EFEKTIFITAS METODE PENGAJARAN “QIRAAT SAB’AH” DI...
Transcript of EFEKTIFITAS METODE PENGAJARAN “QIRAAT SAB’AH” DI...
EFEKTIFITAS METODE PENGAJARAN
“QIRAAT SAB’AH” DI LBIQ PROVINSI DKI JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S. Kom. I)
Di Susun Oleh : SHIFA NOVIGA
106051001882
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
EFEKTIFITAS METODE PENGAJARAN
“QIRAAT SAB’AH” DI LBIQ PROVINSI DKI JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S. Kom. I)
Di Susun Oleh : SHIFA NOVIGA
106051001882
Di Bawah Bimbingan
Zakaria, MA
197208072003121003
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul ”EFEKTIFITAS METODE PENGAJARAN
“QIRAAT SAB’AH” DI LBIQ PROVINSI DKI JAKARTA” telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tanggal 02 September
2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
Ilmu Komunikasi (S.Kom.I) pada program studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
Jakarta, 02 September 2010
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota
Drs. Jumroni, M.Si Umi Musyarrofah, MA NIP. 19630515 199203 1 006 NIP. 19710816 199703 2 002
Anggota
Penguji I Penguji II
Dr. Hj. Roudhonah, MA Drs. Masran, MA NIP. 19580910 198703 2 001 NIP. 150 275 384
Dosen Pembimbing
Drs. Zakaria, MA
NIP. 19720807 200312 1 003
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Agustus 2010
Penulis
Shifa Noviga
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرحمن الرحيمAl-hamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
segala kenikmatan, limpahan hidayah, inayah, rahmat dan karunia serta senantiasa
kemudahan yang selalu mengiringi penulis. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw, karena berkat beliaulah
umat manusia dapat merasakan indahnya iman dan Islam.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
2. Bapak Drs. Jumroni, MA., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
3. Ibu Umi Musyarofah, MA., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
4. Bapak Zakaria, MA., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan kontribusi ilmu dan moril sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.
6. Seluruh Staff Tata Usaha, Perpustakaan Umum, Perpustakaan Fakultas
dan juga seluruh Civitas Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
7. Kepada Kepala Lembaga Bahasa Ilmu dan al-Qur’an H. Damaniddun Ibnu
Madani, SE., M.Si, seluruh pihak LBIQ yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan terima kasih
atas segala bantuannya baik data-data, wawancara dan lain-lainnya hingga
terselesaikannya skripsi ini.
8. Kepada K. H. Muhsin Salim, SQ, M.A, dan Drs. H.Muhammad Ali yang
telah memberikan ilmunya yang bermanfaat bagi penulis dan meluangkan
waktunya sehingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Kepada para Jama’ah LBIQ yang telah meluangkan waktunya untuk
wawancara dan melengkapi data-data.
10. Ayahanda Drs. H. Abdul Wahid yang selalu memberikan motivasi kepada
adinda di setiap saat. Ibunda Habibah, terima kasih atas segala do’a,
perhatian dan pengertiaannya untuk anakmu ini. Mudah-mudahan kalian
selalu dalam lindungan Allah SWT. Amiiin
11. Adik–adikku tersayang Muhammad Fadhlillah Qori dan Camelia Indana
Zulfa yang selalu menemani di saat susah maupun senang.
12. Kepada kakanda H.M.Zhohiruddin,S.S yang selalu memberikan banyak
kontribusi, baik tenaga, motivasi dan do’a.
13. Teman-teman KPI D 2006 khususnya Rizky Amelia Darwiz, Tika
Nurbarokah, Siti Sopianah, Sunita Juliantika, Resty Sandriany, Sella
Nurmaya Sari.
iii
iv
Penulis mengucapkan Jazakumullah Khairon Katsiron atas segala
kebaikannya, semoga Allah memberikan kemudahan dalam setiap langkah hidup
kita
Jakarta, 12 Agustus 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 6
D. Metodologi Penelitian ........................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 10
BAB II TINAJUAN TEORI
A. Pengertian Efektifitas dan Metode ....................................... 12
1. Pengertian Efektifitas ...................................................... 12
2. Pengertian Metode .......................................................... 14
B. Ruang Lingkup Komunikasi ................................................. 16
1. Pengertian Komunikasi ................................................... 16
2. Unsur-unsur Komunikasi ................................................ 18
3. Bentuk Komunikasi ......................................................... 20
v
C. Qiraat Sab’ah ......................................................................... 26
1. Pengertian Qiraat Sab’ah................................................. 26
2. Perbedaan Qiraat, Riwayat dan Thariq ........................... 29
3. Sejarah dan Perkembangan Qiraat Sab’ah ...................... 30
4. Manfaat Mempelajari Qiraat Sab’ah ............................... 33
5. Imam Qiraat Tujuh yang Mashur Serta Rawinya .......... 34
BAB III SEKILAS TENTANG JAMA’AH LBIQ
A. Sekilas Tentang LBIQ ........................................................... 37
1. Sejarah dan Perkembangan LBIQ .................................. 37
2. Visi Misi dan Tujuan LBIQ ........................................... 41
3. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi LBIQ .................. 42
4. Program dan Aktifitas LBIQ .......................................... 43
5. Susunan Organisasi LBIQ ............................................... 44
6. Karakterisik Jama’ah ....................................................... 46
B. Grafik Peserta Belajar LBIQ periode 2004-2009.................. 47
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Responden ............................................... 48
B. Metode Pengajaran yang Diterapkan Pada Pengajian
”Qiraat Sab’ah” di LBIQ Provinsi DKI Jakarta .................... 50
C. Efektifitas Pengajian ”Qiraat Sab’ah” pada jama’ah LBIQ
Provinsi DKI Jakarta ............................................................. 52
vi
vii
D. Dampak Pengajaran ”Qiraat Sab’ah” dengan metode iqra
bagi Jama’ah di LBIQ Provinsi DKI Jakarta angkatan
2009-2010 ............................................................................ 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 65
B. Saran ...................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 68
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Kategori Jenis Kelamin .................................................................. 49 Tabel 4.2 Kategori Umur ............................................................................... 49 Tabel 4.3 Kegiatan Pengajian ........................................................................ 53 Tabel 4.4 Pengenalan Tentang Qiraat Sab’ah ................................................ 53 Tabel 4.5 Fekuensi Mengikuti Pengajian Qiraat Sab’ah ................................ 54 Tabel 4.6 Frekuensi Kehadiran ...................................................................... 54 Tabel 4.7 Motivasi Mengikuti Pengajian Qiraat Sab’ah ................................ 55 Tabel 4.8 Hal yang Disenangi Dalam Pengajian Qiraat Sab’ah .................... 55 Tabel 4.9 Frekuensi Pengajian Qira’at Sab’ah Diadakan .............................. 55 Tabel 4.10 Penyampaian Materi Qiraat Sab’ah ............................................... 56 Tabel 4.11 Materi yang Menarik Dalam Pengajian Qiraat Sab’ah .................. 56 Tabel 4.12 Pemahaman Materi Sebelum Memulai Pengajian ......................... 57 Tabel 4.13 Frekuensi Membaca al-Qur’an ....................................................... 57 Tabel 4.14 Efektifitas Pengajian Qiraat Sab’ah ............................................... 57 Tabel 4.15 Kegiatan Pengajian Qiraat Sab’ah ................................................. 58 Tabel 4.16 Penambahan Waktu Pengajian Qira’at Sab’ah .............................. 58 Tabel 4.17 Penambahan Hari yang Dibutuhkan............................................... 58 Tabel 4.18 Penambahan Waktu yang Dibutuhkan ........................................... 59 Tabel 4.19 Perubahan Metode Komunikasi Pengajaran Qiraat Sab’ah ........... 59 Tabel 4.20 Manfaat yang Didapatkan Dari Pengajian Qiraat Sab’ah .............. 59 Tabel 4.21 Dampak Setelah Mengikuti Pengajian Qiraat Sab’ah .................... 60 Tabel 4.22 Pengetahuan Cara Membaca al-Qu’an yang Baik dan Benar ........ 60 Tabel 4.23 Frekuensi Lebih Giat Mempelajari Membaca al-Qur’an yang
Baik dan Benar ............................................................................... 61 Tabel 4.24 Frekuensi Membaca Al-Qur’an Dengan Imam-imam yang Lain .. 61 Tabel 4.25 Perubahan Membaca Al-Qur’an Setelah Mengikuti Pengajian
Qiraat Sab’ah .................................................................................. 62 Tabel 4.26 Membaca Al-Qur’an Menjadi Lebih Baik Setelah Mengikuti
Pengajian Qiraat Sab’ah ................................................................. 62 Tabel 4.27 Bertambahnya Wawasan Tentang Beraneka Ragamnya Cara
Membaca Al-Qur’an ...................................................................... 63
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an menurut bahasa diambil dari kata kerja “qara’a” yang
artinya ia telah membaca, maka perkataan al-Qur’an itu berarti “bacaan” atau
“yang dibaca”, al-Qur’an adalah isim masdar yang diartikan dengan arti isim
maf’ul yaitu “maqrau” artinya “yang dibaca”.1
Akan tetapi menurut ahli agama, definisi al-Qur’an ialah “Kalamullah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang menjadi mukjizat, dan
bagi yang membacanya adalah ibadah dan dinukil dengan mutawatir”.2
Al-Qur’anul Karim merupakan mukjizat umat Islam yang kekal dan
mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an
diturunkan Allah kepada Rasulullah, Muhammad s.a.w. untuk mengeluarkan
manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing
mereka ke jalan yang lurus.3
Begitu pentingnya Al-Qur’an bagi kehidupan manusia merupakan
salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan seperti halnya ketika zaman
Rasulullah, beliau menjaga kemurnian Al-Qur’an mulai dari pengumpulannya,
penulisannya hingga penghafalnya. Hal ini Rasulullah lakukan semata-mata
bertujuan untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an dari hasutan orang-orang yang
1 Ahmad Warson Munawwir, Munawir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997). Cet Ke-14, h. 1102
2 Hasbi Ash Siddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an atau Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972) h. 16
3 Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmul al-Qur’an, Penerjemah Mudzakir AS (Jakarta : PT. Pustaka Litera AntarNusa, 2004) cet. Ke-8, h. 1.
1
2
menghendaki Agama Islam hancur. Allah pun berfirman tentang kewajiban
menjaga kemurnian al-Qur’an sebagaimana tertulis pada surat Al-Hijr: 9
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya”
Tujuan yang ingin dicapai dengan pembacaan, penyucian dan
pengajaran terebut adalah pengabdian kepada Allah, sejalan dengan tujuan
penciptaan manusia yang ditegaskan oleh al-Qur’an4 dalam surat Adz-
Dzariyat : 56
”Aku tidak menciptakan manusia dan jin kecuali untuk menjadikan tujuan akhir atau hasil segala aktivitasnya sebagai pengabdiian kepadaku.”
Bacaan al-Qur’an yang selama ini di alunkan adalah merupakan
bacaan imam Ashim. Namun tidak dipungkiri hampir setiap orang yang
membaca Al-Qur’an atau mendengar Al-Qur’an, setidaknya pernah
mendengar suatu bacaan yang tidak seperti cara dia membaca atau yang ia
baca selama ini.. Al-Qur’an yang dibaca oleh kaum muslimin sejak zaman
Nabi sampai sekarang tidak hanya mempunyai satu macam cara baca. Karena
4 Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an”, ( Bandung : MIzan, 1994), cet. Ke- XIX, h.
172
3
Al-Qur’an mempunyai berbagai macam cara baca (Qira’atul Qur’an) yang
juga bersumber dari Nabi.5
Hal ini bermula dari orang Arab yang mempunyai aneka ragam lahjah
(dialek) yang timbul dari fitrah mereka dalam laggam, suara dan huruf-huruf
sebagaimana diterangkan secara komprehensip dalam kitab-kitab sastra.
Apabila orang Arab berbeda lahjah dalam pengungkapan sesuatu makna
dengan beberapa perbedaan tertentu, maka Al-Qur’an yang diwahyukan Allah
kepada Rasul-Nya, Muhammad, menyempurnakan makna kemukjizatannya
karena ia mencangkup dengan semua huruf dan wajah qira’ah pilihan diantara
lahjah-lahjah itu. Dan ini merupakan salah satu sebab yang memudahkan
mereka untuk membaca, menghafal dan memahaminya.6
Apalagi dalam hal ini, al-qur’an tidak hanya diturunkan dengan satu
bacaan saja tetapi banyak cara membacanya, sebagaimana sabda Nabi:
هنم رسيا تمو ءان هذا القرآن أنزل على سبعة أحرف فاقر رواه البخارى ومسلم(
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan dengan tujuh huruf
maka bacalah mana yang mudah dari padanya”. ( H.R. Bukhari dan Muslim). 7
Pengertian dari hadits tersebut bahwa cara membaca Al-Qur’an bukan
dengan satu cara saja melainkan dengan beberapa cara. Banyak pendapat para
ulama tentang hadits ini, mereka mengatakan “Sab’atu Ahruf” dengan suku
(Qabilah) yang terdapat di Arab. Adapun pendapat yang diperkuat oleh para
5 Muhsin Salim, Ilmu Tajwid Qira’at Ashim tentang Mad Munfashil dengan Qashr Riwayat Hafs Thariq Thayyibatun Nasr, (Jakarta : LBIQ, 2001), h.10.
6 Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu AL-Qur’an, h. 225. 7 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Idar al-Thiba’at al-Muniriyyat,t.t), Juz Ke-6, h.
227
4
ulama yang teliti seperti mahzab Imam Arrozi (W. 606 H) yang menegaskan
bahwa maksud dari tujuh huruf adalah cara-cara bacaan yang berbeda namun
tidak keluar dari tujuh sisi atau tujuh cara seperti yang dimaksud oleh hadits
riwayat Al-Bukhari dan Muslim di atas.8
Qira’at sab’ah atau qira’at tujuh ini masing-masing dibawa dan
dipopulerkan oleh masing-masing imam qira’at, sehingga seluruhnya
berjumlah tujuh orang imam qira’at.9 Qira’at Al-Qur’an yang dibawa oleh
ketujuh imam qira’at ini bukanlah hasil ijtihad, melainkan perkara tauqifi yang
berpegang kepada riwayat-riwayat mutawatir yang bersumber dari nabi saw.10
Pengamalan dengan metode qiraat sab’ah atau bacaan tujuh huruf ini
masih langka kita temukan. Ini karena kurangnya sosialisai pengajaran ilmu
dengan tujuh huruf tersebut. Namun begitu, sebelum menerapkan qira’at
sab’ah, seorang qari atau pembaca sebaiknya terlebih dahulu mempelajari
qira’at-qira’at tersebut dengan tallaqi dan musyafahah (mengkaji langsung)
kepada guru terpercaya yang memang ahli dan mendalami ilmu qira’at sab’ah
ini.11
Namun seiring dengan kecendrungan masayarakat dengan berbagai
hambatan, antara lain dengan kesibukan, sarana dan faslitas belajar yang
minim dan metode yang kurang tepat. Menyikapi hal tersebut, Pemerintah
8 Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh : Bacaan Al-Qur’an Menurut Tujuh Imam Qiraat
Dalam Thariq Asy Stathibiyyah, (Jakarta: Majelis Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur’an, 2007), cet. Ke-1, h. 24.
9 Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap,(Bandung: CV. Penerbit Diponegoro), vol. 10, h. 10.
10 Ibid, h. 11 11 Ibid, h. 12
5
Provinsi DKI Jakarta memberikan sarana dan prasana bagi mereka yang ingin
mempelajari ilmu dan bahasa al-Qur’an termasuk qiraat sab’ah..
LBIQ (Lembaga Bahasa Ilmu Al-Qur’an) merupakan salah satu
lembaga yang mengkaji tentang al-Qur’an secara modern sesuai dengan
perkembangan sains dan tenologi. Karena itu penulis tertarik untuk meneliti
permasalahan-permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul
Efektifitas Metode Pengajaran ”Qiraat Sab’ah” di LBIQ Provinsi DKI
Jakarta.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, maka perlu adanya pembahasan yang difokuskan pada kajian analisis
mengenai efektivitas Metode Pengajaran ”Qiraat Sab’ah” di LBIQ
Provinsi DKI Jakarta” yang sudah dilaksanakan pada tanggal 16 Maret
sampai dengan 25 April 2010. Jama’ah LBIQ angkatan 2009-2010.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang akan dibahas, penulis membatasi
masalah pada:
a. Metode komunikasi apa yang diterapkan pada pengajian ”qiraat
sab’ah” di LBIQ Provinsi DKI Jakarta?
b. Bagaimana efektivitas pengajaran ”qiraat sab’ah” di LBIQ Provinsi
DKI Jakarta?
6
c. Apakah dengan metode iqra atau membaca ada dampak bagi jama’ah
di LBIQ Provinsi DKI Jakarta terhadap kemampuan membaca al-
Qur’an?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pokok pembahasan diatas, maka tujuan
penelitiannya adalah untuk mengetahui efektivitas metode pengajaran
”qiraat sab’ah” di LBIQ Provinsi DKI Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
pengetahuan ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama
dalam bidang ilmu dakwah dan ilmu qira’at.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan baru,
khususnya bagi peneliti dan mahasiswa lain pada umumnya, selain itu pula
dapat diharapkan penelitian ini diharapkan menarik minat peneliti lain dan
menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
D. Metodologi Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian
deskriftif analisis. Yaitu penelitian yang bertujuan untuk menerangkan atau
menggambarkan peristiwa yang ada pada subjek penelitian. Adapun
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantiatatif,
7
yaitu pendekatan yang memungkinkan pencatatan hasil penelitian dalam
bentuk angka, dengan metode sebagai berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi adalah pengamatan dan pencatataan secara sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.12 Yaitu dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap subjek penelitian. Adapun yang akan
penulis lakukan adalah mengikuti pembelajaran qiraat sab’ah di LBIQ
sebanyak tiga kali.
b. Angket atau Kuisioner adalah suatu alat pengumpulan data berisi
daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada subjek atau
responden penelitian. Pertanyaan-pertanyaan pada angket bisa tertutup
(berstruktur) bisa juga terbuka (tidak berstruktur).13 Dalam hal ini
semua responden mengisi angket yang berisi pertanyaan yang
berkaitan dengan pembahasan tersebut. Penulis menyusun beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan yang terkait dengan
pembahasan ini kemudian ditujukan kepada responden, yaitu para
jama’ah di LBIQ.
c. Wawancara, mengadakan tanya jawab kepada staff pengajar dan
jam’aah di LBIQ.
d. Dokumenter, dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan
membaca buku-buku, referensi dan literatur yang relevan dengan
pokok permasalahan.
12 Husni Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1998) cet. Ke-2, h. 54. 13 Faisal Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), h. 122.
8
e. Adapun tambahan yang penulis lakukan dalam mengumpulkan data
yakni dengan melakukan tes langsung kepada jama’ah. Dengan
mengamati cara membaca jama’ah dengan menggunakan bacaan
imam yang tujuh.
2. Analisis Data
a. Editing, memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, ditelaah
dan dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data-data yang
akurat.
b. Tabulating, menstabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban
responden kedalam tabel kemudian dicari presentasinya untuk
kemudian dianlisa.
c. Analisa dan interpretasi, menyembunyikan data kuantitatif dalam
bentuk verbal (kata-kata), sehingga prosentase menjadi lebih
bermakna.
d. Kesimpulan, memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan penafsiran
data.
Semua tahapan akhirnya dijelaskan pendeskripsiannya dalam
bentuk kata-kata maupun angka sehingga menjadi bermakna.
3. Prosentase
Data yang diperoleh dengan menggunakan metode kuantitatif yang
kemudian diolah menjadi analisa statistik deskripsi dengan menggunakan
statistik persentase, sebagai berikut:
P = %100×NF
9
Keterangan:
P = Besarnya Prosentase
F = Frekuensi (jumlah jawaban responden)
N = Jumlah responden14
4. Lokasi dan Jadual Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di LBIQ sebuah Lembaga Bahasa
Ilmu al-Qur’an, tepatnya di Gedung Walikota Administrasi Jakarta Selatan
jl. Trunujoyo No. 1 Blok V Lt. 5-6 Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 16 Maret sampai dengan tanggal 25
April 2010
5. Populasi dan Sample
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek untuk keperluan penelitian
ini diambil populasi adalah jama’ah di LBIQ, jama’ah berjumlah 21
orang jama’ah. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang
diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik
tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.
Menurut Suharsimi Arikunto, "apabila subjek kurang dari 100
orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat
diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari
segi waktu, tenaga dan dana"15.
14 Anas Sarjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Grafindo Persada, 1997), h.40. 15 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
h. 107.
10
Berdasarkan pendapat tersebut dan dalam penelitian ini jumlah
sampel adalah kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil
keseluruhan dari populasi yakni sebanyak 21 responden.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menyusun skripsi ini, telah dilakukan tinjauan pustaka oleh
penulis, dan ternyata ada beberapa mahasiswa atau mahasiswi sebelumnya
menulis dalam masalah yang hampir sama dengan judul yang akan penulis
buat. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti
”menduplikat” hasil karya orang lain, maka penulis mencantumkan beberapa
skripsi yang sejenis :
1. Efektifitas Metode Ceramah Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah
Remaja Darus Sa’adah Cirendeu Ilir. Oleh : Ade Setiawan/ KPI/2006
2. Pengaruh Qiraat dalam Tafsir at-Tabari (Studi Komparatif Antara Qiraat
Riwayat Hafs dan Qiraat Riwayat As-Susi dalam Surat al-Baqarah).
Oleh: Farida Fransiska (03210216)/ Institut Ilmu al-Qur’an
F. Sistematika Penulisan
Skripsi penulisan skripsi ini terdiri lima bab, adapun pembahasannya
secara rinci adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.
11
BAB II LANDASAN TEORITIS : Pengertian Efektifitas dan Metode
Pengertian Efektifitas, Pengertian Metode, Ruang Lingkup
Komunikasi, Pengertian Komunikasi, Unsur-unsur Komunikasi,
Bentuk Komunikasi. Pengertian Qiraat Sab”ah menjelaskan
tentang, Pengertian Ilmu Qiraat Sab’ah, Sejarah dan
Perkembangan Qiraat Sab’ah, Perbedaan Qira’at, Riwayat dan
Thariq, Manfaat Mempelajari Qiraat Sab’ah, dan Iman Qiraat
Tujuh yang Mashur.
BAB III SEKILAS TENTANG LBIQ : Sejarah dan Perkembangan
LBIQ, Visi dan Misi LBIQ, Program dan Aktivitas LBIQ,
Struktur Organisasi LBIQ, Karakterisik Jama’ah atau responden,
Grafik Peserta Belajar LBIQ periode 2004-2009
BAB VI ANALISIS HASIL PENELITIAN : Metode Komunikasi Apa
yang Diterapkan Pada Pengajian ”Qira’at Sab’ah” di LBIQ
Provinsi DKI Jakarta, Bagaimana Efektivitas Metode Komunikasi
Pengajian ”Qiraat Sab’ah” Dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca al-Qur’an Jama’ah LBIQ Provinsi DKI Jakarta.
BAB V PENUTUP : Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Efektifitas dan Metode
1. Pengertian Efektifitas
Kata efektifitas mempunyai beberapa arti. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia menyebutkan tiga arti efektifitas, arti pertama adalah
adanya suatu efek, akibatnya, pengaruhnya dan kesannya. Arti yang kedua
manjur atau mujarab dan ketiga dapat membawa hasil atau guna.
Kata efektif juga diambil dari kata efek yang artinya akibat atau
pengaruh, dan kata efektif yang berarti adanya pengaruh atau akibat dari
sasuatu. Jadi efektifitas adalah keberpengaruhan atau keberhasilan setelah
melakukan sesuatu.1
Secara bahasa efektifitas diambil dari kata ”efek” yang berarti
akibat atau pengaruh, sedangkan ”efektif” berarti adanya pengaruh atau
adanya akibat serta penekanannya, jadi sesuatu. Jadi ”efektifitas berarti
keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh(keberhasilah setelah
melakukan sesuatu).2 Sedangkan menurut ensiklopedia umum, efektifitas
menunjukkan taraf tercapainya turut usaha dikatakan efektif kalau usaha
itu mencapai tujuannya. Secara ideal ke efektifan adalah pencapaian
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), Cet Ke-7, edisi ke-2, h.250
2 Ibid, h. 251
12
13
prestasi dari tujuan taraf efektifitas dinyatakan dengan ukuran yang agak
pasti.3
Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily dalam kamus Inggris-
Indonesia secara etimologi efektifitas berasal dari kata efektif yang artinya
berhasil guna.4
The Oxforrd English Dictonary mengartikan efektifitas sbagai The
Quality of being effective. In various sebse. Efectivity the quality or state
being effectiveand power to be effective. Secara sederhana dapat diartikan
sebagi suatu kualitas yang menjadi efektif dalam berbagai hal atau bidang.
Efektifitas ialah status mutu menjadi efektif dan menggerakkan untuk bisa
efektif.5
Dalam kamus umum bahasa Indonesia efektifitas merupakan
keterangan yang artinya ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam
pencapaian tujuan.6
Menurut Dennis Mc. Quail efektifitas secara teori komunikasi
berasal dari kata efektif. Artinya terjadinya suatu perubahan atau tindakan,
sebagai akibat diterimanya suatu pesan. Dan perubahan terjadinya dalam
segi hubungan antara keduanya, yakni pesan yang diterima dan tindakan
tersebut.7
3 A. b. Pridodgdo, Hasan Shadily, Ensiklopedia Umum, (Yogyakarta : Kanisius, 1990),
Cet Ke-8, h. 296 4 John. M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia.
Pustaka Utama, 1990), Cet. Ke-8, h. 207 5 Eric Buckley, The Oxford English Dictionary, (Oxford : The Clarendom press, 1978),
Vol. III, P. 49 6 Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Surabaya: PT. Indah 1995), Cet. Ke-1, h.
742 7 Dennis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta :Erlangga Pratama,
1992), h.281
14
Peter. F. Drucker merupakan salah satu tokoh yang memberikan
perhatian besar terhadap efektifitas. Menurutnya bahwa efektifitas itu dapat
dan harus dipelajari secara sistematis, sebab ia bukanlah bentuk sebuah
keahlian yang lahir secara ilmiyah. Efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui
sebuah rangkaian kerja, latihan yang intens, terarah dan sistematis, bekerja
dengan cepat sehingga menghasilakan kreatifitas.8
Sementara itu efektifitas juga menunjukkan taraf tercapainya tujuan.
Usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal
efektifitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti misalnya:
Usaha X, 60% dalam mencapai tujuan Y.9
Dari beberapa pengertian-pengertian efektifitas diatas dapat
disimpulakan, bahwa secara umum efektifitas dapat diartikan sebagai adanya
suatu pengaruh, akibat, kesan. Efektifitas tidak hanya sekedar memberi
pengaruh atau pesan akan tetapi berkaitan juga dengan keberhasilah tujuan,
penetapan standar, profesionalitas, penetapan sasaran, keberadaan program,
materi, berkaitan dengan metode atau cara, sarana atau fasilitas dan juga dapat
memberikan pengaruh.
2. Pengertian Metode
Kata metode berasal dari kata bahasa Jerman ”Methodica” yang
artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani, metode berasal dari kata
”Methodes” yang artinya jalan, metode yaitu cara yang telah teratur dan
8 Peter. F. Drucker, Bagaimana Menjadi Eksekutif Yang Efektif,(Jakarta : Pedoman Ilmu
Jaya, 1986), h. 5 9 F. X. Suwarto, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka, 1989),
Jilid V, E, FX, h. 12
15
berfikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud (dilihat dari ilmu
pengetahuan dan sebagainya).10
Dalam ”Kamus Besar Ilmu Pengetahuan”, taerdapat dua pengertian
dari metode, yaitu : (1) cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan, dan
(2) cara melaksanakan atau mencapai ilmu pengetahuan berdasarkan kaidah-
kaidah yang tepat dan jelas.11
Sedangkan menurut M. Arifin, metode secara harfiah adalah ” Jalan
yang harus dilalui” untuk mencapai suatu tujuan. Metoda berasal dari kata
”meta” yang berarti melalui dan ”hodos” yang berarti jalan. Namun
pengertian hakekat dari ”metode” tersebut adalah segala sarana yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.12
Kemudian dalam ” Kamus Umum Bahasa Indonesia” menjelaskan
bahwa metode mempunyai pengertian sebagai berikut : ”cara yang telah
teratur dan berfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud (mengajar dan
sebagainya)”.13
Dengan demikian dari berbagai pengertian tersebut dapat difahami
bahwa metode merupakan suatu cara yang telah dirancang sebelumnya untuk
mencapai sesuatu keinginan agar tecapai dengan baik.
10 Hasanuddin, Hukum Dakwah, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet ke-1, h. 35 11 M. Arifin, Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara , 1991), Cet. 1, h. 61 12 M. Arifin, Pendidikan Pelatihan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, ( Jakarta : Golden
Teragon Press, 1998), cet ke-6, h. 43 13 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,( Jakarta : Balai Pustaka,
1995), cet ke-14, h. 649
16
B. Ruang Lingkup Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Secara etimologi komunikasi berasal dari bahasa latin yakni
communicare, artinya berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran,
perasaan, gagasan dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang kepada
orang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan, atau arus balik
(feedback).14
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah
komunikasi atau communication bersal dari bahasa Latin, yaitu
communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya
communis, yang bermakna umum atau bersama-sama.15
Jadi communicare dan communis, berarti ihwal membagi
kepentingan, keinginan, pengetahuan, kepemilikan dan gagasan. Jadi
communicare berarti pula dua atau lebih orang, atau system yang bertindak
bersama-sama baik secara langsung atau tatap muka melalui media atau
saluran tertentu untuk berkomunikasi antar pribadi membagi pengetahuan,
pengalaman, pikiran dan perasaan.16
Dari segi termonology, para ahli komunikasi mendefinisikan
komunikasi sebagai berikut. Menurut Onong Uchjana Effendi menyatakan
bahwa,
”Komunikasi yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk merubah sikap, pendapat
14 A. Muis, Komunikasi Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 35 15 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Grasindo, 2006), cet. Ke- 3, h. 5 16 Muis, Komunikasi Islam, h. 37
17
atau perilaku, baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung atau melalui media.”17
Hoveland mendefinisikan komunikasi adalah, ”The process by which individual (the communicator) transmits
stimuli (usually verbal symbols) to modify, the behavior of other individu”. Komunikasi adalah proses di mana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain.18
Menurut Harold D. Lasswell bahwa komunikasi merupakan,
“Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut : Who Say what In which Channel To Whom With What Effect? (Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?).”19
Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss, ciri-ciri komunikasi yang baik
dan efektif paling tidak menimbulakan lima hal, yaitu:
a. Pengertian, penerimaan yang cermat dari isi stimuli sepertii yang dimaksud komunikator (komunikan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator).
b. Kesenangan, menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan,
c. Mempengaruhi sikap .dapat mengubah sikap orang lain sehinga bertindak sesuai kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa,
d. Hubungan sosial yang baik menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi ,
e. Tindakan membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan stimuli.20
Dari definisi yang telah diuraikan dapat kita ambil benang merah
bahwa pengertian komunikasi merupakan gambaran tentang sebuah proses
komunkasi yang terjai dalam sebuah komunitas baik yang terjadi secara
17 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
1992), h.6 18 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komuniasi, h. 6 19 Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta : Universitas Terbuka, 1999), cet.
Ke-9, h. 31 20 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992) h.
16
18
indvidu maupun kelompok. Dengan demikian melalui komunikasi, akan
ditemukan jati diri, dapat mengembangkan konsep diri dan menetapkan
hubungan dengan dunia sekitarnya.
2. Unsur-unsur Komunikasi
Dari berbagai pengertian komunikasi diatas, tampak adanya
sejumlah komponen dan unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan
terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur
adalah sebagai berikut:
a. Source (sumber) adalah dasar yang digunaka dalam menyampaikan pesan,
dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang,
lembaga, buku dan sejenisnya.
b. Communicator (komunikator = penyampai pesan) adalah dapat berupa
individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi
komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, film dan sebagainya.
c. Message (pesan) adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan seharusnya memiliki inti pesan (tema) sebagai
pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku
komunikan.
d. Channel (saluan), saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang
dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada
dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut
dua saluran:
19
1) Saluran formal atau yang bersifat resmi
2) Saluran informal atau yang bersifat tidak resmi.
e. Communican (komunikan = penerima pesan) dapat dgolongkan dalam 3
jenis yakni persona, kelompok dan massa. Syarat- syarat yang harus
dimiliki oleh komunikan antara lain:
1) Keterampilan atau kemampuan menangkap dan meneruskan pesan.
2) Pengetahuan tertentu
3) Sikap.
Faktor lain dari komunikan yang patut di perhatikan ialah:
1) Frame of reference ( rangka pengetahuan )
2) Field of experience ( lingkup pengalaman)
f. Effect (hasil) adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan
tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kia inginkan. Jika
sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi berhasil,
demikian pula sebaliknya. Effect ini sesungguhnya dapat dilihat dari:
1) Personal opinion adalah pendapat pribadi
2) Public opinion adalah pendapat umum
3) Mayority opinion adalah pendapat bagian terbesar dari public atau
masyarakat.21
21 H. A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta : PT. Bumi
Aksara), Cet. Ke-5, h. 11-21.
20
3. Bentuk – bentuk Komunikasi
Dalam proses pengajian qiraat sab’ah bagi jama’ah LBIQ pastinya
akan terjadi komunikasi yang melibatkan staff pengajar atau ustadz sebagai
komunikator dan jama’ah sebagai komunikan, penyampaian pesan dilakukan
secara langsung, tatap muka dan secara lisan.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan melalui media tertentu untuk menghasilkan efek atau
tujuan dengan mengharapkan feedback atau umpan balik.
Dalam hal ini peneliti melihat bentuk komunikasi yang di pakai pada
interaksi yang ada, di antaranya :
a. Komunikasi Pribadi ( Interpersonal Communication)
Dalam komunikasi pribadi terdiri dari dua jenis, yakni komunikasi
intrapribadi an komunikasi antar pribadi.
1) Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intraribadi adalah komunikasin yang berlangsung
dalam diri seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator
maupun komunikan. Dia berbicara kepada dirinya sendiri. Dia bertanya
kapada dirinya sendiri dan dijawab oleh dirinya sendiri.
Sedngkan menurut Deddy Mulyana “ Komunikasi intrapribadi
adalah komunikasi dengan diri kita sendiri, baik kita sadari atau tidak.
Contohnya berfkir. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi
pribadi dan komunikasi dalam konteks yang lainnya, meskipun dalam
disipin komunikasi tidak dibahas secra rinci dan tuntas. Dengan kata
21
lain komunikasi intrapribadi ini melekat pada komunkasi dua orang,
tiga orang dan seterusnya., karena sebelum berkomunikasi dengan diri
sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain) hanya
saja caranya sering tidak di sadari. Keberhasilan komunikasi kita
dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan
diri sendiri."22
2) Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman pesan-pesan
dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan
balik yang langsung23 atau komunikasi antara dua orang, dimana
terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan (face to face atau
melalui medium seperti telefon)24.
Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja dan Turnomo Rahardjo:
“Komunikasi antar pribadi adalah ”suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses berpacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi”.25
22 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Rosdakarya,
2007), Cet.9, h. 80 23 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1991) h. 12 24 Onong Uchana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung : Alumni, 1981), h.48 25 Sasa Djuarsa Sendjaja, Materi Pokok Teori Komunikasi, (Jakarta : Universitas Terbuka,
2005), h. 21
22
Joseph A. Devito menjelaskan komunikasi antarpribadi adalah:
“Penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberika umpan balik segera.26
Pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara
komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini paling efektif dalam
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Komunikasi antarpribadi
bersifat dialogis, artinya arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat
mengetahui tanggapan saat itu juga. Komunikator mengetahui secara pasti
apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil, atau tidak. Jika tidak berhasil
maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk
bertanya seluas-luasnya.27
Menurut sifatnya, dikutip dari Onong Uchyana dalam bukunya Ilmu
Teori dan Filsafat Komunikasi memaparkan bahwa komunikasi antarpribadi
dapat dibedakan atas dua mcam, yakni :
a. ”Komunikasi diadik, ialah proses komunikasi antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik dilakukan dalam tiga bentuk yakni percakapan, dialog dan wawancara”.28
b. ”Komunikasi triadic ialah komunikasi antarpribadi yang perilakunya terdiri dari tiga orang yakni seorang komunikator dan seorang komunikan atau lebih”. 29
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi
yaitu komunikasi yang berlangsung secara bertatap langsung (Face To Face)
antara dua orang dengan arus baliknya yang juga bersifat langsung.
26 Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia : Kuliah Dasar, (Jakarta : Professional
Book, 1997), h. 231 27 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi,h. 36 28 Onong Uchyana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), cet Ke-3, h. 62-63 29 Onong Uchyana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 63
23
(immadiate feedback), dimana komunikator dapat mengetahui efektif atau
tidaknya komunikasi yang sedang berlangsung.
b. Komunikasi Kelompok (Group Communication )
Onong mengartikan komunikasi kelompok adalah komunikasi antara
seseorang dengan sejumlah orang yang berkumpul bersama-sama dalam
bentuk kelompok. “Komunikasi kelompok atau Group Communication
termasuk komunikasi tatap muka, karena komunikator dan komunikan berada
dalam situasi saling berhadapan dan saling melihat. Komunikasi kelompok
menimbulkan arus balik langsung. Komunikator mengetahui tanggapan
komunikan pada saat sedang berkomunikasi sehingga apabila disadari bahwa
komunikasi kurang atau bahkan tidak berhasil, ia dapat segera merubah
gayanya.”30
Adapun karakteristik komunikasi kelompok antara lain :
1) Langsung dan tatap muka
2) Lebih berstruktur
3) Formal
4) Dilakukan secara sengaja
5) Para peserta akan lebih sadar akan peranan dan tanggung jawab mereka
masing-masing.
Bentuk- bentuk komunikasi kelompok dapat diklasifikasikan ke dalam
dua macam, yaitu :
30 Onong Uchyana Effendy, Ilmu Teori dan Praktek,(Bandung: PT. Remaja Rosakarya,
2001) Cet. Ke-3, h. 55
24
1) Kelompok kecil (Micro Group)
Adalah kelompok komunikasi yang dalam situasi komunikasi terdapat
kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal atau dalam
komunikasi kelompok komunikator dapat melakukan komunikasi
antarpribadi dengan salah seorang anggota kelompok. Contoh:
kelompok kecil dalam diskusi, kelompok belajar, seminar dan lain-
lain.
2) Kelompok Besar (Macro Group)
Adalah sekumpulan orang yang sangat banyak dan komunikasi
antarpribdi (kontaik pribadi) jauh lebih kurang (sulit) untuk
dilaksanakan, karena terlalu banyaknya orang yang berkumpul, seperti
halnya yang terjadi pada acara tabligh akbar, kampanye, dan lain-
lainnya.
Dalam komunikasi kelompok besar ini sukar terjadi komunikasi
antarpribadi. Kecil kemungkinan untuk terjadi dialog seperti halnya pada
komunikasi kelompok kecil.
c. Komunikasi Verbal
Ada satu factor yang jelas membedakan manusia dengan hewan, yaitu
kemampuan manusia untuk berkomunikasi secara verbal. Komunkasi verbal
adalah komunikasi yang menggunakan symbol-simbol atau kata-kata, baik
yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan. Komunikasi
verbal ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Symbol atau pesan verbal
adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih.
25
Kemampuan menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah
penting bagi pengajar dan jama’ah. Dengan aanya komunikasi verbal
memungkinkan pengidentifikasian tujuan, pengembangan strategi dan tingkah
laku untuk mencapai tujuan. Suatu system kode verbal disebut bahasa. Bahasa
dapat didefinisi sebagai perankat symbol, dengan aturan untuk
mengombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami
suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan
pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata
yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individu kita.31
Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan tulisan.
Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai suatu proses seorang pembicara
berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku
penerima. Adapun komunikasi tulisan yaitu komunikasi yang disampaikan
berupa symbol-simbol. Komunikasi tertulis ini dapat berupa memo, surat,
buku petunjuk, gambar, laporan. Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa
percakapan interpersonal secara tatap muka atau melalui telepon, radio,
televisi dan lain-lain.32
d. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi nonverbal sama pentingnya dengan komunikasi verbal
karena keduanya itu saling bekerja sama dalam proses komunikasi. Dengan
adanya komunikasi non verbal dapat memberikan penekanan, pengulangan,
31 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, h. 96 32 Ibid., h. 97
26
melengkapi dan mengganti komunikasi verbal, sehingga lebih mudah
dtafsirkan maksudnya.
Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan
dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan
gerak tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi
muka, kedekaan jarak dan sentuhan atau dapat juga dikatakan bahwa semua
kejadian di sekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-
kata yang diucapkan atau dituliskan33.
C. Qira’at Sab’ah
1. Pengertian Ilmu Qiraat Sab’ah
Menurut bahasa, kata قراءات adalah jama dari اقراء yang berarti وجه
Kata qiraah merupakan mashdar dari fiil .(satu cara membaca) مقروء به
madhi رأيق -قرأ menjadi ة قراء .34
Sedangkan menurut istilah, ilmu qira’at adalah suatu pengetahuan
yang dengan pengetahuan itu orang dapat mengetahui tata cara membaca
kata atau kalimat al-qur’an baik yang dibaca dengan cara yang sama
maupun cara yang dibaca secara berbeda (oleh para qurra’) yang
disandarkan kepada orang yang memindahkannya (menyampaikannya)
kepada kita.35
Ilmu qira’at adalah ilmu yang membahas bermacam-macam bacaan
(qiraat) yang diterima dari Nabi saw, dan menjelaskan sanad serta
33 Ibid., h. 96 34 Fr. Louis Ma’aluf al-Yassu’I dan Fr. Bernard Tottel al-Yassu’I, Munjid, (Bairut: Darrul
Masyriq) h. 616 35 Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh : Bacaan Al-Qur’an Menurut Tujuh Imam Qiraat
Dalam Thariq Asy Stathibiyyah,h.20
27
penerimanya dari Nabi saw,. Dalam ilmu ini, diungkapkan qiraat yang
sahih dan yang tidak sahih36 seraya menishbatkan setiap wajah bacaannya
kepada seorang imam qiraat.37
Adapun secara terminologis, qiraat mempunyai beberapa
pengertian diantaranya di ungkap oleh Ibnu Al- Jauzi dalam kitab Munjid
al-Miqri’in sebagaimana dikutip Abdul Djalal:
اهفالتاخو نارقال اتملآ اءدا اتيفيكب ملع ةاءرقلا”Qiraat adalah ilmu mengenai cara mengucapkan kalimat-kalimat al-Qur’an dan perbedaan-perbeaanyya.”38
sedangkan menurut Imam AL-Zarkasyi :
نا مهتيفيآوا فورحى الف روآذمال يحالو اظفال فالتخا امهريغو ديدشتو فيفخت
”Perbedaan lafaz-lafaz al-Qur’an yang disebutkan, baik yang menyangkut huruf-hurufnya, maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut seperti sukun, tasydid, dan sebagainya.”
Tampaknya pengertian qiraat yang dikemukakan oleh Imam al-
Zarkasyi diatas hanya terbatas pada lafaz-lafaz al-Qur’an yang memiliki
perebedaan qiraat. Sementara itu sebagian ulama mendefinisikannya dalam
lingkup yang lebih luas, yaitu mencangkup lafaz-lafaz al-Qur’an yang
tidak memiliki perbedaan qiraat. Artinya lafal-lafal al-Qur’an tersebut
mittafiq ’alaih ( disepakati ) bacaannya oleh para ahli qiraat.39
Sehubungan dengan ini al-Dimyati sebagaimana dikutip oleh Dr.
Abdul Hadi al-Fadli mengemukakan sebagai berikut:
36 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1994), Jilid IV, h.142 37 Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap,h.9 38 Abdul Djalal, ’Ulum al-Qur’an, (Surabaya : Dunia Ilmu, 2000), cet. Ke-2, h. 325 39 Hasanuddin AF., Pebedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap Istinbat Hukum dalam
al-Qur’an (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995), cet. Ke-1, h. 112
28
ى العت اهللا ابتكل نيلاقالن اقفتا هنم ملعي ملع: تاءرقلا لصفالو نيكستاو كيرفالتو اتبثالاو فذحى الف مهفالتاخو ثيح نم هريغو الدبالاو قطالن ةئيه نم كلذ ريغو لصوالو اعمالش
” Qiraat yaitu suatu ilmu darinya diketahui kesepakatan para penulis kitabullah dan perbedaan mereka dari segi al-hadz (membuang huruf), al-itsbat (menetapkan huruf), al-tahrik (memeberi harakat) ,al-taskin (memberi tanda sukun), al-fasl (memisahkan huruf), al-wasl (menyambungkan huruf), al-ibdal (menggantikan huruf atau lafaz tertentu), dan lain-lain yang diperoleh melalui indera pendengaran.”40
Dari definsi di atas dapat disimpulkan bahwa qiraat al-Qur’an berasal
dari Nabi saw. Melalui al-naql dan al-sima’i. Adapun yang dimaksud dengan
al-sima’i yaitu bahwa qiraat al-Qur’an itu diperoleh melalui dengan cara
langsung mendengar dari bacaan Nabi Muhammad saw. Sedangkan al-naql
yaitu diperoleh melalui riwayat yang menyatakan bahwa qiraat Al-Qur’an itu
dibacakan di hadapan nabi Muhammad saw kemudian beliau
membenarkannya.
Adapun sebagian ulama menyimpulkan macam-macam qira’at
menjadi enam macam :
a. Mutawatir , yaitu qiraat yang dinukil oleh sejumlah besar periwayat yang
tidak mungkin bersepakat untuk berdusta dan sanadnya bersambung
hingga penghabisan, yakni Raulullah. Dan inilah yang umum dalam hal
qiraat.
b. Masyhur, yaitu qiraat yang shahih sanadnya tetapi tidak mencapai derajat
mutawatir.
40 Abdul Hadi al-Fadli, al-Qiraat al-Qur’aniyyat ,(Beirut : Dar al-Majma’ ’Ilmi, 1979),
h.63
29
c. Ahad, yaitu qetapi qiraat yang shahih sanadnya tetapi tulisannya tidak
cocok dengan mushaf rasam Usmani, tidak selaras dengan kaidah bahasa
Arab. Contohnya : seperti yang diriwayatkan dari Abu Bakrah, bahwa
Nabi membaca انسح يراقبعو رضخ متكئين على رفارف
d. Syaz, yaitu qira’at yang tidak sahih sanadnya. Contohnya : ملك يوم الدين
dengan bentuk fi’il madhi dan menasabkan يوم
e. Maudu, yaitu qira’at yang tidak ada asalnya.
f. Mudraj, yaitu yang ditambahkan ke dalam qiraat sebagai penafsiran.
Contohnya: تبتغوا فضلا من ربكم فإذا أفضتم من عرفات ليس عليكم جناح أن , kalimat في
.adalah penafsiran yang disisipkan ke dalam ayat مواسم الحج
Ke empat macam yang terakhir ini tidak boleh diamalkan bacaannya.
Jumhur berpendapat bahwa qiraat yang tujuh itu mutawattir. Dan yang tidak
mutawattir, seperti masyhur, tidak boleh dibaca di dalam maupun di luar
shalat. .41
2. Perbedaan Qira’at, Riwayat dan Thariq
Dalam uarain ini akan diketengahkan sedikit tentang arti dan
perbedaan dari masing-masing istilah penting dalam ilmu ini.
Qira’ah ialah suatu bacaan yang dinisbahkan kepada seorang imam
dari imam-imam qiraat yang disepakati oleh para rawi sesuai dengan bacaan
yang diterimanya secara musyafahah dari orang-orang yang ahli sebelumnya
yang sanadnya bersambung kepada Rasulullah saw. Keadaan inilah yang
menyebabkan terdengar istilah qira’ah Ashim, qira’ah Nafi , dan lain-lain.
41 Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al- Qur’an ,h. 256-257
30
Riwayat ialah bacaan yang dinisbahakan kepada seorang yang
meriwayatkan bacaan seorang imam dari para imam qiraat. Masing-masing
dari imam qiraat memiliki dua rawi. Keadaan inilah yang menyebabkan
terdengar adanya istilah riwayat Hafs dari Ashim, riwayat Warsy dari Nafi,
dan lain-lain.
Thariq ialah suatu bacaan yang dinisbatkan kepada orang yang
memindahkan bacaan riwayat rawi baik langsung maupun tidak langsung. 42.
Sedangkan qiraat yang mereka anut dan gunakan tetap bersumber dari
Rasulullah saw.43
Wajah, ialah suatu istilah apabila qira’atal-Qur’an dinisbatkan kepada
seorang pembaca al-Qur’an berdasarkan pilihan nya terhadap versi qiraat
tertentu.44
3. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Qira’at
Pada masa hidup Nabi Muhammad SAW, perhatian umat terhadap
kitab al-Qur’an ialah memperoleh ayat-ayat al-Qur’an itu, dengan
mendengarkan, membaca, dan menghafalnya secara lisan dari mulut ke mulut.
Dari Nabi kepada sahabat, dari sahabat yang satu kepada sahabat yang lain,
dan dari seorang imam ahli bacaan yang satu kepada imam yang lain.45
Sahabat-sahabat Nabi terdiri beberapa golongan. Tiap-tiap golongan itu
mempunyai lahjah (bunyi atau suara) yang berlainan satu sama lainnya.
42 Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh : Bacaan Al-Qur’an Menurut Tujuh Imam Qiraat
Dalam Thariq Asy Stathibiyyah,h.29 42 Ibid, h.30 43 Acep Iim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap,h.10 44 Hasanuddin AF., Pebedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap Istinbat Hukum dalam
al-Qur’an, h. 115 45 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, ( Surabaya: Dunia Islam, 2000), cet. Ke-2, h. 330
31
Memaksa mereka menyebut pembacaan atau membunyikannya dengan lahjah
yang tidak mereka biasakan, suatu hal yang menyukarkan. Maka untuk
mewujudkan kemudahan, Allah yang Maha Bijaksana menurunkan dengan
lahjah-lahjah yang biasa dipaaki oleh golongan Quraisy dan oleh golongan-
golongan yang lain di Tanah Arab.46
Namun pada periode pertama, al-Qur’an belum dibukukan, sehingga
dasar pembacaan dan pelajarannya adalah masih secara lisan (tanpa tulisan).
Pedomannya adalah Nabi dan para sahabat serta orang-orang yang hafal al-
Qur’an.
Hal ini berlangsung terus sampai pada masa sahabat, masa
pemerintahan khalifah Abu Bakar dan Umar ra. Pada masa mereka, kitab al-
Qur’an sudah dibukukan dalam satu mushaf. Pembukuan al-Qur’an tersebut
merupakan ikhtiar khalifah Abu Bakar ra atas inisiatif Umar Bin Khattab ra.
Pada masa pemerintahan khalifah Utsman Bin Affan ra, mushaf al-
Qur’an itu disalin dan dibuat banyak, serta dikirim ke daerah-daerah Islam
yang pada waktu itu sudah menyebar luas guna menjadi pedoman bacaan
pelajaran dan hafalan al-Qur’an.
Hal ini diupayakan Khalifah Utsman, karena pada waktu ada
perselisihan sesama kaum muslimin di daerah Azzerbeijan mengenai bacaan
al-Qur’an. Perselisihan tersebut hampir saja menimbulkan perang saudara
sesama umat Islam. Sebab mereka berlainan ketika menerima ayat al-Qur’an
karena oleh Nabi diajarkan bacaan yang relevan dengan dialek mereka
46 Hasbi Ash Siddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an atau Tafsir, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1972,), h. 76
32
masing-masing. Tetapi karena tidak memahami maksud dan tujuan Nabi yang
demikian, lalu tiap-tiap suku atau golongan menganggap hanya bacaan mereka
sendiri yang benar, sedang bacaan yang lain salah, sehingga mengakibatkan
perselisihan.
Inilah pangkal perbedaan qiraah dan tonggak sejarah tumbuhnya ilmu
qira’ah. Untuk memadamkan perselisihan itu, khalifah Utsman mengadakan
penyalinan mushaf al-Qur’an dan mengirimkannya berbagai daerah, sehingga
bisa mempersatukan kembali perpecahan umat Islam. Tentunya, bacaan al-
Qur’an di daerah-daerah tersebut mengacu pada mushaf yang dikirim oleh
khlifah Utsman tadi. Mushaf-mushaf yang dikirimoleh khalifah Utsman
seluruhnya sama, karena semuanya berasal dari beliau.47
Hingga kini, bangsa Arab yang terdahulu mempunyai berbagai macam
lahjah (dialek) yang beragam antara satu kabilah dan kabilah lain, baik dari
segi intonasi, bunyi maupun hurufnya, namun bahasa Quraisy mempunyai
kelebihan dan keistimewaan tersendiri, dan lebih tinggi dari pada bahasa dan
dialek yang lain. Banyak faktor yang membuat bahasa quraisy lebih dominan
diantara bahasa-bahasa Arab lainnya, antara lain, karena orang quraisy
berdampingan dengan baitullah, menjadi pengabdi urusan haji, membangun
Masjidil Haram, dan tempat persinggahan dalam perniagaan. Oleh karena itu
wajarlah apabila al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Quraisy kepada seorang
rasul yang quraisy pula, agar dapat menjinakkan orang-orang Arab dan
mewujudkan kemukjizatan al-Qur’an yang tidak bisa mereka tandingi.
47 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, cet. Ke-2, h. 331
33
Oleh karena perbedaan dan keragaman dialek-dialek bangsa Arab
tersebut, maka al-Qur’an diwahyukan Allah swt kepada Rasulullah
Muhammad saw akan menjadi sempurna kemukjizatannya apabila ia dapat
menampung berbagai dialek dan macam-macam cara membaca, menghafal
dan memahaminya.48
4. Manfaat Mempelajari Qiraat Sab’ah
Manfaat diturunkannya al-Quran dengan tujuh huruf dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi, tidak
bisa baca tulis, yang setiap kabilahnya mempunyai dialek masing-masing,
namun belum terbiasa mengambil syariat, apalagi mentradisikannya.
b. Bukti kemukjizatan al-Qur’an bagi naluri atau watak dasar kebahasaan
orang Arab. Al- qur’an mempunyai banyak pola susunan bunyi yang
sebanding dengan segala macam cabang dialek bahasa yang telah manjadi
naluri bahasa orang-orang Arab, sehingga setiap bangsa orang Arab dapat
mengalunkan hururf-huruf dn kata-katnya sesuai dengan irama yang telah
menjadi watak dasar mereka dan lahjah kaumnya.
c. Kemukjizaan al-Qur’an dalam aspek makna dan hukum-hukum nya.sebab
perubahan bentuk lafaz sebagian huruf dan kata-kata memberikan peluang
luas untuk dapat disimpulkan dari padanya berbagai hukum. Hal inilah
yang menyebabkan al-Quran relevan untuk setiap masa. Oleh karena itu,
48 Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh, (Jakarta: Institut PTIQ dan Institut Ilmu Al-
Qur’an (IIQ) Jakarta dan Darul Ulum Press), Jilid II, h. 1
34
para fuqaha dalam istinbat (penyimpulan huruf) dan ijtihad berhujjah
dengan qiraat bagi ke tujuh huruf ini.49
5. Iman Qiraat Tujuh yang Masyur Serta Rawinya
Imam atau guru qiraat sebenanya cukup banyak jumlahnya, namun
yang populer hanya tujuh orang. Pemilihan qurra’ (ahli qira’at)yang tujuh itu
dilakukan oleh para ulama pada abad ketiga hijriah.50
Ke tujuh imam mashur yang disebutkan secara khusus oleh Abu Bakar
bin Mujahid karena menurutnya, mereka adalah ulama yang terkenal karena
hafalan, ketelitian, dan cukup lama menekuni dunia qiraat serta telah
disepakati untuk diambil dan dikembangkan qiraat-qiraatnya.51 Berikut ini
adalah tujuh imam yang mashur beserta rawinya :
a. IMAM NAFI
Nama lengkapnya ialah Nafi bin Abdurrahman bin Abu Nu’aim
Al-Laisi, lahir tahun 70 H dan wafat tahun 169 H di Madinah.
Perawi Imam Nafi adalah :
1) Qalun
2) Warsy
b. IMAM IBNU KATSIR
Nama lengkapnya Abu Ma’bad Abdullah bin Katsir Al-Makki,
lahir tahun 45 H dan wafat di Mekkah tahun 120H.
Perawi Imam Ibnu Katsir:
49 Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, h. 245-246. 50 Ibid, h. 249 51Ibid, h. 259
35
1) Al-Bazzi
2) Qunbul
c. IMAM ABU AMR
Nama lengkap Zabban bin Al-A’la bin Ammar, lahir tahun 68 H
dan wafat di Kufah tahun 154 H.
Perawi dari Imam Abu Amr:
1) Ad-Duri
2) As-Susi
d. IMAM IBNU ’AMIR
Nama lengkapnya Abdullah bin ’AmirAl-Yahsabi, lahir tahun 21 H
dan wafat di Damaskus tahun 118 H.
Perawinya Imam Ibnu ’Amir:
1) Hisyam
2) Ibnu Zakwan
e. IMAM HAMZAH
Nama lengkapnya Hamzah bin Hubaib Az-Zayyat, lahir tahun 80 H
dan wafat di Halwan tahun 156 H.
Perawinya Imam Hamzah adalah:
1) Khalaf
2) Khalad
f. IMAM ’ASHIM
Nama lengkapnya Abu Bakar bin Abun Najud Al-Asadi, wafat di
Kufah tahun 128 H.
Perwainya Imam ’Ashim adalah:
36
1) Syu’bah
2) Hafs
g. IMAM AL-KISAI
Nama lengkapnya Abul Hasan Ali bin Hamzah Al-Kisai, wafat
tahun 189 H.
Perawinya Imam Al-Kisai adalah :
1) Abu Al-Haris
2) Ad-Duri52
52 Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh, h. 6-10
BAB III
SEKILAS TENTANG LBIQ
A. Sekilas Tentang LBIQ (Lembaga Bahasa Ilmu AL-qur’an)
1. Sejarah Berdirinya LBIQ
Pada awalnya upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam
melayani masyarakat maupun karyawan Pemda DKI Jakarta tanpa
mengganggu tugas sehari-hari dan menghilangkan hambatan psikologis
yang ingin belajar Al-Qur’an, maka dilakukan pengkajian melalui
penelitian, studi banding, lokakarya maupun seminar-seminar.
Dari hasil pengkajian tersebut, maka lahirlah gagasan untuk
mendirikan suatu lembaga pengkajian Al-Qur’an secara modern sesuai
perkembangan sains dan tekhnologi dengan nama Lembaga Bahasa dan
Ilmu Al-Qur’an (LBIQ) Provinsi DKI Jakarta.
Maka untuk memulai gagasan tersebut perlu diambil langkah-
langkah antara lain pembentukan panitia, sumber dana, lokasi dan lain
sebagainya. Sebagai penanggung jawab pelaksanaan proyek pembangunan
LBIQ DKI Jakarta, maka ditetapkan dengan SK Gubernur DKI Jakarta
nomor 539 tahun 1982 tanggal 7 Juni 1982 tentang pembentukan Panitia
Pelaksana Bidang Bangunan Panitia kerja LBIQ dengan komposisi sebagai
berikut:
a. Walikota Jakarta Pusat (Suminto Hadisiswoyo) selaku ketua;
b. Sekretaris BAZIS DKI Jakarta ( Drs. H. Sja’roni) selaku wakil ketua;
37
38
c. Kepala Bagian Keuangan BAZIS DKI Jakarta (Eli Suheli) selaku
bendahara.
Sebagai modal dasar proyek pembangunan LBIQ DKI Jakarta
dialokasikan anggaran dari pendayagunaan hasil pengumpulan Zakat dan
Infaq/Shadaqah tahun 1980/1981 sebagaimana keputusan Gubernur DKI
Jakarta nomor 642 Tahun 1981 tanggal 16 Juni 1981. Sedangkan panitia
pelaksana bidang bangunan / pnitia kerja Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-
Qur’an ditetapkan dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor : 1092 Tahun 1981 tanggal 3 November 1981
tentang Pendayagunaan Zakat dan Infaq Shadaqoh dalam Wilayah DKI
Jakarta.
Pada saat itu walaupun panitia telah terbentuk, dana telah tersedia
namun pelaksanaan proyek belum dapat dimulai kareba lokasi
pembangunan belum ditetapkan.
Dalam upaya mendapatkan loksi yang cukup strategis dan dapat
dijangkau oleh warga masyarakat dari lima wilayah kota, menjadi problem
tersendiri mengingat padatnya penduduk sehinnga lokasi kosong sulit
didapatkan. Berkat semangat dan kegigihan Wakil Gubernur Bidang IV
bapak Brigjen Haki Chormain cukup jeli melihat lokasi eks. Pemakaman
umum Kebon Melati yang dikosongkan pada masa Gubernur H. Ali
Sadikin seluas +21. 740 m2. akan tetapi lokasi tersebut ditetapkan
peruntukannya dengan SK Gubernur KDKI Jakarta Nomor 261 TAHUN
1980 TANGGAL 25 Mei sebagi tempat pembangunan kepentingan umum
39
yaitu gedung kesenian misscicih, sekolah, kanwil Agama, pos DPK, BP4
dan Pengadilan Agama.
Dengan memperhatikan SK Gubernur tersebut diatas, serta
mempertimbangkan kondisi religius dan sosial kemasyarakatan serta
adanya kepentingan yang lebih mendesak bagi pelayanan masyarakat,
maka SK Gubernur nomor 261 tahun 1980 tanggal 28 Maret 1980 tentang
Penetapan Penguasaan Perencanaan/Peruntukkan tanah seluas +21. 740
m2 yang terletak di kebon melati Kecamatan Tanah Abang, wilayah
Jakarta Pusat. Namun disempurnakan dengan SK Gubernur KDKI Jakarta
nomor 335 tahun 1982 tanggal 17 April 1982 menjadi berbunyi ”
Penguasaan /peruntukan tanah seluas + 21. 740 m2 yang teletak di kebon
Melati, Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat, sebagai tempat
pembangunan bangunan kepentingan umum ( Lembaga Bahasa Ilmu dan
AL-Qur’an, Sekolah, Kanwil Agama, BP4, Pengadilan Agama, Kantor
Camat, Pos DPK, Kantor Lurah, dan Kantor-kantor lainnya).
Setelah penentuan lokasi pembangunan gedung LBIQ Provinsi
DKI Jakarta, barulah panitia pelaksaan bidang bangunan dapat bekerja dan
mengambil langkah kebijakan yaitu pelaksanaan pembangunan tahap 1
(pertama) ditetepkan/dipercayakan kepada PT.Mercu Buana.
Pembangunan tahap 1 (pertama) yaitu gedung utama 2 (dua) lantai yang
terletak dibagian depan , lantai 1 untuk kantor LBIQ dan perpustakaan,
lantai 2 (dua) untuk ruang belajar, laboratorium bahasa ,ruang rekaman
editing,dilaksanakan pada tahun 1984 dan selesai tahun 1985. PT.Mercu
40
Buana disamping sebagai pelaksana juga sebagai donator dengan
memberikan bantuan 2.000 sak semen serta 1(satu) unit mobil kijang mini
bus tahun 1984 sebagai kendaraan operasional LBIQ Provinsi DKI
Jakarta.
Sedangkan gudang utama tersebut diresmikan tanggal 24
Desember 1985/11 Rabiul Awal 1406 H oleh gubernur KDKI Jakarta
Bapak R.Soeprapto dan sejak itulah LBIQ Provinsi DKI Jakarta secara
resmi dioperasikan untuk melayani karyawan pemda DKI Jakarta
khususnya dankaryawan BUMN serta masyarakat warga ibukota pada
umumnya.
Kemudaian dibentuklah susunan organisasi dan tata kerja Lembaga
Bahasa dan ilmu Al Quran berdasarkan keputusan Gubernur KDKI Jakarta
Nomor 2745 tahun 1984 tanggal 13 Juni 1984 tentang pembentukan,
susunan organisasi dan tata kerja lembaga Bahasa dan ilmu Al Quran yang
kemudian disempurnakan dengan keputusan Gubernur KDKI Jakarta
Nomor 83 tahun 1986 tanggal 18 Januari 1986 tentang penyempurnaan
organisasi dan tata kerja Lembaga Bahasa dan Ilmu Al Qur’an Daerah
khusus ibukota Jakarta.
Selanjutnya pembangunan tahap kedua dibiayai dari anggaran
APBD Provinsi DKI Jakarta yang terdiri dari:
a. Gedung Tengah ( lantai 3 ),lantai 1 untuk kantor MUI DKI
Jakarta,lantai 2 untuk kantor KODI dan LPTQ, lantai 3 untuk ruang
41
b. Gedung belakang (2 lantai),lantai 1 untuk kantorBAZIS Provinsi DKI
Jakarta , sedangkan lantai 2 untuk ruangan serba guna.1
2. Visi, Misi dan Tujuan LBIQ
Visi dibentuknya LBIQ adalah sebagai pelayanan dari Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta untuk para karyawan Pemda DKI Jakarta dalam
mengkaji ilmu al-Qur’an.
Misi dari LBIQ adalah suatu wadah dari Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta untuk para karyawan Pemda DKI Jakarta agar mampu
mengaplikasikan ilmu al-Qur’an di masyarakat.
Sedangkan tujuan dibentuknya LBIQ adalah:
a. Upaya pemberantasan buta huruf al-Qur’an
b. Membina dan membentuk akhlak di masyarakat
c. Memenuhi minat belajar masyarakat yang tinggi.
Inilah visi dan misi awal terbentuknya LBIQ, namun seiring
dengan berjalannya waktu. Kian banyak masyarakat yang juga ingin ikut
berpartisipasi dalam mengkaji ilmu agama maupun ilmu-ilmu al-Qur’an,
hingga kini LBIQ terbuka untuk umum. LBIQ terbentuk secara modern
untuk berbagai kalangan sesuai dengan perkembangan saint dan
tekhnologi. 2
1 Tim penulis LBIQ, Profil Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur’an Provinsi DKI Jakarta), h. 2-4
2 Wawancara pribadi dengan Bapak. H. Damanudin Ibnu Majani, SE., M.Si
42
3. Kedudukan, tugas pokok dan fungsi LBIQ
Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 83 tahun
1986 kedudukan, tugas pokok dan funsi LBIQ adalah sebagai berikut:
a. Kedudukan
1) LBIQ adalah perangkat pelaksanaan Pemerintah Daerah di bidang
bahasa dan ilmu Al-Qur’an;
2) LBIQ dipegang oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab lagsung kepada Gubernur Kepala Daerah;
3) Dalam melaksanakan tugasnya LBIQ berada dibawah koordinasi
administratif Sekretariat Wilayah/Daerah.
b. Tugas Pokok
Tugas pokok LBIQ adalah meyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran bahasa dan ilmu Al-Qur’an serta penelitian dan
pengembangan materi dan metodenya.
c. Fungsi
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, LBIQ Propinsi DKI
Jakarta mempunyai fungsi:
1) Menyusun rencana dan program LBIQ;
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bahasa, membaca
dan memahami makna dan isi Al-Qur’an;
3) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan materi dan
metoda pendidikan dan latihan tenaga pengajar, pengajaran bahasa,
membaca dan memahami isi dan makna Al-Qur’an;
43
4) Meyelenggarakan pendidikan dan latihan tenaga pengajar
(instruktur) untuk pengajaran bahasa, memabaca dan memahamai
isi dan makna Al-Qur’an;
5) Menyelenggarakan hubungan kerja sama dengan instansi atau
lembaga lain di bidang bahasa dan imu Al-Qur’an;
6) Menyelenggarakan kegiatan kepustakaan, dokumentasi dan
publikasi;
7) Melaksanaan Ketatausahaan yang meliputi surat menyurat,
kepegawaian, keuangan dan kerumahtanggaan.
4. Program dan Aktifitas LBIQ
Program yang diterapkan di LBIQ ada dua bagian yaitu program
pendidikan dan program non pendidikan.untuk lebih jelasnya adalah
sebagai berikut:
a. Program pendidikan
1) program pengajaran membaca Al-Qur’an
2) program pengajaran bahasa Arab
3) program pengajaran bahasa Arab Qur’ani
4) program pelatihan guru Al-Qur’an
5) program pelatihan guru bahasa Arab
6) program tahsinutilah
7) program studi naskah ulumul qur’an (SNUQ)
8) program kajian Al-Qur’an
9) program halaqoh guru binaan
44
10) program halaqoh kader instruktur Al-Qur’an
b. Program non pendidikan
1) penelitian dan pengembangan
2) rapat kerja peningkatan mutu pendidikan
3) rapat evaluasi program/kegiatan tahun sebelumnya
4) raker penyusunan proposal kegiatan/rancangan penggunaan
anggaran (RPA) tahun selanjutnya
5) pameran keagamaan pada MTQN/STQN
6) rapat koordinasi dengan tim ahli, dosen/instruktur dan karyawan
7) pelayanan peroustakaan
8) tadarus Al-Qur’an
9) halaqoh atau dosen Al-Qur’an
10) halaqoh atau dosen bahasa Arab
5. Susunan Organisasi
Susunan organisasi LBIQ Provinsi DKI Jakarta sesuai keputusan
Gubernur KDKI Jakarta Nomor 59/2005 tanggal 10 januari 2005 tentang
pengangkatan,pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan
pegawai negri sipil di lingkungan Lembaga Bahasa dan Ilmu Al Qur’an
(LBIQ) Provinsi DKI Jakarta, maka susunan personalia Badan Pembina
Kepengurusan Lembaga Bahasa dan Ilmu Al Qur’an (LBIQ) Provinsi
Daerah khusus ibukota Jakarta,sebagai berikut
45
a. Badan Pembina :
1) Ketua : Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta
2) Wakil Ketua merangkap anggota :
a) Ass. Kesmes Sekda Provinsi DKI Jakarta
b) Karo Administrasi Kesmes Setda Provinsi DKI Jakarta
3) Seretaris merangkap anggota : Kabag Mental Spiritual dan
Kebudayaan Biro Adm. Kesmes Setda Provinsi DKI Jakarta.
4) Anggota :
a) Kepala Bappeda Provinsi Dki Jakarta
b) Kepala Kanwil Depag Provinsi DKI Jakarta
c) Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi Dki Jakarta
d) Kepala UPT Pusbinroh BKD Provinsi DKI Jakarta
e) Ketua MUI Provinsi DKI Jakarta
b. Pengurus Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur’an (LBIQ) Provinsi DKI
Jakarta.
1) Kepala Lembaga
2) Kepala Subbagian Tata Usaha
3) Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan
4) Kepala Seksi Pendidikan dan Latihan Tenaga Pengajar
5) Kepala Seksi Pengajaran
6) Kasie Kepustakaan, Dokumentasi dan Publikasi
c. Badan Organisasi3
3 Tim penulis LBIQ, Profil Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur’an,h. 4-6
46
6. Karakteristik Jama’ah
Awal terbentuk LBIQ adalah untuk memberikan suatu sarana bagi
karyawan Pemda Proivinsi DKI Jakarta dengan mayoritas dari mereka
memilki kesibukan. Sehingga hampir tidak tersisa lagi waktu bagi mereka
untuk mempelajari Al-Qur’an. Namun karena tingginya tingkat
ketertarikan masyarakat dalam mempelajari al-Qur’an akhirnya
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuka LBIQ untuk umum walaupun
awalnya hanya untuk para karyawan Pemda, kini sudah teruntuk
masayarakat dan tanpa di pungut biaya se peserpun. Semua itu bertujuan
untuk pengkaderan dalam bidang al-Qur’an, dan dipastikan bagi mereka
yang telah selesai sampai dengan satu semseter akan mendapat sertifikat.
Dengan intensitas yang tinggi dari masyaraikat, kini LBIQ
memiliki jama’ah sebanyak 2.699 orang dalam tiga angkatan setiap
tahunnya dengan berbagai macam tingkatan sosial, pendidikan terutama
umur karena mayoritas jama’ah di LBIQ ini merupakan para orang tua.
Namun kuhsus untuk program pelajaran tahsinuttilawah, jama’ahnya
terdiri dari anak-anak, remaja dan pemuda. Program pembelajaran ini
ditujukan untuk membentuk kader-kader al-Qur’an dan mendidik bakal
calon peserta STQ/MTQ di berbagai tingkatan.4
4 Wawancara pribadi dengan Bapak. H. Damanudin Ibnu Majani, SE., M.Si
47
B. Grafik Peserta Pembelajaran 2004-20095
VIII. KE ADAAN DAN PER KEMBANGAN PE S E R TA A. PR OGR AM PE NGAJ AR AN MEMBAC A AL QUR ’AN, BAHAS A AR AB DAN
AR AB QUR ’ANI
3941
2397
530
4135
2219
270
4239
2146
498
4330
2118
530
4281
2015
714
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
2004 2005 2006 2007 2008
Peserta Al Qur'an
Peserta Bhs. Arab
Peserta Arab Qur'ani
B. PROGRAM NON RE GULE RB. PROGRAM NON RE GULE R
61
5252
59
45
5355
81
61
54
62
47
53
47
7977
47
63
33
62
40
111112
42
73
40
49 47
112
66
40
65
21
66
35
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
2004 2005 2006 2007 2008
Halaqah Kader Intruktur
Halaqah Guru Binaan
Pelatihan Guru Bhs. Arab
Pelatihan Guru Al Qur'an
Kajian Al Qur'an
Studi Naskah Ulumul Qur'an
Tahsinuttilawah
5 Dokumentasi statistik LBIQ
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Respnden
Lembaga Bahasa Ilmu Al-Qur’an saat ini di minati oleh lebih dari 900
jama’ah dengan berbagai program secara keseluruhan baik program regular
maupun non regular. Dari sekian banyaknya jama’ah memiliki latar belakang
yang berbeda, dengan mayoritas adalah para orang tua. Hal ini bermula dari
didirikannya LBIQ yakni untuk para karyawan Pemda DKI saja. Namun
dengan bergulirnya waktu banyak para peminat di luar dari karyawan Pemda
DKI yang juga ingin belajar mempelajari ilmu al-Qur’an.
Dalam permasalahan ini, penulis memfokuskan penelitian terhadap
jama’ah dalam program regular tepatnya peserta al-Qur’an angkatan 2009-
2010 dalam kelas qiraat sab’ah sebagai objek penelitian. Untuk melakukan
penelitian tentang “Efektifitas Metode Pengajaran Qira’at Sabah di LBIQ”
penulis menjadikan jama’ah nya sebagai responden. Di kelas al-Quran
angkatan 2009-2010, jumlah jama’ah sebanyak 21orang.
Responden dalam penelitian ini, yang berjumlah 12 orang perempuan
dan 9 orang laki-laki. Ke 21 orang jama’ah tersebut adalah jama’ah yang telah
menjalani program regular, peserta al-Qur’an yang telah menajalani
pembelajaran selama satu tahun lamanya.
Adapun penjelasan jama’ah berdasarkan kategori umur dan jenis
kelamin penulis jabarkan dengan tabel :
48
49
Kategori Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1
No Kategori Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1 Laki-laki 9 43%
2 Peremuan 12 57%
Jumlah 21 100%
Berdasarkan data penelitian, jenis kelamin reponden perempuan
sebanyak 57% atau 12 orang. Sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak
43% atau 9 orang.
Kategori Berdasarkan Umur
Tabel 4.2
No Kategori Umur Jumlah Prosentase
1 34 tahun 2 9%
2 35 tahun 2 9%
3 36 tahun 2 9%
4 42 tahun 1 5%
5 43 tahun 2 9%
6 44 tahun 1 5%
7 52 tahun 1 5%
8 55 tahun 1 5%
9 56 tahun 2 9%
10 58 tahun 2 9%
11 60 tahun 2 9%
12 62 tahun 2 9%
13 63 tahun 2 9%
14 65 tahun 2 9%
Jumlah 21 100%
50
Dari data yang ditemukan, umur responden 34 tahun sebanyak 9% atau
2 orang, 35 tahun sebanyak 2 orang atau 9% , 36 tahun sebanyak 2 orang atau
9%, 42 tahun sebanyak 1 orang atau 5%, 43 tahun sebanyak 2 orang atau 9%,
44 tahun sebanyak 1 orang atau 5%, 52 tahun sebanyak 1 orang atau 5%, 55
tahun sebanyak 1 orang atau 5%, 56 tahun sebanyak 2 orang atau 9%, 58
tahun sebanyak 2 orang atau 9%, 60 tahun sebanyak 2 orang atau 9%, 62
tahun sebanyak 2 orang atau 9%, 63 tahun sebanyak 2 orang atau 9%, 65
tahun sebanyak 2 orang atau 9%.
B. Metode Pengajaran yang Diterapkan Pada Pengajian ”Qiraat Sab’ah” di
LBIQ Provinsi DKI Jakarta.
Program pengajaran di LBIQ sangat beraneka ragam, semua
tergantung dari dosen, ustadz atau guru pada bidangnya masing-masing.
Untuk metode pengajaran yang dterapkan pada pengajian qiraat sab’ah ini,
LBIQ menggunakan bentuk komunikasi kelompok dan antar pribadi. Dalam
hal komunikasi kelompok yakni komunikasi yang dilakukan oleh ustadz
dengan sejumlah jam’ah yang berkumpul dalam bentuk kelompok. Dalam
komunikasi ini ustadz secara langsung berhadapan dengan komunikan atau
jama’ah untuk memberikan penjelasan tentang kaidah ushul dan kaidah farsy
yakni kaidah qiraat qur’aniyyah (beberapa cara membaca al-Qur’an).
Kaidah ushul ialah kaidah-kaidah dasar yang berlaku umum seperti
kaidah cara-cara membaca mim jama’, macam-macam mad, fath, imalah,
idgham, tashil, raum, isymam, ikhtilas dan lain-lain.
51
Kaidah farsyu huruf ialah kaidah-kaidah khusus cara membaca kata
atau kalimat tertentu.1 Dalam hal ini, penulis juga melakukan tes secara
langsung kepada para jama’ah, dengan melakukan tes secara langsung penulis
mendapatkan hasil yang lebih nyata dan dapat mengetahui berhasil atau tidak
metode pengajaran yang diterapkan di LBIQ. Contohnya ketika penulis
menyaksikan dan melakukan tes langsung yang tentunya di dampingi oleh
staff pengajar, penulis mendapatkan hasil yang memuaskan karena selain
membaca dengan bacaan imam Ashim layaknya bacaan yang seperti kita
bawakan sehari-hari. Sebagian besar para jama’ah mampu membaca al-Qur’an
dengan bacaan imam yang tujuh, diantaranya bacaan imam Abu Amir dengan
riwayat as-Susi dalam surat al-Fatihah, jama’ah membaca dengan menerapkan
kaidah ushul dan kaidah Farsy secara benar. Seperti halnya ketika membaca
mim jama’ jika diikuti hamzah qatha’ maka jama’ah membacanya dengan
benar yakni dengan shilah, untuk mad dan qashr sesuai kaidah yakni mad asli
dua harakat, mad aridh lissukun dan mad badal dapat dibaca dua(qashr)
empat(tawassuth) dan enam (thul) harakat, mad muttasil dan munfasil enam
harakat serta membaca kalimat ملك tanpa menggunakan alif.
Komunikasi kelompok ini memberikan feedback secara langsung,
sehingga komunikan atau ustadz dapat mengetahui berhasil atau tidak
komunikasi yang sedang berlangsung. Sedangkan untuk menerapkan cara
bacaan tersebut dalam pengajaran qiraat sab’ah seorang ustadz menggunakan
bentuk komunikasi antarpribadi. Komunikasi yang sifatnya dua arah dan
timbal balik ini, juga memberikan feedback secara langsung karena
1 Muhsin Salim, Ilmu Qiraat Tujuh : Bacaan Al-Qur’an Menurut Tujuh Imam Qiraat
Dalam Thariq Asy Stathibiyyah,h.12-13
52
komunikasi ini dilakukan bertatap muka langsung antara dua orang. Dalam
komunikasi antarpribadi ini komunikator dan komunikan dapat bergantian
fungsi, contohnya ketika ustadz atau komunikator menmpraktekkan cara baca
al-Qur’an dengan salah satu imam yang tujuh maka komunikan atau jama’ah
hanya melihat cara pengucapan secara lisan (iqra) dan memperhatikan secara
seksama. Begitu juga sebaliknya, jika peran komunikator usai, maka jama’ah
dapat berperan sebagai komunikator dengan menirukan yang telah di
contohkan.
Komunikasi ini merupakan komunikasi yang dapat merubah perilaku
seseorang, untuk pengajaran qiraat sab’ah komunikasi antarpribadi
memberikan perspektif baru tentang diri sendiri, memahami lebih mendalam
tentang sikap dan juga perilaku kita terutama dalam hal bagaimana diri kita
mempelajari qiraat.
C. Efektifitas Pengajian ”Qiraat Sab’ah” pada jama’ah LBIQ Provinsi DKI
Jakarta.
Berdasarkan hasil angket dan wawancara yang diperoleh dari jama’ah
LBIQ Privinsi DKI Jakarta dengan mengambil keseluruhan jumlah populasi
yang ada yaitu 21 responden. Maka penulis mengetahui tentang keefektifan
pengajaran qiraat sab’ah yang memberikan banyak manfaat yang sebagian
besar menghasilkan beberapa kemajuan tentang cara membaca al-Qur’an
dengan baik, mudah dalam mengatur irama membaca al-Qur’an, mudah dalam
memahami al-Qur’an, bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
53
Adapun hasil angket yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Kegiatan Pengajian
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Pernah 17 81%
Tidak pernah 4 19%
Kepada para responden diajukan pertanyaan sebelum menjadi jamaah
LBIQ pernahkah bapak/ibu mengikuti pengajian di tempat pengajian lainnya.
Dari jawaban tersebut 19% responden tidak pernah mengikuti pengajian
ditempat pengajian lainnya. Hal ini menjadi kemudahan bagi komunikator
atau ustadz untuk memberikan materi kepada para responden.
Tabel 4.4 Pengenalan Tentang Qiraat Sab’ah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sudah mengetahui 4 19%
Belum mengetahui 17 81%
Berlanjut pertanyaan selanjutnya tentang pengenalan qiraat sab’ah
yakni sudahkah bapak/ibu mengetahui tentang qiraat sab’ah sebelumnya.
Hasil tersebut menunjukkan 81% responden belum pernah mengetahui qira’at
sab’ah. Hal ini dipicu karena kurangnya sosialisasi materi qiraat sab’ah di
masayarakat. Sehingga banyak diantara responden belum mengenal atau
mengetahui materi qiraat sab’ah ini. Namun 19% responden sudah
mengetahui qiraat sab’ah ini, sehingga komunikator atau ustadz hanya tinggal
menambah lebih rinci lagi memperkenalkan qiraat sab’ah kepada responden.
54
Tabel 4.5 Fekuensi Mengikuti Pengajian Qiraat Sab’ah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Satu Minggu Sekali 5 24%
Satu minggu lebih dari sekali 13 62%
Dua minggu sekali 3 14%
Satu bulan sekali 0 0
Pertanyaan selanjutnya mengenai frekuensi mengikuti pengajian qiraat
sab’ah yakni, seberapa sering bapak/ibu mengikuti pengajian qira’at sab’ah di
LBIQ. Sebagian besar responden 62% menyatakan lebih sering mengikuti
pengajian qira’at sab’ah di LBIQ sebanyak satu minggu lebih dari sekali.
Sedangakan responden yang lain 24% menyatakan mengikuti pengajian
sebanyak satu minggu sekali dan sisa responden lainnya, 14% menyatakan
dua minggu sekali dalam mengikuti pengajian qira’at sab’ah.
Tabel 4.6 Frekuensi Kehadiran
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 11 52%
Sering 10 48%
Jarang 0 0
Tidak pernah 0 0
Masih dengan pertanyaan tentang frekuensi kehadiran yakni, apakah
bapak/ibu selalu hadir dalam setiap pengajian qiraat sab’ah. Responden
sebanyak 52% menyatakan selalu hadir dalam setiap pengajian qiraat sab’ah.
Sedangakn responden lainnya sebanyak 48% menyatakan sering mengikuti
pengajian qira’at sab’ah.
55
Tabel 4.7 Motivasi Mengikuti Pengajian Qira’at Sab’ah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Menambah ilmu 21 100%
Mengisi waktu 0 0
Mengikuti yang lain 0 0
Lain-lain 0 0
Pertanyaan selanjutnya adalah, apa motivasi bapak/ibu mengikuti
pengjaian qiraat sab’ah.. Semua responden yakni 100% menjawab menambah
ilmu. Hal ini menunjukkan antusias mereka dalam menuntut ilmu dan
keingintahuan mereka yang tinggi tentang qiraat sab’ah .
Tabel 4.8 Hal yang Disenangi Dalam Pengajian Qiraat Sab’ah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Staff pengajarnya bagus 10 48%
Cara menyampaikannya menarik 8 38%
Mudah dimengerti 3 14%
Tidak monoton 0 0
Kepada para respondn diajukan pertanyaan yakni, apa yang bapak/ibu
senangi dari pengajian qiraat sab’ah ini.48% menjawab staff pengajarnya
bagus, 38% menjawab cara menyampaikannya menarik, dani 14% responden
menjawab materi yang disampaikan mudah dimengerti.
Tabel 4.9 Frekuensi Pengajian Qira’at Sab’ah Diadakan
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Satu minggu sekali 5 24%
Satu minggu tiga kali 1 5%
Satu minggu lebih dari satu kali 15 71%
Dua minggu sekali 0 0
56
Pada pertanyaan seberapa sering pengajian qiraat sab’ah ini diadakan.
Sebagian bersar responden sebanyak 71% menjawab satu minggu lebih dari
satu kali. Sedangkan responden lainnya menjawab 24% satu minggu sekali,
dan hanya 5% yang menjawab satu minggu tiga kali.
Tabel 4.10 Penyampaian Materi Qiraat Sab’ah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat baik 14 67%
Baik 7 33%
Kurang baik 0 0
Tidak baik 0 0
Tentang bagaimana ustadz menyampaikan materi, 67% responden
menjawab sangat baik, sedangkan 33% responden menjawab baik.
Tabel 4.11 Materi yang Menarik Dalam Pengajian Qiraat Sab’ah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Pengertian dan sejarah qira’at sab’ah 1 5%
Mengenal imam-imam qira’at sab’ah 1 5%
Kaidah ushul 1 5%
Praktek membaca al-Qur’an dengan
menggunakan bacaan imam-imam qira’at
18 85%
Materi yang menjadi daya tarik dalam pembahasan qiraat sab’ah, 85%
responden menjawab praktek membaca al-Qur’an dengan menggunakan
bacaan imam-imam qira’at, 5% pengertian dan sejarah qira’at sab’ah, 5%
responden mengenal imam-imam qiraat sab’ah, dan 5% respoden lainnya
menjawab kaidah ushul.
57
Tabel 4.12 Pemahaman Materi Sebelum Memulai Pengajian
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat perlu 13 62%
Perlu 8 38%
Kurang perlu 0 0
Tidak perlu 0 0
Sebelum memulai materi, apakah perlu persiapan memahami materi
sebelum memulai pengajian. Sebagian besar responden sebanyak 62%
menjawab sangat perlu, dan 38% responden menjawab perlu.
Tabel 4.13 Frekuensi Membaca al-Qur’an
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 5 24%
Sering 16 76%
Kadang-kadang 0 0
Tidak pernah 0 0
Beralih ke pertanyaan selanjutnya yakni, tingkat frekuensi dengan
adanya materi qiraat sab’ah apakah bapak/ibu menjadi sering membaca al-
Qur’an. 76% responden menjawab sering dan 24% responden menjawab
selalu.
Tabel 4.14 Efektifitas Pengajian Qiraat Sab’ah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat efektif 6 29%
Efektif 15 71%
Tidak efektif 0 0
Kurang efektif 0 0
58
Tingkat efektifitas pengajian qiraat sab’ah yang selama ini berjalan,
71% responden menjawab efektif dan responden lainnya sebanyak 29%
menjawab sangat efektif.
Tabel 4.15 Kegiatan Pengajian Qiraat Sab’ah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Perlu dilestarikan 6 29%
Tidak perlu diadakan lagi 0 0
Materinya ditambah 5 24%
Waktunya ditambah 10 47%
Kegiatan pegajaran qira’at sab’ah di LBIQ, 47% responden menjawab
waktunya perlu ditambah, 29% menjawab perlu dilestarikan, dan 24%
responden menjawab materinya ditambah.
Tabel 4.16 Penambahan Waktu Pengajian Qira’at Sab’ah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Perlu 21 100%
Tidak perlu 0 0
Selama mengikuti pengajian qiraat sab’ah sebagian jama’ah LBIQ
umumnya merasa senang, tertarik, bahkan 100% responden menjawab perlu
adanya penambahan waktu.
Tabel 4.17 Penambahan Hari yang Dibutuhkan
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Satu kali 6 29%
Dua kali 7 33%
Tiga kali 8 38%
Empat kali 0 0
59
Penambahan hari untuk pengajian qiraat sab’ah yang diharapkan
dalam satu minggu adalah 33% menjawab tiga kali, 38% menjawab dua kali
dan 29% menjawab satu kali.
Tabel 4.18 Penambahan Waktu yang Dibutuhkan
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
15 menit 3 14%
30 menit 11 53%
45 menit 7 33%
60 menit 0 0
Sedangkan penambahan waktu yang diharapkan para responden untuk
pengajian qiraat sab’ah adalah 53% responden menjawab 30 menit, 14%
responden menjawab 15 menit dan 33% responden menjawab 45 menit.
Tabel 4.19 Perubahan Metode Komunikasi Pengajaran Qiraat Sab’ah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Perlu 9 43%
Tidak perlu 12 57%
Tentang perubahan metode komunikasi dalam pengajian qiraat sab’ah,
57% responden menjawab tidak perlu dan 43% menjawab perlu.
Tabel 4.20 Manfaat yang Didapatkan Dari Pengajian Qiraat Sab’ah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Banyak 12 57%
Sangat banyak 9 43%
Kurang 0 0
Tidak ada 0 0
60
Manfaat yang didapat selama mengikuti pengajian qiraat sab’ah, 57%
responden merasakan banyak dan 43% responden merasakan sangat banyak..
sehingga pengajian qiraat sab’ah ini perlu lebih ditingkatkan lagi untuk lebih
memberikan manfaat yang lebih banyak lagi kepada para jama’ah di LBIQ.
Tabel 4.21 Dampak Setelah Mengikuti Pengajian Qiraat Sab’ah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Membaca al-Qur’an menjadi lancar 2 10%
Bertambahnya wawasan tentang al-Qur’an 19 90%
Biasa saja 0 0
Tidak ada yang dirasakan 0 0
Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang bapak/ibu rasakan setelah
mengikuti pengajian qiraat sab’ah di LBIQ. 90% resonden menjawab
bertambahnya wawasan tentang al-Qur’an dan 10% responden menjawab
membaca al-Qur’an menjadi lancar.
Tabel 4.22 Pengetahuan Cara Membaca al-Qu’an yang Baik dan Benar
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Mengetahui 12 57%
Sangat mengetahui 9 43%
Kurang mengetahui 0 0
Tidak mengetahui 0 0
Pengajian qiraat sab’ah yang menarik dan komunikasi yang
berlangsung juga efektif ternyata juga memberikan pengetahuan yang lebih
terutama tentang cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. 57%
61
responden menjawab mengetahui dan 43% responden menjawab sangat
mengetahui.
Tabel 4.23 Frekuensi Lebih Giat Mempelajari Membaca al-Qu’ran yang
Baik dan Benar
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 12 57%
Sering 9 43%
Kadang-kadang 0 0
Tidak pernah 0 0
Kegiatan pengajian qiraat sab’ah ini, memotivasi kepada para jama’ah
untuk lebih giat mempelajari tata cara membaca al-Qur’an yang baik dan
benar. 57% responden menjawab selalu dan 43% responden menjawab sering.
Tabel 4.24 Frekuensi Membaca Al-Qur’an Dengan Imam-imam yang Lain
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 5 24%
Sering 0 0
Kadang-kadang 16 76%
Tidak pernah 0 0
Pertanyaan selanjutnya yakni setelah bapak/ibu mempelajari qiraat
sab’ah, apakah bapak/ibu membaca al-Qur’an dengan imam-imam yang lain.
24% responden menjawab kadang-kadang dan 24% resonden lainnya
menjawab selalu.
62
Tabel 4.25 Perubahan Membaca Al-Qur’an Setelah
Mengikuti Pengajian Qiraat Sab’ah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Ada 21 100%
Tidak ada 0 0
Selain memberi bertambahnya wawasan ilmu tentang al-Qur’an,
menjadi lebih memotivasi untuk membaca al-Qur’an, pengajian qiraat sab’ah
juga memberikan perubahan pada cara membaca al-Qur’an. Hal ini terbukti
dari 100% responden menjawab ada.
Tabel 4.26 Membaca Al-Qur’an Menjadi Lebih Baik Setelah Mengikuti
Pengajian Qiraat Sab’ah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Ya 19 90%
Tidak 1 5%
Biasa saja 1 5%
Tanggapan positif lainnya tentang dampak cara membaca al-Qur’an
menjadi lebih baik setelah mengikuti pengajian qiraat sab’ah ini adalah 90%
responden menjawab ya, 5% responden menjawab tidak dan 5% responden
menjawab biasa saja.
63
Tabel 4.27 Bertambahnya Wawasan Tentang Beraneka Ragamnya Cara
Membaca Al-Qur’an
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase e
Bertambah 11 53%
Sangat bertambah 10 48%
Kurang bertambah 0 0
Tidak bertambah 0 0
Kegiatan pengajian qiraat sab’ah selama ini umumnya banyak
memberi dampak yang positif diantaranya adalah tentang wawasan beraneka
ragamnya cara membaca al-Qur’an.53% responden menjawab bertambah dan
48% responden menjawab sangat bertambah.
D. Dampak Pengajaran ”Qiraat Sab’ah” dengan metode iqra bagi Jama’ah
di LBIQ Provinsi DKI Jakarta 2009-2010.
Komunikasi dapat dijadikan alat untuk melancarkan segala hal-hal
yang dituju. Dalam penelitian ini adalah menuju perubahan cara membaca al-
Qur’an menjadi lebih baik. Ternyata setelah melakukan penelitian,
wawancara, juga melakukan tes iqra secara langsung kepada jama’ah, serta
mengumpulkan berbagai fakta-fakta yang ada. Peneliti menemukan hasil
bahwasanya sebagian besar jama’ah LBIQ dengan mayoritas kaum orang tua,
ternyata mendapatkan banyak kontribusi yang bermanfaat antara lain, sebagai
suatu acuan untuk menjadi lebih baik dari segi spiritual, bertambahnya
pengetahuan tentang ilmu al-Qur’an, mampu membaca al-Qur’an dengan baik
64
sesuai tajwid, dapat membaca al-Qur’an dengan memahami isinya, tidak
sekedar membaca al-Qur’an namun mampu memahami makna yang
terkandung sehingga dapat diaplikasikan sehari-hari, menjadi lebih termotivasi
untuk lebih giat mempelajari dan mengamalkan ilmu al-Quran, sampai dengan
adanya perubahan pada cara membaca al-Qur’an menjadi lebih baik dan
benar.2
2 Wawancara pribadi dengan Bapak K. H. Drs. Muhsin Salim, MA.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan penggalian data untuk skripsi
tentang Efektifitas Metode Pengajaran ”Qiraat Sab’ah” di LBIQ Provinsi DKI
Jakarta. Penulis mengambil kesimpulan:
1. Metode komunikasi dalam pengajaran qiraat sab’ah di LBIQ berjalan
dengan efektif terutama terhadap kemajuan dalam membaca al-Qur’an.
Untuk tercapainya tujuan tersebut, metode yang digunakan dari pengajaran
qiraat sab’ah ini adalah komunikasi kelompok dan komunkasi
antarpribadi. Dengan komunikasi kelompok, komunikator atau ustadz
memberikan penjelasan di depan kelas atau sekelompok jama’ah tentang
kaidah ushul dan kaidah farsy melalui metode musafahah atau bertatap
muka secara langsung, tidak boleh hanya sekedar mengandalkan buku dan
kitab karena tidak bisa menguraikan ucapan atau dialek yang jarang
bahkan tidak pernah diucapkan. Oleh karena itu syarat utama untuk
mengikuti pengajaran qiraat sab’ah ini adalah berkomunikasi dengan tatap
muka langsung atau komunikasi antar pribadi.1
2. Efektifitas komunikasi yang dilakukan, komunikator atau ustadz dengan
menggunakan komunikasi kelompok dan komunikasi antarpribadi dengan
bertatap muka secara langsung kepada komunikan atau jama’ah. Sehingga
1 Wawancara pribadi dengan Bapak K. H. Drs. Muhsin Salim, MA.
65
66
dalam penyampaian materi, komunikator atau ustadz mendapati feedbck
(tanggapan) secara langsung. Hal inilah yang menjadi kemudahan bagi
komunikator untuk sukses atau tidaknya komunikasi yang berlangsung.
Dan jika komunikasi yang berlangsung berajalan tidak efektif,
komunikator dapat merubah metode komunikasi pengajarannya. Sehingga
keberhasilan tersebut menghasilkan berbagai manfaat diantaranya jama’ah
lebih mudah menerima cara membaca al-Qur’an dengan baik, mudah
dalam memahami al-Qur’an dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dampak dari adanya pengajian qiraat sab’ah di LBIQ adalah para jama’ah
mendapatkan banyak manfaat seperti bertambahnya pegetahuan lain
tentang al-Qur’an, pengetahuan tentang cara keanekaragaman cara
membaca al-Qur’an, menjadi lebih sering membaca al-Qur’an sampai
dengan adanya perubahan pada cara membaca al-Qur’an menjadi lebih
baik dan benar. Selain itu jama’ah mengetahui qiraat-qiraat yang
mutawatir.
B. Saran
Terlepas dari fakta-fakta yang telah terungkap diatas, perlu adanya
penulis memberi saran semata-mata sebagai masukan untuk para staff
pengajar khususnya dan semua para jama’ah umumnya dalam upaya
peningkatan kemajuan efektifitas metode komunikasi pengajaran qiraat
sab’ah. Ini semua penulis lakukan bukan berarti ingin memberikan nasihat
67
bagi para staff pengajar, namun hanya sebagai wujud kecintaan dan perhatian
penulis terhadap mahalnya ilmu pengetahuan tentang al-Qur’an.
1. Harapan kepada LBIQ agar memberikan wawasan tentang bahasa dan
ilmu al-Qur’an tidak hanya di wilayah Provinsi DKI Jakarta saja namun
diharapkan agar meluas ke berbagai wilayah. Hingga pada akhirnya
semakin banyaknya masyarakat yang mengetahui tentang pengajian qiraat
sab’ah ini. Selain itu, penulis juga mengharapkan adanya sosialisasi untuk
para remaja agar lebih mendalami ilmu-ilmu al-Qur’an seperti pengajian
qiraat ini.
2. Berharap bagi para pengajar untuk lebih bisa berempati kepada para
jama’ah dalam berkomunikasi kepada jama’ah, mengingat dari jama’ah
yang mayoritas adalah para orang tua bahkan ada diantara mereka berusia
lanjut.
3. Harapan untuk para jama’ah, walau dengan keterbatasan usia semoga tidak
menjadikan halangan untuk terus bersemangat dalam menuntut ilmu, baik
ilmu qiraat sab’ah ini juga imu-ilmu yang lainnya. Semoga apa yang telah
didapatkan dalam pengajian qiaraat ini dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari hingga mampu membaca al-Qur’an dengan lebih
lancar lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurohim, Acep Iim. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, vol. 10
Al-bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut: Idar al-Thiba’at al-Muniriyyat,t.t, Juz Ke-6
Al-fadli, Abdul Hadi. al-Qiraat al-Qur’aniyyat, Beirut : Dar al-Majma’ ’Ilmi, 1979
Al-qattan, Manna. Studi Ilmu-ilmul al-Qur’an,, Jakarta : PT. Pustaka Litera AntarNusa, 2004 cet. Ke-8
Al-Yassu’I, Fr. Louis Ma’aluf dan Fr. Bernard Tottel al-Yassu’i, Munjid, Bairut: Darrul Masyriq
Al-zarqani, Muhammad abd al-’Adzim. Manahil al-Irfan fi ’Ulumil Qur’an, Mesir, Dar al-Ihya al-Kutub al-’Arabiyyah, 1988, Jilid I
Arifin, H. M., Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta : Bumi Aksara , 1991, Cet. 1
Arifin, H. M., Pendidikan Pelatihan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta : Golden Teragon Press, 1998, cet ke-6
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1996
Ash Siddiq, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an atau Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang, 1972
Ash Siddiqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an atau Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang, 1972
Buckley, Eric. The Oxford English Dictionary, Oxford : The Clarendom press, 1978, Vol. III
Budyatna, M. dan Mutmainah, Nina. Komunikasi Antarpribadi, Jakarta : Universitas Terbuka, 1994
Devito. Joseph A., Komunikasi Antarmanusia : Kuliah Dasar, Jakarta : Professional Book, 1997
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, Jilid IV
Djalal, H. Abdul. Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Islam, 2000, cet. Ke-2
68
69
Djalal. Abdul. ’Ulum al-Qur’an, Surabaya : Dunia Ilmu, 2000, cet. Ke-2
Drucker, Peter. F., Bagaimana Menjadi Eksekutif Yang Efektif,(Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1986
Effendi, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992
Effendy, Onong Uchana. Dimensi-dimensi Komunikasi, Bandung : Alumni, 1981
Effendy, Onong Uchyana. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003, cet Ke-3
Fathoni, Ahmad. Kaidah Qiraat Tujuh, Jakarta: Institut PTIQ dan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dan Darul Ulum Press, Jilid II
Hasanuddin AF., Pebedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap Istinbat Hukum dalam al-Qur’an, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, cet. Ke-1
Hasanuddin, H., Hukum Dakwah, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet ke-1,
Liliweri, Alo. Komunikasi Antarpribadi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1991
M. Echols., John. dan Shadily, Hasan. Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia. Pustaka Utama, 1990, Cet. Ke-8
Mc. Quail, Dennis. Teori Komunikasi Suatu Pengantar, Jakarta :Erlangga Pratama, 1992
Muis A., Komunikasi Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007
Munawwir, Ahmad Warson, Munawir, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997. Cet Ke-14
Poerwadarminta, W. J. S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1995, cet ke-14
Pridodgdo, A. b., da Shadily, Hasan. Ensiklopedia Umum, Yogyakarta : Kanisius, 1990, Cet Ke-8
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992
Salim, Muhsin. Ilmu Qiraat Tujuh : Bacaan Al-Qur’an Menurut Tujuh Imam Qiraat Dalam Thariq Asy Stathibiyyah, Jakarta: Majelis Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur’an, 2007, cet. Ke-1
Salim, Muhsin. Ilmu Tajwid Qira’at Ashim tentang Mad Munfashil dengan Qashr Riwayat Hafs Thariq Thayyibatun Nasr, Jakarta : LBIQ, 2001
70
Sanapiah, Faisal. Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Sarjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Grafindo Persada, 1997
Sendjaja, Djuarsa. Pengantar Komunikasi, Jakarta : Universitas Terbuka, 1999, cet. Ke-9
Sendjaja, Sasa Djuarsa. Materi Pokok Teori Komunikasi, Jakarta : Universitas Terbuka, 2005
Shihab, Quraisy. Membumikan Al-Qur’an”, Bandung : MIzan, 1994, cet. Ke- XIX
Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Surabaya: PT. Indah 1995, Cet. Ke-1,
Suwarto, F. X., Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka, 1989), Jilid V, E, FX
Tim penulis LBIQ, Profil Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur’an Provinsi DKI Jakarta
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1995, Cet Ke-7, edisi ke-2
Usman, Husni dan Akbar, Purnomo Setiadi. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1998, cet. Ke-2
Widjaja, H. A. W., Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008, Cet. Ke-5
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT. Grasindo, 2006, cet. Ke- 3
Dokumentasi statistik LBIQ
Tim penulis LBIQ, Profil Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur’an,h. 4-6
Wawancara pribadi dengan Bapak. H. Damanudin Ibnu Majani, SE., M.Si
Wawancara pribadi dengan Bapak K. H. Drs. Muhsin Salim, MA.