(Wardhani 2011).

Aplikasi Bahan Nabati. Penelitian ini menggunakan konsentrasi 5 g/L, 10

g/L, dan 25 g/L, hal ini dikarenakan konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi

minimum yang sudah dapat menyebabkan toksik atau kematian pada keong mas.

Ekstrak daun nangka masing-masing dengan konsentrasi 5 g/L, 10 g/L, dan 25 g/L

dimasukkan ke dalam 3 toples terpisah. Toples berukuran 15 cm x 13 cm.

Sebanyak 5 keong mas dengan ukuran diameter operkulum 5-10 mm (keong mas

kecil) dimasukkan ke dalam masing-masing toples yang sudah berisi ekstrak daun

nangka dan ke dalam toples berisi 1 Liter air tanpa ekstrak daun sebagai kontrol.

Percobaan ini dilakukan dengan 3 kali ulangan, sehingga ada 12 toples untuk

percobaan menggunakan ekstrak daun nangka pada keong mas kecil (5-10 mm).

Pengamatan terhadap perilaku keong mas dan jumlah keong mas yang mati

dilakukan pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan. Aplikasi yang sama

dilakukan pada ekstrak daun nangka terhadap keong mas besar (operkulum 11-20

mm) dan ekstrak daun sukun terhadap keong mas kecil dan besar. Selama

percobaan, keong mas diberi pakan berupa daun talas dan daun singkong

sebanyak dua kali dalam satu hari secara ad libitum.

3

Pengamatan Daya Hidup dan Perilaku Keong Mas. Pengamatan pertama

dilakukan setelah 24 jam perlakuan. Keong mas yang mati dikeluarkan dari toples,

kemudian keong mas yang mati dihitung jumlahnya. Keong mas yang belum

dapat dipastikan hidup atau mati (keong mas masih dalam cangkang) dikeluarkan

dari dalam toples dan dimasukkan ke wadah lain serta ditunggu responnya selama

5–15 menit. Jika keong masbelum keluar dari cangkang maka tubuhnya ditekan

dengan tusuk gigi secara perlahan, jika keong mas keluar dari cangkang berarti

keong mas masih hidup dan dikembalikan ke dalam toples perlakuan. Pengamatan

kedua (setelah 48 jam) dan ketiga (setelah 72 jam) dilakukan dengan cara yang

sama. Pengamatan perilaku keong mas dilakukan dengan cara mengamati

beberapa kondisi tubuh keong mas, yaitu warna kulit daging, membuka dan

menutupnya operkulum, dan pergerakan keong mas (Wardhani 2011).

Analisis Data. Daya hidup keong mas ditunjukkan dengan nilai persentase

keong mas hidup. Data yang disajikan merupakan nilai rata-rata dari 3 ulangan

percobaan untuk masing-masing konsentrasi pada pemaparan 0, 24, 48, dan 72

jam. Efektivitas ekstrak ditentukan berdasarkan nilai LC50 untuk lama pemaparan

24 dan 48 jam. Nilai LC50 diperoleh berdasarkan analisa probit SPSS terhadap

persentase keong mas mati pada konsentrasi yang digunakan.

HASIL

Penurunan Daya Hidup Keong Mas Uji

Daya hidup keong mas adalah persentase jumlah keong mas yang masih

bertahan hidup pada saat pengamatan. Semua keong mas berukuran kecil dalam

toples tanpa ekstrak daun (kontrol) dapat bertahan hidup sampai akhir pengamatan

(72 jam) pada perlakuan daun nangka (Gambar 1B) dan daun sukun (Gambar 2B).

Sedangkan keong mas berukuran besar pada toples kontrol yang bertahan hidup

sampai akhir pengamatan hanya 60 % dijumpai pada perlakuan ekstrak daun

nangka (Gambar 1A) dan daun sukun (Gambar 2A).

Daya hidup keong mas berukuran besar dan kecil menurun sampai 0 %

diakhir pengamatan (72 jam) pada semua taraf konsentrasi ekstrak daun nangka

(Gambar 1A dan 1B) dan daun sukun (Gambar 2A dan 2B). Penurunan daya

hidup keong mas lebih cepat pada konsentrasi ekstrak daun yang lebih tinggi.

Semua keong mas berhasil mati pada hari ke 2 pengamatan (48 jam) dijumpai

pada perlakuan konsentrasi 10 g/L dan 25 g/L dengan ekstrak daun nangka dan

daun sukun. Pada pengamatan hari yang sama dijumpai 10-17 % keong mas besar

dan kecil masih bertahan hidup pada konsentrasi 5 g/L ekstrak daun nangka

maupun daun sukun.

4

A B

Gambar 1 Rata-rata persentase keong mas hidup setelah terpapar ekstrak

daunnangka dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada

konsentrasiekstrak daun nangka 0 g/L (−◊−), 5 g/L (−□−), 10 g/L

(−∆−), dan 25 g/L (−×−)padakeong besar (A) dan keong kecil (B)

A B

Gambar 2 Rata-rata persentase keong mas hidup setelah terpapar ekstrak daun

sukun dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada

konsentrasiekstrak daun nangka 0 g/L (−◊−), 5 g/L (−□−), 10 g/L

(−∆−), dan 25 g/L (−×−)padakeong besar (A) dan keong kecil (B)

0

20

40

60

80

100

0 24 jam 48 jam 72 jamRat

a ra

ta %

ke

on

g m

as h

idu

p

Lama pemaparan

0

20

40

60

80

100

120

0 jam 24 jam 48 jam 72 jamRat

a ra

ta %

ke

on

g m

as h

idu

p

Lama pemaparan

0

20

40

60

80

100

120

0 24 jam 48 jam 72 jam

Rat

a-ra

ta %

ke

on

g m

as h

idu

p

Lama pemaparan

0

20

40

60

80

100

120

0 24 jam 48 jam 72 jam

Rat

a-ra

ta %

ke

on

g m

as h

idu

p

Lama pemaparan

5

Perilaku Keong Mas Selama Perlakuan

Keong mas sehat dijumpai pada kontrol. Ciri-ciri keong massehat yakni

otot keong mas berwarna hitam keputihan, pergerakannya aktif, memiliki nafsu

makan yang tinggi, dan cangkang tidak rapuh (Gambar 3A). Aplikasi ekstrak daun

nangka maupun daun sukun menyebabkan adanya gejala klinis akibat keracunan.

Gejala keracunan dijumpai pada keong massetelah 24 jam terpapar ekstrak daun

pada semua taraf konsentrasi. Gejala keracunan yang tampakpada keong mas

dalam keadaan hidup yakni frekuensi buka-tutup operkulum meningkat, warna

permukaan otot memucat, dan pergerakan serta perilaku makan keong mas yang

menurun (Gambar 3B). Sedangkan gejala klinis yang terjadi pada keong mas

setelah mengalami kematian yakni warna permukaan otot memucat, otot melunak

dan keluar dari cangkang, berlendir, serta operkulum terbuka (Gambar 3C). Gejala

tersebut merupakan respon keong mas saat terdapat zat-zat lain yang menghambat

proses metabolisme sel dalam tubuh keong.

A B C

Gambar 3 Keong mas sehat (A), keong mas yang mengalami gejala keracunan

(B), dan keong mas mati karena keracunan (C). (1) cangkang keong

mas, (2) operkulum, (3) otot keong mas.

Nilai Lethal Concentrate 50 (LC50)

Efektivitas ekstrak daun nangka dan daun sukun pada keong mas besar dan

kecil berbeda (Tabel 1). Nilai LC50 24 jam ekstrak daun sukun lebih rendah pada

percobaan dengan keong mas kecil, sebaliknya nilai LC50 48 jam menunjukkan

hasil lebih rendah pada keong mas besar. Pengaruh ukuran keong mas terhadap

nilai LC50 24 jam dan 48 jam untuk ekstrak daun nangka juga menunjukkan hasil

yang tidak konsisten, nilai LC50 tidak terdeteksi pada lama pemaparan 24 jam

untuk keong mas besar dan lama pemaparan 48 jam untuk keong mas kecil (Tabel

1).

Tabel 1 Lethal Concentrate 50 (LC50)g/L Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun

Ukuran

Keong

Daun Nangka Daun Sukun

24 jam 48 jam

24 jam 48 jam

Besar - 2,14

6,51 2,14

Kecil 8,72 -

6,37 3,74

1

1 1 2 2 2 3

3 3

6

PEMBAHASAN

Kematian keong mas pada perlakuan penelitian ini disebabkan

terhambatnya proses pernapasan keong mas setelah terpapar ekstrak daun yang

ditunjukkan dari adanya lendir di tubuh keong mas. Gejala ini menunjukan

keracunan saponin pada keong mas, sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa senyawa saponin dalam badan air membuat keong mas

memproduksi lendir sehingga mengakibatkan proses pernapasan keong mas

terhambat (Francis et al.2002). Hasil pengamatan juga menunjukkan adanya

gelembung seperti busa sabun pada saat pembuatan ekstrak dan pada saat

dilakukan perlakuan terhadap keong mas. Saponin sendiri memiliki sifat seperti

detergen yakni berbusa (Francis et al. 2002). Senyawa saponin tidak hanya

membunuh keong mas, tetapi dapat juga menghambat penetasan telur keong mas.

Penelitian terdahulu menyatakan bahwa saponin mampu menghambat daya tetas

telur 30 - 40 % (Kurniawati et al.2007).

Berdasarkan nilai LC50 pada lama pemaparan 24 jam dan 48 jam didapatkan

hasil bahwa pengaruh ukuran keong mas terhadap nilai LC50 tidak konsisten, baik

pada ekstrak daun nangka maupun daun sukun. Nilai LC50 tidak terdeteksi pada

perlakuan ekstrak daun nangka pada keong mas besar (24 jam) dan keong mas

kecil (48 jam). Hal ini diduga karena nilai konsentrasi ekstrak yang telah

digunakan kurang dari nilai efektif LC50 sehingga tidak mempengaruhi 50 %

kematian keong mas uji. Pada penelitian ini digunakan dua ukuran operkulum

keong mas yakni 5-10 mm dan 11-20 mm, alasan penggunaan dua ukuran

operkulum ini untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh luas permukaan tubuh

keong mas terhadap nilai LC50 ekstrak daun tersebut. Berdasarkan hasil yang telah

didapat, adanya nilai LC50 yang tidak konsisten dapat disebabkan oleh luas

permukaan tubuh keong mas yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu,

kesehatan hewan uji saat diberi perlakuan juga dapat mempengaruhi nilai LC50.

Spesies hewan uji juga dapat mempengaruhi nilai LC50. Terdapat beberapa jenis

hewan yang umum digunakan sebagai hewan uji toksisitas berdasarkan LC50,

seperti mencit, kelinci, dan monyet. Pemilihan jenis hewan uji umumnya

berdasarkan pada viabilitas, tipe metabolisme, dan kemudahan dalam

perawatannya (Sulastry 2009). Jenis kelamin dari spesies yang digunakan juga

dapat mempengaruhi nilai LC50, seperti penelitian terdahulu yang menyatakan

bahwa antara keong mas jantan dan keong mas betina menyebabkan perbedaan

nilai LC50. Hal ini terjadi karena perbedaan morfologi antara keong mas jantan

dan betina seperti perbedaan kandungan lemak dalam tubuh keong mas jantan dan

betina (Prijono 1999).

Nilai LC50 ekstrak daun sukun 24 jam menunjukkan bahwa keong mas kecil

lebih tahan terhadap perlakuan dibandingkan keong mas besar. Hal ini dapat

dikarenakan faktor luas permukaan tubuh keong mas. Keong mas kecil memiliki

luas permukaan tubuh lebih sempit sehingga penyerapan terhadap senyawa kimia

pada ekstrak daun lebih sedikit. Namun demikian nilai LC50 48 jam menunjukkan

hal sebaliknya, keong mas besar lebih tahan terhadap perlakuan dibanding keong

mas kecil. Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor yang bisa

7

mempengaruhi tingkat kematian keong mas namun tidak terkontrol pada

penelitian ini.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada perlakuan kontrol terdapat

keong mas yang mengalami kematian. Hal ini dapat dikarenakan gagalnya keong

mas beradaptasi dengan lingkungan baru pada saat aklimatisasi. Keadaan tersebut

dapat membuat keong mas mengalami stres yang menyebabkan menurunnya

kesehatan keong mas uji sehingga mengalami kematian. Cara yang dapat

dilakukan untuk penelitian selanjutnya dalam mengurangi kematian keong mas

dengan menambah lama aklimatisasi sehingga keong mas dapat menyesuaikan

habitat baru dengan lebih baik.

SIMPULAN

Ekstrak daun nangka dan daun sukun berpotensi sebagai moluskisida,

semua keong mas mati pada hari ketiga perlakuan (72 jam). Adanya lendir pada

tubuh keong mas yang mati menunjukkan gejala adanya keracunan saponin.

Konsentrasi ekstrak daun berpengaruh pada kecepatan penurunan daya hidup

keong mas dan dapat digunakan untuk menentukan nilai LC50. Pengaruh ukuran

keong mas terhadap nilai LC50 24 jam dan 48 jam tidak konsisten. Nilai LC50 yang

tidak terdeteksi menunjukkan perlunya dirancang kembali metode dan konsentrasi

yang digunakan untuk hasil penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono S. 2006. Teknik pengendalian keong mas pada tanaman padi. Jurnal

Ilmu – Ilmu Pertanian 2 (2) :128–133.

Chandrika UG, Wedage WS, Wickramasinghe MDN, Fernando WS. 2006.

Hypoglycaemic action of the flavonoid fraction of Artocarpus heterophyllus

leaf. Afr.J.Trad CAM 3(2): 42-50.

Ersam T. 2001. Senyawa kimia makromolekul beberapa tumbuhan Artocarpus

hutan tropika Sumatera Barat [disertasi]. Bandung (ID): Institut Teknologi

Bandung.

Francis G, Kerem Z, Makkar HPS, Bekker K. 2002.The biological action of

saponins in animal systems.British Journal of Nutrition 88: 587-605.

8

Kurniawati N, Wahyu H, Hendarsih S. 2007. Daya tetas dan daya hidup keong

mas pada perlakuan pestisida nabati dan insektisida. Apresiasi Hasil

Penelitian Padi 1: 393-402.

Musman M. 2010. Toxicity of Barringtonia racemosa (L.) Kernel extract on

Pomacea canaliculata (Ampillaridae). Trop Life Sci Res 21 (2): 41-50.

Musman M, Sofyatuddin K, Kavinta M. 2011. Uji selektivitas ekstrak etil asetat

(EtOAc) biji putat air (Barringtonia racemosa) terhadap keong mas

(Pomacea canaliculata) dan ikan lele lokal (Clarias batrachus). Depik 1

(1): 27-31.

Puspasari RK. 2014. Studi Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Daun Sukun

(Artocarpus altilis) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas

aeruginosa [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia.

Prijono D. 1999. Prospek dan Strategi Pemanfaatan Insektisida Alami dalam PHT.

Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Sugianti B, Enjang HH, Awliya PA, Sri R, Yeni A, Laili L. 2014. Daftar

Mollusca yang Berpotensi sebagai Spesies Asing Invasif di Indonesia.

Jakarta: Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Sukandar D, Eka RA, Sandra H. 2013. Karakterisasi dan pengujian aktivitas

antioksidan ekstrak etanol buah sukun (Artocarpus communis) [skripsi].

Jakarta (ID): UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sulastry F. 2009. Uji Toksisitas Akut yang Diukur dengan Penentuan LD50Ekstrak

Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap Mencit BALB/C

[skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Tangkoonboribun R, Suriya S. 2009. Molluscicide from tobacco waste. Journal of

Agricultural Science 1 (1): 76-81.

Yunidawati W, Darma B, Sengli BJD. 2011. Penggunaan ekstrak biji pinang

untuk mengendalikan hama keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck)

pada tanaman padi. Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR 5(2): 84.

Wardhani SPR. 2011. Daya hidup keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck)

setelah terpapar ekstrak daun pepaya dan ekstrak daun sirih [skripsi].

Bogor (ID): InstitutPertanian Bogor.

Wiratno, Molide R, Wayan IL. 2011. Potensi ekstrak tanaman obat dan aromatik

sebagai pengendali keong mas. Bul.Litro 22(1): 54-64.

9

RIWAYAT HIDUP

Penulis Lahir di Pacitan Jawa Timur pada tanggal 24 Januari 1992

merupakan putri tunggal dari pasangan orang tua Rasyanto dan Siti Kasirah.

Penulis menjalani pendidikan di TK Kartika II Cibubur Jakarta Timur, kemudian

melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 05 Pagi Cibubur Jakarta, lalu

bersekolah di SMPN 147 Jakarta, selanjutnya melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Atas di SMAN 64 Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa di

Institut Pertanian Bogor (IPB) Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menyelesaikan pendidikan penulis aktif sebagai anggota pengurus

klub taekwondo dekade Jakarta Timur dan juga menjadi atlit dalam bidang

beladiri tersebut. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitian diantaranya panitia

Masa Perkenalan Departemen (MPD), panitia BIONIC, panitia SPIRIT serta

kepanitian lainnya. Penulis pernah melakukan Praktek Kerja Lapangan diPT

BASF Care Chemicals Indonesia bagian Quality Control pada tahun 2013.